You are on page 1of 159

KUMPULAN CERITA PENDEK DI ATAS BUMI, DI BAWAH LANGIT

Oleh Gilang Firmanda

1. Di Atas Bumi, di Bawah Langit

Diatas Bumi, dibawah langit Terdapat sesuatu yang hebat Sesuatu yang bernama Cinta Diatas bumi, di bawah langit Mereka bilang cinta itu indah Aku penasaran ingin mencobanya

Di atas Bumi, di bawah langit Dari hari ke hari, dari hati ke hati, Aku mencoba mencari cinta

Di atas Bumi, di bawah langit Cinta itu indah, Cinta itu sejuk Aku merasa cinta itu memang sempurna

Di atas bumi, dia bawah langit Aku merasa Cinta tak ada lagi Cinta itu menyakitiku

Di atas Bumi, di bawah langit Terdapat sejuta kisah cinta Tersakiti, terkhianati, terbuang

Di atas Bumi, di bawah langit Sudah ku cari di segala sudut dunia Tak ada yang sesempurna Cinta-Mu

2. Bumi Menjadi Saksi

Kamu tahu gak kita tuh hidup dimana? Naya spontan menanyakan sebuah pertanyaan aneh padaku. Ya di dalam Bumi lah, jawabku santai. Dia duduk disampingku, menengokkan kepalanya ke arah kiri tepat ke arah kepalaku. Ya bener, tapi sedikit putis lah jawabnya, masa baku banget jawabannya? Naya membenarkan jawabanku dari pertanyaan anehnya itu, tapi dia ingin mendengar jawaban yang puitis dariku. Anak yang aneh. Emang kalau yang puitis tuh kayak gimana? aku bertanya balik. Aku memang bukan cowok yang puitis jadi wajar wajar saja kalau omonganku baku. Berbeda dengan Naya yang memang tipe cewek penyuka puisi. Dia selalu bilang bahwa setiap kata kata dalam bait demi bait sebuah puisi bisa menyimpan sebuah makna yang sangat dalam, bahkan tidak cukup satu lembar kertas untuk mengungkapkan makna dari satu bait puisi secara harfiah. Aku hanya menggeleng gelengkan kepala saja mendengarnya. Pura pura mengerti. Naya mulai menggerakkan mulutnya, akan ada kata kata yang terucap dari mulutnya. Inilah alasan kenapa aku tidak pernah bosan mengobrol dengan Naya. Setiap kali dia menggerakkan mulutnya, lesung pipit di pipi sebelah kirinya tampak dan hal itu membuat wajahnya kian tambah manis. Apalagi saat dia sudah mulai bicara, lesung pipitnya timbul tenggelam mengikuti irama bicaranya. Membuat setiap cowok gemas melihatnya. Mungkin benar apa yang playboy playboy itu ucapkan. Cewek cantik itu ngebosenin, Cuma awal awalnya saja kelihatan cantik. Tapi cewek manis sampai tua pun akan tetap terlihat manis. Seorang pria paling

arogan pun akan hancur tembok pertahanannya jika melihat senyuman manis seorang perempuan. Baru kali ini aku menyetujui omongan omongan dari cowok yang sering mainin cewek itu. Kok malah melamun Jo? Ha? Enggak kok Nay, gimana? Lanjutin aja. Ya contohnya begini, kalau misalnya ada cewek nanya kayak begitu, kamu jawabnya Kita tuh hidup di atas Bumi, di bawah Langit begitu, ungkap Naya dengan nada polos. Maksudnya? aku masih belum mengerti dengan maksud Naya atas topik pembicaraan kami. Duh Ajo, inget gak dulu Naya pernah ngomong kalau sebaris bait dalam seuah pusi tuh bisa mengandung makna yang dalem banget dan bahkan gak cukup kalau di tulis dalam satu lebar kertas? Inget lah, setiap hari kan Naya ngomong kayak begituan melulu. Naya cemberut. Dia sedikit menjauhkan kepalanya. Hih Ajo rese, coba sekarang Ajo jelasin makna apa yang bisa Ajo dapet dari kata kata Di atas Bumi, di bawah Langit! Sepertinya Naya agak kesal dengan ucapan terakhirku, dia bebicara agak tinggi namun masih dengan nada polos dan imutnya. Ya, kita kan hidup di Bumi, di atas tanahnya terus di bawah langit langit biru, ya jadinya di atas Bumi, di bawah langit tuh tempat hidup kita, jawabku sekenanya. Naya diam, yang dia lakukan hanyalah memandangi mataku. Aku pun ikut memandangi matanya. Bodoh, hampir satu menit kami seperti itu. Lama lama aku seperti dapat melihat sesuatu di dalam mata Naya. Lebih dalam aku menatap

matanya, jantungku tiba tiba menjadi berdegup sangat kencang. Segera aku melepaskan pandanganku, aku jadi salah tingkah. Kenapa? tanya Naya yang melihat sikap salah tingkahku. Gak apa apa, aku Cuma jadi salah tingkah aja, aku menjawab jujur. Salah tingkah kenapa? Ya aku salah tingkahlah kalau ada cewek manis yang menatap mataku seperti tadi, lagi lagi aku berkata jujur. Ucapan terakhirku membuatku penasaran akan respon Naya selanjutnya. Naya tersenyum, hanya membutuhkan waktu 2 detik saja hinga dia tersenyum sambil memperlihatkan gigi dan lesung pipitnya. Kepalanya tertunduk, begitu juga tatapan matanya, seakan dia tidak berani atau malu melihat aku lagi. Dengan jelas dapat kulihat tangannya meremas remas. Sekarang gantian dia yang salah tingkah. Lho koq sekarang malah kamu yang salah tingkah? tanyaku sambil senyum senyum. Siapa yang salah tingkah? jawab Naya dengan masih mesem mesem, sekilas dia memandangku lagi saat menjawab pertanyaanku, lalu kini kembali tertunduk. Lha tadi kamu ngapain natap mataku kayak gitu? tanyaku lagi. Naya tetap tertunduk, jari telunjuk kanannya dimain mainkan menyentuh tempat duduk kami. Tadi tuh maksudku Cuma mau percobaan doang, kan kalau di film- film tuh cowok biasanya bisa ngomong puitis kalau sambil ngeliat mata ceweknya. Nah terus kan Ajo tuh orangnya gak puitis banget, makanya aku tadi nyoba mandangin mata Ajo, siapa tahu kan Ajo bisa jawab pertanyaanku tadi dengan lebih puitis dan romantis gitu, muka Naya memerah sambil terus memutar mutar jari telunjuk kanannya di tempat kami duduk.

Oh begitu? tanyaku lagi. Tiba tiba Naya mengemas tasnya, lalu berdiri. Ajo, udah dulu ya. Naya ada kuliah lagi nih, ungkap Naya sambil langsung berjalan menjauhiku. O ya udah, kuliahnya jangan tidur ya. Nanti aku telepon kamu, ungkapku sambil sedikit berteriak. Naya masih berjalan. Selesai aku menyampaikan kata kataku tadi, Naya membalikkan badannya ke arahku. Dia kembali menatapku sambil tersenyum, lalu membalikkan badannya lagi dan berjalan ke arah gedung kuliah. Namanya Cenaya Kusumadewanti, lahir di Samarinda 12 Juli 1990. Dia anak kedua dari 3 bersaudara, kakak pertamanya adalah perempuan, dia sudah menikah. Adiknya cowok dan sekarang masih duduk di bangku SMP di Samarinda sana. Aku kenal dengan Naya karena dia satu angkatan denganku di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta angkatan 2008. Dari fisik Naya sudah bisa dibilang gadis yang menarik. Wajahnya manis ditambah ada lesung pipit di sebelah kirinya, kulitnya putih halus seperti putri salju di dongeng dongeng. Rambutnya panjang sepunggung, sangat hitam dan terlihat halus, seperti rambut Eva Ria Hafizta salah satu model iklan shampo terkenal itu. Dia jarang mengikat rambutnya, dia selalu membiarkan rambutnya tergurai bebas. Seakan dia sangat bangga dengan rambut indahnya itu. Ya, dia memang lebih kelihatan menawan dengan rambut panjangnya yang tergurai. Naya jarang sekali cemberut atau murung. Selama ini aku selalu melihat dia sebagai gadis periang yang tidak sungkan memberikan senyum manisnya pada orang orang di sekitarnya. Meskipun dia masih sedikit polos, namun Naya bukanlah tipe gadis yang mudah terjebak oleh rayuan lelaki hidung belang. Naya adalah gadis yang bisa menjaga dirinya sendiri.

Tak usah ditanya seberapa banyak cowok yang naksir Naya, baik secara buka bukaan maupun diam diam seperti aku. Naya seperti setangkai bunga mawar indah yang baru mekar di tengah padang gersang, layaknya sebuah keajaiban. Semua lelaki ingin memetiknya, tapi tidak ada satu pun yang berhasil. Meski banyak lelaki yang ditolaknya, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang sakit hati atau dendam terhadap Naya. Itu semua karena Naya menolak mereka dengan sangat penuh kasih, lembut dan tanpa emosi. Aku dengan Naya lumayan cukup dekat dan cukup sering bertemu, karena NIM kami berdekatan sehingga jika ada pembagian kelompok tugas aku dan Naya sering sekali satu kelompok. Hari ini, seperti ada pembawa pesan yang datang mengetuk hatiku. Dia memberikan berita bahwa sang cupid telah menghunuskan panahnya ke dalam hatiku dengan bertuliskan nama Naya. Aku dibuatnya jatuh cinta terhadap Naya oleh sang Cupid. Lalu ada lagi sesuatu yang datang. Kali ini bukan ke hatiku, melainkan ke dalam pikiranku. Entah apa ini, yang jelas aku jadi ingin menyatakan cintaku terhadap Naya secepat mungkin. Walau pun aku tahu kemungkinan besar akan ditolaknya. Mimpi, satu satunya tempat untuk bisa aku wujudkan semua khayalanku serta angan anganku, khususnya angan menjalani sisa hidupku bersama Naya. Dalam mimpiku, aku dan Naya duduk di atas hamparan pasir pasir putih. Naya menyandarkan kepalanya ke pundak kananku. Tangan kami saling menggenggam. Tatapan kami tertuju pada ombak ombak yang dengan liarnya menerpa batas batas pantai. Entah ada di pantai apa kami. Tidak ada seorang pun disana kecuali kami berdua. Aku merasakan kesejukan yang amat sangat. Naya mulai memainkan jari jarinya pada genggaman ini, sebuah momen yang aku harap akan menjadi nyata.

Di saat aku sedang sangat menikmati hal itu, tiba tiba tempat yang kami duduki bergetar seperti ada gempa, lalu tak berapa lama terdengar suara seperti suara nada handphone ku. Sial, aku terbangun, ada yang meneleponku. Seketika aku terjaga, seketika itu juga aku langsung mengambil handphone yang aku taruh di bawah bantal. Aku lihat nama pemanggil. Naya? Halo selamat siang Nay, tanpa basa basi langsung ku jawab pangilan Naya itu. Halo juga Jo, maaf ya kalau Naya ngeganggu. Ajo lagi ngapain? suara halus di seberang sana sungguh membuat aku bergetar. Oh aku lagi nggak ngapa ngapain koq, ini malah baru bangun tidur. Ada apa Nay? Tumben nelepon? Baru bangun tidur? Jangan jangan kebangun gara gara Naya telepon ya? Aduh maafin Naya ya Jo. Hah? Nggak koq, malah aku senang kalau dapat telepon dari Naya, jawabku sambil diselingi sedikit tawa. Sangat menggembirakan ketika mendengar Naya juga tertawa di sana. Eh iya, tadi pertanyaanku belum dijawab, Naya ada apa tumben nelepon? Naya tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia terdiam beberapa detik. Ada yang mau Naya omongin ke Ajo, jawab Naya dengan nada suara yang berubah menjadi sedikit pelan. Tentang apa? Ya udah ngomong aja. Aku pasti dengarin koq. Naya gak bisa kalau ngomong di telepon, enakan langsung ketemu. Ajo ada acara gak malam ini? Kita bisa ketemu gak? Emang mau ngomongin apaan? Koq kayaknya penting amat?

Udah Ajo percaya aja sama Naya, gimana nanti malam bisa ketemu gak? Ok, nanti malam jam berapa? Kita ketemuan dimana? Hmm, jam 7 aja bisa? Aku tunggu di Greenz cafe dekat kampus y? Ok, jawabku langsung. Ya udah, sampai ketemu ya Jo. Selamat siang, seketika itu juga Naya langsung menutup teleponnya. Aku dibuatnya penasaran. Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan Naya? Sepertinya hal yang sangat penting. Sudahlah, hal itu nanti saja aku pikirkan. Yang terpenting sekarang adalah dandanan seperti apa yang aku harus pakai untuk bertemu Naya nanti malam. Aku ingin terlihat rapih agar terkesan baik di mata Naya. Bahkan mungkin nanti malam aku akan mencoba menembak dia, mengutarakan cintaku dan menanyakan maukah dia menjadi pacarku. Hitung hitung menyelam sambil minum air. Aku bingung. Perasaan seperti apakah yang harus aku perlihatkan untuk menanggapi kata kata dari Naya? Harus senangkah? Atau seperti apa harusnya? Rencanaku tuk mengutarakan isi hatiku terhadap Naya ternyata telah didahului oleh Naya sendiri. Dia dengan lugas mengatakan cinta terhadap diriku. Lalu apa yang salah? Bukankah seharusnya aku senang? Ini yang menjadi masalah, kakak Naya menjodohkannya dengan seorang lelaki teman suaminya di Samarinda. Lelaki itu dikatakan sudah memiliki pekerjaan dan cukup mapan. Diharapkan dengan menikahi lelaki pilihan kakaknya itu ekonomi keluarga Naya bisa terbantu. Ayah Naya sudah tidak ada, peghasilan suami kakaknya hanya cukup untuk menafkahi keluarganya sendiri, Ibunya bekerja dengan berjualan kue, adiknya masih duduk di bangku SMP, Naya sendiri paling besar kebutuhannya karena biaya untuk

10

kuliah dan hidup sendirian di Jogja sangat mahal. Tidak ada yang bisa dilakukan Naya selain menyetujui niat kakaknya itu. Tapi sebagai perempuan, Naya tetap punya hati. Hati yang diharapkan bisa dimiliki oleh lelaki yang dicintai dan mencintainya dengan tulus. Lelaki itu ternyata adalah aku. Kami masih saling menatap. Kami duduk berhadapan di sudut kafe ini. Sesaat aku berfikir Naya terlihat begitu cantik malam ini. Dia mengenakan kaos lengan pendek berwarna hijau dan celana jeans biru. Sebuah pakaian sederhana, namun tetap bisa membuatnya terlihat lebih jika disandingkan dengan perempuan lainnya di kafe ini. Suasana kafe ini ramai, banyak pembicaraan orang orang yang terdengar di sana sini, tapi entah kenapa kami berdua merasa seperti berada dalam sebuah kesunyian. Kesunyian yang membendungi hati kami. Naya menggenggam kedua tanganku yang tergeletak di atas meja, dia memandangi mataku dalam dalam seperti kemarin. Tapi kali ini di matanya terlihat genangan air mata. Tanganku terasa hangat oleh genggaman Naya, tapi kakiku kurasakan sangat dingin. Aku gugup. Gadis di depanku benar benar meruntuhkan pertahananku, aku mencoba untuk tidak gemetar dan salah tingkah. Ajo, Naya cinta sama kamu, ungkap Naya dengan pandangan sayu. Air mata keluar dari matanya saat mengatakan itu. Ya Tuhan, aku benar benar gugup. Kakiku kurasakan sangat dingin, bahkan hingga bergetar. Jantungku benar benar berdegup di atas normal. Keringat dingin keluar dari seluruh pori pori kulitku. Tanganku yang digenggam Naya mendadak menjadi dingin. Aku gak tahu harus ngomong apa ke kamu, kataku sambil menatap mata Naya. Ajo, kamu tahu kita hidup di mana? tanya Naya dengan suara yang sangat halus.

11

Di atas Bumi, di bawah Langit, jawabku sesuai dengan apa yang Naya pernah ajarkan. Kamu tahu ada apa di atas Bumi dan di bawah langit? tanya Naya lagi. Aku menggelengkan kepala. Tidak tahu harus menjawab apa. Naya memajukan kepalanya sedikit, tangannya masih menggenggam tanganku. Di atas Bumi, di bawah Langit, terdapat sesuatu yang hebat, sesuatu yang bernama Cinta. Banyak yang bilang cinta itu indah, Naya penasaran dan ingin mencobanya. Setelah sekian lama mencari akhirnya Naya menyadari bahwa cinta yang Naya cari ada di dalam diri Ajo. Terdapat sejuta kisah cinta yang menghiasi Bumi. Bumi telah menjadi saksi akan hal itu, Bumi akan menjadi saksi bahwa cinta itu indah dan bahwa manusia adalah makhluk yang penuh cinta. Cinta sepasang kekasih, cinta dengan keluarga dan cinta pertemanan. Mereka rasa bahwa cinta cinta itu sempurna. Tapi selama ini bagi Naya tidak ada cinta yang lebih sempurna dan indah selain cinta Naya kepada Tuhan. Aku terdiam mendengar kata kata Naya, air matanya semakin mengalir tapi senyumnya tidak pudar. Di atas Bumi, di bawah langit, meski kita dan Tuhan saling mencintai tapi tetaplah tidak lengkap rasanya tanpa ada seseorang yang kita cintai. Sialnya, cinta kita terhadap manusia lainnya tak selalu terbalas, tidak seperti cinta manusia dengan Tuhannya, air mata Naya kini telah menetes ke meja. Naya, aku pun mencintaimu. Tapi meski pun cinta saling terbalas, ada sesuatu yang tidak bisa kita lawan. Takdir. Kita mungkin saling mencintai, tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama hingga mati, entah dari mana asalnya kata kata itu, keluar begitu saja dari mulutku. Bumi telah menjadi saksi atas kisah indah dan pahit penghuninya. Ya, Bumi hanya menjadi saksi. Dia tidak bisa berbuat apa apa untuk mengubah takdir, lanjutku.

12

Aku tak tahu apakah kata kata ku menyakiti perasaan Naya. Yang jelas saat ini dia masih tersenyum sambil menangis. Aku memang mencintainya, tapi keluarganya telah memilihkan jodoh yang terbaik untuk dia. Aku tidak bisa memaksakan kehendakku. Ajo, saat ini Naya ingin berdoa. Berdoa kepada Tuhan agar kata kata Ajo tadi salah. Naya berdoa agar Bumi tidak hanya jadi saksi, tapi juga bisa bertindak dalam menyatukan cinta sepasang insan, ungkapnya. Naya berdoa agar ketika nanti tiba waktunya malaikat maut datang menjemput kita, Naya ingin hati kita masih saling mencintai saat itu, Naya ingin agar Ajo berada di samping Naya ketika itu. Naya berdoa agar bisa menjalani hidup ini sampai mati bersama dan di dekat Ajo, Ungkap Naya sambil mengusap air matanya. Ya Tuhan, kenapa semua jadi begitu rumit? Kamu kapan berangkat ke Samarinda? tanyaku untuk sedikit mengalihkan perhatian. Besok pagi jam setengah 7, Ajo bisa kan nganterin Naya? Iya, aku bisa, jawabku. Jam 5 pagi aku sudah siap di depan rumah kontrakan Naya. Dia sudah hampir siap dengan barang barangnya. Aku membawa koper kopernya ke ruang depan. Lalu aku kembali ke dalam kamar Naya. Kamu kenapa? tanyaku ketka melihat Naya duduk bersandar pada tembok di atas kasur. Naya memandangku sambil tersenyum, namun bekas tangisan dari matanya tak bisa disembunyikan. Naya gak tahu apa keputusan ini benar atau salah, jawab Naya. Aku menghampiri Naya. Bersandar di sampingnya.

13

Kita sebagai manusia tidak bisa berbuat apa apa untuk melawan takdir Tuhan dan Bumi hanya bisa bersaksi atas itu. Siap atau tidak kita harus bisa menerima takdir yang telah dituliskan oleh Tuhan untuk kita, ungkapku. Naya menyandarkan kepalanya ke pundakku. Dia mulai menitikkan air mata lagi, bisa kurasakan basahnya kaosku terkena air mata Naya. Naya ingin seperti ini, biarkan Naya berada dalam peluk Ajo seperti ini sampai mati. Naya merasa nyaman seperti ini, Naya merasa nyaman dalam pelukan Ajo. Tuhan memang telah menuliskan takdir bagi masing masing makhluknya, tapi kita diberi sesuatu yang bernama doa. Dengan doa kita bisa meminta Tuhan untuk mengubah takdir kita, kita bisa meminta Tuhan agar Bumi tidaklah hanya menjadi saksi bagi kehidupan manusia yang merusak dirinya. Bumi juga bertindak, ungkap Naya sambil menangis.Aku merangkul Naya, udara pagi yang kurasakan dingin sebelumnya kini berubah jadi hangat. Naya memelukku, sangat erat. Seakan dia tidak mau kehilangan diriku. Kami berdua memejamkan mata. Ternyata ini lebih indah. Lebih indah dari pada mimpiku, meski saat ini kami bukan berada di pantai. Keindahan ini bukanlah keindahan pemandangan. Apa yang aku rasakan saat memeluk gadis yang selama ini aku cintai adalah kehangatan. Ada sesuatu yang berdesir ketika tangan tangan kami saling menyentuh. Ada sesuatu yang berdesir ketika tangan tangan kasarku membelai rambut indahnya. Oh Tuhan, aku sangat mencintai Naya. Di saat kami merasakan keindahan tersebut, tiba tiba ada sesuatu yang bergetar. Bukan, ini bukanlah handphone-ku. Lampu kamar tiba tiba jatuh dan pecah. Guncangan semakin keras. Semua barang barang di kamar ini berpindah tempat dari tempatnya secara kasar dan cepat. Gempa. Tubuhku ingin bergerak, membawa Naya segera keluar dari kamar. Tapi Naya menahan tubuhku dengan sangat kuat. Dia tetap menaruh kepalanya di pundakku. Tangisnya sudah berhenti. Beberapa detik kemudian aku diam pada posisis semula. Aku mulai memeluk Naya lagi dengan lebih kuat.

14

Terdengar suara suara teriakan hsteris dari luar kamar yang gelap. Bisa kurasakan dengan jelas tembok yang kami sandarkan retak. Naya menggoyang goyangkan tubuhnya seperti seorang Ibu yang sedang mengayun ayunkan bayinya agar tertidur. Aku mengikuti gerakan ayunan Naya. Kami berdua sedari tadi memejamkan mata. Tidak ada yang kami lihat. Hanya suara suara gemuruh serta suara benda benda berat yang jatuh. Suara yang sangat keras. Bisa kutebak itu adalah dinding serta atap rumah iin yang muli roboh. Entah berapa skala ritcher gempa ini, yang jelas getarannya sangat kuat sekali. Aku tahu inilah saat- saatnya. Aku takut, tapi aku juga bahagia karena aku akan melewatinya bersama orang yang aku cintai dalan pelukanku. Di atas Bumi, di bawah Langit, Bumi tidak hanya menjadi saksi atas kisah indah dan sedih penghuninya. Tapi dia juga ikut bertindak, bertindak untuk menghukum manusia, bertindak untuk menyadarkan manusia akan cinta, bertindak untuk menyatukan cinta kita sampai mati, ungkap Naya dengan tenang seakan dia tidak takut sama sekali dengan apa yang akan dia hadapi nanti. Di atas Bumi, di bawah Langit, Bumi telah menjadi saksi bahwa aku mencintaimu sampai mati, ungkapku. Tubuh kami masih mengayun. Dinding dinding ini sebentar lagi akan runtuh dan menimpa tubuh kami berdua. Aku memeluk Naya dengan lebih erat. Naya juga mencintai Ajo, balas Naya.

15

3. Such a Long Night . . .

Anggrek masih berlari ke arah barat. Kedua tangannya mengangkat bagian bawah dari baju pengantinnya agar dia lebih mudah untuk berlari dan tidak terjatuh karena menginjak gaunnya sendiri. Orang orang di pinggir jalan melihatnya dengan perasaan aneh. Tak ada satupun mata yang tak melihat ke Anggrek sepanjang dia berlari tadi. Entah sudah berapa macam jenis pikiran orang orang awam itu saat memandang Anggrek berlari. Mau kemana dia? Mana calon pengantinnya? Ada pengantin gila! Tidak jadi menikahkah dia? Omongan demi omongan keluar dari mulut orang orang awam di pinggir jalan, tapi tak satupun dari mereka yang menghentikan Anggrek dan langsung bertanya padanya. Perempuan itu berlari seakan tak memperdulikan dunia sekitarnya. Dia cuma berlari, terus berlari ke arah barat. Anggrek! Terdengar suara seorang lelaki dari sebelah selatan. Kontan semua orang yang tadi memandangi Anggrek sedang berlari langsung berbalik arah mencari cari suara orang yang memanggil perempuan bergaun pengantin itu. Kamu ngapain? Lelaki itu bertanya.

16

Anggrek menghentikan langkah larinya. Dia cuma memandang cowok di seberangnya. Mereka berdua hanya saling pandang. Orang orang di sekitar memandangi mereka berdua. Anthony, mana kakakmu? Kini semua orang orang di sekeliling mulai sedikit memahami bahwa perempuan bergaun pengantin itu bernama Anggrek dan lelaki yang memanggilnya tadi bernama Anthony, perempuan itu berlari mencari kakaknya Anthony. Mereka tetap memandangi Anggrek dan Anthony karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Kakakku, Andren sedang ada di kamarnya. Dia dari tadi pagi mengurung dirinya di dalam kamar bahkan dia tidak mau mendatangi acara pernikahanmu dengan Kumbang. Selagi Anthony masih berbicara, Anggrek berjalan mendatanginya dengan cepat lalu menggandeng tangan Anthony. Cepat antarkan aku menemui Andrean. Mereka berdua pun berjalan bersamaan menuju rumah Anthony. Orang orang di sekitar masih memandangi mereka dan ketika Anthony dan Anggrek menghilang di telan gang dibelakang gedung itu merekapun kembali dengan aktivitas mereka. Sepertinya Anggrek tak begitu sadar kalau dia telah menjadi tontonan banyak orang. Kenapa kamu disini? Anthony mencoba bertanya pada Anggrek agar semua rasa penasarannya hilang. Dia membuka pintu sambil memandang Anggrek. Aku membatalkan pernikahanku dengan Kumbang.

17

Suasana dalam rumah begitu gelap. Anthony sangat kaget, tapi bukan kaget karena rumahnya yang gelap melainkan kaget akan jawaban Anggrek. Kamu gila? Acara persepsinya kan sudah dimulai dari tadi? Besar pula, lalu bagaimana dengan tamu undangan yang sudah datang? Mungkin ini akan membuat keluargaku malu dan namaku bisa menjadi jelek. Tapi apalah arti sebuah harga diri dan nama jika kamu tidak merasakan bahagia sepanjang sisa hidupmu nanti? Anthony menyalakan lampu rumah, dia berjalan ke arah tangga dan menaiki satu per satu anak tangganya disusul Anggrek dari belakang. Kebahagiaan apa maksudmu? Bukankah Kumbang sudah bisa membuatmu bahagia? Anthony masih mencoba mencari kejelasan dari Anggrek. Bukan aku yang bahagia kalau bersama Kumbang tapi keluargaku. Keluargaku selalu bahagia lewat kepingan kepingan emas yang ditaburkan di sekeliling rumah kami oleh Kumbang, tapi aku tidak. Awalnya aku merasa kalau aku bahagia bersama Kumbang tapi ternyata tidak. Awalnya aku kira Kumbang adalah sosok lelaki yang sempurna, tampan, kaya, baik tapi ternyata tidak. Mereka masih menaiki satu per satu anak anak tangga itu. Perjalanan ke lantai atas untuk menemui Andrean terasa sangat lama sekali. Bagaimana kamu tahu kalau Kumbang itu tidak baik utukmu? Dan kenapa kamu datang untuk menemui kakakku? Aku melihatnya sedang bercumbu mesra dengan Violet sesaat setelah akad nikah kami. Anthony menghentikan langkahnya. Dia lalu memandang Anggrek dengan tatapan garang. Benarkah yang kamu ucapkan tadi itu?! nada suara Anthony kini berubah, tangan kanannya dikepal seakan siap untuk meninju seseorang.

18

Iya, aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, seharusnya aku sadar bahwa Kumbang memang tampan dan kaya dan tentunya banyak wanita yang tergila gila padanya. Kumbang menyadari hal itu dan dia sepertinya tidak menyia nyiakan kesempatan untuk mendapatkan rasa nikmat dari perempuan perempuan yang mengejar ngejarnya. Termasuk Violet kekasihmu. Suara benturan terdengar keras. Anthony menghantam tembok disampingnya hingga sedikit retak. Anggrek mendekati Anthony lalu memegang tangan kanan Anthony yang masih menghantam tembok. Dia lalu menurunkan tangan Anthony. Simpan tenaga besarmu itu untuk Kumbang. Ucap Anggrek dengan nada lirih. Anthony akhirnya sadar, dia membenarkan apa yang diucapkan Anggrek. Tenaganya harus disimpan untuk benar benar menghabisi Kumbang. Mereka berdua pun kembali berjalan menaiki tangga. Lalu Andrean? Aku mencintai kakakmu. Anthony berhenti lagi. Kini mereka sudah berada tepat di depan pintu kamar Andrean. Aku mencintai Andrean. Anggrek mengulangi pernyataannya sambil menatap mata Anthony dalam dalam. Bisa terlihat ada genangan air mata yang ingin mengalir keluar dari matanya. Anthony hanya bisa diam. Dalam pikirannya, tak terbayang jika kakaknya langsung yang mendengar ucapan ucapan Anggrek tadi. Setidaknya saat ini dirinyalah orang pertama yang tahu bahwa akhirnya perjuangan kakaknya untuk meluluhkan seorang bidadari bernama Anggrek tidaklah sia sia. Kenapa kamu baru bilang itu sekarang? Aku pun baru sadar kalau ternyata selama ini orang yang benar benar aku cintai adalah Andrean. Selama ini seakan mata hatiku untuk Andrean terhalangi oleh

19

tembok perisai yang dibangun Kumbang. Aku tak pernah menyadari segala pengorbanan kakakmu itu hingga aku kehilangan dia. Apakah yang aku rasakan ini sama seperti yang dia rasakan? Anthony memandangi mata Anggrek lagi lalu tersenyum hangat. Kamu tanya saja langsung ke orangnya. Jawab Anthony sambil membukakan pintu kamar Andrean. Mereka tak bisa melihat apa apa karena ternyata kamar Andrean begitu gelap. Anthony menekan tombol saklar lampu dan pemandangan mengerikan pun terlihat. Andrean tersungkur di samping tempat tidur. Posisi kakinya berlutut sedangkan kepala dan separuh badannya jatuh diatas kasur. Darah memenuhi seprei kasur itu, bahkan banyak darah yang mengalir di bawah tubuh Andrean. Suasana kamar begitu berantakan yang dengan jelas memperlihatkan baru saja terjadi sebuah perkelahian disini. Andrean! Anggrek langsung berlari. Tangannya mencoba mengangkat tubuh Andrean yang tersungkur. Anggrek tak perduli gaun pengantin mahalnya menjadi berlumuran darah karena menopang tubuh Andrean. Kini kepala Andrean berada di pundak Anggrek. Tatapan mata mereka saling bertemu. Andrean masih hidup. Dengan tangannya yang berlumur darah dia mengelus pipi kanan anggrek. Kamu jangan pergi Andrean, aku mencintaimu dan aku selalu ingin ada bersamamu. Ungkap Anggrek dengan nada tenang, namun air mata yang jatuh dari matanya tak bisa menutupi kesedihan dan ketakutannya. Andrean mencoba mengangkat kepalanya dengan tenaganya yang tersisa. Dia mendekatkan bibirnya kebibir Anggrek. Sebuah ciuman hangat dari orang yang

20

dicintainya memberikan rasa ketenangan dan keteduhan tersendiri meskipun Andrean tahu sebentar lagi maut akan menjemputnya. Aku juga mencintaimu. Hati anggrek berdebar debar saat mendengar ucapan tersebut keluar dari mulut Andrean tapi dia juga merasakan kepedihan dan kehilangan yang sangat dalam disaat dia sadar bahwa itu adalah kata kata terakhir Andrean. Andrean menutup matanya. Tangis Anggrek makin menjadi jadi. Andrean bangun Andrean, jangan tinggalkan aku. Nampaknya Anggrek masih belum bisa merelakan kepergiannya. Dia dengan sekuat tenaga mengguncang guncang tubuh Andrean seakan mencoba membangunkan seseorang dari tidurnya, tapi percuma. Andrean sedang tidak tidur malam, melainkan tidur abadi di dalam pelukan wanita yang selalu dicintainya. Hahahaha. Terdengar suara tawa menggelegar dari balik pintu, memecah suasana berkabung yang kelam. Lalu muncul dari balik kegelapan sesosok tubuh pria berbadan cukup besar dengan sebilah pisau ditangannya. Kumbang? Anggrek dan Anthony sangat terkejut memandang Kumbang berdiri di depan pintu dengan pakaian jas-nya yang bersimbah penuh darah. Lengkap dengan pisau tajam di tangan kanannya yang juga bersimbah darah. Kamu yang membunuh Andrean? Dengan mulut bergetar Anggrek bertanya pada mantan calon suaminya itu. Iya! Kau kira aku sudi melihat calon istriku lari dengan lelaki lain? Jika aku tak bisa memilikimu maka tidak ada lelaki lain yang boleh memilikimu, khususnya lelaki sialan yang kau peluk itu.

21

Jawabnya dengan suara lantang dan senyuman seringai yang menandakan dia sangat puas mengakhiri hidup Andrean. Bajingan! Tiba tiba Anthony menyerang Kumbang. Mereka berdua terjatuh akibat dorongan Anthony. Pisau yang digenggam Kumbang kini terhempas ke lantai. Anthony menghujam wajah Kumbang dengan beberapa kali pukulan sebelum dia berusaha untuk meraih pisau yang berada di lantai. Kumbang terjerembab, tampak pusing setelah dihujani tinju Anthony. Hanya dalam hitungan detik, pisau itu telah berada di tangan Anthony dan siap dipakainya untuk menyerang Kumbang yang masih terjerembab di belakangnya. Dorr!! Suara tembakan menggelegar mengalahkan suara petir petir hujan. Anggrek tak percaya apa yang dipandangnya. Kumbang memegang sebuah pistol dan langsung menembakkannya tepat di jantung Anthony. Pisau bersimbah darah Andrean terjatuh dari genggaman Anthony. Tak berapa lama menyusul tubuh besarnya ikut terjatuh. Anthony mati dengan pandangan mata masih terbuka. Kumbang berusaha berdiri, pistolnya masih diarahakan ke Anthony. EAAAAAAA.!!! Suara teriakan anggrek mengagetkan Kumbang, Anggrek berlari dan menghantam wajah kumbang dengan sebuah botol minuman hingga pecah botolnya. Kumbang hampir terjerembab, dia menjerit kesakitan sambil memegang wajahnya yang penuh darah dan pecahan pecahan botol yang menancap di wajahnya. Tanpa basa basi, Anggrek langsung menancapkan sebuah pecahan botol dengan ujungnya yang tajam dan berukuran cukup besar tepat diatas ubun ubun Kumbang.

22

Seketika itu kumbang langsung terjatuh. Suasana begitu hening, hanya terdengar isakan tangis Anggrek. Dia lalu mengambil pistol Kumbang dan berjalan perlahan menuju mayat Andrean. Dia berlutut, meraba dada Andrean, dia pandangi Andrean dengan sangat dalam. Maafkan aku yang tidak pernah menyadari cintamu, maafkan aku yang selalu mengacuhkanmu, maafkan aku yang membuat hatimu hancur, maafkan aku yang terlambat mencintaimu, maafkan aku yang terlambat mengungkapkan cintaku padamu, maafkan aku.. Untuk terkahir kalinya dia mencium bibir Andrean, tak perduli bahwa yang dia cium adalah seonggok mayat. Perempuan bergaun pengantin yang bersimbah darah itu duduk disamping kekasihnya yang baru, lalu dia menodongkan pistol ke kepalanya dan tanpa ragu menarik pelatuk pistol itu dengan harapan dia akan segera menemui kekasih barunya itu, tak perduli di Surga ataupun Neraka.

23

4. Aku Ingin Menjadi Suaramu

Maya tidak bisa menahan kegirangannya. Dia tersenyum pada Reno yang berada di depannya. Reno membalas senyumannya. Selamat Ulang tahun ya sayang ucap Reno. Maya tersipu malu sambil tetap menggenggam sebuah kado berwarna biru muda, sebuah warna yang paling disukainya diantara warna warna lain. Di dalam hatinya dia merasa bersyukur karena memiliki seorang kekasih seperti Reno. Kado yang digenggamnya saat ini sebenarnya tidak terlalu penting bagi Maya. Kehadiran Reno di hari ulang tahunnya lah yang membuat hati Maya benar benar senang. Maya masih menatap Reno seakan masih tidak percaya bahwa Reno sedang berada di depannya. Sejenak mata mereka saling pandang. Maya melangkahkan kakinya lebih dekat ke Reno, mereka pun saling berpelukan. Makasih sayang, kamu dah bener bener bikin aku terharu. Maya tak dapat lagi menahan tangisnya, air mata bahagia mengalir keluar dari matanya. Reno memeluk Maya lebih erat. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia. Mereka lepaskan pelukannya dan saling tatap. Orang tua kamu tahu kamu ada di Indonesia? Maya bertanya untuk memastikan Reno pergi dari Australia ke Indonesia atas izin orang tua Reno. Reno diam, dia memandang wajah manis kekasihnya yang terlihat sedang menunggu jawaban dari mulutnya.

24

Orang tuaku nggak tau kalau aku datang ke Indonesia, aku kesini memakai uang tabunganku sendiri. Maya kaget mendengar jawaban Reno. Matanya yang tadi masih menteskan sisa sisa air matanya kini berubah menjadi terbelalak. Lalu kuliah kamu gimana? Katanya kamu mau ujian? Ujiannya 2 hari lagi, tadi siang aku udah ngurus semua persyaratan untuk ujian, terus sorenya aku langsung berangkat ke Indonesia dan sesampainya di sini, aku nungguin kamu pulang kantor. Reno menjawab sambil tersenyum, dia tidak tahu akan semarah apa jika kedua orang tuanya tahu kalau Reno balik ke Indonesia tanpa sepengetahuan mereka. Dia tidak memikirkan itu, yang dia tahu apa yang dilakukannya saat ini adalah hanya untuk membuat kekasihnya bahagia. Malam ini Reno sudah berencana mengajak Maya jalan- jalan, tapi tentu saja dengan seizin orang tua Maya. Setelah itu, dia berencana tidur di tempat temannya. Maya, kamu gak usah mikirin hal itu, sekarang aku mau ngajak kamu jalan jalan tapi tentu dengan izin dari Ayah dan Ibu kamu jadi abis ini kita ke rumah kamu dulu, gimana? Ya udah, sekarang kita ke rumahku. Mereka saling menatap sambil tersenyum. Kini mereka berjaan bergandengan tangan meninggalkan jauh tempat seelumnya. Maya hanya bisa tertunduk malu. Dia merasa benar benar bahagia. Orang tua Maya mengizinkan Reno untuk membawa Maya berkeliling jogja di hari spesialnya ini meskipun awalnya mereka kaget melihat kedatangan Reno karena setahu mereka pacar anaknya itu sedang kuliah di Australia. Tapi setelah mendengar penjelasan dari Reno dan Maya mereka akhirnya paham. Bahkan di hati kedua orang tua Maya, mereka merasa bersyukur karena anaknya memiliki seorang

25

kekasih yang benar benar mencintainya. Mereka berharap hubungan anaknya dengan Reno bisa berlanjut ke jenjang pernikahan. Sekitar jam 7 malam mereka meninggalkan rumah kedua orang tua Maya dengan menggunakan sepeda motor Maya. Sebelumnya, Ayah Maya telah berpesan kepada Reno untuk menjaga Maya dan jangan pulang terlalu larut. Dengan sepeda motor Yamaha Mio Maya, mereka berdua berkeliling Jogja. Awalnya mereka ke alun alun kidul Kraton Jogja, mereka meminum ronde, berkeliling dengan becak mini yang disewa Reno. Lalu mereka bergantian untuk mencoba berjalan lurus diantara dua beringin yang berada di tengah tengah alun alun dengan mata tertutup. Menurut mitos, siapapun yang bisa melewati kedua pohon beringin tersebut secara lurus sambil memejamkan mata maka permohonannya akan dikabulkan. Banyak sekali pengunjung yang mencoba melakukannya, tapi tidak ada yang berhasil melewatinya dengan lurus. Bahkan banya yang bereblok belok jauh dari empat awal, padahal dalam hati mereka sudah yakin bahwa mereka berjalan lurus. Reno mencoba pertama tapi gagal, dia malah menabrak orang lain yang juga sedang melakukan hal yang sama. Kini giliran Maya. Sebelum berjalan, dia memohon jika dia bisa sampai di ujung jalan itu dengan jalan yang lurus dia ingin satu permintaannya dikabulkan. Dia memohon agar Reno bisa terus menjadi miliknya, dia memohon agar cinta mereka berdua akan terus ada walaupun apa yang terjadi. Maya ingin mereka berdua tetap saling mencintai. Tanpa diduga, Maya berhasil melewati kedua pohon beringin tersebut sambil menutup mata. . Sebentar lagi pesawat Reno akan segera take off. Maya mengantar Reno sampai pintu gerbang keberangkatan. Tangan mereka masih saling menggengam meski reno berjalan masuk ke dalam pintu keberangkatan.

26

Kini mereka terpisah, Maya menatap mata Reno dalam dalam. Dibalik pintu berkaca hitam transparan, Maya menyaksikan Reno yang mulai pergi meniggalkannya. Kesedihan ini hanya sementara ucapa Maya dalam hati. Karena semalam di bukit bintang, sebuah bukit yang dapat membuat semua orang melihat kota jogja menjadi gugusan gemerlap bintang itu mereka berjanji akan terus bersama. Reno berjanji akan menikahi Maya secepatnya setelah lulus kuliah di Australia. Maya dan teman temannya sudah bersiap untuk pulang kerja. Hujan rintik di luar tak menyurutkan niat Maya untuk segera pulang. Dia membuka bagasi motornya. Huff, untung bawa jas hujan. Segera dia memakai jas hujan berwarna biru muda itu. Kamu gak nunggu hujan berhenti May? Tanya salah seorang temannya. Ah kelamaan kalau nunggu nyampe kelar hujannya, untungnya aku bawa jas hujan. O ya udah kalau begitu. Hati - hati di jalan ya. Maya segera mengendarai motornya menembus derasnya hujan. Maya tidak bisa melihat kondisi jalan dengan begitu jelas akibat derasnya hujan dan air yang membasahi helmnya. Bahkan, sesekali maya melintasi jalan jalan yang berlubang akibat kaburnya pandangan. Maya ingin segera sampai ke rumah. Mandi air hangat dan meminum teh buatan ibunya tampaknya akan sangat menyenangkan. Dia memperkencang laju motornya tanpa peduli kondisi jalan yang tidak bisa begitu jelas dilihatnya. Maya melewati sebuah pertigaan, tanpa dia ketahui ada sebuah truk yang datang dari arah belokan pertigaan di sebelah kirinya. Truk tersebut melaju dengan sangat kencangnya, begitupun Maya. Walaupun truk tersebut sempat membuntikan klaksonnya namun terlambat bagi Maya untuk menghindar. Kecelakaanpun terjadi.

27

Maya tersungkur bersibah darah di aspal jalan tersebut. Air hujan mengaliri darah maya. Maya masih bisa membuka matanya. Dia tidak merasakan apapun, hanya saja badannya tidak bisa bergerak hingga kemudian pandangan matanya menjadi gelap. Maya akhirnya tersadar di rumah sakit. Kedua orang tua maya duduk di tepi ranjang. Mereka berdua memandangi Maya sambil menagis. Ibu Maya langsung memeluk anak satu satunya itu sesaat setelah melihat Maya tersadar. Ibu Maya menangis tersedu sedu sambil memeluk Maya, sedangkan ayahnya menggenggam tangan kanan Maya. Syukur Alhamdulillah kamu masih selamat nak. Ucap Ibu Maya sambil melepaskan pelukannya. Maya ingin menenangkan kedua orang tuanya agar tidak terus menangis karena dirinya sudah sadar dan merasa baikan. Dia berusaha berbicara kepada kedua orang tuanya. Namun, yang keluar hanyalah gumaman. Maya merasakan ada yang aneh. Akhirnya dia sadar kalau dia telah kehilangan suaranya. Maya menangis memandangi Ibunya sambil terus berusaha mengeluarkan suara. Tapi percuma, tidak ada satu suarapun yang keluar dari mulut Maya. Melihat hal itu, Ibu Maya kembali memeluknya dan kali ini dia memeluknya lebih erat. Mereka berdua menangis dalam pelukan. Tabah ya nak. Ucap ayah Maya sambil mengelus rambut anaknya itu. Dalam tangisannya, maya merasa kehilangan masa depan. Dalam tangisannya, tiba tiba pandangan mata Maya kembali gelap. Kini Maya telah kembali pulang setelah hampir satu bulan dia menjalani pengobatan di Rumah Sakit. Maya sudah bisa berjalan normal dan semua lukanya

28

saat kecelakaan telah kembali pulih kecuali suaranya. Hasil analisa Dokter menjelaskan bahwa ada kerusakan pada otaknya yang menyebabkan ia tidak dapat lagi berbicara. Hal tersebut membuat hati Maya hancur. Setiap hari dia menjalani hari hari yang hening. Tak pernah lagi dia menmpakkan senyumnya yang manis. Kedua orang tuanya tak tahu harus berbuat apa untuk menghibur Maya. Maya menutup dirinya dari dunia luar. Satu hal lagi yang membuat hati dan hidupnya hancur adalah kenyataan bahwa dia harus meninggalkan Reno. Maya tidak ingin Reno mengetahui keadaannya sekarang. Dia takut hal itu hanya akan membebani pikiran Reno dan membuatnya tidak konsen dalam kuliah. Hal tersebut yang membuat Maya memutuskan untuk menulis sebuah pesan singkat ke Reno. Maaf Ren, kita tidak bisa menjalani hubungan lagi, aq tdk mau ktmu lagi, tlng jngn ganggu2 aq lg Aq hrp kmu mngerti. Maya menulis sms tersebut sambil menangis. Dia telah meyakinkan dalam hatinya bahwa itu adalah jalan yang terbaik buat Reno. Tidak lama kemudian, ia menerima puluhan bahkan ratusan sms balasan, dan tak terhitung deringan telepon dari kekasihnya tersebut. Ia tidak membuka satu pesan pun karena ia tahu saat ia mulai membaca pesan tersebut hal itu akan membuatnya bertambah pedih. Ia mengabaikan semua itu. Apa yang harus kita lakukan? Anak kita sudah benar benar kehilangan jiwanya. Ucap Ibu Maya pada suatu malam.

29

Dia telah memutuskan untuk meninggalkan Reno, dia tidak pernah lagi tersenyum. Aku rindu melihat senyum manis anak kita Pak. Ibu Maya tak sanggup lagi menahan air matanya. Ayah Maya yang mengerti kepedihan istrinya mencoba mencari jalan keluar yang baik. Bagaimana kalau kita pindah rumah? Ayah Maya menanyakan kesetujuan istrinya untuk pindah rumah. Mungkin dengan pindah ke lingkungan yang baru dapat membuat Maya lebih senang dan disana Maya bisa belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi. Bagaimana? Boleh juga idemu Pak. Baiklah secepatnya kita pindah dan mencari lingkungan yang baik untuk Maya. Jawab Ibu Maya yang setuju akan saran suaminya. Dua minggu kemudian, Maya dan kedua orang tuanya pindah ke Bandung. Maya meninggalkan semua barang barang kenagangannya bersama Reno di Jogja. Dia tak mau lagi mengingat mantak kekasihnya yang sangat dia cintai itu. Di Bandung, Maya belajar bahasa isyarat. Kini dia dapat lebih bisa berkomunikasi dengan orang tuannya dan lingkungan sekitarnya menggunakan bahasa isyarat. Pagi begitu sejuk, embun embun sisa hujan semalam masih tersebar di sekitar pohon depan rumah Maya. Dari teras rumah, maya menikmati suasana pagi ini yang begitu menyejukkan. Setidaknya bisa meluapkan kesedihannya walaupun hanya sesaat. Bukan tanpa alasan maya sepagi ini duduk di teras depan rumahnya. Dia sedang menunggu teman lamanya, Desy. Sudah hampir 4 bulan sejak kecelakaan yang menimpa maya mereka tidak pernah saling bertemu.

30

Orang yang dinanti telah tiba. Desy sangat amat kaget melihat keadaan maya yang tidak bisa lagi berbicara. Selama ini maya dan desy hanya berkomunikasi lewat sms dan maya tidak pernah member tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Desy memeluk Maya sambil menangis. Sekitar 3 bulan yang lalu Reno datang ke tempatku, dia mencari cari kamu. Dia kelihatan putus asa, aku ingin membantunya tapi aku pun tidak tahu tempat kamu tinggal. Desy menceritakan pada maya betapa merasa kehilangannya reno karena ditinggal temannya itu. kenapa kamu ninggalin Reno may?? Kenapa kamu pergi dari Jogja? Maya hanya tertunduk. Dia masih meneteskan air mata. Hatinya luka jika mengingat kembali Reno. Kekasih sejatinya yang terpaksa harus dia tinggalkan. Hari semakin siang. Desy sudah saatnya merasa harus pamit. Sebelum pulang, Maya berpesan kepada Desy lewat sebuah tulisan agar desy tidak member tahu tentang tempat tinggal dan keadaannya kepada Reno. Desy hanya tersenyum. Aku tahu benar seberapa sayang dan cintanya reno ke kamu. Aku akan melakukan yang terbaik. Satu tahun telah berlalu, sisa sisa kepedihan di hati maya perlahan mulai hilang meskipun masih butuh waktu yang sangat lama. Rumahnya kini sering dipenuhi oleh anak anak kecil yang bermain. Mereka semua sengaja dititipkan oleh orang tua mereka kepada maya sebagai upaya untuk membuat maya kembali ceria. Tetangga tetangga sekitar rumah ternyata sangat terharu setelah mendengar apa yang dialami oleh maya dari ibunya sendiri. Maya sangat menyukai anak kecil, oleh karena itu mereka sering dengan sengaja menitipkan anak anaknya ke maya dengan harapan maya bisa melupakan kesedihannya. Upaya itu ternyata cukup berhasil.

31

Maya setiap hari disibukkan mengurus anak anak. Mereka semua dengan mudah bisa dekat dengan maya dan mereka terus menerus bermain dan membuat maya terus ceria. Tidaklah merepotkan dan mengganggu bagi maya jika anak anak itu setiap hari ada di rumahnya. Justru dia merasa senang bisa bermain- main dengan mereka. Kedua orang tua maya kini sekarang bisa sedikit tersenyum lega melihat anaknya yang sudah mulai lepas dari kepedihan. Kini yang mereka pikirkan adalah untuk mencarikan anaknya pendamping hidup. Maya memang terbilang cantik namun apakah ada yng mau menikah dengan gadis bisu? Hal itu yang sekarang jadi beban orang tuanya. Disaat dalam keadaan bingung itu tiba tiba ayah Maya mendapatkan telepon dari seorang pria yang menyatakan mau menikahi anaknya. Jam 8 malam suasana rumah maya begitu sepi. Anak anak sudah pada pulang ke rumahnya masing masing. Kedua orang tuanya pergi dari tadi siang entah kemana. Maya sendirian di rumah. Menonton acara di TV sambil memakan cemilan. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Maya beranjak membukakan pintu untuk tamunya itu. Alangkah kagetnya dia melihat orang yang ternyata mengetuk pintunya itu adalah Desy. Tanpa basa basi maya langsung menyuruh desy untuk duduk. Maya mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum lebar. Dia memberi isyarat kepada Desy bahwa dia ingin mengambil minuman untuk temannya itu. Gak usah may. Desy mencegah maya yang ingin pergi ke dapur. Maya membalikkan badannya ke arah desy. Kini mereka saling tatap. aku gak akan lama disini, aku Cuma ingin ngasih undangan ini.

32

Desy menunjukkan sebuah undangan berwarna biru kepada maya. ini undangan pernikahan Reno. Maya tersentak mendengar hal itu. Air matanya keluar perlahan. Dia duduk disampig Desy dan dengan gemetar mengambil undangan itu. Alangkah pilunya hati maya melihat warna undangan yang dipakai Reno untuk menikahi gadis lain adalah warna kesukaannya. Dia buka perlahan undangan itu. Maya terdiam. Isak tangisnya berhenti. Tangannya kini semakin bergetar. Jantungnya berdegup kencang. Matanya terbelalak kaget melihat nama perempuan yang akan menikah dengan Reno adalah namanya sendiri. Wajah maya menengok ke Desy. Dia mencoba mencari penjelasan. Desy tersenyum. Dia memalingkan wajahnya kearah pintu. Maya pun ikut ikutan melihat ke arah pintu. Ia melihat pria yang dicintainya berdiri di depan pintu. Ia melihat Reno berdiri di depan pintu. Maya tidak bisa bergerak. Dia benar benar kaget bukan main. Dalam hatinya dia bertanya Tanya arti semua ini. Kini reno bergerak mendekat ke arah maya. Kedua orang tua maya muncul dari pintu. Ayahnya berdiri sambil memeluk ibunya yang menangis sambil menatap putrid tercintanya. Reno dan maya saling bertatap tatapan. Air mata maya mengalir membasahi wajah cantiknya. Reno tersenyum dan dengan menggunakan bahasa isyarat dia berkata : Aku belajar bahasa isyarat ini selama satu tahun. Dan aku ingin engkau tahu bahwa aku tidak pernah melupakan janji kita untuk terus bersama. Berikan aku kesempatan untuk menjadi suaramu di sisa hidupku. Aku akan mencintaimu apapun keadaanmu. Aku ingin menjadi suaramu. I Love You Kini giliran reno yang menitikkan air mata Bersamaan dengan itu ia melingkarkan cincin di jari manis maya dan memeluknya.

33

5. Sisa sisa Cinta Untuk Anggi

Ada hati yang sedang berjalan, dengan ragunya melewati lorong lorong gelap kemunafikan tanpa tahu ujung perjalanannya. Aku hanya bisa berfikir, karena aku lelaki. Sudah kodratnya bagi lelaki untuk berlogika, dan dengan segala data data serta fakta yang ada, logika ku tak bisa lagi menyangkal bahwa hati itu milikku. Hati yang selama ini lama sudah aku acuhkan, kini berjalan linglung mencari kejelasan. Kejelasan sebuah perasaan yang sudah lama ku coba kubur dalam dalam. Kejelasan tentang perasaanku pada seorang wanita. Bila banyak ulama ulama di luar sana berkata bahwa Tuhan pasti selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya meski umatnya tak menyadari hal itu, apakah ini memang yang terbaik bagiku? Karena bila aku bandingkan saat masih bersamanya dan dengan saat jauh dengannya seperti sekarang, aku merasa bahwa saat saat bersamanya adalah yang terbaik untukku, tapi kenapa Tuhan memberikanku yang terburuk dan mengambil yang terbaik bagiku? Seperti biasa, logika ku mulai berjalan mencari hal hal yang mendukung keputusan Tuhan ku. Logikaku sudah ikhlas melepas cintaku, tapi hatiku berontak. Aku bahkan sampai lupa kalau aku masih punya hati di dalam diriku. Hati yang telah lama menjadi Ibukota semua perasaan emosi hampir saja terbuang oleh kearoganan logika lelakiku. Sungguh gila. Aku yang selama ini sering banyak mengalahkan wanita beserta hatinya, kini merasa semua itu menyerang balik diriku. Aku merasa terkena karma. Anggi adalah karmaku, mungkin. Masih teringat jelas di pikiranku hari sabtu tanggal 28 Januari 2009 merupakan hari pertama aku bertemu dengannya. Hal pertama yang kami bincangkan adalah saat berdiskusi tentang pendeskripsian sebuah batuan beku basalt yang kami dapat saat acara lapangan Petrologi di Kulon Progo. Aku tak begitu memperhatikannya, bahkan saat aku menggenggam tangannya dan membantu dia

34

naik ke atas tebing menjauhi sungai aku merasa biasa biasa saja. Hingga saat dia melakukan foto lapangan sambil tangannya menunjuk singkapan batuan tanpa lupa tersenyum, disaat itulah pertama kalinya logika ku memikirkannya lalu berkata dalam hati. Ternyata ada juga anak cewek Geologi yang manis ya, bodohnya aku sama sekali belum tahu namanya saat itu. Baru ku ketahui bahwa namanya Anggi setelah ku perhatikan teman temannya yang memanggil dia dengan nama itu. Itulah awal pertemuanku dengannya. Hanya membutuhkan waktu kurang dari sebulan untuk aku lebih dekat dengan dirinya. Kami mulai berkomunikasi lewat sms sms tiap malam dan kadang kadang lewat telepon. Waktu terus berjalan, bodohnya aku baru menyadari kalau aku sudah merasakan jatuh cinta lagi. Sesuatu yang sangat jarang di alami oleh lelaki seperti aku, jatuh cinta. Anggi selalu bersikap manis padaku, memberikan perhatian yang sangat aku sukai. Dia sering mengingatkanku untuk tidak lupa kuliah atau makan. Hampir setiap malam aku menghabiskan waktu dengannya. Hanya sekedar untuk makan malam, jalan jalan atau pun menemani dia di rumah saat sendirian hingga Abangnya pulang. Bunga bunga Edelweis secara ajaib tumbuh di pekarangan hatiku, malam secara fenomenal berubah menjadi hangat dan terang, tidurku tersenyum.Akhirnya aku merasakan bahagia juga di Jogja bersama seseorang yang menurutku istimewa. Sering aku mendengar, cinta bisa merubah racun menjadi anggur, cinta bisa merubah tusukan pisau menjadi belaian yang hangat, cinta bisa membuat manusia melayang tanpa naik pesawat. Tak heran jika malaikat malaikat itu punya sayap dan bisa terbang, karena mereka di selimuti cinta. Cinta pada Tuhannya.

35

Uh, ingin sekali rasanya saat itu aku berlari mengelilingi lapangan besar di depan Rektorat UPN Veteran Yogyakarta sambil berteriak berulang kali Anggi, I LOVE YOU!!! Tapi mungkin yang ada aku malah di bawa ke kantor polisi, malah mungkin lebih parahya di bawa ke rumah sakit jiwa karena gila. Biarlah, toh aku memang memang benar benar gila. Cinta telah membuat aku gila, Anggi telah membuat aku gila. Aku tak bisa menjelaskan secara rasional, untuk pertama kalinya logikaku dikalahkan oleh hatiku. Masih belum bisa ku jelaskan kenapa aku bisa sangat cinta pada gadis ini. Kepalaku sakit, kepalaku pusing saat mencoba mencari data data serta alasan yang masuk akal kenapa aku bisa sangat mencintai Anggi. Jantungku berdegup sangat kencang, hatiku berdesir sangat kuat. Terasa ngilu, tapi nikmat. Hatiku tidak tahu menahu soal Rasional, yang jelas saat terdengar nama Anggi, hatiku langsung berdesir hebat sekali dan rasa itu sangat menyenagkan. Lebih baik aku mengikuti hatiku daripada pusing dengan logikaku. Malam malamku sangat indah, jalanan di Malioboro menjadi sepi. Seakan jalan itu memang sengaja di kosongkan untuk kami berdua. Aku dengan riangnya mengarungi keeksotikan Malioboro berdua bersama Anggi. Ingin rasanya kami disana sampai pagi. Seperti hal nya anak berumur 5 tahun yang diberi anak ayam, dia akan menggenggamnya dengan sangat kuat, takut kalau anak ayam yang lucu itu lari darinya. Dia menggenggamnya semakin kuat tanpa menyadari bahwa hal itu menyiksa anak ayam yang dia sayangi. Seperti itulah aku, tak pernah menyadari bahwa aku sudah terlalu berlebihan memperhatikan Anggi. Aku selalu

meneleponnya tiap saat, selalu ingin berada di dekatnya, selalu cemburu jika ada lelaki lain di dekatnya. Aku tak pernah menyadari itu, hingga akhirnya Anggi mulai risih dengan segala perhatianku.

36

Anggi menjauh, bahkan dengan gamblang dia mengatakan bahwa hubungan kami tak bisa lagi sedekat dulu. Aku tak bisa berbuat apa apa, hanya terdiam mendengar segala perkataannya. Kau kenapa ? Titis, salah satu sahabatku mencurigai sikapku yang berubah menjadi diam. Gak kenapa kenapa koq, Jawabku santai dengan senyum palsu sambil terus menikmati pertunjukkan sinden yang di gelar di depan Benteng Vredenburgh. Selama ini aku memang tidak terlalu banyak cerita tentang hubungnku dengan Anggi kepada sahabat sahabatku. Mungkin karena aku terlalu asik menikmati sendiri kebahagiaanku dengan Anggi saat itu. Tapi sekarang telah berbeda, aku merasakan bunga bunga Edelweis di hatiku mulai berguguran, malam kembali menjadi dingin, bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Aku merasa kehilangan Anggi, yang bisa aku lakukan sekarang adalah melupakannya. Seminggu sudah terakhir kalinya aku melihat dan mendengar suara Anggi. Kini, berkat bantuan Titis dan pacarnya, Yesi, aku sudah mulai bisa melupakan Anggi, terlebih satu minggu ini aku benar benar tak lagi mendengar kabarnya. Pikiran dan hatiku sudah mulai bisa sedikit terbebas dari gadis bernama Anggi. Kini saatnya aku konsen pada hal yang lebih penting, Ujian akhir semester. Meski begitu, hatiku tetap masih merasa sepi, aku merindukan Anggi. Malam itu, saat aku sedang belajar bersama Titis tiba tiba Anggi menghubungi aku lewat sms. Dia menanyakan kabarku. Aku bingung, disaat aku sudah mulai melupakannya dia malah datang lagi. Akhirnya aku menjawab semua sms sms dia dengan jawaban sekenanya. Benar dugaanku, hal itu cukup membuat dia kesal.

37

Keesokan harinya kami mulai sms-an lagi, tapi sekarang jawaban sms ku tak se-gombal dulu, bahkan terkesan menjaga batas antara aku dan dia. Kini Anggi yang lebih sering sms aku, seperti biasa aku hanya menjawab seperlunya. Beberapa hari kemudian, aku mendapat kabar bahwa dia sakit. Aku panik bukan kepalang, benakah? Di saat itu pula aku menyadari bahwa rasa cintaku padanya masih ada. Meski begitu, aku tetap berencana mengajaknya jalan jalan lagi, padahal aku tahu saat itu dia sedang sakit. Tanpa sebuah penolakkan, dia langsung menerima ajakanku. Yang ada dalam pikiranku saat itu bukanlah tempat yang akan kami datangi nanti atau apa yang akan kami lakukan nanti, tapi berdua bersama dirinya lagi menghabiskan malam nanti sepertinya akan sangat menyenangkan bagi hatiku. Ternyata benar, saat itu kondisi tubuhnya sedang menurun. Terlihat kepucatan dari wajahnya yang ditekuk. Lalu kenapa dia mau menerima ajakanku malam ini? Tempat pertama yang kami datangi adalah bunderan UGM. Suasananya ramai, mungkin karena malam minggu. Kami duduk di lesehan tepat di seberang bunderan UGM, aku memesan es teh sedangkan Anggi nitip di pesankan jeruk hangat. Keadaan waktu itu begitu kaku. Anggi sedang sakit, sedangkan aku masih belum bisa melupakan masalah terakhir kami berdua. Sehingga sambil menunggu minuman kami datang, kami hanya diam diaman saja. Keadaan mulai menjadi hangat sehangat jeruk yang diminum Anggi yang ternyata adalah jeruk nipis, dia tertawa ketika meminumnya, ternyata aku salah pesan minuman. Kami berdua kembali tertawa, selanjutnya kami mulai mengobrol lagi seperti biasa. Benar kan dugaanku, menghabiskan malam berdua bersamanya sangat menyenangkan, apalagi ketika melihatnya tersenyum dan tertawa. Sehabis dari Bunderan UGM, kami membeli es krim di McD Malioboro. Karena tempatnya sudah penuh, akhirnya kami memakan es krim itu di luar sambil

38

duduk berdua di depan Malioboro Mall, melihat orang lalu-lalang. Tentu tak tertinggal cerita cerita yang saling kami bagi bersama. Malam yang menyenangkan. Hari hari seterusnya, kondisi Anggi semakin memburuk. Orang tuanya menyuruhnya kembali pulang ke Jambi. Mengetahui hal itu, aku pun memutuskan untuk pulang ke Tangerang mengingat sudah tidak ada lagi keperluan di Jogja selama liburan panjang ini. Kami berpisah, aku berangkat hari Sabtu sore menggunakan kereta api sedangkan Anggi berangkat keesokan paginya menggunakan pesawat ke Jambi. Sesampainya di rumah kami masing masing, baru beberapa hari saja aku sudah merasa kangen dengannya. Untungnya dia sekarang sering menelponku, walau hanya suaranya saja tapi cukup lah untuk mengobati rasa kangenku. Satu minggu berlalu lagi, rasa cinta di dalam hatiku benar benar sudah tak bisa terbendung lagi. Aku ingin Anggi tahu tentang perasaanku sebenarnya, aku ingin Anggi tahu bahwa aku mencintainya. Tanggal 6 Juni 2009, hari Sabtu malam aku menyatakan seluruh perasaanku terhadap Anggi. Aku memintanya untuk jadi pacarku. Bodoh bin tolol, aku melepon Anggi berulang kali, mengirimkan sms berulang kali malam itu, tapi tidak ada satu pun yang di balasnya. Apakah aku di tolak? Entahlah. Yang jelas semalaman itu sampai pagi aku tak bisa tidur. Paginya, aku baru tahu bahwa semalam Anggi ternyata sudah tidur. Huh, tidak tahukah dia bahwa di sini ada cowok yang jantungnya berdegup sangat kencang menunggu jawaban cinta dari dirinya? Sekitar jam 9 pagi Anggi meneleponku, dia meminta aku untuk mengulang semua kata kata cintaku padanya. Aku dengan bibir bergetar mulai mengulang lagi kata kata yang mengungkapkan perasaanku ini. Sekali lagi, aku meminta dirinya untuk menjadi pacarku.

39

Dia tidak bisa menjawab sekarang, dia meminta waktu 2 hari hingga hari selasa untuk memberikan jawaban. Ok, aku setuju, dengan harapan jawabannya adalah Iya. Senin, tanggal 8 Juni 2009. Aku yang tak sabaran lebih cepat satu hari menanyakan jawaban Anggi. Dia dengan nada suara imutnya berkata Iya, aku mau jadi pacar kamu. Duhai Cupid, hari hariku kini selalu terang, baik siang maupun malam. Panasnya matahari menjadi sejuk saat ini, gelapnya malam menjadi terang saat ini. Ada nama lain selain nama Tuhan yang mengisi pikiran dan hatiku saat ini. Nama kekasihku, Anggi. Tiada hari tanpa ku dengar suara merdunya lewat telepon genggamku, semakin ku dengar suaranya, semakin tumbuh rasa cinta dan kangen yang luar biasa di dalam hatiku. Aku ingin cepat bertemu lagi. Saat ini dia memanggilku dengan sebutan Mas, tentu saja aku senang. Itu berarti dia sangat menghormatiku sebagai seorang lelaki terlebih lagi sebagai kekasihnya. Meski setiap kali kami melakukan percakapan pasti ada saja yang membuat kami bertengkar, namun semua itu hanya fase saja kuanggap. Agar tidak monotone. Entah kenapa bersama Anggi ini aku akhirnya bisa benar benar merasakan cinta. Aku selalu mencoba untuk tetap setia dengan Anggi, meski di sini banyak sekali teman- teman wanitaku yang jelas lebih cantik. Aku mencoba untuk tetap setia terhadap Anggi dan hasilnya tidak mengecewakan. Selama berpacaran dengan Anggi, aku benar benar tidak tergoda dengan perempuan lain mana pun. Lucunya, Anggi ternyata sangat cemburuan. Dia selalu marah jika aku izin untuk pergi jalan jalan dengan teman temanku yang dominan cewek. Mendengar ada suara cewek lain di dekatku saat sedang meneleponku saja dia jadi sangat marah.

40

Tapi marahnya dia, semua omelan dan caci maki dari mulutnya bagaikan sebuah nyanyian merdu atau kata kata puitis bagiku. Semakin dia marah dengan nada tinggi, semakin senang aku mendengarnya. Oh Tuhan, terima kasih. Aku sangat menikmati saat saat ini. Tanpa terasa, 3 bulan sudah berlalu. Demi Tuhan, aku sangat menikmati masa masa bersama kekasihku ini, walaupn kadang kadang aku jengkel juga jika hampir setiap saat dia meneleponku tanpa henti. Tapi tak apa, sekarang aku malah merindukan saat saat itu. Baru menyadari betapa berharganya cinta itu ketika kita telah kehilangannya. Inilah saatnya, hubungan kami sepertinya tidak bisa di teruskan. Aku tahu bahwa ini akan berakhir, aku tahu bahwa ini akan menyakitkan. Tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa menunggu waktu itu datang. Menunggu dia untuk berani memutuskan hubungan kami. Aku tak mau dan tak berani untuk bilang kata putus duluan, karena aku sangat mencintainya dan jika hubungan kami memang sudah tidak bisa di pertahankan lagi, biarlah dia yang mengucapkan kata putus. Beberapa hari sebelum hari kuliah di mulai, dia mengucapkan kata putus lewat sebuah sms yang dikirimkan saat aku sedang shalat tarawih. Sakitkah? Ternyata tidak. Aku bahkan tidak percaya apa yang aku alami. Aku benar benar tidak meraskan sakit hati atau apa pun saat putus dengannya. Malah keesokan harinya aku mengadakan pesta dengan teman temanku dan yang aku rasakan adalah bahagia bukan sakit hati sehingga jadi terdiam murung. Benar benar ajaib. Hari ini ada asistensi Geomorfologi, ini hari pertama kami bertemu setelah putus. Meski pun dia sudah mantanku, aku tetap menghargainya. Aku tetap membawakannya oleh oleh. Sebuah kotak berisi kue kue cokelat yang aku dan Ibuku bikin sendiri khusus untuk Anggi.

41

Kami berdua telah kembali ke Yogyakarta, hari hari kuliah kembali berlanjut. Kami menjadi sering bertemu, tapi tidak pernah ada sepatah kata sapaan pun yang keluar dari mulut kami berdua. Kami benar benar seperti orang yang tidak saling kenal.Awalnya aku memang marah melihat sikapnya yang seperti itu, tapi ku pikir tidak ada gunanya juga kalau kami diam diaman. Toh bagaimana pun juga dia pernah menjadi kekasihku, kami pernah saling berbagi cinta. Untuk apa kami pernah saling mencintai jika akhirnya harus seperti ini? Aku mencoba mengalah, aku mencoba mencari berbagai cara untuk kembali berhubungan baik dengan Anggi. Tapi dia tidak merespon dengan baik. Setiap kali aku mengajaknya bicara, dia menjawab dengan muka di lipat, seakan malas sekali bicara denganku. Kesabaranku sudah habis menghadapi cewek keras kepala ini. Aku tidak mengerti apa yang ada di kepalanya. Jelas sekali dia yang salah dengan semua kejadian ini, aku sudah memaafkannya meski dia tidak minta maaf. Niat ku sudah baik untuk melupakan semua yang pernah terjadi dan kembali berhubungan baik sebagai teman, tapi aku di acuhkan. Ok, aku tidak rugi sama sekali dengan sikapnya yang sekarang seperti itu. Toh, bukan aku yang berdosa. Jika cinta bisa merubah racun menjadi anggur lalu kita meminumnya dengan sangat nikmat, hingga minuman itu telah bersarang di dalam perut kita. Bagaimana jika cintanya sudah hilang? Apakah minuman anggur yang berada dalam perut kita berubah kembali menjadi racun seperti semula? Sehingga kita merasakan sakit dan perih yang amat sangat, bukan hanya dalam perut tapi juga di hati bahkan sampai pikiran. Bagaimana rasanya jika kita menjelma menjadi layang layang? Lalu kita di mainkan dan di layangkan oleh orang yang kita sayangi, begitu tingginya dia melayangkan kita. Nikmat sekali rasanya, merasakan belaian lembut angin, menyaksikan pemandangan indah yang jarang orang lain lihat. Tapi, bagaimana jika saat kita sedang nikmat nikmatnya merasakan melayang dengan secara tiba tiba benang kita di putus oleh orang yang membuat

42

kita melayang? Kita tetap terbang, tapi dalam kebingungan, takut jatuh. Lebih parah lagi ternyata dalam tingginya kita menyaksikan orang yang kita sayangi sedari tadi ternyata sedang asik melayangkan 2 layang layang. 1 layang layang adalah diri kita dan 1 lagi adalah layang layang yang kita tidak ketahui siapa dan dari mana asalnya. Sakit, mengetahui selama ini kita ternyata di permainkan. Aku mencoba menutup mataku untuk tak melihat Anggi. Aku menyuruh cinta cinta untuk Anggi keluar dengan cepat dari rumah hatiku, lalu aku tutup dan kunci pintunya rapat rapat sambil menempelkan tulisan Anggi dilarang masuk!. Rasa aneh yang tak bisa aku jelaskan ketika hatiku masih sedikit berdegup jika bertemu dengannya. Logikaku tak bisa menjelaskannya. Mungkinkah hatiku berbohong? Entahlah. Hanya Tuhan dan hati terdalamku yang sampai saat ini belum aku kenal dengan begitu baik yang tahu masih adakah di dalam hatiku sisa sisa cinta untuk Anggi

43

6. Lonceng Fajar

Jogja hujan sore ini. Sebagian ada yang berteduh, menghentikan perjalanannya menunggu hujan berhenti. Tapi sebagian tetap meneruskan perjalanannya dengan mengenakan jas hujan. Menerobos air air yang jatuh bergaris. Dingin. Ingin sekali merasakan kehangatan di rumah. Mata Anitra masih mentap Fajar yang duduk jauh di depannya. Pikirannya tak lagi fokus pada asisten dosen yang sedang memberikan materi. Mata dan pikirannya tertuju pada Fajar, mantan pacarnya yang dia putusin 3 hari yang lalu. Sejenak Anitra memandang kearah jendela, melihat rintik rintik hujan membasahi jendela kelas diselimuti warna kuning sore. Ada penyesalan terlihat di matanya. Kembali dia memandangi Fajar yang sedang menyimak asisten dosen yang cantik itu. Dia berpikir dalam hatinya bahwa Fajar bukan sedang serius mendengarkan apa yang Mbak Ratna sampaikan tentang materi kuliah, tapi Fajar dengan serius memandangi kecantikan Mbak Ratna. Ada rasa cemburu luar biasa dalam hati Anitra. Dalam hatinya di masih menyimpan rasa cinta pada Fajar. Ada penyesalan luar biasa dalam hati Anitra karena memutuskan Fajar. Mereka putus hanya karena masalah komunikasi. Anitra adalah gadis yang terlalu cuek, sedangan Fajar adalah seoran lelaki yang membutuhkan perhatian dari kekasihnya. Fajar pun sering sekali memberikan perhatian yang sangat dalam kepada Anitra. Namun sikap Anitra yang terlalu cuek tidak begitu menganggapi perhatian itu dan hanya sebagai angin dan pujian yang lewat begitu saja tanpa meresapinya dalam hati. Woi ngapain lo? Nurma mengagetkan Anitra yang sedang melamun. Ah enggak, gak ngapa ngapain koq.

44

Nggak ngapa ngapain? Terus ngapain lo ngelamun? Cuma kecapekan, kayaknya badan gw gak begitu enak. Anitra mencoba menyembunyikan apa yang sedang dia rasakan pada sahabatnya. Bahkan karena terlalu cueknya, Anitra jarang curhat atau menceritakan masalah yang sedang dia hadapi pada Nurma sahabatnya sendiri. Anitra terlalu menutup diri dengan masalah masalah pribadinya dan merasa bisa mengatasi masalah itu sendirian. Jam menunjuk angka 5. Sebentar lagi Adzan Maghrib berkumandang. Hari terlalu sore bagi Anitra untuk menangis. Kelas sudah bubar. Mahasiswa yang berjumlah sekitar 30 itu saling dulu duluan meninggalkan kelas yang sudah mereka diami selama 3 jam. Anitra masih duduk di bangkunya. Dengan mata sendu dia memandangi Fajar sedang asik bercengkrama dengan teman temannya. Nurma yang mengerti ada yang salah dengan Anitra berdiri disampingnya menunggu Anitra bangun dari lamunannya. Nit, lo mau duduk di bangku itu nyampe kapan? Anitra diam tak menjawab. Dia memandangi Nurma yang sudah berdiri di sampingnya. Ayo pulang. Nurma kembali mencoba menyadarkan Anitra dari lamunannya. Eh iya, udah selesai ya kelasnya? Hayo deh pulang. Akhirnya Anitra menjawab omongan Nurma sambil tersenyum manis seperti biasanya. Senyuman yang membuat Fajar tergila - gila dan mengejarnya mati matian dulu. Anitra dan Nurma bejalan menyusuri lorong gedung kampusnya. Nurma tak henti hentinya memandangi Anitra yang sejak tadi terlihat murung. Dia ingin

45

bertanyamasalh apa yang sedang Anitra alami. Tapi dia tahu sikap sahabat baiknya itu yang takkan mau berbagi rasa kepedihan. Sambil berjalan Nurma hanya mencoba mengira ngira apa masalah yang sedang Anitra hadapi. Kenapa Lo? Anitra terlihat heran dengan Nurma. Koq wajah lo aneh begitu sih Nur? Nurma memandangi Anitra dengan lebih heran. Dia bertanya Tanya apa maksud pertanyaan Anitra. Pikirnya ternyata selama ini Anitra menganggap mukanya aneh sampai sampai Anitra terlihat sangat muram dari tadi hanya karena memikirkan wajah Nurma yang aneh. Nurma piker itulah beban pikiran yang sedang Anitra rasakan. Maksud Lo? Nurma balik bertanya dengan nada yang sedikit tinggi. Iya perasaan dari tadi kita keluar kelas koq muka lo jadi aneh gitu sih? Kayak sedang menympan sesuatu dalam pikiran. Lo emang ada masalah apa Nur? Ceritalah ke aku, kita kan sahabatan. Nurma heran bukan main. Seharusnya dirinyalah yang mengucapakan kata kata dan pertanyaan itu ke Anitra. Justru Nurma sedang memikirkan masalah apa yang sedang dihadapi Anitra. Eh, malah Anitra balik nanya. Seharusnya gw yang nanya ke Lo! Lo tuh kenapa sih? Ada masalah apaan? Lo kenapa sih gak pernah cerita ke gw? Gw ini kan sahabat Lo dari lama. Lo tuh terlalu memendam masalah yang Lo hadapi seakan Lo sanggup mengatasinya sendiri! Kali ini Nurma sudah benar benar habis kesabarannya. Dia memarahi Anitra karena tidak pernah cerita masalahnya.

46

Anitra memandangi Nurma dengan tatapan kosong. Tiba tiba air mata mengalir dari matanya. Nurma merasa bersalah karena telah membentak Anitra. Lo ada masalah apa Nit? Ceritalah ke gw, siapa tahu gw bisa bantu lo. Kali ini Nurma berbicara dengan nada pelan dan halus kepada Anitra yang menangis tanpa suara. Anitra berjalan ke arah taman. Dia duduk di sebuah bangku panjang yang kosong. Kampusnya sudah benar benar sepi di sore ini. Nurma berjalan menghampiri Anitra. Dengan tangan halusnya dia merangkul Anitra dan mengusap rambutnya. Gw bingung Nur. Lo bingung kenapa? Satu bulan yang lalu gw jadian sama Fajar. Nurma kaget mendengar peryataan Anitra. Dia berhenti mengusap rambut Anitra. Wajahnya memandangi Anitra dengan tatapan kaget. Seakan dia tidak percaya apa yang baru didengarnya. Fajar yang dia tahu memang pernah mengejar ngejar Anitra dulu. Anitra sering mendiskusikan tentang Fajar bersamanya dulu. Dia ingat betul saat Anitra mengatakan bahwa dia sangat tidak nyaman dengan segala perhatian over Fajar dan mengatakan tidak akan member harapan pada Fajar. Nurma tahu bahwa Fajar adalah orang yang baik. Nurma yakin dengan wajah Fajar yang tidak bisa dikatakan jelek pasti dia bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih cantik dari Anitra. Kadang Nurma pun bingung kenapa Fajar menyukai Anitra yang dari fisik terlihat standar. Memang saat sedang tersenyum Anitra terlihat sangat manis. Tapi bahakan Anitra sendiri jarang tersenyum dengan orang orang khususnya pada Fajar. Tapi melihat kesungguhan Fajar dulu saat mengejar cinta Anitra mati matian, Nurma tahu bahwa Fajar sangat mencintai Anitra. Nurma mendengar cerita cerita dari teman temannya Fajar tentang semua materi yang dia keluarkan untuk Anitra, tentang segala tenaganya, tentang segala kreatifnya, tentang segala kesungguhannya dalam mengejar Anitra. Namun, Nurma tidak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan Anitra ketika Anit mengatakan bahwa dia merasa

47

tidak nyaman dengan semua perlakuan Fajar dan memutuskan untuk menjauhinya. Kini Nurma kaget mendengar pernyataan yang keluar langsung dari mulut Anitra bahwa dia pacaran dengan Fajar. Dalam hatinya dia bersyukur karena Fajar berhasil menaklukkan hati batu Anitra. Lo koq gak cerita keg w sih kalo lo berdua dah jadian? Gw malu, kan waktu itu gw dah pernah bilang kalo gw bakalan ngejauh dari Fajar. Terus? Ternyata Fajar juga ngejauhin gw, mulai saat itu gw ngerasa ada yang hilang saat gw sedang tidur gak ada sms yang masuk dari Fajar. Saat malam gak ada lagi Fajar yang sering nelpon gw. Gak ada lagi Fajar yang setiap saat datang ke tempat gw hanya untuk ngajak gw jalan atau nemenin gw beli makanan. Dari mulai saat itu gw terus menerus melihat HP gw berharap ada sms dari Fajar tapi gaka ada. Gw ngerasa kehilangan saat tidak ada lagi cowok seprhatian Fajar yang tanpa lelah menanyakan kegiatan- kegiatan gw. Gw gak bisa tidur, gw terus menerus mikirin dia, gw ngerasa gw kangen banget sama dia hingga akhirnya gw jatuh sakit. Dalam hati gw bertanya, apa gw sakit karena mikirin Fajar? Apa gw akhirnya jadi jatuh cinta sama dia? Terus gimana ceritanya lo bisa jadian sama dia? Gw coba hubungin Fajar, awalnya dia tidak merespon. Hingga akhirnya telepon gw diangkat dan gw cerita kalau gw ;agi sakit. Jawaban dia biasa saja. Tidak lagi gw dengar suara yang bersemangat dari Fajar ketika dulu dia sering menelepon gw. Reaksinya sangat datar. Saat gw selesai meutup teleponnya, gw ngerasa hati gw sakit. Gw hanya bisa berbaring lemas di kasur sambil memikirka Fajar, Fajar, Fajar dan terus menerus Fajar yang ada dalam pikiran gw. Selama itu pulka gw menangis untuk dia. Lalu?

48

Keesokan harinya tiba tiba dia datang menjenguk gw. Dia bawwain gw seikat bunga mawar, buah buahan dan se krim Cornello coklat kesukaan gw. Saat pertama dia datang gw mencoba untuk nutupin perasaan gw dengan diam dan bersikap biasa saja padahal dalam hati gw benar benar senang karena dia datang. Dia memaksa gw untuk memakan es krim-nya. Akhirnya gw makan tuh es krim. Ternyata dia jugfa bawa es krim yang sama dan kamipun berdua memakan es krim sambil cerita cerita dengan cand tawa. Sumpah saat itu gw benar benar sangat bahagia. Gw dah beneran ngerasa jatuh cinta sama Fajar. Dia bikin gw bahagia. Anitra menceritakan hal itu sambil tersenyum dan sedikit tertawa walaupun masih ada air yang mengalir dari matanya. Pas gw udah sembuh, gw ngajak dia jalan dengan alsan gw bosen kelamaan diam sendirian di kamar karena sakit. Akhirnya dia datang dan malam itu kami jalan jalan keliling Jogja. Kami pergi ke Bundaran UGM, gw minta dia tuk beliin gw jeruk hangat karena waktu itu tenggorokkan gw masih gak enak. Tapi ternyata terjadi missed communication antara Fajar dengan penjual angkringannya, gw kaget banget pas minum gak taunya itu jeruk nipis bukan jeruk biasa. Rasanya asem banget. Setelah itu kami jalan jalan di UGM, kami beli es krim di McD lalu berjalan sepanjang jalan Malioboro. Setelah itu kami berjalan mengelilingi Alun alun kidul Keraton higga kami nyasar sampai jalan Wates. Anitra sudah nampak ceria, dia menecritakana semua itu dengan penuh penghayatan seakan akan hal itu merupakan kenangan terindahnya. Terus sepulang dari kami jalan, dia nembak gw. Wajah Anitra tampak menjadi merah. Anitra mengucapakan kalimat terakhirnya sambil tersipu sipu. Nurma hanya cengar cengir melihat sahabatnya. Terus kenapa lo tadi nangis? Nurma masih penasaran karena dari tadi dia mendengar cerita cerita yang membahagiaakan dari sahabatnya tapi Anitra belum menceritakan kenapa dia menangis.

49

Wajah Anitra yang tadi ceria kini berubah menjadi murung lagi. Air mata kembali keluar dari sela sela matanya. Gw mutusin Fajar. HAH! Kenapa? Selama kami jadian dia selalu mengucapakan kata kata cinta padaku, dia selalu meyakinkan gw betapa cintanya dia sama gw dan dia seberapa seriusnya dia ingin menjalani hubungan sama gw. Dia selalu perhatian sama gw. Lalu? Bukannya hal itu bagus? Masalahnya gw orangnya terlalu cuek, dia selalu marah marah kalau sms nya gak dibalas atau teleponnya gak diangkat, gw gak begitu perhatian sama dia karena sikap cuek gw. Gw capek karena kami selalu bertengkar dengan satu masalah. Yaitu tidak dibalasnya sms atau telepon. Dia bilang kalau dia benar benar sayang sama gw dan takut untuk kehilangan gw, makanya dia selalu marah jika segala perhatian yang dia berikan tidak aku balas. Akhirnya gw emosi karena dia tidak pernah ngertiin gw, gw putusin dia. Lo bodoh! Gw tahu dengan jelas dan pasti kalau Fajar itu benar benar sayang sama lo, makanya dia perhatian banget sama lo. Wajarlah kalau dia marah karena lo orang yang sangat dia sayangi gak pernah menampakkan perhatian dan sayang lo ke dia. Lo benar benar udah nyia nyiain orang yang benar benar sayang banget sama lo. Itu semua karena sikap cuek lo. Lo tuh jahat tau gak? Fajar bisa saja mencari cewek yang jelas lebih canti dari lo. Tapi dia tidak melakukannya? Pernah gak terpikir sama lo kenapa dia terus menerus ngejar lo padahal dia bisa nyari cewek lain yang jauh lebih baik dari lo? Itu dia lakukan karena dia sayang banget sama lo! Nurma benar benar terlihat marah dengan Anitra. Anitra pun tidak bisa menahan tangisnya. Lo tuh jahat banget sih Nit?

50

Iya gw sadar, gw nyesel banget udah nyia nyiain orang yang sayang sama gw. Anitra menangis terisak. Terus sekarang lo mau gimana? Gw mau minta maaf sama Fajar, dan semoga aja masih ada kesempatan untuk gw. Ya udah gak usah nunggu lama, nanti malam lo datengin tuh Fajar. Tapi Nur.? Udah gak usah pake tapi tapian! Lo sayang gak sih sama dia? Ya udah nanti malem gw kesana, tapi lo temenin gw y? Iya gw temenin, sekarang kita pulang sebentar lagi mau Maghrib. Nurma dan Anitra bejalan berdua menuju tempat parkir motor. Hanya tinggal motor mereka berdua yang tersisa. Anitra terlihat sedang menyeka air mata dengan tangannya. Nurma melihatnya dengan sangat kasihan. Mereka berdua memandang tempat parkir mobil. Sebuah mobil Honda Jazz merah terparkir di tempat itu. Seorang cowok berdiri di sampingnya seakan sedang menunggu seseorang. Bisa terlihat dengan jelas oleh mereka berdua bahwa cowok itu adalah Fajar. Nit, itu ada Fajar. Mending lo minta maaf sekarang mumpung ketemu. Tapi rencananya nanti malam Nur. Ngapain nunggu lama kalau sekarang bisa? Anitra terdiam.

51

Belum smpat dia berkata apa apa, dia melihat seorang perempuan menghampiri Fajar. Perempuan itu dengan manja memberi kecupan di pipi kiri Fajar. Anitra yang melihat kejadian itu secara langsung benar benar terbakar hatnya. Mbak Ratna? Fajar memegang tangan perempuan yang ternyata adalah Mbak Ratna, asisten Dosennya. Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan kampus. Anitra melihat pemandangan itu sambil menangis. Lihat tuh! Sekarang Fajar udah benar benar ninggalin lo. Dia udah sama Mbak Ratna dan terlihat sekali Mbak Ratna sangat perhatian sama Fajar gak kayak lo yang terus terusan nyuekkin dia. Padahal tuh cowok bener bener pernah sayang banget sama lo. Nurma mengompor ngompori Anitra. Air mata semakin deras mengalir dari mata Anitra. Tapi dia menangis diam, dia berdiri tidak ada suara tangisan. Hanya air matanya yang keluar. Gimana? Lo bener bener nyesel udah mutusin Fajar? Anitra memandang Nurma lalu membalikkan badannya. Dia pergi meninggalkan Nurma sambil berteriak. NGGAK! Mimpi mimpi masih enggan memanggil Anitra untuk terlelap, padahal sekarang sudah hampir jam 4 pagi. Mata Anitra terpejam, namun pikirannya melayang layang. Fajar dan segala kenangan bersamanya masih terus terbayangkan. Ingin rasanya dia merasakan saat saat manis bersama mantan pacar

52

rahasianya itu. Tapi nampaknya hal itu mustahil. Anitra dengan mata kepala sendiri betapa bahagianya Fajar dengan Mbak Ratna. Ada rasa perih di kulit kulit hati Anitra. Dia mencoba membuang semua perasaannya itu, tapi percuma. Penyesalan terus menerus menghujani perasaannya. Dia baru merasa benar benar mencintai Fajar disaat dia telah kehilangan Fajar. Suara jangkrik menemani malam Anitra. Suasana begitu hening, udara

begitu dingin. Anitra masih belum tertidur. Matanya mungkin terpejam, mulutnya terbungkam, tapi kedua telinganya masih setia mendengar nyanyian nyanyian jangkrik. Tiba tiba terdengar suara lonceng berdentang. Suara itu cukup keras, sanggup memcah keheningan yang sedari tadi meraja. Suara itu memaksa Anitra membuka matanya. Dia bangun dari posisi tidurnya. Diintipnya dari jendela, mencoba mencari sumber suara. Siapa sih yang iseng mainin lonceng pagi butak gini? Anitra menggerutu sambil membuka pintu kamar dan keluar. Suara lonceng itu entah kenapa sangat mengundang perhatian Anitra. Seakan akan merupakan sebuah perintah agar Anitra datang ke sumber suara lonceng itu. Anitra berjalan melewati lorong tempat kostnya. Kamar kamar lain pintunya tertutup. Sepertinya mereka sangat lelap dengan tidurnya hingga tak menyadari suara lonceng yang cukup mengganggu itu. Anitra membuka pagar rumah. Dia berjalan keluar dengan hanya mengenakan celana pendenk dan kaos yang ditutupi sweater. Tangannya dilingkarkan di dada agar tubuhnya tidak kedinginan. Suara lonceng itu semakin keras, sepertinya Anitra sudah dekat dengan sumber. Benar saja, saat berada dekat sebuah lapangan bola terlihat seorang lelaki berdiri di tengah lapangan sambil memegang sebuah lonceng dan membunyikannya. Tanpa ragu atau rasa takut, Anitra langsung berjalan menuju lelaki itu.

53

Maaf, Mas ngapain mainin lonceng pagi pagi buta seperti ini? Lelaki itu hanya terdiam, kepalanya tertunduk. Anitra mulai merasakan ada yang aneh dengan lelaki itu. Anitra, lelaki itu memanggil nama Anitra. Dia mengangkat kepalanya lalu tersenyum sambil memberikan pandangan teduhnya ke Anitra. Fajar? anitra kaget bukan main mengetahui lelaki yang berdiri di depannya adalah Fajar. Kamu ngapain disini? Anitra mencoba mencari penjelasan tentang semua ini. Setelah semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan Fajar lalu tiba tiba ada suara lonceng yang mengganggunya dan kini orang yang membuatnya tak bisa tidur dan selalu dipkirkannya berdiri di hadapannya di tengah tengah sebuah lapangan Bola samba membunyikan lonceng di pagi buta seperti ini. Aku disini mau menemuimu, ada yang ingin aku sampaikan padamu sebelum semuanya semakin terlambat, jawab Fajar sambil tersenyum. Maksudnya? anitra masih belum bisa mengerti. Aku mencintai kamu, ungkap Fajar. Anitra tak bisa bergerak. Dia terpaku setelah mendengar ucapan Fajar. Jantungnya benar benar berdebar debar. Dia memandangi mata Fajar dalam dalam. Fajar maju untuk semakin mendekat dengan Anitra. Dia meraih tangan Anitra dan menggenggamnya. Dari dulu sampai saat ini, sampai kapan pun, tak perduli sebearapa besar dan seberapa sering kamu menyakiti aku, aku tetap selalu mencintaimu. Aku akan selalu melindungimu semampuku.

54

Mata mereka benar benar saling bertemu. Ada linangan air mata keluar dari mata Anitra. Aku juga mencintaimu, ungkap Anitra sambil menyodorkan kepalanya ke dada Fajar. Tangan mereka terlepas, mereka saling memeluk. Tangan kanan Fajar mengelus elus rambut Anitra. Tapi maafkan aku karena kita tak bisa bersama. Anitra keget mendengar ucapan Fajar. Dia melepaskan pelukannya lalu menatap Fajar. Fajar. . . belum sempat Anitra melanjutkan kata kata selanjutnya, dia sudah ambruk duluan di pelukan Fajar. Matanya terpejam, badannya melemas. Anitra tak sadarkan diri. Anitra pingsan. Matahari sudah terang, Anitra terbangun dan mendapati dirinya berada di tengah tengah lapangan bola. Kepala Anitra masih pusing. Fajar sudah tak ada di sampingnya. Fajar. Dia memanggil nama Fajar sambil melihat sekeliling. Bukannya menemukan Fajar tapi Anitra malah menemukan sebuah pemandangan mengerikan. Rumah rumah yang terletak dihadapannya rubuh dan hancur. Bukan Cuma satu atau dua rumah, tapi semua bangunan yang dia lewati sedari tadi tidak ada satu pun yang utuh. Hanya sedikit orang orang yang berada di jalan. Mereka menangis nangis. Tubuh mereka banyak yang terluka. Darah darah menghiasi lantai jalanan. Anitra tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tangis keluar dari matanya. Dia benar benar tak kuat dengan apa yang diihatnya. Anitra langsung menuju tempat kostnya. Benar saja dugaan Anitra. Tempat kostnya pun tak luput dari

55

keruntuhan. Anitra hanya bisa termangu, tubuhnya bergetar. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Anitra! Nurma memanggil Anitra. Dia berlari lalu mememluk Anitra dengan sangat eratnya. Alhamdulillah kamu selamat, ungkap Nurma. Mereka berdua saling berpelukkan tanpa lupa terselip tangis diantara mereka. Nur, ini kenapa? Kenapa semua seperti ini? anitra bertanya kepada Nurma dengan bibir bergetar. Tadi subuh ada gempa besar di Jogja. Gempanya sangat besar. Sepanjang jalan tadi tidak ada satu pun bangunan yang aku lihat masih utuh. Orang orang berlarian. Sepertinya banyak yang terjebak di dalam bangunan dan rumah mereka masing masing karena saat itu mereka masih tidur. Nurma menjelaskan panjang lebar tentang adanya gempa tadi subuh. Gempa ini meluluh lantahkan sebagian besar Jogja. Tapi Anitra sama sekali tidak merasakan gempa tadi. Kamu kenapa ada di sini Nur? Itulah Nit, aku tidak tahu apakah harus bersyukur atau bagaimana. Tadi subuh saat aku masih tidur, Ryan meneleponku. Dia bilang dari tadi dia mencoba menghubungimu tapi tidak ada jawaban, oleh karena itu akhirnya dia menghubungiku untuk menyampaikan bahwa Nurma terdiam, dia terlihat ragu untuk melanjutkan kata katanya. Kenapa Nur? Anitra bingung kenapa Nurma tak melanjutkan kata katanya. Nurma menggengam tangan Anitra kuat kuat. Matanya yang menatap Anitra berlinang air mata. Lalu dia mencoba melanjutkan ucapannya.

56

Bahwa Fajar dan Mbak Ratna tewas dalam kecelakaan jam sepuluh malam kemarin. Mata Anitra terbelalak, mulutnya terbuka sedikit, tangisnya semakin deras namun tanpa suara. Tangannya melepas pegangan Nurma. Kakinya bergetar hebat hingga lemas dan tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Anitra jatuh berlutut. Nurma cepat cepat menahannya. Anitra tak sadarkan diri lagi.

57

7. Buku Harian Putri di Bulan September

Polisi polisi masih meramaikan suasana salah satu rumah di perumahan elit itu. Mereka melingkari pagar rumah itu dengan garis garis polisi, rumah itu sudah Nampak seperti sebuah kado yang yang diiasi pita pita kuning yang bertuliskan POLICE LINE : DON NOT ACROSS. Wartawan dari berbagai media massa memadati bagian luar dari rumah tersebut. Mereka penasaran untuk segera mengungkap tragedi yang sebenarnya di rumah itu, tapi tak ada satupun dari pemburu berita itu yang diperbolehkan masuk. Hal itu terkait belum selesainya penyelidikan serta pengumpulan bukti bukti yang ada di rumah itu. Ungkap seorang polisi saat dimintai keterangan oleh beberapa media. Yang jelas terdapat 3 korban di dalam rumah ini, kami belum bisa mengumumkan siapa saja yang menjadi korban. Kami harap penyidikan bisa selesai malam ini sehingga saudara saudara sudah bisa mendapatkan berita selengkapnya besok. Ungkap polisi itu lagi sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Wartawan wartawan masih mengejarnya tapi usaha mereka terhalangi oleh barikade polisi di depan pagar. Di dalam rumah keadaan begitu sunyi meskipun banyak orang di dalamnya. Mereka dengan fokus dan penuh konsentrasi tinggi meneliti tiap tiap sudut di rumah besar itu untuk mencari bukti bukti baru. Seorang polisi muda bernama Yordan memasuki kamar utama. Dia mengamati keadaan sekeliling.terdengar suara air yang mengucur dari dalam kamar mandi. Yordan langsung saja mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.

58

Mbak putri? Yordan memanggil putri seraya mengetuk pintu kamar mandi. Tidak ada jawaban, yordan mengetuk lagi, kali ini dengan suara yang sedikit lebh lantang. Maaf mbak, nama saya Yordan. Saya ditugaskan untuk menemani mbak dan segera membawa mbak putrid keluar dari rumah. Terdengar bahwa putri sedang mandi menggunakan shower. O iya mas, tunggu saya lagi mandi. Putrid berbicara agak keras menjawab Yordan agar suaranya tidak kalah keras dengan suara desiran air yang keluar dari shower. O iya mbak, saya tunggu di luar. Yordan membalikkan badannya, dia berjalan menuju pintu kamar sambil melihat kondisi tempat tidur yang berantakan. Disitu ada sesuatu yang menarik perhatian Yordan. Sebuah buku yang nampaknya adalah diary. Dia ambil buku itu dan benar itu adalah sebuah buku harian milik Putri, terdapat sebercik darah di buku itu. Putri adalah anak dari korban yang memiliki rumah ini. Kedua orang tuanya tewas terbunuh tadi malam. Putri yang shock mengurung diri di dalam kamar ini dari tadi pagi. Pihak yang berwajib segera menelpon pamannya untuk membawa putrid, namun karena suatu kendala pamannya tidak diperbolehkan memasuki TKP tempat putrid berada. Oleh karena itu Yordan ditugasi atasannya untuk menjemput putri dan mengantarkannya ke pamannya. Yordan membaca buku harian itu, berharap mendapat sebuah bukti baru tentang kasus ini. Dia membaca catatan harian putrid dari hari kedua di bulan September.

59

Rabu, 2 September 2009.

Pagi ini aku terlambat sekolah lagi untuk kesekian kalinya. Kali ini Bu Arsiyah yang menjadi guru piketnya. Saat semua siswa yang terlambat disuruh berbaris, Bu Arsiyah berjalan dari ujung kanan barisan sampai ke kiri ujung barisan. Dia melihat satu per satu siswa yang terlambat sambil sedikit menggelengkan kepala. Ada 11 siswa yang terlambat hari ini, 3 anak kelas XII yaitu aku, Roni dan Fajar. Sedangkan sisanya anak kelas 1 dan 2 yang tidak aku kenal. Aku berada di urutan no 7 saat berbaris. Ya, aku kira angka 7 selalu membawa keberuntungan bagi setiap orang. Tapi sepertinya tidak ada pengaruhnya bagiku kali ini. Bukan suatu kebetulan aku bisa berada di urutan nomer 7 dalam barisan. Sebenarnya, aku tadi berbaris paling ujung sebelah kiri. Namun, cepat cepat kuhitung dari urutan nomer 7 dari ujung kanan. Urutan nomer 7 ditempati oleh seorang cewek juga. Aku tidak mengenalnya. Tapi, dilihat dari sepatu hitamnya yang mengkilat, kaos kaki putih sampai betisnya yang borokan, roknya yang sangat mini, seragam yang

menyelimuti badan besarnya ketat tanpa badge nama, rambut yang baru saja dibonding dan dikuncir kuda serta bando pinknya. Aku sedikit bisa menebak kalau dia adalah anak kelas 2.

60

Aku langsung menyuruh dia bergeser, sehingga aku sudah berada di urutan no 7. Bu Arsiyah kini memandangku. Jika dengan siswa lain

yang terlambat dia hanya sedikit menggeleng geleng, kini saat tiba giliran dia menatapku kepalanya bergeleng geleng dengan jelas dan terus menerus seperti boneka anjing di mobilku yang kepalanya terus menerus bergeleng geleng. Bukan hanya itu, tangan kurusnya

dilipatkan ke dada sambil menatapku dengan pandangan yang tidak biasa. Kamu ini sudah kelas 3, sebentar lagi lulus, masih saja terus terusan terlambat! Well, aku mengaggap kata kata itu sebagai jaminan kelulusanku. Soalnya dia bilang kalau aku sebentar lagi lulus. Wow! Ternyata Bu Arsiyah diam diam mempunyai bakat meramal dan sanggup untuk memotivasi anak didiknya. Standing Applause deh. Bukan hanya sampai disitu, Bu Arsiyah bahkan sangat perhatian dengan kesehatan serta ketahanan fisik siswa siswinya. Sehingga, supaya kami semua yang terlambat semangat untuk tidak lagi

terlambat, beliau menyuruh kami keliling lapangan upacara yang juga merangkap sebagai lapangan bola, juga merangkap sebagai lapangan basket, merangkap pula sebagai lapangan voli dan merangkap sebagai

61

tempat latihan beladiri itu , sehingga kadang kadang bukannya pada latihan tapi malah pada berantem rebutan lapangan. Bu Arsiyah yang berkerudung manis (wekk) dan baik hati itu menyuruh kami mengelilinginya sebanyak 3 kali hingga jika kami

kehausan, kami tidak perlu repot repot beli air karena keringat masing masing dari kami cukup untuk memberi minum sekitar 2 kelas. Selesai parade keliling lapangan kontroversi tersebut, kami

diperbolehkan untuk masuk ke kelas masing masing setelah sebelumnya ada acara seminar nonformal mendadak yang pembicaranya diisi oleh Bu Arsiyah dengan judul Cara agar termotivasi untuk tidak terlambat. Masuk dalam kelas seperti masuk dalam sebuah acara konser besar dan kita adalah bintangnya. Setiap mata tertuju pada kita. Aneh juga kalau diliatin seantero temen gw di dalam kelas. Well, cuek aja. Aku duduk dan memandangi guruku yang kadang terlihat seperti Romi Rafael sedang melakukan atraksi hipnotisnya. Kita disuruh memandanginya secara seksama. Lalu dia mengucapakan kata kata yang menurutku adalah sebuah sugesti hingga akhirnya dia menggoreskan spidol hitamnya di papan tulis dan kita disuruh meresapi apa yang dia tulis hingga kita akhirnya jatuh tertidur mendengar suara guru guru yang bergantian masuk kelas dan melihat tulisan yang mereka tulis hingga kita masuk

62

dalam alam bawah sadar kita dan menyuruh kita memasuki alam rileksasi kitalebih dalam, lebih dalam dari sebelumya.... TIDAK!!!! Kataku dalam hati. Aku harus bertahan, aku harus membuktikan bahwa aku kuat dan tidak mempan oleh hipnotis hipnotis seperti itu. Satu per satu aku melihat dengan mata yang agak samar teman temanku mulai terpengaruh oleh hipnotisnya hingga mereka jatuh tertidur. Hanya mereka yang berjiwa kuat yang bisa menahannya dan salah satunya harus aku. Akhirnya, seselesainya sekolah mataku terasa berat untuk

melotot hingga aku terlihat sipit padahal jelas jelas aku bukan orang Cina. Kepalaku puyeng, mungkin karena terlalu kuat menahan pengaruh hipnotis dari guru guruku mungkin. Tapi biarlah.... Anyway, mataku udah berat banget sekarang. Dan sebelum aku minggat untuk tidur malam, aku mo nulis 1 kejadian menyebalkan di buku harianku ini. Tau gk sih? Tadi pas pulang sekolah aku bawa mobil seperti biasa. Tiba tiba ada motor yang nyalip begitu aja. Well, aku yang lagi pusing berat karena habis menahan kantuk di sekolah langsung reflek banting setir dan katanya aku nyerempet dia sampai jatuh.

63

aku sebagai cewek yang baik hati dan bertanggung jawab ngerasa harus berhenti. Aku samperin tuh 2 mas mas dengan rasa deg degan plus marah. Gimana nggak marah? Tadi pas aku masih di dalam mobil, dia caci maki aku dan ngeluarin semua bintang bintang yang ada di taman safari. Aku pengen nolongin, tapi kan mereka cowok. Akhirnya, mereka berdiri sendiri. Mungkin karena ngeliat faceku yang cakep n bodyku yang langsing (kepedean) mereka langsung diam. Aku tadi bermaksud minta maaf, tapi keburu di caci maki lagi sama mereka. Enak aja minta maaf doang, lo kira dengan minta maaf doang urusan langsung selesai? dia bentak bentak aku. Aku tau ujung ujungnya bakal gimana. Ternyata bener, mereka minta ganti rugi. Karena tadi aku gak bawa uang, akhirnya mereka aku suruh ikut aku ke rumah. Ayah pasti ngasih ganti rugi, tapi setelah itu aku bakalan diomelin habis habisan. Sumpah aku takut banget. Tanganku yang lagi megang setir bergetar. Aku ngeliat pajangan boneka anjingku. Kepalanya geleng geleng sama seperti Bu Arsiyah tadi. Seakan akan tuh boneka ngomong Putri....kamu ini bikin masalah terus! Huh. Sampai di rumah, Cuma ada Mama. Setelah aku cerita panjang lebar, mama nyuruh aku masuk kamar sambil marah marah. 2 mas

64

mas itu kayaknya bakalan kegirangan dikasih uang banyak mama ku. Suntuk aku mikirinnya. Akihrnya aku tertidur di kasur dan bangun bangun udah jam 7 malem. Well, itu aja deh yang bisa aku ceritain di buku harian ini tentang salah satu hari tersialku, semoga aja besok akan lebih baik.

Kamis, 3 September 2009. Malam ini aku merasa lelah sekali, entah kenapa. Namun, sebelum aku tidur ada hal hal yang harus aku tulis di buku harianku. Pagi tadi, aku terlambat sekolah lagi. Tapi pas aku parkir mobilku, banyak banget polisi. Seturunnya dari mobil aku langsung masuk ke dalam sekolah dan banyak sekali siswa yang berada di luar. Polisi semakin banyak yang datang, lalu tiba tiba ada

pengumuman dari kepala sekolah bahwa hari ini sekolah diliburkan. Aku ngeliat harry, pacarku. Aku samperin dia untuk menanyakan apa yang terjadi. Dia bilang kalau tadi pagi Pak Kumis penjaga sekolah kami menemukan potongan potongan tubuh yang tersebar di beberapa titik lokasi sekolah ini.

65

Aku kaget. Orang macam apa yang tega melakukan hal kayak gitu, apalagi membuangnya di sebuah sekolah seperti ini. Nani terlihat sedang menangis, rupanya dia tadi ikut menemukan sebuah potongan tangan di kolong mejanya. Tidak ada satupun yang boleh memasuki kelas dan ruangan ruangan sekolah selain petugas polisi dan beberapa staff sekolah. Hal yang paling bikin aku kepikiran hari ini adalah saat aku masuk ke dalam kamar mandi dan tiba tiba saja sebuah potongan kepala jatuh dari atas platform kamar mandi dan jadilah aku menjerit

sekencang kencangnya. Tahu gak kepala siapa yang aku temuin? Kepala orang yang kemaren aku tabrak!

Jumat, 4 september 2009. Pusing, mual mual dan mimpi buruk. Itu yang aku rasain hari ini. sejak bangun saat Adzan shalat Jumat tadi aku ngerasa gak enak badan aja. Bayang bayang potongan kepala orang yang kemaren masih ada di kepalaku. Mama ternyata sengaja tak membangunkanku untuk sekolah hari ini mengingat kejadian yang menimpaku kemarin dan kata bibi Mala

66

semalem tuh ada polisi yang datang untuk meminta keteranganku namun Mama menolaknya dengan alasan bahwa aku masih trauma. Trauma? Aku tidak merasa trauma. Aku tidak lagi takut dengan kejadian yang kemarin, hanya saja entah kenapa sekarang badanku terasa tidak enak. Selesai waktu Shalat Jumat, Mama membujukku untuk pergi ke rumah sakit. Akhirnya aku pergi ke rumah sakit bersama Mama. Kata Dokter, aku harus istirahat yang banyak dan melupakan kejadian yang kemarin agar aku tidak kepikiran terus dan membuat badanku ngedown. Sesampainya di rumah aku meyalakan Tv, sialnya saat itu acara Tv adalah berita yang sedang membahas kasus mutilasi di sekolahku. Polisi menduga motif pembunuhan adalah dendam, karena tidak ada harta dari kedua korban yang hilang. Bahkan, sepeda motornya terparkir di belakang sekolah. Saat sedang asyik mngamati berita itu, tiba tiba Mama mematikan salUran TV dan menyuruhku untuk tidur.

67

Kamu ini sudah dibilang untuk melupakan kejadian kemarin dan istirahat! kemarin?! Mama membentakku. Aku tidur. Tapi bermimpi buruk. Sangat amat buruk. Banyak mimpi buruk yang masuk dalam tidurku tadi. Yang paling buruk adalah aku bermimpi melihat mamaku membunuh dua orang pria dan memotong motongnya. Tidak mungkin. Tidak mungkin mamaku yang melakuakan itu. Aku bangun lalu mengambil air wudhu meskipun saat ini aku sedang tidak shalat. Aku diam sejenak. Ada 9 misscalled dari Harry. Aku melamun, lalu menulis di buku harianku ini saat ini hingga tanda titik. Kenapa malah nonton berita yang menyiarkan kasus

68

Sabtu, 5 September 2009 Akhirnya hari ini aku kembali ke sekolah setelah satu hari kemarin aku bolos. Keadaanku pun semakin membaik. Keadaan sekolah hari ini terasa sedikit berbeda. Garis garis polisi masih membentang sana sini di tempat ditemukannya potongan potongan tubuh kedua pria tersebut. Masih banyak polisi yang berkeliaran di sekolah ini. wartawan yang datang pun banyak sekali. Tadi sempat ada beberapa wartawan yang ingin mewawancaraiku karena aku adalah salah satu yang menemukan potongan tubuh dari korban mutilasi ini. Menemukan? Menurutku malah kepala sialan itu yang menemukan aku. Mungkin tuh kepala lagi ngintip aku kencing kali! Harry yang seharian di sekolah bersamaku ini langsung menolak permintaan para wartawan itu. Aku & Harry langsung cabut ke kantin aja. Hanya dalam waktu 2 hari langsung beredar kabar bahwa hantu kedua korban mutilasi itu gentayangan di sekolah ini. Harry menceritakan semuanya kepadaku. Pak Kamto, satpam sekolah ini katanya melihat tangan terbang mengelilingi sekolah. Saat

69

sedang duduk ada yang mencolek Pak Kamto dari belakang, ternyata yang mencoleknya adalah sepotong jari telunjuk yang melayang. Keesokan harinya Pak Kamto langsung meriang dan tidak bisa menjaga sekolah sampai hari ini. Harry terlihat begitu perhatian kepadaku. Tidak seperti biasanya. Sebenarnya aku ingin bercerita tentang kedua korban mutilasi itu. Sehari sebelumnya, kedua orang itu tanpa sengaja aku tabrak lalu mereka minta ganti rugi pada Mamaku. Namun, aku mengurungkan niatku. Aku takut aku jika dan polisi mngetahui serta hal itu mereka kami jadi

menginterogasi tersangkanya. Entah melakukannya.

Mamaku

membuat

menjadi

kenapa

dalam

hatiku,

aku

merasa

Mamaku

yang

Tapi rasanya itu tidak mungkin. Entahlah. Aku tidak mau menuduh Mamaku sendiri.

70

Minggu, 6 September 2009. Malam ini, aku menulis ini dengan mata yang masih basah oleh air mata. Pertanyaan sekilas yang lewat dihatiku kemarin tentang mengapa Harry menjadi lebih perhatian kepadaku lebih dari biasanya akhirnya terjawab tadi siang. Harry yang selama 4 bulan terakhir menjadi pacarku yang aku cintai dengan sepenuh hati ternyata bermain api dibelakangku bersama musuhku sendiri, Nani. Siang ini aku pergi sendirian keliling Jakarta untuk menghapus

semua rasa penatku. Tanpa sengaja, aku melihat Harry dan Nani sedang berduaan sambil berjalan berpegangan tangan di Taman Kota. Aku memandangi mereka dengan hati yang sakit hingga pandangan mereka berdua tepat ke arahku. Mereka berdua terdiam. Aku menitikkan air mata dan langsung berlari masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu. Masih bisa kudengar suara Harry berteriak memanggil namaku. Aku tidak mau berhenti, mobil kulaju lebih kencang. Kaca jendela mobil ku tutup semua.

71

Aku menagis sejadi jadinya di dalam mobil. Sampai di rumah, aku mulai berhenti menangis. Sampai akhirnya Mamaku melihat mataku yang membengkak akibat menangis. Dia memaksaku untuk menceritakan apa yang terjadi. Aku tidak tahu lagi harus mengungkapkan kepada siapa. akhirnya kuceritakan semua kepada Mamaku dan saat itulah air mataku mengalir deras kembali. Ya udah kamu tenang aja, biar Mama yang beresin semuanya. Kata kata dari Mamaku itu terdengar ambigu bagiku. Dan. Yordan kaget mendengar ada yang memanggilnya, dia langsung menutup buku harian itu. Mana putri? Tanya temannya yang sesame polisi. Dia lagi mandi, kenapa Tes? Gila tuh cewek masih sempet sempetnya mikirin mandi disaat kayak gini. Ungkap Tesar dengan nada sedikit dipelankan. Udah kamu nggak usah usil, siapa tahu dia ternyata nagis nangis di dalam kamar mandi. Tujuanmu kesini emangnya ngapain toh?

72

Aku disuruh atasan untuk menanyakan kamu tentang keadaan cewek itu, kamu disuruh cepat mengantarnya. Jawab Tesar. O ya udah, seselesainya dia mandi langsung aku anterin. Gak disuruh pake baju dulu? Tanya Tesar sambil tersenyum lalu keluar meninggalkan Yordan. Yordan terdiam sejenak, dia mengecek putrid masih berada di dalam kamar mandi, suara desiran air shower masih terdengar cukup keras. Dia meutup pintu kamar agar tidak terlalu terganggu oleh aktivitas orang orang yang dari tadi lalu lalang. Lalu dia melanjutkan membaca buku harian milik Putri. Apa yang dia yakini ternyata benar. Buku harian ini bisa jadi ikut mengarah ke kasus pembunuhan ini.

Senin, 7 Septemebr 2009. Aku tidak mengikuti upacara sekolah hari ini dengan alasan sakit sehingga aku beristirahat di ruang PMR. Dari ruang PMR aku dengan jelas bisa melihat Nani sedang berbaris. Nani, orang yang paling aku benci di sekolah ini dari kelas 1 SMA. Dia selalu mencoba menyaingiku. Dia selalu iri jika aku mempunyai sesuatu yang baru. Kini aku tambah membencinya karena telah merebut pacarku. Entah ini akal akalannya Nani atau memang kaena Harry suka Nani dan lebih memilihnya dibandingkan aku.

73

Mata Nani tanpa sengaja memandangku sedang duduk di ruang PMR. Aku memandangnya dengan tajam tapi dia segera melepaskan pandangan ke arah lain. Dia telihat takut melawanku. Kenapa? Bukankah selama ini kami selalu bertengkar? Kenapa sekarang dia takut sama aku? Pertanyaan itu akhirnya terjawab malam ini. Harry memintaku untuk bertemu berdua. Aku menyanggupinya. Akhirnya kami janjian di sebuah restoran dekat sekolah. Dia semuanya. Ternyata Harry lah yang meminta Nani untuk berselingkuh, dia bilang kalau aku terlalu sering menyendiri dan menghabiskan waktuku sendirian dibandingkan bersama pacarku sendiri. Oleh karena itu Harry ingin berselingkuh dan memilih Nani untuk menjadi selingkuhannya. Kenapa harus Nani? Aku juga gak tahu, entah kenapa aku jadi suka sama dia. datang sendiri tanpa Nani. Harry mulai menjelaskan

74

Kamu tahu kan kalo dia itu musuhku? Iya aku tahu tapi..... Tapi Apa?! Aku membentak Harry. Nani awalnya juga tidak mau karena dia tidak enak denganmu, meskipun kalian bermusuhan tapi Nani tidak mau dianggap merusak hubungan kita karena kalian memang saling dendam. Jadi ini bukan karena Nani yang memulainya? Aku mulai mengerti apa yang ingin disampaikan Harry. Bukan. Bukan Nani yang memulainya. Bahkan dia menyuruhku untuk kembali kepada kamu. Lalu? Suasana bertemu. Tapi aku sudah terlanjur cinta dan merasa nyaman dengan Nani. Hancur hatiku mendengar kata kata itu. hening sejenak. Pandangan mata kami masih saling

75

Ternyata bukan Nani yang menjadi biang keladi semua ini. Justru dia menyuruh Harry untuk menghentikan semua kebohongannya.

Ternyata Harry yang membuat masalah. Kini aku lebih benci dengan Harry dibandingkan Nani. Aku pulang dengan menangis sepanjang perjalanan. Aku berhenti sejenak di pinggir jalan lalu menagis sejadi jadinya hingga tanpa sadar aku tertidur atau pingsan lebih tepatnya.

Selasa, 8 September 2009.

Wahai Cupid pemegang panah cinta.... Aku ada pertanyaan untukmu... Kenapa kau menancapkan panahmu pada pasangan yang salah? Hingga banyak orang harus kesakitan hatinya... Apakah kau asal asalan dalam melepaskan panahmu?

Wahai Cupid pemegang panah cinta.... Sejuk dan indah rasanya....

76

Ketika kau menancapkan panahmu di hatiku dan di hatinya... Tapi sakit perih luar biasa!!! Ketika kami harus mencabut panahmu dari hati kami....

Wahai Cupid pemegang panah cinta.... Apakah ini permainanmu?? Atau kau menginginkan kami seperti ini? Mencicipi hati ke hati... Agar kami tahu hati mana yang sesuai dengan selera kami...

Puitis? Kenapa aku selalu menjadi puitis saat sedang patah hati? Tapi bila boleh memilih, aku lebih suka memilih puitis saat sedang jatuh cinta dibandingkan puitis saat patah hati. Hari ini, aku hanya berdiam dalam kelas terus menerus. Terdiam duduk di bangku sekolahku. Sepanjang hari ini, aku tidak melihat Harry dan Nani. jatuh cinta atau

77

Rabu, 9 September 2009. Semalam saat aku sedang tidur tiba tiba ada polisi datang ke rumahku. Dua polisi itu mengatakan bahwa Nani dan Harry ditemukan tewas tadi malam di sekolah dengan kepala terpenggal. Mayat mereka ditemukan oleh pak Kamto di 2 tong sampah yang berbeda dan dimasukkan dalam karung. Aku dibawa secara paksa oleh kedua polisi tersebut untuk

diperiksa. Ibuku melarangnya mati matian tapi polisi polisi itu tetap membawaku. Akhirnya, Bibi disuruh menemaniku ikut ke kantor polisi sementara Ibuku akan menelpon Ayahku yang masih berada di Bandung. Dalam perjalanan menuju kantor polisi aku hanya terdiam. Air mata mengalir deras dari mataku. Ya Allah apa yang terjadi? Siapa yang membunuh Harry dan Nani? Sesampainya di kantor polisi aku langsung diinterogasi oleh

mereka. Mereka menanyakan hubunganku dengan Harry dan Nani, kapan kami bertemu dan apa masalah yang aku alami dengan mereka.

78

Aku menjawab dengan sejujur jujurnya hingga tanpa kusadari aku menyebutkan nama Ibuku sebagai orang lain yang tahu permasalahan kami. Alhasil, saat ayah dan Ibuku datang pagi pagi buta polisi langsung menahan Ibuku untuk diinterogasi sementara aku diperbolehkan untuk pulang. Ayah tetap di kantor polisi untuk menemani Ibu sedangkan aku dan Bibi disuruhnya pulang naik taksi. Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan menangis sejadi jadinya. Bibi masuk dan memelukku. Aku putuskan untuk tidak sekolah hari ini. Aku tertidur hingga siang. Ibuku sudah ada di rumah. Dia tersenyum memandangku. Kata Ibu Ayah sudah balik ke Bandung karena semua urusan sudah selesai. Ibu tidak banyak bercerita tentang apa yang terjadi di kantor polisi. Aku mencari Bibi tapi tidak ketemu juga. Aku mencarinya keluar tapi yang aku lihat adalah dua orang polisi berada dalam mobil di luar rumah seperti sedang mengawasi kami. Seharian ini banyak pesan yang masuk ke dalam handphone ku tapi tidak satupun yang aku baca atau bahkan aku balas. Hal yang membuatku ketakutan dan penasaran adalah percikan darah yang aku temukan di bawah tempat tidur. Percikan darah itu hanya sedikit seperti baru dibersihkan.

79

Darah siapa itu? Aku menulis di buku harian ini dengan tangan bergetar dan jantung yang berdegup kencang. Siapa yang melakukan semua ini? apa motifnya? Apa hubunannya denganku? Siapa yang akan jadi korban berikutnya? Apakah pelakunya Ibu ku? Yordan makin serius membaca buku harian itu, dia yakin akan segera menemukan jawabannya. Dia yakin bahwa putri terkait dengan pembunuhan ini.

Kamis, 10 September 2009.

Aku merasa terasing. Teman temanku di sekolah menjauhi aku seakan akulah yang membunuh Harry dan Nani. Beberapa teman dekat Harry dan Nani masih terlihat ada yang menangis. Suasana jam belajar di kelaspun terasa hambar. Semua siswa tidak ada yang merasa nyaman dengan kehadiran polisi polisi serta kabar tentang adanya bagian bagian tubuh Harry dan Nani yang belum ditemukan di sekolah ini. Aku ngilu mendengar hal itu bahkan aku tidak mau tahu bagianbagian mana saja yang terpotong dari tubuh mereka berdua. Tadi siang aku kembali diinterogasi oleh polisi di rumah perihal ditemukannya potongan tangan seorang wanita yang menjadi makanan

80

anjing tetanggaku. Ayah kembali datang. Saat Ayah datang polisi meminta izin untuk menggeledah rumah ini. Aku sempat kaget saat tahu polisi akan menggeledah rumahku, aku teringat akan percikan darah yang ada di bawah tempat tidurku. Aku takut akan dijadikan tersangka jika mereka menemukan percikan darah itu. Aku mengikuti polisi selama penggeledahan. Saat polisi selesai menggeledah kamarku, aku langsung buru buru masuk ke dalam kamar dan melihat ke bawah tempat tidurku. Percikan darahnya sudah tidak ada! Siapa yang membersihkan darahnya? Apakah Ibuku? Baru berapa menit aku di kamar, suasana di rumah menjadi ramai ketika polisi menemukan tubuh Bibi Nur terpotong potong di dalam karung yang ditaruh dalam peti kemas di gudang bawah tanah. Aku sangat amat kaget. Siapa yang melakukan hal keji itu pada Bi Nur? Lagi lagi pikiranku mengarah kepada Ibuku. Tapi apa motif Ibu ku?

81

Apa karena Bi Nur sering lalai dalam pekerjaannya? Lalu kapan Ibu ku membunuhnya? Apa saat aku tertidur dan Ayah kembali ke Bandung? Entah. Aku tak bisa berpikir apa apa lagi. Yang jelas saat ini rumah keluarga kami menjadi sorotan wartawan.

Jumat 11 September 2009. Aku menangis sejadi jadinya. Sekencang kecangnya. Hingga buku harianku basah oleh rintik rintik air mataku. Aku masih berada di kamar orang tuaku sementara masih bisa ku dengar segala kebisingan kegiatan polisi diluar kamar. Mereka tidaka akan menggangguku di dalam kamar karena kau sudah meminta mereka untuk membiarkanku sendirian tapi tetap dalam pengawasan mereka. Pamanku yang kini jadi waliku belum datang dari Bali. Aku menulis tulisan ini sambil memeluk erat guling. Bisa kuliaht dengan jelas kilauan pisau dapur yang tajam yamg aku ambil diam diam dari dapur tergeletak di meja.

82

Hari ini semua telah terjawab. Siapa pelaku pembunuhan dan apa motifnya sudah terjawab walaupun hanya aku yang mengetahui apa yang sebenanya terjadi. Pagi tadi aku bangun dan mendapati diriku berada dalam lemari kamar dengan berlumuran darah. Saat aku keluar, aku melihat Ayah dan Ibuku tergeletak di kasur dengan bersimbah darah. Masing masing dari mereka menggenggam benda tajam. Sambil menangis aku melihat luka tusuk yang banyak di punggung Ayahku sedangkan darah Ibuku masih sedikit mengalir dari lehernya yang terbelah. Tersayat oleh pisau yang dipegang Ayahku. Aku menjerit sejadi sejadinya saat itu. Polisi yang masih berada di sekitar rumahku langsung masuk ke dalam kamar. Mereka semua terperangah melihat pemandangan mengerikan dalam kamar. Yang aku ingat saat itu adalah handycam yang aku sembunyikan dibalik boneka boneka di mejaku. Semalam sengaja aku memasang handycam untuk mengawasi

situasi kamarku takut takut kalau pelaku pembunuhan datang dan menghabisi nyawaku, aku berharap agar polisi dapat menemukan

handycamnya dan melihat isi rekaman sehingga langsung tahu siapa pelakunya. Tapi ternyata semua terjadi diluar kendali.

83

Menurut polisi berdasarkan data data yang didapat dari interogasiku serta data dari olah TKP mereka menyimpulkan bahwa kedua orang tuaku saling membunuh. Tapi kenapa? Mereka menduga bahwa Ibu ku adalah pelaku semua pembunuhan yang terjadi sebelumnya. Dia ingin membunhku saat tidur tapi Ayahku yang sudah mengetahui mencoba menghalanginya. Ayah menggotong dan menyembuyikan aku dalam lemari. Lalu Ayah mencoba melawan Ibu ku dan akhirnya mereka saling membunuh. Polisi segera menghubungi adik Ayahku yang berada di Bali. Aku bertanya dalam hatiku, apakah semua sudah berakhir? Ternyata tidak. Bahkan ketakutanku menjadi lebih parah dari sebelumnya. Aku mengambil handycam diam- diam dan melihat isi rekamannya. Apa yang aku lihat sangat mengejutkan aku. Ibu dan Ayah ku datang menghampiri aku saat tertidur. Ibu memelukku dan tiba tiba aku melihat dirku dalam rekaman mengambil sebuah pisau dari balik bantal dan mengibasnya ke leher Ibu ku. Darah keluar dan muncrat dengan banyakanya dari leher Ibu. Ayah yang melihat kejadian itu mencoba kabur. sebelum dia keluar dari kamar, aku

84

mengambil pisau lain yang terselip dalam buku. Aku tusuk tusukkan ke punggung ayahku hingga dai jatuh dikasur menindih Ibuku. Aku taruh pisau yang dipakai menusuk punggung Ayah di tangan Ibu sedangkan pisau yang aku pakai menyayat leher Ibu ku aku taruh di genggaman Ayah. Setelah itu aku memandangi diriku dalam rekaman berjalan masuk ke dalam lemari. Aku menganga setelah selesai melihat rekaman itu. Tubuhku bergetar. Mataku melotot ingin keluar dari tempatnya. Aku benar benar tidak tahu apa yang terjadi. Ternyata selama ini aku yang membunuh mereka. Kedua mas mas yang aku tabrak, Harry, Nani, Bibi Nur, Ayah dan Ibuku. Tapi kenapa? Bagaimana aku bisa tidak tahu dan tidak sadar bahwaaku

membunuh mereka? Bagaimana mungkin aku tega melakukannya? Sampai sampai aku tega memotong motong tubuh mereka bahkan memberikannya untuk jadi makanan anjing tetangga. Aku takut. Kau tidak perlu takut.

85

Sebuah suara wanita ku dengar samar samar di kepalaku. Aku menengok ke cermin dan bisa kulihat bayangan yang ada di cermin bukanlah aku yang sekarang. Dengan gemetaran masih bisa kulihat bayanganku di cermin dengan pakaian bersimbah darah dan pisau di tangan. Siapa kamu? Aku setengah berteriak. Aku ini dirimu, kamu itu diriku. Kita adalah dua jiwa yang berbeda tapi hidup di dalam satu tubuh yang sama. Tidak ingatkah kau sendiri yang menciptakan aku? Apa maksudmu? Aku adalah sisi lain dari dirimu. Selama ini kau mengenal dirimu sebagai seorang gadis yang pintar, baik hati, selalu tersenyum dan tidak pernah bisa melukai orang iya kan? Bayanganku berbicara padaku sambil tersenyum. Ya Tuhan apa aku sudah gila? Iya, aku adalah gadis yang baik. Mana mungkin aku tega membunuh orang! Kau bodoh! Kau kira hidup ini tidak memerlukan keseimbangan? Jika ada hitam maka ada putih, jika ada siang maka ada malam, jika

86

ada suka maka ada benci! Semua itu memiliki keseimbangan begitu juga setiap jiwa manusia! Kau mengenal dirimu selama ini adalah gadis yang sangat baik? Lalu dimana sifat bencimu, dendammu, jahatmu?

Pernahkah kamu memaki seseorang? Tidak! Dan ya, akulah sifat sifat jahatmu, akulah sifat sifat dendam dan bencimu. Ketika kamu benci dengan seseorang tapi kamu tidak tahu bagaimana mengungkapkan kebencian itu akulah yang melakukannya. Tapi tidak perlu dengan cara membunuh seperti ini kan? Aku menggertaknya, kali ini aku sudah benar benar merasa gila. Disaat kau masih kecil kau selelau dijahati oleh teman-

temanmu,tapi kau tidak pernah berani untuk melawan mereka. Kau memendam kemarahanmu, kebencianmu di dalam hati dan memutuskan untuk tidak mau menggunakan sifat jahatmu. Sifat yang setiap orang di dunia bahkan orang paling sucipun pasti memilikinya. Kau selalu

menyendiri dan semakin memupuk kebencian dan dendam di dalam hatimu hingga tidak ada lagi tempat untuk menruh kebencian itu di dalam hatimu. Sehingga di bawah sadarmu kau ingin sekali mengeluarkan sifat jahatmu. Hal itu membuat aku ada menguasai dirimu disaat kau tidak sadar dan membalaskan dendam dendammu. Kau kira kenapa semua teman teman kecilmu menjadi takut denganmu? Aku sudah ada dalam dirimu sebagai sisi lainmu sejak lama.

87

Aku terperangah mendengar setiap ucapan ucapannya. Lalu dia mulai berbicara lagi. Tanpa kau ketahui, kita saling berbagi tubuh. saat kau lelah dan tertidur, aku bangun menguasai dirimu dan melakukan hal hal jahat yang aku suka. Tapi kenapa kau membunuh orang? Karena aku ingin menguasai tubuhmu sepenuhnya. Aku ingin bebas menjadi dirimu seutuhnya. Aku lelah menjadi sampingan dari jiwamu. Aku lelah menunggumu tertidur hanya untuk bisa menguasai tubumu sementara! Aku masih terperangah. Beberapa saat kemudian aku mengambil bangku yang tergeletak di samping tempat tidur. Aku pecahkan cermin dengan bangku itu. Masih bisa kuliahat bayangan diriku tertawa saat kubentur benturkan bangku ke cermin. Tulisan ini adalah tulisan terakhir dariku. Aku harus menyelesaikan semua ini. tidak boleh ada satu nyawa lagi yang hilang karena aku dan sisi jahat diriku. Aku harus menyelesaikan ini. aku sudah tidak punya siapa siapa. untuk apa aku masih hidup? Aku genggam erat pisau yang kuambil di dapur di tangankiriku. Sementara tangan kananku masih ingin menulis kata kata perpisahan.

88

Selamat tinggal dunia.

Yordan tercengang. Kaget bukan main. Catatan harian terakhir Putri benar benar membuatnya tak bisa berpikir. Pertanyaan demi pertanyaan terundang dalam pikiran Yordan. Jika apa yang tertulis itu benar maka seharusnya Putri sudah mati bunuh diri. Tapi mana mayatnya? Bahkan sekarang dengan jelas Yordan tahu bahwa Putri sedang di dalam kamar mandi. Dimana pisaunya? Suara shower di kamar mandi masih terdengar jelas. Pandangan Yordan mencari sekeliling, dia melihat sepertinya ada sesuatu di balik selimut yang acak acakan di atas kasur ini. Disingkapnya dengan pelan pelan selimut itu, sebuah kamera Handycam tersembunyi atau lebih tepatnya sengaja disembunyikan di dalam selimut itu. Masih terduduk di atas kasur, yordan menyalakan handycam itu dengan tangan bergetar. Dia lalu memutar ulang semua isi rekaman itu. Benar saja, dia menyaksikan kamera itu merekam momen saat Putri membantai kedua orang tuanya sendiri dengan sadis tanpa suara. Yordan harus bergerak cepat. Dia harus segera membawa buku harian beserta handycam itu ke atasannya sebagai bukti baru. Suara shower dari kamar mandi masih terdengar, bahkan suaranya lebih keras. Yordan ingin beranjak sebelum putri selesai mandi. Dia membawa buku harian dan handycam itu dengan kedua tangannya. Tapi saat dia mencoba berdiri, ada seseorang yang menariknya dari belakang sehingga dia kembali dalam posisi duduk. Sebilah pisau tajam tepat dihadapkan beberapa inci dari lehernya. Kepala yordan terengak ke atas.

89

Kamu mau kemana Mas Yordan? Suara wanita itu terdengar genit dan seperti merayu. Yordan benar benar ketakutan saat tahu bahwa ternyata Putri sudah keluar dari kamar mandi. Kini dia melingkarkan sebuah pisau di lehernya dengan hanya mengenakan handuk berwarna putih. Maaf ya Mas aku madinya lama, soalnya tadi darahnya Putri banyak banget jadinya lama deh ngebersihinnya. Ungkap Putri dengan nada genit sambil mengambil buku harian dan handycam dari tangan Yordan. Yordan benar benar takut, dia seharusnya sadar kalau putri sudah keluar dari kamar mandi. Itulah kenapa suara shower kamar mandi terdengar lebih keras, karena pintu kamar mandi sudah terbuka. Putri tuh memang polos dan bodoh. Dia kira dengan cara bunuh diri maka semuanya akan selesai. Tapi dia lupa Mas kalau di dalam satu tubuh ini terdapat dua jiwa. Jadinya, saat jiwanya putri mati maka masih ada satu jiwa yang tersisa yaitu jiwaku dan hal itu membuatku bisa menguasai tubuh ini seutuhnya. Jelas dia sambil berbisik pelan dengan nada menggoda di telinga Yordan. Yordan makin bergetar. Dia Nampak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Sudah tidak ada lagi kata kata yang sanggup diucapkannya. Nah karena sekarang Mas Yordan sudah tahu semuanya maka Mas harus mati karena aku gak mau ada yang tahu, maaf ya mas. Ucapnya dengan sedikit tawa menggelitik. Yordan berusaha teriak. Setidaknya meskipun dia mati tapi dengan teriakannya bisa mengundang orang orang di luar untuk mencari tahu dan dia yakin Putri pun tak mungkin menyembunyikan tubuhnya yang besar hanya dalam beberapa menit. Tapi percuma, disaat leher dan mulutnya mencoba mengeluarkan suara disaat itu pula Putri menyayat leher Yordan. Dengan sigap Putri mengambil bantal di

90

sebelahnya dan menutupi leher Yordan yang tersayat agar darahnya tidak muncrat kemana mana.

91

8. Piala Hati

Dari pom bensin aku langsung menuju ke Regency 2, Sangiang. Di rumah Willy aku dan teman temanku sudah janjian untuk berkumpul. Setelah nanti semua yang janjian sudah lengkap kami langsung menaiki motor kami masing masing dan bergegas ke Pondok Selera 2. Hari ini adalah salah satu hari yang aku tunggu tunggu. Acara Perpisahan siswa kelas 3 SMA Negeri 4 Tangerang. Sebelum dari pom bensin aku ke rumah Adit untuk meminjam dasi. Dasiku hilang entah kemana dan itu sempat membuatku panik, untung saja aku punya teman yang baik seperti Adit. Adit tidak ikut rombongan kami karena dia berangkat bersama Ibunya yang guru di sekolah kami. Dia berangkat diantar oleh ayahnya. Pagi masih menampakkan kesegarannya. Aku yang tidak bisa tidur semalam dalam perjalanan sedikit ngantuk. Ya, itulah aku. Setiap akan ada acara yang berarti dalam hidupku aku tidak bisa tidur. Apalagi hari ini aku akan bertemu dengan orang yang aku suka. Penasaran aku seperti apa dia jika memakai kebaya. Jam 8 kurang beberapa menit aku sudah sampai di rumah Willy. Bagus, Hari dan Doni sudah berada di rumah itu. Kami mengobrol sebentar sambil mengomentari satu per satu setelan jas yang dipakai masing masing oleh kami. Willy memakai jas betawi yang mirip dengan orang nikahan. Bagus paling rapi dan seperti orang orang di bandara. Doni paling nggak maching pakaiannya. Sepatunya cats putih,, dia memakai celana jeans agak kebiru biruan, kemeja lengan pendeknya warna biru tidak klop dengan dasinya yang loreng spiral hitam kuning, dan jasnya berwarna abu abu. Kegedean lagi. Hari paling cuek dandanannya. Dia hanya memakai kemeja dengan celan training putih. Sedangkan aku, ah tak taulah. Ryan akhirnya datang juga. Kami langsung bersiap untuk berangkat setelah sebelumnya diledekkin oleh tetangga tetangga Willy. Mau ke undangan ya?

92

Siapa yang mau nikah? Will, besanan sama siapa? Kami hanya cengar cengir saja mendengar hal itu. Kami melaju di jalanan belakang Bugel. Perlahan kami susuri jalan demi jalan. Setelah melalui jalan besar tak lama kami telah sampai di Pondok Selera 2. Keadaan cukup ramai. Belum banyak yang datang. Setelah kami memarkir motorku. Aku meminta Doni untuk membuatkan aku dasi. Aku memang tak bisa membuat dasi meski sudah diajari berkali kali dari SMP dulu. Setelah memakai dasi aku berjalan menuju sebuah mobil Carry di seberang tempat parkir motor. Kaca mobilnya yang cukup besar cukup membantku merapikan jas dan dasiku. Aku menolehkan mukaku ke kiri ke pintu masuk pondok. Aku lihat panitia mondar mandir mempersiapkan acara. Ada yang menyiapkan buku tamu, mengangkut konsumsi dan lainnya. Aku tak munafik, mataku mencari dimana Piala. Piala, anak kelas satu yang merupakan salah satu panitia acara perpisahan ini. dia anak OSIS, tapi aku baru menyadari keberadaannya saat awal semester dua. Itu berarti sekitar 6 bulan yang lalu. Namanya Piala Bolapma Lambunduna kelas 10.1 nomor absen 25, lahir tanggal 18 Oktober 1992, rumahnya di Elok aku sendiri tidak tahu dimana itu. Ketika aku tahu keberadaannya di OSIS yang menjadi sorotan utamaku adalah namanya. Jenis nama yang masih asing bagiku. Aku menebak dia adalah orang batak tapi entahlah. Pernah aku ingin coba menayakan arti namanya pada Piala. Tapi aku urungkan niatku karena takut dia marah. Lagipula aku dan dia jarang berbicara. Dia adalah perempuan yang pendiam, dingin, agak jutek dan kata teman temannya dia termasuk anak yang cerdas di kelasnya. Sikap diam dan juteknyalah yang membuat simpatiku datang padanya. Awalnya aku tidak merasakan apa apa padanya. Hubunganku dengannya hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas. Tapi lama kelamaan sikap diamnya yang

93

akhirnya membuat hatiku luluh oleh tatapannya. Matanya yang jarang melihatku seakan sangat berharga melebihi apapun ketika dia menatapku. Lirih hatiku berkata akhirnya kutemukan lagi perempuan dengan tipe seperti itu. Ya, itu aku. Jika kebanyakan teman temanku mengejar cewek yang cantik, seksi, supel dan sebagainya aku lebih menyukai perempuan yang pendiam, cuek, yang jarang ku lihat, yang menundukkan wajahnya ketika berjalan di tengah banyak orang. Perempuan yang sanggup luluhkan emosiku. Terhenyak aku dari lamunanku. Mataku menangkap wujud seorang gadis dari kejauhan. Gadis itu memakai kebaya berwarna putih. Hatiku mengatakan bahwa itu Piala tapi aku tidak tahu. Mataku minus 1,5 sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Kacamataku pecah dan belum beli lagi. Aku palingkan wajahku ke kaca mobil. Pakaianku sudah rapih. Aku pura pura cuek dengan sekitarku. Padahal aku tahu ada beberapa cewek seangkatanku yang menaruh hati padaku dan saat ini sedang curi pandang melihatku merapikan jas. Aku memang sengaja melakukan itu. Sudah sifat alamiku menjadi cowok yang suka menarik perhatian banyak orang. Tapi tetap saja jika aku berhadapan denagn cewek yang aku suka seperti Piala nyaliku langsung ciut. Ingin rasanya aku berlari dan bersembunyi karena malu jika aku berhadapan dengan cewek yang aku suka. Tapi karena aku laki laki aku hadapi saja dengan mencoba menjaga sikapku sebiasa mungkin dan tidak menunjukkan tanda tanda bahwa aku suka padanya. Tapi tetap saja hati dan kakiku merinding dan bergetar hebat.

Pernah aku jajan di koperasi sekolah. Saat itu koperasi ramai dengan siswa siswi yang ingin jajan dan biasanya yang melayani pembeli adalah siswa siswi anggota koperasi yang bergiliran piket menjaganya. Aku tak memperhatikan siapa yang menjaga koperasi. Saat mataku berhasil melewati kerumunan aku tersentak kaget. Ternyata Pialalah yang menjaga koperasi ditemani oleh Agnes. Spontan aku langsung balik arah tidak jadi jajan di koperasi karena malu.

94

Suatu pagi aku beranjak dari kelas menuju koperasi untuk membeli roti karena aku belum sarapan dari rumah. Alangkah kagetnya aku saat berhadapan dengan Piala di koperasi. A Irwan yang biasanya menjaga koperasi setiap hari sedang tidak ada. Jadilah hanya tinggal aku dan Piala berdua. Wajahku pucat, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Aku lihat dia sedang sibuk denagn handphonenya. Entah dia sedang sms-an atau apa. Tanganku mengambil dua roti rasa coklat. Piala tolong ambilin Aqua gelasnya satu. Aku mencoba agar bibirku tidak bergetar. Dia mengambil Aqua gelas dingin yang disimpan di lemari es yang berada di samping belakangnya. Sebenarnya aku tidak suka air es tapi aku tidak bisa berbuat apa apa. Mulutku terkunci untuk sekadar mengatakan bahwa aku menginginkan air yang tidak dingin yang berada di dalam kardus Aqua yang belum dibuka dan jika kau kesulitan membuka kardus itu aku akan membantumu. Dia berikan Aqua gelas itu. Sekilas dia menatap hatiku. Jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Wajahnya yang tetap diam tak menunjukkan ekspresi apapun dan agak sedikit jutek semakin membuat darahku berlari kencang mengaliri jantungku. Dia masih sibuk dengan handphone-nya.

Nih uangnya! Aku berikan dia uang 100-an tiga lembar. Dia mengambil uang kembalian Rp 500 dan memberikannya padaku. Dia kembali menatapku dan kali ini sedikit tersenyum. Sungguh bukan main hatiku tak karuan saat melihat senyum itu. Senyum yang ditujukan padaku karena tidak ada siapa siap lagi disitu selain kami berdua. Ada tiga kemungkinan kenapa dia tersenyum. Pertama dia tersenyum karena mendapat sms yang lucu tapi aku tidak melihat handphone-nya menandakan dia mendapat sms dan handphone itu ditaruhnya di bangku dekatnya. Kedua, dia memang tersenyum padaku entah karena apa. Ketiga, dia senyum senyum sendiri mungkin sedang stress atau gila. ah peduli setan, yang jelas kikuk aku dibuatnya. Aku berjalan meninggalkan koperasi itu dengan salah tingkah. Aku berjaln grogi, entah dia melihatku atau tidak.

95

Di hadapan kaca mobil aku senyum senyum sendiri kayak orang gila. Aku tolehkan lagi mukaku ke sebelah kri. Aku melihat gadis itu lagi. Dia sedang mengangkat konsumsi memindahkannya ke meja sebelah. Aku hampiri teman temanku. Setelah foto foto sebentar, kami beranjak ke meja tamu. Kami mengantri untuk mengisi buku tamu dan mengambil snack. Dari sini aku berharap bisa melihat gadis berkebaya putih itu lebih jelas. Benar saja gadis berkebaya putih itu melintas di depanku dengan menopang sekitar 6 snack di tangannya. Piala. Batinku terkejut. Ternyata benar apa yang dirasakan hatiku. Itu Piala. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang orang. Jika seseorang sedang jatuh cinta. Meskipun orang yang dicintainya menutup mukanya dengan topeng dan memakai baju hitam di tengah ratusan orang yang memakai baju hitam pula, dia pasti tahu yang mana yang menjadi tambatan hatinya.

Setelah aku mengisi buku tamu dan mengambil snack, aku langsung berkumpul bersama teman temanku yang lainnya. Sesaat kami berfoto dulu di depan pintu Pondok Selera 2. Aku perhatikan teman temanku baik cowok maupun cewek, hari ini mereka terlihat berbeda. Teman temanku jadi terlihat berwibawa dengan balutan jasnya sedangkan yang cewek jadi tampak anggun memakai kebaya. Bahkan beberapa teman cewekku yang tomboy terlihat cantik dengan kebaya. Kaget aku dibuatnya. Setelah sapa sapaan dengan yang lain, kami melangkahkan kaki hendak masuk ke dalam. Di depan pintu aku lihat Ecca berdiri dengan balutan kebaya berwarna kuning keemasan. Lokih, teman sekelasku saat kelas 1 SMA sebenarnya sangat mencintai si Ecca bahkan bisa dibilang cinta mati. Tapi, sikap pengecutnya membuatnya hanya bisa memendam perasaannya. Maklumlah, setahuku dia belum pernah pacaran berbeda denganku. Beberapa bulan yang lalu aku sempat kesal dengan sikap Lokih. Dia selalu memuji muji Ecca di depanku tapi ketika si Ecca datang dia langsung kabur entah kemana. Dari sikapnya itulah aku coba untuk sedikit membantunya.

96

Aku coba untuk sms-an dengan Ecca berharap bisa sedikit membantu Lokih. Tapi aku yang malah disudut sudutkan Ecca. Berawal dari basa basi menanyakan nanti dia mau masuk IPA atau IPS lalu entah kenapa aku juga menanyakan temannya si Piala mau masuk IPA atau IPS. Eh, dia malah menyangka aku suka sama Piala.. aku coba untuk terus menepis tapi dia terus menerus menyudutkanku. Hingga akhirnya aku menyerah aku mengakui kalau aku sebenarnya menaruh hati pada Piala. Pikirku tidak salahnya aku mengatakannya pada Piala dengan harapan dia bisa membantuku untuk mendapatkan Piala.

Akhirnya mulailah aku bertanya satu per satu tentang Piala pada Ecca lewat sms. Aku bertanya tentang ulang tahunnya, warna kesukaannya, acara favoritnya dan sebagainya. Tapi, sekarang aku sudah tak sms-an lagi dengang Ecca. Sms terkhir yang aku dapat darinya itu sekitar 3 bulan yang lalu. A.. PyLa dAh pNy c0..

Itulah sms terakhir yang dia kirimkan pada tanggal 23 Mei 2008 jam 16:03. Sms yang sempat membuat hatiku hancur berantakkan. Tapi aku coba untuk melupakannya. Lagipula siapa Piala? Dia bukan siapa siapaku, dia hanya adik kelasku. Untuk apa aku cemburu? Bicara dengannya saja aku jarang malah sering aku dicuekkin. Aku tarik pikiranku dari lamunan. Aku berjalan masuk pintu. Aku tersenyum pada Ecca dia membalas senyumanku. Andai saja Piala seperti itu membalas senyumanku. Lirih hatiku mengharap. Di dalam, aku bersuka ria bersama teman temanku. Aku berfoto dengan banyak teman temanku. Aku sangat menikmatinya. Di tempat duduk aku masih

97

melihat panitia mondar mandir mengatur acara. Aku masih melihat gadis manis berkebaya putih itu berjalan mondar mandir entah sedang apa. Acara demi acara kunikmati. Kadang aku duduk, kadang aku berjalan jalan sambil berfoto dengan teman teman yang kutemui. Saat itu acara sedang diisi oleh dance. Tang nge-dance adalah anak anak kelas 2 Anitra dan teman temannya. Aku maju ke depan dekat penggung di sebelah kirinya untuk mengabadikan dance yang cukup mengundang syahwat itu. Disampingku ada Dinda yang juga ikut mengabadikannya dengan camera digital. Dance selesai, anggota dance itu menuju ke dekat pintu toilet yang dekat denganku. Saat aku ingin meminta anak anak dance untuk berfoto bersama tanpa kusadari ternyata Piala ada di belakangku. Kesempatan emas. Aku minta Dinda yang ,masih disampingku untuk memfoto anak anak dance denganku. Saat itu Piala masih dekat denganku. Saat aku minta dia untuk ikut nimbrung dia menolak. Selesai foto dengan mereka aku coba sekali lagi mengambil kesempatan. Aku minta Dinda, Piala dan salah satu panitia yang aku juga nggak kenal (main ikut ikutan aja) untuk foto bersama. Piala mau. Tak apalah foto bertiga yang penting ada Piala, batinku. Aku ambil 2 kali foto. Tiba tiba Adit menghampiriku. Entah ada setan dari mana, aku minta Adit memegang camera dan memfotoku dengan Piala. Saat itu aku agak grogi jadi spontan aku mengajak Dinda untuk foto bertiga bersama kami. Ah, dag dig dug jantungku.

Siang itu aku tidak ada kerjaan, hanya berkutat di depan komputer melihat foto foto perpisahan. Akhirnya, aku iseng iseng sms si Ecca menanyakan kabarnya. Aku tunggu sms balasan darinya tapi tak kunjung datang, aku tinggal tidur saja.

98

Sorenya dia baru sms balik. Aku hanya basa basi saja seperti biasanya. Ya, menayakan kabarnya, kapan anak kelas 1 ujian dan sebagainya. Hingga aku sedikit terbawa emosi dan menanyakan tentang Piala. Aku tanya sebenarnya si Piala itu tahu tidak tentang perasaanku dan bagaimana kabar dia dan pacarnya.

Ecca menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang mengagetkanku. Klu kRaNk Dy DaH PtS,. Dy dAh TaU. . Dy bCa Mz A Yg Ad d Hp k. . Sumpah bukan main aku kegetnya. Ternyata selama ini dia sudah tahu semuanya. Ecca tidak memberitahu sejak kapan Piala tahu tentang perasaanku. Aku bingung, apalagi beberapa menit sebelum Ecca mengirim sms itu aku mengirimkan sms pada Piala yang minta doanya karena besok akan ada pengumuman kelulusan UGM. Dalam lamunanku aku tersentak. Handphone-ku bergetar ada sms. Ecca. Tidak, Piala. Piala yang sms. Ya, Piala membalas sms ku entah ada angin apa. Oh...ni n0y a giLang to0 Q Qr N0Y CP, Y Q doain sPy Nm Aa trcntUm dsna Nant Kl DH kLwr hsLy Mz Q Y Q pngen tw HmMm... jd ikt dEg2an n_n Hatiku bergetar. Ada rasa senang, kaget dan aneh dalam hatiku. Senang karena Piala membalas sms ku. Kaget karena dia biasanya tidak membalas sms yang aku berikan dan aneh karena kata kata sms seperti itu belum pernah aku dapatkan dari sosok seorang Piala yang dimataku jutek.

99

Batinku semangat. Dia sudah terlanjur tahu isi hatiku. Aku tak bisa diam saja. Apapun yang terjadi aku harus maju. Aku akan coba nembak dia. Hatiku bergemuruh semangat. Emosiku melayang. Tiba tiba logikaku menjatuhkan emosiku. Aku teringat luka di mukaku. Luka yang menggaris di pipi kiriku. Mana mungkin Piala mau denganku? Dengan lelaki yang mempunyai bekas luka di wajahnya meskipun luka ini tidak permanen. Luka inilah yang mengikat hasratku pada perempuan selama hampir enam bulan. Luka inilah yang sejenak membuatku lupa akan wanita dan konsentrasi belajar. Tuhan memberikan luka ini padaku agar aku jauh dari wanita dan konsentrasi pada belajar selama 6 bulan ini. Tapi kan ujian sudah selesai. Lirih hatiku berbisik. Ya, biar sajalah. Persetan dengan luka ini. aku harus tetap maju. Jika Piala menolakku karena luka ini. biarkan saja. Aku tidak butuh perempuan yang mencintaiku karena ketampanan. Aku butuh perempuan yang mencintaiku apa adanya. Toh, aku juga suka sama Piala bukan karena wajah manisnya. Aku suka sama dia karena sikapnya. Tapi hati ini berontak lagi. Bagaimana jika dia menolakku. Hancur hatiku dan tak tahu harus bagaimana. Dulu saat aku kelas 1. saat dimana luka ini belum ada. Syelvi yang kakak kelasku mengejar ngejar cintaku. Dan ketika dia dapatkan aku dia yang mencampakkanku dengan lelaki lain. Itu setelah luka ini mulai ada. Aku tidak butuh perempuan seperti Syelvi yang hanya mengejar wajah dan bodohnya aku yang sempat tertipu oleh gombal kata katanya. Pikiranku balik lagi ke Piala. Hatiku sudah mantap. Ya, aku akan mengutarakan cintaku pada Piala. Tapi bagaimana?

100

Aku tidak mau mudah dilupakan. Aku ingin membuat sesuatu yang berbeda. Aku teringat kalau dia suka sekali dengan Naruto ( kata si Ecca ). Aku sama sekali tidak tahu menahu tentang Naruto. Dulu saat tahu dia suka Naruto aku langsung menelpon Bagus yang lebih banyak tahu. Aku minta dia menceritakan semua tentang Naruto dari A sampai Z hanya untuk sekedar mendekati Piala. Tapi, ternyata Naruto lebih rumit dari Fisika. Terlalu banyak karakter dan cerita. Aku saja karakternya cuma tahu Naruto doang. Akhirnya, aku urungkan niatku. Aku berpikir. Terlintas ide yang tidak pernah terpikir olehku sebelumnya. Aku ini penulis. Kenapa tidak ku tembak saja lewat puisi tapi puisi sudah basi. Otakku berjalan. Ah ya, cerpen. Akan aku tembak dia lewat cerpen. Lewat cerpen aku bisa lebih bebas memberitahukan isi hatiku. Memberitahukan bagaimana awal mula aku menyukainya. Memberitahukan seberapa perhatianku tentangnya. Tapi apa dia suka cerpen? Aku coba tanyan dia lewat sms. Positif, ternyata dia suka membaca. Tekadku bulat. Akhirnya dari hari sabtu kutilis cerpen ini dan selesai saat hari selasa. Aku sengaja memberikan cerpen ini pada Piala setelah dia selesai ujian semester karena aku takut mengganggu belajarnya. Aku tulis cerpen ini dari hati. Tapi, masih saja ada keraguan di dadaku. Apakah cara ini akan berhasil? Apakah aku akan diterima? Entahlah. Yang jelas aku laki laki dan aku tidak suka kerja setengah setengah. Apapun yang terjadi akan kuberikan cerpen ini. meskipun aku ditolak setidaknya aku sudah gentle dan memberikan sesuatu yang aku yakin tidak mudah untuk dilupakan.

101

Hari rabu, hari terakhir dia ujian. Aku datang ke sekolah dengan hati tak karuan. Bel pulang telah berbunyi. Aku lihat Piala. Dengan hati dan tangan bergetar aku samperi dia. Hei, gimana ujiannya? Susah nggak? Aku basa basi untuk menghilangkan grogiku. Dia menjawabnya dengan suara lembut. Saat memberikan cerpen itu aku beri dia syarat dan peraturannya. Pertama, kamu harus membacanya tidak boleh putus harus baca dari awal sampai habis dalam sekali baca. Kedua, bacanya habis Ashar atau sekitar jam 3 sore. Setelah kamu selesai bacanya kamu jangan sms aa dulu, biar nanti aa yang sms kamu untuk nanya pendapat kamu. Ketiga, cerpen ini belum ada judul dan endingnya, aa beri kamu kehormatan untuk nentuin judul dan seperti apa endingnya. Terakhir, jangan sampai cerpen ini hilang. Di menyanggupi semua itu. Lalu aku pulang. Di rumah aku benar benar deg degan. Tak sabar rasanya aku menunggu jam 7 nanti. Jam 7 nanti aku akan sms Piala, menayakan pendapatnya tentang cerpenku dan apa jawabannya. Maukah dia jadi pacarku? Jam di handphoneku menunjukkan pukul 7 malam. Ini saatnya. Aku tak tahu apa yang dirasakan Piala saat membaca cerpen ini. Ass Piala, gmana cerpennya? Aku butuh jawabanmu Maukah kamu jadi Piala hatiku?

Sms telah kukirimkan. Aku hanya terdiam di kamarku menunggu sms jawaban dari Piala. Batinku gundah.

102

Cepatlah jawab Piala, jangan buat hatiku tak karuan. Aku butuh jawabanmu. Cepatlah balas sms ku. Aku mohon. Aku pandangi handphone-ku. Terus menerus aku hanya bisa harap harap cemas menunggu jawabannya. Jawablah.......

103

9. Surat Terakhir Dari Doni

Gubrakk!!! Buku buku berjatuhan dari raknya, Amel kelihatan kewalahan mencoba menahan buku buku lainnya agar tidak ikut jatuh. Tapi dia tak cukup kuat menahannya sehingga jatuhlah buku buku itu. Wajah Amel pucat memandangi begitu banyaknya buku yang jatuh berserakan di lantai akibat ulahnya. Amel mengintip dari balik lemari. Benar saja, Bu Rosiana yang sedang duduk di meja penjaga perpustakaan menatap mata Amel dengan penuh kegarangan. Amel berjalan menghampiri Bu Rosiana sambil senyum senyum, walaupun sebenarnya dia ketakutan setengah mati. Bu Rosiana berdiri dari kursinya, memandangi Amel sambil menggeleng gelengkan kepala. Maaf Bu, saya tadi lagi ngambil buku yang diatas tapi malah gak sengaja jatuhin semua buku di lemari itu. Amel berbicara terbata sambil tertunduk, dia tak berani memandang mata Bu Rosiana. Wanita itu menolak pinggangkan tangannya, tatapan matanya benar benar tajam. Seperti sebuah belati yang kapan saja siap untuk menusuk nusuk kepala Amel. Kamu tuh disini untuk menjalani hukuman skorsing! Biar kamu bisa jadi lebih baik dan gak bikin gara gara lagi! Tapi ini kamu malah ngehancurin perpustakaan!!! Bu Rosiana Bicara dengan suara lantang, pandangan belatinya tak lepas dari ubun ubun kepala Amel. Iya Bu maafin saya, saya janji akan segera merapikannya. Bu Rosiana Diam sejenak , dia mulai mengendurkan kerutan kerutan matanya.

104

Oke, pokoknya buku buku itu harus segera rapih seperti semula saat saya kembali kesini. Iya Bu, kepalanya sedikit terangkat untuk menatap Bu Rosiana, lalu dengan cepat dia tundukkan lagi. Bu Rosiana merapihkan mejanya dan berjalan keluar dari perpustakaan. Amel masih berdiri diam, memandangi Bu Rosiana keluar dari perpustakaan. Suasana disini begitu hening, tidak ada siapapun selain Amel. Huh dasar Iblis! Bisanya Cuma ngomel ngomel doang, ditinggal pergi pula, bantuin kek!! Amel menggerutu sambil berjalan kea rah lemari yang buku bukunya tadi dia jatuhkan. Heh, mana buku bukunya? Lho koq dah ada di lemari lagi? Siapa yang ngerapihin? kaget melihat buku buku yang tadi jatuh ternyata sudah kembali tersusun rapih di rak. Amel memandangi sekelilingnya, mencoba melihat apa ada orang lain disini yang merapihkan buku buku ini. Jantung amel mulai berdegup kencang, bulu kuduknya mulai merinding, otaknya mulai memikirkan hal hal yang aneh. Setelah beberapa saat dia sepertinya yakin kalau Cuma dirinya seorang yang berada di perpustakaan ini. Tapi amel masih penasaran, dia mencoba mengeluarkan suara. Dengan suara dan nada yang terbata bata. Halo ada orang gak? kepalanya menengok ke segala arah. Maaf, siapa ya yang ngerapihin buku buku ini? Amel masih melihat lihat sekeliling, suasana begitu hening, ada perasaan takut di dalam hatinya, siapa tahu saja ada yang menjawab pertanyaannya tadi dan ternyata yang merapihkan buku buku itu adalah sosok penunggu perpustakaan ini dengan mukanya yang menyeramkan plus gaun putihnya yang menerawang. Amel sudah benar benar ketakutan dengan khayalannya sendiri.

105

Aku yang merapihkan. Tiba tiba terdengar suara cowok yang menjawab. Amel tersentak melihat cowok itu ada disampingnya. Cowok itu Cuma berdiri sambil tersenyum angker. Amel reflek berlari ke belakang dan masuk ke dalam gudang yang terdapat di perpustakaan. Sialnya gudang tersebut sangat gelap. Amel menyalakan lampu gudang tersebut dan kaget melihat banyak tikus disitu dan kecoak di kakinya. Amel teriak dan saat dia mencoba berbalik arah untuk keluar dia menabrak cowok misterius tadi dan hal itu membuatnya tambah shock hingga pingsan. Beberapa saat kemudian Bu Rosiana datang kembali ke perpustakaan agak sorean. Mel, udah sore kamu pulang aja sekarang, kalau ngerapihinnya belum selesai dilanjutin besok pagi aja. Sambil berjalan kearah rak buku yang berantakan tadi. Bu Rosiana melihat buku buku yang tadi telah tersusun rapih di rak. Dia mengelilingi perpustakaan mencari Amel sambil memanggil manggil nama Amel. Dikiranya Amel sudah pulang. Dia mematikan lampu serta AC perpustakaan, lalu pergi dengan mengunci pintu perpustakaan. Amel masih tak sadarkan diri dan terjebak di dalam gudang perpustakaan tanpa ada yang mengetahui. Amel mulai membuka matanya perlahan. Tak ada yang bisa dipandangnya, semuanya gelap. Dia bangun untuk duduk lalu mengambil handphone-nya di saku rok sekolahnya. Jam digital di handphone-nya menunjukkan jam 10 malam. Perasaan bingung masih mengelilingi pikiran Amel. Dia menggunakan cahaya handphone-nya untuk mengelilingi keadaan sekitar yang gelap. Suara suara cekitan tikus kadang kadang terdengar. Amel mencoba mencari pintu keluar, dia berdiri dan menerawang ke segala arah dengan cahaya dari handphone-nya.

106

Sempat kaget melihat seorang cowok sedang tak sadarkan diri bersandar di pintu gudang. Tapi amel langsung mampu untuk menguasai dirinya agar tak berteriak. Perlahan dia dekatkan handphone-nya ke tubuh cowok itu. Dapat dilihatnya cowok itu memakai seragam sekolah sama seperti dirinya. Kali ini dia memberanikan diri untuk mencoba membangunkan cowok itu. Karena bagaimanapun cowok itu bersandar di pintu dan amel tak akan mungkin bisa membuka pintu gudang jika dia tidak menyingkir. Hei, hei. Amel mengguncang guncang tubuh cowok itu. Hei bangun! Nada suara amel sedikit naik, tapi cowok itu belum juga bangun. Diguncang guncangnya lebih keras tubuh cowok itu. Setelah beberapa lama akhirnya cowok itu membuka matanya. Hei bangun, aku mau membuka pintu! Sepertinya amel sudah sangat kesal dengan kehadiran cowok itu. Cowok itu memicingkan matanya seakan silau terkena cahaya dari handphone amel, kepalanya mengadah ke atas, matanya menatap amel dengan pandangan bingung. Amel yang sudah tidak sabar langsung mencengkram tangan cowok itu lalu menariknya keatsa agar dia berdiri dan menyingkir dari depan pintu. Lo tuh dari tadi bisa minggir gak sih?! Kini Cowok itu berdiri di samping pintu sambil mengucek matanya. Amel dengan cekatan mendorongnya lalu meraih gagang pintu. Dia buka pintu gudang lalu keluar. Ya ampun.

107

Ternyata suasana perpustakaan tidak kalah gelap dari gudang tadi. Dengan cahaya dari handphone-nya, amel berjalan pelan menyusuri dinding dinding perpus untuk mencari tombol saklar listrik dan menghidupkan lampu. Tiba tiba terdengar suara beep dari handphone saat amel sedang menerawang. Sial, baterenya habis lagi! Suara gerutu itu terdengar cukup kencang di dalam perpus. Sudah lengkaplah hal hal yang membuat amel kesal dan marah tak karuan. Dia Cuma bisa memandangi sekitar perpus yang gelap sambil memegang kepalanya. Tiba tiba semua lampu di perpus kedap kedip dan tak lama kemudian menyala terang dengan sempurna. Dengan cepat amel memutar tubuhnya, diihatnya cowok yang tadi berada di samping salah satu rak buku dengan kanan kanannya masih terangkat menyentuh tombol saklar lampu. Amel memandangnya dengan tatapan sinis. Cowok itu Cuma tersenyum, dia lalu berjalan pelan menuju amel. Reflek, amel melangkah mundur perlahan sambil tetap terus memandangi cowok itu. Mau ngapain lo? Amel terus mundur perlahan sedangkan cowok itu masih tersenyum memandang amel sambil berjalan mendekatinya. Ada rasa takut dalam hati amel, senyum cowok itu manis namun ada sesuatu yang aneh dari senyumnya itu. Suasana semakin dingin saat cowok itu semakin dekat dengan amel, akhirnya amel berbalik badan dan langsung berlari kea rah pintu. Amel mencoba membuka pintu tapi percuma, pintu itu telah dikunci. Amel terkunci di dalam perpus bersama cowok aneh itu. Percuma kamu goyang goyangkan pintu itu, pintu itu sudah dikunci sama Bu Rosiana, kita berdua terjebak disini dan baru bisa keluar besok pagi saat Bu Rosiana datang ke perpustakaan lagi.

108

Amel berhenti mengoyang goyang pintu, dia memandang cowok itu perlahan. Betapa kagetnya melihat cowok aneh itu sudah ada di depannya dengan jarak hanya sekitar 10cm. Kamu gak usah takut sama aku, aku gak akan ngapa ngapain kamu. Dia tersenyum, amel Cuma bisa terdiam sambil menatapnya. Cowok itu lalu mengulurkan tangannya meminta bersalaman. Namaku Doni. Cowok itu memperkenalkan dirinya dengan nama Doni. Hati dan pikiran amel nampaknya sudah mulai bisa tenang. Dia perlahan mengulurkan tangannya juga dan bersalaman dengan Doni. Namaku Amel. Doni membalasnya dengan senyuman lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhi amel. Lo mau kemana? Terus gimana kita keluarnya? Tanya amel yang masih berdiri di depan pintu. Kita terjebak di dalam perpustakaan sampai besok, sayang rasanya kalau hanya dilewatkan untuk melamun atau tidur, lebih baik menghabiskan waktu dengan membaca, toh gak aka nada ruginya. Doni menjawab pertanyaan amel tanpa menoleh sedikitpun dan terus berjalan menyamperi rak rak buku. Kenapa kita gak ngehubungin Bu Rosiana aja sekarang? Handphone gw mati, lo masih aktif kan handphone-nya? Doni sedang asik memilih milih buku lalu mengamblnya dari rak seakan tak memperdulikn keberadaan Amel. Hei kamu denger gak sih?! Bentak amel.

109

Aku gak punya handphone. Jawab doni sambil melihat lihat buku yang dipegannya. Amel memicingkan mata, hidungnya kembang kempis, jidatnya mengkerut. Dia sudah benar benar kesal dengan segala hal yang terjadi belakangan ini padanya. Doni mengacuhkan amel. Dia terlihat asyik dengan buku buku yang dibopingnya lalu dia berjalan pergi ke rak pojok hingga hilang dari pandangan amel namun masih terdengar suaranya yang sedang mengacak acak rak buku. Amel lebih memilih berjalan kea rah yang berlawanan dengan Doni. Dia duduk di karpet yang memang disediakan untuk siswa siswi yang ingin membaca buku sambil duduk di bawah lantai. Dia perhatikan sekitar perpus, mulai dari dinding dindingnnya yang kotor sampai langit langitnya yang sudah using dan banyak sarang laba laba dimana mana. Hening sekali rasanya, tidak ada suara apapun bahkan doni pun yang dari tadi berisik sendiri sudah tak terdengar lagi suaranya. Amel memejamkan matanya, dalam pikirannya dia sedang merangkum segala prolog yang menimpanya hingga dia bisa ada disini sekarang. Mulai dari Ulangan Matematika yang membuatnya bete, pacarnya Toni yang menjengkelkan, sahabat sahabatnya Tika, Putri dan Rizka yang tidak mau menemaninya bolos, Pak Rodi yang memergokinya sedang bolos dan memberinya hukuman skorsing, Bu Rosiana yang selalu memarahinya dan Doni yang membuatnya pingsan di gudang hingga akhirnya membuat dia terkunci di perpus. Menurut amel, Saat ini satu satunya orang yang tepat untuk disalahkan adalah doni, karena dia yang membuat amel ketakutan hingga pingsan di gudang hingga terkunci. Ingin rasanya amel menyamperi doni dan menghujaninya dengan lemparan buku serta makian makian kotor. Baru kenal dah bikin susah! Gerutu Amel.

110

Tapi di balik rasa kesal itu, Amel merasa sedikit bersyukur ada doni disini. Karena kalau tidak ada Doni, bisa bisa dia menghabiskan malam di perpustakaan dengan menangis berteriak histeris dan ketakutan setengah mati karena sendirian. Bahkan tadi pun amel tidak bisa menyalakan lampu perpustakaan, untungnya ada Doni. Angin malam masuk lewat sela sela ventilasi diatas pintu, terdengar suara rintik rintik hujan diluar. Tak berapa lama hujan tersebut menjadi deras. Amel masih duduk bersila tanpa gerakan, dia merasakan dinginnya udara. Suara petir tiba tiba terdengar sangat keras. Menggelegar seakan akan ada bom yang meledak di dekat kuping Amel. Denaan cepat amel langsung berlari ke belakang mencari Doni. Dia memang takut dengan suara petir, biasanya Ibunya selalu memeluknya jika ada petir tapi kini dia sendirian tidak ada yang bisa diminta perlindungan kecuali doni. Doni! Doni yang sedang duduk dilantai bersandar di rak buku sambil membaca buku sedikit kaget mendengar teriakan amel. Kenapa? Amel Cuma berdiri diam saja di depan doni. Kenapa sih? Doni mengulang pertanyaannya. Gak apa apa. Jawab amel sambil menggeleng gelenggkan kepalanya. Dia lalu duduk di lantai mengambil sebuah buku yang terletak disamping doni. Kamu lagi baca apaan sih? Doni Cuma diam saja. Amel sedikit kesal dengan respon doni tapi biarlah, setidaknya dia merasa sedikit aman berada di dekat Doni.

111

Hujan lebat masih turun, tak terbayangkan betapa khawatirnya keluarga amel di rumah mendapati anaknya belum pulang dan tak bisa dihubungi. Amel mencoba menenangkan hatinya. Kamu anak kelas mana? Koq kayaknya aku belum pernah ngeliat kamu? Amel mencoba mencoba mengajak ngobrol doni agar tidak ada kecanggungan dari mereka. Aku anak kelas 3 IPA 4. Jawab Doni singkat. Oh pantesan aku gak pernah ngeliat kamu, aku anak kelas 2 IPA 1, kamu tinggal dimana? Ya di rumahlah! Dih koq jutek banget sih? Aku kan nanya baik baik! Kesal rasanya jika Amel di cuekkin. Makanya, kalau ngajak ngobrol orang tuh liat liat dulu dia lagi ngapain! Timpal Doni sambil tetap terlihat serius membaca buku yang di genggam. Tubuh Amel sedikit menjauh dari Doni, dia melihat lihat buku yang berserakkan d lantai. Sebuah buku berjudul Kumpulan Kisah Misteri menarik perhatinnya. Dimbilny buku bersampul merah itu, tanpa basa bsi langsung dibaca oleh Amel. Keadaan kini cukup hening, hanya suara suara dengkrikan jangkrik dan rintikan gerimis yang terdengar. Konsentrasi Doni seakan malah pecah dengan suasana hening itu. Di pandangnya Amel yang sedang serius membaca. Cewek penakut koq baca buku misteri? Dengan nada mengejek, Doni mengganggu Amel yang sedang membaca.

112

Siapa bilang aku penakut? Aku tuh gak percaya dan gak takut sama hal yang kayak beginian, jawab Amel jutek sambil mengguncang guncangkan buku itu ke arah Doni. Masa? Paling kalau sekarang kamu aku tinggal pergi sendirian di sini dengan lampu mati pasti bakalan ketakutan setengah mati, ejek Doni. Amel diam, dia tidak mau menjawab pertanyaan Doni. Koq diem? Kenapa? Takut beneran ya? Hahaha, Ejekkan dan suara tawa Doni membuat Amel kehabisan kesabaran. Dengan murka dia banting buku yang dibacanya itu ke depan Doni. Suaranya keras sekali, hingga Doni yang sedang tertawa mengejek Amel benar benar kaget hingga diam dibuatnya. Mata mereka saling bertemu, tapi bukan sebuah tatapan mesra antara sepasang kekasih yang muncul. Amel mengerutkan matanya sekerut kerutnya, menunjukkan dia benar sedang marah. Mata Doni melotot semelotot lototnya dengan mulut yang terbuka sedikit, menunjukkan bahwa dia benar benar kaget. Cukup lama mereka seperi itu, hingga Amel mengakhirinya dengan mengambil kembali buku yang dibantingnya tadi dan melanjutkan membaca. Sedangkan Doni masih dalam posisi semula. Amel benar benar tidak menghiraukan Doni lagi, bahkan dia tidak menyadari kalau Doni beranjak pergi dari tempatnya. Kata demi kata dibacanya dengan penuh penghayatan, dan benar buku ini membuat bulu kuduknya merinding. Tapi pikirnya untuk apa takut, toh ini Cuma cerita dan lagi pula dia tidak sendiri di sini. Di saat sedang menghayati ceritanya, lampu tiba tiba padam. Bersamaan dengan itu terdengar suara petir yang besar. Doni!!

113

Amel benar benar ketakutan. Spontan dia melempar buku yang dibacanya lalu berteriak kencang. Perasaan ingin dilindungi sebagai ceweknya memerintah Amel untuk memeluk Doni. Tidak perduli respon Doni nanti, yang penting Amel merasa terlindungi. Sial bagi Amel. Yang dia peluk hanyalah udara hampa. Doni tidak ada di tempatnya. Apa yang di katakan Doni tadi terjadi. Amel ketakutan saat lampu mati dan mendapati dirinya sendirian. Doni....!!!!! Teriakan Amel kali ini sangat keras melengking, mungkin sanggup membuat kaca bergetar. Lampu menyala lagi, rak rak buku kembli terlihat jelas lagi. Nafas Amel terengah, pakaiaannya basah oleh keringat dingin. Dia mencoba menarik nafas pelan pelan agar jantungnya kembali berdetak normal. Perasaan takutnya tadi kini 180 berubah menjadi rasa marah yang tidak dapat di bendug lagi disaat dia mendengar suara tawa kencang seorang cowok. Amel mengambil beberapa buku untuk dibawanya, lalu berjalan ke sumber suara menjengkelkan itu. Benar saja, Doni berdiri bersandar di tembok dekat dengan tombol lampu, mulutnya terbuka lebar, giginya nampak jelas terlihat, matanya terpejam hingga berkerut. Suara tawa kepuasan terdengar kencang dari pita suaranya, kedua tangannya dia lipatkan di perutnya. Sepertinya ketakutan Amel tadi benar benar megocok perutnya. Sialan! bentak Amel yang tak tanggung tanggung langsung melempari Doni dengan buku buku yang di bawanya. Aduh Mel, Ampun, Doni mencoba menangkis dan menghindar, tapi tenaganya sudah terkuras habis untuk tertawa tadi. Gak lucu tau gak!!

114

Iya Mel, sorry, Doni mencoba menenangkan Amel, kini nafas Doni yang terengah engah. Calm down, aku tadi Cuma bercanda, doni berjalan mendekati Amel. Tadi tuh gak lucu banget! Amel memutar balikkan badannya dan kembali ke tempat dia membaca sebelumnya, disusul oleh Doni. Doni berdiri menyandar di rak buku, Amel duduk di lantai dan melanjutkan membaca. Ada sedikit rasa bersalah pada Doni karena ulahnya tadi, dia mencoba memulai pembicaraan untuk menenangkan suasana. By the way, kamu kenapa tadi seharian ada di perpustakaan ini? Doni duduk di sebelah Amel saat ini. Bukan urusanmu! jawab Amel. Koq jutek banget jawabnya? Makanya kalau nanya tuh liat liat dulu orangnya lagi nagapain! Doni merasa geli sendiri mendengar omongannya tadi dibalikkan lagi oleh Amel. Iya mbak, aku kan Cuma penasaran ajah, koq cewek secantik kamu tumben tumbenan menghabiskan waktu seharian di perpustakaan? nada suara Doni berubah menjadi tenang dan lembut. Aku kena skorsing, kini Amel nampaknya sudah mulai mau membalas percakapan ini. Skorsing? Kenapa? Aku ketahuan bolos sama Pak Rodi, Amel berhenti membaca, namun bukunya masih dia genggam. Bolos koq sendirian? Lagian kamu ngapain juga bolos? Kasihan orang tuamu,

115

Kedua kaki Amel ditekuk sambil menyandar di rak buku, tangan kakan dan kirinya dia sandarkan pada lutut sambil menggoyang goyangkan buku yang dia pegang. Entahlah, aku disni punya 3 sahabat namanya Tika, Putri dan Rizkha. Kami selalu bersama, tapi entah kenapa beberapa hari ini mereka menjauhi aku. Aku gak tahu sama sekali apa salahku sama mereka. Lalu, aku punya pacar namanya Toni, dia pintar dan ganteng tapi jarang perhatian sama aku. Dia selalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Dia lebih memilih sibuk dengan kegiatan debat bahasa Inggrisnya dibandingkan untuk menemaniku jalan jalan. Di rumah, kedua Orang tuaku cuek semua, gak ada yang perhatiin aku, tersingkap sedikit raut kesedihan di wajah Amel. Terus? Amel menengokkan keplalanya, menatap mata Doni dengan pandangan sendu. Kemarin, ada ulangan Fisika. Aku gak belajar dan memang sama sekali gak mengerti, makanya aku memilih utuk bolos. Aku pergi ke Mall, tapi sialnya di situ ada Pak Rodi yang lagi belanja. Ya sudah, akhirnya aku ketahuan dan kena omel. Besoknya orang tuaku dipanggil, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang datang. Lalu aku di beri hukuman skorsing d perpustakaan selama 3 hari. Wah enak dong 3 hari gak belajar tapi malah di perpustakaan? Besok aku bolos juga ah, nongkrongnya di dekat rumahnya kepala sekolah biar langsung katahuan, Doni nyengir nyengir sendiri gak jelas. Enak apanya? Hari pertama tadi tuh aku di suruh bersihin perpustakaan, hari besok aku bakalan dikasih tugas pelajaran dan harus dikerjain disini, gerutu Amel. Tenang aja, pasti besok aku bantuin koq, Doni memandang Amel sambil tersenyum. Beneran ya? Janji? Amel menjulurkan tangan kanannya ke Doni mengajaknya bersalaman.

116

Oke, Doni membalsanya, dan mereka bersalaman. Lalu Doni beranjak meninggalkan Amel. Mau kemana Don? tanya Amel dengan sedikit nada takut. Masih tak bisa disangkal kalau Amel takut di tingga sendirian. Mau Tidur, di ruang depan kan ada karpetnya jadi gak dingin, ujar Doni sambil berjalan ke ruangan depan. Ruang ini dekat pintu akses utama. Di pinggir pinggirnya di taruh meja meja untuk membaca, sedangkan bagian tengahnya di lapisi sebuah karpet hijau yang besar bagi siswa siswi yang ingin membaca sambil duduk bersila di lantai. Amel membuntuti Doni, Doni sudah dalam posisi tertidur menghadap ke samping. Walau Amel awalnya sedikit risih untuk tidur, tapi rasa lelahnya akhirnya membawa dirinya melayang ke dalam mimpi.

Amel merebahkan tubuhnya di sofa, nyaman sekali rasanya bisa menikmati sofa empuk di rumahnya sendiri setelah semalam dia terpaksa harus tidur di lantai yang keras. Dia memejamkan matanya, kini indera pendengarannya menjadi lebih fokus sesaat. Terdengar suara Ibunya yang sedang menerima telepon dari Bu Rosita. Sepertinya Bu Rosita sedang meminta maaf atas apa yang terjadi terhadap dirinya, pikir Amel. Entah seperti apa kagetnya Bu Rosita tadi pagi saat dia membuka kunci ruang perpustakaan lalu menemukan Amel yang sedang tertidur di lantai. Spontan Bu Rosita langsung membangunkan dirinya, lalu menan yakan apa yang Amel lakukan di perpustakaan.

117

Amel hanya bercerita bahwa dirinya tertidur di gudang buku tanpa sepengetahuan orang lain, hingga akhirnya dia terkunci di sini. Amel tidak menceritakan tentang cowok bernama Doni yang juga ikut terkunci dan tidur disini semalam. Dia takut disangka melakukan macam macam dengan Doni. Toh, Doni pun sudah tidak ada sejak dia bangu tadi dan Bu Rosita sama sekali tidak menyinggung tentang cowok yang semalam juga terkinci di perpustakaan. Mungkin karena Bu Rosita tidak melihat Doni dan hanya menemukan Amel di situ. Amel tersenyum dalam pejamnya, dia membayangkan raut muka Bu Rosita yang merasa sangat bersalah. Dia langsung menyuruhku pulang ke rumah dan meliburkan Skorsingku selama satu hari. Mel, suara Ibunya membangunkan Amel. Iya, kenapa Ma? tanya Amel. Tadi Bu Rosita nelepon, dia minta maaf atas kejadian yang menimpa kamu. Dia berjanji hal itu takkan terulang lagi. Kalau Mama sih yang penting kamu selamat dan gak kenapa kenapa, ungkap Ibu Amel sambil mengusap rambut anak satu satunya itu. Ya udah, sekarang kamu lebih baik mandi dulu terus makan. Setelah itu kamu baru boleh tidur, lanjutnya. Iya Ma, Amel mengangguk. Cerahnya dan sejuknya pagi sepertinya tetap tak mampu meredam kekesalan hati Amel. Bagaimana tidak? Sepanjang pagi ini Amel terus saja menggerutu di dalam perpustakaan. Hari ini dia kembali mejalani skorsing untuk hari kedua, itu berarti dia tetap menjalani 3 hari skorsing hingga besok dan kemarin tidaklah dihitung satu skorsing. Belum lagi kekesalan Amel dengan teman temannya yang tidak ada sama sekali menghubungi dirinya. Padahal dia yakin bahwa temantemannya pasti tahu tentang kejadian Amel terkunci di perpustakaan kemarin.

118

Amel bersandar di rak buku sambil mencoba mengerjakan soal soal Fisika yang diberikan oleh Bu Rosita sebagai tugasnya selama masa skorsing ini. Tapi sepertinya dia hanya melihat lihat soal itu, tidak membacanya atau mengerjakannya. Pikirannya entah melayang kemana. Mel, tiba tiba terdengar suara Doni memanggil namanya. Eh, kamu Don? Kemana aja kamu? Tanya Amel yang sempat kaget dengan kehadiran Doni. Kali ini kehadiran Doni memang sangat di tunggu tunggu oleh Amel. Selain ingin menanyakan kemana saja dia kemarin saat Amel terbangun, Amel juga ingin menagih janjinya untuk membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Rosita. Apa itu? Tugas dari Bu Rosita? Doni balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Amel. Amel hanya mengangguk, lalu Doni mengambil kertas folio berisi soal soal dari Bu Rosita. Cuma ini tugasnya? Tanya Doni lagi, dan Amel hanya menganggukkan kepalanya lagi. Yah ini mah gampang. Udah biar aku aja yang ngerjain, ungkap Doni dengan sombong. Emangnya kamu bisa? Amel meragukan kemampuan Doni. Mungkin wajar saja kalau Amel meragukan Doni, karena memang dari dandanan dan tampangnya terlihat tidak meyakinkan bahwa Doni jago Fisika. Udah kamu nyantai aja, gak usah ngeraguin aku. Ibuku juga seorang Guru Fisika, jadi dari kecil Fisika tuh udah jadi makananku sehari hari. Mending kamu beliin aku makanan dan minuman di kantin, ungkap Doni kembali dengan lagak sombongnya. Bener ya kamu bisa, aku pegang janji kamu. Ya udah kamu mau aku beliin apa? Amel mulai sedikit yakin dengan Doni. Toh, Doni bisa atau tidak mengerjakannya yang penting Doni sudah janji untuk membantu mengerjakan tugas tugasnya.

119

Apa aja, terserah kamu. Yang penting bisa bikin perut kenyang. Tanpa sepatah kata lagi Amel pergi meninggalkan Doni untuk

membelikannya makanan dan berbarengan saat Amel keluar dari perpustakaan disaat itu juga bel istirahat berbunyi.

Amel kembali ke perpustakaan dengan muka cemberut dan cara berjalan dengan kaki yang dihentak hentakkan seakan dia baru saja mengalami kejadian yang menyebalkan dan memang seperti itulah kenyataannya. Kamu kenapa Mel? Abis dari kantin koq malah cemberut? tanya Doni yang penasaran dengan sikap Amel yang tiba tiba berubah. Tadi aku ketemu Tika, Rizka dan Putri. Mereka lagi makan di kantin. Terus aku sengaja lewat dekat mereka dan kamu tahu apa yang terjadi? Amel bercerita dengan penuh emosi, terlihat dari raut wajahnya. Sedangkan Doni hanya menggeleng gelengkan kepala ketika ditanya Amel. Aku dicuekkin oleh mereka! Nada suara Amel berubah menjadi tinggi. Padahal mereka tuh sahabat aku dari kelas 1, kami selalu bersama jika pergi, kami selalu saling curhat curhatan dan membela satu sama lain jika ada yang ngejahatin kami berempat! Tapi tadi mereka bener bener seperti gak ngelihat aku, padahal aku lewat di dekat mereka! Mereka seakan seperti sekongkol ngejauhin aku! Ungkap Amel dengan nada yang semakin tinggi. Doni hanya memandang Amel sambil memakan cemilan yang baru saja dibeli Amel, seperti orang yang pergi nonton di bioskop sambil memakan popcorn dan menyaksikan film yang sedang ditontonnya. Terus yang lebih parah lagi, tadi saat aku jalan dari kantin ke sini, aku berpapasan dengan Toni dan kamu tahu apa yang terjadi? Doni lagi lagi hanya

120

menggelengkan kepalanya sambil memakan cemilan dan memandangi Amel. Dia juga nyuekkin aku!coba kamu bayangin, dia tuh pacar aku! Padahal tadi kami berpapasan, tapi kenapa dia nyuekkin aku seakan akan tidak ada siapapun di hadapan dia? Arghh, kenapa semua orang hari ini jadi menyebalkan semua sih? Amel berteriak, dia tak perduli kalau sekarang berada di tempat yang sangat menegak tinggikan ketenangan. Wajah Amel tertunduk, terdengar suara nafas Amel yang terengah engah. Sepertinya semua luapan emosinya tadi cukup menguras tenaganya. Doni kembali fokus pada tugas Fisika yang sedang dikerjakannya dan mengaggap semua kemarahan Amel tadi hanyalah tontonan sesaat. Amel sepertinya sudah mulai bisa menguasai emosinya, dia membenahi rambut panjangnya yang sedikit acak acakkan. Dia ikat kebelakang rambut panjangnya itu dengan kunciran agar dia tidak merasakan gerah. Dia lihat tangan kanan kurus Doni yang sedang menulis di atas kertas folio yang diberikan Bu Rosita untuk mengerjakan soal soal yang diberikan. Sudah selesai 6 soal dari 10 soal. Amel merasa kagum dalam hatinya. Tak disangka cowok seperti Doni ternyata bisa juga mengerjakan Fisika, walaupun Amel tidak tahu jawaban Doni benra atau salah yang penting ke-10 soal itu selesai dikerjakan dan bisa dikumpulkan ke Bu Rosita. Kenapa ngeliatin kayak gitu? Tanya Doni. Eh, nggak koq, jawab Amel. Cowokmu, Toni sekelas juga sama kamu? tanya Doni. Iya, dia sekelas sama aku. Kamu jadian baru 3 bulan kemarin. Dia tuh tipe cowok yang pemalu, jadinya baru bisa ngungkapin cinta ke aku 3 bulan kemarin padahal dia tuh dah jatuh cinta dari kelas 1 dulu. Toni juga pinta Fisika, dia selalu juara kelas. Hal itulah yang membuat aku tertarik sama dia, selain dia juga sangat baik, perhatian dan sopan sama keluargaku, Lalu Amel tiba tiba diam.

121

Tapi sekarang dia nyebelin! nada suar Amel naik kembali. Doni memandang Amel dengan bibir menyungging, seakan aneh melihat sikap cewek di depannya yang awalnya memuji muji kekasihnya tapi kemudian berubah jadi mencaci kekasihnya. Kalau kamu udah punya pacar? Amel bertanya balik. Doni berhenti menulis, dia terdiam. Amel menyadari perubahan itu, sepertinya ada sesuatu yang terjadi antara Doni dan pacarnya. Dengan tenang Doni kembali menatap wajah Amel, dia tersenyum lalu mulai menjawab pertanyaan Amel. Aku pernah punya pacar, namanya Siska. Dia cantik seperti kamu tapi hidungnya lebih mancung dan tubuhnya lebih tinggi. Dia juga pintar dalam akademik, sering menjadi juara kelas dan sering menjuari berbagai lomba tau olimpiade sains. Dia juga senang berdebat, siapapun yang berdebat dengannya pasti kalah dan selalu dibuat kesal oleh Siska. Keseharian dia bukanlah seorang cewek periang atau ramah. Justru Siska terkenal dengan kejutekkannya, dia tidak segan segan menjauh dari orang orang yang tidak disukainya. Tapi justru hal itulah yang membuat banyak cowok suka sama dia. Mereka melihat bahwa untuk menaklukkan hati seorang Siska adalah sebuah tantangan, tapi tidak pernah ada seorang pun dari mereka yang bisa mendapatkan hati Siska. Bisa dibilang, Siska adalah primadona sekolah, cerita Doni. Amel mendengarkan cerita Doni dengan seksama. Terus bagaimana critanya kamu bisa jadiin si Siska pacar kamu? Awalnya aku tidak suka dengan Siska, malah mungkin Siska yang suka duluan dengan aku, Ungkap Doni dengan senyum kepedean. Waktu itu kami sedang ada latihan untuk debat bahasa Inggris. Satu tim ada 3 orang, pertandingan awal adalah tim ku melawan timnya Siska. Saat itu kami kalah telak, Amel berhasil mendebatkan segala peryataan kami dengan data data yang menyesakkan, bukan hanya itu saja, cara berbicara Siska sangat menjatuhkan kami terutama aku sebagai ketua tim. Aku marah sama dia. Ingin rasanya saat itu mencincang cincang tubuh Siska dengan golok tumpul, sepertinya akan

122

menyenangkan. Dia memenangkan pertandingan, lalu maju melawan Tim lain. Di tim lawan berikutnya diketuai oleh musuh bebuyutan Siska, yaitu Lia. Entah apa masalah awal mereka, yang jelas setahuku Siska dan Lia sudah bermusuhan sejak lama. Lia yang juga cerewet tidak mau kalah berdebat dengan Siska, akhirnya pertandingan saat itu menjadi sangat panas. Puncaknya ketika akhirnya tim Siska menang namun Lia yang memang sudah di ujung ubun ubun rasa marahnya ditambah dendam pribadi yang dia punya terhadap Siska lepas kendali. Lia melemparkan gelas beling tepat ke arah Siska, aku dengan cepat menutupi tubuh Siska untuk melindunginya, dengan konsekuensi kepalaku yang akhirnya terkena gelas hingga gelas itu pecah dan membuat kepalaku berdarah, Sakit dong? Tanya Amel dengan nada polos. Ya iyalah sakit! Jawab Doni yang tidak menyangka Amel akan melemparkan pertanyaan bodoh seperti itu. Amel hanya cengar cengir, lalu Doni mulai melajutkan ceritanya kembali. Waktu itu aku langsung pingsan. Bangun bangun aku ternyata udah ada di kamarku. Aku kaget, bukan kaget karena aku masih hidup atau kaget karenasudah berada dalam kamarku, tapi kaget karena melihat Siska ada di sebelahku. Ternyata karena merasa bersalah, dia yang sedari tadi mengurusi aku hingga sampai dan pulang ke rumah. Dia meminta maaf padaku sekaligus berterima kasih karena telah melindunginya. Di saat itulah aku mulai jatuh cinta padanya, di saat dia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum. Baru aku sadari ternyata seorang Siska yang terkenal jutek dan menyebalkan tetaplah seorang perempuan yang penyayang dan memiliki hati lembut seperti kebanyakan perempuan lainnya. Hari hari berlalu, meski kami jarang bahkan hampir tidakpernah saling bicara lagi semenjak kejadian itu tapi ketika kami berpapasan atau tanpa sengaja bertemu, dia selalu tersenyum padaku. Mungkin hanya akulah satu satunya orang yang selalu diberikan senyum oleh Siska. Mulai dari situlah aku menumpuk dan memendam perasaan cinta pada dirinya. Tapi aku tak pernah berbicara dengannya, bahkan kami tidak pernah PDKT sebelum akhirnya jadian, ungkap Doni.

123

Lha terus gimana kalian jadiannya? tanya Amel yang semakin penasaran dengan kisah cinta Doni. Tanggal 14 Februari, saat hari Valentine, sepulang sekolah dia menungguku di depan pintu kelas. Aku terkejut melihat dia menghampiri aku dan memberikanku sekotak kado yang berisi coklat. Mungkin teman temanku yang melihat kejadian itu lebih terkejut daripada aku. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang Siska, primadona sekolah ini, si jago debat dan si jutek yang selalu jadi inceran dan menolak cowok cowok keren di sekolah ini ternyata memberikan kado cokelat di hari kasih sayang ini kepada seorang Ramadoni, which is nobody. Aku pun gak tahu bagaimana datangnya perasaan ini, aku menerima kado itu dan menggenggamnya, dia bilang bahwa di hari kasih sayang ini dia ingin memberikan sesuatu yang manis untuk seseorang yang berarti di hidupnya selain keluarganya dan setelah berhari hari berfikir akhirnya dia memutuskan bahwa orang itu adalah aku, karena aku pernah menyelamatkan dirinya dulu dan dia sangat berterima kasih akan hal itu. Kini dia berdiri di depan kelasku, menghampiriku di tengah tengah kerumunan dengan kado berisi cokelat yang dia buat sendiri dan memberikannya pada orang yang dia anggap sangat berarti di hidupnya sekarang dan orang itu adalah aku. Pikirku saat itu sudah terlanjur menjadi momen yang memantapkan perasaan cintaku pada Siska, langsung saja saat itu juga aku mengutarakan cintaku padanya. Dengan tersipu malu, bahkan aku tidak menyangka Siska bisa tersipu malu seperti itu, dia menginyakan untuk menjadi pacarku. Aku sambut jawaban itu dengan senyuman dan tepuk tangan serta sorakan meriah pun kontan terdengar dari mulut serta tangan teman temanku. Sebuah hari yang membahagiakan, Tercipta senyuman lebar di bibir Doni, matanya terlihat berbinar. Terus kalian sampai sekarang masih bersama? Tanya Amel lagi. Doni menundukkan wajahnya, dia tersenyum kecil lalu melanjutkan kembali ceritanya. Kami bahagia sekali saat menjalin hubungan, hari hariku selalu ceria, kami mengerjakan segala hal bersama. Hingga suatu hari aku sedang menunggu Siska pulang rapat OSIS di sekolah. Aku menunggu di kantin hingga sepi, lalu tiba tiba datang Lia. Kebetulan Lia juga tadi ikut rapat, itu berarti rapat OSIS sudah

124

selesai, sebelumnya aku telah memberi tahu Siska bahwa aku menunggu di kantin. Hal yang sangat tidak kuduga ketika tiba tiba Lia duduk di pangkuanku dan langsung menciumku dengan penuh nafsu. Aku tidak bisa berbuat apa apa, dia memegangi kepalaku. Mataku melotot tak bisa berkedip saat melihat Siska sedang berdiri melihat kejadian yang sedang berlangusung. Dia marah, dia pergi sambil menangis, aku mengejarnya tapi tidak bisa, Terlihat raut sedih dari wajah Doni. Suasana menjadi hening. Keesokan harinya dan keesok esokan harinya lagi Siska tak pernah lagi datang ke sekolah hingga sekarang. Aku tak tahu apa dia pindah sekolah atau gimana, yang jelas aku sudah berusaha menghubungi dia, nomer handphonne-nya sudah ganti, aku mendatangi rumahnya tapi tidak diizinkan oleh orangtua Siska untuk menemuinya. Mereka bilang bahwa Siska tidak mau menemuin aku lagi, lanjut Doni. Terus sekarang kalian bagaimana? Amel bertanya dengan nada pelan. Doni memandangi Amel sambil tersenyum, kalau kita ngobrol terus, kapan mau selesainya nih tugas? tanya Doni sambil tertawa. Kerumitan soal soal Fisika dari Bu Rosita pun akhirnya membuat mereka lupa dengan kisah cinta Doni yang tadi dia ceritakan.

Udah sekarang kamu minum dulu, terus langsung istirahat sana. Kamu pasti capek ya? Kat Ibu Amel sambil mengelus rambut anak semata - wayangnya itu. Amel gak capek koq Ma, emang sih tadi dikasih tugas sama Bu Rosita, tapi tadi Amel dibantuin ngerjainnya sama temen Amel, jawab Amel sambil meneguk minuman yang diberikan oleh Ibunya. Dibantuin? Emangnya ada anak lain yang kena skorsing juga?

125

Ngga koq, tadi tuh dia datang bantuin Amel ngerjain tugas dari Bu Rosita, jawab Amel. Oh, kirain Mama ada anak lain juga yang kena skorsing, ya dah kamu sekarang masuk kamar terus tidur aja sana, biar gak kecapekan, perintah Ibu Amel. Tiba tiba saja Amel merasakan ngantuk yang berat, seakan minuman yang baru saja diminumnya tadi telah diberi obat tidur. Iya Ma, Amel juga tiba tiba jadi ngantuk banget nih. Ya udah Amel tidur dulu ya, ungkap Amel. Amel beranjak meninggalkan Ibunya. Dia masuk ke kamar, mengganti pakaian lalu langsung menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur dan memejamkan mata, tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya jika bangun nanti.

Malam telah tiba, Amel mulai terbangun dari tidurnya. Satu persatu matanya mencoba terbuka. Sambil mengusap matanya dia bagun dan duduk di tepi kasurnya. Suasana sangat gelap, lampu tidak menyala, sedang mati lampu mungkin pikirnya. Amel meraba raba tempat tidurnya, mecoba mencari handpohone-nya yang dai taruh di kasur. Setelah didapatnya, langsung saja dia menyalakan lampu senter dari handphone-nya. Dia menyenteri sekelilingnya, Mama, Amel memanggil Ibunya dengan nada keras agar terdengar. Ibu Amel tidak menjawab, bukannya jawaban Ibu Amel yang terdengar melainkan suara suara berbisik terdengar samar samar dari luar kamar. Suara itu bukan hanya berasal dari satu atau dua orang. Perasaan Amel mulai tidak enak, dia takut ada perampok di dalam rumahnya. Dengan hati hati dan tanpa suara Amel berjalan pelan menuju pintu. Di depan pintu dia tempelkan telinganya untuk mendengar lebih jelas dan meyakinkan bahwa memang ada segerombolan orang di luar pintu.

126

Benar saja, terdengar suara suara berbisik dari balik pintu. Sepertinya mereka sengaja berada di depan kamar untuk menunggu Amel keluar. Jantung Amel mulai deg degan, dia takut perampok perampok itu akan menyekapnya. Amel kebingungan bercampur rasa takut, senter dari handphone-nya dia arahakan bolak balik di dalam kamar mengikuti gerak kepalanya yang seperti sedang mencari sesuatu. Keringat dingin mulai berkucuran membasahi kulitnya, Amel masih mencari sesuatu untuk dijadikan senjata. Akhirnya dia menemukan sebuah sapu kayu. Ya, dia bisa menggunakan sapu itu untuk senjata, pikirnya. Dengan sigap Amel mengambil sapu itu lalu memasang kuda kuda untuk siap menyerang sambil berjalan pelan ke arah pintu. Senter di Handphone-nya dia matikan. Pelan pelan dia memutar gagang pintu dan dengan penuh keyakinan dia langsung membuka pintu itu dengan cepat sambil berteriak dengan posisi siap memukul apapun yang ada di depannya. Suprise........! Suara itu datang dari banyak orang yang berada di depan kamar Amel. Mereka berkumpul dalam keadaan gelap dan terlihat Toni berdiri paling depan sambil memegang kue ulang tahun berlilinkan angka 17 dengan tulisan SELAMAT ULANG TAHUN AMEL. Amel jelas kaget melihat kejutan itu, dia langsung saja menurunkan sapu yang dipegangnya. Masih dalam kondisi terkejut, satu per satu dari mereka yang hadir mendatangi Amel, menyalami tangannya lalu memberi ucapan selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun ya Mel, Iya Mel, happy sweet seventeen ya,

127

Kata teman temannya. Kontan saja suasana yang awalanya hening menjadi ramai dengan ucapan selamat serta gelak tawa mereka yang merasa berhasil mengerjai Amel. Ibu Amel yang mengetahui anaknya itu masih dalam konisi kaget langsung menghampirinya. Amel, maafin Mama ya. Selama ini kami bersekongkol untuk mengerjai kamu. Ini kan ulang tahun kamu yang ke 17, jadi Mama pengen bikin sesuatu yang gak bisa kamu lupain, ungkap Ibu Amel. Iya Mel, selama ini kami ngerjain kamu. Kami sengaja bikin kamu kesal, kami sengaja nyuekkin kamu, jelas Putri, slah seorang dari sahabat Amel. Ya ampun, jadi selama ini? Kalian bikin aku kesal terus gak mau aku ajak bolos sampai aku kena skorsing? tanya Amel. Iya mel, malah kami yang ngasih tahu ke Guru kalau kamu tuh bolos, makanya bisa ketahuan, ungkap Rizka. Tapi kamu jangan marah ya Mel gara gara kami kamu jadi kena skorsing, tapi kan jadinya itu malah bikin tambah seru, bikin kamu tambah kesel, iya kan? Tika meneruskan ucapan Rizka. Amel, maafin Ibu ya udah ikut ikutan ngerjain kamu, mulai besok kamu gak kena skorsing lagi koq, kata Bu Rosita sambil tersenyum yang secara mengejutkan juga hadir di situ. Amel hanya melongo saja mendengar mereka. Jadi selama ini adalah ulah mereka. Tika, Rizka dan Putri yang tiba tiba menjauhi dirinya, ketahuan bolos oleh guru hingga kena skorsing 3 hari di perpustakaan, Bu Rosita yang secara menyebalkan memberikan tugas tugas berat selama skorsing, Toni yang juga ikut nyuekkin Amel. Selama lebih dari 3 hari ini mereka berhasil mengerjai Amel. Hingga Amel sangat kesal bahkan dia sendiri lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

128

Tapi Mel, kalau kamu mau marah, jangan marah ke kita Mel. Tapi marahnya ke Toni, dia yang ngerencanain ini semua, ungkap Tika. Kontan saja semua mata tertuju ke Toni sambil diiringi tawa dari semua yang ada disitu. Amel langsung menghampiri Toni yang sedang bediri memegangi kue ulang tahun untu Amel. Terlihat wajah Toni sedikit pucat karena takut Amel jadi marah. Oh, jadi ini semua ulah kamu ya? Tanya Amel dengan nada keras, namun senyum lebar terpampang di wajahnya saat mengatakan itu, sambil mencubit pinggang Toni dengan keras. Toni membalasnya dengan teriakan, tawa meriah pun terdengar kembali di ruangan itu. Beberapa saat kemudian, Amel dengan diiringi oleh nyanyian Tiup lilin oleh teman temannya, dia meniup lilin lilin yang berada di atas kue ulang tahunnya itu. Lalu dia memotong kuenya, memberikan potongan pertama pada Ibunya dan potongan kedua pada Toni sambil mensuapin kue itu ke Toni. Sorak sorai gembira pun terdengar memenuhi rumah Amel hingga larut malam. Sebuah hari ulang tahun yang tidak akan pernah Amel lupakan.

Pagi ini terasa sangat cerah bagi Amel. Bagaimana tidak? Akhirnya dia telah bebas dari masa hukuman skorsing dan kini dia kembali mengikuti pelajaran sekolah di kelas seperti biasanya, akhirnya dia bisa kembali berkumpul dan bergosip ria dengan sahabat sahabatnya, akhirnya dia bisa kembali bermesra mesraan dengan kekasihnya. Yang paling penting dari itu semua adalah kenyataan bahwa Amel masih sangat disayangi dan diperhatikan oleh orang orang sekelilingnya, terbukti dari kejutan ulang tahun untuknya walaupun Amel sempat kesal dengan keisengan mereka. Tapi toh, pada akhirnya Amel merasa bersyukur memiliki mereka.

129

Ada satu hal yang masih mengganjal di benak Amel, mana Doni? Apakah dia juga salah satu orang yang ikut ngerjain Amel juga? Sepertinya tidak, karena sebelum di perpustakaan, Amel dan Doni tidak pernah bertemu sebelumnya. Pertanyaan demi pertanyaan tentang Doni datang dalam benak Amel. Di jam istirahat dia mencoba mencari cari Doni. Amel ingin mengucapkan terima kasih sekaligus kembali berbagi cerita dengannya. Amel mendatangi perpustakaan, suasana di dalamnya sangat sepi. Sepertinya siswa siswi di sekolah ini memang tidak punya minat untuk membaca. Dengan berjalan pelan dia menyusuri perustakaan dan benar dugaannya, inilah tempat yang tepat untuk menemukan Doni. Doni tampak sedang asik menulis sesuatu di kertas, dia menulis beralaskan lantai dingin di antara rak rak buku itu. Kamu datang tepat pada waktunya, tepat setelah aku selesai nulis surat ini, kata Doni yang mengetahui kedatangan Amel. Kamu nulis apaan Don? tanya Amel. Doni berdiri, melipat kertas yang tadi ditulisnya, lalu memasukkannya ke dalam amplop dan menulis Untuk Siska di amplop itu. Mel, aku boleh minta tolong gak? Tanya Doni sambil menatap Amel. Minta tolong apa? InsyaAllah aku bantuin, sanggup Amel. Doni tersenyum, dia meyodorkan surat yang dipegangnya ke Amel. Tolong kamu temui Siska, lalu kamu kasih surat ini. Bilang ke dia kalau kamu sama sekali tidak tahu siapa aku sebenarnya dan bilang ke dia Ini surat terkahir dari Doni, gimana? Kamu bisa kan? Ok, akan aku coba, sepulang sekolah ini aku akan menemui Siska dan menyampaikan pesanmu, Amel menyanggupi permintaan Doni. Lalu Doni pada kertas lain menuliskan alamta tempat tinggal Siska.

130

Ini alamat rumah dia, terima kasih kamu mau membantuku, ungkap Doni sambil memberikan kertas bertuliskan alamat tempat tinggal Siska. Beberapa detik kemudian bel istirahat selesai berbunyi. Saatnya Amel kembali ke dalam kelas. O ya udah Don, aku ke kelas sekarang ya, sekarang aku ada pelajaran Matematika, gurunya galak, aku takut diomelin kalau telat, ungkap Amel sambil langsung bergegas meninggalkan Doni. Mel! Belum sempat Amel keluar perpustakaan, Doni sudah memanggilnya kelmbali, konta Amel langsung menegok. Kalau kamu ketemu Bu Rosita, tolong sampein salamku ya! Pesan Doni sambil setengah berteriak. Amel hanya menganggukkan kepala lalu pergi meninggalakan Doni sendirian di perpustakaan.

Jarum panjang di jam tangan Amel telah menunjukkan angka 3. Akhirnya setelah satu jam lebih Amel dan Toni berputar putar mencari rumah yang tertulis di alamat yang diberikan Doni, mereka berhasil juga menemukannya. Awalnya Toni tidak mau mengantarkan Amel, apalagi yang meminta tolong adalah teman cowok Amel yang Toni belum kenal sehingga dia menjadi sedikit curiga dan cemburu. Namun setelah Amel menceritakan semuanya ke Toni barulah dia mau mengantarkan Amel meski masih ada rasa sedikit terpaksa. Amel mengetuk pintu rumah itu dan beberapa saat kemudian keluarlah seorang perempuan. Maaf mbak, apa benar ini rumah Siska? tanya Amel. Iya, saya sendiri Siska. Ada apa ya? perempuan yang kini berdiri di depan Amel ternyata adalah Siska. Ada sedikit rasa ragu di benak Amel. Benarkah ini Siska yang diceritakan oleh Doni? Ungkap Amel dalam hatinya. Amel ragu karena

131

perempuan yang ada di depannya sekarang adalah perempuan yang umurnya sekitar 20-an, bukanlah anak SMA. Sedangkan Siska yang diceritakan oleh Doni adalah teman satu angkatan di SMA. Memang dia cantik dan ciri ciri fisiknya persis seperti apa yang diceritakan oleh Doni. Maaf, apa rumah ini benar dengan alamat ini? Amel mencoba menge-cek dulu alamatnya, takut takut dia salah alamat. Iya benar ini alamat rumah ini. Kamu siapa ya? Kata Siska yang mulai heran dengan kedatangan Amel dan Toni. Mbak kenal dengan Doni? Mulut Amel sedikit menjadi gagap saat dia mulai membicarakan tujuannya kemari. Ramadhoni? Siska bertanya balik. Mulut Siska tak kalah gagap dengan Amel saat mengucapakan nama Ramadhoni dan memikirkan orang yang bernama tersebut. Iya, ini Doni minta tolong saya untuk memberikan mbak surat ini, Amel mengeluarkan surat Doni dari tas lalu memberikannya kepada Siska. Dia bilang ini surat terakhir dari dia, lanjutnya. Siska hanya termangu ketika melihat tulisan di Amplop tersebut bertuliskan Untuk Siska, dia dengan sangat yakin bahwa itu adalah tulisn tangan Doni. Tulisan tangan seseorang yang sangat dia rindukan. Siska membuka amplop itu lalu langsung membaca surat itu sambil duduk di bangku yang berada di samping depan pintu. Sebuah surat yang tidak begitu panjang isinya itu dia baca dengan berlinang air mata. Seakan dia baru saja mendapat berita sedih, air matanya terus bercucuran, kadang dia mengusap air mata di pipinya agar tidak jatuh menetesi surat dari Doni hingga basah. Amel dan Toni hanya saling memandang, mereka tidak tahu apa yang dituliskan Doni dalam surat itu hingga membuat Siska menangis, atau mungkin bukalah isi dari surat tersebut yang membuatnya meangis, melainkan dari dan ditulis oleh siapalah surat itu yang membuat Siska menangis.

132

Amel mundur beberapa langkah dari tempatnya berpijak hingga kini berada di samping Toni. Tangan mereka saling menggenggam, mata mereka masih tidak lepas dari Siska yang masih membaca surat itu. Beberapa saat kemudian Siska melipat kembali surat itu dengan rapih lalu memasukkannya ke dalam amplop. Siska telah selesai membaca surat dari Doni, dia mengusap usap air mata yang masih tersisa di pipinya, lalu kemudian kepalanya mengadah ke atas menghadap Amel dan Doni. Dia tersenyum, lalu bertanya Doni kapan ngasih surat ini? Amel dan Toni saling memandang sebelum akhirnya Amel menjawab pertanyaan Siska, Doni baru ngasih aku tadi pagi di perpustakaan, malah dia baru aja selesai nulis tadi pas aku samperin ke perpustakaan, jawab Amel. Oh, iya, dia memang dari dulu suka sekali ke perpustakaan, ungkap Siska sambil tersenyum, walaupun terlihat masih ada sisa sisa air mata yang ingin keluar dari matanya itu. Eh iya, kita belum kenalan, Siska mengulurka tangannya pada Amel. Dia menyalaminya, Saya Amel, saya temannya Doni. Ya walaupun baru kenal beberapa hari dengan dia tapi dia sudah cerita banyak mengenai Mbak Siska dan ini namanya Toni, dia cowok saya, ungkap Amel dengan ramahnya. Ini kamu pegang suratnya, sekarang kalian ikut aku yuk, ajak Siska ke suatu tempat. Siska masuk ke dalam rumahnya sebentar untuk berganti pakaian dan mengambil kunci motor, lalu dia memberikan aba aba pada Amel dan Toni agar mengikutinya dari belakang. Amel dan Toni mengikuti Siska dengan motor tanpa menanyakan tujuan mereka.

133

Siska, Amel dan Toni sampai di tempat tujuan mereka, sebuah tempat yang sepi. Amel tak begitu memperhatikan tempat apa ini, karena dia sedang sibuk membaca surat dari Doni itu. Merka bertiga berjalan, Siska menuntun mereka ke sebuah tempat di bawah pohon beringin yang besar. Toni berjalan pelan, dia ingin megucapkan sesuatu pada Amel namun nampaknya dia masih sibuk terheran heran dengantempat yang sedang dia pijak sekarang, sedangkan Amel sama sekali tidak tahu dan tidak melihat tempat apa ini. Dia benar benar sedang mendalami isi surat Doni hingga tak perduli dengan keadaan sekitarnya. Mereka berhenti, tepat di bawah pohon beringin besar, Amel masih sibuk membaca. Di sinilah Doni sekarang, ungkap Siska. Amel langsung berhenti membaca surat itu, dia melihat Siska sedang berlutut sambil mengusap sebuah gundukan tanah. Sesaat kemudian baru Amel menyadari bahwa dia sekarang berada di tengah TPU. Toni dan Amel memperhatikan tulisan yang tertulis di batu nisan itu, nama Ramadhoni tertulis di dana dan tampak sedikit usang. Amel tak tahu apa yang sedang ia hadapi. Terlebih Toni yang tak tahu menahu dan tak mengerti mengapa Siska membawa mereka ke sebuah kuburan. Kuburan ini adalah kuburan Doni, ungkap Siska pelan dengan mata yang kembali berlinang air mata. Doni meninggal akibat kecelakaan saat kami kelas 3 SMA. Dia saat itu tanpa sengaja melihatku di pasar, dia berteriak memanggil namaku dan berusaha menghampiriku. Aku yang saat itu tidak mau melihat Doni lagi langsung berusaha lari. Tapi Doni mengejarku dan ketika dia menteberang jalan raya sambil berlari, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi langsung menghantamnya. Doni meninggal di tempat karena kehabisan darah. Sejak saat itu juga aku meyesal, sangat menyesal. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri, kata Siska.

134

Amel menghampiri Toni yang sedikit berada di depannya, dia menggenggam tangan Toni. Ada perasaan takut dalam diri Amel. Kini semua menjadi jelas bagi Amel, kini Amel tahu siapa Doni itu sebenarnya. Akulah yang membunuh Doni, bertahun tahun masih bisa kurasakan darh Doni menempel di tubuhku saat aku memeluknya. Aku merasa bersalah pada Ibunya, Bu Rosita. Kini, aku sudah mulai bisa ikhlas melepasnya. Aku sangat mencintainya, ungkap Siska. Linangan air mata mengalir keluar dari kelenjar matanya, membasahi tanah tanah tempat Doni bersemayam. Amel dan Toni terdiam, tidak tahu harus berbuat atau berkata apa. Di tengah hening TPU itu berbarengan dengan hembusan angin yang membuat semua vegetasi disini bergoyang goyang, samar terdengar suara bisikan Doni di telinga Amel. Terima kasih Amel, begitu suaranya. Amel tersentak kaget, dia semakin keras menggenggam tangan Toni, bulu kuduknya berdiri semua.

135

10. Ada Kamu, Ada DIA Ada kamu di hatiku, yang datang melintasi tubuhku, meninggalkan aroma aroma wangi yang aku pun tak tahu apa sebutan untuk wangi wangi itu. Entah apa isi dalam tas mu, kau menggenggamnya begitu erat seakan ada cinta sejatimu yang kau taruh dalam tas yang tebuat dari kulit dan berwarna merah tersebut. Aku penasaran. Aku terus memperhatikamu, kau pun menyadarinya. Namun, kamu tak pernah mengeluh apalagi marah ketika bukan hanya aku saja yang sering memperhatikanmu. Mungkin kamu memang sudah paham, mungkin kamu memang sudah mengerti bahwa itulah resiko menjadi perempuan cantik. Kamu memang bukanlah perempuan paling cantik di negeriku Indonesia, tapi kamu perempuan paling cantik di negeri khayalanku yang selalu kukunjungi setiap malam dalam buaian buaian lembut keheningan gelap dan tempat tidurku. Di negeriku, akulah yang menjadi raja. Tak ada yang tak dapat kutaklukkan di negeriku sendiri. Ketika prajurit - prajurit berkudaku kabur dalam perperangan dengan kuda kuda Stalionnya, akulah yang tersisa sendiri mempertahankan negeri khayalanku dan mereka musuh musuhku dari negeri Mimpi Buruk langsung takut. Mereka kocar kacir berlari, mereka menyerah, akulah pemenangnya. Mereka bilang aku adalah raja yang kuat dan tangguh, rakyat rakyatku bersorak, prajurit prajuritku berlutut. Tapi apalah artinya seorang raja yang kuat serta tangguh sepertiku jika tanpa ada seseorang yang menjadi permaisuriku? Di negeri Indonesia maupun di negeri khayalanku, tetap kamulah yang ingin aku jadikan pendamping. Meski aku adalah raja di dalam mimpi dan khayalanku sendiri, tapi aku tetap saja belum sanggup untuk memintamu menjadi istriku, yang akan memerintah kerajaan ini bersama, yang akan selalu ada di belakangku saat aku berpidato di depan rakyat, yang akan selalu mendukungku dalam setiap keputusan sulit, yang akan selalu mengelus dan mengusap lembut dada ku saat aku mungkar dan menenangkan aku. Di dalam mimpi saja aku sulit untuk mendapatkanmu, apalagi dalam kenyataan.

136

Ada kamu di hatiku, yang tanpa dosa memberikan jejak jejak senyuman dan membuatku membuntutinya hingga aku sadar bahwa jejak itu berujung pada sebuah jalan buntu. Huh, memangnya kamu tak pernah merasakan menyimpan sebuah cinta rahasia? Hingga kamu dengan tega membuat banyak lelaki di negeri ini menyimpan cinta rahasia terhadapmu, yang mungkin saja membuat mereka tidak bisa tidur semalaman karena memikirkanmu. Membuat mereka menyusulku menjadi seorang pelamun yang selalu mengkhayalkanmu menjadi kekasih hati. Wah cantikya gadis itu ! Seandainya saja dia bisa jadi kekasihku. Belum pernah aku melihat gadi semanis dan secantik dia. Seperti dia kah semua Bidadari di Surga? Cantik sekali dia. Lelaki lelaki di sekelilingku menggila dan tak henti hemtinya memuji kecantikanmu. Tapi sepertinya mereka terlalu hanyut dalam memuji kecantikanmu hingga lupa memuji Dia yang memberikanmu kecantikan. Ada kamu di hatiku, tak sadarkah dirimu? Kalau selama ini aku terus menerus memperhatikanmu. Kamu cantik, kamu putih, kamu tinggi, badanmu terbentuk bagus seperti gitar Made In Indonesia yang bentuknya eksotik dan menggiurkan. Tapi seandainya kamu menjadi sebuah gitar, pasti banyak lelaki disini yang berebut ingin memainkanmu, entah mereka bisa bermain musik atau tidak. Tapi jika aku diberi kesempatan untuk memaikan gitar penjelmaan kamu itu, aku pasti akan menolaknya. Seandainya kamu menjadi gitar aku tidak mau memainkanmu karena takut jari jari kasarku akan membuat lecet dan memutuskan senarmu. Aku lebih memilih untuk membingkai gitar itu, menaruhnya di dalam nyamannya kotak hatiku, memandangnya dengan mata penuh cinta, merawatnya dan selalu mengelapnya dengan lembut, bahkan mungkin akan kuberikan Brasso agar tampak lebih mengkilat.

137

Apa itu yang kamu sembunyikan dalam tas kulit merahmu? Sebuah cinta rahasia jugakah? Tapi untuk siapa? Ketika pertanyaan itu terlontarkan keluar dari pikiranku, langsung saja aku berharap jawabannya adalah Aku. Relung hati dan cintamu memang tak sedalam Palung Manila dan tak seluas Samudera Hindia. Tapi relung hati dan cintamu juga tak sedangkal kubangan got dan tak sesempit wadah gelas teh. Setidaknya relung hati dan cintamu lebih dalam dan lebih luas dari sumur di Lubang Buaya, atau kalau memang itu sesempit wadah gelas teh setidaknya teh hangat itu terasa manis di lidah dan hangat di tubuh. Sehangat tubuhmu yang kukhayalakan sanggup untuk kujamahi. Aku mendadak ingin menjadi seperti Sherlock Holmes, seorang detektif pandai yang selalu sukses menyamar, menyelidiki, mengungkap dan memecahkan sebuah kasus, bahkan dari sebuah kasus yang sangat tidak masuk akal sekalipun. Aku ingin menyelidiki segala tingkah lakumu, hari harimu, sudah adakah yang mengisi hari harimu. Aku ingin menyamar menjadi petugas keamanan dan berpura pura mengecek tas mu yang kubilang berisi bom, membukanya dan melihat isi dalam tas mu itu yang kuharap ada namaku sebagai cinta rahasiamu tertulis di dalamnya. Atau aku berpura pura menjadi Desnsus 88 yang menggerebekmu dan mengoyak ngoyak isi tas mu tanpa izin dulu. Ada kamu di hatiku, ada kamu dalam khayalanku, ada kamu dalam mimpi indahku, ada kamu dalam hari hariku dan ada kamu sedang berdiri mengahadapku saat ini dengan sebuah senyuman yang membuat lututku bergetar. Aku tahu kalau kamu memang manis dan cantik, tapi aku tak pernah tahu kalau kamu bisa lebih manis dan cantik ketika kamu berdiri sangat dekat dan tepat menghadap wajahku yang memerah. Oh, kamu memang paling bisa membuat lelaki kehilangan ketangguhannya seperti ini. Pernah kudengar sebuah istilah bahwa lelaki mungkin memang punya kekuatan dan merupakan makhluk paling tangguh di Bumi ini, tapi wanita punya kelembutan, kehalusan. Gerak gemulainya bisa membuat sikap berdiri tegak seorang lelaki menjadi jatuh akibat dengkulnya bergetar terlalu hebat, senyum manis dan anggun tatapan matanya sanggup meruntuhkan benteng pertahanan kaum Adam seperti aku ini. Jadi wajar saja jika saat ini aku benar benar seperti orang

138

yang lunglai, mencoba tetap berdiri tegak meski dengkul ku bergetar, mencoba membangun kembali tembok pertahananku yang sudah luluh lantah, mencoba memadamkan api yang saat ini membakar wajahku hingga memerah. Tapi kamu sepertinya tahu betul bagaimana caranya untuk menghadapi lelaki angkuh seperti aku. Kamu genggam tanganku, kamu tatap mataku, kamu goreskan senyum di bibirmu lalu kamu berkata dengan lembut Kamu adalah cintaku, sejak mentari terbit hingga bulan dan bintang menggantikannya, kamulah yang selalu di hatiku, aku mencintaimu, aku harap kamu juga mencintaiku, langsung saja kutampar pipiku untuk menyadarkan aku dari lamunan ini. Sial! Rasanya sakit sekali, tapi kamu masih saja di depanku. Ini bukan khayalan, ini kenyataan! Aku tidak tahu harus berkata apa, aku memejamkan mata sejenak lalu mulai keluarlah kata kata ungkapan puitis dari mulutku yang mungkin saja bisa membuatmu muntah. Aku juga mencintaimu, bahkan mungkin melebih cintamu. Aku menginginkan cintamu lebih dari kamu menginginkan cintaku. Sejak mentari terbit aku selalu berharap dapat memberikanmu kesejukan di tengah teriknya siang, aku selalu berharap dapat selalu menemanimu melewati pergantian mentari dan bulan, aku berharap dapat selalu memberikanmu kehangatan di tengah dinginnya udara malam. Aku bukanlah lelaki sempurna dan aku pun tak mencintaimu karena kamu sempurna tapi aku mencintaimu karena ketika ada di dekatmu aku merasa kamu telah menjadikan diriku seorang lelaki yang sempurna. Aku tak ingin hartamu yang suatu saat nanti pasti bisa habis, aku tak ingin kecantikanmu yang suatu saat pasti akan hilang termakan usia, aku tak ingin cintamu yang suatu saat mungkin juga akan memudar. Aku tak akan menuntut apa apa darimu, yang aku ingin hanya berada disampingmu selalu, baik dalam suka maupun duka. Ketahuilah kamu yang kini menjadi pendampingku, bahwa bukan hanya kamulah satu satunya yang kucintai. Bahkan ada lagi yang lebih aku cintai daripada kamu, adalagi yang lebih aku inginkan perhatinnya daripada perhatian dari

139

kamu, adalagi yang lebih ingin sering kuhabiskan waktu bersamanya daripada menghabiskan waktu dengan kamu. Jangan cemburu sayang, karena Dia bukanlah seperti yang kamu pikirkan. Dia adalah Dia. Dia selalu memperhatikan kita, Dia selalu memberiku kekuatan dan ketangguhan untuk selalu bisa menjagamu, Dia selalu menjaga kita. Dia adalah Tuhanku, yang menciptakan aku dan kamu. Aku berterima kasih pada Dia yang telah menakdirkan kita bersama, aku berterima kasih pada Dia yang selalu memberikan apa yang terbaik bagi kita walau kadang itu terasa pahit, tapi bersamamu semua menjadi terasa manis. Aku berterima kasih pada Dia yang selalu memberiku kekuatan untuk menjagamu dari sisi gelap dan jahat kehidupan di dunia, aku juga berterima kasih padamu yang selalu menjagaku dari sisi gelap dan jahat diriku yang bisa saja menyakitimu. Untuk Tuhan dan cintaku, terima kasih telah mencintaiku.

140

11. Cinta & Perbedaan Plak!! Shally menggampar pipi kiri Novan dengan sangat kerasnya, Shally sudah seperti seorang pemain Baseball profesional yang memukul bola begitu kerasnya agar bisa Home Run. Tapi ini bukanlah sebuah bola yang dipukul, melainkan kulit pipi manusia, ya setidaknya Shally memukul dengan tangannya bukan dengan stik Baseball. Yang jelas suaranya begitu keras terdengar hingga ke ruangan sebelah. Aku tidak melihat kejadiaannya, aku hanya mendengar suara gamparan keras lalu saat aku menoleh Novan sudah memegangi pipinya yang terlihat sangat merah sekali. Entah ada masalah apa diantara mereka, tapi sepertinya terlihat cukup serius. Ada satu hal yang menurutku aneh, padahal Shally yang menggampar Novan dengan sangat keras tapi kenapa malah justru Shally yang menangis tersedu sedu? Ah dasar wanita, mereka memang makhluk Tuhan yang paling susah dimengerti. Keadaan menjadi sedikit hening sejenak, tapi yang jelas semua mata tertuju pada pasangan yang baru beberapa minggu jadian itu. Shally beranjak dari tempatnya, dia berlari meninggalkan kantin sendirian. Kini semua mata berganti tertuju hanya pada Shally yang masih berlari sambil menangis, tidak terkecuali. Aku lihat Pak Kumis yang berdagang Siomay juga memandangnya, entah memandang karena heran, kasihan, iba atau karena Shally belum bayar makanan yang dipesannya itu. Shally sudah menghilang dari pandangan, semua orang disitu sesaat memandang ke arah Novan yang masih kesakitan karena digampar lalu mereka kembali ke aktivitasnya masing masing. Kekasihku yang kini duduk di hadapanku terdiam sambil memandangku. Aku pun memandangnya. Kami saling tatap tatapan kayak orang cengo. Tapi sebenarnya itu bukanlah pandangan biasa, kekasihku mencoba berbicara padaku lewat tatapan matanya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Aku yang memang punya sedikit pengalaman dan kemampuan dalam membaca mata seseorang langsung mengerti apa yang coba dia utarakan. Dia menyuruhku

141

menghampiri Shally dan menenangkannya. Kekasihku tahu bahwa hanya aku yang cukup mampu membantu Shally mengatasi masalahnya, karena memang aku dan Shally bisa dibilang kenal cukup lama dan aku pun juga cukup dekat dengan dia. Akhirnya aku beranjak, tanpa sepatah kata kutinggalkan kekasihku sendirian di kantin dan mencari Shally. Padahal makanan dan minuman kami berdua belum dibayar, tapi aku pura pura lupa saja dan langsung meninggalkan kantin. Biar kekasihku yang sekali sekali membayar. Selama dalam pencarian Shally aku mulai mengkhayal masalah apa yang kira kira dihadapi sahabatku yang satu ini. Mungkin tadi Shally minta ditraktir Novan, namun Novan menolak dengan alasan dia tidak bawa uang. Lalu malah Novan yang memaksa Shally membayari makanan mereka, Shally marah, dia merasa bahwa Novan hanya memanfaatkan dirinya. Mungkin awalnya Shally mengalah dan berniat membayar semua makanan yang mereka pesan, namun dia baru sadar kalau ternyata dompetnya tertinggal. Akhirnya biar dia tidak malu dan tidak membayari makanan itu, Shally pura pura marah lalu menggampar Novan. Novan kebingungan, dia tidak dapat berkata apa apa. Kemudian Shally meninggalkan Novan. Dengan begitu semua makanan yang mereka pesan tadi Novan lah yang membayar. Hmm, cerdik juga sahabtku itu. Tapi nampaknya itu semua memang hanya khayalanku, sepertinya memang ada masalah yang lebih serius daripada masalah bayar makanan yang sepasang sedjoli itu hadapi. Aku menemukan Shally sedang duduk di tangga depan gedung kampus. Sendirian bersender di tiang tembok yang besar, mencoba menghapus air matanya. Kamu kenapa shally? Aku menghampirinya, duduk di sampingnya. Shally terlihat mengelap pipinya dari air mata, lalu ia memandangku lalu mulai bercerita masalah yang sedang ia alami. Shally dan Novan sudah hampir setahun ini saling menyimpan perasaan, namun baru beberapa minggu yang lalu akhirnya mereka resmi pacaran. Seperti halnya pasangan pasangan lainnya, di minggu minggu awal mereka pacaran

142

semua terasa indah. Mereka seperti sepasang merpati yang terbang kesana kemari melihat uniknya dunia berdua. Mereka menikmati anggur anggur yang dihidangkan oleh cinta. Namun ada satu hal yang mereka lupakan, yang mungkin juga sudah pernah ada di benak mereka bahwa suatu saat hal itu akan menjadi masalah. Benar saja, saat ini hubungan mereka terancam kandas akibat hal itu. Sebuah hal yang menurutku juga begitu besar hingga bisa menimbulkan perang antar sebuah negara. Hal itu adalah agama. Kamu tahu kan kalau keluargaku Katolik dan mereka sangat patuh menjalani ibadah? Kamu juga tahu kan kalau Novan tuh agamanya Islam? Itulah yang menjadi masalah kami sekarang. Orang tua kami, khususnya orang tua ku tak mengijinkan aku menjalin hubungan dengan cowok yang beda agama, air mata Shally mengalir lagi saat mencoba menceritakan masalahnya kepadaku. Aku mengerti sekarang, semua ini adalah masalah cinta beda agama. Masalah cinta yang lebih besar dari perselingkuhan atau hanya perbedaan kasta. Karena ini menyangkut Tuhan dan keyakinan setiap individu yang menurutku sudah menjadi harga mati dalam otak dan hati setiap manusia. Orang tua Shally tidak mengijinkan anaknya menjalin hubungan dengan Novan, sedangkan dari Novan sendiri juga tidak berbeda, namun kedua orang tuanya tak sekeras orang tua Shally. Lagi pula setahuku Novan bukanlah tipe cowok yang sangat mentaati beribadah. Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus putus? Padahal aku tuh udah sayang banget sama Novan, Shally bertanya sambil tetap menangis. Lha kamu tadi kenapa nampar si Novan? Tadi dia bikin aku emosi. Dia nyuruh aku kabur dan pergi dengannya. Lalu dia menyuruhku meninggalakan agamaku dan pindah ke Islam, tapi aku menolak. Aku suruh dia saja yang pindah ke Katolik tapi dia juga menolak dan malah marah marah sama aku, bahkan dia menghina kedua orang tuaku yang melarang hubungan kami, ungkap Shally.

143

Shally, sekarang aku nanya sama kamu, ini udah keberapa kalinya kamu menghadapi masalah seperti ini? Dulu kamu sama Bagus juga putus karena masalah agama kan? Kamu seharusnya tahu konsekuensi dari sebuah hubungan beda agama, kalau kamu yakin sanggup dengan hubungan seperti itu, ok kamu bisa melanjutkan. Tapi jangan hanya kamu saja yang yakin kalau hubungan berbeda keyakinan sanggup kamu jalani, kamu juga harus meyakinkan keluargamu dulu untuk bisa mentolerir segala perbedaan itu. Seharusnya sebelum kamu menyukai atau menjalin sebuah hubungan dengan orang yang berbeda keyakinan denganmu, kamu berunding dengan keluargamu jauh jauh hari agar tidak ada keraguan dan masalah. Kalau keluargamu setuju itu berarti bagus. Tapi jangan langsung senang lalu tancap gas. Kamu juga harus meyakinkan dan memastikan kalau keluarga dari pasangan kamu tuh juga bisa mengerti, memahami dan mengijinkan pasangan kamu untuk menjalin hubungan dengan orang yang berbeda agamanya, aku mulai berceramah pada Shally. Tapi Orang tuaku nggak ngijin hubungan beda agama, kata Shally. Aku perhatikan setiap kali Shally berbicara, air mata yang keluar dari matanya semakin banyak. Nah itu lah yang jadi masalahmu. Shally, kamu memang berhak untuk bebas menikmati hidup ini, kamu juga bebas mengambil setiap keputusan dalam hidupmu. Tapi jangan pernah kamu egois dalam kisah hidupmu, jangan pernah kamu mengambil keputusan yang bisa membuat keluargamu bersedih, menjauhimu bahkan tidak mau menganggapmu lagi sebagai keluaraga. Ingatlah bahwa yang membesarkanmu dan merawatmu adalah keluargamu sendiri. Mereka tidak meminta imbalan apa apa untuk itu. Mereka Cuma ingin bahagia, setidaknya mereka ingin ketika kamu bahagia mereka juga ikut bahagia. Jadi bahagiakanlah mereka. Turuti permintaan mereka kalau kamu memang sayang dengan keluargamu. Jangan membantah mereka, apalagi untuk urusan sesakral ini yang menyangkut Tuhan. Mana yang mau kamu pilih? Cinta dari Tuhan dan keluargamu atau cinta dari Novan seorang? Kamu tuh wanita, jangan gunakan logika untuk berpikir. Gunakanlah hatimu. Tuhan membuat hati wanita 3 kali lebih baik kualitasnya dari pada hati lelaki. Gunakanlah hatimu untuk mengambil keputusan, dan ingatlah siapa

144

memberikan hati itu untukmu, nada bicaraku menjadi sedikit keras, namun nampaknya Shally mulai menyimak satu per satu isi dalam ceramah yang kuberikan kepadanya ini. Nah, kalau sudah begitu kamu juga harus bisa lebih hati hati dalam menjaga perasaan terhadap seorang lelaki. Jangan pernah kamu mencoba menyukai seseorang yang berbeda agama jika kamu tak mau memiliki masalah seperti ini. Carilah dan tumbuhkanlah perasaan cinta kamu ke lelaki yang memiliki keyakinan yang sama dengan kamu. Toh, apa ada suatu jaminan bahwa lelaki dengan keyakinan A pasti jauh lebih baik dari lelaki dengan keyakinan B? Kalau Novan menyuruh kamu pindah agama, maka itu semata mata hanyalah sebuah jalan pemikiran lelaki untuk menyelesaikan masalah yang sedang dia hadapi dan kalau aku ada di posisi Novan aku pun pasti akan memintamu pindah ke agamaku. Aku yakin Novan benar benar mencintai kamu, karena tidaklah mungkin seorang cowok meminta seorang cewek untuk pindah agama jika bukan karena hal yang serius. Aku yakin Novan benar benar ingin menjalani hubungan yang serius denganmu hingga dia berani meminta kamu pindah agama. Jangan kamu marahi dia atau menampar pipinya. Karena memang seperti itulah cara cowok memecahkan masalah. Kami mencari hal hal logis yang bisa memberikan solusi masalah meski dengan resiko yang tinggi. Kami para cowok menganggap itu sebagai tantangan yang pastinya akan mengubah jalan hidup kami, lanjutku. Kalau dia memang cinta sama aku, kenapa bukan dia aja yang pindah agama? Kenapa dia gak mau dan malah marah marah saat aku suruh pindah ke agamaku? tanya Shally. Aku tertawa mendengar pertanyaan Shally. Dia melihatiku dengan heran. Shally, kami para lelaki tuh punya sesuatu yang akan kami pegang sampai mati. Sesuatu itu bernama Prinsip. Prinsip pertama yang kami dapatkan dan diajarkan oleh orang tua kami adalah agama. Sejak kecil aku dan cowok cowok beragama Islam dimana pun sudah dicekoki dengan prinsip agama itu. Baik dari orang tua, keluarga maupun lingkungan sekitar. Satu prinsip dasar bahwa kami beragama Islam dengan Allah sebagai Tuhan kami dan Nabi Muhammad Saw adalah

145

Nabi serta utusanNya. Meskipun nanti saat kami sudah besar dan menjadi berandalan, tidak pernah shalat atau selalu melanggar larangan agama, tapi prinsip itu telah tertanam dan menjadi mindset utama serta dasar di otak dan hati kami. Semalas apa pun seorang cowok muslim dalam beribadah, jika ada yang menghina hina agama Islam maka tanpa diminta atau ditanya dia akan turun dan berbaris paling depan dengan peralatan perang yang komplit dan siap mati untuk membela Islam. Jadi aku berani bilang bahwa lebih dari 90 persen cowok beragama Islam di dunia ini pasti akan menolak dan mungkin marah jika disuruh pindah agama, aku berusaha menjelaskan pada Shally bahwa sebenarnya Novan tidaklah salah. Terus aku harus bagaimana? Mengakhiri hubungan ini? tanya Shally. Dengan tegas aku menjawab Iya! Karena baik keluargamu maupun keluarga Novan tak ada yang setuju dengan hubungan beda agama ini. Aku yakin kamu pasti bisa melupakan Novan. Aku tahu awalanya memang akan sulit, tapi aku yakin lama kelamaan kamu pasti bisa melaluinya dan bisa mendapatkan yang lebih baik dari Novan. Ingatlah Shally, semua ini pasti ada tujuannya, jawabku. Shally bergerak mendekatiku, dia menyandarkan kepalanya di bahuku lalu menangis. Bisa kurasakan bajuku mulai basah oleh air matanya, padahal baju ini baru saja selesai aku jemur dan seterika. Aku melingkarkan tanganku ke tubuhnya, lalu memeluknya, berusaha menenangkannya dengan membelai lembut rambutnya. Yah, hitung hitung mengambil sedikit kesempatan dalam kesempitan ini. Tapi aku gak berani mengucapkan kata putus ke Novan, ungkap Shally dengan suara lirih. Ya udah tenang aja, nanti biar aku yang ngomong ke dia. Ini semua demi kebaikan kalian berdua, kataku. Tiba tiba Shally melepaskan pelukanku, dia dengan tergesa gesa langsung berdiri tegak menjauhiku. Disaat itu juga terdengar suara Novan yang berteriak marah menyebut namaku dan nama Shally. Aku langsung saja menoreh kebelakang. Terlihat Novan dan kekasihku yang sepertinya sejak tadi melihat aku dan Shally

146

saling rangkul rangkulan. Dengan jelas kulihat mata kekasihku yang melotot dan lagi lagi tanpa lewat kata atau suara aku bisa tahu maksud dari tatapan itu. Waduh gawat.

147

12. Kerlap kerlip Kematian. Bintang - bintang bersembunyi malu dibalik awan awan kelam. Mereka malu pada manusia manusia diatas bumi, dibawah langit. Mereka merasa malu karena malam ini mereka tak sanggup menyuguhkan keindahannya. Kerlap kerlip mereka redup malam ini. Tidak ada titik titik sinar berwarna kuning yang menggantung di langit. Mereka malu, karena tak kuat untuk menahan jatuhnya hujan malam ini. Malam sudah ditakdirkan menjadi dingin. Itu semua kuasa Tuhan. Dia menugaskan malaikat malaikatnya untuk menjelma menjadi bintang bintang ketika malam. Agar di dinginnya malam yang menusuk kulit kulit manusia, mereka masih bisa terhibur oleh paparan paparan bintang di angkasa. Dengan hanya menatapnya, bukan hanya tubuh saja yang menjadi hangat tapi juga hati. Tiada yang seterang itu di bumi ini. Tapi malam ini mereka gagal. Malaikat malaikat yang menjelma menjadi bintang itu nampaknya sudah malas menghibur manusia. Mereka nampaknya muak dengan segala tingkah laku manusia yang semakin lama semakin barbar. Sehingga mereka berfikir bahwa manusia manusia ini tak pantas diperlihatkan gugusan gugusan bintang yang indah. Hanya segelintir malaikat saja yang masih percaya bahwa manusia bisa berubah menjadi lebih baik. Sehingga mereka yang minoritas itu tetap menjadi bintang ketika malam untuk menyampaikan bahwa masih ada harapan bagi manusia untuk menjadi lebih baik. Mereka malaikat malaikat itu tak gampang menyerah. Dengan cahaya sisanya mereka tetap menerangi bumi hingga awan kelam raksasa membinasakan mereka. Hujan pun turun, mereka merasa berdosa terhadap manusia. Seharusnya mereka memberikan keindahan pada malam, agar manusia tidak mengutuk gelapnya malam. Seharusnya mereka menghangatkan malam, agar manusia tidak mengutuk dinginnya malam. Tapi kini hujan turun, malam yang dingin menjadi semakin dingin.

148

Mereka tak bisa berbuat apa apa, kekuatan mereka tak cukup untuk mengusir hujan hujan itu. Mereka hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Semoga setiap manusia di atas bumi ini memiliki selimut untuk menghangatkan tubuh mereka. Semoga setiap manusia di bawah langit ini punya kekasih yang hanya dengan senyumnya saja mampu menghangatkan seluruh tubuh tanpa sebuah selimut. Tulisan ini aku ciptakan dari malam hingga pagi, sembari menunggu malam semakin gelap hingga memudar kebiruan. Malam selalu semakin gelap sebelum datangnya subuh. Segala cobaan selalu semakin berat sebelum datang segala kebahagiaan. Kenapa aku menyebut ini tulisan? Karena aku memang tidak tahu akan berujung menjadi apa tulisanku ini. Apakah akan menjadi sebuah puisi, cerita pendek, syair, atau Cuma sekedar catatan harian berisi apa yang aku rasakan yang ujung ujungnya nanti akan aku hapus? Mungkin saja. Tapi aku tidak terlalu perduli dengan semua itu. Yang aku pikirkan saat ini adalah Aku ingin menulis. Tak perduli apa yang akan aku tulis, yang jelas semua yang ada di otak dan pikiranku ini akan aku tulis semua di tulisan ini. Sebuah kegelisahan datang ketika aku akhirnya menyadari kesendirianku di tengah malam yang dingin ini. Tiada suara indah yang menemaniku seperti biasa biasanya. Hanya suara jangkrik- jangkrik bergumam serta sesekali suara tokek terdengar. Seperti ini ternyata rasanya sendiri, tak pernah kuhingga bisa sedramatis ini yang aku rasakan. Aku hanya bisa memejamkan kelopak mata, memohon kepada Tuhan yang menciptakan malaikat serta bintang untuk segera menurunkan satu saja Bidadari Surganya ke dalam kamarku saat ini. Hanya sekedar sebagai teman bicara, atau pun teman bercerita.

149

Doaku nampakanya terjawab, satu cahaya diantara seribu cahaya bintang di langit malam kulihat sedang turun dan mengarah kesini. Semakin dekat, semakin jelas terlihat bentuk aslinya. Sayapnya terkembang dengan begitu indah, gemulai tangannya terbentang seiring kepakkan sayapnya. Dia turn menerobos kamarku dengan wangi wangi yang belum pernah kucium sebelumnya. Dengan hanya terpana aku memandangi dirinya. Sayapnya tertutup, entah hilang kemana. Yang ada kini tinggal sebuah siluet tubuh seorang wanita yang indah. Kakinya panjang menyambung dengan lekukan pinggang yang sangat indah dan sempurna. Buah dadanya besar, sangat proporsional dengan tubuhnya, lehernya begitu eloknya dan terakhir wajahnya. Belum pernah kulihat wajah secantik itu. Dalam hatiku, inikah yang namanya Bidadari Surga? Dia langsung tersenyum padaku, kedua lesung pipit di pipinya membuat senyuman itu menjadi senyuman termanis yang pernah aku saksikan selama hidupku. Lalu, tanpa dosa dia berjalan mendekatiku, lalu membungkuk di depanku yang sedang duduk bersila. Siapa kamu? Apakah kamu Bidadari Surga? Tanyaku dengan nada pelan, karena aku masih dalam bayang bayang terpesona yang amat sangat. Bukan, aku bukan Bidadari Surga, jawabnya dengan suara yang juga begitu merdu. Lalu, siapa kamu? Dia menggenggam tanganku, lalu menjawab aku malaikat maut yang akan membawakan kematianmu karena waktumu sekarang sudah habis, senyum manisnya lalu berubah menjadi senyuman menyeringai.

150

Bulu kudukku merinding, seketika itu juga dia menarikku dan membawaku terbang dengan gelakkan tawa kepuasan yang sangat keras. Rohku terasa sudah terlepas dari tubuhku dan kini aku terbawa terbang bersamanya. Dari atas sini, aku melihat tubuhku yang sedang duduk bersila, bersandar di tembok kamarku dengan darah yang keluar banyak dari urat nadi tangan kiriku. Di tanganku tergenggam sebuah pisau, sedang di tangan kiriku tergenggam sebuah foto seorang wanita yang pernah aku cintai. Seorang wanita yang kini meninggalkan dan mencampakkan aku. Seorang wanita yang kini membuatku bunuh diri.

151

13. Selalu yang Terbaik Untukmu, Safira Sore pun telah tiba, langit yang awalnya biru kini berubah menjadi jingga, lalu berangsur berwarna keunguan. Tangan Arsa masih menggenggam sebilah pisau khayal, ingin segera dia hunuskan ke dadanya, menyayatnya lalu mencabut dengan paksa nama Safira dari dalam hatinya. Arsa sudah tak ingin lagi nama itu menyelimuti hatinya. Kamu gak usah kecewa, masih ada kesempatan lain. Percayalah, Tuhan pasti ada rencana lain untuk memberikan kamu yang terbaik, ungkap Safira pada Arsa. Safira hanyalah berniat untuk menenangkan serta menyemangati Arsa yang baru saja gagal dalam penyeleksian tenaga kerja di sebuah perusahaan yang besar. Namun yang tidak diketahui olehnya adalah bahwa Arsa yang sedang emosi telah menyadari bahwa dirinya lama lama tidak tahan dengan segala sikap Safira yang terus menerus menceramahinya. Dari awal pacaran dulu sampai sekarang, setiap kali Arsa menghadapi masalah Safira selalu memberinya dukungan lewat kata kata. Kini Arsa sudah muak dengan semua ucapan ucapan Safira, kini dia menganggapnya sebagai sampah. Kamu harus pantang menyerah, pasti kamu bisa diterima oleh perusahaan yang lebih baik, lanjut Safira. Arsa hanya diam saja. Dia berfikir, sudah tak terhitung lagi berapa banyak kekasihnya itu bilang bahwa Tuhan pasti punya rencana lain yang lebih baik bagi dirinya dan sudah tak terhitung lagi berapa banyak masalah yang menghampiri Arsa dan tak pernah ada titik cerahnya. Kini Arsa sudah mulai tak percaya lagi bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik, yang dia yakini sekarang adalah bahwa Tuhan selalu memberikan yang terburuk padanya. Safira menyadari ketidak beresan pada kekasihnya itu, tapi dia tidak tahu kenapa Arsa menjadia diam saja. Dia gerakkan tangannya, mencoba memegang tangan Arsa. Tiba tiba saja Arsa beranjak dari tempatnya dan pergi meninggalkan Safira sendirian.

152

Safira terdiam, tanya dalam hati mengiri kepergian Arsa. Dia tak tahu apa yang terjadi pada Arsa. Yang kini bisa dilakukan Safira hanya menatap Arsa yang sedang berjalan semakin menjauhinya. Selang waktu satu jam langit sudah sangat gelap, Arsa kini menginjakkan kakinya di rumah salah satu sahabat terbaiknya, Bento. Arsa dan Bento sudah berteman baik sejak mereka masih kuliah di Ekonomi UGM dulu. Bento sudah sukses, dia sudah punya rumah sendiri dan sudah berkeluarga. Jabatan yang didudukinya saat ini juga cukup tinggi. Cukup punya pengaruh untuk memasukkan Arsa bekerja dalam perusahaan tempat Bento bekerja. Tapi sekian kali Bento menawarkan kesempatan itu, sekian kali pula Arsa menolakknya. Bento mengerti, sahabatnya semasa kuliah ini memang sejak dulu memiliki ego serta gengsi yang tinggi. Dia tidak mau menerima bantuan orang lain dengan gampang. Selagi dia masih bisa berusaha maka dia akan mencoba berusaha. Oleh karena itu Bento merasa seang mengetahui bahwa Safira kekasih Arsa selalu memberikan semangat pantang menyerah pada sahabatnya itu. Umur mereka sama dan sudah cukup dewasa untuk membina sebuah rumah tangga, tapi sampai saat ini Arsa masih belum mau menikah. Dia belum mau menikah sebelum dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang besar dan bergaji tinggi. Malah Safira pernah mengajaknya menikah, toh gaji dari pekerjaan Safira bisa cukup untuk menghidupi mereka selagi Arsa mencari pekerjaan. Tapi memang dasar Arsa sangat keras kepala dan sombong. Dia menolak bahkan marah marah pada Safira. Bagaimana Sa usahamu mencari pekerjan impianmu itu? tanya Bento sambil stengah mengejek. Yah masih sama. Aku masih belum mendapatkan yang pas, jawab Arsa dibarengi dengan senyuman sinis.

153

Istri Bento datang menghampiri mereka berdua, dia menaruh dua gelas kopi di atas meja ruang tamu lalu pergi. Ayo diminum dulu kopinya, Bento mengambil kopi buatan istrinya itu dan langsung menyeruputnya. Ben, aku mau memutuskan hubunganku dengan Safira, ungkap Arsa. Bento langsung berhenti dari kegiatan minumnya. Tubuhnya tiba tiba menjadi kaku. Dia langsung menatap Arsa sedangkan tangannya masih mengangkat gelas kopi. Arsa tertunduk. Kamu yakin? tanya Bento yang berusaha menggoyah keyakinan Arsa. Suasana hening, hanya terdengar suara TV dari ruang tengah. Arsa masih menundukkan kepalanya. Dia seperti tak mampu menjawab pertanyaan itu. Begini saja, sepertinya kamu sedang emosi dan itu hanyalah emosi sesaat. Coba kamu pikirkan lagi. Aku tak berhak memberimu nasihat. Kamu sendiri yang memutuskan jalan hidupmu. Jangan sampai kamu salah pilih jalan lalu menyesal, ungkap Bento dengan tegas. Kamu yakin dengan keputusanmu ini? tanya Safira dengan tersenyum. Ya iyalah yakin! Arsa menjawab dengan sedikit membentak. Safira Cuma diam mendengar bentakan Arsa. Dia tetap tersenyum tanpa memalingkan tatapan matanya dari wajah Arsa yang berpaling. Entah apa yang dirasakan Safira. Seharusnya di momen seperti ini dia menangis atau malah memohon agar Arsa tidak memutuskan hubungan menreka. Tapi sebaliknya, Safira malah tersenyum dan senyum itu namapak sangat tulus dia berikan kepada Arsa meski Arsa tidak mau melihatnya. Ya udah kamu ngapain masih disini? Kita udah gak ada urusan, Arsa mencoba mengusir Safira yang berada di hadapannya. Arsa terlihat uring uringan.

154

Untuk terakhir kalinya aku Cuma mau mengucapkan terima kasih. Terima kasih atas waktu waktu bersama yang pernah kamu luangkan. Terima kasih karena pernah menjadi teman berbagi cinta denganku, ungkap Safira sambil tersenyum. Kamu sepertinya terlihat bahagia sekali putus denganku Fir? Tanya Arsa pada Safira. Safira hanya menggelengkan kepala sambil terus tersenyum. Kali ini mata mereka akhirnya saling menatap. Kamu salah, aku gak bahagia karena putus sama kamu. Tapi aku juga gak mau sedih. Toh, aku ini cuma baru saja kehilangan seseorang yang aku sangat cintai. Sedangkan kamu baru saja kehilangan seseorang yang sangat mencintai kamu, kata Safira. Lalu dia pergi meninggalkan Arsa. Arsa terdiam, tanya dalam hati mengiri kepergian Safira. Dia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Yang kini bisa dilakukan Arsa hanya menatap Safira yang sedang berjalan semakin menjauhinya. Tanpa Arsa sadari, bahwa kini dia harus berjalan dan berjuang sendirian.

155

14. Jika Nanti Saatnya Telah Tiba


Jika nanti telah tiba saatnya, tolong ingatkan aku untuk menjawab pertanyaanmu, ungkap seorang gadis berkerudung biru itu dengan lirih. Kepalanya tertunduk, terlihat seprti malu atau tidak berani memandang lawan bicaranya. Kapan saatnya itu telah tiba? tanya lelaki yang menjadi lawan bicaranya. Gadis berkerudung biru itu mulai menenggakkan kepalanya lalu dengan tepat memandang mata lelaki di depannya. Aku pun tak tahu kapan saat itu akan tiba, ikuti saja suara suara di hatimu, maka kamu akan tahu kapan waktu yang tepat untuk kamu mengulang kembali pertanyaanmu itu,. Tatapan mata gadis berkerudung biru itu begitu sayu, namun dia tersenyum dan aku tak sanggup melukiskan dengan kata kata seperti apa senyuman manis yang dia tampakkan. Karena memang senyumnya begitu manis, tak heran jika lelaki yang menjadi lawan bicaranya hanya bisa terdiam ketika sang gadis berbicara lalu tersenyum. Aku yakin jantung lelaki itu berdetak jauh di atas normal. Sesaat kemudian sang gadis pamit pergi meninggalkan lelaki tersebut. Dia berjalan membelakangi, langkah kakinya dan gemulai setiap gerakan tubuhnya terasa begitu sedap dipandang mata. Lelaki itu takkan henti memandangi gadis berkerudung biru tersebut hingga hilang dari pandangan. Sebulan telah berlalu sejak pertemuan terkahir sang lelaki dengan Gadis berkerudung biru tersebut. Gadis tersebut saat itu pamit meninggalkan sang lelaki untuk bekerja di luar kota. Selama satu bulan mereka hanya berkomunikasi lewat telepon genggam, itu pun jarang sekali karena sang gadis yang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Entah dia sadar atau tidak bhwa di tempat lain ada seorang lelaki yang sangat

156

mencemaskan kesehatannya, ada seorang lelaki yang selalu menunggu dia untuk kembali ke kota asalnya, ada seorang lelaki yang terus berharap akan dirinya. Suatu pagi, ketika sang lelaki tersebut sedang bersiap siap untuk pergi bekerja tiba tiba telepon genggamnya dihubungi oleh seseorang yang tidak dia ketahui. Suara seorang perempuan terdengar menyapa ketika sang lelaki tersebut menjawab teleponnya. Bukanlah sebuah sapaan riang yang terdengar melainkan suara tersebut terdengar sangat lirih dan sepertinya bercampur dengan suara tangisan. Lelaki tersebut jatuh terduduk, tangan kirinya yang memegang telepon genggam bergetar hingga hampir menjatuhkannya. Mulutnya terbuka, segera dia tutup dengan tangan kananya, air mata sudah tak mampu lagi bertahan untuk keluar. Semua itu begitu mengejutkan ketika perempuan yang mengaku sebagai teman kerja gadis berkerudung yang dia damba memberi informasi bahwa sang gadis mengalami kecelakaan disana dan saat ini sedang mengalami koma, keadaannya sangat kritis. Langit berawan hitam, siang hari begitu gelap tak seperti hari hari biasanya. Suara suara gemuruh petir terdengar beberapa kali, begitu menggelegar dan keras suaranya. Rintik rintik air hujan mulai turun dari langit. Namun, cuaca yang seperti itu tidak menyurutkan keinginan sang lelaki untuk menengok keadaan pujaan hatinya di rumah sakit. Tepat saat adzan dzuhur terdengar, sang lelaki telah tiba di rumah sakit. Ditemani salah seorang kerabatnya, sang lelaki tersebut perlahan membuka pintu kamar rawat inap yang ditempati pujaan hatinya. Sang gadis terlihat sedang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Dia tidak memakai kerudung karena ada beberapa luka jahitan di kepalanya. Dagu, pipi kiri serta pelipis mata kirinya juga dijahit. Bibirnya bengkak, tangan kirinya diperban dan yang paling parah dokter telah memvonis bahwa sang gadis tidak akan bisa berjalan lagi atau lumpuh.

157

Sang gadis tentu sangat kaget melihat kedatangan seorang lelaki yang dia tahu bahwa lelaki itu sangat mencintainya namun dia tidak selalu menggantung perasaan lelaki tersebut. Di dalam kamar itu ada beberapa orang yang menemani sang gadis, diantaranya ada sahabat, adik serta kedua orang tuanya. Sang lelaki terus melangkahkan kakiknya ke arah sang gadis yang terbaring sambil membuang muka karena merasa malu. Gadis tersebut mengeluarkan air mata, dia merasa malu dengan keadaannya sekarang di hadapan lelaki yang mencintainya tersebut. Kini dia sudah menjadi cacat, wajah serta kakinya telah rusak. Sang gadis sudah merasa tak secantik dulu lagi, sang gadis merasa tak pantas lagi dicintai oleh lelaki itu. Orang orang yang berada dalam kamar tahu semua tentang siapa lelaki yang sedang melangkahkan kakinya tersebut kearah sang gadis sambil tersenyum. Mereka sadar atau tidak sadar telah menitikkan air matanya melihat kedatangan sang lelaki, Tanpa menghiraukan yang lainnya, sang lelaki terus melangkah sambil tersenyum kepada gadis tersebut, meski gadis tersebut memalingkan wajah dari dirinya. Lelaki itu duduk di pinggiran kasur rumah sakit yang putih. Hi, sapa lelaki tersebut pada sang gadis. Sang gadis menoleh lalu perlahan menatap wajah lelaki yang kini dihadapnya. Untuk apa kamu mendatangiku lagi? Aku sudah tak seperti dulu lagi, aku sudah tak seperti yang kamu harapkan lagi, ungkap sang gadis sambil menangis. Aku ke sini untuk mengingatkan kamu tentang pertanyaanku, jawab lelaki tersebut.

158

Seluruh orang yang ada di kamar tersebut kecuali sang gadis dan sang lelaki dibuat penasaran, pertanyaan apa? Aku rasa kini sudah tiba saatnya yang tepat untuk kamu menjawab pertanyaanku, kata lelaki tersebut dengan tersentum. Tak sedetik pun tatapan matanya lepas dari wajah sang gadis. Jika kamu tergila gila dengan senyumku, lihatlah wajahku sekarang. Tak ada lagi kemanisan yang tampak. Jika kamu tergila gila dengan tatapan mataku yang bersinar, lihatlah mataku sekarang. Tak ada lagi sinar yang sanggup terpancar dari mataku. Jika kamu tergila gila dengan gerak gemulai tubuhku, lihatlah kakiku. Tak kan pernah kamu melihatku berjalan dengan anggun. Jika kamu.... tiba tiba sang lelaki menggenggam tangan sang gadis dengan halus lalu memotong kata kata yang keluar dari mulut sang gadis tersebut. Aku yang akan mengembalikan senyummu seperti dulu lagi, aku yang akan membuat tatapan matamu bersinar lagi. Disampingku, takkan pernah aku biarkan keanggunan tak menghampirimu. Aku bersedia membopong tubuhmu seumur hidupku, aku bersedia menjadi kaki bagimu. Yang sekarang terus dan selalu kutanyakan adalah, bersediakah kamu menikah dengan aku? Spontan orang orang di dalam kamar tersebut kaget. Mereka lalu menangis mendengar pertanyaan lelaki tersebut. Sang gadis hanya bisa menangis, dengan sanagt sayu dia tetap menatap mata sang lelaki yang selalu mencintainya meski kini dia sudah tak secantik dulu. Dengan lirih, sang gadis mencoba menjawab secara lisan sambil menganggukkan kepala. Aku bersedia,

159

You might also like