You are on page 1of 3

14 Desa Ajukan Pemekaran Dari Delapan Kecamatan MUARABULIAN-Sebanyak 14 Desa dari delapan kecamatan yang ada dikabupaten Batanghari

mengajukan berkas pemekaran Desa. Diantara nama-nama Desa yang mengejukan pemekaran tersebut antara lain. Desa Sidodadi dan Desa Pelayangan Rambahan kecamatan Muarabulian, Desa Suka Ramai dan Desa Pulau kecamatan Muara Tembesi, Desa Bathin XXIV, Desa Aur Gading dan Desa Terusan kecamatan Maro Seboilir, Desa Semangkat kecamatan Pemayung, Desa Tebing Tinggi dan Desa Kembang seri kecamatan Maro Sebo Ulu, Desa Sungai Puar, Desa Sengkati Kecil dan Bukit Harapan Kecamatan Mersam, dan Desa Bukit Harapan kecamatan Pemayung. Dari 14 berkas pengajuan tersebut saat ini masih dalam tahap penilaian. Jika pada penilaian nanti tidak memenuhi syarat, Desa yang mengajukan pemekaran tersebut batal dimekarkan. Pernyataan ini dikatakan Kabid PKSDMBK Rambe, melalui Kasubid KSBMDK Raden Tarmizi, saat dikonfirmasi diruang kerjanya kemarin. Dikatakannya, sebanyak 14 Desa yang mengajukan pemekaran tersebut, tidak semua Desa bisa dimekarkan. Ya, semua berkas pengajuan akan didalami terlebih dahulu, selanjutnya ada tim khusus yang bakal menilai Desa tersebut. Jika tidak memenuhi syarat, maka Desa tersebut batal dimekarkan, katanya. Ditambahkannya, pada penilaian terhadap Desa yang ingin dimekarkan nantinya bakal ada tim khusus penilai. Pada penilaian nanti kita juga akan melibatkan anggota Dewan untuk ikut turun kedesa-desa yang bakal dimekarkan. Banyak syarat untuk pemekaran Desa tersebut, jika memenuhi syarat, Desa tersebut wajib dimekarkan, timpalnya. Tim akan turun menilai, sambungnya, bulan Juli mendatang. Jika tidak ada aral melintang, pada bulan Juli mendatang tim akan turun menilai Desa-desa yang bakal dimekarkan. Syarat pemekaran Desa harus menurut peraturan PermendagriNo 28 tahun 2006, terangnya Lebih jauh dikatakan lagi, diantara syarat-syarat Desa yang bisa dimekarkan antara lain, Desa yang bakal dimekarkan harus mempunyai luas wilayah yang menurut tim penilaian daerah tersebut terlalu luas jika tidak dimekarkan. Syarat Desa yang wajib dimekarkan menurut Permendagri tersebut adalah, luas wilayah Desa, sosial budayanya, Desa tidak ada komflik, jika Desa tersebut berkomplik seperti ada permasalahan batas Desa maka tim berhak membatalkan pemekaran, jelasnya. Selain itu, terangnya lagi, jumlah penduduk Desa yang bakal dimekarkan setidaknya harus 200 KK atau 1000 jiwa. Jika jumlah penduduknya sedikit untuk apa dimekarkan, setidaknya jumlah penduduknya 1000 jiwa sebelum dimekarkan. Tim penilai Desa akan mengacu pada permendagriNo 28 tahun 2006 tersebut, dalam penilaian nanti harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan, tukasnya.

"Untuk mengatasi kurang memadainya jumlah penduduk yang dilayani dibandingkan pejabat publik yang ada ke depan perlu dipertimbangkan persyaratan jumlah penduduk minimal dalam persyaratan teknis pembentukan daerah otonom baru," kata Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri Saut Situmorang kepada Jurnal Nasional di Jakarta, Sabtu (8/5). Saut Situmorang mengatakan usulan pengetatan syarat teknis pembentukan daerah otonom baru telah disampaikan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi kepada DPR RI saat rapat kerja dengan Komisi II DPR di Jakarta, Rabu (5/5) pekan lalu. Menteri Dalam Negeri mengusulkan jumlah penduduk minimal untuk pembentukan sebuah kabupaten/kota baru adalah antara 100 ribu jiwa di luar Jawa khususnya Indonesia Bagian Timur dan 200 ribu jiwa di Indonesia Bagian Barat dan Tengah. Sementara, untuk daerah-daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar dapat dipertimbangkan untuk memberlakukan kebijakan khusus dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Bagi daerah yang jumlah penduduknya kurang dari jumlah yang ditentukan itu jika memang hendak dimekarkan maka dapat dibentuk dulu sebagai daerah administratif. Daerah administratif ini suatu saat dapat disahkan menjadi daerah otonom baru setelah indeks perkembangan daerahnya mencukupi atau memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Menteri Dalam Negeri juga mengusulkan agar calon daerah pemekaran ke depan terlebih dahulu sudah memiliki lahan atau lokasi perkantoran. Dan, kesiapan lahan perkantoran itu perlu dicantumkan dalam persyaratan teknis pemekaran daerah. Selama ini sebagian besar daerah otonom baru hasil pemekaran belum memiliki lahan perkantoran. "Penyelesaian batas wilayah jika memang terdapat sengketa antara daerah induk dan daerah calon pemekaran sedari awal juga diusulkan untuk diselesaikan terlebih dahulu sebelum disyahkannya daerah pemekaran baru melalui undang-undang," kata Saut Situmorang. ( sumber : Depdagri )

SOREANG, (PRLM).- Sejumlah warga Desa./Kec. Solokanjeruk, Kab. Bandung mengharapkan adanya pembentukan desa baru dengan cara memekarkan desa tersebut. Harapan masyarakat itu, hingga Jumat (16/10) terus bergulir setelah sejumlah warga yang mengharapkan pemekaran desa mengirim surat usulan ke Pemkab. Bandung dan Provinsi Jabar. Berdasarkan sumber di lapangan, warga Desa Solokanjeruk itu sudah mencapai di atas 2.500 kepala keluarga (KK) atau lebih dari 8.000 jiwa. Sedangkan salah satu syarat pembentukan desa baru itu, di antaranya harus memenuhi minimal 300 KK atau 1.500 jiwa. "Menanggapi keinginan masyarakat itu, kami secara normatif akan mengikuti aturan yang ada. Yaitu berdasarkan PerdaNo. 9 tahun 2007 tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan desa dan perubahan status desa menjadi kelurahan," kata Kepala Desa Solokanjeruk, Dedi Ruskandi didampingi Sekdes, Wikaya kepada "PRLM"di ruang kerjanya, Jumat (16/10). Dedi juga mengatakan, menindaklanjuti adanya keinginan masyarakat untuk pemekaran itu, akan mengacu pada surat yang dikeluarkan Sekretaris Daerah (Setda) Pemkab. Bandung. "Kami akan mengikuti surat dari Setda, supaya tidak terjadi gontok-gontokan di tengah masyarakat," kata Dedi. Sama halnya dikatakan Camat Solokanjeruk, Drs. H. Agus Tahmat. Menurut Agus, warga Desa Solokanjeruk yang ingin melakukan pemekaran desa, bisa mengikuti peraturan yang ada berdasarkan PerdaNo. 9 tahun 2007. Yaitu dengan cara dari perwakilan masyarakat mengajukan usulan pembentukan desa kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa (Kades) Solokanjeruk. "Setelah usulan itu diterima BPD dan Kades, baru akan menjadi pembahasan pihak pemerintahan desa. Setelah diterima dan dibahas di tingkat desa, baru surat usulan itu disampaikan dan ditindaklanjuti ke camat," kata Agus. Menurutnya, sampai saat ini, pihaknya belum menerima surat usulan dari BPD maupun KadesSolokanjeruk. "Usulan pemekaran Desa Solokanjeruk itu masih menggelinding di kalangan warga dan pemerintahan desa setempat. Jadi sampai saat ini, terkait dengan adanya keinginan warga Desa Solokanjeruk untuk melakukan pemekaran, kami belum turun ke lapangan. Baru setelah surat usulan itu diterima, kami akan turun ke lapangan," katanya. (B-105/das)***

You might also like