You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Yang melatar belakangi Penulis adalah bahwasanya telah banyak bermunculan masalah-masalah di lingkungan masyarakat, terutama di dunia politik. Contohnya munculnya berbagai macam partai politik yang memiliki struktur dan nilia-nilai dasar politik yang berbeda, sebagai masyarakat yang beragama islam sudah sepantasnya kita dapat memilih partai mana yang struktur dan nilai-nilai dasar politiknya sesuai aturan islam. Oleh karena itu penulis berniat menulis makalah ini, agar mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang politik islam, macam-macam dari politik islam, nilai-nilai dasar politik dalam islam dan karakteristik politik islam.

1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah disusun sebagai salah satu tugas terstruktu Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, selain itu juga ada poin-poin yang menjadi tujuan penukis membuat makalah ini adalah : 1. Mengetahui tentang pengertian politik dalam Islam 2. Mengetahui macam-macam politik islam 3. Mengetahui nilai-nilai Dasar Politik Dalam Islam 4. Mengetahui karakteristik politik Islam

BAB II PEMBAHASAN

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM


A. Pengertian Politik dalam Islam Politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani Politicos, artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis artinya Kota. Politik juga diartikan sebagai seni memerintah dan mengatur masyarat. Sedangkan secara terminologi Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan kemashalatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia. Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sasa - yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara). Jadi, asalnya makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (yasusu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara (masusah) bila pemeliharanya ngengat (susah), artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat yang menghancurkan kayu. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (riayah),

perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Sistem Politik Islam mempunyai tujuan yang murni dan tinggi. Yang terpentingnya adalah seperti berikut: y Menegakkan agama dan merealisasikan perhambaan kepada Allash Tuhan semesta alam Maksudnya:allah Allah telah menerangkan kepada kamu di antara perkara-perkara agama yang Ia tetapkan hukumnya apa yang telah diperintahkanNya kepada Nabi Nuh, dan yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu (wahai Muhammad), dan juga yang telah Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa serta Nabi Isa, iaitu: Tegakkanlah pendirian agama, dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan pada dasarnya. Berat bagi orang-orang musyrik (untuk menerima ugama tauhid) yang engkau seru mereka kepadanya. Allah memilih serta melorongkan sesiapa yang dikehendakiNya untuk menerima agama tauhid itu, dan memberi hidayah petunjuk kepada agamaNya itu sesiapa yang rujuk kembali kepadaNya (dengan taat). (Surah al-Syura: 13) Maksudnya: Ia itu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar. Dan (ingatlah) bagi Allah jualan kesudahan segala urusan. (Surah al-Hajj: 41) y Menegakkan keadilan Tujuan politik Islam adalah untuk merealisasikan keadilan dengan seluasluasnya dan dalam berbagai lapangan sama ada kemasyarakatan , kehakiman, pentadbiran dan pengurusan, politik serta hubungan antarabangsa. Ini termasuklah perlindungan hak-hak, memelihara kebebasan dan persamaan. Menegakkan Negara Islam ataupun masyarakat Islam itu bukan merupakan tujuan itu sendiri. Tujuannya adalah untuk mewujudkan satu umat yang berdiri di atas kebaikan dan keadilan, iaitu umat yang mampu membenarkan yang benar dan mampu membatil yang batil. Melindungi orang ramai daripada kezaliman serta

menegakkan keadilan di atas muka bumi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh risalah Islam dari segi kemasyarakatan. Firman Allah SWT: Maksudnya: Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik. (Surah AliImran: 110)

y Memperbaiki keadaan manusia Hukum Islam tidak hanya terbatas kepada hudud sahaja atau semata-mata adanya kepimpinan yang membawa kepada penyatuan orang Islam sahaja, tetapi ia bertanggungjawab dalam memperbaiki keadaan manusia sama ada dalam bidang ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan, penerangan, pendidikan, pertahanan dan rekaan. Semua ini dilakukan seiring dengan reformasi politik. Inilah yang dimaksudkan dengan risalah reformasi Islam. Tujuan tertinggi perundangan Islam adalah untuk mereformasikan perkaraperkara halal dan haram. Allah menurunkan syariah bukan dengan tujuan lain, melainkan kesemuanya bertujuan untuk memberi kebaikan, hidayah dan kesenangan kepada manusia dan membuang kesusahan daripada mereka. Firman Allah SWT: Maksudnya: Allah menghendaki (dengan apa yang telah diharamkan dan dihalalkan dari kaum perempuan itu) ialah untuk menerangkan (SyariatNya) dan untuk menunjukkan kepada kamu jalan-jalan aturan orang-orang yang dahulu daripada kamu (Nabi-nabi dan orang-orang yang soleh, supaya kamu mengikutinya), dan juga untuk menerima taubat kamu. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak (membersihkan kamu dari dosa dengan) menerima taubat kamu, sedang orang-orang (yang fasik) yang menurut

keinginan hawa nafsu (yang diharamkan oleh Allah itu) hendak mendorong kamu supaya kamu menyeleweng (dari kebenaran) dengan penyelewengan yang besar bahayanya. Allah (sentiasa) hendak meringankan (beban hukumnya) daripada kamu, kerana manusia itu dijadikan berkeadaan lemah. (Surah an-Nisa: 26-28)

Negara Islam dengan sistem politiknya juga bertujuan untuk memakmurkan bumi ini serta memberikan cara hidup yang mulia kepada semua rakyatnya, di samping memberi peluang yang sama rata dan adil dalam membahagi-bahagikan kekayaan Negara. Firman Allah SWT: SMaksudnya: Apa yang Allah kurniakan kepada RasulNya (Muhammad) dari harta penduduk negeri, bandar atau desa dengan tidak berperang, maka adalah ia tertentu bagi Allah, dan bagi Rasulullah, dan bagi kaum kerabat (Rasulullah), dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta orang-orang musafir (yang keputusan). (Ketetapan yang demikian) supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya dari kalangan kamu. Dan apa jua perintah yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarangNya kamu melakukannya maka patuhilah laranganNya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah amatlah berat azab seksaNya (bagi orang-orang yang melanggar perintahNya). (Surah al-Hasyr: 7 ) Jika benar-benar sistem politik Islam dan undang-undang ini diamalkan, maka akan dapat sistem politik ini mempunyai tiga tujuan iaitu: Menyekat kerosakan, menarik kebaikan dan bergerak di atas landasan makrim al-akhlaq iaitu budi pekerti yang mulia. Jadi dengan menegakkan sistem politik Islam dan syariah Allah, ketiga-tiga tujuan di atas akan dapat direalisasikan dan akan membawa kebaikan kepada seluruh manusia.

B. Macam-macam politik islam Politik islam secara umum terbagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Siyasah Dusturiah

Siyasah dusturiah merupakan segala bentuk tata ukuran atau teori-teori tentang Politi Tata Negara dalam Islam atau yang membahas masalah perundangundangan Negara agar sejalan dengan nilai-nilai syariat. Artinya undang-undang itu mengacu terhadap konstitusinya yang tercermin dalam prinsip-prinsip Islam dalam hukum-hukum syariat yang disebut dalam Al-Quran dan sunnah Nabi, baik mengenai akidah, ibadah, akhlak, muamalah maupun berbagai macam hubungan yang lain. Prinsip-prinsip yang diletakkan dalam perumusan undang-undang dasar adalah jaminan atas hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang dimata hukum tanpa membeda-bedakan strifikasi sosial, kekayaan, pendidikan dan agama. Sehingga tujuan dibuatnya peraturan perundang-undangan untuk merealisasikan kemashalatan manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, Al-Quran menyediakan suatu dasar yang kukuh dan tidak berubah bagi manusia prinsipprinsip etik dan moral yang perlu bagi kehidupan ini. 2. Siyasah Dauliyah Siyasah dauliah merupakan segala bentuk tata ukuran atau teori-teori tentang system hukum internasional dan hubungan antar bangsa. Pada awalnya islam hanya memperkenalkan satu system kekuasaan dibawah risalah Nabi Muhammad SAW dan berkembang memjadi satu system khilafah atau kekhilafan. Dalam system ini dunia internasional, dipisah dalam tiga kelompok kenegaraan, yaitu: 1. Darussalam, yaitu negara yang ditegakkan atas dasar syariat Islam dalam kehidupan 2. Darul-Harbi, yaitu Negara non islam yang kehadirannya mengancam kekuasaan negara-negara islam serta menganggap musuh terhadap warga negaranya yang menganut Islam.

3.

Darul-sulh, yaitu negara non-Islam yang menjalin persahabatan dengan negara-negara islam, yang eksistensinya melindungi warga negara yang menganut agama islam.

Antara Darussalam dengan Darus-sulh terdapat persepsi yang sama tentang batas kedaulatanya, untuk saling menghormati dan bahkan menjalin kerja sama dengan dunia Internasional.keduanya saling terkait oleh konveksi untuk saling menyerang dan hidup bertetangga secara damai, sementara hubungan antara darus-salam dengan darul-harb selalu diwarnai sejarah hitam. Masing-masing selalu memperhitungkan terjadi konflik, namun demikian islam telah meletakkan dasar untuk tidak berada dalam posisi pemrakarsa meletusnya perang. Perang dalam hal ini merupakan letak mempertahankan diri atau sebagai tindakan balasan. Perang dalam rangka memperingati serangan musuh didalam Islam memperoleh pengakuan yang sah secara hukum, dan termasuk dalam kategori jihat. Meskipun jihad dalam bentuk perang didalam mempertahankan diri atau tindakan balasan. Juga terbatas di dalam rangka menaklukkan lawan bukan untuk membinasakan dalam arti pembantaian atau pemusnahan. Oleh karena itu, mereka yang menyerah, tertawan, para wanita, orang tua dan anak-anak, orangorang cacat, tempat-tempat ibadah, dan saran serta prasarana ekologi rakyat secara umum harus dilindungi. 3. Siyasah Maaliyah Siyasah maaliyah merupakan politik yang mengatur system ekonomi dalam islam. Politik ekonomi islam yamg menjamin terpenuhinya kebutuhan primer setiap rakyat dan tercukupinya kebutuhan pelengkap sesuai kadar kemampuannya. Untuk itu, semau kebijakan ekonomi Islam harus diarahkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan asasi dan terpenuhinya kebutuhan pelengkap pada setiap orang yang hidup dalam Negara islam, sesuai dengan syariat islam. Karena income Negara untuk terealisasinya pemenuhan kebutuhan
7

ekonomi Negara melalui zakat., kharraj, jizyah, dan denda serta segala bentuk incame yang sesuai dengan syariat islam.

C. Nilai-nilai Dasar Politik Dalam Islam Nilai-nilai politik dasar dalam islam yang dilihat dari sudut pandang Al-Quran dan Hadits. Sudut pandang Al-Quran 1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat. Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (AlMuminun:52). 2. Kemestian bermuayawarah dalam menyelesaikan masalah ijtihadiyah. Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. dan Dialah yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji. (Al-Syura: 38) Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imran : 159). 3. Kemestioan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Al-Nisa : 58). 4. Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah serta Uli al-Amri
8

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Al-Nisa : 59). 5. Kemestian mendamaikan konflik antar kelompok dalam Masyarakat Islam.
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. (Al-Hujurat : 9).

6. Kemestian mempertahan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi


Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang melampaui batas. (Al-Baqarah : 190).

7. Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan


Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (al-Anfal : 61).

8. Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan


Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Al-Anfal :60)

9. Keharusan menepati janji

Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Al-Nahl : 91)

10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa


Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat : 13).

11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat


Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7).

Sudut pandang Hadist 1. Keharusan mengangkat pemimpin Dari Abu Hurairah r.a. telah bersabda Rasulullah saw.: Apabila tiga orang keluar untuk bepergian, maka hendaknya salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin mereka. (H.R. Abu Dawud) Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Tidak boleh bagi orang yang berada di ttempat terbuka di muka bumi ini, kecuali salah seorang diantara mereka menjadi pemimpinnya . (H.R. Ahmad). 2. Kemestian pemimpin untuk bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dari Ibnu Umar r.a, telah bersabda Rasulullah saw. : Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.

10

Seorang imam yang menjadi pemimpin rakyat bertanggung jawab terhadap rakyatnya dan setiap suami bertanggung jawab atas rumah tangganya. (H.R. Bukhari dan Muslim). 3. Kemestian menjadikan kecintaan dalam persaudaraan sebagai dasar hubungan timbal balik antara pemimpin dengan pengikut. Dari Auf bin Malik, telah bersabda Rasulullah saw. : pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mencintai kamu dan kamu mencintainya, mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka, sedangkan pemimpin yang jelek adalah pemimpin yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu. (H.R. Muslim). 4. Kemestian pemimpin berfungsi sebagai perisai. Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah saw: Sesungguhnya pemimpin itu ibarat perisai yang dibaliknya digunakan untuk berperang dan berlindung. Apabila pemimpin memerintah berdasarkan ketakwaan terhadap Allah Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka baginya ada pahala, apabila memerintah dengan dasar selain itu, maka dosanya akan dibalas. (H.R. Muslim). 5. Kemestian pemimpin untuk berlaku adil. Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah saw.: Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah swt. dibawah naungan-Nya pada hari kiamat dan tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama adalah imam yang adil . (H.R. Bukhari Muslim). D. Karakteristik Politik Islam Masyarakat islam merupakan sebuah masyarakat yang unik baik dalam komposisi unsur pembentukannya ataupun dalam karakteristik spesifiknya, (gambaran ini menurut Yusuf Qaradhawy). Sehingga melahirakan tata sosial dan siyasah yang khas. siyasah dalam islam merupakan cerminan utuh dari karakter islam seperti sifat Syumuliah, Rabbaniah, Tsabat, Tawazun, dan Waqiyah. Adapun karakteristik siyasah islam adalah sebagai berikut:
11

1.

Rabbaniah, dalam arti sumber, teori, dan aplikasi. Maksudnya seluruh aktivitas siyasah mengacu kepada hukum dan nilai-nilai yang berasal dari Allah SWT atau keteladanan Nabi Muhammad SAW. Maka semua konsepsi, metodologi, dan aplikasi siyasah Islam mengacu pada sumber-sumber rabbaniah. Aktivitas siyasah apapun yang dilakukan kaum muslimin tidak pernah lepas dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah-Nya di bumi yang bertugas memakmurkannya dengan kehendak dan ketentuannya.

2.

Syariah, maksudnya menjujung tinggi syariah yang berisi hukum-hukum Allah SWT dalam seluruh aspeknya. Menurut Imam al-Mawardi syariah mempunyai posisi menentukan sebagai sumber legitimasi terhadap kekuasaan. Ia memadukan antara realita kekuasaan dan idealita siyasah seperti di

syariatkan oleh agama, dan menjadikan agama sebagai ukuran justifikasi kepantasan atau kepatutan siyasah yang menyebabkan ia berhak menjalankan kekuasaan. Dengan demikian dalam siyasah islam sebuah penguasa atau pemerintah atau penguasa yang tidak syari (tidak legitimed). Setiap muslim wajib menolak pemerintah yangtidak syari dan tidak menerapkan hukumhukum Allah SWT. Muslim yang dengan kejujurannya melakukan penolakan terhadap pemerintah yang bathil digolongkan sebagai pejuang yang nilainya tidak jauh berbeda dengan nilai jihad. Bahkan, pejuang yang meluruskan pemerintahan kaum muslimin yang bengkok dikategorikan sebagai jihad siyasi. 3. Seimbang baik dalam pandangan hidup maupun prilaku. Maksudnya bahwa seluruh sistem politik Islam berdiri diatas landasan keseimbangan yang telah menjadi cirri alamiah segala makhluk Allah SWT. Oleh karena itu sikap, kebijakan, atau tindakan, lebih-lebih tindakan siyasah yang menjauh dari asas keseimbangan akan menimbulkan dampak dan implikasi yang sangat luas, yaitu yang terjadinya berbagai kerusakan di segala bidang kehidupan. Selanjutnya kerusakan-kerusakan itu akan semakin meluas dan melahirkan berbagai

12

malapetaka yang kehancurannya bukan hanya melanda kehidupan manusia sebagai pelaku kerusakan tapi juga pada alam lingkungannya. 4. Adil yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa melampaui batas. Maksunya, bahwa politik islam meletakkan adil sebagai pra syarat bagi legitimasi sebuah pemerintah. Oleh karenanya, islam memandang suatu kebijakan atau tindakan yang jelas-jelas mengabaikan keadilan dan

menyepelekan kebenaran adalah salah satu bentuk kezaliman. Kezaliman dan ketidakadilan identik dengan kerusakan dan kegelapan. Keduanya menjadi sumber kerusakan bagi manusia 5. Moderat (wasathiyah). Maksudnya, bahwa politik islamharus terdiri berdiri dengan kebenaran tengah dua kebatilan., keadialan di tengah dua kedzaliman, ditengah-tengah di antara dua ekstemitas yang menolak eksageritas. Misalnya, masalah-masalah yang menyangkut system moral yang memadu perilaku siyasah seorang muslim. Ia berada ditengah antara system moral yang sangat idealistik yang nyaris tidak dapat diterapkan oleh manusiadengan sistem moral yang sangat pragmatik yang cenderung tidak mengindahkan norma-norma ideal. 6. Alamiah dan manusiawi. Maksudnya siyasah islam tidak mengeksploitasi alam secara membabi buta. Bahkan aktivitas siyasah yang dapat merusak tata alamiah yang disebabkan pembangkangan terhadap hukum-hukum Allah SWT dipandang sebagai telah melakukan kerusakan di muka bumi. Demikian pula islam memandang penghargaan dan penghormatan kepada harkat masingmasing sebagai kebijakan yang sangat manusiawi. Untuk itu, Islam menekankan para pemegang kekuasaan supaya terus menjunjung tinggi HAM yang paling fundamental seperti hak hidup dan kehormatannya selain memperhatikan masalah kebutuhan primer manusia yang dengannya ia dapat menjaga harkat dan martabat. 7. Egaliter. Maksudnya siyasah islam menempatkan manusia pada posisi yang sama dan juga menjanjikan semua manusia memperoleh persamaan dan
13

keadilan yang merata tanpa membeda-bedakan warna kulit, jenis kelamin, kebangsaan, ataupun keyakinannya. 8. Memerdekakan. Watak siyasah islam yang alamiah, manusiawi, egaliter berkonsekuensi pada menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal. Kemanusiaan adalah satu nilai kemanusiaan yang paling fundamental. Secara luas kaum muslim menyakini tiga nikmat dari Allah SWT yang dipandang paling fundamental, yaitu nikmat Iman, nikmat hidup, dan kemerdekaan. Dalam islam ketiga nikmat itu dikategarikansebagai bagiaan dari HAM yang asasi dan karenanya harus dihormati secara proporsional. Maka islam menekankan enam prinsip yang harus menjadi landasan aktivitas politik yang beertujuan menciptakan suatu situasi dan iklim kemerdekaan yaitu:  Kebebasan dalam islam tidak boleh lepas dari prinsip keadilan,  Kebebasan yang ditekankan islam adalah kebebasan yang disertai sifat akhlak terpuji seperti kasih sayang, lemah lembut dan sebagainya,  Kebebasan yang diberikan islam kepada individu dan masyarakat adalah kebebasan yang disesuaikan dengan syariah dan selaras dengan tabiat manusian,  Kebebasan yang dikuatkan islam adalah kebebasan yang menyelaraskan antara hak-hak individu dan hak-hak masyarakat,  Kebebasan individu menurut islam akan berhenti dimana, bermula kebebasan orang lain  Kebebasan hakiki tidak akan terwujud jika tidak dalam rangka agama, akhlak, tanggung jawab, akal dan keindahan. 9. Bermoral. Maksudnya kebebasan yang ingin diwujudkan oleh siyasah islam bertujuan untuk memastikan manusia sebagai makhluk bermoral yang dengan kemerdekaandan kebebasannya ia menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap semua pilihan yang diambil. 10. Orientasi pelayanan.maksudnya secara fundamental aktivitas siyasah islam bertanggung jawab dalam memperhatikan dan melayani semua yang berada
14

dalam kekuasaannya, terutama mereka yang lemah secara ekonomi dan sosial. Selanjutnya pemerintah berkewajiban memberiakn jaminan yang layak kepada semua penduduk agar memperoleh agar memperoleh semua hak-haknya dan terbebas dari kesewenang-wenangan orang kuat yang memangsa mereka. 11. Orientasi ukhrawi. Maksudnya dengan siyasah islam diharapkan akan terciptanya kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Karena aktivitas siyasah yang hanya diarahkan untuk memperoleh kesenangan atau

kesejahteraan duniawi justru bertujuan pada kesengsaraan dan penderitraan, bahkan dalam banyak kasu, kehancuran.

15

BAB III KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah:  Politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani Politicos, artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis artinya Kota. Politik juga diartikan sebagai seni memerintah dan mengatur masyarat. Sedangkan secara terminologi Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undangundang untuk mewujudkan kemashalatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.  Politik islam secara umum terbagi menjadi tiga macam yaitu : Siyasah Dusturiah, Siyasah Dauliyah, dan Siyasah Maaliyah  Nilai-nilai dasar politik islam dilihat dari sudut pandang Al-Quran dan Hadist  Karakteristik dalam politik Islam: Rabbaniah, Syariah, seimbang, Adil, moderat (wasathiyah), Alamiah dan Manusiawi, Egaliter, Memerdekakan, Bermoral, orientasi pelayanan, dan orientasi ukhrawi.

16

You might also like