You are on page 1of 3

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

BPS DAN KUALITAS DATA KEMISKINAN

Anton A. Setyawan, SE, MSi


Dosen Fak. Ekonomi UMS, saat ini sedang studi lanjut di
Program Doktor Ilmu-ilmu Ekonomi UGM
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102
HP 08156718444
e-mail:agussetyawan-a@mailcity.comdan rmb_anton@yahoo.com

Kebijakan pemerintah memberikan kompensasi subdisi BBM


langsung pada rakyat miskin mulai menuai masalah. Di beberapa tempat ada
kasus dimana dana kompensasi BBM diberikan kepada orang yang tidak
tepat. Misalnya di beberapa tempat di Jatim ada beberapa pensiunan PNS
gol III yang mendapatkan dana kompensasi karena saudara dekat dengan
pihak pendata, di Semarang terjadi protes di Kantor Pos juga karena
masalah yang sama. Kasus yang paling dramatis mungkin di kota Solo,
dimana kantor BPS di kota ini terpaksa ditutup untuk sementara karena terus
dijadikan sasaran demo masyarakat miskin yang tidak mendapat Kartu
Miskin. Bahkan di beberapa kelurahan seperti Pucangsawit dan Kratonan
ada keributan antara anggota masyarakat karena mereka yang merasa berhak
atas dana kompensasi subsidi BBM ternyata tidak mendapatkan haknya.

Berdasarkan data dari BPS pusat ada sekitar 15,2 juta keluarga miskin
yang berhak mendapatkan dana kompensasi BBM. Pemberian dana
kompensasi itu berupa uang tunai senilai Rp 100.000 per bulan selama 1
tahun penuh dengan pengambilan setiap 3 bulan. Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sri Mulyani
menyatakan ada resiko penyelewengan dalam pelaksanaan pemberian
kompensasi ini, dan hal ini sekarang terbukti.

Pertanyaannya mengapa hal ini terjadi? Dalam kasus kompensasi


subsidi BBM ini pemerintah nampak terlalu terburu-buru, karena harus
segera menaikkan harga BBM, untuk mencegah defisit APBN yang lebih
besar. Namun di sisi lain pemerintah juga harus memberikan kompensasi
subsidi BBM untuk mengurangi dampak kenaikan harga BBM terutama bagi
golongan masyarakat miskin. Hal ini berakibat kualitas data rakyat miskin
menjadi buruk. Kita bisa membayangkan dengan adanya puluhan indicator
kemiskinan, pemerintah harus menentukan berapa jumlah keluarga miskin
yang berhak atas dana kompensasi. Maka pemerintah menggunakan ukuran
makro, yaitu keluarga miskin adalah keluarga dengan penghasilan kurang
1
Fak Ekonomi UMS-Oktober 2005
Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

dari Rp 300.000 per bulan. Definisi ini terlalu luas dan jumlahnya tentu lebih
dari 15,2 juta keluarga, yang menjadi target pemberian kompensasi. Dalam
prakteknya pemerintah tidak bisa sendirian sehingga harus melibatkan aparat
pemerintah dari tingkat kabupaten sampai RW/RT. Keterlibatan banyak
pihak ini beresiko penyelewengan. Resikonya ternyata sangat serius yaitu
dana kompensasi subsidi BBM masuk ke kantong orang yang tidak tepat.

Survei dan Data Kemiskinan

Buruknya kualitas data dari kasus kompensasi subsidi BBM ini


dimulai dari ketidakjelasan definisi rakyat miskin yang menjadi target
kompensasi ini. Pada saat tidak ada kejelasan definisi operasional, maka
sebuah pencarian data menjadi kehilangan arah. Dalam sebuah desain
penelitian, maka pencarian data kemiskinan secara mikro termasuk dalam
desain riset survey. Menurut Fink (1995) sebuah survei adalah system untuk
mengkoleksi informasi dengan subyek yang luas dari pembahasan yang
terpisah menurut pendidikan, sosiologi, demografi, kesehatan, psikologi,
ekonomi, bisnis dan hukum. Dari definisi ini, apabila dilakukan secara tepat
maka kualitas data kemiskinan bisa ditingkatkan. Beberapa hal yang sering
muncul dalam pertanyaan survei adalah: perilaku, sikap/kepercayaan/opini,
karakteristik, harapan, pengelompokan diri dan pengetahuan. Ada lima hal
yang menyebabkan metode survei menjadi lebih berkembang, yaitu:
perkembangan teknologi komputer, perkembangan organisasi,
perkembangan teknologi penyimpanan data, pendanaan dan perkembangan
metodologi.

Menurut Neuman (2000), dalam penelitian survei ada lima tahap yang
harus dilakukan peneliti, yaitu, tahap pertama terdiri dari: mengembangkan
hipotesis, menutuskan jenis survei (surat, wawancara, telepon), menulis
pertanyaan survey., menentukan kategori respons., mendesain lay out. Tahap
kedua: merencanakan penyimpanan data dan melakukan pilot test.Tahap
ketiga: menentukan target populasi, menentukan sampling frame,
menentukan jumlah sampel dan memilih sampel.Tahap keempat merupakan
tahapan penting yaitu: menentukan lokasi responden, melakukan
wawancara. Dan secara hati-hati merekam data. Tahap kelima: memasukkan
data ke dalam komputer, melakukan recheck data dan melakukan analisis
statistik. Tahap keenam: menjelaskan metode dan temuan dalam laporan,
mempresentasikan temuan pada publik untuk mendapatkan evaluasi.
Keenam tahapan dalam survei kemiskinan itu harus dilakukan untuk
memperoleh data yang akurat. Biaya yang dikeluarkan bisa jadi mahal,
2
Fak Ekonomi UMS-Oktober 2005
Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

namun data yang didapat bisa digunakan untuk waktu lama, minimal sampai
dengan 5 tahun.

Kejujuran

Data yang diperoleh dari sebuah penelitian hanya dapat digunakan


sebagai dasar pengambilan keputusan apabila tidak terjadi bias. Bias yang
terjadi dalam sebuah survei bisa karena masalah kejujuran. Artiya kejujuran
dari pihak sumber data dan pengumpul data (data collector). Penulis percaya
bahwa BPS sudah melakukan pekerjaan terbaik dengan tenggat waktu
sedemikian pendek. Apalagi BPS juga sudah melakukan verifikasi terhadap
data tersebut. Masalahnya dalam proses pengumpulan data bisa terjadi
penyelewengan karena ketidakjelasan definisi kemiskinan dan keterlibatan
banyak pihak yang sebenarnya tidak memiliki kompetensi.

Buruknya kualitas data sebenarnya adalah masalah umum yang ada di


Indonesia. Pengalaman penulis sebagai peneliti menemukan banyak data
penting di dalam perekonomian maupun indicator social yang tidak dicatat
secara baik oleh lembaga pemerintah, padahal lembaga pemerintah adalah
insitusi yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk memperoleh
data tersebut. Kasus data kemiskinan ini seharusnya memberikan pelajaran
berharga bagi masyarakat dan pemerintah untuk menghargai data demi
kepentingan kita sendiri.

3
Fak Ekonomi UMS-Oktober 2005

You might also like