You are on page 1of 114

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Later Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas siswa, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun
dalam pelaksanaanya seringkali penulis tidak sadar bahwa masih banyak kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas
siswa.
Apa yang diungkapkan di atas dapat dilihat dalam proses pembelajaran di
kelas yang pada umumnya lebih menekankan pada aspek kognitif, kemampuan
mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada pemahaman bahan
pengetahuan dan ingatan. Dalam situasi yang demikian, biasanya siswa dituntut
untuk menerima apa-apa yang dianggap penting oleh guru dan menghafalnya.
Dengan kondisi demikian, maka aktivitas dan kreativitas siswa terhambat dan
tidak dapat berkembang secara optimal. Banyak resep untuk menciptakan suasana
belajar yang kondusif, siswa dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
belajarnya secara optimal, dengan kemampuannya masing-masing.
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah
adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, baik lisan maupun
2

tertulis, serta menumbuhkan apresiasi sastra. Pelaksanaan pembelajaran bahasa
dan sastra dinyatakan bermakna apabila, tujuan tersebut tercapai, yakni
berkembangnya keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis,
serta tumbuhnya apresiasi sastra secara baik di kalangan siswa. Oleh karena itu,
untuk mencapai kebermaknaanya pembelajaran bahasa dan sastra sudah
seharusnya lebih diarahkan pada pembinaan keterampilan berkomunikasi dalam
berbagai situasi serta pembinaan sikap kritis dan menghargai karya- karya sastra.
Dikemukakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, bahwa fungsi utama
sastra adalah sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan
kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan,
imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan kontruktif. Adapun pengajaran sastra
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati,
dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai
penunjang dalam mengapresiasi karya sastra (Depdiknas, 2003:4).
Tentu dapat dimaklumi mengapa apresiasi sastra menjadi tujuan utama yang
harus dicapai dalam pengajaran sastra. Tercapainya tujuan tersebut diharapkan
berpengaruh besar pada kehidupan siswa. Siswa dapat memetik hikmah dari karya
sastra tersebut yang berupa nilai-nilai kemanusiaan atau nilai moralnya, yang
pada gilirannya dapat mempertinggi derajat budi pekerti.
Pengajaran puisi merupakan suatu alat untuk mengembangkan apresiasi sem
pada anak didik. Pengajaran puisi secara intensif merapakan salah satu alat yang
3

pentmg untuk memupuk dan memperkembangkan apresiasi seni pada anak didik.
Pembelajaran puisi hanya sebagian dari pembelajaran sastra. Salah satu
tujuan pengajaran sastra ialah menanamkan apresiasi seni pada anak didik. Oleh
karena itu sudah menjadi tugas pendidikan dan pengajaran mengembangkan seni
pada setiap anak, mendorong anak-anak berbakat estetis.
Berdasarkan pernyataan atas dapat disimpulkan bahwa seni dan puisi itu
berkaitan erat. Ketika siswa mengapresiasi puisi, unsur seni terangkum di
dalamnya. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu
merupakan sesuatu yang penting yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan
dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan
interpretasi atau pemberian kesan pengalaman manusia yang penting, diubah
dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2009:7). Puisi sebagai karya seni itu
puitis. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi.
Sesuatu itu disebut puitis bila hal itu membangkitkan perasaan, menarik
perhatian, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Hal
yang menimbulkan keharuan itu bermacam-macam, maka kepuitisan pun
bermacam-macam.
Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya
dengan bentuk visual: tipografi, bait, dengan bunyi, persajakan, asonansi,
aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, orkestrasi, dengan pemilihan kata, bahasa
4

kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahaan, gaya bahasa, dan sebagainya.
Pengajaran puisi merupakan salah satu alat untuk mengembangkan
apresisasi seni pada anak didik.
Seni dan puisi berkaitan erat. Ketika guru mengajarkan puisi, unsur
seni terangkum di dalamnya. Berbagai upaya untuk mewujudkan tujuan
pengajaran apresiasi sastra terus menerus dijalankan. Akan tetapi berdasarkan
pengalaman dan pengamatan serta penelitian ternyata kemampuan siswa dalam
mengapresiasi puisi belum sesuai dengan harapan. Indikator dari rendahnya
kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra tersebut tampak pada rendahnya
minat siswa dalam membaca puisi. Kondisi tersebut sejalan dengan pendapat
Pradopo (2009:278), yang mengatakan bahwa memahami makna puisi atau
sajak tidaklah mudah lebih-lebih pada waktu sekarang, puisi lebih kompleks
dan "aneh". Di samping itu puisi itu mempergunakan banyak sarana kepuitisan
secara bersama-sama untuk mendapatkan jaringan efek sebanyak-banyaknya.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa mengajarkan puisi
perlu bimbingan yang lebih guru. Mengajarkan puisi lebih sulit daripada
mengajarkan prosa. Puisi merupakan sebuah struktur yang komplek. Oleh
karena itu, untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui
bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Menikmati puisi memerlukan
ketekunan, keterbukaan hati, konsentrasi, dan pemahaman unsur pembentuk
puisi. Hal ini disebabkan di dalam puisi perlambang, kata-kata kias, imajinasi,
5

gaya bahasa, dan struktur pilihan kata yang khas.
Selain pendapat di atas, hasil penelitian tentang pengajaran apresiasi
puisi yaitu yang dikemukakan oleh Sakdiyah (2002:1) bahwa:
Pengajaran apresiasi puisi di sekolah banyak dikeluhkan oleh guru.
Dalam hal ini banyak faktor penyebabnya. Misalnya dari guru itu
sendiri, dari siswa, dan dari bahan puisi yang diajarkan. Penyebab dari
guru itu sendiri juga sangat bermacam-macam. Latar belakang
pendidikan guru, kemampuan guru, kegemaran guru terhadap satra.
Faktor siswa juga berperan dalam hal apresiasi puisi. Namun biasanya
kegemaran siswa dalam mengapresiasi puisi akan terbentuk jika situasi
dan kondisi belajar puisi yang diikutinya mendukung. Dari segi puisi,
kiat guru dalam meyeleksi materi puisi sangat diperlukan. Puisi yang
menarik minat dan perhatian siswa dapat mengkondisi siswa untuk
menyukai apresiasi puisi.

Demikian juga penelitian yang dilakukakan oleh Saefi (2010), pada
siswa kelas VII SMP Negeri 5 Cilacap menyatakan bahwa:
Pembelajaran apresiasi puisi bagi siswa merupakan materi yang sulit.
Hal ini dapat diketahui dari isian angket yang diberikan kepada 24
siswa, sebanyak 15 (62,5%) menyatakan sulit, 9 (37,5%) menyatakan
sedang, dan tidak satupun anak yang menyatakan mudah.

Kesulitan siswa yang berdampak pada rendahnya kemampuan apresiasi
puisi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor guru.
Berdasarkan hasil angket tanggapan 30 siswa SMP Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini
dilakukan guru, diperoleh informasi faktor-faktor penyebab rendahnya
kemampuan apresiasi siswa antara lain :
6

1. Sebanyak 15 (50%) menyatakan strategi pembelajaran atau metode
yang digunakan guru tidak menarik, 8 (26,67%) kurang menarik, 4
(13,33) menarik, dan 3 (10%)
2. Sebanyak 5 (16, 67) menyatakan tidak pernah menggunakan media, 17
(56,66) menyatakan jarang menggunakan media, 5 (16,67) menyatakan
sering menggunakan media, dan 3 (10 %) menyatakan selalu
menggunakan media.
3. Sebanyak 14 (46, 67%) menyatakan bahwa penilaian yang dilakukan
oleh guru banyak teori, 6 (20%) menyatakan banyak tugas, 5 (16,67%)
banyak praktek, dan 5 (16,67%) 11 menyatakan teori dan praktek.
4. Sebanyak 6 (20%) menyatakan pembelajaran di luar kelas tidak pernah
dilakukan, 14 (46,67) menyatakan jarang dilakukan, 6 (20%) sering
dilakukan, dan 4 (13,33) 11 menyatakan pernah dilakukan.
Dari hasil angket tersebut, diduga bahwa terdapat empat permasalahan
yang menyebabkan kemampuan apresiasi puisi siswa rendah. Faktor-faktor
tersebut adalah strategi atau metode pembelajaran yang digunakan guru tidak
menarik, guru jarang menggunakan media, penilaian banyak berupa teori, dan
pembelajaran di luar kelas jarang dilakukan sehingga para siswa bosan selalu
berada di dalam ruangan.

7

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor guru sangat
berpengaruh terhadap hasil lajar siswa. Kualitas pembelajaran puisi sangat
ditentukan oleh kreativitas guru, disamping kompetensi-kompetensi
keprofesionalannya. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pembelajaran
harus dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh guru adalah bagaimana merancang suatu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai.
Akhir-akhir ini model pembelajaran belajar bersama menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Sanjaya (2008:242),
mengemukakan dua alasan pertama, beberapa hasil penelitian membuktiktikan
bahwa penggunaan pembelajaran belajar bersama dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat me gkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap menerima kekurangan diri orang lain, serta dapat meningkatkan harga.
diri. Kedua, pembelajaran belajar bersama dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
pembelajaran model belajar bersama merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan
Arbani, Chambers, dan Slavin 1996 (Sanjaya, 2008:244), juga
berpendapat bahwa belajar melalui belajar bersama dapat dijelaskan dari
beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, sosial, perkembangan kognitif,
8

dan elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang
dibenkan kepada kelompok memungkinkan setiap kelompok akan saling
membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya
adalah keberhasilan kelompok. Hasil semacam im akan mendorong setiap
anggota untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial
artinya bahwa melalui belajar bersama setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa
dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan
prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif,
artinya bahwa bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan
menimba infomiasi untuk menambah ilmu pengetahuan kognitifnya.
Garis besar karakteristik model pembelajaran belajar bersama yaitu:
(1) Pembelajaran secara tim,
(2) Didasarkan pada manajemen belajar bersama,
(3) Kemauan untuk bekerjasama,
(4) Keterampilan untuk bekerjasama.
Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan juga diungkap motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Hal
senada juga diungkapkan oleh Elliott (2000:3), bahwa motivation is so
9

essential that we can safely state that without it, learning will not occur.
Motivasi sangat penting, dapat kita katakan bahwa tanpa itu, belajar tidak
akan terjadi. Demikian pendapat Elliott. Siswa akan belajar dengan sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi tinggi. Dalam hal ini, guru dituntut
memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran.
Motivasi di dalam kegiatan pembelajaran merupakan kekuatan yang
dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-
potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan
tujuan belajar. Siswa yang memiliki otivasi belajar akan nampak melalui
kesungguhan untuk terlibat di dalam proses pembelajaran, antara lain nampak
melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, mencatat,
mempraktekan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuatu
dengan tuntutan pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang kurang memiliki
motivasi, umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang
sesungguh- sungguh dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya
motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini berdampak bagi
ketercapaian hasil belajar yang diharapkan. Diduga, pembelajaran belajar
bersama dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Selanjutnya, media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya
10

dan tujuan pembelajaran pada khususnya perkembangan ilmu dan teknologi
semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-
hasil teknologi dalam proses belajar dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk
menunjang proses pembelajaran (Saud, 2008:182). Sedangkan Warsita
(2008:137), berpendapat bahwa media pembelajaran berbasis computer adalah
salah satu media pembelajaran yang sangat menarik dan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Program pembelajaran
berbantukan komputer im memanfaatkan seluruh kemampuan komputer,
terdiri dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks, grafis, gambar, foto,
audio, video, dan animasi. Keuntungan lain dari penggunaan komputer dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan prestasi hasil belajar.
Sebagai perwujudan dari e-learning, e-dukasi.net juga dikembangkan
dengan berbasis web (www yang memiliki fasilitas berbagai fitur yang dapat
dimanfaatkan. Portal e-dukasi.net dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dan
dengan cara - cara yang sangat bervariasi dan fieksibel, tergantung kepada
situasi dan kondisi sekolah dan guru yang bersangkutan. Pemanfaatan situs ini
dapat dilakukan di kelas.
Berkenaan dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang keefektifan model belajar bersama dan e-
learning dalam apresiasi puisi. Keefektifan model pembelajaran ini masih
perlu diteliti. Lebih jelasnya, penelitian ini berjudul 'Pengaruh Model
11

Belajar bersama dan E-Learning Terhadap Hasil Belajar Apresiasi Puisi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan"

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada masalah sebagai berikut:
1. Apakah model belajar bersama dan e-learning dapat meningkatkan hasil
belajar apresiasi puisi siswa kelas VII SMP Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan?
2. Apakah model belajar bersama dan e-learning efektif digunakan dalam
pembelajaran apresiasi puisi?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan umum dari penelitian
adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi melalui
model belajar bersama dan media e-learning. Adapun yang menjadi tujuan khusus
yaitu untuk mengetahui:
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar apresiasi puisi siswa kelas VII SMP
Negeri 8 Kota Tangerang Selatan dengan model belajar bersama dan e-
learning.
12

2. Bagaimana keefektifan model belajar bersama dan e-learning dalam
pembelajaran apresiasi puisi kelas. VII SMP Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh model
pembelajaran dan media yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Memperbaiki persepsi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia,
khususnya puisi.
b. Memanfaatkan hasil penelitian dalam pembelajaran apresiasi puisi kelas
VII.
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pembelajaran apresiasi siswa di kelas VII SMPN 8 Kota Tangerang
Selatan.


13

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Belajar Bersama
Pembelajaran belajar bersama adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah fokuskan (Sanjaya, 2008:241). Menurut Isjoni (2007:
30), bahwa pembelajaran belajar bersama dirangka bagi tujuan melibatkan belajar
secara aktif dalam proses belajaran menerusi perbincangan dengan rekanrekan
dalam kumpulan kecil. Pembelajaran belajar bersama adalah pendekatan
mengajar dimana siswa bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan
belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan
yang diberikan oleh guru.
Dalam buku terbitan yang lain, Sanjaya (2009:239), mengemukakan bahwa
ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu :
(1) Adanya peserta dalam kelompok;
(2) Adanya aturan kelompok;
(3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
(4) Adanya tujuan yang harus dicapai.


14

Pembelajaran belajar bersama merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),
jika mampu menunjukkan prestasi. Dengan demikian, setiap anggota kelompok
akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutaya akan memunculkan tanggungjwab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu. Mereka mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok.
Strategi pembelajaran belajar bersama mempunyai dua komponen utama,
yaitu komponen tugas belajar bersama komponen struktur insentif belajar
bersama. Tugas belajar bersama berkaitan dengan yang menyebabkan anggota
bekerja semua dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif
belajar bersama merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu
untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok. Metode pembelajaran belajar
bersama berjuang agar siswa memiliki tanggungjawab tinggi atas pembelajaran
mereka sendiri (Shlomo Sharan, 2009: 473).
Hal yang menarik dari strategi ini adalah harapan selain memiliki dampak
pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar juga mempunyai dampak
pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap siswa yang dianggap lemah,
15

harga diri, norma akademik, pengbargaan terhadap waktu, dan suka memberi
pertolongan kepada siswa lain
Strategi pembelajaran belajar bersama ini dapat digunakan manakala:
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual
dalam belajar.
2. Guru menghendaki seluruh siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3. Guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang 1ain
4. Guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.
5. Guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa.
6. Guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan
Mengapa para siswa yang bekerja di dalam kelompok belajar bersama bisa
belajar lebih banyak daripada mereka yang diatur dalam kelas-kelas tradisional?
Penelitian yang menyelidiki mengenai pertanyaan ini telah mengungkapkan
variasi yang sangat banyak model-model teoritis yang dapat menjelaskan
keunggulan pembelajaran belajar bersama (Slavin, 2010:34). Teori-teori tersebut
terbagi menjadi dua kategori utama, motivasi dan kognitif.

16

Perspektif motivasi pada pembelajaran belajar bersama terutama
memfokuskan pada, penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja.
Dari perspektif motivasional, struktur tujuan belajar bersama menciptakan
sebuah situasi dimana satu-satunya anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi
mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu untuk meraih
tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya
untuk melakukan apa pun membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin
yang lebih penting mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan
usaha.
Di dalam kelas yang belajar bersama murid yang berusaha keras selalu hadir
di kelas dan membantu yang belajar akan dipuji dan didukung oleh teman satu
timnya, ini bertolak belakang dengan situasi di dalam kelas tradisional.
Semuanya menemukan bahwa siswa di kelas-kelas pembelajaran belajar bersama
merasa bahwa teman sekelas mereka ingin agar mereka belajar. Dalam
kelompok-kelompok belajar bersama, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas
yang bisa membuat para siswa lebih unggul diantara teman-teman sebayanya
(Slavin, 2010:35).
Kritik terhadap pengaturan kelas tradisional yang diberikan oleh para
pencetus teori motivasional adalah bahwa penilaian yang kompetitif dan sistem
penghargaan informal di kelas menciptakan norma-norma diantara mereka yang
berlawanan dengan usahaakademis ( Slavin, 2010:35).
17

Jelasnya, tujuan belajar bersama menciptakaan norma-norma yang pro-
akademik diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki
pengaruh yang amat penting pencapaian keberhasilan siswa.
Sementara teori motivasi dalam pembelajaran belajar bersama menekankan
pada derajat perubahan tujuan belajar bersama mengubah insentif bagi siswa
untuk melakukan tugas-tugas akademik teori kognitif menekankan pada
pengaruh dari kerjasama itu sendiri kelompok tersebut mencoba meraih tujuan
kelompok atau tidak). Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam
diskusi mereka mengenai materi, konflik kognitif akan timbul, alasan yang
kurang pas juga akan keluar pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan
muncul.
1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Belajar Bersama
Menurut Sanjaya (2009:244), suatu pembelajaran dikatakan pembelajaran
belajar bersama bila mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependen )
Dalam proses pembelajaran guru menciptakan suasana belajar yang
membuat siswa merasa saling membutuhkan dan kebergantungan antara
sesama, dalam hal pencapaian tujuan pembelajaran; proses pembelajaran
kelas; menyelesaikan pekerjaan belajar, sumber atau bahan belajar;
berperan dalam proses pembelajaran.
b. Interaksi Bersemuka (Face To Face Interaction)
Dalam belajar kelompok, siswa dapat berinteraksi tatap muka,
sehingga dapat melakukan dialoh dengan sesama maupun dengan guru.
Dengan interaksi ini, siswa akan dapat produktif, kreatif, dan inovatif
dalam proses pembelajaran
18

c. Tanggungjawab Individu ( Individual Accountability)
Setiap ahli kumpulan bertanggung jawab untuk belajar. Kumpulan
belajar bersama bukan hanya digunakan untuk mencapai tupan kumpulan,
melainkan ia juga bertujuan untuk memastikan bahwa setiap ahli
kumpulan akan menjadi individu yang mempunyai keahlian tertentu.
Setelah menyiapkan tugas kelompok secara belajar bersama, setiap ahli
harus menyiapkan tugas yang sama secara individu. Caranya adalah : (a)
Memberi ujian individu kepada semua siswa, (b) Memilih secara acak
salah seorang ahli untuk menerangkan jawaban kelompok, (c) Memilih
secara acak satu salinan laporan dari para ahli kelompok untuk digredkan.
d. Partisipasi dan Komunikasi ( Participation Communication)
Dalam prinsip ini, pembelajaran belajar bersama melatih siswa untuk
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting sebagai bekal mereka, dalam kehidupan di masyarakat kelak.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Belajar Bersama
Pembelajaran belajar bersama berbeda dengan strategi pembelajaran yang
lain. Dengan demikian, karakteristik pembelajaran belajar bersama meliputi
hal-hal berikut : a. Pembelajaran secara, tim, b. Didasarkan pada manajemen
belajar bersama (perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan kontrol), c.
Kemauan untuk bekerjasama, d. Keterampilan untuk bekerjasama.

3. Persiapan Guru dalam Pembelajaran Belajar Bersama
a. Kegiatan memotivasi siswa, dan menjelaskan kiat dan aturan main
b. Lembar kegiatan siswa, yang berupa, tugas untuk kelompok
c. Lembar untuk individu
19

d. Lembar observasi perolehan skor individu dan kelompok
e. Pembentukan kelompok
f. Guru siap berperan sebagai motivator dan fasilitator

4. Tahapan Pembelajaran Belajar Bersama
Tahapan pembelajaran belajar bersama terdiri etas:
a. Penjelasan materi
Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran. Tujuan utamanya adalah pemahaman siswa terhadap materi
pokok pelajaran.
b. Belajar dalam kelompok
Pengelompokkan bersifat heterogen. Dalam hal kemampuan akademis,
kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan
akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu lainnya
berkemampuan kurang.
c. Penilaian
Penilaian dapat dilakukan dengan tes atau kuis, baik secara individual
maupun kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua.
20

d. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah. Pengakuan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain.

5. Keunggulan Strategi Pembelajaran Belajar Bersama
Sanjaya (2008:249), mengemukakan keunggulan-keunggulan strategi
belajar bersama, yakni:
a. Siswa tidak terlalu tergantung pada, guru,
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide secara verbal
dan membandingkannnya dengan ide-ide orang lain,
c. Dapat membuat siswa respek pada orang lain,
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggungjawab dalam belajar,
e. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik,
f. Interaksi selama belajar bersama berlangsung meningkatkan motivasi
dan rangsangan untuk berfikir.







21

6. Keterbatasan SPK
Di samping keunggulan, SPK juga memiliki keterbatasn, diantaranya:
a. Untuk memahami dan mengerti filosofi SPK memang butuh waktu.
Sangat tidak rasional kita mengharapkan secara otomatis.
b. Jika peer teaching tidak efektif maka apa yang seharusnya dipelajari
tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun
demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi
yang dihrapakan adalah restasi setiap individu.

B. E- Learning Sebagai Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
`tengah', `perantara' atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Arsyad
(2002: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran
22

cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Sanjaya (2008:163), media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Namun demikian, media bukan
hanya berupa alat atau bahan, akan tetapi hal-hal lain yang siswa dapat
memperoleh pengetahuan, misalnya perangkat keras, (hardware) dan
perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat
mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi. Sedangkan
software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang
terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita
yang terkandung dalam film, materi yang disuguhkan dalam bentuk grafik,
diagram, dan sebagainya.
Hal - yang - senada dikemukakan oleh Supriatna
(www.tkplb.orgdocumentsetraining-media), bahwa media adalah sebuah alat
yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Istilah media dapat diartikan
segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampai informasi dari
pengirim pesan kepada penerima, pesan
Batasan lain tentang media, dikemukakan oleh Para ahli AECT
(Association of Education Communicatin Tecnology, 1977) memberi batasan
sebagai segala untuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
23

atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media
yang sering diganti dengan kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.
Seringkah kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh
Hamalik (1996), dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan
berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu
yang disebut media komunikasi (Arsyad, 2002:4).
Secara implisit, dan Briggs 1975 (Arsyad, 2002:4), mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar,
televisi, dan komputer. Dengan kata media adalah komponen sumber belajar
atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Berdasarkan beberapa batasan tentang media, berikut adalah ciri-ciri
umum media.
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat
dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
24

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak ). Yaitu kandungan pesan yang terdapat
dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan
kepada, siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide,
video, OHP), atau perorangan (misalnya modul, computer, radio
tape/kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Dapat disimpulkan, bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.


25

2. Ciri-ciri Media Pendidikan
Arsyad (2002), mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media di gunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan
oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien
melakukannya.
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media
seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film.
Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian
atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransformasikan tanpa
mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian
atau objek yang telah direkam atau di simpan dengan format media yang
ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang terjadi hanya sekali dapat
diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran.
b. Ciri Manifulatiff (Manipulatifive Proferty)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan pada siswa
dalam waktu beberapa menit dengan teknik pengambilan gambar time-
lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong
26

kemudian menjadi kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi
tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu peristiwa dapat pula
diperlambat. Manipulasi peristiwa atau objek dengan jalan mengedit hasil
reksman ini dapat menghemat waktu.
c. Ciri Distributif (Distributive Proferty)
Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau
beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu,
tetapi media itu dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang dimgmkan
kapan saja, misalnya rekaman video, audio, disket komputer.

3. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Dalam pembelajaran, dua unsur yang sangat penting adalah metode dan
media pembelajaran. Kedua aspek im saling berkaitan. Pemilihan metode
tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun
masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk
karakteristik siswa.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi,
27

dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Levie 1982 (Arsyad 2002:16), mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
a) Fungsi atensi,
b) Fungsi afektif,
c) Fungsi kognitif, dan
d) Fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk konsentrasi kepada isi pelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Khususnya gambar yang
diproyeksikan melaui overhead projector dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dan tingkat kemkmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar
atau lambang dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran mengakomodasikan siawa
yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks.


28

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh para ahli.
Berikut adalah pendapat Kemp & Dayton 1985:3-4 (Arsyad, 2008), tentang
manfaat media pembelajaran
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
f. Pembelajaran dapat diberi kapan dan di mana diperlukan.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari.
h. Peran guru dapat berubah arah yang lebih positif.

Menurut Sanjaya, (2008:171) fungsi dan manfaat penggunaan media
pembelajaran meliputi :
1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting dapat diabadikan dengan foto, film, atau
direkam melalui video atau audio, kemudian dapat disimpan dan
dapat digunakan manakala diperlukan.
2. Memanipulasi keadaan siswa, atau objek tertentu
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Dari ketiga fungsi tersebut, maka media pembelajaran memiliki nilai
praktis sebagai berikut Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki siswa. Kedua, media dapat mengatasi batas ruang
kelas. Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung
29

antara peserta dengan lingkungan. Eempat, media dapat menghasilkan
keseragamam pengamatan. Kelima, media dapat memenanamkan konsep
dasar yang benar, nyata, dan tepat Keenam media dapat membangkitkan
motivasi dan merangsang peserta untuk belajar lebih baik. Ketujuh, media
dapat membangkitkan keinginan, dan minat baru. Kedelapan, media dapat
mengontrol kecepatan belajarsiswa. Kesembilan, media dapat memberikan
pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang kongkret sampai yang
abstrak.
4. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan tergantung dari sudut mana
melihatnya.
a. Dilihat dari sifatnya, media terdiri dari :
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar, seperti radio
dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti film slide,
foto, transparansi, lukisan gambar dan berbagai bentuk bahan cetak
lainnya.
3) Media audiovisual, yaitu media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman
video, film, slide suara
30

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media terdiri dari:
1) Media yang memiliki daya liput yang lugs dan serentak seperti radio
dan televisi.
2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas, seperti film slide, film,
video.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media terdiri dari :
1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, transparansi.
2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio.

5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media
Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan agar media
pembelajaran benar-benar di lakukan untuk membelajarkan siswa,
diantaranya:
a. Media yang akan di gunakan oleh guru ham sesuai dan diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak digunakan sebagai alat
hiburan.
b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Media pembelajaran digunaan sesuai dengan minat, kebutuhan, dan
kondisi siswa.
31

d. Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan
efisien.
e. Media yang akan dilakukan harus sesuai dengan kemampuan guru
dalam mengoperasikannya.

6. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran
Menurut Wahono (http://industry.ft.undip.ac.idl?=549), terdapat
sejumlah aspek dan criteria penilaian media pembelajaran yaitu:
a. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
1) Efektif dan efisien dalam pengembangan penggunaan media
pembelajaran.
2) Handal (reliabel)
3) Dapat dipelihara dengan mudah (maintainable)
4) Mudah digunakan dan sederhana penggunaannya, (usabilitas)
5) Tepat dalam aplikasi/software untuk pengembangan
6) Dapat diinstalasi di berbagai hardware dan software yang ada
(kompatibilitas)
7) Jelas, singkat, lengkap
8) Dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media
pembelajaran lain (reusable)
b. Aspek Desain Pembelajaran
1) Kejelasan tujuan pembelajaran
2) Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
3) Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
4) Ketepatan penggunan strategi pembelajaran
5) Interaktivitas
32

6) Pemberian motivasi belajar
7) Kontekstualitas dan
8) Kelengkapan dan kualitas, bahan bantuan belajar
9) Kesesuaian materi dengan bahan pembelajaran
10) Kedalaman materi
11) Kemudahan untuk dipahami
12) Sistematis, alur jelas
13) Konsistensi evaluasi dengan tujuan
14) Ketepatan alat oval
15) Pemberian umpan balik terhadap hasil belajar

c. Aspek Komunikasi Visual
1) Komunikatf
2) Kreatif dalam ide berikut penuangannya
3) Sederhana dan
4) Audio (narasi, sound effect, music )
5) Visual ( layout design warna )
6) Media bergerak (animasi, movie )
7) Layout interaktif

7. Pentingnya Media Pembelajaran
Media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar
mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran pada khususnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan
hasil teknologi dalam proses pembelajaran.
33

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman
belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang
kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Kerucut
pengalaman Edgar Dale ini pada saat ini dianut secara luas untuk menentukan
alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman
belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin kongkret siswa mempelajari bahan
pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa.
Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin
sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Pengalaman langsung
merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami
secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari.
Namun demikian, tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara
langsung.
Dari gambaran kerucut pengalaman itu, siswa akan lebih konkret
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui benda-benda
tiruan, pengalaman melalui demonstrasi wisata dan melalui pameran. Hal ini
34

memungkinkan siswa dapat secara langsung berhubungan dengan objek yang
dipelajari sedangkan siswa akan lebih abstrak memperoleh pengetahuan
melalui benda, atau alat perantara seperti televisi, radio, gambar hidup/film
tape recorder, 1ambang visual, lambang verbal.
Abstrak
(Wina Sanjaya, 2008:166)

Berikut ini adalah penjelasan dari kerucut pengalaman tersebut.
a. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa
sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan
sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan.
ver
bal Lamba
ng
Visual
Radio,
Tape
Film,
Televisi
Pameran
Karyawisata
Demonstrasi
Drama
Benda Tiruan
Pengalaman Langsung
Konkret
Abstrak
35

Melalui pengalaman langsung ini ada kecendenmgan hasil yang
diperoleh siswa menjadi kongkret sehingga akan memiliki ketepatan
yang tinggi.
b. Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda,
atau kejadian yang dimaniulasi agar mendekati keadaan yang
sebenarnya. Mempelajari benda atau objek tiruan sangat besar
manfaatnya, terutama untuk menghindari verbalisme.
c. Pengalaman melalui drama, yaitu pengalaman yang diperoleh dari
kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan
menggunkan skenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh
pengalaman yang lebih jelas dan kongkret.
d. Pengalaman melalui demontrasi adalah teknik penyampaian
informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara
langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun bukan dalam
situasi nyata, maka pengalaman melalui demonstrasi siswa hanya,
melihat peragaan orang lain.
e. Pengalaman wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui
kunjungan wisata ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui
wisata, siswa dapat langsung mengamati, mencatat, dan bertanya,
tentang hal-hal yang dikunjungi.
36

f. Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk
menunjukkan hasil karya. Melalui pameran siswa, dapat mengamati
hal-hal yang ingin dipelajari seperti karya seni dan hasil teknologi
dengan berbagai cara kerjanya. Pameran lebih abstrak dibandingkan
dengan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya terbatas pada
kegiatan mengamati wujud benda itu sendiri.
g. Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung,
sebab televisi merupakan perantara.
h. Pengalaman melalui gambar hidup dan film. Gambar hidup atau film
merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar
dengan kecepatan tertentu. Dengan mengamati film siswa dapat
belajar sendiri, walaupun bahan belajarnya terbatas.
i. Pengalaman melalui radio, tape recorder, dan gambar, sifatnya lebih
abstrak dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya
mengandalkan salah satu indra saja.
j. Pengalaman melalui lambang visual seperti grafik, gambar, dan
bagan.
k. Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang
sifatnya lebih abstak sebab siswa memperoleh pengalaman hanya
melalui bahasa baik lisan ataupun tulisan. Kemungkinan terjadinya
37

verbalisme sebagai akibat dari pengalaman melalui lambang verbal
sangat besar. Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan bahasa verbal
harus disertai dengan penggunaan media lain (Sanjaya, 2008: 168).
Dan kerucut pengalaman tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak
langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari maka semakin konkret
pengetahuan diperoleh.
Memerhatikan kerangka pengetahuan tersebut, maka kedudukan
komponen media pengajaran dalam proses belaiar mengajar mempunyai
fungsi yang sangat pentingnya sebab tidak semua pengalaman belajar dapat
diperoleh secara langsung.
Dalam sumber lain, Dale 1969 (Arsyad, 2002:10), memperkirakan
bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%,
melalui indra dengar sekitar 13%, melalui indra lainnya sekitar 12%.

8. Konsep E-Learning
Selama ini kita telah mengenal bahkan menggunakan beberapa bentuk
teknologi pendidikan untuk membantu kegiatan pembelajaran. Beberapa alat
bantu tersebut misalnya OHP, LCD, projector, penggunaan komputer, dan
penggunaan peralatan laboratorium. Munculnya alat bantu dalam berbagai
38

bentuk teknologi pendidikan membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan,
terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Menyelusuri proses perkembangannya, e-learning, seperti diuraikan
dalam sebuah situs Wikipedia Indonesia (2008), teknologi ini pertama kali
diperkenalkan oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan
menggunakan sistem intruksi berbasis komputer dan komputer bernama
PLATO (Aunurrahman, 2008 :177).
Onno W. Purbo 2002 (Hasbullah, 2008) menjelaskan bahwa istilah "e"
atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah
untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran, lewat teknologi elektronik internet. Internet, Intranet, satelit, tape
audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media
elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan secara
'asynchronously' (pada waktu yang sama) ataupun 'asynchronously' (pada
waktu yang berbeda).
Secara spesifik dapat diuraikan beberapa ciri pembelajaran e-learning,
menurut Cesco 2001 (Aunurrahman,2008:179), yaitu:
a. E-learning merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memberi
penekanan pada penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara online.
b. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar tradisional (mode belajar klasikal, kajian terhadap buku teks, CD-
ROM, dan pelajaran berbasis komputer) sehingga dapat menjawab
39

tantangan perkembangan global.
c. E-learning tidak berarti menggantikan sistem belajar klasikal yang
dipraktikkan, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui
pengayaan informasi tentang substansi dan mengembangkan teknologi
pendidikan.
d. Kapasitas pembelajar sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada bentuk
konten serta alat penyampaian informasi atau pesan-pesan pembelajaran
dan gaya belajar. Bilamana konten dikemas dengan baik dan didukung
dengan alat penyampaian informasi dan gaya belajar secara serasi, maka
kapasitas belajar ini akan lebih baik yang pada gilirannya akan
memberikan hasil yang baik.

Kemajuan teknologi nformasi banyak membawa dampak positif bagi
kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknologi komputer dan
internet, memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk
menunjang proses pembelajaran. Proses pembelajaran tradisional-
konvensional yang terjadi dalam ruangan kelas, pada era globalosasi saat ini
pelan namun pasti mulai akan kehilangan bentuk.
Terdapat beberapa candangan yang mengarah kepada definisi E-Learning
diantaranya:
1. E- Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of
Amerika Secutities).
2. E-Learning menggunakn kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat
terjadi dalam teknologi internet tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan
kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit
40

Tronsen).
3. E- Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
mengirim, memilih, mengorganiser pembelajaran (Elliot Masie).
4. E- Learning adalah pembelajaaran yang dapat terjadi di Internet (Cisco
Sistem).
5. E- Learning adalahberoperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi,
individu, konprehensif (Greg Priest).
6. E- Learning adalah pengirim sesuatu melalui media elektronik termasuk
internet, Intranet, audio/video, tape, televise, dan cd-rom (Cornelia
Weagen).
7. E- Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk
membuat, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Peper
affray)
8. E- Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk
pembelajarandimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa E-Learning
adalah upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar)
melalui komputer, radio, internet, audio, video, tape, televisi, cd-rom yang
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Saud, 2008:185).

41

Khusus penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin
meluas terutama di negara- negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan
bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses
belajar mengajar yang lebih efektif (Saud, 2008:188). Hal ini terjadi karena
dengan sifat dan internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan
sebagai mata pembelajaran sebagaimana media lain yang telah digunakan
sebelumnya; radio, televisi, cd-rom interaktif dan lain-lain.
Sebagai suatu perwujudan dari e-learning, e-dukasi.net juga
dikembangkan dengan web (www) yang memiliki fasilitas atau menyediakan
berbagai yang dapat dimanfaatkan oleh user. Misalnya melalui fasilitas fitur
bahan belajar (learning resources) ini, peserta didik dapat memanfaatkan
sumber belajar dari pare pengguna e-dukasi.net. Fitur ini disediakan bagi
peserta didik yang ingin berbagi bahan belajar yang relevan dengan semangat
fortal e-dukasi. net sebagai fortal penyaji bahan belajar.
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen
yang sifatnya pilihan/opsiona1, pelengkap (komplemen), atau pengganti
(substitusi) Siahaan, 2002 (Hasbullah, 2008).
Tahapan perancangan WBI meliputi penentuan karakteristik peserta
didik, deskripsi hasil belajar yang diharapkan, identifikasi materi dan strategi
evaluasi, perencanaan struktur dasar program, implementasi perancangan dan
42

uji coba, merevisi dan memvalidasi, meng-install serta monitoring dan review
James, 1997 (Hasbullah, 2008).

C. Apresiasi Sastra Puisi
1. Apresiasi
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
"mengindahkan" atau "menghargai". Dalam konteks yang lebih luas, istilah
apresiasi menurut Gove mengandung makna. (1) pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan batin dan (2) mahamani dan pengakuan terhadap
nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Taba berkesimpulan
bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melihat tiga unsur inti, yaitu (1) aspek
kognitif, (2) aspek emotif dan (3) aspek evaluatif (Aminuddin, 2009:34).
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam
upaya memahami unsur-ungur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur
kesatraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan
unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra. atau
unsur intrinsik, juga berkaitan dengan unsur-unsur luar teks satra yang secara
langsung menunjang kehadiran teks sastra itu sendiri.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca
dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
43

dibaca. Unsur emosi juga sangat berperan dalam upaya memahami unsur-
unsur yang bersifat subyektif. Unsur subyektif itu dapat berupa bahasa,
paparan yang mengandung makna konotatif-interpretatif Misalnya, untuk
memahami baris puisi Goenawan Moehammad, Tahun pun turun membuka
sayapnya/ ke luas jauh benua-benua, seseorang pada dasarnya tidak cukup
mampu memahami aspek tulisan maupun bahasa, yang digunakan, tetapi juga
harus memiliki kepekaan emosi dalam menafsirkan makna, subjektif yang
ingin diungkapkan penyairnya.
Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian
terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta, sejumlah
ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi
secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya satra sebagai hasil
pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang
didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra itu (Zaidan, dkk., 2004:35).
Menurut Effendi (2002:2), pengertian apresiasi mirip dengan pengertian
apresiasi terhadap perilaku anak kecil. Cipta sastra, sajak cerita, atau drama
adalah perwujudan pengalaman-pengalaman sastrawan atau pujangga yang
diungkapkan dengan jujur, terus terang, sungguh-sungguh, dan penuh
imajinasi (daya, bayang) dengan bahasa yang khas pula.
44

Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, Effendi
mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya
sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pWm kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap karya sastra.
Bekal awal yang harus dimiliki seorang apresiator adalah (1) kepekaan
emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati
unsure-unsur keindahan yang terdapat dalam cipta sastra, (2) pemilikan
pengetahuan dan pengalaman yang behubungan dengan masalah kehidupan
dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan im secara, intensif-
kontemplatif maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan
humanitas, misalnya buku filsafat dan psikologi. (3) pemahaman terhadap
aspek kebahasaan, dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta
sastra yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra (Aminuddin,
2009:38).
Upaya pemahaman unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat
dilepaskan dari masalah membaca. Oleh sebab itu sebelum melaksanakan
kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami unsur-unsur intrinsik
dalam teks sastra, masalah membaca harus dipahami oleh para calon
apresiator (Aminuddin,2009 :15 ).

45

Istilah membaca dapat mencakup pengertian yang lugs sekali. Hal ini
terjadi karena membaca dapat dibedakan dalam ragam sesuai dengan (1)
tujuan, (2) proses kegiatan, (3) objek bacaan, dan (4) media yang digunakan.
Membaca teknik dan membaca estetik sebagai bentuk kegiatan yang
berkaitan dengan kegiatan menikmati karya sastra. Ada tiga unsur utama
yang harus diperhatikan sewaktu melakukan kegiatan membaca teks sastra
secara lisan, baik berupa puisi maupun cerpen. Ketiga unsur tersebut meliputi
(1) pemahaman, (2) penghayatan, (3) pemaparan.
Pemahaman berkaitan dengan kemampuan memahami makna dalam
bacaan sastra, memahami suasana penuhmm dalam teks sastra yang dibaca,
sikap pengarang. Kemampuan seseorang dalam memahami (1) makna, (2)
suasana penuturan (3) sikap pengarang dan (4) intensi pengarang, lebih lanjut
juga menentukan bentuk penghayatannya.
Kemampuan menghayati juga berkaitan dengan aspek (1) makna, (2)
suasana penuturan, (3) sikap penutur, dan (4) intensi pengarang. Bentuk
latihan yang dapat menunjang tumbulhnya kemampuan menghayati keempat
aspek tersebut antara lain (1) latihan berkonsentrasi, (2) pelafan untaian
paparan bahasa, dan (3) usaha mengidentifikasi diri sebagai penutur pertama.
Gejala kongkret dan kemampuan pembaca dalam memahami dan
menghayati isi bacaan sastra yang dibacakannya, tampak dalam pemaparan
ataupun penampilannya.
46

Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah (1) pelafalan, (2) ekspresi,
(3) kelenturan, (4) daya konversasi. Kemampuan melafalkan bunyi ujaran
secara tepat, kuat, dan jelas merupakan kunci keberhasilan dalam
membacakan teks sastra secara lisan. Latihan ekspresi dapat dilakukan
dengan semacam senam wajah dan kelenturan tubuh. Penguasaan vocal dan
daya ekspresi, lebih lanjut dapat menunjang kelenturan pembacaan sesuai
dengan keragaman semantik dan teks sastra yang dibacakannya.

2. Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
`membuat' atau poeisis `pembuatan', dan dalam bahasa Inggris disebut poem
atau poetry. Puisi diartikan membuat' dan pembuatan. Karena lewat puisi
pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang mungkin
berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
(Aminuddin, 2009:134).
Dengan mengutif pendapat Mc Caulay, Aminuddin mengungkapkan
bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata
sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti
halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan
gagasan pelukisnya.
47

Puisi adalah sebagai karya yang fungsi estetikanya atau fungsi
keseniannya dominan. Aspek estetik ini bermacam-macam (http. //pustaka. ut.
ac. id./website/index.php?option =cow).
Di SMA, puisi biasa didefinisikan sebagai karangan yang terikat. Terikat
oleh (1) banyak baris tiap bait, (2) banyak kata dalam tiap baris, (3) banyak
suku kata dalam tiap baris, (4) rima, dan (5) irama (Pradopo, 2009:5). Dari
contoh pengertian puisi tersebut, sudah tidak cocok lagi dengan wujud puisi
zaman sekarang.
Poetry (from the Latin poeta, a poet) is a form of literary art in which
language is used for its aesthetic and evocative qualities in addition to, or in
lieu of, its apparent meaning. Puisi (dari bahasa Latin poet,; penyair) adalah
bentuk sastra seni di mana bahasa digunakan untuk perusahaan estetika
menggugah kualitas dan bagai tambahan, atau sebagai pengganti, yang
tampak jelas artinya Poe may be written independently, as discrete poems, or
may occur in conjunc,'on with other arts, as in poetic drama, hymns, lyrics, or
prose poetry . Puisi dapat ditulis secara independen, seperti puisi diskrit, atau
mungkin terjadi dalam hubungannya dengan seni lain, seperti dalam drama
puitis, himne, lirik, atau prosa puisi (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Menurut Altebernd (Pradopo, 2009), puisi adalah pendramaan
pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama
(bermetrum) (as the interpretive dramatization of expreince in metrical
48

language).
Puisi 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima dan tatas puitika
yang lain; 2 gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara
cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna
khusus; 3 sajak (Zaidan, dkk, 2004:159-160).
Dari hasil kajiannya terhadap definisi-definisi puisi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, Waluyo (Siswanto, 2008:108), mengemukakan, puisi
adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur
batinnya.
Menurut Mark Flnagan Poetry is an imaginative awareness of experience
expressed through meaning, sound; and rhythmic language choices so as to
evoke n emotional response. Puisi adalah kesadaran imajinatif pengalaman
diekspresikan memelalui makna, suara, dan pilihan bahasa berirama sehingga
membangkitkan tanggapan emosional. (http.www.google.co.id/#
/=id&biw=1366&bih=584&q=definition+of+po etrv&revid=7).
Poetry is the crea, ity of a person's imagination. Puisi adalah kreativitas
imajinasi seseo g. Like any other literary work, it needs to be understood to be
appreciat Seperti karya, sastra lain, perlu dipahami untuk dihargai. The writer
writes fora reason. Penulis menulis untuk suatu alasan. His purpose may be to
49

evo , emotion, inform, define, represent something of the world or life, enterta
n... Tujuannya mungkin untuk membangkan emosi, menginformasikan,
mendefiinisikan, merupakan sesuatu dari dunia atau hidup, menghibur ... ever
the case, a poem is unique to its writer. Apapun masalahnya, puisi ialah unik
untuk penulisnya. And each poem can be analyzed to be appreciated. Dan
setiap puisi dapat dianalisis untuk dihargai. http.//ezinerticless. com
%3FAppreciation of Poetry%26id%3D873623&prev =/search%3Fq%.
Sudah banyak definisi puisi diberikan. Akan tetapi, banyak orang tidak
puns dengau definisi tersbut. Dengan sulitnya mendefinisikan puisi yang bisa,
mendekati hakikat puisi maka berikut ini dibahas tentang ciri-ciri puisi.
a. Bentuk Komunikasi Puisi
Isi puisi bukan semata-mata sebuah cerita, tetapi lebih merupakan
ungkapan perasaan. Secara skematik, diadaptasi dari Luxemburg dkk-
(Siswanto,2008) situasi komunikasi dalam puisi sebagai berikut.
Bagan 2.2 Komunikasi, Penyair dan Pembaca melalui Puisi
Penyair aku pendengar pembaca
Lirik pembaca
engkau"
Anda

50

Dari skema di atas tampak bahwa yang menggubah karya sastra
adalah penyair. Penyair bertanggung jawab terhadap semua yang ada
dalam karya sastranya, baik bentuk maupun isinya. Akan tetapi, di
dalam karya sastra itu sendiri, penting tidak ikut berbicara, yang
berbicara adalah seseorang yang disebut ku atau subjek lirik. Aku lirik
atau subjek lirik adalah pencerita didalam puisi. Meskipun yang
mengarang puisi Sapardi Djoko Damono, yang bercerita dalam
puisinya Sukrosono, seperti pada kutipan puisi Sapardi Djoko
Damono berikut
PESAN
Tolong sampaikan pada abangku, Raden Sumantri, bahwa
memang kebetulan jantungku tertembus anak panah.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak
disengaja sama sekali tidak ada pembatasannya
Kalau kamu bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa
aku tidak menaruh dendam padanya, dan nantinya
apabila perang itu tiba, aku hanya akan ....
Dari puisi "Pesan" di atas dapat diketahui bahwa aku liriknya adalah
adik Raden Sumantri yang jantungaya terkena panah.

51

b. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi
1) Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait
dalam puisi. Pada puisi konversional, kata-katanya diatur dalam deret
yang disebut larik atau baris. Setiap larik tidak selalu mencerminkan
satu pernyataan. Mungkin saja satu pernyataan ditulis dalam satu atau
dua larik, bahkan bisa lebih. Larik dalam pusi tidak selalu dimulai
dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik (.). Kumpulan pernyataan
dalam puisi tidak member paragraph, melainkan berbentuk bait.
Setiap bait mengandung satu pokok pikiran.
Pengaturan dalam bait-bait ini sudah berkurang atau sama sekali
tidak ada pada puisi kontemporer. Bahkan, puisi kontemporer
tipografinya bisa membentuk suatu gambar. Orang menyebutnya
sebagai puisi konkret.
Ciri lain puisi adalah bahwa halamannya tidak dipenuhi dengan
katakata seperti halnya prosa. Perwajahan puisi juga bisa
mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya. Tipografi puisi
"Hyang?" karya Sutardji Calzoum Bachari yang berlubang-lubang,
terputus, dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan,
kegelisahan, dan ketidakmenentuan pikiran penyairnya dalam mencari
Hyang (Tuhan).
52

HYANG?
(Karya Sutardji Calzoum Bachari )
yang
mana
ke
atau
dari
mana

meski
pun
lalu se
bab
antara
Kau
dan
aku

53

2) Diksi
Diksi adalah kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Kata-kata dalam puisi harus dipilih secermat mungkin
karena berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata yang kaya akan makna simbolik, bermakna konotatif,
asosiatif, dan sugestif.
3) Imaji
Imaji adalah kata atau kelompok kata dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditit), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (taktif). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti yang thalami oleh penyair. Imaji berhubungan erat
dengan kata kongkrit. Imaji suara misalnya tampak pada puisi
"Rakyat" karya. Hartojo Andangdjaja.





54

RAKYAT

Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara band di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura.
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat adalah suara beraneka.
Imaji penglihatan (visual), misalnya tampak pada. puisi Sapardi
Djoko Damono berikut
TERBARING
kalau aku terbaring sakit seperti ini
suka kubayangkan ada selembar daun tua
kena angin dan lepas dari tangkainya
melayang ke sana kemari tanpa tenaga
kalau aku terbang seperti ini
55

suka kubayangkan kalian nun di Bukit sana
berebut menangkap daun yang melayang-layang itu
dan penuh rindu menc iumnya berulang kali

4) Kata Konkret
Kata konkret berhubungan dengan imaji. Kata konkret adalah kata-
kata yang dapat di ungkap dengan indra. Dengan kata konkret akan
memungkinkan imaji muncul. Perhatikan puisi karya Wahyudi S.
IKAN
aku lihat ikan di akuarium
tidak pernah tidur
lalu bagaimana ia menghitung hari dan kematian
barangkali memang tidak perlu dirisaukamya
karena ia selalu berzikir dengan mata dan siripnya
Pada puisi tersebut, kata konkret dutunjukkan oleh kata ikan,
akuarium, mata, sirip. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau
lambang.

56

5) Bahasa Figuratif (Majas)
Majas ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebab an puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif dipandang
lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair karena.
(1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2)
bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan
dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi
lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah
intensitas perasaan penyair untuk puismya dan menyampaikan sikap
penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan
makna yang disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang
banyak dan luas dengan bahasa yang smgkat (Siswanto, 2008:120).
Perhatikan puisi Sapardi Djoko Damono berikut
DI DEPAN PINTU
Di depan pintu: bayang-bayang bulan
Terdiam di rumput. Cahaya yang tiba-tiba pasang
Mengajaknya pergi
Menghitung jarak dengan sunyi
57

Puisi itu indah karena menggunakan gaya bahasa. Sapardi
menganggap bayang-bayang dan cahaya sebagai manusia. Herfanda
(2010:9), menganggap rumputan sebagai simbol kerendahatian,
kebersahajaan kefanaan dan ketakberartian di hadapan Sang
Pencipta. Seperti yang dikemukakan dalam bukunya bahwa "Thatch
grass is concurrently a sy mbol of submissiveness, humbleness,
transience in the Creator's view". Gejala semacam ini disebut
asosiasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata asosiasi
diartikan sebagai pertautan di ingatan pada orang atau barang lain.
Bisa juga dimaknai sebagai pembentukan hubungan atau pertalian
antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra. Tidak hanya
asosiasi, majas yang lain adalah sinestesia, simile, metafora,
personifikasi, hiperbola, litotes, iron, metonimi, sinekdoke,
eufimisme, repetisi, anaphora, pleonasms, antithes is, alusio, klimaks,
dan antiklimaks.

6) Verifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
a) Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah,
maupun akhir baris. Rima mencakup (1) onomatope, (2) bentuk
intern pola bunyi, dan (3) pengulangan kata atau ungkapan.
58

Onomatope ialah tiruan terhadap bunyi. Marjorie Boulton
menjelaskan bahwa bunyi vocal panjang lebih khidmat dan lebih
mendamaikan hati. Konsonan /b/ dan /p/ adalah konsonan
eksplosif yang mampu memberikan kesan remeh atau cemooh.
Konsonan /m/, /n/, dan /ng/ memberikan efek adanya dengungan
(echo), nyanyian, musik, dan kadang-kadang bersifat sinis.
Konsonan /I/ memberikan segesti pada gerakan yang mengalir
pelan-pelan, melambai-lambai, menggairahkan, damai, dan
kadang-kadang juga bersifat mewah. Konsonan /k/, /g/, /kh/, dan
/st/ memberikan sugesti akan suasana penuh kekerasan, gerakan
yang tidak seragam, konplik, namun kadang-kadang juga
mengandung kebencian. Konsonan /s/ dan /sy/ menyugesti
timbulnya suasana mengejek, lembut, lancar, kadang-kadang
menimbulkan perasaan yang menyejukkan. Konsonan /z/
berhubungan dengan teks suasana kekerasan. Konsonan /f/ dan /w/
berhubungan dengan keadaan angin , sayap burung, dan gerakan di
udara. Konsonan /d/ dan /t/ mirip seperti /k/ dan /g/, tetapi tanpa
empati dan banyak digunakan untuk melukiskan gerakan yang
pendek. Konsonan /r/ berhubungan dengan gerakan dan suara.
Sedangkan konsonan/d/ berhubungan dengan keras lunaknya suatu
gerakan (Siswanto, 2008:122).
59

Bentuk intern pola bunyi ialah aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
Pengulangan kata atau ungkapan memberikan efek intelektual
dan efek magis yang mumi (Siswanto, 2008:123). Efek magis
tampak menonjol pada. puisi Sutardji Calzoum Bachan.
b) Ritme dan Metrum
Ritme merupakan tmggi rendah, panjang pendek, keras, lemahnya
bunyi. Ritme sangat menonjol jika puisi dibacakan. Dalam
deklamasi, biasanya puisi diberi (') pada suku kata bertekanan keras,
dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah.

c. Struktur Batin Puisi / Unsur-unsur Puisi
Struktur batin puisi terdiri atas empat unsur : (1) tema; makna.
(sense), (2) rasa (feeling),(3) nada ( tone), dan (4) amanat; tujuan; maksud
(intention). Gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau
yang terdapat dalam puisi indah yang disebut tema Meskipun bahasa
Yang digunakan berbeda, tema dalam puisi "Padamu Jua" (Amir
Hamzah) dan "Doe" (Chairil Anwar) sama, yakni kembali ke Tuhan.
Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
60

terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat
dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan
dalam masyarakat, usia, pengalaman, sosiologis, serta pengetahuan. Nada
dalam puisi adalah sikap pen air terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan ada penyair yang dalam menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca,
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saia pada.
pembaca, dengan nada sombong menganggap rendah dan bodoh
pembaca. Sadar atau tidak, ada tujuan mendorong penyair menciptakan
puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi
atau dapat ditemui dalam puisinya. Misalnya puisi "Doe (Chairil Anwar)
terdorong untuk berbakti baik kepada Tuhan maupun kepada manusia.

d. Proses dan Langkah- Langkah Apresiasi Puisi
Proses apresiasi dalam kaitannya dengan pengajaran dapat dibagi
menjadi empa tingkatan, yaitu tingkat menggemari, tingkat menikmati,
tingkat mereaksi, dan tingkat menghasilkan (Waluyo, 2003:45).
Tingkat menggemari ditandai oleh adanya rasa tertarik terhadap
karya sastra serta keinginan membacanya. Pada saat membaca seseorang
memperoleh pengalaman. Ia terlibat secara intelektual emosional dan
61

imajinatif.
Tingkat menikmati seseorang mulai dapat menikmati karya sastra
karena pengertian sudah mulai tumbuh. Kepuasan timbul dari kekaguman
terhadap kemampuan penyair dalam mengonsentrasikan dan
mengintensifkan pengalamannya dalam bentuk kata, dalam wujud bahasa
sebagai medianya.
Tingkat mereaksi ditandai oleh adanya keinginan untuk menyatakan
pendapatnya tentang karya sastra yang telah dinikmati. Pada tingkatan ini
daya intelektual mulai bekerja lebih giat. Seseorang perlu melengkapi
dirinya dengan pengertian-pengertian seperti alat, citraan, bahasa kias,
persajakan, nada, dan pesan. Perwujudan yang paling sederhana dari
tingkatan mereaksi ini adalah bentuk menulis sebuah resensi atau
berdebat dalam satu kegiatan kesastraan.
Tingkatan selanjutaya adalah produktif, yakni bahwa seseorang
sudah mulai menghasilkan karya sastra.
Menurut Sumarjo dan Saini (1994), kegiatan mengapresiasi puisi
dapat berlangsumg melalui tiga langkah.
1) Keterlibatan jiwa yaitu suatu peristiwa ketika pembaca atau
pendengar memikirkan, merasakan, dan membayangkan kembali
apa, yang pernah terpikir, terasa, dan terbayangkan oleh penyair.
Pernyataan keterlibatan jiwa itu, misalnya:
a) Apa yang diperoleh penyair ? (tema)
b) Bagimana pendapat penyair terhadap pokok yang
62

dipikirkannya ? (sikap)
c) Bagaimana perasaan penyair terhadap pokok persoalan ?
(rasa)
d) Bagaimana nada bicara penyair ? (nada)
e) Apa itikad penyair ? (tujuan dan amanat)
2) Kekaguman akan penguasaan penyair mengolah pengalaman
dalam bentuk puisi. Dalam hal ini, pembaca mulai melihat
hubungan antara pikiran, perasaan, dan imajinasi dengan unsur-
unsur bahasa." (metode/puisi), misalnya citraan (imaji), lambang,
irama, bunyi serta lambang-lambang kepuitisan lainnya.
3) Memasalahkan dan menemukan hubungan antara pengalaman
yang ada dalam puisi dengan kehidupan sehari- hari.

Waluyo (2003:45), menyebutkan ada 4 tingkatan apresiasi, yaitu:
1) Tingkat menggemari
Pada tingkat ini, keterlibatan batin belum ada, baru senang
membaca puisi, jika ada acara pembebacaan puisi ia akan
menyediakan waktu untuk menonton.
2) tingkat menikmati
Pada tinggkat menikmati, keterlibatan batin pembaca terhadap
puisi sudah semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu,
bahagia dan sebagainya ketika membaca puisi.
3) tingkat mereaksi
Pada tingkat mereaksi, sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol
karena ia telah mampu menafsuim dengan saksama dan mampu
menilai baik bmuknya sebuah puisi.
4) tingkat produksi
Pada tingkat produksi, apresiator puisi mampu menghasilkan
(menulis), mengkritik, mendeklamasikan, atau membuat resensi
terhadap sebuah puisi secara tertulis. Dengan kata lain ada produk
yang dihasilkan oleh seseorang yang berkaitan dengan puisi.

63

e. Teknik Apresiasi Puisi
Kegiatan apresiasi adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar
dan bertujuan untuk mengenal dan memahami dengan tepat nilai sastra,
untuk menumbuhkan kegairahan kepadanya, dan memperoleh kenikmatan
daripadanya. Apresiasi itu merupakan sejumlah kegiatan yang saling
berhubungan seperti ke atan bermain, perhatian, minat, sikap, kebiasaan,
dan keterampilan. Kegiatan tersebut mempunyai fungsi menimbulkan
pengalaman yang penting kedudukannya dalam proses belajar.
Teknik apresiasi yang digunakan bersifat reseptif, yaitu:
(1) Memandang (menyimak),
(2) Membaca mandiri,
(3) Membaca bersama,
(4) Membaca dalam hati
(5) Membaca nyaring,
(6) Menganalisis unsur,
(7) Menyimak bacaan/rekaman,
(8) Meringkas,
(9) Menceritakan kembali,
(10) Bertukar pengalaman (diskusi), dan mementaskan/mendeklamasikan
64

puisi.
Teknik-teknik pembelajaran apresiasi puisi menurut Rumini
(2007:63), mencakup parafrase analisis unsur, dan keterlibatan emosi.
Berikut ini adalah pembahasan ketiganya:
1) Parafrase
Parafrase dikenal dengan istilah memprosakan puisi atau
menyusun kembali sebuah puisi menjadi teks prosa. Parafrase di
dalam pembelajaran apresiasi puisi berfiungsi sebagai salah satu
upaya menjembatani pentakraban puisi dengan penikmat
Dilakukan parafrase karena tidak semua puisi dapat secara
langsung dinikmati oleh pembacanya.
Kegiatan parafrase dapat dilakukan dengan beberapa tahap
berikut ini.
a) Membubuhkan tanda baca pada bagian-bagian tertentu.
b) Membubuhkan tanda gabung larik atau enjambemen.
c) Membubuhkan kata penghubung atau kata lain yang di dalam
puisi sengaja tidak dibubuhkan pengarang.
d) Mencari arti kata yang belum dipahami.
e) Menyusun kembali dengan bahasa sendiri.
65

Berikut ini contoh parafrase puisi yang berjudul Karangan
Bunga.
Karangan Bunga
Karya: Taufik Ismail

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
datang ke Salemba
sore itu

" Ini dari kami bertiga
pita, hitam pada.karangan bunga
bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi"

Parafrase puisi tersebut dapat dilihat berikut ini.
Tiga ( orang ) anak kecil
Dengan langkah malu-malu
Datang ke Salemba.
(pada) sore itu
66

(mereka Berkata sambil menyerahkan sesuatu) "
Ini dari kami bertiga (,)
Pita hitam pada, (sebuah ) karangan bunga (,)
Bagi kakak (kami) yang ditembak mati (pada)
siang tadi" (.)
Pada puisi di atas kebetulan tidak ada kata, yang sulit dan
tidak ada larik yang perlu dibubuhi tanda gabung larik. Sampai
di situ, mungkin siswa sudah dapat menikmati disbanding
sebelumnya. Siswa sudah dapat diminta melanjutkan ke tahap
berikutnya, yaitu menyusun kembali dengan bahasanya,
sendiri. Dalam penyusunan tidak harus berurutan sesuai
dengan aslinya. Siswa boleh mengubah susunan peristiwa
dalam puisi tersebut.
Salah satu alternatif awabannya mungkin seperti berikut
ini.
Pada sore itu, ada tiga orang anak kecil datang ke Salemba
dengan langkah malu-malu. Mereka meyerahkan karangan
bunga yang berpita hitam. Karangan bunga tersebut mereka
berikan untuk kakak mereka yang meninggal pada siang
harinya.
67

2) Analisis Unsur
Yang dimaksud sinopsis unsur di sini adalah analisis unsur
intrinsik. Unsur-unsur intrinsik atau yang biasa disebut hakikat
puisi meliputi, tema, nada, suasana, dan amanat, diksi,
pengimajian, unsur kongkret, majas, dan wajah (tifografi).
Berikut ini disajikan contoh analisis unsur intrinsik.
Gadis Peminta-minta
Karya: Toto Sudarto

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa.

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi , punya tanda
68

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pinang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup
dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni terlalu murni
Untuk bisa membagi dukakukan.
Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema puisi yang berjudul Gadis Peminta-minta bertema
kemanusiaan. Penyair mengetengahkan martabat manusia
yang sering dianggap sampah clan tidak berharga. Dalam
puisinya, penyair tegas mentatakan bahwa martabat
kemanusiaan gadis pemmta minta sama dengan martabat
manusia lainnya.
b. Perasaan
Di dalam puisi tersebut perasaan penyair tampak merasa iba,
bersimpati terhadap pengemis yang diceritakannya.
69

c. Nada dan Suasana
Sikap penyair terhadap pembaca disebut nada puisi.
Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi
itu terhadap pembaca. Dalam menulis puisi, penyair
mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Bisa saja
penyair bersikap menggurui, menasihati, mengejek,
menyindir, atau hanya ingin menceritakan sesuatu.
Nada dalam puisi tersebut penyair berbicara biasa saja kepada
pembaca, tidak mengejek, tidak menasihati, atau tidak
menggurui. Sedangkan suasana penyair adalah merasa iba
kepada gadis peminta-minta itu.
d. Amanat
Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut diantaranya:
1) Bergairahlah dan pikirkan para pengemis yang sering kita
anggap sampah masyarakat,
2) Para pengemis juga manusia yang martabatnya sama
dengan manusia yang lainnya,
3) Kesengsaraan mereka bukan kemauannya. Oleh karena itu
kita yang tidak sengsara seperti mereka sebaiknya
70

memikirkan nasib mereka.
e. Diksi
Ada tiga hal yang kita amati pada waktu menganalisis diksi,
yaitu perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti kata-
kata. Dalam puisi Gadis Peminta-minta, kata-katanya biasa
digunakan sehari-hari. Namun karena digunakan dengan
tepat, mampu memberi sugesti yang intensif kepada
pembacanya. Coba Anda baca "gadis kecil berkaleng kecil",
kata-katanya biasa, namun dari ungkapan tersebut kita dapat
langsung menangkap sosok seorang pengemis yang kurus
kering dan kumal.
Diksi yang di pilih harus mampu menghasilkan pengimajian
agar kata-katanya terdengar lebih kongkret seperti yang kita
lihat, dengar, dan Imaji yang ditimbulkan ads tiga yaitu imaji
visual, auditif dan taktil (cita rasa).
f. Kata Kongkret
Antara pengimajian, diksi, dan kata kongkret selalu
berhubungan fungsinya dalam puisi. Oleh karena itu untuk
membangkitkan imaji pembaca dipilih diksi yang tepat
sehingga kata-katanya harus kongkret. Untuk
71

mengkongkretkan dunia pengemis yang penuh dengan
penyair menulis Hidup dari kehidupan angan-angan yang
gemerlap , dalam puisi tersebut.
g. Majas
Di dalam puisi, majas digunakan untuk agar puisi menjadi
prismatic, artinya banyak memancarkan makna. Majas yang
biasa digunakan antara lain, bahasa kias, metafora,
perbandingan, sinekdot, dan ironi.
h. Tipografi
Puisi tersebut disusun dengan pola bait yang berjumlah empat
larik. Susunannya bisa saja seperti konvensional pada
umumnya. Bagian sebelah kiri diluruskan.

3) Teknik Kekerlibatan Emosi
Melalui puisi yang dibacanya, pembaca dapat merasakan
pengalaman yang dirasakan penyair yang tergambar dalam
puisnya. Pertemuan pengalaman ini menjadi salah satu kenikmatan
mengapresiasi. Pengajaran sastra dapat menanamkan rasa peka
terhadap hasil sastra, mendapatkan rasa kekhasan menanamkan
rasa cinta sastra, menanamkan rasa kegemaran dan penilaian
72

terhadap hasil sastra, membentuk watak dan sikap serta unsur-
unsur kesenangan dan kenikmatan artistik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa
pengajaran apresiasi puisi sangat penting. Respon siswa terhadap
puisi yang diapresiasi dapat membentuk kehalusan watak dan budi
pekerti.
Upaya yang dapat ditempuh untuk melibatkan emosi siswa
adalah mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan keterlibatan
emosi tersebut. Pertanyaan dapat dimulai dengan menanyakan
tentan imaji pandang sebagai berikut, misalnya "Apa yang dapat
Anda bayangkan atau terlihat olehnya ketika mendengarkan
pembacaan puisi tersebut ?" Pertanyaan berikutnya mengarah pada
imaji dengar dan imaji pandang.
Pada pelaksanaan pembelajaran, ketiga teknik ini dapat
digunakan secara terpisah (sendiri-sendiri). Namun untuk
mencapai hasil yang lebih sempurna, sebaiknya digunakan secara
bersamaan.



73

4) Kriteria Penilaian Apresiasi Puisi
Tabel 2.1
Pedoman Penilaian Kemampuan Apresiasi Puisi
No Aspek Kemampuan yang Dinilai Bobot Skor
1. Penentuan tema 4
a. Penentuan tema benar
4
b. Penentuan tema mendekati benar
3
c. Penentuan tema kurang tepat
2
d. Penentuan tema tidak tepat
1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
2. Penentuan perasaan tentang isi puisi 4


a. Penentuan perasaan tentang isi puisi
Sesuai

4

b. Penentuan tentang isi puisi mendekati
sesuai

3

c. Penentuan perasaan tentang isi puisi
kurang sesuai

2

d. Penentuan perasaan tentang isi puisi
tidak sesuai

1
e. Siswa tidak dap. menjawab
0

3. Penentuan nada dan suasana puisi 4

74


a. Penentuan nada suasana puisi sesuai
b. Penentuan nada dengan suasana puisi
mendekati sesuai

4

c. Penentuan nada suasana puisi kurang
sesuai


3

d. Penentuan nada suasana puisi tidak
Sesui

2
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
4. Penentuan amanat puisi 4

a. Penentuan amanat puisi sesuai
4
b. Penentuan amanat puisi mendekati sesuai
3
c. Penentuan amanat puisi kurang sesuai
2
d. Penentuan amanat tidak sesui
1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
5.
Penentuan kaitan isi puisi dengan kehidupan
a. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan sesuai

4

b. Penentuan kaitan isi puisi dengan
4
75


kehidupan mendekati sesuai
c. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan kurang sesuai

3

d. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan tidak sesuai

2
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
(Waluyo, 2003:17)
Nilai Siswa
Skoi Peiolehan
Skoi Naksimal


D. Hakikat Hasil Belajar
Iskandarwassid (2009:128), mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan,
malatnkan juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi
individu yang belajar. Hasil belajar adalah akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertuhs, tes lisan maupun tes perbuatan (Sujana, 2001), dalam
Iskandarwassid (2009:128). Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti satu materi tertentu dan mata pelajaran yang berupa data
kuantitatif maupun kualitatif.
Hasil. belajar diperoleh dari hasil tes. Tes hasil belajar merupakan proses
untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau
76

pengukumn hasil belajar. Tujuan utama tes hasil belajar adalah untuk mengetahui
tingkat keberhasilah oleh siswa, setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.
Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan nilai berupa huruf atau
kata atau simbol.
Test an instrument or systematic procedure for measuring sample of
behavior. (Answers the question "how well does the individual perform - either in
comparison with others or in comparison with a domain of performance tasks?').
Test: sebuah alat atau prosedur sistematis untuk mengukur sampel perilaku.
(Menjawab pertanyaan "bagaimana tidak baik individu melakukan sesuatu? Baik
dibandingkan dengan orang lain atau dalam perbandingan dengan domain tugas
kinerja') (Grolund and Linn, 1990:5).
Menurut Aunurahman (2008:160), bahwa evaluasi hasil belajar menekankan
kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar, menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006: 200), pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut: 1)
Untuk diagnosis, 2) untuk kenaikan kelas, 3) untuk seleksi, 4) untuk penempatan.
1. Sasaran Tes Hasil Belajar
Menurut Dimyati (2006: 201), evaluasi hasil belajar memiliki sasaran
bempa ranah- ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan
77

berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Taksonomi
tujuan ranah-ranah tersebut merupakan hal yang amat penting diketahui oleh
guru sebelum melaksanakan evaluasi.
Tujuan ranah kognitif hubungan dengan mgatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual.
Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah oleh Bloom, mengemukakan ada
6 (enam) tingkat (Arikunto: 2005) yakni:
a. Pengetahuan, merupakan : , tingkat terendah tujuan ranah kognitif
berupa pengetahuan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan
tentang fakta,istilah, dan prinsip-prinsip.
b. Pemahaman, merupakan: tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran
tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
c. Peuggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan
generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi kongkret
dan atau situasi baru.
d. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-
bagian yang menjadi unsur pokok. Pada ranah ini, siswa diminta untuk
menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-
78

konsep dasar.
e. Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok
ke dalam struktur yang baru. Siswa diminta untuk melakukan
generalisasi.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu. Siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu
kasus.
Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,
penghargaan, nilai, dan emosi. Taksonomi tujuan ranah afektif sebagai
berikut:
a. Menerima, berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang
meningkat secara lebih aktif. Siswa diminta untuk menunjukkan,
kesediaan untuk menerima dan perhatian terkontrol.
b. Merespon, kesempatan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat
secara aktif memperhatikan. Siswa diminta menunjukkan persetujuan
kesediaan, dan kepuasan.
c. Menilai, siswa di tuntut untuk menunjukkan penerimaan, kesukaran,
dan keterikatan terhadap nilai-nilai.
d. Mengorganisasi, kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi
79

dirinya berdasarkan nilai- nilai yang dipercaya. Siswa diminta untuk
mengorganisasikan nilai ke suatu organisasi yang lebih besar.
e. Karakterisasi, siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya dalam
menjelaskan, memberikan batasan dan atau mempertimbangkan nilai-
nilai yang direspons.
Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan mototorik,
mampulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan badan.
Taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut : 1) gerakan tubuh yang
mencolok, 2) ketepatan gerakan tubuh yang dikoordinasikan, 3) perangkat
komunikasi non verbal, ) kemampuan berbicara.
Penentuan criteria untuk mengukur keterampilan terhadap ranah
psikomotorik, harus dalam jangka waktu 30 menit. Kurang dari itu
diperkirakan penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola
keterampilan yang mencerminkan kemampuan siswa (Arikunto. 2005:118).

2. Prosedur Tes Hasil Belajar
a. Persiapan (merumuskan tujuan )
b. Penyusunan instrumen evaluasi


80

Teknik Tes :
1) Menentukan bentuk tes
2) Membuat kisi-kisi butir soal
3) Menulis butir soal
4) Menata, soal
Teknik non tes,
1) Menetapkan bentuk non tes (observasi, check list atau wawancara)
2) Menentukan aspek sasaran evaluasi
3) Menulis alat penilaian non te (lembar observasi, daftar check list atau
lembar wawancara)
4) Pelaksannan pengukuran
5) Pengolahan hasil penilaian, 1) menskor, 2) mengubah skor mentah
menjadi skor standar, mengonversikan skor standar ke dalam nilai.
6) Penafsiran hasil penelitian, yang meliputi, 1) penafsiran individual
dan 2) penafsiran klasikal. Penafsiran individual terdiri dari : a)
penafsiran tingkat kesiapan, b) penafsiran kelemahan individual, c)
kemajuan belajar individual. Penafsiran klasikal meliputi: a)
penafsiran kelemahan-kelemahan kelas, b) penafsiran prestasi kelas,
c) penafsiran perbandingan antar kelas, dan d) penafsiran susunan
81

kelas.
7) Pelaporan dan penggunaan hasil tes

3. Kriteria Tes Hasil Belajar
Sebagai alar ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua
kriteria yakni, validitas dan reliabilitas (Sanjaya, 2008:238). Tes sebagai
alat ukur dikatakan memiliki tngkat validitas, seandainya dapat mengukur
apa yang hendak diukur. Misalnya, guru ingin mengukur kemampuan siswa
dalam menulis Surat, maka alat yang digunakan adalah tes keterampilan
menulis Surat.
Tes, memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat
menghasilkan informasi yang konsisten. Misalnya, jika suatu tes diberikan
pada sekelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada kelompok yang
sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama. Ada
beberapa teknik untuk menentukan tngkat reliabilitas tes. Pertama, dengan
tes- retes, yaitu mengorelasikan hasil tes yang pertama dengan hasil tes yang
kedua. Kedua, dengan megorelasikan hasil tes antar item genap dengan item
ganjil. Ketiga, dengan memecah menjadi dua bagian, kemudian keduanya
dikorelasikan.

82

BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Berpikir
1. Strategi pembelajaran merupakan faktor ekstemal dalam pencapaian hasil
belajar dan dapat menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan ekternal. Salah satu faktor
ekstemal adalah pemilihan strategi pembelajaran oleh guru. Diduga, hasil
belajar apresiasi puisi siswa yang menggunakan model belajar bersama dan e-
learning lebih tinggi daripada yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
2. Hasil belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Model belajar
bersama dan media e-learning adalah faktor ekstemal. Diduga, model belajar
bersama dan e-learning efektif dalam meningkatkan hasil belajar apresiasi
puisi siswa.

B. Hipotesis
1. Hasil belajar apresiasi puisi siswa yang menggunakan model kopemtif dan e-
learning lebih tinggi daripada yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
2. Model belajar bersama dan e-learning efektif digunakan dalam pembelajaran
apresiasi puisi.
83

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan akan metode quasi eksperimen, yang bertujuan
untuk mengujicobakan hasil rancangan, implementasi rancangan pembelajaran,
dan mengevaluasi model belajar bersama dan e-learning dalam pembelajaran
apresiasi puisi untuk SMP kelas VII.
Metode eksperimen digunakan untuk menyelidiki sebab akibat dari adanya
perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang diambil secara
random. Terdapat dua kelas kelompok siswa, yakni kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang
menggunakan model koope tif dan e-learning dalam pembelajaran apresiasi puisi.
Sedangkan kelompo kontrol adalah kelompok siswa yang tidak menggunakan
model belajar bersama. Kedua kelompok melaksanakan tes awal dan tes akhir.
Tes awal dilakukan untuk mengetahui posisi awal kedua kelompok. Pelaksanaan
eksperimen dapat dilihat pada bentuk desain Nonequivalent Control-Group
Design berikut ini.


84

Bagan 4.1
Treatment Control
group
R O
1
X
1
O
2

R O
3

X
2
O
4

( Sugiyono,2009: 416)
Keterangan:
R = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara,
tttttttt random
O
1
dan O
3
= tes awal
O
2
dan O
4
= tes, akhir
X
1
= perlakuan kelas eksperimen berupa model belajar bersama dan e-
dddddd learning dalam pembelajaran apresiasi puisi
X
2
= pembelajaran di kelas kontrol (konvensional)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksankn di kelas VII SMP Negeri 8 Kota Tengerang Selatan.
Waktu penelitian pada semester I tahun pelajaran 2010/2011


85

C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa, kelas VII SMP Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan. Dari populasi sebanyak Sembilan kelas ( VIII. I sampai VIII.9 ) tersebut,
penulis mengambil sampel sebanyak dua kelas. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Penelitian ini melibatkan 60
siswa. kelas VII, dengan perincian 30 siswa kelas VII.2 sebagai kelas eksperimen
dan 30 siswa. kelas VII.4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
a. Definisi konseptual hasil belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti satu
materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun
kualitatif.
b. Definisi operasional hasil belajar
Hasil belajar siswa adalah penggabungan skor yang diperoleh siswa secara
individual dan kelompok kemudian dibagi dua.

86

2. Variabel Bebas
a. Strategi Belajar Bersama Konvensional
Pembelajaran belajar bersama adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penilaian dilakukan secara
kelompok dan secara individu.
Pembelajaran konvensional adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan secara individual. Misalnya dengan menggunakan metode
ceramah. Siswa hanya mendengarkan, siswa tidak terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, tidak menumbuhkan kreativitas siswa,
Penilaian dilakukan secara individual.
b. Media E-Learning
E- Learning adalah upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan
sumber belajar) melalui komputer, audio, , tape, yang dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.




87

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data
sebagai berikut :
1. Instrumen Studi Pendahuluan
Instrumen yang digunakan bagai studi pendahuluan adalah angket Instrumen
ini digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya puisi yang selama ini dilakukan oleh guru.
2. Instrumen Persiapan Pembelajaran
Instrumen yang digunakan dalam persiapan pembelajaran adalah penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretest dan postest,
serta soal pritest. Soal pretest diberikan sebelum eksperimen dilaksanakan,
baik di kelas kontrol ataupun di kelas ekskperimen. Soal ini dikerjakan secara
perorangan.
3. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, instrumen yang digunakan adalah pedoman
analisis kemampuan apresiasi puisi yang dikerjakan secara berkelompok.
4. Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran
Instrumen hasil pembelajan berupa tes kernampuan apresiasi puisi siswa yang
diberikan sesudah pelaksanaan eksperimen dan dikerjakan secara perorangan
88

1. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Lembar Observasi)
Tabel 4.1
Pedoman Penilaian Kemampuan Apresiasi Puisi
No Aspek Kemampuan yang Dinilai Bobot Skor
1. Penentuan tema 4
a. Penentuan tema benar
4
b. Penentuan tema mendekati benar
3
c. Penentuan tema kurang tepat
2
d. Penentuan tema tidak tepat
1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
2. Penentuan perasaan tentang isi puisi 4


a. Penentuan perasaan tentang isi puisi
Sesuai

4

b. Penentuan tentang isi puisi mendekati
sesuai

3

c. Penentuan perasaan tentang isi puisi
kurang sesuai

2

d. Penentuan perasaan tentang isi puisi
tidak sesuai

1
e. Siswa tidak dap. menjawab
0






89

3. Penentuan nada dan suasana puisi
a. Penentuan nada suasana puisi sesuai
b. Penentuan nada dengan suasana puisi
mendekati sesuai
4
4
3

c. Penentuan nada suasana puisi kurang
sesuai


2

d. Penentuan nada suasana puisi tidak
Sesui

1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
4. Penentuan amanat puisi 4

a. Penentuan amanat puisi sesuai
4
b. Penentuan amanat puisi mendekati sesuai
3
c. Penentuan amanat puisi kurang sesuai
2
d. Penentuan amanat tidak sesui
1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
5. Penentuan kaitan isi puisi dengan kehidupan
a. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan sesuai
4
4

b. Penentuan kaitan isi puisi dengan 3
90


kehidupan mendekati sesuai
c. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan kurang sesuai


2

d. Penentuan kaitan isi puisi dengan
kehidupan tidak sesuai

1
e. Siswa tidak dapat menjawab
0
(Waluyo, 2003:17)
Nilai Siswa
Skoi Peiolehan
Skoi Naksimal

















91

Tabel 4.2
Kisi-kisi Tes Kemampuan Apresiasi Puisi


Kompetensi
Dasar
Uraian Materi Indikator
No.
Soal
Bentuk
Soal
Bobot
Merefleksi isi
puisi yang
dibacakan Analisis unsure puisi



1. Tema
Siswa menemukan
tema dalam puisi
yang dibaca
1 Uraian
4

2. Rasa
Siswa menyebutkan
perasaan yang
dialami setelah
membaca puisi
2 Uraian 4

3. Nada dan suasana Siswa menyebutkan
nada dan suasana
puisi tersebut
3 Uraian 4

4. Amanat Siswa menemukan
amanat dalam puisi
4
Uraian
4

5. Kaitan isi dengan
hkehidupan
Siswa menemukan
kaitan isi puisi
dengan kehidupan
5 Uraian 4






92

F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ini adalah (1) studi
pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pre test, (4) perlakuan uji cobs model
kooperatif melalui media e-learning, (5) post test, (6) membandingkan hasil/
kesimpulan.

G. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data terkumpul kegiatan dalam analisis data tersebut adalah :
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan agar untuk menjawab rumusan masalah.
Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan teknik statistik, diolah
menggunakan program SPSS.
Pengujian signifiknasi efektivitas model pembelajaran baru menggunakan t-
tes berpasangan (related). Model belajar bersama e-learning dalam pembelajaran
apresiasi puisi dikatakan efektif apabila terdapat perbedaan yang signifikan
antara, hasil tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Bila, harga t hitung
berada, pada, daerah penerimaan Ha, maka Ha yang dinyatakan model
pembelajaran baru lebih baik dari model konvensional diterima. Untuk
membuktikan signifikansi tersebut dihitung dengan teknik statistik. Rumus
93

pengujian keefektifan model belajar bersama e-learning dalam pembelajaran
apresiasi puisi adalah sebagai berikut.
Rumus 4.1

X


(Sugiyono, 2009:422)
Keterangan :
X

= rata-rata sampel 1 (model konvensional )


X

= rata-rata sampel 2 (model belajar bersama dan e-learning )


S
1
= simpangan baku sampel 1 ( model konvensional )
S
2
= simpangan baku sampel 2 ( model belajar bersama dan e-learning)
S

= varians sampel 1
S

= varians sampel 2
r = korelasi antara data dua kelompok





94

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Data Hasil Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar apresiasi puisi siswa kelas VII SMP
Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, sebelum pembelajaran materi apresiasi
puisi disampaikan atau diajarkan terlebih dahulu dilakukan pre test kepada
siswa kelas kontrol dan eksprimen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa am menjawab materi apresiasi puisi, sedangkan post
test dilakukan setelah diberikan pembelajaran materi apresiasi puisi dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional/biasa digunakan guru
pada kelas kontrol dan pembelajaran belajar bersama dan e-learning pada
kelas eksprimen. Rekapitulasi dari hasil belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut ini rangkuman dari hasil
belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen disajikan dalam bentuk tabel.




95

Tabel 5.1
Hasil Belajar Apresiasi Puisi
Paramater
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Gain
Pre Test Post Test Pre Test Post Test Kontrol
Eksperimen

Jumlah Siswa 30 30 30 30 30 30
Rata-rata 19,47 29,87 21,17 35,10 10,40 13,93
Standar Deviasi 3,53 2,97 4,84 2,47 3,64 4,85
Varian 12,46 8,81 23,39 6,09 13,28 23,51
Skor Max 25 35 30 38 16 25
Skor Min 10 24 11 28 1 8
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2011
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh keterangan yaitu masing-masing
kelas terdiri atas 30 orang siswa, skor rata-rata pre test dan post test kelas
kontrol yaitu 19,47 dan 29,87, skor rata-rata pre test dan post test kelas
eksperimen yaitu 21,17 dan 35,10, skor minimum hasil pre test kelas kontrol
dan kelas eksperimen yaitu 10 dan 11, skor minimum hasil post test kelas
kontrol dan kelas eksperimen yaitu 24 dan 28, skor maksimum hasil pre test
kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 25 dan 30, sedangkan skor
maksimum hasil post test kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 35 dan 38.
Untuk lebih jelasnya, data hasil penelitian tersebut dapat divisualisasikan
melalui grafik histrogram berikut ini.



96



Gambar 5.1 Grafik Skor Rata-rata Pre Test, Post Test dan Gain
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perubahan
rata-rata skor pre test, post test dan gain pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata hasil pre test, post test
maupun gain pada, masing-masing kelas, perlu dilakukan uji persyaratan
analisis data yaitu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

2. Uji Normalitas
a. Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 13 melalui uji Kolmogorov-Smimov dengan
kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila nilai Sig. lebih besar dari
19.47
21.17
29.87
35.1
10.4
13.93
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Series 1 Series 2 Series 3
97

0,05 maka dapat di dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal,
sedangkan apabila nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal. Berikut hasil rekapitulasi pengujian normalitas data
pre test dari kelas control dan eksperimen.
Tabel 5.2
Nilai Sig. Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kelas Sig. df Keterangan
Kontrol 0,145 30 0,05 Berdistribusi Normal
Eksprimen 0,200 30 0,05 Berdistribusi Normal
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2011
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa data pre test kelas
kontrol dan kelas, eksprimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
= 0,05. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Sig. pre test kelas
kontrol lebih besar 0,05 yaitu sebesar 0,145 (0,145 > 0,05). Hal yang
serupa terjadi pada kelas eksperimen, nilai Sig. pre test kelas eksperimen
lebih besar dari 0,05 yaittu sebesar 0,200 (0,200 > 0,05). Dengan
demikian hasil pengujian normalitas data pre test dari kedua kelas
tersebut adalah berdistribusi normal.


98

b. Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil pengujian normalitas, data dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 13 melalui uji Kolmogorov-Smimov dengan
kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila nilai Sig. lebih besar dari
0,05 maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal, sedangkan
apabila nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal. Berikut hasil rekapitulasi pengujian normalitas data post test dari
kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel 5.3
Nilai Sig. Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kelas Sig. df Keterangan
Kontrol 0,197 30 0,05 Berdistribusi Normal
Eksprimen 0,103 30 0,05 Berdistribusi Normal
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2011
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa data post test kelas
kontrol dan kelas eksperi'men berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
= 0,05. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Sig. post test kelas
kontrol lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,197 (0,197 > 0,05). Hal yang
serupa terjadi pada kelas eksperimen, nilai Sig. post test kelas eksperimen
lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,103 (0,103 > 0,05). Dengan demikian
99

hasil pengujian normalitas data post test dari kedua kelas tersebut adalah
berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS 13 melalui uji Kolmogorov-Smirnov dengan
kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila nilai Sig. lebih besar dari
0,05, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal, sedangkan
apabila nilai Sig. lebi kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Berikut hasil rekapitulasi pengujian normalitas data gain dari kelas
kontrol dan eksperimen.
Tabel 5.4
Nilai Sig. Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Kelas Sig. df Keterangan
Kontrol 0,116 30 0,05 Berdistribusi Normal
Eksprimen 0,064 30 0,05 Berdistribusi Normal
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian 2011
Berdasarkan table di atas, menunjukkan bahwa data gain kelas
kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
= 0,05. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Sig. gain kelas
kontrol lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,116 (0,116 > 0,05). Hal yang
100

serupa terjadi pada kelas eksperimen, nilai Sig. gain kelas eksperimen
lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,064 (0,064 > 0,05). Dengan demikian
hasil pengujian normalitas data gain dari kedua kelas tersebut adalah
berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas
Pengujian homoge itas data dilakukan dengan bantuan program SPSS 13
melalui levene's test or equality of variances yang bertujuan untuk mengetahui
kesamaan varians antara skor pre test, post test dan gain pada masing-masing
kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kriteria pengambilan
keputusan bahwa data homogen atau tidak, yaitu dengan cara membandingkan
nilai F
hitung
dengan F
tabel
. Apabila nilai F
hitung
lebih besar F
tabel
(F
hitung
> F
tabel
)
maka data tidak homogen sedangkan apabila nilai F
hitung
lebih kecil dari F
tabel
(F
hitung
< F
tabel
) maka data homogen. Nilai F
hitung
dapat diketahui dari levene's
test for equality of variances, sedangkan nilai F
tabel
diperoleh dari tabel F
dengan ketentuan nilai F
tabel
yaitu untuk dk pembilang diketahui melalui garis
horizontal dan dk penyebut berdasarkan garis vertikal (dfl, df2).
Setelah diketahui bahwa data pre test, post test dan gain berdistribusi
normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas untuk
mengetahui kesamaan varians antara skor pre test, post test dan gain. Hasil uji
homogenitas skor pre test, post test, dan gain pada kelas kontrol dan
101

eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5
Uji Homogenitas
Paramater dk F
hitung
F
tabel
Keterangan
Pre Test Kontrol & Eksperimen 1,849 4,007 Homogen
Post Test Kontrol & Eksperimen (1,58) 0,785 Homogen
Gain Kontrol & Eksperimen 3,436 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh F
hitung
berturut-turut adalah sebesar
1,849, 0,785 dan 3,436. Oleh karena hasil perhitungan di atas memenuhi
kriteria F
hitung
< tabel maka dapat disimpulkan bahwa data pre test, post test dan
gain memiliki varians yang homogen.

4. Uji Beda Rata-rata
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan
sebelumnya, diketahui bahwa data pre test post test, dan gain berdistribusi
normal dan homogen, maka langkah selanjutnya dapat dilanjutkan uji beda
rata-rata pada masing-mas ng kelas yang dilakukan dengan menggunakan uji
t. Berikut tabel hasil rekapitulasi pengujian uji beda rata-rata pada masing-
masing kelas dengan menggunakan uji t.


102

Tabel 5.6
Uji Beda Rata-rata

Statistik
Pre Test Post Test Gain
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Eksperimen

Rata-rata. 19,47 21,17 29,87 35,10 10,40 13,93
Varian 12,46 23,39 8,81 6,09 13,28 4,85
t
hitug
1,555 7,425 3,190
t
tabel
2,002 2,002 2,002

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa dari hasil uji beda
rata-rata dengan menggunakan uji t dua pihak (two tailed) diperoleh t
hitug

berturut-turut pada pre - test kontrol dan eksperimen, post test kontrol dan
eksperimen, dan gain kontrol dan eksperimen adalah sebesar 1,555, 7,425,
dan 3,190, dan melalui tabel distribusi t maka dapat diketahui nilai t
tabel
(60
2) pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,002. Oleh kerana nilai t
hitung
pada pre
test kelas kontrol dan kelas eksperimen nilai t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
(1,555
< 2,002) maka hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa pada saat
pre test tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan, sedangkan untuk
nilai t
hitung
rata-rata skor post- test dan gain kelas kontrol dan kelas
eksperimen menunjukkan nilai t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(7,425 dan 3,190 >
2,002). Dengan demikian rata-rata skor post test dan gain kelas kontrol dan
kelas eksperimen terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan.

103

5. Uji Hipotesis
Penelitian ini memiliki dua hipotesis, yaitu hipotesis pertama adalah hasil
belajar apresiasi puisi siswa yang menggunakan model belajar bersama dan e-
learning lebih tinggi daripada yang menggunakan model pembelajaran
konvensional, sedangkan hipotesis kedua adalah model belajar bersama dan e-
learning efektif digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi.
Untuk menjawab hipotesis pertama, dapat diketahui melalui skor rata-rata
post test kelas kontrol kelas ekperimen yaitu 29,87 dan 35,10. Setelah
dilakukan uji beda rata-rata antara post test kelas kontrol dan kelas eksperimen
diperoleh nilai t
hitun
lebih besar dari t
tabel
(7,425 > 2,002). Dengan demikian
hipotesis pertama yang diajukan yaitu hasil belajar apresiasi puisi siswa yang
menggunakan model belajar bersama dan e-learning lebih tinggi daripada
yang menggunakan model pembelajaran konvensional dapat diterima.
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis kedua, dapat diketahui melalui
skor rata-rata gain kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 10,40 dan 13,93.
Setelah dilakukan uji beda rata-rata antara gain kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh nilai t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(3,190> 2,002). Dengan
demikian hipotesis kedua yang diajukan yaitu model belajar bersama dan e-
learning efektif digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi dapat diterima

104

6. Data Hasil Non Tes
a. Angket Siswa
Angket siswa diberikan kepada kedua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Sebelum proses pembelajaran apresiasi puisi dimulai,
masing-masing siswa baik kelas kontrol maupun kelas ekperimen
diberikan beberapa, pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
tanggapan siswa tentang pembelajaran apresiasi puisi.
Berdasarkan hasil rekapitulasi angket siswa, tanggapan siswa
sebelum pembelajaran apresiasi puisi pada kelas kontrol, 45% menyukai
apresiasi puisi sedangkan pada kelas eksperimen 41% menyukai apresiasi
puisi. Setelah proses pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen,
siswa pada kelas kontrol 56% menyukai dan kelas eksperimen 86%
menyukai pembelajaran apresiasi puisi. Dengan demikian penerapan
model belajar bersama dan e learning dapat meningkatkan minat siswa
dalam pembelajaran apresiasi puisi.

b. Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran apresiasi puisi
berlangsung dan hanya dilakukan pada kelas eksperimen. Berdasarkan
hasil observasi yang meliputi aspek kegiatan yaitu:
105

1) Kegiatan awal pembelajaran;
2) Pengelolaan kelas;
3) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran;
4) Pemanfaatan media pembelajaran;
5) Penggunaan metode/model pembelajaran;
6) Sikap dan penampilan guru; dan
7) Akhir kegiatan pembelajaran dapat diketahui kegiatan guru
melaksanaan model belajar bersama dan media e-learning, 77%
sangat baik dan 23% baik. Dengan demikian, penempan model
belajar bersama dan media e-learning telah dilaksanakan dengan
baik oleh guru.

B. Pembahasan
Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan
pembelajaran belajar bersama dan e-learning dan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran secara konvensional, terlihat bahwa hasil belajar
kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t
yang diperoleh t
hitung
sebesar 3,190 > t
tabel
, (2,002) yang berarti Ho ditolak.
Dengan penolakan Ho ini berarti bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan
belajar bersama dan e-learning lebih baik daripada yang menggunakan model
106

konvensional. Rata-rata nilai hasil belajar apresiasi puisi yang di oleh
menggunakan pembelajaran belajar bersama dan e-learning mencapai 87,75,
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 74,67. Kedua kelompok telah
mencapai ketuntasan belajar sebab secara nyata rata-ratanya melebihi batas
belajar (78), namun rata-rata hasil belajar dengan pembelajaran belajar bersama
dan e-learning lebih besar daripada pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil
belajar ini cenderung disebabkan karena dengan pembelajaran belajar bersama
dan el-learning siswa lebih leluasa untuk berdiskusi, bertukar pikiran pada saat
proses belajar. Ciri khas dalam pembelajaran belajar bersama dan e-learning ini
adalah belajar kelompok dengan anggota yang heterogen. Pada setiap kelompok
terdapat siswa yang lebih pandai, siswa yang sedang maupun siswa yang relatif
kurang pandai. Dengan kelompok yang heterogen ini menurut Anita Lie (2002:
42) dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan
saling mendukung. Kelompok heterogen ini memudahkan pengelolaan kelas
karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap 4 orang atau dalam anggota kelompoknya.
Pembelajaran belajar bersama dan e-learning memberikan kontribusi hasil
belajar yang lebih baik sebab terdapat empat elemen dasar yaitu: 1) saling
ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, 4)
ketrampilan dalam menjalin hubungan interpersonal. Pada setiap kelompok
dengan anggota yang heterogen siswa harus menyelesaikan tugasnya sendiri
107

sebagai bahan diskusi. Setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang dibagi menjadi 2
kelompok kecil untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing, selanjutnya
berkumpul lagi untuk bertukar informasi. Model pembelajaran ini secara langsung
siswa akan memperoleh informasi dan memberikan informasi. Dengan model ini
siswa akan berkembang kemampuan kognitif maupun kemampuan
vokasionalnya. Kemampuan kognitif dapat berkembang karena ada tuntutan
untuk menyelesaikan masalah, dan dengan memberikan informasi kepada semua
anggota akan berkembang kemampuan bicara (vokasional). Dengan adanya
model pembelajaran ini melatih siswa untuk bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya masing-masing dan dapat mengembangkan keterampilan
menjalin hubungan interpersonal.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim, Muslimin (2000:7) yang
menyatakan bahwa pembelajaran belajar bersama dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keraguan, dan pengembangan ketrampilan sosial. Salah satu
aspek penting pembelajaran belajar bersama, disamping membantu
mengembangkan tingkah laku belajar bersama, secara bersama membantu siswa
dalam pembelajaran akademis mereka.
Penelitian ini juga didukung dari hasil penelitian Johnson dan Johnson dalam
bukunya Nur, dkk., (21103:63) menunjukkan adanya berbagai keunggulan
pembelajaran belajar bersamaan antara lain sebagai berikut:
108

a) Memudahkan siswa dalam melakukan penyesuaian soal.
b) Mengembangkan siswa melakukan penyesuaian soal.
c) Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial pandangan.
d) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
e) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
f) Meningkatkan motivasi belajar instrinsik.
g) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
h) Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personil
sekolah.
i) Meningkatkan padangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar
tapi juga pendidik.

Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, belajar dapat diasumsikan
bahwa Anda akan belajar paling baik jika Anda secara pribadi terlibat dalam
pengalaman belajar itu, bahwa pengetahuan harus diketemukan oleh Anda
sendiri apabila pengetahuan itu hendak Anda jadikan pengetahuan yang
bermakna atau membuat perbedaan dalam tingkah laku Anda, dan bahwa
komitmen dalam belajar paling tinggi apabila Anda bebas menetapkan tujuan
pembelajaran. Anda sendiri secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu
kerangka tertentu. (Muslim lbrahim, 2000:15)
Pada pembelajaran koalseratif dan e-learning, fungsi guru hanya sebagai
fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa. Keaktifan siswa
lebih ditekankan pada pembelajaran ini. Setiap siswa dalam kelompoknya
mempunyai tugas yang dikerjakan dan bertanggung jawab pada kelompoknya.
Kondisi ini enuntut siswa untuk mencari sumber belajar, menganalisis
permasalahan, memecahkan permasalahan dan melaporkan pada kelompoknya.
109

Pengalaman langsung inilah yang menyebabkan hasil belajar apresiasi puisi
siswa mengalami peningkatan yang nyata. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh psikologi Jerome Burner (1965) dalam Prayitno (1989:119)
bahwa kalau dalm belajar siswa dapat diberi pengalaman langsung, maka situasi
pengajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat siswa tersebut dalam
belajar. Pada kelompok kontrol yang diberikan pembelajaran menggunakan
model konvensional, lebih menekankan pada indem penglihatan dan
pendengarannya, keaktifan siswa belum dioptimalkan. Kondisi ini apabila
dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kebosanan pada siswa,
sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih rendah daripada kelompok
eksperimen. Vernon A. Magnesen dalam De Porter (2001:57) yang menyatakan
bahwa " Kita belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita
dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar,
70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan". Berdasarkan hasil penelitian De Porter tersebut secara teoritis maka
penggunaan metode belajar bersama yang diperoleh diprediksi dapat mencapai
70%, sebab siswa tidak hanya mendengarkan, melihat apa yang diajarkan guru,
namun mereka lebih aktif, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan
model konvensional, kaekatifan lebih didominasi oleh guru, siswa relatif
memfungsikan indra penglihatan dan pendengaran, sehingga secara teoritis
pengetahuan akan mengendap sampai 50%.
110

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil penerapan model pembelajaran belajar bersama dan e-learning
terhadap hasil belajar apresiasi puisi dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model belajar bersama dan e-learning dapat meningkatkan hasil
belajar apresiasi puisi siswa kelas VII SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan,
hal ini dapat dilihat dari tejadinya peningkatan skor rata-rata kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu untuk kelas eksperimen
sebesar 35,10 dan kelas kontrol besar 29,87. Setelah dilakukan uji beda rata-
rata antara post test kelas kontro1 dan kelas eksperimen diperoleh nilai t
hitung

lebih besar dari t
tabel
(7,425 > 2,002). Dengan demikian hipotesis pertama
yang diajukan yaitu hasil belajar apresiasi puisi siswa yang menggunakan
model belajar bersama dan e-learning lebih tinggi dari pada yang
menggunakan model pembelajaran konvensional dapat diterima.
2. Model belajar bersama dan e-learning lebih efektif dalam pembelajaran
apresiasi puisi, hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan gain skor
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik dapat
diketahui terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar apresiasi puisi
111

antara penerapan model belajar bersama dan e-learning dan dengan model
konvensional yaitu nilai t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(3,190 > 2,002). Dengan
demikian, hipotesis kedua yang diajukan yaitu model belajar bersama dan e-
learning efektif digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi dapat diterima.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai
berikut.
1. Disarankan kepada guru bidang studi bahasa Indoenesia kelas VII SMP
Negeri 8 Kota Tangerang Selatan untuk mencobakan pembelajaran dengan
model belajar bersama dan e-learning dengan lebih banyak memberi
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dan guru
membantu seperlunya saja karena pembelajaran tersebut dapat menciptakan
suasana kelas yang kondusif.
2. Disarankan kepada peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran
model belajar bersama dan e-learning pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.



112

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru
Algensindo.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Gafindo, Persada.

Aunurrahman. 2008: Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Prenada
Media Group.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi S.2002. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Elliott, Stephen N., Thomas k. Kratochwill, Joan Littlefield Cook. 2000. Educational
Psyclogy: Effective Teaching, Effective Learning. Madison: MC Graw Hill.

Gronlund, Norman E.1990. Measurement and Evaluation Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company.

Herfanda, Ahmadun Yosi. 2010. The Firs Kissing for God. Jakarta: Media Cipta
Mandiri.

Isjoni. 2007. Pembelajaran Visioner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Rosda.

Lie, Anita. 2005. Cooperatf Learning. Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E.. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

113

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: IKAPI.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Rumini, Mien. 2007. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

_________, 2009. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sayuti, Suminto A.. 2003. Menuuj Pengajaran Bahasa dan Sastra yang Bermakna.
Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Pusat Bahasa

Sharan, Shlomo. 2009. Cooperatve Learning. Jogyakarta: Imperium.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Penga tar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Slavin, Robert E.. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

_______2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya
Jakarta: Rineka Cipta.

Zaidan, Abdul Rozak dkk.. 2004. , Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Anonim, t.t. Tinjauan Mata Kuliah.
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com


114

______t.t Poetry. Wikipedia, the free encyclopedia.
http://contemporarylit.about.com/cs/literaryterms/g/poetry.htm

Flanagan, Mark. t.t. Definition of Poetry
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1366&bih=584&q==;definition+of+poetr
y&revi d=7.

Hasbullah, 2008. Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran E-Learning
untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di JPTE FPTK UPI.Tesis.
Bandung
http:.//puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_poster_session_Pdf/Hasbullah_P
erancangan%20dan%20Implementasi%20Model%20Pembelajaran.

Saefi, Mahmud. 2010. Efektivitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Melalui Pendekatan
VAK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilacap (tesis)
http://industri.ft. undip. Ac.idJ ?p=549.

Supriatna, Dadang..2009. Pengenalan Media Pembelajaran. Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak kanak dan
Pendidikan Luar Biasa. www.tkplb.orgdocumentsetraining-media.

Wahono, Roni Satrio. 2009. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran.
http://industri.ft.undip.ac.id///p=549.

You might also like