You are on page 1of 54

LAPORAN TUTORIAL BLOK VI

KELOMPOK 3 M. Luqman Nul Hakim Lasrti Ronauli Sitompul Nadia Ayu TiaraSari Septian Putra Yusandi Sari Irene Ruth Saputra Rizki dwiryanti Rizky amellia andreasari Juliansyah Efriko Lia Damayanti Stefani Gunawan 04 04101001077 04101001004 04101001075 04101001083 04101001084 04101001006 04101001063 04101001088 04101001103 04101001094

Tutor : Sri Nita, S.Si.,Msi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial skenario C Blok 6 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pemelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Tim penyusun laporan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tutorial ini. Tim penyusun menyadari kekurangan pada laporan dikarenakan pengetahuan yang masih kurang memadai . Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa tim penyusun lakukan.

Palembang, April 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2 DAFTAR ISI............................................................................................................3 I. II. III. IV. V. VI. VII. SKENARIO................................................................................................4 KLARIFIKASI ISTILAH..........................................................................4 IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................5 ANALISIS MASALAH............................................................................5 HIPOTESIS................................................................................................. KERANGKA KONSEP.............................................................................. LEARNING ISSUE....................................................................................

VIII. SINTESIS.................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

I.

Skenario

Miss MD 30 years old. Her BW is 83 kg and height is 150 cm. She always exercise (aerobic running) around 2 hours everyday, and she does not eat fat and protein, she only eat fruit and vegetables and rice. She also drinks slimming tea, her BW decreased 14 kg in two months. Now, she always feels tired and always suffers from common cold. Her menstrual cycle also delayed and irregular. Skin fact calipers show that her lipid content 4%. She wakes up 2-3 times in the night for pass urine. Both of her parents are obese. Her father has passed away due to DM and Hypertension. She went to family doctor for consultation. The result of physical exams: BP:130/80 ; RR=20X/minute. Pulse Rate: 90X/minute. The doctor asked her to checked up the blood in the laboratory. The result: Hb: 11g/dl, MCV= 80 fl MCH=30pg; Ureum: 35 mg/dl creatinie 1.0 mg/dl ; Uric acid: 5 mg/dl BSS: 270 mg/dl, HbA1c: 7,8%. Total cholesterol: 130mg/dl, HDL: 50 mg/dl, LDL: 100mg/dl Na:120 mEq/L, K:2,8 mEq/L II. Klarifikasi Istilah

1. Latihan (Lari): Latihan fisik untuk meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan funsi sistem kardiovaskular dan respirasi (Dorland 407) 2. Lemak: Jaringan adiposa pembentuk bantalan lembut diantara organ. Berperan dalam menyediakan cadangan makanan (Dorland 419) 3. Protein: Setiap kelompok senyawa organik komplex yang mengandung, C, H, O, N, S (Dorland 900) 4. Siklus Menstruasi: Siklus berulang pengeluaran sekret fisiologis darah dan jaringan mukosa serta bersiklus yang melalui vagina dan uterus yang tidak hamil; dibawah pengendalian hormon dan pada keadaan normal timbul kembali, biasanya dalam interval sekitar 4 minggu kecuali selama kehamilan dan laktasi selama periode reproduktif. 5. Urine: Cairan yang disekresikan oleh ginjal dan disimpan dalam vesica urinari dan dikeluarkan melalui uretra. 6. Diabetes Mellitus: Kelainan metabolik dengan ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan mekanisme insulin (Dorland 309) 7. Obese: Peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik sebagai akumulasi lemak berlebih dalam jaringan tubuh. 8. Hypertensi: Tekanan darah arterial yang tetap tinggi (D. 532) 9. Ureum: Produk akhir nitrogen utama dari metabolisme protein, yang dibentuk didalam hati dari asam amino dan senyawa amoniak, ditemukan didalam urin darah dan limfe. 10.Creatinine: Bentuk anhidrida kreatin hasil akhir metabolisme phospocreatine (Dorland 268) 11.Asam Urat: Produk akhir metabolisme purin yang tidak larut dalam air (Dorland 1139) 12.Kolesterol: Eukariot sterol yang merupakan prekursor empedu dan hormon steroid dan unsur yang paling penting untuk membran sel (Dorland 222) 13.HDL: Lipoprotein densitas tinggi 14.LDL: Lipoprotein densitas rendah 15.HbA1c: hemoglobin terglikasi, memiliki satu heksosa yang melekat pada terminal N rantai Betanya; konsentraasi meninggi pada diabetes tak terkontrol dengan baik 16.MCH (Mean Corpuscular Hb) : Kandungan Hb eritrosit rata-rata I. Identifikasi Masalah

1. Nona MD, 30 tahun, BB 83 kg, TB 150 cm, selalu latihan berlari selama 2 jam setiap hari, tidak mengonsumsi lemak dan protein, hanya mengonsumsi buah, sayuran, nasi, dan meminum teh pelansing sehingga BB turun sebanyak 14 kg selama 2 bulan. 2. Nona MD memiliki keluhan seperti: Selalu merasa lelah dan menderita demam Siklus menstruasi yang terlambat dan tidak teratur Tebal lemak bawah kulit mengandung lipid 4% Bangun setiap malam sebanyak 2-4 kali untuk buang air kecil 1. Kedua orang tua Nona MD menderita obesitas dan ayahnya meninggal akibat menderita DM dan hipertensi. 2. Hasil pemeriksaan fisik Nona MD: BB = 130/80 mmHg RR = 20x/menit PR = 90x/menit Hasil pemeriksaan laboratotium Nona MD: Hb = 11 g/dl MCV = 80 fl MCH = 30 pg Ureum = 35 mg/dl Kreatinin = 1 mg/dl Asam urat = 5 mg/dl GDS = 270 mg/dl HbA1c = 7,8 % Total kolesterol = 130 mg/dl HDL = 50 mg/dl LDL = 100 mg/dl Na = 120 mEq/L K = 2,8 mEq/L I. Analisis Masalah 1. a. Bagaimana penilaian status gizi Nona MD? BMI= berat badan (kg)[tinggi badan m]2

Kategori Underweight Batas Normal Overweight: At Risk Obese I Obese II

BMI (kg/m2) < 18.5 kg/m2

Risk of Co-morbidities Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat) Rata rata

18.5 - 22.9 kg/m2 > 23 23.0 24.9 kg/m2 25.0 - 29.9kg/m2 > 30.0 kg/m2

Meningkat Sedang Berbahaya

b. Apa dampak tidak mengonsumsi lemak dan protein terhadap kondisi tubuh Nona MD? Tidak mengonsumsi Lemak : Kekurangan sumber energi, dimana hasil pemecahan energy dari lemak lebih besar dari karbohidrat. Tidak makan lemak merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan Miss MD mudah lelah dikarenakan kurangnya anergi yang dihasilkan. Tidak makan protein : Protein berperan dalam pembentukan imunitas tubuh , sehingga kekurangan protein berarti tubuh juga kekurangan bahan baku untuk membentuk imunitas. Dampak tidak mengkonsumsi lemak dan protein . Jika diet yang dilakukan bertujuan mengurangi protein yang juga merupakan makronutrien, maka konsekuensinya adalah kadar asam amino dalam tubuh naik. Hal ini berpengaruh pada sekresi glukagon, yaitu hormon yang bertugas untuk mengurangi kadar insulin. Hasilnya peredaran glukosa dalam hati terpengaruh dan kadar glukosa juga naik. Asam amino dalam aliran darah juga mempengaruhi sekresi insulin yang berpengaruh pada daya asup asam amino dalam jaringan tubuh. c. Apakah kandungan, fungsi dan efek dari teh pelansing terhadap tubuh? kandungan, fungsi dan efek teh pelangsing terhadap tubuh
Kandungan dan fungsi

the pelangsing biasanya berbahan dasar tunas dan daun muda Camellia sinesis kafein dengan kadar 3-5% untuk mendorong aktivitas mental dan memperbaiki pencernaan makanan dalam lambung teofilin yang memiliki daya pelancar air seni (diuretik) Tambahan bahan lainnya terkait untuk melangsingkan tubuh

Curcuma heyneana (temu giring) sebagai obat pelangsing tubuh bila diminum saat perut kosong Guazuma ulmifolia (daun jati Belanda) sebagai obat pelangsing tubuh Imperta spec. memiliki khasiat diuretik.

Efek terhadap tubuh

Teh pelangsing merangsang seseorang untuk terus menerus buang air kecil karena memiliki efek diuretik. Apabila perempuan buang air kecil banyak secara terusmenerus, sirkulasi darah di indung telurnya menjadi terganggu dan rusak. Kalau

sudah rusak, indung telur atau ovarium itu tidak bisa diperbaiki lagi, akhirnya bisatidak haid dan menjadi menopause di usia muda

Teh pelangsing memang menyusutkan berat badan seseorang, akan tetapi langsing yang dihasilkan bukan karena kurus karena bukan lemak tubuh yang berkurang justru ciaran dalam tubuh yang berkurang sehingga sel akan ikut mengecil.

Efek diuretik dari teh ini bila terus berlanjut maka akan menyerang ginjal karena terlalu banyak cairan yang dikeluarkan

d. Apakah fungsi dari latihan lari aerobik ? Fungsi dari latihan aerobik Memperbaiki fungsi jantung Jantung akan mendapat lebih banyak suplai darah pert detakan. Hal ini berarti denyut jantung akan menurun pada saat relaksasi dan latihan Menurunkan berat badan selama berolahraga makan lemak tubuh akan ikut terbakar. Membantu sistem imun Memperbaiki kesehatan mental Olahraga secara teratur akan membantu mengeluarkan endorphine (natural painkiller) yang akan mengurangi stress, kegelisahan, dan depresi. Meningkatkan konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) Memperbaiki kesehatan otot Meningkatkan suplai darah ke otot dan memaksimalkan penggunaan oksigen dalam tubuh Meningkatkan kadar LDL (good cholesterol) dalam tubuh Memperbaiki toleransi glukosa dan menurunkan insulin resistance Menurunkan kadar tinggi trigliserid dalam darah Dll e. Apakah penurunan BB Nona MD sebesar 14 kg selama 2 bulan tergolong normal? Tidak, karena penurunan berat badan yang baik itu 0,5-1 kg/minggu (WHO) atau 10% dari BB dalam 6 bulan. Penurunan BB yang seharusnya terjadi pada Miss MD sebesar 2,1-8 kg dalam 2 bulan. f. Bagaimana pengaruh penurunan BB terhadap kondisi tubuh Nona MD? Tidak makan protein selama 2 bulan akan mengganggu kerja protein, dimana protein berperan dalam pembentukan imunitas tubuh. Sehingga ketika

kekurangan protein, artinya tubuh juga kekurangan bahan baku untuk membentuk imunitas. Kekurangan lemak berarti kurangnya sumber energi, dimana hasil pemecahan energi dari lemak lebih besar dari karbohidrat. Walaupun dengan berat badan yang berlebih akan tetapi karena faktor eksternal seperti tidak makan lemak, juga melakukan aktivitas keras maka tubuh miss MD pun akan merasa lemas karena kurangnya energi yang dihasilkan.

Stress fisik & neorologis ( olahraga berat dan diet) kortisol menekan fungsi limfosit sistem imun mudah terinfeksi ( salah satunya flu )

g. Apakah pengaruh teh pelansing dan program diet terhadap metabolisme tubuh Nona MD? Akibat dari minum teh pelangsing secara terus menerus dapat mengakibatkan hiperkalsemia, dehidrasi sel ( sel mengecil ).obat pencahar, diuresis, penahan nafsu makan. Dampaknya bagi metabolisme tubuh yaitu ketidakseimbangan kation anion dalam sel, dehidrasi sel, hiperglikemi. Teh pelangsing yang mengandung diuretik reabsorbsi air di dalam ginjal menurun urin lebih cepat terkumpul dalam VU diuresis meningkat dan juga dipengaruhi oleh penekanan ADH.

h. Berapa kalori yang dibutuhkan untuk latihan lari aerobik selama 2 jam per hari? Berapa kalori yang dibutuhkan untuk latihan lari aerobik selama 2 jam per hari? The Harris-Benedict formula (BMR based on total body weight) Laki-laki: BMR = 66 + (13.7 X wt in kg) + (5 X ht in cm) - (6.8 X age in years) Wanita: BMR = 655 + (9.6 X wt in kg) + (1.8 X ht in cm) - (4.7 X age in years) BMR Nona MD awal (B1) = 655 + (9.6 X 83 kg) + (1.8 X 150 cm) - (4.7 X 30 years) = 1580.8 kal/hari BMR Nona MD setelah turun (B2) = 655 + (9.6 X 69 kg) + (1.8 X 150 cm) - (4.7 X 30 years) = 1446.4 kal/hari Aktivitas fisik sedang B1 = BMR x 1.55 = 2450.24 kal/hari 2726 Aktivitas fisik sedang B2 = BMR x 1.55 = 2241.92 kal/hari 2495.04 Activity Multiplier Sedentary = BMR X 1.2 (little or no exercise, desk job) Lightly active = BMR X 1.375 (light exercise/sports 1-3 days/wk)

Mod. active = BMR X 1.55 (moderate exercise/sports 3-5 days/wk) Very active = BMR X 1.725 (hard exercise/sports 6-7 days/wk) Extr. Active = BMR X 1.9 (hard daily exercise/sports & physical job or 2X day training, i.e marathon, contest etc.) 1. a. Bagaimana hubungan program diet dan keluhan yang dialami oleh Nona MD? tidak makan protein dan lemak Lemak sangat dibutuhkan sebagai bahan pembentukan hormon steroid. Apabila tidak mengkonsumsi lemak maka pembentukan hormon steroid akan terganggu dan akan menyebabkan siklus menstruasi terganggu karena hormon estrogen dan progesteron juga terganggu pembentukannya. Protein merupakan bahan terbesar penyusun tubuh. Enzim, hormon, Hb semuanya berbahan protein. Apabila seseorang tidak mengkonsumsi protein maka ia akan lebih mudah terserang penyakit karena imunoglobin sebagai protein kekebalan tubuh juga akan terganggu pembentukannya. Hanya makan buah, sayur, dan nasi serta minum teh pelangsing
a. Teh pelangsing memiliki efek diuretik sehingga orang yang meminumnya akan

terangsang untuk buang air kecil secara terus-menerus. Apabila perempuan buang air kecil banyak secara terus-menerus, sirkulasi darah di indung telurnya menjadi terganggu dan rusak. Kalau sudah rusak, indung telur atau ovarium itu tidak bisa diperbaiki lagi, akhirnya bisa- tidak haid dan menjadi menopause di usia muda
b. Teh pelangsing dapat membuat seseorang menjadi dehidrasi karena jumlah cairan

tubuh yang dikeluarkan berlebihan olahraga 2 jam sehari Olahraga yang berlebihan justru tidak baik pada kesehatan seseorang karena justru akan membuat orang itu lebih mudah terserang penyakit seperti flu karena pemecahan protein tidak diimbangi dengan asupan protein yang cukup. Saat berolahraga, ketika cadangan KH berkurang dan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak maka protein akan dipecah. Apabila tidak ada asupan protein yang cukup maka protein yang digunakan untuk pembentukan imunoglobin sebagai sistem kekebalan akan terhambat sehingga orang itu mudah terserang flu. Selain itu, olahraga berlebih juga akan menghambat siklus menstruasi karena berhubungan dengan kurangnya lemak yang membentuk hormon steroid karena tidak ada asupan lemak, yang ada hanya pembakaran lemak tubuh saat berolahraga.

b. Apakah interpretasi dari tebal lemak bawah kulit Nona MD sebesar 4%? Kadar lemak normal dalam tubuh

Untuk pria: Untuk pria sampai sekitar usia 30, 9-15% baik, dari usia 30 hingga 50, 11-17% adalah kisaran yang baik, dan dari umur 50 dan sampai, 12 sampai 19%. Untuk perempuan:

Untuk perempuan, jangkauan sampai dengan usia 30 adalah 14-21%, 30-50 adalah 15-23%, dan dari 50 sampai itu 16-25%. Hasil pengukuran skin fact calipers Miss MD menunjukkan bahwa kadar lemaknya tidak normal.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan Nona MD ? Selalu merasa lelah akibat kurangnya sumber energi tubuh yaitu lemak menderita demam, akibat tidak mengonsumsi protein yang menyebabkan produksi imun menurun Siklus menstruasi yang terlambat dan tidak teratur, akibat berkurangnya suplai lipid yang berfungsi membentuk sterol yang akan diubah menjadi hormone steroid untuk mengatur menstruasi pada wanita menjadi terganggu Tebal lemak bawah kulit mengandung lipid 4%, akibat dari diet ketat lemak Bangun setiap malam sebanyak 2-4 kali untuk buang air kecil, akibat efek the pelangsing

2. a. Bagaimana hubungan riwayat penyakit orang tua Nona MD dengan kondisi Nona

MD? Ada dua faktor yang menjadi penyebab DM dan Obesitas yang pertama adalah genetik, dimana DM dan obesitas dapat diturunkan dari generasi sebelumnya, sekalipun DM biasanya belum tentu diturunkan pada generasi selanjutnya, tapi juga dapat diturunkan pada dua generasi selanjutnya. Yang kedua adalah gaya hidup, yang dipengaruhi oleh pola makan, dan kebiasaan buruk (merokok, minum minuman ringan). a. Apa faktor penyebab obesitas, DM, dan hipertensi? Overweight dan Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakitpenyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang bersangkutan mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan.

Pandangan mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama 10 tahun terakhir memperlihatkan hal sebaliknya. Genetik Obesitas dapat menurun dalam keluarga tetapi mekanismenya sampai saat ini masih tetap belum jelas, walaupun anggota keluarga tersebut secara genetik cenderung dapat mengalami kelebihan BB. Hal ini dimungkinkan karena banyak gen yang terlibat dalam proses pengeluaran dan pemasukan energi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 terhadap gen obese pada tikus telah membuka wawasan mengenai bidang ini. Gen obese ini merupakan suatu protein yang dikenal dengan nama leptin dan diproduksi oleh sel-sel lemak (adipositas) yang disekresikan ke dalam darah. Leptin ini berfungsi sebagai suatu duta (massanger) dari jaringan adiposa yang memberikan informasi ke otak mengenai ukuran massa lemak. Salah satu efek utamanya adalah sebagai penghambat sintesa dan pelepasan neuropeptida Y, dengan cara meningkatkan asupan makanan, menurunkan thermogenesis dan meningkatkan kadar insulin. Leptin memberitahukan otak mengenai jumlah lemak yang tersedia, tetapi pada orang obese proses ini ini mungkin tidak berjalan sebagaimana mestinya. Faktor Fisiologi Overweight dan Obesitas meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan kemudian menurun sebelum akhirnya berhenti pada usia lanjut. BMI juga meningkat pada wanita yang sedang hamil. Faktor Sosial Ekonomi Di kehidupan sehari-hari terdapat suatu kontradiksi hubungan antara status ekonomi sosial dan prevalensi overweight. Di tingkat sosial yang rendah, dimana makanan sukar didapat, overweight tampak sebagai suatu indikator visual terhadap tingkat kesejahteraan dan status. Namun sebaliknya, pada tingkat sosial yang lebih tinggi, kekurusan dianggap sebagai suatu keinginan yang harus diraih sedangkan overweight dipandang sebagai suatu indikator terhadap status yang lebih rendah. Penentu Tingkah Laku / Psikologi Bagi individu yang inaktif, termasuk mereka yang jarang melakukan olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok - cenderung mengalami peningkatan BB. Meskipun alkohol mungkin mempunyai efek kardioprotektif, namun konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan kelebihan asupan energi sehingga mengakibatkan penyakit liver dan saluran cerna lainnya, seperti penyakit gallblader. Perokok cenderung mempunyai BB yang lebih ringan dibandingkan mantan perokok, dan mereka yang tidak pernah merokok berada di antara kedua kelompok tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan. Makan, bagi sebagian orang juga dapat memberikan respon dari emosi yang negatif, seperti kebosanan dan kesedihan.

Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Hipertensi primer Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang

tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain: 1. Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus. 2. Obesitas (kegemukan) Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. 3. Faktor genetis Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun

resikonya sangat kecil. 4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. 5. Penyakit dan infeksi pada pankreas Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus. 6. Pola hidup Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Secara garis besar, DM terbagi menjadi tiga menurut perkumpulan endokrinologi indonesia, PERKENI: 1. DM tipe 1 yang terjadi akibat penurunan sekresi insulin. DM tipe ini terbagi menjadi 1A dan 1B. DM tipe 1A terjadi akibat proses autoimun yang merusak sel beta pankreas, sedangkan tipe 1B penyebabnya idiopatik. DM tipe 1 sangat jarang di Indonesia, paling banyak di Eropa. ada teori lama yang menyatakan bahwa semakin dekat ke katulistiwa, DM tipe 1 akan makin jarang ditemukan. 2. DM tipe 2 yang terjadi akibat sekumpulan patofisiologi yang beragam berupa resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, serta peningkatan produksi glukosa. 3. DM tipa 3 yang terjadi akibat mekanisme lain seperti kelainan kerja insulin, gangguan eksokrin pankreas, kelainan endokrin sistemik, obat-obatan, infeksi, serta sindrom genetik lainnya (termasuk di dalamnya DM akibat kehamilan) Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah plasma sewaktu (GDS) yang meningkat sama dengan atau lebih dari 200 mg/dL atau glukosa darah puasa (GDP) di atas 126 mg/dL atau glukosa 2 jam post prandial (GDPP) sama dengan atau di atas 200 mg/dL.

b. Apa saja tipe dan bentuk obesitas?


Kategori Underweight Batas Normal Overweight: At Risk Obese I Obese II BMI (kg/m2) < 18.5 kg/m2 Risk of Co-morbidities Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat) Rata rata

18.5 - 22.9 kg/m2 > 23 23.0 24.9 kg/m2 25.0 - 29.9kg/m2 > 30.0 kg/m2

Meningkat Sedang Berbahaya

c. Apa saja tipe DM?


Secara garis besar, DM terbagi menjadi tiga menurut perkumpulan endokrinologi indonesia, PERKENI: 1. DM tipe 1 yang terjadi akibat penurunan sekresi insulin. DM tipe ini terbagi menjadi 1A dan 1B. DM tipe 1A terjadi akibat proses autoimun yang merusak sel beta pankreas, sedangkan tipe 1B penyebabnya idiopatik. DM tipe 1 sangat jarang di Indonesia, paling banyak di Eropa. ada teori lama yang menyatakan bahwa semakin dekat ke katulistiwa, DM tipe 1 akan makin jarang ditemukan. 2. DM tipe 2 yang terjadi akibat sekumpulan patofisiologi yang beragam berupa resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, serta peningkatan produksi glukosa. 3. DM tipa 3 yang terjadi akibat mekanisme lain seperti kelainan kerja insulin, gangguan eksokrin pankreas, kelainan endokrin sistemik, obat-obatan, infeksi, serta sindrom genetik lainnya (termasuk di dalamnya DM akibat kehamilan) Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah plasma sewaktu (GDS) yang meningkat sama dengan atau lebih dari 200 mg/dL atau glukosa darah puasa (GDP) di atas 126 mg/dL atau glukosa 2 jam post prandial (GDPP) sama dengan atau di atas 200 mg/dL.

d. Apa saja tipe hipertensi?

Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Hipertensi primer Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. e. Bagaimana mekanisme hormonal dalam obesitas, DM, dan hipertensi?
Mekanisme Obesitas: Kelenjar hifofisis anterior yang tidak normal Hipotiroidisme TSH Kelenjar tiroid kecepatan metabolisme karbonhidrat dan lemak Obesitas Mekanisme Diabetes mellitus: Pada obesitas Simpanan adipose aktifnya enzim lipoprotein lipase konsentrasi asam lemak bebas dalam darah Stimulasi pelepasan sitokin (TNF-a) Resistensi insulin DM tipe 2

Mekanisme hipertensi: Obesitas penyumbatan oleh lemak sirkulasi darah cepat Hipertensi

pompa jantung

1. a. Bagaimana interpretasi hasil pemerisaan fisik Nona MD?

Penentuan obes yang sangat mudah adalah rasio berat/tinggi, berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kwadrat dan ini yang dinamakan indeks massa tubuh (Body Mass Index = BMI). Dimana BMI 83-14/1,5x1,5= 30,6 dikategorikan sebagai obesitas tingkat 2

b. Bagaimana pola diet yang seharusnya dilakukan? Pola diet yang seharusnya dilakukan Frekuensi yang tepat untuk seorang pemula, frekuensi olahraga yang terbaik adalah 3x dalam seminggu. Setelah itu, tingkatkan frekuensi latihan secara bertahap hingga 5-6x dalam seminggu. Waktu yang diperlukan 5-10 menit untuk pemanasan untuk mencegah cedera 20-30 menit untuk latihan 5-10 menit pendinginan untuk mencegah cedera Waktu yang tepat untuk berolahraga pagi hari saat perut kosong Waktu paling tepat untuk melakukan latiha kardiovaskular adalah pagi hari saat perut masih kosong setelah meminum 16-24 ons air putih untuk mencegah dehidrasi. Ketika latihan dilakukan saat tersebut maka orang itu akan membakar 300% lebih banyak lemak tubuh dibanding waktu lain melakukan latihan. Hal ini dikarenakan tubuh tidak ada glikogen di dalam sistem untuk dibakar. Oleh karena itu, cadangan lemak yang akan langsung diambil untuk memenuhi kebutuhan energi untuk latihan. Sesudah setelah latihan beban Ketika latihan tidak dilakukan di pagi hari saat perut kosong maka alternatif lain yang bisa diambil adalah melakukan latihan setelah melakukan latihan beban. Hal ini dikarenakan tubuh memerlukan waktu 20-30 menit untuk mulai membakar lemak karena cadangan energi pertama yang akan dibakar adalah glikogen. Apa yang sebaiknya dimakan sebelum dan setelah latihan

sebelum latihan : selalu makan 3-4 jam sebelum latihan. Makanan yang dapat dipilih sebelum latihan seperti makanan berkarbohidrat tinggi, makanan rendah lemak, sereal, jus buah, pasta, roti, nasi, yogurt.

setelah latihan : setelah berolahraga isi kembali cadangan energi dengan makanan berkarbohidrat tinggi , makanan rendah lemak, minum Jenis olahraga yang dapat dilakukan

Jogging, jalan cepat kalori yang dibakar untuk jogging sekitar 382/jam atau 207 kal/jam saat jalan cepat Senam aerobik membakar sekitar 355 kal/jam skipping membakar sekitar 436 kal/jam bersepeda membakar sekitar 382 kal/jam renang membakar sekitar 382 kal/jam treadmill membakar sekitar 436 kal/ jam

c. Bagaiman interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium Nona MD? Interpretasi hasil Lab Normal Hb MCV MCH Ureum Kreatinin As. Urat GDS HbA1c 12-16 80-100 femloliter 27-31 picogram 5-25 mg/dl 0.5-1.5 mg/dl 2.6-6 mg/dl 120 mg/dl 4.6-5% Hasil Miss MD 11 80 fl 30 pg 35 mg/dl 1 mg/dl 5mg/dl 270 mg/dl 7.8% Interpretasi di bawah normal normal normal di atas normal normal normal di atas normal di atas

normal Total kolesterol HDL LDL Na K <200mg/dl >50mg/dl <150mg/dl 135145mEq/L 3.5-5 mEq/L 130 mg/dl 50 mg/dl 100 mg/dl 120mEq/L 2.8 mEq/L normal normal normal di bawah normal normal

Hb Miss MD di bawah normal mungkin dikarenakan asupan protein Miss MD yang tidak mencukupi sehingga hemoglobin yang merupakan protein ikut dipecah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan protein tubuh MCV miss MD normal berarti normocytic anemia MCH normal berarti normochromic anemia
Ureum Miss MD menunjukkan di atas normal. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan kadar urea. Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus seperti oleh karena adanya peningkatan katabolisme protein. Selain itu, diuretik juga mempengaruhi pada peningkatan kadar urea. Kreatinin miss MD dalam keadaan normal As urat miss MD dalam keadan normal. Tes fungsi ginjal seperti ureum dan kreatinin dilakukan dengan tujuan untuk memastikan ada atau tidaknya kerusakan pada ginjal dengan melihat ada tidaknya penumpukan sisa metabolisme ginjal (ureum & kreatinin) Sedangkan tes asam urat dilakukan karena hiperuresemia berkaitan dengan berbagai gangguan metabolik seperti DM, obesitas, dll. Undersecretion juga berkaitan dengan penggunaan obat diuretik. GDS Miss MD sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa miss MD menderita DM.
HbA1c di atas normal. Hal ini lebih memastikan bahwa miss MD benar-benar

menderita DM karena HbA1c akan membuat kita tahu rata-rata kadar glukosa selama 1-3 bulan. Kolesterol, HDL, dan LDL dalam batas normal

Natrium di bawah normal yang berarti miss MD mendertia hyponatremia. Hyponatremia bisa disebabkan karena jumlah asupan air berlebih sehingga Na dalam tubuh menjadi encer, atau juga bisa disebabkan karena terlalu banyak cairan tubuh yang keluar (dehidrasi)
Kalium miss MD di atas normal berarti ia hypokalemia. Kalium dan Natrium akan

bekerja bersama untuk mengatur keseimbangan muatan elektrolit cairan tubuh. Kalium bisa ditemukan pada jeruk, pisang, kentang, alpukat, bayam, tomat, daging, susu, kacana-kacangan. Asupan kalium Miss MD bila dilihat sebenarnya tidak kurang karena dari makan buah dan sayur setiap harinya pasti kadar kalium tubuh akan terpenuhi. Yang membuat Miss MD hypokalemia mungkin karena jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak daripada asupannya sehingga masih bisa terjadi hypokalemia. Hal yang membuat ginjal membuang K dan Na dalam jumlah besar adalah adanya penggunaan obat diuretik yang ada pada teh pelangsing. Hypokalemia juga membuat miss MD mudah merasa lelah karena kekurangan K dalam kondisi berat akan menyebabkan kelemahan otot dan tubuh mudah lelah.

e. Apakah komplikasi dari obesitas?


Diabetes Mellitus Tipe 2 Tekanan darah tinggi (hipertensi) Stroke Serangan jantung (infark miokardium) Gagal jantung Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar) Batu kandung empedu dan batu kandung kemih Gout dan artritis gout Osteoartritis Tidur apneu (kegagalan untuk bernapas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah) Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

Hipotesis Nn. MD, 30 tahun, status gizi obesitas, mengalami penurunan berat badan secara drastic disertai keluhan yang diderita akibat program diet yang tidak tepat.

I.

II.

Kerangka Konsep
Nn. MD,30 tahun, BB, 83kg, TB 150cm

Diet ekstrim (olahraga berlebih, pola makan salah, dan slimming tea) BB menurun drastic

Energy dari glukosa

Lemak untuk pembentukan steroid inadekuat

Diuretic dari slimming tea

Protein globulin menurun

Lemas

Menstruasi terganggu

Sering buang air kecil

Gangguan Imun

III.

Learning Issues

Pokok Bahasan

What Know

I What dont know

I What I have How to learn to prove

Genetic Obesity DM

definisi 1. Defini si 2. Jenis 3. Patofi siolog i


Program Katabolik protein lipid normal Efek teh terhadap BP, ginjal, dan kadar glukosa diet yang dan baik dan tatalaksan Hormon dalam obesitas dan DM

IT Journal browsing Kamus (KBBI & dorland)

Keseimbangan nutrisi Hipertensi

Kadar glukosa a obesitas

I.

SINTESIS

Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori

BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities Rendah (tetapi resiko terhadap masalahmasalah klinis lain meningkat) Rata rata

Underweight < 18.5 kg/m2 Batas Normal 18.5 kg/m2 22.9

Overweight: > 23 At Risk 23.0 24.9Meningkat

kg/m2 Obese I Obese II 25.0 29.9kg/m2 > 30.0 kg/m2 Sedang Berbahaya

BMI (Body Mass Index) Rumusnya

= BMI =

BeratBadan(kg ) (TinggiBadan) 2

Keterangan : BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan BMI miss MD sebelum diet (BB = 83 kg; TB = 150 cm)

83kg = 36,889 (1,50m) 2

Miss MD tergolong obese II BMI (Body Mass Index) Setelah Diet Rumusnya

= BMI =

BeratBadan(kg ) (TinggiBadan) 2

Keterangan : BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan BMI miss MD sebelum diet (BB = 69 kg; TB = 150 cm)

69kg = 30,667 (1,50m) 2

Miss MD tergolong obese II

Dan range normal untuk tinggi badannya,miss MD seharusnya memiliki berat: 18,5=BB/2,25 Bb= 41,625

22,9=BB/2,25 BB=51,525 Maka Miss MD harusnya memiliki berat badan antara 41,625kg 51,525kg untuk tinggi badan 1,50 meter menurut BMI. 1.g Minum teh biasa dapat menyegarkan tubuh dan pikiran, karena mengandung kafein 3 5%. Zat ini mendorong aktivitas mental dan memperbaiki pencernaan makanan dalam lambung. Pencernaan makanan yang baik akan membakar lemak dalam tubuh lebih efisien. Bagi yang berdiet, proses ini membantu upaya mengurangi bobot badan kalau diminum pada saat perut masih kosong. Selain mengandung kafein (sebagai perangsang susunan saraf), teh juga mengandung teofilin. Zat ini mempunyai daya pelancar air seni (diuretic). Bila diminum akan memicu produksi keringat dan air seni, sehingga peminumnya sebentar-sebentar kencing. Baik teh biasa maupun teh pelangsing yang menonjol adalah sifat diuretiknya. Orang yang mengkonsumsi produk tersebut, akan sering buang air kecil sehingga sel ikut mengecil karena cairan sel berkurang. Berkurangnya air dari dalam tubuh memang dapat menyusutkan bobot badan. Badan pun jadi langsing. Langsingnya bukan karena kurus, tapi karena cairan tubuh berkurang dan sel mengecil. Itu pun bersifat sementara. Kalau tidak mengkonsumsi lagi, bisa jadi bobot badan naik lagi, tuturnya. Kalau tidak terkontrol bisa-bisa terjadi dehidrasi. Apalagi bagi yang ginjalnya tidak kuat bisa terjadi sakit ginjal.

Pemeriksaan fisik 1) Denyut nadi Umur Dewasa Denyut nadi per menit 60 -100

1) Tekanan darah Umur Dewasa Sistolik 90 - 140 mmHg Diastolik 60-90 mmHg

1) Pernapasan Umur Dewasa Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah bernapas per menit 12 - 20

Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl (apabila kurang kemungkinan terkena anemia,kekurangan gizi) Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

MCV (Mean corpuscular Volume) - Rata-rata ukuran sel darah merah MCV. Normal Adult Range: 80 - 100 fl. MCHC (Mean corpuscular Konsentrasi Hemoglobin) - Hemoglobin konsentrasi (jumlah hemoglobin relatif terhadap ukuran sel) per sel darah merah. Normal Adult Range: 31-36 Hb / sel

135, 137 145, 147 mmol / L atau mEq / L Natrium (Na ) Glikosilasi 3.6 330,<50 310, 320 hemoglobin (Hb A1C) tahun mg / dl 340 5,0 % Dari Hb

3,5, 3.6 Kalium (K) 14

3.9 5.3 5.0, > 50 mmol / L atau mEq / L 5.1 tahun 20 mg / dl

Urea 1.2, 3. 3.0, 7.0 mmol / L BUN - urea nitrogen 0 darah

18, 21

mg / dL

60, 68 laki-laki 0,7, 0,8 Kreatinin 50, 68 perempuan

90, 118 mol / L

1.0, 1.3 mg / dL

90, 98

mol / L

0,6, 0,8 1.0, 1,1 mg / dL

1.0, 1,2, 1.3 HDL kolesterol perempuan 40, 50

2.2

mmol / L

86

mg / dL

HDL kolesterol laki-laki

0,9

2.0

mmol / L

35

80

mg / dL

2.0, 2,4 Kolesterol LDL 80, 94

3.0, 3.4

mmol / L

120, 130

mg / dL

0,18 0,48

mmol / L

Uric acid

Perempua 2.0 n

7,0

mg / dL

Laki-laki 2.1

8,5

mg / dL

BY : Wikipedia/uji laboratorium.com

Gula darah sewaktu : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
DEWASA ANAK

: sampai dengan 120 mg/dl

: Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.
LANSIA

Gula darah puasa : Serum dan plasma : 70 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl
DEWASA ANAK

: Bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; Anak : 60 100 mg/dl : 70 120 mg/dl.

LANSIA

Gula darah post prandial : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
DEWASA ANAK

: sampai dengan 120 mg/dl

: Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.
LANSIA

OBESITAS Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang

lebih banyak dibandingkan pria[rujukan?]. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel. Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel. Daftar isi [sembunyikan]

1 Penyebab Obesitas 2 Gejala obesitas 3 Komplikasi 4 Diagnosa


4.1 Mengukur lemak tubuh 4.2 Tabel berat badan-tinggi badan 4.3 Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

5 Pengobatan 6 Pranala luar

[sunting] Penyebab Obesitas Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari. Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya: Hipotiroidisme Sindroma Cushing Sindroma Prader-Willi Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obat-obatan. Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan. Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

[sunting] Gejala obesitas Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki. [sunting] Komplikasi Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa) Tekanan darah tinggi (hipertensi) Stroke Serangan jantung (infark miokardium) Gagal jantung Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar) Batu kandung empedu dan batu kandung kemih Gout dan artritis gout Osteoartritis Tidur apneu (kegagalan untuk bernapas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah) Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

[sunting] Diagnosa [sunting] Mengukur lemak tubuh Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps). Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.

Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli. [sunting] Tabel berat badan-tinggi badan ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu. Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak. Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak. [sunting] Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI) BMI < 18.5 18.524.9 25.029.9 30.034.9 35.039.9 40.0 Klasifikasi berat badan di bawah normal normal normal tinggi Obesitas tingkat 1 Obesitas tingkat 2 Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Rumus: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : BMI = kilogram / meter2 Rumus : BMI = b / t2 dimana b adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan t adalah tinggi badan dalam meter. [sunting] Pengobatan Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI : Resiko rendah : BMI < 27 Resiko menengah : BMI 27-30

Resiko tinggi : BMI 30-35 Resiko sangat tinggi : BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbedabeda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita. Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat antiobesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :

Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang. Hormon yang berkaitan DM dan obesitas
HORMON BERKAITAN DENGAN DM Selama lebih dari setengah abad kita berasumsi bahwa asupan makanan dan laju metabolisme basal dikendalikan oleh jaringan adipose. Dulu kita beranggapan fungsi utama jaringan lemak adalah merupakan cadangan energi jangka panjang yang akan dimobilisasi dalam bentuk asam lemak untuk oksidasi ke jaringan lain pada saat tubuh kekurangan asupan kalori. Para pakar kemudian menemukan dan mengenali beberapa sinyal yang berasal dari sel lemak, dan perkembangan ilmu kemudian mengantar kita untuk mengerti fungsi spesifik dari sinyal-sinyal ini. Beberapa molekul yang

sebelumnya dikenal sebagai sinyal yang bukan berasal dari sel lemak, sekarang diketahui juga diproduksi oleh sel lemak. Misalnya IGF-1, adenosine, interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor-alpha, plasminogen activator inhibitor.

Jaringan lemak disebut sebagai organ dengan fungsi endokrin pertama kali oleh Siiteri (1987) yang mengungkapkan kemampuan jaringan lemak untuk metabolisme hormon steroid. Sejak tahun 1989 sel lemak sudah dikenal sebagai tempat metabolisme sex-steroid, dan produksi adipsin, suatu hormon yang berperanan dalam obesitas, tetapi perubahan drastis pada perspektif kita tentang jaringan lemak adalah pada saat ditemukannya Leptin, suatu cytokine-like factor pada tahun 1994, yang membawa kita untuk melihat jaringan lemak sebagai suatu organ dengan aktivitas endokrin dan metabolik yang tinggi. Sebagai organ endokrin sel lemak memproduksi berbagai macam peptida dengan aktivitas biologis (disebut sebagai adipokines atau adipocytokines), yang bekerja lokal pada sel lemak itu sendiri (autocrine/paracrine), dan juga bekerja sistemik (fungsi endokrin). Jaringan lemak juga mengekspresikan beberapa macam reseptor yang menerima rangsangan dari beberapa macam hormon serta rangsangan dari CNS. Melalui hubungan yang interaktif ini jaringan lemak secara integral mengatur berbagai macam proses biologis antara lain metabolisme energi, fungsi neuroendokrin dan fungsi immunitas.

Adipokines Adipokines atau adipocytokines secara umum dipakai untuk menyatakan berbagai macam protein yang diproduksi oleh adiposit. Beberapa protein ini merupakan cytokines, sedang yang lain merupakan cytokine-like factor. Leptin termasuk cytokine-like factor. Paling tidak ada 45 hormon atau adipokines dari adiposit yang dikenal, beberapa diantaranya telah diteliti dan diketahui fungsinya, tapi masih banyak yang belum jelas perannya. Beberapa protein berasal dari adiposit dengan fungsi endokrin (lihat pada tabel 1 ).

Sebagai organ endokrin, jaringan lemak juga mempunyai reseptor endokrin seperti pada tabel 2

Dari sekian banyak hormon atau adipokine akan dibahas beberapa yang berperan dalam obesitas dan sidroma metabolik.

Leptin Leptin (disebut juga Ob protein) ditemukan oleh Friedman dkk pada tahun 1994, merupakan protein dengan 167 asam amino dengan berat molekul 16 kDa, yang menurut struktur kimianya termasuk famili cytokine. Leptin berasal dari kata leptos yang berarti kurus dalam bahasa Ibrani, merupakan ob messenger RNA yang semula diperkirakan diproduksi oleh white adipose tissue (WAT) saja, namun sekarang telah diketahui bahwa leptin juga diproduksi dalam jumlah kecil di brown adipose tissue, lambung, placenta, kelenjar mammae, folikel ovarium, otot rangka, liver dan beberapa organ fetus (jantung, tulang dan tulang rawan).

Produksi leptin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lokasi sel lemak. Lemak subkutan memproduksi lebih banyak leptin dibanding lemak omental. Wanita mempunyai kadar Leptin yang lebih tinggi dibanding pria. Keadaan puasa menurunkan kadar Leptin sedang makan berlebihan akan meningkatkan kadar leptin. Faktor hormonal juga mempengaruhi ekspresi dan sekresi leptin. Insulin, estrogens dan glucocorticoid meningkatkan kadar leptin. Isoproterenol, beta3-adrenergic receptor agonists, androgens, free fatty acids, GH dan PPAR-gamma agonists menurunkan ekspresi dan kadar Leptin. Rokok yang dapat menyebabkan keadaan hiperadrenergik akan menurunkan kadar leptin. Cytokines lain seperti TNF-alpha, IL-1 dan IL-6 juga mempengaruhi ekspresi leptin mRNA dan kadar leptin dalam darah.

Reseptor leptin termasuk famili reseptor cytokine klas I dan ditemukan hampir disetiap organ (ubiquitous), menunjukkan bahwa leptin sebenarnya mempunyai peran yang luas yang sampai saat ini baru sebagian kecil yang kita ketahui. Beberapa isoform dari reseptor leptin yang telah diketahui antara lain: Ob-Ra, Ob-Rb, Ob-Rc, Ob-Rd dan Ob-Re.

Ob-Ra diperkirakan merupakan leptin transporter, dan Ob-Re adalah bentuk soluble dari reseptor leptin trans-membrane. Ob-Rb adalah reseptor bentuk panjang dengan domain sinyal di intraseluler yang banyak dijumpai di pusat lapar (feeding centers) di hypothalamus. Ob-Ra (reseptor bentuk pendek) dan Ob-Rc dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di plexus choroideus dan microvaskuler otak, mengacu pada fungsi dari reseptor ini dalam transport melewati blood-brain barrier.

Kerja leptin yang telah banyak dipelajari adalah pada central nervous system terutama hypothalamus, dengan efek menekan asupan makanan dan meningkatkan energy expenditure. Leptin merupakan mata rantai yang sangat penting antara jaringan lemak dengan hypothalamus sebagai pusat pengatur homeostasis energi. Leptin mengaktifkan reseptor-reseptornya, dan aktivasi dari Ob-Rb (long leptin receptor isoform) akan mengaktifkan JAK/STAT (Janus Kinase Signal Tranducer and Activator of Transcription) dan mempengaruhi ekspresi dari beberapa neuropeptida yang berasal dari hypothalamus. Neuropeptida yang paling banyak dipelajari adalah Neuropeptide Y (NPY) di nucleus arcuatus. Neuropeptide Y berperanan dalam hypothalamic-pituitary-gonadal axis, dan thyrotropin dan corticotropin-releasing hormone di nucleus paraventricularis yang mempengaruhi thyroid dan adrenal axes. Neuropeptide Y adalah stimulator kuat nafsu makan. Down regulation Neuropeptide Y oleh leptin menyebabkan penurunan nafsu makan, peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, dan peningkatan energy expenditure. Target leptin yang lain di hypothalamus adalah neuropeptida lain pengendali nafsu makan yaitu melanocyte-stimulating hormone, agouti-related protein, proopiomelanocortin, cocaine dan amphetamine-regulated peptide. Hubungan leptin dengan neuropeptida hypothalamus yang lain seperti orexin, melaninconcentrating hormone, neurotensin, dan cholecyctokinin, sedang dipelajari secara ekstensif.

Selain mengendalikan energy expenditure, leptin juga juga berperan dalam sinyal sistem reproduksi, terutama dalam maturasi sexual pada wanita. Leptin juga merupakan faktor penting pada angiogenesis dan sistem imun. Reseptor leptin juga terdapat di jaringan perifer antara lain paru-paru, ginjal, liver, pancreas, adrenal, ovarium, hematopoietic stem cells, dan otot rangka, menunjukkan bahwa sebenarnya leptin mempunyai peran dan ekspresi yang lebih besar dari yang kita ketahui sebagai faktor pengatur nafsu makan. Beberapa bukti menyatakan bahwa leptin mepunyai fungsi bukan saja pada keseimbangan berat badan, tetapi juga pada sinyalisasi insulin dan metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, reproduksi, dan beberapa fungsi lain. Peningkatan konsentrasi leptin dalam sirkulasi dapat menurunkan kandungan lemak dalam beberapa jaringan melalui peningkatan oksidasi

lemak. Leptin terbukti dapat bekerja secara autokrin dan parakrin dalam mengatur regulasi lemak.

Adiponektin Adiponektin (Apn) diungkapkan pertama kali oleh Scherer et al pada tahun 1995. Protein yang disebut juga sebagai adipocyte-related protein of 30 kDa (ACRP30), adipoQ, adipose most abundant gene transcript 1 (apM1), dan gelatin-binding protein of 28 kDa (GBP28), merupakan protein yang spesifik diproduksi oleh adiposit yang berperanan pada homeostasis glukosa dan lipid. adiponektin beredar di sirkulasi dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan merupakan sekitar 0.01% dari total protein plasma. Kadar adiponektin dalam serum berkorelasi dengan sensitivitas insulin. Penurunan kadar adiponektin berperan dalam patogenesis obesitas dan diabetes melitus. Struktur molekul adiponektin mirip dengan complement factor C1q dan Collagen VIII, X. Bentuk monomer dari adiponektin dapat membentuk trimers, hexamers, bahkan multimers yang lebih tinggi, dan kemampuan oligomerisasi ini menentukan efek biologisnya.

Dua bentuk molekul dari adiponektin yaitu High Molecular Weight (HMW) Adiponektin yang mempengaruhi glukoneogenesis di hepar dengan cara memperbaiki sensitivitas insulin, dan Low Molecular Weight (LMW) Adiponektin yang merangsang beta-oksidasi di hepar. Peran adiponektin dalam oksidasi lipid melibatkan pengaturan dari produksi atau aktivitas dari protein yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, antara lain CD36, acyl CoA oxidase, 5-activated protein kinase dan PPAR-gamma.

Perannya dalam resistensi insulin banyak ditunjukkan pada beberapa penelitian dengan model resistensi insulin, di mana didapatkan penurunan kadar adiponektin. Selain itu mutasi yang mengganggu ekspresi dari adiponektin dapat menyebabkan resistensi insulin.

Pemberian adiponektin eksogen dapat memicu oksidasi asam lemak oleh otot, dan dapat menghambat produksi glukosa oleh hepatosit. Bentuk monomer dari globular adiponectin domain berperanan dalam stimulasi oksidasi asam lemak di otot , sedang efek hambatan produksi glukosa di liver hanya dimungkinkan oleh bentuk hexamer atau multimer yang lebih tinggi dari Apn. Bentuk multimer Apn ini mengaktivasi transcription factor NF-kB

Chan et al (2005) melaporkan hipertrigliseridemi, kolesterol-HDL yang rendah, small dense LDL, berkorelasi dengan rendahnya kadar adiponektin, independent terhadap jumlah masa lemak intra abdominal dan derajat reistensi insulin. Adiponektin mempunyai 2 reseptor, AdipoR1 dan AdipoR2. AdipoR1 diproduksi di otot rangka, sedang AdipoR2 dijumpai di jaringan hepar. Akhir-akhir ini diketemukan T-cadherin yang diduga merupakan coreceptor bagi adiponektin.

Sekresi adiponektin berkorelasi positip dengan ukuran sel lemak dan berkorelasi negatip dengan body mass index. Pada jaringan lemak omental sekresi adiponektin lebih rendah dibanding jaringan lemak subkutan. Ras kaukasus mempunyai kadar adiponektin lebih tinggi dibanding ras IndoAsian.

Baik ekspresi maupun sekresi adiponektin dipengaruhi oleh protein lain. TNF-alpha secara bermakna menurunkan ekspresi dan sekresi adiponektin dari sel lemak. TNF-alpha diketahui menyebabkan resistensi insulin. selai itu beta-adrenergic agonists dan glucocorticoid juga menghambat ekspresi dan sekresi gen adiponektin, yang menunjukkan bahwa penurunan produksi adiponektin berperan dalam resistensi insulin yang dipicu oleh catecholamine atau glucocorticoid. Peroxisome proliferator-activated nuclear receptorgamma (PPAR gamma) dan liver receptor homolog-1 (LRH-1) berperan penting dalam transkripsi gen adiponektin via peroxisome proliferatoractivated receptor gamma response element (PPRE) dan LRH-RE.

Maeda et al melaporkan bahwa thiazolidinedione, suatu PPAR-gamma agonists, merangsang ekspresi gen adiponektin dan meningkatkan kadar adiponektin dalam sirkulasi pada penderita obes dengan resistensi insulin. Ini menjelaskan efek hipoglikemik dari thiazolidinedione, karena adiponektin memperbaiki sensitivitas insulin.

Adiponektin dikatakan mempunyai efek antiatherogenik dan antiinflamasi, karena kemampuan adiponektin dalam menghambat produksi adhesion molecule oleh sel endotel, menghambat perlekatan dari monosit ke endotel, menurunkan pertumbuhan myelomonocytic progenitor cell, dan menurunkan produksi TNF-alpha di macrophage.

RESISTIN Resistin (resistant to insulin) manusia merupakan protein 12.5-kDa yang mengandung 108 asam amino. Resistin di sirkulasi darah manusia ditemukan dalam bentuk protein dimerik yang mengandung 2 polipeptida dari 92 asam amino yang dihubungkan dengan suatu disulfida pada Cys-26. Resistin termasuk dalam protein-protein Found in Inflammatory Zone (FIZZ). FIZZ1 (found in inflammatory zone 1) diekspresikan di jaringan paru, sedang Found in Inflammatory Zone 2 ditemukan di proliferating epithelia pada basal kripte dari traktus intestinal. Found in Inflammatory Zone 3 spesifik diekspresikan di jaringan adiposa, dikenal dengan nama resistin atau adipocyte-specific secretory factor. Bila mengacu pada kemiripan molekul dengan resistin, maka Found in Inflammatory Zone 1 juga disebut sebagai resistin-like molecule alpha (RELM alpha), sedang Found in Inflammatory Zone 2 dikenal juga sebagai RELM beta.

Penemuan resistin berawal dari upaya untuk memahami bagaimana thiazolidinediones dapat memperbaiki sensitivitas insulin. Steppan et al (2001) menemukan resistin mRNA dengan cara cloning cDNA dari adiposit tikus. Pada tikus mencit, resistin terutama diekspresikan di white adipose tissue (WAT). Resistin bisa dideteksi di serum menunjukkan bahwa resistin disekresi oleh adiposit dan bekerja di tempat yang jauh

Pada mencit yang obes, kadar resistin ditemukan meningkat dan thiazolidinediones (PPAR-gamma agonists) menurunkan kadar resistin serum, menunjukkan bahwa resistin adalah mediator untuk resistensi insulin . Di cell line adiposit, resistin menghambat insulin stimulate glucose uptake dan

pemberian antibodi terhadap resistin meningkatkan transportasi glukosa, menunjukkan bahwa resistin endogen mempunyai peran otokrin. Tumour Necrosis Factor-alpha (TNF-alpha) TNF-alpha adalah sitokin yang pada awalnya digambarkan sebagai endotoxin-induced factor yang menyebabkan necrosis dari tumor, yang pada penelitian selanjutnya ternyata identik dengan cahexin, yang disekresi oleh macrophage in vitro. TNF-alpha merupakan protein transmembran 26-kDa yang membelah menjadi protein 17-kDa yang merupakan bentuk biologis aktif, dan menunjukkan efek setelah berikatan dengan reseptor TNF-alpha tipe I dan tipe II. TNF-R1 merupakan mediator apoptosis, dan menstimuli lipolisis. Sedang TNF-R2 berperan dalam menimbulkan resitensi insulin.TNFalpha diekspresikan di sel lemak dan sel stromavaskuler. Ekspresi di lemak subkutan lebih besar dibanding jaringan lemak visceral. Ekspresi TNF-alpha di jaringan lemak meningkat pada obesitas dan berkorelasi positip dengan adipositas dan resistensi insulin. Terapi dengan bahan yang menetralisir soluble TNF-alpha receptors dapat memperbaiki sensitivitas insulin pada rodent yang obes, tapi tidak pada manusia. Ada 2 mekanisme yang menerangkan efek metabolik TNF-alpha yaitu : pertama TNF-alpha mempengaruhi ekspresi gen di jaringan lemak dan liver. Di jaringan lemak TNF-alpha menekan ekspresi gen yang mengatur uptake dan penyimpanan NEFAs dan glukosa, menekan gen untuk transkripsi pada adipogenesis dan lipogenesis, merubah ekspresi dari beberapa adipokines antara lain adiponektin dan IL-6. Di hati TNF-alpha menekan ekspresi gen yang mengatur uptake dan metabolisme glukosa dan oksidasi asam lemak, meningkatkan ekspresi gen yang terlibat dalam sintesis kolesterol dan asam lemak. Kedua, TNF-alpha merusak sinyalisasi insulin. Efek ini merupakan akibat dari aktivasi serine kinase yang meningkatkan fosforilasi serine dari insulin reseptor substrate1dan-2 (IRS-1 dan IRS-2). TNF-alpha juga merusak sinyalisasi insulin secara tidak langsung dengan meningkatkan NEFAs, yang diketahui menyebabkan resitensi insulin dibeberapa jaringan. Efek anti-adipogenic dari TNF-alpha dapat dilihat pada tabel 3.

IL-6 IL-6 adalah sitokin lain yang berkaitan dengan obesitas dan resistensi insulin. IL-6 beredar dalam bentuk multiple glycosylated dengan ukuran

bervariasi antara 22-27 kDa. Reseptor untuk IL-6 (IL-6R) homolog dengan reseptor leptin. Dalam jaringan lemak IL-6 dan IL-6R diekspresi oleh sel lemak dan matriks jaringan lemak. Ekspresi dan sekresinya di jaringan lemak visceral 2-3 kali lebih banyak dibanding jaringan lemak subkutan. Ekspresi IL-6 di jaringan adipose dan kadar IL-6 di sirkulasi berkorelasi positif dengan obesitas, gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin. Ekspresi dan kadar IL-6 dalam sirkulasi akan menurun dengan penurunan berat badan. IL-6 juga menekan insulin signaling di perifer dengan cara menurunkan ekspresi insulin receptor signaling components, dan memicu supresi cytokine signaling 3, suatu regulator negatif untuk leptin dan insulin signaling. IL-6 juga menghambat adipogenesis dan menurunkan sekresi adiponektin

Transforming growth factor-beta (TGF-beta) Bersama dengan TNF-alpha dan IL-6, TGF-beta merupakan cytokines klasikal yang disintesa di white adipose tissue. TGF-beta dikeluarkan oleh sel lemak, dan ekspresi maupun produksinya dirangsang oleh TNF-alpha.TGFbeta merupakan pemicu PAI-1 yang potent. TGF-beta juga mengganggu pertumbuhan jaringan lemak, merangsang aktivitas angiogenik, menghambat diferensiasi adipocyte precursor cells. Peningkatan kadar TGFbeta dijumpai pada diabetes melitus tipe 2

Plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 Beberapa protein untuk hemostasis dan sistim fibrinolisis disekresi oleh adiposit, termasuk tissue factor dan PAI-1. Plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 termasuk dalam famili serine protease inhibitor. PAI-1 merupakan inhibitor primer dari fibrinolisis dengan cara menginaktivasi urokinase-type dan tissue-type plasminogen activator. PAI-1 juga berperan dalam proses angiogenesis dan atherogenesis. Ekspresi dan sekresi Plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 lebih besar pada jaringan lemak visceral dibanding subkutan. Kadar PAI-1 meningkat pada obesitas dan resistensi insulin, dan berkorelasi dengan sindroma metabolik. Pada diabetes melitus tipe 2 Plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 merupakan prediktor terhadap risiko kardiovaskuler. Kadar PAI-1 dalam plasma mempunyai asosiasi yang kuat dengan visceral adiposity. Penurunan berat badan dan perbaikan sensitivitas insulin karena pengobatan dengan metformin atau thiazolidinediones secara bermakna menurunkan kadar PAI-1. Sedang TNF-alpha dan TGF-beta yang juga disekresi oleh sel lemak meningkatkan kadar PAI-1.

Adipsin dan acylation-stimulating protein (ASP) Adipsin merupakan protein kedua setelah lipoprotein lipase, yang diketahui disekresi di white adipose tissue. Ekspresi gen adipsin menurun pada hewan coba yang obese, yang disertai dengan penurunan kadar protein, sehingga semula dikira adipsin adalah suatu sinyal lipostatic. Namun belakangan diketahui adipsin, yang merupakan serine protease dan merupakan bagian dari pathway complement (complement factor D), tidak menurun pada pada manusia dengan obesitas, dan adipsin tidak lagi dianggap sebagai suatu signaling molecule dalam keseimbangan energi.

Adipsin dan acylation-stimulating protein atau C3ades-Arg berasal dari C3 complex melalui proses metabolik yang memerlukan adipsin, factor B dan carboxypeptidase. Adipsin dan acylation-stimulating protein penting dalam post prandial clearance dari triacylglycerols. Adipsin dan acylationstimulating protein merangsang uptake fatty acids ke white adipose tissue dengan cara meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, merangsang sintesa trigliserida dengan cara meningkatkan aktivitas diacylglycerol acyltransferase, menurunkan lipolisis dan pelepasan NEFAs dari adiposit. Dengan mekanisme tersebut maka adipsin dan acylation-stimulating protein adalah stimulan kuat untuk sintesa triacylglycerol pada adiposit (JACOBI). Adipsin dan acylation-stimulating protein juga meningatkan transport glukosa di adiposit dengan cara meningkatkan translokasi glucose transporter dan meningkatkan glucose-stimulated insulin secretion dari sel beta.

Macrophage and monocyte chemoatractant protein (MCP)-1 Obesitas berkaitan dengan peningkatan infiltrasi jaringan lemak oleh macrophage, dan macrophage yang aktif akan mensekresi faktor inflamasi yang ikut berperan dalam resistensi insulin antara lain TNF-alpha dan IL-6. Macrophage and monocyte chemoatractant protein-1 adalah suatu chemokine yang merekrut monosit, diekspresi dan disekresi oleh jaringan lemak. Ekspresi Macrophage and monocyte chemoatractant protein-1 di sel lemak dan kadar Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 di sirkulasi meningkat pada rodent dengan obesitas, menunjukkan bahwa infiltrasi macrophage di jaringan adipose yang dimediasi oleh Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 mungkin ikut berperan dalam gangguan metabolik pada obesitas dan resistensi insulin. Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 mempunyai efek lokal dan efek endokrin, inkubasi Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 pada kultur sel lemak menurunkan insulin-stimulated glucose uptake dan insulin-induced insulin receptor tyrosine phosphorilation, membuktikan bahwa Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 secara langsung berperan dalam resistensi insulin pada jaringan lemak. Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1 juga menghambat pertumbuhan dan diferensiasi sel lemak dengan cara menurunkan ekspresi dari beberapa gen adipogenic. Pada rodent dengan obesitas, peningkatan Macrophage and monocyte chemoatractant protein-1 dalam sirkulasi akan diikuti dengan peningkatan monosit di sirkulasi. Pemberian Macrophage and monocyte chemoatractant protein-1 pada tikus akan memicu peningkatan monosit, dan akumulasi monosit pada arteri kolateral, dan meningkatkan

pertumbuhan neointimal. Ini menunjukkan pada kita fungsi endokrin dari Macrophage and monocyte chemoatractant protein -1, dan perannya dalam timbulnya aterosklerosis

Angiotensinogen White adipose tissue (WAT) juga merupakan sumber angiotensinogen yang penting, suatu substrat untuk renin-angiotensin system, yang merupakan faktor penting dalam regulasi tekanan darah. Angiotensin II, produk aktif dari angiotensinogen akan merangsang produksi dan pelepasan prostacyclin yang merupakan sinyal untuk diferensiasi preadiposit menjadi adiposit. Kadar angiotensinogen meningkat pada obesitas, dan ini menggambarkan adanya peningkatan massa jaringan lemak. Hipertensi yang menyertai obesitas mungkin disebabkan oleh peningkatan sekresi angiotensinogen. Selain memproduksi angiotensinogen, jaringan lemak juga mengekspresikan gen yang menyandi angiotensin converting enzyme dan reseptor angiotensin tipe 1, menunjukkan bahwa ada sistem reninangiotensin yang bekerja lokal di jaringan lemak Fasting-induced adipose factor (FIAF) Sintesa dari fasting-induced adipose factor, sesuai dengan namanya, meningkat sebagai respon terhadap puasa. Fasting-induced adipose factor termasuk dalam famili fibrinogen-angiopoietin-like proteins. Gen yang menyandi fasting-induced adipose factor sebagian besar diekspresi di White adipose tissue, walaupun sebagian juga diekspresi di brown adipose tissue. Fasting-induced adipose factor adalah gen target dari peroxisome proliferator-activated receptor alpha transcription factor. Sebenarnya fastinginduced adipose factor ditemukan pada studi yang bertujuan untuk mengidentifikasi gen target dari peroxisome proliferator-activated receptor alpha. fasting-induced adipose factor dijumpai dalam plasma, meningkat kadarnya pada saat puasa dan menurun pada saat makan dengan diet yang mengandung banyak lemak. Diduga fasting-induced adipose factor mempunyai peran endokrin, dan diperkirakan merupakan suatu signaling molecule.

Methallothionein (MT) Suatu metal-binding protein dengan berat molekul rendah (6000), yang telah lama diketahui disintesa di beberapa jaringan berbeda, terutama di liver dan ginjal. Methallothionein juga diekspresikan di brown adipose tissue (BAT), dan diduga mempunyai peran sebagai anti oksidan yang penting. Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa ternyata gen

methallothionein -1 dan methallothionein -2 juga diekspresikan di White adipose tissue . Gen methallothionein diekspresikan di adiposit, tidak di sel stromavascular. Studi in vivo menunjukkan bahwa kadar methallothionein -1 mRNA tidak dipengaruhi oleh keadaan puasa, injeksi noradrenalin, bahkan tidak terpengaruh oleh pemberian Zn, yang diketahui merupakan pemicu kuat produksi methallothionein di liver dan ginjal. Menariknya, injeksi dengan beta3-agonist memicu peningkatan methallothionein-1 mRNA, menunjukkan bahwa gen methallothionein juga berkaitan dengan aktivasi adrenergik.

HORMON OBESITAS Lemak tidak dapat sepenuhnya dikambing hitamkan sebagai penyebab obesitas tetapi karbohidrat juga sebagai salah satu faktor terjadinya obesitas. Konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat memicu produksi insulin yang berlebihan pula dimana produksi insulin yang berlebihan akan menyebabkan pembentukan lemak yang berujung pada overweight dan obesitas.Insulin adalah hormon yang dilepaskan dalam aliran darah ( setiap habis makan ) untuk mengangkut kalori yang baru diasup tubuh kedalam sel-sel otot sehingga kalori dapat diubah menjadi energi Insulin merupakan hormon lipogenik dalam bahasa latin bermakna "kelahiran". Secara literal lipogenik berarti kelahiran lemak, hormon lipogenik membuat tubuh gemuk dan tetap gemuk mekanisme ini terjadi karena jika terlalu banyak insulin yang dilepas kedalam aliran darah maka banyak pula kalori yang mencoba untuk masuk kedalam sel otot tetapi karena tempat yang ada pada sel otot sangat terbatas maka kelebihan kalori yang tidak tertampung dibawa kedalam otot lemak dan disimpan sebagai jaringan lemak. Ada beberapa lemak yang dianggap sebagai musuh obesitas contoh lemak trans dan lemak jenuh yang cenderung menurunkan kadar kolestrol "baik" HDL dan menaikkan kadar kolestrol "jahat" LDL dan kolestrol total sehingga banyak para ahli menyarankan kepada penderita obesitas untuk menghindari produk makanan yang mengandung lemak. Pada dasarnya obesitas atau kegemukan merupakan gejala ketidak seimbangan antara hormon insulin dan hormon glukagon.Seperti insulin, glukagon juga diproduksi didalam pankreas.Namun hormon glukagon memiliki sifat hormon lipotilik kebalikan dari hormon lipogenik.Lipolitik

melibatkan mobilitas lemak untuk digunakan sebagai bahan bakar penghasil energi. Banyak yang belum mengetahui bahwa lemak merupakan sumber bahan bakar yang optimal bagi tubuh manusia untuk kegiatan sehari-hari dan lemak menghasilkan energi yang lebih banyak dibanding glukosa yang merupakan sumber energi lain bagi tubuh. Dengan mengaktifkan hormon lipolitik secara alami maka lemak tubuh yang berlebihan dapat dilunturkan dan membuka energi yang tak terbatas serta mencegah akumulasi lemak ( trigliserida ) dalam darah sehingga menurunkan faktor resiko bagi penyakit-penyakit kardiovaskuler yang utama. Sistem metabolisme tubuh sesungguhnya merupakan kunci terpenting dalam penatalaksanaan overweight atau obesitas karena metabolisme tubuh yang mengubah kalori menjadi energi . Metabolisme tubuh dipengaruhi oleh adanya keseimbangan anta hormon insulin dan glukagon oleh karena itu perlu diatur sedemikian rupa karena metabolisme inilah yang menentukan apakah tubuh menjadi penyimpan lemak atau pembakar lemak.

KATABOLISME PROTEIN DAN LIPID Tahap awal metabolisme asam amino melibatkan pelepasan gugus amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Dua proses utama pelepasan gugus amino, yaitu 1) transaminasi, yaitu proses katabolisme asam amino yang melibatkan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain, 2) deaminasi oksidatif yang menggunakan enzim dehidrogenase sebagai katalis (Poedjiadi, 1994: 301-302). Pada gambar berikut terlihat bahwa kerangka karbon dari 10 asam amino menghasilkan asetil KoA, yang laangsung memasuki siklus asam sitrat. Lima dari sepuluh asam amino diuraikan menjadi asetil KoA melalui piruvat. Kelima asam amino yang masuk melalui piruvat adalah alanin, sistein, glisin, serin, dan treonin. Sedangkan lima lainnya, yaitu asam amino fenilalanin, tirosin, lisin, tritofan, dan leusin sebagian karbon asam aminonya menghasilkan asetoasetil KoA, yang lalu diubah menjadi asetil KoA. Kerangka karbon metionin, isoleusin, dan valin lambat laun terdegradasi oleh lintas yang menghasilkan suksinil KoA, senyawa antara siklus asam sitrat. Fenilalanin dan tirosin masing-masing menghasilkan dua produk dengan 4 karbon, yaitu asetoasetat dan fumarat. Asetoasetat memasuki siklus asam sitrat dalam bentuk asetil KoA. Kerangka karbon asparagin dan asam aspartat pada akhirnya memasuki siklus asam sitrat melalui oksaloasetat (Lehninger, 2005: 225, 226, 232, 233, 234).

Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine, 1 gram protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohirat (Anonim, 2009).

Katabolisme Lipid Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi (Nugroho, 2009). Lebih lanjut Nugroho menguraikan proses metabolisme asam lemak sebagai berikut.

1. Katabolisme Gliserol Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis. 2. Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi Beta) Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin. Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut.
a. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.

b. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. c. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. d. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan. e. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi beta.

Pada proses oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Menurut Poedjiadi (1994: 279-280), tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pembentukan asil KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil KoA sintetase yang disebut juga tiokinase. b. Reaksi kedua adalah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang dibutuhkan dalam reaksi ini adalah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang electron yang ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui sistem transport electron. c. Pada reaksi ketiga, enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-hidroksiasil KoA. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap anatar C-2 dan C-3. d. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim A menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidrokdiasil koenzim A dehidrogenase melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH. e. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga menghasilkan aseil koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumlah atom C dua buah lebih pendek dari molekul semula. Asil KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat (Poedjiadi, 1994: 282). Asetil KoA yang dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak berbeda dengan asetil KoA yang dibentuk dari piruvat (Lehninger, 2005: 204).

Diet Diet untuk Obesitas Obesitas adalah terjadinya penimbunan lemak yang berlebih pada jaringan tubuh. Obesitas dapat dikenali dengan dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, panjang leher yang relatif pendek, dada yang menggembung dengan volume payudara yang membesar karena kandungan lemak berlebihan, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat, kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik. Namun seluruh indikasi tersebut masih memerlukan pendapat dari ahli gizi untuk mengetahui berat badan ideal. Adapun untuk memperkecil risiko obesitas, usaha diet untuk pengurangan berat badan dapat ditempuh. Diet ketat yang ada pun bukan sembarang diet. Bukan berarti pengurangan porsi makan secara drastis. Namun penekanan makna diet kesehatan disini adalah menggantikan asupan nutrisi yang biasa dikonsumsi menjadi lebih berkualitas dalam aspek gizi. Diet rendah karbohidrat (carbo diet) lebih efektif untuk mengurangi berat badan. Perlu disiplin ketat dalam menjalaninya. Dalam sebuah studi yang dilakukan, responden diberikan penerapan diet rendah karbohidrat selama 12 minggu, hasilnya, sebagian besar para responden berhasil menurunkan berat tubuhnya sebanyak 4,9 kg. Dibandingkan dengan responden yang diberikan program diet rendah lemak, mereka hanya berhasil menurunkan 2,5 kg. Carbo diet ditempuh dengan cara mengurangi kadar glikemik glycemic (gula otot) dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayuran, kacang dan gandum. Dengan menghindari makanan yang kaya karbohidrat seperti halnya buah dan makanan yang memiliki bahan pangan zat tepung serta menghindari minuman dan makanan beralkohol, carbo diet dapat dijalani tanpa mengurangi kuantitas porsi sekalipun. Dibandingkan dengan program diet rendah lemak, pelaku diet memerlukan program pengontrolan porsi makan dan menghindari lemak. Konsumsi kalori diberikan batasan 500800 kalori/hari. Kebutuhan kalori normal adalah 2.000-2.500 kalori per hari. Penurunan berat badan yang sehat menurut para dokter adalah 0,5 sampai 1 kg per minggu. Untuk itu dibutuhkan pemotongan sebesar 500-1.000 kalori per hari. Anda dapat memotong 250 kalori dan makanan yang diasup. Namun untuk mendapatkan hasil yang terbaik, kedua program diet tersebut bisa dikombinasikan secara terkontrol. Tetap saja, untuk menjalaninya dengan baik perlu pendapat dan saran dari dokter ataupun ahli kesehatan yang berkompetensi tinggi dalam bidang nutrisi dan gizi. Karena bagaimanapun bukan berarti carbo diet bebas dari risiko apapun, jadi penting adanya untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli gizi. Air putih juga banyak berperan penting dalam membantu menurunkan berat badan. Selain berfungsi jamak untuk membersihkan toksin dalam tubuh, air putih juga berfungsi menggelontorkan lemak. Dengan mengonsumsi air putih, dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga hasrat untuk makan dapat berkurang. Dianjurkan untuk mengonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari. Pada prinsipnya yang terpenting makan jangan berlebihan. Tidak perlu pantangan dalam berdiet. Pantang makanan justru membuat depresi serta keinginan untuk makan semakin besar. Puaskan hasrat anda dengan memakan makanan yang diinginkan sepanjang menyehatkan. Hanya jangan berlebihan.

Ambillah separuh porsi dari yang biasa dimakan. Santap secara perlahan selama lebih daru 20 menit. Hal ini penting dilakukan karena otak otak membutuhkan waktu untuk menerima tanda lapar selama 20 menit. Dengan menunda durasi makan, perut anda akan cepat terasa kenyang. Sedahsyat apapun metode diet, jika tidak diiringi olahraga, maka hasil yang didapat kurang sempurna. Olahraga merupakan variabel terpenting untuk menentukan kesuksesan penurunan berat badan. Tidak perlu olahraga yang berat hingga masndi keringat, cukuplah berolahraga dengan intensitas sedang selama 30 menit, 5 hari seminggu asal rutin. Olahraga intensitas sedang bisa berupa jalan cepat atau joging dengan detak jantung sebesar 100-130. Dengan demikian, aktifitas tersebut telah memangkas 250 kalori per hari. Tabel Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida LDL ("Kolesterol jahat) Kurang dari 100 100-129 130-159 160-189 Lebih dari 190 HDL ("Kolesterol Baik) Kurang dari 40 Lebih dari 60 Total cholesterol (TC) Kurang dari 200 200-239 Lebih dari 240 Trigliserida (TGA) Kurang dari 150 150-199 200-499 Sama atau lebih dari 500 Total Hit : 22955

Optimal Mendekati optimal Batas normal tertinggi Tinggi Sangat tinggi Rendah Tinggi Yang diperlukan Batas normal tertinggi Tinggi Normal Batas normal tertinggi Tinggi Sangat tinggi

PENYEBAB OBESITAS
Overweight dan Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di negaranegara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang bersangkutan mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan. Pandangan mengenai obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama 10 tahun terakhir memperlihatkan hal sebaliknya. Genetik Obesitas dapat menurun dalam keluarga tetapi mekanismenya sampai saat ini masih tetap belum jelas, walaupun anggota keluarga tersebut secara genetik cenderung dapat mengalami kelebihan BB. Hal ini dimungkinkan karena banyak gen yang terlibat dalam proses pengeluaran dan pemasukan

energi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 terhadap gen obese pada tikus telah membuka wawasan mengenai bidang ini. Gen obese ini merupakan suatu protein yang dikenal dengan nama leptin dan diproduksi oleh sel-sel lemak (adipositas) yang disekresikan ke dalam darah. Leptin ini berfungsi sebagai suatu duta (massanger) dari jaringan adiposa yang memberikan informasi ke otak mengenai ukuran massa lemak. Salah satu efek utamanya adalah sebagai penghambat sintesa dan pelepasan neuropeptida Y, dengan cara meningkatkan asupan makanan, menurunkan thermogenesis dan meningkatkan kadar insulin. Leptin memberitahukan otak mengenai jumlah lemak yang tersedia, tetapi pada orang obese proses ini ini mungkin tidak berjalan sebagaimana mestinya. Faktor Fisiologi Overweight dan Obesitas meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan kemudian menurun sebelum akhirnya berhenti pada usia lanjut. BMI juga meningkat pada wanita yang sedang hamil. Faktor Sosial Ekonomi Di kehidupan sehari-hari terdapat suatu kontradiksi hubungan antara status ekonomi sosial dan prevalensi overweight. Di tingkat sosial yang rendah, dimana makanan sukar didapat, overweight tampak sebagai suatu indikator visual terhadap tingkat kesejahteraan dan status. Namun sebaliknya, pada tingkat sosial yang lebih tinggi, kekurusan dianggap sebagai suatu keinginan yang harus diraih sedangkan overweight dipandang sebagai suatu indikator terhadap status yang lebih rendah. Penentu Tingkah Laku / Psikologi Bagi individu yang inaktif, termasuk mereka yang jarang melakukan olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok - cenderung mengalami peningkatan BB. Meskipun alkohol mungkin mempunyai efek kardioprotektif, namun konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan kelebihan asupan energi sehingga mengakibatkan penyakit liver dan saluran cerna lainnya, seperti penyakit gallblader. Perokok cenderung mempunyai BB yang lebih ringan dibandingkan mantan perokok, dan mereka yang tidak pernah merokok berada di antara kedua kelompok tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan. Makan, bagi sebagian orang juga dapat memberikan respon dari emosi yang negatif, seperti kebosanan dan kesedihan.

Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Hipertensi primer Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang.

Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain: 1. Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus. 2. Obesitas (kegemukan) Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. 3. Faktor genetis Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil. 4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. 5. Penyakit dan infeksi pada pankreas Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus. 6. Pola hidup Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Secara garis besar, DM terbagi menjadi tiga menurut perkumpulan endokrinologi indonesia, PERKENI: 1. DM tipe 1 yang terjadi akibat penurunan sekresi insulin. DM tipe ini terbagi menjadi 1A dan 1B. DM tipe 1A terjadi akibat proses autoimun yang merusak sel

beta pankreas, sedangkan tipe 1B penyebabnya idiopatik. DM tipe 1 sangat jarang di Indonesia, paling banyak di Eropa. ada teori lama yang menyatakan bahwa semakin dekat ke katulistiwa, DM tipe 1 akan makin jarang ditemukan. 2. DM tipe 2 yang terjadi akibat sekumpulan patofisiologi yang beragam berupa resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, serta peningkatan produksi glukosa. 3. DM tipa 3 yang terjadi akibat mekanisme lain seperti kelainan kerja insulin, gangguan eksokrin pankreas, kelainan endokrin sistemik, obat-obatan, infeksi, serta sindrom genetik lainnya (termasuk di dalamnya DM akibat kehamilan) Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah plasma sewaktu (GDS) yang meningkat sama dengan atau lebih dari 200 mg/dL atau glukosa darah puasa (GDP) di atas 126 mg/dL atau glukosa 2 jam post prandial (GDPP) sama dengan atau di atas 200 mg/dL.

I.

DAFTAR PUSTAKA 1. Trayhurn P, Beattie JH. Physiological role of adipose tissue: white adipose tissue as an endocrine and secretory organ.Proceeding of the Nutrition Society. 2001. 60: 239-339 2. Minner JL. The adipocyte as an endocrine cell. J Anim Sci.2004; 82: 935-941 3. Frayn KN, Karpe F, Fielding BA, Macdonald IA, Coppack SW. Integrative physiology of human adipose tissue. International journal of Obesity. 2003; 27: 875-888 4. Kershaw EE, Flier JS. Adipose tissue as and endocrine organ.J Clin Endocrinol Metab. 2004; 89: 2548-2556 5. Tjokroprawiro A. Obesity: Capita Selecta 2003 (Map of Fat Cell and Molecular Basis for Clinical Relevance). In: Adi S,Murtiwi S, Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, Pranoto A (eds). Naskah Lengkap National Obesity Symposium II. Indonesian Society for the Study of Obesity. 2003. pp 1-8 6. Mantzoros CS. The role of leptin in human obesity and disease: a review of current evidence. Ann Intern Med. 1999; 130: 671-680 7. BJURBAAEK C, KAHN BB.Leptin signaling in the central nervous system and the periphery. Recent progress in hormone research. 2004; 59:305-331 8. Meier U, Gressner AM. Endocrine Regulation of Energy Metabolism: Review of Pathobiochemical and Clinical Chemical Aspects of Leptin, Ghrelin, Adiponectin, and Resistin. Clinical Chemistry. 2004; 50: 1511-1525 9. Soegondo S. Hubungan leptin dengan dyslipidemia aterogenik pada obesitas sentral. Kajian terhadap Small Dense

Low Density Lipoprotein. Disertasi untuk memperoleh gelar Doktordalam Ilmu Kedokteran pada Universitas Indonesia. 2004. pp 7-11 10.NEDVIDKOVA J, SMITKA K, KOPSKY V, HAINER V, Adiponectin, anAdipocyte-derived Protein. Physiol Res. 2005; 54: 133-140 11.Chan DC, Watts GF, Theodore WK Ng, Uchida Y, Sakai N, Yamashita S, Barrett PH. Adiponectin and otherAdipocytokines as Predictors of Markers of Triglyceride-Rich Lipoprotein Metabolism. Clinical Chemistry. 2005; 51: 578-585 12. Soeatmadji DW. Pathogenic Mechanisms of Obesity: New Findings in Resistin. In: Adi S, Murtiwi S, Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, Pranoto A (eds). Naskah Lengkap National Obesity Symposium II. Indonesian Society for the Study of Obesity. 2003. pp 89-93 13.Coppack SW. Pro-inflammatory cytokines and adipose tissue.Proceeding of the Nutrition Society. 2001; 60: 349-356. 14. Alessi MC, Bastelica D, Morange P, Berthet B, Leduc I, Verdier M, Geel O, Juhan-Vague I. Plasminogen Activator Inhibitor 1, Transforming Growth Factor-Beta 1, and BMI areclosely associated in human Adipose Tissue during Morbid Obesity. Diabetes. 2000; 49:1374-1380 15. Mavri A, Stegnar M, Krebs M, Sentoenik, Geiger M, Binder BR.Impact of Adipose Tissue on Plasma Plasminogen Activator Inhibitor-1 in Dieting Obese Women. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 1999; 19: 1582-1587 16. Jacobi SK, Miner JL. Human acylation-stimulating protein and lipid biosynthesis in bovine adipose tissue explants. J Anim Sci. 2002; 80: 751-756 diambil dari : http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/03/sel-lemakdan-fungsi-endokrin.html

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1878637-mengenalobesitas/#ixzz1JyF7DRM6

http://www.manageyourlifenow.com/Articles/tabid/60/articleType/ArticleView/ articleId/72/The-20-benefits-of-aerobic-exercise.aspx

http://www.obesitas.web.id/bmi(i).html

http://www.leedsteachinghospitals.com/sites/diabetes/tips/HbA1c.php

http://www.annecollins.com/best-exercise-to-burn-calories.htm

http://bodybuilding.about.com/od/cardioexercisebasics/a/cardiobasics.htm

You might also like