You are on page 1of 3

Banjir bukan masalah baru bagi Jakarta. Jakarta dilanda banjir mematikan setiap tahun.

Banjir telah membawa kehancuran beberapa. Pada satu titik, mereka biasanya menggenangi tentang hampir semua bagian kota. Rumah sakit kota perjuangan dengan masuknya pasien yang menderita diare, demam berdarah dan gangguan pernapasan parah. Banjir ini melumpuhkan pusat ekonomi Indonesia dan bisnis selama beberapa hari. Intinya kita bisa belajar dari banjir adalah bahwa Jakarta tidak mampu mempertahankan pertumbuhannya. Dalam perencanaan kota, kita tahu manajemen pertumbuhan dan pertumbuhan cerdas. Jakarta perlu redistribusi pertumbuhan. Tidak hanya Jakarta ibukota Indonesia, juga merupakan pusat ekonomi, perdagangan, budaya dan transportasi bangsa. Jakarta adalah kota utama Indonesia dan mendominasi sistem perkotaan. Populasi di Jakarta jauh lebih padat daripada di kota-kota lain di Indonesia. Dominasi Jakarta diperkirakan menjadi lebih besar di tahun-tahun mendatang.

urbanisasi yang cepat Jakarta terkait erat dengan pertumbuhan sangat terkonsentrasi di Jakarta. Banjir baru-baru ini menunjukkan bahwa Jakarta belum mampu mengakomodasi urbanisasi ini lestari. Hal ini juga menunjukkan bagaimana pertumbuhan di Jakarta menghadapi konsumsi swasta dan investasi publik di infrastruktur. Perekonomian Indonesia telah berkembang pada kecepatan yang kuat dari 6 persen setahun dan Jakarta telah mesin pertumbuhan utama Indonesia. rumah baru, komersial dan bangunan kantor telah menjamur di Jakarta dan daerah sekitarnya, tetapi hampir tidak ada infrastruktur baru, telah dibangun dalam 10 tahun terakhir sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997. Banjir baru-baru ini adalah bukti kuat bahwa urbanisasi yang cepat di Jakarta harus dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi urbanisasi yang cepat di Jakarta adalah untuk menghilangkan faktor tarik urbanisasi. Salah satu faktor utama tarik urbanisasi di Jakarta fungsinya sebagai ibukota Indonesia. Hal ini tidak mungkin untuk relokasi keluar modal Indonesia Jakarta. modal keluar Relokasi Indonesia di Jakarta tidak hanya akan membuat Jakarta lebih berkelanjutan, tetapi juga menciptakan kesetaraan daerah di Indonesia.

Flood is not a new problem for Jakarta. Jakarta is hit by deadly floods each year. The floods have brought some destruction. At one point, they usually inundate about almost all parts of the city. The citys hospitals struggle with an influx of patients suffering from diarrhea, dengue fever and severe respiratory problems. The flood paralyses the center of Indonesias economy and businesses for several days. The bottom line we can learn from the floods is that Jakarta has not been able to sustain its growth. In urban planning, we know growth management and smart growth. Jakarta needs growth redistribution. Not only is Jakarta the capital of Indonesia, it is also the economic, commercial, cultural and transportation hub of the nation. Jakarta is the prime city of Indonesia and it dominates the urban system. The population in Jakarta is far denser than in any other city in Indonesia. The domination of Jakarta is predicted to become larger in coming years. Jakartas rapid urbanization is inextricably linked with the highly concentrated growth in Jakarta. The recent flood demonstrates that Jakarta has not been able to sustainably accommodate this urbanization. It also demonstrates how the growth in Jakarta confronts private consumption and public investment in infrastructures. The Indonesian economy has been growing at a robust pace of 6 per cent a year and Jakarta has been Indonesias primary growth machine. New homes, commercial and office buildings have proliferated in Jakarta and its neighboring areas, but hardly any new infrastructures, have been built in the past 10 years since the economic crisis hit Indonesia in 1997. The recent flood is strong evidence that rapid urbanization in Jakarta must be reduced. One way to reduce the rapid urbanisation in Jakarta is to eliminate the pull factor of urbanization. One major pull factor of urbanization in Jakarta is its function as Indonesias capital. It is not impossible to relocate Indonesias capital out of Jakarta. Relocating Indonesias capital out of Jakarta will not only make Jakarta more sustainable but also create regional equality in Indonesia.

1. Apa yang bukan menjadi hal yang baru di jakarta? a. Kemiskinan b. Kemacetan c. Banjir d. Kepadatan penduduk 2. Apa yang belum bisa di akomodasi oleh jakarta sampai saat ini? a. Ketertiban b. Keamanan c. Populasi yang meningkat d. Lapangan pekerjaan e. Kelaparan 3. Apa yang menjadi bukti kuat bahwa urbanisasi yang cepat di Jakarta harus dikurangi? a. 4.

You might also like