Professional Documents
Culture Documents
Singgih Saptadi
Pointers
Mengapa kalender hijri tidak ada konsistensi? Ketetapan Syara untuk memulai dan mengakhiri Ramadlan Apakah Hisab Falak sah untuk Ramadlan? Penutup: Mengapa terjadi Perbedaan?
Point 1.
Bila dalam kalender Masehi 1 Januari 2001 jatuh hari Senin, maka di manapun 1 Januari 2001 itu adalah Senin.
Pada kalender Hijri, tanggal 1 Syawal sering jatuh pada hari yang berbeda-beda, kadang dalam satu negeri, satu desa, bahkan satu rumah!
4
Kalender Hijri berdasar perhitungan bulan murni. Sebenarnya bisa saja dibuat kalender hijri yang pasti dan konsisten. Misalnya dengan memakai suatu rumus kalender. Atau berdasarkan hisab astronomi di satu tempat (misal Makkah) dan dipakai untuk seluruh dunia (hisab global). Sistem kalender seperti ini pernah direkomendasikan dalam OKI dan juga telah banyak dipakai. Namun kegunaannya sebatas keperluan administrasi (misal membuat jadwal penerbangan).
Sedang untuk keperluan ibadah (puasa, Ied, Haji), kalender ini tidak mengikat dan tidak bisa mengikat. Hal ini karena dalam masalah ibadah, karakteristik tauqifiyyah menjadi pegangan. Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa waktu-waktunya harus disesuaikan dengan fakta astronomi yang aktual (rukyatul hilal).
Point 2.
Jumhur ulama menjadikan rukyat hilal sebagai metode penetapan awal dan akhir ramadlan Ibnu Suraij membolehkan dengan hisab bagi orang-orang yang memiliki ilmu tentangnya Hisab falakiy
8
Janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal dan jangan berbuka hingga melihatnya. Jika awan .menghalangi kalian, maka berhati-hatilah
11
RUKYAT HILAL
menjadi metode syariy untuk memulai dan mengakhiri Ramadlan.
12
Terlihatnya bulan baru di suatu tempat berlaku bagi seluruh dunia dianut oleh para ulama Hanafiyyah, Malikiyyah dan Hanabilah.
Ulama Syafiiyyah menganut rukyat berlaku lokal (wilayah dalam jarak 24 farsakh = 192 km). Pendapat ini berdasarkan hadits Kuraib.
Tinjauan Hadits (A C)
Lafadz , berlaku umum untuk kaum muslim. Sehingga, rukyat di suatu wilayah berlaku bagi seluruh dunia.
14
: : : : : : : :
HR Jamaah kecuali Bukhoriy dan Ibnu Majah
51
: " " : : { }
71
18
Tinjauan Fakta
Tinjauan Fakta
Ijtima (bumi,bulan dan matahari dalam garis lurus) Dan terjadilah bulan baru
Point 3.
22
Jumhur ulama menolak hisab untuk menentukan awal dan akhir ramadlan. Ibnu Suraij membolehkan dengan hisab bagi orangorang yang memiliki ilmu tentangnya berdasarkan hadits A pada lafadz . Lafadz tsb
menunjukkan kekhususan bagi orang yang berilmu, sedangkan hadits B pada lafadz
bagi orang umum. Bantahan terhadap Ibnu Suraij: lafadz-lafadz hadits tersebut umum bagi umat Islam.
23
Bantahan:
Menafsirkan hadits dengan hadits lebih utama daripada meninggalkan hadits. Pada hadits A, Rasulullah melarang kita puasa kecuali setelah rukyat. Artinya, mengawali puasa hanya dengan rukyat begitupun mengakhirinya.
24
HISAB FALAK
tidak menjadi metode penetapan awal dan akhir ramadlan.
Lalu apa gunanya hisab?
25
Membantu melakukan rukyat dalam hal tempat, arah dan waktu. BUKAN PENENTU sah-tidaknya rukyat.
26
Dalam ibadah mahdloh, manusia tidak dituntut qothiy dalam pelaksanaannya. Cukup dengan persangkaan kuat dalam ibadah mahdloh. Selain itu, nash syara hanya menyebutkan rukyat hilal sebagai metode penetapan awal dan akhir ramadlan.
27
Point 4.
28
Penutup:
PERBEDAAN METODE
Klasik (kitab-kitab tua) menyatakan imkanur rukyat jika ketinggian 7 derajat. Turki menggunakan 5 derajat. Persis mutlak 2 derajat. NU menggunakan rukyat namun jika rukyat dilaporkan berhasil namun irtifa kurang dari 2 derajat, maka rukyat ini ditolak. Muhammadiyah menggunakan wujudul hilal, yaitu jika Ijtima terjadi, karena wujudul hilal merupakan fenomena bulan baru.
29
Penutup:
PERBEDAAN PEMAHAMAN FIQH Hizbut Tahrir menggunakan rukyatul hilal global dimana Hizb menggunakan penjelasan hadits dengan hadits Muhammadiyah menggunakan hisab mutlak. Ini terjadi terkait dengan pemahaman terhadap nash. Muhamadiyah menggunakan 2 hadits (taqdirkanlah dengan hadits umat yang ummi).
30
Penutup:
PERBEDAAN PENGUASA
Pendapat Syafiiyyah yang ada sekarang berkembang menjadi wilayatul hukmi, yaitu kekuasaan yang ada.
Masalah dominan perbedaan awal dan akhir Ramadhan adalah ketiadaan penguasa kaum muslim yang tunggal, yaitu Khalifah.
Khalifah dengan wewenang tabanninya akan menghilangkan perbedaan metode dan akan menyatukan awal dan akhir Ramadhan.
31
Maroji
Amhar, Fahmi. Pengantar Memahami Astronomi Rukyat Mencari Solusi Keseragaman Waktu-waktu Ibadah. Forum Diskusi Isnet. www.isnet.org. Al Jaziri, Abdurrahman. Kitabul Fiqhi ala Madzahibil Arbaah: Kitabush Shiyyam. Abu Iyas Mahmud bin Abdul Latif bin Mahmud. Al Jami li Ahkamis Shiyam. Imam Asy Syaukani. Naylul Author dalam Ash Shiddieqiy, Prof. Hasbiy. Pedoman Puasa
32