You are on page 1of 2

Taqwa Setelah Puasa

‫م وََل‬ َ ْ َ ‫يابني ءَادم إ‬


ْ ِ‫ف عَلَيْه‬ َ ‫ح فََل‬
ٌ ْ‫خو‬ َ َ ‫صل‬
ْ ‫ن اتَّقَى وَأ‬ ْ ُ ‫ن ع َلَيْك‬
َ َ‫م ءَايَاتِي ف‬
ِ ‫م‬ َ ‫صو‬ ْ ُ ‫منْك‬
ُّ ُ‫م يَق‬ ٌ ‫س‬
ِ ‫ل‬ ْ ُ ‫ما يَأتِيَنَّك‬
ُ ‫م ُر‬ ّ ِ َ َ َِ َ
‫ن‬
َ ‫حَزنُو‬
ْ َ‫م ي‬
ْ ُ‫ه‬
Hai anak Adam, jika dating kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka
barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (QS. Al A’raf: 35)
Kata taqwa, asal maknanya ialah mengambil tindakan penjagaan dan pemeliharaan diri dari sesuatu yang
mengganggu dan memudharatkan. Menurut syara’ taqwa berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah
SWT. Dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya, taat kepada-Nya, menjauhi larangan serta perbuatan maksiat. Para
ahli Tasawwuf berpendapat bahwa taqwa itu ialah membentengi diri dari siksa Allah, dengna jalan taat kepada-Nya.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyatakan "Shaum pada siang hari dan menjaga untuk shalat serta berziki
sepanjang malam ataupun siang, belum dapat dikatakan taqwa yang sempurna. Bertaqwa kepada Allah berarti
meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan menunikan segala yang difardhukan-Nya. Barangsiapa yang dikarunia
kemampuan berbuat baik setelah taqwa, maka kebaikannya itu merupakan tambahan kebaikan".
Sebulan penuh kita telah melatih diri dalam mengendalikannya di bulan suci Ramadhan dengan berpuasa dan dengan
penuh kesadaran akan keimanan kepada Allah SWT. Tiada yang kita harapkan kecuali agar Allah memasukkan kita ke dalam
golongan orang-orang yang bertaqwa. Betapa luhur cita-cita ini. Karena itu tak salah kiranya jika kini kita menginstropeksi
balik diri kita, bahwa apakah ketaqwaan yang kita harapkan itu benar-benar telah menancap dalam qalbu kita?
Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Dan untuk kerangka acuannya marilah kita simak apa yang
dimaksud dengan ketaqwaan dan apa saja ciri-ciri yang mengidentifikasikan ketaqwaan seorang hambar ?
Abu Darda r.a mengatakan bahwa ketaqwaan seseorang dikatakan sempurna jika orang tersebut telah menjaga diri
dari perbuatan dosa dan kemaksiatan walaupun sebesar dzarrah sekalipun. Demikian pula bahwa ia tidak meremehkan
perbuatan baik walau sebesar dzarrah. Karena sekecil apapun perbuatan seseorang ; baik maupun buruk pasti akan
mendapatkan perhitungannya di hadapan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al Zalzalah : 7-8:

َ ٍ‫ل ذََّرة‬
)8(ُ‫شًّرا يََره‬ َ ‫مثْقَا‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ل‬ َ ْ‫ن يَع‬
ْ ‫م‬ َ ٍ‫ل ذََّرة‬
َ َ‫)و‬7(ُ‫خيًْرا يََره‬ َ ‫مثْقَا‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ل‬ َ ْ‫ن يَع‬ َ َ‫ف‬
ْ ‫م‬
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan walaupun sebesar dzarrah sekalipun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Rasulullah SAW menasehati sahabat beliau Abu Dazar Al Ghifari r.a seraya bersabda :
ْ ُ
ٍ‫يء‬
ْ ‫ش‬ ِّ ُ ‫س ك‬
َ ‫ل‬ ُ َّ ‫ك بِتَقْوَى اللهِ فَإِن‬
ُ ‫ه َرأ‬ َ ْ ‫صي‬
ِ ْ ‫أو‬
Ungkapan taqwa sangat sering kita dengar, terutama pada setiap kali disampaikan khubbah Jum’at, karena anjuran
untuk bertaqwa adalah merupakan salah satu syarat khutbah. Biasanya para khatib mengutip ayat Al Qur’an surat Ali Imran
ayat 102, firman Allah : "Wahai orang-orang yang briman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-
Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".
Taqwa di satu pihak mencakup pengertian iman, kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi
terdahulu. Dan di lain pihak disinonimkan dengan nilai Al Birru atau kebajikan, seperti memberikan hartanya karena cinta
kepada Allah yang diwujudkan dengan kasih sayang kepada sanak keluarga, anak yatim, orang-orang miskin, musafir, orang-
orang yang membutuhkan pertolongan dan untuk memerdekakan budak ; juga diwujudkan dalam menegakkan shalat dan
membayar zakat : dicerminkan dalam prilaku yang menepati janji tatkala sudah mengikat janji, dan sabar pdaa saat mendapat
kesulitan atau mengalami kesengsaraan. Orang-orang dengan sikap dan prilaku tersebut sebagai orang-orang yang benar
(shadiqun). Dan orang-orang yang bersikap demikian itulah yang disebut dengan orang-orang yang bertaqwa (mutaaqin).
Al Muttaqin memiliki keistimewaan yang dianugerah-kan Allah atas mereka. Karena Allah SWT akan memberikan,
prioritas bagi orang-orang yang bertaqwa, di antaranya adalah :
1. Dia akan dicintai Allah. "…Sesungguhnya Allah men-cintai orang-orang yang bertaqwa" (QS. At Taubah: 7)
2. Dia selalu diberi jalan keluar (way-out) dalam menghadapi situasi krisis. "…Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia (Allah) akan mengadakan jalan keluar baginya." (QS. Ath-Thalaq:2)
3. Dia dimudahkan dalam menghadapi setiap urusan dan pekerjaan. "…Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah,
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (QS. Ath Thalaq : 4)
4. Dia diberikan kemampuan untuk membedakan mana yang hak (benar) dan mana yang bathil, mana yang bermanfaat dan
mana yang tidak. "… Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberikanmu Furqan …" (QS. Al
Anfal : 29")
5. Orang-orang yang bertaqwa selalu mendapatkan kemenangan. "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa (Muttaqin)
mendapat kemenangan". (QS. An Naba’ :31)
6. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. "…Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa
Allah beserta orang-orang yang bertaqwa". (QS. Al Baqarah : 194)
7. Orang-orang yang bertaqwa selalu mendapat rahmat dari Allah. "… Siksa-Ku akan Ku timpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki dan Rahmat-Ku meliputi setiap sesuatu, oleh sebab itu, Aku akan tuliskan Rahmat (Ku) agi orang-orang yang
bertaqwa …" (QS. Al A’raf : 156)

You might also like