You are on page 1of 8

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan

didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan -larangan, termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam melaksanakan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi, meliputi: 1. 2. 3. 4. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi; Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota; Meningkatkan pengabdian para anggota profesi; Meningkatkan mutu profesi. Dimensi kode etik meliputi: 1. 2. 3. 4. Anggota profesi dan klien; Anggota profesi dan sistem; Anggota profesi dan profesi lain; Semua anggota profesi. Prinsif kode etik terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menghargai otonomi; Melakukan tindakan yang benar; Mencegah tindakan yang dapat merugikan; Memperlakukan manusia secara adil; Menjelaskan dengan benar; Menepati janji yang telah disepakati; Menjaga kerahasiaan.

A. Kode Etik Profesi Bidan


Seiring dengan kemajuan jaman, serta kemudahan dalam akses informasi, era globalisasi atau kesejagatan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis. Disisi lain menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan etik. Selain itu perubahan gaya hidup, budaya dan tata nilai masyarakat, membuat masyarakat semakin peka menyikapi brbagaia macam persoalan, termasuk memberi penilaian terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan. Ketika masyarakat merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan, apabila seorang bidan merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan dimeja hijaukan. Bahkan didukung semakin tinggi peran media baik media massa maupun elektronik dalam menyoroti berbagai masalah

yang timbul dalam pelayanan kebidanan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dan perlu didukung pemahaman bidan mengenai Kode Etik Profesi Bidan dan hukum kesehatan, dasar kewenangan dan aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang komprehensif dan integratif tentang sikap dan prilaku yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan, pedoman tersebut adalah kode etik profesi bidan. Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tatacara suatu keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus dalam kongres IBI. Kode etik profesi bidan akan mempunyai pengaruh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan. Kode etik profesi bidan indonesia pertama disusun tahun 1986 dan disyahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan indonesia terdiri atas 7 bab, yang dibedakan atas tujuh bagian: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir). Kewajibna bidan terhadap tugasnya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir). Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir). Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir). Penutup (1 butir).

Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa perubahan kata dan penambahan 1 butir pada bagian 5, yaitu kewajiban bidan terhadap diri sendiri (dari 2 butir menjadi 3 butir).

BAB II KODE ETIK KEBIDANAN


A. PENDAHULAN
Pola pikir manusia indonesia dari tahun ketahun terus berkembang sejalan dengan dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dn teknologi yang dari hari ke hari semakin cepat sehubungan dengan derasnya era informasi. Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan antara lain mahalnya pelayanan medik. Selain itu terjadi pula perubahan tata nilai dalam masyarakat, yaitu

masyarakat semakin kritis memandang masalah yang ada, termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya. Sasat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan dimuka pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut akan merupakan berita yang menarik da n tersebar luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan. Pedoman ini sudah ada, yaitu Kode Etik Kebidanan. Sebelum pembahasan mengenai Kode Etik Kebidanan, perlu dipahami terlebih dulu tentang pengertian atau definisi bidan dan kode etik kebidanan.

B. PENGERTIAN
1. Definisi Bidan Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik. 2. Definisi Kode Etik Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. 3. Kode Etik Bidan Kode etik bidan indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam prilaku. Kode Etik Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab. Secara umum Kode Etik tersebut berisi 7 Bab. Ketujuh bab tersebut dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir). Kewajibna bidan terhadap tugasnya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir). Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir). Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir). Penutup (1 butir).

C. KODE ETIK BIDAN INDONESIA


MUKADIMAH II Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi tercapainya: 1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. 2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. 3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Indonesia. Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagia organisasi profesi kesehatan yang me njadi wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Bidan Indonesia yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan lainnya. Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional dibidang kesehatan pada umumnya, KIA/KB dan Kesehatan Keluarga pada khusunya. Mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan pada saat menyambut kelahiran insan generasi secara selamat, aman dan nyaman merupakan tugas sentral dari para bidan. Menulusuri tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat, sudah sewajarnya kode etik bidan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional. Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional. Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh kembang menjadi insan Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pa da khususnya.

BAB I KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. 2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. 3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggug jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. 4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinga klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. 6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

BAB II KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA


1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien keluarga dan masyarakat. 2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan. 3. Setipa bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

BAB III KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
1. Setiap bidan harus menjamin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi. 2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu terhadap masyarakat. 2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

BAB V KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI


1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. 2. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB VI KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan Pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanana KIA/KB dan kesehatan keluarga. 2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya terhadap pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

BAB VII PENUTUP


Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN


A. PENDAHULULAN
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bila seorang memiliki har terhadap B, maka B mempunyai kewajiban terhadap A. Pasien memiliki hak (klaim) terhadapa bidan atas pelayanan yang diterima. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban (keharusan) untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien, sedangkan kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan k ewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

B. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


1. Hak Pasien Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien: a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan. b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan jujur. c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi. d. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi Bidan tan pa diskriminasi. e. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya. f. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi, kehamilan persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan. g. Pasien berhak mendapatkan pendampingan suani selama proses persalinan berlangsung. h. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. i. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. j. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di Rumah Sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang di deritanya, sepengatuhuan dokter yang merawat. k. Paien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. l. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi 1. Penyakit yang diderita

m. n.

o. p. q. r. s.

2. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan 3. Alternatif terapi lainnya 4. Prognosanya 5. Perkiraan biaya pengobatan Pasien berhak menyetujui memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek.

You might also like