You are on page 1of 15

Abu Ubaidah Ibnul Jarrah

Profil category

Siapakah kiranya orang yg dipegang oleh Rasulullah saw dgn tangan kanannya sambil bersabda Sesungguhnya tiap ummat mempunyai orang kepercayaan dan sesungguhnya kepercayaan ummat ini adl Abu Ubaidah Ibnul Jarrah. Siapakah orang yg dikirim oleh Nabi ke medan tempur Dzatus Salasil sebagai bantuan bagi Amar bin Ash dan diangkatnya sebagai panglima dari suatu pasukan yg di dalamnya terdapat Abu Bakar dan Umar. Siapakah sahabat yg mula pertama disebut sebagai amirul umara atau panglima besar ini. Dan siapakah orang yg tinggi perawakannya tetapi kurus tubuhnya tipis jenggotnya berwibawa wajahnya dan ompong krn patah dua gigi mukanya. Yah siapakah kiranya orang kuat lagi terpercaya sehingga Umar bin Khattab ketika hendak menghembuskan nafasnya yg terakhir pernah berkata mengenai pribadinya Seandainya Abu Ubadah ibnul Jarrah masih hidup tentulah ia di antara orang-orang yg akan saya angkat sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku menanyakan hal itu tentulah Saya angkat kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya. Ia adl Abu Ubaidah Amir bin Abdillah ibnul Jarrah. Ia masuk Islam melalui Abu Bakar Shiddiq di awal mula kerasulan yakni sebelum Rasulullah saw mengambil rumah Arqam sebagai tempat dawah. Ia ikut hijrah ke Habsy pada kali kedua. Ia kembali pulang agar dapat mendampingi Rasulullah di perang Badar perang Uhud dan pertempuran-pertempuran lainnya. Lalu sepeninggal Rasulullah dilanjutkannya gaya hidupnya sebagai seorang kuat yg dipercaya mendampingi Abu Bakar dan kemudian Umar dalam pemerintahan masing-masing dgn mengesampingkan dunia kemewahan dalam menghadapi tanggung jawab keagamaan baik dalam zuhud dan ketaqwaan amanah dan keteguhan. Ketika Abu Ubaidah baiat atau sumpah setia kepada Rasulullah saw akan membangkitkan hidupnya di jalan Allah ia menyadari sepenuhnya makna kata-kata yg tiga ini berjuan dijalan Allah dan telah memiliki persiapan sempurna utk menyerahkan kepadanya apa saja yg diperlukan berupa darma bakti dan pengurbanan. Semenjak ia mengulurkan tangannya utk baiat kepada Rasulullah ia tidak memperhatikan kepentingan pribadi dan masa depannya. Seluruh kehidupannya dihabiskan dalam mengemban amanat yg dititipkan Allah kepadanya dan dibaktikan pada jalan-Nya demi mencapai keridhaan-Nya. Tiada suatu pun yg dikejar utk kepentingan dirinya pribadi dan tiada satu keinginan atau kebencian pun yg dapat menyelewengkannya dari jalan Allah itu. Maka tat kala Abu Ubaidah telah menepati janji yg dilakukan oleh para sahabat lainnya dilihat pula oleh Rasulullah sikap jiwa dan tata cara kehidupannya yg menyebabkannya layak utk menerima gelar mulia yg diserahkan serta dihadiahkan Rauslullah kepadanya dgn sabdanya Orang kepercayaan ummat ini Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Amanat atau kepercayaan yg dipenuhi oleh Abu Ubaidah atas segala tanggung

jawabnya merupakan sifatnya yg paling menonjol. Umpamanya waktu perang Uhud dari gerak gerik dan jalan pertempuran diketahuinya bahwa tujuan utama dari orang-oarng musyrik itu adl bukanlah hendak merebut kemenangan tetapi utk menghabisi riwayat Nabi Besar dan merenggut nyawanya. Ia berjanji kepada dirinya utk selalu dekat dgn Rasulullah di arena perjuangan itu. Maka dgn pedangnya yg terpercaya seperti dirinya pula ia maju ke muka merambah dan mendesak tentara berhala yg hendak melampiaskan maksud jahat mereka utk memadamkan nur Ilahi. Setiap suasana medan pertempuran memaksanya terpisah jauh dari Rasulullah saw ia tetap bertempur tanpa melepaskan pandangan matanya dari kedudukan Rasulullah itu yg selalu diikutinya dgn hati cemas dan jiwa gelisah. Jika dilihatnya ada bahaya yg mengancam Nabi maka ia bagaikan disentakan dari tempatnya lalu melompat menerkam musuh-musuh Allah dan menghalau mereka ke belakang sebelum mereka sempat mencelakakannya. Suatu ketika pertempuran berkecamuk dgn hebatnya ia terpisah dari Nabi krn terkepung oleh tentara musuh; tetapi seperti biasa kedua matanya bagai mata elang mengintai kedaan sekitarnya. Hampir saja ia gelap mata melihat sebuah anak panah meluncur dari tangan seorang musyrik lalu mengenai Nabi. Terlihatlah pedangnya yg sebilah itu berkelibatan tak ubah bagai seratus bilah pedang menghantam musuh yg mengepungnya hingga mencerai-beraikan mereka lalu ia terbang mendapatkan Rasulullah. Didapatinya darah beliau yg suci mengalir dari mukanya dan dilihatnya Rasulullah Al-Amin menghapus darah dgn tangan kanannya sambil bersabda Bagaimana mungkin berbahagia suatu kaum yg mencemari wajah Nabi mereka padahal ia menyerunya kepada Nabi mereka padahal ia menyerunya kepada Tuhan mereka. Abu Ubaidah melihat dua buah mata rantai baju besi penutup kepala Rasulullah menancap di kedua belah pipinya. Abu Ubaidah tak dapat manahan hatinya lagi; ia segera menggigit salah satu mata rantai itu dgn gigi manisanya lalu menariknya dgn kuat dari pipi Rasulullah hingga tercabut keluar tetapi bersamaan dgn itu tercabut pula sebuah gigi manis Abu Ubaidah lalu ditariknya mata rantai yg kedua dan tercabut pulalah gigi manis Abu Ubaidah yg kedua. Dan baiklah kita serahkan kapda Abu Bakar Shiddiq utk menceritakan persitiwa itu; Di waktu perang Uhud dan Rasulullah saw ditimpa anak panah hingga dua buah rantai ketopong masuk ke dua belah pipinya bagian atas saya segera berlari mendapatkan Rasulullah saw kiranya ada seorang yg datang bagaikan terbang dari jurusan timur maka kataku Ya Allah moga-moga itu merupakan pertolongan! Dan kala kami sampai pada Rasulullah kiranya orang itu adl Abu Ubaidah yg telah mendahuluinya ke sana serta katanya Atas nama Allah saya minta kepada anda wahai Abu Bakar agar saya dibiarkan mencabutnya dari pipi Rasulullah saw. Saya pun membiarkanya maka dgn gigi mukanya Abu Ubaidah mencabut salah satu mata rantai baju besi penutup kepala beliau hingga ia terjatuh ke tanah dan bersamaan dgn

itu jatuhlah pula sebuah gigi manis Abu Ubaidah. Kemudian ditariknya pula mata rantai yg kedua dgn giginya yg lain hingga sama tercabut meneyebabkan Abu Ubaidah tampak di hadapan orang banyak bergigi ompong. Di saat-saat bertambah besar dan meluasnya tanggung jawab para sahabat maka amanah dan kejujuran Abu Ubaidah meningkatlah pula. Tat kala ia dikirim oleh Nabi saw dalam ekspedisi Daun Khabath dgn memimpin lbh dari tiga ratus orang prajurit sedang berbekalan mereka tidak lbh dari sebakul kurma sementara tugas sulit dan jarak yg akan ditempuh jauh pula Abu Ubaidah menerima perintah itu dgn taat dan hati gembira. Bersama anak buahnya pergilah ia ke tempat yg dituju dan berbekallah tiap prajurit tiap harinya hanyalah segenggam kurma. Ketika perbekalan hampir habis maka bagian masing-maisng prajurit hanyalah sebuah kurma utk sehari. Tat kala habis sama sekali mereka mulai mencari daun kayu yg disebut khabath lalu mereka tumbuk hingga halus seperti tepung dgn menggunkan alat senjata. Di samping daun-daun itu dijadikan sebagai makanan dapat pula mereka gunakan sebagai wadah utk air minum. Itulah sebabnya ekspedisi ini disebut ekspedisi Daun Khabath. Mereka terus maju tanpa menghiraukan lapar dan dahaga dan tak ada tujuan mereka kecuali menyelesaikan tugas mulia bersama panglima mereka yg kuat lagi terpercaya. Rasulullah amat sayang kepada Abu Ubaidah sebagai orang kepercayaan ummat dan beliau sangat terkesan kepadanya. Tatkala datang perutusan Najran dari Yaman menyatakan keislaman mereka dan meminta kepada Nabi agar dikirim bersama mereka seorang guru utk mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta seluk beluk agama Islam maka ujar beliau Baiklah akan saya kirim bersama Tuan-Tuan seorang yg terpercaya benar-benar terpercaya benar-benar terpercaya benar-benar terpercaya. Para sahabat mendengar pujian yg keluar dari mulut Rasulullah saw ini dan masing-masing berharap agar pilihan agar jatuh kepada dirinya hingga beruntung beroleh pengakuan dan kesaksian yg tak dapat diragukan lagi kebenarannya. Umar bin khattab menceritakan peristiwa itu sebagai berikut Aku tak pernah berangan-angan menjadi amir tetapi ketika itu aku tertarik oleh ucapan beliau dan mengharapkan yg dimaksud beliau itu adl aku. Aku cepat-cepat berangkat utk shalat dhuhur. Dan tatkala Rasulullah selesai mengimami kami shalat dhuhur beliau memberi salam lalu menoleh kesebelah kanan dan kiri. Maka saya pun mengulurkan badan agar kelihatan oleh beliau. Tetapi ia juga masih melayangkan pandangannya menacari-cari hingga akhirnya tampaklah Abu Ubaidah maka dipanggilnya lalu sabdanya Pergilah berangkat bersama mereka dan selesaikanlah apabila terjadi perselisihan di antara mereka dgn haq.Maka Abu Ubaidah berangkatlah bersama orangorang itu. Dengan peristiwa ini tentu saja tidak berarti bahwa Abu Ubaidah merupakan satusatunya yg mendapat kepercayaan dan tugas dari Rasulullah sedang lainnya tidak. Maksudnya ialah bahwa ia adl salah seorang yg beruntung beroleh kepercayaan yg berharga serta tugas mulia ini. Di

samping itu ia adl salah seorang mungkin juga satu-satunya orang pada masa itu yg berpropesi dai. Sebagaimana Abu Ubaidah menjadi seorang kepercayaan di masa Rasulullah saw demikian pula setelah Rasulullah wafat ia tetap sebagai orang kepercayaan; memikul semua tanggung jawab dgn sifat amanah. Wajarlah apabila ia menjadi suri teladan bagi seluruh ummat manusia. Di bawah panji-panji Islam kemana pun ia pergi ia adl seorang prajurit yg dgn keutamaan dan keberaniannya melebihi seorang amir atau panglima; dan disaat ia sebagai panglima krn keikhlasan dan kerendahan hatinya menyebabkan tidak lbh dari seorang prajurit biasa. Kemudian tatkala Khalid bin Walid sedang memimpin tentara Islam dalam salah satu pertempuran terbesar yg menentukan tiba-tiba amirul muminin Umra memalumkan titahnya utk mengangkat Abu Ubaidah sebagai pengganti Khalid maka demi diterimanya berita itu dari utusan khalifah dimintanya orang itu utk merahasiakan berita tersebut kepada umum. Sementara Abu Ubaidah sendiri mendiamkannya dgn suatu niat dan tujuan baik sebagai lazimnya dimiliki seorang zuhud arif bijaksana lagi dipecaya menunggu selesainya panglima Khalid itu merebut kemenangan besar. Setelah kemenangan tercapai barulah ia mendapatkan Khlaid dgn hormat dan tadhimnya utk menyerahkan surat dari amirul muminin. Ketika Khalid bertanya kepadanya Semoga Allah memberimu rahmat wahai Abu Ubaidah! Apa sebanya anda tidak menyampaikannya kepadaku di waktu datangnya? Maka ujar kepercayaan ummat itu Saya tidak ingin mematahkan ujung tombak anda dan bukan kekuasaan dunia yg kita tuju dan bukan pula utk dunia kita beramal. Kita semua bersaudara krn Allah. Demikianlah Abu Ubaidah telah menjadi panglima besar di Syria Di bawah kekuasaanya bernaung sebagian besar tentara Islam baik dalam luas wilayahnya maupun dalam perbekalan dan jumlah bilangannya. Tetapi bila anda melihatnya maka sangka anda bahwa ia adl salah seorang prajurit biasa serta pribadi biasa dari kaum muslimin. Ketika sampai kepadanya perbincangan orang-orang Syria tentang dirinya dan ketajuban mereka terhadap sebutan panglima besar dikumpulkannya mereka lalu ia berdiri menyampaikan pidato. Nah cobalah anda sekalian perhatikan apa yg diucapkannya kepada orang-orang yg terpesona dgn kekuatan kebesaran dan sifat amanahnya Hai ummat manusia?.! Sesungguhnya saya ini adl seorang muslim dari suku Quraisy. Dan siapa saja diantara kalian baik ia berkulit merah atau hitam yg lbh takwa dari padaku hatiku ingin sekali berada dalam bimbingannya?.! Semoga Allah melanjutkan kebahagiaanmu wahai Abu Ubaidah. Dan mengekalkan agama yg telah mendidikmu serta Rasulullah yg telah mengajarimu. Kedudukannya sebagai panglima besar dan pemimpin tentara Islam yg paling banyak jumlahnya dan paling menonjol keperwiraannya serta paling besar kemenangannya begitu pun sebagai wali negeri diwilayah Syria yg semua kehendakanya berlaku dan perintahnya ditaati maka semua itu dan lainnya yg serupa tidak menggoyahkan ketakwaanya sedikit pun dan tidak dijadikan andalan.

Amirul Muminin umar bin Khattab datang berkunjung ke Syria kepada para penyambutnya ditanyakannya Mana saudara saya?"Siapa? ujar mereka.Abu Ubaidah Ibnul Jarrah katanya pula. Kemudian datanglah Abu Ubaidah yg kemudian dipeluk oleh Amirul Muminin lalu mereka pergi bersama-sama kerumahnya. Maka tidak satu pun perabot rumah tangga terdapat di rumah itu kecuali pedang tameng serta pelana kendarannya. Sambil tersenyum Umar bertanya kepadanya Kenapa tidak kau ambil utk dirimu sebagaimana dilakukan oleh orang lain? Maka jawab Abu Ubaidah Wahai Amirul Muminin ini menyebabkan hatiku lega dan sempat beristirahat. Pada suatu hari di Madinah tat kala Amirul Muminin Umar Al-Faruq sibuk menangani dunia Islam yg luas disampaikan orang berita berkabung meninggalnya Abu Ubaidah. Maka terpejamlah kedua pelupuk matanya yg telah digenangi air. Dan air itu pun meleleh hingga Amirul Muminin membuka matanya dgn tawakal menyerahkan diri. Dimohonkannya rahmat bagi sahabatnya itu dan bangkitlah kanangan-kenangan lamanya bersama almarhum ra yg ditampungnya dgn hati sabar diliputi duka. Kemudian diulangi kembali ucapan berkenaan sahabatnya itu katanya Seandainya aku bercita-cita maka tak adl harapanku selain sebuah rumah yg penuh di diami oleh tokoh-tokoh seperti Abu Ubaidah. Orang kepercayan dari ummat ini wafat diatas bumi yg telah disucikannya dari keberhalaan Persi dan penindasan Romawi. Dan disana sekarang ini yaitu dalam pangkuan tanah Yordania bermukim tulang kerangka yg mulia yg dulunya tempat bersemayam jiwa yg tenteram dan ruh pilihan. Meskipun makamnya sekarang ini dikenal orang atau tidak sama saja halnya bagi dia atau bagi anda krn seandainya anda bermaksud hendak mencapainya anda tidak memerlukan petunjuk jalan krn jasa-jasanya yg tidak terkira akan menuntun anda ke tempatnya itu. Sumber Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah Khalid Muh. Khalid Al-Islam Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm

May

Abu Ubaidah Ibnul Jarrah


Posted by: admin

Siapakah kiranya orang yang dipegang oleh Rasulullah SAW dengan tangan kanannya sambil bersabda, Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah.

Siapakah orang yang dikirim oleh Nabi ke medan tempur Dzatus Salasil sebagai bantuan bagi Amar bin Ash, dan diangkatnya sebagai panglima dari suatu pasukan yang di dalamnya terdapat Abu Bakar dan Umar. Siapakah sahabat yang mula pertama disebut sebagai amirul umara atau panglima besar ini. Dan siapakah orang yang tinggi perawakannya tetapi kurus tubuhnya, tipis jenggotnya, berwibawa wajahnya, dan ompong karena patah dua gigi mukanya. Yah, siapakah kiranya orang kuat lagi terpercaya, sehingga Umar bin Khattab ketika hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir pernah berkata mengenai pribadinya, Seandainya Abu Ubadah ibnul Jarrah masih hidup, tentulah ia di antara orang-orang yang akan saya angkat sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku menanyakan hal itu tentulah, Saya angkat kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya. Ia adalah Abu Ubaidah, Amir bin Abdillah ibnul Jarrah. Ia masuk Islam melalui Abu Bakar Shiddiq di awal mula kerasulan, yakni sebelum Rasulullah SAW mengambil rumah Arqam sebagai tempat dawah. Ia ikut hijrah ke Habsy pada kali kedua. Ia kembali pulang agar dapat mendampingi Rasulullah di perang Badar, perang Uhud, dan pertempuran-pertempuran lainnya. Lalu sepeninggal Rasulullah, dilanjutkannya gaya hidupnya sebagai seorang kuat yang dipercaya mendampingi Abu Bakar dan kemudian Umar dalam pemerintahan masing-masing dengan mengesampingkan dunia kemewahan dalam menghadapi tanggung jawab keagamaan, baik dalam zuhud dan ketaqwaan, amanah dan keteguhan. Ketika Abu Ubaidah baiat atau sumpah setia kepada Rasulullah SAW akan membangkitkan hidupnya di jalan Allah, ia menyadari sepenuhnya makna kata-kata yang tiga ini: berjuang dijalan Allah, dan telah memiliki persiapan sempurna untuk menyerahkan kepadanya apa saja yang diperlukan berupa darma bakti dan pengurbanan. Semenjak ia mengulurkan tangannya untuk baiat kepada Rasulullah, ia tidak memperhatikan kepentingan pribadi dan masa depannya. Seluruh kehidupannya dihabiskan dalam mengemban amanat yang dititipkan Allah kepadanya dan dibaktikan pada jalan-Nya demi mencapai keridhaan-Nya. Tiada suatu pun yang dikejar untuk kepentingan dirinya pribadi, dan tiada satu keinginan atau kebencian pun yang dapat menyelewengkannya dari jalan Allah itu. Maka tatkala Abu Ubaidah telah menepati janji yang dilakukan oleh para sahabat lainnya, dilihat pula oleh Rasulullah sikap jiwa dan tata cara kehidupannya yang menyebabkannya layak untuk menerima gelar mulia yang diserahkan serta dihadiahkan Rauslullah kepadanya, dengan sabdanya: Orang kepercayaan ummat ini, Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Amanat atau kepercayaan yang dipenuhi oleh Abu Ubaidah atas segala tanggung jawabnya, merupakan sifatnya yang paling menonjol. Umpamanya waktu perang Uhud, dari gerak gerik dan jalan pertempuran, diketahuinya bahwa tujuan utama dari orang-oarng musyrik itu adalah bukanlah hendak merebut kemenangan, tetapi untuk menghabisi riwayat Nabi Besar dan

merenggut nyawanya. Ia berjanji kepada dirinya untuk selalu dekat dengan Rasulullah di arena perjuangan itu. Maka dengan pedangnya yang terpercaya seperti dirinya pula, ia maju ke muka, merambah dan mendesak tentara berhala yang hendak melampiaskan maksud jahat mereka untuk memadamkan nur Ilahi. Setiap suasana medan pertempuran memaksanya terpisah jauh dari Rasulullah SAW, ia tetap bertempur tanpa melepaskan pandangan matanya dari kedudukan Rasulullah itu yang selalu diikutinya dengan hati cemas dan jiwa gelisah. Jika dilihatnya ada bahaya yang mengancam Nabi, maka ia bagaikan disentakan dari tempatnya lalu melompat menerkam musuh-musuh Allah dan menghalau mereka ke belakang sebelum mereka sempat mencelakakannya. Suatu ketika pertempuran berkecamuk dengan hebatnya, ia terpisah dari Nabi karena terkepung oleh tentara musuh; tetapi seperti biasa kedua matanya bagai mata elang mengintai keadaan sekitarnya. Hampir saja ia gelap mata, melihat sebuah anak panah meluncur dari tangan seorang musyrik lalu mengenai Nabi. Terlihatlah pedangnya yang sebilah itu berkelibatan, tak ubah bagai seratus bilah pedang menghantam musuh yang mengepungnya hingga mencerai-beraikan mereka, lalu ia terbang mendapatkan Rasulullah. Didapatinya darah beliau yang suci mengalir dari mukanya, dan dilihatnya Rasulullah, Al-Amin, menghapus darah dengan tangan kanannya, sambil bersabda: Bagaimana mungkin berbahagia suatu kaum yang mencemari wajah Nabi mereka, padahal ia menyerunya kepada Nabi mereka, padahal ia menyerunya kepada Tuhan mereka. Abu Ubaidah melihat dua buah mata rantai baju besi penutup kepala Rasulullah menancap di kedua belah pipinya. Abu Ubaidah tak dapat manahan hatinya lagi; ia segera menggigit salah satu mata rantai itu dengan gigi manisnya lalu menariknya dengan kuat dari pipi Rasulullah hingga tercabut keluar, tetapi bersamaan dengan itu, tercabut pula sebuah gigi manis Abu Ubaidah, lalu ditariknya mata rantai yang kedua dan tercabut pulalah gigi manis Abu Ubaidah yang kedua. Dan baiklah kita serahkan kapda Abu Bakar Shiddiq untuk menceritakan persitiwa itu; Di waktu perang Uhud dan Rasulullah SAW ditimpa anak panah hingga dua buah rantai ketopong masuk ke dua belah pipinya bagian atas, saya segera berlari mendapatkan Rasulullah SAW kiranya ada seorang yang datang bagaikan terbang dari jurusan timur, maka kataku: Ya Allah, moga-moga itu merupakan pertolongan! Dan kala kami sampai pada Rasulullah, kiranya orang itu adalah Abu Ubaidah yang telah mendahuluinya ke sana, serta katanya, Atas nama Allah, saya minta kepada anda wahai Abu Bakar, agar saya dibiarkan mencabutnya dari pipi Rasulullah SAW. Saya pun membiarkanya, maka dengan gigi mukanya Abu Ubaidah mencabut salah satu mata rantai baju besi penutup kepala beliau hingga ia terjatuh ke tanah, dan bersamaan dengan itu jatuhlah pula sebuah gigi manis Abu Ubaidah. Kemudian ditariknya pula mata rantai yang kedua dengan giginya yang lain hingga sama tercabut, menyebabkan Abu Ubaidah tampak di hadapan orang banyak bergigi ompong. Di saat-saat bertambah besar dan meluasnya tanggung jawab para sahabat, maka amanah dan kejujuran Abu Ubaidah meningkatlah pula. Tat kala ia dikirim oleh Nabi SAW dalam ekspedisi Daun Khabath dengan memimpin lebih dari tiga ratus orang prajurit sedang berbekalan mereka

tidak lebih dari sebakul kurma, sementara tugas sulit dan jarak yang akan ditempuh jauh pula, Abu Ubaidah menerima perintah itu dengan taat dan hati gembira. Bersama anak buahnya pergilah ia ke tempat yang dituju, dan berbekalah setiap prajurit setiap harinya hanyalah segenggam kurma. Ketika perbekalan hampir habis, maka bagian masing-maisng prajurit hanyalah sebuah kurma untuk sehari. Tat kala habis sama sekali, mereka mulai mencari daun kayu yang disebut khabath, lalu mereka tumbuk hingga halus seperti tepung dengan menggunkan alat senjata. Di samping daun-daun itu dijadikan sebagai makanan, dapat pula mereka gunakan sebagai wadah untuk air minum. Itulah sebabnya ekspedisi ini disebut ekspedisi Daun Khabath. Mereka terus maju tanpa menghiraukan lapar dan dahaga, dan tak ada tujuan mereka kecuali menyelesaikan tugas mulia bersama panglima mereka yang kuat lagi terpercaya. Rasulullah amat sayang kepada Abu Ubaidah sebagai orang kepercayaan ummat, dan beliau sangat terkesan kepadanya. Tatkala datang perutusan Najran dari Yaman menyatakan keislaman mereka dan meminta kepada Nabi agar dikirim bersama mereka seorang guru untuk mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta seluk beluk agama Islam, maka ujar beliau: Baiklah, akan saya kirim bersama Tuan-Tuan seorang yang terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya. Para sahabat mendengar pujian yang keluar dari mulut Rasulullah SAW ini, dan masing-masing berharap agar pilihan agar jatuh kepada dirinya, hingga beruntung beroleh pengakuan dan kesaksian yang tak dapat diragukan lagi kebenarannya. Umar bin khattab menceritakan peristiwa itu sebagai berikut: Aku tak pernah berangan-angan menjadi amir, tetapi ketika itu aku tertarik oleh ucapan beliau dan mengharapkan yang dimaksud beliau itu adalah aku. Aku cepat-cepat berangkat untuk shalat dhuhur. Dan tatkala Rasulullah selesai mengimami kami shalat dhuhur, beliau memberi salam, lalu menoleh kesebelah kanan dan kiri. Maka saya pun mengulurkan badan agar kelihatan oleh beliau. Tetapi ia juga masih melayangkan pandangannya mencari-cari, hingga akhirnya tampaklah Abu Ubaidah, maka dipanggilnya, lalu sabdanya: Pergilah berangkat bersama mereka dan selesaikanlah apabila terjadi perselisihan di antara mereka dengan haq. Maka Abu Ubaidah berangkatlah bersama orang-orang itu. Dengan peristiwa ini, tentu saja tidak berarti bahwa Abu Ubaidah merupakan satu-satunya yang mendapat kepercayaan dan tugas dari Rasulullah, sedang lainnya tidak. Maksudnya ialah bahwa ia adalah salah seorang yang beruntung beroleh kepercayaan yang berharga serta tugas mulia ini. Di samping itu, ia adalah salah seorang, mungkin juga satu-satunya orang pada masa itu, yang berprofesi dai. Sebagaimana Abu Ubaidah menjadi seorang kepercayaan di masa Rasulullah SAW , demikian pula setelah Rasulullah wafat, ia tetap sebagai orang kepercayaan; memikul semua tanggung

jawab dengan sifat amanah. Wajarlah apabila ia menjadi suri teladan bagi seluruh ummat manusia. Di bawah panji-panji Islam, kemana pun ia pergi, ia adalah seorang prajurit yang dengan keutamaan dan keberaniannya melebihi seorang amir atau panglima; dan disaat ia sebagai panglima, karena keikhlasan dan kerendahan hatinya, menyebabkan tidak lebih dari seorang prajurit biasa. Kemudian, tatkala Khalid bin Walid sedang memimpin tentara Islam dalam salah satu pertempuran terbesar yang menentukan, tiba-tiba amirul muminin Umra memalumkan titahnya untuk mengangkat Abu Ubaidah sebagai pengganti Khalid, maka demi diterimanya berita itu, dari utusan khalifah, dimintanya orang itu untuk merahasiakan berita tersebut kepada umum. Sementara, Abu Ubaidah sendiri mendiamkannya dengan suatu niat dan tujuan baik sebagai lazimnya dimiliki seorang zuhud, arif, bijaksana, lagi dipecaya, menunggu selesainya panglima Khalid itu merebut kemenangan besar. Setelah kemenangan tercapai, barulah ia mendapatkan Khlaid dengan hormat dan tadhimnya untuk menyerahkan surat dari amirul muminin. Ketika Khalid bertanya kepadanya, Semoga Allah memberimu rahmat wahai Abu Ubaidah! Apa sebabnya anda tidak menyampaikannya kepadaku di waktu datangnya? Maka ujar kepercayaan ummat itu, Saya tidak ingin mematahkan ujung tombak anda, dan bukan kekuasaan dunia yang kita tuju, dan bukan pula untuk dunia kita beramal. Kita semua bersaudara karena Allah. Demikianlah, Abu Ubaidah telah menjadi panglima besar di Syria Di bawah kekuasaanya, bernaung sebagian besar tentara Islam, baik dalam luas wilayahnya, maupun dalam perbekalan dan jumlah bilangannya. Tetapi bila anda melihatnya, maka sangka anda bahwa ia adalah salah seorang prajurit biasa serta pribadi biasa dari kaum muslimin. Ketika sampai kepadanya perbincangan orang-orang Syria tentang dirinya dan ketajuban mereka terhadap sebutan panglima besar, dikumpulkannya mereka lalu ia berdiri menyampaikan pidato. Nah, cobalah anda sekalian perhatikan apa yang diucapkannya kepada orang-orang yang terpesona dengan kekuatan, kebesaran dan sifat amanahnya, Hai ummat manusia?.! Sesungguhnya saya ini adalah seorang muslim dari suku Quraisy. Dan siapa saja diantara kalian, baik ia berkulit merah atau hitam yang lebih takwa dari padaku, hatiku ingin sekali berada dalam bimbingannya?.! Semoga Allah melanjutkan kebahagiaanmu, wahai Abu Ubaidah. Dan mengekalkan agama yang telah mendidikmu, serta Rasulullah yang telah mengajarimu. Kedudukannya sebagai panglima besar, dan pemimpin tentara Islam yang paling banyak jumlahnya dan paling menonjol keperwiraannya serta paling besar kemenangannya, begitu pun sebagai wali negeri diwilayah Syria yang semua kehendakanya berlaku dan perintahnya ditaati,

maka semua itu dan lainnya yang serupa, tidak menggoyahkan ketakwaanya sedikit pun, dan tidak dijadikan andalan. Amirul Muminin umar bin Khattab datang berkunjung ke Syria, kepada para penyambutnya ditanyakannya: Mana saudara saya? Siapa?, ujar mereka. Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, katanya pula. Kemudian datanglah Abu Ubaidah yang kemudian dipeluk oleh Amirul Muminin, lalu mereka pergi bersama-sama kerumahnya. Maka tidak satu pun perabot rumah tangga terdapat di rumah itu, kecuali pedang, tameng serta pelana kendarannya. Sambil tersenyum, Umar bertanya kepadanya, Kenapa tidak kau ambil untuk dirimu sebagaimana dilakukan oleh orang lain? Maka jawab Abu Ubaidah, Wahai Amirul Muminin, ini menyebabkan hatiku lega dan sempat beristirahat. Pada suatu hari di Madinah, tat kala Amirul Muminin Umar bin Khattab sibuk menangani dunia Islam yang luas, disampaikan orang berita berkabung meninggalnya Abu Ubaidah. Maka terpejamlah kedua pelupuk matanya yang telah digenangi air. Dan air itu pun meleleh, hingga Amirul Muminin membuka matanya dengan tawakal menyerahkan diri. Dimohonkannya rahmat bagi sahabatnya itu, dan bangkitlah kanangan-kenangan lamanya bersama almarhum ra yang ditampungnya dengan hati sabar diliputi duka. Kemudian diulangi kembali ucapan berkenaan sahabatnya itu, katanya: Seandainya aku bercita-cita, maka tak adalah harapanku selain sebuah rumah yang penuh di diami oleh tokoh-tokoh seperti Abu Ubaidah. Orang kepercayan dari ummat ini wafat diatas bumi yang telah disucikannya dari keberhalaan Persi dan penindasan Romawi. Dan disana sekarang ini, yaitu dalam pangkuan tanah Yordania, bermukim tulang kerangka yang mulia, yang dulunya tempat bersemayam jiwa yang tenteram dan ruh pilihan. Meskipun makamnya sekarang ini dikenal orang atau tidak, sama saja halnya bagi dia atau bagi anda, karena seandainya anda bermaksud hendak mencapainya, anda tidak memerlukan petunjuk jalan, karena jasa-jasanya yang tidak terkira akan menuntun anda ke tempatnya itu.

Abu Ubaidah ibnul Jarrah


Posted by redaksi On 8 July 2010 No Commented Ketika kita menyebut kata iman, maka yang terlintas dalam benak kita adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan itiqad, keyakinan dan perkara-perkara yang terkait dengan hati serta masalah ghaib. Memang benar pada dasarnya iman adalah tashdiq atau pembenaran terhadap

segala yang diberitakan al-Quran dan as-Sunnah yang shahih termasuk di dalamnya perkara ghaibiyah, namun tentu definisi iman tidaklah berhenti di situ saja. Bahkan iman menuntut adanya amal perbuatan dari anggota badan. Al-Imam asy-Syafii telah menyebut kan di antara rincian kewajiban anggota badan yang terbesar, sebagaimana disebutkan oleh al-Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Manaqib al-Imam asy Syafii, dan untuk lebih jelasnya silakan simak pembahasan beriku ini. (Telah berkata al-imam asy-Syafii) rahimahullah: Sesungguhnya Allah subhanahu wataala yang Maha Tinggi telah mewajibkan iman kepada anggota badan manusia, dan Dia membagi kewajiban itu serta membeda kan kewajiban masing-masing dengan tepat. Maka tidak ada satu anggota badan yang normal, melainkan dia terkena kewajiban iman yang berbeda antara anggota badan yang satu dengan yang lainnya. Di antara anggota badan itu adalah hati, yang dengannya seseorang berfikir dan memahami sesuatu. Dia adalah pemimpin bagi badan, anggota badan tidak akan melakukan sesuatu, kecuali atas ide dan perintahnya. Juga dua mata yang digunakan untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dua tangan untuk memukul (bekerja), dua kaki untuk berjalan, kemaluan, lisan yang digunakan untuk berbicara serta kepala yang padanya terdapat wajah. Allah subhanahu wataalamewajibkan kepada hati sesuatu yang tidak diwajibkan kepada lisan. Dia mewajibkan kepada telinga sesuatu yang tidak diwajibkan kepada dua mata. Dia juga mewajibkan terhadap dua tangan berupa kewajiban yang tidak dibebankan kepada dua kaki. Dan begitu pula kemaluan diberi kewajiban yang berbeda dengan kewajiban wajah. Kewajiban Hati Adapun kewajiban yang ditetapkan Allah subhanahu wataala kepada hati yaitu; Menetapkan, mengetahui, meyakini, rela dan menerima bahwa; Allah tidak ada ilah yang haq selain Dia, tiada sekutu bagi-Nya, tidak mempunyai istri maupun anak. Dan bersaksi bahwa Muhammadshallallahu alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya. Kemudian menetapkan apa saja yang datang dari Allah berupa diutusnya nabi atau berupa kitab. Maka demikian itulah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wataala terhadap hati, dan itu menjadi tugas atau pekerjaannya yang harus dilakukan. Allah subhanahu wataala berfirman, Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS.an-Nahl:106) Dalam ayat yang lain, artinya, Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS.13:28) Inilah di antara kewajiban iman yang Allah tetapkan terhadap hati, dan hal itu (keimanan hati) merupakan sesuatu yang terbesar dan terpenting.

Kewajiban Lisan Allah subhanahu wataalamenetapkan kewajiban terhadap lisan berupa mengatakan dan mengungkapkan apa yang diyakini dan terpancang di dalam hati, sebagaimana firman Allah subhanahu wataala, artinya, Katakanlah (hai orang-orang mumin), Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami. (QS.al-Baqarah:136) Dan juga firman-Nya, artinya, Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (QS al-Baqarah:83) Demikanlah kewajiban yang Allah bebankan terhadap lisan yaitu mengata kan dan mengungkapkan apa yang terdapat di dalam hati. Maka segala apa saja yang diwajibkan oleh Allah terhadap lisan adalah merupakan bagian dari keimanan. Kewajiban Telinga Allah subhanahu wataala mewajibkan pendengaran agar dibersihkan dari apa-apa yang Dia haramkan , dan menjaganya dari segala yang dilarang untuk didengar. Allah berfirman tentang pendengaran, yang artinya, Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. (QS.an-Nisa:140) Allah subhanahu wataala mengecualikan bagi orang-orang yang lupa mendengarkan yang haram melalui firman-Nya,artinya, Dan jika kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (larangan ini), janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS.al-Anam :68) Dia juga berfirman, artinya, Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. (QS. az-Zumar:18) Dalam ayat yang lain disebutkan, Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu di dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat. (QS. al-Muminun :1-4) Dalam ayat lain disebutkan, Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya. (QS. al-Qashash:55)

Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. alFurqaan:72) Inilah apa yang diwajibkan oleh Allah terhadap pendengaran, dan itu semua merupakan tugasnya serta termasuk dalam bagian keimanan. Kewajiban Dua Mata Terhadap dua mata Allah subhanahu wataalamewajibkan agar tidak melihat kepada segala yang Dia haramkan melihatnya, serta menahan dari melihat segala sesuatu yang dilarang. Allah subhanahu wataala berfirman mengenai kewajiban mata, Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. an-Nur :30) Maksud menjaga pandangan dalam ayat di atas yaitu hendaknya kita tidak melihat kepada kemaluan orang lain, serta hendaknya kita juga menjaga kemaluan sendiri agar tidak dilihat oleh orang lain. Al-Imam asy-Syafii menegaskan, Seluruh bentuk penjagaan terhadap kemaluan yang terdapat di dalam Kitabullah memiliki arti penjagaan dari zina, kecuali dalam ayat ini saja, yaitu menjaganya dari pandangan (melihat atau terlihat-red). Demikianlah kewajiban yang ditetapkan Allah terhadap dua mata, yaitu berupa menahan pandangan dari yang haram, dan itu merupakan tugasnya serta merupakan bagian dari keimanan. Allah juga menyebutkan kewajiban hati, pendengaran dan penglihatan secara bersama di dalam satu ayat sekaligus. Dia berfirman, artinya, Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (QS. al-Isra :36) Kewajiban Kemaluan Allah subhanahu wataala mewajibkan kemaluan agar tidak disalurkan kepada yang diharam kan Allah atasnya. Dia berfirman tentang orang-orang mukmin, di antara ciri mereka adalah, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (QS. al-Muminun:5) Dia juga berfirman, artinya, Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengar an, penglihatan dan kulitmu terhadap mu. (QS.Fushshilat:22) Yang dimaksudkan dengan kulit adalah kemaluan dan paha, dan itulah kewajiabn yang ditetapkan Allah subhanahu wataala atas kemaluan yakni menjaganya dari segala sesuatu yang tidak halal untuknya.

Kewajiban Dua Tangan Kewajiaban yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wataala terhadap dua tangan adalah agar tidak melakukan hal-hal yang diharamkan. Dan sebaliknya harus mengerjakan apa yang diperintahkan Allah seperti shadaqah, silaturrahim, jihad fi sabilillah, bersuci, shalat dan sebagainya. Allah subhanahu wataalaberfirman, artinya, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, (QS. al-Maidah:6). Dan hingga akhir ayat ini. Allah subhanahu wataala juga berfirman, artinya, Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. (QS.Muhammad:4) Hal itu disebabkan karena memukul (menyerang) musuh, berperang, silatur rahim dan shadaqah merupakan obat bagi penyakit (yang dilakukan) tangan. Kewajiban Dua Kaki Allah subhanahu wataalamewajibkan dua kaki agar tidak berjalan menuju hal-hal yang diharamkan-Nya. Di antara kewajiban kaki adalah sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya, artinya, Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS. al-Isra:37) Kewajiban Wajah Allah subhanahu wataala menetapkan kewajiban terhadap wajah untuk bersujud kepada-Nya baik di kala siang maupun malam, terutama dalam waktu-waktu shalat yang sudah ditetapkan. Firman Allah subhanahu wataala, artinya, Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. al-Hajj :77) Dalam firman yang lain, artinya, Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. 72:18) Yang dimaksudkan dengan masajid adalah tempat sujud baik bermakna masjid atau anggota badan yang digunakan untuk bersujud berupa dahi/kening dan selainnya. Demikianlah di antara kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh Allahsubhanahu wataala kepada anggota badan manusia, sebagaimana yang disampaikan oleh al-Imam asy-Syafii. Mudah-mudahan Allah subhanahu wataala memasukkan kita semua ke dalam golongan orang-

orang yang beriman dengan benar serta mereali sasikan keimanan itu dengan segenap anggota badan kita, amin ya Rabbal alamin. Diterjemah dengan bebas dari kitab, Ushuluddin indal aimmah al-Arbaah Wahidah, DR. Nashir bin Abdullah al-Qifari, hal 92-94. (Khalif)

You might also like