You are on page 1of 29

Sampel Proposal Skripsi

Disusun Oleh : NIN YASMINE LISASIH

A. Judul Penelitian PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PEMBELIAN SURAKARTA). B. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu hingga sekarang, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai kebutuhan. Sejalan dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia pun semakin beragam jenisnya. Salah satu kebutuhan yang sedang trend di masyarakat dewasa ini adalah kebutuhan akan sepeda motor, pada kenyataannya masyarakat Indonesia tidak terpengaruh dengan krisis moneter yang melanda di Indonesia hal tersebut terbukti berdasarkan data dari PT. Astra Internasional, Tbk bahwa penjualan tahun 1999 tercatat sebesar 587.402 unit yang kemudian dalam satu tahun melonjak menjadi 979.422 unit. Tahun berikutnya 2001, angka penjualannya sudah masuk pada angka 1.650.770 dan melonjak pesat pada angka dua juta di tahun 2002. pada tahun itu jumlah motor yang terjual mencapai 2.317.991 unit. Tren kenaikan ini tidak berubah pada tahun 2003 dengan angka jumlah penjulan bertahan pada 2.810.000 unit, kemudian tahun 2004 mencapai 3.200.000 unit, yang kemudian terjadi kenaikan secara signifikan pada produksi sepeda motor tahun 2005 yang mencapai 5.100.000 unit, sempat sedikit menurun pada tahun 2006 yaitu 4.460.000 unit sebagai dapat kenaikan harga bahan baker minyak. Namun, tahun 2007 kembali meningkat dan mencapai 4.720.000 juta unit. Bahkan tahun 2008 meningkat pesat menjadi 6.000.000 unit. Hal 1 SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS DI KOTA

diatas membuktikan bahwa masyarakat Indonesia walaupun sedang mengalami perekonomian yang tidak stabil masih tetap saja mampu dan semakin berminat dengan sepeda motor. Namun dari tingginya minat masyarakat Indonesia dengan sepeda motor tersebut menimbulkan berbagai masalah social karena sering kali masyarakat kita demi mengejar gensi untuk memiliki motor walaupun memiliki uang yang cukup mereka memilih untuk berspekulasi dengan cara mengambil sepeda motor dengan cara kredit terhadap leasing padahal jika mereka tidak mampu membayar angsuran maka motor mereka akan di tarik kembali oleh dealer dengan jasa dept collector dan jika itu terjadi seringkali terjadi konflik antara konsumen dengan dept collector tersebut karena masyarakat akan merasa malu jika sepeda motornya di tarik sedang untuk membayar angsuran tidak memiliki uang. Untuk itu dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia dengan sepeda motor dari tahun ke tahun tidak lepas dari pengaruh Leasing yang semakin hari semakin banyak jumlahnya, bahkan leasing-leasing tersebut bersaing menarik minat masyarakat untuk dapat membeli sepeda motor dengan cara kredit salah satu contohnya adalah iklan leasing yang menawarkan kredit salah satu sepeda motor adalah dengan DP 300 ribu bawa pulang motornya dari iklan tersebut berarti kita dapat membeli sepeda motor dengan cara kredit dengan uang muka sebesar 300 ribu coba bayangkan jika harga sepeda motor. Pada kenyataannya lembaga keuangan yang disebut bank ini tidak cukup ampuh untuk menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat, mengingat keterbatasan jangkauan penyebaran kredit dan keterbatasan sumber dana yang dimiliki oleh bank. Hal ini semakin nyata terlihat dari banyaknya bank-bank yang dilikuidasi. Kondisi demikan ini berdampak pada lesunya perekonomian negara yang berbuntut pada semakin sulitnya mendapatkan dana segar yang sangat dominan dan dibutuhkan oleh dunia perekonomian. Menyikapi berbagai kelemahan yang terdapat pada lembaga keuangan bank dalam rangka menyalurkan kebutuhan dana yang diperlukan

masyarakat, maka muncul lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan moderat daripada bank yang dalam hal-hal tertentu tingkat risikonya bahkan lebih tinggi. Lembaga inilah yang kemudian dikenal sebagai lembaga pembiayaan yang menawarkan model-model formulasi baru dalam hal penyaluran dana terhadap pihak-pihak yang membutuhkannya seperti, leasing (sewa guna usaha), factoring (anjak piutang), modal ventura, perdagangan surat berharga, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen yang diatur berdasarkan keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Pengertian lembaga pembiayaan keuangan bukan bank dapat dilihat dalam pasal 1 angka (4) Keppres No. 61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, yaitu: Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan. Salah satu sistem pembiayaan alternatif yang cukup berperan aktif dalam menunjang dunia usaha akhir-akhir ini yaitu pembiayaan konsumen atau dikenal dengan istilah consumer service. Berdasarkan pasal 1 angka (6) Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, perusahaan pembiayaan konsumen adalah, Badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistim pembayaran berkala. Dewasa ini, jenis pembiayaan konsumen meskipun masih terbilang muda usianya tetapi sudah cukup populer dalam dunia bisnis di Indonesia, mengingat sifat dari transaksi pembiayaan konsumen tersebut mampu menampung masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan jenis pembiayaan yang bisa a di bank-bank. Di samping itu besarnya biaya yang diberikan per konsumen relatif kecil, mengingat barang yang dibidik untuk dibiayai secara pembiayaan konsumen adalah barang-barang keperluan konsumen yang akan dipakai oleh konsumen untuk keperluan hidupnya. 3

C. Pembatasan Masalah Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, analisis dampak yang dapat timbul karena adanya perjanjian leasing pada saat pembelian sepeda motor antara konsumen atau pembeli sebagai debitur dengan pihak pembiayaan (kreditur). Pada penelitian ini hanya akan memberikan penyelesaian perselisihan antara pihak kreditur (perusahaan pembiayaan) dan debitur (konsumen) dalam pembiayaan konsumen sepeda motor roda. Terutama jika pihak debitur atau konsumen yang tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran yang ditentukan oleh lembaga pembiayaan sebagai kreditur yang terjadi di Kota Surakarta.

D. Perumusan Masalah Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan skripsi mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah dimana perumusan tersebut antara lain : 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembelian antara konsumen sebagai debitur dengan lembaga pembiayaan sebagai kreditur ? 2. Apakah dampak yang timbul pada pelaksanaan perjanjian leasing bagi konsumen Kota Surakarta ? E. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah : 1. Tujuan Obyektif a. Pelaksanaan perjanjian pembelian antara konsumen sebagai debitur dengan lembaga pembiayaan sebagai kreditur. b. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang timbul pada pelaksanaan leasing bagi konsumen. 2. Tujuan Subyektif. a. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan guna penulisan penelitian, sebagai salah referensi pada penelitian selanjutnya. b. Menambah pengetahuan penulis dalam penulisan karya ilmiah dalam ilmu hukum.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu social. b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendiskripsikan proses pelaksanaan perjanjian antara konsomen dan lembaga pembiayaan dan untuk mengetahui dampak yang akan terjadi pada saat konsumen tidak dapat melaksanakan perjanjiannya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi masyarakat agar mengetahui keuntungan maupun kelemahan sistem leasing yang telah berkembang dimasyarakat. G. Kerangka Teori H. Tinjauan tentang Perjanjian a. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian menurut ketentuan pasal 1313 KUH Perdata adalah sebagai berikut : suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang lain atau lebih. Mengenai batasan tersebut para sarjana hukum perdata umumnya berpendapat bahwa definisi atau batasan atau yang terdapat didalam ketentuan pasal 1313 KUH Perdata kurang lengkap dan bahkan dikatakan terlalu luas banyak mengandung kelemahan-kelemahan. Para ahli hukum memberikan suatu pengertian perjanjian yang berbeda-beda. Perjanjian adalah:Suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanankan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan (Abdul Kadir Muhammad,1992:78). Persetujuan ini merupakan arti yang pokok dalam dunia usaha

dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang. Sedangkan Subekti memberikan pengertian perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Subekti, 1991 : 1). Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur sedangkan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi dinamakan debitur atau si berhutang. b. Macam-macam Perjanjian 1) Perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai harganya (Subekti, 1985:161-162). Terjadinya perjanjian ini jika kedua belah pihak mencapai persetujuan tentang barang dan harganya. 2) Perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu yang ditentukan (Subekti, 1985:164). Tujuan dari perjanjian ini untuk memberikan hak pemakaian saja, bukan hak milik atas suatu benda. 3) Pemberian atau hibah. 7

Pemberian ialah suatu perjanjian (obligatoir), dimana pihak yang satu menyanggupi dengan cuma-cuma (Om Niet) dengan secara mutlak (onherroepelijk) memberikan suatu benda pada pihak yang lainnya, pihak mana menerima pemberian itu (Subekti, 1985:165). Perjanjian tersebut tidak dapat dicabut menurut kehendak satu pihak saja. 4) Perjanjian perdamaian. Perjanjian perdamaian adalah suatu perjanjian di mana dua pihak membuat suatu perdamaian untuk menyingkiri atau mengakhiri suatu perkara, dalam perjanjian mana masing-masing melepaskan sementara lisan. c. Akibat-akibat Perjanjian. Akibatakibat yang ditimbulkan karena adanya perjanjian diatur dalam pasal-pasal KUH Perdata yaitu : 1) Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan untuk itu dan perjanjian itu dilaksanakan dengan itikad baik. Sesuai dengan pasal 1338 KUH Perdata. 2) Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebisa aan dan undanghak-hak atau tuntutannya (Subekti, 1985:172). Perjanjian ini harus dibuat secara tertulis dan tidak boleh secara

undang. Sesuai dengan pasal 1339 KUH Perdata. 3) Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihakpihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi dan manfaat bagi pihak ketiga (selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317 KUH Perdata). Sesuai pasal 1340 KUH Perdata. 4) Tiap orang yang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh orang yang berpiutang, asalkan dapat dibuktikan. Sesuai dengan pasal 1341 KUH Perdata. d. Hapusnya Perjanjian 1) Pembayaran Pembayaran ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi (R.Subekti:152). Pada dasarnya hanya orang yang berkepentingan saja yang dapat melakukan pembayaran secara sah. 2) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan. Suatu cara pembayaran untuk menolong si berhutang dalam hal si berpiutang tidak suka menerima pembayaran. 3) Pembaharuan hutang. Pembaharuan hutang adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menghapuskan suatu perikatan lama, sambil meletakkan suatu perikatan baru (R.Subekti:156). Dengan adanya suatu pembaharuan hutang, dianggap hutang yang lama telah hapus. 4) Kompensasi atau perhitungan hutang timbal balik. Jika seseorang yang berhutang, mempunyai suatu piutang pada si berpiutang, sehingga dua orang itu sama-sama berhak untuk 9

menagih piutang satu kepada yang lainnya, maka hutang piutang antara kedua orang itu dapat diperhitungkan untuk suatu jumlah yang sama (R. Subekti157). Menurut pasal 1462 KUH Perdata perhitungan itu terjadi dengan sendirinya. Artinya, tidak perlu para pihak menuntut diadakannya perhitungan itu. 5) Percampuran hutang. Percampuran hutang terjadi misalnya, jika siberhutang kawin dalam percampuran kekayaan dengan si berpiutang atau jika si berhutang menggantikan hak-hak si berpiutang karena menjadi warisnya ataupun sebaliknya (R. Subekti158) 6) Pembebasan hutang. Pembebasan hutang ialah suatu perjanjian baru dimana si berpiutang derngan sukarela membebaskan si berhutang dari segala kewajibannya (R. Subekti159). 7) Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian. Menurut pasal 1444 KUH Perdata, jika suatu barang tertentu yang dimaksudkan dalam perjanjian hapus atau karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, tidak boleh diperdagangkan atau hilang hingga tidak terang keadaannya, maka perikatan menjadi hapus, asal saja hapus atau hilangnya barang itu sama sekali diluar kesalahan si berhutang dan sebelumnya ia lalai menyerahkannya. 8) Pembatalan perjanjian. Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang menurut undang-undang tidak cakap untuk bertindak sendiri, begitu pula yang dibuat karena paksaan, kekhilafan atau penipuan ataupun mempunyai sebab yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum, dapat dibatalkan. Pada umumnya pembatalan ini berakibat bahwa keadaan antara kedua belah pihak dikembalikan seperti pada waktu perjanjian belum dibuat.

i.Tinjauan Pembiayaan

Lembaga Konsumen

(Consumer Finance). e. Pengertian Pembiayaan Konsumen. Kegiatan pembiayaan konsumen mulai diperkenalkan dalam usaha perusahaan pembiayaan dimulai pada waktu dikeluarkannya keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan yang diikuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, terakhir diubah, dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiyaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial, disamping kegiatan seperti leasing, factoring, kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model pembiayaan konsumen ini sedah jelas yaitu konsumen.suatu istilah yang dipakai sebagai lawan produsen. Di samping itu besarnya biaya yang diberikan per konsumen relatif kecil mengingat barang yang dibidik untuk dibiayai secara pembiayaan konsumen adalah barang-barang keperluan yang akan dipakai oleh konsumen untuk keperluan hidupnya, misalnya barangbarang keperluan rumah tangga seperti televisi, lemari es, mobil dan sebagainya. Karena itu, risiko dari pembiayaan ini juga menyebar, berhubung akan terlibat banyak konsumen dengan pemberian biaya yang relatif kecil, ini lebih aman bagi pihak pemberi biaya. Pranata hukum pembiayaan konsumen dipakai sebagai terjemahan dari istilah Consumer finance. Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi (consumer credit), hanya saja jika pembiayaan konsumen dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, 11

sementara kredit konsumsi diberikan oleh bank. Namun demikian pengertian kredit konsumsi secara substantif sama saja dengan pembiayaan konsumen. Definisi pembiayaan konsumen (consumer finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan, pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan yang dilakukan dalam bentuk dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu : 1) Pembiayaan konsumen dalah merupakan salah satu alternative pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen. 2) Obyek pembiayaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan konsumen, bisa anya kendaraan bermotor, alat kebutuhan rumah tangga, komputer, barang-barang elektronika, dan lain sebagainya. 3) Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, bisa anya dilakukan secara bulanan dan ditagih langsung kepada konsumen. 4) Jangka waktu pengembalian, bersifat fleksibel tidak terikat dengan ketentuan seperti financial lease. Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan pembiayaan konsumen hampir sama dengan sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease), namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya yaitu : 1) Kepemilikan barang atau objek pembiayan yang dilakukan berbeda, dalam transaksi sewa guna usaha (leasing) berada pada lessor sedangkan pada pembiayaan konsumen berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fidusia kepada

perusahaan pembiayaan. 2) Tidak ada batasan jangka waktu pembiayaan, seperti dalam financial lease jangka waktu pembiayaan diatur sesuai dengan obyek barang modal yang dibiayai oleh lessor. 3) Pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen yang telah mempunyai NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas, seperti ketentuan sewa guna usaha (leasing). 4) Perlakuan perpajakan antara transaksi sewa guna usaha (leasing) dan transaksi pembiayaan konsumen, berbeda baik dari sisi perusahaan pembiayaan maupun dari sisi konsumen. 5) Kegiatan sales anda lease back dimungkinkan dalam transaksi sewa guna usaha (leasing), sedangkan dalam transaksi pembiayaan konsumen ketentuan ini belum diatur. Pelaksanaan kegiatan pembiayaan konsumen sehari-hari, sama dengan kegiatan pembiayaan sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi untuk perorangan, sehingga dalam prakteknya produk pembiayaan konsumen dijadikan pengganti sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. f. Kedudukan Para Pihak dalam Pembiayaan (Consumer Finance). Para pihak yang terkait dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen yaitu ; 1) Pihak perusahaan pembiayaan (kreditur) adalah perusahaan pembiayaan konsumen atau perusahaan yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan. 2) Pihak konsumen (debitur) adalah perorangan atau individu yang mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen dari kreditur. 3) Pihak supplier/dealer/developer adalah perusahaan atau pihak13 Konsumen

pihak yang menjual atau menyediakan barang kebutuhan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen (Budi Rachmat, 2002:138) Para pihak dalam pembiayaan konsumen mempunyai hubungan yang dapat dilihat pada tabel sebagaimana tersebut dibawah ini :

1) Pembuatan perjanjian kerja sama pembiayaan konsumen. 2) pembayaran tunai kepada supplier. 3) penyerahan barang kepada konsumen. 4) pembayaran (angsuran pokok dan bunga) hingga lunas selama jangka waktu tertentu. Hubungan para pihak dalam pembiayaan konsumen Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; 1) Hubungan pihak kreditur dengan konsumen. Hubungan antara pihak kreditur dengan konsumen adalah hubungan kontraktual dalam hal ini kontrak pembiayaan konsumen. Dimana pihak pemberi biaya sebagai kreditur dan pihak penerima biaya (konsumen) sebagai pihak debitur. Pihak pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah

uang untuk pembelian suatu barang konsumsi, semenatara pihak penerima biaya (konsumen) berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara Perusahaan konsumen (kreditur) Supplier Konsumen (debitur) cicilan kepada pihak pemberi biaya. Jadi hubungan kontraktual antara penyedia dana dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit. Sehingga ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit (dalam KUHPerdata) berlaku, sementara ketentuan perkreditan yang diatur dalam peraturan perbankan secara yuridis formal tidak berlaku berhubung pihak pemberi biaya bukan pihak bank sehingga tidak tunduk pada peraturan perbankan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa seluruh kontrak ditandatangani dan dana sudah dapat dicairkan serta barang sudah diserahkan pada supplier kepada konsumen, maka barang yang bersangkutan sudah langsung menjadi milik konsumen. Walaupun kemudian bisa anya barang tersebut dijadikan jaminan hutang lewat perjanjian fidusia.dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis barang leasing tetap menjadi milik pihak kreditur (lessor) untuk selama-lamanya atau sampai hak opsi dijalankan oleh pihak lessee. 2) Hubungan pihak konsumen dengan supplier. Hubungan antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat hubungan jual beli, dimana supplier selaku penjual menjual barang kepada konsumen selaku pembeli dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga yaitu pihak pemberi biaya (kreditur). Syarat tersebut memiliki arti bahwa apabila karena alasan apapun pihak pemberi biaya tidak dapat menyediakan dananya maka jual beli antara supplier dengan konsumen sebagai pembeli akan batal. 3) Hubungan penyedia dana (kreditur) dengan supplier. Hubungan 15

antara penyedia dana (kreditur) dengan supplier (penyedia barang) tidak mempunyai suatu hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak penyedia dana hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk menyediakan dana untuk digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak supplier dengan pihak konsumen. Oleh karena itu, jika penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan dananya, sementara kontrak jual beli maupun kontrak pembiayaan konsumen telah selesai dilakukan, jual beli bersyarat antara pihak supplier dengan konsumen akan batal, sementara pihak konsumen dpat menggugat pihak pemberi dana (kreditur) karena wanprestasi tersebut. 2. Tinjauan Tentang Konsumsi Masyarakat Dalam buku The mirror of production, Baudrillard dalam (Ritzer, George, 2009 : 677), gagasan tentang pertukaran simbolik sebgaai gagasan negasi radikal dalam pertukaran ekonomi. Pertukaran simbolik meliputi siklus tiada putus dari mengambil dan mengembalikan, memberi dan menerima, suatu siklus memberi dan memberikan kembali. Gagasan ini mengalihkan perhatiannya pada analisis masyarakat kontemporer, yang sebagaimana dilihatnya, tidak lagi didominasi oleh produksi, namun oleh media, model sibernetika dan sistem pengendali, computer, proses informasi, hiburan, dan industri pengetahuan, dan lain sebagainya. Kecantikan homo economicus menurut A.N. Whitehead dalam Baudrillard (2009 : 73), adalah bahwa kita tahu apa yang dia cari. Fosil manusia zaman keemasan yang lahir pada masa modern dalam pertemuan yang menguntungkan pertumbuhan alam insani dan hak-hak asasi manusia, memiliki prinsip yang kuat tentang rasionalitas bentuk yang membawanya : a. untuk mencari kebahagiaannya sendiri tanpa bayangan keraguan; b. untuk memberikan kesenangannya pada obyek

yang akan memberinya kepuasan maksimal. Semua pembicaraan baik oleh orang awan maupun ilmuwan tentang konsumsi diartikulasikan dalam rangkaian yang merupakan urutan mitologi dari sebuah cerita : manusia yang memiliki kebutuhankebutuhan yang membewanya menuju obyek yang memberikannya kepuasan. Karena bagaimana juga manusia itu tidak pernah merasa puas, cerita yang sama berulang terus dengan kenyataan yang sudah hilang dari cerita kuno. Dikalangan sebagian orang muncul kebingungan : kebutuhankebutuhan adalah apa-apa yang tidak dikenal dia antara yang tidak dikenal yang dibahas oleh ilmu ekonomi (knight). Tapi keraguan ini tidak menghalangi litany (pengulangan) kebutuhan-kebutuhan manusia yang dengan tepat. Inilah utilitas keinginan memperoleh satu kebaikan tertentu yang khusus di akhir konsumsi. Maka kebutuhan telah dipenuhioleh barang-barang yang tersedia, hobi yang diarahkan oleh potongan produk yang tersedia di pasar : inilah hakekat permintaan yang sanggup dipenuhi. Para sosiolog menyebutnya motivasi yang mendalam, tetapi diatas dalil para idealisme kita menerima bahwa terdapat dinamika social kebutuhan-kebutuhan. Orang memainkan model-model kesesuaian dan persaingan (keep up with the Jones) yang diambil dari konteks kelompok atau model budaya yang paling besar yang dihubungkan kembali dalam masyarakat global atau pada sejarah. Sistem kebutuhan adalah produk dari sistem produksi. Hal ini adalah sungguh berbeda, melalui sistem kebutuhan-kebutuhan, kita mengerti kebutuhan tidak dibuat satu per satu dalam hubungan dengan obyek-obyek lain tetapi dibuat produksi sebgaai kekuatan konsumtif, sebagai kesediaan secara global dalam lingkup yang lebih umum dari kekuatan-kekuatan produktif. Dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa teknostruktur melebarkan kekuasaannya. Tatanan produksi tidak berusaha mendapatkan keuntungan pada aturan pemakaian. Tatanan produksi mengingkari tatanan pemakaian dan menggantinya dengan 17

cara mengatur kembali semuanya dalam sebuah kekuatan produktif. Menurut Galbraith dalam Baudrillard (2009 : 82) konsumsi menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan obyek-obyek hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang dipalsukan, dikelabuhi, dimanipulasi yang mamakai mitos ini sekaligus obyek-obyek karena meraka hanya bisa memaksakan disfungsi yang mereka hubungkan dengan kekuatan-kekuatan setan, disini teknostruktur bersenjatakan iklan, hubungan masyarakat, dan studi-studi motivasi. Pikiran magis jika ada. Mereka hanya melihat kebutuhan bukanlah apa-apa yang diambil satu per satu, yang hanya ada satu sistem kebutuhan atau lebih tepat bahwa kebutuhan-kebutuhan sama sekali bukan bentuk yang lebih maju dari sistematisasi rasional kekuatan produktif pada tingkat individu, dimana konsumsi menggantikan logika dan keperluan dengan produksi. 3. Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2000) terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen, yaitu: a. Perilaku pembelian yang rumit: perilaku ini lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, berisiko, b. Perilaku dan pembelian sangat pengurang mengekspresikan pribadi; ketidaknyamanan/ ketidakcocokan: perilaku ini terjadi bila konsumen melihat sedikit perbedaan di antara merek dan tidak ada yang menonjol, didasarkan kenyataan bahwa pembelian itu mahal dan berisiko, pembeli akan memilih sambil mempelajari apa yang

Pengenalan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Kebutuhan Perilaku Pasca Pembelian

tersedia namun akan membeli dengan cepat; c. Perilaku pembelian karena kebisa aan: konsumen tidak membentuk sikap terhadap sebuah merek tetapi memilihnya karena itu sudah bisa a dikenalnya, pencarian merek; d. Perilaku pembelian yang mencari variasi: kondisi keterlibatan konsumen rendah tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata. Perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian. tidak informasi dilakukan tentang

Gambar 2. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Untuk dapat menjelaskan hubungan antara tahapan berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat pada perincian yang dikemukakan oleh Setiadi (2003 : 56) sebagai berikut: a. Proses pengenalan kebutuhan, yaitu ketika adanya konsumen masalah oleh mengenali akan 19

atau kebutuhan. Kebutuhan itu digerakkan

rangsangan

dari

dalam

maupun dari luar dirinya; b. Proses pencarian informasi. Tahap ini merupakan tahapan yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak produk; c. Evaluasi berbagai alternatif merek. Pada tahapan ini konsumen merek menggunakan alternatif dalam mengenai suatu

informasi untuk mengevaluasi menentukan peringkat produk untuk dipilih; d. Pilihan atas merek produk untuk dibeli, dimana terjadi pembelian produk atas merek yang tetapi disukai dari orang faktor berdasarkan tahapan situasi lain 3, dan juga peringkat pendapat ini. e. Perilaku Kepuasan pembelian, pembelian pasca pembelian. harus pasca konsumen tindakan dan

menentukan dalam tahapan

dipantau dari mulai pasca pemakaian

produk pasca pembelian.

I. Metode Penelitian Tahap yang cukup penting dalam penelitian ilmiah adalah penentuan metode penelitian yang akan dipakai dapat selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dengan efektif. Metode penelitian ini akan sangat berpengaruh dalam penelitian data, teknik analisis data dan yang paling utama hasil penelitian nantinya.

21

Sebuah penelitian yang dilakukan, tidak terlepas dari berbagai macam metode yang digunakan. Metode ini merupakan cara untuk mendapatkan atau mencapai tujuan penelitian. Metode berasal dari dua kata yaitu : metode dan logi. Metode berarti cara atau prosedur (langkah-langkah) yang ditempuh untuk mencapai tujuan, sedangkan logi berasal dari kata logos yang berarti ilmu. (Sumadi Suryabrata, 2000 : 12). Jadi metodologi adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara atau prosedur atau langkah-langah yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian diartikan suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah-masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahan (Sumadi Suryabrata, 2000 : 13). Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan metode adalah cara yang diatur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai maksud tertentu (P dan K, 1987 : 14), sedangkan metodologi penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang mepertimbangkan metode ilmiah. (Sutrisno Hadi, 1987 : 44). Berdasarkan pengertian metode dan penelitian oleh para ahli tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu ilmu yang mempelajari atau membicarakan cara-cara yang digunakan dalam usaha menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dalam rangka mencapai suatu tujuan penelitian. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian empirik/sosiologis yaitu penelitian yang mengkaji permasalahan dalam realitas atau kenyataan di dalam masyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, serta menurut tarafnya termasuk penelitian deskripsi.

3. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitin ini adalah menggunakan pendekatan empirik/sosiologis yaitu pendekatan yang mengkaji hukum dari realita atau kenyataan dalam masyarakat. 4. Jenis dan Sumber Data Penelitian a. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam hal ini penulis mendapatkan data primer dari responden yang memiliki informasi langsung dengan masalah penelitian yaitu konsumen yang melakukan pembelian dengan cara kredit dengan sistem Leasing di Kota Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari dokumen atau arsip, bahan pustaka, laporan dan sebagainya terutama yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Sumber Data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sumber Data Primer Sumber data primer dalam hal ini adalah narasumber yaitu konsumen yang melakukan pembelian dengan cara leasing. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sejumlah data yang diperoleh melalui studi pustaka termasuk di dalamnya literatur, peraturan perundang-undangan dan dokumen-dokumen berupa catatan. 5. Teknik Pengumpulan Data

23

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah menggunakan studi pustaka atau telaah buku, metode pustaka ini digunakan agar dalam menggunakan penelitian dari berbagai sumber dan terkait dengan penelitian ini dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan. Cara memperoleh data adalah dengan cara membaca dan mempelajari obyek penelitian lalu mencatat hal-hal yang penting sehingga dapat terkumpul. Dalam memperoleh data yang lengkap untuk penelitian ini menggunakan data yang bersifat primer maupun sekunder dengan cara : a. Data Primer Data yang diperoleh melalui studi langsung ke lapangan dalam hal ini di Kabupaten Boyolali. Adapun data yang diperoleh melalui : 1) Wawancara yaitu proses tanya jawab secara langsung dua orang atau lebih berhadapan secara langsung (melalui media komunikasi). 2) Interview Dalam penelitian ini menggunakan interview yang bebas terpimpin yaitu interview dalam pengumpulan data secara bebas dengan pengumpulan data berupa catatan-catatan mengenai pokok-pokok yang ditanyakan sehingga masih memungkinkan variasi pertanyaan sesuai dengan kondisi saat melakukan interview. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, bukubuku yang berhubungan dengan materi kemudian diselaraskan dengan bahan dari kepustakaan sebagai bahan acuan dari bahan referensi penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan yang mempelajarai berupa dan mengidentifikasikan literatur-literatur buku-buku,

peraturan-peraturan, dokumen, artikel-artikel serta hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli.

6. Teknik Analisa Data Dalam pemecahan masalah penarikan kesimpulan dari kasus yang diteliti sangat tergantung dari analisis data, sehingga diperoleh penelitian yang mempunyai kualitas yang baik. Pada analisa data, data dikerjakan dan digunakan sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran untuk menjawab persolaan-persoalan yang diteliti dengan kebenaran analisa berdasarkan literatur dan dasar teori yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan, mengklarifikasikan, menghubungkan dengan teori literatur yang mendukung masalah kemudian menarik kesimpulan dengan analisa kualiatatif. Analisa kualitatif sesuai dengan definisi adalah : Suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dengan mmepelajari sebagai suatu yang utuh. ( Soerjono Soekamto, 1998 : 32). Dalam penelitian kualitatif ada tiga kegiatan yang utama yaitu : a. Conclusive drawing Sebagi awal penelitian, peneliti memahami hal-hal yang ditemui di lapangan, melakukan pencatatan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini, menyusun pola-pola dan kegiatan lain yang mendukung. b. Data reduksi Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan data pada penelitian. Data yang telah teridentifikasikan tersebut lebih memudahkan dalam penyusunan. c. Data display Pegorganisasian semua kegiatan yang dilakukan untuk mencari kesimpulan dari data yang telah tersedia.

25

REDUKSI DATA

PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN

SAJIAN DATA

Dari penelitian kualitatif ini penulis menggunakan model analisis interaksi melalui tiga unsur utama yaitu reduksi data, sajan data dan penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan ini menjamin penelitian ini mendapatkan hasil yang valid dari tambahan data-data yang terkumpul dengan didukung teori yang ada sehingga penelitian ini tidak menyimpang dari konsep yang telah ada. Untuk lebih memudahkan mempelajari konsep analisis interaksi penelitian ini dibuat sebagai berikut : Bagan 3. Model Analissi Interaktif

Sumber data : Heribertus Sutopo dalam Arikunto (2004 : 34 - 37). J. Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang sistematika penulisan sebagai gambaran tentang penulisan ilmiah ini secara keseluruhan, artinya pada sub bab ini akan diuraikan secara sistematis keseluruhan isi yang terkandung dalam skripsi ini. Sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan titik tolak dari penulisan skripsi dimana dipaparkan tema dan permasalahan, pada bab ini terdiri dari dari sub pokok yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II

TINJAUAN UMUM Pada bab ini dikemukakan teori-teori yang mendasari masalah yang akan dibahas.

BAB III TINJAUAN UMUM Diskripsi tentang tentang Kota Surakarta, mengguraikan tentang struktur organisasi, diskripsi wilayah, data statistic dan data pendukung lain. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang analisis data yang terdiri dari jawaban dari permasalahan yang diungkapkan pada bab-bab sebelumnya, serta pembahasan sesuai dengan kajian teori maupun dalam praktek pelaksanaan. BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran.

K. Jadwal Penelitian Tabel 1. Perincian Kegiatan Pokok Penelitian. No Nama Kegiatan Juni 2010 1 2 Persiapan dan Pra Survey Penyusunan dan pengembangan pedoman pengumpulan data Pengumpulan data, reduksi, refleksi dan verifikasi Analisis dan Interpretasi Penulisan Laporan x x x x x Bulan Pelaksanaan Kegiatan Juli 2010 Agustus 2010 4 September 2010 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

x x x x x

4 5

X x x
x x

27

Penelitian DAFTAR PUSTAKA David Chaney. 2009. Lifestyles. Yogyakarta : Jalasutra. Fuady, Munir. 2002. Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. George Ritzer dan Dauglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta : Kreasi Kencana Jean P Baudrillard. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Kencana. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Jilid Pertama Edisi Millenium. Jakarta : Penerbit PT Prehallindo. Muhammad, Abdul Kadir.1992. Hukum Perikatan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. R. Soesilo, 1998, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Bogor : Politenia. Rachmat, Budi.2002. Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen. Jakarta : CV Novindo Pustaka Mandiri. Subekti. 1994. Praktek Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. Samidjo. 1993. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung : Armico. Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : Penerbit Prenada Media. Soerjono Soekamto. 1994. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta : Duta Karya. Subekti, R.1979. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa. Suharsimi Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya. Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Press. Sutrisno Hadi. 2004. Metode Riset. Bansung : Armico. Fuady, Munir. (1996). Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Mertokusumo, Sudikno. (1988). Mengenal Hukum. Jogjakarta: Liberty. Muhammad, Abdulkadir. (1990).Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Rahardjo, Satjipto. (1991). Ilmu Hukum. Jakarta: Citra Aditya Bakti Satrio, J. (1992). Hukum Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti. Subekti. (1979). Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa Achmad Anwari, 1987, Leasing di Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, 2003, Auditing dan Pelayanan Verifikasi Terpadu, Edisi ke-9, Prentice Hall. Inc., New Jersey Donald R. R. Cooper dan C. William Emory, 1996, Metodologi Penelitian Bisnis Peraturan-Peraturan : Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang diperbaharui dengan, Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan

29

You might also like