You are on page 1of 5

I.PENDAHULUAN1.

1 Latar BelakangPembangunan sumber daya manusia dan peningkatan derajat kesehatan merupakan faktor utama dantujuan hakiki dari pembangunan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilanpembangunan tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ).Pemerintah Propinsi Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat untuk mengakselerasi pencapaiankesejahteraan masyarakat. Jawa Barat dengan target IPM 80 pada Tahun 2010. Akselerasi tersebutdiperlukan dalam rangka persiapan mengantisipasi dampak globalisasi di Indonesia.Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, memiliki andil dalampencapaian target IPM Jawa Barat tersebut. Dilihat dari realisasi , pencapaian IPM di KabupatenBandung pada Tahun 2004 belum memenuhi target yang telah ditetapkan (68,52 dari target sebesar69,80). Oleh karena itu diperlukan upaya upaya untuk meningkatkan kinerja semua sektor agar dapatbekerja optimal serta meningkatkan kerjasama dan partisipasi nyata dari semua pihak.Bertitik tolak dari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung mendisain suatu program untukmeningkatkan IPM melalui Peningkatan Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan serta Indeks Daya Beliyang difasilitasi oleh Program Pendanaan Kompetisi ( PPK ) Akselerasi Peningkatan IPM Jawa Barat.Komponen IPM terdiri dari tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan daya beli masyarakat. Untukbidang Kesehatan ditentukan oleh Umur Harapan Hidup (UHH). Adapun faktor faktor yangmempengaruhi UHH adalah :1. Angka Kematian Ibu ( AKI ).2. Angka Kematian Bayi ( AKB ).3. Angka Kematian Balita ( AKABA ).4. Angka Kematian Kasar ( AKK ).Selain faktor faktor diatas, perilaku hidup bersih sehat di masyarakat dan kesehatan lingkungan jugaberperan dalam peningkatan UHH tersebut. Dengan demikian upaya peningkatan IPM di KabupatenBandung diprioritaskan kepada identifikasi masalah dan intervensi pemecahan masalah terutamaterhadap upaya kesehatan ibu dan anak serat upaya peyehatan kesehatan lingkungan pemukimanAda beberapa masalah yang menjadi kendala dalam peningkatan IPM di Kabupaten Bandung.Permasalahan tenaga kesehatan seperti rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga Bidan, rendahnyakualitas pelayanan Puskesmas serta peran dan pungsi Polindes yang belum optimal tentunya akanmempengaruhi terhadap kualitas pelayanan publik yang selanjutnya mempunyai dampak terhadapUHH.Jumlah kematian ibu (AKI) yang tercatat di Kabupaten Bandung pada tahun 2005 sebanyak 44 orang .Sedangkan jumlah kematian bayi (AKB) sebanyak 105 Orang. (Berdasarkan data BPS Tahun 2003 di Jawa

Barat AKI 321,15 / 100.000 KH dan AKB 43,83/1000 KH). Kasus kematian tersebut dipengaruhi olehberbagai faktor yang salah satunya akibat keberadaan polindes yang belum dimanfaatkan secaraoptimal untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Polindes yang ada di wilayah Kabupaten Bandungberjumlah 129 dan yang berfungsi kira-kira 60 % dan belum dimanfaatkan secara optimal untukpelayanan persalinan. Melalui kegiatan PPK IPM Bidang Kesehatan sebanyak 20 Polindes akandioptimalkan peran dan fungsinya sebagai Polindes mandiri, juga sebagai pusat informasi kesehatantingkat desa. Dalam upaya optimalisasi polindes mandiri tersebut maka untuk mendekatkan danmemeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di desa ditempatkan seorang bidan di desa dibawah pembinaan dokter puskesmas.Sesuai dengan kewenangannya bidan desa memberikan pelayanan KIA dan KB (Kesehatan Reproduksi

)bekerjasama dengan dukun bayi dan fasilitator desa,juga melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dananak,membina posyandu serta pengembangan polindes sebagai pusat informasi kesehatan di desa. II. PENGERTIANPondok Bersalin adalah suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagaikelengkapan dari pembangunan Kesehatan masyarakat desa, untuk mamberikan pelayanan KIA dan KB.Pondok Bersalin dikelola oleh bidan di desa bekerjasama dengan dukun bayi, serta dibawahpengawasan dokter puskesmas setempat. Pertolongan persalinan yang ditangani di Pondok Bersalinadalah persalinan normal. Dalam memberikan pelayanan dengan memperhatikan 21 penapisan.21 Penafisan untuk segera merujuk ke PONED /RS adalah :1. Riwayat Bedah sesar2. Penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, TBC, kesulitan bernafas3. Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (Show )4. Kehamilan kurang bulan ( 37 minggu )5. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental6. Ketuban pecah bercampur dengan meconium disetai tanda-tanda gawat janin7. Ketuban pecah lama > 24 jam8. Ketuban pecah dengan kehamilan < 37 minggu9. Tanda-tanda atau gejala-gejala :Temperatur tubuh 38 c Menggigil

Nyeri abdomen Cairan ketuban yang berbau 10. Ikterus

11. Anemia berat12. Tekanan Darah > 160 / 110 ( PEB )13. Tinggi Fundus Uteri > 40 cmMakrosomi Kehamilan kembar Poly hidramnion 14. Gawat janin dengan : DJJ < 100 atau > 180 / menit15. Primipara pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/516. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, lintang, dsb)17. Tali Pusat menumbung18. Presentasi Ganda ( majemuk )19. Tanda dan gejala syok20. Tanda dan gejala partus lama21. Tanda dan gejala persalinan dengan Fase laten yang memajang (fase laten > 8 jam, kontraksi teratur> 2 kali dalam 10 menit )Partograf mengarah garis waspada Pembuka serviks < 1 cm perjamKurang dari 2 kontraksi / 10 menit

III. SYARAT PONDOK BERSALIN1. Ada bidan dan tinggal di desa2. Tersedia sarana dan prasarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan antara lain :Bidan KIT IUD KIT Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil Timbangan Berat Badan Ibu Pengukur tinggi badan Infus set dan cairan dextrose 5 % ,Nacl 0,9 %Obat-obatan sederhana dan uterotonika Buku-buku Pedoman KIA, KB, dan Pedoman Kesehatan lainnya Inkubator sederhana Pencatatan dan pelaporan KIA ( R/R )Penyediaan air bersih Ventilasi cukup

Penerangan cukup Tersedia sarana pembuangan aiir Limbah Ukuran minimal 3 x 4 meter persegi Lingkungan pekarangan bersih 3. Memenuhi persyaratan rumah sehat antara lain :Penyedian air bersih Ventilasi cukup Penerangan cukup Tersedia sarana pembuangan air limbah Ukuran minimal 3x4 meter persegi Lingkungan pekarangan bersih

4. Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh penduduksekitarnya dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum,minimal 1 (satu)tempat tidur IV. TUJUAN POLINDES MANDIRI UMUM :Memperluas jangkauan dan mutu pelayanan dan mendekatkan pelayanan KIA termasuk KB kepadamasyarakat juga sebagai informasi kesehatan tingkat desa. KHUSUS :Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan antenatal dan persalinan normal bekerjasama denganfasilitator desa Meningkatkan kemitraan dukun bayi

Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan Kesehatan bagi ibu dan keluarganya, khusunyadalam program KIA,KB,Gizi,Imunisasi,dan penggulangan Diare dan ISPAMeningkatkan pelayanan Kesehatan bayi dan anak serta pelayanan Kesehatan lainnya oleh bidansesuai dengan kewenangannya V.FUNGSI POLINDES MANDIRISebagai tempat pelayanan Kesehatan ibu termasuk pelayanan medis KB Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

Sebagai pusat informasi Kesehatan di tingkat desa ( untuk konsultasi,penyuluhandan pendidikanKesehatan bagi masyarakat, dukun bayi dan kader ) VI. KEGIATAN-KEGIATAN YANG DILAKSANAKANKegiatan yang dilaksanakan di polindes di atur oleh bidan di desa bekerjasama dengan dukun paraji dankader (posyandu, KPKIA ) juga dengan fasilitator desa.Kegiatan ini meliputi :1. Memerikasa kehamilan termasuk memberikan imunisasi TT pada ibu hamil dan deteksi dinikehamilan2. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan risiko sedang3. Memberikan pelayanan Kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui4. Memberikan pelayanan Kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan anak prasekolah serta imunisasidasar pada bayi5. Memberikan pelayanan keluarga Berencana6. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang berisikotinggi baik ibu maupun bayinya7. Menampung rujukan dari dukun bayi , kader posyandu,dasawisma /KP-KIA8. Melaksanakan Rujukan Kasus Kelainan9. Melatih dan membina dukun bayi, kader, Dasa Wisma/KP-KIA10. Memberikan penyuluhan Kesehatan dan gizi11. Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan ke puskesmas VII.PEMBINAAN DAN PENGAWASANPolindes Mandiri sebagai suatu sarana yang memberikan pelayanan Kesehatan di desa, secara umumberada di bawah bimbingan dan pengawasan kepala Puskesmas setempat. Pembinaan dan pengawasandari Puskesmas berdasarkan :1. Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.463/Menkes/Per/IX / 11980,tanggal 27 September 1980 tentangwewenang Bidan2. Permenkes No.623/Menkes/Per/IX/1980,tanggal 25 September 1989 tentang Perubahan atasperaturan Menteri Kesehatan R.I No.363 /Menkes /Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan3. Permenkes Nomor 920 /Menkes/Per/XII/1986,tanggal 12 desember 1986 tentang upaya pelayananKesehatan swasta di

bidang medik4. Surat Edaran Dirjen Binkesmas Dep .Kes.RI nomor 664/Binkesmas /DJ/V/1987 tentang PetunjukPelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang medik dasar5. Agar Polindes berfungsi lancar maka merujuk pada INMENDAKGRI nomor 8 tahun 1990 tentang Pokjanal Posyandu6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 900 / MENKES / SK / VII / 2002 tentangRegistrasi dan Praktik Bidan VIII.PEMBIAYAANUntuk pelayanan di Polindes dapat dipungut biaya jasa oleh pengelola Polindes yang ditetapkan secaramusyawarah bersama masyarakat ( MMD ) serta disesuaikan dengan kemampuan masyarakat IX.PERIZINANUntuk ketentuan serta izin Polindes Mandiri akan diajukan tentang Regulasi / Legalisasi tentangPolindes Mandiri oleh Pemerintah Daerah X. PENCATATAN DAN PELAPORANPencatatan dan pelaporan Polindes dilaksanakan seperti yang berlaku untuk praktik bidan secaraperorangan yang terdapat pada pasal 27 Bab VII Permenkes No 900 / Menkes / SK / VII / 2002 XI PENUTUP Pedoman Pondok bersalin desa ( Polindes ) ini sebagai acuan untuk pengelola dalam melaksanakankegiatan dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak juga pelayananKesehatan Reproduksi. sumber :PPK IPM Kabupaten Bandung Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

You might also like