You are on page 1of 3

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi-Politik

KONFLIK RI-MALAYSIA DALAM KONTEKS EKONOMI-POLITIK INTERNASIONAL


Anton A. Setyawan, SE,MSi Dosen Fak. Ekonomi Univ. Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Hp 08156718444 e-mail: agussetyawan-a@mailcity.com atau rmb_anton@yahoo.com Hubungan Republik Indonesia dengan Malaysia, saat ini berada dalam situasi menghangat, menyusul klaim Malaysia terhadap blok Ambalat di laut Sulawesi. Hal ini berawal dari penjualan hak eksplorasi blok Ambalat yang kaya minyak oleh perusahaan minyak Malaysia, Petronas kepada perusahaan minyak Belanda, Shell. Indonesia merasa yakin kawasan blok Ambalat ini termasuk ke dalam wilayah NKRI, dan bahkan sebelumnya pemerintah RI sudah menjual hak eksplorasi minyak di kawasan ini kepada perusahaan minyak Unocal. Secara diplomatic, RI sudah melayangkan protes resmi kepada pemerintah Malaysia. Namun, yang agak mengkhawatirkan, kekuatan militer kedua negara sudah mulai terlibat dalam konflik, meskipun dalam skala kecil. Saat ini ada tujuh kapal perang TNI AL yang berpatroli di kawasan konflik dengan dukungan beberapa pesawat pengintai. Patroli, sekaligus unjuk kekuatan militer itu dilakukan menyusul adanya pesawat AL Malaysia yang berpatroli di wilayah RI. Dalam perkembangannya sempat terjadi ketegangan antara kedua pihak, pada saat KRI Rencong TNI AL terlibat manuver dengan sebuah kapal perang Malaysia. Akhir-akhir ini hubungan RI-Malaysia tidak begitu harmonis, karena beberapa masalah yang melibatkan kedua negara. Sebelum ini, masalah TKI illegal juga sempat menganggu hubungan kedua negara, meskipun kemudian dapat diselesaikan secara baik. Namun, masalah saling klaim di Ambalat akan menjurus ke konflik yang serius bila tidak segera diselesaikan. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Indonesia juga kehilangan Sipadan dan Ligitan yang jatuh ke tangan Malaysia. Banyak pihak yang menyarankan pemerintah SBY agar bertindak secara tegas dalam masalah Ambalat ini, kerena hal ini menyangkut kedaulatan NKRI. Latar belakang militer presiden SBY membuat beliau tidak ragu-ragu menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan wilayah RI. Namun demikian,ada juga pihak yang mengkritik pemerintah
1 Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi-Politik

terlalu reaktif bila langsung menggunakan kekuatan militer. Hal ini dikarenakan, pemerintah belum mengoptimalkan jalur diplomatic untuk menyelesaikan masalah ini. Masalah ini menjadi serius karena wilayah yang diperebutkan adalah kawasan kaya minyak. Selain itu, kedaulatan sebuah negara dipertaruhkan dalam masalah ini. Motif Ekonomi-Politik Pada masa lalu, RI-Malaysia mempunyai sejarah hubungan yang tidak harmonis. RI di masa Soekarno menganggap Malaysia sebagai antek imperialisme karena kedekatannya dengan Inggris. Muncullah saat itu Dwikora, yang salah satu isinya adalah mengganyang Malaysia. Saat itu, sudah terjadi beberapa kali kontak senjata antara militer kedua negara. Politik Ganyang Malaysia pada tahun 60-an benar-benar dijiwai generasi pada masa itu, sehingga banyak pemuda yang bersedia masuk wamil dan dikirim di belantara Serawak untuk menyerbu Malaysia, meskipun banyak diantara mereka yang tidak kembali. Kenangan masa lalu itulah yang mengilhami masyarakat Indonesia sekarang bersikap lebih keras pada Malaysia, ditambah dengan perasaan terhina karena banyak TKI (illegal) yang tertangkap di negara jiran tersebut. Pemerintah RI sendiri menganggap keutuhan NKRI merupakan harga mati, sehingga setiap ancaman terhadap kedaulatan negara harus segera diatasi. Potensi minyak mentah di kawasan Ambalat merupakan penyebab lain kedua negara berusaha mempertahankan klaimnya. Malaysia mengklaim Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya berdasarkan peta yang mereka susun pada tahun 1979. Padahal peta itu bermasalah karena negaranegara di kawasan ASEAN, yaitu Singapura, Vietnam, Filiphina dan Thailand juga memprotes penggunaan peta tersebut. Indonesia mempertahankan kawasan Ambalat berdasarkan hukum internasional, yang menyatakan bahwa negara kepulauan memiliki batas luar wilayah sampai dengan 12 mil laut. Konflik yang terjadi antara RI-Malaysia bisa menjadi ganjalan dalam mewujudkan ASEAN yang bersatu. Namun demikian, konflik ini juga lebih mudah diselesaikan melalui jalur diplomatic karena adanya wadah ASEAN tersebut. Sangat beresiko untuk membiarkan konflik ini berlarut-larut karena kedua negara ini mempunyai posisi penting dalam menjaga kestabilan wilayah Asia Tenggara.
2 Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi-Politik

Mengutamakan Jalur Diplomatik Penyelesaian terbaik bagi konflik Ambalat ini adalah melalui jalur diplomatic. Sikap reaktif sejumlah kalangan, termasuk saran beberapa anggota DPR untuk menggunakan kekuatan militer merupakan tindakan yang terlalu dini. Pemerintah Malaysia masih bersikap kooperatif dalam menyelesaikan masalah ini melalui perundingan. Penggunaan kekuatan militer hanya akan menyebabkan kestabilan Asia Tenggara dan juga kestabilan ekonomi-politik RI menjadi terganggu. Masalah-masalah yang ada di dalam negeri saat ini masih terlalu banyak dan memerlukan penyelesaian segera. Masalah pemulihan ekonomi, dampak kenaikan BBM, pemberantasan korupsi, penanganan illegal loging dan rehabilitasirekonstruksi NAD dan Sumut pasca tsunami memerlukan penyelesaian segera. Konflik bersenjata dengan negara lain adalah hal terakhir yang kita inginkan. Selain itu secara ekonomi, kita tidak akan mampu membiayai sebuah perang dengan APBN defisit. Kedaulatan NKRI adalah harga mati. Kita sepakat untuk hal ini, namun tidak perlu pemerintah membuang energi untuk membawa negara ini ke dalam sebuah konflik serius dengan negara lain. Penyelesaian diplomatic lebih masuk akal. Selain itu kemampuan diplomasi pemerintah saat ini bisa diandalkan, terbukti dari kesuksesan diplomasi pemerintah untuk membujuk GAM agar menarik tuntutan merdeka dan menerima otonomi khusus. Potensi ini harus dimanfaatkan. Semoga konflik RI-Malaysia ini bisa diselesaikan pemerintah dengan cara yang elegan.

3 Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

You might also like