You are on page 1of 21

“Negeri kita kaya,

kaya, kaya-raya,
Saudara-saudara.
Berjiwa besarlah,
berimagination.
Gali ! Bekerja!
Gali! Bekerja! Kita
adalah satu tanah
air yang paling 

cantik di dunia”.
Soekarno;
Semarang, 29 Juli
1956
jongArsitek!
jongarsitek@gmail.com
Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

Except where otherwise noted, content on this magazine is


licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License
JongEDITORIAL ! Edisi ke-tujuh untuk tujuh-belasan!!

Edisi Istimewa untuk hari istimewa.

Edisi ini merayakan hari kemerdekaan bangsa ini.


Kontributor
oleh : Danny Wicaksono Republik Indonesia. tanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke
Walau mungkin terlambat sebulan, kami berharap
Facebook dan media sosialweb lainnya.
edisi ini bisa menjadi edisi post-euforia-dan-mem-
Seventh Edition for the Seventeenth day!!! pertahankan-optimisme-sedikit-lebih-lama. Kami
pikir bangsa ini butuh beberapa arsitek muda yang
A glorious edition for a glorious day! cuap-cuap seenaknya dan berharap bisa memo-
tivasi rekan-rekan mudanya, dan berharap bisa
This edition celebrate the Independence day of our merubah beberapa perspektif muda. hehehe... iya
proud nation The Republic of Indonesia. ga?

Though it’s probably a month late, we hope this Kontributor muda yang kali ini membagi perspektif
edition can act as a post-euphoria-and-sustaining- mudanya adalah Gacanti Swastika, pemikir muda
optimisim-a-little-bit-longer edition. We think this berusia 19 tahun, yang ditemukan oleh Paskal le-
country might need some young architects talking wat “blog hunting” yang aktif. Pemikiran-pemikiran-
about things that could motivate their peers and nya bukan hanya membuat Paskal “kepincut” tapi
hopefully changed some young perspective. juga berhasil membuat saya menjadi salah satu Bert de Muynck
penggemarnya! Jadi kami sangat senang kedatan- http://movingcities.org/
A new young contributor that share her young op- gan seorang potensi muda yang mau membagi
timistic perspective is Gacanti Swastika, a 19-year- pandangannya.
old thinker, who was found by Paskalis through his
active search of blog hunting. Not only her thoughts Bert kembaliii!!!! Selalu menyenangkan memiliki
blow Paskal’s mind, it also manage to made me one seorang teman sinis yang menulis tentang hal-hal
adikritz
of her fans. So we’re very happy to have such a yang sinis. Seperti selalu di sadarkan kalau ada http://www.facebook.com/profile.
young potent sharing her views. berbagai macam sudut pandang untuk melihat php?id=622062159
masalah dan kita harus terus melihatnya seperti itu
And Bert is back! It’s always nice to have such a untuk menjadi lebih kritis terhadap banyak hal, dan
cynical friend writing bout cynical stuffs. It somehow Bert de Muynck adalah orang yang seperti itu. Kali danny wicaksono
always succeed to give you another extra energy
too keep on look at things from various different
ini tentang publikasi pra-olimpiade yang diterima
http://www.facebook.com/
oleh Beijng dan perspektif lain yang saya yakin ke-
perspectives, and Bert De Muynck is definitely that banyakan dari kita tidak sadari. profile.php?id=537977711
kind of person. This time it’s about the pre-olympic Dani Hermawan
publications of Beijing, and that “other perspective” Dan selain saya dan Paskal ada Dani Hermawan http://www.new.facebook.com/home.
that i think most people fail to see. dan M.Nanda Widyarta. Dani menulis tentang php#/profile.php?id=548748713
metode desain paling menarik di jaman ini “Para-
And besides paskal and me, there’s Dani Hermawan metric”. Sedangkan Nanda, Chief-Editor Indonesia
and M.Nanda Widyarta. Dani writes about the ep- Design, menulis tentang tugas arsitek untuk meng-
och’s most intriguing method of design, Parametric. konstruksi ruang dan dunia.
Whilst Nanda, the Chief editor of Indonesia Design
(one of Indonesia’s leading architectural publication) Dalam situasi bangsa yang kisruh dan keruh sep- foto
write about constructing space. ngga
erti sekarang ini, kami berharap semoga edisi Jon-
Gacanti Swastika
gArsitek! bulan ini bisa membagi sedikit optimisme tersedia
We hope this will be another decent edition of Jon- yang kami perjuangkan untuk tetap terjaga. http://www.new.facebook.com/profile.
gArsitek! that hopefully will inspire some people... php?id=1647870146
Bangsa ini masih butuh semangat muda. Jangan
enjoy... lelah, kita belum boleh menyerah...
Paskalis Khrisno Ayodyantoro
Selamat membaca... kami harap meng-inspirasi....
www.facebook.com/profile.
-Danny Wicaksono- Mohammad Nanda Widyarta
php?id=547254387
-Danny Wicaksono- http://www.new.facebook.com/profile.
php?id=729063311
jongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

p4
jongEditorial
sambutan dari redaksi kita

p8
jongFoto p16
jongTulisan
p10 -- “Consciousness” Labeled In Liberty--

jongTulisan
arsitektur tradisional indonesia,
tanggung jawab siapa? p18
jongTulisan
Mengkonstruksikan ruang,
mengkonstruksikan dunia p24
sebuah tugas arsitek
jongTulisan
A short observation on the 2008
olympic overkill p28
jongTulisan
Selamat Ulang tahun bangsaku!

p30
jongGambar
viscofolly - the intestine
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

 

Retro
by : adi kritz
Vespa yang cantik dengan butik hotel ‘Scarlet’ pada background terparkir tertib pada
East Coast Park
by : adi kritz
Alam seadanya yang terpelihara dan terbuka bebas untuk semua, rasanya lebih baik
tempatnya. Kepiawaian menjaga warisan sejarah pastinya akan memiliki efek lebih dari daripada snob dengan alam yang kaya, tapi tidak terasa.
sekedar kota yang indah dan background untuk foto.
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

arsitektur tradisional indonesia


tanggungjawab siapa?
oleh Paskalis Khrisno Ayodyantoro

10 11

photo : monica renata


jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi
bagaimana caranya anda berarsitektur
indonesia? apakah pariwisata telah menambah Pada dasarnya manusia adalah pejuang dalam perjalanan trilogi megalitik arsi-
kekelaman dalam kekeringan mereka? eksistensi terhadap jamannya. Hasil tektur indonesia, terlihat bahwa beberapa
pertanyaan ini menghantui saya semen- atau justru kekeringan dan ketidaksub- hasil produk kebudayaan berkembang, tempat tidak lagi menyisakan kebiasaan
jak bergabung dalam pendidikan dan uran tanah sumba ikut serta dalam mem- meranah dan menurun terhadap lingkun- megalitiknya. bahkan budaya makan juga
karir terseksi abad ini. bentuk prilaku mereka? gan dan turunannya. Arsitektur kemudian akhirnya dipaksakan dengan doktrinasi
menjadi hasil budaya trial dan error beras di semua daerah Indonesia akibat
13. agustus 2008 Perbedaan yang kami alami dari perbe- selama berabad abad tentang bagaimana kebijakan sentralistik yang aneh untuk
daan pulau telah menggelitik daya pikir genius loci manusia setempatnya bekerja daerah sama panjangnya dengann san
kami sebagai manusia modern yang sok dan menyelesaikan masalah lingkungan fransisco hingga washington. contohnya,
Masing masing orang bergerak cepat dari memikirkan tentang nilai miskin dan hunian binaan mereka. masyarakat waerebo terpaksa harus
terlelap, terhentak seperti pukulan bertubi kaya. mengangkut beras tiap harinya berjalan
tubi menampar kami masing masing di Arsitektur kemudian berusaha mewa- selama 3 jam mendaki gunung untuk
tengah kedinginan wairebo. Sungguh Flores dengan dataran gunung yang dahi kebudayaan dan terkadang menjadi disantap, padahal mereka memiliki
aneh bahwa kami bisa sampai kesini, subur, dan Sumba dengan padang merah sebuah simbol keberadaan dan jaman kebiasaan makanan tersendiri tergantung
dengan kepuasan yang amat sangat, yang kering.? masyarakatnya. Tetapi pada perkemban- dari produk setempat seperti umbi dan
bagaimana bisa belajar berbudaya dengan gannya arsitektur terus berjuang dan ter- buah buahan setempat.
saudara jauh kami. dalam pernyataan beberapa media yang kadang menjadi polesan semata tergerus
menyebutkan bahwa masyarakat kita inkulutrasi dan perkembangan budaya arsitektur tradisional kemudian dipak-
desa ini adalah akhir perhentian kami masih tertinggal, menjadi sangat terlihat yang terus bergerak bersamaan dengan sakan dan dipreservasi hanya sebagai
12 setelah apa yang kami lewati mulai dari jelas tampak dalam tiap perjalanan kami. stagnansi arsitektur itu sendiri. Justru bagian dari pasar kapitalisme pariwisata. 13
perjalanan di tengah padang savanah, Tetapi dari itu semua, kita bisa melihat yang paling menyedihkan inkulturasi
bertatap muka muka paras tegas dengan bagaimana genius loci manusia ditiap agama terkadang membawa demolisasi arsitektur menjadi daya tarik pariwisata
tatapan aneh, seperti layaknya sebuah tempatnya benar benar memukau. besar-besaran terhadap budaya setempat sama halnya dengan budaya lompat
ladang minyak baru yang ditemukan oleh dan telah menggeser ketuhanan masyara- batu nias yang terkadang diipertotonkan
pialang pialangnya, perjalanan dengan kat setempat. hanya sebagai produk pariwisata, ketika
bis berbentuk ikan cucut dan menyelinap wisatawan membutuhkan foto2 kenang
malam melewati perairan sumba dan arsitektur tradision- Sebuah tempat kemudian telah berubah, kenangan dan memiliki uang untuk mem-
flores. dari gaya hidup hingga gaya mati. Manu- beli momen tersebut.
al kemudian dipak- sia kemudian meninggalkan dan mengge-
di satu tempat di desa sumba seorang ser budaya lampau yang diyakini telah dan sayangnya, waerebo adalah salah
gadis mengikuti sakan dan dipreser- tergantikan dengan budaya yang lebih satu kekayaan kita yang terlupakan oleh
kak.. kak.. ada permen? sembari menarik baik. Kini banyak para penduduk tinggal kita, dan dari sekian banyak daftar tamu
narik vasi hanya sebagai dalam rumah semu, sekedar memper- yang dibuat oleh masyarakat waerebo
segerombolan anak kecil tak hentinnya tahankan rasa bangga terhadap histori- sendiri, hampir 80 % tamu tamu pen-
jengah bagian dari pasar kal pendahulunya. arsitektur kemudian datang adalah dari luar negeri! kami
kak.. minta duit dong... salah seorang terhimpit jaman yang menuntut moder- mungkin satu satunya rombongan indo-
gadis kecil, agak pirang rambutnya kapitalisme pariwi- nitas, tidak turut serta merubah dirinya. nesia yang melakukan studi arsitektur
menyodorkan tangan terbuka, dengan manusia manusia itu kemudian tinggal dan budaya untuk negara sendiri. mereka
ingus hijau kekuningan menyembur yang sata. dengan kebanggaan namun terkadang berjuang sendiri, dengan atau tanpa
mengeras diantara hidung dan mulutnya.. tak berisi. berisi budaya budaya yang pemerintah.
yah tampaknya ingusnya menjadi bagian justru menyatakan mengapa arsitektur itu
dari tubuhnya yang mungil dan menjadi berdiri berdasar. lalu?
trend di antara anak anak seumurannya.
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi
dalam kehanyutan ini, masyarakat
waerebo justru menjadi ibu guru kami
... ini adalah waktu waktu Hebat! barat, jean baudrillard mengatakan,
yang sangat hebat! kritis dalam budaya arsi- jangan jangan yang kita buat hanya untuk
meyakinkan bahwa yang lainnya adalah
apakah kita siap kehilangan satu lagi
dalam era modernisasi, masyarakat asli
tektur kita, yang mungkin budaya kita yang tergerus pelan oleh nyata. Bahwa kita hidup dalam kesemuan
dan memerlukan satu simulasi yang
waerebo memisahkan diri justru meng- tidak akan menemuinya inkulturasi, dan kapitalisme?
meyakinkan kita hidup pada realitas yang
hindari tergerusnya inkulturasi yang
berlebihan. Mereka memilih tetap tinggal lagi di masa mendatang. dalam perbincangan lain, Bandung wa- pantas.
diatas lembah gunung sejauh 2 jam per-
jalanan kaki yang kami tempuh selama 5
kalau bukan kita, siapa laupun tidak memiliki khasnya arsitektur
tradisional, namun sangat sukses mem- sebuah arsitektur bahkan berpotensi seb-
jam untuk berusaha menjaga keotentikan lagi? bule bule itu? ... pertahankan budayanya sebagai kota agai simulasi ketidakrelaan kita kehilan-
gan sejarah yang berwujud, sekedar hadir
budaya mereka. Sekolah, rumah sakit yang ramah, open minded, dingin, halus,
dan rumah rumah modern beratap seng
(yori antar, 2008) berbahasa khas daerah, bermakanan khas di tengah kesemuan budaya yang kosong.
dan berbudaya khas. Bandung memiliki budaya dengan tempat, kebiasaan, dan
diletakkan jauh dibawah bagi masyarakat di dalam interior rumah dimana atap ijuk
potensi besar ketika dia maju secara glob- gaya hidup yang salah.
yang tetap ingin berbelaja, bersingung digunakan untuk mengalirkan asap dapur,
dengan pendidikan modern dan bersapa menjaga kehangatan dalam interior dan al dan dapat mempertahankan budayan-
ya, sehingga masyarakat pendatang mau ini lah tugas kita. berbudaya dan berarsi-
dengan masyarakat yang lebih luas. pelindung dari hujan. Jumlah lantai hing-
tidak mau harus mengadaptasi budaya tektur.belajar dari negeri sendiri!
ga 4 lantai digunakan untuk menyimpan
sunda yang telah ada. Dengan pertahanan seperti kata Yori Antar dalam perjalanan
sungguh hebat, karena budaya tetap benda purbakala dan tempat menyimpan
itu, kota bandung akan memiliki kekay- ini
dipertahankan sedemikian rupa, sehingga makanan. Dari asap dapur tersebut justru
14 segala perangkat budaya tetap berjalan makanan bisa bertahan lama dengan baik aan yang tinggi, sebagai kota kreatif 15
yang berbudaya tinggi. Bahkan Bandung ... ini adalah waktu waktu kritis dalam
dan mengisi lingkungan tersebut. Sebuah termasuk membuat kayu konstruksi tidak
baru saja memulai masuk ke area global budaya arsitektur kita, yang mungkin
musyawarah tetap dipertahankan dalam cepat lapuk dimakan rayap. Ruang bun-
setelah menyelesaikan kampanye tahap tidak akan menemuinya lagi di masa
membuat keputusan desa, acara ramah dar yang ada memang digunakan sebagai
pertama bagi dunia internasionalnya mendatang. kalau bukan kita, siapa lagi?
tamah bagi tamu menjadi keseharian den- tempat bertemunya hingga 8 keluarga
melalui kegiatan HelarFest! seperti ucap bule bule itu? ..
gan tetap menghargai budaya luar yang yang tinggal di dalamnya. Masing masing
berbeda. Walaupun sudah terjadi inkul- keluarga menempati ruang ruang disekel- ridwan kamil, Masa Depan kota band-
turasi agama disini, namun budaya ramah iling perimeter lingkaran rumah, dan bu- ung ada ditangan kreatif!
dan saling menghargai tetap dipertahank- daya berkumpul menjadi alasan mengapa
an dengan dijunjung tinggi. Bagi tamu arsitektur wairebo berdenah lungkaran. bagaimana dengan kota jakarta?
yang berbeda agama, mereka memberi-
kan kehormatan untuk memotong makan dengan rendah hati lagu lagu yang ter- kota jakarta telah menjadi kota besar dan
malam mereka baik ayam, maupun lantun ketika malam datang dinyanyikan metropolitan yang menggeser budaya
makanan yang ada untuk mereka. segenap penjuru desa budaya yang ada didalamnya, tidak lagi
milik siapa siapa namun sudah harus
Arsitektur yang seperti belahan kelapa di ...inilah lagu kebanggaan kami, kami cu- menjadi kota yang besar yang bisa men-
tempat ini, justru menjadi konteks karena kup puas dengan anggota keluarga kami, wadahi keragaman budaya yang terkan-
mewadahi kejujuran budaya mereka. dan inilah satu satunya pilihan yang telah dung didalamnya. Budaya betawi telah
Lingkungan hutan hujan tropis memben- kami pilih sebagai hiburan berasama lama hilang di kotanya sendiri dan berge-
tuk rumah panggung untuk tetap mem- untuk mengisi malam, untuk anak kami ser ke pinggiran yang mungkin sudah
berikan sirkuasi udara, dan pada waktu ketika tidur dan senandung kebahagiaan diluar batas administratif kota jakarta.
malam diharapkan kandang dibawah nya melepas penat setelah berladang. kami ti-
berfungsi juga sebagai penghangat area dak butuh tivi... kata rafael sebagai ketua semoga arsitektur yang kita buat tidak
tinggal manusia. Dapur dapur diletakkan adat waerebo. menjadi disneyland disneyland di dunia
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

-- “CONSCIOUS- meaning of freedom itself. This will encour-


age our fellow Indonesians to have identical
voice from different souls. Not because of
the government, not from a letter or a med-

NESS” LABELED al, but the freedom each one of us chooses


to see as an individual; not solely depending
on what societies say or others’ desires.

IN LIBERTY-- A liberty like this really doesn’t need to be


written or even being heard. This kind of
freedom is really simple: without fireworks,
without proclamation, without ceremo-
The coming month of August is celebrated ing. Everything we do will then depend on nies, without a slashing sword, or even a
by us, the Indonesians societies, as a sig- a set level of appropriateness, expectations war. This is called “consciousness”; a
nificant moment to remind ourselves what and social norms. Our thoughts, feelings, consciousness of the soul, spirit and inner
“Independence” must really mean. Lots of opinions and our own behaviours may then conscience. A true liberty is the ability for
institutions take part in celebrating the mo- be limited, too. This makes us unable to our soul to abandon all jails set for us, pen-
ment of truth by holding an annual ceremony have an open-mind to think far ahead, and etrates the thought of limited creativity, and
on the 17th of August – it’s a day where all at the end we can only “crawl” towards big a mental prison that may seem to always
different cultures of Indonesia liberally take changes we were about to make. We could haunt our every step. Actually, every one of
some tranquil moments to pray for our revo- never run. For those that can’t accept this you has the ability to experience what the
lutionists, and to give ourselves a thought of situation, they tend to close their ears and real meaning of freedom is, so run for it;
16 what they had sacrificed to contribute to- hide their eyes in a prison of mental, spiritual run with consciousness, and don’t “crawl” 17
wards Indonesia’s independence. and conditions to finally become insensible or leave yourself in the tag end of every situ-
and apathetic. They have a lot to say to “in- ations!
I, myself, have thought about what the word dependence”, a lot to think about in bad
“Independence” really means. For a few situations and also when dilemma strikes I hope through this chance, we can always
people, it may mean simply nothing. They them. In fact, they really can’t do much. This be reminded of how far we can breakthrough
might still be oppressed with one another; phenomenon reflects just like a firework; it’s the traps and jails for our spirits. Thus at the
various norms, or people’s expectations, lit but not an enormous one, it’s glorious but end, we can celebrate the true freedom ev-
their own value that they carry or anything only for a little while. eryday, as an authenticated person that is
that makes societies find it really difficult to always ready to have a quiet, tranquil mo-
breakthrough. The liberty that was declared And now, is there really a true indepen- ment to flash back what good things we
long 63 years ago may only be seen as a dence that we can be proud of till now? have done to ourselves. And then, we can
drama. Many of us have misread it as a From all these 63 years of liberty? Yes, I be- think about this country.
“responsible liberation” whereas it acts to lieve there is.
cover up our own thoughts to express the
real meaning of Liberty itself. Maybe only very few people feel it. A few
My university professor once told me that people have felt free before or maybe in
Indonesia isn’t ready yet to take its own the process of it, but there also some of us
piece of democracy. On one side, we can- who really can’t care less. We may all be
not postpone it, for it is a learning tool for us haunted by this drama and dilemma, of this
to admit our own flaws and sympathies. On kind of liberty made by the government or a
the other side, democracy often becomes a humanist or a religious leader, our mom and Long-live Indonesia! We all do change.
boisterous event resulting from various peo- dad or even a scarlet woman. So, what’s So, does this country! Everything I’ve
ple demanding their own specific purpose. the solution? Well, the only way out is to get ever dreamt of!
At the end, this affects us and makes us un- out of all conflict traps, thoughts, limitations
able to live fully in the correct understand- and diversified doctrines. Look unto the real ~gacanti swastika~
photo under creative common license from http://www.flickr.com/photos/brianop87/2792652467/sizes/o/
MENGKONSTRUKSI RUANG,
MENGKONSTRUKSI DUNIA
Sebuah Tugas Arsitek
Oleh Mohammad Nanda Widyarta

18 19

Saya akan memulai dengan sebuah kutipan dari Architecture is a Device, oleh Winny Maas, 2004.
Halaman. 44-45, KM 3: Excursions on Capacities:

HISTORY. We can take note of a compressed history related to this approach from the studies on
mass production in the 1920s and 1930s to the idealistic excursions and sketches in the 1960s to
the refocus on form theory in deconstructivist architecture during the 1980s to excursions in the
virtual domain of merely computer-based form-finding in the 1990s to finally directionless urban
analyses presented as “research” in the 2000s.

All have been a series of methods to understand the world but not to construct the world.

Tulisan Winny Maas di atas merangkum sebuah sejarah arsitektur di abad ke-20 dan dekade pertama
abad ke-21.
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

Keinginan untuk mengkonstruksikan dunia (to construct the world) melalui arsitektur tentunya meru-
pakan suatu keinginan yang sudah pernah ada di benak beberapa arsitek sejak dulu. “Mengkon-
struksikan dunia”, seperti pembaca dapat mendeteksi dari artian frase tersebut, menyiratkan sebuah
pandangan yang pragmatis. Mungkin bukan sesuatu yang aneh bila teks yang dikutip di atas dibuat
oleh Winny Maas; pragmatisme merupakan sebuah ciri khas dari para arsitek Belanda. Hanya saja, ar-
tikel ini tidak bermaksud untuk bercerita tentang pragmatisme per se. Ini adalah sebuah artikel tentang
pengkonstruksian dunia dilihat dari sudut sejarah arsitektur.

Saya termasuk orang yang percaya bahwa arsitektur merupakan sebuah bidang yang melibatkan
proses pembayangan yang imajinatif. Tentunya sulit untuk mengatakan bahwa proses pembayangan
tersebut dapat dilakukan secara murni obyektif. Subyektifitas tidak pernah meninggalkan benak kita.
Sebuah subyektifitas turut membentuk pembayangan imajinatif seorang arsitek Venesia di abad ke-18,
Piranesi, ketika ia mencoba untuk mengkonstruksikan dunia melalui etsanya. Piranesi pernah men-
coba untuk mengkonstruksikan dunia, atau lebih tepatnya, Roma, melalui sebuah pembayangan ima-
jinatifnya. Ia mengkonstruksikan secara total sebuah ruang kota, urb, di bawah pengaruh humanisme
20 pasca-Renaissance dan cara pandang pasca-cogito. Penggunaan idiom-idiom Klasik, terutama yang 21
berasal dari peradaban Romawi, bukan sekedar sesuatu yang dapat dianggap sebagai sebuah bentuk
chauvinisme Piranesi. Idiom-idiom Klasik Romawi tersebut merupakan sebuah pembayangan tentang
sebuah ruang sekuler, humanistik, rasionalis yang merupakan hasil dari ide pemikiran individu.

Mengapa Romawi? Karena orang Romawi memiliki sebuah konsep, utilitas, yang merupakan konsep
tentang bagaimana merealisasikan ide agar menjadi berguna. Selain itu, orang Romawi juga memi-
liki pendapat mengenai perlunya kekuasaan, yang dipandang sebagai sebuah wahana terbaik untuk
merealisasikan ide tersebut. Arsitektur Klasik Romawi merupakan manifestasi dari konsep-konsep
tersebut; konsep-konsep yang sesuai dengan hasrat manusia pasca-Renaissance dan pasca-cogito
yang telah menemukan kembali kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri.

Bila kasus Piranesi merupakan sebuah pengkonstruksian dunia melalui sebuah pembayangan yang
subyektif, para arsitek Belanda kontemporer seperti OMA dan MVRDV mencoba untuk mengkostruk-
sikan dunia melalui cara yang pragmatis. Bila Winny Maas dari MVRDV mengatakan bahwa “riset”
yang berbentuk analisis urban di dekade 2000an merupakan sebuah cara untuk memahami dunia,
sebetulnya pemahaman ini (terlepas dari kekurangan atau kelebihannya) merupakan sebuah tahap un-
tuk mengkonstruksikan dunia tanpa terlalu banyak dipengaruhi oleh subyektifitas. Analisis ini melibat-
kan analisis data nyata yang memang ada di lapangan, dari sirkulasi manusia di sekitar tapak sampai
dengan situasi urban fabric sebuah kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (seperti faktor de-
mografis, ekonomi, dsb.). Dari analisis inilah program dibuat. Pembuatan program ini—bila saya boleh
mengikuti Koolhaas—analogus dengan apa yang dilakukan oleh programer sebuah software. Seorang
programer mengkonstruksikan software tersebut sesuai dengan idenya; semuanya dikonstruksikan
untuk berjalan sesuai dengan logika tertentu. Sebuah software merupakan sebuah dunia kecil yang
dikonstruksikan oleh si programer.
semuanya terjadi dalam sebuah durasi, real time.
Pengkonstruksian bersifat pragmatis tersebut Pertanyaan yang dapat dimunculkan mengenai
merupakan sebuah metode untuk membentuk pendekatan ini adalah: dalam melihat sebuah ke-
ruang bukan hanya berdasarkan ide-ide yang jadian dalam sebuah durasi, apakah benak para
subyektif. Berbagai faktor dianalisa satu persatu. peneliti dapat benar-benar bebas dari subyektifi-
Kemudian hasil-hasil analisis tersebut dipertemu- tasnya masing-masing? Bukan tanpa alasan bila
kan, dinegosiasikan untuk membentuk sesuatu John Steinbeck, ketika berkelana di Uni Soviet
yang mungkin analogus dengan jaringan rizoma- di masa Perang Dingin demi melihat masyarakat
tik Deleuze dan Guattari (sekalipun, dalam arsi- Uni Soviet yang sebenarnya, ia mempertanyakan
tektur, teori Deleuze merupakan sebuah subyek dirinya sendiri: apakah benaknya dapat terbebas
pembicaraan pada dekade 1990an). Rancangan dari bias Amerika terhadap lawannya dalam Per-
yang dibuat, atau dikonstruksikan, merupakan ang Dingin?
jaringan yang dibuat dari hasil-hasil anasis dari
berbagai faktor yang membentuk urban fabric ----------------------------------------------
tempat tapak berada. Pengkonstruksian ini nam-
paknya merupakan sebuah akibat dari sebuah Yang menarik dari proses pengkonstruksian me-
pembayangan yang bermula di sekitar 1990an: lalui pembayangan itu adalah perubahan-peruba-
pembayangan sebuah ruang (dunia skala kecil) han imajinasi yang membentuk proses pembay-
yang mirip seperti imajinasi Deleuze dan Guat- angan. Mungkin pada akhirnya subyektifitas dan
tari sebagaimana tersirat dalam A Thousand obyektifitas tidak begitu penting untuk diperten-
Plateaus, sebuah kesatuan ruang yang dibentuk tangkan. Apapun imajinasinya, ia akan menggiat-
oleh berbagai elemen tanpa menafikkan keuni- kan pembayangan yang merupakan faktor pem-
22 kan jatidiri setiap elemen tersebut. Pendeknya, bentuk penting dari sebuah proses; proses tetap 23
sebuah ruang yang tidak meminggirkan apapun menjadi (keep becoming) yang dibayangkan
maupun siapapun; sebuah efek dari topik pem- oleh beberapa orang seperti Friedrich Nietzche
bicaraan pasca-strukturalis tentang l’autre (“yang dan Gertrude Stein. Narasi arsitektur sebuah Dosen Sejarah Arsitektur dan Desain, Jurusan Arsi-
tektur dan Desain Interior Universitas Tarumana-
lain”), yang muncul sekitar 40 tahun silam. masyarakat akan dapat berkembang, terus-
gara, Jakarta, yang juga mengajar di Universitas
menerus, dan mengukuhkan keberadaannya bila Pelita Harapan. Tesisnya diterbitkan dalam bentuk
Tanpa mengklaim obyektifitas murni, metode para arsitek berani untuk melakukan pembay- buku oleh Wastu Lanas Grafika, dengan judul
pengkonstruksian pragmatis di atas merupakan angan imajinatif setiap waktu. Jatidiri seseorang Mencari Arsitektur sebuah Bangsa; sebuah Kisah
sebuah cara untuk menghindari dominasi sub- tak lain adalah apa yang ia perbuat terhadap dir- Indonesia (Surabaya, 2007). Terlibat sebagai salah
yektifitas terhadap skema rancangan. Dari sejarah inya, kata Sartre. Bila pernyataan Sartre ini diter- satu konseptor pameran Tension: a Hundred Years
arsitektur kita tahu bahwa dominasi subyektifitas jemahkan untuk keperluan arsitektur, maka para of Indonesian Architectural Perspectives yang
diselenggarakan oleh Pusat Dokumentasi Arsitek-
tersebut (dianggap) terjadi pada arsitektur mod- arsitek perlu berani untuk menjadi penggagas
tur di Rumah Erasmus, Jakarta, akhir 2007-awal
ernis. Cara analisis kaum pragmatis itupun meng- dari pembayangan yang diinginkan. Untuk itu, 2008. Ikut menyusun buku Rumah Silaban/Silaban
ingatkan kita pada pemikiran Henri Bergson, seorang arsitek berhak dan perlu untuk melepas- House (Jakarta, 2008), sebuah kerjasama antara
yang menginginkan adanya perpaduan antara kan dirinya dari konvensi yang sedang dominan Universitas Tarumanagara, mAAN Indonesia dan
rasio dengan insting. Bergson menginginkannya dalam konteksnya. Dan untuk itu juga, sekolah- Universitas Tokyo. Esainya, Une Petite Histoire sur
karena ia resah dengan “obyektifitas” menurut sekolah arsitektur perlu mengorientasikan dirinya Thamrin-Sudirman; une Meditation a Propos d’une
pandangan positifistik, yang ia anggap terlalu bukan untuk mencetak tenaga kerja yang akan Photographie, dimuat di sebuah publikasi kultural,
le Banian (Paris, Desember 2007).
meng-obyek-kan (objectify) semua hal. Bagaima- memenuhi kebutuhan pasar belaka. Sekolah-
na mungkin kita melihat kegiatan manusia se- sekolah arsitektur perlu mengorientasikan dirinya
Sebuah pembayangan oleh Giovanni Battista
cara baik bila kita asumsikan manusia sebagai untuk mencetak para pembayang imajinatif yang
Piranesi, Prima Parte di Architetture, e Prospettive
sebuah obyek kaku seperti sebuah mesin yang akan ikut membentuk masyarakatnya melalui ru- Inventate (A dan B), dan Carceri (C).
dapat diprediksi? Itulah sebabnya analisis yang ang-ruang rancangan mereka.
dilibatkan dalam “riset” pada dekade 2000an (Sumber: Piranesi: the Etchings, oleh Luigi Ficacci.
cenderung mengindahkan sebuah fakta bahwa Taschen, Köln: 2006.
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

The 2008 Beijing Olympic Games are over. But the city
isn’t. While some might argue that the discussion on the
city is over, I believe that it hardly started. The recent
media coverage on Beijing’s architecture was none less
than a tragi-comical celebration of the repetition. What
we learn from this is that architectural journalism is a
aggressive and debilitating force replacing architectural
theory and that for journalists the distinction between

A short observation on the


the image and the building itself doesn’t matter. Render-
ings are discussed as if they are build and build projects
are only discussed if they can be analysed in the light of
their contribution to the history of architecture, not the
city. Supported by an oppressive speed of circulation
on the internet, a slogan style of writing and conform-
ism in critique, these articles have a major impact on the

2008 Olympic overkil


way we understand, or don’t understand, architecture
and urbanism at this crucial time in history. If one has
to believe the media, the culture of construction in the
Chinese capital is solely determined by two factors. One
24 is the destruction of the old historical centre, the second 25
is the construction of icons. The story of Beijing’s de-
velopment has throughout the past five years constantly
swung between these two platitudes.

Before and during the Olympic weeks the global news-


papers intensely every self-respected newspaper cov-
ered Beijing’s culture of construction. A tsunami of pub-
lications is still flooding the libraries, news paper stands
and bookstores of the global metropolis, offering man-
kind a glimpse of the rise of the capital of the East. Trying
to hide their ignorance on the subject of architecture, half
of the articles are stuffed with politics, human rights, the
clothes of the architects, the age of Ole Scheeren (Rem

by Bert de Muynck
Koolhaas’s partner in CCTV) and air pollution. Supported
by the starchitects, the media’s so-called ‘architectural

Bert de Muynck is an architect, writer and director of movingcities.org He lives and works in Beijing, China. critics’, a term painfully and mistakenly used by those
who occasionally write about buildings and architects,
have made a ‘good cop, bad cop’ deal with the city of
Beijing.

The 2008 Beijing Olympics are a good illustration of the


Let me start with some other titles I had in mind for this contribution. ‘Building Beijing, building the bird’s nest’, ‘Ig-
loss of critical architectural communication, with articles
norance, disinterest and repetition, factors determining the worldwide design discourse’, ‘Why (most of) architectural
on Dubai and sustainability on a close second place.
journalism sucks’, ‘Architectural journalism and the terror of the template’, ‘A golden medal for mediocrity, the analy-
Repetition has become the new unique. This evolution
sis of architectural reviews during the Beijing Olympics’,...
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi
painfully shows how architecture and urbanism are com- Unfortunately this hasn’t progressed from the times of the
municated to the masses. Writing on architecture for the first rendering to the actual construction, as the question
masses has turned into a debilitating act of repetition, has been asked over an over again. Seemingly nobody
texts are made through cut and paste and the journalist’s is interested in answering it. An article in the Vancou-
presence and impression of the crime scene is far more ver Sun, date August 13, 2008, does something spec-
important than understanding the motives of the crime tacular in order to explain Beijing’s urban situation. The
itself. If architecture is a crime, architecture journalists writer transplants the more Shanghai-apt Blade Runner
are the devil’s advocates. A worldwide network of orga- metaphor to Beijing: “But today’s Beijing does leave one
nized ordinarily opinions flood newspapers, newsletter breathless, as if suddenly tele-ported into Ridley Scott’s
and blogs and transformed the architectural discourse Blade Runner.” As a logical consequence of this meta-
from a bulwark of criticality into a circus of common- phorical mistake the writer describes the Bird’s Nest
places. Today our understanding of the ‘Bilbao effect’ as follows: “There’s the magnificent Bird’s Nest, which
has been fine-tuned, for some seen as the start of an looks more like an alien spacecraft than a stadium.” It
intimate relation between architecture and media, and is no secret that when journalists are confronted with
one could state that the ‘Beijing effect’ will be about the something they can’t understand and show no interest
disappearance of the border between construction and in understanding, buildings soon become spacecrafts
criticality, even if that is being sold as post-critical. In that and UFO’s. No talk about public space in this article,
evolution we have censored ourselves and degraded our but the word ‘hutong’ is mentioned 5 and Mao 2 times.
capacity for critical thinking. If one would compare it with An article in Vanity Fair, written by Kurt Andersen in Au-
the life of a human being, one can state that criticality gust 2008, entitled “From Mao to Wow!” focusses on
in the early 21st century grew from a promising level of the impact of the Olympic Games on the city, drawing
audacious infancy to a irreversible level of dementia. nauseating comparisons between Beijing and New York,
26 27
which is equally picked up by the New York Times and
Without any doubt, the centre of attention for the 2008 articles using these as references, but halfway holds a
Olympic Games’ coverage was the Bird’s nest. The promise of change: “But the Olympics are only one small
story can be summed up rather easily, as the building piece of Beijing’s architectural efflorescence.” What fol-
is perceived as heroic and monumental, while the story Acquatics Centre and CCTV. Each of these monuments inspiring, manner, of Mao, Stalin, Libeskind, Dubai, Las lows couldn’t be more conformist: Steven Holl can talk
of its architects is one of helplessness, exclusion, lack of are described in the light of the same anti-thesis, as if Vegas, Art Deco, Belle Epoque in which the Bird’s nest about the Linked Hybrid, Rem Koolhaas about CCTV
control, pragmatism and hope for change. The building the architecture is a proof and build expression of ten- is an island where new forms of individuality can be cel- and Foster about the airport.
itself seems, if one has to believe the press, an object on sions, probabilities and contradictions rooted deep into ebrated: “Instead of an isolated object, cut off from the
which every theory can be proven on. In the New York and emerging out of the current transformation of Chi- city around it, the bird’s nest is designed to create public When reading about the Olympics, what astonished me
Times of August 5, 2008, Nicolai Ouroussoff opened all nese society, thereby seldom touching upon the issue of spaces that come to life even when the stadium is not is the culture of conformism embedded in the commu-
registers of architectural revisionism to make sense of cause and effect. “Everything, it seems, is possible here, in use.” nication of architecture to the masses. Once architec-
the building: “The stadium is raised on a mound of earth from utopian triumphs of the imagination to soul-sapping ture was about the art of construction, today it is solely
to give it a more monumental presence. (...) By turning expressions of a disregard for individual lives.” In most More interesting than the agenda of appraisal, is the about communication. To me it seems that most of
to asymmetrical forms and mysteriously translucent ma- of the writings on the architecture of the 2008 Olympic catalogue of concerns. Christopher Marcisz, columnist the Olympic articles about Beijing, an evolution started
terials, they challenged that rigid, aesthetic ethos. (of the Games, there is an emphasis on the role of the public for the Moscow News, compares, on August 7, China to about five years ago, follows a similar template. Out of
purity of late Modernism) (...) The crisscrossing columns and public space in the aforementioned projects. I guess a Ground Zero-condition where architects with big ambi- a quick analysis of these articles there emerges the idea
create a Piranesian world of dark corners and odd left- it is fairly correct to state that these projects suggest in tions operate and at the same time a Potemkin village is that today’s architectural critique has fallen victim to the
over spaces. (...) Think of the abandoned shell of the their form an interest in the public, but most likely more in the making: “Perhaps we’ll learn more as the Games terror of the template. The places in this world that are
Roman Colosseum.” Analysing the National Stadium’s on the level of imagination than in reality. A same con- go by. And that will lead to an even bigger question, as the most developing, exciting and unprecendented have
design as a sign of resistance is an aspect Herzog & de cern for the public can be found in the coverage by the many of the westerners that have worked in China insist become the centres of conformism once ‘architectural
Meuron, supported by Ai Weiwei’s vocal analysis of the English newspaper The Guardian, where Deyan Sudjic, on noting that their work there demonstrates that China analysis’ enters the scene. These metropolises have fall-
state of China’s contemporary situation, communicated director of the Design Museum in London, published on is not only ready for change and greater openness, but en in the hands of a few manic-depressive reporters who
excellent during the past years. In July 2008, the same July 6, 2008, “The shape of things to come.” Here he that their very presence is speeding the process along.” twist the mix of local and global construction cultures so
NYT critic identified some other monuments in Beijing: explains the urban evolution of Beijing as a morphologi- At least this hints at a cause and effect analysis about that confusion and conformism becomes the norm. We
Beijing Capital Airport, the National Theater, the National cal mash-up, in an exhausting, not exhilarating, neither which has been speculated a lot during the past years. have become prisoners of the press.
jongArsitek! july 2008 | desain menginspirasi

SELAMAT

set-72157606786598660/
photo under creative common license from http://www.flickr.com/photos/yanrf/2772076870/sizes/l/in/
Entahlah... mewujudkan Indonesia yang lebih baik,
bukan hanya kata-kata tentang Indonesia
Tapi tetap ada kegelisahan dalam diri ini, yang lebih baik.

ULANG TAHUN yang entah mengapa seperti tidak pernah


bisa pergi. Ganjalan ini terlalu besar untuk
kemudian diusir pergi. Optimisme pun sep-
erti terasa hambar jika melihat realita yang
Mereka yang benar-benar optimis mung-
kin tidak akan pernah mau disebut optimis,
karena di negara ini kata itu seperti baju ke-
dodoran di badan yang kurus kering. (Atau

BANGSAKU! ada di depan mata.

63 tahun bangsa ini pun tidak lagi terasa


bermakna, kecuali perayaan-perayaan
mungkin juga sebaliknya. Entahlah..)

Berpikir tentang optimisme tidaklah sama


dengan bertindak opitimis. Pikiran saja tidak
oleh : Danny Wicaksono yang membuat para pemuda karang-ta- akan pernah bisa mengubah kenyataan di
runa rt akhirnya bisa saling kenal, masih- depan mata.
kah ada rasa kebangsaan yang membuat
bangga? Hilang rasanya, marah rasanya,
malu rasanya, melihat kondisi bangsa ini. 63 tahun bangsa ini tertanda dengan terlalu
Apa bangga yang kita punya? Kecuali pada banyak lara, terlalu banyak kata tanpa aksi
apa yang belum pernah disentuh manusia nyata. Kompleksnya masalah yang kita pu-
Indonesia. Hal-hal paling indah di tanah ini nya, membuat banyak orang lebih memikir-
adalah semua yang belum pernah terjamah kan diri mereka sendiri daripada memikirkan
tangan-tangan manusianya. apa yang terbaik bagi bangsa ini.
28 29
Bang Ali (Sadikin,red) pernah terisak, mem- Mungkinkah arsitektur menjadi jawaban?
pertanyakan akan kemana bangsa ini diba-
wa. Pak Pram terbakar amarah sendirian Memberi solusi melalui ruang dan merubah
melihat kenyataan bangsa yang di saksi- struktur sosial sebuah bangsa melalui karya
kannya. terbangun? Menawarkan pemikiran tentang
indonesia yang lebih baik melalui bahasa
Kemudian kita? bangun.

Apa kesadaran yang kita punya untuk Kembalikan ini kepada diri anda sendiri,
bangsa ini? karena apapun nyata-nya, bagaimanapun
caranya, kaum muda harus memiliki sebuah
Apa kegelisahan yang kita pupuk dan kita kesadaran baru. Kesadaran bahwa masa
jawab untuk bangsa ini? depan adalah milik kita, dan kitalah yang
harus menuliskannya kembali.
Apa rasa dan pikir kita ketika melihat nyata
hidup di tanah ini? Bangsa ini pernah akan berdiri tegak, na-
mun sekarang harus tertatih dan kembali
Apa arti kita hidup di tanah surgawi ini? merintih.

Kata-kata tentang optimisme harusnya tak Belum waktunya untuk lelah dan meny-
Kepala ini seperti tidak berisi ketika harus menuliskan sebuah artikel perlu lagi terucap tanpa bukti yang mengir- erah...
untuk JongArsitek! edisi kemerdekaan tahun ini. Entah karena me- ing. Semua tentang hal itu seperti menghina
intelenjensia siapa saja yang mendengar- Selamat ulang tahun semuanya...
mang tidak tahu apa yang harus ditulis, atau kebingungan karena nya. Optimisme harusnya terarti tindakan
terlalu banyak masalah yang bisa diangkat. yang memberikan sedikit harapan untuk
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

30 31
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

32 33
jjongArsitek! agustus 2008 | desain menginspirasi

34 35
36 37
socialitur
media acara dan sosialisasi event arsitektur

38 39

Presentasi reinventing bandung


photographs by Ardzuna Sinaga
open house the enterprise - HAP Office

You might also like