You are on page 1of 7

Curah hujan Hal yang terpenting dalam pembuatan rancangan dan rencana pengendalian banjir adalah distribusi curah

hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan, curah hujan harian dan curah hujan perjam. Harga-harga yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan rencana- rencana dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola distribusi curah hujan yang sesuai didasarkan dari data curah hujan jam-jaman dari stasiun Wagir, Tangkil, Dampit, Poncokusumo, Sengguruh, dan Pujon yang berada di DAS Brantas Hulu Malang. Dari hasil perhitungan dan analisa data curah hujan dibeberapa lokasi penelitian didapatkan pola distribusi hujan dengan kala ulang tertentu yaitu 5 tahun, 25 tahun, 100 tahun dan 1000 tahun. Untuk memperoleh hasil tersebut diatas digunakan metode pendekatan secara statistik dengan menggunakan metode analisa regresi dengan menggunakan software SPSS 10.00 for windows dan Minitab 11.00 for windows. Hasil analisa regresi yang terbaik untuk pola distribusi curah hujan adalah pola distribusi curah hujan dimana tinggi curah hujan setiap jamnya adalah yang dominan ( yang sering terjadi) dengan durasi 6 jam. Model yang terbaik adalah Model Transformasi (t = logten x ) dengan jenis Linier. Dengan persamaan untuk kala ulang 5 tahun R =33,8 - 49,61 dengan R2 = 0,708 dan kala ulang 25 tahun R = 48,9 - 54,3 t dengan R2 = 0,845. Hujan adalah komponen masukan penting dalam proses hidrologi. Karakteristik hujan di antaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan frekuensi. Intensitas berhubungan dengan durasi dan frekuensi dapat diekspresikan dengan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF). Kurva IDF dapat digunakan untuk menghitung banjir rencana dengan mempergunakan metode rasional. Dalam penelitian ini curah hujan harian dihitung dengan analisis frekuensi yang dimulai dengan menentukan curah hujan harian maksimum rerata, kemudian menghitung parameter statistik untuk memilih distribusi yang paling cocok. Intensitas dihitung dengan mempergunakan metode mononobe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi normal sangat cocok dengan sebaran data di wilayah studi. Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.

Pengukur hujan (ombrometer) standar

Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil. Beberapa kebudayaan telah membentuk kebencian kepada hujan dan telah menciptakan pelbagai peralatan seperti payung dan baju hujan. Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam rumah pada hari hujan. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam. Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian dilepas ke udara pada saat hujan.

[sunting] Jenis-jenis hujan


Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan. Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal. Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau. Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0 Celsius Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0 Celsius Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0 Celsius dengan diameter 7 mm. Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG) hujan sedang, 20 - 50 mm per hari hujan lebat, 50-100 mm per hari hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

[sunting] Hujan buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding). Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah. Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

Ulang
Periode ulang (return period) adalah periode waktu rata -rata yang diharapkan terjadi antara dua kejadian yang berurutan (Chow et.al., 1988). Hal ini seringkali disalahartikan sebagai suatu hal yang secara statistik

dibenarkan bahwa dalam hal (misalnya peristiwa banjir) akan terjadi secara berurutan dengan waktu yang tetap. Dengan demikian maka stasiun Bekasi dengan T sebesar 150 tahun artinya identik dengan pengertian bahwa untuk setiap tahun, kemungkinan terjadinya curah hujan yang sama atau lebih besar dari 250 mm/hari adalah sebesar 0,4 %. Demikian pula halnya dengan periode ulang 7 tahunan sebesar 147 mm/hari untuk setasiun Tanjung Priok adalah identik dengan pengertian bahwa setiap tahun, kemungkinan terjadinya curah hujan yang sama atau lebih besar dari 147 mm/hari adalah sebesar 14,3 %. Dibandingkan dengan bencana banjir besar di Jakarta yang terjadi pada tanggal 6 7 Januari 1996 dan 9 11 Februari 1996, maka bencana banjir yang terjadi selama tanggal 27 Januari 1 Februari 2002, intensitas banjirnya lebih besar. Pada kejadian banjir 6 7 Januari 1996 merupakan banjir kiriman dari salah satu sungai sungai pemasok banjir Jakarta yaitu dari Sungai Ciliwung yang mencapai debit puncak sebesar 743 m3/detik di Bendung Katulampa Bogor. Banjir terjadi di dua lokasi yaitu di udik bendung gerak pengatur Manggarai karena tertahan oleh kapasitas lewat pintu air Manggarai terbatas dan yang terjadi di hilir bendung gerak Karet Tengsin karena bobolnya tanggul banjir kanal akibat kapasitas banjir kanal dan Kali Angke Hilir terlalu kecil. Banjir pada periode 9 11 Februari 1996 jauh lebih luas genangannya akibat seluruh sistem prasarana drainase tidak mampu mematus volume banjir.

Pengolahan data curah hujan


Disini cara pengolahan data curah hujan akan dikemukakan tahap demi tahap meskipun pengolahan data curah hujan yang diperlukan untuk perhitungan limpasan (hujan) telah dilakukan dengan cara yang dikemukakan dalam dibahwa ini 3.3.1 Cara merubah curah hujan menjadi intensitas curah hujan Perhitungan adalah sama dengan perhitungan intensitas curah hujan seperti rumus rumus intensitas curah hujan yang dikemukakan dalam 3.2.2; data curah hujan dalam suatu waktu tertentu ( beberapa menit ) yang tercatat pada kertas alat otomatis dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam. Umpamanya untuk merubah curah hujan 5 menit menjadi intensitasnya curah hujan per jam, maka curah hujan ini harus dikalikan dengan 60/5. Demikian pula curah hujan 10 menit, dikalikan dengan 60/10. Curah hujan diukur dengan menggunakan alat ukur curah hujan yang berbentuk silinder dengan bagian atas terbuka ( untuk enerima butiran air yang jatuh ). Alat ini dipasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat ini. Bagian atas yang ditanami rumput untuk menghindari masuknya air percikan dari permukaan tanah. Satuan yang digunakan adalah millimeter (mm) dan ketelitian pembacaan sampai pada 0,1 mm. Pembacaan dilakukan sekali sehari pada pukul 9.00 ( pagi ). Alat ukur curah hujan ini ada yang manual dan ada yang dirancang untuk pengukuran secara kontinu ( otomatis ). Uraian dia atas menjelaskan cara pengukuran jumlah curah hujan harian. Selain jumlah curah hujan harian,data klimatologi dapat pula berupa ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umunmnya dibedakan menjadi 5 tingkatan sesuai dengan intensitasnya seperti yang disajikan pada tabel 10.1 TABEL 10.1. Tingkat Hujan Berdasarkan Intesitasnya.

Intensitas hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu. Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan digunakan harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berenti. Dalam hal ini, alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan adalah alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan stadar juga dapat digunakan asal dapat waktu selama hujan tersebut berlangsung diketahui (dapat dilakukan dengan menandai wktu berlangsung dan berakhirnya hujan dengan jam dinding misalnya). Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan millimeter per jam. Stasiun Pengukur Cuaca Otomatis dilengkapi dengan alat penakar hujan yang dapat mencatat data intensitas hujan secara terus-menerus. Data intensitas hujan tersebut umumnya dalam bentuk tabular atau grafik (hyetograph). Cara lain untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan adalah dengan menggunakan teknik interval waktu yang berada. Intensitas hujan maksimum, misalnya untuk lama waktu 5 menit, dapat dihitung dari grafik curah hujan yang dihasilkan secara otomatis (harian atau bulanan). Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan yang relatif seragam. Data intensitas hujan biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya. Cara untuk menentukan besarnya intensitas hujan adalah dengan memanfaatkan data pengukuran hujan yang dihasilkan oleh alat penakar hujan. 3.3.2 Curah hujan rata rata daerah yang bersangkutan Beberapa dari cara cara untuk menghitung curah hujan daerah (arcal rainfall) telah kemukakan dalam 3.3.1. Meskipun cara yang terbaik belum diketahui, umumnya untuk menghitungnya curah hujan daerah dapat digunakan setandar luas daerah sebagai berikut : 1. Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi fotografi yang kecil. Dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan. 2. Untuk daerah antara 250 ha 50.000ha dengan 2 atau 3 titik pengamatan dapat digunakan cara rata rata. Jika dihitung dengan sebuah titik pengamatan. 3. Untuk daerah antara 120.000-500.000 ha yang mempunyai titik titik pengamatan yang tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara aljabar rata rata jika titik titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara Thiessen. 4. Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 ha, dapat digunakan cara isohiet atau cara potongan antara (inter-section method). 3.3.3 Kurva Massa ( Massa curve) Kurva massa adalah kurva hubungan antara curah hujan akumulatif dengan waktu. Curah hujan daerah pada suatu waktu tertentu dalam daerah yang bersangkutan, dapat ditentukan dari kurva massa ini. Jika di daerah yang bersangkutan terdapat beberapa buah pos pengamatan curah hujan, maka kesalahan kesalahan pengamatan dapat diketahui dari bentuk kurva massa pos-pos tersebut yang digambar bersama sama pada sebah sistem koordinat. Dari kurva massa dapat ditentukan juga sifat curah hujan yang terjadi apakah hujan daerah atau lain lain. Besarnya presipitasi diukur dengan menggunakan alat penakar curah hujan yang umumnya terdiri atas dua jenis yaitu alat penakar hujan tidak otomotif dan alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan tidak otomatis pada dasarnya berupa kontainer atau ember yang telah diketahui diameternya. Untuk mendapatkan data presipitasi yang memadai dengan menggunakan alat penakar hujan tidak otomatis, alat penampung air hujan biasanya dibuat dalam bentuk bulat memanjang ke arah vertikal untuk memperkecil terjadinya percikan air hujan. Diameter dan ketinggian bidang penangkap air hujan bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Pengukuran presipitasi dengan menggunakan alat penakar hujan tidak otomatis dilakukan dengan cara air hujan yang tertampung dalam tempat penampungan air hujan tersebut diukur volumenya setiap interval waktu tertentu atau setiap satu kejadian hujan. Dengan cara pengukuran presipitasi tersebut hanya diperoleh data curah hujan selama periode waktu tertentu. Alat penakaran curah hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang mekanisme pencatatan besarnya curah hujan bersifat otomatis dengan cara ini, data hujan bersifat otomatis dengan cara ini, data hujan yang diperoleh selain besarnya curah hujan selama periode waktu tertentu, juga dapat dicatat lama waktu hujan, dan dengan demikian, besarnya intensitas hujan dapat ditentukan. Menentukan lokasi yang tepat untuk alat penakar presipitasi tidak gampang. Alat ukur tersebut mampu mewakili derah yang kita amati. Tempat terbaiak untuk lokasi aat penakar hujan adalah bidang permukaan tanah yang landai. Uraian tersebut di ats menunjukkan bahwa penyebaran data curah hujan dalam kaitannya dengan dimensi ruang tampak berkaitan dengan faktor faktor meteorologi dann topografi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa daerah yang relatif datar, jumlah alat penakar hujan yang diperlukan dalam suatu sistem pengukuran

presipitasi yang terpadu adalah lebih sedikit dibandinkan dengan daerah yang sama luasnya tapi terletak di pegununga 3.3.4 Kurva dalam daerah ( Depth- area curve ) Curah hujan daerah berbeda beda, tergantung dari luas daerah yang bersangkutan. Makin besar daerah itu, makin kecil curah hujan daerah yang diperhitungkan. Diagram yang menunjukan hubungan itu disebut kurva dalam daerah. Pembuatan Kurva ini: Ukur luas tiap bagian daerah dari peta isohet dengan planimeter. Angka angka yang didapat itu dicantumkan secara akumulatif pada absis sistem koordinat. Curah huajn rata rata yang sesuai dicatumkan pada ordinat. Untuk membuat analisis mengenai hubungan antara curah hujan dan limpasan ( runfoll) maka adalah lebih mudah jika dibuat kurva untuk setiap lamanya curah hujan ( umpamanya 6, 12, 18, 24 dan seterusnya ). 3.3.5 Kurva massa ganda ( Double massa curve) Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang panjang, maka kurva massa ganda itu dapat digunakan untuk memprerbaiki kesalahan pengamatan yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari alat ukur curah hujan. Kesalahan kesalahan pengamatan tidak dapat ditentukan dari setiap data pengamatan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang alat yang bersangkutan itu harus dibandingkan dengan data curah hujan rata rata sekelompok alat alat ukur dalam periode yang sama. Untuk itu harus dipilih sekurang kurangnya 10 buah alat disekitarnya yang mempunyai kondisi topograrfi yang sama. 3.3.6. Data curah hujan yang abnormal dan pemeriksaannya Pada perhitungan curah hujan yang mungkin dalam 3.2.3, harga-harga yang terbesar (terkecil) itu telah dimasukkan dalam daftar harga pengamatan. Hasil perhitungan itu akan sangat berbeda jika harga itu tidak dimasukkan dalam perhitungan kemungkinan. Jika tidak ada hal yang istimwa maka data-data ini tidak boleh disingkirkan. Jika disingkirkan maka penentuannya tidak boleh diambil secara subyektif. Pemeriksaan penyingkiran/penghapusan data hanya berlaku untuk harga-harga maximum atau minimum. Jika terdapat lebih dari 2 harga yang kira-kira abnormal,maka harus dipertimbangkan bahwa peristiwa itu telah terjadi oleh karena sesuatu sebab.

(Contoh perhitungan) Contoh Perhitungan harga abnormal dengan menggunakan data dalam contoh perhitungan kemungkinan cara Iwai tersebut di muka adalah sebagai berikut: (Penyelesaian)

Harga persamaan ini dihitung dengan menggunakan Tabel 3-15. [Contoh perhitungan penyingkirin data] Dalam contoh terdahulu dengan 34 buah data curah hujan dalam 34 tahun ditambah lagi 1 tahun data pengamatan dengan curah hujan 350 mm. Periksa apakah harga ini abnormal atau tidak. [ Penyelesaian]

You might also like