You are on page 1of 4

Tanya-Jawab Soal Beasiswa

1. Fasilitas apa yang akan kita dapatkan jika kita meraih beasiswa kuliah ke luar negeri? Fasilitasnya bisa sangat beragam, tergantung dari jenis beasiswanya. Namun, rata-rata beasiswa kuliah di luar negeri yang kita kenal, seperti ADS, StuNed, Fulbright, Chevening, dan Monbukagakusho adalah beasiswa yang bersifat penuh. Artinya, beasiswa tersebut akan menanggung biaya kuliah, biaya hidup bulanan dan juga ongkos pesawat pulang-pergi. 2. Apakah ada jenis beasiswa lain di samping beasiswa kuliah? Ya, dan jenisnya macam-macam. Contoh, ada beasiswa yang bernama TA/RA, singkatan dari Teaching Assistantship dan Research Assistantship. Biasanya, beasiswa jenis ini diberikan oleh kampus-kampus di Amerika UtaraAmerika Serikat dan Kanada. Jika kita mendapat TA, kita akan bertugas membantu dosen dan menjadi asistennya untuk mengajar. Kebanyakan TA diberikan kepada mahasiswa Ph.D. yang bertugas mengecek tugas-tugas atau mengajar mata kuliah untuk S1 dan S2. Sedangkan dalam program RA, kita akan terlibat di proyek-proyek kampus. Besarnya dana yang diperoleh penerima TA dan RA bervariasi. Namun pada umumnya, dana tersebut cukup untuk membiayai hidup bulanan kita, termasuk biaya tempat tinggal, makan, transportasi, dan sedikit uang tabungan. Selain TA dan RA, kampus-kampus di Eropa Barat, seperti Belanda, Jerman, Swiss, Italia, Prancis, dan Spanyol menyediakan beasiswa dalam bentuk proyek Ph.D. Proyek tersebut berupa penelitian yang diselenggarakan oleh seorang profesor atau kelompok peneliti. Biasanya, proyek ini bisa kita jadikan sebagai pekerjaan sampingan selama menjalani program Ph.D. Dari program ini, kita akan mendapatkan semacam gaji bulanan. Biasanya berjumlah lebih besar daripada kedua jenis beasiswa yang telah disebutkan di atas. Beberapa situs yang memberikan informasi mengenai jenis beasiswa ini adalah www.academictransfer.nl (Belanda), www.jobs.ac.uk (Inggris). 3. Saya sebenarnya berharap bisa bekerja dan membantu orangtua, apakah karena itu saya harus menunda kesempatan mencari beasiswa? Dari beasiswa yang kita terima, sebenarnya kita juga bisa menabung. Syaratnya hanya satu, yaitu berhemat. Kita bisa menyimpan sebagian dari dana beasiswa yang diperoleh. Kebanyakan beasiswa diberikan dalam perhitungan standar hidup menengah. Jadi, jika gaya hidup kita tidak bermewah-mewahan, makan di restoran sekali atau dua kali dalam seminggu, jalan-jalan ke negara tetangga, mudik tiap tahun, rasa-rasanya kita bisa menabung atau bahkan mengirimkan uang tabungan beasiswa tersebut kepada keluarga kita di rumah. 4. Apa kelebihan kuliah di luar negeri? Ada beberapa pertimbangan. Pertama, tentunya adalah untuk membuka cara pandang. Dengan belajar di luar negeri, kita dituntut untuk menjadi lebih berani

dan mandiri. Kedua adalah bahasa. Dengan belajar di luar negeri, mau tidak mau kita harus menggunakan bahasa asing, baik dalam perkuliahan maupun kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menjadi nilai tambah yang luar biasa saat kita kemudian mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan internasional. Ketiga adalah fasilitasnya. Persoalan yang sering kali muncul di dunia pendidikan Indonesia adalah keterbatasan buku atau jurnal-jurnal internasional, ketersediaan dosen, dan kurangnya diskusi dengan ahli-ahli di bidang studi tertentu. Di luar negeri, hal-hal tersebut tidak lagi terjadi. 5. Apa benar mendapatkan beasiswa itu susah? Ya dan tidak. Ya, karena memang banyak yang ingin mendapatkannya. Atau dengan kata lain, untuk mendapatkan beasiswa, kita harus melewati suatu persaingan ketat. Tidak, jika kita telah mempersiapkan segala sesuatu terkait aplikasi beasiswa kita secara terencana dan matang. 6. Beasiswa apa yang paling besar nilainya dan yang paling bergengsi untuk diikuti? Beasiswa yang paling banyak memberikan fasilitas (uang kuliah, biaya hidup, asuransi, uang saku, dan lain-lain) dan nilainya paling besar adalah beasiswa yang diberikan oleh negara-negara maju. Misalnya, Amerika Serikat melalui program beasiswa Fulbright, Australia melalui program Australian Development Scholarships (ADS), Jepang dengan program beasiswa Monbukagakusho-nya, Belanda dengan program beasiswa StuNed-nya, Inggris melalui program beasiswa British Chevening Awards dan negara-negara Uni Eropa dengan program beasiswa Erasmus Mundus-nya. Selain itu, terdapat pula beasiswa bernilai besar yang diberikan lembaga, universitas, atau organisasi internasional. Misalnya, di ASEAN ada beasiswa yang disponsori oleh Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (IDB). Sedangkan di tanah air, terdapat yayasan Sampoerna yang setiap tahunnya memberikan beasiswa bernilai besar kepada ratusan pelajar dan mahasiswa Indonesia yang berprestasi. 7. Apakah dengan IPK dan nilai UAN yang kurang memadai, saya masih bisa mendaftar program beasiswa? Tentu saja bisa, IPK atau nilai UAN tidak menjadi satu-satunya patokan mutlak bisa tidaknya kita diterima dalam sebuah program beasiswa. Ada berbagai persyaratan lainnya yang juga menjadi bahan pertimbangan bagi panitia penyelenggara beasiswa. Misalnya, kegiatan dan aktivitas kita selama di dalam dan luar kampus, prestasi yang kita peroleh di luar bidang akademik, bakat atau keahlian kita, atau karya yang pernah kita hasilkan untuk masyarakat. Jika kita sudah bekerja, prestasi dan kemajuan yang telah kita capai di kantor juga sangat penting untuk menambah poin plus dalam proses seleksi beasiswa. Hal ini juga berlaku bagi yang baru lulus SMA. Nilai UAN bukan satu-satunya syarat untuk mendapatkan beasiswa. 8. Kapan waktu yang tepat bagi saya untuk mendaftar program beasiswa?

Jawabannya sangat mudah. Mulailah dari sekarang! Walaupun kita, misalnya, masih duduk di bangku kuliah semester pertama, baru masuk SMA, atau sudah bekerja. Kita sudah tahu bahwa untuk mendapatkan beasiswa bergengsi dibutuhkan persiapan yang matang. Sejak jauh-jauh hari, kita sudah harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Misalnya, jika salah satu beasiswa mensyaratkan calon kandidat yang pernah aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan, maka sejak sekolah atau kuliah, kita harus ikut berperan aktif dalam berbagai kegiatan keorganisasian. Jika kita sudah mengetahui pilihan program beasiswa yang paling tepat, setidaknya kita sudah harus mempersiapkan semuanya setahun sebelum pendaftaran beasiswa tersebut dibuka. 9. Beberapa program beasiswa mensyaratkan saya untuk menjalin komunikasi dan meminta rekomendasi dari profesor di universitas pilihan saya. Bagaimana caranya mencari kontak dan menjalin komunikasi dengan profesor tersebut? Pertama, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kita sudah harus mulai mempersiapkan segala persyaratan beasiswa setahun sebelumnya. Di selang waktu satu tahun itulah, kita mulai mencari informasi tentang universitas yang menyelenggarakan program studi pilihan kita. Lalu, cari di situs resmi universitas tersebut daftar alamat e-mail calon profesor atau dosen pembimbing (biasanya, dicantumkan di halaman list of professors pada masing-masing halaman program studi atau fakultas). Kalau pun tidak ada, setidaknya dalam daftar program studi di situs tersebut tertera nama dan alamat e-mail ketua atau sekretaris program studi. Sebagai langkah awal, kita bisa meminta bantuan mereka. Ada baiknya, jika kita memiliki alternatif pilihan program studi lain. Jadi, jika satu program studi tidak memberikan jawaban, kita bisa berpindah ke program studi lainnya. Saat mengirimkan e-mail, jelaskan maksud kita dengan bahasa yang baik dan formal. 10.Umur saya sudah 40 tahun, apakah saya masih bisa mengikuti program beasiswa? Beasiswa yang ada di dunia ini beragam jenisnya. Begitu juga dengan persyaratannya. Jika usia kita tidak muda lagi, maka carilah beasiswa yang tidak mencantumkan batas usia maksimal dalam persyaratannya. Di antara jenis program beasiswa yang ditawarkan bagi pelamar berusia 40 tahun ke atas adalah beasiswa dalam bentuk research fellowship (bantuan penelitian) dan research assistantship (menjadi asisten dalam suatu penelitian). 11.Apakah saya harus mengikuti tes TOEFL internasional agar dapat mendaftar program beasiswa? Tidak harus. Namun, akan lebih baik jika kita mempunyai sertifikat TOEFL. Bentuknya pun tidak mesti TOEFL internasional. Beberapa program beasiswa bisa menerima nilai TOEFL institusionaltentu saja dengan kriteria nilai tertentu. Di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris, seperti Jerman atau Belanda, kita bahkan cukup melampirkan sertifikat bahasa negara yang bersangkutan tanpa ketentuan harus menyertakan sertifikat TOEFL.

12.Saya belum lulus SMA/kuliah, tetapi saya ingin mengikuti program beasiswa di tahun yang sama. Bagaimana caranya? Sebaiknya, kita bertanya dulu kepada panitia penyelenggara beasiswa, apakah mereka menerima para pelamar yang belum lulus sekolah/kuliah. Namun yang pasti, kita harus sudah lulus sekolah/kuliah di tahun yang sama pula. Misalnya, jika perkuliahan di luar negeri dimulai pada bulan September, kita setidaknya sudah harus lulus di bulan Juli. Dan, ijazah harus sudah kita terima sebelum proses perkuliahan dimulai. Biasanya, panitia beasiswa akan meminta surat keterangan lulus sementara atau daftar/transkrip nilai terakhir. 13.Apakah ada kesempatan bagi seorang penyandang cacat untuk mendapatkan beasiswa? Tentu saja ada. Sama sekali tidak ada larangan bagi para penyandang cacat untuk berpartisipasi dalam kompetisi beasiswa. Semua orang, tanpa memandang suku, agama, ras, dan fisik; berhak mengenyam pendidikan yang setara. Termasuk di dalamnya, mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri. 14.Apakah seorang mahasiswa yang pernah drop out (D.O)dikeluarkan atau keluar dari kampusmasih punya kesempatan untuk memenangkan beasiswa? Ya, tentu saja, karena prestasi akademik tidak menjadi persyaratan mutlak dalam mendaftar program beasiswa. Dengan situasi seperti ini, kita justru harus mampu menunjukkan bahwa kita bisa berhasil bangkit dari kegagalan. Misalnya, setelah D.O, kita pindah ke kampus lain dan di kampus tersebut prestasi kita malah meningkat. Atau setelah D.O, kita justru aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan kegiatan sosial. Tunjukkan kelebihan itu pada panitia penyelenggara beasiswa. Semangat kita untuk terus maju dan tak kenal menyerah sedikit banyak akan menjadi bahan pertimbangan yang menguntungkan posisi kita di mata para penyelenggara beasiswa. 15.Saya sudah berkali-kali mengikuti program beasiswa dan sudah melengkapi semua persyaratannya, tetapi kenapa belum berhasil juga? Anggap saja itu belum menjadi rezeki kita. Ingat peribahasa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kegagalan meraih beasiswa di kesempatan sebelumnya harus kita jadikan pemicu untuk semakin meningkatkan potensi dan kualitas diri, sehingga di kesempatan berikut kita sudah menjadi individu yang lebih baik. Dan, para penyelenggara beasiswa pasti bisa melihat hal tersebut. Intinya, tetaplah bersemangat dan terus berjuang!

You might also like