You are on page 1of 2

Perempuan Indonesia Menghadapi Tantangan Abad 21 Study kasus: Women Trafficking Realita perjuangan kaum perempuan Indonesia dapat

dikatakan berada pada taraf yang sangat mengenaskan. Indonesia dihadapkan pada era dimana perempuan - perempuan bebas diperjual-belikan (women trafficking). Banyak sekali kasu-kasus yang diangkat mengenai problematika ini. Women trafficking adalah penjualan perempuan kepada suatu aliansi untuk dijadikan pelacur atau budak para lelaki hidung belang. Perempuan yang dijadikan alat untuk meraup kekayaan dan pada saat yang bersamaan ini perempuan diseluruh belahan dunia sedang memusatkan perhatian pada pemerataan gender. Inilah tantangan perempuan Indonesia dewasa ini. Kita sebagai perempuan terdidik harus dapat mensosialisasikan secara merata mengenai hal ini. Human trafficking pada umumnya diambil dari gadis-gadis yang tinggal jauh dari perkotaan, dengan mengiming-imingkan materi yang tidak seberapa perempuan perempuan muda jatuh pada perangkap penjual manusia. Seperti pernyataan korban yang berhasil melarikan diri dari women trafficking ini adalah Maulina. Maulina diiming-imingi pekerjaan dan asrama gratis di AS. Dikatakannya, "Saya datang ke AS dengan setumpuk impian. Namun impian itu sirna setelah saya menginjakkan kaki ke AS. Saya sadar bahwa selama saya membiarkan diri saya dieksploitasi, selain saya tidak dipandang sebagai manusia, saya juga akan diperlakukan seperti hewan". Majikannya pernah berkata, "Lakukan apa saja semaumu, tapi perlu kau tahu bahwa hak anjing-anjing di AS lebih besar daripada hak-hakmu". Dari pernyataannya inilah kita harus sadar bahwa wanita diperlakukan rendah sekali dalam kehidupan ini. Pelaku bisnis kotor ini mencari perempuan - perempuan incaran-nya diberbagai pelosok Indonesia. Perempuan tersebut diculik kemudian dikurung selama 24 jam, dan pada saat dikurung inilah Perempuan tersebut dipekosa oleh 50 sampai 60 orang. Saya sudah melihat berbagai macam cara untuk mengatasi problematika ini. Diantaranya dengan mengangkat issue ini di media massa, membuat film

tentang perempuan pelacur, Jamilah - dimana Jamilah sebagai wanita Pekerja Seks Komersial memperjuangkan haknya dan berusaha menyelamatkan adiknya dari pekerjaan seks komersial ini mempublikasikannya dengan mengadakan penyuluhan dan workshop, tapi pertanyaanya mengapa women Trafficking ini masih gencar terjadi, bahkan menurut informasi yang saya terima 135 juta Perempuan diperjual-belikan hanya dalam kurun waktu satu tahun. Women Trafficking adalah bagian kecil dari era globalisasi penjualan bebas antar negara. Tapi maksud penjualan bebas ini bukanlah penjual perempuan an wanita ataupun manusia. Indonesia memiliki wadah atau tempat untuk bebas melakukan penjualan manusia, Batam contohnya. Batam adalah tempat pebisnispebisnis kotor ini bebas melakukan pekerjaannya. Impor Perempuan di Batam pun bukan sesuatu yang tabu lagi sekarang. Tantangan inilah yang harus kita selesaikan. Memberantas penjualan perempuan, mendidik wanita-wanita, menginspirasikan perempuan untuk hidup mandiri dengan membuat suatu formula, mendidik mereka untuk menjadi entrepreneur sejati. Karna hanya dengan mendidik mereka seperti itulah kita mampu mengurangi penjualan perempuan ini. Langkah awal yang harus kita lakukan tentu saja mengirim ambasadorambasador terdidik ke daerah untuk mendidik perempuan Indonesia, menelusuri gembong penculikan dan women trafficking ini sampai tuntas, dan tentu saja meminta dukungan atau kebijakan-kebijakan pemerintah dengan gencar untuk menuntaskan problematika ini. Perjuangan perempuan Indonesia pada hakikatnya adalah memberikan perlindungan kepada perempuan-perempuan yang tertindas hak asasi manusianya. Perjuangan RA. Kartini pada dasarnya belum lah selesai. Jika pada masanya RA. Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk dapat menuntut ilmu, dan sekarang pekerjaan RA. Kartini- Ra. Kartini bertugas untuk menuntaskan, memerdekakan, dan menyamaratakan hak-hak asasi perempuan Indonesia.

You might also like