You are on page 1of 738

DITENGAH-TENGAH remangnya cuaca senja, sebuah perahu sampan melaju dengan cepatnya dari mulut telaga Tong-ting-ou menuju

ke arah bukit Kun-san. Diujung geladak duduk seorang bocah laki-laki berusia empat lima belas tahunan, ia mempunyai potongan badan yang bagus dengan bibir yang merah, sebaris gigi yang putih dan pakaian serba putih. Ia duduk diujung geladak dengan wajah riang, matanya melihat kesana kemari, menyaksikan perahu-perahu sampan yang hilir mudik bagaikan kunang-kunang, sekulum senyuman segera menghiasi bibirnya. Dibelakang bocah laki-laki berbaju putih itu, berdiri seorang pemuda baju hijau yang berusia dua puluh tahunan, alis matanya melentik ke atas dengan mata yang jeli, tubuhnya tegap kekar, mukanya tampan menawan hati. Cuma sayangnya, pemuda berbaju hijau itu tidak berniat untuk menikmati keindahan malam di telaga tersebut mukanya dingin serius tak tampak senyuman, malah dahinya berkerut, rupanya banyak persoalan yang merisaukan hatinya sehingga mengurangi minatnya untuk memperhatikan alam semesta di sekelilingnya. Memandang air yang koyak terbelah oleh dayung ia berdiri termenung dengan mulut membungkam. Di tengah keheningan malam yang menyelimuti sekitarnya tiba-tiba bocah laki-laki berbaju putih itu berbisik, Toako, ada perahu mendekati kita! Yaa, dari depan sana muncul dua titik sinar lentera yang makin lama makin dekat ke arah mereka. Pemuda baju hijau itu mendesis lalu mengalihkan sorot matanya yang jeli ke arah depan, memandang sampan-sampan di kejauhan sana. Murungkah dia? Atau sedihkah dia? Apa yang menyebabkan dia bersikap demikian? Tiba-tiba dua buah sampan kecil itu memisahkan diri, kemudian satu dari sebelah kiri yang lain dari sebelah kanan, dengan kecepatan yang luar biasa langsung menerjang perahu yang mereka tumpangi. Agaknya kejadian tersebut diluar dugaan sibocah baju putih itu, dengan kaget dia lantas membentak, Hei, kenapa kalian tumbuk perahu kami Sepasang telapak tangannya segera diayun ke depan menyongsong datangnya terjangan sampan-sampan tersebut.

Hembusan angin pukulan menderu-deru, termakan oleh pukulan yang begitu dahsyat kedua buah sampan tadi terseret hingga meluncur lewat dari kedua belah samping sampan mereka. Suara tertawa dingin segera berkumandang dari atas sampan-sampan tersebut. Begitu mendengar suara tertawa dingin, paras muka si anak muda berbaju hijau yang semula hambar tanpa emosi berubah hebat, hawa pembunuhan yang tebal mencorong keluar dari balik matanya, ia mendengus lalu bagaikan burung elang yang mencari mangsa tubuhnya melambung ke udara dan langsung menerkam sebuah sampan yang sudah berlalu dari sampingnya itu. Saat tubuhnya melambung di udara, tangannya diayun ke muka berulangkali, dan tiga rentetan cahaya putih yang menyilaukan mata langsung mengenai ke atas sampan itu. Jerit kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia tiba-tiba melambung ke udara dan kabur ke arah telaga. Pemuda berbaju hijau itu tertawa dingin, begitu badannya melayang turun diatas geladak, telapak tangan kirinya langsung diayun ke muka. Aduuh.! kembali suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan keheningan, bayangan manusia yang mencoba kabur itu terhajar telak oleh pukulan musuh hingga tubuhnya tercebur ke dalam air telaga. Tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar di angkasa, Kalian mau kabur kemana.. Ternyata pembunuhan yang terjadi di sampan itu menimbulkan kepanikan pada sampan lainnya, orang-orang yang berada dalam sampan itu segera mengambil keputusan untuk melarikan diri. Tapi si bocah berbaju putih yang bermata jeli tidak berpeluk tangan belaka, mengikuti di belakang pemuda berbaju hijau, tubuhnya langsung menerjang ke arah sampan tersebut. Tiga orang laki-laki berbaju ringkas berwarna hitam segera berlompat keluar dari ruangan sampan masing-masing bersenjatakan sebilah pedang tajam, begitu musuhnya tiba, serentak menyerang dari tiga jurusan yang berbeda. Selincah kijang gerak-gerik bocah berbaju putih itu, tubuhnya berputar bagaikan gasingan, tiba-tiba lengan kirinya diayun ke muka dan langsung melepaskan sebuah pukulan gencar. Salah seorang laki-laki berbaju hitam yang ada di tengah menjerit kesakitan, pedangnya terlepas dan jatuh diatas geladak.

Bocah berbaju putih itu bergerak cepat, sambil memutar badan, ujung jarinya kembali menotok jalan darah Cian-keng-hiat di tubuh laki-laki yang lain. Baik memukul jatuh senjata musuh, maupun menotok jalan darah lawan kedua gerakan itu sama-sama dilakukan dengan kecepatan yang hampir bersamaan waktunya. Terkesiap laki-laki yang pedangnya terpukul jatuh itu setelah menyaksikan kelihayan kungfu musuhnya, mereka tak sempat memperdulikan nasib rekannya yang tertotok lagi, tanpa komando serentak orang-orang itu melompat ke dalam telaga untuk melarikan diri. Bocah berbaju putih itu membentak keras, pedangnya berkelebat menusuk ke muka, sekilas cahaya putih membelah angkasa. Ditengah jerit kesakitan yang memilukan hati, darah berhamburan membasahi seluruh permukaan tanah, tahu-tahu laki-laki itu sudah mati terpapas senjata. Tapi pada saat yang bersamaan pula, laki-laki di depan sana sudah melompat masuk ke dalam air telaga. Detik terakhir sebelum laki-laki itu lenyap di bawah permukaan air, suara tertawa dingin kembali berkumandang, pemuda baju hijau yang berada di sampan sebelah kiri telah menyergap tiba secepat meteor, telapak tangannya langsung diayun menghantam permukaan air telaga. Plaaak! Byuuar! Percikan butir-butir air bermuncratan keempat penjuru, tubuh laki-laki itu mencelat beberapa kaki ke udara, lalu dengan lemas badannya tercebur kembali ke dalam air dan tenggelam ke dasar telaga. Setelah berhasil membinasakan orang itu, menggunakan tenaga pantulan yang masih tersisa pemuda berbaju hijau tadi melayang kembali ke atas sampan, kemudian memandang bocah baju putih itu, diapun tertawa. Adik Liong, ilmu silatmu telah mendapat kemajuan yang amat pesat.! Tampan sekali senyuman itu, lagipula begitu polos dan halus, siapapun tidak akan percaya kalau pemuda sehalus itu sebetulnya memiliki ilmu silat yang amat tinggi dan baru saja secara beruntun membinasakan empat orang musuh tangguh. Bocah berbaju putih itu tertawa merdu, Aah..toako yang lebih cerdik dan cekatan, hampir saja aku terkecoh oleh mereka! Tiba-tiba kekesalan dan kemurungan kembali menyelimuti wajah pemuda berbaju hijau itu, begitu suram wajahnya hingga mendatangkan perasaan yang sayu bagi siapapun yang melihat, ia menghela napas ringan.

Aaai..! Tampaknya jago-jago lihay dari dunia persilatan sudah mendapat pula berita tentang soal itu! Kembali suatu kemurungan menyelimuti raut wajah anak muda itu. Mendadak bocah berbaju putih itu seperti teringat akan sesuatu, ia berpaling lalu serunya, Toako, apa salahnya kalau kita tanyai orang ini? Sambil berkerut kening pemuda berbaju hijau itu mengangguk, tindakan semacam itu tanpa terasa membuat suasana di sekelilingnya bertambah guram. Setelah mendapat persetujuan, bocah berbaju putih itu lantas membebaskan jalan darah laki-laki yang tertotok tadi, kemudian tegurnya, Hei! Engkau berasal dari perguruan mana? Laki-laki itu berwajah keren gagah dan jelas merupakan orang gagah yang tak takut menghadapi kematian, dengan pandangan gusar ditatapnya sekejap kedua orang itu, kemudian menengadah dan tertawa terbahak bahak. Haahh..haahh..haahh.. bagi seorang ksatria lebih baik mati terbunuh daripada hidup terhina, bocah bocah kunyuk, tak usah banyak bicara lagi, kalau mau bunuh hayo cepat laksanakan keinginanmu itu. Hmm memangnya kau anggap siauya tak berani membunuh engkau? teriak bocah baju putih itu dengan wajah melotot penuh kemarahan. Hidup sebagai enghiong, matipun sebagai hohan mau bunuh mau cincang cepat lakukan tak nanti toaya mu bakal kerutkan dahi Sepasang mata pemuda baju hijau itu kontan mendelik, mukanya juga berubah sedingin es, dengan sinar mata yang menggidikkan hati ditatapnya laki-laki berbaju hitam itu tanpa berkedip. Apakah engkau ingin merasakan bagaimana nikmatnya kalau otot-ototmu dipisahkan dan tulang-tulangmu dialihkan posisinya? dia mengancam. Bertemu dengan sinar mata si pemuda baju hijau yang begitu tajam, bergidik seluruh perasaan laki-laki berbaju hitam itu, dia merasa betapa buas keji dan kejamnya sorot mata itu hingga melebihi sinar mata majikannya. Setelah merenung sebentar, laki-laki berbaju hitam itu tertawa dingin. Heeehhh..heeehhh..heeehhhaku tahu otot-ototku dipisahkan dan tulangtulangku dialihkan posisinya, aku akan merasakan kesakitan yang bukan kepalang tapi percuma kalau hendak diterapkan diatas diriku, sebab penyiksaan semacam itu masih terhitung enteng dalam pandangan kami!

Dengan kening berkerut, pemuda berbaju hijau itu lantas menengadah memandang bintang-bintang di langit, lama sekali dia membungkam. Mungkin ia sedang merasa heran, apa sebabnya laki-laki itu tak takut mati? Bukankah kematian adalah suatu kejadian yang paling ditakuti oleh setiap manusia? Tiba-tiba pemuda berbaju hijau itu berkata, Adik Liong, totok jalan darahnya, kemudian mari kita pergi! Jangan! Jangan! mendadak laki-laki itu menjadi ketakutan, mukanya berubah hebat, lebih baik bunuhlah diriku.. Suaranya begitu tegang, membuat orang jadi keheranan atas sikapnya itu. Ketika jiwanya diancam dengan kematian, dia sama sekali tak takut, tapi ketika pemuda baju hijau itu tak jadi membinasakannya, kenapa laki-laki berbaju hitam itu malah ketakutan setengah mati..? Rupanya pemuda berbaju hijau itu bukan seorang laki-laki yang bodoh, dengan kecerdasan otaknya, cukup dipikir sebentar saja dia lantas mengerti kenapa laki-laki berbaju hitam itu rela dirinya dibunuh. Maka sambil tertawa ujarnya lagi, Adik Liong, waktu sudah tidak pagi, cepat kerjakan! Bocah berbaju putih itu segera menggerakkan jari tangan kanannya siap menotok jalan darah musuhnya. Tunggu sebentar! laki-laki itu berseru cemas, kumohon kepada kalian bunuhlah diriku ini, dan apa yang kalian tanyakan pasti akan kujawab sejujurnya! Bagus sekali!pelan-pelan pemuda berbaju hijau itu putar badannya, sekarang akan kuajukan satu pertanyaan, kuminta kaupun segera menjawab pertanyaanku itu, mengerti? Laki-laki berbaju hitam itu menghela napas sedih. Aaai. tanyalah! Mengapa kau tak mau hidup? Sebab lolos dari cengkeraman kalian justru lebih mengerikan daripada mati secara konyol! Pelan-pelan pemuda berbaju hitam itu mengangguk. Lantas apa maksud dan tujuan kalian mencari gara-gara dengan kami.? tanyanya pula.

Laki-laki berbaju hitam itu tertegun. Masa kalian tidak tahu kalau Tok liong-cuncu (datuk naga beracun) mau datang ke bukit Kun-san untuk menerima To-liong-leng-pay (lencana pembunuh naga)? Padahal berita besar itukan sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan?! Hei, apa yang kami tanyakan jawab saja secara langsung! Mengapa kau singgungsinggung urusan yang tak ada gunanya? bentak si bocah cilik itu. Kami mendapat tugas untuk menghadang serta membinasakan kawanan jago persilatan yang berdatangan ke bukit Kun-san! jawab laki-laki berbaju hitam itu kemudian. Tiba-tiba diatas wajah pemuda berbaju hijau itu melintas kembali rasa kesal yang dalam. Adik Kiu-liong, binasakan orang itu!ujarnya kemudian. Si bocah berbaju putih yang bernama Ji Kiu liong itu segera mengayunkan telapak tangannya ke depan, ujung jarinya yang tajam menyambar hanya setengah depa di depan dada laki-laki berbaju hitam itu. Meski begitu, laki-laki berbaju hitam itu segera mendengus dan tubuhnya langsung tergeletak ke atas geladak dalam keadaan tak bernyawa lagi. Pemuda berbaju hijau itu menghela napas, pelan-pelan ia melangkah kembali ke sampannya, sementara paras mukanya makin lama berubah makin layu seakan-akan dalam waktu yang amat singkat ia sudah mengidap penyakit yang amat parah hingga tak sanggup berdiri tegak lagi, ia terduduk diujung geladak. Sementara itu Ji Kiu-liong sudah melompat kembali ke perahunya setelah menenggelamkan kedua buah sampan itu, tapi ia jadi tertegun setelah menyaksikan raut wajahnya itu. Sebab sekalipun ia tahu betapa menyedihkan asal usul toakonya, namun tak diketahui olehnya apa yang menyebabkan toakonya jadi begini putus asa. Toako! Ji Kiu-liong lantas menegur Jangan sampai merusak kesehatanmu sendiri! Pemuda berbaju hijau itu seperti tidak mendengar teguran tersebut, air matanya meleleh keluar membasahi pipinya, memandang air ditengah telaga tiba-tiba ia berteriak keras, Aku Gak Lam-kun juga manusia yang dilahirkan ayah dan ibu, aku juga manusia yang berhati bersih, tapi mengapa semua orang di dunia ini memandang hina kepadaku? Mengikuti teriaknya itu, air matanya semakin deras membasahi pipinya. Saat itulah, kenangan lama bagaikan sambaran kilat melintas dalam benaknya.. ..dia teringat kembali pengalamannya yang getir sewaktu masih bocah dulu.

Ibunya sudah lama meninggal, sedang ayahnya adalah seorang guru ilmu sastra yang rudin dan mengajar disebuah sekolahan yang letaknya dalam dusun lain. Ketika ia berusia tujuh tahun, ayahnya dipecat dari jabatannya karena usianya yang sudah lanjut dan sakit-sakitan. Karena kehilangan mata pencaharian, sedang keahlian lain tidak dimiliki terpaksa sambil mengemis ayahnya pulang kembali ke rumah, tapi sakitnya disepanjang jalan makin bartambah parah, tiga tahun kemudian sampai juga ayahnya didesa kelahirannya, tapi sakitnya yang parah akhirnya merenggut juga selembar jiwanya. Sejak itulah ia menjadi seorang pengemis cilik yang bergabung dengan pengemis lainnya untuk meminta-minta disepanjang rumah, bajunya dekil dan tubuhnya penuh dengan kutu, keadaannya waktu itu tak ubahnya dengan pengemis lainnya, tak ada orang yang memperhatikan keadaannya.. Hidup sebagai pengemis kembali dilewatkan selama tiga tahun, entah lantaran hidupnya terlalu kotor atau terkena penyakit aneh, tiba-tiba sekujur tubuhnya timbul bintik-bintik bisul kecil yang menjalar sampai Wajahnya, mula-mula bisul itu berwarna merah akhirnya pecah dan bopeng-bopeng menjijikkan. Waktu itu dia masih kecil, tentu saja tak tahu apa yang telah menimpa dirinya, tapi sejak itu pengemis-pengemis yang lain selalu menghindari dirinya, waktu meminta-minta semua orang juga menjauhi dirinya, ini menyebabkan bocah itu seringkali menderita kelaparan. Seorang pengemis tua yang baik hati memberitahu kepadanya, ia bilang begini, Agaknya kau sudah mengidap penyakit kusta, lebih baik janganlah meminta-minta di tempat yang banyak orangnya, sebab orang bisa menghajar dirimu sampai mampus! Mendengar peringatan tersebut, dia jadi sangat ketakutan, sekarang dia baru mengerti apa sebabnya rekan-rekan pengemis yang lainpun menjauhi dirinya. Sejak itu dia tak berani meminta-minta lagi, bila malam sudah tiba, diam-diam dia baru keluar dari tempat persembunyiannya dan mencuri buah-buahan serta sayur-mayur di kebun orang untuk mengisi perutnya yang lapar. Suatu hari ia tertangkap dan dihajar sampai setengah mampus, beberapa bulan dia harus beristirahat sebelum tubuhnya menjadi kuat kembali. Setiap kali dia munculkan diri di pagi hari, maka orang memakinya sebagai si kusta yang bernyali kecil pada kabur sedang yang bernyali agak besar mengejarnya sambil berteriak-teriak hendak menguburnya hidup-hidup, untung larinya cukup cepat hingga setiap kali berhasil lolos dari kematian.

Begitulah, setelah beberapa bulan ia hidup bagaikan orang liar, siksaan batin yang dialaminya ketika itu sungguh amat sukar dilukiskan dengan kata-kata. Makin dipikir ia merasa semakin tak berarti hidupnya di dunia ini, suatu hari dia mendaki ke atas puncak gunung yang tinggi, perutnya dan badannya kedinginan, setelah berteriak memanggil nama ayahnya dan memanggil nama ibunya, tiba-tiba ia jadi nekad dan melompat masuk kedalam jurang yang dalam. Dibawah tebing itu adalah sebuah air terjun yang dalamnya ratusan kaki lebih, dengan jiwa yang tertekan dan perasaan yang hancur lebur, terjunlah bocah itu ke bawah untuk menghabisi nyawanya. Ketika tubuhnya meluncur kebawah, kesadarannya hampir hilang tiba-tiba ia merasakan ada sebuah tangan yang amat besar menyambar tubuhnya dari tengah udara dan menariknya keluar dari lembah Kematian. Ia merasa seperti mendapat suatu impian buruk yang menakutkan, badannya seakan-akan dilempar ke atas awan, tapi seakan-akan pula diceburkan ke dalam samudra yang dalam, secara lapat-lapat telinganya mendengar suara gulungan ombak yang memekikkan telinga. Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba ia mendengar seperti ada orang berbisik, Aaaah..bocah yang patut dikasihani! Sejak itu nasibnya telah dirubah oleh seorang kakek yang luar biasa, dan kakek itu bukan lain adalah orang yang paling dihormati sepanjang hidupnya. Tapi delapan tahun kemudian, kakek itu telah tewas secara mengenaskan, sesaat sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, ia telah menyerahkan tugas yang maha besar kepadanya. Itulah dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra. maka dengan membawa sikap yang pongah, ia mulai menantang terhadap dunia yang pernah menganiaya dirinya, ia mulai melakukan pembalasan dendam! Dalam tiga tahun belakangan ini, sudah banyak jago lihay yang dirobohkan, nama besar Tok liong Cuncu (Datuk naga beracun) juga sudah termashur diseluruh dunia persilatan, baik jago-jago dari golongan putih maupun jago-jago dari golongan hitam pada menyingkir jauh-jauh bila mendengar nama besarnya. Setiap kali ia berhasil mengalahkan musuhnya, suatu perasaan bangga selalu muncul dalam hatinya, tapi kemudian dia merasa kesepian dan bersedih hati, karena semakin menang dia, semakin sedih pula hatinya.

Sebab keganasan dan keangkuhannya, mengikuti setiap kali kemenangan yang berhasil diraih bertambah makin dalam, setiap kemenangan dan rasa bangga yang diperolehnya ibarat bianglala diujung langit. Kesepian, kesedihan dan kedukaan yang dalam selalu dan selamanya menyelimuti perasaan pemuda itu. Suatu senja, ia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita, dia tak lain adalah kakak perempuan Ji-Kiu-liong yang bernama Ji-Cing-peng. Sejak bertemu dengan gadis itu, ibaratnya sebuah lembah gersang yang ketimpa cahaya matahari, mendatangkan suasana yang hangat dan nyaman bagi hatinya yang beku, sebab di dunia ini kecuali gurunya yang sudah tiada, hanya dia seoranglah yang dapat merubah wataknya yang aneh dan kaku itu Tapi, gadis cantik yang amat jelita itu hanya mendatangkan luka yang semakin tak tertahan dalam hati kecilnya, sebab jiwa gadis itu telah direnggut oleh sekawanan penyamun Yaa, pengalaman getir yang dialaminya sejak kecil ditambah lagi kematian kekasihnya. membuat pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan itu selalu murung, selalu kesal dan selalu bersedih hati. Justru karena itu, dia semakin membenci dunia ini, ia semakin ganas, semakin keji dan tak kenal apa artinya perikemanusiaan. Ia membenci langit, membenci bumi, membenci semua orang jahat di dunia ini, bahkan hampir saja membenci dirinya sendiri, kesemuanya itu membuat pikirannya bertambah cupat, membuat pemuda itu merasa bahwa setiap orang yang berani mencari gara-gara dengannya, tak boleh dilepaskan dengan begitu saja. Sampan bergerak maju membelah air telaga, kenangan Gak Lam-kun semasa kecilpun lewat bagaikan air telaga yang mengombak. Ditengah kegelapan malam, dari kejauhan muncul kembali sebuah perahu besar yang pelan-pelan berlayar mendekat, tak lama kemudian perahu itu sudah tiba didekat mereka, berbareng itu juga dari sebelah kanan meluncur kembali empat buah sampan. Lam-kau toako! bisik Ji Kiu liong kemudian mari kita kasih pelajaran yang setimpal kepada mereka Sementara Ji Kiu-liong masih berbisik, keempat buah sampan itu dengan formasi satu garis telah menghadang di depan perahu kecil itu, pada ujung geladak masing-masing perahu berdirilah seorang laki-laki berbaju pendek.

Sambil tertawa dingin Ji Kiu-liong segera membentak, Hei! Kalian tidak kenal dengan kami, dan kamipun bukan perompak-perompak yang membegal harta kekayaan milik orang lain, apa maksud kalian semua menghadang di depan perahu kami ini? Diatas sampan cepat sebelah kiri berdiri seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan, sambil balas tertawa dingin sahutnya, Andaikata kalian berdua adalah kaum pedagang kaya, kamipun tak usah bersusah-payah menggerakkan anggota kami sebanyak ini. Tolong tanya sobat, siapakah diantara kalian yang bernama Gak Lam-kun sauhiap? Paras muka Gak Lam-kun agak berubah, tapi sebentar kemudian sudah pulih kembali seperti sedia kala, sambil menjura dia tertawa. Tolong tanya ada persoalan apa kalian mencari aku orang she-Gak? tegurnya kemudian. Laki-laki kekar itu tertawa ringan. Tidak berani! Tidak berani! Nama besar Gak sauhiap sudah menggetarkan seluruh kolong langit kami tak ada urusan lain, hanya nona kami berhubung sudah lama mengagumi nama besar sauhiap maka sengaja mengundang kedatangan sauhiap untuk berkenalan Gak Lam-kun berkerut kening, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, ia berpikir, Walaupun sudah banyak jago persilatan yang pernah kujumpai, tapi aku rasa belum pernah berhubungan dengan orang-orang dari suatu perkumpulan, apalagi namaku memang tak banyak yang tahu, darimana bisa muncul seorang perempuan yang kenal dengan diriku? Biasanya yang datang itu selalu membawa maksud tak baik, kali ini aku harus lebih waspada Kalau sikap Gak Lam-kun tadi murung, kesal dan sedih, maka sekarang wajahnya tampak tampan dan gagah, perubahan sikapnya itu sungguh diluar dugaan orang. Ji Kiu-liong sendiri juga berkerut kening, tiba-tiba ia menegur, Siapakah nama siocia kalian? Cerdik betul bocah cilik ini!pikir Gak Lam-kun. Ternyata Ji Kiu-liong sendiri juga merasa tercengang, sebab sejak encinya tewas, toakonya selalu membawa dia bergelandangan kesana kemari, sangat jarang orang mengetahui namanya, sekalipun julukan Tok-liong Cuncu juga merupakan julukan suhu toakonya yang dicatut, padahal kemunculan kembali Tok-liong Cuncu dalam dunia persilatan teramat rahasia, tentu saja orang lebih-lebih tak akan menyangka kalau Datuk naga beracun yang muncul saat ini tak lain adalah penyaruan Gak Lam-kun. Laki-laki kekar itu tersenyum.

Saudara cilik, kau memang hebat! Pada hakekatnya siocia kami memang belum pernah kenal dengan Gak sauhiap, beliau cuma mengagumi saja nama besar sauhiap.. Empat penjuru adalah saudara, ujung langit adalah tetangga, kalau toh siocia kalian mengagumi diriku, sudah sepantasnya, kalau aku Gak Lam-kun juga datang menyambanginya kata anak muda itu sambil tertawa. Bagus sekali laki-laki itu mengangguk, Nio-nio yang mendampingi siocia telah berangkat sendiri kemari untuk menyambut kedatangan sauhiap.! Seraya berkata, laki-laki itu lantas menuding ke arah belakang. Mengikuti arah yang ditunjuk Gak Lam-kun melihat perahu besar itu sudah membuang sauh dihadapannya, pintu ruang perahu terbentang lebar cahaya lampu memancar terang benderang dari dalam. Empat orang laki-laki berpakaian ringkas warna hijau dengan memegang golok besar berdiri tegak ditepi pintu. Saat itulah dari balik ruangan perahu pelan-pelan muncul empat orang dayang berbaju hijau, mereka berdua membawa dua buah lentera yang indah. Dibelakang dua orang dayang itu, mengikutlah seorang kakek berjenggot panjang yang rambutnya telah beruban semua, menyusul kemunculan kakek itu, perahu besar pelanpelan bergerak kembali mendekati sampan. Kepada Gak Lam-kun, kakek tersebut segera menjura sambil tertawa. Tanpa sebab kami telah menghalangi perjalanan saudara, untuk menebus kesalahan itu bagaimana kalau kupersilahkan naik ke perahu untuk meneguk secawan arak lebih dahulu? Sebenarnya Gak Lam-kun mengira nona itu berada diatas perahu besar, maka terdorong oleh perasaan ingin tahunya, ia menerima tawaran tersebut. Tapi kemudian, setelah mendengar bahwa nona itu tidak hadir di perahu, rasa ingin tahunya segera tersapu lenyap, namun kakek itu keburu munculkan diri dalam keadaan demikian ia merasa kurang leluasa untuk menolak tawaran orang. Kepada Ji Kiu liong yang berada disisinya, dia lantas berkata, Adik Liong, tunggulah disini, aku sebentar akan balik lagi kemari! Begitu selesai berkata, dia lantas melompat naik ke atas perahu besar. Dikala tamunya sedang melompat naik ke atas perahu, kakek berjenggot panjang itu lantas berpaling ke arah dua orang dayang baju hijau di belakangnya seraya berkata, Berilah laporan kedalam! Katakan kalau tamu sudah tiba di atas perahu..

Dua orang dayang cilik yang membawa lentera itu segera mengiakan dan masuk ke ruangan dalam. Sepeninggal dua orang dayang tersebut, kakek berjenggot panjang itu baru berkata kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, Silahkan Gak sauhiap, dalam ruang perahu sudah disiapkan arak, bagaimana kalau meneguk beberapa cawan dulu? Terima kasih banyak atas jamuan yang disiapkan, tapi sebelum itu, bolehkah aku tahu siapa nama saudara? Sambil mengelus jenggotnya yang panjang, tergelaklah kakek itu. Haaahhh..haaahhh..haaahhh. aku she Siangkoan bernama It. Mari masuk ke dalam ruangan untuk minum arak, majikan kami masih ada beberapa urusan yang hendak dirundingkan Diam-diam terkesiap juga Gak Lam-kun setelah mengetahui bahwa kakek itu bukan lain adalah Siangkoan It, dia tak mengira kalau kakek itu adalah Tam-ciang-teng-kan-kun (telapak tangan tunggal penenang jagad) Siangkoan It yang namanya termashur di utara maupun selatan sungai besar, lebih-lebih lagi karena orang itu sudah sejak dua puluh tahun berselang mengundurkan diri dari keramaian dunia, sungguh tak disangka malam ini bisa muncul di telaga Tang-ting-ou, bahkan sudi menjadi budaknya orang lain, dari kesemuanya itu terbuktilah sudah bahwa majikannya sudah pasti adalah seorang jago silat yang amat lihay. Sebenarnya Gak Lam-kun mempunyai rencana akan mengundurkan diri setelah mengucapkan beberapa patah kata, tapi untuk mengetahui asal usul majikannya, maka diapun tersenyum. Selamat bertemu, selamat bertemu, sudah lama kudengar nama besar Sam-ciang-lamkok (sukar lewati tiga buah pukulan) yang telah menggetarkan seluruh dunia persilatan itu Siangkoan lo sianseng, perjumpaan ini sungguh menggembirakan hatiku Telapak tangan tunggal penenang jagad Siangkoan It tertawa ringan. Tidak berani tidak berani itulah julukan yang dihadiahkan sahabat-sahabat persilatan kepadaku, padahal lohu malu untuk menggunakannya! Sambil melangkah masuk kedalam ruangan, diam-diam Gak Lam-kun menyumpah dalam hati, Huuuh.jangan keburu bersenang hati dulu, suatu waktu aku pasti akan menjajal sampai dimanakah kepandaian silat yang kau miliki! Ruang perahu dihiasi dengan aneka barang antik yang indah dan mahal-mahal, permadani merah menutupi lantai, hiasan mahal tergantung didinding, dibawah pantulan cahaya yang terpancar dari dua buah lilin besar, tampaklah horden hijau menjadi latar belakang

hiasan ruang perahu itu, disisi jendela tertera pula sebuah meja perjamuan dimana dua orang bocah laki-laki berbaju hijau berdiri dengan tangan terjulur ke bawah. Setelah Tam-ciang-teng-kan-kun Siangkoan It mempersilahkan tamunya duduk, GakLam kun segera menjura sambil bertanya, Tolong tanya Siangkoan lo sianseng, siapakah nama besar dari majikanmu? Mendengar pertanyaan itu, dengan wajah serius telapak tangan tunggal penenang jagad Siangkoan It segera menjawab, Majikan ada perintah, maafkanlah lohu bila tak bisa mengatakannya secara berterus-terang Diam-diam Gak Lam-kun mengerutkan dahinya. Lalu, apakah aku dapat berjumpa dengan Nio-nio dan siocia kalian yang berada di perahu ini? ujarnya pula. Sekali lagi air muka Siangkoan It menunjukkan perasaan keberatan. Kebetulan dari belakang ruangan muncul dua orang dayang cilik berbaju hijau yang segera berkata, Nio-nio ada perintah, harap Siangkoan loya saja yang melayani tamu kita! Gak Lam-kun adalah seorang jagoan berwatak tinggi hati, menyaksikan sikap memandang rendah musuhnya, dia jadi mendongkol, kontan saja ia bangkit berdiri. Kalau toh majikan kalian tidak berada diatas perahu demikian ujarnya sambil menjura ke arah Siangkoan It, harap maafkan diriku lebih tak bisa menemani lebih lama lagi, sebab aku sendiripun masih ada urusan Tiba-tiba dari luar ruang perahu terdengar jeritan dari Ji Kiu-liong, Toakokau hendak pergi kemana? Suara itu penuh kekuatiran dan gelisah, jelas perahu besar itu sudah mulai bergerak. Gak Lam-kun mengerutkan dahinya! kemudian melangkah keluar dari ruang perahu itu. Empat orang laki-laki berpakaian ringkas yang menjaga di depan pintu itu mendadak melintangkan golok besarnya dan menghadang jalan pergi si anak muda itu. Gak Lam-kun tertawa dingin, ia bersikap seolah-olah tidak melihat gerakan tersebut, bahkan langkahnya sedikitpun tidak nampak gugup atau panik. Suara seruan dari Siangkoan It kembali berkumandang dari belakang, Perahu sudah bergerak jauh meninggalkan tempat semula, Gak sauhiap, apa salahnya kalau duduk saja dalam ruangan dengan tenang sambil minum beberapa cawan arak?

Mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Gak Lam-kun pelan-pelan ia putar badan lalu berkata dengan hambar, Kuperintahkan kepadamu untuk menjalankan kembali perahu ini ketempat semula, kalau tidak jangan salahkan kalau aku akan bermain kasar Siangkoan It tertawa tergelak-gelak. Haaahhh. ..haaahhh.haaahhh di dunia ini belum pernah ada orang yang bernyali begitu besar untuk memandang hina diriku, bila Gak sauhiap enggan untuk bercakap-cakap diperahu ini kenapa tidak segera angkat kaki.? Gak Lam-kun menggerakkan bahunya, sekali lompat tahu-tahu ia sudah menerobos keluar dari ruangan perahu itu. Empat orang laki-laki berbaju ringkas itu serentak menggerakkan pula senjata mereka untuk melancarkan serangan, diantara kilauan cahaya berwarna keperak-perakan, senjata mereka langsung membacok tiga bagian tubuh yang berbeda dari Gak Lam-kun. Sepintas lalu, gaya Gak Lam-kun seperti seseorang yang sama sekali tak siap, tapi kenyataannya serangan yang kemudian dilancarkan lebih cepat dari sambaran kilat. Dua dengusan tertahan berkumandang susul menyusul, dua orang laki-laki berbaju ringkas yang ada dipaling depan serentak tergeletak tak berkutik dilantai. Demikian cepatnya serangan itu dilancarkan, sampai-sampai Siangkoan It yang nama besarnya menggetarkan di utara maupun di selatan sungai besarpun tak sempat melihat jelas dengan cara apakah Gak Lam-kun menyarangkan serangan-serangannya itu. Menyaksikan rekannya roboh, dua orang laki-laki yang lain segera membentak keras, golok besarnya diputar sedemikian rupa menciptakan dua jalur cahaya perak yang segera menutup pintu keluar ruang perahu itu. Gak Lam-kun tertawa dingin, tangan kirinya berkelebat kemuka dan tahu-tahu ia sudah mencekal pergelangan tangan kanan salah seorang laki-laki berpakaian ringkas itu, lalu menggunakan kesempatan itu tangannya diayun kedepan dan. bentrokan nyaringpun berkumandang memecahkan kesunyian, golok besar lainnya kena ditangkis sampai mencelat ke belakang. Gak Lam-kun tidak berdiam sampai disitu saja, lutut kirinya segera diangkat dan sikut kanannya menyodok ke belakang, kembali dua kali dengusan tertahan menggema diudara, dan robohlah dua orang laki-laki tersebut. Begitu beres menghabisi keempat orang musuhnya, Gak Lam-kun melompat keluar dari ruang perahu, tapi sepanjang pandangannya ke depan yang tampak hanya air telaga yang menggulung, dari kejauhan sana tampak setitik cahaya lentera, tapi letaknya sangat jauh,

dari arah titik cahaya itulah lapat-lapat terdengar suara teriakan Ji Kiu-liong yang memilukan hati.. Hawa napsu memburuh tiba-tiba membakar di rongga dada Gak Lam-kun, pelan-pelan ia putar badannya lalu memandang sekejap ke sekeliling tempat itu dengan pandangan tajam. Dua belas orang Laki-laki berbaju hitam sudah mengelilingi geladak, ditangan mereka masing-masing tersoren sebilah pedang yang memancarkan cahaya perak, terutama posisi dari belasan orang itu jelas merupakan sebuah barisan pertahanan yang cukup tangguh. Gak Lam-kun sama sekali tak menggubris kedua belas orang laki-laki bersenjata pedang itu, orang-orang berbaju hitam yang berdiri dengan napsu membunuh membara itu seakan-akan dianggapnya sebagai patung yang tak berguna malah sinar matanya yang tajam langsung mencorong kedalam ruangan perahu, sementara kakinya pelan-pelan melangkah maju mendekati Siangkoan It. Angin malam menderu-deru, deburan ombak memekikkan telinga, suasana syahdu yang semula menyelimuti perahu itu, kini sudah berubah jadi tegang dan penuh dengan hawa pembunuhan. Siangkoan It tertawa dingin tiada hentinya, dengan suara yang menyeramkan ia berseru, Setelah berada di perahu kami, berarti hanya ada dua jalan yang bisa kau tempuh, yakni tunduk dibawah perintah majikan kami, atau mampus dalam keadaan mengerikan. Gak sauhiap, aku percaya engkau adalah seorang yang cerdik, aku rasa pilihan yang kau caripun seharusnya pilihan yang cerdik dan tepat Heeehhh..heeehhh.heeehh.bagus sekali, bagus sekali Gak Lam-kun tertawa dingin tiada hentinya, kalau begitu biarlah kupilih jalan kematian saja, ingin kulihat jalan kematian macam apakah yang akan kulalui? Telapak tangan tunggal penenang jagad Sang kwan It memang seorang jagoan yang termashur namanya dalam dunia persilatan, entah berapa banyak sudah jago lihay yang telah ditundukkan olehnya selama ini, dia merasa sedikit kewalahan dibuatnya. Terutama kemampuan Gak Lam-kun yang berhasil menaklukkan empat orang anak buahnya dalam sekali gebrakan, ilmu selihay itu sungguh membuat hati jago kawakan tersebut jadi bergidik. Siangkoan It tertawa kering, kemudian berkata, Gak-sauhiap, kalau toh engkau tetap membandel, jangan salahkan kalau akupun tak akan sungkan-sungkan lagi Begitu selesai berkata, tiba-tiba ia menerobos maju sambil melancarkan serangan, telapak tangan kirinya menyerang dengan jurus tui-poh-cu-lan (mendengar riak membantu ombak), sedang telapak tangan kanannya menyodok dengan gerakan Liu-im-cha-san

(awan hitam menutupi bukit), sekali menyerang menggunakan dua jurus yang berbeda, bahkan kekuatan yang digunakanpun tak sama, hal ini semakin menunjukkan betapa lihaynya si kakek tersebut. Gak Lam-kun tak berani gegabah menghadapi serangan yang begitu dahsyatnya dengan telapak tangan kiri dia pancing serangan musuh miring ke arah lain, sementara tubuhnya segera melompat tiga depa ke samping, darimana sebuah pukulan segera balas dilancarkan pula. Tapi dua orang laki-laki baju hitam yang ada disampingnya tidak berpeluk tangan belaka, diantara kilatan cahaya tajam, dengan menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang, mereka tusuk tubuh si anak muda itu dari dua arah. Gak Lam-kun tertawa dingin, sepasang kakinya melayang ke atas melancarkan beberapa buah tendangan berantai. Dua buah tendangan dilepaskan dengan suatu gerakan yang sangat aneh, tak sempat dua orang laki-laki berbaju hitam itu menghindarkan diri masing-masing terkena sebuah tendangan yang bersarang telak di dadanya. Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, dua orang itu mencelat ke belakang dan roboh tak bernyawa lagi. Betapa gusarnya Siangkoan It melihat anak buahnya tewas, sambil membentak penuh kemarahan sepasang telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat menghajar punggung Gak Lam-kun, serangan itu belum tiba, angin pukulannya sudah terasa menyayat badan. Gak Lam-kun agak kaget menyadari akan hal itu, segera pikirnya, Sungguh sempurna tenaga dalam yang dimiliki kakek ini! Tiba-tiba ia tarik ke belakang sepasang kakinya kemudian berjumpalitan di udara, setelah itu badannya menerobos kesamping dan menumbuk seorang laki-laki berbaju hitam yang kebetulan berada di sampingnya. Setelah menyaksikan kelihayan Gak Lam-kun yang dalam sekali gebrakan berhasil membinasakan dua orang rekannya, kedua belas orang laki-laki berbaju hitam itu merasa terkesiap, maka ketika Gak Lam-kun menyambar tiba, pedang mereka serentak diayun kedepan menciptakan selapis bayangan pedang menyongsong tibanya tubuh Gak Lamkun. Mundur ke belakang dan pertahankan sudut barisan! tiba-tiba Siangkoan It membentak. Terhadang oleh belasan pedang sekaligus, terpaksa Gak Lam-kun harus tarik kembali terjangannya, sepasang telapak tangannya melancarkan serangan berantai, dua gulung

angin puyuh yang menusuk telinga berhembus keluar memaksa belasan orang laki-laki berbaju hitam itu harus menarik kembali serangannya sambil mundur ke belakang. Siangkoan It mendengus dingin, dia menerobos maju kemuka, sepasang telapak tangannya melancarkan serangan berulangkali untuk merangsek lawannya. Gak Lam-kun tertawa panjang, nyaring sekali suaranya, dengan sinar mata mencorong keluar dia himpun tenaga murninya ke dalam lengan kiri untuk membendung tibanya ancaman tersebut. Selincah ular sakti telapak tangan kirinya melambung ke atas menerobos kebawah, dengan jurus yang lihai dan tersakti, dan secara beruntun dia hujani sekujur badan Siangkoan It dengan delapan buah pukulan. Memang hebat tenaga pukulan yang dimiliki Siangkoan It, setiap pukulan yang dia lepaskan tentu membawa desingan angin tajam yang memekikkan telinga, belasan gerakan kemudian, daya pantulan yang terpancar keluar dari serangannya telah mencapai beberapa depa. Gak Lam-kun memang berhasrat menyaksikan kehebatan lwekang Siangkoan It, dengan sedikitpun tak jeri disambutnya semua pukulan itu dengan keras lawan keras. Sebagaimana diketahui, Siangkoan It terkenal sebagai Telapak tangan tunggal penenang jagad, itu berarti hawa pukulannya lebih mengandalkan pada tenaga Yang-kang yang maha dahsyat. Justru karena kehebatan itu, setiap orang yang bertarung melawan dirinya, tentu berusaha untuk menghindari suatu bentrokan secara kekerasan. Tapi kini, Gak Lam-kun malahan berani menerima pukulannya itu dengan keras lawan keras, kejadian ini segera menimbulkan hawa napsu membunuh didalam hati Siangkoan It. Tiba-tiba hawa murninya dihimpun menjadi satu kemudian melepaskan serangan dengan sepenuh tenaga. Otomatis dua gulung tenaga murni yang terpancar keluar dari balik telapak tangannya juga semakin dahsyat ibaratnya bacokan kampak yang membelah bukit. Melihat kakek itu makin bertarung makin gagah, angin pukulannya makin lama semakin gencar, tanpa terasa Gak Lam-kun memuji dalam hatinya, Memang hebat orang tua itu, nama besarnya ternyata bukan nama kosong belaka! Siangkoan It sendiri diam-diam juga terkesiap, sepanjang masa berkelananya dalam dunia persilatan, belum pernah angin pukulannya itu mendapat tandingan yang setimpal, tapi malam ini, setelah berjumpa dengan jago muda tersebut, ternyata tenaga pukulannya

beberapa bagian lebih dahsyat dari apa yang dimilikinya, bahkan jurus serangan yang digunakannya juga jauh lebih sempurna. Dalam kaget dan ngerinya, tanpa terasa ia berpikir, Menurut majikan, ilmu silat yang dimiliki orang ini sudah menggetarkan sungai telaga, diapun merupakan jagoan paling lihay diantara kelompok kaum muda, setelah kubuktikan sendiri malam ini, ternyata ucapan tersebut memang bukan nama kosong belaka, tapi apa julukannya dalam dunia persilatan? Meskipun Siangkoan It mengetahui nama Gak Lam-kun, tapi mereka tak tahu kalau dia adalah Tok-liong Cuncu yang telah muncul kembali dalam dunia persilatan. Karena ada yang dipikirkan dalam benaknya, tanpa sadar perhatian Siangkoan It juga ikut bercabang, tiba-tiba ia merasa ada segulung angin pukulan yang maha dahsyat menerjang dadanya, dalam kagetnya cepat-cepat ia menyingkir kesamping. Gak Lam-kun tidak mengejar karena keberhasilan itu, dia malah menarik kembali serangannya sambil berdiri dengan wajah gagah, ujarnya sambil tertawa nyaring, Kuakui bahwa tenaga pukulan yang kau miliki terhitung nomor satu dalam dunia persilatan, aku orang she-Gak menyesal tak mampu menandinginya, untuk menghindari pertikaian lebih lanjut yang tak berguna, harap Siangkoan lo-sianseng segera menjalankan perahu ini kembali ke tempat semula, tapi jika engkau menolak permintaan ini terpaksa aku orang she-Gak pun tak akan sungkan-sungkan lagi Ucapannya itu setengah bernada lembut setengah bernada keras, seperti juga suatu sindiran, seperti juga suatu cemoohan. Siangkoan It yang mendengar sindiran itu jadi naik pitam, kontan saja ia tertawa seram. Heeehhh. heeehhh.. heeehbh meskipun ilmu silatmu terhitung lihai dalam dunia persilatan, tapi kalau ingin paksa lohu menyerahkan diri..oohoo.. kau musti melatih diri beberapa tahun lagi Gak Lam-kun tertawa dingin. Di dunia ini memang terlampau banyak terdapat manusia-manusia bandel, Siangkoan sianseng, kalau begitu jangan kau salahkan lagi jika aku bertindak kejam Begitu selesai berkata, Gak Lam-kun segera melangkah maju ke posisi tiong kiong dan menerobos kedepan, telapak tangan kirinya langsung dikebaskan ke tubuh lawan. Siangkoan It tidak menyangka kalau pemuda itu segera menyerang begitu mengatakan akan menyerang, sedikit kurang cermat, ia sudah terjatuh dibawah angin. Untung pengalamannya dalam menghadapi serangan lawan cukup sempurna, meski menghadapi mara bahaya, ia tak sampai gugup.

Dengan cepat pinggangnya ditekuk kebawah, lalu memakai jurus Gi-san-tiam-hay (memindahkan bukit menimbun samudra) sepasang telapak tangannya didorong kemuka sejajar dengan dada, disambutnya serangan tersebut dengan keras lawan keras. Blaaaaang.! desingan angin berpusing memancar keempat penjuru menyusul terjadinya bentrokan itu. Seketika itu juga Siangkoan It merasakan darah dalam dadanya bergolak keras, hampir saja ia tak sanggup berdiri tegak. Dengan mata mencorongkan sinar tajam, Gak-Lam kun tertawa dingin tiada hentinya, kemudian ia berseru, Suatu kekuatan yang luar biasa, hayo sambutlah pukulan lagi! Tanpa mengubah posisi telapak tangan kirinya, ia membalik tangan itu ke belakang lalu dikebaskan ke tubuh lawannya dengan gerakan aneh. Siangkoan It terkesiap, buru-buru dia tarik napas sambil menghimpun tenaga murninya guna menyambut datangnya ancaman tersebut. 00000O00000 TAPI, sebelum niat tersebut dilaksanakan, mendadak terdengar suara bentakan yang amat merdu bagaikan suara keleningan menggelegar memecahkan kesunyian, Siangkoan sianseng, cepat hentikan pertarungan! Begitu ucapan tersebut timbul, tiba-tiba muncullah segulung tenaga pukulan yang lembut menerjang ke tengah-tengah mereka berdua, dimana angin pukulan Gak Lam-kun yang amat tangguh tersebut segera tersapu lenyap hingga tak berbekas. Menggunakan kesempatan itu Siangkoan It menarik kembali serangannya dan melompat mundur ke belakang, sambil memberi hormat buru-buru serunya lirih, Menanti perintah dari Nio-nio! Gak Lam-kun mendengar, meski suara itu merdu bagaikan kicauan burung nuri tapi dibalik kemerduan tersebut terkandung kewibawaan yang luar biasa, ini membuat anak muda itu tanpa terasa berpaling ke arah mana berasalnya suara. Seorang perempuan berbaju hijau diiringi empat orang dayang berbaju hijau pula pelanpelan memunculkan diri dari balik ruangan perahu. Dibawah cahaya lentera yang dibawa keempat orang dayang itu, tampaklah perempuan itu mempunyai sepasang alis mata yang lentik dengan bibir yang mungil, dibalik sepasang matanya yang bulat mencorong keluar sinar mata yang memikat hati, hidungnya mancung dan sekulum senyuman manis menghiasi bibirnya.

Kepada Gak Lam-kun ia berkata lembut, Aaaah! Kamu ini sungguh tak tahu suasana, dimalam yang romantis seperti ini, bukannya menikmati arak wangi sambil memandang alam yang indah, apakah tidak kau rasakan bahwa berkelahi hanya akan merusak suasana yang bagus ini? Diantara suara pembicaraannya itu terselip kerlingan mata yang mendatangkan gairah orang, memang daya pikat dari seorang perempuan yang sudah matang. Gak Lam-kun berusaha menenangkan hatinya, lalu berkata dengan nada yang dingin. Aku masih mempunyai seorang saudara cilik yang tertinggal di sampan, karena itu maafkan daku bila tak dapat menikmati keromantisan ditempat ini. Kalau toh Nio-nio majikan dari perahu ini harap segera turunkan perintah untuk menjalankan perahu ini balik ke tempat semula daripada pertarungan ini harus dilanjutkan Perempuan berbaju hijau itu tertawa, dengan mata yang memikat ia mengerling pemuda itu sekejap kemudian berkata, Jika kau hanya menguatirkan saudara cilikmu menunggu sendirian di sampannya, kalau begitu biarlah kuutus tiga orang untuk menemaninya Gak Lam-kun semakin mengerutkan dahinya. Tolong tanya nio-nio, dengan maksud apakah kau menahan diriku dengan paksa? Kalau tidak kau terangkan. Agaknya perempuan berbaju hijau tak menyangka kalau ia bakal mendapat pertanyaan semacam itu, tanpa terasa pipinya jadi merah, setelah termenung sebentar dia baru tertawa ewa. Kalau tidak, bagaimana? Jika engkau merasa kurang leluasa diatas perahuku ini, silahkan pergi! Gak Lam-kun tahu bahwa perahu besar yang sedang melaju ini tak bisa dihentikan lagi, dengan sinar mata yang menggidikkan dia lantas menatap ke arah musuhnya, mendadak pemuda itu menerobos maju kemuka dan telapak tangan kanannya diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan yang amat gencar. Sedikit saja perempuan berbaju hijau itu menggerakkan bahunya, tahu-tahu dia sudah bergeser tiga depa dari posisinya semula, kemudian sambil tertawa cekikikan katanya, Hiiihh.. hiiihh.. hiiihh. dalam sepuluh gebrakan mendatang, jika engkau sanggup menjawil ujung bajuku, maka segera kuhantar engkau untuk kembali ke tempat semula Gak Lam-kun ikut tertawa dingin. Dalam tiga jurus, bila aku tak berhasil melukai dirimu aku orang she-Gak juga akan menyerahkan diri untuk kau jatuhi hukuman.

Begitu selesai berbicara, tiba-tiba ia tarik kembali pukulannya lalu sambil memutar badan, sebuah totokan dilancarkan. Perempuan berbaju hijau itu mengegos kesamping, dengan suatu langkah yang enteng dan lincah tahu-tahu ia sudah melepaskan diri dari ancaman totokan tersebut. Indah dan menawan hati gerakan tubuhnya itu, meskipun menghadapi suatu pertarungan yang mempertaruhkan jiwa raganya, gerak-geriknya sama sekali tidak kehilangan kebagusan serta daya tariknya. Begitu berhasil melepaskan diri dari serangan yang pertama, perempuan berbaju hijau itu tertawa terkekeh-kekeh. Heehhh. heeehhh. heeehhh. masih ada delapan gerakan lagi, gunakanlah dengan lebih berhati-hati! Begitu gagal dengan serangan yang pertama, tiba-tiba Gak Lam-kun menarik tangan kanannya ke belakang, kemudian ia menyerang sejajar dengan dada, secepat kilat ia menerobos kemuka melakukan pengejaran. Sekulum senyuman masih tersungging diujung bibir perempuan berbaju hijau itu ketika tangan kiri anak muda itu diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan dengan jurus Huijian-cing tham (Menyapu debu berbicara santai). Rupanya perempuan berbaju hijau itu mengetahui bahwa dibalik jurus serangan tersebut terkandung dua perubahan yang berbeda, ditengah lengkingan gelak tertawanya kembali ia melejit kesamping untuk melepaskan diri dari ancaman. Padahal ketika itu, jurus serangan yang digunakan Gak Lam-kun belum mencapai pada puncaknya, ia lantas mendengus, mumpung perempuan musuhnya belum melayang turun ketanah, telapak tangan kirinya dengan mengandung hawa pukulan yang maha dahsyat tiba-tiba dilontarkan kedepan. Sungguh tepat penggunaan waktu yang dilakukan dalam serangan tersebut, pada saat sepasang kaki perempuan berbaju hijau itu hampir menempel diatas permukaan tanah, serangan dari Gak Lam-kun yang ibaratnya gulungan ombak dahsyat itu sudah melanda tiba. Jangan dilihat perempuan baju hijau itu genit dan meliuk-liuk manja, pada hakekatnya dia memiliki ilmu silat yang maha dahsyat. Ketika serangan tersebut menyergap datang, cepat lengannya dikebaskan, lalu badannya melambung keudara secara tiba-tiba, setelah berjumpalitan beberapa kali, ia melayang turun kembali ditempat lain yang jauh lebih aman.

Tapi, Gak Lam-kun juga bukan orang bodoh, tampaknya ia sudah memperhitungkan sampai disitu, buktinya dalam serangan itu terkandung lima jalur desingan angin tajam yang memekikkan telinga. Sreeeeet ! akhirnya gaun panjang yang dikenakan perempuan berbaju hijau itu kena tersambar juga hingga robek sebagian, maka terlihatlah paha kakinya yang putih mulus seperti salju. Tiba-tiba Gak Lam-kun menghela napas sedih. Aaaai aku sudah menggunakan setengah jurus lebih banyak dari seharusnya, terserah hukuman apa yang hendak kau jatuhkan atas diriku! katanya. Ketika gaun panjangnya tersambar robek, perempuan berbaju hijau itu merasa amat jengah hingga seluruh wajahnya berubah jadi merah padam, lama sekali dia termangumangu tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Setelah mendengar helaan napas dari Gak Lam-kun, ia baru terkejut dan merasa seperti baru sadar dari impian, setelah berhasil menenangkan hatinya perempuan itupun menghela napas panjang. Aaaai..Sungguh tak nyana kalau ilmu silatmu amat lihay pergilah dari sini! Hmm..! Perkataan seorang laki-laki sejati lebih berat dari batu karang, aku Gak Lamkun mengaku kalah! Huuuh.. Memangnya ucapan pun-kiong (aku) tidak masuk hitungan..? perempuan berbaju hijau itu mengernyitkan sepasang alis matanya. Sekalipun perempuan berbaju hijau itu telah berjanji, bahwa anak muda itu akan dihantar pulang andaikata dalam sepuluh gebrakan ujung bajunya berhasil dijawil, tapi Gak Lamkun sendiripun baru berhasil merobek gaun lawannya dalam tiga jurus setengah, padahal pemuda itu mengatakan dia akan berhasil dalam tiga gebrakan belaka. Mereka berdua sama-sama merupakan tokoh persilatan yang punya nama besar, mereka berduapun sama-sama berwatak angkuh dan tinggi hati, setelah apa yang disumbarkan tak terwujud, kedua belah pihak sama-sama tak mau mengingkari janjinya. Dengan wajah murung baik Gak Lam-kun maupun perempuan berbaju hijau itu samasama termenung dan berdiri melamun. Untuk sesaat lamanya, suasana di sekeliling tempat itu diliputi keheningan, seandainya tiada suara air telaga yang menyampok perahu, mungkin jatuhnya sebatang jarumpun akan kedengaran dengan jelas.

Toako, aku datang membantumu! tiba-tiba terdengar suara jeritan memecahkan kesunyian. Menyusul kemudian sesosok bayangan manusia melompat naik ke atas perahu, siapa lagi orang itu kalau bukan Ji Kiu-liong? Kemunculan Ji Kiu-liong secara tiba-tiba membuat Gak Lam-kun terkejut bercampur gembira, dia tidak habis mengerti kenapa adiknya bisa muncul disitu secara tiba-tiba. Sementara dia masih termenung, mendadak dari balik perahu besar menggema lagi gelak tertawa yang amat nyaring. Haaaahhhhaaahhhhaaahhh.Si Tiong pek dari barisan Tiat-eng tui perkumpulan Tiat-eng-pang (elang baja) sengaja berkunjung datang, harap Han Nio-nio sudi memaafkan kedatanganku yang tidak terduga ini! Seorang pemuda tampan berbadan kurus dan berbaju warna biru melompat naik ke perahu, lalu pelan-pelan maju kedepan. Ji Kiu liong segera menuding ke arah pemuda baju biru itu seraya berseru, Toako, Si toako itulah yang menghantar aku sampai kesini! Gak Lam-kun berpaling dan memandang sekejap wajah Si Tiong-pek, lalu dia menjura. Terima kasih banyak atas bantuan saudara yang telah menghantar adikku sampai disini, aku orang she Gak mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Aaaaaaah mana, mana Si Tiong pek tertawa, sudah selayaknya kalau orang persilatan itu saling membantu, urusan sekecil itu kenapa harus dipikirkan terus? Boleh aku tahu siapa nama saudara? Aku she-Gak bernama Lam-kun! sahut si pemuda sambil tertawa ewa. Betapa kecewanya Si Tiong pek setelah mendengar kalau nama itu masih terlampau asing dalam dunia persilatan, namun ia tersenyum juga. Selamat berjumpa, selamat berjumpa! Han Nio-nio atau perempuan berbaju hijau itu rupanya sudah tidak sabaran, mendadak dengan paras muka serius ia berkata, Si Tiong pek, berani betul engkau mencari garagara dengan kami! Kalau tertawa, perempuan cantik ini tampak genit dan mempesonakan hati, tapi setelah serius, kelihatanlah betapa agung dan berwibawanya dia.

Gak Lam-kun merasa seakan-akan dalam waktu sekejap perempuan itu sudah berubah menjadi seorang manusia yang lain, dibalik keagungannya secara lapat-lapat terpancar pula kewibawaan yang sangat tebal. Si Tiong pek mengangguk lirih sebagai tanda hormatnya kemudian berkata, Han Nionio, kau jangan salah paham, aku orang she Si tidak lebih hanya manusia diluar garis yang cuma ingin menonton keramaian belaka lihatlah sendiri, perahuku sudah berada sepuluh kaki jauhnya dari sini, bila Han Nio-nio tak senang menyambut kedatanganku, lebih baik aku orang she Si mohon diri saja Selesai berkata, dia lantas putar badan dan siap berlalu dari tempat itu. Berhenti! bentakan nyaring menggelegar memecahkan kesunyian. Tiba-tiba Han Nio-nio melompat kedepan secepat sambaran kilat, jari-jari tangannya yang lentik langsung mencengkeram ke arah bahu Si Tiong-pek. Sekalipun ketika itu Si Tiong-pek berdiri membelakanginya, namun seakan-akan dipunggungnya juga tumbuh mata baru saja Han Nio-nio beraksi tiba-tiba dia putar badannya dan melejit enam depa kesamping untuk menghindarkan diri. HaaahhhhaaahhhhaaahhhHan Nio-nio serunya sambil tertawa tergelak, lebih baik kita jangan bergerak dulu, kalau ingin beradu kekuatan tunggu sesampainya di bukit Kun-san, perkumpulan elang baja kami pasti akan melangsungkan suatu pertarungan yang seru melawan perguruan Ciang-ciam-bun kalian! Kembali Gak Lam-kun merasa terkesiap, konon ia dengar orang berkata bahwa dalam dunia persilatan telah muncul sebuah perguruan rahasia yang disebut Ciang-ciam-bun (perguruan panah bercinta) siapakah ciangbunjinnya? Ternyata tak seorang manusia persilatanpun yang tahu. Dia tak pernah mengira kalau perempuan berbaju hijau serta Siangkoan It yang dijumpainya sekarang ternyata adalah anggota perguruan panah bercinta, dari sini dapat diketahui bahwa Ciang-ciam-bun memang terhitung sebuah perguruan besar yang mempunyai kekuatan amat tangguh. Dengan kening berkerut Han-Nio-nio sudah tertawa dingin. Heeehhhheeehhhheeehhhmemang pada tiga puluh tahun berselang perkumpulan Tiat eng pang kalian menjagoi seluruh daratan Tiong-goan, tapi sekarangHmm! Perkumpulan Tiat eng-pang kalian tak akan bisa menandingi kehebatan Ciang ciam-bunkami Perlu diterangkan disini, semenjak dua puluh tahun berselang, perkumpulan Tiat-engpang memang merupakan suatu perkumpulan yang amat besar dalam kalangan hek-to di dunia persilatan, banyak jago tangguh dan pandai yang bergabung dalam perkumpulan

itu, ini menyebabkan kekuatan mereka pada hakekatnya jauh melampaui kekuatan sembilan partai besar. Ketua mereka Tiat eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong adalah seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, dia merupakan seorang manusia berbakat yang muncul belum lama berselang, namun kemampuannya memimpin para anak buahnya sangat hebat, orang ini merupakan seorang tokoh persilatan yang paling susah dihadapi dalam golongan hitam maupun putih. Si Tiong-pek adalah murid kesayangan Oh Bun-hong, dengan kedudukannya sebagai komandan pasukan Elang Baja, bukan saja namanya termashur sampai dimana-mana, pengaruhnya juga menyebar luas baik diutara maupun diselatan sungai besar. Dalam pada itu Si Tiong-pek sudah tersenyum seraya berkata, Kalau memang begitu, mari kita saksikan saja! katanya sambil berjalan. Hmm! Han Nio-nio mendengus, barangsiapa sudah naik keperahu ini, maka dia harus menyambut sepuluh buah seranganku lebih dulu sebelum bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat, Si Tiong-pek! Bersiap sedialah menerima seranganku ini! Tiba-tiba ia menerobos maju kedepan sambil menyerang, jari tangannya menotok jalan darah juga sikutnya menyodok ulu hati, dua serangan yang berbeda namun memiliki kekuatan yang hampir sama. Si Tiong-pek tertawa dingin lalu berseru, Han Nio-nio, kalau engkau mendesak terus menerus diriku, janganlah dianggap aku Si Tiong-pek jeri kepadamu! Berbicara sampai disitu, tubuhnya lantas miring kesamping menghindarkan diri dari terjangan sikut Han Nio-nio, lalu bukannya mundur dia malah mendesak maju kedepan, tangan kanannya dengan jurus Kim-cian toam-bwe (memotong sakura dengan gunting emas) langsung menyodok ketubuh Han Nio-nio pula. Tapi pada saat itulah tendangan kaki kanan dari perempuan itu sudah mengancam lutut kanan Si Tiong-pek Agaknya Si Tiong-pek tidak menyangka kalau ilmu silatnya itu begitu lihay, dengan terkesiap dia mundur dua langkah untuk menghindarkan diri dari serangan dua buah pukulan dan sebuah tendangan kilat itu. Mendadak hembusan angin tajam menyambar lewat, tahu-tahu kelima jari tangan Han Nio-nio bagaikan kuku garuda sudah menyambar tiga inci diatas wajah Si Tiong-pek. Kali ini Si Tiong-pek benar-benar merasa terkesiap, bahunya langsung dibuang kesamping seraya melompat mundur, tapi gerakan itu toh masih terlambat satu langkah

Sreeeet! baju putih dibahu kiri Si Tiong-pek segera tersambar oleh jari-jari tangan Han Nio-nio yang lentik hingga robek besar sekali Kejut dan gusar Si Tiong-pek menghadapi kenyataan tersebut, sepanjang masa berkelananya dalam dunia persilatan belum pernah ia dipecundangi orang seperti kali ini, sambil membentak keras, sepasang telapak tangannya segera diayun kedepan melepaskan pukulan-pukulannya yang amat dahsyat Sedikit miring kesamping, tubuh Han Nio-nio sudah berada empat depa disisi gelanggang, mendadak ia menerobos maju lagi ke depan. Bayangan manusia melintas lewat, tiba-tiba Gak Lam-kun menerobos masuk kedalam arena dan menghadang dihadapan Han Nio-nio seraya berseru, Saudara Si, sisanya enam jurus biar aku orang she Gak saja yang menyambutnya! Ketika menyaksikan Gak Lam-kun terjun kearena, tiba-tiba Han Nio-nio menghentikan gerakan tubuhnya lalu tertawa merdu. Bagus sekali, bagus sekali, boleh saja kalau engkau hendak mewakilinya untuk menerima sisa enam jurus itu Sebenarnya Si-Tiong-pek tidak pandang sebelah matapun atas diri Gak Lam-kun, tapi setelah menyaksikan gerakan tubuhnya sekarang, dia baru terperanjat. Masa seorang pemuda yang tak ternama semacam dia, sebetulnya adalah seorang jago lihay? demikian dia berpikir. Sementara itu Gak Lam-kun sudah berkata dengan dingin, Tadi aku sudah kebagian menyerang tiga setengah jurus, maka sekarang adalah giliranku untuk menerima keenam jurus seranganmu tanpa menggeserkan sepasang kakiku Ketika Han-Nio-nio berangkat ketelaga Tong-ting ou, majikannya telah berpesan: Gak Lam-kun merupakan seorang tokoh persilatan yang amat lihay! Waktu itu dia masih tidak percaya, tapi setelah terjadi bentrokan fisik barusan, dia baru mengakui bahwa si pemuda pada hakekatnya adalah seorang musuh tangguh yang belum pernah dijumpainya. Misalnya, ucapan semacam itu diucapkan orang lain kepadanya, Han-Nio-nio pasti tidak akan membiarkan dirinya dihina begitu saja, tapi keadaannya sekarang justru berbeda, dia sudah menderita kalah ditangan Gak Lam-kun, meskipun dalam pertarungannya itu dia cuma bertahan tanpa menyerang, namun pada hakekatnya tiga setengah jurus serangan yang dilancarkan Gak Lam-kun itu betul-betul luar biasa bebatnya. Kendati begitu, ia tersenyum juga melihat kepongahan orang. Hendak menerima enam jurus serangannya tanpa menggeserkan sepasang kakinya?

Kecuali orang goblok, rasanya tak mungkin dia berani mengucapkan kata-kata sesumbar seperti itu. Sekulum senyuman lantas menghiasi wajah Han Nio-nio, ia berkata dengan hambar, Cukuplah sudah asal kau mampu menerima enam jurus seranganku itu, mau menggeserkan kaki atau tidak, aku tak ambil perduli. Nah, sambutlah seranganku ini! Dengan kelima jari tangan yang direntangkan, secepat kilat tangan kirinya menyambar kedepan Gak Lam-kun sama sekali tidak bergeser dengan jari tengah dan jari telunjuknya dia balas menotok urat nadi dari Han Nio-nio. Cepat-cepat perempuan berbaju hijau itu merentangkan pukulannya jadi totokan, dan dia ganti menotok urat nadi penting diatas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun. Serangan itu bukan saja dilancarkan dengan kecepatan luar biasa perubahan yang dilakukan juga sangat mendadak Gak Lam-kun terperanjat, dalam keadaan demikian terpaksa telapak tangan kanannya membalik kebawah kemudian memapas pergelangan tangan Han Nio-nio. Serangan ini berhasil juga memaksa Han Nio-nio harus menarik pergelangan tangan kirinya untuk menghindari bacokan anak muda itu, tiba-tiba ia melompat kesamping, telapak tangan kanannya secepat kilat menerjang jalan darah penting dibahu lawan. Demikianlah, suatu pertarungan sengit segera berkobar, kedua belah pihak sama-sama menggunakan serangan yang tercepat dan terlihay untuk berusaha menundukkan pihak lawan, dalam waktu singkat lima gerakan sudah lewat. Meskipun hanya lima jurus tapi kecepatan berubah jurus yang berlangsung sukar diikuti dengan pandangan mata, semua jurus serangan yang dipakai, otomatis merupakan pula serangan yang paling tangguh. Tiba-tiba Han Nio-nio melepaskan sebuah tendangan kilat, gaun yang robekpun lantas menyingkap hingga tampak pahanya yang putih dan mendatangkan gairah birahi. Tendangan tersebut boleh dibilang dilancarkan dengan suatu gerakan yang sangat aneh, sekalipun ilmu silat Gak Lam-kun lebih lihaypun jangan harap dia bisa hindari serangan itu tanpa menggeserkan kakinya. Gak Lam-kun yang lihay memang tak malu disebut jagoan kosen, ketika ujung kakinya Han Nio-nio hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba Gak Lam-kun menjatuhkan tubuh bagian atas ke belakang sementara telapak tangannya disilangkan di depan dada untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan. MEMANG aneh dan lihay gerakan tersebut malahan sama sekali diluar dugaan siapapun. Si Tiong-pek yang menonton jalannya pertarungan itu dari tepi gelanggang segera

berseru tertahan, jelas dia sudah dibikin terkesiap oleh gerakan Gak Lam-kun yang aneh dan diluar dugaan itu. Setelah Gak Lam-kun mengeluarkan gerakan aneh untuk menghindari tendangan lawan, Han Nio-nio tak sanggup melancarkan tendangan yang kedua kalinya, dalam posisi begini terpaksa ia tarik kembali kakinya sambil mundur ke belakang. Enam jurus pertarungan jarak dekat yang baru saja berlangsung ini memang keliarannya tidak seberapa hebat, tapi dalam pandangan mata seorang ahli pertarungan tersebut justru merupakan sengit yang menentukan mati hidup seseorang.. Tiba-tiba Han Nio hio menghela napas panjang katanya, Gak siauhiap, ilmu silatmu memang sangat lihay Pun Kiong merasa benar-benar takluk dengan hati yang rela, Nah, kalian boleh segera berlalu. Pada waktu itulah, Si Tiong-pek ikut tertawa tergelak. Haaah haaah.. haaah sudah lama Han Nio-nio malang melintang dalam dunia persilatan nama besar juga sudah tersohor sampai di mana-mana, Sungguh beruntung pada malam ini aku orang she Si berkesempatan menyaksikan kelihayanmu Han Nio-nio melotot sekejap ke arah Si Tiong-pek dengan mata lebar, kemudian mendengus. Hmmm..! Seandainya aku tidak memandang diatas wajahnya pada malam ini, jangan harap kau Si Tiong-pek bisa tinggalkan perahu ini dalam ke adaan selamat! Berkerut sepasang alis mata Si Tiong-pek sesudah mendengar perkataan itu, hawa amarah tertera ternyata diwajahnya, tapi secara tiba-tiba kemarahan itu ditahan kembali kemudian tertawa tergelak. Haaahhh. aaahhh.. aaahhh.. bagus, bagus, bila lain waktu ada kesempatan aku orang she-Si pasti akan berkunjung lagi kesini untuk merasakan kelihayanmu Selesai berkata dia lantas menjura kepada Gak Lam-kun seraya berkata. Saudara Gak jika engkau tak ada urusan, apa salahnya kalau duduk sebentar diperahu kami? Atas kebaikan saudara Si rasanya tidak pantas kalau kutolak tawaranmu itu, baiklah lebih baik aku turut perintah saja Selesai berkata pelan-pelan dia berjalan menuju ke tepi perahu. Gak singkong, harap tunggu sebentar! Tiba-tiba teguran lembut berkumandang lagi dari belakang. Gak Lam-kun segera berpaling, dilihatnya Han Nio-nio dengan rambutnya yang panjang terurai sebahu sedang berdiri dibelakangnya dengan agung wajahnya tampak begitu cantik dan sikapnya begitu agung membuat orang merasa kagum dibuatnya.

Ada urusan apa Nio-nio memangil aku? tegur Gak Lam-kun kemudian dengan suara hambar. Pun-kiong benar-benar ada urusan penting yang hendak dibicarakan denganmu, bagaimana kalau kita masuk keruang belakang dulu untuk membicarakan persoalan ini? Aku rasa kalau ada persoalan katakan saja di sini, toh disini atau disana juga sama saja Dari belakang terdengar suara Si Tiong-pek berseru sambil tertawa ringan, Saudara Gak, siaute berjalan setindak dulu kutunggu kedatanganmu dalam perahu! Si toako tunggu sebentar suara teriakan Ji Kiu-liong berkumandang pula, siaute ikut engkau lebih dulu! Habis berkata Ji Kiu liong melompat turun pu la keperahu kecil, dan kedua orang itupun mendayung sampannya menuju ke sebuah perahu besar yang membuang sauh beberapa puluh kaki jauhnya. Sepeninggal kedua orang itu, Han Nio-nio baru berkata lagi sambil tertawa, Kalau toh engkau tak mau masuk ke dalam ruangan, baiklah kita bercakap cakap di luar sana, silahkan Gak siangkong Dengan tubuhnya yang tinggi semampai perempu an itu menuju ke belakang perahu lebih dulu kepada seorang pelaut dia ulapkan tangannya memerintahkan orang itu mengundurkan diri. Setelah suasana disekitar sana jadi hening, Han Nio-nio baru membereskan rambutnya yang awut-awutan lalu sambil tersenyum ia berbatuk. Kehebatan ilmu silatmu, keketusan watakmu di tambah pula kebesaran nyalimu, sungguh merupakan suatu perpaduan yang baru pertama kali ini, aku Han Hu-hoa jumpai! Kelihayan ilmu silat yang dimiliki Han Nio-nio juga baru kali ini kujumpai dalam dunia persilatan sahut anak muda itu ketus. Segulung angin berhembus lewat menyingkapkan gaun bajunya yang robek, hingga pahanya yang putih mulus kembali terlihat jelas. Cepat tangannya menyambar gaun yang berobek itu dan menutupi pahanya yang kelihatan, pelan-pelan ia pejamkan matanya lalu berkata dengan sedih, Selama malang melintang dalam dunia persilatan hampir tiga puluh tahunan, aku cuma pernah takluk kepada dua orang Dua orang tokoh silat macam apakah yang bisa peroleh kehormatan dari Nio-nio? tanya Gak Lam-kun dengan perasaan ingin tahu. Ha Hu-Hoa tertawa. Yang satu adalah engkau dan yang lain adalah majikanku!

Mula-mula Gak lam-kun agak tertegun, tiba-tiba selapis kemurungan melintas diatas wajahnya. Ha-Hu-hoa tertawa kembali ujarnya. Kalau kulihat dari kemurungan keputusan yang menyelimuti wajahmu tampaknya engkau punya kenangan masa lalu yang cukup menyedihkan hati, tapi kau musti tahu bahwa diantara sepuluh bagian di dunia ini ada delapan sampai sembilan bagian yang tak bisa diselesaikan dengan lancar. Sebagai anak muda kenapa pikiranmu tak bisa terbuka. Terus terang kukatakan kepadamu belasan tahun berselang kedaan kupun semua seperti dirimu sekarang, aaii..! Tiba-tiba ia menghela napas sedih, titik air mata mendadak mengembang dibalik kelopak matanya. Terima kasih atas petunjukmu kata Gak Lam-kun cepat, Bila Nio-nio masih ada urusan cepatlah utarakan keluar Titik air mata mengembang dalam kelopak ma ta Hau Hu-hoa, dan akhirnya meleleh keluar membasahi pipinya. Sebenarnya aku ingin mengundang dirimu masuk ke perguruan panah bercinta kami, agar bisa menanggulangi masalah besar bersama sama majikan kami, tapi sekarang aku rasa kau pasti menolak tawaranku itu ujarnya dengan sedih. Gak Lam-kun tertawa ewa. Terima kasih atas kebaikanmu, jika sudah habis perkataanmu, aku orang she-Gak segera akan mohon diri Setelah merangkap tangannya memberi hormat, dia putar badan dan berlalu dari sana. Gak siangkong, tunggu sebentar! teriak Han Hu-hoa lagi. Gak Lam-kun berhenti seraya berpaling, kemudian tegurnya, Masih ada perkataan apa lagi yang hendak kau Ucapkan? Pelan pelan Han Hu-hoa maju ke depan lalu menyahut, Apakah engkau sedikit memandang hina diriku karena aku menjadi budak orang lain? Aku tidak tahu! Kembali Han Nio-nio menghela napas sedih Setelah berpisah pada malam ini, entah dikemudian hari masih ada kesempatan untuk berjumpa lagi atau tidak, sekalipun kita hanya bertemu tanpa sengaja, aku Han Hu hoa mengucapkan semoga kau menjaga diri baik baik. Oya, masih ada satu urusan hendak kuperingatkan kepadamu, Si Tiongpek dari perkumpulan Tiat-eng-pang adalah seorang manusia licik dengan akal busuk yang berbahaya. kau musti berjaga-jaga atas manusia sema-cam itu

Gak Lam-kun bukan manusia sembarangan sudah tentu diapun merasakan betapa liciknya manusia yang bernama Si Tiong-pek itu, terutama melihat bagaimana caranya menghindari kobaran hawa amarah akibat sindiran dari Han Hu-hoa tadi. Perlu diterangkan disini, Si Tiong-pek bisa memimpin pasukan elang baja, tentu saja ilmu silat yang dimilikinya bukan termasuk golongan yang lemah, tindakannya tak mau bertarung melawan Han Nio-nio tadi memang merupakan suatu tindakan yang cerdik, sebab ia telah mengesampingkan kekuatan yang sebenarnya untuk digunakan merebut lencana pembunuh naga dibukit Kun-san. Ia tak mau lantaran dua harimau yang berkelahi mengakibatkan dua belah pihak terluka hingga memberikan peluang yang baik bagi orang lain untuk mendapatkan keuntungan. Gak Lam-kun sebagai orang yang berhak menerima Lencana Pembunuh Naga, sudah tentu mempunyai ilmu silat yang tinggi serta kecerdasan yang seimbang dengan kecerdikan gurunya Tok liong Cuncu dimasa lalu dengan kecerdasannya itu, masa ia tak dapat menebak jalan pikiran orang lain? Aku sudah tahu! seru Gak Lam-kun kemudian sambil tersenyum. Dia menjura lantas berlalu pergi, tapi baru beberapa langkah, Han Hu-hoa sudah berseru lagi dengan manja, Gak sianngkong, bagaimana kalau kuperintahkan anak buahku untuk menyiapkan perahu bagimu? Tak usah repot repot! Tiba-tiba dari belasan kaki sebelah depan sana berkumandang suara dari Si Tiong-pek, Gak heng, siaute telah siapkan perahu untuk menyambut kedatanganmu..! Menyusul teriakan itu, perahu besar tersebut pelan-pelan bergerak maju kedepan dan sekejap kemudian sudah berada empat kaki dari perahu Han Nio-nio. Gak siang kong, baik baiklah jaga diri! kata Han Hu-hoa kemudian sambil tertawa sedih. Gak Lam-kun segera merangkap tangannya memberi hormat, kemudian sekali loncat dia sudah be rada diatas perahu elang raksasa yang berada dua kaki jauhnya itu. Begitu anak muda tersebut sudah melayanag pergi, Han Hu hoa segera memerintahkan anak buah nya untuk menaikkan layar, kemudian dalam sepeminuman teh perahu itu sudah lenyap dari pandangan mata. Perahu tiang raksasa dari Si Tiong-pek terang ben derang bagaikan ditengah hari, sambil tersenyum simpul pemuda itu menyambut kedatangan Gak Lam-kun ditengah geladak. Ji Kiu-liong juga mengikuti dibelakangnya, sedang dibelakang sipemuda berbaris delapan belas orang laki-laki bertubuh kekar, beralis mata tebal dan berbaju biru dengan sebilah

pedang bergagang burung rajawali yang sedang merentangkan sayapnya tersoren di punggung. Menyaksikan kedelapan belas orang manusia ber baju biru itu, Gak Lam-kun segera berpikir. Aku pikir kedelapan belas orang itu pastilah delapan belas elang baja yang dipimpin Si Tiong-pek dalam pasukan elang bajanya, aku lihat mereka rata-rata gagah perkasa dengan sorot mata yang tajam, jelas ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi, tak heran kalau pasukan elang baja bisa populer dan disegani orang dalam dunia persilatan Ketika dia masih termenung, Si Tiong-pek sudah berseru sambil tertawa nyaring, Haaahh.haaahhaaahh.. Saudara Gak sedia menumpang diperahu kami kejadian tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi kami semua, sambutlah penghormatan diri delapan belas elang baja anak buah kami! Cepat-cepat Gak Lam-kun menjura, Kemampuan dan keehebatan apakah yang dimiliki aku orang she Gak, tak berani aku menerima sambutan dari delapan belas elang baja yang ramanya tersohor di dunia Sementara itu dari dalam ruang perahu berjalan seorang kakek cebol yang berbaju hitam dengan jenggot putih, badannya kurus seperti lidi dan senjatanya adalah sebuah tongkat berkepala ular hitam. Dengan senyum tak senyum ia lantas berseru, Si lote, jago muda dari manakah yang telah datang sehingga memerlukan sambutan semeriah ini. Suara teriaknya itu menyeramkan, ditambah pula badannya yang kurus kecil melambung seperti setan gentayangan, membuat siapapun yang melihatnya merasa kurang begitu senang. Sedingin salju panas muka Gak Lam-kun bahkan melirik sekejappun ke arahnya tidak, dia malahan menengadah sambil memandang bintang bintang yang bertaburan di angkasa. Menyaksikan kecongkakan orang, kakek cebol itu semakin naik pitam, ia tertawa dingin tiada hentinya dengan suara yang menggidikkan hati. Si Tiong-pek yang menyaksikan kejadian itu alis matanya kontan berkenyit, tapi cepat ia tertawa nyaring. Ou thamcu, saudara ini adalah Gak Lam-kun sauhiap, dialah yang barusan mengalahkan Han Nio-nio dari perguruan panah bercinta! Kakek cebol yang kurus kering itu tertawa dingin tiada hentinya dengan suara yang mengerikan, Heehh.. heeeeh. Heeeh.. ombak di belakang sungai Tiangkang mendorong ombak yang di depannya, kembali dalam dunia persilatan telah muncul seorang toa-enghiong yang gagah perkasa

Sengaja perkataan yang terakhir itu diucapkan dengan nada memanjang, sudah tentu nadanya adalah nada mencemooh. Diatas wajah Gak Lam-kun yang dingin tiba-tiba tersungging sekulum senyuman ia bertanya, Saudara Si konon anggota elang bajamu itu terdiri dari manusia-manusia gagah yang kosen dan berilmu tinggi, tolong tanya apakah dia juga seorang anak buahmu? Kakek cebol berambut putih itu merupakan seorang jagoan yang angkuh dan tinggi hati, sudah tentu dia tak tahan mendengar sindiran dari Gak Lam-kun, maka sebelum Si Tiong-pek menjawab dia sudah membentak lebih dulu dengan nyaring, Bagus sekali! Kau si bocah kunyuk memang pingin mampus! Begitu selesai berkata, tongkat kepala ularnya langsung menyokot kemuka dengan jurus hui-pau-bong-cwen (air terjun merupakan sumber mata air) Ji Kiu-liong yang berdiri disamping Gak Lam-kun bertindak cepat, sebelum saudaranya bertindak tiba-tiba dia cabut keluar pedangnya, kemudian pergelangan tangannya digetarkan menciptakan dua kuntum bunga pedang yang langsung manabas tubuh lawan. Kakek cebol, rupanya kau gemar bertarung? Hayo hadapilah seranganku ini! hardiknya. Kakek cebol berambut putih itu tertawa dingin tubuhnya mengigos kesamping kemudian menerobos maju kemuka secara tiba-tiba, jari tengah dan jari telunjuknya di kakukan bagaikan tombak, kemudian disodoknya jalan darah Hian-ki-hiat di tubuh Ji Kiu-liong dengan keras. Ji Kiu-long tak berani gegabah, cepat dia mundur setengah langkah, kemudian pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya yang menyilaukan mata balas menusuk ke depan. 0000000000 KAKEK berambut putih itu kembali menyelinap ke samping melepaskan diri dari ancaman tersebut, tiba-tiba ia membentak, Lepas tangan! Toya kepala ularnya menyodok pergelangan tangan kanan Ji Kiu- liong yang memegang pedang, dan . Criiing! Diiringi dengusan tertahan bocah laki-laki itu, pedangnya benar-benar terjatuh dari genggaman. Kau juga lepas tangan! tiba-tiba bentakan lain berkumandang memecahkan kesunyian.

Bagaikan sambaran sukma gentayangan, tahu tahu Gak Lam-kun sudah menyusup datang, tangan kirinya membabat pergelangan tangan kanan si kakek cebol, sedang tangan kanannya melancarkan sebuah totokan aneh. Sambil berkerut kening cepat-cepat kakek cebol itu mundur dua langkah, begitu terhindar dari kebasan tangan kiri dan sodokan jari lawan, dengan membawa deruan angin pukulan yang tak kalah cepatnya dia lepaskan pula sebuah serangan balasan. Sungguh dahsyat tenaga serangannya itu. Ibaratnya bendungan yang jebol dilanda air bah, bisa dilayangkan berapa besar tenaga dorongan yang dihasilkan oleh pukulan itu? Ketika dua gulung angin pukulan saling bertemu jadi satu, tidak terjadi benturan apapun, bahu si kakek cebol itu cepat bergoyang untuk membuang daya tekanan yang menekan dirinya, namun toh badannya terdorong mundur juga dua langkah. Sebaliknya Gak Lam-kun juga tidak berhasil meraih keuntungan apa apa, sambil mendengus, tubuhnya terdorong mundur setengah langkah. Setelah terjadi bentrokan kekerasan, kedua belah pihak sama sama mengagumi kehebatan tenaga dalam yang dimiliki musuhnya, merekapun tahu bahwa musuh yang sedang dihadapi adalah musuh yang paling tangguh, untuk sesaat kedua belah pihak tak ada yang berani melancarkan bentrokan untuk kedua kalinya. Saat itulah Si Tiong-pek menyela sambil tertawa tergelak, Haaahhh.. haaahhh.. haaahhh.. kagum, kagum! Ternyata tenaga dalam yang dimiliki kalian berdua memang seimbang! Itulah yang dinamakan kalau tidak saling bertarung tidak akan saling mengenal, kebanyakan orang persilatan baru akan kenal jika sudah terjadi pertarungan. Saudara Gak, untuk kejadian tersebut harap engkau jangan marah. Saudara ini juga merupakan seorang jagoan yang ternama dalam dunia persilatan, orang menyebutnya sebagai Tang-hay coa-siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu, kini jabatannya adalah Thamcu ruang elang sakti dari perkumpulan kami. mari mari.. mari .. kita semua bersama sama minum seteguk arak dalam ruangan Ketika mendengar disinggungnya nama Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu paras muka Gak Lam-kun agak berubah, dendam sakit hati karena kematian gurunya Tok-liong Cuncu segera berkobar kembali dalam rongga dadanya, tanpa sadar ia bergumam, Diantara tujuh belas orang musuh besarku, ada sepuluh orang yang sudah tewas ditanganku, sisanya yang tujuh orang sukar dilacaki jejaknya, sungguh tak disangka sekarang aku berhasil temukan seorang Ou Yong-hu lagi jadi, selama ini dia bersembunyi dalam perkumpulan elang baja pantas jejaknya sukar ditemukan Ou Yong-hu wahai Ou Yong-hu.. saat kematianmu sudah tiba Berpikir sampai disitu, tiba-tiba dalam benaknya terlintas kembali pesan Tok-liong Cuncu sebelum tiba ajalnya, .diantara tujuh belas orang musuh besarku rata-rata mereka merupakan gembong iblis yang berilmu silat amat tinggi terutama sekali Si kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu mereka merupakan jago-jago yang berilmu paling

tinggi, bahkan kungfu mereka yang satu lebih hebat dari yang lain Dalam catatan musuh besarku sudah kucatat masing-masing keistimewaan ilmu silat yang mereka miliki, bila kau jumpai salah seorang diantara ke tujuh orang itu, maka sebelum membalas dendam lebih baik periksalah dulu catatan musuh besarku! Teringat sampai disitu, hawa amarah dan rasa dendam yang semula berkobar di rongga dada Gak Lam-kun, tiba-tiba berhasil dikendalikan kembali, lagi pula dia tahu bahwa dialah yang mencatut nama gurunya untuk menuntut balas bila rahasianya terbongkar, niscaya orang persilatanpun akan mengetahui pula rahasia dibalik kemunculan Tok liong Cuncu dalam dunia persilatan. Begitu selesai mempertimbangkan untung ruginya, dengan cepat paras muka Gak Lamkun pulih kembali seperti sedia kala. Baik Si Tiong-pek maupun Ou Yong-hu sama-sama merasakan pula perubahan wajah Gak Lam-kun, cuma mereka mengira anak muda itu sedang terperanjat setelah mengetahui nama besar dari Tang-hay-coa-siu, maka sekulum senyuman tanpa terasa tersungging diujung bibir Ou Yong-hu. Sungguh hebat ilmu silatmu demikian ujarnya kemudian, aku Ou Yong-hu merasa amat kagum! Gak Lam-kun tersenyum. Aaah.. cuma ilmu silat kucing kaki tiga, malu untuk dibicarakan! cepat Gak Lam-kun menyanggah. Heeeehhh.. heeeehhh.. heeeehh.. mana, mana.. Tang hay-coa-siu Ou Yong-hu tertawa seram, Aku Ou Yong-hu sudah memastikan diri untuk bersahabat lote! Hmmm.! Ou Yong-hu, engkau telah perkenalan dengan setan pencabut nyawa dari mereka! menyumpah Gak Lam-kun dalam hati kecilnya. Betul senangnya Si Tiong-pek setelah menyaksikan suasana yang semula serba kaku kini berubah jadi tenang kembali, ia lantas berseru dengan lantang, Saudara Gak betul-betul seorang jagoan lihay yang sukar ditemui di dunia ini, sungguh beruntung aku bisa berkenalan dengan dirimu. Mari-mari kita masuk ke dalam ruangan dan minuman arak sambil bercakap-cakap! Berbicara sampai disitu, Si Tiong-pek melangkah masuk ke dalam ruangan lebih dahulu diiring salam hormat dari ke delapan belas elang baja yang berjajar di sekeliling sana. Perlu diterangkan disini bahwasanya ke delapan belas elang baja itu adalah jago jago berilmu tinggi, hal ini rasanya tak perlu diterangkan lagi selain itu mereka juga berwatak tinggi hati. Dihari-hari biasa mereka tak pernah pandang sebelah matapun terhadap kawanan jago silat yang ditemuinya.

Tapi keampuhan angin pukulan yang didemontrasikan Gak Lam-kun tadi telah menimbulkan rasa hormat dihati kecil mereka, maka tanpa sadar timbul pula rasa kagumnya dihati mereka semua untuk menghormati jagoan muda itu. Gak Lam-kun segera merangkap tangannya balas memberi hormat. Terima kasih banyak atas perhatian saudara sekalian! ujarnya. Ruang dalam perahu itu luas sekali, kemewahan dan kemegahannya tidak kalah dengan perahu milik Han Nio-nio. Si Tiong-pek, Ou Yong-hu, Gak Lam-kun dan Ji Kiu-hong serentak masuk ke dalam ruangan. Mereka duduk disebuah ruangan mungil yang dia tur dengan arsitek tinggi, empat dilapisi kain hor den berwarna biru langit, sebuah meja yang indah teratur ditepi jendela dan aneka masakan yang lezat telah dihidangkan di depan meja. Silahkan saudara Gak! ujar Si Tiong-pek. Maka diiringi pembicaraan yang amat santai, keempat orang itu duduk berbicara sambil menikmati hidangan. Ji Kiu-liong tak pandai minum arak, setelah mereguk beberapa cawan, ia lantas berhenti, sebaliknya Gak Lam-kun, Si Tiong-pek maupun Ou Yong-hu mempunyai takaran minum yang luar biasa. Dalam waktu singkat puluhan cawan sudah di teguk ke dalam perut. Si Tiong-pek adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman, ia berkenalan dengan Gak Lam-kun memang disertai dengan suatu rencana besar yakni menariknya masuk kedalam perkampungannya, tapi sampai perjamuan di langsungkan, niat tersebut sama sekali tak disinggung, bahkan pembicaraan yang berlangsungpun hanya pembicaraan yang santai-santai. Akhirnya Gak Lam-kun tak kuasa menahan diri, mendadak dia alihkan pembicaraan ke pokok persoalan yang sebenarnya tanyanya, Saudara Si, konon aku dengar Tok-liong Cuncu yang namanya pernah menggetarkan dunia persilatan dimasa lalu telah memunculkan diri kembali, malah katanya pertengahan bulan delapan ini akan datang ke bukit Kun-san untuk menerima lencana pembunuh naga, benarkah ada kejadian seperti itu..? Berbicara sampai disitu, dengan ujung matanya Gak Lam-kun melirik sekejap ke arah Tang-hay-coa-siu. Betul juga paras muka kakek cebol itu segera diliputi oleh kemurungan dan kekesalan yang sangat tebal. Si Tiong-pek segera menghela napas panjang seraya menjawab, Kemunculan Tok-liong Cuncu dalam dunia persilatan sudah mulai tersiar sejak tiga tahun berselang, mengenai kehadiran Tok-liong Cuncu di bukit Kun-san untuk menerima lencana pembunuh naga pada pertengahan bulan delapan nanti, hal ini merupakan suatu janji Tok-liong cuma dengar Soat san thian li yang telah berlangsung dua puluh tahun berselang, tapi sejak

Tok-liong Cuncu tewas dibelakang tebing Yan-po-gan dibukit Hoa-san peristiwa itu juga sudah dilupakan oleh orang-orang persilatan, tapi anehnya dua puluh tahun kemudian tiba-tiba si Datuk naga beracun itu muncul kembali dalam dunia persilatan, ini mengakibatkan kawanan jago dari pelbagai perguruan telah berkumpul semua di wilayah Siang-pek. Aku dengar tidak sedikit jumlah manusia yang berkumpul disini. Yaa beberapa hari kemudian suatu perebutan mustika tak bisa dihindari lagi, entah berapa banyak manusia lagi yang bakal tewas peristiwa akibat Lencana Pembunuh naga? bagaimanakah keadaan yang sebenarnya, aku sendiripun kurang begitu jelas, tapi terus terang saja kukatakan kedatangan siaute kesini juga lantaran Lencana Pembunuhan naga itu, Apakah kehadiran saudara Gak dan saudara Ji juga disebabkan benda mustika tersebut.? Aaaah. aku orang she-Gak dengan adik Liong ku ini cuma mengembara didalam dunia persilatan tanpa tujuan tertentu, adapun kehadiran kami kesini pun tak lebih cuma ikut menonton keramaian belaka. Mengenai soal Lencana pembunuh naga.. Haaahh.. haaahhh.. Aku orang she-Gak tak lebih hanya mempunyai perasaan ingin tahu. Mendengar jawaban tersebut Si Tiong-pek segera menengadah dan tertawa terbahakbahak. Haaahhh.. haaahhh haaahhh.. bagus sekali, bagus sekali sebagai anak muda memang harus mempunyai perasaan ingin tahu, cuma kalau toh kedatangan saudara Gak bukan lantaran lencana pembunuh naga, maka ada baiknya kalau jejak lain mulai kini lebih dirahasiakan, daripada mengundang datangnya segala kerepotan yang tak inginkan haahh.. haaahh haaahh Si Tiong-pek kembali tertawa bergelak, dengan sepasang matanya yang jeli dia melirik sekejap wajah Gak Lam-kun, kemudian lanjutnya lebih jauh, Haaahh. haaahh. haaahh.. ilmu silat yang dimiliki saudara Gak sangat tinggi, tentu saja kau tak takut urusan, cuma saudara Gak harus waspada terhadap segala kelicikan serta kebusukan hati orang-orang persilatan, seringkali mereka lebih mengutamakan tercapainya tujuan daripada mengindahkan keselamatan serta kebajikan, sebab banyak urusan yang tak bisa dihadapi hanya mengandalkan dengan kekuatan ilmu silat belaka Perkataan tersebut betul-betul berpengalaman dan bermaksud luas, selain memberi peringatan ke pada Gak Lam-kun, diapun seakan-akan sedang berusaha menyelidiki suara hati lawannya, dari sini dapat diketahui bahwa Si Tiong-pek memang seorang manusia yang amat licik. Terima kasih banyak atas petunjukmu! jawab Gak Lam-kun hambar. Sementara itu, Ji Kiu-liong yang berada disisinya ikut menimbrung pula dengan mata melotot besar , Sebetulnya watak toako lembut dan baik hati, tapi bila ada orang berani mencari urusan dengannya, maka dia akan menjatuhkan hukuman yang berat kepadanya, tapi bila orang tidak memusuhinya, diapun segan untuk mencampuri urusan orang lain. Maka Si toako, bila kau masih ada persoalan katakan saja cepat-cepat, sebab kami masih ada urusan lain yang perlu diselesaikan!

Si Tiong-pek tertawa nyaring. Saudara cilik. Kau memang orang pintar pandai berbicara, tindakanmu itu tak malu disebut sebagai tindakan seorang jagoan muda, kemanakah kalian berdua akan pergi selanjutnya? Mari sekalian kuhantar, dengan demikian bukan saja tak usah membuang waktu dengan percuma, kitapun bisa memanfaatkan waktu dalam perjalanan sambil bercakap cakap Kami akan berhenti di kota Gak-ciu dekat bukit Kun-san jawab Gak Lam-kun cepat, tolong saudara Si hantar kami kesana saja Aaah kita memang sejalan dan setujuan, apa salahnya kalau kita menempuhnya bersama? ujar Si Tiong-pek seraya tertawa dan gelengkan ke palanya berulang kali. Sejak Gak Lam-kun menyinggung tentang diri Datuk naga beracun, Si kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu cuma membungkam diri tanpa berbicara, dengan sendirinya Gak Lam-kun juga tak dapat menebak begaimana jalan pikirannya itu. Ditengah keheningan, tiba-tiba Ji Kiu-liong bertanya. Si Toako. Barusan kau mengatakan bahwa kawanan jago persilatan berbondong-bondong telah mendatangi sekitar bukit Kun-san untuk ikut memperebutkan Lencana pembunuh naga, tolong tanya benda macam apakah Lencana pembunuh naga itu sehingga demikian berharganya sampai semua orang tak segannya menempuh perjalanan jauh demi benda itu? Si Tiong-pek tertawa ringan. Saudara Ji, kamu sudah tahu pura-pura bertanya ataukah sungguh sungguh tidak tahu? Tentu saja tidak tahu, tolong Si toako bersedia memberi penjelasan.. Si Tiong-pek seperti takut rahasianya yang berharga itu sampai diketahui orang. Dia termenung sebentar sebelum akhirnya menjawab, Berita tentang betapa berharganya Lencana Pembunuh naga terdiri dari aneka macam raganya. Tiap orang persilatan mempunyai versi cerita yang berbeda. Aku tak bisa memberi jawaban yang sesungguhnya kepadamu Ji Kiu-liong memang seorang setan cerdik yang cilik, dia tahu Si Tiong-pek enggan membicarakan rahasia itu, maka dia sengaja mendesaknya lebih lanjut, kembali ujarnya sambil tertawa, Kalau begitu bicarakanlah secara singkat, Si-toako tentunya engkau tidak keberatan bukan? Si Tiong-pek benar-benar dibuat serba salah hingga mau menangis tak bisa mau tertawapun enggan, tapi diapun tahu jika dirinya menolak untuk memberi keterangan, orang pasti akan menuduh jiwanya terlalu sempit.

Akhirnya sesudah merenung sebentar, dia lantas menengadah ke arah Gak Lam-kun dan balik bertanya sambil tertawa, Saudara Gak, apakah engkau mengetahui raha sia tentang Lencana Pembunuh Naga itu? Tidak! Si Tiong-pek segera terbahak bahak. Haaahhh.. haaahhh.. haaahhh.. konon dimana tersimpan harta karun didalam petunjuk lencana pembunuh naga terdapat juga sejilid kitab pusaka yang tak ternilai harganya serta sebilah pedang emas yang tajam sehingga rambut yang ditiupkan ke atasnya akan putus, juga terdapat seorang gadis cantik jelita bak bidadari dari kahyangan serta emas permata yang tak terhitung jumlahnya Kalau dikatakan lencana pembunuh naga menyimpan kitab pusaka, dengan mustika dan emas permata siapa saja akan percaya, bagaimana mungkin menyangkut pula seorang gadis yang cantik jelita? sela Ji Kiu-liong keheranan. Si Tiong-pek kembali tertawa misterius. Apa yang kudengar hanya terbatas pada berita yang tersiar dalam dunia persilatan tentu saja keadaan yang sebenarnya tidak kuketahui. Tapi. tentu saja tanpa angin pohon tak akan bergoyung, masa orang akan menyiarkan berita bohong tanpa wujudnya? gumam Ji Kiu-liong seorang diri, kalau bilang ada pedang dan kitab si orang percaya saja, tapi kalau dibilang bisa mendapatkan gadis cantik aaah, aku tak akan percaya! Si Tiong-pek tidak memperdulikan gumaman orang, ujarnya lebih jauh, Saudara Gak kita sudah berbicara lama sekali, tapi belum kuketahui siapakah nama gurumu? Ketika mendengar pertanyaan itu, sepasang mata Tan-hay coa-siu Ou Yong-hu yang jeli segera menatap tajam wajah Gak Lam-kun, dia ingin sekali mengetahui asal perguruan dari Gak Lam-kun setelah ia gagal untuk menebaknya sendiri terutama setelah pemuda itu berhasil memunahkan pula sebuah pukulan dahsyat yang lancarkan tadi. Gak Lam-kun menghela napas sedih sahutnya, Guruku sudah lama tutup usia, maaf bila aku tak akan sebutkan namanya daripada menambah kepedihan hatiku Jawaban itu sungguh bikin hati orang kecewa tapi Ou Yong-hu yang licik dan banyak tipu muslihatnya mendadak teringat akan sesuatu. kecurigaannya segera timbul. Kepada Si Tiong-pek tiba-tiba tanyanya dengan nada menyeramkan, Si lote, kau selamanya adalah orang yang pintar, tahukah engkau bahwa berita tentang kemunculan kembali Tok-liong Cuncu dalam dunia persilatan adalah sebuah berita yang patut dicurigai? Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, dengan ujarnya matanya Ou Yong-hu melirik sekejap ke wajah Gak Lam-kun.

Diam diam Gak Lam-kun tertawa dingin didalam hati, pikirnya, Ou Yong-hu kau jangan harap bisa mendapatkan keterangan apapun dari perubahan wajahku! Yaa, memang! Paras muka Gak Lam-kun ketika itu amat dingin dan kaku, sedingin salju ditengah bukit yang tinggi membuat orang sukar untuk merasakan perubahan wajahnya. Si Tiong-pek manggut-manggut lirih. Ketika berada di puncak Hong-po-gan bukit Hoasan tempo dulu, Tok-liong Cuncu sudah terkena delapan buah tusukan pedang yang mematikan, tiga buah pukulan beracun yang amat jahat, dua belas batang senjata rahasia yang amat beracun selain obat pemutus usus yang diminumnya lebih dulu sebelum pertempuran, kemudian sesudah terluka parah tubuhnya terjatuh pula ke dalam jurang dengan air terjun yang amat dahsyat, aku pikir sekalipun dia dewa juga jangan harap bisa lolos dari lubang kematian Mendengar kembali kisah pembunuhan terhadap gurunya yang mengerikan, hawa amarah serasa mendidih dalam dada Gak Lam-kun, hampir saja ia menjerit dan menghajar musuh besar yang berada dihadapannya, meski demikian, paras mukanya sedikitpun tidak berubah. Setelah selesai berkata Si Tiong-pek lantas berpaling ke arah Gak Lam-kun sambil bertanya, Saudara Gak, apakah engkau tahu juga tentang peristiwa berdarah di bukit Hoa-san tebing Yan-po-gan tersebut? Gak Lam-kun tertawa. Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya memalukan sekali, sebab walaupun aku orang she-Gak termasuk salah seorang anggota dunia persilatan, tapi oleh karena kurang suka bergaul, maka pengetahuanku mengenai peristiwa dalam dunia persilatan juga picik sekali. Tentang Tok-liong Cuncu, aku cuma tahu kalau dia telah dikerubuti oleh orang-orang persilatan yang mendendam kepadanya, mengenai lainnya.. aku kurang begitu tahu Perkataan itu diucapkan dengan kata-kata yang sejujurnya, ditambah pula mukanya yang polos dan tidak berpura-pura, membuat orang jadi percaya bahwa perkataannya bukan kata-kata bohong. Tang-hay-coa-siu Ou Yong hu tertawa dingin, Ilmu silat yang dimiliki Tok-liong Cuncu waktu itu memang sangat luar biasa, bila orang lain yang terkena pukulan dan tusukan sebanyak itu mungkin jiwanya akan segera melayang tapi dia memang jauh berbeda dengan orang lain Waaah..jadi kalau begitu, dia benar-benar masih hidup di dunia ini.? seru Si Tiong-pek dengan kaget. Ou Yong-hu kembali tertawa dingin. Jika dia masih hidup, buat apa kukatakan kejadian ini sedikit mencurigakan?

Aduuh mak, kalau begitu aku malah dibikin tak mengerti dengan teka teki dibalik ucapan Ou thamcu! Si lote tahukah kau racun pemutus usus yang diminum Tok liong Cuncu tempo hari adalah buatan siapa? Si Tiong-pek menggeleng. Sambil tertawa seram Ou Yong-hu berkata lebih jauh, Dalam dunia dewasa ini masih ada siapa lagi yang mampu membuat obat racun lebih dahsyat daripada Jit-poh-toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To sianseng? Bagus sekali! pikir Gak Lam-kun dalam hati kecilnya dengan gemas, Jadi Jit-pohtoan-hun Kwik To lah pembunuh utama yang menyebabkan kematian guruku! Ketika Ou Yong-hu menyebutkan nama orang itu, sepasang matanya dengan cepat melirik sekejap ke atas wajah Gak Lam-kun, tapi ia kembali ia merasa kecewa. Kembali Tang-hay-coa-siu berkata lagi, Arak beracun pemutus usus itu dibuat oleh Kwik To sianseng sebagai sejenis arak beracun yang bersifat amat keras, besar sekali daya pengaruhnya bila terteguk kedalam perut seseorang. Pada mulanya kami kuatir Tokliong Cuncu tahu rencana busuk kami dan tak sudi meneguk habis arak beracun yang telah dipersiapkan, maka ketika menciptakan racun itu kami membubuhkan racun yang berdaya kerja sangat hebat, dimana asal Tok-liong Cuncu hanya meneguk setetes saja, sekalipun ia mencoba untuk mendesak keluar racun itu dari tubuhnya namun tak akan bisa menghindari suatu kematian yang mengerikan setelah racun tersebut mengeram selama belasan tahun dalam tubuhnya. Yaa, waktu itu Tok-liong Cuncu memang tidak menghabiskan arak racun yang kami siapkan, sekalipun demikian bukan berarti Tokliong Cuncu tak akan mati apalagi tubuhnya yang terkena tiga buah pukulan rata-rata pukulan beracun yang amat dahsyat Kalau memang begitu, lantas menurut anggapan Ou Thamcu, siapakah yang telah muncul diri didalam dunia persilatan sebagai Tok-liong Cuncu itu? Kalau ditinjau dari tanda-tanda kematian yang dialami Kang lam Tiat-san-cu sekalian bersepuluh.. mereka memang terkena oleh Ton-liong jin (cakar naga perenggut nyawa) itu senjata rahasia andalan Tok-liong Cuncu dimasa lalu, konon menurut orang melihat kemunculannya, baik potongan badan maupun dandannya persis dengan Tok-liong Cuncu. Wajahnya juga mengenakan topeng kulit berkepala naga yang sama. Meski begitu aku berani yakin bila Tok-liong Cuncu sudah lebih banyak mampusnya daripada hidupnya kalau belakangan ini dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Tok-liong Cuncu telah muncul kembali, sudah pasti hal itu merupakan perbuatan dari muridnya

Si Tiong-pek melirik sekejap ke arah Gak Lam-kun, kemudian gelengkan kepalanya berulang kali. Seandainya Tok-liong Cuncu mempunyai anak murid kenapa dalam dunia persilatan tidak tersiar berita tentang hal ini? Dalam pembicaraan yang berlangsung selama ini rupanya Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang mencurigakan diwajah Gak Lam-kun, dan agaknya kejadian ini membuat hatinya jadi mendongkol, dia lantas menghela napas. Lohu yakin kalau kejadian ini besar kemungkinannya adalah demikian. Cuma tentu saja masih terbatas pada perkiraan belaka Diam-diam Gak Lam-kun tertawa dingin. pikirnya, Heeehhh.. heeeehh.. heeeehh sekalipun Cuma anak muridnya, jangan harap kalian bisa lolos dari cengkeraman mautnya Sementara dia masih termenung, Si Tiong-pek sudah berkata sambil tertawa ringan, Ou thamcu. sekarang kau adalah seorang thamcu dari perkumpulan elang baja, ilmu silatmu juga luar biasa lihaynya, sekalipun Tok-liong Cuncu itu berilmu tinggi, tak nanti dia berani mengganggu seujungpun rambut dari anggota anggota Tiat-eng-pang Dengan perkataannya jelas dia mengartikan bahwa seandainya Tang hay coa siu Ou Yong-hu sampai dicari oleh Tok-liong Cuncu untuk dibunuh. maka seluruh jago lihay dari Tiat-eng-pang akan serentak membantu dipihaknya.. Tiba-tiba Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu menengadah sambil tertawa seram. Haaahhh. haaaahh. haaahhh. masih mendingan kalau Tok-liong Cuncu tidak datang kebukit Kun-san, asal ia berani berkunjung kebukit Kun-san, akan kami buat orang itu tak mampu lolos dari jebakan langit dan bumi yang kami atur Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun merasa hatinya agak tergerak, segera pikirnya, Masa mereka sudah mengadakan persiapan? Suhu sendiri juga tewas oleh siasat busuk yang mereka susun, aku tak boleh terlalu gegabah menghadapi mereka Ji Kiu-liong mengetahui jelas asal usul dari Gak Lam-kun, diapun dengan jelas menyaksikan adu otak yang sedang berlangsung antara ketiga orang itu, maka cepat-cepat dia unjukkan pula sikap seakan akan tidak tahu urusan. Tiba-tiba Gak Lam-kun buka suara, ujarnya ke pada Si Tiong-pek, Pengetahuan yang dimiliki saudara Si sungguh amat luas, apa yang kudengar malam ini ibaratnya bersekolah selama sepuluh tahun, semua kebodohanku selama ini dapat diungkapkan sedikit demi sedikit. Oya, ada satu urusan ingin kutanyakan kepada saudara Si, apakah kau bersedia memberi petunjuk? Aaah.. mana tahu Si Tiong pek tertawa lirih, saudara Gak terlalu sungkan, tentu saja kalau aku mengetahui tentang persoalannya, akan kuterangkan sejelas-jelasnya

Gak Lam-kun merenung sebentar dengan wajah membesi, kemudian ujarnya, Atas kebaikan dan kepercayaan nona Han yang kujumpai malam tadi, sebenarnya dia hendak mengajak siaute untuk masuk menjadi anggota perguruan panah bercinta, padahal siaute boleh dibilang merasa asing terhadap segala sesuatu yang menyangkut perguruan Cingcian-bun tersebut, maka bila saudara Si tidak keberatan, bersediakah kau terangkan segala sesuatu yang menyangkut perguruan itu? Agak terperanjat Si Tiong-pek ketika mendengar perkataan itu, segera pikirnya: Meskipun asal-usul orang ini tidak begitu jelas, tapi kelihayan ilmu silat yang dimilikinya mungkin tidak lebih lemah daripada Ou Yong hu pada hal sejak Cing-cian-bun muncul dalam dunia persilatan, pengaruhnya meluas sampai dimana-mana, terutama sebagai saingan utama dari perkumpulan kami, bila manusia berbakat semacam Gak Lam-kun sampai kena ditarik oleh pihak Cing-cian-bun, maka peristiwa ini tanpa serasa justru akan menambah daya pengaruh mereka, yaa, bagaimanapun, juga aku harus berusaha untuk menariknya ke pihakku Ingatan tersebut secepat kilat melintas dalam benak Si Tiong-pek. dia lantas tersenyum. Saudara Gak ujarnya kemudian, jadi engkau sudah menyanggupi tawaran dari Han Nio- nio untuk bergabung dengan pihak Cing-cian-bun? Gak Lam-kun segera menggeleng tanda belum. Jangan dilihat usia Si Tiong-pek masih muda. Pada hakekatnya dia adalah seorang manusia yang berotak cerdas, begitu menyaksikan gerak gerik Gak Lak-kun, dia lantas tahu bahwa manusia semacan ini bukanlah manusia yang gampang dipergunakan tenaganya, sudah tentu tanpa ditanyapun dia sudah tahu kalau Gak Lam-kun tidak secepat itu menggabungkan diri dengan pihak Cing-cian-bun. Paras muka Si Tiong-pek berubah jadi serius, ujarnya dengan suara rendah, Saudara Gak! bukannya aku sengaja menjelek-jelekkan orang, tapi jika saudara Gak sudah menyanggupi untuk menjadi anggota Cing-cian-bun, maka runyamlah keadaannya. Orang persilatan dewasa ini jarang sekali ada yang tahu tentang perguruan panah bercinta tersebut, tapi siaute bukan sombong nih! Sedikit banyak soal rencana busuk organisasi perguruan itu masih mengetahuinya juga. Mereka adalah suatu organisasi perkumpulan yang khusus menggunakan perempuan-perempuan cantik sebagai umpannya untuk membohongi kawanan jago di dunia ini agar bersedia menjual tenaganya bagi mereka serta bantuan mereka untuk mencapai suatu ambisi yang jahat terhadap umat persilatan! Oya, lalu rencana ambisi apakah mereka tuju? Si Tiong-pek merenung sebentar sebelum akhirnya menjawab, Ambisi itu adalah suatu rencana yang busuk begitu kejam begitu, buas dan begitu jahatnya untuk menumpas seluruh umat persilatan di dunia ini. Kalau dibicarakan pada hakekatnya betul-betul membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri

Diam-diam Gak Lam-kun tertawa dingin dalam hal kecilnya, ia membatin, Huuh aku rasa engkau sendiri tak tahu keadaan mereka yang sebenarnya, maka sengaja menjual kecap dan mengaco belo tak karaun. sialan! Tapi diluaran dia pura-pura bertanya lagi, Apakah saudara Si tahu, siapakah ketua pergurua panah bercinta itu.? Dengan cepat Si Tiong-pek menggeleng. Tentang soal ini aku rasa kecuali beberapa orang pentolan dalam perguruan Cing-cian-bun, tak seorangpun yarg akan tahu. Sebab orang luaran tak seorangpun yang tahu siapa gerangan ciangbunjin mereka, maaf, tentang soal ini siaute sendiripun kurang begitu jelas, Satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benak Gak Lam-kun, dia kembali berpikir, Yaa benar, ketika kuajukan pertanyaan kepada Telapak tangan tunggal penenang jagat Siangkoan It, jago tersebut segera menunjukkan perasaan keberatan dan mengemukakan alasannya waktu itu bahwa dia mendapat perintah untuk merahasiakan hal itu. Atau mungkin Siangkoan It sendiripun tak tahu siapa nama majikannya? Wah, kalau begitu perguruan panah bercinta memang terhitung sebuah perguruan yang amat misterius Perahu melaju dengan lancarnya, waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, itu berarti fajar hampir menyingsing dari ufuk sebelah timur Tiba-tiba seorang laki-laki berbaju ringkas warna biru masuk kedalam seraya lapor, Komandan Si kota Gak-ciu sudah tiba! Si Tiong-pek mengangguk seraya mengulapkan tangannya mengundurkan orang itu. Gak Lam-kun segera berkata sambil tertawa, Waktu berlalu dengan cepat, berbicara setengah malaman tanpa terasa kota Gak-ciu sudah di depan mata, sayang siaute masih ada urusan yang harus diselesaikan, terpaksa aku harus minta diri dulu ke pada saudara Ou thamcu Haaahhh.. haaahhh. haaahhh. Si Tiong-pek tertawa tergalak, Mumpung perahu belum merapat, siaute ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan sesuatu kepada saudara Gak cuma sukur rasanya untuk membuka suara. Gak Lam-kun sudah dapat menebak persoalan apakah yang hendak disampaikan, maka berkata, Tak apa saudara Si, katakanlah! Dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh Si Tiong pek berkata, Aku lihat saudara Gak gagah perkasa dan jiwa besar, sekalipun baru bertemu untuk pertama kalinya dengan saudara Gak, namun aku merasa engkaulah sahabatku yang paling berkenan dihati. Setelah berhenti sebentar, lanjutnya, Dan engkaulah yang paling mencocoki watak ku maka setelah kuketahui bahwa saudara Gak mengembara tak menentu tanpa tempat tinggal yang tetap, dengan memberanikan diri siaute ingin menawarkan diri untuk

mengajak saudara bergabung dengan perkumpulan kami. Ilmu silat yang dimiliki saudara Gak amat lihay. Ditambah pula masih muda usia, asal kau setuju untuk menggabungkan diri dengan Tiat-eng-pang, Oh pangcu kami pasti akan menyelenggarakan suatu upacara besar dengan memimpin keempat thamcu kami untuk menyambut kedatanganmu. Apalagi Saudara Gak juga tahu, dewasa ini dunia persilatan sedang mengalami goncangan besar dengan ancaman badai berdarah yang setiap saat bisa melanda seluruh jagad, padahal mereka yang menganggap dirinya sebagai sembilan partai besar dalam dunia persilatan tak pernah memandang sebelah matapun kepada kita, bila kita manusiamanusia persilatan tidak bersatu padu dalam wadah yang sama, niscaya kita-kita juga yang bakal menjadi sasaran pembunuhan bagi mereka yang kuat. Karena itu, bersediakah saudara Gak untuk bergabung dengan kami serta bersama sama angkat senjata melawan penindasan dari perguruan perguruan besar lainnya? Meskipun hanya suatu ajakan, namun tanpa di sadari pemuda itu sudah menerangkan pula tujuan dari perkumpulan Tiat-eng-pang ini membuat Gak Lam-kun diam-diam merasa terkejut. Sekarang dia baru tahu kalau beginilah keadaan yang sebenarnya dari dunia persilatan tapi dari situ pula dia menjadi tahu bahwa ketua Tiat-eng-pang, Tiat eng-sin-siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu-bong sebenarnya adalah seorang pemimpin dunia persilatan yang tak boleh dianggap remeh. Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu ikut pula berkata Saudara Gak, apa yang dia ucapkan memang benar, sekarang pertikaian dalam dunia persilatan telah dimulai, sekalipun kau memiliki ilmu silat yang tinggi, jangan harap kau bisa melawan anggota persilatan yang begitu banyak jumlahnya. Memang perkumpulan Tiat-eng-pang yang sekarang bukan suatu perkumpulan orang-orang pandai belaka, tapi pada hakekatnya hampir semua orang pandai dari sembilan partai besar telah bergabung dalam perkumpulan Tia-tengpang kami bukan saja ilmu silat pangcu kami sangat lihay, lagi pula dia berjiwa besar dan penuh kebijaksanaan. Gak Lam-kun cuma tertawa ewa belaka, sementara dalam hati dia berpikir iapun berkata pula. Tiat-eng-sin-siu Oh Bu-hong ternyata memang seorang manusia luar biasa, buktinya orang yang bisa mengalahkan Teng-hay-coa-siu Oh Yong-hu tunduk seratus persen hanya dia seorang saja. Saudara Si, Ou-thamcu, maksud baik kalian biarlah kusimpan saja didalam hati. Sementara ini masih banyak urusan yang harus kuselesaikan, maka maaf kanlah daku jika tak bisa cepat-cepat mengambil keputusan Haaahhh. Haaahhh. haaahhh. apakah saudara Gak bersedia menggabungkan diri dengan Tian-eng-pang kami atau tidak, tentu saja kami tidak akan memaksa kata Si Tiong-pek sambil tergelak, kalau toh begitu, harap saudara Gak bersedia mempertimbangkan kembali persoalan ini sebaik-baiknya. Yang pasti pintu Tiat-engpang selalu terbuka lebar lebar untuk menyambut kedatangan para jago dari seluruh kolong langit yang ingin menggabungkan diri. Nah, mari kita keringkan cawan yang terakhir demi kesejahteraan kita semua

Terima kasih atas kebaikan saudara Si! sambil tersenyum Gak Lam-kun menjura, kemudian ia sambar cawan arak dimeja dan sekali teguk menghabiskan isinya. Perahu elang raksasa sudah menepi ke pantai, di antar sendiri oleh Si Tiong-pek dan Ou Yong-hu, Gak Lam-kun. serta Ji Kiu-liong segera berpamitan sambil melompat ke daratan. Semoga menjaga diri baik-baik! masing-masing saling memberi hormat sebagai tanda perpisahan. Maka perahu besar itupun meneruskan kembali pelayarannya menuju ketengah telaga, sekejap kemudian bayangan mereka sudah lenyap dibalik kegelapan. Waktu itu fajar belum menyingsing, orang yang berlalu lalang ditengah jalan masih amat sedikit, Gak Lam kuu serta Ji Kiu liong segera mencari sebuah penginapan didekat dermaga untuk beristirahat, setengah harian lewat tanpa kejadian apa apa. Kota Gak-ciu betul-betul merupakan sebuah kota yang amat besar diselatan sungai Tiang-kang dan diutara telaga Tong-ting-ou, bukan saja letak kota itu ditepi telagapun berdempetan dengan bukit yang permai, ini menyebabkan pemandangan disekitarnya tampak sangat indah menawan hati. Tengah harinya, Gak Lam-kun serta Ji Kiu-liong kembali menyewa sebuah sampan untuk berpesiar di telaga. Sampai itu hilir mudik kurang lebih tujuh li di luar dermaga, Gak Lam-kun duduk ditepi jendela sambil menikmati keindahan alam di sekeliling telaga, dalam keadaan seperti ini mukanya tetap dingin dan penuh diliputi kemurungan, sebaliknya Ji Kiu-liong masih kekanak-kanakan berdiri di ujung geladak sambil celingukan kesana kemari. Tiba-tiba. dari arah sebelah barat sana muncul sebuah sampan berwarna merah yang meluncur datang deagan kecepatan tinggi. Ketika Ji Kiu-liong menyaksikan sampan berwarna merah itu indah menawan hati, dia lantas memerintahkan tukang perahu untuk menjalankan sampannya menyongsong kedatangan sampan merah itu. Yang satu meluncur datang yang lain menyongsong pergi, ibaratnya dua buah anak panah yang terlepas dari busurnya, sekejap kemudian selisih jarak kedua buah perahu itu tinggal dua kaki saja. Betapa terperanjatnya kedua orang tukang perahu itu setelah melihat sampan merah tersebut langsung menerjang keperahu mereka, cepat-cepat mereka mendayung dengan sekuat tenaga untuk memutar haluan perahu dengan menyingkir ke sebelah kiri.

Tapi rupanya sampan merah itu memang bermaksud mencari gara-gara, mendadak mereka putar haluan kembali dan meluncur pula ke muka untuk meneruskan terjangannya ke atas perahu yang ditumpangi Gak Lam-kun. Merasakan gelagat tidak baik, terutama setelah dilihatnya orang hendak merusak mangkuk nasi mereka, serentak dua orang tukang perahu itu melompat bangun lalu dengan menggunakan dayung ditangan, mereka siap membela diri. Ji Kiu liong tidak berpeluk tangan belaka, dia melompat keluar lalu merampas sebuah dayung dari tangan tukang perahu itu dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan. Ketika selisih jarak antara kedua buah perahu itu tinggal dua tiga depa belaka, serentak Ji Kiu-liong menggerakkan lengan kanannya dan menutul ujung perahu merah itu dengan dayung. Pada saat itulah, tiba-tiba cahaya putih berkelebat keluar menyilaukan mata, tahu-tahu muncul sebilah pedang yang langsung menebas ke arah dayung Ji Kiu-liong diiringi gelak tertawa yang merdu. Hei, hati-hati dengan dayungmu, awas kalau kena di papas kutung.. Aaaah..belum tentu! Cepat si anak muda itu putar pergelangan tangannya memutar dayung itu ke samping, kaki kirinya menginjak dipinggir perahu sementara kaki kananya menyongsong datangnya terjangan perahu itu sambil putar dayung dengan jurus Hong-im-pit-gwat (menyegel awan menutup rembulan). Serangan itu ditujukan untuk memaksa lawan menarik kembali senjatanya. Setelah itu sepasang kakinya direntangkan dan diapun melompat ke atas perahu lawan. Bentakan nyaring segera menggelegar memecahkan keheningan jendela segera terpental lebar dan sesosok bayangan manusia berikut pedangnya menerobos keluar dengan kecepatan yang luar biasa. Dengan lompatnya itu, orang tak justru sudah mendahului pemuda kita untuk berdiri lebih dulu diatas perahu yang ditumpangi Gak Lam-kun. Ketika itu Ji Kiu-liong baru saja berdiri tegak ketika pedang lawan sudah menerobos tiba dengan membawa kilatan cahaya yang menyilaukan mata. Buru buru Ji Kiu-liong menarik tubuhnya sambil melompat mundur ke belakang, dayungnya menyapu kedepan untuk menghalau serangan tersebut, tapi pergelangan tangan lawan sudah keburu berputar, ujung pedangnya dengan membawa getaran cahaya keperak perakan yang menyilaukan mata tahu-tahu mengancam urat nadi penting diatas pergelangan tangan kanan Ji Kiu-liong.

Sungguh cepat serangan pedang itu. Rasanya jarang ditemui dikolong langit dewasa ini. Ji Kiu-liong sangat terperanjat, ia merasa dua buah serangan pedang yang dilancarkan orang itu sedemikian cepatnya, sampai-sampai dia tak empat menyaksikan raut wajah lawannya yang sebenarnya. Ketika pikirannya bercabang, sekali lagi dia kena didesak sehingga mundur selangkah ke belakang. Lebar sampan kecil itu cuma beberapa kaki saja setelah didesak berulang kali oleh si baju merah, ia sudah mundur sampai ditepi perahu, tapi saat itu juga pemuda tersebut dapat melihat juga kalau musuhnya tak lebih hanya seorang nona cilik berusia empat lima belas tahunan yang mengenakan baju warna merah dengan muka seperti bunga Tho, rambut tergulung menjadi satu, mata yang jeli bibir yang mungil serta senyuman yang polos. Setelah berhasil dengan serangan-serangannya nona kecil berbaju merah itu semakin tak mau mengalah, sambil tertawa cekikikan, pedangnya sekali lagi menggulung kedepan membacok tubuh bagian tengah dari anak muda itu. Padahal Ji Kiu-liong sudah berdiri ditepi perahunya, bila ia sampai terdesak mundur selangkah saja, niscaya tubuhnya akan tercebur ke dalam te laga padahal pemuda itu masih bingung dan tak tahu bagaimana caranya untuk memecahkan jurus serangan lawan. Gak Lam-kun yang berada dalam ruangan dengan wajah murung, kali ini tampil dengan sikap keheranan dia tahu ilmu silat yang dimiliki Ji-Kiu-liong cukup tangguh sebab sendirilah yang mendidik anak muda itu sejak kecil, tapi nyatanya untuk menghadapi seorang bocah perempuan dengan usia sebaya saja ia tak sanggup mempertahankan diri, malahan secara berulang-ulang kena didesak sampai tak bertenaga untuk melancarkan serangan balasan, siapa tak jadi kaget karenanya? Dengan dahi berkerut Gak Lam-kun segera memberi petunjuk, Lam-hay-poh-liang (menangkap naga dilaut selatan)!. Waktu itu Ji Kiu-liong sedang gugup dan gelagapan setengah mati, maka demikian mendapat petunjuk dari Gak Lam-kun, seperti baru sadar dari impian, secepat sambaran petir tubuhnya melejit ke udara, lalu berputar keselatan mengikuti gerakan pedang, begitu berhasil merebut posisi ti-ong kiong, tangan kirinya segera menyambar kemuka balas mencengkeram pergelangan tangan kanan si nona baju merah yang memegang pedang. Jurus serangan tersebut memang tangguh dan luar biasa, si nona berbaju merah itu benarbenar tak mampu menghindarkan diri. Hampir saja telapak tangan kanan Ji Kiu-liong mencengkeram diatas pergelangan tangan nona itu ketika satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya, cepat dia tarik kembali tangannya, lalu menggunakan kesempatan tersebut badannya berputar satu lingkaran dan menyelinap ke belakang punggung si nona.

Merah padam selembar wajah si nona berbaju merah itu lantaran jengah, ia segera membentak gusar, Kau tak usah berlagak sok gagah, huuh! Tak tahu malu! Ditengah bentakan nyaring, pedangnya melancarkan serangan semakin gencar, maka tampaklah cahaya bayangan setinggi bukit dan menekan tiba tiada hentinya, semua serangan tertuju pada jalan darah penting di sekujur badan Ji Kiu-liong. Ji Kiu-liong mendengus dingin. Hmm.. budak sialan, siapa yang kau maki? tegurnya. Serangannya dipergencar, dalam waktu singkat tiga buah pukulan berantai sudah dilepaskan secara beruntun, ini membuat gadis tersebut terdesak hebat sehingga harus mundur dua langkah untuk menyelamatkan diri. Saking marahnya sepasang alis mata sinona kecil berbaju merah itu sampai melentik, dengan mata melotot karena gusar bentaknya, Kunyuk kecil, siapa yang kau maki? Memangnya kalian sudah bosan hidup semua? Permainan pedangnya segera berubah, kali ini dia menyerang dengan jurus serangan yang jauh lebih dahsyat, sekejap kemudian ilmu jurus sudah lewat tanpa terasa. Dasar masih muda dia berjiwa panas, sementara pembicaraan baru saja berlangsung, kedua orang itu sudah saling bertempur belasan gebrakan banyaknya, yang dipakaipun rata-rata merupakan jurus serangan terkeji dan arah yang dituju juga jalan darah kematian di tubuh manusia. Gak Lam-kun yang menyaksikan jalannya pertarungan itu, mengerutkan dahinya semakin rapat, namun sepasang matanya masih tetap mengawasi jalannya pertarungan tanpa berkedip. Ji Kiu liong diam-diam mengakui juga akan kelihayan ilmu pedang lawannya, waktu dia rada lega karena mendapat petunjuk dari Gak Lam-kun hingga bisa lolos dari jebakan lawan, tahu-tahu si nona berbaju merah itu sudah menyerang lagi dengan jurus Pek-imjut-siu (awan putih muncul dari lembah). Dengan cepat Ji Kiu-liong berkelit ke samping sambil melancarkan serangan balasan, telapak tangan kirinya menggunakan jurus Tui-bung-kian-san (mendorong pintu melihat bukit), sedang tangan kanannya menggunakan jurus Sam-seng-cut-gwat (tiga bintang mengejar rembulan), yang atas menyerang jalan darah Thian-leng-hiat, yang bawah mengikut Ci-jit-hiat di lengan. Si nona berbaju merah itu segera membuyarkan pedang sambil berkelit kesamping Ji Kiu-liong menerobos maju makin kedepan, begitu tiba di samping si nona, telapak tangan kanannya secepat kilat membacok kebawah dengan jurus Pang-hoa hud-liu(disini bunga pohon liu melambai)..

Jurus serangan itu adalah salah satu diantara tiga jurus yang ampuh diajarkan Gak Lamkun kepada anak muda tersebut, jurus itu paling tetap di gunakan untuk suatu pertarungan jarak dekat. Serentak si nona berbaju merah itu merasakan pergelangan tangan kanannya yang memegang pedang jadi kaku, dan tahu-tahu dia sudah termakan sebuah sapuan ujung jari pemuda itu. Gak Lam-kun kuatir kalau Ji Kiu-liong melancarkan serangan mematikan tiba-tiba ia berseru, Adik liong, cepat tahan! Mendengar seruan itu, Ji Kiu-liong benar-benar tak berani turun tangan keji, ia tarik kembali serangan sambil melompat mundur ke belakang sementara cekalan si nona baju merah atas senjatanya mengendor, pedangnya itu lantas terjatuh ke atas geladak. Tapi menggunakan kesempatan itulah mendadak nona itu melompat kedepan, secepat kilat telapak tangan kirinya melepaskan sebuah pukulan ke depan. Mimpipun Ji Kiu-liong tidak menyangka kalau nona itu tak mau menghentikan pertarungan sampai disini saja. untuk sesaat sulitlah baginya untuk menghindarkan diri. Tak ampun sebuah pukulan keras dengan telak bersarang diatas dadanya.. Ji Kiu-liong menjerit tertahan lalu muntah darah segar, seluruh tubuhnya mencelat ke belakang dan tercebur kedalam telaga. Betapa terkejutnya Gak Lam-kun ketika dilihatnya Ji Kiu-liong tercebur kedalam telaga dengan tubuh menderita luka parah, lalu tangannya berkelebat dan menyambar tubuh Ji Kiu-liong yang baru tercebur kedalam telaga itu. Begitu korbannya berhasil disambar, telapak tangan kirinya kembali menepuk permukaan air telaga, menggunakan tenaga pantulan tersebut sambil memandang tubuh Ji Kiu-liong, tubuhnya melambung lima depa ke udara, kemudian berjumpalitan dan melayang turun dengan tenangnya diatas geladak. Ketika itu si nona kecil berbaju merah berdiri termangu-mangu disana dengan wajah tercekat rupanya dia tak mengira kalau serangannya berhasil melukai lawannya, maka waktu Gak Lam-kun menyalamatkan dirinya saudaranya dari air telaga dia malah berdiri mematung. Setelah diatas geladak, Ji Kiu-liong yang berada dalam bopongan Gak Lam-kun tiba-tiba melejit bangun, lalu sambil membentak marah dia menerjang ke arah si nona berbaju merah itu.

Duuub.! sebuah pukulan dahsyat bersarang pula diatas dada si nona cilik berbaju merah sambil mendengus tertahan, nona itu mundur tiga langkah dengan sempoyongan, kemudian roboh kejengkang ke atas geladak dengar wajah pucat pias bagaikan mayat. Ji Kiu-liong sendiri, begitu berhasil menyerangkan pukulan di tubuh lawan dia mundur dengan sempoyongan, setelah muntah darah segera pelan-pelan tubuhnya roboh terjengkang pula ke atas geladak Yaa, pada hakekatnya kedua orang muda-muda itu sama-sama tak ada yang mau mengalah, akibatnya kedua belah pihak sama-sama berluka parah. Sambil gelengkan kepalanya Gak Lam-kun menghela napas panjang, dia maju dan membopong tubuh Ji Kiu-liong. Belum habis helaan napas panjangnya, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lain berkumandang pula dari belakang. Dengan cepat Gak Lam-kun berpaling, ia lihat seorang pemuda berbaju putih berada diatas sebuah sampan kecil kurang lebih lima kaki disisi sara pan merah tersebut, waktu itu dengan melangkah diatas ombak orang itu sedang bergerak mendekat Sepintas lalu, orang itu tampak berjalan sangat lambat, padahal cepatnya bukan kepalang, dalam waktu singkat dia membopong tubuh si nona berbaju putih itu dan melayang kembali ke atas sampan merah tersebut Lalu beberapa dayungan saja, sampan itu berlalu pula dari sana dan lenyap ditengah gulungan ombak. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu merasa amat terkejut padahal ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya memang, sempurna dan tak sulit baginya untuk berjalan pula diatas ombak seperti apa yang dilakukan orang itu. Tapi cara pemuda berbaju putih itu berjalan diantara gulungan ombak mempunyai kelainan dibandingkan dengan cara pada umumnya, yang lebih sulit lagi ternyata langkahnya begitu santai dan lembut hingga sepintas lalu orang akan menganggap dia berjalan dengan sangat lambat, padahal kecepatannya tak terkirakan. Sejak orang itu menghela napas sampai dia pergi sambil memandang nona berbaju merah itu, boleh dibilang waktu yang dipakai teramat singkat, jelek-jelek begini Gak Lam-kun termasuk juga seorang jago persilatan yang amat lihay, tapi kenyataannya dia tidak berhasil menyaksikan raut wajahnya. Rasa kejut dan heran menyelimuti seluruh benak Gak Lam-kun, pikirnya, Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini sungguh amat lihay dan jelas setingkat diatas kepandaianku, siapakah dia? Kenapa belum pernah kudengar kalau dalam dunia persilatan terdapat seorang jagoan muda selihay itu?

Tanpa sadar Gak Lam-kun mengawasi berlalunya orang itu dengan terpesona, hampir saja dia lupa untuk memeriksa luka yang diderita Ji Kiu-liong. Dua orang tukang perahunya waktu itu sedang berlutut sambil menyembah ke arah dimana orang tadi lenyap, mulut mereka berkemak-kemik seperti sedang berdoa rupanya mereka sudah menganggap pemuda berbaju putih tadi sebagai malaikat yang baru turun dari kahyangan. Tiba-tiba Ji Kiu-liong merintih, Toako aku. aku kedinginan..? Seperti baru sadar impian, Gak Lam-kun segera memeriksa keadaan tubuh saudaranya itu, ia merasa jidatnya dingin bagaikan salju kenyataan ini membuat jago muda kita merasa amat terperanjat, ia tak tahu ilmu pukulan apakah yang telah dipergunakan lawan untuk melukai Ji Kiu-liong itu? KETIKA dia masih melamun, Ji Kiu-liong sudah merintih lagi dengan penuh penderitaan, ToakoOh toako sekujur urat nadiku terasa sakit, darah yang mengalir seperti mendidih tapi badanku kedinginan sekali, seperti terjatuh kedalam liang bawah tanah yang dingin dan membeku. Mendengar ucapan tersebut Gak Lam-kun menjerit kaget, secepat kilat tangan kirinya menotok delapan buah urat penting disekujur badan Ji Kiu-liong kemudian terakhir sepasang tangannya menempel diatas pusar anak muda itu Bagaimana hasilnya? Rasa kedinginan yang dialami Ji Kiu-liong sama sekali tidak berkurang, dia malah merintih kesakitan, sekujur badannya makin lama makin membeku membuat Gak Lam-kun makin gelisah dibuatnya. Secara beruntun dia telah mencoba dengan berbagai cara pengobatan untuk mengurangi penderitaan dari saudaranya, namun hasilnya tetap nihil, pengobatannya tidak berhasil juga untuk mengurangi penderitaan yang dialami Ji Kiu-liong. bocah muda itu tetap kesakitan dan kedinginan bahkan selang sesaat kemudian ia malah jatuh tak sadarkan diri. Gak Lam-kun yang memondong tubuhnya seakan-akan memondong sebuah batu pualam yang amat dingin. Percuma Gak Lam-kun memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, nyatanya ia tak berhasil mengetahui luka apakah yang diderita Ji Kiu-liong mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya sambil memondong tubuh Ji Kiu-liong yang dingin kaku dia melompat ke arah sampan kecil yang masih terombang-ambing dipermainkan ombak itu. Rupanya dia bermaksud membawa Ji Kiu-liong yang tak sadarkan diri untuk menyusul si anak muda berbaju putih itu.. Tapi belum jauh ia berjalan tiba-tiba diantara gulungan ombak nan hijau, dari puluhan ombak sebelah depan situ meluncur datang sebuah sampan berwarna merah, sampan itu

meluncur datang ibaratnya anak panah yang terlepas dari busurnya dan sastrawan berbaju putih itu berdiri diujung geladak. Tak selang sesaat kemudian, sampan itu sudah mendekati perahu yang ditumpangi Gak Lam-kun. Ketika mencapai jarak empat kaki dari sampan itu, mendadak sampan merah itu putar haluan dan berhenti, sementara sastrawan berbaju putih yang berdiri diujurg perahu dengan setengah melirik Gak Lam-kun tiba-tiba tersenyum. Aliran hawa murni mengalir terbalik dalam delapan nadi penting, bila ditembuskan sampai Hian kwan, hawa itu akan balik kembali ke pusar! ujarnya dari kejauhan dengan suara lembut. Dibalik senyuman manisnya tersimpan beberapa bagian keanehan yang misterius, ia tampak demikian tampannya dibawah sorot cahaya matahari, membuat Gak Lam-kun sedikit tergetar juga hatinya setelah menyaksikan hal itu. Ooohbelum pernah kujumpai pemuda setampan dia didunia dewasa ini! Dalam pada itu, sastrawan berbaju putih itu sudah memutar kembali sampan merahnya sambil menjauh dari sana, sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap ditempat kejauhan sana. Menunggu bayangan orang sudah tak kelihatan lagi, Gak Lam-kun baru menghela napas ringan, dengan mengikuti cara pengobatan yang diterangkan pemuda berbaju putih tadi dia menyalurkan tenaga dalamnya kedalam kedelapan buah nadi penting ditubuh Ji Kiuliong, kemudian sesudah berputar satu lingkaran hawa murni itu ditembuskan langsung ke Hian kwan kemudian digiring lagi masuk kedalam tiam-tam yang terletak dipusar. Betul juga, setelah hawa panas mulai mengalir didalam pusar Ji Kiu-liong, hawa hangat itu segera membumbung ke atas dan menyusup kedalam keempat anggota badannya, dimana hawa dingin yang membekukan badan lambat laun terdesak keluar, paras muka yang pucat piaspun berubah jadi merah kembali, hanya saja ia belum sadarkan diri. Untunglah tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna, kendatipun cara pengobatan semacam itu paling banyak membutuhkan tenaga, tapi dengan tenaga murninya yang amat sempurna pemuda itu tidak nampak kecapaian kecuali diatas paras mukanya yang tampan semakin diliputi oleh kemurungan yang makin menebal. Sebagaimana diketahui, kedatangan Gak Lam-kun kebukit Kun-san kali ini adalah demi mengemban tugas penting dari gurunya untuk menerima Lencana Pembunuh Naga yang dibawa oleh Soat-san Thian-li (perempuan langit dari bukit salju). Pada mulanya, dia merasa tugas itu tidak akan terlalu banyak menemui kesulitan, tapi belakangan ini, orang-orang persilatan pada hakekatnya sudah dibuat mata gelap oleh

kemustikaan Lencana Pembunuh Naga itu, malah jagoan yang berkumpul disekitar bukit Kun-san tak terhitung jumlahnya, hal ini mengakibatkan perasaannya menjadi bertambah berat. Kendati demikian, dasar sebagai pemuda yang angkuh, ditambah lagi ia merasa bahwa ilmu silatnya tiada tandingan dikolong langit, sekalipun harus berhadapan dengan sekian banyak jago silat yang mengincar mustika itu, ia tak pandang sebelah matapun kepada mereka. Tapi sekarang, dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan betapa lihaynya sastrawan berbaju putih itu, meskipun ia belum menyaksikan kepandaian silatnya, tapi demontrasi berjalan diatas ombak yang dilakukan orang itu sudah cukup membuktikan bahwa ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai puncak kesempurnaan. Dan sekarang, sastrawan tersebut memberitahukan pula bagaimana caranya mengobati luka kedinginan yang diderita saudaranya, dari kesemuanya itu semakin terbuktilah sudah bahwa ilmu silat yang dimiliki orang itu benar-benar luar biasa. Demikianlah, kurang lebih seperminuman teh kemudian, Ji Kiu-liong telah sadar kembali dari pingsannya. Dengan kepala tertunduk Gak Lam-kun memeriksa sebentar keadaan lukanya, lalu bertanya, Adik Liong, apakah kau merasa ada sesuatu bagian tubuhmu yang kurang enak? Sambil menggigit bibir menahan gemasnya, Ji Kiu-liong segera berseru, Toako, bila aku sampai berjumpa lagi dengan dayang itu, pasti akan kusuruh dia rasakan penderitaan yang jauh lebih hebat! Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari arah belakang berkumandang suara bisikan lembut, Saudara cilik, pukulan yang kau lancarkan tadi sudah cukup membuat dia menderita! Dengan terperanjat Gak Lam-kun berpaling ia lihat sampan merah yang, sudah berlalu itu entah sejak kapan sudah balik lagi, bahkan berlalu kurang lebih sepuluh kaki dibelakang sampannya. Sekalipun selisih jarak antara kedua buah perahu itu masih jauh akan tetapi suara pembicaraan dari sastrawan si baju putih itu seakan-akan berkumandang disisi telinganya, dari sini semakin terbukti bahwa tenaga dalam yang dimiliki lawan memang benar-benar amat sempurna. Agak tertegun Gak Lam-kun menyaksikan kesemuanya itu, sepasang matanya berkerenyit.

Sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu Ji Kiu-liong sudah membentak lebih dulu, Siapa kau? Darimana bisa tahu kalau pukulan yang kulancarkan itu sudah cukup membuat dayang tersebut menderita? Mendengar pertanyaan itu, si sastrawan berbaju putih itu tertawa berderai-derai. Haaahhh. haaahhh. haaahhhilmu Sau-yang-tong-im sin-kang (ilmu jejaka hawa panas)yang saudara cilik miliki memang luar biasa lihaynya, andaikata dia tidak melatih ilmu Soh-li ciat-im sin-kang (hawa dingin gadis perawan), niscaya jiwanya sudah kabur ke alam baka sejak tadi Sekali lagi Gak Lam-kun merasa terkejut sesudah mendengar nama Soh-li-ciat-imsinkang tersebut, sebab dia tahu bahwa ilmu sakti itu merupakan kepandaian ampuh aliran Lam-hay, bukankah itu berarti pula bahwa kedua orang itu masih mempunyai hubungan dengan Lam-hay sinni? Tertebak jitu ilmu kepandaian andalannya, untuk sesaat Ji Kiu-liong berdiri terbelalak dengan mulut melongo, dia tak mampu berkata-kata yang bisa dilakukan tak lebih hanya memandang ke arah Gak Lam-kun dengan sinar mata bodoh. Gak Lam-kun sendiri setelah tertegun sesaat dia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi sebelum kata-katanya meluncur keluar dengan suara yang nyaring sastrawan berbaju putih itu sudah berkata lebih jauh, Duduk diatas sampan yang sempit hanya akan membiarkan tubuh basah oleh percikan ombak yang berhamburan, sungguh merusak suasana. Jika tidak keberatan, bagaimana kalau naik ke atas perahu kami? Terhadap kemunculannya yang secara tiba-tiba itu, Gak Lam-kun memang berhasrat untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, maka mendengar tawaran tersebut tanpa berpikir panjang lagi dia berpaling ke arah tukang perahu itu sambil ulapkan tangannya. Hei tukang perahu! serunya, lebih baik kalian kembali dulu Habis berkata, tiba-tiba Gak Lam-kun melompat kedepan dan melayang diatas permukaan telaga dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, dalam beberapa tindakan saja tahu-tahu ia sudah mencapai diatas sampan merah. Ji Kiu-liong terpaksa harus cepat-cepat mendayung sampan kecilnya untuk menyusul kedepan. Tampaknya demontrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan Gak Lam-kun itu mendatangkan rasa terkejut pula dihati sastrawan berbaju putih itu, sebab pada hakekatnya gerakan yang dilakukan pemuda itu jauh berbeda dengan ilmu meringankan tubuh pada umumnya, dan kepandaian tersebut sedikitpun tidak berada dibawah kepandaian berjalan diair dari sastrawan berbaju putih tadi.

Padahal untuk menyeberangi permukaan telaga seluas beberapa kaki itu, orang harus memiliki hawa murni yang betul-betul sempurna, dan berarti pula bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun betul-betul sudah amat sempurna. Ji Kiu-liong melompat naik ke atas sampan disusul kemudian oleh Gak Lam-kun, begitu sepasang kakinya menginjak diatas geladak, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, sampan itu bergerak kedepan membelah ombak. Hebat benar ilmu silat yang kau miliki kata sastrawan berbaju putih itu sambil tertawa, hari ini aku merasa beruntung sekali dapat naik sampan bersama-samamu Gak Lam-kun tersenyum. Tidak berani, tidak berani, justru akulah yang merasa beruntung dapat berkenalan dengan jago tangguh selincah harimau segesit naga macam dirimu! Menggunakan kesempatan dikala pembicaraan masih berlangsung, Gak Lam-kun mengamati sastrawan berbaju putih yang berada dihadapannya itu. Pemuda itu memang menarik hati, alis matanya ibarat semut beriring, mukanya seperti buah Tho yang masak, kulitnya halus dan putih seperti sakura ditengah salju, demikian menawannya hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ada sesuatu yang istimewa diantara keagungannya itu, yakni dia mempunyai sepasang mata setajam sembilu, membuat siapapun tak berani menengoknya lebih jauh. Sastrawan berbaju putih itu supel sekali, dia tertawa tergelak dan berkata, Saudara, pertemuan ditelaga Gak-ciu terhitung juga suatu jodoh yang tak bisa dibantah, untuk mempererat hubungan, bolehkah tahu siapa namamu? Aku bernama Gak Lam-kun, dan saudara? Sastrawan berbaju putih itu tersenyum, biji matanya berputar sebentar kemudian baru menjawab, Aku bernama Bwe Li-pek! Gak Lam-kun mengerutkan dahinya, tapi dengan cepat dia tertawa lagi. Saudara Bwe, namamu memang bagus sebagus orangnya, suatu perpaduan yang serasi Sastrawan berbaju putih itu tertawa ewa, dia tidak menjawab malah mengalihkan sorot matanya ketempat kejauhan, memandang ombak telaga yang saling berkejaran, lambatlaun timbul suatu kemasgulan diantara kerutan alis matanya. Gak Lam-kun tertegun, sekalipun dia cerdik toh dibuat kebingungan juga oleh sikap rekan barunya jtu.

Akhirnya setelah berpikir sebentar, dengan nada menyelidik dia bertanya kembali, Bweheng, bolehkah kutahu, jauh-jauh dari Lam hay kau datang kedaratan Tionggoan, sebenarnya ada urusan apa? Bwe Li-pek berpaling, ditatapnya wajah Gak Lam-kun dengan sepasang biji matanya yang bening seperti kaca lalu lambat-lambat jawabnya lirih, Darimana kau bisa tahu kalau aku datang dari Lam-hay? Aaai aku datang kemari untuk mencari seseorang! Berdebar jantung Gak Lam-kun ketika sorot matanya saling membentur dengan sinar mata orang, dia merasa betapa menawannya sorot mata orang itu, demikian keren dan berwibawanya sehingga mirip sekali dengan sepasang biji mata Ji Cin-peng, kekasihnya yang telah tiada. Terbayang kembali akan kekasihnya yang telah tiada, kesedihan, kemurungan dan kepedihan tiba-tiba saja menyelimuti seluruh perasaannya, ia menjadi murung dan masgul, ditatapnya permukaan telaga dengan termangu dan terpesona Yaa, betapa sedih dan murungnya pemuda itu! Helaan napas panjang dari Bwe Li-pek menyayat keheningan disekeliling tempat itu, ketika Gak Lam-kun berpaling kembali sastrawan itu sudah beranjak, pelan-pelan dia berjalan menuju keujung perahu, berdiri membelakanginya dan memandang nun jauh disana dengan termangu. Tiada suara yang terdengar, kecuali kibaran ujung bajunya yang terhembus angin. Tiba-tiba satu ingatan kembali melintas dalam benak Gak Lam-kun, dia merasa potongan badan sastrawan berbaju putih itu terlalu mirip dengan punggung Ji Cin peng. Sang surya sudah condong diujung langit sebelah barat, tak lama kemudian senja pun menjelang tiba. Sampan itu bergerak makin lama semakin lambat, ternyata setelah melaju satu putaran, kini mereka sudah berada didermaga sebelah timur kota Gak-ciu. Bwe-Li-pek berpaling, kemudian katanya sambil tertawa, Sisa sinar senja yang terbias dari sang surya sungguh tampak indah menawan, sayang malam yang gelap sebentar lagi akan menjelang tiba. Saudara Gak terpaksa siaute harus berpisah denganmu Waktu itu Gak Lam-kun sudah tahu kalau sastrawan yang tampaknya lemah gemulai itu pada hakekatnya adalah seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi. Padahal Gak Lam-kun juga orangnya angkuh, buktinya terhadap Han Nio nio yang cantik jelita dan mempesona hati, serta Si-Tiong-pek dari Tiat eng-pang yang hangat dalam pergaulan, dia tidak menaruh kesan apa-apa.

Entah mengapa, sikapnya terhadap Bwe Li pek ternyata lain daripada yang lain, ia merasa kagum dan berkesan sekali, karena itu ketika sastrawan tersebut hendak mohon diri, dia jadi tertegun. Saudara Bwe, apakah kita harus berpisah dengan begini saja? serunya setengah berbisik. Bwe-Li-pek tertawa. Orang yang terlampau berkesan akhirnya cuma mendapatkan kekecewaan, apakah tidak seharusnya aku berpisah dengan dirimu? Gak Lam-kun tertegun, ia tak dapat menangkap arti lain dari perkataan itu. Meskipun kita baru berjumpa muka demikian katanya kemudian tapi aku sudah merasa cocok dengan dirimu, saudara Bwe, apa salahnya kalau kita mengangkat cawan untuk menggalang persahabatan yang jauh lebih akrab lagi? Bwe Li-pek tidak menjawab, sebaliknya malah bergumam seorang diri, Arak yang mengalir dalam usus kemurungan, paling gampang menimbulkan air mata kenangan daripada bertemu lebih baik tak bertemu, hubungan yang akrab hanya menimbulkan kesan mendalam, aai..! Kalau sudah tahu bakal berpisah kenapa harus diadakan suatu pertemuan? Ucapan itu amat lirih, lembut bahkan hampir tak kedengaran, bukan ditujukan untuk diri sendiri, seakan-akan dia memang sengaja mengucapkan kata-kata tersebut khusus ditujukan buat permukaan telaga Gak Lam-kun segera menghela napas panjang. Aaa! Saudara Bwe siaute tahu bahwa aku ini orang yang tak becus, aku memang tidak pantas menggalang persahabatan dengan orang pandai seperti saudara Bwe ini. Yaa kalau memang begitu terpaksa siaute harus Tiba-tiba Bwe Li-pek berpaling helaan napasnya yang pedih memotong perkataan Gak Lam-kun lebih jauh. Dari balik matanya memancar keluar sinar kelembutan yang penuh kemesraan, bukan sinar mata setajam sembilu yang menggidikkan hati melainkan sorot mata yang murung, sorot mata yang sedih, kehangatan yang tak terkirakan bagaikan dalamnya samudra bagaikan bersihnya sinar rembulan. Tertegun Gak Lam-kun ketika sinar matanya bertemu dengan sorot mata Bwe Li-pek dia berdiri termangu lupa untuk kata-kata selanjutnya yang akan diutarakan Bwe Li-pek tersenyum kembali dia berkata, Bila engkau bersedia menerima kemurungan lebih mendalam pada perpisahan nanti, baiklah malam ini mari kita minum arak ditengah telaga sambil menikmati indahnya bulan purnama

Baru selesai dia berkata, tiba-tiba dari balik ruang perahu berkumandang suara sapaan yang merdu Bwe siocia Seorang nona kecil berbaju merah melompat keluar dari dalam ruangan ketika melihat kehadiran Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong dalam perahu tersebut, tiba-tiba ia tahan kembali kata-katanya. Dengan sepasang matanya yang jeli dia melotot sekejap ke arah Ji Kiu-liong, kemudian mendengus dingin. Hmm! Bocah keparat, setelah puas mempermainkan aku, berani betul kau datangi perahu kami ini? Ji Kiu-liong tertawa dingin. Budak ingusan, kau belum puas, bagaimana kalau kita lanjutkan pertarungan lagi? Adik Liong, jangan kurangajar! hardik Gak Lam-kun. Sementara itu dipihak lain Bwe Li pek juga menegur nona kecil berbaju merah itu. Karena ditegur, si nona baju merah itu menjulurkan lidahnya sambil membuat muka setan. Waduh rupanya BweBwe toako sudah saling berkenalan? godanya. Tiba-tiba Ji Kiu-liong berkata sambil tertawa ringan, Nona, itu namanya kalau tidak berkelahi kita tak akan berkenalan, bila kau bersedia melupakan sakit hati, aku Ji Kiuliong juga bersedia untuk mengikat tali persahabatan denganmu Nona kecil berbaju merah itu mendesis lirih. Huuuh! Masa kau tidak tahu kalau antara lelaki dan perempuan itu ada batasbatasnya? Tak sudi aku Pek Siau-soh berkenalan dengan monyet kecil seperti kau Kena diserobot dengan kata-kata yang pedas dari nona tersebut, kontan saja air muka Ji Kiu-liong berubah menjadi merah padam, dengan tersipu-sipu dia tundukkan kepalanya rendah-rendah. Untung Bwe Li-pek menengahi, sambil tertawa ringan dia berkata, Saudara cilik, saudara Gak! Harap kalian jangan marah, adikku ini memang nakal, sifat kekanakkanakannya belum hilang, jadi kalau kurang sopan yaa tolong dimaafkan! Gak Lam-kun gelengkan kepalanya sambil menghela napas.

Dua orang bocah itu sama-sama lincahnya, sama-sama polosnya, aaai..!Jarang dijumpai manusia-manusia seperti mereka Suara air telaga yang membelah kesamping mendadak terdengar dari belakang, ternyata sampan tersebut pelan-pelan kembali bergerak menuju ketengah telaga. Sekarang Gak Lam-kun baru menaruh perhatian, rupanya kecuali Bwe Li-pek dan Pek Siau-soh, diatas sampan tersebut masih ada seorang lagi yakni si tukang perahu, rasa kejutnya bukan alang kepalang. Apa yang dia kejutkan? Ternyata sampan itu dapat bergerak cepat menerjang ombak dan meluncur bagaikan sambaran kilat tak lain tak bukan kesemuanya adalah berkat dayungan dari si tukang perahu atau perkataan lain, tenaga dalam yang dimiliki orang itu betul-betul mengerikan. Dengan perasaan terkejut Gak Lam-kun memperhatikan tukang perahu itu sayang dia duduk membelakanginya kecuali bajunya yang berwarna abu-abu, ia tak dapat menyaksikan bagaimanakah raut wajahnya. Orang itu duduk dengan wajah menghadap kebelakang sekalipun sedang mendayung dengan tangan sebelah, tampaknya tidak terlampau kepayahan, sudah jelas kalau orang itu tidak mempunyai ilmu silat yang lihay, tak mungkin hal itu bisa dilakukan. Saudara Gak! kata Bwe Li pek kemudian sambil tersenyum, maaf kalau kami tidak mempunyai persiapan yang cukup untuk menyambut kedatanganmu silahkan, silahkan, mari duduk lebih dulu diatas geladak! Dia masuk kedalam ruang perahu dan mengambil sebuah permadani putih yang tebal, permadani itu diletakkan diatas geladak lalu Pek Siau-soh muncul dengan membawa sebuah keranjang bambu, dari dalam keranjang dia mengeluarkan delapan macam sayur, satu poci arak dan satu baskom penuh bakpao dingin. Saudara Gak ujar Bwe Li-pek kemudian sambil tertawa, diatas perahu tidak tersedia api, karena itu harap kau jangan mentertawakan jika kami hanya bisa menghidangkan sayur dingin dan arak dingin saja Diangkatnya poci arak itu dan memenuhi cawan Gak Lam-kun serta Ji Kiu-liong, setelah itu dia penuhi pula cawan arak sendiri. Perasaan Gak Lam-kun agak tergerak terutama ketika menyaksikan jari-jari tangan Bwe Li pek yang runcing, kulit badannya yang halus serta bau harum yang tersiar keluar dari tubuh sastrawan tersebut. Tapi perasaan itu hanya melintas sebentar saja, karena waktu itu tiada kesempatan baginya untuk berpikir lebih jauh.

Bwe Li-pek mengangkat cawannya dan memberi hormat kepada rekannya, kemudian bersama Gak Lam-kun mereka teguk habis beberapa cawan arak. Sambil memenuhi kembali cawan masing-masing, Bwe Li-pek berkata lagi sambil tertawa, Selama hidup jarang kita bisa mabok beberapa kali saudara Gak! Apa salahnya kalau kita manfaatkan kesempatan ini untuk minum arak sampai sepuasnya? Demikianlah, dengan diliputi perasaan yang gembira dan penuh gelak tawa dalam waktu singkat mereka sudah menghabiskan puluhan cawan arak. Bulan yang bulat dan memancarkan sinarnya yang bening benar-benar muncul dari permukaan telaga sebelah timur, sinar yang lembut memancar keempat penjuru dan mendatangkan suasana yang romantis. Bwe Li-pek berhenti minum arak, ujarnya sambil tertawa, Ditengah malam yang kelam, ditengah telaga yang sunyi suasana begitu paling romantis dalam kehidupan seorang manusia. Saudara Gak! Bagaimana kalau kau nikmati sebuah permainan serulingku sebagai pelipur hati yang lara? Sambil tertawa Gak Lam-kun manggut-manggut. Maka Bwe Li-pek masuk kedalam ruang perahu dan mengambil sebuah seruling kemala yang halus tapi panjang. Seruling kemala itu putih bersih dan tiada cacad, ukiran naga dan burung hong yang menghiasi disekelilingnya tampak hidup dan indah, dalam sekilas pandangan saja Gak Lam-kun sudah tahu kalau seruling itu adalah sebuah seruling kemala yang tak ternilai harganya, kenyataan tersebut diam-diam mengejutkan hatinya. Bwe-Li-pek dapat menyaksikan ketertegunan orang, dia tertawa ewa. Saudara Gak! demikian ujarnya, kendatipun seruling kemala ini mahal harganya, sayang selama ini sukar kujumpai orang yang benar-benar memahami irama seruling, sehingga tersia-sialah nilai tinggi seruling itu Seruling mustika dapat bertemu dengan Bwe-heng, pada hakekatnya hal ini merupakan suatu perpaduan yang amat serasi, kata Gak Lam-kun sambil tertawa jadi aku rasa, seandainya seruling itu bisa merasakan dia pasti akan bersyukur atas pertemuan ini Bwe-Li-pek tertawa, dia tempelkan seruling itu disisi bibir dan berkata, Bila kau dapat memahami irama serulingku itu baru benar-benar tidak menyia-nyiakan seruling ini Begitulah dia lantas meniup seruling kemala itu dan muncullah serentetan irama yang merdu merayu.

Pada mulanya irama seruling itu lembut dan datar, tapi lama-kelamaan irama tersebut kian bertambah tinggi, akhirnya irama lagunya begitu menyedihkan hati, membuat orang jadi sedih dan sangat menderita. Sejak pertama kali mendengar permainan seruling itu, Gak Lam-kun sudah merasa hatinya pedih, apalagi setelah permainan seruling tersebut mencapai puncak kepedihan, pemuda itu merasa tenggorokannya menjadi tersumbat, hidungnya keluar ingusnya dan hampir saja airmatanya meleleh keluar. Akhirnya kesadaran Gak Lam-kun hampir boleh dibilang sudah hilang sama sekali, seluruh pikiran maupun perasaannya telah terpengaruh oleh permainan seruling itu. Mendadakirama seruling berhenti dan permainan yang memedihkan hatipun ikut membuyar ditengah keheningan malam. Gak Lam-kun menghela napas panjang katanya, Irama lagu ini hebat sekali, aaai! Rasanya hanya dilangit saja dapat menjumpai permainan semacam ini, beruntunglah hari ini aku sempat menikmatinya Bwe Li-pek tertawa. Saudara Gak toh mengerti soal irama seruling bukan? Bagaimana kalau memberi sedikit komentar atas permainanku tadi? pintanya. Iramanya sangat membetot sukma, bagaikan hujan rintik ditengah malam yang sunyi, aaai! Membuat orang beriba saja. Bagusnya memang bagus, cuma sayang lagunya bernadakan kesedihan, membuat orang menjadi terkenang kembali masa sedih dimasa lalu Bwe-Li-pek tertawa lagi. Permainan serulingku bisa mendapatkan sahabat sehati, tidak sia-sia jerih payah siaute pada malam ini Baru saja dia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari balik ketenangan yang mencekam telaga itu, berkumandang suara dentingan musik yang merdu dan nyaring, dentingan tersebut entah berasal dari alat musik apa, tapi setelah mendengar suara tersebut, tiba-tiba saja paras muka Bwe-Li pek berubah hebat. Gak Lam-kun merasakan juga sesuatu yang aneh dia segera alihkan perhatiannya ke arah mana berasalnya suara itu. Sebuah perahu naga yang berbentuk sangat aneh muncul dari permukaan telaga sebelah barat laut perahu itu, muncul tanpa menimbulkan sedikit suarapun, lalu dengan kecepatan yang sangat tinggi melesat lewat dalam jarak belasan tombak dari sampan cepat berwarna merah itu.

Ternyata suara dentingan musik yang nyaring itu berasal dari balik perahu aneh tersebut. Dengan alis mata berkenyit Bwe Li-pek berbisik kepada Gak Lam-kun, Saudara Gak, sebenarnya siaute merasa gembira sekali karena dapat menemani engkau bergadang sampai pagi, sayang aku telah menjumpai suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaanku, terpaksa aku harus mohon maaf dan minta diri lebih dulu. Nah, saudara Gak! Kuhadiahkan sebuah sampan kecil untukmu, silahkan engkau kembali sendiri kedermaga! Gak Lam-kun sendiri juga merasa keheranan atas terjadinya peristiwa itu, setelah tertegun sejenak, sambil merangkap tangannya memberi hormat dia berkata, Kalau begitu, terima kasih banyak atas layanan saudara Bwe selama setengah malam ini, bolehkah aku tahu Bwe-heng berdiam dirumah penginapan yang mana dalam kota Gakciu? Bila ada waktu, aku pasti akan datang untuk menyambangi dirimu Aku ibaratnya burung manyar yang terbang sendirian, tempat tinggalku tak tetap, ujung langit empat samudra adalah tempat kediamanku, apabila saudara Gak memang berniat sungguh-sungguh untuk menganggap siaute sebagai sahabatmu, maka tidak sepantasnya kalau engkau berterimakasih kepadaku Semoga Thian yang maha adil bersedia memberi kesempatan, agar siaute dapat bersua kembali dengan dirimu kata Gak Lam-kun seraya menjura. Selesai memberi hormat. Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong bersama-sama melompat naik ke atas sampan kecil itu. Baru saja mereka berdiri tegak diatas sampan itu, dengan kecepatan luar biasa sampan merah yang ditumpangi Bwe-Li-pek itu sudah membelah ombak dan meluncur kedepan mengejar ke arah mana perginya perahu aneh berbentuk naga itu. Dengan termangu-mangu Gak Lam-kun mengawasi sampan merah itu hingga lenyap dari pandangan, lamalama sekali dia baru menghela napas panjang. Tiba-tiba Ji Kiu-liong berbisik lirih, Hei toako cepat lihat! Begitu banyak perahu yang bergerak menuju ke arah barat laut! Gak Lam-kun segera menengadah betul juga dari antara dua puluh tombak disamping mereka, berkumandang suara ombak yang memecah kesamping, disusul kemudian muncul sebuah perahu berbentuk elang raksasa bergerak menuju kebarat laut. Perahu itu tak lain adalah perahu yang ditumpangi Si Tiong pek bersama pasukan elang raksasanya, mengikuti pula enam-tujuh buah titik cahaya lampu, jelas ada tujuh buah perahu layar yang mengikuti jejak perahu pertama tadi, bergerak menuju kebarat-laut. Kesemuanya itu segera menimbulkan kesan dalam benak Gak Lam-kun, dia merasa tentu ada hal-hal yang luar biasa sedang terjadi dibarat laut, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya.

Adik Liong duduk yang baik bisiknya kemudian, kita akan menyusul dibelakang mereka mari kita tengok apa gerangan yang telah tejadi disana Setelah Ji Kiu-liong duduk, Gak Lam-kun mengambil dan mendayung sendiri sampan itu. Dengan cepat dan mantap sampan itu bergerak mengikuti dibelakang perahu yang didepannya itu. Toako kata Ji Kiu-liong ditehgah jalan, aku rasa Bwe Li-pek pasti adalah seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, terutama laki-laki berbaju abu-abu yang mendayung perahu dengan tangan tunggal itu, kekuatan tangannya sungguh mengerikan sekali. Aku rasa seandainya dia tidak memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, tak mungkin ia dapat mendayung perahu tersebut dengan cara yang istimewa begitu Gak Lam-kun mengangguk. Apa yang adik Liong terangkan memang tepat sekali, jika kita tinjau dari kemampuan si orang berbaju abu-abu itu mendayung perahunya, aku rasa tenaga dalam yang dimiliki orang itu tidak berada dibawah Bwe-Li-pek maupun aku. Cuma anehnya, kalau toh dia seorang jago persilatan yang berilmu tinggi, kenapa dia rela dirinya diperintah Oleh BweLi-pek? Tidakkah kau rasakan bahwa kejadian ini aneh sekali? Toako, padahal tujuanmu kebukit Kun-san adalah untuk menerima Lencana pembunuh naga, jikalau Bwe-Li-pek sendiri juga berniat dengan benda itu, waaah! Kita benar-benar mendapat seorang musuh yang amat tangguh sekali. Gak Lam-kun mendengus dingin. Sebetulnya ilmu silat yang kumiliki sekarang sudah tiada tandingannya lagi dalam dunia persilatan tapi setelah kejadian demi kejadian menimpa diriku aku baru tahu kalau diluar langit masih ada langit didalam dunia persilatan yang begitu luas, banyak jago-jago silat yang tak terhitung banyaknya. Yaa walaupun aku merasa bukan tandingan dari jago tangguh yang ada dalam dunia persilatan, akan tetapi akupun tidak akan membiarkan orang lain menghalang-halangi atau merusak perintah yang dibebankan suhu kepadaku. Aku tahu asal usul diri Bwe Li-pek memang mencurigakan, tetapi sebelum aku yakin kalau kedatangannya adalah untuk memusuhi kita, aku tak ingin menimbulkan pelbagai bentrokan atau perselisihan dengannya Toako! tiba tiba Ji Kiu-liong bertanya, menurut pendapatmu, mungkinkah Soat-santhian-li(perempuan langit dari bukit salju) mengingkari janjinya dan tidak menghantarkan Lencana pembunuh naga itu ke bukit Ku-san? Gak Lam-kun menghela napas sedih. Aaa! sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan, suhu pernah membicarakan soal janjinya dengan Soat-san-thiat li, meskipun penjelasannya ketika itu tidak terperinci, tapi menurut pendapatku antara suhu dengan Soat-san-thian-li tentu

mempunyai suatu hubungan yang luar biasa, karena itu aku yakin kalau dia pasti datang memenuhi janji. Hari ini baru tanggal sembilan, berarti tinggal enam hari menjelang bulan Tiong-ciu tanggal lima belas. Menggunakan sedikit sisa waktu yang masih ada ini, kita harus selidiki baik-baik jago persilatan dari mana saja yang telah berdatangan dibukit Kun-san ini, dengan demikian kita bisa hindari segala hal yang tidak diinginkan Hingga kini Soat-san-thian-li masih belum tahu kalau toakolah yang akan datang untuk menerima Lencana Pembunuh Naga itu, bagaimana caranya untuk menemukan toako? kembali Ji Kiu-liong bertanya. Gak Lam-kun tersenyum. Kau tak perlu kuatir adikku, irama Mi-tin-loan-hun-ci (Irama Sakti Pembingung Sukma) dari Thian-san-soat-li tiada keduanya didunia ini, dan didunia ini kecuali mendiang guruku, hanya aku seorang yang memahami inti sari dari irama sakti itu. Maka apabila dia mainkan irama tadi, maka dengan mudahnya aku akan menemukan sumber dari suara permainannya itu Sementara mereka masih bercakap-cakap! beberapa buah perahu besar yang bergerak dimuka sudah lenyap dibalik kegelapan. Dengan sorot mata yang tajam, Gak Lam-kun mencoba untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, namun kecuali ombak yang berwarna keperak-perakan, tiada suatupun yang kelihatan, termasuk jejak dari rombongan perahu besar tadi. Gak Lam-kun keheranan dengan perasaan tercengang dia mengernyitkan sepasang alis matanya. Aneh betul! demikian dia berpikir kemana larinya perahu-perahu itu? Masa mereka dapat melenyapkan diri dengan begitu saja? Kecuali lampu-lampu mereka dipadamkan semua, tak mungkin jejak perahu yang berada sekitar satu li disekeliling tempat ini tak dapat diketemukan dengan jelas Dengan tertinggalnya anak muda itu ditengah telaga tanpa petunjuk sesuatu apapun, terpaksa Gak Lam-kun melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke arah barat laut. Kurang lebih setengah jam kemudian, dibawah cahaya rembulan yang berwarna keperakperakan, tampaklah munculnya setitik cahaya lampu ditengah permukaan telaga yang tak bertepian, Gak Lam-kun segera memutar kemudinya dan menjalankan perahunya menuju ke arah mana sumber dari cahaya tersebut. Kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun tak perlu disangsikan lagi, meskipun harus mendayung sekian lama, dia tidak nampak lelah atau kehabisan tenaga. Sampan itu masih meluncur kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, jaraknya dengan sumber cahaya itu tinggal tiga empat puluh tombak saja. Sekarang, Gak Lam-kun sudah dapat melihat jelas sumber dari cahaya itu, ternyata tempat itu tak lebih adalah sebuah perahu yang sedang membuang sauh ditepi pantai. Perahu itu besar sekali, dan yang paling penting perahu itu bukan lain adalah perahu aneh berbentuk naga yang bergerak tanpa menimbulkan suara itu. Gak Lam-kun terkesiap. Segera pikirnya? Tak heran kalau aku kehilangan jejak, rupanya perahu-perahu itu sudah kehilangan jejak dari perahu aneh ini. Yaa, siapa yang menduga kalau perahu naga ini sudah berlabuh ditempat ini? 00000O00000 Dengan perhatian yang seksama Gak Lam-kun memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, rupanya didepan itu merupakan sebuah pulau kecil yang luasnya mencapai puluhan hektar lebih, kedua belah sisinya merupakan tebing karang yang saling berhadapan, sekitar pulau juga merupakan tebing-tebing karang yang terjal dan licin hanya ditengah pulau terdapat sebuah tanah datar yang sempit dan menjorok jauh kedalam pulau. Semak belukar yang rindang dengan bukit yang sambung menyambung dan menciptakan suatu pemandangan alam yang sangat indah, tempat itu tepat sekali kalau digunakan sebagai tempat mengasingkan diri. Gak Lam-kun mendayung perahunya dengan sangat berhati-hati, dia berputar menuju ke arah kanan, dari sisi tebing tersebut pelan-pelan ia menepi kepantai. Tiba-tibadari balik ruang perahu naga yang berlabuh nun jauh disana berkumandang suara bentakan yang rendah tapi bernada berat, Tangkap dua orang penyusup itu gusur kemari! Berbareng dengan bentakan itu, empat orang bocah laki-laki berbaju hitam berkelebat keluar dari balik perahu naga, lalu dengan kecepatan tinggi menerjang ke arah Gak Lamkun serta Ji Kiu-liong. Gak Lam-kun tidak panik menghadapi serbuan itu pelan-pelan dia mengalihkan sinar matanya dan memandang sekejap ke arah empat orang bocah baju hitam itu. Mereka semua baru berusia empat sampai lima belas tahunan, mukanya bersih dan termasuk kategori tampan. Begitu mencapai perahu musuh serentak mereka berempat meloloskan pedangnya. Sreeet! Senjata-senjata itu disilangkan didepan dada dengan sikap yang keren, tangan

kiri ditekuk sejajar dada dan pedang mereka ditumpangkan diatas lengan kiri yang menyilang, begitu gagah dan berwibawanya mereka sehingga menimbulkan hawa napsu membunuh yang mengerikan. Hayo ikut kami! bentak bocah berbaju hitam yang berada diujung kanan dengan suara keras. Gak Lam-kun hanya tertawa dingin tiada hentinya, ia sama sekali tidak menghiraukan teguran orang. Lain halnya dengan Ji Kiu-liong, dia tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan, kemudian dengan gerakan cepat dia meloloskan pedang dan membabat ketubuh lawan. Kurangajar, kau berani melawan? Hmm, rupanya sudah bosan hidup? bentak bocah berbaju hitam diujung kanan itu semakin naik darah. Ditengah bentakan nyaring pedang yang dipalangkan diatas lengan kirinya itu meluncur kedepan, dengan gaya Tay-tiauw-tian-gi (rajawali raksasa mementangkan sayap) dia kunci ancaman tersebut dengan cara keras lawan keras. Dalam pikiran bocah berbaju hitam itu, serangan tersebut kendatipun tidak memukul rontok senjata yang dipegang Ji Kiu-liong, paling sedikit senjata yang berada dalam genggamannya itu akan berhasil dipukul sampai miring dari posisi semula. Padahal Ji Kiu-liong bukan anak kemarin sore yang tak punya kepandaian apa-apa, melihat cara orang menahan serangannya dia tertawa dingin, gerak pedang yang semula main membabat tiba-tiba dimiringkan sedikit kesamping, lalu menggeliat sambil menusuk kedalam. Mengikuti gerakan pedangnya dia ikut menerobos kedepan, pedang digunakan untuk melindungi badan dan Traaang! dalam suatu benturan nyaring yang memekakkan telinga, pedang si bocah berbaju hitam kena dikunci tergetar kesamping. Bocah berbaju hitam kaget dia tak menyangka kalau musuhnya tangguh sekali dan diluar dugaannya, tak sempat lagi untuk menghindarkan diri, pedangnya kena dikunci diluar lingkaran serangan. Dalam keadaan begini buru-buru dia melompat mundur sejauh tiga langkah untuk menyelamatkan diri. Ji Kiu-liong merendahkan tubuhnya lalu menerobos maju lebih kedepan, dengan jurus Po-kong-liu-im (cahaya ombak bayangan mengalir) pedangnya digetarkan keras-keras menciptakan selapis cahaya pedang yang menyilaukan mata.

Tak sampai si bocah berganti gerakan tubuhnya ia sudah meryerang lebih jauh, kali ini pedangnya disertai kilatan cahaya tajam menusuk kedepan dengan jurus Giok-li-to-sou (gadis perawan memegang jarum). Aduuh! jerit kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, si bocah berbaju hitam yang berada dihadapannya tak sempat menyelamatkan diri dadanya kena ditusuk hingga tembus kepunggungnya, darah kental seperti pancuran menyembur keluar dan berceceran disepanjang sampan. Tewaslah orang itu dalam keadaan yang mengerikan. Peristiwa berdarah ini menimbulkan kemarahan yang luar biasa bagi rekan-rekannya, dua bentakan nyaring memecahkan kesunyian, dua orang bocah berbaju hitam lainnya serentak menerjang maju dua bilah senjata dengan membawa desingan angin yang memekakkan telinga serentak menyerang tubuh Ji Kiu-liong. Menghadapi serangan dahyat Ji Kiu-liong tertawa terbahak-bahak, pedangnya membalik seraya menebas, tubuhnya ikut maju bersamaan dengan menyambarnya senjata tersebut, begitu terhindar dari bacokan senjata lawan, pedangnya kembali berputar, sambil membiaskan selapis bunga bunga pedang yang menyilaukan mata secara beruntun dia balas melancarkan serangan dengan jurus Im-liong san-sian (Naga berwarna muncul tiga kali). Bocah berbaju hitam yang ketiga ikut bertindak sambil memutar senjatanya tiba-tiba ia menusuk kebahu kiri Ji Kiu-liong. Heeehhhheeehhhheeehhhbagus sekali! ejek Ji Kiu-liong sambil tertawa dingin kau akan menjadi setan kedua yang mampus diujung pedangku! Kaki kirinya maju selangkah kemuka, pedangnya yang berada ditangan kanan balik menebas dengan jurus Liu-im-si gwat (aliran mega menutupi rembulan), pedangnya menciptakan selapis hawa pedang yang menggidikkan tubuh. Selapis cahaya putih dengan cepatnya menyergap kemuka, sementara telapak tangan kirinya yang bersembunyi dibalik cahaya pedang diam-diam disentil kemuka melancarkan sebuah sentilan maut yang mengejar jalan darah sim-kan-hiat ditubuh musuh. Bocah berbaju hitam itu mendengus tertahan, lalu roboh terjungkal ketanah dan tewas seketika itu juga. Berhasil dengan serangannya, Ji Kiu-liong semakin bersemangat, pedangnya berputar bagaikan naga sakti yang bermain diawan, pergelangan tangannya berputar kencang, lalu dengan jurus It-huan-bu-tok (menyeberang dengan perahu layar) dia tangkis tibanya dua ancaman yang membacok dari sebelah kiri.

Tidak sampai disitu saja, berbareng itu juga badannya menerobos maju kedepan, ujung pedangnya menyusup masuk dari celah-celah kelemahan lawan kemudian melepaskan sebuah bacokan. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian, bocah berbaju hitam yang ada disebelah kanan kembali terbacok bahunya sehingga putus menjadi dua bagian. Sekarang tinggal seorang bocah barbaju hitam yang masih hidup, saking terkejutnya karena menyaksikan ketiga orang rekannya mampus secara mengerikan diujung pedang Ji Kiu-liong, dia hanya berdiri melongo seperti orang kehilangan ingatan, untuk sesaat dia lupa untuk melancarkan serangan, dia lupa untuk bertindak lebih jauh, bahkan untuk kaburpun lupa Setelah membinasakan korbannya yang ketiga Ji Kiu-liong memutar senjatanya siap melancarkan bacokan lagi, tapi setelah menyaksikan ketertegunan lawan apalagi musuhnya masih muda belia, dia menjadi tak tega serangannya lantas ditarik kembali menyusul kemudian tubuhnya ikut melompat mundur. Pergilah! dia berkata dengan dingin aku tak akan mencabut selembar jiwamu! Saat itulah dari atas perahu naga tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin yang menggidikkan bati. Heeehhhheeehhhheeehhh bocah kunyuk kau cukup keji! Hmm, rupanya kau harus diberi tandingan yang setimpal. Ciu Hong! Beng Gwat! Kalian maju bersama dan bunuh bajingan yang takut mati itu, kemudian tangkap bangsat sombong tersebut dan gusur ke atas perahu akan kuberi siksaan yang berpuluh-puluh kali lipat lebih keji untuknya. Baru selesai seruan itu, dua sosok bayangan manusia muncul dari balik perahu naga, satu warna merah yang lain berwarna putih, dengan kecepatan luar biasa menerjang kehadapan Ji Kiu-liong. Dua orang itu adalah bocah-bocah lelaki berusia dua tiga belas tahunan, mereka berdiri berjejer, mukanya bersih, putih dan masih kebocah-bocahan, wajah mereka cukup tampan terutama matanya yang jeli. Seorang memakai baju berwarna merah dan seorang lagi memakai baju berwarna putih. Berkrenyit sepasang alis mata Ji Kiu-liong menghadapi dua orang musuh yang usianya jauh lebih muda daripada dirinya itu, dia tak menyangka kalau bocah-bocah itu berwajah tampan dan menarik hati, timbul perasaan sayang dihati kecilnya. Gak Lam-kun juga kaget sesudah menyaksikan kegesitan dua orang bocah itu, segera pikirnya.

Hebat betul ilmu silat mereka, kalau ditinjau dari gerak-geriknya jelas kedua orang bocah cilik ini memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna! Dalam pada itu dengan sepasang matanya yang jeli tapi mtmancarkan sinar menggidikkan, bocah berbaju putih itu sedang melototi rekannya yang berbaju hitam dengan wajah mengerikan, kemudian selangkah demi selangkah dia maju menghampirinya. Air muka si bocah berbaju hitam yang pada dasarnya sudah memucat, kian bertambah pucat lagi setelah menyaksikan rekannya makin mendekati tubuhnya mungkin saking takutnya, sekujur tubuhnya yang kecil tampak gemetar keras, bibirnya membiru dan matanya menjadi sayu, menggenaskan sekali keadaannya. Sekilas pandangan menghina menghiasi raut wajah si bocah berbaju putih yang dingin, tiba-tiba ujarnya dengan nada mengerikan, Hmmkenapa belum juga bunuh diri? Apalagi yang kau nantikan? OoohBeng Gwat! Akuakutoh aku bukannya tidak berani, kau bisa melihat sendiri bahwa kepandaian silatku memang bukan tandingan lawan, masakah hanya kesalahan ini kau kau Aaah! Kau tak usah banyak bacot lagi tukas Beng Gwat atau bocah berbaju putih itu sambil membentak, kau berani membangkang perintahku? Diiringi bentakan nyaring, tubuhnya yang kecil meluncur kedepan dan langsung menerjang kehadapan bocah berbaju putih itu. Tahan! bentak Ji Kiu-liong sangat marah, kalau merasa punya kepandaian, hayo! sambut dulu beberapa buah bacokan pedangku ini! Sreeet..! sambil maju dia melepaskan sebuah tusukan kilat kedada lawan dengan jurus Thian-li-hui-ko (perempuan langit menangkis tombak), satu serangan yang cukup ampuh. Beng Gwat si bocah berbaju putih itu tidak berkutik dari posisinya semula, meskipun ujung pedang sudah hampir mengancam dadanya, ia tidak melawan ataupun menghindar, sinar pedang tersebut malah diamatinya tanpa berkedip. Terkejut Ji-Kiu-!iong menjumpai ketenangan musuhnya, tanpa sadar pergelangan tangannya disentak dan menarik kembali serangannya. Hei bocah keji, mengapa tidak kau cabut keluar senjatamu? bentaknya dengan marah. Beng-Gwat si bocah berbaju putih tidak menjawab mendadak telapak tangan kirinya diayunkan ketubuh bocah berbaju hitam, sementara telapak tangan kanannya menyerang Ji Kiu-liong.

Cara penyerangan ini memang tepat sekali, bukan saja diluar dugaan bahkan sekaligus mematahkan juga pertahanan orang terhadap niat jahatnya. Sebetulnya Ji Kiu-liong hendak melepaskan serangan untuk melindungi keselamatan bocah berbaju hitam, tapi lantaran desingan angin tajam yang dilancarkan Beng Gwat sudah menyambar datang, mau tak mau dia harus mengutamakan keselamatan sendiri lebih dahulu. Dalam terkejutnya, dia tekuk pinggangnya sambil bergeser empat depa kebelakang baru saja serangan tersebut dapat dihindari dari pihak lain jerit kesakitan sudah berkumandang memecahkan kesunyian. Ternyata bocah berbaju hitam itu terhajar telak oleh serangan rekannya, darah kental bercucuran dari ketujuh lubang indranya, tanpa banyak berkutik nyawanya sudah melayang pergi meninggalkan badannya. Sesudah membinasakan rekannya sendiri Beng Gwat si bocah berbaju putih itu baru berpaling katanya dengan ketus, Dengan mengandalkan beberapa jurus ilmu pedangmu itu, masih belum pantas untuk memaksa kami menggunakan senjata! Sejak terjun kedalam dunia persilatan belum pernah Ji Kiu-liong dibina orang secara begini, sekalipun dia merasakan juga keanehan serta kesaktian ilmu silat yang dimiliki musuhnya namun cemoohan semacam itu menggelitik hatinya sebelum dilampiaskan keluar, maka diapun tertawa dingin. Bocah ingusan yang masih berbau tetek teriaknya jangan takabur dulu! Sebelum sesumbar, buktikan dulu sampai taraf yang bagaimanakah ilmu silatyang kau miliki itu Pedangnya dimasukkan kembali kedalam sarungnya, lalu dengan tangan kosong telapak tangan kanannya didorong kemuka melepaskan sebuah pukulan, berbareng itu juga dengan jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya dia menyodok jalan darah Mia-bunhiat ditubuh lawan dengan jurus Hua liong-tiam-cing (melukis naga menulis mata). Selincah ular kecil Beng Gwat si bocah berbaju putih berkelit kesamping. sepasang telapak tangannya bergantian melancarkan serangan, dalam sekejap mata dia sudah melancarkan empat buah serangan berantai, bahkan jurus serangan yang satu lebih hebat dari yang lain. Seketika itu juga Ji Kiu-liong terdesak mundur tiga langkah. Gak Lam-kun yang mengikuti jalannya pertarungan dari tepi gelanggang merasa terkesiap, mimpipun dia tak menyangka kalau seorang bocah semuda itu ternyata memiliki jurus serangan yang begitu ganas dan hebatnya sehingga adiknyapun kena didesak.

Sementara itu Ji Kiu-liong menggunakan kesempatan itu untuk mengatur pernapasan, lalu sekali lagi menerjang kedepan, kali ini diapun melancarkan serangan berantai, deruan angin pukulan yang dahsyat menyapu seluruh angkasa. Beng-Gwat si bocah berbaju putih tidak jeri, dia membentak nyaring, sebuah pukulan telapak tangan kirinya yang membawa deruan angin tajam segera membendung ancaman dari Ji Kiu-liong, sementara telapak tangan kanannya dengan jurus Cuan-im-teh gwat (menembusi awan memetik rembulan) melepaskan sergapan kilat. Ji Kiu-liong meraung keras, hawa sakti Sau-yang-tongcu-kang andalannya disalurkan kedalam telapak tangan kanan, kemudian dengan gerakan Lek sau ngo gak (menyapu rontok lima bukit) dia membacok kemuka menyambut datangnya ancaman itu. Braaak! benturan keras tak dapat dihindari lagi, tiba-tiba dua sosok bayangan manusia saling berpisah. Dengan telapak tangan disilangkan didepan dada Ji Kiu-liong berdiri dengan wajah serius, sebaliknya sepasang bahu Beng Gwat si bocah berbaju putih bergetar keras, tak tertahan lagi badannya mundur sejauh lima langkah dengan sempoyongan telapak tangan kirinya memegang dada kanannya. Wajah yang memerah kini berubah jadi pucat pias meski demikian dari balik sorot matanya yang pudar terpancar sinar kegusaran yang menyala-nyala, dia sedang mengawasi musuhnya tanpa berkedip. Ciu Hong si bocah berbaju merah selama ini cuma berdiam diri mendadak tanpa menimbulkan sedikit suarapun maju sambil menyerang. Setelah terjadi bentrokan kekerasan dengan Beng Gwat si bocah berbaju putih, Ji Kiuliong merasakan darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras, dalam keadaan demikian ia tak berani gegabah. Maka ketika menghadapi serangan yang muncul secara tiba-tiba, serentak dia mencabut keluar pedangnya, lalu dengan jurus Long kian-liu-san (gulungan ombak membawa pasir mengalir) dia lancarkan sebuah bacokan kilat. Siapa tahu sebelum tusukan pedangnya sempat dilancarkan, tiba-tiba serentetan cahaya emas berkelebat lewat didepan matanya, menyusul kemudian bau amis menerpa hidungnya. Dalam gugupnya dia tak sempat memperhatikan benda apakah itu, kepalanya segera dimiringkan kesamping, lalu dengan pedangnya dia mencoba melindungi diri. Mendadak pergelangan tangan kanannya terasa sakit, ketika diperiksa, pemuda itu menjerit keras karena kaget tanpa disadari pedangnya ikut terlepas dari genggaman.

Terlihatlah seekor ular kecil berwarna emas yang panjangnya empat lima inci, dengan empat buah taring berbisanya menggigit pergelangan tangannya kencang-kencang. Tubuh ular tersebut masih melingkar diatas lengannya dan sama sekali tak berkutik. Ji Kiu-liong merasa mulut luka bekas gigitan ular gatalnya bukan kepalang, selain itu terlihat juga beberapa jalur hitam pelan-pelan sedang merambat naik ke atas lengannya, ia semakin terkesiap, seluruh tenaganya tiba-tiba menjadi buyar, secara beruntun dia mundur beberapa langkah kebelakang hampir saja tubuhnya roboh terjengkang. Gak Lam-kun juga tak kalah terkejutnya setelah menyaksikan ular emas kecil yang melilit pergelangan tangan Ji Kiu-liong saking sedihnya hampir saja dia melelehkan airmata. Secepat sambaran kilat tubuhnya melompat kedepan, lalu dengan jari tengah dan jari telunjuknya dia totok beberapa jalan darah penting ditubuh saudaranya itu. Saudara Gak! harap tahan! mendadak dari tempat kejauhan berkumandang suara bentakan keras. jangan kau sentuh binatang itu, awas ular beracun benang emas! Dari belakang tebing karang yang gelap gulita melayang turun dua sosok bayangan manusia, yang satu berperawakan tinggi sedang yang lain berperawakan pendek. Kedua orang itu ternyata bukan lain adalah Tang-hay-coa-siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu serta Si Tiong-pek, komandan pasukan elang baja dari perkumpulan Thiat-eng-pang. Terdengar kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu berkata lebih lanjut, Bila engkau membinasakan ular yang menggigit diatas pergelangan tangannya, dalam keadaan terluka ular beracun itu pasti akan menyemprotkan seluruh cairan beracun yang berada dalam tubuhnya ke atas mulut luka itu, tak sampai satu jam maka saudaramu tentu akan mati secara mengerikan Ciu Hong, si bocah berbaju merah yang mendengar perkataan itu segera mendengus dingin. Hmmm! Sungguh tak kusangka kalau disini masih terdapat seorang ahli ular, heeehhh. heehh. heehhh. menggelikan sekali, jadi kalian masih mengira bendaku ini adalah seekor ular beracun benang emas sungguhan? Dengan sepasang matanya yang tajam Tang-hay coa-siu Ou Yong hu kembali memperhatikan sang ular yang membelenggu diatas pergelangan tangan Ji Kiu-liong itu, sekarang dia baru kaget, ternyata benda itu memang bukan ular sungguhan tetapi sebuah senjata rahasia yang bentuknya persis seperti ular. Dalam pada itu Ciu-Hong si bocah berbaju merah telah berkata kembali, Dia sudah terkena senjata rahasia ular berbisa benang emasku, racun yang terkandung dalam benda

ini sepuluh kali lipat lebih ganas dari bisa ular hidup, barangsiapa yang terkena maka tujuh hari kemudian akan mampus dengan seluruh tubuhnya membusuk. Bukan begitu saja, selama saat-saat menjelang kematiannya dia harus merasakan siksaan dan penderitaan yang paling hebat, heehhheeehhhheeehhnah, selamat menikmati hadiahku ini Tersirap darah panas Gak Lam-kun setelah mendengar keterangan itu hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, mendadak dia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya, lalu telapak tangan kirinya diayun kedepan Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat ibaratnya gulungan ombak besar ditengah samudra dengan mengerikan sekali menyapu ketubuh Ciu Hong si bocah berbaju merah. Ciu Hong cukup mengetahui akan kelihayan musuhnya. cepat-cepat dia berjumpalitan diudara dan berusaha menghindarkan diri. Tentu saja Gak Lam-kun tidak sudi memberi kesempatan hidup bagi lawannya, begitu bocah itu mencoba untuk berkelit, pukulan yang sudah disiapkan ditangan kanannya sejak tadi segera dilontarkan kedepan. Disaat yang kritis inilah pekikan nyaring mendadak berkumandang mencabik-cabik kesunyian, sesosok bayangan putih melayang datang dari udara, menyusul kemudian munculnya segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat menyongsong datangnya ancaman dari Gak Lam-kun. Padahal Ciu Hong si bocah berbaju merah sudah berjumpalitan untuk mengundurkan diri, sayang nasibnya memang lagi busuk, bukannya mundur untuk menyelamatkan diri, secara kebetulan tubuhnya justru terjatuh diantara gencetan tenaga pukulan dari Gak Lam-kun maupun pendatang itubayangkan saja apa yang bakal terjadi? Jerit lengking menggelegar diudara, termakan oleh dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat, tubuh Ciu-hong mencelat keudara dan terlempar sejauh puluhan kaki dari tempat semula. Jangankan pukulan dari Gak Lam-kun memang sanggup menghancurkan batu karang merjadi bubuk, cukup termakan hembusan angin dingin yang dilancarkan si pendatang saja sudah cukup untuk menghantar nyawanya keneraka, apalagi pukulan itu beracun dan sekaligus terkena dua pukulan lagi. Setinggi-tingginya tenaga dalam yang dimiliki Ciu-Hong si bocah berbaju merah, bagaimana mungkin dia bisa menahan gencetan dari dua buah kekuatan besar? Isi perutnya kontan terhajar sampai hancur, ketika tubuhnya melayang kembali ketanah, jiwanya sejak tadi sudah kabur kealam baka. Peristiwa ini semakin menggusarkan pendatang itu, sambil membentak keras dia lancarkan sebuah pukulan yang memaksa Gak Lam-kun tergetar mundur sejauh tiga depa

lagi kemuka, tangan kanannya diputar lalu menjojoh jalan darah Yu-bun-hiat ditubuh orang itu, tapi kemudian ia menyadari kalau musuhnya terlampau tangguh, maka menyusul serangan tadi, dia lancarkan kembali sebuah bacokan dengan telapak tangan kirinya. Semua perubahan terjadi diluar dugaan, siapapun tidak mengira kalau kejadian tersebut bakal berkembang menjadi begini. Ilmu silat yang dimiliki orang itu terlampau tinggi, ketika merasa terancam oleh serangan musuh dia menangkis ancaman dari Gak Lam-kun dengan tangan kanannya yang memainkan jurus Hui-tim-ciang-tham (membersihkan debu berbicara santai) sementara telapak tangan kirinya dengan jurus Sin-liong-sian-jiau (naga sakti unjukkan cakar) dengan membawa sapuan angin yang tajam berusaha mencengkeram tubuh lawan. Gak Lam-kun menggerakkan sepasang bahunya miring kesamping dan terhindar dari cengkeraman lawan sementara kaki kanannya melepaskan sebuah tendangan kilat. Berada dalam gencetan tendangan-tendangan maut membetot sukma ini mau tak mau orang itu harus melompat kebelakang untuk menyelamatkan diri Waktu itu Gak Lam-kun terlampau menguatirkan keselamatan Ji Kiu-liong, maka setelah musuhnya terdesak mundur, dia tidak mengejar lebih lanjut sebaliknya melayang kembali kesamping saudaranya. Keadaan Ji Kiu-liong cukup parah, warna hitam lamat-lamat menghiasi kerutan alisnya, sekalipun senjata rahasia ular benang emas yang melilit pada pergelangan tangannya sudah dilepaskan oleh Tang-hay-coa-siu Ou Yong-hu, tapi mulut luka pada pergelangan tangan kanannya itu telah berubah menjadi semu biru. Betapa sedihnya Gak Lam-kun, sambil menghela napas bisiknya, Adik Liong cepat duduk bersila sambil mengatur pernapasan, tutup dahulu jalan darah Ci-ti-hiat pada sikut kananmu jangan membiarkan racun itu menjalar sampai kejantung! Ji Kiu-liong tertawa ewa, pelan-pelan dia duduk bersila pejamkan mata dan mengatur napas. Kakek ular dari lautan timur Ou Yonghu yang ada disampingnya sedang mengawasi senjata rahasia ular benang emas dengan seksama, setelah termenung lama sekali, dia baru menghela napas. Aaai! Tampaknya racun yang terkandung diujung senjata rahasia ini merupakan campuran antara racun ular benang emas ditambah beberapa macam rumput beracun lainnya, yaa, racun semacam ini memang mengerikan sekali Ou-Thamcu, dapatkah kau punahkan pengaruh racun itu? tanya Si Tiong pek.

Masih merupakan sebuah tanda tanya besar jawab Kakek ular dari lautan timur OuYong-hu sambil gelengkan kepalanya berulangkali. cuma, kalau sudah kita ketahui racun apa yang bersarang ditubuhnya, mungkin bisa kita coba-coba Sebagaimana diketahui. Kakek ular dari lautan timur adalah seorang ahli dalam soal racun, terutama dalam masalah bisa racun, dia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Tapi seorang ahli racun ularpun sudah berkata demikian, dari sini dapatlah diketahui bahwa racun yang terkandung dalam tubuh Ji Kiu-liong bukan racun sembarangan. Diam-diam Gak Lam-kun berpikir dihati, Ou-Yong-hu wahai Ou-Yong-hu. jika kau sanggup menolong nyawa adik liong, aku Gak Lam-kun juga akan mengampuni selembar nyawamu! Dalam pada itu kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu telah mengeluarkan sebuah botol kemala putih dari sakunya, dari dalam botol itu dia mengeluarkan dua butir pil penawar racun lalu katanya, Pil Keng-giok-ciat-tok-wan milikku ini khusus untuk menawarkan bisa dari berbagai racun ular, bila terpagut ular beracun macam apapun, asal minum sebutir pil ini niscaya racunnya akan tawar. Sekarang akan kugunakan daya kerja dari sebotol obat Keng-giok-ciat-tok-wan ini untuk melindungi jalan darah penting dalam isi perutnya, daya kerja obat ini cuma untuk mencegah agar racun ular tak sampai menyerang kejantung, dalam keadaan demikian mungkin nyawanya masih bisa dipertahankan selama beberapa hari lagi Sambil berkata dia mengeluarkan dua butir pil Keng-giok ciat tok wan dan dijejalkan kemulut Ji Kiu-liong. Tiba-tiba manusia berbaju putih itu tertawa dingin. Heeehhhheeehhhheeehhh Kalau kau ingin mencegah sari racun ular berbisa itu menyerang isi perut orang itu, sampai habis sepuluh botol pil Keng giok ciat tok wan juga percuma, menggelikan betul! Jangan kau anggap kepandaianmu itu sudah cukup untuk memunahkan pengaruh racun dari perguruanku Karena gelak tertawa dinginnya kedengaran mengerikan dan tak sedap, dengan sepasang matanya yang sipit Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu mengawasi lawannya. Orang itu sudah tua usianya antara enam puluh tahunan badannya jangkung tapi kurus hingga tinggal kulit pembungkus tulang, jubah yang dikenakan panjang dan berwarna putih keabu-abuan. Si Tiong-pek segera tertawa ringan. Luas amat pengetahan saudara katanya, kalau dugaanku tak keliru, rupanya kau adalah seorang tokoh persilatan yang punya nama?

Dengan sepasang mata yang melotot, tiba-tiba kakek berjubah putih melotot sekejap ke arah Si-Tiong-pek, kemudian tertawa dingin tiada hentinya. Se-ih-Sam-seng (Tiga malaikat dari wilayah Se-ih), masa kau tak pernah mendengarnya? dia berseru. Baik Si Tiong-pek maupun Ou Yong hu yang mendengar nama itu segera berseru tertahan. Se-ih-Sam-seng atau tiga malaikat dari wilayah Se-ih adalah jago-jago lihay diluar perbatasan, mereka bertiga memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, perguruan yang mereka bentuk kemudian dinamakan Se-thian-san. Ketiga malaikat itu terdiri dari: Tok-seng (malaikat racun). Ciang-seng (malaikat pukulan) dan Kian-seng (malaikat pedang). Setelah termenung sebentar, sambil tersenyum Si Tiong-pek lantas berkata, Oooh! Rupanya kau toh yang bernama Tok seng (malaikat racun) Lo Kay-seng? Kakek berbaju putih itu tertawa dingin. Jika aku adalah malaikat racun, masa kalian masih bisa hidup hingga sekarang? Ternyata kakek berbaju putih ini adalah malaikat pukulan Nian Eng-hau, salah seorang anggota Se-ih-sam-seng. Diantara tiga bersaudara, konon ilmu silat malaikat pedang Siang Ban-im paling tinggi, dan malaikat racun Lo Kay-seng menduduki urutan kedua, jadi dengan begitu kakek berjubah putih tersebut pada hakekatnya adalah anggota yang terbuncit. Haaahhhhaaahhhhaaahh belum tentu begitu kedengaran Si Tiong-pek tertawa ringan, segarang-garangnya Malaikat racun Lo Kay-seng, masa dia bisa menandingi keganasan dari Jit-poh tui-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To yang namanya sudah amat termashur didaratan Tionggoan? Malaikat pukulan Kian Eng-hau tertawa dingin. Tak usah ngebacot yang bukan-bukan lagi tukasnya kalian tahu, barangsiapa yang berani mengikuti jejakku sampai disini, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat Tiba-tiba ujung bajunya dikebut kemuka, tidak tampak bagaimana caranya dia menggerakkan badan, tahu-tahu tubuhnya sudah berada dihadapan Si Tiong-pek.

Kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu tidak banyak bicara lagi, begitu dilihatnya Nian Eng bau mengejar kedepan, telapak tangannya segera diayun pula kedepan melepaskan sebuah pukulan. Malaikat pukulan Nian Eng-hau bukan bocah dungu, sudah tentu sergapan Ou Yong-hu tak ada gunanya, baru saja si kakek ular dari lautan timur menggerakkan telapak tangan kirinya, berbareng juga dia melancarkan serangan balasan, telapak tangan kanannya menghadang ancaman lawan, sementara tangan kirinya bersiap-siap menghadapi sapuan dari tongkat kepala ular yang ada ditangan kanan lawan. Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu terperanjat, buru-buru dia menekuk pinggang sambil menarik Kembali serangannya, lalu melompat mundur sejauh tiga depa. Mimpipun dia tak menyangka kalau serangan balasan musuh bisa datang secepat itu, hampir saja tubuhnya termakan oleh sapuan tersebut. Tiba-tiba Se-ih Ciang seng (malaikat pukulan dari Se-ih) merentangkan sepasang tangannya kekiri dan kekanan, yang satu menyerang Si Tiong-pek sedang yang lain menghantam Ou Yong hu, bukan saja cepat dalam serangan, tepat pula pada ancaman. Buru-buru kakek ular dari lautan timur Ou-Yong hu memutar tongkat kepala ularnya, senjata itu sebentar disapu kekiri sebentar lagi disodok kekanan, secara beruntun dia lancarkan beberapa buah serangan. Berbeda dengan Si Tiong pek, menghadapi ancaman itu dia tertawa tergelak, tubuhnya menyurut mundur sejauh tujuh depa, begitu lolos dari ancaman dengan gerakan cepat dia meraih kebelakang bahunya dan meloloskan pedang elang bajanya. Setelah bersenjata dia menerjang maju pula kedepan, secara beruntun ia lancarkan beberapa buah serangan mematikan untuk mengimbangi permainan tongkat dari Ou Yong-hu. Sebagaimana diketahui dari julukannya yakni malaikat pukulan, permainan sepasang tangan Nian Eng-hau betul-betul sudah mencapai taraf yang luar biasa, mengikuti gerakan pedang dan sambaran tongkat musuh, sepasang tangannya melepaskan serangkaian pukulan yang gencar, ditambah lagi posisinya memang lebih menguntungkan, praktis seluruh gelanggang berhasil dia kuasai. Sia-sia saja Si Tiong pek dan Ou Yong hu menggunakan senjata masing-masing, sebab bagaimanapun mereka berusaha untuk memecahkan pertahanan musuh, toh akhirnya kena didesak mundur juga ketempat semula. Begitulah dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru. Untuk menghadapi kerubutan dua orang musuhnya ini, Malaikat pukulan Nian Eng-hau khusus menggunakan ilmu Liu si ciang (pukulan serat mengalir) suatu kepandaian sakti

aliran See thian san tapi puluhan jurus kemudian ternyata tidak juga mendatangkan hasil, hal ini menimbulkan rasa heran dihati kecilnya. Liu si ciang atau yang lebih dikenal sebagai pukulan serat mengalir adalah sejenis ilmu silat yang sangat aneh, kepandaian itu berintikan tenaga im atau dingin yang lembut, kepandaian khusus yang paling diandalkan adalah menempel serta menghisap senjata musuh. Biasanya dia menggunakan kekuatan yang terpancar dari tubuh musuh untuk memunahkan serangan musuh, bila salah satu unsur kekuatannya sudah berhasil menguasai serangan lawan, maka jangan harap musuh bisa mendahuluinya, karena serangannya selalu mendahului, jadi setiap kali pihak musuh belum bertindak ia sudah dapat merasakan lebih dahulu kemudian mendahuluinya. Berbicara sesungguhnya, ilmu silat yang dimiliki Si Tiong-pek maupun Ou Yong-hu tidak kalah jika dibandingkan dengan kepandaian musuh, tapi lantaran kepandaian mereka sudah didahului terlebih dulu oleh pukulan serat mengalir dari Nian Eng-hau, serta merta setiap serangan yang mereka lancarkan selalu berhasil dipatahkan oleh NianEng-hau. Percuma saja mereka mempunyai ilmu silat yang tinggi, karena kepandaian itu tak bisa dikembangkan sebaik-baiknya, sebagai gantinya mereka malah tak punya kekuatan untuk melancarkan serangan balasan, mereka cuma terdesak mundur terus. Andaikata didalam keadaan begini Si Tiong-pek atau Ou Yong-hu mengundurkan diridan membiarkan rekannya bertarung seorang diri, mungkin situasinya tak akan serunyam ini, karena ilmu Liu si ciang akan semakin tampak daya kehebatannya bila menghadapi musuh dalam jumlah yang lebih besar Si Tiong-pek tertawa dingin, pedang ditangan kanan telapak tangan ditangan kiri tiba-tiba melancarkan belasan jurus serangan berantai. Ou Yong hu juga tak mau kalah, dia ikut membentak keras, tongkat berkepala ularnya menyerang secara gencar, dalam waktu singkat bayangan pedang bersimpang siur kesana kemari, deruan angin tongkat memekikkan telinga, keadaan mengerikan sekali. Berada dibawah desakan kedua orang musuhnya itu, Nian eng hau jadi kewalahan sendiri, dia tak mampu mendesak mundur musuhnya lagi, walau hanya satu langkah. Pertarungan berlangsung lagi tapi keadaan tetap seimbang, lama kelamaan habislah kesabaran Malaikat pukulan Nian eng hau setelah melancarkan dua buah pukulan untuk mendesak mundur musuhnya mendadak dia mundur lima depa kemudian berdiri tegak disitu sambil menghimpun segenap kekuatan yang dimiliki. Dari cara orang bersikap, Si Tiong-pek dan Ou Yong-hu tahu kalau musuhnya sedang menyiapkan suatu serangan yang maha dahsyat, mereka tak berani gegabah, segenap

hawa murni yang dimilikipun dihimpun menjadi satu, lalu bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Pada saat itulah, pelan-pelan Gak Lam-kun maju kedepan, lalu dengan wajah sedingin es dia berkata, Saudara, tolong tanya apakah See-ih Tok-seng (malaikat racun dari See-ih) Lo Kay seng berada diatas perahu? Malaikat pukulan Nian Eng-hau amat mendendam terhadap Gak Lam-kun karena dia telah membinasakan Ciu Hong murid kesayangannya, maka ketika dia maju kedepan, hawa napsu membunuhnya segera berkobar, tiba-tiba sambil meraung keras, telapak tangan kanannya langsung dibacokkan ke tubuh si pemuda. Kiranya pada waktu itu Gak Lam-kun sedang berpikir, Racun jahat yang terdapat pada senjata rahasia ular benang emas pasti hasil bikinan dari malaikat racun Lo Kay seng, itu berarti diapun membawa obat penawarnya, kenapa aku tidak berusaha minta darinya? Karena berpikir demikian, timbullah niatnya untuk naik keperahu dan menjumpai sendiri orang yang bernama malaikat racun itu, asal bisa bertemu, menurut anggapannya tak sulit untuk mendapatkan obat penawar racun itu. Maka ketika dia diserang secara tiba-tiba dengan cekatan Gak Lam-kun berkelit kesamping lalu membentak, Hei, jawab dulu pertanyaanku, sebenarnya Lo Kay seng berada diatas perahu naga atau tidak? Ada atau tidak bukan urusanmu jawab malaikat pukulan Nian eng hau setengah membentak, yang pasti, jangan harap kalian bisa tinggalkan pulau ini dalam keadaan selamat! Begitu selesai bicara, secepat sambaran kilat kembali dia menerjang kedepan. Telapak tangan kanannya tiba-tiba membengkak satu kali lipat lebih besar dari keadaan normalnya, kemudian dengan suatu gerakan yang aneh sekali dia menyambar tubuh Gak Lam-kun. Cahaya setajam sembilu memancar keluar dari balik mata Gak Lam-kun, ketika serangan aneh itu hampir kena ditubuhnya, dengan tak kalah cepatnya dia menggerakkan pula tangan kirinya untuk menyongsong datangnya ancaman dari Nian eng hau tersebut. Sejak mendendam terhadap Gak Lam-kun, sudah timbul niat jahat dihati malaikat pukulan Nian eng hau untuk membinasakan Gak Lam-kun dalam sekali gebrakan, karena itu dalam serangan yang dilancarkan kali ini secara diam-diam ia telah menghimpun segenap kekuatan beracun yang dimilikinya. Untunglah Gak Lam-kun bukan orang bodoh sedikit banyak dia adalah seorang jago persilatan yang mempunyai tenaga dalam amat sempurna.

Ketika tangannya menyentuh angin serangan dari Nian eng hau, dia segera merasakan sesuatu yang aneh, sadarlah pemuda kita bahwa disamping tenaga dalam yang sempurna, rupanya pihak musuh telah menyertakan pula ilmu pukulan beracunnya yang ganas. Dengan cepat pemuda itu membentak nyaring, dia himpun hawa sakti Tok liong ci jiau (cakar jari naga beracun) yang paling diandalkan dalam kelima jari tangan kanannya, kemudian disambutnya ancaman pukulan beracun dari Nian eng hau itu. Pukulan Cian tok ciang (pukulan racun seribu) dari aliran See thian san merupakan sejenis ilmu pukulan yang amat berbisa, bila seseorang melancarkan serangan dengan menggunakan ilmu tadi, maka dibalik angin serangan biasa akan terkandung hawa beracun yang amat jahat. Sekalipun seseorang bertenaga dalam sempurna, bila pukulan itu disambut dengan tangan telanjang maka akibatnya kendatipun serangan itu sendiri bisa dibendung, tapi justru dengan menggunakan kesempatan itu menyusuplah racun seribu yang amat jahat itu ketubuh korbannya. Betapa girangnya malaikat pukulan Nian Eng hau ketika menyaksikan Gak Lam-kun sama sekali tidak menghindari ancamannya malahan menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras. Bajingan keparat demikian dia membatin tampaknya kau memang sudah bosan hidup Baru saja ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras menggelegar diangkasa, himpunan hawa sakti Tok Liong ci jiau yang disiapkan Gak Lam-kun telah dilancarkan kedepan Haaaaaah? Tok liong ngo ci pekik Nian Eng-hau dengan takutnya, tapi sebelum dia sempat berbuat sesuatu telapak tangannya sudah tertempel dengan telak. Seketika itu juga Nian Eng-hau merasakan munculnya lima jalur aliran panas yang menyusup kedalam lengannya, hawa panas itu menembusi urat nadinya langsung menerjang kedada, bukan saja seluruh kekuatannya menjadi buyar, bahkan jalan darah Pit-ji-hiat yang sengaja dibuntu untuk mencegah berbaliknya hawa racun menyerang ke jantungpun ikut tergetar lepas. Dengan keadaan seperti ini maka terjadilah peristiwa senjata makan tuan hawa beracun yang telah terhimpun itu bukannya memancar keluar, sebaliknya malah mengalir balik dan menerjang isi perutnya sendiri. Sekarang Nian Eng-hau baru merasa ketakutan setengah mati, nyalinya seperti menjadi pecah, secara beruntun tangan kirinya menotok jalan darah Ki-siau dan Thian-cu-hiat ditubuh sendiri, setelah itu dia mundur lima enam langkah kebelakang.

Kaukau adalah Tok-liong Kenapa tidak cepat-cepat kau serahkan obat penawar ular benang emas itu kepadaku? tukas Gak Lam-kun sambil membentak marah. Perlu diterangkan disini, Cian tok ciang dari aliran See thian san adalah sejenis pukulan yang sangat ampuh dalam dunia persilatan, kecuali ilmu Tok liong ci jiau dari Tok liong Cuncu, boleh dibilang dalam dunia persilatan dewasa ini tiada ilmu silat kedua yang dapat mematahkannya. Kalau Nian Eng hau dengan Cian tok ciangnya mengandung unsur dingin atau Im, maka pukulan dari Gak Lam-kun berunsur panas atau yang, tentu saja sebagai seorang jago yang berpengalaman, Nian Eng hau segera mengenali ilmu yang dipakai anak muda itu, begitu dia mengeluarkan ilmu Tok liong ci jiau tersebut. Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu termasuk salah seorang pembunuh yang ikut mengambil bagian dalam pengerubutan atas Tok liong Cuncu ditebing Yan po gan bukit Hoa san. Tentu saja nama Tok liong Cuncu sudah terukir dalam benaknya Dulu ia pernah menyaksikan sendiri kehebatan dari Tok liong ci jiau tersebut, karena itu setelah dilihatnya Gak Lam-kun dapat menggunakan pula kepandaian tersebut, paras mukanya berubah hebat. Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan cepat dia melompat kesamping Ji-Kiu liong. Gak-Lam-kun yang menyaksikan peristiwa itu hatinya menjadi berdebar, ilmu Tok liong ci jiau dihimpun hingga mencapai pada puncaknya, setiap saat suatu serangan yang mengerikan siap dilancarkan. Akan tetapi ketika pelan-pelan dia memutar badannya, paras muka pemuda itu tampak begitu tenang, begitu kalem, sedikitpun tidak terlihat tanda-tanda panik atau gelisah. Ou cianpwe katanya kemudian, apakah racun jahat yang mengeram dalam tubuhnya telah mengalami perubahan? Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu tertegun, dengan cepat dia berpikir, Mungkinkah dia bukan ahli waris dari Tok liong Cuncu? Atau mungkin dia memang sengaja sedang berlagak pilon? Berpikir demikian dalam hatinya, dia lantas berkata, Yaa, keadaannya memang terdapat sedikit perubahan, kemungkinan besar hawa racunnya sudah menyusup kedalam aliran darah

Menggunakan kesempatan baik dikala Gak Lam-kun sedang bercakap-cakap dengan Ou Yong hu, secara diam-diam Malaikat pukulan Nian Eng hau dengan membawa serta Beng Gwat si bocah berbaju putih itu ngeloyor pergi dari situ, kemudian kabur kedalam pulau. Berhenti! bentak Gak Lam-kun. Tapi malaikat pukulan Nian Eng hau sama sekali tidak menggubris bentakan itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kegelapan. Gak Lam-kun segera menutulkan kakinya ketanah, segesit burung elang dia melayang naik keatas perahu naga itu dan memeriksa sekejap sekeliling tempat itu. Tiada seorang manusiapun ditemukan diatas perahu naga termasuk juga tukang-tukang perahunya, yang tertinggal sekarang hanya sebuah perahu yang kosong tanpa penghuni. Ou Yong hu sambil membopong Ji Kiu liong, beserta Si Tiong-pek ikut melompat naik pula keatas perahu. Melihat saudaranya berada dalam gendongan kakek ular dari lautan timur, tiba-tiba dari sepasang mata Gak Lam-kun memancar keluar sinar mata yang amat lembut. Ou cianpwe demikian dia berkata, dapatkah kau sembuhkan luka beracun yang dideritanya itu Diam-diam kakek ular dari lautan timur menempelkan telapak tangan kirinya diatas jalan darah Mia-bun-biat dari Ji Kiu-liong, diluarnya dia berusaha bersikap sewajar mungkin. Bisa atau tidak tak berani kupastikan, tapi aku Ou Yong-hu bersedia untuk berusaha dengan segala kemampuan! Gak Lam-kun kembali mengalihkah pandangan matanya keudara, memandang bintang yang bertebaran nun jauh disana, lalu ujarnya perlahan, Dia adalah satu-satunya sanak keluargaku yang masih hidup, bila dia sampai mati aku Gak Lam-kun bersumpah tak akan melepaskan seorang bajingan yang manapun jua, sebab aku orang she Gak cukup jelas membedakan manakah budi dan manakah dendam, jika ada orang yang pernah melepaskan budi kepadaku, tak nanti aku bayar air susu dengan air tuba! Tentu saja perkataannya itu sengaja diucapkan khusus ditujukan untuk Ou Yong-hu. Kakek ular dari lautan timur bukan orang bodoh, arti yang sebenarnya dari perkataan itu sudah tentu dipahaminya juga. Padahal Si Tiong-pek itu sebenarnya juga termasuk manusia cerdik, tapi dia tak menyangka kalau waktu itu sedang berlangsung pertandingan adu kecerdikan antara dua

orang dihadapannya. Sudah barang tentu sebagian besar alasannya adalah karena dia tak pernah menyangka kalau Gak Lam-kun adalah ahli waris dari Tok-liong Cuncu. Tiba tiba Gak Lam-kun berpaling kearah Si Tiong-pek, lalu bertanya, Saudara Si, apakah perahumu sudah membuang sauh dipantai pulau ini? Siaute ingin meminjam sebentar perahumu itu untuk beristirahat, boleh bukan? Silahkan! kata Si Tiong-pek sambil tersenyum, perahu siaute berlabuh dipantai sebelah tenggara! Tiba-tiba Tang-hay-coa-siu si kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu menimbrung, Gak lote, jika kau bersedia mempercayai lohu, biar akulah yang menghantar adikmu ini naik keperahu Bagus sekali? perkataan Gak Lam-kun agak hambar, aku orang she Gak merasa lega hati setelah Ou cianpwe menyatakan kesediaannya untuk merawat adikku. Sekarang aku musti cepat-cepat mengejar See-ih Ciang seng (malaikat pukulan dari See-ih) Nian Eng hau, karena itu terpaksa musti mohon diri lebih dulu Tunggu sebentar saudara Gak! teriak Si Tiong-pek, biar siaute jalan bersamamu siapa tahu kalau aku dapat membantu dirimu dalam hal-hal yang mendesak? Dengan kecepatan bagaikan kilat, dua orang itu bergerak meninggalkan pantai, setelah menembusi beberapa tempat hutan lebat, akhirnya ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagad, tampaklah berderet-deret bangunan rumah yang kokoh dan megah muncul didepannya. Gak Lam-kun tertegun, cepat dia menghentikan gerakan tubuhnya. Si Tiong-pek ikut berhenti, lalu menghela napas ringan. Aaaaiternyata dugaanku memang tepat gumamnya, diatas pulau terpencil ini memang terdapat sebuah perkampungan yang kokoh dan megah Si-heng, masa didalam perkampungan itu ada penghuninya? bisik Gak Lam-kun. Sebenarnya pulau kecil ini adalah sebuah pulau yang tak berpenghuni, sudah barang tentu bangunan itu hanya sebuah bangunan rumah kosong yang tak ada manusianya jawab Si Tiong-pek dengan suara lirih pula, tapi aku lihat hari ini keadaannya luar biasa, jika dugaanku tidak keliru, sekarang tempat tersebut sudah menjadi sarang naga gua harimau yang berbahaya buat kita semua! Gak Lam-kun mengerutkan dahinya.

Saudara Si, perkataanmu cuma membuat orang menjadi bingung saja, tolong tanya apakah diatas pulau ini sudah terjadi suatu peristiwa yang maha besar? Dengan sepasang mata yang tajam bagaikan sembilu Si Tiong-pek mengawasi wajah lawannya tanpa berkedip, kemudian ia tersenyum. Gak heng, ilmu silatmu tinggi dan keberanianmu luar biasa, lagipula kau tiba disini selangkah lebih awal dariku, masa kedatanganmu disinipun lantaran tak terduga? Gak Lam-kun tahu, lawannya sudah menaruh curiga, dianggapnya dia sudah tahu tapi pura-pura bertanya lagi, maka sambil tertawa ia menerangkan, Aaaaikalau dibicarakan kembali, sesungguhnya memalukan sekali, sebetulnya siaute sedang bersampan sambil menikmati keindahan rembulan, tiba-tiba kutemui bergeraknya perahu aneh berbentuk naga dengan kecepatan tinggi, kemudian kujumpai pula perahu Si heng beserta beberapa buah perahu lain mengikuti dibelakangnya aku menjadi keheranan dan ingin tahu, maka cepat-cepat akupun menyusul kemari. Terus terang saja, sungguh mati siaute tak tahu rahasia dibalik kesemuanya ini, itulah sebabnya kumohon kepada saudara Si agar sudi memberi penjelasan kepada siaute Kembali Si Tiong-pek tersenyum. Kagum! Kagum! Sungguh mengagumkan! Dengan sebuah sampan kecil saudara Gak bisa demikian cepatnya tiba ditempat ini, kecepatan gerakmu memang luar biasa Ooooh, rupanya saudara Si curiga kepadaku? 000000O00000 Oooohtidak, tidak, masa aku berani mencurigai saudara Gak? kata Si Tiong-pek sambil tertawa ringan, aku hanya kagum, yaa hanya kagum saja atas kehebatan ilmu silat yang saudara miliki Hmmm! Toh ilmu silat dari saudara Si juga tak ketinggalan jaman? Si Tiong-pek kembali tertawa. Saudara Gak memang gemar berseloroh, masa cahaya kunang-kunang kau bandingkan dengan cahaya rembulan? Wah, tentu saja aku ketinggalan jauh. Pada hakekatnya memang banyak jago persilatan yang berdatangan kesini pada malam ini, tapi kalau mau membandingkan mereka dengan kepandaian saudara Gak? Oh, mungkin cuma satu dua yang bisa memadahinya Saudara Si terlampau sungkan! Saudara Gak, memangnya kau anggap aku lagi berseloroh? tiba-tiba Si Tiong-pek menghela napas panjang, aaaiTerus terang saja kuberitahukan kepadamu, konon

menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Soat-san Thian-li sudah sampai dikota Gak-ciu! Aaah, betulkah kabar itu? tanya Gak Lam-kun dengan perasaan bergetar keras. Betul atau tidak, aku yakin berita itu bukan berita isapan jempol belaka, sebab cepat atau lambat Soat san Thian-li pasti akan tiba dibukit Kun-san, cuma kita tak bisa melacaki jejaknya saja Jadi kalau begitu, kawanan jago persilatan termasuk juga saudara Si, mempunyai anggapan bahwa Soat san Thian-li bercokol, diatas pulau ini? Si Tiong-pek manggut manggut. Konon tiga malaikat dari See-ih telah menyanggupi permintaan Soat san Thian-li untuk menjadi pembantunya, dan bertugas melindungi keamanan selama berlangsungnya penyerahan Lencana Pembunuh Naga dibukit Kun-san Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun semakin terperanjat, cepat dia berpikir, Masa Soat-san Thian-li mempunyai rencana lain? Kalau tidak, dengan kepandaian silat serta pamornya aku rasa cukup untuk melindungi keamanan sendiri selama berlangsungnya penyerahan lencana pembunuh naga, kenapa dia musti minta bantuan Tiga malaikat Seeih? Tiba-tiba Si Tiong-pek berkata lagi, Saudara Gak aku sangat ingin meminjam tenagamu untuk bersama-sama menanggulangi suatu rencana besar, entah bersediakah kau untuk memenuhinya? Masalah apa saudara Si? Katakan saja secara terperinci, agar Siaute bisa mempertimbangkannya, andaikata Siaute memang mampu, sudah tentu akan kubantu sedapat mungkin Si Tiong-pek tersenyum katanya, Sebetulnya masalahnya bukan masalah besar, sebab hanya sekitar penyerahan lencana pembunuh naga dari Soat san Thian-li ke tangan Tok liong Cuncu dibukit Kun san. Aku sama sekali tak menyangka kalau urusannya seberat ini, aku lebih-lebih tak menduga kalau para jago kenamaan baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam ikut pula dalam perebutan ini, terutama orang-orang dari perguruan panah bercinta! Lantaran Waktu berangkat semuanya serba cepat-cepat dan mendadak, siaute tak bisa membawa pembantu yang terlampau banyak, dewasa ini kecuali delapan belas elang baja bawahanku serta Ou Thamcu dibawah panji elang baja, boleh dibilang segenap kekuatan perkumpulan kami belum tiba disini, jadi kalau dinilai dari situasinya sekarang ini pada hakekatnya kekuatan kami terlampau minim. Sebab itulah dengan memberanikan diri, siaute memohon bantuan dari saudara Gak untuk bersama-sama menanggulangi situasi ini, bila berhasil tentu saja kita nikmati bersama!

Bagus sekali! pikir Gak Lam-kun, rupanya kalian memang lagi putar otak untuk menghadapi diriku, hmm! Tak nanti aku Gak Lam-kun menderita kekalahan total dalam permainan catur ini Sementara sipemuda termenung Si Tiong-pek telah tertawa ringan. Haahhhhaahhhhaaahhhtentu saja jika saudara Gak merasa keberatan, siaute pun tak berani terlalu memaksa, marilah kita selidiki bersama keadaan perkampungan itu Selesai mengucapkan kata-kata tersebut, tanpa menantikan jawaban dari Gak Lam-kun lagi dia sudah melompat setinggi tiga kaki ketengah udara, lalu meluncur kedalam bangunan rumah yang berdiri angker ditengah kegelapan itu. Dalam sekali lompatan, ia sudah mencapai sejauh lima kaki lebih, bukan saja tidak menimbulkan suara, bajunyapun tidak menimbulkan suara kibaran. Enteng lincah dan luar biasa! Menyaksikan itu, Gak-Lam-kun menghela napas, pikirnya, Sudah lama kudengar orang berkata bahwa Si Tiong-pek adalah seorang jago lihay diantara kalangan muda, setelah perjumpaan hari ini terbukti sudah kalau berita tersebut bukan berita kosong belaka. Cukup dinilai dari ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna ini, bisa diketahui kalau dia memang terhitung seorang jagoan kelas satu dalam dunia persilatan Dihati dia berpikir begitu, badannya ikut melompat keudara, lalu dengan beberapa kali jumpalitan badannya ikut melayang turun sejauh empat lima kaki dari tempat semula. Kegelapan serasa menyelimuti seluruh angkasa, bintang bertaburan diudara dan memancarkan kerlipan sinarnya yang redup. Kecuali bangunan rumah yang berderet-deret serta bangunan loteng yang menjulang keangkasa, dalam perkampungan yang luas dan megah itu hanya dipenuhi oleh pohon Pek-yang yang tinggi besar dengan dedaunannya yang lebat, suasana menyeramkan gelap, sepi dan tak nampak setitik cahayapun. Si Tiong-pek bersama Gak Lam-kun melompat masuk kedalam pekarangan rumah, mereka mencoba untuk menengok sekelilingnya, tapi cuma kegelapan yang ditemui. Angin musim gugur yang berhembus lewat, yang menggugurkan dedaunan kering, menambah seramnya suasana dalam perkampungan tersebut Si Tiong-pek berpaling, dan ujarnya kepada Gak Lam-kun sambil tertawa lirih, Saudara Gak, coba kau lihat! Semua jendela dan pintu dalam perkampungan ini tertutup rapat, seolah olah tiada penghuninya, tapi aku rasa justru keadaan semacam ini harus mengundang kewaspadaan yang lebih tinggi buat kita Gak Lam-kun mendengus dingin. Hmm! Toh kita sudah sampai disini, perduli apa yang hendak mereka lakukan atas diri kita?

Si Tiong-pek ikut tertawa. Untuk suksesnya pencarian ini, bagaimana kalau saudara Gak melakukan tugas pemeriksaan dari timur menuju keselatan, sedang aku dari barat menuju keselatan? Bila tidak menemukan sesuatu, kita berkumpul lagi disini? Gak Lam-kun tidak menjawab, lalu dia kerahkan hawa murninya melambung keudara dan melayang turun diatas atap rumah dengan entengnya. Siaute akan berangkat duluan! kata Gak-Lam-kun sambil berpaling. Lalu dia kerahkan hawa murninya dan melejit keudara, sekali melompat tubuhnya sudah mencapai sejauh tiga empat kaki dari tempat semula. Dia hinggap diatas sebatang pohon Pek-yang, dari situ dengan meminjam tenaga pantulan dari dahan pohon, ibaratnya kuda langit yang terbang diangkasa, secara beruntun dia lewati tiga lapis bangunan rumah dan melayang turun nun jauh disana. Lompatan ini hampir mencapai jarak sejauh belasan kaki, bukan saja cepat bagaikan kilat, langkah lompatannya pun luar biasa. Si Tiong-pek yang ada dibelakangnya cuma bisa berdiri melongo menyaksikan kesemuanya mimpipun tak pernah ia sangka jika ilmu meringankan tubuh dari Gak-Lamkun sudah mencapai taraf sedemikian tingginya, sehingga kalau dibandingkan maka hampir sejajar dengan kemampuan gurunya sendiri Sebagai pemuda yang panjang pikiran dan banyak tipu muslihat, dia lantas mengambil satu keputusan dalam hatinya, bagaimanapun juga dia harus berusaha untuk merangkul pemuda itu agar mau berpihak kepadanya Begitu keputusan diambil, secepat sambaran petir Si Tiong-pek berangkat menuju kebarat. Dalam waktu singkat Gak Lam-kun telah melewati beberapa buah halaman luas, tapi yang aneh sepanjang jalan hanya keheningan yang ditemui, tiada jejak manusia yang tampak, tiada cahaya lampu yang terlihat, segala sesuatunya sepi, gelap dan menyeramkan. Aneh benar, masa perkampungan ini tiada penghuninya? Kalau tidak, kenapa sunyi senyap suasana disini? Keheningan yang luar biasa, yang berada diluar dugaan ini, mendatangkan perasaan ngeri, perasaan seram bagi siapapun yang kebetulan berada disana. Terdiam beberapa saat, tiba-tiba Gak Lam-kun menyaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari puluhan kaki dihadapannya, cepat nian gerakan tubuh orang itu, hanya sekilas pandangan saja tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.

Serta merta ia melakukan pengejaran kesana tapi apa yang ditemukan hanya keheningan ditengah malam buta, tak sesosok bayangan manusiapun yang ditemui. Kenyataan tersebut makin mengejutkan Gak Lam-kun, dia lantas berpikir, Bila ditinjau dari gerakan tubuhnya, sudah pasti ilmu silatnya amat tangguh, aaaijago lihay dalam dunia persilatan memang tak terhitung jumlahnya Malam semakin kelam, suasana semakin hening hanya bintang bertaburan diangkasa, dan rembulan memancarkan sinarnya yang keperak-perakan. Tiba-tiba dari balik sebuah ruangan, dalam bangunan perkampungan itu muncul seberkas sinar lilin, tanpa berpikir panjang Gak Lam-kun melompat kedepan dan melayang kearah mana berasalnya cahaya tersebut. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu dari balik ruangan. Kedengaran seseorang sedang berkata, Dapatkah kau sembuhkan luka racun yang dideritanya itu? Suara lain yang nyaring segera menjawab, Ou Yong-hu, jika kau dapat menyembuhkannya, kenapa harus datang untuk mohon bantuan Kwik To sianseng? Mendengar perkataan itu, kembali Gak Lam-kun berpikir, Aneh benar, kenapa Ou Yong-hu bisa berada dalam bangunan ini? Kalau didengar dari suara yang nyaring, tampaknya seperti suara dari Bwe Li-pek tapi kalau didengar dari pembicaraan selanjutnya seperti Ou Yong hu membawa adik Ji Kiu liong kesitu untuk mohon bantuan Kwik To sianseng guna meyembuhkan racun Jit-poh-toan-hun(tujuh langkah pemutus nyawa) Semua kejadian yang berada diluar dugaan ini membuat Gak Lam-kun kebingungan, membuat si pemuda tertegun dan tak tahu apa yang sebetulnya telah terjadi. Dari dalam ruangan kembali terdengar suara dari Tang-hai coa-siu Ou Yong-hu, Benarkah kau dapat menemukan Kwik To sianseng bagiku? Ou Yong-hu! Jika kau tidak percaya kepadaku, bawa dia pergi dari sini! Aku bukannya tidak percaya kepadamu, cuma soal ini menyangkut soal nyawa manusia Yaa, sekali orang ini mampus, berarti kau Ou Yong hu juga tak ada harapan untuk hidup lebih lanjut! sambung suara nyaring itu dengan cepat. Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu sekali lagi tertegun dibuatnya. Aneh benar darimana Bwe Li-pek bisa meraba suara hatiku? pikirnya kemudian. Dalam pada itu, Kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu sedang tertawa seram.

Heeehhhheeehhheeehhaku Ou Yong hu tak dapat hidup, memangnya Kwik To sianseng masih bisa bernyawa? Hmmm! Seorang jago persilatan yang gagah perkasa, berani berbuat berani pula bertanggung jawab, Kwik To sianseng tak akan sepengecut kau Ong Yong-hu! Rupanya kakek ular dari lautan timur ini sangat jeri terhadap orang itu, meskipun berulangkali dia dicemooh dan dihina, namun sedikitpun tak marah, dia malah berkata lagi sambil tertawa seram, Baik! Baik! Rupanya kalian orang-orang perguruan panah bercinta memang lebih berani menghadapi muridnya Tok-liong Cuncu, bagus! Orang ini kuserahkan kepadamu, bila ia sampai mengalami sesuatu yang tak beres, murid Tokliong Cuncu, Gak Lam-kun pasti akan membuat perhitungan sendiri dengan kalian Selesai mengucapkan kata-kata tersebut tampak Ou Yong hu keluar dari ruangan dengan langkah lebar, kemudian sekali melompat dia sudah berada diatas rumah dan kabur dari situ. Gak Lam-kun merasa terperanjat, sekarang dia baru tahu kalau Bwe Li-pek adalah anggota perguruan panah bercinta, itu berarti Kwik To sianseng juga merupakan anggota dari perguruan panah bercinta. Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu, setelah merasa bahwa disekitarnya tak ada orang, diam-diam menyelinap kebawah lalu menyusup kedalam ruangan, bau harum semerbak tersiar keluar masuk penciuman, tampaknya ruangan ini adalah kamar tidur seorang perempuan. Cahaya lilin bergetar pelan lalu pulih kembali menjadi terang, dalam ruangan terdapat meja dari kayu cendana, mainan dari batu pualam, tirai dari kain sutra warna biru dan alas lantai dari permadani putih suatu dekorasi yang mewah dan megah. Pada sudut dekat dinding membujur sebuah pembaringan berukiran indah, kelambunya tergulung rapi, seprei dan sarung bantalnya bersulamkan bunga mawar yang indah, sudah pasti kamar pribadi seorang nona. Gak Lam-kun mengerutkan dahinya, dia melirik sekejap kearah pembaringan disudut ruangan. Seorang bocah lelaki berbaju putih berbaring diatas pembaringan, dia tak lain adalah Ji Kiu liong seorang pemuda berbaju putih sedang menguruti jalan darah penting ditubuhnya. Cukup memandang baju putihnya, tak usah melihat wajahpun Gak Lam-kun sudah tahu bahwa dia bukan lain adalah Bwe-Li-pek yang misterius itu

Dia sedang pusatkan segenap perhatiannya untuk menguruti jalan darah penting disekujur tubuh Ji Kiu liong, sekalipun Gak Lam-kun sudah berada dibelakangnya, ternyata ia sama sekali tidak merasakan. Tiba-tiba Bwe Li pek menghentikan perbuatannya, kemudian berpaling seraya tertawa. Kenapa kau juga sampai disini? tegurnya. Sekarang Gak Lam-kun sudah tahu kalau Bwe Li pek sedang mengobati luka racun dari Ji Kiu liong, meski begitu tanpa sadar dia bertanya kembali, Bwe-heng, apa yang sedang kau lakukan? Bwe Li pek mengerlingkan matanya lalu tertawa kembali. Kau telah menipu Ou Yong-hu untuk mengantarnya kemari, dan sekarang aku telah menotok delapan nadi urat aneh ditubuh adik Liongmu, ketiga ratus enam puluh empat buah persendiannya sudah kukendorkan, dalam keadaan begini, bila kau sentuh sedikit saja tubuhnya, niscaya semua tulangnya akan copot dan rontok Gak Lam-kun tertegun, dia berdiri melongo. Sepatah katapun belum sempat diucapkan, kembali Bwe Li pek berkata, Keadaan Ji Kiu liong sekarang, kecuali isi perutnya masih berjalan normal seperti biasa, pada hakekatnya bagian organ tubuh lainnya sudah tak berguna lagi, racun jahat itu sudah meresap kedalam tulang belulangnya, kini secara perlahan tapi pasti merembes keluar dari sendi-sendi tulangnya dan mengikuti aliran darah mengalir keseluruh badan. Dengan demikian racun tersebut akan mengikuti darah masuk kejantung, tanpa harus mengalami siksaan dan penderitaan yang keji selama tujuh hari, racun itu secara langsung akan menyerang jantung! Gak Lam-kun sangat terkejut, teriaknya, Kalau begitu, kau memang sengaja membuat racun itu menyerang jantungnya?. Yaa apa boleh buat? jawab Bwe Li pek sambil tersenyum, kecuali berbuat begitu, apalagi yang bisa kita lakukan? Sambil berkata, pelan-pelan dia menuju kedepan pintu, memandang bintang yang bertaburan diangkasa dan menghembuskan napas panjang. Gak Lam-kun tampaknya telah salah mengartikan perkataan itu, dia mengira Bwe Li pek memang bermaksud hendak mencelakai jiwa Ji Kiu liong dengan mempercepat kerjanya racun itu menyerang kejantung, kontan saja hawa amarahnya berkobar. Heeehhhheeehhhheeehhhsaudara Bwe tegurnya sambil tertawa dingin, mati hidup seorang manusia adalah masalah besar, memangnya kau anggap kejadian tersebut cuma bahan suatu gurauan?

Kau tidak mengerti maksud hatiku! kata Bwe Li pek sambil berpaling, sepasang alis matanya berkrenyit. Hmm! Sekalipun dia harus merasakan siksaan dan penderitaan selama tujuh hari, aku tak rela kalau kau matikan kesempatan hidupnya selama tujuh hari itu, sekarang kau telah mencelakai jiwanya, maka kaupun harus mengganti dengan nyawamu! teriak Gak Lamkun ketus. Perasaan anak muda tersebut ketika itu dipengaruhi oleh emosi yang meluap, ia tidak memperhatikan bagaimanakah murung dan sedihnya Bwe Li pek, ia tak sudi memberi kesempatan kepadanya untuk memberi keterangan apapun juga. Begitu selesai berkata tiba-tiba ia turun tangan dicengkeramnya urat nadi pada pergelangan tangan Bwe Li pek dengan jurus Lam-hay-po-liong(menangkap naga dilaut selatan). Serangan cepat dan lagi tepat, dalam perkiraan Gak Lam-kun ancaman itu pasti mendatangkan hasil yang diinginkan. Siapa tahu, baru saja tangan kanannya digerakkan, tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan matanya, tahu-tahu Bwe Li pek sudah melompat keluar dari ruangan. Gak Lam-kun tertawa dingin, dia menyusul keluar, tapi dalam waktu yang amat singkat Bwe Li pek sudah lenyap tak berbekas. Tak terkirakan rasa kaget Gak Lam-kun, cepat-cepat dia melompat keatap rumah dan memeriksa keadaan sekeliling tempat itu. Dibawah sorotan cahaya rembulan, tampaklah sesosok bayangan manusia sedang berlarian diatas atap kurang lebih belasan kaki jauhnya. Kejut dan marah Gak Lam-kun, dia merasa diejek, tanpa berpikir panjang dengan suatu gerakan cepat dia mengejar kearah bayangan tersebut Rupanya orang didepan merasa kalau dikejar makin cepat Gak Lam-kun mengejarnya, semakin cepat pula orang itu melarikan diri. Dalam waktu singkat mereka sudah berada diluar kompleks perumahan tersebut, tapi orang itu masih lari terus dengan kencangnya. Bwe Li pek! Gak Lam-kun segera berteriak keras, sebagai seorang lelaki sejati, berani berbuat harus berani tanggung jawab, kalau melarikan diri, terhitung jago apaan kamu ini? Sambil membentak, Gak Lam-kun berkelebat kemuka, lalu dengan gerakan Pat-poh-tenggong(delapan langkah mencapai langit), bagai burung elang mencari mangsa secepat kilat

dia menyusul keatas, lalu telapak tangan kanannya dengan jurus im-gwat-tian-kong (awan rembulan cahaya kilat) dia hantam punggung orang. Setelah pukulan dilancarkan, Gak Lam-kun baru mengetahui kalau orang itu bukan Bwe Li pek dengan perasaan terkejut buru-buru ia menarik kembali serangannya. Siapa tahu, mendadak orang itu tertawa panjang, sambil putar badan kaki kirinya diangkat dan menendang lambung si anak muda. Memutar badan, melancarkan serangan, gerakan tersebut dilakukan hampir bersamaan waktunya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Gak Lam-kun terperanjat, buru-buru dia melompat mundur dan mengawasi lawannya lebih seksama. Ternyata dia adalah seorang laki-laki berbaju abu-abu dengan sebuah kain cadar menutupi wajahnya, orang itu tak lain adalah si lelaki berbaju abu-abu yang mendayung perahu Bwe Li pek. Terdengar orang berbaju abu-abu itu berkata sambil tertawa tergelak, Gak siangkong, besar amat luapan amarahmu! Jangan kau anggap dengan andalkan beberapa macam kepandaian silat yang kau peroleh dari Tok liong Cuncu, maka kau bisa seenaknya merajai dunia persilatan. Hmm! Jika pada malam ini aku si orang tua tidak mengeluarkan sedikit kepandaian agar kau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, entah sampai dimana kesombonganmu dikemudian hari? Ketika melihat orang adalah sekomplotan Bwe Li pek, dan mendengar perkataannya seketika hawa napsu membunuh dihati Gak Lam-kun berkobar, sambil tertawa dingin katanya, Bwe Li pek telah mencelakai adikku, dan sekarang kujumpai kau sebagai komplotannya, maka lebih baik kuringkus lebih dulu dirimu Selesai berkata, Gak Lam-kun segera menggerakkan sepasang telapak tangannya untuk melancarkan dua buah serangan berantai, angin pukulan menderu-deru, terasalah betapa dahsyatnya tenaga pukulan itu. Rupanya si orang berbaju abu-abu tahu serangan itu lihay, dia tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan badannya melompat kesamping lalu melambung keudara bagaikan segulung angin dia menyambar lewat dari bawah kakinya, dengan demikian terhindarlah dia dari ancaman. Hmm, jangan kau anggap bisa lolos dari cengkeramanku! bentak Gak Lam-kun. Tiba-tiba dia melambung keudara, tangan kirinya mencengkeram tubuh lawan dengan jurus Sin-liong-tham-jiau(naga sakti unjukkan cakar), sedang tangan kanannya secepat kilat mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan dengan jurus Boan koan-huan poh(hakim pengadilan meringkas catatan).

Berkilat sepasang mata laki-laki berbaju abu-abu itu, pergelangan tangannya segera ditekan kebawah, lalu dengan gerakan yang aneh sepasang telapak tangannya menotok seperti juga membacok menghantam jalan darah Hian ki, Tong-bun dan Ciang-tay tiga buah jalan darah penting. Jurus serangan ini anehnya luar biasa, sekalipun Gak Lam-kun berilmu tinggi toh sulit juga baginya untuk memunahkan ancaman tersebut, terpaksa ia menarik kembali serangannya dan mundur tiga langkah kebelakang Tiba-tiba menyelinap dalam pikirannya, Gak Lam-kun segera membentak nyaring, Apakah kau adalah Jit-poh toan-hun(tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To? Orang berbaju abu-abu itu tertawa tergelak, tiba-tiba dia menjura, Maafkanlah daku Gak lote! Tanpa menantikan jawaban dari Gak Lam-kun, dia putar badan dan segera berlalu dari situ. Gak Lam-kun tertawa seram, kembali dia membentak, Kwik To, sebelum kabur tinggalkan dulu nyawamu! Tubuhnya berkelebat kemuka dengan cepatnya, dengan menghimpun hawa sakti Tongliong-ci-jiau dalam telapak tangan kanannya, secepat kilat dia melancarkan serangan maut. Agaknya orang berbaju abu-abu itu dibuat keder oleh kedahsyatan serta keganasan ilmu maha sakti itu, dengan hati tercekat dia terbelalak, untuk sesaat orang itu tak tahu apa yang harus dilakukan? Ketika dia masih tertegun, lima gulung angin serangan sedahsyat amukan taupan menggulung tiba dan menerjang dadanya. Untunglah disaat yang amat kritis, orang berbaju abu-abu tersebut masih sempat mengempos tenaga dalamnya, cepat dia melindungi dadanya dan melepaskan sebuah serangan kedepan. Kebetulan pada waktu itu muncul pula segulung angin pukulan yang lembut dari arah kanan yang langsung menyerang kearah gulungan hawa sakti Tok-liong-ci-jiau Blaaang! benturan nyaring tak dapat dihindari lagi. Dengan sempoyongan orang berbaju abu-abu itu mundur tiga empat langkah kebelakang. Terdengar seorang perempuan membentak dengan marah, Kau tua bangka yang tak tahu malu, urusan yang serius tidak dilakukan malah berkelahi dengan orang disini. Memangnya matamu sudah buta hingga maksud hati majikan pun tidak kau pahami?

Setelah berhasil menenteramkan hatinya, orang berbaju abu-abu itu tertawa tergelak. Haaahhhhaaahhhhaaahhhlihay benar-benar sangat lihay, ilmu penghancuran dari Tok-liong-ci-jiau tidak berkurang dari kedahsyatannya seperti tempo hari Dia putar badan kabur dari situ, dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Untuk melancarkan serangannya tadi, Gak Lam-kun telah menggunakan hawa sakti Tokliong-ci-jiaunya sebesar tujuh bagian, setelah serangan dilepaskan dalam perkiraannya kalau tidak mampus orang berbaju abu-abu itu tentu luka parah. Siapa tahu ketika terjadi bentrokan, ia merasakan munculnya segulung tenaga pantulan yang maha dahsyat menekan kedadanya membuat darah ditubuhnya bergolak keras. Memang pukulan itu tidak diterima semua oleh orang berbaju abu-abu tapi ada seorang yang membantunya dari samping, tapi sejak terjun kedalam dunia persilatan baru kali ini Gak Lam-kun menjumpai orang yang memiliki tenaga dalam sesempurna itu Dalam kejut dan geramnya Gak Lam-kun berpaling, beberapa tombak jauh didepannya berdiri seorang nyonya tua yang rambutnya telah beruban, mukanya masih tampak cantik, sepintas lalu usianya seperti baru mencapai empat puluh tahunan, tapi rambutnya sudah beruban. Dia memakai jubah panjang berwarna putih dengan celana hitam, sebuah handuk bersulamkan bunga melilit pada pinggangnya, sepasang pedang tersoren dipunggung dan tampak gagah perkasa. Gak siangkong! kata nyonya berambut uban itu sambil tertawa, kau tak usah berurusan dengan setan tua itu, dia memang selamanya berangasan macam anak-anak saja. Biar kumohonkan maaf baginya! Selesai berkata dia lantas menjura, kemudian putar badan siap berlalu dari situ, Gak Lamkun tertegun, dia seperti orang bodoh yang tak tahu urusan, meski otaknya cerdik toh dibuat kebingungan juga oleh keadaan tersebut, waktu dia masih tertegun nyonya berambut uban sudah berada tujuh delapan kaki jauhnya. Buru-buru dia menyusul kedepan sambil berteriak, Eeehnyonya, harap tunggu sebentar, aku masih ada urusan lain yang hendak dibicarakan denganmu! Nyonya berambut putih itu berhenti dan tertawa. Ada urusan apa Gak siangkong? Silahkan bicara Tolong tanya apakah nyonya anggota perguruan panah bercinta..? tanya Gak Lam-kun dengan dahi berkerut. Sambil tersenyum nyonya berambut putih itu mengangguk.

Yang kalian sebut sebagai majikan! apakah Bwe Li pek? desak anak muda itu lebih jauh. Nyonya berambut putih itu hanya tersenyum, tidak menjawab. Kontan saja Gak Lam-kun tertawa dingin. Heeehhhheehhheeehh bagus! Jadi kau maupun Jit-poh-toan-hun hendak membekukmu dulu Paras muka nyonya berambut putih itu agak berubah, tapi dia berusaha sedapat mungkin untuk menahan diri. Gak siangkong tegurnya, usiamu masih muda, kenapa mulutmu tajam dan suka melukai perasaan orang? Bwe Li pek telah mencelakai adikku, aku bersumpah tak akan hidup berdampingan dengannya! bentak anak muda itu marah. Setelah medengar perkataan itu, tiba-tiba saja nyonya berambut putih itu tertawa terkekeh-kekeh. Gak siangkong, kali ini kau telah membalas air susu dengan air tuba adikmu telah ditolong majikanku kalau tidak percaya silahkan memeriksa sendiri! Begitu selesai berbicara, dia lantas mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna dalam dua tiga kali lompatan bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Dibawah cahaya rembulan, nyonya berambut putih itu lenyap bagaikan segumpal asap. Agak termangu Gak Lam-kun memandang bayangan punggungnya yang lenyap dikejauhan itu, lama sekali dia termenung, kemudian baru pikirnya, Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan ini sungguh mengerikan, pergi datangnya ibarat kilat yang berkelebat diudaraaaai, rupanya Bwe Li pek adalah seorang manusia yang luar biasa! Ditinjau dari jurus serangan yang barusan dipergunakan orang berbaju abu-abu itu sudah jelas ilmu tersebut adalah ilmu Kiam-goan-ciang dari Jit-poh-toan-hun(tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To. Dan seandainya Kwik-To adalah dalang dari sebab kematian gurunya, itu berarti pula antara dia dengan Bwe Li pek akan berhadapan sebagai musuh bebuyutan. Terbayang kembali tentang keadaan tersebut Gak Lam-kun menghela napas panjang, setelah menentukan arah dia lari kembali kekomplek perkampungan tadi.

Ruangan itu terang benderang bermandikan cahaya, semua benda yang ada didalam ruang masih tetap seperti sedia kala, tapi Bwe Li pek maupun Ji Kiu liong yang berbaring diatas pembaringan telah lenyap tak berbekas. Diatas meja tiba-tiba Gak Lam-kun menemukan secarik sapu tangan berwarna putih, saputangan itu penuh tulisan, segera diambilnya kain itu dan diperiksa isinya, Ji Kiu liong adik kecilmu sudah terkena racun jahat yang bersumber dari bukit Leng san diwilayah See-ih, dengan ilmu sinkang tingkat atasku, semua racun yang mengeram dalam tubuhnya berhasil kudesak keluar bila diberi perawatan yang lebih rutin maka semua pengaruh racun jahat itu akan lenyap dan menjadi sehat kembali. Komplek perkampungan dipulau ini telah diliputi hawa pembunuhan yang hebat, setiap langkah berarti bahaya mengintai dari mana-mana, semoga kau baik-baik menjaga diri Diujung bawah surat tersebut tidak nampak tanda tangan, tapi jelas tulisan seorang perempuan. Selesai membaca tulisan itu, Gak Lam-kun berdiri termangu-mangu, lalu menghela napas panjang, pelan-pelan ia keluar dari ruangan dan memandang bintang yang bertaburan diangkasa, kemudian tubuhnya melompat keatas atap rumah dan berkelebat menuju ke utara. Dalam waktu singkat beberapa buah bangunan besar telah dilewati, tiba-tiba ia menyaksikan sebuah bangunan mungil di depannya, bangunan itu sangat indah dan dikelilingi kebun bunga yang menawan hati. Satu ingatan segera melintas dalam benak Gak Lam-kun, pikirnya, Aneh, mengapa ditengah kompleks perkampungan yang kosong terdapat sebuah bangunan taman bunga yang demikian indahnya, masa disini ada penghuninya? Oya Bwe Li-pek bukankah muncul juga dalam kompleks perkampungan ini? Jangan-jangan dialah pemilik perkampungan ini.Tapi menurut Si Tiong-pek, Soat san Thian-li telah tiba pula dipulau ini, atau mungkin dia yang berada dalam perkampungan ini? Mendadak terdengar suara gemersak muncul di balik semak, lalu berkumandanglah suara teguran, Saudara Gak kah yang berada disitu? Sudah lama siau-te mencari jejakmu! Gak Lam-kun kenali suara itu sebagai suara Si Tiong-pek, cepat dia melompat turun. Waktu itu Si Tiong-pek duduk bersandar dibalik semak, Gak Lam-kun menghampirinya seraya bertanya, Saudara Si, berhasil kau temukan jejak musuh? Si Tiong-pek menghela napas panjang. Aaaai meski musuh tangguh tidak kujumpai, tapi dari dalam perkampungan ini siaute telah menjumpai seorang nona muda yang sangat cantik bak bidadari dari kahyangan Lantas bagaimana? tanya Gak Lam-kun dengan dahi berkerut.

Agaknya Si Tiong-pek tidak mendengar pertanyaannya, setelah berhenti sejenak, ia berkata kembali, selama hidup, tak terhitung jumlah gadis cantik yang pernah kujumpai, lapi belum pernah kutemui gadis rupawan seperti apa yang kutemui barusan Berdebar juga jantung Gak Lam-kun setelah mendengar pujian Si Tiong-pek atas gadis yang dimaksudkan, segera pikirnya, Benarkah didalam semua ini terdapat gadis cantik seperti apa yang ia lukiskan? Kalau tidak, mengapa Si Tiong-pek bisa kesemsem macam orang kehilangan sukma? Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun kembali bertanya, Kini berada dimana gadis itu? Agak merah wajah Si Tiong-pek lantaran jengah tapi ia toh tersenyum juga. Gadis cantik itu berada dalam komplek perumahan didepan sana. Apakah saudara Gak juga ingin melihat wajahnya? Mari, kuantar engkau kesana! Setelah berkata, tanpa memperdulikan apakah Gak Lam-kun setuju atau tidak, ia bangkit dan beranjak lebih dulu. Dengan sekali lompat dia naik keatas atap rumah, lalu bergerak menuju kedepan, Gak Lam-kun bimbang sebentar, akhirnya dia menyusul dari belakang. Waktu itu Si Tiong-pek sudah melayang turun kedalam sebuah halaman, dengan cepat Gak Lam-kun menyusul dibelakangnya. Tempat itu adalah sebuah halaman rumah yang indah, sepi dan bersih, sebatang pohon berbunga putih tumbuh dekat dinding pekarangan, lalu disepanjang dinding penuh dengan pot-pot bunga yang terdiri dari aneka macam bunga. Ketika angin malam berhembus lewat, bau harum bunga serasa memabokkan, harum, segar dan mempesonakan. Si Tiong-pek bersembunyi dibelakang beberapa buah pot bunga dideretan sebelah kiri, dia sedang mengintip ruangan diujung selatan. Menyaksikan perbuatannya itu, dengan dahi berkerut Gak Lam-kun segera berpikir, Sudah jelas dia tahu kalau ruangan itu dihuni seorang gadis, masa ditengah malam buta begini dia datang mengintip kamar tidur orang, aahperbuatan semacam ini terlampau memalukan! Belum habis dia melamun suara tertawa cekikikan berkumandang memecahkan kesunyian, diantara bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ditengah halaman telah bertambah dengan empat orang gadis cantik bak bidadari dari kayangan, mereka berempat mengenakan gaun tipis berwarna hijau, biru, kuning dan merah.

Makin terkejut Gak Lam-kun setelah menyaksikan gerakan tubuhnya, dia tahu keempat orang nona itu berilmu silat tinggi, ini dapat dilihat dari gerakan tubuh mereka yang enteng, lincah dan cepat. Si nona bergaun biru tampil kemuka dengan wajah garang, lalu membentak dengan lantang, Hei, mau apa kamu berdua disitu? Kenapa begitu lancang memasuki halaman rumah kami? Sambil cengar cengir Si Tiong-pek memberi hormat. Oh, maaf! Maaf! Harap kalian bersedia memberi maaf bila malam buta begini kami mengganggu ketenangan kalian. Yaa maklumlah, dipulau kosong ini tiada tempat berteduh lain kecuali tempat ini, maka kami datang kemari untuk ikut numpang berteduh Oooh rupanya begitu! nona berbaju hijau yang ada disudut timur menyahut, kalau begitu cepatlah kalian berdua tinggalkan tempat ini! Jika menunggu sampai nona kami bangun, untuk meninggalkan tempat ini mungkin tak segampang saat ini Si Tiong-pek tersenyum. Bolehkah aku tahu siapa nama nona kalian? Masa sejelek itu adatnya? Air muka keempat orang itu tiba-tiba berubah hebat, senyuman yang semula menghiasi ujung bibir mereka seketika lenyap tak berbekas, sebagai gantinya muka mereka menjadi sedingin es, alis matanya berkrenyit dan kelihatan kalau mereka sedang naik pitam. Pada saat itulah terdengar suara merdu bagaikan burung nuri berkumandang dari balik ruangan, Masuk rumah orang ditengah malam buta, sudah mengganggu nyenyaknya orang tidur, menjelekkan orang lagi. Hmm! Jika mereka keberatan untuk meninggalkan tempat ini, bunuh saja dan kubur disitu! Biar selamanya bisa berada disana Suaranya merdu merayu, cukup didengar dari suaranya yang indah menawan dapat dibayangkan betapa cantiknya perempuan itu. Si Tiong-pek segera tertawa tergelak. Haaahhhhaaahhhhaaahahmaaf, maaf! Aku tak tahu kalau nona berada ditempat ini, bila kedatangan kami telah mengganggu ketenangan nona, harap kau bersedia memaafkan! Suara yang merdu merayu itu kembali berkumandang, Orang yang barusan berbicara itu licik, banyak tipu muslihat dan pandai berbohong, tak ada gunanya manusia seperti dia dibiarkan hidup didunia ini. Nah, sekarang kuhadiahkan kematian dengan bunuh diri kepadamu, sedang orang yang satu lagi boleh tinggalkan tempat ini dengan segera

Sejak masuk keruangan tersebut, Gak Lam-kun hanya berdiam diri tanpa berbicara, dia hanya berdiri dengan wajah kebingungan. Disaat itulah si nona baju merah yang berada disebelah utara membentak kepada Gak Lam-kun dengan suara lantang, Hei, nona kami telah menghadiahkan pengampunan bagimu, kenapa tidak cepat-cepat kau ucapkan terima kasih kepadanya? Paras muka Gak Lam-kun sedikitpun tidak berubah, malah ia tidak ambil perduli terhadap bentakan tersebut. Sikap seperti ini membuat si nona berbaju merah itu menjadi tertegun, sekali lagi dia membentak, Hei, Memangnya kau tuli? Gak Lam-kun masih juga tidak menggubris, Si Tiongpek yang berada disampingnya segera terbahak-bahak, Haaahhhhaaahhhhaaahhhkami berdua tidak bisu ataupun tuli, mulut dan telinga kami normal senormal manusia biasa, cumaya kami merasa sangat terharu oleh pemberian nona kalian maka untuk sesaat menjadi kaget dan tak tahu bagaimana harus mengucapkan rasa terimakasih? Bagaimana? nona berbaju merah itu mengerdipkan matanya, jadi kalian berani membangkang perintah nona? Berbareng dengan ucapan tersebut tiba-tiba ia lancarkan sergapan kilat. Secepat anak panah yang terlepas dari busurnya tahu-tahu sudah bergerak maju, dia langsung menerjang kehadapan Si Tiong-pek dan mencengkeram pergelangan tangan lawan dengan tangan kirinya. Jurus serangan yang dipakai adalah jurus serangan yang aneh, tapi cepat, dahsyat, dan mengerikan. Dengan rasa kaget yang meluap Si Tiong-pek menghindar kesamping, nyaris dia termakan oleh serangan yang maha dahsyat itu. Walaupun Si Tiong-pek dapat meloloskan diri dari cengkeraman itu dengan egosan badan, nona baju merah itu tidak kaget ataupun tercengang malah serangan kedua segera dilancarkan. Si Tiong-pek dibikin kaget oleh ancaman itu, yaa, pada hakekatnya nona berbaju merah itu menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, kecepatan seperti itu belum pernah ditemuinya sepanjang hidupnya. Bayangkan saja, seorang gadis muda belia ternyata mempunyai gerakan tubuh yang luar biasa cepatnya mana mungkin dia tidak menjadi kaget? Untung dia sudah bersiap sedia menghadapi ancaman tersebut, coba kalau tidak? Niscaya sudah tertangkap lawan.

Gak-Lam-kun yang menyaksikan dari samping pun merasa terperanjat, cuma yang membuat dia terperanjat adalah nona yang berada dalam ruangan itu Secara beruntun si nona berbaju merah itu melancarkan tiga buah serangan berantai, dari serangan mencengkeram tiba-tiba saja ia merubahnya menjadi serangan pukulan, diantara berkelebatnya telapak tangan kiri, secara beruntun ia melepaskan lima buah serangan dahsyat. Dengan perubahan tersebut, maka semakin menyerang serangannya makin gencar, tangannya yang putih, kecil dan halus ibaratnya kupu-kupu yang berterbangan diantara bunga, semua pukulan tertuju pada bagian-bagian yang mematikan ditubuh Si Tiong-pek. Makin terperanjat Si Tiong-pek menghadapi serangan yang kian lama kian bertambah hebat, terutama gerakannya yang aneh serta arah tujuan yang sukar diraba, dalam waktu singkat kembali ia terdesak mundur sejauh empat lima langkah. Si nona baju biru yang berada disudut barat daya tiba-tiba bertindak cepat, sambil menekuk pinggang ia lepaskan sebuah sapuan kearah Si Tiong-pek. Mengikuti sapuan tersebut, gaun birunya tersingkap lebar sehingga paha dan betisnya yang putih mulus kelihatan semua. Kulit yang halus merangsang itu cukup membikin hati orang berdebar. Ooo)*(ooO Si Tiong-Pek sama sekali tak menduga akan kejadian ini, ia kena tersapu sehingga mundur tiga langkah dengan sempoyongan. Si nona baju kuning yang berada disebelah selatan tak tinggal diam, dia tertawa terkekehkekeh lalu melancarkan pula sebuah tendangan kilat. Semua peristiwa ini seketika menimbulkan kobaran amarah didada Si Tiong-pek, dengan telapak tangan kanannya dia lepaskan sebuah bacokan kearah musuhnya. Gagal dengan tendangannya, Si nona baju kuning segera manfaatkan kesempatan itu untuk melompat mundur, dengan demikian ketika Si Tiong-pek melancarkan bacokannya, si nona sudah berada empat depa jauhnya dari gelanggang. Gelak tertawa cekikikan berkumandang dari belakang, si nona baju hijau yang berada disudut timur tiba-tiba bertindak cepat. Gak Lam-kun dapat menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, lebih-lebih setelah Si Tiong-pek dipermainkan empat orang nona itu. Dia tak tega, maka sambil melompat kedepan serunya, Saudara Si, keempat nona ini terlampau binal dan nakal, biar aku yang hadapi mereka!

Dengan cekatan dia menerjang kegelanggang pertempuran lalu tangan kirinya berkelebat secepat kilat menyodok jalan darah Oi-ji-hiat dilengan kanan nona berbaju hijau. Nona berbaju hijau itu menjerit kaget, buru-buru dia buyarkan serangannya sambil melompat mundur. Pada saat itu Si Tiong-pek sedang kelabakan dipermainkan keempat orang nona itu. untunglah disaat yang kritis Gak Lam-kun bertindak cepat dengan menahan seranganserangan musuh. Dengan demikian maka, ia memperoleh kesempatan untuk mengatur kembali napasnya. Baru saja Gak Lam-kun mendesak mundur si nona baju hijau, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring, disusul kemudian si nona baju biru dan si nona baju merah melancarkan serangan bersama dari kiri dan kanan. Diantara berkelebatnya bayangan tangan, jari-jari tangan mereka mengurung keempat bagian jalan darah penting ditubuh Gak Lam-kun. Memang cepat dan tepat ancaman kedua orang nona itu, serangan mereka dahsyat lagi, ini semua membuat Gak Lam-kun harus berkerut kening, terpaksa dia harus menghindar kesamping dengan gerakan yang aneh tapi lihay. Gerakan dari Gak Lam-kun itu, sangat aneh dan mencengangkan, untuk sesaat kedua orang nona itu menghentikan serangannya. Sesaat kemudian, si nona berbaju merah baru tertawa terkekeh-kekeh, seraya maju kedepan katanya, Hei, rupanya kau tidak bisu, kau memang jahat, kau lebih jahat dari dia Waktu mengucapkan kata-kata itu wajahnya penuh senyuman dan sifat kekanakkanakannya masih belum hilang. Bagaimana jahatku? tegur Gak Lam-kun dingin. Tiba-tiba air muka si nona berbaju merah berubah, sambil tertawa dingin katanya, Orang jahat pantas dibunuh! Untung siocia kami menghadiahkan kehidupan kepadamu, Nah cepatlah tinggalkan tempat ini sebelum terlambat! Gak Lam-kun menyipitkan sepasang matanya lalu tertawa, Tak ada artinya memang seseorang hidup terlampau lama didunia ini, seandainya kalian punya kepandaian untuk membunuhku, aku rela mati satu kali dihadapan kalian, ingin kuketahui bagaimana rasanya kalau orang itu mati! Hiiihhhhiiihhhhiiihhhbodoh amat kau ini geli rasanya si nona baju merah, setelah mendengar perkataan tersebut, sebagai manusia didunia ini, siapa yang bisa mati

lebih dari sekali? Kalau seseorang sudah mati maka tak ada persoalan atau melihat benda didunia ini bayangkan sendiri enakkah kalau mati? Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun menjadi tertegun, segera pikirnya dihati, Gadis ini masih polos dan kebocah-bocahan kalau tidak tak mungkin dia akan mengucapkan kata-kata seperti itu Crriing! Criing! Crriing! tiba-tiba terdengar suara dentingan harpa. Paras muka keempat orang nona itu kontan berubah hebat. Gak Lam-kun juga terperanjat, sebab dia masih mengenali suara harpa tersebut sebagai suara harpa yang didengar ditengah telaga tadi, yakni suara yang muncul dari perahu aneh berbentuk naga. Tiba-tiba Si nona berbaju merah menunjukkan perasaan kasihan dan iba kepada Gak Lam-kun pintanya, Hei, aku mohon kepadamu sudikah kiranya kau tinggalkan tempat ini? Sebab kalau tidak kau tinggalkan tempat ini nona kami pasti akan membinasakan dirimu Dilihat dari sikap maupun wajahnya memang amat menggenaskan, air mata sempat mengembang dikelopak matanya. Gak Lam-kun malah menunjukkan sekulum senyuman diujung bibirnya, ia bertanya dengan lembut, Apakah suara harpa itu dimainkan oleh nonamu. Tak usah banyak cerewet dengan orang itu, tukas si nona baju biru yang lebih tua dengan dingin, hayo kita bunuh dulu orang itu, lalu menangkap orang ini dan diserahkan kepada nona Dengan diucapkannya perkataan tersebut, serempak keempat orang nona itu bergerak kemuka untuk menyerang Si Tiong-pek. Dengan marah Si Tiong-pek membentak keras, tangan kirinya mainkan jurus Lo-han-siupit (lo-han luruskan lengan) sementara tangan kanannya mainkan jurus Hui-poh-ciongcong (sekop terbang menumbuk lonceng), serentak dia menyerang keempat orang gadis itu secara berbareng. Dalam gelisah dan gusarnya ia telah menggunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, angin pukulan menderu-deru, keadaannya mengerikan sekali. Keempat orang nona itu cepat memisahkan diri, begitu lolos dari ancaman Si Tiong-pek, telapak tangan dan tendangan kilat beterbangan memenuhi angkasa. Kekalahan demi kekalahan yang dialami Si Tiong-pek telah menggusarkan hatinya, segenap tenaga murni yang dimilikinya dihimpun menjadi satu, bukannya mundur dia

malah mendesak kedepan, dengan jurus Im-liong-bengwu (naga awan menyemburkan kabut) telapak tangan kanannya disodok kemuka. Angin pukulan menderu-deru dan menyapu semua benda dihadapannya, hebatnya bukan kepalang. Secepat kilat empat orang nona itu mengundurkan diri kesamping, si nona berbaju biru menjerit tertahan, Ooohaneh, rupanya secara mendadak ilmu silatnya menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi? Sebagaimana diketahui, Si Tiong-pek adalah seorang manusia licik yang mempunyai perhitungan mengenai segala persoalan, dihari-hari biasa ia tak suka terlampau menonjolkan ilmu silatnya, padahal yang benar kepandaian silatnya sudah pantas disejajarkan dengan jago persilatan kelas satu. Jangankan orang lain, sekalipun gurunya sendiri yakni Tiat-eng sin-siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu-hong belum tentu mengetahui dengan jelas berapa tinggi kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong-pek sekarang. Si Tiong-pek memang cerdas orangnya dan lagi sangat gemar belajar silat, sepanjang hidupnya boleh dibilang semua waktu yang disisihkan ia gunakan sebaik-baiknya untuk mendalami ilmu silatnya. Selama banyak tahun mengembara dalam dunia persilatan, tak terhitung jumlahnya jagoan lihay yang ditemuinya, dan setiap kali ia menyaksikan serangkaian ilmu tangguh yang dimiliki orang lain dengan segala tipu muslihatnya yang lihay dia selalu berusaha untuk mempelajarinya, oleh sebab itulah meskipun usianya masih sangat muda, namun taraf kepandaian silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkatan yang amat tinggi. Sejak pertama kali bertemu dengan Si Tiong-pek Gak Lam-kun sudah tahu kalau rekannya ini memiliki ilmu silat yang lihay sekali meskipun tidak dia perlihatkan secara terang-terangan, ternyata dugaannya memang benar! Begitulah, setelah berhasil memukul mundur keempat orang nona tadi, Si Tiong-pek melompat mundur kesisi Gak Lam-kun, kemudian katanya, Saudara Gak, keempat orang nona ini terlampau lihay, siaute yakin kepandaianku masih belum mampu untuk menghadapi serangan gabungan mereka berempat Kalau diartikan maksud perkataannya, maka orang akan mengartikan sebagai permohonan kepada Gak Lam-kun agar mewakilinya untuk menghadapi kerubutan tersebut. Padahal, secara diam-diam dia mempunyai suatu tujuan tertentu. Rupanya dia sangat tertarik oleh gerakan tubuh Gak Lam-kun ketika menghindarkan diri dari kerubutan dua orang gadis tadi. Ia merasa gerakan tubuhnya amat lihay dan cekatan, jelas merupakan kepandaian tingkat tinggi.

Hatinya jadi tergerak, dia ingin menggunakan kecerdasan otaknya untuk menyadap kelihayan gerakan dari kepandaian tersebut. Sudah barang tentu Gak Lam-kun tak akan menyangka kalau ilmu saktinya hendak disadap lawan. Saudara si, kau terlalu sungkan! demikian katanya sambil tersenyum, pelan-pelan dia masuk kembali ke gelanggang. Si nona baju biru, si nona baju hijau, si nona baju kuning dan si nona baju merah segera membentak keras, tiba-tiba mereka memisahkan diri keempat penjuru lalu serentak menyerang Gak Lam-kun, dalam waktu singkat bayangan telapak tangan dan tendangan kilat memenuhi seluruh angkasa, mengerikan sekali keadaannya. GAK LAM-KUN tidak gugup ataupun cemas dengan sangat entengnya dia berkelit kesamping dan tahu-tahu semua ancaman tersebut berhasil dihindari. Betapa penasarannya keempat orang nona itu sewaktu Gak Lam-kun berhasil menghindari serangan gabungan mereka dengan begitu gampang karena panas hatinya maka serangan yang mereka lancarkan pun makin lama makin bertambah cepat. Bayangan telapak tangan memenuhi seluruh angkasa bagaikan beribu-ribu ekor kupukupu yang berterbangan diatas bunga, dalam waktu singkat sekujur badan Gak Lam-kun sudah terkurung dibawah ancaman musuh Gak Lam-kun sedikitpun tidak membalas, dia kembali menggunakan gerakan tubuhnya yang aneh dan sakti itu untuk menerobos kesana kemari diantara lapisan bayangan telapak tangan lawan. Caranya menghindarkan diri dari serangan memang sangat lihay, kendatipun keempat orang nona itu sudah mengerahkan segenap kemampuan yang mereka miliki, jangankan melukai pemuda tersebut, untuk menjawil ujung bajunya pun susah. Dengan sepasang mata yang terbelalak lebar Si Tiong pek mengawasi terus gerakan tubuh rekannya, ia merasa langkah sakti dari Gak Lam kun tersebut mengandung perubahan yang berdasarkan langkah Ngo-heng(lima unsur) setiap langkahnya membawa gerakan yang dalam artinya jauh berbeda bila dibandingkan ilmu meringankan badan pada umumnya karena tempat yang digunakan hanya beberapa meter persegi saja. Memang, sepintas lalu gerakan Gak Lam-kun tampaknya santai, lambat dan tak ada artinya padahal kecepatannya bagaikan sambaran kilat. Sekalipun Si Tiong pek telah memperhatikan langkah kakinya dengan seksama, toh belum juga berhasil untuk menyadap kepandaian tersebut. Angin puyuh mederu-deru serasa memekikkan telinga, dari keempat orang penyerang tersebut masing-masing telah melancarkan tiga sampai empat puluh jurus serangan,

ketika mereka saksikan Gak Lam-kun sama sekali tidak membalas walau hanya satu gebrakanpun, si nona baju merah yang paling muda pertama-tama melompat mundur paling dulu, teriaknya, Cici bertiga, kita tak usah bertempur lagi! Ketiga orang nona itu menurut dan segera menghentikan serangan. Si nona baju merah yang paling muda diantara rekan-rekannya itu kembali berkata lebih jauh, Kita toh tak mampu menangkap dia! Siapa bilang tak bisa? tanya nona baju biru agak penasaran. Dia tak pernah membalas serangan kita, malah cuma menghindar terus, coba kalau dia sampai membalas, habis sudah kita berempat Yaa, kepandaian yang dimiliki orang ini memang keliwat hebatnya! tiga orang nona lainnya mengangguk setuju. Maka dengan suatu lompatan mereka mengundurkan diri kebelakang. Suara merdu merayu yang lembut dan enak didengar tadi kembali berkumandang dari dalam ruangan, Suatu ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat(gerakan naga dua urusan ilmu wujud tujuh bintang) yang sangat hebat! Tak nyana kalau dalam dunia persilatan didaratan Tionggoan ini masih terdapat seorang jago persilatan yang mempunyai kepandaian sedahsyat itu. Baiklah, sekarang akan kumainkan sebuah lagu dengan harpa untuk kamu berdua, asal kalian sanggup mendengarkan permainan harpaku ini, maka nyawa kalian berdua akan kuampuni Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu merasa amat terperanjat, ia kaget sebab sejak terjun kedalam dunia persilatan hingga kini, belum pernah ada orang yang mengenali gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat yang dia pergunakan, tapi sekarang, nona tak dikenal dapat mengenalinya, sedikit banyak kaget juga perasaannyatanpa sadar dia mengangkat kepalanya. Cahaya lampu memercik keluar dari ruangan sebelah selatan, daun jendela dibuka orang dan muncullah seorang nona berbaju perak yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, duduk ditepi jendela sambil membawa sebuah harpa. Sekalipun nona berbaju perak duduk dalam posisi miring sehingga Gak Lam kun berdua tak dapat melihat jelas seluruh raut wajahnya, tapi ditinjau dari tangannya yang putih mulus, separuh wajahnya yang mungil menawan hati serta potongan badannya yang ramping jelita, siapapun akan tahu bahwa dia adalah seorang nona cantik jelita. Berdebar keras jantung Gak Lam-kun setelah menyaksikan kejadian itu, pujinya dalam hati, Betapa cantiknya gadis itu, wajahnya ayu badannya ramping, suatu perpaduan yang amat serasi.

Jika Gak Lam-kun hanya mengutarakan kekagumannya dalam hati, maka berbeda dengan Si Tiong-pek, dia berdiri tertegun dengan mata terbelalak lebar, rupanya seperti orang kehilangan sukma. Maklumlah gadis itu memang terlampau cantik sedemikian cantiknya sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Gak Lam-kun kembali berpikir, Kalau dilihat dari kelembutan, keayuan serta kemanjaan nona berbaju perak ini, tampaknya dia seperti seorang gadis yang tak pernah belajar ilmu silat, tapi bila kita lihat dari kepandaian silat yang dimiliki keempat orang dayangnya, jelas dia bukan manusia sembarangan, mungkinkah ilmu silatnya telah mencapai ketingkatan yang paling luar biasa sehingga kelihayannya itu sama sekali tak nampak dari luar? Setelah berhenti sejenak, dia berpikir lebih jauh, Waaahkalau memang begitu, jelaslah sudah bahwa permainan harpanya bukan permainan biasa, dia pasti akan membawakan irama yang tak sedap didengar Baru saja berpikir sampai disitu tiba tiba harpa itu disentil lagi dua kali Criiiiiing! Criiiiiing! Gak-Lam-kun merasakan jantungnya bergetar keras mengikuti suara dentingan tersebut, dan Si Tiong pek malah terpukul sampai badannya bergoncang keras Sekarang si pemuda baru sadar kalau permainan harpa si nona tak boleh dianggap enteng, buru-buru dia menjura kearah jendela seraya serunya, Nona, jangan kau lanjutkan permainan harpamu! Kau takut untuk mendengarkan? tegur si nona baju perak dengan suara yang lembut, tubuhnya masih tetap duduk miring ditepi jendela. Si Tiong-pek segera tertawa ringan. Haaahhhhaaahhahaaahhhnona demikian menaruh perhatian kepada kami, sepantasnya kalau kami nikmati permainan indahmu itu, cuma sayang aku adalah seorang pemuda bodoh yang tak mengerti irama musik, aku kuatir kalau permainan tersebut malah akan menyia-nyiakan harapan nona saja Sekalipun kau tidak mengerti soal irama musik, orang lain toh memahaminya kata nona baju perak lagi dengan hambar. Si Tiong-pek terbahak-bahak. Haaahhhaaahhhaaahhhkalau begitu biarlah aku mohon diri terlebih dulu Begitu selesai berkata, dia lantas putar badan dan mengambil langkah seribu.

Perlu diketahui disini, bahwa Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang cerdas otaknya, sekalipun ia kesemsem oleh kecantikan nona berbaju perak, tapi disaat bahaya yang menyangkut soal mati hidupnya ini, rasa kesemsemnya dapat diatasi dan otaknya segera menjadi sadar kembali. Tampaknya si nona berbaju perak tidak rela membiarkan musuhnya pergi, jari jemarinya segera menarik diantara senar-senar harpanya. Dentingan-dentingan nyaring menyebar keangkasa. Si Tiong-pek merasakan kepalanya seperti dipukul dengan martil besar, kaki kanannya segera ditarik kembali, sebab dentingan harpa itu ibaratnya panggilan ibu buat putranya, begitu halus, lembut membuat hati menjadi iba. Dengan dahi berkerut, Gak Lam-kun segera berbisik, Saudara Si, cepat duduk bersila dan mengatur pernapasan, pusatkan pikiranmu dan matikan perasaan Si Tiong-pek mengetahui pula kalau jiwanya berada diujung tanduk, dia lantas tersenyum. Saudara Gak, bagaimana dengan kau sendiri? Sanggupkah menahan irama iblis tersebut? ia balik bertanya. Aku tidak tahu! Si nona berbaju perak yang duduk disisi jendela kembali membuka suara, ucapnya dengan suara yang lembut, Kalian tak usah takut, akan kupilihkan irama yang paling datar untuk kalian berdua! Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Si Tiong-pek, tiba-tiba saja ia teringat dengan kabar yang tersiar dalam dunia persilatan, kabar tentang irama Sang-goanci(irama peluka hawa murni) dari Soat-san Thian-li yang telah menggetarkan seluruh dunia. Dia ingin berteriak, ingin mengutarakan perkataan itu Sayang waktu tidak mengijinkan, gadis berbaju perak itu sudah mainkan kelima jari tangan kanannya dan menyentil senar-senar harpa tersebut Suara detingan nyaring, berkumandang diangkasa dan menggetarkan perasaan siapapun, dalam keadaan demikian sudah barang tentu ia tak berani cabangkan pikiran untuk berbicara, cepat-cepat ia pejamkan matanya dan duduk bersila untuk mengatur napas guna melawan pengaruh iblis irama tersebut. Terdengar suara harpa yang merdu dan lembut teruar keluar mengikuti gerakan jari jemari si nona baju perak yarg lembut, iramanya lembut dan menggetarkan sukma.

Meskipun iramanya merdu merayu, namun mengandung kekuatan yang seolah-olah mampu membetot sukma setiap orang. Dalam waktu singkat Si Tiong-pek telah dipengaruhi oleh alunan musik aneh tersebut, pelbagai pikiran ataupun angan-angan yang serba aneh seketika mempengaruhi segenap pikiran maupun perasaannya, dia seperti lagi terbang dilangit, seperti menyaksikan apa yang diimpikan, seperti melakukan apa yang diangankan Gak Lam-kun pejamkan matanya pula rapat-rapat, dahinya berkerut dan butiran keringat membasahi jidatnya, jelas sudah diapun terpengaruh oleh gelombang irama iblis yang maha dahsyat itu. Selang sesaat, Si Tiong-pek merasakan isi perutnya bergolak keras, ia tak dapat duduk lagi dengan tenang, sambil berteriak keras tiba-tiba ia bangkit berdiri lalu ingin kabur meninggalkan tempat itu. Criing! Criiing..! Criiing..! secara beruntun nona berbaju perak itu menyentilkan jari tangannya, suara nyaring seketika mengalun memecahkan keheningan Uuaak! Si Tiong pek memuntahkan darah segar, kaki yang sudah melangkah pergi tiba-tiba terhenti kembali. Oleh dentingan irama harpa tersebut, Gak Lam-kun ikut merasakan pula bergolaknya darah yang menggulung didalam dadanya ia merasa sempoyongan dan tak bisa bertahan lebih lama pemuda itu sadar jika permainan harpa tersebut dilanjutkan oleh si nona berbaju perak, niscaya dia sendiripun tak akan tahan. Makin lama pengaruh yang dirasakan dari permainan harpa itu makin menghebat, akhirnya Gak Lam-kun tak tahan, dia bermaksud minta kepada nona itu agar menghentikan permainannya. Tapi sebelum ucapan tersebut sempat diutarakan, tiba-tiba nona berbaju perak menghela napas panjang, permainan harpa itupun serentak berhenti. Daun jendela ditutup kembali dan lampu lilinpun dipadamkan, suasana kembali menjadi hening. Keempat orang dayang cantik yang berada dihalaman luarpun ikut putar badan dan masuk kedalam ruangan. Dengan demikian suasana makin hening, makin sepi hingga tak kedengaran sedikit suarapun. Si Tiong-pek yang semula terpengaruh oleh permainan harpa, kini telah sadar kembali namun lamat-lamat dia merasa dada maupun lambungnya menjadi sakit si pemuda segera sadar bahwa isi perutnya telah mengalami luka yarg sangat parah.

Dengan wajah yang lemas dan tak punya tenaga dia berpaling kearah Gak Lam kun, lalu bisiknya, Saudara Gak, kau tidak terluka bukan? Sambil gelengkan kepalanya Gak Lam-kun menghela napas panjang. Aaaai irama iblis itu memang kelewat lihay! Sekali lagi Si Tiong-pek berusaha untuk mencoba mengerahkan tenaga dalamnya, siapa tahu begitu hawa murninya disalurkan, rasa sakit didada maupun lambungnya semakin menghebat, sadarlah dia bahwa hawa murninya telah menggumpal dalam pusar dan mengakibatkan luka dalam yang parah, luka semacam ini bila tidak cepat-cepat disembuhkan, niscaya akan berakibat fatal yaitu selama hidup jangan harap bisa berlatih ilmu silat lagi. Saudara Gak, siaute akan berangkat duluan! bisik Si Tiong-pek. Dia beranjak dan berusaha berlalu dari sana, apa mau dikata baru saja kakinya melangkah pergi, dada serta lambungnya terasa sakit bukan kepalang, hingga saking tak tahannya dia menjerit keras badannya makin sempoyongan. Cepat-cepat Gak Lam-kun memburu kedepan serta memayarg tubuhnya, kemudian bertanya, Saudara Si, parahkah luka yang kau derita? Sepucat kertas air muka Si Tiong pek, ia tertawa getir. Aaaaaikurasa siaute sudah tak berguna tak kusangka kalau dia berbuat sekeji itu Kiranya ketika Si Tiong pek menghimpun segenap tenaga murninya untuk menahan pengaruh irama musik tersebut, tiba-tiba ia melompat bangun sambil menyalurkan hawa murni yang dimilikinya itu kedalam dada serta lambung, siapa tahu tenaga tersebut justru sukar disalurkan lagi Dengan keadaan semacam ini, bila dalam waktu enam jam tidak mendapat pengobatan semestinya, maka hawa murni itu akan membeku, menvusup kedalam jalan darah dan mengakibatkan luka dalam yang fatal, hal ini bisa mengakibatkan kematian atau paling entengpun akan mendatangkan tubuh Cacad selama hidup. Keadaan tersebut pada lazimnya disebut jalan api menuju neraka oleh kalangan persilatan, semakin tinggi kepandaian yang dimiliki seseorang semakin parah pula luka yang dideritanya bila sampai mengalami jalan api menuju neraka. Gak Lam-kun yang menyaksikan keadaan tersebut segera mengernyitkan alis matanya, ia lantas menegur, Saudara Si, apakah kau mengalami jalan api menuju neraka? Sambi! tertawa sedih Si Tiong-pek mengangguk. Yaa, aku tahu kehidupanku sudah tak lama lagi!

Gak Lam-kun memayang rekannya itu berjalan keluar dari halaman rumah yang luas, lalu bisiknya lirih, Saudara Si, untuk sementara waktu cobalah untuk mengatur pernapasanmu disini! Percuma! Si Tiong-pek tertawa getir, setiap kali kucoba untuk mengatur pernapasan, dada serta lambungku seketika terasa amat sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau Gak Lam kun menghela napas panjang. Aku tahu, dan kebetulan siaute mempunyai suatu cara untuk mengobati luka dalam, duduklah bersila lebih dulu Gak-Lam-kun mempersilahkan Si Tiong pek agar duduk bersila dulu, kemudian baru mewariskan rahasia ilmu itu kepadanya. Si Tiong pek berlatih mengikuti cara yang diwariskan Gak Lam-kun kepadanya itu, kurang lebih sepertanakan nasi kemudian ia merasakan lukanya agak enteng juga, ini membuat hatinya sangat gembira cepat-cepat latihan dilanjutkan untuk mengobati luka tersebut. Siapa tahu, ketika hawa murni dicoba untuk mengikuti seluruh tubuhnya lagi dada serta lambungnya sekali lagi terasa sakit sekali, malah tenggorokannya terasa anyir dan darah kental kembali tersembur keluar, mukanya yang pucat seperti mayat kini diikuti pula dengan kejang-kejang keras. Sesungguhnya, ketika itu Gak Lam-kun sedang memandang bintang diangkasa dengan wajah murung betapa terperanjatnya setelah mendengar jeritan tersebut, telapak tangan kanannya bertindak cepat menepuk jalan darah Hiang-ki-hiat ditubuh Si Tiong pek, kemudian tegurnya, Saudara Si kenapa kau? Si Tiong pek menghembuskan napas panjang, sahutnya dengan suara gemetar, Saudara Gak, akuaku benar-benar tidak tahan, kini nadi-nadiku mulai terasa kaku dan membatu Diam-diam terkejut juga Gak Lam kun sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya, Masakah begitu lihay irama iblis tersebut? Irama apa itu? Berpikir sampai disitu, dengan suara rendah segera hiburnya, Tak usah kuatir saudara Si, apabila siau-te tidak berhasil menemukan cara pengobatan yang baik, pasti akan kucari nona berbaju perak itu untuk menanyakan cara pengobatannya Si Tiong-pek menghela napas panjang. Aaaaitak kusangka saudara Gak begitu mulia hatinya dan bijaksana, siau-te merasa sangat beruntung dapat berkenalan denganmu, maksud baik saudara Gak akan kuingat

selalu dalam hati. Aaaaisaudara Gak tahukah kau lagu apakah yang telah melukai isi perutku itu? Aku tidak tahu! jawab Gak Lam-kun sambil gelengkan kepalanya. Pancaran sinar sedih menghiasi wajah Si Tiong pek, ia menghela napas panjang. Aaaai itulah lagu pukulan isi perut Sang-goan-ki dari Soat-san Thian-li! Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari tempat gelap tak jauh disisi tubuhnya berkumandang suara tertawa dingin. Sang-goan-ki! Sang-goan-ki! Sudah belasan tahun lamanya aku tak pernah mendengar lagi lagu ini, bocah muda, kau bisa nikmati lagu tersebut mendahului siapapun, sekalipun mati kenapa musti susah? Ketika Si Tiong pek mendengar ucapan tersebut ia agak tertegun lalu tanyanya tercengang, Bukankah yang datang adalah Kiu-wi-hou (rase berekor sembilan) Kongsun po locianpwe? Gelak tertawa yang amat nyaring bagaikan suara gembrengan berkumandang memecahkan kesunyian, Haaahhhhaaahhhhaaahhh betul, tak kusangka kau si bocah dapat mengenali suaraku Sesosok bayangan melompat keluar dari tempat kegelapan, dia adalah seorang kakek bertubuh kurus kering, berjubah panjang bermuka kuda dan bermata tajam bagaikan sembilu. Ketika mendengar nama orang itu, Gak Lam kun merasakan sekujur badannya bergetar keras, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, tapi sesaat kemudian lenyap kembali tak berbekas. Dengan sikap yang hambar ia berpaling memandang bintang-bintang yang bertaburan diangkasa, terhadap kehadiran kakek tersebut jangankan menatapnya, melirik sekejappun tidak. Yang muncul dihadapan mereka tak lain adalah ketua dari perguruan Hoa-san-pay yang menggetarkan seluruh dunia Kiu-wi-hou(Rase berekor sembilan ) Kongsun Po. Dengan sepasang sinar matanya yang tajam menggidikkan ia melirik sekejap kearah Si Tiong pek, kemudian mendengus dingin. Hei bocah kecil, apakah setan tua gurumu juga ikut datang? tegurnya sinis.

Sementara itu Si Tiong-pek, sedang menggerutu dalam hati kecilnya, dia tahu si Rase berekor sembilan ini bukan saja memiliki ilmu silat yang amat sempurna, jadi orangpun licik, keji dan berbahaya. Konon dalam peristiwa keributan atas diri Tok-liong Cuncu ditebing Yanpo gan tempo dulu dialah otak yang menyusun semua siasat dan perangkap, dan kini dia telah muncul juga disini itu berarti kedatangannya pasti disertai dngan suara rencana tertentu. Siapa tahu kalau kedatangannya untuk menyatroni aku? demikianlah Si Tiong pek berkuatir Jika ia tahu kalau guruku belum datang, kemungkinan besar aku bisa dibunuh lebih dahulu sehingga menghilangkan seorang saingan beratnya untuk memperebutkan lencana pembunuh naga Berpikir sampai disitu, dengan memaksakan diri Si Tiong pek merangkak bangun, kemudian setelah memberi hormat katanya, Sungguh tak kusangka Kongsun locianpwe telah muncul disini, boanpwe Si Tiong pek menyampaikan salam hormat kepada cianpwe! Rase berekor sembilan Kongsun po mendehem beberapa kali, lalu katanya sambil tertawa, Jangan sungkan-sungkan, jangan sungkan-sungkan, Sejak kapankah komandan pasukan elang baja dari perkumpulan Thi-eng pang begitu menaruh perhatian terhadap aku Kongsun po? Keadaan Si Tiong pek pada saat ini amat lemah setelah isi perutnya terluka parah, sekalipun disindir orang ia masih tetap mengendalikan amarahnya didalam bati, katanya sambil tertawa, Thi-eng pangcu si kakek sakti elang baja Oh-Bu-hong merupakan orang yang paling dimusuhi oleh perguruan-perguruan besar dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya Kongsun Po locianpwe dari Hoa-san yang mempunyai hubungan akrab dengannya, siapakah manusiamanusia dalam dunia persilatan dewasa ini yang tidak mengetahui akan bal tersebut Paras muka Rase berekor sembilan Kongsun Po berubah membesi, setelah tertawa dingin ia menukas ucapan Si Tiong-pek, Semua orang mengatakan kau berotak cerdas banyak tipu muslihatnya dan merupakan seorang manusia pilihan dari golongan muda, tampaknya berita ini memang tidak keliru, tapi kau tak usah kuatir, aku tak bakal membalikkan perahuku dalam selokan Si Tiong-pek tertawa. Kongsun locianpwe adalah orang yang cerdas dan bijaksana, pengetahuannya luas pengalaman banyak, namanya menggetarkan baik disungai bagian utara maupun dibagian selatan, siapakah dalam dunia persilatan dewasa ini yang tidak kagum oleh kecerdasan locianpwee, malah Tok liong Cuncu yang dikenal sebagai seorang manusia berbakatpun berhasil tewas ditanganmu, siapa yang tidak akan ngeri setelah berjumpa dengan kau?

Ketika mendengar perkataan itu, tiba-tiba diatas paras muka Rase berekor sembilan Kongsun Po melintas napsu membunuh bentaknya, Bocah keparat, lebih baik kau tak usah mencekoki kuah pemabuk kepadaku? Ditengah bentakan itu. Kongsun Po mengayunkan telapak tangan kirinya kedepan, segulung tenaga pukulan yang sangat hebat segera menggulung keluar dan langsung menghajar kedada Si Tiong-pek. Sebagai seorang pemuda yang cerdas dan cekatan, semenjak tadi Si Tiong-pek telah menaruh perhatian terhadap segala gerak gerik Kongsun Po. Dalam keadaan terluka parah, sudah barang tentu ia tak berani menyambut datangnya serangan tersebut dengan kekerasan, sesungguhnya dia ingin melompat mundur kebelakang untuk menghindarkan diri, sayang luka dalamnya terlampau parah, luka tersebut telah menyebabkan ia tak sanggup mengerahkan tenaganya walau hanya sedikitpun. Dengan begitu maka tampaklah angin pukulan yang maha dahsyat tersebut segera akan menghantam didada Si Tiong pek. Untunglah Gak Lam kun yang berada disisinya bertindak cukup sigap, tiba-tiba dia melompat kemuka dan menghadang dihadapannya. Lalu dengan telapak tangan kirinya dia membabat keatas urat nadi pergelangan tangan Kongsun po. Betapa terkejutnya si Rase berekor sembilan Kongsun po menyaksikan kecepatan gerak Gak Lam-kun, cepat-cepat ia buyarkan tenaga pukulan pada telapak tangan kirinya lalu ditarik kebelakang, sementara telapak tangan kanannya secepat sambaran kilat mencengkeram bahu Kiri Si Tiong pek. Gak Lam kun miringkan sedikit tubuhnya, tiba-tiba tangan kirinya yang sedang membacok berputar satu lingkaran, kemudian berbalik menghantam pergelangan tangan kanan Kongsun po. Kongsun po semakin terperanjat lagi menyaksikan keanehan gerakan yang dipergunakan Gak Lam kun ketika melancarkan serangan balasan itu, terutama terhadap serangan jari tangannya yang kesemuanya tertuju pada jalan darah jalan darah penting ditubuhnya. Dengan suatu gerakan terpaksa ia tarik kembali lengan kanannya mentah-mentah, meskipun cepat ketika melancarkan serangan, sewaktu menarik kembalipun tak kalah cepatnya. Dengan begitu kendatipun sapuan yang dilancarkan Gak Lam kun dilakukan dengan kecepatan tinggi, akan tetapi tidak berhasil menyentuh ujung baju lawannya.

Kongsun po menarik kembali tangan kanannya, sementara tangan kirinya telah dikembangkan kembali untuk melancarkan sebuah sapuan. Mencorong sinar pembunuh dari sepasang mata Gak Lam kun, sumpahnya dihati, Bagus sekali! Rase berekor sembilan Kongsun po, kau berani berbuat demikian sama artinya dengan mencari kematian buat diri sendiriHmm bersiap-siaplah untuk menerima kematianmu. Ketika ingatan tersebut sudah melintas lewat dari benaknya, dengan menghimpun tenaga pukulannya kedalam telapak tangan kanan, dia hantam dada Kongsun Po. Rase tua tersebut sungguh memang amat licik dan cerdik. Jikala sorot matanya berbenturan dengan sinar pembunuhan yang memancar dari mata Gak Lam-kun, segera timbul kecurigaan dalam hatinya. Maka dari itu dikala Gak Lam-kun melepaskan sebuah pukulan dan segulung angin tajam yang menggidikkan hati ikut menerpa tiba, ia menjadi amat terkejut. Dalam keadaan begitu, ketua dari Hoa san pay itu tak berani menyambut datangnya ancaman dengan keras lawan keras, sambil membuyarkan tenaga pukulannya, ia melompat dua kaki ketengah udara. Pleetaakkbaaam!suatu benturan keras terjadi disusul terdengarnya suara gemuruh yang memekikkan telinga. Tenaga pukulan Gak Lam-kun yang amat dahsyat bak kuda liar yang terlepas dari kendali meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi dan langsung menghantam diatas sebuah pohon Pek-yang yang tinggi besar tiga tombak didepannya. Padahal pohon Pek-yang itu besar lagi kuat, namun begitu tersambar oleh angin pukulan langsung terhajar patah dan tumbang keatas tanah. Tiba-tiba berkumandang suara pekikan nyaring yang amat memekikkan telinga, dari atas pohon Pek-yang yang tumbang ketanah itu melayang turun sesosok bayangan manusia, orang itu ternyata adalah seorang kakek gemuk pendek yang berwajah merah seperti bayi tapi berambut putih keperak-perakan Dengan entengnya kakek gemuk pendek itu melayang turun keatas permukaan tanah, dengan sepasang matanya yang tajam menggidikkan ia perhatikan Gak Lam kun dari atas kepalanya hingga kebawah kaki. Waktu itu, Si Rase berekor sembilan Kongsun po serta Si Tiong pek masih berdiri termangu-mangu ditempatnya, rupanya mereka tidak menyangka kalau serangan dari Gak Lam kun sedemikian dahsyatnya.

Untuk sesaat suasana disekeliling tempat itu menjadi sepi dan hening, seakan-akan dia merasa murung dan sedih lantaran pukulannya tidak berhasil mengenai tubuh lawannya. Yaa, memang begitulah keadaan sesungguhnya, Gak Lam-kun memang sedang merasa mUrung dan sedih karena serangan mautnya tidak berhasil membinasakan Kongsun po, ia merasa musuhnya terlampau licin dan banyak tipu muslihatnya, keadaan itu semakin menipiskan harapannya untuk berhasil menuntut balas. Gurunya, Tok-liong Cuncu pernah berkata kepadanya bahwa diantara ketujuh belas orang musuh besarnya, mulai dari Tang hay coa siu(kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu sekalian bertujuh merupakan musuh-musuh paling berbahaya yang kian keatas kian tinggi ilmu silat yang mereka miliki! Selapis awan mendung melintas dalam benak Gak Lam-kun, diam-diam pikirnya, Dari tujuh orang musuh tangguh yang musti kuperhatikan, secara beruntun sekarang telah kujumpai Tang hay coa siu(kakek ular dari lautan timur), Jit poh toan hun(Tujuh langkah pemutus nyawa) dan Kiu wi-hou(rase berekor sembilan), menurut Catatan musuh besar yang ditinggalkan suhunya, Jit poh toan hun Kwik To merupakan jagoan nomer tiga, Kiu-wi-hou Kongsun Po merupakan jago nomer enam dan Tang hay-coa siu merupakan jago yang paling belakang, sekalipun ketujuh orang musuh utamaku belum kujumpai semua, tapi berbicara dari taraf ilmu silat yang dimiliki Kwik To bertiga, dapat dibuktikan bahwa ilmu silat yang mereka miliki rata-rata memang amat lihay, seandainya ketujuh orang itu sampai bersatu padu, mungkinkah aku bisa menahan mereka bersama? Dalam pada itu, setelah si kakek gemuk pendek itu memperhatikan Gak Lam-kun sekian lama, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, Suaranya nyaring bagaikan genta yang dibunyikan bertalu-talu, bukan saja menggetarkan daerah disekitarnya bahkan sangat menyakitkan telinga. Rase berekor sembilan Kongsun Po mendehem ringan, setelah melirik sekejap kearah kakek gemuk pendek itu, katanya, Say loji, sejak berpisah ditebing Yan-Po gan tempo hari, aku dengar belasan tahun belakangan ini kau tak pernah meninggalkan bukit Siau Ngo Tay barang selangkahpun, setelah hari ini muncul kembali diwilayah Kanglam, aku rasa tentu ada urusan penting yang hendak kau selesaikan bukan? Gak Lam-kun yang mendengar perkataan itu merasakan hatinya bergetar keras pikirnya, Jangan-jangan orang ini adalah orang keempat dari ketujuh orang musuh utamaku yang disebut Giok-bin-sin-ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit dari bukit Siau-ngotay? Sungguh tak kusangka secara beruntun aku telah berjumpa dengan empat orang musuh besarku diatas pulau yang terpencil ini Kakek gemuk pendek itu memang tak lain adalah Kakek sakti berwajah pualam Say Khipit dari bukit Siau ngo tay, medengar perkataan itu dia lantas tertawa terbahak-bahak.

Haaahhhaaahhhaahhwahai rase tua, bukan aku seorang yang tiba disini, mungkin semua sobat-sobat lama yang pernah berkumpul ditebing Yan po gan belasan tahun berselang akan berkumpul semua disekitar bukit Kun san ini, waktu itu suasana tentu ramai sekalihaaahhhaaahhaaah Jadi kalau begitu kedatangan Say-heng pun untuk ikut serta dalam keramaian ini? sambung Kongsun-Po dengan ketus. Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit tertawa tergelak. Haaahhhhaaahhhhaaahhhhtidak berani tidak berani, aku cuma mengiringi saja dari samping, kedatanganku tak lebih cuma ingin menonton keramaian Rase berekor sembilan kongsun Po tertawa dingin, katanya lagi, Say loji, kau tak usah berlagak, keadaan dalam dunia persilatan dewasa ini sudah berbeda jauh dengan keadaan dulu, si kakek ular dari lautan timur Ou Yong-hu telah menjadi anggota Thi eng pang, ia sudah mempunyai tulang punggung yang cukup kuat, sedang kau dan aku masih bujangan tanpa teman, untuk mengangkat diri dalam pertarungan dibukit Kun san ini Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa lebar. Aku memang bermaksud demikian, asal kita mau bersatupadu maka urusan lebih gampang diselesaikan, sebaliknya kalau tercerai berai maka pasti akan ditunggangi orang dan hancur musnah dengan sendirinya. Makakalau begitu akan kuusahakan bantuan semaksimal mungkin.. kata Say Khi-pit kemudian sambil tertawa. Si Tiong pek diam-diam menjadi terkejut, dia tahu kedua orang itu semuanya merupakan jago-jago tangguh yang memimpin suatu golongan tertentu, ilmu silat mereka boleh dibilang sudah mencapai taraf yang sangat tinggi, terutama Giok-bin sin-ang Say Khi pit, kepandaiannya setingkat lebih tinggi daripada Kongsun po. Bisa dibayangkan apa jadinya bila kedua orang tokoh persilatan itu sampai bersatu padu? Si Tiong pek cukup mengerti, kerja sama kedua orang tokoh ini memang masih belum sanggup untuk mengalahkan perkumpulannya, meski demikian pasti akan merupakan halangan yang menjengkelkan bagi perkembangan ambisi perkumpulannya sebab itu dia mengambil keputusan untuk berusaha memecah belah kerja sama tersebut. Karena itu setelah berpikir sebentar, Si Tiong pek pun memberi hormat kepada Say Khipi sambil katanya, Ilmu silat Say cianpwe menggetarkan dunia persilatan, selama ini menjagoi pula wilayah sekitar Lam san, kegagahan tersebut sudah lama membuat hatiku amat bangga, maka beruntunglah hari ini aku bisa bersua dengan cianpwe, Boanpwe Si Tiong-pek dari pasukan elang baja mempersembahkan salam hormatku kepada locianpwe Selesai berkata ia lantas membungkukkan badannya dan memberi hormat.

Giok bin-sin-ang Say Khi-pit mengelus jenggotnya sambil tertawa terbahak-bahak. Haaahhhaaahhhhaaahhhsemua orang bilang Oh Bu-hong mempunyai seorang ahli waris yang cerdik dan bisa diandalkan, setelah perjumpaan hari ini dapat kubuktikan bahwa perkataan itu memang ada benarnya, haahhhaahhhaahh kalau kulihat dari sikap hormatmu kepadaku, tentunya ada urusan yang hendak kau sampaikan kepadaku bukan? Si Tiong-pek tersenyum. Ooohtidak berani merepotkan Say locianpwe Rase berekor sembilan Kongsun Po yang ada disampingnya segera tertawa dingin. Si Tiong-pek, siapakah dia? Dia adalah seorang sahabat karibku! jawab Si Tiong-pek sambil tersenyum lebar. Paras muka Kongsun Po berubah menjadi amat dingin, katanya ketus, Apabila kau masih mempunyai perasaan hormat kepada angkatan tua, maka harus kau katakan asal usulnya. Tiba-tiba dari balik mata Gak Lam-kun memancar keluar sinar buas yang menggidikkan hati. Pelan-pelan maju kemuka mendekati Kongsun Po, lalu sambil mendengus katanya, Apabila kau ingin tahu asal usulku, pergilah keakhirat dan tanyakan sendiri soal itu kepada Giam-lo-ong! Secara tiba tiba saja anak muda itu berubah menjadi ganas seperti seekor binatang buas, wajahnya penuh diliputi hawa napsu membunuh yang mengerikan. Rupanya hawa amarah yang berkobar dalam dada Konsun Po telah memuncak juga, sambil tertawa serak katanya, Bocah keparat yang bau, berani betul kau pandang hina diriku..Hmm..! Agaknya kau sudah bosan hidup? Si Tiong pek sendiri, ketika secara tiba-tiba menyaksikan paras muka Gak Lam kun berubah seseram itu, hatinya ikut terperanjat pula, pikirnya, Watak orang ini sungguh sulit diraba oleh siapapun, apalagi sikapnya yang begitu tinggi hati dan congkak, tampaknya sulit untuk kupergunakan tenaganya. Mumpung sekarang ada dua orang sakti disini, kenapa tidak kubiarkan mereka berdua bekerja sama untuk menghadapi Gak Lam kun. Asal orang she Gak ini sudah mampus, berarti pula aku akan kehilangan seorang musuh tangguh Berpikir sampai disitu, dengan dingin dia lantas berkata, Kongsun locianpwe, ibaratnya rumput jerami ditumpuk sebukit, jangan harap bisa menindih mati seekor tikus, sekalipun kau sudah hidup sekian lamanya, belum tentu ilmu silatmu akan lebih tangguh daripada orang lain jangan takabur dulu

000000O000000 DALAM dunia persilatan, Kiu-wi-hou Kongsun po terhitung juga seorang jagoan yang bisa diandalkan sekalipun merasa bahwa Gak Lam kun adalah seorang musuh tangguh yang berilmu tinggi, terutama setelah terjadi pertarungan beberapa jurus tadi, tapi sebagai orang yang sombong dan sudah biasa bersikap latah, sudah barang tentu tak mau mengundurkan diri dengan begitu saja, terutama dalam ucapannya tadi Si Tiong pek jelas memandang hina kepadanya. Bocah keparat! ia lantas membentak, begitu berani kau menghina diriku? Hmm, akan kurenggut dulu selembar nyawamu! Sambil membentak, telapak tangan kanannya segera diayun membacok ketubuh Si Tiong pek. Gak Lam kun tidak merasa kalau dibalik serangannya terdapat tipuan, cepat telapak tangan kirinya diayun kedepan untuk menyambut pukulan yang tertuju ketubuh Si Tiong pek itu. Dalam melancarkan serangannya, tidak terjadi desingan angin tajam maupun tidak terjadi gelombang hawa tekanan yang dahsyat, gerakan itu enteng dan sederhana. Ternyata serangan tangan kanan dari Rase berekor sembilan Kongsun po itu cuma serangan tipuan, ia telah menghitung bahwa Gak Lam kun pasti akan melancarkan serangan untuk menyambut ancaman itu. Maka begitu Gak Lam kun melepaskan bacokannya kedepan, tiba-tiba ia menarik kembali telapak tangan kanannya dan menerobos maju kedepan Telapak tangan kirinya dengan membawa desingan angin pukulan yang kuat segera meluncur kedepan dengan jurus Sin-liong jut-im(naga sakti keluar dari awan), dasar memang licik, ternyata dibalik deruan angin puyuh yang sangat keras itu diam-diam ia sembunyikan sebuah serangan totokan secara keji mengancam dibawah ketiak Gak Lam kun. Serangan semacam ini sungguh merupakan Suatu serangan yang keji, ganas dan licik. Gak Lam-kun sendiri bukan orang bodoh, ia telah menduga kalau si Rase berekor sembilan bakal melancarkan serangan dahsyat dikala ia menyambut pukulan yang tertuju ketubuh Si Tiong-pek, karenanya diam-diam hawa murninya sudah dikerahkan kedalam telapak tangan kanan, meskipun begitu mimpipun dia tak menyangka kalau dibalik serangan dahsyat tersebut si Rase berekor sembilan ini bakal menyembunyikan sebuah serangan mematikan lainnya. Disaat telapak tangan kiri Kiu-wi-hou membacok kedepan, telapak tangan kanan Gak Lam-kun ditekan pula kedepan, tapi rupanya dia tak ingin telapak tangannya berbenturan

dengan telapak tangan Rase berekor sembilan itu, ketika serangan sudah dilontarkan tibatiba ia menarik kembali telapak tangannya. Si Rase berekor sembilan Kongsun Po sendiri diam-diampun merasa terkejut ketika telapak tangan kirinya baru saja dilancarkan, mendadak segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat telah menggulung tiba, segera pikirnya dihati, Ilmu silat yang dimiliki pemuda ini betul-betul tak boleh dipandang enteng, ia bisa menyembunyikan angin pukulan sedemikian dahsyatnya dalam telapak tangan tanpa diketahui orang, bahkan sewaktu dilontarkan kedepan kedahsyatannya mengerikan waah,..aku musti bertindak lebih waspada lagi Baru ingatan tersebut melintas dalam benaknya serangan jari yang tersembunyi dibalik serangannya tadi telah bersarang dibahu Gak Lam kun yang dengan sigap telah berkelit kesamping dikala merasakan tibanya ancaman maut. Kedengaran Gak Lam kun mendengus tertahan tulang diatas bahu kirinya terasa amat sakit seperti mau remuk, dengan sempoyongan mundur tiga langkah kebelakang. Sekalipun begitu, si Rase berekor sembilan Kongsun po sendiripun tidak berhasil meloloskan diri dengan begitu saja, ketika angin pukulan dari Gak Lam kun yang maha dahsyat itu menyentuh telapak tangannya, segulung hawa dingin yang tajam terasa menyengat badan menembusi nadinya dan ia langsunglah kebelakang. Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaan Kongsun po ketika itu, cepat-cepat ia berjumpalitan beberapa tombak kebelakang Untung ia menghindar dengan cepat sehingga luka yang lebih parah bisa dihindari, kendatipun demikian isi perut Kongsun Po toh mengalami juga goncangan yang sangat keras, jelas ia sudah menderita luka ringan. Adegan demi adegan dahsyat yang berlangsung secara beruntun ini membuat orangorang yang hadir berdiri tertegun, semua orang membelalakkan matanya dengan wajah kaget, untuk sesaat tak seorangpun yang turun tangan lagi, masing-masing mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengendalikan golakan darah didalam dadanya. Pada saat itulah tiba-tiba dari dalam sebuah bangunan loteng disebelah barat berkumandang serentetan suara teguran yang dingin dan menyeramkan, Bila kalian tidak segera meninggalkan tempat ini, hmm! Barangsiapa berani berdiam lebih lama lagi disini, akan kusuruh kalian mampus tanpa kuburan. Sesungguhnya Giok-bin-sin ang(kakek sakti berwajah pualam) Say Khi-pit ada niat untuk melenyapkan Gak Lam-kun setelah menyaksikan ilmu silatnya yang sakti dan lihay itu daripada meninggalkan bibit bencana dikemudian hari. Akan tetapi setelah mendengar suara peringatan tersebut, tak kuasa lagi ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

Haaahhhaaahhhhaaahhhsiapakah kau? Takabur amat perkataanmu itu, tidakkah kau takut bahwa ucapanmu itu akan ditertawakan oleh umat persilatan? Setelah menyampaikan suara peringatan tadi, suasana dalam bangunan rumah berloteng itu pulih kembali dalam keheningan, tak kedengaran sedikit suarapun. Karena tiada yang menggubris teriakannya, Giok-bin sin-ang Say Khi pit pun tidak mendesak lebih lanjut, kembali ia berpaling kepada Gak Lam-kun kemudian tanyanya sambil tertawa, Lote, bolehkah aku tahu kau berasal dari perguruan mana? Gak lam-kun hanya memicingkan sepasang matanya, ia membungkam dalam seribu bahasa. Paras muka Say Khi-pit segera berobah hebat, katanya lagi dengan suara dalam, Jikalau kau congkak dan tinggi hati selalu, jangan salahkan bila aku akan berbuat kurang ajar Silahkan! kata Gak Lam-kun hambar. Bergetar juga perasaan Giok-bin-sin-ang Say Khi pit sebab dalam dunia persilatan dewasa ini belum pernah ada orang yang berani menantangnya secara terus terang macam begini, sekalipun dia adalah Oh Bu hong ketua perkumpulan elang baja. Setelah tertegun beberapa saat, Say Khi pit mendengus dingin lalu katanya, Besar amat bacotmu, dengan maksud baik aku bertanya kepadamu, tak kusangka kalau kau begini sombong dan tinggi hati, Hmm tampaknya jika aku tidak memberi sedikit pelajaran kepadamu, kau masih belum tahu diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia yang lebih pintar Selesai berkata, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan dan melancarkan sebuah bacokan. Dengan cekatan Gak Lam-kun merendahkan tubuhnya kebawah, sekalipun pukulan itu berhasil dihindari, ia tidak melepaskan serangan balasan, sikapnya masih tenang dan seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun Betapa gusarnya Giok-bin sin-ang Say Khi pit menyaksikan kelatahan dan kesombongannya itu, pikirnya, Betapa sombongnya orang ini, bila tak kuberi sedikit pelajaran kepadanya pasti dianggapnya bahwa dia paling hebat dan didunia ini cuma ada dia seorang yang pintar dan hebat Hawa murninya diam-diam dihimpun menjadi satu, lalu dengan satu dorongan telapak tangan kanan ia lepaskan serangan tersebut. Gak Lam kun mengebaskan telapak tangan kanannya, tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia sambut datangnya ancaman tersebut.

Padahal didalam melancarkan serangannya tadi, Say Khi pit telah mengerahkan tenaga dalamnya sebesar delapan bagian, kekuatan angin pukulannya cukup untuk memukul hancur batu cadas. Dalam perkiraannya semula, kendatipun serangan tersebut belum tentu bisa menghajar Gak Lam-kun sehingga terluka parah, paling sedikit kuda-kudanya pasti akan tergempur dan tubuhnya akan mundur beberapa langkah dengan sempoyongan. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata diluar dugaan Say Khi pit, setelah menyambut serangan itu tubuh Gak Lam-kun masih tetap tegak bagaikan bukit Tay-san, jangankan bergerak mundur, bergerak sedikitpun tidak Sementara itu secara tiba-tiba timbul segulung angin pukulan yang tajam langsung menghantam kedadanya. Say Khi-pit tertegun, sepasang ujung bajunya dikebaskan untuk memunahkan datangnya ancaman tersebut. Pada saat itulah tiba-tiba Gak Lam-kun menerjang maju kedepan, telapak tangan dan kakinya melancarkan serangan bersama, dalam waktu singkat lima buah pukulan dilepaskan. Kelima jurus serangannya bukan saja dilancarkan dengan kecepatan tinggi, bahkan jurus serangannya aneh dan tenaganya dahsyat sedikit kurang waspada seketika Giok-bin-sinang Say Khi-pit terdesak mundur sejauh tiga langkah. Diantara tujuh belas orang jago tangguh yang mengerubuti Tok-liong Cuncu dibukit Yanpo gan belasan tahun berselang, Giok-bin-sin-ang Say Khi-pit merupakan jago tangguh keempat. Bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi, diapun terhitung jago nomor satu dalam dunia persilatan dewasa ini. Belasan tahun berselang ia sudah lihay apalagi belasan tahun kemudian, sudah barang tentu kemajuan yang dicapainya dalam ilmu silat sukar dilukiskan dengan kata-kata. Siapa menyangka dalam kemunculannya kembali dalam dunia persilatan dia harus berjumpa dengan musuh setangguh ini. Selama hidup belum pernah ia menerima penghinaan dan rasa malu seperti yang dialaminya sekarang, kontan saja hawa amarahnya berkobar sambil mendengus dingin telapak tangannya diayun kedepan melancarkan sebuah pukulan dahsyat. Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menyelimuti angkasa, segulung angin pukulan yang kuat dan berat tiba berlapis-lapis.

Dari catatan Ciu jin-liok yakni catatan yang berisi keterangan tentang musuh-musuh besarnya. Gak Lam kun telah mendapat tahu bahwa Say Khi-pit merupakan jago keempat diantara tujuh jago lihay lainnya, dengan dasar keterangan itu tentu saja ia tak berani bertarung secara gegabah, semua serangan-serangannya dilancarkan dengan aneh dan sakti bahkan beberapa gebrakan kemudian ia telah berhasil membendung semua serangan tangguh dari Giok bin sin ang. Pertarungan yang berlangsung ini sungguh merupakan suatu pertarungan indah yang jarang ditemui dalam dunia persilatan, hal ini membuat Si Tiong pek yang menyaksikan kejadian itu merasa terkejut bercampur tercekat. Ia tak mengira kelihayan Gak Lam-kun ternyata jauh diluar dugaannya semula, ia lebihlebih tak menyangka dengan usia Gak Lam kun yang beberapa tahun lebih muda darinya ternyata memiliki ilmu silat sedemikian sempurna. Untuk sesaat ia menjadi getun sendiri, bahkan makin dilihat rasa iri dan dengkinya semakin menghebat. Ketika serangan berantai yang dilancarkan Giok bin-Sin-ang Say Khi pit berhasil dibendung semua oleh Gak Lam-kun, hatinya merasa kaget dan marah sambil membentak keras sekali lagi dia menyerbu kedepan sambil melancarkan serangan. Semua bacokan telapak tangannya dan totokan jari tangannya tertuju pada jalan darah kematian disekujur badan Gak Lam-kun, bukan saja serangan itu amat dahsyat dan luar biasa, bahkan datangnya berantai bagaikan gulungan ombak yang saling berkejaran. Gak Lam kun mengernyitkan sepasang alis matanya, dibawah serangan dan desakan Say Khi-pit yang bertubi-tubi, mendadak ia gunakan jurus serangan yang aneh dan sakti untuk membacok urat nadi ditubuh lawan. Dengan terjadinya ancaman tersebut, maka secara tiba-tiba saja semua serangan ganas dari Giok bin-sin ang Say Khi-pit mengalami kemacetan total, bukan saja ia tak mampu melukai musuhnya bahkan oleh ilmu bacokan nadi yang dipakai Gak Lam kun seluruh kepandaian silatnya tak mampu dikembangkan kembali. Sementara itu setelah mengatur pernapasan sekian lama, si Rase berekor sembilan Kongsun po telah berhasil menenangkan kembali golakan hawa darah dalam dadanya betapa terkesiapnya dia setelah menyaksikan pertarungan sengit antara Say Khi pit melawan Gak Lam kun, pikirnya kemudian dengan hati kebat-kebit, Sepintas lalu orang ini tampaknya baru berusia dua puluh tahunan, tak nyana kalau kepandaian silatnya telah mencapai taraf setinggi ini bila ia diberi kesempatan untuk hidup sepuluh tahun lagi entah bagaimana jadinya nanti? Aaaikenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk bekerja sama dengan Say Khi-pit dan melenyapkannya dari muka bumi? Lebih baik bersusah payah sekarang, daripada menjadi bibit bencana yang besar buatku dikemudian hari

Berpikir sampai disitu, nafsu membunuh dihati Kongsun Po segera berkobar kembali, katanya sambil tertawa kering, Say loji, bocah keparat ini terlalu hebat, mari kubantu untuk menaklukannya. Begitu ucapan diutarakan secepat sambaran kilat Kongsun Po menerjang maju kedepan dan melepaskan serangkaian pukulan dan tiga kali tendangan kilat, bukan saja gerakannya penuh bertenaga bahkan jurus-jurus serangan yang digunakan semuanya merupakan serangan yang ganas dan mengerikan hati. Sesungguhnya semenjak tadi Giok bin sin ang Say Khi-pit memang mempunyai ingatan tersebut maka dia cepat-cepat menarik napas panjang, kemudian sepasang telapak tangannya melancarkan serangan-serangan untuk mengimbangi kerja samanya dengan si Rase berekor sembilan. Kendatipun Gak Lam-kun berilmu tinggi, tapi dibawah serangan berantai dari dua orang tokoh kelas satu yang amat lihay itu, terdesak juga dia sehingga harus mundur sejauh empat lima langkah dari kedudukannya semula. Ditengah sengitnya pertarungan yang sedang berlangsung pada kegelapan menjelang fajar tiba-tiba dari dalam bangunan loteng itu berkumandang suara suitan aneh yang panjang tapi rendah dan berat. Suara itu sangat aneh dan seakan-akan membawa daya pengaruh iblis yang sanggup membetot sukma orang. Bersamaan dengan berkumandangnya suara suitan aneh itu, mendadak dari balik semak belukar disekitar gelanggang itu berkumandang suara desisan yang ramai. Dengan terkejut Si Tiong pek berpaling kearah mana berasalnya suara itu, tiba-tiba segulung bau amis berhembus lewat, menyusul kemudian muncullah beberapa ekor ular beracun yang bersisik emas dari balik semak belukar. Ular-ular beracun yang menjijikkan sekali tampangnya itu dengan sigap dan sangat terlatih langsung menyerbu kedalam gelanggang pertarungan. Sementara itu Gak Lam-kun yang berada dalam kancah pertarungan, kendatipun ikut mendengar suara suitan aneh tersebut akan tetapi berada dalam desakan dua orang musuh besarnya yang datang secara bertubi-tubi, meluap juga hawa amarahnya. Ia tak sempat untuk memikirkan persoalan lain lagi, sambil membentak keras sebuah pukulan dahsyat dilancarkan kearah depannya Dengan penuh kegusaran kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit mendengus dingin, ia melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Blaaang..! dikala dua gulung angin pukulan saling bertemu satu sama lainnya, terjadilah suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, akan tetapi justru karena itu gerak maju kedua belah pihakpun menjadi tertahan hingga jauh lebih lambat.

Gak Lam-kun tidak berhenti sampai disitu saja telapak tangan kirinya kembali melancarkan sebuah pukulan untuk menghantam kedada lawan, sementara tangan kanannya berputar mencengkeram urat nadi diatas pergelangan tangan Say Khi-pit. Sesudah berlangsungnya adu kekuatan secara kekerasan tadi, Say Khi-pit merasakan isi perutnya tergetar keras, meskipun diwajahnya ia masih dapat mempertahankan ketenangannya seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadianpun, padahal isi perutnya sudah tergoncang keras, bukan saja hawa darah sudah bergolak keras, diapun sudah tak sanggup lagi untuk menyambut serangan lawan dengan kekerasan. Oleh sebab itu, dikala serangan dari Gak Lam-kun yang maha dahsyat itu meluncur datang dengan cepat-cepat dia melompat mundur kebelakang. Gagal dengan serangannya yang pertama, Gak Lam kun mengangkat kaki kirinya dan menyusul kedepan. Pada saat itulah si Rase berekor sembilan Kongsun Po membentak keras, dua gulung angin pukulan yang sangat kuat segera menggulung kedepan. Gak Lam-kun tertawa dingin, ia merangkap sepasang telapak tangannya kedepan dada, setelah berputar satu lingkaran ditolaknya serangan tersebut kearah dada Kiu-wi-hou. Sepanjang karirnya sebagai jagoan dalam dunia persilatan, sudah banyak jago lihay yang pernah ia temui belum pernah ia saksikan pukulan seaneh serangan yang dilancarkan Gak Lam-kun ini. Buru-buru ia menarik napas panjang dan menekan tubuhnya yang sedang menyerbu kedepan itu sehingga merosot kebawah, lalu sepasang telapak tangannya yang penuh berisikan tenaga pukulan itu pada saat yang hampir bersamaan dilancarkannya kedepan, sementara Giok-bin-sin ang Say Khi-pit yang berada disebelah kanan ikut pula menyerbu kedepan Gak Lam-kun mendengus dingin, dengan jurus Giok liong hun-sim (naga kemala memecah perhatian) tiba-tiba sepasang telapak tangannya direntangkan kesamping, tangan kirinya digunakan untuk menangkis serangan dari Say Khi-pit, sedang telapak tangan kanannya bagaikan sambaran kilat cepatnya menghantam kedada Rase berekor sembilan. Perubahan jurus serangan ini sangat diluar dugaan orang, lagi pula datangnya ancaman sedemikian cepatnya, peluh dingin segera membasahi sekujur badan Kongsun Po saking kagetnya. Bagaimanapun juga dia adalah seorang rase tua yang sudah berpengalaman luas dalam menghadapi musuh, sekalipun peluh dingin telah membasahi tubuhnya karena kaget, gerak geriknya sama sekali tidak menjadi kalut, ia menarik napas panjang kemudian menyurut mundur kebelakang.

Waktu itu api dendam dan kebencian sedang membara dalam hati Gak Lam-kun, tentu saja ia tak sudi membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja dari cengkeramannya, ia tahu diantara ketujuh orang musuh besarnya Jit-poh-toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dan Tang-hay-coa-siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong-hu telah mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya. Ia cukup mengerti, apabila ia membiarkan mereka semua bersatu padu maka niscaya ia tak akan sanggup untuk menghadapi mereka sekaligus. Oleh sebab itulah bagaimanapun juga dua orang musuh besar yang sedang dihadapinya ini harus dibinasakan dibawah telapak tangannya, daripada memberikan mereka pulang gunung dan meninggalkan bibit bencana kemudian hari. Berpikir sampai disitu Gak Lam-kun segera menghimpun hawa sakti Tok-liong-ci jiau (cakar jari naga beracunnya kedalam telapak tangan Pada saat tenaga sakti yang maha dahsyat itu siap dilancarkan tiba-tiba terdengar Si Tiong pek membentak keras, Ular beracun!! Berbareng dengan teriakan itu, Gak Lam-kun merasa tumit kirinya amat sakit, ketika ia mencoba untuk memeriksanya maka tampaklah seekor ular beracun yang berbadan bintik-bintik merah sedang melingkar diatas kakinya erat-erat. Tak terkira rasa kaget dan terkesiap Gak Lam-kun menghadapi kejadian tersebut, cepat kelima jari tangan kanannya disapu kebawah. Termakan oleh pukulan yang sangat dahsyat itu kontan saja ular beracun yang menggigit tumitnya itu hancur berkeping-keping, tapi Gak Lam-kun keburu merasakan tumitnya menjadi panas seperti dibakar dengan api, dengan terkejut ia segera, menghimpun tenaga dalamnya untuk mendesak keluar racun ular tersebut. Pekikan nyaring yang amat tajam dan tak sedap didengar tadi kembali berkumandang datang dari kejauhan. Sreeet..! Sreeet..! bunyi desisan aneh berkumandang dari mana-mana, lalu tampaklah beratus-ratus ekor ular berbisa bermunculan dari balik semak belukar disekelilingnya, ular-ular tersebut sambil menjulurkan lidahnya yang merah membara, secara berpencar mendekati tubuh Si Tiong pek, Say Khi-pit, Kongsun Po dan Gak Lam-kun. Gak Lam-kun marah sekali menyaksikan ancaman itu, sepasangtelapak tangannya dibacok kedepan berulang kali, gulungan angin puyuh yang disertai dengan batu dan kerikil segera menggulung kemuka serta membinasakan beberapa ekor ular beracun. Pada saat yang hampir bersamaan, Say Khi-pit serta Kongsun po telah melancarkan juga pukulan-pukulan udara kosong untuk membinasakan ular-ular beracun yang menyerbu kearah mereka.

Tapi sayang ular-ular beracun itu sangat banyak Jumlahnya, apalagi dibawah komando suara lengkingan tajam yang sangat aneh itu, mereka bermunculan dari balik semak belukar disekitar tempat itu dan menyerbu kearah musuh-musuhnya secara ganas dan mengerikan. Menyaksikan kejadian itu, si Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa kering kemudian katanya, Say loji, hari ini secara beruntun kita harus menghadapi beberapa kejadian aneh, benar-benar sedang sial! Tentu saja yang dimaksudkan sebagai beberapa persoalan aneh adalah masalah ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun serta penyerbuan oleh ular beracun atas diri mereka berempat. Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit berkata, Hei Rase tua, aku dengar Si Kakek ular dari lautan Timur adalah seorang ahli dalam menangkap ular apabila hari ini Ou loji juga berada disini, ingin kusaksikan dengan cara apakah dia akan menangkap gerombolan ular-ular beracun ini Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa dingin. Sekalipun Ou Yong-hu terhitung seorang ahli dalam menangkap ular, tapi bila dibandingkan dengan orang ini, hmmdia masih ketinggalan jauh sekali coba dengarkan irama musik yang mengendalikan gerakan maju ular-ular beracun itu, sungguh hebat dan mengagumkan coba terka siapakah orang itu? Haaahhhhaaahhhhaaaahhrase tua masa kau tahu siapakah pawang ular itu? Say loji, kau pernah mendengar kalau dari See Thian san terdapat tiga orang manusia latah? Nah salah satu diantaranya adalah See hi Tong-seng malaikat racun dari See-hi Lo Kay seng Sementara pembicaraan masih berlangsung gerombolan ular-ular beracun itu sudah berada beberapa kaki saja dihadapan kedua orang itu, terpaksa mereka harus mengayunkan telapak tangan masing-masing untuk menghajar ular-ular beracun itu. Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna, kendatipun ia kena digigit oleh ular beracun itu, namun pukulan-pukulan yang dihasilkan dari sepasang telapak tangannya masih mantap dan penuh bertenaga dahsyat, ular-ular beracun yang berada disekitar tiga kaki darinya tak seekorpun berhasil meloloskan diri dalam keadaan selamat. Si Tiong-pek paling menggenaskan keadaannya, setelah isi perutnya menderita luka yang cukup parah, ia telah kehilangan seluruh kekuatan hawa murninya, dikala ular-ular beracun itu menyerbu tiba, dia cuma bisa berkelit kesana kemari secara gelagapan, tapi sayang ular-ular beracun yang menyerbu datang terlampau banyak jumlahnya, tak selang beberapa saat kemudian sekeliling tubuhnya telah dipenuhi oleh ular-ular beracun yang ganas itu.

Tiba-tiba muncul seekor ular kecil berwarna hitam, sambil mendesis aneh ular itu melompat keatas secepat kilat menggigit lengan kanan Si Tiong pek. Aduuuh..! saking sakit dan kagetnya, pemuda itu menjerit tertahan lalu jatuh terjerembab diatas tanah. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu dengan cepat melayang datang, ujung bajunya dikebaskan berulangkali, seketika itu juga berpuluh-puluh ekor ular beracun yang sedang menyerbu ketubuh Si Tiong pek berhasil dibinasakan. Sungguh tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri yang mencekam perasaan Si Tiong pek ketika itu buru-buru dia merangkak bangun. Ular kecil berwarna hitam yang cuma beberapa depa panjangnya itu masih menggigit lengan kanannya kencang-kencang Gak Lam kun bergerak cepat, dengan jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya dia jepit ular hitam itu lalu ditarik hingga terlepas dari gigitan, kemudian setelah digencet sampai mati, bangkai ular itu dibuangnya jauh-jauh dari sana Saudara Si cepat kerahkan hawa murnimu untuk mencegah menjalarnya sari racun tersebut! serunya. Si Tiong pek menghela napas panjang. Aaaaailuka yang kuderita sudah terlampau parah, aku tak mampu untuk mengerahkan tenaga lagi, apalagi setelah digigit ular beracun sekarang, sudah pasti aku bakal mampus. Saudara Gak, cepat tinggalkan tempat ini, kau tak usah menggubris diriku lagi Gak Lam-kun mengerutkan dahinya mendengar perkataan itu, katanya, Saudara Si, apabila kau cepat tinggalkan tempat ini dan berhasil menemukan Ou Yong hu tham cu dari perkumpulanmu itu, mungkin jiwamu masih dapat diselamatkan, akupun sudah digigit oleh ular beracun, siapa tahu kalau sebentar lagi bakal mampus pula diujung mulut ular-ular beracun itu? Sementara pembicaraan masih berlangsung, Gak Lam-kun telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk melancarkan beberapa buah pukulan dahsyat untuk membinasakan lagi beberapa ekor ular beracun. Si Tiong-pek tertawa terbahak-bahak, katanya, Saudara Gak, kendatipun kita hanya berjumpa dalam sekali perjumpaan belaka, tampaknya antara kau dan aku memang mempunyai kecocokan, bila saudara Gak tidak keberatan, beruntunglah aku bila saudara Gak bersedia mengangkat saudara denganku. Sekalipun kita tidak dilahirkan hari yang sama, aku bersedia mati pada waktu yang bebarengan, sayang keadaanku sekarang sudah amat payah, sekalipun berbasil menemukan Ou thamcu dan racun ular dalam tubuhku berhasil dipunahkan, luka parah yang kuderita dalam perutku belum tentu bisa

disembuhkan maka dari itu saudara Gak, lebih baik kau saja yang tinggalkan tempat ini, temukan Ou thamcu dan mintalah kepadanya untuk mengobati luka racun ular itu Sungguh gagah dan perkasa sekali perkataan itu bukan saja bijaksana dan lagi pula amat tulus dan ikhlas, hal ini membuat Gak Lam kun merasa sangat terharu. Tiba-tiba ia berpekik nyaring, sambil menahan rasa sakit dikakinya dia kerahkan hawa murninya sedemikian rupa untuk melepaskan pukulan-pukulan jauh lebih ganas, kontan berpuluh-puluh ekor ular beracun disekitar tempat itu berhasil dibinasakan. Si Tiong-pek kembali dibikin tertegun oleh kejadian itu, mimpipun dia tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah mencapai pada taraf setinggi itu. Begitulah, setelah Gak Lam kun mengerahkan segenap tenaga dalamnya untuk membinasakan gerombolan ular beracun disekitar empat lima kaki disekeliling mereka, iapun berpaling seraya berkata, Saudara Si, mari kubopong dirimu untuk meninggalkan tempat ini! Tanpa menunggu jawaban disambarnya tubuh Si Tiong pek, kemudian dibopong. Sementara itu pekikan nyaring yang sangat aneh tadi mendadak semakin melengking tinggi, bukan saja tajam bahkan amat tajam bagaikan lolongan serigala atau jeritan setansetan gentayangan. Berbareng dengan munculnya suara itu, dari balik semak belukar disekitar tempat itu muncullah gerombolan demi gerombolan ular beracun yang menyerbu ketengah gelanggang bagaikan gulungan ombak dahsyat ditengah samudra. Kali ini ular-ular beracun yang melancarkan serangan bukan ular-ular kecil saja diantaranya ada yang besar mengerikan seperti ular sanca, ada pula yang amat kecil bagaikan anak ular yang baru saja dilahirkan Yaa, kejadian ini aneh tampaknya padahal dalam kenyataan hal ini kemungkinan besar bisa terjadi. Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa tergelak, katanya mendadak, Say loji ularular beracun makin lama semakin banyak, kalau begini terus keadaannya, kendatipun tubuh kita terbuat dari baja murni akhirnya bakal mampus juga karena kehabisan tenaga Hei, rase tua! sahut Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit, aneh benar kedatangan ular-ular beracun itu, lebih baik kita cepat-cepat tinggalkan tempat ini Tiba-tiba paras muka rase berekor sembilan Kongsun po berubah hebat, katanya lagi, Say loji, pernahkah kau baca kitab San hay keng yang membicarakan bahwa dijaman dahulu terdapat seekor naga aneh pemakan racun yang bisa mengeluarkan bunyi sangat

aneh? Konon bunyi aneh itu bisa memancing datangnya beribu-ribu ekor ular beracun dan binatang beracun lainnya untuk menghampirinya Satu ingatan melintas dalam benak Giok-bin-sin-ang Say Khi-pit, seperti teringat akan sesuatu katanya, Wahai rase tua, apakah ilmu yang digunakan See ih tok seng Lo Kay seng adalah ilmu Seh hun liong ing (irama naga pembetot sukma) yang sudah lenyap dari peredaran semenjak seribu tahun berselang? Say loji, lebih baik cepat-cepat kita kabur dari sini, sekalipun tanpa memiliki ilmu irama naga pembetot sukma yang maha lihay itu, dewasa ini Si malaikat racun dari See-ih Lo Kay-seng telah memiliki irama suitan yang tampaknya mempunyai daya pengaruh iblis yang luar biasa. Yaabila dugaanku tidak keliru kemungkinan besar disetiap sudut bangunan gedung ini telah dipersiapkan berpuluh-puluh laksa ekor ular beracun yang siap melancarkan serangan setiap saat Baik Gak Lam-kun maupun Si Tiong-pek yang mendengar pembicaraan kedua orang itu, diam-diam merasa kaget dan terkesiap juga. Sambil membopong tubuh Si Tiong-pek, Gak Lam-kun sudah mengundurkan diri sejauh beberapa kaki, mendadak dari balik semak belukar didepan sana terjadi kembali suara yang amat gaduh ternyata segerombolan ular beracun telah muncul kembali untuk melancarkan serbuan maut. Menyaksikan itu, Gak Lam-kun menghela napas panjang, keluhnya, Aaaai..tampaknya hari ini kita benar-benar akan tewas dimulut ular-ular beracun ini Kiranya pada waktu itu Gak Lam-kun telah merasakan betapa panas dan gatalnya sekitar mulut luka di tumitnya yang terpagut ular tadi, bukan saja telah membengkak satu kali lipat daripada keadaan semula, bahkan sedemikian kakunya sehingga tak medengar perintahnya lagi. PERLU kiranya diterangkan disini bahwa ular berbintik bintik merah itu merupakan jenis ular beracun yang jahat dan ganas sekali sari racunnya, meskipun Gak Lam kun telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak racun itu terkumpul disuatu tubuhnya, akan tetapi lantaran dia barus mengerahkan tenaga saktinya untuk membinasakan ularular beracun tadi, maka karena kurang waspada racun ular yang berhasil disudutkan itu berhasil menjalar kembali kedalam isi perutnya mengikuti aliran darah. Karena daya kerja racun yang berhasil lolos ketubuhnya itulah menyebabkan pemuda itu merasakan dadanya menjadi kaku, segenap tenaga murninya membuyar dan badannya menjadi lemas. Masih untung tenaga dalamnya cukup sempurna, hingga sebelum keadaan bertambah fatal, ia sudah keburu menutup kembali semua saluran jalan darah dibagian kakinya.

Si Tiong pek tertawa sedih katanya, Aku bisa mati bersama-sama saudara Gak sekalipun harus mati sekarang, mata juga akan meram! Sementara pembicaraan sedang berlangsung gerombolan ular beracun itu telah tiba didepan mereka terpaksa Gak Lam kun mengayunkan kembali telapak tangan kanannya untuk menghajar binatang-binatang tersebut. Blaaang! dimana angin pukulannya menyambar lewat, belasan ekor ular beracun yang bergerak dibarisan terdepan segera terhantam sampai hancur berkeping-keping. Setelah melancarkan serangan dengan telapak tangan kanannya tadi Gak Lam kun merasakan dadanya kaku dan kesemutan, segenap kekuatannya punah tak berbekas, ia menjadi sempoyongan lalu bersama Si Tiong pek jatuh terjerembab diatas tanah. Saudara Gak, kenapa kau? Si Tiong pek segera bertanya dengan perasaan cemas. Gak Lam kun menghela napas panjang. Aaaairacun ular yang berada dalam tubuhku telah menyerang dalam isi perut Selesai mengucapkan kata-kata dengan cepat Gak Lam kun duduk bersila untuk mengatur pernapasan, dengan kaki kanannya dia berusaha menopang seluruh badannya. Si Tiong pek yang mendengar perkataan itu ikut merasa terperanjat pikirnya, Tenaga dalam yang dia miliki beberapa kali lipat lebih tinggi daripadaku, kenapa aku yang digigit ular dengan isi perutku sudah terluka parah tidak merasakan apa-apa kecuali tak mampu mengerahkan kembali tenaga dalamnya sedangkan dia yang tidak terluka isi perutnya malah menunjukkan gejala keracunan? Jangan-jangan ular hitam kecil yang menggigitku itu sama sekali tak beracun. Padahal mana dia tahu kalau racun dari ular hitam kecil itu jauh lebih jahat daripada racun ular berbintik-bintik merah yang menggigit Gak Lam kun itu? Barangsiapa sampai tergigit oleh ular hitam kecil itu maka dalam waktu singkat jiwanya tentu akan melayang, tapi kenapa Si Tiong pek tidak mampus? Alasannya yakni karena sebagian urat nadi dalam tubuhnya sudah membeku dan tembusan racun jahat itu tak sanggup menyerbu sampai kedalam tubuhnya karena itu dia masih tetap segar tanpa banyak menunjukkan gejala keracunan. Akan tetapi, justru karena kejadian ini maka luka dalam yang diderita Si Tiong pek akan semakin sukar disembuhkan, sekalipun sembuh nantinya, dia harus menderita kembali suatu penyakit jahat yang tak ada sembuhnya Sementara itu desisan tajam berkumandang lagi silih berganti, segerombolan ular racun muncul lagi dari semak belukar dan menyerbu kearah Gak Lam-kun serta Si Tiong pek.

Betapa gelisah dan cemasnya Si Tiong pek, cepat dia menarik bahu Gak Lam kun seraya teriaknya, Saudara Gak, rada baikkah keadaanmu? Ketika sinar matanya dialihkan kewajah Gak Lam-kun, maka tampaklah pemuda itu memejamkan matanya rapat-rapat, mukanya tenang tapi dingin dan hambar, sama sekali tidak tampak rasa murung ataupun bersedih hati. Puluhan sosok ular beracun yang besar kecil tak menentu itu sudah bergeser kurang lebih satu kaki dihadapan kedua orang itu, tampaknya sulit bagi mereka untuk meloloskan diri dari gigitan ular-ular tersebut Mendadak disaat yang kritis itulah bergema suara desisan kacau yang memecahkan kesunyian, ular-ular beracun yang berada disekitar tiga tombak dari kedua orang itu pada bergelut sendiri seperti kegilaan, lalu setelah saling gigit menggigit dengan kalap, binatang-binatang itu jumpalitan dan tewas secara misterius. Sedangkan ular-ular beracun yang berada diluar radius tiga kaki, seakan-akan telah bertemu dengan raja iblis tandingannya, dengan ketakutan mereka putar badan dan lari tercerai-berai. Saat itulah Si Tiong-pek sempat mencium bau harum yang tipis tersebar disana, bau itu seperti bau harum bunga anggrek, tapi jelas bukan bunga anggrek, dengan tercengang ia berpaling kearah Gak Lam kun. Rupanya Gak Lam kun sendiripun mengendus bau harum yang tipis itu, segera ia membuka matanya dan memutar badan dengan sigap Kurang lebih empat kaki didepannya berdiri seorang manusia berbaju abu-abu yang mengenakan kain cadar diatas wajahnya, orarg itu tak lain adalah manusia berbaju abuabu pendayung sampan Bwe Li-pek. Tangannya waktu itu membawa sebuah botol yang berisi penuh bubuk putih setiap kali tangan kanannya menyebarkan bubuk putih keatas tanah ular-ular beracun yang berada beberapa kaki disekelilingnya segera melejit-lejit seperti kesurupan setelah terjadi adegan saling menggigit, binatang-binatang itu tewas semua dalam keadaan yang menggenaskan. Ular-ular beracun yang memenuhi seluruh permukaan tanah, kini sudah terkendalikan oleh irama aneh tadi, masing-masing berebut melarikan diri keempat penjuru. Suasana demikian kacaunya hingga serangan ular yang sesungguhnya sudah hampir berhasil itu segera terbengkalai dan menderita kegagalan total Saat itulah dari atas loteng gedung rumah itu berkumandang suara teguran yang dingin dan mengerikan.

Siapa kau? Bila kulihat dari bubuk hatinya yang kau miliki, tampaknya kau bukan manusia sembarangan! Manusia berbaju abu-abu itu segera tertawa tergelak. Haaahhhhaaahhhhaaahhh..Lo Kay-seng ilmu irama naga pembetot sukmamu telah mencapai tingkat yang keberapa? Orang yang berada diatas loteng gedung itu mendengus dingin. Hmm aku dengan saudara tak pernah saling mengenal, kenapa kau hancurkan barisan ularku? Lo Kay seng, aku hanya mohon bantuan agar menyampaikan pesan kepada Soat-san Thian-li bahwa aku dengan membawa perintah dari pemimpin perguruan panah bercinta ingin menghadap dirinya Berbicara sampai disitu, manusia berbaju abu-abu itu selangkah demi selangkah berjalan mendekati Gak Lam kun serta Si Tiong-pek berdua. Sementara itu orang yang berada diatas loteng gedung tersebut tertawa seram dengan suaranya yang melengking setelah mendengar perkataan itu, bukan saja suaranya tak sedap didengar bahkan bagaikan angin dingin yang berhembus datang dari gudang es, membuat siapapun yang mendengarnya menjadi bergidik dan seram. Gelak tertawa itu berlangsung seperminum teh lamanya, setelah berhenti orang itu baru berkata, Sungguh tak kusangka kaulah yang telah datang belasan tahun tak pernah muncul dalam dunia persilatan, siau-te mengira kau sudah kembali kebukit To san atau mungkin mengasingkan diri ditengah gunung yang terpencil dan jauh dari keramaian dunia. Hmmm Sungguh tak kusangka kau begitu tak becus dan memalukan sehingga dengan kedudukan sebagai seorang Tokoh kenamaan dalam dunia persilatan kau rela menggabungkan diri dengan perguruan panah bercinta serta menjadi budaknya heeehheeehhheeehhh siau-te sungguh merasa sayang untuk nama baikmu Manusia berkerudung berbaju abu-abu itu mendengus dingin. Hmmm..! Lo Kay seng, aku rasa kemunculanmu kembali dalam dunia persilatan dewasa ini adalah untuk mencari diriku, bukankah demikian? Baiklah, hutang-hutang lama kita memang sudah seharusnya diselesaikan secepatnya, sebab dilain waktu mungkin sudah tak ada kesempatan lagi Orang yang berada diatas loteng tertawa dingin. Bagus sekali, bagus sekali, malam ini aku Lo-Kay-seng akan menanti petunjukmu didepan gudang sebelum bertemu tak akan bubar

Semenjak semula Gak Lam kun sudah tahu kalau orang yang berada dihadapannya sekarang adalah satu diantara musuh-musuh besar gurunya yang bernama Jit poh-toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To, dengan perasaan gelisah buru-buru dia himpun segenap tenaga dalamnya siap melancarkan serangan. Sayang racun ular itu sudah menyerang kedalam tubuhnya, sekalipun dia telah berusaha untuk menghimpun segenap tenaganya, akan tetapi setiap kali dadanya menjadi kaku tenaga yang telah terhimpun itu lenyap kembali tak berbekas. Tiba-tiba manusia berbaju abu-abu itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir obat berwarna merah, lalu sambil diangsurkan kehadapan Gak Lam kun katanya, Gak siangkong, obat ini adalah obat penolak racun yang kubuat sendiri secara khusus cepat telanlah obat ini untuk menawarkan racun yang berada dalam tubuhmu Gak Lam kun hanya mendengus dingin tiga kali ia tidak menjawabpun tidak menyambut obat itu. Si Tiong-pek yang berada disisinya segera tersenyum katanya, Locianpwe, aku merasa amat berterima kasih sekali atas bantuan yang telah kau berikan untuk membebaskan kami dari mara bahaya budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya. Bolehkah aku tahu siapa namamu, sehingga kemudian hari dapat kubalas budi kebaikan ini? Setajam sembilu sorot mata manusia berbaju abu-abu itu, setelah menatap sekejap wajah Si Tiong pek katanya dengan nada ewa, Dua jam lagi, racun ular yang mengendon dalam tubuhmu akan menembusi nadi-nadimu yang membeku dan menyerang kedalam isi perut, lukamu tak mungkin bisa disembuhkan lagi, lebih baik carilah tempat yang cocok sebagai tempat istirahatmu untuk selamanya! Si Tiong-pek yang mendengar perkataan itu menjadi amat terkejut, namun paras mukanya masih tetap tenang seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadian apapun. Haaaahhhhaaahhhhaaaahhh ia tertawa tergelak, sebagai seorang laki-laki sejati apa yang musti ditakuti sewaktu mati dan apa yang musti digembirakan dikala hidup? Sejak dulu sampai sekarang tak ada manusia yang bisa melepaskan diri dari kematian, yang berbeda hanya selisih waktunya saja, ada yang mati lebih duluan ada pula yang mati belakangan. Si Tiong-pek hanya menyesal karena tak sempat menyaksikan keramaian yang bakal berlangsung dalam dunia persilatan Sehabis berkata, ia lantas memutar badan dan memberi hormat kepada Gak Lam kun, katanya lagi, Saudara Gak, dewasa ini usia siau-te sudah tak akan lama, lebih baik kita berpisah disini saja! Kedengaran sekali kalau ucapan tersebut mengandung nada sedih yang amat sangat.

Selesai mengucapkan kata-kata itu, dengan sempoyongan Si Tiong pek memutar badannya dan berlalu dari situ. Dengan satu kali lompatan, Gak Lam-kun menghadang dihadapannya, lalu serunya, Saudara Si, lukamu bukan tak dapat ditolong lagi! Si Tiong-pek tertawa sedih. Saudaraku, aku cukup memahami bahwa maut sudah tak jauh lagi dari hadapanku Manusia berbaju abu-abu yang ada dibelakangnya dengan cepat ikut menambahkan, Gak siangkong, ia benar-benar sudah tak dapat ditolong lagi, sebab irama Sang goanki telah membuatnya mengalami jalan api menuju neraka, seluruh jalan darah dalam tubuhnya telah tersumbat dan membeku, apalagi dalam keadaan demikian ia terpagut pula oleh ular Hek giok- coa (ular pualam hitam) yang amat jahat itu Si Tiong pek yang ikut mendengar keterangan itu, perasaannya yang sudah putus asa kini kian bertambah putus asa, sambil memutar badan ia berlalu dari sana dengan langkah lebar. Saudara Si! kata Gak Lam-kun lagi, kalau kau harus pergi dengan begini saja, mana mungkin hatiku bisa tenang? Sambil berpaling Si Tiong-pek tertawa. Dari sekian banyak orang yang kukenal didunia ini, hanya beberapa orang saja yang benar-benar bisa akrab, walaupun siaute dan saudara Gak bertemu belum lama, tapi aku merasa cocok sekali denganmu. Perduli bagaimanapun jalan pikiran saudara Gak, siaute tetap menaruh perasaan persahabatan yang erat denganmu. Aaaicuma sayang kita harus menghadapi perpisahan antara hidup dan mati, hingga persahabatan ini tak bisa berlangsung lebih mendalam andaikata aku beruntung bisa lolos dari kematian, suatu hari kita tentu bisa bertemu lagi. Kenapa saudara Gak musti mengesampingkan masalah penting hanya untuk mengurusi diriku? Tiba-tiba ia berpaling sekejap kearah manusia berbaju abu-abu itu, kemudian sambil putar badan pelan-pelan ia berlalu dari situ. Dari sikapnya ini, Gak Lam kun tahu kalau dia ada persoalan yang bendak dibicarakan secara pribadi terpaksa dia mengikutinya sehingga sejauh tujuh delapan kaki dari tempat semula. Setelah jauh dari orang banyak. Si Tiong pek baru berkata dengan nada rendah, Saudara Gak, apabila kau tidak percaya penuh dengan orang itu lebih baik jangan kau makan obat tersebut, sebab sudah menjadi kejadian umum dalam dunia persilatan bahwa

orang saling tipu menipu, semakin licik orang itu semakin beruntung posisinya didunia ini, siapa tahu kalau ia mengandung maksud jahat untuk mencelakai jiwamu Sehabis berkata dia lantas memberi hormat, lalu memutar badan dan berlalu dengan langkah lebar. Si Tiong-pek memang seorang manusia yang berhati keji seperti binatang buas, dengan wataknya yang licik dan banyak tipu muslihatnya ia merasa tak enak hati seandainya tidak mencelakai orang lain. Padahal dia tahu kalau Gak Lam-kun sudah terpagut ular beracun yang sangat berbahaya, kendatipun tenaga dalamnya cukup sempurna, akan tetapi racun ular itu sudah menyerang kedalam isi perutnya, andaikata tidak cepat-cepat makan obat pemunah maka akibatnya akan fatal, yaitu tak sampai setengah jam jiwanya bakal melayang. Si Tiong-pek cukup menyadari bahwa jiwanya sudah hampir berakhir, meski begitu ia tak lupa untuk mencelakai orang lain, maka kalau bisa dia akan berusaha untuk menghalangi Gak Lam-kun untuk menelan obat pemunah yang mujarab tersebut. Dengan termangu-mangu Gak Lam-kun memandang bayangan punggung Si Tiong pek lenyap dibawah sinar matahari disenja itu, akhirnya ia menghela napas panjang dan memutar badan. Tiba-tiba terdengar suara dari manusia berbaju abu-abu itu berkumandang dari belakang, Gak siangkong, Si Tiong pek adalah seorang manusia yang licik dan berbahaya lebih baik kau jangan bersahabat dengannya Mencorong sinar tajam dari balik mata Gak Lam kun, sambil memutar tubuhnya ia berkata dengan dingin, Jikalau kau kuatir pembalasanku dikemudian hari, mumpung aku sedang keracunan cepat-cepatlah turun tangan untuk membunuhku Manusia berbaju abu-abu itu tertawa dingin, Hutang uang bayar uang hutang nyawa bayar nyawa, lebih baik makan dulu obatku ini Gak siangkong, bila dikemudian hari kau ingin menuntut balas kepadaku, silahkan datang setiap saat aku pasti akan menaruhkan selembar nyawaku untuk melayanimu 00000O00000 Kalau memang demikian mari kita bertarung sekarang juga! tantang Gak Lam kun. Sekarang kau sudah tak punya sedikit tenagapun untuk bertarung, aku tak akan menggunakan kelemahan orang untuk melakukan sesuatu tindakan..! Keadaan Gak Lam-kun pada saat ini memang sangat lemah dan sama sekali tak berkekuatan, ketika mendengar ucapan tersebut, ia segera mendengus dingin.

Berpura-pura sok baik hati. Hmm perbuatan semacam ini hanya dapat membohongi anak kecil! Baiklah, bila kau memang tak mau berkelahi pada saat ini, jangan menyesal kau dikemudian hari Selesai berkata ia lantas memutar tubuhnya dan berlalu dari sana. Giok bin-sin-ang Say Khi-pit dan Kiu wi hou Kongsun po serentak melompat kedepan dan menghadang jalan pergi Gak Lam-kun. Sambil tertawa dingin jengek si Rase berekor sembilan itu, Saudara apakah kau pergi dengan begitu saja? Gak Lam kun sama sekali tidak menggubris bahkan melirik sekejappun tidak, pelanpelan ia melanjutkan langkahnya. Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa seram tiba-tiba ia menerjang kedepan, kelima jari tangan kirinya dipentangkan lebar-lebar untuk mencengkeram bahu Gak Lam kun. Manusia berbaju abu-abu yang berada dibelakangnya mendadak bergerak kedepan secepat sambaran setan gentayangan ia menerkam kearah Rase berekor sembilan itu kemudian mengayunkan telapak tangan kanannya mengirim sebuah pukulan dahsyat. Sungguh hebat angin pukulan itu, bukan saja cepat dibayar bahkan membawa daya penghancur yang sangat kuat. Untuk seaat si Rase berekor sembilan Kongsun po kehilangan posisinya ia sambut pukulan dari manusia berbaju abu-abu itu sementara cengkeraman tangan kirinya ketubuh Gak Lam kun sama sekali tidak berubah. Baaang..! suatu benturan keras menggelegar diudara. Termakan oleh tenaga tersebut, si Rase berekor sembilan Kongsun po tergetar mundur sejauh dua langkah, sedangkan manusia berbaju abu-abu itu hanya merasakan getaran pada bahunya. Hampir pada saat yang bersamaan, Gak Lam kun telah mengeluarkan juga ilmu langkah Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat nya untuk menghindari cengkeraman dari Kongsun po itu secara manis, kemudian dengan langkah lebar dia meneruskan perjalanannya. Betapa terkesiapnya Giok-bin sin-ang Say Khi-pit menyaksikan cara Gak Lam kun untuk menghindarkan diri dari serangan itu, dengan jurus To pit kim kong (membacok malaikat raksasa) ia menghantam pemuda itu. Dengan suatu gerakan berputaran yang cepat manusia berbaju abu-abu itu memutar badannya, lalu telapak tangannya dikebaskan keluar melancarkan sebuah pukulan untuk

membendung serangan dari Say Khi-pit, sementara tangan kirinya dengan jurus Hui-hong hud liu (pusaran angin melambaikan pohon Liu) melepaskan serangan balasan. Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit merasa amat gusar sekali karena manusia berbaju abu-abu itu ikut melibatkan diri dalam pertarungan itu segera bentaknya, Bagus sekali, siapa kau? Berani benar tak tahu diri dihadapanku..? Sambil berkata dengan cepat ia menyerbu kedepan dan melancarkan sebuah sodokan kejalan darah manusia berbaju abu-abu itu. Dengan cekatan manusia berbaju abu-abu itu berkelit kesamping, kemudian secara beruntun melancarkan tiga buah bacokan berantai. Sungguh dahsyat dan buas pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu, perubahan jurus pukulan maupun tendangan yang tertuju dalam serangan ganas, buas dan sakti, tentu saja arah sasaran yang tertuju dalam serangan itu adalah tempat-tempat yang mematikan ditubuh manusia, tampaknya mati hidup mereka berdua telah ditetapkan pertarungan maut tersebut. Sementara Gak Lam kun telah lenyap dibalik tikungan rumah sebelah depan sana. Weess..! Weess..! secara beruntun manusia berbaju abu-abu itu melancarkan dua buah pukulan berantai yang memaksa Giok bin sin ang harus melompat mundur sejauh tiga langkah. Begitu musuhnya berhasil dipaksa mundur, sambil tertawa terbahak-bahak kata manusia berbaju abu-abu itu, Haaaahhhhaaahhhhhaaahhh sudah lama kudengar ilmu silat yang dimiliki Say Khi pit sangat lihay melebihi siapapun, setelah perjumpaan hari ini kubuktikan sendiri bahwa nama besarmu memang bukan nama kosong belaka, haaahhhhaaahh haaahhh kini orangnya sudah pergi, dan lagi kitapun tak punya perselisihan atau sakit hati apa-apa, aku rasa pertarungan juga tak perlu dilanjutkan lagi Sehabis berkata dia lantas melompat keudara, bagaikan burung elang yang terbang keangkasa tahu-tahu ia sudah berada diatas atap rumah dan berlalu dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Meskipun baru bertarung beberapa gebrakan saja, namun Giok-bin-sin ang Say Khi-pit dapat merasakan betapa tangguhnya ilmu silat lawan, bahkan tidak berada dibawah taraf kepandaiannya, dia menjadi heran dan tidak habis mengerti, siapa gerangan orang itu? Heran, siapakah orang tadi? demikian ia berpikir, padahal tidak terlalu banyak jago persilatan yang memiliki ilmu silat setangguh ini kenapa aku tidak kenali orang itu? 0000O0000

Dikala Say Khi-pit terlibat pertarungan sengit melawan manusia berbaju abu-abu itu, menggunakan kesempatan yang sangat baik Gak Lam-kun telah berjalan keluar dari perkampungan tersebut dengan langkah cepat, selewatnya beberapa buah halaman, akhirnya ia menyelinap kedalam halaman sebelah barat. Setelah menderita luka keracunan akibat pagutan ular berbisa, gerak gerik Gak Lam kun sudah tidak segesit dan secepat tadi, dia cukup menyadari mara bahaya yang sedang mengancamnya, apabila secara langsung dia keluar dari gedung itu. Kongsun Po atau musuh-musuh tangguh lainnya berhasil menyusulnya, tak bisa disangsikan lagi, jiwanya pasti akan terancam maut. Gak Lam-kun berjalan terus dengan sekuat tenaga, lambat laun dadanya terasa sesak dan sukar bernapas, langkah kakinya makin lama makin berat dan susah, kepalanya pening dan matanya berkunang-kunang, terutama kaki. Anak muda itu makin sadar bahwa racun ular dalam tubuhnya segera akan mulai bekerja. Sekalipun begitu, kesadarannya masih belum hilang, dalam hati kecilnya masih terlintas tekadnya yang kuat, sambil menahan penderitaan dan siksaan yang hebat ia berjalan terus menuju kearah barat. Perkampungan itu betul-betul luasnya bukan kepalang, halamannya saja mencapai angka seratus, ketika Gak Lam-kun tiba digedung paling barat, tampaklah dihadapannya terbentang tanah perbukitan yang tandus dan sepi. Waktu itu, racun ular yang mulai bereaksi dalam tubuhnya makin lama semakin parah, ia merasa dadanya makin sesak, perutnya mual sekali seperti mau tumpah, sepasang kakinya seakan-akan sudah tidak menuruti perintah lagi. Pemuda itu menghela napas panjang, dia tahu andaikata racun ular itu tidak mendapatkan pengobatan tepat pada waktunya, besar kemungkinan ia akan tewas. Terbayang akan kesemuanya itu semangat jantannya hampir buyar semua, dengan sempoyongan ia berjalan kebawah sebuah pohon siong dan duduk bersila disana. Tiba-tiba Gak Lam kun merasakan segulung angin sejuk berhembus lewat, sungguh terperanjat perasaannya telapak tangannya cepat disilangkan didepan dada siap melancarkan serangan, tapi sebelum ia keburu melakukan suatu tindakan, tahu-tahu urat nadi pada pergelangan tangan kanannya sudah dicengkeram orang. Gak Lam kun segera menengadahkan kepalanya, ternyata orang itu adalah Jit-poh-toanhun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To atau manusia berbaju abu-abu tadi. Betapa geramnya pemuda itu dengan penuh emosi hardiknya, Kwik To mau apa kau..?

Belum habis kata-katanya, manusia berbaju abu-abu itu sudah mengayunkan telapak tangan kirinya sebiji obat yang dijepit dengan jari tengah dan jari telunjuknya itu tahutahu sudah dimasukan dalam mulut Gak Lam kun. Begitu terkena air liur, obat itu segera melumer dan berikut air liurnya mengalir kedalam perut. Selesai dengan perbuatannya itu, manusia berbaju abu-abu itu baru tertawa tergelak. Haaahhhhaaahhhhaaahhh Gak siangkong, memangnya kau anggap julukan Jitpoh-toan hun hanya panggilan kosong belaka bagiku? Haaahhhaaahhh haaahhh Betapa tercekatnya perasaan Gak Lam kun sehabis mendengar perkataan itu, ia pentangkan mulutnya lebar-lebar dan berusaha menumpahkan obat tersebut, tapi walaupun sudah muntah tiga kali dan perutnya hampir terkuras, cairan obat itu belum berhasil juga dikorek keluar. Pada saat itulah, mendadak lambungnya terasa sakit sekali seperti dililit-lilit, sedemikian dahsyatnya rasa sakit yang menyerang perutnya membuat pemuda itu merasa lebih baik mati daripada tersiksa. Uuaak..? Gak Lam-kun muntah darah kental, kemudian tubuhnya tersungkur dan tak berkutik lagi. ooooo Setelah meninggalkan Gak Lam-kun, dengan pikiran yang bingung dan kosong Si Tiong pek berjalan keluar dari gedung tersebut, berhadapan dengan maut yang setiap saat akan merenggut nyawanya, ia tak tahu harus kemanakah dia pergi? Tiba-tiba telinganya menangkap suara gulungan ombak yang membentur batu karang, ketika ia menengadah kedepan, tampaknya tanpa disadari ia telah tiba diatas sebuah tebing curam yang berada disebelah timur pulau tersebut. Dibawah tebing itu merupakan sebuah jurang beratus-ratus kaki tingginya dengan batu karang yang mencuat kesana sini, jika ia berdiri kurang hati-hati hingga terpeleset kebawah, tidak bisa disangsikan lagi, tubuhnya pasti akan remuk berkeping-keping. Dengan pandangan sayu ditatapnya ombak yang saling berkejar-kejaran ditengah samudra, dibawah sorot cahaya sang surya, burung manyar dan burung laut terbang kian kemari mencari mangsa, suatu perpaduan pemandangan yang indah sekali. Tak kusangka lagi Si Tiong pek menghela napas sedih. Aaaaimungkinkah aku Si Tiong pek harus mati dalam keadaan seperti ini? keluhnya.

Setelah berpikir sebentar, tiba-tiba timbul kembali niatnya untuk mencari hidup, ia segera duduk bersila diatas tanah dan pelan-pelan mengerahkan hawa murninya. Tapi begitu ia mencoba untuk mengatur napas, dadanya segera menjadi sesak dan hawa murninya bagaikan tersumbat, nyaris ia tak dapat bernapas, hatinya menjadi tercekat dan harapannya untuk hidup segera terputus sama sekali, perasaan bergidik muncul dari dasar hatinya dan mencekam seluruh perasaannya. Entah berapa lama lagi aku bisa hidup? demikian pikirnya, bila racun ular dan luka dalam yang kuderita kambuh bersamaan waktunya, niscaya aku bakal mati dalam keadaan yang mengerikan, daripada tersiksa pada akhirnya kenapa tidak kubereskan dulu nyawaku mumpung racun ular dan luka dalamku belum mulai kambuh? Berpikir sampai disini, pelan-pelan ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ketepi tebing. Sedetik menjelang perpisahannya antara mati dan hidup, pemuda itu merasakan hatinya pedih dan hampa, tanpa terasa airmata jatuh berlinang membasahi pipinya. Mendadak Si Tiong-pek menangkap suara nyanyian yang amat memedihkan hati diantara gulungan ombak yang menerjang batuan karang, lamat-lamat nyanyian itu kedengaran sebagai berikut, bertanya pada masyarakat, apakah cinta itu? Haruskah mati atau bidup untuk mendapatkannya..? Oh, jagat yang luas, mega yang tebal Langit selatan bumi utara, burung walet saling beterbangan Suara nyanyian itu amat memedihkan hati, membuat orang amat berduka. Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek menjadi tertegun, menyusul kemudian pikirnya, Aneh! Kenapa suara nyanyian itu bisa berasal dari dasar telaga..? Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya. Si Tiong-pek segera menghela napas panjang, gumamnya, Kemungkinan besar suara nyanyian itu berasal dari dalam sebuah gua dekat tebing karang sana, tapi siapa pula perempuan itu? Kenapa dia menyanyikan lagu yang begini sedih dan memedihkan hati? Nyanyian perempuan itu sekali demi sekali diulang terus menerus, tapi yang dinyanyikan melulu hanya bait lagu itu saja, bahkan suaranya makin lama semakin memedihkan hati Yaa, demikian mengharukannya suara nyanyian tersebut, membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut melelehkan airmatanya karena sedih.

Kembali Si Tiong pek berpikir, Kini aku sudah menjelang menemui ajal, apa salahnya kalau kugunakan kesempatan baik ini untuk menambah pengalamanku yang terahir kalinya. Setelah berpikir sampai disitu, dia lantas memperhatikan keadaan tebing disekeliling tempat itu kemudian pelan-pelan turun kebawah. Tak lama kemudian, ia sudah mengitari tebing curam itu dan menuruninya, sekarang yang terbentang dihadapannya cuma batu-batu karang ditepi pantai. Ombak yang menggulung-gulung diatas permukaan laut menggempur diatas batu karang dan memercikkan butiran-butiran air keseluruh penjuru Karena perasaan ingin tahunya, Si Tiong pek tak ambil perduli akan sulitnya jalan yang dihadapinya, pelan-pelan dengan berpijak pada batu-batu karang yang licin ia sampai juga didasar jurang sementara itu suara nyanyian yang memedihkan hati itu sudah tak kedengaran lagi. Menggunakan sepasang matanya yang tajam Si Tiong pek memperhatikan kembali keadaan disekelilingnya, mendadak ia temukan sebuah mulut gua yang lebarnya tiga depa dan tingginya enam depa berada kurang lebih dua kaki dari atas permukaan air segera pikirnya kembali, Rasanya suara nyanyian itu kecuali berasal dari dalam gua tak mungkin datang dari arah lain! Berpikir demikian, dengan langkah yang lebih berhati-hati lagi Si Tiong pek menelusuri tebing dan mendekati mulut gua itu. Suasana dalam gua itu gelap gulita hingga susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri, pelan-pelan ia berjalan masuk kedalam, kurang lebih sepuluh kaki kemudian ia sudah harus menikung sebanyak tiga kali, sementara lorong tersebut masih terbentang jauh kedalam sana. Semakin kedalam suasananya semakin gelap gulita, entah berapa jauh lagi baru akan sampai didasar gua tersebut? Akhirnya ia berhenti dan berusaha menenangkan kembali hatinya, kemudian ia berpikir, Biasanya gua-gua karang dipulau yang terpencil banyak digunakan sebagai tempat bersembunyinya ular-ular beracun atau binatang-binatang buas, kini ilmu silatku sudah punah, kalau sampai diserangwaah, celakalah aku Teringat sampat disitu, hatinya menjadi ragu-ragu, tapi bila teringat kembali bahwasanya ia sudah bakal mati pemuda itu segera tertawa pedih dan melanjutkan kembali perjalanannya. Ternyata gua itu panjang sekali, diam-diam Si Tiong-pek telah mengukur bahwa pada saat itu ia sudah berada dalam kedalaman empat puluh kaki lebih, tanahnya makin lama

sekali makin becek, angin dingin yang menggidikkan hati berhembus datang dari depan sana, entah angin tersebut asal mulanya darimana? Mendadak terdengar suara teguran seorang perempuan yang bernada girang dan setengah gemetar berkumandang dari balik gua itu, Kekasihku kau disitu? Si Tiong pek tertegun. Siapakah perempuan itu? Siapakah kekasihnya? demikian ia berpikir. Ketika perempuan itu tidak mendengar suara jawaban, tiba-tiba ia menghela napas sedih seraya bergumam, Oooh Yo-long, kau sungguh amat keji! Tahukah kau, mengapa suhu berdiam seorang diri selama delapan belas tahun ditempai semacam ini? Hakekatnya aku sedang menantikan kedatanganmu untuk kembali kedalam pelukan suhu Mendengar perkataan itu, Si Tiong pek merasa hatinya terperanjat, segera pikirnya, Yo long..? Yo long..? Bukankah dia adalah si bakat setan yang tersohor dalam dunia persilatan sebagai manusia paling aneh dikolong langit Tok liong Cuncu Yo-long? Wah, kalau benar-benar demikian, perempuan ini pastilah gurunya Tok liong Cuncu yang penuh diselimuti teka teki itu Sementara itu, dari dalam gua karang itu kembali terdengar suara yang memilukan hati dari perempuan itu. Yo-long suhu tidak menaruh perasaan dendam apapun juga kepadamu, aku hanya berharap kau suka kembali lagi dalam pelukanku dan hidup bersama-sama disini Yolong, cepatlah datang kemari! Tahukah kau suhu sudah delapan belas tahun menantikan kedatanganmu, merindukan kasih sayangmu Si Tiong pek segera mengerutkan dahinya, ia berpikir lagi, Aneh benar wah janganjangan hubungan Tok-liong Cuncu dengan perempuan ini bukan cuma hubungan antara guru dan murid saja, rasa-rasanya dibalik kesemuanya itu masih terselip hubungan cinta kasih..? Yaa benar, tokoh aneh nomor satu dalam dunia persilatan, Tok-liong Cuncu Yo long memang mempunyai kisah percintaan yang lain daripada yang lain dan penuh dengan kisah duka nestapa yang mengharukan. Suara yang menggenaskan dari perempuan itu lagi-lagi kedengaran, Yo long, apakah pikiran dan perasaanmu belum berubah? Apakah hatimu masih sebeku es, wajahmu sekeras baja..? Sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut, tampaknya perempuan itu sedang terpengaruh emosi suaranya sampai kedengaran begitu parau dan gemetar.

Mendadak Si Tiong pek merasakan separuh badan bagian kanannya menjadi kesemutan, linu dan sakitnya bukan kepalang, betapa terkesiapnya pemuda itu, dia sadar luka dalam yang telah menjalar sampai kedalam urat syarafnya itu sudah mulai kambuh, berarti jiwanya sebentar lagi akan berakhir, saking pedihnya tanpa terasa ia menghela napas lirih Meskipun helaan napas itu lirih sekali, tapi perempuan yang berada dalam gua itu dapat mengenali sebagai bukan suara Yo long. Tiba-tiba dengan suaranya yang keras bagaikan geledek ia membentak nyaring, Siapa kau? Belum sempat Si Tiong pek menjawab, tiba-tiba ia merasakan munculnya segulung angin pukulan lembut berhembus keluar dari balik gua, baru saja ia berusaha untuk menghindarkan diri kesamping tahu-tahu sekujur badannya sudah terkurung oleh tenaga pukulan itu. Ia merasa hawa murni yang membelenggu tubuhnya itu mendadak dihisap kembali, seperti besi yang terkena pengaruh besi semberani, dengan sempoyongan ia terhisap maju kedalam sana. Sebagaimana diketahui, waktu itu luka dalam yang diderita Si Tiong-pek sudah mulai bekerja, rasa sakit yang dideritanya sekarang sukar ditahan lagi, setelah tubuhnya terhisap oleh tenaga murni yang maha kuat itu, ia merasakan badannya lebih payah lagi, bukan saja semua persendian tulangnya menjadi kesemutan, lemas dan bunyar, badannya jadi lemah tak bertenaga, ia cuma bisa tergeletak ditanah tak mampu berkutik barang sedikitpun juga. Tiba-tiba ia mendengar suara teguran yang menyeramkan berkumandang datang, Hey bocah cilik, siapa kau? Kenapa datang kemari? Si Tiong-pek adalah seorang pemuda yang licik dan panjang akalnya, ia tahu jika kedudukan dan asal usulnya yang sebenarnya sampai diutarakan keluar, kemungkinan besar perempuan aneh itu akan membinasakannya, atau paling tidak akan membiarkan racun keji dalam tubuhnya bekerja hingga merenggut selembar jiwanya. Sebaliknya jika ia berbohong, dengan kemampuannya sebagai gurunya Tok liong Cuncu siapa tahu kalau racun ular dan luka dalam yang dideritanya bisa disembuhkan malah? Berpikir sampai disitu Si Tiong pek segera menghela napas sambil berkata, Oooh Sucou, ohSucou! Ampunilah kesalahan tecu ini Sambil berkata ia lantas berpaling kearah perempuan tersebut.

Terlihatlah seorang perempuan yang buruk sekali rupanya dan rambut yang panjang kulit yang hitam berkilat seperti setan buas duduk disampingnya. Tampang wajahnya memang jelek dan menyeramkan akan tetapi bila kau perhatikan potongan badannya, maka tampak langsing, montok dan padat berisi payudara perempuan itu, apalagi kulit tangannya dibalik pakaian tampak putih mulus, bersih dan halus sekali. Si Tiong-pek yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun ia merasa perempuan itu aneh sekali. Mendadak sinar matanya terhenyak sebentar dilengan kanan perempuan aneh itu, ia temukan sebuah gelang baja membelenggu pergelangannya itu sementara sebuah rantai yang panjang sangat panjang menghubungkan gelang tersebut dengan dinding batu kemala putih yang berada empat kaki jauhnya dari situ. Kiranya suasana dalam ruang gua itu tidak segelap lorong gua didepan sana, sebab empat buah dindingnya terbuat dari batu marmer yang putih berkilat, lagipula diatap dinding gua terdapat pula sebiji butir mutiara sebesar buah kelengkeng yang memancarkan sinar berkilauan. Dibawah pancaran sinar bening yang dingin suasana dalam ruangan batu itu dapat terlihat jelas, ternyata dibagian bawah sekeliling ruangan itu terdapat ruang kecil dengan airnya berwarna hijau, begitu beningnya air tersebut sehingga ikan-ikan yang berenang dapat terlihat jelas. Jelas dasar kolam kecil itu berhubungan dengan dasar lautan, atau dengan perkataan lain airnya adalah air laut. Apakan kau adalah muridnya Yo-long? terdengar perempuan aneh berambut panjang itu membentak keras, mengapa ia tidak datang sendiri? Sekali lagi Si Tiong-pek tertegun sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian, Konon Tok-liong Cuncu Yo Lak-long masih hidup didunia ini, bahkan telah muncul kembali dalam dunia persilatan, jika kukatakan padanya bahwa ia sudah mati lantas suatu ketika ia bertemu lagi dengan Tok-liong Cuncu, bagaimana jadinya nanti..? Dalam pada itu, ketika perempuan aneh berambut panjang itu melihat lawannya hanya membungkam diri, telapak tangan kirinya segera berkelebat kedepan dan mencengkeram jalan darah Ki-thiam hiat disikut kanan Si Tiong pek, kemudian bentaknya, Hayo cepat katakan! Hayo cepat katakan! Kenapa Yo-long tidak datang sendiri? Ketika persendian tulang sikutnya kena dicengkeram, Si Tiong-pek segera merasakan hawa darah dalam isi perutnya bergolak keras, sedemikian hebatnya pergolakan tersebut sehingga hawa sesat itu menyumbat tenggorokannya, bukan kepalang sakitnya dada dan isi perutnya ketika itu, tanpa sadar ia merintih.

Perempuan aneh berambut panjang itu berseru tertahan, lalu teriaknya keheranan, Hey, jika kau adalah muridnya, mengapa demikian tak becusnya kau? Sambil berkata dia lantas mengendorkan cengkeramannya. Si Tiong-pek menghembuskan napas panjang, sahutnya dengan napas tersengkal, Aku sudah terkena sergapan orang jahat, luka yang kuderita sekarang parah sekali, sebentar lagi jiwaku bakal melayang Dengan tatapan sorot mata yang tajam, perempuan aneh berambut panjang itu menatap wajah Si Tiong-pek tanpa berkedip, kemudian dirabanya pula sekujur badan pemuda itu sekian lama, akhirnya dengan suara dingin ia berkata, Betul, luka dalam yang kau derita memang parah sekali, tapi aku sanggup menyembuhkan luka yang kau derita itu Betapa girangnya Si Tiong pek setelah mendengar perkataan itu, tapi rasa gembiranya hanya dirahasiakan didalam hati, sedang diluar ia pura-pura menghela napas. ************http://ecersildejavu.wordpress.com/*************** AaaaiSucou, luka yang kuderita bukan luka sembarangan luka, mungkin sudah tiada harapan lagi bagiku untuk melanjutkan hidupku didunia ini Dengan suara dingin kembali perempuan aneh berambut panjang itu berkata, Memang tidak banyak jagoan tangguh dalam dunia persilatan yang bisa menyembuhkan luka yang kau derita itu, lukamu disebabkan karena serangan dahsyat tenaga dalam musuh yang dilancarkan dikala kau sedang berusaha menghimpun tenaga dalammu, sebab itu hawa murni yang terhimpun menjadi beku didalam urat nadi, itulah yang dikatakan orang sebagai Jalan api menuju neraka. Kalau keadaan itu saja yang kau alami masih mendingan tampaknya setelah menderita jalan api menuju neraka kau dilukai lagi olah sejenis makhluk yang amat beracun, mungkin orang lain tak akan bisa menyembuhkan luka parah ini tapi aku masih mampu untuk menolong. Ketika Si Tiong pek mendengar bahwa apa yang dilukiskan tentang keadaan lukanya memang persis seperti apa yang dialaminya, diam-diam diapun lantas berpikir, Kalau dilihat dari apa yang dikatakan, rupanya selembar jiwaku memang masih dapat diselamatkan, aku harus berusaha agar ia mau menyembuhkan luka parahku ini Setelah berpikir sampai disitu harapannya untuk hidup muncul kembali, katanya kemudian, Sucou, aku dilukai oleh irama Sang goan ki yang lihay itu, lalu dipagut pula oleh ular beracun. Mendengar kata-kata itu, perempuan aneh berambut panjang itu segera mendongakkan kepalanya lalu bergumam, Sang-goan-ki! Sang-goan-ki! Ternyata kau dilukai oleh Soatsan-thian-li perempuan siluman itu

Ketika menggumamkan kata-kata tersebut wajahnya berkejang keras sehingga kulit mukanya pada berkerut semua, lama sekali ia duduk termangu-mangu dengan mulut membungkam, rupanya sedang ia kenang kembali kisah pengalamannya dimasa lampau yang penuh dengan penderitaan dan kedukaan itu. Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu membentak keras, Hey, kau bilang Yo long masih berbaikan dengan siluman perempuan itu..? Ucapan tersebut diutarakan dengan nada emosi sampai-sampai rambutnya yang panjang ikut bergetar keras. Tiba-tiba telapak tangan kirinya ditekankan keatas dada Si Tiong pek, persis diatas jalan darah Hian-ki-hiatnya, asal tenaga dalamnya dipancarkan keluar, tak bisa diragukan lagi Si Tiong pek pasti akan mati dalam keadaan yang mengerikan. Si Tiong pek agak tertegun sewaktu mendengar ucapan yang tidak dipahami ujung pangkalnya itu, tetapi sebagai seorang pemuda yang cerdas, ia sadar bahwa keadaannya saat ini berbahaya sekali, satu kali dia salah berbicara berarti jiwanya akan melayang meninggalkan raga. Maka sesudah termenung beberapa saat lamanya, diapun bertanya, Sucou, perempuan yang manakah yang kau maksudkan sebagai perempuan siluman itu? Aneh! Ketika mendengar pertanyaan itu, pergolakan emosi dalam hati perempuan aneh berambut panjang itu segera menjadi tenang kembali, malah ia bergumam, Yo Lak-long wahai Yo Lak-long, mungkin kau sudah melupakan perempuan itu, maka tidak kau ceritakan keadaan tersebut kepada muridmu Setelah berhenti sebentar, ia menghela napas panjang lalu katanya kembali, Aaaaai beritahu kepadaku, apakah Yo long pernah membicarakan tentang diriku kepadamu? Si Tiong-pek termenung sejenak, lalu menjawab, Sucou, apabila suhu tak pernah membicarakan tentang dirimu kepadaku, mana mungkin aku bisa sampai disini? Betapa girangnya perempuan aneh berambut panjang itu, tiba-tiba ia tertawa terkekehkekeh Dibalik gelak tertawanya yang amat nyaring itu terselip begitu banyak perasaan, baik itu perasaan sedih, duka.. Kesepian, seorang diri Gembira, bangga Selama ini Si Tiong-pek memperhatikan terus perubahan mimik wajahnya, dikala gelak tertawanya berakhir, terlihatlah butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya

Gelak tertawa telah berakhir, kini yang kedengaran hanya isak tangis yang mengharukan. Didalam waktu yang relatif singkat ini, Si Tiong pek berhasil meraba garis besar keadaan yang sedang dihadapinya ia tahu perempuan aneh itu bukan saja menjadi gurunya Yo long diapun menjadi kekasihnya, kemudian mungkin disebabkan suatu kejadian tertentu Yo-long tidak mencintainya lagi, maka diapun mengurung diri selama delapan belas tahun disana. Aaaai..!Perempuan yang menggenaskan ternyata cintanya kepada Yo long telah mencapai taraf sedemikian hebatnya. Isak tangis perempuan aneh berambut panjang itu makin lama semakin menggenaskan kian lama kian mengharukan hati orang. Mula pertama Si Tiong-pek masih tidak merasakan apa-apa terhadap isak tangis tersebut tapi akhirnya menjadi kecut dan tanpa terasa airmatanya jatuh bercucuran membasahi pipinya. Si Tiong-pek sendiri tidak bisa mengatakan mengapa dia sampai ikut menangis ia cuma merasa bahwa dibalik isak tangis perempuan aneh berambut panjang itu terkandung suatu daya pengaruh aneh yang membuat orang ikut terpengaruh. Mendadak perempuan aneh berambut panjang itu berhenti menangis, bentaknya lagi, Apakah semua perkataanmu tak ada sepotong katapun yang palsu? Setelah dibentak olehnya, Si Tiong-pek baru merasa bagaikan sadar dari impian, ia menjadi tertegun. Heran, kenapa aku ikut menangis..? pikirnya. Paras muka perempuan aneh berambut panjang itu kembali berubah, dicengkeramnya tubuh Si Tiong-pek dengan tangan kirinya, lalu bentaknya kembali, Hay,sudah kau dengar perkataanku? Perkataan apa? tanya pemuda itu kebingungan. Benarkah Yo-long masih rindu kepadaku? bentak perempuan aneh berambut panjang itu dengan mata mendelik. Ingin tertawa rasanya Si Tiong-pek setelah mendengar perkataan itu, pikirnya, Perempuan ini terlalu mencintai Yo Lak long, sehingga cintanya itu hakekatnya lebih mendekati kalap Dalam benak anak muda itu sekarang sudah tersusun suatu rencana matang, maka dengan wajah yang bersungguh-sungguh dia menjawab, Suhu benar-benar amat rindu kepadamu, jika ada sepotong kataku yang bohong, biar aku mati secara menggenaskan!

Kalau memang begitu, mengapa ia tidak datang menjengukku? kembali perempuan aneh berambut panjang itu membentak. Si Tiong-pek menghela napas panjang. Aaaai suhu merasa malu dan menyesal, ia merasa tak punya muka untuk menjumpai kau orang tua lagi! Begitu mendengar ucapan tersebut, perempuan aneh berambut panjang itu tertawa terkekeh-kekeh. Heeehhhheeehhhheeehhh bocah cilik, pandai amat kau berbicara yang bukanbukan Dari gelak tertawa tersebut, Si Tiong-pek dapat merasakan bahwa ia sedang merasa gembira, Cucu murid mana berani berbohong kepada sucou? Lantas sekarang dia berada dimana? Aku segera akan pergi mencarinya..! Suhu berada pula diatas pulau ini, cuma aku lihat Sucou tidak dapat bergerak dengan leluasa Kalau begitu cepat bebaskan aku dari rantai kunci kecintaan ini? seru perempuan ini ketus. Apa? Rantai kecintaan? pikir Si Tiong pek dengan wajah tertegun dan mulut melongo. Tiba-tiba paras muka perempuan aneh berambut panjang itu berubah hebat, bentaknya, Bagaimana? Apakah Yo Lak-long tidak berpesan kepadamu agar membukakan rantai kecintaan? Tidak! sahut pemuda itu tanpa sadar. Kontan saja perasaan perempuan aneh berambut panjang itu bergolak keras, lalu sambil tertawa seram teriaknya, Bagusbagus sekali! Kau harus mampus Si Tiong pek ikut tertawa dingin, katanya pula lambat-lambat, Jika kau ingin membinasakan diriku, cepatlah turun tangan dengan segera, aku tidak akan menyesal barang sedikitpun juga Mendadak sikap perempuan aneh berambut panjang itu berubah seratus delapan puluh derajat dan hangat katanya, Anak kunci untuk membuka rantai kecintaan berada dalam ruang rahasia disudut timur sana, kesanalah dan ambil anak kunci tersebut..!

Si Tiong pek menurut, dia menuju keruang timur betul juga diatas dinding yang berwarna putih terdapat sebuah tombol rahasia, ketika tombol tersebut ditekan dengan ujung jarinya terdengarlah suara gemerincingan yang nyaring berkumandang memecahkan kesunyian. Diatas dinding ruang berwarna putih yang tertutup rapat itu, tiba-tiba muncul sebuah pintu rahasia ternyata dibalik pintu ada sebuah ruangan rahasia yang lain. Dalam ruangan tersebut ternyata berisikan kitab-kitab kuno yang banyak sekali, sepintas lalu mirip dengan kamar baca, disebelah kiri ruangan terdapat sebuah meja tulis, diatas meja tergeletak beberapa jilid kitab dan diantara keliling kitab itu terletak sebuah anak kunci yang berwarna emas. Dengan langkah cepat Si Tiong pek menghampiri meja tulis itu dan mengambil anak kunci emas itu, tanpa sadar matanya melirik sekejap tumpukan kitab disampingnya. Mendadak sorot matanya tertarik oleh empat huruf besar yang tercantum dihalaman terdepan dari sejilid kitab tipis, tulisan itu berbunyi demikian, HAY-CIONG-KUNBOH Hay-ciong-kun-boh! Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, Bukankah kitab ini ada hubungannya dengan manusia aneh yang pernah menggetarkan dunia persilatan pada tiga ratus tahun berselang..? demikian pikirnya. Sementara dia masih melamun! perempuan aneh beramput panjang yang berada diluar ruangan telah membentak, Hey, sudahkah kau dapatkan anak kunci emas untuk membuka rantai kecintaan? Si Tiong-pek tidak berpikir panjang lagi, sambil menyelam minum air, ia sambar juga kitab pusaka Hay ciong kun boh tersebut dan segera dimasukkan kedalam sakunya. Sudah, anak kunci itu sudah kudapatkan! sahutnya. Dengan sikap yang santai selangkah demi selangkah ia berjalan balik kesamping perempuan itu. Aduuuh..! tiba-tiba Si Tiong pek menjerit kesakitan, lalu sambil mendekap perutnya ia terhuyung-huyung, mukanya berubah menjadi hitam pekat, ternyata racun ular yang berada dalam tubuhnya telah mulai bekerja. Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak lamat-lamat Si Tiong-pek merasa perempuan aneh berambut panjang itu menekankan telapak tangannya diatas tubuhnya, segulung aliran hawa murni yang panas segera merembes masuk lewat jalan darah Miabun hiat dan tersebar kesegala penjuru tubuh Kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.

Ketika Si Tiong-pek sadar kembali dari pingsannya, ia merasa seluruh tubuhnya yang semula sakit dan tersiksa kini sudah tak terasa lagi, cuma badannya menjadi lemas tak bertenaga, seakan-akan baru saja sembuh dari penyakit berat. Si Tiong pek segera melompat bangun dari atas tanah Criing..! Criing..! tiba-tiba ia mendengar bunyi gemerincingan memecahkan kesunyian dilanjutkan pergelangan tangan kanannya terasa berat sekali sehingga gerak geriknya tidak leluasa. Ketika ia perhatikan lengan kanannya dengan penuh keheranan, kontan saja hatinya menjadi terperanjat. Ternyata sebuah gelang baja yang sangat kuat telah membelenggu lengan kanannya itu. Tak usah keheranan! tiba-tiba terdengar suara lembut dari perempuan aneh berambut panjang itu menggema dari sisi telinganya, gelang baja itu terbuat dari inti lima jenis logam yang dicampur menjadi satu, bukan saja tak mempan dibacok dengan senjata, gelang yang membelenggu pergelangan tanganmu itu mempunyai sifat per yang sangat kuat, bagaimanapun kau berusaha untuk melepaskan diri, jangan harap gelang itu bisa kau copot dari situ lagipula semakin keras kau meronta semakin kencang pula gelang itu membelenggu tanganmu. Nah, sekarang aku hendak pergi mencari Yo Lak long bila ia tidak berhasil kutemukan maka kau boleh hidup sepanjang masa dalam gua batu itu, air dalam kolam adalah air tawar, bila lapar boleh kau tangkap sendiri ikan-ikan disana, mau minum juga ada air tawar yang tersedia, pokoknya kau terjamin tak sampai mati kelaparan. Beristirahat saja disini dengan tenang, asal suhumu berhasil kutemukan dengan sendirinya dia akan datang kemari untuk membebaskan dirimu. Waktu itu akupun bersedia pula mewariskan ilmu silat tinggi kepadamu agar kau bisa menjagoi dalam dunia persilatan Perkataan dari perempuan aneh berambut panjang yang kedengarannya begitu enteng dan santai justru ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari bolong bagi pendengaran Si Tiong pek siksaan dan penderitaan yang tiada akhirnya ini bukan sembarangan orang bisa mengalaminya. Tak terlukiskan rasa marah, benci dan dendam Si Tiong pek menerima kenyataan tersebut, ia segera tertawa dingin. Heeeehhheeehhhheeehhhsiluman iblis bertampang jelek, kau tak usah berbangga dulu, terus terang kuberitahukan kepadamu, kekasihmu Tok-liong Cun-cu Yo Long telah tewas ditebing Yan-po-gan dibukit Hoa-san pada delapan belas tahun berselang, selama hidup jangan harap kau bisa berjumpa lagi dengannya Sekarang gilirannya perempuan aneh berambut panjang yang terbelalak kaget, matanya melotot lebar penuh kekosongan, ditatapnya Si Tiong-pek dengan termangu-mangu

Lama, lama sekali, akhirnya ia memperdengarkan suara tertawanya yang panjang tapi seram bagaikan tangisan setan iblis. Haaahhhhaaahhhaaahhhhaaahhh ia benar-benar sudah matisiapa yang telah membinasakan dirinya haaahhh haaahhh Yo Long, wahai Yo Long aku tidak menginginkan kematianmu siapakah siapakah pembunubmu? Haahh.. haahh dia belum mati, Lak-long, tidak akan mati Yo Long wahai Yo Long aku tak dapat kehilangan dirimuhaahhh haaahhhaaahh Dalam waktu singkat, perempuan aneh berambut panjang itu sudah berubah seperti orang gila, ia berkaok-kaok sejadi-jadinya, sebentar tertawa tergelak sebentar menangis tersedu, keadaannya semakin mengerikan. Mimpipun Si Tiong-pek tidak menyangka kalau beberapa patah katanya itu sudah cukup membuatnya menjadi gila, untuk sesaat pemuda itu menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu melotot kearah Si Tiong-pek dengan penuh kebencian, sambil tertawa dingin katanya, Kau pasti adalah pembunuh dari Yo Long, aku hendak membinasakan dirimu aku hendak mencincang tubuhmu Sambil mengancam, perempuan aneh berambut panjang itu mengayunkan telapak tangan kanannya segulung angin pukulan yang sangat kuat dan dahsyat secepat sambaran kilat menerjang ketubuh Si Tiong pek. Sejak mendengar kata-kata ancaman tadi, Si Tiong-pek sudah waspada dan bersiap-siap menghadapi serangan maut dari lawannya, maka begitu angin pukulan yang menyesakkan napas itu menindih tubuhnya buru-buru ia berkelit kesamping untuk menghidarkan diri. Sekalipun pukulan yang mengarah langsung kedadanya berhasil dihindari anak muda itu, rupanya sisa angin pukulan yang melebar kesamping telah menyerempet pinggangnya Tidak ampun lagi pemuda itu menjerit kesakitan, sambil muntah darah segera badannya tergeletak ditanah dan tak bisa berkutik lagi. Perempuan aneh berambut panjang itu segera terkekeh kekeh dengan seramnya. Heeehhhheeehhhheeehhh mampus! Sudah mampus! Haaahhh haaahhh haaahhh Yo Long wahai Yo Long, kau berada dimana? Kau tak dapat meninggalkan diriku seorang Yo Long. Secepat sambaran kilat perempuan aneh berambut panjang itu berkelebat keluar ruangan, jeritan-jeritan kalapnya yang memilukan hati makin lama semakin menjauh dari pendengaran sehingga akhirnya lenyap sama sekali.

Bagaimanakah dengan nasib Si Tiong-pek yang dirantai dalam gua? Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan lebih dulu. 0000O0000 Bintang-bintang bertebaran dilangit yang kelam, cahaya yang lembut dan redup berkelipkelip menyinari jagat, rembulan yang purnama mulai tampak dari balik awan di ufuk sebelah timur. Sinar keperak-perakan yang lembut menyoroti sebatang pohon siong dan memantulkan cahayanya diwajah seorang pemuda tampan berbaju hijau yang sedang duduk bersila disitu. Pemuda itu duduk bersila tak berkutik bagaikan seorang pendeta, uap putih mengepul dari atas kepalanya dan menciptakan awan yang amat tebal, rupanya ia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menembusi seluruh jalan darah penting dalam tubuhnya. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia membuka kembali sepasang matanya yang memancarkan cahaya tajam, lalu menghela napas panjang. Aaaaiaku tak sudi menerima budi kebaikan dari musuh besarku, sungguh tak kusangka ia memaksa untuk melepaskan budinya kepadaku, Kwik To wahai Kwik To! Meskipun aku Gak Lam kun telah menerima bantuan kali ini, akan tetapi aku tak akan melupakan dendam sakit hati atas kematian yang menimpa guruku Dengan pandangan termangu, sorot matanya dialihkan keangkasa dan memandang awan yang berkejaran, ia merasakan perasaannya, hampa dan pikirannya kosong. Mendadakserentetan suara nyanyian yang memilukan hati lamat-lamat berkumandang dari tempat kejauhan dan memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu. Mula-mula nyanyian itu masih berada ditempat kejauhan, makin lama semakin dekat sehingga akhirnya bait-bait nyanyian itu dapat terdengar olehnya dengan jelas. ..Bertanya pada masyarakat, apakah cinta itu? Haruskah mati atau hidup untuk mendapatkannya..? Oh, jagat yang luas, mega yang tebal Langit selatan bumi utara, burung walet saling beterbangan Begitu mendengar suara nyanyian tersebut. Gak Lam-kun merasakan hatinya terkesiap, sebab nyanyian itu terasa begitu kenal begitu hapal dalam benaknya sehingga ia sediripun dapat membawakan diluar kepala.

Bukan hanya sekali dua kali saja ia mendengar nyanyian tersebut, hampir setiap hari nyanyian itu pasti berkumandang, sebab tiap hari bila tengah malam telah tiba, gurunya selalu menyanyikan lagu tersebut. Bagaimana mungkin Gak Lam-kun tidak terperanjat setelah mendengar kembali nyanyian tersebut ditengah keheningan malam seperti ini? Mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa nyanyian tersebut bakal didengarnya kembali diatas pulau yang terpencil ini. Tiba-tiba suara nyanyian tersebut terputus sampai ditengah jalan. Menyusul kemudian suara tertawa panjang yang menyeramkan dan mendirikan bulu kuduk orang menyayat-nyayat keheningan yang mencekam seluruh jagad, ditengah gelak tertawa tersebut menggema pula teriakan-teriakan yang amat nyaring, Oooh kekasihkuoooohsayangku dimanakah kau sekarang? Dimanakah kau berada Suara orang itu amat memilukan hati, bagaikan anak domba yang mencari induknya seperti juga ibu yang menangisi anaknya, membuat siapapun yang mendengar suara itu ikut merasa terharu dan melelehkan airmatanya Gak Lam kun tertegun, secara sigap ia segera menyadari bahwa nyanyian, gelak tertawa dan teriakan tersebut dipancarkan seseorang dengan menggunakan tenaga dalamnya yang sempurna. 0000000O0000000 Kalau ditinjau dari daya pengaruh yang diakibatkan dari suara nyanyian, gelak tertawa dan teriakan tersebut, jelaslah terbukti bahwa tenaga dalam orang itu sudah mencapai puncak kesempurnaan yang tiada taranya didunia ini. Siapakah dia? Tiba-tiba gelak tertawa aneh yang tinggi melengking dan tak sedap didengar berkumandang datang dari kejauhan. Pelan-pelan Gak Lam-kun bangkit berdiri, lalu melongok kearah mana berasalnya suara itu, sesosok bayangan manusia laksana sambaran petir sedang meluncur datang kearahnya. Ketika tiba beberapa kaki dihadapan Gak Lam kun, tiba-tiba bayangan manusia yang sedarg melintas dengan cepatnya itu menghentikan gerakan tubuhnya. Dibawah cahaya rembulan tampak orang itu adalah seorang perempuan yang berwajah jelek berbaju compang camping dan mempunyai rambut sepanjang pinggang.

Sesudah melihat jelas tampang orang itu, Gak Lam kun baru merasa terperanjat, pikirnya dengan cepat, Mungkinkah suara nyanyian tadi berasal dari perempuan gila itu..? Sementara pemuda itu masih termenung, dengan sepasang matanya yang jeli perempuan aneh berambut panjang itu sudah mengamati wajah Gak Lam kun dengan seksama, lalu sambil tertawa dingin tegurnya, Hey, siapakah kau? Mengapa berada disini? Pernahkah kau jumpai kekasihku? Pertanyaan yang diajukan tanpa ujung pangkalnya itu disampaikan dengan kata-kata yang cepat, hal ini membuat Gak Lam-kun diam-diam harus mengerutkan dahinya. Betapa geramnya perempuan aneh berambut panjang itu setelah menyaksikan wajah Gak Lam-kun yang ketus sikapnya yang enggan menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba bentaknya lagi, Hey, rupanya kau yang telah membinasakan kekasihku? Kaukau harus mampus! Tanpa banyak membuang waktu, sebuah bacokan keras segera diayunkan ketubuh Gak Lam-kun Mengikuti gerakan bacokan tersebut, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera menyambar kedepan dan menindih dada lawan. Sungguh tercekat perasaan Gak Lam-kun, mimpipun ia tak menyangka kalau perempuan aneh berambut panjang itu bakal melancarkan serangan secepat itu, lagipula angin yang dihasilkan orang itu ternyata belum pernah dijumpainya selama ini. Ia tak berani menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras, dengan cekatan tubuhnya berkelit tiga langkah kesamping dan menghindarkan diri dari ancaman tersebut, kemudian serunya dengan lantang. Hey locianpwe, tunggu sebentar..! Jangan melancarkan serangan dahulu! Rupanya perempuan aneh berambut panjang itupun merasa terkejut bercampur heran setelah menyaksikan Gak Lam-kun berhasil menghindarkan serangannya semudah itu, sambil mengayunkan kembali telapak tangan kirinya ia membentak, Kekasihku telah kau bunuh, apalagi yang hendak kau katakan? Apalagi yang hendak kau katakan? Dari kejauhan kembali dia lancarkan sebuah pukulan dengan telapak tangan kirinya. Dalam serangannya yang dilancarkan kali ini ternyata tidak membawa sedikitpun hawa pukulan yang mendesis, malah sepintas lalu seperti orang yang sedang berpura-pura melancarkan serangan.

Namun paras muka Gak Lam-kun segera berubah menjadi serius, dengan telapak tangan kirinya melindungi badan, kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar untuk melancarkan pula sebuah pukulan kearah depan. Blaaamm! ketika dua gulung angin pukulan itu saling bertemu ditengah udara, terjadilah ledakan dahsyat yang memekikkan telinga. Dalam waktu singkat hawa murni memancar keempat penjuru, gulungan angin puyuh tersebar keempat penjuru dan menerbangkan debu dan pasir disekelilingnya, dalam radius tujuh kaki benda apapun terbawa semua keudara. Ledakan dahsyat memekikkan telinga ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan sebelumnya. Setelah menyambut hawa pukulan bersifat lembut yang dipancarkan perempuan aneh berambut panjang itu, Gak Lam-kun merasakan hawa darah di rongga dadanya bergolak keras, betapa terperanjatnya pemuda itu, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan kembali kemuka dengan kecepatan tinggi, ia berusaha untuk memusnahkan sisa kekuatan yang masih tersisa dari pukulan lawan itu dari sekitar badannya. Kemudian setelah bebas dari ancaman, Gak Lam-kun baru menegur dengan suara dingin, Siapakah nama kekasihmu itu? Aku sama sekali tidak kenal dengannya, kenapa aku mesti mencelakai dirinya? Ketika perempuan aneh berambut panjang itu menyaksikan Gak Lam-kun berhasil memunahkan serangannya yang kedua, mimik wajahnya agak bergerak, lalu sekulum senyum menghiasi ujung bibirnya. Kenapa? katanya, masa kau tidak kenal dengannya, lantas tahukah kau siapa yang kenal dengannya? Diam-diam Gak Lam-kun menyadari bahwa perempuan yang sedang dihadapinya adalah perempuan gila, tapi harus diakui ilmu silatnya memang cukup menggentarkan perasaan siapapun, sekalipun sewaktu tersenyum mukanya kelihatan jelek dan menyeramkan, tapi dua baris giginya kelihatan begitu putih, bersih dan rata. Diam-diam ia berpikir, Aneh benar perempuan ini, bila ditinjau dari potongan badannya, jelas dia adalah seorang perempuan cantik, tiada sebagianpun dari tubuhnya yang cacad atau kurang sempurna, tapi justru raut mukanya berwarna merah hitam tak menentu, ditambah lagi daging merah terkuar dimana-mana membuat tampangnya kelihatan begitu jelek dan mengerikan lagi, disamping itu suaranya juga kadangkala tinggi melengking amat menusuk pendengaran, bagaikan jeritan setan dari neraka, tapi kadangkala merdu merayu bagaikan burung Nuri yang sedang berkicau, siapakah sebetulnya orang ini..?

Ingatan tersebut berputar tiada hentinya dalam benak Gak Lam-kun, setelah pusing dibuatnya diapun tersenyum sambil berkata, Locianpwe, bolehkah aku tahu siapa nama kekasihmu itu? Paras muka perempuan aneh berambut panjang itu berubah menjadi serius, hardiknya, Hey, ngaco belo, apaan kamu ini? Long ji adalah kekasihku, calon suamiku, tapi ia pun merupakan muridku. Gak Lam-kun menjadi kaget dan tertegun lalu menghela napas panjang, pikirnya, Jelaslah sudah perempuan ini memang perempuan gila, sayang sekali dengan ilmu silatnya yang tinggi aaai, setelah kuketahui bahwa dia adalah perempuan edan, kenapa aku musti berdebat terus, dengan perempuan edan semacam dia? Mimpipun Gak Lam-kun tidak menyangka kalau perempuan yang berada dihadapannya sekarang adalah Sucounya, sayang sebelum ajalnya tiba Tok-liong Cuncu Yo Long sama sekali tidak mengungkapkan kisah cintanya dengan perempuan tersebut. Demikianlah, setelah berpikir sebentar, Gak Lam-kun lantas memberi hormat sambil berkata, Locianpwe, aku tidak kenal dengan Long ji mu, akupun tidak tahu siapa yang kenal dengan dirinya, maaf aku masih ada urusan yang harus kukerjakan sekarang, jadi terpaksa aku harus mohon diri terlebih dahulu Selesai berkata, dia lantas putar badan dan siap meninggalkan tempat itu. Bagaikan bayangan setan saja tahu-tahu perempuan aneh berambut panjang itu sudah berkelebat kemuka dan menghadang tiga depa dihadapan Gak Lam-kun, dengan hawa nafsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia membentak nyaring, Nama besar Long-ji ku menggetarkan seluruh dunia, tak seorang umat persilatanpun yang tidak kenal dengannya, kalau kau tidak kenal dengan Long-ji ku, apa pula gunanya tetap hidup dikolong langit? Tangannya diayunkan dan sebuah pukulan dahsyat kembali dilancarkan ketubuh Gak Lam-kun. Segulung hawa pukulan yang dingin menggidikkan hati, mengikuti gerakan telapak tangan tersebut langsung menerjang ke dada Gak Lam-kun. Berubah hebat paras muka anak muda itu, dengan suatu gerakan aneh ia mengegos kesamping dan berputar ke sisi kanan perempuan aneh berambut panjang itu, kemudian dengan serius katanya, Locianpwe, jika kau bertindak secara sembrono terus menerus, maaf bila boanpwe terpaksa harus bertindak kurangajar! Perempuan aneh berambut panjang itu sama sekali tidak menggubris, sebelum Gak Lamkun sempat melancarkan serangannya, telapak tangan kirinya sudah dikebaskan tiga kali masing-masing mengancam tiga buah jalan darah penting di dada lawan. Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam-kun menghadapi serangan tersebut, untuk kedua kalinya dia gunakan kembali ilmu langkah yang sangat ampuh itu untuk melepaskan diri

dari ancaman, kemudian jari tangan kirinya direntangkan, dengan gerak serangan yang tak kalah anehnya ia cengkeram persendian tulang sikut ditangan perempuan itu. Agaknya perempuan aneh berambut panjang itu dapat merasakan datangnya bahaya, tangan kanannya segera dikebaskan kebawah, sementara tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan lagi mengarah jalan darah penting di pinggang Gak Lam-kun. Dengan suatu lompatan si anak muda itu menghindarkan diri dari ancaman, lalu telapak tangannya berputar membacok kebawah dengan kecepatan tinggi. Baik menghindar maupun dikala melancarkan serangan balasan semua gerakan tersebut dilaksanakan dengan kecepatan serta ketepatan yang mengagumkan. Sebaliknya, jurus serangan yang digunakan perempuan aneh berambut panjang itu sepintas lalu seperti jurus serangan biasa, tapi jurus-jurus serangan biasa itu dalam penggunaannya ternyata berubah menjadi satu ancaman yang disertai dengan tenaga penghancur yang mengerikan, seolah-olah dari balik gerak serangan yang sederhana, sesungguhnya mengandung perubahan jurus yang amat sakti. Dalam keadaan demikian, kendatipun, jurus serangan balasan yang dipergunakan Gak Lam-kun mempunyai perubahan yang bagaimanapun saktinya namun setiap kali selalu berhasil dipunahkan dengan begitu saja oleh jurus sederhana yang dipergunakan perempuan aneh berambut panjang itu. Untung Gak Lam-kun masih mempunyai ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng Jit eng liong heng sin hoat, coba kalau tidak, sejak tadi ia sudah terluka ditangannya. Beberapa saat kemudian, dua orang itu sudah bergebrak sebanyak belasan jurus lebih. Setiap kali didesak oleh pukulan-pukulan gencar dari perempuan aneh berambut panjang itu, tiap kali pula Gak Lam-kun harus mundur untuk menghindarkan diri, lama kelamaan hal ini menimbulkan kemarahannva. Telapak tangan kiri pukulan tangan kanan segera dilancarkan bersamaan waktunya, tentu saja serangan-serangan itu dilancarkan dengan disertai tenaga pukulan yang dahsyat. Serangkaian pertarungan yang sedang berlangsung ini benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan, terlepas dari jurus serangan yang dipergunakan perempuan aneh tersebut, cukup meninjau dari setiap pukulan, setiap sodokan dan setiap tendangan yang dipergunakan Gak Lam-kun, semuanya merupakan jurus-jurus serangan yang jarang dijumpai dikolong langit. Dibawah desakan dan terjangan Gak Lam-kun dengan pukulan dan tendangannya yang bertubi-tubi, perempuan aneh berambut panjang itu segera memperlihatkan pula rasa kaget dan tercengangnya.

Tiba-tiba ia meluruskan sepasang telapak tangannya ke depan, pergelangan tangannya agak ditekuk ke bawah, kemudian segulung angin pukulan lembut pelan-pelan dilontarkan ke depan. Tapi setiap kali angin pukulan itu terbentur dengan jurus serangan yang dipergunakan oleh Gak Lam-kun, hawa pukulan itu seakan-akan terbendung sama sekali, setiap kali pukulan itu terpental dan tak mampu dikembangkan. Akhirnya dengan jengkel perempuan aneh berambut panjang itu menarik kembali serangannya. Hey, siapakah kau? bentaknya kemudian. Aku She Gak bernama Lam kun! jawab pemuda itu hambar. Gak Lam-kunGak Lam-kun..? seperti orang yang sedang mengigau, perempuan aneh berambut panjang itu mengulangi nama tersebut sampai berpuluh-puluh kali, suaranya lirih sekali. Entah beberapa lama sudah lewat, tiba-tiba ia membentak keras, Gak Lam-kun, kau harus mampus! Kena dibentak oleh perempuan itu, Gak Lam-kun tersentak kaget, serunya tanpa terasa, Kenapa aku harus mampus? Perempuan aneh berambut panjang itu manggut-manggutkan kepalanya, lalu dengan lembut berkata, Kenapa kau harus mampus? Sebab kau bisa mempergunakan ilmu silat dari Long-jiku! Ilmu silatku berasal dari ajaran guruku sendiri, ilmu silat dia orang tua sudah mencapai taraf yang luar biasa, jurus silat dari perguruan manapun didunia ini telah dikuasai semua olehnya, tentu saja termasuk juga ilmu silat dari Long ji mu itu Wahai Gak Lam-kun, siapa nama gurumu? Aku hendak membunuh dirinya..! bentak perempuan aneh berambut panjang itu dengan penuh kegusaran. Gak Lam-kun segera menghela napas panjang. Aaaaaiguruku sudah tiada, jangan harap kau bisa beradu kepandaian dengannya Mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu menengadah dan tertawa seram. Haaahhh haahhh haaahhh sudah mampus? Haahhh haahhh haaahhh rupanya semua orang dikolong langit sudah pada mampus, Long-ji juga sudah mampus. OoohLong-ji ku yang patut dikasihani, kau berada dimana? Kau berada dimana? Yo

Long, Yo Long, begitu tegakah kau tinggalkan aku seorang? Yo Longoooh Yo Long betapa kejamnya hatimu, Yo Long Sambil menjerit-jerit seperti orang gila, secepat sambaran kilat perempuan aneh berambut panjang itu menjejakkan kakinya ke atas tanah dan berkelebat menuju ke arah timur. Teriakan-teriakannya dan jeritan-jeritannya penuh diliputi nada duka nestapa yang tebal, bukan saja mengharukan perasaan siapapun yang mendengarkan, bahkan bikin orang melelehkan air mata tanpa terasa Sewaktu Gak Lam-kun mendengar perempuan aneh berambut panjang itu, menyebutnyebut nama gurunya, ia merasa terkejut sekali, segera teriaknya dengan suara lantang. Eeeh locianpwe locianpwe..! Tunggu sebentar, tunggu sebentar! Tapi gerakan tubuh dari perempuan aneh berambut panjang itu memang terlalu cepat dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Yang masih terdengar hanya suara jeritannya yang memilukan hati, Yo Long! Oooh Yo Long! Jangan kau tinggalkan diriku, jangan kau tinggalkan aku seorang diri, Yo Long Menyaksikan kesemuanya itu. Gak Lam-kun hanya bisa menghela napas sedih pikirnya, Bila kutinjau dari ilmu silat yang dimiliki perempuan ini, jelas ia sudah berhasil mencapai taraf paling sempurna yang tiada taranya didunia ini, mungkinkah Yo Long yang sedang dicari-cari olehnya adalah guruku? Tidak! Tidak mungkin! Mungkin masih ada Yo Long yang lain, memang terlalu banyak manusia didunia ini, yang mempunyai nama marga dan nama kecil yang sama Setelah termenung beberapa waktu. Gak Lam-kun menengadah dan memandang awan diangkasa, lama kemudian ia baru menghela napas panjang. Diantara musuh-musuh besar pembunuh suhuku, sudah ada empat orang diantaranya yang muncul dipulau terpencil ini, diantara mereka berempat, ada dua orang yang sudah mengetahui asal usulku, apabila mereka sampai bekerja sama untuk menghadapi diriku,tentu aku tak kuat menghadapi mereka, aaaai jika tidak kulenyapkan dulu beberapa orang diantara mereka, malu rasanya aku terhadap kebaikan suhu selama ini Akhirnya setelah menghela napas panjang dia mengeluarkan sebuah topeng kepala naga dari sakunya dan dikenakan diatas wajahnya secara sempurna, kemudian ia lepaskan jubah hijaunya sehingga tampaklah pakaian berwarna emas yang berada dibaliknya. Sesudah itu, Gak Lam-kun merogoh pula kedalam saku jubah berwarna emas itu dan mengeluarkan senjata Toh-hun-liong-jiau (cakar naga perenggut nyawa) senjata andalan Yo Long dikala masih menjelajahi dunia persilatan tempo dulu.

Ternyata senjata itu berupa sepasang sarung tangan berwarna kuning emas, cuma sarung tangan ini jauh berbeda dengan sarung tangan biasa, yakni pada ujung kelima jarinya tersembul cakar emas yang panjangnya satu setengah cun dengan bentuk yang melengkung seperti cakar naga. Dengan cekatan Gak Lam-kun mengenakan sarung tangan itu ditangannya, dibawah sorot sinar rembulan terlihatlah sepuluh jari cakar mautnya memantulkan sinar gelap yang gemerlapan, sekilas pandangan semua orang akan mengetahui bahwa cakar itu tajamnya luar biasa. Perlu diterangkan disini, kesepuluh buah jari cakar naga yang berada pada ujung sarung tangan Toh-hun-liong-jiau tersebut, dibuat Tok-liong Cuncu Yo Long dengan campuran baja dan emas murni, bukan saja tajamnya melebihi sebilah pedang mestika, bahkan sarung tangan itupun kebal terhadap segala bacokan ataupun tusukan pedang mestika. Selesai berdandan, dengan sangat hati-hati Gak Lam-kun menyusupkan baju hijaunya kedalam saku, lalu sekali melompat, laksana sambaran kilat ia meluncur kembali ke arah bangunan gedung tersebut. Setelah mengenakan dandanan istimewa semacam ini, Gak Lam-kun tak berani terlalu gegabah sehingga jejaknya ketahuan orang dengan langkah yang sangat berhati-hati ia menyusup dari satu halaman ke halaman yang lain, dalam waktu singkat ia telah tiba diluar halaman dimana mereka pernah dikurung oleh barisan ular beracun kemarin. Ia menghimpun tenaga dalamnya, kemudian setelah mengincar sebatang pohon siong dekat pekarangan sana, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya segera melesat kepuncak pohon itu, sementara sepasang matanya yang tajam menyapu sekejap sekeliling tempat itu. Suasana halaman itu sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, jangankan manusia, bangkai ular yang penuh berserakan ditanah kemarinpun kini sudah tersapu bersih. Gak Lam-kun tak berani bertindak gegabah, ditunggunya sejenak dari atas pohon siong sambil mengamati situasi disekeliling tempat itu Tapi suasana tetap hening dan sepi, diantara hembusan angin musim rontok yang sepoisepoi, hanya bayangan daun yang bergoyang diatas permukaan tanah serta pasir yang mendesis terhembus angin. Meski suasana terasa hening, tapi keheningan tersebut membawa suasana seram yang menggidikkan hati. Ketika Gak Lam-kun merasa suasana disana amat tenang dan tidak nampak sesosok bayangan manusiapun, dengan enteng ia melayang turun kembali keatas tanah, lalu sekali

melompat pemuda itu menyusup ke arah gedung dimana perempuan berbaju perak yang memetik khim semalam berdiam. Setelah melampaui dua buah halaman luas, sampailah pemuda itu diluar gedung dimana gadis itu tinggal. Halaman diluar gedung itu luas sekali, pohon-pohon siong tumbuh berjajar di empat penjuru, Gak Lam-kun segera memilih sebatang pohon siong yang tumbuh dekat halaman bagian barat, lalu dengan hati-hati sekali melompat kebawah pohon tadi. Pemuda itu merasa perlu berhati-hati, dalam gerak-geriknya, sebab dia tahu empat orang dayang yang tinggal digedung itu adalah jago-jago tangguh yang berilmu tinggi. Sebelum melompat keatas, Gak Lam-kun memperhatikan lebih dahulu dahan pohon tersebut ternyata dari akar sampai ranting yang pertama tingginya mencapai lima kaki, bila seseorang tidak memiliki ilmu peringan tubuh yang sempurna, jangan harap dengan sekali lompatan bisa mencapai ranting pohon itu. Dengan cekatan Gak Lam-kun memperhatikan keadaan pohon itu lalu menimbang pula kekuatan yang dimilikinya, setelah menghimpun hawa murninya ia getarkan sepasang lengannya lalu meluncur naik keatas, ketika tiba ditengah jalan, tangan kirinya menyambar sebatang ranting bercabang dan sekali berjumpalitan tahu-tahu tubuhnya sudah berdiri diatas dahan pohon. Berbicara dari taraf ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Gak Lam-kun, sesungguhnya ia dapat mencapai dahan pohon siong itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun, sayang sepasang tangannya mengenakan sarung tangan cakar naga perenggut nyawa, ketika ujung cakarnya yang tajam menggurat dahan pohon, segera berkumandanglah suara guratan yang lirih sekali. Padahal suara itu lirihnya bukan kepalang, jangankan orang yang berada dikejauhan sekalipun berdiri disampingnya belum tentu bisa menangkap suara tersebut. Akan tetapi, baru saja sepasang kakinya berdiri tegak, mendadak dari dua kaki disamping kiri, dari balik rimbunnya daun siong yang lebat, berkumandang suara tertawa aneh yang menyeramkan. Suara itu tidak terlalu keras, namun membawa nada menyeramkan yang cukup menggidikkan hati orang. Walaupun Gak Lam-kun dibuat tertegun oleh gelak tawa seram yang munculnya sangat mendadak itu, tapi ia masih dapat mengenali suara tersebut sebagai suara manusia. Diam-diam hawa murninya segera dihimpun untuk bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, sementara diluar ia bersikap seakan-akan tak pernah

terjadi suatu apapun, seolah-olah suara tertawa aneh tadi sama sekali tidak terdengar olehnya. Setelah suara tertawa aneh tadi berkumandang, suasana pulih kembali dalam keheningan. Kecuali angin berhembus lembut dan daun yang saling bergoyang, tak kedengaran suara aneh yang lainnya. Kurang lebih seperminum teh kemudian karena tidak mendengar juga suara aneh lainnya, lama kelamaan Gak Lam-kun tak dapat menahan diri, dia lantas memutar tubuhnya dan siap menghampiri ke arah mana berasalnya suara tertawa aneh tadi. Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara yang dingin, rendah dan berat, Jangan sembarangan bergerak, kau telah berada dibawah ancaman panah geledek Jit poh-lui-sim-ciam-ku, nah kemarilah dengan tenang, ada beberapa persoalan hendak kutanyakan kepadamu! Ucapan itu bukan saja bernada berat, dan lagi kedengaran dingin dan menyeramkan. Sejak pertama kali tadi Gak Lam-kun sudah memperhatikan dengan seksama tempat persembunyian dari si pembicara tersebut, ia telah bertekad jika tempat persembunyiannya sudah diketahui dengan pasti maka sebuah serangan tiba-tiba mungkin akan berhasil menaklukkan orang itu. Maka setelah mendengar ancaman tersebut dia hanya mendengus dingin tiada hentinya. Dengusan itu sangat aneh, nadanya dingin kaku dan membuat orang merasa sangat tidak enak hati, tapi rendah dan berat bagaikan suara itu bisa terdengar oleh siapapun juga yang berada tiga kaki disekeliling tempat itu. Ternyata Gak Lam-kun telah menggunakan kepandaian Liong-gin-heng (dengusan naga sakti) ajaran gurunya untuk menggetarkan perasaan musuh, sementara sepasang matanya dengan tajam mengawasi terus tempat persembunyian orang itu. Kiranya tempat yang digunakan orang itu sebagai tempat persembunyiannya mempunyai daun yang istimewa rimbunnya, sekalipun dibawah cahaya rembulan, yang terlihat cuma sesosok bayangan manusia belaka, bagaimanakah bentuk badan dan raut wajah orang itu ternyata sukar ditentukan. Mendengar pekikan naga dari Gak Lam-kun tersebut, kembali orang itu tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan katanya, Dandanan atau dengusan naga saktimu memang mirip sekali dengan gaya Tok-liong Cuncu Yo Long, sayang kau tak bisa membohongi aku, Heeehh heeehhh bocah cilik, bukankah demikian? Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun merasa terperanjat yang tak terkirakan hebatnya, dia tak mengira kalau jejak atau rahasia penyaruannya ketahuan orang.

Siapa kau? akhirnya dia menegur, kalau kau memang ingin menjumpai aku untuk menanyakan suatu masalah, kenapa tidak segera munculkan diri..? Pelan-pelan orang itu berkata, Sekalipun kusebutkan namaku, belum tentu kau akan mengetahuinya. Justru lantaran kusaksikan ilmu meringankan tubuhmu sewaktu melompat naik keatas pohon siong tadi melampaui kehebatan orang lain, maka kulanggar kebiasaanku dengan datang menjumpaimu, coba kalau diam-diam melepaskan serangan mautku, niscaya pada saat ini nyawamu sudah lenyap di ujung anak panah Jit poh lui sim cian (panah tujuh langkah pencabut nyawa) ku Ketika didengarnya perkataan orang itu makin lama semakin tidak sungkan-sungkan Gak Lam-kun naik darah, tapi dia bukan seorang pemuda yang bodoh, ia tahu dari kepandaian orang itu untuk mengenali penyamarannya hanya dalam sekejap mata, ini sudah membuktikan kalau dia bukan manusia sembarangan. Sambil menahan rasa mangkel, kesal dan golakan perasaannya ia menjawab, Kalau memang demikian, aku akan menyambangi dirimu! Seraya berkata tangan kanannya dikebaskan, kemudian tubuhnya meluncur ke arah mana berasalnya suara tadi. Benar juga, orang yang menyembunyikan diri dibalik pepohonan itu sama sekali tidak turun tangan melancarkan sergapan, sebagai pemuda yang berilmu tinggi dan bernyali besar, Gak Lam-kun menerobosi daun-daun pohon yang lebat dan berdiri diatas sebuah dahan kurang lebih tiga depa diluar gerombolan daun tadi. Ketika ranting-ranting pohon disingkapnya dengan kedua belah tangannya, hampir saja Gak Lam-kun menjerit kaget setelah menyaksikan orang yang berada disana. Pada salah sebuah dahan pohon dengan daun yang lebat, duduklah seorang kakek bertampang jelek, berambut putih sepanjang punggung, mempunyai raut wajah jelek mengerikan dengan bibir yang tebal, hidung yang datar, mata rada juling, jidat lebar serta masing-masing sebuah codet diatas pipinya, sebuah tabung bulat berwarna hitam berada dalam genggamannya Tabung bulat itu besarnya selengan dengan panjang dua depa, sesungguhnya bukan suatu benda yang terlalu menarik perhatian, tapi siapapun tahu bahwa benda yang amat sederhana itu justru merupakan sebuah alat pembunuh yang sangat jahat, keji dan menggetarkan hati siapapun jua. Tabung bulat itu kosong tengahnya dan terdapat tujuh buah lubang kecil, didalam setiap lubang kecil itu masing-masing tersimpan sebatang anak panah Jit-poh-liu-sim cian yang maha lihay.

Kakek aneh itu meletakkan tabung bulat tersebut disampingnya, lalu sambil menunjuk kesebuah dahan pohon disisinya dia berkata, Duduklah disana, ada persoalan hendak kutanyakan kepadamu! Gak Lam-kun menurut dan duduk diatas dahan pohon yang dimaksudkan, ia masih tetap membungkam dalam seribu bahasa. Dengan tatapan mata yang tajam kakek aneh itu mengamati Gak Lam-kun beberapa kejap, kemudian sambil tertawa katanya, Bila dilihat dari ilmu meringankan tubuhmu yang sempurna serta dandananmu yang aneh, tentunya kau adalah murid kesayangan dari Tok liong Cuncu Yo Long bukan? Rupanya saudara pernah berjumpa dengan guruku? tanya Gak Lam-kun agak tertegun. Benar jawab kakek aneh itu dengan mata yang membalik-balik keatas. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, giginya saling bergemerutuk keras, jelas ia menaruh perasaan dendam dan benci yang amat mendalam sekali terhadap Tok liong Cuncu Yo Long. Menyaksikan kejadian itu, diam-diam Gak Lam-kun menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Kemudian pelbagai ingatan melintas kembali dalam benaknya, ia berpikir, Dari tujuh belas orang musuh guruku yang tercantum dalam kitab catatan musuh-musuh besar, kecuali sepuluh orang diantaranya yang sudah tewas, dari sisa tujuh orang yang masih ada, kini telah muncul Jit-poh toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To, Giokbin sin ang (kakek sakti berwajah kemala) Say khi pit, Kiu wi hou )rase berekor sembilan) Kongsun Po dan Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu diatas pulau terpencil ini, sementara tiga orang lainnya yang hingga kini belum muncul. Kui to(imam setan) Thian yu Cin jin yang merupakan orang paling dahsyat kepandaian silatnya, menyusul kemudian adalah Yan lo sat (iblis perempuan cantik) Hong im, dan akhirnya adalah jago yang menduduki urutan kelima Che kiam kuncu (Laki-laki ksatria pedang uang) Hoa kok khi, kecuali mereka semua, belum pernah kudengar kalau suhu masih mempunyai musuh lainnya Sementara itu si kakek aneh itu sudah tertawa dingin dengan seramnya, kemudian katanya lebih jauh, Yo long adalah musuh cintaku, akupun tidak takluk dengan kehebatan ilmu silatnya, berulangkali aku ingin menjajal kepandaiannya, sayang tak ada kesempatan, namun aku kagum juga oleh kehebatan ilmu silatnya, akupun merasa kasihan atas tragedi serta musibah yang menimpanya dalam dunia persilatan, cuma kejadian itu sudah berlangsung pada dua puluh tahun berselang, kini Yo long sudah mati tapi perempuan rendah itu masih tetap hidup

Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia menghela napas panjang matanya tertuju keatas awan dan kepalanya bergeleng berulangkali, bisa dirasakan betapa sedih dan murungnya perasaan orang itu. Agak terperanjat Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, pikirnya, Darimana dia bisa tahu kalau guruku sudah tiada? Siapa orang ini? Mengapa suhu tak pernah membicarakan tentang dirinya? Gak Lam-kun melakukan perjalanan dalam dunia persilatan semenjak tiga tahun berselang, hanya sebagian besar ia bergerak disekitar daratan Tionggoan, jadi terhadap budi dendam yang menyangkut tentang kakek aneh ini boleh dibilang ia sama sekali tak tahu. Kakek aneh itu melirik sekejap ke arah Gak Lam-kun, kemudian setelah tertawa dingin katanya lagi, Rupanya kau masih curiga dengan perkataanku bukan? Terus terang kuberitahukan kepadamu, kekasihku tempo hari telah direbut oleh Yo long, sebenarnya beberapa kali aku ingin membunuhnya secara diam-diam, latar belakang mengenai kehidupan Yo Long pun sudah banyak yang berhasil kuselidiki, maka ketika belakangan ini tersiar kabar yang mengatakan bahwa ia muncul kembali dalam dunia persilatan, aku segera mengecek kebenaran dari kabar itu, akhirnya berhasil kuketahui bahwa Tok-Liong Cuncu yang konon telah muncul kembali itu sesungguhnya adalah kauyaaa, tak kusangka memang dengan usiamu yang demikian muda ternyata berhasil memiliki kecerdasan serta tingkat ilmu silat yang sedemikian tingginya Setelah mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun baru mengakui bahwa dunia persilatan memang terlalu banyak jago lihay yang tersembunyi. Tipu muslihat serta kejahatan yang terjadi dalam dunia persilatan sukar diduga asal datangnya. Cianpwe! kata Gak Lam-kun kemudian dengan suara lembut, siapakah perempuan yang kau maksudkan itu? Dia bukan lain adalah Soat san thian li yang telah tiba digedung ini. Kecantikan wajahnya tiada bandingan didunia ini, cuma cintanya tidak setia, dia suka ganti-ganti pacar dan lagi pikirannya terlampau cupat, ia hanya tahu ingin menangnya sendiri Diam-diam Gak Lam-kun mengernyitkan alis matanya, pikirnya, Bila didengar dari pembicaraan suhu mengenai Soat-san thian-li, agaknya suhu pernah berhutang budi kepada perempuan itu, sebaliknya manusia aneh ini malah menjelek-jelekkan Soat-santhian-li, jelaslah sudah bahwa dia sendirilah yang sempit jalan pikirannya Berpikir sampai disitu, dengan suara tawar dia lantas bertanya, Locianpwe, apakah kau mengundangku kemari karena ingin memberitahukan persoalan ini saja? Agaknya manusia bertampang jelek sedang terkenang kembali pengalamannya dimasa silam, kepalanya terdongak keatas sambil memandang awan dengan termangu-mangu, ketika selesai mendengar perkataan dari Gak Lam-kun, tiba-tiba ia berpaling sambil

membelai dua buah codet dipipinya, lalu katanya dengan dingin, Kau jangan menuduh aku yang bukan-bukan, apa yang kukatakan tentang watak Soat San-thian-li adalah pengakuan yang sesungguhnya, kau tahu, pipiku ini justru rusak ditangannya Ooohkalau begitu kedatanganmu pada malam ini adalah untuk menunggu kesempatan guna melampiaskan rasa dendam dalam hatimu? tanya Gak Lam-kun hambar. Soal membalas dendam adalah soal kedua selain itu masih ada satu tujuan lagi Apakah tujuanmu itu? Dengan sinar mata setajam sembilu kakek bertampang jelek itu menatap lekat-lekat topeng naga di wajah Gak Lam-kun, setelah itu dengan sikap serius tanyanya, Jangan kau tanyakan dulu apa tujuanku yang lain, sekarang tolong jawab dulu kepadaku, bersediakah kau membantu usahaku? Itu tergantung pada urusan apakah yang bisa kubantu! Dengan suara agak marah kata kakek bertampang jelek itu, Tahukah kau tentang rahasia perkampungan ini? Gak Lam-kun tertegun, pikirnya, Masa didalam perkampungan ini ada rahasianya? Karena keheranan dan ingin tahu maka tanyanya, Rahasia apakah itu? Si kakek bertampang jelek itu berpikir sebentar, lalu jawabnya, Rahasia itu sesungguhnya adalah suatu rahasia yang sangat berharga, yang dapat bikin orang persilatan menjadi gila. Hingga kini hanya beberapa gelintir manusia saja yang mengetahui rahasia ini, maka bila kau bersedia membantuku, tentu saja rahasia tersebut akan kujelaskan kepadamu seterperinci mungkin, tapi bila kau tidak bersedia membantu, akupun tak akan memaksa Timbul juga kecurigaan dalam hati Gak Lam-kun, katanya kemudian setelah berpikir sebentar, Terangkan dulu rahasia apakah yang kau katakan amat berharga itu, dan berilah kesempatan kepadaku untuk mempertimbangkannya, setelah itu baru bisa kuputuskan apakah bersedia membantumu atau tidak Kakek bertampang jelek itu tertawa angkuh. Mau membantu atau tidak, lebih baik sekarang juga kau putuskan. Hmm! Jangan kau anggap Jit poh lui sin ciam (panah inti guntur) Lui Seng thian adalah seorang manusia yang sudi minta bantuan orang! Gak Lam-kun mendengus dingin. Hmmm! Kau tak sudi minta bantuanku, kenapa aku harus membantu dirimu pula?

Sehabis berkata tiba-tiba ia berputar badan dan melompat ke dahan lain, kini jaraknya dengan Jit-poh-lui sim-ciam Lui Seng-thian berselisih antara satu kaki lebih. Demikianlah, untuk sesaat kedua orang itu duduk saling berhadapan dari tempat kejauhan, siapapun tidak berbicara lagi melainkan termenung memikirkan rahasia hati sendiri-sendiri. Tiba-tiba dari sudut kegelapan disebelah utara sana berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring menyusul kemudian seorang berseru dengan lantang, Saudara Lo, dimanakah kita akan beradu kekuatan? Didepan sana, ditengah lapangan kosong jawab orang yang lain dengan suara mengerikan. Berbareng dengan selesainya perkataan itu seorang manusia berkerudung berbaju abuabu dan seorang kakek kurus pendek berbaju hitam masing-masing melayang datang dari bawah pohon dimana Gak Lam-kun berada, kemudian dengan kecepatan luar biasa berkelebat menuju ke arah tanah lapang kurang lebih empat lima kaki jauhnya. Kedua orang itu bukan lain adalah Jit poh tui hun Kwik To dan See ih Tok seng Lo Kay seng yang semalam berjanji akan mengadakan pertarungan satu lawan satu. See ih tok seng (malaikat racun dari See ih Lo Kay seng yang berbaju hitam berdiri menghadap ke selatan, dengan suara dingin ia berkata, Kwik heng, apakah kalian orangorang dari perguruan Cing cian bun telah berdatangan semua? Jit poh toan hun Kwik To tertawa ringan. Sebentar lagi mungkin mereka akan berdatangan, cuma kau tak usah kuatir, perselisihan kita diselesaikan juga oleh kita sendiri, orang lain tak akan mencampuri urusan ini semisalnya saja See ih sam seng lainnya dan Soat san Thian li sekalian berdatangan semua kemari, tentu saja mereka juga tak akan mencampuri urusan ini bukan? Tepat sekali, tepat sekali! jawab See ih tok seng Lo Kay seng dengan nada mengerikan, selama orang-orangmu tidak turun tangan, tentu saja kamipun tak akan menyergap orang lain secara diam-diam Mendadak Jit poh toan hun Kwik To berpaling ke arah gedung sebelah barat, kemudian tegurnya dengan suara dalam, Jago lihay darimanakah yang telah datang? Setelah berada disini, mengapa harus menyembunyikan diri macam cucu kura-kura? Baru habis teguran tersebut, gelak tertawa seram berkumandang kembali memecahkan kesunyian.

Haaahhhhaaahhhhaaahhh Selamat bertemu kembali saudara Kwik, sejak perpisahan kita ditebing Yan po gan pada belasan tahun berselang, tak kusangka kau telah berubah menjadi anteknya perguruan panah bercinta Dua sosok bayangan manusia bagaikan burung rajawali terbang diangkasa menyambar kebawah dengan kecepatan luar biasa, ternyata yang muncul adalah Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit serta Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun Po. Sambil tersenyum kembali si Rase berekor sembilan Kongsun Po berkata lantang, Saudara Kwik, kau benar-benar bersikap kurang bersahabat, setelah berjumpa dengan sobat-sobat lama yang telah berpisah belasan tahun lamanya, mengapa kau mengenakan terus kain cadarmu itu, atau jangan-jangan wajahmu telah mengalami perubahan? Jit poh toan hun Kwik To tertawa terbahak-bahak, ia menarik lepas kain cadarnya sehingga terlihatlah raut wajahnya yang merah bercahaya dengan alis mata yang tebal dan mata yang besar, gagah sekali tampang wajahnya itu. Setelah puas tertawa, dengan wajah membesi Kwik To berkata lagi. Saudara Say, saudara Kongsun, mau apa kalian datang kemari? Kongsun Po terkekeh dengan suara parau. Heeeeheeeeheeeeketika kudengar bahwa sahabat lama yang telah terpisah selama belasan tahun ada janji dengan orang lain, sebagai sesama saudara tentu saja kami datang untuk menyaksikan apakah ilmu silat yang dimiliki sahabat kita ini telah peroleh kemajuan yang pesat atau tidak? Kongsun-heng kata Jit poh toan hun Kwik To hambar, kalau hendak mengucapkan sesuatu, mengapa tidak kau utarakan saja secara berterus terang..? Aaahmana, mana Kiu wi hou Kongsun Po kembali tertawa kering, baiklah, setelah kau berkata demikian maka kamipun akan buka kartu bicara secara blak-blakan sesungguhnya kedatangan kami berdua adalah ingin menyaksikan wajah Soat san thian li yang cantik jelita itu serta wajah dari ketua perguruan panah bercinta yang cuma kami dengar namanya tapi belum pernah kami saksikan raut wajahnya itu Malaikat racun dari See ih Lo Kay-seng tertawa dingin. Heeehhh heeehhh heeehhh apakah saudara ini tidak merasa terlalu sungkansungkan? Seandainya dipulau gersang yang terpencil letaknya ini tiada lencana pembunuh naga, mungkinkah kalian bakal terpancing untuk datang kemari? Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit tertawa lebar.

Lencana pembunuh naga memang merupakan benda mestika yang dapat membuat mata orang menjadi merah, tapi belum tentu kami datang kesini hanya lantaran benda semacam itu Jit poh toan hun Kwik To lantas berpaling ke arah Say Khi pit dan Kongsun Po seraya katanya, Kalian berdua adalah orang-orang kangouw berpengalaman, tentunya kalian juga mengetahui bukan pertarungan dunia persilatan tentang suatu duel satu lawan satu! Saudara Kwik, kau tak usah kuatir, kata si Rase berekor sembilan Kongsun Po dengan cepat, aku dan Say-heng hanya ingin menonton keramaian saja, kedua belah pihak sama-sama tidak akan dibantu Pada saat itulah, mendadak dari balik keheningan berkumandang suara dengusan naga yang menggetarkan sukma Ketika mendengar suara dengusan naga tersebut, Giok bin sin ang Say Khi pit dan Kiu wi hou Kongsun Po sama-sama berubah wajahnya, dengan cekatan mereka memutar badannya, lalu dengan dua pasang biji mata yang memancarkan perasaan takut mereka menyapu sekejap sekeliling tempat itu Akhirnya mereka temukan Tok liong Cuncu yang mengenakan topeng naga dengan sepasang tangannya mengenakan cakar naga perenggut nyawa serta mengenakan baju naga berwarna kuning, bagaikan sebuah patung arca berdiri kurang lebih dua kaki dibelakang mereka. See ih tok seng Lo Kay seng sendiripun tampak agak tertegun ketika menyaksikan kemunculan Tok liong Cuncu ditempat itu. Diantara sekian banyak orang, hanya Jit poh toan hun Kwik To seorang tetap berdiri dengan wajah sedingin es, sedikitpun tidak menampilkan perasaan kaget atau ngeri. Sesaat kemudian, Kongsun Po dan Say Khi pit baru berhasil menenangkan kembali hatinya, si Rase berekor sembilan itu lantas berpaling ke arah Kwik To seraya ujarnya, Saudara Kwik, langganan lama kita telah datang Gak Lam-kun kembali memperdengarkan dengusan Liong leng heng yang dingin dan rendah untuk menukas pembicaraan si Rase berekor sembilan yang belum habis, kemudian bagaikan sukma gentayangan pelan-pelan ia mendekati kedua orang itu. 0000000o000000 Seketika itu juga suasana dalam arena tersebut berubah menjadi kaku dan tegang Dengan menirukan suara Yo Long seperti dulu, pelan-pelan Gak Lam-kun menegur, Kenapa kalian tidak segera bunuh diri? Mau menunggu sampai kapan lagi..?

Sekalipun rasa ngeri dan ketakutan menghadapi maut menyelimuti perasaan Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit serta Rase berekor sembilan Kongsun Po, akan tetapi dalam keadaan tercekam oleh perasaan takut tersebut kadangkala akan muncul juga sebercak harapan untuk mempertahankan hidupnya, mereka tak sudi menyerahkan jiwanya dengan begitu saja, mereka harus melakukan perlawanan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Apalagi setelah melalui latihan yang tekun dan bersungguh-sungguh selama belasan tahun, mereka yakin masih mempunyai kemampuan untuk beradu kekuatan dengan Tok liong Cuncu yang cukup membuat pecah nyali setiap umat persilatan itu, lagipula bukankah disitu masih ada Kwik To dan Say Khi pit? Selain dari pada itu, mereka tahu semenjak terjatuh kedalam jurang ditebing Yan po gan, Tok liong Cuncu Yo Long telah menderita luka yang cukup parah, ini ditambah lagi dengan racun jahat yang telah diminum sebelum pertarungan dimulai, berarti meski tidak sampai tewas, ilmu silatnya sudah jelas tak mungkin bisa pulih kembali seperti sedia kala. Ingatan tersebut bagaikan sambaran kilat cepatnya melintas dalam benak mereka, kemudian sambil tertawa seram Si Rase berekor sembilan Kongsun Po berkata, Heeehhh heeehhh heeehh bagus Yo Long! Belasan tahun tidak berjumpa rupanya kau makin lama semakin bertambah ganas..! Sekali lagi Gak Lam-kun mendengarkan dengusan naga Liong Gin heng nya, lalu seperti sukma gentayangan ia menyerang maju kedepan, pergelangan tangan kirinya berkelebat lewat dan langsung mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Kongsun Po, cepat nian ancaman tersebut. Semenjak tadi si Rase berekor sembilan Kongsun Po telah bersiap sedia menghadapi serangan lawan sekalipun Gak Lam-kun menyerang dengan kecepatan luar biasa, namun ia berhasil juga menghindarkan diri dari ancaman tadi. Dengan gerakan yang tak kalah cepatnya telapak tangan kirinya menangkis serangan Gak Lam-kun dengan jurus Tui po cut lam (mendorong membantu ombak). Say loji saudara Kwik teriaknya malam ini mari kita bersama-sama menyaksikan ilmu silat dari manusia latah ini setelah belasan tabun tidak bersua Jelas sudah maksud dari kata-katanya itu, yakni minta kepada dua orang itu agar bersama-sama membantunya untuk mengerubuti Tok liong Cuncu. Dengan dingin Gak Lam-kun berkata, Kongsun Po. lebih baik kau berkumpul saja dengan ketujuh belas orang yang lain didalam neraka! Secara beruntun sepasang tangannya melancarkan empat buah serangan berantai.

Keempat buah serangan tersebut rata-rata sangat lihay dengan gerakan yang sakti serta sukar diduga, empat buah pukulan dilancarkan berangkaian seakan-akan dilepas secara bersamaan Kongsun Po menjadi kelabakan setengah mati untuk menangkis seluruh ancaman tersebut jelas tidak gampang, terpaksa ia melompat kebelakang dan mundur sejauh tujuh langkah. Gak Lam-kun mendengus dingin, bagaikan bayangan ia menyusul maju kemuka, telapak tangan kirinya dibabat kemuka melancarkan sebuah pukulan aneh maha sakti dengan jurus Long tai cau gan (gulungan ombak menghantam karang). Begitu jalan mundur Kongsun po tergencet, telapak tangan kanannya dengan kelima jari yang dibentangkan menyerang lagi kedepan dengan jurus Im siau ngo gak (awan tebal menyelimuti lima bukit), dibalik ancaman itu disertakan juga hawa sakti Tok liong ci jiau (cakar maut naga beracun) yang mengerikan itu. Sungguh dahsyat ancaman dari Gak Lam-kun itu, bukan saja jurus serangannya ampuh membuat orang sukar menahannya, bahkan dilancarkan dengan mempergunakan beberapa macam tenaga yang berbeda besar kecilnya. Dalam waktu singkat, dari atas bawah depan dan belakangnya seakan-akan muncul selapis kekuatan yang mengunci jalan mundur musuhnya, ini semua memaksa Kongsun Po mau tak mau harus menyambut serangan Tok liong ci jiau ditelapak tangan kanan Gak Lam-kun secara keras lawan keras. Sebenarnya si Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit sedang memperhatikan ilmu silat Gak Lam-kun sambil mengambil kesimpulan-kesimpulan, tapi setelah menyaksikan dalam beberapa gebrakan saja Kongsun Po berhasil dipaksa sehingga tak sanggup melakukan perlawanan lagi, hatinya mulai terperanjat. Dikala ia masih terkesiap sambil berdiri tertegun, hawa sakti Tok liong ci jiau dari Gak Lam-kun yang dilancarkan dengan jurus Im so ngo gak (awan tebal menyelimuti lima bukit) telah mengurung segenap batok kepala Kongsun Po. Untung Say Khi pit telah mengadakan persiapan jauh sebelumnya, begitu dilihatnya Kongsun Po menjumpai bahaya maut, dia segera berpekik nyaring kemudian sambil melompat keudara sepasang telapak tangannya berbareng didorong kedepan. Segulung tenaga pukulan yang lebih dahsyat dari ombak ditengah samudera dengan cepatnya menumbuk punggung Gak Lam-kun. Serangan tersebut telah dilancarkan dengan mempergunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, sebab berhadapan dengan Tok liong Cuncu Yo long yang disegani setiap umat persilatan ia harus bertindak cepat, karena bila lawan sampai diberi kesempatan untuk mengadakan persiapan, maka akibatnya kendatipun ia dan Kongsun Po serta Kwik To turun tangan bersama, belum tentu mereka sanggup menghadapi serangan maut dari

Yo Long, atau dengan perkataan lain jiwa mereka bertiga pada hakekatnya berada dalam cengkeraman lawan. Oleh sebab itulah begitu turun tangan ia lantas mempergunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, ia berharap dikala Gak Lam-kun tidak siap pukulan itu berhasil membinasakan dirinya atau paling tidak melukai isi perutnya. Berbareng disaat Giok bin sin ang Say Khi pit melancarkan serangan mautnya, si Rase berekor sembilan Kongsun Po telah menghimpun pula segenap kekuatan tenaga dalamnya untuk menyambut ancaman lawan, sebab keadaaan memaksanya mau tak mau harus menerima pukulan itu secara keras lawan keras. Dan pukulan ini menyangkut soal mati hidupnya, maka dia musti berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mempertahankan kehidupannya. Terkesiap juga Gak Lam-kun menghadapi kejadian semacam ini, ia tahu sekalipun pukulan saktinya pasti dapat membinasakan Kongsun Po atau paling sedikit membuatnya terluka parah, tapi sergapan Giok bin sin ang Say Khi pit dari belakang yang disertai dengan hawa pukulan yang maha dahsyat, itu mungkin akan membinasakan juga dirinya atau paling tidak mengakibatkan isi perutnya bergoncang. Situasi menjadi sangat gawat, pemuda itu agak sulit untuk menentukan pilihannya dalam waktu singkat Sementara itu angin pukulan Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit yang kuat telah tiba dibelakang punggungnya, sedangkan tenaga perlawanan yang dilancarkan Kongsun Po bagaikan amukan ombak samudra juga telah menggulung tiba Gak Lam-kun tak bisa berpikir panjang lagi tiba-tiba tenaga sakti Tok liong ci jiau nya ditarik kembali, lalu dengan gerakan sangat aneh badannya bergeser tiga depa kesamping kanan. Weees..! Weeees..! pukulan kiri kanan dari Gak Lam-kun telah membabat keluar dengan kecepatan tinggi. Sesungguhnya perubahan gerak badan dari anak muda tersebut sudah berada dalam dugaan Kwik To, tapi ketika pukulan yang dilancarkan setelah badannya bergeser tiga depa kesamping dengan kecepatan tinggi itu jauh diluar dugaannya, diam-diam ia merasa kagum juga oleh kelihayan ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun. Kwik To juga tahu bahwa Tok liong Cuncu yang berada dihadapannya sekarang merupakan penyaruan dari Gak Lam-kun, andaikata Yo Long sendiri yang memiliki kepandaian semacam itu, dia tak akan terkejut atau keheranan lagi.

Say Khi pit dan Kongsun Po yang menyaksikan Gak Lam-kun berkelit kesamping juga merasa amat terkejut, sebab dengan demikian tenaga pukulan mereka berdua justru akan saling berpapasan. Untunglah kedua orang itu merupakan jago nomor satu dalam dunia persilatan dewasa ini, dalam kejutnya buru-buru mereka menarik kembali serangannya lalu sambil memutar badan mereka muntahkan kembali segulung tenaga pukulan dahsyat untuk menyongsong datangnya ancaman dari Gak Lam-kun yang tiba dari arah samping itu. Sekalipun gerakan mereka berdua untuk membuyarkan serangan, dilakukan dengan kecepatan yang cukup tinggi, namun akhirnya serangan dari Gak Lam-kun tiba pada sasarannya lebih duluan. Tenaga lwekang yang dimiliki kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit jauh lebih sempurna daripada rekannya, maka disaat gerakan yang pertama telah dilancarkan tadi, serangan kedua yang disertai tenaga pukulan yang maha dahsyat telah dimuntahkan keluar lagi. Akan tetapi disaat dua gulung tenaga pukulan tersebut saling menumbuk antara yang satu dengan lainnya, tubuh Say Khi-pit segera tergetar keras sehingga mencelat tujuh delapan depa jauhnya keudara, ketika mencapai permukaan tanah lagi, dia harus mundur tiga empat langkah lagi dengan sempoyongan, hampir saja tubuhnya tak terbendungkan. Bukan matanya saja yang berkunang-kunang, telinganya ikut terasa mendengung keras seperti ditusuk-tusuk dengan jarum. Menanti ia dapat mengatur napas kembali serta mendongakkan kepalanya, tampaklah Si Rase berekor sembilan Konsun Po sedang berjongkok dengan tangan sebelah menguruti dada, napasnya tersengal-sengal dan mukanya sangat pucat, agaknya tidak enteng luka dalam yang dideritanya itu. Gak Lam-kun sendiri berdiri disamping dengan tenang, sikapnya amat biasa seolah-olah tak pernah terjadi suatu peristiwa apapun. Selang sejenak kemudian, Gak Lam-kun mendengus dingin, kemudian pelan-pelan ia maju kedepan menghampiri si Rase berekor sembilan Kongsun Po yang masih berjongkok itu. Sekonyong-konyongpekikan nyaring yang amat memekikkan telinga berkumandang dari kejauhan, menyusul kemudian bayangan manusia saling berkelebat lewat, dalam waktu singkat delapan belas orang laki-laki berbaju biru yang menggembol pedang elang baja dipunggungnya telah munculkan diri dalam gelanggang, mereka adalah kedelapan belas elang baja yang tergabung dalam pasukan Thiat eng tui dibawah pimpinan Si Tiong pek. Sebagai kepalanya ternyata adalah seorang kakek kurus yang kecil dan pendek, dia bukan lain adalah Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu.

Begitu munculkan diri, dengan kecepatan paling tinggi kedelapan belas elang baja itu meloloskan pedang masing-masing, cahaya perak gemerlapan dan menyiarkan hawa dingin yang menggidikkan hati, pelan-pelan mereka menggeserkan tubuhnya menyebar kesamping, agaknya orang-orang itu bermaksud hendak mengepung Gak Lam-kun. Menyaksikan peristiwa tersebut, Gak Lam-kun menjadi tertegun dan segera menghentikan langkah kakinya, sebab dia tahu kalau si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu telah mengetahui rahasia penyamarannya. Sementara itu betapa leganya perasaan Kiu wi hou dan Giok bin sin ang setelah menyaksikan kemunculan Ou Yong hu dengan membawa serta kedelapan belas elang baja dari pasukan Thiat eng tui tersebut, mereka sadar kendatipun orang-orang tersebut masih bukan tandingan Tok liong Cuncu, akan tetapi dengan kehadiran mereka justru akan mempermudahkan niat mereka untuk mencari kesempatan mengambil langkah seribu dari situ. Giok bin sin ang Say Khi pit mengatur napasnya sebentar untuk mengendalikan hawa darahnya yang bergolak, setelah itu sambil tertawa terbahak-bahak katanya, Saudara Ou, tidak kusangka kalau kau akan muncul tepat pada saatnya..haaha haaahhh haaahhh Bukan cuma aku saja yang telah datang coba lihatlah! Orang-orang dari perguruan panah bercintapun telah berdatangan semua kata si Kakek ular dari lautan timur dengan suara ewa. Baru selesai perkataannya itu, bayangan manusia tampak berkelebat dari arah timur menyusul kemudian muncullah empat orang manusia dengan gerakan tubuh yang enteng. Sebagai kepala rombongan adalah seorang sastrawan berbaju putih, dia bukan lain adalah Bwee Li-pek, dikiri kanan kedua belah sampingnya mengikuti seorang perempuan berambut putih yang menggembol sepasang pedang dipunggungnya, pakaian mereka amat bagus dan mentereng, sedangkan dibarisan terbelakang adalah seorang kakek berjenggot panjang sedada, dia bukan lain adalah Tan ciang ceng kan kun (Telapak tangan tunggal yang menggetarkan jagad) Siangkoan Ik. Menyusul kemunculan keempat orang itu, dari belakang muncul kembali delapan belas orang manusia berbaju putih, potongan badan kedelapan belas orang itu secara kebetulan justru merupakan kebalikan dari delapan belas elang baja dari pasukan Thiat eng tui tersebut, karena tubuh mereka rata-rata kurus kering seperti lidi. Bwe Li pek membawa anak buah perguruan panah bercintanya bergeser ke arah selatan, Jit poh toan hun Kwik To segera memberi hormat kepada Bwe Li pek dan mengundurkan diri kesamping perempuan tua berambut putih. Senjata yang digembol oleh kedelapan belas manusia berbaju putih dari perguruan panah bercinta adalah sebuah gendewa besar dengan tabung panah yang penuh dengan anak-

anak panah, cuma bentuk panah itu lain daripada yang lain, bukan saja tidak berbulu pada tangkainya, bentuknya jauh lebih panjang dan ramping daripada anak panah biasa. Setelah berdiri mengambil posisi, kedelapan belas orang manusia berbaju putih itu cepat melepaskan gendewanya dan memasang dua batang panah mereka diatas busur tersebut, ujung anak panah semuanya tertuju ke arah tubuh delapan belas elang baja dari Thiat eng tui. Paras muka Bwe Li pek, ketua dari perguruan panah bercinta amat dingin tanpa emosi, sulit buat orang untuk menduga bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu. Kemunculan sekian banyak orang secara tiba-tiba serta pelbagai perubahan yang berlangsung secara beruntun dengan cepat membuat suasana ditengah gelanggang berubah menjadi beku dan kaku. Meski demikian dibalik benak masing-masing orang justru berputar pelbagai ingatan yang beraneka ragam. Karena perubahan yang berlangsung diluar dugaan itu, untuk sementara waktu Gak Lamkun menghentikan pula semua kegiatannya. Akan tetapi suasana hening dan sepi semacam ini tidak bertahan terlalu lama Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang lagi suara tertawa panjang yang menggidikkan hati. Disela-sela tertawa panjangnya yang memilukan dan menggidikkan hati itu, terdengar pula jeritan-jeritan seram yang mendebarkan sukma, Long ji oh Long ji kau berada dimana? Yo long wahai Yo long kembalilah kesisiku, aku tak dapat kehilangan kau Mendengar teriakan tersebut, Gak Lam-kun menjadi amat terperanjat, ia tak berani tinggal terlalu lama lagi disitu, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya ia melompat setinggi enam kaki ke tengah udara, kemudian bersalto beberapa kali bagaikan kuda langit terbang di awan, dengan kecepatan bagaikan petir ia kabur keluar dari halaman gedung tersebut Sungguh amat luar biasa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki si anak muda itu, untuk sesaat lamanya para jago yang hadir dalam gelanggang menjadi berdiri terbelalak dengan mulut melongo. Baru saja bayangan tubuh Gak Lam-kun lenyap dari pandangan mata, sesosok bayangan manusia lain bagaikan seekor burung elang menerobos hutan menyambar datang dan muncul di arena, ternyata dia adalah seorang perempuan aneh berambut panjang.

Semua orang segera merasakan suara tertawanya itu bukan saja jauh membumbung ke angkasa, lagi pula suaranya tajam memekikkan telinga, apabila tenaga dalam yang dimilikinya tidak sempurna, jelas tak mungkin bisa melakukan kesemuanya itu. Mereka lebih terperanjat lagi setelah menyaksikan gerakan tubuh orang itu lebih gesit dari burung elang. Jangankan Giok bin sin ang dan lain-lainnya, bahkan Bwe Li pek dari perguruan panah bercinta serta Jit poh lui sim ciang Lui Seng thian yang bersembunyi diatas dahan pohon pun mengakui bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan itu jauh berada diatas kepandaian mereka sendiri. Dengan sepasang matanya yang jeli perempuan aneh berambut panjang itu memandang sekejap sekeliling gelanggang, mendadak ia berpaling ke arah Giok bin sin ang Say Khi pit kemudian pelan-pelan menghampirinya. Terkejut juga si kakek sakti berwajah pualam ini, segera pikirnya dengan perasaan tercekat, Aku merasa tak pernah kenal dengan perempuan ini, dalam dunia persilatan juga tak pernah kudengar namanya, waah kalau begitu kedatangannya menghampiriku jelas tidak mengandung maksud baik Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan, Say Khi pit segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Perempuan aneh berambut panjang itu berhenti lebih kurang satu kaki didepan Say Khi pit, lalu tegurnya dengan dingin, Hey! tua bangka, kau pernah melihat Long ji ku? Giok bin sin ang Say Khi pit tertegun. Lalu tanyanya dengan keheranan. Siapakah Long ji mu itu? Long ji adalah kekasihku, siapa kau? bentak perempuan aneh berambut panjang itu dengan marah, tua bangka sialan, kau pantas dibikin mampus, masa cuma soal itu saja tidak tahu Telapak tangannya segera diayun kedepan segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kedepan dan menerjang ketubuhnya. Kecepatan gerak si perempuan aneh berambut panjang dalam melancarkan serangannya itu sungguh cepat bagaikan sambaran kilat karena terlalu cepat ancaman itu tiba didepan matanya, untuk sesaat sulit bagi Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit untuk menghindarkan diri, terpaksa sepasang telapak tangannya didorong kemuka untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Tapi baru saja hawa murninya disalurkan ia segera merasakan gelagat kurang menguntungkan, sebab kekuatan angin pukulan yang dihasilkan lawan hampir boleh dibilang belum pernah dijumpai sebelumnya.

Dalam kejut dan terkesiapnya buru-buru ia menarik kembali pukulannya sambil melompat mundur kekelakang. Kendatipun demikian, ekor angin serangan yang dilancarkan perempuan aneh berambut panjang itu sempat mementalkan tubuhnya sejauh lima enam langkah, isi perutnya menyusul ikut bergetar keras dan Uaaak! ia muntah darah kental. Peristiwa ini sungguh diluar dugaan siapapun juga, kontan saja membuat suasana disekitar gelanggang menjadi gempar, semua orang terkejut dan semua orang merasa jantungnya berdebar keras. Sebagaimana diketahui, ilmu silat yang dimiliki kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit termasuk golongan jago yang cukup lihay, akan tetapi nyatanya sekarang, ia tergetar sampai muntah darah kental hanya karena tersambar oleh kebasan si perempuan aneh berambut panjang yang amat enteng dan sederhana itu. Kejadian tersebut, sungguh membuat orang lain tercengang dan diluar dugaan. Seketika itu juga suasana menjadi gempar, para jago pada berbisik membicarakan persoalan itu. Sementara semua orang masih dibuat terkesiap oleh kelihayan lawan, perempuan aneh berambut panjang itu pelan-pelan sudah berjalan kembali menghampiri Malaikat racun dari See ih Lo Kay-seng. Paras muka si Malaikat racun dari See ih Lo Kay seng segera berubah menjadi amat serius, dengan sepasang matanya yang lebih tajam dari sembilu ditatapnya perempuan aneh berambut panjang itu lekat-lekat, kemudian tegurnya ketus, Kau adalah anggota perguruan Hay sim pay? Perempuan aneh berambut panjang itu tertegun, tiba-tiba ia balik bertanya, Siapa kau? Darimana kau bisa tahu kalau dalam dunia persilatan terdapat juga ilmu silat aliran Hay sim it pay? Pernahkah kau berjumpa dengan Long ji ku? Menghadapi rentetan pertanyaan yang balik diajukan kepadanya itu, Malaikat racun dari See ih Lo Kay seng menjadi tertegun, untuk sesaat ia terbungkam dan tak tahu bagaimana musti menjawab. Perlu diterangkan, perguruan Hay sim it pay bersumber dari pulau Hay sim to yang berada diwilayah Cing hay, konon pada tiga ratus berselang dalam dunia persilatan telah muncul seorang manusia aneh maha sakti yang bernama Hay Ciong ji, dialah pendiri dari perguruan Hay sim it pay tersebut. 58

Tapi semenjak kemunculan Hay Ciong ji pada tiga ratus tahun berselang, dalam dunia persilatan tak pernah dijumpai orang dari aliran Hay sim it pay lagi, sebab itu ilmu silat aliran Hay sim it pay jarang sekali diketahui dalam dunia persilatan. Begitu mendengar tentang Hay sim it pay satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Bwe Li pek, ia menjadi teringat kembali dengan kata-kata gurunya, Tok liong Cuncu (rasul naga beracun) Yo Long adalah seorang jago dari perguruan Hay sim it pay, sejak kecil ia dibesarkan oleh Hay sim li dan diberi pula pelajaran ilmu silat, tapi pada akhirnya Hay sim li justru jatuh cinta sendiri kepada Yo Long Teringat sampai disitu, paras mukanya berubah hebat, kembali pikirnya, Jangan-jangan perempuan aneh berambut panjang itu adalah Hay sim li yang dikatakan amat cantik bak bidadari dari kahyangan dengan ilmu silatnya yang tiada tandingannya dikolong langit? Ditengah keheningan tersebut seorang pemuda berbaju hijau diam-diam berjalan menghampiri arena dan berdiri dipihak perguruan panah bercinta, orang itu bukan lain adalah Gak Lam-kun. Ternyata Gak Lam-kun yang mendengar suara dari perempuan aneh berambut panjang itu berkumandang dari kejauhan, segera merasakan gelagat tidak menguntungkan baginya, dia kuatir Yo Long yang sedang dicari perempuan itu adalah gurunya, sebab jika dugaannya benar, maka pertemuannya dengan perempuan itu pasti akan mengakibatkan ia dianggap sebagai gurunya, itu berarti banyak kesulitan yang bakal dijumpainya. Selain daripada itu, disekitar gelanggang telah bermunculan pula sekian banyak jago lihay, apabila orang-orang itu sampai bekerja sama untuk mengerubutinya, hal itu akan sangat berbahaya bagi keselamatan jiwanya. Maka setelah mempertimbangkan sejenak untung ruginya, Gak Lam-kun memutuskan untuk cepat-cepat mengundurkan diri dari sana, disuatu tempat yang tiada manusia lain ia berganti pakaian hijaunya, lalu memburu kesitu untuk menonton keramaian. Sementara itu Bwe Li pek telah menjura kepada Gak Lam-kun setelah mengetahui kemunculan anak muda itu. Saudara Gak, baik-baiklah kau? Sehat-sehatkah selalu selama ini? Gak Lam-kun tersenyum. Waaahrupanya siaute datang terlambat satu langkah, sedang Bwee heng sekalian sudah tiba lebih duluan Han Hu hoa menunjukkan pula sekulum senyumannya yang manis, seraya memberi hormat kepada Gak Lam-kun katanya, Gak lote, lagi-lagi kita berjumpa muka! Gak Lam-kun segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

Haaaah haaah haaah yaa, itulah yang dikatakan orang jika memang berjodoh berselisih seribu li akhirnya juga ketemu, tapi kalau tidak berjodoh bertemu mukapun tidak saling mengenal sejak berpisah dengan nona Han diatas telaga Tong ting ou, tidak kusangka kalau kita kembali akan bersua diatas pulau terpencil ini, aku merasa benarbenar amat beruntung karena bisa bersua kembali dengan wajah cantikmu Ketika mendengar suara dari Gak Lam-kun tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu memutar badannya kemudian pelan-pelan menghampirinya. Menyaksikan Hay sim li, atau perempuan aneh berambut panjang itu mendekati ke arah mereka, serentak kedelapan belas orang manusia berbaju putih dari perguruan panah bercinta itu menarik gendewa masing-masing sambil mengarahkan ujung anak panahnya ke arah perempuan tersebut. Berhenti! bentak mereka serentak, kalau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau panah bercinta tidak berperasaan Menyaksikan situasi tegang itu, buru-buru Gak Lam-kun membentak, Panah bercinta jangan buru-buru dilepaskan! Mendengar itu. Bwe Li pek segera mengulapkan tangan kanannya yang putih halus sambil berkata, Delapan belas panah bercinta, jangan bertindak secara gegabah! Serentak kedelapan belas orang manusia berbaju putih itu menurunkan kembali busur masing-masing, cuma pengawasan sama sekali tidak dikendorkan, gerak-gerik perempuan aneh itu masih saja diikuti dengan seksama. Perempuan aneh berambut panjang itu berjalan kehadapan Gak Lam-kun, kemudian setelah tertawa merdu tegurnya, Gak Lam-kun, rupanya kau juga datang kemari, heeeh heeeh Dia setengah waras setengah tidak, entah apa yang sedang dibayangkan waktu itu, tibatiba ia mendongakkan kepalanya sambil tertawa terkekeh-kekeh. Sekali lagi semua orang dibuat terkesiap sehabis mendengar gelak tertawanya itu, sebab bukan saja suara tertawanya sangat merdu dan sedap didengar, bahkan mengandung pula semacam daya pengaruh iblis yang dapat mencekam perasaan orang. Gak Lam-kun mengernyitkan alis matanya, tapi ia masih tertawa kembali katanya, Locianpwe, rupanya kau juga datang, apakah sedang mencari Long ji mu itu? Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu menghentikan gelak tertawanya, kemudian dengan suara yang lembut dan merdu merayu sahutnya, Yaa! Gak Lam-kun, apakah kau telah bertemu dengan Long ji ku?

Suaranya begitu merdu merayu, seandainya semua orang tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, siapapun tidak akan percaya kalau suara tersebut berasal dari mulut seorang perempuan bertampang jelek. Sementara itu sejak tadi Bwe Li pek mengawasi terus raut wajah perempuan aneh berambut panjang itu, tiba-tiba ia menemukan setitik bagian yang mencurigakan, sambil menghela napas pikirnya kemudian, Tak dapat diragukan lagi perempuan itu pastilah Hay sim li, gurunya Tok liong Cuncu Yo Long, menurut kata suhu kecantikan Hay sim li tiada bandingannya dikolong langit kesemuanya ini karena dia mengandalkan ilmu menyamarnya yang sangat hebat. Perempuan aneh bertampang jelek yang berada dihadapanku sekarang jelas adalah merupakan salah satu dari penyamarannya, atau mungkin ia mengenakan selembar kulit manusia diatas wajahnya Dipihak lain Gak Lam-kun telah berkata lagi setelah menghela napas panjang, Locianpwe, bolehkah aku tahu julukan Long ji mu didalam dunia persilatan? Asal boanpwe, mengetahui julukannya itu pasti akan kubantu Locianpwe untuk menemukannya atau menyampaikan kabar kepadanya Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu berubah menjadi amat murung dan sedih setelah menghela napas panjang jawabnya, Long ji ku itu tak lain adalah Tok liong Cuncu Yo Long yang tersohor namanya dalam dunia pesilatan! Sungguh tak sedap suara helaan napasnya itu membuat setiap orang yang mendengarnya menjadi ikut murung kesal dan sedih. Dengan cepat Bwe Li pek dan Gak Lam-kun menyadari bahwa setiap perubahan sikap dari perempuan yang berada dihadapannya ini sesungguhnya tersembunyi suatu daya pengaruh iblis yang cukup menggetarkan sukma dan perasaan siapapun. Setelah mendengar julukan gurunya disebut oleh perempuan itu, Gak Lam-kun tidak ragu lagi kalau orang yang sedang dicari olehnya tidak lain adalah gurunya sendiri tapi ada satu hal yang tidak dipahami Gak Lam-kun, mengapa gurunya tak pernah menjelaskan kepadanya tentang perempuan ini serta apa hubungan diantara mereka? Seingatnya sepanjang hidup didunia ini gurunya pernah mengadakan hubungan cinta dengan tiga orang perempuan saja, pertama adalah Soat san Thian li, kedua adalah Lam hay sin ni yang kini hidup mengasingkan diri sebagai pendeta, dan ketiga adalah Yan lo sat (perempuan iblis cantik) Hong Im yang lantaran cinta menjadi dendam. Sebetulnya rasa cinta Yan lo sat Hong Im terhadap gurunya paling besar, tapi cemburunya justru paling besar juga, ia tak sudi membiarkan gurunya mengadakan hubungan cinta dengan orang lain, ketidak berhasilannya untuk mencegah Yo long berhubungan dengan perempuan lain mengakibatkan timbulnya perasaan dendam dalam hatinya, sebab itulah ia bertekad untuk turut serta dalam peristiwa ditebing Yan po gan serta mencelakai jiwa kekasihnya.

Keempat orang jago lihay yang pernah terlibat dalam pembunuhan atas Tok liong Cuncu ditebing Yan po gan segera merasakan jantungnya berdebar keras, terutama setelah mengetahui bahwa kekasih dari perempuan aneh berambut panjang yang sangat lihay itu bukan lain adalah korban yang telah mereka kerubuti. Mereka mulai was-was, seandainya dia tahu jika Yo Long tewas ditebing Yan po gan akibat ulah mereka, dengan kepandaian silatnya yang maha dahsyat jelas perempuan tersebut merupakan bibit bencana terbesar bagi keselamatan jiwa mereka. Si Rase berekor sembilan Kongsun Po yang terkenal karena kelicikan serta kebusukan hatinya segera merenungkan kembali kejadian tersebut, tiba-tiba suatu rencana busuk timbul dalam hatinya. Gak Lam-kun telah memusatkan kembali pikirannya, dengan suara lantang ia lantas berkata, Locianpwe, konon Tok liong cuncu Yo Long masih hidup didunia ini, malah katanya tak lama kemudian dia akan datang kebukit Kun san untuk menyerahkan Lencana pembunuh naga tersebut, waktu itu locianpwe pasti akan bersua kembali dengannya, apa gunanya kau musti mencari dia orang tua dengan sikap macam orang kehilangan sukma? Sekali lagi perempuan aneh berambut panjang itu menghela napas panjang. Aaaai..! Gak Lam-kun, aku tahu hatimu sangat baik, cuma muridnya Yo Long pernah berkata kepadaku kalau Yo Long telah mati dipuncak Yan po gan dibukit Hoa san, mungkinkah ia berbohong kepadaku? Si Kakek ular dari lautan timur serta tujuh langkah pemutus nyawa Kwik To yang mengetahui asal usul Gak Lam-kun sebenarnya diam-diam mengernyitkan alis matanya setelah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian, Murid Yo Long bukan lain adalah Gak Lam-kun yang berada didepan mata, darimana mungkin bisa muncul kembali seorang murid yang lain..? Aneh, benar-benar sangat aneh! Gak Lam-kun sendiripun lagi berpikir, Entah bajingan keparat siapa yang mengakungaku sebagai murid Yo Long untuk berbuat onar..? Tiba-tiba si Rase berekor sembilan Kongsun Po menyambung setelah tertawa serak, Yo Long belum mati, kau ditipu oleh muridnya! Perempuan aneh berambut panjang itu menjadi tertegun, tiba-tiba bentaknya, Mengapa muridnya membohongi aku? Kalau Yo Long belum mati, sekarang ia berada dimana? Rase berekor sembilan Kongsun Po sudah mempunyai perhitungan sendiri didalam hatinya, sambil tertawa seram kembali ia berkata, Tok liong Cuncu Yo Long betul-betul belum mati, baru saja ia berada disini, bila kau bersedia menunggunya disini, maka dia pasti akan datang kemari untuk menjumpaimu.

Agaknya perempuan aneh berambut panjang itu merasa gembira sekali, dengan berseri katanya, Kau tidak bohong bukan? Yo Long telah pergi kemana? Mengapa aku musti membohongimu? Setiap orang yang hadir disekitar gelanggang menyaksikan sendiri bagaimana Tok Liong cuncu Yo long mmuncul ditempat ini, tentu saja aku tidak tahu kemana ia telah pergi Mendengar jawaban tersebut, airmata segera jatuh bercucuran membasahi wajah perempuan aneh berambut panjang itu, segera gumamnya dengan amat sedih, Yaa, aku tahu dia pasti pergi karena tahu kalau aku hendak datang ya, dia pasti enggan bertemu lagi denganku Tiba-tiba ia mendengarkan jeritan lengking, kemudian teriaknya seperti orang kalap, Ooo Yo long, betapa kejamnya hatimu Yo long wahai Yo long kau berada dimana? Cepatlah keluar Yo long cepat keluar aku ingin bertemu denganmu Ditengah jeritan lengkingnya yang amat memilukan hati, tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu berlalu dari sana dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Gak Lam-kun hanya bisa menghela napas setelah menyaksikan kejadian tersebut, bisiknya dengan lirih, Orang yang pantas dikasihani, aaiiii Sebetulnya si Rase berekor sembilan Kongsun Po sedang berencana untuk menahan perempuan aneh berambut panjang itu disitu, sebab ia tahu kepergian Tok liong Cuncu tadi kemungkinan besar untuk menghindari pertemuannya dengan perempuan ini, maka apabila ia tetap tinggal disana, Yo Long yang amat menakutkan itu tak nanti akan muncul kembali disitu, bila urusan disana telah beres, dengan segala akal muslihat serta mulutnya yang manis dia hendak menipunya dan mempergunakan tenaganya. Tapi kenyataannya sekarang, dengan berlalunya perempuan aneh berambut panjang itu berarti rencananya berantakan pula. Sepeninggal perempuan aneh berambut panjang itu, tiba-tiba Malaikat racun dari See ih berpaling kearah Gak Lam-kun kemudian berjalan menghampirinya, dengan suara yang dingin menyeramkan ia berkata, Apakah engkau adalah jago lihay yang telah melukai Nian Eng hau sute ku itu? Tidak berani, tidak berani jawab Gak Lam-kun ketus, dalam kejadian waktu itu, Ou thamcu dari Thiat eng pang juga ikut menyaksikan, siapa benar siapa salah rasanya ia juga tahu. Meski demikian aku merasa menyesal sekali telah salah melukai Nian tayhiap, Malaikat racun dari See ih memperdengarkan suara tertawanya yang amat dingin dan rendah, lalu katanya, Aku orang She Lo merasa kagum sekali oleh ilmu sikat saudara

yang melampaui orang lain itu, kalau bisa ingin sekali kumohon beberapa jurus petunjuk! Setiap waktu tentu kulayani keinginanmu itu kata Gak Lam-kun dengan ketus, merupakan suatu kebanggaan bagiku dapat menyaksikan ilmu silat aliran See thian san, andaikata harus matipun aku akan mati dengan hati tentram. Pelan-pelan ia lantas maju ketengah arena. Berhati-hatilah Gak sauhiap kata malaikat racun dari See ih kemudian sambil menjura, lohu segera akan mulai melancarkan serangan! Mendadak ia menerjang maju kedepan sambil melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat. Gak Lam-kun menggerakkan pula telapak tangannya sambil berkata dengan nada hambar, Ingin kuketahui sampai dimanakah kehebatan tenaga pukulanmu itu? Ketika sepasang telapak tangan saling beradu, segera terjadilah suatu ledakan yang memekikkan telinga, Gak Lam-kun terdorong mundur sejauh tiga langkah sebaliknya Lo Kay seng masih berdiri tenang ditempat semula, namun sekilas perasaan tercengang segera menyelimuti wajahnya. Sekalipun dipandang dari kejadiannya Gak Lam-kun seolah-olah masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan kekuatan yang dimiliki Lo Kay seng, namun dalam pandangan para jago ahli justru sebaliknya, kiranya dalam bentrokan yang pertama tadi, Lo Kay seng telah menderita sedikit luka ringan akibat serangan pantulan yang digunakan oleh si anak muda itu. Setelah berhasil dengan serangannya, Gak Lam-kun mempertahankan gayanya sebagai seorang laki-laki ksatria, ia tidak melancarkan serangan lebih jauh sebaliknya cuma berdiri tenang ditempat semula. Lo Kay seng mengatur sebentar hawa murninya, ketika diketahui bahwa kerugian yang dideritanya tidak terlalu besar, cepat badannya menerjang maju lagi dengan kecepatan tinggi, sebuah tendangan segera dilancarkan mengarah lambung Gak Lam-kun. Gak Lam-kun menggoyangkan tubuhnya menghindar kesamping lalu sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian pukulan berantai. Lo kay seng tertawa dingin, telapak tangan kanannya dikebaskan melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk membendung ancaman dari Gak Lam-kun, kemudian telapak tangan kirinya dengan jurus Thiat khi to jut (penunggang baja muncul mendadak) melancarkan serangan balasan.

Wees..! wees..! begitu berhasil merebut kedudukan diatas angin, secara beruntun telapak tangan kanannya melepaskan tiga buah serangan berantai diiringi tendangan kaki kiri dan kanannya. Bukannya mundur Gak Lam-kun malah menerobos maju kedepan, sepasang telapak tangannya mengembangkan pula serangkaian pukulan dahsyat untuk membendung tendangan-tendangan maut itu, semua gerakan yang dipergunakan boleh dibilang merupakan jurus-jurus serangan untuk bertarung dalam jarak dekat. Makin lama pertempuran berlangsung makin sengit, pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan semuanya dipergunakan bukan saja dengan kecepatan tinggi, tenaga pukulan yang disertakan pun luar biasa hebatnya Pertarungan antara mereka berdua hakekatnya merupakan pertarungan untuk menentukan mati hidup mereka, semua ancaman hampir tak sebuahpun yang tidak tertuju pada bagian badan yang mematikan, ini membuat para jago yang ikut menyaksikan jalannya pertarungan itu merasa jantungnya berdebar keras. Ditengah serunya pertarungan tersebut, tiba-tiba malaikat racun dari see ih Lo Kay seng mengeluarkan jurus See lay tok ing (irama sunyi dari barat) menghantam kedada lawan. Jurus serangan tersebut merupakan salah satu jurus mematikan dalam aliran See thian san, bukan saja aneh dan sakti gerakannya bahkan membuat musuhnya menjadi bingung sebab sepintas lalu serangan tersebut seperti suatu totokan tapi mirip pula sebuah babatan. Gak Lam-kun terkesiap, buru-buru dia mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Jit gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat untuk bergeser tiga depa kesamping kiri. Gak sauhiap, hati-hati! tiba-tiba Lo Kay seng berseru sambil tertawa dingin. Ditengah seruan tersebut, jurus mematikan yang sengaja disembunyikan dibalik jurus See lay tok ing tersebut segera dilancarkan, tampak telapak tangan kanannya tiba-tiba terbalik keatas kemudian mengancam urat nadi pada pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun. Hmm Tidak segampang itu jengek si anak muda ketus. Tiba-tiba kelima jari tangan kanannya berputar menyambar diatas pergelangan tangan kanan Lo Kay seng, oleh sambaran tersebut Lo Kay seng segera merasakan urat nadi pada pergelangan tangan kanannya menjadi kaku, akibatnya tangan kanan yang sesungguhnya sedang mengancam pergelangan tangan musuhpun menjadi miring kesamping dan tidak menemui sasarannya Perubahan jurus serangan ini sungguh amat manis dan sedap dipandang, tanpa terasa semua jago berpekik dihati masing-masing, Sebuah serangan yang amat bagus!

Gak Lam-kun dengan demikian berhasil menang satu gebrakan dari lawannya, cepat Lo Kay seng mundur dua langkah, dengan tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanan ia berkata dengan dingin, Gak sauhiap, ilmu silatmu benar-benar amat sempurna, dengan tebalkan muka lohu ingin minta petunjuk lagi dalam kepandaian senjata Sebelum Gak Lam-kun mengucapkan sesuatu, Jit poh toan hun Kwik To telah maju kemuka sambil tertawa terbahak-bahak, katanya, Lo Kay seng, kau jangan melayani orang lain terus menerus, bagaimana dengan pertikaian diantara kita? Bagaimanapun juga urusan kita musti diselesaikan pada malam ini juga, maka kuanjurkan kepadamu lebih baik pertarungan babak berikutnya ditiadakan saja Malaikat racun dari See ih tertawa seram. Kwik To! demikian katanya, sekalipun aku harus bertarung tiga babak lagi memangnya kau anggap aku tak punya keyakinan untuk memenangkan dirimu..? Jit poh toan hun Kwik To kembali mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahakbahak. Haahhhaahhhaahhsulit! Sulit! Tiga hari tidak bertemupun bisa mengakibatkan perubahan yang besar apalagi kita sudah dua puluh tahunan tak pernah bersua muka..? Yang kau katakan tentang kau atau diriku? tukas Malaikat racun dari See ih ketus. Kau atau aku adalah sama saja, cuma aku orang she Kwik tidak ingin mempergunakan keuntungan tersebut Baiklah! kata Lo Kay seng kemudian bagaimana kalau penyelesaian diantara kita diundur tiga hari lagi? Jit poh toan hun Kwik To tertawa terbahak-bahak. Haaahhhhaaahhhhaaahhhbagus sekali, bagus sekali! Cuma sebelumnya aku hendak berkata lebih dulu, ujung senjata itu tak bermata, bagaimana seandainya kau mati dalam pertarungan itu? Hmmm..! Kalau mampus anggap saja nasibku lagi jelek, atau mungkin kau lebih suka kalau melihat aku mati ditangan orang lain saja? Aaah..! Kita sama-sama tidak mempunyai dendam sakit hati apa-apa, kalau cuma ingin mencoba kepandaian silat saja, kenapa harus mempergunakan nyawa sebagai taruhan? sela Gak Lam-kun tiba-tiba. Jit poh toan hun Kwik To sama sekali tidak menggubris perkataan dari Gak Lam-kun itu, lagi-lagi dia berkata, Tidak berani! Tidak berani! Loheng tersohor sebagai malaikat

racun, aku percaya kau masih mempunyai kepandaian simpanan untuk menolong jiwamu sendiri Terkesiap juga Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, pikirnya diam-diam. Kwik To berulangkali membantuku, entah apa maksud sesungguhnya? Coba kalau tidak diingatkan olehnya, hampir saja aku lupa kalau Lo Kay seng masih mempunyai ilmu racun yang maha sakti Malaikat racun dari See ih Lo Kay seng mendengus dingin. Hmmm..! Kwik To, seandainya aku orang she Lo hendak merebut kemenangan dengan mengandalkan ilmu racunku, aku yakin kau Tionggoan tok hu (si Tabib keji dari Tionggoan) tak akan lolos dari cengkeramanku Dari pembicaraan tersebut dapat diketahui bahwa dalam pertarungannya melawan Gak Lam-kun dia tidak ingin menyergap si anak muda itu dengan mengandalkan kepandaian racunnya. Mendengar itu, Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa terbahak-bahak. Haaahhaaahhaaahmana, mana, kalau begitu aku orang she Kwik telah mempergunakan hati kecil seorang siaujin untuk menilai kebijaksanaan seorang kuncu Tiba-tiba dari sakunya Malaikat racun dari See ih Lo Kay seng mengeluarkan sebuah senjata Kim seng lun (roda bintang emas), diantara rentangan telapak tangannya kekiri dan kekanan, ternyata roda tersebut telah berubah menjadi lima buah roda bintang emas yang amat tipis, lantaran kelima roda itu besarnya sama dan lagi menempel antara yang satu dengan yang lainnya, maka sulit buat orang lain untuk membedakan satukah senjata roda itu atau limakah? Gak sauhiap, silahkan kau siapkan senjatamu, demikian Lo Kay seng berkata, lohu hendak mempergunakan kelima buah roda bintang emas itu untuk menyambut permainan beberapa jurus seranganmu o0o Terkesiap juga Gak Lam-kun setelah menyaksikan senjata lawan, pikirnya dengan cepat. Tampaknya ilmu silat yang dimiliki Lo Kay seng benar-benar sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, ia merupakan seorang musuh yang tangguh dalam dunia persilatan dewasa ini, biasanya orang yang menggunakan senjata tersebut kebanyakan cuma menggunakan dua biji senjata roda yang lebih dikenal sebagai Jit gwat lun (roda matahari dan rembulan) tapi sekaligus Lo Kay seng dapat mempergunakan lima buah roda bintang emas. Jelas sulit bagiku untuk melayani kelima senjata rodanya dengan tangan kosong belaka padahal kecuali Toa hun liong jiau (cakar naga perenggut nyawa) aku tidak membawa senjata lainnya, wah bagaimana enaknya sekarang

Sementara Gak Lam-kun masih sangsi dan tidak dapat mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar seseorang menegur dengan suara yang merdu, Saudara Gak entah pedang ini cocok dengan seleramu atau tidak? Bersama dengan berkumandangnya ucapan itu, tampak ketua dari perguruan panah bercinta Bwe Li pek muncul sambil ditangan kirinya membawa sebilah pedang pendek, lalu sambil tersenyum senjata itu diangsurkan kehadapan si anak muda. Gak Lam-kun tersenyum. Terima kasih banyak saudara Bwe atas pinjaman pedangmu itu katanya. Dengan sepasang tangannya ia menyambut pedang pendek itu mendadak ia mengendus bau harum semerbak yang amat menusuk hidung, Gak Lam-kun segera tertegun, pikirnya kemudian, Sudah tiga kali kucium bau harum aneh semacam ini dari tubuhnya, janganjangan..? Ketika Gak Lam-kun berpaling kembali, Bwe Li pek telah memutar badannya sambil mengundurkan diri dari situ. Criiing..! bunyi lengking tajam yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian, diantara berkelebatnya segulung cahaya putih, pedang pendek itu sudah diloloskan dari sarungnya. Pedang itu putih mulus bagaikan kumala, tajam dan berkilau, sekilas pandangan saja orang akan tahu bahwa pedang tersebut adalah sebuah pedang mustika yang amat tajam. Pedang bagus, pedang bagus! puji Gak Lam-kun dalam hati kecilnya. Setelah meloloskan pedangnya, Gak Lam-kun mundur tiga langkah kebelakang dan berdiri dengan pinggang ditekuk, lima jari tangan kanannya direntangkan sejajar dada sedang tangan kirinya memegang pedang sebatas alis mata, dengan sinar mata setajam sembilu ditatapnya Lo Kay seng tajam-tajam. Nah saudara, silahkan turun tangan! katanya. Lo Kay seng yang menyaksikan gaya pembukaan dari Gak Lam-kun pun merasa amat terkejut, pikirnya, Orang ini benar-benar seorang manusia berbakat aneh dari dunia persilatan tampaknya dalam pertarungan adu senjata tajampun aku harus terlibat lagi dalam suatu pertarungan yang amat seru Tergerak juga perasaan Bwe Li pek setelah menyaksikan jurus pedang dari Gak Lamkun, terutama kemampuan pemuda tersebut memainkan pedang ditangan kiri dan tangan kanannya tak lupa menyerang dengan kepandaian Tok liong ci jiau, hal ini sungguh merupakan suatu kejadian yang jarang dijumpai dikolong langit.

Mendadak Suara desingan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa, sebuah roda Kim seng lun yang berada ditangan kiri Lo Kay seng dilontarkan kearah Gak Lamkun. Ketika anak muda itu membacok dengan pedang kirinya, diiringi desingan angin tajam tiba-tiba roda Kim seng lun tersebut berputar kebelakang punggungnya, lalu kembali ketangan Lo Kay seng. Dengan sendirinya bacokan itupun mengenai sasaran yang kosong. Ngiingngiingngiingngiing..! bunyi desingan tajam kembali berdesing memenuhi seluruh angkasa, cahaya emas berkilauan darimana-mana diiringi biasan cahaya perak, lima batang roda Kim seng lun dari lima arah yang berbeda menerjang datang hampir bersamaan waktunya Serangan tersebut merupakan sebuah serangan yang maha dahsyat gerakan itu dinamakan gerakan Ban lun hud (selaksa roda membiaskan sinar sang Buddha). Paras muka Gak Lam-kun agak berubah, pergelangan tangannya digoyangkan berulangkali, tiba-tiba ia menggunakan pula sebuah jurus tangguh yang merupakan suatu jurus pedang tingkat tinggi yakni Yang Kong bu ciau (sinar matahari memancar kemanamana). Diantara perputaran pedang pendek ditangan kirinya itu, terciptalah berlapis-lapis cahaya tajam yang melindungi sekujur tubuhnya. Kendatipun Yang Kong bu ciau dinamakan satu gerakan, pada hakekatnya terselip berbagai perubahan yang beruntun, bukan saja perubahannya dahsyat, gerakannya juga tangguh. Serentetan cahaya bianglala berwarna putih dengan cepat melesat keudara dan mengelilingi kelima buah roda Kim seng lun tersebut, suasananya waktu itu ibaratnya selapis awan tebal yang mengelilingi rembulan dan bintang. Begitu turun tangan, kedua belah pihak segera terlibat dalam suatu pertarungan sengit yang menentukan mati hidup mereka, kejadian tersebut dengan cepat menarik perhatian para jago disekitar gelanggang untuk mengikuti jalannya pertarungan dengan lebih seksama lagi. Lima gumpal cahaya emas dan selapis hawa pedang yang mengerikan hampir memenuhi seluruh angkasa, meski demikian ternyata sama sekali tidak kedengaran sedikit suarapun. Mendadak lima buah roda dari Lo Kay seng itu mempersatuksn diri lalu, berbareng menerjang kedada Gak Lam-kun, tentu saja kekuatannya ibarat lima ekor kerbau yang menyerbu bersama kesatu arah.

Gak Lam-kun membentak keras, cahaya putih berputar mengikuti arah pergeseran langkah kakinya yang maju mundur, diantara getaran ujung pedangnya, tiba-tiba lima jalur sinar putih memancar keluar, sedang selaksa roda membiaskan sinar Buddha mendadak menjadi sirap Gak Lam-kun berdiri serius sambil memeluk pedang, sementara Lo Kay seng hanya berdiam diri sambil memperhatikan kelima buah roda Kim seng lunnya yang tergeletak diatas tanah. Akhirnya setelah menghela napas katanya, Gak sauhiap, ilmu silatmu benar-benar sudah mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa, aku orang she Lo sungguh merasa amat kagum, baiklah kita akhiri pertarungan malam ini sampai disini saja. Sehabis berkata ia memungut kembali kelima buah roda Kim seng lunnya dari tanah dan dimasukkan kembali kedalam saku. Gak Lam-kun menyarungkan pula pedangnya lalu sambil tertawa dan menjura katanya, Terima kasih banyak atas petunjuk ilmu silat yang telah Lo tayhiap berikan pada malam ini, kesemuanya tersebut sungguh mendatangkan manfaat yang tak terhingga buat aku orang she Gak. Kemudian sambil mengangsurkan pedang pendek itu kehadapan Bwe Li pek, katanya lagi sambil tertawa. Terima kasih banyak untuk pinjaman pedang dari saudara Bwe, harap pedang ini suka diterima kembali. Bwe Li pek tertawa ramah, katanya, Saat ini adalah saatnya banyak urusan dalam dunia persilatan, apa salahnya kalau saudara Gak meminjamnya untuk beberapa waktu lagi. Baiklah, daripada kutampik maksud baikmu, terpaksa siaute akan meminjamnya untuk sementara sampai besok. Dari balik sinar mata Bwe Li pek yang tajam seperti sembilu, tiba-tiba terpancar sekilas cahaya lembut bagaikan hembusan angin sepoi, katanya lagi, Bila saudara Gak merasa tidak keberatan, biar kuhadiahkan pedang itu sebagai kenang-kenangan untukmu, anggaplah hal ini sebagai tanda mata untuk mempererat jalinan hubungan kita. Tidak berani, tidak berani, setiap orang yang termasuk kuli silat tidak pantas untuk menyoren pedang mustika semacam ini ujar Gak Lam-kun tertawa. Kalau begitu, kembalikanlah pedang itu bila kita bertemu kembali besok malam. Gak Lam-kun menyimpan pedang pendek itu kedalam sakunya, lalu berkata dengan lantang, Kentongan kelima esok, siaute pasti akan tiba tepat pada waktunya!

Sementara itu Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To pelan-pelan maju kedepan, sambil memberi hormat kepada Lo Kay seng ia berkata, Saudara Lo, bagaimana dengan permintaan aku orang she Kwik semalam mengenai masalah Soat san Thian li? Dalam soal ini hanya terbatas untuk Buncu seorang jawab See ih tok Seng Lo Kay seng dengan suara menyeramkan, bila kalian ingin datang bergerombol, maka maaf jika hal ini tak bisa dikabulkan Bwe Li pek segera tertawa angkuh. Adapun maksud aku orang she Bwe tidak lebih cuma ingin menyambangi Soat san Thian li, kami tidak mempunyai rencana atau tujuan lain, dan segenap anggota perguruanku akan menanti disini! Bwe ji, biar aku ikuti dirimu bisik perempuan berambut putih yang berada disamping kanannya dengan lembut. Bwe Li pek segera berpaling dan tertawa. Nenek, legakan hatimu, tak nanti Soat san Thian li akan nenelan diriku bulat-bulat Berbicara sampai disitu ia lantas memberi hormat kepada Gak Lam-kun, kemudian pelanpelan menghampiri Lo Kay seng, katanya, Tolong bawalah aku kesana Blaaam mendadak terdengar ledakan nyaring menggeletar memecahkan keheningan Dalam waktu singkat muncullah serentetan cahaya hijau yang menyambar ketubuh Bwe Li pek dengan kecepatan luar biasa. Cahaya hijau itu meluncur tiba dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan katakata, bagaikan serentetan benang hijau yang berada tujuh delapan kaki jauhnya tahu-tahu dalam sekejap mata telah melesat dihadapan mata Bwe li pek. Terkesiap juga Buncu dari perguruan panah bercinta itu, tidak sempat melihat jelas lagi senjata rahasia apakah itu, pergelangan tanganrya digetarkan cepat dan jari tangannya segera menyentil kedepan. Blaaam..! termakan oleh tenaga sentilan Tan ci sin thong (jari tunggal yang tembus kemana-mana) dari Bwe Li pek, cahaya hijau yang telah berada tiga depa dihadapannya itu segera terbendung dan terpental keempat penjuru. Blaam..! sekali lagi benang hijau yang terpental itu meledak dan kemudian berubah menjadi tujuh buah titik bintang api berwarna hijau yang segera menyebar keempat penjuru.

Dua diantaranya langsung meluncur kearah Bwe Li pek, sedangkan lima buah titik hijau lainnya segera memancar mengancam Malaikat racun dari See ih Lo Kay seng serta dua orang laki-laki kekar dari Thi eng pang dengan kecepatan tinggi. Baik Bwe Li pek maupun Lo Kay seng tidak berani menerima serangan tersebut dengan kekerasan, dengan perasan bergetar keras masing-masing berkelit kesamping. Lain halnya dengan dua orang lelaki kekar dari pasukan delapan belas elang baja, untuk berkelit sudah tak sempat lagi, yang satu segera terkena pada lengannya sedang yang lain terkena pada paha kanannya, kedua-duanya bukan termasuk tempat yang mematikan. Akan tetapi, dua orang laki-laki kekar dari perkumpulan elang baja itu serentak roboh ketanah, jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian mengikuti bergulingnya tubuh kedua orang itu kesana kemari. Senjata rahasia yang demikian lihay dan beracunnya belum pernah didengar ataupun disaksikan sebelumnya dalam dunia persilatan, kontan saja peristiwa itu mendatangkan kegemparan serta kepanikan bagi seluruh orang yang berada disekitar arena. Kedua orang laki laki bertubuh tegap itu masing-masing memperdengarkan jeritan lengking yang mengerikan serta lolongan minta tolong, itulah pekikkan terakhir menjelang hidupnya didunia Ini, sedemikian menggenaskannya membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri semua. Jeritan ngeri yang memilukan hati itu masih juga berkumandang tiada hentinya, kesemua ini semakin menambah seramnya suasana. Akan tetapi semua jago yang hadir dalam arena tak berhasil mengetahui apa sebabnya kedua orang itu menjerit ngeri, mereka hanya menyaksikan tubuh kedua orang itu secara lamat-lamat memancarkan cahaya hijau, mungkin itulah penyebab yang mengakibatkan mereka menemui ajalnya. Mendadak dari luar arena berkumandang suara tertawa panjang yang memekikkan telinga, menyusul kemudian dua sinar emas yang menyilaukan mata meluncur keudara dan langsung menyambar ketubuh laki-laki yang sedang berguling diatas tanah itu. Diikuti dua kali jeritan kesakitan, kedua orang, laki-laki kekar itu telah berhenti berguling, akan tetapi cahaya hijau ditubuh mereka masih juga menggulung-gulung tiada hentinya. Diantara berkelebatnya bayangan manusia, kini ditengah arena telah bertambah dengan seorang kakek berjubah panjang yang berambut putih diiringi tiga orang manusia yang berpakaian aneka macam.

Kakek itu berwajah bersih, berjenggot putih sepanjang dada, jubah hijau selutut, bermuka merah bercahaya dan sedikitpun tidak tampak ketuaannya terutama sekali matanya besar alisnya yang tebal dan sorot matanya yang tajam menggidikkan hati. Dalam genggaman tangan kanannya membawa sebuah tongkat toya bukan toya yang pada gagangnya berukirkan elang baja yang sedang mementangkan sayap dengan ekor yang sangat panjang, inilah senjata andalan dari Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja). Dari antara tiga orang yang ikut datang, terlihat orang pertama adalah seorang sastrawan berusia setengah umur yang berjubah biru, orang kedua adalah seorang kakek kurus kering seperti bambu yang memakai jubah berwarna putih keperak-perakan, sedangkan orang ketiga adalah seorang gadis cantik jelita yang seluruh badannya seperti memancarkan sinar keemas-emasan. Sekalipun tidak ditanyakan semua orang juga tahu bahwa kakek itu adalah pentolan dunia persilatan yang ternama dalam dunia dewasa ini, pangcu dari perkumpulan Thi eng pang, Thi eng sin siu Ou Bu hong. Sastrawan berbaju biru adalah salah seorang diantara empat thamcu dibawah panji perkumpulan elang baja, yang merupakan thamcu dan panji elang biru, orang menyebut sebagai Cian seng khi si (sastrawan aneh seribu bintang) Wan Kiam ciu. Si kakek kurus kering adalah Thamcu panji elang perak Gan tiong ciang (telapak tangan ditengah karang) Kwan Kim ceng. Sedangkan gadis cantik jelita itu adalah jago lihay nomor dua dalam perkumpulan Thi eng pang Kim eng ki thamcu atau Thamcu panji elang emas Ki Li soat. Kakek sakti elang baja Ou Bu hong menyapu sekejap sekeliling arena dengan sorot matanya yang tajam, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak tegurnya, Diantara yang hadir disini, siapakah yang merupakan anak murid Jit poh lui sim ciam panah inti geledek yang mencabut nyawa dalam tujuh langkah) Lui seng thian? Dari balik kegelapan segera terdengar seseorang menjawab sambil tertawa menyeramkan. HeehhhheehhhhheehhhOu Bu hong lohu sendiri yang telah datang! Kakek sakti elang baja segera berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut, maka tampaklah seorang kakek berwajah jelek pelan-pelan memasuki gelanggang, ditangannya menggenggam sebuah tabung bulat yang terbuat dari tembaga. Gak Lam-kun cuma menonton semua peristiwa itu dari samping, ia kenali kakek bertampang jelek itu tak lain adalah Lui seng thian yang bersembunyi dibalik pohon itu. Sekarang ia baru terkejut dan ngeri atas keganasan, kekejian serta kehebatan dari anak panah inti geledek yang dapat mencabut nyawa dalam tujuh langkah itu, seandainya Lui

seng thian sampai turun tangan jahat kepadanya tadi, peristiwa itu sungguh merupakan suatu kejadian yang amat menakutkan. Kecuali Gak Lam-kun, kakek sakti elang baja serta Malaikat racun dari See ih yang sedikit mengetahui tentang diri Lui Seng thian, hampir boleh dibilang tak seorang jagopun mengetahui asal-usulnya, tapi semua orang dapat merasakan bahwa manusia tersebut pasti merupakan seorang gembong iblis yang susah dihadapi, terutama setelah menyaksikan senjata rahasianya yang cukup menggetarkan sukma itu. Kakek sakti elang baja Ou Bu hong segera tertawa dingin, lalu katanya ketus. Bagus! Bagus sekali! Tak nyana setelah kau Lui Seng thian muncul kembali didalam dunia persilatan, ternyata berani memusuhi diriku. Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian berhenti kurang lebih tiga kaki dihadapannya, dengan dingin ia menjawab, Ou pangcu adalah seorang enghiong yang termashur diseluruh dunia persilatan, jago darimanakah yang berani mencari urusan dengan dirimu? Sebelum persoalan ini berkembang lebih lanjut, perlu aku terangkan lebih dulu bahwa kedua sosok nyawa anggota perkumpulanmu bukan sengaja mampus oleh Lak hap im hwee (enam gabungan api dingin) yang kulepaskan, aku sama sekali tidak berniat untuk membinasakan mereka, akan tetapi jika kau Ou Bu hong ingin mencari balas kepadaku tentu saja setiap saat aku Lui Seng thian bersedia untuk melayaninya. Perlu diterangkan bahwa semua jago yang hadir digelanggang ketika itu hampir sebagian besar merupakan jago-jago kenamaan yang termashur dalam dunia persilatan, setiap orang kalau bukan memiliki ilmu silat yang tinggi tentu memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dengan kemunculan kakek sakti elang baja beserta ketiga orang thamcunya serta merta ikut merubah pula kekuatan dalam gelanggang, secara otomatis antara perguruan panah bercinta dengan perkumpulan elang baja pun tercipta dua kekuatan paling besar yang seimbang. Ou Bu hong merupakan seorang pemimpin yang cerdik dan mempunyai otak encer, sudah barang tentu diapun cukup memahami situasi yang sedang dihadapinya waktu itu, dia juga tahu bahwa Jit poh lui sim ciam Lui seng thian adalah seorang iblis yang sukar dihadapi, kendatipun ia telah mengucapkan kata-kata tantangan bukan berarti perkumpulan Thi eng pang harus menghadapi lebih dahulu. Maka setelah mempertimbangkan sejenak untung ruginya. Ou Bu hong segera mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak. Haahhhhaahhhhaahhhbagus, bagus, kalau begitu utang ini akan kucatat atas namamu Lui Seng thian!

MendadakSreet! Sreet! Sreet! serentetan hujan panah mendesing memenuhi angkasa. Secara tiba-tiba kedelapan belas orang manusia berbaju putih dari perguruan panah bercinta telah melepaskan masing-masing dua batang anak panah, diantara kilatan cahaya putih yang menyilaukan mata, tiga puluh enam batang panah secara berbareng meluncur kearah tubuh Lui seng thian. Kiranya para jago dari perguruan panah bercinta merasa marah sekali setelah menyaksikan Bwe Li pek diserang oleh kakek berwajah jelek itu, maka serentak mereka melancarkan serangan balasan. Sungguh dahsyat dan cepat dua batang panah yang masing-masing dilepaskan oleh kedelapan belas orang manusia berbaju putih itu, tiga puluh enam batang panah itu dengan cepatnya memenuhi daerah sekitar tiga kaki disekeliling tubuh Lui Seng thian, sungguh mengerikan sekali keadaannya ketika itu. Tapi Lui Seng thian sendiri juga bukan orang bodoh, ia telah menduga bahwa orangorang dari perguruan panah bercinta bakal melancarkan sergapan kearahnya, maka baru saja suara gendewa berbunyi, secepat kilat tubuhnya sudah melambung lima enam kaki tingginya keudara dan langsung menerjang kearah orang-orang dari perguruan panah bercinta berada Bwe Li pek mengetahui bahwa ilmu silat yang dimiliki kakek jelek itu sangat lihay, dan lagi ia membekal senjata rahasia yang maha dahsyat, apabila orang itu dibiarkan mendekati orang-orangnya niscaya akan banyak jago perguruan panah bercinta yang terluka bahkan tewas. Oleh karena itu baru saja Lui Seng thian melompat keudara seperti bayangan hitam Bwe Li pek menyusul pula dari belakang, jago tersebut melompat setinggi enam tujuh kaki keudara dan menghadang jalan pergi Lui Seng thian diudara. Sekalipun menyusul belakangan, ternyata Bwe Li pek berhasil tiba lebih dulu ditempat tujuan, sebuah pukulan dahsyat secepat kilat dilancarkan kedepan. Sebetulnya Lui seng thian bermaksud untuk melepaskan panah inti geledeknya dari tengah udara dengan maksud ingin melukai beberapa orang anggota perguruan panah bercinta, akan tetapi berhubung jalan perginya terhadang oleh Bwe Li pek dan lagi pula sebuah pukulan dahsyat telah dilontarkan kearahnya, terpaksa ia harus menggetarkan telapak kirinya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. Blaangsuatu ledakan nyaring kembali menggelegar ditengah udara. Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian berjumpalitan beberapa kali ketengah udara sebelum melayang turun keatas permukaan tanah, sebaliknya Bwe Li pek melayang turun dengan tenangnya seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa apapun.

Dengan terjadinya peristiwa ini maka dengan cepat menimbulkan pula pandangan baru kawanan jago lainnya terhadap kekuatan perguruan panah bercinta, semula mereka memandang rendah kekuatan yang dimiliki Bwe Li pek karena dianggapnya masih ingusan dan tak tahu apa-apa, tapi sekarang terbukti bahwa kekuatannya ternyata tidak berada dibawah kekuatan perkumpulan Thi eng pang yang maha besar itu. Dalam pada itu perempuan berambut putih dan Han Hu hoa dari perguruan panah bercinta secepat kilat telah melompat kekiri dan kanan Bwe Li pek, kedua orang itu masing-masing menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia melancarkan serangan. Jit poh lui sim ciam Lui seng thian tidak berani melakukan serangan untuk kedua kalinya setelah serangan yang pertama kali tadi, ini disebabkan karena terlalu pandang rendah kekuatan lawannya sehingga cuma mempergunakan tenaga sebesar empat bagian, akibatnya isi perutnya kena digetarkan oleh kekuatan Bwe Li pek yang menyebabkan terluka ringan. Dengan sorot mata setajam sembilu kakek sakti elang baja Ou Bu hong mengamati wajah Bwe Li pek sekian lama, kemudian tegurnya, Nona, meskipun hanya sebuah pukulan tapi cukup untuk membuka lebar-lebar sepasang mataku, boleh aku tahu nona berasal dari perguruan mana dan murid siapa? Gak Lam-kun merasakan jantungnya berdebar keras, kendatipun para jago lainnya juga sama-sama tertegun sebab mereka tidak mengira kalau ketua perguruan panah bercinta ternyata adalah seorang nona. Bwe Li pek sendiripun mengernyitkan alis matanya sambil berpikir, Semenjak kecil aku sudah terbiasa mengenakan pakaian lelaki, lagi pula sudah kupelajari sedikit kepandaian menyamar, selama beberapa tahun ini berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah ada orang yang mengetahui penyamaranku, hanya dalam sekilas pandangan saja? Berpikir sampai disitu tanpa terasa lagi ia menundukkan kepalanya sambil memperhatikan beberapa kejap dandanan sendiri. Ou Bu-hong segera tertawa terbahak-bahak, sambil menuding kearah Thamcu elang emas Ki Li soat katanya, Penyaruan nona memang terhitung sangat hebat andaikata Ki thamcu tidak memberitahukan hal ini secara diam-diam kepadaku, sampai melamur pun aku tidak akan mengetahui rahasia ini, apalagi semua gerak gerik nona tak ubahnya seperti pria-pria sejati lainnya. Setelah rahasianya dibongkar, tentu saja Bwe Li pek merasa tak enak hati untuk menyangkal lebih jauh, setelah tertawa dingin katanya dengan gusar. Hmm..! Sekalipun aku suka mengenakan pakaian pria, apa sangkut pautnya dengan kalian semua?

Bagaimanapun jua kebiasaan seorang gadis tidak terlepas dari tubuhnya, dimana rahasianya berhasil dibongkar dihadapan umum, serta merta berkobar juga hawa amarah dalam hatinya. Ou Bu-hong tersenyum. Seorang perempuan mengenakan pakaian pria bagi dunia persilatan merupakan suatu kejadian yang lumrah, haaah haaah haaah putri angkatku Ki thamcu juga sering mengenakan pakaian pria untuk berkelana dalam dunia persilatan. Bwe Li pek cuma tertawa dingin sambil mengalihkan sinar matanya memandang awan diangkasa terhadap pertanyaan dari Ou Bu hong itu, dia tak mendengarkan maupun menjawab. Kakek sakti elang baja Ou Bu hong kembali memandang sekejap sekeliling gelanggang, tiba-tiba tanyanya kepada Ou Yong hu, Ou thamcu, kemana perginya komandan pasukan elang baja? Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu mengalihkan sinar matanya kewajah Gak Lamkun, kemudian sambil menjura katanya, Gak sauhiap, tolong tanya kemana perginya Si Tiong pek dari perkumpulan kami saat ini? Pelan-pelan Gak Lam-kun maju kedepan lalu menghela nafas sedih. Semalam Si heng bersama siaute datang menyelidiki perkampungan ini, sayang ia kena dilukai oleh irama Sang goan ki yang mengakibatkan jalan api menuju neraka, pagi tadi ia telah berpisah denganku, tidak kuketahui kemana ia telah pergi? Agak tergetar perasaan kakek sakti elang baja dan sekalian anggota perkumpulan Thi eng pang setelah mendengar perkataan itu, terutama sekali Kim eng thamcu Ki Li soat, wajahnya berubah dan airmata mengambang dalam kelopak matanya, semua orang tahu bahwa jalan api menuju neraka merupakan pantangan terbesar bagi seseorang yang belajar ilmu silat sebab kendatipun luka dalam tersebut berhasil disembuhkan, sekalipun tidak sampai mati paling sedikit akan mengakibatkan cacad. Tiba-tiba Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu membentak dengan suara lantang, Gak Lam-kun, bukankah kau telah mencelakainya secara diam-diam? Kenapa sekarang kau katakan Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa dingin dan menukas pembicaraannya yang belum selesai, katanya, Ou Yong hu, kau jangan memfitnah orang yang bukan-bukan, dengan mata kepalaku sendiri aku orang she Kwik menyaksikan betapa Si Tiong pek memasuki perkampungan ini untuk melakukan penyelidikan, kemudian bagaimana ia terluka oleh Sang goan ki dan diserang gerombolan ular beracun dimana tubuhnya terpagut seekor ular beracun. Bukan aku saja. Say Khi pit dari Siau ngo tay serta Kongsun Po dari Hoa san pun mengalami nasib yang sama.

Setelah mendengar perkataan itu, kakek sakti elang baja merasakan kepalanya seperti disambar petir disiang hari bolong, untuk sesaat lamanya ia berdiri termangu. Sebagaimana diketahui, Si Tiong pek adalah murid kesayangannya yang paling dimanja dan merupakan satu-satunya, bahkan dia pula yang merupakan tumpuan harapannya selama ini, bagaimana mungkin hatinya menjadi tidak pedih setelah mengetahui keadaan Si Tiong pek yang mendekati setengah mati itu? Gak Lam-kun menghela napas panjang, katanya, Aku merasa amat bersedih hati atas nasib buruk yang telah menimpa diri Si Tiong pek, tapi Thian selalu melindungi umatnya, semoga saja ia berhasil menemukan keberuntungan Pada saat itulah secara tiba-tiba Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu membisikkan sesuatu ketepi telinga Ou Bu hong. Menyusul kemudian Kakek sakti elang baja Ou Bu hong dengan sorot mata yang tajam dan buas menatap wajah Gak Lam-kun lekat-lekat. Terkesiap hati Gak Lam-kun, dia tahu apa yang telah dibisikkan kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu kepada Kakek sakti elang baja. Tiba-tiba Ou Bu hong menengadah dan tertawa panjang, suaranya keras memekikkan telinga telapak tangan kirinya segera didorong kemuka melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah Gak Lam-kun. Sepintas lalu pukulan itu seolah-olah tidak mempergunakan tenaga besar, malah seperti sebuah pukulan mainan, padahal justru mengandung himpunan tenaga murni yang maha dahsyat. Gak Lam-kun pun tahu bahwa gembong iblis tersebut mempunyai ilmu silat yang sangat dahsyat dari perubahan wajahnya dapat diketahui bahwa orang itu bermaksud membinasakannya dalam sekali pukulan, untung ilmu silat yang dimilikinya cukup tangguh, kalau tidak, sulit rasanya untuk mempertahankan diri dari ancaman tersebut. Dalam keadaan gawat dan jiwanya terancam oleh mara bahaya tersebut, Gak Lam-kun tidak terlalu memikirkan soal rahasia dirinya lagi, hawa sakti Tok liong ci jiau segera dihimpun dalam telapak tangan kanannya diantara rentangan kelima jari tangannya, segulung desiran angin tajam segera memancar kedepan. Aaaah..! Tenaga sakti Tok liong ci jiau? Pekik Say Khi pit yang berada disisi arena dengan terperanjat. Ketika tenaga pukulan yang dilancarkan kakek sakti elang baja Ou Bu hong saling bertemu dengan tenaga sentilan Gak Lam-kun yang maha dahsyat itu diudara, tiba-tiba saja dia merasakan hatinya bergetar keras, sepasang matanya melotot besar dan maju

selangkah kedepan, mendadak telapak tangan kirinya didorong kembali setengah depa lebih kemuka. Gak Lam-kun segera merasakan timbulnya suatu gulungan tenaga yang maha kuat bagaikan gulungan ombak disamudra memantul balik ketubuhnya, ia merasa sangat terperanjat, telapak tangan kirinya ikut dikebaskan pula kedepan Tiba-tiba saja Ou Bu hong merasakan timbulnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat menghantam tubuhnya mengikuti kebasan telapak tangan kiri dari Gak Lam-kun. Rasa kaget dihati kakek sakti elang baja Ou Bu hong sukar dilukiskan lagi dengan katakata, cepat toya elang baja ditangan kanannya dibuang kesamping lalu cepat-cepat telapak tangan kanannya dikebaskan kedepan Blaaang..? suatu benturan nyaring mengakibatkan terjadinya ledakan yang memekikkan telinga, tenaga pukulan dari Ou Bu hong segera mendesak mundur tenaga pukulan Gak Lam-kun itu. Berhasil dengan serangannya itu, kakek sakti elang baja membentak keras bagaikan guntur, pukulan dahsyatnya yang kedua kembali dilontarkan kedepan. Terdengar Gak Lam-kun mendengus tertahan, badannya mundur setengah langkah, tapi tenaga pukulannya toh berhasil juga untuk membendung dorongan angin pukulan Ou Bu hong yang kuat. Dengan demikian maka antara kedua orang segera terlibat dalam suatu pertarungan adu tenaga dalam yang amat sengit keempat orang thamcu dari Thi eng pang dengan cepat menyebarkan diri kebelakang Ou Bu hong sambil bersiap sedia, mereka takut ada orang yang tiba-tiba melancarkan serangan dari belakang. Tiba-tiba si Rase berekor sembilan Kongsun Po melompat kebelakang punggung Gak Lam-kun dengan suatu gerakan cepat, tapi sebelum kakinya sempat menempel diatas permukaan tanah, tiba-tiba terdengar seseorang membentak sambil tertawa dingin. Kembali kau! Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menerjang kemuka menyongsong kedatangan tubuhnya. Oleh karena masih berada diudara, sulit bagi Kiu wi hou Kongsun po untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut, terpaksa ia harus mendorong sepasang telapak tangannya kedepan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Blaaang ternyata tenaga pukulan itu amat dahsyat, oleh bentrokan tersebut badannya terpental sampai sejauh lima enam langkah lebih, hatinya semakin tercekat.

Setelah berhasil menenangkan hatinya, Kongsun Po baru mendengus dingin, katanya, Kwik To, sebenarnya apa maksudmu dengan perbuatan tersebut? Jit poh toan hun Kwik To tertawa dingin. Bagaimanapun juga saudara Kongsun adalah seorang jago kenamaan dalam dunia persilatan, bila perbuatanmu melakukan sergapan ini sampai tersiar luas dalam dunia kangouw, hal ini akan sangat mempengaruhi nama baik serta martabat saudara Kongsun dimata orang banyak Si Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa seram. Heeehhh heeehhh heeehhh masih ingatkah kau dengan peristiwa dipuncak Yan po gan? Digunung Hoa san? Tujuh belas orang jago mengerubuti seorang jago, hmm, apakah perbuatan itu merusak nama baik kita semua? Saudara Kongsun kata jit poh toan hun Kwik To dengan ketus, bila kau singgung kembali peristiwa dipuncak Yan po gan, jangan salahkan kalau aku Kwik To tidak akan mengenal teman dan bersikap keji kepadamu Betapa gemas dan mendendamnya si rase berekor sembilan Kongsun po, kalau bisa ingin sekali ia lumatkan manusia yang bernama Kwik To itu. Tapi iapun menyadari bahwa situasi yang terbentang dihadapannya sekarang sangat tidak menguntungkan posisinya, dengan jumlah jago yang begitu banyak dari perguruan panah bercinta jelas ia akan konyol sendiri kalau berani mencari urusan. Sebab itu terpaksa ia harus mengendalikan perasaan dendam dan benci dalam hatinya, setelah tertawa kering katanya, Bagus! Bagus! Suatu hari aku Kongsun Po ingin menyaksikan bagaimanakah nasib akhir dari manusia yang bernama Kwik To! Dipihak lain, Gak Lam-kun yang masih kalah setingkat tenaga dalamnya dibandingkan dengan Ou Bu hong, telah terdesak mundur berulangkali kebelakang, ia tahu bila keadaan tersebut dibiarkan berlangsung terus, maka akhirnya Gak Lam-kun pasti akan mati kehabisan tenaga. Jit poh lui sin ciam Lui seng thian segera berseru dengan suara menyeramkan, 0u Bu hong, bila orang itu kau bunuh, jangan harap lencana pembunuh naga bisa kau dapatkan! Mendengar perkataan itu, kakek sakti elang baja Ou Bu hong segera tertawa terbahakbahak.

Haaahhh haaahhh haaahhh keadaanku sekarang ibaratnya sedang menunggang dipunggung harimau, mau turun juga susah sekali bagaimana baiknya menurut pendapatmu? Lui seng thian merasa ucapan itu ada benarnya juga, sebab dalam suatu pertarungan beradu tenaga dalam, kecuali salah satu pihak terluka atau tewas sulit memang untuk menghentikannya ditengah jalan. Gak Lam-kun segera mendengus dingin. Diantara kita berdua tak pernah terikat dendam sakit hati atau perselisihan apa pun pertarungan adu jiwa semacam ini sangat tidak menguntungkan kedua belah pihak, sebaliknya justru menguntungkan orang lain, seandainya kau bersedia mendengarkan perkataanku, aku mempunyai suatu cara untuk mengatasi kesulitan ini. Ou Bu hong sendiri juga tahu bagaimana peliknya suasana waktu itu, apabila pemuda itu berhasil dibinasakan olehnya, kemungkinan besar Soat san thian li akan membatalkan perjanjiannya dan tidak jadi menyerahkan lencana pembunuh naga tersebut, dan otomatis diapun akan tidak berhasil merampasnya dari tangan Gak Lam-kun lagipula tenaga dalam yang dimiliki pemuda itu tidak terpaut banyak darinya, sekalipun ia berhasil membinasakan dirinya paling tidak dia sendiripun akan banyak sekali mengorbankan kekuatan sendiri. Berbicara sesungguhnya, tenaga dalam yang dimiliki Ou Bu hong lebih tinggi tiga empat puluh tahun hasil latihan bila dibandingkan dengan Gak Lam-kun, tapi berhubung Gak Lam-kun melawan tenaga dalamnya dengan ilmu sakti dari aliran yang bersifat lembek, maka kekuatan dari Ou Bu hong berhasil dibendung olehnya. Hal mana hanya dipahami oleh dua orang saja dari sekian banyak jago yang hadir dalam gelanggang dewasa itu, seandainya rahasia tersebut sampai terbongkar maka akibatnya Gak Lam-kun segera akan binasa diujung telapak tangan Ou Bu hong. Kedua orang itu bukan lain adalah Thamcu dari Panji emas Ki Li soat serta Bwe Li pek dari perguruan panah bercinta. Sementara itu si kakek sakti elang baja telah berpikir sejenak, kemudian sambil tertawa katanya, Bagaimanakah caramu itu? Coba kau katakan! Cukup asal kau tarik kembali lima bagian tenaga dalammu! kata Gak Lam-kun. Ou Bu hong segera tertawa terbahak-bahak. Haaah haaah haaah apakah kau mempunyai niat jahat terhadapku?

Thamcu panji elang emas Ki Li soat yang berada disamping segera berseru dengan suara merdu, Gihu (ayah angkat), ikuti saja perkataannya andaikata ia bermaksud jahat, putrimu percaya masih sanggup untuk mendesak balik kekuatannya! Perlu diketahui, selama hidupnya Ou Bu hong tidak pernah kawin, setelah menerima gadis tersebut sabagai anak angkatnya, dihari biasa dia selalu memanjakan dan menyayanginya terutama atas kecerdasan serta bakat ilmu silat yang dimilikinya, boleh dibilang Ou Bu hong selalu mengagumi dan menyanjungnya. Karenanya setelah mendengar perkataan itu ia lantas tertawa sambil mengangguk. Baiklah, akan kuturuti perkataanmu itu! katanya. Gak Lam-kun yang mendengarkan perkataan itu merasa terperanjat, segera pikirnya pula. Jangan-jangan ia pun mengetahui caraku mengerahkan tenaga..? Sementara ia masih termenung, Ou Bu hong telah berkata kepada si anak muda itu, Pada hitungan yang ketiga, bersiap-siaplah satu dua tiga.. Begitu angka ketiga diucapkan, Gak Lam-kun segera merasakan berkurangnya tenaga tekanan ia tak berani berayal lagi telapak tangan kirinya segera dibalik sambil dikebaskan keatas Weess gulungan tenaga pukulan Ou Bu hong yang kuat bagaikan gulungan gelombang itu segera terpancing keudara, entah kepandaian apa yang telah dipergunakan tahu-tahu tenaga tadi telah terpelanting kearah lain hingga lenyap. Sepasang bahu Gak Lam-kun bergetar keras dan secara beruntun ia mundur tujuh delapan langkah kebelakang. Sekonyong-konyong pada saat itulah dari tempat kejauhan tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring ting tang ting bunyi irama khim yang tajam. Suara tabuhan khim itu berasal dari tempat yang amat jauh sekali Blaang..! suatu ledakan keras terjadi, tiba-tiba gumpalan asap berwarna merah meluncur keudara dari langit sebelah barat dan meledak disana. Ou Bu hong segera berpaling kearah Gak Lam-kun sambil memberi hormat, katanya, Ilmu silat yang dimiliki murid Yo Long memang cukup tangguh, bila dikemudian hari ada kesempatan aku pasti akan mohon petunjuk lagi Sehabis berkata ia melompat pergi dari situ, dalam waktu singkat tubuhnya sudah berada empat kaki jauhnya dan tempat semula diikuti para jago Thi eng pang lainnya.

Jit poh lui sim ciam Lui seng thian ikut tertawa dingin dengan seramnya tiba-tiba ia melompat keudara dan menyerbu kedalam bangunan yang berlapis-lapis itu. Kiranya See ih tok seng Lo Kay seng beserta Giok bin sin ang dan Kiu wi hou yang semula berada diarena, entah semenjak kapan telah ngeloyor pergi dari situ. Bwe Li pek mengernyitkan alis matanya, dengan suara yang merdu ia berkata, Perubahan terjadinya peristiwa ini sangat tiba-tiba, Kwik To! Apakah beritamu bisa dipercaya? Lapor nona Bwe, berita itu sedikitpun tidak salah! jawab Jit Poh toan hun dengan nada bersungguh-sungguh. Mendengar itu, dengan wajah serius Bwe Li pek segera berkata, Kwik To. Siau nay-nay, kalian sekalian membawa segenap anggota perguruan menyusul kesana untuk mengadakan pengecekan bila benar-benar sudah pergi usahakan mengadakan kontak, jangan sampai terkena siasat memancing harimau turun gunung, sedang aku dan Han Hio nio akan tetap tinggal dipulau ini. Selesai berkata, Kwik To, nenek berambut putih, Siangkoan It beserta delapan belas orang manusia berbaju putih itu berlalu dari situ dengan kecepatan tinggi. Sepeninggal anakbuahnya Bwe Li pek segera menjura kepada Gak Lam-kun sambil berkata, Gak siangkong, sampai jumpa lagi esok pagi! Dua orang perempuan itupun berlalu dari situ menyusul kearah mana Jit poh lui sim ciam melenyapkan diri. Gak Lam-kun benar-benar tak dapat menebak kejadian misterius apakah yang telah terjadi disana ketika ditinggal seorang diri ditempat tersebut tiba-tiba ia merasakan suatu kesepian dan keheningan yang amat mencekam. Akhirnya setelah mengatur hawa murninya, Gak Lam-kun melompat masuk kedalam halaman dimana gadis berbaju perak berdiam semalam, pemandangan disana tetap seperti sedia kala, tapi suasananya amat sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suarapun. Dengan enteng dia melompat naik keatas atap rumah, diperhatikannya sebentar suasana sekitarnya, ketika terbukti bahwa disitu benar-benar tiada seorang manusiapun, anak muda itu mulai berpikir, Jangan-jangan Soat san thian li telah berlalu? Tapi kalau didengar dari arah permainan khim tersebut, jelas suara itu berasal dari belakang halaman sana. Terpikir sampai disitu, dengan sorot matanya yang tajam Gak Lam-kun segera berpaling kebangunan dibelakang halaman sana.

Dibawah sinar rembulan dan bintang tampaklah delapan buah bangunan loteng yang sangat megah bertengger disudut timur barat utara maupun selatan. Gak Lam-kun berhenti untuk merenungkan sejenak arah berasalnya irama khim Mi tin loan hun ki (irama pembingung tenaga pengalut sukma) yang dimainkan Soat san thian li tadi, kemudian secepat sambaran kilat tubuhnya melayang kearah delapan buah bangunan loteng itu. Ternyata Soat san thian li telah berjanji pada saat penyerahan lencana pembunuh naga nanti, ia akan mainkan irama Mi tin loan hun ki tersebut sebagai pertanda. opoooOooooo Sejak irama khim tadi berkumandang, Gak Lam-kun telah mengetahui bahwa permainan khim tersebut dipancarkan dengan ilmu Mi tin loan hun ki, lagi pula bersumber dari dalam loteng yang menjulang kelangit atau daerah sekitarnya. Pada saat Gak Lam-kun bergerak menuju kearah delapan buah bangunan loteng itu, dari atas atap bangunan tersebut berdirilah seperti sesosok bayangan sukma, kakek berwajah jelek dan berambut putih sepundak, dia tak lain adalah Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian. Setelah tertawa dingin berulangkali dengan suara menyeramkan, secepat kilat ia menguntit kearah mana Gak Lam-kun pergi. Dalam waktu singkat Gak Lam-kun telah tiba didepan kedelapan buah bangunan loteng itu, diantara hembusan angin semilir dan dibawah cahaya bintang yang gemerlapan serta rembulan yang separuh bulat, tampak kedelapan buah bangunan loteng itu begitu megah, kokoh dan menyeramkan. Atap rumah yang berjajar serta saling bersambungan berdempetan langsung dengan delapan buah bangunan loteng tersebut, bangunan itu benar-benar luar biasa, cukup dilihat dari kesemuanya itu dapat diketahui bahwa luas bangunan mencapai berhektarhektar luasnya. Gak Lam-kun menengok sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan kening berkerut ia melayang turun kebawah dan masuk kebalik bangunan tersebut. Halaman bangunan yang kokoh dan megah kecuali dipenuhi dengan bangunan rumah dan berjejer serta loteng yang menjulang keangkasa, disekeliling tembok pekarangan yang lebar telah dipenuhi dengan pohon-pohon bunga yang rapat. Yang lebih istimewa lagi ternyata setiap gerombolan bebungahan tersebut secara kebetulan menutup setiap pintu masuk menuju kebangunan loteng tadi dan diantara setiap gerombolan bunga yang lebat berdiri sebatang pohon siong yang tinggi dan besar membuat halaman itu tampak lebih megah dan menawan.

Diam-diam Gak Lam-kun menghela napas panjang, pikirnya, Sungguh tak kusangka diatas pulau yang terpencil ini ternyata terdapat sebuah bangunan semegah itu Berpikir demikian, pelan-pelan Gak Lam-kun masuk melalui sudut barat daya, setelah melewati gerombolan semak dan bunga serta membeloki juga beberapa tikungan akhirnya ia sudah melampaui semak belukar itu sejauh belasan kaki lebih. Akan tetapi, menanti Gak Lam-kun memperhatikan kembali keadaan disekelilingnya, kontan saja ia berdiri tertegun dengan wajah penuh rasa kaget Ternyata dihadapannya tidak terlihat lagi kedelapan buah bangunan loteng itu, dimana ia berdiri sekarang tidak lain adalah pintu masuk dimana ia berjalan masuk tadi, kedelapan buah bangunan loteng itu justru berada dibelakangnya. Gak Lam-kun pada dasarnya adalah seorang pemuda yang cerdik dan cekatan dengan cepat ia tahu bahwa gerombolan semak dan bunga itu ditanam menurut kedudukan suatu ilmu barisan yang amat sakti. Sekalipun demikian Gak Lam-kun yang tinggi hati tidak percaya kalau barisan selihay itu sanggup membelenggu dirinya. Ia merasa cukup mempunyai bekal dalam ilmu barisan terutama dibawah petunjuk gurunya Tok liong cuncu Yo Long. Setelah termenung sambil memperhatikan sekejap posisi ilmu barisan itu akhirnya Gak Lam-kun memutuskan untuk menerobos masuk lewat bagian tengah gerombolan semak itu. Setelah berputar melalui beberapa tikungan akhirnya ia muncul dari mulut semak tadi tapi kembali ia menjadi tertegun setelah memperhatikan keadaan disekitar sana. Apa yang terjadi? Ternyata ia telah balik kembali kemulut masuk semula, bahkan sepasang kakinya balik kembali keatas bekas telapak kaki semula. Gak Lam-kun segera putar badan sambil memperhatikan kembali barisan bunga itu dengan seksama, sepasang keningnya tiba-tiba berkerut kencang, karena terbukti sudah kalau barisan tersebut benar-benar amat rumit dan kalut. Kalau dibilang seperti barisan pat kwa, ternyata tidak mirip pat kwa, kalau dibilang seperti barisan Ngo heng nyatanya bukan ngo heng, untuk sesaat dia tak tahu barisan apakah itu? Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Gak Lam-kun. Kenapa aku tidak melompat keatas atap rumah untuk coba memecahkan barisan ini? Berpikir sampai disitu si anak muda itu segera melompat keatas rumah dan melewati dua buah bangunan rumah sekaligus.

Beberapa bangunan sudah dilewatkan kembali menurut perhitungan Gak Lam-kun ia sudah melewati belasan buah bangunan selama ini, tapi jaraknya dengan bangunan loteng disebelah selatan yang selisihnya cuma tujuh delapan buah rumah itu masih tetap terpaut lima enam buah bangunan rumah. Kali ini Gak Lam-kun benar-benar merasa terperanjat, mimpipun ia tidak menyangka kalau bangunan rumahpun dibangun sesuai dengan kedudukan suatu ilmu barisan. Kini ia sudah terjebak ditengah-tengah barisan rumah, mau masuk tidak bisa mau keluar juga tidak dapat, ia sungguh-sungguh menjadi bingung dan tidak habis mengerti. Pada saat itulah dari balik kegelapan kurang lebih beberapa kaki disebelah kiri terdengar seseorang sedang tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan. Gak Lam-kun, lebih baik duduklah untuk beristirahat malam ini, anggap saja kita buang tenaga dengan percuma! Gak Lam-kun kenali suara itu sebagai suara dari Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian, pelan-pelan ia lantas berjalan menghampirinya. Tampak seorang kakek berwajah jelek sedang duduk diatas atap rumah sambil mengatur napasnya yang terengah-engah, dia bukan lain adalah Jit poh lui sim cim Lui Seng thian. Gak Lam-kun menjadi tertegun ia tidak menyangka kalau Lui Seng thian pun mengerti irama Mi tin loan hun ki sehingga ia ikut terpancing pula sampai disitu. Agaknya si panah inti geledek yang membunuh orang dalam tujuh langkah Lui Seng thian dapat menebak isi hati Gak Lam-kun, ia lantas menengadah dan memperdengarkan gelak tertawa yang seram dan memekikkan telinga. Sesungguhnya Gak Lam-kun memang tidak menaruh kesan baik terhadap keganasan serta kekejian senjata rahasia milik Lui Seng thian, ia lebih-lebih tak senang sehabis mendengar gelak tertawanya yang mengerikan itu sepasang alis matanya kontan berkernyit. Baru saja ia hendak menegur kenapa dia tertawa, Jit poh lui sim ciam telah berkata dengan suara menyeramkan, Gak Lam-kun, apakah kau menaruh curiga bahwa akupun memahami irama Mi tin loan hun ki (irama pengalut tenaga pembingung sukma) dari Soat san thian li? Haaahh haaahh haahh ketahuilah, aku bisa sampai disini karena diam-diam menguntil dibelakangmu, waktu itu lantaran aku lihat kau masuk kedalam barisan bunga tapi muncul kembali ditempat semula, maka kudahului dirimu naik keatas atap rumah, siapa tahu haaahh haaahh haaahh aku toh tetap terkurung disini Diam-diam terkejut juga Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, pikirnya, Orang persilatan memang, kebanyakan licik, banyak tipu muslihatnya dan berbahaya

sekali, coba kalau Lui seng thian bermaksud untuk mencelakai diriku, sudah pasti aku sudah terkena sergapan mautnya Jit Poh Lui sim ciam telah tertawa dingin sambil menegur lagi, Gak lote, tidakkah kau merasakan bahwa bangunan ini aneh sekali.?! Kau toh sudah mencobanya sendiri, buat apa kau tanyakan kembali kepadaku.? jawab Gak Lam kun ketus. Bangunan ini sangat aneh, tapi yang aneh justru terletak pada halaman bangunan ini sendiri aku rasa dibalik kesemuanya itu pasti ada hal-hal yang tidak beres. Gak Lam kun tidak memahami apa maksud perkataannya itu, ia lantas bertanya, Maaf, aku terlalu bodoh dan tak dapat memahami perkataanmu itu.! Kembali Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tertawa seram. Haaah.haaah.haaah.Gak lote masa kau lupa. Aku toh pernah berkata bahwa dibalik bangunan ditengah pulau terpencil ini sesungguhnya tersimpan suatu rahasia besar? Gak Lam kun balik tertawa dingin. Lui locianpwe apakah kau maksudkan rahasia besar itu terdapat didalam bangunan besar ini? Mendengar perkataan itu, sekarang ganti Jit poh lui sim ciam Lui seng thian yang merasa terperanjat, pikirnya dengan cepat, Jangan-jangan ia sudah tahu kalau rahasia besar yang tersimpan dibalik lencana pembunuh naga sesungguhnya terdapat dalam bangunan gedung ini.? Tiba-tiba Lui seng thian melompat bangun, dengan wajah yang menyeramkan dia acungkan tabung tembaga itu kehadapan Gak Lam kun, kemudian setelah tertawa dingin katanya, Gak Lam kun, aku sudah mengetahui jelas tentang asal usulmu, sekarang aku ingin menanyakan sesuatu hal kepadamu, jika kau berani membohongi aku atau sengaja merahasiakan dihadapanku, jangan salahkan kalau kusuruh kau rasakan betapa dahsyat dan beracunnya Jit poh lui sim ciam ku ini.! Terkesiap juga Gak Lam kun menghadapi ancaman senjata rahasia beracun yang telah diarahkan kedadanya itu, tapi wajah tetap dingin dan dihiasi senyuman menghina. Lui locianpwe! katanya, apakah kau memang khusus mencari kemenangan dengan andalkan senjata rahasiamu itu? Lui Seng thian tertawa seram.

Haaahhh.haaahhh.haaahhh. mana. mana, setiap jago yang hidup dalam dunia persilatan sudah lumrah kalau khusus melatih sejenis senjata atau kepandaian sebagai kekuatan andalannya, heeehhh. heeehhh. heeehhh. seperti juga senjata panah inti geledek ini, sesungguhnya sengaja kuciptakan untuk menghadapi Yo Long serta Soat san thian li si perempuan rendah itu, tapi situasi dalam dunia persilatan dewasa ini telah berubah, siapakah yang tidak ingin merebut kedudukan tinggi dan nama besar dalam dunia persilatan dengan mengandalkan kemampuan serta kepandaian silatnya. Oh, kalau begitu Lui locianpwe hendak mempergunakan senjata rahasia yang sangat beracun itu untuk menghadapi diriku Lui Seng thian tertawa. Tidak berani, tidak berani, aku cuma berharap agar Gak lote bersedia menjawab beberapa buah pertanyaanku! Sebelum kudengarkan pertanyaan yang hendak kau ajukan itu, terlebih dulu aku ingin memberitahukan sesuatu hal pula kepadamu, aku Gak lam kun tidak akan menjawab pertanyaan yang kau ajukan. Perlu diketahui, Gak Lam kun adalah seorang yang keras kepala, bertekad besar dan tinggi hati sudah barang tentu ia tidak tahan untuk menerima gertakan dari Lui Seng thian yang memaksanya untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dibawah ancaman senjata rahasia beracun andalannya. Betul juga, selapis hawa amarah yang diliputi nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Lui Seng thian yang jelek, jelas ia murka sekali setelah mendengar perkataan itu. Mendadak Gak Lam kun melompat keudara dengan kecepatan luar biasa. Berhenti! bentak Lui Seng thian, kau benar-benar kepingin mati?. lihat serangan! Ditengah bentakan nyaring, tujuh buah senjata rahasia segera dilontarkan kedepan. Bagaimanapun juga Lui Seng thian tidak sampai mempergunakan senjata rahasia mautnya yakni Jit poh lui sim ciam, tapi mengayunkan tangan kirinya melepaskan tujuh buah panah pendek dari ujung bajunya. Perlu diterangkan disini, bahwa panah inti geledek adalah suatu senjata rahasia yang maha dahsyat, apabila senjata rahasia itu telah dilepaskan maka korbannya pasti akan tewas tak tertolong. Sekalipun dimulut Lui Seng thian mengancam akan membunuhnya, padahal dihati kecilnya ia masih belum berharap untuk membinasakan anak muda itu.

Terkesiap juga Gak Lam kun ketika merasakan tibanya ancaman dari ketujuh batang senjata rahasia tersebut ia pernah menyaksikan kedahsyatan dari senjatanya, maka bisa dibayangkan betapa mengerikannya kedatangan tujuh batang senjata secara berbarengan itu. Sedikit banyak pemuda itu menguatirkan juga keselamatan jiwanya, ia tak tahu apakah ia sanggup meloloskan diri dari ancaman tersebut atau tidak. Dalam kaget dan ngerinya, Gak Lam kun tidak berayal lagi, tubuh yang sedang melambung diudara itu segera meluncur kebawah dengan kecepatan tinggi kemudian sepasang kakinya kembali menjejak permukaan rumah dan untuk kesekian kalinya ia melambung lagi keatas. Dalam lompatannya kali ini, Gak Lam kun telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Harus diketahui, seorang yang lemah tidak bertenaga apabila sedang menghadapi bahayapun bisa memiliki kekuatan sebesar beberapa ratus kati, apalagi Gak Lam kun yang terancam bahaya kematian? Ternyata daya lompatnya itu merupakan suatu lompatan yang tak mungkin bisa diulangi kembali kendatipun ilmu meringankan tubuhnya telah dilatih sepuluh tahun lagi, dalam sekejap mata ia sudah melewati permukaan rumah sejauh belasan kaki. Blaaang.! tiba-tiba kaki Gak Lam kun menginjak tempat kosong, sebelum hawa murninya sempat dirubah tubuhnya sudah terperosok jatuh kebawah. Gak Lam kun membersihkan debu yang menempel ditubuhnya lalu memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ternyata ia telah berbasil melepaskan diri dari kurungan ilmu barisan yang aneh itu sekarang tubuhnya berada ditengah sebuah halaman kecil. Gak Lam kun memeriksa kembali keadaan disekitarnya ditemuinya pada tiga bagian halaman rumah itu semuanya terdapat sebuah jalan tembus, cuma setiap jalan tembus itu luasnya cuma satu kaki, kedua belah sisinya merupakan dinding bangunan yang tidak berjendela atau pintu lain, hanya pada bagian tengah bangunan besar terdapat dua buah pintu besar berwarna merah cuma pintu itu tertutup rapat. Dibawah sinar rembulan, terasa suasana disekeliling tempat itu sunyi sepi dan terasa agak menyeramkan. Gak Lam kun kembali memperhatikan sekejap sekeliling sana, akhirnya pelan-pelan ia berjalan menuju kearah jalan disebelah barat sana. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, tiba-tiba Gak Lam kun menghentikan langkahnya dan memandang kearah depan dengan wajah tertegun.

Ternyata ia telah tiba lagi disebuah halaman kecil dengan tiga buah jalan tembus dihadapannya, bentuk halaman tersebut persis seperti halaman yang pertama tadi, ketika hal ini dicocokkan dengan letak bintang diangkasa pemuda itu semakin terkejut lagi. Tadi ia merasa berjalan menuju kebarat, tapi sekarang ia berada diarah tenggara, sepasang alis mata Gak Lam kun makin berkernyit, karena sepasang jalan yang dilaluinya barusan jelas tanpa tikungan atau belokan sama sekali bahkan jalan itu sangat lurus dan datar kenapa tanpa disadari ia sudah berada diarah tenggara? Gak Lam kun kembali memutuskan untuk mengambil jalan tembus yang menuju ketimur, kurang lebih setelah berjalan, sejauh enam tujuh puluh kaki didepan sana muncul lagi sebuah halaman dengan tiga buah jalan tembus, hanya saja kali ini anak muda tersebut telah berada disudut barat laut. Gak Lam kun benar-benar keheranan, coba kalau bukan dialami sendiri, ia tak akan percaya kalau didunia ini terdapat sebuah bangunan rumah dengan segala sesuatu yang diatur menurut kedudukan sebuah ilmu barisan. Pemuda itu mulai bingung, mau dilanjutkan perjalanan itu, ia tak tahu bagaimana caranya memecahkan barisan tersebut, tidak dilanjutkan jelas tak mungkin, akhirnya saking murungnya ia menengadah memandang rembulan diudara dan menghela napas panjang. Mendadak ia mendengar desingan angin lembut berhembus datang dari arah belakang. Dengan cekatan Gak Lam kun memutar badannya memandang kearah mana berasalnya desingan angin lembut tadi. Seorang kakek berjenggot panjang berwajah merah bercahaya dan menggembol sebilah pedang antik dipunggungnya telah berdiri tiga kaki dihadapan mukanya, orang itu sedang memandang kearahnya dengan sinar mata yang tajam. Ketika empat mata saling bertemu, mereka hanya saling berpandangan lama sekali, kedua belah pihak sama-sama tidak mengucapkan sepatah katapun. Diam-diam Gak Lam kun berpikir, Entah darimana datangnya kakek ini? Ilmu meringankan tubuhnya pasti lihay sekali, kalau tidak kenapa tidak kurasakan kehadirannya meski sudah berada tiga kaki dibelakangku? Yaa, dia pasti adalah seorang jago persilatan yang berilmu sangat tinggi. Lama. lama, sekali, Gak Lam kun masih juga tidak mendengar suara teguran ataupun suatu gerakan, orang itu tetap berdiri kaku ditempat semula. Timbul juga perasaan tercekat dalam hatinya, segera pemuda itu berpikir dihati, Janganjangan dia adalah sesosok sukma gentayangan atau sukma penasaran.?

Terhadap bangunan gedung itu Gak Lam kun memang sudah menaruh perasaan was-was, sekarang setelah menyaksikan kemunculan orang tanpa menimbulkan suara, apalagi muncul pula ingatan tersebut, tanpa terasa ia mundur beberapa langkah kebelakang. Tapi iapun kuatir dirinya disergap secara tiba-tiba maka ia tak berani memutar badan. Tapi, kendatipun ia sudah mundur sejauh tujuh delapan kaki, kakek berwajah bersih seperti dewa itu belum juga melakukan suatu gerakan, Gak Lam kun segera bertekad untuk kabur dari situ, tiba-tiba ia putar badan dan kabur kearah jalan tembus kesebelah utara. Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat ia bergeser sejauh enam tujuh puluh kaki dari tempat semula, tapi begitu ia mendongakkan kepalanya, hampir saja Gak Lam kun menjerit kaget. Kurang lebih delapan kaki didepan sana kembali muncul sebuah halaman kecil, si orang tua yang membawa pedang antik itu tahu-tahu sudah berdiri menanti ditengah halaman itu. Berhenti! terdengar kakek berbaju hijau itu membentak dengan suara yang rendah tapi berat. Berdebar keras jantung Gak Lam kun, tapi ia menurut dan menghentikan juga langkah kakinya kemudian pelan-pelan memutar badannya. Kakek berbaju hijau yang menggembol pedang antik itu selangkah demi selangkah maju menghampiri kearahnya, kurang lebih delapan sembilan depa dari hadapan pemuda itu ia haru berhenti. Tegurnya dengan suara dingin bagaikan es. Apakah kau bernama Gak Lam kun? Sekali lagi Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras, tapi jawabnya juga, Aku adalah Gak Lam kun, tolong tanya siapa nama saudara? Paras muka kakek berbaju hijau itu agak tergerak, ia tidak menjawab pertanyaan tersebut sebaliknya malah berkata dengan suara hambar, Sanggupkah kau sambut tiga jurus serangan pedangku? Kita tak pernah saling mengenal, antara kitapun tak punya dendam sakit hati atau perselisihan apa-apa, buat apa musti bermain kekerasan dengan senjata? Jika kau tak bersedia menyambut tiga jurus pedangku, maka untuk selamanya kau akan terkurung ditempat ini kata kakek berbaju hijau itu lagi dengan suara dingin. Mendengar perkataan itu Gak Lam kun segera berpikir, Sekalipun ilmu silatku masih belum menandingimu, tapi untuk tiga puluh gebrakan rasanya masih sanggup untuk

mempertahankan diri, apalagi ia cuma minta menghadapi tiga jurus serangannya belaka. kalau didengar dari perkataannya itu agaknya bila aku sanggup menahan ketiga buah serangan pedangnya, dia akan memberi petunjuk kepadaku untuk keluar dari kepungan ini. Berpikir sampai disitu, Gak Lam kun yang keras kepala segera tersenyum, katanya, Kalau toh lotiang berharap agar boanpwe menyambut ketiga jurus serangan, akupun akan menyanggupinya, cuma setelah kejadian, aku harap kau jangan menghalangi kepergianku Kakek berbaju hijau itu segera tertawa dingin. Heeehh. heeehh. memangnya kau masih ingin tetap tinggal disini? Kedatangan boanpwe ditengah malam buta ini bukan lantaran tanpa sebab, aku rasa lotiang pasti mengetahui pula maksud kedatanganku Selama hidupku belum pernah aku berbicara sebanyak ini dengan orang lain, tapi malam ini aku telah melanggar kebiasaanku dengan berbicara lebih banyak kepadamu. Ketahuilah halaman ini penuh diliputi alat rahasia yang berlapis-lapis, setiap rumput kayu, batu bahkan kerikil kecilpun diatur menurut suatu posisi ilmu barisan yang maha sakti, jika kau tidak bersedia mengundurkan diri dari sini, maka hal ini akan mendatangkan kerugian untukmu Gak Lam kun tertawa ewa. Maksud baik lotiang biar kuterima dalam hati saja, mati hidup seorang manusia aku rasa tak akan bisa diduga oleh siapapun Mendengar perkataan itu, si kakek berbaju hijau itu menjadi tertegun, lalu katanya sambil tertawa, Baik! Kalau begitu sambutlah lebih dahulu tiga buah tusukan pedangku ini! Baru selesai perkataan itu diucapkan, Gak Lam kun merasakan pandangan matanya menjadi silau dan tahu-tahu kakek berbaju hijau itu sudah berada dihadapannya, ia berdiri dengan mencekal sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya kebiru-biruan. Gak Lam kun merasa terkejut juga menyaksikan kecepatan orang itu dalam mencabut pedangnya, ia tahu kakek berbaju hijau itu pasti seorang ahli pedang yang berilmu tinggi. Tentu saja pemuda itu lebih-lebih tak berani berayal lagi, pedang pendek yang berada dalam sakunya segera dicabut keluar. Sekilas cahaya putih dengan cepat memancar keempat penjuru berpadu dengan cahaya biru dari pedang kakek tersebut, ini menunjukkan kalau kedua bilah pedang tersebut sama-sama merupakan pedang mustika yang mahal harganya.

Kakek berjubah hijau itu pelan-pelan mengangguk, lalu pujinya dengan suara pelan, Sudah lama kudengar orang berkata bahwa pedang Giok siang kiam milik Lam hay sin ni adalah sebilah pedang mustika yang langka dalam dunia persilatan, setelah kulihat sendiri sekarang terbuktilah bahwa berita tersebut bukan berita kosong belaka Gak Lam kun kembali merasa terkejut, pikirnya, Aaah. ternyata dugaanku memang tidak salah ketua perguruan panah bercinta Bwe Li pek memang muridnya Lam hay sin ni, kalau tidak tak mungkin Lam hay sin ni akan menyerahkan pedang mustika miliknya itu kepada orang lain Dalam pada itu si kakek berjubah hijau itu sudah menyiapkan pedangnya, lalu sambil tertawa ia berkata, Gak Lam kun dalam dunia dewasa ini jarang sekali ada orang yang sanggup menerima tiga buah serangan pedangku, kau harus perhatikan baik-baik karena ketiga buah seranganku justru merupakan tiga jurus inti yang mencakup segenap kekuatan serta kehebatan dari ilmu pedangku Gak Lam kun berdiri dengan pedang disilangkan didepan dadanya, ia berdiri sekokoh batu karang jawabnya dengan dingin. Silahkan menyerang dengan sepenuh tenaga! Boanpwe akan pertaruhkan nyawaku untuk menerima seranganmu itu! Menyaksikan cara Gak Lam kun memegang pedangnya sambil berdiri angker diam-diam kakek berjubah hijau itu manggut berulangkali. Tiba-tiba kakek berbaju hijau itu meluruskan pedangnya sejajar dengan dada sepasang matanya terpejam rapat, wajahnya berubah menjadi serius sekali. Waktu itu Gak Lam kun telah menghimpun pula segenap tenaga dalamnya kedalam telapak tangan, ia sudah bersiap sedia menyambut serangan pertama dari lawannya. Sebelum melakukan persiapan tadi, sesungguhnya ia sedikit memandang enteng ketiga jurus serangan lawan, tapi sekarang ia tak berani gegabah ia merasa bahwa musuhnya mungkin benar-benar memiliki ilmu pedang yang tiada tandingannya didunia ini. Mendadak kakek berjubah hijau itu mementangkan sepasang matanya, setajam sembilu sorot matanya dan pandangan itu tertuju pada ujung pedang yang berada dalam genggamannya itu. Berbareng dengan gerakan itu pelan-pelan si kakek berjubah hijau itu menggetarkan pedang birunya lalu ditusuk kedada Gak Lam kun dengan suatu gerakan mendatar. Serangan itu kelihatannya sederhana tanpa sesuatu yang aneh, tapi bagi penglihatan seorang ahli pedang, serangan tersebut justru merupakan suatu serangan pedang tingkat tinggi.

Tiba-tiba paras muka Gak Lam kun berubah hebat, mimik wajahnya menunjukkan perasaan ngeri, kaget, kagum dan tercekat. Tapi dalam waktu singkat paras mukanya kembali berubah, yaitu perasaan kecewa, perasaan nekad dan semangat yang berkobar. Sementara paras muka Gak Lam kun mengalami dua kali perubahan, ujung pedang yang memancarkan sinar biru itu sudah berada tiga inci didepan dadanya. Gak Lam kun segera menggerakkan pedang pendeknya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut. Criing! Criing! Criing. tiga kali dentingan nyaring berkumandang memenuhi angkasa. Kilatan warna biru dan bianglala warna putih dalam sekejap mata yang singkat telah saling membentur sebanyak tiga kali. Hawa pedang segera membumbung tinggi keangkasa, tapi sekejap kemudian tiba-tiba lenyap tak berbekas. Tubuh Gak Lam kun terdesak mundur sejauh tiga kaki, tapi ia masih berdiri sambil memeluk pedang, tapi sorot matanya telah pudar, peluh sebesar kacang membasahi jidatnya. Jelas dalam bentrokan itu ia merasa betapa ngototnya serta mengalami rasa kaget serta ngeri yang kelewat batas. Kakek berbaju hijau itu sendiri masih tetap berdiri dengan sikap tenang, namun sekilas rasa kaget sempat menghiasi wajahnya, jelas ia kagum atas kehebatan Gak Lam kun yang masih muda namun telah berhasil mencapai kepuncak kesempurnaan dalam permainan pedangnya itu. Mendadak kakek berbaju hijau itu masukan kembali pedangnya kedalam sarung, lalu dengan dingin berkata, Tiga jurus sudah lewat, kau memang benar-benar murid seorang kenamaan. Bila kau sedia meninggalkan gedung ini, silahkan mundur dulu lewat timur kemudian berputar kebarat, dengan cepat barisan ini akan kau tinggalkan, bila berjumpa lagi dikemudian hari mungkin kita akan menjadi musuh yang saling bertentangan bagaikan api dan air, nah sekarang kau boleh tinggalkan tempat ini! Selesai mengucapkan kata-kata tersebut kakek berbaju hijau itu lantas menuju kelorong sebelah selatan dan pelan-pelan mengundurkan diri dari situ. Gak Lam kun meraba rambut diatas jidatnya yang kutung dengan tangan kirinya, kemudian menghela napas panjang, pedangnya dimasukkan kembali kedalam sarung.

Bagaimanapun juga, perasaannya telah bergetar keras karena dalam menghadapi ketiga jurus serangan tersebut, hampir saja nyawanya lenyap diujung pedang lawan. Tak bisa dibantah lagi ilmu pedang dari kakek berbaju hijau itu telah dilatih hingga mencapai tingkat yang tiada tandingannya didunia ini, coba ia menyerang satu jurus lebih banyak, sudah pasti dia tak akan mampu untuk menghadapinya. Sesungguhnya semangat Gak Lam kun berkobar-kobar, akan tetapi sekarang ia merasa agak lemas dan putus asa, ia tak mau tinggal terlalu lama lagi disitu, maka menurut petunjuk dari kakek berbaju hijau tadi iapun mengundurkan diri dari situ. Mendadak. beberapa ucapan terakhir dari kakek berbaju hijau itu membangkitkan kembali sikap ingin menangnya, ia mendengus dingin lalu bergumam, Baiklah! Bila ada jodoh aku pasti akan minta petunjuk darinya. aku ingin tahu apakah ilmu silatnya memang betul-betul tiada tandingannya didunia ini! Gak Lam kun segera sadar dari lamunan, tanpa terasa kembali dia berpikir, Siapakah kakek itu? Siapakah diantara jago-jago silat dewasa ini yang memiliki ilmu pedang selihay itu? Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya tanpa terasa serunya tertahan. Dia adalah See ih kiam seng (malaikat pedang dari See ih) Siang Ban im?! Hanya dia seorang yang dapat memiliki ilmu pedang selihay itu. kalau tidak siapa lagi didunia ini yang berhak mendapatkan gelar sebagai malaikat pedang lagi? Tiba-tiba kedengaran seseorang membentak nyaring, Siapa disitu? Mendengar teguran tersebut Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru badannya berkelebat lewat dan menyembunyikan diri disisi dinding rumah sebelah kanan. Ternyata pada waktu itu Gak Lam kun telah berjalan dilorong terakhir yang menuju kesebelah utara, jaraknya dengan jalan keluar tinggal tiga empat puluh kaki lagi dan bentakan itupun berkumandang datang dari luar lorong. Agaknya orang itu menunggu cukup lama, tapi setelah dilihatnya tiada jawaban yang terdengar dia lantas bergumam pula. Jangan-jangan telingaku yang salah mendengar, Hoa heng, kau mendengar suara manusia atautidak? Perlu diterangkan disini, gumaman Gak Lam kun tadi diucapkan dengan suara yang amat lirih, sekalipun ditengah malam yng sunyi tapi bila seseorang tidak memiliki tenaga dalam yang amat sempurna jangan harap bisa menangkap suara orang lain dari jarak sejauh tiga empatpuluh kaki itu.

Kedengaran seseorang menyahut dengan suara yang nyaring, To heng, lebih baik jangan panik begitu, gedung ini penuh dengan ilmu barisan serta alat jebakan, kecuali kau seorang, siapa pula yang bisa jalan-jalan seenaknya didalam sana sekalipun kau tidak salah dengar tapi orang itupun belum tentu bisa keluar dari kurungan dengan selamat! Orang itu segera tertawa kering. Hoa heng, lebih baik kurangi jilat pantatmu nyaris kita akan terkurung malam ini disini. Lihay, sungguh teramat lihay lanjut orang she Hoa itu, coba kalau ilmu kepandaian yang dimiliki To-heng tidak hebat dan luar biasa, siaute betul-betul akan terkurung disini dan mati kelaparan. Tampaknya orang yang lain adalah seorang tosu, dia termenung sejenak kemudian baru berkata, Hoa heng, bukan aku sengaja menyombongkan diri, dalam dunia persilatan dewasa ini boleh dibilang jarang sekali ada orang yang pandai segala ilmu barisan semacam aku. Bukan cuma jarang hakekatnya sama sekali tiada yang kedua! sambung orang she Hoa itu cepat-cepat. Tosu itu termenung lagi sebelum melanjutkan kembali kata-katanya. . tapi alat jebakan serta barisan yang diatur dalam gedung ini benar-benar sudah memusingkan kepalaku Terlalu sungkan, terlalu sungkan. orang she Hoa itu tertawa ringan. Rupanya tosu itu sudah dibuat marah, katanya cepat dengan suara yang dingin, Hoa heng, aku bicara sungguh-sungguh, antara kita berdua toh sudah terikat oleh perjanjian, masakah aku bakal membohongi dirimu dengan kata yang sengaja kubuat-buat? Orang she Hoa itu segera tertawa. Tidak berani, tidak berani, harap to heng jangan salah paham dengan maksudku pula? Kita telah berhasil melewati barisan dalam kebun bunga dan bangunan gedung diluar sana, segala sesuatunya meski sakti dan aneh untung semuanya telah kita lewati dengan aman, tapi tahukah kau bahwa ilmu barisan yang lebih lihay dan alat jebakan yang lebih hebat masih ada dibelakang sana? Konon alat-alat jebakan yang dipasang disekitar tempat penyimpanan mustika sedemikian hebatnya, sehingga walaupun kau memiliki peta petunjuk dari Lencana pembunuh naga, toh masih tetap setengah incipun sukar dilewati, yaa. percuma memang walaupun kita mempunyai lencana itu, sebab bagaimana pun hal ini masih menyulitkan sebelum diadakan suatu penyelidikan yang seksama tak nanti aku berani sembarangan memasukinya

Gak Lam kun yang sempat mencuri dengar pembicaraan itu menjadi amat terkejut, dia tidak mengira kalau lencana pembunuh naga sesungguhnya menyimpan begitu banyak rahasia dunia persilatan. Perlu diterangkan disini, menjelang saat kematiannya meskipun Yo Long menerangkan kepadanya bahwa Lencana pembunuh naga adalah suatu mustika dunia yang diincar dan menjadi idaman setiap umat persilatan, namun ia sama sekali tidak menerangkan rahasia apakah yang tersimpan dibalik lencana tersebut. Oleh sebab itu terhadap pelbagai macam rahasia yang berada dibalik lencana pembunuh naga, Gak Lam kun masih tetap bingung dan tidak habis mengerti. Siapakah dua orangitu? Tak disangka olehnya kalau dunia persilatan demikian licik dan berbahayanya, padahal tidak sedikit jumlah jago persilatan yang berkumpul diatas pulau terpencil itu, tapi kedua orang itu secara diam-diam bisa sampai disini, kalau didengar dari pembicaraan mereka rupanya sebelum itu mereka sudah tahu tentang rahasia didalam gedung itu. Kedengaran orang she Hoa itu tertawa ringan, lalu berkata. Kalau begitu bagaimana pun juga kita harus mendapatkan lencana pembunuh naga itu? Tosu tersebut tertawa dingin. Hoa heng dewasa ini para peserta yang telah berdatangan kemari untuk saling memperebutkan lencana pembunuh naga terdiri dari pihak Thi eng pang, Cing ciam bun beserta para jago dari aliran See thian san, aku lihat kekuatan kita betul-betul paling minim dan lemah. Jangan khawatir saudara To jawab orang she Hoa itu sambil tertawa siaute mempunyai sebuah rencana bagus yang tanggung bisa menjirat beberapa orang jago lihay Tosu itu tertawa kering. Heee. heeehh. heeh. apakah kau maksudkan Say loji serta Kongsun Po.? Toa heng kecerdasanmu memang luar biasa puji orang she Hoa itu lagi sambil tertawa tapi kau lupa, toh masih ada seorang Yan lo sat (iblis perempuan cantik) Hoang Im? Saudara Hoa, yakinkah kau bahwa beberapa orang itu pasti dapat kaujerat? Kini keadaan situasinya telah berubah, tentu saja dengan senang hati mereka bersedia untuk bekerjasama dengan kita, apalagi aku masih mempunyai daya pikat lain yang tentu akan merangsang mereka semua

Mendengar perkataan itu, tosu tersebut tertawa bangga. Haaahhh. haaahhh. haaaahhh. bagus, bagus sekali, kalau begitu kuserahkan persoalan ini kepada saudara Hoa Orang she Hoa itu ikut pula tertawa terbahak-bahak. Haaahhh. haaahhh. saudara To, mari kita tinggalkan tempat ini Selesai dengan ucapan tersebut, secara lamat-lamat Gak Lam kun mendengar suara langkah kaki itu makin lama makin menjauh dan akhirnya lenyap dibalik keheningan. Gak Lam kun menghembuskan napas panjang, pelan-pelan diapun berjalan keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi kini satu persoalan berkecamuk dalam benaknya, sambil berjalan ia berpikir, Kedua orang itu je1as semuanya adalah jago-jago yang bernama besar dalam dunia persilatan, entah siapakah dia? Pelan-pelan Gak Lam kun berjalan keluar dari mulut lorong itu, dihadapannya terbentang sebuah lembah bukit yang sepi, rupanya tempat itu merupakan sudut tenggara gedung besar itu. Baru saja si anak muda itu keluar dari lorong, mendadak muncul sesosok bayangan hitam yang bagaikan sesosok sukma gentayangan berkelebat menghampirinya, kelima jari tangannya bagaikan cakar setan langsung mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kirinya. Sergapan yang dilakukan sangat mendadak ini mempunyai gerakan yang amat cepat dan luar biasa. Seketika itu juga Gak Lam kun merasakan datangnya ancaman, tapi gerakan tangan musuh sungguh teramat cepat, tahu-tahu pergelangan tangannya sudah tersentuh olehnya. Dalam terkejutnya, buru-buru Gak Lam kun mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat, dengan suatu gerakan manis ia menghindar sejauh lima enam depa dari posisi semula. Tapi baru saja kakinya berdiri tegak, kembali datang segulung angin pukulan yang sangat berat menghantam jalan darah Hong hu hiat pada bahu kirinya. Tercekat hati Gak Lam kun, dia tidak mengira kalau sergapan musuh dilakukan sedemikian cepatnya hingga tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk berganti napas, satu ingatan melintas dalam benak anak muda itu, sekali lagi dia gunakan gerakan Liong heng sin hoat yang maha sakti itu untuk berkelebat lewat sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.

Kali ini dia kuatir kalau musuhnya menguntil terus dibelakang, maka seraya menghindarkan diri, telapak tangan kirinya diputar kebelakang melancarkan pula sebuah pukulan, setelah itu secepat kilat badannya berputar kebelakang dan mengawasi sekeliling tempat itu. Kurang lebih satu tombak dihadapannya berdirilah seorang tosu setengah umur berjubah warna kuning, bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, berwajah pucat seperti mayat dan membawa sebuah senjata hudtim yang terdiri dari benang emas. Disampingnya berdiri pula seorang pelajar berusia empat puluh tahunan berwajah tampan, romantis dan menggembol sebilah pedang diatas bahunya. Hanya sekilas pandangan saja Gak Lam kun sudah tahu kalau mereka berdua adalah dua orang yang bercakap-cakap tadi, tak terlukiskan rasa kaget dan ngerinya pemuda itu, dia tidak menyangka kalau mereka berdua sedemikian liciknya sehingga meski sudah berlalu dari situ, ternyata secara diam-diam melakukan sergapan. Sekalipun demikian, dari sini dapat diketahui pula bahwa ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan, sebab dengan ketajaman pendengarannya ternyata ia tidak mengetahui akan kehadiran kembali mereka berdua. Tosu berjubah kuning itupun kelihatan tertegun kemudian sambil tertawa seram katanya, Aku lihat ilmu silatmu cukup sempurna, kecerdasanmu pun boleh juga dipupuk? Waktu itu Gak Lam kun sudah merasa amat marah karena tanpa sebab kedua orang itu menyergapnya dan nyaris ia kena dipecundangi, dengan suara dalam serunya kemudian, Aku rasa kamu berduapun merupakan jago-jago persilatan yang punya nama dan kedudukan, kenapa kalian lakukan tindak penyergapan yang rendah dan memalukan itu Sastrawan ganteng tertawa tergelak. Haaahh. haaah. haaah. siapa pula dirimu? Kalau bicara begitu tak tahu diri? Hmmm. kalau menyergappun suatu perbuatan rendah, lantas aku ingin bertanya kalau menyadap pembicaraan rahasia orang lain merupakan perbuatan yang rendah atau tidak? Gak Lam kun mengerutkan dahinya, kembali ia berseru dengan marah, Saudara, ucapanmu itu terlalu dibuat-buat, kau anggap hanya kalian saja yang boleh mendatangi gedung ini dan orang lain tidak boleh mendatanginya Tosu berjubah kuning itu tertawa seram, senjata hudtimnya disisipkan kebelakang bahunya, kemudian selangkah demi selangkah dia menghampiri si anak muda itu. Dibalik wajahnya yang kurus dan jelek, terlintas kebuasan, kelicikan, kekejaman, kesombongan dan keangkeran yang tebal membuat mimik wajahnya kelihatan begitu seram dan menggidikkan hati.

Menyaksikan perubahan wajahnya itu, Gak Lam kun mendengus dingin dengan segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Tiba-tiba tosu berjubah kuning itu tertawa dingin tubuhnya menubruk kedepan, kelima jari tangan kirinya secepat kilat mencengkeram tulang persendian pada sikut lengan kanan pemuda itu. Gerakan serangan tersebut bukau saja dilakukan dengan suatu jurus yang aneh lagi pula jauh berbeda dibandingkan dengan ilmu Kin na jiu yang berlaku pada umumnya. Gak Lam kun sangat terperanjat, buru-buru dia miringkan tubuhnya kesamping untuk menghindarkan diri. Tapi tosu berjubah kuning itu langsung menerjang maju kedepan lutut kanannya segera diangkat dan disodokkan ketubuh bagian bawah lawan. Tendangan maupun pukulan itu bukan saja dilakukan dengan kecepatan luar biasa, dan lagi disertakan juga tenaga pukulan yang sangat kuat. Tampaknya tidak sempat lagi Gak Lam kun untuk menghindar ataupun membendung datangnya ancaman tersebut, kelihatan sebentar lagi dia bakal terluka ditangan tosu berjubah kuning itu. Mendadak Gak Lam kun mengangkat kaki kanannya lalu kaki kirinya bergeser keluar, tubuhnya berputar kesamping begitu menghindar diri dari serangan gabungan yang datang dari depan, telapak tangan kanannya berputar kesamping dan balas melancarkan sebuah pukulan yang tak kalah dahsyatnya. Tindakan dari Gak Lam kun ini bukan saja aneh lagi pula diluar dugaan orang, bukan saja serangan musuh dapat dihindari, serangan balasanpun amat gencar, hanya dalam satu gebrakan ia berhasil memperbaiki posisinya yang terdesak menjadi kedudukan yang menguntungkan. Rupanya tosu berjubah kuning itu tidak menyangka kalau musuhnya demikian cekatan, oleh serangan balasan yang dilancarkan dengan tenaga besar itu ia malah berbalik kedesak mundur sejauh tiga langkah lebar. Dengan penasaran tosu berjubah kuning itu menerjang maju lagi kedepan, sekali lagi telapak tangannya disapu kemuka melancarkan serangan balasan, diiringi suara tertawa dingin yang menyeramkan, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia menerjang maju kemuka. Kali ini gantian Gak Lam kun yang merasa tertegun, dia tidak menyangka kalau gerakan menubruk yang dilakukan musuhnya untuk kedua kalinya ini jauh lebih cepat daripada serangan yang pertama, bahkan dilakukan hampir bersamaan waktunya dengan gerak mundur tadi.

Ia merasa bahwa tenaga pukulan yang menghembus keluar dari telapak tangan lawan mengandung unsur kekuatan panas yang kuat, tenaganya jauh berada diatas kepandaian Giok bin sin ang (si kakek sakti berwajah pualam). Gak Lam kun tak berani bertindak gegabah ia tak mau menyambut serangan itu dengan keras lawan keras, kaki kanannya lantas diangkat dan tubuhnya bergeser kesamping, dalam sekejap mata ia sudah menyingkir sejauh lima depa dari posisi semula. Bagaikan sesosok bayangan tosu berjubah kuning itu menguntil dari belakang, sebuah pukulan kembali dilancarkan mengimbangi gerakan tubrukannya ketubuh pemuda itu. Dengan jurus Tham lip ki cu (merogoh saku mengambil mutiara) tangan kiri si tosu berjubah kuning itu menyambar sepasang mata Gak Lam kun sementara tangan kanannya dengan mempergunakan ilmu Ki na jiu hoat yang sangat aneh mencengkeram pergelangan tangan kiri pemuda itu. Rupanya tosu berjubah kuning itu sudah berhasil menyusul baik rencana penyerangan, bukan saja semua serangan dilakukan dengan kecepatan yang mengagumkan, apalagi ilmu ki na jiu hoat tersebut boleh dibilang merupakan suatu kepandaian maha sakti yang jarang ditemui dalam dunia persilatan. Dari sini semakin terbuktilah bahwa tosu berjubah kuning itu tak lain adalah seorang tokoh persilatan yang mempunyai nama serta kedudukan yang amat tinggi. Meskipun ilmu silat yang dimiliki Gak Lam kun sendiri tidak termasuk lemah, akan tetapi oleh karena terlalu memandang enteng musuh, akibatnya ia kehilangan posisi yang menguntungkan, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman musuh. Dalam keadaan kritis ia lantas mengeluarkan jurus Tay bong tian gi (burung elang raksasa mementangkan sayap) untuk menangkis ancaman tangan kiri si tosu berjubah kuning yang mengancam sepasang biji matanya itu. oooOooo Sayang seka1i pemuda itu lupa serangan Ki na jiu yang dilancarkan musuhnya lewat tangan kanan justru berlipat kali lebih membahayakan tahu-tahu pergelangan tangan kirinya terasa menjadi kaku, dan urat nadinya sudah terjatuh ditangan lawan. Gak Lam kun merasa sangat terkejut, menggunakan kesempatan ketika tangan kanan tosu berjubah kuning itu belum mengerahkan tenaga, jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya segera disentik kedepan. Segulung desingan angin serangan yang tajam dan kuat segera menyambar urat nadi pada pergelangan tangan kanan tosu tadi.

Perubahan ini jauh diluar dugaan siapapun, tosu berjubah kuning itupun tidak menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki Gak Lam kun telah mencapai taraf sedemikian tingginya, urat nadi pada pergelangan tangan kanannya tahu-tahu merasa kesemutan dan ia sudah kena diserang oleh tenaga sergapan anak muda itu. Setelah jari-jari tangan kirinya melancarkan sentilan tadi, Gak Lam kun lantas memutar telapak tangan kanannya satu lingkaran dan kemudian dilontarkan kebelakang, tosu berjubah kuning itu kena didesak lagi sehingga mundur sejauh tiga empat langkah. Dengan demikian, kedua belah pihak sama-sama dikejutkan oleh kelihayan ilmu silat lawannya, empat mata saling bertemu dan bertatapan tanpa berkedip, untuk sesaat mereka berdua sama-sama tidak berani melakukan sergapan untuk ketiga kalinya. Sastrawan tampan yang mengikuti jalannya pertarungan dari samping menunjukkan pula perasaan kaget dan tercengang, sambil tertawa tergelak dia lantas mengejek, Thian yu to heng, rupanya ilmu silatmu belakangan ini telah peroleh kemajuan pesat, malam ini siaute benar-benar merasa puas dengan kehebatanmu? Ucapan yang setengahnya mengandung ejekan dan sindiran itu sesungguhnya bermaksud untuk memanasi hati lawan. Mendengar ucapan itu, paras muka Gak Lam kun berubah hebat, ia merasa yaa kaget yaa marah. Ternyata ia telah berhasil menebak siapa gerangan orang yang berada dihadapannya sekarang. Tosu berjubah kuning itu mungkin adalah Kui to (tosu setan) Thian yu cinjin yang merupakan musuh paling tinggi ilmu silatnya diantara sisa tujuh orang musuh besar gurunya, sedangkan sastrawan ganteng itu mungkin adalah orang kelima yang dinamakan orang sebagai Thiat kiam kuncu (lelaki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi. Kenyataannya manusia yang bernama Kui to (tosu setan) Thian yu cinjin memang berilmu silat amat lihay, tapi yang mengherankannya adalah Thiat kiam kuncu (lelaki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi, menurut catatan Cin jin liok, jelas dikatakan bahwa ilmu silatnya hanya bisa menangkan Kongsun Po serta Ou Yong hu, tapi kenyataannya ternyata jauh diluar sangkaan. Ditinjau dari tenaga sergapan yang ia lancarkan tadi, bisa diketahui bahwa ilmu silatnya jauh diatas kepandaian Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say khi pit, mungkinkah dia sengaja menyembunyikan ilmunya? Kalau memang demikian, jelaslah sudah bahwa lelaki sejati berpedang baja Hoa kok khi sesungguhnya adalah seorang manusia licik yang banyak sekali tipu muslihatnya. Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Gak Lam kun, diam-diam pikirnya, Setiap orang yang berada dalam dunia persilatan memang amat licik dan sukar diraba jalan

pikirannya, untuk membalaskan dendam bagi guruku aku musti tahu keadaannya lebih dulu sebelum melakukan tindakan Berpikir sampai disitu, tanpa terasa pemuda itu tertawa dingin kepada Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi katanya, Hei, bukankah kau adalah laki-laki sejati berpedang baja yang banyak disebut-sebut oleh orang persilatan? Agak tertegun si lelaki berpedang baja Hoa kok khi setelah mendengar perkataan itu, tapi sebentar kemudian ia telah tertawa terbahak-bahak. Haaah. haaah. haaaah. sungguh mengagumkan, sungguh mengagumkan, boleh aku tahu siapa namamu? Sekuat tenaga Gak Lam kun berusaha mengendalikan kobaran api dendam yang membara dalam hatinya, dengan suara yang amat tenang dia menjawab, Aku hanya seorang prajurit tak bernama dalam dunia persilatan, apa gunanya kau menanyakan soal namaku? Thian kiam kuncu Hoa kok khi tertawa ringan. Sudah belasan tahun aku Hoa kok khi jarang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sungguh tak kusangka keadaan dalam dunia telah mengalami banyak perobahan, seorang prajurit tak bernama dari dunia persilatanpun memiliki kepandaian silat selihay ini Belum tentu setiap orang yang sehari penuh melakukan perjalanan dalam dunia persilatan mengetahui keadaan dalam dunia persilatan jauh lebih jelas dari mereka yang mengasingkan diri sambung Gak Lam kun mengenal namaku juga bukan suatu yang luar biasa sebagai orang muda dari dunia persilatan siapa yang tidak tahu bahwa peristiwa besar ditebing Yan po gan dimasa lalu telah mengangkat nama Kui to Thian yu Cinjin serta Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sekalian? Mendengar perkataan itu, paras muka Thian yu cinjin maupun Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi segera berubah hebat. Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Thiat kiam kuncu Hoa Kok Khi mencorong sinar tajam dari balik matanya, ia bertanya, Aku dengar belakangan ini dalam dunia persilatan telah muncul seorang jago muda yang mempunyai ilmu silat amat tinggi, tampaknya kaulah yang bernama Gak Lam kun. Terkesiap hati Gak Lam kun sesudah mendengar perkataan itu, dia tak menyangka kalau berita tersebut sudah tersiar demikian cepatnya keseluruh dunia persilatan. Jangan-jangan orang persilatan juga tahu kalau aku adalah muridnya Yo Long dan selama ini aku pula yang telah munculkan diri sebagai Tok liong cuncu? kekuatiran tersebut segera mencekam seluruh perasaan anak muda itu.

Gak Lam kun tersenyum. Aku tak lebih cuma seorang anak muda yang baru terjun dalam dunia persilatan, sebutan yang terlalu muluk tak berani kuterima. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa terbahak-bahak. Haaah. haaah. haaaah. kau terlalu sungkan, kau terlalu sungkan, dengan andalkan beberapa jurus saktimu tadi, sebutan sebagai seorang jago lihay pantas kau gunakan hanya saja aku orang she Hoa juga ingin sekali mencoba ilmu silatmu yang sebenarnya. Aku bisa memperoleh kesempatan untuk mencoba kepandaian silatku dengan seorang jago kenamaan bagiku hal ini sungguh merupakan suatu keberuntungan. Rupanya secara diam-diam Gak Lam kun telah menyusun rencana baik, ia tahu ilmu silat yang dimiliki Kui to Thian yu cinjin teramat lihay mungkin bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk mengalahkannya, apalagi sekarang ditambah pula seorang Hoa Kok khi, semakin tipislah harapannya untuk meraih kemenangan. Oleh karena itu, bila ilmu silat yang dimiliki Thiat kiam kuncu terbukti seperti apa yang ditulis dalam kitab catatan musuh-musuh besar, maka dengan mempergunakan kesempatan itu dia akan membinasakannya, kemudian baru menghimpun segenap kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi jago yang maha sakti ini. Jalan pikiran Gak Lam kun memang bagus tapi mana dia tahu kalau Tniat kiam kuncu pun ketika itu sedang menyusun rencananya. Perlu diterangkan disini, meskipun tenaga dalam dan ilmu silat merupakan inti kekuatan yang diandalkan jago-jago persilatan, tapi biasanya kecerdasan jauh lebih hebat daripada ilmu silat. Ketika Gak Lam kun baru saja menyelesaikan kata-katanya, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah melancarkan terjangan kedepan. Ia tidak menggerahkan telapak tangannya, pun tidak menggerakkan kakinya, ia hanya bergerak menghampiri kehadapan Gak Lam kun seakan-akan ia memang bersiap-siap menghantarkan tubuhnya untuk digebuk. Gak Lam kun agak tertegun tapi ia segera tertawa dingin, sambil memutar badan kakinya bergeser kesamping, sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan kebahu kanan orang itu. Bagi seorang ahli silat serangan yang dilancarkan dapat diketahui bahwa ia berilmu atsu tidak, semenjak Gak Lam kun menyaksikan gerakan tubuhnya yang aneh tadi, dia sudah tahu kalau Thiat kiam kuncu adalah seorang musuh tangguh yang tak boleh dipandang enteng.

Betul juga, gerakan aneh yang dilakukan Thiat kiam kuncu tadi seakan-akan memberi gambaran kepada orang kalau ia tidak mengerti ilmu silat tapi, begitu serangan tiba, sepasang bahunya segera diturunkan kebawah dan secara kebetulan sekali berhasil menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Dengan demikian meskipun seandainya serangan tadi mengenai bahu Thiat kiam kuncu namun tenaga pukulannya sudah banyak yang punah, dan seranganpun menjadi lemas. Pada saat itulah, Thiat kiam kuncu telah manfaatkan kesempatan baik itu untuk menerjang maju kedepan, sepasang telapak tangannya secara beruntun melancarkan bacokan berantai. Dalam sekejap mata ia telah melepaskan dua belas buah pukulan yang mematikan. Bayangan telapak tangan meluncur kesana kemari, desingan angin pukulan menderu-deru bagaikan putaran roda. Gak Lam kun segera terdesak hingga mundur berulangkali, saat ini dia cuma bisa menangkis dan tak mempunyai tenaga untuk melancarkan serangan balasan. Diam-diam berkerut juga alis mata Thiat kiam kuncu, dia tak menyangka kalau Gak Lam kun sanggup menghindari kedua belas buah pukulan yang dilancarkan secara berantai itu dengan selamat. Sementara ia masih tertegun, Gak Lam kun telah membentak gusar. Sreeet! Sreeet! Sreeet!. secara beruntun telapak tangan kirinya melepaskan pula tiga buah bacokan kilat yang memaksa gerak maju Hoa Kok khi menjadi terhalang. Sekali berhasil merebut posisi yang menguntungkan, Gak Lam kun tak mau melepaskan kesempatan baik itu dengan begitu saja, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan sambi1 melancarkan sebuah tendangan kilat ketubuh Hoa Kok khi dengan kaki kirinya. Deruan angin tajam menyambar-nyambar, secepat kilat Gak Lam kun telah melancarkan tujuh buah tendangan kilat. Tendangan cepat yang dilakukan oleh Gak Lam kun ini merupakan serangkaian ilmu tendangan yang dahsyat dan jarang ditemui dalam dunia persilatan. Kecepatannya benar-benar sangat mengagumkan, ibaratnya gulungan ombak yang saling susul menyusul menghantam tepian karang. Karena posisinya mulai terdesak sehingga pihak lawan memegang peranan untuk melakukan desakan, terpaksa Thiat kiam kuncu Hoa kok khi harus memutar sepasang telapak tangannya sedemikian rupa untuk menciptakan selapis bayangan telapak tangan yang tebal guna melindungi seluruh badannya.

Pertarungan mereka berdua kian lama berlangsung kian sengit, setiap pukulan yang mereka gunakan rata-rata diarahkan pada jalan darah kematian ditubuh lawan, deruan angin serangannya hampir menyelimuti wilayah seluas beberapa depa disekeliling sana. Daun dan ranting berguguran, suara gemerisik karena pepohonan yang goncang menambah ramainya suara disekeliling sana. Ketika itu, mereka berdua telah saling berebut posisi dengan sepenuh tenaga, hampir semua perubahan jurus serangannya dilakukan dengan gerakan paling aneh dan paling tangguh. Si tosu setan Thian yu Cinjin yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi gelanggang diam-diam merasa terkejut, pikirnya, Pinto sudah menduga kalau Hoa Kok khi itu licik dan banyak tipu muslihatnya, ia jarang mengunjukkan taraf kepandaian yang dimilikinya tak nyana kalau kepandaiannya telah mencapai taraf sehebat ini. Tapi Gak Lam kun itulah menakutkan lagi dengan usia semuda ini taraf kepandaian silatnya sudah mencapai sedemikian hebatnya, coba kalau diberi kesempatan lama sepuluh tahun lagi, dunia persilatan niscaya akan berada dibawah kekuasaannya. Berpikir sampai disitu timbul niatnya untuk turun tangan serta melenyapkan pemuda itu dari muka bumi. Tapi karena diapun ingin mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki Hoa Kok khi, untuk sementara waktu niatnya yang pertama tadi diurungkan, sambil berpeluk tangan diam-diam ia mulai mengamati jurus jurus serangan yang digunakan Thiat kiam kuncu. Kui to Thian yu cinjin bukan seorang yang bodoh, diapun seorang imam yang berakal licik, sejak bekerja sama dengan Hoa Kok khi, ia sudah tahu bahwa begitu lencana pembunuh naga berhasil didapatkan, atau begitu mereka berhasil memasuki tempat penyimpanan harta, suatu pertarungan sengit diantara mereka tak akan terhindarkan lagi, sebab itu sebelum kejadiannya berlangsung, dia musti mendalami lebih dulu taraf kepandaian yang sesungguhnya dimiliki Hoa Kok khi. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi bukan manusia sembarangan, tentu saja diapun cukup memahami siasat licik dari Thian yu cinjin yang ingin menyadap jurus serangannya dalam pertarungan ini. Ditengah berkobarnya pertarungan seru, tiba-tiba Hoa kok khi melancarkan sebuah serangan kedepan, sampai ditengah jalan gerakan itu mendadak berputar dan menerobos lewat sepasang telapak tangan Gak Lam kun dan langsung menghantam dada si anak muda itu. Melihat datangnya terobosan tersebut, Gak Lam kun mencoba hendak menangkisnya sayang tak sempat lagi. Terpaksa segenap tenaga dalamnya dihimpun kedalam bahu lalu secepat kilat dilontarkan kedepan.

Pukulan itu secara kebetulan menghantam tepat diatas bahu Gak Lam kun. Rupanya Thiat kiam kuncu Hoa kok khi cukup memahami sampai dimanakah kehebatan dari bahu lawan, dalam gugupnya ia membuyarkan dua bagian tenaga dalamnya. Ketika telapak tangan dan bahu saling bertemu, segera terasalah segulung tenaga pantulan yang amat kuat menerjang keluar, mau tak mau Hoa kok khi terdorong juga kebelakang sejauh dua langkah lebih. Ternyata didalam melancarkan tangkisan dengan bahunya itu Gak Lam kun telah mempergunakan ilmu Tan suai cian (bantingan bahu) semacam ilmu pantulan yang amat dahsyat. Sebagaimana diketahui, apabila bahu orang dirapatkan satu sama lain, maka akan timbullah sebuah tulang yang menongol keluar, dengan tulang itulah dia telah menahan serangan musuh kemudian tenaga dalam yang terkandung dalam bahu menyusul memantul keluar. Dengan cara ini bukan saja serangan musuh dapat ditahan, sekaligus bisa mementalkan pula serangan musuh sebesar tenaga yang dipergunakan lawan, atau dengan perkataan lain, semakin besar serangan yang dipergunakan lawan, semakin besar pula tenaga pantulan yang dihasilkan. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tidak mengetahui apakah Gak Lam kun telah berhasil menguasai ilmu Tan suai cian tersebut atau tidak, maka tenaga pukulannya buru-buru dibuyarkan beberapa bagian. Setelah benturan terjadi, Hoa Kok khi baru merasa terperanjat, sebab terbuktilah sudah kalau Gak Lam kun telah melatih kepandaian tersebut hingga mencapai tingkatan kelima. Setelah memantulkan kembali tenaga lawan, Gak Lam kun ikut menubruk kedepan, secepat kilat telapak tangan kanannya ditolak kedepan menghantam tubuh musuh. Serangan tersebut boleh dibilang dilancarkan berbarengan dengan gerakan bahu yang dilakukan tadi. Berbicara menurut keadaannya ketika itu sesungguhnya sulit bagi Hoa Kok khi untuk menghindarkan diri dari ancaman lawan. Namun Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi yang banyak akal busuknya ini tidak gugup menghadapi ancaman maut, ia tahu keadaan sudah kepepet sekali, mau tak mau dia musti mengeluarkan ilmu simpanannya. Seperti juga apa yang dilakukan Gak Lam kun tadi ternyata Hoa Kok khi pun mempergunakan ilmu Tan suai cian untuk menyambut serangan tangan kanan si anak muda itu dengan bahunya.

Gak Lam kun tidak menyangka kalau Hoa Kok khi dapat pula mempergunakan jurus kepandaian itu untuk membuyarkan serangannya jelas tak mungkin lagi, dan. Blaang! telapak tangannya langsung beradu keras dengan bahu lawan. Terdengar suara dengusan tertahan menggema memecahkan kesunyian, Thiat Kiam kuncu terhantam sehingga mundur tujuh delapan langkah dari posisinya semula. Gak Lam kun masih tetap berdiri ditempat semula tapi lengan kanannya terasa linu dan kesemutan sakitnya bukan kepalang. Waktu itu pemuda tersebut merasa keheranan, ia dengan pasti mengetahui bahwa Hoa Kok khi telah memantulkan seluruh tenaga pukulannya dengan ilmu Tan suai cian, bahkan lengan kanannya menjadi kesemutan dibuatnya, tapi diluar dugaan ternyata isi perutnya tidak ikut terluka, ataukah mungkin tenaga dalamnya kurang sempurna? Atau mungkin.? Teringat akan yang terakhir ini Gak Lam kun merasa amat terkejut, buru-buru dia mengatur hawa murninya untuk mengelilingi sekujur badannya, terbukti isi perutnya sama sekali tidak terluka, hal ini semakin meyakinkan dia bahwa tenaga dalam dari Hoa Kok khi lah yang kurang sempurna. Padahal Gak Lam kun mana tahu kalau Hoa Kok khi ketika itu sedang beradu kecerdasan dengan Thian yu cinjin! Ia memang sengaja menyembunyikan kepandaian silatnya agar tidak terlalu menyolok. Coba kalau Hoa Kok khi benar-benar memantulkan tenaga pukulannya yang disertai dengan kekuatan mautnya tak bisa diragukan lagi Gak Lam kun pasti akan terluka parah. Kiu to Thian yu Cinjin segera memburu maju kedepan, tegurnya, Saudara Hoa, bagaimana keadaanmu? Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa lebar. Masih mendingan dan tak sampai terluka dalam, bocah keparat ini memang rada hebat! Hoa heng, biar pinto yang membalaskan sakit hatimu itu! seru Thian yu Cinjin kemudian dengan suara dingin. Selesai berkata, si tosu setan segera meloloskan hudtim bulu emasnya dan pelan-pelan menghampiri Gak Lam kun. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi segera tertawa terbahak-bahak, serunya dengan lantang, Thian yu to heng, sakit hati atas sebuah pukulan ini bila tidak siaute balas malu aku menjadi seorang pria!

Dari tempat kejauhan kembali ia lepaskan sebuah bacokan kilat ketubuh Gak lam kun. Gak Lam kun bukan seorang bodoh, sudah barang tentu diapun mengetahui bahwa kedua orang itu bermaksud jelek terhadapnya, jelas lantaran mereka adalah jago-jago kenamaan, maka kalau secara terang-terangan mengatakan hendak menghadapinya bersama, hal ini pasti akan menurunkan derajatnya, maka digunakanlah sandiwara tersebut untuk menyelimuti rencana mereka yang sesungguhnya. Benar juga, serangan yang dilancarkan Hoa Kok khi segera mengunci jalan mundur Gak Lam kun sementara bersamaan waktunya hudtim bulu emas ditangan Kui to Thian yu cinjin secepat kilat telah menyambar datang mengancam batok kepalanya. Serangan gabungan dari dua orang jagoan lihay ini boleh dibilang keji, ganas dan mengerikan, didalam perkiraan kedua orang itu, Gak Lam kun pasti tak akan mampu meloloskan diri dengan selamat. Paras muka Gak Lam kun berubah juga setelah menyaksikan hebatnya serangan gabungan tersebut, buru-buru dia keluarkan ilmu gerakan tubuh Liong heng sin hoat yang maha sakti itu untuk menghindarkan diri dari sabetan senjata hudtim dari Thian yu Cinjin. Ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng liong sin hoat memang suatu gerakan tubuh yang sakti dan mengagumkan, Thian yu cinjin betul-betul dibikin tidak habis mengerti, padahal ia tahu kalau semua jalan mundur bagi Gak Lam kun telah tertutup, tapi nyatanya pemuda itu toh berhasil meloloskan diri dari kepungan. Untuk sesaat lamanya, tosu setan itu sampai terkesima dibuatnya. Sementara dia masih termenung, Gak Lam kun telah meloloskan pedang pendek Giok siang kiam dari sakunya. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tidak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk melancarkan serangan lebih dulu, ia segera membentak keras, sepasang telapak tangannya secara beruntun dibabat keluar, dua gulung tenaga pukulan yang dahsyatnya bagaikan ambruknya bukit tay san langsung menerpa kedepan. Gak Lam kun tidak berani menyambut datangnya serangan dengan keras lawan keras, cepat tubuhnya melejit keudara, segulung hembusan angin puyuh segera menggulung lewat dari bawah kakinya, coba sedikit ia terlambat menghindar, niscaya tubuhnya akan hancur termakan serangan itu. Baru saja lolos dari ancaman Hoa Kok khi, Kui to Thian yu Cinjin telah menubruk lagi dari belakang, telapak tangan kirinya dengan jurus Sin liong Tham jiau (naga sakti unjukkan cakar) mencengkeram kepalanya sementara senjata hudtim ditangan kanannya dengan jurus Poan koan boan poh (hakim pengadilan memeriksa catatan) menggulung pergelangan tangan kanan pemuda itu.

Gak Lam kun menggetarkan pergelangan tangannya dan menyerang dengan menggunakan jurus aneh, pedang pendeknya dengan gerakan seperti menotok seperti juga sedang membacok dibawah kilatan cahaya yang menyilaukan mata secara beruntun mengancam jalan darah Hian ki, Tong bun, Ciang tay tiga buah jalan darah kematian. Jitu sekali serangan tersebut, kendatipun Thian yu Cinjin memiliki ilmu silat tinggi, sulit juga baginya untuk mematahkan serangan tersebut, karena posisi tidak menguntungkan, buru-buru tosu itu menarik kembali serangannya dan mundur tiga langkah. Menggunakan kesempatan itu Gak Lam kun menciptakan segulung hembusan angin pedang yang tajam untuk melindungi tubuhnya, tubuhnya melejit keudara lalu menggunakan pancaran dari angin pedang tadi ia keluarkan ilmu Leng gong siu tok (menyeberang lewat tengah udara) dan melayang sejauh enam tujuh kaki dari tempat semula. Ternyata Gak Lam kun tahu bahwa kepandaian silatnya seorang diri teramat minim, tak mungkin ia bisa menghadapi dua orang musuh tangguh sekaligus sebab itu timbullah pikirannya untuk kabur dulu dari situ, untuk kemudian bila ada kesempatan dilain saat kedua orang itu baru akan dibunuhnya. siapa tahu, baru saja kakinya menginjak permukaan tanah dari samping tubuhnya telah berkumandang suara tertawa dingin dari Hoa kok khi. Menyusul suara tertawa dingin tadi sebuah pukulan dahsyat telah dibabat kearah tubuhnya dari belakang. Mimpipun Gak Lam kun tidak mengira kalau ilmu meringankan tubuhnya yang demikian sempurna ternyata masih kalah satu tingkat bila dibanding dengan kepandaian Hoa kok khi untuk sesaat sulit bagi pemuda itu untuk menghindarkaa diri. Dalam keadaan begini ia menjadi nekad, hawa murninya segera dihimpun menjadi satu lalu telapak tangan kirinya didorong kebelakang dan bersiap sedia menerima pukulan itu dengan keras lawan keras. Siapa tahu pukulan yang dilancarkan itu ternyata sama sekali tidak menjumpai halangan, karena keheranan maka tanpa terasa dia menarik kembali serangannya itu. Pada saat itulah segulung tenaga pukulan berhawa dingin mengikuti tenaga yang ditarik kembali itu memyusup kedalam tubuhnya, kenyataan tersebut sangat mengejutkan hatinya, buru-buru ia menyalurkan hawa murninya untuk melindungi isi perut, semua jalan darah penting ditutup dan hawa dingin yang sudah terlanjur menyusup kedalam tubuhpun berusaha didesak keluar. Sayang sebelum usahanya itu mendatangkan hasil Kui to Thian yu Cinjin telah menyusul kedepan dan menghadang disehelah kanan belakang Gak Lam kun, sebuah pukulan dilepaskan pula dengan telapak tangan kirinya.

Waktu itu Gak Lam kun telah terkena sergapan maut Hoa Kok khi, serta merta serangan dahsyat dari Thian yu Cinjin sulit pula baginya untuk menghindarinya, apalagi serangan itupun merupakan sejenis ilmu pukulan berhawa dingin, yang mengerikan. Tampaknya sebentar lagi Gak Lam kun bakal terluka parah oleh pukulan mematikan itu. Disaat yang kritis mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang memecahkan kesunyian. Mengikuti suara tertawa dingin tadi, segulung angin pukulan yang lembut langsung menggulung kedepan dan menerjang serangan maut dari Thian yu Cinjin itu. Blaaang.! kedua gulung tenaga itu saling bertemu satu sama lainnya, terjadilah suatu gemuruh yang memekikkan telinga. Oleh tenaga pantulan dari benturan tersebut, Thian yu Cinjin merasakan sepasang bahunya bergetar keras, tubuhnya terdorong mundur setengah langkah dari posisi semula. Cepat-cepat dia mendongakkan kepalanya, kurang lebih tiga kaki dihadapannya berdiri seorang gadis cantik jelita yang mengenakan baju berwarna kuning emas, disisinya berdiri pula seorang sastrawan berbaju biru. Siapakah kedua orang itu? Ternyata mereka bukan lain adalah Kim eng thamcu (thamcu elang emas Ki Li soat dan Lan ceng sin thamcu (Thamcu elang biru Cian seng kui si sastrawan aneh seribu bintang) Wan Kiam ciu, dua orang jago tangguh dari perkumpulan Thi eng pang. Kui to Thian yu Cinjin kembali tertawa dingin. Selamat berjumpa, selamat berjumpa! katanya, tidak kusangka dua orang toa thamcu dari Thi eng pang juga telah berdatangan kepulau terpencil ini, heeehh. heeehh. heeehhh. Kim eng thamcu Ki Li Soat tertawa dingin sindirnya pula dengan nada sinis Akupun tidak menyangka kalau dua orang jago tangguh yang mempunyai nama besar dalam dunia persilatan telah melakukan perbuatan terkutuk serendah ini dengan mengerubuti seorang pemuda ingusan Mendengar sindiran tersebut, si tosu setan Thian yu cinjin merasa malu bercampur marah, sebenarnya ia hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi setelah terbayang kembali bahwa pukulannya berhasil menghapuskan pengaruh tenaga serangannya tadi lagi pula mengetahui kalau thamcu ini merupakan orang pertama yang paling diandalkan ketua Thi eng pang, niat tersebut segera diurungkan.

Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tergelak pula seraya berkata, Sungguh mengagumkan! Sungguh mengagumkan! Ki thamcu memang seorang jago perempuan yang tersohor namanya diseluruh dunia, setelah perjumpaan hari ini kubaru ketahui bahwa namamu bukan kosong belaka Pelan-pelan Cian seng ki su Wan kiam ciu maju kedepan, lalu katanya dengan dingin, Saudara Hoa, baik-baikkah kau selama ini? Sudah hampir dua puluh tahun lamanya kita tak pernah bersua muka! Baik sekali, baik sekali jawab Thian kiam kuncu Hoa kok khi sambil memberi hormat setelah berpisah pada dua paluh tahun berselang, tidak kusangka kalau Wan heng telah menjadi seorang toa thamcu dari perkumpulan Thi eng pang, siaute benar-benar ikut gembira atas kesuksesanmu ini Cian seng Kisu Wan kiam ciu mendengus dingin. Dua puluh tahun tidak berjumpa tampaknya ilmu silat yang dimiliki Hoa heng telah mengalami kemajuan pesat kalau dugaanku tidak salah, rupanya ilmu Tay siu im khi telah berhasil kau kuasai secara sempurna.! Hoa kok khi tersenyum. Saudara wan terlalu memuji siaute tak berani menerimanya. Haaahh. haahhh. haaahh. ilmu Tay siu im khi adalah sejenis kepandaian berhawa dingin yang amat sakti dan sukar dipelajari, dengan kebebalan otak siaute, mana mungkin ilmu tersebut bisa kupelajari secara sempurna? Haahh. haaah. cuma hadiah kitab pusaka Tay siu khi dari saudara Wan tempo hari memang sangat membantuku, disini siaute ucapkan banyak terima kasih dulu atas kerelaan hatimu Paras muka Cian seng Ki su Wan Kiam ciu berubah hebat, tapi segera ia tertawa dingin tiada hentihya. Heee. heeeh. heeeh. Saudara Hoa, kau jangan terlalu sombong, dulu siaute hanya menyesal karena ilmu silatku bukan tandinganmu sehingga kitab pusaka Tay siu im khi tersebut berhasil kau rampas, tapi sepuluh tahun kemudian ketika kitab tersebut kau kembalikan kepadaku. Hmm. hmm. Ternyata kau berniat busuk dengan menyerahkan sejilid kitab Tay siu im khi palsu kepadaku, membuat jiwaku nyaris ikut terbang meninggalkan raga Haaah. haaah. haaah saudara Wan, kalau begitu kedatanganmu sekarang adalah ingin melakukan perhitungan lama dengan siaute? tukas Hoa Kok khi sambil tertawa tergelak. Saudara Hoa, dahulu kita adalah sahabat karib tapi dengan cara yang rendah dan biadab kau telah mencelakaiku, mengkhianati persahabatan kita, kesemuanya ini membuat siaute benar-benar tak tahan untuk menyimpan terus rasa kesal dalam hatiku.

Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa lebar, ujarnya dengan suara lembut, Kalau memang saudara Wan masih teringat dengan persahabatan kita dimasa lalu, aku lihat pertarungan ini lebih baik ditiadakan saja, apalagi sampai dimanakah ilmu silat yang dimiliki saudara Wan, siaute juga mengetahui sangat jelas, siapa menang siapa kalah aku rasa hatimu tentu lebih terang bukan? Jelas perkataan itu dia maksudkan bahwa Cian seng Ki su pada hakekatnya bukan tandingannya. Aah, belum tentu! teriak Wan Kiam ciu gusar. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa enteng. Saudara Wan, antara kami dengan perkumpulanmu cepat atau lambat akhirnya pasti akan terlibat dalam suatu pertarungan sengit dipulau ini, tetapi jika Wan heng memang sudah tidak sabar menunggu, tentu saja dengan senang hati siaute akan melayanimu Dengan suatu gerakan cepat Wan Kiam ciu mengeluarkan sebuah cambuk lemas yang penuh dengan kaitan perak dari sakunya, lalu dengan suara berat berkata, Saudara Hoa. sambutlah seranganku ini! Tangan kanannya lantas digetarkan dan hawa murninya disalurkan kedalam cambuk tersebut dengan jurus Kim ciam teng hay (jarum emas memaku samudra) ia langsung menyodok jalan darah Hu ciat hiat pada lambung Hoa Kok khi. Seenteng awan yang bergerak diangkasa, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyingkir tiga depa kesamping. Siapa tahu Wan kiam ciu telah memperhitungkan sampai kesitu, cambuk lemasnya kembali diputar sedemikian rupa hingga melejit secara aneh menyusul kemudian telapak tangan kirinya memainkan ilmu pukulan cian seng ciang hoat (pukulan seribu bintang) untuk mengimbangi permainan cambuk lemasnya itu. Bayangan cambuk dengan dahsyatnya menyelimuti angkasa, bintang-bintang berwarna perak meluncur kesana kemari, angin pukulan yang menderu-deru menambah seramnya suasana, serangan tersebut betul-betul suatu kombinasi serangan yang maha hebat. Karena kurang hati-hati, Thiat kiam kuncu terdesak hebat dan berulang kali harus mundur kebelakang. Gak Lam kun yang berdiri disamping arena sambil mengatur nafas dan mengobati isi perutnya yang terluka dapat mengikuti jalannya penarungan itu dengan jelas ia menghela nafas panjang tak disangkanyanya kalau begitu banyak jago lihay yang terdapat dalam dunia persilatan ini, terutama Cian seng Kisu dari Thi eng pang tersebut, kehebatan ilmu silatnya sudah cukup baginya untuk menjadi pemimpin suatu perkumpulan besar.

Setelah didesak berulangkali oleh permainan cambuk Wan Kiam ciu sehingga berulangkali Hoa Kok khi harus menghadapi ancaman maut, lama kelamaan naik darah juga orang itu, sambil tertawa dingin dia lantas mengejek: Saudara Wan, ilmu silatmu memang luar biasa, maaf kalau siaute musti bertindak kurang ajar kepadamu Diantara berkelebatnya, bayangan cambuk serta bayangan telapak tangan, tiba-tiba ia menerobos maju kedepan sambil melancarkan sebuah babatan kilat. Cian seng Kisu Wan Kiam ciu tidak mau unjukan kelemahannya, kaki kanannya segera maju setengah langkah, tubuhnya berputar kencang dan cambuknya disodok keatas membabat lengan lawan dengan jurus Ing hong toan cau (menyongsong angin memotong rumput). Dengan memakai kaki kirinya sebagai poros Thiat kiam kuncu berputar secepat gangsingan, dia mundur beberapa depa, lalu sepasang telapak tangannya secara bergantian melancarkan pukulan dalam sekejap mata ia telah melepaskan empat buah pukulan, bahkan pukulan demi pukulan dikeluarkan dengan kekuatan yang makin hebat. Sekuat tenaga Wan Kiam ciu memutar cambuknya nenciptakan setengah lingkaran bayangan perak setelah angin cambuk memunahkan empat buah pukulan lawan, dia berebut kedepan sambil melancarkan tiga buah serangan cambuk, sayang serangan tersebut semuanya berhasil dipukul balik oleh tenaga pukulan Hoa Kok khi. Setelah pertarungan berlangsung beberapa jurus Cian seng kisu baru merasakan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Hoa Kok khi, jelas orang itu sudah berhasil menguasai rahasia utama dari ilmu Tay siu im khi yang maha dahsyat tersebut. Buru-buru dia mengatur pernapasannya dan menyiapkan senjata untuk menghadapi segala kemungkinan tapi ia sendiri sama sekali tidak memulai dengan serangan baru. Thiat kiam kuncu tertawa terbahak-bahak, sambil melompat mundur tiga langkah katanya: Saudara Wan, sekarang bukan waktu yang cocok bagi kita untuk beradu jiwa, bagaimana kalau kita sudahi pertarungan pada malam ini sampai disini saja? Tidak menunggu jawaban lagi, dia lantas putar badan dan berkata pula kepada Thian yu Cinjin: Thian yu to heng, mari kita pergi Kui to (si tosu setan) Thian yu Cinjin tertawa dingin.

Malam ini sepasang mataku benar-benar terbuka lebar, aku baru tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Hoa heng jauh lebih sempurna dari apa yang pinto duga semula Thiat kiam Kuncu tertawa tergelak. Haaah haah sama-sama, sama-sama To heng pandai menyembunyikan kepandaian, kesempurnaanmu jauh lebih diluar dugaan orang Saudara jangan pergi dulu! tiba-tiba Kim eng thamcu Ki Li soat berseru dengan memberanikan diri, pun thamcu minta petunjuk beberapa jurus ilmu pedangmu Aaaa..! Ki thamcu terlalu sungkan, aku orang she Hoa dengan senang hati akan menyambut tantanganmu Kenapa tidak kau loloskan senjatamu? ejek Ki Li soat sambil tertawa dingin. Hoa Kok khi tersenyum. Kita toh cuma saling mengukur kepandaian, aku yakin nona Ki tidak akan merenggut nyawa aku orang she Hoa, maka lebih baik kugunakan sepasang telapak tanganku untuk menerima pedang nona Paras muka Ki Li soat berubah selapis hawa dingin menyelimuti wajahnya, pelan-pelan dia meloloskan sebilah pedang dari belakang punggungnya pedang itu tidak memancarkan sinar tajam atau cahaya berkilauan, karena senjata tersebut ternyata adalah sebilah pedang bambu. Semua orang baru kaget setelah mengetahui bahwa pedang yang dipergunakan adalah sebilah pedang bambu yang tipis seperti lapisan pisau pikir orang-orang itu: Tanpa memiliki tenaga dalam yang sempurna tak mungkin ia bisa mempergunakan lapisan bambu yang begini tipis sebagai senjata andalannya, wah dia pasti seorang jago yang menakutkan! Gak Lam kun tahu kalau gadis tersebut adalah pemimpin para thamcu dalam perkumpulan Thi eng pang, ilmu silatnya pasti lihay sekali, tapi diapun tidak menyangka kalau tenaga dalamnya telah mencapai tingkatan yang dikatakan orang memetik daun melukai orang, menyentil kedelai menotok jalan darah orang. Paras muka Tniat kiam kuncu Hoa Kok khi agak berubah pula, ia tahu senjata tersebut merupakan sebilah senjata yang mematikan, dia tak berani memandang enteng lagi, segenap perhatiannya dipusatkan menjadi satu untuk bersiap-siap melancarkan serangan. Tiba-tiba pedang bambu ditangan kanan Ki Li soat yang lemas itu menegang keras, jarijari tangan kirinya memegang gagang pedang dengan lembut sedang kaki kanannya

diseret kearah kiri belakang lalu setelah memutar badannya dengan kepala masih menghadap kedepan ia berbisik: Maaf Pedang bambu itu pelan-pelan didorong kedepan dengan jurus Hui pau liu sian (air terjun mengalirkan sumber air) ujung pedangnya bergerak lambat kedepan dan menusuk dada kiri Hoa Kok khi. Sepintas lalu gerakan ini tampak sangat indah ibaratnya bidadari yang sedang berjalan diatas awan akan tetapi dibalik gerakan yang sederhana dan tiada sesuatu yang istimewa itu justru tersimpan gerakan To coan im yang (memutar balikkan im yang) yang merupakan perubahan kedua dari gerakan tersebut, asal musuh menghindari serangan pertama, maka dari gerakan menusuk, pedang itu akan berubah menjadi gerakan sapuan yang menyusul kedepan menyambar tubuh bagian tengah. Sewaktu serangan kedua ini menyusul kedepan dengan membabat bagian tengah tubuh, maka gerakannya dari lambat akan berubah menjadi cepat, sedemikian cepatnya sehingga tak mungkin bagi musuhnya untuk menghindarkan diri. Boleh dibilang jurus serangan itu merupakan dua jurus berantai yang maha lihay. Selapis rasa tegang dan serius menghiasi wajah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, tapi ia tidak menghindari serangan tersebut, telapak tangan kirinya segera diayun kedepan menahan gerakan pedang itu sementara telapak tangan kanannya dengan jurus Ci kou thian bun (menyembah langsung pintu langit) membacok batok kepala musuh. Dibalik serangannya itu dia sertakan pula segulung tenaga dingin yang menusuk tulang, sedemikian dingin dan tajamnya hawa serangan itu, membuat orang akan bergidik rasanya. Mendadak bentakan nyaring menggelegar diudara, telapak tangan kiri Ki Li soat meluncur kedepan, sementara pedang bambu ditangan kanannya berubah gerakan. Breeet Diiringi suara tertawa nyaring, seperti bayangan setan dalam angin dingin Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah mundur tujuh langkah, ketika ia menundukkan kepalanya tampak ujung baju pada pergelangan tangan kanannya telah robek besar. Lihay, lihay, betul-betul sangat lihay serunya sambil tertawa ilmu pedang nona Ki memang sungguh luar biasa sekali, sayang dalam dua jurus pedang kebanyakan sebuah pukulan, bila ada jodoh aku orang she Hoa pasti akan mohon petunjukmu lagi, sekarang terpaksa aku mohon diri lebih dulu.

Gak Lam kun yang mengikuti jalannya pertarungan diam-diam menghela napas, ternyata didalam melancarkan serangannya tadi Ki Li soat memang telah kelebihan sebuah pukulan. Meskipun sekilas pandangan gadis itu berhasil menangkan pertarungan, tapi ia justru telah mengingkari perkataannya sendiri yakni dua pedang kelebihan satu pukulan. Sesungguhnya hal ini terpaksa dia lakukan karena pukulan Hoa kok khi yang terlampau lihay hal tersebut memaksanya harus menggunakan pukulan untuk memusnahkan bahaya, jadi dengan demikian menurut peraturan dunia persilatan hasil pertarungan itu adalah seri alias sama kuat. Walaupun kedua orang itu melangsungkan pertarungan dengan gerakan cepat tapi dari serangan-serangan itu bisa diketahui pula sampai dimanakah sempurnanya ilmu silat mereka serta kecerdasan dan daya refleknya. Ki Li soat masih berdiri ditempat semula dengan wajah sedingin es, sedikitpun tanpa emosi. Thiat kiam kuncu Hoa kok khi berpaling kepada Gak Lam kun kemudian ujarnya sambil tersenyum: Gak lote, maaf sekali, kau telah terkena pukulan Tay siu im khi ku, bila kau bersedia bertukar syarat denganku, besok tengah hari silahkan kau menantikan kedatanganku disini Selesai berkata sambil tertawa ringan ia dan Thian yu Cinjin berlalu dari situ. Air muka Gak Lam kun yang sesungguhnya merah dadu, kini telah berubah menjadi pucat pasi, matanya setengah terpejam dan mimik wajahnya secara lamat-lamat menunjukkan kesakitan yang luar biasa. Ki Li soat masukan kembali pedangnya kedalam sarung, pelan-pelan ia maju menghampiri si anak muda itu. Mendadak Gak Lam kun membuka matanya, dengan sinar mata tajam ditatapnya wajah Ki Li soat sekejap, kemudian setelah tertawa hambar ia memejamkan kembali matanya. Sekalipun hanya pandangan sekejap, namun sepasang sinar matanya yang tajam bagaikan aliran listrik bertegangan tinggi telah menembusi dasar hati Ki Li soat. Secara tiba-tiba saja sepasang keningnya berkerut, wajahnya menunjukkan kekesalan dan sedih, sambil menatap wajah Gak Lam kun ia berdiri termangu Waktupun berjalan lewat ditengah keheningan.

Tiba-tiba Gak Lam kun membuka kembali matanya, sekulum senyuman tersungging diatas wajahnya yang pucat, sambil menyeka keringat dengan ujung bajunya ia berkata: Nona Ki, aku orang she Gak akan mengingat selalu budi pertolonganmu kepadaku, kini aku telah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, hawa racun telah menyusup ketubuhku dan menyerang isi perutku, kini Sam yang, sam im dan sam meh ku sudah terluka oleh hawa dingin beracun tersebut, dengan keadaan seperti ini aku tahu kalau usiaku tak akan melewati tujuh hari, aku mati bukan urusan, tapi ada satu persoalan membuatku menjadi tidak tenang yakni tempo hari aku tak sanggup menyelamatkan jiwa saudara Si Tiong pek ooooooOoooooo Menyinggung kembali soal Si Tiong pek, Ki Li soat merasakan hatinya bergetar keras ia menghela, nafas panjang. Mati hidup manusia ada ditangan Thian, mengenai persoalan komandan pasukan Thiat eng tui kami, aku harap kau tak usah selalu memikirkannya dihati, yang penting sekarang adalah luka yang diderita Gak siangkong! Bila kau bersedia, mungkin pangcu kami masih sanggup untuk mengobati lukamu itu Gak Lam kun tersenyum. Ilmu silat nona Ki sangat tinggi, tentunya kaupun tahu bahwa Tay siu im khi adalah semacam pukulan hawa beracun yang dilancarkan keluar dalam sebuah pukulan tenaga murni tingkat tinggi, dengan meminjam hawa pukulan itulah sari racun dipaksakan masuk kedalam urat nadi Ki Li soat tertegun setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa tanyanya dengan sedih: Apakah lukamu itu tak mungkin bisa diobati? Menyaksikan sikapnya yang begitu menaruh perhatian, sekulum senyuman penuh rasa terima kasih kembali menghiasi wajah yang pucat, sorot matanya berkilat, katanya: Seandainya barusan ada orang membantuku untuk menembusi Sam im dan Lak meh ku, setelah beristirahat beberapa hari lukaku itu pasti akan sembuh dengan sendirinya, tapi sekarang sudah terlalu lambat untuk dikatakan lagi Berkaca-kaca sepasang mata Ki Li soat setelah mendengar perkataan itu mungkin karena ikut cemas dan gelisah atas keadaan lukanya, tanpa disadari airmata bercucuran. Gak Lam kun terharu sekali, ia semakin merasa bahwa gadis itu adalah seorang gadis cantik yang baik hati, penuh belas kasihan dan berhati polos. Ini bisa dibuktikan dari sikapnya barusan, tanpa hubungan persahabatan diantara mereka bahkan malah berada

dalam posisi saling bermusuhan, ternyata ia menaruh simpatik kepadanya, dari sini bisa diketahui bahwa hatinya memang benar-benar polos. Selang sejenak kemudian, Ki Li soat menghela napas dan berkata sambil tertawa: Sebelum pergi Hoa Kok khi toh sudah meninggalkan pesan, aku rasa dia pasti mempunyai cara penyembuhan Nona Ki, dugaanmu memang tak salah dia memang mempunyai cara penyembuhan atas luka tersebut kata Cian seng Kisu Wan Kiam ciu sambil tertawa dingin tapi syarat yang dia ajukan pasti akan jauh lebih berharga daripada nilai selembar nyawa Sekalipun tanpa pertukaran syarat tak nanti akan kuterima bantuan pengobatannya tukas Gak Lam kun sambil tertawa ewa Nona Ki silahkan kalian berlalu! Sehabis berkata dia lantas memberi hormat dan berlalu dari situ dengan langkah lebar. Dengan termangu-mangu Ki Li soat mengawasi bayangan punggungnya hingga lenyap dibalik kegelapan, titik airmata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya. Dia sendiripun tidak tahu apa sebabnya begitu menaruh simpatik kepadanya diapun tak tahu mengapa ia harus mencucurkan airmata kepedihan baginya. Nona Ki! Wan kiam Cu berkata nyaring aku lihat asal usul orang ini amat mencurigakan kenapa kita lepaskan dengan begitu saja? Wan thamcu, tahukan kau murid siapa dia? Setelah berhenti sebentar dan menghela nafas lanjutnya: Orang itu bukan lain adalah ahli waris dari Tok liong cuncu Yo long yang namanya tersohor dalam dunia persilatan Sekilas rasa kaget dan tercengang menghiasi wajah Cian seng Kisu Wan Kiam ciu. Nona Ki, kalau begitu mari kita susul dia dan membunuhnya Wan thamcu masa kau tidak tahu bila perkumpulan kita ada maksud membinasakan orang ini, semalam ayah angkatku telah turun tangan keji kepadanya kata Ki Li soat dengan dingin sekarang aku ingin bertanya kepadamu pula, Tok Liong cuncu Yo Long sesungguhnya masih hidup atau sudah mati? Tahukah kau? Menurut pengakuan dari Ou Yong hu, Yo Long telah terjatuh kedalam jurang Yan po gan dibukit Hoa san, sudah tentu sembilan puluh persen tak mungkin bisa hidup

Kalau Yo Long masih hidup kita tak usah mengikat seorang musuh tangguh dengannya, kalau sudah mati tentu saja kita lebih-lebih tak usah membunuh orang she Gak itu Cian seng Kisu Wan Kiam ciu tidak mengerti maksud dari ucapannya itu dia lantas bertanya: Nona Ki, apa maksud perkataanmu itu? Sambil tertawa Ki Li soat berkata: Teka teki sekitar mati hidupnya Yo Long masih merupakan sebuah tanda tanya besar bagi setiap umat persilatan, sekarang kita ambil contoh seandainya Yo Long telah tiada, lantas siapakah yang akan mewakilinya untuk menerima Lencana pembunuh naga dari Soat san thian li? Apalagi jika kita binasakan Gak Lam kun, bukankah tindakan kita ini sama artinya dengan membantu pihak See Thian san pay untuk mengangkangi Lencana pembunuh naga tersebut? Pangcu telah berpesan kepadaku, bila berjumpa lagi dengan Gak Lam kun kita musti berusaha untuk membaikinya mengikat tali persahabatan dengannya, bahkan bila perlu memanjakan agar dia bersedia kita gunakan, atau paling tidak jangan membuat dia memusuhi kita. Berbicara dari kekuatan yang hadir dipulau ini sekarang, boleh dibilang hanya Thi eng pang kita dengan perguruan panah bercinta saja yang memiliki kekuatan paling besar, sekalipun ilmu silat pangcu amat lihay, tapi kepandaian dari Lam hay sin ni juga lihay sekali, kalau Gak Lam kun sampai ditarik oleh pihak perguruan panah bercinta, kejadian ini bagi perkumpulan kita boleh dikatakan sebagai suatu kerugian yang sangat besar sekali Cian seng kisu Wan Kiam ciu manggut-manggut. Nona Ki benar-benar burung hong diantara manusia, pendapatmu memang hebat sekali! Ki Li soat gelengkan kepalanya berulangkali, setelah menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh. Gak Lam kun adalah seorang pemuda yang tinggi hati dan berwatak keras kepala selamanya ia selalu luntang lantung seorang diri tampaknya agak sulit untuk merangkulnya agar memihak kepada perkumpulan kita padahal jago lihay yang dewasa ini berkumpul disini sudah tak terhitung jumlahnya boleh dibilang belum pernah terjadi kejadian semacam ini selama beratus tahun dalam dunia persilatan, aaai jika sampai terjadi bentrokan langsung, pastilah sudah banyak korban yang akan berjatuhan, akibatnya dunia persilatan akan menjadi lemah sekali! Nona Ki! ujar Cian seng Kisu dengan cepat buat apa kau merisaukan persoalan itu? Kini ibaratnya airpun susah dibendung, terpaksa kita harus mengembangkannya sesuai dengan rencana yang telah digariskan.

Dengan sepasang mata yang tajam Ki Li soat menatap wajah Wan Kiam ciu lekat-lekat, kemudian iapun menghela nafas panjang. Wan thamcu, memang ada baiknya kalau kita segera berangkat pulang untuk melaporkan dulu kejadian ini kepada pangcu. Selesai berkata dua orang itupun pelan-pelan berlalu dari situ dibawah timpaan sinar matahari pagi. ooooooOoooooo Dengan menelusuri bukit tebing yang mengitari sekeliling bangunan gedung itu Gak Lam kun bergerak menuju ketimur. Ia cukup menyadari, ilmu Tay siu im khi yang bersarang ditubuhnya akibat serangan dari Thiat kiam kuncu amat parah sekali, kepandaian tersebut merupakan sejenis ilmu pukulan beracun Im tok sin kang dari aliran perguruan Pek kut bun, para korban kecuali mendapat pengobatan langsung dari pemukulnya boleh dibilang tiada pertolongan lain kecuali jalan kematian. Sekalipun demikian, untuk memperoleh pengobatan khusus dari pihak Pek kut bun itupun tak bisa melampaui batas waktu selama sembilan jam, maka Thiat kiam Kuncu berjanji kepadanya untuk bertemu pada tengah hari nanti, tentu saja bila syarat yang diajukan dapat diterima, racun itu baru akan disembuhkan dengan suatu cara pengobatan khusus. Tentu saja Thiat kiam Kuncu mengajukan pertukaran syarat hanya merupakan sebuah usul belaka, tapi Gak Lam kun yang keras kepala dan tinggi hati telah mengambil keputusan untuk tidak menundukkan kepala apalagi minta ampun dari musuh besarnya, ia lebih rela mati secara mengerikan tujuh hari kemudian akibat bekerjanya racun keji itu daripada takluk dan menyerah kepada lawan. Teringat soal kematian tiba-tiba saja Gak Lam kun merasakan pikiran maupun perasaannya menjadi begitu kosong dan hampa. Mati! Tentu saja ia tidak takut, sewaktu masih kecil dulu ia teringat kembali akan si kakek yang patut dikasihani, serta teringat juga bahwa tugas yang dibebankan diatas pundaknya hingga kini belum terselesaikan, padahal tak lama kemudian ia harus berpisah dari dunia ini, rasa sedih seketika menyelimuti seluruh perasaannya, ia berusaha menahan lelehan airmatanya, tapi toh akhirnya butiran airmata mengalir juga membasahi pipinya. Dibalik butiran-butiran airmatanya itu entah terselip berapa banyak perasaan yang beraneka ragam yang bercampur aduk menjadi satu Budi dan dendam belum terselesaikan Ciang ping, kekasihnya telah menitipkan adik lelakinya kepada dia untuk dirawat

Semua kesedihan, kegembiraan, pahit getir dan aneka ragam penderitaan lain yang dialami selama ini, sebentar lagi akan berpisah untuk selamanya Aaaai! Dengan amat pedihnya Gak Lam kun menghela nafas panjang, ia tahu masalah tersebut dengan perasaan apa boleh buat terpaksa harus ditinggalkan dengan begitu saja tujuh hari kemudian. Dewasa ini yang bisa ia lakukan hanya berusaha keras untuk mengendalikan diri agar luka didalam nadinya tak sampai kambuh, dalam tujuh hari yang amat singkat ini, masih banyak urusan yang harus ia selesaikan, paling tidak seorang musuh besar harus dibunuh, bila masih sempat diapun harus menyambut kedatangan Lencana pembunuh naga, lalu mencari seorang sahabat yang dapat dipercaya menitipkan Ji Kiu liong adik kekasihnya agar dirawat serta melimpahkan tanggung jawab yang sangat berat ini kepada orang lain, dengan begitu dia baru bisa mati dengan tenang tanpa harus risau oleh masalah lain. Teringat sampai masalah yang terakhir itu tiba-tiba terlintas bayangan dari Bwe Li pek dihadapan mata Gak Lam kun, ia merasa hanya dialah satu-satunya orang yang bisa memikul tanggung jawab berat ini. Gak Lam kun mendongakkan kepalanya menentukan arah tujuan, lalu ia percepat langkahnya menuju kedepan sana. Buncu dari perguruan panah bercinta telah berjanji dengannya untuk bertemu pada kentongan kelima, dimana dia hendak mengembalikan pedang Giok siang kiam tersebut kepadanya, kini kentongan kelima, sudah lewat, sinar fajar telah memancar kemanamana, dalam gelisahnya Gak Lam kun segera mengerahkan segenap tenaga ilmu meringankan tubuhnya untuk bergerak menuju kegedung sebelah tenggara. Mendadak Dari balik kabut pagi yang tipis dan remang-remang, ia menyaksikan sesosok bayangan manusia berbaju hitam yang kurus kecil sedang berjalan mendatangi dari arah tenggara. Sekalipun tubuh Gak Lam kun sudah terluka oleh pukulan Tay siu im khi, bukan berarti ilmu silatnya telah punah, dalam sekali lirikan saja ia telah mengetahui bahwa orang itu bukan lain adalah Thamcu panji hitam dari perkumpulan Thi eng pang Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu. Pertemuan yang tidak terduga ini segera menimbulkan hawa napsu membunuh yang tebal didalam benak Gak Lam kun. Dengan cepat ia menghentikan langkah tubuhnya, sementara Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu rupanya masih belum tahu kalau orang yang berada dihadapannya adalah Gak Lam kun, pelan-pelan ia berjalan menghampirinya.

Kurang lebih tiga empat kaki kemudian, Kakek ular dari lautan timur baru mendongakkan kepalanya, begitu menjumpai Gak Lam kun berada dihadapannya, kontan saja paras mukanya berubah hebat, ia menjadi tertegun dan berdiri mematung disana, untuk sesaat tidak diketahui olehnya apa yang musti dilakukan? Gak Lam kun tertawa dingin dengan seramnya dengan suatu gerakan cepat sepasang tangannya bekerja keras melepaskan jubah luarnya yang berwarna hijau pupus itu sehingga tampak jubah naganya yang berwarna kuning keemas-emasan. Menyusul kemudian wajahnya yang ganteng ditutup pula oleh selembar topeng berbentuk naga, tangannya mengenakan cakar naga perenggut nyawa dan sekejap mata kemudian, Gak Lam kun telah berubah menjadi Tok liong Cuncu Yo Long yang nama besarnya pernah menggetarkan perasaan banyak orang dimasa lalu. Tak terlukiskan rasa panik, takut dan ngeri yang berkecamuk dalam perasaan si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu dewasa ini, bayangan kematian sudah mulai menghantui pikiran maupun perasaannya, utusan pencabut nyawa yang setiap hari ditakuti dan dirisaukan, akhirnya muncul juga dihadapan mukanya. Heeehhh heeehhh heeehhh Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu memperdengarkan suara tertawa seramnya yang rendah dan berat, suara tertawanya itu diperdengarkan berulangkali dengan maksud untuk menutupi rasa ngeri, panik dan takut yang hampir menguasai seluruh pikiran maupun perasaannya itu. Lama, lama sekali, pelan-pelan ia baru berkata: Ternyata dugaan lohu tidak keliru, rupanya Tok liong Cuncu yang belakangan ini muncul dalam dunia persilatan tidak lain adalah hasil penyaruan dari Gak sauhiap! Gak Lam kun mendengus dingin dan memperdengarkan ilmu Liong gin heng (dengusan naga sakti) nya, kemudian dengan nada menyeramkan ia berkata: Ou Yong hu! Kalau engkau sudah tahu, itu lebih bagus lagi kau sudah berhutang selama hampir delapan belas tahun lamanya atas hutang berdarah diatas tebing Yan po gan aku pikir ada baiknya kalau hutang tersebut kau bayar secepatnya Mendengar perkataan itu, kembali si kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu merasakan jantungnya berdenyut keras, sekalipun ia sudah menduga bahwa Gak Lam kun bakal mengucapkan kata-kata tersebut kehadapannya tapi setelah kedengaran dalam telinganya sekarang, tak urung menimbulkan juga perasaan ngeri, seram dan takut dalam hatinya. Sekuat tenaga Ou Yong hu berusaha menenangkan hatinya, lalu sambil tertawa seram katanya: Gak sauhiap, bila kau membinasakan aku maka sahabat cilikmu itupun tidak akan hidup lebih jauh!

Sekali lagi Gak Lam kun mendengus dingin. Hmm! Seandainya kau Ou Yong hu benar-benar sanggup menyembuhkan luka beracun yang diderita Ji Kiu liong, tentu saja aku orang she Gak akan memenuhi janji dengan mengampuni selembar jiwamu, sayangnya Kwik To telah menyerahkan Ji Kiu liong kepada Buncu dari perguruan panah bercinta? Semua kejadian itu telah kuikuti semua dengan mata kepala sendiri, maka sekarangpun kau tak usah banyak bersilat lidah, lebih baik siapkanlah kekuatan untuk bertarung melawan setan pencabut nyawamu nanti Setelah mendengar ucapan tersebut, si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu baru merasa amat terperanjat, mimpipun ia tak menyangka kalau semua kejadian tersebut telah diikuti semua oleh Gak Lam kun dengan mata kepala sendiri. Mendadak Ou Yong hu memutar badannya dan siap kabur dari situ. Kalau dia bisa bergerak cepat, ternyata gerakan tubuh Gak Lam kun jauh lebih cepat lagi, seperti sesosok bayangan setan, tahu-tahu dia sudah berkelebat kehadapan mukanya. Tak terlukiskan rasa ngeri dan kaget Ou Yong hu, tongkat berkepala ularnya segera disodok kedepan dengan jurus Tok coa toh sim (ular beracun menjulurkan lidah). Namun serangan tersebut ternyata hanya sebuah serangan tipuan, begitu serangan sudah dilepaskan, tongkat itu cepat ditarik kembali, sementara tubuhnya lantas melejit keudara dan berusaha keras kabur dari tempat itu. Dengan sinis dan penuh penghinaan Gak Lam kun mendengus dingin. Hmm! Kauanggap bisa kabur dari cengkeramanku? ejeknya dengan suara menyeramkan. Secepat sambaran kilat telapak tangan kirinya ditabok kemuka, segulung angin taufan yang maha dahsyat langsung menerjang kearah punggung Ou Yong hu. Rupanya si kakek ular dari lautan timur ini cukup tahu akan kehebatan serangan tersebut, buru-buru ia mengerahkan ilmu bobot seribu untuk meluncur turun keatas permukaan tanah. Segulung desingan angin tajam kembali menyambar lewat, tahu-tahu kelima jari tangan Gak Lam kun yang memakai cakaran naga yang tajam itu sudah menusuk jalan darah Tay meh, Giok ki, Wi to, Im tok serta Tay ho lima buah jalan darah penting. Sesungguhnya si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu adalah seorang ahli silat yang memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup sempurna, tapi karena panik dan ketakutan, ini mengakibatkan tenaga dalamnya tak bisa dihimpun sebagaimana mustinya.

Tapi sekarang, setelah ia sadar bahwa sulit baginya untuk lolos dalam keadaan selamat, jagoan dari Thi eng pang ini segera membulatkan tekadnya untuk beradu jiwa, menghadapi saat-saat kritis yang mengancam keselamatan jiwanya, tiba-tiba saja ia kerahkan segenap tenaga dalam yang dilatihnya selama puluhan tahun ini untuk melepaskan sebuah serangan kilat. Toya ditangan kanannya diputar sedemikian rupa oleh Ou Yong hu untuk melindungi seluruh tubuhnya, sedangkan telapak tangan kirinya dengan menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya melepaskan sebuah bacokan kilat kedepan. Serangan tersebut telah disertakan segenap kekuatan yang dimilikinya bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut. Terasalah desingan angin tajam menderu-deru bagaikan amukan gelombang samudra yang dipermainkan oleh angin puyuh, serangan tersebut langsung menerjang tubuh Gak Lam kun. Menghadapi ancaman seperti itu. Gak Lam kun mendengus dingin, tiba-tiba telapak tangan kanannya mengerahkan ilmu Tok liong ci jiau (cakar maut naga beracun), hawa sakti segera memancar keluar dan menyelimuti seluruh udara. Blaaang..! suatu bentakan dahsyat yang memekikkan telinga tak dapat dihindari lagi. Ou Yong hu mendengus tertahan secara beruntun ia mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan sempoyongan. Paras mukanya segera berubah menjadi pucat pasi seperti mayat kulit wajahnya mengejang keras menunjukkan lekukan-lekukan garis yang penuh penderitaan, toya kepala ular ditangan kanannya telah ditancapkan keatas tanah, dengan sekuat tenaga ia berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya, sementara dari balik sorot matanya memancar keluar sinar buas yang penuh dengan rasa benci dan dendam yang sangat mendalam. Gak Lam kun mendengus dingin, paras mukanya dibalik topeng naga yang mengerikan memancarkan keseraman dan sama sekali tanpa luapan emosi, sedangkan sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang dingin dan mengandung arti yang sukar dipahami. Selangkah demi selangkah ia berjalan semakin kedepan dan mendekati diri Ou Yong hu. Mendadak! Serentetan jeritan aneh yang tinggi melengking dan memekikkan telinga berkumandang diudara, serta mencabik-cabik keheningan malam yang mencekam seluruh jagad.

Raut wajah Ou Yong hu berkerut semakin kencang, mendadak terjadi perubahan hebat, pelan-pelan suatu hawa membunuh yang keji, mengerikan dan buas menyelimuti seluruh wajahnya. Tubuhnya secara lurus menerjang ketubuh Gak Lam kun, dari tongkat kepala ular yang berada ditangan kanannya tiba-tiba memancar keluar serentetan sinar hijau berupa cairan racun yang baunya luar biasa amis dan busuk Inilah kepandaian beracun yang merupakan ilmu andalan Ou Yong hu, kiranya pada ujung toya berkepala ular itu sesungguhnya berupa ruang kosong, didalam rongga kosong tadi disimpanlah cairan bisa dari seribu ekor ular yang paling berbisa. Ketika ia sudah menyambut serangan Tok liong ci jiau dari Gak Lam kun tadi, sekalipun hawa murninya mengalami kerusakan besar, namun kerugian tadi tak sampai diperlihatkan diatas wajahnya, agar pihak lawan tidak mengetahui sampai dimanakah sesungguhnya luka yang ia derita. Sebab ia cukup tahu dengan segala kekuatan yang dimilikinya sekarang, ia sadar kekuatan tubuhnga masih belum sanggup untuk menangkan Gak Lam kun, satu-satunya kemungkinan baginya untuk mempertahankan hidup adalah menyemburkan cairan racun diujung toya berkepala ularnya secara tiba-tiba dan diluar dugaan. Asal Gak Lam kun terkena sedikit saja dari racun jahat itu, dalam waktu singkat sekujur tubuhnya akan membusuk yang mengakibatkan dia akan mati secara mengerikan. Oleh karena itu, ketika raut wajah Ou Yong hu sedang berkerut kencang tadi, secara diam-diam ia menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk dihimpun keujung toyanya dan mendesak cairan racun agar berkumpul menjadi satu dikepala ular. Menanti Gak Lam kun sudah berada satu tombak dari jaraknya, serangan kilatpun segera dilancarkan. Sesungguhnya dengan serangan mautnya itu, si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu mempunyai kesempatan untuk berhasil sampai sembilan puluh persen, sayang ia lupa akan sesuatu, dia lupa kalau Tok liong cuncu Yo Long telah mengetahui akan ilmu kepandaian andalannya itu. Didalam catatan Ciu jin liok (catatan musuh besar) dengan amat jelas Yo Long telah menerangkan ilmu andalan dari Ou Yong hu itu, sementara Gak Lam kun sendiripun telah menduga bahwa disaat menjelang kematiannya ia pasti akan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk memancarkan cairan racun dalam tongkat kepala ular itu. Maka disaat Ou Yong hu menerjang maju kedepan, serentetan suara pekikan nyaring segera berkumandang menjulang hingga keangkasa

Tiba-tiba saja tubuh Gak Lam kun berputar bagaikan sebuah gangsingan, dengan suatu gerakan yang sangat lincah sekali dan diluar dugaan tahu-tahu ia sudah berhasil meloloskan diri dari sergapan maut itu. Gak Lam kun tidak berhenti sampai disitu saja, kelima jari tangan kanannya segera dipentangkan lebar-lebar, begitu disentil dan digetarkan maka meluncurlah lima jalur tenaga serangan yang tajam yang langsung menerjarg kesisi kanan Ou Yong hu. Dengan sempoyongan sekali lagi Ou Yong hu terpental sejauh dua kaki lebih dari tempat semula. Ditinjau dari sekujur badannya yang gemetar keras serta goncangan dari toya ditangan kanannya, hal ini segera membuktikan bahwa ia betul-betul sudah lemas dan kehabisan tenaga sehingga kekuatan untuk berdiri tegakpun sudah tidak dimiliki lagi. Pelan-pelan Ou Yong hu memalingkan kepalanya, ujung bibirnya bergetar lirih melontarkan serentetan ucapan yang sangat lemah dan pelan: Orang she Gak, cepatlah turun tangan untuk membunuh diriku! Tiba-tiba Gak Lam kun mendongakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya amat keras bagaikan lolongan srigala, begitu tajam dan mengerikan membuat siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Tiba-tiba ia berhenti tertawa, serentetan sinar mata setajam sembilu memancar keluar dari balik matanya dengan nada sinis dan penuh penghinaan ia berseru: Heeeh heeeh heeeh sebelum menerima siksaan yang paling kejam, kau sudah pingin minta ampun? Sebagai seorang enghiong ho han, berani berbuat berani pula menanggung resikonya, guruku sudah menderita siksaan dan penderitaan selama hampir lima belas tahun akibat ulah serta kekejaman kalian semua, apakah kau tidak sanggup untuk menerima sedikit siksaan dan penderitaan menjelang saat kematianmu tiba? Sambil berkata, pelan-pelan Gak Lam kun bergerak maju kedepan, tangan kirinya dengan cepat mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ou Yong hu hal ini menyebabkan si kakek ular dari lautan timur tidak memiliki kekuatan lagi untuk melakukan perlawanan. Cakar naga yang dikenakan ditangan kiri Gak Lam kun telah membesi dalam urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ou Yong hu, darah segar telah mengucur keluar dengan derasnya, raut wajahnya yang semula telah memucat kini berubah kian memucat lagi. Sreeet..! Breeet..!

Kelima jari tangan kanan Gak Lam kun yang bercakar naga telah membesi pula kelima buah jalan darah penting didadanya, lima gulung hawa murni segera bocor keluar mengikuti kelima buah lubang luka tersebut. Entah bagaimana kemudian secara tiba-tiba saja Ou Yong hu memperdengarkan jeritan lengkingnya macam seekor babi yang disembelih. Butiran keringat sebesar kacang kedelai telah mengucur keluar melalui sepasang poripori tubuhnya, sepasang biji matanya telah melotot keluar, bibirnya melebar dan wajahnya menyeringai seram, hal ini menyebabkan raut wajahnya berubah menjadi begitu seram, begitu jelek, mengerikan dan tak sedap dipandang. Gak Lam kun tertawa dingin cakar naga tangan kanannya tiba-tiba diangkat keatas lalu ditusuk kearah sepasang mata Ou Yong hu dengan suatu kecepatan yang luar biasa. Jeritan ngeri yang menyayat hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian sepasang biji mata Ou Yong hu telah tercukil keluar, darah kental mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya. Tapi urat-urat yang menghubungkan biji mata dengan kelopak matanya belum putus, sementara jari-jari tangannya masih mengorek diantara kelopak matanya yang kosong dsn penuh berlepotan darah itu. Suatu pemandangan yang mengerikan sekali, bayangkan saja andaikata cakar naga yang begitu tajam mengorek-ngorek diantara kelopak mata yang kosong dengan urat syaraf yang sama sekali belum putus. Ou Yong hu memperdengarkan jeritan lengking yang menyayatkan hati, sambil menggigit bibir menahan rasa sakit ia menjerit-jerit seperti orang kalap: Orang she Gak kau teramat keji kau kejam sekali Mendadak kelima jari tangan Gak Lam kun beralih kemulut Ou Yong hu, menyusul kemudian pancaran darah kental segera menyembur keluar dari mulutnya itu. Ketika tangan kanan Gak Lam kun ditarik keluar, maka diantara jepitan jari tangannya telah bertambah dengan sebuah lidah yang penuh berlepotan darah. Sekarang Ou Yong hu sudah tak sanggup berteriak minta tolong atau mohon ampun lagi, jeritan-jeritan sakitnya hanya kedengaran seperti raungan parau yang tak sedap didengar, bahkan setiap kali ia berteriak, darah kental ikut pula menyembur keluar. Tampaknya rasa dendam dan hawa amarah yang berkobar didalam dada Gak Lam kun belum juga berakhir, cakar naga ditangan kanannya seperti kalap mencakar, menarik, membetot dan merobek sekujur tubuh Ou Yong hu secara keji.

Setiap kali melancarkan cengkeraman, lima buah mulut luka yang sangat dalam segera muncul diatas tubuhnya begitu dalam cengkeramannya itu sehingga tulang putih pun sampai terlihat sekejap mata kemudian darah kental telah membasahi seluruh tubuhnya. Puluhan kali cakaran kemudian seluruh badan Ou Yong hu dari atas kebawah sudah tiada yang utuh lagi darah kental telah membasahi seluruh tubuhnya waktu itulah Gak Lam kun baru menghentikan cara penganiayaannya yang brutal kejam dan tak kenal perikemanusiaan itu. Pelan-pelan topeng naganya dilepaskan cakar naga perenggut nyawa dicopot dan iapun mengenakan kembali jubah hijaunya. Sinar matanya yang dingin menyeramkan dialihkan sekejap keatas wajah Ou Yong hu yang masih mengejang keras dan berguling kian kemari sambil melolong ngeri itu. Mukanya sama sekali tanpa emosi, air mukanya yang dingin dan ketus sedikitpun tidak memancarkan rasa kasihan atau iba hati. Dengan tenang diperhatikan sekejap keadaan Ou Yong hu yang tersiksa dan amat menderita menjelang saat ajalnya, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun pergi meninggalkan lawannya yang sekarat dan menjelang tibanya sakratul maut. Menanti bayangan punggung si anak muda itu sudah jauh meninggalkan tempat itu, dari balik semak belukar baru muncul dua buah batok kepala manusia, menyusul kemudian berdirilah dua orang jago persilatan. Dengan langkah tubuh yang sangat berhati-hati mereka menghampiri kesisi tubuh Ou Yong hu, sedangkan perasaan hatinya anat tidak tenteram, denyut nadinya terasa berdetak lebih cepat daripada keadaan semula. Keadaan Ou Yong hu yang seram dan mengerikan benar-benar sangat mengejutkan perasaan kedua orang itu. Mau tak mau mereka harus bersiap sedia pula sebab pembalasan yang begitu brutal dan mengerikan itu tak lama kemudian akan menimpa pula mereka berdua. Akhirnya tubuh Ou Yong hu yang berguling-guling berhenti juga, tapi seluruh badannya masih mengejang keras karena kesakitan, gemetar keras membuat badannya seperti bergelombang, rintihan parau yang tak sedap didengarpun mendesis tiada hentinya dari balik bibirnya yang telah tak berlidah itu. Darah kental meleleh keluar segumpal demi segumpal, keadaan semacam itu betul betul mengerikan sekali dan mendirikan bulu kuduk siapapun yang melihatnya. Kakek gemuk pendek yang ada disebelah kiri itu tiba-tiba berbisik lirih:

Saudara Kongsun, coba kau lihat cara bajingan itu membunuh orang betul betul amat brutal, kejam dan tak mengenal peri kemanusiaan Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun Po yang bermuka licik dan penuh dengan segala tipu muslihat itu mendehem beberapa kali, kemudian baru sahutnya: Say heng bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk melenyapkan orang ini dari muka bumi! Tapi dengan kekuatan kita berdua aku rasa masih belum sanggup untuk menundukkan orang itu ujar Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit. Ou Yong hu yang berada diatas permukaan tanah rupanya masih sempat mendengar pembicaraan dari kedua orang itu, tenggorokannya kembali memperdengarkan suara gemerutuk yang amat parau dan mengerikan. Ditinjau dari suaranya itu, seakan-akan ia sedang mohon bantuan dari kedua orang itu untuk membebaskannya dari siksaan yang tak tertahankan lagi itu. Si Rase berekor sambilan Kongsun Po tertawa kering, lalu katanya kemudian: Tua bangka she Ou, beristirahatlah dengan tenang, kami pasti akan membalaskan sakit hatimu itu Selesai berkata demikian, teiapak tangannya segera dibabat kebawah, diantara gulungan angin tajam itu, nyawa Ou Yong hu pun terlepas dari tubuh kasarnya yang amat menyiksa diri itu, kini tinggalkan sesosok mayat yang kaku dan berada dalam keadaan menyeramkan. Rase berekor sembilan Kongsun po kembali tertawa seram, katanya kembali: Say heng, setelah kita mempunyai bukti nyata dengan mayat dari tua bangka she Ou ini, rasanya tidak sulit untuk memancing kemarahan khalayak ramai, marilah kita bekerja sama untuk melenyapkan bangsat itu dari muka bumi Baru selesai ia berkata, terdengar seseorang telah menyambung sambil tertawa ringan: Saudara Kongsun, sekalipun caramu itu tidak jelek, tapi situasi yang kita hadapi sekarang jauh berbeda, siapakah diantara jago persilatan didunia dewasa ini yang tidak tahu kalau persoalan ini menyangkut soal balas membalas yang telah berlangsung turun temurun? Mendengar perkataan itu, si Rase berekor sembilan serta si Kakek sakti berwajah pualam segera berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut

Tampak seorang laki-laki tampan yang amat romantis berdiri kurang lebih beberapa kaki dibelakang mereka, siapa lagi orang itu kalau bukan Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi. Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit merasa agak tertegun, ia tidak mengira kalau secara diam-diam Hoa Kok khi telah menyusup hanya beberapa kaki saja dibelakang mereka. Coba kalau tidak mendengar suara teguran tersebut, mungkin mereka berdua masih belum menyadari akan kehadirannya, untung ia tidak bermaksud mencelakai mereka, coba kalau tidak demikian, mungkin nyawa mereka berdua sudah melayang semenjak tadi. Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa terkekeh-kekeh, kemudian serunya: Heeeeh heeeehh heeeeehh rupanya saudara Hoa juga telah sampai dipulau ini Hmm hmm tampaknya kau juga ikut menyaksikan tragedi itu bukan? Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tersenyum. Betul kita semua telah ikut menyaksikan adegan tersebut, namun tak seorangpun diantara kita yang secara sukarela bersedia menolong jiwa tua bangka she Ou itu Saudara Hoa, apa maksud dari ucapanmu itu? tegur kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit. Kembali Hoa Kok khi tertawa: Perkataanku sama sekali tidak mengandung arti tertentu aku cuma maksudkan andaikata kita bertiga mau menolong tua bangsa she Ou, paling tidak ia tak akan mampus secara demikian mengerikan, tapi haaaahhh haaaah haaaahh kita semua sama-sama mempunyai kepentingan pribadi, ternyata tidak seorangpun diantara kita yang turun tangan memberi bantuan! Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa kering, katanya pula: Perkataan saudara Hoa memang benar juga, tapi kaupun harus tahu apa alasan kami sehingga tidak turun tangan untuk memberi bantuan..? Haaah haaah haaah mana, mana! Thiat kiam Kuncu tertawa tergelak, pada hakekatnya tua bangka she Ou adalah kuku garudanya perkumpulan Thi eng pang, jika ia dibiarkan hidup terus akibatnya hanya akan menambah kekuatan dari perkumpulan Thi eng pang saja Saudara Hoa memang betul-betul orang pintar yang mengetahui untung ruginya suatu persoalan puji rase berekor sembilan Kongsun po dengan suara serak cuma dari antara

sahabat-sahabat tebing Yan po gan yang telah berkumpul disini sekarang, kecuali tua bangka Ou dan Kwik To situa renta itu, kita bertiga sudah seharusnya mengambil suatu tindakan cerdik Benar! Benar sekali! Justru siaute memang ada maksud untuk mengajak saudara berdua merundingkan persoalan ini sambung Thiat kiam kuncu tertawa. Saudara Hoa, Apalagi yang perlu kita rundingkan? Jelaslah sudah bahwa bila bersatu kita teguh bila bercerai kita runtuh, aku rasa kita masing-masing juga telah mengetahui sampai dimana letak kelihayan dari masalah ini Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa bangga, katanya: Bagus sekali,bagus sekali, kalau begitu siaute pun tak ingin banyak berbicara lagi, Kui to Thian yu to-heng ada dilembah bukit sebelah depan sana mari kita menyusul kesitu untuk bersama-sama merundingkan persoalan besar ini Sehabis berkata dia lantas berangkat lebih dulu meninggalkan tempat itu. Si Rase berekor sembilan Kongsun Po dan Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit saling berpandangan sekejap, akhirnya merekapun berangkat mengikuti dibelakang rekannya. Setelah membinasakan Ou Yong hu, pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Gak Lam kun, ia selalu bertanya kepada diri sendiri apakah caranya turun tangan kelewat brutal atau tidak..? Pertanyaan semacam itu seringkali akan memenuhi benak seseorang dikala ia selesai membunuh seseorang tapi bagaimanapun berusaha memutar otak tiada jawaban yang berhasil didapatkan, selama tiga tahun belakangan ini, boleh dibilang jalan pemikirannya selalu menjumpai pertentangan-pertentangan yang saling bertolak belakang. Tanpa terasa sampailah Gak Lam kun digedung kediaman Bwe Li pek, dibawah sorot Cahaya matahari, tampak Bwe Li pek dengan tenang berdiri diatas sebuah jembatan kayu, ia berdiri sambil bergendong tangan dan sedikitpun tidak berkutik, seakan-akan ketika itu ia sedang memikirkan sesuatu persoalan? Tiba-tiba Bwe Li Pek berpaling, diantara sepasang biji matanya yang jeli tampak basah oleh airmata, mukanya murung dan layu noda airmata masih membekas diatas wajahnya. Sambil tertawa sedih, ia lantas bertanya: Apakah kau telah membunuh Ou Yong hu? Pertanyaan tersebut membuat Gak Lam kun menjadi tertegun, selang sesaat kemudian ia baru menjawab:

Yaa, aku telah membunuhnya? Apakah nona Bwe telah menyaksikan pula peristiwa tersebut? Tiba-tiba dari balik mata Bwe Li pek yang jeli memancar keluar sinar yang lembut dan hangat tanyanya dengan suara lirih: Mengapa kau selalu memandang begitu serius masalah dendam sakit hati..? Seka1i lagi Gak Lam kun dibikin tertegun oleh pertanyaan itu, kali ini ia berdiri termangu sampai setengah harian lamanya tanpa sanggup mengucapkan sepatah katapun. Bwe Li pek segera menghela napas panjang, katanya lagi: Tahukah kau bagaimana akibatnya dari bunuh membunuh yang tiada akhirnya ini? Ucapan nona Bwe memang sangat tepat, cuma aku ingin bertanya kepadamu, seandainya kau mempunyai sakit hati atas terbunuhnya orang tuamu, apakah kau tidak berusaha untuk membalasnya? kata Gak Lam kun dengan suara dingin. Ketika mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saja dua titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya, secara diam-diam ia berusaha untuk meresapi pertanyaan dari Gak Lam kun serta berusaha untuk mencari jawabannya yang tepat. Seandainya kau terikat dendam karena pembunuhan atas ayahmu, apakah kau harus membayarnya..? Apakah kau harus menuntut dan menagihnya..? Ji Cing ping wahai Ji Cing ping! Ia telah meninggalkan kau, hubungan cinta telah berakhir, karena apakah ini? Karena apakah ini? Karena membalas dendam? Karena sakit hati? Yaa, benar! Demi membalas sakit hati! Tapi, kenapa kau tidak segera membalas dendam? Kenapa tidak kau lakukan? Dengan cara yang keji dan tak berperi kemanusiaan ia telah membunuh orang tuamu, kaupun pernah menggunakan Bi jin ki (siasat perempuan cantik) untuk mencelakai jiwanya beberapa kali ingin membunuhnya tapi sampai sekarang kenapa kau belum juga turun tangan? sebaliknya malah berulangkali membantunya? Mungkinkah karena cinta? Mungkinkah bibit cinta masih tertanam dalam hatimu? Akhirnya ia tertawa getir dan bersenandung dengan suara yang amat lirih: Airmata mengering dalam kedukaan, jauh terkenang masa yang silam manusia nun jauh diujung langit

Bergumam sampai disitu, tiba-tiba tanpa mengucapkan sepatah katapun ia putar badan dan berjalan menuju keutara. Gak Lam kun menyaksikan perbuatan diatas wajahnya, iapun mendengar senandungannya itu, tapi pikirannya terasa bimbang dan kosong, ia tak tahu apa salahnya dengan pertanyaan yang ia ajukan tadi? Dengan cepat Gak Lam kun memburu beberapa langkah kedepan, kemudian serunya: Nona Bwe, bersediakah kau untuk berhenti sebentar saja Bwe Li pek berpaling dan tertawa, sahutnya: Perasaan kesemsem hanya menambah beribu-ribu kesedihan apa gunanya kau Ketika berbicara sampai disitu, ia tak dapat mengendalikan luapan perasaannya lagi, butiran airmata tampak jatuh bercucuran membasahi pipinya Terkesiap Gak Lam kun sesudah mendengar ucapan tersebut, untuk sesaat lamanya ia sampai berdiri tertegun. ooooooooooooo0000000000ooooooooooooo Jangan-jangan ia sudah menaruh bibit cinta kepadaku? demikian pikirnya dihati, wah, celaka juga begini! Kalau bilang tidak, apapula maksudnya dengan mengucapkan katakata seperti itu, aaai..! Apakah ia tidak tahu kalau aku sudah tak dapat hidup lebih lama lagi Sekalipun sedang bermimpi Gak Lam kun juga tak akan mengira kalau Bwe Li pek, ketua perguruan panah bercinta yang berdiri dihadapannya sekarang tak lain adalah Ji Cin peng, kekasih yang paling dihormati dan paling disayangi sepanjang hidupnya, atau dengan perkataan lain dia bukan lain adalah encinya Ji Kiu liong. Padahal berbicara sesungguhnya, jangankan Gak Lam kun tidak tahu sekalipun Ji Kiu liong sendiri juga tidak mengira kalau Bwe Li pek bukan lain adalah encinya yang sudah mati dua tahun. Rupanya ia telah merubah wajahnya sedemikian rupa dengan ilmu menyaru muka, tak heran kalau tak seorangpun yang dapat mengenali kembali raut wajah aslinya. Tentang hubungan cinta dan dendam antara Ji Cin peng dengan Gak Lam kun, akan diceritakan kemudian pada bagian yang lain! Sementara itu Gak Lam kun telah menghela napas sedih, katanya:

Nona Bwe, benarkah kau hendak pergi dengan begitu saja? Tiba-tiba Ji Cing pen menggigit bibirnya, dengan tangan kiri ia melepaskan ikat kepalanya sehingga rambut yang panjang dan hitam segera terurai kebawah, sementara tangan kanannya merobek jubah panjangnya yang berwarna putih dan tampaklah seperangkat pakaian ringkas berwarna gelap yang berukirkan burung hong putih diatas dadanya. Dengan pakaiannya yang ketat terlihat pula lekukan tubuhnya yang mungil dan indah, ini semua menambah kecantikan dan daya pesona dari gadis tersebut. Gak Lam kun yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun dengan sepasang mata terbelalak lebar, potongan badan semacam ini terasa amat dikenal olehnya, sebab itulah potongan badan Ji Cin peng, kekasihnya yang telah tiada. Secara tiba-tiba saja Gak Lam kun teringat kembali dengan kenangan lamanya, disaat mereka berdua masih berdampingan serta melewatkan kehidupan mereka dengan penuh kemesraan dan kehangatan untuk sesaat ia merasa emosinya meluap didalam dada, airmata pun tanpa terasa jatuh bercucuran. Airmata Ji Cin peng setetes demi setetes meleleh keluar, saat ini dia hanya berharap agar ia tak mengenali wajah aslinya, maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata. Sekalipun ia berniat untuk membalas dendam atas sakit hatinya, tetapi bibit cinta yang sudah terlanjur tertanam dalam hatinya membuat ia selalu tak tega untuk melaksanakan niatnya itu. Bukan saja Ji Cin peng telah melahirkan seorang anak lelaki untuk Gak Lam kun, lagipula ia memang betul-betul sangat mencintainya. Tapi, Gak Lam kun justru adalah musuh besar pembunuh orang tuanya Ia berusaha mengendalikan jalan pikirannya, berusaha untuk tidak mencintai pembunuh orang tuanya, tapi dasar hati kecilnya justru berkata bahwa ia benar-benar mencintai musuh besarnya ini. Pengendalian perasaan yang saling bertentangan ini selama banyak tahun selalu berkecamuk dan menghantui jalan pikirannya, tapi selalu saja Ji Cin peng gagal untuk mengambil suatu keputusan yang pasti. Ia amat menyesal, ia menyesal kepada dirinya karena tidak seharusnya ia mencintai pemuda itu. Sambil menangis terisak kata Ji Cin peng:

Sejak dua tahun berselang aku telah mengangkat sumpah, aku tidak akan memperlihatkan wajah asliku sebagai seorang gadis dihadapan orang lain, hari ini aku telah menjumpaimu dengan wajah asliku, itu berarti jodoh kita telah berakhir, sejak ini kita akan dihalangi oleh ujung langit yang berbeda serta tanah perbukitan yang beriburibu li panjangnya, kau ketimur aku kebarat dan sulit untuk saling berjumpa kembali. Kau kau haruslah baik-baik menjaga diri! Selesai berkata, ia lantas putar badan sambil melompat pergi dari situ, sesaat kemudian tubuhnya sudah berada lima kaki jauhnya dari kedudukan semula. Entah mengapa, tiba-tiba Gak Lam kun berteriak keras-keras: Nona Bwee..! adik Peng..! Ucapan adik Peng ternyata mendatangkan daya pengaruh yang luar biasa, seketika itu juga Ji Cin peng merasakan hatinya amat sakit seperti ditusuk-tusuk dengan pisau belati, tanpa sadar ia menghentikan langkah kakinya, airmata seperti hujan gerimis mengucur keluar tiada hentinya. Dengan dua tiga kali lompatan Gak Lam kun telah memburu kesamping tubuhnya, melihat rambutnya yang kalut terhembus angin, matanya yang basah oleh airmata, ia merasa hatinya sedih hingga tanpa terasa airmata ikut bercucuran. Ji Cin peng dapat menyaksikan keadaan pemuda itu, terutama wajahnya yang begitu layu dan sedih, airmatanya yang setetes demi setetes meleleh keluar membasahi tubuhnya ia hanya berdiri termangu seperti sebuah patung arca, tidak berbicara pun tidak bergerak. Lama kelamaan luluh juga perasaan gadis itu, diambilnya sebuah sapu tangan dari sakunya lalu disekanya airmata yang membasahi wajah Gak Lam kun. Dalam keadaan itu, Ji Cin peng seakan-akan sudah melupakan sumpahnya, ia tak sanggup mengendalikan jalan pikirannya yang telah ditekan selama dua tahun belakang ini, dia seakan-akan telah berubah menjadi seorang manusia yang lain. Kesombongan dan keangkuhannya kini telah berubah menjadi cinta kasih yang lembut, badannya berdiri makin menempel disisi pemuda itu, bau harum yang tersebar keluar dari tubuhnya menambah daya pesona dan rangsangan yang membuat orang menjadi mabuk. Ketika Gak Lam kun mengendus bau harum itu jantungnya kontan berdenyut lebih cepat dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, sepasang tangan Ji Cin peng yang lembut dan halus itu tahu-tahu sudah digenggamnya erat-erat. Ketika empat mata saling bertemu, kedua orang itu sama-sama bungkam dalam seribu bahasa.

Padahal dalam keadaan seperti ini mereka memang tak perlu berkata apa-apa lagi, pertemuan antara empat buah mata sudah cukup mengontak batin masing-masing, hubungan batin itu jauh lebih menang dari beribu-ribu kata mesra. Ketika sepasang tangan Ji Cin peng digenggam erat-erat, rasa cintanya yang memang sudah tertekan lama sekali dalam hatinya kini betul-betul tak dapat dikendalikan lagi. Akhirnya ia menempelkan wajahnya diatas dada Gak Lam kun, kemudian tubuhnya bersandar dalam pelukan mesra anak muda tersebut. Berhadapan dengan gadis cantik rupawan yang indah bagaikan sekuntum bunga ini, tentu saja Gak Lam kun tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, dia merentangkan sepasang tangannya dan memeluk gadis itu dengan penuh kehangatan. Tiba-tiba kenangan lama secepat kilat melintas dalam benak Ji Cin peng, ia merasa kepalanya bagaikan diguyur dengan sebaskom air dingin, hatinya merasa amat tercekat dan otaknya menjadi sadar kembali, pelan-pelan ia mendorong Gak Lam kun yang masih mendekap tubuhnya erat-erat itu. Gak Lam kun segera mundur selangkah lalu sambil tertawa sedih katanya lirih: Maaf nona Bwe, harap kau suka memaafkan kecerobohanku barusan, sebab potongan badanmu serta segala tingkah lakumu membuat aku menjadi teringat kembali dengan kekasihku yang telah tiada Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, tidak bisa ditahan lagi airmata jatuh bercucuran membasahi wajah Gak Lam kun. Dari sini dapat diketahui bahwa cinta Gak Lam kun terhadap Ji Cin peng betul-betul sudah mendalam sekali hingga merasuk kedalam tulang sumsum Ketika mendengar ucapan itu, Ji cin peng merasakan hatinya seperti ditembusi dengan sebatang anak panah sekujur badannya gemetar keras, sepasang matanya berkaca-kaca dan memandang kearah wajah Gak Lam kun tanpa berkedip, lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Gak Lam kun berhenti sejenak, lalu kembali katanya: Atas pertolongan nona Bwe yang selalu membantu diriku, serta kesediaan nona untuk menganggapku sebagai seorang sahabat, aku Gak Lam kun akan mengukir selalu semua kebaikan nona didalam hati, bila perbuatanku barusan telah menyinggung perasaanmu, akupun mohon agar nona sudi memaafkannya Pelan-pelan Ji Cin peng pulih kembali dalam ketenangannya, ia tertawa ewa lalu bertanya:

Tadi, kau menyebutku sebagai adik Peng, bolehkah aku tahu apakah nama itu adalah nama dari kekasihmu? Dengan amat sedih Gak Lam kun tertawa getir. Dia bernama Ji Cin peng, yaitu encinya Ji Kiu liong, adik angkatku itu, raut mukanya banyak bagian yang mirip dengan wajahnya, mana cantik, lembut dan baik hati lagi aaai Dengan sedih ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar ia baru berkata lebih jauh: Sayang gadis secantik dia harus diberi usia yang begitu pendek, aku harus berpisah untuk selamanya dengan dia kekasihku seorang Kembali Gak Lam kun tak dapat mengendalikan luapan emosinya, airmata yang meleleh keluar makin deras lagi membasahi pipinya. Ji Cin Peng merasa ususnya seperti dililit dengan jepitan, hatinya sakit seperti disayatsayat pisau, kesedihan yang mencekam perasaannya saat ini benar-benar sukar dilukiskan dengan kata-kata. Dengan perasaan yang sedih dan murung diam-diam ia berbisik dalam hati kecilnya: Engkoh Gak ooh engkoh Gak akulah adik Peng mu! Tapi tapi kau adalah musuh besar pembunuh orang tuaku, aku tak dapat kawin dengan seorang musuh besar pembunuh orang tuaku, tapi aku mecintaimu, aku benar-benar amat menyayangimu, aku tak ingin membinasakan dirimu. Oh Thian! Apa yang harus dilakukan sekarang? dendam sakit hati terbunuhnya orang tua lebih dalam dari samudra sebagai putra putrinya dendam sakit hati tak boleh tidak dibalas, kalau tidak bagaimanakah pertanggungan jawabku terhadap arwah ayah dan ibu dialam baka? Ooh..! Ohh ibu..! Maafkanlah aku, kasihanilah bocah cilik itu jika Gak Lam kun sampai mati, akupun tak ingin hidup lebih jauh, tapi bocah itu baru berusia dua tahun, bagaimanapun juga ia tak boleh hidup sebatangkara tanpa ayah tanpa bunda Ji Cin peng sesungguhnya adalah seorang anak yang berbakti tapi setelah menghadapi pilihan antara cinta dan dendam, ia menjadi bingung dan kalut, ia tak tahu musti menjatuhkan pilihannya kemana Tiba-tiba dari sakunya Gak Lam kun mengeluarkan pedang pendek tersebut, sambil diangsurkan kedepan ia berkata:

Nona Bwe, terima kasih banyak atas pedangmu yang bersedia kau pinjamkan kepadaku, dan sekarang akupun akan menepati janji dengan mengembalikan pedang ini kepadamu Apa salahnya kalau kau gunakan beberapa hari lagi? bisik Ji Cin peng sambil menghela napas sedih. Gak Lam kun tertawa getir, ujarnya: Saat kematiaa dari aku orang she Gak sudah hampir tiba, aku kuatir pedang mustika ini akan hilang bila berada ditanganku, maka lebih baik kukirim kembali daripada meminjamnya lebih jauh. Ketika mendengar perkataan itu, Ji Cin peng menjadi tertegun, segera tanyanya: Apa kau bilang? Apa yang kau maksudkan? Gak Lam kun tertawa ewa. Usia aku orang she Gak hanya tinggal tujuh hari saja! katanya. Mendengar kata-kata tersebut, paras muka Ji Cin peng kembali mengalami perubahan hebat, serunya dengan suara gemetar. Kau tujuh hari lagi kau akan mati, ke kenapa? Rasa sayang, kuatir, ingin tahu dan sedih hampir seluruhnya tertuang dalam ucapannya itu. Gak Lam kun merasa amat senang menyaksikan kekuatiran orang, ia menghela napas sedih, sahutnya: Aku orang she Gak bisa memperoleh perhatian serta rasa kasih sayang dari seorang perempuan macam kau, sekalipun mati akupun akan mati dengan perasaan tenang Dalam pada itu wajah Gak Lam kun diliputi ketenangan, dan kedamaian, ia sama sekali tidak merasakan sedih atau ngerinya menghadapi kematian. Sebab dalam hidupnya, asal bisa memperoleh perhatian dari seorang gadis secantik itu, ia sudah merasa amat puas sekali. Ketika Ji Cin peng menyaksikan pemuda itu tidak menjawab, perasaannya makin bergolak, katanya lebih jauh: Kenapa tidak kau katakan? Hayolah katakan! Kenapa kau bakal mati..? Kenapa..? Sekali lagi Gak Lam kun menghela napas panjang.

Aaai nona Bwee, terima kasih banyak atas perhatianmu, kendatipun aku orang she Gak sudah berada dialam baka nanti, tak akan kulupakan budi kebaikanmu itu, aaa..! kenapa aku harus mati? Karena aku telah terkena pukulan beracun Tay siu im khi dari Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi. Padahal aku masih banyak urusan yang belum terselesaikan, masa aku pingin mampus tanpa sebab. Inilah nasibku, nasib telah menentukan agar aku menyambut datangnya tangan maut Tak terkirakan rasa sedih Ji Cin peng mendengar uraian tersebut, hatinya bagaikan disayat-sayat dengan pisau, tanyanya dengan penuh perasaan gelisah: Kapankah kau terkena ilmu pukulan Tay siu im khi tersebut? Gak Lam kun mendongakkan kepalanya memandang sang surya yang telah menunjukkan tengah hari, lalu menghela napas sedih. Kejadian itu sudah berlangsung tujuh jam berselang, luka itu selamanya tak mungkin bisa diobati lagi Agak tertegun Ji Cin peng sesudah mendengar kata-kata itu, ia tampak termenung sebentar untuk memikirkan persoalan itu, tampaknya ia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk menyembuhkan luka akibat pukulan beracun itu. Tiba-tiba ia menengadah kembali, lalu ditatapnya Gak Lam kun dengan serius katanya: Seandainya aku mempunyai cara pengobatan untuk menghindari kematian yang bakal kau alami tujuh hari mendatang, apakah kau bersedia menerima pengobatan tersebut Berita ini sangat mengejutkan Gak Lam kun. Sebagaimana diketahui si anak muda itupun terhitung seorang jago silat kelas satu dalam dunia persilatan, tentu saja dia cukup mengetahui sampai dimanakah lihaynya ilmu pukulan Tay siu im khi tersebut, dia pun tahu barangsiapa terkena ilmu pukulan beracun tadi maka lukanya tak akan tersembuhkan lagi. Sekalipun ada yang bisa menyembuhkan, itupun terbatas hanya beberapa orang saja, tak mungkin dalam waktu sesingkat itu, dia dapat menemukan orang-orang yang dimaksudkan. Maka setelah mendengar tawaran itu, timbul kembali harapan hidup dalam hati Gak Lam kun, segera ujarnya: Jangankan manusia, binatang, burung bahkan semutpun kepingin hidup lebih lama didunia ini cuma aku percaya bahwa penyakitku sudah tak mungkin bisa diobati lagi. Ji Cin peng manggut-manggut.

Akupun tahu bahwa penyakitmu itu adalah suatu penyakit yang tak ada obatnya, sekalipun dunia persilatan amat luas, menurut apa yang kuketahui hanya ada tiga empat orang saja yang dapat menyembuhkan luka akibat pukulan Tay siu im khi itu Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba terdengar seseorang tertawa tergelak, menyusul kemudian ujarnya dengan suara lantang: Empat orang yang nona maksudkan rupanya adalah Tok liong Cuncu Yo long, Soat san thian li, Lam hay sin ni dan masih ada seorang lagi entah siapa? Apakah kau bersedia memberitahukan kepadaku? Ditengah pembicaraan itu, dari ruang sebelah barat daya muncul seorang laki-laki setengah umur yang berwajah tampan, siapa lagi orang itu kalau bukan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi! Melihat musuh besarnya muncul didepan mata, Gak Lam kun segera merasakan hawa amarah berupa api dendam yang berkobar dalam dadanya bergolak hebat. Ji Cin peng agak terkejut juga ketika menyaksikan kemunculan Hoa Kok khi ditempat itu, mencorong sinar tajam dari balik matanya yang jeli, setelah menatap sekejap wajah lawannya dengan pandangan sedingin es, ia bertanya ketus, Boleh aku tahu, apakah saudara adalah manusia yang bernama Thiat kiam kuncu (lelaki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi? Tidak berani, tidak berani, akulah orang she Hoa apakah nona adalah ketua dari perguruan panah bercinta? Ji Cin peng mendengus dingin. Hmm..! Ada persoalan apa kau datang kemari? tegurnya kemudian setelah berhenti sejenak. Dengan ujung matanya Hoa Kok khi menyapu sekejap wajah Gak Lam kun, lalu sambil tertawa ringan ia menjawab, Perkataan dari nona memang tidak salah, adapun kedatangan aku orang she Hoa adalah untuk mencari Gak lote. Gak Lam kun mendengus dingin. Hmm..! Hoa Kok-khi, kalau kau memang datang untuk menghantar kematianmu sendiri, jangan salahkan kalau aku orang she Gak akan bertindak keji kepadamu Sekali lagi Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok-khi tertawa terbahak-bahak. Haaah haaah haaah Gak Lote, kau jangan salah paham, aku orang she Hoa datang kemari justru hendak mengajakmu untuk membicarakan suatu usaha barter

Barter apalagi yang hendak dibicarakan? Gak Lam kun semakin naik darah, kau tak usah kuatir, aku orang she Gak tidak akan menerima syaratmu sekalipun aku bakal mati. Hoa Kok khi tertawa. Tapi kau musti tahu racun dari Tay siu im khi tak akan bisa dibebaskan oleh siapa pun! Dengan sinis dan penah nada menghina Gak Lam kun mendengus dingin, katanya: 4 Sebagai seorang lelaki sejati, hidup tak perlu digirangkan, kenapa mati musti dirisaukan? Kau tak usah menggunakan ancaman mati untuk menggertak aku orang she Gak Hmm! Tapi sebelum menjelang saat kematianku, kaupun jangan harap bisa lolos dari kematian pula ditanganku Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi kembali tersenyum. Kagum, kagum, sungguh mengagumkan! pujinya, kau memang betul-betul seorang manusia yang luar biasa, aku orang she Hoa paling mengagumi manusia berjiwa ksatria semacam kau, karena akupun tidak tega untuk turun tangan membinasakan dirimu, coba kalau tidak Mendengar perkataan itu, kemarahan Gak Lam kun kontan saja berkobar kembali, ia tertawa dingin dengan nada yang menyeramkan, kemudian ejeknya dengan sinis, Hmm anggapanmu kau sanggup membunuhku dengan kepandaian silat yang kau miliki? Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi kembali tertawa. Gak lote! demikian katanya, berbicara menurut ilmu silat yang kau miliki, tidak banyak jago persilatan didunia ini yang sanggup memiliki ilmu silat setarap denganmu, boleh dibilang ilmu silatmu sudah cukup menjagoi seluruh dunia, tapi kalau ingin memimpin umat persilatan terpaksa kepandaianmu musti dilatih puluhan tahun lagi. Sedang mengetahui kepandaian silat yang aku orang she Hoa miliki, entah bagaimanakah pendapat dari Gak lote? Tentu saja jago pilihan! sahut Gak Lam kun dengan suara yang sangat hambar. Hoa Kok khi tersenyum. Terima kasih banyak, terima kasih banyak atas pujianmu katanya, sejak dua puluh tahun berselang aku orang she Hoa sudah disebut orang jago nomor satu dalam dunia persilatan, sampai kini aku rasa nama baik tersebut belum sampai kunodai, haahh haaahh haaahh terlepas dari taraf ilmu silat yang kita miliki, menyinggung soal pengetahuan dalam dunia persilatan maupun kecerdasan otak, aku orang she Hoa percaya masih sanggup untuk mengalahkan Gak lote. Kentongan kelima berselang, ketika kau membunuh si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu secara keji, bila aku muncul tepat

pada waktunya untuk menghalangi niatmu itu, aku yakin kau tak akan sanggup membunuh orang she Ou itu seperti apa yang kau kehendaki, waktu itu si Kakek sakti berwajah pualam dari bukit Sian ngo tay san dan Kongsun po dari bukit Hoa san juga bersembunyi disekitar sana, bayangkan sendiri lote sanggupkah kau melawan kerubutan dari empat orang jago lihay sekaligus? Ketika mendengar ucapan tersebut, Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras, sukar dilukiskan betapa terkejutnya begitu berbahaya dan banyak tipu muslihatnya coba kalau waktu itu mereka muncul berbareng, kemudian bersama-sama mengerubutinya, tak bisa disangkal lagi jiwanya lebih banyak terancam bahaya maut daripada keberuntungan. Hoa Kok khi! tiba-tiba Ji Cin peng menegur dengan suara dingin sekarang sanggupkah kau mengobati luka racunnya itu? Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi mengelus jenggotnya dan tersenyum. Asal dia menyanggupi untuk sebuah permintaanku, tanggung penyakitnya itu akan lenyap hingga tak berbekas Tiba-tiba Ji Cin peng menubruk maju tiga langkah serunya lagi dengan suara dingin, Apakah obat itu berada disakumu? Sambil berkata, kelima jari tangan kirinya segera direntangkan kemudian secepat kilat melancarkan cengkeraman kedepan. Hoa Kok khi tergelak-gelak, teriaknya dengan suara lantang, Obat itu tidak berada dalam sakuku bagaimanapun juga tidak seharusnya nona merampas dengan menggunakan kekerasan! Sambil berkata diapun melepaskan sebuah pukulan dahsyat kemuka dengan jurus Ki hong teng ciau (burung hong terbang, ular sakti melihat). Dengan cara menyergap kau telah melukai orang lain apa salahnya jika kugunakan cara yang sama pula untuk menghadapi dirimu? bentak Ji Cin peng dengan marah. Dengan cekatan ia menghindarkan diri dari serangan Hoa Kok khi, kemudian sambil memutar lengan dia lepaskan tiga buah serangan totokan, hal mana memaksa Hoa Kok khi mau tak mau harus mundur dua langkah untuk melepaskan diri. Diam-diam Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi berpikir didalam hatinya, Ilmu silat yang dimiliki perempuan ini sungguh amat lihay, dalam tiga buah serangan jarinya ini, hampir kesemuanya merupakan ilmu mengebut baju menolak jalan darah yang maha dahsyat aku tak boleh memandang enteng dirinya! Hawa murninya segera dihimpun kembali menjadi satu, kemudian secara beruntun ia lepaskan lima buah serangan berantai.

Kelima buah serangan itu tampaknya sangat enteng, biasa dan amat sederhana, padahal dibalik kesederhanaan itu justeru terselip perubahan jurus yang tak terlukiskan hebatnya, dalam waktu singkat seluruh serangan jari tangan Ji Cin peng hampir telah terbendung semuanya. Melihat kehebatan lawannya, diam-diam Ji Cin peng mengerutkan dahinya, kemudian berkata, Rupanya kelima buah serangan yang kau pergunakan barusan, semuanya merupakan jurus-jurus pukulan berhawa dingin dari perguruan Pek kut bun Selesai berkata tubuhnya kembali menerjang kemuka, telapak tangan kirinya seperti sebuah cakar burung elang langsung menyapu kedepan, sementara ujung jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya melancarkan totokan langsung kemuka. Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi segera merasakan dibalik serangannya itu terkadang banyak perubanan yang sangat aneh dan luar biasa karenanya untuk sesaat ia tak sanggup mencarikan pemecahan untuk mematahkan ancaman tersebut dan lagi diapun tak berani menyambut serangan itu dengan keras lawan keras, terpaksa tubuhnya harus melompat kesamping untuk menghindarkan diri. Ji Cin peng menghentikan tubuhnya, lalu berkata dengan dingin. Hmm..! Tampaknya kau memang seorang manusia yang tahu mutu serangan, kenapa tidak kau sambut pukulan Ci cit kan kun (langsung menunjuk alam jagad) ku itu secara langsung? Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak. Haaah haaah haaah ilmu silat yang nona miliki jauh diatas dugaan aku orang she Hoa, aku betul-betul merasa kagum denganmu! Hmm! Jika tahu diri, lebih baik cepat serahkan obat pemunahnya kepadaku. Tiba-tiba terdengar Gak Lam kun membentak dengan penuh kegusaran, Nona Bwe, bantuanmu itu biar kuterima didalam hati saja, tapi maaf aku tak dapat menerimanya dengan begitu saja. Kena dibentak oleh Gak Lam kun, untuk sesaat lamanya Ji Cin peng berdiri tertegun, hampir saja airmatanya jatuh bercucuran. Dengan wajah yang merah padam, Gak Lam kun kembali berpaling kearah Hoa Kok khi kemudian bentaknya. Hoa kok khi, dendam baru perhitungan lama kita lebih baik kita selesaikan sekarang juga. Nah sambutlah seranganku ini!

Sreeet dengan jurus sin liong jut sui (naga air) ia melancarkan sebuah pukulan langsung kedepan. Serangan itu dilancarkan Gak Lam kun dalam keadaan gusar kekuatannya benar-benar hebat dan mengerikan sekali, seandainya sampai kena pada sasarannya, tak bisa diragukan lagi orangnya tentu akan tewas atau paling tidak terluka parah. Kedua orang itu sudah pernah terlibat satu kali dalam suatu pertarungan sengit, dengan sendirinya mereka berduapun sama-sama telah memahami pula sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki lawannya, maka begitu melancarkan serangan, dia telah mempergunakan tenaganya mencapai tujuh bagian. Hoa kok khi segera silangkan tubuhnya sambil menghindarkan diri kesamping, kemudian telapak tangannya diputar lalu disodok kedepan dengan jurus Peng ho kas tong (sungai es mulai membeku) Dengan jurus Liu thian jiu (tangan langit mengalir) Gak Lam kun menyambut pukulan dari Hoa kok khi itu dengan tangan kirinya, kemudian sambil berpekik nyaring tubuhnya kembali menerjang kedepan. Hoa Kok khi segera memutar tangan kanannya dengan jurus im hong say tee (angin dingin menyapu bumi) selapis bayangan telapak tangan segera tercipta menyelimuti seluruh angkasa dibalik bayangan yang amat tebal itu terseliplah tenaga pukulan berhawa dingin yang amat menusuk tulang, agaknya dia bermaksud hendak menahan gerak maju dari Gak Lam kun. Siapa tahu gerakan tubuh dari Gak Lam kun ternyata sangat aneh dan jauh diluar dugaan, bukan saja ia dapat menghindarkan diri dari lapisan bayangan telapak tangan yang melindungi tubuh Hoa kok khi, malah tubuhnya sempat menerjang maju lebih kedepan. Gerakan tubuh yang aneh dan maha sakti itu tak lain tak bukan adalah ilmu gerakan Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat yang tiada tandingannya dikolong langit itu. Bukan saja gerakan tersebut membuat Hoa Kok khi merasa sangat terperanjat, sekalipun Ji Cin peng yang berada disamping ikut pula merasakan semangatnya berkobar kembali, ia merasa hanya dengan suatu gerakan aneh ternyata, jurus serangan macam apapun tak sanggup untuk membendung gerakan majunya. Sesudah bergerak maju kedepan, Gak Lam kun menggerakkan sepasang tangannya secara bersama dengan telapak tangan ditangan kiri ilmu jari ditangan kanan secara beruntun dia lancarkan beberapa buah serangan berantai. Didalam waktu singkat si anak muda itu telah melepaskan lima buah bacokan dan sembilan totokan.

Kelima buah pukulan dan sembilan buah totokan itu bukan saja kesemuanya dilancarkan dengan kecepatan luar biasa lagipula amat keji dan tidak kenal ampun, semua sasaran tertuju pada jalan darah kematian, sebuah pukulan terarah pula pada bagian-bagian penting setiap serangan itu semuanya berbobot dan sanggup mencabut nyawa manusia. Termakan oleh serangkaian pukulan berantai yang dilancarkan hampir bersamaan waktunya itu, Hoa Kok khi terdesak mundur berulangkali ketika ia berhasil lolos dari ketiga belas buah serangan itu, secara kebetulan tubuhnya juga mundur sejauh tiga belas langkah. Gak Lam kun segera tertawa dingin, katanya, Hoa Kok khi, beranikah kau menyambut jurus pukulan Ngo ci tan sian (lima jari menyentil harpa) yang akan kulancarkan ini? Tanpa menanti jawaban telapak tangan kirinya melancarkan sebuah serangan tipuan kedepan, sementara kelima jari tangannya didorong kedepan sejajar dengan dada. Ketika menyaksikan gerakan itu, Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi tampak agak tertegun, ia merasa jurus serangan itu belum pernah dijumpai selama hidupnya, lamatlamat iapun merasakan bahwa dibalik kelima jari tangannya yang mengendor, sesungguhnya tersimpan suatu gerakan membunuh serta perubahan yang amat lihay, ia tak berani menyambutnya dengan keras lawan keras, terpaksa sepasang kakinya menjejak tanah dan tubuhnya segera mundur beberapa depa dari posisi semula. Sekulum senyuman dingin yang penuh dengan ejekan dan nada menghina menghiasi ujung bibirnya, kemudian terdengarlah Gak Lam kun menyindir sinis, Hoa Kok khi, mengapa kau tak berani menyambut seranganku itu dengan kekerasan? Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi tersenyum. Suatu jurus lima jari mementil harpa yang sangat hebat! pujinya, aku rasa dibalik serangan tersebut tentunya mengandung pula tenaga sakti Tok liong ci jiau? Seraya berkata ia melompat kedepan dan menerjang kembali si anak muda itu, telapak tangannya dibacok kedepan dengan sejajar dada, lalu katanya lebih lanjut, Gak lote, bagaimana kalau kaupun merasakan juga sebuah jurus Hong yu pin tiok (Angin dan hujan turun bersama) ku ini? Kenapa tidak? bentak Gak Lam kun pula dengan suara keras. Tangan kanannya segera diayunkan kedepan, lalu disambutnya serangan dari Hoa Kok khi itu dengan keras lawan keras. Hoa Kok khi tertawa dingin tiba-tiba saja gerakan tangannya merendah kebawah, kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar dan dari sebuah gerakan pukulan langsung tibatiba saja berubah menjadi suatu sambaran miring.

Gak Lam kun segera menggoyangkan telapak tangannya, tiba-tiba saja jari telunjuk dan jari tengahnya berputar satu lingkaran, kemudian dengan suatu gerakan cepat menyentil kedepan. Sejak melancarkan serangan saling beradu sampai gerak serangan sesungguhnya kedua orang itu sama-sama melakukan tiga kali perubahan didalam setiap kali perubahan terkandunglah jurus serangan mematikan yang dahsyat dan mengerikan. Terdengar Gak Lam kun dan Hoa Kok khi sama-sama mendengus dingin kemudian kedua orang itu sama-sama melompat kebelakang. Dalam bentrokan pukulan yang terjadi secara diam-diam dan sama sekali tidak menimbulkan suara itu, tampaknya kedua belah pihak sama-sama telah menderita luka dalam. Sesudah mundur kebelakang cepat-cepat kedua orang itu memejamkan matanya untuk beristirahat. Kalau paras muka Hoa Kok khi berubah menjadi pucat pias, maka paras muka dengan ketajaman mata Ji Cin peng yang luar biasa itu, ternyata ia tidak berhasil mengetahui dengan cara bagaimanakah kedua orang itu menderita luka, diapun tidak mendengar suara benturan kekerasan akibat bentrokan dari pukulan kedua orang itu. Buru buru Ji Cin peng melompat kedepan menghampiri si anak muda itu, lalu bisiknya, Kau terluka? Suaranya penuh kesedihan, rasa kuatir, rasa kasihan dan penuh rasa perhatian! Sepasang mata Gak Lam kun yang terpejam rapat pelan-pelan membuka sedikit, lalu manggut-manggut. Ehmm! Cuma luka yang ia deritapun tidak terhitung ringan! sahutnya lirih. Diam-diam Ji Cin peng membesut airmata dipipinya, lalu bertanya kembali, Parahkah lukamu? Gak Lam kun tersenyum. Aku pikir memang tidak enteng! Luka ditambah luka, pokoknya aku toh cuma mempunyai selembar nyawa! Mendengar perkataan itu Ji Cin peng merasa semakin pedih hatinya, ia merasa hatinya seperti tersayat-sayat oleh pisau tajam, titik airmata tak terbendung lagi segera meleleh keluar membasahi pipinya.

Mendadak Hoa Kok khi membuka kembali sepasang matanya, setelah menatap wajah Gak Lam kun sekejap sambil tersenyum katanya, Pukulan dari Gak lote itu memang betul-betul sangat lihay hampir saja selembar nyawa aku orang she Hoa ikut terenggut, kalau toh kau enggan membicarakan soal barter tersebut, terpaksa aku musti mohon diri lebih dahulu Selesai berkata ia lantas putar badan dan siap meninggalkan tempat itu. Hoa Kok khi! dengan suara dingin Gak Lam kun segera menegur, sampai kini aku toh belum mampus, masa kau hendak angkat kaki dengan begitu saja? Secepat sambaran petir ia menerjang maju ke depan dengan jurus Sam yang kay tay (tiga kekuatan panas membuka bukit) ketiga jari tangannya secara gerakan mendatar menerobos kedepan dan secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Hoa Kok khi. Serangannya belum sampai, tiga gulung desingan angin jari tangan sudah menekan badan lebih duluan. Menghadapi ancaman tersebut Hoa Kok khi merasa sangat terkejut pikirnya, Betapa kuat dan ampuhnya angin serangan jari tangan itu! Cepat-cepat tubuhnya miring kesamping menghindarkan diri dari datangnya ancaman tadi, tangan kirinya dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im yang) menerobos kemuka, dibalik serangan yang kuat terkandung pula suatu ilmu Ki na jiu (ilmu menangkap dengan tangan kosong) yang lihay, ia ancam urat nadi pada pergelangan tangan musuh. Gak Lam kun tertawa dingin, totokan tiga jarinya tiba-tiba berubah gerakan, diantara perputaran jari-jari tangannya tahu-tahu ia sudah berebut untuk mencengkeram pergelangan tangan Hoa Kok khi lebih dulu. Kalau dua jago lihay sedang bertarung maka menang kalah seringkali ditentukan hanya dalam sekejap mata, karena kurang hati-hati Hoa Kok khi segera harus menelan kerugian besar, urat nadi pada pergelangan tangannya terasa menjadi kaku dan tahu-tahu urat nadinya sudah kena dicengkeram oleh Gak Lam kun. Tapi bagaimanapun juga, Hoa Kok khi adalah seorang jago kawakan yang berilmu tinggi dan berpengalaman luas, meski terancam jiwanya ia tidak menjadi panik gugup Begitulah, kendatipun Gak Lam kun berhasil merebut posisi diatas angin dan mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan lawan, namun sebelum si anak muda itu sempat mengerahkan tenaganya untuk menggencet urat nadi penting itu, mendadak kelima jari tangan kanannya membalik pula keatas lalu mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Gak Lam kun, sekalipun waktunya berselisih namun perselisihan itu boleh dibilang kecil sekali.

Setelah kehilangan posisinya yang menguntungkan, apalagi kelima jari tangannya yang mencengkeram urat nadi pada pergelangan Gak Lam kun ternyata tidak tepat letaknya. Hoa Kok khi segera berpikir dalam hati kecilnya, Sekarang aku sudah menderita kerugian akibat kehilangan posisi yang menguntungkan, aku tak boleh membiarkan ia mengerahkan tenaga dalamnya lebih dulu Karena berpikir demikian, hawa murninya segera dikerahkan keluar dengan cepat. Padahal pada waktu itu kelima jari tangan Gak Lam kun telah pula mengerahkan tenaganya, kontan saja kedua belah pihak sama-sama merasakan hatinya bergetar keras urat pada pergelangan tangannya menjadi kencang dan sakit bagaikan dijepit oleh japitan baja. Dalam keadaan beginilah pelan-pelan Ji Cin peng berjalan maju kedepan dan menghampiri kedua orang itu. Gak Lam kun mengerti apa yang dipikirkan gadis itu, tapi ia merasa perbuatan yang rendah, terkutuk dan memalukan itu tidak sepantasnya dilakukan, walau dikerjakan gadis itu tapi kenyataannya demi kepentingannya Maka dengan suara keras pemuda itu segera berteriak, Adik Bwee, kau tidak boleh tidak boleh berbuat demikian sebab perbuatan itu tak bisa kuterima sampai matipun aku tak akan mati dengan mata meram Mendengar perkataan itu Ji Cin peng tertegun, ia mencintainya ia tak ingin pemuda itu mati maka mau tak mau dia harus melakukan sergapan yang rendah dan terkutuk itu demi menyelamatkan jiwa kekasihnya Sementara ia masih tertegun kedengaran Gak Lam kun mendengus tertahan, tubuhnya digetar mundur sejauh tiga empat langkah oleh tenaga dalam Hoa Kok khi, sementara cekalan pada pergelangan tangan masing-masing pun segera terlepas. Hoa Kok khi sendiripun mundur dua langkah dengan sempoyongan, lalu sambil tertawa katanya. Nona Bwee, apakah kau ingin menyergapku mumpung ada kesempatan baik yang tersedia? Hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Ji Cin peng, ia tertawa dingin lalu menjawab. Mana, mana sekarang tak bisa dibilang sebagai sergapan mumpung ada kesampatan! Sambil mengucapkan kata-kata itu, hawa murninya segera disalurkan kedalam telapak tangannya lalu didorong kedepan, maksudnya ia hendak menghajar Hoa kok khi sehingga terluka dalam seketika itu juga.

Siapa tahu baru saja hawa murninya dilontarkan keluar, tiba-tiba ia merasa ada segulung hawa pukulan yang amat panas serta segulung hawa pukulan yang dingin menusuk tulang secara bersamaan waktunya menggulung tiba dari kiri dan kanan. Dengusan tertahan menggema memecahkan kesunyian, dengan sempoyongan Hoa kok khi mundur kebelakang lalu tubuhnya roboh terjengkang diatas tanah Sebaliknya Ji Cin peng sendiripun mundur dua langkah dengan wajah pucat pias, namun dibalik sorot matanya yang gusar ia melotot kearah seorang tojin berbaju kuning dengan wajah tertegun. Siapakah tosu itu? Ternyata dia adalah Kui to (tosu setan) Thian yu Cinjin. Rupanya ia datang tepat pada saat Ji Cin peng sedang melepaskan pukulan dahsyatnya tadi, diam-diam ia segera melancarkan pula sebuah pukulan dengan ilmu Ang yan ciang (pukulan api membara). Perlu diterangkan, Ang yan ciang merupakan kepandaian andalannya, dalam perkiraan imam tersebut pukulan yang dilancarkan paling tidak dapat melukai gadis tersebut. Siapa tahu, akibat dari bentrokan tersebut hawa darah yang berada dalam dadanya bergolak keras, hampir saja kepalanya menjadi pusing tujuh keliling, kenyataan tersebut tentu saja sangat mengejutkan hatinya. Menurut apa yang dia ketahui, dalam dunia persilatan dewasa ini jarang sekali ada orang yang mampu menerima sebuah pukulan Ang yan ciangnya tanpa cedera atau terluka, apalagi pada saat yang bersamaan tadi Hoa Kok khi sedang melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat dengan hawa pukulan berhawa dinginnya. Sementara itu, Ji Cin peng sendiripun ikut merasa terperanjat, karena didalam serangannya tadi ia telah sertakan tenaga sakti Boa yok sin kang dari Lam hay sin ni yang maha sakti itu. Gak Lam kun maupun Hoa Kok khi sama-sama sudah terjatuh dan duduk diatas tanah. Sedangkan si Tosu setan Thian yu tojin maupun Ji Cin peng sama-sama menyadari bahwa mereka telah bertemu dengan musuh tangguh, untuk sesaat kedua belah pihak sama-sama tidak melancarkan serangan tapi diam-diam mengerahkan hawa murninya untuk mengendalikan golakan-golakan darah didadanya. Keheningan yang luar biasa segera mencekam daerah disekeliling tempat itu, meski dipagi hari namun mendatangkan pula suatu perasaan hening yang serius. Angin musim gugur berhembus kencang, daun dan ranting beterbangan dan menimbulkan suara yang amat gemerisik.

Tiba-tiba seorang mendengus tertahan, ternyata Gak Lam kun yang sedang duduk bersila itu roboh terjengkang ketanah. Ji Cin peng sangat terkejut menyaksikan kejadian itu, buru-buru ia melompat kedepan dan berjongkok disampingnya, kemudian sambil mengerahkan tenaga dalamnya ia mulai menguruti dada Gak Lam kun. Sayang usahanya itu tidak mendatangkan hasil apa-apa, Gak Lam kun masih tetap tergeletak tidak sadarkan diri. Kenyataan tersebut amat mengalutkan pikiran Ji Cin peng, sorot matanya segera dialihkan kewajah Hoa Kok khi. Dalam keadaan begitulah tiba-tiba ia melompat bangun, lalu ujarnya, Nona Bwee, tenaga dalam yang kau miliki memang luar biasa sekali! Ji Cin peng tertegun, ia tak menyangka kalau Hoa Kok khi bisa sadar kembali sedemikian cepatnya sesudah nadi penting ditubuhnya terluka oleh pukulan Boan yok sinkangnya tadi, hal tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian yang aneh dan diluar dugaan. Teringat kembali keadaan dari Gak Lam kun, dengan nada marah ia lantas membentak, Hoa Kok khi, jika kau tak bisa menolongnya, maka kaupun jangan harap bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat! 000000O000000 Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tersenyum. Kalau aku tidak terluka lebih dulu oleh bentrokan tadi, dalam setengah menit saja aku bisa melepaskan diri dari cengkeraman nadiku! Terhadap kcnampuan Hoa Kok khi untuk menembusi urat Meh hiat sendiri yang terluka Ji Cin peng merasa kaget bercampur tercekat, pikirnya diam-diam, Ilmu silat yang dimiliki orang ini memang betul-betul hebat sekali, tampaknya keselamatan jiwa Gak Lam kun lebih banyak celakanya daripada rejeki! Berpikir sampai disitu hawa amarah dalam dada Ji Cin peng tak terbendungkan lagi bahunya bergerak sedikit dan tubuhnya telah menerjang beberapa kaki jauhuya, ia lantas snembentak, Betulkah tenaga dalammu sudah pulih kemba1i seperti sedia kala? Yaa, sembilan puluh persen telah pulih kembali kalau sekarang kita harus bertarung maka hal ini hanya akan mempercepat proses kematiannya saja, lagipula bicara menurut kemampuan yang kita miliki belum tentu nona bisa meraih keuntungan banyak, maka aku pikir lebih baik kita jangan bertarung saja

Sebetulnya hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Ji Cin peng, ia bermaksud untuk menggunakan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk melukai Hoa Kok khi. Kini, setelah mendengar perkataan itu buru-buru ia menahan tubuhnya yang sedang bergerak maju, lalu katanya dengan dingin, Wahai orang she Hoa kalau kau bisa menyembuhkan sakitnya apapun yang kau inginkan aku sanggup memberikannya kepadamu Betapa girangnya Hoa Kok khi setelah mendengar janji itu, dengan wajah berseri ia lantas berseru, Dapat dipercayakah ucapan nona itu? Ji Cin peng sangat marah. Ucapanku lebih berat dari sebuah bukit karang, masa aku akan mengingkari janji? Haaahhh haaahhh haaah Hoa Kok khi tertawa terkekeh-kekeh, sebagai seorang ketua suatu perguruan dan sebagai burung hong diantara manusia, tentu saja perkataan nona Bwe dapat dipercaya, masa aku orang she Hoa menaruh curiga? Sudah, tak usah banyak bicara, apa yang kau inginkan? Katakan dengan cepat! Hoa Kok khi tersenyum. Aku tidak menginginkan barang apa-apa dari nona katanya, apa yang kuinginkan tak lebih hanya mengharapkan agar nona bersedia mengabulkan sebuah permintaanku Diam-diam Ji Cin peng berpikir dihati, Permintaan apa yang dia inginkan? Tapi sudah pasti adalah suatu permintaan yang sulit dilaksanakan, cuma asal penyakit yang diderita Gak Lam kun bisa sembuh, apapun yang ia harapkan aku bersedia untuk melakukannya Berpikir sampai disini gadis itu lantas berkata lagi, Persoalan apa yang kau inginkan? Hayo cepat katakan! Hoa Kok khi tertawa. Soal ini biar kita bicarakan setelah kusembuhkan dirinya nanti, yang penting asal nona menyanggupi lebih dulu! katanya. Sekalipun Ji Cin peng tahu bahwa orang itu adalah seorang manusia yang licik dan banyak akal muslihatnya seperti rase, tapi demi menyelamatkan jiwa Gak Lam kun, sekalipun selembar jiwanya harus dikorbankan mau tak mau harus disanggupi juga. Maka setelah termenung sejenak diapun mengangguk.

Baiklah, kuturuti kehendakmu itu, Nah, sekarang tolonglah dia lebih dahulu! Hoa Kok khi lantas berpaling kearah Thian yu Cinjin lalu katanya, Thian yu to heng tolong periksalah sampai kapan dia baru akan sadar kembali? Sebelum Si tosu setan Thian yu Cinjin menjawab Gak Lam kun yang berbaring diatas tanah itu mendadak melompat bangun seraya berseru, Tidak usah kau repot-repot menolongku! Tindakannya ini segera membuat tiga orang jago linay dari dunia persilatan tersebut menjadi tertegun. Hoa Kok khi termangu sejenak, kkemudian sambil tersenyum ujarnya, Gak lote, kau memang betul-betul seorang manusia berbakat aneh dari dunia persilatan sedari kapan kau telah sadar kembali? Pelan-pelan Gak Lam kun bangkit berdiri, setelah tertawa dingin jawabnya, Aku sudah sadar lama sekali, apa yang kalian bicarakan telah kudengar semua dengan jelas. Berbicara sampai disini ia berhenti sejenak, lalu dengan sinar mata yang lembut dan penuh rasa terima kasih ditatapnya muka Ji Cin peng, lalu setelah menghela nafas sedih katanya, Nona Bwe, budi kebaikan yang kau berikan kepada aku orang she Gak akan terukir selalu dalam hatiku, tapi aku tidak percaya kalau ia memiliki kemampuan untuk mengobati lukaku ini, sekalipun dia mempunyai obat untuk menyembuhkan lukaku, belum tentu aku bersedia menerima pengobatannya. Nah, berhubung aku Gak Lam kun masih mempunyai urusan penting lainnya, terpaksa aku akan mohon diri lebih dulu Selesai berkata, dengan langkah lebar buru-buru ia tinggalkan tempat tersebut. Gerakan tubuhnya sangat cepat, hampir tidak mirip dengan seseorang yang sedang meronta melawan elmaut, malah boleh dibilang ia sama sekali tidak mirip dengan orang yang terluka apapun. Ji Cin peng hanya termangu-mangu sambil memandang tingkah lakunya itu, ia baru sadar kembali dari lamunannya sambil berteriak, Gak siang kong Gak siang kong..! Harap kau berhenti dulu sebentar! Suara teriakannya itu agak bernada gemetar, sepertinya gadis itu sudah tak sanggup mengendalikan lagi perasaan sedih dan dukanya. Mendengar teriakan itu, terpaksa Gak Lam kun harus menghentikan langkah kakinya dan berpaling. Seperti seekor burung walet, dengan cepat Ji Cin peng memburu kehadapannya, sepasang biji matanya yang besar dan jeli telah penuh airmata, ditatapnya pemuda tersebut dengan lembut dan penuh kasih sayang

ltulah tatapan wajah yang murung, penuh kepedihan hati! Tapi rasa cintanya kepada pemuda itu terpancar keluar secara gamblang dari sinar matanya. Gak Lam kun menghela napas sedih, gumamnya dengan suara lirih, Selamat tinggal orang yang kukasihi, aku dapat teringat selalu akan dirimu, kau adalah orang kedua yang kucintai selama kehidupanku didunia ini karena bentuk tubuhmu serta cinta kasihmu yang sayu terlalu mirip dengannya, adik Peng kekasih sayangku yang telah tiada! Tapi akupun mencintaimu, sayang sikapmu yang begitu agung, begitu suci bersih membuatku merasa rendah diri, lagi pula kehidupanku sudah tinggal beberapa hari saja Ji Cin peng hanya berdiri dihadapannya dengan termangu, memandang mulutnya yang bergumam, melihat titik airmatanya yang meleleh keluar dan membasahi dadanya Menyaksikan kemurungan dan kesedihan yang menyelimuti dirinya, gadis itu menghela napas sedih, diambilnya secarik saputangan dan pelan-pelan disekanya airmata yang membasahi pipi Gak Lam kun itu. Secara diam-diam tosu setan Thian yu cinjin dan Hoa Kok khi telah berlalu dari sana, suasana disekeliling tempat itu telah pulih kembali kedalam keheningan. Namun perasaan Gak Lam kun dan Ji Cin peng bagaikan gelombang dahsyat ditengah samudra bebas, bergelora dan bergulung tiada hentinya, siapapun tidak berbicara, siapapun tak tahu apa yang musti dilakukan. Setelah berdiri saling termenung sekian lamanya, Gak Lam kun baru berkata pelan, Nona Bwee, bila kau tiada perkataan lain, aku hendak mohon diri terlebih dahulu Lukamu begitu parah, andaikata disergap oleh orang lagi..? Gak Lam kun tertawa getir, tukasnya, Didalam dua hari yang singkat ini, aku yakin masih sanggup untuk menahan serangan dari jago lihay macam apapun Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ji Cin peng segera berubah sangat hebat. Jadi kau kau telah mengerahkan tenaga dalammu secara paksa..? Hal ini mana boleh? Apakah kau telah mengerahkan ilmu Huan pu hwee kong sinkang (ilmu sakti mengembalikan cahaya kekehidupan)? Gak Lam kun mengangguk pelan. Benar, aku telah menggunakan ilmu Huan pu hwe kong sinkang ajaran guruku, sisa kekuatan yang berada dalam nadi-nadi keng meh telah kudesak semua untuk berhimpun

menjadi satu, didalam dua hari ini kekuatan saktiku tak akan menghilang, tapi itu berarti kehidupanku telah menyurut semakin pendek Selesai mendengar perkataan itu, airmata Ji Cin peng bercucuran semakin deras, ia tahu ilmu Huan pu hwee kong adalah suatu kepandaian rahasia yang maha sakti, sekalipun seseorang yang jiwanya sudah terancam bahaya maut jika menggunakan kepandaian ini maka segenap kekuatan tubuhnya akan pulih kembali seperti sedia kala, namun kejadian inipun berarti menghilangkan kesempatan untuk menyembuhkan penyakitnya dengan bahan obat-obatan, kecuali kematian tiada jalan kedua yang dapat ditempuhnya lagi. Ji Cin peng amat mencintainya, setelah tahu bahwa nyawa kekasihnya tinggal dua hari saja, ia tak dapat mengendalikan rasa sedih dan duka yang berkecamuk dalam dadanya, sambil menangis terisak ia berteriak keras, Engkoh Gak kenapa kau musti berbuat demikian Tubuhnya segera dijatuhkan kedalam rangkulan Gak Lam kun. Untuk sesaat lamanya Gak Lam kun merasa yaa terkejut yaa girang, ia balas memeluk gadis itu erat-erat, ia merasa hal tersebut merupakan 34 suatu kenikmatan serta kebahagiaan diluar dugaan yang bisa dinikmatinya menjelang kematian. Gak Lam kun bukan malaikat, bukan pula dewa, seorang malaikat sendiripun akan terpesona, terbuai oleh kasih sayang seorang gadis yang cantik dan agung seperti Ji Cin peng, apalagi dia tak lebih hanya seorang manusia biasa. Isak tangis Ji Cin peng makin lama semakin mengibakan hati, keadaannya waktu itu bagaikan seekor anak domba yang merengek-rengek mencari induknya. Dia ingin menceritakan keadaan sesungguhnya kepadanya Tapi mendadak Gak Lam kun mendorong tubuhnya dan melepaskan diri dari pelukannya, kemudian dengan langkah cepat ia berlalu meninggalkan tempat itu. Ji Cin peng tertegun, kemudian teriaknya keras-keras, Engkoh Gak, engkoh Gak kau berhenti dulu engkoh Gak Suaranya semakin mengibakan hati, membuat siapapun yang mendengarnya merasa sedih dan ikut murung. Gak Lam kun menghela napas sedih, katanya, Selamat tinggal kekasihku yang menawan hati, aku akan selalu mengingat-ingat raut wajahmu yang cantik jelita itu tapi aku

harap kau dapat melupakan aku, sebab aku tak dapat mengangkangi dirimu, hal tersebut hanya akan menambah kesedihan hatimu belaka Gak Lam kun bagaikan seorang gila, ia kabur terbirit-birit meninggalkan tempat itu Ji Cin peng sangat sedih, ia merasa benak maupun dadanya serasa hampa belaka, ia merasa seluruh semangat dan kehidupannya seakan-akan telah dibawa pergi oleh Gak Lam kun, membuatnya berdiri termangu sekian lama ditempat Entah berapa lama sudah lewat, helaan napas panjang yang sedih tiba-tiba menyadarkannya kembali dari lamunan. Nenek Siau Ji Cin peng segera memutar badannya dan menjatuhkan diri kedalam pelukan seorang perempuan berambut putih yang menggembol sepasang pedang dibelakangnya. Dengan lembut perempuan berambut putih itu berkata, Anak peng, kau jangan bersedih hati sehingga merusak tubuhmu sendiri, kendalikanlah perasaan cintamu yang meluapluap itu Nenek, aku tak mampu keluh Ji Cin peng. Perempuan tua berambut putih itu menghela napas panjang. Aaaai kalau memang demikian, mengapa waktu itu kau latih ilmu Ciat eng kang (ilmu menolak cinta)? Ucapan tersebut segera menyadarkan kembali Ji cin peng dari lamunannya ia menjadi teringat kembali dengan sumpahnya ia tidak mencintainya ia harus membunuhnya dan membalaskan dendam bagi kematian dua orang tuanya Tapi hal ini bukan suatu pekerjaan yang gampang, ia telah berusaha sepenuh tenaga untuk menenteramkan hatinya tapi tidak berhasil. Ia tahu bahwa dihadapannya telah terpentang suatu masa percobaan yang menakutkan sekali, terutama beberapa hari belakangan ini ia harus lebih dapat mengendalikan perasaan cintanya, sebab ia mulai merasa bahwa dirinya makin lama semakin terjerumus kembali kedalam lautan cinta, sekali bertindak kurang hati-hati, akibatnya ia betul-betul akan tenggelam ditengah samudra cinta yang tak bertepian itu. Sementara itu Gak Lam kun sudah kabur menuju kearah daerah pegunungan disebelah utara pulau gersang tersebut

Dibawah sinar matahari, tampaklah aneka warna bunga liar tumbuh dengan suburnya disana sini, persis seperti perasaan hatinya ketika itu, beraneka warna dan saling bercampur aduk menjadi satu. Tapi sesudah keindahan akan datang kegelapan, yang membuat kau tak dapat menyaksikan lagi semua keindahan tersebut, karena sinar matahari telah condong kelangit barat. Dengan termangu-mangu Gak Lam kun berdiri dibawah sinar senja, memandang aneka bunga dihadapannya dengan terpesona Pikiran maupun perasaannya ketika itu adalah kosong, hampa, tiada sesuatu yang melintas. Dalam waktu singkat, matahari telah tenggelam dibalik samudra jauh didepan sana. Senja pun menjelang tiba dan menyelimuti seluruh jagat. Angin musim gugur berhembus lewat, malam terasa lebih dingin dan menusuk tulang. Pelan-pelan Gak Lam kun sadar kembali dari pikirannya yang gundah dan kalut. Rembulan telah muncul diufuk timur, menembusi lapisan awan hitam dan memancarkan sinarnya yang keperak-perakan kepermukaan jagad. Gak Lam kun menghela nafas ringan, kemudian gumamnya lirih. Malam bulan purnama, malam yang indah dan cerah, itulah malam bulan delapan tanggal lima belas malam bulan Tiong ciu aaa! Nyawaku akan berakhir pada tengah hari tanggal enam belas. Timbul kembali kemurungan serta kepedihan yang amat tebal dalam hati kecilnya. Sekonyong-konyong ditengah keheningan malam yang mencekam, tiba-tiba berkumandang suara harpa yang indah dan merdu. Suara itu meski lirih dan lembut, tapi kedengaran begitu merdu dan mempesonakan hati. Seperti suara yang datang dari swargaloka seperti suatu lamunan kosong dan bukan kenyataan. Tapi begitu mendengar suara harpa tersebut, kontan saja Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras. Ia merasa suara permainan khim itu justru merupakan irama Mi tin loan hun ki dari Soat san Thian li, suatu kepandaian khusus dari perguruan See Thian san.

Tapi, bukankah malam ini baru tanggal empat belas? Apakah ia mengundang aku sehari lebih pagian? Tapi, sekarang ia berada ditengah bangunan loteng yang aneh dan misterius itu, dengan cara apa dirinya akan masuk kedalam? Berpikir sampai disini, cepat-cepat Gak Lam kun memusatkan semua pikiran dan perhatiannya lalu menentukan arah darimana datangnya irama khim tersebut. Tiba-tiba sekilas perasaan kaget dan tercengang melintas diatas wajah Gak Lam kun. Ternyata ia menemukan bahwa irama permainan khim dari Soat san thian li itu berasal dari sekitar tempat dimana ia berada sekarang, mungkin berasal dari pantai samudra sebelah utara yang jaraknya kurang lebih masih ada beberapa ratus kaki dari situ. Mula-mula pemuda itu kuatir salah mendengar, sepasang telinga dan memperhatikannya lagi dengan seksama, terbukti suara itu memang berasal dari arah yang dimaksud. Gak Lam kun tidak ragu-ragu lagi, ia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan bergerak menuju keutara pantai laut. Irama khim itu makin lama semakin lirih dan melemah mengikuti semakin majunya tubuh Gak Lam kun mendekati asal, suara tadi malah akhirnya begitu lirih dan pelan hingga sukar ditangkap dengan pendengaran. Untungnya Gak Lam kun tahu bahwa gejala aneh itu akan ditangkap oleh pendengaran manusia bila seseorang makin mendekati tempat berasalnya sumber suara Mi tin loan hun ki. Sekalipun suara irama khim itu sedemikian lirih dan lembut, tapi dibalik kelembutan tersebut justru terkandung suatu kekuatan daya pengaruh yang luar biasa, membuat pikiran dan perasaan orang menjadi tenang, hampir saja ingin menari dan berjoget mengikuti irama tersebut. Irama musik dari Soat san thian li memang betul-betul luar biasa sekali, aku yang begini hapal dengan irama musik itupun nyaris terpengaruh, apalagi orang lain, mana mungkin mereka bisa mempertahankan diri? Tiba-tiba permainan khim itu berhenti sama sekali. Gak Lam kun tahu bahwa ia sudah mendekati sumber dari irama khim itu dalam jarak ratusan kaki, oleh sebab itu permainan khim, tadi malah tidak terdengar sama sekali olehnya, atau dengan perkataan lain bukan orang itu yang menghentikan permainan khimnya.

Ternyata irama Mi tin loan hun ki adalah semacam kepandaian maha sakti dari tingkat atas, bukan saja dapat mengaburkan pendengaran orang, lagi pula memiliki semacam daya pengaruh iblis yang tebal sekali. Satu-satunya titik kelemahan yang dimiliki irama tersebut adalah mereka yang berada dekat dengan pemetik khim itu justru malah tak dapat mendengarnya sama sekali, apalagi setelah berada seratus kaki dari sumber permainan itu, suaranya malah betul-betul lenyap tak berbekas. Gak Lam kun tahu bahwa ia sudah semakin dekat dengan diri Soat san thian li, buru-buru pemuda itu berhenti, melepaskan jubah hijaunya dan mengenakan dandanan dari Tok liong Cuncu Yo long. Kemudian selangkah demi selangkah pelan-pelan ia berjalan mendekati sumber irama khim itu Tak lama kemudian, Gak Lam kun mendengar suara gulungan ombak samudra berkumandang dengan nyaringnya dari sebelah samping sana. Cepat ia mendongakkan kepalanya, maka tampaklah didepan sana terbentang tanah datar seluas puluhan kaki, kedua belah sampingnya berupa tebing-tebing karang yang tingginya mencapai ratusan kaki dan langsung berhubungan dengan permukaan samudra. Disudut sebelah utara menghadap kesamudra sana justru terdapat sebuah batu karang besar yang mirip dengan sebuah penahan angin, bukan saja telah membendung deburan ombak yang meninggi sebukit, menghalangi pula pemandangannya kearah samudra bebas. Gelombang yang berlapis-lapis menggulung dan menghantam diatas batu karang memercikkan butiran air keempat penjuru dan menciptakan selapis kabut yang tebal, dipandang dari kejauhan tampak seperti selapis kabut tebal yang membeku diudara. Semakin dekat ia menghampiri tanah datar itu getaran-getaran akibat memecahnya ombak diatas batu karangpun terasa makin besar. Gemuruh suaranya memekikkan telinga ibaratnya guntur yang menggelegar diangkasa. Pohon siong, rerumputan hijau penuh tumbuh diatas permukaan tanah sesungguhnya tempat itu adalah sebuah tempat yang indah. Tiba-tiba sorot mata Gak Lam kun menyapu kearah belasan kaki didepan sana, dibawah sebatang pohon siong, diatas sebuah batu karang datar yang luasnya beberapa kaki, duduk bersila seorang gadis berbaju warna perak yang mempunyai rambut sepanjang bahu.

Ia duduk dengan menghadap keutara, dalam pangkuannya memeluk sebuah khim antik dan sedang memetiknya dengan penuh kesungguhan. Oleh karena Gak Lam kun datang dari selatan menuju keutara, tentu saja dia tak dapat melihat jelas raut wajahnya, yang dapat dikenal hanya potongan badannya yang dipandang dari belakang. Tapi kalau dipandang dari potongan badan bagian punggungnya, bisa diketahui bahwa gadis itu memang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Diam-diam Gak Lam kun mengerutkan dahinya, sebab ia merasa bahwa potongan tubuh gadis itu kalau dilihat dari belakang, ternyata mirip sekali dengan potongan badan si gadis yang telah melukai Si Tiong pek dalam gedung mungil beberapa hari berselang. Puluhan tombak dibelakang gadis tersebut Gak Lam kun menghentikan langkahnya, lalu berkata dengan lantang, Yo long telah datang sendiri untuk memenuhi undangan dari Thian li..! Perkataan itu diucapkan dengan mempergunakan nada suara dari Yo Long, berat, parau tapi nyaring. Namun gadis berbaju perak itu masih juga duduk membelakanginya, bahkan berpalingpun tidak, hanya tubuhnya agak bergetar, seakan-akan merasa agak tergolak perasaannya. Lama sekali Gak lam kun menunggu, ketika belum juga mendengar suara jawaban, ia berkata sekali lagi, Yo Long datang berkunjung sendiri untuk memenuhi janji dari Thian li..! Kau adalah Yo Long? sementara suara yang halus dan lembut berkumandang memecahkan keheningan. Mendengar teguran itu, Gak Lam kun merasa terkejut, segera pikirnya, Jangan-jangan ia sudah ragu kalau aku bukan guruku sendiri? Berpikir sampai disitu. Gak Lam kun lantas menjawab. Memangnya masih ada orang lain? Baru tanggal berapakah malam ini, kembali gadis berbaju perak itu bertanya dengan suara lirih. Bulan delapan tanggal empat belas! Lebih pagi seharipun boleh juga baiklah! Kau boleh kemari

Gak Lam kun merasa nada ucapannya terlalu menyombongkan diri, hal mana membuat hatinya merasa kurang senang, tapi diapun tak berani membangkang sebab Soat san thian li adalah orang yang setingkat dengan gurunya. Pelan-pelan Gak Lam kun maju kedepan lalu berhenti tiga kaki dibelakangnya setelah itu, katanya lagi, Apakah Thian li telah membawa datang Lencana pembunuh naga..? Sudah! kembali gadis berbaju perak itu menjawab sambil membelakanginya. Jawabannya singkat jelas dan bernada ketus namun dibawah irama suaranya yang merdu seperti kicauan burung nuri, justru, kedengarannya begitu merdu dan membuat hati orang berdebar. Yaa, suara orang itu adalah suara pembicaraan dari seorang gadis yang masih muda, suara seorang gadis yang cantik jelita. Kalau memang sudah kau bawa kemari, tolong Thian li suka menyerahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku kata Gak Lam kun lebih lanjut Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja gadis berbaju perak itu mendengus dingin Mendadak ia memutar tubuhnya dan melayang keudara, lalu tahu-tahu sudah berada tujuh delapan depa dihadapan Gak Lam kun. Hei, kau bukan Soat san thian li! si anak muda itu segera berpekik kaget. Gadis itupun mendengus dingin. Hmm! Kau sendiripun bukan Yo Long, siapa kau?! balas hardiknya. Ternyata gadis berbaju perak itu adalah seorang gadis cantik jelita yang baru berusia delapan sembilan belas tahun, ia cantik sekali kecantikannya tidak mirip manusia biasa melainkan lebih mirip dengan bidadari yang baru turun dari kahyangan. Menyaksikan kecantikan gadis itu Gak Lam kun merasakan jantungnya berdebar keras, pikirnya, Benarkah didunia ini terdapat seorang gadis yang sedemikian cantiknya..? Tanpa terasa gadis itu kembali diamatinya dengan lebih seksama. Muka seperti bunga tho, alis matanya lentik dan indah, hidungnya mancung dan bibirnya kecil mungil. Tak salah lagi, kecantikan wajahnya memang luar biasa sekali, membuat siapapun yang melihatnya tanpa terasa akan dibikin termangu olehnya. Gadis berbaju perak itu segera mendengus dingin, bentaknya.

Siapa kau? Sudah bosan hidup rupanya? Tiba-tiba Gak Lam kun tersadar kembali dari lamunannya, diam-diam ia merasa malu sendiri dengan keadaan dirinya yang mirip orang kehilangan sukma itu. Dengan cepat ia memusatkan kembali semua perhatiannya, lalu dengan dingin membentak, Siapa pula kau? Dengan alis mata berkernyit gadis itu tertawa terkekeh-kekeh, Haaah haaaah haaaah siapakah aku? Aku adalah Bi ji..! Dari suara tertawa cekikikannya yang merdu itu Gak Lam kun segera mengetahui bahwa dia adalah seorang gadis polos yang masih belum hilang sifat kekanak-kanakannya. Apakah nona mendapat tugas dari Thian li untuk datang kemari? tegur Gak Lam kun dengan suara dalam. Gadis berbaju perak itu tidak menjawab, ia malah balik bertanya, Apakah kau juga datang untuk melaksanakan tugas dari Yo long? Yo long adalah guruku yang mewariskan ilmu silat kepadaku, aku memang datang kemari untuk menyambut Lencana pembunuh naga atas perintah guruku, jika nona memang sedang mendapat tugas dari Soat san thian li, maka aku harap Lencana pembunuh naga agar segera diserahkan kepadaku agar aku pun dapat menyelesaikan tugas ini Gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin. Heehhh heeehhh heeehhh Lencana pembunuh naga? Hmm! Bagaimanapun juga Yo Long harus datang kemari sendiri Permintaannya itu memang suatu permintaan yang menyulitkan, kemana ia harus pergi mencari Yo Long kedua? Gak Lam kun segera menghela napas panjang, katanya, Guruku telah tiada lagi! Mendengar jawaban itu, tubuh si nona berbaju perak agak menggigil kencang, wajahnya menjadi amat sedih mulutnya berkemak-kemik seperti sedang berdoa kepada seseorang Melihat itu Gak Lam kun menghela napas sedih katanya, Suhuku telah dikerubuti orang dibukit Yan po gan dibukit Hoasan pada delapan belas tahun berselang, kemudian racun yang mengeram dalam tubuhnya kambuh dan pada musim gugur empat tahun berselang telah berpulang kealam baka

Sementara Gak Lam kun hendak melanjutkan perkataannya mendadak dengan wajah diliputi hawa napsu membunuh gadis berbaju perak itu menukas dengan nada dingin, Kau tak usah melanjutkan kata katamu itu aku telah berdoa kepada ibuku dan memberitahukan bahwa musuh besarnya telah mati tapi sekarang aku hendak menuntut balas terhadap muridnya. Gak Lam kun menjadi tertegun dan melongo, ia tidak habis mengerti dengan duduknya persoalan yang sedang dihadapinya. Nona, apa yang sedang kau bicarakan? tegurnya keheranan. Gadis berbaju perak itu kembali tertawa terkekeh-kekeh. Terus terang kuberitahukan kepadamu, Soat san thian 1i adalah ibuku, sedang Yo Long adalah musuh besar ibuku, sebelum meninggal dunia ibuku telah berpesan agar kucari Yo Long sampai ketemu serta membalaskan sakit hatinya. Ibuku pun berpesan agar Yo Long jangan dibunuh melainkan seluruh ilmu silat yang dimilikinya harus dipunahkan kemudian menembusi tulang pipa kutnya dengan emas murni dan merantainya didepan kuburan ibuku sampai mati. Sekarang, andaikata Yo Long sudah mati maka kau harus serahkan jenasahnya kepadaku agar kubawanya kedepan kuburan ibuku dan berlutut dihadapannya, biar mayatnya dihembus angin diterpa hujan hingga badannya membusuk dan tulang baunya kusebarkan kesekeliling kuburan. Kau adalah muridnya, tentu saja kau dapat menunjukkan letak jenasah itu kepadaku, bila kau tak mau menyerahkannya kepadaku maka kau pun tak akan kubiarkan hidup, atau kalau tidak kau akan kubunuh, lalu setelah kutemukan jenasah Yo Long maka jenasah kalian berdua kurantai didepan kuburan ibuku agar sepanjang masa merasakan penderitaan hebat Mendengar perkataan itu, Gak Lam kun merasa mendongkol bercampur gusar, selain daripada itu dia pun merasa terkejut bercampur curiga. Mendongkol dan marah tentu saja disebabkan gadis itu amat mencemooh dan menghina gurunya yang telah tiada. Kaget dan curiga karena pesan terakhir dari Soat san thian li ini, kenapa perempuan itu sedemikian bencinya kepada Yo Long? Heran dan curiganya ini menimbulkan perasaan ingin tahu, sebab semasa masih hidupnya dulu belum pernah Yo Long menceritakan soal budi dendamnya dengan Soat san thian li. Gak Lam kun tertawa seram, katanya, Haaah haaah haaah nona, aku pikir perkataanmu itu mungkin cuma gurauan belaka. Yaa, sebab ketika gadis berbaju perak itu mengucapkan kata-kata tersebut, dia mengucapkannya dengan suara begitu ringan dan santai, maka Gak Lam kun mengira bahwa perkataannya itu tak mungkin terjadi.

Kenapa? Kau mengira aku sedang membohongimu? ejek si nona berbaju perak sambil tertawa merdu. Gak Lam kun ikut tertawa ringan. Aku pikir nona cantik seperti nona tak mungkin adalah seorang manusia yang kejam dan berhati busuk! Tiba-tiba nona berbaju perak itu mengerutkan dahinya, lalu dengan dingin ia berkata, Aku ingin bertanya kepadamu, sesungguhnya kau bersedia untuk menyerahkan jenasah Yo Long kepadaku atau tidak? Ketika menyaksikan perubahan wajahnya itu Gak lam kun merasakan hatinya bergetar keras, sekarang ia baru tahu bahwa dugaannya meleset, ternyata ia berbicara sungguhsungguh, dengan demikian maka Gak Lam kun segera terseret dalam lembah lamunan yang amat kalut. Triing! Triing..! dua kali dentingan khim yang membetot sukma menggetar dalam hatinya Gak Lam kun segera merasakan hawa darah dalam dadanya mengalami pergolakan hebat, kejadian ini mengejutkan sekali hatinya, buru-buru dia memusatkan pikirannya dan hawa murni dihimpun menjadi satu, dengan mata terpejam ia duduk bersemedi. Triiing! Triiing Traaang! Traaang jari jemari si nona baju perak yang lembut kembali menari diantara senar-senar khimnya dan memetikkan empat kali dentingan merdu. Akan tetapi keempat dentingan pencabut nyawa tersebut ternyata sama sekali tidak mendatangkan manfaat apa-apa bagi Gak Lam kun. Melihat itu, kembali si nona berbaju parak tertawa cekikikan, katanya kemudian, Ditinjau dari kemampuanmu untuk menahan enam dentingan irama Siang simci, hal ini membuktikan bahwa kau memang benar-benar ahli waris dari Yo Long! Pelan-pelan Gak Lam kun membuka matanya kembali, kemudian berkata, Nona, tak mungkin aku akan serahkan jenasah Yo Long kepadamu, sekalipun Soat san thian li benar-benar mempunyai ikatan dendam dengan guruku sebelum aku berhasil menyelidikinya sampai jelas, tak ingin kuberikan banyak komentar mengenai persoalan tersebut. Dan kini satu persoalan yang harus dilakukan adalah memohon kepada nona agar menyerahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku, sedangkan mengenai persoalan selanjutnya terserah apa yang hendak nona lakukan Sebelum meninggal ibuku memang berpesan agar Lencana pembunuh naga kuserahkan kepada Yo Long, tapi sekarang ia sudah tiada lagi, itu berarti benda mustika itu sudah tak ada pemiliknya lagi, atau dengan perkataan lain siapa kuat siapa yang akan

memperolehnya. Nah, bila sekarang kau menginginkan Lencana pembunuh naga itu, boleh saja! Kecuali kau berhasil mengalahkanku! Tertegun Gak Lam kun setelah mendengar perkataan itu. Nona, apakah kau hendak mengingkari janji? tegurnya. Gadis berbaju perak itu balas tertawa dingin. Heeehhh heehhh heeehh kalau toh nona berkata demikian, terpaksa aku harus menuruti perkataanmu dengan merebutnya mempergunakan kekerasan Gak Lam kun tertawa seram. Tunggu sebentar! cegah si nona berbaju perak itu tiba-tiba, boleh saja kalau ingin beradu kekuatan, tapi lakukan itu setelah duduknya persoalan menjadi jelas Hmm! Apalagi yang hendak kau ucapkan? Hayo katakan saja berterus terang Lencana pembunuh naga adalah benda mestika yang tiada ternilai harganya, setiap umat persilatan dalam dunia persilatan tak seorangpun yang tidak ingin mendapatkannya, padahal diatas pulau terpencil ini sekarang telah berkumpul begitu banyak gembong iblis dari pelbagai tempat, maka andaikata orang yang berhasil mendapatkan Lencana pembunuh naga itu bukan seorang jago silat yang berilmu tinggi dan memiliki kecerdasan yang luar biasa, pasti mustika tersebut bakal dirampas lagi oleh orang lain. Selanjutnya walaupun Lencana pembunuh naga mengandung suatu partai harta pusaka yang tak terhitung nilainya, tapi dimanakah letak harta karun tersebut disimpan? Untuk menemukan letak tempat itu, tentu saja harus menguntungkan pula pada pengalaman serta pengetahuan dari orang yang mendapatkannya. Maka dari itu, didalam pertarungan yang bakal berlangsung diantara kita berdua hari ini, bukan ilmu silat saja yang harus diadu, melainkan kecerdasan, pengetahuan serta pengalaman juga musti diuji, apakah kau dapat menerima pendapatku ini? Entah nona hendak beradu semua hal tersebut dengan cara apa? tanya Gak Lam kun hambar. 0000O0000 Dalam soal pengetahuan, kita harus beradu untuk membuat sebait syair, pertama kali kau yang hanya mengajukan persoalan lalu aku yang ajukan soal, sekalipun hanya beradu dalam satu hal, sesungguhnya adu kepandaian semacam ini membutuhkan juga kecerdasan demikian si nona berbaju perak berkata sambil tertawa. Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali, Karena untuk membuat sepasang Lian, hanya seorang manusia yang berotak encerlah yang dapat melakukannya, jika kau setuju maka sekarang juga kita boleh mulai beradu membuat Lian itu

Sudah belasan tahun lamanya Gak Lam kun mengikuti Tok liong cuncu Yo Long yang orang berbakat setan, kecuali ilmu silat, dalam ilmu pengetahuan pun tak luput ia peroleh gemblengan dari Yo Long. Maka setelah mendengar perkataan itu jawabnya, Kalau begitu harap nona ajukan pertanyaan lebih dulu! Tampaknya nona berbaju perak itu seperti sudah mempunyai rencana yang matang, ia segera tertawa hambar. Kau adalah tamu sedang aku adalah tuan rumah, sudah sepantasnya kalau kau dulu yang mengajukan persoalan! katanya. Gak Lam kun manggut-manggut ujarnya kemudian. Kalau begitu biar aku pamerkan kejelekanku. Setelah termenung sejenak katanya, Lembah sepi bukit sunyi, sinar rembulan berwarna keperak-perakan Nona berbaju perak itu tersenyum katanya, Lian itu rada susah untuk dicarikan pasangannya, untung See Thian san kami mempunyai pemandangan alam yang terwujud, baiklah kupinjam hal tersebut saja Maka diapun bersenandung, Akar ganggang daun teratai, titik air hujan berbunyi merdu Gak Lam kun segera manggut-manggut. Pengetahuan nona memang amat hebat, Lembah sepi bukit sunyi dan akar ganggang daun teratai memang merupakan sepasang Lian yang ideal, betul sekali! Nah, sekarang kau boleh mengajukan persoalan, aku akan mencoba untuk menjawabnya Nona berbaju perak itu sendiri juga tahu bahwa Gak Lam kun adalah seorang pemuda yang berpengetahuan luas, kalau cuma membuat Lian sederhana saja jelas tak akan menyulitkan dirinya, maka sesudah termenung sejenak ia bersenandung lagi, Kecerdasan menangkan kemurungan, bukit kosong udara hampa, sekalipun rembulan bersinar cerah manusia bermuram durja Mendengar persoalan yang diajukan gadis itu, paras muka Gak Lam kun agak berubah, ia merasa persoalan itu benar-benar sulit sekali, ia menghela napas sedih. Baru saja pemuda itu akan mengaku kalah tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya memandang angkasa dan menemukan lapisan awan yang bergerak diangkasa, satu ingatan lantas melintas dalam benaknya. Dengan cepat ia bersenandung, Awan tipis laksana samudra perak, terbang melayang ditengah udara, tiada jalan menuju sorgaloka, dunia makin sesat

Suatu jawaban yang bagus sekali, tepat sekali! puji nona berbaju perak itu dengan rasa kagum, didalam soal pengetahuan kita anggap seri, nah mari kita beradu kepandaian silat sekarang Ilmu silat itu terdiri dari beraneka ragam, tolong tanya nona ingin beradu tenaga dalam, atau ilmu pukulan tangan kosong? Ataukah ilmu pedang Nona berbaju perak itu tertawa. Sekalipun beraneka ragam, lebih baik lagi kalau kita bisa memilih suatu jenis yang meliputi semua jenis kepandaian tersebut..! Apakah nona ingin beradu ilmu pedang? Bagi seorang yang berlatih silat, kalau ingin mencapai tingkatan yang tinggi dia memang harus berlatih ilmu pedang, lagipula dalam beradu ilmu pedang kitapun bisa beradu tenaga dalam maupun aneka macam ilmu pukulan tangan kosong lainnya Tapi aku tidak membawa pedang Sambil tersenyum gadis berbaju perak itu menukas, Aku memiliki dua bilah pedang, tak menjadi soal kalau kupinjamkan sebilah untukmu, cuma aku pikir kalau kita musti beradu jurus pedang hanya mengandalkan gerakan belaka, hal ini rasanya terlalu sederhana, lagipula selesai bertarung menang kalah segera ditentukan dan tidak mungkin akan terjadi kesempatan untuk seri, maka aku pikir dalam beradu ilmu silat, lebih baik kita bagi menjadi dua macam pertandingan saja Setelah mendengar perkataan tersebut, Gak Lam kun merasakan bahwa gadis itu adalah seorang jago yang cerdik dan berakal banyak, mungkin saja ia sedang melaksanakan suatu siasat untuk menjebak. Tapi sebagai seorang laki-laki sejati yang berwatak tinggi hati, ia tak ingin menyerah dengan begitu saja, dia ingin tahu permainan setan apakah yang sedang dimainkan gadis tersebut. Maka tanyanya, Bolehkah aku tahu dua macam pertandingan yang bagaimanakah itu? Apakah kau dapat menerangkan lebih dahulu? Gadis berbaju perak itu tertawa. Semacam adalah beradu ilmu silat secara lisan sedang semacam lagi adalah beradu kepandaian dengan gerakan Gak Lam kun segera tersenyum.

Bagus, bagus sekali, kalau begitu mari kita beradu kepandaian secara lisan lebih dahulu. Nona silahkan kau untuk melancarkan lebih dahulu Sikap nona berbaju perak itu betul-betul amat santai setelah tertawa merdu katanya. Baiklah! Harap kau perhatikan baik-baik, pada jurus yang pertama kugunakan gerakan Kiam hay leng po (pecahan ombak ditengah samudra pedang) untuk menyerang jalan darah Khi si hiat dikaki kananmu, kemudian menukik keatas menusuk jalan darah Tay ing hiat diatas pelipis dan menyapu kebawah menyambar jalan darah Gwa leng hiat dipinggang Diam-diam Gak Lam kun merasa terperanjat, jurus serangannya itu betul-betul hebat sekali, bukan saja perubahan jurusnya sakti bahkan aneh dan susah diduga sebelumnya. Sesudah berpikir sejenak, ia lantas menjawab, Jurus serangan Kiam hay leng po dari nona memang betul-betul lihay sekali, tapi kugunakan jurus Sin ki hou sian (kesempatan hidup muncul kembali) untuk membacok nadi penting dipergelangan tangan kananmu yang menggenggam pedang, dengan gerakan tersebut dua perubahan saktimu bisa kubendung, kemudian badanku menerobos kedepan, pedangku dengan jurus Sin liong sam sian (naga sakti muncul tiga kali) menyerang atas, tengah dan bawah tiga tempat penting ditubuhmu Nona berbaju perak itu tertawa. Suatu jurus serangan Sin ki hou sias yang hebat, dengan menyerang menolong diri bahkan sekalian memunahkan dua gerakan serangan lainnya, tapi meski gerakanku kena kau kunci, pedangku segera kutarik kembali kebelakang, lalu dengan jurus Im hay toan gak (lautan awan memotong bukit) kusambut gerakanmu, ingin kulihat apakah jurus Sin liong sam sianmu bisa kau kerahkan lebih jauh atau tidak? Bagus sekali! Bagus sekali! puji Gak Lam kun, jurus im hay toan gak itu memang tandingan dari jurus Sin liong sam sian, cuma ditengah jalan gerakannya kurubah menjadi Ciau ta kim ciong (memukul keras genta emas), bukan saja gerakan ini bisa memunahkan hawa pembunuhan yang terkandung dalam jurus Im hay toan gak mu itu, lagipula aku bisa gunakan jurus Sin liong tiau tau (naga sakti palingkan kepala) untuk memburu dirimu, ingin kulihat apakah kau bisa menghindarkan diri dari serangan kilatku ini? Tergetar juga perasaan nona berbaju perak itu, jawabnya. Jurus Sin liong tiau tau memang khusus untuk mendahului lawan sambil melancarkan sergapan, bila kugunakan jurus Shia ta kim ling (memukul miring genta emas) untuk mundur sambil menutup diri, aku rasa jurus seranganmu itu pasti dapat kuhindari. Sekarang posisi Gak Lam kun sudah berada diatas angin, sambil tertawa hambar katanya.

Setelah jurus Sin liong tiau tau secara beruntun kulancarkan tiga buah serangan berantai dengan gerakan-gerakan Hud kiam cian huan (seribu ciptaan pedang Buddha), Siau ci thian lam (matahari tenggelam bianglala menyelimuti angkasa), ingin kulihat dengan cara apa kau hendak menyambut serangan-serangan ini? Sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibir nona berbaju perak itu, jawabnya, Seandainya kau tidak mempergunakan tiga jurus berantai itu untuk mendesakku, mungkin aku benar-benar akan terperosok dibawah angin, ketika kau sedang menggunakan jurus Hud kiam cian huan untuk diganti menjadi jurus Siau ci thian lam, kugunakan jurus To coan im yang (memutar balikan im dan yang) untuk merebut posisi denganmu, lalu dengan jurus Pek im jut siu (awan putih muncul dari bukit) kubacok sepasang kakimu, ingin kulihat apakah kau mampu untuk menahan diri? Betapa terperanjatnya Gak Lam kun dengan kesudahan tersebut, sekalipun rangkaian jurus serangannya cukup ketat dan kuat toh muncul juga titik kelemahan dibaliknya dengan begitu posisinya kembali kena didesak dibawah angin. Demikianlah pertarungan secara lisan berlangsung amat seru, berpuluh-puluh jurus sudah berlangsung namun menang kalah sukar ditentukan, setiap jurus serangan yang mereka sebutkan selalu mengandung perubahan gerakan yang luar biasa. Dibawah desakan si nona berbaju perak setelah ia berbasil merebut posisi diatas angin, Gak Lam kun benar-benar terdesak hebat, sekalipun ia masih menyebutkan terus jurusjurus serangannya tapi setiap kali keadaannya selalu terancam bahaya ini semua membuat peluh membasahi sekujur tubuhnya. Mendadak ia berpekik nyaring serunya keras-keras, Sekalipun jurus Ci kiam hui sian (pedang sakti terbang berputar) mu membacok pergelang tangan dengan menelusuri pedangku tapi aku bisa membuang pedang untuk menarik tangan sementara tangan kiriku dengan ilmu sentilan Tan ci sin thong kugetar kutung pedang ditanganmu itu Nona berbaju perak itu tertawa dingin. Dalam genggaman masih ada separuh pedang sebaliknya kau sudah bertangan telanjang, nah dalam pertarungan lisan ini apakah kau tidak segera mengaku kalah? Gak Lam kun tertawa dingin pula, jawabnya, Sekalipun tangan kananku membuang pedang, tapi kaki kananku masih bisa mencongkel pedang itu keatas, bukankah tanganku masih bisa memegang pedang lagi? Coba pikirlah dulu, yang menang kau atau aku? Nona berbaju perak itu mendengus dingin. Hmm..! Memangnya kau anggap begitu gampang? Ketika kau mencongkel pedang untuk menangkapnya, kutungan pedang ditanganku bisa kutimpuk kearah bagian mematikan ditubuhmu, dengan jarak sedekat ini lagipula perhatianmu sedang bercabang, memangnya kau bisa meloloskan diri dengan selamat?

Mendengar itu Gak Lam kun segera menghela napas panjang. Aaaai aku tidak menyangka kalau kau akan bertindak demikian katanya, tapi aku toh bisa membuang pedang sambil mundur kebelakang, aku pikir untuk menyelamatkan diri masih bukan suatu pekerjaan yang sulit bagiku Nona berbaju perak itu segera tertawa cekikikan. Bagus, bagus sekali, sepasang pedang telah terjatuh ketanah, aku lihat pertarungan silat secara lisan pun berakhir dengan seri! Gak Lam kun manggut-manggut. Yaa, anggap saja seri. Sekarang kita boleh bertarung dengan menggunakan gerakan sesungguhnya nah mulailah melancarkan serangan! Pelan-pelan gadis berbaju perak itu mendekati batu datar didepan sana dan mengambil dua bilah pedang, katanya sambil tertawa, Pilih sebilah untukmu! Gak Lam kun melepaskan cakar naga perenggut nyawa serta topeng kepala naga, lalu melepaskan pula jubah hijaunya sehingga raut wajahnya yang tampan. Nona berbaju perak itu segera tertawa merdu, serunya, Sejak semula aku sudah tahu kalau dirimu! Gak Lam kun tetap tenang seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun, sambil tersenyum ia menerima sebilah pedang, menyentilnya sehingga berbunyi nyaring. Lalu sambil berdiri didepan nona itu katanya, Silahkan nona melancarkan serangan! Nona berbaju perak itu segera menggerakkan pedangnya secepat sambaran kilat mendadak saja ia menciptakan beberapa kuntum bunga pedang yang memancarkan sinar tajam. Dengan wajah pucat pias Gak Lam kun melejit keudara beberapa depa tingginya, cahaya pedang segera menyambar lewat dari bawah kakinya itu. Nona berbaju perak itu berseru tertahan, ternyata jurus pedang yang barusan dipergunakan ini merupakan salah satu jurus aneh didalam ilmu pedang Thianli kiam hoat, meski dalam satu gerakan tapi secara terpisah dapat mengancam tiga buah jalan darah kematian ditubuh lawan. Selama ini belum pernah ada orang yang bisa lolos dari serangannya itu dalam keadaan selamat, sungguh tak disangka ternyata Gak Lam kun dapat menghindarinya dengan tepat.

Si anak muda itu segera berpekik nyaring, pedangnya digerakkan berulangkali melancarkan dua buah tusukan berantai, dua tusukan kearah kanan dan setusukan dilancarkan kearah tengah. Dalam lima buah tusukan itu, dia telah menggunakan lima macam gerakan ilmu pedang yang semuanya berbeda antara yang satu dengan lainnya. Bagus! seru gadis berbaju perak itu. Pedangnya diputar ditengah udara lalu menusuk dari kiri kearah kanan, tiba-tiba ditengah jalan gerakan itu berubah, mendadak saja gerakan pedangnya berputar miring kesamping. Serangannya itu dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan bisa dirubah kesana kemari sesuai dengan keinginan hatinya, boleh dibilang ilmu pedangnya telah berhasil mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. Terlihatlah cahaya pedang sebentar berputar kekiri sebentar lagi kekanan lalu melejit keudara dan menyambar tenggorokan Gak Lam kun. Untungnya si anak muda itu tidak gugup dalam menghadapi keadaan tersebut, kembali ia berhasil lolos dari serangan si nona berbaju perak itu secara jitu. Kemudian pemuda itu membentak nyaring, tubuhnya bergerak maju mengikuti gerakan pedang, serangannya dipergencar dengan jurus-jurus yang buas dan kasar, bukan saja kecepatannya bagaikan sambaran petir, lincah dan gesit pula seperti awan yang bergerak diangkasa. Kedua orang muda mudi itu benar-benar merupakan sepasang musuh yang sama-sama tangguhnya dan sama-sama berbakatnya. Sesudah melancarkan serangkaian serangan kilat, tiba-tiba gadis berbaju perak itu merubah kembali jurus pedangnya, cahaya pedang segera memancar keempat penjuru bagaikan air raksa yang memancar kemana-mana, dalam waktu singkat empat arah delapan penjuru telah dipenuhi oleh bayangan tubuhnya. Gak Lam kun tidak mengira kalau seorang nona cantik yang masih polos dan manja itu sesungguhnya memiliki ilmu silat yang luar biasa lihaynya, tubuhnya yang harus bergerak kesana kemari diantara kilatan cahaya pedang, persis seperti sebuah sampan yang diombang-ambingkan ditengah amukan gelombang dahsyat. Gerakan tubuh kedua orang itu kian lama bergerak kian cepat, tak lama kemudian selapis cahaya tajam telah menyelimuti seluruh angkasa, dalam keadaan demikian sulitlah untuk membedakan mana Gak Lam kun dan mana si nona berbaju perak.

Sekalipun pertarungan berlangsung amat seru, namun selama ini tak pernah terdengar suara senjata tajam yang saling membentur, rupanya kedua belah pihak sama-sama telah menggunakan ilmu silat tingkat tinggi untuk saling menghindar. Tampak cahaya pedang menyilaukan mata, bayangan manusia saling menggulung kesana kemari, keadaan berlangsung makin seru. Gak Lam kun betul-betul terkesiap menghadapi kenyataan ini pikirnya dihati. Rupanya ilmu silat See thian san mereka betul-betul merupakan ilmu pedang yang manunggal, bukas saja jurusnya ampuh lagipula aneh dan diluar dugaan bikin orang sama sekali tidak menduga sebelumnya dibandingkan dengan ilmu pedang aliran Tionggoan, betul-betul jauh sekali bedanya Dalam pada itu nona berbaju perak tersebut kembali sudah merubah gerakan pedangnya, kali ini dia menggembangkan suatu jurus serangan yang semuanya merupakan jurus-jurus mematikan. Tiba-tiba ujung pedangnya seperti menuding keatas sebentar lagi tahu-tahu sudah menuding kebawah langkahnya sempoyongan dan ilmu pedangnya seperti kacau balau tidak beraturan, tapi justru dibalik kekalutan yang tidak beraturan itu tersimpanlah jurusjurus ampuh yang luar biasa dahsyatnya. Kali ini Gak Lam kun betul-betul tercekat, mendadak ia berdiri tak berkutik, pedangnya dikembangkan menciptakan selapis cahaya pedang yang amat tebal untuk melindungi tubuhnya. Dalam waktu singkat, nona berbaju perak itu merasakan hawa pedang yang melindungi badannya begitu kokoh bagaikan sebuah bukit karang, sekalipun berulangkali dia mencoba untuk menerjang pertahanan tersebut, namun usahanya selalu gagal, sekarang nona itupun baru merasa terkesiap. Tiba-tiba nona berbaju perak itu menarik kembali pedangnya kebelakang, kemudian tangannya didorong kemuka dan secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat, jurus-jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus Thian li san hoa (gadis suci menyambar bunga) See thian Hud co (Buddha suci dari langit barat) serta Sian li ki poh (dewi cantik melangkah maju). Jurus-jurus serangan berantai itu semuanya mengandung daya penghancur yang luar biasa, gerakannya pun sukar diduga sebelumnya. Dalam waktu singkat, diantara lapisan pedang yang kokoh bagaikan batu karang itu mendadak muncul sinar putih yang tahu-tahu meluncur masuk kedalam lapisan pertahanan dan menyambar tubuh si anak muda itu.

Gak Lam kun segera menggerakkan pergelangan tangannya, jurus ampuh kembali dipergunakan, dengan memakai jurus Hay sim an liu (aliran maut ditengah samudra) dari ilmu pedang aliran Hay sim pay, pedangnya berputar kencang menciptakan kembali berlapis-lapis hawa pedang yang seketika itu juga menyelimuti tubuh anak muda itu. Hawa pedang menusuk tulang, cahaya kilat menyilaukan mata, namun tak kedengaran sedikit suarapun. Jelas kedua orang itu telah mempergunakan tenaga dalam tingkat atas untuk melangsungkan pertarungan tersebut, tapi ujung pedang masing-masing terpancarlah hawa pedang yang kuat. Tanpa terjadinya bentrokan secara kekerasan membuktikan bahwa kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk menyimpan tenaga dan sedapat mungkin mengalahkan musuhnya dengan mempergunakan keampuhan jurus pedang masing-masing. Pertarungan ini boleh dibilang benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ditengah pertarungan seru, tiba-tiba terdengar suara dengusan tertahan memecahkan kesunyian, cahaya pedang sirap dan pertarunganpun segera terhenti. Tampaklah gadis berbaju perak itu secara beruntun mundur sejauh dua tiga langkah, pedang yang ditanganpun kini tinggal sebuah gagang pedang saja. Diatas bajunya yang berwarna perak telah muncul empat buah robekan yang cukup panjang. Sekalipun demikian paras muka Gak Lam kun pun pucat pias seperti mayat, peluh dingin membasahi sekujur tubuhnya ia berdiri tegak dengan pedang digenggam ditangan kiri, rupanya cukup parah luka yang dideritanya ini terlihat dari sepasang alis matanya yang berkernyit serta bibirnya yang terkatup rapat rupanya sedang berusaha keras untuk menahan penderitaan serta rasa sakit itu yang dialaminya. Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang lalu katanya, Kenapa aku tidak sekalian kau bunuh? Ternyata ditengah gumpalan hawa pedang yang menggulung-gulung tadi, dalam melancarkan sebuah jurus serangan mematikannya, tiba-tiba Gak Lam kun menyerang dengan menggunakan pedang ditangan kirinya untuk membabat lengan kanan gadis berbaju perak itu. Pada saat itu, serangan mematikan dari gadis berbaju perak pun telah dilepaskan, dengan mendatar pedangnya menusuk kelambung Gak Lam kun, tapi ketika itu Gak Lam kun telah menghimpun tenaga Tok liong ci jiau nya didalam telapak tangan kanan serta merta ditekankan kepedang yang menusuk tiba itu.

Pedangnya secara langsung digetarkan oleh ilmu sakti Tok liong ci jiau dari Gak Lam kun hingga hancur berkeping-keping, sementara pedang ditangan kiri pemuda itu telah merobek-robek baju yang dikenakan gadis berbaju perak itu, bahkan kemudian telapak tangan kanan pemuda itu sempat menggetarkan pula dadanya, untung pemuda itu tak tega dan pada saat terakhir telah menarik kembali sebagian dari tenaga pukulannya Dalam keadaan kalah, dari rasa malunya si nona berbaju perak itu menjadi naik darah hawa murninya segera dihimpun kedalam telapak tangan kirinya dan langsung disodokkan keatas dada Gak Lam kun. Si anak muda itu tertawa getir, katanya, Apa yang kuharapkan adalah mendapatkan Lencana pembunuh naga tersebut, kenapa kita musti saling melukai? Paras muka gadis berbaju perak itu agak berubah, lalu katanya, Dalam pertarungan adu kepandaian yang berlangsung sekarang kau yang berhasil mendapat kemenangan, asal kau bisa menangkan pula pertarungan dalam adu kecerdikan dan pengetahuan, Lencana pembunuh naga ini segera akan kupersembahkan kepadamu Seraya berkata, tiba-tiba gadis berbaju perak itu mengeluarkan sebuah kotak kumala persegi panjang dari sakunya dan diletakkan diatas tanah, katanya kemudian. Sekarang kita akan beradu dalam kemampuan tentang pengetahuan..! Sekujur badan Gak Lam kun menggigil keras tiba-tiba ia menjatuhkan diri keatas tanah dan duduk bersila, sepasang tangannya ditekankan keatas dada sendiri napasnya tersengal-sengal dan wajahnya berubah makin pucat pasi seperti mayat. Setelah terengah-engah sekian lama, akhirnya Gak Lam kun berkata, Bagaimana pula kita harus bertanding dalam soal pengetahuan serta daya tahan? Sambil berkata sepasang matanya yang tajam itu mengawasi kotak kumala tersebut tanpa berkedip ia saksikan kotak itu berwarna putih bersih bagaikan salju, diatas permukaannya terukir seekor naga sakti, ukiran itu sangat indah dan hidup seakan-akan sedang terbang diudara, bentuknya persegi panjang dan panjangnya lima inci dengan lebar tiga inci. Criiing..! diiringi bunyi nyaring tiba-tiba kotak kumala itu terbuka lebar, dari balik kotak tersebut si gadis berbaju perak itu mengeluarkan sebuah lencana berwarna-warni dengan bentuk bulat memanjang, panjang lencana itu kira-kira empat inci dengan lebar dua inci. Pelan-pelan gadis berbaju perak itu menyentil permukaan lencana berwarna-warni itu, lalu katanya, Lencana inilah merupakan lencana mustika yang telah menggemparkan seluruh dunia persilatan, Lencana pembunuh naga adanya!

Gak Lam kun segera merasakan hatinya bergetar keras, tiba-tiba dadanya terasa sakit sekali dan Uaak! ia muntah darah segar, tubuhnya jatuh terduduk dan bergoyang tiada hentinya. Dengan wajah yang berkerut kencang menahan rasa sakit yang luar biasa, Gak Lam kun berusaha keras untuk mengendalikan golakan perasaan dalam hatinya, kemudian pelanpelan berkata, Dapatkah kau pinjamkan lencana pembunuh naga itu kepadaku barang sejenak saja? Gadis berbaju perak itu tertawa merdu, Kau harus perhatikan Lencana pembunuh naga itu baik-baik, sebab adu pengetahuan yang akan berlangsung nanti meliputi pengetahuan tentang Lencana pembunuh naga itu. Sambil berkata ia angsurkan lencana pembunuh naga itu dengan kedua belah tangannya kehadapan Gak Lam kun. Agak gemetar Gak Lam kun menyambut lencana mustika itu, diamatinya benda yang digilai banyak orang itu dengan sorot mata yang tajam. Tampaklah Lencana mustika yang membuat hati orang persilatan jadi hampir gila itu terdiri dari panca warna yang berkilauan, bentuknya sangat indah dan mempesona hati, entah terbuat dari bahan apa? Tapi kalau ditinjau dari bobotnya jelas bukan besi atau tembaga, tapi bukan pula terbuat dari bahan kemala, atau kayu ataukah kertas. Pada pemukaan yang pertama terukirkan seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, lukisan itu lembut sekali dan tampak sangat hidup. Terutama senyuman yang tersungging diujung bibir gadis itu, kendatipun hanya sebuah lukisan tapi tampak sangat hidup bagaikan orang hidup biasa, baik matanya, alis matanya, bibirnya, terutama sepasang lesung pipi yang menambah keayuan dan kelembutan dari dara itu. Ia memang benar-benar seorang gadis cantik rupawan yang sukar dicarikan tandingannya didunia ini. Gak Lam kun yang memperhatikan lukisan gadis diatas lencana itu semakin memandang senyuman gadis itu ia merasa senyuman tersebut makin memiliki daya tarik yang amat luar biasa, membuat jantungnya berdebar semakin keras. Makin dipandang makin tertarik, bagaikan orang yang minum arak saja, semakin minum semakin nikmat tapi semakin cepat pula menjadi mabok. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menegur dengan suara yang merdu dan lembut, Hei rupanya kau sudah terkesima olehnya?

Bagaikan baru sadar dari impian, Gak Lam kun berseru tertahan, betapa terperanjatnya dia setelah menyaksikan paras muka dari dara berbaju perak itu, ternyata ia menemukan bahwa senyuman yang tersungging diujung bibir gadis berbaju perak itu persis seperti gadis yang tertera pada lencana tersebut. Tanpa sadar ia menundukkan kepalanya dan memandang sekejap lukisan dara diatas lencana tersebut, tapi ia tak berani melihat terlalu lama, buru-buru kepalanya didongakkan kembali untuk memandang gadis berbaju perak itu, sesudah menghela napas katanya, Aaai Thian memang maha kuasa dan maha luar biasa, aneka peristiwa yang serba aneh bisa saja terjadi didalam dunia ini Gadis berbaju perak itu tertawa, Apakah kau merasa gadis itu mirip sekali denganku? Gak Lam kun manggut-manggut. Yaa, memang rada mirip, tapi tak bisa dikatakan terlalu mirip katanya, Ehmm benar tapi tahukah kau apa maksud dari lukisan sang gadis diatas Lencana pembunuh naga itu? Aku tidak tahu! Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali. Dapatkah kau menebak maksud dan tujuan sebenarnya? kembali gadis berbaju perak itu bertanya. Satu ingatan melintas dalam benak Gak Lam kun segera pikirnya, Kalau didengar dari pembicaraan Si Tiong pek, katanya Lencana pembunuh naga ini menyangkut seorang gadis yang amat cantik jelita, jangan-jangan benar juga perkataan itu, tapi benarkah didunia ini terdapat seorang gadis seperti itu Berpikir demikian ia lantas berkata, Konon barang siapa yang mendapatkan Lencana pembunuh naga itu, ia akan berbasil pula mempersunting seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, apakah gadis ini yang dimaksudkan? Hei, aku kan sedang bertanya kepadamu? kenapa kau malah sebaliknya bertanya kepadaku? Aku tak mau menebak maksud dan tujuan yang sebenarnya! Kalau begitu coba kau perhatikan kembali lukisan dibalik lencana itu, bila kau kembali tidak berhasil menebak jitu maksud dan arti yang tertera disana, maka dalam pertandingan adu pengetahuan ini kaulah yang berada dipihak kalah Jadi kalau begitu, nona sendiri memahami maksud dan arti dari lukisan gadis yang berada diatas lencana itu?

Gadis berbaju perak itu termenung sebentar, kemudian sahutnya, Aku sendiripun merasa kurang jelas! Kalau memang begitu, kenapa kau mengatakan bahwa dalam pertandingan adu pengetahuan aku kalah darimu? Sebab aku mengetahui arti dan maksud dari lukisan dibaliknya Mendengar jawaban tersebut, Gak Lam kun tidak berbicara lagi, ia membalikkan lencana itu dan memeriksa isinya, ternyata permukaan lencana itu penuh dengan lukisan-lukisan yang kacau balau tak karuan, sulit untuk mengetahui lukisan apakah itu? Yang lebih hebat lagi, semakin diperhatikan lukisan tersebut kepala terasa makin pusing tujuh keliling, ditambah lagi matanya berkunang-kunang. Sekalipun demikian, garis lukisan yang tertera diatas lencana itu tampak amat jelas. Gadis berbaju perak itu membiarkan Gak Lam kun memperhatikan lukisan itu beberapa kejap, kemudian baru bertanya, Kau pahami maksud dan artinya? Maksud dalam soal apa? tanya Gak Lam kun dengan wajah tertegun. Maksud dari gambaran diatas lencana itu! Aku pikir lukisan tersebut pastilah suatu penjelasan peta yang mengandung makna yang mendalam sekali Ya betul! Tapi tahukah kau dimanakah letak dari tempat yang dimaksudkan itu? Satu ingatan segera melintas dalam benak Gak Lam kun, tiba-tiba saja ia teringat dengan kata-kata dari Jit poh lui sim ciam (panah inti geledek tujuh langkah pencabut nyawa) Lui seng thian ketika berada diatas pohon siong, serta kata-kata dari Si tosu setan Thian yu Cinjin dan Hoa Kok khi ketika berada dimulut masuk menuju kebangunan loteng yang misterius itu. Sambil tersenyum segera sahutnya, Aku rasa letak dari tempat tersebut berada diatas pulau ini! Gadis berbaju perak itu segera tetawa dingin, Heeeh heeeeh heeeehh kalau begitu, dapatkah kau memahami kunci rahasia yang menyangkut dalam penjelasan peta rahasia ini? Apakah nona sendiri telah memahaminya? Belum! sahut gadis berbaju perak itu hambar.

Gak Lam kun segera tertawa dingin. Kalau begitu kita sama-sama tidak tahu, dalam soal adu pengetahuan kita hanya bisa dibilang seri! Yaa, hanya bisa bilang seri gadis berbaju perak itu tertawa dan manggut-manggut, nah, sekarang mari kita adu persoalan yang terakhir, yakni mengadu kecerdikan dan daya tahan Bagaimana caranya kita harus beradu kecerdikan dan daya tahan? Lantas menurut pandanganmu sendiri, bagaimana kita harus melakukannya? gadis itu malah balik bertanya. Tampaknya nona sudah mempunyai suatu rencana yang matang maka lebih baik kuturuti kehendakmu saja Sungguhkah perkataanmu ini? Jangan menyesal akhirnya Sebagai seorang laki-laki sejati, apa yang telah diucapkan tak akan disesali kembali Gadis berbaju perak itu segera tersenyum. Untuk beradu kecerdasan maka hal ini tidak terbatas dalam bidang apapun juga dimanapun kau berada apa yang ada dihadapanmu bisa kita gunakan untuk beradu kecerdasan, aku pikir dalam soal ini tak usah kita pertandingkan lagi, sekarang aku hanya minta kepadamu untuk mendengarkan sebuah lagu yang indah, asal kau sanggup menahan daya pengaruh dari irama khim tersebut Lencana pembunuh naga ini segera akan kuserahkan kepadamu. Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Gak Lam kun segera berpikir, Irama iblis dari Soat san thian li merupakan suatu kepandaian yang maha sakti, untungnya suhu pernah mendapat warisan ilmu tersebut, sekarang aku sudah tak takut terhadap pengaruh irama iblis itu lagi, apa salahnya kalau kudengarkan permainan khimnya itu? Berpikir sampai disini, diapun segera manggut-manggut, sahutnya, Baiklah kita tetapkan dengan sepatah kata ini akan kudengarkan permainan khim mu itu Tiba-tiba saja paras muka gadis berbaju perak itu berubah menjadi amat serius, senyuman yang manis dan menawan hati itu seketika lenyap tak berbekas, sambil memeluk khim antiknya ia duduk bersila diatas tanah. Gak Lam kun ikut bersemedi pula dihadapan gadis berbaju perak itu, meski isi perutnya terluka sekarang, tapi tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna lagi pula ia telah mengerahkan ilmu Huan bu hwe kong dari Yo Long sekalipun luka yang betapa parahnya untuk sementara waktu semua luka itu dapat ditekan lebih dulu.

Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan, seluruh perhatiannya dipusatkan menjadi satu dan siap menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi. Ia telah bertekad, bagaimanapun juga tugas yang dibebankan suhu kepadanya harus diselesaikan, dan Lencana pembunuh naga itu harus dimenangkan olehnya Pada saat itulah, tiba-tiba berkumandang dua kali dentingan nyaring yang menggetarkan sukma. Criing..! Criing..! Gak Lam kun segera merasakan hatinya bergetar keras oleh dua dentingan nyaring itu, bahkan tubuhnya yang sedang duduk bersila pun ikut bergetar keras, hal ini membuat hatinya amat terperanjat, paras mukanya seketika berubah menjadi pucat pias. Menyaksikan perubahan wajahnya itu, si nona berbaju perak menghela napas panjang, katanya, Apakah kau sanggup untuk mempertahankan diri? Ketahuilah yang bakal kumainkan bukan irama sebangsa Mi tin loan hun ci atau Sang goan ci melainkan sejenis irama maut dari tingkatan paling tinggi yang dinamakan Kiu hian tay boan yok sin im Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam kun setelah mendengar nama itu, serunya tertahan, Apa? Kau telah menguasai ilmu sakti Kiu hian tay boan yok sin im yang maha dahsyat itu? Kiranya ia pernah teringat dengan perkataan dari suhunya Yo Long kepadanya, waktu itu ia berkata demikian, Penyakit cacad yang kuderita sekarang baru akan bisa sembuh dan nyawaku baru dapat diselamatkan andaikata ada seseorang yang dapat memainkan irama sakti Kiu hian tay boan yok sin im, irama sakti ini adalah semacam irama maut yang maha dahsyat, tapi apabila sipendengar dapat mempergunakan irama pembunuh manusia itu untuk menembusi nadi-nadi penting ditubuhnya, maka bukan saja akan terhindar dari kematian, malahan berbagai penyakit cacad yang dideritanya akan menjadi sembuh malah, sekalipun aku sudah bisa mempergunakan kepandaian untuk memanfaatkan irama maut menjadi kekuatan untuk mengobati luka, sayang sekali belum ada seorang manusiapun didunia ini yang dapat mempergunakan irama Kiu hian tay boan yok sin im, coba kalau tidak maka kekuatanku pasti akan menjadi tak terkalahkan didunia ini Entah apa sebabnya, ketika selesai mendengar perkataan dari Gak Lam kun itu, gadis berbaju perak itu segera mendengus dingin, selapis hawa napsu membunuh yang mengerikan dengan cepat menyelimuti wajahnya diawasinya senar-senar khim itu dengan pandangan tajam. Jari jemari yang lencir dan lembut pelan-pelan menari diatas senar khim dan memainkan irama musik yang merdu merayu. Rupanya ia telah memetik irama Kiu hian tay boan yok sin im tersebut untuk menyerang musuhnya.

Crring..! Crring..! Crring..! bunyi gemerincingan nyaring menggema menyelimuti seluruh angkasa. Mengikuti permainan irama khim tersebut, tubuh Gak Lam kun mulai goncang dan bergetar keras. 000000O00000 Mukanya yang sudah pucat kini makin memucat, kulit tubuhnya mengejang keras menahan penderitaan yang luar biasa, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran membasahi jidatnya. Serentetan irama merdu merayu yang menawan hati berkumandang diangkasa mengikuti gerakan jari tangan gadis berbaju perak itu, suaranya mana merdu, indah menawan lagi. Irama tersebut sepintas lalu tampak sama sekali tiada pengaruh daya iblis yang mengerikan, irama itu kedengaran begitu lembut, begitu indah dan mendatangkan kedamaian dalam hati. Tapi jauh berbeda bagi perasaan Gak Lam kun, benaknya seakan-akan dipenuhi oleh aneka macam lamunan yang aneh-aneh karena pengaruh irama tersebut, sekujur badannya terasa seakan-akan sedang terbang melayang diudara. Yang lebih membuatnya menderita adalah peredaran darah dalam tubuhnya kian lama kian membeku kesatu arah, penderitaan tersebut adalah begitu hebat dan begitu dahsyatnya, membuat Gak Lam kun harus menggertak giginya kencang-kencang, seluruh kulit tubuhnya mengejang keras menahan rasa sakit yang luar biasa. Lamat-lamat noda darah mulai mengalir keluar dari ujung bibirnya ia merasakan tubuhnya yang sedang duduk bersila itu bagaikan berada dalam gudang es, sekujur tubuhnya gemetar keras. Bila keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung lebih jauh, tak dapat disangsikan lagi Gak Lam kun pasti akan mati secara mengerikan. Gadis berbaju perak itu melirik sekejap kearah Gak Lam kun yang sedang menderita kesakitan itu, lalu sambil menghela napas sedih ia menghentikan permainan seraya berkata, Aku tak ingin mencelakai jiwamu, lebih baik kau mengaku kalah saja! Gak Lam kun tidak berbicara ataupun bersuara, ia masih tetap duduk bersila ditempat semula. Ketika dilihatnya pemuda itu tidak juga menjawab, bahkan penderitaan yang dialaminya berangsur-angsur menjadi tenang kembali, ia menghela nafas panjang, dan jari jemarinya pun mulai memetik kembali senar-senar khim tersebut.

Alunan lagu yang indah dan merdu sekali lagi berkumandang memenuhi seluruh angkasa. Tapi kali ini Gak Lam kun duduk tenang bagaikan seorang pendeta tua, kejangankejangan yang semula mencekam kulit tubuhnya dan badan yang semula gemetar keras kini sudah menjadi tenang semuanya. Bahkan diatas wajahnya yang pucat pias seperti mayat itu kini sudah mulai bersemu merah. Ia tampak begitu tenang, begitu santai dan seolah-olah tidak merasakan penderitaan apapun. Malah kemudian, sekulum senyuman yang penuh ejekan tersungging diujung bibirnya. Betapa terkejutnya gadis berbaju perak itu, apalagi setelah menyaksikan paras mukanya begitu tenang dan sama sekali tidak terpengaruh oleh irama iblis yang dimainkan itu, muka yang cantik jelita itu mulai berubah pucat pasi jari jemarinya menari semakin kencang diatas senar-senar khimnya. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, keadaan Gak Lam kun masih tetap tenang dan sedikitpun tidak nampak terpengaruh, bahkan begitu tenangnya bagaikan air dikolam. Menyaksikan keadaan tersebut, gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin lalu serunya, Untuk mempertahankan keutuhan diri Lencana pembunuh naga ini, jangan kau salahkan kalau terpaksa aku harus bertindak keji kepadamu! Begitu selesai berkata tangan kanannya segera bergerak cepat dan memetik senar khim itu dengan gerakan mendatar. Crring..! dentingan nyaring kembali menggeletar diudara Uuaak..! tidak ampun Gak Lam kun muntahkan darah kental. Criiing! Criiing..! Criiing..! sekali lagi terdengar tiga kali dentingan yang amat nyaring. Ketiga buah dentingan tersebut kedengarannya sangat lembut dan merdu sekali, akan tetapi bagi pendengaran Gak Lam kun ibaratnya tiga bunyi geledek yang meledak diatas batok kepalanya, kontan saja ia kehilangan seluruh daya kendalinya. Ia memuntahkan darah kental yang menyembur keluar sangat deras, tubuh yang semula masih duduk bersila kini roboh keatas tanah, suasana pun pulih kembali dalam keheningan. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu melepaskan khim antik itu dari pondongannya kemudian berjalan kesamping Gak Lam kun, setelah memeriksa hembusan napasnya, tiba-tiba saja paras mukanya berubah sangat hebat

Ternyata napas Gak Lam kun telah berhenti, peluh dingin membasahi jidatnya, muka yang pucat pias kini berubah menjadi kelabu, tubuhnya kaku seperti sesosok mayat. Memandang paras mukanya yang amat memedihkan hati itu, tanpa terasa dua titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya. Mendadak ia merangkap sepasang tangannya didepan dada, lalu dengan suara lirih mulai berdoa, Oooh Gak siangkong wahai Gak siangkong maafkanlah daku! Sesungguhnya aku tidak bermaksud membunuhmu tapi engkau terlalu keras kepala, hal ini mau tak mau memaksaku untuk turun tangan keji kepadamu, tapi sekarang aku merasa menyesal sekali, untuk menebus dosaku ini, aku telah bertekad untuk sepanjang tahun mendampingimu disisi kuburanmu. Ooooh ibu! Wahai ibuku! Biji tak akan melanggar pesan terakhirmu, sepanjang hidupku sekarang tak akan kucintai seorang lelaki darimana pun, tapi sekarang, lantaran memainkan irama Kiu hian tay boan yok sin ing, aku telah mencelakai jiwanya, maka aku mohon kepada kau orang tua agar menyetujui tekadku ini untuk menemaninya sepanjang masa, karena ia telah mati, bukankah kau orang tua tidak melarangku untuk mencintai seseorang yang telah mati? Selesai berdoa, ia membungkukkan badannya dan memungut lencana pembunuh naga itu, kemudian dimasukkan kembali kedalam kotak kumala tersebut Kemudian diambilnya kembali Khim antik itu dan Criing! Criing! dia memainkan irama yang memilukan hati. Irama tersebut bernada sedih, penuh kedukaan kemurungan dan kemasgulan. Diantara gulungan ombak yang menghantam diatas batu karang, irama khim itu sungguh mengharukan hati siapapun. Angin laut berhembus lewat menggoyangkan rambutnya yang lembut, bunyi pohon siong yang terhembus angin menambah sedih dan murungnya pemandangan waktu itu. Ditengah sinar rembulan yang purnama, tiba-tiba muncul seorang gadis berbaju putih yang pelan-pelan menuju ketanah datar tersebut. Gadis berbaju putih itu melirik sekejap kearah Gak Lam kun yang tergeletak ditanah lalu tampak agak tertegun. Tiba-tiba saja ia menjerit kaget, lalu secepat kilat menubruk kearah depan. Dipeluknya Gak Lam kun erat-erat, lalu teriaknya keras-keras, Engkoh Gak..!

Teriakan tersebut segera menyadarkan gadis berbaju perak itu dari kesedihannya, dengan sepasang matanya yang jeli dia melirik sekejap kearah gadis berbaju putih itu, kemudian setelah menghela napas sedih katanya, Kau kenal dengan orang ini? Siapa gadis berbaju putih itu? Dia tak lain adalah Ji Cin peng. Dalam cemas dan gugupnya, ia tak sempat untuk menjawab pertanyaannya lagi, dengan cepat dia meraba denyutan nadi Gak Lam kun, ketika dirasakan bahwa denyutan jantungnya masih bergerak, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya dan menguruti disekeliling dada si anak muda itu. Sudah berulangkali Ji Cin peng menguruti dada si anak muda ini, akan tetapi belum juga sadar kembali, hal mana membuat gadis itu mulai gelisah, pikirannya menjadi kalut sekali. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghela napas panjang, katanya kemudian dengan lirih, Ia sudah meninggal dunia! Ji Cin peng membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, ditatapnya gadis berbaju perak itu sekejap, kemudian hardiknya, Apakah kau yang telah mencelakainya? Sekali lagi gadis berbaju perak itu menghela nafas panjang. Yaa, benar! Tapi aku amat menyesal sekali! Dengan menggunakan kepandaian apakah kau telah melukainya? Ji Cin peng kembali bertanya. Nadi-nadi pentingnya sudah terluka oleh getaran irama Kiu huan tay boan yok sin im yang kulancarkan akibatnya ia meninggal dunia! Heeeh heeeh heeeeh masakah irama sakti Kiu huan tay boan yok sin im bisa dipakai untuk membunuh orang? Mendengar pertanyaan itu, gadis berbaju perak tersebut menjadi tertegun, kemudian ia balik bertanya, Apakah kau sanggup untuk menerima permainan irama sakti dari Kiu huan tay boan yok sin im ini? Heeeh heeeh heeeh sekalipun aku tidak mempunyai kepercayaan tersebut, akan tetapi sebentar lagi aku pasti akan mencoba kelihayanmu itu Sehabis berkata, gadis itu segera menepuk pelan jalan darah Mia bun hiat dipunggung Gak Lam kun, setelah itu hawa murninya segera disalurkan kedalam tubuhnya. Dalam waktu singkat hawa murninya itu telah menembusi jalan darah Hu ciat hiat, Pek hwei hiat dan Hian ki hiat ditubuh Gak Lam kun.

Akan tetapi, sekalipun ia sudah bekerja keras selama seperminum teh lamanya, kecuali denyutan jantung didada Gak Lam kun masih berdetak, sekujur badannya hampir sudah menjadi dingin dan kaku persis seperti sesosok mayat. Sampai disini, Ji Cin peng benar-benar merasa kecewa sekali, ia menghela napas sedih dan katanya, Betulkah kau telah mempergunakan irama sakti Kiu huan tay boan yok sin im melukai nadi-nadi penting didalam tubuhnya? Gadis berbaju perak itu mengangguk. Ilmu silat yang dimilikinya terlalu tinggi kecuali mempergunakan kepandaian ini, aku tak akan sanggup untuk menangkan kehebatan ilmu silatnya Sekuat tenaga Ji Cin peng berusaha untuk mengendalikan rasa sedih yang mencekam hatinya, kembali ia bertanya, Apakah kau dapat mencarikan akal untuk menyembuhkan luka yang dideritanya itu? Gadis berbaju perak itu gelengkan kepalanya berulangkali. Sekalipun ibuku masih hidup didunia, belum tentu ia sanggup untuk mengobati lukanya itu! Kenapa kau begitu tega untuk mencelakai jiwanya? bisik Ji Cin peng dengan airmata bercucuran saking sedihnya. Mendengar perkataan itu, gadis berbaju perak itu tertegun, lalu diam-diam gumamnya, Yaa, benar, kenapa aku begitu tega untuk mencelakai jiwanya..? Dalam pada itu Ji Cin peng duduk dengan tenang disana tanpa bergerak ataupun mengucapkan sepatah katapun sambil membopong tubuh Gak Lam kun yang sedang menderita luka parah itu. Tiada airmata yang jatuh bercucuran membasahi wajahnya, tiada pula suara isak tangis yang memecahkan keheningan. Tiba-tiba saja Ji Cin peng menundukkan kepalanya dan mencium noda darah diujung bibir Gak Lam kun, ia tak takut kotor ia tak takut perbuatannya itu ditertawakan orang. Dengan sepasang mata terbelalak besar gadis berbaju perak itu mengawasi gerak gerik gadis itu wajahnya amat tenang dan wajar, sama sekali tiada rasa dengki atau iri. Pemandangan itu benar-benar merupakan suatu pemandangan yang penuh dengan kepedihan dan keseriusan.

Tapi dibalik ketenangan yang mencekam sekeliling tempat itu justru terkandung suatu kekuatan yang merangsang perasaan orang membuat siapapun juga yang menyaksikan adegan semacam ini akan merasa ikut terharu dan bersedih hati Lama, lama sekali Tiba-tiba Ji Cin peng berkata dengan suara dingin, Aku akan membalaskan dendam bagi sakit hatinya! Pelan-pelan Ji Cin peng menurunkan tubuh Gak Lam kun dari pelukannya, selapis hawa napsu membunuh yang mengerikan telah menyelimuti seluruh wajahnya. Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, tiba-tiba tanyanya, Apakah hubunganmu dengannya? Aku adalah istrinya! jawab Ji Cin peng dingin. Mendengar jawaban tersebut, sekujur tubuh gadis berbaju perak itu gemetar keras, tapi hanya sebentar kemudian wajahnya telah pulih kembali menjadi tenang, ia tertawa getir lalu katanya. Kalau memang demikian, silahkan kau turun tangan! Ji Cin peng bukan orang yang ceroboh, diapun tahu bahwa orang yang sanggup melukai kekasihnya hingga terluka parah pasti mempunyai kepandaian silat yang sangat lihay dari sakunya dia mengeluarkan pedang Giok siang kut kiam yang amat tajam itu, sambil meloloskan dari sarungnya ia berkata dengan suara dingin, Cabut keluar senjata tajammu ! Gadis berbaju perak itu kembali menghela napas sedih. Terus terang kuberitahukan kepadamu, setelah melukai jiwanya tadi aku merasa amat menyesal sekali, tapi kalau kau belum juga bisa memahami keadaanku, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi! Sambil berkata dia mengambil kembali khim antiknya dan mulai memetik dua kali Criiing! Criiing! Walaupun tenaga dalam yang dimiliki Ji Cin peng sangat sempurna, daya tahannya pun sangat tinggi, akan tetapi dua kali dentingan bunyi irama khim itu membuat jantungnya berdebar keras dan peredaran darahnya bergolak keras, buru-buru ia membuang semua pikiran kalut untuk memusatkan diri menghadapi musuh. Pedang pendek didalam genggamannya itu segera digetarkan keras, kemudian secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai.

Walaupun ketiga buah serangan tersebut dilancarkan tidak bersamaan waktunya, namun kecepatannya luar biasa sekali sehingga hampir bersamaan waktunya tiba ditubuh lawan. Gadis berbaju perak itu segera bergerak kesamping, dengan suatu gerakan tubuh yang enteng dan gesit dia menghindarkan diri dari ketiga bacokan pedang itu. Criiing..! Criiing..! Criiing..! kembali terdengar suara dentingan khim berbunyi diudara. Sambil menghimpun tenaga dalamnya kembali Ji Cin peng melancarkan sebuah tusukan kedepan, tiba-tiba saja hawa murninya terasa mengendor, tubuhnya bergetar dan mundur dua langkah dengan sempoyongan. Sambil membopong khim antiknya, gadis berbaju perak itu kembali berkata dengan suara hambar. Kau sanggup menahan enam dentingan irama sakti dari Kiu hian tay boan yok sin im yang kulancarkan, ini menunjukkan bahwa tenaga dalam yang kau miliki benar-benar hebat, aku hendak memperingatkanmu, jika kau harus menyerang dengan hawa murni yang buyar, maka akibatnya hawa murni akan menyerang kedalam nadi-nadi pentingmu sendiri Belum lagi perkataan itu selesai diucapkan, Ji Cin peng telah menerjang kembali, pedangnya menggunakan jurus Thian li hui ko (gadis langit mengayunkan tombak) tibatiba dari gerakan membacok berubah menjadi gerakan menotok yang diancam adalah jalan darah diatas bahu kanan gadis berbaju perak itu. Dibalik serangannya itu lamat-lamat mengandung beberapa gerakan membunuh yang luar biasa sekali. Baru saja gadis berbaju perak itu berkelit kesamping, Ji Cin peng tidak sudi memberi kesempatan baginya untuk memetik senar tali khimnya lagi, ia menerjang maju lebih kedepan, pedangnya secara beruntun melancarkan beberapa buah bacokan. Dalam waktu singkat bayangan pedang membumbung tinggi keangkasa, hawa pedang yang tajam menyusup keempat penjuru. Dalam sekejap mata Ji Cin peng telah melancarkan delapan buah serangan maut. Dibawah desakan yang gencar dan dahsyat dari ilmu pedang maha sakti itu, gadis berbaju perak tersebut betul-betul tidak mempunyai kesempatan untuk memetik tali senar khimnya, malah sebaliknya setiap kali harus menghadapi keadaan yang sangat berbahaya. Kejut dan heran Ji Cin peng menghadapi kenyataan tersebut, ia tak menyangka kalau delapan belas buah serangan pedang kilatnya yang sangat luar biasa itu belum berhasil juga untuk melukai lawannya, itu berarti jika jurus pedangnya tak dapat disambung lebih

lanjut, akibatnya dia sendirilah yang akan terluka oleh irama maut tersebut. Maka Ji Cin peng segera menerjang maju kedepan, menggunakan kesempatan itu ia melancarkan sebuah tusukan dengan mempergunakan jurus Cuan im ci seng (menembusi awan memetik bintang). Gadis berbaju perak itu segera mementalkan serangan pedang itu dengan mempergunakan khim antiknya, lalu sepasang kaki menjejak tanah dan ia melompat ketengah udara. Ji Cin peng tidak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk kabur dari jangkauan serangannya, melihat dia melompat keudara gadis itupun ikut melompat ketengah udara, pedang pendeknya dengan menciptakan selapis cahaya pelangi berwarna putih langsung menerobos maju kedepan. Tiba-tiba ia menyaksikan gadis berbaju perak itu menarik keatas sepasang kakinya, lalu dalam beberapa kali jumpalitan saja ia sudah berada ditempat semula. Mimpipun Ji Cin peng tidak menyangka kalau gerakan tubuhnya secepat itu, dia tahu apabila musuhnya dibiarkan kabur dari jangkauan serangannya, maka begitu irama khim mulai dipetik, niscaya dia tak akan mampu untuk menahan datangnya serangan tersebut. Didalam gugup dan cemasnya, dari tengah udara ia mengeluarkan tiga biji tasbeh dan segera diayunkan kedepan. Itulah senjata rahasia khas dari Lam hay sin ni, sambaran tasbeh tersebut sedemikian cepatnya bak sambaran kilat ditengah udara. Pada waktu itu, jari tangan gadis berbaju perak itu sudah menempel diatas tali senar khim dan siap memetiknya, tapi lantaran ketiga biji tasbeh itu sudah keburu menyambar datang lebih dahulu terpaksa mau tak mau dia harus menggeser badan untuk menghindarkan diri. Didalam kesempatan itulah Ji Cin peng telah menerjang maju kedepan dan secara beruntun pedang pendeknya kembali melancarkan tiga buah serangan berantai. Akibat dari serangan Ji Cin peng yang bertubi-tubi itu terpaksa si gadis berbaju perak itu harus mundur sejauh beberapa langkah. Diam-diam ia merasa terkejut dan keheranan juga menghadapi kejadian ini, pikirnya, Sungguh hebat dan luar biasa sekali kepandaian silat yang dimiliki gadis ini, terutama sekali permainan ilmu pedangnya suugguh tidak lebih lemah dari permainan pedang Malaikat pedang Siang hong im Diatas wajah Ji Cin peng yang dingin, lamat-lamat sudah mulai muncul hawa napsu membunuh yang mengerikan, ia mendengus dingin tiba-tiba pedang dan telapak tangannya melancarkan serangan.

Pedangnya melancarkan serangan dengan jurus Bang hong jut ciau (selaksa kumbang dari sarang) suatu jurus serangan yang mematikan dari ilmu pedang Tay ik tiu bun kiam hoat aliran Lam hay, sementara telapak tangan kirinya melancarkan serangan dengan jurus Sin liong huan hay(naga sakti menggulung samudra) yang disertai dengan tenaga sakti Boan yok sinkang. Tiba-tiba terdengar bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul kemudian muncul segulung tenaga pukulan yang maha sakti langsung menyergap belakang punggung Ji Cin peng. Berada dalam keadaan seperti ini, mau tak mau Ji Cin peng harus melindungi diri sendiri, tubuhnya segera bergeser empat depa kesamping ketika berpaling maka tampaklah kurang lebih dua kaki dibelakangnya berdiri seorang kakek berbaju hijau yang rambutnya telah memutih semua dilihat dari dandanannya, tak salah lagi kalau dia adalah seorang tokoh silat yang berilmu tinggi. Kakek berbaju hijau itu menggembol sebilah pedang antik pada punggungnya dengan sepasang mata yang tajam bagaikan kilat ia memandang Ji Cin peng sekejap, kemudian pelan-pelan berkata, Tolong tanya apakah kau adalah murid dari Lam hay sin ni? Begitu menyaksikan kakek tersebut, tanpa ditanyapun Ji Cin peng sudah tahu bahwa kakek tersebut adalah See ih kiam seng (malaikat pedang dari wilayah See ih) Siang Bong im. Ia lantas tertawa dingin dan balik bertanya, Bolehkah aku tahu bahwa kau adalah See ih kiam seng Siang losianseng..? Kiam seng Siang Bong im mengelus jenggotnya dan tersenyum. Benar, itulah lohu! sahutnya. Siang lo sianseng! kata Ji Cin peng dengan dingin, namamu sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan, sungguh beruntung kita bisa jumpa muka pada malam ini, aku seorang pelajar yang belum tamat belajar ingin sekali memohon petunjuk beberapa jurus kepandaian silatmu yang maha sakti itu Mendengar perkataan tersebut, See ih kiam seng Siang Bong im segera tertawa terbahakbahak. Haaahhh haaahhh haaahhh selamanya orang baru akan menggantikan orang lama, kaum generasi yang muda memang selalu lebih hebat dan pemberani Belum habis perkataan itu, mendadak dari kejauhan berkumandang suara gelak tertawa yang menggetarkan seluruh angkasa ditengah malam tersebut.

Ketika Ji Cin peng mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong dibawah iringan Kim, Gin dan Lan tiga orang thamcunya sedang bergerak mendekat dengan kecepatan luar biasa. Dibelakang mereka mengikuti pula delapan belas orang elang baja yang tersohor itu. Langkah Thi eng sin siu Oh Bu hong amat santai dan tenang, jenggot panjangnya bergoyang keras terhembus angin malam, sekali lagi ia tertawa terbahak-bahak dengan nyaringnya. Haaahhh haaahhh haaahhh tak kusangka kalau kalian semua telah datang selangkah lebih dahulu, maaf jika kami dari Thi eng pang datang agak terlambat! Belum habis perkataan itu, serentetan suara dingin lain yang mengerikan kembali berkumandang, Sungguh pagi amat kedatangan kalian, biarlah aku si tua bangka yang tidak mati-mati ikut datang meramaikan suasana ini Berbareng dengan selesainya perkataan itu, tampaklah sesosok bayangan manusia bagaikan sesosok sukma gentayangan yang telah menerjang masuk kedalam gelanggang, orang itu bukan lain adalah Ji poh lui sim ciam Lui Seng thian adanya. Dalam waktu singkat, tempat yang amat sempit itu telah berkumpul sekian banyak jagojago yang berilmu tinggi. Ketika semua kawanan jago itu menyaksikan diri Gak Lam kun yang tergeletak kaku diatas tanah, mula-mula mereka agak tertegun, terutama sekali Kim eng thamcu Ki Li soat dari perkumpulan Thi eng pang. Terdengar ia menjerit kaget lalu serunya, Haah, rupanya dia Mungkin penemuan tersebut sangat menggetarkan perasaannya sehingga sekujur tubuhnya yang indah itu tampak agak menggigil keras. Berbareng dengan berkumandangnya jeritan kaget itu, tiba-tiba terdengar seseorang menghela napas panjang, lalu berseru, Oooh betapa lihaynya irama khim tersebut Kontan saja gadis berbaju perak itu menjerit keras, lalu teriaknya dengan suara panik, Ada setan ada setan Paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sekujur tubuhnya gemetar keras. Ternyata Gak Lam kun yang mula-mula berbaring dengan tubuh kaku itu secara tiba-tiba bangun dan berduduk.

Kejut dan girang Ji Cin peng menyaksikan kejadian itu, serta merta ia memutar badannya sambil berseru, Kau kau tidak apa-apa..? Suaranya penuh dengan rasa kuatir, kasihan dan sayang, sekalipun nadanya agak gemetar. Gak Lam kun manggut-manggut. Ya, aku masih sanggup bertahan! sahutnya. Melihat pemuda itu tidak mati, gadis berbaju perak itupun dapat tersenyum kembali serunya sambil tertawa, Hei, rupanya kau belum mati? Ehmmm..! Aku memang belum mati, maka aku minta agar kau dapat memenuhi janjimu itu kata Gak Lam kun sambil menarik muka. Menggunakan kesempatan sedang berbicara, dengan suatu gerakan yang cepat Gak Lam kun menyapu sekejap keadaan disekeliling tempat itu Hei, sebenarnya kenapa kau bisa bangun kembali? terdengar gadis berbaju perak itu bertanya dengan wajah penuh kecurigaan. Sesungguhnya didunia ini penuh dengan kejadian yang aneh serta benda-benda yang janggal, karena itu aku sendiripun tak tahu kenapa bisa hidup kembali sahut pemuda itu hambar. Sebagaimana telah diucapkan tadi, sebenarnya Gak Lam kun sendiripun merasa heran dan tercengang ketika mengetahui bahwa ia dapat sadar kembali dari pingsannya, sebab sejak dulu sampai sekarang ia telah tahu bahwa ilmu irama Kiu hian tay boan yok sin im adalah suatu irama iblis yang lihay sekali. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu berpaling kewajah Ji Cin peng, setelah menghela napas sedih katanya, Sungguh tak kusangka kalau dalam dunia persilatan dewasa ini masih ada orang yang sanggup menyembuhkan penyakit semacam ini Mendengar perkataan itu, Gak Lam kun segera menyadari bahwa hidupnya kembali disaat ini adalah berkat pertolongan dari Bwe Li pek, dengan cepat ia berpaling kearah Ji Cin peng dan katanya sambil menghela napas panjang, Aaai Nona Bwe, selama kehidupanku sekarang, entah dengan cara apakah Gak Lam kun dapat membalas budi kebaikanmu itu Mendengar perkataan itu, sekali lagi si gadis berbaju perak itu merasa tertegun, tiba-tiba ia berpaling kearah Ji Cin peng memandangnya sekejap dan berkata sambil tertawa, Ooo rupanya kau sedang berbohong tadi

Mendengar perkataan itu, merah padam selembar wajah Ji Cin peng karena jengah, ia segera menundukkan kepalanya. Oleh tanya jawab yang tiada ujung pangkalnya ini, semua orang yang hadir ditempat itu menjadi kebingungan dan tak habis mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, demikian juga halnya dengan Gak Lam kun sendiri, ia tak tahu apa arti dari pembicaraan kedua orang gadis tersebut. Perasaan Ji Cin peng pada saat ini amat menderita, kiranya yang dimaksudkan oleh gadis berbaju perak tadi adalah soal pengakuannya sebagai istri Gak Lam kun. Ji Cin peng kuatir sekali jika gadis berbaju perak itu membongkar rahasianya secara langsung, maka sambil mendongakan kepalanya ia berkata kembali, Dibalik persoalan ini sesungguhnya terdapat latar belakang yang sangat kalut sekali, aku harap agar kau jangan menambah kesulitan bagiku saja! Gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin, katanya, Siapakah yang akan menambah kesulitanmu? Hmm Paras muka Gak Lam kun ikut berubah menjadi serius, tiba-tiba katanya, Nona, lebih baik kau selesaikan dengan segera pekerjaan yang harus kau lakukan Persoalan apa? Hawa amarah sudah mulai menyelimuti seluruh wajah Gak Lam kun, tegurnya, Apakah kau hendak mengingkari janji? Gadis berbaju perak itu segera tertawa berderai-derai. Haaah haaah haaah setelah kau ambil benda tersebut, apakah tidak takut kalau dirampas orang lagi? Baiklah! Kalau toh aku yang telah kalah pada malam ini, terpaksa benda itu harus kuserahkan kepadamu. Seraya berkata gadis berbaju perak itu mengambil keluar sebuah kotak kumala dari dalam sakunya. Sementara itu semua jago lihay yang berada disekitar gelanggang serta merta telah maju beberapa langkah kedepan. Thi eng sin siu Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, sepasang matanya yang lebih tajam dari sembilu itu menatap kotak kumala ditangan gadis berbaju perak itu tajam-tajam kemudian tegurnya, Tolong tanya, apakah nona berasal dari perguruan See thian san pay..? Gadis berbaju perak itu segera tertawa merdu.

Benar! sahutnya, apakah kau ingin tanya apa isi dalam kotak kumala ini? Thi eng sin siu Oh Bu hong segera tersenyum. Nona memang cerdik sekali katanya, tolong tanya apa benar isi kotak kumala itu adalah Lencana pembunuh naga? Gadis berbaju perak itu manggut-manggut. Ehmm, kaupun amat cerdas! Benda yang berada didalam kotak kumala ini memang benar Lencana pembunuh naga yang dapat membuat setiap orang persilatan berubah muka, eeeh kau menanyakan persoalan ini sampai sedemikian jelasnya, apa maksud dan tujuanmu? Oh Bu hong kembali tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahhhh haaahhh walaupun Lencana pembunuh naga adalah benda mustika yang tiada taranya dalam dunia persilatan, akan tetapi aku Oh Bu hong masih tak kesudian untuk merampasnya dengan kekerasan dewasa ini tak sedikit jumlah jago lihay yang berkumpul dipulau ini, bila sampai terjadi pertarungan maka tidak sedikit nyawa manusia yang akan melayang ditempat ini. Lolap rasa kita harus mencari sebuah akal yang adil untuk menyelesaikan persoalan ini yakni mempergunakan kehebatan ilmu silat masing-masing untuk menetapkan milik siapakah Lencana pembunuh naga itu, entah bagaimana menurut pendapat nona..? Gadis berbaju perak itu segera tersenyum. Usulmu itu memang adil sekali cuma sayangnya Lencana pembunuh naga itu sudah menjadi milik Gak siangkong, dalam hal ini aku sudah tak dapat mengambil keputusan lagi karena itu lebih baik kau ajukan saja persoalan itu kepadanya Gak Lam kun segera maju dua langkah kedepan menerima kotak kemala tersebut dari tangan gadis berbaju perak itu lalu sambil tertawa dingin katanya, Cara yang diusulkan Oh pangcu memang terhitung bagus sekali, cuma sayangnya aku tak dapat menyetujui usulanmu itu Seraya berkata anak muda itu berpaling dan memberi tanda kepada Ji Cin peng untuk berangkat meninggalkan tempat itu. Sambil tertawa terbahak-bahak, Oh Bu hong segera maju kedepan dan menghadang jalan perginya. Sekalipun kau maju kedepan juga percuma, sebab kepergianmu itu pasti akan dihadang oleh orang-orang lain, itu berarti walaupun lohu tidak turun tangan, toh akhirnya Lencana pembunuh naga itu tak akan berhasil kau pertahankan

Gak Lam kun segera tertawa dingin. Heeehhh heeehhh heeehhh peringatan maupun maksud baik Oh pangcu biar kuterima dalam hati, terima kasih banyak atas kebaikan hatimu itu katanya. Thi eng sin siu kembali tertawa, tanyanya kemudian, Andaikata orang lain telah turun tangan untuk merampas Lencana pembunuh nagamu apakah pihak Thi eng pang juga boleh ikut memeriahkan keramaian ini? Heeehhh heeehhh heeehhh tentu saja boleh! sahut Gak Lam kun sambil tertawa dingin, seandainya Oh pangcu mempunyai kegembiraan untuk turut ambil bagian, silahkan saja untuk turun tangan Oh Bu hong segera menyingkir kesamping dan memberi jalan, katanya sambil tertawa, Lebih baik kita tentukan dengan sepatah kata itu saja, apabila orang lain tidak merampas badanmu itu, pihak Thi eng pang pasti tak akan secara sengaja menyulitkan dirimu Gak Lam kun tidak menyangka kalau Oh Bu hong bisa bersikap demikian terbuka atas peristiwa ini, padahal Oh Bu hong sekalian masih belum tahu kalau Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu telah tewas ditangannya. Baru saja Gak Lam kun dan Ji Cin peng hendak melanjutkan kembali perjalanannya kedepan, tiba-tiba terdengar kembali suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang diudara. Heeehhh heeehhh heeehhh Gak lote harap jangan pergi dulu katanya, aku Lui Seng thian ingin merundingkan suatu persoalan denganmu Gak Lam kun merasa terkejut sekali menyaksikan jalan perginya dihadang oleh kakek dengan panah mautnya, apalagi setelah menyaksikan tabung maut itu ditujukan kearahnya serta Ji Cin peng. Setelah termenung sejenak, diapun bertanya dengan suara dingin, Lui locianpwe, perundingan apakah yang hendak kau bicarakan dengan diriku? Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tertawa seram, kemudian katanya pelan, Gak lote, aku rasa kaupun seorang yang pintar, dan situasi diatas pulau inipun telah kau ketahui dengan jelas, maka apabila kau bersedia mengijinkan lohu untuk turut serta dalam membahas rahasia lencana itu, lohupun bersedia membantu dirimu untuk menghadapi hadangan-hadangan dari musuh tangguh yang telah berada didepan mata sekarang Gak Lam kun tertawa. Lui locianpwe, biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati saja, sayang aku Gak Lam kun selamanya enggan berlutut dihadapan orang sambil memohon bantuannya!

Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali tertawa seram. Heehhh heehhhh heeehhh Gak lote, kau pasti sudah mengetahui betapa lihaynya panah inti geledek yang bisa membunuh korbannya dari jarak tujuh langkah ini bukan? Aku harap kau suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum bertindak Thi eng sin siu Oh Bu hong kembali tertawa terbahak-bahak, katanya, Haaahhh haaahhh haaahhh Gak lote, sekarang kami orang-orang dari Thi eng pang terpaksa harus ikut serta didalam keramaian ini! Sambil berkata pelan-pelan ia berjalan maju kedepan. Lui Seng Thian segera mengalihkan panah inti geledek Jit poh lui sim ciamnya mengarah diri Oh Bu hong, lalu bertanya dengan keras. Oh Bu hong, jika kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau lohu tak akan bertindak sungkan-sungkan lagi kepadamu. Ji Cin peng pun sadar bahwa peristiwa yang telah terjadi hari ini tak mungkin bisa diselesaikan secara baik-baik, maka begitu panah inti geledek milik Lui Seng thian beralih ditujukan kearah Oh Bu hong, ia merasa bahwa kesempatan baik ini tak boleh dibiarkan lewat dengan begitu saja. Ia tidak ragu-ragu lagi, sambil membentak keras tubuhnya menerjang maju kemuka, telapak tangan kirinya dengan jurus Hui tim cing tam (mengebut debu mencari ketenangan) segera dikebaskan kedepan sementara kedua jari tangannya dengan disertai tenaga penuh langsung disodokkan kearah jalan darah Khi bun hiat. Lui seng thian adalah seorang gembong iblis tua yang sangat lihay sepasang bahunya segera digetarkan dan tahu-tahu ia sudah mundur delapan depa dari posisi semula, kini tabung bulatnya kembali ditujukan kearah gadis tersebut. 000000O00000 Begitu sudah lepas dari incaran musuh, sudah barang tentu Ji Cin peng tak sudi membiarkan dirinya diancam oleh lawan lagi, dengan suatu kecepatan yang luar biasa ia memutar badannya dan langsung menerjang kesisi Lui Seng thian. Gerakan itu bukan cuma menghindarkan diri dari ancaman saja bahkan sekaligus telah melancarkan serangan, gerakan tersebut benar-benar dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa. Perputaran badannya sambil disertai gerakan maju kedepan itu sungguh dilakukan dengan menempuh bahaya maut nyaris tabung bulat itu mampir diatas tubuhnya meski hanya selisih beberapa inci saja untung saja gerakan tubuhnya itu digunakan secara tepat

dan bagus, coba kalau tidak sekalipun tidak terluka parah oleh tabung bulat tersebut, paling tidak diapun akan ditawan kembali dibawah ancaman musuh. Lui Seng thian sesungguhnya adalah seorang jago lihay yang sudah lama tersohor namanya dalam dunia persilatan, mana pengalamannya menghadapi musuh sudah cukup banyak, tak sedikit pula jago lihay yang pernah dijumpainya, tapi sayang sekali gerakan tubuh dari Ji Cin peng terlalu aneh dan sakti, kali inipun ia baru menjumpai untuk pertama kalinya, tak urung dibuat tertegun juga ia oleh kejadian tersebut. Gerakan tubuh yang barusan dipergunakan oleh Ji Cin peng itu bernama Lam hay peng po leng im sin hoat (ilmu gerakan tubuh menyeberangi awan tenang dilautan selatan), gerak geriknya bukan cuma aneh, sakti dan lihay lagi, gerakan itu agak sedikit mirip dengan gerakan Ji gi heng jit seng liong heng sin hoat dari Gak Lam-kun. Dikala Lui Seng thian masih tertegun itulah, Ji Cin peng telah menerjang kesamping tubuhnya, dengan menggunakan jurus Peng hong tiang kang (salju menutup sungai tiangkang) tangan kanannya dihantam kedepan dengan disertai tenaga yang luar biasa, begitu tabung bulat milik Lui Seng thian dipukul sampai menyingkir kesamping, telapak tangan kirinya, secepat kilat melancarkan empat buah pukulan dahsyat secara beruntun. 6 Keempat buah serangan itu meski dilancarkan dengan jarak yang berbeda, tapi karena kecepatannya terlalu hebat, sehingga sepintas lalu tampaknya keempat buah pukulan itu dilancarkan secara berbareng, ini semua membuat pandangan mata orang menjadi kabur dan sukar untuk menghindarkan diri. Lui Seng thian merasa amat terkejut, dengan cepat tubuhnya melompat mundur kebelakang, menanti punggungnya hampir menempel dengan permukaan tanah, kakinya segera mengerahkan tenaga penuh dan seluruh tubuhnya mencelat sejauh delapan sembilan depa lebih dari posisi semula dengan tubuh hampir menempel diatas permukaan tanah. Akibat dari serangan tersebut, walaupun Lui Seng thian berhasil meloloskan diri dari serangkaian ancaman tersebut, akan tetapi tabung panah inti geledeknya kena dihantam oleh pukulan Ji Cin peng sehingga terjatuh keatas tanah. Sekalipun kedua belah pihak hanya bergebrak dalam satu jurus belaka, akan tetapi masing-masing pihak telah mempergunakan jurus paling tangguh yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan hal mana membuat para jago yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi gelanggang sama-sama terkejut dan menghela napas panjang. Cara yang telah dipergunakan oleh Ji Cin peng untuk menghindari sergapan, menerjang kedepan, mendesak mundur tabung panah, melancarkan serangan dan mendesak musuh, semuanya mempergunakan jurus-jurus serangan yang tangguh, terutama sekali dikala melancarkan sebuah pukulan untuk memaksa Lui Seng thian untuk membuang senjata Jit poh lui sim ciamnya tadi, gerakan tersebut betul-betul luar biasa sekali.

Setelah berhasil meloloskan diri dari serangan Ji Cin peng tadi, hawa amarah yang membara dalam dada Lui seng thian benar-benar tak terkendalikan sambil tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan ia berseru, Ilmu silat yang dimiliki nona benar-benar luar biasa sekali, kau merupakan satu-satunya jago tangguh yang pernah kujumpai selama hidupku ini, sungguh tak kusangka dalam usia tuaku ini lohu masih sempat untuk bertemu dengan jago setangguh nona. Setelah tertawa serak dengan nada menyeramkan ia berkata lebih jauh, Cuma, aku harap nona bersedia untuk menjelaskan asal usul perguruanmu agar bisa menambahkan pengetahuan lohu untuk kali ini, aku ingin tahu ilmu silat dari perguruan manakah yang sesungguhnya begitu sakti dan luar biasa Sebagaimana diketahui, Lui Seng thian adalah seorang jago kawakan yang sudah sering melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pengetahuan serta pengalamannya cukup luas, iapun seringkali menjumpai pelbagai ilmu silat dari pelbagai aliran dalam dunia ini, sekalipun tidak hapal seratus persen, tapi asal pihak lawan telah melancarkan serangannya, dengan cepat dia akan mengetahui asal usul dari perguruannya itu. Gak Lam-kun sendiri walaupun sudah tahu jelas kalau gadis ini mempunyai hubungan dengan Lam hay sin ni tapi dia sendiripun tidak berhasil mengetahui asal usul dari ilmu silat yang dipakai gadis tersebut, dia hanya merasa bahwa tangan gadis itu diayunkan sekali dan tahu-tahu jurus serangan yang sangat aneh tapi lihay itu telah dipergunakan. Sementara itu Ji Cin peng sedang tertawa dingin lalu berkata, Ilmu silat yang kugunakan ini tidak berasal dari partai manapun, buat apa kau musti menanyakannya? Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian adalah seorang gembong iblis tua yang ternama, ilmu silatnya amat menonjol dalam deretan jago kenamaan dalam dunia persilatan, selama hidup belum pernah dihina dan dicemooh orang dengan cara serendah ini. Kontan saja hawa amarah dalam tubuhnya berkobar, dengan tubuh gemetar keras ia tertawa dingin tiada hentinya. Heeeh. heeeh. heeeh. bocah perempuan kau benar-benar amat takabur, begitu berani kau pandang hina diriku Sambil berkata, selangkah demi selangkah ia berjalan kedepan dan menghampiri gadis tersebut. Tiba-tiba Ji Cin peng menggunakan ujung kakinya untuk mencukil tabung bulat berisi Jit poh lui sim ciam itu, begitu berhasil diterima dalam genggamannya ia lantas membentak nyaring, Hayo majulah jika kau memang tidak takut mampus Lui Seng thian benar-benar menghentikan langkah tubuhnya, ia tertawa seram lalu katanya, Lohu tidak percaya kalau dalam dunia persilatan dewasa ini masih terdapat orang kedua yang bisa mempergunakan tabung anak panah ini.

Jawab saja kau pingin hidup atau mati? kata Ji Cin peng dingin, terserah kemauanmu sendiri, aku tahu bahwa suatu pertarungan sengit tak akan terhindari lagi bila ditinjau dari situasinya sekarang ini, jika kubunuh dirimu berarti aku akan kehilangan seorang musuh tangguh Sekalipun Lui Seng thian adalah seorang gembong iblis yang membunuh orang tak berkedip, akan tetapi menghadapi ancaman jiwa yang mempertaruhkan mati hidupnya, ia tak berani bertindak secara sembarangan. Bila meninjau keadaan yang terbentang didepan mata sekarang, aku tidak percaya kalau nona bisa melindunginya untuk meninggalkan tempat ini dengan selamat. Ji Cin peng tidak menggubris ucapan itu, tiba-tiba ia berpaling kearah Gak Lam-kun seraya berkata, Gak siangkong, mari kita pergi dari sini! Selesai berkata ia lantas melangkah kearah samping kiri. Sementara pembicaraan itu sedang berlangsung secara diam-diam Lui Seng thian telah menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya, terdengar gelak tertawa seram berkumandang memecahkan kesunyian tahu-tahu sepasang telapak tangannya secara beruntun telah melancarkan serangkaian pukulan berantai. Sementara itu, delapan belas orang elang baja dari Thi eng pang telah membentak bersama lalu maju kedepan sambil melakukan pengurungan yang ketat. Hawa pedang serasa memancar kemana-mana, kedelapan belas bilah pedang itu meluncur datang dari empat arah delapan penjuru dan langsung ditujukan ketubuh gadis tersebut. Berada dalam keadaan seperti ini Ji Cin peng segera tertawa dingin, telapak tangannya disilangkan didepan dada sambil berdiri serius, sementara tabung bulat yang berada ditangan kanannya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis bayangan hitam yang menerjang kearah delapan belas orang anggota Thi eng pang itu. Delapan belas elang baja dari Thi eng pang sudah pernah menyaksikan keganasan dari Jit poh lui sim ciam, ketika mereka saksikan Ji Cin peng memutar tabung bulatnya sedemikian rupa seakan-akan hendak melancarkan serangan dengan panah itu, serta merta mereka membuyarkan diri dan mencari selamatnya masing-masing. Ji Cin peng berdiri dengan telapak tangan kiri disilangkan didepan dada, ketika hendak saling bertemu dengan kekuatan dari Lui Seng thian, tiba-tiba saja ia menghantam serangan itu kesamping, rupanya ia hendak memancing serangan lain kearah sana. Tiba-tiba ia merasakan kembali datangnya segulung angin pukulan yang sangat kuat langsung menerjang kearahnya.

Kiranya Lui Seng thian telah membagi segenap kekuatan yang diraihnya menjadi dua bagian yang masing-masing dihimpun kedalam kedua belah telapak tangannya. Dasar cerdik ia menyerang secara beruntun dengan cara tenaga yang meluncur secara berlapis-lapis, hal ini membuat Ji Cin peng sama sekali tidak menyangka ataupun bersiap sedia, kontan saja ia kena diterjang oleh gulungan angin pukulan yang datang secara berlapis-lapis itu. Untung saja reaksinya cukup cepat, sepasang kakinya segera menjejak tanah lalu dengan mengikuti arah meluncurnya angin pukulan tersebut, tubuhnya meluncur kedepan dan baru melayang turun tiga kaki jauhnya dari tempat semula. Lui Seng thian terkejut sekali menghadapi kenyataan tersebut, segera pikirnya, Ilmu silat yang dimiliki orang ini benar-benar sukar diduga dengan akal biasa tampaknya ia sudah terkena oleh pukulanku yang maha dahsyat itu kenapa ia tampak biasa saja dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terluka? Darimana dia bisa tahu kalau sebelum berlangsungnya pertarungan tadi, secara diamdiam Ji Cin peng telah menghimpun tenaga khiekang pelindung badan Sian thian khikangnya untuk melindungi badannya? Tenaga dalam semacam itu termasuk tenaga yang bersifat lunak, begitu terkena serangan yang datangnya dari luar maka tenaga itu segera akan memberikan reaksi yang hebat mengikuti datangnya aliran tenaga itu, gadis tersebut segera melayang keudara dan atas gerakannya inilah maka terhindarlah dia dari getaran keras yang mengakibatkan terlukanya isi perut gadis tersebut. Sementara Lui Seng thian masih tertegun dan berdiri termangu-mangu, Ji Cin peng telah melompat turun dari atas udara sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat. Lui Seng thian cukup tahu akan kelihayan musuhnya ia tak berani menyambut datangnya serangan dengan keras lawan keras, ujung baju kanannya dengan cepat dikebaskan kedepan, sementara tubuhnya bergeser sembilan depa jauhnya kesebelah kiri. Cepat-cepat Ji Cin peng menekuk pinggangnya dan secara tiba-tiba berjumpalitan diudara, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir ia mengejar langsung kemana kaburnya Lui Seng thian, angin jari setajam pisau langsung dilontarkan kedepan untuk menghajar belakang bahunya. Waktu itu sepasang kaki Lui Seng thian belum sempat berdiri tegak ketika merasakan datangnya desingan angin jari dari Ji Cin peng, betapa terkesiapnya jago tua itu, buruburu badannya menjatuhkan diri kedepan, lalu dengan jurus Hui tau wang gwat (berpaling sambil memandang rembulan) ia melepaskan sebuah serangan balasan. Rupanya dia tahu bahwa tak mungkin baginya untuk menghindarkan diri dari serangan kilat Ji Cin peng itu, maka timbulnya niatnya untuk beradu jiwa.

Telapak tangannya segera dibalik sambil meluncur kedepan, segenap kekuatan tubuhnya yang dimilikinya disalurkan keluar, angin pukulanpun menggulung dengan hebatnya. Sekalipun, Ji Cin peng memiliki ilmu silat yang amat sakti sayangnya ia masih cetek dalam pengalaman suatu pertarungan, menghadapi sikap nekat Lui Seng thian yang mengajak beradu jiwa ini sedikit banyak ia menjadi panik juga. Betul juga serangan nekad dari Lui Seng thian tersebut segera memaksa Ji Cin peng harus menarik kembali serangannya untuk melindungi diri, pinggangnya lantas direndahkan kebawah dan tubuhnya yang sedang menerjang kemuka dihentikan secara paksa, kemudian mengikuti hembusan angin pukulan yang menggulung datang itu tubuhnya melayang sejauh enam tujuh depa kebelakang. Begitu lolos dari bahaya maut setelah melancarkan serangan sambil menyerempet bahaya peluh dingin segera membasahi setujur tubuh Lui Seng thian saking kagetnya. Tiba-tiba Thi eng sin siu Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, tubuhnya melayang diudara bagaikan seekor burung elang raksasa, begitu melayang melewati atas kepala Ji Cin peng sambil rentangkan sepasang lengannya, pedang dan tongkat Thi eng kiam serentak digetarkan kemuka untuk menyerang diri Gak Lam-kun. Sungguh cepat serangan tersebut, belum sirap gelak tertawanya, desingan toya pedang itu sudah mengurung sekeliling batok kepalanya. Gak Lam-kun terperanjat, ia merasa hawa murni dalam tubuhnya sekarang telah mencapai keadaan yang paling lemah, tubuhpun serasa melayang-layang diatas awan dengan entengnya, darimana mungkin ia dapat membendung tibanya serangan dahsyat itu. Dalam cemas dan gugupnya, cepat-cepat ia gunakan ilmu gerakan tubuhnya yang aneh untuk berputar kesebelah kiri. Oh Bu hong menekuk pinggang, tiba-tiba saja tubuhnya maju beberapa depa kedepan toya pedang Thi eng kiamnya melepaskan sebuah serangan kosong sementara tangan kirinya melepaskan cengkeraman. Menanti sepasang kakinya telah mencapai permukaan tanah, tahu-tahu tangan kirinya telah mencengkeram urat nadi diatas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun. Semua kejadian ini hanya berlangsung didalam waktu yang amat singkat. Baik Ji Cin peng maupun kawanan jago lainnya yang ada didalam gelanggang, semuanya tidak menyangka kalau Gak Lam-kun bisa ditangkap oleh Oh Bu hong dengan cara yang begitu mudah, menanti Ji Cin peng bersiap-siap hendak melakukan pertolongan. Oh Bu hong telah berhasil menangkap korbannya.

Sekalipun demikian, gerakan Ji Cin peng dikala melakukan tubrukan itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa, baru saja Oh Bu hong berhasil mencengkeram pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun, angin serangan jari tangan dari Ji Cin peng tahu-tahu sudah tiba dibelakang punggungnya. Rupanya Oh Bu hong telah menduga bahwa Ji Cin peng pasti akan melakukan pertolongan, maka begitu berhasil mencengkeram pergelangan tangan kanan Gak Lamkun, segera ia menyingkir kesamping. Sekalipun gerakan itu dilakukan cukup cepat, toh punggungnya kena disapu juga oleh angin jari tangan Ji Cin peng. Breeet.! pakaiannya segera tersambar robek dan punggungnya muncul sebuah guratan sepanjang beberapa senti. Gagal dengan serangannya tersebut, Oh Bu hong telah berhasil mantapkan dirinya, dengan sentakan keras ia membetot Gak Lam-kun kedepan. Termakan oleh kekuatan tersebut Gak Lam-kun yang pada dasarnya sudah lemah itu segera tertarik kedepan, dan tubuhnya melintang dihadapan mukanya. Dalam pada itu serangan kedua dari Ji Cin peng baru saja dilancarkan, Oh Bu hong segera mengerahkan tenaga dalamnya kelengan kiri dan mendorong tubuh Gak Lam-kun untuk menyongsong datangnya, ancaman dari gadis tersebut. Yang satu menyerang yang lain menyongsong gerakan tersebut benar-benar dilakukan dengan kecepatan luar biasa, menunggu Ji Cin peng menyadari bahwa Oh Bu hong telah mempergunakan Gak Lam-kun untuk menyongsong tibanya serangan itu, serangan jarinya yang dahsyat tahu-tahu sudah berada dimuka dada Gak Lam-kun. Keadaan menjadi gawat, agaknya jari tangan Ji Cin peng yang tajam dan runcing itu segera akan menempel diujung baju Gak Lam-kun. Disaat yang amat kritis inilah, mendadak gadis itu menarik kembali serangan tangan kanannya. Tiba-tiba Oh Bu hong tertawa dingin, lalu bentaknya, Gak lote, kau menginginkan Lencana pembunuh naga ataukah menginginkan jiwa sendiri? Gak Lam-kun membentak gusar, ia mengibatkan tangannya keras-keras dengan maksud hendak melepaskan diri dari cengkeraman Oh Bu hong, andaikata hal ini terjadi diharihari biasa maka kebasan yang dilakukan sekuat tenaga itu pasti dapat membuatnya lepas dari cengkeraman orang. Berbeda jauh dengan keadaan pada saat ini dalam keadaan hawa murni yang membuyar, kebasannya itu bukan saja gagal memenuhi harapan, bahkan daya tekanan yang menekan

pergelangan tangan kanannya terasa makin berat, ibaratnya dijepit dengan tanggem besi yang kuat, cuma anehnya ternyata tidak terasa sakit. Mencorong sinar tajam dari balik mata Ji Cin peng, dengan cekatan ia mengegos kesamping kanan menghindari Gak Lam-kun lalu diantara getaran tangannya secara beruntun ia melancarkan tiga buah serangan kilat dengan gerakan-gerakan yang aneh dan sakti. Termakan oleh tiga buah pukulan berantai itu, Oh Bu hong terdesak mundur sejauh empat langkah lebih, tapi tangan kirinya masih mencengkeram pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun erat-erat, sementara tongkat pedang elang bajanya yang berada ditangan kanan, diayunkan berulangkali untuk membendung datangnya ancaman tersebut, setelah bersusah payah sekian lama akhirnya berhasil juga ia menghindari ketiga buah serangan dahsyat itu. Betapa terkesiapnya Oh Bu hong ketika menundukkan kepalanya dan tidak menjumpai Gak Lam-kun dalam keadaan kesakitan. Sebab sebagaimana yang ia ketahui, barangsiapa nadinya tercengkeram, maka sekalipun tenaga dalamnya amat sempurna, dalam keadaan begini akan membuyar juga kekuatannya, badan akan terasa kaku dan sakitnya bukan kepalang. Tapi yang dijumpai sekarang, sekalipun Gak Lam-kun tidak memberikan perlawanan namun sikapnya cukup santai. Thi eng sin siu Oh Bu hong segera tertawa dingin, ancamnya, Jika kau berani melancarkan sebuah serangan lagi kepadaku, segera kuhancurkan tulang pergelangan tangannya! Hmm.! Ji Cin peng mendengus dingin, menyandera orang sambil mengancam, terhitung manusia macam apakah kau ini? Kalau berani hayolah kita berduel satu lawan satu. Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, sebelum Ji Cin peng menyelesaikan perkataannya ia segera menukas. Antara lohu dengan nona tak pernah terikat oleh dendam sakit hati ataupun perselisihan lain, kenapa aku musti beradu jiwa dengan dirimu. Mendadak Gak Lam-kun membentak marah, Bagi seorang laki-laki sejati lebih baik dibunuh daripada dihina, bila bersikap semacam ini kepadaku, jangan salahkan kalau aku hendak memakimu! Dalam pada itu, ketiga orang Thamcu dari Thi eng pang berserta kedelapan belas orang elang bajanya telah menyebarkan diri keempat penjuru dengan mengambil posisi mengepung.

Menyaksikan keadaan semacam ini, sadarlah Ji Cin peng bahwa dirinya amat terjepit malam ini, anehnya sampai sekarang tak seorangpun dari anggota perguruannya tiba disana. Dalam menghadapi keadaan seperti ini tiba-tiba ia membentak keras, Lui Seng thian, sambutlah ini! Tiba-tiba ia melempar tabung panah inti geledek Jit poh lui sim ciam itu kepada Lui Seng thian. Begitu menerima kembali tabung bulatnya, Lui Seng thian segera tertawa seram. Heehhh. heeehhh. heeehhh. tua bangka Oh, panah inti geledek yang bisa mencabut nyawa orang dalam tujuh langkah ini telah kutujukan kepadamu! Perubahan ini terjadi sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan para jago Thi eng pang. Mimpipun mereka tak mengira kalau Ji Cin peng bakal menyerahkan kembali senjata ampuh tersebut kepada Lui Seng thian. Mendengar ancaman itu, Oh Bu hong segera tertawa terbahak-bahak. Haaahhh.haaahhh.haaahhh. kau musti tahu, bukan aku seorang yang kau tuju, disini masih ada seorang Gak lote Sekali lagi Lui Seng thian tertawa seram. Heeehh. heeehh. heeehh. tua bangka Oh, mungkin kaupun sudah tahu dengan tabiatku selamanya lohu hanya memikirkan bagaimana caranya mencapai tujuan, aku tak pernah mempersoalkan tindakan apa yang musti kuambil Ou Bu hong tertawa dingin, Heeehh. heeehh. heeehh. kalau begitu lakukanlah sekarang juga.! Dalam waktu singkat situasi yang terbentang didepan mata berubah menjadi amat tegang, diam-diam Ji Cin peng segera mengerahkan tenaga dalam untuk bersiap sedia, dia kuatir Lui Seng thian benar-benar akan membidikkan panah inti geledeknya kearah mereka berdua. Situasi ketika itu sungguh menjadi amat serius dan mengerikan, pertarungan sengit setiap saat bisa meletus. Lui Seng thian sama sekali tidak menekan tombol tabungnya, diapun hanya bersiap siaga penuh dengan sikap yang was-was, hal ini sudah barang tentu menambah tegang dan seramnya suasana disana.

Entah sedari kapan, gadis berbaju perak dan See ih kiam seng Siang Bong im telah mengundurkan diri dari daerah disekitar tempat itu. Gulungan ombak samudra berkejaran dilautan bebas dan memecah diatas batu karang, peredaran darah didalam tubuh semua orang terasa begitu bergelora dan bertambah cepat. Tiba-tiba Lui Seng thian tertawa seram, suaranya yang keras memecahkan keheningan dan suasana tegang disekeliling tempat itu. Tua bangga Oh! katanya dengan dingin, apakah kau tidak merasakan sesuatu yang aneh dan mencurigakan? Oh Bu hong tertawa dingin. Tua bangka Lui, kau anggap aku bisa termakan oleh siasat busukmu yang licik itu? Thi eng sin siu mengira dia akan melancarkan sergapan dan sengaja mengucapkan katakata itu untuk mengalihkan perhatiannya. Lui Seng thian kembali tertawa dingin katanya Tua bangka Oh, seandainya aku orang she Lui hendak menyergap dirimu, sejak tadi hal mana telah kulakukan Haaaa. haaaa. haaaa. kalau begitu apa yang hendak kau bicarakan? Thi eng sin siu tertawa terbahak-bahak. Menurut dugaanku, Lencana pembunuh naga yang berada disaku Gak lote pasti adalah lencana palsu Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka semua orang segera berubah hebat. Gak Lam-kun mengejek sinis. Palsu juga boleh, asli juga boleh, kecuali aku sudah mampus kalau tidak jangan harap kalian bisa mendapatkannya ia berseru. Thi eng sin siu tertawa dingin pula. Gak lote, kenapa pikiranmu tidak lebih kau buka? Ketahuilah, Lencana pembunuh naga bukan terhitung sebuah rahasia besar lagi, tidak sedikit orang persilatan yang sudah mengetahui tentang persoalan ini sudah begitu banyak manusia lihay yang telah berdatangan kepulau terpencil ini dengan harapan bisa mendapatkan mustika itu, sekalipun Gak lote berhasil kabur pada malam ini, aku rasa juga tak mungkin bisa menghindari pengejaran serta pencarian dari kawanan jago persilatan dari pelbagai

golongan didunia ini. Apalagi sekalipun lencana tersebut berhasil kau dapatkan, toh belum tentu mustika tersebut akan kau dapatkan dengan gampang. Gak Lam-kun mendengus dingin, bentaknya tiba-tiba, Hei, mau apa kau mencengkeram terus pergelangan tanganku ini? Oh Bu hong tertawa. Kecuali kau bersedia mengambil keluar lencana pembunuh naga itu dan membiarkan kami memeriksa keasliannya. Hmm.! Kau anggap aku orang she Gak sudi kau ancam dengan cara begini? Buat seorang lelaki sejati, lebih baik mati daripada dihina. Mendadak Thi eng sin siu melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun, lalu sambil mundur dua langkah katanya, Aku tidak kuatir kalian bisa kabur dari sini! Ji Cin peng dengan cepat maju kedepan dan menghampiri Gak Lam-kun, lalu dengan suara lembut katanya, Gak siangkong, bolehkah kau pinjamkan sebentar lencana pembunuh naga itu kepadaku! Gak Lam-kun manggut-manggut dari dalam sakunya ia mengeluarkan kotak kumala tersebut. Tunggu sebentar! mendadak seseorang membentak keras. Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan kim ceng dari perkumpulan Thi eng pang segera melompat kedepan dan melancarkan sebuah bacokan kilat kedepan. Ji Cin peng segera memutar balik telapak tangan kanannya, kemudian menyambut datangnya ancaman tersebut sambil membentak, Mundur kau! Blaang. ketika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat bertemu satu sama lainnya ditengah udara, segera terjadilah ledakan keras yang mengakibatkan timbulnya pusaran angin kencang, pasir dan batu kerikil segera beterbangan keudara. Manusia yang bernama Pukulan batu karang Kwan Kim ceng itu segera mencelat kebelakang dan tergetar sejauh satu langkah lebih. Sementara itu, Ji Cin peng telah menerima kotak kumala tersebut segera ujarnya dengan dingin, Lencana pembunuh naga yang kalian kehendaki berada didalam kotak kosong Kotak yang sementara itu sudah dibuka oleh Ji Cin peng tampak kosong melompong tak ada isinya sementara Lencana pembunuh naga yang berwarna warni itu entah sudah kabur kemana.

Tak terkirakan rasa gusar Gak Lam-kun sesudah menyaksikan kejadian itu, ia mendengus dingin lalu makinya. Budak liar kau berani menipu aku. Lui Seng thian pun tertawa seram. Heeeh. heeeh. heeeh. Gak lote, dugaanku tidak salah bukan? Tak nanti orangorang dari See thian san menyerahkan Lencana mustika itu kepadamu dengan segampang ini Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Thi eng sin siu sambil melanjutkan, Tua bangka Oh? Lohu ada satu persoalan yang hendak dirundingkan denganmu, apakah kau punya keberanian untuk menjawabnya? Persoalan apa? tanya Oh Bu hong sambil tertawa dingin, harap kau mengatakannya lebih dulu, setelah kupikirkan baru dibicarakan lebih lanjut. Mendengar itu, diam-diam Lui Seng thian memaki didalam hati, Tua bangka bajingan ini betul-betul seorang bangsat tua yang berhati licik Berpikir sampai disitu katanya kemudian dengan dingin, Tua bangka Oh, aku rasa kau pasti telah bertekad untuk mendapatkan lencana pembunuh naga itu bukan? Betul! sahut Oh Bu hong ketus, jauh-jauh dari ribuan li lohu datang kemari, kalau tidak bertekad untuk memperolehnya lantas dengan maksud apa aku datang kemari? Kalau begitu kita adalah sama-sama setujuan. Tapi, seperti kau lihat sendiri, disinipun hadir kawanan jago dari See thian san, dari Perguruan panah bercinta serta sekawanan jago lihay lainnya, yakinkah kalian Thi eng pang untuk memperoleh mustika? Walaupun ucapan tersebut ditujukan kepada Oh Bu hong, tapi sinar matanya dialihkan kewajah Ji Cin peng serta memperhatikan perubahan mimik wajahnya itu. Tapi paras muka Ji Cin peng amat dingin dan kaku bagaikan es, ia seperti tidak merasa murung tidak pula merasa gembira, tapi jelas terlihat memancarkan sikap anggun yang membuat setiap orang yang melihat merasa tunduk dan menaruh hormat. Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak. Haaahh. haaahh. haaahh. asal saudara Lui bersedia untuk menggabungkan diri dengan perkumpulan kami, sembilan puluh sembilan persen Lencana pembunuh naga itu akan menjadi milik perkumpulan kita Lui Seng thian tertawa dingin.

Heeehh. heeehh. heeehh. apakah maksudmu hendak menarik aku menjadi anggota Thi eng pang? Sayang sekali aku orang she Lui tak sudi menerima perintah orang lain! Bukan menjadi marah. Oh Bu hong kembali tertawa, katanya kembali, Kalau begitu, apa maksud saudara Lui dengan perkataanmu tadi? Menurut maksud lohu, ada baiknya jika Thi eng pang bekerja sama dengan perguruan panah bercinta untuk bersama-sama menghadapi perguruan See thian san. Mendengar ucapan itu Oh Bu hong segera tertawa terbahak-bahak. Haaah. haaah. haaah. jadi andaikata lencana pembunuh naga itu berhasil didapatkan, maka pihak Thi eng pang kami harus bertarung melawan perguruan panah bercinta untuk menentukan siapakah pemenangnya yang berhak untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga? Lantas bagaimana dengan kau sendiri dan Gak lote? Kami berdua? Tentu saja yang satu bergabung dengan Thi eng pang sedang yang lain bergabung dengan perguruan panah bercinta tapi bukan dalam arti kata masuk menjadi anggota. Ketika mereka berbicara sampai disitu, diam-diam Ji Cin peng dan Gak Lam-kun telah berlalu dari sana. Oh Bu hong tertawa tergelak. Haaahhh. haaahhh. haaahhh. saudara Lui, pintu gerbang Thi eng pang selalu terbuka bagimu, bila kau bersedia masuk kedalam perkumpulan kami, dengan senang hati lohu akan menyambut kedatanganmu untuk bersama-sama menciptakan suatu pekerjaan besar. Kini semua orang sudah pergi dari sini, kita tak boleh kehilangan kesempatan baik ini sehingga didahului orang lain. Berbicara sampai disitu, dia lantas memimpin kawanan jago Thi eng pang berangkat meninggalkan tempat itu. Bulan bersinar cerah diangkasa, sinar yang keperak-perakan memancar keempat penjuru. Gak Lam-kun dan Ji Cin peng melakukan perjalanan bersama dengan santainya. Ji Cin peng menghela napas panjang, katanya, Gak siangkong, benarkah kau bertekad untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga itu? Gak Lam-kun menghela napas pula dengan suara lirih, sahutnya, Didalam Lencana pembunuh naga terkandung suatu rahasia yang maha besar dan rahasia itu menyangkut suatu mustika dunia yang tiada taranya didunia ini, setiap orang berusaha untuk mendapatkan, bahkan dengan pelbagai cara berusaha untuk merebutnya, aaai.

Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas lanjutnya, Tapi aku bukannya menjadi merah mata lantaran mustikanya melainkan. Ketika berbicara sampai disini, tiba-tiba Gak Lam-kun menghentikan kata-katanya. Apakah pesan gurumu menjelang kematiannya mengharuskan kau untuk mendapatkannya? tanya Ji Cin peng. Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali. Walaupun suhu berpesan agar Lencana itu kudapatkan, lalu mengasingkan diri dari dunia persilatan dan berusaha memecahkan rahasia lencana ini, tapi aku adalah seorang yang sudah hampir mati, aku tak dapat melaksanakan lagi tugas tersebut Benarkah kau bakal mati? Ji Cin peng bertanya dengan sedih. Gak Lam-kun berpaling dan memandang Ji Cin peng sekejap tampak wajahnya telah basah oleh airmata. Gak Lam-kun segera menghela napas panjang. Masa matipun bisa pura-pura, aai. kini aku sudah merasakan sekujur badanku lemas tak bertenaga tubuhnya menjadi enteng seperti mau terbang, rencana yang sebenarnya telah kususun dengan rapi selama dua hari ini tampaknya sudah tak mungkin untuk diselesaikan lagi Ji Cin peng yang pada dasarnya sudah sedih kini makin sedih lagi sehabis mendengar perkataan itu. Mati, bukan suatu peristiwa yang menakutkan, Gak Lam-kun berkata lagi, sebab tiap manusia tentu akan mati bila usianya telah mencapai tua, sekalipun demikian aku merasa bahwa tidak seharusnya kalau aku mati pada saat seperti ini. Benar! Tidak seharusnya kau mati dengan begitu saja Gak Lam-kun tertawa getir. Tapi sekarang, urusan sudah menjadi begini apalagi yang bisa dilakukan? Perasaan mereka berdua pada saat ini dicekam oleh rasa sedih yang luar biasa mereka berjalan dengan mulut membungkam dan perasaan yang kosong, seakan-akan pikiran dan perasaan mereka telah tercebur kedalam samudra luas yang tak terkirakan dalamnya. Entah berapa lama sudah lewat, dengan perasaan yang kosong mereka berjalan sampai disuatu tanah perbukitan.

Ditengah keheningan malam yang mencekam, tiba-tiba berkumandang suara petikan khim yang amat merdu. Dentingan khim yang merdu itu segera menyadarkan kembali Gak Lam-kun dan Ji Cin peng dari lamunannya, cepat mereka alihkan pandangannya kearah mana berasalnya suara itu. Tapi apa yang kemudian terlihat membuat mereka merasakan hatinya bergetar keras. Gak Lam-kun segera menyumpah dengan suara lirih, Budak sialan, rupanya kau bersembunyi disini! Ditengah sebuah tebing bukit yang sunyi dan dibawah sinar rembulan yang cerah, tampak seorang gadis berbaju perak berdiri angker disitu, dihadapan gadis tadi berdiri pula puluhan orang manusia. Waktu itu gadis berbaju perak tersebut sedang memainkan khimnya dengan membawakan sebuah lagu yang merdu, irama tersebut amat merdu dan nyaring membuat puluhan orang jago yang berada dihadapannya berdiri termangu-mangu. Tentu saja orang-orang itu bukan terkesima karena mendengarkan permainan khimnya yang merdu, sebaliknya justru orang-orang itu terpengaruh oleh daya iblis dari irama khim gadis baju perak itu hingga terpesona dan tidak sadar. Diantara puluhan orang tersebut ada empat orang diantaranya yang duduk bersila, mereka adalah Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dari perguruan panah bercinta, Tam ciang ceng kan kun (telapak tangan tunggal penggetar jagad) Siangkoan It, Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit dan Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun Po. Diantara gerombolan manusia itu ada pula delapan belas orang manusia baju putih yang kurus kecil dengan busur ditangan anak panah sudah siap dibidikkan cuma wajah mereka kini kelihatan aneh sekali. Tak usah dipikirpun Ji Cin peng dan Gak Lam-kun sudah tahu bahwa gadis berbaju perak itu tentu sudah terkepung disitu, maka diapun mainkan irama khim untuk mempengaruhi mereka. Tapi anehnya See ih kiam seng Siang Bong im yang bertugas melindungi gadis berbaju perak itu entah telah kemana, padahal darimana mereka tahu kalau sekeliling tanah perbukitan itu sesungguhnya telah dikepung oleh kawanan jago lihay, akan tetapi berhubung mereka kuatir dipengaruhi oleh irama khim yang maha dahsyat tersebut maka orang-orang itu pada menyingkir semua sambil menunggu kesempatan baik untuk turun tangan.

Gak Lam-kun berpaling kearah Ji Cin peng lalu katanya, Nona Bwe, irama khimnya amat jahat dan lihay sekali, lebih baik kau berdiam disini saja, aku akan kesana untuk menengok keadaan sebentar. Apakah kau sanggup menghadapi pengaruh dari irama khim yang membetot sukma itu? Gak Lam-kun segera tersenyum. Meskipun irama khimnya sangat lihay tapi suhu telah mewariskan kepandaian melawan pengaruh irama iblis kepadaku Tapi tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah punah sama sekali kata Ji Cin peng lagi dengan dahi berkerut. Setelah mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun baru tahu kalau tenaga dalam yang dimilikinya telah punah sama sekali, sudah barang tentu sulit baginya untuk melawan pengaruh irama tersebut. Haruslah diketahui, irama khim yang berkumandang diudara sekarang adalah suatu pancaran irama yang disalurkan dengan pengerahan tenaga dalam yang sempurna, sekalipun Gak Lam-kun mengetahui cara untuk menghadapinya, tapi setelah tenaga dalamnya buyar sekarang, ia tak sanggup lagi untuk mengerahkan tenaganya untuk melawan pengaruh irama musik itu. Gak Lam-kun tertawa lebar, katanya dengan cepat, Walaupun tenaga dalamku telah buyar tapi suhuku telah mewariskan suatu kepandaian istimewa kepadaku, jadi tanpa tenaga dalampun aku sanggup untuk melawan irama tersebut. Padahal Gak Lam-kun sengaja mengucapkan kata-kata itu dengan tujuan membohonginya sebab ia tahu tak nanti gadis tersebut mengijinkan dirinya pergi dari situ. Selama beberapa hari ini, sudah dua kali Ji Cin peng memeriksa denyutan nadi Gak Lamkun dan mengetahui bahwa denyutan nadinya telah putus tapi setiap kali pula pemuda itu dapat sadar kembali secara aneh. Oleh karena itu ia menjadi setengah percaya setengah tidak sesudah mendengar perkataan itu, ujarnya setelah berseru tertahan, Baiklah! Kalau begitu marilah kutemani dirimu kesitu Melihat tekad sang gadis, Gak Lam-kun menghela napas panjang. Nona Bwe! katanya, Budi kebaikanmu tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi kau.

Jangan kuatir tukas Ji Cin peng dengan sedih, kecuali dia mainkan irama Kiu hian tay boan yok sin im, aku percaya masih sanggup untuk mempertahankan diri Sekalipun Gak Lam-kun tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng amat tinggi, tapi ia tidak percaya kalau dalam dunia dewasa ini masih ada orang lain yang mampu melawan pengaruh iblis dari permainan khim Sot san thian li. Padahal darimana dia tahu dimasa dulu Yo Long dan Lam hay sin ni sesungguhnya adalah sepasang kekasih tidak mungkin kalau Yo Long tidak mewariskan kepandaian menahan pengaruh irama sakti itu kepada Lam hay sin ni. Sementara Gak Lam-kun telah menghela napas sedih dengan langkah lebar ia meneruskan perjalanannya kedepan. Ji Cin peng dengan sikap yang amat santai mengikuti dibelakang Gak Lam-kun mulamula anak muda itu masih kuatir, tapi setelah dua kali berpaling dan tidak menemukan gejala aneh atas dirinya, iapun mulai merasa lega hati. Tapi, pada saat itu pula mendadak Gak Lam-kun merasa keheranan ternyata dia sendiripun sanggup bertahan terhadap pengaruh irama iblis itu bukankah tenaga dalamnya telah punah? Yang lebih aneh lagi peredaran darah didalam tubuhnya menjadi tegang, sekujur tubuhnya terasa makin enteng seperti melayang diudara. Dalam keadaan seperti ini tak sempat lagi baginya untuk mencari sebab musababnya dia hanya menganggap kejadian itu merupakan suatu kejadian aneh. Sementara itu paras muka gadis berbaju perakpun rada berubah ketika menyaksikan Gak Lam-kun dan Ji Cin peng muncul disitu. Cring! ia segera menghentikan permainan khimnya. Selapis hawa dingin menyelimuti wajah Gak Lam-kun, dengan sinar mata memancarkan hawa amarah ditatapnya gadis itu lekat-lekat. Gadis berbaju perak itu segera tersenyum katanya, Eeeeh. kenapa kau musti bersikap begitu galak kepadaku? Senyumannya itu jauh berbeda dengan manusia biasa, tapi persis seperti senyuman gadis cantik diatas Lencana pembunuh naga itu, bukan cuma indah saja bahkan seperti mengandung suatu kekuatan yang dapat membetot sukma, hal mana membuat Gak Lamkun merasakan kepalanya seperti kosong dan hampa. 00000O00000 Hanya sebentar Gak Lam-kun berdiri kehilangan semangat, dengan cepat kesadarannya telah pulih kembali seperti sedia kala.

Ji Cin peng sendiri walaupun masih merupakan seorang gadis, tapi diapun dibuat terkesima oleh keindahan senyuman dari gadis berbaju perak itu. Dengan suara dingin Gak Lam-kun segera menegur. Kenapa kau mengingkari janji? Gadis berbaju perak itu menggetarkan bibirnya pelan, serentetan suara yang merdu pun segera berkumandang diudara, Mengingkari janji apa? Kenapa kau menyerahkan kotak kosong kepadaku? bentak Gak Lam-kun dengan gusarnya. Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah menjadi serius, senyuman indah menawanpun seketika lenyap tak berbekas. Seandainya Lencana mustika itu kuserahkan kepadamu, maka semenjak tadi mustika itu sudah dirampas orang katanya dengan dingin, mendingan kalau cuma barangnya saja yang kena dirampas bagaimana kalau sampai selembar nyawamupun ikut melayang? Hmm! Aku bermaksud baik kepadamu kenapa kau malah menuduh aku mengingkari janji? Maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja, sekarang harap kau serahkan dengan segera lencana itu kepadaku. Gadis berbaju perak itu mengangguk. Baik! katanya kemudian, kalau memang kau tidak takut dirampas orang, segera kuserahkan mustika itu kepadamu, cuma aku hendak menjelaskannya lebih dulu, seandainya lencana itu sampai terjatuh ketangan orang lain, maka akupun mempunyai hak untuk memperebutkannya Tentu saja kau mempunyai hak untuk ikut memperebutkannya jengek Gak Lam-kun dingin. Dari dalam khim antiknya, gadis berbaju perak itu mengambil sebuah lencana berwarnawarni dan diserahkan kepada pemuda itu sambil berkata, Baik-baiklah lindungi benda ini, jangan sampai ada orang yang merebutnya Tapi, sebelum dia masukkan kotak kumala itu kedalam sakunya, tiba-tiba terdengar beberapa kali suara tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan, belum lagi suara tertawa itu sirap, tahu-tahu orangnya sudah berada beberapa depa dihadapannya. Ji Cin peng segera berpaling kearah mana berasalnya suara itu, ternyata dia adalah Thiat kiam kuncu (laki-laki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi serta Kui to (tosu setan) Thian yu Cinjin.

Kedua orang itu berdiri berjajar dengan sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya. Menyusul kemudian suara gelak tertawa yang nyaring bagaikan suara genta menggelegar diudara dan menggoncangkan seluruh tanah perbukitan itu, Thi eng sin siu Oh Bu hong dengan memimpin para jago andalannya muncul pula disitu. Criiing.! Criiing.! kembali terdengar dua kali suara dentingan khim menggema diudara. Menyusul dentingan nyaring itu, dari balik tanah perbukitan segera muncul dua orang dayang cantik yang berbaju indah laksana kupu-kupu yang terbang diantara bunga, dibelakang mereka mengikuti pula tiga orang kakek, ketiga orang itu adalah See ih sam seng (tiga malaikat dari wilayah See ih) Sementara itu, Jit poh toan hun Kwik To, Siangkoan It, Kiu wi hou Kongsun Poh dan Giok bin sin ang Say Khi pit yang semula duduk bersila, kini telah melompat bangun semua. Dari arah barat bukit situ muncul pula dua sosok bayangan manusia, mereka adalah Han Hu hoa dan nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta. Dengan demikian, semua jago lihay dari pelbagai aliran telah berdatangan semua dan berkumpul menjadi satu disitu. Tiba-tba gadis berbaju perak itu berseru dengan suara merdu, Sungguh ramai sekali pertemuan ini, kami orang-orang dari See thian san untuk sementara waktu akan mengundurkan diri lebih dulu untuk menonton keramaian ini Betul! sindir Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tertawa ringan, memang lebih enak kalau pihak See thian san menyingkir dulu, kemudian menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut hasil Begitu ucapan tersebut diutarakan, serentak kawanan jago yang mula-mula sudah mulai bergerak itu menghentikan gerakan masing-masing, lalu dengan perasaan bergetar keras semua pihak bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Pelan-pelan sinar mata semua orang dialihkan kearah Gak Lam-kun dan mengawasi gerak geriknya dengan seksama, demikian pula terhadap orang-orang dari perguruan panah bercinta, karena semua orang sudah tahu bahwa Gak Lam-kun berdiri dipihak perguruan panah bercinta. Suasana hening mencekam tanah perbukitan yang mengerikan itu, dalam waktu singkat selapis hawa pembunuhan yang menggidikkan hati menyelimuti sekitar sana.

Thi eng sin siu Oh Bu hong memandang sekejap sekeliling gelanggang lalu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Haaahh. haaahh. haaahh. Gak lote aku rasa kau pasti sudah melihat jelas situasi yang kau hadapi sekarang, bagaimana keputusanmu dengan apa yang diusulkan Jit poh lui sim ciam tadi? Mau diputuskan sekarangpun rasanya juga belum terlambat Gak Lam-kun sendiripun sadar bahwa persoalan yang dihadapinya malam ini tak bisa dibereskan dengan cara baik-baik, sekalipun demikian diapun tak sudi untuk bekerja sama dengan pihak Thi eng pang walaupun diapun tahu kendatipun pihak perguruan panah bercinta mendukungnya untuk melindungi lencana mustika itu, bakal banyak korban yang akan berjatuhan dari pihaknya. Untuk sesaat ia menjadi kesulitan untuk memberi jawaban, dia tak tahu bagaimana musti mengambil keputusan, maka tanpa terasa sinar matanya dialihkan kearah Ji Cin peng. Tentu saja Ji Cin peng mengetahui maksud hatinya itu, tapi bagaimana pula dia bisa mengambil keputusan? Sementara sepasang muda mudi itu masih mengalami kesulitan untuk memberi jawaban, mendadak dari luar lembah kembali berkumandang suara pekikan panjang yang memekikkan telinga. Si Tosu setan Thian yu Cinjin yang berada dalam gelanggangpun tiba-tiba mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, suaranya tinggi melengking tak sedap didengar tapi justru seirama dengan pekikan panjang tadi. Terdengarlah pekikan itu mula-mula berasal dari tempat yang jauh tapi kian lama kian bertambah dekat. Mendadak tampak dua sosok bayangan manusia berkelebat diangkasa dan mendekati arena, bila dilihat dari kecepatan gerak kedua orang itu dapat diketahui bahwa ia memiliki ilmu silat yang amat tinggi. Dua sosok bayangan manusia itu bekelebat tiba dari kejauhan dan berhenti kurang lebih beberapa kaki jauhnya dari arena. Ji Cin peng mencoba untuk mengawasi kedua orang pendatang itu, terlihatlah orang yang berada disebelah kiri adalah seorang laki-laki yang bertubuh gemuk dengan muka bulat bibir lebar, kepalanya gundul dan memakai baju berwarna hitam. Sedangkan yang berada disebelah kanan adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan yang berpakaian ringkas dengan perawakan yang tinggi besar, punggungnya agak bungkuk, sepasang matanya besar seperti gundu dengan sinar yang tajam, lengannya panjang sekali dan berbulu putih.

Oh Bu hong memperhatikan sekejap kedua orang itu, lalu sambil tertawa katanya, Tong heng, tajam amat pendengaranmu. Siapa dia? Sambil berkata ia menuding kearah laki-laki bungkuk itu. Kakek berbaju hitam itu hanya mementangkan mulutnya lebar-lebar dan tertawa tanpa suara, diapun tidak menjawab pertanyaan dari Oh Bu hong tersebut. Pukulan batu karang Kwan Kim ceng dari Thi eng pang yang menyaksikan kejumawaan orang menjadi naik darah, tiba-tiba ia maju beberapa langkah sambil membentak dengan gusar, Tong Bu kong, besar amat lagakmu, kau memangnya sudah tuli? Ataukah purapura berlagak pilon? Begitu nama Tong Bu kong disebut, Ji Cin peng maupun Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, ternyata orang itu adalah ciangbunjin dari partai Thian san pay yang disebut orang Bu seng sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong. Belum lagi Tong Bu kong menjawab, laki-laki bungkuk itu sudab berkata lebih dulu. Apa pekerjaan saudara yang barusan berbicara itu? Dewasa ini banyak jago kenamaan yang hadir disini, rasanya masih belum pantas buatmu untuk ikut berbicara ditempat semacam ini, bila tahu diri lebih baik cepatlah mengundurkan diri dari sini Pukulan batu karang Kwan Kim ceng adalah salah satu dari empat orang Thamcu perkumpulan Thi eng pang, selama malang melintang dalam dunia persilatan, nama maupun kedudukannya amat terhormat, belum pernah satu kalipun ia menderita penghinaan semacam ini. Kontan saja ucapan tersebut mengobarkan hawa amarah dalam hatinya, hawa murni segera dihimpunkan menjadi satu, kemudian sambil membentak gusar ia melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. Laki-laki bungkuk itu memang benar-benar takabur, terhadap datangnya angin pukulan dari Kwan Kim ceng itu tidak dianggapnya sebagai suatu ancaman, malah sambil busungkan dada ia sambut datangnya hantaman tersebut. Blaaaang.! suatu benturan keras tak terhindarkan lagi, oleh pukulan dahsyat itu lakilaki bungkuk tersebut hanya mundur selangkah, kemudian dengan badan yang tegak lurus seperti sebatang pit pelan-pelan menghampiri Kwan Kim ceng. Sejak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Kwan Kim ceng menghadapi jago selihay ini, ia tidak habis mengerti mengapa laki-laki bertubuh bungkuk itu sanggup menerima pukulan udara kosongnya yang bertenaga delapan bagian itu, padahal dalam anggapannya serangan tersebut cukup untuk membinasakan dirinya.

Kini Laki-laki bungkuk itu sudah melancarkan serangan belasan dengan kecepatan luar biasa, ia tak tahu bagaimana caranya untuk menghindari ancaman tersebut. Disaat yang kritis itulah mendadak Oh Bu hong membentak keras, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan yang dahsyat kearah laki-laki bungkuk itu. Agaknya laki-laki bungkuk itu tahu lihay, cepat-cepat ia menjatuhkan diri bergelinding sejauh beberapa kaki, lalu dengan wajah marah serunya keras-keras, Hei, apakah kalian hendak merebut kemenangan dengan andalkan jumlah banyak? Gagal dengan serangan yang pertama, Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak. Haaahh. haaahhh. haaahhh. suatu ilmu soat him kang (beruang salju) yang bagus! Haaahhh. haaahhh. rupanya kau berandal dari aliran Tiang pek pay Agak kaget juga laki-laki bungkuk itu setelah asal usul perguruannya diketahui orang ia ganti membentak, Siapa kau? Apakah masih ingin mencoba beberapa jurus sakti dari perguruanku? Oh Bu hong tersenyum. Andaikata kau berniat, tentu saja lohu akan menemanimu untuk bermain tiga gebrakan Laki-laki bungkuk itu dasarnya memang jumawa, tak terkirakan rasa gusarnya setelah mendengar bahwa dia hanya mampu menerima tiga pukulannya. Bangsat rupanya kau sudah bosan hidup? Akan kucabut nyawamu dalam tiga gebrakan Tiba-tiba si Tosu setan Thian yu Cinjin maju kedepan dan melerai sambil tertawa. Saudara Mao Tam, harap jangan marah dulu, lebih baik kita hadapi dulu masalah penting! Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi pun ikut tertawa nyaring, lalu menyambung, Saudara Mao Tam, bagaimana keadaanmu selama ini? Aku lihat ilmu Soat him kangmu sudah maju pesat, rasanya tak sampai beberapa tahun lagi, susiokmu sekalian pasti dapat kau ungguli. Mao Tam si laki-laki bungkuk itu seperti orang bodoh, ketika mendengar pujian dari Hoa Kok khi itu dia tampak gembira sekali terkekehlah dia dengan anehnya. Bagus! Bagus sekali! Apakah Hoa lote juga ingin beradu tenaga dalam denganku? Ji Cin peng dan Gak Lam-kun yang mendengarkan pembicaraan itu diam-diam mengerutkan dahi.

Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa, sahutnya kemudian, Aaah, masa dengan saudara sendiripun musti beradu? Lebih baik kau rampas dulu kotak kumala yang berada ditangan pemuda berbaju hijau itu Sambil berkata ia menuding kearah Gak Lam-kun. Mendengar ucapan tersebut, Mao Tam si laki-laki bungkuk itu segera memandang kearah Gak Lam-kun dengan sepasang matanya yang sebesar gundu itu, kemudian sambil tertawa aneh katanya, Bocah muda itu maksudmu? Kenapa musti merepotkan aku? Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang tinggi hati, tak terlukiskan rasa marahnya setelah mendengar perkataan itu, tapi hawa murninya telah punah sekarang, tak mungkin lagi baginya untuk turun tangan, terpaksa rasa mangkelnya itu hanya disimpan dalam hati. Saudara Mao Tam, kau jangan anggap enteng dirinya, kami semua tak ada yang sanggup menangkan dia? Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi adalah seorang manusia yang berhati busuk dan berakal licin. Kiranya Moa Tam adalah murid kesayangan dari Tiang pek sam him (tiga beruang dari tiang pek) yang tersohor namanya diluar perbatasan, ilmu silat yang dimiliki Tiang pek sam him amat lihay tapi enggan melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mereka selalu menetap diwilayah Tiang pek dan kerjanya hanya mendalami ilmu silat belaka. Berulangkali Hoa Kok khi memancing mereka untuk menggerakkan hati mereka maka kali ini diajaknya murid mereka mendatangi wilayah Tionggoan. Pertama ia dapat mempergunakan tangannya untuk kepentingan pribadi, dan kedua andaikata murid dari Tiang pek sam him ini sampai tewas didaratan Tionggoan, niscaya ketiga beruang dari Tiang pek itu akan mendatangi Tionggoan untuk menuntut balas, maka diapun akan mempergunakan kekuatan mereka untuk menaklukkan semua aliran didunia persilatan dan merajai kolong langit. Jadi sesungguhnya tujuan dari Hoa Kok khi ini betul-betul licik, jahat dan terkutuk. Sementara itu Mao Tam telah tertawa geram setelah mendengar perkataan itu, mendadak ia melompat ketengah udara dan langsung menerjang kearah Gak Lam-kun. Ji Cin peng yang berdiri disamping Gak Lam-kun telah bersiap sedia semenjak tadi, begitu musuh melancarkan tubrukan tiba-tiba ia mengernyitkan alis matanya dan menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan suatu gerakan aneh. Telapak tangannya diputar sedemikian rupa lalu ditolak kemuka melepaskan sebuah pukulan, hanya saja serangan tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara.

Mao Tam sama sekali tidak menyangka kalau orang yang menyongsong kedatangannya adalah seorang gadis muda yang berwajah cantik, sementara ia masih tertegun pukulan itu sudah menyambar datang. Waktu itu Ji Cin peng memang ada maksud untuk meruntuhkan semangat kawanan jago disitu! Maka serangan yang dilancarkan itu disertai dengan tenaga yang kuat. Walaupun pukulannya meluncur kemuka tanpa menimbulkan suara, tapi justru dibalik semuanya itu terkandung suatu daya kekuatan yang maha dahsyat, ditengah kelembutan tersimpan kekerasan, begitu telapak tangannya menempel ditubuh musuh hawa pukulan yang disimpan dibalik telapak tanganpun segera menggulung keluar dan melukai orang. Setelah tubuhnya termakan pukulan, Mao Tam baru merasakan munculnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat menghantam isi perutnya keras-keras, ia menjadi amat terperanjat, sambil mengerahkan tenaga sakti Soat him kangnya untuk melawan serangan itu, buru-buru tubuhnya berkelit kesamping. Sekalipun telapak tangan Ji Cin peng mengena pada tubuh lawan lebih dahulu, hawa serangan baru dipancarkan menanti lawan berusaha melakukan perlawanan, ia telah menarik kembali pukulannya sambil menubruk maju lagi dengan kecepatan luar biasa. Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, sekalipun reaksi Mao Tam cukup cepat, tapi ia terkena juga getaran hawa pukulan yang dilancarkan oleh Ji Cin peng itu. Uaak.! ia kesakitan dan muntah darah. Walaupun Mao Tam seorang bodoh, terkesiap juga hatinya setelah melihat kelihayan lawan, seketika itu juga sikap takaburnya hilang lenyap tak berbekas. Maka begitu dilihatnya Ji Cin peng menerjang lagi dengan kecepatan luar biasa buruburu tubuhnya melompat kesamping untuk berkelit, sementara hawa murninya telah dihimpun kedalam telapak tangan kanannya. Menanti sepasang kaki Ji Cin peng baru saja menempel diatas permukaan tanah, pukulan dahsyat itu segera dilontarkan. Segulung angin pukulan yang sangat kuat ibaratnya gulungan gelombang disamudera segera menumbuk kemuka. Dikala kedua orang itu sedang terlibat dalam pertarungan yang amat seru, si Tosu setan Thian yu Cinjin mendadak maju kedepan dan menerjang kearah Gak Lam-kun. Ji Cin peng dapat menyaksikan kejadian itu dengan jelas, ia tertawa dingin, telapak tangan kirinya segera memancing datang tenaga pukulan dari Mao Tam, kemudian diantara putaran pergelangan tangannya, tenaga serangan itu segera dilontarkan ketubuh si Tosu setan Thian yu Cinjin.

Gak Lam-kun mengenali kepandaian tersebut adalah suatu jenis ilmu meminjam tenaga yang maha dahsyat, kepandaian itu khusus digunakan untuk meminjam tenaga orang untuk memukul orang lain. Segulung angin topan yang maha dahsyat pun segera melesat diudara, mengikuti perputaran pergelangan tangan Ji Cin peng tenaga itu langsung menerjang ketubuh Thian yu Cinjin. Sedemikian dahsyatnya angin pukulan itu hingga menimbulkan angin yang menderu-deru. Si Tosu setan Thian yu Cinjin mempunyai pengalaman selama puluhan tahun berkelana dalam dunia persilatan tak sedikit jago lihay yang telah dijumpainya itu membuat pengetahuannya tentang pelbagai ilmu silat didunia menjadi amat luas. Sekalipun demikian belum pernah ia jumpai kepandaian seaneh yang dipergunakan Ji Cin peng sekarang, dimana dalam suatu perputaran pergelangan tangan saja telah sanggup untuk mengalihkan tenaga pukulan dahsyat dari musuh kearahnya. Kepandaian semacam ini dianggapnya betul-betul merupakan suatu kepandaian sakti yang jarang ditemui dalam dunia persilatan. Dalam terkejutnya, tak sempat lagi baginya untuk bergeser kesamping, terpaksa hawa murninya dihimpun kedalam pusar, sepasang lengannya digetarkan dan ia melompat ketengah udara bagaikan sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya. Jit poh toan hun Kwik To yang berada disamping arena segera menyindir sambil tertawa dingin, Thian yu to heng, sungguh enteng benar ilmu meringankan tubuhmu! Si tosu setan Thian yu Cinjin berjumpalitan ditengah udara sebanyak beberapa kali, lalu melayang turun satu kaki jauhnya dari tempat semula, ketika mendengar sindiran tersebut dia lantas membentak, Tua bangka She kwik, kurangi mulutmu yang busuk itu, suatu ketika aku pasti akan -mengajak kau untuk berduel sampai mampus. Kwik To tertawa terbahak-bahak, baru saja dia hendak menyindir lagi, mendadak terdengar seseorang mendengus tertahan. Ternyata Mao Tam sudah jatuh terduduk diatas tanah dengan peluh membasahi sekujur tubuhnya, ia tampak kesakitan hebat sampai-sampai menggigit bibir untuk menahan diri, tak terdengar sepotong suara rintihan pun yang muncul dari mulutnya. Paras muka Ji Cin peng pun pucat pias seperti mayat, Han Hu hoa dan nenek berambut putih yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, serentak mereka melompat kedepan untuk memberi pertolongan. Tiba-tiba gadis itu berteriak, Nenek Siau. kalian cepat lindungi Gak siangkong.

Mendadak si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, lalu melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng. Didalam serangan yang dilancarkannya ini telah disertai dengan tenaga dalam yang maha dahsyat, tentu saja kehebatannya tak terkirakan. Diantara desingan angin tajam yang menderu-deru, muncullah segulung angin pukulan bagaikan gelombang dahsyat ditengah samudra. Siapa tahu ketika angin pukulan itu tiba ditempat sasarannya, Ji Cin peng telah melompat keudara, lalu berputar badan diangkasa dan secepat sambaran petir menerjang Thian yu cinjin yang berada dibawahnya. Thian yu cinjin merasa terperanjat sekali menyaksikan gerakan tubuhnya yang sangat sakti itu, buru-buru Hud timnya diputar sedemikian rupa untuk melindungi badan, kemudian buru-buru ia melompat sejauh satu kaki lebih untuk menyelamatkan diri. Mendadak kembali terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang memecahkan keheningan, tiba-tiba ketua dari Thian san pay, Bu seng siangseng Tong Bu kong mencabut pedangnya dan melompat keudara, lalu senjatanya digetarkan menciptakan selapis cahaya pedang yang tebal untuk melindungi sekujur badannya, lalu dengan kecepatan bagaikan kilat mengurung kearah Han Hu hoa, nenek berambut putih dan Gak Lam-kun. Mendadak nenek berambut putih itu mencabut keluar pedangnya baru saja ia hendak mengerahkan senjatanya kearah serangan pedang dari lawan, tiba-tiba tampak Ji Cin peng memutar tubuhnya telapak tangan kiri dan ujung jari tangan kanan bersama-sama dibacokan kedepan. Terdengar Tong Bun kong mendengus dingin kabut pedang yang sedang menyerang kebawah itu mendadak lenyap tak berbekas, lalu tubuhnya berputar satu lingkaran diudara dan melayang turun dua kaki jauhnya dari posisi semula dengan wajah hijau membesi ia berdiri membungkam disana. Beberapa pertarungan yang berlangsung secara beruntun ini membuat semua orang mulai terperanjat oleh kehebatan ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng, meski demikian ilmu silat dari Thian yu Cinjin, Tong Bu kong dan Mao Tam pun mengejutkan pula semua orang. Terutama tusukan pedang dari Tong Bu kong tadi telah memperlihatkan pula inti kekuatan yang luar biasa dari ilmu pedang Thian san kiam hoat, hal mana membuat semua orangpun menaruh penilaian yang lain terhadap aliran Thian san pay. Li nay nay dan Han cici harap melindungi keselamatan Gak siangkong, Kwik toako, Siangkoan toako dengan memimpin delapan belas pemanah panah bercinta harap membuat lingkaran disekeliling Gak siangkong bertiga guna menghadapi kemungkinan yang tak diinginkan, malam ini aku hendak membuka pantangan membunuh sepuasnya

Begitu komando diumumkan terpancarlah kewibawaan yang besar, serentak para jago dari perguruan panah bercinta menyebarkan diri dan mengambil posisi, sementara Ji Cin peng tiba-tiba mencabut keluar pedang pendek Giok siang kiamnya. Gak Lam-kun merasa kagum sekali dengan kepandaian silat yang dimiliki Ji Cin peng terhadap cinta kasihnya ia pun merasa amat terharu, pemuda itu tak habis mengerti kenapa ia bersedia mengorbankan segala-galanya demi melindungi keselamatannya. Dengan menitikkan airmata haru, Gak Lam-kun segera berteriak keras, Nona Bwe, jangan. Tak usah kuatir, aku tak bakal mati sahut Ji Cin peng sambil berpaling. Sementara ia sedang berbicara, tiba-tiba kawanan jago yang berada disana telah bergerak maju menghampirinya. Sambil menggenggam pedang Giok siang kiam dan memandang sekejap kawanan jago itu dengan pandangan dingin, hardiknya dengan suara yang amat dingin, Semuanya berhenti! Walaupun Ji Cin peng hanya seorang gadis remaja akan tetapi justru memiliki kewibawaan serta keagungan yang luar biasa, bentakan tersebut segera memaksa kawanan jago itu menghentikan langkahnya. Si rase berekor sembilan Kongsun Po segera berpaling dan memandang sekejap Say Khi pit yang berada disisinya kemudian sambil tertawa dingin katanya Saudara Say, tampaknya kedatangan kita bakal sia-sia belaka, coba lihat orang lain yang bakal menikmati hasil tersebut! Seperti telah diketahui, Kongsun Po adalah seorang jago yang banyak sekali akal busuknya dan panjang pula pikirannya. Dengan mengandalkan kekuatannya seorang tak nanti sanggup menghadapi jika tidak menggunakan pancingan-pancingan dengan katakata agar ia mau turun tangan. Say Khi-pit tertawa terbahak-bahak. Haaahhh. haaahhh. haaahh. jauh-jauh kami datang kepulau terpencil ini dengan harapan bisa mendapat mustika, bila kita biarkan orang lain mendapatkan lencana tersebut tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun hal ini benar-benar merupakan suatu penghinaan besar untuk kita semua. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi jauh lebih licik lagi daripada rekan-rekannya, sejak tadi sampai sekarang ia tak pernah bertarung dengan orang, tapi begitu mendengar perkataan yang bernada adu domba tersebut, kontan saja ia tertawa terbahak-bahak, lalu sambungnya, Saudara Say, saudara Kongsun, perkataan kalian berdua memang benar

bagaimanapun juga kita harus ikut melihat bagaimanakah macamnya Lencana pembunuh naga dan benda apakah itu serta apa rahasianya sehingga bisa menarik perhatian kawanan jago dari dunia persilatan dan membuatnya menjadi tergila-gila, kalau tidak, tentu saja kami akan meraca kecewa sekali! Pembicaraan yang saling bersahut-sahutan ini segera membuat suasana dalam arena menjadi tegang, napsu ingin mendapatkan lencana pembunuh naga pun semakin besar, tapi siapapun tak ingin turun tangan lebih dulu. Tiba-tiba seseorang tertawa merdu, kemudian berkata, Hei, apakah kalian ingin tahu benda macam apakah lencana tersebut? Aku bersedia memberitahukan kepada kalian Ternyata yang berbicara adalah si gadis berbaju perak yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena itu. Bila nona bersedia memberi keterangan kepada kami, tentu saja hal ini jauh lebih baik lagi seru Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tersenyum. Gadis berbaju perak itu tertawa. Sesungguhnya Lencana pembunuh naga adalah suatu benda yang membawa alamat jelek bagi pemiliknya, itu bisa kita lihat dari sebutannya Pembunuh naga. Hmm! Siapa yang tidak tahu tentang soal itu mendadak seseorang menanggapi dengan suara yang menyeramkan. Dari luar gelanggang pelan-pelan berjalan datang seorang kakek berwajah jelek, orang itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian.! Hei, kamu si jelek kenapa berkaok-kaok tak karuan? Masa kau pernah menjumpai lencana pembunuh naga? Entah mengapa ternyata Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tidak dibikin marah oleh ejekan tersebut, malahan secara tiba-tiba ia bertanya, Nona siapa namamu? Cis! Buat apa kau menanyakan namaku? Kita toh bukan sanak bukan keluarga, kenapa aku musti memberitahukan namaku kepadamu? Ternyata Lui Seng thian merasa bahwa raut wajah gadis ini terlalu mirip dengan Soat san thian li serta Yo long. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali manfaatkan suasana itu, tiba-tiba serunya kepada Lui Seng thian, Hei kalau ogah mendengarkan yaa sudah kenapa musti cerewet melulu?

Sementara itu sinar mata orang yang berada dalam gelanggangpun sama-sama ditujukan kearah Jit poh lui sim ciam dengan perasaan amat mendongkol. Hal mana kontan saja menimbulkan kemarahan yang meluap-luap bagi Lui Seng thian ia tertawa seram, sambil mendekati Hoa Kok khi tegurnya dengan nada sinis. Hei, kamu yang bernama Hoa Kok khi? Walaupun diluaran Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi masih tetap bersikap tenang, padahal ia telah mengerahkan tenaga dalamnya sambil besiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Ada urusan apa kau menanyakan soal itu? sahutnya kemudian. Tiba-tiba Lui Seng thian mengacungkan tabung bulat itu kearahnya sambil berseru dengan dingin, Aku ingin menyuruh kau untuk merasakan bagaimana hebatnya panah inti geledek yang membawa maut buat korbannya dalam tujuh langkah! Mendengar itu, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi baru terperanjat, tak pernah disangka olehnya kalau iblis tua itu yang telah diganggunya malam ini. Kiranya sebelum itu dia sama sekali tidak kenal dengan Lui Seng thian. Hoa Kok khi segera tersenyum, ujarnya, Sungguh tak kusangka kalau saudara adalah Jit poh lui sim ciam yang tersohor namanya didalam dunia persilatan itu, maaf, maaf jika aku bersikap kurang hormat Hoa Kok khi memang seorang manusia yang luar biasa, kalau pada umumnya para jago persilatan amat menjaga nama baik serta wajahnya, maka ia tidak terlalu mementingkan hal tersebut malah sebaliknya dari ucapan tersebut seakan-akan ia memperlihatkan kelemahan diri sendiri. Lui Seng thian tertawa seram, katanya, Belakangan ini aku dengar orang berkata bahwa dalam dunia persilatan telah muncul seorang manusia luar biasa, setelah bertemu hari ini, kubuktikan bahwa ucapan tersebut memang tidak salah Hoa Kok khi segera tersenyum. Aah, tidak berani, tidak berani kalau dibandingkan nama besar anda, diriku tak lebih hanya sinar kunang-kunang yang dibandingkan dengan sinar rembulan, kaulah yang sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa dari dunia persilatan Mendadak Lui Seng thian melotot kearahnya lalu berkata dengan suara menyeramkan, Aku Lui Seng thian paling tidak doyan dengan permainan mengumpak semacam itu sekarang juga ingin kusaksikan sendiri sampai dimanakah kehebatanmu itu

Oooh. jika kau merasa tidak terlalu canggung untuk bertarung melawan manusia semacam aku ini, dengan senang hati aku orang she Hoa akan mengiringi keinginanmu itu Lui Seng thian menarik kembali tabung bulatnya secepat sukma gentayangan ia bergerak kedepan. Hoa Kok khi tidak menyangka kalau orang itu demikian keras kepalanya dan memaksa juga untuk bertarung melawannya, melihat ia menerjang datang hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajahnya. Tiba-tiba ia mundur setengah langkah, telapak tangan kanannya yang melindungi badan mendadak ditekan pelan kedepan. Lui Seng thian segera mendengus tertahan dengan tubuh menggigil keras ia mundur tiga langkah dengan sempoyongan. Sambil tertawa dingin Hoa Kok khi segera berkata, Kau sudah terkena pukulan Tay siu im khi ku dalam tujuh jam mendatang sari racun akan menyerang kedalam tubuhmu yang akan mengakibatkan kematian. Bagus sekali! seru Lui Seng thian sambil tertawa seram, tidak kusangka kalau pada akhirnya lohu bakal kena kau pecundangi tapi kau tak usah kuatir, lohu tak nanti akan mati dengan begini saja, sekarang kau telah menyadari bahwa lohu adalah anggota perguruan Pek kut bun, itu berarti kau telah mencari kematian buat diri sendiri. Ditengah pembicaraan tersebut, Lui Seng thian telah melancarkan serangkaian pukulan yang gencar dan dahsyat. Desingan angin yang tajam dan kuat segera menderu-deru diudara dan menyelimuti seluruh angkasa. Dalam waktu singkat kedua orang itu telah terlibat dalam suatu pertarungan yang sengit sekali, yang tampak hanyalah dua bayangan manusia yang saling menyerang dan saling memukul, sedemikian cepatnya gerakan itu membuat pandangan orang menjadi kabur. Walaupun Lui Seng thian telah menendang dengan kakinya, membacok dengan telapak tangannya dan menyodok dengan jari tangannya, dan semua serangan tersebut adalah pukulan-pukulan yang gencar, akan tetapi bukan suatu pekerjaan yang gampang bila ingin melukai Hoa Kok khi dalam waktu singkat. Pada waktu itu, sinar mata semua orang telah ditujukan kearah mereka berdua, sedemikian terpesonanya orang-orang itu sehingga mereka berdiri dengan mata terbelalak dan mulut melongo.

Mendadak terdengar jeritan kaget yang tinggi melengking dan memekikkan telinga berkumandang diudara. Kau. rupanya kaulah pembunuh yang telah mencelakai Yo Long. Menyusul kemudian. menggema pula jerit kesakitan. Tahu-tahu Gak Lam-kun sudah roboh terkapar diatas tanah. Entah sedari kapan, ditengah arena telah muncul seorang perempuan gila berambut panjang yang bertampang jelek, perempuan itu begitu muncul lantas menghantam Gak Lam-kun sampai roboh ketanah. Sejak kapan ia muncul disitu? Dengan cara apa Gak Lam-kun dirobohkan? Ternyata Ji Cin peng sama sekali tidak merasa. Mungkin memang beginilah nasib Gak Lam-kun, sebab perempuan gila itu tak lain adalah perempuan sinting yang pernah dijumpainya dulu. Kiranya ia telah kembali kedalam gua ditepi samudra serta bertanya kepada Si Tiong pek, siapa yang telah membunuh Yo Long, dan Si Tiong pek pun menjawab bahwa Yo Long telah dibunuh oleh Gak Lam-kun. Pada dasarnya perempuan berambut panjang atau Hay Sim li adalah seorang perempuan yang kurang waras otaknya, tentu saja ia tidak mencurigai perkataan dari Si Tiong pek itu. Begitu berhasil merobohkan Gak Lam-kun, tiba-tiba Hay sim li atau perempuan jelek berambut panjang itu membopong tubuhnya dan dibawa kabur dari situ. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini segera menggemparkan semua orang, tanpa terasa merekapun sama-sama melakukan pengejaran, karena Lencana pembunuh naga justru berada disaku Gak Lam-kun. Ji Cin peng yang paling kaget dan cemas menghadapi kejadian ini, ia tak tahu Gak Lamkun masih hidup atau telah mati? Sambil menjerit keras, telapak tangan kirinya secepatkilat melancarkan sebuah pukulan kedepan. Tapi dengan suatu kebasan ujung bajunya perempuan jelek berambut panjang Hay sim li telah memaksa Ji Cin peng terpental sejauh tiga langkah kebelakang. Disaat itu pula mendadak Lui Seng thian melepaskan panah inti geledeknya membidik perempuan jelek berambut panjang Hay sim li serta Gak Lam-kun.

Tak terkirakan rasa kaget Ji Cin peng, ia menjerit keras lalu melepaskan sebuah pukulan hawa panas yang maha dahsyat menghantam ketiga titik cahaya bintang hijau itu. Tapi senjata rahasia dari Lui Seng thian itu memang aneh sekali kecepatannyapun tak terkirakan dalam sekali berkelebat saja tahu-tahu sudah tiba disasaran. Sungguh lihay perempuan gila berambut panjang itu, belakang kepalanya seperti ada tumbuh matanya, begitu senjata rahasia berkelebat lewat, dia cepat-cepat mundur sejauh tiga empat kaki dari posisi semula. Pada saat itulah Thi eng sin siu Oh Bu hong mulai bertindak, pedang Khi ing kiamnya disapu keluar dengan jurus Heng im toan gak (lapisan awan memotong perbukitan). Dalam keadaan yang kritis itu, perempuan gila berambut panjang tersebut justru bergeser tempat sambil memutar badan, dengan enteng dan gampangnya ia berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut. Diam-diam Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menerjang kemuka dan melepaskan sebuah sergapan maut dengan ilmu Tay siu im khi nya. Siapa tahu baru saja pukulan dilontarkan keluar tiba-tiba kekuatan tersebut ditahan dan dipentalkan kembali oleh segulung tenaga lain yang jauh lebih kuat. Hoa Kok khi tahu bahwa kekuatan tersebut adalah sejenis khikang tingkat tinggi, jika serangan itu ditahan secara paksa, niscaya isi perutnya akan tergetar luka maka dengan perasaan apa boleh buat ia buyarkan kembali serangannya sambil melayang pergi. Sementara itu Ji Cin peng telah menerjang kedepan, sepasang telapak tangannya bergerak cepat melancarkan serangkaian serangan kilat. Tapi oleh karena ia kuatir pedangnya akan melukai Gak Lam-kun maka senjata pendek itu disimpannya kembali. Ji Cin peng sangat menguatirkan keselamatan si anak muda itu, maka segenap kepandaian yang dimilikinya dikerahkan keluar, semua serangannya mempergunakan jurus-jurus yang terhebat dan terampuh. Akan tetapi sekalipun Ji Cin peng telah menyerang dengan mempergunakan pelbagai perubahan jurus yang paling lihay, namun perempuan gila berambut panjang itu masih saja dapat melayaninya secara jitu. Ji Cin peng mulai sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya masih terpaut jauh sekali darinya, dengan cemas ia berteriak, Locianpwe, dia adalah murid kesayangan Yo Long, kau tak boleh melukai dirinya. Tiba-tiba cahaya pedang berkelebat lewat.

See ih kiam seng Siang Ban im, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Bu seng sianseng Tang Bu kong dengan ketiga bilah pedangnya bagaikan tiga buah kilatan cahaya pedang bersama-sama menyerang tubuh si perempuan gila berambut panjang itu. Serangan dari tiga orang jago pedang dengan mengerahkan ilmu pedang andalan masingmasing ini betul-betul luar biasa hebatnya, seketika itu juga seluruh angkasa diliputi oleh hawa pedang yang menggidikkan hati. Tiga bilah pedang membawa tiga jalur kilatan cahaya berwarna keperak-perakan dalam waktu singkat telah mengancam atas tubuh lawan. Agak tertegun si perempuan gila berambut panjang tersebut menghadapi tibanya cahaya pedang yang maha dahsyat itu, rupanya sudah lama sekali ia tak pernah berjumpa dengan jago-jago setangguh ini. Ia tertawa panjang dengan suara yang mengerikan, menyusul kemudian telapak tangan kirinya diayun kedepan secara beruntun melancarkan dua buah pukulan hawa lembut yang kuat. Berbareng dengan berhembusnya dua gulung angin pukulan itu, See ih kiamseng Siang Bong im serta Tang Bu kong segera menarik kembali pedangnya dengan cepat. Sedangkan hawa pedang dari Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah meluncur kedepan dan berada hanya tiga inci didepan dada perempuan gila berambut panjang itu. Disaat yang palirg kritis dan berbahaya itulah. Tiba-tiba perempuan gila berambut panjang itu menggerakkan telapak tangan kirinya kebawah, lalu secepat sambaran kilat mencengkeram pedang dari Hoa Kok khi tersebut. Sungguh suatu kepandaian tangan kosong yang mengerikan hati, gerakan aneh tersebut kontan saja mengejutkan hati Hoa Kok khi sehingga sekujur tubuhnya bergetar keras. Diam-diam pikirnya dihati, Heran, kepandaian tangan kosong apaan yang dia gunakan? Belum pernah kujumpai kepandaian seaneh ini! Berpikir sampai disitu, ia semakin kuatir bila perempuan gila berambut panjang itu melancarkan balasan yang akan mengakibatkan dirinya terluka, buru-buru hawa murninya dikerahkan lalu mengipatkan lengannya keras-keras. Siapa tahu perempuan gila berambut panjang itu telah memanfaatkan tenaga kebasannya itu, tahu-tahu sambil membopong tubuh Gak Lam-kun dia melayang keudara, tangan kirinya masih tetap menjepit punggung pedang Hoa Kok khi, kemudian menggunakan gerakan tersebut ia menarik serta memutarkan keras-keras.

Oleh tenaga lawan yang maha dahsyat itu tak bisa dikuasai lagi tubuh Hoa Kok khi ikut berputar mengikuti gerakan pedangnya, kemudian tubuhnya terlempar kebelakang dan langsung menumbuk kearah si Tosu setan Thian yu Cinjin. Gerakan lawan betul-betul tak terlukiskan hebatnya, dengan begitu maka tenaga yang dikerahkan Hoa Kok khi sama sekali tidak terbuang dengan sia-sia, sebab seluruhnya telah dimanfaatkan lawan untuk melayang pergi sembari melakukan serangan balasan. Mendadak si tosu setan Thian yu Cinjin melejit keudara dan berjumpalitan beberapa kali, kemudian dengan kepala dibawah dan kaki diatas dia langsung menubruk kearah perempuan gila berambut panjang itu. Senjata Hud timnya disaluri hawa murni sehingga bulu-bulu emas terbuat dari bulu singa yang berwarna keemas-emasan itu merentang besar, kemudian dengan membawa desingan angin tajam yang luar biasa hebatnya langsung menyambar kedepan. Serangan ini cukup tangguh dan mengerikan, dalam dunia persilatan lebih dikenal sebagai gerakan Toan hun yu si (benang-benang halus pemutus nyawa). Seandainya orang yang melancarkan gerakan tersebut memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna maka kehebatannya akan meningkat, sebaliknya bila hanya memiliki tenaga sedang saja, jangan harap gerakan itu bisa digunakan. 0000O0000 Terdengar perempuan gila berambut panjang itu tertawa terbahak-bahak, tubuhnya sama sekali tidak bergeser dari posisi semula, telapak tangan kirinya segera diangkat keatas kemudian menyambut datangnya serangan dari Thian yu Cinjin tersebut Entah bagaimana caranya, tahu-tahu bulu senjata Hud tim milik si tosu setan Thian yu Cinjin tersebut seluruhnya sudah berada didalam cengkeramannya. Menyusul kemudian, pergelangan tangannya segera digetarkan kedepan. Tubuh Thian yu Cinjin ibaratnya sebuah bola, kontan saja meloncat keluar dan melayang jauh dari tempat semula, sedangkan senjata Hud timnya kena dirampas oleh perempuan gila berambut panjang itu. Perlu diketahui bahwa Si tosu Setan Thian yu Cinjin terhitung pula seorang jago tangguh yang namanya amat populer dalam dunia persilatan, tapi nyatanya sekarang, dalam sekali bentrokan saja tahu-tahu senjata Hud timnya kena dirampas perempuan gila itu bahkan tubuhnya kena terlempar jauh kebelakang, kontan saja kejadian ini menggemparkan seluruh gelanggang, para jago yang ada disekeliling tempat itu pada terbelalak lebar dengan mulut melongo.

Locianpwe! terdengar Ji Cin peng berseru kembali dengan suara yang merdu, kau tak boleh melukai dirinya locianpwe. Dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuhnya yang lihay, dalam dua kali kelebatan Ji Cin peng sudah berada belasan kaki jauhnya dari posisi semula lagi ia berhasil menghadang jalan perginya perempuan gila berambut panjang itu. Setelah berulangkali jalan perginya dihadang orang, lama kelamaan hawa amarah dalam dada perempuan gila tersebut berkobar juga tangan kirinya mendadak bergerak cepat secara beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng. Sungguh dahsyat ketiga buah serangan tersebut, sekalipun berbeda waktu serangannya tapi seakan-akan dilancarkan dalam waktu yang bersamaan bukan saja kecepatannya luar biasa, lagipula menyerang tiba dari tiga arah yang berbeda, hal mana segera memaksa Ji Cin peng harus melompat mundur kebelakang. Perempuan gila berambut panjang itu tertawa seram, serunya kemudian. Aku hendak menyiksa dan mencincang tubuhnya berkeping-keping, karena dia telah mencelakai Yo Long ku kau. kau. bajingan busuk yang tak berliangsim, aku hendak membunuh kau, mencincang tubuhmu dan menghisap darahmu. Oooh Yo Long. wahai Yo Long sungguh mengenaskan sekali kematianmu itu. Aku hendak membalaskan dendam bagi kematianmu, suhu hendak mencincang tubuh musuh besarmu ini hingga hancur berkeping-keping. Mengikuti suara teriakan-teriakan gilanya yang memekikan telinga, dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat ia berkelebat pergi dari tempat itu. Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan sana. Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, masih terdengar jeritan Ji Cin peng yang berkumandang hingga jauh dari tempat itu. Locianpwe. oh Locianpwe, dia adalah murid Yo Long. dia bukan pembunuh Yo Long. Sambil berlarian menyusul dibelakang perempuan gila itu, Ji Cin peng ikut berteriakteriak dengan suara keras. Tapi ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan gila berambut panjang itu telah mencapai pada puncaknya, dalam waktu singkat ia dengan membawa tubuh Gak Lamkun telah lenyap dibalik ujung pulau disebelah depan sana.

Ji Cin peng sadar bahwa tak mungkin baginya untuk menyusul perempuan gila itu, terpaksa dengan hati yang remuk redam dan airmata yang jatuh bercucuran membasahi wajahnya, ia menghentikan pengejaran tersebut. Kejadian demi kejadian yang pernah dialaminya dimasa lampau terkenang kembali dalam benaknya. Sepasang sejoli yang sesungguhnya dapat hidup bahagia, kini harus berpisah satu sama lainnya dan entah sampai kapan baru bisa bertemu kembali. Dialam bakakah? Atau dialam semesta.? Ia benci, ia membenci diri sendiri! Ia pun membenci pada takdir yang tak berperasaan. Terbayang kembali putra kesayangannya yang hidup tanpa ayah, hampir saja hatinya hancur lebur karena sedihnya. Kesedihan yang kelewat batas membuat pendengaran maupun penglihatannya menjadi kabur dan kehilangan ketajamannya seperti biasa, ia lupa berada dimanakah dirinya sekarang. Tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara helaan napas sedih, kemudian terdengar seseorang berkata, Inilah yang dinamakan takdir, jangan menyalahkan manusia, jangan pula membenci langit! Bagaikan baru bangun dari lamunan dengan cepat Ji Cin peng berpaling kebelakang. Tampaklah seorang nyonya berambut putih telah berdiri disampingnya dan menggenggam tangannya yang lembut pelan-pelan, wajah perempuan tua itupun penuh diliputi kesedihan. Oooh nenek! seru Ji Cin peng dengan suara yang memilukan hati, kau suruh hidup dengan cara apa? Bagaimana mungkin aku bisa hidup lebih lanjut? Bagaimanapun juga akhir dari kalian berdua adalah suatu kematian disalah satu pihak, toh bagaimanapun juga dia harus mati bisik perempuan itu lirih. Oh nenek, kau. kenapa kau tidak menghalangi kepergiannya tadi? Dengan kepandaian yang dimiliki nenek dan Peng ji, kita pasti dapat menghalangi jalan perginya, kau. kenapa kau tidak berbuat demikian.? Kenapa.? Oh Peng ji tahukah kau siapa perempuan tadi? tanya perempuan berambut putih itu sambil menghela napas.

Betul dia adalah suhunya Yo Long locianpwe yang disebut orang Hay sim li, tetapi dengan ilmu silat nenek yang begitu tinggi, asal kau bersedia turun tangan maka tak nanti dia akan bisa kabur dari sini dengan sedemikian mudahnya Sekali lagi perempuan berambut putih itu menghela napas panjang. Aai.! Anak Peng, kau menilai terlampau tinggi kepandaian silat yang dimiliki nenek. Betul andaikata aku turun tangan dan bekerja sama denganmu mungkin jalan perginya bisa dihadang, tapi tahukah kau bahwa aku tak dapat melanggar sumpahku sendiri? Pucat pias selembar wajah Ji Cin peng setelah mendengar perkataan itu, dengan suara gemetar katanya, Nenek. aku menyesal. aku menyesal sekali telah mengangkat sumpah tersebut. Dengan penuh kasih sayang perempuan berambut putih itu membelai rambutnya yang lembut, kemudian katanya dengan suara pelan, Anak Peng kau jangan terlampau bersedih hati bila penglihatanku tidak salah, mungkin nasibnya tidak akan sejelek itu, dan usianya tak mungkin akan berakhir dengan begitu cepat Ucapan tersebut dengan cepat mendatangkan setitik harapan keputus asaan yang mencekam perasaan Ji Cin peng sebelumnya. Haruslah diketahui bahwa perempuan berambut putih itu adalah pelayan dari Lam hay sin ni, bukan saja kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kehebatan, lagipula ia pandai sekali melihat raut wajah. Dasar-dasar ilmu silat yang dipelajari Ji Cin peng, hampir boleh dibilang sebagian besar adalah hasil pelajaran dari perempuan berambut putih ini mungkin dahulunya perempuan itupun pernah mengalami suatu kejadian yang memilukan hatinya, sehingga tak pernah ada orang yang tahu siapa nama sebetulnya dari perempuan itu, Ji Cin peng sendiripun hanya memangil perempuan berambut putih itu sebagai Siau Nay nay. Dengan sorot mata tajam Ji Cin peng menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian katanya lirih. Nenek, kau tak akan membohongi diriku bukan! Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang. Anak bodoh, nenek sudah berusia lanjut masakah membohongimu dengan kata-kata yang bukan-bukan, aai. kau si bocah cilik, betul-betul berhati bajik dan lembut, cuma sayang kau tak dapat menembusi rintangan dalam soal cinta. Mendadak dia menghela napas panjang, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dan memandang rembulan yang telah condong kesebe1ah barat, gumamnya seorang diri.

Tapi, siapakah dikoiong langit dewasa ini yang sanggup menghindarkan diri dari soal cinta? Ji Cin peng membungkam dalam seribu bahasa, ia tahu Siau Nay nay amat mencintainya, tak mungkin ia akan berbicara bohong dengannya, diam-diam iapun bersyukur atas ucapan itu. Tiba-tiba berkumandang suara langkah manusia yang memecahkan keheningan. Ketika Ji Cin peng menengadah, maka tampaklah Jit poh toan hun Kwik To sekalian anak buahnya dari perguruan panah bercinta telah berbondong-bondong datang kesana. Dengan suara lantang terdengar Jit poh toan hun berseru, Nona Ji, pelbagai perguruan telah mengirim orang untuk mencari jejak perempuan gila tersebut, bagaimana dengan kita? Harap siocia segera memberi petunjuk! Aaai. Kwik toako, mari kitapun melakukan pencarian disekitar pulau ini! Maka dipimpin langsung oleh Ji Cin peng berangkatlah sekalian anak buah perguruan panah bercinta untuk melakukan pencarian disetiap sudut pulau tersebut, namun jejak dari perempuan gila berambut panjang maupun Gak Lam-kun belum juga ditemukan. Tiga hari sudah mereka lakukan pencarian disegala penjuru pulau tersebut, sementara kawanan jago dari perguruan lain mulai melakukan pencarian diluar pulau tersebut. Selama ini hanya pihak See thian san saja yang tetap diam dalam bangunan megah ditengah pulau tersebut tanpa melakukan suatu gerakan ataupun tindakan apapun. 000O000 ooOoo oooCooo Disudut timur dari bangunan megah yang amat luas itu, terdapat sebuah bangunan menyendiri yang menghadap kesebelah barat, seorang perempuan berambut panjang yang berwajah jelek tampak sedang duduk bersila disana. Dibalik sepasang biji matanya yang jeli, terpancar suatu sinar termangu-mangu yang lebih mirip dengan orang yang sedang melamun, ia sedang mengawasi seorang pemuda berbaju emas yang tergeletak diatas tanah tanpa berkedip. Tanpa berkutik barang sedikitpun pemuda berbaju emas itu tergeletak diatas tanah, dada maupun lambungnya sudah tidak bergerak naik turun lagi seperti layaknya orang bernapas, keadaan semacam itu tak ubahnya seperti orang yang telah putus nyawa. Namun, paras muka pemuda berbaju emas itu masih belum berubah menjadi pucat pias seperti wajah sesosok mayat.

Siapa gerangan kedua orang itu? Mereka tak lain adalah Gak Lam-kun dan perempuan gila berambut panjang Hay sim li yang telah bikin heboh para jago persilatan tiga hari berselang ketika terjadi perebutan Lencana pembunuh naga. Sejak berhasil menangkap Gak Lam-kun dan melarikannya, selama tiga hari beruntun Hay sim li hanya mengendon dalam ruangan tersebut tanpa berkutik barang sedikitpun jua, tentu saja Ji Cin peng maupun kawanan jago lainnya tidak mengira kalau perempuan gila berambut panjang yang mereka cari-cari selama ini ternyata hanya berada dalam gedung. Gak Lam-kun sendiripun berada dalam keadaan tak sadar semenjak dibekuk dan dilarikan kesitu, keadaan anak muda tersebut tak berbeda jauh dengan sesosok mayat. Setelah membawa Gak Lam-kun kedalam ruangan tersebut, dan semenjak perempuan gila berambut panjang itu menemukan baju warna emas yang dikenakan sang pemuda dibalik jubah hijaunya, iapun terlelap dalam lamunan yang panjang yang tiada habisnya. Ia seperti kehilangan ingatannya sama sekali, sepanjang hari dan malam hanya duduk disamping Gak Lam-kun sambil memandangi tubuhnya yang tergeletak ditanah itu tanpa berkedip. Bayangan dari si setan berbakat yang termashur dalam dunia persilatan, Tok liong cuncu Yo Long pun terkenang kembali dalam benaknya, ia merasa pemuda yang tergeletak itu seakan-akan adalah kekasih hatinya, beberapa kali dia hendak menubruk kedepan serta memeluk tubuh Gak Lam-kun. Sambil menangis terisak bisiknya berulangkali, Yo Long. ooh Yo Long.! Senjapun kembali menjelang tiba. Mendadak Hay sim li menubruk kedepan dan memeluk tubuh Gak Lam-kun erat-erat serunya sambil menangis tersedu-sedu. Oooh Yo Long, wahai Yo Long. Sungguh mengenaskan kematianmu ini. Kenapa kau tak mau hidup saja? Kenapa kau begitu tega meninggalkan gurumu yang kau cintai itu? Ooh Yo Long. Yo Long sayangku. jangan kau tinggalkan diriku. Ia menangis tersedu dengan penuh kesedihan. Ia merintih dan berteriak seperti orang gila. Airmatanya bagaikan mutiara yang putus benang setetes demi setetes meleleh keluar dan jatuh dibawah Gak Lam-kun.

Dunia serasa menjadi kelabu, jagad serasa menjadi sepi. suatu siksaan batin yang benar-benar mengenaskan. Dalam keadaan beginilah, Gak Lam-kun yang telah empat hari tak sadarkan diri itu mulai meronta dan menggerakkan tubuhnya. Sekalipun gerakan tersebut sangat lirih, tapi perempuan gila berambut panjang itu segera merasakannya ia menjerit penuh rasa kaget bercampur gembira. Oooh. Long ji. Long ji kusayang. kau tidak mati? Kau tak akan mati! Rasa cinta Hay sim li terhadap Tok liong cuncu Yo Long boleh dibilang telah mendarah daging, sewaktu mendengar berita kematian Yo Long dari mulut Si Tiong pek, rasa sedih yang kelewat batas menimbulkan kembali tingkah polahnya yang sinting dan setengah sadar, selama empat hari belakangan ini lantaran Gak Lam-kun mengenakan dandanan dari Yo Long dimasa lalu, ternyata ia telah salah menganggap Gak Lam-kun sebagai Tok liong Cuncu Yo Long. Setelah menjerit kegirangan, Hay sim li segera menyambar tubuh Gak Lam-kun dan memeluknya erat-erat, secara beruntun ia lepaskan dua totokan yang menepuk jalan darah Thian leng hiat dua buah jalan darah penting. Biasanya, kendatipun seseorang menderita luka dalam yang bagaimanapun parahnya, asal kedua buah jalan darah penting tersebut ditepuk, maka penderita segera akan sadar kembali, tapi Gak Lam-kun masih belum juga berkutik. Hal mana dengan cepat membuat Hay sim li menjadi tertegun dengan rasa cemas ia tekan nadi Gak Lam-kun dan memeriksa denyutan nadinya tiba-tiba ia menjerit keras. Dengan cepat perempuan itu terlelap kembali kedalam lamunannya yang tak terhingga. Sejak terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, kemudian anak muda itu mengerahkan ilmu sakti Huan pu hwe kong untuk memperpanjang usianya selama dua hari, sesungguhnya bila saatnya telah tiba, niscaya selembar nyawanya akan lenyap dari raganya. Tapi beruntunglah dia menemukan suatu peristiwa lain, yaitu sewaktu melawan pengaruh ilmu Kiu hian tay boan yok sin im dari gadis berbaju perak itu, tiba-tiba saja ia dapat memahami pelajaran sim hoat ilmu Hian im kok meh (menggunakan irama menembusi nadi) yang pernah diterangkan Yo Long kepadanya. Sim hoat Hian im kok meh tersebut merupakan semacam kepandaian untuk menyembuhkan luka yang sangat lihay, oleh karena itu dia telah memanfaatkan pengaruh gelombang irama dari Kiu hian tay boan yok sin im tersebut untuk menembusi urat-urat penting dalam tubuhnya yang terluka.

Ketika gelombang irama tersebut dikerahkan Gak Lam-kun menembusi nadi penting dan delapan urat utama, tiba-tiba saja gelombang irama berhawa panas itu saling berbenturan dengan hawa jahat Tay siu im khi yang mengendon dalam tubuhnya, akibat dari benturan tersebut ia segera jatuh tak sadarkan diri. Ketika sadar kembali dari pingsannya, betul hawa racun Tay siu im khi dalam tubuhnya telah penuh, tapi berhubung hawa murni yang berada dalam kedelapan urat utamanya ikut tergetar buyar oleh gelombang irama Kiu hian tay boan yok sin im, akibatnya hawa murni ditubuhnya jadi mengambang dan tak sanggup dipersatukan kembali dalam waktu singkat. Untung saja keadaan tersebut bukan suatu keadaan yang terlampau serius, asal ada cukup waktu baginya untuk mengatur kembali hawa murninya, ataupun ia paham sim hoat kepandaian untuk menggiring hawa murninya kembali kepusat, maka segenap hawa murni yang membuyar tersebut akan terhimpun, bukan cuma tenaganya saja yang bakal pulih kembali seperti sedia kala bahkan tenaga dalamnya akan bertambah sempurna lagi, hal mana tentu saja jauh diluar dugaan siapapun. Sayangnya, ketika hawa murni Gak Lam-kun yang membuyar belum terhimpun kembali, ternyata ia terkena sebuah pukulan lagi dari Hay sim li yang berat dan mematikan, justru karena hawa murni Gak Lam-kun tidak terhimpun dipusar, ia dapat menahan pukulan dari Hay sim li tanpa tewas, akan tetapi, akibatnya hawa murni yang telah membuyar tersebut segera menyebar kedalam ketiga ratus enam puluh delapan buah jalan darahnya dan tercerai berai tak karuan. Dalam keadaan begini, ia merasa tubuhnya seperti terlepas sama sekali dari daya tarik bumi, kesadarannya punah, napasnya seperti tak ada dan perasaannya ikut hilang sekalipun ia masih hidup segar bugar namun sepintas lalu keadaannya tak berbeda jauh dari sesosok mayat. Selama empat hari belakangan ini, keadaan tubuh Gak Lam-kun kembali mengalami perubahan, hawa murni yang telah tersebar kedalam jalan darahnya pelan-pelan mulai menggumpal dan mengalir kembali kearah pusat, karenanya anak muda itu menunjukan gejala meronta belum lama berselang. Untuk beberapa saat lamanya Hay sim li termenung sambil memutar otaknya, tiba-tiba timbul ingatan bahwa hawa murni yang dimiliki Gak Lam-kun mungkin telah punah sama sekali, ia lantas bertekad hendak mempergunakan hawa saktinya untuk menyalurkan hawa murni dalam tubuhnya kedalam nadi-nadi penting si anak muda itu. Demikianlah, Hay sim li lantas duduk bersila dengan tangan kirinya ditempelkan diatas jalan darah Thian leng hiat ditubuh Gak Lam-kun, sementara tangan kanannya merangkul pinggang pemuda itu matanya melotot besar dan hawa murni disalurkan keluar.

Lewat beberapa saat kemudian, segulung aliran hawa panas telah menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya lalu melewati jalan darah Thian leng hiat segera menyebar keempat penjuru dan mengitari sekujur badan Gak Lam-kun. Tak sampai sepertanak nasi kemudian, isi perut Gak Lam-kun telah digerakkan kembali oleh hawa murni Hay sim li dan pulih kembali kegunaannya seperti sedia kala, darah yang membekupun lambat laun bisa mengalir kembali mengitari seluruh tubuhnya. Cuma hawa murni yang ia miliki semula masih tetap tersumbat didalam setiap jalan darah penting ditubuhnya. Walaupun demikian, keempat anggota badan Gak Lam-kun, yang telah mengejang keras itu tiba-tiba saja dapat bergerak kembali, peluh mulai bercucuran dari rongga-rongga tubuhnya, wajah yang memucatpun kini sudah memerah kembali. Mendadak sekujur tubuh Hay sim li gemetar keras, tangan kirinya yang menempel diatas jalan darah Thian leng hiat pada tubuh Gak Lam-kun tiba-tiba saja dialihkan keatas jalan darah Mia bun hiat diatas punggung pemuda itu. Uap putih yang mengepul keluar dari atas kepala Hay sim li kian lama kian bertambah tebal, tak sampai satu jam kemudian, lapisan uap putih yang menyelimuti seluruh badannya sudah sedemikian tebalnya sehingga berupa kabut putih yang amat tebal. Suhu udara panas makin lama makin tinggi, mendadak paras muka Hay sim li mengalami suatu perobahan. Kulit wajahnya yang jelek dan menyeramkan itu seakan-akan kulit kerak yang kering tahu-tahu mengelupas selembar demi selembar. Waktu itu Hay sim li masih belum merasa bahwa kulit wajahnya mulai mengelupas, seluruh perhatiannya hanya tertuju untuk menyembuhkan luka yang diderita Gak Lamkun. Mendadak sepasang telapak tangannya yang dirangkap didepan dadanya itu berpisah kekedua belah sisi, kemudian secepat kilat menepuk dua buah jalan darah penting ditubuh Gak Lam-kun. Namun sepasang tangannya itu tidak segera disingkirkan dari tempat itu, sebaliknya malah menempel lekat-lekat pada setiap jalan darah yang baru ditepuknya itu, hawa panas yang mengelilingi tubuh mereka berduapun kian lama kian bertambah kurang. Seperminum teh kemudian ia baru menyingkirkan sepasang tangannya dari atas jalan darah tersebut. Begitulah hal tersebut dilakukan berulang-ulang sampai enam kali banyaknya, sudah dua belas buah jalan darah kematian ditubuh Gak Lam-kun yang ditepuk olehnya.

Peristiwa ini boleh dibilang merupakan reaksi bagi Gak Lam-kun, sekalipun hawa murninya tak akan pulih kembali dalam waktu singkat sesudah mendapat pengobatan, tapi dua puluh empat jam kemudian bila hawa murninya telah terhimpun kembali kedalam pusar, maka kehebatan tenaga dalamnya ketika itu hampir boleh dibilang satu kali lipat daripada kemampuannya sekarang. Mendadak berkumandang suara helaan napas panjang. Pelan-pelan Gak Lam-kun membuka matanya, tiada rasa girang yang memancar diatas wajahnya, ia hanya bertanya dengan suara hambar, Siapa kau? Begitu mendengar suaranya, bagaikan baru mendusin dari impian, Hay sim li berseru tertahan, ia melemparkan tubuh Gak Lam-kun keatas tanah lalu mundur beberapa depa dari situ. Sinar rembulan memancarkan cahaya keperak-perakannya melewati daun jendela, ketika Gak Lam-kun mencoba untuk memperhatikan wajah Hay sim li, ia menjadi tertegun sebab raut wajah tersebut seingatnya begitu siang dan belum pernah dijumpai sebelumnya. Raut wajah perempuan itu begitu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, sedemikian ayunya sehingga siapapun yang memandang wajahnya pasti akan terpikat dan terpesona dibuatnya. Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa si anak muda itu mulai memeras otaknya dan mengingat kembali peristiwa demi peristiwa yang telah dialaminya selama ini. Malam itu, ia menyaksikan perempuan gila berambut panjang ini berjalan menghampirinya tiba-tiba diapun jatuh tak sadarkan diri. Berpikir sampai disitu, apalagi melihat rambut Hay sim li dan baju yang dikenakan olehnya, kontan saja Gak Lam-kun menjerit kaget, Haah, kau. kau adalah dia. Ternyata wajah Hay sim li pada saat ini sudah tidak jelek atau menyeramkan lagi seperti tempo hari, tapi begitu cantik dan jelita bak bidadari dari kahyangan. Wajah tersebut bukan wajah seorang perempuan tua yang berusia enam puluh tahunan tapi merupakan seraut wajah perempuan yang masih muda. (Tentang hubungan kasih antara Hay sim li dan Yo Long, akan diceritakan pada bagian lain). Ketika memandang untuk pertama kalinya tadi, Gak Lam-kun masih belum merasakan sesuatu yang aneh, tapi setelah memandangnya agak lama tiba-tiba ia mulai merasakan

jantungnya berdebar keras, terasa olehnya betapa menarik dan memikatnya wajah Hay sim li tersebut. Daya pesona perempuan Hay sim li tersebut, tak kalah dari daya tarik si gadis cantik yang tertera diatas lencana pembunuh naga, sudah barang tentu jauh melebihi si nona berbaju perak dari perguruan See thian san tersebut. Ia merasa bahwa daya pikat yang dimiliki ketiga orang perempuan itu hampir sama satu sama lainnya, terutama sekali antara Hay sim li dengan si nona yang tertera diatas lencana pembunuh naga tersebut, satu-satunya perbedaan hanyalah pada alis mata nona dalam lencana pembunuh naga terdapat sebuah tahi lalat merah, dan lagi wajahnya lebih bersih dan polos. Terkesiap Gak Lam-kun mendengar bentakan tersebut, ia jumpai paras muka Hay sim li telah berubah hebat, dengan sepasang mata yang tajam ia sedang mengawasinya lekatlekat, sementara hawa napsu membunuh yang tebal menyelimuti wajahnya. Diam-diam Gak Lam-kun bersiap juga menghadapi kejadian tersebut, tapi ketika teringat kembali bahwa dirinya sudah terkena hawa pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, hatinya menjadi jauh lebih tenang. Sesudah menghela napas ringan, pemuda itupun berkata, Locianpwe, ada sedikit persoalan ingin boanpwe utarakan kepadamu! Agaknya jalan pikiran Hay sim li ketika itu telah berada dalam keadaan normal kembali, katanya dingin, Persoalan apa yang hendak kau katakan cepat diutarakan sekarang juga! Sebab sebentar lagi tubuhmu akan kucincang menjadi berkeping-keping. Tertegun Gak Lam-kun mendengar ancaman tersebut, pikirnya, Heran, dengan kau toh aku tak pernah punya dendam atau sakit hati, kenapa kau hendak mencincang tubuhku menjadi berkeping-keping. Tiba-tiba saja ia teringat kalau otak perempuan itu kurang waras, maka katanya kemudian, Locianpwe, apakah kau kenal dengan baju berwarna emas yang kukenakan ini? Kalau kenal, tolong tanya milik siapakah baju tersebut? Kau manusia yang pantas dibunuh teriak Hay sim li dengan geramnya, kau telah membunuh Yo Long, merampas pula pakaian miliknya, kau. kau. Tampak jelas kalau perasaannya ketika itu sedang mengalami goncangan keras, dengan sorot mata yang berapi-api, dia awasi Gak Lam-kun tanpa berkedip. Tentu saja Gak Lam-kun menjadi kebingungan setengah mati mendengar ucapan lawan yang penuh luapan rasa dendam itu, setelah menghela napas sedih, katanya, Locianpwe, Yo Long adalah guru boanpwe masa aku tega membunuh guru sendiri.

Apa? Kaupun muridnya? seru Hay sim li dengan perasaan terkejut. Ternyata Hay sim li telah menganggap Si Tiong pek sebagai murid Yo Long oleh sebab itu ketika mendengar Gak Lam-kun pun mengaku sebagai murid Yo Long, ia menjadi terkejut dan mengajukan pertanyaan tersebut. Gak Lam-kun sendiripun agak tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, segera pikirnya, Kalau didengar dari perkataannya jelas ada seorang yang lain telah mengaku sebagai murid suhu, tapi siapa orang itu.? Berpikir demikian pemuda itupun manggut-manggut, sahutnya, Betul locianpwe, akulah murid yang sebenarnya dari Tok liong Cuncu Yo Long! Tidak, aku tidak percaya kau pasti sedang membohongiku, kau harus mampus seru Hay sim li sambil menggelengkan kepalanya berulangkali. Gak Lam-kun menghela napas panjang, kembali ujarnya. Locianpwe, boanpwe tidak membohongi, apakah ada orang lain yang mengaku-ngaku murid suhu Kali ini Hay sim li yang dibuat tertegun oleh perkataan itu, gumamnya kemudian, Kalau itu gadungan, kenapa bisa mengetahui kalau aku berada dalam gua itu. Tentu saja yang dia maksudkan adalah perkataan dari Si Tiong pek yang ditujukan kepadanya itu. Tiba-tiba perempuan itu membentak gusar, Bajingan cilik, kau bukan murid Long ji, kau bukan! Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas panjang. Aaaai. locianpwe! Jika kau kenal guruku, tentu saja mengetahui juga dengan wataknya, mungkinkah dia akan menyerahkan pakaian miliknya ini kepada orang lain? Terus terang kukatakan kepadamu, adapun kedatangan boanpwe kali ini adalah untuk melaksanakan pesan terakhir dari suhu untuk menerima Lencana pembunuh naga dibukit Kun san serta membalaskan dendam bagi perguruan. Tiba-tiba Hay sim li menerjang maju kedepan lalu sambil mencengkeram urat nadi pada pergelangan Gak Lam-kun, serunya dengan penuh rasa cemas, Apa kau bilang? Long ji telah mati cepat katakan, cepat katakan kepadaku! Gak Lam-kun merasakan betapa cepatnya gerak maju perempuan itu, gerak serangannya ketika mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya pun aneh sekali, baik ditinjau dari sudut manapun, tak mungkin bagi sang korban untuk meloloskan diri dari cengkeraman itu.

Padahal tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun waktu itu belum pulih kembali, begitu nadinya dicengkeram Hay sim li, kontan saja ia merasa kesakitan setengah mati sehingga peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya. Tapi pemuda itu tidak meronta, ia menahan rasa sakit tersebut sebisanya kemudian setelah menghela napas sedih katanya, Delapan belas tahun berselang, suhu kena disergap orang ketika bertarung ditebing Yan po gan dibukit Hoa san, pada musim gugur tiga tahun berselang, tiba-tiba racun dalam tubuhnya kambuh, ia tewas dalam keadaan yang mengenaskan. Berbicara kembali soal kematian suhunya yang mengenaskan itu, tak kuasa lagi titik airmata jatuh bercucuran membasahi wajah Gak Lam-kun, rasa sedihnya sukar dilukiskan dengan kata-kata. Sebagaimana diketahui, Yo Long adalah tuan penolongnya yang paling dia cintai! Ketika mendengar cerita itu Hay sim li merasakan kepalanya seperti dipukul dengan martil berat pandangan matanya menjadi gelap nyaris ia jatuh tak sadarkan diri. Cengkeramannya pada urat nadi ditangan kiri Gak Lam-kun mendadak diperkencang, lalu sambil berteriak sekeras-kerasnya ia berseru, Kau bohong, dia tak akan mati, dia tak mungkin mati, kalau akan mati dia bakal mati disisi tubuhku. Oleh cengkeraman yang luar biasa kencangnya itu, Gak Lam-kun merasakan tulang pergelangan tangannya sakit hingga merasuk ketulang sumsum tapi ia masih tetap berusaha keras untuk menahan rasa sakitnya itu. Locianpwe! kembali ia berkata, aku berbicara sesungguhnya, suhu betul-betul sudah tiada Cepat katakan kepadaku! Cepat katakan kepadaku, jenasahnya kau kubur dimana sekarang? jerit Hay sim li. Sebelum ajalnya suhu telah berpesan tak mau dibakar, juga tak mau dikubur, maka sampai sekarang jenasahnya masih berbaring dalam sebuah gua karang dibawah air terjun tebing Yan po gan dibukit Hoa san. Belum habis Gak Lam-kun berbicara, teriakan keras yang memilukan hati telah berkumandang memecahkan keheningan, Oh Long ji wahai Long ji ku, kau jangan mati dulu! Aku pergi mencarimu Long ji. Seperti seekor burung rajawali dengan suatu gerakan yang amat cepat Hay sim li menerjang keluar dari jendela dan berkelebat pergi dari situ. Locianpwe, tunggu sebentar! teriak Gak Lam-kun keras-keras, tempat itu sukar carinya.

Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hay sim li, dalam waktu singkat ia telah berada seratus kaki jauhnya dari tempat semula, betul ia mendengar teriakan dari Gak Lam-kun, tapi dalam keadaan seperti ini hakekatnya ia sudah dibikin gila oleh berita kematian Yo Long, sudah barang tentu tak akan balik kembali kesana. Gak Lam-kun berjalan keluar dari dalam ruangan, lalu menengadah dan memandang bintang-bintang yang bertaburan diangkasa, tak kuasa lagi ia menghela napas panjang. Teringat kembali nasibnya yang buruk dan jiwanya yang sudah tak akan hidup lama ia merasa pikirannya kosong dan hampa. Bangunan rumah yang megah dan bersusun-susun terasa dalam keadaan yang hening, sedih dan tak kedengaran sedikit suarapun. Angin dimusim gugur ini terasa dingin dan menggidikkan tubuh, daun dan ranting bergoyang dipermainkan bayu, suasana benar-benar terasa mengenaskan. Gak Lam-kun berjalan pelan menelusuri bangunan megah itu tanpa tujuan. Tiba-tiba anak muda itu merasa perutnya lapar sekali, sekujur tubuhnya lemas tak bertenaga, kakinya gontai dan hampir saja tak mampu berjalan lagi. Darimana anak muda itu bisa tahu kalau sudah empat hari empat malam ia jatuh tak sadarkan diri tanpa makan atau minum air setetespun. Dari dalam buntalan yang menggembol dibahunya Gak Lam-kun mengeluarkan sisa ransum kering yang sudah tak seberapa lagi jumlahnya itu dan menangsal perutnya yang lapar. Setelah agak kenyang, ia baru menghela napas sedih, pikirnya. Sekalipun harus mati, aku harus mati sebagai setan yang kenyang. aku tak ingin menjadi setan kelaparan. Coba kalau bukan lagi berada dipulau yang terpencil, sudah pasti dia akan mencari rumah makan dan makan minum sepuasnya. Aaai.! sekali lagi Gak Lam-kun menghela nafas panjang. Belum habis helaan nafasnya, tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara teguran yang merdu. Kenapa kau menghela nafas. Sebagai seorang lelaki sejati, seorang hohan tidak malukah kau menghela nafas tanpa sebab-sebab tertentu!

Mendengar teguran itu, dengan perasaan hati yang kaget anak muda itu segera putar badan dan berpaling kebelakang. Dibawah sinar bintang, tampaklah tak jauh dibelakang tubuhnya sana berdiri seorang gadis muda berbaju emas yang cantik jelita. Siapakah gadis itu? Dia tak lain adalah jago tangguh nomor dua dalam perkumpulan Thi eng pang, Kim eng thamcu Ki Li soat adanya. Begitu berjumpa dengannya, Gak Lam-kun segera menegur dengan suara dingin, Nona Ki tolong tanya apakah kau datang kemari lantaran Lencana pembunuh naga itu? Paras muka Ki Li soat berubah hebat, lalu sambil tertawa dingin jengeknya, Bila aku memang menginginkan lencana tersebut, bersediakah kau untuk memberikan kepadaku? Bila aku tidak bersedia memberikan kepadamu, apakah kau hendak merampasnya dengan kekerasan? Ki Li soat manggut-manggut, Tentu saja! Kalau begitu coba rampas dari tanganku! kata Gak Lam-kun dingin. Selesai berkata, pemuda itu segera memutar tubuhnya dan berlalu dari situ. Berhenti kau! tiba-tiba bentakan nyaring kembali berkumandang memecahkan keheningan. Tapi Gak Lam-kun pura-pura tidak mendengar, dengan langkah lebar ia berjalan meninggalkan tempat itu. Paras muka Ki Li soat berubah hebat, dia mendengus dingin kemudian tubuhnya menerjang kedepan dan sebuah cengkeraman dilancarkan untuk mengancam bahu anak muda itu. Meskipun hawa murni yang dimi1iki Gak Lam-kun saat ini telah buyar ilmu silatnya sama sekali tidak berkurang, kakinya cepat melangkah kesamping, dengan suatu gerakan yang sangat aneh ia telah meloloskan diri dari ancaman tersebut. Sampai detik itu, Gak Lam-kun masih juga belum berpaling untuk menengok sekejap kearahnya. Kemarahan yang berkobar dalam hati Ki Li soat sungguh tak terlukiskan, bagaikan seekor burung walet yang terbang diudara, ia meluncur kedepan melampaui diatas kepala

Gak Lam-kun, kemudian berjumpalitan dan menghadang tetap dihadapan pemuda tersebut, bentaknya. Berhenti kau! Sreet! Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan. Segulung angin pukulan yang sangat kuat, bagaikan gulungan gelombang dahsyat langsung menerjang kedepan. Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Gak Lam-kun tak berani menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan, tubuhnya segera bergerak kesamping kiri sejauh beberapa depa untuk menghindarkan diri dari tibanya ancaman itu. Ketika Ki Li soat menyaksikan pemuda itu tidak melancarkan serangan balasan, melainkan hanya berkelit melulu, dalam anggapannya pemuda tersebut sengaja memandang enteng dirinya, kontan saja hawa amarahnya memuncak, sambil tertawa dingin serunya, Bagus sekali! Malam ini ingin sekali kuminta beberapa petunjuk darimu, ingin kuketahui sampai dimanakah taraf kehebatan ilmu silat yang kau miliki itu Dalam pembicaraan itu, Ki Li soat bergerak maju dengan kecepatan luar biasa, secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai. Ketika segulung angin pukulan berhembus lewat, hawa serangan yang berlapis-lapis pun segera menekan kedepan dan berhamburan keempat penjuru. Berubah hebat paras muka Gak Lam-kun menghadapi kejadian tersebut, dengan kecepatan serangan yang dimiliki gadis itu, sekalipun dalam keadaan normal dengan tenaga dalam yang penuhpun belum tentu ia sanggup menghadapinya, apalagi dalam keadaan seperti sekarang. Dengan sekuat tenaga Gak Lam-kun mengerahkan kembali ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Sekalipun demikian, tubuh Gak Lam-kun terlanggar juga oleh ekor serangan ketiga dari gadis itu, tubuhnya kontan menjadi sempoyongan dan nyaris tertelungkup. 000000O000000 Ki Li soat lebih gusar lagi setelah anak muda tersebut kembali berhasil menghindarkan diri dari serangkaian serangan tanpa melancarkan serangan balasan, dengan gusar bentaknya, Akan kulihat berapa gebrakan lagi yang sanggup kau hindari? Sementara masih berbicara, tidak diketahui gerakan apa yang telah dilakukan gadis tersebut, tahu-tahu ia sudah menerjang tiba dihadapan Gak Lam-kun, kemudian.

Weess! sebilah pukulan telah dilontarkan keatas dada pemuda tersebut. Menghadapi gerak serangan si nona yang begitu cepat dan aneh itu, untuk sesaat lamanya Gak Lam-kun menjadi tertegun. Blaang! pukulan yang dilontarkan Ki Li soat tersebut dengan telak bersarang didada Gak Lam-kun. Si anak muda itu mendengus tertahan, tubuhnya terlempar sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan terkapar diatas tanah. Ki Li soat sama sekali tak mengira kalau Gak Lam-kun tak dapat menghindarkan diri dari serangannya itu, maka begitu serangannya mengenai sasaran, dia malah tertegun dan berdiri melongo ditempat. Uuakk! Gak Lam-kun yang tergeletak diatas tanah itu muntah-muntah darah segar dengan susah payah ia merangkak bangun, kemudian dengan wajah penuh rasa dendam katanya dingin, Pukulan yang sangat bagus! Pukulan yang sangat bagus! Kini aku sudah tak bertenaga lagi untuk melakukan perlawanan, hayo cepat bunuhlah aku dan rampas lencana pembunuh naga itu! Ucapan tersebut sangat menyakitkan hati Ki Li soat, dengan suara gemetar katanya, Kee. kenapa. kenapa kau tidak mencoba untuk menghindarkan diri? Gak Lam-kun mendengus dingin. Hmm! Jika aku dapat menghindarkan diri, sebuah pukulanmu itu pasti akan kubalas Tiba-tiba Ki Li soat merasa bahwa gerakan tubuhnya sewaktu menghindar tadi meski tampaknya sangat aneh dan sakti, tapi sesungguhnya amat lambat, seakan-akan ia sama sekali tiada berkekuatan barang sedikitpun untuk melakukan perlawanan. Paras muka Ki Li soat kontan saja berubah hebat, bisiknya kemudian dengan suara gemetar, Kau. kau. kau sudah tidak memiliki ilmu silat lagi.? Tanpa rasa jeri barang sedikitpun Gak Lam-kun mengangguk. Yaa benar! Sekararg tenaga dalamku telah punah sama sekali, maka bila kau menghendaki lencana pembunuh naga tersebut, jangan kau lewatkan kesempatan baik ini Airmata mulai bercucuran membasahi wajah Ki Li soat, katanya sambil menahan sesenggukan, Kau jangan salah paham, aku. aku tidak tahu kalau tenaga dalammu telah punah sama sekali. Melihat gadis itu melelehkan airmata, Gak Lam-kun malah tertegun dibuatnya.

Apakah ia menyesal setelah salah memukul orang.? demikian ia berpikir. Tiba-tiba Ki Li soat mengeluarkan sebutir pil dari sakunya, kemudian berkata, Gak siangkong, aku tidak bermaksud untuk merampas lencana pembunuh nagamu, kau jangan membenci diriku, aku betul-betul menyesal setelah melukaimu tadi, cepatlah telan butiran pil ini Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali, kembali ia berpikir, Sungguhkah perkataan itu? Butiran airmata kembali jatuh bercucuran membasahi pipi Ki Li soat, keluhnya dengan penuh kesedihan, Apakah kau tak bersedia memaafkan diriku? Tiba-tiba Gak Lam-kun menghela napas panjang, ia memutar tubuhnya dan berlalu dari situ dengan langkah lebar. Sambil berjalan pergi, pemuda itu bergumam kembali, Kalau memang kesalahan tersebut tidak dilakukan dengan sengaja, aku tak akan membencimu, bagaimanapun aku sudah hampir mati, sekalipun diberi tambahan sebuah pukulan juga tidak menjadi soal! Setelah memandang bayangan punggung dari Gak Lam-kun, lenyap ditempat kejauhan sana, tiba-tiba Ki Li soat berjongkok lalu menangis tersedu-sedu dengan amat sedihnya. Isak tangisnya begitu menyedihkan hati seakan-akan jagad hendak ambruk dan dunia hendak kiamat saja, membuat siapapun bila kebetulan mendengarnya ikut merasa sedih. Tubuh Gak Lam-kun bagaikan sesosok bayangan sukma gentayangan berjalan sempoyongan dibawah sinar rembulan. Sambil berjalan terus tanpa tujuan, dalam hatinya ia berpikir tiada hentinya, Gak Lamkun wahai Gak Lam-kun, kau hendak mati dimana? Tempat manakah yang cocok bagimu untuk beristirahat sepanjang masa. aai, adik peng. mungkin sudah lama kau nantikan kedatanganku. tahukah kau bahwa aku hendak datang.? Apakah kau telah siap menjemput kedatanganku. adik peng. selama hidup hanya kau seorang yang mencintai. adik peng. cepatlah datang menjemput diriku.! Selanjutnya kita berdua tak akan berpisah lagi untuk selamanya. Tiba-tiba ia menjadi sempoyongan, kemudian roboh terjengkang keatas tanah. Sesosok bayangan tubuh yang ramping, dengan suatu gerakan yang amat cepat segera menerjang datang. Dengan wajah merah dadu ia bopong tubuh Gak Lam-kun, ketika memandang wajahnya yang pucat pias serta noda darah yang membekas diujung bibirnya, gadis itu merasa amat bersedih hati, ia menangis tersedu-sedu dengan suara lirih.

Selang sejenak kemudian dengan paksa ia membuka mulut Gak Lam-kun lalu menjejalkan sebutir pil kedalam mulutnya. Tak lama kemudian, Gak Lam-kun telah sadar kembali dari pingsannya. Dengan cepat pemuda itu mengendus bau harum semerbak yang aneh tersiar dari sekeliling tubuhnya, ia merasa ada sesosok tubuh yang lembut dan hangat memeluknya. Cepat ia berseru dengan suara lirih. Adik Peng, kaukah yang telah datang menjumpaiku? Tiba-tiba ia membuka matanya lebar-lebar, setelah mengetahui siapa yang berada dihadapannya, pemuda itu menghela napas panjang. Aaaai! Nona Ki, aku tidak membencimu! bisiknya. Ternyata gadis itu adalah Ki Li soat! Setelah melukai Gak Lam-kun dan menangis tersedu-sedu mendadak teringat olehnya bahwa anak muda itu berjalan dengan sempoyongan, karena merasa tak tega maka buruburu ia menyusul pemuda tersebut. Setelah mendengar perkataan dari Gak Lam-kun barusan, Ki Li soat segera membesut airmatanya dan menunjukkan wajah berseri, dengan wajah merah dan senyuman yang manis menghiasi ujung bibirnya ia bertanya lirih, Siapa sih adik Peng yang kau panggilpanggil tadi? Gak Lam-kun meronta bangun dari pelukannya lalu bangkit berdiri, sahutnya sambil tertawa ewa, Dia adalah nama dari istriku yang telah tiada! Ki Li soat menghela napas panjang sedih, bisiknya kemudian, Sungguh tak kusangka kalau kau adalah seorang laki-laki yang hidup kesepian dan mempunyai pengalaman yang memedihkan hati, aai! Sekali lagi ia menghela napas sedih. Terima kasih atas perhatian nona Ki, ucap Gak Lam-kun sambil tertawa sedih, bila masih ada jodoh, kita pasti akan berjumpa lagi dikemudian hari Sehabis berkata ia putar badan dan siap pergi meninggalkan tempat itu. Gak siangkong, kau hendak kemana tanya Ki li soat.

Aku sendiripun tak tahu kemana akan pergi! Ki Li soat mengejar lebih jauh, katanya lagi, Sekarang. lebih baik aku saja yang mengiringi kepergianmu? Dengan cepat Gak Lam-kun menggelengkan kepalanya berulangkali. Aku mohon kepadamu agar jangan mengikuti diriku lagi, bila kau menghendaki Lencana pembunuh naga itu, sekarang juga benda tersebut boleh kau ambil! Paras muka Ki Li soat berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, serunya, Apakah kau anggap aku datang kemari karena Lencana pembunuh naga? Kau anggap aku baru akan pergi setelah benda tersebut kudapatkan? Agaknya Gak Lam-kun pun merasakan juga bahwa perkataannya terlampau menusuk hati orang, cepat-cepat ia menjura seraya berkata, Maksud baik nona Ki biarlah kusimpan didalam hati, aku kuatir budi kebaikanmu itu tak dapat kubalas lagi dalam penghidupanku kali ini. Ki Li soat menghela nafas panjang. Aaai.hatiku merasa tak tenang setelah mencelakai dirimu menjadi begini rupa, kau tidak membenciku, aku sudah merasa amat puas, siapa yang mengharapkan balas jasa darimu Ucapan tersebut amat merdu didengar dan sedap dirasakan, sikap maupun tingkah lakunya yang lembut semakin menambah segarnya suasana. Gak Lam-kun agak tertegun untuk sesaat lamanya, cepat ia berpaling, ditemuinya dibalik sinar matanya yang jeli itu terpancar kelembutan hatinya yang menawan, titik-titik airmata mengembang dalam kelopak matanya itu. Menyaksikan keadaan Ki Li soat yang menggenaskan, ditambah teringat olehnya sikap yang ketus dan dingin darinya tadi, membuat pemuda itu merasa amat menyesal. Setelah menghela nafas panjang katanya, Nona pernah menyelamatkan selembar jiwaku, budi kebaikan itu masih belum kubalas hingga kini. Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang datang dari sisi mereka, menyusul kemudian seseorang berseru, Haaahh.haaahh.haaaahh. sungguh diluar dugaan, ternyata Gak lote masih berada dipulau ini. Ketika Ki Li soat menengadahkan kepalanya tampaklah Thi kiam kuncu Hoa Kok khi dengan sikap yang santai pelan-pelan sedang berjalan mendekat, kejadian ini segera mengejutkan hatinya.

Sungguh tak kusangka orang persilatan begitu licik dan berbahaya demikian ia berpikir, ternyata diapun masih berada dipulau. Kalau begitu, dari setiap golongan pasti ada jago-jagonya yang sengaja ditinggalkan disini untuk berjaga dipulau ini. Kiranya sebagian besar dari kawanan jago yang hadir disana telah meninggalkan pulau untuk mencari jejak Gak Lam-kun, tapi ketika mereka saksikan orang-orang See thian san sama sekali tidak meninggalkan tempat itu, timbullah kecurigaan dihati mereka, maka masing-masing pihak lantas mengutus seorang jago tangguhnya untuk secara diamdiam mengawasi gerak gerik dari orang-orang See thian san. Diam-diam Gak Lam-kun merasa terkejut bercampur terkesiap setelah mengetahui bahwa orang yang muncul adalah Hoa Kok khi, tapi diapun merasa mendongkol sekali, ditatapnya orang she Hoa itu dengan sorot mata penuh penuh kegusaran, sementara mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil tersenyum katanya, Gak lote, sudah sembuhkah luka parah yang kau derita? Gak Lam-kun masih berdiri dengan wajah penuh kegusaran, ia tetap membungkam dalam seribu bahasa. Tiba-tiba Ki Li soat berjalan kesamping Gak Lam-kun. kemudian katanya dengan suara merdu, Gak siangkong mari kita pergi tinggalkan tempat ini! Thi kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak. Haaah. haaahh. haaahh. sungguh tak kusangka Kim eng thamcu dari perkumpulan Thi eng pang juga melindunginya, mungkin lencana pembunuh naga itu sudah berada dalam saku nona Ki? Ki Li soat mengerutkan alis matanya, lalu mendengus dingin. Kalau memang sudah ditanganku, lantas mau apa kau? Kalau punya kepandaian hayo cobalah merampasnya dari tanganku Bagus sekali, bagus sekali jawab Thi kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tersenyum, daripada kita bentrok sendiri, aku harap nona bersedia menyerahkannya kepadaku Ki Li soat berpaling kembali kearah Gak Lam-kun, lalu tanpa menggubris ocehan lawan katanya, Gak siangkong, lebih baik kau pergi lebih dahulu! Belum lagi terdengar jawaban, tiba-tiba terdengar lagi suara tertawa kering yang mengerikan. Heeehh. heeehhh. heeehhh. kau anggap dia masih mampu untuk pergi meninggalkan tempat ini?

Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, dari belakang tubuh Gak Lam-kun tibatiba muncul Kiu wi hou Kongsun Po dan Giok bin sin ang Say Khi pit yang menghadang jalan perginya. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa katanya, Nona Ki, aku nasehatkan kepadamu lebih baik sedikitlah tahu diri, cepat tinggalkan tempat ini sebelum terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan atas dirimu Ketika menyaksikan pihak Iawan berjumlah banyak, diam-diam Ki Li soat mengeluh, Waah, habis sudah kali ini! Berpikir demikian, sambil menarik muka ia lantas berseru dengan suara dingin, Apakah kalian hendak mengandalkan jumlah yang lebih banyak. Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba Kongsun Po dan Say Khi-pit telah maju bersama menghampiri Gak Lam-kun. Dengan gerakan cepat K i Li soat memutar badannya menghadang dihadapan kedua orang itu kemudian bentaknya, Jika kalian berani maju selangkah lagi, jangan salahkan jika aku tak akan sungkan-sungkan kepada kalian! Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa dingin. Heeehh. heeehh. heeehh. sedari dulu sampai sekarang yang ada hanya pelindung bunga, belum pernah kudengar ada bunga melindungi laki-laki gede! Jelas perkataan itu bernada menyindir, mengejek mencemooh dan menghina, kontan saja mengobarkan hawa amarah dalam hati Ki Li soat. Hmm.! Seorang ketua dari suatu perguruan besar, tak tahunya punya selembar mulut yang tidak bersih betul-betul manusia berhati bedebah. Tiba-tiba ia bergerak maju kedepan, lalu melancarkan sebuah pukulan untuk membacok tubuh lawan. Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit yang berada disisinya mendadak maju kedepan menyongsong, telapak tangan kirinya dibalik keluar lalu menyambut datangnya serangan dari Ki Li soat tersebut dengan keras lawan keras. Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling membentur antara yang satu dengan lainnya paras muka Say Khi pit segera berubah hebat, sekujur tubuhnya gemetar keras, bajunya bergoncang keras, tapi ia berhasil juga untuk menerima datangnya ancaman tersebut. Ki Li soat tertawa dingin, tiba-tiba lengan kirinya menekan diatas pergelangan lengan tangan kanannya yang sedang membacok itu, dengan adanya tekanan tersebut maka tenaga pukulannya atas diri Say Khi pit secara tiba-tiba bertambah tangguh, seakan-akan

gelombang dahsyat yang datang berlapis-lapis, dengan hebatnya langsung mendesak kemuka. Haruslah diketahui, Ki Li soat adalah seorang gadis yang cerdik sekali, setelah rneninjau sejenak situasi yang sedang dihadapinya, ia sadar bahwa keadaan ini tak mungkin bisa diselesaikan secara baik, maka andaikata ia gagal untuk melukai salah seorang diantara mereka, niscaya semakin sulitlah bagi dirinya untuk meloloskan diri dari kepungan mereka itu. Giok bin sin ang Say Khi pit segera merasa angin pukulan yang menumbuk datang secara berlapis-lapis ini makin lama semakin kuat dan berat, bahkan serangan yang satu lebih tangguh dari serangan berikutnya, itupun datangnya secara beruntun tanpa berkeputusan, ibaratnya air sungai Huang ho yang mengalir lewat. Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaannya, dalam waktu singkat peluh telah bercucuran bagaikan hujan gerimis jangankan meloloskan diri, untuk menggeserkan tubuhnya barang selangkahpun sudah tak mungkin ia lakukan. Say Khi pit tidak menyangka kalau kehebatan Tamcu elang emas dari perkumpulan Thi eng pang ini betul-betul bukan nama kosong belaka, berhubung serangan musuh datangnya berlapis-lapis dan bersambung tiada hentinya, bahkan pukulan demi pukulan datang semakin hebat maka sebagai seorang jago tangguh yang berilmu tinggi dan berpengalaman, cukup dalam hal pertarungan, ia sadar bila tenaga perlawanan pada telapak tangan kirinya ditarik kembali, niscaya dia akan tewas oleh terjangan musuh yang maha dahsyat itu. Sebaliknya bila pertarungan ini harus dilangsungkan lebih jauh, maka akhirnya diapun akan mati karena kehabisan tenaga. Karena itu, posisinya sekarang boleh dibilang serba salah, mau maju tak bisa mau mundurpun tak mungkin, keadaannya benar-benar menggenaskan sekali. Dalam pada itu, Hoa Kok khi serta Kong-sun Po dapat menyaksikan pula keadaan Say khi pit yang terdesak hebat dan berada dalam keadaan runyam, bila orang itu tidak diberi bantuan lagi, maka tak sampai seperminuman teh kemudian, sudah pasti dia akan tewas dalam keadaan mengerikan. Baru saja bantuan akan diberikan, mendadak ia saksikan tangan kiri Ki Li soat yang menekan diatas pergelangan tangan kanannya itu ditarik kembali lalu melepaskan sebuah tepukan. Tiba-tiba saia Giok bin sin ang Say Khi Pit merasa bahwa tenaga tekanan yang mendesak tubuhnya itu sebentar berkurang sebentar bertambah, goncangan demi goncangan yang terjadi secara beruntun itu dengan cepat menimbulkan pergolakan darah didalam dadanya, kepala menjadi pusing tujuh keliling, napas serasa sesak, dan tak bisa dicegah lagi tubuhnya kena digetarkan sehingga mencelat sejauh tujuh delapan langkah lebih.

Uuakk.! akhirnya Say Khi pit tak sanggup menahan diri, ia muntahkan darah segar. GakLarn kun yang mengikuti jalannya peristiwa itu diam-diam merasa kagum sekali, ia tak menduga kalau K i Li soat memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya. Kiu wi hou Kongsun Po segera bertindak tangan kanannya diayunkan kedepan melepaskan sebuah angin pukulan kuat yang menyergap datang secara tiba-tiba. Pada saat yang bersamaan, Say Khi pit yang telah terluka dalam itu membentak pula keras-keras, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan juga kearah Ki Li soat dengan membawa hawa serangan yang mengerikan. Dalam waktu singkat hawa pukulan dari Kongsun Po telah meluncur tiba disisi tubuh sementara pada saat yang bersamaan, dari kanan serangan maut Say Khi pit membacok pula keatas batok kepalanya. Ki Li soat bukan orang bodoh, ia dapat menyaksikan betapa dahyatnya tenaga gabungan dari kedua orang itu, tubuhnya segera berkelit kesamping, telapak tangan kirinya membacok dada Say Khi pit sedangkan telapak tangan kanannya berputar dan menyambut datangnya serangan dari Kongsun Po itu dengan kekerasan. Braaak.! benturan keras tak bisa dihindari lagi. Oleh tenaga benturan yang amat keras itu, Kong sun Po tergetar mundur sejauh tiga langkah, tapi Say Khi pit menerjang maju lebih kedepan telapak tangan kirinya menangkis tangan kiri Ki Li soat, sedang telapak tangan kanannya melanjutkan bacokan semula. Hawa pukulan menderu-deru, kekuatannya sungguh hebat hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ternyata setelah terluka dalam tadi, hawa amarahnya segera berkobar, ia bertekad ingin menghancurkan Ki Li soat diujung telapak tangannya. Ki Li soat sendiripun bukan orang kemarin sore, ilmu silat yang dimilikinya cukup dapat diandalkan. Ketika menyaksikan tibanya ancaman musuh yang dahsyat, dengan suatu gerakan manis ia menghindarkan diri dari ancaman itu. lalu tangannya diputar dan berbalik membacok jalan darah Yu bun hiat ditubuh kakek sakti berwajah pualam itu. Perubahan itu terjadi dalam waktu singkat, tapi akibatnya sukar diduga sebelumnya. Say Khi pit adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan sekalipun lantaran kebodohannya membuat isi perutnya

terluka, tapi sekarang sambil menahan rasa sakit dalam tubuhnya ia bertekad ingin membunuh lawan. Tampaklah jari tangan dan ujung telapak tangan berkelebat silih berganti, dengan cepat ia berubah gerakan dan membabat urat nadi pada pergelangan tangan gadis itu. Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa dingin, sekali lagi ia menerjang maju sambil melancarkan serangan. Ketiga orang jago lihay itupun segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, dalam waktu singkat beberapa jurus telah lewat tanpa terasa. Untuk menghadapi kerubutan dari dua orang jago tangguh tersebut. Ki Li soat segera mengembangkan pula serangkaian ilmu pukulan yang aneh sekali, dengan hawa pukulan lembut berhawa dingin sebagai pangkal kekuatan, ia manfaatkan sistim Menempel dan membuang untuk menghadapi perubahan-perubahan gerak serangan musuh. Setiap kali menghadapi ancaman yang berbahaya cepat-cepat gadis itu meminjam kekuatan lawan untuk memunahkan tenaga lawan, dengan demikian, sekalipun Say Khi pit dan Kongsun Po telah mengembangkan sistim pertarungan dengan tenaga gabungan yang rapat dan hebat, kedua orang itupun tak mampu berbuat apa-apa terhadap lawannya. Gak Lam-kun terpesona dibuatnya menyaksikan jalannya pertarungan itu, mendadak ia mendengar suara tertawa ringan berkumandang dari belakang tubuhnya. Dengan perasaan terkesiap Gak Lam-kun segera melangkah kesamping lalu dengan suatu gerakan cepat menghindarkan diri dari tempat itu. Ketika ia menengok kebelakang, maka tampaklah Hoa Kok khi dengan sekulum senyuman licik menghiasi ujung bibirnya sedang memandang kearahnya tanpa berkedip. Ki Li soat yang sedang bertempur sengit tak pernah mengendorkan perhatiannya kearah Gak Lam-kun, maka sewaktu Hoa Kok khi bergerak menghampiri Gak Lam-kun ia lantas membentak nyaring, sepasang telapak tangannya berbareng melancarkan tujuh buah pukulan berantai kearah dua orang lawannya, kemudian sambil mundur sejauh lima depa, bentaknya lantang. Hoa Kok khi, sambut dulu sebuah pukulan Sam im ciang hoatku ini! Ketika telapak tangannya dilontarkan kemuka, segulung angin pukulan berhawa dingin yang amat dahsyat langsung menggulung kearah Hoa Kok khi. Sam im ciang adalah sejenis pukulan beracun yang sangat lihay, barangsiapa terkena serangan hawa dingin itu, paru-parunya akan hancur dan mati dalam keadaan menggenaskan.

Walaupun Hoa Kok khi memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, toh ia tak berani bertindak gegabah. Napasnya segera dihentikan kemudian sepasang telapak tangannya didorong sejajar dengan dada, menggunakan tenaga Tay siu im kang khi yang dimilikinya ia sambut pukulan Sam im ciang hoat dari Ki Li soat dengan keras lawan keras. Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu, segera terjadi gulungan angin puyuh yang amat dahsyat. Tenaga dalam yang dimiliki Ki Li soat masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan lawannya ketika pukulan Sam im ciang yang dilepaskan itu termakan oleh hantaman tenaga musuh, kekuatannya segera membuyar keempat penjuru sementara segulung angin serangan lainnya yang dingin menggidikkan langsung menghantam tubuh Ki Li soat. Rupanya Ki Li soat tahu Iihay dalam kejutnya ia melompat mundur beberapa kaki dari posisi semula. Kendatipun ia berkelit cukup cepat, toh badannya sempat tersambar juga oleh sisa kekuatan itu tubuhnya menjadi sempoyongan dan nyaris jatuh tertelungkup ketanah. Menggunakan kesempatan itu, Giok bin sin ang Say Khi pit menerjang maju kemuka, secepat kilat ia menubruk ketubuh Ki Li soat. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu segera menjerit kaget, Nona Ki, hatihati! Sekalipun ia tak bertenaga barang sedikitpun tapi menghadapi kejadian seperti itu serta merta tubuhnya menerkam kedepan, sepasang telapak tangannya didorong sejajar dada untuk menahan tubuh Say Khi pit. Alhasil, dalam dorongan itu Gak Lam-kun merasa munculnya sedikit kekuatan dari tubuhnya meski tenaga tersebut masih relatif lemah sekali. Dalam hati kecilnya Say Khi pit amat membenci Ki Li soat, maka ketika menyaksikan gadis itu sempoyongan, tiba-tiba timbul niatnya untuk membunuh gadis tersebut. Maka ketika dilihatnya Gak Lam-kun menerjang datang, hawa amarahnya kontan berkobar, tiba-tiba hawa pukulannya diperhebat, telapak tangan kirinya diputar kemudian menghantam kedepan. Begitu telapak tangan saling bertemu, menang kalahpun segera dapat diketahui. Dalam keadaan tenaga dalamnya belum pulih, oleh pukulan Say Khi pit tersebut tubuhnya langsung mencelat keudara dan terbanting kembali ketanah.

Ki Li soat menjerit kaget, ia melompat kedepan dan menyambut tubuh Gak Lam-kun yang sedang meluncur kebawah itu. Kiu wi hou (Rase berekor sembilan) Kongsun Po membentak keras, secepat kilat ia menubruk kedepan dan menghantam dua orang tersebut. Wees! Wees! sepasang telapak tangannya diayunkan bersama. Baru saja Ki Li soat membopong tubuh Gak Lam-kun, tenaga serangan dari Kongsun Po telah tiba dibelakang tubuhnya jika dia ingin menghindarkan diri maka satu-satunya jalan adalah melepaskan tubuh Gak Lam-kun. Maka sambil menggigit bibir ia bersiap sedia menggunakan punggungnya untuk menyambut dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu. Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang memecahkan keheningan. Dari balik kegelapan sana melompat keluar sesosok bayangan biru yang segera menghadang dihadapan Kongsun Po. Betapa terkejutnya si Rase berekor sembilan Kongsun Po menyaksikan kemunculan orang yang tiba-tiba dengan kecepatan tubuh yang luar biasa, buru-buru ia buyarkan pukulan sambil melompat kebelakang, kemudian mendongakkan kepalanya. Ternyata pendatang itu adalah seorang pemuda tampan berbaju biru, sikapnya amat romantis, cuma sayang lengan kirinya sebatas sikut telah kutung hingga kini tinggal lengan kanannya belaka. Begitu melihat kemunculan pemuda berbaju biru itu, Ki Li-soat segera berteriak dengan manja, Engkoh Si, kiranya kau. Mendengar seruan itu, pemuda berbaju biru tersebut memutar badannya, tapi ketika ia menyaksikan Ki Li soat masih juga membopong tubuh Gak Lam-kun, selintas perasaan aneh yang sukar dilukiskan dengan kata-kata muncul diatas wajahnya yang pucat. Ketika Ki Li soat menyaksikan lengan kiri pemuda berbaju biru itu kutung, dengan kaget ia berseru kembali, Engkoh Si, lengan kirimu telah kutung. Pemuda berbaju biru itu tertawa ewa, tiba-tiba ia bertanya, Adik Soat, siapa yang kau bopong itu? Akibat tenaga pukulan yang dahsyat dari Say Khi pit tadi, Gak Lam-kun jatuh tak sadarkan diri, tapi setelah lewat sekian lama, lambat laun ia telah sadar kembali dari pingsannya, ketika mendengar suara pembicaraan dari seorang yang dikenalnya, tiba-tiba ia membuka matanya kembali.

Sementara itu paras muka Ki Li soat telah berubah menjadi merah padam setelah mendengar teguran dari pemuda baju biru itu, ketika ia menundukkan kepalanya, kebetulan Gak Lam-kun telah membuka matanya kembali. Hal mana membuat gadis itu tambah malu dengan wajah merah padam ia lepaskan bopongannya dan mundur kebelakang. Waktu itu Gak Lam-kun telah mengetahui siapakah pemuda itu, dengan perasaan terkejut bercampur girang segera teriaknya, Saudara Si, kiranya kau. Pemuda baju biru pun telah melihat jelas wajah Gak Lam-kun, sekulum senyuman yang amat dingin segera menghiasi wajahnya. Ia berkata, Oooh. aku kira siapa? Ternyata adalah saudara Gak, sedari kapan kau berdandan demikian? Hampir saja aku tidak mengenali dirimu lagi Pemuda berbaju biru itu tak lain adalah Si Tiong pek, komandan pasukan elang baja dari perkumpulan Thi eng pang yang telah lenyap selama beberapa hari. Ternyata Si Tiong pek kena disekap dalam gua batu oleh Hay sim li, sudah lama ia mencari akal untuk membebaskan diri dari sekapan tersebut, akhirnya pemuda itu berkesimpulan bahwa kecuali memotong lengan sendiri, jangan harap ia bisa lolos dari sana. Sebab bagaimanapun ia mencoba meronta gelang baja yang membelenggu pergelangan tangannya itu makin menyusut makin kencang, jepitannya pun makin dalam menjepit kulit badannya, tak terlukiskan rasa sakitnya, maka sambil menggigit bibir Si Tiong pek memutuskan lengan sendiri. Sejak kecil, Ki Li soat memang tumbuh menjadi dewasa bersama Si Tiong pek, hubungan mereka bagaikan saudara sendiri, maka tak terlukiskan rasa girang gadis tersebut setelah mengetahui kalau Si Tiong pek belum mati. Engkoh Si tanyanya kemudian dengan manja, kemana saja kau pergi selama beberapa hari ini? Siapa yang mengutungi lengan kirimu? Aku yang mengutungi lenganku sendiri! Mengapa kau musti mengutungi lengan sendiri? tanya Ki Li soat lagi dengan wajah tertegun. Si Tiong pek tertawa pedih, sahutnya, Kenapa aku musti mengutungi lenganku sendiri? Memangnya kau anggap lengan kutung itu bagus dilihat? Seperti yang diketahui, Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang berjiwa sempit, ketika menyaksikan Ki Li soat membopong Gak Lam-kun tadi, sudah timbul perasaan cemburu

dihati kecilnya. Ternyata secara diam-diam Si Tiong pek telah jatuh cinta kepada Ki Li soat. Mendengar ucapan tersebut, dengan cepat Ki Li soat dapat meresapi jalan pikirannya. Sekarang ia baru merasakan hatinya bergetar keras. Dalam dasar hatinya, gadis itu selalu menganggap Si Tiong pek sebagai kakak sendiri tanpa diembeli rasa cinta asmara antara seorang pemuda dengan seorang gadis. Entah mengapa sejak bertemu dengan Gak Lam-kun tiba-tiba saja ia merasakan pikirannya jadi kalut bayangan wajah Gak Lam-kun seringkali muncul dalam benaknya bagaimana pun ia berusaha untuk mengendalikan diri, usaha itu selalu gagal. Keadaan itu ibaratnya sebuah permukaan telaga yang tenang, tiba-tiba bergelora karena kejatuhan sebutir batu cinta dari Gak Lam-kun. Apa lacur gelombang tersebut makin lama makin membesar dan melebar, sehingga pada akhirnya menyeret gadis itu tercebur kedalam samudra cinta yang tak bertepian. Sekarang, suatu kenyataan yang tak dapat disangkal telah muncul didepan mata! diamdiam ia telah jatuh cinta kepadanya. Tapi dalam keadaan seperti inilah tiba-tiba Si Tiong pek muncul pula didepan mata, kemunculannya membuat ia menjadi kalut, dan pikirannya menjadi gundah. Ia tahu Si Tiong pek amat mencintainya, bahkan selama ini dengan segala cinta kasihnya selalu menjaga dan merawatnya. Tiba-tiba helaan napas Gak Lam-kun menyadarkan kembali dirinya dari lamunan, terdengar pemuda itu sedang berkata, Perubahan cuaca sukar diramalkan, rejeki atau bencana dari manusiapun sukar diduga, aai. Saudara Si! Selama belasan hari ini, peristiwa yang menimpa dirimu tentu amat tidak berkenan dihati bukan! Si Tiong pek tersenyum. Masih terhitung tidak jelek sahutnya, meskipun kehilangan sebuah lengan tapi, ada hasil yang cukup berharga, baik-baikkah saudara Gak selama ini? Gak Lam-kun menghela napas sedih. Aaai.! Kalau tempo hari siaute yang menyaksikan saudara Si mendekati ambang kematian, maka sekarang hal itu sudah tiba pada giliran siaute Bergetar keras hati Ki Li soat setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa tanyanya, Gak siangkong, kau bilang apa?

Ucapannya penuh dengan rasa kuatir dan rasa cemas yang amat tebal. Si Tiong pek yang menyaksikan kejadian itu merasakan hatinya sangat tak enak, diam-diam ia berkerut kening, tak disangka olehnya hanya beberapa hari saja dirinya tersekap dalam gua ternyata perubahan yang amat pesat telah terjadi diluaran. Gak Lam-kun menghela napas panjang, katanya lagi, Tak lama kemudian aku bakal mati Gak heng, kenapa kau bicara demikian seru Si Tiong pek dengan perasaan tercengang. Gak Lam-kun melirik sekejap kearah Si Tiong pek, kemudian tertawa getir. Memangnya aku sendiri kepingin cepat mampus? ia berbisik. Diam-diam Si Tiong pek lantas berpikir, Tentu saja kau tak bakal ingin cepat mampus, tapi demikianpun lebin baik, kalau tidak, bila sampai kau menceburkan diri pula dalam pertikaian cinta segitiga ini, akupun akan menggunakan segala cara untuk membinasakan dirimu Ketika Ki Li-soat .mendengar kekasihnya berada diambang kematian, pikiran dan perasaannya menjadi sangat kalut, tanpa disadari dua titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya. Menyaksikan kejadian itu, api cemburu yang berkobar dalam hati Si Tiong pek makin membara, tiba-tiba ia perhatikan pakaian yang dikenakan Gak Lam-kun, kemudian dengan terkejut pikirnya, Bukankah pakaian yang dikenakan itu adalah dandanan dari Tok liong Cuncu Yo Long seperti yang sering tersiar dalam dunia persilatan? Baru saja ia berpikir sampai disana, mendadak terdengar seseorang tertawa ringan, kemudian menyapa, Lote, tolong tanya apakah kau adalah Si Tiong pek dari pasukan elang baja? Si Tiong pek segera berpaling, terlihatlah seorang sastrawan tampan berusia setengah umur telah berdiri dihadapannya. Dengan kening berkerut ia bertanya, Siapa kau? Haaahhh. haaahhh. haaahhh. atas sanjungan dari rekan-rekan persilatan, mereka menghadiahkan julukan Thiat kiam kuncu kepadaku kata Hoa Kok khi sambil tertawa tergelak. Terkejut juga Si Tiong pek sesudah mendengar nama itu, ia tak mengira kalau Thiat kiam Kuncu yang termashyur dalam dunia persilatan tak lain adalah sastrawan yang berada didepan matanya sekarang.

Sekulum senyuman dingin segera menghiasi wajah Si Tiong pek yang pucat, katanya kemudian, Ooh. kiranya kaulah Hoa Kok khi yang termashur itu, maaf maaf! Cuma. mumpung ada kesempatan berbicara, aku ingin bertanya kepadamu sekitar perbuatan kalian yang mengerubuti Ki thamcu dari perkumpulan kami, apakah kau bisa memberikan suatu keterangan yang bisa dipertanggung jawabkan? Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa. Tidak berani, tidak berani, selamanya antara kami dengan pihak Thi eng pang tak pernah terikat dendam sakit hati apapun, sesungguhnya yang sedang kami cari adalah saudara Gak Lam-kun yang merupakan murid kesayangan dari Tok liong Cuncu Yo Long itu Dengan sinar mata yang tajam Si Tiong pek menatapi sekejap wajah Gak Lam-kun, kemudian sambil berseru kaget, katanya, Saudara Gak, tidak kusangka kalau kau adalah muridnya Yo Long yang menggetarkan dunia persilatan itu Gak Lam-kun menghela napas panjang. Aai. aku harap kau bisa memaklumi kesulitanku sehingga tidak memberi keterangan yang sejelasnya kepadamu tempo hari Diam-diam Si Tiong pek tertawa dingin, pikirnya, Bagus sekali! Selama hidup aku Si Tiong pek selalu mengembara dalam dunia persilatan, aku percaya kecerdikanku melampaui siapapun, tak kusangka akhirnya jatuh kecundang juga ditanganmu. Dihati ia berpikir demikian, dimulut ia berkata lain, Aah, mana, mana. saudara Gak terlalu serius Thiat kiam Kuncu tersenyum, lalu kembali berseru, Si lote, dengan perkumpulan kalian boleh dibilang aku tak bermaksud bermusuhan malam ini kami mencarinya karena ingin melenyapkan bibit bencana dikemudian hari harap Si lote mau mencuci tangan dalam persoalan ini. Engko Si! tiba-tiba Ki Li soat berseru sambil tertawa dingin, mereka mempunyai tujuan lain, mereka berniat untuk merampas lencana pembunuh naga milik Gak siangkong! Lencana pembunuh naga? tiba-tiba Si Tiong pek membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar. Benar, Lencana pembunuh naga itu berada disakuku! jawab Gak Lam-kun hambar. Si Tiong pek, pemuda berakal licik yang pintar ketika mengetahui rahasia tersebut tibatiba saja paras mukanya yang pucat berubah, lalu sambil tertawa dingin ujarnya kepada Hoa Kok khi, Gak Lam-kun adalah sahabat karibku, selama aku orang she Si masih bisa

bernapas, tak nanti akan kubiarkan sahabatku dipermainkan orang, hmm! Hmm.! Jika kalian tahu diri pergi dari sini! Dalam pembicaraan tersebut tiba-tiba Si Tiong pek meloloskan pedang elang baja yang tersoren dipunggungnya. Gak Lam-kun merasa terharu sekali setelah menyaksikan kegagahan dan kesetiaan kawannya untuk melindungi keselamatan jiwanya. Kiu wi hou Kongsun Po segera tertawa seram katanya, Bocah keparat yang tak tahu diri, kau bejul-betul jumawa dan tekebur, kau sangka setelah ada perkumpulan Thi eng pang sebagai tulang punggung kalian, maka kau bersikap sombong dan tidak pandang sebelah matapun kepada orang lain? 00000O00000 Haruslah diketahui, walaupun setiap Thamcu dari perkumpulan Thi eng pang adalah seorang jago persilatan yang menggetarkan dunia persilatan, tapi kecuali keempat orang thamcu tersebut, konon Si Tiong pek dari pasukan elang baja merupakan seorang pemuda yang berhasil pula. Sekalipun demikian, dalam bayangan mereka ilmu silat yang dimiliki pemuda itu paling banter cuma setaraf dengan seorang thamcu. Berbicara sebenarnya, kalau meninjau dari ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek tempo hari, paling tidak ilmu silatnya setaraf dengan kepandaian silat Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur), tapi sekarang, setelah mengalami penemuan diluar dugaan, ilmu silatnya telah mencapai berkaIi-kali lipat bila dibandingkan dengan kepandaiannya dulu. Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Si Tiong pek, dengan dingin katanya, Sewaktu berada dalam bangunan gedung tempo hari, berulangkali kau berusaha membunuhku, mengapa malam ini kau bersembunyi terus macam cucu kura-kura? Ucapan tersebut segera membangkitkan hawa amarah dihati Kiu wi hou Kongsun Po bentaknya, Bocah keparat, ingin kubuktikan apa yang berhasil kau pelajari selama belasan hari belakangan ini. Pedangnya segera diloloskan, kemudian dengan jurus Hun im peng gwat ( memisah awan mencari rembulan), ia bacok tubuh lawan. Sementara pembicaraan tersebut masih berlangsung secara diam-diam Ki li soat telah mengatur pernafasannya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, ia tahu ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek bukan tandingan Kongsun Po sebetulnya ia hendak menghalanginya, kemudian dengan suatu serangan kilat menghajarnya hingga terluka.

Siapa tahu belum sempat dia mengucapkan kata-katanya, Si Tiong pek telah tertawa dingin dengan suara yang melengking, pedang elang bajanya sebentar menusuk kekiri sebentar menyerang kekanan, dalarn sekejap mata ia telah melancarkan empat buah serangan berantai. Keempat buah serangan tersebut, semuanya merupakan ilmu sakti yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, jurus-jurus serangannya mana aneh, sukar pula diduga arah tujuannya. Dalam waktu singkat, keempat buah serangan tersebut telah memaksa Kongsun Po mundur. Tertegun juga si Rase berekor sembilan Kongsun Po menyaksikan keanehan dari jurus pedangnya, yang dalam sekejap mata saja telah memaksanya mundur berulangkali. Ki Li soat dan Gak Lam-kun yang berada disisi gelanggang menjadi kaget bercampur girang setelah melihat kejadian itu. Si Tiong pek sendiripun merasa gembira sekali setelah terbukti jurus pedang yang dipelajarinya dari kitab pusaka Hay ciong kun boh tersebut memiliki kelihayan yang luar biasa. Keberaniannya makin memuncak, dengan dingin segera serunya, Hmm. Ngakunya saja seorang ketua dari suatu perguruan besar, tak tahunya cuma berilmu begitu-begitu saja. Huuh, masih pingin menjajal beberapa jurus tusukan pedangku lagi tidak? Sesungguhnya Kongsun Po telah dibikin terkesiap oleh kelihayan jurus pedang lawannya, tapi sesudah mendengar perkataan itu hawa amarahnya segera berkobar, sambil tertawa dingin ia berteriak, Bagus sekali! Rupanya kau benar-benar berhasil mencuri belajar beberapa jurus ilmu kucing kaki tiga! Sementara pembicaraan masih berlangsung, pedangnya telah diayunkan berulangkali melancarkan dua jurus serangan dahsyat. Kedua jurus serangan tersebut semuanya merupakan jurus-jurus pedang dari ilmu simpanan aliran Hoa-san, kelihayannya bukan kepalang. Kepandaian silat dari Si Tiong pek saat ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan kepandaian dulu, setelah menekuni kitab silat Hay ciong kun boh selama belasan hari ia telah memperoleh banyak tambahan dalam ilmu silat tingkat tingginya otomatis dalam gerak menghindar dan berkelitpun tak terlukiskan hebatnya. Tampak sepasang bahunya sedikit bergerak tahu-tahu ia sudah lolos dari lingkaran pedang yang diciptakan oleh Kongsun Po.

Dengan sepasang mata yang tajam, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi mengawasi terus gerak gerik Si Tiong pek. namun ia toh masih tetap gagal untuk melihat jelas gerakan apa yang telah ia gunakan untuk menghindari kedua buah serangan kilat tersebut. Dengan perasaan bergetar keras, segera pikirnya, Jika dilihat dari keanehan gerakan tubuhnya, jelas kepandaian yang dimilikinya sudah iauh lebih hebat daripada kepandaian dulu, waah. kalau ditinjau dari keadaan tersebut, tampaknya untuk mendapatkan lencana pembunuh naga tersebut, aku musti melalui suatu pertempuran yang amat seru. Tiba-tiba terdengar Si Tiong pek tertawa tergelak, kemudian katanya, Coba sekali lagi ilmu kucing kaki tigaku ini menggenjot seorang ketua partai. Belum habis ucapan tersebut, pedang elang bajanya telah digetarkan untuk menusuk tubuh Kongsun Po. Sementara itu si Rase berekor sembilan telah mengetahui kalau selama beberapa hari belakangan ini Si Tiong pek telah mempelajari semacam ilmu pedang yang lihay, ia tak berani gegabah lagi ketika dilihatnya pedang elang baja tersebut menusuk dadanya, ia kuatir pihak lawan menyembunyikan perubahan gerak lain yang lebih menggidikkan hati, ia tak berani menangkis dengan pedangnya, hawa murni segera dihimpun tiba-tiba tubuhnya melayang keudara dan mundur sejauh empat depa dari posisi semula. Gerakan tubuhnya untuk menghindarkan diri ini merupakan sejenis ilmu sakti dari Hoa san yang disebut Wan Kau biau (monyet melayang). Melotot besar sepasang mata Giok bin sin ang Say Khi pit setelah menyaksikan kejadian itu, teriaknya keras-keras, Kongsun heng, suatu ilmu Wan kau biau yang amat hebat, hari ini sepasang mata siaute benar-benar terbuka lebar Gak Lam-kun sekalipun diam-diam menghela napas panjarg, pikirnya dihati, Bagaimanapun juga seorang ketua dari suatu partai besar memang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kawanan persilatan pada umumnya Mana, mana, saudara Say terlalu memuji! demikian Kiu wi hou Kongsun Po berkata sambil tertawa. Walaupun ia berbicara amat enteng, sesungguhnya ia merasa tegang dan berat, sepasang matanya yang tak diinginkan. Mendadak Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi berjalan ketengah arena dengan langkah pelan. Ki Li soat kuatir kalau Hoa Kok khi menyergap Si Tiong pek dengan ilmu pukulan Tay siu im khinya, sambil membentak nyaring ia lancarkan dua buah pukulan dahsyat untuk menghalangi jalan pergi Hoa Kok khi.

Secara tiba-tiba Hoa Kok khi merasakan tibanya segulung tenaga pukulan yang sangat aneh menerjang kearahnya, dengan cepat ia himpun hawa murni sendiri untuk menyingkirkan ancaman tersebut. Tiba-tiba ia merasakan tibanya kembali segulung tenaga pukulan yang jauh lebih dahsyat menekan dadanya, pukulan itu tibanya sangat mendadak dan diluar dugaan untuk sesaat Hoa Kok khi menjadi gelagapan. Dalam keadaan begini terpaksa ia musti menghimpun tenaganya diatas dada untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras. Terasalah dadanya bergetar keras, kuda-kudanya gempur dan ia mundur dua langkah dengan sempoyongan untung saja tenaga dalamnya terhitung sempurna, lagi pula hawa murninya keburu dikerahkan lebih dulu, coba tidak begitu niscaya isi perutnya sudah menderita luka yang cukup parah. Perlu diterangkan disini, ilmu pukulan yang dimiliki Ki Li soat itu terhitung aneh sekali, dikala ia melancarkan dua pukulan tadi tangan kiri dan tangan kanannya masing-masing melepaskan sebuah pukulan yang menggulung datang secara berlapis dengan satu didepan yang lain dibelakang. Hoa Kok khi yang tidak memahami keistimewaan dari pukulan tersebut, hampir saja menderita kerugian besar. Setelah melompat kebelakang. sambil tersenyum Thiat kiam kuncu berkata lagi, Tenaga pukulan yang dimiliki nona Ki memang amat lihay, malam ini pengalaman aku orang she Hoa betul-betul telah bertambah luas. Ki Li soat hanya menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan itu. Kongsun Po sekalian yang menyebar disekeliling arena tampaknya sudah tak sabar menunggu lebih lama, tiba-tiba mereka berebut maju sambil melancarkan serangan lebih dulu. Pedangnya dengan jurus Siau ci thian lam (sambil tertawa menuding langit selatan) langsung menyerang tubuh lawan. Si Tiong pek tidak melayani serangan tersebut, dengan cepat ia mundur kebelakang sambil berkelit dari ancaman itu. Kiu wi hou Kongsun Po sudah merasakan kelihayan dari jurus pedang anehnya, tidak memberi kesempatan lagi bagi musuhnya melancarkan serangan balasan, tiba-tiba pedangnya dengan jurus Hi ang say kang (nelayan menyebar jala) mengurung tubuh lawan dengan selapis hawa pedang yang tebal. Si Tiong pek tertawa dingin, pedangnya diangkat keatas untuk menangkis, disambutnya serangan dari Kongsun Po itu dengan keras lawan keras.

Dua buah serangan yang dilancarkan Kong sun Po tersebut semuanya merupakan jurusjurus biasa yang bertujuan memancing musuh, maka ketika dilihatnya Si Tiong pek mengangkat pedangnya untuk menangkis, ia menjadi sangat girang, pergelangan tangannya direndahkan dan pedang yang sedang melancarkan serangan itu ditarik kembali, tiba-tiba saja ia lepaskan kembali tiga buah serangan berantai. Bayangan pedang menyambar-nyambar, hawa tajam memenuhi angkasa, seperti gelombang samudra dengan hebatnya langsung menggulung kernuka. Terkesiap juga Si Tiong pek menghadapi kilatan cahaya pedang yang menggulunggulung itu, pikirnya, Jurus pedang apaan ini? Kenapa begitu hebat dan mengerikan hati.? Aku tak boleh bertindak gegabah! Berpikir sampai disini, Si Tiong pek segera menggerakkan pedang elang bajanya membentuk lingkaran cahaya perak untuk melindungi badan. Tiba-tiba saja pedang Kongsun Po berubah arah ditengah jalan, dengan jurus Pek im jut siu (awan putih muncul dari bukit) tampaklah bayangan pedang yang bergetar memenuhi seluruh angkasa itu bersatu dalam waktu singkat, kemudian secepat kilat menusuk kedada Si Tiong pek. Tak sempat bagi Si Tiong pek untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, bukan mundur ia malah maju, sambil memiringkan badan ia keluarkan jurus Pah long yu hi (ikan berenang ditengah ombak) yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh. Tangan kirinya dikebaskan kuat-kuat melancarkan segulung tenaga pukulan, sementara tubuhnya menerobos lewat dari balik kilatan pedang yang amat rapat itu. Gerakan itu memang suatu gerakan yang aneh dan sakti, tidak banyak orang didunia ini yang sanggup mematahkannya. Sementara Kongsun Po masih tertegun, Si Tiong pek telah menyusup kesisi tubuhnya, sambil membuang pedang tangan kanannya menyambar kedepan mencengkeram persendian tulang pada sikut kanan Kongsun Po yang memegang senjata itu. Serangan semacam itu meski bukan termasuk suatu gerakan aneh yang berada diluar dugaan, tapi kebagusannya justru terletak pada saat yang tepat serta sasaran yang menakjubkan, membuat orang sukar untuk menghindarkan diri. Tampaknya serangan tangan kanan Si Tiong pek segera akan menyentuh sikut kanan Kongsun Po.

. tiba tiba menggulung tiba segulung tenaga pukulan dari samping yang langsung menghajar bahu kiri Si Tiong pek. Pemuda she Si itu mendengus tertahan, tubuhnya termakan telak oleh pukulan tersebut hingga mencelat kebelakang. Kongsun Po segera memutar pergelangan tangan dan membacok dengan pedangnya. Bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, Ki Li soat mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan yang amat dahsyat untuk membendung pedang Kongsun Po, sementara tubuhnya melayang keudara bagaikan burung walet, dengan suatu gerakan yang manis ia berhasil menyambut tubuh Si Tiong pek. Tapi pada saat itulah tiba-tiba Kongsun Po melejit keudara, lalu sambil menghimpun tenaga murninya, sekuat tenaga ia menebas kedepan dengan jurus Pek hong koan jit (pelangi putih menutupi matahari) mengancam tubuh Gak Lam-kun. Perubahan ini berlangsung terlalu cepat sehingga Ki Li soat pun tak sempat memberi pertolongan, tampaknya Gak Lam-kun segera akan tewas tertusuk dadanya oleh serangan itu. Disaat yang paling kritis inilah, suatu bentakan keras tiba-tiba menggelegar diudara, Kembali kau! Dari sisi gelanggang tiba-tiba menyambar datang sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan kilat, dari tengah udara sebuah pukulan segera dilontarkan kebawah. Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan tersebut buru-buru Kongsun Po berjumpalitan ditengah udara untuk menghindarkan diri, tapi sayang terlambat, tahu-tahu dadanya sudah terasa sesak sekali. Tak dapat dikuasai lagi tubuh berikut pedangnya segera mencelat sejauh dua kaki kebelakang. Walau begitu tenggorokannya toh terasa anyir, tak bisa ditahan lagi ia muntah darah segar. Tubuhnya dengan sempoyongan kembali mundur sejauh tiga empat langkah, saat itulah ia baru sempat melihat jelas raut wajah penyerangnya, ternyata ia adalah Ji Cin peng. Sementara itu, suara pekikan nyaring berkumandang sahut menyahut, menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat. Perempuan tua berambut putih dari perguruan panah bercinta bersama Han Hu hoa, Jit poh toan hun Kwik To, Tam ciang ceng kan kun Siangkoan it dan delapan belas pemanah panah bercinta secara beruntun telah tiba pula disana.

Tapi dari pihak Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berdatangan pula si tosu setan Thian yu Cinjin dan ketua Thian san pay, Bu seng sianseng Tang Bu kong. Walaupun demikian, ketika Hoa Kok khi melihat semua jago lihay dari perguruan panah bercinta telah berdatangan semua, diam-diam ia mengeluh dihati. Sesudah melepaskan sebuah pukulan tadi dengan suatu gerakan tubuh yang indah Ji Cin peng melayang turun dihadapan Gak Lam-kun, sambil menatap tajam raut wajahnya, tak terlukiskan rasa gembira yang bergelora dalam hatinya ketika itu. Gak Lam-kun sendiripun merasakan hatinya bergolak keras, berjumpa dengan Ji Cin peng bagaikan berjumpa dengan sanak keluarga sendiri, airmata terharu sempat mengembang dibalik kelopak matanya. Empat mata saling bertemu dan berpandangan lama, lama sekali. Akhirnya Gak Lam-kun menghela nafas panjang, katanya, Tak kusargka kalau aku masih bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan nona Bwee! Ji Cin peng dapat menangkap maksud lain dari ucapannya tersebut, dengan sedih ia bertanya, Kenapa kau. apakah lukamu belum sembuh? Gak Lam-kun menggeleng. Aku tahu, jarakku dengan saat kematian sudah tidak terlalu jauh lagi Sekalipun Ji Cin peng adalah seorang gadis yang cantik ibaratnya burung hong diantara manusia, namun iapun tak sanggup mengendalikan rasa sedih yang amat mencekam itu. Tergetar keras tubuhnya sehabis mendengar ucapan itu. Ketika Ki Li soat menjumpai kemunculan Ji Cin peng disitu, dari dalam hatinya tiba-tiba muncul suatu perasaan getir yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, mendadak iapun berjalan menghampiri dengan langkah pelan-pelan. Melihat kehadirannya, dengan dahi berkerut Ji Cin peng segera maju kedepan menghadang didepan Gak Lam-kun, kemudian bentaknya, Mau apa kau? Hayo minggir kesanal Si Tiong pek menjadi marah sekali., sambil tertawa dingin serunya, Siapakah orang ini? Mirip betul seorang perempuan judas Sambil berkata ia telah bergerak maju kedepan. Waktu itu pikiran Ji Cin peng sedang kalut begitu mendengar Si Tiong pek memakinya seorang perempuan judas, napsu membunuhnya kontan saja berkobar, sambil bertekuk

pinggang secepat kilat ia melompat kesamping Si Tiong pek, lalu bentaknya, Kau yang mencari mati sendiri, jangan salahkan kalau aku bertindak keji kepadamu Dalam pembicaraan tersebut, tangan kirinya secara beruntun telah melepaskan tiga buah pukulan. Dengan cekatan Si Tiong pek menghindar kekiri berkelit kekanan, ketiga buah serangan tersebut berhasil dihindari semua dengan manis, malah sambil memutar pergelangan tangannya ia lancarkan sebuah serangan balasan. Ji Cin peng tidak mau mengalah, pergelangan tangannya diputar sambil dibalik entah gerangan apa yang dipergunakan, tahu-tahu secara manis ia berhasil memaksa pedang elang baja milik Si Tiong pek berbalik mental kebelakang. Lalu menggunakan kesempatan itu, jari tangannya menyentil kedepan beberapa kali, segulung desingan angin tajam yang maha dahsyat langsung menerjang kedada pemuda itu. Mimpipun Si Tiong pek tidak menyangka kalau gadis tersebut memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya. Desingan angin jari itu jelas merupakan sejenis ilmu sentilan jari sebangsa Tan ci sin tong yang maha lihay, kepandaian semacam itu jelas merupakan suatu ancaman yang cukup serius bagi korbannya. Si Tiong pek ingin berkelit, tapi keadaan tak sempat tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, ia teringat kembali akan suatu jurus sakti yang tercantum dalam kitab Hay ciong kun boh. Maka bukannya mundur dia malah maju sambil menyergap tubuh Ji Cin peng dengan sebuah serangan dahsyat. Nona Bwee, jangan lukai dia! tiba-tiba bentakan keras berkumandang memecahkan keheningan. Secara tiba-tiba Gak Lam-kun sudah menyusup kedepan dan menghadang dihadapan Si Tiong pek. Ji Cin peng merasa amat terperanjat, segera teriaknya, Cepat menyingkir. Tapi belum habis teriakan itu, dengusan tertahan telah berkumandang memecahkan keheningan sambil mendekap perutnya Gak Lam-kun jatuh kebawah dan berjongkok ditanah karena kesakitan. Tak terlukis rasa kaget dalam hati Ji Cin peng, segera teriaknya lagi keras-keras, Engkoh kun.

Seperti anak sungai, airmatanya jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Haruslah diketahui, serangan jari yang dilepaskan Ji Cin peng barusan merupakan suatu serangan yang amat lihay, setelah terkena serangan semacam itu, mana mungkin Gak Lam-kun bisa hidup lebih jauh didunia ini? Bila sampai terjadi demikian, bukankah sama pula artinya dengan Ji Cin peng telah membunuh sendiri kekasihnya? Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata jauh diluar dugaan siapapun, terdengar Gak Lam-kun berkata lagi dengan suara gemetar, Nona. nona Bwee, dia adalah sahabat karibku. barusan akupun telah berhutang banyak budi kepada mereka atas pertolongan yang telah diberikan. Ketika mengetahui kalau Gak Lam-kun masih bisa berbicara, Ji Cin peng merasa terkejut bercampur gembira, katanya dengan sedih, Kee. kenapa kau lari kemari, kau. Semua jago yang hadir disekitar gelanggang tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah punah tapi buktinya sekarang meski sudah termakan oleh sebuah serangan maut dari Ji Cin peng, ternyata ia tak sampai tewas, peristiwa tersebut segera menggemparkan semua orang yang berada disana. Bahkan Ji Cin peng sendiripun tidak percaya kalau dia sanggup menerima serangan jarinya yang sangat lihay itu. Pelan-pelan Gak Lam-kun yang berjongkok bangkit kembali, kemudian ujarnya, Nona Bwe, aku. aku tidak apa-apa cuma barusan aku merasa sangat tersiksa. Ketika dilihatnya paras muka Gak Lam-kun yang semula memucat kini telah memerah kembali, Ji Cin peng merasa agak lega, tapi dengan penuh rasa kuatir tanyanya kembali, Kau benar-benar tidak apa-apa? Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali, sahutnya sambi! tertawa getir, Sekalipun aku harus mati diujung jari nona, aku akan mati dengan perasaan lega Dari ucapan tersebut dapat ditangkap betapa besarnya cinta kasih pemuda tersebut kepadanya. Ketika Ji Cin peng mengetahui kalau anak muda itu sangat mencintainya, ia merasa sedih bercampur gembira, tapi dengan cepat pula pikirannya terjerumus dalam lamunan yang penuh penderitaan. Gak Lam-kun mengira dia masih marah, buru-buru sambil minta maaf ujarnya, Nona Bwee maafkanlah aku bila telah salah berbicara. Airmata telah membasahi seluruh wajah Ji Cin peng, dengan gemetar ia berkata Aku. aku bukan.

Si Tiong pek yang menyaksikan pula cinta kasih antara dua orang itu tiba-tiba merasa cemburu sekali sehingga kemarahannya meluap. Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya begitu keras hingga menggetarkan kesunyian yang mencekam dimalam itu. Apa yang kau tertawakan? bentak Ji Cin peng dengan wajah gusar, apakah kau hendak mempergunakan suara tertawamu itu untuk memanggil semua orang-orang dari Thi eng pang untuk membantumu? Si Tiong pek segera menghentikan gelak tawanya, lalu menjawab dengan dingin, Aku tertawa sesuka hatiku sendiri, mau apa kau? Lagi-lagi Gak Lam-kun kuatir mereka sampai bentrok sendiri buru-buru ia menengahi. Nona Bwe, jika kau bersedia melihat wajahku. Sebenarnya Ji Cin peng hendak mengumbar kembali hawa amarahnya, tapi setelah menyaksikan Gak Lam-kun berkata demikian terpaksa ia pun rnembungkam diri. Tiba-tiba Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi tertawa licik, kemudian katanya, Gak lote, kau menganggap dia sebagai sahabat karibmu, tapi sebentar lagi dia akan menganggapmu sebagai musuh bebuyutan, haahhh. haahh. haahh. Gak lote, masih ingatkah kau ketika membantai seorang jago lihay dari Thi eng pang yakni Tang hay coa siu kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu? Rupanya sampai sekarang, peristiwa ini belum diketahui oleh para jago dari Thi eng pang? Begitu ucapan tersebut diutarakan, paras muka Si Tiong pek maupun Ki Li soat kontan berubah hebat, empat buah mata mereka bersama-sama dialihkan kewajah Gak Lam-kun dan menatapnya lekat-lekat. Gak siangkong, betulkah perkataannya.? Ki Li soat bertanya dengan suara gemetar. Gak Lam-kun manggut-manggut, sahutnya dengan sedih, Maaf sekali nona Ki dan saudara Si, Ou Yong hu terpaksa harus kubunuh karena kalian telah mengetahui semua bahwa Ou Yong hu adalah musuh besar pembunuh guruku, aku Gak Lam-kun pun berani berbuat berani betanggung jawab Sementara itu paras muka Si Tiong pek telah berubah menjadi hijau membesi sambil tertawa dingin katanya, Saudara Gak hubungan persahabatan kita hanya sampai disini saja, mulai detik ini hubungan kita telah putus! Nah, sekarang aku akan menuntut balas bagi kematian Ou Thamcu Padahal, semenjak Si Tiong pek mendengar kalau Lencana pembunuh naga berada disaku Gak Lam-kun, dalam hatinya telah mempunyai suatu rencana, dia ingin merangkul Gak Lam-kun untuk sementara kemudian diam-diam menyelakainya.

Tapi sekarang keadaannya berbeda, para jago dari perguruan panah bercinta telah berdatang semua, ia yakin dengan kekuatannya berdua tak mungkin bisa mendapatkan lencana mustika tersebut sebab itulah mumpung ada kesempatan, ia lantas memperlihatkan sikap bermusuhan. Ji Cin peng berkerut kening lalu sekali melompat, tubuhnya telah berada disamping Si Tiong pek katanya, Kini ilmu silat yang dimilikinya telah punah, jika kau berani mengganggu seujung rambutnya pun aku segera akan membinasakan dirimu Ki Li soat yang berada disisinya, ikut pula menasehati dengan suara lembut. Engkoh Si lebih baik persoalan ini kita tunda dulu untuk sementara waktu, menanti Liong tau pangcu sudah tiba, barulah kita meminta nasehatnya lagi Si Tiong pek sendiripun sadar bahwa mustahil baginya untuk membunuh pemuda itu, setelah ia menimbang sejenak situasi yang dihadapinya, maka setelah tertawa dingin katanya, Saudara Gak, jika kau sampai mati tentu saja urusan jadi beres, tapi selama kau masih hidup maka selama hayat masih dikandung badan aku Si Tiong pek pasti akan menuntut balas atas sakit hati ini Gak Lam-kun tertawa ewa, Tak usah kuatir saudara Si, Gak Lam-kun lak akan hidup sampai esok pagi Selesai berkata, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sambil berkata, Nona Bwe, ada satu persoalan aku orang she Gak ingin minta bantuanmu, tolong terimalah adik Kiu liong sebagai murid, atau rawatlah dia baik-baik Ucapan tersebut pada hakekatnya seperti pesan terakhir menjelang saat kematiannya, Ji Cin peng yang mendengar itu menjadi sedih sekali, hingga kau musti mengangguk sambil menahan airmatanya. Untuk sesaat Gak Lam-kun merasa gembira, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Suara tertawanya amat keras dan tinggi melengking. penuh kesedihan yang membuat siapapun ikut berduka. Selesai tertawa, dari sakunya Gak Lam-kun mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari kumala, kemudian secepat kilat menyodorkannya ketangan Ji Cin peng setelah itu dengan langkah cepat dia berlalu dari situ. Tindakan yang dilakukan ini sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan, dengan kaget Ji Cin peng segera berteriak keras, Engkoh Kun, berhentilah dulu. Tapi Gak Lam-kun pura-pura tidak mendengar dengan langkah cepat ia berlalu dari sana.

Tiba-tiba terdengar bentakan keras bergetar diudara, menyusul kemudian muncul dua gulung angin pukulan yang amat keras menerjang ketubuh Ji Cin peng. Perempuan berambut putih yang berdiri disamping Ji Cin peng segera membentak keras, Kembali kau! Ketika telapak tangan kanannya diayunkan kedepan segulung angin desingan yang lunak menyambar kemuka dan tanpa menimbulkan getaran barang sedikitpun tahu-tahu telah berhasil memunahkan datangnya ancaman yang maha dahsyat tersebut. Tapi dari pihak lain, Thiat kiam kuncu serta Thian yu Cinjin telah menerjang datang seperti sukma gentayangan, kemudian. Weess! Weess! masing-masing melancarkan dua buah pukulan yang berat dan dahsyat. Ketika menyaksikan Gak Lam-kun pergi meninggalkan tempat itu, Ji Cin peng merasa amat sedih sekali, menanti ia tersadar kembali dari kesedihannya, serangan dahsyat dari Hoa Kok khi dan Thian yu Cinjin telah tiba didepan mata. Dalam keadaan demikian, sekalipun Ji Cin peng bermaksud untuk menangkispun sudah tak sempat lagi terpaksa tubuhnya yang kecil mungil itu harus berjumpalitan beberapa kali ditengah udara dan melayang turun tiga kaki dari posisi semula. Han Hu hoa menjerit kaget, dia langsung melompat kesamping Ji Cin peng sementara perempuan berambut putih itupun buru-buru menyusul kesitu. Meskipun pada akhirnya sepasang kaki Ji Cin peng berhasil melayang turun dengan selamat keatas tanah, tapi begitu mencapai permukaan tanah, secara beruntun tubuhnya mundur empat lima langkah lagi dengan sempoyongan, akhirnya ia tak sanggup berdiri tegak dan jatuh terduduk diatas tanah. Tampaknya tidak ringan luka yang dideritanya, setelah jatuh terduduk ditanah, ia muntahkan darah segar. Cepat-cepat perempuan berambut putih itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir pil berwarna merah kemudian dicekokkan kedalam mulut Ji Cin peng, katanya, Anak Peng, cepat kau telan pil itu! Bangkitkan semangatmu, dan pertahankan kehidupanmu. Aku tidak mengapa. kata Ji Cin peng sambil tersenyum. Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata kembali, Siau Nay nay, anak Peng mohon kepadamu untuk memberitahukan kepadaku sejujurnya, apakah dia bisa mati atau tidak? Ketika menyaksikan gadis itu sudah sedemikian terseretnya kedalam lembah cinta, perempuan berambut putih itu menghela nafas panjang, sahutnya kemudian, Jangan

kuatir anak Peng, dia pasti akan menjumpai kejadian-kejadian aneh yang menguntungkan dirinya Dua bilah pedang dari Hoa Kok khi dan Tang Bu kong dengan kecepatan bagaikan kilat langsung meluncur ketubuh Ji Cin peng. Setelah mendengar perkataan dari perempuan berambut putih itu, bagaikan baru saja menelan sebutir pil yang mustajab, dalam waktu singkat semangatnya telah berkobar kembali, sambil membentak keras, tubuhnya segera melayang kedepan. Perempuan berambut putih yang berada disisinya segera bertindak cepat, ketika dua bilah pedang itu meluncur tiba, ujung bajunya tiba-tiba dikebaskan kedepan, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera menerobos keluar lebih duluan. Hoa Kok khi maupun Tang Bu kong segera merasakan tusukan pedangnya seakan-akan terhalang oleh selapis dinding baja yang sangat kuat, dalam kejutnya buru-buru mereka menarik kembali serangannya sambil mengundurkan diri. Sementara itu si Tosu setan Thian yu Cin jin, Giok bin sin ang Say Khi pit dan Kiu wi hou Kongsun Po telah menerjang kearah Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa. Siapa berani mendekati aku mati, yang jauh dari aku hidup! Ia telah meloloskan pedang Giok siang kiamnya yang amat tajam itu, hawa nafsu membunuh menyelimuti wajahnya, tiba-tiba ia menggetarkan pergelangan tangannya, pedang dan badan segera bersatu padu dan meluncur lurus kedepan. Sesungguhnya kepandaian ini merupakan suatu ilmu pedang terbang yang amat lihay ilmu pedang terbang terhitung sejenis kepandaian tertinggi dari ilmu pedang lainnya, bila tenaga dalam yang dimiliki sipenyerang tersebut sangat lihay, maka ia dapat membunuh orang dari jarak sepuluh kaki dari posisinya. Sekalipun Ji Cin peng tidak memiliki tenaga dalam sesempurna itu, namun kehebatan ilmu pedang terbangnya cukup menggetarkan perasaan setiap orang. Tampak olehnya serentetan cahaya putih menyambar lewat secepat kilat, tahu-tahu senjata tersebut telah mengurung sekujur badan Thian yu cinjin, Say Khi pit serta Kong sun Po. Agak gugup juga ketiga orang itu ketika merasakan tibanya segulung sinar putih yang segera mengurung sekujur tubuh mereka dibawah ancaman hawa pedang lawan tanpa berhasil mengetahui dimanakah musuhnya berada, untuk sesaat mereka menjadi bingung bagaimana caranya untuk menghadapi ancaman itu. Dalam gelisah dan gugupnya, tiba-tiba Say Khi pit mengayunkan sepasang telapak tangannya kedepan melancarkan dua gulung tenaga pukulan yang dahsyat, Thian yu

cinjin memutar senjata Hudtimnya menciptakan selapis bayangan senjata, sedang Kongsun Po menggetarkan pedangnya membentuk selapis bukit pedang. Walaupun demikian, mereka bertiga masih tetap berusaha untuk melompat mundur dari situ. Suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, menyusul kemudian darah kental memancar keempat penjuru. Didalam pertarungan tersebut, ternyata Si kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit telah kehilangan sebuah lengannya, pedang Kongsun Po tersayat kutung menjadi tiga bagian, sedangkan si tosu setan Thian yu Cinjin yang berilmu silat paling tinggi hanya mengalami sedikit kerugian, yakni sebagian dari bulu senjata Hudtimnya kena tersapu rontok. Sementara hal pertarungan baru saja diketahui, Hoa Kok khi dan Tang Bu kong telah menyergap kembali dengan mempergunakan senjatanya. Perlu diterangkan disini, ilmu pedang terbang memang merupakan sejenis ilmu pedang yang sangat lihay, akan tetapi ilmu tersebut justru paling banyak pula menyerap tenaga penyerangnya. Barusan Ji Cin Peng menderita luka dalam yang tidak enteng, kemudian harus melancarkan serangan kembali dengan ilmu pedang terbang hawa murni yang dimilikinya saat ini boleh dibilang telah berkurang banyak, menghadapi serangan musuh yang sangat lihay itu, meski dia ingin mengeluarkan ilmu pedang terbangnya lagi guna melakukan perlawanan, sayang sekali kemauan ada tenaga kurang. Dalam keadaan demikian terpaksa dia harus melompat kesebelah kanan untuk menghindarkan diri lebih dulu dari serangan Hoa Kok khi, kemudian sambil membalikkan tubuhnya ia menyerang balik dengan jurus Hay si sinlo (pandangan fatamorgana ditengah Laut). Pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya tajam pelindung badan segera menghadang pula serangan kilat dari Tang Bu kong. Si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, sepasang telapak tangannya secara beruntun melancarkan beberapa buah serangan berantai, dua gulung desingan angin pukulan tajam langsung saja menerjang kedepan. Ji Cin peng tak berani menyambut ancaman tersebut dengan keras lawan keras, dengan gesit dia melejit ketengah udara untuk menghindarkan diri. Baru saja badannya melambung keudara segulung hembusan angin puyuh telah menggulung lewat dari bawah kakinya, kalau dibilang berselisih maka selisih tersebut hanya beberapa milimeter saja, nyaris saja gadis itu terhajar telak.

Sementara Ji Cin peng baru saja melayang turun empat kaki jauhnya dari posisi semula, para jago dari perguruan panah bercinta telah bergerak kedepan. Delapan belas orang ahli pemanah dari perguruan panah bercinta itu masing-masing melancarkan dua buah panah kilat untuk menghadang pengejaran dari sekawanan jago persilatan itu. Hei, orang-orang dari perguruan panah bercinta, dengarkan baik-baik! Kalian menginginkan Lencana pembunuh naga? Ataukah menginginkan selembar jiwanya? Ketika Ji Cin peng berpaling tampak lengan Si Tiong pek telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan kiri Gak Lam-kun, sementara ujung lengan kirinya yang kutung menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung pemuda tersebut. Besar amat nyalimu! bentak Ji Cin peng dengan gusar, jika kau berani mengusik seujung rambutnya pun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat! 0000O0000 Si Tiong Pek tak mau kalah, sambil tertawa dingin iapun balas mengancam, Jika kau berani maju selangkah lagi, aku segera hancurkan isi perutnya. Barusan, para jago lihay yang hadir disana hanya tahu memusatkan semua perhatian pada pertarungan, siapapun tak ada yang tahu kalau secara diam-diam Si Tiong pek telah ngeloyor pergi dan membekuk Gak Lam-kun sebagai sandera. Kiranya Si Tiong pek telah merasa bahwa ia sama sekali tak berkemampuan untuk ikut memperebutkan Lencana pembunuh naga tersebut, sebagai seorang pemuda licik yang memiliki tipu muslihat, satu ingatan segera melintas dalam benaknya. Cinta kasih Ji Cin peng terhadap Gak Lam-kun telah menimbulkan suatu ide bagus dalam benaknya, ia merasa asal pemuda tersebut berhasil dibekuknya niscaya Ji Cin peng akan menyerahkan lencana pembunuh naga tersebut dengan begitu saja kepadanya. Maka tanpa sepengetahuan semua orang, diam-diam ia menyusul diri Gak Lam-kun dan berusaha membekuknya. Tentu saja dengan keadaan Gak Lam-kun pada saat ini, dengan sangat mudah ia berhasil mewujudkan maksud hatinya itu. Tanpa membuang tenaga yang terlalu besar Si Tiong pek telah menundukkan Gak Lamkun dan membawanya kearena. Ki Li soat yang menyaksikan kejadian itu menjadi sedih sekali, serunya dengan lirih, Engkoh Si kau jangan berbuat demikian!

Si Tiong pek tertawa dingin. Adik Soat, kau lebih baik berdiri saja disana tanpa bergerak, kau musti tahu apa yang telah kuucapkan bisa pula kulakukan. Demi Lencana pembunuh naga, aku tak akan segan-segan melakukan tindakan macam apapun juga! Ki Li soat tidak berdiam diri, selangkah demi selangkah ia berjalan menghampiri Si Tiong.pek katanya lagi dengan lembut, Engkoh Si perbuatanmu itu terlalu rendah dan memalukan hal mana akan sangat mempengaruhi nama baik dari perkumpulan Thi eng pang kita! Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan tahu-tahu Han Hu hoa telah melambung ketengah udara lalu dengan menggunakan ikat pinggangnya ia menyambar lengan Si Tiong pek. Dengan cekatan Si Tiong pek melejit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian ditariknya tubuh Gak Lam-kun kedepan tubuhnya. Perempuan rendah, cepat hentikan perbuatanmu! bentaknya kalau kau berani bertindak satu jurus lagi jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji Terpaksa Han Hu hoa menarik kembali ikat pinggangnya, setelah tertawa dingin ia berkata, Jika kau berani membunuhnya, maka kaupun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat! Dalam pada itu Ji Cin peng tidak bisa banyak berkutik, sambil menggigit bibir dia hanya bisa mengikuti jalannya peristiwa itu dengan mata melotot besar penuh kegusaran. Sementara itu Ki Li soat telah berada satu kaki dihadapan Si Tiong pek, dengan suara lembut ia lantas berkata, Engkoh Si, kumohon kepadamu lepaskan dia Si Tiong pek tertawa dingin. Adik Ki, aku betul-betul merasa kuatir sekali bagi perbuatanmu yang pagar makan tanaman ini, jika kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau segera kubunuh dirinya secara mengerikan. Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun mendengus tertahan, kulit wajahnya segera mengejang keras. Tak terlukiskan rasa kaget Ki Li soat menghadapi kejadian tersebut, buru-buru ia hentikan langkahnya dan menatap wajah si anak muda itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Mendadak terdengar Ji Cin peng berkata, Delapan belas pemanah panah bercinta, jaga mereka semua baik-baik, siapa yang berani menerjang kemari, panah dia sampai mampus. Siau Nay nay, sekarang aku ingin memohon bantuanmu, apakah kau orang tua bersedia memenuhi keinginanku? Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang. Aaai. serahkan saja Lencana pembunuh naga itu kepadanya! ia berkata, aku tak tega menyaksikan ia dibunuh orang dengan isi perut yang hancur remuk. Dengan wajah sedingin es Si Tiong pek memandang sekejap kearah kawanan jago yang berada disekeliling tempat itu, kutungan lengan kirinya yang menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung Gak Lam-kun telah disaluri dengan tenaga dalam, sementara sekulum senyuman dingin yang penuh perasaan bangga tersungging diujung bibirnya. Pelan-pelan Ji Cin peng maju kedepan, kemudian sambil menatap wajah Si Tiong pek katanya dengan dingin, Bila kau berani menyelakainya secara diam-diam maka jangan harap kau bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat! Dengan sigap Si Tiong pek menarik tubuh Gak Lam-kun dihadangkan dihadapannya lalu sambil tertawa ia berkata, Nona tak usah kuatir, aku cuma menginginkan Lencana pembunuh naga! Ji Cin peng menggetarkan pergelangan tangannya, kotak kumala yang berada ditangannya itu segera dibuang keatas tanah dua depa disisinya. Ambillah! ia berkata. Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang dua kali suara dentingan khim yang memekikkan telinga. Paras muka Si Tiong pek berubah hebat dengan cepat ia menggerakkan kaki kirinya untuk mencungkil kotak berisi Lencana pembunuh naga itu dari atas tanah, kemudian mengempitnya dengan ketiak. Tapi pada saat itu juga Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sianseng Tang Bu kong dan Kiu wi hou Kongsun Po telah berlompatan kedepan dengan kecepatan, bagaikan kilat. Sreet! Sreet! Sreet.! Delapan belas pemanah dari perguruan panah bercinta, secepat kilat membidikkan sebaris panah bercinta kearah kawanan jago persilatan itu. Sekalipun panah-panah bercinta itu sangat lihay dan menyambar datang dengan kecepatan Iuar biasa namun tiga orang tersebut merupakan jago-jago lihay dari dunia persilatan.

Menghadapi ancaman tersebut masing-masing segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah panah-panah yang sedang menyambar tiba itu, begitu hujan panah berhasil ditanggulangi, merekapun menerjang kearah pemanah-pemanahnya. Wees.! Wees.! kembali mereka lancarkan pukulan dahsyat untuk menghantam kedelapan belas pemanah tersebut. Ternyata delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta itu cukup gesit dan cekatan masing-masing orang segera membuyarkan diri kesamping untuk menghindarkan diri. Tapi dengan demikian maka ketiga orang jago lihay itupun langsung menerjang kearah perempuan berambut putih, Jit poh toan hun Kwik To serta Lam ciang ceng kan kun Siangkoan lt. Delapan pemanah panah bercinta, cepat bubar! tiba-tiba bentakan gusar berkumandang memecahkan keheningan. Sambil mengayunkan sepasang telapak tangannya, perempuan berambut putih atau Siau Nay nay itu menerjang kemuka dan membabat tiga orang musuh yang telah tiba didepan mata itu. Seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki perempuan berambut putih itu sangat lihay, sekalipun serangan yang ia lancarkan ini tampak enteng seperti sama sekali tidak membawa kekuatan apa-apa, sesungguhnya itulah ilmu pukulan Boan yok ciang lip dari kalangan Budha yang amat dahsyat. Jika Hoa Kok khi, Tang Bu kong dan Kongsun Po berani menangkis serangan tersebut niscaya ketiga orarg itu akan terpental oleh tenaga pantulannya yang maha dahsyat itu, bahkan kemungkinan juga akan mengakibatkan juga mereka terluka. Apalagi jika tenaga tangkisan mereka makin besar, maka tenaga pantulan yang munculpun akan semakin hebat pula. Rupanya Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi cukup mengetahui akan kelihayan pukulan dari perempuan itu, segera teriaknya keras-keras, Saudara Tong, saudara Kongsun, jangan kalian sambut serangan tersebut dengan kekerasan Mendengar peringatan tersebut, Tang Bu kong serta Kongsun Po segera miringkan badannya sambil mundur kebelakang dengan cepat mereka menghindarkan diri sejauh satu kaki lebih. Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berhasil menguasai ilmu Tay Siu im khi yang sangat lihay, maka dia segera lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk membendung datangnya terjangan dari tenaga pukulan Boan yok ciang lip tersebut.

Blaaam.! suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggelegar diudara. Akibat dari tenaga benturan tersebut, baik Hoa Kok khi maupun perempuan berambut putih itu sama-sama merasakan bahunya bergetar keras dan mundur tiga empat langkah, terutama sekali Hoa Kok khi, paras mukanya sampai berubah menjadi pucat pasi. Sekilas rasa kaget dan tercengang segera tampil diatas wajah perempuan berambut putih itu, dari bentrokan yang barusan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama dibikin terkejut oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, untuk sesaat mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah. Dalam pada itu si gadis berbaju perak dari aIiran See thian san dengan diiringi See ih sam ceng (tiga malaikat dari wilayah See ih) dan empat orang dayang cantik telah muncul diarena, dengan cepat mereka berdiri tiga kaki dibelakang Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya. Si Tiong pek memperhatikan sekejap sekeliling ternpat itu, kemudian sambil tertawa dingin katanya kepada Ji Cin peng. Terpaksa aku orang she Si harus merepotkan nona dan anggota partai nona untuk menghantarkan diriku meninggalkan tempat ini Ji Cin peng mendengus dingin, Hmm.! Sekalipun kau kabur keujung langit toh sama saja, pasti ada orang yang akan mengejarmu Kau menyanggupi tidak? tukas Si Tiong pek dengan dingin. Rasa benci Ji Cin peng kepadanya saat ini sudah merasuk sampai ditularg, tapi oleh sebab nyawa Gak Lam-kun berada dicengkeramannya, maka ia tak berani sembarangan mengumbar hawa amarahnya. Terpaksa sambil mengendalikan rasa geram dalam hatinya ia berkata, Aku akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungimu, tapi kaupun harus menyanggupi pula untuk tidak melukai nyawanya walau dalam keadaan apapun Sejak kemunculan para jago dari aliran See thian san, Ji Cin peng sudah mulai was-was dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, ia tahu jika sampai bekerja sama dengan komplotan dari Hoa Kok khi untuk melancarkan sergapan, niscaya para jagonya dari perguruan panah bercinta akan kewalahan untuk menghadapi serbuan mereka. Dalam keadaan demikian, hal pertama yang paling menguatirkan hatinya adalah tindakan Si Tiong pek bila sampai mencelakai jiwa Gak Lam-kun terlebih dulu.

Padahal perasaan Si Tiong pek ketika itu jauh lebih gelisah dibandingkan dengan Ji Cin peng ia tahu ilmu silat yang dimiliki kawanan jago dari See thian san rata-rata amat tinggi jika mereka sampai turun tangan, sekalipun ada pihak perguruan panah bercinta yang melindunginya, belum tentu perlindungan mereka akan banyak membantu dirinya. Berpikir sampai disitu, iapun tertawa dingin katanya. Seandainya kalian semua mau berusaha dengan sepenuh tenaga tentu saja kekuatan mereka bisa dibendung, heehh. heehh. heehh. kalau tidak. hati-hati saja dengan selembar nyawanya! Entah apa sebabnya tiba-tiba sekujur tubuh Gak Lam-kun gemetar keras kulit mukanya mengejang keras, sepasang matanya melotot besar dan mukanya merah membara, sikap semacam itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit yang luar biasa. Menjumpai kejadian tersebut, dengan gusar Ji Cin peng segera membentak keras, Apakah kau telah mencelakainya? Padahal Si Tiong pek sendiripun tidak tahu, kenapa secara tiba-tiba Gak Lam-kun bisa rnemperlihatkan kesakitan seperti itu. Belum sempat dia memberikan jawabannya, dengan suara gemetar Gak Lam-kun telah berkata, Nona Bwe. ra. racun yang mengeram dalam tubuhku telah mulai kambuh. jiwaku sebentar lagi pasti melayang, aku minta. aku minta kepadamu untuk turun tangan dengan segera untuk merampas kembali Lencana pembunuh naga itu. jangan biarkan benda itu dirampas orang. Lencana pembunuh naga itu kuperoleh dengan taruhan nyawa, semoga kaupun bisa menghargai pula benda itu. kau. kau tak usah memikirkan keselamatanku lagi. Remuk redam rasanya hati Ji Cin peng menyaksikan penderitaan yang dialami pemuda tersebut, tak bisa dibendung lagi airmatanya jatuh bercucuran dengan deras. Melihat, gelagat tidak menguntungkan, sambil tertawa Si Tiong pek segera berseru, Nona! Jika kau tidak menyanggupi permintaanku tadi, saat ini juga akan kubunuh dirinya! Kiranya Si Tiong pek kuatir kalau Gak Lam-kun keburu mati sehingga ia tak sempat mempergunakan dirinya lagi, maka dia ingin menggunakan kesempatan dikala jiwanya belum melayang, kalau bisa meloloskan diri dari kepungan tersebut dengan selamat. Mendadak Gak Lam-kun mengayunkan tangan kirinya dan secepat kilat melancarkan sebuah bacokan ketubuh Si Tiong pek. Semenjak pertama kali tadi, Si Tiong pek memang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan kilat dari Gak Lam-kun maupun usaha pemuda itu untuk bunuh

diri, maka dengan sama sekali tak gugup ia miringkan tubuhnya kesamping, setelah serangan musuh dibiarkan lewat, cengkeraman pada tangan kirinya tiba-tiba diperkeras. Dengusan tertahan bergema diangkasa, kepala Gak Lam-kun segera terkulai lemas kebawah. Melihat itu, Ji Cin peng segera menjerit kaget teriaknya, Kau si pembunuh kejam.! Hawa sakti yang telah dihimpun dalam telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan. Dengan gerakan yang gesit dan lincah, Si Tiong pek menyeret tubuh Gak Lam-kun dan bergeser sejauh enam depa lebih dari posisi semula, bentaknya, Jangan bergerak kalau aku tidak membuatnya tak sadarkan diri, ia akan bunuh diri Mendengar bentakan itu, buru-buru Ji Cin peng menarik kembali tenaga pukulan yang telah dilontarkan itu. Sesudah berhenti sebentar Si Tiong pek berkata lebih jauh, Harap nona segera membukakan jalan bagiku kalau kau masih sangsi juga, segera kuhancurkan isi perutnya. Dalam keadaan seperti ini, tiada pilihan lagi buat Ji Cin peng kecuali menerima syarat musuh, maka ujarnya dengan nyaring, Siau Nay nay kalian bertugas membendung pengejaran dari orang-orang itu Tiba-tiba gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, suaranya merdu dan merayu membuat orang terpesona rasanya. Setelah itu katanya dengan merdu, Barangsiapa merasa tak sanggup untuk melawan pengaruh iblis dari irama khim, harap segera mundur dari sini Begitu ucapan dilontarkan, See ih sam seng serta empat orang dayang cantik dari partai See thian san segera melayang mundur dari situ. Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, perintahnya dengan cepat, Nona cepat halangi perempuan itu untuk memetik khimnya Pada saat ini, Ji Cin peng boleh dikata sudah berada dalam kekuasaan Si Tiong pek, tanpa berpikir panjang ia lantas membentak, secepat kilat tubuhnya menubruk kearah nona berbaju perak itu, sementara tangan kirinya diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat langsung menerjang ketubuh nona berbaju perak itu. Sekulum senyuman manis yang mempesonakan menghiasi wajah si nona berbaju perak yang cantik, dengan gesit dia melejit kesamping dan meloloskan diri dari ancaman itu, kemudian.

Criing! Criing. Kelima jari tangan kanannya telah memetik senar tali khim dan berkumandanglah dua dentingan nyaring yang membetot sukma. Ji Cin peng merasakan hawa darah didalam dadanya segera bergelora keras, tenaga pukulan yang telah dipersiapkan untuk dilancarkan, tiba-tiba membuyar dengan begitu saja. Si Tiong pek pun merasakan kedua dentingan irama khim tersebut ibaratnya, dua gulung desingan angin serangan yang tajam menyergap jalan darah dan urat-urat penting disekujur tubuhnya, serta merta ia mundur dengan sempoyongan, cengkeramannya atas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun pun tiba-tiba mengendor. Sesungguhnya jalan darah ditubuh Gak Lam-kun telah ditotok oleh Si Tiong pek, ia berada dalam keadaan tak sadar waktu itu, tapi setelah mendengar irama khim tersebut, tiba-tiba saja sepasang matanya terpentang lebar, menyusul kemudian ia mendengus pelan. Mendadak telapak tangannya diayun kedepan, langsung menghantam tubuh Si Tiong pek. Peristiwa ini sungguh diluar dugaan orang sambil tertawa dingin Si Tiong pek segera berseru, Bangsat, kau kepingin mampus? Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan, segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung menggulung kedepan. Blaaang.! benturan nyaring menggelegar diudara. Ketika serangan dahsyat dari Si Tiong pek itu bersarang ditubuh Gak Lam-kun ternyata pemuda itu hanya mundur tiga langkah, kemudian dengan wajah kosong ia mendongakkan kepalanya memandang bintang dan rembulan diangkasa. Si Tiong pek amat terkejut, ia tak mengira, kalau Gak Lam-kun yang telah kehilangan tenaga dalamnya, ternyata masih mampu menerima serangan mautnya barusan. Janganjangan tenaga dalamnya belum punah.? Atau mungkin. Dia tidak berpikir panjang lagi, sambil tertawa dingin tubuhnya menerjang kemuka. Tiba-tiba bayangan putih berkelebat lewat, Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa telah melejit keudara, melewati atas kepala Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya. Kau masih berani bertindak keji? bentaknya. Si Tiong pek mendengus dingin, telapak tangannya segera diayunkan kemuka melepaskan sebuah bacokan.

Sesungguhnya Ji Cin peng sendiripun merasa kaget bercampur tercengang ketika melihat Gak Lam-kun sanggup menerima sebuah pukulan dari Si Tiong pek, apalagi ketika dilihatnya pemuda itu berdiri termenung dengan wajah kosong, entah apa yang sedang dipikirkan? Walau begitu, diam-diam iapun merasa girang sekali, sebab paras muka Gak Lam-kun menunjukkan sikap yang begitu tenang dan mantap, sedikitpun tidak mirip seseorang yang lagi menderita penyakit parah. Dengan gerakan yang amat licik Ji Cin peng menyingkir kesamping, lalu jari tangannya disentilkan kedepan, segulung desingan angin tajam langsung saja menyergap nadi penting ditubuh Si Tiong pek. Sungguh amat dahsyat serangan tersebut dengan rasa kejut bercampur ngeri buru-buru Si Tiong pek melompat lima depa kebelakang kemudian memandang kearah gadis itu dengan wajah terpesona. Ternyata dia kenali serangan jari tersebut bukan lain adalah ilmu Tam ci ta hiat (menyentil jari memukul jalan darah) yang merupakan sejenis ilmu jari paling sukar untuk dipelajari didunia ini. Sementara itu Ji Cin peng telah berpaling sambil berseru. Siau Nay nay, kalian cepat melindungi keselamatan Gak siangkong. Ditengah seruan tersebut, bahunya kembali bergerak, sambil menerjang kemuka secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai. Dengan gerakan yang aneh tapi sakti, Si Tiong pek berkelit kesana kemari meloloskan diri dari ketiga buah serangan tersebut, kemudian telapak tangannya dibalik menyodok kedepan dan seperti roda berputar tiba-tiba saja lengan tunggalnya itu membalas dengan beberapa buah serangan. Serangkaian pukulan berantai dari Si Tiong pek ini sungguh hebat dan ampuh, bahkan Ji Cin peng yang berilmu silat sangat lihaypun seketika terdesak hingga berada diposisi bawah angin. Tapi dua puluh gebrakan kemudian, Ji Cin peng mendapatkan kembali ketenangannya, begitu serangan dari Si Tiong pek dilontarkan, ia segera mematahkannya dengan suatu pukulan yang tak kalah hebatnya. Ternyata Ji Cin peng telah nempergunakan ilmu Cing po sim hoat yang terhitung sejenis kepandaian tingkat tinggi dari perguruan Lam hay. Cing po sim hoat ini adalah sejenis ilmu tenaga dalam tingkat tinggi yang amat sulit dipelajari, tapi bila telah berhasil dengan pelajaran tersebut, maka dengan

mempergunakan sim hoat tersebut, ia dapat menyalurkannya kedalam jurus-jurus serangan dikala sedang terlibat dalam suatu pertarungan. Oleh sebab itulah, sekalipun secara beruntun Si Tiong pek telah berganti dengan belasan macam ilmu pukulan yang berbeda-beda, ia selalu kena dikuasai oleh gerakan Ji Cin peng yang tenang, hal mana membuatnya tak sanggup melancarkan serangan mematikan lagi. Dalam pada itu, para jago dari See thian san serta Hoa Kok khi sekalian telah berdiri kurang lebih tiga kaki disisi kalangan sambil menyaksikan kedua orang itu bertarung, jurus-jurus aneh yang sama-sama dipergunakan kedua orang itu segera mendatangkan rasa kaget dan heran dihati beberapa orang itu. Perlu diketahui, bahwasanya beberapa orang yang hadir disekitar gelanggang saat ini adalah jagoan kelas satu dari dunia persilatan, hal ini sudah tak bisa diragukan lagi, dengan sendirinya pengetahuan yang mereka milikipun sangat luas sekali maka terkesiapnya mereka setelah menyaksikan ilmu silat aneh yang digunakan kedua orang itu. Ki Li soat merasa amat terkejut bercampur keheranan, ia tak habis mengerti sedari kapankah ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek telah mencapai taraf setinggi ini, apalagi setelah melihat dari jurus-jurus serangan yang dipergunakan, mana aneh, sakti lagi jelas bukan ilmu silat yang diajarkan ayah angkatnya. Dari sekian banyak orang yang hadir disekitar arena hanya Gak Lam-kun seorang yang berdiri tenang sambil memandang angkasa dengan terpesona, entah apa yang sedang dipikirkan, meskipun pertempuran yang berlangsung amat seru, dia tidak melihat maupun menegur. Makin bertempur Si Tiong pek merasa makin takut, perduli jurus serangan apapun yang ia gunakan ternyata semuanya berhasil dikuasai lawan, sadarlah dia bila tidak cepat-cepat mencari kesempatan untuk melarikan diri, mungkin lebih banyak bahayanya daripada keberuntungan. Maka dia lantas membentak keras sesudah melancarkan dua buah serangan berantai tibatiba tubuhnya melompat mundur sejauh satu kaki empat lima depa lebih. Ji Cin peng tak rela musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil bertekuk pinggang tubuhnya melambung kembali keudara, lalu seperti sesosok bayangan saja, ia menerjang kedepan dan menyambar tubuh Si Tiong pek. Sewaktu mengundurkan diri tadi, Si Tiong pek telah meloloskan pedang elang bajanya maka menghadapi serangan musuh, dengan tenang ia putar senjata lalu seperti menotok seperti juga membacok, ia menyerang pula kedepan dengan serangan aneh. Berubah hebat paras muka Ji Cin peng setelah menyaksikan gerakan serangan lawan ujung baju sebelah kirinya buru-buru dikebaskan, segulung tenaga dahsyat segera

memaksa serangan Si Tiong pek itu tertangkis kesamping, mempergunakan kesempatan ini tubuhnya menerjang lagi kebawah. Sungguh hebat dan sakti jurus-jurus pedang Si Tiong pek, tampak ia memutar pergelangan tangannya, tiba-tiba dengan suatu tusukan kilat ia membacok lambung Ji Cin peng. Akibat dari serangan ini, Ji Cin peng terdesak hebat dan mau tak mau dia harus mundur. Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak, ia melejit kebelakang dan melayang sejauh dua kaki lebih dari posisi semula. Tiba-tiba dengusan dingin menggema diudara, lalu seseorang menegurnya, Jangan pergi dulu saudara Si, siaute harap kau tinggalkan dulu lencana pembunuh nagamu Entah sedari kapan tahu-tahu Gak Lam-kun sudah berdiri dihadapan Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya. Terkesiap hati Si Tiong pek menghadapi kejadian tersebut, serunya tanpa terasa, Apa. apakah tenaga dalammu telah pulih kembali seperti sediakala.? Gak Lam-kun tertawa hambar. Sekalipun belum pulih kembali seperti sedia kala, akupun tak akan biarkan Lencana pembunuh naga itu kau bawa pergi dengan begitu saja Si Tiong pek tertawa terkekeh-kekeh. Haaahh. haaahh. haaahh. bagus, bagus sekali, cuma andaikata saudara Gak gagal untuk merampas lencana pembunuh naga tersebut dengan kepandaian sendiri lantas bagaimana? Bila aku gagal untuk merampasnya kembali, saat itu juga aku akan gorok leher bunuh diri dihadapanmu! Si Tiong pek segera tersenyum. Oooh. bunuh diri sih tak perlu, aku cuma minta kepadamu andaikata kepandaian silatmu tak bisa menangkan diriku maka tolong lindungilah aku meninggalkan tempat ini Seperti yang diketahui Si Tiong pek adalah seorang pemuda licik yang banyak akal muslihatnya, ia tahu Ji Cin peng pasti akan melindungi keselamatan Gak Lam-kun matimatian, karena itu seandainya Gak Lam-kun sampai tewas, sudah pasti dia tak akan lolos dari kejarannya.

Diapun tahu tenaga dalam milik Gak Lam-kun belum pulih kembali seperti sedia kala, ia yakin pasti dapat menangkan pemuda itu seandainya Gak Lam-kun bisa dipaksa untuk melindunginya meninggalkan tempat itu, hal mana sama pula dengan ia telah meminjam kekuatan perguruan panah bercinta untuk membantunya melawan musuh-musuh tangguh. Ji Cin peng mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia melompat kedepan dan menerjang kesamping Si Tiong pek, lalu sambil mendengus serunya, Kau tak usah memperhitungkan segala sesuatunya dengan seenak hatimu sendiri, kalau kau bisa menangkan dulu diriku, aku akan biarkan kau tingalkan tempat ini! Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, buru buru ia mundur lima depa, lalu ujarnya kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, Apakah saudara Gak hendak mengundurkan diri dan digantikan oleh dia.? Gak Lam-kun segera tertawa dingin. Haaahhh. haaahhh. haaahhh. sebagai seorang laki-laki sejati, lebih baik hancur sebagai kumala daripada utuh sebagai batu bata, kalau kau punya kepandaian, hayo bunuhlah aku! Berbicara sampai disana, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sembari katanya, Nona Bwe, tolong pinjamkan pedangmu kepadaku! Ji Cin peng menghela nafas sedih, katanya dengan lirih. Luka dalammu sangat parah, tenaga dalammu belum pulih kembali seperti sedia kala. Gak Lam-kun segera tersenyum. Mati hidup seseorang semuanya telah digariskan oleh takdir ia menukas, jika batas usianya belum sampai, ingin matipun tidak bakal mati. Nona Bwe, kau menaruh budi kebaikan yang sangat besar kepadaku, aku orang she Gak merasa tak sanggup untuk membalasnya, semula aku ingin menghadiahkan Lencana pambunuh naga itu kepadamu, tapi kena dirampas orang lain, karena itu bagaimanapun juga aku harus merampasnya kembali dari tangannya, lalu akan kuhadiahkan kembali untuk nona Mendengar perkataan itu, Ji Cin peng merasa girang bercampur terharu, dari ucapan yang pertama tadi dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali, apalagi setelah menyaksikan kebulatan tekad pemuda itu, ia tahu dinasehatipun tak ada gunanya, terpaksa ia harus putar otak untuk mencari sesuatu akal guna membantunya. Maka pedang Giok siang kiam tersebut diambil keluar dari sakunya dan diserahkan kepada Gak Lam-kun.

Soal perselisihan diantara kita, lebih baik diperhitungkan dikemudian hari saja, sedang dalam pertarungan hari ini lebih baik disudahi setelah saling menutul, begitu menang kalah diketahui pertarungan segera dihentikan. Seandainya siaute yang kalah nanti, tentu saja akan kuserahkan Lencana pembunuh naga itu kepadamu, sebaliknya bila siaute yang beruntung bisa menangkan pertarungan, maka aku terpaksa harus minta tolong kepada saudara Gak untuk menghantarku pergi dari sini, entah bagaimanakah pendapatmu? Gak Lam-kun tidak menjawab, pelan-pelan ia menghampiri Si Tiong pek, kemudian katanya, Saudara Si, silahkan turun tangan! Si Tiong pek tidak mengalah lagi, ia menggetarkan pedangnya dan segera melancarkan sebuah tusukan. Gak Lam-kun berdiri tenang ditempat, pedang giok siang kiam pelan-pelan diangkat keudara lalu dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im dan yang) dia paksa mundur pedang Si Tiong pek. Melihat itu, Si Tiong pek tertawa dingin, pedang elang bajanya berputar diudara menciptakan selapis hawa tajam, kemudian menusuk keatas, tengah dan bawah tubuh Gak Lam-kun, dalam sekejap mata tiga belas tusukan telah dilancarkan. Terkejut juga Gak Lam-kun menghadapi serangan maut sedahsyat itu, ia miringkan tubuhnya dan buru-buru mundur lima depa. Siapa tahu belum lagi tubuhnya berdiri tegak pedang elang baja dari Si Tiong pek dengan membawa desingan angin tajam telah menyambar kembali, sedemikian cepatnya serangan itu hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, keanehan dan kehebatan jurus serangannya betul-betul diluar dugaan orang. Gak Lam-kun tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus mengayunkan pedangnya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras. Tiba-tiba Si Tiong pek tertawa dingin ditengah jalan ia buyarkan serangan, pedangnya bergoyang kencang dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan maut dengan jurus-jurus Ya pan hong yan (asap tebal ditengah malam), Liu seng liok tee (bintang luncur jatuh ketanah) serta Thian le tee wong (jaring langit jembatan bumi). Seketika itu juga Gak Lam-kun merasakan empat arah delapan penjuru penuh dengan bayangan pedang elang baja, hatinya merasa amat terkesiap ia tak berani menyongsong ancaman tersebut dengan kekerasan dengan cekatan tubuhnya berkelebat kesana kemari menghindarkan diri, tahu-tahu ia sudah terlepas dari kurungan cahaya pedang lawan. Gerakan tubuh yang amat lihay tersebut tidak lain adalah gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat.

Si Tiong Pek segera tertawa dingin, serunya, Saudara Gak, cepat amat gerakan tubuhmu itu! Ditengah pembicaraan tiba-tiba pedangnya digetarkan dan menusuk kembali kedalam lawan. Tusukan tersebut dilancarkannya dengan mempergunakan jurus pedang ampuh yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, meskipun sepintas lalu tampaknva biasa tiada yang aneh, sesungguhnya dibalik serangan tersebut terkandung tiga jurus perubahan yang luar biasa, perduli apakah Gak Lam-kun akan menangis dengan pedangnya, atau melompat untuk menghindari, sulit baginya untuk meloloskan diri dari kepungan jurus-jurus ampuh tersebut. Siapa tahu ketika serangan itu sudah hampir mendekati tubuhnya, tiba-tiba Gak Lam-kun memutar badan, lalu dengan mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat dia menyelinap kebelakang Si Tiong pek dan melancarkan sebuah tusukan. Ketika serangannya mengenai sasaran kosong Si Tiong pek sudah tahu bahwa keadaan bakal celaka, mempergunakan kesempatan itu dia lantas bertekuk pinggang dan melompat maju sejauh sembilan depa, sebab itulah dengan mujur ia berhasil meloloskan diri dari tusukan Gak Lam-kun itu. Dengan kecepatan luar biasa kedua belah pihak saling bergebrak beberapa jurus, kedua belah pihak sama-sama menjaga diri dan tak berani memandang enteng musuhnya lagi, dengan memusatkan segenap perhatian dan melintangkan pedangnya kedepan dada mereka berdiri sambil menantikan tibanya kesempatan yang menguntungkan. Dalam pada itu Ji Cin peng baru merasa lega setelah menyaksikan pertarungan tersebut berjalan seru, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali seperti sedia kala, wajah yang semula menegangpun kini mengendor kembali. Sebaliknya Gak Lam-kun merasakan juga kemajuan yang amat pesat dari kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek setelah berlangsungnya pertarungan, diam-diam ia berpikir, Dari sini terbuktilah sudah kalau tenaga dalamku telah pulih kembali seperti sedia kala, bahkan tampaknya tenaga dalamku makin lama semakin sempurna. tapi jurus-jurus pedang yang dipergunakan Si Tiong pek aneh juga, bahkan tenaga dalamnya telah memperoleh pula banyak kemajuan, apakah didalam belasan hari yang amat singkat ini dia telah menjumpai penemuan aneh Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, untuk bersiap sedia menghadapi serangan lawannya. Sesudah kedua belah pihak sama-sama dibuat terperanjat oleh kelihayan ilmu lawan mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah, kurang lebih seperminuman teh kemudian, Si Tiong pek mulai habis kesabarannya, pelan-pelan ia berjalan mendekati diri Gak Lam-kun.

Melihat musuhnya mendekat, Gak Lam-kun mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya digetarkan keras, kemudian dengan jurus Thian heng peng lui (guntur dan salju diujung langit) pedang pendeknya berkelebat menciptakan berlapis-lapis hawa dingin yang membawa desingan angin tajam. Sungguh dahsyat serangan ini, sampai-sampai Ji Cin peng yang dari samping arenapun diam-diam terkejut oleh kemajuan pesat yang dicapainya didalam tenaga dalam. Si Tiong pek tak berani memandang enteng terhadap datangnya ancaman itu, tenaga dalamnya segera dihimpun, kemudian dengan jurus Peng hong thian san (salju menyelimuti bukit thian san) salah satu serangan yang tercantum dalam Hay ciong kun boh, ia sambut datangnya serangan tersebut. Pedang Thi eng kiamnya diputar menciptakan satu lingkaran cahaya biru yang menyilaukan mata, seluruh tubuhnya dengan cepat terlindung dibalik cahaya tersebut. Traang! Traang! Traang! benturan demi benturan nyaring bergema memecahkan kesunyian, secara beruntun sepasang pedang itu sudah saling membentur dengan hebatnya. Si Tiong pek segera merasakan akibatnya dari bentrokan itu, oleh getaran tenaga dalam yang sempurna dari Gak Lam-kun, seluruh pergelangan tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan. Betapa terkesiapnya dia, buru-buru pedangnya diputar dengan jurus Sin liong jut im (naga sakti muncul dari mega), lalu ditusukkan kedepan. Serangan ini sangat aneh dan mencengangkan hati, sasarannya adalah dada, tapi ancamannya seperti juga tusukan seperti pula bacokan. Gak Lam-kun tercengang, bahunya bergerak cepat dengan suatu gerakan manis ia meloloskan diri dari sergapan itu. Namun Si Tiong pek yang licik telah memperhitungkan sampai kesitu, walaupun serangannya amat ganas tapi bisa dipakai untuk serangan tipuan, bisa juga untuk serangan sungguhan, ia telah menduga kalau Gak Lam-kun tidak akan mempergunakan pedangnya untuk menangkis serangan tersebut. Ia segera tertawa dingin, tidak menanti Gak Lam-kun sampai memutar pedangnya, cepatcepat ia sudah melompat mundur sejauh lima depa selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajahnya, dengan dingin ia berkata, Sungguh tidak kusangka kalau secepat ini tenaga dalammu pulih kembali, rupanya dalam pertarungan ini, kalau bukan kau yang harus mampus, akulah yang bakal mati? Memandang pada persahabatan yang pernah kita jalani asal kau serahkan kembali lencana pembunuh naga itu kepadaku malam ini.

Si Tiong pek marah sekali ia tertawa dingin dan menukas, Siapa menang siapa kalah saja masih belum dapat diduga, buat apa kau musti omong besar. Tidak sampai selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba tubuhnya telah menerjang lagi kedepan. Bayangan manusia berkelebat lewat, hawa dingin menyelimuti angkasa, tiba-tiba ia melancarkan enam buah tusukan berantai. Hawa pedang segera membumbung diangkasa, bukan cuma serangannya saja yang hebat, ternyata dikombinasikan pula dengan kelincahan gerak tubuh Si Tiong pek yang sukar diduga sebelumnya, hal mana bukan mengakibatkan rasa terkejut bagi Gak Lam-kun saja, Ki Li soat sendiripun ikut terkesiap. Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, pedang pendeknya diputar keras menciptakan selapis hawa pedang untuk melindungi badan serta merta ia bendung keenam buah serangan kilat dari Si Tiong pek tersebut. Pada waktu itu Gak Lam-kun merasakan hawa murni yang bergelora didalam tubuhnya makin lama semakin menghebat, saking tak kuatnya mengendalikan golakan hawa murni yang menumpuk itu, tiba-tiba ia membentak keras. Sebuah tusukan maut secepat kilat dilontarkan kedepan. Bentakannya itu sungguh amat nyaring bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, segera semua jago merasakan hatinya bergetar keras. Ditengah bentakan yang amat keras itu, secepat kilat Si Tiong pek melompat mundur sejauh tujuh delapan depa untuk menyelamatkan diri, tapi. Breet! Tahu-tahu ujung baju sebelah kirinya sudah kena disambar kutung oleh hawa pedang Gak Lam-kun yang amat tajam itu. Kejut dan gusar Si Tiong pek menyaksikan kejadian ini, ia membentak nyaring sambil maju ia melancarkan serangan balasan. Pedangnya digerakkan seperti orang kalap, tubuhnya berputar kencang bagaikan sedang terbang. Inilah suatu pertempuran yang jarang ditemui dalam dunia persilatan kedua belah pihak sama-sama mempergunakan gerakan tubuh yang cepat untuk berusaha saling merobohkan, kejadian ini membuat para jago yang berada ditepi arena menjadi tertegun dan melongo saking terpesonanya.

Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun saat itu telah memperoleh kemaluan yang amat pesat, setiap bacokan yang ia lancarkan segera membawa hawa pedang yang amat dahsyat dan selalu berhasil memaksa Si Tiong pek mundur dengan kaget oleh karena itulah walaupun Si Tong pek memiliki rangkaian jurus mematikan yang lihay, selalu saja gagal untuk dikembangkan sebagaimana mestinya. Sebenarnya kepulihan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun baru akan terjadi dua puluh empat jam kemudian, tapi totokan keras dari Ji Cin peng yang diterimanya tadi justru telah berhasil menembuskan kembali kebekuan yang mencekam nadi-nadi pentingnya, oleh karena itu hawa murninya mengalir kembali kepusar jauh lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. Sebagaimana diketahui, untuk menyadarkan Gak Lam-kun dari pingsannya, perempuan gila berambut panjang Hay sim li telah beberapa kali mengerahkan tenaga murninya untuk menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya untuk memasuki Tam thian (pusar), sekalipun gagal usahanya waktu itu, tapi asal hawa murni dari Gak Lamkun telah terhimpun kembali, maka hawa murni yang pernah disalurkan Hay sim li itu segera akan dilebur oleh kekuatannya dan dihisap semua. Oleh karena itulah, Gak Lam-kun merasakan betapa makin lama tenaga dalamnya makin kuat dan sempurna, hanya saja waktu itu dia sama sekali tidak memahami gejala tersebut. Ditengah pertarungan sengit yang sedang berlangsung, tiba-tiba Gak Lam-kun membentak keras, Lepaskan pedangmu! Cring! tahu-tahu pedang Si Tiong pek sudah terjatuh ketanah, sedang pemuda itu dengan wajah kaget bercampur ngeri mundur sejauh dua kaki lebih. Gak Lam-kun melihat pedangnya didepan dada berdiri dengan wajah serius, sikapnya mantap dan wajahnya berwibawa. Tiba-tiba ia turunkan pedang pendek itu, lalu menghela napas panjang, katanya, Saudara Si, harap kau serahkan dulu Lencana pembunuh naga itu kepadaku. seorang lelaki saja dapat membedakan mana budi mana dendam, jika saudara Si ingin membalaskan sakit hati Ou Yong hu , lakukan saja dikemudian hari! oooooOooooo Sebelum terjadinya pertarungan antara Si Tiong pek melawan Gak Lam-kun tadi, ia pernah membekuk Gak Lam-kun dengan mudah dan tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun, tak disangka olehnya setelah tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pulih kembali bukan saja tenaga dalamnya jauh lebih sempurna darinya, bahkan iapun tak sanggup menangkan lawannya itu. Lencana pembunuh naga sebagai benda mustika yang digilai oleh jago persilatan dalam dunia bahkan dengan pertaruhkan nyawapun berusaha untuk dimiliki tentu saja tak akan

ia serahkan kepada Gak Lam-kun dengan demikian saja apalagi Si Tiong pek pada dasarnya memang seorang manusia licik. Karena itu setelah termenung sejenak katanya kemudian sambil tertawa. Apa yang saudara Gak katakan memang benar, heehh. heehhh. heehhh. Lencana pembunuh naga adalah benda mustika yang diinginkan oleh setiap umat persilatan dunia ini, jika kau yang menyimpan benda tersebut, apakah tidak kuatir kalau akan dirampas oleh orang lain. Soal ini kau tak usah kuatir tukas Gak Lam-kun dingin, sekarang harap kau serahkan kotak kumala itu dengan segera kepadaku Si Tiong pek tertawa dingin, ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kotak kumala tersebut, kemudian katanya, Kalau kau bersikeras menginginkan kotak ini lebih dulu sebelum menyerahkannya kepadamu Gak Lam-kun menjadi teramat gusar, bentaknya, Kenapa kau begitu tak memegang janji? Si Tiong pek tertawa hambar. Aku toh cuma mengabulkan untuk memberikan Lencana pembunuh naga ini kepadamu. Sedari kapan aku menyanggupi untuk tidak menghancurkannya.? Ji Cin peng serta Gak Lam-kun segera membentak keras sambil tiba-tiba menerjang kemuka. Si Tiong pek telah mempersiapkan diri, tiba-tiba ia melompat kebelakang sambil membentak, Bila kalian berani maju selangkah lagi, segera kumusnahkan lencana ini! Hei jangan kau musnahkan lencana itu bila ada persoalan mari kita rundingkan secaia baik-baik! teriak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara lantang. Bu sin Sian seng Tong Bu kong menghimpun hawa murninya lalu berpekik nyaring, pedangnya dengan menciptakan selapis bianglala tiba-tiba melancarkan sebuah sergapan kepunggung pemuda she Si itu. Ki Li soat sepera membentak nyaring, ia sambut kedatangan Tong Bu kong dan secara beruntun sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai dalam waktu singkat ia telah melancarkan lima buah serangan yang memaksa Tong Bu kong mundur terbirit-birit. Dengan suatu gerakan cepat gadis itu meloloskan pedang bambu tipisnya dari atas punggung, lalu sambil mendekati Si Tiong pek, ia berseru, Engkoh Si, serahkan lencana itu kepada Gak siangkong!

Adik Soat, lucu amat perkataanmu itu! jengek Si Tiong pek segera sambil tertawa dingin, aku mau bertanya kepadamu, jauh-jauh dari ribuan li datang kemari sebenarnya untuk apa sih kau ini? Engkoh Si meskipun kita datang untuk mendapatkan Lencana mustika itu tapi apa pula yang dipegang teguh oleh setiap umat persilatan? Apakah kau hendak mengingkari janjimu sendiri dan melanggar peraturan perkumpulan.! Mendengar ucapan tersebut, paras muka Si Tiong pek segera berubah hebat, tapi sejenak kemudian sambil tertawa dingin katanya, Asal bisa kudapatkan lencana mustika ini sekalipun harus melanggar peraturan perkumpulan aku akan menggunakan keberhasilanku ini untuk menebus dosa tersebut! Bajingan tengik! Ji Cin peng telah membentak pula, Jika lencana pembunuh naga tidak kauserahkan, hanya ada jalan kematian untukmu! Bayangan putih berkelebat lewat, sepasang telapak tangannya secara beruntun telah melancarkan pukulan dahsyat. Dua gulung angin pukulan yang sangat kuat, dengan cepatnya segera menggulung tubuh Si Tiong pek. Tiba-tiba Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya, Jangan takut Si lote, aku datang membantumu! Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan berhawa dingin segera menyambar ketubuh Ji Cin peng. Tong Bu kong serta Kiu wi hou Kongsun Po tidak ambil diam saja, merekapun mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan yang amat dahsyat kearah Ji Cin peng. Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan orang-orang perguruan panah bercinta. Seperti diketahui golongan Hoa Kok khi adalah musuh bebuyutan dari perkumpulan Thi eng pang jadi sama sekali tak terduga oleh mereka bahwa kedua kelompok kekuatan tersebut bisa bersatu padu. Gak Lam-kun membentak keras, pedangnya dialihkan ketangan kiri, sedangkan tangan kanannya melepaskan sebuah bacokan. Segulung angin pukulan yang keras segera menyambar kedepan, ketika saling membentur dengan beberapa kekuatan lainnya, segera timbullah segulung angin berpusing yang menerbangkan debu dan pasir serta menggetarkan pepohonan yang berada disekeliling tempat itu.

Didalam pertarungan adu tenaga dalam semacam ini, masing-masing pihak tak nanti bisa mencari kemenangan dengan mengandalkan kelicikan ataupun akal muslihat, maka setelah Tong Bu kong dan Kongsun Po bersama-sama menerima sebuah tenaga gabungan dari Gak Lam-kun serta Ji Cin peng, mereka segera rasakan sekujur tubuhnya bergetar keras. Terutama sekali tenaga pukulan yang dilancarkan Gak Lam-kun, sedemikian kuat dan hebatnya sehingga walaupun puncak dari kekuatan tersebut sudah digetarkan oleh pukulan Tay siu im khi yang dilancarkan Hoa Kok khi, akan tetapi sisa kekuatannya masih mampu untuk mendobrak segala-galanya. Tenaga dalam yang dimiliki Tong Bu kong dan Kongsun Po terhitung paling lemah, maka kekuatan gabungan dari Gak Lam-kun dan Ji Cin peng segera menerjang kearah mereka berdua. Begitu merasakan keadaan tidak menguntungkan. Tong Bu kong dan Kongsun Po segera berteriak keras, Cepat mundur! Kedua orang itu bersama-sama melancarkan lagi beberapa buah pukulan, kemudian cepat-cepat tubuhnya mundur sejauh tiga kaki lebih. Pada saat itulah, Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi ibaratnya sukma gentayangan tahu-tahu menerjang kesisi tubuh Si Tiong Pek tanpa menimbulkan suara, kemudian mencengkeram pergelangan tangan kanannya. Kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek sekarang telah peroleh kemajuan yang pesat, lagipula diapun sadar bahwa bantuan dari Hoa kok khi tadi pasti terselip maksud-maksud tertentu, maka baru saja cengkeraman orang menyambar tiba, ia sudah menyingkir sejauh lima depa lebih dari posisi semula. Si Tiong pek segera tertawa dingin, serunya, Orang she Hoa, tidaklah kau merasa bahwa caramu itu sedikit terlampau kasar? Haaahhh. haaahhh. haaahhh. kalau begitu, anggap saja memang terlalu kasar! sahut Hoa Kok khi sambil tertawa licik. Dalam pembicaraan itu, tiba-tiba ia melancarkan sebuah bacokan lagi dengan kecepatan luar biasa. Kiranya menggunakan kesempatan dikala tanya jawab itu sedang berlangsung, Hoa Kok khi telah menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, jadi serangan yang kemudian dilepaskan ini boleh dibilang merupakan sebuah pukulan yang disertai dengan segenap tenaga yang dimilikinya.

Si Tiong pek tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus menghimpun pula hawa murninya dan mengayunkan telapak tangan kanan untuk menerima datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan. Siapa tahu, setelah pukulan itu dilancarkan, ternyata dari serangan lawan itu sedikitpun tidak dijumpai daya perlawanan, karena tercengang, tanpa sadar ia menarik kembali tenaga pukulannya itu. Siapa sangka, pada saat itulah tiba-tiba ia merasa ada segulung hawa dingin ikut menyusup masuk kedalam tubuhnya mengikuti tenaga dalamnya yang ditarik kembali tadi, kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, buru-buru ia mengerahkan tenaga untuk melindungi isi perut dan menutup semua jalan darah pentingnya dari ancaman hawa racun musuh. Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak. Haahh. haahh. haaahh. kau telah terluka oleh pukulan Tay siu im khi ku, sekalipun kau memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap bisa melewati tujuh hari, kini hanya ada satu jalan kehidupan bagimu, yakni serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku.! Si Tiong pek tertawa dingin, ia memutar badannya dan segera melayang mundur sejauh beberapa kaki. Mundur kau tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar. Cian seng (malaikat pukulan) Nian Eng hau dari pihak See thian san telah melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh Si Tiong pek. Menyaksikan ancaman itu datangnya amat dahsyat, terpaksa Si Tiong pek harus melayang mundur kembali kebelakang, belum lagi sepasang kakinya berdiri tegak, para jago kembali sudah mengepungnya rapat-rapat. Dengan keadaan tersebut, sadarlah Si Tiong pek bahwa tiada harapan lagi baginya untuk melarikan diri. Disaat yang kritis itulah tiba-tiba berkumandang gelak tertawa yang amat nyaring, menyusul kemudian dari tengah udara meluncur datang belasan sosok bayangan manusia yang berkelebat tiba, dalam sekejap mata mereka telah berada diluar lingkaran kepungan kawanan jago tersebut. Ketika semua orang berpaling kearah kawanan jago yang datang itu, bergetarlah hati mereka semua, tampak Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong dipimpin kedua orang thamcu serta kedelapan belas orang elang bajanya telah tiba disana. Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.

Haaahh. haaahhh. haaahhh. selamat berjumpa, selamat berjumpa, kiranya kalian semua telah tiba duluan daripada aku Ketika dilihatnya lengan Si Tiong pek kutung sebelah, dengan cepat ia melanjutkan, Pek ji, kenapa kau? Siapa yang telah melukaimu? Pertanyaan itu diajukan dengan penuh kasih sayang dan nada memperhatikan. Sungguh kebetulan sekali kedatangan suhu kata Si Tiong pek cepat, tecu sedang dikejar-kejar mereka hingga tak ada jalan mundur lagi. Betapa tajamnya sepasang mata Oh Bu hong, dalam sekilas pandangan saja ia telah melihat kotak kumala yang ditangan Si Tiong pek, diapun segera tahu bahwa lencana pembunuh naga yang digilai orang telah berada ditangan muridnya. Maka biji matanya segera mengerling sekejap memberi tanda, delapan belas orang elang baja beserta Gin eng tamcu (thamcu elang perak) Kwan Kim ceng, dan Lan eng thamcu Wan kiam ciau secepat kilat menyebarkan diri keempat penjuru sambil bersiap sedia menghadapi serangan-serangan para jago yang bermaksud merampas kotak kumala itu. Kemudian pelan-pelan Oh Bu hong berjalan masuk ketengah arena dan mendekati Si Tiong pek. Seketika itu juga, suasana dalam gelanggang berubah jadi amat tegang hingga untuk bernapaspun rasanya sesak, setiap jago yang hadir disitu sama-sama menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Suatu pertempuran yang menentukan antara mati dan hidup segera akan berlangsung didepan mata. Tiba-tiba Ji Cin peng mengayunkan tangannya kedepan, tiga biji Bodhi sian cu dengan membelah angkasa segera menyambar kemuka dan secara berpisah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong, sungguh cepat serangan tersebut hanya dalam sekilas sambaran saja tahu-tahu sudah lenyap. Agaknya Thi eng sin siu Oh Bu hong dibikin terpesona oleh kekuatan serta kehebatan Ji Cin peng dalam melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu, tiba-tiba ia berhenti, kemudian pedang Thi eng kiamnya diayunkan kemuka. Seketika itu juga muncullah selapis angin serangan yang maha dahsyat, ketiga biji Bodhi sian cu tersebut segera terpukul rontok. Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwik Kim ceng membentak keras, telapak tangan kanannya segera diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.

Karena serangan yang menggulung datang amat hebat dan dahsyat mau tak mau Ji Cin peng harus memutar juga telapak tangannya sambil melepaskan sebuah pukulan. Menggunakan kesempatan diatas pikiran Ji Cin peng sedang terpecah kearah lain, tibatiba Oh Bu hong melompat kedepan dan langsung menerjang kesisi Si Tiong pek, maksudnya dia hendak merampas kotak kumala tersebut. Siapa tahu baik Gak Lam-kun maupun Thi kiam kuncu Hoa Kok khi telah memperhatikan hal tersebut dengan seksama baru saja Oh Bu hong bergerak, dua orang itu sudah membentak keras kemudian dari arah yang berlainan menubruk kedepan. Betapa cepatnya gerakan tubuh kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka telah tiba ditempat tujuan. Dalam keadaan demikian sekalipun Oh Bu hong berilmu tinggi mau tak mau dia harus juga berusaha untuk menghindarkan diri. Sambil tertawa terbahak-bahak, tongkat elang bajanya dengan jurus Hong sau cian kun (menyapu rata selaksa prajurit) secepat kilat menyambut datangnya bacokan dari kedua orang itu. Blaang.! suatu benturan keras segera menggelegar diudara, Gak Lam-kun dan Hoa Kok khi masing-masing saling berhantaman dengan tongkat elang baja itu hingga suatu adu tenagapun tak terhindarkan lagi. Akibat dari benturan tersebut Gak Lam-kun serta Hoa Kok khi segera melayang turun kembali ketanah. Sebaliknya Thi eng sin siu Oh Bu hong kena digetarkan sehingga mundur tiga langkah dengan sempoyongan. Akibat bentrokan ini sangat mengejutkan hati Oh Bu hong ia tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki kedua orang ini sedemikian sempurnanya. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil tertawa katanya. Gak lote, jika kita berdua mau bekerja sama sudah pasti musuh tangguh itu bisa kita atasi! Mendengar perkataan itu, Oh Bu hong tertawa tergelak. Haaaahhh. haaahh. haaahhh. Hoa Kok khi, hampir saja lohu memandang enteng dirimu. Ditengah pembicaraan, pedang Thi eng kiamnya sedemikian rupa melepaskan sebuah serangan lagi dengan jurus Lip say ngogak (menyapu rata lima bukit).

Hoa kok khi tertawa ringan, cepat-cepat dia melompat kebelakang untuk menghindar. Tapi Gak Lam-kun bukannya mundur malahan maju, sekali lompat ia sudah berebut menduduki tiang kiong. Setelah tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat gerakan tubuh pemuda itu jauh bertambah cepat, telapak tangan kirinya dibabat kemuka menangkis senjata lawan kemudian tangan kanannya dengan jurus Pek thian khi hong (bianglala putih kilat menyambar) menusuk dada musuh dengan pedang giok siang kiam. Oh Bu hong merasa terperanjat, cepat ia melompat mundur kemudian menubruk maju lagi bagaikan harimau kelaparan, pedang Thi eng kiam koaynya diputar sedemikian rupa bagaikan angin ribut, tampaknya serangan tersebut dilancarkan dengan hawa amarah yang meluap-luap. Dalam waktu singkat bayangan senjata, desingan angin serangan telah menyelimuti seluruh angkasa. Gak Lam-kun tak mau kalah, dia pun kembangkan serangan pukulan dan bacokan pedangnya untuk melepaskan serangkaian serangan ketat yang rapat dan hebat. Untuk sesaat kawanan jago yang berada disekitar sana dibuat tertarik dan terpesona oleh serangkaian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak. Ji Cin peng amat menguatirkan keselamatan Gak Lam-kun ia kuatir pemuda itu menderita kekalahan akibat lukanya yang baru sembuh, sepanjang pertarungan berlangsung sepasang matanya mengawasi terus jalannya pertarungan tanpa berkedip. Demikian pula kawanan jago dari Thi eng pang serentak mereka bergerombol ditepi arena sambil bersiap sedia memberi pertolongan bilamana diperlukan. Pada waktu itulah, Si Tiong pek yang licik secara diam-diam mengundurkan diri keluar arena pertarungan. Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin, tahu-tahu si nona berbaju perak dari aliran See thian san telah menghadang dihadapannya. Berjumpa muka dengan gadis tersebut, mau tak mau Si Tiong pek mengundurkan diri sejauh tiga langkah dengan rasa jeri. Sambil membopong alat petiknya, gadis berbaju perak itu tertawa manis, kemudian katanya, Berikanlah kotak kumala itu kepadaku! Menyaksikan senyumannya yang menawan hati itu, Si Tiong pek merasakan jantungnya berdebar lebih keras, ditatapnya gadis itu dengan terpesona, pikirannya terasa kosong dan sepasang matanya menatap keatas wajah nona itu lekat-lekat.

Harus diketahui disini, bahwa Si Tiong pek sudah sejak lama kagum dan terpikat oleh kecantikan gadis tersebut, apalagi senyuman sang nona berbaju perak itu mengandung daya sihir yang membetot sukma, otomatis semakin terpesona pemuda itu dibuatnya. Pelan-pelan dengan tubuh yang lemah gemulai gadis berbaju perak itu maju kedepan lalu tangannya bergerak mencengkeram kotak kumala ditangan Si Tiong pek. Seperti baru sadar dari impian, Si Tiong pek terkejut dan cepat-cepat ia melompat tiga depa kebelakang. Criing! Criing.! Berapa kali dentingan irama khim segera menyadarkan diri Gak Lam-kun dan Oh Bu hong yang sedang terlibat dalam pertarungan. Entah sedari kapan Si Tiong pek telah tergeletak lemas diatas tanah. Dengan tanpa mengeluarkan banyak tenaga nona berbaju perak itu berhasil mengambil kembali kotak kumala itu dari tangannya. Sewaktu dentingan irama khim mulai berbunyi tadi, Gak Lam-kun telah memutar tubuhnya, kebetulan saat itulah si nona berbaju perak baru akan memungut kembali kotak kumala tersebut, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan kedepan menghantam kotak tersebut. Ilmu silat yang dimiliki nona berbaju perak itu terhitung juga berkepandaian kelas satu, ia segera tertawa terkekeh-kekeh dan melompat kesamping untuk menghindar. Gak Lam-kun menjadi tertegun menyaksikan gerakan tubuhnya itu, ternyata gerakan tubuh yang dipergunakan olehnya untuk menghindarkan diri tadi adalah ilmu Liong heng sin hoat miliknya, bahkan saat dipergunakan kecepatannya sama sekali tidak berada dibawahnya. Sementara ia masih tertegun, sambil tertawa merdu nona berbaju perak itu sudah balik kembali kerombongan See thian san. Empat orang laki-laki elang baja dari perkumpulan Thi eng pang segera membentak keras, serentak mereka melompat kemuka dan menghadang jalan perginya. Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghadapi kesulitan, dengan suatu gerakan tubuh yang gesit, ia menerobos keluar dari antara bayangan pedang keempat orang itu, lalu alat musik pi pa khimnya dituding kebelakang dan beberapa dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan keheningan. Ketika termakan oleh ayunan senjata Pie pa khim tersebut, keempat orang laki-laki kekar itu segera tergetar keras hingga tubuhnya mencelat beberapa kaki kebelakang

Bruuuk! ketika mencium tanah kembali, ternyata keempat orang itu tak berkutik lagi untuk selamanya Empat orang laki-laki elang baja lainnya segera maju kembali menggantikan rekanrekannya untuk melancarkan serangan. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu memutar balik telapak tangan kanannya, untuk kedua kalinya empat orang laki-laki yang tinggi besar dan kekar itu mencelat kebelakang dan tidak berkutik lagi diatas tanah Demonstrasi tenaga pukulan yang maha dahsyat itu segera menimbulkan rasa kaget yang luar biasa dihati para jago, Ji Cin peng merasa tercengang juga, karena ia pernah bertempur melawan gadis berbaju perak itu, meskipun ilmu silat yang ditampilkan olehnya ketika itu termasuk ilmu pilihan, tapi bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk membunuh delapan orang laki-laki kekar dalam sekali kebasan tangan, sudah tentu jauh sekali bedanya. Seperti yang diketahui delapan belas elang baja dari perkumpulan Thi eng pang bukan terhitung manusia-manusia biasa, mereka semua rata-rata berilmu silat tinggi sekalipun Ji Cin peng sendiri juga belum tentu sanggup untuk melukai delapan orang dalam waktu singkat. Tapi kenyataannya sekarang hanya dengan dua kali kebasan yang sangat enteng, gadis berbaju perak itu telah berhasil menaklukan kedelapan orang laki-laki kekar itu, ini semua membuktikan bahwa nona itu sudah menggetar putus jantung kedelapan orang itu dengan getaran tenapa dalamnya. Sesudah melukai delapan orang jago lihay seperti tak pernah terjadi sesuatu hal, gadis berbaju perak itu segera berpaling kearah Gak Lam kun dan tertawa manis Thamcu elang perak, Gak tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan Kim ceng ikut merasa terkejut juga setelah menyaksikan kecepatan pukulan lawan yang belum pernah didengar ataupun belum pernah dilihatnya ini, tanpa memikirkan kedudukan dan nama baiknya lagi ia melompat kedepan dan secara tiba-tiba melancarkan sebuah serangan dari belakang punggung lawan Begitu serangan sudah dilancarkan dia baru berteriak keras, Bocah perempuan, sambut dulu sebuah pukulan ini! Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghindar maupun berkelit, ternyata ia telah manfaatkan desingan angin pukulan yang membacok ketubuhnya itu untuk melayang maju jauh kedepan. Dalam pemikiran Can tiong Kwan Kim ceng waktu itu, sekalipun pukulan yang dilepaskan gagal membinasakan gadis berbaju perak itu, paling tidak ia dapat memukulnya sehingga terluka parah

Siapa sangka gadis berbaju perak itu masih bersikap seolah-olah tidak merasakan apapun, malahan sebaliknya ia telah manfaatkan tenaga pukulan itu untuk melayang kemuka. Thi eng sin siu Oh Bu hong segera membentak keras, pedang Eng kiam koaynya diayun kemuka menyapu tubuh si gadis berbaju perak itu. Gadis berbaju perak itu segera mengayunkan ujung bajunya kedepan, kakinya sebelum menepuk diatas tanah tahu-tahu sudah melambung kembali setinggi satu kaki lebih secara manis ia berhasil meloloskan diri dari sapuan maut dari Oh Bu hong itu. Thian san ciangbunjin Bu sin siangseng Tong Bu kong secepat kilat menerjang pula kedepan, pedangnya dengan menciptakan sebuah bianglala berwarna putih langsung meluncur kemuka Gadis berbaju perak itu segera melengkungkan sebagian tubuhnya kemudian berjumpalitan diudara dengan suatu gerakan indah Ciiit segulung desingan angin jari yang tajam berbalik menyerang kearah Tong Bu kong. Menghadapi terjangan maut tersebut, terpaksa Tong Bu kong harus buyarkan kembali serangan pedangnya dan melayang turun keatas tanah. Dengan lompatan maut, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera maju kedepan telapak tangan kirinya diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat, seketika itu juga hawa pukulan yang tajam menyelimuti daerah seluas satu kaki disekeliling gadis berbaju perak itu, rupanya ia berniat untuk menggetarkan musuhnya sehingga terjatuh kembali keatas tanah. Siapa tahu seluruh tubuh gadis berbaju perak itu enteng bagaikan selembar bulu, mengikuti hembusan angin pukulannya yang maha dahsyat itu, pelan-pelan tubuhnya melambung empat lima kaki lagi ketengah udara Kemampuannya yang maha lihay itu, sekali lagi menimbulkan rasa kaget yang luar biasa bagi kawanan jago lihay yang hadir disitu. Haruslah diketahui, bila seseorang tidak menempel ditanah, sulit baginya untuk berganti napas, sekalipun ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, toh diapun harus melayang dulu kebawah sebelum bisa berganti napas lagi. Seperti yang telah diketahui orang bisa melayang diudara, hal ini semua sesungguhnya mengandalkan hawa murni didalam tubuhnya yang dihimpun dalam tubuh sambil menutup napas, dengan cara itulah sang badan bisa melayang, melambung dan berkelebat seenteng burung walet.

Namun demikian, sesempurnanya tenaga dalam seseorang, kecuali ia sanggup menahan napas jauh lebih lama daripada orang lain, toh pergantian napas masih diperlukan juga untuk tetap mempertahankan gerakan tubuhnya itu. Tapi kenyataannya sekarang, hanya dengan meminjam tenaga pukulan orang untuk berganti napas, gadis berbaju perak itu sanggup bertahan terus diudara sekian lamanya, tak heran kalau semua orang menjadi tercengang dan tertegun dibuatnya. Padahal darimana mereka bisa tahu kalau semenjak masih kecil gadis berbaju perak ini telah melatih ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing yang maha lihay itu? Sudah lama jalan darah penting Jin meh serta Tok mehnya telah berhubungan langsung dengan Im meh serta Yang meh, otomatis dengan tertembusnya nadi-nadi penting tersebut, kemampuannya untuk menahan napaspun berkali-kali lipat lebih hebat daripada orang lain. Gak Lam kun yang menyaksikan demonstrasi ilmu sakti dari si nona berbaju perak itu, pelbagai pertanyaan yang mengalutkan pikiranpun segera bermunculan memenuhi benaknya. Dia tidak habis mengerti, kenapa dikala gadis berbaju perak itu sedang beradu kepandaian dengan dirinya ternyata enggan mengeluarkan semua ilmu silat simpanannya untuk mengalahkan dia? Ataukah mungkin ia sedang menuruti perintah dari ibunya untuk menyerahkan Lencana tersebut kepadanya, kemudian baru merampasnya kembali dari tangannya? Sementara itu Ji Cin peng dengan alis mata berkernyit telah berkata pula dengan suara lirih, Tenaga dalam yang dimilikinya sangat lihay, sungguh tak kusangka seorang yang belajar Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalamnya bisa mencapai taraf kelihayan seperti ini Sesudah mendengar perkataan itu, Gak Lam kun baru seperti sadar dari impian, ia berseru tertahan. Kiranya secara tiba-tiba ia teringat kembali dengan perkataan gurunya, kata gurunya barangsiapa bisa menguasai ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalam yang dimiliki orang itu pasti akan mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga, meski demikian hanya dia seorang yang mengerti ilmu Hian ing kok meh (irama maut melewati nadi) itu berarti hanya orang yang bisa ilmu tersebut baru bisa pula membawa tenaga dalamnya hingga mencapai tingkatan yang luar biasa dikolong langit Waktu itu, tubuh si nona berbaju perak itu sudah meluncur turun kebawah secara lurus dari ketinggian lima enam kaki. Oh Bu hong adalah seorang jago kawakan yang sudah terbiasa menghadapi pertarungan meskipun hatinya merasa terperanjat oleh kehebatan musuhnya, bukan berarti pikirannya ikut menjadi kalut.

Tongkat pedang Thi eng kiam koay nya kembali diayun kedepan melancarkan sapuan kilat, desingan angin serangan yang amat tajam pun segera menderu-deru diudara. Betul ilmu silat si nona berbaju perak itu amat lihay, namun timbul pula rasa ngeri dan jeri sesudah menyaksikan sapuan tongkat pedang musuh yang sedemikian hebatnya itu, ia tak berani bergerak maju lagi lebih kedepan, hawa murninya dibuyarkan dan tubuhnya segera melayang turun keatas tanah. Thamcu elang perak si pukulan batu karang segera membentak keras, ia melompat keudara dan menubruk ketubuh sang nona tersebut. Baru saja sepasang kaki gadis berbaju perak itu menempel ditanah, angin pukulan dari Kwan Kiu ceng telah menyambar tiba. Selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah gadis itu, senjata Pi pa khim nya diayunkan kemuka. Criiing! Criiing! Criiing! beberapa dentingan irama maut berkumandang membelah angkasa. Seperti tiga gulung desingan angin tajam yang maha dahsyat dengan kecepatan luar biasa serangan irama itu menyergap ketiga buah jalan darah penting ditubuh Kwan Kim ceng Si pukulan batu karang Kwan Kim ceng sangat terperanjat, terpaksa dia harus menggunakan ilmu bobot seribu untuk mengelabui musuhnya dan melayang turun kebawah, setelah itu ia melompat tujuh depa kesamping untuk meloloskau diri dari ancaman. Detik itu juga bayangan manusia saling menyambar, tahu-tahu kawanan jago dari aliran See thian san telah berlompatan datang secepat kilat dan melindungi gadis berbaju perak itu. Tapi merekapun segera dikepung juga oleh para jago lainnya yang berada disekitar arena. Dengan sikap yang tenang dan mantap gadis berbaju perak itu menyapu sekejap kawanan jago yang berada disekeliling sana, tiba-tiba ia memperdengarkan suara tertawa cekikikannya yang merdu merayu. Oleh suara tertawa cekikikannya itu semua jago yang hadir dalam arena segera merasakan hatinya bergetar keras Seperti diketahui paras muka gadis berbaju perak itu dasarnya memang cantik maka ditambah pula senyumannya yang mempesonakan dengan cepat hal ini semakin menambah daya pikatnya yang merangsang orang.

Jangankan lelaki, bahkan para gadis yang hadir diarenapun sampai tergetar hatinya oleh kecantikan gadis tersebut. Tiba-tiba Gak Lam kun membentak keras, Apa yang sedang kau tertawakan? Bentakan tersebut amat keras bagaikan guruh yang membelah bumi, bukan saja memekikkan telinga, kabutpun rasa-rasanya ikut dibuyarkan oleh bentakan tadi. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghentikan gelak tertawanya yang merangsang. Dengan suara dingin Gak Lam kun berkata, Hari ini para jago dari seluruh dunia telah berkumpul semua disini, apakah kau anggap bisa pergi lagi dari sini dengan membawa serta Lencana pembunuh naga itu? Waktu itu, paras muka si gadis berbaju perak itu dingin bagaikan es, sepasang matanya memancarkan sinar tajam dan menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat. Baik sedang tersenyum maupun sedang marah, perubahan dari gadis itu segera menimbulkan getaran keras dihati semua orang, semua jago seakan-akan merasa bahwa bila gadis itu sedang tersenyum maka udara serasa hangat bagaikan dimusim semi, tapi jika sedang marah maka udara menjadi dingin bagaikan dimusim salju Mendadak gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, bisiknya, Begitu bencikah kau kepadaku? Mendengar pertanyaan tersebut, Gak Lam kun menjadi tertegun dan berdiri termangumangu, ia tak tahu apa yang dimaksudkan gadis tersebut Tiba-tiba sekulum senyuman kembali menghiasi wajah si nona yang dingin, tanyanya pelan, Kau bilang aku tak dapat membawa pergi Lencana pembunuh naga ini? Gak Lam kun mengerutkan dahinya lalu berkata lagi dengan dingin, Dapatkah kau mengembalikan Lencana pembunuh naga itu kepadaku? Tentu saja! Jawaban si nona yang begitu cepat dan enteng segera menimbulkan keraguan dihati Gak Lam kun untuk sesaat lamanya ia tak berani mempercayai perkataan tersebut. Kembali gadis berbaju perak itu berkata. Boleh saja kuberikan kepadamu tapi kaupun harus menuruti perkataanku! Perkataan apa? Sambil tersenyum jawab gadis berbaju perak itu.

Kau tak boleh menghadiahkan Lencana pembunuh naga itu kepadanya! Sambil berkata dengan jarinya yang lembut ia tuding kearah Ji Cin peng. Mendengar perkataan itu, dengan sepasang matanya yang memancarkan rasa cinta Ji Cin peng segera menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat agaknya ia sedang menantikan jawabannya. Sedingin salju selembar wajah Gak Lam kun katanya dengan ketus. Aku telah menyanggupi untuk menghadiahkan Lencana pembunuh naga ini kepadanya, perkataan seorang lelaki sejati lebih berat dari sembilan bukit, aku tak bisa mengingkari kembali janji ini! Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah hebat, dengan wajah dingin katanya, Kalau begitu, jangan harap kau bisa mendapatkan Lencana pembunuh naga tersebut Kau anggap aku tak sanggup untuk merampasnya dari tanganmu? tanya Gak Lam kun hambar. Gadis berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh. Kau hendak merampasnya dari tanganku dia mengejek tapi aku justru sengaja akan menyuruh kau untuk merebutnya dari tangan orang lain! Seraya berkata, tiba-tiba dia ayunkan tangannya kedepan sambil berseru, Hei! kukembalikan kotak kumala ini kepadamu! Tiba-tiba ia melemparkan kotak kumala tersebut kearah Si Tiong pek yang sedang duduk bersila diatas tanah. Tindakan dari gadis berbaju perak itu sama sekali diluar dugaan para jago yang hadir disitu, dengan gerakan ringan dan pelan, kotak kumala tersebut segera melayang kearah pangkuan Si Tiong pek. Waktu itu, Thi eng pangcu Oh Bu hong berdiri paling dekat dengan Si Tiong pek, sekali melompat ia telah menerjang kesisi tubuhnya. Ketika Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan Oh Bu hong siap menyambar kotak kumala tersebut serta merta dia melompat pula kedepan sambil menghadang jalan perginya. Oh Bu hong memutar tongkat pedang Thi eng kiam koaynya untuk menyodok tubuh musuh, serangan ini dilancarkan amat cepat dan disertai dengan tenaga serangan yang maha dahsyat.

Hoa Kok khi amat terperanjat, segera pikirnya, Orang ini memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kehebatannya benar-benar jarang dijumpai dalam dunia persilatan sungguh tak disangka sebuah ayunan senjatanya saja ternyata mengandung tenaga serangan sedemikian hebatnya Hoa Kok khi adalah seorang manusia berotak cerdik dan berakal banyak, tentu saja ia tak berani gegabah menghadapi serangan lawan, tubuhnya segera berputar setengah lingkaran untuk menghindari tusukan lawan, sesudah itu lengan kanannya diayunkan kedepan dan melancarkan sebuah bacokkan kilat. Oh Bu hong ingin cepat-cepat mendapatkan kotak kumala tersebut hawa murninya segera dihimpun kedalam tangan kirinya, menanti serangan maut dari Hoa Kok khi hampir mengenai dadanya, secepat kilat tangan kirinya diayun kedepan, lalu sambil membentak keras disambutnya serangan tersebut dengan kekerasan. Tenaga dalamnya yang amat sempurna amat membantu didalam pertarungan adu kekerasan semacam ini, kontan saja Hoa Kok khi merasakan hawa darah didadanya bergolak keras, tanpa sadar tubuhnya mundur setengah langkah kebelakang. Pada detik itulah, jago lihay dari Thi eng pang ini telah mencukilkan ujung pedangnya kedepan, kotak kumala tersebut segera melompat keudara dan disambarnya dengan tangan kiri, sebelum musuh yang lain sempat tiba disana, benda tersebut buru-buru dimasukkan kedalam sakunya. Thian San ciangbunjin, Bu sin sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong membentak keras pedangnya menyambar kedepan melepaskan tusukan. Oh Bu hong memutar senjatanya sedemikian rupa untuk melindungi keselamatan tubuhnya, kemudian ia membentak keras, Semua anggota Thi eng pang menerjang keluar dari kepungan dan menuju ketimur! Ditengah bentakan tubuhnya menerjang kemuka, tangan kirinya diayun berulang kali dan menghajar dada orang dengan jurus Jin hui pie pa (mengayunkan Pie pa). Bertarung dengan cara begitu merupakan suatu cara pertarungan yang langka terjadi dalam dunia persilatan, sebab bukan saja seseorang harus memiliki tenaga dalam yang sempurna, lagi pula diapun harus sanggup untuk membendung serangan senjata dari lawan. Tong Bu kong tertawa dingin, dia miringkan badannya menghindarkan diri dari serangan tersebut kemudian pergelangan tangan kanannya menekan kebawah, pedangnya pun dibawa untuk menghindari sergapan senjata musuh, kemudian tangan kanannya diayun kedepan, tiga titik cahaya bintang yang tajam secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong. Suatu cara pertarungan yang amat kasar! bentaknya.

Siapa tahu Oh Bu hong memang benar-benar memiliki ilmu silat yang melebihi orang, ketika tongkat pedang Thi eng kiam koaynya sampai ditengah jalan, tiba-tiba ia menariknya kembali dengan begitu saja, ternyata dengan tarikan serta dorongannya itu ia berhasil membendung serangan dari Tong Bu kong. Menyusul kemudian, ayunan cepat kembali dilancarkan, kali ini dia menyapu pinggang lawan. Angin serangan yang tajam dan dahsyat, sungguh mengerikan bagi siapapun yang melihatnya. Tong Bu kong cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki Thi eng pangcu, ia tak berani menyambut secara gegabah, maka sambil mundur tiga langkah, dengan suatu gerakan yang manis ia menghindarkan diri dari sapuan itu. Dalam pada itu, Ji Cin peng telah menghampiri Gak Lam kun, lalu bisiknya lirih, Untuk sementara waktu, lebih baik kita jangan turun tangan lebih dulu, yang penting kita harus menghimpun tenaga untuk menghadapi orang-orang See thian san! Gak Lam kun bukan seorang yang bodoh, tentu saja diapun tahu akan maksud tujuan dari si nona berbaju perak itu. Padahal bukan hanya dia seorang yang tahu tentang tipu muslihat ini, bahkan semua jago yang hadir disitupun tahu, namun Lencana pembunuh naga tersebut mendatangkan daya tarik yang terlampau besar, meskipun mereka sadar kalau termakan oleh tipu daya orang, toh semua pihak berusaha untuk secepatnya mendapatkan mustika tersebut. Dalam waktu yang teramat singkat ini, situasi dalam arena kembali terjadi perubahan yang sangat besar, para jago dari pihak See thian san segera menyebarkan diri sejauh sepuluh kaki dan membuat posisi pengepungan setengah lingkaran, secara kebetulan berbentuk satu lingkaran pengepungan dengan pihak orang-orang perguruan panah bercinta. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sin eng Tong Bu kong, Kui to Thian yu Cinjin, Kiu wi hou Kongsun Po serta Say Khi pit yang telah kehilangan sebuah lengannya ternyata telah mengepung para jago dari Thi eng pang ditengah arena. Waktu semua orang telah menghentikan pertarungan, Hoa Kok khi diam-diam memperhatikan gerak gerik pihak Thi eng pang, iapun mengawasi si nona berbaju perak serta Ji Cin peng sekalian yang berada diluar lingkaran pengepungan, dia tahu jika pertempuran sampai berkobar hari ini, menang kalah tak akan bisa diketahui sebelum banjir darah menodai seluruh permukaan tanah. Ketika mengawasi pula wajah para jago dari Thi eng pang, tampaklah raut muka mereka diliputi keseriusan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah mereka, tampaknya setiap orang telah bertekad untuk beradu jiwa, ini membuktikan bahwa pertempuran yang bakal berlangsung pasti akan jauh lebih mengerikan daripada apa yang diduganya semula.

Sekalipun semua pihak sudah mempersiapkan diri dengan baik, pembagian tugas untuk menghadapi musuhpun sudah diatur, tapi karena setiap orang mempunyai maksud pribadi sendiri, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi? Asal dua orang saja diantara pihaknya mengambil keputusan untuk menarik diri ditengah jalan, sudah bisa dipastikan pihaknya akan mengalami kekalahan total. Itulah sebabnya, untuk beberapa waktu lamanya ia tak berani mengambil keputusan apapun. 000o000 Thi eng pangcu Oh Bu hong menyapu sekejap kawanan jago yang hadir diarena, kemudian mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Kalau didengar dari gelak tertawa Oh Bu hong yang penuh disertai hawa amarah itu, suatu pertarungan sengitpun setiap saat bakal berkobar. Terdengarlah suara gelak tertawa dari Oh Bu hong itu mulai dari rendah kian lama kian meninggi, pantulan suaranya yang mendengung diangkasa membuat telinga menjadi sakit, dalam waktu singkat seluruh perkampungan itu sudah dipenuhi dengan gelak tertawa nyaring. Thian san ciang bunjin Tong Bu kong paling tak sabar diantara sekian banyak jago, pertama-tama ia yang berpekik panjang lebih dulu, kemudian bentaknya. Oh pangcu, sungguh amat sempurna tenaga dalammu, cuma setiap orang yang hadir sekarang kebanyakan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan, aku rasa kau tak perlu memamerkan ilmu silatmu lagi untuk menggertak hati orang Benar juga, Oh Bu hong segera menghentikan gelak tertawanya, ia berkata, Mati atau hidup suatu pertarungan tak dapat dihindari lagi, apa salahnya kalau kamu berlima mencoba-coba dulu kelihayan dari perkumpulan Thi eng pang kami? Tong Bu kong mengayunkan pedangnya, kemudian menjawab, Kalau memang begitu, biar kami mencoba lebih dahulu sampai dimanakah kelihayan ilmu silat dari orang-orang Thi eng pang? Selesai berkata, dengan pedang terhunus ia menerjang lebih dulu kedalam arena. Hoa Kok khi, Thian yu Cinjin, Kongsun Po serta Say Khi pit serentak menggerakkan pula senjatanya untuk menerjang maju kedepan, kiranya dalam waktu singkat para jago dari Thi eng pang telah membentuk sebuah barisan. Ketika Oh Bu hong memutar pedang Thi eng kiam koaynya keudara, sembilan orang sisa dari delapan belas elang baja yang masih hidup itu mendadak bergerak saling

bersimpangan dan membentuk satu barisan, masing-masing berjaga disuatu sudut tertentu, sementara Ki li Soat, Oh Bu hong, Cian seng khi su Wan Kiam ciu serta Gan tiong ciang Kwan Kim ceng masing-masing berdiri disudut timur, barat utara dan selatan. Tong Bu kong bergerak paling dulu, gerakan tubuhnya paling cepat pula, secepat sambaran kilat pedangnya sudah menyambar kedepan menusuk tubuh Ki li Soat. Tiba-tiba Ki li Soat mundur kebelakang, secepat kilat dari sisi tubuhnya menyambar datang sebatang toya pedang yang menangkis datangnya tusukan tersebut, sedemikian cepat dan kuatnya serangan itu, hampir saja membuat pedangnya tergetar lepas dari cekalan. Hal mana segera membuat Tong Bu kong menjadi tertegun. Dalam sekejap mata itulah, serangan balasan lawan telah berada didekat tubuhnya, toya pedang itu dengan membawa desingan angin tajam langsung menyambar kepinggangnya. Kiranya sewaktu Ki li Soat mundur kebelakang tadi, bersamaan waktunya Oh Bu hong sudah maju kedepan menggantikan kedudukan gadis tersebut, kerja sama mereka ternyata amat rapat dan luar biasa, sedikitpun tidak meninggalkan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh musuh untuk melukai mereka. Termakan oleh tangkisan toya pedang dari Oh Bu hong sehingga pedangnya hampir terlepas, Tong Bu kong merasa amat terperanjat, cepat-cepat ia melompat mundur sejauh lima depa kesamping kanan sambil pikirnya. Dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Oh Bu hong berilmu tinggi dan berkekuatan mengejutkan hati orang, tampaknya berita tersebut bukan berita kosong belaka, aku tak boleh beradu kekuatan lagi dengannya, lebih baik kumanfaatkan kelincahan untuk mencari kemenangan Setelah mengambil keputusan, ia mempersiapkan kembali pedangnya, ia bermaksud menggunakan beberapa jurus sakti dari ilmu pedang Ciat mia kiam hoat aliran Thian san untuk mencoba ilmu silat lawan. Tapi sebelum hal itu dilakukan, tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat lewat, posisi barisan lawan kembali mengalami perubahan. Terdengar seseorang tertawa dingin lalu berseru, Sambut dulu sebuah pukulan Gan tiong ciang ku ini. Selesai berkata, tiba-tiba terasa segulung angin pukulan yang dingin dan lembut menyergap tiba dengan kekuatan yang betul-betul mengerikan sekali. Tong Bu kong adalah ketua dari perguruan Thian san pay, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya boleh dibilang sejajar dengan kepandaian ketua sembilan partai besar,

ketika merasakan datangnya angin pukulan yang sangat aneh, buru-buru ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan, kemudian disambutnya serangan dari Kwan Kim ceng tersebut dengan keras lawan keras. Ilmu pukulan Gan tiong ciang dari Kwan Kim ceng termasuk suatu ilmu pukulan yang beraliran lain, serangannya mengandung tenaga pukulan yang bersifat dingin dan lunak, sama sekali tidak membawa desingan angin tajam, tapi begitu mengena disasaran, tenaga getarannya luar biasa sekali. Akibat dari tangkisan Tong Bu kong yang melakukan pertarungan keras lawan keras itu, seketika itu juga tubuhnya tergetar keras sehingga mundur tiga langkah kebelakang. Walaupun demikian, tenaga getaran yang terpancar keluar dari tubuhnya sempat pula menggetarkan lengan Kwan Kim ceng hingga terasa kaku dan kesemutan. Kenyataan ini segera membuat kedua belah pihak sama-sama merasa terperanjat, keangkuhan dan kejumawaan merekapun berkurang banyak. Sementara itu serangan gabungan dari Hoa Kok khi berlima sudah mulai beraksi. Dalam waktu singkat, angin pukulan menderu-deru bagaikan hembusan angin puyuh, cahaya golok berkilauan, hawa pedang membumbung keangkasa, bayangan manusia saling menyambar kian kemari, keadaan betul-betul mengerikan Pertarungan ini merupakan pertempuran tingkat tinggi yang melibatkan sekawanan jago persilatan yang berilmu tinggi, sedemikian serunya pertarungan itu berlangsung, membuat para penonton merasakan matanya menjadi berkunang-kunang. Sudah sekian lama Hoa Kok khi berlima bersama-sama melancarkan serangan gabungan namun kenyataannya, bukan saja barisan dari Thi eng pang tak berhasil ditembusi, bahkan oleh gerakan para jago Thi eng pang yang bersimpang siur dan selalu berganti posisi ini, kekuatan gabungan mereka berlima itu segera kena ditekan dan terkendalikan, dari posisi bertahan kini Thi eng pang mengambil alih pucuk pimpinan dan mulai melancarkan serangkaian serangan balasan. Terutama sekali Oh Bu hong, keampuhan dan keberaniannya betul-betul mengerikan, sapuan-sapuan toya pedangnya tak pernah disambut lawan dengan kekerasan. Sambil melancarkan serangkaian serangan gencar Hoa Kok khi mulai meninjau kembali situasi yang sedang dihadapinya. Ia saksikan pihak Thi eng pang selalu mengandalkan perubahan barisannya yang sakti dan tangguh untuk setiap saat berganti kedudukan sambil mengatasi keadaan, tiba-tiba mereka menyerang dengan kekerasan, tiba-tiba pula mereka bertahan dari sergapan.

Sebaliknya orang-orang dari pihaknya harus berjuang mati-matian untuk melawan serangan dari tiap penjuru yang datang secara bertubi-tubi, sistim pertarungan ini paling banyak membuang tenaga, terutama Say Khi pit yang baru sembuh dari lengannya yang kutung, ia paling kepayahan dan keteter hebat. Ia mulai sadar bila keadaannya sudah mulai payah dan menunjukkan tanda-tanda keletihan, pihak lawan pasti akan membuka serangan terbuka dengan pengerahan segenap tenaga yang dimilikinya, itu berarti keadaan pihaknya akan bertambah gawat. Menyadari akan hal tersebut, Hoa Kok khi mulai memutar otaknya untuk mencari akal guna mengatasi situasi yang serba tidak menguntungkan ini. Tapi, walau otaknya sudah diperas sampai habis belum juga ia menemukan cara terbaik untuk menanggulangi kesulitan itu, ia mulai gelisah bercampur cemas, peluh dingin mulai bercucuran membasahi sekujur badannya. Haruslah diketahui, Oh Bu hong adalah seorang jagoan yang pintar dan cerdas baik dalam ilmu silat maupun dibidang sastra, ia memiliki kemampuan yang melebihi orang lain. Sampai saat ini ia belum juga melancarkan serangan dahsyat yang mematikan lawan, ini bukan disebabkan ia tak mampu, melainkan ia tahu jika gabungan dari kelima orang ini berhasil dirobohkan, niscaya musuh berikut yang harus dihadapi adalah pihak Thian san pay atau mungkin juga Ji Cin peng serta Gak Lam kun. Waktu itu posisinya yang lebih lemah pasti akan terdesak ditawan angin, bahkan kemungkinan besar dapat dihancurkan oleh musuh bila pihak Gak Lam kun sampai bekerja sama dengan pihak si nona berbaju perak. Itulah sebabnya sebelum ia berhasil mendapatkan cara paling tepat untuk menghadapi kelompok nona berbaju perak, Ji Cin peng serta Gak Lam kun ia ingin menghancurkan gabungan dari Hoa Kok khi berlima secara tergesa-gesa, sehingga ia kehilangan kesempatan baik untuk mempertahankan diri. Agaknya Ki li Soat dapat membaca jalan pemikiran dari Oh Bu hong, cepat ia berpurapura mengikuti perubahan dari gerak barisan itu untuk menyelinap kesamping ketuanya setelah itu bisiknya lirih, Gihu (ayah angkat) mengulur waktu terus menerus bukan suatu cara yang paling sempurna, lebih baik kita berganti barisan dan berjalan sambil bertarung, asal kita sudah mundur dari perkampungan ini posisi kita akan lebih menguntungkan. Ditengah pertarungan tiba-tiba Oh Bu hong berpekik nyaring toya pedangnya berputar satu lingkaran diatas kepalanya, posisi barisanpun seketika mengalami perubahan besar.

Kali ini masing-masing berdiri dengan punggung menghadap kedalam, wajah menghadap keluar, sambil bertempur membendung serangan musuh, mereka mulai menerjang maju kedepan. Tapi Ji Cin peng, Gak Lam kun serta si nona berbaju perak yang berada diluar gelanggangpun segera ikut menggeserkan pula kepungan mereka mengikuti setiap pergeseran yang terjadi. Mendadak pada saat itulah Ki li Soat mulai unjukkan kelihayannya, ia loloskan pedang bambunya lalu dengan sistim membabat, menotok, membacok dan menyapu ia menghamburkan serangkaian serangan yang benar-benar amat dahsyat, hawa pedang yang tajam dan dingin menggidikkan hatipun segera menyebar keempat penjuru. Keadaan itu ibaratnya seekor naga sakti yang keluar dari awan, kelihayannya susah dibendung secara gampang. Permainan toya pedang Thi eng kiam koay dari Oh Bu hong lebih dahsyat lagi, dimana angin toya itu menyambar, segera terasalah hembusan angin serangan yang dahsyat bagaikan gulungan ombak yang menghantam karang. Termakan serangan-serangan dahsyat dari Oh Bu hong dan Ki li Soat yang amat mengerikan itu. Kongsun Po, Say khi pit dan Tong Bu kong terdesak hebat sehingga harus mundur berulangkali kebelakang, keadaan ini menambah kritisnya keadaan dari Say khi pit, tampaknya asal diserang beberapa jurus lagi, niscaya dia akan terluka parah. Sesungguhnya waktu itu Hoa Kok khi sedang menyerang sayap kiri, ketika dijumpainya Tong Bu kong bertiga tak sanggup membendung tenaga gabungan dari Oh Bu hong serta Ki li Soat tiba-tiba ia berpekik panjang, pedang bajanya segera diloloskan, kemudian teriaknya, Saudara Tong, jangan gugup, siaute datang membantu Pedang bajanya diayunkan berulangkali melancarkan tiga buah serangan kilat, dalam waktu singkat hawa pedang menyelimuti seluruh gelanggang bagaikan awan hitam diangkasa Cian seng khi su Wan Kiam ciu kontan terdesak mundur selangkah. Berhasil dengan serangannya, ia segera melejit keudara lalu dengan jurus Ku ing heng hui (Burung manyar terbang sendiri), ia melompat sejauh satu kaki keudara, belum lagi kakinya mencapai permukaan tanah, pedang bajanya secepat kilat telah menyambar kebawah mengancam jalan darah Thian leng hiat diubun-ubun Oh Bu hong. Ketika itu Oh Bu hong sedang mempersiapkan pedang toya Thi eng kiam koaynya untuk mendesak Iong Bu kong, sewaktu merasakan tibanya sergapan angin pedang dari atas kepala, mau tak mau dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu, toya pedangnya segera diputar dan langsung menyapu kearah batok kepala Hoa Kok khi.

Hoa Kok khi cukup mengetahui betapa dahsyatnya sapuan toya tersebut, ia tak berani menyambut dengan kekerasan, mendadak pedangnya ditarik kembali, kemudian tubuhnya melayang turun ketanah Begitu kakinya menempel ditanah, kali ini dia menyerang diri Ki li Soat Menggunakan kesempatan itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras dan menerjang kemuka, Wees! Wees! Wees! pukulan gencar dilepaskan untuk membendung gerak maju Oh Bu hong, sementara senjata Hudtimnya melancarkan tiga buah sapuan. Sementara itu, Ki li Soat yang menyaksikan Hoa Hok khi menyerang tiba sambil mengayunkan pedangnya, dengan cepat menghimpun tenaga dalamnya kedalam lengan kiri, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan jurus ampuh Liok jit cay shia (Pelangi indah dikala senja) untuk mendesak mundur Kongsun Po, tendangan yang berantai memaksa Say Khi pit melompat kesamping, kemudian pedang ditangan kanannya yang telah dipersiapkan, segera ditusukkan kedada Hoa Kok khi begitu musuhnya mendekat. Bukan begitu saja, dengan menyerempet bahaya ia menerjang maju lebih kedepan, pedangnya ditempelkan kebadan sambil badannya berputar, begitu tiba disisi Hoa Kok khi, pedang bambu ditangan kanannya sama sekali tak bergerak, hawa murni dengan cepat dihimpun kedalam senjata itu. Jari tengah dan telunjuk tangan kiri Ki li Soat tiba-tiba menyambar kemuka menotok jalan darah Im bun hiat di bahu kanan Hoa Kok khi, kaki kanannya menyusul kemudian melancarkan sebuah tendangan menghajar jalan darah tok pit hiat dipersendian tulang lutut kaki kiri lawan. Hoa Kok khi sangat terkejut, segera pikirnya, Ilmu silat yang dimiliki gadis ini betulbetul jauh berbeda dengan kepandaian yang lain Tangan kirinya segera balas melancarkan sergapan menotok jalan darah Tee khi hiat dikaki kanan Ki li Soat, badannya berjongkok menghindari sepasang jari tangannya musuh, bahu kanannya dengan kekuatan besar ditumbukkan kejalan darah Koat hun hiat ditubuh sang gadis. Kedua orang itu sama-sama merupakan jago persilatan paling top dalam dunia persilatan dewasa ini, kecepatan gerak mereka sungguh cepat sekali, setiap serangan maupun serangan balasan semuanya tertuju kejalan darah penting ditubuh lawan. Ki li Soat sama sekali tidak menyangka kalau serangan balasan dari lawan dilancarkan dengan kecepatan serta keganasan yang luar biasa, tendangan kaki kanannya tiba-tiba miring kesamping menghindari serangan tangan kiri lawan yang menghantam kebawah, lalu menyapu keatas kaki kanan Hoa Kok khi yang sedang menghantam tiba. Sekalipun demikian, Ki li Soat termakan juga oleh tumbukan bahu Hoa Kok khi yang cepat itu persis diatas lengan kirinya.

Masing-masing pihak segera mundur kebelakang sambil berbisik dihati, Sungguh berbahaya! Sedemikian tegang dan berbahayanya pertarungan jarak dekat yang berlangsung antara kedua orang itu, membuat Oh Bu hong serta si tosu setan Thian yu Cinjin lupa untuk meneruskan pertarungan mereka. Menanti kedua orang itu sama-sama sudah melompat mundur, Oh Bu hong baru menggerakkan lengannya untuk melancarkan sebuah totokan ketubuh Thian yu Cinjin. Si Tosu setan Thian yu Cinjin tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang secara tibatiba, ia terdesak hingga terpaksa memutar badan sambil menjatuhkan diri ketanah, kemudian menggelinding sejauh tiga empat depa kesamping kanan. Untung Tong Bu kong dan Kongsun Po segera maju sambil melancarkan serangan sehingga Thian yu Cinjin lolos dari bahaya, seandainya Oh Bu hong memanfaatkan kesempatan itu untuk mengejar lebih jauh, walaupun Thian yu Cinjin bisa lolos dari sergapannya, paling tidak ia akan dipaksa hingga berada dalam keadaan mengenaskan. Hoa kok khi tertegun sejenak, kemudian membentangkan kembali pedangnya sambil melancarkan serangan. Ki li Soat segera menyambut ancaman itu dengan ayunan pedang bambunya yang tajam. Suatu pertarungan sengit kembali berkobar, kali ini masing-masing pihak telah sadar bahwa mereka sudah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelum ini, mereka tak berani bertindak gegabah, kedua belah pihak segera mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk saling merobohkan, pertarungan berlangsung seru, semua ancamanpun tertuju pada tempat-tempat mematikan ditubuh lawan. Sedemikian sengitnya pertarungan itu berlangsung, tanpa disadari Ki li Soat telah melepaskan diri dari barisan dan membentuk suatu pertarungan satu lawan satu yang tersendiri. Dengan kepandaian silat mereka yang seimbang untuk beberapa waktu keadaan berlangsung seri, menang kalahpun sukar ditentukan. Dipihak lain, pertarungan antara si Tosu setan Thian yu Cinjin melawan Oh Bu hong telah masuk pula kebabak yang paling menegangkan. Pukulan batu karang Kwan Kim ceng bertempur melawan Bu seng siangseng Tong Bu kong, sastrawan aneh seribu bintang Wan Kiam ciu bertarung melawan Kongsun Po serta Say Khi pit.

Dia yang musti bertarung melawan empat tangan sekaligus tampak keteter sehingga mundur terus kebelakang, untung saja delapan orang laki-laki elang baja setiap kali selalu membantu, sehingga mara bahaya selalu berhasil diatasinya. Dalam pada itu, Si Tiong pek yang duduk bersila diatas tanah mendadak melompat bangun, wajahnya tampak segar kembali, tidak seperti sewaktu terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi. Kiranya setelah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi Si Tiong pek yang cerdik segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak hawa jahat itu kepelbagai nadi penting, kalau tidak demikian hawa racun dingin itu niscaya akan langsung menyerang kedalam isi perutnya. Setelah melewati sekian waktu, dengan ilmu penyembuhan rahasia yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, setelah mengatur pernapasan sejenak, akhirnya tenaga dalam yang dimiliki telah pulih kembali seperti sedia kala. Dengan sepasang matanya yang tajam dia awasi sekejap sekeliling arena, diiringi kilatan cahaya tajam yang menyilaukan mata, secepat kilat Si Tiong pek melancarkan sebuah sergapan kilat kepunggung Say Khi pit Tusukan itu dilancarkan dengan kecepatan tinggi dan menyergap dari belakang, agaknya tak mungkin buat Say Khi pit untuk menyelamatkan diri lagi dari serangan tersebut. Traaang! tiba-tiba terdengar suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga, dengan pedang Giok siang kiam yang tajam Gak Lam kun telah menangkis tusukan Si Tiong pek yang ditujukan kejalan darah Hong gan hiat dipunggung Say Khi pit itu. Begitu Gak Lam kun turun tangan, delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera menyerbu pula kedepan. Ji Cin peng kuatir Gak Lam kun mendapat celaka, sambil membentak nyaring dia ikut menyerbu pula kedalam gelanggang pertarungan, Weess! Weess..! Dua pukulan dahsyat yang membawa serangan angin puyuh segera menggulung kemuka. Delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera merubah posisi mereka, dalam sekejap mata cahaya tajam yang berkilauan bagaikan bendungan sungai yang jebol, dengan dahsyatnya menghantam ketubuh Ji Cin peng. Menyaksikan kejadian ini Ji Cin peng mengerutkan dahinya, lalu membentak keras, Manusia yang tak tahu diri, kau anggap aku tak berani melukai orang..? Selesai berkata, secepat kilat ia menyerbu kedalam barisan pedang, dimana jari tangannya berkelebat, dua orang laki-laki elang baja segera roboh terkapar ketanah.

Si Tiong pek menjadi amat mendongkol ketika dilihatnya Gak Lam kun menangkis pedangnya, sambil tertawa dingin ia berkata, Saudara Gak, kau terlalu menghina orang Aku tidak rela musuh besarku mati diujung pedang orang lain kata Gak Lam kun dingin. Si Tiong pek segera tertawa dingin tiada hentinya. Bagus sekali! Tidak kusangka kau begitu keras kepala Pedangnya segera diayunkan melepaskan sebuah bacokan kilat. Gak Lam kun tahu bahwa ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan pesat, ia tak berani memandang enteng, pedang segera diputar melepaskan serangan balasan, pertarungan sengit segera berkobar. Begitu pertarungan antara kedua orang ini berlangsung, diam-diam Oh Bu hong merasa terperanjat. Semua gerakan pedang yang dilancarkan Si Tiong pek rata-rata adalah gerak serangan aneh yang sukar diduga sebelumnya, jelas jurus-jurus pedang itu bukan ajarannya sendiri, gerakan tubuhnya yang lincah dan gesit, enteng bagaikan hembusan angin membuat ia terheran-heran, ia tak tahu darimana pemuda itu mempelajari ilmunya. Ketika memperhatikan gerak tubuh Gak Lam kun, ternyata jauh lebih ampuh lagi, bagaimanapun sempurna dan saktinya gerakan pedang Si Tiong pek, asal ia menggerakkan sedikit tubuhnya, serangan tersebut segera berhasil dihindari. Terutama sekali dua serangan balasan yang kemudian dilancarkan Gak Lam kun, ternyata disertai dengan tenaga dalam yang kesempurnaannya sangat mengerikan. Tiba-tiba terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan Dengan perasaan terperanjat, Oh Bu hong berpaling Tampak kedelapan orang laki-laki elang bajanya telah dihajar oleh Ji Cin peng sehingga kocar kacir tak karuan. Waktu itu si Tosu setan Thian yu Cinjin sedang mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya untuk menyerang Oh Bu hong, tiba-tiba ia berpekik nyaring, toya pedang Thi eng kiam koaynya menyapu kedepan dengan tenaga dahsyat disamping angin tajam terasa memekikkan telinga. Thian yu Cinjin terkesiap, pikirnya, Begini dahsyat serangan toya pedang ini, benarbenar tak pernah kujumpai sebelumnya

Sambil membuang tubuhnya kebelakang ia melompat mundur sejauh delapan depa lebih. Setelah berhasil mendesak mundur Thian yu Cinjin, menggunakan kesempatan itu Oh Bu hong melejit keudara dan menerkam Ji Cin peng, berada ditengah udara pedang toya Thi eng kiam koaynya diputar menciptakan selapis bayangan senjata yang memenuhi seluruh angkasa, diiringi suara guntur yang memekikkan telinga segera menghantam keatas kepalanya. Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan musuh yang ibaratnya bukit Thaysan menindih kepala itu, Ji Cin peng tak ingin beradu kekerasan dengannya, cepat ia menyelinap beberapa kaki kesamping untuk menghindarkan diri. Sesudah kakinya menempel ditanah, Oh Bu hong tertawa dingin, lalu tegurnya, Kami perkumpulan Thi eng pang belum pernah berselisih atau bermusuhan dengan perguruan anda, sesungguhnya apa maksud nona dengan melukai anggota perkumpulan kami? Dalam suatu pertarungan, yang luka atau yang mati tak dapat dihindari, jika Oh pangcu menegur aku pada saat seperti ini hmm hmm sungguh membuat aku sukar untuk menjawab Tak terlukiskan rasa gusar Oh Bu hong ketika didengarnya pihak lawan malah menyindir dirinya, dengan dingin ia menukas, Masih begitu muda bermain kayu didepanku, hmm! Kau anggap kami orang-orang Thi eng pang betul-betul takut kepadamu? Peristiwa yang terjadi hari ini jauh berbeda dengan peristiwa dimasa lalu kata Ji Cin peng dengan dingin, meskipun antara perkumpulanmu dengan perguruanku tiada ikatan dendam atau perselisihan, tapi yang kita perebutkan sekarang adalah Lencana pembunuh naga, seandainya Oh pangcu bersedia mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu Oh Bu hong segera tertawa dingin, tukasnya, Dengan mengandalkan kekuatan dari perguruan panah bercinta kalian ingin memaksa lohu mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu? Mendadak toyanya diputar dan menyapu ketubuh Ji Cin peng dengan kecepatan bagaikan kilat. Dengan sepasang alis mata berkenyip, Ji Cin peng melompat kesamping untuk menghindarkan diri! Gak Lam kun segera membentak keras, serunya, Oh pangcu, sungguh hebat tenaga seranganmu itu! Telapak tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk memukul mundur Si Tiong pek, setelah itu badannya melompat kedepan, pedangnya diputar dengan jurus Ki

hong teng ciat (burung hong terbang ular membelit) kemudian langsung ditusukkan kedepan. Oh Bu hong merasa amat terperanjat, ia saksikan tusukan pedang dari Gak Lam kun itu segera menciptakan selapis jaringan pedang yang amat rapat, sedemikian rapatnya sehingga burung gereja sukar melewati, ikan diair pun sukar menyeberangi. Dengan cepat ia mengerahkan tenaga dalamnya sambil membentak keras, Ilmu pedang bagus! Toyanya dengan cepat diputar menciptakan selapis bayangan toya yang melindungi seluruh badan. Traang! Trang! Traang! suara benturan-benturan nyaring yang memekikkan telinga segera berkumandang tiada hentinya. Percikan bunga api menyebar keempat penjuru, bayangan sinar yang menyilaukan mata memancar kemana-mana Dalam bentrokan itu, kedua belah pihak sama-sama merasa bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya sungguh jarang ditemui didunia ini seandainya tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sungguh amat sulit untuk dipercayai, darah didalam dada segera terasa bergetar keras. Seandainya bentrokan ini terjadi beberapa hari berselang niscaya Gak Lam kun sudah dibikin terluka oleh getaran tenaga dalam Oh Bu hong yang sempurna, tapi kini tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat, sekalipun tubuhnya dipaksa mundur tiga langkah akan tetapi isi perutnya sama sekali tidak terluka. Oh Bu hong maju selangkah kedepan, telapak tangan kirinya tiba-tiba diayun kedepan membacok tubuh Gak Lam kun, pedang Thi eng kiam koay ditangan kanannya menusuk kejalan darah Tam thian hiat dilambung, sedangkan kaki kanannya melayang kedepan menendang jalan darah Hu hau hiat dikaki kirinya. Sambil bergerak maju, secara beruntun ia lancarkan tiga jurus serangan yang secara beruntun mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh lawan. Gak Lam kun merasakan juga kelihayannya, buru-buru ia mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat yang sakti itu untuk berkelit kesamping, pedang pendek Giok siang kiamnya menyambar kebawah lalu membacok kaki kanan Oh Bu hong yang sedang melancarkan tendangan. Kaki kanan Oh Bu hong yang sedang melancarkan tendangan itu tiba-tiba berubah menjadi sapuan melintang, begitu terhindar dari bacokan pedang lawan, kembali ia menyapu tubuh Gak Lam kun.

Sedangkan telapak tangan kirinya ditarik kembali, sambil berganti jurus ia totok jalan darah Sin hong hiat didada Gak Lam kun. Dari serangan lurus dibuyarkan menjadi melintang, sambil menghindar melancarkan serangan balasan, semua serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, perubahannya sungguh sukar diduga, kelihayannya tiada tandingannya. Gak Lam kun merasa amat terperanjat, pedang pendeknya segera diputar dan membabat tubuh Oh Bu hong. Dengan cepat Oh Bu hong memandang pergelangan tangannya kebawah sambil berubah jurus, dari totokan berubah menjadi pukulan telapak tangan, segulung angin pukulan tak berwujud segera dipancarkan keluar. Gak Lam kun membentak keras, mendadak pedangnya dipindahkan ketangan kiri, sementara kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar dan mencengkeram kedepan. Sreeet..! Sreeet..! Lima gulung desingan angin tajam yang berhawa dingin dari ilmu Tok liong ci jiau segera memancar keluar dan menyambar kemuka. Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, ia telah mengalihkan pedang toya Thi eng koay kiamnya ketangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengepal kencang dan disodokkan kedepan. Blaaam..! suatu ledakan keras yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian. Baik Oh Bu hong maupun Gak Lam kun sama-sama tergetar keras oleh benturan tersebut sehingga masing-masing mundur empat lima langkah kebelakang, rasa kaget dan terkesiap segera menghiasi wajahnya. Uuaaak..! tak bisa dicegah kedua orang itu muntah darah segar. Oh Bu hong tertawa hambar serunya, Suatu ilmu cengkeraman jari Tok liong ci jiau sinkang yang amat lihay..! Gak Lam kun mendengus dingin katanya pula, Suatu ilmu pukulan Jit gwat it sian kun (pukulan matahari dan rembulan satu garis) yang mengerikan. Tiba-tiba Oh Bu hong merogoh kesakunya dan mengeluarkan kotak kumala itu kemudian sambil diletakkan diatas tangan kirinya, dengan sinar mata memancarkan hawa napsu membunuh, ia tertawa dingin, pelan-pelan katanya, Jika kau sanggup menerima sebuah pukulan Jit gwat it sian kun ku lagi maka dengan sukarela aku orang she Oh akan menyerahkan Lencana pembunuh naga ini kepadamu, dan kami orang-orang Thi eng pang berjanji tak akan ikut memperebutkannya lagi

Gak Lam kun tertawa dingin. Bagus sekali! serunya, kalau begitu sambut dulu sebuah pukulanku ini Ji Cin peng yang mendengar perkataan itu menjadi amat terperanjat, segera teriaknya, Tunggu sebentar, biar aku saja yang menyambut serangannya itu! Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh perduli siapapun, asal dapat merampas kotak kumala ini dari tanganku, Thi eng pang segera akan mengundurkan diri dari sini Gak Lam kun tidak memperdulikan jeritan dari Ji Cin peng, pelan-pelan ia berjalan mendekati kearah Oh Bu hong. Oh Bu hong tertawa angkuh kepalan tangan kanannya ditujukan kearah Gak Lam kun sepasang matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati dengan sorot mata tajam diawasinya Gak Lam kun dan Ji Cin peng yang selangkah demi selangkah berjalan mendekati itu tanpa berkedip. Langkah kaki Gak Lam kun lambat sekali, setiap melangkah setindak kedepan, segera muncullah sebuah bekas telapak kaki sedalam setengah inci diatas permukaan tanah berumput. Kiranya menggunakan kesempatan maju kedepan, setiap langkah ia maju tenaga dalamnya segera dihimpun satu bagian lebih hebat, ia telah bersiap sedia menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menerima pukulan dahsyat Jit gwat it sian kun dari Oh Bu hong itu. Mendadak Si Tiong pek melompat kesamping Oh Bu hong seraya berkata dengan nyaring, Suhu, untuk sementara waktu serahkan saja kotak kumala itu kepada tecu! Dengan suatu gerakan yang aneh tangan kanannya segera menyambar kearah kotak kumala yang berada ditangan kiri Oh Bu hong itu. Mimpipun Oh Bu hong tidak menyangka kalau Si Tiong pek begitu berani merampas kotak kumala tersebut dari tangannya, lagipula gerakan menyambar yang dilakukan itu memakai suatu gerakan yang sangat aneh dan belum pernah dijumpainya sebelum itu, Oh Bu hong merasakan hatinya bergetar amat keras. Tahu-tahu kotak kumala yang berada ditangan kirinya itu sudah kena disambar oleh Si Tiong pek. Kelicikan dan kebusukan hati Si Tiong pek betul-betul sukar diduga sebelumnya, ketika Lencana Pembunuh naga itu berhasil dirampasnya, ia segera mempergunakan suatu gerakan tubuh yang cepat untuk berjumpalitan sejauh empat lima kaki dari posisi semula.

Ji Cin peng serta Gak Lam kun segera membentak bersama, Berhenti! Dengan suatu gerakan yang amat cepat, kedua orang itu bersama-sama melompat kedepan sejauh empat lima kaki lebih. Begitu dua orang itu bertindak, kawanan jago lainnya baru seperti sadar dari impian masing-masing segera melakukan pengejaran pula dari belakang. Thi eng pangcu Oh Bu hong, Ki li Soat, Kwan Kim ceng serta Wan Kiam ciu masingmasing mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur kedepan Gerakan tubuh dari Si Tiong pek sungguh teramat cepat, tampak bayangan biru berkelebat lewat dalam waktu sekejap mata ia sudah berada empat lima kaki jauhnya, dalam keadaan demikian sulitlah buat kawanan jago lainnya untuk mengejar lebih mendekat. Ji Cin peng serta Gak Lam kun mengejar paling depan, meski begitu jaraknya dengan Si Tiong pek pun masih ada tujuh delapan kaki jauhnya. Tampaknva Si Tiong pek segera akan berhasil membawa kabur Lencana pembunuh naga itu! Tiba-tiba dari antara kawanan jago itu melompat keudara sesosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa. Siapakah orang itu? Dia bukan lain adalah Siu Nay nay, perempuan beramhut putih dari perguruan panah bercinta, tubuhnya bergerak kemuka dengan melintas diudara kecepatan geraknya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dalam waktu singkat ia telah berada dibelakang tubuh Si Tiong pek. Hoa Kok khi yang mempunyai pengetahuan amat luas, begitu menyaksikan ilmu gerakan tubuh yang digunakan si perempuan berambut putih itu kontan saja merasa amat terkesiap, teriaknya tak tertahan, Ilmu meringankan tubuh maha sakti Thian ti leng gong (tangga langit menjulang diangkasa yang amat luar biasa, hari ini aku benar-benar sempat menyaksikannya sendiri! Karena teriakan tertahannya itu, kawanan jago lainnya menjadi tertegun dan sama-sama mengalihkan sorot matanya kedepan. Karena pikirannya bercabang itulah, Si Tiong pek serta perempuan berambut putih itu sudah berada tujuh delapan belas kaki lebih kedepan.

Ketika berhasil menyusul dibelakang tubuh Si Tiong pek, perempuan berambut putih itu segera mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah bacokan. Agaknya Si Tiong pek tahu bahwa saat itu jiwanya berada diujung tanduk, hawa murninya telah dipersiapkan semenjak tadi, maka begitu perempuan berambut putih itu melepaskan bacokan, ia segera meningkatkan kewaspadaannya, tiba-tiba ia berpaling, telapak tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan balasan. Perempuan berambut putih itu tertawa dingin, ejeknya, Suatu ilmu pukulan yang luar biasa! Hawa murninya disalurkan kebawah, begitu kakinya mencapai permukaan tanah telapak tangan kanannya kembali diayunkan kedepan. Serangan yang dilancarkan Si Tiong pek itu bisa berupa serangan sungguhan, bisa pula sebagai serangan tipuan, selesai melancarkan pukulan tadi, tiba-tiba ia membuyarkannya ditengah jalan, pedang Thi eng kiam yang tersoren dipunggung pun dengan suatu kecepatan luar biasa dicabut keluar kemudian membacok kedepan dengan suatu gerakan aneh. Berbarengan itu pula, tangan kirinya menyusul tiba dari arah samping dengan suatu gerakan aneh. Menyaksikan kelihayan musuhnya, perempuan berambut putih itu merasa amat terperanjat, bentaknya, Suatu ilmu serangan Hay ciong tui hun kiam ciang yang amat lihay Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya menyerang kedepan sambil menyapu punggung pedang, hawa murninya segera dihimpun kemudian menyentil ujung pedang tersebut dengan jari telunjuk serta jari tengahnya, sementara telapak tangan kirinya dengan jurus soat hong wu soh (salju menutup kabut mengunci) ia bendung kebasan tangan kiri Si Tiong pek sehingga serangannya terbendung keluar. Ketika Si Tiong pek mendengar perempuan berambut putih itu berhasil menyebutkan nama ilmu pedangnya, ia merasa terperanjat sekali, belum lagi ingatan kedua sempat berkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan tangan kanannya sudah terasa menjadi kaku, dan pedang Thi eng kiam itupun terlepas dari tangannya. Didalam melancarkan pukulan maupun serangan pedang itu, Si Tiong pek telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tak terlukiskan rasa terperanjatnya setelah menyaksikan pedangnya mencelat dan pukulannya mengenai sasaran yang kosong. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera melompat kemuka dan kabur kedalam bangunan gedung yang berjumlah delapan buah itu.

Gedung dimana ia datangi tersebut, bukan lain adalah tempat yang paling berbahaya dan paling mengerikan dari seluruh bangunan gedung itu. Empat penjuru merupakan bangunan berloteng yang bersusun-susun, setiap bangunan semuanya diatur dan disusun menurut suatu sistim, menurut ilmu barisan yang sangat lihay Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat cepat, perempuan berambut putih itu menyusul kesana, tapi setelah memandang sekejap bangunan gedung yang terbentang didepan mata, hatinya kontan saja merasa bergetar keras, pikirnya, Alat rahasia yang disusun dalam gedung itu amat banyak dan berlapis-lapis, setiap batang rumput dan benda yang berada disana, sudah cukup untuk merenggut nyawa orang, bila Si Tiong pek dibiarkan kabur kedalam sana, bukan saja aku tak akan berhasil membekuknya, sekalipun orang lain juga jangan harap bisa mendapatkan lagi Lencana pembunuh naga itu Ia saksikan tubuh Si Tiong pek makin lama pergi semakin jauh, jaraknya dengan bangunan gedung yang misterius itupun tinggal beberapa langkah saja. Ia segera menggerakkan tubuhnya sambil menyusul kedepan, bentaknya keras-keras, Disitu terdapat banyak sekali alat rahasia, kau lebih baik mundur saja dari sana daripada menyesal! Sambil berseru, dengan jurus Long li che hoa (percikan bunga ditengah ombak) ia cengkeram punggung Si Tiong pek dengan suatu gerak serangan yang luar biasa. Si Tiong pek merasakan hatinya bergetar keras, sepanjang jalan dia hanya tahu kabur terus ia sama sekali tidak berniat mendatangi gedung yang misterius itu dengan sengaja, tapi kini sekalipun ia hendak menghentikan gerakkan tubuhnya juga sudah terlambat. Begitu merasakan datangnya desingan angin tajam dari belakang tubuhnya, ia segera mengebaskan telapak tangan kanannya sambil membentak keras, Kau menyusahkan diriku terus menerus, terhitung jagoan lihay darimanakah kau ini! Praaak! ketika sepasang telapak tangan saling membentur kedua orang itu sama-sama bergetar keras, Si Tiong pek segera manfaatkan kesempatan itu untuk meluncur masuk lebih kedalam. ooooooo Perempuan berambut putih itu mendengus dingin. Hmm! Tinggalkan Lencana pembunuh naga itu aku akan memberi sebuah jalan kehidupan untukmu! Si Tiong pek mendengus berat, ia malahan semakin mempercepat gerakan tubuhnya untuk meluncur kedepan.

Perempuan tua berambut putih itu menjadi sangat marah, sambil membentak keras, sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan kedepan. Hari ini sekalipun kau kabur keujung langit, aku tetap akan membekukmu hidup-hidup! bentaknya dengan penuh kebencian. Si Tiong pek segera tertawa seram. Haaahh haaahh haaahh bagus, sekali, kalau begitu mari kita langsungkan pertarungan itu didalam bangunan gedung tersebut..! Sehabis berkata itu ia lantas melompat masuk kedalam bengunan gedung itu, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata Ternyata perempuan tua berambut putih itu tak berani mengejar lebih lanjut buru-buru ia menghentikan gerakan tubuhnya sambil berpikir. Tempat ini sangat berbahaya dan tak bisa diduga akibatnya, apabila aku menerjang masuk secara gegabah, niscaya akan termakan oleh jebakan rahasia tempat itu, atau paling tidak akan disergap secara licik olehnya, lebih baik aku menyusun rencana yang lebih matang lebih dulu, sebelum masuk kedalam Sementara ia masih termenung, dari belakang tubuhnya, secara beruntun melayang datang lima enam sosok bayangan hitam Belum lagi menghentikan gerakan tubuhnya Ji Cin peng telah bertanya dengan suara lantang, Siau Nay nay, apakah Si Tiong pek telah menerobos masuk kegedung itu? Betul, ia telah menerobos masuk kedalam gedung itu! jawab perempuan tua berambut putih itu dengan wajah berubah. Mendengar jawaban tersebut, selapis perasaan murung dan sedih segera menyelimuti wajah Ji Cin peng, ia menghela napas sedih dan diliriknya sekejap diri Gak Lam kun tanpa berbicara, entah bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu? Saat itulah tiba-tiba terdengar Thi kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh saudara Thian yu, kita harus berangkat selangkah lebih duluan! serunya. Si Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram pula. Benar, benar sekali, kita semua memang tak boleh berdiri melulu disini sambil menghirup angin barat laut!

Seraya berkata, secepat sambaran petir kedua orang itu segera meluncur masuk kedalam bangunan gedung itu. Tong Bu kong yang menjumpai kejadian tersebut menjadi amat terperanjat, segera teriaknya, Hey, saudara berdua, siaute bersedia mengekor dibelakang kalian..! Dengan kelicikan dan kecerdasan otaknya, setelah mempertimbangkan sejenak untung ruginya, ia lantas menghimpun tenaga dan mengikuti dibelakangnya. Tak lama kemudian Kongsun Po serta Say Khi pit menyusul kemudian memasuki gedung bangunan itu. Triiing..! Triiing..! dua kali suara dentingan berkumandang memecahkan keheningan. Sambil tertawa cekikikan terdengar si nona berbaju perak itu berkata lembut, Gak Lam kun Lencana pembunuh naga milikmu selamanya tak akan dapat direbut kembali! Gak Lam kun mendengus dingin. Hmmm! Selama aku tak bisa mendapatkannya kaupun jangan harap bisa mendapatkan pula! Nona berbaju perak itu tertawa merdu. Benarkah itu..? Hiiihhh hiiihhh hiiihh apa salahnya kalau kita mencoba lebih dulu. Sambil berkata, dengan lemah gemulai dia berjalan kedepan, diikuti oleh See ih sam seng dibelakangnya, segera merekapun berangkat memasuki gedung yang misterius itu, malahan sebelum pergi ia sempat melemparkan sekulum senyuman kepada Gak Lam kun. Lirikan mata itu terlalu tajam dan mendebarkan hati orang yang melihat, tentu saja Gak Lam kun tak berani beradu pandangan dengannya, buru-buru ia berpaling kearah lain dengan perasaan yang amat gundah dan tak karuan Ji Cin peng yang menyaksikan kejadian itu segera merasakan api cemburunya berkobar, diam-diam ia mendesis gusar sambil memaki, Perempuan yang tak tahu malu! Sekalipun rasa cemburunya berkobar-kobar, bagaimanapun juga dia adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar, sikap gagah dan supelnya masih tercermin jelas diatas wajahnya, cuma saja selapis senyuman dingin tersungging diujung bibirnya, hal mana membuat orang segera tahu kalau gadis itu sudah dibuat gusar. Sengaja gadis itu mempertinggi suaranya sambil berseru, Siau Nay nay, bagaimana caranya untuk merampas kembali Lencana mustika itu?

Perempuan tua berambut putih itu termenung sebentar, kemudian jawabnya pelan, Satusatunya jalan hanyalah memasuki pula gedung bangunan yang misterius itu! Baik! ucap Ji Cin peng sambil tersenyum, mari kita segera memasuki gedung ini! Ia bisa diangkat sebagai ketua perguruan panah bercinta, karena gadis itu memang memiliki suatu kelebihan yang melampaui orang lain. Dia tahu dalam gedung bangunan tersebut penuh dengan alat jebakan yang sangat berbahaya, bila terlalu banyak orang yang memasukinya justru malahan akan mempersulit kedudukan sendiri, korban yang berjatuhanpun mungkin akan lebih banyak, maka buru-buru ia memberi tanda kepada kedelapan belas pemanah panah bercintanya agar mengundurkan diri dari situ, sementara dia hanya membawa Jit poh toan hun Kwik To, Siau Nay nay, Han Nio nio serta Siangkoan It berempat. Keempat orang ini semuanya merupakan jago-jago paling top dari perguruan panah bercinta, mereka rata-rata merupakan seorang jagoan yang sanggup mengatasi sendiri setiap perubahan situasi yang bakal terjadi, maka dengan hadirnya keempat orang ini, otomatis pihak Thi eng pang tak berani memandang rendah kekuatan mereka lagi. Ketika Thi eng pangcu Oh Bu hong menyaksikan ketua perguruan panah bercinta menyusun kekuatannya begitu rupa, diam-diam merasa amat terkejut, buru-buru ia berpesan kepada Ki li Soat dengan suara lirih, kemudian berangkat seorang diri melanjutkan perjalanannya. Pelan-pelan Ki li Soat berjalan mendekati Gak Lam kun, kemudian panggilnya pelan, Gak siangkong Akan tetapi berhubung Ji Cin peng yang ada disampingnya melotot terus dengan sorot matanya yang tajam dan menggidikkan, setelah menghela napas panjang dihatinya, Ki li Soat buru-buru menelan kembali ucapannya yang hendak diutarakan itu. Gak Lam kun agak tertegun, kemudian tegurnya, Apakah nona Ki ada sesuatu persoalan? Ki Li soat hanya menggelengkan kepalanya berulangkali, dengan hati yang sedih dan murung ia menundukkan kepalanya kemudian pelan-pelan berjalan meninggalkan tempat itu. Malam seraya bertambah sunyi dan sepi, bintang-bintang bertaburan diangkasa dan memancarkan sinar yang redup oOo 00O00 00O00

Sambil memegang kencang-kencang Lencana pembunuh naganya, dengan suatu gerakan cepat Si Tiong pek melayang masuk kedalam gedung bangunan itu. Baru saja kakinya menempel diatas permukaan tanah, mendadak ia merasakan suasana disekeliling tempat itu menjadi gelap gulita, kenyataan tersebut sangat membuat hatinya tertegun. Tanpa terasa dengan perasaan keheranan ia bergumam, Dengan jelasnya aku masih ingat kalau saat ini hari masih terang benderang, kenapa secara tiba-tiba bisa berubah menjadi gelap gulita sepekat ini Cepat ia mendongakkan kepalanya untuk memeriksa keadaan cuaca, tampak udara amat bersih, bintang-bintang tersebar diangkasa dan berkedip-kedip, rembulan dengan sinarnya yang redup memancar keseluruh angkasa, kalau bukan malam telah menjelang tiba, apa pula namanya itu..? Si Tiong pek benar-benar merasa tercengang dan tidak habis mengerti, kalau diperhatikan waktu itu maka bisa diperkirakan kentongan ketiga tengah malam sudah menjelang tiba, tapi bukankah ia baru tiba belum lama? Mengapa sedemikian cepatnya cuaca berubah dari siang menjadi malam? Semakin berpikir ia merasa hatinya semakin terkejut, sehingga untuk sesaat lamanya menjadi termangu. Tiba-tiba ia menyaksikan sesosok bayangan hitam sedang bergerak maju kedepan sana. Si Tiong pek amat terkejut, sambit mempersiapkan pukulannya, ia membentak, Siapa disitu? Orang itu segera menghentikan gerakan tubuhnya lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya. Heeehhh heeehhh heeehhh kau sudah terjerumus dalam istana rembulan, itu berarti selama hidup jangan harap kau bisa melihat matahari lagi! Si Tiong pek semakin terperanjat, bentaknya keras-keras, Apa kau bilang? Kembali orang itu tertawa seram. Heeehhh heeehhh heeehhh aku yakin kau seorang bocah muda masih belum mempunyai pengetahuan seluas itu, istana Kiu ciong kiong sudah amat tersohor dalam dunia persilatan, sekalipun kau memiliki Lencana pembunuh naga juga jangan harap bisa keluar dari istana ini, selama hidup kau akan selalu terkurung dalam istana rembulan ini! Kiranya bangunan gedung ini bernama istana Kiu ciong kiong, semuanya terbagi menjadi sembilan ruangan yang terdiri dari Gwat kiong (istana rembulan), Jit kiong (istana

matahari), Kiam kiong (istana emas), Gin kiong (istana perak), Sik kiong (istana batu), Im kiong (istana Im), Leng kiong (istana dingin), Sui kiong (istana air), dan Hwee kiong (istana api). Semua istana tersebut dibangun dengan letak yang beraturan mengikuti kedudukan bintang, arsiteknya adalah Ku yang cu, pemilik istana Kiu ciong kiong itu sendiri. Sedemikian hebatnya bangunan tersebut, membuat barangsiapa yang terjerumus kedalam istana itu, maka selama hidup jangan harap bisa meninggalkan istana tersebut dengan selamat. Jadi kau sendiripun terjebak pula didalam istana Gwat kiong..? Benar! jawab manusia itu sambil tertawa seram, sekalipun nasib kita sama namun ada pula perbedaannya, lohu datang kemari lebih duluan serta mengetahui cara untuk meninggalkan tempat ini, sebaliknya kau heeehh heeehh heeehh Si Tiong pek menjadi amat penasaran setelah mendengar perkataan itu, diapun tertawa dingin. Aku tidak percaya kalau ruangan ini sedemikian lihaynya! Selesai berkata ia lantas melompat kedepan dan meluncur dari situ dengan kecepatan luar biasa. Tapi baru saja tubuhnya bergerak maju, mendadak dirasakan hawa murni dalam tubuhnya tersendat-sendat, seakan-akan telah menjumpai daya tekanan suatu kekuatan yang amat besar dan menggetarkannya sehingga balik kembali ketempat semula. Tapi begitu ia mundur ketempat tadi tenaga tekanan itupun lenyap dengan sendirinya, Kenyataan ini membuat Si Tiong pek merasa amat terperanjat, ia menjadi gugup dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Menyusul kemudian ia mencobanya kembali beberapa kali, tapi apa yang dialaminya ternyata sama dan tak jauh berbeda, sekarang dia baru tahu lihay dan tertunduk sedih dengan kening berkerut. Terdengar orang itu tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh bagaimana? Tidak salah bukan perkataanku tadi? Si Tiong pek adalah seorang yang suka menyembunyikan kelihayan sendiri, mengetahui kalau istana Gwat kiong mempunyai suatu keanehan yang tersendiri, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, ia tertawa tergelak-gelak hingga suaranya memantul ketempat yang jauh sekali.

Selesai tertawa, dia maju kedepan dan berkata, Cianpwe, siapa namamu? Terimalah salam hormat dari boanpwe Belum habis dia berkata, orang itu sudah berkata kembali dengan suara yang dingin, Si Tiong pek, secara tiba-tiba kau bersikap begitu menghormat kepadaku, bukankah kau mengandung maksud tertentu Suaranya dingin, kaku dan tak berperasaan, bahkan kedengaran begitu sinis dan mengandung nada menghina. Si Tiong pek terkesiap, segera pikirnya, Siapakah orang ini? Kenapa ia bisa mengetahui namaku Berpikir sampai disitu, diapun lantas tertawa seram seraya menjawab, Saudara, seorang manusia sejati tak akan menyembunyikan indentitas sendiri, kenapa aku tak bisa teringat siapa gerangankah dirimu itu Meskipun istana Gwat kiong diterangi sinar rembulan yang menyorot keempat penjuru, tapi oleh karena orang itu menyembunyikan diri dibalik kegelapan, maka sulitlah baginya untuk mengenali raut wajah orang itu, secara lamat-lamat dia hanya menyaksikan sesosok bayangan tubuh manusia yang berwarna hitam belaka Orang itu segera tertawa seram, katanya, Siapakah diriku, aku rasa kau tak perlu tahu, cuma Diam-diam Si Tiong pek mendengus dingin tiba-tiba ia membentak sangat keras. Saudara benar-benar terlalu menghina orang! Dengan kelicikan serta kebusukan hatinya menggunakan kesempatan dikala ia membentak keras itu, mendadak tubuhnya bergerak maju kedepan, telapak tangan kanannya direntangkan lebar-lebar, kelima jari tangannya dengan membawa desingan angin tajam langsung mencengkeram kearah tubuh orang itu. Heeehhh heeehhh heeehhh rupanya kau ingin mampus..! seru orang itu sambil tertawa seram. Ditengah kegelapan, tidak nampak bagaimana caranya ia menghimpun tenaga, tahu-tahu segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah dilontarkan kedepan menyambar datangnya serangan dari Si Tiong pek yang sedang menerjang tiba itu. Belum lagi tubrukan Si Tiong pek mencapai sasarannya, ia sudah merasakan segulung tenaga pukulan yang sangat kuat dan dahsyat menyergap kearah tubuhnya, diam-diam ia merasa terperanjat, buru-buru gerak majunya ditahan dan tubuhnya segera melompat kesamping untuk menghindarkan diri

Orang itu kembali tertawa seram. Lebih baik jangan turun tangan secara sembarangan, kepandaian silat yang kau miliki itu masih selisih jauh sekali dari puncak kesempurnaan..! Semenjak mempelajari ilmu pedang dan ilmu pukulan dari kitab pusaka Hay ciong kun boh, tenaga dalam yang dimiliki Si Tiong oek telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, dengan kepandaian tersebut ia sudah dapat terhitung sebagai seorang jagoan lihay kelas satu dalam dunia persilatan. Siapa tahu serangan Ngo ci tian goan yang dipergunakannya tadi, bukan saja tidak menghasilkan apa-apa malahan sebaliknya kena dipaksa mundur oleh lawannya. Buat seorang yang ahli, begitu pertarungan berlangsung itu segera akan diketahui lihay atau tidaknya seseorang, maka dari serangan yang barusan dilakukan, Si Tiong pek segera menyadari bahwa ia masih bukan tandingan orang itu, terutama sekali terhadap tenaga pukulannya jauh begitu sempurna, jelas ia masih selisih jauh sekali. Maka sambil tertawa seram, katanya, Kepandaian yang kumiliki memang masih jauh ketinggalan ketimbang kepandaian anda, cuma Orang itu segera mendegus dingin. Hmmm! Jika kau masih kurang puas, silahkan saja untuk melancarkan serangan berikutnya! Si Tiong pek tertawa seram. Heeeehhh heeehhh heeehhh aku memang merasa sangat tidak puas, tapi sekarang bukanlah saatnya untuk turun tangan, bagaimana kalau pertarungan dilanjutkan setelah aku keluar dari istana Gwat kiong ini? Hmmmm kau anggap bisa keluar dari sini dengan gampang? ejek orang itu sambil tertawa seram. Si Tiong pek balas tertawa dingin. Heeehh heeehh heeehh didunia ini tiada persoalan yang sulit, yang ada hanya orang yang tidak berniat, asal aku mau melakukan pemeriksaan yang seksama dan teliti, pada suatu hari toh akhirnya aku bisa keluar juga dari sini! Orang itu menghela napas panjang, sampai lama sekali ia membungkam dalam seribu bahasa. Si Tiong pek menjadi tercengang dan keheranan ketika dilihatnya orang itu tiba-tiba membungkam diri, pikirnya, Asal usul orang ini sukar diduga, dengan jelas dia tahu

kalau Lencana pembunuh naga itu berada ditanganku, mengapa ia tidak mencobanya untuk merampas dariku? Sebaliknya malahan bersedia mengulur waktu denganku disini? Apakah kedatangannya kemari bukan lantaran Lencana pembunuh naga sebaliknya oleh karena sebab-sebab tertentu? Semakin dipikir ia merasa semakin curiga, akhirnya sambil tertawa katanya, Apakah kedatanganmu kepulau terpencil inipun dikarenakan Lencana pembunuh naga? Orang itu mendengus. Hmmm..! Kalau bukan karena Lencana pembunuh naga, memangnya lohu mau melakukan perjalanan sejauh ini datang kemari hmm..! Untungnya saja kedatanganku tidak sia-sia, sebentar lagi Lencana pembunuh naga itu akan segera terjatuh ketanganku Mendengar perkataan itu Si Tiong pek merasakan hatinya seketika menjadi dingin separuh, ternyata apa yang diduganya semula tak salah, orang itu memang datang untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga, padahal Lencana mustika itu berada disakunya, itu berarti suatu pertarungan sengit untuk mempertahankan Lencana pembunuh naga itu segera akan berlangsung kembali! Berpikir sampai disitu, ia lantas tertawa dingin katanya, Lencana pembunuh naga yang kau cari-cari sekarang berada disakuku, kenapa kau masih belum juga turun tangan untuk merampasnya? Orang itu tertawa terbahak-bahak. Haaahhhh haaahhhh haaahhhh sekalipun lohu tidak merampasnya, toh benda itu pada akhirnya akan terjatuh pula ketanganku! Mana mungkin? seru Si Tiong pek tidak percaya. Kembali orang itu tertawa seram. Heeehhhh heeehhhh heeehhhh Istana Gwat kiong hanya ada jalan masuk tanpa jalan keluar, kalau toh kau sudah masuk kemari maka jangan diharapkan bisa keluar lagi, tempat ini kecuali rembulan yang bersinar sepanjang masa, hanya batu kerikil yang melapisi permukaan tanah, coba bayangkan sendiri, seandainya kau terkurung sampai delapan sepuluh hari, apa yang hendak kau makan? Setelah berhenti sebentar, katanya lebih lanjut, Waktu itu kau akan kelaparan sehingga tenaga untuk menggerakkan tanganpun tidak dimiliki, andaikata lohu hendak mengambil Lencana pembunuh naga itu, bukankah ibaratnya merogoh saku sendiri? Coba pikirkanlah, betul tidak perkataanku ini?

Dari perkataan tersebut, Si Tiong pek segera menyadari bahwa kelicikan serta kebusukan hati orang ini jauh melebihi dirinya. Pepatah bilang: Manusia adalah besi, nasi adalah baja, sekali tidak makan laparnya bukan kepalang! Betul dia memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa, tapi kalau tidak makan maka beberapa hari kemudian dirinya akan mati kelaparan disini, sekalipun Lencana pembunuh naga dimilikinya juga apa pula gunanya..? Berpikir sampai disitu, dia lantas mendengus dingin, katanya, Caramu itu memang suatu cara yang bagus dan sempurna, tetapi haaahh haahh haaahhh jika aku tidak makan, apakah kau bisa..? Kembali orang itu tertawa seram. Heeehhh heeehhh heehhh soal ini tak perlu kau kuatirkan, lohu sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan komplit! Blaaam! Orang itu menepuk-nepuk sebuah kantong karung goni yang dibawanya, kemudian merogoh kedalamnya dan mengeluarkan seekor ayam goreng yang besar dan gemuk, bau harum semerbak segera tersiar sampai kemana-mana. Si Tiong pek merasa amat terperanjat, diam-diam ia mengeluh, katanya dengan gemas. Dengan kepandaian yang kau miliki, sesungguhnya tak perlu berbuat demikian, jika ingin merampas lencana pembunuh naga ini, rampas saja dengan kekerasan, buat apa Orang itu tertawa seram lagi. Menggunakan kesempatan lohu akan melatih semacam ilmu silat yang maha sakti, menanti kau sudah kelaparan setengah mati dan ilmu saktiku telah selesai kulatih, maka kau akan membawa lencana pembunuh naga itu untuk keluar dari sini Mendadak ia merasa bahwa dirinya telah salah berbicara, cepat-cepat mulutnya ditutup dan kata-kata yang belum selesai diucapkan segera ditelan kembali. Mendadak terdengar suara tertawa yang tajam berkumandang datang memecahkan keheningan. Dengan sekujur tubuh bergetar keras, Si Tiong pek segera berpaling kearah mana berasalnya suara itu. Tampaklah dari balik kegelapan muncul Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To yang berwajah kuning kaku, ia berdiri disitu sambil tertawa dingin tiada hentinya.

Si Tiong pek menjadi amat terperanjat, buru-buru dia himpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya kedalam telapak tangan untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan Kwik To kembali tertawa seram katanya, Orang she Si, cepat serahkan Lencana pembunuh nagamu kepadaku! Si Tiong pek tertawa dingin. Kau sedang mimpi rupanya Kwik To kembali mendengus dingin. Lohu, berani datang kemari, berarti aku mempunyai cara untuk membekuk batang lehermu! Mendadak seseorang tertawa panjang dengan suara yang dingin menyeramkan. Heeehh heeehh heeehh Kwik To, kau berani merampas barang daganganku? Hati-hati dengan senjata Jit poh lui sim cianku ini, aku bisa menyuruh kau mampus saat ini juga Ditengah kegelapan, orang itu mengangkat tangannya keatas, benar juga panah inti geledek Jit poh lui sim ciam telah ditujukan ketubuh Jit poh toan hun Kwik To. Setelah mendengar ancaman ini, Si Tiong pek merasa makin terperanjat, ia tidak menyangka kalau orang itu adalah Lui Seng Thian. Kwik To segera tersenyum katanya, Oooh rupanya saudara Lui yang berada disitu, maaf kalau lohu tidak mengenalinya tadi! Heeehhh heeehhh mana, mana jawab Lui Seng Thian sambil tertawa aneh, asalkan saudara Kwik bersedia mengundurkan diri dari sini, lohu pasti tak akan menyusahkan diri Kwik heng Kwik To berpikir sebentar, kemudian jawabnya, Sekalipun lohu mengundurkan diri dari sini, belum tentu saudara Lui akan berhasil mendapatkan Lencana pembunuh naga Kenapa? tanya Lui Seng Thian tertegun. Kwik To tersenyum. Dewasa ini semua jago lihay dari segala penjuru dunia telah berkumpul semua disini, sekalipun kau Lui Seng Thian mempunyai kegagahan yang luar biasa juga tak nanti bisa mengangkangi benda itu sendirian, bukan saja perguruan panah bercinta bertekad untuk

mendapatkan Lencana pembunuh naga tersebut, sekalipun perguruan dan perkumpulan lainnya juga sama saja Lui Seng Thian mendengus dingin menukas pembicaraannya yang belum selesai, katanya, Soal ini tak perlu kaurisaukan, lohu yakin masih sanggup untuk mengatasi persoalan ini Setelah berhenti sebentar, bentaknya, Saudara Kwik, harap kau segera mengundurkan diri, kalau tidak panah inti geledek Jit poh lui sim ciamku tak akan mengenal belas kasihan lagi..! Jit poh toan hun Kwik To mendengus dingin. Hmm! Kalau begitu silahkan saja saudara untuk mencobanya! Creeeet! tiba-tiba kilatan cahaya api memancar dalam istana Gwat kiong, mengikuti ayunan tangan kiri Jit poh toan hun, kabut hitam yang sangat tebal segera memancar keempat penjuru, dalam waktu singkat seluruh istana Gwat kiong telah diselimuti oleh asap berwana hitam itu. Tiba-tiba sinar rembulan menjadi lenyap, empat penjuru hanya diliputi oleh kegelapan yang pekat Tiba-tiba terdengar Kwik To tertawa seram, katanya, Saudara Lui, coba lihatlah! Bukankah panah inti geledek Jit poh lui sim ciam tak mampu mengapa-apakan diriku Jit poh lui sim ciam Lui Seng Thian tidak menyangka kalau secara tiba-tiba Jit poh toan hun Kwik To bakal melepaskan kabut hitam, melihat bayangan orang lenyap dari pandangan, ia menjadi teramat gelisah. Saudara Kwik! serunya sambil tertawa seram, siasatmu Boan thian kok hay (mengelabuhi langit menyeberangi samudra) ini tak akan berhasil membuat aku orang she Lui menjadi terkecoh! Seraya berkata, panah inti geledek Jit poh lui sim ciam ditangannya pelan-pelan dialihkan kearah luar. Semangat Si Tiong pek kontan saja berkobar, dikala ia sedang merasa kepepet dan merasa tak kuat menahan kejaran dari dua orang jago lihay, tahu-tahu Kwik To mengeluarkan ilmu mengelabuhi orang yang sangat lihay itu dengan cepatnya pula dia melemparkan tubuh sendiri keluar. Mendadak sebuah cakar raksasa yang bergerak lincah menyambar keatas tubuhnya.

Si Tiong pek merasa amat terkesiap, buru-buru ia membuang bahunya kesamping sambil melayang kesebelah kiri, tapi belum lagi tubuhnya sempat berdiri tegak, bayangan hitam itu sudah menyusul pula dari arah belakang. Dalam gelisahnya ia lantas membentak, Kwik To kau berani! Tiba-tiba tubuhnya bergeser keluar, secepat kilat telapak tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat keatas dada orang itu. Kwik To tertawa seram, ejeknya, Kalau ingin tak mampus, serahkan saja Lencana pembunuh naga itu kepadaku! Kelima jari tangannya yang terpentang lebar-lebar mendadak diayunkan ketengah udara dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan, tak bisa dihindari lagi, Si Tiong pek sudah kena dicengkeram oleh Kwik To dengan ilmu cengkeramannya yang maha lihay. Karena kesakitan, si anak muda itu mendengus tertahan, secepat sambaran kilat sebuah tendangan dilancarkan. Waktu itu Jit poh lui sim ciam Lui Seng Thian sedang kesal mencari tempat persembunyian Jit poh toan hun Kwik To, maka begitu mendengar suara bentakan dari Si Tiong pek, tanpa terasa ia mengambil keputusan dihati, hawa napsu membunuhpun segera menyelimuti seluruh wajahnya. Terdengar ia tertawa dingin, lalu teriaknya, Kalian berdua tak usah saling berebut lagi! Blaaam..! Suatu ledakan keras menggelegar menggetarkan seluruh angkasa, percikan bunga api tersebar kemana-mana, diantara kilatan cahaya emas, beberapa jalur panah berapi telah meluncur keluar dengan cepatnya. Lui Seng Thian kau sungguh teramat keji! teriak Kwik To dengan suara lantang. Dalam keadaan demikian, tak sempat lagi baginya untuk merampas Lencana pembunuh naga tersebut, dengan cepat ia melemparkan tubuh Si Tiong pek keluar, sementara ia sendiri menjatuhkan diri ketanah dan bergelinding sejauh beberapa kaki dari tempat semula Sreet..! Sreeet..! Diantara desingan panah geledek, benda-benda penyebar maut itu berseliweran diatas tubuh Kwik To yang masih mendekam ditanah itu. Dalam pada itu, baru saja tubuh Si Tiong pek terlempar keudara oleh tenaga lemparan Jit po toan hun Kwik To, dua jalur cahaya api secepat kilat meluncur datang kearahnya dengan kekuatan yang mengerikan.

Pemuda itu menjadi amat terkesiap, bisiknya dihati. Habis sudah riwayatku kali ini..! Berhubung anak panah geledek menyambar datang dengan kecepatan yang luar biasa, Si Tiong pek sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk berpikir panjang. Dia tahu bila melompat keatas maka bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya akan makin bertambah besar, satu-satunya jalan hanya bisa membuyarkan hawa murni seraya meluncur turun kebawah. Criit..! dua jalur sinar emas menyambar lewat dari atas kepalanya dengan membawa desingan angin tajam, menanti ia membuka matanya kembali, tampaklah sinar bintang berkilauan, setelah memandang sekejap sekeliling sana, pemuda itu baru sadar bahwa ia telah terlepas dari kurungan istana rembulan. Pelan-pelan rasa kaget dan rasa ngerinya mereda, tanpa sadar ia menghembuskan napas panjang. Tapi belum lagi helaan napasnya selesai, mendadak dilihatnya berpuluh-puluh sosok bayangan manusia berdiri tak jauh dari dirinya berada. Tampak olehnya See ih samseng (tiga malaikat dari wilayah See ih) masing-masing berdiri disatu arah yang berlawanan, sedangkan si nona berbaju perak dari Thian san berada ditengah, waktu itu dia sedang memandang kearahnya sambil tersenyum manis. Hal mana dengan cepat membuat Si Tiong pek berdiri tertegun. Pelan-pelan gadis berbaju perak itu maju kedepan menghampirinya, lalu sambil tertawa ringan katanya, Kau baru saja keluar? Mendengar perkataan itu Si Tiong pek menjadi tertegun, pikirnya dengan cepat. Darimana dia bisa tahu kalau aku baru saja keluar dari istana rembulan? Nona ini memiliki kecantikan yang tak terlukiskan oleh kata-kata, bila aku bisa kawin dan memperistri dirinya, tidak sia-sia hidupku dalam dunia dewasa ini! Berpikir demikian, ia lantas tertawa lirih, sahutnya, Kau telah mengetahui segala sesuatunya Tentu saja jawab si nona baju perak sambil tertawa terkekeh-kekeh, Ketika kau terjerumus kedalam istana rembulan, lalu menerjang keluar secara paksa, semua kejadian ini dapat kuikuti dengan jelas. Tercekat perasaan Si Tiong pek oleh ucapan tersebut.

Kalau segala sesuatunya dapat kau lihat, kenapa kau sendiri tidak masuk, kedalam Kembali nona berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh. Dengan otak setanmu yang licin aku sudah tahu kalau istana rembulan tak akan berhasil mengurung dirimu, telah kuperhitungkan bahwa kau pasti akan keluar dari tempat ini. Si Tiong pek tahu bahwa gadis berbaju perak ini adalah satu-satunya ahli waris dari aliran See Thian san, dengan dimilikinya Lencana pembunuh naga tersebut, sudah barang tentu dia jauh lebih hapal terhadap tempat-tempat tersebut daripada orang lain, bahkan segala gerak geriknya selama inipun tak dapat mengelabuhi dirinya Melihat pemuda itu hanya membungkam saja, nona berbaju perak itu berkata lagi sambil tertawa, Dapatkah kau serahkan kembali Lencana pembunuh naga itu kepadaku..? Ucapan tersebut diutarakan dengan suara datar lagi pelan, sama sekali tiada nada paksaan atau suara bengis yang tak sedap didengar. Si Tiong pek yang pada dasarnya memang sudah terpikat oleh kecantikan wajahnya itu, kontan saja merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar ucapan tersebut Ucapan yang pelan dan lembut ibaratnya sebuah nyanyian merdu, bukan cuma menggetarkan hatinya, bahkan menimbulkan pula pasang surut yang keras dalam hati kecilnya Tak sedikit gadis cantik yang pernah dijumpai selama ini, tapi belum pernah ia kehilangan semangat seperti hari ini, ia merasa dirinya tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menampik permintaan orang, sekalipun Lencana pembunuh naga tak ternilai harganya, tapi gadis cantik rupawan yang berada dihadapannya sekarang agaknya mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi daripada Lencana pembunuh naga tersebut, seluruh perasaannya mulai mabuk dan terbuai. Tanpa ragu-ragu lagi ia merogoh kesakunya dan mengeluarkan kotak kumala tersebut, kemudian sambil diangsurkan kehadapan gadis berbaju perak itu, katanya, Ambillah nona! Gadis berbaju perak itu tertawa ringan, ia membuka sebentar kotak kumala tersebut tapi segera menutupnya kembali, sambil tertawa katanya kemudian, Terima kasih banyak, lebih baik kau simpan sendiri benda itu secara baik-baik! Selesai berkata, dengan memimpin See ih sam seng, pelan-pelan ia berlalu dari situ. Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek berdiri termangu ditempat tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan, nona itu hanya menerimanya sebentar lantas dikembalikan kembali kepadanya, apa maksud sesungguhnya dari gadis tersebut? Sepintas lalu

sikapnya tanpa berperasaan tapi tampak pula seperti tak berperasaan, pikiran dan perasaannya segera saja berubah menjadi makin kacau Dalam perasaan gundahnya tanpa sadar Si Tiong pek mulai bersenandung, ia tak tahu bagaimanakah perasaan hatinya sekarang, dia hanya merasa bahwa gadis berbaju perak itu merupakan gadis idaman hatinya Langkah si nona baju perak itu sangat lamban ia dapat mendengar pula suara senandung Si Tiong pek, sambil tertawa serunya kemudian, Orang goblok itu sungguh amat romantis Malaikat telapak tangan Nio Go hau yang berada disisinya segera tertawa seram. Sejak dulu sampai sekarang, orang yang selalu romantis hanya akan menerima kekesalan, biarkan saja ia merasa gundah seorang diri! Malaikat racun Lo Kay seng terbahak-bahak pula. Haaahhh haaahhh haaahhh si nona, apakah kau telah berhasil menukar Lencana pembunuh naga itu? Sambil tertawa gadis berbaju perak itu mengangguk. Tentu saja telah kutukar, sekarang Lencana pembunuh naga sudab muncul dua buah, walaupun mereka berpengetahuan dan pengalaman amat luas, jangan harap bisa mengetahui rahasia tersebut, biar saja mereka saling berebut benda yang salah Malaikat pedang Pek Bong in tertawa terbahak-bahak pula. Haaahh haaahh haaahh semua tempat dalam istana Kiu tiong kiong sudah kita hapalkan diluar kepala, sekalipun tanpa lencana pembunuh naga kitapun bisa pergi kemana-mana sambil memejamkan mata, buat apa nona menukarnya kembali..? Aku harus menyerahkannya kepada Gak Lam kun! jawab si nona baju perak itu sambil mendengus. Ucapan ini segera membuat tiga malaikat dari wilayah See ih menjadi tertegun mereka tidak habis mengerti apa sebabnya nona berbaju perak itu berbuat demikian? Sementara gadis berbaju perak itupun hanya tertawa misterius, dengan cepatnya ia berlalu dari sana. Sisa matahari telah tenggelam dilangit barat, senja mulai mencekam seluruh jagad

Sambil memegang kotak kumala tersebut Si Tiong pek berdiri termangu-mangu sambil mengawasi bayangan punggung si nona yang pergi jauh, akhirnya ia menghela napas sedih. Mendadak Sesosok bayangan hitam menubruk datang dari belakang tubuhnya dan secepat kilat menyambar kotaK kumala yang berada ditangannya itu. Si Tiong pek terkesiap, cepat-cepat ia menarik tangannya sambil berputar kian kemari, secara beruntun kakinya telah berpindah dua posisi yang berbeda. Tapi berhubung lengan kirinya sudah kutung, gerak geriknya menjadi kurang leluasa, maka belum lagi tubuhnya sempat berhenti, segulung angin pukulan telah berhembus datang. Uaaak..! tak bisa dicegah lagi Si Tiong pek muntah darah segar, dengan sempoyongan tubuhnya mundur beberapa langkah berulangkali, sementara kotak kumala tersebut lantaran terhajar oleh angin pukulan yang amat keras itu, segera mencelat ketengah udara. Kiranya kalian teriak Si Tiong pek dengan gusarnya. Setelah berhasil melukai Si Tiong pek dengan pukulan dahsyatnya, diam-diam terkesiap juga hati Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sewaktu dilihatnya kotak kumala tersebut mencelat ketengah udara, dengan suatu kecepatan luar biasa ia segera menerjang kemuka dan menyambar kotak kumala tersebut. Tampak bayangan manusia berkelebat menyusul kemudian terdengar si Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram sambil berseru. Haaahh haaahh haaahh saudara Hoa, tak usah repot-repot, biar lohu yang mewakilimu untuk mengambil kotak kumala tersebut Ketika telapak tangan raksasanya diayunkan pelan ketengah udara, secepat kilat kotak kumala tersebut sudah terjatuh ketangannya. Terkesiap Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan kejadian itu, sambil tertawa terkekeh katanya kemudian, To heng, harap kau simpan benda itu untuk sementara waktu, tapi jangan lupa benang seutas tak akan mampu menjadi kain, tanpa lohu pun Lencana pembunuh naga tak lebih cuma sebuah benda yang tak berguna. Bukankah begitu to heng. ooooooo Tercekat juga perasaan si Tosu setan Thian yu cinjin sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya, Rase tua ini sungguh amat lihay, aku tak boleh sampai menyalahi dirinya

Berpikir demikian, sambil tertawa terbahak-bahak sahutnya, Haaahhh haaahhh haaahhh tentu saja, tentu saja kita toh sudah bertekad untuk bekerja sama, hidup bersama matipun bersama, apalagi begitu banyak jago persilatan yang tersebar disini dewasa ini, masih banyak hal yang harus membutuhkan bantuan dari saudara Hoa Bukan hanya sekali saja Si Tiong pek menderita kerugian besar ditangan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, luka lama ditambah dengan luka baru, tak urung keadaan tersebut membuatnya tak tahan juga, setelah mendengus tertahan kembali ia muntahkan darah segar. Dengan penuh kebencian Si Tiong pek segera berseru, Orang she Hoa, suatu ketika hutang piutang diantara kita pasti akan kuperhatikan! Haaahhh haaahhh haaahhh mana, mana jawab Thiat kiam kuncu, membuat perhitungan, setiap saat lohu pasti akan mengiringinya! Berbicara sampai disitu, selapis napsu membunuh yang mengerikan tiba-tiba menyelimuti seluruh wajahnya, pelan-pelan ia berjalan menghampiri pemuda itu. Si Tiong pek menjadi terkejut sekali. Hey! Mau apa kau? teriaknya. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa dingin tiada hentinya. Api sekecil bintangpun sanggup membakar sebuah padang rumput yang luas, lohu tak ingin terjadinya kebakaran besar yang akan memusnahkan sebuah padang rumput nan luas, sebab itu satu-satunya jalan bagiku hanyalah memadamkan percikan api yang mumpung belum membesar. Seharusnya kau tahu bukan, apa yang hendak kulakukan! Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram, katanya pula, Kalau membabat rumput tidak keakar-akarnya bila angin musim semi berhembus lewat, dia akan tumbuh kembali. Tindakan dari saudara Hoa memang betul-betul suatu tindakan yang cerdik Tampaknya kedua orang itu mempunyai niat yang sama, dengan cepat mereka berdiri disudut timur dan barat serta mengawasi Si Tiong pek tanpa berkedip. Diam-diam Si Tiong pek mengeluh ketika dilihatnya dua orang jago tangguh dari dunia persilatan ini mengepung dirinya rapat-rapat, sekalipun ia telah menguasai seluruh kepandaian yang tercantum dalam kitab pusaka Hay Ciong kun boh, tapi luka lama ditambah luka baru yang dideritanya membuat ia tak sanggup untuk menghimpun kembali tenaga murninya Dengan perasaan agak ngeri ia tertawa lalu katanya, Jalan pemikiran kamu berdua memang sungguh amat sempurna, baiklah kuserahkan selembar nyawaku ini untuk kalian berdua!

Hawa murni yang masih tersisa segera dihimpun kedalam lengan kanannya, tampak sekujur tubuhnya menggigil keras mukanya pucat pias seperti mayat, namun ia masih berusaha keras untuk mempertahankan diri, hawa murni yang tersisa ditubuhnya dan agak tersendat-sendat itu sekuat tenaga dihimpun menjadi satu. Tosu setan Thian yu Cinjin yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa terbahakbahak, ejeknya, Si lote, kau masih begitu muda, tampan lagi, tidakkah merasa terlampau sayang untuk mampus duluan Si Tiong pek tertawa seram. Tidak mengapa, dua puluh tahun kemudian toh aku akan muncul lagi sebagai seorang Hohan. Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi mendengus sinis. Manusia dari dunia persilatan, biar lohu sempurnakan keinginan hatimu itu! Weeess..! Segulung angin pukulan yang sangat kuat, bagaikan gelombang besar disamudra langsung menghantam ketubuh Si Tiong pek. Sebaliknya Si Tiong pek sendiripun pelan-pelan mengangkat pula telapak tangan kanannya, lalu didorong kedepan. Enyah kau dari sini! bentak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara yang dalam dan berat. Blaam suatu ledakan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan. Bersamaan dengan terjadinya ledakkan tersebut, tubuh Si Tiong pek segera terlempar keluar dari gelanggang. Pada saat itulah, mendadak seorang membentak keras, Siapa yang berani melukai anak muridku? Menyusul bentakan itu, beberapa sosok bayangan manusia dipimpin langsung oleh Thi eng pangcu Oh Bu hong menerjang masuk kedalam arena. Dengan suatu gerakan cepat Oh Bu hong menyambut tubuh Si Tiong pek yang mencelat keudara itu, menyaksikan keadaannya yang parah, mendadak timbul suatu perasaan sedih yang aneh dalam hatinya, sepasang matanya menjadi merah, hampir saja dia akan melelehkan airmatanya. Untung saja tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna, dalam waktu singkat ia berhasil menguasai kembali perasaannya, setelah tertawa terbahak-bahak katanya, Kalau

ingin menggebuk anjing, lihat dulu siapa pemiliknya, kalian berdua telah menghajar muridku sampai terluka begini parah, tampaknya kalian memang berniat untuk bermusuhan dengan diri lohu Sambil berkata dia lantas memberi tanda. Ciang seng ki su (sastrawan aneh selaksa bintang) Wan Kiam ciu, Gan tiong cian (pukulan batu karang) Kwan Kim ciang serta Ki Li soat serentak menggerakkan tubuhnya menyebarkan diri keempat penjuru, dalam waktu singkat mereka telah mengurung Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Tosu setan Thian yu Cinjin ditengah kepungan. Wajah Si Tiong pek telah berubah menjadi kaku bagaikan kayu, sambil membuka sedikit matanya yang mulai pudar, ia berbisik. Suhu, jangan melepaskan mereka berdua Tentu saja! jawab Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong sambil membaringkan tubuhnya keatas tanah, suhumu tak akan membiarkan orang lain menganiaya dirimu sekehendak hatinya sendiri! Setelah berhenti sejenak, dengan suara lembut dia bertanya lagi, Dimanakah Lencana pembunuh naga tersebut? Ditangannya! jawab Si Tiong pek sambil menuding kearah Tosu setan Thian yu Cinjin. Dengan sinar mata setajam sembilu kakek sakti elang baja Oh Bu hong menatap sekejap wajah tosu setan Thian yu Cinjin. Ditatap sekejap ini, tanpa terasa terkesiap juga hati Tosu setan Thian yu Cinjin karena ngeri. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyapu, sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya, Sebagai seorang jago persilatan, dia toh sudah tahu resikonya suatu pertarungan? Siapa yang kuat dia tetap hidup, siapa lemah dia akan mampus, kalau ia sampai terluka ini harus disalahkan pada ilmu silat sendiri yang kurang becus, kenapa kau malahan menyalahkan diri kami berdua? Thi eng sin siu Oh Bu hong mendengus berat. Hmm! Enak betul kalau berbicara, kendatipun apa yang kau ucapkan benar, lohu bukannya seorang manusia yang tak bisa mempertimbangkan keadaan, mendingan kalau satu lawan satu Heeehh heeehh heeehh aku rasa bukan hanya saudara Hoa seorang yang turun tangan Berbicara sampai disitu dengan sorot mata sinis ia melirik sekejap kearah Kui to Thian yu Cinjin.

Ditatap seperti ini berkobarlah hawa amarah didalam hati Tosu setan Thian yu Cinjin, dengan penuh kegusaran dia berteriak, Saudara Oh, kau melototi diri lohu terus menerus, apakah merasa tidak puas denganku Oh Bu hong tertawa seram. Betul, betul, aku memang merasa tak leluasa menyaksikan tingkah lakumu yang tengik, apalagi menyaksikan hawa sesat yang menyelimuti tubuhmu Hmm! Jiwa perampok selamanya tetap merampok, watak macam itu memang sangat memuaskan hatiku. Bagaimanapun juga Tosu setan Thian yu Cinjin adalah seorang manusia yang berotak cerdas dan berpengalaman luas, ia tahu Thi eng sin siu Oh Bu hong memang sengaja hendak memanasi hatinya, andaikata Lencana pembunuh naga tidak berada disakunya, dia pasti tak akan tahan menghadapi ejekan dan cemoohan tersebut, tapi keadaannya sekarang sama sekali berbeda, maka diapun hanya tertawa saja. Sambil tertawa ringan, katanya, Saudara Oh betul-betul pandai bergurau, masa kau menuduh lohu sebagai seorang perampok. Agak kagum juga Oh Bu hong oleh ketebalan iman lawannya, dia tertawa sinis, kemudian sambil berpaling katanya, Pek ji, bagaimana kejadiannya sehingga kau terluka Si Tiong pek pun seorang pemuda yang pintar! buru-buru jawabnya, Untuk berhasil merampas Lencana pembunuh naga itu dari tanganku, mereka berniat untuk membunuh tecu agar menghilangkan bibit bencana dikemudian hari Seraya berkata matanya melirik sekejap kearah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, sorot mata itu penuh memancarkan api kegusaran yang bengis dan menggidikkan hati. Agak tercekat perasaan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, ujarnya kemudian, Saudara Si pandai betul berbicara, yang melukai dirimu toh lohu seorang, kenapa kau hitung pula saudara Kui to dalam perhitunganmu? Kalau berita ini sampai tersiar ditempat luaran, apakah orang tak akan menuduh kami sebagai orang dewasa yang menganiaya anak kecil? Haruslah diketahui kecerdikan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sedikitpun tidak berada dibawah kecerdikan siapapun, ia sengaja melimpahkan tanggung jawab persoalan tersebut keatas pundaknya dengan harapan bisa menggunakan kesempatan ini untuk menaklukkan si Tosu setan Thian yu Cinjin. Ia berharap dengan sikapnya yang gagah dan bijaksana ini bukan saja tosu setan akan tunduk kepadanya, bahkan akan benar-benar takluk seratus persen, apalagi dia pun tahu, dengan berkata demikian meski pada akhirnya pihak Thi eng pang akan mengerubutinya, Thian yu Cinjin tak nanti akan berpeluk tangan belaka dengan membiarkan ia dikerubuti seorang diri.

Betul juga, si Tosu setan Thian yu Cinjin segera tertawa seram, lalu berkata, Saudara Hoa, sekalipun kau tidak menghitung serta, merekapun tak nanti akan melepaskan kita berdua. Kalau kalian berdua sudah mengetahui akan segala akibatnya lebih baik tinggalkan saja nyawa kalian disini! tukas Oh Bu hong sambil tertawa seram. Begitu selesai berkata, tubuhnya segera menerjang kemuka, sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan keatas batok kepala Tosu setan Thian yu Cinjin. Ngeri juga Thian yu Cinjin menghadapi serangan lawan, teriaknya kemudian, Hmm! Kau kira aku takut untuk menyambut seranganmu ini? Hawa murninya segera dihimpun kebalik sela-sela jari tangannya kemudian dilancarkan sebuah pukulan yang tak kalah kuatnya menyongsong datangnya ancaman dari Thi eng sin siu Oh Bu hong tersebut. Braaas..! ketika sepasang telapak tangan saling beradu, terjadilah suatu desisan tajam. Tosu setan Thian yu Cinjin kontan merasakan hatinya menjadi dingin separuh, separuh bagian lengannya tiba-tiba menjadi kaku. hampir saja dia tak mampu untuk mengangkatnya kembali. Begitu melepaskan serangannya yang pertama, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera menubruk maju kedepan. Dengan cepat Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi meloloskan pedangnya, lalu sambil tertawa terbahak bahak katanya, To heng, biar lohu saja yang meminta petunjuk dari saudara Oh. Kau mundur saja lebih dulu! Ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Kakek sakti elang baja Oh Bu hong teramat sempurna, walaupun untuk sesaat tak mungkin Tosu setan Thian yu Cinjin akan menderita kekalahan ditangannya, tapi dengan Lencana pembunuh naga tersebut ditangannya, dia kuatir bila waktu berlangsung agak lama maka akhirnya benda mustika itu akan terampas kembali oleh Oh Bu hong. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan benda mustika itu adalah membiarkan dirinya yang menghadapi Thi eng sin siu Oh Bu hong, dengan begitu si Tosu setan Thian yu Cinjin baru mempunyai kesempatan untuk meninggalkan tempat itu, kalau tidak demikian, kuatirnya hari ini mereka berdua akan sama-sama terbunuh ditangan orangorang perkumpulan Thi eng pang. Demikianlah menyusul seruan tersebut, dengan jurus Pek im jut siu (awan putih keluar dari poros) pedangnya langsung menusuk kedepan dengan kecepatan luar biasa.

Selama ini Ki li Soat tak berani turun tangan secara sembarangan sebelum mendapat perintah dari Oh Bu hong, maka ketika dilihatnya Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi muncul ketengah arena, tanpa terasa lagi ia tertawa dingin tiada hentinya. Seraya mementangkan telapak tangannya, ia membentak, Berhenti kau! Terdesak oleh serangan yang dilancarkan dari arah samping ini, terpaksa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menarik kembali gerakan tubuhnya yang sedang meluncur kemuka, pedang bajanya diangkat keatas, kemudian bentaknya, Lohu enggan bertarung melawanmu, hayo cepat menyingkir dari sini! Jurus serangan ini meski hanya jurus Ciong hay kui cu (sisa mutiara didasar samudra) yang amat sederhana tanpa sesuatu yang aneh, namun dibalik kesederhanaan tersebut justru tersimpan pelbagai perubahan yang luar biasa. Tampak cahaya pedang itu begitu meluncur kemuka, tiba-tiba saja ditariknya kembali. Ki Li soat tertawa dingin katanya, Kau tak usah takabur, hari ini juga aku hendak meringkus dirimu Tiba-tiba Cian seng kisu Wan Kiam ciu tampil kedepan, lalu serunya lantang. Nona Ki! harap mundur kebelakang, biar lohu yang menghadapi dirinya! Cian seng kisu Wan Kiam ciu termashur sebagai si juru pemikir dalam perkumpulan Thi eng pang, bukan saja kepandaian silatnya amat lihay, kecerdasan otaknya juga menakutkan, kebanyakan hasil-hasil cemerlang yang berhasil diraih Thi eng pang selama ini adalah berkat hasil karyanya Oleh karena Cian seng kisu Wan Kiam ciu sifatnya tak suka menonjolkan diri, maka sangat jarang orang perkumpulan yang tahu tentang asal usulnya, bahkan Thi eng pangcu sendiripun tidak begitu tahu tentang asal usulnya yang sebetulnya. Ketika Ki Li soat menyaksikan Cian seng kisu Wan Kiam ciu telah turun tangan, ia pun merasa agak lega sedikit, ia tahu tak mungkin baginya untuk menangkan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, satu-satunya orang yang sanggup menghadapi jago lihay ini memang tak lain adalah Cian seng Kisu Wan Kiam ciu. Begitu terjun kearena pertarungan Cian seng kisu segera melancarkan serangkaian serangan berantai yang maha dahsyat, ini semua memaksa Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi terdesak mundur berulangkali, diam-diam ia merasa terkejut juga oleh keampuhan tenaga dalam yang dimiliki Cian seng kisu Wan Kiam ciu. Saudara Wan kata Hoa Kok khi kemudian, dengan perasaan tercekat, kenapa kau musti memusuhi lohu?

Wan Kiam Ciu tertawa seram. Orang yang tidak segolongan tak mungkin berkomplot kaupun tak usah banyak berbicara lagi! Pertarungan yang berlangsung antara kedua orang ini dilakukan dengan kecepatan tinggi, dalam sekejap mata puluhan jurus sudah lewat tanpa terasa. Pada saat itulah, mendadak terdengar Oh Bu hong membentak keras, Kena! Blaaam..! suara benturan keras terjadi msnyusul kemudian Si Tosu setan Thian yu Cinjin mundur lima enam langkah dengan sempoyongan. Pucat pias seluruh wajah Thian yu Cinjin, agaknya luka yang dideritanya cukup parah, serunya dengan geram, Kau kau terlalu kejam! Sepasang telapak tangannya diangkat sejajar dengan dada, sekujur tubuhnya menggigil keras, ditatapnya wajah Oh Bu hong tanpa berkedip. Menjumpai keadaan musuhnya itu, Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, katanya. Serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku, maka akupun akan mengampuni selembar jiwamu! Si Tosu setan Thian yu Cinjin segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Haaahhh haaahhh haaahhh lebih baik kau tak usah bermimpi disiang hari bolong! Itu berarti mencari jalan kematian buat diri sendiri!, bentak Oh Bu hong sambil menerjang maju kedepan. Tangan kirinya dengan jurus Ciong hay to ciau (membunuh naga ditengah samudra) tibatiba menyergap kemuka, kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar lalu mencengkeram dada Thian yu Cinjin dengan kecepatan luar biasa. Merah berapi-api sepasang mata Thian yu Cinjin karena gusar, diapun membentak keras, Mari kita beradu jiwa! Berbareng dengan bentakan tersebut, bukan saja ia tidak menghindari datangnya serangan jari tangan lawan, malahan sepasang telapak tangannya dengan cepat ditolak kemuka dengan jurus Ji cu say hui (sepasang mutiara memancarkan sinar), sedangkan kakinya mengikuti gerakan tersebut melancarkan sebuah tendangan kilat. Pertarungan nekad yang mengajak saling beradu jiwa ini sedikit banyak mendatangkan perasaan ngeri juga buat Oh Bu hong

Pada saat itulah tiba-tiba dari tengah arena berkumandang suara dengusan dingin Liong gin heng (dengusan naga sakti) yang menggetarkan sukma. Menyusul dengusan naga Liong gin heng tersebut, tahu-tahu ditengah arena telah bertambah dengan seorang manusia bertopeng muka naga, sepasang tangan mengenakan sarung tangan cakar naga perenggut nyawa serta mengenakan jubah naga berwarna kuning Siapa lagi orang itu kalau bukan Tok liong Cuncu yang ditakuti orang selama ini? Belum lagi dengusan Liong gin hengnya selesai, Tok liong Cuncu telah membentak keras, Tahan! Berhubung munculnya Tok liong Cuncu secara mendadak, serentak pertarungan yang sedang berlangsung diarena terhenti dengan segera. Thi eng pangcu Oh Bu-hong tampak agak tertegun, dia tak habis mengerti kenapa Gak Lam kun harus menyaru kembali dengan tampangnya yang begini menyeramkan? Ketika Si Tosu Setan Thian yu Cinjin menyaksikan kemunculan Tok liong Cuncu, mendadak sekujur tubuhnya menggigil keras, sekalipun ia tahu bahwa Tok liong Cuncu yang berada dihadapannya sekarang kemungkinan besar adalah penyaruan dari Gak Lam kun, namun oleh karena ia pernah berbuat keji terhadap Tok liong Cuncu dimasa lalunya, maka kejadian tersebut selalu merupakan momok yang mengerikan hatinya selama ini. Dengan wajah berubah hebat, dia berseru, Saudara Hoa, coba kau lihat sobat tua kita telah muncul kembali disini! Betul, penagih hutang kita telah datang menjenguk kita! sahut Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi dengan wajah memucat pula. Dengan tatapan dingin dan menyeramkan Tok liong Cuncu memandang sekejap wajah kedua orang itu, kemudian serunya, Setelah berjumpa denganku, mengapa kalian belum juga bunuh diri? Suara dingin bagaikan es, membuat siapapun yang mendengarnya merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri Hoa Kok khi segera tertawa seram, ujarnya, Setelah bertemu dengan Tok liong Cuncu seharusnya kami berdua akan bunuh diri, tapi sayang saudara bukan Kenapa? Tok liong Cuncu kelihatan agak tertegun, masakah Tok liong Cuncu juga ada yang palsu Walaupun selama ini Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi serta Kui to Thian yu Cinjin juga banyak mendengar kabar yang mengatakan, bahwa Tok liong Cuncu adalah hasil

penyaruan dari Gak Lam kun, tapi mereka sendiri tak berani mempercayainya dengan begitu saja, maka setelah berjumpa sendiri dengan musuh bebuyutannya sekarang, diamdiam mereka berdua mengeluh juga Kui to Thian yu Cinjin berusaha memberanikan diri, lalu sambil tertawa seram katanya, Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Tok liong Cuncu yang sering kali muncul belakangan ini adalah hasil penyamaran dari muridnya, jangan-jangan kau adalah muridnya yang dimaksudkan itu Tok liong Cuncu segera tersenyum. Jadi kalau begitu, muridku juga berada diistana Kiu ciong kiong ini! katanya. Mendengar perkataan tersebut, kembali semua jago yang hadir diarena merasa tertegun, perkataan dari Tok liong Cuncu ini sungguh membingungkan hati, jangan-jangan dia adalah Tok liong Cuncu yang asli? Kalau tidak, kenapa ia tak tahu kalau Gak Lam kun juga berada disini? Tapi, ketika berada dibukit Hoa san tebing Yan po gan, bukankah Tok liong Cuncu sudah terluka parah dan tak mungkin tertolong lagi? Bagaimana mungkin ia masih bisa hidup sampai sekarang? Apalagi sebelum peristiwa tersebut ia sudah minum obat racun menembus usus yang jahat sekali? Siapa pula orang ini? Gak Lam kun? Ataukah Tok liong Cuncu? Sementara itu, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Si Tosu setan Thian yu Cinjin lambat laun sudah mulai merasakan seriusnya persoalan, walaupun mereka berdua memiliki tenaga dalam yang sempurna namun tak berani sembarangan turun tangan. Para jago lihay dari perkumpulan Thi eng pang juga mulai merasakan ketidak beresan dari masalah ini, Oh Bu hong sadar kemunculan dari Tok liong Cuncu ini pasti dikarenakan Lencana pembunuh naga, ia baru mulai merasa bahwa Lencana mustika itu mulai berada dalam keadaan yang gawat dan menegangkan. Mendadak Si Tiong pek melompat bangun dan berduduk serunya, Gak Lam kun, buat apa kau musti menyaru sebagai setan guna menakuti orang? Tok liong Cuncu memutar badannya lalu menjawab. Kau kenal dengan Gak Lam kun? Tampaknya kau adalah sahabat muridku..? Si Tiong pek mendengus dingin. Hmm..! Tahu akan dirinya bukan berarti aku musti adalah sahabat karibnya!

Pada saat itulah, mendadak dari kejauhan sana berkelebat datang sesosok bayangan manusia sambil berlarian mendekati teriaknya keras-keras, Suhu! Tok liong berpaling lalu tertawa. Untung saja aku dapat berjumpa lagi denganmu! ia berkata. Tampaklah Gak Lam kun berlarian mendekat dengan wajah berseri dan penuh kegembiraan, dia langsung menghampiri Tok liong Cuncu. Apa yang sudah menjadi kenyataan, kini telah hancur berantakan kembali Ternyata Tok liong Cuncu bukan hasil penyamaran dari Gak Lam kun, lantas siapakah dia? Kedatangan Gak Lam kun secara tiba-tiba ini membuktikan dugaan semua orang, bahwa walaupun Gak Lam kun pernah menyaru sebagai Tok liong Cuncu, tapi kali ini Tok Liong Cuncu tersebut benar-benar bukan hasil penyaruannya. Seketika itu juga paras muka Si Tosu setan Thian yu Cinjin berubah hebat, jangankan tenaga untuk melakukan perlawanan, kekuatan untuk melarikan diripun sudah tidak dimiliki lagi, sekujur badannya mengejang keras, wajahnya menunjukkan minta belas kasihan. Paras muka Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi ikut berubah pula menjadi pucat pias seperti mayat, saking takutnya ia hampir tak berani mendongakkan kepalanya, diam-diam hatinya menciut, karena ketakutan setengah mati, otaknya diputar keras berusaha untuk mencari jalan keluar guna melarikan diri dari pulau terpencil tersebut. Selesai menjalankan penghormatan, Gak Lam kun berkata. Suhu, bukankah kau telah berjanji tak akan terjun kembali kedalam dunia persilatan? Mengapa kali ini kau datang kemari dengan menempuh perjalanan yang begini jauh? Mukanya menunjukkan rasa bingung dan tidak habis mengerti, seolah-olah ia merasa tidak memahami kenapa suhunya tiba-tiba bisa muncul ditempat itu. Tok liong Cuncu tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh kalau aku tidak datang, mana mungkin kau bisa masuk kedalam istana Kiu ciong kiong Belum habis ia berkata, tiba-tiba kepalanya didongakkan memandang ketempat kejauhan. Tampaknya Ji Cin peng dari perguruan panah bercinta dengan membawa serta Kwik To, Han Hu hoa serta nenek berambut putih berdatangan ketempat itu.

Ketika Jit poh toan hun Kwik To menyaksikan kemunculan Tok liong Cuncu disitu, ia tampak agak tertegun, kemudian pikirnya, Siapa pula orang ini? Jangan-jangan Belum habis dia berpikir, Tok liong Cuncu telah membentak lebih duluan, Kwik To, kemari kau! Diam-diam Jit poh toan hun merasa terkesiap, tapi ia maju pula kedepan, sahutnya sambil tertawa seram, Naga beracun tua rupanya kau belum mampus! Perlu diketahui, dari tujuh belas orang musuh besar Tok liong cuncu yang tercatat dalam buku catatan musuh besarnya Jit poh toan hun Kwik To dikenal sebagai seorang ahli dalam mempergunakan obat-obatan beracun. Atas racun penembus utus Cuan cong tok yok yang dibuatnya, ia menaruh kepercayaan yang besar, ia tak pernah percaya kalau Tok liong cuncu dapat meloloskan diri dari bencana tersebut. Sambil tertawa seram Tok liong Cuncu lantas berkata, Jika lohu sampai mati, maka apa yang kalian harapkan bisa terpenuhi? Dan kini aku belum mati, itupun jauh diluar dugaan kalian semuayaaa, bagaimana lagi? Sebetulnya lohu suka mati saja, tapi selama ini akupun tak tega untuk membawa budi kebaikan kalian kedalam liang kubur Sorot matanya yang tajam bagaikan kilat, membawa pula kewibawaan yang besar. Dalam pandangan para jago hal mana semakin mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang melihatnya, diam-diam semua orang mulai menyusun rencana guna melarikan diri dari situ. Paras muka Kwik To seketika berubah juga, serunya, Jadi kau hendak membalas dendam Tok liong Cuncu tertawa seram. Tujuh belas tahun hidup sengsara dan menderita, tujuh belas tahun menahan dendam berdarah sedalam lautan, sudah beribu-ribu hari aku harus menahan diri, hari seperti inilah yang kunantikan selalu, siapapun jangan harap bisa menghalangi niatku untuk menuntut balas Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan cepat meloloskan pedang bajanya, kemudian berkata, Saudara Kwik, kalau toh orang lain sudah bertekad tak akan melepaskan kita, rasanya kita banyak bicarapun tak ada gunanya! Kwik To mendengus dingin. Hmm, saudara Hoa, maksud baikmu biar kuterima dalam hati saja, lohu tak dapat mengiringi keinginanmu

Sebenarnya Hoa Kok khi berhasrat untuk mengajak Kwik To dan si Tosu Setan Thian yu Cinjin untuk bekerjasama menghadapi Tok liong Cuncu, meskipun belum tentu mereka bisa menangkan penarungan itu paling tidak tak akan sampai kalah, siapa tahu ternyata Kwik TO tidak bersedia untuk memenuhi keinginannya Setelah tertegun sejenak, katanya kemudian, Saudara Kwik, rupanya nyalimu pecah! Jit poh toan hun (tujuh langkah pengejar nyawa) Kwik To hanya tertawa misterius, sambil mengangkat bahu dia tidak berkata apa-apa Tok liong Cuncu segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat kemudian serunya, Gak Lam kun, beri pelajaran kepada manusia durjana yang tak tahu diri itu! Baik! buru-buru Gak Lam kun memberi hormat. Dengan enteng tubuhnya berputar, lalu dengan langkah Ji gi ngo heng jit seng liong heng poh dia berkelebat kesamping, lalu mengayunkan telapak tangannya melancarkan lima buah pukulan dahsyat kearah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi. Kelima buah pukulan berantai itu semuanya merupakan serangan-serangan yang berkekuatan cukup untuk menghancurkan batu karang, lagipula kecepatannya luar biasa sekali. Untung sesaat Hoa Kok khi tak sanggup menghadapi serangan sedahsyat ini, oleh ancaman yang beruntun itu ia terdesak hebat sehingga mundur berulangkali kebelakang. Tok liong Cuncu tertawa seram, pelan-pelan ia maju kehadapan Tosu setan Thian yu Cinjin, kemudian bentaknya, Serahkan benda itu kepadaku! Semenjak mengetahui akan munculnya Tok liong Cuncu disitu, daya tempur si Tosu setan Thian yu Cinjin yang luar biasa itu telah lenyap hingga tak berbekas, apalagi ketika dilihatnya momok tersebut menghampirinya, ia semakin ketakutan sehingga sekujur badannya terasa menjadi lemas, sukma serasa melayang meninggalkan raganya. Mau mau apa kau? serunya ketakutan. Walaupun berada dalam keadaan ketakutan, tapi suruh ia menyerahkan Lencana pembunuh naga tersebut masih merupakan suatu perbuatan yang memberatkan hatinya. Tok liong Cuncu mendengus dingin, katanya. Cepat serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku untuk ditukar dengan selembar nyawamu pada hari ini! Sekalipun Si Tosu setan Thian yu Cinjin merasa berat hati untuk menyerahkan benda mustika itu kepada lawan, namun keselamatan jiwa memang lebih penting dari segala-

galanya, maka tanpa berpikir lebih jauh lagi ia keluarkan kotak kumala tersebut dari sakunya. Ketika para jago dari Thi eng pang menyaksikan Thian yu tojin telah menyerahkan Lencana pembunuh naga itu kepada Tok liong Cuncu, suasana menjadi amat gempar. Dengan cepat Oh Bu hong meloloskan toya pedang bajanya, kemudian berseru, Cuncu, lohu yang tak becus bersedia untuk melakukan pertarungan melawan kau! Tok Liong Cuncu segera meletakkan kotak kumala itu diatas telapak tangan kanannya, kemudian menjawab, Asal kau berniat dan punya kegembiraan untuk berbuat demikian, silahkan datang kemari dan ambillah sendiri Kendatipun kerakusan menyelimuti seluruh wajah Thi eng sin siu Oh Bu hong, namun ia tak berani terlalu gegabah untuk merampasnya dari tangan lawan, sebab dia tahu bahwa Tok Liong Cuncu memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kalau ia tidak memiliki kepandaian silat yang melebihi orang lain, tak nanti sikapnya begitu santai. Untuk sesaat lamanya Oh Bu hong menjadi terkesiap dan pecah nyali, dia malahan tak berani maju kedepan lagi, walau cuma selangkahpun. Waktu itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin telah memutar tubuhnya, tiba-tiba ia berseru, Cuncu hari ini kau melepaskan lohu, dikemudian hari kebaikan ini pasti akan kubalas! Seusai berkata dia lantas menghimpun tenaga dalamnya dan kabur dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula. Kembali! bentak Tok liong Cuncu tiba-tiba, Tosu setan Thian yu Cinjin merasa terkesiap, buru-buru ia menghentikan gerakan tubuhnya. Masih ada sesuatu persoalan yang lain? tanyanya. Sambil menghela napas panjang, kata Tok liong Cuncu, Sekembalinya dari sini, beritahu kepada kongsun Po, Say Khi pit serta Yan lo sat, katakan bahwa pun Cuncu telah muncul kembali dalam dunia persilatan, tak selang beberapa hari lagi pasti akan kucari diri mereka semua Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, Seandainya diantara beberapa orang ini masih tetap berada dipulau ini, beritahu kepada mereka agar berhati-hati, jika sampai kujumpai nyawa mereka pasti akan kukirim kembali keakhirat. Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram, Baik! katanya kemudian, lohu pasti akan menyampaikan kata-kata ini kepada mereka Tok liong Cuncu kembali mendengus, katanya lebih lanjut, Menggunakan kesempatan ini, pun cuncu pun akan memperingatkan kepada kalian semua kecuali pun cuncu

seorang yang sanggup membongkar rahasia sekitar istana Kiu ciong kiong ini, orang yang lain tak usah mempunyai angan-angan yang muluk lagi, bila ada diantara kalian berani sembarangan bertindak, maka inilah contohnya..! Kraaak Blaaam! Ketika sebuah batu cadas yang beribu-ribu kati beratnya kena ditotok oleh ayunan tangannya, diiringi ledakan keras hancurlah batu itu menjadi berkeping-keping dan berhamburan kemana-mana. Tok liong Ci jiau (cakar maut naga beracun)! Setiap orang yang pernah berjumpa dengan Tok liong cuncu dimasa lalu, rata-rata mengetahui jelas tentang ilmu cakar maut Tok liong ci jiau tersebut. 000O000 Betul kawanan jago yang berkumpul disitu waktu itu rata-rata adalah jago kelas satu dari dunia persilatan namun tak seorangpun diantara mereka yang berkeyakinan bahwa mereka mampu menyambut sebuah cengkeraman maut yang disertai dengan tenaga maha dahsyat tersebut. Untuk sesaat lamanya, suasana disekeliling tempat itu menjadi hening sepi, tak kedengaran sedikit suarapun. Tak seorang manusiapun berani menghembuskan napas panjang sesudah menyaksikan keampuhan dari tenaga cengkeraman itu, paras muka Oh Bu hong yang sebelumnya tampak keren tiba-tiba berubah menjadi redup, ia tahu bila ingin bertarung melawan Tok liong Cuncu dengan kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, rasanya hal ini tak mungkin bisa terpenuhi Si Tosu etan Thian yu Cinjin semakin ketakutan, peluh dingin bahkan sempat membasahi jidatnya, tanpa membuang waktu lagi dia memutar badannya dan melarikan diri terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Dipihak lain, pertarungan antara Thi kiam kuncu Hoa Kok khi melawan Gak Lam kun pun telah terhenti, tampak wajahnya pucat pias seperti mayat, sorot matanya pudar dan liar, otaknya berputar terus berusaha mencari akal bagus untuk melarikan diri dari situ. Tapi Tok liong Cuncu adalah manusia paling aneh didunia ini, kemanakah dia akan meloloskan diri? Mendadak Tok liong Cuncu tertawa seram dan berpaling kearah Hoa Kok khi, Hoa Kok khi merasa jantungnya tiba-tiba berdebar lebih keras, dengan cepat pedangnya diputar untuk melindungi semua jalan darah penting disekujur tubuhnya.

Kau juga enyah dari sini! seru Tok liong Cuncu lagi dengan suara dingin, tapi kau musti ingat, hari ini bisa melepaskan dirimu besok aku dapat menangkapmu kembali, semoga saja bila berjumpa lagi denganku dikemudian hari, kaburlah sejauh mungkin! Thi kiam Kuncu Hoa Kok khi mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Haaahh haaahh haaahh baik, baik, anggap saja hari ini aku orang she Hoa jatuh pecundang ditangan kalian, asal aku Hoa Kok khi masih bisa bernapas di kemudian hari pasti akan berjumpa lagi dengan sobat lama! Kalau memang begitu hal ini lebih bagus lagi kata Tok liong Cuncu dingin, asal sejarah di tebing Yan po gan bisa terulang lagi, sekalipun pun cuncu harus mati juga tak akan menyesal! Heeehh heeehh heeehh bagus, kalau begitu biar kuciptakan kembali peristiwa Yan po gan untuk dipersembahkan kepadamu! Seusai berkata, dia lantas melompat kedepan dan berlalu dari tempat itu. Gara-gara ucapan Hoa Kok khi hari ini hampir saja Gak Lam kun mengalami nasib yang sama dengan gurunya dibukit Yan po gan tempo hari, cuma tentu saja kejadian itu berlangsung di kemudian hari nanti Tok liong Cuncu tertawa mengejek kepada Oh Bu hong katanya kemudian, Apakah saudara masih bermaksud untuk merampas benda mustika ini dari tanganku? Ia sengaja mengangkat Lencana pembunuh naga itu tinggi-tinggi, sehingga sinar mata semua jago dari Thi eng pang bersama-sama dialihkan kearah kotak kumala tersebut. Oh Bu hong segera memberi tanda kepada kawanan jago yang berada dibelakangnya, lalu berkata, Thi eng pang kami berhasrat untuk mendapatkan benda itu walau apapun resikonya, selama harapan tersebut belum lenyap, lohu beserta anak buah kami siap untuk bertempur melawan Cuncu Jelas ia telah bertekad untuk mempergunakan kekuatan dari Thi eng pang untuk saling memperebutkan Lencana pembunuh naga dengan diri Tok liong Cuncu. Menghadapi kejadian tersebut, Tok liong Cuncu segera tertawa ringan, katanya, Saudara suka berbuat bagaimana berbuatlah bagaimana, Pun Cuncu pasti akan melayani keinginanmu itu Gak Lam kun yang berada disampingnya segera tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh jika toa pangcu ada minat, aku pasti akan melayani dirimu untuk bermain sebanyak beberapa gebrakan

Tok liong Cuncu berkata pula dengan cepat. Muridku telah memperoleh warisan dari pun cuncu, asal Oh pangcu sanggup menangkan satu atau setengah jurus darinya, pun Cuncu bersedia pula untuk menyerahkan Lencana pembunuh naga ini kepadamu Pada saat itulah, mendadak Si Tiong pek melompat bangun dari atas tanah, kemudian berseru. Biar aku saja yang bermain-main dengan Saudara Gak! Sebelum Gak Lam kun sempat menjawab ia sudah menerjang maju kedepan lalu dengan jurus Ciong hay kiu cu (mencari mutiara didasar samudra ia cukil sepasang mata pemuda itu, jurus serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa. Gak Lam kun tak tahu kalau jurus serangan itu berasal dari kitab pusaka Ciong hay kun boh, ketika dilihatnya jurus serangan itu sangat tangguh, diam-diam terkesiap juga hatinya, buru-buru dia melompat kesamping untuk menghindarkan diri. Saudara Si, sungguh pesat kemajuan yang kau capai dalam ilmu silatmu, katanya sambil tertawa nyaring, aku lihat jurus serangan yang kau pergunakan ini bukan berasal dari ajaran gurumu! Bagi orang lain, perkataan itu tidak mendatangkan perasaan apa-apa, tapi bagi pendengaran Thi eng pangcu Oh Bu hong justru sangat tak sedap. Sebagaimana diketahui, ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek selama ini adalah hasil ajarannya walaupun Si Tiong pek cerdas dan berhasil menguasai seluruh kepandaian gurunya, namun kehebatannya tak pernah bisa melampaui yang lain. Tapi semenjak ia kehilangan lengan kanannya, tiba-tiba Thi eng pangcu Oh Bu hong menemukan bahwa ilmu silat muridnya mendapat kemajuan yang pesat, lagipula jurusjurus serangannya jauh diluar dugaan, bukan cuma berbeda dengan jurus-jurus aliran Tionggoan, bahkan banyak diantaranya yang belum pernah dijumpai selama ini. Dalam sangsinya, beberapa kali ia sudah berusaha untuk mengamati gerakan jurus serangan itu, sayang ia selalu tak berhasil dengan usahanya itu. Begitulah setelah berhasil menghindarkan diri dari jurus serangan Ciong hay kiu cu tersebut Gak Lam kun sama sekali tak berani menghentikan gerakan tubuhnya, buru-buru ia mengerahkan tenaganya dan menerjang kemuka, jari tangannya langsung mencengkeram kebahu lawan. Pertarungan cara begini ini sungguh tangguh dan mengerikan, membuat Si Tiong pek sendiripun merasa terkesiap, tapi dia cukup percaya dengan kemampuan jurus-jurus serangan Hay ciong kun boh yang dimilikinya, maka ia cuma tersenyum.

Lengan kanannya segera ditekuk lalu direntangkan kedepan, sambil membuang bahu ia bergeser kedepan, kali ini ia serang jalan darah Ci ti hiat tubuh Gak Lam kun. Menggunakan kesempatan dikala Gak Lam kun melompat mundur, Si Tiong pek segera membentak, Suhu, kenapa kau belum juga Oh Bu hong tahu kalau Si Tiong pek sedang memberi peringatan kepadanya agar menggunakan kekuatan Thi eng pang yang ada sekarang untuk bersama-sama merampas Lencana pembunuh naga itu dari tangan Tok liong Cuncu mumpung Gak Lam kun kena dihadang olehnya. Menyadari bahwa kesempatan baik segera akan berakhir, Oh Bu hong segera membentak keras, Cuncu maaf kalau lohu terpaksa harus bertindak kurang sopan kepadamu! Toya bajanya diayunkan kedepan, menggunakan kesempatan itu tubuhnya melambung beberapa kaki keudara lalu menubruk kebawah. Ki Li soat, Cian seng ki su Wan Kiam ciu serta Gan tiong ciang Kwan Kim ceng serentak meloloskan senjata tajam masing-masing lalu membentak keras, dengan suatu gerakan yang bersamaan serentak mereka menyerang kearah Tok liong Cuncu. Disaat yang amat kritis itulah, mendadak Perguruan panah bercinta ikut ambil bagian dalam perebutan ini? terdengar Ji Cin peng membentak keras. Tubuhnya yang ramping segera melompat kedepan, sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan keatas batok kepala Thi eng sin siu Oh Bu hong yang sedang menubruk datang. Jit poh toan hun Kwik To ikut pula membentak keras, Wan loji, biar lohu saja yang menghadapi dirimu! Cian seng ki su Wan Kiam ciu tertawa seram, Heeehhh heeehhh heeehhh dalam pertarungan kita pada sepuluh tahun berselang, belum ada hasil yang kita ketahui, hari ini kita memang harus ulangi kembali pertarungan tersebut untuk mengetahui siapa yang jauh lebih tangguh diantara kita berdua! Kedua orang itu tidak banyak berbicara lagi, masing-masing segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghajar tempat mematikan ditubuh lawannya. Dalam waktu singkat semua jago lihay Thi eng pang sudah terhadang semua oleh jagojago perguruan panah bercinta. Mimpipun Oh Bu hong tidak mengira kalau pihak perguruan panah bercinta bakal membantu Tok liong Cuncu, tak terlukiskan rasa gusar yang menggelora dalam dadanya.

Sikap dari Tok liong Cuncu sendiripun ternyata sangat aneh, dia tidak bertarung melawan siapapun, sebaliknya malahan melayang naik keatas gundukan tanah berbukit dan tertawa tergelak. Haaahhh haaahhh haaahhh Oh pangcu, aku lihat perkumpulanmu menghadapi ancaman bahaya maut kali ini! serunya. Oh Bu hong betul-betul merasa gusar bercampur mendongkol, teriaknya dengan sinis, Mentang-mentang Tok liong Cuncu, tak tahunya masih membutuhkan bantuan dari anjing-anjing perguruan panah bercinta untuk bertarung hmmm! Sungguh memalukan Belum habis perkataannya diucapkan, beberapa buah serangan dahsyat dari Ji Cin peng telah meluncur tiba, terpaksa dia harus menghimpun tenaganya untuk menghadapi serangan. Meski demikian, dalam hatinya berpikir terus, ia menduga antara Tok liong Cuncu dengan pihak perguruan panah bercinta pasti sudah terjalin suatu hubungan rahasia. Tiba-tiba terdengar Si Tiong pek berteriak kembali. Suhu, kalau kau tidak menitahkan semua orang untuk menghentikan pertarungan, perkumpulan Thi eng pang bisa hancur berantakan ditangan mereka. Meskipun sedang berbicara, namun gerakan tubuhnya sama sekali tak berhenti, ini menunjukkan betapa sengitnya pertarungan antara dia melawan Gak Lam kun. Terkesiap Oh Bu hong setelah mendengar teriakan itu, sambil bertarung terus, serunya kembali, Pek ji, apakah kau dapat melihatnya? Sementara itu, Cian seng ki su Wan kiam ciu yang bertempur melawan Jit poh toan hun Kwik To, selalu merasa betapa aneh dan saktinya kekuatan lawan, bahkan tenaga dalamnya beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan sepuluh tahun berselang. Dengan julukannya sebagai sastrawan sakti selaksa bintang menunjukkan bahwa otaknya memang cerdas dengan pelbagai akal muslihat yang licin, dengan cepat ia dapat mengetahui pula akan gawatnya situasi, buru-buru tubuhnya melayang mundur kebelakang. Melihat musuhnya kabur, Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa terbahak-bahak, Haaahh haaahh haaahh sobat lama, kau ingin kabur kemana? Dengan dapat ia memutar tubuhnya dan menerjang dari belakang Cian seng ki su.

Sambil melarikan diri terbirit-birit, Cian seng ki su Wan Kiam ciu sempat berteriak keras, Pangcu apa yang diucapkan Si Tiong pek tidak salah, lebih baik kau cepat mengambil keputusan! Mendengar itu Oh Bu hong mendengus dingin. Hmmm! Sungguhkah demikian serius? ia berseru. Tok liong Cuncu yang berada disamping segera tertawa dingin, katanya lirih, Untuk menghadapi perguruan panah bercinta saja kalian tak mampu kalau sampai pun Cuncu ikut turun tangan, hmmm! Apa kalian tidak mampus sedari tadi Setelah mendengar perkataan itu, Thi eng pangcu baru merasa terkejut, buru-buru teriaknya, Semua anggota Thi eng pang mundur! Menyusul bentakan itu, Si Tiong pek sekalian para jago lihay serentak menarik kembali serangannya dan melarikan diri dari tempat itu. Ternyata sikap para jago perguruan panah bercinta pun seolah-olah mempunyai suatu rahasia besar, mereka sama sekali tidak melakukan pengejaran terhadap para jago Thi eng pang yang sedang melarikan diri itu. Sungguh berbahaya! diam-diam Gak Lam kun berbisik. Pelan-pelan ia berjalan menghampiri Tok liong Cuncu dan berdiri disisinya, sementara Tok liong Cuncu sendiri dengan sorot matanya yang tajam mengawasi terus wajah Kwik To tanpa berkedip. Kwik To yang ditatap seperti ini, segera merasakan hatinya bergetar keras, diam-diam ia menduga-duga siapa gerangan orang ini? Tua bangka she Kwik! seru Tok liong Cuncu tiba-tiba sambil tertawa dingin, hari ini pun cuncu hendak merenggut selembar nyawa anjingmu! Buru-buru Gak Lam kun maju kedepan sembari berseru. Suhu, Kwik To pernah menyelamatkan selembar jiwa tecu, hari ini Oh, kalau memang begitu biar kutitip nyawa Kwik To untuk tiga tahun lamanya, setelah lewat tiga tahun pun cuncu baru akan merenggut kembali jiwanya! Ji Cin pengpun segera mengulapkan tangannya sambil berkata. Untuk sementara waktu kalian boleh mengundurkan diri lebih dahulu, aku serta Gak siangkong hendak menyelidiki jejak Thiansan soat li

Si Nenek berambut putih, Han Hu hoa dan Siangkoan Ik segera mengiakan dan mengundurkan diri dari situ, sedangkan Jit poh toan hun Kwik To setelah berdiri agak lama disitu, akhirnya dengan wajah sedih berlalu pula dari tempat itu, tampaknya ia sedang berusaha untuk mendapat tahu siapa gerangan Tok liong Cuncu yang sesungguhnya? Menanti disekeliling tempat itu sudah tiada orang lain, Gak Lam kun baru berkata sambil tertawa, Liong te, hari ini aku telah merepotkan dirimu! Tok liong Cuncu itu melepaskan topeng yang menutupi wajahnya hingga muncullah wajah Ji Kiu liong. Ia menyahut. Yaa, siapa bilang tidak? Saking cemasnya tadi, peluh dingin telah membasahi seluruh tubuhku Ji Cin peng yang berada disisinya segera tertawa merdu, katanya, Rahasia ini kecuali kami bertiga tak mungkin ada orang yang tahu lagi kalau Tok liong Cuncu yang muncul hari ini sesungguhnya adalah hasil penyaruan dari Liong te Gak Lam kun termenung sejenak, kemudian katanya, Ada kemungkinan Kwik To telah menemukan sedikit tanda yang mencurigakan! Tidak mungkin! sahut Ji Cin peng dengan cepat sambil tertawa, senyumannya ibarat angin musim semi yang membuyarkan awan hitam dan hujan gerimis. Gak Lam kun yang menyaksikan mimik wajahnya itu menjadi tertegun, ia selalu merasa bahwa Buncu dari perguruan panah bercinta ini, Bwe Li pek memiliki persamaan dengan kekasihnya yang pertama dulu, bahkan senyuman maupun caranya berbicara tiada satupun yang berbeda dengan Ji Cin peng. Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia berkata kembali, Lencana pembunuh naga yang hilang kini bisa diperoleh kembali, kesemuanya ini adalah berkat perjuangan dari Liong te, padahal sewaktu nona Bwe memberitahukan hal tersebut kepadaku, siaute masih merasa sangsi dan tak menentu. Ji Cin peng tertawa. Gurumu adalah manusia aneh dari kolong langit, sedang kawanan jago dari golongan sesat itu betul merupakan jagoan setempat, tapi bagaimanapun juga nama besar Tok liong Cuncu masih cukup punya kewibawaan untuk membuat keder mereka! Sementara itu, Ji Kiu liong telah melepaskan perlengkapan Tok liong Cuncu dan menyerahkan Lencana pembunuh naga itu dengan Gak Lam kun. Toako, terimalah ini, katanya.

Nona Bwe!, ujar Gak Lam kun kemudian dengan kepala tertunduk, siaute hadiahkan kembali Lencana ini untukmu Siapa tahu ketika Lencana pembunuh naga itu dibaliknya, kontan saja ia merasakan hatinya bergetar keras, wajahnya seketika itu juga berubah hebat, lama sekali ia membungkam dalam seribu bahasa, seolah-olah dalam benaknya telah dihadapkan dengan suatu masalah serius yang membuatnya menjadi tegang. Ji Cin peng ikut terperanjat, serunya, Gak siangkong, kenapa kau? Kita semua sudah tertipu! seru Gak Lam kun dengan paras muka berubah hebat. Mendengar seruan itu, Ji Cin peng maupun Ji Kiu liong menjadi tertegun dan berdiri melongo. Dengan nada kurang percaya Ji Kiu liong berkata, Toako, kau tidak salah melihat bukan! Gak Lam Kun gelengkan kepalanya berulangkali. Tidak mungkin! ia menjawab, aku sudah pernah memeriksa Lencana pembunuh naga yang asli, pada permukaan depan berlukiskan suatu gambaran aneh yang penuh dengan guratan-guratan, sedangkan pada permukaan sebaliknya berlukiskan seorang gadis yang cantik rupawan, hal mana masih berkesan mendalam dibenakku, tak nanti aku bisa salah mengingat! Lantas siapakah yang telah membuat Lencana pembunuh naga yang kedua ini? tanya Ji Kiu liong dengan wajah murung. Entahlah! Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali. Mungkinkah hasil perbuatan dari Si Tiong pek? tiba-tiba Ji Cin peng bertanya. Seakan-akan Gak Lam kun telah mengambil suatu keputusan dalam hatinya, ia berseru kemudian, Perduli hasil karya siapakah itu, lebih baik kita temui dulu jago-jago dari Thi eng pang! Mereka sudah bersiap-siap untuk berangkat meninggalkan tempat itu, ketika tiga malaikat dari wilayah See ih mendadak muncul dari arah sebelah barat Paras muka Ji Cin peng segera berubah hebat, serunya tertahan, Musuh tangguh kita telah datang! Diam-diam Gak Lam kun merasa terkejut dihati, tapi segera ia menyongsong kedatangan mereka sambil tertawa nyaring.

Hay, kalian bertiga bukannya melindungi keselamatan majikan kalian, ada urusan apa datang kemari Malaikat pedang Ho Ban im tertawa terkekeh sahutnya, Lohu mendapat perintah dari majikan kami untuk mengundang Gak sauhiap agar suka berkunjung keistana api! Apa yang terjadi dalam istana api? tanya Gak Lam kun agak tertegun. Asal Gak sauhiap sudah kesana toh akan tahu dengan sendirinya, buat apa musti banyak bertanya? kata Malaikat racun Lo Kay seng sambil tertawa dingin. Lohu bertiga tak lebih hanya bertugas untuk menyampaikan pesan saja! Ji Kui liong segera tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh mau pergi mari kita pergi bagaimanapun jua cepat atau lambat akhirnya toh kita akan berduel juga dengan budak dari See thian san tersebut! Seusai berkata, tiba-tiba ia melompat keudara dan melayang maju kedepan. Malaikat telapak tangan Nian Hau ing segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat, katanya, Majikan kami hanya mengundang Gak Lam kun seorang, lebih baik kau tetap berada disini saja! Sebagai seorang jago persilatan yang termashur dalam dunia persilatan karena ilmu pukulannya, meski melepaskan pukulan secara tergesa-gesa ternyata daya kekuatan yang terkandung didalamnya luar biasa sekali. Baru saja Ji Kiu liong menggerakkan tubuhnya, ia sudah kena dipaksa mundur kembali oleh tenaga pukulan tersebut. Ji Cin peng yang menyaksikan kejadian itu menjadi naik pitam, bentaknya penuh kegusaran, Lengcu kalian toh bukan manusia berkepala tiga berlengan enam, kenapa ia begitu berlagak sok seakan-akan hanya dia seorang yang merupakan jagoan? Dengan mementangkan jari-jari tangannya, lima gulung desingan angin tajam yang disertai dengan tenaga yang luar biasa segera memancar keluar mengancam lima buah jalan darah penting ditubuh Malaikat pukulan Nian Hau ing. Sreeet! Sreeet! Sreeet! Dalam waktu singkat sekujur tubuh Nian Hau ing sudah berada didalam kurungan angin serangan tersebut. Menghadapi ancaman semacam ini, Malaikat pukulan Nian Hau ing tak berani gegabah, buru-buru ia berganti tempat kedudukan sambil mengulapkan tangannya. Gak siangkong, mari kita berangkat!

Seusai berkata, tiga malaikat dari wilayah See ih itu berangkat lebih duluan menuju kearah barat. Gak Lam kun segera berpaling dan tertawa, katanya, Adik Liong, nona Bwe, kalian tak perlu gelisah aku hanya pergi sebentar saja untuk segera kembali lagi kemari! Tidak bisa kata Ji Cin peng sambil tertawa sedih, istana api terlalu berbahaya, tempat itu merupakan istana yang paling lihay diantara kesembilan istana lainnya, kalau ingin mati biar kita mati bersama, aku tak akan mengijinkan kau untuk menempuh bahaya seorang diri Ji Kiu liong tertawa getir pula, katanya, Aku ingin hidup bersama toako, matipun bersama toako, kalau hendak berangkat kesitu, biar kita berangkat bersama saja! Tapi dengan cepat Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali. Orang lain toh mengatakan cuma mengundangku seorang, kalau kalianpun ikut kesitu Kita tak mau mengurusi begitu banyak persoalan tukas Ji Cin peng sambil tertawa getir, lebih baik kita berangkat dulu kesana selanjutnya baru mengambil keputusan menuruti keadaan yang dihadapi nanti! Sepanjang perjalanan ketiga orang itu hanya membungkam belaka, mereka mengintil dibelakang tiga malaikat dari wilayah See ih itu dengan selisih jarak yang cukup jauh. Bukit karang tampak menjulang tinggi ke angkasa, aneka warna bunga tumbuh subur disekitar situ. Dibelakang bangunan loteng persegi delapan itu tergantung delapan buah lentera meski masih tengah hari namun lentera itu memancarkan cahayanya dengan redup. Seorang gadis cantik berbaju perak sedang duduk diatas loteng ditepi pagar sambil tiada hentinya memandang ketempat kejauhan. Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan menghela napas sedih, gumamnya, Bayangan tubuhnya begitu tampak amat jelas, kenapa aku tak dapat melupakan dirinya Menanti dilihatnya Gak Lam kun datang bersama Ji Cin peng berdua, sepasang alis matanya kembali berkenyit, selapis rasa sedih murung segera menyelimuti wajahnya, tanpa sadar ia mendengus dingin. Entah mengapa? Setiap kali ia menyaksikan Gak Lam kun berada bersama gadis lain, api amarah yang tak diketahui sumber asalnya selalu muncul dan berkobar dalam dadanya apa sebabnya dapat begini? Karena cinta? Ataukah karena benci?

Pelan-pelan gadis berbaju perak itu bangkit berdiri lalu berjalan dengan lemah gemulai, dibenahinya rambut yang kusut dan turun dari loteng, dari sana ia berputar menuju kedepan sebuah gua raksasa yang berada dibelakang bangunan berloteng tersebut. Dikala sinar matanya melirik kembali bangunan yang berbentuk segi delapan itu, tanpa terasa ia terbayang kembali akan dongeng kuno yang menceritakan pertemuan cinta antara Liang san pek dengan Cu ing tay. Tiba-tiba timbul suatu lamunan didalam benaknya, ia merasa seakan-akan dirinya adalah penitisan dari Ing tay, sedangkan Gak Lam kun penitisan dari Sampek, mereka berdua berangkulan diatas loteng sambil menangis tersedu-sedu, meski hanya lamunan namun cukup mendatangkan perasaan sedih dalam hati gadis berbaju perak ini. Tiba-tiba suara seorang yang serak tua berkumandang disisi telinganya, Siocia, Gak Lam kun telah datang! Ketika lamunannya terbuyar, ketika kenangannya berantakan, gadis berbaju perak itu merasa agak gusar, tapi dengan cepat senyuman muncul kembali diujung bibirnya, sambil mengulapkan tangannya ia menitahkan kepada tiga malaikat dari See ih agar berdiri diluar pintu gua. Kau pasti merasa terkejut bukan! sapa nona berbaju perak itu sambil tertawa manis. Gak Lam kun tertawa ewa. Siapa yang bilang? Kejadian ini sudah berada dalam dugaanku! Kau tahu karena persoalan apa aku mengundangmu kemari?, seru nona berbaju perak lagi dengan wajah tertegun. Hmm, semua persoalan dapat kuketahui dengan jelas! Gadis berbaju perak itu segera tertawa cekikikan. Aku ingin memberikan sedikit benda yang sama sekali tak mungkin kaudapatkan. Terima kasih banyak, aku merasa tak punya rejeki untuk memperolehnya kata Gak Lam kun sambil memutar badannya siap pergi meninggalkan tempat itu. Dengan suatu gerakan cepat gadis berbaju perak itu maju kedepan dan menghadang jalan perginya, dengan dingin ia berseru, Jika kau tidak menerima pemberianku ini, selama hidup kau akan merasa menyesal! Suaranya yang memedihkan hati seakan-akan menunjukkan bahwa dia mempunyai kesulitan yang tak biss diutarakan dengan kata-kata, sinar penuh pengharapan memancar keluar dari balik matanya.

Gak Lam kun menjadi tertegun, tapi kemudian katanya sambil tertawa. Aaah masa seserius ini persoalannya? Tentu saja! kembali gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, sewaktu gurumu menyuruh kau datang menerima Lencana pembunuh naga ini apakah Tok liong cuncu tidak memberitahukan kepadamu sifat serius yang terkandung didalam persoalan ini? Timbul keragu-raguan dalam hati Gak Lam kun, tanpa sadar dia lantas berpikir, Walaupun suhu tak pernah memberitahukan kepadaku bagaimana caranya mempergunakan Lencana pembunuh naga tersebut, tapi aku dapat merasakan juga sifat serius yang menyangkut masalah ini, kalau memang Thian san soat li berkata demikian, jangan jangan didalam istana api benar-benar terdapat suatu benda yang tak kuketahui sama sekali Berpikir sampai kesitu, dia lantas tertawa nyaring, sahutnya, Sekalipun suhuku tak pernah memberitahukan duduk persoalan sebenarnya tentang persoalan ini namun beliau menitahkan kepadaku agar merampas kembali lencana itu dari tanganmu, jika dalam istana api ini terdapat masalah yang menyangkut persoalan perguruan sekalipun pertaruhkan selembar nyawa, aku pasti akan memasuki juga! Berpicara sampai disitu dia lantas melirik sekejap kearah Ji Cin peng, dalam lirikan itu jelas tampak sinar permohonannya yang besar. Gadis berbaju perak itu tertawa, katanya kemudian, Kalau begitu, ikutlah aku kedalam gua ini, didalam sana terdapat peristiwa berdarah yang menyangkut masalah keperguruan kalian kecuali kau dan aku, didunia ini sudah tiada orang ketiga yang bisa memecahkan teka teki yang mana besar ini Ji Cin peng segera mendengus dingin. Hmm, aku tidak percaya kalau didunia ini tiada orang ketiga yang bisa memecahkan rahasia tersebut Seraya berkata, dia lantas menarik tangan Ji Kiu liong untuk bersama-sama menyerbu masuk kedalam istana api. Dengan suatu gerakan yang amat cepat, See ih sam seng segera bertindak cepat dengan menyumbat mulut gua tersebut, enam buah mata yang memancarkan sinar tajam menatap wajah Ji Cin peng dan Ji Kiu liong tanpa berkedip, tampaknya asal kedua orang itu berani melakukan sesuatu tindakan maka mereka akan segera turun tangan untuk menghalanginya. Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang, kepada Gak Lam kun ujarnya, Lebih baik suruhlah mereka mengundurkan diri dari sini, persoalan ini menyangkut persoalan perguruan kita berdua, campur tangan orang lain hanya akan menambah mendalamnya

kesalahan pahaman diantara perguruan kita berdua, maka jika ingin menyelesaikannya secara baik-baik, hal ini akan semakin sulit lagi! Gak Lam kun merasa perkataan itu ada benarnya juga, buru-buru dia berseru, Nona Bwee, adik Liong, lebih baik kalian menunggu aku disini saja, aku akan pergi kesana sebentar ingin kulihat apa yang bisa dia lakukan atas diriku Ji Cin peng mengerutkan dahinya, selapis rasa sedih dan murung segera menyelimuti wajahnya, ia betul-betul merasa hatinya tak tenang, tapi akhirnya sambil menggertak gigi, dia menarik Ji kiu liong untuk mengundurkan diri dari situ. Kemudian dengan paras muka berubah hebat, ia menuding kearah gadis berbaju perak itu seraya berseru. Kuserahkan dia kepadamu, jika sampai ada sesuatu hal yang tidak menguntungkan menimpa dirinya, lihat saja nanti, kucabik-cabik tubuhmu menjadi berkeping atau tidak Dengan suara dingin gadis berbaju perak itu menjawab, Suhu udara dalam istana api dapat menghancurkan semua benda, batu cadaspun dapat hancur menjadi abu apalagi tubuh manusia? Kami berdua akan segera berangkat keakhirat, ingin kulihat bagaimana caramu hendak membalas dendam terhadap diriku Diiringi suara tertawanya yang merdu, dia lantas menarik tangan Gak Lam kun dan menerjang masuk kedalam istana api. Betapa terkesiapnya ji Cin peng ketika mengetahui bahwa batupun akan hancur menjadi abu didalam istana api tersebut, jika Gak Lam kun sampai ikut masuk kedalam istana tersebut, bukankah tubuhnya juga akan hancur menjadi abu? Dengan suara yang amat memedihkan hati segera teriaknya, Gak siangkong, kau kembali! Telapak tangannya segera diayunkan kedepan dengan jurus Oh jiau kui hun (mencakar mampus sukma gentayangan), sasaran yang dituju adalah tiga malaikat dari See ih yang berjaga diluar gua. Menghadapi ancaman maut tersebut, ketiga orang malaikat dari wilayah See ih tersebut segera melompat kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Malaikat pedang Siang Ban im segera melepaskan sebuah tusukan kilat kedepan, bentaknya, Jika kau berani bertindak kasar lagi terhadap kami, jangan salahkan jika kamipun akan bertindak kejam terhadap dirimu berdua! oooqooo

Dengan suatu gerakan yang enteng Ji Cin peng menghindar kesamping, jari tangannya segera menyentil kemuka sambil bentaknya, Jika hari ini Gak Lam kun mengalami sesuatu yang tidak menguntungkan, maka kalian tiga orang tua bangka pun jangan harap bisa hidup lebih jauh didunia ini! Tak terlukiskan daya serangan yang terkandung dibalik sentilan jarinya itu, sudah barang tentu Tiga malaikat dari See ih tak berani menyambut secara kekerasan, buru-buru mereka melompat kesamping untuk menghindarkan diri. Malaikat racun Lo Kay seng tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, dia berseru, Nona, lebih baik kau jangan terlalu takabur lebih dulu, ketahuilah bahwa See ih sam seng bukan type manusia yang boleh dipermainkan dengan sekehendak hatimu Kalau kalian bukan manusia yang bisa dipermainkan, memangnya kami adalah manusia yang gampang dipermainkan! seru Ji Kiu hong sambil menerjang maju kemuka. Malaikat pukulan Nian Hau ing mendengus dingin. Hmm! Terlepas apakah dapat dipermainkan atau tidak, yang jelas hari ini kalian tak boleh berbuat banyak ulah disini Hey, kalau berbicara lebih baik sedikitlah tahu diri tukas Ji cin peng sambil tertawa dingin, jelek-jelek begini perguruan panah bercinta juga merupakan sebuah perkumpulan besar dalam dunia persilatan, tak sedikit jumlah jagoan lihay yang kami miliki, sekalipun See thian san terhitung pula sebagai suatu perguruan dalam dunia persilatan, namun kalian itu masih terhitung seberapa? Nona Ji! kata malaikat pedang Siang Ban seng dengan dingin, seperti apa yang kau katakan barusan, perguruan panah bercinta boleh dihitung sebagai musuh tangguh yang baru muncul dalam dunia persilatan, meski begitu, kami See thian san masih tidak memandang sebelah matapun juga kepada kalian semua! Sementara mereka saling bersilat lidah dengan sengitnya tanpa ada salah satu pihak yang mau mengalah, pada saat itulah tiba-tiba terdengar jeritan kaget berkumandang dari dalam istana api, kemudian suasanapun pulih kembali dalam keheningan. Tiba-tiba Ji Cin peng menerjang maju kedepan, teriaknya, Minggir kalian, nonamu akan masuk kedalam! Sebagaimana diketahui tiga malaikat dari See ih ditugaskan untuk menjaga pintu masuk istana api tersebut, maka ketika dilihatnya gadis itu berusaha untuk menyerbu masuk dengan kekerasan, serentak mereka meloloskan senjata untuk menghalanginya dengan sepenuh tenaga.

Dengan suara angkuh malaikat racun Lo Kay seng berseru, Istana api mempunyai suhu udara yang tinggi dan amat beracun, sekalipun kalian masuk kedalam juga sia-sia belaka Apakah Siocia kalian tidak takut api?, jengek Ji Kiu liong sambil tertawa dingin. Siocia kami berani memasuki istana api, tentu saja diapun memahami cara, untuk mematahkan serangan api tersebut, jika kalian bertindak gegabah, maka hal tersebut hanya akan mempercepat proses kematian mereka berdua saja. Sesudah mendengar perkataan itu, Ji Cin peng menjadi tertegun, mendadak ia merasakan sekujur tubuhnya menjadi kaku. Setelah tertegun sekian waktu, ia baru berkata, Kau bilang mereka berdua bisa mati? Benar!, malaikat racun Lo Kay seng mengangguk, api yang muncul dari dalam bumi amat panas dan beracun, bila tiada suatu cara pencegahan yang jitu, siapapun jangan harap bisa meloloskan diri dari tempat itu, tapi sebaliknya Tapi kenapa?, tanya Ji Cin peng dengan perasaan tegang. Malaikat racun Lo Kay seng tertawa seram, terusnya. Seandainya istana api persis seperti apa yang telah diduga oleh Siocia kami, otomatis mereka berdua pun tak akan menjumpai mara bahaya apa-apa lagi Maksudmu, majikan kalian sudah memiliki suatu cara yang baik untuk mengatasi persoalan itu?, tanya Ji Cin peng setelah tertegun sesaat lamanya. Tentu saja! jawab malaikat pedang Siang Ban seng dengan angkuhnya, majikan kami memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang amat luas, tiada persoalan yang bisa menyulitkan dirinya Ketika didengarnya ia begitu angkuh dan memuji-muji kehebatan majikannya, Ji Cin peng segera mengangkat bahunya sambil tertawa dingin. Ji Kiu liong mendengus dingin, katanya, Toakoku Gak Lam kun adalah manusia yang luar biasa dari dunia persilatan, kecerdasan maupun pengetahuan yang dimilikinya tak akan kalah daripada Thian san soat li Oleh karena dia amat menghormati Gak Lam kun bagaikan menghormati malaikat maka tanpa sadar pemuda itu telah balik menyindir ucapan See ih sam seng. Kontan saja See ih sam seng berdiri tertegun, ditatapnya wajah Ji Kiu liong dengan perasaan bingung dan kosong

Makin berseri wajah Ji Kiu liong setelah dilihatnya ketiga orang lawannya itu dibikin tertegun, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh bagaimana? Apakah kalian merasa tidak percaya. Malaikat pukulan Nian Hau ing tertawa seram. Kami tiga malaikat selalu hidup diwilayah See ih, boleh dibilang selama hidup belum pernah takluk kepada siapapun, hanya majikan kami seorang yang pernah beradu kepandaian dengan kami, tapi beradu secara sesungguhnya masih belum pernah satu kalipun, dan kini Sengaja ia berhenti sejenak, setelah tertawa kering, terusnya, Asal kali ini Gak Lam kun bisa keluar dari sini dalam keadan hidup, kami See ih sam seng pasti akan memohon petunjuk darinya terlebih dahulu Tidak sulit kalau ingin bertarung dengan toakoku, tapi kau musti mencoba tiga jurus lebih dulu diujung telapakku! seru Ji Kiu liong sambil membalik telapak tangannya dan bersiap-siap melancarkan sebuah serangan dahsyat. Malaikat pedang Siang Ban seng maju selangkah lebar kedepan, katanya, Kalau begitu, kau pun seorang jagoan tangguh pula! Sebagai seorang jago yang termashur karena ilmu pedangnya, tanpa terasa pedang yang tersoren dipunggung segera diloloskan keluar. Diam-diam Ji Kiu liong agak terkesiap juga menghadapi musuh yang amat tangguh ini, serunya, Soal ini Ji Cin peng segera mendorongnya kedepan seraya berkata, Adik Liong, orang sedang merasa gelisah setengah mati, kau masih punya kegembiraan untuk bergurau terus! Mendadak muncul delapan jalur cahaya tajam yang menyilaukan mata ditengah udara, kemudian secepat sambaran kilat meluncur keatas tubuh Ji Kiu liong. Ji Cin peng yang melihat datangnya ancaman tersebut, dengan cepat membentak keras, Kau berani! Entah bagaimana caranya ia menghimpun tenaga, tahu-tahu segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menerjang kedepan. Menghadapi ancaman pukulan yang begitu dahsyat, malaikat pedang Siang Ban seng merasa terkesiap, buru-buru ia menarik kembali pedangnya sambil melompat kebelakang. Walau demikian, saking kagetnya peluh dingin telah membasahi sekujur badan Ji Kiu liong.

Setelah rasa kagetnya bisa ditenangkan kembali, si anak muda itu baru berseru dengan gusar, Kau benar-benar ingin bertarung? Heeehh heeehh heeehh kenapa musti sungkan-sungkan lagi? jawab malaikat pedang Siang Ban seng sambil tertawa seram. Ji Kiu liong segera merentangkan sepasang telapak tangannya untuk bersiap-siap membuka serangan, dia berkata, Baik, kalau begitu mari kita bertempur dengan sebaikbaiknya! Ji Cin peng tak ingin Ji Kiu liong bertarung, ia lantas berkata, Adik Liong dalam keadaan seperti ini apakah kau masih punya minat untuk bergurau terus menerus? Ji Kiu liong tertegun, lalu sahutnya, Lalu kau suruh berbuat apa? Ji Cin peng tertawa sedih. Adik Liong, seandainya Gak Lam kun menjumpai sesuatu musibah Ji Kiu liong tertegun, buru-buru tukasnya, Orang baik selalu dilindungi Thian, Gak toako bukan manusia yang berumur pendek Ji Cin peng gelengkan kepalanya berulangkali ia berkata, Aku hanya berkata seandainya saja, apa yang musti kita lakukan? Paras muka Ji Kiu liong berubah menjadi dingin beku bagaikan es, sahutnya, Toako sangat baik kepadaku, aku telah berhutang budi kepadanya, maka jika ia mati, akupun tak ingin hidup lagi! Adik Liong, kau tak boleh berbuat demikian! seru Ji Cin peng dengan paras muka berubah. Kenapa? tanya Ji Kiu liong setelah tertegun sejenak. Tanpa terasa ia menaruh suatu perasaan yang aneh dan tidak habis mengerti terhadap perkataan dari Ji Cin peng tersebut, ia merasa sikap gadis tersebut pada saat ini seakanakan telah berubah menjadi seorang yang lain, tapi kenapa bisa demikian? Ji Cin peng menghela napas panjang, katanya, Jika kau dan aku telah mati semua, bukankah keluarga Ji kita tiada keturunan lagi Setelah perkataan itu diucapkan, ia baru merasa kalau sudah salah berbicara, buru-buru mulutnya dibungkamkan kembali. Ji Kiu liong menjadi tertegun, serunya cepat, Apa kau bilang? apakah kaucu she Ji?

Haruslah diketahui, walaupun Ji Kiu liong telah diselamatkan jiwanya oleh Ji Cin peng, dan mereka bergaul selama banyak waktu, namun selama ini dia hanya tahu kalau gadis itu she Bwee, ia tidak tahu kalau diapun she Ji, tentu saja lebih-lebih tak menyangka kalau gadis ini tak lain adalah encinya yang sudah hilang banyak tahun. Sebaliknya Ji Cin peng sendiripun tak dapat memberitahukan kepada orang lain bahwa dia adalah encinya Ji Kiu liong karena ia sendiri memiliki suatu kesulitan yang tak dapat diucapkan keluar. Walaupun begitu, dia sendiri telah mengetahui kalau Ji Kiu lioag sesungguhnya adalah adik kandungnya sendiri yang sudah banyak tahun tak pernah bersua. Begitu mengetahui kalau dirinya telah salah berbicara, buru-buru Ji Cin peng berseru kembali, Tidak! Tidak! Maksudku jika Gak Lam kun sampai mati, kita pasti akan merasa sedih sekali Jelas hingga saat ini dia masih belum ingin memberitahukan kepada Ji Kiu liong, siapa gerangan dirinya ini? Andaikata Ji Kiu liong mengetahui bahwa orang yang berada dihadapannya sekarang adalah kakaknya yang telah mati mungkin dia tak akan percaya dengan penglihatan sendiri, sebab oleh pelbagai alasan ia telah percaya kalau kakaknya benar-benar sudah mati. Sebaliknya Ji Kiu liong merasa sikap Ji Cin peng hari ini sangat aneh, tanpa terasa ditatapnya gadis itu lekat-lekat tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lama lama sekali, ia baru seperti menyadari akan sesuatu, katanya kemudian, Kau benar-benar mirip sekali dengan seseorang! Sungguh? Ji Cin peng tertawa ringan, menurut anggapanmu, aku mirip siapa? Walaupun wajahnya masih tetap tenang dan wajar, namun kewaspadaannya sudah ditingkatkan, ia kuatir pemuda itu berhasil mengenali kembali dirinya. Ji Kiu liong menghela napas panjang panjang, katanya, Kau terlalu mirip dengan kakakku! Ji Cin peng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa sedih, ia berseru, Adik Liong, kau pandai amat mengajak aku bergurau! Meskipun dimulut ia berbicara enteng dan santai, namun butiran air mata tak bisa dibendung lagi, bagaikan sebuah anak sungai segera meleleh kebawah. Sekuat tenaga ia berusaha untuk menguasai diri, dia tahu masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dikemudian hari, jika rahasia tersebut sampai diutarakan sekarang

maka hal tersebut hanya akan menambah kesedihan diantara mereka saja, apa gunanya kalau hanya mendatangkan kejelekan belaka? See ih sam seng tak tahu apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu, ketika mendengar gelak tertawanya yang lengking, dengan perasaan kaget bercampur tercengang mereka segera, mendongakkan kepalanya. Tiba-tiba dari tempat kejauhan sana melayang sesosok bayangan manusia, bagaikan seekor burung elang raksasa, orang itu langsung meluncur mendekat. Belum lagi menghentikan gerakan tubuhnya, dengan gelisah orang itu telah berseru, Buncu, sungguh sulit mencari dirimu!. Kwik To peristiwa apa yang telah terjadi? tegur Ji Cin peng sambil mendongakkan kepalanya. Dengan sorot mata dingin Kwik To melirik sekejap kearah See ih sam seng, kemudian baru tanyanya lagi kepada Ji Cin peng, Buncu kemana perginya Gak Lam kun? Melihat wajahnya yang gelisah, Ji Cin peng segera menuding kearah istana seraya menjawab, Dia sudah masuk kesitu! Buru-buru Kwik To membisikkan sesuatu disisi telinga Ji Cin peng mendengar itu paras muka gadis tersebut segera berubah hebat. Sungguh? serunya. Lohu tak berani berbohong! dengan tangan lurus kebawah Kwik To memberi hormat. Cepat bawa aku kesana! seru Ji Cin peng kemudian sambil melompat pergi meninggalkan tempat itu. Kemudian kepada Ji Kiu liong dia berpesan. Adik Liong, kau baik-baik menanti Gak Lam kun disitu, aku hanya pergi sebentar untuk kembali lagi. Belum habis perkataan itu Ji Cin peng serta Jit-poh-toan-hun Kwik To telah berangkat meninggalkan tempat itu dengan kecepatan luar biasa, menanti Ji Kiu liong ingin bertanya ternyata sudah tak sempat lagi. Antara malaikat racun Lo Kay seng dengan Jit poh toan hun Kwik To terdapat perselisihan yang mendalam, maka ketika dilihatnya orang itu pergi datang sekehendak hatinya ia menjadi amat gusar, sambil mendengus dingin serunya, Kalau bukan bapaknya lagi mampus, kenapa begitu terbirit-birit larinya?

Suara itu tidak terlalu keras pun tidak terlalu lirih, Kwik To yang sudah berada ditempat kejauhanpun sempat mendengar perkataan itu dengan amat jelasnya. Ia segera berpaling sambil serunya. Lo Kay seng, bila aku balik kemari nanti kita bikin perhitungan lagi atas hutang-hutang lama kita! Bagus sekali, lohu sekalian akan menantikan kedatanganmu! jawab malaikat racun Lo Kay seng sambil tertawa seram. Dengan gerakan yang amat cepat, Ji Cin peng serta jit poh toan hun Kwik To berlarian menelusuri jalan setapak sekejap mata kemudian sampailah mereka disuatu tebing yang tinggi. Sambil menunjuk kebawah tebing, tanya Ji Cin peng. Disanakah?. Ehmm..! Kwik To mengangguk, disitulah letak sumber air dari istana air untuk memadamkan api yang berada dalam istana api, pihak Thi eng pang telah bersiap-siap mengalirkan air dalam istana air tersebut kedalam istana api, jika air dan api sampai saling bersentuhan, akibatnya semua alat rahasia didalam istana Kiu-kiong akan hancur berantakan Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jit-poh toan hun Kwik To, Ji Cin peng dapat menyaksikan ada puluhan sosok bayangan manusia sedang berjalan hilir mudik dibawah tebing sana, seakan-akan telah terjadi suatu peristiwa besar ditempat itu. Tiba-tiba Ji Cin peng tertawa, katanya, Biarkan saja mereka repot-repot dulu, dalam istana Kiu kiong boleh dibilang istana api merupakan istana yang paling hebat, kalau mereka sanggup memadamkan api yang berada dalam istana api, hal ini justru akan menguntungkan perguruan panah bercinta kita! Tidak bisa demikian! seru Kwik To dengan cemas, jika sunber air itu sampai mereka hancurkan, maka air dalam bumi pasti akan terpancing untuk meluap keatas permukaan tanah, ruang rahasia pembunuh nagapun pasti akan terendam air dan musnah tak berbekas, jika sampai demikian bukankah usaha perguruan panah bercinta kita selama ini hanya akan sia-sia belaka? Kembali Ji Cin peng tertawa merdu. Kau masih berniat untuk beradu jiwa lantaran benda-benda tersebut..? tegurnya.

Mendengar perkataan itu, Kwik To menjadi terkesiap, buru-buru sahutnya kembali, Jikalau memang niat kita demikian, sewaktu datang kemari Buncu seharusnya tak usah terlampau berambisi! Tiba-tiba Ji Cin peng nenghela napas sedih. Aaai dulu aku memang memiliki niat untuk merajai dunia persilatan, tapi sekarang niatku itu sudah berubah! Apakah dikarenakan Gak Lam kun? tanya Kwik To cepat, hatinya menjadi dingin separuh. Ji Cin peng kembali menghela napas panjang. Aaai mungkin juga demikian! ia mengaku. Tiba-tiba selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Kwik To, katanya kemudian, Kalau begitu, lohu harus membinasakan Gak Lam kun lebih dahulu sebelum bertindak yang lain! Kau berani? teriak Ji Cin peng dengan perasaan tercekat. Aku berani! jawab Kwik To dengan luapan emosi, seandainya bukan disebabkan Buncu, semenjak dulu-dulu aku telah membunuhnya sampai mati, coba bayangkan sendiri, berapa banyak orang dari pihak kita yang sedang menunggu perjuanganmu untuk merajai seluruh dunia persilatan, andaikata kau merubah tujuanmu secara tiba-tiba berapa banyak pula yang akan bersedih hati Bengcu! Perguruan panah bercinta didirikan belum lama, apakah kau hendak membubarkannya hanya dikarenakan persoalan ini? Karena apakah kami semua bersaudara mengikutimu selama ini? Bukankah dikarenakan ingin bersama-sama memperjuangkan diri untuk menguasai seluruh kolong langit? Hmm! Kau sedang memberi nasehat kepadaku? tegur Ji Cin peng dengan nada dingin. Kwik To menjadi amat terperanjat. Apa yang telah lohu katakan, harap jangan Bengcu terima dengan gusar! sahutnya dengan cepat. Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak ia seperti merasakan sesuatu. Ketika sinar matanya mencoba untuk memperhatikan sekeliling tempat itu. dengan cepat ia menjadi tertegun. Ternyata delapan belas elang baja dari pasukan elang baja dengan busur yang dipentangkan lebar-lebar, telah mengarahkan anak panahnya kearah mereka berdua.

Si Tiong pek berada dipaling muka, terdengar ia sedang membentak dengan suara dingin, Jangan bergerak! Ji Cin peng masih tetap bersikap santai, seakan-akan sama sekali tidak merasakan akan kehadiran mereka, hanya ujarnya dingin, Hmm, gagah amat kau hari ini! Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh mana mana, kalau dibandingkan dengan Buncu dari perguruan panah bercinta, aku masih kalah jauh sekali Tiba-tiba nada suaranya berubah, katanya lebih lanjut dengan suara dingin, Jangan berkutik, walaupun aku kenal denganmu, tapi anak buahku tak ada yang kenal dengan dirimu, panah tajam yang tak berperasaan lebih-lebih tak akan memilih orang, berani berkutik hati-hati dengan serangan kami, jangan sampai menyesal setelah tiba dialam baka nanti! Ji Cin peng tertawa dingin tiada hentinya, tiba-tiba ia memutar tubuhnya. Perguruan panah bercinta tak pernah tunduk dibawah ancaman orang lain katanya. Betul, betul, cuma kali ini adalah terkecuali! Si Tiong pek masih juga mengejek dengan sinis. Jit poh toan hun Kwik To segera menunjukkan rasa gusar yang amat tebal, serunya, Sedikitpun tiada terkecuali, tak sedikit pertarungan besar dan kecil yang pernah lohu alami, situasi yang lebih gawat dan berbahaya daripada suasana saat inipun sudah banyak yang kujumpai, jika kau cerdik lebih baik suruh saja mereka untuk menurunkan bendabenda yang memuakkan itu! Agaknya Si Tiong pek sudah mempunyai rencana yang cukup matang dalam hatinya, ia berkata, Tidak sulit jika kalian berharap agar kami lepas tangan, tapi kamu berdua harus menyanggupi pula sebuah permintaanku Tak usah membuang waktu dengan percuma tukas Ji Cin peng sambil goyangkan tangannya berulangkali, nonamu tak akan mengabulkan satu permintaanpun! Hmmm..! Bagus sekali, kalau begitu jangan salahkan kalau aku tidak berperasaan! Baru saja dia akan memberi tanda kepada anak buahnya untuk melepaskan panah, mendadak dari arah belakang terdengar seorang berseru dengan suara dingin, Untuk menyelamatkan jiwa sendiripun tak mampu, masih beraninya berlagak sok gagah disini! Si Tiong pek amat terkesiap, dia tahu suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya

Ketika ia mencoba untuk berpaling ke belakang maka tampaklah dibelakang kedelapan belas elang baja itu telah berdiri puluhan orang jago lihay dari perguruan panah bercinta yang sama-sama mementangkan pula gendewanya, moncong anak panah tertuju kepunggung mereka. Tampaknya jika ia berani memberi tanda untuk melancarkan serangan sekalipun mereka berhasil melukai Buncu dari perguruan panah bercinta, namun korban dipihaknya lebih parah lagi, bahkan kemungkinan besar seluruh pasukannya akan musnah disitu Melihat gelagat berbalik tidak menguntungkan pihaknya, Si Tiong pek kembali tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh kelabang menangkap comberet, tak tahunya sang burung mengintai dari belakang, tampaknya tindakan dari aku orang she Si terlambat selangkah! Hmm, kau bisa lunak bisa keras, memang tak malu sebagai seorang lelaki! kata Ji Cin peng dingin. Seperti diketahui, Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang licik dan berhati keji, setelah mengetahui bahwa situasi tidak menguntungkan bagi pihaknya, dengan cepat dia mengambil keputusan untuk bersikap ramah kepada lawannya, senyumanpun segera menghiasi ujung bibirnya. Mendengar sindiran tersebut, merah padam selembar wajahnya karena jengah, sahutnya. Kalau dibandingkan dengan perguruan panah bercinta, aku orang she Si masih kalah jauh sekali! Ji Cin peng mendengus dingin, Hmm! Kau masih belum suruh mereka menurunkan benda-benda yang memuakkan itu Oooh, tentu saja, tentu saja! jawab Si Tiong pek buru-buru sambil tertawa. Ketika ia memberi tanda dengan ulapan tangan, delapan belas elang baja tersebut serentak menarik kembali anak panahnya. Ji Cin peng tertawa dingin, katanya kemudian, Barusan kau yang berlagak sok, maka sekarang tibalah giliranku untuk menunjukkan kebolehan! Diam-diam Si Tiong pek merasa terkesiap setelah mendengar perkataan itu, katanya lagi dengan lirih, Mana, mana, sampai hari ini aku orang she Si belum pernah berlagak sok kepada siapapun! Aku hendak mengajukan beberapa buah pertanyaan kepadamu, aku minta kau menjawab dengan sejujurnya!

Senyum licik menghiasi ujung bibir Si Tiong pek. Kalau aku enggan menjawab? dia bertanya. Hmm, aku pikir kau pasti bisa membayangkan sendiri akibatnya bukan..? Dalam keadaan yang terdesak begini Si Tiong pek tak berani membangkang lagi, katanya dengan dingin, Ajukanlah pertanyaanmu! Dalam hati diam-diam ia tertawa dingin pikirnya, Perempuan sialan, kau tak usah bermimpi disiang hari bolong kalau ingin mengorek keterangan dari mulut aku Si Tiong pek, hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu gampang! Ji Cin peng berpikir sejenak, kemudian katanya, Air didalam istana air apakah bisa dialirkan kedalam istana api? Terkesiap Si Tiong pek ketika mendengar pertanyaan itu jawabnya cepat-cepat, Tidak bisa, kamipun tak berani? Kenapa? tanya gadis itu tertegun. Dengan berterus terarg Si Tiong pek menerangkan, Sebab sebagian besar air yang terkandung didasar tanah adalah air hitam, jika air hitam tersebut sampai berjumpa dengan api, bukan saja tak akan memadamkan api didalam istana api, malahan akan semakin menambah besarnya kobaran api ditempat itu, karena resikonya amat besar dan lagi tiada manfaatnya, terpaksa pihak Thi eng pang kami harus urungkan niat ini! (Yang dimaksudkan air hitam disini, sekarang lazim dikenal sebagai minyak bumi) Sungguhkah perkataanmu itu? seru Ji Cin peng dengan wajah tercengang, rupanya dia kurang percaya. Setiap patah kataku adalah ucapan yang sejujurnya! sahut Si Tiong pek dengan serius. Kalau begitu pergilah! Selesai berkata Ji Cin peng segera berlalu dari tempat itu, diikuti para jago lainnya dia langsung berangkat menuju keistana api. Sementara itu Si Tiong pek masih berdiri termangu-mangu ditempat semula, belum dia sempat berlalu dari situ, mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara senandung yang amat keras, Rumput nan hijau, hatiku murung. Bukankah hanya kepadaku, tiada sanak tiada keturunan. Rumput nan hijau, betapa rindu hatiku.

Tidak cinta padaku, tiada terkabul keinginanku. Sehari tak bersuara, rasanya bagaikan tiga bulan. Senandung itu membawa nada yang memedihkan hati, membuat siapapun yang mendengar ikut merasa terharu. Ketika Si Tiong pek mendongakkan kepalanya dan mengetahui siapa yang datang, dengan perasaan ngeri bercampur takut, ia mundur beberapa langkah kebelakang. Tampak seorang nyonya tua berbaju putih sambil membawa beberapa kerat tulang manusia bergerak datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa, ternyata dia bukan lain adalah Hay sim li yang sudah sinting dan tidak waras otaknya itu. Tiba-tiba Hay sim li tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya, Ooh Yo long! Kau sungguh amat menderita Ketika dilihatnya Si Tiong pek berada disitu, dengan suara penuh kegusaran bentaknya, Bocah keparat, kau si bocah keparat yang telah membohongi diriku kau keparat! Dengan ketakutan Si Tiong pek mundur beberapa langkah kebelakang, jeritnya, Locianpwe! Kau adalah penipu ulung, heeehh heeehh heeehh kau bilang kaulah murid Yo long! seru Hay sim li sambil tertawa seram, selangkah demi selangkah ia berjalan makin mendekat. Si Tiong pek yang menyaksikan raut wajahnya makin menyeringai menakutkan, ia semakin ketakutan lagi, serunya, Aku Haaahh haaahh haaahh kau bilang Yo Long belum mati, dimanakah dia sekarang? Paras muka Si Tiong pek berubah bebat tapi ketika dilihatnya beberapa kerat tulang yang berada dalam bopongannya itu, dengan cepat dia berseru, Itu dia berada dalam boponganmu! Hay sim li segera membelai tulang manusia itu dan tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh benarkah? Yo Long, benarkah kau berada dalam boponganku? Jelaslah sudah hawa kesadaran otak perempuan ini sudah kacau dan tidak waras lagi, sepanjang hari yang dia ingat hanya muridnya tidak lebih tepat kalau dikatakan sebagai kekasihnya Tok liong cuncu Yo Long!

Buru-buru Si Tiong pek berseru kembali, Yaa, benar, Yo Long berada didalam boponganmu! Gelak tertawa Hay sim li semakin memekikkan telinga. Haaahh haaahh haaahh kau baik sekali, tolong beritahu kepadaku, dia sudah mati atau belum? Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek tak tahu bagaimana harus menjawab, maka jawabnya kemudian, Dia belum mati! Tiba-tiba Hay sim li mendengus marah. Hmmm! Kau lagi-lagi membohongi aku, kalau dia belum mati, berada dimanakah dia sekarang? Ketika dilihatnya perempuan itu menjadi gusar kembali, terpaksa sambil keraskan kepala sahut Si Tiong pek, Dia berada dalam hatimu! Dengan suatu gerakan yang sangat cepat. Hay sim li mencengkeram urat nadinya, lalu berkata dengan lirih, Kenapa aku tak melihat dirinya? Sekarang Si Tiong pek sudah yakin kalau dia benar-benar telah gila, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya. Yo Long telah pergi kesuatu tempat yang jauh sekali katanya, ia tak akan kembali lagi kesini, kecuali kalau kau pergi mencari dirinya! Dia telah kemana? tanya Hay sim li setelah tertegun beberapa saat lamanya. Pergi ke langit barat yang penuh kebahagiaan! sahut Si Tiong pek sambil menggertak giginya kencang-kencang. Haaahhh haaahhh haaahhh Menyusul gelak tertawa yang amat keras itu, Hay sim li melemparkan tubuh Si Tiong pek ketengah udara Aku akan pergi mencarinya demikian ia berseru sambil berhenti tertawa, kalau tidak kutemukan, maka kau harus membantuku untuk mencarinya sampai ketemu! Si Tiong pek tidak menyangka kalau dia sudah segila ini mencintai kekasihnya, buruburu serunya kembali. Untuk bisa menemukan kembali dirinya maka kau harus melakukan perjalanan yang jauh, jauh sekali

Cepat-cepat dia merangkak bangun dari atas tanah dan menyingkir sejauh-jauhnya dari situ. Ia kuatir dilemparkan kembali oleh Hay sim li ketengah udara Sekali lagi Hay sim li tertawa terbahak-bahak dengan suara yang lengking, tajam dan mengerikan. Haaahhh haaahhh haaahhh aku tidak takut untuk melakukan perjalanan jauh, aku pasti akan mencarinya sampai ketemu aku pasti akan menemukannya kembali Seraya berkata dia lantas berkelebat pergi dari situ dan berangkat menuju kearah barat. ooocooOooooooo ISTANA API! Istana tersebut merupakan tempat yang paling berbahaya dalam istana Kiu ciong kiong. Bara api yang membara, bisa membuat langit serasa berubah menjadi kota api. Batu karang pun bisa hancur menjadi abu dan berubah menjadi air, bagaikan selokan mengaliri kedasar tebing. Kecuali kobaran api yang membakar, hakekatnya dalam istana api tidak dapat dijumpai sesuatu benda apapun, berhubung api memancar keluar tiada hentinya dari dasar bumi, hal mana membuat pemandangan disitu tampak indah tapi mengerikan. (Kalau jaman sekarang, orang mengatakan tempat semacam itu sebagai gunung berapi). Api! Api! Api! Itulah satu-satunya yang bisa ditemukan dalam istana tersebut. Baru saja memasuki istana api, Gak Lam kun segera merasakan sekujur tubuhnya kepanasan bagaikan mau terbakar saja, ia merasa dirinya mulai tak kuasa menahan diri,sehingga tanpa terasa ia tak berani maju lebih kedalam selangkah lagi. Padahal pada waktu itu mereka belum benar-benar mendekati tempat yang berapi tempat itu baru tiga kaki jauhnya dari mulut gua, bila maju beberapa kaki lagi kedepan, kepundan dimana api berkobar baru akan terlihat jelas. Anehnya, ternyata gadis berbaju perak itu sama sekali tak nampak menderita, malahan sambil tertawa cekikikan katanya. Kau masih sanggup mempertahankan diri Gak Lam-kun adalah seorang lelaki aneh dari dunia persilatan, bukan saja bakatnya bagus, otaknya juga cerdas, hal mana menimbulkan sifat tinggi hati pada dirinya.

Ketika mendengar pertanyaan tersebut, ia segera tertawa dingin kemudian sambil menggertak gigi dia maju beberapa kaki lagi kedepan. Tapi gelombang udara panas yang berhembus datang kian lama kian bertambah kuat, ia merasakan sekujur tubuhnya hampir musnah rasanya, peluh yang mengucur keluar bagaikan hujan deras, ketika menetes ketanah segera berubah menjadi uap putih dan lenyap tak berbekas. Sambil menahan penderitaan, jawabnya, Aku tidak takut! Mendadak gadis berbaju perak itu mendekati tubuhnya, lalu berkata, Aku paling suka dengan watak yang berjiwa seperti kau! Sambil berkata, dengan telapak tangannya yang putih mulus dicekalnya lengan Gak Lamkun. Segulung udara dingin yang menyegarkan dengan cepat mengalir keluar dari tubuhnya. Gak Lam-kun segera merasakan udara panas yang menyerang tubuhnya lenyap seketika itu juga, penderitaan yang menyiksa tubuhnya ikut pula berkurang, kenyataan ini membuatnya menjadi terkejut bercampur keheranan. Dengan cepat dia berpikir, Heran, kenapa dia tidak takut panas? Kenapa pula dari balik tubuhnya bisa berhembus keluar hawa sedingin ini? Ketika dilihatnya tangan sinona yang putih halus itu hendak memegang tangannya, dengan cepat dia berkelit kesamping sambil serunya, Antara laki-laki dan perempuan ada batas-batasnya, lebih baik nona bisa eedikit menjaga diri! Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih. Aaai mengapa sikapmu begitu dingin dan sama sekali tidak berperasaan? keluhnya. Aku sama sekali tidak bermaksud menghina atau memandang rendah diri nona! Gadis berbaju perak itu gelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang lagi. Aaai! Kau memang seorang manusia aneh yang menyenangkan, tapi kaupun seorang laki-laki yang menggemaskan! Seperti apa yang kau katakan, mungkin aku adalah manusia macam begitu! Gadis berbaju perak itu segera tertawa cekikikan. Tapi aku amat suka denganmu! tambahnya.

Perkataan itu diucapkan dengan jujur dan terbuka, dari atas wajahnya sama sekali tidak ditemukan kepalsuan atau kepura-puraan, bahkan sehabis mengucapkan kata tersebut ditatapnya wajah Gak Lam-kun dengan sinar mata penuh rasa cinta. Diam-diam Gak Lam-kun merasa terkesiap, sengaja dengan suara dingin dia berkata, Apakah tujuanmu mengajak aku memasuki istana api ini hanya untuk menyampaikan kata-kata itu? Bukan! gadis berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulangkali. aku hendak menciptakan dirimu sebagai manusia yang paling tangguh didunia ini! Dengan cepat Gak Lam-kun menggelengkan kepalanya berulangkali. Aku sama sekali tak berminat untuk menjadi manusia nomor satu dalam dunia ini, aku hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan budi dan dendam diantara kita berdua, asal ini sudah beres maka hatiku pun merasa puas, maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja! Seusai berkata dia lantas putar badannya dan siap pergi meninggalkan tempat itu. Tunggu sebentar! seru gadis berbaju perak itu mendadak sambil menyambar tangannya. Gak Lam-kun menjadi tertegun. Kau masih ada urusan apalagi? Pelan-pelan gadis berbaju perak itu menghela napas sedih. Apakah tujuan dari gurumu menyuruh kau datang kemari untuk menerima Lencana pembunuh naga ini? ia bertanya. Sekali lagi Gak Lam-kun tertegun. Suhu sama sekali tidak meninggalkan pesan apa-apa, karena dia keburu sudah mati lebih dulu! Gadis berbaju perak itu segera tertawa sedih. Sungguh mengharukan dan kasihan, tapi ibuku jauh lebih mengenaskan lagi! Setelah gelengkan kepalanya berulangkali, tiba-tiba dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, ia berkata lebih jauh, Ketika suhumu menyerahkan Lencana pembunuh naga tersebut kepada ibuku dulu, dia pernah berkata bahwa dua puluh tahun kemudian jika ada seorang Jago lihay yang tiada tandingannya muncul di kolong langit, maka orang itu pasti adalah muridnya!

Ibu tidak percaya, setelah menerima Lencana itu dia bersumpah kepada gurumu dengan menyatakan bahwa dua puluh tahun kemudian Lencana pembunuh naga ini pasti akan terjatuh ketanganku, karena sumpah itu mereka berdua menjadi berselisih dan akhirnya mengakibatkan pertengkaran hebat. Baru untuk pertama kali ini Gak Lam-kun mendengar kisah tentang gurunya, buru-buru dia berseru, Jadi kalau begitu Lencana pembunuh naga ini adalah benda yang harus diperebutkan diantara kita berdua? Yaa, dalam kenyataan memang demikian, tapi agaknya aku sudah tiada harapan lagi! Gak Lam-kun tidak mengerti apa yang dimaksudkan sebagai tiada harapan lagi itu? Tapi ia tahu bahwa hal ini pasti ada alasannya. Pemuda ini tahu gurunya Tok liong Cuncu adalah manusia yang amat memandang tinggi soal nama, maka jika dia pernah bersumpah demikian, itu berarti gurunya telah memperhitungkan bahwa Lencana pembunuh naga itu pada akhirnya pasti akan menjadi miliknya. Mendengar kisah tersebut Gak Lam-kun segera mengambil keputusan didalam hati, pikirnya, Suhu tewas dalam keadaan yang mengenaskan sebelum meninggal diapun meminta kepadaku untuk mencemerlangkan kembali namanya serta membalaskan dendam atas sakit hatinya, jikalau Lencana pembunuh naga memang benar merupakan benda yang dipersengketakan antara suhu dengan Thian san soat li, maka bagaimanapun juga aku harus berusaha untuk mendapatkan benda itu Berpikir sampai disitu, sambil tertawa terbahak-bahak dia lantas berkata, Masa depan nona masih terbentang luas, kenapa kau mengatakan kalau sudah tiada harapan lagi? Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang. Sejak ibu melahirkan aku, ia sudah ditakdirkan untuk kalah, akupun telah bersiap-siap untuk tidak berebut denganmu, tapi dipihak yang lain sudah dipastikan akulah yang bakal menang, cuma dalam bagian apakah itu, maaf kalau aku tak bisa memberitahukan kepadamu! Kata-kata yang mengandung maksud mendalam ini sungguh membuat orang merasa bingung dan tercengang. Dengan cepat Gak Lam-kun menjura. Terima kasih banyak atas kesediaan nona untuk memenuhi harapanku, aku mengucapkan terima kasih lebih dulu! Gadis berbaju perak itu segera menangkap tangan pemuda itu, kemudian katanya, Sekarang aku boleh memegang tanganmu bukan?

Aku tidak tahu! jawab Gak Lam-kun dengan wajah merah membara karena jengah. Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, katanya lagi, Kau jangan menganggap aku ini rendah dan tak tahu malu sengaja hendak bermesraan denganmu, sebab jika aku tidak berbuat demikian, maka jangan harap kau bisa memasuki istana api ini! Walaupun diluar Gak Lam-kun tidak berkata apa-apa lagi, namun dalam hatinya merasa amat setuju dengan kata-kata tersebut Dengan sepasang biji matanya yang jeli, gadis berbaju perak, itu melirik sekejap kearahnya, tiba-tiba ia tertawa merdu. Agaknya ia telah berhasil menebak suara hatinya, maka sambil tertawa kembali katanya, Apakah kau tidak merasa heran kenapa aku tidak takut dengan hawa panas disini? Gak Lam-kun ikut tertawa. Semenjak tadi aku sudah merasa keheranan, hanya saja aku tak tahu bagaimana harus bertanya! Kesemuanya ini adalah disebabkan oleh khasiat Lencana pembunuh naga tersebut, diatas lapisan Lencana itu terdapat selapis batu kemala dingin yang berasal dari tanah bersalju, kemala dingin itu merupakan tandingan dari kobaran api disini, bila kau berada dekat denganku, maka kau tak akan merasa takut lagi dengan panasnya kobaran api ditempat ini Begitulah, sambil bersenda gurau tanpa terasa mereka sudah masuk puluhan kaki lagi kedalam istana api. Sementara itu jilatan api sudah membara diempat penjuru, disetiap sudut ruangan hanya gumpalan api yang membara saja yang dapat dijumpai, ini membuat pemandangan disitu berubah menjadi merah membara Keajaiban alam memang tak bisa dibicarakan dengan kata-kata, oleh karena mereka berdua memiliki kemala dingin yang merupakan tandingan hawa panas, maka kedua orang itu bisa lewat dengan selamat. dimana mereka berjalan, disitu kobaran api menyingkir dengan sendirinya, bahkan tanah yang mereka laluipun ikut terasa menjadi dingin. Gak Lam-kun merasakan suatu keanehan yang luar biasa, ia hampir tak percaya kalau dirinya masih bisa hidup segar bugar dalam istana api, tapi kenyataan berbicara demikian, sekalipun merasa heran juga tak ada gunanya. Mendadak dari arah depan sana berkumandang suara auman yang aneh sekali.

Menyusul auman yang keras dan memekikkan telinga itu, terdengar suara gesekan tanah yang keras diikuti getaran gempa yang kuat melanda dinding batu disekitar sana. Paras muka gadis berbaju perak itu kontan saja berubah hebat, serunya tertahan, Aduh celaka, naga api telah munculkan diri! Naga api? ulang Gak Lam-kun tak kalah kagetnya. Baru selesai mereka berkata, tiba-tiba dari depan sana muncul sebuah makhluk aneh yang berbentuk mengerikan, empat buah mata raksasa yang menonjol keluar terpancang pada dua buah kepala aneh yang besar, sambil bergerak maju betul lidahnya yang merah tiada hentinya menyemburkan kobaran api besar. Sejak dilahirkan didunia, belum pernah Gak Lam-kun menjumpai makhluk raksasa seaneh ini, saking kagetnya dia sampai berdiri mematung disana. Selapis hawa murung menghiasi pula wajah nona berbaju perak itu, katanya, Sepanjang hidupnya makhluk aneh ini hanya makan api, sekarang kita tak bisa maju kedepan, entah bagaimana baiknya? Apakah didunia ini tiada cara lain untuk menaklukkan mereka? tanya Gak Lam-kun dengan perasaan tercekat. Gadis berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulangkali. Untuk sesaat aku masih belum berhasil menemukan suatu cara yang baik untuk mengatasi hal ini! Mendadak naga api itu menjulurkan kepalanya yang besar dan menerjang kearah mereka berdua. Cepat mundur! hardik Gak Lam-kun. Sambil menarik tangan gadis berbaju perak itu mereka mundur kebelakang, dengan cepat telapak tangan kanannya didorong kedepan Blaam! Oleh tenaga pukulan yang sangat dahsyat tersebut, tubuh naga api tersebut hanya goncang sedikit saja, bukan saja tidak menjadi takut sebaliknya malah meraung keras, mengikuti raungan yang amat dahsyat tersebut kobaran api yang membara dalam gua itu makin menghebat. Gak Lam-kun segera merasakan silaunya sinar yang amat menusuk pandangan mata. Gadis berbaju perak itupun menjerit kaget.

Aduh mataku sakit benar! Tanpa mereka berdua sadari, kedua orang itu sudah terkena racun panas yang luar biasa dahsyatnya dalam dunia ini, untung saja tenaga dalam yang mereka miliki amat sempurna, sehingga racun itu tak sampai bekerja cepat. Pada saat yang kritis inilah, mendadak gadis berbaju perak itu mengeluarkan lencana pembunuh naga dari sakunya, sambil menghela napas ia mengeluh, Bisa atau tidak melewati bencana ini, terpaksa kita harus tergantung pada tindakan ini! Lencana pembunuh naga itu segera diayunkan ketengah udara kemudian digoyangkan berulangkali. Tiba-tiba suatu peristiwa aneh telah terjadi Tersorot oleh cahaya yang memancar keluar dari Lencana pembunuh naga tersebut, mendadak naga api itu mundur kebelakang dengan ketakutan bahkan sikapnya tampak mulai gugup. Sambil maju kedepan, gadis berbaju perak itu segera membentak, Mengapa masih belum enyah dari sini? Naga api itu menjerit sedih, tanpa membuang waktu lagi binatang tersebut memutar badannya dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Setelah naga api itu lenyap dari pandangan, Gak Lam-kun baru menghembuskan napas lega keluhnya dihati, Oooh, sungguh berbahaya! Mereka berdua tak berani berhenti lebih lama lagi disitu cepat-cepat kedua orang itu angkat kaki dari sana dan melanjutkan perjalanannya masuk kedalam istana api. Tiba-tiba kedua orang itu sama-sama berdiri tertegun. Pada ujung istana api itu terdapat sebuah selokan kecil yang melingkar kesana kemari sebagai sungai, sungai itu telah menghadang merapatnya kobaran api lebih kedalam. Tepat berseberangan dengan gua api itu, tampak rumput tumbuh dengan suburnya, aneka warna bunga menyiarkan bau yang harum semerbak, ternyata disitu terdapat sebuah tempat yang sangat indah bagaikan nirwana. Diatas permukaan rumput nan hijau, lamat-lamat berlapiskan salju tipis yang menambah segarnya suasana Kejadian aneh memang bisa dijumpai didalam dunia yang penuh keajaiban ini, siapa yang akan menyangka kalau ditepi neraka yang panas bisa terdapat sebidang tanah yang subur dengan udara yang segar?

Tidak mengalami sendiri, siapapan tak akan percaya kalau hal ini merupakan suatu kenyataan. Dengan wajah berseri dan penuh kegembiraan, gadis berbaju perak itu berteriak. Oooh tempat ini sungguh merupakan sebuah tempat yang sangat indah sekali! Gak Lam-kun tertegun pula menghadapi kejadian itu, tiba-tiba ujarnya. Coba kau lihat! Mengikuti arah yang ditunjuk, dari bawah bunga sakura yang sedang mekar tiba-tiba muncul seorang gadis berbaju merah. Dengan mengitari sungai kecil itu, dengan cepat mereka berdua lari mendekati gadis itu. Gadis berbaju merah yang berdiri dibawah pohon bwe itu memiliki wajah yang cantik jelita bagaikan bidadari dari kahyangan, ditambah suasana yang permai dan pemandangan indah disitu, membuat siapapun merasa seolah-olah dirinya sudah tiba didalam swargaloka. Semua keajaiban yang terbentang dihadapannya ini membuat Gak Lam-kun tertegun dan berdiri termangu untuk beberapa saat, pikirnya. Gadis berbaju perak ini sudah terhitung gadis cantik rupawan yang tiada keduanya didunia ini, tapi bila dibandingkan dengan gadis berbaju merah ini, maka ibaratnya kunang-kunang dengan rembulan, sungguh nyata sekali bedanya aku benar-benar tak percaya kalau didunia ini benar-benar terdapat gadis secantik ini! Mendadak terdengar suara yang dingin tapi lembut berkumandang disisi telinga mereka Kedengaran gadis berbaju merah itu berkata. Kalian jangan menyentuh aku Kenapa? tanya gadis berbaju perak itu tertegun. Mencorong sinar tajam dari mata gadis berbaju merah itu, sahutnya pelan. Tubuh kasarku telah mati tapi sukmaku masih utuh, bila kau menyentuh diriku maka sepanjang masa aku tak dapat menitis kembali. Gadis berbaju perak itu menjadi bergidik. Kau ini manusia atau setan? bisiknya.

Paras muka gadis berbaju merah itu sama sekali tanpa emosi, kecuali sepasang biji matanya yang masih bisa bergerak, sekujur badannya seperti telah mati saja, berdiri kaku disitu tanpa berkutik barang sedikitpun juga. Setelah menghela napas panjang, ia menerangkan, Sudah hampir enam puluh tahun lamanya aku berdiri terus disini, karena melanggar pantangan aku dikirim kemari oleh pemilik istana api, dan hari ini kalian telah datang kesini berarti aku bisa menitis kembali Enam puluh tahun? Apakah selama ini kau berdiri terus disitu? tanya sang nona. Benar selama enam puluh tahun lamanya siang malam aku selalu berharap ada orang yang membawa lencana pembunuh naga datang kemari, akupun selalu berharap pendatang itu adalah seorang gadis kalau tidak Kenapa harus demikian tukas Gak Lam-kun keheranan. Hanya seorang gadis yang bisa membuatku menitis kembali, aku akan meletakkan sukmaku yang masih utuh dan tak mau membuyar ini kedalam tubuh kasar gadis tersebut, dengan demikian walaupun jasadku telah mati, sukmaku masih hidup (Tentang apa sebabnya bisa demikian? Hingga kini para ahli ilmu sukma masih giat melakukan penyelidikan). Jadi kalau begitu, kau hendak menggunakan tubuhku sebagai tempat penitipan sukmamu? seru gadis berbaju perak itu terperanjat. Yaa benar, inilah keberuntunganmu! sahut gadis berbaju merah itu, pada enam puluh tahun berselang aku Ang ih kim cha (tusuk kundai emas berbaju merah) adalah perempuan paling cantik didunia ini, setelah sukmaku masuk kedalam tubuh kasarmu, maka bukan saja kau akan menjadi gadis paling cantik didunia ini, kaupun akan menjadi manusia yang paling tinggi ilmu silatnya diseantero jagad Pada saat itulah mendadak Gak Lam-kun menyeka matanya dengan kesakitan sambil mengeluh, Aduh kenapa dengan mataku Gadis berbaju merah itu menjawab. Kalian sudah terkena serangan racun api yang menyusup kedalam tubuh kalian berdua, walaupun lencana pembunuh naga bisa melawan pengaruh racun api itu, namun hanya mata yang tak sanggup menahan diri, dalam satu jam mendatang kalian akan menjadi buta! Habis-habislah sudah segala sesuatunya, kalau Gak Lam-kun benar-benar menjadi buta maka segala sesuatunya benar-benar akan selesai

Oooh tak mungkin keluh Gak Lam-kun sambil menggosok terus matanya yang sakit. Kalian tak usah panik kembali gadis berbaju merah itu berkata, dibawah kakimu terdapat sebuah bunga bwe merah, disitu terdapat dua lembar daun yang lebar, bunga itu tumbuh oleh panasnya api dari dasar bumi, jika kalian berdua memakannya maka bukan saja racun yang menyerang mata kalian akan sembuh dengan sendirinya, bahkan bisa pula membuat kalian berdua selamanya memiliki tenaga yang melampaui siapapun dan tiada tandingannya didunia ini Ketika gadis berbaju perak itu menundukkan kepalanya dan memperhatikan tempat yang dimaksud, benar juga, ia temukan disitu tumbuh sebuah pohon bunga bwe yang berwarna merah membara, disisinya tumbuh dua lembar daun yang berwarna merah pula seperti darah, daun itu tampak segar, merah dan menyenangkan. Cepat-cepat mereka berdua memetik daun itu dan ditelannya, betul juga, tak lama kemudian mata mereka yang sakit telah sembuh kembali seperti sedia kala. Pelan-pelan gadis berbaju merah itu berkata lebih lanjut. Adapun tujuan adanya Lencana pembunuh naga dalam dunia adalah untuk menolong diriku dari penderitaan, orang yang akan menolongku ini bisa memperoleh tambahan tenaga dalam sebesar puluhan tahun hasil latihan, itulah yang diinginkan oleh setiap umat persilatan yang berada didunia ini Mendadak paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi merah membara, dari balik matanya tiba-tiba memancar keluar serentetan sinar yang aneh sekali. Sedangkan gadis berbaju perak itupun memperlihatkan gejala yang sama, sepasang pipinya berubah menjadi merah membara bagaikan buah tho yang masak merah diantara putih yang menyelimuti pipinya membuat ia tampak lebih cantik. Suatu gejolak api asmara yang tiba-tiba membara dalam dada Gak Lam-kun membuat pemuda itu tak sanggup mengendalikan diri akhirnya seperti harimau kelaparan ia menubruk kedepan lalu merangkul gadis berbaju perak itu erat-erat. Ketika tubuhnya disambar oleh pemuda itu ternyata gadis berbaju perak itupun menjatuhkan diri kedalam pelukannya malah kemudian ia balas merangkul pemuda itu dan menempelkan bibirnya yang mungil itu keatas bibir Gak Lam-kun. Ketika empat lembar bibir saling menempel dan berciuman, tubuh mereka berdua samasama bergetar keras. Membutuhkan membutuhkan tiba-tiba muncul suatu kebutuhan mendadak dalam hati mereka berdua.

Sambil memejamkan matanya, kata nona berbaju merah itu. Barang siapa mendapatkan Lencana pembunuh naga dia harus menjadi suami istri, ini sudah ditakdirkan semenjak dulu. Ketahuilah bunga bwe merah yang kalian makan itu adalah Yen yang bwe (bunga bwe perjodohan), jika birahi yang merangsang ditubuh kalian tidak disalurkan, maka darah dalam tubuh kalian akan meledak yang mengakibatkan kematian secara mengerikan! Kata-kata tersebut diucapkan dengan nada wajar, seakan-akan hal mana sudah pasti akan terjadi. Namun kata-kata terakhirnya itu sudah tidak terdengar lagi oleh Gak Lam-kun maupun gadis berbaju perak itu, mereka hanya merasakan pergolakan napsu birahi yang sangat hebat didalam hatinya, membuat siapapun tak sanggup mempertahankan diri. Api birahi telah berkobar dalam dada Gak Lam-kun, tiba-tiba ia berbisik lirih. Adikku sayang, aku ingin Ehmm aku akupun ingin sahut nona berbaju perak itu lirih. Bersediakah kau serahkan kesucianmu kepadaku! bisik Gak Lam-kun lagi dengan kesadaran makin punah. Kesadaran si nona berbaju perakpun sudah makin pudar, dengan suara merayu sahutnya, Pintu kesucian telah lama menanti kedatangan kekasih, ooh engkoh Kun cepatlah labuhkan sampanmu dalam dermagaku Dengan gerakan yang cepat, Gak Lam-kun mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dari gaun, baju dalam, sampai celana dalamnya kemudian membelai, meremas dan merabanya dengan penuh kenikmatan Dalam waktu singkat, nona berbaju perak itu telah berada dalam keadaan bugil, tubuh yang putih dan mulus bagaikan salju ternyata memiliki sepasang payudara yang montok dan menggairahkan, pahanya yang setengah terbuka yang memperlihatkan sebuah jalur merah yang menongol keluar disekeliling hutan bakau lebat Gak Lam-kun tak sanggup menguasai diri lagi, terutama sesudah menyaksikan belahan selokan yang merah merekah itu mendadak ia tanggalkan pula semua pakaiannya lalu menubruk keatas tubuh gadis itu, menindihnya merabanya meremas payudaranya dan sampan pun melabuh dengan tenangnya memasuki dermaga. Titik-titik merah menghiasi tanah rerumputan nan hijau

Gak Lam-kun tak sanggup mengendalikan birahinya lagi, ia peluk tubuh gadis berbaju perak itu erat-erat, menggerakkan tubuhnya dengan penuh gairah matanya terpejam rapat, sementara bibirnya merintih melagukan irama syahdu Tampaknya gadis berbaju perakpun tak sanggup mengendalikan kobaran napsu dalam hatinya, dia imbangi gerakan kekasihnya dengan suatu permainan yang menawan hati Dengan napas yang memburu, tetesan keringat yang membasahi tubuh serta rintihan kenikmatan menciptakan serangkaian pemandangan yang menawan hati Pada saat puncak kenikmatan inilah, mendadak nona berbaju merah yang berdiri kaku itu jatuh keatas tanah dengan memperdengarkan suara keras. Menyusul kemudian gadis berbaju perak dan Gak Lam-kun tergetar keras tubuhnya, dengan cepat mereka tersadar kembali dari pengaruh birahi masing-masing Nasi telah menjadi bubur, sampanpun telah berlabuh didermaga, sepasang muda mudi itu hanya bisa saling berpandangan dengan mata terbelalak dan muka terheran-heran Akhirnya meledaklah isak tangis yang memilukan hati dari nona berbaju perak itu. Ini semua membuat Gak Lam-kun merasa pikirannya makin kalut, ia merasa makin bersedih hati. Isak tangis gadis berbaju perak itu sungguh memedihkan hati, ia merasa tidak seharusnya keperawanannya hilang dengan begitu saja, atau paling tidak, ia harus dilamar lebih dahulu secara resmi sebelum mempersembahkan kesucian tubuhnya kepada anak muda tersebut. Dengan isak tangis yang tertahan, diapun berbisik, Engkoh Kun, sejak kini tubuhku sudah menjadi milikmu! Gak Lam-kun merasa hatinya sakit sekali bagaikan diiris-iris dengan pisau, diam-diam ia memaki diri sendiri, Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun kau telah merusak keperawanan Ji Cin peng, sekarang merusak pula keperawanan gadis ini, begitu tegakah hatimu untuk melakukan kesemuanya itu? Ingatlah, Ji Cin peng mati lantaran kau. Dengan pikiran yang kalut, ia lantas mengangguk berulangkali. Aku tahu, aku dapat menjaga dirimu baik-baik! Apakah kau hanya akan menjaga diriku saja? tanya si nona berbaju perak itu dengan wajah tak senang. Tercekat hati Gak Lam-kun.

Tidak! buru-buru sahutnya, aku dapat mencintaimu sedalam-dalamnya! Setelah nasi sudah menjadi bubur, apalagi yang bisa dia lakukan kecuali mengakui kenyataan tersebut? Semoga saja kau dapat berbuat demikian! kata nona berbaju perak itu dengan sedih. Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun menjerit kaget. Haah! Kau telah berubah! Betul, paras muka nona berbaju perak itu mulai terjadi suatu perubahan besar. Ia berubah menjadi jauh lebih cantik daripada semula, cantiknya seperti sekuntum bunga mawar, berlipat-lipat kali lebih indah dan ayu daripada dahulu. Ada satu hal lagi yang membuat Gak Lam-kun merasa tidak habis mengerti, yaitu raut wajah gadis berbaju perak itu makin lama berubah semakin mirip dengan wajah gadis berbaju merah itu, hakekatnya bagaikan pinang dibelah dua saja. (Tentang mengapa bisa demikian, hingga kinipun kejadian tersebut masih berada dalam penyelidikan para ahli). Nona berbaju perak itu meraba pipinya sendiri dengan penuh rasa tak percaya katanya. Benarkah aku telah berubah? Ia mengira wajahnya telah berubah menjadi jelek, sehingga timbul rasa sedih dalam hatinya. Kau berubah lebih cantik! kata Gak Lam-kun lagi dengan penuh rasa kagum. Mereka berdua segera tertawa, tertawa yang muncul dari dasar hati masing-masing kemudian saling berpelukan dengan penuh kemesraan. OOOOfJOOOO OOO0O 100 000000000

Seperempat jam sudah lewat Seperempat jam kembali lewat Tiga perempat jam sudah berlalu dengan lambat. Sudah hampir tiga jam lamanya Ji Cin peng menunggu diluar istana api.

Wajah yang murung dan sedih kian bertambah kesal, akhirnya titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Tak usah ditunggu lagi bisiknya, sudah pasti Gak Lam-kun telah habis riwayatnya. Tidak! kata Ji Kiu liong sambil menggoyangkan tangannya berulangkali, toako ku tak nanti akan mati! Pelan-pelan Ji Cin peng menggelengkan kepalanya. Tenaga manusia ada batasnya, siapakah dapat melawan kobaran api dalam istana tersebut? Adik Liong mari kita masuk! katanya. Seraya berkata, dengan langkah lebar dia masuk kedalam istana api tersebut. Pada saat ini, tiga malaikat dari wilayah See ih sudah tak berani menghalangi mereka lagi, terpaksa ketiga orang jago tersebut menyingkir kesamping untuk memberi jalan lewat bagi Ji Cin peng. Buncu! buru-buru si nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta membentak, kobaran api didalam sana amat besar dan kuat, jika kau kesitu maka akan musnah jiwamu! Ji Cin peng segera berpaling dan tertawa sedih. Apakah aku harus berpeluk tangan belaka katanya. Dengan sedih nenek berambut putih itu berkata. Aku tahu akan kesedihan yang mencekam hatimu, tapi perbuatan ini bukan perbuatan yang bisa dilakukan dengan keberanian belaka, siapa yang sanggup melawan api alam yang panas? Jika kau pergi seorang diri, itu sama pula artinya dengan membawa perguruan panah bercinta menuju kejurang kehancuran Baik! kata Ji Cin peng kemudian sambil bertepuk tangan, mari kita pergi bersama! Ucapannya amat tegas sekali, kemudian dengan air mata bercucuran ia berjalan kearah luar. Tiba-tiba Ji Kiu liong berteriak keras, Kalian berangkatlah lebih dulu aku akan menunggu sehari semalam lagi disini, jika toako belum juga keluar aku baru akan pergi mencari kalian lagi Hubungan batinnya dengan Gak Lam-kun memang mendalam sekali, ia merasa berat hati untuk meninggalkan tempat itu.

Ji Cin peng manggut-manggut. Bagus sekali, kalau begitu akan kutunggu kedatanganmu didepan sana! katanya. Para jago dari perguruan panah bercinta telah berlalu, Ji Cin peng dengan membawa hatinya yang hancur pun terpaksa harus pergi dari situ untuk menyelesaikan lebih dulu tugasnya yang belum selesai, tapi tak bisa dibayangkan betapa sedih dan menderitanya gadis itu ooooOoooo ooooOoooo ooooOoooo

Dari kejauhan sana terdengar bunyi gema lonceng yang pelan, seakan-akan menyambut datangnya kesedihan bagi setiap manusia didunia ini Mendadak kilat menyambar-nyambar, diikuti suara gemuruhnya guntur membelah angkasa hujan turun dengan amat derasnya. Diantara kilat yang menyambar-nyambar tiba-tiba tampaklah dua sosok bayangan manusia sedang berlarian ditengah hujan yang amat deras. Karena apa kedua orang itu melakukan perjalanan ditengah badai hujan begini? Dilihat dari langkah mereka yang tergesa-gesa dapat diketahui bahwa suatu peristiwa besar tentu telah terjadi disana. ooooOoooo Sambil membuat air hujan yang bercampur dengan peluh, Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun po dari bukit Hoa san berkata, Saudara Say, percayakah kau dengan kejadian tersebut? Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say khi pit segera tertawa seram. Tidak percaya pun juga apa boleh buat jawabnya, bukankah kita sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri atas kemunculan Tok liong cuncu? Dulu Gak Lam-kun yang menyamar sebagai Tok liong Cuncu, tapi sekarang siapa pula yang menyamar? Kongsun Po tertawa dingin, katanya, Menurut pendapatmu, mungkinkah Tok liong Cuncu mempunyai seorang murid lagi Tidak mungkin, tidak mungkin, selamanya perguruan Tok liong pay tak pernah mempunyai murid rangkap sahut Giok bin sin ang Say Khi pit dari bukit Siau ngo tay sambil gelengkan kepalanya berulangkali.

Sebetulnya kedua orang itu masih berminat untuk mengincar Lencana pembunuh naga, tapi sejak mendengar kabar tentang munculnya Tok liong Cuncu, setelah melakukan penyelidikan secara diam-diam, masing-masing segera kabur karena ketakutan, tapi sekarang mereka muncul kembali disana. Kiu wi hou (si rase berekor sembilan) Kongsun Po terkekeh-kekeh dengan seramnya. Heeehh heeehh heeehh perduli amat apakah Tok liong Cuncu asli atau palsu, hari ini kita harus mencarinya sampai ketemu Mendengar perkataan itu Kakek sakti berwajah pualam Say Khi phit segera tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh tentu saja, tentu saja jika hari ini kita tak dapat membuktikannya mungkin hati kita semua menjadi tak tenang, sekalipun Yan Lo-sat (perempuan iblis cantik) Hong Im sendiripun tak akan merasa lega Benar, benar sekali sambung Kongsun Po lagi sambil tertawa, sehari Tok liong Cuncu belum dilenyapkan dari muka bumi, berarti sehari pula kehidupan kita harus dilewatkan dengan hati tak tenang, cuma walaupun hari ini kita akan dibantu oleh Yan Lo-sat, bagaimanapun juga harus lebih berhati-hati Say Khi pit tertawa terbahak-bahak. Kedatangan nona Hong im kali ini meski diluaran seperti hendak menyelidiki jejak Tok liong Cuncu, agaknya diam-diam bukan itu tujuan kedatangannya, agaknya dia datang dengan membawa suatu rencana tertentu Kongsun Po menjadi tertegun. Darimana kau bisa tahu? tanyanya. Say Khi pit segera tertawa dingin. Mungkin persoalan ini dapat mengelabuhi orang lain, tapi jangan harap bisa mengelabuhi diriku.. Mendadak Dari balik hujan yang deras muncul sesosok bayangan manusia yang segera menghadang jalan pergi kedua orang itu. Dalam lamat-lamatnya cuaca, sulit bagi kedua orang itu untuk melihat jelas paras muka lawan, mereka hanya merasa bahwa orang itu adalah sesosok bayangan hitam yang tinggi besar.

Dengan perasaan terkesiap, Say Khi pit segera membentak, Siapa disitu? Orang itu segera tertawa terbahak-bahak. Haahh haahh haahh pokoknya bukan Tok liong Cuncu..! Jangan kuatir? jawabnya latah. Diam-diam Kongsun Po terkesiap. Apakah kau adalah sekomplotan dengan mereka Heehmm Lui sim cian masih bukan terhitung manusia semacam itu? jawab orang itu seraya mendengus. Orang itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam (panah inti geledek yang mencabut nyawa dalam tujuh langkah) Lui Seng thian adanya. Pelan-pelan ia berjalan menghampiri kedua tokoh persilatan itu. Lega hati Say Khi pit setelah mengetahui siapa yang datang, ia tertawa terbahak-bahak. Haahh haahh haahh saudara Lui, kau menunggu kedatangan kami ditengah hujan deras, tolong tanya ada urusan apa? Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali tertawa seram. Kalian berdua melakukan perjalanan sendiri ditengah bukit yang gersang apakah tidak merasa bahwa tindakanmu itu terlalu berbahaya? Begitu ucapan tersebut diutarakan seketika itu juga dua orang jago lihay tersebut menjadi amat terperanjat, tanpa sadar masing-masing mundur selangkah kebelakang. Kongsun Po memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya, Saudara Lui kau bukan sedang bergurau bukan? Lui Seng thian segera mendengus dingin. Hmmm! Tanggung aku bukan lagi beromong besar untuk menakut-nakuti kalian dewasa ini pihak perguruan panah bercinta, pihak Thi eng pang dan See thian san tidak melakukan pergerakan apa-apa, menunggu dengan tenang haahh haahh saudara berdua, coba kalian berpikirlah sendiri Sengaja ia menghentikan perkataannya itu dan tidak melanjutkan kembali, hal ini membuat Say Khi pit dan Kongsun Po menjadi tak sabar untuk menanti, diam-diam mereka gemas akan kekejaman orang.

Buru-buru Kongsun Po tertawa lalu katanya, Saudara Lui, buat apa kau berlagak tuli dan bisu? Bicaralah yang jelas dan terang! Lui Seng thian tertawa bangga, katanya, Kalian berdua sama-sama terhitung seorang tokoh persilatan, apakah kau sama sekali tak tahu akan peristiwa yang telah terjadi belakangan ini Kongsun Po serta Say Khi pit segera gelengkan kepalanya berulangkali, mereka termangu dan merasa tidak habis mengerti. Lui Seng thian segera tertawa seram ujarnya, Konon Gak Lam-kun serta Thian san soat li telah masuk kedalam istana api Mendengar kabar itu, Say Khi pit kontan saja membelalakkan sepasang matanya lebarlebar. Apakah mereka telah berhasil menemukan ruang rahasia penjagal naga? Seperti yang kau duga, kemungkinan besar ruang rahasia pembunuh naga itu telah mereka temukan Kongsun Po menjadi cemas sekali, buru-buru katanya pula, Saudara Lui, tahukah kau benda-benda apa saja yang terdapat dalam ruangan itu? Sengaja Lui Seng thian gelengkan kepalanya berulangkali. Aku sendiri juga kurang begitu jelas, konon dalam ruang rahasia pembunuh naga terdapat dua tiga macam benda mustika yang sangat langka didunia ini, siapa yang berhasil menemukannya, dia akan menjadi seorang jago persilatan yang tiada taranya didunia ini Kata-kata yang diucapkan dengan serius melukiskan seakan-akan peristiwa itu sebagai benar-benar telah terjadi. Say Khi pit segera bertepuk tangan, teriaknya, Kalau begitu kita harus pergi menyaksikannya Diam-diam Lui Seng thian merasa girang, ujarnya. Jika kalian berdua mau bekerja sama dengan lohu, dalam perebutan mestika diruang rahasia pembunuh naga nanti, mungkin saja masih ada beberapa bagian harapan Kongsun Po tertawa seram, Heeehh heeehhh heeehh rupanya kau sedang mengajak kami untuk berkomplotan Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak.

Haaahh haaahhh haaahhh mungkin saja lohu memang berhasrat untuk berbuat demikian, tapi sepenuhnya juga demi kalian berdua. Karena kami berdua tanya Say Khi pit agak tertegun. Betul, coba kalian bayangkan, andaikata kita berhasil mendapatkan barang-barang itu maka dunia persilatan sudah tidak terdapat seorang manusiapun yang bisa menandingi kita, sedangkan kalian berduapun tak usah takut lagi kepada Tok liong Cuncu! Setelah berhenti sejenak katanya lebih jauh. Adapun tindakan lohu untuk mengajak kalian berkomplot adalah atas dasar dua alasan, pertama kekuatan lohu seorang tidak cukup, belum mungkin bagiku untuk bertarung melawan pihak Thi eng pang dan perguruan panah bercinta, kedua karena tahun belakangan ini nasibku kurang mujur, lohu ingin sekali mengajak kalian berdua untuk bersama-sama melakukan suatu usaha besar Haruslah diketahui, mereka bertiga semuanya merupakan gembong-gembong iblis yang tiada taranya dalam dunia persilatan, meskipun diluaran kata-katanya merdu dan enak didengar, padahal secara diam-diam mereka sedang saling beradu kecerdasan. Kongsun Po segera tertawa terbahak-bahak. Haaahhh haaahhh haaahhh bagus sekali kalau begitu, kita tetapkan demikian saja! katanya. Lohupun tidak punya usul lain? sambung Say Khi pit dengan suara menyeramkan. Dengan mempunyai tujuan sendiri-sendiri, sudah barang tentu mereka bersepakat untuk berkomplot. Sambil tertawa dingin Lui Seng thian lantas berkata, Seandainya kerja sama ini bisa berhasil, maka dunia akan menjadi milik kita bertiga! Besar amat kata-kata kalian itu! mendadak seseorang berseru sambil tertawa ringan. Ucapan yang muncul secara tiba-tiba itu membuat ketiga orang jago tersebut menjadi tertegun, mereka tidak menyangka kalau masih ada orang yang bersembunyi disisi mereka bertiga, mendengar ucapan itu, dengan perasaan terperanjat serentak mereka memencarkan diri dan menubruk kearah tiga arah yang berlainan. Tapi tak seorang manusiapun yang tampak disitu, merekapun tidak berhasil mengetahui sumber datangnya ucapan itu. Dengan gusar Lui Seng thian membentak, Kiranya hanya manusia bangsa tikus yang tak berani bertemu dengan manusia!

Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak orang yang bersembunyi dibalik kegelapan itu tertawa dingin. Anjing bermata buta yang tak tahu diri! Mengikuti ucapan tersebut dari tengah udara melayang datang seorang perempuan yang cantik jelita. Menyaksikan kemunculan perempuan tersebut, kontan saja sekujur tubuh Say Khi pit gemetar keras. Nona Hong im! bisiknya. Orang itu memang tak lain adalah Yan Lo-sat (iblis perempuan berwajah cantik). Dengan wajah sedingin es Yan Lo-sat mendengus dingin, kemudian tubuhnya bergerak maju kedepan. Siapakah kalian berdua? Kenapa begitu takabur dan tak tahu diri? tegurnya dengan suara dingin. Buru-buru Kongsun Po maju kedepan seraya berkata. Kita semua adalah orang sendiri, nona Hong harap kau jangan marah-marah dulu Yan Lo-sat mengerling sekejap kearahnya kemudian mengejek, Siapa yang sudi menjadi orang sendiri denganmu! Tiba-tiba Kongsun Po merasa dibalik perkataannya ada penyakit tak kuasa lagi merah padam wajahnya, ia menjadi tersipu-sipu. Nona, kenapa kau musti gusar? katanya sambil tertawa jengah. Dari ucapannya itu dapat ditangkap betapa jeri dan takutnya jago ini terhadap perempuan tersebut, membuat Lui Seng thian yang menyaksikan kejadian itu merasa tidak habis mengerti. Ketika dilihatnya semua ucapan yang diutarakan perempuan itu amat menyudutkan orang, Lui Seng thian menjadi naik pitam sambil tertawa seram katanya. Siapa kau? Yan Lo-sat Hong Im mendengus dingin. Hmm! Kalau cuma nyonya besar saja tidak kenal buat apa kau melakukan perjalanan dalam dunia persilatan? serunya.

Ucapan tersebut semakin menggusarkan Lui Seng thian ia segera membentak, Rupanya kau ingin mampus! Wees! Sepasang tinjunya segera diayunkan kedepan melancarkan serangkaian pukulan berantai. Hong Im segera tertawa sinis. Hmm tampaknya masih terhitung hebat juga tenaga pukulan itu! ejeknya. Dengan suatu gerakan yang enteng ia mengegos kesamping, kemudian dengan gesitnya meloloskan diri dari ancaman tersebut. Dari kejauhan telapak tangannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan yang sangat kuat bagaikan hembusan angin puyuh dengan cepat meluncur kedepan. Terkesiap Lui Seng thian menghadapi serangan itu, pikirnya, Waah agaknya perempuan ini mempunyai ilmu simpanan yang mengerikan hati! Dengan cepat ia berkelit pula kesamping lalu sepasang telapak tangannya diayunkan kembali kedepan. Blaam! suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan. Tubuh Lui Seng thian segera tergetar mundur sejauh puluhan langkah lebih, dadanya naik turun, napasnya tersengal-sengal, hampir saja ia muntahkan darah segar Sebaliknya Yan Lo-sat Hong Im cuma tergetar sedikit tubuhnya, dari keadaan tesebut dapat diketahui bahwa tenaga kekuatan yang dimiliki Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan gadis tersebut. Buru-buru Say Khi pit maju kedepan sambil melerai, katanya sambil tertawa. Kita semua adalah orang sendiri, harap kalian berdua jangan menganggap sungguhsungguh pertarungan ini Cepat Yan Lo-sat Hong Im mendorongnya kebelakang, katanya, Jika manusia atau semacam ini tidak diberi sedikit pelajaran, dia tentu tak akan tahu tingginya langit dan tebalnya bumi Tiba-tiba Lui Seng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa seram Selama setengah abad melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, belum pernah dia mengalami kejadian seperti hari ini, bukan saja dipermainkan seorang perempuan bahkan dihina, diejek dan dicemooh.

Baik. katanya kemudian sambil tertawa seram, lohu akan beradu jiwa denganmu! Paras mukanya segera berubah menjadi serius, senyuman yang semula menghiasi wajahnya kontan saja lenyap tak berbekas. Segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu dengan berdiri tegak bagaikan pagoda, ia memang kelihatan lebih berwibawa dan gagah. Yan Lo-sat agak tercekat juga menyaksikan sikap tenang lawan, pikirnya. Sungguh tak kusangka sewaktu tertawa maupun marah, ia masih dapat menjaga ketenangan hatinya, dilihat dari sikap tenangnya yang begitu mantap, rasanya sulit untuk menemukan beberapa orang yang bisa menandinginya dalam dunia persilatan Meskipun dalam hati ia merasa tercekat, namun paras mukanya masih tetap seperti sedia kala, katanya dengan dingin. Dalam dua puluh gebrakan, kau pasti akan menderita kekalahan total ditanganku! Siapa tahu bukan menjadi marah, Lui Seng thian malahan tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh benarkah? Sikapnya ini sebaliknya malah mendatangkan perasaan makin tercekat dalam hati Yan Lo-sat Hong Im, dalam anggapannya Lui Seng thian pasti akan menjadi gusar setelah dihina olehnya, siapa tahu dia malahan sanggup untuk mempertahankan diri. Dengan perasaan tercekat segera katanya, Aku akan mengalah tiga jurus kepadamu, nah sekarang silahkan turun tangan lebih dulu! Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang santai dan pelan, dari wajahnya juga tidak menemukan rasa kaget atau takut, malahan terlintas selapis hawa dingin yang tawar, seakan-akan sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya. Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh daripada menolak lebih baik aku menurut saja, maaf kalau lohu akan turun tangan lebih dahulu Tiba-tiba tubuhnya bergerak maju kedepan telapak tangan kanan dan kirinya secepat kilat menghajar jalan darah Ki sou hiat ditubuh Hong Im. Sebuah jurus Kim tui ki see (palu emas menghantam barat) yang sangat bagus! puji Yan Lo-sat sambil berkelit kesamping.

Gaya tubuhnya sangat indah tampaknya seakan-akan tidak menggunakan tenaga barang sedikitpun ini membuat Say Khi pit dan Kongsun Po yang berada disisi kalangan merasa makin takluk diam-diam mereka bersorak memuji didalam hati. Gagal dengan serangannya, Lui Seng thian segera berubah jurus, tubuhnya berputar kencang kemudian dari jurus Siau ci tham lam (sambil tertawa menuding langit selatan) dia merubahnya menjadi jurus Muk ku ceng ciong (tambur senja lonceng pagi) serta San tian lui beng (lari secepat sambaran kilat). Ketiga jurus serangannya itu hampir boleh dibilang dilancarkan pada saat yang bersamaan. Diam-diam terkesiap juga Hong Im menghadapi serangan lawan itu, serunya tertahan, Ooh rupanya ada simpanan juga! Dengan kecepatan tinggi telapak tangannya dibalik, kemudian ia melepaskan sebuah tendangan kilat. Jurus serangan ini digunakan bukan saja dengan gerakan yang aneh dan sakti, kekuatannya juga luar biasa, membuat Lui Seng thian menjadi termangu-mangu dibuatnya. Dalam keadaan seperti ini, mau tak mau ia harus menarik kembali serangannya sambil mundur, kalau tidak maka tendangan yang sangat aneh itu akan segera menghajar diatas lambungnya. Dalam waktu singkat dua orang itu sudah bertarung sekitar dua puluh gebrakan lebih. Mendadak Hong Im membentak keras, Enyah kau dari sini! Blaaam suatu benturan yang sangat keras berkumandang memecahkan keheningan, tiba-tiba sesosok bayangan manusia terlempar ketengah udara. Paras muka Lui Seng thian berubah menjadi mengenaskan sekali, noda darah mulai meleleh membasahi bibirnya. Setelah tertawa pedih, katanya, Lohu akan beradu jiwa denganmu Seusai berkata, dengan suatu gerakan yang cepat dia menerjang kemuka, dengan cepat suasana dalam gelanggangpun mengalami perubahan yang sangat besar. Terdengar Hong Im menjerit kaget, Haaah jit poh lui sim ciam! Lui Seng thian segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

Haaahhh haaahhh haaahhh kau tahu kalau panah ini adalah jit poh lui sim ciam? Sayang segala sesuatunya telah terlambat! Pada saat yang kritis itulah tiba-tiba Kongsun Po melompat kedepan dan menghadang dihadapan Lui Seng thian, ujarnya, Saudara Lui apakah kau tidak merasa bahwa tindakanmu ini adalah membesar-besarkan suatu persoalan yang kecil? Dengan anak panah inti geledek siap ditangan, Lui Seng thian menjawab dengan penuh kebencian, Aku tak akan memperdulikan hal-hal semacam itu lagi! Apakah kau sudah lupa dengan apa yang kau katakan tadi? buru-buru kongsun Po berbisik kembali. Mendengar ucapan tersebut, seperti baru sadar saja dari impian, Lui Seng thian terperanjat, kemudian serunya dengan cepat, Saudara Say, saudara Kongsun cepat ikuti lohu! Seusai berkata, dengan langkah lebar dia bergerak lebih dahulu meninggalkan tempat itu. Hong Im segera tertawa terkekeh-kekeh, Heeehhh heeehhh heeehhh aku sudah tahu kalau dia tak akan membidik diriku! Say Khi pit segera tertawa, umpaknya, Sekalipun anak panah Jit poh lui sim ciam sudah dibidikkan juga belum tentu bisa melukai seujung rambutmu! Sementara itu, Lui Seng thian yang menyaksikan Kongsun Po, serta Say Khi pit belum juga mengikuti dari belakang, tanpa terasa segera berpaling sambil menegur. Saudara Say, saudara Kongsun, kalau kalian berdua enggan untuk berkomplot dengan lohu, maka kita batalkan saja pembicaraan tadi sampai disini saja Say Khi pit segera tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahhh haaaahhh harap saudara Lui jangan banyak curiga, lohu segera akan mengikuti dirimu! Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali mendengus dingin, kemudian melanjutkan kembali perjalanannya. Yan Lo-sat Hong Im tiba-tiba bertanya dengan suara dingin, Sudahkah Tok liong cuncu munculkan diri. Belum! Kongsun Po segera menggelengkan kepalanya berulangkali. Yan Lo-sat Hong Im menghela napas panjang, bisiknya kemudian, Semoga saja malam nanti kita bisa berjumpa kembali!

Berbicara sampai disitu dia menghela napas dan mendongakkan kepalanya memandang awan diangkasa, untuk sesaat lamanya dia hanya termangu-mangu belaka terbuai lamunan. Lama, lama sekali, dia baru menarik kembali lamunannya seraya berkata. Secara garis besarnya aku telah melakukan peninjauan kearah pulau ini, memang tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang sangat misterius Say Khi pit menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia bertanya, Nona, jangan-jangan kaupun datang untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga? Sambil menghela napas panjang Hong Im menggelengkan kepala berulangkali. Bukan, yang terutama kedatanganku kemari adalah untuk mencari susiokku Susiokmu? Siapa namanya? tanya Kongsun Po keheranan, Hong Im berpikir sejenak kemudian ia menjawab. Hoa ih kim cha (tusuk konde emas berbaju merah)! Mendengar nama itu, Say Khi pit tampak sangat terkejut sehingga wajahnya berubah serunya tertahan, Apakah orang yang disebut sebagai perempuan paling cantik didunia pada enam puluh tahun berselang? Hong Im segera mengangguk. Yaa, aku selalu curiga kalau dia bersembunyi ditempat ini, tapi hingga detik ini jejaknya belum juga berhasil kutemukan Mendadak Dari kejauhan sana berkumandang suara tertawa panjang yang memekikkan telinga, menyusul kemudian tampak sesosok bayangan putih berkelebat lewat dan lenyap kembali dalam waktu singkat. Paras muka Hong Im segera berubah sangat hebat serunya, Orang ini sudah sehari semalam menguntil terus dibelakangku sekarang lagi-lagi dia munculkan dirinya, aku harus segera pergi dari tempat ini Sekali berkelebat tubuhnya sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula, kemudian dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap dibalik kabut dan hujan yang deras.

Dikala Yan Lo-sat sedang berangkat pergi itulah, tiba-tiba dari arah istana api memancar keluar sebuah jalur sinar emas yang amat menyilaukan mata. Dengan cepat Say Khi pit bergerak maju, serunya. Hayo cepat berangkat, kemungkinan besar pertarungan sudah berkobar disana. Dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, berangkatlah kedua orang itu menuju kedepan, tak selang beberapa lama kemudian istana api telah berada didepan mata. Dari kejauhan terlihatlah Thi eng sin siu Oh Bu hong dari perkumpulan Thi eng pang sedang terlibat dalam suatu pertempuran yang amat seru melawan malaikat pedang Siang Ban im dari See ih sam seng. Ketika Jit poh lui sim ciam menyaksikan bala bantuannya telah tiba, dengan suara lantang dia lantas berseru, Saudara berdua cepat kemari! Pertunjukkan bagus segera akan dimulai Dengan pandangan mata yang dingin dan sinis Si Tiong pek memandang sekejap kesekeliling gelanggang, kemudian jengeknya sambil tertawa dingin, Oooh rupanya kalian adalah sekomplotan! Kongsun Po tertawa terbahak-bahak. Haaahh haaahh haaahh pertemuan semacam ini sulit dijumpai dalam dunia persilatan sudah barang tentu kami harus manfaatkan kesempatan semacam ini untuk menambah pengetahuan! Mendadak terdengar malaikat pedang Siang Ban im membentak nyaring, Orang she Oh, kau benar-benar sanggup untuk masuk kedalam? Oh Bu hong tertawa tergelak. Haaahhh haaahhh haaahhh lohu sudah mempunyai cara yang praktis untuk mengendalikan hawa panas didalam, asal kalian ijinkan diriku untuk masuk kedalam, lohu yakin pasti dapat masuk kedalam dengan leluasa Aku tidak percaya kalau didunia ini masih ada orang yang mampu bentak malaikat pedang. Oh Bu hong segera menukas kata-katanya yang belum selesai itu, Lohu telah berhasil mendapatkan Lam-hay beng cu (mutiara mustika dari laut selatan), kalau tidak percaya silahkan saja menyingkir dari sini Selesai berkata dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam istana api.

Mendadak Dari dalam istana api berkumandang suara auman keras yang amat memekikkan telinga Mendengar suara pekikan yang mengerikan itu, Si Tiong pek menjadi terperanjat, serunya. Suhu, apaksh suara keras itu adalah suara dari naga api yang konon tersiar dalam dunia persilatan. Benar! jawab Oh Bu hong, kalian cepat pertahankan tempat itu, kemungkinan besar dia akan munculkan dirinya! Belum habis perkataan itu diucapkan tiba-tiba dari balik istana api menyembur keluar sebuah jalur api yang membara. Begitu menyaksikan semburan api itu, See ih samseng cepat-cepat melayang keluar dari tempat itu. Sedangkan Oh Bu hong segera membentak gusar. Lohu akan masuk kedalam! Ternyata seperti apa yang dia katakan, ketika semburan api itu menyentuh tubuhnya ternyata tidak menimbulkan kebakaran atas badannya, malahan begitu selesai berkata, badannya segera menyerbu kedalam dan sekejap kemudian sudah lenyap dibalik kobaran api yang membara tersebut. Mendadak berkumandang jeritan ngeri dari dalam istana api itu Auuuh celaka! Menyusul kemudian tampaklah Oh Bu hong sambil menutupi wajah sendiri kabur keluar dari balik istana Dari belakang tubuhnya tampak seekor makhluk raksasa mengikutinya dengan garang, bahkan menerjang kedepan dengan membawa kekuatan yang luar biasa. Suhu, cepat mundur! Si Tiong pek segera berteriak keras. Tubuhnya bergerak cepat kedepan, buru-buru ia menurunkan perintah begitu komando diturunkan, serentak para jago lihay dari perkumpulan Thi eng pang itu menyambitkan serentetan bintang hitam kearah makhluk raksasa tersebut. 0000O0000

Naga api itu dengan membawa selapis cahaya api yang berkobar-kobar menerjang keluar dari balik liang gua dan menubruk kearah kawanan jago dari Thi eng pang itu dengan garangnya. Lepaskan senjata rahasia bentak Si Tiong pek. Para jago dari perkumpulan Thi eng pang segera mengayunkan kembali tangannya, berpuluh-puluh titik cahaya bintang sekali lagi meluncur kearah tubuh naga raksasa tersebut. Cahaya bintang begitu menyambar lewat, suara dentingan nyaring yang memekikkan telingapun berkumandang memecahkan keheningan. Begitu naga api tersebut menggetarkan tubuhnya senjata-senjata rahasia beracun yang tajam dan kuat itupun serentak rontok keatas tanah. Melihat kekebalan tubuh naga api tersebut atas senjata rahasia, para jago dari Thi eng pang menjadi amat terperanjat, masing-masing segera mengundurkan diri keluar. Weeess! segulung kobaran api dahsyat menyembur keluar dari mulut naga api tersebut dan menyapu tubuh kawanan jago yang tak sempat melarikan diri. Aduuuh aduuuh Jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan. Beberapa jago dari Thi eng pang yang terlambat mengundurkan diri dari situ segera tergulung dibalik kobaran api dahsyat itu dan terbakar hangus. Lidah raksasa dari naga api itu kembali menggulung, dua sosok tubuh yang tergeletak diatas tanah tersebut segera ditelannya kedalam perut. Menyaksikan peristiwa itu, semua jago makin terkesiap dibuatnya, buru-buru mereka mundur jauh lebih kebelakang. Ji Cin peng kuatir anak buah perguruan panah bercintanya mengalami nasib yang naas, buru-buru ia membentak. Semua anggota perguruan panah bercinta cepat mundur sejauh lima kaki dari sini! Terdengar suara ujung baju yang tersampok angin berkumandang memecahkan keheningan, semua anggota perguruan panah bercinta segera meninggalkan gelanggang sejauh lima kaki lebih. Mendadak Oh Bu hong membentak keras, Pek ji, lindungi aku, aku hendak membunuh naga untuk diambil empedunya!

Haruslah diketahui bahwa Oh Bu hong sudah lama tahu jika dalam istana api terdapat seekor naga raksasa yang berusia sepuluh laksa tahun karena setiap hari menghirup sari api sebagai bahan makanannya, ia telah membentuk sebutir mustika Lei hwe po wan didalam tubuhnya. Konon menurut cerita dongeng, barangsiapa dapat menelan pil Lei hwe po wan tersebut, bukan saja dapat menyembuhkan luka beracun, dapat pula menambah usia seseorang selain itu masih ada khasiat lain yang lebih berharga lagi, yakni bisa membuat tenaga dalam yang dimiliki seorang jago silat menjadi enam puluh tahun hasil latihan lebih hebat. Hanya saja, pil Lei hwe po wan tidak mudah diperoleh, apalagi naga raksasa berusia sepuluh laksa tahunpun merupakan makhluk yang langka dalam dunia persilatan, jangankan memang jarang dijumpai didunia ini orang yang mengetahui akan hal inipun jarang sekali. Sejak Thi eng sin siu Oh Bu hong menyaksikan munculnya naga tersebut, diam-diam ia sudah merasa amat girang, pikirnya, Orang mengatakan rahasia mestika Lencana pembunuh naga adalah mestika yang paling hebat didunia ini, darimana mereka tahu jika pil mestika Lei hwe po wan justru merupakan benda mestika yang lebih berharga lagi didunia ini? Sekalipun rahasia mestika Lencana pembunuh naga gagal didapatkan, asal bisa mendapatkan pil mestika dari naga api inipun masih tidak terhitung sia-sia perjalananku kali ini! BERPIKIR sampai disitu, tiba-tiba tubuhnya berkelebat maju ke depan. Oleh karena dalam sakunya dia membawa batu kemala dingin, maka gelombang panas yang menyengat tubuhnya itu sementara waktu tak berhasil menyerang badannya. Telapak tangan kirinya segera melancarkan serangan dengan jurus Nuh-siau sam-kang (badai keras melanda sungai), sedangkan toya baja ditangan kanannya menyapu datang ke depan. Naga raksasa itu segera mengebaskan kepalanya, kemudian sepasang cakarnya yang tajam menyambar tiba untuk mencengkeram toya bajanya itu. Menghadapi ancaman tersebut, Oh Bu-hong merasakan hatinya tercekat. Sambil melejit, ia mundur kebelakang. Diam-diam peluh dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya. Meski dia lihay namun dibikin apa boleh buat juga oleh naga raksasa yang berotak cerdas tersebut. Dengan cepat ia berpaling dan memandang sekejap ke arah kawanan jago, kemudian serunya lantang. Diantara saudara-saudara sekalian, siapakah yang berniat untuk membantu lohu?

Semua orang tetap membungkam dan tidak menggubris teriakannya itu. Ternyata para jago hanya berniat untuk menjadi penonton belaka. Sementara ia sedang merasa terdesak mundur bercampur malu Mendadak terdengar si Rase Berekor Sembilan Kongsun Po memperdengarkan suara tawa panjang yang memekakkan telinga Kemudian sambil berhenti tertawa, dia berkata, Membantumu tanpa memperoleh kebaikan apa-apa. Siapa yang sudi menyerempet bahaya untuk menjual tenaga buat Thi Eng-pang kalian.. Tak bisa disangkal lagi, si Rase Berekor Sembilan Kongsun Po pun sudah mengetahui akan kebaikan serta kegunaan naga api tersebut. Hanya saja lantaran pengetahuannya yang terlampau cetek, sehingga ia belum menduga manfaat serta kemestikaannya pil Lei hwe po wan yang dihasilkan naga tersebut. Thi-eng siu Oh Bu-hong bukan manusia sembarangan yang berotak bebal. Dia sendiri pun sadar bahwasanya kekuatan Thi-eng pang masih sangat lemah. Mustahil dengan kekuatan yang dimilikinya itu dapat membunuh naga api dan mengambil Lei hwe po wan nya. Oleh sebab itu dia harus mencari lagi beberapa orang pembantu. Asal ada beberapa orang pembantu yang kosen, dapat menahan naga api itu agar jangan kembali ke dalam gua, maka lama kelamaan naga tersebut pasti akan melemah dan akhirnya mati karena tiada api disekitar sana. Naga api menggunakan api sebagai bahan makanannya. Selama hidup, bila ia meninggalkan sumber api, maka tubuhnya tak akan tahan menghadapi hembusan angin dingin, serta merta kobaran api ditubuhnya akan makin melemah dan padam. Bila api sudah padam maka kekuatan tubuhnya secara otomatis juga tak sanggup dikerahkan kembali. Hal ini ibaratnya dengan sepotong besi yang membara karena dipanaskan, jika potongan besi yang membara itu dikeluarkan dari tungku api dan diceburkan ke air maka dia akan menjadi dingin. Naga api tak dapat meninggalkan api, kejadian tersebut bersumber pula pada teori tersebut. Ketika Thi-eng Siu Oh Bu-hong menyaksikan Kongsun Po telah angkat bicara, buru-buru dia melayang mundur sejauh beberapa kaki dari tempat semula. Agaknya naga berapi itupun cukup mengetahui akan titik kelemahannya. Ternyata diapun tidak melakukan pengejaran lebih jauh. Mengetahui kalau Kongsun Po sudah tertarik, Oh Bu-hong segera tertawa terbahakbahak, katanya, Saudara Kongsun, kau adalah seorang yang cerdik. Tentunya kau

ketahui bukan bahwa diantara terdapat banyak sekali kebaikan, Naga berapi ini bukan saja telah menghasilkan Lei hwe cu yang langka dan luar biasa berharganya. Sepasang matanya yang berapi pun merupakan mestika yang tak ternilai harganya. Asal saudara Kongsun bersedia untuk membantu lohu, paling tidak satu bagian diantara barang-barang tersebut akan menjadi bagianmu. Tertarik juga Kongsun Po oleh kata-katanya itu. Dia lantas bertanya dengan cepat. Saudara Oh, benarkah naga berapi itu mempunyai begitu banyak kebaikan dan manfaat? Oh Bu-hong tertawa terkekeh-kekeh, Selain daripada itu, masih banyak manfaat lain yang tak bisa kuterangkan satu persatu pada saat ini. Tunggu saja setelah naga berapi itu mati, lohu baru menerangkannya kepada Kongsun-heng Kalau memang terdapat begitu banyak kegunaannya, lebih baik saudara Oh dapatkan sendiri saja seru Kongsun Po sambil tertawa dingin. Oh Bu-hong kembali merasa terkesiap. Dia tidak menyangka kalau disaat yang terakhir Kongsun Po kembali mengeluarkan tindakan seperti itu. Buru-buru katanya lagi sambil tertawa terbahak-bahak, Haa.. haa.. haa.. ada kesenangan kita nikmati bersama, ada kesulitan kita tanggulangi bersama. Lohu bersedia untuk menikmati bersama hasil yang kita peroleh nanti dengan saudara Kongsun. Perbagai ingatan dengan cepat melintas dalam benak Kongsun Po, ujarnya kemudian, Saudara Oh, kau memang cukup menarik hati orang, sedikit banyak lohu agak tertarik juga dibuatnya. Mendengar ini, diam-diam Oh Bu-hong mencaci maki dihati, sedangkan diluaran katanya dengan cepat, Lohu bermaksud sungguh-sungguh. Harap saudara Kongsun jangan sampai menyia-nyiakan uluran tanganku ini. Dalam pada itu, naga berapi tersebut tidak maju pun tidak mundur. Dengan empat buah matanya yang besar dan aneh ia menatap buas setiap jago yang berada dalam gelanggan tersebut. Tiba-tiba Giok bin sin ang Say Khi-pit tampil pula ke depan, serunya sambil tertawa dingin, Saudara Oh, setelah mempunyai kesempatan yang begini baik untuk menjadi kaya raya, mengapa kau tidak mengajak pula diri siaute? Diam-diam Oh Bu-hong merasa girang juga oleh keberhasilan siasatnya, segera ia menjawab, Aaah mana mana. Selama ini saudara Say tidak mengemukakan pendapatnya. Lohu mana berani mengganggu ketenanganmu. Bila aku telah berbuat kekeliruan, harap saudara Say suka memakluminya!. Hmm, Mana Mana.. Say Khi-pit mendengus dingin.

Apabila saudara Saya bersedia pula untuk memperkuat barisan kami untuk mengepung naga tersebut, kekuatan lohu tentu akan jauh lebih tangguh lagi. Orang ini memang betul-betul licik sekali. Dia tahu Kakek Sakti Berwajah Pualam Say Khi-pit adalah seorang manusia yang suka diumpak. Asal disanjung-sanjung dengan beberapa patah kata, mungkin nama marga sendiri pun akan dilupakan olehnya. Siapa tahu Giok bin sin ang Saya Khi-pit yang sekarang jauh berbeda dengan Giok bin sin ang Say Khi-pit yang dulu. Hanya dengan dua tiga patah kata sanjungan tersebut, tentu saja belum sanggup untuk menggerakkan hatinya. Dengan suara dingin, Say Khi-pit berkata, Dalam perkumpulan anda oraang pintar bertumpuk-tumpuk, sedangkan kami tak lebih hanya manusia kurcaci yang tak punya kepandaian apa-apa. Mana mungkin kepandaian kami bisa menarik perhatian saudara Oh?. Betul! timbrung Kongsun Po. Dihari-hari biasa, saudara Oh selalu meletakkan sepasang matanya di atas kepala. Mana mungkin kau anggap kami dalam pandangan. Kata-kata tersebut dengan cepat membuat Oh Bu-hong menjadi tersipu-sipu. Keadaannya berubah menjadi mengenaskan sekali. Tapi Thi-eng-siu Oh Bu-hong adalah seorang manusia yang berotak tajam. Dia hanya menanggapi kata-kata mereka dengan senyuman dikulum. Meski dihati kecilnya rasa benci tersebut sudah merasuk sampai ke tulang sumsum, tapi dia tak ingin menimbulkan ribut. Dalam suasana begini, maka sambil tertawa terbahak-bahak, katanya. Saudara berdua mengapa ingin mencari gara-gara dengan lohu? Persoalan semacam ini tak bisa ditunda lagi. Lebih baik tinggalkan dulu perselisihan dimasa lalu untuk bekerjasama dengan loju. Asal Lei hwe po wan berhasil didapatkan, kita semua pasti akan menarik manfaatnya!. Si Tiong-pek yang berjiwa muda dan biasanya selalu bertinggi hati, menjadi tak tahan menyaksikan suhunya Oh Bu-hong selalu mengalah kepada orang lain. Sifat kasarnya segera timbul dan rasa tak senangpun muncul di atas wajahnya. Sambil tertawa dingin katanya kemudian, Suhu! Kenapa sih kau orang tua? Mengapa selalu mengumpak orang saja. Aku tak percaya kalau Thi-eng pang tak sanggup menghadapi seekor naga berapi pun. Jika berita ini sampai tersiar diluaran, apakah orang lain tidak mentertawakan ketidak-becusan kita Tepat sekali Tepat sekali! sambung Kongsun Po sambil tertawa terkekeh-kekeh, Apa yang siaute ucapkan memang betul. Thi-eng pang kan perkumpulan yang paling besar di dunia ini. Dengan gusar Oh Bu-hong memandang sekejap ke arah Si Tiong-pek, kemudian katanya, Pek-ji, kau kiranya punya hak untuk ikut berbicara dalam keadaan seperti ini? Kalau mengambil tindakan saja tidak mampu, tentu lebih banyak kegagalan yang dijumpai

daripada keberuntungan. Apa kau sudah lupa dengan masehat suhu dihari-hari biasa? Hmmm Tak terlukiskan rasa gusar Si Tiong-pek setelah ditegur oleh Oh Bu-hong dihadapan orang banyak. Rasa mangkel tersebut sukar dilukiskan dengan kata-kata. Tapi diatas wajahnya ia tak berani menunjukkan rasa marah barang sedikitpun juga, dia lantas tertawa getir. Tiba-tiba sekulum senyuman menghiasi kembali wajah Oh Bu-hong, katanya kemudian. Saudara Kongsun, saudara Say, orang yang bijaksana tak akan mengingat-ingat kesalahan orang rendah. Muridku masih muda dan tak tahu urusan. Jika sampai berbuat salah, harap kalian berdua suka memakluminya. Aku pun berharap agar kalian berdua bisa cepat-cepat mengambil keputusan tentang persoalan tadi, lohu Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya kobaran api di tubuh naga berapi itu sudah makin mengecil. Diantara aumannya yang keras makhluk raksasa tersebut sudah mengebaskan ekornya sambil menundukkan kepala, tampaknya ia sudah bermaksud untuk kembali ke dalam guanya. Menyaksikan kejadian tersebut, tubuhnya segera bergerak ke depan dan maju beberaopa langkah. Segenggam jarun beracun Yan-hwi tok ciam dipersiapkan ditangan kirinya untuk bersiap sedia melancarkan serangan atas keempat buah mata naga berapi tersebut. Say Khi-pit segera berbisik kepada Kongsun Po. Saudara Kongsun, bagaimana menurut pendapatmu?. Dewasa ini, kawanan jago yang berkumpul disini amat banyak jumlahnya kata Kongsun Po. Sekalipun kita sekalian berhasil mendapatkan Lei hwe wan tersebut juga belum tentu bisa mengundurkan diri dengan selamat. Apakah tidak kau lihat orang-orang dari perguruan Panah Bercinta sedang mengawasi kemari. Dengan mata melotot? Agaknya mereka sedang menunggu kesempatan baik! Kalau begitu kita tak usah membantu Oh Bu-hong lagi kata Say Khi-pit setelah memandang sekerjap ke arah para jago dari perguruan Panah Bercinta. Kongsun Po berpikir sebentar, kemudian katanya, Maksud tujuan Oh loji masih sukar untuk diduga. Membantu dirinya juga tak menjadi soal. Tapi diapun dapat kita peralat Sementara mereka berdua masih berbisik dengan suara lirih, tiba-tiba dari tengah arena berkumandang suara dengusan tertahan karena kesakitan. Rupanya si malaikat racun Lo Kay-seng dari See ih sam seng berdiri terlampau dekat dengan naga berapi itu sehingga lengan kirinya kena disembur sampai terluka. Sambil meringis kesakitan, buru-buru dia mengundurkan diri ke belakang.

Malaikat pedang Siang Ban-im yang menyaksikan kejadian itu menjadi gusar sekali, bentaknya, Binatang, kau berani! Sekilas cahaya tajam dengan cepat menyambar ke depan. Auman keras yang memekakkan telinga berkumandang memenuhi angkasa. Mendadak naga berapi itu mengangkat tubuhnya ke atas. Cakar mautnya direntangkan dan diayun kemuka, kemudian menyambut datangnya cahaya pedang tersebut. Melihat kesempatan baik telah berada didepan mata Oh Bu-hong segera membentak keras, Pek-ji, cepat serang sayap kanannya!. Sejak tadi Si Tiong-pek sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, mendengar perintah tersebut, segera sahutnya, Baik! Dengan jurus Kan ku see gi (alam semesta bergeser ke barat), satu jurus pukulan yang tercantun dalam kitab pusaka Ciong hay kun boh, dia melancarkan sebuah pukulan ke depan. Dibawah kerubutan tiga orang jago tersebut, ternyata naga berapi itu sama sekali tidak takut. Sambil meraung keras, ekornya yang panjang dan besar tiba-tiba disapu keluar dengan menerbitkan deruan angin puyuh yang luar biasa. Sin liong pawi (naga sakti mengebaskan ekor) tiba-tiba Si Tiong-pek teringat kalau diantara jurus-jurus serangan yang tercantum dalam kitab pusaka Ciong bay kun boh terdapat sebuah jurus sin liong pawi yang mirip-mirip dengan gerakan tubuh naga berapi itu. Dia cukup mengeyahui akan kelihayan jurus serangan itu, buru-buru tubuhnya melompat ke udara untuk menghindarkan diri. Suhu, cepat mundur! teriaknya dari tengah udara. Thi-eng-siu Oh Bu-hong tidak mengetahui akan kelihayan jurus serangan tersebut. Baru saja dia hendak menyongsong datngnya ancaman tersebut dengan toya bajanya, tiba-tiba ia mendengar bentakan dari Si Tiong-pek tersebut, segera sadarlah dia kalau keadaan tidak beres. Dengan gerakan mendatar tubuhnya meluncur keluar dari situ. Blammm! suatu benturan keras terjadi di udara, tahu-tahu sebuah liang yang amat besar telah muncul di atas permukaan tanah. Ketika sapuan ekornya gagal melukai orang, naga berapi itu semakin gusar. Sambil meraung keras, kakinya dihentak-hentakkan di atas tanah. Ini mengakibatkan seluruh permukaan tanah bergetae keras.

Sungguh berbahaya.! pekik Oh Bu-hong di dalam hati. Saking kagetnya peluh dingin telah membasahi sekujur tubuhnya. Untuk sesaat nyalinya menjadi pecah dan ia tak berani untuk menubruk ke depan lagi. Dalam pada itu, Malaikat Pedang Siang Ban-im juga tak berani melancarkan serangan secara gegabah lagi. Dia hanya mengawasi naga berapi itu dengan mata terbelalak karena kaget. Untuk sesaat lamanya ia termangu-mangu dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Mendadak terdengar Kongsun Po tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya lantang, Haa haa haa Saudara Oh, mari biar lohu membantumu! Haa haa haa Bagus sekali. mari kita bekerjasama untuk membekuk naga itu! jawab Oh Bu-hong sambil tertawa terbahak-bahak pula. Menyusul di belakang Rase Berekor Sembilan Kongsun Po, si Kakek Sakti Berwajah Pualam Say Khi-pit pun ikut maju ke depam memberikan bantuannya. Dengan demikian, para jago lihay serentak maju bersama untuk menghampiri naga berapi itu. Ternyata naga berapi itu cukup cerdik. Kali ini ia bersikap lebih kalem dengan mengawasi orang-orang itu menggunakan sinar matanya yang merah berapi-api. Oleh karena ia memiliki empat buah mata maka gerak-gerik setiap orang tak ada yang lolos dari pengawasannya. Kongsun Po menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan kesemuanya itu. katanya, Saudara Oh, dimanakah letak titik kelemahan yang mematikan dari makhluk ini? Lohu belum berhasil menemukannya jawab Oh Bu-hong sambil tertawa seram. Say Khi-pit segera menggerakkan sepasang telapak tangannya, lalu berkata, Lohu akan bertarung dari babak yang pertama. Harap saudara sekalian mau melindungi aku dari samping!. Kemudian sambil merendahkan tubuhnya, ia melancarkan sebuah pukulan yang sangat kuat ke depan. Naga raksasa itu mendongakkan kepalanya, sambil meraung keras, menyusul kemudian terjadi benturan yang memekakkan telinga. Naga berapi itu sama sekali tidak menghentikan tubuhnya, tapi Say Khi-pit telah merasakan separuh lengannya menjadi kaku dan agak tak sanggup untuk diangkat kembali. Ia tidak menyangka kalau tubuh naga berapi itu memiliki daya lenting yang begini kuat.

Dengan hati tercekat ia mundur ke belakang, kemudian serunya, Saudara Oh, aku lihat makhluk ini luar biasa. Jika tidak diketahui cara untuk menaklukkannya, belum tentu kita bisa menundukkannya hari ini. Untuk membunuh naga harus tahu dulu caranya membunuh. Aku lihat lebih baik kita mencari dulu akal lain! Oh Bu-hong segera mendengus dingin. Hmmmm.! Kalau aku sudah tahu caranya, tak nanti lohu sampai memohon bantuan orang lain. Mendengar ucapan tersebut Say Khi-pit menjadi naik pitam, teriaknya, Lohu pun tak sudi dengan benda mestika itu! Seusai berkata ia lantas putar badan dan berjalan keluar dari gelanggang, seakan-akan ia hendak berlalu dari sana. Buru-buru Kongsun Po berseru dengan lantang, Saudara Say, setelah masuk kedalam bukit mestika, masa kita akan pulang dengan tangan hampa. Say Khi-pit agak tertegun, kemudian pikirnya, Ya benar. Jika aku pergi dengan begini saja, pihak Thi-eng pang pasti akan mentertawakan ketidak becusanku. Setelah tahu sulit baru mengundurkan diri. Hmmm.. aku orang she Say tidak boleh pergi dengan begini saja Berpikir sampai disitu, buru-buru ia balik lagi ketempat semula dn berdiri berjajar dengan Kongsun Po. Sambil tertawa terbahak-bahak Kongsun Po lantas berkata, Saudara Oh hari ini kami dua bersaudara hendak menjual nyawa untuk kalian. Aku harap dikemudian haripun pihak Thi-eng pang bersedia pula memberi muka untuk kami Kata-kata dua bersaudara sengaja diucapkan dengan nada keras, jelas dia berniat untuk menarik Say Khi-pit agar berpihak kepadanya. Oh Bu-hong yang cerdik, tentu saja dapat menebak pula maksud hatinya. Ia segera tertawa terbahak-bahak. Haa haa haa tentu saja tantu saja Asal saudara bersedia untuk menyumbangkan tenaga, siau loji pantas akan menghadiahkan sepasang mata naga tersebut untuk kalian berdua Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran berkumandang di angkasa. Suara tertawa itu dingin, keji dan menggidikkan hati, membuat para jago yang berada dalam gelanggang meraskan hatinya bergetar keras. Ketika semua orang berpaling maka tampaklah si Malaikat Racun Lo Kay seng sedang memandang ke arahnya dengan pandangan dingin.

Lo Kay seng, si makhluk beracun tua, Apa yang sedang kau tertawakan.? tegue Oh Bu-hong dengan kening berkerut. Lo Kay seng tertawa ternahak-bahak. Kalian anggap pil Lei hwe po wan tersebut benarbenar bisa kalian dapatkan dengan begitu saja?. Kalau kami tak mampu, apakah kau mampu? jengek Kongsun Po ketus. Lo Kay seng segera tertawa seram lagi. Tentu saja, tentu saja. Lohu pasti akan mampu untuk mendapatkan pil Lei hwe po wan tersebut!. Oh Bu-hong yang licik dan keji, ketika dilihatnya Jit poh Toan Kwik to berdiri disana, mendadak sebuah akal busuk melintas di dalam benaknya. Ia lantas tertawa seram, kemudian drngan nada menghina katanya, Saudara Lo jangan lupa kalau orang yang merajai dunia ini dengan ilmu beracunnya bukan cuma kau seorang.. Selama ini si Malaikat Beracun Lo Kay seng selalu menganggap ilmu beracunnya merupakan kepandaian yang tiada taranya didunia ini, kontan saja sepasang alis matanya bekernyit setelah mendengar perkataan itu. Selapis hawa nafsu membunuh pun dengan cepat menyelimuti wajahnya. Sekulum senyuman dingin ikut menghiasi pula wajahnya. Ia tertawa angkuh, kemudian ujarnya, Lohu tidak percaya kalau didunia ini masih terdapat orang lain yang mampu mengalahkan lohu! Diam-diam Oh Bu-hong merasa gembira sekali setelah mendengar perkataan itu. Katanya dengan cepat, Aaaah.. belum tentu demikian Coba menurut pendapatmu, masih ada siapa lagi yang lihay dalam ilmu beracun teriak Lo Kay seng dengan gusar. Oh Bu-hong segera menuding ke arah Jit Poh Toan-hun Kwik To sambil katanya, Dewasa ini, Kwik heng yang berdiri di hadapanmu juga merupakan seorang ahli racun yang berpengalaman! Jelas Oh Bu-hong memang sengaja hendak mengobarkan pertarungan diantara mereka, agar dua orang jago lihay yang tersohor karena ilmu beracunnya itu saling gontokgontokan sendiri. Jit Poh toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To cuma tertawa ringan dan sama sekali tak menggubris. Tok seng (si Malaikat Beracun) Lo Kay seng tidak memiliki kecerdasan seperti Kwik To. Dia pun tak dapat melihat maksud hati Thi-eng siu (Kakek Sakti Elang Baja) Oh Bu-hong yang sebenarnya. Dengan wajah sedingin es ia tertawa dingin tiada hentinya. hee hee heeh Manusia semacam itu mana mungkin bisa diajak berbicara?

Saat inilah Jit poh toan-hun Lo Kay seng pasti dapat merasakan atau paling tidak menduga akan siasat keji dari Oh Bu-hong tersebut. Siapa tahu ternyata dia adalah seorang manusia yang paling tolol di dunia ini. Sambil tertawa seram, Kwik To berkata. Wahai Lo Kay seng, kita berdua sama-sama termashur dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya. Soal nama dan tingkat kedudukan bukanlah suatu persoalan yang patut diributkan. Sedang lohu pun tidak akan mengingat-ingat kesalahan yang dibuat orang rendah. Untuk sementara ini kuampuni selembar jiwamu Kemudian sambil berpaling ke arah Oh Bu-hong katanya pula sambil tertawa sinis. Saudara Oh, kau memang pandai sekali memutar balikkan duduk persoalan. Tampaknya soal hasut-menghasut merupakan modal yang terutama bagimu dalam kariermu selama ini Merah padam selembar wajah Oh Bu-hong karena jengah. Cepat-cepat katanya sambil tertawa. Mana, mana. Kehebatan saudara Kwik sudah merajai kolong langit. Lohu tak lebih hanya memuji seperti apa yang kupikirkan. Siapa yang berani untuk. Mendadak. Naga api yang selama ini tak berkutik mulai mundur ke belakang. Rupanya binatang itu bersiap-siap hendak mengundurkan dirinya ke dalam istana api. Menyaksikan itu Oh Bu-hong menjadi sangat terkejut, buru-buru bentaknya keras. Kekuatan api dari naga berapi itu semakin melemah, harap saudara sekalian bersedia membantu lohu. Sembari berkata, tubuhnya bergerak lebih dahulu menerjang ke arah naga berapi terebut. Begitu ia menggerakkan tubuhnya, Kongsun Po dan Say Khi-pit menggerakkan pula badannya menyusul dari belakang. Dalam waktu singkat, bayangan manusia saling menyambar. Bayangan naga bergetargetar. Pasir dan batu dilapisi kobaran api yang menyengat badan segera berhamburan kemana-mana. Naga berapi itu sepanjang tahun hidup di dalam istana api, meninggalkan sumber api baginya berarti kematian. Semenjak kemunculannya dari istana api tadi, hampir satu jam sudah lewat tanpa terasa. Lambat laun binatang aneh itu mulai tak tahan menghadapi serangan-serangan hawa dingin di luar gua. Tampaknya makhluk inipun tahu bahwa manusia-manusia yang sedang dihadapinya sekarang bukan manusia sembarangan. Karena itu ia tak pernah melangkah keluar dari guanya barang selangkahpun. Selama ini cuma mendekam terus di mulut gua tersebut.

Ji Cin-peng selama ini cuma meonton dari samping arena tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi setelah disaksikannya naga berapi itu sama sekali tidak menunjukkan tanda kelelahan meski sudah bertarung sengit sekian lama melawan jago-jago lihay sebanyak itu, hatinya mulai terkesiap. Kepada nyonya tua berambut putih yang berada disampingnya, ia lantas berkata sambil tertawa. Nenek, bukankah kau memiliki seutas Wu kim ciu-kou (pancingan sakti benang emas). Nenek berambut putih itu tertawa terkekeh, lalu menjawab, Selembar serat tak akan menjadi benang betul. Kaitan emas Wu kim ciu-kou milikku dapat mengkait makhluk besar ini. Tapi kekuatannya terlampau besar seperti bukit. Aku kuatir sampai waktunya bisa jadi kita akan terseret masuk ke dalam istana api. Mencuri ayam gagal, segenggam beras lenyap, bukankah hal ini terlalu rugi Ji Cin-peng berpikir sebentar, kemudian menjawab. Seandainya kita sumbat mulut istana api, bukankah naga api itu bisa kita tangkap dengan mudah Mendengar perkataan itu, nenek berambut putih itu menjadi sangat terkejut. Segera katanya, Naga berapi ini sudah memiliki akal budi. Sebelum dia dibikin gusar, jangan harap mau meninggalkan gua tersebut barang selangkahpun. Apalagi ingin menangkapnya hidup-hidup. Ketahuilah, benda mestika hanya akan dimiliki oleh mereka yang berjiwa mulia. Lebih baik kita jangan memikirkan soal itu Pada saat itulah mendadak terdengar Oh Bu-hong membentak keras. Saudara sekalian, berusahalah untuk memancingnya keluar Meskipun menghadapi serangan-serangan gencar dari empat lima orang jago lihay, ternyata naga berapi itu tidak bergeser dari tempat semula walau selangkahpun. Malahan sambil mundur ia dapat melindungi badan, sewaktu maju bisa menyerang musuh. Makhluk ini betul-betul seekor makhluk yang luar biasa. Sembari melancarkan pukulan dahsyat, Kongsun Po berseru, Ia teramat cerdik, sulit untuk memancingnya keluar!. Belum habis perkataannya naga berapi tersebut telah menyemburkan apinya mengarah dia. Paras muka Kongsun Po berubah hebat. Saking kagetnya, cepat-cepat ia menarik kembali serangannya sambil mundur. Diam-diam peluh dingin membasahi sekujur tubuhnya saking kaget. Tiba-tiba Jit poh lui sim cian Lui Thian seng menyelinap maju ke depan. Sambil tertawa terbahak-bahak, ia berkata, Haa haa haa Saudara Oh, seandainya lohu sanggup untuk memancingnya keluar dari situ, bagaimana caramu untuk mengucapkan rasa terima kasihmu kepadaku?.

Oh Bu-hong memutar sepasang biji matanya, lalu berkata, Asal lohu berhasil mendapatkan pil mestika Lei hwe po wan, aku bersedia untuk memberikan segala sesuatu yang diinginkan kepada diri Lui heng! Haa haa haa Termasuk barang mestiika pembunuh naga? seru Lui Thian seng lagi sambil tertawa terbahak-bahak. Tergetar keras dada Oh Bu-hong sehabis mendengar perkataan itu, serunya tergagap. Tentang soal ini Tentang soal ini Untuk sesaat lamanya dia tak tahu bagaimana harus menjawab, karena itu hanya senyuman tersipu-sipu yang menghiasi seluruh wajahnya. Lui Thian seng mendengus dingin, kembali ia berkata, Kalau toh saudara Oh tidak mempunyai niat jujur dan bersungguh-sungguh, yaa sudahlah!. Anggap tiada saja ucapanku tadi! Seusai berkata ia lantas melangkah mundur dari situ dan balik ketempatnya semula. Pancaran sinar dingin dan sinis mencorong keluar dari balik matanya. Mimpipun Oh Bu-hong tidak mengira kalau dalam keadaan gawat seperti ini, Jit poh lui sim cian Lui Thian seng bisa mengeluarkan kartu yang mematikan dirinya. Dengan suatu pemikiran yang cepat ia berusaha mengelupas masalah tersebut, kemudian buru-buru katanya lagi sambil tertawa, Lohu cuma dapat membantu untuk merampasnya, tapi tidak menjamin akan keutuhan serta keamanan benda tersebut. Orang ini memang cukup licik. Dia tahu Jit poh lui sim cian Lui Thian seng bisa berkata begitu berarti dia betul-betul memiliki kemampuan untuk memancing kemunculan naga berapi tersebut. tapi pihak Thi-eng pang pun berhasrat besar untuk mendapatkan benda mestika pembunuh naga. Ia merasa agak keberatan untuk menyanggupi permintaan orang. Sebaliknya kalau tidak disanggupi, terlampau sayang jika pil Lei hwe po wan yang amat langka itu lenyap dengan begitu saja. Dalam keadaan demikian, maka ia mengambil keputusan untuk menyanggupi sementara waktu, padahal secara diam-diam ia telah menyusun suatu siasat keji lainnya. Lui Thian seng kembali tertawa terbahak-bahak. Haa haa haa Asal pihak Thi-eng pang bersedia melindungi lohu dari garis arena, itu sudah lebih dari cukup! demikian ia berseri. Oh Bu-hong tertawa seram pula. Kalau memang sudah setuju, harap saudara Lui segera mempersiapkan diri untuk memancing kemunculan naga berapi itu. Hee.. hee heeeh Ucapan seorang kuncu bagaikan sebuah cambukan bagi kuda jempolan. Sampai waktunya aku berharap saudara Oh jangan menyesali!.

Terkesiap Oh Bu-hong sesudah mendengar perkataan itu. Dia tertawa kering dan menjawab, Aaaah! Apa maksudmu berkata demikian?. Lohu bukanlah manusia semacam itu!. Dengan penuh perasaan bangga Lui Thian seng tertawa tergelak-gelak. kemudian pelanpelan maju ke tengah arana. Ketika mencapai lebih kurang lima enam kaki dari naga berapi itu, mendadak ia berpaling seraya berseru, Saudara Oh, dapatkah kau mengutus seorang untuk menyumbat mulut gua istana api. Jika naga berapi itu sudah pergi meninggalkan guanya nanti. Oh Bu-hong belum pernah berpikir sampai kesitu, maka buru-buru jawabnya cepat. Ooh.. itu maah soal gampang! Sambil membalikkan badan ia berseru ke arah para anggota Thi-eng pang nya, Dimana Wan Kiamciu? Lohu berada disini! Cian seng khi su Wan Kiamciu segera tampil ke depan sambil menyahut. Oh Bu-hong tertawa terkeke-kekeh, ujarnya, Cepat siapkan kayu-kayu besar dan cada sebagai persiapan bilamana perlu nanti Terima perintah! sahut Wan Kiamciu cepat. Dengan memimpin puluhan orang jago lihay dari perkumpulan Thi-eng pang, dengan kecepatan luar biasa berangkatlah mereka menuju keluar gua tersebut. Ketika Jit poh lui sim cian Lui Thian seng menyaksikan semua persiapan telah selesai, buru-buru serunya, Hadapilah binatang itu dengan berhati-hati. Wahai saudara sekalian, bila sedang marah, naga berapi itu bisa melukai orang! Dengan suara lantang Oh Bu-hong segera berseru, Semua murid perkumpulan Thi-eng pang harap mundur sejauh sepuluh kaki dari posisi masing-masing! Dalam waktu singkat bayangan manusia saling berkelebat. Banyak diantara para jagojago yang merasa kepandaiannya cetek bersama-sama melompat mundur ke belakang. Para jago dari perguruan panah bercinta juga kuatir kalau mendapat kerugian besar, buruburu mereka ikut mundur beberapa kaki jauhnya dari posisi semula. Sementara semua orang sedang bergerak mundur. Blaamm..! tiba-tiba terjadi suatu ledakan dahsyat yang amat memekakkan telinga.

Cahaya emas memancar ke empat penjuru, tahu-tahu panah inti geledek yang bisa merengut nyawa orang dalam tujuh langkah itu sudah dilepaskan ke arah kepala naga berapi tersebut. Cepat mundur..! kembali Jit poh lui cim sian Lui Thian seng membentak keras. Seketika itu juga segenap jago yang hadir di arena bersama-sama melayang mundur dari tempat itu. Auuuuumm Auuummm.! Suara pekikan dahsyat yang memekakkan telinga berkumandang dalam ruangan gua itu. Sedemikian kerasnya suara itu sehingga seluruh bumi serasa bergoncang keras. Ini menandakan bahwa naga berapi itu sudah dibuat teramat gusar. Aaaah serentetan jeritan kaget menggema pula dalam ruangan tersebut. Tiba-tiba naga berapi itu meluncur ke depan sambil berpekik nyaring. Dengan sinar mata bengis dan wajah buas makhluk raksasa tersebut maju kemuka dan menyergap kawanan jago tersebut. Cahaya petir kembali membelah angkasa. Tiba-tiba dari tengah udara meluncur datang serentetan cahaya ungu yang menyilaukan mata. Menyusuk kemudian memancar keluar serentetan cahaya emas yang menyelimuti seluruh angkasa. Seluruh jagad seolah-olah diselimuti oleh jalur api yang bewarana merah keemas-emasan. Gerak maju naga berapi itu teramat cepat. Setelah merentangkan cakarnya yang tajam, ia menyergap tubuh Jit poh lui cim sian Lui Thian seng dan mencengkeram tubuhnya. Menghadapi ancaman seperti ini, Jit poh lui cim sian Lui Thian seng merasa terkejut sekeli hingga hatinya bergetar keras, bentaknya penuh kegusaran. Binatang keparat!. Dalam keadaan terdesak, secepat kilat ia menekan tombol di atas tabung anak panahnya. Blaaaam! Diiringi suara ledakan dahsyat, kembali hujan anak panah berhamburan ke tubuh makhluk raksasa itu. Dengan cepat naga berapi itu menggerarkan sisik-sisik diatas badannya seraya miringkan kepala. Begitu terhindar dari hujan anak panah yang gencar, dia mendongakkan kepalanya berpekik nyaring, kemudian bergerak maju lagi kedepan. oooOOOOooo

SEMENTARA itu Jit poh lui sin cian Lui Thian seng sudah mundur sejauh lima kaki lebih dari tempat semula. Tak lama kemudian, naga berapi sudah dua kaki lebih meninggalkan mulut guanya. Saat itulah Oh Bu-hong merasa kesempatan yang sangat baik ini tak boleh disia-siakan, buru-buru bentaknya. Cepat sumbat mulut gua tersebut! Semenjak tadi Cian seng khik su Wan Kiam ciu sudah mempersiapkan diri sebaikbaiknya untuk melaksanakan perintah. Mendengar bentakan itu, dia lantas mengulapkan tangannya seraya berseru. Puluhan orang jago dunia persilatan yang telah mempersiapkan batangan-batangan kayu besar dan batu-batu cadas itu segera menyerbu ke depan mulut gua. Dalam pada itu, sifat buas dari naga berapi itu sudah berkobar. Hakekatnya ia tak menduga kalau jalan mundurnya bakal dibuntukan. Kemarahannya makin memuncak. sambil meraung-raung kegusaran dia menyambar kesana kemari dengan dahsyatnya. Kawanan jago persilatan yang berada disekitar situ makin panik dibuatnya. Dengan ketakutan mereka lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Aduuh!. Aduuh! beberapa jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan. Ada dua jago dari perkumpulan Thi-eng pang yang tak sempat menghindarkan diri roboh terkapar di atas tanah. Oh Bu-hong segera memutar senjata toya bajanya sembari berseru, Saudara Kongsun, saudara Say, hayo kita cepat bertindak! Seketika itu juga para jago yang berada disekitar arena mulai turun tangan. Pertarungan antara manusia melawan binatangpun segera berkobar dengan sengitnya. Pada saat itulah. tiba-tiba Ji Cin-peng tertawa merdu, kemudian serunya. Nenek, mari kita tampil ambil bagian di dalam pertarungan ini! Kau juga berniat untuk turut memperebutkan pil Lei hwe po wan tersebut? tanya si nenek berambut putih dengan wajah agak sangsi. Ji Cin-peng mengangguk, Setiap orang yang berada di dunia selalu berharap bisa mendapatkan benda mestika. Setelah aku tiba disini, sudah sepantasnya bila turun tangan didalam gerakan ini!. Nenek berambut putih itu segera tertawa dingin. Kalau Bengcu memang berminat, sudah barang tentu dengan senang hati aku si nenek akan melaksanakannya. Seraya berkata dia menggerarkan tanganny. Sebuah kaitan emas Wi Kim cui kou yang bewarna keemas-emasan dicabut keluar dari balik saku bajunya.

Tiba-tiba Tok seng (malaikat racun) Lo Kay seng maju ke depan seraya berkata, Bengcu, bagaimana kalau kita bekerjasama dalam usaha kali ini? Kenapa? Apakah See ih sam seng berniat untuk mengambil bagian dalam persoalan ini? kata Ji Cin-peng dengan mata melotot besar. Malaikat Racun Lo Kay seng tertawa seram. Betul..! jawabnya. Lohu memang berniat untuk mengambil bagian dalam persoalan ini!. Selesai berkata ia tertawa terkekeh-kekeh lalu dari sakunya mencabut keluar sebuah tabung bambu. Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menangkap naga berapi. Apakah kau mempunyai suatu akal bagus? ujar Cin-peng dingin. Malaikat Racun Lo Kat seng tertawa seram. Bila dua telapak tangan bertemu, suara tepukan baru kedengaran. Hanya tangan sebelah tak mungkin bisa berkumandang suara tersebut. Kau mempunyai kaitan emas Wi kim ciu kou, aku punya obat pemabuk Thian san liong hiang. Dengan kombinasi dua macam benda ini, sekalipun naga bisa terbang juga tak bakalan lolos dari cengkeraman kita. Cuma terserah kepadamu bersedia untuk bekerja sama atau tidak? Dengan cepat Ji Cin-peng berpikir sejenak, lalu jawabnya, Baiklah, kulihat dulu kehebatannya. Malaikat Racun Lo Kay seng segera melepaskan tabung bambunya itu kedepan naga beracun tersebut, katanya, Kau boleh menyaksikan sendiri kehebatan dari benda milikku ini Blaaaam! Tiba-tiba ditengah udara bergema suara ledakan. Selapis kabut bewarna merah yang membawa segulung angin harum dengan cepat menyambar ketengah udara dan menebar kemana-mana. Kabut merah itu pelan-pelan melayang kedepan dan menyelimuti sekeliling badan naga berapi itu. Rupanya naga berapi itu gemar dengan segala yang berbau harum. Mengendus bau tersebut, tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak lagi. Dengan hidungnya yang besar ia mengendus kesana kemari disekeliling udara. Setelah itu berpikir tiada hentinya. Tak lama kemudian semua bau harum yang tebal sudah terhisap ke dalam perutnya. Hey si nenek. cepat lemparkan kaitan emasmu! Malaikat Racun Lo Kay seng buruburu berseru.

Nenek berambut putih itu mendengus dingin. Hmm! Atas dasar apa kau hendak memerintah diriku! serunya. Ucapan itu membuat Malaikat Racun Lo Kay seng tertegun, sampai lama sekali dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Terpaksa Ji Cin-peng berkata sambil tertawa Nenek, silakan turun tangan! Terima perintah Dengan penuh rasa hormat si nenek berambut putih itu mengiakan. Sreeet..! Serentetan cahaya putih yang menyilaukan mata meluncur keluar dari balik tangannya. Dengan membawa desingan angin tajam, kaitan emas itu meluncur ditangah udara dan langsung membelenggu ke tubuh naga berapi itu. Sekujur tubuh naga berapi itu bergetar keras, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya. Kenapa tidak segera kemari! bentak nenek berambut putih itu dengan suara lantang. Seraya berkata, tenaga dalamnya segera disalurkan kedalam telapak tangannya untuk membetot. Sekujur tubuh naga berapi itu bergetar makin keras. Setelah berpekik sedih, pelan-pelan dia mendekati si nenek berambut putih dari perguruan Panah Bercinta. Meskipun tubuhnya besar, ternyata gerak-geriknya amat lamban, bagaikan seekor kerbau tua yang sedang menarik pedati. Perlu diketahui, saat itu si naga berapi boleh dibilang telah dikuasai sepenuhnya. Kaitan emas yang tajam dan kuat itu tepat telah mengkait pada bagian yang mematikan diatas tubuhnya. Bila si nenek berambut putih itu menarik keras-keras, maka ia akan meraskan kesakitan hebat. Dalam keadaan demikian terpaksa dia harus mengikuti tarikan itu untuk maju mendekat. Oh Bu-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi naik pitam. Segera teriaknya keraskeras, Bagus sekali, rupanya kalian perguruan Panah Bercinta hendak memungut keuntungan yang telah berada didepan mata Kami berhasil menangkap naga itu dengan mengandalkan kepandaian sejati. Lebih baik kau tak usah banyak cerewet tukas Ji Cin-peng dngan wajah dingin.

Mendadak paras muka Oh Bu-hong berubah hebat, serunya, Kami Thi-eng pang telah menjua tenaga, orangpun sudah mati beberapa. Jika kalian perguruan Panah Bercinta hanya ingin memungut hasilnya dengan tanpa bersusah payah, lohu tidak akan setuju! Tidak setuju juga harus setuju. Nonamu tak akan menuruti keinginan hatimu! kata Ji Cin-peng dingin. Suaranya dingin, tegas dan tandas. Ini membuat Oh Bu-hong tak mampu berbicara lagi. Dalam keadaan demikian, terpaksa Oh Bu-hong harus nekad, katanya kemudian, Jika nona bermaksud demikian, aku kuatir banjir darah dan pembantaian besar-besaran akan berlangsung hari ini Kau berani menggertak Bengcu kami! bentak Ji Kiu liong sambil tertawa penuh kegusaran. Oleh karena selembar jiwanya telah diselamatkan Ji Cin-peng maka tanpa merasa ia telah memasukkan dirinya kedalam bagian dari perguruan Panah Bercinta. Ji Cin-peng segera mengerling sekejap kearahnya memberi tanda, lalu berkata, Soal banjir darah mah tak akan terhindar lagi. Itu cuma tergantung soal cepat atau lambatnya saja! Pada saat itulah, Si Tiong pek menghunus pedangnya. Sambil melompat kemuka teriaknya, Kalian orang-orang perguruan Panah Bercinta betul-betul terlalu menghina orang! Kami menghina orang, memangnya kalian juga tidak menghina orang! balas Jit poh toan bun Kwik To dengan suara yang amat dingin. Suasana semakin tegang, pertarungan agaknya setiap saat dapat berlangsung. Tiba-tiba Kongsun Po maju kedepan dan memisahkan mereka kekiri dan ke kanan, lalu katanya, Jika ada dua harimau berkelahi, maka salah satu pasti akan terluka. Alangkah baiknya jika kalian berdua jangan bentrok lebih dulu hanya lantaran urusan kecil. Lohu yang tak becus bersedia untuk menjadi penengah! Kongsun Po heng bagaimana menurut pendapatmu? tanya Oh Bu-hong kemudian dengan penuh kebencian. Kongsun Po terkekek-kekeh seram. Jangan ribut, jangan ribut. Lohu sudah menemukan suatu cara yang amat jitu. Cara apa yang berhasil kau dapatkan? tanya Si Tiong pek rada tertegun.

Hee hee hee Sebagaimana kita ketahui, naga berapi adalah makhluk tak bertuan. Siapa yang mendapatkan toh sama saja. Menurut pendapat lohu yang bodoh, lebih baik pil Lei hwe po wan diberikan kepada pihak Thi-eng pang sedang naga berapi itu sendiri didapatkan pihak perguruan Panah Bercinta. Bukankan cara ini bagus sekali? Bagaimana pendapat kalian? Ji Cin-peng segera tertawa terbahak-bahak, Haa haa haa Jika benda itu dibagi untuk kami bersua, lantas Saudara Kongsun sendiri mendapat apa.? Kongsun Po menjadi tertegun, lalu pikirnya, Hmmm.! Tak sedikit sudah aku mengeluarkan tenaga, masa aku akan pulang dengan tangan hampa Pada dasarnya ia sudah mempunyai rencana busuk dalam benaknya, maka mendengar perkataan itu, kontan saja tergelaklah dia Haa haaa haa Tidak susah, tidak susah. Kalian semua telah pulang dengan membawa hasil, sudah barang tentu lohu tak bisa pulang dengan tangan hampa. Begini saja, anggaplah mestika dari To liong pit po sebagai bagian lohu!. Baru selesai ia berkata, Say Khi pit serta Lui Thian seng bersama-sama telah melototkan sepasang matanya lebar-lebar, jelas mereka tak senang hati. Mendadak perempuan tua berambut putih itu membentak keras, Binatang, kenapa kau tidak menuruti perkataanku? Naga api itu kembali berpekik sedih. Tubuhnya segera berbaring diatas tanah dan tidak bergerak lagi, kepalanya digoyang-goyangkan pertanda sudah takluk dan jinak. Dengan cepat Ji Cin-peng berpaling sambil membentak, Semua anggota perguruan Panah Bercinta harap membuat persiapan.! Bentakan demi bentakan berkumandang dari empat penjuru, tampaklah para jago dari perguruan Panah Bercinta bersama-sama menyebarkan diri membentak sebuah barisan yang tangguh untuk menggelinding si nenek berambut putih serta naga api itu. Si Tiong pek melayang maju kedepan dengan kecepatan luar biasa. Setelah tertawa seram, serunya, Selama enam puluh tahun, angin dan air selalu berputar. Tiga puluh tahun air mengalir ke timur, tiga puluh tahun kemudian air mengalir ke barat. Tak nyana perguruan Panah Bercinta berani secara terang-terangan mencaplok pil Lei hwe po wan secara kasar. Hmm... Siapapun berhak untuk mendapatkan barang tak bertuan, kata Ji Cin-peng hambar. Sekalipun perguruan Panah Bercinta bukan suatu perguruan yang bernama baik, tindakan kami ini masih belum terhitung suatu perbuatan yang kelewatan..

Tepat sekali, tepat sekali! seru Si Tiong-pek sambil tertawa seram. Cuma aku lihat bukan suatu persolan yang gampang bagi perguruan kalian jika ingin mengangkangi mestika tersebut seorang diri hari ini. Ji Cin-peng segera tertawa dingin. Pun kuncu tak pernah melakukan pekerjaan yang tidak memberi keyakinan bagiku. Hari ini kami berani menangkap naga tentu saja memiliki kemampuan pula untuk melindunginya. Jika pihak Thi-eng pang kurang percaya, silakan dibuktikan saja dengan kenyataan!. Si Tiong pek tertawa terbaha-bahak. Haa haa haa Tentu saja, tentu saja. Sudah semenjak dulu aku telah menduga bahwa pada suatu ketika antara perguruan Panah Bercinta dengan Thi-eng pang pasti akan menghadapi peristiwa semacam ini. Cuma tak kusangka kalau peristiwa ini bakal terjadi dalam waktu secepat ini. Berbicara sampai disitu, dia lantas mengulapkan tangannya memberi tanda. Para jago dari Thi-eng pang yang berada disekitar tempat itu serentak maju bersama. Agaknya suatu pertempuran massal segera akan terjadi. Si Tiong pek memandang anak buahnya sekejap. Kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia berkata dengan sombong. Toa-buncu, coba kau lihat bagaimana dengan anak buahk? Ji Cin-peng agak tertegun, mungkin ia tidak memahami apa yang dimaksudkan, tapi kemudian pula katanya sambil tertawa dingin. Gerombolan bandit dan pencopet, tak bisa dianggap sebagai suatu kekuatan yang hebat! Si Tiong pel naik pitam setelah mendengar perkataan itu, bentaknya penuh rasa gusar. Kentut busukmu! Paras muka Ji Cin-peng berubah, hawa nafsu membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya, tapi hanya sebentar, karena dengan nada yang datar dan tenang katanya kemudian. Kalau ditinjau dari perkataanmu yang ngawur dan seenaknya, aku pantas kalau memberi sedikit pelajaran kepadamu, agar kau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi. Tapi memandang pada sumbangan tenaga yang telah kalian berikan ketika menangkap naga tadi, aku bersedia untuk memaafkan kelancanganmu itu. Kalau didengar dari suaranya yang lembut dan halus, orang tak akan percaya kalau perempuan ini tak lain adalah seorang iblis perempuan yang paling berkuasa dan paling hebat dalam dunia persilatan dewasa ini. Ucapan tersebut segera saja menimbilkan rasa cengang dan tertegun bagi semua jago yang berada disekitar situ. Tapi Si Tiong pek belum juga tahu diri, malah dengan mendongkol ia mendengus, serunya, Maksud baik nona boar kuterima didalam hati. Sayang persoalan antara kita berdua tak bisa diselesaikan dengan sepatah dua patah kata saja.

Ji Cin-peng segera tersenyum. Aku sudah menduga akan jawabanmu itu, katanya. Sebelum kami memutuskan untuk menangkap naga itupun, nona telah memikirkan juga akibatnya. Mungkin disebabkan persoalan ini, suatu pertumpahan darah yang mengerikan akan terjadi hari ini Haa haa haa Nona memang pintar dan betul-betil lain daripada yang lain kata Oh Bu-hong sambil tertawa terbahak-bahak. Kalau sudah tahu bahwa kejadian ini bisa berakibat terjadinya pertumpahan darah, sepantasnya kalau kau menarik diri dalam persoalan hari ini Ji Cin-peng mencibir sinis, katanya, Ucapan pangcu memang sangat tepat, sebetulnya siau li memang berhasrat untuk mengundurkan diri dari sini, cuma sebelum siau li meninggalkan gunung tempo hari, suhu siau li pernah berpesan bahwa bagaimanapun juga maka siau li harus Haa haa haa Nona memang pintar dan luar biasa. Aku rasa suhumu sudah pasti adalah seorang tokoh yang maha sakti dari dunia persilatan! tukas Oh Bu-hong sambil tertawa terbahak-bahak lagi. Aaah. Tidak, tidak kata Ji Cin-peng sambil gelengkan kepalanya berulang kali. Guruku mah cuma seorang manusia biasa yang tak punya kepandaian apa-apa. Jauh dibandingkan dengan kegagahan dan kehebatan Pangcu Agak merah wajah Oh Bu-hong karena jengah, ujarnya, Suhumu pernah berkata apa? Ji Cin-peng tertawa ringan, Kalau anjing menggigit orang, itu bukan berita namanya, tapi kalau orang menggigit anjing, ini baru berita yang luar biasa. Paras muka Oh Bu-hong segera berubah hebat. Kurang ajar, kau berani memaki aku! teriaknya. Jari tangannya segera menyentil ke muka. Sreeeet! Segulung desingan angin tajam segera meluncur ke muka dan menghajar ke tubuh Ji Cinpeng. Dengan suatu gerakan yang enteng dan cekatan Ji Cin-peng segera mengigos ke samping. Si Tiong pek memburu ke muka, serunya sambil tertawa seram. Suhu, tak ada gunanya banyak berbicara pada saat ini. Hanya banjir darah yang terbentang didepan mata kita sekarang!

Suara teriakan keras yang memekakkan telinga tiba-tiba berkumandang memecahkan keheningan. Kawanan jago dari perkumpulan Thi-eng pang serentak maju kedepan dan menyerang orang-orang perguruan Panah Bercinta. Dalam waktu singkatm kekuatan dari kedua belah pihak telah saling bertemu. Suatu bentrokan senjata yang memekakkan telingapun berkumandang memecahkan keheningan Jeritan-jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memenuhi angkasa. Banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Bentakan keras, jeritan kesakitan dikombinasikan dengan suara deruan angin pukulan serta benturan senjata tajam, membuat suasana dan pemandangan di sekitar itu betul-betul mengerikan. Berbicara soal jumlah kekuaatan maka anggota perkumpulan yang hadir dari kedua belah pihak boleh dibilang seimbang. Kekuatan merekapun setali tiga uang. Bisa dibayangkan betapa serunya pertarungan yang sedang berlangsung waktu itu. Maaf nona, lohu akan bertindak lancang Oh Bu-hong membentak keras. Toya bajanya diputar cepat. Hembusan angin dengan gerakan memotong, menyapu, membacok, menebas, menghantam dan memotong, secara beruntun dia lukai delapan orang jago lihay dari perguruan Panah Bercinta, kemudian langsung menyerbu ke depan Ji Cin-peng. Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan Ji Cin-peng kedepan, bentaknya nyaring. Kau anggap nona takut kepadamu? Kedua orang itu sama-sama adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar. Kelihayan tenaga dalam mereka sukar dilukiskan dengan kata-kata. Terlihat angin serangan dari toya baja serta telapak tangan itu menderu-deru kencang. Sekitar beberapa kaki di sekitar mereka berdua boleh dibilang telah dilapisi oleh selapis hawa serangan yang tebal. Seru dan sengit jalannya pertarungn ketika itu, sedemikian ramainya suasana boleh dibilang jarang ditemui dalam dunia persilatan. Dalam waktu singkat, korban kembali berjatuhan dari kedua belah pihak. Meski orang-orang Thi-eng pang telah berusaha untuk menyerang berulang kali, sayang pertahanan dari orang-orang perguruan Panah Bercinta setangguh batu karang. Usaha mereka selalu mengalami kegagalan total. Pada saat itulah mendadak terdengar suatu ledakan keras yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan keheningan. Batu cadas dan kayu-kayu besar segera bermuncratan keempat penjuru. Segulung asap hitam yang amat tebal mengumpal keluar dari balik mulut istana api itu.

Menyusul kemudian muncullah dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran sukma gentayangan. Dengan suatu kecepatan yang luar biasa kedua sosok bayangan itu menerjang keluar dari balik istana api. Haa haa haa Tidak kusangka begini banyak sobat yang berkumpul disini!. Seorang berseru sambil tertawa nyaring. Berbareng dengan selesainya perkataan itu, tiba-tiba ditengah arena telah melayang turun dua sosok manusia. Dengan terjadinya ledakan yang berlangsung secara mendadak tadi, serentak pertumpahan darah yang sedang berlangsung disana terhenti sama sekali. Masing-masing pihak mengalihkan perhatian masing-masing untuk mengawasi kedua orang itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ji Cin-peng segera tertawa setelah melihat wajah kedua orang itu. See ih sam seng berdiri tertegun sedangkan Say Khi pit dan Kongsun Po merasa gelisah bercampur panik. Peluh dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi sekujur badannya. Saudara Gak, baik-baikkah kau? teriak Ji Cin-peng dengan wajah berseri. Gak Lam-kun melirik sekejap si nona baju perak yang berada disisinya, lalu menjawab sambil tertawa. Berkat doa restu dari nona Bwe, aku berada dalam keadaan sehat wal afiat! Tiba-tiba See ih sam seng bersama-sama maju ke depan lalu menghadang jalan pergi Gak Lam-kun. Gak Siauhiap tegur Malaikat Racun Lo Kay seng sambil tertawa seram, Kemana perginya siocia kami? Wajah mereka, rata-rata menunjukkan kecemasan serta kegelisahan. Sementara enam buah mata yang tajam menatap wajah Gak Lam-kun tak berkedip. Mereka berharap bisa memperoleh kabar tentang Thian san soat li dari tubuhnya. Gak Lam-kun tertegun menghadapi pertanyaan itu. Nona yang mana? dia balik bertanya. Kontan saja Malaikat Racun Lo Kay seng tertawa dingin sesudah mendengar perkataan itu. Aku harap kau tak usah bermain setan dihadapanku tegurnya. Hayo jawab saja berterus terang, kau telah apakan dirinya?

Gak Lam-kun segera memahami apa yang dimaksudkan, ia tertawa terbaha-bahak karena kegelian. Nona berbaju perak itupun ikut tertawa cekikikan, serunya kemudian. Hey sam seng. Masa kalian sudah pangling denganku? Seperti apa yang diketahui, sukma Ang ih kim cha telah meminjam jasad si nona baju perak itu untuk hidup kembali di dunia. Oleh karena itu ciri-ciri wajah Thian san soat li yang sesungguhnya lambat laun mengalami perubahan secara drastis. Kalau ditanya mirip siapakah wajahnya sekarang maka sembilan puluh persen dia lebih mirip Ang ih kim cha daripada wajah aslinya sendiri. Tak heran kalau See ih sam seng tak dapat mengenalinya kembali. Seperti orang bodoh, Malaikat Pedang Pek Ban im segera bertanya, Siocia kenapa kau bisa berubah menjadi begitu rupa? Nona baju perak itu tersenyum, Suratan takdirku memang demikian. Aku harap kalian tak usah banyak bertanya lagi tukasnya. Meski pelbagai kecurigaan masih berkecamuk dalam benak See ih sam seng, namun bersua dalam keadaan demikian, terpaksa mereka bertiga harus manggut-manggut juga sambil mengundurkan diri. Selesai berkata tadi, nona berbaju perak itu segera melangkah ke tengah arena. Sambil menuding si naga berapi katanya, Lepaskan dia! Tidak bisa! jawab nenek berambut putih itu ketus. Pada hakekatnya Ji Cin-peng memang tidak menaruh kesan baik terhadap gadis berbaju perak itu. Mendengar ucapannya tersebut, ia lantas berkata dengan ketus. Atas dasar apa kau hendak mencampuri urusan perguruan kami? Untuk sesaat nona berbaju perak itu terbungkam lalu tertawa jengah. Ia berpaling dan memandang sekejap wajah Gak Lam-kun dengan pandangan mesra. Wajahnya yang memang cantik jelita kian banyak bertambah menawan. Gak Lam-kun segera tertawa nyaring, katanya kemudian. Nona Bwe, bersediakah kau untuk memandang diatas wajah siaute? Sampai sekarang dia masih belum tahu kalau Bwe Li pak adalah Ji Cin peng, maka ia selalu menyebutnya sebagai nona Bwe. Diam-diam Ji Cin-peng menghela napas, titik air mata segera mengembang dalam kelopak matanya. Tentu saja kau terkecuali! katanya sambil tertawa pedih.

Lalu sambil berpaling katanya lagi, Nenek, lepaskanlah binatang itu! Si nenek berambut putih itu tertegun, serunya dengan cepat, Nona, tidak gampang untuk menangkap makhluk ini, harap kau berpikir tiga kali lagi sebelum mengambil keputusan! Ji Cin-peng hanya tahu memburu kesenangan, segera katanya, Aaaah Tak usah banyak bicara, pokoknya laksanakan saja kan beres! Nenek berambut putih itu tak berani membangkang, dia lantas menarik kembali kaitan emas Wu tim cui kou miliknya. Jangan lepaskan makhluk itu! tiba-tiba Oh Bu-hong membentak keras. Kenapa? tanya Gak Lam-kun sambil maju ke muka. Oh Bu-hong tertawa seram, jawabnya. Naga ini sudah menjadi milikku. Tanpa seiijinku, siapapun dilarang untuk melepaskannya! Kalau aku tetap melepaskannya? jengek Gak Lam-kun sambil menarik muka. Kubunuh dirimu! dengus Oh Bu-hong dengan nada sinis. Toya bajanya segera diputar satu lingkaran di udara, lalu dengan disertai desingan angin tajam ia totok dada anak muda itu. Gak Lam-kun tertawa terbahak-bahak, Haa haa haa Aku lihat perangai Toa pangcu masih kelewat berangasan Sebuah kebasan tangan dilontarkan ke muka. Segulung hawa takanan yang amat kuat seketika mendepak Oh Bu-hong mundur selangkah. Kebasan itu cukup kuat dan bertenaga luar biasa. Semua jago kembali dibuat tertegun Lebih-lebih Oh Bu-hong sendiri. Dengan perasaan tercekat, dia lantas berpikir, Setengah bulan tidak berjumpa, bajingan ini sudah mampu untuk mendesak mundur aku dengan pukulannya. Tenaga dalam sesenpurana ini betul-betul luar biasa. Sekarang tak seorangpun dari para jago yang hadir di arena mampu untuk menghadapinya. Apalagi dikemudian hari. Bukankah dia akan menjadi jagoan nomor wahid dalam dunia persilatan? Sebagai orang yang berhati iri dan culas, setelah berpikir sampai kesitu, selapis hawa nafsu membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya Sambil tertawa seram ia lantas berseru, Bocah muda, tak kusangka ilmu silatmu hebat juga!

Bagaimanapun juga dia tidak percaya kalau dalam setengah bulan saja tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun bisa peroleh kemajuan yang demikian pesatnya. Bayangan toya bajanya segera dibalik, lalu dengan jurus Nu kang huan lam (ombak sungai mengulung dahsayat), membacok tubuh lawan. Gak Lam-kun tertawa dingin. Telapak tangan kirinya dikebaskan pelan ke muka. Kebasan itu sungguh kuat sekali. Dalam waktu singkat tahu-tahu sudah mencapai sasaran. Dalam waktu singkat angin puyuh menderu-deru. Pasir dan batu beterbangan di angkasa. Serentetan cahaya hitam meluncur ke tangah udara. Dengan perasaan terkesiap Oh Bu-hong mundur ke belakang, serunya, Kau, adalah malaikat.! Waktu itu sepasang tangannya sudah kosong. Toya baja yang sangat berat itu sudah terhajar oleh serangan Gak Lam-kun sehingga mencelat ke tengah udara. Ditengah desingan angin tajam, benda itu meluncur ke arah barat laut dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Dengan wajah sedingin es, Gak Lam-kun berkata, Aku adalah manusia bukan malaikat. Tapi aku justru adalah musuh tandinganmu! Kepandaian maha sakti yang belum pernah dilihat maupun didengar dalam dunia persilatan ini, bukan saja sudah menggetarkan hati setiap orang yang berada dalam arena, sekalipun Gak Lam-kun sendiri juga merasa agak tercengang. Kongsun Po serta Say Khi pit yang menyaksikan gelagat tidak menguntungkan, segera membalikkan badan dan siap mengambil langkah seribu dari situ. Kembali! bentak Gak lam-kun dengan suara keras. Kau hendak membunuh kami? bisik Saya Khi pit dengan wajah ketakutan hebat. Gak Lam-kun tertawa sinis. Itu mah bukan suatu pekerjaan yang tak bisa kulakukan! sahutnya. Menghadapi keadaan demikian ini, Kongsun Po segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi dada, lalu berkata. Sekarang urusan telah menjadi begini rupa, agaknya kami berdua harus beradu jiwa denganmu! Hmmmm! Yang penting, sanggup tidak kalian berdua untuk mengajak aku beradu jiwa! ejek Gak Lam-kun sambil mendengus.

Perkataan itu sama sekali tidak terdengar sombong atau sengaja membesar-besarkan keadaan. Karena kenyataan telah membuktikan segala sesuatunya. Kongsun Po berpikir sejenak, lalu berkata, Berada dalam keadaan ingin hidup tak bisa, ingin mati tak dapat, kami berdua percaya masih mampu untuk melakukan suatu perbuatan yang jauh diluar dugaan kalian semua! BAIK! kata Gak Lam-kun sambil maju dengan langkah lebar, Ingin kulihat sebetulnya kalian memiliki kekuatan macam apa yang disebut melampaui kemampuan orang itu! Dengan Wajah yang hambar dan dingin seperti es, selangkah demi selangkah ia berjalan kedepan Kongsun Po serta Say Khi pit. Pucat pias selembar wajah Kongsun Po, bisiknya dengan badan menggigil keras, Kau amat keji Paras muka Gak Lam-kun agak berubah, katanya lagi, Dalam pandangan orang lain perbuatan ini mungkin dianggap kejam, tapi dalam pandanganku hal ini justru merupakan suatu hal yang lumrah, sebab tindakan yang kalian gunakan untuk menghadapi guruku jauh lebih kejam dan busuk daripada perbuatan sekarang! Menyaksikan musuhnya yang maju mendekat bagaikan malaikat dari langit, tanpa terasa Say Khi pit dan Kongsun Po mundur terus berulang kali. Wajahnya memperlihatkan rasa takut bercampur ngeri. Peluh dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba Oh Bu-hong membentak keras, Harap kalian berdua cepat lari ke tempat lohu sini! Gak Lam-kun segera berpaling dan memandang sekejap kearahnya, kemudian katanya, Bila perkumpulan kalian hendak turut campur persoalan ini, jangan salahkan kalau aku akan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat manusia! Setiap patah katanya tegas dan mantap, dingin seperti angin yang berhembus datang dari gunung es. Hey orang she Gak, kau tak usah sombong! teriak Si Tiong-pek sambil memutar senjatanya. Hee hee hee Jangan dianggap setelah memperoleh beberapa jurus ilmu silat rahasia maka kau bisa menjagoi dunia persilatan ujar Gak Lam-kun sambil tertawa dingin. Si Tiong-pek tak mau kalah, ia tertawa seram pula. Yaa, tapi tak akan jauh selisihnya darimu

Pada saat itulah si nenek berambut putih itu telah menarik kembali kaitan emas Wu kim cui kou nya. Naga api itu segera barpekik nyaring. Tubuhnya yang amat besar tiba tiba melambung ke udara dan membuat satu lingkaran di angkasa, setelah itu sambil membentangkan cakar raksasanya menerjang orang-orang Thi-eng pang. Dimana cakar raksasanya menyambar lewat selapis warna merah segera menyelimuti seburuh angkasa. Cepat mundur! buru-curu Oh Bu-hong membentak keras. Bayangan manusia, segera menyebar ke empat penjuru. Beratus-ratus orang jago dari Thi-eng pang tercerai berai kemana-mana untuk mencari keselamatan sendiri. Oh Bu-hong sendiri sambil mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam talapak tangan, ia menerjang kearah Gak Lam-kun dengan suatu ge-rakan yang amat ganas, serunya sambil tertawa geram, Gak Lam-kun, kau berani melukai orang dengan menggunakan kekuatan naga. Tidak takutkah perbuatanmu ini akan dikutuk oleh setiap manusia yang ada didunia ini? Bayangan tangan menyambar silih berganti. Secara beruntun dia melancarkan serangkaian pukulan bertubi-tubi yang ditujukan ke sekujur badan Gak Lam-kun. Dengan gesit dan lincah Gak Lam-kun berkelit kesana kemari, lalu katanya. Untuk menghadapi manusia bengis semacam kalian ini, kupikir cara ini merupakan suatu cara yang paling cepat Siapa tahu baru saja tubuhnya mundur ke belakang tiba-tiba terasa desingan angin tajam menyambar datang dari arah belakang. Sewaktu dia berpaling, maka dilihatnya Si Tiong pek, Kongsun Po serta Say Khi pit sekalian, dengan kekuatan gabungan dari empat orang sedang menyergap dirinya dengan kecepatan luar biasa. Lam-kun tertawa terbahak-bahak, katanya, Haa haa haa Aku menjadi rikuh sendiri kalau tidak memenuhi harapan kalian, setelah kamu semua begitu baik memberi muka kepadaku! Dengan suatu gerakan yang amat cepat, tubuhnya berputar kencang. Sepasang telapak tangannya direntangkan keatas bawah dan sekaligus ia sambut datangnya beberapa gulung tenaga pukulan itu. oooOOOOooo

BEBERAPA orang jago ini semuanya sudah menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya tenaga serangan yang dimiliki anak muda tersebut, ketika melihat garangnya pukulan itu masing masing segera mengigos ke samping untuk menghindarkan diri. Tapi sayang, walaupun mereka menghindar cukup cepat, namun datangnya serangan itu jauh lebih cepat lagi. Ditengah benturan yang memekakkan telinga, empat orang jago lihay itu bersama sama terpental ke belakang dan jatuh terduduk ditanah. Sepasang mata Oh Bu-hong segera berkaca-kaca. Sambil merangkak bangun dari tanah katanya. Gak sauhiap, lohu mengaku kalah! Suhu, menang kalah bukan urusan yang penting seru Si Tiong pek dengan mulut bepelopotan darah, Dikemudian hari kita masih ada kesempatan untuk menagihnya kembali. Dengan wajah yang amat sedih dan air mata bercucuran, Oh Bu-hong hanya menggelengkan kepalanya berulang kali, dia membungkam dalam seribu bahasa Orang bilang Seorang enghiong tak akan melelehkan air mata. Jika tidak menghadapi persoalan yang betul betul memedihkan hati Thi-eng siu Oh Bu-hong adalah seorang jago tua yang sudah lama berkecimpungan dalam dunia persilatan, baik nama besar maupun kedudukannya sama sekali tidak berada di bawah siapa pun. Tak heran kalau pukulan batin yang diterimanya kali ini membuat ia begitu sedih sehingga tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran. Gak Lam-kun tak ingin bertindak kebangetan, cepat cepat dia berseru, Aku betul betul berbuat ceroboh, bila telah kulakukan kesalahan. Tak usah banyak bicara lagi, tukas Si Tiong pek sambil membentak gusar. Aku orang she Si pasti akan menuntut balas atas penghinaan yang kuterima hari ini! Ketika mengucapkan kata kata itu, matanya membelalak memancarkan sinar buas. Giginya saling gemerutuk menahan emosi. Sedemikian mengerikannya wajah pemuda itu, membuat Gak Lam-kun diam diam merasa amat bergidik. Tapi Oh Bu-hong segera menggoyangkan tangannya berulang kali, ujarnya lirih. Pek ji, kau tak usah banyak bicara lagi. Lohu akan segera membuyarkan perkumpulan Thi-eng pang kita! Haah!? Hal ini mana boleh jadi? teriak Si liong pek dengan perasaan terkesiap. Keputusanku telah bulat. Kau tak usah banyak berbicara lagi! kata Oh Bu-hong tegas. Sementara itu, dari balik arena berkumandang lagi suara jeritan-jeritan ngeri yang menyayatkan hati. Puluhan orang jago lihay sudah roboh terkapar diatas genangan darah sendiri.

Gak sauhiap ujar Oh Bu-hong kemudian dengan wajah sedih, Lohu sudah menderita kekalahan total, buat apa kau harus menciptakan pembunuhan yang tak berguna Gak Lam-kun mengambil keluar Lencana Pembunuh Naga dari sakunya, kemudian menerjang maju menghampiri naga berapi itu. Naga keparat, kenapa belum kembali ke sarangmu bentaknya lantang dari tengah udara. Rupanya naga api itu tahu kalau orang tersebut adalah tandingannya, sambil mengipat ekor buru-buru makhluk raksasa itu menerobos kembali ke dalam istana api. Setelah naga itu lenyap dari pandangan, Oh Bu-hong baru memandang sekejap kearah anak buahnya dengan perasaan berat, ujarnya dengan suara sedih, Saudara sekalian, sampai berjumpa lagi Suhu, kau hendak kemana? teriak Si Tiong-pek cemas. Setinggi tingginya pohon daun akan gugur kembali kebumi. Dunia persilatan demikian luas tak sulit bagiku untuk mencari tempat pertapaan baru Si Tiong-pek segera menggoyangkan tangannya berulang kali, katanya. Seenak-enaknya dunia persilatan, di rumah sendiri adalah paling enak. Suhu! Baliklah ke dalam markas! Oh Bu-hong menghela napas sedih. Kenangan lama paling mudah menimbulkan kesedihan. Aku tak ingin kembali ke tempat lama yang penuh kenangan itu, lebih baik pergi jauh dari semua orang! Suhu apakah kau sama sekali tak memperdulikan lagi usaha kita selama ini untuk membangun perkumpulan Thi-eng pang? keluh Si Tiong pek, wajahnya murung. Kenangan lama pasti akan berlalu. Kesemuanya itu sudah tinggal impian belaka. Sejak sekarang dalam dunia persilatan sudah tiada orang yang bersama Thi-eng siu lagi. Si Tiong pek menghela napas panjang, kembali ia berkata, Kekayaan Thi-eng pang tak terhitung dengan jari tangan, apakah suhu tak akan memperdulikannya juga? Oh Bu-hong menggeleng. Nama kedudukan den harta sudah banyak kurasakan. Mulai sekarang aku tidak suka memburu hal-hal itu lagi. Aku hanya ingin mencari ketenangan hidup, melihat burung dihutan, memancing ikan di telaga hidup bebas tanpa pikiran, damai merdeka sentausa selamanya Tiba tiba si nenek berambut putih dari perguruan Panah Bercinta itu maju kedepan dan menuju kehadapan Oh Bu-hong sambil membawa kaitan Wu kim cui kou miliknya. Setelah menghela napas, dia berkata, Untuk kemenangan atas bertobatnya Oh-Pangcu

dari semua kesesatan, aku si perempuan tua ingin menyumbangkan sedikit tanda mata ini sebagai kenangan Air mata Oh Bu-hong jatuh bercucuran semakin deras, tiba tiba ia memegang tangan perempuan tua itu dan berbisik, Si-hun ikutlah aku. Mari kita pergi bersama! Bu-hong, kau masih kenal aku? bisik nenek berambut putih itu dengan air mata bercucuran. Habis gelap terbitlah terang, sudah lama aku mencarimu dalam impian. Tak nyana setelah kita sama sama menjadi tua, akhirnya bisa bersua kembali. Yaaa, semenjak bertemu denganmu, aku sudah menduga siapakah kau.! Perempuan tua itu menggeleng pelan, Sinar senja menang cantik jelita, sayang selewatnya magrib malam haripun tiba. Kita sudah sama-sama tua renta, tak mungkin lagi untuk berdampingan sepanjang masa Sepuluh tahan kita berpisah, sembilan tahun aku terlalu tarkanang. Rembulan ada kalanya setengah ada kalanya purnama. Si hun, Walaupan kita berdua sudah tua namun perasaan kita tetap kekal, aku bisa baik-baik marawat dirimu! Nenek berambut putih itu tertawa sedih, Bertemu kembali dengan kekasih, kekasih telah tua. Sepuluh tahun terkenang air matapun mengering. Aku bertanya kepada gunung gunung tak menyahut, aku bertanya kepada telaga telaga tak juga menjawab. Bu-hong aku tak bisa mengikutimu! Kenapa? seru Oh Bu-hong dengan perasaan gelisah. Sepuluh tahun kita berpisah sembilan tahun kau selalu terkenang. Apa yang telah kau lakukan pada setahun yang terakhir? tanya nenek itu pedih. Untuk menemukan kekasih, ujung langit kujelajahi. Sepuluh tempat yang kukunjungi sepuluh tempat kosong. Pada tahun yang terakhir aku betul betul merasa putus asa! Saking terharunya air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah nenek berambut putih itu . Kenangan lama tak akan kembali. Lebih baik kita cari dari kenyataan saja bisiknya. Jadi kau telah setuju? seru Oh Bu-hong dengan wajah berseri karena gembira. Sambil menangis si renek berambut putih itu manggut manggut. Setelah kudengar pembicaraan kekasih kuketahui hati kekasih. Aku bersedia mengikutimu sampai mati. Bu-hong, Mari kita pergi!

Ji Cin-peng segera maju ke depan, serunya sambil tertawa, Siau popo, kuucapkan selamat berbahagia untukmu. Semoga kalian berdua bisa rukun selalu sepanjang masa. Dengan terharu nenek itu menjawab. Sepuluh tahun menunggu derita akhirnya derita menjadi beres. Aku tak berharap bisa hidup sepanjang masa. Asal bisa pulang ke alam baka bersama, sekalipun harus mati di tengah gunung, apa pula yang musti dirisaukan? Orang persilatan ada yang tua ada yang muda, meski ambisi kalian telah lenyap golok mestika belumlah tua moga-moga dikemudian hari kalian berdua masih mau seringsering berkunjung ke perguruan Panah Bercinta sebagai tamu kehormatanku! Oh Bu-hong segera tertawa terbahak bahak, Kematian melenyapkan budi dan dendam senjata ditukar dengan batu kemala. Walaupun lohu telah pergi semoga Thi-eng pang dan Cian-cing kau bisa hidup damai berdampingan sepanjang masa. Moga-moga kalian jangan bertarung lagi dan bersama-sama membangun dunia persilatan.. Agaknya gelak tertawa itu merupakan gelak tertawa yang paling bebas dan gembira selama banyak tahun ini. Selesai tertawa ia merasa hatinya amat lega. Tapi pada saat itulah tiba-tiba terdengar Si Tiong pek mendengus dingin, kemudian melengos ke arah lain. Sambil menggelengkan kepalanya Oh Bu-hong menghela rapas panjang, katanya lembut, Anak Pek kau tak usah merasa tak puas, dikemudian hari. Dengan kasar dan marah Si Tioug pek mematahkan pedangnya menjadi dua bagian. Kemudian sambil membantingnya ke atas tanah, ia mundur beberapa langkah ke belakang seraya membentak, Sekarang kau sudah bukan suhuku lagi, kau sudah bukan guruku yaeg berada dalam bayangan ku. Dulu guruku adalah seorang jago yang gagah perkasa dan menguasahi wilayah utara dan selatan sungai besar, sedang kau? Huuuh! Kau tak lebih cuma seorang pangemis tua yang berusaha melarikan diri dari kenyataan. Oh Bu-hong menghela napas panjang. Aaai.. Semua kejadian didunia ibaratnya awan di angkasa. Setelah tertembus angin maka semuanya akan buyar, apa gunanya kau mesti menyinggung kembali persoalan itu? Baik! kata Si Tiong pek kemudian sambil tertawa. Rupanya dia telah mengambil keputusan, Soal yang tua mundur yang muda muncul memang suatu hal yang umum terjadi dalam dunia persilatan. Kalau kau hendak pergi silahkan pergi. Aku pasti akan membangun duniaku sendiri. Seusai berkata dia lantas membalikkan badan dan melangkah pergi. Siau-pangcu! buru-buru Cian seng khi-su Wan Min ciu berseru, Bagaimana dengan kami?

Sambil berpaling dan tertawa seram jawab Si Tiong pek, Kalian semua telah menjadi tua mengikuti berkembangnya usia. Tunggu saja, mungkin suatu hari aku bisa membutuhkan kembali bantuan kalian Oh Bu-hong gelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, katanya. Kini murid durhakaku sudah pergi, perkumpulan Thi-eng pang telah buyar. Dalam dunia persilatan sudah tiada nama kami lagi Selesai berkata, sambil membimbing si nenek berambut putih itu pelan pelan mereka berjalan menuju ke barat. Suhu.! tiba-tiba Ki Li-soat menjerit sambil menangis, lalu munculkan diri dari kerumunan orang banyak. Oh Bu-hong berpaling seraya menghela napas panjang, katanya sedih. Tiada daun didunia ini yang tidak gugur. Inilah saatnya buat kita untuk berpisah Tidak aku hendak mengikuti sahu! teriak Ki Li-soat sambil menggelengkan kepalanya. Oh Bu heng tertawa sedih, sambil mengelus jenggotnya ia berkata. Sekarang masa remajamu lagi mulai. Sedang aku tak lebih cuma tua bangka yang hampir memasuki liang kubur. Terlalu sayang kalau kau harus mengubur masa remajamu itu bersama kami. Anak bodoh, pergilah dari sini dan dampingilah kekasihmu Belum selesai ia berkata bayangan tubuhnya sudah berada puluhan kaki dari tempat semula. Keputusannya untuk pergi betul-betul diluar dugaan siapapun . Suhu..! Tunggu aku! teriak Ki Li-soat sambil menyusul dari belakang. Terlihat gadis itu makin lama semakin menjauh dan akhirnya ikut lenyap pula dari pandangan mata. Malam semakin mendekat, waktu senja makin berakhir mengikuti beredarnya sang waktu. Bubarnya perkumpulan Thi-eng pang jauh diluar dugaan siapupun. Perginya Oh Bu-hong serta nenek berambut putih dan minggatnya Si Tiong Pek dengan membawa dendam akan menjadi topik yang paling ramai dalam kisah selanjutnya. Ji Cin-peng memandang keadaan cuaca, lalu berkata, Gak sauhiap kita. Sebelum habis ia berkata, tiba tiba terdengar suara pekikan panjang yang memekikkan telinga berkumandang datang dari tempat kejauhan. Menyusul kemudian sesosok bayangan manusis yang bertubuh ramping, dengan kecepatan luar biasa meluncur datang.

Koogsun Po menjadi amat girang segera teriaknya, Nona Hong! Tampak seorang perempuan setengah umur yang berwajah cantik dengan gerak gerik yang genit masuk ke arena dan melirik sekejap sekeliling tempat itu. Lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya, Siapakah dlantara kalian yang menjadi muridnya Tok liong Cuncu? Gak Lam-kun segera mendengus. Aku orang she Gak orangnya Suara itu sinis dan dingin, seakan-akan tidak memandang sebelah matapun terhadap perempuan itu. Tiba-tiba paras muka perempuan itu berubah hebat, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Kemudian setelah berhenti tertawa dia berkata Apakah Tok liong Cuncu masih hidup didunia ini? Kau anggap itu urusanmu? jengek Gak Lam-kun ketus. Manusia yang tak punya pendidikan, apakah suhumu tak pernah menyinggung tentang aku? Mendengar makian itu, Gak Lam-kun naik pitam dia langsung menyerbu kedepan sambil membentak. Kau sendiri yang telur busuk!. Dengan suatu gerakan yang enteng dan seenaknya, telapak tangan kirinya ditonjok kemuka dengan jurus kim cian gin seng (jarum emas bintang perak). Paras muka perempuan itu berubah hebat dengan cepat dia menghindar ke samping, kemudian dengan gerakan yang manis dia maju ke depan dan menotok bawah sikut Gak Lam-kun. Cepat nian serangan tersebut. Hakekatnya dilakukan pada saat yang hampir bersamaan. Gak Lam-kun terkesiap cepat dia mundur ke belakang seraya berseru, Kau adalah Yan Lo-sat (perempuan iblis cantik) Hong Im! Jelas dalam satu gebrakan barusan ia telah menduga siapakah lawannya. Padahal hal ini tak perlu diherankan sebab dalam kitab catatannya Tok liong Cuncu telah menjelaskan secara terperinci ilmu silat andalan dari setiap orang musuh besarnya. Kalau kau sudah tahu siapakah aku, mengapa belum juga berlutut untuk minta ampun. seru Yan Lo-sat Hong Im dengan suara sedingin salju.

Gak Lam-kun segera tertawa terbahak babak. Haa.. haa haa Berlutut dan minta ampun kepadamu? Huuh, jangan mimpi! Justru aku hendak membunuhmu! Kau tak akan mampu! Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulang kali. Dulu mungkin aku tak mampu. Tapi sekarang hanya masalah waktu. Coba kalau aku tidak teringat dengan pesan guruku yang ingin membalas dendam sendiri atas sakit hatinya, hari ini kau tak akan lolos dari tanganku! Dengan nada kurang percaya Yan Lo-sat (iblis perempuan cantik) Hong Im berkata, Bila Tok liong Cuncu dapat muncul sekali lagi, meski aku harus mati, aku akan mati dengan hati pasrah! Baik jawab Gak Lam-kun sambit tertawa. Tiga hari mendatang, suhuku pasti akan datang menemuimu Aku rasa hal itu tampaknya suatu yang mustahil, tak mungkin bisa terjadi Berada dalam keadaan yang begitu jelas dan nyata, dia tetap tak percaya kalau Tok liong Cuncu masih bisa lolos dari kematiannya walaupun sekujur badannya sudah penuh ditandai dengan puluhan buah bacokan yang dalam. Sudah barang tentu masih terdapat banyak hal yang dicurigai olehnya, apalagi Yan Lo-sat Hong Im pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana parahnya luka yang diderita Tok liong Cuncu. Waktu itu dia sendiripun berkeyakinan, sekalipun Hoa To lahir kembali, belum tentu ia sanggup mengobati lukanya itu. Mendadak Dengan suara yang keras bagaikan geledek Jit poh lui sim ciam (tujuh langkah panah inti geledek) Lui Thian seng membentak, Orang she Gak, jangan bergerak!. Kalau kau berani sembarangan bergerak, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji! Tampak panah inti geledek yang dahsyat dan mematikan itu sudah dirasakan persis ke ulu hati Gak Lam-kun. Dalam keadaan begini, asal dia memencet tombol pada senjatanya itu, niscaya anak panah yang mematikan itu akan berhamburan kemana-mana. Mau apa kau? tegur Gak Lam-kun sambil mengangkat bahu. Pelan-pelan dia bergeser dari posisinya semula. Ini membuat Jit poh lui sim ciam Lui Thian tidak berani sembarangan bergerak dan melepasksn serangan. Serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku! bentak Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng sambil tertawa seram.

Gak Lam-kun tertawa. Huuh! Kau lagi bermimpi disiang hari bolong, apa tidak kuatir kalau sampai ikut melayang serunya. Kembali Lui Thian seng tertawa seram. Hee heehee Orang mampus lantaran harta, burung mati lantaran makanan, itulah teori yang umum dan sudah lazim berlaku didunia ini Tiba tiba. Serentetan suara kim yang datar dan rendah menggeletar memecahkan keheningan, suasana disekeliling jagadpun seakan-akan berubah menjadi gelap gulita. Plaaaak! percikan bunga-bunga api berhamburan kemana-mana entah bagaimana caranya, tapi tahu-tahu panah Jit poh lui-sim cian yang maha dahsyat itu sudah rontok diatas tanah dan meledak sendiri. Pasir dan debu segera beterbangan kemana-mana, ledakan yang keras itu amat memekikkan telinga. Sementara Lui Thian seng, sendiri sudah terkapar diatas tanah dalam keadaan terluka parah. Uuaaaak.! Darah segar muntah keluar bagaikan air mancur dari mulut Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng, kemudian ia mendengus karena kesakitan, pancaran sinar gusar, dendam dan penasaran mencorong keluar dari balik matanya, Mengikuti arah yang ditatap olehnya tampak si gadis berbaju perak itu sedang pelanpelan meletakkan harpanya ke dalam pangkuan. Sambil tertawa merdu ia berkata, Barusan, aku cuma mempergunakan tenaga sebesar dua bagian saja. Coba kalau ku-gunakan tenaga. sebesar lima bagian, siapapun pasti sudah tak bisa bertemu lagi denganmu Lui Thian seng mendengus dingin. Hmmm Antara kita berdua telah terikat dendam sakit hati yang lebih dalam dari samudra. Ingat saja? Hutang ini pasti akan ku tuntut suatu ketika Selesai berkata dengan susah payah dia merangkak bangun dari atas tanah, lalu dengan sempoyongan berlalu dari tempat itu. Nona berbaju perak itu tertawa merdu, dia bergeser ke depan dan memandang ke arah Gak Lam-kun sambil tertawa manis. Semua jago disekeliling tempat itu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi tertegun dan termangu-mangu, sebab senyuman tersebut benar-benar indah, cantik dan mempersona hati orang.

Yan Lo-sat Hong Im yang menyaksikan senyuman itu juga ikut tertegun, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut, sapanya, Susiok! Siapa kau? tegur nona berbaju perak itu agak tertegun, Mengapa kau sebut aku sebagai paman guru? Bukankah kau adalah Ang ih kim cha (tusuk konde emas baju merah) dari perguruan Tay khek bun, Gui Bok eng yang sudah lenyap semenjak enam puluh tahun berselang? seru Iblis Perempuan cantik Hong Im dengan Wajah tercengang. Sebagaimana diketahui, semenjak Ang Ih kim cha Gui Bok eng menjatuhkan arwahnya ke dalam tubuh si nona berbaju perak itu, baik potongan wajah maupun potongan badannya telah mengalami suatu perubahan yang sungat aneh, banyak dibanyak bagian tempat justru mempunyai kemiripan dengan Ang ih kim cha itu pribadi. Maka dengan cepat nona berbaju perak itu tersenyum,ujarnya. Aku telah berjumpa dengan susiokmu itu. Dia sudah lama meninggalkan dunia. Bohong! tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak keras. Seraya berkata, tiba-tiba badannya melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa, kemudian menggunakan jurus Hui hong ti seng (pelangi terbang memetik bintang), suatu jurus serangan yang tangguh dari perguruan Tay khek bun dia totok dada si nona tersebut. Tiga malaikat dari wilayah See ih menyaksikan kejadian itu menjadi amat teperanjat, buru-buru mereka memburu ke tengah arena untuk memberi pertolongan. Sinona berbaju perak sendiri juga merasa tertegun oleh kejadian itu. segera bentaknya Kau berani? Entah bagaimana caranya menghindari tanpa disadari ia telah pergunakan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh dan belum dikenali sebelumnya untuk berkelit dan meloloskan diri dari sisi tubuh Yan Lo-sat Hong im. Cepat cepat Yan Lo-sat Hong Im mengundurkan diri dari situ, dengan sikap yang sangat menghormat dia berkata, Susiok, kenapa kau masih mencoba untuk mengelabuhi aku?. Kau sudah salah melihat orang seru nona berbaju perak itu dengan wajah masih diliputi hawa kegusaran. Tidak mungkin salah! jawab Yan Lo-sat Hong Im dengan nada yang tegas dan mantap, Gerakan Im liong jut siu (naga mega tiga kali mencuat) yang kau pergunakan barusan merupakan gerakan tubuh susiok yang paling diandalkan. Dalam dunia persilatan dewasa ini tak mungkin ada orang kedua yang bisa pergunakan gerakan tubuh itu kecuali Susiok seorang

Kiranya untuk membuktikan apakah si nona berbaju perak itu benar-benar adalah Ang ih kim cha yang dulu atau bukan, Yan Lo-sat Hong Im telah mempergunakan jurus Hui hot ti seng dari Tay khek bun yang merupakan suatu serangan serangan paling dahsyat untuk melakukan percobaan. Jurus serangan yang ia pergunakan itu merupakan salah satu ilmu yang paling diandalkan oleh perguruan Tay khek bun, tidak gampang untuk melepaskan diri dari ancaman itu kecuali bila orang tersebut sanggup menggunakan ilmu Im liong jut siu yang amat sakti tersebut. Kalau tidak maka korban pasti akan terluka oleh serangan tersebut. Padahal kalau dibicarakan sesungguhnya, si nona berbaju perak itupun tak tahu sedari kapan dia bisa mempergunakan ilmu langkah semacam itu, diam-diam ia merasa kaget bercampur heran. Dari mana dia bisa tahu kalau sukma Ang ih kim cha yang berada dalam tubuhnya telah mulai mempengaruhi semua jalan pemikirannya. Tanpa ia sadari, semua kepandaian Tay khek bun yang maha dahsyat telah dipahami olehnya tanpa terasa. Setelah tertegun sejenak nona berbaju perak itu berkata, Kau bilang gerakan tubuh yaug barusan kugunakan itu adalah gerakan Im liong sam siu?. Betul! Yan lo sit Hong Im manggut-manggut tanda membenarkan Gerakan tubuh itu merupakan salah satu ilmu langkah rahasia dari perguruan Tay khek bun yang paling tersohor dimasa silam.. Mendengar semua penjelasan tersebut nona berbaju perak itu menghela nafas panjang. Aaaaah.! Mungkin saja aku adalah susiok mu, mungkin juga bukan. Yan Lo-sat Hong Im menjadi girang sekali, segera teriaknya, Susiok mari kita bersama segera pulang ke perguruan Tay khek bun.! Nona berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menarik tangan Gak Lam-kun mereka berangkat menuju keluar. Menyaksikan hal itu Yan Lo-sat Hong Im menjadi amat gelisah dengan cepat dia mengejar dari belakang. Gak Lam-kun segera berpaling lalu setelah tertawa dingin katanya, Aku sekarang belum ingin membunuhmu, buat apa kau mencari penyakit buat diri sendiri? Yan Lo-sat Hong Im kembali menjadi tertegun, terpaksa dia menghentikan gerakan tubuhnya dan berdiri termangu-mangu ditem-pat. Gak Lam-kun kembali tertawa dingin tiada hentinya, bersama nona berbaju perak itu kembali mereka melanjutkan langkahnya.

Semua gerak-geriknya bersama gadis berbaju perak itu dapat dilihat semua oleh Ji Cinpeng dengan amat jelasnya. Tanpa terasa timbul perasaan yang amat sedih dalam hatinya. Ia merasa hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau tajam. Ia membenci kepada diri sendiri kenapa tak berani berterus terang kepada kekasihnya bahwa dia adalah kekasihnya yang dahulu. Menyaksikan Gak Lam-kun dan nona berbaju perak itu sudah siap meninggalkan tempat itu, tanpa sadar Ji Kiu liong segera berteriak keras, Gak toako, kau hendak kemana? Ketika mendengar seruandari Ji Kiu liong itu Gak Lam-kun sendiripun merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru dia menghentikan gerakan tubuhnya seraya berpaling. Adik Liong! katanya kemudian, Untuk sementara waktu, kau boleh berada bersamasama enci Bwe. Setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan pasti akan kujemput kembali dirimu Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Ji Cin-peng. Ketika itu Ji Cin-peng sedang berdiri dengan air mata membasahi seluruh wajahnya, ia balas memandang tatapannya dengan wajah yang lesu, murung dan pedih. oooOOOOoooo MENYAKSIKAN keadaannya yang cukup mengenaskan itu, Gak Lam-kun menjadi tertegun. Belum pernah ia menyaksikan Ji Cin-peng memperlihatkan mimik wajah seperti ini, dengan demikian kata kata yang sebenarnya telah disiapkan segera ditelan kembali kedalam perut. Selelah termenung sekian lama, akhirnya setelah menghela napas sedih pikirnya dihati, Aaaaai! Semoga saja nona Bwe jangan menaruh rasa cinta kepadaku. Sesungguhnya akupun cinta kepadamu, menghormati dirimu. Tapi sekarang aku telah menjadi suamiistri dengan nona berbaju perak ini. Sekarang aku tak berani menaruh ingatan lain kepadamu, tapi selalu akan kuingat dirimu, seperti juga rasa hormatku kepadamu di masa-masa yang lalu. Pikiran Gak Lam-kun terasa gundah, kalut dan bercampur baur tak karuan. Sebaliknya Ji Cin peng merasakan hatinya hancur lebur, rasa sedihnya tak terlukiskan dengan kata-kata. Ketika empat buah rnata saling bertemu sampai lama sekali mereka tak mengucapkan sepatah katapun . Selapis rasa cemburu yang keji dan mendendam tiba tiba melintas diatas wajah si nona berbaju perak yang cantik jelita itu

Ditengah suasana seperti inilah, Yan Lo-sat Hong Im berjalan kehadapan si nona berbaju perak itu. Kemudian berkata dengan menghormat. Susiok, tecu mendapat pesan dari mandiang guruku untuk mengundang susiok agar kembali keperguruan Tay khek bun serta membangun perguruan kita agar cemerlang dan makin terkenal Mendengar ucapan tersebut, selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti wajah noia berbaju perak itu, katanya sambil tertawa dingin, Aku sudah bilang tidak pulang yaa tidak pulang. Apakah kau hendak menangkap aku untuk diajak pulang? Apalagi aku juga bukan susiok kalian, aku bukan Kong ih kim cha Gui Bok eng. Kalau kau berani menghalang halangi gerakanku lagi, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji, dan tidak sungkan-sungkan lagi terhadapmu Paras muka Yan Lo-sat Hong Im berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi nada ucapannya masih tetap sungkan dan menghormat. Kembali katanya. Susiok mendiang guruku pernah berpesan Bila susiok bisa ditemukan kembali, maka bagaimanapun juga kau harus diundang pulang ke perguruan, sebab hanya susiok seorang yang bisa mengembangkan perguruan Tay-khek-bun kita sehingga menjadi termashur dalam dunia persilatan Nona berbaju perak itu mendengus dingin dampratnya. Kurangajar, rupanya kau benarbenar sudah bosan hidup lagi didunia ini! Seraya berkata jari tangannya segera disentil ke depan melancarkan sebuah serangan Segulung desingan angin tajam yang terasa menyayat badan segera meluncur kemuka dan menerjang ketubuh Yan Lo-sat Hong Im. Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terperanjat. Buru-buru dia melangkah ke samping dan beruntun menghindar sebanyak tiga kali dengan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh Breeet! Betapa cepatnya dia menghindar, jubah panjangnya toh sempat tersambar juga oleh desingan jari tangan sinona baju perak yang maha dahsyat itu. Paha putihnya yang montok dan halus segera tampak jelas didepan mata. Paras muka Yao Lo-sat Hong Im segera berubah hijau membesi. Sambil tertawa dingin serunya. Bagus sekali. Susiok! Kau dulu yang bersikap kasar kepade boanpwe. Jangan salahkan kalau Hong Im tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi kepadamu Kau purya kepandaian apa? Gunakan saja semuanya! jengek sinona baju perak itu dengan suara dingin. Tiba-tiba Yan Lo-sat Hong Im tertawa seram serunya, Susiok, ilmu silatmu sudah termashur di kolong langit semenjak enam puluh tahun berselang. Boanpwe juga tahu

kalau kepandaianmu nada tandingannya di kolong langit. Tentu saja kepandaian boanpwe tak lebih hanya sinar kunang-kunang yeng dibandingkan dengan sinar rembulan. Walaupun demikian, boanpwe persilahkan susiok untuk merasakan kehebatan dari Tay khek ngo heng kiam tin yang baru saja kami ciptakan. Bila ada sesuatu kekurangan, sudilah kiranya susiok memberi petunjuk Dari perkataannya itu dapat diketahui bahwasanya dia hendak mempergunakan ilmu barisan Tay khek ngo kiam tin dari perguruan Tay-khek bun untuk mengurungi si nona berbaju perak itu. Pada saat itulah, dari sebelah timur pelan-pelan berjalan keluar lima orang kakek berjubah abu-abu yang sama-sama menyoren pedang. Ketika tiba disamping Yan Lo-sat Hong Im, salah seorang kakek yang bertubuh kurus dan ceking itu segera berkata dengan serak serak basah. Hong buncu, ada petunjuk apakah kau mengundang kami? Dengan suara dalam Yan Lo-sat Hong Im berkata, Tay khek ngo kiamsu, bentuk barisan Tay- khek ngo-heng kiam tin kali ini! Gak Lam-kun kuatir kalau nona berbaju perak itu kena dipecundangi orang, buru-buru dia melompat kedepan sambil tertawa tergelak-gelak dengan nyaringnya. Hong Im! dia berseru keras. Biar aku orang she Gak yang mencoba dahulu kehebatan ilmu barisan itu, ingin kulihat sebenarnya sampai dimana kelihayannya Sementara itu, kelima orarg kakek berbaju abu-abu itu sudah menyebarkan diri dan masing masing berdiri pada posisi Ngo-heng yang terdiri dari Kim (emas), Bok (kayu), Sui (air), Hwee (api) dan Teh (Tanah). Kelima orang itu berdiri dengan tangan kiri menyanggah pedang, tangan kanan bersiap siaga, mereka bersiap-siap dengan tubuh yang tegap kokoh bagaikan batu karang. Dengan pandangan sinis, Yan Lo-sat Hong Im memandang sekejap ke arah Gak Lamkun. Kemudian tanpa terasa mendongakkan kepalanya dan tertawa terkekeh kekeh. Suara tertawanya penuh mengandung nada sindiran mengejek serta mencemooh. Gak Lam-kun yang ditertawakan seperti itu menjadi naik pitam, dengan suara keras bentaknya, Hong Im, kau pastas dibikin mampus! Ditengah bentakan tersebut, telapak tangannya segera diayunkan ketengah udara melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang langsung menerjang ke badan Hong Im.

Mimpipun Yan Lo-sat Hong Im tidak mengira kalau dalam usia yang begitu muda ternyata Gak Lam-kun memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna. Kekuatan dari serangannya itu sudah cukup untuk menggempur sebuah bukit. Terlepas soal tenaga dalam, yang terutama adalah tenaga aneh yang terpancar ke luar dari tubuhnya itu sungguh membuat orang sukar untuk menghadapinya. Ternyata dibalik kekuatan tadi terkandung suatu tenaga hisapan yang menyerupai dengan hawa Khikang tingkat tinggi. Sikap Yan Lo-sat Hong Im yang semula mencemooh dengan cepat beralih menjadi serius dan berat, tiba tiba saja sepasang telapak tangannya diputar dan didorong sebanyak tiga kali kedepan. Sret! Sreer! Sreet! gulungan hawa pukulan yang kuat memancar kemana-mana. Selembar wajah Yan Lo-sat Hong Im yang putih dan halus, segera berubah menjadi merah padam. Lama sekali belum juga membuyar. Kiranya gaun panjang Hong Im sebatas lutut kebawah telah dipapas robek oleh sambaran angin pukulan Gak Lam-kun yang tajam, sehingga tampaklah tumitnya yang putih bagaikan pualam dan halus itu. Selama hidup belum pernah Yan Lo-sat Hong Im mengalami penghinaan seperti apa yang dialaminya hari ini. Sedemikian gusarnya dia sampai sepasang matanya melotot keluar dan memancarkan selapis cahaya tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah Gak Lam-kun tanpa berkedip. Pelan-pelan Ji Cin-peng menghampiri Gak Lam-kun, lalu ujarnya dengan nada sedih, Engkoh Gak, gunakan pedangku ini! Sebutan Engkoh Gak itu kontan saja menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Ia seperti masih teringat bahwa tiga tahun berselang, ada orang juga memanggilnya dengan sebutan itu. Dialah kekasih hatinya Ji Cin- peng! Dari balik biji mata Ji Cin-peng yang jeli, Gak Lam-kun dapat menangkap sorotan cahaya pedih yang amat memilukan hati Pada ketika itu juga, kembali Gak Lam-kun merasa bahwa sorot mata itu persis seperti sorot mata Ji Cin-peng. Mendadak gelak tertawa yang menyeramkan memotong jalan pemikiran Gak Lam-kun itu. Tampak sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya berkilauan, dengan kecepatan luar biasa menusuk datang.

Menyaksikan datangnya ancaman tersebut Ji Cin-peng segera menjerit tertahan karena kaget. Gak Lam-kun sedkitpun tidak menjadi gugup. Dengan cepat tubuhnya berjumpalitan dan mundur sejauh tiga depa lebih dari posisi semula. Pergelangan tangannya segera diputar. Pedang pendek Giok siang kiam ini diputar sedemikian rupa membendung datangnya sergapan kilat dan pedang Hong Im tersebut. Rasa marah dan dendam yang berkobar dalam hati Yan Lo-sat Hong Im pada saat ini tak terlukiskan dengan kata kata. Apalagi peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang paling memalukan untuk kaum perempuan pada jaman itu. Dalam gelisah dan gusarnya dia membentak keras, sambil menerjang ke muka pedangmya langsung melepaskan serangan mematikan. Ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun saat ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. Sesudah menyambut tiga buah serangan berantai dari Hong Im dengan cepat dia unjukkan gigi pula dengan memutar senjatanya dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan kilat. Menghadapi tiga serangan berantai yang tertuju ke arahnya itu, ternyata Yan Lo-sat Hong Im, sama sekali tidak berkelit ataupun menghindar. Hawa murninya segera dihimpun ke pusat dan disalurkan ke dalam tubuh pedang. Dengan gerakan menotok mencakil dan menekan secara beruntun ia lepaskan pula tiga kuntum bunga pedang. Traang. Traang! Traang! benturan senjata yang amat ramai menggema di udara. Diantara beterbangannya percikan bunga api, dengan kekerasan ia bendung datangnya ketiga buah serangan tersebut. Tapi setelah menyambut ketiga buah serangan tadi, Yan Lo-sat Hong Im merasakan lengan kanannya menjadii kesemutan dan kaku. Telapak tangannya pecah-pecah sakitnya bukan kepalang. Kenyataan ini membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya, Janganjangan ia sudah berhasil mencapai tingkatan tenaga dalam seperti apa yang dimiliki Tok Liong cuncu Yo Long dimasa lalu Berpikir sampai disitu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Yan Lo-sat Hong Im. Cepat-cepat dia memusatkan segenap pikirannya. Dengan melangkah ke posisi Tiong kiong, hawa murninya dihimpun kembali kepusar. Lalu dari pusar hawa murni itu disalurkan kembali kedalam pedang. Agaknya dia hendak mempergunakan ilmu pedang Tay khek cap sa kiam, suatu ilmu pedang andalan partai Tay khek bun untuk menghadapi kelihayan lawan. Begitu ilmu pedang Tay khek cap sau kiam digunakan, maka ketenangannya bagaikan bukit karang. Gerakannya bagaikan aliran sungai, begitu lembut tepi berkepanjangan sehingga membikin hati orang bergidik rasanya.

Sekalipun Gak Lam-kun sendiri berilmu tinggi, ilmu pedangnya juga telah mencapai puncak kesempurnaaan, tapi setelah bertemu dengan ilmu pedang yang tiada tandingannya di dunia ini, sesaat lamanya dia agak kewalahan juga dibuatnya hingga belum juga berhasil untuk memecahkannya. Tampaklah serangan demi serangan dari Gak Lam-kun yang dahsyat dan kuat itu semuanya berhasil dipunahkan oleh Hong Im dengan ilmu pedang Tay khek cap sa nya yang memanfaatkan beberapa macam taktik lembut seperti menempel, mementil, menggetar, memancing, memunah, menggulung dan menghisap. Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sungguh mengejutkan hati. Setiap bacokan dilancarkan tentu disertai dengan hawa pedang yang sanggup membelah batu dan baja. Lagipula pengetahuanya dalam ilmu silat luas sekali. Banyak jurus-jurus serangan partaipartai lain yang dipahaminya. Ini membuat Hong Im yang bertarung dengan pergunakan Tay khek kiam dibikin kewalahan juga oleh tenaga dalamnya yang sempurna. Pada mula pertarungan, keadaan mereka masih seimbang dan sama kuat. Tapi setelah bergebrak puluhan jurus kemudian, lambat laun jurus-jurus pedang yang dipergunakannya itu mulai didesak deh segulung tenaga tak berwujud yang memaksa gerakan serangannya makin lama semakin lamban, sedangkan Gak Lam-kun sendiri makin bertarung semakin bersemangat. Dalam keadaan begitulah kelima orang jago pedang dari perguruan Tay Khek bun melakukan pengepungan secara tiba tiba dan mengurung Gak Lam-kun serta Hong Im ditengah arena, lima pedangnya segera bergerak bersama ikut melancarkan serangan. Menyaksikan kejadian itu Yaan Lo-sat Hong Im menjadi amat kegirangan. Sambil membentak gusar dia lepaskan tiga buah serangan berantai yang memaksa Gak Lam-kun harus miringkan badan sambil bergeser beberapa jengkal jauhnya, kini ia berdiri dihadapan seorang kakek yang bertubuh kurus kering. Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu. Semangatnya tiba-tiba berkobar sambil berpekik nyaring katanya sambil tertawa, Sudah lama aku dengar orang bilang, Tay khek ngo heng kiam tin adalah suatu ilmu barisan yang sangat iihay dan sejajar namanya dengan barisan Lo han tin dari partai Siau lim. Banyak tahun sudah aku ingin menjajalnya tanpa menjumpai kesempatan. Sungguh tak nyana aku bakal menjumpai barisan kenamaan ini di atas pulau terpencil semacam ini. Kejadian ini benar benar merupakan kesempatan bagus yang belum pernah kujumpai. Hari ini juga aku akan mencoba sampai dimanakah kehebatan dari ilmu barisan ini. Ditengah gelak tertawa panjangnya, Gak Lam-kun telah berdiri sambil menyilangkan pedangnya didepan dada. Ia berdiri kokoh dingin seperti sebuah bukit karang. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin meski merupakan ilmu sakti dari perguruan Tay khek, namun selama enam puluh tahun belakangan ini belum pernah Tay khek pay mempergunakan barisan itu.

Kiranya Tay khek ngo heng kiam tin tersebut ikut lenyap dan punah bersamaan dengan hilangnya Ang ih kim cha Gui Bok Eng dari dunia persilatan. Entah bagaimana kemudian enam puluh tahun kemudian, akhirnya rahasia ilmu pedang tersebut berhasil ditemukan kembali oleh Yan Lo-sat Hong Im setelah melewati suatu penyelidikan yang makan waktu cukup lama. Setelah munghimpun tenaga dalamnya, pelan-pelan Gak Lam-kun mulai bergeser mendekati posisi sebelah timur kemudian ia tersenyum kepada jago jago Tay khek bun itu dan tidak berbicara. Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, mendadak pedang paodek Giok siang-kiam itu melejit ke udara dan langsung menghajar ke tubuh kakek itu. Dengan suatu gerakan yang enteng sikakek miringkan badannya untuk menghindar, kemudian dengan jurus Ih hwe kun tun (perputaran roda dalam jagad) dia tangkis datangnya ancaman itu. Begitu pertarungan berkobar, barisan pedang Tay khek ngo heng kiam tin pun segera mengalami perubahan. Si kakak disebelah timur yang menangkis pedang Gak Lam-kun itu segera memutar senjatanya dan tiba-tiba berkelit kembali kesamping gelanggang pertarungan. Begitu menjumpai peluang baik, Gak Lam-kun bermaksud untuk maju ke depan dan menyerang Yan Lo-sat Hong Im yang merupakan motor dari ilmu barisan tersebut. Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat. Kakek yang berdiri dihadapannya itu telah menerjang ke muka menghadang jalan perginya. Lalu pedangnya dengan jurus Ji gi jut ciau (dua unsur mulai berkembang) menciptakan dua kuntum bunga pedang yang menusuk bagian atas dan bagian bawah tubuh lawan. Gak Lam-kun tertawa dingin, pedang Giok siang kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala yang menyilaukan mata. Senjata itu diayunkan ke muka dan segera memunahkan serangan yang aneh itu secara gampang. Tapi sebelum Gak Lam-kun melancarkan serangan balasan, kakek yang berjaga disebelah barat telah menyelinap pergi, sementara kakek yang berjaga diposisi selatan mulai melancarkan serangan. Semua perubahan dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu berubah dalam sekejap mata. Sekalipun Gak Lam-kun tak sampai terkurung oleh serangan demi serangan yang dilancarkan oleh barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, tak urung hatinya dibikin terkesiap juga olehnya. Ilmu barisan Tay kheh ngo heng kiam tin ini benar-benar bukan nama kosong belaka. Hari ini aku musti menghadapinya secara berhati-hati demikian ia berpikir.

Padahal sesungguhnya pengaruh ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut jauh lebih lihay dari pada apa yang dibayangkan semula. Cuma saja didalam bentrokan yang barusan berlangsung, kelihayan dari ilmu barisan tersebut masih belum tertampak semua. Haruslah diketahui, urusan dasar dari ilmu barisan itu adalah sebuah unsur dingin ditambah lima unsur panas. Tay khek dan ngo heng saling dorong mendorong saling bantu membantu yang berakibat timbulnya suatu sistem pertahanan serta penyerangan berantai yang berganti-ganti secara bergilir. Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang cerdik, begitu dirasakan keamehan dari gerakan barisan tersebut, dengan hawa murninya dihimpun untuk bersiap siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Kiranya dalam tiga gebrakan yang barusan berlangsung, iapun dapat merasakan bahwa dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bukan saja merupakan suatu kombinasi kerja sama yang erat dan rapat dari enam jago, bahkan dalam setiap serangan dan pertahanan selalu mengandung perubahan tay khek dan ngo heng yang saling berubah tiada hentinya. ia sadar, sekali kurang berhati-hati bisa berakibat fatal dari berubahnya, unsur ngo heng tersebut, jika pikirannya sudah dibikin kalut maka dia akan terkurung dibalik barisan pedang yang dikendalikan urusan tay khek. Perlu diketahui, ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang dibentuk dengan tenaga manusia, bukan saja mengandung perubahan dari unsur ngo heng yang pada umumnya berlaku. Lagipula lantaran maju mundurnya manusia seringkali akan mengalami pula seluruh perubahan dari gerakan barisan tersebut. Tentu saja semua perubahan yang bakal terjadi itu sama sekali terlepas dari peraturan yang umum berlaku bagi perubahan ngo heng ini. Ini menyebabkan seseorang yang memahami unsur Ngo hengpun kadangkala dibikin kewalahan juga untuk menghadapi perubahan didalam barisan pedang. Apalagi sekarang ditambah lagi dengan sebuah unsur tay khek yang sifatnya Im (dingin). Bukan saja hal mana membuat barisan pedang itu makin aneh dan rumit perubahannya membuat orang lain pun susah untuk menemukan titik kelemahan dari ilmu barisan tersebut. Akibatnya setiap erang yang mulai terbawa oleh gerakan iimu barisan tersebut, akan kehilangan segenap kekuatannya untuk melepaskan serangan balasan. Walaupun Gak Lam-kun angkuh dan tinggi hati, namun setelah merasakan sendiri tiga perubahan yang terjadi dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, kesombongannya segera sirna tak berbekas. Dia pusatkan semua tenaga dan pikirannya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Yan Lo-sat Hong Im sendiri ketika dilihatnya secara tiba-tiba Gak Lam-kun meninggalkan posisi bergerak dengan berubah menjadi tenang serta enggan melepaskan serangan lagi, diam-diam kagum juga hatinya. Dia berpikir, Orang ini memang jauh berbeda dengan orang-orang yang lain, ternyata dalam sekejap mata ia berhasil mengatasi keangkuhannya Pedang panjang dalam genggamannya segera di angkat, lalu dengan jurus peng sah liok ing (bubung manyar melayang dipasir) dia tusuk ke muka sementara kaki kirinya, maju selangkah dan memimpin Ngo heng melakukan perubahan.. Dalam sekejap mata, lima kakek yang berjaga pada posisi ngo heng itu mulai bergeser dan berpindah tempat. Cahaya pedang bermunculan dari empat arah delapan penjuru dan bersama sama meluncur tiba dengan kecepatan luar biasa. Gak Lam-kun membentak keras, pedang Giok siang kiam nya memancarkan selapis cahaya berkilauan yang tajam, dengan jurus Im wu mi thian (kabut dan mega menyelimuti angkasa) dia ciptakan berlapis kabut pedang yang menyongsong datangnya lapisan cabaya pedang lawan. Traaang! Traang! Traaaang Serentetan bunyi gemerincingan nyaring bergema memecahkan keheningan. Cahaya pedang yang menyerang kearahnya itu seketika lenyap dan sirna Sementara itu, kelima orang kakek itupun merasa kaget bercampur terkesiap, karena sewaktu pedangnya saling membentur lengan pedang pendek Gak Lam-kun bukan saja mereka rasakan timbulnya segulung tenaga pantulan yang memantulkan kelima belah pedang tersebut, bahkan lengan kiri mereka menjadi kesemutan sehingga pedangnya nyaris terlepas dari genggaman. Dengan cepat mereka berpikir. Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar amat sempurna. Untuk menghadapi manusia semacam ini paling benar kalau berusaha menghindar dari bentrokan kekerasan Perlu diketahui, kelima orang kakek ini, merupakan jago jago pilihan dari perguruan Tay khek bun. Mereka semua sama sama cekatan dan lihay. Tanpa diberi komando oleh Yan Lo-sat Hong Im, tiba-tiba mereka memutar tubuh masing-masing sambil melepaskan kembali sebuah tusukan kilat. Lima bilah pedang menyergap lima buah tempat yang berlainan, bahkan dilancarkan pada waktu yang bersamaan. Jika seorang kurang lihay ilmu silatnya, jangan harap bisa menghindarkan diri dari ancaman tersebut dalam keadaan selamat. GaK Lam-kun sendiri kian lama kian bertambah terkesiap juga setelah dilihatnya perubahan serangan musuh lambat laun semakin gencar dan aneh.

Dalam keadaan demikian, ia lantas menekuk lutut kirinya, mendadak seluruh badannya menjadi lebih rendah separuh bagian. Hawa murninya dihimpun kedalam kaki kanan lalu sekuat tenaga berputar. Pedang kirinya mengikuti perputaran tersebut secepat kilat melepaskan lima buah tusukan kilat. Dalam waktu singkat pedang-pedang yang menusuk tiba dan empat penjuru berhasil dibendung semua. Tidak menunggu barisan lawan sampai melakukan perubahan lagi, Gak Lam-kun berpekik nyaring. Kaki kanannya menjejak tanah sepenuh tenaga, lalu melejit ke udara. Pergelangan tangan kanannya segera diputar dengan kecepatan tinggi. Dimana pedang Giok Siang kiam itu menyambar, segera terciptalah selapis bayangan pedang yang tebal yang diikuti dengan hawa pedang yang memekakkan telinga. Serangan dahsyat itu langsung mengurung sekujur badan Yan Lo-sat Hong Im dengan kecepatan tinggi. Gak Lam-kun dapat merasakan akan keanehan serta kesaktian dari perubahan baris pedang itu. Dia sadar bila mengambil sistem pertahanan tanpa melakukan serangan balasan, dia akan terperosok dalam posisi yang terdesak dan lambat laun besar kemungkina akan dilukai orang. Maka satu ingatan melintas dalam benaknya, timbul niatnya untuk melancarkan serangan balasan. Itulah sebabnya, begitu selesai membendung perubahan jurus dari lima orang kakek itu, badannya langsung melejit ke udara dan menyergap perempuan itu dari tengah udara. Dia tahu orang yang berjaga diposisi Tay khek adalah Yan Lo-sat Hong Im sendiri. Posisi tersebut merupakan bagian yang terpenting dari barisan pedang itu, maka serangan yang dilancarkan dalam sergapan tersebut dilakukan dengaa kedahsyatan yang luar biasa, dia berhasrat untuk berhasii didalam serangannya. Ketika dilihatnya serangan Gak Lam-kun dari tengah udara sangat lihay dan garang. Yan Lo-sat Hong Im tak berani menyambut secara keras lawan keras, tubuhnya segera melejit ke samping dan menghindar sejauh lima langkah lebih. Setelah itu pedangnya segera menuding ke atas dia segera menggerakkan gerakan Ngo heng kiam yang dikombinasikan dengan Tay khek kiam. Seketika itu juga hawa pedang menyelimuti seluruh angkasa dan menciptakan selapis kabut pedang yang tebal, bayangan pedang dengan cepat bermunculan dari empat arah delapan penjuru. Gagal dengan serangannya, dengan cepat Gak Lam-kun terjerumus ke dalam kepungan cahaya pedang yang sangat tebal. Tay khek ngo heng kiam tin telah memperlihatkan perubahan yang lebih dahsyat lagi. Enam sosok bayangan saling berkelebat sambil melancarkan serangan. Perubahan gerakan pedang mereka semakin sukar untuk diduga arah tujuannya.

Hawa pedang memenuhi seluruh angkasa, Gak Lam-kun seperti seekor naga sakti bergerak kian kemari diantara gulungan hawa pedang yang tebal. Saban kali berputar kian kemari, sebentar dia menyerang kebarat sebentar lagi menerjang ke timur, kehebatannya tak terlukiskan dengan kata- kata Tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak nyaring setelah memancing sebuah setangan dahsyat dari Gak Lam-kun sehingga miring kesamping, tiba-tiba ia maju dua langkah kesamping kanan pe-dangnya diayunkan dua kali dengan serangan gencar. Seteluh itu sambil memutar badannya, pedang itu menuding ke atas dan langsung melepaskan serangan kilat Tindakan yang diperlihatkan Yan Lo-sat Hong Im itu sekaligus merupakan suatu kode rahasia untuk melakakan perubahan terhadap barisan pedang itu. Terdengar lima orang kakek itu bersama-sama berpekik nyaring. Diantara ujung baju yang berkibar pedangnya berkibar diangkasa menciptakan pelbagai gerakan yang aneh. Mengikuti gerakan itu posisi dimanapun segera mengalami perubahan. Begitu ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mulai berubah semua keadaan dan situasi disekitar sanapun ikut mengalami perubahan yang sangat besar. Enam bilah pedang dengan mengeluarkan suara pekikan yang amat nyaring serta bayangan tebal bagaikan selapis kebut seperti ombak samudra ditengah amukan angin puyuh melanda datang berbarengan. Secara lamat-lamat kedengaran bunyi angin dan guntur menggelegar di angkasa, baik bayangan tubuh Yan Lo-sat Hong Im mau pun lima jago pedang dari Ngo heng kiam tin seolah-olah sudah dilapisi oleh hawa pedang yang tebal sekali. Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna. Walaupun di kurung oleh kabut pedang yang dahsyat ba-gaikan amukan ombak di tengah samudra, namun dia tetap berdiri sekokoh batu karang dan sedikitpun tidak terpengaruh oleh dahsyatnya serangan lawan. Pedang pedang Giok siang kiam ibaratnya seekor naga, berlompatan kian kemari ditengah lapisan hawa pedang yang sangat tebal. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kim tin memang benar benar amat dahsyat dan lihay. Walaupun Gak Lam-kun cukup memahami soal ilmu barisan dan kepandaian sebangsanya, namun dia gagal untuk menemukan titik kelemahan dan keistimewaan dari Ilmu barisan ini. Sementara itu, kawanan jago yang berada di sekitar kalanganpun sudah tertarik semua oleh barisan pedang yang ampuh dan jarang ditemui di kolong langit ini.

Tampaknya perubahan dalam Tay khek ngo heng kiam tin itu makin lama semakin rapat, gerak-gerakannya pun semakin kacau dan rumit. Berbicara yang sesungguhnya, hampir sebagian besar kawanan japo yang hadir saat ini pada memahami soal ilmu barisan dan ilmu perbintangan namun setelah menyaksikan perubahan dari Tay khek ngo heng kiam tin itu, mereka mulai merasa berkunang-kunang juga dibuatnya. Semenjak peristiwa berdarah di tebing Yan po gan dibukit Hoa san pada delapan belas tahun berselang, Yan Lo-sat Hong Im sudah mulai melakukan penyelidikan yang seksama atas ilmu kepandaiannya. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin juga semenjak waktu itu dilatih. Ke lima orang kakek berbaju abu abu itu merupakan jago kelas satu dalam perguruan Tay khek bun. Selama delapan belas tahun, mereka boleh dibilang selalu memusatkan perhatiannya untuk mendalami ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin. Bukan saja hapal terhadap semua perubahan dalam ilmu barisan itu, merekapun menguasai semua keistimewaan serta kelebihan-kelebihannya. Malah dalam tenaga dalampun mereka ratarata memiliki kesempurnaan yang hampir seimbang. Itulah sebabnya, serangan-serangan gerak-gerik dari ke enam orang itu sama sekali berlawanan dari keadaan pada umumnya. Sebentar mereka bergerak lurus, sebentar berbalik anehnya bukan kepalang. Sekalipun seseorang yang memahami soal Ngo heng tin, dibuat kebingungan juga olehnya. Jit poh toan hun Kwik To yang menyaksikan kejadian itu segera menghela napas panjang. katanya, Sudah lama orang persilatan rnengatakan bahwa ilmu pedang dari perguruan Tay khek bun telah mengalami kejadian yang pesat. Setelah dibuktikan sekarang, ternyata perkataan itu memang benar. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mereka memarg terang merupakan suatu cabang ilmu silat yang luar biasa lihaynya. Ji Cin-peng manggut-manggut, Perkataanmu memang benar katanya. Aku sendiripun mempunyai perasaan demikian Ketika ia mercoba melirik sekejap ke arah nona berbaju perak itu dilihatnya gadis tersebut sedang memusatkan semua pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti perubahan-perubahan dari ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bahkan sering manggut-manggut sambil memuji. Tapi sebentar kemudian gelengkan kepalanya sambil menghela napas seolah-olah dia telah memahami seluk-beluk dari ilmu barisan tersebut. Mendadak terdengar gadis berbaju perak itu bergumam seorang diri, Sayang.. .. Sayang sekali Coba kalau antara keng kim dan kun terjalin hubungan pertahanan yang ketat.

Waltu itu Gak Lam-kun yang sedang bertarung sudah mulai merasa rada kalut pikirannya, tentunya dia tidak mendengar petunjuk rahasia yang diberikan gadis berbaju perak itu untuk memecahkan barisan padahal barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu kerapkali mengalami perubahan yang besar sekali. Gak Lam-kun dengan kekuatan seorang ternyata sanggup bertarung melawan kerubutan enam jago lihay dari perguruan Tay khek bun tanpa memperlihatkan tanda-tanda akan kalah. Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang langka dalam dunia persilatan, hal mana membuat para penonton harus menahan napas dan mengikuti semua perubahan dengan wajah yang sangat tegang. Ketika gadis berbaju perak itu menyaksikan Gak Lam-kun belum juga memahami kisikkisiknya, pelan-pelan segera maju ke depan. Diikutinya semua perubahan dari Tay khek ngo kiam tin dengan seksama, lalu sekulum senyuman manis menghiasi ujung bibirnya. Engkoh Gak! serunya kemudian dengan merdu, Pusatkan perhatianmu menjadi satu, jangan terlalu buru napsu untuk mencari kemenangan Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata, Barisan ini mempergunakan sistem Tay khek bu ceng ngoh heng. Silahkan engkoh Gak menyerang ke utara lalu berbalik ke barat. Dengan air mengatasi api, dengan belakang yang berupa api mengganjal Tay khek. Dengan begitu keadaan pasti beres! Ketika mendengar panggilannya tadi, mula-mula Gak Lam-kun merasa terperanjat, cepat cepat dia memusatkan perhatiannya untuk melaksanakan seperti apa yang dikatakan. Mendadak pedang Giok siang kiamnya menyerang ke arah utara dengan jurus Mong coa to sim (ular sawah mengeluarkan lidah). Pada saat dia melepaskan serangannya itu, tepat dikala keng sim dan jimkui dua tempat sedang saling bergeser untuk tukar tempat, dengan, dilancarkannya serangan oleh Gak Lam-kun, kedua posisi tersebut segera kena terhadang. Akibatnya, barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut mengalami sedikit kekalutan yang nyaris berakibat kekacauan. BEGITU berhasil dengan serangannya, Gak Lam-kun segera membalikkan badannya balas menyerang posisi penting disebelah barat. Dengan jurus Poh Im han seng (bintang jeli di balik awan), pedang Giok-siang kiam itu langsung membacok posisi Ih bok dan Sim-kim dua tempat, kemudian langsung menyerbu ke posisi Tay-khek yang dijaga oleh Yan Lo-sat Hong Im. Serangan serangan gencar yang dilepaskan untuk berebut posisi ini kontan mengakibatkan kekacauan dalam barisan Tay khek ngo heng kiarn tin itu, sehingga semua pergeseran posisi mengalami hambatan yang berakibat kekalutan.

Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terkejut cepat cepat dia menekuk pinggang menghindarkan diri dari serangan Gak Lam-kun, lalu pedangnya berputar tiga lingkaran ditengah udara dan menuding kearah sebelah timur. Mendapat petunjuk itu, lima orang kakek berbaju abu-abu itu segera berganti posisi dan berputar arah. Barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang mulai kalut itu segera dapat diatasi dan menjadi tenang kembali. Sejak nona berbaju perak itu peroleh sukma dari Ang ih kim cha Gui Bok-eng, pengetahuannya tentang ilmu silat aliran Tay khek bun seakanakan begitu luas dan hapal sekali, ditambah lagi pada dasarnya ia memang seorang gadis yang menguasahi tentang segala macam kepandaian, otomatis diapun memahami pula kunci rahasia dari barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut. Begitulah, baru saja Hong Im merubah barisannya dengan gerakan lainnya, gadis itu segera memahami kemana tujuan perempuan itu dengan barisannya. Setelah tertawa terkekeh-kekeh, serunya dengan nyaring. Engkoh Gak, kali ini dia hendak menggunakan kelurusan untuk membawa Tay khek menuju keposisi Ngo heng. Kau boleh serang Posisi Ih bok, mengunci kedudukan Sim Kim lalu menyerang kedudukan Tay khek Gak Lam-kun sendiripun seorang pemuda yang cerdas, begitu peroleh petunjuk, jurus serangannya segera dilancarkan. Pedang Giok siang kiam ditangan kanannya dengan jurus Siong liong ciang cu (Sepasang naga berebut mutiara) melepaskan dua gulung tenaga serangan yang maha dahsyat, untuk membendung Ih hok serta Sim kim, kemudian telapak tangan kirinya membacok keluar. Segulung tenaga pukulan yang dahsyat dengan membawa kekuatan bagaikan angin puyuh menggulung ke tubuh Yan Lo-sat Hong Im . Serangan yang dilancarkan kali ini jauh lebih cepat setengah tingkat dibandingkan dengan cara penyerangan yang diterangkan oleh nona berbaju perak itu. Padahal waktu ini Yan Lo-sat sedang bermaksud merubah Tay khek ngo heng kiam tin nya dari posisi berbalik menjadi posisi lurus. Tapi belum lagi serangannya dilancarkan, serangan kilat dari Gak Lam-kun yang begitu cepat dan dahsyat itu telah memporak porandakan barisan pedangnya itu. Yan Lo-sat Hong Im membentak keras, pedangnya secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai Serangan itu cukup tajam dan hebat, memaksa Gak Lam-kun mau tak mau harus menarik pedangnya untuk menangkis. Dengan terjadinya peristiwa ini, dengan cepat posisi barisan Ceng tay khek huan ngo heng kiam tin pulih kembali seperti sedia kata.

Suara pedang dengan enam gulung hawa pedang dengan cepat mengurung kembali Gak Lam-kun dalam barisan pedang. Tambaknya perubahan ini telah membangkitkan hawa amarah dari jagoan muda ini. Ia naik darah, hawa napsu membunuhpun segera menyelimuti wajahnya Pedang Giok siang kiam itu segera dialihkan ke tangan kiri, kemudian dengan jurus Kiam hay-teng liong (membelenggu naga dalam laut) menyerang posisi Koi sui. Sedangkan kelima jari tangan kanannya dengan dipentangkan lebar-lebar mempergunakan kepandaian Tok liong ci jiau mencengkeram posisi Pia hwee. Daya penghancur dari ilmu Tok liong ci jiau ini benar-benar luar biasa hebatnya. Dimana desingan angin tajam menyambar lewat, jerit kesakitan segera berkumandang memecahkan keheningan Kakek baju abu-abu yang menjaga diposisi Pia hwee itu seperti memperoleh suatu pukulan berat yang dahsyat sekali, mendadak tubuhnya mencelat keudara dan terbanting sejauh dua kaki lebih dari posisi semula. hawa napsu membunuh telah berkobar dalam tubuh Gak Lam-kun. Begitu berhasil dengan serangannya, tidak menunggu barisan lawan melakukan perubahan lagi untuk kedua kalinya dia menghimpun tenaga dan menyerang lagi dengan ilmu Tok liong ci jiau. Segulung angin desingan tajam yang luar biasa langsung menyerang keposisi Ih boh. Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Kembali ada seorang kakek barbaju abu-abu yang terhajar sampai terpental jauh dari tempat semula. Hebat sekali akibat dari serangan Gak Lam-kun dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau ini. Dalam waktu singkat dia mengenyahkan dua dari lima orang jago pedang itu bukan saja seluruh barisan Tay-khek ngo heng kiam tin itu terhambat gerak-geriknya bahkah boleh dibilang sudah tidak berwujud sebagai barisan lagi. Menyaksikan dua orang anggota perguruannya mengalami nasib buruk, dan barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang ditekuni dan dibina selama delapan belas tahun ternyata mengalami kemusnahan dan berantakan, tak terlukiskan rasa sedih dan kesal dalam hati Yan Lo-sat Hong Im. Tiba tiba ia berpekik dengan suara yang amat nyaring. Dalam gelisah dan gusarnya, dia lupa akan kelihayan orang. Sambil mendesak maju pedangnya langsung diputar melancarkan serangkaian serangan secara gencar. Gak Lam-kun tertawa dingin, dia putar pedang dan menangkis datangnya ancaman tersebut.

Sementara tiga orang kakek berbaju abu-abu lainnya sedang dibikin gusar lantaran rekan mereka dipecundangi, sambil membentak keras, mereka maju bersama sambil melepaskan serangkaian serangan yang amat dahsyat. Serangan gabungan dari beberapa orang jago Tay khek bun ini sungguh luar biasa hebatnya, apalagi dengan tenaga dalam mereka yang terhitung tidak lemah. Cuma, kalau tadi mereka mengandalkan kelihayan dan barisan Tay khek ngo heng kiam tin untuk mengepung musuhnya dalam barisan maka sekarang mereka bertarung dengan mengandalkan kepandaian silat yang sesungguhnya. Dalam waktu singkat, bunga-bunga pedang beterbangan memenuhi angkasa. Cahaya padang saling menyambar menyilaukan mata, keadaannya mengerikan sekali. Gak Lam-kun segera berkata dengan dingin katanya. Hong Im, kau mencari mampus buat dirimu sendiri, jangan salahkan kalau aku Gak Lam-kun akan bertindak keji kepadamu Padang pendeknya masih dimainkan dengan tangan kiri, sedangkan tenaga dalamnya disalurkan kedalam telapak tangan kanan untuk mempergunakan ilmu sakti Tok liong ci jiau. Tiba tiba ia membentak keras dan melepaskan sebuah serangan dahsyat kearah seorang kakek kurus yang ada disebelah kiri. Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pada saat ini telah peroleh kemajuan yang pesat sekali. Tenaga serangan yang disertakan dalam pukulan ini betul-betul ibaratnya bukit karang yang ambrol. Sekalipun kakek kurus itu terhitung salah seorang jago tangguh dari perguruan Tay Khek bun, darimana mungkin ia mampu menyambut serangan dari Gak Lam-kun ini. Terdengar dengusan tertahan berkamandang memecahkan keheningan. Kakek kurus itu berikut pedangnya sudah terpental sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula. Dikala ia menggetarkan tubuh si kakek itu dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau itu, berbareng pada saat yang sama jurus pedang yang dipakai untuk menyergap Hong Im itu tiba tiba berubah menjadi jurus Ciong eng hui jiau (cakar sakti burung elang). Pedang pendek Giok sang kiam dengan membawa serentetan suara desingan tajam langsung menyongsong datangbya pedang si kakek cebol yang berada dihadapannya. Traaang! Benturan nyaring yang disertai percikan bunga api terjadi ditengah udara. Si kakek cebol segera merasakan telapak tangannya menjadi pecah dan sakit sekali. Tahu-tahu

pedangnya terlepas dari genggaman, dengan membawa serentetan cahaya perak langsung meluncur ke udara dan mencelat sejauh tujuh delapan kaki dari tempat itu. Diantara pergantian napas, Gak Lam-kun sekali lagi melancarkan sebuah tusukan untuk membendung jurus serangan dari Yan Lo-sat. Bersamaan waktunya telapak tangan kiri itu melepaskan juga sebuah pukulan dahsyat yang langsung menghajar si kakek yang lain. Agaknya kakek berbaju abu-abu itu sudah tahu kalau tenaga pukulan dari Gak Lam-kun lihay sekali. Ia tak berani menyambut dengan kekerasan, sambil bertekuk pinggang dan menggeserkan badan, dia berkelit tiga langkah ke samping untuk meloloskan diri dari serangan tersebut. Dalam waktu singkat, Gak Lam-kun berhasil merobohkan dua orang, mendesak mundur seorang dan membuat seorang lagi kehilangan senjatanya. Menyaksikan kesemuanya itu, sadarlah Yan Lo-sat Hong Im bahwa nama baik perguruan Tay khek bun bakal musnah akibat dari hasil pertarungan hari ini. Rasa sedih yang amat sangat membuat parah panas dalam dadanya bergolak keras. Wajahnya berubah menjadi pucat kehijau-hijauhan. Dengan termangu-mangu dia berdiri ditempat tanpa berkutik barang sedikitpun juga. Tanpa disadari beberapa titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Kemudian ditatapnya wajah Gak Lam-kun lekat-lekat dengan sorot mata penuh rasa benci dan dendam. Ini menunjukkan kalau Yan Lo-sat telah dibuat sedih sekali sehingga untuk sesaat lamanya tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya. Sesungguhnya telapak tangan kanan Gak Lam-kun sudah diangkat ke tengah udara dan siap dihantamkan ke atas tubuhnya. Akan tetapi setelah menyaksikan penderitaan yang diperlihatkan pada wajahnya, pelan-pelan telapak tangan itu diturunkan kembali. Mendadak Yan Lo-sat Hong Im mendonggakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak dengan seramnya. Tiba-tiba ia membuang pedangnya ke atas tanah, lalu membalikkan badan dan menjatuhkan diri berlutut dihadapan gadis berbaju perak itu, mohonnya dengan setengah merengek, Susiok mohon pengampunan dari kau orang tua atas dosa dan kesalahan yang telah aku lakukan barusan Hee hee hee kau tak usah mengaco belo tak karuan kata sinona berbaju perak itu sambil tertawa dingin, Apa-apaan kamu ini? Sudah begitu tua, masih juga berlutut dihadapan orang. Apa kau anggap perbuatanmu itu bagus?

Yan Lo-sat Hong Im masih belum bangkit juga, malah rengeknya lebih jauh, Susiok kalau kau orang tua tidak bersedia pulang ke perguruan Tay khek bun, tecu akan berlutut terus disini Mendengar ucapan tersebut, si nona berbaju perak itu segera mengernyitkan alis matanya, lalu tertawa dingin. Hmm, kenapa sih kau begitu tak tahu diri?. Berulang kali toh sudah kuterangkan bahwa aku bukan Hong ih kim cha Gui Bok eng, kenapa kau masih saja tidak percaya? Baik! Kalau kau ingin berlutut, silahkan berlutut terus sampai tua ditempat ini ooOOOoo SEUSAI berkata gadis itu lantas tersenyum seraya berpaling ke arah Gak Lam-kun, katanya, Engkoh Gak, mari kita berangkat! Gak Lam-kun mengiakan, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Ji Cin peng, setelah menghela napas panjang, katanya, Nona Bwe, berulang kali cayhe mendapat bantuanmu. Budi kebaikan tersebut akan ku ingat terus didalam hati kecilku. Hingga kini ada suatu persoalan yang masih membingungkan hatiku ingin sekali kumohon petunjuk dari nona Bwe, bersediakah kau memberi petunjuk kepada diriku ini? Mendengar ucapan itu, Ji Cin-peng tertawa paksa, katanya kemudian setelah termenung sejenak, Entah persoalan apa yang membingungkan hati Gak siangkong? Aku bersedia membantumu untuk menghilangkan kerisauan tersebut apabila tenagaku mampu untuk melakukannya Gak Lam-kun segera manggut-manggut. Baiklah! dia berkata, Pada malam bulan purnama nanti, akan kunantikan kedatangan nona Bwe dalam bangunan mungil di gedung sebelah barat daya Ji Cin-peng tersenyum. Menjelang kentongan pertama bulan purnama, aku pasti akan menunggu kedatanganmu disana, pergilah! Kiranya pada waktu itu si nona baju perak dengan penuh raia cemburu dan jengkel telah melengos ke arah lain dan berlalu seorang diri dari situ. Gak Lam-kun menyerahkan kembali pedang pendek itu ke tangan Ji Cin peng, katanya lagi, Semoga kau suka menjaga pula adik Liong ku itu! Selesai berkata, dia baru membalikkan badan dan menyusul gadis berbaju perak itu. Menyaksikan kekasihnya pergi bersama seorang gadis yang lain, Ji Cin-peng tak dapat melukiskan bagaimana perasaannya saat ini. Titik-titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya.

Dia tahu Gak Lim kun masih amat mencintainya. Dia yakin didasar hati kecil Gak Lamkun sudah tertera nyata bayangan tubuhnya dan bayangan tersebut tak akan lenyap untuk selamanya. Jika dia tahu kalau aku adalah Ji Cin-peng rasa cintanya kepadaku pasti akan jauh lebih dalam daripada rasa cintanya kepada gadis berbaju perak itu. Tapi, aku bagaimana mungkin aku bisa munculkan diri dengan wajah asliku Dendam berdarah dari orang tuaku belum dituntut balas.. Antara dendam kesumat dan cinta ia merasa tak sanggup untuk memilih salah satu diantaranya. Hanya penderitaan dan tekanan batin yang selalu menghantui lubuk hatinya. Titik titik air mata jatuh bercucuran membasahi di pipinya. Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, pelan-pelan Han Hu hoa menghampirinya dan berbisik dengan suara lirih. Buncu, aaaai Padahal dia sendiripun tak tahu harus menggunakan kata-kata apa untuk menghibur hatinya. Enci Bwe Ji Kiu-liong segera berseru dengan suara lirih, kau tak usah berduka. Gak toako tak akan mencintai perempuan macam gadis berbaju perak itu. Kalau dia sampai kesemsem kepada perempuan itu, aku pasti tak akan membiarkan Gak toako terbuai terus menerus.. Mendengar perkataan itu merah padam selembar wajah Ji Cin-peng lantaran jengah, dengan gusar serunya, Adik Liong kau jangan sembarangan berbicara, aku bukan. aku bukan.. Ketika menatap wajah anak muda itu tiba-tiba gadis tersebut menghela napas sedih, katanya lagi. Adik Liong, Gak toako adalah seorang yang baik sekali, lain kali kau harus mendengarkan perkataannya Sementara itu sepasang mata Ji Kiu-liong sedang menatap wajahnya tanpa berkedip. Sepatah katapun ia tidak berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang menyentuh perasaannya, dia merasa gadis ini terlalu mirip dengan orang itu. Tiba-tiba beberapa titik air mata jatuh berlinang membasahi wajah Ji Kiu liong, bisiknya, Enci Bwe, kau terlalu mirip dengan dia! Mendengar perkataan itu, Ji Cin-peng merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Dengan lemah lembut dia berjalan menghampirinya, lalu membelai rambut Ji Kiu-liong dengan penuh kasih sayang. Adik Liong, kau mengatakan aku mirip siapa? tanyanya dengan suara lirih.

Sambil menahan isak tangisnya, jawab Ji Kiu liong. Kau terlalu mirip dengan enciku. Pada hakekatnya kau menyerupai enciku yang hidup kembali, baik dalam potongan badan, logat berbicara, watak serta gerak gerik Merdengar perkataannya itu, Ji Cin-peng merasa hatinya sangat sedih, tanpa terasa gumamnya seorang diri, Adik Liong.. wahai adik Liong, akulah enci kandungmu, kau maafkanlah aku. Aku tak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang kakak yang baik untuk membesarkan dirimu akupun malu terhadap ayah dan ibu di alam baka. Tapi tapi masih ada seorang bocah lagi yang jauh lebih mengenaskan keadaannya daripadamu. Dia bakal hidup sebatang kara tanpa ayah dan ibu. Bocah itu tak lain adalah. Ji Kiu-liong yang menyaksikan perempuan itu bergumam seperti orang mengigau, berusaha untuk memperhatikan kata-katanya, tapi lantaran suara ucapannya terlalu rendah maka dia hanya sempat mendengar sedikit saja. Maka dengan perasaan heran dan tidak habis mengerti, diapun bertanya, Siapakah bocah itu? Mendengar pertanyaan itu, dengan terkejut Ji Cin-peng buru-buru menutup mulut dan mengalihkan sorot matanya kewajah Ji Kiu-liong, dalam hati kecilnya tak terlukiskan rasa sedih yang timbul dengan segera, tak tahu apakah dia harus berterus terang kepada adiknya atau tidak. Akhirnya sambil menghela napas panjang, Ji Cin-peng berkata, Adik Liong, bocah itu adalah anakku! Mendengar perkataan itu dengan terkejut Ji Kiu-liong segera bertanya, Kau sudah pernah kawin? Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya menunjukkan perasaan kecewa yang amat tebal. Tentu saja Ji Cin-peng dapat menangkap perubahan mimik wajahnya itu, ia segera menganggguk, Yaa, aku sudah mempunyai suami? jawabnya. Dengan sedih dan kecewa Ji Kiu-liong menghela napas panjang, gumamnya kemudian, Aaai Kalau begitu kau dengan engkoh Gak tak mungkin bisa. tak mungkin bisa. Dengan hati sedih Ji Cin-peng mengangguk. Adik Liong aku mempunyai banyak persoalan yang hendak dibicarakan denganmu Kau mempunyai kesulitan apa katakan secara terus terang. aku pasti akan berusaha untuk membantumu menyelesaikan persoalan-persoalan itu

Ketika mengucapkan kata-kata itu, dia menunjukkan sikap seperti orang yang sudah tahu urusan, seperti pemuda yang sudah meningkat kedewasaannya. Melihat itu Ji Cin-peng merasa agak lega. Ia merasa selama dua tahun belakangan ini adik liongnya sudah jauh lebih dewasa. Pelan-pelan Ji Cin-peng membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah barat. Ji Kiu-liong dengan perasaan penuh tanda tanya, mengikuti terus dibelakangnya. Ketika tiba di bawah sebatang pohon siong, Ji Cin-peng berhenti seraya berpaling, panggilnya dengan lembut, Adik Liong Ji Kiu-liong merasa panggilan adik Liong tersebut begitu dikenal olehnya, membuat pemuda itu hampir saja tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Mungkinkah didunia ini masih terdapat orang lain yang bisa memiliki suara maupun wajah yang begitu mirip dengan encinya? Atau mungkin dia adalah enciku Ji Cin peng?. Tidak tidak hal ini tak mungkin? Jika dia adalah enci ku, mengapa dia bisa tak kenal dengan toako Gak? Aku rasa enci tak bisa hidup tanpa engkoh Gak Adik Liong! ujar Ji Cin-peng lagi dengan suara yang amat pedih, tahukah kau bahwa da-lam hati kecilku tersimpan suatu kejadian amat sedih yang pernah kualami dimasa lampau? Ji Kiu-liong manggut-manggut, Aku tahu! Tiba tiba Ji Cin-peng bertanya lagi. Aku ingin bertanya kepadamu, bila kau mempunyai dendam sakit hati. apakah kau bertekad untuk membalasnya? Sambil melototkan sepasang matanya bulat-bulat, Ji Kiu-liong segera menjawab, Tentu saja harus dibalas, kalau ada dendam kesumat, mengapa kita tidak menuntutnya? Ucapan terserut sangat menggetarkan perasaan Ji Cin peng, segera pikirnya dihati, Harus dibalas! Harus dibalas! Tentu saja harus dibalas! tentu saja harus dibalas! Setelah berhenti sejenak Ji Cin-peng menghela nafas sedih, kembali ia berkata, Adik Liong, aku memiliki suatu dendam kesumat keluarga yang lebih dalam dari samudra, namun dendam sakit hati itu justru tak bisa kutuntut balas. Kenapa? tanya Ji Kiu-liong keheranan, apakah ilmu silatmu tak sanggup untuk menandinginya?

Benar ilmu silatku sungat jauh ketinggalan kalau dibandingkan dengan kepandaiannya Ji Cin-peng berkata. Mendengar itu Ji Kiu-liong menjadi amat terkejut bercampur tercengang serunya, Ilmu silat yang enci miliki sekarang boleh dibilang tiada bandingannya didunia ini. Siapa yang mampu mengalahkan dirimu dalam dunia persilatan sekarang? Aku Tidak percaya dengan perkataaanmu itu, siapakah sih musuh besar enci itu? Ji Cin-peng tidak menjawab pertanyaannya tapi berkata kembali lebih jauh, Bila menggunakan ilmu silat sudah barang tentu aku tak dapat menangkan dia. Tapi jika aku ingin membalas dendam, ia pasti akan membiarkan diriku melaksanakan keinginanku itu.. Semakin mendengar Ji Kui liong merasa semakin keheranan. Dia tahu dendam kusumat yang terjalin diantara mereka pasti suatu jalinan hubungan yang sangat pelik. Ji Cin-peng kembali menghela nafas panjang, katanya lagi. Tapi selama ini aku tak berani mencarinya untuk membalas dendam, karena dia adalah kekasihku sendiri. Aku dengan dia sudah menjalin hubungan cinta yang amat mendalam, bahkan telah menmbuahkan hasil ketu-runan. Jika kubalas dendam sakit hati ini, maka anakku yang patut dikasihani itu akan kehilangan ayah dan ibunya bersama. Dia akan hidup sebatang kara sepanjang masa. Ooooh. Betapa mengenaskan nasibnya itu Enci Bwe, seandainya kau bunuh kekasihmu itu, apakah kau sendiri juga enggan untuk hidup lagi didunia ini? tiba-tiba Ji Kiu-liong bertanya dengan suara lembut. Ji Cin-peng menggelengkan kepalanya berulang kali, Adik Liong! katanya jika ada seorang perempuan telah membunuh sendiri suaminya, apakah dia mungkin akan hidup seorang diri di dunia ini? Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, Itulah. itulah sebabnya. antara cinta dan dendam aku. aku sendiripun tak tahu harus memilih yang mana. Adik Liong hari ini aku telah mengungkapkan semua rahasia hatiku kepadamu, tujuanku tak lain adalah ingin mohon bantuanmu untuk menyelesaikan kesulitan yang sedang kuhadapi ini Setelah mendengar kisah dendam dan cinta yang serba pelik ini. Ji Kiu-liong sendiripun merasa sedih bercampur serba salah, setelah termenung sebentar dia lantas bertanya. Apakah suamimu mengetahui akan persoalan ini?. Tidak tahu, lagi pula dia telah menganggap aku sudah mati Ji Kiu-liong menghela napas panjang, Kalau memang begitu, kau tak usah membalas lagi dendam sakit hati itu. Lenyapkan saja semua kenangan lama yang serba pahit dan getir itu dari dalam benakmu sehingga kalian suami istri dan anak bisa berkumpul dengan rukun kembali serta selamanya melewatkan penghidupan yang senang, gembira dan bahagia

Adik Liong, seandainya kau adalah sipemegang peranan didalam peristiwa semacam itu, apakah kaupun akan berbuat demikian? Yaa, kalau tidak apakah masih ada cara lain yang lebih baik iagi? Andaikata kita memilih jalan untuk menuntut balas, sekalipun dendam tersebut dapat dituntut balas, namun akibatnya malah justru jauh lebih mengenaskan Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, Tak bisa disangkal lagi bahwa kau tidak tega untuk membunuh suamimu, itu berarti bibit atau benih dendamnya dalam hatimu sesungguhnya telah terhapus sama sekali. Kuanjurkan kepadamu lebih baik lupakan saja tragedi yang mengerikan itu! Setelah mendengar ucapan dari Ji Kiu-liong ini, bagaikan genta kuil di pagi hari, Ji Cinpeng segera tersadar kembali dalam lelapan impian yang buruk dan sudah mencekam hatinya selama banyak tahun. Perasaan hatinya sekarang adalah begitu terharu begitu gembira sehingga hampir saja melupakan keadaan. Oooh adik Liong! pekiknya dengan gembira Aku aku amat menyukai dirimu Dipeluknya kepala Ji Kiu-liong erat erat, sementara air matanya tak bisa ditahan lagi jatuh bercucuran membasahi pipinya. Dia Ingin menangis, dia ingin menggunakan tangisannya untuk memperlihatkan luapan rasa gembira yang sedang berkecamuk dalam hatinya. Agaknya Ji Kiu-liong merasa agak terkejut dengan sikap perempuan itu, serunya dengan nada kaget, Kau. Kau. Enci Bwe Oooh. Ji Cin-peng mengeluh pedih, adik Liong, aku adalah enci Peng Aku adalah enci Peng. Apa? Ji Kiu-liong amat terkejut dan segera meronta untuk melepaskan diri dari rangkulan Ji Cin peng, kemudian dengan terkejut serunya, Kau Kau kau benarbenar adalah enci Peng? Enci Peng yang telah meninggal? Ji Cin-peng manggut manggut, Benar, adik Liong! Aku aku belum mati Paras muka Ji Kiu-liong segera berubah, hebat, serunya, Kalau begitu.. engkoh Gak adalah. Ji Cin-peng segera tertawa getir. Adik Liong, kita tak usah menyinggung kembali peristiwa yang penuh kesedihan itu bisiknya. Oooh.. cici, kau betul-betul sangat mulia!

Adik Liong.. Ji Kiu-liong yang polos tak dapat menguasai diri lagi. Ia menubruk kedalam rangkulan Ji Cin-peng dan menangis tersedu-sedu karena kegirangan, lalu serunya tersendat sendat. Enci Peng, dimanakah keponakanku itu? Aku terlalu gembira. Dia berada di Lam-hay, ditempat guruku Enci Peng, hayo kita susul Gak toako, biar aku yang akan menuturkan hal ini kepadanya! Tapi sebelum mereka sempat beranjak pergi, tiba tiba dari arah belakang berkumandang suara tertawa seram yang amat mengerikan. Hee hee hee jangan harap kalian bisa pergi menjumpai orang she Gak itu lagi Dengan cepat Ji Cin-peng dan Ji Kiu-liong membalikkan tubuhnya. Empat buah mata yang bersinar tajam segera menyapu sekeliling tempat itu. Lebih kurang tujuh delapan kaki dihadapannya sana berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang mengenakan baju berwarna putih, orang itu tak lain adalah Mao Tam dari Tiang pek-san. Dibelakangnya mengikuti tiga orang kakek berbentuk aneh sekali. Waktu itu ketua Thian san pay, Bu-seng sianseng Tang Bu kong sedang bercakap-cakap dengan tiga orang kakek itu. Sementara itu dalam arena tinggal jago jago dari perguruan panah bercinta, sedang See ih sam seng dan orang orang Tay khek bun entah sudah kemana perginya. Jit poh-toan-hun Kwik To yang menyaksikan kemunculan Mao Tam sekalian, segera merasakan bahwa suatu pertarungan berdarah segera akan berlangsung, tanpa terasa mereka maju bersama melakukan pengepungan. Delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta segera mempersiapkan gendewa masing masing dan mengerahkan arah panahnya ke arah Mao Tam sekalian di tengah kepungan. Tiga orang kakek aneh yang bertubuh tinggi, pendek serta gemuk itu sama sekali tidak menggerakkan biji matanya untuk memandang sekitar arena, jelas kepandaian mereka sangat lihay sehingga kepungan tersebut sama sekali tidak menggetarkan hati mereka bertiga. Sesungguhnya ketiga orang kakek aneh itu adalah jago jago yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan. Orang menyebut mereka sebagai Tiang pek sam hi (tiga ekor beruang dari Tiang pek san).

Si kakek aneh bertubuh jangkung seperti bambu dengan mata yang sebesar gundu serta sekujur badannya penuh dengan bulu putih itu adalah pemimpin dari tiga beruang, Ngo kok bim cun (Malaikat beruang dari lima lembah) Leng Han tang. Disebelah kirinya yang bertubuh pendek lagi ceking dan berambut emas macam monyet itu bernama Has thian bu im kim si him (beruang bulu emas yang terbang tanpa bayangan) Hoo Ki Seng. Sedangkan si kakek yang gemuk bagaikan dewa Mi lek bud tapi sedikit berbeda karena tak pernah tersenyum ini bukan lain adalah beruang yang terganas di antara kadua orang rekan lainnya. Dia bernama Im yang bim (si beruang banci) Pit Gi. Begitu berjumpa dengan ketiga orang kakek aneh itu, Ji Cin-peng segera tahu kalau si pendatang itu bukan lain adalah Tiang Pek sam him (tiga beruang dari Tiang Pek san) tapi dasar perempuan ini memang bernyali apalagi ilmu silatnya memang lihay, ia sama sekail tidak merasa gentar untuk berhadapan dengan mereka. Tiba tiba Im yang him Pit Gi mengalihkan sinar matanya ke tubuh Ji Cin-peng kemudian sekulum senyuman cabul tersungging diujung bibirnya. Ji Cin-peng yang dipandang secara begitu tengik menjadi naik pitam, ia segera mendengus berulang kali. Ji Kiu-liong tak tahan melihat ketengikan orang, kontan saja ia mencaci maki kalang kabut, Tiga orang itu tujuh bagian mirip setan, tiga bagian mirip manusia, entah siluman siluman darimana? Mao Tam yang mendengar Ji Kiu-liong memaki suhu dan susioknya menjadi naik darah pula bentaknya, Setan cilik rupanya kau sudah bosan hidup! Sambil membentak dia menerjang maju kedepan. Ji Kiu-liong tertawa dingin, ia tak mau memperlihatkan kelemahannya, segera anak muda inipun bersiap-siap untuk menyongsong kedatangannya. Tiba tiba Ji Cin-peng menarik tangannya sembari berbisik, Adik liong, jangan gegabah, ilmu silat yang dimiliki orang ini aneh sekali Mao Tam sudah pernah merasakan kerugian ditangan Ji Cin peng. Ketika dilihatnya Ji Cin-peng berdiri disampingnya, ia tak berani menerjang ke muka lebih jauh, hanya ditatapnya wajah pemuda Itu dengan penuh kegusaran. Jit poh-toan hun Kwik To segera tertawa terbahak bahak, sambil melangkah ke depan, serunya, Saudara, apakah kau ingin berkelahi? Sementara pembicaraan masih berlangsung, diam-diam Jit poh toan-hun Kwik To telah menghimpun tenaga dalamnya, tiba tiba sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke depan.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke muka dan menghajar telak diatas lambung Mao Tam. Blaaaam! Terjadi benturan yang amat keras sekali. Mao Tam menjerit kesakitan sekujur badannya terasa sakit seperti dililit pisau tak ampun ia terpental ke belakang dan muntah darah segar. Sergapan yang dilancarkan Kwik To ini sama sekali diluar dugaan Tiang pek sam him, agaknya mereka tidak menyangka kalau ada orang berani menghajar muridnya dihadapan mereka. Hui thian bu im Kim si him segera berkelebat kedepan dan tahu-tahu sudah berdiri disamping Mao Tam. Demontrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan oleh si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan ini segera mengejutkan semua jago dari perguruan panah bercinta. Sepasang alis Ji Cin-peng juga ikut berkerut kencang. Ia lalu menyadari bahwa mereka telah berhadapan dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpainya sebelum ini. Setelah mengalami sergapan sehingga mengakibatkan luka dalam isi perutnya tadi, sifat buas Mao Tam segera berkobar kembali. Sambil menjerit aneh tiba-tiba ia melejit ke udara lalu menerjang kedepan dengan kecepatan luar biasa. Tapi dengusan tertahan tiba-tiba berkumandang tahu-tahu Mao Tam sudah roboh kembali dari tengah udara. Sambil tertawa dingin Jit poh toan hun Kwik To segera berkata, Kau sudah terhajar oleh ilmu pukulan Jian-si-tok-ciang yang amat beracun. Bila tidak berusaha mencegah menjalarnya racun didalam tubuhmu luka itu segera akan bekerja dan mengakibatkan keadaan yang lebih fatal. Tiang pek sam bin tidak percaya dengan ancaman itu, sekalipun Mao Tam sendiri juga tidak tahu kalau ia sudah kena di pecundangi orang, baru saja dia bersiap-siap turun tangan lagi.. Bu Seng sian-seng Tong Bu kong pelan-pelan tampil kedepan kemudian katanya, Saudara Mao memang benar benar sudah dipecundangi orang cepat mundur kemari. Untung saja suhumu hadir disini. Ilmu pukulan beracun semacam itu mah masih belum cukup untuk melukai orang Walaupun Mao Tam adalah seorang kasar yang tak pakai, otak namun ia tak berani bergurau dengan nyawa sendiri, buru-buru dia menghimpun tenaganya siap disalurkan ke dalam badan.

Jangan menyalurkan tenaga dalam! tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram urat nadinya. Mao Tam berpaling, ketika dilihatnya orang itu adalah Hui thian bit im kim si him, tanpa terasa bisiknya: Susiok aku sudah keracunan Cepat salurkan hawa murninya secara terbalik untuk menyerang jalan darah Hian kwan! jerit Hui thian bit im Kim si him dengan suara tinggi melengking. Sementara itu Ngo kok bim cun Leng Han-tang serta Im yang bim Pit Gi entah menggunakan gerakan apa, tahu-tahu sudah menghampiri Jit poh toan hun Kwik To dan berhenti kurang lebih empat kaki dihadapannya. Ketua Thian san pay Bu seng sian-seng Tang Bu kong segera mengelas jenggotnya sambil tertawa dingin, katanya, Delapan belas tahun berselang, dengan sekujur tubuh penuh dengan bisa Kwik heng menjagoi dunia persilatan. Tak seorang manusiapun yang tidak memberi muka kepadamu. Setelah bersembunyi selama delapan belas tahun sambil mendalami pelbagai ilmu beracun, tentunya kepandaianmu saat ini setingkat lebih hebat. Sudah lama siaute mengagumi namamu. Sungguh beruntung hari ini mendapat kesempatan sebaik ini untuk bertemu muka. Mumpung lagi ketemu, aku ingin mohon beberapa petunjuk darimu Jit poh toan hun Kwik To Cukup mengetahui akan kelihayan Tong Bu kong dalam ilmu pedang lagi pula sudah memiliki Sian thian kang khi yang berat, dia bersikap sangat berhati hati. Mana, mana katanya sambil tersenyum kalau memang kau berniat demikian dengan pertaruhkan nyawa, aku orang she Kwik bersedia untuk mengiringi keinginanmu itu Tong Bu kong segera meloloskan pedangnya, lalu berkata, Saudara Kwik silahkan meloloskan senjatamu Biar aku orang she Kwik melayanimu dengan tangan kosong saja Tong Bu kong segera tertawa dingin, Pedang itu tak bermata kau tidak kuatir kalau sampai terluka? ejeknya. Walaupun lohu tidak menggunakan senjata tapi dalam menghadapi serangan musuh aku seringkali akan melayani juga memakai benda-benda beracun yang mematikan. Mungkin juga benda itu jauh lebih menakutkan dari pada senjata. Aku harap Tong-heng suka berhati hati didalam hal ini Jikalau suatu pertarungan sudah terjadi, berarti posisi kita ibaratnya api dan air. Jika saudara Kwik memiliki ilmu beracun yang lain, silahkan saja untuk digunakan semua

Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa berbahak-bahak, Haa haa haa perkataan saudara Tong memang tepat sekali, sungguh membuat aku merasa kagum sekali. Harap Tong heng melancarkan serangan lebih dahulu! Jika saudara Kwik memang berniat mengalah, baiklah. Daripada menolak lebih baik kuturuti saja keinginanmu itu Pedangnya didorong ke muka dan segera melancarkan sebuah bacokan ketubuh Kwik To. Serangan yang dilancarkan jago kenamaan memang selalu hebat dan indah. Semua serangan pedang yang dilancarkan Tong Bu kong selalu mirip bacokan atau totokan membuat orarg sulit untuk menduga semua perubahan dalam permainan pedangnya. Jit poh toan hun Kwik To segera terdesak sehingga harus mundur tiga langkah ke belakang Diam diam terkesiap juga hatinya menghadapi kelihayan lawan. Sekalipun serangan dari Tang Bu kong itu tampaknya sederhana tanpa sesuatu yang aneh, sesungguhnya inilah suatu jurus pedang yang luar biasa lihaynya dengan kombinasi yang mengagumkan. Justru dalam ilmu pedang jenis ini keistimewaannya terletak dalam kesederhanaannya, membuat siapapun akan merasa bahwa jurus tersebut merupakan suatu serangan tipuan, tapi justru tidak mudah untuk mengetahui perubahannya. Begitu berhasil mendesak mundur Jit poh toan hun Kwik To dengan serangan kilatnya tiba tiba ketua dari Thian san pay ini, Bu Seng sian-seng Tong Bu kong maju selangkah ke depan. Pedangnya diputar secepat angin dan mengembangkan suatu serangan kilat. Dalam waktu singkat bayangan pedang memenuhi angkasa. Deruan angin bercampur guntur menderu-deru amit memekakkan telinga. Thian san kiam hoat yang digunakan Tong Bu kong ini sungguh luar biasa sekali kekuatannya. Sekali salah perhitungkan polisi Jit poh-toan hun Kwik To segera terjepit dibawah angin. Dihawah serangkaian serangan kilat dari Tong Bu kong yang berbasil merebut posisi di atas angin itu, dia dipaksa hingga tak sanggup untuk melancarkan serangan balasan. Walaupun ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menangkis dan berkelit, namun selalu gagal untuk meloloskan diri dari kurungan cahaya pedang lawan. Sangkoan Im yang menyaksikan kejadian itu segera berbisik kepada Ji Cin peng, Ilmu pedang Thian san kiam hoat dari Tong Bu kong amat ganas, jahat dan lihay. Aku kuatir kalau saudara Kwik tak sanggup untuk memperbaiki kembali posisinya

Tenaga dalam yang dimiliki Kwik To sangat lihay, aku pikir tak usah terlalu mencemaskan keselamatannya Sementara mereka berdua sedang berbicara situasi dalam tengah arena kembali telah terjadi perubahan besar. Secara beruntun Tong Bu kong telah melancarkan tiga buah serangan berantai dengan jurus yang tangguh. Cahaya pedang yang selalu melayang amat rapat itu tiba-tiba terjadi gelombang amat besar, kemudian menciptakan selapis bayangan pedang yang segera mengurung seluruh badan Jit pon toan hun. Sesudah didesak dan diteter terus oleh permainan pedang lawan yang gencar dan beruntun, lama kelamaan dari malunya Jit-poh toan hun Kwik To menjadi naik pitam. Hawa murninya dikipatkan ke belakang, kemudian melepaskan sebuah tenaga lembut yang memaksa pedang Tong Bu kong tergeser ke ramping Menggunakan kesempatan itu, cepat-cepat telapak tangan kanannya diayunkan ke depan menghantam dada lawan, Perubahan ini sama sekati diluar dugaan siapapun, sebab dalam suatu pertarungan yang seimbang, bukan suatu perbuatan yang gampang untuk menggeserkan senjata lawan dengan mengandalkan tenaga dalam. Karena itu, dalam terkejutnya tahu-tahu pedang Tong Bu kong sudah kena digeser sejauh beberapa inci. Pada saat itulah, tenaga pukulan yang di lancarkan Kwik To dengan disertai suara gemuruh yang keras telah manerjang tiba dengan kecepatan luar biasa. Tong Bu kong kuatir di balik serangan yang dilancarkan Kwik To itu mengandung racun jahat, buru buru dia menghimpun tenaga khi kang nya untuk melindungi badan, terutama jalan darah kematian disekitar dada Setelah itu, menggunakan kesempatan tadi, pedangnya diputar kesamping berbalik membacok iga kiri Kwik To. Belum lagi ujung pedangnya menyentuh di atas iga lawan, serangan yang dilancarkan Kwik To telah bersarang telak diatas dadanya. Terdengar dua orang itu sama sama mendengus dingin kemudian mundur tiga langkah ke belakang. Kiranya serangan yang barusan digunakan Kwik To itu adalah ilmu pukulan Kiam goancing yang disertai dengan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Betul Tong Bu kong memiliki tenaga khikang pelindung badan namun dia toh tak tahan juga untuk membendung datangnya serangan yang dilancarkan secepat kilat itu.

Dadanya terasa bagaikan dihantam dengan martil berat, kontan hawa didalam dadanya bergolak keras. Kuda-kudanya tergempur dan tanpa terasa tubuhnya mundar beberapa langkah dengan sempoyongan. Nyaris pukulan dari Kwik To ini membuyarkan seluruh hawa khikang pelindung badan yang dimilikinya. Sekalipun begitu Kwik To sendiri juga kena digetarkan oleh tenaga khikang pelindung badan dari Tong Bu kong sehingga tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan seluruh tulang pergelangan tangannya terasa amat sakit bagaikan mau retak. Sambil mendengus dingin, dia ikut pula mundur dua langkah. Setelah terjadi bentrokan secara kekerasan, dalam hati masing-masing pihakpun sudah mempunyai gambaran atas kekuatan lawan, diam-diam mereka mengagumi kekuatan masing-masing pihak. Tapi apapun diantara mereka berdua tak mau menunjukkan kelemahannya dengan begitu saja, setelah mengatur pernapasan sebentar, sekali lagi mereka menerjang maju ke depan. Tadi, KwiK To sudah merasakan pahit getirnya orang yang kehilangan posisi, sekarang kewaspadaannya dipertingkat, ia tak berani gegabah lagi menghadapi musuhnya yang tangguh itu. Begitu turun tangan, dia lantas menggunakan ilmu pukulan Kiam goan ciang yang sudah dilatihnya selama puluhan tahun itu untuk menghadapi lawan. Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan yang melakukan gerakan seperti menotok, membacok, seperti juga membabat atau menusuk. Sesungguhnya ilmu pukulan yang sangat aneh ini merupakan ilmu yang paling diandalkan olehnya sepanjang hidup. Bilamana keadaan tidak terlalu mendesak, dia enggan untuk melakukannya secara sembarangan. Tong Bu kong masih tetap memberikan perlawanannya dengan memainkan ilmu pedang Thian san kiam hoat. Rangkaian ilmu pedang ini sungguh luar biasa hebatnya, semakin digunakan semakin banyak gerakan aneh yang membuat orang keheranan dan tidak habis mengerti kearah mana tujuannya. Tiga puluh gebrakan kemudian, angin serangan makin memekikkan telinga, daya kekuatan yang tergencar dari lingkaran pedang pun tiada hentinya mengembang semakin meluas, ternyata Kwik To kembali sudah dikurung oleb lapisan cahaya pedangnya itu. Namun Kwik To sama sekali tidak menjadi gugup atau gelagapan oleh karena kekuatan hawa pedang lawan. Sepasang telapak tangannya masih menyapu dan menyambar tiada

hentinya bagaikan dua bilah pedang tajam, semua serangannya ditujukan ke jalan darah kematian disekujur badan Tong Bu kong. Perlu diketahui ilmu pukulan Kiam goan ciang miliknya ini bukan saja sukar diduga perubahannya, lagipula dari setiap serangan yang dilancarkan tentu tercipta bayangan tangan ibaratnya beribu-ribu batang pedang yang menyerang bersama bukan cuma membuat mata orang menjadi silau, pun membuat orang tak habis mengerti ke arah mana saja sasarannya tertuju. Rupanya kedua belah pihak telah menggunakan segenap ilmu silat andalannya untuk bertarung. Hal mana membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan itu harus menahan napas dengan perasaan tegang, suasana menjadi sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun. Ditengah pertarungan yang sedang berlangsung sengit, tiba-tiba terdengar Jit poh toan hun Kwik To tertawa dingin Tangan kirinya diayunkan ke muka, puluhan buah titik cahaya biru yang amat lembut, tanpa menimbulkan sedikit suarapun mendadak meluncur ke tubuh Tong Bu kong. Tempo dulu, Kwik To dengan mengandalkan senjata rahasianya yang lembut, kecil beracun ini, Hu hoat ciam (jarum rambut) pernah menjagoi dunia persilatan. Entah berapa banyak jago persilatan yang sudah tewas terkena jarum lembut bagaikan rambut yang sangat beracun mi. Walaupun Tong Bu kong mempunyai hawa khikang pelindung badan, rupanya ia agak keder juga menghadapi senjata rahasia lembut yang sangat beracun ini. Ia kuatir kalau hawa khikang pelindung badannya itu tidak mampu untuk membendung kelembutan senjata rahasia lawan. Sambil membentak keras, buru-buru ia mundur tiga langkah ke belakang. Dalam waktu yang amat singkat inilah dia telah menyalurkan segenap hawa murni yang dimilikinya ke dalam tubuh pedang, lalu menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang serta gelombang hawa pedang yang kuat untuk merontokkan puluhan batang jarum yang lembut itu. Kwik To segera tertawa dingin, jengeknya, Sanggupkah kau untuk menahan ke dua ratus enam puluh batang jarum rambut yang kulepaskan? Seraya berkata, lengan kirinya diayunkan sebanyak tiga kali, tiga gelombang jarum beracun segara beruntun segera melancar ke tengah udara. Dibawah cahaya matahari, tampak kilatan cahaya biru yang menggidikkan hati beterbangan di angkasa. ooOOOoo

RUPANYA ilmu melepaskan senjata rahasia yang ia miliki benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan. Dalam tiga gelombang serangan jarum rambut yang dilancarkan itu, hampir beratus ratus batang senjata meluncur bersama, begitu rapatnya serangan tersebut hingga mirip dengan datangnya hujan gerimis. Sungguh membuat orang merasa susah untuk menghindarinya. Retapa terkesiapnya Tong Bu kong ketika dilihatnya pihak lawan secara beruntun melancarkan tiga gelombang senjata rahasia, segera pikirnya dalam hati, Entah masih ada betapa banyak senjata rahasia beracun yang dimilikinya? Jika serangan ini di lancarkan secara beruntun dalam beberapa gelombang, sekalipun tak sampai terluka oleh jarum beracun itu, paling tidak aku akan kehilangan banyak sekali tenaga dalam jika pertarungan kemudian dilanjutkan. Sudah pasti akulah yang menderita kerugian besar. Aaaai.. daripada kehilangan banyak tenaga dalam lebih baik aku beradu jiwa saja dengan mencoba pedang terbang yang baru kuyakini itu.. Berpikir sampai disini, dia lantas menarik napas panjang panjang. Mendadak. Jit poh toan hun Kwik To tertawa panjang dengan nyaringnya, ia berjumpalitan diudara dan mundur sejauh empat lima kaki dari posisi semula. Tong Bu kong dibikin kebingungan oleh tindakannya itu dengan perasaan tidak habis mengerti, pikirnya, Setan tua ini betul-betul amat licik. Masa kau bisa tahu kalau aku sudah bersiap-siap untuk beradu jiwa denganmu.. Setelah tertawa nyaring. Kwik To berdiri di tangah arena dengan sikap yang amat santai. Terdengar ia berkata dengan suara dingin, Saudara Tong, kau sudah terkena racun jahat tanpa bayangan. Jika berani menggunakan tenaga dalam secara sembarangan lagi berarti hanya ada jalan kematian bagimu Mendengar perkataan itu Tong Bu kong menjadi amat terperanjat tapi ia belum mau percaya kalau dirinya sudah terkena serangan gelap lawan. Sambil tertawa seram dia berseru, Tua bangka she Kwik. kau tak usah menakut-nakuti orang dengari gertak sambal semacam itu. Ketahuilah aku Tong Bu kong bukan seorang bocah yang berusia tiga tahun. Tak nanti aku bisa kau gertak hinya dengan dua tiga patah kata belaka! Kwik To segera tersenyum, ujarnya, Saudara Tong, tidakkah kau merasa bahwa sikapmu itu keliwat angkuh dan jumawa? Setelah memperbaiki posisinya, dia berkata lebih jauh. Haa haa haa Aku Kwik To tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya, Tentu saja kepandaianku melepaskan racun tiada taranya. didunia ini, aku bisa membuat seseorang keracunan tanpa disadari olehnya. Sudah barang tentu jangan harap korbanku itu bisa lolos dengan begitu saja

Mendengar perkataan itu, paras muka Tong Bu kong kembali berubah sangat hebat. Sampai lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Terdengar Kwik To berkata lebih lanjut, Sewaktu aku melancarkan jarum beracun Hu hoat ciam gelombang yang ketiga tadi, didalamnya telah kuisi juga dengan bubuk racun tanpa bayangan, padahal waktu itu kau sedang menghirup udara untuk menghimpun tenaga, maka tak bisa dihindari lagi racun itu segera akan terhirup kedalam tubuhmu Tiba-tiba paras muka Tong Bu kong berubah menjadi tenang kembali, malah sambil tertawa tergelak katanya, Hebat. hebat. Betul-betul suatu cara yang sangat hebat. Tapi kau sendiri juga jangan harap bisa lolos dari cengkera manku Belum habis perkataan itu diucapkan diiringi suara pekikan yang amat nyaring. Tong Bu kong melompat ketengah udara, pedangnya menciptakan selapis cahaya pelindung badan yang amat kuat. Kemudian tubuh berikut pedangnya dengan menciptakan diri menjadi serentetan cahaya putih langsung mengurungi ke tubuh dari Kwik To. Kepandaian Kiam jin hip it (pedang dan tubuh terhimpun menjadi satu) semacam ini merupakan sejenis kepandaian tingkat tinggi didalam ilmu pedang. Semua serangan tersebut mengandalkan himpunan tenaga dalam yang meledak sebagai suatu tenaga ledakan yang kuat, membawa tubuh berikut pedangnya untuk mengancam lawan yang ada beberapa kaki jauhnya. Bila kepandaian tersebut ditingkatkan satu tingkat lebih keatas lagi, maka hanya pedang saja yang melesat keudara untuk mencabik-cabik tubuh lawannya, itulah ilmu pedang terbang yang merupakan kepandaian paling top dari ilmu pedang . Menyaksikan serangan maut yang dilancarkan musuh dengan ancaman yang begitu nekad itu, Kwik To amat terkesiap, diam-diam ia menghela napas, pikirnya, Aaai Peristiwa yang berlangsung hari ini jelas tak bisa diselesaikan secara damai Maka diapun menghimpun tenaga dalamnya, Sambil melompat ke tengah udara, ia bersiap-siap menggunakan tenaga dalam hasil latihannya selama puluhan tahun untuk melangsungkan duel mati dan hidup dengan lawannya. Kwik To, jangan beradu kekerasan. Cepat mundur! tiba-tiba Ji Cin-peng berteriak keras. Menyusul teriakan itu. Ji Cin-peng mencelat ke udara dan meluncur ke arah kedua orang itu. Mendadak Hui thian bu im Kim si him dari Tiang pek san him juga menggerakkan badannya sambil menyongsong kedatangan lawan dengan kecepatan luar biasa.

Berada di tengah udara Ji Cin-peng segara mengeluarkan kepandaian saktinya. Pinggangnya dilengkungkan bagaikan gendewa sehingga menambah cepatnya daya luncur badan. Bersamaan itu pula jari tangan kanannya segera menyentil kedepan Gerakannya yang berganti posisi ditengah udara ini kembali mengejutkan semua orang. Tapi merekapun diam-diam mengagumi kelihayan perempuan ini. Sekalipun begitu, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hui thian bu im kim si him juga merupakan kepandaian nomor wahid dalam dunia persilatan. Sepasang kakinya ditekuk sedikit kemudian berjumpalitan dua kali ditengah udara, dia langsung menyongsong datangnya tubuh Ji Cin-peng itu. Walaupun gerakan tubuh Ji Cin-peng sangat cepat, namun serangan pedang yang dilancarkan Tong Bu kong juga luar biasa cepatnya, ditambah lagi Kwik To enggan berkelit dari sasaran tersebut sebaliknya menghimpun tenaga dalam hasil latihan puluhan tahunnya untuk beradu jiwa sudah barang tentu semuanya itu berlangsung dalam sekejap mata. Ketika Ji Cin-peng melepaskan ilmu sentilan jari Tan ci sia thong untuk menolong keadaan tersebut sayang keadaan sudah terlambat. Terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan. Kilatan cahaya bianglala berwarna putih itu tahu-tahu lenyap tak berbekas. Kwik To maupun Tong Bu kong hampir pada saat yang bersamaan terjatun dari tengah udara. Pada saat itulah Hui thian bu im kim si him telah menerjang ke arah Ji Cin-peng dengan membawa segulung tenaga serangan yang dingin lembut dan aneh sekali. Ji Cin-peng amat terperanjat, sambil mendengus dingin, telapak tangan kirinya segera diayunkan kemuka.. Blaaaam! Ji Cin-peng maupun si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan itu samasama merasakan timbulnya segulung tenaga dingin berhawa lunak yang tak sanggup di lawan dengan badan menerjang langsung ke dalam tubuhnya. Tak ampun kedua belah pihak sama-sama terdorong mundur sejauh beberapa langkah. Telapak tangan kanan Ji Cin-peng secepat kilat melepaskan kembali sebuah pukulan ke depan, berbareng itu juga tubuhnya melayang turun keatas tanah. Pada saat yang hampir bersamaan, tubuh Hui thian bu im Kim si him juga telah melayang turun keatas tanah. Diatas wajahnya yang aneh seperti monyet itu terlintas semacam rasa

kaget yang luar biasa. Dengan sepasang biji matanya yang kecil dan bulat dia awasi wajah perempuan itu tanpa berkedip. Pertarungan antara mati dan hidup yang mendebarkan hati ini segera membuat semua orang yang hadir diarena ikut terkejut bercampur terkesiap. Sementara itu Jit-poh-toan-hun Kwik To telah menggeletak diatas tanah sambil bermandi darah. Seluruh pakaiannya sudah basah oleh darah kental yang mengucur keluar dari tubuhnya. Ternyata diatas bahu lengan kirinya telah termakan oleh tusukan pedang Tong Bu kong sehingga tembus kebelakang. Akan tetapi Tong Bu kong sendiri juga termakan oleh serangan balasan yang dilancarkan oleh Kwik To tepat diatas dadanya. Betul ia memiliki hawa khikang pelindung badan. Akan tetapi bagaimana mungkin ia bisa tahan untuk menghadap serangan Kwik To yang dilepaskan dengan segenap tenaga dalam yang dimilikinya itu? Sejak terjatuh dari tengah udara, Tong Bu kong selalu terduduk dengan wajah memucat, napasnya memburu dan pedangnya terlempar ke samping arena. Ji Cin-peng segera tenangkan hatinya, kemudian maju ke depan dan secepat kilat menotok jalan darah ditubuh Kwik To untuk mencegah lebin banyak darah yang mengalir keluar. Sementara itu Songkoan Im juga Sudah memburu ke depan dengen cepat ia lantas memayang Kwik To untuk menyingkir ke sisi arena. Ji Cin-peng mendengus dingin, tegurnya kemudian, Orang she Tong, hari ini kau telah mengajak jago-jago dari Tiang pek san datang mencari kami sesungguhnya apa urusanmu dengan kami orang orang dari perguruan panah bercinta? Karena apa? tiba tiba si beruang berbulu emas terkekeh kekeh dengan seramnya, Hee hee hee bukankah kau yang telah menghajar murid kami? Seraya berkata dia lantas menuding ke arah Mao Tam yarg sedang duduk bersila di atas tanah. Benar! Ji Cin-peng segera mengangguk. Serentetan cahaya aneh segera memancar keluar dari balik mata si beruang berbulu emas yang kecil itu, teriaknya, Kenapa kau menghajar murid kami? Ia telah menuruti perkataan orang lain untuk merampas Lencana pembunuh naga dari tanganku kenapa aku tak boleh menghajar adat kepadanya? jawab Ji Cin-peng dengan suara ketus.

Sewaktu mendengar disinggungnya Lencana pembunuh naga, Im yang bim maupun Ngo kok bim cun segera maju ke depan dengan langkah pelan. Dengan suara yang menyeramkan, Ngo kok bim cun yang merupakan pemimpin dari Tiang pek san-him tersebut segera berkata, Jika kau bersedia menyerahkan Lencana pembunuh naga itu kepada kami, semua hutang lama maupun hutang baru bersedia kami hapus seluruhnya tanpa membuat perhitungan Kalau aku tak mau menyerahkannya kepadamu? seru Ji Cin-peng sambil mengerutkan dahinya kencang kencang. Terpaksa kau akan kami bawa pulang ke bukit Tiang pek san dan memenjarakan dirimu didalam penjara salju yang dingin Hee hee hee yakinkah kalian bahwa aku bisa dibekuk semudah itu jengek Ji Cin-peng lagi sambil tertawa dingin tiada hentinya Hmm! Bukan cuma kau seorang saja yang hendak kami bekuk, segenap jago lihay yang berada didaratan Tionggoan akan kami ringkus semua seadanya kata Ngo kok him cun sombong. Sekarang, dari sekian banyak jago perguruan panah bercinta yang berkumpul disini, bagi mereka yang mampu menahan satu jurus seranganku. maka dia akan kami tawan hidup-hidup. Sedang mereka yang tak mampu menahan satu jurus seranganku akan kubunuh tanpa ampun. Aku pikir hanya kau orang kubu she Kwik dan perempuan berbaju hijau itu yang sanggup menahan satu jurus seranganku sedang yang lain tak lebih hanya akan menempuh jalan kematian Ji Cin-peng yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa amat terkejut. Mungkin juga ucapan tersebut cuma gertak sambal belaka tapi kenyataannya hanya dalam sepatah kata saja ia sudah dapat mengatakan tiga orang anggota perguruannya yang berilmu tinggi. Dari sini terbuktilah sudah bahwa ilmu silat yang dimiliki Tiang pek-sam him benar-benar luar biasa sekali. Tiba-tiba satu ingatan cerdik melintas dalam benak Ji Cin-peng, serunya kemudian. Setiap anggota perguruan panah bercinta segera saling melindungi untuk meninggalkan tempat ini Hee hee hee Tidak segampang itu jengek Im-yang him sambil tertawa dingin. Seorangpun jangan harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat Sambil berkata tubuhnya yang gemuk dan besar itu sudah menerjang kearah delapan belas pemanah dari perguruan panah bercinta itu secara garang. Berhenti bentak Ji Cin-peng amat gusar. Waktu itu pedang Giok-siang kiam telah dilepaskan dari sarung. Hawa murni yang dimiliki-nya segera dihimpun menjadi satu. Tubuh bersama pedang seakan-akan melebur

menjadi satu. Diiringi serentetan cahaya putih pedangnya meluncur ke depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Inilah ilmu podang terbang yang merupakan kepandaian paling tinggi dalam rangkaian ilmu pedang. Paras muka Im Yang him agak berubah ketika menyaksikan datangnya sambaran ilmu pedang terbang itu. Seketika itu juga tubuhnya yang sedang meluncur kedepan itu berhenti secara tiba tiba Angin pedang berputar bagaikan roda kereta. Cahaya bianglala yang menyilaukan mata meluncur ke muka secepat kilat. Ketika cahaya putih itu hampir tiba didepan mata, Im Yang him segera membentak keras. Tangan kanannya diayunkan ke depan, tiga titik cahaya putih segera melesat pula ke tengah udara. Triing, triing, traang, traang Serentetan bunyi gemerincing beradu besi berkumandang memecahkan keheningan. Pedang yang dilepaskan Ji Cin-peng itu tahu-tahu sudah terhajar sehingga rontok ke atas tanah. Paras muka perempuan itu segera berubah menjadi amat serius, dia tidak menyangka, kalau dalam dunia persilatan dewasa ini masih ada orang yang sanggup mematahkan ilmu pedang terbangnya. Ternyata tiga bilah pisau tipis liu yap to yang disambit Im Yang him barusan berhasil menghadang serangan pedang yang dilontarkan oleh Ji Cin-peng. Sementara itu, para jago dari perguruan panah bercinta telah mengundurkan diri ke arah timur. Beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan segera menjerit aneh. Secepat sambaran kilat dia meluncur ke muka dan menerjang ke arah delapan belas pemanah jitu dari perguruan panah bercinta. Sreeet, Sreeet Hujan panah segera berdesingan ditengah udara. Selapis anak panah bercinta yang tajam segera berhamburan di udara dan menyambar ketubuh orang itu.

Akan tetapi, si Beruang terbulu emas yang terbang tanpa bayangan itu betul-betul memiliki ilmu meringankan tubuh yang sama sekali diluar dugaan siapapun. Tampak tubuhnya berkelebat lewat bagaikan bayangan setan sebentar berkelebat ke kanan sebentar berkelebat ke kiri tak sebatangpun dari panah-panah bercinta yang dilepaskan kearahnya itu mengenai tubuhnya malah menowel ujung baju pun tidak. Bayangan emas berkelebat lewat kembali ia menerjang masuk ketengah kerumunan orang banyak Jeritan kesakitan yang menyayatkan hati segera berkumadang memecahkan kesunyian Empat orang pemanah jitu dari perguruan panah bercinta secara beruntun tewas secara mengerikan ditangan iblis itu. Darah kental segera berceceran diatas tanah. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Keadaan waktu itu sungguh mengenaskan. Ternyata di tangan si beruang berbulu emas ini mengenakan sepasang cakar beruang yang berwarna emas. Sedemikian tajamnya cakar itu sehingga kemana saja cakar tersebut menyambar lewat darah segar berhamburan kemana-mana. Kutungan kepala dan anggota badan tercerai berai disana sini. Menyaksikan kebuasan orang, dengan gusar Ji Cin-peng membentak keras, sekali lagi ia menerjang kedepan sambil melancarkan ilmu pedang terbangnya. Cahaya putih menembusi angkasa, hawa pedang menyelimati arena berkuntum kuntum bunga emas segera tersebar kemana mana. Tapi pada saat itu juga mendadak dari arah belakang menyambar datang segulung angin serangan yang kuat aekali menyergap kepunggungnya. Menghadapi ancaman tersebut, Ji Cin-peng tak sanggup melepaskan serangan dengan ilmu pedang terbangnya lagi, terpaksa dia harus melayang turun kembali ke tanah. Terdengar seseorang berkala sambil tertawa seram, Belum pernah perkataan yang diucapkan oleh Ngo kok-him cun pernah diingkari. Aku lihat lebih baik kau cepat-cepat serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku. Kalau tidak sejenak lagi seluruh anak buatmu akan tewas secara menggenaskan Kau jangan terlalu memandang hina perguruan kami bentak Ji Cin-peng marah, sambut dulu sebuah pukulanku ini! Hawa murninya segera disalurkan ke tubuh pedang, kemudian tubuhnya melejit ke tengah udara. Tangan kirinya memainkan ilmu totokan Kiu kang ci sedang tangan kanannya memainkan pedang, secara garang dan buas dia menyerang tubuh Ngo kok him cun.

Terkekeh kekeh seram Ngo kok him cun menjumpai serangan tersebut, ejeknya, Silahkan kau pun merasakan kelihayan dari ilmu Soat him sat tee kang (ilmu pukulan bertiang salju) dari perguruan Tiang pek san kami! Sambil berkata, dia melepaskan pula sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Ji Cin-peng.. Ji Cin-peng mendengus dingin, tubuhnya melesat sejauh beberapa kaki dari posisi semula. Kemudian sambil membentak keras tiba tiba ia menarik kembali pedang Giok siang kiam Secepat kilat badannya menerjang ke muka. Telapak tangan kanannya diayunkan ke muka melancarkan sebuah pukulan dengan ilmu Boan yok ciang. Ilmu pukulan Boan yok ciang adalah suatu kepandaian paling sakti dari Lam-hay. Bila bertemu dengan tenaga keras maka sifat serangannya akan menjadi lembek, sebaliknya jika bertemu dengan serangan bersifat lembek maka dia akan menjadi keras. Oleh sebab itu, ketika ilmu pukulan Soat him tee sat kang yang dilancarkan Ngo kok him cun bertemu dengan ilmu pukulan Boan yok ciang tersebut, terasalah ia seolah-olah menghajar segumpal yang lembek sekali, sedikitpun tiada tenaga barang sedikitpun juga. kontan saja tenaga pukulan dari kedua belah pihak sama-sama punah dan lenyap tak berbekas. BARU saja Ji Cin-peng akan melancarkan serangan kembali dengan ilmu Boan yok ciang yang maha dahsyat itu tiba tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang kembali tiada hentinya. Tak terlukiskan betapa sakit hatinya gadis ini menyaksikan peristiwa sersebut, merah membara sepasang matanya. Tampaklah para jago dari perguruan Panah Bercinta ada separuh diantaranya sudah tewas dalam keadaan yang mengenaskan. Mayat bergelimpangan memenuhi permukaan tanah, darah berceceran bagaikan sebuah anak sungai, pemandangan disitu mengerikan sekali. Ketika itu, si Beruang berbulu emas sedang melanjutkan pembantaiannya terhadap sisasisa jago yang masih hidup. Di mana tubuhnya menyambar tiba, seseorang segera menjerit kesakitan dan menggeletak ke tanah dengan tubuh hancur. Menyajikan kesemuanya itu Ji Cin-peng merasakan bawa amarahnya meluap sampai ke atas benak. Sambil tertawa seram dia menerjang maju ke muka dengan kecepatan tinggi.. Ibaratnya burung elang yang meluncur ke udara, lompatannya ini mencapai ketinggian tujuh-delapan kaki dari posisi semula, agaknya Ngo kok him cun tidak menyangka kalau

gadis itu memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya, untuk sesaat dia tidak berhasil menghalanginya. Dengan kecepatan tinggi Ji Cin-peng berjumpalitan di udara lalu meluncur turun ke bawah, telapak tangan kirinya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan dengan tenaga sakti Boan yok sin kang. Sementara itu si beruang berbulu emas sedang mengayunkan lengan kanannya siap melancarkan serangan mematikan terhadap seorang pemanah jitu dari perguruan Panah bercinta. Ketika secara tiba tiba merasakan berhembus datangnya segulung tenaga pukulan yang sangat aneh, ia menjadi terkejut. Bagaimanapun juga dia adalah seorang tokoh silat yang berilmu tinggi. Dari hembusan angin serangan yang menerpa datang itu, dia segera tahu lihay, cepat cepat tubuhnya berjumpalitan dengan gerakan mendatar ke samping. Secara aneh tapi jitu tahu-tahu ia sudah menyelinap sejauh dua kaki lebih dari posisi semula. Melihat orang itu sanggup menyelamatkan diri secara cerdik, diam diam Ji Cin-peng merasa terperanjat. Kegusarannya saat ini benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata, pedangnya segera diangkat dan pelan pelan menusuk kemuka. Walaupun si beruang berbulu emas merasa tercengang dan tidak habis mengerti ketika dilihat-nya serangan pedang dari gadis itu meluncur tiba dengan gerakan lamban, namun ia tak berani berayal. Telapak tangannya segera didorong ke muka untuk melakukan pembendungan. Waktu itu Ji Cin-peng sudah bertekad untuk melancarkan serangan mematikan. Secara diam-diam mendadak pergelangan tangannya menekan ke bawah, pedang pendek Giok siang kiam itu secepat sambaran kilat meluncur ke muka dan langsung menusuk lambung bagian kiri lawan. Angin pedang mendesis amat memekakkan telinga, kehebatannya sungguh mengerikan. Si beruang berbulu emas amat terperanjat. Untung saja dia memiliki gerakan tubuh yang jauh lebih cepat ketimbang orang lain. Ketika dilihatnya gerakan pedang dari Ji Cin-peng mengalami perubahan, cepat cepat tubuhnya menyurut mundur sejauh empat lima langkah. Ji Cin-peng tertawa dingin, sambil memutar pedangnya ia melancarkan serangkaian serangan kilat. Jurus demi jurus serangan yang aneh dilancarkan secara bertubi-tubi. Dalam waktu singkat dia telah melepaskan tujuh buah serangan berantai yang memaksa si beruang berbulu emas harus berkelit ke kiri menghindar ke kanan dengan gugup dan kelabakan setengah mati.

Ji Cin-peng benar benar telah bertekad untuk membalaskan dendam bagi kematian anak buahnya. Semakin lama dia melancarkan serangan semakin aneh jurus serangan yang digunakan. Sekalipun si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan terhitung seorang jagoan yang tersohor dalam dunia persilatan namun ia terdesak juga oleh serangkaian serangan kilat dari Ji Cin-peng itu. Ia sama sekali terkurung dan kehilangan posisinya untuk melancarkan serangan balasan. Ditengah pertarungan yang amat seru itu, tiba-tiba Ji Cin-peng berjumpalitan di udara. Pedang mestikanya diputar sedemikian rupa menyebarkan selapis bintik2 cahaya kilat yang menyilaukan mata. Inilah jurus Thian ho to kwa (sungai langit jatuh terbalik) yang pernah diandalkan oleh Lam-hay sinni untuk merajai dunia persilatan di masa lalu. Satu kali si Beruang berbulu emas salah bertindak, seketika itu juga ia terkurung di balik bayangan pedang yang diciptakan oleh putaran pedang Ji Cin-peng. Suheng, cepat mundur.! buru-buru Im yang him (si beruang banci) membentak keras. Tangan kanannya segera diayunkan ke depan. Dua buah pisau Liu yap to yang tipis dengan membawa suara desingan tajam yang memekikkan telinga segera menyambar ke muka. Pada saat yang bersamaan, Ngo-kok him-cun juga melepaskan sebuah pukulan udara kosong dari kejauhan. Meskipun angin serangan amat kuat dan cepat, namun sama sekali tidak membawa suara desingan barang sedikitpun juga Waktu itu Ji Cin-peng sudah nekad. Sekalipun ia menyaksikan datangnya dua ancaman maut yang mungkin bisa merenggut nyawanya itu namun ia tidak gentar maupun membuyarkan serangannya. Lebih2 ia enggan untuk melepaskan kesempatan yang sangat baik ini untuk melukai si beruang berbulu emas. Segenap tenaga dalam yang dimilikinya segera disalurkan keluar. Pergelangan tangannya digetarkan keras dan mempergunakan kecepatan yang paling tinggi ia hujamkan pedangnya kemuka. Dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan keheningan. Ujung pedang yang tajam dan mengerikan itu telah menembusi iga kiri si beruang berbulu emas hingga tembus kepunggungnya, darah segar segera berhamburan ke manamana. Hampir pada saat yang bersamaan

Sebatang pisau liu yap to telah menyambar lewat dari bahu kiri Ji Cin-peng dan melukainya, darah segar segera muncrat keluar membasahi seluruh pakaian yang dikenakannya. Berbareng itu juga, segulung tenaga pukulan yang maha kuat telah menerjang tubuh Ji Cin-peng membuat tubuhnya terpental sejauh tiga kaki lebih dari posisi semula. Paras mukanya segera berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, rambutnya yang panjangpun terurai tak karuan. Jeritan ngeri, keluhan sedih berkumandang saling susul menyusul.. Tampaklah kawanan jago dari perguruan Panah Bercinta bertumbangan satu demi satu diujung golok In yang him yang menyambar kesana kemari. Setiap kali cahaya goloknya menyambar lewat, percikan darah segar segera berhamburan ke mana mana. Dalam waktu singkat, delapan orang pemanah jitu dari perguruan Panah Bercinta telah punah tak berbekas, seorangpun tak ada yang dibiarkan hidup. Han Hu hoa sambil melindungi Jit poh toan hun Kwik To dengan cepat mengundurkan diri kearah timur. Dengan demikian, dalam arena yang begitu luas tinggal Ji Kiu-liong dan Sangkoan It dua orang. Cici. tiba-tiba terdengar jeritan pedih berkumandang memecahkan kesunyian Jeritan pedih itu segera menyadarkan kembali Ji Cin-peng yang hampir kehilangan kesadarannya karena keliwat sedih. Tampaklah Im yang him dengan wajah yang bengis dan mengerikan, selangkah demi selangkah berjalan mendekati Ji Kiu-liong Sambil menahan rasa sedih yang luar biasa Ji Cin-peng membentak gusar, Kalian tak boleh membunuhnya! Menyusul suara bentakan itu, pedang mestikanya digetarkan dan langsung menusuk ke perut Im yang him. Dengan licik Im yang him tertawa licik. Belum lagi serangan itu menyambar, tubuhnya berputar dan secepat sambaran kilat menerjang ke arah Sangkoan It. Sementara itu Sam ciang lam kok (tiga pukulan sudah dilewati) Sangkoan It berdiri, dengan telapak tangannya disilangkan didepan dada. Sedari tadi ia sudah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Im yang him tertawa terbahak-bahak, bagaikan bunyi genta yang menggelegar diudara. Pelan pelan sepasang telapak tangannya didorong ke depan. Sangkoan It membentak keras segenap tenaga dalam yang dihimpun ke dalam telapak tangan kiri dan kanan itu susul menyusul dilontarkan ke depan. Tapi Sangkoan It segera merasakan semua pukulan yang dilepaskan itu seakan akan dibendung oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat yang tak terlukiskan dengan kata-kata, mendadak sontak semua kekuatannya itu mental kembali kebelakang. Padahal pada waktu itu Sangkoan It sedang bersiap-siap untnk menerjang maju kemuka, ketika secara tiba tiba menjumpai bahwa segenap kekuatan serangannya tertahan balik, bahkan lenyap dengan begitu saja ia baru merasa amat terkesiap. Cepat-cepat tenaga dalamnya dihimpun mencapai dua balas bagian lebih kemudian sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kedepan. Siapa tahu semakin kuat Sangkoan It melancarkan serangannya semakin kuat pula tenaga pantulan yang dihasilkan pulang. Sekujur badannya seakan-akan tersambar geledek, mendadak mencelat ke udara setinggi beberapa depa.. Sangkoan It, seorang jago yang sepanjang hidupnya menjagoi dunia persilatan dengan mengandalkan pukulan telapak tangannya, terakhir harus mengalami nasib yang amat tragis. Ketika termakan oleh tenaga pantulan yang sangat dahsyat itu, seketika semua urat nadi dalam tubuhnya putus, isi perutnya juga ikut hancur remuk tak ada wujudnya. Belum sempat mengeluh, dia sudah muntah darah segar dan tewas seketika itu juga. Keberhasilan Im yang him membinasakan seorang jago yang termashur namanya dalam dunia persilatan hanya dalam satu gebrakan ini sungguh mengejutkan Ji Cin peng. Paras mukanya sampai berubah hebat. Ia tahu masa jayanya sudah lewat, sekarang satu-satunya hal yang dipikirkan gadis ini adalah bagaimana caranya melindungi adik Liong nya dari bencana ini, sebab dia tahu Tiang pek sam him adalah manusia manusia buas yang tak kenal perikemanusiaan. Sudah pasti mereka akan melakukan pembasmian sampai keakar-akarnya. Betul juga, setelah berhasil membinasakan Sangkoan It, Im yang him segera berpekik nyaring. Selincah kupu-kupu, ia menerjang ke muka mengejar Han Bu hoa dan Jit poh toan hun Kwik To yang sedang melarikan diri. Sekulum senyuman licik yang penuh kebanggaan tersungging di ujung bibir Ngo kok him cun (Malaikat beruang dari panca lembah). Ujarnya dengan suara menyeramkam, Jika kau tidak menyerahkan Lencana pembunuh naga itu lagi kepadaku, jangan salahkan kalau aku berlaku keji

Seraya berkata pelan-pelan ia mengejar ke depan. Dengan tenang tapi angkuh Ji Cin-peng berdiri kaku ditempat. Telapak tangan kanannya diangkat ke tengah udara.. Ngo kok him cun masih mengejar selangkah demi selangkah. Sekulum senyuman dingin yang menyeramkan semakin menghiasi wajahnya yang mengerikan itu. Walaupun gerak tangan Ji Cin-peng yang diayun ke atas itu dilakukan sangat lambat, tapi akhirnya juga toh terayun pula ke tengah udara. Tangan itu berhenti sebentar disana, kemudian baru diayunkan ke depan menghajar tubuh Ngo kok him cun. Dalam serangan yang dilancarkan ini, ia telah mengerahkan segenap kekuatan terakhir yang dimilikinya. Dia tahu serangan tersebut telah tak berkekuatan lagi. Itu berarti nasib buruk yang mengerikan kian lama sudah kian mendekati hadapannya. Akhirnya serangan tersebut dilepaskan juga. Segulung tenaga pukulan yang sama sekati tidak menimbulkan suara meluncur ke depan dan menerjang tubuh lawannya Ngo kok him cun tertawa dingin, ejeknya. Nona, kau memang tahu kalau kepandaian silatmu hebat dan melebihi siapapun. Sayangnya justru kau telah kehabisan tenaga pada saat ini. Seranganmu itu sudah tidak bertenaga sama sekali. Sembari berrketa telapak tangan kanannya didorong ke muka. Segulung tenaga pukulan yang kuat langsung menyongsong datangnya ancaman tersebut. Bagaimanapun juga Ngo kok him cun sudah terlampau memandang enteng kekuatan serangan dari Ji Cin-peng tersebut. Tendengar dengusan teriakan berkumandang memecahkan keheningan, tah- tahu tubuh Ngo kok him cun sudah terlempar ke belakang sejauh satu kaki lebih dan terjengkang di atas tanah. Kiranya ketika Ji Cin-peng menyaksikan Ngo kok him cun mendesak semakin mendekat, ia telah menghimpun segenap hawa murni yang dimilikinya. Dia ingin melukai musuh tersebut dalam sekali serangan, maka pertama-tama telapak tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dengan ilmu Boan yok sin kang. Haruslah diketahui, Boan yok sin kang adalah semacam kepandaian sakti yang luar biasa kegunaannya. Segenap tenaga serangan yang dilancarkan oleh Ngo kok him Cun itu segera tersapu lenyap hingga tak berbekas oleti serangannya itu. Sedangkan tenaga pentulan yang maha dahstyat itupun segera membalik dan berbalik menyerang diri sendiri. Masih untung kepandaian silat yang dimilikinya terlalu hebat. Walau terancam bahaya pikirannya tak sampai kalut. Hawa murninya segera dihimpun keluar. Telapak tangan

kirinya cepat-cepat melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk membendung tenaga pantulan tersebut. Betul juga sebagian dari tenaga pantulan yang dilancarkan Ji Cin-peng itu berhasil di punahkan. Siapa tahu pada saat itu Ji Cin-peng mengayunkan kembali telapak tangan kanannya melancarkan sebuah totokan maut dengan ilmu jari Thian kangci. Desingan tajam yang memekakkan telinga langsung meluncur ke muka dan menerjang tubuh kakek tersebut. Mimpi pun Ngo kok him cun tidak menyangka kalau Ji Cin-peng masih memiliki tenaga dalam yang demikian sempurnanya meski sudah berada dalam keadaan terluka parah. Sekali salah perhitungan, fatallah akibatnya. Baru saja dia hendak menghimpun tenaga Soat him tee sin kangnya, keadaan sudah terlambat. Terasa dadanya seakan-akan dihantam oleh martil yang beribu-ribu kati beratnya, tak bisa dikendalikan lagi tubuhnya mencelat ke udara dan terlempar keluar arena. Namun keadaan Ji Cin-peng sendiripun amat payah. Setelah terluka parah secara beruntun dia harus melancarkan serangan berulang kali, ini menyebabkan lukanya makin parah. Hawa murninya terasa tersendat-sendat, kepalanya pusing tujuh keliling dan wajahnya pucat pias seperti mayat. Keempat anggota badannya menjadi lemas dan tak ampun lagi tubuhnya roboh terduduk di tanah. Dsngan air mata bercucuran karena sedih Ji Kiu-liong berteriak keras keras, Cici kau lukamu amat parah Ji Cin-peng membuka matanya yang sayu dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, dilihatnya Ngo koh him cun, si beruang berbulu emas, Mao Tam maupun ketua Thian san pay Tong Bu kong sedaag duduk bersila semua untuk mengatur pernapasan. Tahulah gadis itu jika Ji Kiu-liong tidak kabur menggunakan kesempatan ini jelas tiada harapan lagi baginya untuk melarikan diri. Diapun tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Ngo kok him cun amat sempurna, kemungkinan besar sebentar lagi kekuatannya akan pulih kembali seperti sedia kala. Adik Liong rintihnya kemudian dengan air mata bercucuran, kau kau harus segera pergi meninggalkan tempat ini Tidak tidak aku tak akan pergi meninggalkan tempat ini seru Ji Kiu-liong menggertak gigi menahan marah, aku hendak membalaskan dendam bagi cici, sekalipun harus mati aku juga akan membalaskan dendam untuk cici!.

Ji Cin-peng menghela napas panjang, Aaai! Adik Liong, aku memahami perasaanmu. Tapi keturunan keluarga Ji kita tinggal kau seorang yang bisa melanjutkan. Kau musti menuruti perkataan cici. Bila ingin membalaskan dendam untuk cici, tunggulah sampai ilmu silatmu berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi Oooh cici seru Ji Kiu-liong menangis tersedu sedu. Mana mungkin Mana mungkin Aku tega untuk meninggalkanmu Adik Liong kata Ji Cin-peng dengan air mata bercucuran. Jika bertemu dengan Gak toako ceritakanlah kejadian ini kepadanya. Tapi kau tak usah menyinggung soal dendam kesumat antara keluarga kita dengannya. Terutama sekali soal keponakanmu yang berada ditempatnya Lam-hay sinni, dia adalah darah daging Gak toakomu. Suruhlah Gak toako untuk menjumpainya di tempat guruku itu serta merawatnya sendiri Ketika berbicara sampai disitu, paras muka Ji Cin-peng berubah semakin memucat, napasnya juga terengah-engah, terpaksa dia harus pejamkan matanya untuk mengatur pernapasan. Cici kau apakah kau benar-benar hendak meninggalkan aku dan Gak toako seru Ji Kio liong sambil terisak. Ji Cin-peng tertawa getir, katanya, Adik Liong kaya miskin ada di langit, mati hidup sudah ditetapkan takdir. Cepatlah pergi meninggalkan tempat ini. Kalau tidak maka kau akan menjadi orang yang paling berdosa dari keluarga Ji. Tidak berbakti ada tiga, tak punya keturunan merupakan yang terutama, hayo cepat pergi, cepat tinggalkan tempat ini! Ji Kiu-liong adalah seorang pemuda yang cerdas walaupun berada dalam suasana perpisahan antara mati dan hidup yang menyedihkan, tapi ia cukup tahu keadaan dan bisa membedakan enteng beratnya persoalan. Sambil menggigit bibir menahan cucuran air matanya, pemuda itu lantas berkata, Cici, percayalah, bila adik Liong ini tidak mampu membalaskan dendam bagimu, aku bersumpah tak akan hidup sebagai seorang lelaki dari keturunan keluarga Ji Selesai berkata dia membalikkan badan dan melotot sekejap kearah Ngo kok him cun si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan Mao Tam dan Thian san ciang bunjin Tong Bu kong dengan sorot mata penuh kebencian. Kemudian tanpa mengucapkan separah katapun segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berlalu dari situ. Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Memandang kepergian adik kandungnya itu tanpa teraaa air mata Ji Cin-peng jatuh bercucuran dengan derasnya.

ooOOOoo KENTONGAN ketiga baru saja menjelang. Bunyi jangkrik dan binatang kecil lainnya berbunyi amat memekikkan telinga. Kecuali bunyi binatang binatang kecil itu, jagad serasa sunyi, sepi daii tiada sedikit gerakan apa pun. Rembulan bersinar terang jauh di awang awang dan memancarkan cahaya keperak perakan keempat penjuru dunia. Perkampungan rahasia yang luas dipulau terpencil itu tampak lebih menyeramkan dan menggidikkan hati Orang. Ditengan sebuah halaman kecil yaag indah di banguuan sebelah timur berdiri termangu seorang pemuda baju hijau yang menyoren pedang antik dipunggungnya. Sejak kentongan kedua ia sudah berdiri termangu seorang diri ditempat itu. Helaan napas panjang bergema dari bibirnya, lalu pemuda itupun bergumam. Mengapa nona Bwe belum juga datang? Dengan kedudukannya dan wataknya tak mungkin akan mengingkari janji Aaai, bukannya aku Gak Lam-kun terlampau romantis. Sesungguhnya aku tak kuasa untuk menangkan rasa pergolakan hatiku terhadap keanggunannya sebab ia begitu mirip dengan Ji Cin-peng Seusai bergumam, kembali ia mendongakkan kepalanya memandang awan diangkasa, sekali lagi hatinya terasa amat murung dan kesal. Pemuda itu merasa bahwa kehidupan manusia begitu mirip dengan awan yang melayang diangkasa. Membuat orang sukar menduga akhir dari kehidupannya bahkan apa yang bakai terjadi dalam sekejap kemudian. Yaa, Gak Lam-kun waktu itu benar-benar meresapi bahwa awan putih yang tebal sesungguhnya merupakan suatu perlambang bagi kehidupan manusia didunia ini. Tiba tiba terdengar helaan napas panjang berkumandang dari belakang tubuhnya. Engkoh Gak mengapa kau berada disini seorang diri? Apa yang sedang kau lakukan disini? Terkesiap Gak Lam-kun setelah mendengar teguran itu. Dengan cepat ia membalikkan badannya, terlihat si nona baju perak yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan itu sedang melangkah mendekat dengan gerakan tubuh yang ringan. Gak Lam-kun segera menghela napas sedih katanya, Mengapa kau belum tidur juga?

Selapis rasa kesal dan sedih menghiasi wajah si nona baju perak yang cantik, sahutnya, Ujung tembok menutupi daun jendela. Asap tipis menyelimuti wajah, rembulan serasa hamba. kekasih ada di mana? Oh engkoh Gak Ketika mengucapkan kata kata tersebut, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang murung itu. Gak Lam-kun segera menghampirinya, lalu berbisik lirih. Adik Ping, mengapa kau? Diambilnya secarik sapu tangan dan disekanya air mata yang membasahi pipinya itu dengan penuh kelembutan dan kehangatan, sikapnya itu amat mesra. Tampaklah dari balik sepasang mata si nona baju perak yang besar, air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Tapi sekulum senyuman muncul diujung bibirnya dengan manis pelan-pelan dia memejamkan matanya dan bersandar dalam pelukan pemuda itu. Engkoh Gak. apakah kau sedang menunggu Bwe Li-pek? tegurnya. Gak Lam-kun mengangguk Benar, aku ada urusan hendak dibicarakan dengannya, karena itu aku harus bertemu dengannya! Nona berbaju perak segera mencibirkan bibirnya, dengan nada cemburu dia bertanyalagi, Engkoh Gak, cintakah kau kepadanya? Gak Lam-kun tidak menyangka kalau gadis itu bakal mengajukan pertanyaan secara terang-terangan. Dia tahu perempuan itu paling mudah cemburu apalagi dia telah mencintai dirinya sedemikian rupa, tak nanti dia akan ijinkan orang lain untuk terjun pula dalam kancah percintaannya dengan pemuda tersebut. Berpikir demikian Gak Lam-kun segera berkata.: Adik Ping. Kau tak usah berpikir yang bukan-bukan. Aku pasti akan mendampingimu selama hidup Mendengar janji tersebut sekulum senyuman yang manis dan hangat kembali menghiasi wajahnya yang cantik. Dalam sekejap itu pula perasaannya terasa lega dan terbuka, katanya: Engkoh Gak. kalau begitu bagaimana kalau kita hidup tenang dalam istana kaca Siu bing kiong yang didirikan oleh Kiu tiong-kiongcu Ku Yang-cu itu? Aku pasti akan melayanimu secara baik-baik. Aku dapat memberikan seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan kepadamu. Waktu itu kita tak akan banyak ribut dengan seorang persilatan, sepanjang hari memetik harpa bermain pedang untuk menghibur diri Sesungguhnya si nona berbaju perak itu adalah seorang gadis aneh yang aneh pula wataknya. Ia tinggi hati, terlalu egois dan tahunya menang sendiri. Tapi ketika ia sudah menjadi istrinya Gak Lam-kun, watak yang aneh itu ternyata seratus delapan puluh derajat mengalami perubahan yang besar. Ia berubah menjadi begitu romantis, begitu

polos dan lembut, seakan akan sama sekali tiada hubungannnya dengan keanehan serta keeksentrikan wataknya dimasa lalu. Gck Lam-kun merasa terharu sekali setelah menyaksikan ketukusan dan dalamnya cinta orang, diam diam ia berpikir di hati, Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun, sekarang kau sudah mempunyai seorang istri yang paling cantik didunia ini, apakah kau masih belum merasa puas? Apakah kau tidak merasa tindakanmu sekarang telah menyakiti hati Adik Ping. Berpikir sampai disitu, timbul perasaan dihati kecil Gak Lam-kun. Ia merasa hatinya hancur lebur menjadi berkeping-keping. Dipeluknya tubuh gadis itu dengan hangat dan mesra, tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan. Hanya titik air mata yang jatuh berlinang membasahi wajah gadis cantik itu. Tiba tiba nona berbaju perak itu membelalakkan sepasang matanya, kemudian katanya sambil tertawa, Engkoh Gak, sedihkah hatimu? Tidak Aku aku terlalu gembira sahut pemuda itu seraya menggeleng. Sehabis berkata, ia menundukkan kepalanya dan mancium bibirnya dengan mesra. Ehmm kau jahat bisik nona berbaju perak itu dengan wajah memerah. Menyaksikan pipinya yang merah karena jengah, Gak Lam-kun merasa makin dipandang gadis itu semakin mempesona hati, sehingga tanpa terasa ia membelai rambutnya dengan mesra dan timbul perasaan nyaman dan hangat yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Pelan-pelan gadis berbaju perak itu memejamkan matanya. Sekulum senyuman manis masih menghiasi ujung bibirnya, seakan-akan ia merasa bahwa detik itu merupakan detik yang paling bahagia dalam sejarah hidupnya selama ini. Gak Lam-kun memperlihatkan sekejap matanya yang besar dan jeli itu, senyuman manis yang menghiasi bibirnya dan sorot matanya yang lembut dan penuh kemesraan itu, tanpa terasa dia menghela napas dalam hati pikirnya. Kenapa aku Gak Lam-kun pernah merasakan kebahagiaan hidup seperti sekarang ini? Sejak mendapatkan Ji Cin-peng sebagai istriku, kini aku mendapat pula seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan sebagai istriku pula. Aaai semoga Thian melimpahkan rahmatnya kepada kami sehingga bisa hidup bahagia sampai akhir masa nanti. Gak Lam-kun memajamkan matanya rapat-rapat dan diam-diam berdoa didalam hati. Tiba tiba terdengar nona berbaju perak itu berseru, Engkoh Gak, aku ingin memberituhukan sebuah rahasia besar kepadamu. Mau dengar tidak?. Mendengar ucapan tersebut, bagaikan baru sadar dari impian, cepat-cepat pemuda itu bertanya, Rahasia apa?

Kau bersedia tidak untuk mendengarkan? Menyaksikan wajahnya yang manja dan manis itu, apalagi kalau sedang aleman begini, kecantikannya terasa bertambah mempesonakan hati, tanpa terasa sahutnya berulang kali, Aku bersedia! Aku bersedia! Cepatlah kau katakan! Nona berbaju perak itu menatap wajah Gak Lam-kun lekat-lekat, kemudian bertanya, Engkoh Gak, beritahu kepadaku secara terus terang, sesungguhnya gurumu Yo Long sudah mati atau belum? Pertanyaan itu sangat mencengangkan hati Gak Lam-kun. Ia tidak habis mengerti apa sebabnya gadis itu mengajukan pertanyaan seaneh itu. Adik Ping. mengapa kau mengajukan pertanyaan tersebut? tegurnya kemudian. Sepasang mata nona berbaju perak itu merah karena sedih bisiknya, Tahukah kau asal usulku? Diam-diam Gak Lam-kun merasa menyesal, pikirnya, Yaa, benar! Aku telah menjadi suami istri dengannya tapi asal usulnya masih belum kuketahui dengan jelas. Bukankah kejadian ini lucu dan menggelikan sekali? Berpikir demikian, dia lantas tersenyum, katanya, Bukankah kau putrinya Soat san thian li? Kau hanya tahu itu saja, tahukah kau siapa nama ibuku? Merah padam selembar wajah Gak Lam-kun lantaran jengah, sahutnya agak tergagap, Sungguh menyesal aku. Nona berbaju perak itu menghela napas panjang, katanya, Dalam dunia dewasa ini, mungkin hanya gurumu seorang yang mengetahui asal usul ibuku Padahal aku sendiripun tidik tahu siapakah nama ibuku yang sesungguhnya. Aku hanya lahu dia orang tua bernama Gi-gi Gak Lam-kun menjadi amat keheranan, segera tanyanya, Adik Ping, apakah ibumu tak pernah memberitahukan kepadamu siapakah nama lengkapnya?. Kalau begitu siapakah ayah-mu? Nona berbaju perak itu tak kuasa menahan rasa sedihnya lagi setelah mengenang kembali asal usulnya yang mengenaskan itu tanpa terasa titik air mata kembali jatuh bercucuran membasahi pipinya. Gak Lam-kun mengeluarkan sapu tangan dan menyeka air mata yang membasahi pipinya itu, kemudian berbisik, Adik Ping, aku benar-benar tidak mengerti kau memiliki asal usul semacam ini

Tiba tiba nona berbaju perak itu tertawa kembali, katanya, Asal kau benar benar mencintaiku, aku tak akan pernah merasakan sedih lagi dengan asal usulku yang mengenaskan itu Ucapan tersebut sangat menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Sekalipun hanya sepatah kata yang sederhana tapi sudah terpancar betapa dalamnya cinta gadis itu kepadanya. Itu berarti dia sendiri tak boleh sampai menyia-nyiakan limpahan rasa sayangnya itu. Adik Ping kau jangan kuatir janjinya, sampai mati aku Gak Lam-kun akan tetap mencin-taimu Engkoh Gak tahukah kau barusan mengapa aku bertanya soal gurumu? Karena lamatlamat menurut dugaanku ayahku besar kemungkinan adalah gurumu sendiri Yo Long Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, seruuya, Apa? Hal ini hal ini mana bisa jadi? Sejak aku tahu urusan, ibu sudah malai mengajarkan aku membaca buku, bermain khim. Tapi setiap kali aku bertanya soal ayahku, wajahnya selalu memucat dan menangis dengan sedih. Dia bilang ayahku sudah lama meninggal dunia, dia suruh aku baik-baik berlatih memetik harpa serta ilmu silat, agar setelah dewasa nanti bisa pergi membunuh seorang musuh besarnya. Selama enam tujuh tahun lamanya selain ibu mengajarkan ilmu syair dan ilmu silat, mengenai soal jago-jago dalam dunia persilatan serta watak manusia di dunia luar boleh dibilang tak pernah membicarakannya. Dia selalu membungam dalam seribu bahasa, bahkan nama margaku pun tak pernah mau dikatakan. Akan tetapi sebelum dia orang tua meninggal dunia, ternyata dia telah menyerahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku. Ia berpesan agar aku datang ke pulau terpencil ini dan menunggu kedatangan Tok liong cuncu Yo long. Ia suruh aku memetikkan khim baginya. Waktu itu aku bertanya kembali siapakah nama margaku sebab bila seorang tidak memiliki nama marga berarti dia adalah anak jadah, aku tidak ingin seorang anak yang tidak berbapak. Apakah ibumu memberitahukan kepadamu siapa nama margamu? tukas Gak Lam-kun Nona berbaju perak itu menghela napas panjang, sahutnya. Ketika kuajukan pertanyaan ini, sekujur tubuh ibu segera mengejang keras, akhirnya ketika ia menyebutkan bahwa aku she Yo. Dia orang tua telah menghembuskan napasnya yang penghabisan Gak Lam-kun segera menghels napas panjang pula. Aaai ilmu silat yang dimiliki Soat san-thian li tiada tandinganya diseluruh dunia, mengapa dia bisa meninggal secara tibatiba..? Pada saat itu, si nona berbaju perak itu sudah tak dapat menahan rasa sedihnya lagi mengenang kembali kematian ibunya. Air mata bercucuran dengan derasnya, dengan sedih ia berkata, Berhubung terlalu banyak pikiran dan hatinya tak pernah tenang, maka sewaktu melihat sejenis ilmu silat yang maha sakti dia telah mengalami jalan api menuju ke neraka yang mengakibatkan kematiannya

Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas panjang. Bila perasaen tidak tenang pikiran ikut tak tenang, hal mana justru merupakan pantangan bagi orang untuk berlatih ilmu. Apakah dia tidak mengetahui akan hal ini? Mungkin ia lebih suka cepat-cepat mati daripada hidup menanggung sengsara? Kau jangan terlalu bersedih hati, kejadian dimasa lampau bagaikan impian, apa yang sudah lewat biarkan saja dia lewat Engkoh Gak. pekik Yo Ping, si nona berbaju perak itu lirih, semenjak kematian ibu, siang dan malam aku selalu memikirkan hubungan apakah yang sesungguhnya terjalin antara dia dengan Yo Long. Pada akhirnya aku sudah mulai merasakannya secara lamatlamat bahwa besar kemungkinan Tok liong cuncu Yo Long adalah ayahku yang sesungguhnya. Engkon Gak, beritahu kepadaku apakah dia sudah mati? Mari kita pergi mencarinya dan membongkar keadaan yang sebenarnya Adik Ping, kau tak usah bersedih hati. Guruku telah meninggal dunia pada tiga tahun berselang! kata Gak Lam-kun sambil menghela napas sedih. Kalau begitu asal-usulku kan tak bisa ku ketahui sepanjang masa.? Aku rasa masih ada seorang yang mungkin tahu Siapa? Hay sim li yang sinting itu. Asal kita dapat menyembuhkan penyakit yang menderitanya besar kemungkinan dia bisa memberitahu hubungan yang sebenarnya antara guruku dengan ibumu Sekarang Hay sim li berada dimana? Dia pergi mengambil tulang dari guruku. Mungkin masih berada dipulau ini Engkoh Gak, malam sudah semakin kelam, mari kita pulang kcdalam rumah! bisik Yo Ping lirih. Dengan mesra Gak Lam-kun merangkul pinggangnya yang ramping dan menempelkan wajah-nya diatas wajahnya. Sikap itu begitu hangat dan mesra, penuh dengan luapan rasa cinta yang dalam. Pelan-pelan mereka beranjak dan kembali ke ruangan. Tapi baru tiga kaki dia berjalan tiba- tiba dibawah sebatang pahon siang tampak sesosok bayangan manusia berdiri tegak disitu.

Yo Ping menjadi naik pitam ketika dilihatnya ada orang yang begitu berani mengintip perbuatan mereka. Sambil membentak nyaring tangan kirinya diayunkan kedepan siap membinasakan orang itu. Gak Lam-kun yang memiliki sepasang mata yang tajam segera dapat menangkap siapa gera-ngan orang itu, buru-buru serunya. Adik Ping jangan sembarangan bertindak! Tiba tiba orang itu meloloskan pedangnya dan secepat kilat menyambar datang. Cahaya pedang memancar keempat penjuru amat menyilaukan mata dengan jurus Cun han Hau siau (Kabut dingin menyelimuti bukit) ia gulung tubuh kedua orang itu. Liong te, ako! Gak Lam-kun segera berteriak keras. Di bawah sorot sinar rembulan, tampaklah bahwa orang itu tak lain adalah Ji Kiu-liong. Dengan wajah penuh kesedihan dan perasaan aei ci Ji Kiu-liong membentak keras. Justru karena aku tahu kalau kau, maka aku hendak membunuh kalian berdua! Bukannya mundur kebelakang. pemuda itu malah maju menerjang ke muka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Adik Liong, kau..? Berbareng deegan bentakan yang berat, tangan kirinya secepat kilat mencengkeram kedepan. Aduuhh! Diiringi jeritan tertahan, pedang ditangan Ji Kiu liong itu tahu-tahu sudah dipukul rontok keatas tanah oleh serangan dari Gak Lam-kun itu. Ji Kiu-liong membentak amat gusar. Sepasang telapak tangannya secara beruntun melepaskan tiga buah serangan berantai dan sebuah tendangan kilat. Kaki dan tangan digunakan bersama itulah jurus ampuh yang diwariskan Gak Lam-kun kepadanya. Ketika dilihatnya pemuda itu menyerang bagaikan orang kalap, bahkan begitu turun tangan lantas mempergunakan jurus-jurus serangan yang dahsyat dan mematikan, Gak Lam-kun menjadi tertegun dan tidak habis mengerti. Dia tak tahu apa sebabnya Ji Kiuliong bisa melancarkan sergapan maut kepadanya? Gak Lam-kun dan Yo Ping segera memutar tubuhnya dan secara aneh dan gesit dia menghindarkan diri sejauh tiga depa lebih dari posisi semula. Dengan gusar Gak Lam-kun segera membentak keras, Adik Liong, kau jangan bergurau terus, hayo cepat hentikan seranganmu itu!

Benar juga. Ji Kiu-liong segera menghentikan serangannya. Dengan sepasang mata melotot lebar diawasinya Gak Lam-kun lekat lekat. Titik air mata jatuh bercucuran membasahi pakaiannya. Ia tampak amat sedih dan tersiksa, mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa. Dari sakunya Gak Lam-kun mengeluarkan sapu tangan dan menyeka air mata yang membasahi wajah Ji Kiu-liong, kemudian dengan suara lirih dia bertanya, Adik Liong, apa yang telah terjadi denganmu? Ji Kiu-liong tidak menjawab, dia malah menangis tersedu sedu. Menyaksikan tindak tanduk pemuda itu, Gak Lam-kun semakin tertegun lagi lagi dibuatnya sehingga ia menjadi melongo dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan cepat dia berseru, Adik Liong, apakah nona Bwe sudah tertimpa sesuatu kejadian besar? Sambil menangil terisak kata Ji Kiu-liong, Engkoh Gak, terima kasih kuucapkan atas perhatianmu Selama banyak tahun kepadaku. Hari ini hubungan kita sudah berakhir. Sejak sekarang kita akan berpisah untuk selama-lamanya. Kau. baik-baiklah menjaga dirimu Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari tempat itu. Gak Lam-kun menjadi sangat gelisah, teriaknya keras keras, Adik Liong, adik Liong, harap tunggu dulu. Kau harus menjelaskan dahulu apa yang telah terjadi! Pada waktu itu perasaan Ji Kiu-liong amat sedih bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau. Terhadap teriakan dari Gak Lam-kun, hampir tak digubris olehnya. Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas ditelan kegelapan. Pelan- pelan Yo Ping menghampirinya dan berkata, Engkoh Gak. bocah itu telah menghina dirimu. Biarkanlah dia pergi dari sini! Gak Lam-kun mengaela napas panjang. Adik Ping! katanya, tunggulah aku di dalam istana Sui cin kiong sebentar aku datang! Sehabis berkata dia telah membalikkan badannya dan siap pergi meninggalkan tempat itu. Paras muka Yo Ping segera berubah hebat. Engkoh Gak, kau.. Maafkanlah aku Adik Ping. Aku tak dapat membiarkan bocah itu pergi dengan begitu saja. Ia perlu pengawasan dariku!

Sehabis berkata, secepat sambaran kilat Gak Lam-kun berlalu dari sana mengejar kemana Ji Kiu-liong melenyapkan diri tadi. Menyaksikan bayangan punggung Gak Lam-kun yang lenyap dari pandangan, air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Yo Ping. Rasa sedih yang amat tebal menyelimuti wajahnya. Dia bergumam seorang diri, Lelaki bedebah, rupanya mulutmu saja yang manis. Rupaya kau lebih mencintai orang she Bwe itu daripada kepadaku? Bergumam sampai disitu selapis hawa napsu membunuh amat tebal segera memancar keluar diatas wajah Yo ping yang dingin bagaikan es itu, serunya lagi dengan gemas, Baik! Kalau ingin mati, kita akan mati bersama! Perempuan memang sebagian besar berhati culas dan curiga. Apalagi terhadap masalah kecil yang sepele, biasanya mereka akan memandangnya amat serius dan berat. Bila suatu persoalan sudah menyusup dalam benaknya maka masalah itu seakan akan selalu merongrong hatinya. Makin dipikir persoalan yang mulanya kecil itu akan makin di besar-besarkan sehingga akhirnya akan rnenciptakan suatu tragedi yang akan disesalinya setelah semua itu telah terjadi. Begitu pula dengan keadaan Yo Ping sekarang. Dia mengira Gak Lam-kun telan menghianati cintanya. Dia menganggap pemuda itu lebih mencintai gadis lain daripada mencintainya. Ini membuat gadis tersebut makin dipikir semakin marah, akhirnya kobaran api yang membara dalam dadanya mendorong hawa napsu membunuhnya. Ini pula akibatnya dia melangkah ke suatu jalan yang salah yang akhirnya nyaris mengakibatkan kematian banyak orang. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ji Kiu-liong? Mengapa secara kebetulan dia dapat berjumpa dengan Gak Lam-kun serta Yo Ping disana? Kiranya setelah senja menjelang tiba tadi, Ji Kiu liong telah meninggalkan Ji Cin peng. Ia tahu ingin melepaskan diri dari cengkeraman Tiang pek sam him, maka tak boleh ia tinggalkan tempat itu. Maka pemuda tersebut bersembunyi di suatu sudut dari bangunan tersebut. Menanti kentongan keempat sudah menjelang, tiba-tiba ia teringat kembali janji Gak Lam-kun dengan kakaknya itu. Maka secara diam-diam dia menyelinap masuk ke dalam. ruangan bangunan itu. Apa mau dibilang pada saat itulah ia menyaksikan adegan mesra antara Gak Lam-kun dengan Yo Ping. Hal ini kontan saja membangkitkan rasa sedih dan sakit hatinya. Terbayang kembali kakaknya yang bernasib jelek, hidup sengsara sepanjang masa bukankah kesemuanya itu karena cinta kasihnya kepada Gak Lam-kun?

Benar dia kurang begitu jelas tentang dendam keluarganya, tapi ia tidak menyangkal bahwa kesengsaraan yang dialami kakaknya tak lain adalah hasil perbuatan dari Gak Lam-kun. Bagaimanapun juga Gak Lam-kun wajib memikul tanggung jawab ini. Cinta kasih kakaknya terhadap pemuda itu begitu mendalam, begitu suci dan murni sehingga ia rela mengorbankan segala sesuatunya demi pemuda itu. Sebaliknya Gak Lam-kun sendiri. Semakin dipikirkan, Ji Kiu-liong dengan jalan pemikiran kekanak-kanakannya itu semakin mendendam sehingga tanpa terasa api kemarahannya berkobar didalam dada. Itulah sebabnya dengan geram ia melancarkan tusukan maut ke tubuh Gak Lam-kun. Dalam pada itu, Ji Kiu-liong seding berlarian dengan kencangnya. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, kini kakaknya sudah ditawan orang. Mati hidupnya tidak diketahui. Dengan cara apakah dia harus menyelamatkan jiwanya.. Seandainya ia sampai mati, maka keponakanku itu mengapa harus diserahkan kepada Gak Lam-kun Ternyata didalam hati kecilnya itu sudah mengambil keputusan untuk memikul tanggung jawab untuk mendidik bocah kecil itu. Dia tak rela menyerahkan keponakannya itu kepada Gak Lam-kun, sebab bagaimanapun juga bocah itu dilahirkan oleh kakaknya. Dalam sekejap mata, Ji Kiu-liong sudah berada di pantai laut sebelah barat, memandcang gulungan ombak di samudra yang bewarna biru kehitam-hitaman itu. Ia duduk termangu. Angin dingin berhembus lewat membuat ombak menggulung makin ganas. Kobaran api amarah yang membara daiam dadanya, pelan-pelan mulai mereda dan membuyar Dengan begitu, otaknya juga mulai dingin. Kesadarannya mulai pulih kembali seperti sediakala. Tapi ia menangis, menangis tersedu-sedu persis seperti seseorang anak kecil. Kemudian, dari belakang tubuhnya tiba-tiba kedengaran seseorang menghela napas panjang. Adik Liong, kesedihan apakah yang kau alami, sehingga membuat batinmu begitu tertekan. Kenapa kau tidak menjelaskan kepadaku? Tahukah kau bila kau sampai berbuat demikian, aku merasa malu kepada kakakmu dialam baka. Aku merasa seakanakan tak sanggup menanggung pertanggungan jawab ini Ji Kiu-liong makin meledak tangisannya. Tiba-tiba ia melompat bangun dari menjatuhkan diri ke dalam pelukan Gak Lam-kun.

Adik Liong! kata Gak Lam-kun sambil menepuk bahunya, sebagai seorang lelaki sejati, tidak pantas kau melelehkan air mata dengan begitu saja. Bila ada persoalan, katakanlah secara terus terang! Gak toako!, kata Ji Kiu-liong, sambil menahan isak tangisnya. Aku Aku merasa bersalah kepadamu. Kasih sayang yang diperlihatkan Gak Lam-kun itu sangat mengharukan Ji Kiu-liong. Sebagaimana diketahui seorang bocah adalah paling gampang terpengaruh emosinya, tapi paling gampang pula dibikin terharu. Tidak terkecuali Ji Kiu-liong sendiri. Kau jangan bersedih hati kata Gak Lam-kun lagi. aku tahu didalam hati kecilmu pasti terdapat kesulitan yang tak mampu diutarakan dengan kata-kata Ji Kiu-liong semakin tergetar perasaannya, tak tahan lagi dia lantas berteriak keras, Engkoh Gak, cici ku telah ditawan oleh Tiang pek sam him.! Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun mengerutkan dahinya rapat-rapat lalu berkata, Ilmu silat yang dimiliki nona Bwe sangat lihay, bagaimana mungkin ia bisa.. Nona Bwe adalah kakak kandungku. Dia adalah enci Cin peng! seru Ji Kiu-liong lagi dengan pedih. Ibarat disambar geledek di siang hari bolong Gak Lam-kun merasakan benaknya serasa benaknya terasa kosong. Tak terasa, dengan suara gemetar, bisiknya agak tergagap, Apaa.. apaa kau bilang? Nona Bwe adalah Cin peng? Sedang mimpikah aku ini? Engkoh Gak mengapa kau tidak percaya? teriak Ji Kiu-liong Ia telah melahirkan seorang anak lelaki untukmu. Dia benar-benar adalah kakak kandungku Gak Lam-kun berusaha keras untuk menekan pergolakan perasaan dalam hatinya ia berkata lirih, Adik Liong, sesungguhnya apa yang telah terjadi? Cepat kau terangkan kepadaku Secara ringkas Ji Kiu-liong lantas menceritakan bagaimana Ji Cin-peng mengakui keadaannya serta bagaimana terjadinya pertarungan dengan Tiang-pek sam him, sehingga mengakibatkan tertawannya dia. Cuma dia secara sengaja telah merahasiakan hubungan dendam keluarganya dengan si anak muda itu. Seusai mendengar kisah tersebut, Gak Lam-kun lantas bergumam, Dia adalah adik Peng. Yaa dia memang mirip sekali dengan Adik Peng. Baik raut wajahnya maupun potongan badannya. Tapi kenyataan ini serasa sukar diterima dengan akal. Yaa Yaa! Dia pasti adalah Ji Cin-peng. Dia benar-benar adalah Ji Cin-peng. Oooh adik Peng adik Peng mengapa kau harus meninggalkan kami? mengapa..?

Belum pernah pikiran dan perasaan Gak Lam-kun sekalut sekararg ini. Sedemikian kalutnya kepala terasa menjadi pusing tujuh keliling. Ji Kiu-liong segera berkata, Cici meninggalkan kita hampir setahun karena ia hendak melahirkan anak itu. Gak Lam-kun menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian berkata, Kiu-liong, kau jangan berbohong. Setelah melahirkan anak itu, mengapa tidak datang mencari kita berdua? Ji Kiu-liong merasa amat terkejut pikirnya. Aduuuh celaka? Bila ia sampai menaruh curiga, habislah sudah segala galanya Berpikir demikian, dengan cepat Ji Kiu-liong berkata. Cici meninggalkan kita tentu saja karena ia mempunyai rahasia yang tak bisa diungkapkan kepada orang. Apa salahnya bila kau tanyakan sendiri persoalan tersebut kepadanya dikemudian hari? Gak Lam-kun manggut manggut. kemudian ia bertanya lagi dengan cemas, Adik Liong, bagaimana keadaan lukanya? Luka yang dideritanya itu parah sekali jawab Ji Kiu-liong dengan sedih. Mungkin sekali akibat lukanya itu bisa mempengaruhi jiwanya. Andaikata ia mati. sungguh kasihan keponaklanku itu. Dia tak akan bisa merasakan kasih sayang dari ibunya lagi! Mendengar itu dengan geram Gak Lam-kun menggigit bibirnya menahan rasa gusar dan bencinya dihati. Ia bersumpah. Tiang pek san him wahai Tiang pek san him apabila Ji Cin-peng sampai mengalami sesuatu cedera, aku Gak Lam-kun bersumpah akan membumi ratakan Ngo kok kosu kalian dan mencincang tubuh kamu bertiga..! Diam diam Ji Kiu-liong merasa girang setelah mendengar perkataan itn, serunya dengan cepat, Engkoh Gak. Mereka sudah berangkat semalam lebih awal, bila kita mengejarnya sekarang jaga mungkin ditengah jalan masib bisa menghalangi jalan pergi mereka Mendengar perkataan itu, bagaikan baru sadar dari impian Gak Lam-kun segera berseru, Adik Liong, perjalanan menuju kebukit Tiang pek san jauh sekali, apakah kau hendak ikut? Gak toako, apakah kau suruh aku berada di sini seorang diri tiap hari sambil menanggung derita? Gak Lam-kun segera manggut manggut Kalau begitu urusan tak bisa ditunda lagi, mari kita segera berangkat..! Selesai berkata Gak Lam- kun dan Ji Kiu-liong segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa. Setibanya dipantai, dengan sampan mereka berangkat meninggalkan pulau terpencil itu, kemudian dengan dua ekor kuda jempolan berangkat menuju ke bukit Tiang pek san.

Perjalanan dilakukan dengan kecepatan luar biasa, siang malam terus berjalan untuk mengejar waktu. Dalam waktu belasan hari kemudian tibalah ke dua orang itu diperbatasan. Sepanjang jalan mereka selalu mencari kabar tentang rombongan Tiang pek-sam him, tapi tak pernah ada berita yang didapatkan. Perasaan hati Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong bertambah berat dan murung. Mereka melanjutkan perjalanannya makin cepat. Sepanjang jalan kedua orang itu jarang berbicara. Kurang lebih tujuh-delapan hari kemudian tibalah kedua orang itu di wilayah Tiang pek-san. Oleh karena jalan yang tidak hapal. setelah naik keatas bukit selama hampir tiga hari lamanya mereka tak pernah melihat ada jejak manusia, apalagi rasa haus yang luar biasa. Tak setetes airpun yang bisa dipakai untuk mengusir dahaga. Hari itu, mereka berdua kembali melewati sebuah tebing karang yang sangat curam dan tiba dipuncak bukit sebelah utara. Sepanjang mata memandang meski tampak tanah rerumputan yang terpentang luas, namun tak setetes air pun yang ditemukan. Tenaga dalam yang dimiliki Ji Kiu-liong agak cetek. Setelah melakukan perjalanan selama dua puluh hari lebih tanpa berhenti, ia sudah kepayahan dan kehabisan tenaga, tapi ia tetap bertahan ,untuk melanjutkan perjalanan. Gak Lam-kun tahu, bila tidak berhasil menemukan air lagi disekitar tempat itu, niscaya Ji Kiu-liong tak akan kuat untuk menahan diri lebih jauh. Gak Lam-kun termenung beberapa saat lamanya. Mendadak secara lamat-lamat ia menangkap suara yang amat lirih berkumandang datang dari dinding karang sebelah kanan. Satu ingatan segera melintas dalam benaknya, dengan menelusuri dinding bukit tersebut dia bergerak menuju ke sebelah kanan. Lebih kurang seratus kaki kemudian, tampak sebatang pohon siong yang amat besar tumbuh tegak didepan sana. Suara percikan air tadi terdengar menggema datang dari dinding tebing di belakang pohon siong yang amat besar itu. Ji Kiu iioag segera merasakan semangatnya berkobar kembali, teriaknya keras keras, Gak toako disitu ada air! Gak Lam-kun segera menyingkap daun pohon siong yang lebat itu dan melongok kedepan. Dimuka situ tampaklah sebuah gua yang tingginya mencapai ketinggian seorang manusia. Segulung angin sejuk berhembus lewat dari balik gua itu membawa bau harum yang semerbak.

Gak Lam-kun segera berpikir, Jikalau dari gua tersebut bisa berhembus keluar angin sejak, itu menandakan kalau gua tersebut tak akan terlalu dalam Ia lantas berpaling seraya berkata, Ikutlah dibelakangku! Seraya berkata dia lantas miringkan badan sambil melangkah masuk kedalam telapak tangannya yang sebelah melindungi dada, sementara tangannya yang lain disiapkan menghadapi lawan, selangkah demi selangkah berjalan maju kedepan. Setelah melewati dua buah tikungan, dari depan situ tampak kilatan cahaya terang suara percikan airpun kedengaran makin jelas. Dengan hati girang pemuda itu segera mempercepat langkahnya keluar dari ujung gua tersebut. Tanpa terasa Ji Kiu-liong segera berpekik tertahan, Oooh alangkah indahnya pemandangan alam ditempat ini! Ternyata diluar gua tersebut seolah olah terdapat dunia lain, disana rumput tumbuh amat subur dengan aneka warna bunga yang indah menawan, angin lembut berhembus lewat membawa kelembaban air yeng sejuk. Lebih kurang beberapa tombak jauh didepan sana, tepatnya ditebing sebelah barat tampak pohon siong tumbuh dengan suburnya. Dahan yang melengkung diudara membuat selat sempit yang panjangnya seratus kaki dengan lebar belasan kaki ini terasa rimbun dan nyaman. Ji Kiu-liong dan Gak Lam-kun hanya tertarik untuk menyaksikan keindahan alam di sekitar sana hingga rasa dahagapun sampat terlupakan untuk sesaat. Tiba-tiba dua puluh kaki dari tempat itu berkumandang suara helaan napas.. oooOOOooo WALAUPUN helaan napas itu sangat lirih, tapi bagi Gak Lam-kun yang memiliki tenaga dalam sempurna dapat menangkapnya dengan jelas sekali. Iapun bisa menangkap bahwa suara tersebut berasal dari suara seorang perempuan. Gak Lam-kun merasa terkejut, segera pikirnya, Siapakah dia? Sebab ia merasa suara helaan napas itu agak sedikit dikenal olehnya, itu berarti perempuan itu dikenal pula olehnya. Pelan pelan Gak Lam-kun berjalan menghampiri asal suara dari helaan napas itu. Setelah melewati aneka bebungaan yang indah, akhirnya ditepi sebuah kolam kecil ia menyaksikan seorang gadis berbaju putih sedang duduk termenung disana. Gadis itu duduk dengan punggung menghadap Gak Lam-kun dan wajah menghadap kedepan. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya? Ketika angin sejuk berhembus lewat, rambut dan bajunya yang berwarna putih itu segera berkibar kibar.

Memandang bayangan punggungnya itu, Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, segera pikirnya, Dia?! Bukankah dia adakah Ki Li-soat Sementara itu si nona baju putih itu sedang menghela napas sedih, terdengar ia bergumam seorang diri, Aaai.. sebetulnya aku ingin melepaskan diri dari segala urusan keduniawian. Siapa tahu begitu banyak percobaan yang harus kuhadapi, apakah Thian hendak melimpahkan penderitaan tersebut kepadaku.? Bergumam sampai disitu, dengan suatu gerakan yang enteng dara berbaju putih itu segera bergerak menuju ke puncak sebelah kiri itu dengan gerakan ringan, seakan akan dia tidak menyadari bahwa Gak Lam-kun telah berada belasan kaki dihadapannya. Dalam waktu singkat nona berbaju putih itu sudah tiba diatas puncak bukit itu. Oleh tindak tanduknya yang serba aneh itu Gak Lam-kun dibikin tidak habis mengerti. An-daikata gadis itu benar-benar adalah Ki Li-soat maka itu menandakan kalau ilmu silat yang dimilikinya sudah terhitung nomor satu dalam dunia persilatan, tapi kenapa ia tidak menyadari kalau ada orang sedang mendekatinya? Kalau dikatakan bukan, mengapa nada suara maupun bayangan punggungnya begitu mirip apalagi kalau didengar dari gumamnya tadi tampaknya. Semakin dipikir Gaik Lam-kun semakin keheranan sementara dia masih termenung, tibatiba terdengar suara dari Ji Kiu-liong berkumandang dari belakang, Gak toako, siapakah perempuan itu? Cepat benar gerakan tubuh yang dimilikinya Adik Liong, nantikan aku disini akan kutengok keadaan orang tersebut Seraya berkata Gak Lam-kun segera meluncur ke arah tebing curam yang berbatu karang itu. Dalam beberapa puluh kali lompatan saja, tubuhnya sudah berada diatas tebing itu, setinggi ratusan kaki. Kemudian dalam waktu singkat telah mencapai diatas tebing tersebut. Terasalah derusan angin dingin yang berhembus lewat amat menusuk badan. Ternyata dasar lembah dan puncak tebing itu seolah olah dua buah dunia yang berbeda. Dalam pada itu sinona berbaju putih itu sedang berdiri diatas sebuah batu karang lebih kurang tujuh-delapan kaki dihadapannya. Ia berdiri disana tak berkutik, seakan akan sedang menyaksikan sesuatu benda. Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak anak muda itu. Tanpa terasa dia berjalan pula menuju ke batu cadas tersebut. Ia tahu ilmu silat yang dimiliki gadis itu sudah mencapai puncak kesempurnaan, suara daun yang rontok pada lima kaki dari tubuhpun bisa didengar olehnya dengan jelas. Mungkinkah dia sengaja berlagak tidak mendengar kehadirannya?

Siapa tahu sekalipun Gak Lam-kun sudah tiba dibelakang punggung gadis berbaju putih itu, dia masih tetap tidak memalingkan kepalanya, seakan akan kehadirannya itu sama sekali tidak dirasakan olehnya Akan tetapi, ketika Gak Lam-kun dapat menyaksikan raut wajah si nona dari dekat, ia menjadi benar-benar tertegun, sebab dia memang tak lain adalan Ki Li-soat dari perkumpulan Thi-eng pang. Sesudah termangu beberapa saat lamanya dengan suara rendah Gak Lam-kun segera menegur, Tolong tanya nona, kalau ingin menuju ke Ngo kok koan, jalan manakah yang harus kutempuh? Dari antara kelopak matanya yang lebar, tampak air mata nona baju putih itu jatuh bercucuran dengan wajah sedih dan sayu dia tertawa lirih kemudian tanyanya, Siangkong, tolong tanya ada urusan apakah kau pergi ke Ngo kok koan Gak Lam-kun pura pura berlagak kaget, segera jeritnya tertahan, Kau. bukankah kau adalah nona Ki? Dengan sinar mata penuh pancaran sinar lembut dan kemesrahan, Ki Li-soat bertanya lirih: Gak Siangkong, kau. kau datang kemari mencari siapa? Dengan perasaan agak kaget Gak Lam-kun menghela napas dihati pikirnya. Aaai.. kenapa aku Gak Lam-kun bisa mempunyai begitu banyak persoalan dalam hal cinta? Agaknya dia memang sengaja memancing kedatanganku kemari.. Sebagaimana diketahui, sejak berjumpa dengan Gak Lam-kun, luapan rasa cinta yang aneh lelah menyelimuti seluruh benak Ki Li-soat, tapi sikap Gak Lam-kun terhadapnya sewaktu dipulau terpencil di dekat bukit Kun san itu begitu dingin dan kaku. Lagipula ia dapat merasakan pula bagaimana si nona berbaju perak Yo Ping maupun ketua dari perguruan Panah Bercinta juga menaruh hati kepada pemuda itu, diam-diam kesemuanya ini membuat hati gadis itu menjadi amat sedih hati. Ia sadar, baik dalam soal kecantikan mau pun dalam soal ilmu silat, dirinya masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kecantikan serta kepandaian orang. Timbul suatu perasaan rendah diri dihati kecilnya dan membuatnya menjadi sangat putus asa. Ia tahu cinta semacam ini hanya akan menambah kerengsaraan dan kepedihan dalam hatinya. Ditambah lagi dengan dibubarkannya perkumpulan Thi eng pang, membuat gadis ini merasa hidup terluntang lantung seorang diri tanpa seorang manusia pun yang menaruh perhatian kcpadanya. Maka pandangannya terhadap kehidupan manusia menjadi kecewa sekali, diapun bertekad untuk mengasingkan diri ditempat pengasingan gurunya ini dan selama hidup tidak muncul kembali dalam dunia persilatan.

Tapi rupanya Thian tidak merestui keputusannya itu, tiba-tiba saja Gak Lam-kun telah muncul disitu. Semua perasaan cintanya yang sudah mulai terpendam selama sebulan inipun segera bergolak kembali dengan kerasnya. Kalau bisa, dia ingin memeluk tubuh Gak Lam-kun dan menangis tersedu-sedu. Dia ingin mengutarakan luapan perasaan cintanya yang sudah lama terpendam didalam hatinya ini. Akaa tetapi, ketika dilihatnya Gak Lam-kun sama sekali tidak mengucapkan sepatan katapun. dia menjadi pedih kembali hatinya. Air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya. Aku sudah tahu banyak bercinta akan merdatangkan kepedihan. Siapa suruh aku melibatkan diri dalam masalah semacam itu? Kenapa? Kenapa? Sebetulnya hatiku sudah bersih dan terang apa mau dibilang.. Aaai.! Suaranya begitu pedih, begitu murung, membuat orang turut merasa beriba hati. Gak Lam-kun sendiripun ikut merasa amat sedih, ia tidak tahu mengapa ada begitu banyak gadis yang mencitainya? Mengapa ia harus dibuat pusing oleh masalah semacam itu? Akhirnya sambil menghela napas, Gak Lam-kun berkata, Nona Ki, buat apa kau musti bersikap demikian? Ki-li Soat tertawa sedih, sahutnya. Gak siangkong tak usah kuatir, aku tak akan membuat dirimu menjadi repot. Aku sudah dapat merasakan penderitaan akibat persoalan cinta, apakah aku tak tahu bagaimanakah perasaan orang lain? Kalau toh aku sendiri yang mencari kesengsaraan bagiku sendiri, mengapa pula aku harus mendendam kepada orang lain? Aku hanya benci kenapa nasibku begitu buruk? Mengapa aku tidak berjodoh dengarmu sehingga musti menanggung semua penderitaan dan kepedihan ini? Ucapan tersebut sungguh membuat Gak Lam-kun menjadi terharu, ia merasa Ki-li Soat baik dalam soal kecantikan, budi pekerti mau pun ilmu silatnya tidak kalah dibandingkan dengan isteri yang tercintanya Ji Cin-peng terutama cinta sucinya itu, sungguh membuat orang merasa tak tahan. Yaa sesungguhnya dia memang bisa dibilang tak borjodoh, mengapa ia tidak berjumpa dengannya sedari dulu? Kalau tidak, seperti juga dengan Ji Cin peng, dia akan dicintainya sepenuh hati. Pikir punya pikir, Gak Lam-kun merasakan hatinya semakin murung dan kesal hingga untuk sesaat tak tahu apa yang harus dilakukan. Menyaksikan pemuda itu membungkam diri, Ki-li Soat menghela napas sedih, katanya, Gak siangkong, entah karena persoalan apakah kau datang kebukit Tiang-pek ini? Ketahuilah, ilmu silat yang dimiliki Tiang-pek sam him lihay sekali.

Mendengar perkataan itu, seperti baru sadar dari impian Gak Lam-kun segera berseru, Nona Ki. aku harus segera melanjutkan perjalanan Dari kemurungan dan kesedihan yang menyelimuti wajah pemuda itu, Ki-li Soat segera dapat menebak apa gerangan yang telah terjadi, katanya dengan cepat, Gak Siangkong, Ngo kek koan amat berbahaya dan penuh dengan ancaman bahaya maut. Bila tidak mengetahui tempat yang sebenarnya, kau pasti akan tersesat. Untung saja aku sedang menganggur, aku bersedia menjadi penunjuk jalanmu SUDAH berhari hari lamanya Gak Lam-kun melakukan perjalanan, dia tahu kalau dirinya masih berada ditengah pegunungan tersebut, padahal Ji Cin-peng telah di bekuk Tiang pek sam him dengan tidak di ketahui bagaimana nasibnya. Menolong orang bagaikan menolong api, ia memang sangat membutuhkan seseorang sebagai petunjuk jalan untuk menolong Ji Cin-peng. Maka setelah berpikir sejenak, sambil menghela napas Gak Lam-kun berkata, Bila nona Ki bersedia membantu kami, budi kebaikan ini tak akan aku orang she Gak lupakan untuk selamanya! Sesudah berhenti sejenak, kembali ia berkata lebih jauh, Aaai kali ini aku datang kebukit Tiang-pek san adalah bermaksud untuk menolong istriku. Ia sudah ditawan oleh Tiang pek san him dan mati hidupnya tidak diketahui. Itulah sebabnya sedikit terlambat ditolong bisa mengakibatkan keadaan yang fatal Mendengar perkataan itu, Ki Li-soat merasa amat terkejut mimpipun ia tak menyangka kalau Gak Lam-kun sudah beristri. Bukankah itu berarti setitik harapan yang masih tersisa dalam hatinya ikut lenyap pula kini. Tak terlukiskan rasa sedih Ki-li Soat setelah mendengar perkataan itu, tapi ia masih berupaya keras untuk mengendalikan perasaannya dengan pedih katanya, Gak siangkong, dapatkah kau memberitahukan siapa nama istrimu itu? Dia? Gak Lam-kun segera menghela napas panjang, kau tak akan kenal Tiba-tiba terdengar suara dari Jit Kiu liong berkumandang datang dangan nyaring, Dia adalah kakakku, Ji Cin-peng! Ternyata Ji Kiu-liong telah mendaki naik ke puncak tebing tersebut dari dasar lembah Ki Li-soat menjerit kaget serunya, Sudah kenalkan aku dangan orangnya? Siapakah dia? Dangan wajah murung jawab Gak Lam-kun lirih, Kalau dibicarakan sesungguhnya panjang sekali, dia bukan lain adalah ketua perguruan panah bercinta Bwe Li pek adanya!

Mendengar perkataan itu, Ki Li-soat segera tersenyum katanya, Ooooh.. rupanya kalian sudah menikah selamat, selamat!. Gak Lam-kun tahu bahwa dia salah paham maka ujarnya kembali. Nona Ki, kami sudah menikah hampir dua tahun lamanya, malah sudah berputra seorang Sungguh? seru Ki li-Soat dengan kening berkerut. Sesungguhnya kejadian ini tak bisa diceritakan dengan sepatah dua patah kata saja. Aaaai.! Sebenarnya aku sendiripun mengira ia sudah berpulang kealam baka, karena itu aku tidak me-nyangka kalau Bwe Li pek sebetulnya tak lain adalah istriku sendiri yang telah tiada selama dua tahun itu Ketika dilihatnya Ki Li-soat makin kebingungan, pemuda iia segera berkata kembali, Nona Ki, jika kau tidak keberatan akan kukisahkan jalannya peristiwa ini pelan-pelan Ki Li-soat segera manggut-manggut. Duduklah dulu dalam batu disebelah sana, akan kusiapkan dulu sedikit makanan kemudian kita berangkat ke Ngo kok koan Ki Li-soat, Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong segera berangkat menuruni tebing batu karang ter-sebut. Ki Li-soat membawa Gak Lam-kun menuju ke tebing bawah bukit itu, lalu sambil menunjuk sebuah gua batu didepan sana, katanya sambil tertawa, Gua batu ini adalah tempat yaag dipakai mendiang guruku untuk melatih diri. Selama satu bulan belakangan ini, aku berdiam dalam gua ini dengan siang malam berlatih pedang, bila diwaktu senggang seringkali aku membaca kitab kuno untuk menambah pengetahuan Ketika mengucapkan kata kata tersebut nada suaranya kedengaran amat sedih sekali membuat Gak Lam-kun merasa amat simpatik, dia ikut kasihan kepadanya. Ia merasa begini cantiknya gadis itu, jika harus memendam masa remajanya diatas bukit yang terpencil, sesungguhnya, hal ini merupakan sesuatu kejadian yang tragis. Diam-diam Gak Lam-kun mengamati gua batu itu. Dilihatnya dalam gua kurang lebih empat kaki dengan lebar satu kaki. Suasana dalam ruangan gua sangat bersih dan nyaman. Setelah masuk kedalam gua, disudut kanan terdapat sebuah ruangan batu, mungkin disitulah Ki Li-soat berdiam selama ini. Empat penjuru dinding ruang batu licin dan putih bersih seperti kemala, empat buah kursi batu yang indah dengan sebuah batu besar yang terbuat dari batu granit menghiasi ruangan tengah. Disudut ruangan sebelah belakang terdapat sebuah tempat pembaringan. Meskipun amat sederhana perabotnya tapi tampak rapi dan bersih.

Diam diam Gak Lam-kun harus memuji kehebatan Ki Li-soat. Yaa Remaja manakah didunia ini yang bersedia hidup sengsara dan sederhana diatas bukit macam ini, apalagi bila ia memiliki wajah yang cantik. Begitulah menggunakan sedikit waktu senggang yang tersedia itu, Gak Lam-kun dengan perasaan yang paling pedih menceritakan kisah hubungannya dengan Ji Cin-peng dimasa lalu Selesai mendengar penuturan tersebut, Ki Li-soat menghela nafas sedih, katanya. Untung saja tak lama kemudian kalian akan berkumpul kembali. Semoga kalian bisa hidup bahagia sepanjang masa dan menikmati senangnya kehidupan sebagai manusia. Diam diam Gak Lam-kun menghela napas sedih dan pelan-pelan keluar dari gua itu. Ia sedang berpikir dalam hatinya, Aku telah menanam bibit cinta dengan Yo Ping, entah bagaimanakah penyelesaiannya atas persoalan ini? Sementara itu matahari telah tenggelam di langit barat, senjapun menjelang tiba. Gak Lam-kun mendongakkan kepalanya memandang bianglala diujung langit dimana terhias oleh cahaya matahari senja yang sedang tenggelam ke balik bukit. Perasaannya waktu itu bagaikan matahari yang sedang tenggelam tersebut, suasananya amat mengenaskan sekali. Memandang cahaya keemasan yang makin memudar itu, lamalama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Mendadak.. Dari kejauhan sana, diantara rentetan pegunungan yang menjulang ke angkasa, berkumandang beberapa kali pekikan yang amat nyaring Pekikan tersebut berkumandang saling bersambung dan tiada hentinya. Mungkin lantaran jaraknya terlampau jauh, sehingga suaranya kedengaran amat lirih. Agaknya Ki Li-soat juga mendengar suara pekikan tersebut, buru-baru dia lari keluar sambil berkata. Mungkin di sekitar tempat itu ada orang yang telah berjumpa muka dengan orang- orang Ngo kok koan dari bukit Tiang pek-san Mendengar perkaitaan itu, dengan kening yang berkerut Gak Lam-kun segara bertanya, Apakah suara pekikan itu berasal dari Ngo kok koan? Benar, urusan tak bisa ditunda lagi. Mumpung ada kesempatan baik, mari sekarang juga kita berangkat ke Ngo kok koan Selesai berkata, Ki Li-soat segera masuk kedalam untuk tukar pakaian ringkas, kemudian dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna, berangkatlah mereka menuju ke arah timur laut.

Cuaca makin lama semakin gelap, ditengah pegunungangn hampir tak ada penghuninya ini boleh di bilang hampir tiada jalan yang bisa dilalui sepanjang jalan. Kalau bukan jurang yang terbentang lebar, bukit-bukit karanglah yang menjulang tinggi ke angkasa serta batu-batu cadas terjal dan curam. Sulit rasanya untuk melanjutkan perjalanan itu. Untung saja Ki Li-soat hapal dengan jalan disitu. Dengan kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliknya, perjalanan bisa dilanjutkan dengan cepat. Hanya Ji Kiu-liong seorang yang bertenaga dalam agak cetek. Setelah melalui beberapa buah bukit, tubuhnya sudah basah kuyup dengan keringat. Tapi demi menyelamatkan jiwa kakaknya, dia harus menggigit bibirnya menahan derita. Dengan memaksakan diri dia berlarian terus menelusuri jalan yang sulit. Gak Lam-kun tahu kalau ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya kurang sempurna. Bila dilanjutkan terus akhirnya pemuda itu bakal mati karena kecapaian, maka dia sambar lengan kanan pemuda itu dengan tangan kirinya dan ditarik untuk maju ke depan. Setelah lengan kanannya dipegang Gak Lam-kun, Ji Kiu-liong segera merasakan tubuhnya enteng seperti burung walet. Angin tajam seperti berdesiran di sisi telinga. Pemandangan disekelilingnya terasa mundur ke belakang dengan cepat. Dia merasa dirinya seolah-olah sedang terbang di angkasa. Ketika Ki Li-soat menyaksikan Gak Lam-kun yang musti menarik seseorang ternyata masih bisa bergerak cepat seperti burung elang, bahkan sama sekali tidak kepayahan, diam-diam ia merasa amat terperanjat, pikirnya. Sungguh tidak kusangka ilmu silat yang dimilikinya telah peroleh kemajuan yang begini pesatnya. Bila keadaan seperti ini berlangsung teras, aku yakin tak lama kemudian dia akan menjagoi seluruh dunia persilatan Beberapa saat kembali sudah lewat. Ditengah perjalanan, tiba-tiba terdengar suara pekikan aneh yang keras dan memekikkan telinga berkumandang kembali di udara. Suara itu bukan cuma keras dan melengking bahkan tak sedap didengar, persis seperti jeritan setan atau lolongan serigala. Walaupun begitu, suaranya menurut irama. Ada suitan yang panjang ada pula suitan pendek, tampaknya memang dipancarkan oleh seseorang menurut irama yang telah ditentukan. Gak Lam-kun dan Ki Li-soat segera menghentikan gerakan tubuh mereka dan memperhatikannya dengan seksama.

Agaknya Ji Kiu-liong merasa agak takut, dengan suara lirih ia lantas berbisik, Gak toako, sebenarnya suara itu suara manusia atau jeritan setan? Gak Lam-kun tidak menjawab, cuma pikirnya dalam hati, Jeritan aneh yang sama sekali berbeda dengan suara-suara pada umumnya ini memang kedengaran sangat menyeramkan sekali. tapi suara apakah itu? Ternyata untuk sesaat lamanya diapun tak bisa menebak suara apakah itu. Terdengar Ki Li-soat tertawa ringan, kemudian katanya, Liong siaute, suara itu bukan jeritan setan Sesudah berhenti sejenak dia berkata lebih jauh, Suara itu adalah suatu sistem mengirim beri-ta yang biasa dipergunakan oleh orang-orang Liok- lim, cuma suitan setan dari Ngo kok koan ini sedikit berbeda dibandingkan dengan cara yang biasa dipakai oleh orang orang Liok lim. Diantara irama panjang dan pendek yang tersiar tersebut sesungguhnya mengandung arti kode-kode rahasia yang cuma diketahui oleh pihak mereka sendiri. Orang lain hanya bisa rnendengar irama suitan yang memanjang dan memendek, tapi tidak dapat memahami berita apakah yang sesungguhnya telah mereka kirimkan Sumpritan itu ada yang terbuat dari panca logam, ada pula yang terbuat dari besi biasa. Ditengah keheningan malam bisa tersiar sejauh beberapa puluh li. Coba kita dengarkan lebih jauh, sebentar pasti ada suara sempritan setan lain yang menyahut irama tadi Betul juga, tak lama kemudian terdengar suara sumpritan aneh itu berkumandang lagi saling sahut menyahut. Selisih waktu antara yang satu dengan lainnya tidak terlalu lama, tapi sesaat kemudian suara sumpritan lain yang jauh lebih aneh berkumandang kembali, cuma kali ini suara tersebut berasal dari tempat yang agak jauh. Mendadak Sreeet..! Sreet.! Sreeet.. Beberapa kali desingan angin tajam berkumandang memecahkan keheningan malam, menyusul kemudian dari balik kegelapan muncul tiga titik cahaya tajam yang secepat kilat menyambar ketubuh Gak Lam-kun, Ki Li-soat serta Ji Kiu-liong . Gak Lam-kun tertawa dingin, tangan kanannya segera diayunkan kemuka, segulung desingan angin tajam yang memekikkan telinga dengan cepat menggulung kemuka dan mementalkan ketiga titik cahaya tajam tersebut. Tiba-tiba terdengar gelak tertawa aneh berkumandang kembali diudara sekilas cahaya tajam di iringi suara desingan angin tajam secepat kilat menyergap datang. Sementara itu Ji Kiu-liong telah meloloskan pedangnya dengan gusar ia membentak. Bangsat, kalian berani main sergap!

Dengan jurus Im wu kim kong (Cahaya emas dibalik kabut) pedangnya dengan menciptakan segpulung cahaya keperak-perakan menyongsong kemuka. Traang.! Serentetan bunyi bentrokan yang amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan, perakan bunga api berpancaran ke empat penjuru. Akibat dari bentrokan itu, Ji Kiu-liong merasakan pergelangan tangannya menjadi kesemutan lengan kanannya kaku nyaris pedangnya terlepas dari genggaman. Ketika dia mengamati kembali musuhnya maka tampaklah lebih kurang lima depa dihadapannya berdiri seorang tocu berbaju blacu yang aneh dandanannya dan berperawakan tinggi besar, ditangannya memegang sebilah pedan bewarna perak. Waktu itu diapun berdiri dengan wajah terperanjat, agaknya merasa tercengang karena Ji Kiu-liong sanggup menahan sebuah serangannya. Setelah mengamati sekejap Gak Lam-kun dan Ki Li-soat dengan dingin ia bertanya. Kalian datang darimana? Apakah rombongan yang baru masuk tadi adalah rekan-rekan kalian? Mendengar teguran tersebut Gak Lam-kun segera berpikir. Barusan ada serombongan manusia datang kemari? Siapakah mereka? Mungkinkah Han Hu hoa dan Kwik To dari perguruan Panah Bercinta yang sengaja datang kemari untuk menolong Cin peng? Gak Lam-kun merasa kecuali kedua orang itu rasanya tak mungkin ada orang lain yang bakal datang kemari untuk mencari gara-gara dengan pihak Ngo kok koan. Belum sempat Gak Lam-kun menjawab Ji Kiu-liong telah menyahut sambil tertawa dingin. Kalau betul mau apa kau? Sementara tanya jawab itu sedang berlangsung kembali ada bayangan manusia yang berkelebat datang dari empat penjuru. Dalam waktu singkat ada dua belas orang tosu yang memakai baju pendeta dari kain blacu telah mengambil posisi mengepung disekeliling tiga orang itu. Pelan-pelan Ji Kiu-liong berjalan kesisi Gak Lam-kun, Kemudian sambil membungkukkan badannya, dengan jurus Giok li to sou (gadis cantiK. menisik jarum) secepat kilat pedangnya menyerang ketubuh tosu tersebut. Serangan kilat yang dilancarkan secara tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan tosu berbaju blacu itu, sewaktu menjumpai ia berjalan ke samping Gak Lam-kun tadi, dikiranya dia hendak menyampaikan sesuatu kepada rekannya, atau mungkin merasa

sudah merasakan kelihayannya dalam bentrokam tadi, maka ia mundur sendiri dari arena pertarungan. Siapa tahu dengan suatu gerakan yang nama sekali tak terduga, ternyata dia melancarkan sebuah tusukan lagi. Sesungguhnya, dalam jarak yang begitu dekat apalagi melancarkan serangan tiba-tiba, sulit bagi tosu untuk menghindarkan diri. Tapi, tosu berbaju blacu itu merupakan pemimpin dari kedua belas orang tosu yang tiba, sudah barang tentu dia memiliki ilmu silat yang luar biasa. Begitu serangan dari Ji Kiu-liong dilancarkan, untuk menangkispun ia tak sempat lagi. Tiba-tiba tubuhnya yang tinggi besar itu mengikuti gerakan dari pedang tersebut menjatuhkan diri kebelakang, kemudian sepasang kakinya menjejak dengan sekuat tenaga menggunakan gerakkan ikan leihi meletik, tahu-tahu ia sudah melompat mundur sejauh satu kaki tiga depa lebih. Melihat serangannya tidak berhasil mengenai sasarannya, dia segera menekuk pinggang sambil memutar tangan, dengan gerakan yang tidak berubah, secepat bayangan dia menusuk lawan. Serangan dan kelitan yang dilakukan ke dua orang itu sama-sama dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat. Sekalipun para tosu disekitar tempat itu ingin turun tangan mencegahpun tak sempat lagi. Ketika tosu baju blacu itu menyaksikan dirinya secara beruntun didesak mundur terus oleh seorang bacah cilik yang belum hilang bau teteknya ini, dari malu ia menjadi naik darah! Sewaktu serangan kedua dari Ji Kiu-liong itu meluncur tiba, dia segera mengembangkan lengannya untuk menyongsong datangnya ancaman itu. Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, pedang ditangan kanannya sudah menyapu ke depan, diantara titik kilatan cahaya yang menyilaukan mata, dengan keras lawan keras dia sambut datangnya serangan dari Ji Kiu-liong tersebut. Rupanya Ji Kiu-liong sudah tahu kalau ilmu silat yang dimiliki tosu itu tidak lemah. Jika tidak melancarkan serangan mematikan, tiada harapan baginya untuk merebut kemenangan. Pergelangan tangannya segera menekan kebawah, pedangnya berputar dengan jurus Kim ciam teng-hay (paku emas memantek samudra ). Begitu terhindar dari tangkisan pedang lawan, tiba-tiba mata pedang yang semula menusuk ke bawah itu berubah arah dan langsung menyambar ke atas dadanya.

Untuk menggunakan jurus serangan itu Ji Kiu-liong telah melakukan suatu tindakan yang menyerempet bahaya, pedangnya dengan cepat menyambar diatas bajunya, nyaris tosu itu terluka di ujung pedangnya tersebut. Tosu berbaju blaco itu tidak menyangka kalau Ji Kiu-liong begitu berani menyerangnya dengan menyerempet bahaya. Sebenarnya dia ingin menangkis dulu pedangnya agar serangan lawan terbendung, kemudian baru memperbaiki posisinya. Tapi dengan demikian dia malah dipaksa mau tak mau tak harus menghindarkan diri lebih dulu dari serangan lawan. Dia segera menarik napas panjang. Gerakan melompatnya yang baru dilakukan tiba-tiba ditarik ditengah jalan, kemudian mengikuti gerakan pedang lawan, tubuhnya menjatuhkan diri ke tanah dengan punggung menempel diatas permukaan tanah tiba-tiba ia menggelinding ke samping meloloskan diri serangan mematikan dari Ji Kiu-liong tersebut. Pada saat inilah kedua belas orang tosu berbaju blacu warna hitam disekeliling tempat itu telah meloloskan pedangnya dan mendesak maju ke depan. Gak Lam-kun segera tertawa dingin, katanya, Jika kalian tetap berdiam disitu untuk menantikan keputusanku, mungkin masih ada setitik harapan hidup buat kalian. Tapi jika berani maju lebih ke depan, maka kamu semua akan mati dalam keadaan yang mengerikan Ucapan tersebut diucapkan dengan nada dingin dan menyeramkan, membuat ke sebelas orang tosu itu tanpa terasa sama sama menghentikan gerakan tubuhnya. Tiba-tiba terdengar salah seorang tosu yang berada disamping itu berkata sambil tertawa dingin. Apakah kau tidak merasa bahwa ucapan mu itu terlampau tekebur? Semenjak dulu sampai sekarang, belum pernah ada jego persilatan yang berani mencari gara-gara dalam lembab Ngo Kok koan bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup. Sambut dulu sebuah tusukan pedangku ini Ditengah bentakan keras, dari sisi arena tiba tiba ia melepaskan sebuah tusukan ke depan. Tanpa berpaling Gak Lam-kun menggerakkan tangan kirinya untuk menangkis datangnya tusukan tersebut. Ketika para tosu lainnya menyakslkan Gak Lam-kun begitu sombong dan tekebur, mereka semua lantas menganggap pemuda itu sedang mencari kematian untuk diri sendiri. Siapa tahu, pada saat itulah dengan kedua jari tangannya Gak Lam-kun telah menjepit pedang itu lalu membetotnya ke kiri.

Pedang ditangan tosu itu segera terlepas sementara tubuhnya seperti sebuah bola terlempar sejauh tujuh-delapan kaki dari tempat semula. Serentetan suara jerit kesakitan yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, tubuh sitojin itu mencelat ke udara dan menumbuk di atas sebuah batu karang besar. Batok kepalanya segera hancur berantakan dan isi perutnya hingga tercecer bersama genangan darah. Ke empat anggota badannya patah, keadaannya mengenaskan sekali. Demontrasi kepandaian maha sakti yang diperlihatkan ini sungguh membuat kawanan tosu itu menjadi kaget dan ketakutan. Untuk beberapa saat lamanya mereka hanya bisa berdiri tertegun tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan. Setelah menggunakan kepandaiannya yang maha dahsyat untuk menggetarkan perasaan kawanan tosu itu, Gak Lam-kun membalikkan badannya. Saat itn dia baru menjumpai bahwa pertarungan antara Ji Kiu-liong melawan tojin berbaju blaco itu sudah mencapai puncak ketegangan yang paling berbahaya. Kedua balah pihak telah mengembangkan jurus-jurus serangan yang tercepat dan terdahsyat untuk mengalahkan musuhnya. Jurus-jurus serangan yang digunakan tojin itu bagaikan bunga salju yang beterbangan diudara, hembusan angin serangannya membawa hawa dingin yang merasuk tulang. Sebaliknya pedang Ji Kiu-liong berkelebat bagaikan halilintar, dan menari kian kemari bagaikan seekor naga sakti. Ki Li-soat yang bermata tajam, dalam sekilas pandangan saja dapat menangkap bahwa permainan pedang tojin berbaju blacu itu mempunyai kemantapan dibalik kecepatan, agaknya ia telah berhasil menguasahi keadaan. Betul Ji Kiu-liong masih belum menunjukkan tanda-tanda akan kalah, tapi bila pertarungan ini dilanjutkan lebih jauh, sudah pasti dia tak akan menerima keuntungan apa apa. Baru saja dia bersiap-siap untuk turun tangan membantu, tiba-tiba terdengar Gak Lamkun te-lah berbisik. Nona Ki jangan kuatir, Kiu liong tak bakal kalah Baru selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar Ji Kiu-liong membentak lengking. Tiba-tiba permainan pedangnya berubah, cahaya pedang dengan membawa badai hawa dingin menyambar-nyambar di udara. Dalam waktu singkat hawa pedang tersebut membubung semakin besar, cahaya tajam berkelebat kiam kemari, dalam waktu singkat ia telah melepaskan delapan buah serangan berantai. Ke delapan buah serangan itu ibaratnya gelombang dahsyat yang menghantam bendungan di pantai. Benar juga, tojin berbaju blacu ini segera tak tahan dan keteter hebat sehingga mundur sejauh tujuh-delapan depa lebih dari posisi semula. Kau masih akan berkeras kepala? jengek Ji Kiu-liong sambil tertawa dingin.

Pedangnya berkelebat ke muka secepat sambaran petir dan langsung menusuk ke lambung tojin itu. Tojin berbaju belacu itu meraung keras, bahu kirinya tertusuk telak dan darah segar bercucuran membasahi tubuhnya. Tapi ia sempat merentangkan sepasang lengannya dan melejit keudara. Dari situ badannya yang tinggi besar menukik ke bawah bagaikan burung walet yang menyambar ombak, dan secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai. Ketiga buah serangan tersebut betul-betul tangguh dan luar biasa. kali ini Ji Kiu-liong yang terdesak hingga gelagapan dan terjerumus dalam keadaan yang berbahaya sekali. Pada saat itulah, bahu kiri si tojin berbaju belacu yang terluka itu diangkat. Sreet. .! Setitik cahaya kilat yang tajam segera menyambar ke dada Ji Kiu-liong, selisih jarak mereka tidak lebih cuma tiga depa belaka. Gak Lam-kun sangat terkejut, ia tahu untuk menolong tak sempat lagi. Criing..! Pedang ditangannya segera disambit ke depan. Sreet.! Dengan menciptakan sekilas cahaya bianglala putih yang menyilaukan mata, senjata itu segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa. Criing! Criing..! Ditengah dentingan nyaring yang memekikkan telinga, pedang yang disambit kedepan itu segera menghajar rontok titik cahaya tajam yang telah berada lima inci dari depan dada Ji Kiu-liong itu. Kemudian dengan sisa kekuatan yang ada, pedang itu mencelat sejauh enam tujuh kaki lagi sebelum jatuh ke tanah. Tapi gerakan serangan si tojin berbaju belacu itu tak sampai di situ saja. Sambil melompat ke depan pedangnya diayunkan dengan jurus Liong heng it si (satu jurus gerakan naga), tubuh berikut pedangnya bersama sama menubruk kemuka secara garang. Tubuhnya belum sampai tiba disasaran, pedangnya telah berganti jurus, kali ini dia keluarkan jurus Ban hong jut ciau (selaksa lebah keluar dari sarang), ujung pedangnya bergetar keras. Bagaikan terciptanya segumpal hujan cahaya perak, dengan membawa hembusan angin dingin segera menerpa wajahnya dan menimbulkan pandangan mata yang sangat menyilaukan mata.

Semenjak jiwanya terancam bahaya tadi, Ji Kiu-liong sudah dibikin tertegun. Dalam keadaan pikiran yang bercabang, mana mungkin baginya untuk menghindarkan diri dari sergapan pedang si tojin berbaju belacu ini?. Tampaknya dia akan segera terluka di ujung pedang lawan. Sejak pertama kali tadi, Gak Lam-kun telah menduga bahwa tojin berbaju belacu itu bakal melakukan gerakan tersebut. Tubuhnya segera berkelebat kedepan menghadang dimuka Ji Kiu-liong. Kemudian dengan lima jari tangan kanannya yang dipentangkan lebar-lebar dia sentil pedang yang sedang menusuk tiba itu. Criing.! Criing! Criing! Secara beruntun terdengar enam kali dentingan nyaring. Tertekan oleh sentilan yang sangat keras itu, pedang ditangan tojin berbaju blaco itu, sudah mencelat dan tergetar patah menjadi lima bagian oleh sentilan jari tangan Gak Lam-kun. Demontrasi tenaga dalam yang demikian mengerikan itu, sekali lagi membuat tojin berbaju blacu itu lekas untuk mundur ke belakang. Untuk sesaat lamanya dia hanya berdiri termangu-mangu ditempat. Gak Lam-kun tertawa dingin, tangan kirinya segera menekan kedepan menghajar dadanya. Segulung tenaga pukulan yang kuat dan dahsyat dengan cepat menekan kearah dadanya. Seperti baru sadar dari impian tojin berbaju belacu itu tersentak kaget dari lamunannya, tapi sayang untuk berkelit sudah tak sempat lagi. Ia segera merasakan dadanya menjadi sakit sekali. Hawa darah dalam rongga tubuhnya bergolak keras. Matanya berkunang-kungan dan kepalanya berat sekali. Begitu mendengus tertahan, seluruh nadi penting ditubuhnya telah tergetar patah menjadi beberapa bagian. Tak ampun lagi dia tewas secara mengerikan diujung telapak tangan Gak Lam-kun. Sepuluh orang tojin yang mengepung diluar arena serentak membentuk keras. Sambil memutar pedangnya, serentak mereka menyerbu kemuka bagaikan harimau terluka. Gak Lam-kun tertawa dingin, ia bergerak pula menerjang kedepan. tangan kirinya menyambar ke sana kemari, secara mudah ia berhasil merampas sebilah pedang ditangan seorang tojin. Ketika tojin itu merasakah pedangnya kena di rampas, berbareng itu juga ia merasa ada segulung tenaga hisapan yang kuat menghisap badannya sehingga pada akhirnya dia tak mampu mempertahankan diri dan badannya segera menubruk ketubuh Gak Lam-kun.

Si anak muda itu segera mengangkat kaki kirinya melepaskan tendangan maut. Duuuk! Tendangan itu dengan telak menghajar dada tojin itu. Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Dengan seluruh tulang dadanya patah dan remuk, tojin itupun tewas seketika. Gak Lam-kun bergerak ke depan jauh-jauh. Tubuhnya bergerak kian kemari bagaikan hembusan angin puyuh, tubuhnya seperti bayangan setan menyambar pedang di kiri, membabat pedang di kanan Ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagad, hanya terdengar jeritan demi jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul. Suara itu tajam menekakkan telinga. Belum habis jeritan pertama, dengan tertahan jeritan berikutnya sudah kedengaran. Tak lama kemudian, sepuluh tojin itu secara beruntun sudah terluka semua diujung pedangnya. Mayata terkapar dimana-mana. Dengan darah berceceran di tanah membuat suasana betul betul mengerikan. Ketika Ki Li-soat menyaksikan pembantaian yang dilakukan oleh Gak Lam-kun itu diamdiam ia menghela napas pikirnya, Ilmu silat yang dimilikinya begitu tinggi dan dahsyat. Sejak kini entah ada berapa banyak jago persilatan lagi yang bakal tewas diujung telapak tangannya? Mendadak terdengar suara pekikkan panjang yang memekikkan telinga berkumandang dari kejauhan. Suara pekikan tersebut bermula dari suatu tempat yang sepuluh kaki jauhnya dari situ, tapi dalam wattu singkat tahu tahu sudah mendekati mereka bertiga. Segulung angin kencang yang amat dahsyat segera menyambar ke tubuh Ji Kiu-liong yang berdiri paling dekat dengannya. Waktu itu kebetulan Ki Li-soat juga berada tiga depa disamping Ji Kiu-liong , untuk menolong tak sempat lagi baginya untuk meloloskan pedang, maka sambil membalikkan badan dia lepaskan sebuah pukulan tangan kosong dengan jurus Im liong peng wu (naga sakti menyembur kabut), sebab dia tahu ilmu silat yang dimiliki orang itu tak mungkin bisa dilawan oleh Ji Kiu-liong . Ilmu silat yang dimiliki Ki Li-soat juga lihay sekali. Meskipun serangan yang dilepaskan itu dilakukan dalam Keadaan tak siap2 namun enam bagian tenaga dalam yang di sertakan itu segera menimbulkan suatu daya kekuatan yang maha dahsyat. Siapa tahu, ilmu silat yang dimiliki pendatang itu sunggah luar biasa sekali. Telapak tangan kirinya dengan jurus Gi san tian hay (memindah bukit membendung samudra) menyumbat

serangan dari Ki ki Soat tersebut dengan keras lawan keras, sementara tangan kirinya menyambar keatas bahu Ji Kiu-liong . Orang itu rupanya terlalu memandang enteng kekuatan daya serangan Ki Li-soat, baru saja tangan kanannya menempel diatas bahu Ji Kiu-liong , segulung tenaga pantulan yang kuat telah menggetarkan tubuhnya sehingga mundur sejauh tiga langkah. Ki Li-soat sendiri, kendatipun dengan pukulannya itu dia berhasil memukul mundur musuhnya, tapi hawa darah dalam tubuhnya juga mengalami pergolakan keras. Dari sini menunjukkan kalau ilmu silat yang dimiliki lawan suagguh luar biasa sekali. Pada detik itu juga Ki Li-soat dengan gerakan yang amat cepat telah meloloskan pedangnya. Ia tidak memberi peluang buat musuhnya untuk mengatur napas. Pedangnya secara beruntun melancarkan tiga buah serangan dahsyat deagan jurus jurus Hay si ciau lo (Pandangan semu di tengah gurun) Ya pan hong yan (asap putih ditengah malam) serta Thian hia lo ciok (burung gereja dari ujung langit), pedangnya dengan menciptakan segulung cahaya bianglala bewarna perak langsung menyerang ke depan. Bersamaan itu juga, Ji Kiu-liong telah mengembangkan permainan pedangnya dengan jurus Cuan im ci gwat (menembusi awan memetik rembulan) untuk menusuk tenggorokan orang. Sipendatang itu adalah seorang kakek berbaju merah, ketika dirasakan datangnya ancaman pedang itu sangat dahsyat, sambi tertawa terbaha-bahak tubuhnya mundur secara tiba tiba. Dalam waktu yang amat singkat itulah, si kakek tersebut dengan serangkaian serangan kilat yang aneh dan sakti untuk meneter Ki Li-soat serta Ji Kiu-liong . Begitu ke empat buah serangan mereka berhasil dipatahkan, serangan balasan segera dilepaskan Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menggulung-gulung ditengah udara, deruan angin tajam menyambar kian kemari, sungguh hebat sekali pertarungan jarak dekat yang sedang berlangsung ini. Ji Kiu-liong segera melejit ke udara, lalu dengan jurus Jut pit hong mong (menutup rapat bianglala pagi) dengan ganas dia bacok batok kepala bagian belakang dari kakek itu. Bersamaan waktunya, pedang Ki Li-soat juga menusuk tenggorokan musuh dengan jurus Liong li kencui (putri naga mengiris mutiara). Tiba-tiba kakek berbaju merah itu merendahkan tubuhnya, kemudian dengan jurus Hong hong liu ciang (burung hong membuat sarang Hud to seng thian (Buddha suci naik sorga), Siang go pa cu (Siang go mencabut tusuk konde) yang digunakan secepat kilat dia

menghindarkan diri dari kejaran cahaya pedang Ki Li-soat. Setelah itu kelima jari tangannya direntangkan dan mencengkeram pedang Ji Kiu-liong . Ki Li-soat merasa amat terperanjat, segera bentaknya, Adik Liong, cepat menghindar! Dengan jurus Thian lo hud tim (nenek langit mengebaskan kebutan) ia melancarkan sergapan dari samping. Pada saat yang bersamaan ketika si kakek berbaju merah itu membatalkan ilmu Ki na jiu hoat nya. Pedang Ji Kiu-liong berkelebat membentuk gerak lingkaran busur berwarna perak, lalu dengan ilmu meringankan tubuh Hui tok Thian cay (melayang lewat benteng langit) dia segera mengundkan diri keluar arena. Kakek berbaju merah itu mendengus dingin, dengan pukulannya yang sempurna, dia lancarkan serangkaian serangan berantai yang sangat dahsyat untuk meneter Ki li Ooat. Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong yang menyaksikan Ki Li-soat bisa bertarung leluasa melawan musuhnya, merekapun lantas mengundurkan diri dan cuma menonton dari sisi arena tetapi, kesiap siagaan dilakukan penuh untuk menjaga segala kemungkinan yarg tidak diinginkan. Gaya serangan yang digunakan si kakek berbaju merah untuk merebut pedang lawan itu dilakukan seperti sergapan seekor burung elang berwarna merah. Ditengah lingkaran cahaya pedang yang menggulung dia menghindar, menempel, menubruk, membalik, mendaki dan melentik dengan pelbagai gaya yang dahsyat. Pasir serta debu segera mengepul ke angkasa dan menutupi pemandangan. Dalam keadaan demikian sulitlah untuk membedakan mana yang manusia, mana yang pedang dan mana yang telapak tangan. Ki Li-soat pada mulanya masih berusaha bermain perang gerilya untuk membendung serangan lawan, tapi lama kelamaan habis sudah kesabarannya, ia bertekad untuk menyelesaikan pertarungan itu dengan suatu pertempuran kilat. Angin serangannya segera diperketat. Dengan jurus Sin tiok ing hong (bambu baru menyambut angin) dia membuka serangannya dengan jurus sakti perguruannya . Dengan cepat kakek berbaju merah itu menyusut mundur sejauh beberapa kaki, kemudian sambil mendengus katanya dengan suara menyeramkan, Lohu kira siapa, kiranya nona Ki murid kesayangan dari Tiok yap thian po (nenek langit daun bambu)! Mendengar teguran tersebut, Ki Li-soat segera mengamati wajah orang itu dengan lebih seksama lagi, sekarang hatinya baru terkesiap.

Ternyata kakek berbaju merah ini bukan lain adalah pemimpin dari Ang ma jit tin (tujuh tosu berjubah merah) yang dalam urutan Ngo kok koan memiliki ilmu silat sedikit di bawah Thian pek sam him. Orang menyebutnya sebagai Thian jit ang ma. Setelah berhenti sejenak, Thian jit ang ma berkata kembali, Dimasa lalu, gurumu telah mengadakan perjanjian dengan kuil kami untuk tidak saling ganggu mengganggu. Sungguh tak disangka nona Li begitu berani melewati perbatasan wilayah kita untuk membunuh anak murid kuil kami. Hmm! Nona Ki, lebih baik turut saja dengan Lohu kembali ke kuil Ngo kok koan serta menunggu keputusan dari Kongcu kami Perlu diketahui, dimasa lalu guru Ki Li-soat yakni Tiok yap thian po pernah mengadakan perjanjian dengan pihak Ngo kok koan untuk tidak saling melanggar tapal batas masingmasing. Sebagai orang persilatan tentu saja ucapan tersebut mempunyai arti yang penting. Kini Ki Li-soat telah ditegur secara terang terangan, hal mana membuat gadis itu menjadi gelagapan dan untuk sesaat lamanya tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. Gak Lam-kun yang berada disisinya segera tertawa dingin, katanya, Kami memang sedang berniat untuk mengunjungi kuil Ngo tok koan. Bila kau bersedia menjadi petunjuk jalan kami, hal mana sudah barang tentu akan lebih baik lagi! Mendengar perkataan itu, dengan sinar mata yang tajam Thian jit ang mi memperhatikan Gak Lam-kun dari atas sampai kebawah. Ia merasa pemuda itu masih terasa asing sekali bagi pandangan matanya. Maka dengan suara dingin ia menegur. Siapakah gurumu? Ada urusan apa hendak berkunjung ke kuil Ngo kok koan kami? Hmm! Kau belum pantas untuk mengetahui nama guruku, jawab Gak Lam-kun ketus. Soal kunjunganku ke Ngo kok Koan mah pertama hendak menuntut kepada gurumu untuk mengembalikan seseorang kepada kami, kedua akan kuratakan kuil Ngo kok koan kalian ini dengan tanah! Nama besar maupun kedudukan Thian jit ang ma diwilayah luar perbatasan boleh di bilang hanya kalah setingkat bila dibandingkan dengan Thian pek sam him. Kesombongannya dihari-hari biasa sudah meresap menjadi watak hidupnya. Jangankan orang lain sekalipun Thian pek san him sendiripun tak berani memperlakukan dirinya secara begitu menghina. Tak heran kalau ia naik pitam sesudah mendengar perkataan dari Gak Lam-kun tersebut. Saking mendongkol dan gusarnya dia malahan tertawa dingin tiada hentinya. Kuil kami memang berhasil menangkap seorang lelaki dan seorang wanita. Hee hee hee cuma dengan mengandalkan kemampuanmu itu, jangan harap kau mampu melangkah naik ke dalam kuil Ngo kok koan kami

Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun segera berpikir pula: Seorang lelaki dan seorang perempuan? Siapa gerangan orang lelaki itu? Mungkinkah Kwik To atau Sangkoan Ik? Sementara dia masih melamun, dengan suara dingin menyeramkan Ki Li-soat telah mendamprat, Selama ini, kalian Ngo kok koan hanya malang melintang disekitar daerah luar perbatasan untuk melakukan kejahatan. Tak nyana keberanianmu belakangan ini menjadi bertambah besar, sampai orang di daratan Tionggoan pun berani dibunuh semuanya Sekulum senyuman dingin yang menyeramkan segera tersungging di ujung bibir Thian jit ang ma, katanya, Nona Ki semasa gurumu masih hidup didunia pun tak berani memandang hina kuil Ngo kok koan kami. Sungguh tak disangka saat ini kau malah berani membawa orang untuk datang membunuh orang kuil kami. Hmm..! Jika kau masib berani ribut melulu, jangan harap kalau kau bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat! ooooOoooo MENDENGAR ucapan tersebut, Ki Li-soat segera mengernyitkan alis matanya dengan gusar, bentaknya, Tempo hari, sebenarnya guruku hendak memberi hukuman yang setimpal buat kalian semua. Tapi oleh karena dia orang tua masih memandang pada belas kasihan dan berharap kalian bisa menyesali perbuatan kalian, maka sampai sekarang beliau tak sampai turun tangan untuk membunuh kamu semua! Thian jit ang ma tertawa terkekeh-kekeh, lalu ujarnya, Nona, mengapa tidak kau katakan kalau Tiok yap popo merasa tidak berkemampuan untuk menyerang kuil Ngo kok koan seorang diri? Mendengar pihak lawan berani mencemooh gurunya, Ki Li-soat kontan saja naik darah, bentaknya, Hari ini, nonamu justru akan membuat gara-gara dengan kalian orang orang Ngo kok koan! Kalau memang demikian, hayolah kita coba saja! Kemarahan Ki Li-soat sudah tak terbendung lagi, segera bentaknya dengan suara nyaring, Lihat pedang! Ditengah bentakan tersebut pedangnya segera berkelebat melancarkan serangan dengan jurus-jurus Tiok yap kiam hoat. Tampak cahaya tajam berkilauan bagaikan halilintar diantara perpaduan cahaya dan deruan angin tajam, dalam waktu singkat ia telah melepaskan tujuh buah serangan berantai.

Sebenarnya pedang yang dipergunakan Ki Li-soat adalah sebilah pedang bambu, tapi semenjak perkumpulan Thi eng pang dibubarkan, dia tahu kalau ilmu silat yang dimilikinya masih belum mencapai taraf untuk mempergunakan pedang bambu, maka sekembalinya kebukit Tiang pek-san dia lantas berganti mempergunakan sebilah pedang lemas yang tajam dan khusus ditinggalkan gurunya untuknya. Ilmu silat yang dimiliki Thian jit ang ma benar-benar lihay sekali. Dengan mengandalkan sepasang telapak tangan kosong ia bertarung melawan pedang lemas dari Ki Li-soat tersebut, dimana sepasang telapak tangannya menyambar lewat, segulung tenaga pukulan yang kuat segera mementalkan pedang Ki Li-soat kesamping. Sejak bertarung melawan musuhnya tadi Ki Li-soat telah sadar bahwa tenaga dalam yang di-miliki musuhnya jauh lebih tinggi daripada apa yang dimilikinya. Jika tidak diserang dengan jurus jurus pedang yang sakti, pasti sulit untuk memenangkan dirinya. Thian jit ang ma sendiri juga cukup menyadari keadaan yang sedang dihadapinya. Betul tenaga dalam yang dimiliki gadis itu agak rendah dibandingkan dengan tenaga dalamnya, tapi itupun tidak selisih terlalu banyak. Terutama sekali jurus pedangnya yang sakti dengan daya kekuatan yang luar biasa itu, pada hakekatnya bisa menutupi kelemahannya dibidang tenaga dalam. Oleh karena itu, meski pertempuran telah berlangsung belasan gebrakan menang kalah masih susah diketahui. Gak Lam-kun yang mengikuti jalannya pertandingan dari sisi arena, segera menunjukkan rasa kesal dan murung sehabis menyaksikan ilmu silat yang dimiliki Thian jit ang ma Kalau seorang anak buah dari Tiang pek sam him memiliki ilmu silat yang sedemikian lihaynya, maka bisa dibayangkan bagaimana hebatnya ilmu silat dari Tiang pek sam him sendiri? Ini berarti tak bisa disangkal lagi Ji Cin-peng beserta perguruan Panah Bercintanya pasti sudah menderita kekalahan yang mengenaskan Kini dia harus seorang diri berkunjung kekuil Ngo kok koan dan bertarung sendiri melawan Thian pek sam him, sesungguhnya dalam hal kekuatan masih ketinggalan jauh sekali. Terbayang sampai kesana,tak terasa lag timbul rasa kesal dan sedih dldalam hati kecilnya. Dalam pada itu. Ki Li-soat telah mengeluarkan ilmu pedang Tiok yap kiam hong nya sambil melancarkan tiga buah serangan berantai. Jurus-jurus serangan yang digunakan adalah Ki tiong teng ciau (burung hong terbang naga melingkar), Soh hong wong tiau (angin puyuh menderu deru) serta Wucian im siu (kabut buyar awan terbang). Begitu ketiga buah serangan berantai tersebut dilancarkan, sekeliling arena segera terbungkus di balik deruan angin puyuh yang amat memekikkan telinga. Dalam waktu singkat Thian jit ang-mi telah didesak muudur sejauh enam tujuh depa dari posisi semula.

Begitu berhasil dengan ketiga buah serangannya buru buru Ki Li-soat melancarkan kembali serangkaian serangan berantai, pedangnya berganti jurus menjadi gerakan Ban hong jut ciau (selaksa lebah keluar sarang). Jurus serangan ini merupakan sebuah jurus serangan yang dahsyat dan amat tangguh. Kehebatannya sangat mengejutkan hati orang. Tampaklah diantara kilatan cahaya yang menyilaukan mata, tercipta serentetan cahaya bintang bewarna perak tersebar ke seluruh angkasa. Thian jit ang ma yang berulang kali kena didesak mundur oleh tiga jurus serangan berantai dari Ki Li-soat itu, hatinya mulai merasa terkejut bercampur keheranan. Ia tak berani memandang enteng lawannya lagi. Sepasang tangannya segera merogoh ke saku, kemudian bersamaan waktunya tangan kanan mengelurkan sebuah kencrengan tembaga, sementara tangan kirinya mengeluarkan sebuah senjata pit baja. Baru saja sepasang senjata itu dipegang dalam tangan, pedang Ki Li-soat dengan membawa desingan angin serangan yang lamat-lamat disertai juga dengan suara guntur dan halilintar telah menyergap tiba dengan kecepatan luar biasa. Thian jit ang ma bertambah terkejut, ia dapat merasakan bagaimana serangan yang dilancarkan oleh Ki Li-soat itu jauh lebih aneh dan sukar diduga. Seakan akan ada seribu batang pedang yang menyerang datang dari empat arah delapan penjuru, membuat orang pada hakekatnya sukar untuk menangkisnya. Perasaan hatinya segera bergetar keras, kencrengan tembaga dan pit bajanya segera diputar, menciptkan selapis cahaya emas untuk melindungi badan, kemudian dengan jurus Hong liong liam tau (burung hong mengangguk) ia lepaskan sebuah serangan balasan. Beberapa kali benturan nyaring yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.. Kencrengan tembaga dari Thian jit ang ma secara beruntun membendung ketiga buah serangan berantai dari Ki Li-soat, kemudian menggunakan kesempatan itu, senjata pit bajanya langsung mendesak kedepan dan mengancam jalan darah Hian ki hiat didepan dada gadis tersebut. Terkesiap Ki Li-soat ketika dilihatnya putaran kencrengan tembaga dari musuhnya yang menciptakan selapis cahaya emas yang melindungi badan itu berhasil mematahkan jurus serangan Ban hong juit ciau (selaksa lebah keluar sarang) yang tangguh itu. Apalagi ketika menyaksikan senjata pit ditangan kirinya menerobos pertahanan menyerang datang. Buru-buru ia mundur tiga depa ke belakang lalu pedangnya diputar sedemikian rupa menangkis serangan pit bajanya dengan jurus im wu kim kong (Awan kabut cahaya emas).

Jurus jurus serangan yang dipergunakan kedua orang itu selama berlangsungnya pertarungan merupakan jurus-jurus tangguh yang sama cepatnya dan sama berbahayanya. Kedua belah pihak tampaknya telah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk saling menyerang dan siapa pun enggan untuk mengalah. Ki Li-soat tahu, setelah lewatnya suasana agak tenang dalam beberapa saat ini, suatu pertempuran yang lebih seru dan ganas segera akan menusul datang. Dengan cepat dia mengatur pernafasannya untuk menghimpun tenaga, kemudian dengan cepat dia lepaskan kembali serangkaian serangan berantai. Dengan serangannya inilah gadis itu telah mempertaruhkan mati hidupnya. Maka begitu turun tangan dia lantas melepaskan serangan untuk merebut kemenangan. Semua jurus tangguh dan ilmu pedang Tiok yap kiam hoat ajaran gurunya digunakan semua untuk mengancam bagian mematikan dari lawannya sambil melepaskan serangan-serangan yang keji. Sekalipun demikian Thian jit ang ma adalah seorang jago tangguh nomor empat dalam kuil Ngo kok koan, sudah barang tentu permainan kencrengan tembaga serta pit bajanya mempunyai kesempurnaan yang luar biasa. Baik dalam menangkis, mematahkan maupun melancarkan serangan balasan, semuanya ia pergunakan sesempurna mungkin dengan senjata pit menyerang musuh. Kencrengan tembaga melindungi badan, setiap jurus setiap gerakan yang digunakan hampir seluruhnya di pakai dengan jitu dan tetap. Dalam keadaan demikian, jurus-jurus Ki Li-soat yang tangguh itu seperti kehilangan daya kekuatan, ia gagal untuk melukai lawan itu. Ketika pertarungan sengit telah berlangsung seperempat jam lamanya, tiba tiba kencrengan tembaga dari Thian jit ang ma diputar semakin kencang menciptakan selapis cahaya emas untuk melindungi badan, sementara pif bajanya dengan gerakan memagut, menotok, memukul, secara beruntun melancarkan tiga jurus serangan dahsyat. Berhedapan dengan tiga jurus serangan yang cepat bagaikan sambaran kilat itu, mau tak mau Ki Li-soat harus mengambil prakarsa untuk melindungi diri lebih dulu tapi dikala pedangnya ditarik untuk menangkis senjata lawan, tiba tiba Thian jit ang ma mempergunakan kesempatan itu untuk melompat mundur sejauh delapan depa lebih dari posisi semula Mendadak, pada saat itulah terdengar beberapa kali pekikkan nyaring berkumandang datang.. Enam sosok bayangan manusia, bagaikan burung elang meluncur datang dan melayang masuk ke tengah arena.

Ki Li-soat mencoba memperhatikan sekeliling tempat itu, ia menyaksikan diseputar arena tahu-tahu sudah bertambah lagi dengan enam orang tojin aneh yang semuanya mengenangkan jubah panjang berwarna merah. Hatinya bergetar keras, pikirnya, Waah Urusan menjadi agak berabe sekarang, kini Ang ma jit tin telah berdatangan semua Yang dimaksudkan dengan Ang ma jit tin (tujuh pendeta berbaju merah) adalah pasukan yang paling tangguh dalam kuil Ngo kok koan, baik ilmu silat maupun kecerdasan otaknya mereka semua boleh dibilang luar biasa sekali. Begitu mereka menampakkan diri dan menyaksikan mayat berserakan dimana-mana, dengan cepat orang-orang ini menyadari bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah jago tangguh yang belum pernah dijumpainya selama ini. Oleb karena itu, setelah menampilkan diri, keenam orang tosu itu serentak merogoh sakunya den setiap orang mengeluarkan sebuah senjata pit dan sebuah kencrengan tembaga untuk mempersiapkan diri, kemudian mereka menyebarkan diri keseputar tempat itu sambil mengepung Gak Lam-kun ditengah arena. Tiba tiba satu ingatan cerdas melintas dalam benak Gak Lam-kun, dia sadar apabila ingin lancar didalam serbuannya kedalam kuil Ngo kok koan pada hari ini, maka satu-satunya cara yang bisa di umpan adalah membasmi kekuatan inti musuh secepat-cepatnya dan sebanyak banyaknya. Berpikir demikian, hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya dari atas tanah, dia pungut sebilah pedang, lalu pelan-pelan berjalan kesisi Ki Li-soat tanyanya dengan lirih Nona Ki apakah tujuh orang yang kita hadapi sekarang adalah kekuatan inti dari kuil Ngo kok koan?. Ki Li-soat manggut-manggut, Benar sahutnya. Mereka adalah Ang ma jit tin suatu kelompok kekuatan sedikit dibawah kepandaian silat Tiang pek san him Sementara itu, Ang ma jit tin dibuat termangu-mangu keheranan menyaksikan gerakgerik dari Gak Lam-kun tersebut. Mereka tidak habis mengerti apa maksud yang sebenarnya dari anak muda tersebut mengajukan pertanyaan semacam itu kepada si nona. Sekulum senyuman yang menggidikkan segera tersungging di bibir Gak Lam-kun, katanya, Nona Ki, harap kau mundur untuk sementara waktu dan beristirahatlah. Biar aku seorang diri yang memberi hajaran kepada ketujuh orang cecunguk ini. Sekalipun Ki Li-soat juga tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki Gak Lam-kun telah peroleh kemajuan yang pesat, tapi dia tidak yakin kalau Gak Lam-kun sanggup untuk menghadapi serangan gabungan dari Ang ma jit tin tersebut. Dengan suara lirih dia lantas berbisik, Ang ma jit tin berbahaya das sangat ganas

Aku mengerti! sahut Gak Lam-kun sambil tersenyum, tak akan kubiarkan seorang pun diantara mereka tetap hidup di dunia ini Mendengar ejekan tersebut, Ang ma jit tin menjadi naik pitam, dengan mata merah membara mereka memelototi musuhnya tajam-tajam. Kamudian terdengar Thian jit ang ma membentak keras, pedang bajanya segera diputar melepaskan sebuah serangan lebih dahulu. Gak Lam-kun segera memutar pedangnya untuk menangkis ancaman itu, kemudian Sreet! Sreet secara beruntun dia lancarkan dua buah serangan berantai yang memaksa Thian jit ang ma harus mundur ke belakang dengan gelagapan. Dalam saat yang bersamaan itulah, Thian gwat ang ma, Thian seng ang ma, Thian sin angma, Thian khi ang ma, Thian leng ang ma, dan Thian kin ang ma bersama sama memperkecil lingkaran kepungan mereka menjadi hanya dua kaki luasnya. Dangan kencrengan tembaga melindungi badan, senjata pit bajanya dipersiapkan untuk menghadapi lawan. Gak Lam-kun segera mendongakkan kepalanya tertawa panjang, suaranya keras memekakkan telinga. Dimana pedangnya digerakkan, berkuntum-kuntum bunga pedang segera memenuhi angkasa, lalu cahaya tajam tampak berkelebat lewat, sebuah tusukan kilat telah dilancarkan ke arah tubuh Thian jit ang ma. Menghadapi ancaman tersebut Thian jit ang ma segera menggunakan senjata kencrengan emasnya untuk mematahkan serangan, kemudian senjata pit bajanya dengan jurus Im liong liau ka (naga mega menggetarkan sisik) melancarkan sebuah tusukan. Gak Lam-kun miringkan badan sambil mengegos, pedangnya diputar dengan jurus To san kim che (membuyarkan benang emas) menusuk dari belakang punggung, desingan tajam menderu-deru. Pada saat ini, hawa napsu membunuhnya telah berkobar-kobar, setiap jurus serangan yang dilancarkan hampir semuanya merupakan ancaman yang mematikan. Akan tetapi, Ang ma jit tin adalah inti kekuatan dari kuil Ngo kok koan. Mereka semua hampir memiliki ilmu silat yang sangat tangguh. Sekalipun Gak Lam-kun membalikkan pedang sambil menyerang dengan tangguh dan hebat, akan tetapi pertahanan ketiga orang tosu itupan memiliki kerja sama yang kuat. Thian gwat dan Thian seng ang ma segera memutar senjata kencrengan tembaga untuk menangkis. Criing!

Diiringi suara dentingan nyaring, tangkisan mereka atas bacokan pedang lawan menghasilkan letupan bunga api yang memancar ke empat penjuru. Bersamaan waktunya kedua batang senjata pit baja mereka dengan jarus Han hoa toh lui (Bu-nga salju memetik putik) serentak menusuk jalan darah pay sim hiat dipunggung Gak Lam-kun. Ketika pedangnya terkunci tadi, Gak Lam-kun sudah menyadari akan datangnya bahaya. Menggunakan gerakan itu badannya melompat maju ke arah ke muka. Selagi badannya melayang turun di atas tanah, cahaya tajam bagaikan sambaran kilat telah menyongsong datang dari depan mata. Sedangkan kedua batang senjata pit baja dari Thian sin dan Thian khi ang am juga telah mengancam tiba. Gak Lam-kun tertawa dingin, tangan kirinya tiba-tiba memainkan jurus Ci jiu poh liong (membelenggu naga dengan tangan telanjang). Kelima jari tangannya dilancarkan bersama mengancam pergelangan tangan Thian sin-ang ma, sementara gagang pedang ditangan kanannya dengan gerak melintang menotok pena baja ditangan Thian khi ang ma. Jurus serangan ini boleh dibilang aneh sekali. Dalam jurus serangan suatu ilmu, hampir tak pernah dijumpai ada jurus serangan yang menotok dengan gagang pedang, maka pena baja dari Thian khi ang ma segera kena tertotok hingga terpental kesamping. Thian sin ang ma yang menyaksikan tangan kiri Gak Lam-kun yang sedang menyambar datang itu membawa segulung desingan angin tajam yang menyayat badan, hatinya menjadi amat terkesiap. Buru-buru la tarik napas sambil merendahkan badan kemudian sambil membuyarkan jurus serangan melompat kebelakang. Akan tetapi justru dengan gerakan tersebut, dia malah menyongsong datangnya jurus serangan dari Gak Lam-kun. Tanpa merubah gerak ceugkeraman tangan kirinya, dalam sekali balikan tangan secara telak dia berhasil mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kiri Thian khi ang ma. Mimpipun Thian khi ang ma tidak menyangka kalau cengkeraman yang tertuju pada Thian sin ang ma cuma tipuan belaka sedang cengkeraman kearahnya baru merupakan cengkeraman yang sesungguhnya. Ia segera merasakan peredaran darahnya tersumbat, otomatis separuh badannya menjadi kaku, lima jarinya mengendor dan pit besinya terlepas dari genggaman. Tampaknya sisa enam orang rekan lainnya tidak menyangka sama sekali kalau serangan pedang dan Ki na jiu hoat yang di gunakan Gak Lam-kun sedemikian lihaynya. Kedahsyatan dari jurus Ci jiu poh liong (membelenggu naga dengan tangan kosong) ini betul betul membuat mereka semua terperangah.

Menanti mereka bersiap-siap akan turun tangan menolong, Gak Lam-kun telah bertindak lebih lanjut. Pedang ditangan kanannya segera membacok ke bawah dan tahu-tahu batok kepala Thian khi ang ma sudah mencelat ketengah udara. Darah segar segera memancar keluar seperti pancuran, tubuhnya terkapar ditanah dan tak bernyawa lagi. Padahal pertarungan baru berlangsung tiga empat gebrakan, tapi dari Ang ma jin tin kini sudah tewas seorang. Enam orang sisanya menjadi terkejut, ngeri dan tak terlukiskan sedihnya. Gak Lam-kun tertawa dingin, katanya lagi. Sekarang sudah seorang yang mampus. Haa haa haa Ditengah gelak tertawanya yang amat keras tubuhnya segera menerobos maju ke depan. Pedangnya kembali diputar menusuk ke tubuh Thian leng ang ma yang berdiri di sudut barat. Tenaga serangan yang dimiliki Gak Lam-kun lihay dan kuat. Angin serangan yang menyertai tusukan pedangnya itu benar-benar mengerikan. Dalam sedihnya yang luar biasa, Ang ma lak tin mendongakkan kepalanya dan bersamasama tertawa seram, senjata pena mereka diauyunkan bersama, terdengar benturan nyaring yang memekakkan telinga, tahu-tahu serangan pedang itu sudah ditangkis oleh keenam batang pena baja itu secara bersama sama. Gak Lam-kun segera menggetarkan pergelangan tangannya sambil menarik kembali pedangnya. Jurus kedua belum sempat dilancarkan, sepasang pena baja yang datang dari kiri dan kanan telah menyerang datang hampir bersamaan waktunya dengan membawa desingan tajam serangan itu memancar dahsyat kemari. Gak Lam-kun segera menghimpun tenaga dalamnya dan menyalurkan kekuatan tersebut ke ujung pedang. Dengan jurus Ciau liong ing hong (menunggang naga memancing burung hong) dia punahkan kedua serangan itu deugan daya memental. Kemudian sambil membentak keras pedangnya segera mengembang serangan lagi. Dalam waktu singkat cahaya tajam berkilauan diangkasa, angin pedang menderu-deru bagaikan roda. Tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna, makin dia melancarkan serangan makin dah-syat daya kekuatan yang dipancarkan. Ki Li-soat yang menonton jalannya pertarungan disisi kalangan, pada mulanya masih gelisah dan cemas, akan tetapi setelah melihat gerakan tubuh Gak Lam-kun yang bergerak bagaikan seekor naga sakti dan menerobos kesana kemari ditengah kurungan ke

enam batang pena baja dan kencrengan tembaga lawan tiada hentinya melancarkan gerakan, menotok, menusuk, membacok dan menghadang yang lincah, hatinya lambat laun menjadi lega. Dengan begitu, rasa percaya Ki Li-soat pada kemampuan Gak Lam-kun pun bertambah besar. Ia merasa betapa sakti dan anehnya ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun tapi setelah diamati lebih seksama dia baru menyadari bahwa jurus pedang yang dipakai olehnya untuk membacok, menusuk, menotok dan menyerang itu hampir seluruhnya merupakan jurus sederhana yang biasa, hal mana segera menimbulkan rasa cengangnya. Maka dia pun memusatkan segenap perhatiannya untuk mengikuti gerak perubahan sambil mencoba meresapi makna dari gerakan itu. Tanpa disadari, dengan pemusatan pikiran ini ia telah berhasil membawa kepandaian silat yang dimilikinya maju ketingkatan yang lebih dalam. Hawa pedang Gak Lam-kun malang melintang kemana-mana. Secara beruntun dia sudah melancarkan puluhan jurus serangan, tapi selalu gagal untuk mendesak mundur keenam orang lawannya walau selangkahpun. Sebaliknya jurus serangan dan tenaga pukulan yang terpancar dari keenam orang itu kian lama kian terasa berat dan mantap. Ke enam orang itu masing masing bertahan disuatu sudut tertentu, baik dikala melancarkan serangan maupun disaat menahan gempuran. Mereka dapat melakukannya dengan suatu kerja sama yang sangat rapat. Haruslah diketahui, pertarungan antara jago lihay sering hanya berselisih kecil sekali. Bila tenaga dalam yang dimiliki keenam orang itu digabungkan menjadi satu, sudah barang tentu kekuatan mereka jauh lebih unggul dari pada kepandaian Gak Lam-kun. Itulah sebabnya ditengah kepungan enam orang jago yang gencar dan rapat, untuk sesaat lamanya Gak Lam-kun tak mampu meraih kemenangan apa-apa. Tiga puluh gebrakan kemudian, Gak Lam-kun mulai merasa gelisah. Apalagi setelah menyaksikan kesempurnaan tenaga dalam yangdimiiiki keenam orang itu, dimana makin bertarung mereka semakin mantap. Rasa gelisah itu boleh dibilang lak terlukiskan dengan kata-kata. Padahal saat itu musuh utamanya belum turun tangan. Itu berarti dia harus menyimpan sedikit tenaga untuk menghadapi pertarungan tersebut. Andaikata ia tidak mengambil keputusan untuk melangsungkan pertarungan kilat dikuatirkan ia tak akan berhasil dalam waktu singkat. Berpikir demikian gerak serangannya pun segera ikut mengalami perubahan. Secara tiba-tiba pedang kanan Gak Lam-kun bergetar keras. Jurus pedangnya dilancarkan secara berantai, sementara telapak tangan kirinya juga berulang kali melancarkan

pukulan-pukulan angin puyuh yang dahsyat. Secara kombinasi telapak tangan kiri dan pedang ditangan kanan melancarkan serangan secara bertubi-tubi. Cahaya pedang bagaikan bintang perak yang bertebaran di angkasa, menyelimuti seluruh ruangan pertarungan. Angin pukulan bagaikan taupan dahsyat menderu-deru. Untuk sesaat suasana disekitar arena pertempuran sunngguh mengerikan sekali. Dengan terjadinya perubahan ini, betul juga keenam orang tosu itu segera terdesak hebat dan secara beruntun mundur kebelakang berulang kali. Tampaknya sebentar lagi Gak Lam-kun akan meraih hasil, tiba-tiba terdengar Thian jit ang ma membentak keras, permainan penanya turut berubah, menyusul kemudian lima orang tosu lainnya saling bergeser. Sementara kencrengan tembaga dan pena bajanya melancarkan serangan melewati liang luang kosong yang tersedia. Pada mulanya masih tampak ke enam orang tosu itu menyerang dan bertahan secara bersama, bayangan pena berkelebat kian kemari. Tapi selewatnya beberapa jurus, makin bertarung gerakan tubuh mereka semakin cepat. Dua belas macam senjata yang berada ditangan mereka menciptakan selapis kabut cahaya yang segera mengunci semua serangan gencar yang dilepaskan oleh Gak Lam-kun. DENGAN cepat Gak Lam-kun berkerut kening, sambil membentak keras dia maju melepaskan serangan berantai. Sreeet! Sreeet! Sreeet! Dalam waktu singkat tiga jurus serangan telah dilancarkan, pedang itu bergerak bagaikan naga sakti, seketika itu juga memaksa Thian-jit, Thian-gwat dan Thian-seng terdesak mundur beberapa depa ke belakang. Tampaknya asal Gak Lam-kun melancarkan beberapa jurus serangan lagi dia pasti akan berhasil, tiba-tiba terdengar bentakan keras menggelegar memecahkan keheningan. Thian sin ang ma, Thian leng ang ma dan Thian kin ang ma bersama sama memutar senjata pena baja dan kencrengan tembaga sedemikian rupa untuk menyerang punggung Gak Lam-kun. Si anak muda tertawa terbahak bahak, bagaikan setan gentayangan tiba-tiba badannya tergeser ke samping, sebentar kekiri sebentar kekanan. Yaa, menghindar, yaa menghadang yaa menerjang, seketika itu juga ke enam orang tosu itu dibikin kocar kacir dan kalang kabut tak karuan. Ki Li-soat dapat melihat betapa aneh dan saktinya gerakan tubuh pemuda, itu, diantara ayunan senjata yang begitu rapatnya ternyata ia sanggup mengegos kesana kemari dengan langkah yang lincah, kehebatannya sungguh pantas terpuji.

Dalam waktu singkat, dari posisi menyerang Ang ma jit tin telah berubah menjadi posisi bertahan. Oleh serangan Gak Lam-kun yang membacok dari kanan menebas dari kiri ini, mereka terdesak mundur terus berulang kali. Kencrengan tembaga dan baja mereka harus menangkis ke kiri membendung ke kanan, tak sedikit pun mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan balasan. Menyaksikan kesemuanya itu, Ki Li-soat bertambah heran, sepintas lalu dapat dilihat kalau gerakan tubuhnya itu lihay dan mengandung perubahan yang tak ada batasnya, tapi kalau diperhatikan langkah kakinya ternyata bagitu sederhana dan biasa. Tiba tiba terdengar dua kali suara dengusan tertahan. Menyusul kemudian terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati Thian sin ang ma dan Thian seng ang mi tahu-tahu sudah tertusuk jalan darah kematiannya oleh pedang Gak Lam-kun sehingga roboh tewas di tanah, sedangkan Thian kin ang ma kena dihajar secara telak sehingga muntah darah dan roboh terkapar diatas tanah dengan terluka parah. Thian jit ang ma, Thian gwat ang ma dan Thian leng ang ma yang menjumpai tiga orang rekannya kembali tewas sacara mengerikan, dengan gusar dan dendam mereka membentak keras, pena baja serta kencrengan tembaganya diayun secara membabi buta lalu menerjang kemuka. Gak Lam-kun tertawa dingin, tiba-tiba pedangnya disambit kedepan. Serentetan cahaya patih yang menyilaukan mata bagaikan sambaran petir segera meluncur kedepan. Dimana cahaya tajam itu menyambar lewat dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali bergema memecahkan keheningan malam. Darah segar berhamburan kemana mana. Thian gwat ang ma dan Thian leng ang ma tahu tahu sudah tertembus oleh sambaran pedang sehingga tewas seketika itu juga. Setengah abad malang melintang diluar perbatasan, belum pernah Thian jit ang ma menderita kekalahan yang demikian mengenaskan seperti apa yang dialaminya saat ini. Tidak sampai setengah jam lamanya, Ang ma jit tin yang nama besarnya sudah menggetarkan luar perbatasan dan belum pernah terkalahkan, sudah ada aaam oraag diantaranya yang tewas ditangan orang lain Peristiwa ini benar-benar membuat hatinya merasa amat pedih sekali, tapi dia berilmu tinggi tenaga dalamnya juga cukup sempurna. Sekalipun menghadapi pukulan batin yang berat, sikapnya tak sampai terbodoh bodoh separti orang yang kehilangan sukma. Gak Lam-kun telah tertawa dingin tiada hentinya. Setelah memandang sakejap keenam sosok mayat yang tergeletak diatas tanah itu katanya, Aku lihat, lebih baik kau juga mengikuti mereka saja untuk berpulang ke akhirat!

Seusai berkata, tiba tiba ia maju kedepan sambil melancarkan serangan, sebuah pukulun dahsyat segera dilontarkan. Sampai detik itu Thian jit ang ma masih berada dalam keadaan sadar, kaki kanannya segera maju setengah langkah kedepan, badannya berputar kencang lalu kencrengan tembaganya digetarkan ke atas, dengan jurus ing hong toan cau (menyongsong angin memotong rumput) dia bacok lengan musuh. Gak Lam knn tersenyum sinis, kaki kirinya segera berputar dan mundur beberapa depa ke belakang, sepasang telapak tangannya digerakkan silih berganti, dalam waktu singkat dia telah melancarkan empat buah pukulan dahyat bahkan serangan yang jaun lebih dahsyat daripada serangan yang lalu. Thian jit ang ma mengerahkan tenaganya ke dalam pena baja kencrengan tembaganya. Dengan menciptakan setengah lingkaran bianglala berwarna perak membendung keempat buah serangan tersebut, setelah itu dia balas melancarkan tiga buah tusukan dengan pena baja itu. Tapi sayang semua serangannya itu berhasil dipunahkan oleh pukulan pakulan yang dilancarkan Gak Lam-kun. Pada waktu itu Thian jit ang ma baru dapat merasakan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun, diam diam ia lantas menghimpun tenaganya manjadi satu. Kali ini dia tidak berebut untuk melancarkan serangan lagi, melainkan hanya siap menanggap dengan ketenangan bagaikan batu karang. Gak Lam knn segera tertawa keras katanya, Ilmu silatmu memang benar benar lebih tinggi daripada mereka. Sambutlah beberapa jurus seranganku ini lagi! Selesai berkata kakinya melangkah ke tiong-kiong dan mendesak maju ke muka. Thian jit ang ma segera menggetarkan senjata penanya melakukan serangan dengan jurus Hui pau liu suan (air terjun mengalir ke mata air), mata pena menusuk dada dari Gak Lam-kun sementara kencrengan tembaganya dengan jurus su hoa cun hi (hujan rintik diatas bunga) menyapu bagian bawah lawan. Tapi dibawah serangan pena baja dan kencrengan tembaga itu masing masing justru tersembuyi sejurus perubahan To coan-im yang (membolak balikkan im yang) yang maha dahsyat. Asal Gak Lam-kun menghindarkan diri dari serangan itu, dia akan segera merubah tusukkannya menjadi sapuan, kemudian dari sapuan berubah menjadi tusukan. Kedua duanya bisa menyerang bersama secara kombinasi. Siapa tahu Gak Lam-kun sama sekali tidak menghindarkan diri dari ancaman pena mau pun kencrengan tersebut, telapak tangan kirinya direntangkan lalu diayun ke muka.

Setelah memaksa gerak pena dan kencrengan itu tersumbat ditengah jalan, telapak tangannya dengan jurus Ci kou thian bun (menyembah-pintu langit) membacok batok kepala lawan. Didalam serangannya ini, Gak Lam-kun telah mempergunakan empat bagian tenaga dalamnya, kehebatannya luar biasa. Thian jit ang ma hanya merasakan tekanan yang maha dahsyat menindih dadanya, terpaksa ia tarik kembali serangannya sambil melompat mundur sejauh lebih kurang tujuh depa ke belakang. Gak Lam-kun segera mengikuti gerakan tersebut mengejar ke muka. Sepasang telapak tangannya melancarkan serangan secara beruntun, angin pukulan menderu deru. Makin lama serangannya semakin gencar, beberapa jurus kemudian tenaga serangan yang maha dahsyat itu sudah melanda hampir tujuh kaki lebih. Thian jit ang ma telah mengerahkan segenap tenaga murni yang dimilikinya ke dalam pena baja serta kencrengan tembaga tersebut. Diantara kilatan cahaya tajam yang berkilauan, terkandung angin pena dan angin kencrengan yang sangat kuat. Sepintas lalu kedua orang itu tampak seperti saling menggunakan kepandaian saktinya untuk menguasai keadaan. Sesungguhnya dibalik serangan demi serangan tersebut justru terjadi saling adu kekuatan yang mengerikan. Bukan saja di dalam serangan telapak tangan dan pedang itu mengandung perubahan perubahan jurus yang mematikan, bahkan terkandung pula tenaga serangan yang maha dahsyat. Empat belas gebrakan kemudian, Thian jit ang ma sudah merasa keteter hebat dan tak sanggup untuk bertahan terus. Dia merasa tenaga pukulan yang terpancar dari balik telapak tangan Gak Lam-kun itu makin lama semakin ganas. Jurus serangan yang digunakan juga makin lama semakin aneh ternyata dia sudah didesak sehingga tak sanggup lagi untuk mengendalikan keadaan. Mendadak. terdengar dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan. Kemudian terlihatlah Thian jit ang ma dengan wajah hijau membesi, senjata penanya terkulai ke bawah, kencrengan tembaganya terlempar ditanah, tubuhnya berdiri kaku dua kaki jauhnya diri sisi kalangan tersebut. Sikap Gak Lam-kun sendiri amat santai, dengan sinar mata memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati katanya dengan suara sedingin salju. Sekarang aku tak akan membinasakan dirimu. Sekarang cepat kembali ke kuil dan beritahu kepada Tiang pek sam him, pada kentongan kedua nanti aku Gak Lam-kun akan naik ke kuil untuk meminta orang

Thian jit ang ma mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Haa haa haa bagus. bagus sekali. Dendam kesumat dan hutang darah ini pasti ada orang yang akan memperhitungkannya denganmu! Seusai berkata, sambil menahan rata sakit akibat luka yang dideritanya itu, Thian jit ang ma segera berangkat menuju kearah utara. Menanti bayangan tubuh orang itu sudah lenyap dari pandangan mata, Ki Li-soat baru pelan-pelan berjalan menghampirinya, katanya sambil tersenyum. Kini Ang ma jit tin sudah tewas enam orang itu berarti kekuatan Ngo kok koan yang sesungguhnya telah lenyap separuh bagian besar Nona Ki! tanya Gak Lam-kun kemudian, bagaimanakah pendapatmu tentang ilmu silat yang dimiliki Sam Him jika dibandingkan dengan Ang ma jit tin? Tentu saja jauh lebih tinggi dari ketujuh orang itu. Cuma sampai dimanakah kelihayannya aku sendiripun kurang begitu jelas Gak Lam-kun segera menhela napas panjang. Dengan kepandaian silat yang dimiliki Ji Cin-peng pun nyatanya dia berhasil ditawan oleh mereka, aku rasa Tiang pek sam him (tiga beruang dari bukit Tiang pek) sudah pasti merupakan manusia-manusia yang tak dapat dianggap enteng! Diiringi belian napas panjang, berangkatlah ketiga orang itu meneruskan kembali perjalanannya, menuju ke arah utara. Setelah melewati tujuh delapan bukit yang tinggi, waktupun menunjukkan permulaan kentongan yang pertama. Agaknya Ji Kiu liong sudah tidak sabar lagi tidak tahan dia lantas bertanya, Enci Ki, sebenarnya kuil Ngo kok koan itu terletak di mana? Masih jauhkah letaknya dari sini? Itu dia, diatas puncak bukit yang sangat tinggi itu! jawab Ki Li-soat sambil menuding bukit paling tinggi yang berada di sebelah barat laut itu. Gak Lam-kun mencoba untuk mengerahkan ketajaman matanya dan memeriksa keadaan disana. Tampak bukit yang berserakan di sekitar sana amat banyak. Dibawah sinar rembulan tampak salju yang putih menyelimuti hampir seluruh pemukaan tanah, bahkan pada puncak bukit itu seperti terselimuti oleh selapis kabut yang tebal sekali. Setelah perjalanan dilanjutkan kembali beberapa saat lamanya, sampailah mereka di depan mulut bukit tersebut. Gak Lam-kun kembali memeriksa keadaan sekitar perbukitan itu. Dia menjumpai bahwa mulut masuk ke bukit itu merupakan selat sempit yang diapit oleh dua buah bukit. Dinding karang yang terjal dan licin itu mencapai ketinggian ratusan kaki lebih dan

memanjang kearah barat. Ditengahnya terpentang sebuah selat sempit yang luasnya paling banter dua kaki. Gak Lam-kun dapat merasakan betapa berbahayanya tempat tersebut, apalagi dinding tebing yang licin dan terjal itu hakekatnya halus seperti cermin dan sama sekali tiada batu yang menonjol maupun pohon yang tumbuh disana. Selain daripada itu makin menjorok kedalam, selat itu semakin sempit. Tiga puluh kaki kemudian tiba-tiba selat itu berbelok ke arah kiri sehingga tidak diketahui berapa panjang sesungguhnya selat sempit itu. Dengan situasi medan semacam ini, seandainya ada musuh yang bersembunyi diatas dinding bukit dikedua belah sisi selat, baik mereka mau menyerang secara tersembunyi atau terang terangan, tidak gampang bagi mereka untuk meloloskan diri. Maka Gak Lam-kun segera maju ke depan lebih duluan untuk membuka jalan. Setelah melewati lima puluh kaki lebih dan berbelok ke sebelah kiri, tampaklah dinding bukit di kedua belah sisi jalan itu makin tinggi. Keadaan medanpun semakin berbahaya. Kurang lebih seperempat jam kemudian, merekapun baru berhasil keluar dari daerah berba-haya yang ratusan kaki panjangnya itu tanpa mendapat serangan dari lawan. Sesudah keluar dari lembah itu pemandangan yang terbentang didepan matapun kembali berubah. Tampak sebuah bukit tinggi yang menjulang ke angkasa berdiri angker ditengah kegelapan malam. Didepan puncak tinggi itu merupakan sebuah tanah datar yang beberepa ratus hektar luasnya. Lapangan itu dikelilingi tebing yang terjal tapi tidak setinggi puncak utama tersebut. Sayang malam itu sangat gelap sehingga yang bisa dilihat hanya garis besarnya saja. Mendadak dari arah depan meluncur datang empat sosok bayangan manusia. Belum lagi sampai ditempat tujuan, salah seorang diantaranya sudah berteriak lebih dulu dari kejauhan, Apakah yang berada didepan adalah orang she Gak? Gak Lam-kun tertawa terbahak bahak, Haa haa haa benar! Kalian berpesan kepada Tiang pek sam him agar membuat persiapan yang lebih matang lagi Salah seorang diantara keempat orang itu kembali berseru dengan suara dingin, Jika ingin berkunjung ke kuil Ngo kok koan, harap mengikuti kami Selesai berkata mereka berempat segera membalikkan badan dan berlarian kembali dengan kecepatan tinggi. Gak Lam-kun, Ki Li-soat dan Ji Kiu liong memang merupakan jago jago yang bernyali besar dan berilmu tinggi. Dengan cepat mereka mengikuti di belakang dengan ketat.

Sesudah melalui jalan gunung yang sempit mereka mendaki terus lebih keatas. Pada mulanya meski medan amat berbahaya, masih ada jalan setapak yang dapat dilalui. Akan tetapi semakin naik keatas, keadaannya semakin berbahaya. Satelah berada pada ketinggian empat ratus kaki, jalan setapak itu boleh dibilang telah terputus sama sekali. Sambil melakukan perjalanan dengan gerakan tepat. Ki Li-soat segera menuding kedepan sambil berseru. Dibelakang hutan sana adalah telaga langit dari bukit Tiang pek san. Dibawah sebuah tebing curam benar juga Gak Lam-kun menemukan sebuah telaga yang besar Bagaimana pun juga Ji Kiu liong masih kekanak-kanakan, buru-buru serunya keherenan, Telaga langit? Apakah telaga langit itu? Ki Li-soat berpaling dan memandang sekejap kearah pemuda itu, kemudian katanya, Konon menurut dongeng, pada suatu hari putri kaisar Thian tee telah turun dari kahyangan, untuk menolong meringankan kerisauan umat manusia di alam semesta ini. Diapun mencabut tusuk kondenya dan membuat sebuah garis lingkaran dipuncak bukit ini, seketika itu juga tanah diperbukitan ini tenggelam dan muncul sumber air yang menutupi tanah ledakkan tersebut. Sehabis mandi di telaga itu putri Thian tee baru kembali ke kahyangan. Semenjak itulah telaga ini dinamakan telaga langit telaga ini merupakan suatu tempat indah yang amat terkenal dinegeri kita ini Selesai mendengar cerita itu, Ji Kiu liong baru manggut-manggut tanda mengerti. Maka Gak Lam-kun, Ki Li-soat dan Ji Kiu liong segera melanjutkan kembali perjalanannya ke depan. Setelah melewati hutan yang gelap gulita didepan mereka terbentanglah suatu dunia lain yang sangat indah. Empat penjuru bukit yang mengitari sana dilapisi oleh salju putih yang tebal. Angin dingin yang berhembus lewat serasa menyayat badan. Bila seseorang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna, jangan harap mereka bisa melewati tempat itu. Sesudah melewati padang salju yang tebal mereka harus mendaki lagi sebuah tebing vang curam sebelum akhirnya tiba di puncak bukit tersebut, sementara itu waktu telah menunjukkan kentongan kedua. Sekali lagi Gak Lam-kun memperhatikan situasi diatas puncak bukit itu.

Tampak olehnya, kuil Ngo kok koan yang merupakan tempat paling berpengaruh dan menakutkan bagi orang orang diluar perbatasan itu bertengger diatas puncak bukit, bangunan itu berdiri dengan menempel padi dinding bukit yang terjal, bangunan ini berbeda sekali dengan bangunan kuil yang lainnya. Rumah dibangun bersusun susun dengan amat menterengnya, daripada disebut kuil, tempat itu lebih mirip kalau dikatakan sebagai suatu perkampungan. Tiba tiba terdengar tiga kali bunyi tambur berkumandang memecahkan keheningan. Menyusul kemudian terdengar bunyi genta bertalu-talu dan memekakkan telinga, tapi sembilan kali kemudian genta itupun berhenti berbunyi suasanapun pulih kembali dalam keheningan. Lama sekali setelah tambur dan genta berkumandang tadi, tiba-tiba muncul seseorang pendeta baju putih dengan langkah targesa-gesa, kemudian ia membisikkan sesuatu kepada keempat orang itu. Mendengar bisikan tadi, keempat orang pendeta tersebut segera masuk kedalam kuil dengan langkah tergesa-gesa. Sedangkan pendeta berbaju putih tadi segera menjura kepada Gak Lam-kun sekalian lalu katanya sambil tertawa. Kami tidak menyangka akan kedatangan beberapa orang tamu yang datang dari jauh. Bila penyambutan kami kurang menyenangkan, harap kalian sudi memaafkan, sekarang silahkan kalian masuk kekuil dan menunggu sebentar Gak Lam-kun bertiga sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun, dengan berjajar tiga mereka mengikuti dibelakang pendeta penerima tamu berbaju putih itu. Dibalik pagar pekarangan yang tinggi, selain bangunan rumah yang didirikan melingkari bukit disanapun terbentang sebuah tanah lapang yang sangat luas, dibawah sinar rembulan tampak bayangan manusia berkelebat kesana kemari. Walaupun sepintas lalu mereka tampak seperti hwesio, tapi dandanan maupun warna pakaian yang dikenakan berbeda-beda. Bila dilihat dari langkah mereka yang tergesagesa tampaknya mereka sedang repot sekali, tapi semuanya membungkam dan tak seorangpun yang berbicara. Masing-masing mengambil jalannya sendiri sendiri seperti satu sama lainnya adalah orang asing. Sepanjang jalan Gak Lam-kun bertiga entah sudah bertemu dengan berapa banyak hwesio, tapi semuanya hanya memandang sekejap kearah beberapa orang itu dengan pandangan dingin, tidak menegur tidak menyapa bahkan ada pula diantaranya yang melirik sekejappun tidak. Situasi yang serba dingin dan aneh ini dengan cepat menciptakan semacam suasana yang misterius, tegang dan penuh keseraman, membuat seseorang merasa seakan-akan dirinya berada dalam neraka.

Baik Gak Lam-kun maupun Ki Li-soat, ke dua duanya adalah jago persilatan yang sudah lama malang melintang didunia. Pertarungan apapun, tempat macam apapun sudah banyak yang dilihat, tapi sekarang tak urung juga timbul perasaan bergidik dihati mereka. Mereka semua merasa bahwa lembah ini penuh diliputi hawa setan yang mengerikan membuat orang tidak tenang terutama Gak Lam-kun yang sangat menguatirkan keselamatan Ji Cin peng, hatinya merasa gelisah cemas dan tak karuan. Pendeta penerima tamu berbaju putih itu membawa mereka menuju ke sebuah ruangan disebelah kiri kuil. Ruangan itu agaknya khusus digunakan un tuk menyambut kedatangan tamu, baik dekorasi maupun perabotnya amat bersih dan indah. Waktu itu udara sangat bersih tiada awan diangkasa, rembulan bersinar lembut diatas awang-awang dan menyorokan sinarnya menembusi jendela menerangi ruangan. Ketika cahaya lentera didalam ruangan itu tertimpa sinar rembulan, jilatan apinya segera berubah menjadi kehijau-hijauan. Tiba tiba pendeta penerima tamu berbaju putih itu berpaling dan memandang sekejap kearah Ki Li-soat. Ia saksikan perempuan itu duduk di samping Gak Lam-kun dengan senyuman dikulum dibawab sinar lentera wajahnya kelihatan amat cantik mempersonakan hati. Untuk sesaat lamanya ia menjadi tertegun. Tiba tiba Ji Kiu liong mendengus dingin, kemudian serunya dengas suara lantang. Sialan, memangnya Tiang pek sam him sudah mampus semua? Kenapa sampai sekarang belum datang juga? Mendengar perkataan itu, paras muka si pendeta penerima tamu berbaju putih itu segera be-rubah hebat, kemudian sambi! tertawa seram teriaknya. Bocah keparat, mulutmu kotor dan tak tahu sopan, sebentar akan kusuruh kau mampus tanpa tempat kubur oooOooo JI KIU LIONG tertawa dingin. Hee hee hee setelah kami berani kemari, itu berarti mati hidup sudah bukan masalah lagi. Suhu, berapa usiamu tahun ini? Sambil berkata selangkah demi selangkah dia maju kedepan menghampiri pendeta tersebut. Ketika dilihatnya pihak lawan tak lebih cuma seorang kanak-kanak, pendeta penerima tamu berbaju putih itu sama sekal tidak memikirkannya dihati, sahutnya dingin. Tahun ini aku berusia empat puluh tujuh tahun.

Kalau begitu hari ini ditahun depan adalah ulang tahun pertama dari kematianmu! sambung Ji Kiu liong lagi. Mendadak sepasang tangannya dirapatkan menjadi satu kemudian didorong ke depan, segmung tenaga pukulan yang maha dahsyat dengan cepat meluncur ke depan. Pendeta penerima tamu berbaju putih itu tertawa seram, ia berdiri dengan telapak tangan tunggal lalu diayun kebawah sekuatnya, angin pukulan segera berhembus lewat menyongsong datangnya ancaman yang dilancarkan oieh Ji kiu liong tersebut. Blaaaam! Dengan cepat dua gulung tenaga pukulan itu bertemu menjadi satu menimbulkan ledakan dahsyat, sekujur badan pendeta itu segera bergetar keras lalu terdorong lima langkah ke belakang dengan sempoyongan. Kali ini dia benar-benar merasa terperanjat sekali, mimpipun tidak disangka olehnya kalau bocah cilik itu memiliki tenaga dalam yang sedemikian sempurnanya. Tiba-tiba ia melihat senyuman dingin dari Ki Li-soat yang begitu dingin dan sinis diujung bibirnya. Tiba-tiba saja pendeta baju putih penerima tamu itu dan malunya menjadi gusar, sambil meraung keras dia mendesak ke depan dengan langkah lebar, kemudian dengan jurusjurus To pit hoa san (membacok runtuh bukit Hoa san) telapak tangan kanannya langsung dihantamkan ke atas ubun ubun Ji Kiu liong. Ci Seng, tahan! mendadak seseorang membentak dengan suara lantang. Sepertu sambaran kilat seorang pendeta berbaju hijau berkelebat masuk ke dalam ruangan. Sementara itu, si pendeta penerima tamu itu telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar dua belas bagian untuk menghantam tubuh Ji Kiu liong. Ketika mendengar peringatan tersebut, ia sudah tak kuasa untuk menahan serangannya lagi, angin pukulan yang dahsyat segera meluncur ke depan dan menumbuk tubuh Ji Kiu liong. Terdengar Gak Lam-kun mendengus dingin telapak tangan kirinya segera dikebaskan ke muka. Suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang di dalam ruangan itu. Tubuh si pendeta penerima tamu berbaju putih itu segera mencelat ke tengah udara, kemudian seperti layang-layarg yang putus benang, tubuhnya meluncur keluar pintu.

Tampaknya ilmu silat yang dimiliki pendeta baju hijau yang sedang melayang masuki dari luar ruangan itu tinggi sekali. Ketika tubuh si pendeta penerima tamu yang tinggi besar itu meluncur ke muka dan menumbuk ke arahnya, dia segera mundur setengah langkah ke belakang, telapak tangan kirinya melepaskan satu pukulan kedepan, sementara tangan kanannya menyambar bahu kanan pendeta tadi. Ketika memeriksa keadaannya, tampak pendeta penerima tamu itu sudah mati dalam keadaan mengerikan. Sepasang matanya membalik ke atas dan darah mengucur keluar dari panca indranya. Menyaksikan kematian yang begini mengenaskan dari Ci Seng hwesio, paras maka pendeta berbaju hijau itu segara menampilkan suatu perubahan yang sangat mengerikan dengan cepat dia mendongakkan Kepalanya dan melotot ke wajah Gak Lam-kun, Ki Lisoat serta Ji Kiu Liong bertiga. Sementara itu, Ki Li-soat sendiripun menampilkan sikap yang tercengang dan keheranan, segera bisiknya, Gak siangkong, itukah pukulan Hud keng ciang (pukulan Kebutan maut)? Gak Lam-kun segera tersenyum Oooh itulah pukulan yang baru saja berhasil kupahami. Sungguh tak kusangka sama sekali kepandaian ilmu pukulan yang demikian tinggi dan hebatnya ini berhasil kupahami didalam keadaan seperti ini Ternyata ilmu pukulan Hud keng ciang itu merupakan suatu ilmu pukulan maha sakti yang telah menggetarkan dunia persilatan pada ratusan tahun berselang. Ilmu pukulan itu ciptaan seorang jago persilatan kenamaan yang waktu itu disebut Ku Yang cu. Sesungguhnya ilmu pukulan itu maha dahsyat, bahkan bila dibandingkan dengan Bok sian ciang dari kaum agama to pun jauh lebih hebat dan luar biasa. Terutama sekali waktu dikibaskan keluar sana sekali tidak menimbulkan desingan suara apa apa. Akan tetapi begitu bertemu dengan tenaga pukulan lawan, maka segera timbullah suatu tenaga pantulan yang luar biasa dahsyatnya. Yang lebih istimewa lagi adalah ilmu pukulan semacam itu dapat memancing tenaga pukulan yang dilancarkan lawan untuk berbalik menumbuk tubuhnya sendiri, sehingga orang tidak akan menyangka sampai kesitu Dengan kehebatan serta keistimewaan semacam itu, mana mungkin pendeta penerima tamu itu sanggup menahan pukulan hud heng ciang dari Gak Lam-kun? Kontan saja seluruh nadi penting didalam tubuhnya putus dan hancur, tidak sempat merintih sepatah katapun jiwanya sudah keburu melayang dulu meninggalkan raganya. Lama sekali pendeta berbaju hijau itu berdiri termangu-mangu, kemudian setelah menyingkirkan mayat sipendeta penerima tamu itu kesamping dia merangkap tangannya didepan dada seraya berkata, Ilmu silat yang cisu miliki benar-benar sangat lihay, siapa

suruh pendeta penerima tamu itu punya mata tak berbiji dan mencari kematian buat dirinya sendiri. Kini Koancu kami menyuruh aku mengundang kehadiran saudara sekalian untuk berjumpa diistana Tiang seng tian Ternyata pendeta berbaju hijau itu adalah searang pembantu dari Tiang pak sam him, ilmu silatnya sangat lihay. Ketika menyaksikan ilmu pukulan Hud keng ciang yang dilancarkan Gak Lam-kun tadi dia sadar bahwa ilmu silatnya masih jauh sekali bila dibandingkan kepandaian orang, maka dia menekan kobaran api dendamnya serta menanggapi sebagaimana mestinya. Boleh dibilang pendeta ini cukup licik dan tahu diri sehingga pandai mengikuti perkembangan situasi. Gak Lam-kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Ki Li-soat, kemudian pelanpelan bangkit bersama dan mengikuti di belakang pendeta berbaju hijau itu keluar dari rumah itu Setelah melewati sebuah tanah lapang mereka menelusuri sebuah jalan beralaskan batu putih dan menuju ke dalam sana. Jalan setapak itu mengitari banguna rumah dan berliku-liku menuju ke dalam sana. Sesudah melewati beberapa kali tikungan, pemandangan kembali berubah. Tampak pohon siong raksasa yang tinggi dikedua belah tepian jalan. Dibawah sinar rembulan tampaklah diujung pohon siong itu berdiri sebuah bangunan yang amat besar dan megah. Dari kejauhan tampaklah bangunan itu bermandikan cahaya lampu. Bayangan manusia bergerak kesana kemari tetapi tidak kedengaran suara sedikitpun. Pendeta berbaju hijau itu membawa Gak Lam-kun sekalian langsung menuju ruang tengah. Bangunan istana itu seluruhnya terbuat dari batu hijau yang keras, tingginya mencapai tiga kaki dan terdiri dari dua belah bilik. Dalam ruangan tengah terdapat tiga puluh enam buah lilin besar yang memancarkan sinar terang. Suasana amat terang benderang bagaikan ditengah hari saja. Kedua belah sisi ruangan itu berdiri berjajar dua baris pendeta dan memanjang sampai ke dinding sebelah belakang sana. Diujung ruangan terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari batu dengan bentuk sekuntum bunga teratai. Di atas mimbar berbentuk teratai itu berdiri tegak tiga orang manusia. Yang berada ditengah adalah seorang manusia aneh yang jangkung dan ceking. Di sebelah kanannya seorang kakek aneh berbulu emas yang ceking dan kecil, sedangkan disebelah kiri berdiri seorang Touto (hwesio yang memelihara rambut) berwajah bengis dan bertubuh gemuk seperti sebuah tong.

Mereka bertiga bukan lain adalah Tiang pek-sam-him (tiga buruang dari bukit Tiang pak) yang amat termashur namanya didalam dunia persilatan itu. Gak Lam-kun belum pernah bersua dengan Tiang pek sam him, akan tetapi setelah menyapo sekejap ketiga orang itu dengan pandangan tajam, hatinya kontan saja bergetar keras, pikirnya, Kelihatannya Tiang pek sam him tak bisa disamakan dengan umat persilatan pada umumnya. Mereka rata-rata berwajah sangar dan keras, jelas tenaga dalamnya lelah mencapai pada puncak kesempurnaan yang luar biasa sekali. Aku musti berhati hati, bisa jadi kalau terlalu gegabah malah akan merugikan diriku sendiri. Dibelakang Tiang pek sam him, yakni di setengah lingkaran belakang bunga teratai besar itu berdiri berjajar dua belas orang pendeta berbaju hijau. Usia mereka rata-rata diantara lima puluh tahunan. Sinar matanya tajam dan keningnya pada menonjol keluar. Jelas tenaga dalam yang mereka miliki amat sempurna. Ternyata kawanan pendeta berbaju hijau itu adalah para Hu hoat taysu (pendeta pelindung) yang berada dalam Ong kok koan. Ilmu silat mereka rata-rata sudah mencapai pada puncak kesempurnaan, bahkan kehebatannya sama sekali tidak berada dilawan Ang ma jit tin. Pendeta berbaju hijau itu segara maju kedepan selangkah lebih cepat, kemudian memberi hormat sambil berkata. Tiga orang yang menerobos wilayah suci kuil kita telah mengikuti tecu masuk ruangan! Ong kok bim cun (Rasul beruang dari kuil Ong kok koan) mengalihkan dulu sorot matanya untuk memandang sekejap ke wajah Gak Lam-kun, kemudian sinar mata itu beralih pula ke tubuh Ki Li-soat, setelah itu baru katanya sambil tertawa dingin, Ada urusan apa kalian berkunjung ke tempat kami? Silahkan mengemukakan maksud tujuan kalian! Sikapnya amat angkuh dan tinggi hati, suaranya dingin bagaikan es, sungguh amat tak sedap dipandang maupun didengar. Gak Lam-kun merasa kheki sekali, tapi ia berusaha keras untuk menahan diri, sahutnya kemudian dengan lantang, Tanpa urusan tak akan kami ganggu ketenangan kalian. Aku hanya ingin bertanya ketika beberapa hari berselang kalian mengnjungi wilayah Tionggoan dan membasmi perguruan Panah Bercinta konon ketua perguruan itu sudah kalian tawan. Hari ini aku sengaja datang kemari untuk meminta kembali orang itu Belum lagi Ong kok him cun sempat menjawab, Im yang him (beruang banci) yang berada disebelah kiri itu sudah tertawa dingin sambil mengejek, Minta orang? Hee hee hee kau anggap begitu gampang? Paras muka Gak Lam-kun segera berubah hebat, serunya dengan penuh kegusaran, Bila kalian tidak segera menyerahkan ketua dari perguruan Panah Bercinta itu kepadaku,

jangan salahkan kalau segera kubasmi kuil Ong kok koan kalian ini sehingga rata dengan bumi Kendengar ucapan tersebut, Ong koh him cun segera tertawa terbahak bahak. Haa haa haa Sejak dulu sampai sekarang kau boleh dianggap sebagai orang pertama yang berani mendatangi kuil Ong kok koan untuk bikin keonaran. Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, kau telah membantai anggota perguruan kami, tahukah kau berapa besar dosamu itu? Gak Lam-kun tertawa angkuh. Kau anggap berhak untuk menuntut kepadaku? Pertanyaan tersebut kontan saja membuat paras muka Ong kok him cun kembali berubah hebat. Sekarang ia sudah dapat merasakan bahwa pemuda tersebut memiliki suatu kewibawaan yang besar dan mengerikan sekali. Hui thian bu im kim si him (beruang bulu emas terbang diangkasa tanpa bayangan) segera melejit ke udara, kemudian secepat sambaran kilat menubruk ke muka. Menyaksikan gerakan tubuhnya itu, Gak Lam-kun merasa terperanjat sekali. Cepat-cepat kakinya berputar dan bergeser tiga depa kesamping kiri. Tapi, ketika Gak Lam-kun mempersiapkan telapak tangannya untuk melancarkan bacokan, tahu tahu bayangan tubuh Hui thian bu im kim si him yang berada dihadapannya sudah lenyap dari pandangan mata. Ternyata ia telah balik kembali ke atas mimbar teratai itu. Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam Gak Lam-kun berkerut kening, Ia merasa gerakan tubuh orang ini sedemikian cepatnya sehingga sukar diikuti arah tujuannya dengan mata telanjang. Itu berarti jika ingin menyerang orang tersebut, maka dia harus mempergunakan jurus serangan yang paling cepat. Berpikir demikian, tanpa terasa Gak Lam-kun meningkatkan kewaspadaannya tiga bagian lebih besar. Mendadak.. Sekilas ingatan aneh melintas didalam benaknya Gak Lam-kun segera tertawa ringan, dengan sikap yang santai dan acuh tak acuh dia maju ke muka dan pelan pelan mendekati mimbar eratai dtmana Tiang pek sam him sedang berdiri. Lebih kurang satu tombak dari mimbar bunga teratai, Gak Lam-kun segera menghentikan langkahnya, lalu sambil tersenyum dia berkata, Silahkan kalian mencoba untuk menerima satu jurus Lian hon seng hong (bunga teratai mekar besar) ku ini!

Sambil berkata telapak tangan kanannya secara beruntun mengibaskan sebuah pukulan ke arah tiga beruang dari bukit Tiang pek san tersebut. Ketika pukulan Hud keng ciang ini dilancarkan, tiada hembusan angin tiada suara desingan. Sepintas lalu ancaman tersebut seolah-olah enteng bagaikan sama sekali tak berwujud. Tapi buat Tiang pek sam him yang bermata tajam, tidak gampang mereka terkecoh dengan begitu saja. Begitu Gak Lam-kun melancarkan serangan, mereka segera tahu akan kelihayan orang. serentak tiga gulung angin pukulan dilontarkan pula bersama ke tubuh si anak muda itu. Kedua belah pihak boleh dikata sama-sama merupakan jago kelas satu di kolong langit. Begitu mereka melancarkan serangan, suasana dalam ruangan serangan diliputi gelombang angin pukulan yang dahsyat dan amat menyesakkan nafas. Cahaya lilin dari ketiga puluh enam batang lilin raksasa dalam ruangan Tiang seng tian segera bergoncang keras seakan setiap saat bisa jadi padam. Tapi ketika cahaya lilin itu bergoyang untuk ketiga kalinya, hawa pukulan yang menyesakkan napas itu tiba-tiba lenyap tak berbekas. Tiang pek sam him yang berdiri diatas mimbar bunga teratai segera berubah wajah, bagaikan tiga butir putik yang meletup keudara. Ketiga orang itu segera melejit ketengah udara dan menyebar ketiga arah yang berbeda. Dalam sekejap mata itulah.. Dua batas orang pendeta baju hijau yang berada dibalakang mimbar bunga teratai itu segera merasakan desakan angin pukulan dahsyat yang menekan keatas dada meraka, tanpa bisa dihindari tubuh mereka segera terlempar keudara. Beberapa kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera menyusul menggema pula di udara. Dari dua belas orang pendeta baja hijau yang semula berada disitu, secara misterius tahutahu ada empat orang diantaranya yang roboh terkapar ditanah. Blaaaamm! Suatu ledakan dahsyat yang memkakkan telinga menyusul menggema disitu. Empat belah dinding ruangan Tiang seng tian seolah-olah bergoncang keras, bagaikan tertimpa gempa bumi saja, suasana menjadi kacau, panik dan mengerikan.

Suasana yang luar biasa hebatnya ini kontan saja membuat semua orang yang berada didalam ruangan itu tertegun dan berdiri melongo, saking kagetnya mereka tak tahu apa yang musti dilakukan. Sedang Gak Lam-kun sendiripun menampilkan juga rasa kaget yang luar biasa. Dia tidak menyangka kalau pukulan Hud keng cang yang dilancarkan olehnya itu bisa menghasilkan kekuatan yang demikian besarnya. Ternyata ketika ketiga buah pukulan dahsyat yang dilancarkan oleh Tiang pak sam him tadi bertemu dengan pukulan Hud heng ciang tersebut secara tiba-tiba saja arah sesarannya terpancing hingga berubah arah dan malahan berbalik untuk menghantam ketubuh ketiga beruang dari Bukit Tiang pek. Kenyataan ini sangat mengejutkan hati mereka, buru-buru mereka melejit ke udara dan menghindarkan diri. Dengan perginya ketiga orang itu secara tiba-tiba, akibatnya kedua belas orang pendeta baju hijau yang berada dibelakangnya justru persis menyongsong datangnya pukulan dahsyat itu. Benar tenaga dalam yang mereka miliki sangat tinggi, tapi tak mungkin bisa manahan serangan dahsyat yang betul-betul mengerikan itu? Maka, akibatnya empat orang pendeta yang persis berada di muka serangan dahsyat itu segera terhajar telak dan tewas seketika itu juga. Sesungguhnya dengan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sendiri, mustahil baginya untuk menghasilkan angin pukulan yang sedahsyat itu, lalu dari mana datangnya tenaga pukulan yang begitu hebatnya? Ternyata angin pukulan maha dahsyat itu dihasilkan dari himpunan segenap tenaga dalam yang dimiliki oleh Tiang pek sam him. Untuk sesaat lamanya, Tiang pek sam him, Gak Lam-kun maupun Ki Li-soat hanya berdiri termangu-mangu ditempat. Sepasang mata mereka memandang jauh ke depan sana, seakan akan ada sesuatu yang sedang mereka pikirkan. Rupanya orang-orang itu sedang berpikir, dengan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lamkun, mengapa bisa menghasilkan tenaga serangan yang begitu dahsyat? Dalam pada itu, kawanan pendeta yang berada di dalam ruangan itu mulai menggeserkan tubuhnya dan bergerak maju kedepan. Makin lama mereka semakin maju kedepan dan mendekati Gak Lam-kun bertiga. Sementara posisi yang mereka ambil jelas adalah suatu posisi pengepungan. Menyaksikan keadaan tersebut, diam diam Gak Lam-kun merasa amat terperanjat. Ada dua-tiga ratusan orang banyaknya pendeta yang berada dalam ruangan itu. Andaikan

mereka menggunakan taktik gelombang manusia untuk mendesak mereka, sekalipun bagi dia pribadi hal mana masih bukan merupakan suatu ancaman, akan tetapi buat Ji Kiu liong yang lebih rendah ilmu silatnya, besar kemungkinan dia akan mengalami musibah yang tidak diinginkan. Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera mengambil keputusan untuk melakukan serangan lebih dulu, tiba tiba ia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring.. Tiba-tiba Gak Lam-kun menerjang maju ke muka, pergelangan tangannya diayunkan berulang kali. Baik serangan jari maupun serangan pukulan seluruhnya ditujukan pada jalan darah kematian ditubuh lawan. Hanya didalam Waktu yang relatip amat singkat ada dua puluhan jago yang sudah tertotok olehnya. Mendadak menggelegar suara bentakan keras dalam ruangan itu, barisan pendeta yang berada dipaling depan tiba tiba mengayunkan tangannya dan melancarkan serangan senjata rahasia. Dalam waktu singkat pisau terbang, panah pendek, pisau baja, jarum lembut serta aneka macam senjata rahasia lainnya berhamburan datang dari empat penjuru. Bagaikan tempaan hujan badai yang sangat deras, semua senjata rahasia itu disambit ke arah Ki Li-soat, Ji Kiu liong serta Gak Lam-kun. Keadaannya benar-benar mengerikan sekali. Gak Lam-kun membentak marah, sepasang telapak tangannya diayunkan berulang kali. Pukulan demi pukulan yang sangat dahsyat segera merontokkan seluruh senjata rahasia yang tertuju ke arahnya itu. Dalam gusarnya ini serangan yang dilancarkan olehnya itu sudah menggunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Ini menyebabkan angin serangan yaag dihasilkan pun luar biasa dahsyatnya Tampak angin puyuh menggulung di angkasa. Desingan angin tajam memekakkan telinga, senjata rahasia yang menyerang ketubuh Gak Lam-kun, kontan saja berhamburan keempat penjuru dan mencelat balik kebelakang, Kiranya saking banyaknya senjata rahasia yang disambitkan kemuka akibatnya ketika tertumbuk oleh pukulan tenaga dalam yang dilancarkan oleh Gak Lam-kun, senjata rahasia itu segera saling bertumbukan satu sama lainnya Triiing! Traang! Traaang! Bunyi dentingan nyaring yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan keheningan. Aneka senjata rahasia yang berupa golok terbang, panah pendek, pisau baja

serta lain sebagainya itu beterbangan ke angkasa dan saling bertumbukan satu sama lainnya yang berakibat senjata rahasia itu banyak yang mencelat balik kebelakang dan sebaliknya malah banyak melukai kawanan pendeta tersebut. Menggunakan sedikit peluang yang tersedia inilah, sebagian dari kawanan pendeta itu bergerak maju secara berantai. Selapis demi selapis, segelombang demi segelombang menyerang maju untuk menyergap Ki Li-soat serta Ji Kiu liong. Gelombang paling depan segera mundur setelah melancarkan serangan, manyusul gelombang berikutnya maju ke depan menggantikan gelombang yang terdahulu, demikian seterusnya yang barlangsung berulang kali. Ki Li-soat dengan mengandalkan sebilah pedang tipis menciptakan selapis cahaya tajam yang menyelimuti seluruh angkasa dan melindungi tubuh Ji Kiu liong. Sekalipun ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, akan tetapi berhubung dia harus melindungi juga keselamatan dan Ji Kiu liong, ini menyebabkan gerakan pedang maupun perubahan gerak turunnya menjadi kurang lincah. Seringkali dia di paksa menjadi gelagapan dan kalang kabut oleh serangan-serangan gencar yang datang dari empat arah delapan penjuru. Untung saja setiap saat Gak Lam-kun melancarkan pukulan untuk membebaskannya dari serangan, sehingga untuk sesaat lamanya suasana masih bisa teratasi. Ditengah sengitnya pertarungan yang sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar Im yang him tertawa seram. Tubuhnya yang gemuk dan pendek itu bagaikan gulungan angin berpusing menerjang kemuka dan menyerang diri Ki Li-soat Ki Li-soat cukup mengetahui kelihayan dari tiga beruang tersebut. Menghadapi ancaman bahaya maut yang muncul di depan mata itu, ia tak berani bertindak gegabah. Buru-buru tenaga dalamnya dihimpun menjadi satu, kemudian pedangnya dengan jurus Hong yau pek wu (angin menggoyangkan pohon hijau) menciptakan selapis bayangan pedang untuk melindungi badannya. Im yang him tertawa cabul, tubuhnya bukan mundur kebelakang sebaliknya malah menerjang ke depan dan menerobos ke balik bayangan pedang yang berlapis lapis itu. Ki Li-soat tertawa dingin, pergelangan tangan kanannya segera digetarkan, titik-titik bayangan pedang yang menyebar di udara mendadak bergabung menjadi satu, kemudian secepat kilat ujung pedangnya itu menusuk ke jalan darah Hian ki hiat ditubuh Im yang him. Didalam melancarkan tusukannya itu, segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah terhimpun menjadi satu, kekuatannya hebat dan luar biasa sekali sehingga batu atau emas

pun akan tembus bisa tertusuk. Lagi pula kecepatannya luar biasa, kebetulan lagi Im yang him sedang menerjang ke depan, maka kecepatan saling menyongsong itu boleh dibilang hanya berlangsung dalam beberapa detik. Tampaknya tusukan pedang dari Ki Li-soat itu segera akan berhasil menembusi jalan darah penting ditubuh Im yang him. Tiba tiba. pada detik yang paling akhir, tubuh Im yang him miring kesamping, ujung pedang itu hanya sempat menyambar bajunya lalu melesat kesamping. Tahu tahu Im yang him sudah menyelinap ke belakang punggung Ki Li-soat, bahkan telapak tangannya segera diayun kemuka menghantam bahu kiri gadis itu pelan-pelan. Mimpi pun Ki Li saat tidak menyangka kalau dalam keadaan semacam itu, Im yang him masih sempat untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat tersebut. Baru saja ia merasakan gelagat tidak beres, tahu-tahu bahu kirinya sudah terhajar telak. Ia segera merasakan sepulung hawa panas yang menyengat badan menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Tiba-tiba saja peredaran darah ditubuhnya menerjang keatas, matanya menjadi berkunang-kunang dan kesadarannya kalut. Seluruh badannya gemetar keras lalu menerjang kemuka. Im yang him tertawa cabul, lengan kanannya segera diayun kemuka menyambar pinggang Ki Li-soat. Ji Kiu liong yang menyaksikan kejadian itu segera berteriak keras, tiba-tiba dia mengeluarkan jurus Siang hok liang gi (bangau dewa mementang sayap) dan menyerang ke tubuh Im yang him. Cepat-cepat Im yang him mengayunkan telapak tangan kirinya. Menyusul ayunan tangan kirinya, segulung angin pukulan segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa. Dengan kelihayan ilmu silat Im yang him, mana mungkin Ji Kiu liong bisa menahan serangan yang maha dahsyat itu?. Sambil berpekik nyaring seluruh tubuhnya mencelat ke udara akibat dari serangan itu. Daa Bluk! Tububnya roboh terpelanting beberapa kaki jauhnya dari tempat semula. Tiga orang pendeta yang berada dihadapan nya segera berteriak keras. Tiga bilah pedang mereka serentak diayunkan ke tubuh Ji Kiu liong dan berusaha untuk mencincangnya. Tenaga dalarn yang dimiliki Ki Li-soat untung saja amat sempurna! kebetulan pula Im yang him memang tidak berniat mencelakai jiwanya, maka sesudah maju beberapa langkah dengan sempoyongan, kesadarannya segera pulih kembali.

Saat itulah dia menyaksikan selembar nyawa Ji Kiu liong sedang berada diujung tanduk. Menyaksikan keadaan itu. gadis tersebut segera membentak keras, pedang tipisnya langsung diayunkan kedepan. Criing.! Cring.! Criing..! Tiga kali dentingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan. Tiga bilah pedang panjang itu segera tersapu oleh babatan pedang lemas itu sehingga patah semua menjadi dua bagian. Ki Li-soat segera mengayunkan kembali tangannya. Tiga kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera bergema memecahkan keheningan. Darah kental segera berhamburan kamana-mana. Tiga orang pendeta ita tahu-tahu sudah mampus di ujung pedangnya. Ketika Im yang him menyaksikan daging angsa yang sudah didepan mata kembali lolos dari tangannya, ia menjadi naik darah. Sambil tertawa cabul tubuhnya segera menerjang maju ke muka. Ki Li-soat segera memutar pedangnya kencang-kencang. Bagaikan kitiran air hujan hawa pedangnya menyelimuti seluruh angkasa dan melindungi seluruh badannya. Untuk sesaat lamanya Im Yang-him tak mampu berbuat apa apa. Gak Lam-kun yang meyaksikan mati hidup Ji Kiu liong tidak jelas, hatinya menjadi gelisah sekali. Sambil membentak keras mendadak badannya berputar kencang lalu menerobos ke tengah lautan manusia. Rupanya waktu itu dia sudah dipisah dari rombongannya dan terkepung di lain tempat. Gak Lam-kun segera melakukan pembunuhan secara besar besaran. Setiap sodokan jari tangan atau pukulan tangannya selalu menghasilkan korban yang berjatuhan. Dalam sekejap mata sudah ada puluhan orang lagi yang tewas ditangannya. Hawa napsu membunuh yang mengerikan telah membakar didalam benak Gak Lam-kun. Ketika itu semua serangan yang dilancarkan olehnya rata rata keji dan mematikan. Setiap korban yang terkena pukulannya atau totokan jari tangannya, kalau bukan tewas dengan nadi yang putus tentu karena jalan darah kematiannya tertotok. Setiap korban yang terkena hajarannya, tentu mengucurkan darah yang sangat banyak dari lubang hidungnya. Pembunuhan besar-besaran yang dilakukannya secara ganas dan tak kenal ampun itu dengan cepat mengejutkan kawanan pendeta kuil Ong kok koan yang rata-rata berani mati itu. Tapi sekarang, saking ngerinya berhadapan maka dengan pembunuh keji yang tak kenal ampun itu, masing-masing segera mengundurkan diri ke belakang.

Mencorong sinar mata yang menggidikkan hati dari balik mata Gak Lam-kun, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram mendadak dari balik bahunya dia meloloskan sebilah pedang antik. Begitu pedang antik tersebut diloloskan dari sarungnya, seluruh ruangan tiang Seng tian secara tiba tiba diselimuti oleh selapis cahaya merah yang menyilaukan mata. Ternyata pedang yang diloloskan oleh Gak Lam-kun itu telah memancarkan selapis cahaya merah darah yang menyilaukan mata. Sesungguhnya cahaya tersebut sangat indah dan menawan, membuat siapa saja yang melihat pedang tadi segera mengetahui kalau pedang itu adalah sebilah pedang mestika yang amat tajam dan tak ternilai harganya. Ketika Ong kok him cun menyaksikan pedang tersebut, paras mukanya kontan berubah hebat, tapi sejenak kemudian sekulum senyuman tampak mengulasi ujung bibirnya. Dengan pedang merah itu ditangan, sinar muka Gak Lam-kun berubah semakin seram. Selapis hawa napsu membunuh vang mengerikan pun semakin tebal menyelimuti wajahnya. Mendadak ia menggetarkan pedangnya dan membuka serangan dengan sebuah tusukan. Tampak selapis cahaya merah yang menyilaukan mata, secepat sambaran kilat menerjang ke balik lapisan manusia. Dimana cahaya pedangnya berkelebat lewat, hujan darah berhamburan dimana-mana. Jeritan ngeri yang menggidikkan hati berkumandang susul menyusul, keadaannya betul betul luar biasa. Sungguh cepat gerakan tubuh dari Gak Lam-kun. Dinana pedangnya menyambar ternyata tak seorang manusia pun yang sanggup mempertahankan diri.. Dalam waktu singkat, tiga empat puluh orang pendeta yang berada disekeliling tempat itu roboh bertumbangan keatas tanah. Mayat bergelimpangan memenuhi tanah, darah kental menggenangi. Keadaan disana sungguh mengerikan sekali. Seluruh ruangan Tiang seng tian diselimuti oleh lapisan cahaya merah yang menyilaukan mata. Bau anyir darah cukup membuar perut terasa mual dan ingin tumpah. Suasana pembunuhan yang begini menggidikkan hati ini cukup membuat para pendeta itu lari ketakutan dengan badan menggigil dan keringat dingin bercucuran. Sepasang mata Gak Lam-kun sudah berubah menjadi merah membara. Bagaikan seekor naga berapi dia melompat, menerkam, menerjang dengan pedang merahnya. Pembantaian secara besar-besaran masih berlangsung terus dengan hebatnya.

Mendadak terdengar suara tertawa dingin yang menyeramkan berkumandang datang dari belakang, menyusul kemudian segulung angin pukulan berhawa dingin yang menyayat tubuh berhembus datang dari belakang tubuh Gak Lam-kun. Rupanya Gak Lam-kun cukup tahu bahaya, telapak tangan kirinya segera melancarkan sebuah pukulan dengan ilmu Hud keng ciang. Sementara badannya melambung tinggi tiga empat kali ke tengah udara, kemudian setelah berjumpalitan dia melayang turun kembali lima kali jauhnya di depan sana. Ketika ia mencoba untuk berpaling, maka tampaknya Ong kok him cun dengan membawa senjata sebuah trisula yang berwarna hitam pekat sedang bardiri di situ dengan sorot mata yang bengis dan penuh kemarahan. Sungguh sebilah pedang Hiat kong kiam (pedang cahaya darah) yang sangat bagus. Pedang itu rupanya khusus untuk menghirup darah manusia serunya sambil tertawa seram. Mendengar ucapan itu, Gak Lam-kun merasa hatinya bergetar keras. Tak disangka olehnya pedang Hiat kong kiam yang sudah hampir enam puluh tahun lamanya hilang dari peredaran dunia persilatan ini masih bisa dikenal Tiang pek sam him hanya di dalam sekejap pandangan saja. Ternyata pedang Hiat kong kiam adalah sebilah pedang mestika yang pernah digilai dan dikejar-kejar umat persilatan pada enam puluh tahun berselang? Dimasa lalu pedang ini tersebut ditangan Ku Yang cu. semenjak Ku Yang-cu mengasingkan diri, pedang Hiat kong kiam juga turut tersimpan didalam istana air. Dengan suara hambar Gak Lam-kun segera berkata, Kalau kau sudah tahu bahwa pedang ini adalah senjata mestika yang khusus untuk menaklukkan siluman membasmi iblis, hal ani lebih bagus lagi Ong kok him cun mandesis sinis. Hee hee hee Seandainya kau bersedia untuk meninggalkan pedang ini buat kami. dosa kalian yang telah membunuhi anak murid kuil kami tak akan kuperhitungkan lagi. Tapi kalau tidak Hmmmm! Kalian bertiga bakal mati di tempat ini tanpa tempat kubur! Gak Lam-kun segera mendengus dingin, lalu dengan suara yang amat sinis katanya, Kalau dilihat tampangmu mah persis seorang gembong iblis tua kenamaan. Tak kusangka engkau pun bisa mengucapkan kata-kata yang bersifat kekanak-kanakan semacam itu. Huuuh. Sungguh menggelikan sekali! Dicemooh oleb musuhnya, dari malu Ong kok him cun menjadi naik pitam, ia segera tertawa seram tiada hentinya. Hee hee hee Kalau kau sendiri yang mencari jalan kematian buat dirimu sendiri, jangan salahkan kalau kami akan bertindak keji Sambil berseru, senjata trisulanya segera digetarkan untuk menusuk dada lawan.

Sejak mengetahui kalau musuhnya mempergunakan senjata trisula sebagai andalannya, kewaspadaan dalam hati Gak Lam-kun telah ditingkatkan. Sebab ujung trisula tersebut berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini menunjukkan kalau senjata itu sudah dipolesi dengan racun jahat yang teramat keji. Serangan yang di lancarkan oleh Ong kok him cun ini boleh dibilang dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali, tapi cara Gak Lam-kun untuk menghindarkan diri juga tak kalah cepatnya. Hawa murni yang telah disalurkan mengelilingi seluruh badannya, tanpa menggerakkan kaki maupun tangannya, tahu tahu dia sudah berada sejauh delapan depa ke belakang. Gagal dengan tusukan trisulanya, tita-tiba Ong kok him cun mendesak maju kemuka, belum lagi tubuhnya tiba ditempat sasaran, senjata trisulanya sudah menyapu keluar. Gak Lam-kun segera mengerutkan dahinya rapat-rapat. Dari dua gerakan tersebut, la sudah merasakan bahwa ilmu silat yang dimiliki gembong iblis itu lihay sekali. Dengan cepat pemuda itu menghindarkan diri kesamping. Begitu meloioikan diri dari serangan trisula, pedang Hiat kong kiam tersebut segara melancarkan dua buah serangan balasan. Kedua orang itu sama-sama merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan. Setiap gerakan setiap jurus yang mereka pergunakan hampir seluruhnya merupakan seranganserangan yang disertai tenaga penuh. Didalam melancarkan serangan balasannya itu Gak Lam-kun telah mempergunakan tenaga dalamnya sebesar enam bagian. Begitu pedangsya diayunkan kedepan, segera terdengarlah desingan angin serangan yang memekakkan telinga, Hal mana segera memaksa Ong kok him cun harus menarik kembali serangannya sambil melompat mundur kebelakang. Ong kok him cun tertawa seram, pelan-pelan senjata trisula ditangannya diayunkan kembali ke depan dengan melancarkan sebuah tusukan sejajar dengan dada. Begitu senjata trisula itu meluncur ke muka, tiga gulung terjangan serangan yang amat tajam turut memancar ke depan. Gak Lam-kun terkesiap sekali, buru buru dia melompat mundur sejauh beberapa langkah. Setelah terjadinya bentrokan ini, sedikit banyak dalam hati masing-masing sudah mempunyai perhitungan sendiri. Sambil tertawa seram Ong kok him cun lantas berseru, Suatu gerakan Liu hong biau (pohon liu berkibar terhembus angin) yang amat cepat. Sambutlah sekali lagi serangan trisula ku ini!

Sebuah tusukan yang sejajar dengan dada kembali dilancarkan ke arah depan. Gak Lam-kun tertawa dingin, tubuhnya kembali melayang mundur sambil mengayunkan pedengnya melancarkan sebuah serangan balasan. Dalam sekejap mata bayangan trisula dan hawa pedang bergabung menjadi satu. Satu cahaya hitam satu cahaya merah saling bergumul dan saling melebur menjadi satu. Pertarungan sengit yang berlangsung saat itu boleh dibilang merupakan suatu pertarungan seru yang jarang sekali dijumpai di kolong langit. Dalam waktu singkat disekeliiing arena dimana kedua orang itu sedang bertarung, dipenuhi oleh bayangan trisula dan bunga pedang yang hampir boleh dibilang telah membungkus seluruh tubuh mereka berdua. Dalam waktu singkat ratusan gebrakan sudah dilewatkan. Ditengah pertempuran, mendadak Gak Lam-kun mengeluarkan ilmu saktinya secara beruntun. Satu jurus demi satu jurus dilancarkan terus berulang kali hawa pedang yang dahsyat bagaikan sambaran halilintar memaksa Ong kok him cun terdesak mundur sejauh tiga langkah. Dengan mundurnya orang itu maka posisi Gak Lam-kun menjadi semakin menguntungkan. Jurus pedangnya yang lihay dengan cepat dilancarkan secara gencar dan beruntun. Semua jurus serangannya disertai dengan perubahan yang tak terhitung banyaknya. Setiap tusukan selalu disertai dengan kekuatan yang dapat membetot sukma, keadaannya sungguh mengerikan sekali. Dalam waktu singkat, Gak Lam-kun telak melancarkan tiga belas buah serangan berantai yang memaksa Ong kok him cun menjadi kelabakan dan terdesak mundur berulang kali. Asalkan Gak Lam-kun melancarkan lagi dua tiga kali serangan beruntun, niscaya Ong kok him cun akan tewas diujung pedang Gak Lam-kun atau paling tidak juga akan terluka parah. Baru saja dia akan menggerakkan pedang untuk menciptakan serangan kembali, mendadak ia mendengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang dari melut Ki Li-soat. Gak Lam-kun menjadi sangat terperanjat, cepat-cepat ia menarik kembali serangannya sambil melompat mundur, kemudian ia berpaling ke samping. Tampak sekujur badan Ki Li-soat telah bermandi darah, bajunya terkoyak-koyak tidak karuan. Dencen tangan kanan menggenggam pedang, tangan kirinya membopong Ji Kiu liong, ia mundur terus berulang kali dengan tubuh sempoyongan

Mencorong sinar bengis yang mengerikan dari balik mata Im Yang-him. Sambil tertawa cabul, selangkah demi selangkah dia berjalan menghampiri Ki Li-soat, tapi langkahnya juga sudah limbung dan sempoyongan, jelas orang inipun sudah terluka parah. Menyaksikan kejadian itu, Gak Lam-kun menjadi naik pitam. Sambil membentak keras tubuhnya menerjang maju ke depan. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, Hui thian bu im kim si him yang bergerak bagaikan sukma yang bergentayangan itu tahu-tahu sudah menerjang maju ke muka. Sepasang cakar setannya yang tajam langsung menyambar ke atas tubuh Gak Lam-kun. Menghadapi ancaman itu, Gak Lam-kun mendengus gusar, pedangnya diputar kemudian dengan membawa kilatan cahaya merah darah segera menebas ke bawah. Dengan ganas Hui thian hu im kim si him mengayunkan sepasang cakar setannya ke bawah. Siapa tahu dari pedang yang berada di tangan Gak Lam-kun itu seolah-olah terpancar keluar segulung tenaga hisapan yang kuat sekali. Mengikuti perputaran tenaga dalamnya, secara jitu dan aneh tahu-tahu serangan tersebut seperti punah dengan begitu saja, padahal gerakan pedang lawan masih menebas ke bawah seperti semula. Hui thian bu im kim si him menjadi amat terkejut, dia tak tahu jurus serangan apakah itu. Pada saat itu Gak Lam-kun benar-benar merasa gelisah sekali, maka didalam melancarkan serangannya itu dia telah mempergunakan suatu jurus serangan yang dahsyat sekali bernama Ban lo cu si (selaksa gulung sarang laba-laba). Peduli bagaimanapun besarnya tenaga serangan itu dan bagaimanapun ganasnya senjata tajam lawan, jangan harap bisa menembusi serangan lembut berhawa dingin yaag sangat hebat itu. Pedang Hiat kong kiam tersebut dengan cepatnya menyambar ke bawah dan membabat Pergelangan tangan lawan. Suatu jeritan ngeri yang menyayat hati segera barkumandang memecahkan keheningan. Tahu-tahu sepasang tangan Hui thian bu im kim si him sebatas pergelangan tangannya sudah tertebas kutung oleh babatan pedang Hiat kong kiam tersebut. Menyusul kemudian terdengar seseorang mendengus tertahan. Ternyata suatu sergapan maut yang dilancarkan Ong kok him cun dari belakang telah berhasil menghajar telak di atas punggung Gak Lam-kun. Uuuuaaakk! Tak ampun Gak Lam-kun muntah darah segar. Dengan sempoyongan tubuhnya terdorong sejauh beberapa kaki dari tempat semula.

Tapi ia tak sampai roboh, tubuhnya tetap tegak bagaikan batu karang, malahan pelanpelan ia membalikkan badannya. Kenyataan ini segera membuat bergidiknya hati Ong kok him cun. Dia tidak menyangka kalau Gak Lam-kun kuat menahan serangannya tanpa cedera. Padahal dangan pukulan yang dilancarkannya tadi, sekalipun tubuh yang terdiri dari baja murnipun akan hancur berantakan. Apalagi badan yang terdiri dari darah dan daging. Setelah membalikkan badannya, Gak Lam-kun mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Tapi ia segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling. Hawa darah didalam badannya bergolak keras, kakinya gemetar dan akhirnya karena tak tahan ia menjatuhkan diri duduk bersila diatas tanah. Ong kok him cun tertawa terkekeh kekeh dengan serimnya, bagaikan sesosok sukma gentayangan pelan-pelan dia berjalan maju ke muka. Tangan kanannya juga pelan-pelan diangkat ke udara rupanya sebuah pukulan yang mematikan segera akan dilancarkan. Seluruh tubuh Gak Lam-kun mengejang keras. Dia berusaha untuk meronta bangun, tapi ia merasakan badannya lemas sekali seolah-olah sama sekali tak berkekuatan Mengetahui akan keadaannya sekarang, ia segera menghela napas panjang, tak disangka olehnya dia bakal terkubur untuk selamanya ditempat itu. Akhirnya Ong kok him cun berhenti pada satu kaki didepan si anak. muda itu, katanya sambil tertawa seram, ORANG she Gak, serahkan nyawamu sekarang! Hawa murninya segera dihimpun menjadi satu, kemudian telapak tangannya diangkat dan siap diayunkan kebawah. Tapi pada saat itulah mendadak dari luar ruangan berkumandang suara petikan harpa yang amat lengking Criiing! Criing! Criing! Walaupun hanya tiga kali petikan harpa yang amat sederhana, akan tetapi cukup mernbuat darah didalam tubuh Ong kok him cun bergolak keras. Hawa murninya yang telah terhimpun di dalam telapak tangannya juga secara tiba-tiba membuyar dengan begitu saja. Selewatnya tiga kali petikan harpa tersebut dari luar pintu ruangan berjalan masuk empat sosok bayangan manusia. Orang yang berada di paling depan adalah seorang gadis cantik bersanggul tinggi yang memakai mantel bewarna kuning. Dia sangat anggun dan memondong sebuah harpa. Ketika para pendeta yang berada didepan pintu melihat kemunculan gadis tersebut, hanya memandang sekejap saja, masing-masing segera menundukkan kepalanya rendah-rendah.

Mereka hanya merasakan bahwa kecantikan gadis itu bak bidadari dari kahyangan, begitu anggun dan berwibawanya gadis itu sehingga tak seorangpun yang berani banyak memandang kearahnya. Gadis itu bukan lain adalah Yo Ping. Dibelakang Yo Ping adalah See ih sam seng (tiga malaikat dari wilayah See ih) dan pada barisan paling belakang mengikuti dua orang laki perempuan yang berpakaian kusut. Kedua orang itu bukan lain adalah Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dan Han Hu hoa dari perguruan Panah Bercinta. Kemunculan yang tiba-tiba dari keenam orang ini sangat mengejutkan hati semua orang. Tak seorangpun yang menyangka kalau pada saat seperti ini, dimana bisa muncul manusia seperti ini. Ong kok him cun memandang sekejap ke arah Kwik To serta Han Hu hoa. kemudian sambil tertawa seram katanya, Siapa yang telah membuka penjara batu dan melepaskan kedua orang itu? harap tampil ke depan, ingin kuketahui manusia macam apakah dirinya itu? Pelan-pelan Yo Ping tampil ke depan, lalu ujarnya dengan suara hambar, Akulah yang telah membuka penjara batu dan melepaskan mereka keluar, mau apa kau Ong kok him cun memandang wajah Yo Ping beberapa kejap, kemudian ia bersiap-siap mengumbar hawa amarahnya. Tapi belum sempat mengucapkan sesuatu. Im yang him telah menyongsong ke depan lebih dulu, katanya sambil tertawa cabul, Nona cantik, apakah kau masih ingin meninggalkan kuil Ong kok koan.? Dalam sekilas pandangan saja Yo Ping telah melihat keadaan Gak Lam-kun yang bermandikan darah dan duduk bersila dalam keadaan mengenaskan itu, hatinya terasa menjadi sedih sekali, buru-buru ia maju menghampirinya dan berseru dengan pedih, Engkoh Gak Siapa yang telah melukaimu menjadi begini rupa.? Pelan pelan Gak Lam-kun membuka matanya dan tersenyum, sahutnya dengan lembut. Adik Ping, terima kasih atas kedatanganmu. Lukaku tak seberapa, cukup mengatur pernafasan sebentar juga akan sembuh dengan sendirinya Yo Ping menghela napas panjang katanya, Engkoh Gak, ketika kau meninggalkan aku, hatiku terasa amat marah. Tapi setelah teringat bagaimana kau akan menempuh mara bahaya seorang diri aku segera menyusul kemari. Tadi kami sudah menggeledah seluruh Ong kok koan ini, tapi Ji Cin peng tidak ditemukan. Kemudian setelah bertemu dengan Kwik To serta Han Hu hoa dalam penjara batu, baru kuketahui kalau Ji Cin-peng tidak sampai tertangkap Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar seseorang berseru sambil meraung, Kalau begitu enciko telah mati? Ternyata Ji Kiu-liong yang terluka parah sedang berbaring dalam pangkuan Ki Li-soat. Ketika mendengar kalau Ji Cin Peng tidak tertangkap dia menganggap encinya sudah pasti telah tewas, saking sedihnya ia jatuh tak sadarkan diri.

Gak Lam-kun yang mendengar berita itu juga merasakan goncangan yang amat keras. Uaaak..! Kembali ia muntah darah segar. Wajahnya menjadi pucat pias, Air matanya tanpa terasa jatuh bercucuran. Yo Ping yang menyaksikan kejadian itu segera mengayunkan tangannya mengebas jalan darah Thian leng hiat ditubuh Gak Lam-kun, kemudian serunya, Engkoh Gak dia tidak mati. Setelah jalan darah pada Thian leng hiat nya terkebas, gejolok hawa darah didalam tubuhnya segera dapat dikendalikan kembali. Sambil mendongakkan kepala, katanya dengan sedih, Ia benar-benar belum mati?. Yo Ping tak dapat melukiskan bagaimanakah perasaannya ketika itu. Sekarang dia baru tahu kalau Ji Cin-peng menempati kedudukan yang lebih penting dalam hati pertanda itu cintanya kepada gadis itu tampaknya jauh melebihi cintanya kepada ia sendiri. Yo Ping jaga tahu bahwa luka dalam yang diderita Gak Lam-kun ketika itu parah sekali. Bila tidak segera mengatur pernafasan, bisa jadi tubuhnya akan menjadi cacad, maka ia lantas mengangguk. Ia balum mati! aku tak akan membohongi dirimu, katanya. Gak Lam-kun segera tertawa sedih, Adik Ping, aku merasa amat barsalah kepada kalian semua. Msnyaksikan penderitaan yang menyiksa diri Gak Lam-kun, hawa nafsu membunuh segera berkobar didalam tubuh Yo Ping serunya. Engkoh Gak, beristirahatlah sebentar. Akan kubunuh mereka semua untuk membalaskan dendam bagimu! Selesai berkata, mendadak ia menerjang maju kedepan dan mengayunkan telapak tangannya untuk membacok wajah Im Yang him. oooOooo IM YANG HIM merasa terkejut sekali menyaksikan gerakan tubuh lawan yang aneh dan sakti semacam itu, buru-buru dia melompat mundur ke belakang sejauh dua langkah Hmmm.! Kau anggap masih bisa kabur? ejek Yo Ping sambil mendengus dingin. Pergelangan tangannya diputar, sebuah pakaian dahsyat kembali dilontarkan kedepan. Seketika itu juga Im Yang him merasakan dari belakang tubuhnya berhembus datang segulung angin pukulan yang menghadang jalan perginya, ini membuat hatinya merasa amat terkejut. Sementara pikirannya bercabang, Yo Ping telah mendesak maju lebih ke depan. Kalau dilihat dari gerakan tubuhnya itu seakan-akan tidak terlalu cepat tidak pula terlalu lambat, tapi justru sangat tepat sekali. Bagaimanapun ia berusaha untuk menangkis atau bertahan, agaknya agak susah untuk mencegah gerakan maju dari Yo Ping tersebut. Tampak gadis itu mengayunkan tangannya berulang kali. Blaaamm! Blaaamm.! Dua kali benturan nyaring, pipi kiri dan pipi kanan Im yang him masing-masing sudah kena ditinju satu kali, kontan saja sepasang pipinya itu jadi membengkak besar.

Ong kok him cun menjadi sangat terperanjat setelah menyaksikan kelihayan ilmu silat yang dimiliki lawannya itu, buru-buru ia menerjang ke muka, secepat kilat senjata trisulanya melancarkan sebuah tusukan maut ke depan. Dengan cekatan Yo Ping berkelit ke samping menghindarkan diri dari serangan tersebut. Tampak kakinya berputar kencang, secara manis dan jitu ia sudah menerobos masuk lewat sisi kiri Ong kok him cun. Gerak serangannya yang, menerobos maju ke depan ini cukup membuat Ong kok him cun menjadi kaget bercampur terkesiap. Sebab di tinjau dari posisi yang diambilnya ketika menyergap tiba itu, walau dengan gerakan macam apakah dia berusaha untuk menyerang, ia tetap tidak akan berhasil untuk menghajar bagian tubuh dari nona tersebut. Sebenarnya Ong kok him cun menganggap ilmu silat yang dimilikinya telah mencapai kesempurnaan yang lihay sekali tiada titik kelemahan lagi. Siapa tahu kenyataan berbicara lain. Sehebat-hebatnya ilmu silat yang berada di dunia ini kenyataannya terdapat titik kelemahan semua. Cuma pihak yang berilmu agak cetek tak sanggup untuk melihatnya saja. Kini ilmu silat yang dimiliki Yo Ping telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, tentu saja dia mampu untuk menemukan titik kelemahan pada tubuhnya. Dalam kejut dan terkesiapnya, buru-buru Ong kok him cun mundur sejauh delapan sembilan depa ke belakang. Yo Ping segera tertawa dingin, ejeknya. Bagus sekali, rupanya kau yang telah melukai dirinya dengan cara main sergap dari belakang!. Ong kok him cun semakin terperanjat lagi setelah mendengar perkataan itu. Atas dasar apakah ia bisa tahu kalau dialah yang telah menyergap Gak Lam-kun dari belakang? Ong kok him cun segera tertawa seram,sahutnya, Serangan itu masih belum bisa dibilang sebagai suatu sergapan dari belakang Yo Ping segera mendengus dingin. Hmmm! Kau masih berani membantah? Huuh, dengan mengandalkan kepandaian seminim itu hendak melukai dirinya? Kau masih ketinggalan jauh Ong kok him cun segera terkekeh tertawa seram, serunya sambil, tersenyum licik, Betul! Betul sekali!. Ia bisa terluka ditanganku, sesungguhnya adalah karena membantu nona itu Paras muka Yo Ping segera berubah he bat, bentaknya, Kau bilang apa? Oleh karena ia hendak menolong perempuan itu dengan mempertaruhkan jiwanya, maka dia bisa terluka parah ditanganku Perlu diketahui, Yo Ping adalah seorang gadis yaog berwatak aneh sekali. Diapun mempunyai pandangan yang sempit tentang cinta. Ong kok him cun yang berhasil mengetahui titik kelemahannya itu segera memanfaatkannya secara baik, maka digunakannya ucapan tersebut dengan tujuan untuk membuyarkan perhatiannya,. Benar juga, setelah mendengar perkataan itu, air mata segera jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Yo Ping. Ia merasakan kesedihan yang luar biasa, ia merasa dirinya seakan-akan tak mampu menandingi Ki Li-soat sekalipun.

Didalam jalan pikirannya yang sempit, dia beranggapan bila seorang lelaki sudah bersedia mengorbankan jiwanya untuk menolong seorang gadis, kecuali perempuan itu adalah kekasih hatinya, ia baru bersedia tanpa memperdulikun keselamatan sandiri untuk pergi menolongnya. Dalam benak Yo Ping sama sekali tiada pemikiran bahwa manusia hidup didunia ini perlu saling tolong menolong, saling bantu membantu. Dia hanya tahu kalau setiap orang itu egois, mementingkan diri sendiri. Bila seseorang sampai melakukan suatu perbuatan maka perbuatan tersebut pasti dilakukan atas dasar demi kepentingannya pribadi. Maka didalam anggapannya Gak Lam-kun bisa menolong Ki Li-soat tanpa memperdulikan keselamatan sendiri, hal ini pasti dikarenakan dia menaruh rasa cinta yang mendalam sekali terhadap gadis itu. Sebab Yo Ping belum pernah menyaksikan Gak Lam-kun menunjukkan sesuatu perbuatan yang menunjukkan bahwa dia amat mencintai dirinya. Itulah sebabnya ia merasa sedih sekali sekarang. Yo Ping sesungguhnya adalah seorang gadis yang paling cerdik didunia ini. Akan tetapi oleh karena dia mempunyai jalan pikiran yang sempit, maka boleh dibilang diapun menjadi perempuan paling bodoh didunia ini. Padahal dia bisa bersikap demikian karena rasa cinta Yo Ping terhadap Gak Lam-kun boleh dibilang sudah merasuk sampai ke dalam tulang sumsum. Paras muka Yo Ping waktu itu sungguh mengenaskan sekali. Rasa sedih dan murung yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajahnya. Mendadak ia menghela napas sedih, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Pelan-pelan kelima jari tangan kanannya mulai menari di atas senar harpa dan memetiknya dengan penuh keharuan. Criiing!, Criing!, Criing! Serentetan bunyi harpa yang merdu bergema memenuhi angkasa. Dengan perasaan yang amat sedih dan berduka, gadis itu memetik harpa membawakan lagu yang memilukan hati iramanya, begitu membuat orang menjadi terpesona. Dengan sepajang mata melotot besar dan napas tersengkal-sengkal Gak Lam-kun segera berteriak keras, Nona Ki, cepat kalian mundur dari ruangan ini! Ternyata irama harpa yang dimainkan oleh Yo Ping saat itu adalah irama Mi-tin huan hun ci yang merupakan suatu irama sesat tingkat tinggi. Irama harpa semacam itu hanya bisa ditahan oieh Gak Lam-kun seorang. Selain dia, didunia ini boleh dibilang tak seorang manusiapun bisa menahan pengaruh irama itu, kendatipun orang tersebut memiliki tenaga dalam yang amat sempurna Ketika Yo Ping mulai menempelkan jari tangannya diatas harpanya, See ih sam seng dengan kecepatan yang luar biasa telah mengundurkan diri dari istana tersebut, sedangkan Kwik To dan Han Hu hoa masing-masing melompat kesamping Ki Li-soat serta Ji Kiu-liong dan seorang mengempit satu secepat kilat mangundurkan diri dari tempat itu. Bluuuk! Bluuukk.!

Benturan keras terjadi. Kwik To, Han Hu hoa, Ki Li-soat dan Ji Kiu-liong bersama sama terjatuh di muka pintu ruangan. Tiang pek sam him sendiri meski juga tahu akan kelihayan irama harpa itu, tapi mereka tidak menyangka kalau irama harpa dari Yo Ping tersebut sudah mencapai tingkatan yang bisa merenggut nyawa manusia. Lagipula ketiga orang Tiang pek sam him itu menganggap ilmu silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkatan yang paling tinggi, maka dalam sangkaannya irama semacam itu tak akan mempengaruhi mereka. Itulah sebabnya ketika See ih sam seng dan Kwik To sekalian mengundurkan diri dari situ dengan kecepatan tinggi, kawanan pendeta dari Ong kok koan masih tetap tinggal didalam ruangan tersebut. Yo Ping telah memperoleh jelmaan tenaga dari Ang ih kim cha Gui Bok eng yang masuk ke dalam tubuhnya tanpa ia sadari tenaga dalamnya pun memperoleh tambahan sebesar tenaga dalam yang dimiliki Ang ih kim cha dimasa lalu. Karenanya, dikala Yo Ping memainkan irama Mi tin huan hunci maka kesempurnaan tenaga dalamnya waktu itu sudah bukan apa-apanya bila dibandingkan ketika Gak Lamkun mendengarkan permainan irama tersebut untuk pertama kalinya dulu. Dalam waktu singkat.. Hampir semua pendeta yang berada didalam ruangan Tiang seng tian sudah berdiri mematung karena terpengaruh oleh permainan harpa Yo Ping yang membawakan irama sedih itu. Mereka semua berdiri tak berkutik dengan wajah pedih dan murung. Gak Lam-kun duduk bersila diatas tanah sambil mengerahkan hawa sinkangnya untuk menan-dingi pengaruh Mi tin huan hun ci tarsebut. Kemudian dengan memanfaatkan gelombang irama maut itu dia menyalurkan hawa murninya keseluruh badan. Tak lama kemudian, dia merasakan semua luka dalam yang dideritanya itu sudah sembah kembali seperti sedia kala. Kepandaian tersebut boleh dibilang merupakan suatu kepandaian Ing po koan keng (gelombang irama menyembuhkan luka) yang aneh, sakti dan luar biasa. Dalam keadaan tanpa sadar tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun justru telah meningkat sebagian lebih sempurna. Terdengar irama harpa tersebut makin lama semakin memedihkan hati, seakan akan dunia sudah kiamat dan semua orang didunia ini sudah mati semua Tak lama kemudian dalam ruangan Tiang seng tian sudah diramaikan oleh isak tangis yang memilukan hati, hal mana justru membuat suasana bertambah sedih dan memedihkan sekali. Ternyata para pendeta yang tenaga dalamnya agak lemah sudah tak mampu mengendalikan diri dari pengaruh irama harpa itu lagi. Suatu perasaan sedih yang aneh tiba-tiba muncul dalam hatinya membuat mereka tak tahan lagi dan menangis tersedu sedu. Ong kok him cun dan Im Yang him yang semula masih berdiri kaku bagaikan patung, sekarang sudah duduk bersila diatas tanah dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan pengaruh irama sesat tersebut.

Malahan See ih sam seng, Kwik To, Han Hu hoa, Ki Li-soat dan Ji Kiu-liong yang berada diluar ruanganpun ikut terpengaruh oleh irama harpa yang amat menyedihkan itu, sehingga lambat laun semakin tak kuasa menahan diri. Maka mereka serentak melayang mundur lagi sejauh beberapa kaki, tapi ketika dirasakan bahwa irama harpa dari Yo Ping itu masih juga mempengaruhi perasaan mereka, dengan cepat beberapa orang itu mengundurkan diri kembali sejauh beberapa kaki. Dalam waktu singkat, ruangan Tiang seng tian telah berubah menjadi neraka. Isak tangis, jeritan, lolongan kesedihan membuat suasana di tempat itu sungguh mengenaskan dan memilukan hati orang. Isak tangis yang makin keras mengikuti alunan irama harpa yang naik turun, menciptakan suatu perpaduan yang aneh. Waktu itu Yo Ping duduk bersila dihadapan Gak Lam-kun, sepasang matanya yang basah oleh air mata mengawasi wajah pemuda itu tanpa berkedip, sementara kelima jari tangan kanannya memetik senar- senar itu tiada hentinya. Mendadak Gak Lam-kun membuka matanya lebar-lebar, kemudian katanya sambil menghela napas. Adik Ping, jangan kau lanjutkan permainan harpamu itu! Yo Ping seakan akan tidak mendengar ucapan itu, dia masih melanjutkan permainannya memetik harpi dalam bopongannya. Pelan-pelan Gak Lam-kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Apa yang kemudian terlihat olehnya membuat perasaan pemuda itu sangat terperanjat. Tampak kawanan pendeta yang berada disekeliling ruangan sudah berdiri dengan wajah merah padam dan sepasang mata melelehkan darah, wajah mereka menyeringai amat menyeramkan. Waktu itu, suara isak tangis telah berubah menjadi parau, kemudian dari parau berubah menjadi rendah dan berat. Lambat laun suara isak tangisnya sudah tidak kedengaran lagi, sebagai gantinya adalah suara raungan yang menyeramkan. Bluuk!. bluuk. bluuk..! Suara robohnya badan berkumandang susul menyusul.. Beratus orang pendeta yang berada dalam ruangan Tiang seng tian yang berhasil lolos dari ujung pedang Gak Lam-kun tadi, kini tewas semua dalam keadaan mengerikan dengan panca indera bercucuran darah, nadi beku dan tubuh kaku oleh pengaruh irama Mi tin huan hun ci yang lihay dari Yo Ping. Angin dingin berhembus lewat, irama harpa masih mengalun lembut di udara. Ruangan Tiang seng tian yang begitu besar dan lebar kelihatan penuh dengan mayat yang berserakan memenuhi seluruh tanah, bau amisnya darah amat menusuk hidung. Dari beratus ratus orang yang semula berada dalam ruangan itu, yang masih hidup sekarang tinggal Tiang pek sam him yang berilmu silat paling tinggi tapi wajah mereka pun sudah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, napasnya terengah-engah seperti dengusan kerbau.

Terutama sekali Hui thian bu im kim si him yang kutung sepasang tangannya, tenaga dalamnya mengalami kerugian paling besar. Bagaimana mungkin ia bisa mempertahankan diri lagi dari pengaruh gelombang irama yang paling lihay di dunia ini? Mendadak sepasang matanya terbelalak lebar-lebar. Uaaaak.. dia muntah darah segar, tubuhnya gemeter amat keras lalu pelan-pelan bangkit berdiri, tapi kembali tubuhnya sempoyongan, kemudian roboh terkapar ditanah. Dia berusaha untuk meronta dan duduk kembali, tapi sayang tubuhnya sudah lemah dan tak bertenaga lagi..:.. Mendadak terdengar bentakan keras menggelegar diangkasa. Im yang him melompat bangun dari atas tanah kemudian secepat sambaran kilat menubruk ke arah Yo Ping. Sreeeet!Sreeet! dua kilatan cahaya putih meluncur ke tubuh gadis itu. Gak Lam-kun merasa amat terperanjat teleh menyaksikan ancaman tersebut, segera teriaknya. Adik Peng, hati-hati, Pisau terbang.,.. Dengan mata yang tajam Yo Ping memandang sekejap ke arah senjata rahasia yang meluncur ke arahnya itu, tiada rasa kaget yang melintasi wajahnya. Diapun tidak menghindar atau berkelit, dengan tenangnya gadis itu melanjutkan permainannya pada senar senar harpa tersebut.,. Gak Lam-kun cakup mengetahui sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimiliki Yo Ping. Pemuda itupun tahu bahwa kepandaian sendiri pun masih jauh di bawah kepandaiannya. Ketika dilihatnya gadis itu tetap tenang, disangkanya kedua bilah pisau terbang itu tak akan mencelakainya, maka diapun hanya berdiam diri saja tanpa bermaksud untuk membantunya. Siapa tahu justru karena Gak Lam-kun diam saja tanpa melakukan sesuatu tindakan, hal ini justru menambah kesalahan paham Yo Ping terhadap dirinya. Ketika dilihatnya Gak Lam-kun cuma duduk tenang sama disitu tanpa melakukan sesuatu tin-dakan. Yo Ping marasa pedih sekali, tak tahan dia lantas mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Harpanya segera diayunkan kedepan untuk menyampok jatuh datangnya golok Liu yap to yang meluncur kearahnya itu. Criing..! Criing..! kedua bilah golok liu yap to itu segera memapas kutung harpa berikut sebenarnya menjadi empat bagian. Dengan suara amat pedih Yo Ping berseru. Gak Lam-kun, kau benar-benar amat keji. Hubungan cinta diantara kita berdua berakhir sampai disini. Seusai berkata gadis itu segara membalikkan badan dan berlalu dari situ. Gak Lam-kun menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia tak tahu pada bagian yang manakah dia telah menyalahi gadis tersebut. Ketika Im Yang him menyaksikan Yo Ping hendak pergi meninggalkan tempat ltu, dengan cepat membentak keras, lalu dengan ganas memburu kedepan.

Waktu itu pikiran Nyow Peng sangat kusut. Dadanya penuh berisikan rasa benci dan mendongkol yang luar biasa. Ketika dilihatnya Im Yang him memburu datang, dia lantas tertawa seram, tubuhnya menjelit dan sepasang tangannya segera didorong ke tubuh lawan. Terdengar dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, tubuh Im yang him yang gemuk itu segera mencelat ke atas langit langit ruangan begitu termakan oleh pukulan yang maha dahsyat tersebut. Blaaamm! Ketika badannya menubruk diatas langit langit, dengan cepat dia meluncurkan kembali ke tanah. Begitu mencium tanah tubuhnya yang besar dan gemuk itu terkapar lemas dan tak pernah berkutik kembali. Perlu diketahui, dalam melancarkan pukulan tersebut, Yo Ping telah menggunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Bagaimana mungkin Im yang him bisa tahan menghadapi serangan yang maha dahsyat itu? Seketika itu juga nadi penting didalam tubuhnya putus menjadi beberapa bagian. Ketika Yo Ping berpaling kembali dilihatnya Gak Lam-kun masih duduk termangu disini. Hal mana semakin menggusarkan hatinya, bahkan hatinya juga menjadi dingin. Air mata jatuh bercucuran membasahi pipi Yo Ping dengan amat derasnya. Sambil mendepak-depakkan kakinya keatas tanah, dia menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan lalu berlari meninggalkan tempat itu. Ketika Ong kok him cun menyaksikan seluruh karyanya yang dipupuk sepanjang hidup ternyata hancur dan musnah hanya dalam sekejap mata di tangan Yo Ping dan Gak Lamkun, tak terlukiskan rasa sedih dan gusar yang menyelimuti hatinya waktu itu. Sewaktu dia melihat Yo Ping membunuh Im yang him tadi, pikirannya sudah mulai menggila. Diiringi suara tertawa anehnya yang ibarat lolongan serigala ditengah malam buta, senjata trisula yang berada ditangannya segera diayunkan ke depan disambit ke tubuh Yo Ping. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu, bagaikan baru sadar dari impian. Secepat kilat dia menerjang ke muka, pedang Hiat kong kiamnya dengan membentuk selapis cahaya merah yang membara langsung membacok datangnya cahaya hitam tersebut. Criiing! Criiing! Serentetan bunyi gemerincing berkumandang memecahkan keheningan. Seketika itu juga senjata trisula berwarna kuning kehitam-hitaman itu sudah tersambar pedang Hiat kong kiam dari Gak Lam-kun itu dan hancur menjadi puluhan keping. Tapi ketika kepingan senjata trisula tersebut jatuh ke tanah, mendadak mengepullah gulungan api berwarna hijau yang dengan cepat membakar sekitar tempat itu dengan dahsyatnya. Sementara segulung bau busuk yang sangat memuakkan berhembus dan menyebar ke seluruh ruangan tersebut. Sungguh berbahaya pekik Gak Lam-kun dalam hati kecilnya dengan kaget.

Ternyata senjata trisula dari Ong kok him cun tersebut merupakan sebuah tabung kosong yang berisikan cairan beracun yang segera akan terbakar bila terkena ditubuh manusia. Apabila tombol rahasia diatas senjata tersebut disentuh, maka cairan beracun itu segera akan menyembur keluar dari lubang pori-pori yang puluhan buah banyaknya itu Dalam keadaan seperti ini, kendatipun kau memiliki ilmu silat yang lebih lihaypun jangan harap bisa terhindar dari bencana dengan selamat, apalagi dibawah ancaman cairan beracun yang sangat mengerikan itu. Keadaan Ong kok him cun saat itu sudah menjadi kalap, sambil tertawa seram tubuhnya segera menerjang kedepan dan menubruk ke arah Gak Lam-kun. Gak Lam-kun yang menyaksikan tubrukan musuhnya sangat ganas dan buas, dia kuatir dalam tubuh Ong kok him cun masih menyimpan makhluk atau benda beracun lainnya, maka dengan suara menggelegar dia lantas membentak keras. Pedang Hiat-kong kiam ditangan kanannya langsung disambit ke tubuh Ong kok him cun, sementara telapak tangan kirinya diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat yang bertenaga besar. Semua gerak serangannya itu dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali. Terlihat cahaya merah darah yang amat menyilaukan mata berkelebat lewat, pedang Hiat kong kiam tersebut tahu-tahu sudah menembusi dada Ong kok him cun dan melemparkan tubuhnya sejauh tujuh delapan kaki kebelakang dan akhirnya menancap diatas sebuah tiang. Ong kok him cuo benar-benar sangat tangguh dan buas. Sekalipun dadanya telah ditembusi pedang kemudian termakan juga oleh pukulan dahsyat yang melemparkan tubuhnya sejauh itu, dia masih belum mau menyerah dengan begitu saja. Tampak sepasang matanya meloto sangat besar darah kental bercucuran membasahi ujung bibirnya, dengan wajah bengis dan menyeringai mengerikan, pelan-pelan dia maju kedepan menyongsong diri Gak Lam-kun yang sementara itu sudah berdiri dengan kesiap siagaan penuh. Menyaksikan keadaan musuhnya yang begitu tanggguh, Gak Lam-kun berkerut kening, himpunan tenaga sakti Tok liong ci jiau yang dimilikinya segera disalurkan semua ke dalam telapak tangan kanannya. Kemudian kelima jari tangannya dipentangkan lebarlebar lima gulungan desingan angin serangan yang maha dahsyat segera meluncur ke depan. Sreet.! Sreeet*.! Perut dan lambung Ong kak him cun kembali muncul lima buah lobang kecil yang amat dalam darah segar dengan cepat berhamburan keluar bagaikan pancuran. Sekarang, sekujur badan Ong kok him cun sudah bermandikan darah segar, tubuhnya berhenti sejenak sambil menahan sakit, tapi kemudian maju kembali sejauh tiga langkah sebelum akhirnya tak sanggup menahan diri dan roboh binasa.

Begitulah nasib dari seorang gembong iblis dari luar perbatasan sudah banyak tahun menjagoi dunia persilatan, akhirnya dia harus mengakhiri riwayat hidupnya dalam keadaan yang sangat mengerikan. Gak Lam-kun menghela napas panjang, dari atas tiang dia meloloskah pedang Hiat kong kiam miliknya kemudian pelan-pelan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Terlihat olehnya Ki Li-soat sedang membopong tubuh Ji Kiu-liong berdiri disamping Jit poh toan hun Kwik To dan Han Hu hoa, sedangkan Yo Ping dan See ih sam seng entah sudah kemana perginya. Api berwarna hijau dalam ruangan Tiang seng tian tersebut berkobar semakin besar, kini makin lama menjalar semakin meluas, dalam sekejap mata kobaran api tersebut sudah menjilat seluruh bagian gedang tersebut dan membakarnya dengan sangat hebat. Paras maka Gak Lam-kun sama sekali tiada berperasaan, kepada Han Hu hoa tanyanya, Nona Han, hanya kalian berdua yang tertangkap? Ilmu silat Bun cu kami sangat lihay, aku pikir tak mungkin dia bisa tertangkap! sahut Han Hu hoa, Mendadak terdengar suara dari Ji Kiu-liong berseru agak gemetar, Gak toako, enciku. dia tentu sudah bunuh diri Apa..!? teriak Gak Lam-kun dengan sangat terkejut. dia telah bunuh diri? darimana kau bisa tahu? Mendadak Ji Kin liong meronta dari pelukan Ki Li-soat, kemudian sambil menangis tersedu-sedu, katanya, Ketika itu luka yang diderita cici sangat parah. Aku mengira dia pasti sudah ditangkap dan ditawan ke kuil Ong kok koan, tapi sekarang, kenyataannya dia tidak tertangkap, ini berarti dia pasti sudah bunuh diri. Ki Li-soat menghela napas sedih, tanyanya secara tiba tiba, Adik Liong, kenapa encimu harus bunuh diri? Mendapat pertanyaan tersebut, Ji Kiu-liong menjadi tergetar keras perasaannya. Dia menjadi teringat kembali akan pesan encinya teringat bahwa dendam pribadi mereka jangan diketahui oleh Gak Lam-kun sebab kalau tidak maka keponakannya yang amat dikasihani itu selain akan kehilangan ibunya, juga akan kehilangan ayahnya, maka dia tentu akan lebih kesepian lagi. Terbayang sampai kesitu, tanpa terasa, Ji Kiu-liong berusaha keras untuk mengendalikan perasaan sedih yang mencekam perasaannya waktu itu, katanya, Aku tak tahu apa alasannya, aku hanya berkata menuruti dugaanku sendiri.. Gak Lam-kun yang mendengar jawaban tersebut segera berkerut kening, ia tahu dibalik kesemuanya itu sudah pasti terdapat alasan lain yang jauh lebih besar lagi. Kalau tidak, tak mungkin Ji Cin-peng akan meninggalkan dirinya tanpa alasan sehingga suami istri tak bisa hidup bersama, melainkan harus hidup tercerai berai mengambil jalannya masing masing. Mungkin alasan tersebut diketahui oleh Ji Kiu-liong, cuma saja dia enggan untuk mengatakannya.

Berpikir sampai disita Gak Lam-kun segera mengalihkan sorot matanya yang tajam itu ke atas wajahnya, kemudian setelah menghela napas panjang katanya. Adik Liong, dapatkah kau menerangkan apa alasan dari encimu sehingga enggan berjumpa denganku? Alasan apa, aku tidak tahu seru Ji Kiu-liong sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Gak Lam-kun kembali menghela napas panjang. Aaai Semenjak aku Gak Lam-kun berjumpa dengan encimu, berkat cinta kasih encimu itu kami dapat berpadu bersama dengan rukun dan damai, dalam setahun yang amat pendek itu, aku yakin tak pernah melakukan suatu perbuatan yang menyalahi encimu, tapi apa sebabnya encimu malah pergi meninggalkan aku? Seandainya dahulu aku Gak Lam-kun telah melakukan suatu kesalahan, semestinya ia mau mengutarakannya secara berterus terang, asal aku memang salah, sekali pun harus mati aku juga tidak menyesal. Ji Kiu-liong yang mendengarkan perkataan itu segera merasakan peluh dingin membasahi seluruh badannya, masih untung dia tidak mengatakan apa apa. kalau tidak akibatnya sungguh tak bisa dibayangkan dengan kata kata. Aaaai..! Demi keselamatan Keponakanku, bagaimanapun jugit aku harus berusaha keras untuk menyimpan rahasia dari enciku itu Berpikir sampai disini, tiba tiba Ji Kiu-liong berkata, Gak toako, aku mempunyai satu cara untuk bisa menentukan apakah enci masih hidup didunia ini atau tidak Apakah caramu itu? Sekarang, mari kita berangkat bersama menuju ke Lam Bay. Seandainya keponakanku sudah tidak berada ditempat tinggalnya Lam-hay sinni lagi, itu membuktikan kalau enciku masih hidup didunia ini. Sebaliknya jika keponakanku itu masih berada di tempat Lam-hay sinni, maka berarti enciku lebih banyak bahayanya daripada tidak. Mendengar perkataan itu, diam diam Gak Lam-kun memuji akan, kecerdikan dari Ji Kiuliong. Haruslah diketahui seseorang tentu saja akan mencintai sekali putranya sendiri. Apalagi kalau dia adalah ibunya, sudah barang tentu rasa cintanya kepada anak jauh melebihi cintanya kepada apapun juga. Seandainya Ji Cin peng masih hidup di dunia ini, maka dia tak akan meninggalkah putranya dengan begitu saja sambil membiarkan putranya menderita. Gak Lam-kun lantas manggut manggut, katanya kemudian, Baiklah, aku juga sudah seharusnya pergi menengok dia. Aaai.. sungguh menyesal sekali, aku sungguh tidak tahu kalau adik Pang telah melahirkan seorang untukku! Ketika berbicara sampai kesitu, selapis cahaya terang segera memancar keluar dari wajah Gak Lam-kun, itulah cahaya kegirangan yang luar biasa. Yaaa, sesungguhnya lelaki mana yang tidak bergirang hati dikala mengetahui ia berputra? Sekalipun pikiran dan perasaannya ketika itu sedang kalut dan risau, tak urung semua kerisauan dan kemurungan itu tersingkirkan juga untuk sementara waktu oleh berita kegirangan tersebut.

Mendadak Jit poh toan hun Kwik To berseru dengan suara lantang, Gak Lam-kun, dendam kesumat diantara kita berdua juga harus segera diselesaikan sekalipun lohu percaya bahwa kepandaian silatku bukan tandinganmu, tapi asal bisa diselesaikan secara adil, sekalipun harus mati, lohu juga lidak akan menyesal Ketika mendengar ucapan tersebut, dengan air mata bercucuran Han Hu hoa sedang menatap wajah Kwik To lekat-lekat. Bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian diurungkan. Jit poh toan hun Kwik To tertawa pedih, katanya, Nona Han, harap kau sudi memandang pada hubungan kita selama belasan tahun untuk menguburkan jenasah lohu bila sudah mati nanti. Budi kebaikanmu itu pasti akan ku balas dalam penitisan yang akan datang. Han Hu hoa segera mengalihkan kembali sinar matanya ke wajah Gak Lam-kun. itulah suatu pandangan yang memohon belas kasihan, suatu permohonan yang tulus. Mendadak Jit poh toan hon Kwik To mendonggakkan kepalanya dan tertawa seram. Haa haa haa Hati seorang lelaki sejati, sekalipun golok dan pedang dipasangkan diatas tengkuk, sampai matipun tak akan menyerah. Nona Han, apakah kau senang melihat aku menjadi seorang lelaki yang takut mampus dan pengecut? Semua kejadian, yang berlangsung didepan matanya itu dapat dilihat oleh Gak Lam-kun dengan jelas. Meski demikian paras muka Gak Lam-kun masih tetap amat dingin, kaku, keji dan tak berperasaan. Kwik To! katanya dengan ketus, Aku cukup mengetahui karaktermu. Seorang ingin mati, dia juga harus mati sebagai seorang enghiong. Baik, sekarang juga aku akan memenuhi keinginanmu itu Mendadak Ki Li-soat maju kedepan sembari berseru, Gak siangkong kau. Persoalan ini adalah persoalan dendam pribadi kami berdua tukas Gak Lam-kun dingin A-ku minta nona bersedia untuk mundur dulu ke samping sana. Dendam sakit hati guruku lebih dalam dari samudra. Bagaimanapun juga dendam ini harus dibalas. Ki Li-soat yang mendengar ucapan tersebut, segera merasakan tubuhnya gemetar keras serunya lagi, Gak siangkong, sekeji itukah hatimu? Tidak adalah belas kasihan barang sedikitpun juga dalam hatimu? Apakah semua dendam kesumat hanya bisa diselesaikan dengan darah saja? Daripada membunuh, bukankah lebih baik disadarkan? Apakah kau benar-benar hendak membunuh seseorang yang sudah bertobat dan kini sudah banyak melakukan kebajikan bagi umat persilatan. Hayo katakan. hayo cepat katakan Paras muka Gak Lam-kun masih tetap sedingin salju, tak sepatah katapun yang diucapkan. Mendadak dia melolos pedang Hiat kong kiam dari sarungnya, kemudian dengan dingin ber-kata. Kwik To andaikata kau sanggup menerima tiga buah seranganku, maka semua dendam sakit hati kita akan kuhapus sampai disini saja Setelah ucapan tersebut diutarakan, Han hu-hoa dan Ki Li-soat segera tersenyum kembali, mereka beranggapan selihay lihaynya ketiga buah serangan pedang dari Gak

Lam-kun tersebut, dengan kepandaian silat Kwik To yang lihay mungkin saja masih bisa menahannya. Sementara itu Jit poh toan hun Kwik To yang mendengar perkataan itu menjadi teramat gusar, serunya. Gak Lam-kun sekalipun aku Kwik To tidak becus, tapi aku tak bisa cuma menerima ketiga buah seranganmu itu saja Gak Lam-kun segera tertawa dingin. Hee hee hee meski hanya tiga jurus serangan belaka, aku rasa dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin belum banyak yang sanggup menyambutnya dengan selamat. Aku cukup menghormati kedudukanmu dalam dunia persilatan, siapa tahu hanya cukup menggunakan satu jurus serangan saja aku sudah dapat membereskan nyawamu? Jit poh toan hun Kwik To semakin naik pitam setelah memdengar ucapan tersebut katanya, Seandainya aku mampus diujung ketiga buah serangan itu, dalam penitisan yang akan datang aku pasti akan menjadi kerbau atau kuda, untuk membalas budimu itu Gak Lam-kun segera tertawa dingin, Hee hee hee Kalau memang begitu, cobalah saja sendiri! Baik, lohu akan mempergunakan sepasang tanganku ini untuk menyambut ketiga buah seranganmu itu Gak Lam-kun memang tahu kalau orang ini selamanya bertarung melawan musuhmusuhnya dengan tangan koiong, maka serunya kemudian, Jurus pertama, Hiat cian ngopoh (darah berceceran lima langkah)..! Baru selesai dia berseru, pedang Hiat kong kiam di tangan Gak Lam-kun telah digetarkan pelan. Diiringi suara dentingan yang amat nyaring, ujung pedangnya itu segera menciptakan bertitik-titik cahaya merah yang segera mengurung seluruh badan Kwik To dengan rapatnya. Terkesiap sekali Jit pon toan hun Kwik To setelah menyaksikan datangnya ancaman yang maha dahsyat tersebut. Ia merasakan enam depa disekeliling tubuhnya seakan akan muncul bertitik-titik cahaya merah darah yang menyilaukan mata, membuat orang tak sanggup untuk menentukan dari arah manakah serangan tersebut sesungguhnya akan tiba. Bila ingin menghindarkan diri dari ancaman tersebut, maka satu satunya jalan adalah melompat mundur kebelakang. Berpikir demikian, dengan jurus To hau lei hi (Ikan leihi berlompatan) secepat kilat dia melompat mundur sejauh tujuh jengkal dari posisi semula. Siapa tahu ketika ia mendongakkan kembali kepalanya, tampaklah dua titik cahaya pedang dari Gak Lam-kun itu masih meluncur tiba dengan kecepatan tinggi. Kwik To menjadi terperanjat sekali, kembali ia menggunakan gerakan ikan leihi melentik mundur melompat mundur sejauh tujuh jengkal lagi ke belakang Akan tetapi, cahaya pedang dari Gak Lam-kun itu malah semakin mendekati alis matanya. Sekarang Kwik To baru yakin bahwa dia tak akan mampu untuk menyambut ketiga buah serangan musuhnya, bahkan bagaimana cara Gak Lam-kun melancarkan serangan

tersebut dan bagaimana cara pemecahannya pun tidak diketahui olehnya, terpaksa tubuhnya mundur lagi sejauh tiga langkah ke belakangMendadak cahaya pedang menjadi hilang lenyap tak berbekas. Kwik To merasakan pelipis kirinya terasa sakit dan basah, ketika diseka ternyata darah telah bercucuran dengan derasnya dari tempat itu. Terlihat Gak Lam-kun sudah berdiri sejauh tujuh kaki dari tempat semula, ketika itu malah dia sedang tersenyum sambil berkata, Kwik To, kau telah menerima sebuah seranganku, dan sekarang sambutlah lagi jurus seranganku yang kedua, Sip poh hiat-kang (sepuluh langkah cahaya darah)..! Begitu selesai berkata, tampak Gak Lam-kun bersatu dengan pedangnya, kemudian terlihat serentetan cahaya merah meluncur ke tubuh Kwik To segera mendongakkan kepalanya dan tertawa sedih, serunya, Gak Lam-kun silahkan kaupun mencicipi sebutir Sip poh mi hun wan (sepuluh langkah pil pemabuk nyawa) milikku ini! ooOOOoo DI TENGAH suatu bentakan nyaring, jari tengah dan telunjuk Kwik To secara tiba tiba menyentilkan sebutir pil berwarna kuning. Blaaamm.! Ketika pU berwarna kuning ltu meluncur ke tengah udara, mendadak meledak dan mengeluarkan segulung asap kuning yang tebal sekali. Dalam waktu singkat kabut berwarna kuning itu segera menyebar ke empat penjuru. Ddiam waktu singkat, kabut berwarna kuning itu telah memisahkan kedua orang itu menjadi dua bagian. Gak Lam-kun segera tertawa terbahak-bahak, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan melompat sejauh tujuh kaki ke tengah udara, kemudian sesudah berjumpalitan beberapa kali. dia melayang turun kembali ke atas tanah sembari katanya, Ooooh.. Tangguh lihay sekali pil Sip poh mi hun wan mu itu. Tiga buah seraagan dan aku orang she Gak juga telah selesai dilancarkan..! Masih ada sejurus! seru Kwik To dengan wajah membesi Barusan sebenarnya aku bersiap-siap hendak menggunakan jurus Sip poh hiat kong uutuk memaksamu menghindarkan diri, kemudian dengan menggunakan jurus Hong bwee liu yan (kobaran api menimbulkan asap) untuk melukaimu. Siapa tahu jurus Sip poh hiat kong tersebut berhasil kau patahkan, otomatis jurus Hongbawe liu yan tersebut pun tak bisa kugunakan lagi. Kini ketiga jarus seranganku sudah lewat, janji dari aku orang Gak Lam-kun juga tak pernah diingkari. Maka sejak sekarang dendam kesumat diantara kita berdua sudah terhapus sama sekali Mendadak Jit poh toan hun Kwik To menutup wajah sendiri dan menangis tersedu-sedu katanya, Sepanjang hidup aku Kwik To sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, aku mengira jiwaku tak akan lolos dari pembalasan dendam, sungguh tak kusangka kau Gak Lam-kun justru sengaja membiarkan aku hidup terus di dunia ini, agar jiwaku menderita dan tersiksa terus sepanjang masa

Dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh Gak Lam-kun segera berkata lantang, Siapa bilang aku Gak Lam-kun tak ingin membunuhmu? Apa dayaku jika kemampuan ku tak sanggup untuk memenuhi keinginan tersebut? Kwik To segera berhenti menangis, kemudian katanya, Apakah kau bukan sedang mengampuni jiwaku? Kau kira aku tak tahu kalau kau ingin merenggut nyawaku semenjak pada jurus yang pertama tadi, sebenarnya dengan menggunakan kepandaian siiat yang kau miliki, sambil menahan napas juga masih sanggup menembusi lapisan kabut untuk melancar-kan serangan yang kedua, tapi kau lagi-lagi membatalkan serangan tersebut Kwik To! ujar Gak Lam-kun sambil mengbela napas sedih, Aku Gak Lam-kun sudah terlalu banyak membunuh orang. Sepasang tanganku sudah penuh bernoda darah apakah kau menginginkan aku mendapat dosa yang lebih besar lagi? Tiba tiba Jlt poh toan hun Kwik To mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak dengan amat nyaringnya. Haa haa haa inilah rejeki bagi umat persilatan. Bila Gak Lote mau mengurangi keganasan dan kekejianmu terhadap umat persilatan, tanpa sadar kau pun telah memikirkan juga kesejahteraan serta kehidupan dari umat persilatan di dunia ini. Atas kesedianmu itu, harap terimalah tiga buah sembah sujud dari aku orang she Kwik! Selesai berkata, Kwik To benar-benar menjatuhkan diri berlutut diatas tanah dan menyembah kepada Gak Lam-kun. Tapi dengan suatu gerakkan yang sanget cepat Gak Lam-kun berkelit ke samping untuk menghindarkan diri, kemudian sambil melompat mundur sejauh tiga kaki, katanya, Kwik To, dengan dasar apakah aku orang she Gak harus menerima sembah sujudmu itu? Gak Lam-kun kata Jit poh toan hun Kwik To dengan wajah sedih, Benarkah kau masih akan membunuhi orang secara keji? Aku tahu bahwa kau telah bisa menahan nafsu membunuhmu dan banyak berbuat salah dan kebajikan kata Gak Lam-kun dengan suara dalam. Oleh sebab itu aku Orang she Gak juga telah merubah pendirianku. Tapi diantara beberapa orang musuh besar yang membunuh ayahku, ada berapa orangkah yang bisa mengikuti jejakmu itu? Buat agama Buddha. membunuh secara keji tentu saja merupakan suatu pantangan yang amat besar. Tapi kalau membiarkan manusia durjana dan manusia laknat hidup di dunia ini hanya untuk membuat kejahatan saja, bukankah hal ini justru akan mengakibatkan banyak korban dan kejahatan yang akan dialami umat manusia akibat dari ulah mereka? Sejak mulai sekarang, tentu saja aku Gak Lam-kun tak akan sembarangan membunuh orang. Akan tetapi terhadap manusia keji yang sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, aku tetap akan membunuhnya tanpa mengenal ampun Mendengar perkataan tersebut, Jit poh toan hun Kwik To segera menghela napas panjang. Aaaai. Semoga saja Gak lote bersedia mengurangi napsu membunuh itu serta banyak melakukan kebajikan bagi umat manusia. Sekarang jejak Buncu belum diketahui. Lohu dan nona Han akan berangkat selangkah lebih duluan, akan kujelajahi seluruh dunia untuk menemukannya.

Gak Lam-kun manggut-manggut. Bila kalian berhasil mengetahui jejaknya tolong pergilah ke tebing Pek im gay di bukit Thian ciong san untuk mengabarkan kepadaku! Apakah kau berencana untuk tinggal sepanjang masa di tebing Pek im gay diatas bukit Thian ciong san? kata Han Hu hoa sambil tertawa manis. Gak Lam-kun turut tersenyum. Pek im gay adalah suatu tempat yang di liputi awan putih yang tebal, pepohonan nan hijau, air terjun yang sungguh indah dan berkawan dengan burung burung bangau. Siapakah yang tak ingin berdiam ditempat yang indah sekali pemandangan alamnya itu? Gak Lote, aku dan nona Han akan berangkat lebih dulu, semoga kalian baik baik menjaga diri, seru Kwik To lantang. Sehabis berkata, dibawah sinar fajar yang memancar keempat penjuru, berangkatlah dua orang itu menuruni Ong kok koan. Perasaan Ki Li-soat yang paling sedih dan pedih, kosong melompong serasa tak berisi apa-apa. Dia tahu saat perpisahannya dengan pemuda itu sudah makin dekat. Pelan pelan Gak Lam-kun membalikkan tubuhnya, kemudian panggilnya dangan suara lirih. Nona Ki, terima kasih banyak. Ki Li-soat menghela napas sedih, tukasnya. Gak siangkong aku tak akan menyusahkan dirimu, harap kau tak usah kuatir Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas, katanya kemudian. Setelah ini nona akan pergi kemana? Dunia begini luas kemana aku harus pergi, aku sendiripun tak tahu Gak Lam-kun termenung sebentar kemudian katanya pula. Aaaai. kalau memang kita sama-sama tanpa tujuan bila nona Ki tidak menolak, bagaimana kalau kita berpesiar bersama keatas bukit Pek im gay digunung Thian ciong san Mendengar ucapan tersebut, Ki Li-soat merasakan hatinya bergetar keras, tanyanya dengan lirih, Gak siangkong, kau Gak Lam-kun menghela napas panjang, katanya Cin peng lenyap tak berbekas, andaikata aku pergi ke Lam-hay untuk menjemput anakku, aku pun tak tahu bagaimana harus merawatnya! Bagaimana dengan Yo Ping?, tanya Ki Li-soat. Yo Ping orangnya dengki dan besar cemburunya, aku takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Baiklah! kata Ki Li-soat kemudian sambil mengangguk. Aku akan membantumu untuk menemukan Cing-peng lebih dulu. Bila tiada khabar beritanya, akan kususul kau diatas tebing Pek im gay dibukit Thian ciong san. Nah kita berpisah sampai disini dulu Seusai berkata, tanpa berpaling lagi Ki Li-soat segera berangkat menuruni bukit itu. Dengan termangu-mangu Gak Lam-kun mengawasi wajah Ji Kiu-liong tampak olehnya paras muka bocah itu pucat pias seperti mayat, tampaknya cukup parah luka yang dideritanya.

Setelah menghela napas dia lantas membopong bocah itu sambil katanya dengan lembut. Adik Liong, mari kita turuni dulu bukit ini. Setelah mencari tempat yang aman baru akan ku obati lukamu itu Gak toako, lukaku tidak seberapa, lebih baik kita berangkat ke Lam-hay sekarang juga seru Ji Kiu-liong sambil menggigit bibirnya kencang-kencang Gak Lam-kun segera membopong bocah itu dan menuruni bukit terjal tersebut. Sambil melakukan perjalanan katanya. Adik Liong, jarak dari sini menuju ke Lam-hay jauh sekali, belum tentu kita bisa mencapainya dalam beberapa hari saja Oooh Gak toako keluh Ji Kiu-liong dengan sedia, beritahu kepadaku secara teras terang sesungguhnya cintakah kau kepada enciku? Bocah bodoh, apakah kau tidak tahu perasaan toakomu? Aku tahu toako sangat mencintai cici, tapi toako tak boleh mencintainya sampai mengorban-kan jiwa sendiri Mendengar ucapan tersebut Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras serunya kemudian, Adik Liong, apa maksudmu? Dengan sedih Ji Kiu-liong berkata. Toako! Tadi kau menjanjikan kepada nona Ki agar naik ke tebing Pek im gay digunung Thian ciong san. Aku tahu kau hendak menitipkan keponakanku itu kepada nona Ki, kemudian kau akan menyusul encimu untuk berpulang ke alam baka Mendengar perkataan itu, diam diam Gak Lam-kun memuji juga kecerdasan dari Ji Kiuliong ini, tak disangka olehnya kalau perasaan hatinya dapat diketahui juga olehnya. Untuk beberapa saat lamanya, si anak muda itu menjadi terbungkam dalam seribu bahasa. Setelah hening untuk beberapa saat lamanya, kembali Ji Kiu-liong berkata. Toako, kumohon kepadamu janganlah berbuat begitu. Bila cici sudah tiada dan toako juga akan pergi meninggalkan aku, maka aku akan hidup sebatang kara tanpa sanak tanpa saudara didunia ini. Yang akan kuterima selanjutnya hanya penderitaan sepanjang masa, aku tak mau hidup sengsara semacam itu maka akupun tak ingin hidup seorang diri lagi di dunia ini Adik liong! kata Gak Lam-kun dengan suara dalam, Dari keluarga Ji kalian tinggal kau seorang yang akan meneruskan keturunan, mana boleh kau berpendapat demikian? Tiba tiba Ji Kiu-liong menangis tersedu sedu. Oooh.. toako kau tak boleh mati, kumohon kepadamu janganlah mati. Sekarang keponakanku sudah tak beribu, dia tak boleh kehilangan ayahnya pula. Kau harus memikirkan juga masa depan keponakanku itun. Diam diam Gak Lam-kun merasa girang setelah mendengar ucapan tersebut, sebab dari perkataan itu dapat diketahui betapa dalamnya dia memperhatikan putranya itu. Maka dengan suara lembut Gak Lam-kun menghibur. Adik Liong, tak usah menangis, lagi. Enci mu toh beium tentu sudah mati. Dan aku juga belum tentu mengambil keputusan untuk mati. Adik Liong beritahu kepadaku sekarang, pernahkah kau bertemu dengan keponakanmu itu

Seperti juga toako, aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku rasa dia pasti menyenangkan sekali Sinar matahari sudah melewati bukit yang tinggi dan menyinari seluruh jagad. Cahaya keemas-emasan yang lembut menerangi seluruh jagad, tampak disebelah kiri bukit terdapat sebuah hutan pohon siong yang rimbun dengan rumput yang tebal bagaikan permadani. Gak Lam-kun memandang sekejap hutan pohon siong itu, lalu katanya, Adik Liong, mari kuobati lukamu itu di sana saja Maka Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong berdiam sehari lagi disitu, kemudian baru melanjutkan perjalanannya menuju ke Lam-hay. oooOOOooo Di tengah sebuah jalan raya terdengar bunyi derap kaki kuda yang ramai, kemudian muncullah dua ekor. Kuda yang dilarikan cepat tidak pula lambat, kedua orang penunggangnya melarikan kuda itu bersanding. Mereka adalah seorang pemuda tampan berbaju hijau dan seorang bocah berbaju putih. Sekalipun tubuhnya penuh berdebu, namun tidak menutupi ketampanan serta kegagahan mereka. Siapakah kedua orang itu? Mereka tak lain adalah Gak Lam-kun serta Ji Kiu-liong. Setelah melakukan perjalanan hampir dua puluh harian lebih, sampailah mereka di Hoa tiong. Tiba-tiba Ji Kin liong memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling empat itu katanya, Gak toako, agaknya dibelakang kita ada orarg yang mengintil terus. Mungkin malam nanti ada suatu peristiwa? Gak Lam-kun segera tertawa hambar, katanya, Adik Liong, sekarang kau baru merasakannya? padahal mereka sudah beberapa hari menguntit terus dibelakang kita Toako, tahukah kau siapa mereka itu?. Gak Lam-kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali. Entahlah, cuma beberapa orang itu sangat cerdik, cekatan dan licik, jelas bukan manusia sembarangan. Sampai sekarang mereka belum juga turun tangan, mungkin alasannya karena orang-orang mereka belum datang semua, atau mungkin juga belum mengetahui keadaan kita yang sebenarnya Tapi kita toh tidak membawa apa apa. Emas juga tidak, mestika juga tidak. Aku pikir mereka pasti bukan kawanan pencoleng biasa bukan? Yaa, mungkin saja mereka sengaja datang untuk membuat perhitungan dengan kita Nama besar Gak toako sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan, siapakah yang mencari gara gara dengan kita? Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, katanya, Yang bermaksud baik tak akan datang, yang datang tak akan bermaksud baik. Tentu saja kita tak akan takut

kepada mereka, tapi sedikit banyak kita harus berjaga-jaga terhadap permainan busuk mereka, maka dalam hal makan minum dan tidur, kau musti lebih berhati-hati lagi Mendadak dari balik hutan bunga tho ditepi jalan berkumandang suara tertawa dingin yang merdu, menyusul seorang berseru, Kau tahu selama tujuh delapan hari ini kau sudah mampus puluhan kali.? Gak Lam-kun berkerut kening, dengan cepat dia melompat ke udara dan langsung menerjang ke arah mana berasalnya suara itu. Gerak tubuhnya ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali. Baru saja orang itu berkumandang, Gak Lam-kun telah menerjang ke sana. Tapi, ketika Gak Lam-kun mencapai tempat sasaran dan memeriksa sekeliling tempat itu dengan seksama, tampaklah belasan kaki disekeliling hutan bunga tho itu tak nampak sesosok bayangan manusia pun. Kali ini Gak Lam kan baru merasa terkejut sekali, dia tidak menyangka kalau orang itu memi-liki gerakan tubuh yang demikian cepatnya, sehingga sergapan yang dilakukan sendiripun tidak berhasil menemukan jejaknya. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu sudah jelas satu tingkat berada diatasnya. Padahal dalam dunia persilatan dewasa ini, ada berapa orangkah yang memiliki ilmu meringankan tubuh jauh diatasnya? Bukan berarti Gak Lam-kun menyombongkan diri tapi kenyataannya memang tidak banyak jago persilatan dalam dunia persilatan dewasa ini yang memiliki ilmu meringankan tubuh jauh lebih hebat daripada kepandaiannya. Dengan sorot sinar mata yang tajam Gak Lam-kun melakukan pemeriksaannya lagi disekeliling tempat itu, namun belum ada juga sesuatu hasil yang ditemukan. Mendadak dari arah jalan raya berkumandang suara derap kaki kuda yang dilarikan amat ken-cang. Tanpa berpikir panjang lagi, Gak Lam-kun segera melompat keluar dari balik hutan bunga tho. Tampak seekor kuda putih sedang berlarian lewat dari sisi tubuh Ji Kiu-liong dengan kecepat-an tinggi. Ketika Gak Lam-kun sudah melayang turun di tengah jalan raya, kuda itu bagaikan sepulung angin puyuh sudah menyambar lewat sejauh tiga empat puluh kaki dari tempat semula dengan kecepatan tinggi. Buru-buru Gak Lam-kun menghampiri Ji Kiu-liong, tampak bocah itu sedang duduk termangu-mangu diatas kudanya. Sementara diatas bahu kanannya tampak selembar kertas menempel disitu. Gak Lam-kun merasa terkejut sekali, dengan cepat dia memeriksa keadaan bocah itu ternyata jalan darah Cian cing hiat dibahu kanan Ji Kiu-liong sudah ditempeli oleh selembar kertas. Karena pancaran tenaga dalamnya yang kuat, menyebabkan jalan darahnya turut tertotok pula.

Menyaksikan kejadian paras muka Gak Lam-kun berubah hebat. Dengan cepat dia menepuk jalan darah Ji Kiu-liong yang tertotok kemudian diambilnya kertas itu dan di baca isinya. Tampak diatas kertas tersebut tertera beberapa huruf yang antara lain berbunyi demikian. Pasukan Sip ci kun dari dunia persilatan menantikan kedatanganmu pada malam nanti dikuburan Liat ku cu di luar kota. tertanda: Manusia kilat baju hitam. Tiba-tiba terdengar seruan tertahan, lalu Ji Ika liong menghembuskan napas panjang katanya kemudian. Gak toako sungguh cepat sekali gerakan dari kuda yang ditunggangi orang itu, bagaikan naga dari langit saja, begitu berkelebat lantas lenyap Liong te, apakah kau melihat jelas raut wajah dari manusia tersebut? tanya Gak Lam-kun dengan wajah serius. Tidak terlalu jelas, kulit tubuhnya putih bersih bagaikan salju. Mungkin wajahnya sangat cantik. Dia mengenakan baju bewarna hitam pekat Gak Lam-kun semakin mengerutkan dahinya rapat-rapat, manusia kilat berbaju hitam belum pernah dia mendengar nama tersebut didalam dunia persilatan. Tapi dengan kepandaian yang didemonstrasikan olehnya tadi, jelas kepandaian silat yang dimiliki orang itu masih jauh diatas kepandaian yang dimilikinya. Terutama sekali gerakan tubuhnya yang begitu cepat itu, sungguh membuat orang bergidik. Bu lim sip ci kun..? Pasukan macam apakah itu? Termasuk dalam perguruan manakah mereka itu? pikir Gak Lam-kun kemudian, Dia bilang aku sudah mati belasan kali, apa pula maksud dari ucapannya itu? Aneh.. aneh sekali Pelbagai ingatan dengan cepat barkecamuk dalam benak Gak Lam-kun, akan tetapi bagaimanapun dia berusaha untuk memecahkannya, usaha ini selalu tidak mendatangkan hasil apa apa. Toako, apa yang ditulis diatas kertas tersebut? tiba tiba Ji Kiu-liong bertanya. Gak Lam-kun tahu bahwa suatu pertarungan sengit tak akan bisa dihindari lagi pada malam nanti. Pertarungan berdarah semacam in lebih baik jangan sampai diketahui olehnya, maka sambil mengendorkan kembali wajahnya dia berkata sambil tertawa, Aaaah tidak apa apa, adik Liong, mari kita masuk ke kota! Suara derap kaki kuda kembali berkumandang memecahkan keheningan, dua ekor kuda itu melanjutkan kembali berjalanan memasuki kota. Ketika Ji Kiu-liong mendengar Gak Lam-kun berkata demikian tadi, dia pun tidak banyak bertanya lagi, tapi sang bocah itu amat cerdik sekali, sekalipun tidak melihat isi surat tersebut sedikit banyak dia bisa menduganya. Dia mengambil keputusan tak akan tidur pada malam nanti, secara diam diam dia akan mengawasi gerak gerik dari Gak Lam-kun tersebut kemudian menguntilnya secara diam diam

Akhirnya Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong menginap disebuah rumah perginapan di dekat pintu kota sebelah selatan. Untuk meng hindari kecurigaan Gak Lam-kun terhadapnya, Ji Kiu-liong mengajak Gak Lam-kun bermain di kota hampir dua jam lamanya, kemudian sekembalinya ke rumah penginapan ia lantas naik keranjang dan pura-pura tidur dengan nyenyaknya. Tengah malam pun menjelang tiba, suasana di sekitar situ sudah berubah menjadi hening dan sepi. Rembulan berada di awang-awang dan memancarkan sinar yang redup, bintang bertaburan pula diangkasa mengerdipkan sinarnya yang lirih. Suasana disekeliling rumah penginapan itu sudah diliputi oleh keheningan yang mencekam. Mendadak dari sudut ruangan rumah penginapan itu berkelebat keluar sesosok bayangan manusia, dalam sekali lintasan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Kecepatan gerak tubuh orang itu sangat cepat sekali dan boleh dibilang sukar dilukiskan dengan kata kata, sekalipun dipagi hari juga hanya terasa dilihat sebuah bayangan hitam belaka. Tak lama setelah kemunculan bayangan manusia yang pertama tadi, dari dalam kamar disebelahnya muncul kembali sesosok bayangan manusia yang meluncur ke udara berjumpalitan beberapa kali dan melayang turun diatas atap rumah. Dibawah cahaya rembulan tampaklah orang itu bukan lain adalah Gak Lam-kun. Dengan sorot matanya yang tajam Gak Lam-kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan kecepatan tinggi bergerak menuju ke timur kota. Baru saja bayangan tubuh Gak Lam-kun berkelebat lewat, sesosok bayangan putih kembali muncul diatas atap rumah, kali ini adalah bayangan tubuh dari Ji Kiu-liong. Ji Kiu-liong menunggu sampai bayangan tubuh dari Gak Lam-kun lenyap dari pandangan lebih dulu, kemudian baru menggunakan ilmu meringankan tubuhnya menyusul ke timur kota. Sementara itu, diam diam Gak Lam-kun sedang berpikir, Tampaknya si manusia kilat berbaju hitam itu sudah mengikuti diriku selama banyak hari. Kalau dia tidak mempunyai dendam sakit hati yang mendalam sekali, kenapa harus menunggu sampai malam hari baru turun tangan? Dengan kepandaian yang dimilikinya itu, jelas ia bukan sedang menunggu sampai orang orang datang semua secara komplit. Kalau tidak, dia tentunya tiada dendam sakit hati denganku, mungkin dia hanya menantang aku untuk berduel saja. Kalau memang demikian lebih baik aku berusaha untuk menahan diri saja, karena aku sudah bosan dengan dunia persilatan ini. Bunuh membunuh yang terjadi dalam dunia persilatan selama ini tak lebih cuma suatu ungkapan angkara murka belaka, akibatnya dalam dunia persilatan ini hanya akan muncul anak yang yatim piatu, istri yang kehilangan suami, orang tua yang kehilangan anak serta penderitaan yang tiada habisnya. Pikir punya pikir, tanpa terasa dia sudah berada diluar kota.

Sebelah timur kota ini merupakan sebuah tanah pegunungan yang sepi, disana sini penuh dengan pepohonan pendek dan semak belukar, gundukan tanah berada disana sini dalam kegelapan suasana disitu benar-benar terasa menyeramkan sekali. GAK LAM-KUN tidak tahu dimanakah letak dari kuburan Liat hu cu tersebut maka dia bergerak terus menuju ke arah timur. Kurang lebih seperminum teh kemudian, mendadak dari kejauhan sana Gak Lam-kun menyaksikan ada sebuah bangunan besar yang mirip pintu benteng berdiri angker dibawah sinar rembulan. Dengan beberapa kali lompatan saja pemuda itu segera mendekati bangunan itu. Kemudian mendongakkan kepalanya.. Tampak sebuah papan nama dengan tiga huruf besar berwarna hitam terpancang di atas benteng tadi, tulisan itu berbunyi, LIAT HU CU Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat sinar matanya dialihkan untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu. Dihelakan pintu kota tersebut merupakan gundukan gundukan tanah yang tidak rata, batu nisan berdiri bagaikan hutan, gundukan tanah bagaikan bukit, suasana menyeramkan sekali membuat berdirinya bulu kuduk semua orang. Gak Lam-kun berdiri beberapa saat lamanya disitu. ketika tidak mendengar sesuatu apapun, dengan cepat keningnya berkerut. Pelan-pelan dia berjalan menelusuri tanah perkuburan tersebut* Suasana amat sepi dan hening, kecuali hembusan angin malam dan bunyi jengkerik, tiada suara apapun yang terdengar. Sungguh luar biasa sekali tanah pekuburan itu, sejauh mata memandang, yang tampak hanya kuburan melulu.. Mendadak.. Gak Lam-kun menyaksikan dari belasan kaki dihadapkannya sana muncul beberapa sosok bayangan manusia bagaikan bayangan setan. Bagaimanapun beraninya seseorang, tak urung hatinya terkesiap juga ketika secara tibatiba menyaksikan munculnya belasan sosok bayangan manusia dari balik tanah perkuburan yang sepi. tentu saja tidak terkecuali dengan Gak Lam-kun. Setelah terkejut beberapa waktu dan mengamati bayangan manusia itu. pemuda tersebut lantas berpikir, Bagus sekali, tepat berdiri dari sepuluh orang, rupanya inilah yang dinamakan pasukan sepuluh orang dari dunia persilatan Sekulum senyuman sinis dan menghina segera tersungging diujung bibir Gak Lam-kun pelan pelan dia berjalan maju ke depan. Sepuluh sosok bayangan manusia yang berada di depan itu masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, seakan-akan mereka sama sekali tidak melihat kehadiran Gak Lam-kun tersebut.

Menyaksikan tingkah laku mereka yang sombong dan takabur itu hawa amarah segera berkobar dalam dada Gak Lam-kun. Dia lantas mendengus dingin, kemudian berhenti pada lebih kurang tujuh delapan kaki dihadapannya. Dengusan naga sakti tersebut tentu saja terdengar juga oleh kesepuluh orang itu, tapi mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula. Sementara wajah mereka segera dipalingkan kearah pemuda tersebut. Lama kelamaan habis sudah kesabaran Gak Lam-kun. Dengan suara dingin segera tegurnya. Rupanya kalian yang dinamakan pasukan sepuluh huruf dari dunia persilatan? Suasana yang menyelimuti sekeliling tempat itu masih tetap hening dan sepi, tak kedengaran sedikit suarapun Kecuali angin yang mengibarkan ujung baju mereka, kesepuluh orang itu masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, bahkan seakan akan suara napaspun tidak kedengaran. Hawa amarah semakin berkobar menyelimuti seluruh wajah Gak Lam-kun bentaknya, Apa sebenarnya kalian Bu lim Si ci kun mengundangku datang ketempat ini? Baru selesai dia membentak, dari arah depan sana segera terdengar suara tertawa yang mengerikan sekali. Dibalik gelak tertawa itu seakan akan penuh mengandung nada mengejek, menghina dan mencemooh yang sinis sekali. Akan tetapi, begitu suara tertawa itu berhenti, suasana disekeliling tempat itu kembali menjadi sepi dan hening tak kedengaran sedikit suarapun, sepuluh orang manusia tersebut masih berdiri kaku disana bagaikan mayat mayat yang membeku. Hee.. heehee Gak Lam-kun tertawa seram dengan gusarnya, manusia kilat berbaju hitam, kalau maksudmu mengundang kehadiranku hanya untuk mempermainkan diriku saja, perbuatan ini benar benar telah menurunkan derajat kalian semua. Tampaknya saja kau betul mengecewakan Anehnya, kesepuluh orang itu masih tetap berdiri kaku disana seakan akan sama sekali tidak mendengar perkataan itu. Habis sudah kesabaran Gak Lam-kun. Ia tak mampu mengendalikan dirinya lagi, dengan langkah lebar dia berusaha untuk maju ke depan. Mendadak dari arah belakang terdengar seseorang berkata, Gak toako, aku lihat kesepuluh sosok bayangan manusia itu sudah pasti bukan manusia! Ketika Gak Lam-kun mendengar perkataan itu dan berpaling, maka tampaknya Ji Kiuliong entah sedari kapan sudah muncul tujuh kaki dibelakangnya, waktu itu dia sedang berjalan maju ke depan dengan langkah lebar. Gak Lam-kun segera mengerutkan dahinya setelah melihat kehadirannya, dengan cepat dia menegur, Adik Liong, mengapa kau juga turut datang kemari? Ji Kiu-liong tertawa cekikikan. Dulu, setiap kali Gak toako akan menghadiri keramaian, kau selalu mengajakku turut serta. Tapi kali ini kau tidak mengundangku turut serta,

maka aku pikir lebih baik aku berangkat sendiri saja. Gak toako tak usah marah, aku rasa kemungkinan juga ke sepuluh sosok bayangan manusia manusia itu adalah manusia manusia yang sudah mati lama! Sebenarnya Gak Lam kan hendak mengusirnya pulang, akan tetapi setelah menyaksikan wajahnya yang berseri ia menjadi tak tega. terpaksa sambil menghela napas katanya. Darimana kau bisa tahu kalau mereka sudah mati? Kalau tak bisa berbicara berarti orangnya sudah mampus, atau mungkin juga mereka adalah sukma sukma gentayangan. Kalau tidak tak nanti mereka akan berdiri melulu diatas tanah pekuburan itu tanpa melakukan sesuatu gerakanpun Setelah mendengar perkataan itu Gak Lam-kun baru tahu kalau Ji Kiu-liong yang binal ini ru-panya sedang bermaksud untuk memanasi hati lawannya sehingga musuh musuh itu berbicara. Siapa tahu, sekalipun sudah disindir dan diejek oleh Ji Kiu-liong dengan kata kata yang tak sedap didengarpun, kesepuluh orang itu masih tetap terdiri tak berkutik ditempai semula. Melihat pancingannya tidak menghasilkan apa-apa, Ji Kiu-liong kontan saja mencaci maki kalang kabut, Hei. sebenarnya kalian ini bisu atau tuli? Mendengar Gak Lam-kun menghela nafas panjang. Mereka sudah mati semua! gumamnya. Ternyata secara diam-diam Gak Lam-kun telah menghimpun tenaga dalamnya dan menghantam orang yang berdiri dipaling depan itu, dimana angin pukulannya menyambar lewat, bayangan manusia yang pertama itu segera roboh kaku keatas tanah. Ji Kiu-liong juga terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu. Buru-buru dia melompat kedepan dan mendorong orang kedua ternyata orang itu pun segera roboh keatas tanah. Sekarang dia baru benar-benar amat terkejut, sepasang matanya terbelalak lebar dan mulutnya melongo. Untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Kesepuluh sosok bayangan hitam itu semuanya memakai kain cadar berwarna hitam. Gak Lam-kun segera maju kedepan dan memeriksa sebab sebab kematian ditubuh mereka. Tapi dengan cepat hatinya menjadi amat terkejut, kiranya orang orang itu sudah dilukai dulu dengan pukulan tenaga dalam yang amat dahsyat. Setelah jalan darahnya dikuasahi, isi perutnya baru dihancurkan, sebab itu sampai matipun mereka masih tetap berdiri kaku. Mendadak Ji Kiu-liong menjerit kaget, Dia adalah Kiu to (tosu setan) Thian yu Cinjin! Rupanya Ji Kiu-liong telah melepaskan kain cadar yang menutupi wajah kedua orang itu. Ternyata yang menjadi korban adalah si Toosu setan Thian yu Cinjin. Kenyataan ini segera membuat Gak Lam-kun kebingungan setengah mati. Dengan cepat ia mengebaskan tangannya ke atas kain cadar korban yang pertama itu, ternyata orang itu bukan lain adalah Thi-kiam kun cu Hoa Kok khi yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan itu..

Siapa yang telah membunuh mereka? tanya Ji Kiu-liong kemudian dengan perasaan heran. Mungkin si manusia kilat berbaju hitam itu sahut Gak Lam-kun meski hatinya juga diliputi rasa bimbang. Tapi siapa pula manusia kilat berbaju hitam itu? Entahlah aku sendiri pun tidak tahu Mungkinkah manusia berbaju hitam yang menunggang kuda putih tengah hari kemarin? Yaa. mungkin saja dia Gak Lam-kun manggut-manggut, sebab didunia ini tak mungkin ada orang kedua yang memiliki kemampuan selihay orang itu Peristiwa berdarah yang serba misteri ini cepat membuat Gak Lam-kun menjadi kebingungan dan tidak habis mengerti. Bersama Ji Kiu-liong ia berdiri termangu sampai pagi hari. Namun bayangan dari manusia kilat baju hitam tak pernah ditemukan oooOOOooo LAM-HAY merupakan suatu tempat yang paling rahasia dan misterius bagi dunia persilatan didunia ini. ilmu silat aliran Lam-hay boleh dibilang merupakan suatu kepandaian aliran tersendiri yang sangat lihay dan sama sekali tidak berada dibawah kepandaian silat dari wilayah See-ih. Lam-hay bisa menjadi tempat yang paling rahasia dan misteri bagi umat persilatan karena Lam-hay terbentuk dari kumpulan beberapa buah pulau berkarang yang meliputi daerah San-cuan, Toa hay dan To sim. Itulah sebabnya ilmu silat Lam-hay pun turut menjadi rahasia sekali bagi pandangan orang. Pulau Si soat to sejak dulu sampai sekarang juga merupakan suatu pulau yang amat misteri. Kuil Si sian an dari Lam-hay letaknya diatas, pulau Si soat to sebelah barat. Para nelayan di sekitar tempat itu menamakan pulau tadi sebagai tempat tinggal para dewa dan malaikat. Rupanya pula Si soat to tersebut merupakan sumber dari ilmu silat aliran Lam-hay. Di atas pulau inilah berdiam para cianpwe kenamaan dan aliran Lam-hay yang telah mengundurkan diri. Tak heran para nelayan menyebut mereka sebagai para dewa. apa lagi setelah menyaksikan ilmu meringankan tubuh mereka yang bisa berjalan di atas air. Itulah sebabnya, tak pernah ada orang luar yang berani mendatangi pulau tersebut. Sekalipun jago dari dunia persilatan juga jarang sekali ada yang berani melanggar perairan Lam-hay. Tak heran kalau pulau itu menjadi terpencil dan jarang sekali dikunjungi manusia. Malam amat sunyi.. Ombak menggulung saling berkejar-kejaran, angin berhembus sepoi sepoi.

Bintang bertaburan diangkasa memantulkan sinarnya yang redup, betul betul suatu perpaduan yang sangat indah dan syahdu. Diujung langit sana tiba tiba muncul sebuah sampan yang menembusi gulungan ombak bergerak maju kedepan. Di ujung sampan berdiri seorang pemuda berbaju hijau dan seorang bocah berbaju putih, mereka sedang memandang gulungan ombak disamudra sambil melamun, entah apa yang sedang dilamunkan Ombak menggulung menerjang sampan, tubuh sampai oleng kian kemari dimainkan riak, dalam perjalanan mereka menuju ke Lam-hay, entah bagaimana hasilnya nanti? Rejekikah? Bencanakah? Kegirangankah? atau kesedihan? Tiba tiba Gak Lam kan menghela napas sedih katanya. Adik Liong pulau Si soat to sudah berada di depan mata! Cepat sekali gerak maju sampan tersebut, dalam sekejap mata pulau laut itu sudah berada di depan mata, pulau yang berwarna gelap di tengah kegelapan malam itu. Dari atas pulau, lamat-lamat mereka mendengar suara yang amat memekikkan telinga. Gak toako dengan suara lirih Ji Kiu-liong lantas berbisik, suara apakah itu? Sungguh amat merdu sekali? Gak Lam-kun juga merasa keheranan, suara itu bagaikan petikan harpa dari Yo Ping, begitu merdu begitu indah memabukkan, seperti kicauan burung nuri. Mungkin suara kicauan burung! kata Gak Lam-kun kemudian. Aaai.! Aku teringat sekarang? tiba tiba Ji Kiu-liong berseru tertahan, konon disini terdapat sejenis burung yang disebut burung Kim si ing suara kicauannya bagaikan petikan harpa, indah dan menawan hati. Tapi burung tersebut sudah amat langka, konon bulunya sangat indah, sungguh tak di sangka pulau Si soat to ini merupakan sarang dari burung Kim si ing tersebut Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun menjadi terkejut, bercampur keheranan iapun pernah mendengar cerita tentang burung Kim si ing ini dari gurunya. Dalam dunia persilatan terdapat sejenis burung yang disebut Kim si ing. Burung tersebut pandai sekali melompat, lagipula gerakan lompatannya lndah sekali. Bila manusia bisa menirukan gerakan burung itu serta memahami gaya silatnya bisa jadi akan tercipta serangkaian ilmu pedang atau ilmu pukulan yang maha dahsyat. Bila kepandaian tersebut sampat tercipta, mungkin tiada jurus silat didunia ini yang sanggup menangkan jurus silat yang tercipta dari gerakan burung Kim-si ing tersebut. Cuma burung jenis itu langka sekali. Menurut apa yang kuketahui didunia ini cuma ada satu tempat saja yang banyak terdapat burung Kim si ing tersebut Teringat sampai disitu, satu ingatan lantas melintas dalam benak Gak Lam-kun. Dia sangat berharap cepat-cepat menyaksikan bentuk dari burung Kim si ing tersebut. Maka ujarnya kemudian. Adik Liong, mari kita rapatkan sampan di atas pantai dan cepat-cepat kita saksikan macam apakah burung itu!

Selesai berkata Gak Lam-kun segera mendayung perahunya kepantai dan melompat naik ke atas daratan. Ji Kiu-liong mengikuti dari belakangnya, ia berbisik, Gak toako. burung itu sudah tidak terdengar berkicau lagi Betul juga, suara kicauan burung yang sangat indah itu sudah tak terdengar lagi. Suasana disekitar itu menjadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun. Diam diam Gak Lam-kun mengerutkan dahinya, kemudian berkata, Konon burung Kim si ing tersebut menpunyai sifat yang cerdik. Andaikata ada orang asing yang datang kemari maka dia segera merasakan akan hal itu dan berhenti bekicau, hal mana membuat orang tak bisa menduga dimanakah dia berada. Oleh karena itu bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk bisa berjumpa dengan burung tersebut Berpikir sampai disini, dia lantas menghela nafas panjang, katanya lirih, Yaa, rupanya memang burung Kim si in Gak toako kata Ji Kiu-liong Setelah datang kemari, bila kita tidak menangkap dua ekor burung Kim si ing, rasanya sia-sia saja perjalanan kita kali ini Baru selesai dia berkata, mendadak dari sisi kiri hutan berkumandang suara tertawa dingin, kemudian terdengar seseorang berkata dengan suara kaku, Kau anggap burung Kim-si-ing adalah burung yang bisa ditangkap oleh sembarangan orang? Kalian berdua datang dari mana? berani benar memasuki daerah terlarang dari Lam-hay kami? Sekarang aku akan memberi peringatan kepada kalian, cepat tinggalkan pulau Si soat-to ini sebelum terlambat. Menginigat kalian melanggar baru pertama kalinya, dosa itu kami ampuni. Tapi kalau masih saja memaksa, maka jangan salahkan kalau kalian akan mati tanpa tempat kubur disini Dengan suara lantang Ji Kiu-liong segera berseru, Kami datang kemari ingin menjumpai Lam-hay sinni, harap cici jangan menjadi marah! Rupanya orang itu agak tertegun. Agaknya dia tidak manyangka, kalau lawan bisa mengenali suaranya sebagai suara seorang perempuan. Setelah termenung sejenak, pelan-pelan dari balik hutan muncul seorang perempuan berbaju putih. Kalau dilihat dari gerakan tubuhnya yang enteng, bisa diketahui kalau ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya pasti lihay sekali. Sambil munculkan diri, dia bertanya lagi dengan dingin, Siapakah kalian? Sementara itu perempuan berbaju putih tadi telah tiba dihadapan mereka berdua. Ternyata orang itu adalah seorang nikou muda belian, dengan sepasang biji matanya yang jeli diawasinya dua orang itu sekejap, kemudian wajahnya tampak tertegun. Gak Lam-kun segera merangkap tangannya memberi hormat, kemudian katanya, Permisi siau-sutai, aku Gak Lam-kun dari jauh berkunjung ke pulau Si-soat-to di Lamhay ini dengan maksud berjumpa dengan Lam-hay sinni locianpwe, harap kau suka membawa kami untuk menjumpainya Nikou baju putih itu menunduk sejenak, kemudian katanya lagi, Lantas siapa pula dia? Aku bernama Ji Kiu-liong, Ji Cin-peng adalah kakakku!

Dengan wajah agak membesi, nikou cilik berbaju putih itu berkata dengan hamba, Sayang sekali sucou kami sedang menutup diri, lebih baik datanglah setahun lagi Kalau memang Lam-hay sinni sedang menutup diri tentu saja kami tak akan menganggu ketenangannya. Kalau begitu tolong bawalah kami untuk berjumpa dengan Ji Cin-peng Paras muka nikou cilik berbaju putih itu segera berubah hebat, katanya dengan dingin, Suruh kalian meninggalkah tempat ini. lebih baik cepat pergi dari sini, mau apa banyak cerewet? Gak Lam-kun berusaha keras untuk menahan kobaran hawa amarah didalam hatinya, lalu sambil tertawa paksa katanya, Tolong tanya siau suthay, apakah Ji Cin-peng sudah sampai disini.? Nikoh cilik berbaju putih itu segera tertawa dingin. Hee hee hee Kalian berdua mengapa begitu tebal mukanya? Apa harus menunggu sampai kuusir kalian dengan kekerasan? serunya. Ji Kiu-liong tertawa dingin pula, sahutnya, Pokoknya sebelum bertemu dengan enci ku atau Lam-hay siani, kami bersumpah tak akan pergi meninggalkan tempat ini lagi Bagus sekali, aku lihat kau memang sengaja datang kepulau Si soat to ini untuk membuat keonaran Sembari berkata dia lantas meloloskan pedangnya dari punggung kemudian sambil maju kedepan selangkah bentaknya, Kalian mau pergi tidak? Kalau tidak akan kusuruh kalian mampus diujung pedangku! Ji Kiu-liong terkekeh-kekeh seram, hee hee hee Tidak kusangka seorang pertapa dari Lam-hay juga begini tak tahu adat. Sedikit-sedikit lantas menggunakan pedang untuk melukai orang! Dicemooh berulang kali oleh musuhnya, nikou cilik berbaju putih itu menjadi marah. Sambil membentak keras, pedangnya segera digetarkan melancarkan sebuah tusukan ke tubuh Ji Kiu-liong. Menghadapi tusukan tersebut Ji Kiu-liong tersenyum. Bukan mundur dia malah maju ke depan. Kemudian sambil membalikkan badan menumbuk ke atas tubuh pedang tersebut. Gerakan tubuhnya yang aneh dan diluar perhitungan ini kontan saja mengejutkan si nikoh cilik berbaju putih yang sama sekali tak berpengalaman itu. Buru-buru dia menarik kembali pedangnya sambil mundur ke belakang, lalu bentaknya keras-keras. Kau benar-benar sudah bosan hidup? Ji Kiu-liong tertawa. Aku ingin tahu hatimu sebenarnya kejam atau tidak. Setelah dicoba maka baru kuketahui bahwa kau adalah seorang gadis suci yang berhati welas kasih. Aku rasa lebih baik lemparkan saja pedangmu ke tanah, kemudian menghantar kami menuju ke kuil Si soat to! Sembari berkata, Ji Kiu-liong maju kembali ke depan. Pergelangan tangan kanannya digetarkan dan segera mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan si Nikou cilik berbaju putih yang memegang pedang itu.

Sementara nikou cilik berbaju putih itu masih berdiri dengan wajah merah padam karena jengah, jari tangan Ji Kiu-liong telah menempel di atas urat nadinya. Urat nadi merupakan jalan darah penting bagi manusia. Begitu kena dicengkeram maka seluruh badannya akan menjadi lemas tak bertenaga, sekalipun seseorang berilmu sangat lihay tak akan mampu berkutik lagi. Rupanya nikou cilik berbaju putih itu tahu lihay, buru-buru dia membuang pedangnya dan cepat-cepat melompat mundur ke belakang. Dengan cepat Ji Kiu-liong menggerakkan tangan kanannya untuk menyambar pedangnya yang terjatuh itu, kemudian sambil tertawa dingin ejeknya lagi, Terima kasih atas pemberian pedangmu itu, sayang J i Kiu-liong tak berani menerimanya. Seraya berkata, dia melemparkan kembali pedang itu ke depan. Serentetan cahaya putih yang menyilaukan mata segera meluncur ke tubuh nikou cilik berbaju putih itu dengan kecepatan luar biasa, terasa desingan angin tajam menderu-deru. Tampak nikou cilik berbaju putih itu segera berjongkok ke tanah, tangan kirinya dibalik seraya menyambar. Pedang yang sedang meluncur tiba dengan kecepatan tinggi itu tahutahu sudah tersambar kembali olehnya. Gerakan tubuhnya disaat menyambut kembali pedangnya ini dilakukan tanpa gugup barang sedikitpun juga. Lagipula gerakannya manis dan indah, mau tak mau Gak Lamkun dan Ji Kiu-liong harus mengagumi juga atas kelihayannya. Setelah menyambut pedangnya, nikou cilik berbaju putih itu tidak mengucapkan sepatah kata-pun. Pergelangan tangannya diputar, pedangnya segera membentuk beberapa kuntum bunga pedang yang secepat kilat segera mengurung seluruh badan Ji Kiu-liong. Serangan pedangnya sangat aneh dan sakti, kali ini Ji Kiu-liong kena didesak sampai mundur sejauh tiga langkah. Agaknya nikou cilik itu sudah dibikin marah. Pedangnya diputar sedemikin rupa hingga menciptakan lapisan hawa serangan yang amat dahsyat. Sreet, sreet, sreet.. Secara beruntun dia lepaskan tiga buah bacokan berantai yang semuanya di sertai dengan hawa pedang yang tajam dan luar biaaa hebatnya. Ji Kiu-liong tak sempat mengeluarkan jurus untuk menghadapi ancaman tersebut, maka secara beruntun pula ia terdesak mundur berulang kali. Nikou cilik berbaju putih itu membentak keras. Pedangnya dengan gaya Pek hok tian ci (bangau Putih mementang sayap) menusuk tiba dari arah samping. sungguh cepat gerakan tubuhnya, hanya tampak sambaran berkelebat, tahu tahu sudah lenyap dari pandangan mata. Ji Ki liong marah sekali. Dengan wajah memerah dan mata melotot besar ia membentak keras. Tubuhnya bagaikan sukma gentayangan menerobos ke muka. Kemudian telapak tangan kanannya buru-buru diayunkan ketubuh lawan. Criiing.! Pedang ditangan nikou cilik itu terhajar telak oleh serangan Ji Kiu-liong sehingga rontok dan jatuh ke atas tanah.

Meski senjatanya rontok, nikou cilik itu tidak berdiam diri belaka. Dengan cepat dia membalikkan badan sambil melancarkan serangan balasan. Telapak tangan kirinya segera didorong menuju ke arah luar lingkaran. Ji Kiu-liong tertawa dingin, kaki kirinya mundur setengah langkah, tubuhnya turut pula miring kesamping. Dengan kelima jari tangan yang dipentangkan saperti kaitan, ia cengkeram jalan darah penting pada urat nadi pergelangan tangan kiri lawan. Belum sempat Ji Kiu-liong mengerahkan tenaga dalamnva untuk mencengkeram urat nadi lawan, nikou cilik berbaju putih itu sudah mengebas tangan kirinya keras-keras. Ji Kiu-liong segera merasakan tangan nikou cilik itu licin seperti ikan belut, hanya dalam satu kebasan saja tahu-tahu sudah terlepas dari cengkeraman. Bersamaan waktunya dengan terlepasnya urat nadi pada pergelangan tangan si nikou cilik dari ancaman ujung jari Ji Kiu-liong, dengan cepat nikou ini melancarkan serangan balasan. Tangannya dibalik lantas mencengkeram tahu-tahu jari tangannya yang lentik itu sudah mencengkeram urat nadi Ji Kiu-liong! Tindakan yang sami sekali di luar dugaan ini amat mengejutkan Ji Kiu-liong. Ia tak mengira kalau jarus serangannya begitu aneh, licin dan lihay. Pemuda itu segera sadir, seandainya ia tidak mengeluarkan jurus tangguh untuk memecahkan ancaman itu, niscaya sulit baginya untuk meloloskan diri dari cengkeraman lawan. Satu ingatan segera terlintas dalam benaknya, mendadak lutut kirinya menumbuk ke muka. Gak Lam-kun terperanjat sekali ketika menyaksikan kejadian itu. Dia mengira Ji Kiuliong bermaksud menghajar bagian tubuh terlarang dari nikou cilik itu dengan lutut kirinya, buru-buru hardiknya, Adik Liong, jangka kau lancarkan serangan keji! Aduuuh. jerit kesakitan berkumandang memecahkan keheningan, tahu-tahu perut nikou cilik berbaju putih itu sudah kena didengkul sehingga badannya terbungkuk bungkuk dan akhirnya duduk berjongkok di atas tanah, saking kesakitan. Pada saat itulah, mendadak dari sisi arena berhembus datang segulung angin serangan tajam yang langsung menyambar ke arah tubuh Ji Kiu-liong. Waktu itu Gak Lam-kun sudah tiba disamping Ji Kiu-liong. Melihat kejadian itu tangan kirinya segera d balik kemudian segulung angin pukulan yang sangat kuat meluncur kedepan menyongsong datangnya ancaman tersebut. Blaam! Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu satu dengan lainnya. Gak Lam-kun segera merasakan pergelangan tangan kirinya bergetar keras. Dengan perasaan terkejut pemuda itu segera mendongakkan kepalanya, maka tampaklah kurang lebih tiga kaki dldepan sana berdiri seorang nikou setengah umur berbaju putih yang sedang berdiri disitu dengan wajah penuh kegusaran

Sepasang matanya yang amat tajam itu dengan cepat memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, kemudian sambil mendengus dingin tegurnya, Besar amat nyalimu, begitu berani men-datangi pulau Si soat to dan melukai anggota perguruan kami, sebutkan siapa nama kalian! Dengan senyuman terpaksa buru-buru Gak Lam-kun menjawab, Li suhu, harap jangan salah paham. Aku Gak Lam-kun datang karena ada sesuatu urusan yang penting hendak dibicarakan dengan Lam-hay Sinni serta Ji Cin-peng Mendengar perkataan itu si nikou setengah umur itu segera berkerut kening. Lalu katanya dengan dingin, Oooh. rupanya kaulah yang bernama Gak Lam-kun, si manusia latah yang tak pernah memandang sebelah mata kepada orang lain. Selamat berjumpa, selamat berjumpa. Hari ini ingin kucoba kelihayan ilmu silatmu Mimpipun Gak Lam-kun tidak mengira kalau semua anggota pulau Si soat to begini tak tahu aturan, tapi dia masih berusaha keras untuk mengendalikan hawa amarahnya, dengan hambar ia berkata, Buat apa kita musti main kekerasan. Apa gunanya menambah kesalah pahaman di antara kita? Jika kau enggan untuk turun tangan, lebih baik sekarang juga mengundurkan diri dari pulau ini! seru si nikou setengah umur itu dengan wajah sedingin salju. Kalau ingin turun tangan beradu kepandaian tentu boleh saja, tapi jangan sampai saling bermusuhan. Nikou setengah umur itu segera tertawa dingin, katanya, Sejak dulu hingga sekarang, di atas pulau Si soat to berlaku satu peraturan, yakni barang siapa berani memasuki pulau ini maka dia harus menerobosi barisan Leng hun kiam tin (ilmu barisan sukma terkurung) suatu kepandaian hebat dari Lam-hay atau segera angkat kaki meninggalkan palau ini. Cuma sebelum itu aku hendak memberitahukan diri mu dulu, Leng hun kiam tin dari partai Lam-hay belum pernah ditembusi oleh satu orang saja semenjak diciptakan dulu. Bila kau masih menyayangi jiwamu, kuanjurkan lebih baik depat cepatlah berpaling dan mengundurkan diri dari sini sebelum terlambat Gak Lam-kun segera tertawa, Setelah tiba di atas pulau Si soat to ini, berarti aku harus berjumpa dulu dengan Ji Cin peng dan Lam-hay sinni. Sebelum hal ini bisa kupenuhi, tak nanti aku bakal mengundurkan diri dari atas pulau Si soat to! Jadi kalau begitu, kau bersikeras hendak menjajal kelihayan dari ilmu barisan Leng hun kiam tin? tukas nikou setengah umur itu dengan wajah sedingin es. Wajah Gak Lam-kun sendiripun berubah menjadi amat serius dan bersungguh-sungguh, katanya, Seandainya aku beruntung dapat berhasil menerobosi ilmu barisan Leng hun kiam tin tersebut, apakah kau sanggup mengajakku untuk berjumpa dengan Ji Cin peng? Menghadapi pertanyaan tersebut. nikou setengah umur itu menjadi tertegun lalu sahutnya dingin, Apakah Ji Cin peng berada di atas pulau ini atau tidak, hidup atau mati? Saat ini aku sama sekali tidak tahu Mendengar perkataan itu paras muka Gak Lam-kun segera berubah hebat, serunya agak tergagap. Kalau begitu dia sudah mati?

Meadadak Ji Kiu-liong tak sanggup mengendalikan perasaan hatinya lagi, dia menangis tersedu-sedu. Teriaknya. Ooohcici kenapa kau begitu bodoh?. Benarkah kau telah pergi meninggalkan kami? Tegakah kau meninggalkan adikmu hidup sebatang kara..? Dalam keadaan begini, sekuat tenaga Gak Lam-kun berusaha keras untuk mengendalikan perasaan hatinya yang sangat kalut, dia berkata. Sutay, tolong merepotkan dirimu untuk memberi kabar kepada Lam-hay sinni bahwa aku Gak Lam-kun datang untuk menjumpai anakku, dapatkah kau membantu kami? Eeeh kenapa sih kau musti mendesak terus? Aku toh sudah bilang sedari tadi, suhuku sedang menutup diri. Sekarang dia sudah tidak mau mencampuri urasan keduniawian lagi Mendadak Gak Lam-kun mengerutkan dahinya, kemudian tertawa dingin tiada hentinya, Hee hee hee Aku Gak Lam-kun sudah merengek dan memohon dengan segala kerendahan hati, tapi kenyataannya kalian pendeta yang katanya berbelas kasihan kepada orang sama sekali tidak tergerak hatinya. Baiklah! Jika kau bersikeras menyuruhku turun tangan, maka bila sampai terjadi apa apa, jangan kau salahkan kepada diriku lagi Agak terkesiap juga si nikou setengah umur itu setelah menyaksikan hawa pembunuhan yang menyelimuti seluruh wajah si anak muda itu, diam-diam pikirnya, Tak heran kalau orang ini begitu dahsyat dan hebatnya sehingga bisa menggetarkan seluruh kolong langit Sementara itu pelan-pelan Gak Lam-kun sudah maju menghampiri si nikou setengah umur sehabis mengucapkan kata-katanya itu. Sementara sepasang matanya yang tajam mengawasi terus wajahnya tanpa berkedip. Dipandang oleh sorot mata yang begitu menggidikkan hati, nikou setengah umur itu merasa hatinya semakin bergidik sehingga tanpa terasa mundur selangkah kebelakang, tangan kanannya segera diayunkan. Criiing! diiringi suara dentingan nyaring, tahu-tahu dia sudah menyiapkan sebilah pedang yang berhawa dingin. Gak Lam-kun segera merasakan pula berhembus keluarnya segulung hawa dingin menusuk tulang yang mengerikan sekali dari balik pedangnya itu. Tanpa terasa ia menjadi tertegun, dia tak tahu terbuat dari bahan apakah pedang tersebut. Andaikata bukan terdiri dari bahan yang istimewa, hal ini menunjukkan kalau tenaga dalam yang dimilikinya pasti jauh melebihinya. Haruslah diketahui, jika seseorang bisa menyalurkan hawa murninya hingga mencapai ujung pedang dan mengirimkan aliran hawa dingin yang menusuk tulang, itu berarti tenaga dalam yang dimilikinya pasti lihay sekali dan sudah mencapai puncak kesempurnaan. Gak Lam-kun merasa tenaga dalamnya belum sanggup mencapai taraf sedemikian lihaynya. Maka dia lantas mengambil keputusan seandainya, hawa dingin diujung pedang lawan itu tercipta karena aliran hawa murni maka itu semua menandakan kalau tenaga dalamnya masih kalah setingkat di bandingkan lawannya. Berpikir sampai disitu, pelan-pelan Gak Lam-kun bergerak maju kedepan. Tapi setiap inci ia mendesak maju kedepan, hawa dingin yang terpancar kaluar dari ujang pedang

lawan makin lama terasa semakin dingin, sehingga membuat orang merasakan dirinya seakan-akan berada di dalam sebuati gedung salju yang dingin sekali. Seandainya Gak Lam-kun tidak memiliki tenaga dalam yang sempurna, diapun sulit untuk menahan dinginnya hawa pedang tersebut. Dalam pada itu, Ji Kiu-liong serta nikou cilik berbaju putih itu sudah mengundurkan diri sejauh sepuluh kaki lebih dari tempat semula. Gak Lam-kun tertawa dingin dengan seramnya, tangan kanannya segera dia ayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan berhawa dingin ke tubuh nikon setengah umur itu, kemudian serunya ketus. Ingin kulihat kulihat hawa pukulan siapa yang jauh lebih dingin! Mendadak Nikou setengah umur itu merasakan hawa dingin yang dipancarkan olehnya kena didesak balik sehingga berbalik menekan ke tubuhnya. Belum lagi hawa pukulannya menyambar lewat, segulung aliran hawa yang dingin menusuk tulang dan cukup membekukan peredaran darah telah menyelimuti sekujur tubuhnya. Dengan perasaan terperanjat, buru-buru dia mengundurkan diri enam depa ke belakang. Gak Lam-kun tertawa terbahak bahak, bagaikan sukma gentayangan dia melintas kedepan dan menerjang tiga jengkal dihadapan nikou setengah umur itu. Dengan kening berkerut nikou setengah umur itu menarik pedang ditangan kanannya ke belakang, setelah itu secara aneh dan diluar dugaan ujung pedangnya kembali menusuk ketubuh Gak Lam-kun. Mimpipun Gak Lam-kun tidak menyangka kalau perubahan jurus serangan lawan bisa berubah sedemikian cepatnya. Segulung aliran hawa dingin yang menyengat badan secepat petir menerjang tiba. Dalam gugupnya dia melompat ke sebelah kiri, kemudian dengan kaki kanannya menutul pedang si nikou. Berkelit sambil melancarkan serangan balasan. Kedua macam gerakan itu dilakukan hanya berselisih waktu sedikit sekali, sehingga seakan-akan dilakukan pada saat yang bersamaan. Mimpipun nikou setengah umur itu tidak menyangka kalau Gak Lam-kun bakal melakukan sebuah tandangan dengan gaya serangan demikian anehnya. Padahal serangan sudah terlanjur dilancarkan, untuk membuyarkan serangan sambil mundur jelas sudah tak sempat. Terpaksa sambil mendengus dingin dia putar pedangnya melindungi badan kemudian dibacokkan kebawah. Dalam anggapannya andaikata Gak Lam-kun tidak segera menarik kembali tendangannya itu, niscaya sepasang kaki lawan akan terpapas kutung oleh ayunan senjatanya Sayang sekali dia sudah lupa manilai kekuatan tenaga dalam yang dimiliki si anak muda itu. Jangan dilihat tendangan dari Gak Lam-kun itu seperti amat sederhana dan tiada sesuatu yang aneh, padahal sesungguhnya memiliki tenaga pukulan yang luar biasa dahsyatnya.

Dikala Nikou setengah umur itu mengayunkan pedangnya untuk membacok ke bawah, dengan cepat ia merasakan hawa serangan yang dikerahkan olehnya itu terpantul balik oleh dororgan segulung tenaga pantulan yang amat dahsyat sehingga mengakibatkan pergelangan tangannya mejadi kaku dan kesemutan. Criing criing..criiing! Serentetan suara gemerincing bergema memecahkan keheningan. Termakan oleh gencetan dua gulung tenaga serangan yang maha dahsyat itu mendadak pedangnya tergetar putus menjadi berapa bagian. Nikou setengah umur menjadi terkejut sekali, buru-buru dia membalikkan badan dan melompat muudur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. Dengan sikap yang santai tapi gagah perkasa Gak Lam-kun berdiri tegak di tempat. Setelah menjura katanya: Maaf. maaf, pertandingan ilmu kita diakhiri sampai di sini saja! Sebenarnya nikou setengah umur itu sedang berdiri dengan wajah kaget bercampur terkesiap, akan tetapi setelah mendengar perkataan itu. Dengan wajah penuh diliputi hawa amarah, ia melotot sekejap ke arah Gak Lam-kun, setelah itu baru menghela napas panjang. Kau sudah berhasil menembusi penjagaanku demikian ia berkata, maka silahkan melanjutkan perjalananmu akan kumohon petunjukmu lagi dalam barisan Leng hun kiam tin nanti Selesai berkata, ia lantas membalikkan badan dan segera berlalu dari situ. Sutay, harap tunggu sebentar! Gak Lam-kun segera berteriak dengan suara keras. Langkah tubuh si nikou setengah umur itu sangat enteng dan lagi cepat sekali, dalam aekejap mata tubuhnya sudah berada belasan kaki jauhnya dari tempat semula, ketika mendengar teriakan itu dia berhenti sebentar sambil katanya, Masalah yang menyangkut soal Ji Cin-peng tentu akan diterangkan sendiri oleh suhuku bila kau berhasil menembusi barisan Leng hun kiam tin nanti. Seusai berkata, dia melanjutkan kembali perjalanannya menuju dalam hutan sana. Si Nikou cilik berbaju putih itu memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, kemudian dengan perasaan iba bercampur kasihan, bisiknya dengan lirih, Ji susiok serta bayi lelakinya sudah tidak berada di atas pulau ini lagi.. Tidak menunggu sampai nikou tersebut menyelesaikan kata katanya, dengan cepat Gak Lam-kun bertanya, Dimana dia? Dapatkah kau beritahukan kepadaku? Nikou kecil berbaju putih itu menghela napas panjang, sahutnya. Aku juga tidak tahu. Sejak Ji susiok pulang kemari sebulan berselang, aku hanya pernah berjumpa satu kali, sampai bulan ini bahkan bayi lelaki itupun sudah tidak kulihat. Aku rasa kau musti menjumpai sucou ku lebih dulu baru bisa mengetahui duduknya persoalan ini. Cuma sucou sedang menutup diri sekarang. Satu-satunya cara yang bisa melanggar kebiasaannya tidak menerima tamu, dikala sedang menutup diri adalah menembus dulu barisan Leng hung kiam tin! Seandainya aku berhasil menembusi barisan Leng hun kiam tin, betulkah aku bisa ketemu dengan Lam-hay sinni?

Menurut apa yang kuketahui, pada dua puluhah tahun berselang, dikala sucouku sedang menutup diri pula, mendadak datang seorang lelaki yang bersikeras ingin berjumpa dengan sucou. Semua susiok dan supek yang berada dalam kuil tak seorangpun yang mampu menandingi kelihayannya. Kemudian kami juga mempersiapkan barisan Leng hun kiam tin, tapi toh akhirnya barisan tersebut kena ditembusi juga, terpaksa sucou harus membatalkan pertapaannya dan keluar dan gua untuk menjampai lelaki tersebut. Siapakah lelaki itu? Konon dia adalah Tok liong cuncu Yo Long yang namanya amat tersohor dalam dunia persilatan itu Mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun segera merasakan darah panas yang mengalir di dalam tubuhnya bagaikan mendidih saja, mencorong sinar tajam dari balik matanya. Apalagi terbayang bagaimana gurunya dimaia lalu berhasil menembusi barisan Leng hun kiam tin. Bagaimanapun juga ia merasa berkewajiban untuk mempertahankan prestasi yang pernah diperoleh orang tua itu. Kembali terdengar nikou kecil berbaju putih itu berkata. Selama banyak tahun belakangan ini, berkat petunjuk dan pengawasan sucou yang seksama dan bersungguhsungguh, ilmu barisan Leng hun kiam tin kami telah peroleh kemajuan yang amat hebat, ditambah lagi ilmu silat yang dimiliki supek sekalian telah memperoleh kemajuan yang berlipat kali lebih hebat, aku kuatir meski ilmu silat yang kau miliki sangat bebat, tapi. Gak Lam-kun tersenyum. Terima kasih banyak atas petunjukmu, tapi aku bersikeras akan mencoba sampai dimanakah kehebatan dari ilmu pedang Leng hun kiam tin itu. Kau toh juga mengerti bahwa bocah itu adalah putraku. Begaimanapun juga mustahil aku harus pulang dari sini dengan tangan kosong Kalau begitu kuucapkan saja semoga kau sukses selalu, silahkan mengikuti dibelakangku Begitulah dengan dipimpin oleh nikou cilik berbaju putih yang berjalan di depan, mereka menembusi sebuah bukit. Melalui dua butah lembah bukit dan akhirnya sampailah ditepi sebuah telaga yang sangat indah sekali. Sebuah bangunan kuil nikou yang mentereng dan kokoh berdiri dengan angkernya disitu. Itulah kuil Si tien an yang amat tersohor namanya didalam dunia persilatan, empat penjuru sekeliling situ penuh ditumbuhii pohon siong. Pohon liu melambai disana sini, pemandangan alam disekeliling tempat itu sungguh indah menawan. Waktu itu malam sudah menjelang, tapi suasasa di dalam Kuil Si sian an amat terang benderang bermandikan cahaya. Anehnya tak nampak seorang manusiapun yang menyambut kedatangan mereka, suasana di sekeliling tempat itu sunyi senyap. Nikoh berbaju putih itu mengajak Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong masuki ke dalam ruangan kuil. Sudah dua buah halaman yang mereka tembusi. akan tetapi tak sesosok bayangan manusia pun yang kelihatan. Angin sejuk berhembus sepoi-sepoi, bau harumnya bunga berhembus memenuhi seluruh ruangan.

Disekeliling halaman kuil penuh tumbuh beraneka macam bunga yang harum baunya. Suasana yang begitu nyaman dan tenteram itu memberi kesan seakan-akan mereka sedang berada dalam sorga loka belaka. Setelah melewati sederet dinding pekarangan yang tinggi, sampailah mereka dalam sebuah halaman yang luas sekali. Ditengah halaman telah berdiri sembilan orang nikou setengah umur yang berbaju warna putih bersih.. Halaman itu didirikan dengan menempel di atas dinding bukit sebuah lorong bertingkat tujuh berdiri dengan angkernya disitu. Di atas pintu gerbang terpancang sebuah lentera yang memancarkan cahaya terang dan menyoroti tulisan Cing siu kek di atas pintu itu. Gak Lam-kun merasa amat terkejut, diam diam pikirnya dengan perasaan was-was. Mungkin didalam bangunan loteng inilah lam Bay sinni menutup dirinya untuk bertapa Sementara dia masih berpikir sampai disitu, nikou cilik berbaju putih itu sudah maju lebih dulu dengan langkah lebar, Kemudian kepada seorang nikou tua yang membawa senjata hud-tim dia melapor. Toa supek, Gak sicu telah datang! Nikou tua itu manggut-manggut katanya dengan suara yang sangat lembut dia halus, Ciu beng, disini sudah tiada urusanmu lagi. Kau boleh segera mengundurkan diri untuk beristirahat Baik! sahut Ciu beng, si nikou cilik ini. Setelah memberi hormat, dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ. Pelan-pelan Gak Lam-kun mengalihkan sinar matanya dan memperhatikan kesembilan orang nikou yang berada dihadapkannya, Tampak raut wajah nikou nikou itu rata rata segar dan bersinar mata amat tajam sudah pasti mereka adalah jago jago lihay yang memiliki tenaga dalam amat sempurna, terutama sekali nikou tua itu. Sepasang matanya tajam bagaikan sembilu dan cukup membuat Gak Lam-kun merasakan hatinya amat tak enak. Dengan suara yang lembut, kembali nikou tua itu bertanya, Kaukah yang bernama Gak Lam-kun? Gak Lam-kun manggut manggut, Benar, harap losutay memberi maaf Sebelum membicarakan segala sesuatunya lebih baik terjanglah dulu barisan Leng hun kiam tin ini tukas nikou tua itu cepat Gak Lam-kun tidak menyangka kalau mereka akan memaksanya terus untuk bertarung, padahal dibalik kesemuanya itu mempunyai alasan lain, sudah barang tentu Gak Lam-kun tidak tahu akan rahasia itu. Dia hanya merasa bahwa tindak tanduk orang-orang aliran Lam-hay terlalu kaku dan tidak memberi muka kepada orang lain. Sesudah berada dalam keadaan seperti ini, Gak Lam-kun sendiripun tak mau memperlihatkan kelemahan lagi, dengan dingin dia lantas berkata. Kalau begitu, bersiap siaplah barisanmu!

Dalam waktu singkat, kesembilan orang nikou itu sudah bergerak maju ke muka dan mengurung Gak Lam-kun serta Ji Kiu liong ditengah kepungan serentak mereka meloloskan pedangnya yang tersoren di belakang punggung. Anehnya, setiap bilah pedang tersebut semuanya memancarkan cahaya berkilauan dan bentuknya putih bersih bercahaya. Bukan di buat dari emas, juga bukan dari baja. Tapi seperti terbuat dari bongkohan es yang telah membeku. Begitu kesembilan bilah pedang tersebut diloloskan bersama, hawa dingin segera memancar ke empat penjuru. Ji Kiu-liong yang memiliki tenaga dalam agak cetek segera merasakan hawa dingin yang menusuk badan, tiba-tiba sekujur tubuhnya menggigil keras bagaikan terjebur ke dalam gudang salju saja. Saking kedinginannya badannya sampai menggigil keras dan sepasang giginya saling bergemerutakan. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, mendadak dia mengayunkan tangannya dan secepat kilat melancarkan sebuah totokan ke atas tengkuk Ji Kiu liong. Begitu Ji Ku liong kena tertotok badannya, bagaikan mendapat aliran listrik bertegangan tinggi saja, sekujur badannya kontan saja terasa kaku dan kesemutan, tapi sesaat kemudian ia merasakan adanya segulung hawa panas yang menyengat badan muncul dari dalam pusarnya dan mengalir keseluruh badannya, detak jantung menjadi lebih keras dan peredaran darahnya juga mengalir semakin cepat. Keadaan tersebut ibaratnya seorang yang berlarian kencang dalam udara yang sangat dingin semakin udara diluar dingin membekukan badan, tapi aliran darah dalam tubuhnya panas bagaikan mendidih. seketika itu juga semua hawa dingin yang mencekam tubuhnya tersapu lenyap hingga tak berbekas. Perlu diterangkan disini, setiap orang memiliki tenaga dalam tingkat tinggi, selain bisa menotok jalan darah orang untuk membunuhnya, diapun bisa menggunakan totokan jalan darah untuk mengobati orang atau menembusi nadi penting si sakit, malahan bisa juga membantu peredaran darah orang yang tersumbat. Kegunaannya beraneka ragam dan luar biasa daya kekuatannya.. Setelah menyaksikan demontrasi yang dilalukan oleh Gak Lam-kun itu, diam-diam nikou tua itu mempunyai perhitungan di dalam hati kecilnya. Ia sadar bahwa pemuda yang dihadapannya itu adalah seorang jago tangguh yang belum pernah dijumpai dalam dua puluh tahun terakhir ini. Gak Lam-kun sendiripun merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan kesembilan bilah pedang yang memancarkan cahaya berkiilauan itu, sehingga meski berada dibawah serangan hawa dingin yang menyengat badan, ia lama sekali tidak merasa gentar. Mendadak ke sembilan orang nikou itu mulai menggerakkan barisannya. Sembilan bilah pedang secara bersambung sambungan digetarkan menciptakan selapis jaring cahaya yang berkilauan dimana-mana pelan-pelan menjerat kedua orarg itu. Adik Liong! Gak Lam-kun segera berbisik, duduk saja disini dengan tenang sambil menonton aku bertarung, jangan sembarangan bergerak mengerti?

Setelah berbicara sampai disitu, dari sakunya Gak Lam-kun segera mengeluarkan sepasang senjata tunggalnya yakni Tok liong ci jiu (cakar sakti naga beracun) dan cepat cepat dikenakan di atas tangannya. Hawa dingin yang seram dan kaku dengan cepat menyelimuti wajah ke sembilan orang nikou tersebut setelah mereka saksikan senjata itu, sebab pada dua puluh tahun berselang ditempat yang sama mereka bersembilan telah dikalahkan juga oleh Yo Long dengan senjata Tok liong ci jiu tersebut. Gak Lam-kun tidak banyak berbicara lagi, tangan kanannya segera diayunkan ke depan dan didorong kemuka dengan jurus Lip hua hong kou (membuat garis lekukan dengan tenaga). Triiing, traaan, triiing, traaang.! Terdengar suara gcmerincing yang sangat ramai bergema memecahkan keheningan. Empat bilah pedang yang berada dibarisan depan tahu-tahu sudah membacok semua di atas cakar sakti sebelah kanan itu. Di dalam melancarkan serangan cakar sakti itu Gak Lam-kun telah sertakan tenaga serangan yang maha dahsyat. Betapa terkejutnya dia setelah menyaksikan serangan tersebut berhasil dibendung oleh keempat orang nikou tersebut tanpa mengeluarkan tenaga yang terlalu banyak. Sementara dia masih termenung empat bilah pedang yang berada dibarisan belakang telah menusuk tiba bersamaan waktunya, kemudian secara tiba tiba memisahkan diri. Deoan belakang kiri kanan empat bilah menyerang bersama-sama. Selain jurus serangannya aneh, juga cepat dan gesitnya bukan kepalang. Gak Lam-kun segera berkelit ke samping, cakar ditangan kirinya digetarkan keras-keras. Setelah menghindarkan diri dari tusukan yang datang dari belakang, dia menggetarkan pula tusukan pedang yang datang dari depan, tapi pedang yang datang dari kiri dan kanan telah menusuk tiba pula dengan kecepatan luar biasa. Mendadak ia menyaksikan ke empat orang nikou itu melompat maju bersama ke depan, Gak Lam-kun segera membentak keras, cakar dan telapak tangan dipergunakan bersama, gulungan tenaga pukulan yang sangat dahsyat bagaikan amukan ombak disamudra langsung meluncur ke muka dengan hebatnya. Haruslah diketahui, tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah mencapai puncak kesempurnaan. Setiap saat kulit badannya bisa berubah bentuk menurut kehendak hatinya. Baru saja sepasang pedang nikao yang ada di sebelah kiri dan kanan itu menempel di atas bajunya, mendadak ujung pedang itu tergelincir ke samping, sementara sepasang lengannya mendadak menekuk dan memanjang beberapa inci dari biasanya. Sepasang telapak tangan dan cakar Gak Lam-kun, dengan membawa deruan angin serangan yang sanggup menghancurkan batu cadas dengan cepat menerjang ketubuh lawan. Dalam waktu singkat dari posisi bertahan ia merubah posisinya menjadi penyerang.

Gak Lam-kun sama sekali tidak menyangka kalau ilmu meringankan tubuh aliran Lamhay sesungguhnya demikian sempurnanya. Baru saja serangan dilancarkan, tahu-tahu kesembilan orang nikou itu sudah menyebarkan diri keempat penjuru. Seperti capung menyambar air atau kupu-kupu terbang diantara aneka bunga mereka menyusup kesana kemari, sebentar memisahkan diri sebentar berkumpul kembali. Semuanya dilakukan dengan enteng, sakti dan luar biasa. Secara beruntun, Gak Lam-kun telah melancarkan beberapa jurus serangan tangguh tapi tak sebuahpun yang berhasil mengenai sasarannya. Ia merasa gerakan tubuh mereka jarang sekali dijumpai dalam dania persilatan. Padahal, darimana ia bisa tahu kalau gerakan tubuh mereka itu diciptakan berdasarkan gerakan tubuh dari Kim si ing yang langka dalam dunia ini? Tanpa disadari kesembilan orang nikou itu sudah menciptakan ilmu barisan yang sangat tangguh untuk mengepung Gak Lam-kun di tengah arena. Gerakan tubuh ke sembilan orang nikou itu semuanya enteng dan melompat kesana kemari tidak menentu. Dimana ujung pedangnya menyambar lewat, yang menjadi sasaran adalah jalan darah mematikan ditubuh lawan. Padahal waktu itu Gak Lam-kun harus menutup semua jalan darah pentingnya untuk membendung aliran hawa dingin yang menyengat badan, lagi pula harus pecahkan perhatian untuk melawan musuh, sesungguhnya dia berada dalam posisi yang amat sulit. Mendadak Gak Lam-kun berpekik keras, badannya melompat ke udara. Bagaikan seekor burung aneh, sepasang cakarnya diayunkan keudara dan menyapu ke bawah dengan kecepatan luar biasa. Buru-buru ke sembilan orang nikou itu memencarkan diri keempat penjuru untuk menyelamatkan diri. Gak Lam-kun membentak keras secara tegas dan bersungguh-sungguh dia melepaskan serangkaian serangan berantai. Semua ancaman sama sekali tidak mengenal ampun. Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun amat sempurna. Setiap pukulan, setiap totokan jari tangan, setiap tendangan ataupun sambaran cakarnya, hampir seluruhnya mengandung tenaga serangan yang amat sempurna. Dimana serangan itu tiba, terasalah dengusan angin serangan berhembus lewat. Betul ilmu silat yang dimiliki kesembilan orang nikou itu amat sempurna akan tetapi mereka masih jauh di bawah kemampuan Gak Lam-kun. Oleh sebab itu mereka tak heran, menyambut datangnya serangan dengan kekerasan. Setiap kali menghadapi ancaman, mereka selalu menghindar atau berkelit kesamping dengan gerakan tubuh yang enteng dan lincah, kemudian mengurungnya dengan barisan pedang yang amat tangguh itu. Ji Kiu liong yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam merasa girang sekali, pikirnya, Jika keadaan berlangsung terus dalam keadaan begini, cepat atau lambat pasti ada satu dua orang diantara mereka yang akan terluka. Jika sampai demikian maka sudah pasti ilmu barisan ini bisa dijebolkan sama sekali

Mendadak kesembilan orang nikou itu merubah gerakan barisannya. Sekarang mereka menyebarkan diri kemana mana, sebentar berkumpul sebentar berpisah. Dengan mempergunakan pepohonan dan gunung-gunungan sebagai tempat pelindungan mereka perketat barisannya dengan aneka gerakan tubuh yang aneh. Sedemikian hebat dua luar biasanya perubahan itu sehingga cukup membuat pusing setiap orang yang kebetulan mengikuti jalannya pertarungan tersebut. Sembilan orang nikou itu berlarian kesana kemari persis seperti ada puluhan orang bahkan ratusan orang yang sedang lari bersama. Seluruh halaman menjadi penuh dengan bayangan manusia yang saling berkelebatan. Ibaratnya Thian li San hoa (Bidadari langit menyebar bunga), mereka melompat kian kemari dengan sangat indahnya. Gak Lam-kun yang sedang bertarung, sambil melanjutkan pertarungannya diam diam dia mengawasi keadaan disekeliling tempat itu. Setelah melihat sekian lama, diam-diam dia merasa kaget bercampur keheranan. Ternyata barisan Leng hua kiam tin yang mereka pergunakan itu mirip sekali dengan barisan Pat tin toh dari Khong Beng yang amat tersohor itu. Cuma saja kalau diamati lebih seksama lagi ternyata gerakan itu jauh berbeda. Delapan orang nikou masing-masing menempati posisi Siu, Seng, Sang, To, Si, Im, Keng dan Kay delapan buah pintu. Bagaimanapun barisan tersebut berputar, kedelapan buah posisi tersebut ternyata saling berhubungan dan bantu membantu antara yang satu dengan yang lainnya. Tapi posisi itu pun ada bedanya dengan barisan Pat tin toh, yakni disini kelebihan satu orang. Orang itu sama sekali tidak ikut bergerak, tapi seorang pemimpin yang berdiri memegang kendali. Ia tak bergeser dari posisinya semula. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu segera menarik kesimpulan bahwa orang itu besar kemungkinan adalah pemimpin barisan yang mengatur perubahan dari kedelapan orang anak buahnya. Itu berarti seandainya dia merobohkan nikou tua ini lebih dulu, maka besar kemungkinan barisan tersebut dapat dijebolkan dangan begitu saja tanpa harus bersusah payah Gak Lam-kun segera bergerak dari timur ke barat lalu menerobos keluar untuk menyerang. Siapa tahu baru saja ia bergerak ke timur, nikou di sebelah barat telah mendahului melancarkan serangan, sementara dia melangkah kebarat, nikou di timur dan selatan kembali menyergap tiba. ooOOOoo DENGAN begitu, kendatipun dia telah berusaha dengan segala kemampuan, akan tetapi usahanya selalu gagal. Jangan toh menyerang si nikou tua tersebut, untuk mendekati pusat barisanpun sudah sukarnya bukan kepalang. Makin bertarung Gak Lam-kun merasa semakin gusar. Tiba-tiba ia menjadi nekad, segenap kepandaian sakti yang dimilikinya segera digunakan semua. Sepasang cakar mautnya menyambar kesana kemari dengan hebatnya. Di mana cakar itu menyambar

lewat, batu dan cadas beterbangan diangkasa malah batu-batuan yang tersusun menjadi gunung-gunungan pun hancur berantakan tak karuan. Mendadak terdengar serentetan suara dingin yang berkumandang datang, Bocah keparat ini terlalu tidak tahu adat, ternyata berani betul untuk merusak tempat pertapaan kita yang sangat indah ini? Mendadak terdengar suara desingan senjata rahasia yang sangat keras berkumandang datang dengan dahsyatnya, dan langsung menyergap ke arah tubuhnya. Gak Lam-kun tertawa dingin, ejeknya, Hmmm, kau anggap senjata rahasia itu sanggup mengapa-apakan diriku..? Ternyata Gak Lam-kun mengira senjata rahasia tersebut dilancarkan oleh kesembilan orang nikou tersebut. Tapi setelah mendengar suara desingan angin tajamnya dia baru merasa kalau gelagat tidak benar, sebab suara itu kedengarannya seakan-akan datang dari atas atap loteng bertingkat tujuh itu. Senjata tersebut entah terbuat dari benda apa. Sebutir demi sebutir persis seperti mutiara dan bersinar tajam. Begitu menyambar kebawah dan terhantam oleh pukulan dahsyat Gak Lam-kun, mendadak saja butiran senjata rahasia itu hancur lebur menjadi bubuk halus. Segulung hawa dingin yang menusuk badan segera menyebar pula keempat penjuru. Tanpa terasa Gak Lam-kun merasakan tubuhnya bergidik keras sehingga merinding, secara tiba-tiba ia merasakan badannya kedinginan setengah mati. Kiranya Lam-hay sinni telah mengambil bongkahan es abadi yang berusia seribu tahun dari sebuah tebing bersalju disebut puncak bukit yang tinggi. Bongkahan salju itu telah dibuatnya menjadi butiran Peng pok-cu yang merupakan senjata rahasia tiada keduanya di dunia ini. Mutiara ini bukan saja dapat dipakai sebagai tasbeh, juga bisa dipakai untuk melatih ilmu tenaga dalam, terutama sekali bisa dipakai sebagai senjata rahasia yang tiada taranya didunia ini. KALAU senjata rahasia yang ada di dunia ini kebanyakan dipakai untuk melukai orang atau menotok jalan darah dengan mengutamakan soal ketepatan dalam sasaran, kekuatan dalam penyerangan, atau ketajaman dari senjata rahasia tersebut, maka hanya Peng pok cu saja yang jauh berbeda. Karena keistimewaannya terletak pada hawa dingin luar biasa yang sanggup membekukan badan dan peredaran darah. Ketika butiran Peng pok cu itu hancur terkena pukulan, maka hawa dingin yang terpanca keluar. Hebatnya bukan kepalang, bahkan bisa merasuk sampai ke tulang sumsum. Sebenarnya dengan tenaga dalam yang di miliki Gak Lam-kun, ia masih bisa melawan pengaruh hawa dingin tersebut. Akan tetapi berhubung dia harus memusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi serangan dari kesembilan orang nikou tersebut, dimana selain pikirannya bercabang tenaga dalamnya harus terpisah. Ditambah lagi tekanan hawa pedang kesembilan orang nikou yang amat menusuk badannya itu, lama kelamaan pemuda itu merasa semakin terdesak dan tak sanggup mempertahankan diri.

Akhirnya sambil membentak keras, sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan seperti orang kalap. Peluh sudah membasahi seluruh badannya, sekujur badanpun gemetar keras sekali, tapi pemuda itu semakin mata gelap. Serangan yang dilancarkan juga semakin dahsyat dan membabi buta. Mendadak dari atas bangunan loteng itu berkumandang kembali serentetan suara yang amat nyaring, Hei bocah muda, jangan kau mengira dengan mengandalkan tenaga dalam secara berlebihan itu bisa menimbulkan hawa panas yang dapat mengusir bawa dingin di dalam badanmu. Jika sampai terjadi keadaan begini, maka pertentangan antara hawa panas dan hawa dingin yang terjadi di dalam tubuhmu akan melukai isi perutmu. Kali ini sekalipun kau berhasil menyelamatkan jiwamu, paling tidak kau akan jatuh sakit selama beberapa ahri Dengan suara keras Gak Lamkun segera berseru, Lam-hay locianpwe, untuk pertama kalinya aku Gak Lam-kun ingin memohon kepadamu Apakah kau sudah bertekad takluk pada kelihayan barisan leng bun kiam tin? seru suara di atas loteng tingkat ke tujuh itu dengan nyaring. Gak Lam-kun segera mendengus dingin, Maaf locianpwe, selamanya aku Gak Lam-kun tak pernah membuat malu perguruanku, cuma saja aku tak ingin melukai anak murid locianpwe. Maka aku tak sampai menggunakan serangan mematikan selama ini Omong kosong! bentak Lam-hay sinni dari atas loteng. Dengan andalkan tenaga dalammu itu, kau anggap bisa melukai anak muridku? Kalau tidak percaya, kau boleh saja untuk mencobanya! Bagaimana caranya untuk mencoba? Barisan Leng hun kiam tin dari perguruan locianpwe ini adalah semacam barisan yang dirobah dari sejenis Pat kwa toh yang digabung dengan barisan kiu kiong. Barisan semacam ini aku yakin masih sanggup untuk memecahkannya Tampaknya Lam-hay sinni seperti tertegun dibuatnya, dia seperti tidak menyangka kalau Gak Lam-kun bisa mengetahui rahasia ilmu barisannya itu. Setelah termenung sejenak, dengan suara hambar Lam-hay sinni lantas berkata, Dengan cara apakah kau hendak memecahkan barisanku ini?. Asal kuserang pemimpin dari barisan yang menjaga Kiu kiong maka segenap barisanmu itu akan hancur berantakan Terdengar Lam-hay sinni di atas loteng berkata, Sekalipun kau sudah mengetahui cara untuk memecahkan barisan ini, tapi belum mampu untuk melakukannya. Ini menunjukkan kalau tenaga dalammu belum cukup Gak Lam-kun tersenyum. Boanpwe sadar kalau tenaga dalamku belum sampai mencapai titik kesempurnaan. Cuma bila anak muridmu ingin melukaiku, aku rasa hal ini masih terlampau sulit. Jika kita harus bertarung terus dalam keadaan begini entah sampai kapan pertarungan baru akan berakhir. Boanpwee yakin masih memiliki kemampuan untuk mengatur napas sambil bertarung. Sekalipun bakal kehilangan banyak tenaga juga tidak menjadi soal. Tapi seandainya anak murid lecianpwe yang mengalami keadaan begitu, bisa saja segenap kepandaian silat mereka akan punah sama sekali. Oleh sebab ito aku

mohon locianpwe suka memerintahkan anak buahmu untuk menarik kembali barisan pedang itu, andaikata ingin mengajak locianpwe selesaikan persoalan ini dengan secepatnya Lam-hay sinni segera mendengus dingin, Bocah muda, sombong amat kau serunya Berani betul menantang aku untuk bertarung. Tidak berani, tidak berani. Locianpwe adalah seorang tokoh sakti nomor wahid didunia ini. Sekalipun boanpwe bernyali besar juga takkan berani untuk bertarung melawan locianpwe Lantas mau apa kau? Menurut pengamatan boanpwe secara diam-diam, dapat kuketahui bahwa satu-satunya keistimewaan dari Leng hun kiam tin adalah dimilikinya segulang aliran hawa dingin yang sukar ditahan. Seandainya seseorang tidak memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, jangankan melakukan pertarungan, sekalipun berdiri di dalam barisan juga akan mati kaku karena kedinginan, terutama sekali sebutir Peng pok cau yang locianpwe lancarkan barusan.. Apakah kau menuduh aku melakukan penyergapan terhadap dirimu? tukas Lam-hay sinni. Gak Lam-kun tidak menjawab pertanyaan itu, tapi melanjutkan, Sekalipun seorang jago kelas satu yang berilmu tinggi didalam dunia persilatan, sulit rasanya untuk menahan serangan senjata rahasia itu, tapi boanpwe yakin masih mampu untuk menahan tiga buah senjata rahasia Peng pok ou tersebut. Jika locianpwe tidak percaya, kita boleh bertaruh. Bagaimana? Begitu ucapan tersebut diutarakan, Lam-hay sinni yang berada diatas loteng itu termenung beberapa saat lamanya. Tapi tak lama kemudian, dengan nada kurang percaya katanya, Kalau toh sudah kau rasakan betapa lihaynya peng pok-cu tersebut, kenapa kau masih berani mengajukan diri untuk merasakan kelihayan senjata rahasia itu lagi? Sekarang aku telah terjerumus dalam keadaan yang sangat berbahaya, sedang kelihayan dari senjata rahasiamu juga telah kurasakan. Apa salahnya jika kurasakan dua butir lagi? Serangan Peng pok-cu yang kulancarkan tadi sudah cukup untuk menimbulkan racun dingin dalam tubuhmu, apakah kau ingin mempercepat daya kerja racun itu? Mendadak Gak Lam-kun mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak Suara tertawa itu keras bagaikan bunyi genta, mengetarkan lubuk hati orang dan menusuk pendengaran setiap orang. Dalam kegelapan malam yang hening, suara tertawa mengalun sampai ditengah angkasa sana. Seusai tertawa, kembali Gak Lam-kun berkata, Locianpwe, seandainya aku sudah terkena racun hawa dingin, apakah aku masih memiliki tenaga dalam sehebat ini? Dengan demontrasi tenaga dalam itu, Lam-hay sinni yang berada diatas loteng baru merasa terkejut bercampur tercengang. Dalam pekikan tadi jelas terdengar kalau Gak Lam-kun memiliki tenaga dalam yang amat sempurna. Kekuatan itu bahkan sama sekali tidak berada dibawah kemampuannya.

Dengan usianya yang masih begitu muda tapi sudah memiliki tenaga dalam sedemikian sempurna, entah dengan cara apa Yo Long mendidik muridnya ini? Padahal, darimana ia bisa tahu kalau Gak Lam-kun telah mengalami banyak penemuan aneh yang membuat ilmu silatnya memperoleh kemajuan yang melampaui siapa-pun. Tapi Lam-hay sinni juga tahu bahwa senjata rahasia Peng pok cu itu tak mungkin bisa dilawan dengan tenaga dalam. Lantas kenapa ia sanggup menahan serangan hawa dingin itu tanpa merasakan pengaruhnya? Lam-hay sinni tertawa nyaring, kemudian berkata, Bagus sekali! Kau memaksaku untuk menghamburkan dua biji peng pok cu lagi, terpaksa aku harus mengamalkannya untukmu Tunggu sebentar! Locianpwe, sebelum pertaruhan dimulai, aku ingin menerangkan dulu bahwa hal ini merupakan suatu barter yang adil sekali. Barter apa? Coba katakan! Apa maksud kedatanganku, rasanya kau sudah pasti mengetahui jelas. Aku hanya memohon kepada kau orang tua agar bersedia memberitahukan kepadaku, dimanakah Ji Cin-peng dan putraku berada Lebih kurang sepeminum teh kemudian, Lam-hay sinni baru berkata, Baiklah? Kau boleh sambut dulu kedua butir senjata rahasia Peng pok cu ini! Selesai berkata, desingan angin tajam segera mendesis datang. Sebutir Peng pok cu yang berwarna putih mulus pelan-pelan telah meluncur datang dari atas puncak loteng tingkat ke tujuh itu dengan kecepatan luar biasa. Gak Lam-kun segera menyentilkan tangan kirinya kedepan. Plaaak! Diiringi suara yang cakup keras peng pok-cu tersebut segera meledak dan memancar ke empat penjuru. Gak Lam-kun merasakan sekujur badannya menjadi dingin dan kaku. Sekujur badannya menggigil keras dan bergoncang keras. Criiit! Lagi-lagi terdengar segulung desingan angin tajam menyambar lewat. Sebiji senjata rahasia Peng pok-cu kembali meluncur kebawah dengan kecepatan luar biasa. Gak Lam-kun merasakan hatinya tercekat sepasang kakinya menjadi lemas, kepalanya pusing tujuh keliling dan akhirnya jatuh berlutut diatas tanah, Gak toako jerit Ji Kiu-liong keras-keras. Buru buru ia lari mendekat dan memegang sepasang bahu Gak Lam-kun, terasa olehnya ada segulung hawa dingin yang menyengat badan muncul dari atas lengan pemuda itu dan menyerang kedalam tubuhnya. Ji Kiu-liong menjadi terkejut sekali, buru-buru ia menarik kembali tangannya dan melompat mundur kebelakang.

Semacam rasa sedih yang amat hebat menguasahi seluruh perasaannya, tiba-tiba sam bil menangis tersedu serunya, Gak toako, ooh Gak toako.. kau tak boleh mati. Ketika ia mencoba untuk memeriksa dengusan napas Gak Lam-kun, ternyata hidungnya sudah menjadi dingin, dadanya juga turut menjadi dingin, sekujur badannya ibarat sebongkah batu es yang keras. Ji Kiu-liong segera menubruk ke atas tubuh Gak Lam-kun dan menangis tersedu-sedu. Air mata jatuh bercucuran bagaikan hujan deras. Ia merasakan kehilangan sesuatu yang besar, sebab didunia ini dia sudah tak akan memiliki sanak keluarga lagi. Ingatan semacam itu menambah sedihnya Ji Kiu liong sehingga isak tangisnya menjadi bertambah memilukan. Sementara itu Lem hay sinni yang berada dialas loteng tetap membisu dalam seribu bahasa dia seperti lagi bersedih hati karena kematian Gak Lam-kun atau entah karena apa? Dalam kesedihan yang luar biasa itu mendadak Ji Kiu liong merasakan dari belakang punggung Gak Lam-kun pelan-pelan menyebar keluar segulung aliran hawa panas. Hawa panas itu aneh sekali rasanya dan muncul dan punggung Gak Lam-kun langsung menembusi pusarnya. Dalam sekejap mata sekujur badan Gak Lam-kun yang dingin kaku itu telah berubah menjadi hangat dan segar, kemudian tampak Gak Lam-kun menggerakkan tubuhnya dan pelan-pelan membuka kembali sepasang matanya. Kejut dan girang Ji Kiu liong menyaksikan kejadian itu segera teriaknya, Gak toako, kau kau belum mati. Gak Lam-kun tertawa misterius sahutnya. Sungguh berbahaya! Peng pok cu dari Lamhbay sinni memang semacam senjata rahasia yang luar biasa hebatnya dalam dunia persilatan. Coba kalau bukan pedang Hiat kong kiam milikku ini adalah tandingan dari hawa dingin tersebut, sudah sedari tadi aku mampus secara konyol Ternyata Gak Lam-kun terpengaruh oleh hawa dingin yerg dipancarkan oleh Peng pok cu sehingga membekukan badannya tadi. Mendadak ia merasa bahwa pedang Hiat kong kiat yang tersoren di punggungnya itu pelan-pelan mengeluarkan aliran hawa panas yang menghangatkan sekujur badannya. Dengan cepat hawa dingin yang semula menyelimuti seluruh tubuhnya menjadi tersapu lenyap dari seluruh badannya. Maka diapun lantas sadar bahwa Hiat kong kiam sesungguhnya adalah lawan tandingan dari racun hawa dingin. Itulah sebabnya pula mengapa Gak Lam-kun berani bertaruh dengan Lam-hay sinni. Terdengar suara helaan nafas berkumandang dari atas loteng itu, kemudian terdengar rahib itu berseru, Gak Lam-kun, naiklah ke atas loteng! Gak Lam-kun bangkit berdiri dan maju ke depan. Locianpwe, aku datang! serunya. Sekali melompat keudara, tubuhnya lantas meluncur ke depan dan melompat naik ke atas tingkat ke tujuh.

Ketika tiba diatas tingkat ke enam, lengan kirinya segera menekan diujungi atas loteng dan sekali berjumpalitan, secepat kilat tubuhnya segera menyusup masuk ke dalam ruangan lewat jendela. Setelah berada dalam ruangan loteng, Gak Lam-kun menyaksikan didalam ruangan itu hanya diterangi oleh setitik cahaya lentera. Ditengah ruangan tampak sebuah tempat duduk berbentuk bunga teratai. Di atasnya duduklah bersila seorang perempuan berambut panjang. Ternyata Lam-hay sinni adalah seorang pendeta yang memelihara rambut Gak Lam-kun baru pertama kali ini berjumpa dengan Lam-hay sinni. Tanpa terasa dia mengawasi pendeta itu beberapa kejap. Tampak Lam-hay sinni yang namanya amat tersohor didalam dunia persilatan itu telah berambut putih semua, sudah tak ada rambutnya yang berwarna hitam. Mukanya cantik, putih dan halus. Sekalipun usianya sudah lanjut namun sama sekali tidak nampak ketuaannya Dalam sekali pandangan saja, Gak Lam-kun segera tahu kalau dahulunya Lam-hay sinni merupakan seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Lam-hay sinni sendiripun memperhatikan pemuda itu dari atas kepala sampai ke ujung kakinya. Setelah mengamatinya beberapa saat, dia baru manggut-manggut. Gak Lam-kun segera maju kedepan dan memberi hormat, katanya, Menghunjuk hormat buat lociapwe. Jika aku telah melakukan kesaiaban harap suka memaafkanku Duduklah! kata Lam-hay sinni dengan suara merdu. Aku ingin bertanya kepadamu! Sambil berkata dia lantas menuding sebuah bantalan kasur didekatnya. Gak Lam-kun berjalan maju kedepan dan duduk bersila dihadapkannya, kemudian katanya, Harap lociapwe suka memberi petunjuk kepadaku Saat itu. Gak Lam-kun telah menarik kembali semua kesombongan, keangkuhan kekerasan hatinya dan berubah menjadi lemah tulus dan amat terpelajar. Sudah berapa tahun kau berkenalan dengan Ji Cin-peng? tanya Lam-hay sinni kemudian. Sudah hampir tiga tahun lamanya, jawab Gak Lam-kun pelan. Benarkah kau sangat mencintai Cin-peng? kembali Lam-hay sinni bertanya. Gak Lam-kun segera manggut-manggut. Aku cinta kepadanya dan dia mencintai diriku. Langit dan bumi bisa menjadi saksi untuk perasaan kami ini katanya. Bagus sekali! Semoga saja semua orang yang punya hati didunia ini akhirnya bisa menjadi suami istri semua! Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, dia tak tahu apa maksud yang sesungguhnya dibalik perkataan dari Lam-hay sinni tersebut. Sementara itu Lam-hay sinni termenung sebentar, kemudian kembali ia bertanya, Apakah kau mempunyai perempuan lain?

Gak Lam-kun mendongakkan kepalanya, tampak sepasang mata Lam-hay sinni yang jeli itu sedang mengawasinya dengan suatu keheranan yang luar biasa, seakan akan berusaha untuk menembusi perasaan hati kecilnya.. Gak Lam-kun menjadi amat rikuh dan jengah, ia menjadi tergagap, Aku aku aku Sudah setengah harian lamanya dia mengulangi perkataan itu, namun tak sanggup untuk melanjutkan perkataan selanjutnya. Mendadak Lam-hay sinni menghela napas panjang, katanya lagi, Bocah bodoh, kau tak usah sangsi lagi. Pasangan yang serasi di dunia ini seringkali hancur berantakan lantaran terlalu romantis. Kalau toh kau memang sangat mencintai Cin-peng, maka kau tidak boleh berpikir untuk orang kedua. Daripada meninggalkan kemurungan dan kesengsaraan saja di kemudian hari Baik. Baik! Terima kasih banyak atas petunjuk dari locianpwe. kata Gak Lam-kun. Sekalipun dibibir ia berkata begitu, padahal hatinya kalut sekali. Perasaannya gundah dan merasa sangat tak tenang. Bagaimanapun juga ia telah terlibat hubungan cinta dengan yo Ping. Kalau suruh ia menge-sampingkan gadis itu serta meninggalkannya, terus terang dia tak tega. Apalagi Yo Ping adalah putri kesayangan gurunya, sudah barang tentu dia tak mau melupakan budi orang, apalagi menyia-nyiakan putri gurunya. Pelan pelan Lam-hay sinni mengangguk, katanya lagi. Bocah yang pintar memang bisa diberitahu, nah pergilah!. Cin-peng dan putramu tinggal dikaki bukit Kiu kiong-san sebelah selatan Gak Lam-kun segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam, katanya kembali, Terima kasih banyak atas petunjuk dari locianpwe. Budi kebaikanmu akan Gak Lamkun ukir didalam hati tak akan kulupakan untuk selamanya Andaikata kalian bisa berkumpul kembali, ajaklah keluargamu untuk bermain di pulau Si-soat-to kata Lam-hay sinni Kami pasti akan seringkali berkunjung kemari sambil memohon petunjuk dari locianpwe. Sampai jumpa, bovanpwe mohon diri lebih dulu Selesai berkata, sekali lagi Gak Lam-kun memberi hormat dulu melompat keluar lewat jendela.. oooOOooo REMBULAN yang redup memancarkan sinarnya menerangi sebuah tanah perbukitan yang sepi. Daun kering berguguran terhembus angin bunyi air hujan merintik membasahi dedaunan. Telaga Su ci ou atau telaga empat musim di sebelah selatan bukit Kiu kiong san merupakan sebuah telaga yang sangat indah dan menawan hati. Aneka bunga tumbuh dan mekar terus sepanjang masa. Air telaga yang tenang dan angin malam yang berhembus sejuk, sungguh membuat suasana disana amat nyaman dan menyenangkan.

Ditepi telaga empat musim berdiri tiga empat buah rumah bambu. Dibawah cahaya rembulan tampak kilatan cahaya lentera dari balik rumah bambu itu. Sesosok bayangan gadis berbaju merah sedang duduk sendirian didepan jendela sambil mengawasi air telaga dengan termangu. Malam semakin kelam, bunyi jengkerik memecahkan keheningan, memadukan irama yang aneh di tempat itu. Pada saat itulah, mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang ramai berkumandang datang dari kejauhan sana. Mendengar suara derap kaki kuda itu. buru-buru gadis berbaju merah itu melompat bangun, kemudian bisiknya, Mungkinkah dia telah datang? Sayang keadaan sudah amat terlambat. Baru selesai dia bergumam, dua ekor kuda sudah berhenti didepan pagar rumah, menyusul penunggangnya melompat turun dari atas punggung kudanya. Siapakah mereka. Kedua erang itu bukan lain adalah Gak Lam-kun serta Ji Kiu liong yang baru meninggalkan pulau Si soat to. Ketika Gak Lam-kun menyaksikan keempat buah rumah bambu itu, hatinya terasa bergolak keras, kalau bisa dia ingin menyerbu masuk ke dalam.. Baru dua tiga langkah masuk ke dalam, mendadak Gak Lam-kun berhenti, seakan-akan kuatir kalau penghuni rumah itu bukan orang yang dicarinya. Maka dengan suara lantang dia lantas berseru. Adakah seseorang disini? Siapa? suara seseorang gadis berkumandang datang dari dalam ruangan rumah. Mendengar suara itu, selapis rasa kecewa putus asa, sedih, murung dan kesal menghiasi wajah Gak Lam-kun. Setelah menghela nafas sedih ia membalikkan badan menengok ke arah Ji Kiu-liong dengan wajah termangu-mangu. Rupanya Ji Kiu-liong juga sudah mendengar kalau suara itu bukan suara encinya Diapun memendang termangu ke arah Gak Lam-kun tanpa mengucapkan sesuatu apaapa. Tampak jelas wajahnya kelihatan amat kecewa, sedih dan kesal. Gadis yang berada di dalam rumah itu, kembali berseru, Siangkong berdua yang berada di luar, silahkan masuk Bagaikan baru sadar dari mimpi Gak Lam-kun menghela napas panjang, lalu berkata. Adik Liong, mari kita masuk dan menanyakan persoalan ini kepadanya.. Sembari berkata, mereka berdua lantas masuk ke dalam. Dari balik ruangan bambu yang diterangi cahaya lentera, pelan-pelan muncul seorang gadis berbaju merah. Orang ini bukan lain adalah gadis baju merah yang pernah bersama Ji Cin-peng menuju ke bukit Kun san naik sampan kecil tempo hari Pek Siau soh. Ketika Gak Lam-kun menjumpai dirinya, seketika ia merasa lega, katanya sambil tertawa, Nona Pek, rupanya kau! Ji Kiu-liong yang menyaksikan kemunculannya juga merasa tergetar sekali hatinya.

Sebagaimana diketahui, Pek Siau-soh pernah bertarung dengannya. Waktu itu kedua belah pihak sama-sama merasa ingin mencari menangnya sendiri yang berakibat kedua belah pihak sama-sama terluka. Akan tetapi, semenjak peristiwa itu bayangan tubuhnya selalu muncul didalam hatinya. Maka setelah berjumpa lagi dengannya sekarang, Ji Kiu liong tak tahu haruskah merasa sedih ataukah merasa gembira? Dengan sepasang biji matanya yang jeli Pek Siau-soh mengerling sekejap kearahnya, kemudian setengah mengomel katanya, Kedatangan kalian terlambat sekali Kenapa? Sudah terlambat, Cin-peng.. dia. Sebelum senja tadi, dia telah pergi! tukas Pek Siau soh dengan cepat. Kapan Cin-peng baru akan kembali ke sini? buru-buru Gak Lam-kun bertanya. Pek Siau-soh tahu kalau dia belum memahami maksud ucapannya, maka sambil menghela napas katanya, Enci Ji tak akan kembali kesini lagi untuk selamanya! Bagaikan kepalanya diguyur air dingin sebaskom, Gak Lam-kun berdiri tertegun, kemudian bisiknya, Apakah.. Apakah dia tahu kalau aku akan datang kemari? Pek Siau-soh mengangguk. Yaa, seekor burung merpati telah membawa sepucuk surat dari Lam-hay, surat itu sudah tiba disini tujuh hari berselang! Mendengar itu Gak Lam-kun segera berteriak keras, Ooh Lam-hay sinni, wahai Lamhay sinni, kenapa kau musti memberi kabar kepadanya? Dengan susah payah aku Gak Lam-kun datang mencarinya, kalau begini caranya bukankah semua usahaku akan sia-sia belaka.? Air mata bercucuran pula dari mata Pek Siau toh, katanya dengan suara sedih, Gak siangkong, enci Ji telah meninggalkan sepucuk surat untukmu, bacalah dulu isinya! Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sepucuk surat kemudian diberikan kepada Gak Lam-kun. Buru-buru Gak Lam-kun merobek sampulnya dan membaca isinya, terbaca olehnya surat itu berbunyi begini, Suamiku yang tersayang Lam-kun Perpisahan selama dua tahun terasa berat sekali bagiku. Siang malam aku selalu membayangkan dan teringat kepadamu, karena aku mencintaimu untuk selama lamanya. Dikala kutulis surat ini, hatiku amat sedih air mataku jatuh bercucuran bagaikan anak sungai. Selamanya aku tak dapat melupakan kau, selamanya aku tak bisa melupakan kasih sayangmu. Aaai! Cinta memang bagaikan cuaca yang berubah-ubah. Segala sesuatunya yang ada di dunia ini selamanya tak akan abadi. Dulu, aku sangat berharap kita bisa mendapat kebahagiaan dan kegembiraan tapi harapanku itu akhirnya harus lenyap dan hancur berantakan bagaikan terjatuh ke dalam jurang yang tiada taranya.

Akhirnya aku terjerumus ke dalam jaring cinta, terjerumus ke dalam pelukan kasih sayangmu. Dalam dasar hatiku hanya ada bayangan tubuhmu yang selalu menghiasi hatiku. Apalagi jika malam telah tiba, aku tak pernah melupakan dirimu Lam-kun kenapa di dalam kebun bunga cinta dalam kehidupan kita bisa terdapat bungabunga yang rontok? Dalam samudra cinta yang luas bisa terdapat hancuran bunga yang tenggelam? Dimasa lalu cinta kasih kita ibaratnya kupu-kupu yang terbang diantara aneka bunga, dibelai oleh hembusan angin yang lembut.. tapi sekarang tinggal hancuran bunga yang tercabik cabik dan hembusan angin dingin yang membuat aku menyesal, membuat aku bersedih hati. Lam-kun, jangan kau tanya mengapa, makin gencar kau menanyakan mengapa, semakin terluka perasaan hatiku. Kehidupan manusia ibaratnya bintang yang lewat diangkasa, yang cuma berhenti sebentar ditengah jagad yang luas, untuk kemudian lenyap kembali. Tapi aku dapat merasakan pula saat-saat kehidupan manusia itu. Hanya didasar hatiku saja yang merasa kesepian, seperti air sungai yang mengalir tiada habisnya.. Selamat tinggal cintaku yang abadi, entah diujung langit atau dasar samudra, kau tak akan kembali, Didunia ini memang tiada perjamuan yang tidak bubar, apalagi perpisahan kali ini bukan suatu kebetulan, sudah semenjak dua tahun berselang aku mengambil keputusan, aku telah lama berencana untuk meninggalkan dirimu. Oleh karena itu, akupun mengambil keputusan pada saat ini, kasihan anak kita itu, dia sudah tidak memperoleh kasih sayang ibunya lagi. Yaa kejadian ini merupakan suatu kejadian yang paling kusesalkan. Cuma aku rasa, ada kaupun sudah cukup. Dia adalah darah dagingmu, kau harus baik baik merawatnya hingga tumbuh menjadi dewasa. Sekalipun aku berada di alam baka, aku pun akan meram dengan hati yang lega. Akhirnya kupesan kepadamu agar kau jangan terlalu bersedih hati, jangan terlalu menyesali diri sendiri, kau harus baik baik merawat anakmu. Tertanda: Ji Cin-peng yang selalu mencintaimu Ketika selesai membaca isi surat tersebut air matanya segera jatuh bercucuran membasahi pipinya. Ia menutupi muka sendiri dan menangis tersedu-sedu. Dia benci, diapun merasa sangat menderita, tapi ia tak tahu apa yang musti dibencikan Dia tidak membencinya, pun tidak membenci diri sendiri, tapi apa yang dia benci? Ji Kiu liong menerima surat itu dan membacanya dengan seksama, kemudian diam-diam pekiknya dihati, Oooh cici! Kenapa pikiranmu tak bisa terbuka.? Kau tak dapat melupakan engkoh Gak, tapi mengapa kau meninggalkan dirinya? Mengapa kau tidak melupakan pula semua kejadian tragis yang telah terjadi dimasa lalu? Apakah ayah dan ibu yang menyuruh kau melakukan semuanya ini? Kasihan keponakanku yang masih kecil

Berpikir sampai disitu, Ji Kiu-liong segera menghela napas panjang, lalu bisiknya, Nona Pek, apakah kau tidak tahu kemana enciku telah pergi? Seandainya berada diwaktu waktu biasa, Ji Kiu-liong pasti tak akan berani berbicara dengan Pek Siau-soh. Tapi keadaannya sekarang sama sekali berbeda, ia sama sekali tidak memperlihatkan sikap bermuka merah atau jengah. Pek Siau-soh segera mencibirkan bibirnya lalu berseru, Andaikata aku tahu, kenapa tidak kukatakan kepada kalian? ooOOOoo SELAMA ini enciku selalu berada bersamamu. Aku rasa kau Kumohon kepadamu, bersedia bukan? seru Ji Kiu-liong. Tiba-tiba Pek Siau-soh menutup mukanya dan menangis tersedu-sedu, serunya dengan sedih, Mengapa kau begitu tak percaya dengan perkataanku? Kau tahu ketika enci Ji pergi, aku tidak berada di rumah, ia pergi setelah meninggalkan surat di tempat ini Ketika menyaksikan dia menangis, Ji Kiu-liong menjadi tertegun. Ji Kiu-liong yang sama sekali tidak memahami perasaan wanita, tentu saja tidak mengerti apa sebabnya dia sampai menangis. Perlu diketahui Pek Siau soh adalah seorang yang romantis. Sejak perjumpaannya ditengah samudra tempo lagi, diam diam benih cinta telah tumbuh didalam hatinya. Tapi sekarang ia menyaksikan orang yang dicintainya, tidak percaya dengan perkataannya, bayangkan saja bagaimana mungkin ia tidak bersedih hati? Gak Lam-kun menghela napas panjang, tiba-tiba ujarnya, Nona Pek, dimana bocah itu? Siau kun sedang tidur! Dia bernama Siau kun? tanya Gak Lam-kun dengan kening berkerut. Pek Siau-soh manggut-manggut. Yaa, sejak dilahirkan, ibunya telah memberikan nama Siau-kun kepadanya Mendengar perkataan itu Gak Lain-kun merasa sedih sekali, dia tahu Cin peng sengaja tidak memberikan nama kepadanya, melainkan hanya menyebutkan Siau-kun kepadanya tentu dimaksudkan agar ia tidak melupakan dirinya. Sambil menghela nafas, Gak Lam-kun berkata, Dikala Cin-peng ada disini, dia dipanggil Siau kun, tapi sekarang aku hendak memanggilnya sebagai Siau Kun peng! Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar suara seorang bocah sedang berseru, Ibu. kau sudah pulang? Apakah ayah telah pulang bersama sama dirimu. Mendengar perkataan tersebut, Gak Lam-kun merasakan hatinya menjadi kecut. Air matanya tanpa terasa jatuh bercucuran membasahi pipinya. Dari ruangan sebelah kiri tampaklah seorang bocah berusia dua tahun yang lucu dan menarik pelan-pelan sedang berjalan keluar. Dia tampak putih lagi kuat. Sepasang matanya jeli dan terutama sekali bibirnya, persis sekali seperti bibir Gak Lam-kun, sedangkan mukanya yang bulat telur sangat mirip dengan ibunya.

Melihat itu, Gak Lam-kun, segera menubruk ke muka dan berteriak keras keras, Anakku, kenapa kau lari keluar?. Sambil membelalakkan sepasang matanya yang bulat besar, sahutnya Siau Kun peng, Paman, kenapa aku tidak kenal denganmu? Sambil tersenyum Pek Siau soh segera berseru, Siau Kun-peng, dia bukan pamanmu. Dia adalah ayahmu Ketika mendengar perkataan tersebut, dengan sepasang mata terbelalak lebar Siau Kunpeng memperhatikan Gak Lam-kun lekat-lekat, sedikitpun tidak berkedip. Mendadak teriaknya dengan girang, Ayah! Dengan cepat dia lari ke muka dan menubruk ke dalam pelukan Gak Lam kum. Anak muda tersebut sogera memeluknya kencang-kencang dan mencium pipinya sambil berkata dengan lembut dan penuh rasa sayang, Nak, ayah tidak akan meninggalkan dirimu lagi Ayah, mana mama? Ia bilang mau pergi mencarimu, kenapa sampai sekarang dia belum pulang? Nak, mama belum pulang untuk sementara waktu dia ada urusan pergi ke Lam-hay. Selama beberapa hari ini kau akan bersama ayah, mau bukan? Ayah ajari aku terbang seperti mama yaa? Gak Lam-kun manggut-manggut. Baik, ayah akan mengajarkan kepadamu. Tampaknya Siau Kun-peng merasa girang sekali, sambil tertawa dan bertepuk tangan, serunya, Bagus sekali, bagus sekali. Nanti aku juga bisa terbang. Ayah tahukah kau kenapa mama tidak ajari aku terbang?. Sebab mama kuatir kau pasti akan jatuh! Ayah aku tidak akan jatuh. Aku juga tidak takut sakit. Aku ingin seperti mama bisa terbang keatas pucuk pohon Begitulah untuk sementara Gak Lam-kun dan Siau Kun peng, Ji Kiu liong serta Pek Siau soh tinggal disitu. Tapi belasan hari sudah lewat sedang Ji Cin-peng belum juga muncul kembali. Walaupun sepanjang hari Siau Ku peng bermain bersama Gak Lam-kun sekalian, tapi jika malam telah tiba dan ia terbangun dari tidurnya, bocah itu selalu menangis sambil mencari ibanya. Sungguh kasihan bocah itu. Benarkan dia akan kehilangan ibunya dengan begitu saja? Dari pagi sampai sore sang surya satu kali demi satu kali tenggelam kelangit barat, lalu sekali demi sekali terbit kembali di langit sebelah timur, tapi Ji Cin-peng belum juga kembali. Sementara, Siau kun peng sepanjang hari ribut ingin mencari ibunya. Ini semua membuat Gak Lam-kun akhirnya musti membohonginya untuk diajak pergi ke Lam-hay untuk menyusul ibunya. Padahal yang benar Gak Lam-kun sekali-kali naik ke bukit Si ciong san tebing pek im shia karena dia punya janji dengan Ki Li-soat, Han hu hoa dan Kwik To

ooOOOoo BUKIT Thian ciong san tebing pek soat sim adalah sebuah bukit yang selalu diliputi oleh kabut tebal. Pepohonan tumbuh disekeliling lembah dengan tebing karang yang menjulang tinggi ke angkasa, pemandangannya indah menawan. Disisi sebelah kiri dekat tebing tampak sebuah rumah kayu bewarna putih, didepan bangunan kayu merupakan sebuah selokan yang membentang jauh kedepan, sebuah jembatan kecil merupakan satu-satunya tempat penghubung antara tebing dengan bangunan rumah itu. Malam sudah semakin kelam, pepohonan bergoyang kencang terhembus angin malam dan menimbulkan suara keras. Saat itulah diujung jembatan kecil itu berdiri seorang pemuda. Sepasang matanya memandang ke tengah angkasa dan berdiri termangu-mangu, tampaknya ada sesuatu yang membuat hatinya menjadi murung. Sejak ia pindah ketebing Pek im shia selama setengah bulan yang lalu, saban hari dia selalu berdiri sendiri diatas jembatan, seakan-akan sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Tiap kali angin berhembus lewat dan menggoncangkan perubahan, dengan jantung berdebar ia selalu mengalihkan sorot matanya mengawasi sekeliling tempat itu, tapi dimanakah bayangan tubuh dari Ji Cin-peng? Hari ini adalah bulan dua belas tanggal dua puluh sembilan, itu berarti akhir tahun sudah diambang pintu. Ia berniat untuk menyerahkan Siau Kun peng kepada Ki Li-soat besok. Setelah itu dia baru akan menyusul kepergiannya.. Tiba-tiba terdengar helaan napas sedih menggema memecahkan keheningan, dengan cepat Gak Lam-kun berpaling, tampaklah rambut dikedua belah sisi kepalanya telah memutih. Padahal tahun ini dia baru berusia dua puluh sembilan tahun, masih muda dan kuat, tidak seharusnya rambut tersebut berubah memutih. Apalagi dengan tenaga dalamnya yang sempurna sekalipun, hidup sengsara selama beberapa waktu juga tak mungkin akan terjadi perubahan itu. Maka hampir saja ia menjadi tak mengenali diri sendiri setelah menyaksikan rambutnya telah memutih. Dia mencabut beberapa lembar rambutnya ternyata dari tiga lembar rambut yang dicabut, ada dua diantara telah memutih. Dari sini dapat diketahui betapa sedih dan sengsaranya dia selama dua bulan belakangan ini? Mendadak.. Gak Lam-kun mendongakkan kepalanya dan mengalihkan sinar matanya ke depan. Dibawab sinar bintang, tampak diujung jembatan sebelah depan sana berdiri seorang manusia berbaju hitam. Gak Lam-kun amat terperanjat dan segera bersiap sedia. Tarayata orang itu tak lain adalah San tian hek ih jiu atau manusia kilat berbaju hitam yang memiliki ilmu sangat lihay itu.

Sungguh tak disangka kalau manusia kilat berbaju hitam itu bisa menyusulnya sampel ditebing Pek im shia. Satelah tertegun beberapa saat lamanya Gak Lam-kun segera bertanya dengan suara dingin?, Apakah kau ada urusan? Agak mendongkol manusia berbaju hitam itu ketika melihat pihak lawan menegurnya dengan dingin, ia segera mendengus kemudian menjawab, Malam ini aku datang khusus untuk merenggut nyawamu! Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun semakin tertegun. pikirnya, Heran, padahal dengan dirinya aku tidak mempunyai dendam atau sakit hati apa-apa, kenapa dia hendak datang untuk merenggut nyawaku..? Berpikir sampai disitu, sambil tertawa dingin katanya, Aku merasa tak pernah berkenalan dengan kau, apalagi soai dendam sakit hati, atas dasar apa kau hendak mencabut nyawaku? Manusia kilat berbaju hitam itu tertawa seram tiada hentinya. Hee hee hee dikala kau hendak merenggut nyawa orang, apakah kaupun menanyakan dulu soal dendam sakit hati atau kenal tidak? Jadi kalau begitu, kematian dari Thi kiam kuncu sekalipun sama sekali tidak dendam sakit hati apa-apa denganmu? tegur Gak Lam-kun dengan kening berkerut. Manusia kilat berbaju hitam itu segera tertawa dingin. Tentu sija mereka tiada dendam sakit hati apa-apa denganku. Cuma beberapa orang itu ada dendam kesumat dengan seorang sahabatku, maka aku membantu temanku untuk membalas dendam! Jadi kalau begitu, akupun mempunyai dendam kesumat dengan temanmu itu? tanva Gak Lam-kun. Manusia kilat berpaju hitam itu manggut-manggut, tapi ia tidak menjawab apa apa Tolong tanya siapakah sahabatmu itu? tanya Gak Lam-kun kemudian. Mendadak manusia kilat berbaju hitam itu menuding ke belakang sambil berseru, Dia! Mengikuti arah yang ditunjuk Gak Lam-kun segera berpaling, dengan cepat hatinya bergetar keras, kemudian serunya tertahan, Aaaah, kau.! Gelak tertawa nyaring bergema memecahkan keheningan, dan balik kegelapan pelanpelan berjalan keluar seseorang manusia berbaju biru yang berlengan tunggal. Orang itu bukan lain adalah Si Tiong pek. Selesai tertawa, Si Tiong pek segera berkata, Saudara Gak, tidak kau sangka bukan, kalau malam ini kita bakal bersua muka di tempat ini! Gak Lam-kun tertawa dingin. Hee hee hee kukira siapa yang datang ternyata saudara Si yang telah berkunjung kemari. Si Tiong pek tersenyum, katanya kemudian, Tidak berani, tidak berani, sahabatku inilah yang akan datang mencarimu! Seraya berkata dia lantas menuding ke arah manusia kilat berbaju hitam itu.

Saat itu Gak Lam-kun sudah tahu kalau kesulitan yang lebih besar bakal dihadapi. Kemungkinan besar kesulitan tersebut bakal menimbulkan bencana lebih besar yang mungkin akan mempengaruhi juga keselamatan jiwanya, kesemua ini membuat keningnya semakin berkerut. Dia cukup mengerti bahwa kepandaian yang dimilikinya sekarang masih belum cukup mampu untuk menangkan manusia kilat berbaju hitam itu, apalagi jika ditambah pula oleh Si Tiong-pek, sudah pasti dialah yang berada dipihak yang kalah. Dia cukup akan memahami kekejaman serta kebusukan hati Si Tiong-pek dan terbukti seka-rang manusia kilat berbaju hitam itu sejalan dengan dirinya. Dari sini dapat diambil kesimpulan kalau dia pun seoraag manusia yang amat berbahaya. Pada saat itulah mendadak dari dalam rumah muncul dua orang manusia, mereka adalah Ji Kiu liong serta Pek Siau soh. Ketika Ji Kiu liong menyaksikan kehadiran Si Tiong-pek dan manusia kilat berbaju hitam di tempat itu, hatinya segera merasa bergetar keras. Gak Lam-kun segera berpaling sambil serunya. Adik Liong, kalian berdua kembalilah dan baik baik menjaga Siau Kun peng Maksud yang sebenarnya dari ucapan Gak Lam-kun itu adalah menyuruh kedua orang itu mengajak Siau Kun peng pergi meninggalkan tempat tersebut. Tiba tiba terdengar manusia kilat berbaju hitam itu tertawa dingin, kemudian berkata. Aku sudah mengerti kalau kalian berempat, seorangpun tak bakal lolos dari sini Gak Lam-kun menjadi marah sekali setelah mendengar perkataan itu dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, Haa haa haa memangnya kau anggap aku Gak Lam-kun takut kepadamu? Tentu saja tidak takut ejek merusia berbaju hitam itu sinis, siapa yang tidak tahu kalau Gak Lam-kun adalah seorang manusia yang bertulang keras Baik baik. Mari kita mulai dengan pertarungan ini. Si Tiong pek tertawa dingin ejeknya. Saudara Gak, jika ingin mati, kenapa musti terburu napsu? Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun sama sekali tidak menjadi marah malah sebaliknya segera tersenyum, pelan-pelan dia berjalan menghampiri Si Tiong-pek, kemudian katanya, Saudara Si, belakangan ini ilmu silat yang kau miliki tentu mendapatka banyak kemajun bukan?. Si Tiong-pek yang cerdas tentu saja mengerti kalau Gak Lam-kun akan melancarkan serangan mematikan. Secara tiba-tiba, mendadak dia mundur tiga langkah ke belakang, lalu ujarnya sambil tertawa, Aaaah Terlalu sungkan. Terlalu sungkan. Siaute cuma lebih banyak mempelajari beberapa macam ilmu pukulan saja Menyaksikan musuhnya bergerak mundur, tangan kanan Gak Lam-kun secepat kilat segera diayunkan ke muka.

Inilah ilmu Hud meh ciang (pukulan menyambar nadi) yang berhasil diciptakanny ketika berada dalam kuil Ngo kok koan setelah berhadapan dengan Tiang pek sam him. Kelihayannya bukan kepalang. Tapi Si Tiong-pek yang amat licik itu segera melompat ke belakang dan menyembunyikan diri dibelakang manusia berbaju hitam itu. Dengan gerakan itu, otomatis serangan Hud meh ciang yang maha dahsyat itu langsuwg menyambar si manusia kilat berbaju hitam itu.. Dengan cepat manusia berbaju hitam itu mengebas tangannya kedepan dan menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras lawas keras.. Perlu diketahui, ilmu Hud meh ciang ini adalah suatu kepandaian yang lihay sekali. Sayang manusia berbaju hitam itu terlalu memandang enteng datangnya ancaman Gak Lam-kun tadi. Terdengar dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Secara beruntun manusia berbaju hitam segera mundur lima langkah ke belakang. Sebaliknya Gak Lam-kun sendiri pun merasakan hawa darah yang berada dalam dadanya bergolak keras, tanpa terasa dia mundur tiga langkah ke belakang. Bagaikan terluka parah akibat serangan tadi, manusia berbaju hitam itu menjadi marah bercampur dendam. Dengan tubuh gemetar keras serunya, Kau kau kau benarbenar teramat keji. Kali ini Gak Lam-kun menjadi tertegun dibuatnya, sebab secara tiba-tiba ia mendengar kalau suara tersebut adalah suara seorang perempuan. Kiranya manusia berbaju hitam itu adalah seorang perempuan, sedangkan Gak Lam-kun sama sekali tidak tahu apa sebabnya dia sampai mengucapkan kata-kata semacam itu. Bukankah dalam suatu pertempuran, melukai musuh merupakan tujuan dari setiap orang. Setelah tertegun beberapa saat lamanya Gak Lam-kun segera tertawa dingin, ujarnya kemudian, Jika kau menghendaki kematianku, kenapa pula aku tak boleh menghendaki kematianmu? Setelah mendengar perkataan itu, dari balik mata si manusia berbaju hitam yang berkerudung tiba-tiba menetes keluar dua titik air mata. setelah itu bentaknya keras-keras, Gak Lam-kun, malam ini juga aku bertekad hendak membunuh dirimu! Selesai berkata dia lantas menerjang maju ke depan dan sebuah pukulan segera di lancarkan. Dengan cekatan Gak Lam-kun menggegos ke samping, kemudian ujarnya dengan dingin, Belum tentu kau mampu untuk membunuhku! Sembari berkata kaki kirinya melancarkan serangkaian tendangan berantai sementara telapak tangan kiri kanannya secepat kilat melancarkan dua belas buah pakuan berantai. Tapi semua serangan tersebut secara mudan berhasil dihindari oleh manusia berbaju hitam itu. Menyaksikan kejadian ini, Gak Lam-kun menjadi terkejut sekali. Dia tahu jika hari ini tidak ia gunakan ilmu saktinya, sudah pasti akan sulit untuk menahan serangan lawan.

Berpikir demikian, dengan cepat dia gunakan ilmu Hud meh ciang untuk melancarkan serangan. Sebelum pukulan itu mengenai ditubuh si manusia berbaju hitam itu, terdengarlah suara ledakan keras yang memekakkan telinga, seolah-olah tulang belulang disekujur tubuhnya hendak retak dan hancur berantakan. Diam-diam manusia berbaju hitam itu merasa amat terkejut. Dia tidak menyangka bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah memperoleh kemajuan yang demikian pesatnya. Maka sikapnya segera sikutnya direndahkan ke bawah. Setelah itu kelima jari tangan kirinya diayunkan kedepan menyambut datangnya ancaman tersebut. Didalam melancarkan serangan kali ini, Gak Lam-kun telah menyertakan pula tenaganya sebesar seribu kati. Sekalipun belum bisa dikatakan memiliki kemampuan untuk menghancurkan bukit berkarang, tapi sudah pasti tidak akan mampu ditahan oleh tubuh manusia. Akan tetapi, ketika angin pukulan itu saling membentur dengan serangan dari manusia berbaju hitam itu ternyata ia merasa bahwa tenaganya serasa menjadi lenyap tak berbekas sama sekali tidak menimbulkan hasil apa-apa, ini membuat hatinya tercengang. Buru-buru tangan kirinya diayunkan pula ke depan melancarkan sebuah pukulan tambahan. Manusia berbaju hitam itu mendengus dingin, mendadak sikut kanannya disodok ke depan setelah itu jari-jari tangannya diayunkan ke tubuh lawan. Gak Lam-kun adalah seorang yang ahli dalam menggunakan ilmu cakar Tok liong ci jiau sinkang. Tapi sungguh tak disangka olehnya kalau serangan tersebut ternyata berpuluh kali lipat lebih dahsyat dari ilmu To liong ci jiau sinkang nya. Perlu diketahui, serangan Toan im ci yang dipergunakan, manusia berbaju hitam itu boleh dibilang telah mencapai puncak kesempurnaan. Hawa serangan yang terpancar keluar dari jarinya itu seperti lembut dan halus, padahal kemampuannya luar biasa sekali dan sukar dibendung dengan serangan apapun. Dalam kejutnya Gak Lam-kun segera menyingkir kesamping, lalu melancarkan sebuah tendangan kedepan. Dalam waktu singkat kedua orang itu kembali terlibat dalam tiga empat gebrakan, tapi dibalik setiap jurus serangan tersebut justru terkandung jurus ancaman yang paling dahsyat dan mematikan didunia ini. Si Tiong-pek yang menyaksikan kejadian itu dari samping, diam diam berpekik dihati, Ooooh, sungguh berbahaya! Kemudian setelah berhenti sebentar, dia berpikir lebih jauh, Walaupun aku sudah berlatih tekun selama hampir dua bulan lamanya di pulau terpencil itu, kendatipun kepandaian silatku telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, tapi bila ingin beradu kepandaian dengan Gak Lam-kun tampaknya kekuatanku masih belum sanggup untuk memadahi. Andaikan aku sampai bentrok dengannya tadi, mungkin semenjak tadi tubuhku sudah terluka di tangannya

Berpikir sampai disitu, tanpa terasa timbul perasaan kosong dan bimbang didalam hatinya. Waktu itu dia menyaksikan manusia berbaju hitam itu sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan Gak Lam-kun. Makin sengit pertarungan itu berlangsung makin jauh mereka terseret pergi sehingga akhirnya kedua orang itu sudah berada dua kaki lebih jauh dari tempat semula. Agaknya kedua orang itu sama-sama telah mempergunakan segenap kepandaian yang dimilikinya. Seran-meyerang jarak jauh dilancarkan berulang kali. Si Tiong-pek yang menonton jalannya pertarungan itu dari sisi kalangan dapat melihat bahwa asap tebal telah muncul dari arah ubun-ubun Gak Lam-kun. Kabut putih itu kian lama kian bertambah tebal seperti asap diatas kukusan. Jelas, dia sedang mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Mendadak manusia berbaju hitam itu melompat ke depan, lalu secepat kilat mendorong sepasang telapak tangannya ke depan. Gak Lam-kun sama sekali tidak menyangka kalau gerakan tubuh lawan sedemikian cepatnya, tahu-tahu iga kanan dan dada kirinya berbareng terkena totokan. Seandainya berganti dengan orang lain, sekalipun serangan mereka berhasil menghajar telak diatas jalan darah Gak Lam-kun belum tentu bisa menyumbat jalan darahnya tersebut. Tapi kedua totokan jari yang dilancarkan manusia berbaju hitam itu cukup lihay dan tiada ketiganya didunia saat ini. Yakni sebuah menggunakan ilmu Tayci sin thong, sedangkan yang lain mempergunakan ilmu Tun im ci yang maha sakti, bayangkan saja bagaimana mungkin Gak Lam-kun sanggup menahan diri?. Ditengah dengusan tertahan, denga sempoyongan, Gak Lam-kun mundur sejauh beberapa langkah. Melihat ada kesempatan baik, Si Tiong-pek segera maju ke depan dan langsung menghadiahkan sebuah pukulan lagi keatas jalan darah Ci yang hiat diatas punggungnya, kemudian sambil tertawa, Saudara Gak, roboh kamu! Gak Lam-kun merasakan sepasang kakinya menjadi lemas, ia segera jatuh terduduk di atas tanah. Si Tiong-pek menjadi amat terkesiap segera pikirnya, Dia benar-benar sangat lihay. Sekalipun tubuhnya sudah terkena tiga buah pukulan berat, ternyata tidak sampai roboh terjengkang ke tanah. Manusia semacam ini berbahaya sekali kalau dibiarkan hidup terus didunia ini? Berpikir Sampai disitu, timbul niat jahat didalam hatinya, secepat kilat tangan kanannya meloloskan pedang lalu melancarkan seruah tusukan ke depan. Tlndakan keji yang dilakukan ini boleh dibilang dilakukan sangat cepat, sehingga manusia berbaju hitam itupun tak sempat untuk menghalanginya, tampak ujung pedang itu sudah berada tiga inci didepan dada Gak Lam-kun. Sreeet! Sreeet.! Desingan angin tajam menderu-deru dan amat memekikkan telinga.

Lengan tunggal Si Tiong-pek bagaikan terkena aliran lstrik bertegangan tinggi, mendadak menggigil keras kemudian mundur dengan sempoyongan, ternyata dua batang senjata rahasia telak menetap diatas lengannya itu Criing! Pedang yang berada dalam genggamannya itu segera terjatuh ketanah. Pada saat yang bersamaan, sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa telah meluncur datang, kemudian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke dada Si Tiong pek. Dengan perasaan terkesiap Si Tiong pek menggegos ke samping lalu ujung baju kirinya dikebaskan ke muka. Orang ini mendengus dingin, serunya. Kau anggap masih mampu untuk kabur dari sini? Kaki kirinya melancarkan sebuah serangan yang keras ke atas lutut sebelah kanan Si Tiong pek, ini menyebutkan tubuhnya segera roboh terkapar keatas tanah dan tak sanggup melarikan diri lagi. Pendatang itu sedikitpun tidak nampak gugup dengan tenangnya dia membungkukkan badan untuk mengambil pedang ditanah, kemudian dengan ganas ditusukkan ke atas dada Si Tiong-pek. Mendadak terdengar seseorang menjerit, Enci Ji, ampuni selembar jiwanya! Sreeet.! Pedang ditangan pendatang itu sudah diayunkan merobek baju panjang yang dikenakan Si Tiong-pek, sementara dari kejauhan sana kelihatan Ki Li-soat sedang berlarian mendekat. Ketika Gak Lam-kun dapat melihat jelas pendatang tersebut, kejut dan girang, berkecamuk dalam hatinya sehingga tanpa terasa titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Orang itu bukan lain adalah Ji Cin-peng yang dirindukannya siang dan malam. Ternyata ia telah balik kesana, muncul tepat dikala suasana tegang dan jiwanya terancam oleh bahaya maut. Bayangkan saja keadaan tersebut mana mungkin tidak menggetarkan seorang Gak Lam-kun? Malah dia menganggap dirinya seakan-akan sedang berada dalam impian. Dengan air mata bercucuran Ji Kiu liong maju menyongsong kedatangannya, kemudian berderu, Cici, oooh cici kau telah kembali Titik air mata juga jatuh berlinang membasahi pipi Ji Cin-peng, teriaknya pula dengan lirih, Adikku. aku. Dia merasakan kesedihan dan pergolakan emosi yang luar biasa, sehingga untuk beberapa saat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Dengan suara keras Pek Siau soh segera berseru, Enci Ji, bebaskan dahulu jalan darah Gak toako yang tertotok

Ji Cin-peng maju setengah langkah ke muka, tapi sebelum ia melakukan sesuatu tiadakan. Tiba-tiba terdengar manusia berbaju hitam itu membentak keras, Berhenti kau! Yang bisa kau bebaskan hanya jalan darah Si Tiong pek yang tertotok, tak mungkin kau bisa membebaskan tua buah totokanku itu. Hmmm! Kau juga telah datang. Bagus sekali, aku memang sedang mencari dirimu. Sementara itu, Ki Li-soat, Kwik To dan Han Hu-hoa bertiga telah muncul disana. Dengan sorot mata tajam Ki Li-soat memperhatikan Si Tiong-pek sekejap, kemudian katanya dengan lembut, Engkoh Si, tampaknya watakmu belum juga berubah Sehabis mengucapkan perkataan itu, tanpa terasa dua titik air mata jatah berlinang membasahi pipinya. Seakan akan menyadari sesuatu secara mendadak, tiba tiba Si Tiong-pek juga menangis tersedu-sedu, katanya, Adik Ki. aku telah bersalah kepadamu. aku telah melakukan kesalahan kepadamu Han Hu-hoa yang berada disampingnya segera tersenyum, kemudian menyela dari samping, Saudara Si, kau jangan bersedih hati, menyesal sekarang pun belum terlambat. Bila kau benar-benar ingin bertobat dan kembali ke jalan yang benar, sekarang pun masih terbuka kesempatan bagimu. Selanjutnya kau masih bisa berkumpul bersama Li-soat Pelan-pelan Si Tiong-pek bangkit berdiri lalu katanya, Adik Ki, aku. aku tak punya muka untuk bertemu dengan dirimu lagi. Berbicara sampai disitu, dia membalikkan badan dan siap berlalu dari situ. Dengan cepat Kwik To menghadang dihadapannya, kemudian berseru, Saudara Si, tunggu sebentar disini, bagaimana kalau tunggu saja sampai kalian pergi berduaan nanti? Dipihak lain Ji Cin-peng telah berusaha untuk membebaskan jalan darah Gak Lam-kun yang tertotok. Tapi seperti apa yang di katakan manusia berbaju hitam itu, dua buah totokannya memang tidak berhasil dibebaskan, jelas jalan darah itu telah ditotok oleh semacam ilmu totokan jalan darah yang istimewa. Melihat kegagalan orang, manusia berbaju hitam itu segera tertawa dingin, ejeknya, Sampai dimanakah kehebatan yang kau miliki? Memangnya kau mampu untuk membebaskan totokan jalan darahku? Ji Cin-peng mengerutkan dahinya rapat-rapat, kemudian tegurnya dingin, Siapakah kau? Hmmm, siapakah aku, perduli amat dengan dirimu? Mau apa kau mencampurinya? Dalam pada itu, dengan suara lirih, Ki Li-soat juga sedang bertanya kepada Si Tiong-pek, Engkoh Si, siapakah perempuan ini? Perempuan ini sangat aneh jawab Si Tiongpek dengan muka agak memerah padam, dia mengetahui jelas sekali semua asal-usulku, tapi sebaliknya aku justru tidak kenal dengan dirinya, sampai sekarangpun dia masih enggan untuk mengucapkan namanya

Dengar pedang terhunus, Ji Cin-peng segera maju dua langkah ke depan, setelah itu katanya, Aku tak akan ambil peduli siapakah dirimu, tapi aku minta kepadamu untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok itu Seandainya aku tidak mau? ejek orang berbaju hitam itu sambil tertawa dingin. Maka kaupun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat Kontan saja manusia berbaju hitam itu tertawa dingin, Hee hee hee mungkin aku bakal mati, tapi dia pun bakal menemani aku juga untuk bersama-sama berangkat ke alam baka Mendengar ancaman tersebut, Ji Cin-peng merasakan hatinya bergetar keras, mendadak matanya melotot besar, secepat kilat pedangnya diayunkan kemuka. Dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh buah serangan berantai. Ketujuh buah serangan itu dilancarkan dangan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Semua jurus dan ancaman hampir seluruhnya ditujukan ke bagian bagian yang mematikan ditubuh orang berbaju hitam itu. Akan tetapi ilmu silat yang dimiliki manusia berbaju hitam itu memang lihay sekali. Tampak bahu kiri dan bahu kanannya bergoyang kesana kemari mengikuti gerakan pedang. Meski Ji Cin-peng sudah melancarkan tujuh buah serangan berantai namun semuanya berhasil dibendung olehnya. Dengan gusar Ji Cin-peng membentak keras, tiba-tiba badannya berjumpalitan, pedang kanannya secepat sambaran kilat langsung menusuk ke tenggorokan orang berbaju hitam itu. Tusukan pedang yang dilancarkan Ji Cin-peng ini bukan saja sangat aneh juga lihay sekati, belum pernah ada jurus pedang di dunia ini yang begitu anehnya, membuat Gak Lam-kun yang menyaksikanpun diam-diam mengaguminya. Menghadapi ancaman itu, ternyata orang berbaju hitam itu tetap berdiri tak berkutik ditempat semula. Tampakrya tusukan pedang itu segera akan menembusi tenggorokannya, buru buru Ji Cin-peng miringkan gerakan pedangnya dan berganti menusuk ke atas bahunya. Tapi, disaat rasa kasihannya muncul dalam hati itulah telapak tangan kiri orang berbaju hitam itu tahu-tahu mencengkeram pergelangan tangannya, sementara tangan kanannya melepaskan sentilan tajam. Mimpipun Ji Cin-peng tidak menyangka kalau musuhnya begitu licik dan buruk. Menanti dia hendak menarik kembali pedangnya, keadaan sudah terlambat. Buru-buru Ji Cin-peng membalikkan pinggangnya mencoba menghindarkan diri dari sentilan jari tangannya, tapi urat nadi diatas pergelangan tangan kanannya sudah kena dicengkeram lawan, pedangnya terjatuh ke atas tanah. Saat itulah dari belakang terdengar suara seorang bocah sedang berteriak, Mama, kau telah pulang? Siau Kun peng dengan cepat berlarian mendekat, lalu memeluk sepasang kaki Ji Cinpeng erat-erat.

Si Tiong-pek, Ki Li-soat, Kwik To, Han Hu-hoa, Ji Kiu-liong dan Pek Siau-soh yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat. Serentak mereka maju mengerubung sambil meloloskan senjata tajam masing-masing. Dengan tangan kiri mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Ji Cing-peng dengan gusar manusia berbaju hitam itu membentak keras. Jika kalian berani maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau aku segera akan menghancurkan isi perutnya! Sambil berkata, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke tengah udara. Menyaksikan ancaman tersebut, semua orang menjadi terkejut dan segera menghentikan gerakan tubuhnya, Siau Kun peng seolah olah tidak mengetahui kalau situasi yang sedang dihadapi berbahaya sekali, sambil melototkan sepasang matanya yang kecil, ia memperhatikan manusia berbaju hitam itu sekejap, lalu serunya. Aneh, kenapa bibi ini mengerudungi mukanya dengan kain? Manusia berbaju hitam itu memandang wajah Siau Kun-peng sekejap kemudian sahutnya sambil tertawa, Muka bibi sangat jelek, tidak berani menjumpai orang dengan muka aslinya Bibi omong kosong, aku tidak percaya! Ketika selesai mengucapkan perkataan itu, tiba-tiba Siau Kun-peng mengayunkan tangan kanannya dengan cepat. Sreeet..! Kain cadar hitam yang dikenakan manusia berbaju hitam itu segera tergambar hingga terlepas. Tampaknya orang berbaju hitam itu tidak menyangka sampai ke situ. sambil menjerit kaget dia segera mundur sejauh tiga empat langkah ke belakang. Sementara itu cengkeramannya pada nadi dipergelangan tangan Ji Cin-peng juga sudah terlepas. Tampaklah Siau Kun sambil memegang kain cadar berwarna hitam itu sedang mengawasi wajah orang berbaju hitam tadi dengan pandangan termangu. Dengan cepat Cin-peng menghadang di hadapan Siau Kun-peng, dia kuatir lantaran malu orang berbaju hitam itu menjadi marah dan turun tangan keji kepadanya. Tampaklah muka orang berbaju hitam itu sudah hangus dan berwarna hitam pekat, kecuali sepasang biji matanya yang jeli dan indah, boleh dibilang wajahnya sama sekali bagaikan hangus terbakar. Suasana di tempat itu menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun. Tapi dibalik keheningan tersebut tercekam rasa tegang dan seram yang cukup menggidikkan hati.

Pada saat itulah mendadak dari balik mata Gak Lam-kun tertetes keluar air mata yang membasahi pipinya. Perempuan jelek itupun dapat menyaksikan bahwa pemuda tersebut sedang melelehkan air mata. Mendadak perasaannya menjadi lemah. Setelah menghela napas panjang, pelan-pelan dia berjalan mendekati Gak Lam-kun. Ketika Ji Cin-peng sekalian menyaksikan sikap Gak Lam-kun yang sangat aneh. semua orang menjadi tertegun, sehingga dengan begitu mereka jadi lupa untuk menghalangi jalan perempuan jelek itu. Ketika tiba dihadapkan Gak Lam-kun, mendadak jari tangannya yang putih bersih itu dikebas ke ke atas tubuh anak muda tersebut. Kemudian dia membalikkan badan dan berlalu dari sana. Siapa tahu, pada saat itulah tangan kanan Gak Lam-kun dengan kecepatan luar biasa telah mencengkeram lengannya, kemudian dengan suara gemetar teriaknya, Adik Ping, jangan pergi kau! Aku telah mengenali dirimu Setelah mendengar perkataan itu, Ji Cin-peng sekalian baru merasa amat terkejut, diamdiam pekik mereka didalam hati. Ooooh. rupanya dia! Cepat-cepat Ji Cin-peng memburu kemuka lalu sambil memegang lengannya yang lain dan air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dia berkata. Adik Ping, Kau.. kau tak usah pergi. kau jangan pergi meninggalkan kami Perasaan orang berbaju hitam saat itu benar-benar amat kalut. Gejolak emosi yang besar berkecamuk di dalam benaknya, dia menyesali semua kesalahan yang telah dilakukannya selama ini. Air mata bagaikan air terjun jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Adik Ping kata Gak Lam-kun dengan sedih Maafkanlah aku. kasihanilah daku. Ketahuilah bahwa sejak dulu sampai sekarang aku belum pernah berniat meninggalkan dirimu Mendadak oraog berbaju hitam itu merentangkan tangannya lebar-lebar, kemudian memeluk Ji Cin-peng dan Gak Lam-kun erat-erat. Sambil menangis tersedu-sedu, serunya, Aku.. Aku tahu salah, tapi segala sesuatunya telah terlambat. Engkoh Gak. aku telah membunuh anakmu. oleh sebab itu kuhancurkan paras mukaku sendiri Kau. kau telah menggugurkan kandunganmu? bisik Gak Lam-kun terperanjat. Ternyata orang berbaju hitam ini tak lain adalah gadis berbaju perak Yo Ping adanya. Setelah pergi dengan gusar dati kuil Ong kok koan, makin membayangkan, gadis itu merasa hatinya makin mendongkol. Ia menjadi benci kepada Gak lam-kun, diapun menjadi benci kepada kandungannya, darah daging dari Gak Lam-kun. Dasar pikirannya memang cupat dan jalan pikirannya memang sempit, ia menjadi nekad dan menggugurkan kandungannya. Tapi setelah kejadian, dia baru merasa amat menyesal. Kesedihan yang luar biasa membuat ia menjadi nekad untuk merusak paras mukanya sendiri Sebab dia beranggapan meski wajahnya cantik tapi hatinya sangat busuk dan jelek.

Kemudian diapun merasa bahwa semua kesalahan ini merupakan hasil ciptaan Gak Lamkun. Dia menganggap pemuda itu sebagai biang keladinya, maka dia bertekad hendak membunuh Gak Lam-kun dari muka bumi.. Dengan suara gemetar, Yo Ping kembali berkata, Aku aku amat menyesal. Aku amat membenci kepada diriku sendiri. Oooh engkoh Gak. Dengan lembut Ji Cin-peng menggandeng lengannya, kemudian menghibur, Adik Ping, kini semua tentu mempunyai kesulitannya sendiri-sendiri. Kini nasi sudah menjadi bubur. Sesal kemudian apa gunanya? Yang sudah lewat biarkan lewat. Mari kita bersama-sama melupakannya! Yang penting sekarang adalah kehidupan kita dikemudian hari. Untung saja besok adalah tahun baru. Marilah dengan tahun yang baru kita lewatkan penghidupan yang baru pula. Buksnkah sekarang kita telah berkumpul menjadi satu! Gelak tertawa keras bergema memecahkan keheningan, sambil tertawa, tiba-tiba Jit poh toan hun Kwik To berseru, Si lote mari kita menjadi tamu. Tahun depan kita baru pikirkan tempat pemondokan yang baru Malam semakin kelam tapi rumah putih ditebing Pek im sia memperlihatkan permainan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suasana riang dan kebahagiaan dijumpai dimanamana. Inilah pertanda bahwa kebahagiaan hidup telah terselip di hati para penghuninya. Yaa, memang begitulah kehidupan manusia, setelah kesengsaraan dan penderitaan lewat kegembiraan dan kebahagiaanpun akan datang. Sampai di sini pula ceritera Lencana Pembunuh Naga. Semoga pembaca sekalian menjadi puas adanya, terima kasih. TAMAT

You might also like