You are on page 1of 3

A.

KONSEP-KONSEP DISTRIBUSI PENDAPATAN Keberhasilan pembangunan suatu Negara dapat dinilai dengan berbagai macam perspektif , baik dengan perspektif ekonomi maupun nonekonomi. Keberhasilan pembangunan ini tidak serta merta dapat diukur dengan pendapatan per kapita. Hal ini karena pendapatan per kapita tersebut belum tentu mencerminkan bagaimana pendapatan nasional sebuah Negara dapat terdistribusikan dikalangan penduduknya secara merata dan adil. Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya distribusi hasil pembangunan suatu Negara bagi penduduknya. Terdapat berbagai kriteria untuk menilai kemerataan (parahnya ketimpangan) distribusi tersebut. Tiga diantaranya yang paling lazim digunakan adalah: 1. Kurva Lorenz Menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk secara komulatif. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase komulatif penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat dengan diagonal atau semakin lurus menggambarkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Begitu pula sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin lengkung menggambarkan distribusi pendapatan semakin timpang 2. Indeks atau Rasio Gini, adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan distribusi pandapatan nasional. Semakin kecil atau semakin mendekati nol koefisiennya menggambarkan distribusi pendapatan semakin merata, dan semakin besar atau semakin mendekati angka 1 menggambarkan distribusi semakin timpang. Angka rasio Gini dapat ditaksirkan secara visual langsung dari kurva Lorenz dan secara matematik. 3. Kriteria Bank Dunia dadasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yaitu:

a. 40% penduduk berpendapatan ( penduduk termiskin)

terendah

b. 40% penduduk berpendapatan menengah, serta c. 20% penduduk berpendapatan tertinggi( penduduk terkaya) Dengan beberapa kemungkinan, yaitu: a. Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah, jika 40% penduduk termiskin menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional. b. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat apabila 40% penduduk termiskin menikmati antara 12% hingga 17% pendapatan nasional, dan c. Ketidakmerataan dikatakan lunak dan distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata apabila 40% penduduk termiskin menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional. B. KETIDAKMERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 1. Ketidakmerataan Pendapatan Nasional Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapisan pendapatan masyarakat dapat ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio Gini. Koefisien Gini cukup memberikan gambaran mengenai kecenderungan umum dalam pola pembafgian pendapatan dari tahun ke tahun. Sehingga dapat diketahui distribusi pendapatan itu semakin merata atau semakin timpang dari tahun ke tahun. Sebelumnya angka-angka koefisien gini dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran. Tetapi koefisien Gini yang ditaksir melalui pendekatan pengeluaran kurang realistis, cenderung kerendahan( under-estimated). Hal ini mengingat di dalam pengeluaran, unsure tabungan tidak ikut terhitung. Padahal porsi pendapatan yang ditabung cukup besar di kalangan lapisan masyarakat kaya. Perhitungan lebih realistis adalah dengan mendasarkan pada data pendapatan. Koefisien Gini yang dihitung berdasarkan

data pendapatan lebih tinggi daripada didasarkan pada data pengeluaran. Ketidakmerataan distribusi pendapatan nasional dapat pula dilihat berdasarkan criteria Bank Dunia.

2. Ketidakmerataan Pendapatan Spasial Ketidakmerataan distribusi pendapatan tidak hanya berlangsunmg secara nasional tetapi juga terjadi secara Spasial atau antardaerah. Di Indonesia pada tahun 1984-1993 distribusi pendapatan lebih merata di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Ketikmerataan pendapatan yang berlangsung antardaerah tidak hanya dalam hal distribusinya, tetapi juga dalam hal tingkat atau besarnya pendapatan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan cara membandingkan presentase penduduk pedesaan terhadap penduduk perkotaan untuk tiap-tiap golongan pendapatan. Porsi penduduk pedesaan yang berada pada rentang pendapatan lapis bawah lebih besar daripada porsi penduduik perkotaan, dan sebaliknya pada rentang pendapatan lapis atas, porsi penduduk pedesaan lebih kecil.

3. Ketidakmerataan Pendapatan Regional

C. Fgh D. Gfh E. Gh F.

You might also like