You are on page 1of 6

A. Tinjauan B.

Analisa kasus Berdasarkan skenario, masalah kesehatan yang terjadi pada Rumah Sakit adalah ditemukannya 20 kasus Infeksi Nosokomial yang disebabkan oleh pencemaran pada instalasi gizi rumah sakit. Infeksi Nosokomial merupakan indikator sangat rendahnya kualitas pelayanan rumah sakit. Pelayanan disini bukan hanya dari segi medis tetapi juga dilihat dari penyajian makanan, alat mandi, alat makan dan minum, kebersihan rumah sakit, sistem sanitasi sampai ke pengawasan dan pengaturannya. Pada skenario, didapatkan beberapa faktor penyebab terjadinya 20 infeksi nosokomial kasus di rumah sakit serta ditemukannya E. Coli dan angka kuman dalam makanan sebesar 228*10/gr, yaitu: 1. Terdapat 64% petugas pengolahan makanan dengan tingkat pendidikan SD dan belum mendapatkan pelatihan hygiene dan sanitasi makanan 2. Hygiene perorangan petugas yang kurang baik, ditandai dengan perilaku tidak mencuci tangan sebelum dan setelah pengolahan makanan tidak , menggunakan celemek, sarung tangan dan sepatu kerja yang kedap air saat bekerja 3. Sanitasi instalasi gizi rumah sakit masih tidak memadai, yaitu ditandai dengan luas dapur hanya 6x10 m3, sampah berceceran dimana-mana yang akan mengundang serangga sebagai vektor penyakit, toilet yang tidak bersekat dengan ruangan pengolahan makanan, ruang pengolahan makanan yang berdebu dan tidak memiliki ventilasi. 4. Sistem pengelolaan limbah di rumah sakit masih sangat minim yang ditandai dengan hanya tersedia satu tempat sampah di dapur, got penyaluran air limbah berbau sangat menyengat akibat kebiasaan petugas membuang sisa makanan ke saluran tersebut sehingga aliran limbah dapur tersumbat 5. Kebijakan rumah sakit mengenai sanitasi masih kurang, hal ini ditandai dengan syarat sanitasi instalasi gizi yang tidak sesuai standar, tidak

adanya standar operasional prosedur bagi petugas pengolah makanan, tidak dilaksanakannya pelatihan bagi petugas pengolahan makanan. Terdapatnya E. Coli di dalam makanan (pada kasus 228*10 per gram, standar sebenarnya adalah 0 per gram) merupakan indikator bahwa makanan telah tercemar kotoran manusia, pada rumah sakit skenario hal ini disebabkan karena letak toilet yang tidak bersekat dengan ruang pengolahan makanan yang diperparah dengan keadaan toilet yang selalu kotor. Diasumsikan ketika petugas selesai beraktivitas di toilet, mereka tidak mencuci tangan dengan sabun dan langsung melanjutkan aktivitas mengolah makanan sehingga resiko berpindahnya E. Coli dari tangan ke makanan akan lebih besar. Mencuci tangan sebelum dan setelah pengolahan makanan sebenarnya adalah sesuatu yang sangat penting, hal ini dapat meminimalisir kemungkinan berpindahnya kuman/bakteri yang ada di tangan petugas ke makanan yang akan dimasak. Ruang pengolahan makanan yang berdebu juga akan sangat memperbesar kemungkinan semakin mudahnya bakteri yang ada di dalam debu tersebut terkontaminasi dengan makanan di instalasi gizi. Banyaknya sampah yang berserakan di ruang pengolahan makanan yang berujung pada bertambahnya jumlah vektor penyakit di ruang instalasi gizi seperti kecoa, lalat dan tikus yang dapat menularkan beberapa penyakit. Vektor ini akan menularkan penyakit melalui makanan. Tidak adanya ventilasi di ruang instalasi gizi juga memperparah kondisi ruangan ini, karena tidak terjadi pertukaran udara dan susahnya sinar matahari masuk di ruangan, sehingga kuman dan bakteri akan lebih cepat berkembang biak. Makanan yang diolah pada instalasi gizi ini nantinya yang akan didistribusikan kepada pasien Rumah Sakit, karena makanan sudah tercemar oleh kuman dan bakteri maka kemungkinan pasien akan mengalami sakit lanjutan (infeksi nosokomial) akibat makanan yang tercemar ini sangatlah besar. Kebiasaan petugas membuang sisa makanan ke saluran air limbah, kondisi ruang pengolahan makanan yang berdebu karena tidak pernah dibersihkan dan beberapa sikap petugas yang tidak memenuhi syarat hygiene perorangan bagi pengolah makanan yang disebabkan karena rendahnya

pengetahuan dan petugas tidak mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan. Walaupun pihak rumah sakit sudah memasang poster untuk menjelaskan tentang pentingnya kesehatan

lingkungan, namun tampaknya masih kurang efektif, hal ini bisa disebabkan oleh terdapat kesalahan dalam lokasi pemasangan dan bentuk poster serta tidak ada penjelasan lebih lanjut dari pihak rumah sakit tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Penanggulangan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah diatas adalah: 1. Manager rumah sakit mengoptimalkan peran/tugas karyawan sesuai dengan bagian-bagiannya Jika terjadi kasus seperti pada rumah sakit, yang paling bertanggung jawab adalah manager rumah sakitnya, mengapa setiap bagian-bagian di rumah sakit tidak menjalankan fungsinya secara optimal, hal ini lah yang patut dipertanyakan karena kesalahan bisa terjadi pada petugas atau managernya. Sebaiknya menajer rumah sakit melakukan evaluasi pada setiap bagian di rumah sakit mengapa masalah tersebut dapat terjadi. Dalam kasus ini manajer rumah sakit seharusnya mengoptimalkan peran bagian kesehatan lingkungan (kesling) rumah sakit sebagai bagian yang nantinya akan mengawasi sanitasi rumah sakit termasuk sanitasi di instalasi gizi. Kemudian, mengoptimalakan peran tim surveilens rumah sakit agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Dan yang terakhir manager dapat melakukan supervisi ke bagian-bagian di rumah sakit (termasuk instalasi gizi) secara berkala agar dapat memantau langsung kegiatan pekerjanya, dan dengan seperti itu pekerjanya juga akan merasa diperhatikan oleh atasan sehingga akan lebih semangat dalam bekerja. 2. Pengobatan terhadap penderita 20 pasien infeksi nosokomial a. Sasaran: pasien penderita infeksi nosokomial b. Tujuan: mengobati pasien yang yang terkena infeksi nosokomial c. Kegiatan: dilakukan oleh tim pelayanan medis

3. Melakukan surveilans epidemiologi terhadap kejadian 20 kasus infeksi nosokomial yang telah terjadi a. Sasaran: penderita infeksi nosokomial b. Tujuan: mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya infeksi nosokomial dan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan terkait pencegahan c. Kegiatan: 1) Dilakukan dengan mengoptimalkan tim surveilans rumah sakit yang telah ada 2) Menganilisis penyebab terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, penlusuran terhadap standar operasinal prosedur para tenaga medis apakah sudah sesuai, memantau lingkungan rumah sakit. Pada skenario, diidentifikasi penyebab utama dari infeksi nosokomial ini adalah dari instalasi gizi 3) Menegakkan dugaan dengan melakukan pemeriksaan kuman dan bakteri yang terkandung di dalam makanan. Pada skenario ditemukan jumlah E.Coli sebesar 228*10 per gram makanan, yang sudah masuk kategori bahaya. 4) Kemudian menganalisis lingkungan di instalasi gizi, yang tidak memenuhi syarat dan mengidentifikasi perilaku petugas

pengolahan makanan yang tidak sesuai ketentuan dan mencari penyebabnya 5) Setelah diketahui alasan/penyebabnya, data yang didapat diolah dan dianalisis agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan dan evaluasi program yang berjalan sebelumnya. 4. Melakukan surveilans dengan metode survey per bagian yang berlangsung terus menerus untuk ke depannya Metode survey per bagian yang berlangsung terus menerus ini dipilih karena surveilans jenis ini efektif sebagai langkah awal pencegahan. Survey ini dilakukan pada tempat-tempat yang beresiko tinggi pada

kurun waktu tertentu dengan pengamatan terhadap pasien yang menggunakan antibiotika, karena umumnya pasien dengan infeksi akan mendapatkan antibiotika. Metode ini memiliki keakuratan kurang lebih 90% dan tidak memerlukan biaya yang mahal. 5. Melakukan pendidikan dan pelatihan hygiene dan sanitasi bagi pengolah makanan a. Sasaran: petugas pengolahan makanan b. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan keterampilan petugas pengolahan makanan tentang hygiene perorangan c. Kegiatan: 1) Diselenggarakan oleh bagian kesling rumah sakit 2) Pendidikan dan pelatihan ini berisi materi tentang hygiene perorangan petugas pengolahan makanan, cara pengolahan makanan, dan prosedur pembuangan limbah dapur (dapat dilihat pada tinjauan pustaka) 6. Menerapkan sanitasi instalasi gizi (dapur) rumah sakit jangka pendek a. Menjaga kebersihan toilet, bisa dengan memasang jagalah kebersihan toilet dan tutup pintu setelah menggunakan toilet b. Toilet petugas dibersihkan rutin setiap hari oleh petugas cleaning service c. Jumlah tempat sampah di dapur disesuaikan dengan volume yang dihasilkan setiap harinya, dan sampah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik d. Pembuangan sampah di dapur selalu berkelanjutan, jangan sampai menumpuk (jika volume sampah sudah 2/3 tempat sampah maka harus segera dibuang ke tempat penampungan sampah sementara milik rumah sakit) e. Setelah melakukan kegiatan pengolahan makanan, petugas wajib membersihkan dapur sehingga dapur selalu bersih dan tidak berdebu 7. Meneruskan program poster yang telah dilaksanakan dengan beberapa perbaikan serta membuat beberapa slogan, seperti:

a. Gambar pada poster dapat menggunakan gambar petugas instalasi dapur sendiri. Diharapkan dapat lebih menarik perhatian jika model pada poster adalah mereka sendiri. Pesan poster dapat berisi tentang standar operasional prosedure petugas pengolahan makanan (mulai dari hygiene perorangan, cara pengolahan makanan, dan prosedur pembuangan limbah dapur) b. Warna dan tulisan dibuat lebih menarik c. Poster dipasang di pintu masuk instalasi gizi dan di tempat-tempat yang mudah terlihat ketika petugas bekerja d. Pemasangan slogan seperti pekerja yang hygiene adalah kebanggan rumah sakit, bekerja sesuai SOP adalah tindakan bijak dan lain lain 8. Penanggulangan jangka panjang dengan melakukan perombakan instalasi gedung (dapur) dan pemeriksaan kesehatan petugas minimal 2x dalam satu tahun Sebenarnya instalasi gedung dapur pada skenario tidak sesuai standar, seperti dapur bergabung dengan toilet dan luas dapur yang hanya 6x10 m2. Seharusnya toilet dengan dapur harus terpisah, tetapi untuk memisahkannya perlu waktu yang panjang dan biaya yang cukup besar, sehingga perlu suatu program jangka panjang untuk mengatasi masalah fisik gedung. Luas dapur seharusnya di sesuaikan dengan jumlah petugasnya, yaitu minimal 2 m2 per orang. Untuk ventilasi diatur sedemikian rupa hingga dapur memiliki suhu sekitar 22-30o C dan kelembaban 35-60%. Untuk pencahayaan minimal 200 lux. Dan dapur yang baik seharusnya memiliki satu cerobong asap agar asap yang dihasilkan dari kegiatan dapur tidak mengganggu aktivitas.

You might also like