You are on page 1of 8

Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah Muhammadiyah 1) Gerakan yang dimaksud dalam rangka gerakan jamaah dan dakwah

jamaah di sini adalah suatu usaha Persyarikatan Muhammadiyah, melalui anggotanya yang tersebar di seluruh tanah air, untuk secara serempak teratur dan terencana meningkatkan keaktifannya dalam membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. 2) Pengertian tentang jamaah 1. Jamaah adalah suatu bentuk kehidupan bersama sekelompok orang yang tujuannya membina hidup berjamaah. Pengertian sekelompok orang yang dimaksud adalah sekelompok keluarga yang tempat tinggalnya saling berdekatan, tidak membedakan golongan, baik agama, status sosial maupun mata pencaharian. 1. Kelompok ituoleh sekelompok kecil anggota Muhammadiyah yang ada di dalamnya diusahakan dapat terwujud suatu kehidupan yang sejahtera, lahir dan batin, bagi segenap anggota kelompok, sehingga merupakan satu kesatuan kehidupan bersama dan serasi, yang selanjutnya dapat menyumbangkan kemampuannya untuk ikut serta membangun bangsa dan negaranya. 2. Sekelompok anggota Muhammadiyah yang mengambil inisiatif itu, disebut inti jamaah, yang membentuk dirinya sebagai potensi penggerak kelompok (group dinamics). Alasan untuk menempatkan diri sebagai inti jamaah bagi anggota Muhammadiyah ini, tidak lain karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya sebagai muslim yang melaksanakan ajaran agamanya, sebagai ibadahnya kepada Allah subhanahu wa taala. 1. Oleh karena itu, niat untuk membentuk jamaah adalah semata-mata untuk mendapat ridha Allah subhanahu wa taala, tidak dikerjakan untuk menyusun kekuatan politik atau golongan, tidak pula untuk kepentingan pribadinya. Kesejahteraan hidup adalah milik dan kepentingan bersama bagi setiap orang, setiap keluarga, setiap kelompok. 2. Jamaah sebagai bentuk kehidupan bersama tidak selalu harus dimulai dengan membentuk organisasi jamaah yang nyata (kongkrit). Titik berat gerakan ini adalah menyebarkan dan mengembangkan ide hidup berjamaah. Bentuk organisasi jamaah tidak boleh dipaksakan. Akan tetapi pengelompokan anggota Muhammadiyah menjadi inti jamaah menjadi sarana yang paling dekat untuk dicapai oleh Persyarikatan. Dengan melalui pertemuan dan lain sebagainya inti-inti jamaah ini melangkahkan kakinya untuk memprakarsai hidup berjamaah di lingkungan tempat tinggalnya dan kalau situasi dan kondisi setempat mengizinkan, melangkah lebih jauh untuk mewujudkan jamaah sebagai lembaga sosial yang terbukti memang dikehendaki dan dibutuhkan masyarakat (sosial need). 3) Pengertian tentang Hidup Jamaah

1. Bahwa hidup berjamaah seperti yang dijelaskan di atas (2) bisa tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, apalagi bisa teratur dan berencana mudah kita duga. Manusia sebagai makhluk sosial, yang secara fitrahnya harus hidup berkelompok karena saling membutuhkan. Tetapi manusiapun disifati sebagai makhluk individual, yang terjadi dari jiwa raga yang tak terpisahkan, dengan cipta, rasa dan karsanya itu memiliki kemampuan untuk membebaskan dirinya dari ikatan lingkungannya, walapun hanya di dalam hatinya. Oleh karena itu sifat egoistismementingkan diri sendiri, sering lebih menonjol dari sifat sosialnya. Dari pokok pangkal pikiran ini, kita mudah menduga bahwa hasrat untuk hidup berjamaah tidak bisa tumbuh dan berkembang sendiri. Harus ada sekelompok kecil di tengah-tengah kelompok yang lebih besar yang membentuk dirinya menjadi inti kelompok dus inti jamaah mengajak untuk hidup sejahtera, membina kebaikan dan menjauhkan kemungkaran. 1. Hidup berjamaah harus didawahkan, tetapi tidak cukup hanya dengan khutbah-khutbah di masjid atau ceramah-ceramah di dalam pengajian-pengajian; pendeknya tidak cukup diomongkan. Hidup berjamaah harus diprakarsai muballigh (inti jamaah) dan umat yang didawahi (calon jamaah)nya harus merupakan satu pernyataan hidup bersama. Apa yang didawahkan si muballigh baik materi maupun sasarannya, baik langsung maupun tidak langsung akan menyangkut dan mengenai pribadi si muballigh. Oleh karena itu sistem dawah dalam rangka menimbulkan hidup berjamaah ini disebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Tujuannya a) Menumbuhkan dan membina hidup berjamaah yaitu hidup bersama yang serasi, rukun dan dinamis; b) Menumbuhkan dan membina hidup sejahtera, yakni hidup yang terpenuhi kebutuhan lahir dan batin bagi segenap warga jamaah; c) Kesemuanya itu untuk mengantarkan warga jamaah dalam pengabdiannya kepada Allah subhanahu wa taala, kepada bangsa dan negara serta kemaslahatan manusia pada umumnya. 1) Materinya

a) Bidang pendidikan: menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengertian tentang mutlak perlunya pendidikan bagi anak-anak dan generasi muda, khususnya pendidikan agamanya, untuk menjadi pegangan hidup dan kehidupannya di masa depan; b) Bidang sosial: membina kehidupan yang serasi antara keluarga yang satu dengan yang lainnya, saling tolong menolong dan bantu membantu mengatasi kesulitan yang sedang dialami oleh anggota jamaahnya. Menghilangkan sifat egois dan menutup diri;

c) Bidang ekonomi: berusaha mencegah kesulitan-kesulitan ekonomi/ penghidupan yang dialami oleh anggota jamaahnya, antara lain dengan membantu permodalan, mencarikan pekerjaan, memberikan latihan ketrampilan/ keahlian dan sebagainya; d) Bidang kebudayaan: membina kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam sebagai sarana / alat dawah dan mengikis/ menghindarkan pengaruh kebudayaan yang merusak, dari manapun datangnya; e) Bidang hukum: membina kesadaran dan memberikan pengertian tentang tertib hukum untuk kebaikan bersama dalam kemasyarakatan. Melaksanakan dan mempraktekkan ajaranajaran agama (Islam) yang berhubungan dengan muamalah duniawiyah; f) Bidang hubungan luar negeri (solidaritas): menumbuhkan rasa setia kawan dan simpati terhadap sesama umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya yang sedang mengalami musibah, penderitaan, penindasan dan sebagainya kemudian menyata-laksanakannya dengan mengumpulkan bantuan dan sebagainya. 2) Metodenya

a) Dakwah jamaah dilaksanakan oleh sekelompok kecil warga jamaah (inti jamaah) yang ditujukan kepada kelompok (jamaahnya); b) Inti jamaah bertindak sebagai penggerak kelompok yang merencanakan, melaksanakan dan menilai langkah-langkah dan materi dawahnya; c) Dakwah jamaah menggunakan teknik-teknik pembinaan masyarakat (community development). 3) a) Sifatnya Dawah jamaah dilaksanakan atas nama pribadi masing-masing muballigh;

b) Dawah jamaah bersifat informil, artinya tidak mengikatkan dirinya kepada instansi / lembaga yang formil; c) Instansi/lembaga-lembaga masyarakat yang ada menjadi tempat menyalurkan kegiatan warga berjamaah. 4) Pengertian tentang inti jamaah 1. Inti jamaah terjadi dari anggota Muhammadiyah. Satu inti jamaah terdiri dari sekitar 3 (tiga) sampai 7 (tujuh orang, dari pria dan wanita; 2. Ruang gerak satu inti jamaah sekurang-kurangnya meliputi satu rukun tetangga (RT), seluas-luasnya meliputi satu rukun kampung / warga / dukuh; 3. Tugas inti jamaah adalah melaksanakan dan merencakan dawah jamaah serta dinilai hasil-hasilnya untuk langkah-langkah perubahan;

4. Inti-inti jamaah di satu keluarga saling mengkoordinir dan menyeleraskan kegiatan menjadi satu unit gerakan jamaah. Unit-unit ini yang menjadi salauran komunikasi dengan induk organisasi Muhammadiyah; 1. Keanggotaan inti jamaah serta pembagian tugas perhatiannya diatur/ dimusyawarahkan bersama oleh anggota Muhammadiyah dalam satu jamaah. Apabila di dalam satu jamaah terdapat kelebihan anggota Muhammadiyah, tugas inti jamaah dapat digilirkan secara periodik. Anggota yang kebetulan tidak menjadi inti jamaah berfungsi sebagai pendukung dan pelopor kegiatan jamaahnya. Kelebihan anggota tersebut dapat ditugaskan untuk membina tempat lain yang tidak terdapat anggota Muhammadiyah di dalamnya; 1. Apabila bentuk jamaah sudah gatra (maujud), inti jamaah mempersiapkan terbentuknya organisasi jamaah dengan mempersiapkan pamong jamahnya; 2. Di dalam hal organisasi jamaah belum terwujud, inti jamaah berfungsi sebagai pamong jamaah sementara. Kalau organisasi jamaah dan pamong jamaah sudah terwujud, inti jamaah dapat mengintegrasikan diri ke dalamnya atau berdiri di luar sebagai pembantu, aktif menjadi sumber inspirasi dan kreasi kegiatan jamaahnya. 5) Pengertian tentang organisasi Jamaah 1. Organisasi jamaah adalah organisasi yang informal, dalam arti tidak terikat dan bertanggungjawab kepada organisasi lain. Organisasi ini lahir sebagai proses yang wajar dari kebutuhan kelompok masyarakat di suatu tempat, sebagai akibat dari suksesnya dakwah jamaah yang dilaksanakan oleh inti jamaah. Organisasi jamaah tidak dapat dipaksakan adanya. (Nama jamaah itu sendiri tidak mutlak harus dipergunakan sekiranya justru akan menghambat pengertian hidup berjamaah). 1. Di dalam satu lingkungan tempat di mana semua atau sebagian besar penghuninya warga Muhammadiyah, masalah terbentuknya organisasi jamaah tidak perlu dipersoalkan. Karena ide hidup berjamaah memang sudah menjadi sebagian dari kepribadiannya; maka timbulnya organisasi jamaah berfungsi sebagai intensifikasi semangat dan kegiatan hidup berjamaah; 2. Organisasi jamaah dipimpin oleh pamong jamaah yang terjadi dari warga jamaah dan terdiri dari Bapak dan Ibu jamaah dengan beberapa pembantu. Ibu dan Bapak jamaah dipilih dari dan oleh warga jamaah sebagai sesepuh/tertua lingkungan itu. Sedang pembantu-pembantunya terdiri dari tenaga-tenaga muda yang lincah dan penuh daya kreasi dan bertanggungjawab kepada Bapak dan Ibu jamaah; 3. Pamong jamaah bisa terjadi, sebagian dari inti jamaah atau seluruhnya, atau dapat pula inti jamaah ada di luar pamong jamaah (lihat 4-g.); 4. Tugas pamong jamaah adalah memimpin dan mengantarkan jamaahnya menuju ke kehidupan berjamaah yang sejahtera. Menampung dan menyalurkan ide-ide kegiatan dan

kebutuhan-kebutuhan hidup warganya yang sesuai dengan sasaran hidup berjamaah yang sejahtera; 5. Saluran ide-ide, kegiatan dan kebutuhan warga jamaah dapat ditumbuhkan dalam jamaah atau memanfaatkan instansi / lembaga yang telah ada di luar jamaah; 6. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa secara resmi jamaah tidak ada hubungannya dengan organisasi Muhammadiyah; yang ada hubungan secara organisatoris adalah antara anggota Muhammadiyah (sebagai warga jamaah yang menjadi inti jamaah) dengan Muhammadiyah (Ranting). 6) Lokasi gerak jamaah dan dakwah Jamaah 1. Gerakan jamaah dan dakwah jamaah bertitik tolak pada pembinaan mental pribadi warga jamaah dalam keluarganya dan dalam lingkungan tetangganya; Pembinaan ini dapat melalui sarana-sarana intern jamaah dan dapat memanfaatkan sarana/fasilitas di luar jamaah. Secara rutin pamong jamaah memperhatikan situasi dan kondisi warga jamaahnya, mengamati rumah tangganya dan suasana hidup bertetangga. Masalahmasalah yang tampak segera ditangani, yaitu dicari pemecahannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Ide-ide yang positif dan kreatif diusahakan melalui musyawarah, sehingga menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama jamaahnya. 1. Selanjutnya gerakan jamaah dan dakwah jamaah meluaskan pandangannya seluas batas-batas kelurahan tempat jamaah-jamaah. Ada inisiatif inti-inti jamaah yang tergantung dalam unit gerakan jamaah; Jamaah-jamaah diajak berpartisipasi dalam pembangunan kelurahannya (pembangunan desa/ kota). 7) Kompetensi Dai Pendamping 1. Kompetensi Subtantif
y y y y y y y

Ikhlas Amanah Shidq (Kejujuran ) : Perkataan, niat dan kehendak, azm/tekad, menepati janji dan dalam bekerja. Akhlaq karimah: rahmah, rifq (lemah lembut) dan hilm (santun), sabar, hirsh (mencintai dan perhatian kepada maduw/audiens) Pemahaman Islam yang komprehensif Pemahaman akan hakekat dakwah/Fikih dakwah Mengenal lingkungan

1. Kompetensi Metodologis Kompetensi metodologis adalah sejumlah kemampuan yang dituntut oleh seorang dai pendamping jamaah yang berkaitan dengan masalah perencanaan dan metode dakwah. Dengan

ungkapan lain, kompetensi metodologis ialah kemampuan profesional yang ada pada diri dai pendamping jamaah sehingga ia : (1) Mampu membuat perencanaan dakwah (persiapan, kegiatan dakwah) yang akan dilakukan dengan baik; dan; (2) Sekaligus mampu melaksanakan perencanaannya.
y

y y

Dai pendamping jamaah harus mampu mengidentifikasi permasalahan dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan mengemukakan kondisi keberagamaan obyek dakwah yang dihadapi, baik pada tingkat individu maupun tingkat masyarakat. Dai pendamping jamaah harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri obyektif dan subyektif obyek dakwah serta kondisi lingkungannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas, seorang dai pendamping jamaah akan mampu menyusun langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukan. Kemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dakwah. Walaupun faktor-faktor bakat memegang peranan cukup menentukan, tetapi faktor latihan (dan pengalaman) akan sangat menunjang kompetensi ini.

Ikhtitam Demikianlah konsep Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah yang telah lama kita cita-citakan. Hemat kami, kuncinya ialah kita bekerja sungguh-sungguh dan tidak terlalu banyak berwacana ataupun silang pendapat. Apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan sekarang juga. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, konsep ini sejatinya bukan hal yang baru sama sekali. Ia telah lahir dari aktualisasi nyata dakwah beliau di awal menggerakkan jamaah dan dakwah jamaah seperti yang telah kami utarakan. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita keikhlasan dan kemauan untuk menunaikan amanah dakwah yang mulia ini dalam rumah kita, Muhammadiyah tercinta.Amin ya Mujibassailin. [1] Disampaikan pada pengajian PDM Sragen, Sabtu 14 April 2007 [2] Anggota Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Periode : 2005-2010 / Mudir Lembaga Bahasa Arab Mahad Ali Bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. [3] Lihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Tahun 2005, hal. 5-8. Juga, Haedar Nashir dkk., Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah (Yogyakarta, Badan Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1994), Cet. Ke-1, hal. 126-129 [4] Keputusan Tanwir 1969 di Ponorogo [5] Haedar Nashir dkk., Materi Indukhal. 85-86

[6] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orangorang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [7] Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, [8] Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [9] Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mumin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mumin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: Kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya [10] Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [11] ( ) ) ) ( ( ( . ) ( (Lihat, CD Al-Maktabah Asy-Syamilah) ) ( )

[12] Husain Ibn Muhsin Ibn Ali Jabir, Al-Thariq Ila Jamaatil Muslimin (Madinah : Darul Wafa, 1989), Cet. IV, hal. 25-26 [13] Abdul Hamid Hindawy, Kayfa Al-Amru Idza Lam Tahun Jamaah; Dirasat Hawla alJamaah wa al-Jamaat (Mesir: Maktabah Tabiin, 1416), Cet. II, hal.95 [14] Sholah Ash-Shawi, Jamaatul Muslimin; Mafhumuha wa Kaifiyatu Luzumiha fi Waqiina al-Muashir (Qahirah : Dar Shafwah, 1413), Cet. 1, hal. 72-75 [15] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl : 125)

[16] Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Hijr : 94) [17] Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.

You might also like