You are on page 1of 21

1

BAB II LANDASAN TEORI


A. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Anak tunagrahita adalah bagian dari anak berkebutuhan khusus yang memerlukan layanan pendidikan khusus. Kebutuhan anak tunagrahita terhadap layananan pendidikan khusus disebabkan oleh keberadaan mereka yang memiliki berbagai kelemahan. Sebagai tinjauan untuk mengetahui keberadaan mereka. Berikut ini pengertian tunagrahita sebagai mana dikemukakan astati (2001:2) sebagai berikut: Ketunagrahitaan mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah ratarata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam masa perkembangan. Dari kutipan tersebut terlihat keberadaan ketunagrahitaan yang meliputi: kekurangan dalam kecerdasan; kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian yang terjadi pada periode perkembangan. Sementara itu T. Sutjihati Somantri (2006:103)

mengemukakan pengertian tunagrahita sebagai berikut: istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental defisiency, mental defective, dan lain-lain. Bertitik tolak dari kutipan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mengalamii hambatan dalam

perkembangan intelektual, penyesuaian diri dan mereka memerlukan pendidikan khusus. 2. Klasifikasi Pada umumnya pengelompokan anak tunagrahita didasarkan pada taraf intelegensinya. Mengenai klasifikasi/pengelompokan anak

tunagrahita ini menurut amin (1986:5) adalah sebagai berikut: a. Tunagrahita Ringan Anak yang paling cerdas diantara anak tunagrahita mereka masih memiliki potensi untuk mempelajari mata pelajaran seperti membaca,berhitung, menulis. Mereka dikatakan tunagrahita ringan pembendaharaan katanya terbatas tetapi penguasaan bahasanya memadai, sekurang-kurangnya memadai untuk situasi-situasi tertentu. Kecerdasan anak tunagrahita ringan tidak akan lebih dari anak berumur 8-12 tahun. Kecepatan perkembangannya kira-kira tiga perempat kecepatan anak normal. b. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang dapat berkomunikasi dengan beberapa kata tetapi tidak dapat berkomunikasi secara tertulis serta berhitung sebenarnya, kemampuan bahasanya terbatas, kata-kata sederhana, bias diajarkan tetapi tanpa pengertian. Mereka harus dibingbing sebab mereka harus memerlukan pemeliharaan dan pengawasan serta bantuan ekonomi dari orang lain. Tetapi mereka dapat membedakan beberapa bahaya yang bersifat umum. Kecerdasan anak limbesil tidak akan lebih dari anak berumur 6 tahun. Kecepatan perkembangannya kira-kira setengah kecepatan anak normal. c. Tunagrahita Berat Golongan ini termasuk golongan paling rendah dan sama sekali tidak dapat mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Pekerjaan-pekerjaan sederhana seperti memakai pakaian, membua pakaian kebelakang, makan sama sekali tidak dapat mereka pelajari. Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya, sepanjang waktunya memerlukan uluran dan bantuan dari orang lain. Pembendaharaan katanya terbatas bahkan ada yang sama sekali tidak mempunyai pembendaharaan kata. Kecerdasan anak tunagrahita berat tidak akan lebih dari anak normal yang berumur tiga tahun kecepatan perkembangan kecerdasan kira-kira seperempat kecepatan anak normal. d. Tunagrahita Sangat Berat Hampir semua anak yang cacat mental mempunyai cacat ganda yang menghambat prosedur pengajaran normal. Misalnya sebagai tambahan cacat mental tersebut sianak lumpuh (karena cacat otak) dan tuli. Tujuan pelatihan bagi anak-anak ini adalah untukmembentuk suatu

tingkatan penyesuaian sosial dalam situasi lingkungan terbatas (terkendali). Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa akibat hambatan kecerdasannya, anak tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbeda dengan anak pada umumnya, sehingga dalam penanganannya mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. 3. Karakteristik Karakteristik anak tunagrahita merupakan cirri tertentu yang ada pada anak tunagrahita yang berbeda dengan anak normal (biasa) lainnya. Dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita, sebaiknya diketahui dulu karakteristik yang dimiikinya. Mengenai karakteristik anak tunagrahita, astati (2001 : 3) mengemukakan sebagai berikut: a. Kecerdasan Intelektual Kapasitas anak tunagrahita sangat terbatas terutama dalam hal ynag abstrak. Mereka belajar dengan membeo (rote learning); bukan dengan pengertian. Sosial Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan meminpin dir. Mereka bermain dengan teman yag lebih muda darinya. Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bingbingan dan pengawasan mereka mudah terjerumus kedalam tingkah laku yang terlarang . Fungsi Mental Lain Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian. Mereka pelupa dan menglami kesulitan untuk mengungkapkan kembali suatu ingatan sukar dalam membuat kreasi yang baru. Mereka juga menghindar dari hal-hal yang membutuhkan pemikiran. Dorongan Dan Emosi Kehidupan emosi anak tunagrahita lemah. Penghayatan terbatas. Mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial. Bagi anak tunagrahita berat hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri.

b.

c.

d.

e.

Organisme Baik struktur maupun fugsi fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal. Mereka dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal sikap dan gerakannya kurang indah dan dinamis. Bagi anak-anak tunagrahita berat kurang rentan terhadap penyakit. Badannya relative kecil seperti kurang segar. Mengacu pada kutipan diatas, tunagrahita mempunyai kelemahan yaitu pada segi kecerdasan intelektual, sosial, fungsi mental lain, dorongan emosi dan organisme. Kelemahan yang dialami mereka jelas menghambat dalam proses pengmbangan potensi diri mereka.

B. Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Setelah membahas anak tunagrahita secara umum, penulis akan membahas salah satu kelompok dari anak tunagrahita, sesuai dengan ynag diteliti yaitu anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita ringan ini adalah anak yang tergolong intelegrasiya rendah dengan IQ antara 50-70, akan tetapi secara intensif memperoleh pelayanan pendidikan dengan program dan metode khusus maka akan mencapai perkembangan yang optimal. Bahkan dengan bingbingan dan pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Adapun pengertian anak tunagrahita ringan menurut Moh. Amin (1995 :2) sebagai berikut : Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat namun mempunyai kemampuan sosial dan bekerja dalam mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan baik SLTP dan SMALB maupaun disekolah luar biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringanny ketunagrahitaan yang disandangnya.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang tergolong intelegensinya rendah IQ antara 50-70 secara fisik sama dengan anak normal, mereka masih dapat bersekolah di sekolah khusus dengan layanan pendidikan yang khusus dan guru yang khusus. Dengan program dan metode yang khusus serta memperoleh pelayanan pendidikan secara intensif maka akan mencapai perkembangan yang optimal, bahkan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Dibawah ini akan dikemukakan beberapa karakteristik anak tunagrahita ringan sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Amin (1984: 25) sebagai berikut : a. Karakteristik Mental Mereka menunjukan kecenderungan menjawab dengan ulang respon terhadap peranyaan yang berbeda. Tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit dalam jiwanya atau mengingatnya kecenderungan memiliki kemampuan berpikir konkrit daripada abstrak. Mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan. Terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualisasi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi. b. Karakteristik Fisik Bagi mereka yang memiliki keterbelakangan ringan sebagian besar tidak mengalami kelainan fisik Karakteristik Emosional Dan Sosial Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia mentalnya dari pada usia kronologisnya . memiliki problem dari tingkah laku dan lebih banyak yang nakal dari pada anak yang normal intelegensinya. Karakteristik Akademik Kemampuan mereka lemah dan lambat, bagi mereka yang tergolong ringan masih dapat memberikan mata pelajaran akademis (membaca, menulis, menghitung) e. Karakteristik Pekerjaan Yang dapat dituntut bekerja hanya mereka yang tergolong ringan dan usia dewasa dapat belajar pekerjaan yang sifatnya skill dan semi skill.

c.

d.

Jadi kesimpulannya bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dilihat dari keadaan fisiknya tidak berbeda dengan anak normal, akan tetapi dari keadaan mental, sosial, dan emosionalnya menunjukan perbedaan yang cukup berarti, sehingga berpengaruh terhadap hal-hal yang lainnya seperti: kemampuan berpikir lambat, daya perhatian kurang dan sebagainya. 3. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita ringan maka dapat timbul berbagai masalah, walaupun usia perkembangan fisik bertambah, tetapi kemampuan kognitif semakin tertinggal. Menurut Moh. Amin (1995: 41-50) secara umun permasalahanpermasalahan anak tunagrahita ringan dalam konteks pendidikan di antaranya: a. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain: makan dan minum, menggosok gigi, berpakaian, memakai sepatu dan lain-lain. Masalah kesulitan belajar Keterbatasan kemampuan terutama dalam segi intelektual sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak tunagrahita ringan, terutama untuk bidang yang bersifat akademik. Masalah penyesuain diri Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Hal inilah yang menyebabkan anak tunagrahita ringan dengan kecerdasannya yang terbatas mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Masalah penyaluran ke tempat kerja Kenyataan menunjukan bahwa banyak anak tunagrahita ringan meskipun telah menyelesaikan pendidikannya tetapi masih menggantungkan diri pada keluarga, sedikit sekali yang dapat hidup mandiri.

b.

c.

d.

Mengingat permasalahan yang dihadapi oleh anak tunagrahita ringan begitu kompleks, maka selayaknya layanan pendidikan anak tunagrahita ringan harus berakar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak tersebut. Dengan demikian anak tunagrahita ringan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi bekal untuk hidup mandiri di masyarakat. 4. Kebutuhan Dalam Layanan Pembelajaran Anak Tunagrahita Ringan Anak-anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat kaitannya dengan berat dan ringannya anak tunagrahita. Menurut Astati dan Lis Mulyani (2010: 25) bahwa kebutuhan anak tunagrahita ringan secara khusus dapat di uraikan sebagai berikut: a. Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan temantemannya, tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu. b. Kebutuhan layanan pembelajaranyang sangat khusus. Mereka membutuhkan layanan, seperti: program simulasi dan intervensi dini meliputi: terapi bermain, okupasi, terapi bicara, kemampuan memelihara diri dan belajar akademik. 5. Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan Salah satu faktor yang paling penting dalam menyelanggarakan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah dengan melihat dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan yang akan diuraikan adalah : a. Tujuan Umum Tujuan umum pendidikan luar biasa, termasuk didalamnya tujuan pendidikan anak tunagrahita adalah tujuan pendidikan nasional

yang tercantum dalam undang-undang republic Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : Pendidikan Nasional Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus pendidikan luar biasa yang tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1991 bab II pasal 2 yang menyatakan sebagai berikut: Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengdakan hubungan timbale balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Berdasarka pernyataan di atas, bahwa tunagrahita mampu mengembangkan kemampuan dan potensinya secara maksimal terutama dalam pendidikan akademis oleh karena itu potensianak tunagrahita dapat berkembang maka pemerintah membantunya melalui pendidikan luar biasa.

C. Pendidikan Bina Diri 1. Pengertian Pendidikan bina diri merupakan hal yang sangat penting bagi anak tunagrahita sedang. Dengan kemampuan bina diri anak tunagrahita sedang dapat melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari tanpa terlalu bergantung pada pertolongan orang lain. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam standar kompetensi dasar (2007 : 1) sebagai berikut : Program bina diri memiliki peran sentral dalam mengantarkan peserta didik dalam melakukan bina diri untu dirinya sendiri, seperti merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi lingkungan sesuai dengan kemampuannya. Dari kutipan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan bina diri adalah pembelajaran untuk melakukan bina diri yang meliputi: merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi lingkungan sesuai dengan kemampuannya. 2. Tujuan Program bina diri anak tunagrahita sedang tingkat sekolah dasar luar biasa meliputi tuuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut sebagaimana tercantum dalam depdiknas (2007 : 2) sebagai berikut: a. Mengenalkan cara-cara melakukan bina diri (merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi). b. Dapat melakukan sendiri kegiatan bina diri secara minimal dalam hal merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi. Dalam mempelajari hal-hal tersebut bagi anak pada umumnya tidak banyak mengalami hambatan karena anak mempunyai kemampuan melaksanakan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Lain halnya dengan

10

anak tunagrahita sedang, mereka perlu latihan berulang-ulang, bimbingan yang serius dan penuh kesabaran dalam menanganinya. 3. Ruang Lingkup Macam-macam kebiasaan mengurus diri, erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk bina diri ialah : Ruang lingkup program bina diri adalah sebagaimana tedapat dalam depdiknas (2007:2) yaitu: a. Merawat diri : makan minum, kebersihan b. Mengurus diri : berpakaian, berhias c. Menolong diri : menjaga keselamatan, menghindari bahaya d. Berkomunikasi : berkomunikasi melalui perbuatan dan lisan e. Adaptasi : adaptasi dengan lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan bermain/bekerja sama. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah memelihara rambut yang merupakan objek penelitian termasuk pada segi merawat diri.

D. Pelaksanaan Program Pembelajaran Memelihara Rambut Kegiatan suatu pembelajaran terdiri dari berbagai tahapan seperti melaksanakan assesmen, menyusun program pembelajaran, pelaksanaan kegiatan inti dan mnengakhiri kegiatan. 1. a. Pelaksanaan Asesmen

Pengertian Istilah asesmen tidak asing lagi bagi kalangan pendidikan lebih-lebih bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus. Namun dalam

11

pelaksanaannya belum optimal sehingga guru dalam menyusun program tidak/kurang menyentuh kebutuhan anak. Asesmen berarti menilai kemampuan dan ketidakmampuan individu. Berdasarkan hasil asesmen dapat diketahui kebutuhan tiap anak dan lahirlah program yang berdasarkan kebutuhan anak sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak tersebut. b. Tujuan Tujuan mengadakan asesmen adalah : a) Untuk menemukan hal-hal yang sudah dimiliki dan yang belum dimiliki anak tentang suatu hal; b) Untuk menemukan kebutuhan anak; c) Untuk menemukan program pendidikan anak yang

diindividualisasikan (IEP) d) Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, evaluasi, waktu, dan alat (Adaptasi Dari Soendari, 2008:10) c. Cara-cara pelaksanaan Asesmen dapat dilakukan dengan observasi, tes informal (tes yang dibuat oleh guru), wawancara dengan orang tua mengenai keberadaan anak di rumah, dan tes standar. d. Ruang lingkup asesmen Dengan memperhatikan tujuan asesmen maka ruang lingkup asesmen dapat dikelompokan, sebagai berikut:

12

1) Kemampuan sensorimotor dan persepsi, seperti kemampuan motorik kasar dan halus, persepsi penglihatan, perabaan, pengecapan, dan lain-lain. 2) Kemampuan memelihara diri, seperti makan-minum sendiri, berpakaian sendiri, menggunakan kamar mandi, dan lain-lain. 3) Kemampuan berbahasa, seperti: bicara, menulis, penggunaan alat komunikasi, dan lain-lain. 4) Kemampuan sosial emosi , seperti: mereaksi, bermain bersama, menjalankan perintah, tata cara bergaul, dan lain-lain. 5) Kemampuan kognitif, seperti: mengerti bentuk, ukuran, warna, angka, dan penggunaan uang. 6) Kemampuan menggunakan alat keterampilan, seperti

menggunting, memotong, mencungkil, memahat, menggunakan alat jahit, memelihara pakaian, dan lain-lain. e. Instrumen asesmen bina diri untuk anak tunagrahita Instrumen asesmen bina diri memelihara rambut untuk anak tunagrahita dapat dilihat pada tabel berikut :

Table 1.1 Instrumen Asesmen Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita


NO MATERI POKOK Mengurus Diri : KEMAMPUAN YANG DIASESMEN Berhias Diri Menyisir rambut Menggunakan minyak rambut Menggunakan talk/bedak PENGAMATAN 1 2 3 4 KET.

13

Menggunakan kosmetik sederhana

Menggunakan minyak wangi Menggunakan dan melepaskan pity/jepit rambut

(Adaptasi Dari Sri Widodo, 2008:15) 2. Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI) Setelah melakukan asesmen, selanjutnya hal yang harus dilakukan guru adalah menyusun program pembelajaran penyusunan program pembelajaran pun harus didasarkan pada hasil asesmen. Apabila penyusunan program pembelajaran tidak berdasarkan hasil asesmen, maka tidak akan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan anak tidak akan memberikan hasil pembelajaran siswa yang sesuai dengan harapan. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan yang akan di uraikan adalah: a. Tujuan umum Tujuan umum Pendidikan Luar Biasa, termasuk di dalamnya tujuan pendididkan anak tunagrahita ringan adalah tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

14

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Tujuan khusus Tujuan khusus pendidikan luar biasa yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 BAB II Pasal 2 yang menyatakan sebagai berikut: Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyanbdang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa tunagrahita tidak akan mampu mengembangkan kemampuan atau potensinya secara maksimal terutama dalam pendidikan akademis oleh karena itu potensi anak tunagrahita dapat berkembang maka pemerintah membantunya melalui pendidikan luar biasa.

3. Pelaksanaan Pembelajaran memelihara rambut berdasarkan Program Pembelajaran Individual (PPI) Komponen pengembangan program pembelajaran individual dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus Berdasarkan The US Code (PL. 94-142), IEP memuat enam komponen (Mercer & Mercer, 1989 : 22), yaitu : 1) Tarap kemampuan siswa saat ini, 2) Tujuan umum yang akan dicapai (annual goal), 3)

15

Tujuan pembelajaran khusus (short-term ovjectives), 4) Deskripsi tetnang pelayanan pembelajaran, 5) Waktu dimulainya kegiatan dan lamanya diberikan, 6) evlauasi. a. Tarap kemampuan Siswa saat ini (level of performance) Komponen ini bermaksud untuk mengetahui gambaran tetnang tingkat keadaan (disposisi) dan karakteristik perilaku dan pribadi siwa pada saat mereka akan memasuki dan memulai kegiatan pembelajaran yang akan diselnggerakan. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan pembelajaran inilah yang dimaksud dengan tarap kemampuan saat ini. Tarap kemampuan siswa saat ini, diperoleh melalui asesmen baik secara formal maupun informal. Dengan diketahuinya gambaran tentang tarap kemampuan siswa ini akan memberikan banyak sekali bantuan kepada para guru. Karena itu, IEP sangat mengharapkan akan ketepatan dalam melakukan asesmen ini yang akan menjadi landasan bagi komponen-komponen IEP berikutnya. Syamsuddin, M (1981 : 196) mengemukakan bahwa bantuan yang diberikan tersebut antara lain: 1) Untuk mengetahui seberapa jauhnya kesiapan (readinnes), kematangan (maturation) serta tingkat penguasaan (mastery) dari pengetahuan dan keterampilan dasar (fundamental skills and knowledge) sebagai landasan (prerequisite) bagi penyajian bahan baru. 2) Dengan diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut, akan dapat dipertimbangkan dan dipilih bahan atau materi, prosedur, metode, teknik dan alat bantu pembelajaran yang sesuai. 3) Dengan membandingkan nilai (score) awal dengan score setelah proses pembelajaran, guru akan memperoleh indikator (petunjuk) seberapa jauh atau seberapa banyak perubahan perilaku itu telah tejadi pada diri siswa; perbedaan selisih diantara nilai-nilai (scores) tersebut merupakan indikator prestasi (achievement, gain) yang nyata sebagai pengaruh dari proses pembelajaran yang bersangkutan. Dalam menentukan kemampuan siswa saat ini, seyogyanya setiap guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebelum ia merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan tingkatan kelas, bidang studi, usia siswa (MA dan CA) serta waktu yang tersedia dan sekurangkurangnya dapat menjawab tiga pertanyaan, yaitu: Sejauhmanakah batas-batas (jenis dan ruang lingkup) materi pengetahuan yang tlah diketahui dan dikuasai siswa yang akan kita ajar?

16

Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan (kognitif, afektif, psikomotor) manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang akan kita ajar? Apakah siswa sudah cukup siap dan matang secara intelektual, emosional untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan kita ajarkan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadikan landasan bagi guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran umum atau jangka panjang (Annual Goals) maupun tujuan jangka pendek (short-term objectives). b. Tujuan Pembelajaran Umum yang akan dicapai (Annual goals) Annual goals yang dimaksud dalma komponen ini adalah suatu pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa setelah ia menyelesaikan satu bidang pengajaran dalam jangka waktu satu semester, satu catur wulan, atau satu tahun. Tujuan ini menggambarkan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk perilaku. Dalam IEP setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran umum ini bertitik tolak pada kebutuhan siswa yang diperoleh melalui asesmen. Tujuan ini masih bersifat umum, sehingga kata kerja yang digunakan dalam rumusan ini tidak dapat diukur, karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri individu (intern). Misalnya, mengenal bilangan 1 s/d 5. Dari tujuan umum inilah yang akan dijabarkan menjadi sejumlah tujuan pembelajaran khusus. c. Tujuan Pembelajaran Khusus (short-term objectives) Tujuan pembelajaran khusus (short-term objectives) merupakan suatu pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit atau satuan bahasan pembelajaran. Short-term objectives ini merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dinyatakan dengan rumusan yang operasional, khusus, dapat diamati, dandapat diukur serta menunjukkan perubahan perilaku. Dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus ini secara jelas akanmembantu para guru dalam membelajrkan siswanya, antara lain : 1) Guru mempunyai arah untuk memilih materi, strategi, metode alat dan prosedur pengajarannya. 2) Siswa mengetahui arah belajarnya 3) Guru mempunyai kriteria dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa, mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran. Sehubungan dengan itu T. Tenbrink 1977 yang dikutip oleh Nurhida Amir D. dan Roedhito (1980 : 46) mengemukakan bahwa

17

tujuan pembelajaran khusus yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Berorientasi pada siswa, yaitu memberikan tekanan pada apa yang dilakukan siswa, bukanlah pada apa yang dilakukan guru Contoh : Siswa dapat membaca bilangan. Bersifat menguraikan hasil belajar dan bukan proses belajar. Contoh : Siswa dapat mengurutkan kumpulan benda berdasarkan banyaknya (hasil belajar); dan bukan Siswa berlatih mengurutkan dan seterusnya. Rumusan seperti itu bukan hasil belajar melainkan proses belajar. Jelas dan dapat dimengerti (explicitness), artinya tidak mempunyai arti ganda (unambigous). Jadi hanya memuat asatu perubahan tingkah laku, dan menggambarkan ukuran keberhasilan minimal. Contoh : siswa dapat menuliskan lambang bilangan 1 s/d 5. Menggunakan kata-kata operasional, artinya rumusan tesbut menggambarkan perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur (observable dan measurable) yang menyatakan dapat tidaknya seseorang melakukan tindakan/pekerjaan. Contoh : siswa dapast menunjukkan. Di samping melakukan pilihan kata kerjanya, perlu pula pilihan objek dari kata kerja tersebut, jadi harus dipastikan bahwa baik kata kerjanya maupun objeknya keduanya dinyatakan dengan jelas, menunjuk pada tingkatan yang dapat diukur dan diobservasi. Secara visual dapat digambarkan hubungan komponen-komponen di atas sebagai berikut. ASSESSMENT ANNUAL GOALS

SHORT-TERM OBJECTIVES d. Deskripsi tentang Pelayanan Pembelajaran (Descripton of Service) Deskripsi tentang pelayanan pembelajaran (Description of services) yang dimaksud dalam komponen ini adalah pernyataan tentang pelayanan dan perlengkapan materi secara khusus yang meliputi : a) siapa yang mengajar siswa, b) Materi apa yang diberikan dan c) Alat bantu pengajaran apa yang digunakan untuk mempermudah pemahaman pengajaran. 1) Siapa yang mengajar siswa, maksudnya siapa yang bertanggung jawab dalasm pembelajaran tersebut. Hal ini bergantung pada dimana ditempatkannya siswa tersebut. Jika siswa ditempatkan di sekolah khusus berarti orang yang

18

bertanggung jawab adalah guru kelas yang bersangkutan. Jika siswa ditempatkan di sekolah reguler, maka yang bertanggung jawab adalah guru kelas yang bersangkutan atau guru khusus, atau mungkin juga guru ruang sumber. 2) Materi apa yang dituangkan dalam program pembelajaran; sudah barang tentu sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran dan kebutuhan masing-masing siswa. Tugas guru disini adaslash memilih materi mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehubungan dengan pemilihan materi, Mecer & Mercer (1989 : 112) mengemukakan tentang langkahlangkah pemilihan materi sebagai berikut : a) mengidentifikasi materi yang dibutuhkan berdasarkan kurikulu, b) membuat ranking dari pokok-pokok/sub-sub pokok dari prioritas yang tertinggi sampai yang terendah, c) membuat daftar materi atau penjabaran materi dari materi yang diprioritaskan, d) tentukan materi yang sesuai untuk dimasukkan dalam program pembelajaran. 3) Alat-alat pembelajaran yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan materi dan metode yang digunakan. e. Waktu dimulainya kegiatan dan lamanya diberikan (date of services) Waktu yang lamanya memberikan pelayanan (date of services), yaitu pernyataan tentang kapan dimulainya kegiatan pembelajaran, berapa lama waktu yang digunakan untuk memberikan pelayanan. Komponen ini merupakan estimasi tenang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi Pembelajaran (Evaluation). Dalam IEP tidak menggunakan penilaian acuan norma melainkan menggunakan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian acuan patokan merupakan suatu cara penilaian yang mempertimbangkan taraf keberhasilan siswa dengan membandingkan prestasi yang dicapainya dengan siswa yang membandingkan prestasi yang dicapainya dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Kriteria yang dimaksud adalah ukuran minimal perilaku yang dapat diterima seperti yang dinyatakan dalam tujuan intruksional khusus. Penilaian IEP hendaknya bersifat: a) menyeluruh, artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa, yang meliputi: kognitif, afektif, dan psikomotor. Juga harus mencakup aspek proses dah hasil belajar; b) berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perubahan perilaku pada siswa sebagai hasil pembelajaran. Dalam pelaksanan IEP akan terjadi siklus (sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini) yang secara kontinyu membentuk seubah spiral yang semakin lama semakin mengembang. Kemajuan belajar diukur secara teratur dan periodik

19

(setiap hari) dan menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan dalam merencanakan program pembelajaran selanjutnya. Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam belajar merupakan input dalam merumuskan kembali tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, meode, dan media. Data evaluasi dicatat dalam prosedur yang sederhana; Misalnya, mencatat jumlah jawaban lisan yang benar/salah, mencatat frekuensi perilaku yang sesuai dengan tujuan. Evaluasi dalam IEP lebih bersifat observatif terhadap perilaku siswa.

ASESSMEN EVALUASI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

PELAKSANAAN Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah: a. Kegiatan Awal Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa dalam memasuki kegiatan inti pembelajaran. Selain itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilakasanakan, dan menunjukan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari. Berikut ini kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya: a) Menata ruangan Mengatur ruangan untuk melaksanakan praktek cara memelihara rambut b) Menyiapkan alat

20

Dalam hal ini guru menyiapkan alat-alat seperti: sisir, minyak rambut, cermin kemudian guru mengajak anak duduk di depan cermin, menyuruh anak duduk di depan cermin, anak duduk sendiri c) Mengenalkan proses Mengenalkan cara-cara memelihara rambut d) Mengenalkan alat Mengenalkan alat-alat untuk memelihara rambut e) Mengenalkan bahan Mengenalkan bahan untuk memelihara rambut seperti: sisir, cermin dan minyak rambut b. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti guru melaksanakan pembelajaran memelihara rambut diantaranya sebagai berikut: 1) a) b) minyak rambut c) d) e) sampai rata f) g) h) Menutup tempat minyak rambut Mengambil sisir Menyisir rambut ke belakang Mencolek minyak rambut dengan ujung jari Menaruh minyak rambut di telapak tangan Mengusapkan minyak rambut di kepala Menyisir rambut di depan cermin Membuka tutup tempat minyak rambut Memperagakan cara menyisir menggunakan

21

i) j) k) l) 2)

Menyisir rambut samping kiri Menyisir rambut samping kanan Menyisir rambut bagian belakang Merapikan alat Membimbing anak menyisir rambut dengan

minyak rambut sesuai dengan urutan di atas 3) 4) c. 1) 2) 3) 4) 5) 6) d. Menyuruh anak menyisir rambut Anak menyisir rambut sendiri Kegiatan Akhir Memberikan evaluasi tulisan dan perbuatan Merapikan hasil evaluasi Menyimpan hasil evaluasi Merapikan bahan Merapikan alat Membereskan ruangan Tindak Lanjut Guru memberikan pujian dan hadiah bagi keberhasilan siswa dalam melaksanakan praktek memelihara rambut, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan praktek selanjutnya. Selain itu guru memberikan remedial bagi siswa yang belum berhasil melakukan praktek memelihara rambut dengan baik dan memberikan reveral bagi siswa yang telah berhasil melakukan proses pembelajaran memelihara rambut.

You might also like