You are on page 1of 12

A. Pendahuluan 1.

Latar Belakang

Menurut Milan Rianto(2007:1), tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif, maka tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Atau terciptanya kondisi pembelajaran yang efektif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dan peserta didik berhasil dalam mewujudkan tujuan/kompetensi yang diharapkan sebagai dampaknya. Namun pelaksanaan pembelajaran kurang memberdayakan lingkungan belajar, lingkungan belajar siswa disekolah baik di kelas maupun dilingkungan kelas kurang ditata sedemikian rupa yang mendukung proses pembelajaran di kelas, dan para guru dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran mengikuti yang sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting kelas yang dituntut oleh model atau pendekatan yang digunakan tersebut.

Maka pengelolaan tempat belajar yang baik, membuat siswa aktif dalam belajar dan strategi yang tepat dalam kegiatan belajar harus dikuasai para guru agar dapat menciptakan Pembelajaran yang konstruktif sebagai salah satu pendekatan dalam menciptakan proses pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki.Selain itu juga untuk mengembangkan wawasan tentang ragam sistem pembelajaran beserta subtansi pola yang ditawarkan. Sehingga akan menghasilkan hasil belajar yang efektif dan memberikan manfaat bagi peserta didik.

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 1

B. Pembahasan 1. Pengertian Menata Tempat Belajar

Menata Tempat Belajar pada hakekatnya melakukan pengelolaan Tempat Belajar. Aktivitas guru dalam menata Tempat Belajar lebih terkonsentrasi pada pengelolaan Tempat Belajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dalam melakukan penataan Tempat Belajar dikelas tiada lain melakukan aktivitas pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). Menurut Milan Rianto(2007:1), pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Optimalisasi proses pembelajaran menunjukan bahwa keterlaksanaan serangkaian kegiatan pembelajaran (instructional activities) yang sengaja direkayasa oleh pendidik dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik sampai dapat meraih hasil belajar sesuai harapan. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai macam bentuk interaksi yang terbangun memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar (learning experiences) dalam rangka menumbuh-kembangkan kemampuannya (kompetensi - competency), yaitu spiritual, mental, intelektual, emosional, sosial, dan fisik (indera) atau kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Indra Djati Sidi (2005:148150), menegaskan dalam menata Tempat Belajar di kelas yang menarik minat dan menunjang siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa dan pemanfaatan sumber belajar, pajangan kelas, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat ditegaskan lebih lanjut bahwa secara fisik Tempat Belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar serta

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 2

menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih, tempat duduk di tata sedemikian rupa agar siswa bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas. Dinding kelas di cat berwarna sejuk, terpampang gambar-gambar atau foto yang mendukung kegiatan belajar seperti gambar pahlawan, lambang negara, presiden dan wakil presiden, kebersihan lingkungan, pamflet narkoba, dan sebagainya.

2. Pengertian Tempat Belajar

Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menurut Muhammad Saroni (2006:81-82), adalah penciptaan kondisi pembelajaran yang efektif. Kondisi pembelajaran efektif adalah kondisi yang benar-benar kondusif, kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran.

Indra Djati Sidi (1996) dalam Cope (No. 02 tahun VI Desember 2002 : 36), menegaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana interaksi belajar mengajar yang hidup, mengembangkan alat peraga yang sesuai, memanfaatkan sumber belajar yang sesuai, memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dan Tempat Belajar di kelas yang kondusif. Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut. Diantara yang dapat diciptakan guru untuk kondisi tersebut adalah penciptaan Tempat Belajar. Tempat Belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 3

lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa merasa nyaman di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.

Dari kutipan tersebut maka dapat dikatakan bahwa Tempat Belajar merupakan situasi buatan yang menyangkut lingkungan fisik maupun yang menyangkut lingungan sosial. Dengan demikian Tempat Belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Selanjutnya Tempat Belajar dapat dilihat dari interaksi belajar mengajar yang merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar, dan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.

Menurut I Made Alit Mariana(2005:13), Tempat Belajar dapat merefleksikan ekspetasi yang tinggi untuk kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan tersebut mengacu pada ruang secara fisik tempat belajar, lingkungan sosial dan psikologi siswa yang mendorong belajar, perlakuan dan etika dalam menggunakan mahluk hidup, dan keamanan (dalam area belajar yang berhubungan dengan pembelajaran sains).

Berdasarkan uraian pendapat tentang Tempat Belajar tersebut diatas maka dapat disarikan bahwa Tempat Belajar yang di kelola adalah terutama bagaimana mengemas suasana kelas belajar, kelas belajarnya, dan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah ataupun yang dapat diadakan dari dibuat / alam lingkungan sekolah. Tempat Belajar dalam hal terutama di kelas adalah sesuatu yang diupayakan atau diciptakan oleh guru agar proses pembelajaran kondusif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang semestinya.

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 4

Tempat Belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang menyangkut : a. lingkungan (keadaan) fisik b. lingkungan sosial

a. Lingkungan fisik

Menurut Muhammad Saroni (2006:82-83), yang intinya bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubunga dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan. Lingkungan fisik ini meliputi saran prasarana pembelajaran yang di miliki sekolah seperti lampu, ventilasi, bangku, dan tempat duduk yang sesuai untuk siswa, dan lain sebagainya. Hal yang senada Suprayekti (2003:18), juga menegaskan bahwa : lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di optimalkan pegelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantanya adalah kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, dan sebagainya.

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 5

Dari uraian di atas maka dapat disarikan bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah maupun yang dilingkungan sekolah termasuk dimasyarakat siswa berada. Dalam uraian ini lingkungan fisik lebih ditekankan pada lingkungan fisik dalam ruang kelas belajar di sekolah, alat/media belajar yang ada , dan alat/media belajar yang dapat dibuat sendiri/diambil lingkungan

b. Lingkungan sosial

Muhammad Saroni (2006:83), menjelaskan bahwa : dalam lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan karyawan, dan siswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi antar personil. Dan kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik. Lingkungan sosial yang kondusif dalam hal ini, misalnya adanya keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu dalam lingkungan sosial kelas hendaknya juga diciptakan sekondusif mungkin, agar suasana kelas dapat digunakan sebagai ajang dialog mendalam dan berpikir kritis yang menjunjung tinggi

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 6

prinsip-prinsip manusiawi, empati, dan lain-lain, demokratis serta religius. Selanjutnya lingkungan non fisik/lingkungan sosial dapat dikembangkan fungsinya yaitu untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif seperti adanya musik yang digunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung. Musik tersebut digunakan menjadikan suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap terkonsentrasi.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat dipertegas bahwa lingkungan sosial kelas adalah upaya penciptaan suasana belajar atau suasana kelas belajar sehingga interaksi di dalam kelas kondusif. Di mana suasana kelas belajar berlangsung santai bermakna, demokratis, adil, religius, dan siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. Di samping itu ketika siswa sedang bekerja /mengerjakan suatu masalah dapat diputarkan musik belajar.

Dalam hal ini tugas guru menurut Mulyasa (2006:210&218), adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, juga selain menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan tetapi juga menciptakan dan mengatur Tempat Belajar terutama di kelas, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu peran guru harus bisa membiasakan pengaturan peran serta/ tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 7

lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran bagi tiap siswa menjadi bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara siswa dan guru maka kebersaman akan terbentuk sehingga hal (Tempat Belajar) untuk menjadikan pembelajaran berenergi menjadi tuntutan tiap siswa. Hal yang menjadikan pembelajaran berenergi adalah tanggung jawab bersama tiap siswa.

3. Prinsip-Prinsip Pengaktifan Siswa Dalam Belajar

Agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien dan kondisi pembelajaran yang kondusif maka disini peran guru untuk dapat memancing siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun pengaktifan siswa dalam belajar dibagi menjadi beberapa prinsip yang dapat dijadikan pedoman untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, prinsip prinsip tersebut antara lain : a. Prinsip Motivasi b. Prinsip latar atau konteks c. Prinsip keterarah kepada titik atau fokus tertentu d. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi e. Prinsip belajar sambil bekerja f. Prinsip perbedaan perorangan atau individual g. Prinsip menemukan h. Prinsip pemecahan masalah

a. Prinsip motivasi

Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, kalau seorang

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 8

siswa malas belajar, hendaklah guru mengetahui mengapa demikian.

b. Prinsip latar atau konteks Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal yang secara langsung atau tidak langsung atau tidak langsung atau tidak langsung berkaitan. Karna itu para guru perlu menyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, keterampilan , sikap dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa

c. Prinsip keterarah kepada titik atau fokus tertentu

Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian terpisah dalam suatu pelajaran. Titik pusat itu akan membatasi keluasan dan kedalaman tujuan pelajaran serta akan memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai.

d. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi

Dalam belajar siswa siswa dilatih untuk kerjasama dengan temannya. Latihan bekerjasama sangatlah penting dalam proses pembentukan keperibadian anak.

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 9

e. Prinsip belajar sambil bekerja

Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas . karena itu anak diberi kesempatan melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikiran

f. Prinsip perbedaan perorangan atau individual

Setiap siswa memiliki perbedaan perorangan misalnya dalam kadar kepintaran, kegemaran, bakat, latar belakang keluarga, sifat dan kebiasaan. Perbedaan perorangan siswa dimamfaatkan dengan tepat maka keberhasilan belajar anak dapat ditumbuh kembangkan.

g. Prinsip menemukan

Para guru tak perlu menjelaskan seluruh informasi kepada anak-anak, pada hakekatnya anak-anak itu telah dimiliki potensi dalam dirinya untuk mnemukan sendiri informasi itu. Informasi yang dapat memancing siswa untuk mengail informasi selanjutnya.

h. Prinsip pemecahan masalah

Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika dodorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan , para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 10

pemecahan. Para guru hendaklah mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskan, dan berdaya upaya untuk memecahkan sejauh taraf kemampuan para siswa.

C. Penutup 1. Kesimpulan Untuk menciptakan Pembelajaran yang konstruktif sebagai salah satu pendekatan dalam menciptakan proses pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki. Guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas yang merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

Adapun pengaktifan siswa dalam belajar guru dapat melakukan pendekatan pada cara belajar siswa aktif karena siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya.

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 11

D. Daftar Pustaka

Milan Rianto (2007), Pengelolaan Kelas Model Pakem. Jakarta : Dirjen PMPTK

Paul Suparno (2005), Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Kusmoro (2008), Pengaruh Model PAKEM Dengan Pendekatan Konstruktivisme dan Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Sains Di Tinjau Dari Lingkungan Belajar Siswa.

Conny Semiawan, dkk (1992), Pendidikan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : PT Gramedia

http://e-edu.lpmp-kalbar.net http://www.blogtopsites.com http://yatna234.multiply.com http://pakguruonline.pendidikan.net

Pengelolaan Tempat Belajar, Pengelolaan dan Mengaktifkan Siswa

Page 12

You might also like