You are on page 1of 4

>> Penegakan Hukum di Indonesia

200 9

Hukuman mati ialah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya. LAHIRNYA HUKUMAN MATI DI INDONESIA Hukuman mati sekarang ini banyak dilakukan atau divoniskan pada orang yang benar bersalah maupun yang terpaksa menerima kesalahan teman atau jaksa yang menerima bayaran untuk menghakimi seseorang. Sebenarnya, dalam pengertian hukum itu sendiri, dapat kita ketahui bahwa hukuman mati merupakan salah satu bentuk sanksi pidana yang mengandung keseluruhan ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan sekaligus memaksa si Terhukum. Adapun tujuan hukuman tersebut adalah : menegakkan norma hukum dan secara preventif akan membuat orang takut melakukan pelanggaran yang telah ditetapkan, karena si Terhukum akan menjadi contoh yang menakutkan bagi setiap orang untuk melakukan pelanggaran. pembalasan yang lebih menonjol dalam masyarakat primitif, penghapusan dosa yang dilatarbelakangi pandangan religius untuk menghapus kesalahan dengan penderitaan setimpal, melindungi kepentingan umum dan memperbaiki penjahat yang akan melakukan kejahatan. Ada juga mengatakan bahwa hukuman mati sesuai dengan undang-undang di Indonesia yang mengakui hukuman maksimal yaitu hukuman mati. Dengan demikan, hal-hal diataslah yang menjadi latar belakang munculnya hukuman mati di Indonesia.

PRO KONTRA PELAKSANAAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA


1. Pro Kelompok pendukung hukuman mati beranggapan bahwa bukan hanya pembunuh saja yang punya hak untuk hidup dan tidak disiksa, masyarakat luas juga punya hak untuk hidup dan tidak disiksa. Untuk menjaga hak hidup masyarakat, maka pelanggaran terhadap hak tersebut patut dihukum mati. Dalam berbagai kasus, banyak pelaku kejahatan yang merupakan residivis yang terus berulang kali melakukan kejahatan karena ringannya hukuman. Seringkali penolakan hukuman mati hanya

>> Penegakan Hukum di Indonesia

200 9

didasarkan pada sisi kemanusiaan terhadap pelaku tanpa melihat sisi kemanusiaan dari korban sendiri,keluarga, kerabat ataupun masyarakat yang tergantung pada korban. Lain halnya bila memang keluarga korban sudah memaafkan pelaku tentu vonis bisa diubah dengan prasyarat yang jelas. 2. Kontra Meski masih begitu banyak undang-undang yang mencantumkan hukuman mati, sebetulnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum tertinggi melarang negara untuk mencabut nyawa manusia demi alasan apa pun. Pasal 28 Ayat 1 menyebutkan "Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun". Selain itu, sejak merativikasi Kovenan HAM Internasional bidang Sipil dan Politik pada tahun 2005, sebetulnya Indonesia juga terikat pada segala ketentuan dalam kovenan itu, terutama pada bagian hak untuk hidup (rights to life), yaitu pada bagian III. Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan, Setiap manusia berhak atas hak untuk hidup dan mendapatkan perlindungan hukum dan tiada yang dapat mencabut hak itu. Amanat dalam kovenan ini mewajibkan negara yang meratifikasi untuk menurunkannya ke dalam aturan hukum nasional.

HUKUMAN MATI DI INDONESIA


Hingga 2006 tercatat beberapa peraturan perundang-undangan yang masih memiliki ancaman hukuman mati, seperti: KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di dalam Bab II Hukuman-Hukuman Pasal 10:
hukuman-hukuman pokok: (1) hukuman mati; (2) hukuman penjara; (3) hukuman kurungan; (4) hukuman denda.

Pasal 63: Pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu
diancamkan secara alternatif.

UU Narkotika UU Nomor 35 Tahun 2009 : Memiliki narkotika lebih dari lima gram sanksinya hukuman
mati.

UU Anti Terorisme

>> Penegakan Hukum di Indonesia

200 9

Undang-Undang Tindak

Pidana Terorisme bagi setiap perusak lingkungan.

Pelakunya dikategorikan sebagai teroris dengan ancaman hukuman berupa pidana mati atau dipenjara minimal selama empat tahun.

UU Pengadilan HAM(UU No 26 Tahun 2000) Pasal 36


Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun dan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi BAB II (TINDAK PIDANA KORUPSI), Pasal 2 ayat (2):
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

OPINI TENTANG HUKUMAN/PIDANA MATI DI INDONESIA Apakah hukuman mati itu diperbolehkan? Dalam hal ini perlu sikap yang konsisten, artinya, kita tidak boleh setuju hanya karena si Terpidana orang yang kita benci. Atau sebaliknya, kita menolak karena faktor kedekatan emosi. Lalu, apa kata Alkitab? Dalam Perjanjian Lama (PL), hukuman mati itu diatur dengan jelas, mulai dari yang teologis hingga teknis hukumnya. Secara teologis tampak jelas ada hukuman mati dari ucapan Tuhan kepada Adam, agar tidak
memakan buah yang ada di tengah taman, karena jika dilanggar hukumannya mati (Kej 2:1617); lalu dalam Kej 9:6, juga tersirat dengan jelas, darah ganti darah.

Secara teknis hukum, juga diatur dalam Kel 21:12-36, yaitu hukuman mati bagi yang
sengaja membunuh, dan bagi yang tidak sengaja membunuh diatur secara tersendiri dengan adanya kota perlindungan (Bil 35:10-34).

Sementara dalam Perjanjian Baru (PB), tidak ada pengaturan khusus tentang hukuman mati. Mengapa terdapat perbedaan yang cukup menonjol antar PL dan PB? Harus dipahami dalam PL hukuman mati diatur begitu tegas sebagai wujud akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, dan manusia adalah objek yang harus menanggung hukuman dosa itu. Keberdosaan yang mengakibatkan ketidakberdayaan manusia sebagai gambar yang rusak. Dalam PB, Yesus datang sebagai penebus dosa yang menanggung semua akibat dari dosa dengan kematian-Nya di kayu salib (I Kor 15: 21-22, Rom 5: 6-11, I Pet 2: 24, dll). Yesus telah memulihkan gambar yang rusak itu (Ef 5: 21-24). Sekarang kita hidup di zaman KASIH KARUNIA, dan sebagai orang percaya, kita bukan lagi manusia lama, tapi kita ciptaan baru. (Jadi siapa yang ada di dalam Kristus,

>> Penegakan Hukum di Indonesia

200 9

ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang -2 Kor 5:17). Jadi, sebagai ciptaan yang baru, sudah seharusnya kita mengemban semangat yang baru, yaitu semangat yang menghidupkan, lewat pengampunan. Namun ini jangan disalahartikan sebagai kasih yang mengabaikan hukum. Hukum tanpa kasih itu kejam, namun kasih tanpa hukum adalah liar, tidak bertanggung jawab. Dengan berbagai penjelasan di atas, saya pikir, sudah seharusnya kita sepakat menolak hukuman mati. Argumentasi bahwa orang akan makin berani melanggar hukum jika tidak ada hukuman mati, tidaklah tepat! Orang berani melanggar hukum bukan karena tidak adanya hukum mati, melainkan lemahnya model hidup benar. Lagi pula, bukankah hukuman mati justru mempersingkat sekaligus mempermudah, dan meloloskan terdakwa dari hukuman rasa bersalah, dari gugatan hati nurani yang justru merupakan hukuman terberat?! Mengapa tak tersedia ruang perenungan, untuk menyadari kesalahan dan menebusnya dari balik terali besi? Menurut saya, apa yang terjadi dalam penjara harus lebih diperhatikan, dimanusiawikan, dan dijadikan tempat membangun kesempatan untuk sadar dan hidup benar. Kalaupun seorang terpidana harus mati, biarlah yang berhak mengambil nyawa mengesekusinya, yaitu Tuhan, bukan manusia! Mengatasnamakan hukum pun tak cukup untuk menghabisi hidup seseorang!

You might also like