You are on page 1of 1

"Kau sudah besar nak, sudah saatnya kau mulai bekerja dan berpenghasilan.

Kau harus mulai belajar menghidupi dirimu sendiri, kata orang tua itu pada anaknya yang sudah dewasa. besok pagi, pergilah ke kota. Carilah pekerjaan. Gunakan kemampuanmu. Jangan pulang sebelum bisa membawakanku sekeping uang, lanjut bapak itu. Besoknya, sang anak keluar dari rumah dan berjalan menuju kota. Ia berputar-putar mendatangi beberapa tempat untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba ia bertemu ibunya di suatu toko. Sang ibu merasa kasihan kepada anaknya dan tidak ingin anaknya kesusahan. Ia memberikan sekeping uang pada anaknya dan berkata: bawalah ini untuk ayahmu, nak. Menjelang senja sang anak pulang dan menemui ayahnya yang sedang beristirahat di samping tungku penghangat ruangan. Ia menghampiri ayahnya dan lalu memberikan sekeping uang pada ayahnya. Sang ayah melihat-lihat koin itu kemudian melemparkannya ke perapian. Anaknya hanya diam tertunduk tanpa berani berkata apa-apa. Sang ayah berkata: besok, pergilah ke kota dan jangan pulang sebelum kau bawakan uang untukku. Besoknya anak itu pergi lagi ke kota. Beberapa jam ia berkeliling, ia bertemu ibunya lagi. Ibu itu memberikan satu koin emas pada anaknya sambil berkata: tinggallah di kota selama beberapa hari, lalu pulanglah dan berikan ini pada ayahmu. Jaga diri baik-baik, nak. Ibu menyayangimu. Sang anak mematuhi kata-kata ibunya dan tinggal di kota selama tiga hari kemudian pulang. Cerita sebelumnya terulang lagi. Sang ayah duduk di dekat perapian dan sang anak mendatanginya lalu memberikan sekeping uang. Orang tua itu membolak-balikkan koin sambil mengamatinya, lalu melemparkannya lagi ke dalam api. Sang anak pun diam seribu bahasa dan berlalu. Sang ayahpun mengulangi kata-katanya yang kemarin. Kejadian kali ini membuatnya berpikir keras. Apa sebenarnya maksud ayahnya itu. Mengapa ia melempar uang ke dalam api?. Besoknya ia pergi lagi ke kota. Ketika ibunya menemuinya lagi, ia menolak pemberian ibu dan menyuruhnya pulang. Lalu ia berkeliling mencari pekerjaan. Setelah dapat, ia mulai bekerja keras. Sehari, dua hari, seminggu, hingga sebulan anak itu tidak pulang. Sang ibu pun cemas di rumah. Setelah sebulan, sang anak pulang mendatangi ayahnya di dekat perapian dan memberikan uang hasil kerjanya. Sang ayah menerima itu lalu melemparkannya lagi ke dalam api. Seketika anak itu melompat dan menghunjamkan tangannya ke dalam api sambil mengorek-orek untuk mengambil lagi koinnya. Tangan anak itu terbakar hingga akhirnya ia bisa mengambil uangnya. Melihat itu, sang ayah tersenyum manis dan mulai berkata-kata: anakku, bapak bisa tahu uang yang kau dapatkan dulu itu bukan dari hasil jerih payahmu, karena kau bisa merelakannya begitu saja ketika bapak melemparnya ke perapian. Sekarang kau paham, uang yang kau dapatkan dengan bersusah payah tidak akan kau lepas begitu saja. Bekerjalah nak, dan jangan kau sia-siakan hasil kerjamu. Gunakanlah dengan sebaik-baiknya.

You might also like