You are on page 1of 5

Persatuan Indonesia, Harga Mati Pendidikan Kita

Oleh: Djoni Kristianto, S.Pd Sudah sewajarnya, bahkan merupakan kewajiban bagi setiap warga penghuni bangsa ini untuk sadar bahwa satu-satunya hal yang menjadikan bangsa Indonesia masih ada hingga saat sekarang adalah karena jantung persatuan bangsa ini masih berdenyut dalam diri masing masing warga negaranya. Ibarat udara yang menghidupkan jantung persatuan, Pancasila, baik saat konsep maupun wujud, telah menjadi sumber nafas yang menghidupi ratusan juta umatnya selama berabad-abad,yang jejak sejarahnya dapat kita tilik ulangmulai darizaman Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Pergerakan Nasional 1908, Sumpah Pemuda, sampai pada akhirnya mengkristal nilai-nilainya pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Dari sinilah, kita warga Indonesia, masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia, Negara Indonesia dan semua yang Indonesia mendapatkan hidup penuh ruh persatuan dan persaudaraan, lepas dari belenggu politik adu domba serta penjajahan. Dari sinilah, bangsa kita telah dapat bersanding sejajardengan bangsa-bangsa lain di dunia, sekaligus Pancasila sebagai nilai khas dan unik serta nafas bangsa Indonesia merdeka, disadari atau tidak turut menjejal ke tingkat global sembari menyerukan dan menggemakan perdamaian dunia, menghapuskan penjajahan dan penindasan, serta menghancurkan penjarahan moral spiritual manusia yang sering dilakukan oleh bangsa-bangsa lain yang kurang beradab.Dan, mulai saat itu pula, Pancasila, Indonesia, dankita hidup dan menghidupi. Dari sejarahnya, jiwa persatuan muncul dari pengalaman pahit bangsa ini manakala penjajahansudah berlangsung ratusan tahun dan telah menghancurkan segala sumber daya bangsa ini untuk kepentingan bangsa penjajah. Kekayaan bangsa kita terampas hampir tanpa sisa, baik kekayaan alam maupun budayanya. Akibat penjajahan, pikiran dan rasa kita terkebiri. Bangsa kita menjadi bodoh dan kurang rasa sehingga bangsa kita mudah sekali terpecah-belah tanpa menyadari bahwa selama beratus tahun bangsa kita telah dihancurkan sendi-sendi kehidupannya oleh penindas menjadi bangsa yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri-sendiri. Perjuangan dalam rangka mengusir para penjajah bersifat kedaerahan sehingga sering berujung kesia-siaan.Oleh karenanya, amat wajar kalau saat terjadi upaya pengusiranpada para penjajah, bangsa kita berulangkali mengalami kegagalan karena memang perjuangan yang dilakukan bangsa kita saat itu masih bersifat primordial.

Namun, hikmah dari kegagalan perjuangan yang terus-menerus itu, bangsa kita belajar dan menyadari bahwa berjuang sendiri-sendiri tak mungkin mendapatkan apa yang bangsa ini cita-citakan yaitu kemerdekaan. Maka, dimulailah babak baru perjuangan bangsa melawan penjajah melalui upaya pembersatuanegoisme kelompok menjadi komunitas bersama yang bersifat nasional. Dampaknya sungguh luar biasa, bahwa ternyata perjuangan mencapai citacita kemerdekaan bangsa dengan cara bersatu di atas perbedaan ras, suku, agama, dan antar golongan dapat terwujud, yaitu Indonesia merdeka. Dalam perjalanan sejarah pasca kemerdekaan, jiwa persatuan secara nyata telah mampu melanggengkan terus tegaknya Indonesia sebagai wadah beranekaragamnya kondisi sosial maupun individual masyarakat penghuninya meskipun goncangan dari luar (Belanda dan Sekutu) serta dari dalam bangsa sendiri (PKI, Permesta, RMS, dll) secara bertubi-tubi telah berusaha mengoyak rasa persatuan itu.Jiwa persatuan bangsa kita seperti tercermin dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika tidak goyahkarena kita lelah terus menerus berseteru, baik melawan penjajah maupun warga masyarakat sendiri demi sesuatu yang bersifat sektarian.Kita ingin perdamaian abadi di bumi Indonesia dan dunia.Kita tidak ingin lagi mendengar suara senjata serta dentuman meriam merebak dimana-mana dengan nyawa tercerabut dari raga secara sia-sia. Sekali lagi, naluri- bersatulah yang benar-benar telah membangkitkan semangat kita mewujudkan damai sejati di bumi Indonesia dari dulu dan sampai sekarang. Bagaimana rasa itu pada situasi Indonesia sekarang ini? Dari sekian banyak persoalan yang ada pada bangsa kita sekarang ini, ada satu perkara bangsa yang harus segera disikapi bersama yaitu bagaimana menetapberdirikan bangsa Indonesia untuk selama-lamanya.Kekerasan antar kelompok, ras, suku, agama telah nyatanyata terjadi dan semakin hari semakin meruncing saja kondisinya.Bahkan upaya mendirikan Negara dalam Negara juga menjadi desas-desus yang meresahkan kita semua. Tentu saja, pembiaran terhadap kejadian ini akan beresiko terhadap keutuhan Negara Indonesia. Inilah ancaman yang jelas hadir di depan kita. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Yang pasti, saat sekarang kesadaran sejarah kebersatuan kita sedang kembali diuji. Sejauh mana bangsa kita akan bertahan sangat ditentukan oleh kemauan untuk berani menanggalkan kepentingan kelompok untuk kepentingan yang lebih besar yaitu bangsa. Kepentingan bangsa harus menjadi prioritas pertama dan utama Kepentingan bangsa yang hakiki adalah mempertahankan terus-menerus Indonesia agar tidak hancur.Keamanan Negara adalah hal

mutlak dan terdepan yang mesti menjadi kebutuhan bangsa ini agar terus bergerak membangun dalam usaha menjapai cita-cita Indonesia sentausa.Untuk itu, dibutuhkan upaya sadar dari seluruh rakyat Indonesia untuk memahami dan menghayati bahwa persatuan adalah hal terpenting dalam hidup bersama, berbangsa, dan bernegara.Percayalah, tanpa persatuan bangsa kita hanya tinggal rangka.Inikah yang kita harapkan? Mari kita renungkan sejarah berdirinya bangsa kita kembali.Spirit awal perjuangan rakyat kita dalam memerdekakan bangsa ini adalah persaudaraan dan perdamaian. Di antara mereka benar-benar sadar bahwa perbedaan suku, ras, golongan, ataupun agama adalah justru

kekuatan menghancurkan musuh bersama bangsa. Darah yang tercecer,harta yang hilang, bahkan nyawa yang melayang saat memerdekaan bangsa ini bukanlah dari satu golongan saja, tetapi berbagai golongan, dan tidak juga dari satu ras saja, tetapi dari berbagai ras, tidak juga dari satu suku saja, tetapi dari berbagai-bagai suku, bahkan tidak dari satu agama saja tapi sungguh-sungguh dari berbagai umat beragama yang berbeda-beda yang sadar pentingnya Indonesia merdeka. Lupakah kita dengan ini semua?Dimana kita saat dibutuhkan Indonesia?Mengingat kenyataan ini, tidak adakah sedikit rasa terima kasih kita tersentuh?Atau memang kita senang menjadi generasi durhaka yang gampang lupa pada siapa yang melahirkan kita, lupa siapa yang melahirkan bangsa?Sudah kuatkah kita seperti mereka, para pejuang bangsa yang rela berkorban harta, benda,serta nyawa demi bangsa? Sepertinya, saat ini bangsa kita sedang merindukan kembalinya para penjajah ke pangkuan ibu pertiwi agar kita semua sadar pentingnya persatuan; bahwa sebenarnya kadarcinta kita pada tanah air masih jauh dari harapan, sejauh bintang di langit bila dibandingkan dengan cinta mereka,para pejuang bangsa sejati. Indonesia tak pernah mengeluh meskipun kita telah berlaku tidak adil kepadanya. Indonesia, tanah air kita rela meskipun hanya dijadikan tempat menampung setiap buangan air besar kecil kita. Indonesia, tanah air kita tak pernah merengek meskipun kita mengobrak-abrik isi perutnya demi perut kita sendiri. Indonesia,tanah air kita ikhlas menerima segala tindakan kita yang serba memuakkan. Indonesia, tanah air kitatak pernah meminta-minta pada kita.Lihatlah dan renungkan kebesaran hati Indonesia. Jelas jauh dari sepadan dengan apa telah kita berikan pada bangsa ini. Kita sekarang bisanya hanya mengeluh, mencaci, mengadu domba sana sini, merongrong, mengobok-oboktanpa pernah berpikir apa yang Indonesia perlukan, padahal kita tahu benar bahwa yang sesungguhnya Indonesia perlukan hanya satu adalah bersatunya seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai tujuan bersama yaitu Indonesia yang sejahtera.

Sebelum terlambat, apa yang mesti kita lakukan terhadap situasi demikian? Jelas, jawaban tak mungkin bisa sesingkat buang angin.Seabreg pemikiran dapat kita gali dari berbagai referansi.Namun, kita masih bisa berharap bila kita bicara mengenai pendidikan sebagai langkah awalnya sebab bukankah hakikat pendidikan adalah membuat manusia menjadi lebih manusiawi. Diharapkan, melalui pendidikan, kita bisasaling introspeksi, kita bisa saling memberi dan menerima dengan penuh keikhlasan.Apalagi pendidikan adalah wadahnya kaum muda yang nantinya diharapkan sebagai pemegang tongkat estafet pelestari dan pembangun bangsa.Untuk mencapainya, yang harus dilakukan oleh pendidikan kita adalah

membangunsistem pendidikan untuk mencipkan

jiwa nasionalisme yang sesungguhnya.

Pendidikan harus menempatkan jiwa persatuan nasional dan cinta tanah air sebagai basis karakternya. Hal ini tidak bisa ditawar.Ini adalah harga mati sebab percuma kita bicara perbaikan ekonomi, sosial, budaya, politik, moralitas maupun religiusitas kalau bangsa ini sudah hancur lebur gara-gara ambisi kelompok per kelompok yang jelas-jelas mengancam keutuhan NKRI, mencabik-cabik Pancasila dan UUD 45.Kita hanya bisa melakukan perbaikan bila masih ada Indonesia sebagai bangunan yang harus diperbaiki.Kita harus berhenti merasa yang paling besar berjasa atas berdirinya Indonesia hingga merasa lebih berhak berkuasa.Kita harus berhenti merasa yang paling besar sehingga merasa harus lebih berhak berkuasa dan lebih bisa seenaknya.Kita harus berhenti mencaci-maki antar kita sendiri yang sama-sama tidak tahu terima kasih pada ibu pertiwi.Kita harus saling memahami dan toleran terhadap segala perbedaan yang ada.Bukankah adanya kita di dunia ini adalah di luar kemauan kita?Mengapa harus disalahkan jika seseorang lahir dari latar belakang yang jelas jauh berbeda dengan kita, baik suku, agama, ras, ataupun golongan? Sekali-kali kita tak berhak menyalahkan orang lain atas jatidiri kelahirannya karena sesungguhnya sebaik-baik orang adalah mereka yang bermanfaat bagi kehidupan tanpa memandang bawaan kelahirannya. Dalam kaitannya dengan itu semua, guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan mesti merapatkan barisan membentuk kesatuan guna menciptakan situasi yang kondusif, bebas dari prasangka. Guru harusbisa benar-benar digugu dan titiru oleh peserta didiknya, cinta pada sesama, dan jauh dari sikap intoleransi. Sungguh disayangkan kalau ada guru tidak menebar kasih sayang pada peserta didiknya, malah sebaliknya menabur kebencian dimana-mana. Kalau demikian, apa yang akan kita tuai dari pendidikan Indonesia?

Tegal, 28 Mei 2011

You might also like