Professional Documents
Culture Documents
yang biasanya karena rusaknya sel/radang di organ dalam). Bagaimana memblok rasa nyeri? Memblok rasa nyeri dimaksudkan mengurangi dan atau menghilangkan rasa nyeri. Banyak cara dapat dilakukan untuk memblok nyeri, berdasarkan pemahaman mekanisme terjadinya nyeri. 1. Memblok pembentukan mediator nyeri khususnya prostaglandin, yaitu dengan pemberian analgetik steroid (prednisone, deksametason), maupun nonsteroid (parasetamol, ibuprofen, dll). Analgetik steroid (SAID) ini yang lebih menonjol adalah sifat anti-inflamasinya (antiradangnya), sementara nonsteroid (NSAID, Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) sebagian besar selain analgesik-antipiretik juga beberapa memiliki sifat antiinflamasi. 1. Memblok penghantaran nyeri oleh serabut saraf dapat dilakukan melalui anestesi (obat bius), baik lokal (di tempat rangsang nyeri) atau sistemik (seluruh saraf tubuh). Lidokain semprot/injeksi pada proses cabut gigi atau khitan adalah contoh anestesi lokal. Ada juga bermacam anestesi yang diberikan melalui injeksi intravena (masuk pembuluh darah vena), bahkan sekarang banyak diberikan melalui sumsum tulang belakang khususnya bila diinginkan efek obat sangat cepat seperti operasi section cesaria (bedah cesar). 1. Memblok pusat nyeri/reseptor nyeri di otak, yakni dengan analgetik narkotik (morfin, petidin). Hanya nalgetik bentuk narkotik yang mampu menembus penghalang antara darah dan otak (blood brain barrier) sehingga dapat memblok rasa nyeri yang amat sangat. Misal ada penderita kanker stadium lanjut yang rasa sakitnya minta ampun. Bagaimana cara memperolehnya? Obat analgesik yang steroid, anestesi, dan analgesik narkotik hanya dapat diberikan oleh dokter, sementara yang nonsteroid dpat dibeli bebas di pasar. Macam analgetik nonsteroid 1. Golongan narkotik, contoh codein. Biasanya dalam bentuk kombinasi dengan analgetik nonsteroid lain seperti parasetamol, asetosal, atau ibuprofen. 2. Golongan salisilat, contoh: asetosal atau aspirin, piroksikam, fenilbutazon, asam mefenamat, ibuprofen, diklofenak. Semua jenis obat ini bersifat sangat asam sehingga harus dihindari oleh penderita yang mempunyai gangguan di lambung dan usus (dispesia,
maag/gastritis, tukak petik/ulkus). Keasamanya sangat tinggi akan memicu bahkan memperparah gangguan di lambung dan usus tersebut. Perhatian khusus: penderita asma jangan diberi obat analgetik golongan salisilat. Mengapa? Karena semua jenis analgetik golongan salisilat menyebabkan penyempitan bronkus (asma) sebagai alkibat cara golongan ini dlam menghambat COX sehingga leukotrien terbentuk. Leukotrien ini adalah senyawa yang menyempitkan brokus (bronko-konstriksi) sehingga meyulitkan pernapasan. 1. Golongan parasetamol. Hanya ada satu jenis yaitu parasetamol. Parasetamol tidak aman pada penderita yang memilki gangguan di hati/liver. Penderita hepatitis, sirosis hepatic sebaiknya mengindari parasetamol. 2. Golongan dypyrin: metampiron/antalgin Antalgin selain memiliki sifat analgetik juga menonjol sifat antispasmusnya. Spasmus adalah kejang otot yang menyertai nyeri, biasanya nyeri visceral. Namun antalgin memiliki efek samping mengganggu pembentukan komponen darah (diskrasia darah) seperti sulitnya darah menggumpal, anemia, penurunan trombosit. Penderita yang mempunyai gangguan darah sebaiknya menghindari pemakaian obat ini. 1. Golongan lain, contoh tramadol. Beberapa ahli menggolongkan tramadol sebahai jenis seminarkotik. Biasaya obat ini diberikan pada nyeri akibat tauma (kecelakaan patah tulang, pasca-operasi). Golongan penghambat enzim siklooksigense 2 (COX-2): parecoxib, celecoxib, rofecoxib, dan meloksikam merupakan obat yang baru ditemukan sehingga harganya sagat mahal. Obat ini mengahmbat COX secara spesifik sehingga tidak menyebabkan iritasi lambung.