You are on page 1of 2

EkonomipolitikdanpertukaranalaIndonesia sebuah kejadian unik terjadi beberapa hari yang lalu saat saya mengunjungi seseorang dilokasi KKN

di sebuah kabupaten di SUL-SEL. Kejadian unik menurut saya, mengapa karena ketika saya sedang berjalan menuju desa tempat posko KKN dari teman saya tersebut saya mendapati jalan dibatas antara satu desa dengan desa yang lain sangat kontras. Mengapa sangat kontras? Karena jalanan pada desa yang satu sangat bagus. Sebuah jalan dengan pengecoran dan sangat halus. Sedangkan di desa yang satu lagi jalanannya sudah mengalami kerusakan yang sangat parah.jalanan banyak yang berlubang dan digenangi air.

Tiba di posko KKN teman saya tersebut, saya bertanya perihal jalan rusak dan jalan yang sangat bagus diantara dua desa tersebut. Teman saya lalu berkata bahwa desa yang jalanannya bagus tersebut adalah desa yang mendukung kandidat bupati yang menang dalam pemilukada kemarin dan desa yang jalanannya rusak tersebut adalah desa yang memilih kandidat yang lainnya. Tertawa sejenak lalu kemudian saya berpikir. Apakah seperti ini wajah perpolitikan indonesia? Sebuah wajah yang sangat tidak dewasa dalam berpolitik.

Mungkin saja akan menadi sesuatu yang dimaklumi jika sang pemenang mendahulukan daerah para konstituennya. Menurut James Buchanan pun demikian dalam sebuah proses transaksi politik sekaitan dengan penyediaan barang publik. Tetapi yang aneh adalah karena bahan untuk perbaikan jalan sudah ada, bahkan sudah lengkap tetapi jalanan tersebut tidak diperbaiki sementara jalan di desa sebelumnya tela selesai diperbaiki. Dan lebih anehnya lagi karena alasan tidak diperbaikinya jalanan tersebut adalah karena desa tersebut tidak menjadi daerah yang secara dominan memilihnya alam proses pemilukada sebelumnya.

Sungguh unik wajah perpolitikan bangsa ini. Mungkin kejadian serupa juga terjadi dibelahan lain dari negara ini. Dan hal itu seperti sebuah hal yang wajar saja. Padahal jika kita memang berniat untuk menjadi seorang pemimpin di sebuah daerah, maka yang kita pikirkan bukanlah hanya kesejahteraan dari para voter kita karena ketika kita ternyata terpilih untuk menjadi pemimpin, maka yang kita pimpin bukan hanya mereka yang memilih kita tetapi juga mereka yang tidak memilih kita pada proses pemilukada sebelumnya.

Menurut saya hal tersebut menunjukkan bahwa kita masih belum siap untuk menjalankan sebuah demokrasi yang ideal dinegara ini. Mengapa? Secara sederhana, proses politik kita masih seperti anakanak yang hanya akan baik pada mereka yang kita nilai membela kita dan menjadi musuh bagi mereka yang tidak berpihak pada kita.

Sebuah cara pandang yang sangat memelihara dan malah memperbesar konflik yang ada dimasyarakat. Bukanlah sebuah cara pandang yang ideal. Bukankah sebaiknya kita ketika telah menjadi seorang pemimpin lalu melupakan semua konflik yang telah terjadi sebelumnya dan kemudian berusaha ntuk menyatukannya kembali. Menjadi pemimpin bagi semua dan bukan bagi sebagian. Itulah seorang pemimpin.

You might also like