You are on page 1of 27

KASUS I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Status Alamat : M. Fikri : 19 tahun : Laki-laki : belum menikah : Jl.

Angsana 1 No. 43 RT/RW. 01/03, Pejaten Timur, Pasar Minggu. Agama Pekerjaan Pendidikan Suku : Islam : Office boy : SLTA : Betawi

Tanggal Masuk RS : 3 Mei 2011

II.

Anamnesis Telah dilakukan auto dan alloanamnesis kepada kaka pasien

Keluhan Utama : Sesak sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang Os datang ke ugd rs budhi asih pukul 4 pagi dengan keluhan sesak sejak 2 hari smrs. Sesak dirasakan muncul pada malam hari menjelang pagi sekitar pukul 2 pagi. Sesak timbul mendadak pada os saat sedang tidur dan membuat os tidak bisa tertidur lagi sampai pagi. Os merasa dadanya sakit seperti terhimpit benda keras. Saat sesak os mengeluarkan bunyi ngik yang cukup keras sehingga kakak os pun ikut terbangun karenanya. Serangan sesak yang os rasakan cukup lama, kira-kira bila sudah menjelang pagi os baru merasa cukup baikan. Bila sedang terjadi sesak, os hanya bisa menungging atau duduk di tempat tidur sambil meninggikan dengan 3 bantal dan tidur agak miring untuk mengurangi sesaknya. Saat sesak os masih bisa berkomunikasi per kalimat dan kesadarannya masih baik. Dalam kehidupan sehari-harinya os juga sering mengalami sesak bila dalam cuaca yang dingin dan pekerjaan aktivitas yang berat. Os juga merasa demam sejak 3 hari yang lalu, demam dirasakan hilang timbul. Os juga mengeluh ada rasa mual tetapi tidak muntah. Os juga mengeluh nyeri di ulu hati dan rasa tidak enak diperutnya. Os juga mengalami sering bersin dengan ingus yang encer dan batuk setiap pagi sebelumnya. Bersin terhitung lebih dari lima kali setiap paginya, hidung terasa tersumbat dan gatal. Batuk dirasakan berdahak berwarna putih dan tidak kental atau lengket. Bersin dengan ingus yang encer dan batuk berdahak ini juga dirasakan os sejak kurang lebih setahun yang lalu. Biasanya gejala sering muncul saat cuaca dingin. Bab os normal dan bak normal. Sebelumnya os memang sering mengalami hal seperti ini. Os sebelumnya tidak pernah melakukan pengobatan untuk gejalanya. Os memang mengaku menderita asma sejak kurang lebih sejak setahun yang lalu Os mengatakan sering mengalami sesak nafas seperti ini hampir setiap hari, namun biasanya tidak pernah sampai separah ini. Keluhan penurunan berat badan yang tiba-tiba dan keringat malam disangsal. Keluhan sukar menelan dan suara serak juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya os pernah mengalami sakit TB, dan menjalani pengobatan selama 6 bulan, dan dinyatakan telah sembuh oleh dokter.

Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga os, ayah os juga menderita asma dan mengalami hal yang sama seperti os. Ibu os menderita penyakit Diabetes mellitus. Riwayat hipertensi disangkal dalam keluarga.

Riwayat Alergi Os juga mengalami sering bersin dengan ingus yang encer dan batuk setiap pagi sebelumnya. Batuk dirasakan berdahak berwarna putih dan tidak kental atau lengket. Bersin dengan ingus yang encer dan batuk berdahak ini juga dirasakan pasien sejak kurang lebih setahun yang lalu. Biasanya gejala sering muncul saat cuaca dingin. Alergi makanan tertentu, bulu binatang, debu disangkal oleh pasien.

Riwayat Kebiasaan Os merokok sejak kurang lebih sejak setahun yang lalu. Dalam sehari os menghabiskan kira-kira 5 batang rokok. Os juga sering lembur karena pekerjaannya. Os tidak meminum alcohol atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Pola makan os cukup baik yaitu 3x sehari.

Pemeriksaan Fisik Kesadaran Keadaan umum Tanda-tanda vital :


Tekanan darah: 100/65 mmHg Nadi

: Compos mentis : Sakit sedang

: 60x/menit, reguler, equal, dan isi nadi cukup


3

Suhu Pernafasan

: 37 C, axiller : 24x/menit, abdominotorakal

Kepala Wajah Mata Telinga

: normocephali, bentuk bulat, tidak ada deformitas, rambut hitam. : simetris, warna kulit coklat, tidak tampak facies pada penyakit tertentu. : CA +/+, SI -/-, pupil isokor, refleks langsung +/+, refleks tidak langsung +/+. : normotia, terdapat sepasang, simetris, nyeri tarik -, nyeri ketok mastoid -, nyri

tragus -, liang telinga tidak menyempit, serumen -. Hidung Bibir : lubang hidung sama besar, deviasi septum -, hiperemis -, sekret +/+. : warna merah, lembab, tidak pecah-pecah, tidak kering.

Gigi dan gusi : tidak terdapat karies gigi, gusi tampak normal, tidak hiperemis. Lidah : ukuran normal, hiperemis -, tremor -, tidak kotor.

Mukosa mulut dan palatum : inflamasi -, warna pink. Leher Thorax : aktif, kaku kuduk -, tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, JVP 5+1cm H2O :
Inspeksi : bentuk thorax normal, gerak dinding dada simetris pada pernafasan baik

statis maupun dinamis, terdapat retraksi suprasternal. Palpasi : gerak nafas kanan-kiri simetris, vocal fremitus simetris.
Perkusi : redup pada sela iga 2 kiri.

Batas paru hepar : ICS VIII garis midclavicula dextra Batas paru gaster : ICS IX garis axillaris anterior Batas paru - kanan jantung : ICS V garis midclavicularis dextra Batas atas jantung : ICS II garis parasternalis kiri
4

Batas paru - kiri jantung : 1 cm medial garis midclavicularis kiri. Auskultasi : suara nafas vesikuler, rh +/+, wh +/+. BJ I II reguler, murmur -, gallop -. Abdomen :
Inspeksi Auskultasi Palpasi

: datar, warna kulit coklat, tidak ada kelainan pada kulit. : bising usus + normal. : supel, defans muscular -, nyeri tekan +, nyeri lepas -, turgor kulit

baik
Perkusi

: Timpani

Genitalia Extremitas atas Extremitas bawah

: tidak dilakukan pemeriksaan : akral hangat +, oedem -, ikterus - mobilitas aktif. : akral hangat +, oedem -, ikterus - mobilitas aktif

Pemeriksaan Penunjang Hematologi Leukosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit 13,2 ribu (N 5 10) 15,9 g/dl (N 13 16) 46 % (N 40 48) 269 ribu (N 150 400) Salmonella Paratyphi BO Salmonella Paratyphi CO Salmonella typhii H Salmonella Paratyphi AH Salmonella Paratyphi BH Salmonella Paratyphi CH negative negative Elektrolit Natrium 143 mEg/l (N 135 153)
5

negative negative negative negative negative negative

Imuno Serologi - Widal Salmonella typhii O Salmonella Paratyphi AO

Kalium 5,3) Chlorida Kalsium

3,9 mEg/l (N 3,5

Hematologi Jumlah Eosinofil 409 (N 50 300) 3 mm/jam (N <10)

108 mEg/l (N 98 109) 10,6 mg/dl (N 8,5 10,5)

Laju Endap Darah

Radiologi (3/3/2011)

Infiltrat diparu kiri atas, hilus baik, cor normal Kesan : Suspect Proses Spesifik

Asma Kontrol Test 1. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma mengganggu anda untuk melakukan pekerjaan sehari-hari (kantor, rymah, dll)? : SERING (2) 2. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak nafas? : SERING (2)

3. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering asma (bengek, batuk-batuk, sesak nafas, nyeri dada) menyebabkan anda terbangunmalam/lebih awal? : 4X/ LEBIH DALAM SEMINGGU (1) 4. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat semprot/ obat oral untuk melegakan pernafasan? : TIDAK PERNAH (5) 5. Menurut anda, bagaimana tingkat kotrol asma anda dalam 4 minggu terakhir? : TIDAK TERKONTROL SAMA SEKALI (1) Jumlah : 2+2+1+5+1 = 11 (TIDAK TERKONTROL) *Kriteria : 25 20 24 </= 19 (TERKONTROL PENUH) (TERKONTROL SEBAGIAN) (TIDAK TERKONTROL)

Spirometri Pre Bronkodilator PRED VC TEST VC FVC TEST FVC FEV1 FEV1/FVC MMF PEF V 75 V 50 4,34 4,07 77,5 5,49 11,43 6,19 3,59 1,28 1,36 L 1,12 L 82,3 % 1,03 L/s 2,51 L/s 1,82 L/s 1,22 L/s 0,56 L/s 31,3% 27,5% 106,2% 18,8% 22,0% 19,7% 15,6% 25,8%
7

ACTL 1,60 L

%PRED 36,9 %

4,34

V 25 V 25/Ht Index

0,33 L/s/m 25,8 %

Post Bronkodilator PRED VC TEST VC FVC TEST FVC FEV1 FEV1/FVC MMF PEF V 75 V 50 V 25 V 25/Ht Index 4,34 4,07 77,5 5,49 11,43 6,19 3,59 1,28 1,73 L 1,48 L 85,5% 1,60 L/s 3,53 L/s 3,01 L/s 1,77 L/s 0,80 L/s 0,47 L/s/m 34,1 % 39,9% 36,4% 110,3% 29,1% 30,9% 28,6% 22,3% 36,7% 4,34 ACTL 1,89 L %PRED 71,6%

Variabilitas : 1,48 - 1,12 x 100% = 32,14 % ASMA 1,12

Ringkasan
8

M. Fikri, 19 tahun, laki-laki datang ke UGD RS Budhi Asih pukul 4 pagi dengan keluhan sesak sejak 2 hari SMRS. Sesak dirasakan muncul pada malam hari menjelang pagi sekitar pukul 2 pagi. Sesak timbul mendadak pada os saat sedang tidur dan membuat os tidak bisa tertidur lagi sampai pagi. Os merasa dadanya sakit seperti terhimpit benda keras. Saat sesak os mengeluarkan bunyi ngik yang cukup keras. Os juga merasa demam sejak 3 hari yang lalu, demam dirasakan hilang timbul. Os juga mengeluh ada rasa mual tetapi tidak muntah. Sakit perut disangkal oleh os. Os juga mengalami sering bersin dengan ingus yang encer dan batuk setiap pagi sebelumnya. Batuk dirasakan berdahak berwarna putih dan tidak kental atau lengket. Biasanya gejala sering muncul saat cuaca dingin. Bab os normal dan bak normal.

Daftar Masalah 1. Asma Bronkiale 2. Rhinits Alergi 3. Dispepsia

Analisis Masalah 1. Asma Bronkiale Pada anamnesis didapatkan os Sesak dirasakan muncul pada malam hari menjelang pagi sekitar pukul 2 pagi. Sesak timbul mendadak pada os saat sedang tidur dan membuat os tidak bisa tertidur lagi sampai pagi. Os merasa dadanya sakit seperti terhimpit benda keras. Saat sesak os mengeluarkan bunyi ngik yang cukup keras. Dari pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi terdapat retraksi suprasternal, dan auskultasi terdapat rhonki +/+ dan wheezing +/+. Pada pemeriksaan lab, didapatkan jumlah eosinofil sebesar 409 yang menunjukan beratnya proses inflamasi. Pada pemeriksaan Asma Control Test didapatkan pasien memiliki asma yang tidak terkontrol, dan pada pemeriksaan spirometri didapatkan variabilitas sebesar 32% yang menandakan pasien memang menderita asma.
9

Diagnosis Banding : Bronkitis PneumoniaRencana diagnostik : (-) Rencana Terapi : - pemberian Oksigen 2L/ menit - BK III 2 x 1 - Inhalasi Ventolin : Flexotid (3:2) 2. Rhinitis Alergi Pada anamnesis didapatkan Os juga mengalami sering bersin dengan ingus yang encer dan batuk setiap pagi sebelumnya. Bersin terhitung lebih dari lima kali setiap paginya, hidung terasa tersumbat dan gatal. Batuk dirasakan berdahak berwarna putih dan tidak kental atau lengket. Bersin dengan ingus yang encer dan batuk berdahak ini juga dirasakan os sejak kurang lebih setahun yang lalu. Biasanya gejala sering muncul saat cuaca dingin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan terdapat sekret pada kedua lubang hidung, dan pada pemeriksaan lab juga didapatkan jumlah sebesar 409 yang menunjukan beratnya proses inflamasi. Rencana terapi : - Ceterizin 2 x 1 - Ambroxol syrup 3 x 1 3. Dispepsia Pada anamnesis didapatkan Os juga mengeluh ada rasa mual tetapi tidak muntah.Os juga mengeluh nyeri di ulu hati dan rasa tidak enak diperutnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan palpasi abdomen nyeri tekan +, nyeri lepas + Rencana terapi : - Acran 2 x 1 - Fucoidon 1 x 1 Prognosis

1. Ad Vitam : Dubia ad Bonam


10

2. Ad Functionam : Dubia ad Bonam 3. Ad Sanationam : Dubia ad Bonam


Follow up Tanggal 3 Mei 2011 S Pusing Demam (+) Mual (-) Muntah (-) Batuk (+) Sesak (+) O TD : 100/65 Suhu : 37 C HR : 60 RR : 24 Leukosit : 13,2 A Obs.febris Dispepsi bronkitis P Asering/ 20 tpm Acran 2x1 Pct 3x1 Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1 4 Mei 2011 Demam (+) Riwayat (+) Batuk dahak Mual (-) Muntah (-) (+) TD : 100/80 Obs. Febris Bronchitis asma Asering/ 20 tpm Acran 2x1 Pct 3x1 Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1 5 Mei 2011 Demam (+) Riwayat (+) Batuk (+)
11

asma Suhu : 36,5 C HR : 78 RR : 20 Leukosit : 13,2 LED : 3

TD : 110/80

Obs. Febris Bronchitis asma

Asering/ 20 tpm Acran 2x1 Pct 3x1

asma Suhu : 36,5 C HR : 80

dahak Sesak (-)

RR : 18 Ronki +/+ Wh +/+

Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1 Lasal syrp 3x1 Zistic 1x500 Bisolvon 3x1

6 Mei 2011

Demam (-) Batuk (+) Sesak malam hari (+)

TD : 90/70

Bronchitis asma

Asering/ 20 tpm Acran 2x1 Pct 3x1 Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1 Lasal syrp 3x1 Zistic 1x500 Bisolvon 3x1 BK III 3x1

dahak Suhu : 36,5 C HR : 82 RR : 18 Jumlah eosinofil: 409

7 Mei 2011

Sesak (+) Pusing (+)

TD : 100/60 Suhu : 36,8 C

Bronchitis Asma

Asering + lasal 1,5 cc/ 8 jam

12

Demam (-) Batuk (+)

HR : 70

Febris ec viral

Acran 2x1 Pct 3x1 Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1 Lasal syrp 3x1 Zistic 1x500 Bisolvon 3x1 BK III 3x1 Inhalan Ventolin :

dahak RR : 22

flexotid (3:2) 3x Cetirizin 2x1 8 Mei 2011 Sesak (-) Pusing (+) Demam (-) Batuk dahak (-) TD : 110/80 Suhu : 36,9 C HR : 68 RR : 20 Asma dengan Asering + lasal 1,5 cc/ 8 jam Acran 2x1 Pct 3x1 Imboost 2x1 Fucoidon 2x1 Ceftriaxon 2x1 Ambroxol 3x1
13

perbaikan Febris ec viral

Lasal syrp 3x1 Zistic 1x500 Bisolvon 3x1 BK III 3x1 Ventolin :

flexotid (3:2) 3x Cetirizin 2x1

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya

14

periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008) Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu : - Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas - Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi - Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik - Bersifat reversibel Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam. (Medlinux,2008) Gambaran klinis Status Asmatikus : - Penderita tampak sakit berat dan sianosis. - Sesak nafas, bicara terputus-putus. - Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat. - Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma. (Medlinux,2008) II.2. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap bendabenda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
15

antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003) Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung, 2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003) II.3. Gejala Klinis Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat. (Medicafarma,2008) Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama
16

sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat. (Medicafarma,2008) Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia. (Medicafarma,2008)

II.3. Pemeriksaan Penunjang II.3.1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. (Medicafarma,2008 Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
17

terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan. (Medicafarma,2008) II.3.2. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: - Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. - Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. - Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. - Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. II.3.3. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel. (Medicafarma,2008) III.3.4. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : - Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation. - Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

18

- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. (Medicafarma,2008) II.4. Klasifikasi Asma : A.Berdasarkan Etiologi a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. (Medicafarma,2008) Asma Ekstrinsik dibagi menjadi (i) Asma ekstrinsik atopik Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut: - Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1 - Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehdupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun - Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda - Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannya gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai dengan gejala yang lebih berat, maka prognosis menjadi jelek. - Perubahan alamiah terjadi karena adanya kelainan dari kekebalan tubuh pada IgE yang timbul terutama pada awal kehidupan dan cenderung berkurang di kemudian hari
19

- Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif - Dalam darah menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik - Ada riwayat keluarga yang menderita asma - Terhadap pengobatan memberikan respon yang cepat (Medicafarma,2008) (ii) Asma ekstrinsik non atopik Memiliki sifat-sifat antara lain - Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergen yang spesifik - Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif - Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik - Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian hari (Medicafarma,2008) b. Intrinsik/idiopatik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. (Medicafarma,2008) Sifat dari asma intrinsik : - Alergen pencetus sukar ditentukan - Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi hasil negatif - Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asma dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda- beda

20

- Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma - Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid. Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60% (Muchid dkk, 2007) C.Berdasarkan terkontrol atau tidaknya asma

II.5. Penatalaksanaan II.5.1 PENDIDIKAN / EDUKASI KEPADA PENDERITA DAN KELUARGA Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak. (Medlinux,2008) Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah : 1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna. Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi. Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang secara teratur. (Medlinux,2008)
21

2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti : Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan spora jamur. Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu. Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan. Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab. Infeksi saluran pernafasan. Pemakaian narkoba atau napza serta merokok. Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan. Stres fisik atau kelelahan. (Medlinux,2008) Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari faktorfaktor si atas. (Medlinux,2008) 3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan mengurangi serangan : Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat individual). Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es. Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza. Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan. Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab. Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek. Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis maupun obat profilaksis. Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air hangat guna membantu pengenceran dahak. Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di lingkungan dengan temperatur hangat. (Medlinux,2008) 4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat obatan yang
22

diberikan oleh dokter : Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus. Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak. Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran nafas. 5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan. 6. Mengetahui kapan self treatment atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera mencari pertolongan dokter. (Medlinux,2008) Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah tentang asma, seperti : 1. Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama. 2. Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan. 3. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat bila sesak nafas berkurang atau hilang. (Medlinux,2008)

B. PENGOBATAN 1. PENGOBATAN SIMPTOMATIK Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah : a. Mengatasi serangan asma dengan segera. b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.
23

c. Mencegah serangan berikutnya. 2. PENGOBATAN PROFILAKSIS Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut : a. Menghambat pelepasan mediator. b. Menekan hiperaktivitas bronkus. Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah : a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik. b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid. c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai. d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan meringankan beratnya serangan. Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah : a. Steroid dalam bentuk aerosol. b. Disodium Cromolyn. c. Ketotifen. d. Tranilast. (Medlinux,2008) 3. TATALAKSANA KASUS DI PUSKESMAS :

24

Dengan segala keterbatasan yang ada dokter Puskesmas harus bisa memberikan pertolongan kepada penderita serangan asma. Penegakkan diagnosa yang tepat dengan tindakan yang benar, cepat dan akurat akan sangat menolong penderita. (Medlinux,2008) a. TATALAKSANA ASMA AKUT INTERMITEN 1. Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau 2. Salbutamol : 3 X 0,05-0,1 mg/kg BB 3. Bila ada batuk berikan ekspectoran 4. Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika (Medlinux,2008) b. TATALAKSANA ASMA BERAT DAN STATUS ASMATIKUS 1. Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian, atau 2. Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan. Catatan : pemberian Adrenalin pada orang tua harus hati-hati, dan tidak boleh diberikan pada penderita hipertensi dan penyakit jantung. 3. Dexametason 5 mg IV. 4. Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit 5. Bila tidak ada respon dianggap sebagai Status Asmatikus : Pasang infus Glukosa 5% atau NaCl 0,9% : 2-3 lt/24 jam. Rujuk segera ke Rumah Sakit. (Medlinux,2008)

25

DAFTAR PUSTAKA Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2008 dari Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma- bronkiale.html Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 24 September 2008 dari Medicine and Linux http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-bronkial.html Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Diakses 24 September 2008 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI: http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 24 September 2008 dari USU digital library: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf

26

27

You might also like