Professional Documents
Culture Documents
terlalu reaktif bila langsung menggunakan kekuatan militer. Hal ini dikarenakan, pemerintah belum mengoptimalkan jalur diplomatic untuk menyelesaikan masalah ini. Masalah ini menjadi serius karena wilayah yang diperebutkan adalah kawasan kaya minyak. Selain itu, kedaulatan sebuah negara dipertaruhkan dalam masalah ini. Motif Ekonomi-Politik Pada masa lalu, RI-Malaysia mempunyai sejarah hubungan yang tidak harmonis. RI di masa Soekarno menganggap Malaysia sebagai antek imperialisme karena kedekatannya dengan Inggris. Muncullah saat itu Dwikora, yang salah satu isinya adalah mengganyang Malaysia. Saat itu, sudah terjadi beberapa kali kontak senjata antara militer kedua negara. Politik Ganyang Malaysia pada tahun 60-an benar-benar dijiwai generasi pada masa itu, sehingga banyak pemuda yang bersedia masuk wamil dan dikirim di belantara Serawak untuk menyerbu Malaysia, meskipun banyak diantara mereka yang tidak kembali. Kenangan masa lalu itulah yang mengilhami masyarakat Indonesia sekarang bersikap lebih keras pada Malaysia, ditambah dengan perasaan terhina karena banyak TKI (illegal) yang tertangkap di negara jiran tersebut. Pemerintah RI sendiri menganggap keutuhan NKRI merupakan harga mati, sehingga setiap ancaman terhadap kedaulatan negara harus segera diatasi. Potensi minyak mentah di kawasan Ambalat merupakan penyebab lain kedua negara berusaha mempertahankan klaimnya. Malaysia mengklaim Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya berdasarkan peta yang mereka susun pada tahun 1979. Padahal peta itu bermasalah karena negaranegara di kawasan ASEAN, yaitu Singapura, Vietnam, Filiphina dan Thailand juga memprotes penggunaan peta tersebut. Indonesia mempertahankan kawasan Ambalat berdasarkan hukum internasional, yang menyatakan bahwa negara kepulauan memiliki batas luar wilayah sampai dengan 12 mil laut. Konflik yang terjadi antara RI-Malaysia bisa menjadi ganjalan dalam mewujudkan ASEAN yang bersatu. Namun demikian, konflik ini juga lebih mudah diselesaikan melalui jalur diplomatic karena adanya wadah ASEAN tersebut. Sangat beresiko untuk membiarkan konflik ini berlarut-larut karena kedua negara ini mempunyai posisi penting dalam menjaga kestabilan wilayah Asia Tenggara.
2 Fak Ekonomi UMS-Maret 2005
Mengutamakan Jalur Diplomatik Penyelesaian terbaik bagi konflik Ambalat ini adalah melalui jalur diplomatic. Sikap reaktif sejumlah kalangan, termasuk saran beberapa anggota DPR untuk menggunakan kekuatan militer merupakan tindakan yang terlalu dini. Pemerintah Malaysia masih bersikap kooperatif dalam menyelesaikan masalah ini melalui perundingan. Penggunaan kekuatan militer hanya akan menyebabkan kestabilan Asia Tenggara dan juga kestabilan ekonomi-politik RI menjadi terganggu. Masalah-masalah yang ada di dalam negeri saat ini masih terlalu banyak dan memerlukan penyelesaian segera. Masalah pemulihan ekonomi, dampak kenaikan BBM, pemberantasan korupsi, penanganan illegal loging dan rehabilitasirekonstruksi NAD dan Sumut pasca tsunami memerlukan penyelesaian segera. Konflik bersenjata dengan negara lain adalah hal terakhir yang kita inginkan. Selain itu secara ekonomi, kita tidak akan mampu membiayai sebuah perang dengan APBN defisit. Kedaulatan NKRI adalah harga mati. Kita sepakat untuk hal ini, namun tidak perlu pemerintah membuang energi untuk membawa negara ini ke dalam sebuah konflik serius dengan negara lain. Penyelesaian diplomatic lebih masuk akal. Selain itu kemampuan diplomasi pemerintah saat ini bisa diandalkan, terbukti dari kesuksesan diplomasi pemerintah untuk membujuk GAM agar menarik tuntutan merdeka dan menerima otonomi khusus. Potensi ini harus dimanfaatkan. Semoga konflik RI-Malaysia ini bisa diselesaikan pemerintah dengan cara yang elegan.