You are on page 1of 9

Pengaruh stress terhadap penyakit periodontal

Kata pengantar Penyakit periodontal merupakan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut . Dental calculus yang berada didalam mulut akan menyebabkan penuruan Ph mulut menjadi basa , hal ini akan memicu aktivasi dari bakteri yang mempunyai potensiasi sebagai perusak jaringan periodontal yaitu Actinobacillus actinomicetencomintans dan P . gingivalis. Tetapi ada kalanya penyakit periodontal selain dipicu oleh keadaan diatas juga dipicu oleh faktor yang selama ini kurang diperhitungkan, yaitu stress. Makalah ini akan mengupas tentang peranan stress terhadap penyakit jaringan periodontal.Penulis mengucapkan terimakasih atas arahan dari Prof.Jenny dari Departemen Biologi Oral yang membimbing kami dan juga telah mengajarkan kepada kami tentang penulisan makalah ilmiah yang baik. Akhirul kata tidak ada gading yang retak, tidak ada yang sempurna.Semoga tulisan kami ini bisa menambah wawasan pembaca tentang peranan stress terahadap kerusakan jaringan periodontal.

abstrak Periodontitis adalah penyakit yang multifaktorial (page RC, 1997). Plak gigi adalah pangkalan dari periodontal pathogen spesifik yang merupakan faktor etiologi pertama. Beberapa faktor resiko dan kepekaan lainnya merupakan hal yang berkaitan dengan penyakit periodontal , seperti penyakit sistemik, beberapa polymorphism genetic, sosial ekonomi dan status pendidikan, penggunaan tembakau dan juga stress psikologi (Elter JR,1999). Beberapa studi klinis telah dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan antara stress psikologi dan periodontitis yang hasilnya menunjukkan bahwa stress memainkan peranan dalam perkembangan penyakit periodontal (Cohen 1983) . Lebih jauh lagi, dalam suatu study longitudinal, linden et all ( 1996) menunjukkan hubungan antara stress pekerjaan dan progresi periodontitis . Stress kronis pada umumnya mempunya pengaruh yang negatif terhadap keefektifan respon immune, memicu ketidak seimbangan antara host dan parasit, yang hasil akhirnya akan mengakibatkan periodontal breakdown, sebagai contoh periodontitis necrotizing sebagai akibat dari stress yang bisa menunjukkan bahwa stress merupakan faktor etiologi sekunder Kecemasan, stress dan depresi mempengaruhi pelayanan kesehatan, keputusan tentang bagaimana memilih cara perawatan yang tepat, dan respon terhadap perawatan periodontal. Peranan kecemasan dalam dunia kedokteran gigi adalah kompleks dan sangat kuat, seperti yang digambarkan dengan cara monograph oleh milgrom et al 1995. Ketakutan akan perawatan gigi merupakan prevalensi diantara anak dan penderita dewasa, hal ini akan mencegah seseorang untuk melakukan perawatan pada kondisi giginya dan keputusan rencana perawatan oleh para professional. Para peneliti telah melakukan study yang bisa disimpulkan bahwa kecemasan menyebabkan pasien untuk menunda, melewatkan dan datang terlambat pada kunjungan berkala pada perawatan di rongga mulut mereka. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui mekanisme stress psikologis memicu terjadinya penyakit periodontal dan mengetahui elemen elemen yang terlibat didalamnya. Kata kunci : stress, hormon kortisol, penyakit periodontal

Correspondence: Dondy Setyawan c/o Departemen Periodonsia,email : dondysetyawan@yahoo.com Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl.Mayjen Prof.Dr.Moestopo 47 Surabaya Indonesia

Jaringan periodontal

Gigi mempunyai struktur atau jaringan yang menyokong posisinya agar tetap berfungsi dengan baik bila terkena kekuatan eksternal yang mengenainya ketika ia berfungsi.Jaringan ini disebut dengan Jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal, yang terdiri dari gingiva, sementum, periodontal ligament dan processus alveolaris. Adanya gangguan terhadap salah satu struktur ini akan menyebabkan kelainan periodontal yang memicu terjadinya penyakit periodontal. Penyakit periodontal adalah suatu proses keradangan yang mengenai jaringan yang disebut diatas. Penyakit ini berhubungan dengan infeksi mikroba yang disebabkan oleh akumulasi biofilm plak atau calculus. Klasifikasi penyakit periodontal Klasifikasi periodontitis saat ini terbagi dalam tiga bagian besar yaitu periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik Diagnosis periodontitis umunya didasarkan pada pemeriksaan klinis, temuan temuan radiografi dan data riwayat. Klasifikasi penyakit periodontal menurut Carranza 2010 adalah sebagai berikut: y Penyakit gingival Plak yang menginduksi penyakit gingival Plak yang tidak menginduksi penyakit gingival Periodontitis kronis Localized Generalized y Aggressive periodontitis y Localized Generalized y Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik Necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) Necrotizing ulcerative periodontitis ( NUP)

y Keradangan jaringan periodontal Abses gingival Abses periodontal Abses pericoronal y Periodontitis bersamaan dengan lesi endodontic Lesi periodontal endodontik Lesi endodontic periodontal Lesi kombinasi y Deformitas perkembangan atau didapat dan kondisi yang menyertainya - Faktor yang mempunyai hubungan dengan lokal gigi yang merangsang plak untuk menimbulkan penyakit gingival atau periodontitis - Deformitas mukogingiva dan kondisi yang menyertai disekitar gigi - Deformitas mukogingiva dan kondisi yang menyertai pada edentulous ridge - Trauma oklusi Stress Stress adalah respon tubuh normal terhadap sesuatu peristiwa yang memicu seseorang untuk menjadi terancam. Stress didefinisikan sebagai proses dinamis dan interaksi dari suatu system dengan formulasi dan operasionalisasi komponen komponen pada berbagai tingkat ( Lazarus , 2000 ). Definisi dari stress ini sangat penting untuk dijabarkan karena penggunaan kalimat ini sering disalahgunakan. Stress berasal dari kata latin stringere yang berarti ketat atau tegang. Cannon menggambarkan stress sebagai hasil dari suatu proses homeostasis dan menunjukkan system simpatis. Sekarang stress didefinisikan sebagai kebingungan secara fisiologi dan metabolis yang diakibatkan oleh berbagai agent yang progresive dan merupakan psiko-fisiologi dari organisme yang menghadapi situasi persepsi menantang atau yang menakutkan. Yang merupakan stressor adalah segala situasi yang memberikan sumbangsih suatu keadaan yang aggresive. Berbagai stressor ini misalnya timbul dari suatu yang diahdapkan setiap hari sampai menciptakan suatu accident.

Mekanisme pengalihan stress : Coping Reaksi dari stress melibatkan aspek biologi, psikologi dan ekspresi tingkah laku yang disebut dengan coping. Coping adalah segala upaya untuk mengurangi, mengkontrol dan mentolerasi suatu keadaan stress. Coping membutuhkan penyesuaian, adaptasi dan strategi konfrontasi. Terdapat beberapa strategi coping yang berbeda sebagai contoh : 1. Resign coping : bentuk menghindar, melarikan diri, menarik diri seccara social, mengasihi diri sendiri. 2. Active coping : kontrol respon, kontrol situasi, intruksi diri sendiri yang positif, minimasi. 3. Distractive coping : Distraksi, penegasan diri, kebutuhan akan dukungan sosial. 4. Coping dengan agresi dan penggunaan obat obatan. Stress dan sistem imun Study yang dilakukan pada tikus menunjukkan pengaruh emosional atau stress fisik yang mengakibatkan level tumor nekrosis factor tertekan dan terjadi modifikasi respon terhadap leukosit ( Ballieux, 1991). Stress dan perubahan tingkah laku Pada tahun 1969 Ringsdorf dan Cheraskin menemukan stress mental bisa mempengaruhi gaya hidup dan kebiasaan . Pengaruh kebiasaan ini tidak hanya menerunkan frekwensi pola pembersihan gigi tetapi juga meningkatkan penggunaan alkohol dan tembakau, perubahan pola makan yang apda akhirnya hal ini akan memperburuk kesehatan secara umum (Suchday, 2006). Karena invasi bakteri dengan mudah masuk kedalam tubuh oleh karena oral hygiene yang buruk juga pengaruh kepada respon imun maka penyakit periodontal bisa diasumsikan disebabkan oleh karena stress.

Pembahasan Pada rongga mulut stress akan menekan aliran saliva dan meningkatkan pembentukan dental plak. Stress emosional akan memodifikasi ph dari saliva dan komposisi kimianya seperti adanya sekresi dari IgA (Reeners M, 2007 ).Ig A mempunyai peranan salah satunya sebagai imunitas mukosa. Bila sekresi dari IgA ini terganggu atau adanya suatu kelainan maka imunitas dari mukosa akan terganggu, sehingga bakteri pathogen yang seharusnya bisa ditekan oleh imunolglobulin ini akan meningkat patogenitasnya oleh karena tidak ada yang menekan efek dari toksin yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut. Selain itu juga dental plak merupakan pangkalan dari bakteri, dengan adanya pangkalan ini , toksin dari bakteri akan bermuara disini dan akan semakin mengiritasi jaringan periodontal.Hal ini juga diperparah oleh keadaan seseorang yang mengalami stress yang melupakan kebersihan rongga mulutnya. Stress dihubungkan juga oleh suatu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal yaitu kortisol. Kortek adrenal juga menghasilkan glukokortikoid dan mineralokortikoid. Dalam jangka pendek, hormon kortisol ini bermanfaat untuk memobilisasi cadangan energy sehingga efek dari stress yang merusak jaringan bisa diminimalkan. Hormone kortisol diatur oleh hypothalamus dan glandula ptiutary.Peningkatatan hormone kortisol dalam jangka panjang mempunyai efek yang merugikan. Axtelius pada tahun 1998 menunjukkan adanya peranan kortisol pada cairan crevicular gingival yang menunjukkan bahwa konsentrasi kortisol pada cairan crevicular adalah lebih tinggi pada seseorang yang menunjukkan depresi. Hubungan penyakit periodontal terhadap stress dikemukakan oleh Page et all ( 1983) yang menggambarkan periodontitis aggressive sebagai penyakit yang mempunyai hubungan dengan psiko sosial dan hilangnya nafsu makan. Pada tahun 1996, monteira da silva menunjukkan bahwa seseorang dengan Agresive periodontitis lebih tertekan dan secara sosial terisolasi dibandingkan dengan orang yang normal. Stress psikologi merangsang juga pada otak, pada tahap ini coping yang tidak adaptive menguatkan stimulasi otak dan coping adaptive akan menghambatnya.

Kesimpulan dan saran

Dari paparan diatas tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pengaruh stress terhadap kesehatan jaringan periodontal memang benar adanya. Sebagai seorang periodontist pada khususnya dan dokter gigi pada umumnya haruslah meletakkan dasar dasar pengertian stress terhadap adanya gangguan pada kesehatan jaringan periodontal. Disamping itu , untuk mencegah penyakit periodontal dengan pemicu stress ini bukan hanya berpatokan pada aspek psikososial saja, tetapi tetaplah harus dilakukan fase satu perawatan periodonsia yaitu etiotropi terapi yang meliputi Scaling dan Root Planning, Pembersihan karang gigi yang rutin haruslah benar benar ditegakkan disamping kontrol plak pada pasien dengan kelainan ini. Saran dari penulis adalah perlu sekiranya ditulis lebih lanjut lagi tentang pengaruh dari stress terhadap rongga mulut yang bersih, apakah pengaruhnya sama dengan stress yang dihubungkan dengan kebersihan rongga mulut yang terabaikan.

ooOOoo

Daftar Pustaka
Milgrom P.weinstein P, Getz. Treating fearfull dental patient: a patient management handbook, Seattle WA, University of Washington. Continuing dental education: 1995. 2. Page RC, Beck JD. Risk assessment for periodontal disease. International dental journal 1997;47: 61-67 3. Page RC, The pathobiology of periodontal disease may affect systemic disease: inversion of a paradigm 1998. 4. Elter JR, Beck JD, Slade GD, Offenbacher S. Etiologic models for incident periodontal atachment loss in older adult, J Clinical periodontal 1999; 26; 113-123 5. Green LW, tyon WM, Mark B, Juryn : function of life event stress, journal of periodontology 1986; 12: 32-36 6. Cohen-cole SA, Cogen RB, Stevens AW jr. Psychiatric psychosocial and endocrine correlates of acute necrotizing ulcerative gingivitis. Psychiatric Med 1983; 1 : 215-225 7. Freeman R, Goss S. Stress measures as predictor of periodontal disease a preliminary communication. Community and oral epidemiology 1993; 21 : 176-177 8. Linden G, Mullaly B, freeman R. Stress and the progression of periodontal disease. Journal Clinical Periodontal 1996; 23; 675-680. 9. Caranza,periodontic 10th edition ,classification of periodontal disease, CV mosby company,2006 10. Reners M, Breex M. stress and Periodontal disease . Int J dent Hygiene 2007; 5; 199-204 11. Ballieux R. Impact of mental stress on the immune response. J ClinPeriodontology 1991; 18: 427 430 12. Suchday S, Kapur S, Ewart CK,Friedberg JP. Urban stress and health in developing countries: development and validation of a neighbourhood stress index for India. Behav Med 2006 13. Cannon WB. Stresses and strains of homeostasis. Am J Med Sci 1935;189: 1 14. 1.

Pengaruh stress terhadap penyakit periodontal

Oleh : Dondy Setyawan 021 080 501 Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Airlangga Surabaya 2011

You might also like