Professional Documents
Culture Documents
Warsidi http://www.warsidi.com
masalah terkait produk gagal, inefisiensi tenaga kerja, dan kos-kos lainnya yang terkait dapat dikenali sebelum produksi selesai. Materialitas suatu variansi dapat diukur dengan membagi variansi dengan kos standarnya. Variansi kurang dari 5 10 persen mungkin dianggap tidak signifikan. Materialitas bisa juga ditetapkan dalam satuan rupiah atau level volume. Sebagai contoh, sebuah perusahaan menetapkan kebijakan variansi dianggap signifikan jika lebih dari Rp10,000.000 atau 20,000 unit. Materialitas juga tergantung pada dampak elemen tertentu pada kinerja dan pengambilan keputusan. Sebagai contoh, jika suatu item kos sangat penting bagi keberlangsungan bisnis di masa depan (misalnya, suku cadang utama, promosi, reparasi), limit materialitasnya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga variansi yang kecil sekalipun segera dilaporkan. Teknik statistik juga dapat digunakan untuk memastikan signifikansi variansi kos dan pendapatan. Rentang toleransi yang dapat diterima harus ditetapkan untuk tiap-tiap manajer (misalnya dinyatakan dalam persen). Meskipun variansi tidak pernah melebihi persentase minimum atau jumlah rupiah minimum yang diperbolehkan, manajer mungkin saja ingin menyampaikannya kepada atasan jika variansi itu selalu mendekati limit yang ditetapkan setiap tahunnya. Situasi itu mengindikasikan standar yang sudah out-of-date dan harus disesuaikan dengan level yang berlaku saat ini sehingga perencanaan laba secara keseluruhan menjadi lebih baik. Meskipun demikian, standar yang out-of-date atau proses penganggaran yang buruk bisa juga mengakibatkan terjadinya variansi yang tidak merefleksikan kinerja sesungguhnya. Dengan memberikan perhatian terhadap variansi dan mencari penyebabnya, manajer akan mengendalikan operasi secara lebih efisien dan hemat. Meskipun demikian, perhatian terhadap variansi juga tidak berarti mengabaikan kualitas. Jika variansi berada di luar kontrol manajer, tindak lanjut oleh manajer tidak mungkin dilakukan. Sebagai contoh, kenaikan harga BBM atau tarif listrik tidak dapat dikontrol secara internal oleh perusahaan. Standar mungkin ditetapkan berbeda-beda pada berbagai level volume operasional. Di samping itu, standar juga harus dievaluasi secara periodik, dan jika standar tidak lagi merefleksikan kondisi secara realistis, modifikasi harus dilakukan. Standar bisa menjadi tidak realistis karena sebab-sebab internal (misalnya desain produk) atau kondisi eksternal (misalnya perubahan manajemen dan peta persaingan). Sebagai contoh, standar harus direvisi jika harga, spesifikasi bahan, desain produk, tingkat upah minimum, dan metode produksi berubah sedemikian rupa sehingga standar yang berlaku saat ini tidak lagi bermanfaat sebagai ukuran kinerja. Berubahnya metode atau saluran distribusi atau berubahnya struktur dan fungsi organisasi juga akan mengubah aktivitas-aktivitas penjualan dan administratif. Variansi signifikan yang sesuai dengan harapan (favorable) juga harus diinvestigasi dan ditindaklanjuti. Pihak yang bertanggung jawab terhadap kinerja yang baik harus diberi imbalan. Variansi saling terkait satu sama lain, sehingga pengaruh nettonya harus mendapatkan perhatian. Sebagai contoh, variansi harga yang sesuai dengan harapan (favorable) bisa terjadi jika bahan baku yang dibeli kualitas dan harganya lebih rendah, tetapi variansi kuantitas tidak akan sesuai dengan
Warsidi http://www.warsidi.com
harapan (unfavorable) sebagai akibat dari lambatnya waktu produksi karena buruknya kualitas bahan. Dalam proses pemanufakturan automatis, informasi kos standar dapat diintegrasikan dengan komputer yang mengendalikan aktivitas produksi. Selanjutnya, variansi dapat diidentifikasi dan dilaporkan oleh komputer dan penyesuaian yang diperlukan dapat dilaksanakan seiring dengan berlangsungnya operasi. Dalam mengevaluasi variansi, informasi yang mungkin tidak turut dilaporkan, karena alasan apapun, harus dipertimbangkan. Adakah perubahan-perubahan proses produksi yang tidak direfleksikan dalam laporan kinerja? Apakah frekuensi setup fasilitas meningkat dengan adanya lini produksi baru sehingga standarnya harus diubah?
Penentuan kos standar tidaklah tanpa kelemahan, misalnya potensi bias dalam penetapan standar dan dampak disfungsional karena norma dan standar tidak ditetapkan dengan tepat. Jika variansi disebabkan oleh beragam sebab, masing-masing sebab itu harus disebutkan.
Warsidi http://www.warsidi.com
Penetapan standar
Standar bisa ditetapkan oleh insinyur (desainer produk), manajer produksi, manajer pembelian, dan manajer sumber daya manusia. Tergantung pada sifat dasar item kos, model standar bisa ditetapkan dengan alat bantu komputer untuk memvalidasi berapa kos standar seharusnya. Standar bisa ditetapkan dengan test runs atau analisis teknis/matematis. Standar juga didasarkan pada situasi tertentu yang akan dievaluasi. Beberapa contohnya disajikan berikut: Situasi Pengurangan kos Kebijakan harga Barang berkualitas tinggi Standar Ketat Realistis Kesempurnaan
Kapasitas bisa dinyatakan dalam unit, bobot, ukuran, rupiah, harga jual, dan jam tenaga kerja langsung. Kapasitas juga dinyatakan dalam berbagai periode waktu (misalnya, per minggu, bulan, tahun). Jenis-jenis standar: Dasar. Standar ini tidak mengalami perubahan dari satu periode ke periode berikutnya dan digunakan seperti halnya tahun dasar dalam penghitungan indeks. Standar dasar menjadi basis untuk membandingkan kinerja periode selanjutnya. Standar dasar akan menjadi tidak realistis jika perubahan lingkungan tidak dipertimbangkan. Efisiensi maksimum. Standar ini adalah standar sempurna dengan mengasumsikan kondisi yang ideal dan optimal. Karena kesempurnaannya, standar efisiensi maksimum akan selalu mengakibatkan variansi yang tidak sesuai dengan harapan (unfavorable). Secara realistis, ketidakefisienan dalam hal-hal tertentu akan selalu terjadi, misalnya bahan baku tidak akan selalu tiba tepat waktu dan alat-alat juga sekali waktu macet. Standar ideal tidak dapat digunakan dalam peramalan dan perencanaan karena standar tersebut tidak merefleksikan inefisiensi yang normal. Praktis atau dapat dicapai saat ini. Standar ini adalah volume output yang mungkin dicapai jika fasilitas beroperasi secara terus-menerus, dengan memperhitungkan kerugian yang normal dan tak terhindarkan seperti liburan, hari besar, dan reparasi. Standar praktis didasarkan pada aktivitas yang efisien, sehingga mungkin untuk dicapai meskipun sulit. Standar ini ditetapkan dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian normal seperti kerusakan mesin yang dapat diperkirakan sebelumnya dan kekurangan bahan yang normal. Standar praktis harus ditetapkan cukup tinggi untuk memotivasi karyawan dan cukup rendah untuk memperhitungkan terhentinya proses yang normal. Selain menyoroti variansi kos yang abnormal, standar praktis bisa digunakan dalam peramalan arus kas dan perencanaan persediaan. Standar yang dapat dicapai umumnya digunakan dalam praktik sesungguhnya di perusahaan. Harapan. Standar harapan mencerminkan ekspektasi angka-angka berdasarkan pada kondisi operasi dan kos yang dapat diramalkan sebelumnya. Standar harapan biasanya mendekati angka-angka sesungguhnya.
Warsidi http://www.warsidi.com
Standar sebaiknya ditetapkan pada level yang realistis. Pihak-pihak yang terkena dampak standar harus berpartisipasi dalam perumusannya sehingga terjadi internalisasi tujuan. Dengan adanya standar yang masuk akal, karyawan umumnya menjadi sadar kos (cost conscious) dan mencoba untuk mencapai hasil terbaik dengan kos sekecil mungkin. Standar yang terlalu ketat akan menghambat kinerja karyawan. Standar yang terlalu longgar akan mengakibatkan inefisiensi operasi. Jika karyawan menerima bonus dengan dilampauinya standar normal, standar bahkan bisa menjadi alat motivasi yang lebih efektif. Standar bukanlah angka yang mutlak dan teliti. Secara realistis, standar mencakup rentang kemungkinan hasil yang dapat diterima. Oleh karena itu, variansi bisa dan memang terjadi di dalam batas atas dan batas bawah yang normal. Dalam menentukan batas toleransi, besaran relatif lebih penting dibandingkan nilai absolut. Sebagai contoh, jika kos standar untuk suatu aktivitas adalah $100,000, rentang lebih atau kurang $4,000 mungkin bisa ditoleransi. Analisis variansi umumnya diperumit dengan masalah penghitungan angka unit-unit ekuivalen produksi. Variansi ada yang terkontrol, sebagian terkontrol, atau tidak terkontrol. Variansi tidak selalu mudah dikaitkan dengan pihak yang harus mempertanggungjawabkannya, meskipun sifatnya terkontrol. Sejauh mana variansi dapat dikontrol tergantung pada standarnya, kos yang dilibatkan, dan faktor-faktor tertentu yang menyebabkan terjadinya variansi.
Variansi perencanaan
Variansi perencanaan terjadi ketika ekspektasi faktor-faktor yang berasal dari industri atau faktorfaktor lingkungan lainnya tidak terjadi. Sebagai contoh, pada awal periode, proyeksi penjualan mungkin didasarkan pada hasil review penawaran dan permintaan di pasar. Akan tetapi, akibat kondisi sesungguhnya yang terjadi di industri, penjualan sesungguhnya mungkin jauh lebih rendah. Variansi unit penjualan kemudian dianggap sebagai kesalahan perencanaan dan tidak dikaitkan dengan masalah kinerja. Penjualan pada level industri umumnya dianggap berada di luar kontrol manager.
Produk A: Produk B:
Produk A: Produk B:
Terjadi variansi penjualan yang sesuai dengan harapan sebesar Rp3.700, yang terdiri dari variansi harga jual dan variansi volume penjualan. Variansi harga jual sama dengan: (Harga jual sesungguhnya Harga jual anggaran) Unit terjual sesungguhnya
Produk A: ( Rp6,20 - Rp6,00 ) 8.000 = Rp 1.600 SH (sesuai harapan) Produk B: ( Rp7,70 - Rp8,00 ) 33.000 = (9.900) TSH (tidak sesuai harapan) Rp (8.300) TSH (tidak sesuai harapan)
Variansi volume penjualan sama dengan: (Kuantitas sesungguhnya Kuantitas anggaran) Harga jual anggaran
Produk A: ( 8.000 - 10.000 ) Rp6,00 = Rp (12.000) TSH Produk B: ( 33.000 - 30.000 ) Rp8,00 = Rp 24.000 SH Rp 12.000 SH
Variansi harga jual mengindikasi, apakah produk dijual dengan harga diskon (lebih rendah dari anggaran) atau premium (lebih tinggi dari anggaran). Variansi harga jual bisa disebabkan oleh kondisi pasar yang tidak terkontrol atau oleh keputusan manajemen. Analisis volume penjualan mempertimbangkan anggaran, standar, rencana penjualan, perbandingan industri, dan kos pemanufakturan. Perlu diingat, volume penjualan yang tinggi tidak berarti laba yang tinggi pula. Dengan kata lain, volume penjualan yang tinggi mungkin saja disertai dengan kos yang tinggi pula. Variansi volume penjualan yang tidak sesuai dengan harapan mungkin disebabkan oleh buruknya fungsi pemasaran atau penurunan harga oleh perusahaan pesaing. Jika variansi volume penjualan yang tidak sesuai dengan harapan terjadi bersamaan dengan variansi harga yang sesuai dengan harapan, manajer pemasaran mungkin kehilangan penjualan karena menaikkan harga. Variansi volume penjualan merefleksikan pengaruh volume penjualan terhadap total margin kontribusi yang dianggarankan yang disebabkan oleh perubahan jumlah total unit yang terjual. Variansi tersebut bisa disebabkan oleh permintaan produk yang tidak diprediksi sebelumnya, rendahnya permintaan produk, atau buruknya peramalan penjualan.
Warsidi http://www.warsidi.com
Total variansi penjualan yang tidak sesuai dengan harapan bisa mengindikasikan adanya masalah dengan manager pemasaran karena dia memiliki kontrol atas penjualan, periklanan, dan penentuan harga. Faktor lainnya yang mungkin menyebabkan variansi penjualan yang tidak sesuai dengan harapan adalah lemahnya kontrol atas kualitas, penggantian komponen yang kualitasnya lebih rendah karena lemahnya fungsi pembelian, buruknya desain produk sebagai akibat buruknya perekayasaan produk. Total variansi penjualan (harga dan volume) disajikan dalam laporan penjualan menurut produk dan laporan distrik/wilayah penjualan. Manajer pemasaran bertanggung jawab atas variansi penjualan dan harus menjelaskan deviasi yang terjadi kepada manajemen atasannya. Spreadsheet elektronik seperti Microsoft Excel bisa digunakan untuk menghitung compute variansi penjualan.
Variansi kos
Ketika produk dihasilkan atau jasa diserahkan, tiga ukuran harus diperhitungkan: 1. Kos sesungguhnya = Harga sesungguhnya Kuantitas sesungguhnya, di mana Kuantitas sesungguhnya = Kuantitas sesungguhnya per unit pekerjaan Unit pekerjaan/produk sesungguhnya. 2. Kos standar = Harga standar Kuantitas standard, di mana Kuantitas standard = Kuantitas standard per unit pekerjaan Unit pekerjaan/produk sesungguhnya. 3. Total Variansi (kontrol) = Kos sesungguhnya Kos standar. Total Variansi (kontrol) mencakup elemen-elemen berikut: Variansi harga (tarif, kos): (Harga standar Harga sesungguhnya) Kuantitas sesungguhnya Variansi kuantitas (penggunaan, efisiensi): (Kuantitas standar Kuantitas sesungguhnya) Harga standar
Variansi tidak sesuai dengan harapan jika kos sesungguhnya lebih tinggi dibandingkan kos standar.
Warsidi http://www.warsidi.com
Harga yang lebih murah sebagai akibat penawaran khusus diabaikan kecuali telah benar-benar disepakati dengan pemasok. Standar harga bahan baku juga sebaiknya mencakup kerusakan normal yang tidak dapat dihindari. Variansi harga bahan baku dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas departemen pembelian dan untuk melihat pengaruh perubahan kos bahan baku terhadap profitabilitas. Variansi harga bahan baku bisa dipisahkan pada saat pembelian dan setelah digunakan. Variansi kuantitas bahan baku merupakan tanggung jawab supervisor produksi. Variansi kuantitas bahan baku tidak hanya mencakup bahan mentah, tetapi juga suku cadang/komponen yang dibeli, dus, dan bahan kemasan lainnya yang dapat dilihat pada, atau terkait langsung dengan, produk. Standar kuantitas bahan baku umumnya ditetapkan berdasarkan spesifikasi bahan yang disiapkan oleh desainer produk, sesuai dengan desain produk dan arus produksi. Standar kuantitas tersebut harus memperhitungkan jumlah dan kualitas produk yang paling ekonomis serta dinaikkan untuk mengantisipasi inefisiensi yang dianggap normal dan kerusakan. Untuk kegiatan yang sama atau sejenis, penetapannya bisa mengacu kepada pengalaman sebelumnya. Test runs atau statistika deskriptif bisa dilakukan untuk kondisi yang terkontrol. Standar fisik bahan baku didasarkan pada spesifikasi jenis dan kualitas, spesifikasi kuantitas, dan spesifikasi rakitan. Jika beragam bahan mentah diperlukan untuk menghasilkan satu jenis produk, jenis dan kuantitas standar tiap-tiap bahan mentah harus didaftar dalam dokumen standard bill of materials. Contoh 2 Pembelian bahan baku berjumlah 20.000 kg. Bahan baku yang dikeluarkan untuk produksi berjumlah 15.000 kg. Bahan baku dianggarkan 1 kg per unit produk jadi. Harga bahan baku dianggarkan Rp2,50 per kg, sedangkan harga sesungguhnya Rp3,00 per kg. Produk jadi yang dihasilkan berjumlah 10.000 unit. Variansi harga bahan baku sama dengan: (Harga sesungguhnya Harga standar) Kuantitas yang dibeli
Rp
Variansi kuantitas bahan baku sama dengan: (Kuantitas yang dikeluarkan sesungguhnya Kuantitas standar) Harga standar
Warsidi http://www.warsidi.com
kg kg kg SH
Variansi harga bahan baku tidak terkontrol jika kenaikan harga disebabkan oleh situasi inflasi atau kelangkaan, atau karena lonjakan order (misalnya, BBM menjelang kenaikan harga di Indonesia). Variansi harga bahan baku yang sesuai dengan harapan mengindikasikan pemerolehan bahan baku yang lebih kualitas. Dengan demikian, secara logis variansi harga bahan baku yang sesuai dengan harapan akan diikuti dengan variansi penggunaan yang juga sesuai dengan harapan. Jika hal tersebut tidak terjadi, berarti terdapat inkonsistensi. Variansi harga bahan baku yang sesuai dengan harapan bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor lain, misalnya jika harga sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan yang diekspektasikan karena terjadinya kelebihan penawaran bahan baku. Porsi variansi harga yang terkontrol harus dipisahkan dari yang tidak terkontrol dalam laporan manajemen. Gambar 1 menyajikan contoh laporan harian variansi harga bahan baku. Pada umumnya, variansi kuantitas bahan baku merupakan tanggung jawab manajer produksi. Meskipun demikian, manajer pembelian akan bertanggung jawab atas rendahnya kualitas bahan baku yang dimaksudkan untuk menghemat kos.
Gambar 1 Laporan harian variansi harga bahan baku
Referensi
Shim, J.K. & J.G. Siegel (2005). Budgeting Basics and Beyond, 2rd Ed, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Warsidi http://www.warsidi.com