Professional Documents
Culture Documents
didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan -larangan, termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam melaksanakan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi, meliputi: 1. 2. 3. 4. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi; Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota; Meningkatkan pengabdian para anggota profesi; Meningkatkan mutu profesi. Dimensi kode etik meliputi: 1. 2. 3. 4. Anggota profesi dan klien; Anggota profesi dan sistem; Anggota profesi dan profesi lain; Semua anggota profesi. Prinsif kode etik terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menghargai otonomi; Melakukan tindakan yang benar; Mencegah tindakan yang dapat merugikan; Memperlakukan manusia secara adil; Menjelaskan dengan benar; Menepati janji yang telah disepakati; Menjaga kerahasiaan.
yang timbul dalam pelayanan kebidanan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dan perlu didukung pemahaman bidan mengenai Kode Etik Profesi Bidan dan hukum kesehatan, dasar kewenangan dan aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang komprehensif dan integratif tentang sikap dan prilaku yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan, pedoman tersebut adalah kode etik profesi bidan. Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tatacara suatu keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus dalam kongres IBI. Kode etik profesi bidan akan mempunyai pengaruh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan. Kode etik profesi bidan indonesia pertama disusun tahun 1986 dan disyahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan indonesia terdiri atas 7 bab, yang dibedakan atas tujuh bagian: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir). Kewajibna bidan terhadap tugasnya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir). Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir). Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir). Penutup (1 butir).
Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa perubahan kata dan penambahan 1 butir pada bagian 5, yaitu kewajiban bidan terhadap diri sendiri (dari 2 butir menjadi 3 butir).
masyarakat semakin kritis memandang masalah yang ada, termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya. Sasat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan dimuka pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut akan merupakan berita yang menarik da n tersebar luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan. Pedoman ini sudah ada, yaitu Kode Etik Kebidanan. Sebelum pembahasan mengenai Kode Etik Kebidanan, perlu dipahami terlebih dulu tentang pengertian atau definisi bidan dan kode etik kebidanan.
B. PENGERTIAN
1. Definisi Bidan Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik. 2. Definisi Kode Etik Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. 3. Kode Etik Bidan Kode etik bidan indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam prilaku. Kode Etik Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab. Secara umum Kode Etik tersebut berisi 7 Bab. Ketujuh bab tersebut dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir). Kewajibna bidan terhadap tugasnya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir). Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir). Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir). Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir). Penutup (1 butir).
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. 2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. 3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggug jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. 4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinga klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. 6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
BAB III KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
1. Setiap bidan harus menjamin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi. 2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB VI KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan Pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanana KIA/KB dan kesehatan keluarga. 2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya terhadap pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
m. n.
o. p. q. r. s.
2. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan 3. Alternatif terapi lainnya 4. Prognosanya 5. Perkiraan biaya pengobatan Pasien berhak menyetujui memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek.