You are on page 1of 24

SILABUS MATA KULIAH

Program Studi Kode Mata Kuliah Nama Mata Kuliah Jumlah SKS Semester : Pendidikan Biologi : 412302 : Evaluasi Pembelajaran Biologi : 2 SKS :4

Mata Kuliah Prasyarat : Deskripsi Mata Kuliah : Memahami dan mengkaji kurikulum berbasis kompetensi, kedudukan evaluasi pendidikan di dalam kurikulum dan pengajaran, penilaian menyeluruh dan berkelanjutan, karakteristik penilaian berbasis kompetensi, evaluasi pencapaian belajar siswa, macam-macam bentuk tes hasil belajar, prinsip-prinsip dan prosedur penilaian hasil belajar, teknik pengolahan skor hasil evaluasi, metode pengembangan instrument dan teknik penskoran, teknik analisis dan interpretasi tes hasil belajar, kualitas dan ciri-ciri teknik evaluasi yang baik, program remidial pengayaan dan akselerasi, laporan hasil belajar dan manfaatnya Standar Kompetensi : Memahami sistem penilaian yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Alokasi Waktu (Menit) 2 x 50 Alat/ Bahan / Penilaian Sumber White - keaktifan - Performance Board, - kehadiran OHP Laptop, LCD, sound

Kompetensi Dasar

Indikator Mendeskripsikan : 1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar 2. Pengembangan indikator 3. Materi esensial 4. Menyusun bahan ajar

Pengalaman Belajar Melalui penjelasan dosen dan diskusi kelompok membahas; Standar kompetensi dan kompetensi dasar, Pengembangan indikator, Materi esensial, Menyusun bahan ajar

Materi Pokok kurikulum berbasis kompetensi

1. Menjelaskan
kurikulum berbasis kompetensi

59

2. Menerangkan
kedudukan evaluasi pendidikan di dalam kurikulum dan pengajaran

3. Menjelaskan
penilaian menyeluruh dan berkelanjutan

Menjelaskan : 1. Pengertia evaluasi dalam pengajaran 2. Fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar 3. Hubungan anatara pengajaran dan evaluasi 4. Obyek evaluasi pendidikan 5. Kegunaan data evaluasi 6. Program evaluasi Mendeskripsikan : 1.Konsep penilaian 2.Aspek penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotor)

Mengkaji buku teks secara berkelompok tentang; pengertia evaluasi dalam pengajaran, fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar,hubungan anatara pengajaran dan evaluasi, obyek evaluasi pendidikan, kegunaan data evaluasi, & program evaluasi Penjelasan tentang konsep penilaian dan ketiga aspek/ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Mengkaji materi secara berkelompok tentang; sistem penilaian berkelanjutan, teknik, bentuk dan jenis tagihan, kesahihan dan keandalan tes, indeks sensitivitas, evaluasi hasil penilaian

2 x 50 kedudukan evaluasi pendidikan di dalam kurikulum dan pengajaran Konsep-konsep penilaian Aspek penilaian karakteristik penilaian berbasis kompetensi 1 x 50

system Buku sumber /referensi yang relevan

Menjelaskan : 1. Sistem penilaian karakteristik berkelanjutan penilaian berbasis 2. Teknik, bentuk dan jenis kompetensi tagihan 3. Kesahihan dan keandalan tes 4. Indeks sensitivitas 5. Evaluasi hasil penilaian Mendeskripsikan: 5. Menjelaskan 1.Prinsip-prinsip dasar tes hasil evaluasi belajar pencapaian 2.Penilaian formatif dan sumatif belajar siswa 3. Norm-referenced vs criterion-referenced test 4.Perencanaan dalam menyusun tes 5. Ciri-ciri dari empat tipe achievement test

4. Menerangkan

3 x 50

White - keaktifan - Performance Board, - kehadiran OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi yang relevan White Board, OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi yang - keaktifan
- Performance

Melalui diskusi kelompok kecil dilanjutkan presentasi kelas mengkaji; materi prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar, penilaian formatif dan sumatif, normreferenced vs criterion-referenced test, perencanaan dalam menyusun tes, ciri-ciri dari empat tipe achievement test Membentuk kelompok-kelompok

Evaluasi Pencapaian Belajar Siswa

2 x 50

- Kehadiran
- Soal latihan

6. Menerangkan

Menjelaskan dan membuat:

Macam-macam

2 x 50

60

Arti, macam, kebaikan dan keburukan bentuk tes 2. Syarat-syarat menyusun tes obyektif 3. Tipe-tipe hasil belajar kognitif 4. Model tes pilihan ganda dan essay 5. Cara-cara menskor soalsoal essay dan tes obyektif Mendeskripsikan: 7. Menjelaskan 1.Penskoran dan penilaian prinsip-prinsip 2.Prinsip-prinsip dan acuan dan prosedur penilaian penilaian tes hasil 3.Prosedur pemberian nilai belajar 8. Menerangkan teknik pengolahan skor hasil evaluasi Menjelaskan: 1. Mengolah skor mentah menjadi huruf 2. Mengolah skor mentah menjadi nilai 1-10 3. Penilaian dengan persen 4. Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z 5. Mengolah skor mentah menjadi skor standar T Mendeskripsikan: 1.Pengembangan instrumen dan teknik penskoran kognitif, afektif, dan psikomotor

macam-macam bentuk tes hasil belajar

1.

kecil mendiskusikan arti, macam, kebaikan dan keburukan bentuk tes, syarat-syarat menyusun tes obyektif, tipe-tipe hasil belajar kognitif, model tes pilihan ganda dan essay, cara-cara menskor soal-soal essay dan tes obyektif.

bentuk tes hasil belajar

relevan

Melalui diskusi kelompok kecil dilanjutkan presentasi kelas mengkaji; penskoran dan penilaian, prinsip-prinsip dan acuan penilaian, prosedur pemberian nilai Mendiskusikan materi dengan membuat kelompok yang membahas; Mengolah skor mentah menjadi huruf; nilai 1-10; skor standar Z; skor standar T dan penilaian dengan persen

Prinsip-prinsip dan prosedur penilaian tes hasil belajar Teknik pengolahan skor hasil evaluasi

2 x 50

2 x 50

White Board, OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi yang relevan

- keaktifan
- Performance

- Kehadiran - Soal latihan

9. Menjelaskan metode pengembangan instrument dan teknik penskoran 10.Menerangkan teknik analisis dan interpretasi

Melalui diskusi kelompok kecil dilanjutkan presentasi antar kelompok yang mengkaji; Pengembangan instrumen dan teknik penskoran kognitif, afektif, dan psikomotor Mendiskusikan materi dengan membuat kelompok yang membahas; Teknik analisis soal tes, Analisis dan

metode pengembangan instrument dan teknik penskoran teknik analisis dan interpretasi tes hasil belajar

2 x 50

2 x 50 Menjelaskan: 1. Teknik analisis soal tes 2. Analisis dan interpretasi

White Board, OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi

- keaktifan
- Performance

- Kehadiran - Soal latihan

61

tes hasil belajar

soal tes obyektif 3.Prosedur analisis item yang lebih sederhana untuk norm referenced test 4.Interpretasi data analisis item tes norm referenced 5.Prosedur analisis item untuk criterion referenced test Mendeskripsikan validitas, keandalan, objektivitas, kepraktisan, cara menghitung validitas suatu tes Menjelaskan: 1. Program remidial 2.Program pengayaan 3.Program akselerasi Mendeskripsikan: 1.Pengertian observasi 2.Kedudukan observasi di dalam evaluasi 3.Situasi di dalam observasi 4.Cara-cara mencatatkan observasi 5.Lamanya observasi dan posisi pengamat 6.Validitas observasi 7.Interpretasi data observasi 8.Kebaikan dan kelemahan data observasi Menjelaskan: 1. laporan hasil belajar

interpretasi soal tes obyektif, Prosedur analisis item yang lebih sederhana untuk norm referenced test, Interpretasi data analisis item tes norm referenced, Prosedur analisis item untuk criterion referenced test

yang relevan

11.Menjelaskan kualitas dan ciriciri teknik evaluasi yang baik 12.Menerangkan program remidial pengayaan dan akselerasi,

Melalui diskusi kelompok kecil dilanjutkan presentasi antar kelompok yang mengkaji validitas, keandalan, objektivitas, kepraktisan, cara menghitung validitas suatu tes Mendiskusikan materi dengan membuat kelompok yang membahas; Program remidial, Program pengayaan, Program akselerasi

kualitas dan ciriciri teknik evaluasi yang baik program remidial pengayaan dan akselerasi,

2 x 50

2 x 50

13.

Menjelaska n observasi sbagai alat evaluasi

Melalui diskusi kelompok kecil observasi sbagai dilanjutkan presentasi antar alat evaluasi kelompok yang mengkaji; Pengertian observasi, Kedudukan observasi di dalam evaluasi, Situasi di dalam observasi, Cara-cara mencatatkan observasi, Lamanya observasi dan posisi pengamat, Validitas observasi Interpretasi data observasi, Kebaikan dan kelemahan data observasi Mendiskusikan materi dengan membuat kelompok yang membahas; laporan hasil belajar dan

2 x 50

White Board, OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi yang relevan White Board, OHP Laptop, LCD, sound system Buku sumber /referensi yang relevan

- keaktifan
- Performance

- Kehadiran - Soal latihan

- keaktifan
- Performance

- Kehadiran - Soal latihan

2 x 50

14.

Menerangk

62

an laporan hasil belajar dan manfaatnya

2.Manfaat informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar

laporan hasil belajar, Manfaat informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar

manfaatnya

Buku Sumber/Referensi : Ngalim Purwanto. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mimin Haryati. 2007. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Teori dan Praktek. Jakarta: Gaung Persada Press. Suharsimi Arikunto.2001 . Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

ILMU HADITS ( BAG V HADITS DHO'IF )


oleh Dzikroyat L Hubby ( Kh Yusuf Salim Faqih Attijany ) pada 04 April 2011 jam 21:57 Bismillahirrohmanirrohim Allohumma Sholly A'laa Sayyidina Muhammad

1. Pengertian Hadits Dhoif

63

Hadits daif menurut bahasa berarti hadits yang lemah, yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah (keci atau rendah) tentang benarnya hadits itu berasal dari Rasulullah SAW. Sedangkan menurut istilah adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan.

Jadi hadits daif itu bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih, melainkan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan. Pada hadits daif itu terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.

2. Klasifikasi Hadits Dhoif

a. Dari segi sanad

1. Ada kekacauan pada perawinya baik meliputi keadilan maupun kedhabitan 2. Sanadnya tidak bersambung

b. Dari segi matan

1. Hadits Mauquf 2. Hadits Maqthu 64

c. Macam-macam hadist dhoif berdasarkan Cacat rawinya

1. Hadits Mudhlu, ialah hadist yang diciptakan oleh seorang pendusta atas nama Rasulullah, secara palsu dan dusta 2. Hadits Matruk, ialah hadits yang penyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam perhaditsan. 3. Hadits Munkar, ialah hdist yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahan, banyak kelengahan 4. Hadits Maruf, ialah hadist yang tidak diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah. 5. Hadist Muallal, ialah hadits yang nampak salah sangka dari rawi, dengan menganggap bersambung suatu sanad hadist yang terputus. 6. Hadits Mujrad, ialah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadist atas perkiraan, bahwa sanduran itu termasuk hadist. 7. Hadist Maqlub, ialah hadist yang terjadi mukhalaf (menyalahi hadist) disebabkab mendahulukan dan mengakhirkan. 8. Hadits Mulltharrib, ialah hadist yang menyalahi hadist lain, terjadi dengan pergantian suatu segi, yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan. 9. Hadist Muharraf, ialah hadist yang menyalahi riwayat hadist lain, terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata. 10. Hadist Mushahhaf, ialah hadist yang mukhalafahnya kar ena perubahan titik kata. 11. Hadist Mubham, ialah hadist yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan jenis kelaminya. 12. Hadist Mujhul, ialah hadist hadist yang perawinya bukan termasuk golongan orang yang adil dan tsiqah. 65

13. Hadist Mastur, ialah hadist yang perawinya terkenak adil dan tsiqah, akan tetapi penilaian orang-orang tersebut belum mencapai kebulatan suara 14. Hadist Syadz, ialah hadist yang siriwayati ole orang yang tsiqah menyalahi riwayat orang yang lebih rajin. 15. Mukktalith, ialah hadist yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpah bahaya atau hilang kitabkitabnya.

* Hadist Maudhlu

a. Pengertian Hadist Maudhlu

Secara bahaa Hadits maudhluadalah menyimpang, mengada-ada atau menbuat-buat. Adapun pengertian hadist maudhlusecara istilah adalah Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan dan memperbuatnya.

b. Sejarah Perkembangan Hadist Maudhlu

Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan hadits. Diantara pendapat-pendapat yang ada sebagai berikut:

66

a. Menurut Ahmad Amin, bahwa hadits palsu terjadi sejak jaman Rasulullah Saw, beliau beralasan dengan sebuah hadits yang matannya . Menurutnya hadits tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah Saw. telah terjadi pemalsuan hadits. Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir didalam bukunya Ilmu Hadits, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara histories, selain itu pemalsuan hadits dijaman Rasulullah Saw. tidak tercantum didalam kitab-kitab standar yang berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan sepanjang masa Rasulullah Saw. tidak pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja berbuat dusta kepadanya.

b. Menurut jumhur muhadditsin, bahwa hadits telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah Ali bin Abi Thalib. Sebelum terjadi pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, hadits masih bisa dikatakan selamat dari pemalsuan.

c. Motif-motif yang mendorong pembuatan hadist maudhlu

Ada banyak hal yang mendorong seseorang untuk membuat hadits palsu (maudhu), yaitu diantaranya:

a. Mempertahankan ideologi partai (golongan)nya sendiri dan menyerang golongan yang lain. b. Untuk merusak dan menerukan ajaran agama islam c. Fanatik, kebangsaan, kesukuan, kedaeraan, kebahasaan dan kietaklidan terhadap imam mereka. d. Membuat kisah-kisah dan nasihat-nasihat untuk menati minat para pendengar. e. Mempertahankan Mahzab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah d. Ciri-ciri hadist mudhlu 67

a. Dalam hal Sanad

1. Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pengakuan salah seorang guru tasawuf ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat-ayat Al-Quran, serentak ia menjawab: Tidak seorangpun yang meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia sama benci terhadap Al-Quran, kami ciptakan hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat AlQuran) agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Quran. 2. Qorinah-qorinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadits palsu (maudhu). Misalnya seorang rowi mengaku menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut. Atau menerima dari seorang guru yang sudah meninggal dunia sebelum ia dilahirkan. 3. Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak memiliki sanad. b. Dalam hal matan Ciri-ciri yang terdapat pada matan hadits palsu atau hadits maudhu, dapat ditinjau dari segi makna dan segi lafadznya. Dari segi makananya, maka makna hadits itu bertentangan dengan Al-Quran, hadits mutawatir, ijma dan akal sehat.Adapun dari segi lafadznya yaitu susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.

* Hubungan Al-Quran dan Hadist

1. Fungsi Hadist terhadap Al-Quran

68

a. Bayan at-Taqrir

Bayan at-Taqrir atau bayan al-takid atau bayan al-itsbat ialah hadist yang berfungsi memperkuat dan memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-quran. Misalnya, Al-quran menetapkan hukum puasa, dalam firman-Nya : Dan hadits menguatkan kewajiban puasa (QS. Al-Baqarah : 185) Ayat ini diterangkan oleh hadits yang berbunti : ) ) Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ruyah) itu maka berbukalah (HR. Muslim)

b.Bayan at-Tafsir

Ialah Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an yang masih bersifat global. Misalnya Al-qur`an menyatakan perintah shalat :

Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah zakat (Q.S Al-Baqarah /2:110) Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh Hadits, misalnya sabda Rasulullah SAW: ) ) Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Bukhari) 69

c.Bayan at-Tasyrik

Ialah Hadits memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al Qur`an yang bersifat umum atau mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak di dapati dalam al-Quran . Misalnya Al-qur`an mengharamkan memakan bangkai dan darah (Q.S Al Maidah /5:3) Hadits memberikan pengecualian dengan membolehkan memakan jenis bangkai dan darah sebagaimana sabda Rasulullah SAW Dari Ibnu Umar ra.Rasulullah saw bersabda : Dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah . Adapun dua bangkai adalah ikan dan belalang dan dua darah adalah hati dan limpa.(HR.Ahmad, Syafii`,Ibn Majah ,Baihaqi dan Daruqutni)

d.Bayan al-Nasakh

Ialah Hadits membatasi kemutlakan ayat Al qur`an. Untuk bayan ini terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengakui fungsi hadits sebagai nasakh dan ada juga yang menolaknya. Misalnya Al qur`an mensyariatkan wasiat :

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan tandatanda maut dan dia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu dan bapak karib kerabatnya secara makruf. Ini adalah kewajiban atas orangorang yang bertakwa, (Q.S Al Baqarah/2:180)

70

Tidak ada wasiat untuk ahli waris

2. Pengertian Al-Quran

Al-Quran menurut bahasa berarti bacaan, yang berasal dari kata qaraa. Kata Al-Quran itu berbentuk masdar dengan isim maful, yaitu maqru (dibaca). Didalam Al-Quran sendiri ada pemakaian kata Quran hal ini tercantum dalam surat Al-Qiyamah : 17-18 Adapun menurut istilah ialah kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dimushab dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

3. Pengertian Hadits

Hadits menurut bahasa ialah Al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru dan merupakan lawan dari Al-Qadim (yang lama). Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya.seperti pengertian hadits menurut ushul fiqh dan ahli hadits. Menurut ahli hadits, pengertian hadits ialah segala perkataan, perbuatan dan ihwalnya Nabi Muhammad SAW. Adapun menurut ushul fiqh, ialah segala perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berhubungan dengan hukum Tingkatan dan Jenis Hadits 1. Hadits Shohih (Sah/benar/sehat) 2. Hadits Hasan (Bagus/Baik) 3. Hadits Dhoif (Lemah) 71

4. Hadits Marfu (Semua sanadnya bersandar kepada Rasulullah Saw) 5. Hadits Mushahhaf (Kesalahan terjadi pada catatan / bacaannya) 6. Hadits Muttasil (Sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah Saw) 7. Hadits Mauquf (Sanadnya boleh jadi bersambung, boleh jadi terputus) 8. Hadits Mun-qoti (Dhoif, karena terputus sanadnya) 9. Hadits Mursal (Dhoif dan Mardud) 10. Hadits Muallal (Terselubung cacatnya / merusak keshohihan Hadits) 11. Hadits Ghorib (Yang menyendiri) 12. Hadits Masyhur (Nyata) 13. Hadits Mudallas (Gelap / Menyembunyikan cacat dalam sanad) 14. Hadits Mutawatir (Berturut Sanadnya) 15. Hadits Syadz (Bertentangan) 16. Hadits Mudraj (Ada tambahan, yang bukan bagian dari Hadits) 17. Hadits Maqlub (Dhoif. Karena ada pergantian lafaz) 18. Hadits Mudhtorib (Rusak susunan) 19. Hadits Muadhal (Menggugurkan dua Perawi aslinya)(Hukumnya Dhoif) 20. Hadits Matruk (Dhoif yang paling buruk. Perawinya tertuduh Pendusta) 21. Hadits Maudhu (Palsu. Kebohongan yang diciptakan dan disandarkan kepada Rasul Saw) 22. Hadits Munkar (Cacat dan Palsu perawinya kedapatan berbuat Fasiq) Jika Hadits-hadits yang kita baca terdapat Keterangan yang mengatakan seperti dibawah ini : 7 Imam : Al-Bukhari. Muslim. Ahmad. Abu Daud. At-Turmudzy. An-Nasaiy. Ibnu Majah. 6 Imam : Al-Bukhari. Muslim. Abu Daud. At-Turmudzy. An-Nasaiy dan Ibnu Majah. 5 Imam : Ahmad. Abu Daud. At-Turmudzy. An-Nasaiy. Ibnu Majah. 4 Imam : Ahmad. At-tirimidzy. An-Nasaiy. Ibnu Majah. 3 Imam : Abu Daud. At-turmudzy. An-Nasaiy.Muttafaqun Alaih : Al-Bukhari dan Muslim. Banyak orang yang berjiwa taat dan patuh kepada Agama. Tetapi karena pengetahuannya tentang Hadits sangat terbatas, sehingga ia nampak seperti orang yang hidup dalam kegelapan. Yaitu meraba-raba dan seperti berjalan tiada tentu arah tujuan. Tidak ada pegangan yang menimbulkan ketenangan dalam hati untuk menetapkan langkahnya. Dan ia akan berhati-hati dengan tidak ada alasan. Kadang-kadang mereka bisa bersikap sangat pemberani (agresip). Padahal ia berbuat salah. Maka untuk menghindarkan segala sifat yang buruk dan merugikan diri sendiri seperti yang demikian itu !!! Hendaknya kita selalu mencari tambahan ilmu tentang Hadits. Dengan demikian kita berjalan menurut Cahaya yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. kepada seluruh umatnya. Kita mengharap kepada Allah SWT semoga kita jangan sampai terperangkap dengan Hadits-hadits palsu !!! Yang pada akhirnya kita sendiri yang akan rugi. Karena dari dahulu hingga sekarang. Kebanyakan dari kita, hanya menerima Cerita-cerita Israiliyat yang sampai kepada kita melalui cerita entah berantah, lalu kita katakan itu 72

adalah Hadits Nabi Saw. Maka sanksinya adalah Neraka !Oleh karena itu. Wajib bagi kita belajar lagi untuk memperhalus kaji. Agar jangan menjadi orang yang hanya ikut-ikutan saja, alias ikut saja apa kata orang. Yakni bertaqlid buta (tiada ilmu). Ingatlah ! Neraka tetap menanti kehadiran orang yang demikian ini !Dan semoga para pembaca yang berminat dengan pelajaran ini, kita harapkan untuk mencari atau bertanya kepada Ahli Hadits yang banyak liku-likunya, karena maksud dari pelajaran ini bukan menguraikan ilmu Hadits, tetapi mengurai isi Hadits yang berkaitan dengan ketetapan Ibadah. Maka dipersilahkan menambah ilmu kepada para Ahli Hadits yang Mutabar dimanapun ia berada. Sunnah ada enam Kitab Hadits yang ternama, yang merupakan pegangan penjelasan utama bagi umat Islam. Keenam Kitab tersebut ialah : 1. Shohih Imam Al-Bukhari. 2. Shohih Imam Muslim. 3. Imam Abu Daud. 4. Imam An-Nasaiy. 5. Shohih At-Turmudzy. 6. Imam Ibnu Majah. Demikian serba sedikit tentang Hadit dan Sunnah Mungkin teman2 ada yang mau berkomen tentang hadist sok dari sekarang !

Mengenal Ilmu Hadits


Definisi Musthola'ah Hadits HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya. ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW. TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau. SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam. TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.

73

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits. Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits Rawi, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits. Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi 1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu : 1. Ahmad 2. Bukhari 3. Turmudzi 4. Nasa'i 5. Muslim 6. Abu Dawud 7. Ibnu Majah 2. As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad 3. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Bukhari dan Muslim 4. Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim. 5. Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah. 6. Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu : Bukhari dan Muslim 7. Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh perawi / As Sab'ah). Matnu'l Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun tabi'in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

74

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam . Gambaran Sanad Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll. Contoh: Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad. Awal Sanad dan akhir Sanad Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D. Klasifikasi Hadits Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah: 1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits. 2. Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan. 3. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting. 4. Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits 75

shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya. Syarat-syarat Hadits Shohih Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :

Rawinya bersifat Adil Sempurna ingatan Sanadnya tidak terputus Hadits itu tidak berillat dan Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu :

Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiat. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun. Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan. Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya


Hadits Maudhu': adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu disengaja maupun tidak. Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan. Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma'ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.

76

Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all): adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits. Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits. Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan. Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan). Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya. Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah. Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan. Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan. Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi


Hadits Muallaq: adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad. Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in. Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis. Hadits Munqathi': adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut. Hadits Mu'dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus. 77

Hadits Maqthu': adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif ? Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu' tanpa menyebutkan kemaudhu'annya. Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu' maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Berikut ini pendapat yang ada yaitu: Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif, baik untuk menetapkan hukum, maupun untuk memberi sugesti amalan utama. Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul 'Araby. Pendapat Kedua Membolehkan, kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti, menerangkan keutamaan amal (fadla'ilul a'mal dan cerita-cerita, bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah). Para imam seperti Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata: "Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum, kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya." Karena itu, Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla'ilul amal. Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif, yaitu: 1. Hadits dhoif itu tidak keterlaluan. Oleh karena itu, untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta, dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla'ilul amal. 2. Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan) 3. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka. Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi : 78

[1] Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta. Syarat syarat hadits mutawatir 1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra. Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri. 2. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong/dusta. 3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir. [2] Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir. Klasifikasi hadits Ahad 1. Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir. 2. Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi, walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja, kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya. 3. Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi. Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri. Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat :

79

Qala ( yaqalu ) Allahu Fima yarwihi 'anillahi Tabaraka wa Ta'ala Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur'an:


Semua lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian. Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur'an, tidak berlaku pada hadits qudsi. Seperti larangan menyentuh, membaca pada orang yang berhadats, dll. Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan hak pahala kepada pembacanya. Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya, sedang hadits qudsi tidak demikian.

Bid'ah Yang dimaksud dengan bid'ah ialah sesuatu bentuk ibadah yang dikategorikan dalam menyembah Allah yang Allah sendiri tidak memerintahkannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak menyontohkannya, serta para sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak menyontohkannya. Kewajiban sebagai seorang muslim adalah mengingatkan amar ma'ruf nahi munkar kepada saudara-saudara seiman yang masih sering mengamalkan amalan-amalan ataupun cara-cara bid'ah. Alloh berfirman, dalam QS Al-Maidah ayat 3, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." Jadi tidak ada satu halpun yang luput dari penyampaian risalah oleh Nabi. Sehingga jika terdapat hal-hal baru yang berhubungan dengan ibadah, maka itu adalah bid'ah. "Kulu bid'ah dholalah..." semua bid'ah adalah sesat (dalam masalah ibadah). "Wa dholalatin fin Naar..." dan setiap kesesatan itu adanya dalam neraka. Beberapa hal seperti speaker, naik pesawat, naik mobil, pakai pasta gigi, tidak dapat dikategorikan sebagai bid'ah. Semua hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk ibadah yang menyembah Allah. Ada tata cara dalam beribadah yang wajib dipenuhi, misalnya dalam hal sembahyang ada ruku, sujud, pembacaan al-Fatihah, tahiyat, dst. Ini semua adalah wajib dan siapa pun yang menciptakan cara baru dalam sembahyang, maka itu adalah bid'ah. Ada tata cara dalam ibadah yang dapat kita ambil hikmahnya. Seperti pada zaman Rasul Shallallahu 80

'Alaihi Wa Sallam menggunakan siwak, maka sekarang menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, terkecuali beberapa muslim di Arab, India, dst. Menemukan hal baru dalam ilmu pengetahuan bukanlah bid'ah, bahkan dapat menjadi ladang amal bagi umat muslim. Banyak muncul haditshadits yang bermuara (matannya) kepada hal bid'ah. Dan ini sangat sulit sekali untuk diingatkan kepada para pengamal bid'ah. Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu? Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam: 1. Yang wajib dibenarkan (diterima). 2. Yang wajib ditolak (didustakan, tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. 3. Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang kebenarannya, karena ada dua kemungkinan. Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam). Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak, ada beberapa cara, diantaranya: 1. Atas pengakuan orang yang memalsukannya. Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari 'Umar bin Shub-bin bin 'Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata, artinya: Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Qur'an (Keutamaan Al-Qur'an) lebih dari 70 hadits, yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bid'ah. Menurut pengakuan Abu 'Ishmah Nuh bin Abi Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Qur'an satu Surah demi Surah. (Kitab Al-Baa'itsul Hatsiits). 2. Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tanda/qorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu. Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu. 3. Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Qur'an. Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Qur'an. 4. Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya, baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya).

81

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu


Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam. Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje). Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu. Umumnya dari golongan Syi'ah, golongan Tareqat, golongan Sufi, para Ahli Bid'ah, orang-orang Zindiq, orang yang menamakan diri mereka Zuhud, golongan Karaamiyah, para Ahli Cerita, dan lain-lain. Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang0

82

You might also like