You are on page 1of 57

BAB I PENDAULUAN

A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Industrialisasi dan urbanisasi makin lekat pada masyarakat. Ini berakibat makin banyaknya masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. Kurangnya adaptasi untuk mengikuti trend itu menjadi masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Ketidakmampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan dan frustasi pada sebagian masyarakat, konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit mental. Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah. Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda

harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan pengertian konsep diri ? 2. Apa saja yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ? 3. Apa saja pembagian konsep diri ? 4. Bagaimana kepribadian yang sehat ? 5. Apa saja gangguan konsep diri ? 6. Apa saja faktor resiko penyimpangan konsep diri ? 7. Apa saja masalah dan data yang perlu di kaji ?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dengan diagnosa gangguan diri. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian konsep diri. b. Mahasiswa mampu mengkaji pasien dengan konsep diri. c. Mahasiswa mampu menganalisa pasien dengan ganngguan jiwa. d. Mahasiswa mampu mendirikan diagnosa keperawatan. e. Mahasiswa mampu mengintervensikan asuhan keperawatan. f. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan.

BAB II KONSEP DASAR


2.1 PENGERTIAN Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian. 2.2 RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon maladaptif

Respon adaptif

Aktualisasi diri

Konsep diri positif

Harga diri rendah

Keracunan identitas

Depersonalisasi

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima 2. Konsep diri adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
3

3. Kerancuan identitas adalah kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
4. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri

yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

Pohon Masalah
Keputusasaan Perilaku Kekerasan

Perubahan penampilan peran Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Citra Tubuh

Ideal diri tidak realistik

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

1. Teori perkembangan. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat ) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi. 3. Self Perception ( persepsi diri sendiri ) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

2.5 PEMBAGIAN KONSEP DIRI Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari :

1. Gambaran diri ( Body Image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ). Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa : Operasi. Seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain lain.

Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

Waham

yang

berkaitan

dengan

bentuk

dan

fungsi

tubuh

Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan. Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. Standard sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti : 1. Syok Psikologis. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan
7

sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. 2. Menarik diri. Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya. 3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap. Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu : a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah. b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. c) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri. d) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh. e) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang. f) Mengungkapkan keputusasaan. g) Mengungkapkan ketakutan ditolak. h) Depersonalisasi. i) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2. Ideal Diri. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilakuberdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan citacita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : 1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri. 4. Kebutuhan yang realistis. 5. Keinginan untuk menghindari kegagalan . 6. Perasaan cemas dan rendah diri. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ). 3. Harga diri . Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,

1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti : Perkembangan individu. Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Ideal Diri tidak realistis.

10

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapatdicapai, seperti cita cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri. Sistim keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma,mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma. 4. Peran. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan
11

serta

posisi

yang

tidak

mungkin

dilaksanakan

Keliat,

1992

).

Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah : 1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran. 2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan . 3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban. 4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran. Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu : 1. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan . 2. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya. 3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya. 4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti : Transisi Perkembangan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

12

Transisi Situasi. Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

Transisi sehat sakit. Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh : a. Konflik peran interpersonal. Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras. b. Contoh peran yang tidak adekuat. c. Kehilangan hubungan yang penting d. Perubahan peran seksual e. Keragu-raguan peran f. Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua g. Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran h. Ketergantungan obat i. Kurangnya keterampilan sosial j. Perbedaan budaya k. Harga diri rendah l. Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

13

Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 5. Identitas Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masingmasing jenis kelamin tersebut. Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan: g. h. i. Memandang dirinya secara unik Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan Mengingkari atau menghindari peran Kegagalan trnsisi peran Ketegangan peran Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran Proses berkabung yang tidak berfungsi Kejenuhan pekerjaan

menampilkan peran

diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.

14

j. diri

Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti : 1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain 2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya 3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis 4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya 5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang 6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)

2.6 KEPRIBADIAN YANG SEHAT Bagaiman individu berhubungan dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian Kepribadian tidak cukup di uarikan melalui teori perkembangan dan dinamika diri sendiri. Berikut ini adalah pengalaman yang akan dialmi oleh individu yang mempunyai kepribadian yang sehat (stuart dan Sudden, 1991 ) Gambaran diri yang positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai dengan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Ideal diri realistis

15

Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempuynai tujuan hidup yang dapat dicapai. Konsep diri positif

Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses dalam hidupnya. Harga diri tinggi.

Seorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yangberarti dan bermanfaat. Ia memanding dirinya sangat sama dengan apa yang ia inginkan. Kepuasan penampilan peran

Indiviu yang mempunyai kepribadian sehat akan mendapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. Identitas jelas.

Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan mecapai keadaan 2.7 GANGGUAN KONSEP DIRI 1) Pengertian Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif a. Gangguan citra tubuh Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin

16

terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan daerah pemasangan infus.Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi berbagaipenyakit yang dapat merubah sistem tubuh Keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain) Tanda dan gejala gangguan citra tubuh : 1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh 4. Persepsi negatif pada tubuh 5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang 6. Mengungkapkan keputusasaan 7. Mengungkapkan ketakutan b. Gangguan Ideal Diri Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai. Tanda dan gejala yang dapat dikaji 1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, 2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, c. Gangguan Harga Diri

17

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara : 1.Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). a. tidak b. c. Privacy sopan yang kurang diperhatikan, pemasangan misalnya kateler pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang (pengukuran pubis, pemeriksaan perincal) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. 2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gejala yang dapat dikaji 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan terhadap penyakit. 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. 3. Merendahkan martabat. 4. Gangguan hubungan sosial, 5. Percaya diri kurang. d. Gangguan Peran

18

Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosialo klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah : Peran dalam keluarga Peran dalam pekerjaan/sekolah Peran dalam berbagai kelompok Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.

selama dirawat di rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien

Tanda dan gejala yang dapat di kaji 1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran 2. Ketidakpuasan peran 3. Kegagalan menjalankan peran yang baru 4. Ketegangan menjalankan peran yang baru 5. Kurang tanggung jawab 6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa e. Gangguan Identitas Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas dapat terganggu, karena. Tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya : Pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.Ketergantungan pada orang lain. Misalnya : untuk self-care perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu. Perubahan peran dan fungsi. klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat di jalankan.

19

Tanda dan gejala yang dapat di kaji 1. Tidak ada percaya diri 2. Sukar mengambil keputusan 3. Ketergantungan 4. Masalah dalam hubungan interpersonal 5. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan 6. Projeksi (menyalahkan orang lain). 2.8 FAKTOR RESIKO PENYIMPANGAN KONSEP DIRI 1. Personal Identity Disturbance Perubahan perkembangan Trauma Ketidaksesuaian Gender Ketidaksesuaian kebudayaan

2. Body Image Disturbance Kehilangan salah satu fungsi tubuh Kecacatan Perubahan perkembangan

3. Self Esteem Dusturbance Hubungan interpersonal yang tidak sehat Gagal mencapai perkembangan yang penting Gagal mencpaai tujuan hidup Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu Perasaan tidak berdaya Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu Perasaan tidak berdaya

4. Altered Role Peformance

20

Kehilangan nilai peran Dua harapan peran Konflik peran Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkan

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN 1. Masalah keperawatan a. Isolasi sosial : menarik diri b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah c. Gangguan citra tubuh 2. Data yang perlu dikaji No
1.

Masalah Keperawatan
Masalah utama : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data Subyektif
- Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya - Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli - Mengungkapkan tidak bisa apa-apa - Mengungkapkan dirinya tidak berguna - Mengkritik diri sendiri - Mengkritik diri sendiri - Mengungkapkan perasaan main terhadap diri sendiri - Mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu - Perasaan tidak mampu - Perasaan negatif mengenai dirinya

Data Obyektif
- Merusak diri sendiri - Merusak orang lain - Menarik diri dari hubungan sosial - Tampak mudah tersinggung - Tidak mau makan dan tidak tidur - Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan - Wajah tarnpak murung - Klien terlihat lebih suka sendiri - Bingung bila disuruh memilih alternatif

2.

Masalah Keperawatan : Penyebab gangguan citra tubuh

21

3.

Masalah Keperawatan: Akibat Isolasi sosial : menarik diri

sendiri - Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi - Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain - Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain

tindakan - Ekspresi wajah kosong - Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara - Suara pelan dan tidak jelas

A. Diagnosa Keperawatan 1. 2. tubuh B. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. a. Tujuan umum Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. b. 1) Tujuan khusus Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: 1.1.1 1.1.2 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal Perkenalkan diri dengan sopan

22

1.1.3

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

1.1.4 1.1.5 1.1.6 1.1.7 2)

Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki. 2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. 2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik. 3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4) yang dimiliki. 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. 4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan

23

5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 5.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah 6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. c. 1) diderita. 2) Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya Hasil yang diharapkan Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang

(fisik, intelektual, sistem pendukung). 3) 4) realistik. 2. Diagnosa keperawatan : Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh. a. Tujuan umum Klien berperan serta dalam perawatan dirinya. Percaya diri klien menetapkan keinginan atau tujuan yang

Klien menunjukkan peningkatan harga diri b. 1) percaya Tujuan khusus Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling

24

1.1. Bina hubungan perawat - klien yang terapeutik 1.2. Salam terapeutik 1.3. Komunikasi terbuka, jujur dan empati 1.4. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh. 1.5. Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan (pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan) 2) Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh. kesempatan

2.1. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh 2.2. Observasi ekspresi klien pada saat diskusi 3) dimiliki 3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki intelektual, keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi 3.2. Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien. 4) fungsi tubuh. 4.1. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap 4.2. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh 4.3. Tingkat dukungan keluarga pada klien terutama pasangan. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau (tubuh, Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang

25

5)

Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan

masalah yang dihadapi. 5.1. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh 5.2. Dorong klien memilih cara yang sesuai 6) Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.

6.1. Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh 6.2. Rehabilitasi bertahap bagi klien c. 1) 2) 3) Hasil yang diharapkan Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi Klien adaptasi dengan cara-cara yang dipilih dan digunakan.

Bab III STUDI KASUS

A. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Suku Agama Status Perkawinan Pendidikan : Tn.N : 35 tahun : Laki-laki : Welahan, Jepara : Jawa, Indonesia : Islam : Kawin : SD

26

Nomor Register Diagnosa Medis Tanggal Masuk Tanggal Pengkajian

: 041402 : Skizophrenia Katatonik : 01 Januari 2008 pukul 18.45 WIB : 06 Januari 2008 pukul 14.45 WIB di ruang IV (Dewa Ruci)

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondohutomo Semarang Penanggung jawab Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan klien : Tn.H : 40 tahun : Diploma III : PNS : Kedung, Jepara : Kakak Ipar

B. Alasan Masuk Berbicara tidak nyambung, ditanya diam saja, bingung, cemas, dan sulit tidur. C. Faktor Predisposisi Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yakni tahun 2006 di Samarinda. Sedangkan 8 bulan yang lalu pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondohutomo Semarang selama 15 hari. Menurut klien, tidak ada keluarga yang menderita sakit jiwa seperti klien. Klien adalah seorang pekerja keras yang bekerja sebagai pedagang, namun kadang bisnisnya sepi. Klien adalah seorang bapak dari tiga orang anak. Terkadang klien dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarganya harus dibantu oleh keluarga / saudara yang lain. Klien merasa peran sebagai ayah tidak dapat ia lakukan. Lima hari yang lalu pasien kalau ditanya tidak nyambung. D. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda vital TD N RR BB : 120/80 mmHg : 88 x/mnt : 24 x/mnt : 65 kg
27

TB

: 165 cm : : : : : : : Rambut hitam mulai memutih, cukup bersih, tidak ada bekas trauma sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung bersih, pendengaran baik, tidak nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran mukosa lembab, gigi bersih, bibir tidak cianosis trakea simetris, tidak ada penonjolan vena jugularis I : tidak ada lesi pada dada, pergerakan regular Pa : SF kanan = kiri Pe : resonan A : vesikuler

2. Pemeriksaan fisik Kepala Mata Hidung Telinga Mulut Leher Paru-paru

Jantung

I : Ictus cordis tidak tampak Pa : Ictus Cordis teraba pada SC VI media LMCS Pe : pekak A : bunyi jantung I dan II

Abdomen

I : tidak ada lesi A : peristaltik usus 17 x/mnt Pe : tympani Pa : tidak ada nyeri tekan

Genetalia

tidak terpasang kateter tidak ada oedema, CRT < 2 detik, klien dapat berjalan dengan baik

Ekstremitas :

Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak menunjukkan adanya kelainan / gangguan fisik pada klien. E. Psikososial Genogram

28

Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Orang yang tinggal serumah : Orang yang terdekat : Klien

Klien sudah menikah, mempunyai seorang istri dan tiga orang anak. Yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah klien, namun dilakukan dengan musyawarah terlebih dahulu. Dari keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa seperti klien. 1. Konsep diri a. Gambaran diri Klien menyukai semua bagian tubuhnya karena tidak ada masalah / kekurangan pada tubuhnya. b. Identitas diri Klien mengatakan bangga dan puas sebagai seorang laki-laki apalagi sudah dikaruniai tiga orang anak. c. Peran diri Klien merupakan seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pedagang. Namun kadang bisnisnya itu sepi. Klien juga belum mempunyai rumah sendiri, karena masih dalam tahap pembangunan dan belum jadi. Selama dirawat klien tidak melakukan aktivitasnya sebagai pedagang dan secara otomatis kebutuhan keluarganya terjadi masalah. Klien mengatakan ingin segera pulang dan mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Masalah Keperawatan : Peran diri tidak efektif d. Ideal diri Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya dan tidak mau kembali lagi ke rumah sakit dan ingin berkumpul kembali dengan keluarga.
29

e. Harga diri Klien merasa minder dengan saudara-saudara yang lain, yang sudah mapan dalam pekerjaannya dan mempunyai rumah sendiri. Klien dalam kesehariannya jarang bergaul dengan tetangganya. Kegiatan kelompok jarang klien ikuti. Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Hubungan sosial a. Orang yang berarti Menurut klien orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah istri dan anakanaknya. b. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat Klien mengatakan jarang ikut dalam kegiatan kelompok seperti arisan. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan bahwa klien adalah orang yang lebih banyak diam dan mengatakan malas bertemu atau berbicara dengan orang lain. Klien jarang bergaul. Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan, surga dan neraka ada. b. Kegiatan beribadah Selama sakit, klien tetap menjalankan sholat 5 waktu dan berzikir. F. Status Mental a. Penampilan Penampilan cukup rapi, rambut disisir rapi, pakaian yang dikenakan sesuai, tidak terlalu besar dan kecil, klien juga memakai alas kaki. b. Pembicaraan Pembicaraan klien pelan, nada suara rendah, kadang kontak mata kurang dan sering menunduk. c. Aktivitas motorik Klien lebih bayak tidur selama di rumah sakit, aktivitas motorik tidak mengalami gangguan seperti mandi, makan, ganti baju atas inisiatif sendiri dan dilakukan secara mandiri.
30

d. Afek Afek serasi, klien dapat merespons dengan benar stimulus yang diberikan. e. Interaksi selama wawancara Klien kooperatif, walaupun kontak mata sulit dipertahankan selama berinteraksi. f. Persepsi Saat dikaji klien mengatakan tidak ada halusinasi. g. Proses pikir Pembicaraan klien bisa dimengerti perawat, selama komunikasi dengan perawat dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah, jawaban koheren dengan pertanyaan yang diajukan. h. Isi pikir Saat interaksi dengan perawat klien mengatakan bahwa ia merasa tidak berharga, karena belum mempunyai pekerjaan yang mapan. i. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien baik, orientasi tempat, waktu dan orang baik, klien mengetahui sekarang berada di rumah sakit jiwa Semarang, klien mengetahui hari, tanggal dan jam, klien dapat membedakan pagi, siang dan malam. j. Memori Klien masih ingat tahun lahir yaitu tahun , mampu mengingat kejadian masa lalu, dan ejadian sekarang, klien dapat menceritakan riwayat kehidupannya secara berurutan dan konsisten. k. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien mudah berkonsentrasi, daya ingat jangka panjang klien baik, dimana klien masih mengingat tahun lahirnya dan tahun lahir anaknya, klien masih mampu mengingat hal-hal yang baru saja terjadi. Klien masih dapat berhitung sederhana, ketika diberi pertanyaan 12 + 9 + 11 = klien menjawab 32. l. Kemampuan penilaian Klien masih mampu mengambil keputusan sederhana, dibantu orang lain. Contoh ketika diberi opsi sholat dulu sebelum ngobrol atau ngobrol dulu sebelum sholat, klien mengatakan sholat dulu sebelum ngobrol karena nanti agar sholatnya tidak ketinggalan. m. Daya tilik diri

31

Klien mengakui dan sadar bahwa dirinya sedang sakit dan ingin segera sembuh. G. Kebutuhan Persiapan Pulang Selama di rumah sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk dan buah, kadang ada susu. Pola buang air besar klien teratur sekali sehari. Buang air kecil tidak mengalami masalah. Dalam buang air besar dan buang air kecil klien di kamar mandi / WC atas inisiatif sendiri, begitu juga membersihkan diri setelah buang air besar / buang air kecil. Klien mandi 2x sehari atas inisiatif sendiri. Selama di rumah sakit klien berpakaian seragam dan terlihat sesuai tubuhnya. Klien berpakaian sendiri dan ganti setiap hari. Klien tidak mengalami gangguan tidur. Selama di rumah sakit penggunaan obat klien diatur oleh perawat, pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari oleh perawat pula. Klien memiliki sistem pendukung yaitu keluarga dan perawat selama di rumah sakit. H. Mekanisme Koping Klien mengatakan jika ada masalah dipendam sendiri namun kadang cerita dengan istrinya.

I.

Masalah Psikososial dan Lingkungan Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya, klien tidak mempermasalahkan dengan pendidikan terakhirnya. Mengenai pekerjaan kadang ia mengeluh kadang sepi. Mengenai masalah perumahan, ia mengatakan belum mempunyai rumah sendiri.

J.

Pengetahuan Klien mengetahui dan sadar akan sakit yang dideritanya, namun klien kurang tahu mengenai obat-obatan karena kurang ada bimbingan dari perawat ruangan.

K.

Aspek Medik Diagnosa medik : skizophrenia kataton Therapi medik ECT konvensional 4 kali Therapi oral : Persidol 2x1 mg
32

Promactil 2x100 mg

Tryhexylphenidyl 2x2 mg

Hasil laboratorium Nama Glukosa sewaktu Ureum Creatinin Cholesterol total Trigliserid Protein total Albumin SGOT SGPT Uric acid Hasil 127 mg/100 ml 18 mg/100 ml 1,8 mg/100 ml 204 mg/100 ml 1,53 mg/100 ml 7,7 mg/100 ml 4,5 mg/100 ml 28 mg/100 ml 35 mg/100 ml 6,4 mg/100 ml Nilai Normal < 140 mg/100 ml 10-50 mg/100 ml L: 0,6-1,1 D: 0,5-09 150-220 s/d 150 6,3 8,0 3,8 5,1 L : s/d 37 P : s/d 31 L : s/d 42 P : s/d 32 L : s/d 3,5-7 P : 2,5-5,7

33

L. ANALISA DATA No 1. DS : menetap Klien mengatakan belum mempumyai rumah dan merasa malu sebagai seorang suami dan ayah yang tidak bisa menafkahi anak-anaknya. DO : DS : Klien kooperatif Nada bicara rendah ketika sedang berinteraksi dengan perawat Klien terlihat bingung dan gelisah Gangguan konsep diri : harga diri Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya Klien mengatakan ingin pulang dan ingin bekerja selayaknya tetangga tidak mengunjunginya DO : DS : Kontak mata ada namun sulit dipertahankan Klien terlihat bingung dan gelisah Isolasi sosial menarik diri Klien mengatakan jarang ikut kegiatan masyarakat seperti arisan Klien mengatakan bergaul dengan orang 3. Klien mengatakan bahwa ia merasa tidak berharga rendah 2. Klien mengatakan dagangannya kadang sepi Klien selalu memendam perasaannya ketika ada masalah Data Fokus Klien mengatakan pekerjaannya tidak Masalah Keperawatan Peran diri tidak efektif.

34

tertentu saja DO : Klien berbicara lambat, nada rendah sering menunduk. Klien menyilangkan tangan saat dikaji.

M. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Isolasi sosial : menarik diri 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Peran diri tidak efektif N. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : harga diri rendah Peran diri tidak efektif

O. DIAGNOSA KEPERAWATAN Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif

35

P.

RENCANA KEPERAWATAN : Tn. N : IV (Dewa Ruci) : 041402 Perencanaan Tujuan Tujuan Umum: Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara optimal Klien dapat membina hubungan saling percaya

Nama Klien Ruang No. RM No Diagnosa

No 1

Dx. Keperawatan 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif

Kriteria Evaluasi 1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

ttd

Tujuan Khusus 1: menyebutkan nama,

36

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Rasionalisasi : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan Tujuan Khusus 2 Klien dapat mengklasifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.1 Daftar kemampuan yang dimiliki klien di rumah sakit, rumah dan sekolah tempat kerja 2.2 Daftar positif keluarga 2.3 Daftar positif lingkungan klien interaksi selanjutnya 2.1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki dan buat daftar 2.2.1 Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif 2.3.1 Utamakan pada kemampuan aspek positif klien Rasionalisasi : identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki memudahkan perawat dalam melakukan intervensi dan meningkatkan Tujuan Khusus 3 Klien dapat menilai kemampuan yang 3.1 Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit kepercayaan diri klien 3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih

37

digunakan

3.2 Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit

dapat digunakan selama sakit 3.1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan di rumah sakit 3.1.3 Berikan pujian Rasionalisasi : upaya mengurangi efek hospitalisasi 4.1.1 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit 4.1.2 Bantu klien melakukannya jika perlu diberi contoh 4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan klien 4.1.4 Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih Rasionalisasi : meningkatkan penerimaan terhadap

Tujuan Khusus 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

4.1 Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih 4.2 Klien mencoba 4.3 Susun jadwal harian

38

kemampuan yang Tujuan Khusus 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya 5.1 Klien melakukan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau tergantung) 5.2 Klien mampu melakukan kegiatan secara mandiri dimiliki 5.1.1 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien 5.1.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah Rasionalisasi : memberikan kesempatan pada klien untuk merasakan keberhasilan menggunakan kemampuan yang Tujuan Khusus 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 6.1 Keluarga memberi dukungan dan pujian 6.2 Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien dimiliki 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien HDR 6.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

39

6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 6.1.4 Jelaskan cara melaksanakan jadwal kegiatan klien di rumah 6.1.5 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil Rasionalisasi : dukungan keluarga meningkatkan derajat kesembuhan klien

40

Q. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama Klien Ruang No. RM Tgl/ jam 8/1 08 08.15 No Dx 1 : Tn. N : IV (Dewa Ruci) : 041402

Implementasi Keperawatan TUK 1 Membina hubungan saling percaya a. Menyapa dan memberi salam b. Memperkenalkan diri dengan menyebut nama alamat dan berjabat tangan c. Menanyakan nama lengkap klien, nama panggilan serta asal d. Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu ingin membantu menyelesaikan masalah klien TUK 2 a. Memualisasi TUK 2 b. Tanyakan pada klien tentang kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien c. Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien

Evaluasi S : Waalaikum salam nama saya Tn.N, biasa dipanggil Tn.N, saya berasal dari Welahan Jepara Klien menjawab pertanyaan perawat Hobi saya membaca Alquran, suka tangga seperti mencuci pakaian, mencuci piring, gelas atau sendok, juga menyapu lantai. Tetapi kegiatan saya berdagang

TTD

lengkap, nama panggilan, membantu pekerjaan rumah

O : Klien mau berjabat tangan dengan perawat Klien tersenyum, kontak mata cukup, duduk berdampingan dengan perawat, nada bicara rendah/ pelan, klien mau menceritakan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

41

mengungkapkan segala kemampuan klien d. Menyampaikan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya

Klien kooperatif saat bicara dengan perawat

A : TUK 1 tercapai Klien mau menyebut nama lengkap, nama yang disukai serta alamat TUK 2 tercapai Klien mau mengungkapkan kemampuan dan aspek positif P : P : optimalkan TUK 2 Lanjutkan TUK 3 dan 4 K : katakan pada klien bahwa perawat ingin membantu klien dan ingin menjadi teman klien Katakan bahwa perawat siap kapan saja klien mau bercerita tentang masalah yang dihadapi Motivasi klien untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki Anjurkan untuk mengingat 9/1 08 08.45 TUK 3 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Mengucapkan salam Mengajak klien untuk berbincang-bincang nama perawat S : Klien mengatakan waalaikum salam Mas Fajar Klien mengatakan tadi malam tidurnya nyenyak, makannya habis, obatnya

42

sesuai kontrak sebelumnya Mengingatkan kembali (identitas / nama perawat) Bertanya pada klien tentang kontrak hari ini Mendiskusikan kemampuan klien yang dapat dilakukan selama di rumah sakit atau di rumah TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki Meminta klien untuk memilih kegiatan yang akan dilakukan di rumah sakit Memberi pujian atas keberhasilan klien Merencanakan kontrak yang akan datang Mencoba kegiatan yang dipilih

sudah diminum Klien mengatakan perasaannya lebih baik dari kemarin Klien memilih menyapu

O : Klien mau menjawab salam Klien mau berjabat tangan dengan perawat Klien tersenyum, kontak mata cukup, duduk berdampingan dengan perawat, nada bicara rendah Klien mau mencoba pilihannya Klien melakukan kegiatan dengan baik Klien kooperatif saat bicara dengan perawat A : TUK 3 tercapai Klien mau menilai kemampuan yang digunakan TUK 4 tercapai Klien dapat mencoba kegiatan yang dipilih P : P : optimalkan TUK 4 Lanjutkan TUK 5 dan 6

43

K : katakan bahwa perawat siap kapanpun klien mau bercerita tentang masalah yang dihadapi Anjurkan klien untuk mengingat nama perawat Anjurkan klien membuat 10/1 08 09.30 TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Mengucapkan salam Mengajak klien untuk berbincang-bincang sesuai kontrak sebelumnya dengan klien Mengingatkan kembali identitas perawat Bertanya kepada klien tentang kontrak hari ini Mendiskusikan dengan klien kemampuan klien yang dapat dilakukan selama sakit atau di rumah Memberikan kertas jadwal kepada klien beserta bolpoinya Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan jadwal kegiatan sehari-hari S : Waalaikum salam Klien mengatakan mas Fajar Klien mengatakan akan mencuci gelas dan sendok setelah makan siang Klien mengatakan mau membuat jadwal kegiatan sehari-hari O : Klien duduk, disamping perawat Klien mau berjabat tangan Klien ingat nama perawat Klien kooperatif Klien membuat jadwal kegiatan Klien tersenyum A : TUK 4 klien mampu merencanakan kegiatan yang akan dilakukan sesuai kemampuannya Klien menulis beberapa jadwal bersama perawat TUK 4 terpenuhi P : P : optimalkan TUK 4 Lanjutkan TUK 5

44

Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

K : motivasi klien untuk merencanakan dalam daftar / jadwal yang telah dibuat S : Waalaikum salam mas Fajar Klien mengatakan sudah menulis daftar / jadwal Klien mau berjabat tangan O : Klien Memperagakan apa yang ada pada daftar Klien mencuci gelas dan sendok A : TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Klien mencuci gelas dan sendok di depan perawat TUK 5 terpenuhi P : P : optimalkan TUK 5, lanjutkan TUK 6 K : motivasi untuk melakukannya baik di rumah sakit ataupun di rumah Katakan pada klien bahwa perawat merasa senang karena mau mempraktekan

10/1 08 12.45

TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya Mengucapkan salam Mengajak klien berbincang sesuai kontrak sebelumnya Mengingatkan kembali identitas perawat Mengingatkan kembali topik yang akan dibahas Memberikan kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang ada pada jadwal Memberi pujian atas keberhasilannya Mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

45

Lampiran: Jadwal Kegiatan di RSJD ruang IV

Jam 05.00

Kegiatan 1 . Bangun tidur & sholat subuh 2. Membaca Al Qur'an

06.30

Mandi Olahraga

07.00 08.00 09.00 11.00

Sarapan pagi TAK Relaksasi Cerita-cerita Nonton TV

12.00

Makan Siang Sholat dhuhur

14.00 15.30

Istirahat Mandi Sholat asar

16.00 17.00 18.00

TAK Makan sore Sholat maghrib Mengaji

46

19.00 21.00

Sholat isya Tidur malam

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP I ) Masalah keperawatan : Harga diri rendah Pertemuan : 8 januari 2008 / 08.15

1. Proses Keperawatan 1. a. Kondisi : Klien mengatakan malu dan tidak berguna. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif c. TUK : 1. Membina hubungan salinh percaya 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP ) a. Orientasi 1). Salam Terapeutik Assalamu'alaikum Bapak N, nama saya Fajar Aris, biasa dipanggil fajar. Saya pagi ini akan merawat Bapak N dari pukul 07.00-14.00 nanti. 2). Evaluasi /Validasi Klien menjawab salam, Apa yang terjadi di rumah sehingga Bapak N harus dibawa ke sini? 3). Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan atau hobby atau hal-hal yang biasa Bapak N lakukan Tempat: Dimana kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini saja? b. Diagnosa :

47

Waktu : Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 10 menit saja? b. Kerja Apa yang biasa Bapak N dirumah? Sekarang yang biasa dilakukan di tempat kerja? Apa yang Bapak N senangi dari keluarga? Bagaimana dengan istri dan anakanak? Bagaimana pula dengan tempat tinggalnya? Apa ada yang disenangi disana? c. Terminasi 1. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita bercakapcakap? 2. Evaluasi Obyektif : Apa saja tadi kemampuan Bapak N? Bagus sekali! Apa saja tadi yang disenangi dirumah? Bagus sekali! 3. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, nanti coba Bapak N ingat lagi kemampuan yang belum disampaikan. 4. Kontrak Topik : Besok kita akan melihat kemampuan Bapak N yang masih dapat dilakukan di rumah sakit. Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Waktu : Kira-kira besok jam 08.30 ya! Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan.

48

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP II) Masalah keperawatan : Harga diri rendah Pertemuan : 9 januari 2008 / 08.15

1. Proses Keperawatan a. Kondisi b. Diagnosa c. TUK : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif : 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP ) a. Orientasi 1). Salam Terapeutik Assalamu'alaikum Bapak N, masih ingat dengan saya? Bagus 2). Evaluasi /Validasi Menjawab salam, Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Kemarin kita sudah berbincang-bincang mengenai kemampuan atau hobby bapak. Masih ada kemampuan bapak yang belum diceritakan? 3). Kontrak Topik : Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Betul! Hari ini kita akan melihat daftar kemampuan bapak yang dapat dikerjakan dirumah sakit.
49

Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini saja? Waktu : Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 20 menit saja? b. Kerja Ini daftar kemampuan yang bapak miliki, yang telah kita bicarakan kemaren, apa masih ada tambahannya? Nah, sekarang coba kita lihat satu persatu, sekiranya mana saja yang dapat dilakukan selama bapak di rumah sakit. Bapak, sesuai dengan pilihan bapak, yaitu menyapu, bagaimana kalau sekarang kita coba kemampuan yang tadi sudah bapak pilih? Sekarang mari kita coba. Bagus! Nah, sekarang sudah selesai, mari kita duduk lagi. c. Terminasi 1. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita melakukan kegiatan tadi? 2. Evaluasi Obyektif : Coba sekarang sebutkan tadi bapak melakukan kegiatan apa! Terus tadi bagaiman cara mengerjakannya? Bagus! 3. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, Nanti kegiatan ini bisa dilakukan apabila lantai kotor, bapak juga bisa melakukannya di rumah setelah nanti bapak pulang dari rumah sakit. 4. Kontrak Topik : Nah, besok kita akan latihan kemampuan yang lain, dan membuat jadwal kegiatan yang bisa bapak lakukan selama di rumah sakit, bagaimana? Tempat Waktu : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini saja? : Kira-kira besok jam 09.30 ya! Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan

50

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP III) Masalah keperawatan : Harga diri rendah Pertemuan : 10 Januari 2008 / 08.45

1. Proses Keperawatan a. Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yang dapat dilakukan di rumah sakit, dan telah melatih satu kemampuannya. b. Diagnosa : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif c. TUK : 4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, menyusun jadwal kegiatan. 2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP ) a. Orientasi 1). Salam Terapeutik Assalamu'alaikum Bapak N, masih ingat dengan saya? Bagus 2). Evaluasi /Validasi Menmjawab salam, Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Kemarin kita sudah latihan salah satu kemampuan yang dimiliki Bapak N. 3). Kontrak Topik : Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Betul! Hari ini kita akan membuat jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan

51

kemampuan bapak yang dapat dikerjakan selama di rumah sakit. Tempat Waktu : Dimana kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini saja? : Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 20 menit saja? b. Kerja Ini daftar kemampuan yang bapak miliki, kemaren bapak telah mencoba salah satu kemampuan bapak yang bapak miliki. Nah, sekarang kita akan membuat jadwal kegiatan bapak sehari-hari yang sekiranya dapat dilakukan selama bapak di rumah sakit, tentunya sesuai dengan daftar kemampuan yang dimiliki bapak yang telah kita bicarakan beberapa waktu yang lalu. Nah, sekarang kita buat ya pak! Bagus! Jadwal kegiatan sudah dibuat, mulai nanti siang sudah bisa dilakukan ya pak! . c. Terminasi 1. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak N setelah kita berbincangbincang? 2. Evaluasi Obyektif : Coba sekarang sebutkan tadi bapak melakukan kegiatan apa! Bagus! 3. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, jadwal kegiatan ini bisa dilakukan mulai nanti siang ya pak! 4. Kontrak Topik : Nah, nanti kita akan latihan kemampuan yang lain, sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah kita buat tadi. Bagaimana? Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Waktu : Kira-kira besok jam 12.30 ya! Berapa lama kita akan berbincangbincang? Bagaimana kalau 15 menit? Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan

52

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP IV) Masalah keperawatan : Harga diri rendah Pertemuan : 10 Januari 2008 / 12.45

1. Proses Keperawatan a. Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yang dapat dilakukan di rumah sakit, dan telah melatih satu kemampuannya serta telah membuat jadwal kegiatan sehari-hari. b. Diagnosa c. TUK : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan peran diri tidak efektif : 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisis sakit dan kemampuannya. 2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP ) a. Orientasi 1). Salam Terapeutik Assalamu'alaikum Bapak N, masih ingat dengan saya? Bagus! 2). Evaluasi /Validasi Menjawab salam, Bagaimana perasaan bapak siang ini? Tadi kita sudah membuat jadwal kegiatan sehari-hari selama bapak dirawat di rumah sakit. 3). Kontrak Topik : Masih ingat apa yang akan kita bicarakan siang ini? Betul! Siang ini kita akan melihat jadwal kegiatan siang ini sesuai dengan kemampuan bapak yang dapat dikerjakan selama di rumah sakit. Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini saja?
53

Waktu : Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 15 menit saja? b. Kerja Ini jadwal yang telah kita buat tadi. Sesuai dengan jadwal yang telah kita buat tadi, kemampuan Bapak N yang akan kita lakukan apa? Betul! Sesuai dengan jadwal, siang ini bapak akan mencuci gelas dan sendok. Nah, sekarang mari kita coba. Bagus! Nah, sekarang sudah selesai, mari kita duduk kembali. . c. Terminasi 1. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak N setelah melakukan sendiri? Bagus sekali! 2. Evaluasi Obyektif : Jadi sudah berapa kegiatan yang sudah bapak lakukan? Bagus sekali! Sekarang sebutkan kegiatan apa saja yang bapak sudah lakukan! Bagus! 3. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, Nanti coba terus selama di rumah sakit ya pak, dan ini merupakan pekerjaan harian. 4. Kontrak Topik : Nah, sudah dua kegiatan yang dilakukan. Bagaimana kalau kita latih lagi kegiatan yang ketiga! Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Waktu : Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Baiklah, silahkan Bapak N melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan

54

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah biasanya seseorang tersebut akan merasa gagal mencapai keinginannya dan merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri klien agar dapat memperbaiki hubungan sosial dengan orang lain serta lingkungannya merupakan upaya luhur yang harus dilakukan pada klien dengan harga diri rendah. Menolong dan mendorong klien agar mampu bersikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain harus dilakukan sebagai upaya peningkatan rasa optimsme terhadap diri sendiri. Untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul pada klien, perlu dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, namun sebenarnya yang paling utama adalah dukungan yang lahir dari keluarga. Perawatan lebih lanjut oleh perawat ruangan maupun keluarga dibutuhkan dalam menunjang proses pemulihan klien walaupun saat ini kondisi klien tampak membaik. B. Saran 1. Bagi Perawat, diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah harga diri rendah untuk memberikan support kepada klien agar klien mempunyai konsep diri yang lebih baik.

55

2. Bagi Institusi Rumah Sakit, Untuk menunjang keberhasilan perawatan klien dengan harga diri rendah perlu ditingkatkan hubungan kerja sama antara pihak Rumah Sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun sesudah klien pulang ke rumah. 3. Bagi Keluarga, diharapkan selalu memberi motivasi kepada klien dengan harga diri rendah, dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri sendiri akan muncul. 4. Bagi Institusi Pendidikan, agar senantiasa mengembangkan sayap melalui cara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan harga diri rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa: Yasmin Asih, Edisi 10, Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, 1994, Gangguan Konsep Diri, Jakarta: EGC ----------------------, 1996, Hubungan Therapeutik Keperawatan, Jakarta: EGC ----------------------, 1996, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Jiwa, Editor: Silvana Evi Linda, Jakarta: EGC Rawlins and Heacock, 1993, Clinical Manual Of Psychiatric Nursing , St Louis: The CV Mosby Year Company --------------------------, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, St Louis: The CV Mosby Year Company Stuart,Gail W, 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa: Ramona P. Kapoh, Editor: Pamilih Eko Karyuni, Edisi 5, Jakarta: EGC Stuart,Gail W, Sundeen SJ, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC

56

Stuart, Gail W and Sundeen SJ, 1995 Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 5th ed, St Louis : The CV Mosby Year Book. Stuart. Gail W and Laraia, 2001 Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 7th ed, St Louis: The CV Mosby Year Book Townsend, M.C. (1998) Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC

57

You might also like