You are on page 1of 4

C

Mencapai Sungai Citarum yang Lebih Baik Melalui Upaya Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

Apa dan mengapa sungai Citarum, serta bagaimana upaya yang akan dilakukan terhadap sungai vital ini. Apa pula yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resources Management). Tulisan ini mencoba mengemukakan latar belakang permasalahan yang dihadapi sungai Citarum, serta bagaimana konsepsi pengelolaan sumber daya air terpadu, yang diterapkan sebagai solusi untuk sungai Citarum. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS utama di Jawa Barat dan bersifat strategis karena menjadi penyangga ibu kota Jakarta. DAS seluas 6.614 kilometer persegi atau 22% luas wilayah Jawa Barat merupakan DAS dengan jumlah penduduk terpadat di Jawa Barat1.
Sungai terbesar dan terpanjang di Jawa barat. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS): 6.614 Km2 Berawal dari mata air di Gunung Wayang, dan bermuara di Tanjung Karawang (269 km) Total Area 12.000 Km Persegi Populasi yang dilayani 25 Juta (15 Juta Jawa Barat, 10 Juta DKI) Populasi Penduduk sepanjang sungai (Data BPS 2009) 15.303.758 (50% Urban) Curah hujan rata-rata 2.300 mm/tahun Saat ini debit air rata-rata 5,7 milyar/m3/th Terdapat 3 waduk buatan: Saguling (1986) 982 juta m3, Cirata (1988) 2.165 juta m3 dan Jatiluhur(1963) 3.000 juta m3. Ketiga waduk menghasilkan daya listrik 1.400 MW Sumber air areal irigasi pertanian seluas 300.000 hektar Sumber air minum penduduk Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi, Karawang, dan 80% penduduk Jakarta (16 m3/s)
Data diolah dari Paparan Gubernur Jawa Barat pada Rakor Penanganan DAS Citarum dan Pasca Banjir di Jawa Barat, 6 April 2010

Sungai Citarum yang merupakan sungai lintas Kabupaten/Kota dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat, yaitu sekitar 300 km, memiliki berbagai pemanfaatan untuk menunjang kebutuhan air di Provinsi Jawa Barat, juga menunjang kebutuhan air baku di DKI Jakarta yang diambil dari Saluran Tarum Barat untuk diolah di PDAM DKI Jakarta. Untuk skala nasional, sungai Citarum termasuk kategori sungai super prioritas2, dan wilayah sungai Citarum merupakan wilayah sungai lintas provinsi (Cidanau-Ciujung-Cidurian-CisadaneCiliwung-Citarum merupakan wilayah sungai lintas Provinsi Banten-DKI JakartaJawa Barat) yang kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat3. Sungai Citarum bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya yang banyak industri tekstilnya. Selanjutnya sungai ini mengalir ke bagian tengah Provinsi Jawa Barat dari selatan ke arah utara dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah Muara Gembong dengan melewati Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Citarum adalah DAS utama di jawa barat yang memiliki luasan lahan kritis yang tinggi. DAS Citarum telah rusak akibat penggundulan lahan serta pencemaran industri dan rumah tangga, yang berdampak terhadap banjir, kekeringan dan terhambatnya pasokan listrik di Jawa Bali. Luas lahan yang perlu direhabilitasi dalam kawasan hutan pada DAS Citarum Hulu saat ini mencapai 1.197,78 hektar, sedangkan pada kawasan non hutan pada wilayah tangkapan (catchment area) seluas 22.326,12 hektar4.

Citarum Fact Sheet as of 10 June 2010 Page 1 of 4

Beberapa permasalahan lain adalah kualitas air yang semakin menurun, kekeruhan air makin meningkat sehingga mengganggu instalasi pengolah air. Kadar chemis (BOD, COD, Zn, dll) meningkat, akibat tercemar limbah permukiman, industri dan pertanian. Sungai menjadi tempat pembuangan air, akibat pengelolaan limbah padat belum tertata dengan baik. Aliran di musim hujan makin besar mengakibatkan banjir, musim kemarau makin kecil menyebabkan kekeringan. Kadar erosi semakin tinggi mengakibatkan sedimentasi di palung sungai, waduk, bahkan masuk ke jaringan prasarana air. Terjadi tanah longsor, tanggul-tebing sungai longsor, dasar sungai tergerus, kerusakan bangunan pengendali/ pengatur aliran air. Citarum dominan akan genangan banjir, Sampah, dan limbah industri dan domestik, Berkurangnya fungsi kawasan lindung (hutan dan non hutan), berkembangnya permukiman tanpa perencanaan yang baik, erosi, limbah peternakan, dan pola pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Pola pemanfaatan lahan menimbulkan tingginya erosi dan air larian, perilaku masyarakat, baik Industri ataupun rumah tangga menyebabkan buruknya kualitas air, areal genangan banjir semakin meluas ke permukiman, industri dan infrastruktur jalan, Kini setiap tahun, luapan Sungai Citarum menyebabkan banjir. Banjir-banjir besar di Bandung dan sekitarnya tercatat pada tahun 1931, 1945, 1977, 1982, 1984, 1986, 1998, 2005, 2010.

Permasalahan di Citarum Hulu (Segmen 1, 2, 3 : Hulu sungai di Gunung Wayang Jembatan Majalaya Jembatan Dayeuh Kolot Ujung Saguling) Banjir Berkurangnya areal hutan lindung (perambahan) Berkembangnya permukiman tanpa perencanaan yang baik Lahan Kritis, Erosi, Sedimentasi Limbah peternakan Budi daya pertanian tidak ramah lingkungan Limbah Industri, domestik, sampah Masalah Tata ruang Permasalahan di Citarum Tengah (Segmen 4: Saguling - CirataJatiluhur) Sistem Operasi Waduk Cascade Belum Optimal Keberadaan jaring apung Pendangkalan waduk Pencemaran waduk sampah rumah tangga, sampah padat, industri, serta adanya penambangan pasir. Permasalahan di Citarum Hilir (Segmen 5, 6: Jatiluhur - Muara Citarum) Prasarana Jaringan Irigasi Menurun Fungsinya Degradasi Prasarana Pengendali Banjir Banjir pencemaran Sedimentasi Berkembangnya permukiman tanpa perencanaan yang baik Masalah konservasi di muara sungai Kurangnya prasarana pengendali banjir di daerah muara Abrasi pantai di muara sungai
Data diolah dari bahan rapat Menteri PU dalam Rapat Koordinasi Bidang Kesra, 5 April 2010

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


Ketika dunia dikejutkan dengan fakta bahwa, setiap delapan detik seorang anak meninggal dunia karena penyakit terkait air dan 80% penyakit di negara berkembang disebabkan karena kontaminasi air5. Kemudian, sekitar dua juta ton limbah dibuang ke sungai dan danau setiap harinya, satu liter limbah dapat mencemari delapan liter air bersih, dan jika pencemaran air terus berlanjut, dunia akan kehilangan 18.000 km3 air bersih pada 20506. Maka tercetus sebuah konsep, pengelolaan sumber daya air terpadu/ integrated water resource management (IWRM).

IWRM adalah proses yang mengutamakan fungsi koordinasi dan pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahteraan sosial dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership-Technical Advisory Committee, 2000)7. Konsep IWRM ini membawa paradigma baru yaitu lebih mengutamakan keterpaduan lintas sektor, keterpaduan pengelolaan, keterpaduan lingkungan dan keterpaduan antar individu. Konsep ini memilih pendekatan bottom up ketimbang top down dan

Citarum Fact Sheet as of 10 June 2010 Page 2 of 4

mendorong pengelolaan sumber daya secara multi sektor serta multi disiplin8. Pendekatan terpadu pada pengelolaan sumber daya air akan mengedepankan kemajuan penggunaan sumber daya air, dan memupuk keberlangsungan sumber daya air dan kesetaraan sesama pemangku kepentingan. Dalam Agenda 21 UN Conference on Environment and Development, Rio de Janeiro, 1992, dicetuskan bahwa pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh dan terpadu lintas sektor dalam kerangka kebijakan sosial ekonomi nasional adalah sungguh penting. Karena air adalah elemen vital yang menunjang kehidupan dan pembangunan. Maka pengelolaan berkesinambungan harus mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan lingkungan. IWRM adalah proses utama dimana berbagai faktor terhubung, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dari berbagai level dalam kerangka koordinasi dan perencanaan lintas sektor dari berbagai kalangan terkait. Prinsip utama IWRM, sesuai dengan prinsip Dublin 1991 adalah pembangunan dan pengelolaan Sumber Daya Air harus berdasarkan pendekatan partisipatif melibatkan berbagai pengguna, perencana dan pembuat kebijakan di semua tingkat. Konsep IWRM atau pengelolaan sumber daya air terpadu kemudian diadopsi pemerintah Indonesia dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Disebutkan dalam pasal 3 UU SDA bahwa Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup.... Lebih lanjut dalam pasal 85 ayat 1 UU SDA menyebutkan, Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. kemudian pasal 85 ayat 2 menyebukan, Pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air.

Sesuai amanat undang-undang itu, maka pendekatan pengelolaan sumber daya air terpadu dilakukan untuk membenahi permasalahan Citarum.

Upaya Menyeluruh untuk Membersihkan Citarum


Dengan keberadaan Citarum yang melintasi sembilan Kabupaten (Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Purwakarta, Kerawang, Bekasi, Subang, Indramayu dan Sumedang) dan tiga Kota (Bekasi, Bandung dan Cimahi), serta perannya yang sangat penting sebagai penyedia air baku ibukota menjadikannya sebagai wilayah sungai strategis nasional, sehingga kewenangan pengelolaannya juga berada di pemerintah pusat. Banyak daerah dan sektor yang terlibat dan mempunyai kepentingan dengan sungai ini. Untuk itu maka upaya penanganannya harus melibatkan semua pemangku kepentingan dari berbagai sektor dan daerah yang terlibat secara terintegrasi. Semuanya harus terintegrasi dan terkoordinasi. Adalah mustahil dalam membersihkan sungai hanya di wilayah hilir saja tanpa membenahi wilayah hulu, atau komitmen satu kementerian/departemen tanpa kerjasama serupa dari kementerian/departemen lainnya, juga tidak mungkin suatu kabupaten mendukung visi ini tanpa ada dukungan kongkrit serupa dari kabupaten disebelahnya. Upaya ini juga tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi masyarakat, kalangan LSM dan kalangan bisnis/swasta. Sejak beberapa tahun lalu, sejumlah instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat berpartisipasi dalam serangkaian dialog yang pada akhirnya dapat menghasilkan Citarum Roadmap9, yaitu suatu rancangan strategis berisi hasil identifikasi program-program utama untuk meningkatkan sistem pengelolaan sumber daya air dan memperbaiki kondisi di sepanjang aliran Citarum. Hingga kini telah teridentifikasi sebanyak 80 jenis program dengan perkiraan kebutuhan pembiayaan mencapai Rp. 35 triliun (pada tahun 2007) yang berasal dari berbagai sumber pembiayaan, baik itu anggaran pemerintah, kontribusi pihak swasta maupun masyarakat, juga bantuan

Citarum Fact Sheet as of 10 June 2010 Page 3 of 4

dari lembaga keuangan internasional yang dilaksanakan secara bertahap dalam waktu 15 tahun ke depan. Citarum Roadmap menggunakan pendekatan komprehensif, multi-sektor dan terpadu untuk memahami dan memecahkan masalah kompleks seputar air dan lahan di sepanjang aliran Citarum. Pelaksanaan program ini dilakukan melalui koordinasi dan konsultasi antar para pemangku kepentingan, serta mengutamakan partisipasi masyarakat dalam menentukan prioritas, rancangan hingga pelaksanaan. Koordinasi Program dilakukan oleh Bappenas, sedangkan lembaga pelaksana kegiatan dikordinasikan oleh Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, dengan melibatkan berbagai Departemen dan Kementerian terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota melalui Dinas-Dinas terkait. Adapun tahap pertama Citarum Roadmap terdiri dari sembilan kegiatan antara lain: Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Citarum, Peningkatan pengelolaan lahan dan air, Pengelolaan air dan sanitasi berbasis masyarakat, Rencana aksi peningkatan kualitas air, Perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati di hulu sungai, Penataan ruang, Pengelolaan banjir di kawasan hulu, Desain untuk peningkatan sistem penyediaan air bersih Kota Bandung, dan Strategi adaptasi terhadap perubahan iklim.

1 BPLHD Jawa Barat, Annual State of Environment Report (ASER) 2009, hlm 12. 2 Berdasarkan keputusan bersama Menteri Dalam Negeri No.19/1984; Menteri Kehutanan No.059/1984 dan Menteri Pekerjaan Umum No.124/1984. 3 Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006. 4 BPLHD Jawa Barat, Annual State of Environment Report (ASER) 2009, hlm 12. 5 United Nations Environment Programme (UNEP), http://water.org/learn-about-the-water-crisis/facts/ 6 United Nations World Water Development Report, 2009. http://www.unesco.org/water/wwap/wwdr/wwdr3/pdf/WWD R3_Water_in_a_Changing_World.pdf 7 Global Water Partnership, Technical Assistance Committee, TAC Background papers No. 4, Integrated Water Resources Management, 2000, http://www.gwpforum.org/gwp/library/Tacno4.pdf 8 United Nations Water Virtual Learning Center (WVLC), Introduction to IWRM, http://wvlc.uwaterloo.ca/ 9 Roadmap Citarum in English, http://citarum.org/knowledge_center/listdetail.php?action=listdetail&id_file=55 dan Roadmap Citarum in bahasa, http://citarum.org/knowledge_center/listdetail.php?action=listdetail&id_file=54

For Further Information Please Contacts: Roadmap Coordination and Management Unit (RCMU) Directorate of Water Resources and Irrigation, BAPPENAS/ National Development Planning Agency Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310 (p) + 62 21 3926186 (f) +62 21 314 9641 Program Coordination and Management Unit (PCMU) Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Directorate General of Water Resources, Ministry of Public Works Jl. Inspeksi Cidurian Soekarno-Hatta STA 5600 Bandung 40292 (p) +62 22 7564073 (f) +62 22 7564073 Info@citarum.org http://www.citarum.org

Citarum Fact Sheet as of 10 June 2010 Page 4 of 4

You might also like