You are on page 1of 4

Hal 1982 1983 ra oblik dari sisi pasien.

. Temuan dapat meliputi keratokonus, kornea yang menggelembung runcing disebabkan oleh penipisan lapisan kornea atau pendataran kamera akibat dekompresi, yang dapat diakibatkan oleh ruptur bola mata atau luka operasi terbuka, atau peningkatan tekanan intraokuler karena iris menonjol ke depan. Kornea melindungi mata karena sifatnya yang sangat sensitive. Ketika hanya teriritasi ringan, seperti adanya selembar bulu mata, dapat menginduksi refleks kornea. Sensitivitas kornea dikaji dengan menyapukan serabut kapas bersih yang berbeda pada masing-masing kornea, hati-hati jangan sampai menyentuh kelopak atau bulu mata. Uji ini akan menimbulkan kejapan mata segera dan sama, bilateral dan pengeluaran air mata. Pada orang sadar, refleks kornea dapat dirangsang dengan mengetuk ringan kelopak mata atas yang menutupi kornea. Bila kornea utuh, pasien akan mengejapkan mata. Benda asing di kornea akan menimbulkan gejala nyeri, fotofobia, dan pengeluaran air mata. Trauma kornea dapat mengakibatkan gejala berat dan menyulitkan pemeriksaan. Untuk memeriksa kornea dan struktur mata lainnya, mungkin diperlukan anestesi topical. Anestesi dapat bekerja segera, membebaskan pasien dari rasa nyeri, dan memudahkan pemeriksan. Untuk mendeteksi ulkus kornea atau benda asing, dapat diberikan pewarna fluoresin topical sebelum pemeriksaan. Pewarna fluoresin akan melekat pada epitel yang terkelupas dan tampak hijau terang ketika disinari dengan lampu slit, lampu khusus yang digunakan untuk memeriksa mata. Pewarna merah Bengal akan mewarnai defek epitel lebih baik daripada fluoresin, namun biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit konjungtiva, seperti keratokonjungtivitis sika, suatu inflamasi pada mata anterior akibat kekeringan. Bila seseorang mengalami ruptur bola mata, atau lubang pada kornea, jangan sekali-sekali diberikan tetes mata, karena dapat masuk ke dalam mata dan merusak sel endotel yang tak dapat beregenerasi. Perlu diingat, pewarna topical dapat menodai lensa kontak; jadi, lensa harus dilepas sebelum pemberian warna. Limbus harus diperiksa adanya penyebaran pembuluh darah atau adanya warna merah gelap, yang terlihat pada inflamasi traktus uvea. Pasien usila terkadang mengalami arkus senilis, suatu cincin keabuan jinak di sekeliling batas kornea. Namun, bila terdapat pada pasien muda, menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol serum.

Pemeriksaan iris dan kamera anterior


Sementara memeriksa kornea, humor aqueus di kamera anterior dikaji mengenai kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan pengkabutan (flare)

dalam humor aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein akibat inflamasi di dalam kamera anterior. Proses infeksi berat dapat terjadi di kamera anterior, meninggalkan sel darah putih dan debris infeksius. Pengumpulan nanah di kamera anterior dinamakan hipopion. Pembuluh darah dalam struktur kamera anterior dapat mengalami cedera atau rapuh atau rupture, menyebabkan tertumpahnya darah ke dalam rongga ini. Darah di dalam kamera anterior dinamakan hifema. Kedua keadaan ini dapat dilihat lebih jelas setelah pasien duduk tegak sehingga gravitasi menarik material ke bawah, membentuk batas cairan yang dapat terlihat di kamera anterior. Iris diperiksa bentuk, simetri dan warnanya. Tidak ada dua iris yang sama, sehingga setiap orang adalah unik. Iris diinspeksi kontinuitasnya dan adanya gambaran yang tidak biasa. Bila pembuluh darah berkembang atau pembuluh darah yang ada mengalami distensi, seperti pada proses inflamasi, baru dapat terlihat pada iris. Pembuluh darah berkelok-kelok yang terdapat pada penderita diabetes dinamakan rubeosis irides.

Pemeriksaan pupil
Pupil adalah lubang di tengah iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji reaksi terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya, untuk mengevaluasi gangguan system saraf pusat (SSP) atau pada tekanan intracranial. Iris dapat berubah ukurannya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke dalam mata. Ketika sel fotosensitif retina terkena cahaya terang, pupil yang normal akan segera berkonstriksi secara regular dan konsentris. Reaksinya harus cepat dan simetris. Akan terjadi reaksi konstriksi simultan pada pupil mata yang lain. Konstriksi pupil mata yang dirangsang dinamakan refleks cahaya direk, sementara konstriksi pupil yang sebelahnya dinamakan refleks cahaya indirek atau konsensual. Reaksi konsensual dievaluasi pada kedua mata. Eksplorasi mengenai fenomena ini memungkinkan kita membedakan antara kebutaan akibat kerusakan saraf optikus atau kebutaan karena penyakit sentral. Pada mata yang mengalami kerusakan saraf, rangsangan cahaya langsung tidak menghasilkan respon pupil, tapi pada mata yang tidak rusak, cahaya langsung akan membangkitkan respons pada mata yang rusak. Reaksi lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan intracranial. Bila pasien dapat mengikuti perintah, perawat dapat menguji reaksi pupil terhadap penglihatan dekat dan konvergensi. Pupil tak akan bereaksi terhadap akomodasi yang dilakukan oleh lensa (penyesuaian yang terjadi ketika penglihatan digeser dari jauh ke dekat). Namun akan berkonstriksi ketika mata berkonvergensi (menyilang) pada benda yang sangat dekat. Dapat diobservasi paling jelas dengan meminta pasien memfokuskan pada benda dengan jarak tertentu dan mengikuti jari pemeriksa, yang digerakkan mendekat 3 sampai 5 inci dari hidung pasien. Sebagai respons, pupil normalnya akan berkonstriksi

ketika mata berkonvergensin untuk memfokuskan pada jari Akomodasi lensa tak dapat diobservasi tapi hanya diasumsikan.

pemeriksa.

Penyakit autonomik, misalnya, akibat sifilis atau diabetes, dapat mengakibatkan pupil tidak dapat merespons terhadap cahaya tapi dapat merespons terhadap akomodasi. Pupil seperti ini dinamakan pupil Agryll Robertson. Meskipun pupil harus kurang lebih sama ukuran dan bentuknya, namun prosedur seperti implantasi lensa, iridektomi, defek traumatic dan congenital, atau anisokoria congenital, dapat menyebabkan perbedaan bentuk. Misalnya defek berbentuk lubang kunci atau baji pada iris menunjukkan pernah dilakukan iridektomi, untuk menurunkan tekanan intraokuler. Beberapa pasien dengan peningkatan tekanan intraokuler dapat mengalami perubahan pupil yang memerlukan pemeriksaan berseri. Pasien yang mengalami cedera otak lateral murni dapat memperlihatkan tanda pupil unilateral yang tegas. Misalnya, pupil dapat berbentuk oval tepat sebelum ia mengalami dilatasi penuh dan fiksasi. Hal ini mengarahkan adanya lesi pada pupil yang terkena dan merupakan tanda awal namun samar peningkatan intracranial. Bila semua temuan pada pemeriksaan pupil normal, biasanya didokumentasikan dan disingkat PERRLA : Pupils equal, round and reactive to light and accommodation (pupil seimbang , bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi) dengan mengingat bahwa akomodasi hanya bisa dikaji pada pasien yang sadar dan kooperatif, dan bukan akomodasi melainkan konvergensi dekat lensa yang menyebabkan konstriksi pupil. Temuan deskriptif lainnya harus didokumentasikan secara detil dengan kata-kata yang jelas.

Pemeriksaan lensa kristalina


Tentu saja kita tak dapat melihat lensa, meskipin melalui pandangan menyudut ke dalam pupil yang dilatasi, kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul anterior. Orang dengan katarak lanjut (matang lensanya menjadi buram, dan pupil nampak berkabut dan berwarna putih keabuan). Pada bayi baru lahir, pupil harus diperiksa juga untuk mengetahui bila ada katarak kongenital. Pupil putih (leukokoria) menunjukkan adanya katarak tapi bisa juga menunjukkan tumor intraokuler, seperti retinoblastoma. Beberapa ahli menyebutnya mata kucing. Setiap bahan opak yang menghambat pupil dapat menutup jalannya cahaya sehingga menghalangi penglihatan. Bila terjadi pada anak di bawah 6 tahun, dapat mengakibatkan ambliopia dan penglihatan yang buruk. Trauma mata langsung dapat mengenai lensa sehingga lepas ke dalam vitreus atau kamera anterior, atau bisa juga terperangkap dalam pupil. Pada saat pemeriksaan lampu slit, kadang dapat dilihat zonula dengan bagian lensa yang melekat padanya. Kelainan jaringan ikat, seperti terlihat pada sindrom Marfan, biasanya berhubungan dengan dislokasi lensa.

Pemeriksaan segmen posterior


Karena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat terlihat, maka tidak dapat dilihat dengan observasi tradisional. Untuk memeriksa segmen posterior dan humor vitreus, diperlukan medium yang jernih. Hukum ibu jari berbunyi bila pasien dapat melihat ke luar, kita dapat melihat ke dalam. Pemeriksaan humor vitreus, retina dan struktur posterior lain perlu menggunakan oftalmoskop, yang memerlukan latihan dan keterampilan yang memadai. Pada beberapa keadaan, evaluasi fundus (bagian dalam mata) bukan merupakan fungsi keperawatan biasa. Tapi, perawat yang telah terlatih dalam spesialisasi oftalmik, yang dapat melakukan pemeriksaan fisik, atau yang menjalankan fungsi praktik keperawatan lanjut dapat menerapkan keterampilan ini. Idealnya pupil pasien harus didilatasi untuk memudahkan pemeriksaan, dan ruangan harus cukup gelap untuk meminimalkan reaksi alamiah terhadap cahaya dan memudahkan pemeriksa membedakan berbagai struktur yang ada. Biasanya diberikan obat tetes mata seperti fenileprin atau siklopentat untuk mendilatasi pupil, yang memungkinkan visualisasi fundus secara penuh. Namun obat tersebut juga dapat mengganggu penglihatan selama beberapa jam setelah pemeriksaan sehingga pasien memerlukan kaca mata hitam untuk mencegah reaksi fotofobia dan perlu dibimbing orang lain untuk pulang ke rumah. Pada keadaan yang jarang, dilatasi penuh pupil dapat mencetuskan serangan glaucoma akut karena pupil menumpuk ke trabekulum yang sempit, menyumbat drainase humor aqueus.

Kita harus ingat akan hal ini bila akan memberikan obat tetes mata untuk mendilatasi pasien yang mempunyai riwayat glaucoma sudut sempit. Obat lain yang menyebabkan dilatasi pupil, seperti atrofin, dapat mengakibatkan hasil yang sama pada pasien ini.

You might also like