You are on page 1of 62

PRINSIP DASAR

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Oleh Dr.Ir. HIKMAT RAMDAN, M.Si

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI Agustus, 2004

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Cara Kutipan yang disarankan dari Buku ini : Ramdan, H. 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor.

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

PRINSIP DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Pendahuluan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasiolehtopografialamiberupapunggungbukitataupegunungan,dimana presipitasi yang jatuh di atasnya mengalir melalui titik keluar tertentu (outlet) yang akhirnya bermuara ke danau atau laut. Batasbatas alami DAS dapat dijadikan sebagai batas ekosistem alam, yang dimungkinkan bertumpangtindih dengan ekosistem buatan, seperti wilayah administratif dan wilayah ekonomi. Namun seringkali batas DAS melintasi batas kabupaten, propinsi, bahkan lintas negara. Suatu DAS dapatterdiridaribeberapasubDAS,daerahSubDASkemudiandibagi bagilagimenjadisubsubDAS. Komponenkomponen utama ekosistem DAS, terdiri dari :manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air (Gambar 1). Masingmasing komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdirisendiri, namun berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Manusia memegang perananyangpentingdandominandalammempengaruhikualitassuatu DAS.Gangguanterhadapsalahsatukomponenekosistemakandirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbanganekosistemakanterjaminapabilakondisihubungantimbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihat dari kualitas output ekosistem tersebut. Di dalam DAS kualitas ekosistemnya secara fisik terlihat dari besarnya erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit,danproduktifitaslahan. Prinsipkeberlanjutan(sutainability)menjadiacuandalammengelolaDAS, dimana fungsi ekologis, ekonomi, dan sosialbudaya dari sumberdaya sumberdaya (resources) dalam DAS dapat terjamin secara berimbang (balance). DidalammempelajariDAS,biasanyaDASdibagimenjadihulu,tengah, dan hilir. DAS bagian hulu sebagai daerah konservasi, berkerapatan
2

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

drainase tinggi, memilikikemiringan topografi besar, dan bukan daerah banjir. Adapun DAS bagian hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, kerapatan drainase rendah, kemiringan lahan kecil, dan sebagian diantaranya merupakan daerah banjir. Daerah aliran sungai tengah merupakan transisi diantara DAS hulu dan DAS hilir. Masingmasing bagian tersebut saling berkaitan. Bagian hulu DAS merupakan kawasan perlindungan, khususnya perlindungan tata air, yang keberadaannya pentingbagibagianDASlainnya.Contohketerkaitanantarabagianhulu dengan hilir diantaranya adalah : (a). bagian hulu mengatur aliran air yangdimanfaatkanolehpendudukdibagianhilir,(b).erosiyangterjadi di bagian hulu menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, dan (c). bagian hilir umumnya menyediakan pasar bagi hasil pertanian dari bagianhulu.

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Abiotic Components Watershed Components

Biotic Components

Soil

Flora/Vegetartion

Climate Fauna Water Principlely, Watershed Management is how to manage all watershed component sustainably ?

Human-Being

Ecology

Precipitation as major source

INPUT

PROCESSING

OUTPUT

Balance
Sustainable Balance

Sound Watershed a. High Productivity of Land b. Natural Resources Sustainability c. Equity and Resiliences d. Strong Institution

Economy

Social-culture

Unbalance

Symptoms of Unbalanced Watershed Management : Resources destruction (erosion, water pollution, climate change,etc.) Human quality decrease Resources conflicts End of civilization

Criterias and Indicators : a. Bio-physics : soil loss, land productivity, sedimentation, other soil problems, water supply and demand, water use index, natural assimilation functions, groundwater, flood, drougt, precipation, climate(change), landuse, landuse ratio, abundance and diversity of species, extinct rate, biological conservation b. Economy-Social : sustainable use, income, economic growth, manpower, land tenure, direct benefit-cost of projects, undirect benefit-costs of projects, wealth distribution, investments, incentives systems, population growth, demographic status, attitude change, land management system, technology adoption, local people empowerment, conflicts resolution, resources management.

Gambar1.InteraksiAntarKomponendalamDAS
4

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

PerbedaankarakteristikDASHuludanHilirdisajikanpadaTabel1. Tabel 1. Perbandingan Faktor Biofisik dan Sosial Ekonomi Antara DAS di BagianHuludanHilir(FAOandIRRI,1995) DaerahHilir DaerahHulu FaktorBiofisik Topografidatar Bergelombang,berbukit,gunung Erosiyangterjadikecil Rawanterhadapterjadinyaerosi Penutupanlahanbukanhutan Didominasiolehhutan Tanah umumnya subur (akibat Tanahumumnyamarjinal sedimentasi) Pengolahan tanah intensif dan Pengolahan tanah masih ekstensif umumnyatelahberirigasibaik danmerupakanlahankering FaktorSosialEkonomi Infrastrukturbaik Infrastrukturjelek Aksesibilitastinggi Aksesibilitasrendah Tingkatpendidikantinggi Tingkatpendidikanrendah Berorientasipasar Orientasimasihsubsisten Lahanbanyakdimilikipribadi Lahanbanyakmilikpemerintah Adanyapercampuranbudaya Jarangterjadipercampuranbudaya Tenagakerjaupahan Tenagakerjaberasaldarikeluarga Tingkatkesejahteraanrelatiftinggi Tingkatkesejahteraanrendah Teknologisudahkompleks Teknologimasihsederhana KeterlibatanLSM*)sedikit KeterlibatanLSMbanyak *)LSMadalahLembagaSwadayaMasyarakat(nongovernmentorganization) BagaimanakomponenkomponenpenyusunDAS,sepertisumberdayatanah dan air, harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik adalah inti dari konsep pengelolaan DAS. Sumberdaya penyusun DAS harus dikelola berdasarkankapasitasnya,sehinggagejalagejaladegradasilingkungandapat diminimalkan. Pengelolaan DAS adalah pengelolaan sumberdaya alam dan buatan yang ada di dalam DAS secara rasional dengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dalam waktu yang tidak terbatas dengan resiko kerusakan seminimal mungkin. Dalam konteks yang lebih luas pengelolaan DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem sumberdaya, satuanpengembangansosialekonomi,dansatuanpengaturantataruang
5

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

wilayah. Pengelolaan DAS juga ditujukan untuk produksi dan perlindungansumberdayaairtermasukdidalamnyapengendalianerosi danbanjir. PengelolaanDASdijalankanberdasarkanprinsipkelestariansumberdaya (resources sustainability) yang menyiratkan keterpaduan antara prinsip produktifitas dan konservasi sumberdaya (sustainabilty = productivity + conservationofresources)didalammencapaibeberapatujuanpengelolaan DAS,yaitu:(a)terjaminnyapenggunaansumberdayaalamyanglestari, seperti hutan, hidupan liar, dan lahan pertanian; (b). tercapainya keseimbanganekologislingkungansebagaisistempenyanggakehidupan; (c).terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baik sepanjang tahun; (d).mengendalikanaliranpermukaandanbanjir;(e).mengendalikanerosi tanah,danprosesdegradasilahanlainnya. Pengelolaan DAS mencoba menyeimbangkan tujuan ekonomi sumberdayaalamdengantujuankonservasidalamsuatukawasanDAS. Tujuan produksi menitikberatkan untuk mengoptimumkan pendapatan dan produksi, sedangkan tujuan konservasi lebih menekankan pada upayameminimalkanterjadinyadegradasisumberdayaalam.Ekosistem DASyangbaikdicirikanolehbeberapaparametersebagaiberikut: a.Produktifitassumberdayalahantinggi Produktifitassumberdayalahansecaralangsungdapatdilihatdari hasilpanenuntuksetiapkomoditasyangdiusahakan.Hasilyang diperoleh harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mendesain masa depannya; dalam hal ini pendapatan yang diperoleh selain mencukupi kebutuhan primernya akan pangan, sandang, dan papan, juga kebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan sebagai bekal dalam mendesain masa depannya yang lebih baik, juga untuk melaksanakan aktifitas sosialnya.Untukmencapaitingkatproduktifitasyangdiharapkan digunakan teknologi (agroteknologi) yang juga menjamin kelestariansumberdayaalamyangdiupayakannya. Pendapatanyangdiperolehhendaknyamencapai34kalistandar batasmiskin.GariskemiskinanberdasarkanpendekatanSayogyo adalah 320 kg beras/kapita/tahun; adapun menurut Bank Dunia garis kemiskinan untuk daerah pedesaan US$ 50 dan untuk daerahperkotaansebesarUS$75.
6

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

b.KelestarianSumberdayaAlamterjamin Sumberdaya tanah, air, vegetasi, dan fauna dalam kawasan DAS harusterjaminkelestariannya,misalnyalajuerosiyanglebihkecil dari laju erosi yang diperkenankan, distribusi hasil air merata sepanjang tahun, kualitas air terjaga, sedimentasi dan kadar lumpur dalam aliran air kecil, keanekaragaman hayati tinggi, prosentase penutupan lahan oleh vegetasi tinggi, polusi lingkunganrendah,dansebagainya. c.KelenturandanPemerataanPembangunan Kelenturan (resilience) merupakan ketahanan ekosistem terhadap setiapguncangan(ekologisdanekonomi)yangterjadidalamDAS. Suatu DAS yang baik akan memiliki tingkat kelenturan yang tinggi terhadap gejolak yang timbul, sehingga ekosistem tersebut tetap bertahan dan kembali ke bentuk semula. Pemerataan pembangunan antara bagian hulu dan hilir masih menjadi masalah dalam pengelolaan DAS. Masyarakat di bagian hulu dengantingkatkesejahteraan,infrastruktur,danaksesibilitasyang lebih rendah dari bagian hilir cenderung mengeksploitasi lahannya dengan sangat intensif, sehingga menurunkan kualitas air di hilirnya akibat erosi. Di bagian hilir masyarakat banyak yang tidak menyadari arti pentingnya bagian hulu dalam menjamin infrastrukturnya, sehingga pembangunan di bagian hulu dinomorduakan. Oleh karena itu pemikiran dalam menyisihkan sebagian pajak masyarakat di bagian hilir untuk pengelolaanlingkungandanpembangunandibagianhuludalam bentuk subsidi silang (cross subsidy) perlu ditindaklanjuti, sehingga terjadi proses pemerataan antara kedua bagian wilayah DAStersebut. Daerahaliransungaimerupakansuatumegasistem,yangdikelompokkan menjadisistemfisik,biologis,danhumansystem(Gambar2).Setiapsistem dansubsistemsubsistemdidalamnyasalingberinteraksi.

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

WATERSHED MEGASYSTEM

PHYSICAL SYSTEM

BIOLOGICAL SYSTEM

HUMAN SYSTEM

ATMOSPHERIC SUB SYSTEM


Radiant Energy of The Sun Evaporation Precipitation Micro-climate

AQUATIC SUB SYSTEM


Benthos Phyoplankton Zooplankton Fish Aquatic Vertebrates Disease Vectors Aquatic Food Chains

PRODUCTION SUB SYSTEM


Agriculture Fishing Wildlife Recreation &Tourism Energy Manufacturing Health Navigation

HYDROLOGICAL SUBSYSTEM
Precipitation Surface Runoff Water discharge Groundwater Evapotranspiration Sediments, Nutrients Turbidity Salinity and Alkalinity

TERESTERIAL SUB SYSTEM


Flora and Fauna on submerged land and drawshore zone Same on Flood free-zone Soil nutrients Vegetation cover on soil

ADMINISTRATIVE SUB SYSTEM


Structure of authority Staff and line functions Budgetting Appropriation of Funds Legislative control Public participation

PHYSIOGRAPHIC SUBSYSTEM
Soil cover Rock structure Terrain gradient River Profile Earthquake

SOCIO-POLITICAL SUB SYSTEM


Political power structure Social pressure group Land tenancy Ownership of assets Social justice and redistribution

LEGAL SUB SYSTEM


Planning legislation Environmental Legislation

Gambar 2. Megasistem Daerah Aliran Sungai


(Source : Saha and Barrow (1981) in Mc Donald and D. Kay (1988) Water Resource : Issues and Strategies. Longman. New York

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Karakteristik Fisik DAS BentukDAS Bentuk DAS dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu :(a). berbentuk bulu burung; (b). radial; (c). paralel; dan (d). kompleks. Karakteristik masingmasingbentukditampilkandalamTabel2. PolaAliranSungai Polaaliransungaiapabiladilihatdariatastampakmenyerupaibeberapa bentuk, seperti menyerupai percabangan pohon (dendritik), segi empat (rectangular), jarijari lingkaran (radial), dan trellis. Pola aliran ini dapat merupakanpetunjukawaltentangjenisdanstrukturbatuanyangada. a. Pola dendritik : umumnya terdapat pada daerah dengan batuan sejenis dan penyebaran yang luas, misalnya kawasan yang tertutup endapan sedimen yang terluas dan terletak pada bidang horizontal, sepertididataranrendahbagiantimurSumateradanKalimantan. b. Pola rectangular : Umumnya terdapat di daerah berbatuan kapur, sepertidikawasanGunungKidul,Yogya. c. Pola radial : umumnya dijumpai di daerah lereng gunung berapi, sepertiG.Semeru,G.Ijen,G.Merapi. d. Pola trellis : dijumpai di daerah dengan lapisan sedimen di daerah pegununganlipatan,sepertidiSumateraBaratdanJawaTengah

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tabel2.KarakteristikBentukDAS Tipe Karakteristik Bulu Jalur anak sungai di Burung kirikanansungaiutama mengalirmenujusungai utama,debitbanjirkecil karenawaktutibabanjir dari anakanak sungai berbedabeda. Banjir berlangsungagaklama.

Gambar

Laut

Radial

Paralel

Bentuk DAS menyerupai kipas atau lingkaran, anakanak sungai berkonsentrasi ke suatu titik secara radial, banjir besar terjadi di titik pertemuan anakanak sungai. Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur aliran sungai yang sejajarbersatudibagian hilir, banjir terjadi di titik pertemuan anak sungai

Laut

Laut

Kompleks

Memilikibeberapabuah bentuk dari ketiga bentukdiatas.

10

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Gambar3.PolaAliranSungai(Microsoft,2002) Morfometri Sungai. Morfometri sungai mengkaji jaringan fisik DAS secara kuantitatif yang meliputi : luas DAS, panjang sungai, lebar DAS, orde/tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, dan kemiringan sungai. a. Luas DAS dapat diukur di atas peta menggunakan alat planimeter. Batas DAS merupakan punggung bukit atau pegunungan yang memungkinkan prespitasi yang jatuh menjadi aliran air mengalir melalui saluran sungai di dalamnya yang terpisahdarikawasanDASlainnya.SemakinkecilluasDASyang diamati memerlukan peta topografi dengan skala yang semakin besar. b. Panjang sungai dihitung sebagai jarak datar dari muara sungai (oulet)kearahhulusepanjangsungaiinduk.Adapunlebarsungai merupakanpembagianantaraluasDASdenganpanjangsungai.
11

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tabel3.PenggunaanPetaTopografidalamPengukuranLuasDAS (PuslitbangPengairan,1986dalamSoewarno,1991)
SkalaPeta 1:250.000 1:250.000 1:100.000 1:50.000 1:25.000 1:20.000 1:10.000 LuasDASminimal(km2) 40 25 7 1,6 0,4 0,25 0,07 IntervalKontur(m) 50 40 25 25 12,5 10 5

c. Ordeatautingkatpercabangansungaiadalahposisipercabangan
alursungaididalamurutannyaterhadapinduksungaidalamsatu DAS (Soewarno, 1991). Alur sungai paling hulu yang tidak memiliki cabang disebut orde pertama, pertemuan dua orde pertama disebut orde kedua, pertemuan orde pertama dengan orde kedua disebut orde kedua, dan pertemuan dua orde kedua disebut orde ketiga, begitu seterusnya. Secara umum dapat dinyatakanbahwapertemuanduaordeyangsamamenghasilkan nomor orde satu tingkat lebih tinggi, sedangkan pertemuan dua orde sungai yang berbeda memberikan nomor orde yang sama nilainya dengan nomor orde tertinggi diantara kedua orde yang sungaiyangbertemu.
1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 1 1 2 11 1 1

Gambar4.UrutanNomorOrdeSungai

12

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

d. Kerapatan sungai adalah angka indeks yang menunjukkan


banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut dihitungdenganpersamaan: D=L/A D adalah indeks kerapatan sungai (km/km2), L adalah jumlah panjang seluruh alur sungai (km), dan A adalah luas DAS (km2). Tabel 5 menunjukkan kriteria indeks kerapatan sungai. Horton (1949) menyebutkan bahwa kerapatan sungai berhubungan dengansifatdrainaseDAS.Sungaidengankerapatankurangdari 0,73 umumnya berdrainase jelek atau sering mengalami penggenangan,sedangkansungaidengankerapatanantara0,73 2,74 umumnya memiliki kondisi drainase yang baik atau jarang mengalamipenggenangan. Tabel4.IndeksKerapatanSungai(Soewarno,1991) No IndekKerapatanSungai(km/km2) Kriteria 1 Kurangdari0,25 Rendah 2 0,2510 Sedang 3 1025 Tinggi 4 Diatas25 SangatTinggi e. Kemiringan sungai utama adalah rasio perbedaan tinggi antara titik tertinggi (di bagian hulu) dengan titik terendah (di bagian hilir)darisungaiutamadibagidenganpanjangsungaiutama. Siklus Hidrologi dan Neraca Air Siklushidrologimerupakansuksesitahapantahapanyangdilaluiairdari atmosfirkebumidankembalilagikeatmosfer(Seyhan,1993).Perjalanan air di bumi membentuk siklus melalui beberapa proses, misalnya evaporasimenguapkanairdarilaut,permukaanbumi,danbadanairke atmosfer, uap air mengalami kondesasi dan kemudian jatuh menjadi presipitasi, air kemudian terakumulasi di dalam tanah dan badan air, selanjutnya dengan proses evaporasi air diuapkan kembali ke atmosfir. Secaraglobalsiklusairyangterjadimembentuksistemtertutup,dimana selamamasasekaranghampirtidakadapenambahanjumlahvolumeair yang berarti di luar sistem biosfir yang ada. Volume air di bumi
13

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

diperkirakan mencapai 1,4 milyar km3, dan terdistribusi sebagai air laut (97,5 %), air daratan berbentuk es (1,75 %), 0,73 % air di darat (sungai, danau,airtanah,dansebagainya),dan0,001%beradasebagaiuapairdi udara.
Clouds & water vapor Clouds & water vapor E P ET P ET P P P
soil moisture

ET

P P

R
tree/ vegetation

E E E E

I
tree/ vegetation

lake

water table G Saturation Zone


ocean/sea

The Hydrologic Cycle : P, precipitation; ET, evapotranspiration E, evaporation; R, surface runoff; I, Infiltration; G, groundwater, S, storage Water Balance : INPUT = OUTPUT P=E+R+G+S

Gambar5.SiklusHidrologi Di dalam siklus hidrologi, air mengalami perubahan bentuk mulai dari cair, uap, kemudian menjadi cair (hujan) dan padat (salju). Berjalannya siklus hidrologi memerlukan energi panas matahari yang cukup untuk mengevaporasikan uap air dari lautan atau badanbadan air (seperti : sungai,danau,vegetasi,dantanahlembab)keatmosfir.Diatmosfiruap airmengalamikondensasiberupabutiranhujanataukristalesberbentuk awan.Sampaiukurantertentubutiranairtersebutturunkebumimenjadi presipitasi baik dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju). Namun di daerah tropika basah bentuk presipitasi pada umumnya berupa hujan, sehingga dalam pembahasan selanjutnya istilah hujan menggantikan istilahpresipitasi.
14

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tabel5.DistribusiAirdiBumi(Black,1996)
LokasiSimpanan (LocationofStorage) Totalairdibumi Laut Totalairtawar Esdanglasier Airtanahdalam Airtanahdangkal Danau Biosfir Kelembabantanah Atmosfir Sungai JumlahAir (TotalWater) dalamacrefoot 1.033x1015 1.000x1015 3.314x1013 2.475x1013 4.62x1012 3.63x1012 9.9x1010 8.1x1010 1.98x1010 1.155x1010 9.9x109 PersentasedariAirTawar (PercentageofFreshwater) dalam% Total AirTawar 100 96.8 3.2 100 75 14 11 0.3 0.24 0.06 0.035 0.003 LamaSimpanan (ResidenceTime) dalamTahun 6977 5210 973 764 21 17.1 4.17 2.43 2.1

Sebagian hujan yang jatuh sebelum mengenai tanah terlebih dulu mengenai vegetasi, bangunan, atau penutup permukaan tanah lainnya. Hujanyangdiintersepsiolehvegetasikemudiandievaporasikankembali ke atmosfir. Setiap vegetasi memiliki kemampuan menyimpan air (intersepsi) yang berbeda. Misalnya vegetasi hutan memiliki kapasitas intersepsi yang lebih besar dibandingkan dengan rumput. Bagian hujan lainnyayangjatuhkebumiadajugayanglangsungmasukkelautanatau badanbadanairdankembalidiuapkankeatmosfir. Air hujan yang lolos dari intersepsi selanjutnya mencapai permukaan tanah melalui batang tumbuhan (stemflow) atau jatuh langsung (throughfall) dari bagian atas (daun). Di permukaan tanah air mengisi simpanan depresi (depressionstorage) dan setelah pori tanah terisi, aliran air kemudian mengikuti gaya gravitasi air terus masuk ke dalam tanah (infilitrasi).Dalamtahapinikemampuantanahmenyerapairtergantung dari permeabilitas tanah dan vegetasi yang ada di atasnya. Di bawah permukaan tanah air terakumulasi dan membentuk aliran bawah permukaan, selanjutnya pada titik tertentu akan keluar sebagai aliran bawah permukaan (subsurface runoff) dan masuk ke dalam sungai. Apabila air terus menembus semakin dalam lapisan tanah, aliran air dapatmencapaiairtanah(groundwaterrecharge)yangmerupakanlapisan bawah tanah yang kurang permeabel. Setelah mencapai simpanan air tanah, air bergerak mengikuti permukaan air tanah yang merupakan wilayah tekanan, dan selanjutnya aliran air tanah keluar dan masuk ke dalam sungai. Laju aliran air tanah yang keluar tergantung kepada
15

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

struktur geologi wilayah, permeabilitas tanah, dan lapisan bawah permukaan.

Atmosfir

-IC

Tajuk

=T+S

Ruang Bidang

Pn
- If
Serasah

Pe
Tanah Mineral

F
Keterangan : P= Prespitasi total; IC = Intersepsi tajuk; T=Throughfall; S =Stemflow (aliran batang); Pn=Presipitasibersih;If=Intersepsiolehserasah;Pe=Presipitasiefektif;F=Kapasitasinfiltrasi

Gambar6.DistribusiPresipitasi(Lee,1990) Apabilaintensitashujanmelebihikapasitasinfiltrasi,makaairhujanyang jatuh akan menjadi aliran permukaan (surface runoff) dan kemudian menuju sungai atau badan air terdekat. Aliran permukaan ini juga merupakan salah satu energi yang dapat menggerus partikel tanah di permukaan dan menyebabkan erosi. Aliran permukaan semakin besar dengansemakintingginyaintensitashujan,lerengyangsemakincuram, semakin berkurangnya kekasaran permukaan tanah, dan semakin kecilnyakapasitasinfiltrasi(Gambar7). Komposisi aliran air di dalam sungai terdiri dari aliran permukaan (surfacerunoff),aliranbawahpermukaan(subsurfacerunoff),danaliranair tanah (groundwater). Di dalam aliran air yang mengalir senantiasa

16

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

membawa bahan dan mineral yang dapat larut dan tidak larut. Bahan yangdibawaaliranairkemudiandiendapkansecaraselektif. Untuk menafsirkan secara kuantitatif siklus hidrologi dapat dicapai dengan persamaan umum yang dikenal dengan persamaan neraca air, yaitubahwadalamselangwaktutertentu,masukanairtotalpadasuatu ruang tertentu harus sama dengan keluran total ditambah perubahan bersih dalam cadangan (Seyhan, 1993). Neraca hidrologi dari suatu wilayahdapatditulissebagaiberikut: Perolehan(Input)=Keluaran(output)+simpanan P=(RGET)+S dimana : peubah P adalah presipitasi (hujan), R adalah aliran permukaan,Gadalahairtanah,Eadalahevporasi,Tadalahtranspirasi, dan S adalah perubahan simpanan. Persamaan inilah yang dikenal sebagaipersamaandasarhidrologi.

17

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

H o rto n fo rm u la o f In filtra tio n : f = f c + (f o - f c )e -k t


w h e re : f = in filtra tio n c a p a c ity (in /h )

fo = in itia l in filtra tio n c a p a c ity fc = c o n s ta n t in filtra tio n

R1 fo f : in filtra tio n ra te R : ra in fa ll f R2 fp R3 R4 fc

T2

Tp

T3

4 o p tio n a l c o n d itio n s : a . R 1 > fo : In filtra tio n , flo o d in g (o v e rflo w in g ), ru n o ff b . R 2 < f : ra in fa ll s to p s b e fo re fp < R 2 (T 2 ), a ll ra in fa ll in filtra te d c . fc < R 3 < fo : ra in fa ll in filtra te d u n til R 3 = T p , th e n in filtra tio n le s s , o v e rflo w in g a n d ru n o ff d . R 4 < f c : a ll ra in ffa ll in filtra te d

fo a : o v e rflo w in g /flo o d in g b : ru n o ff

R a b

fc tp
R
infiltration

tR O
R u n o ff s u rfa c e s o il
flooding

Gambar7.Mekanismeinfiltrasidanrunoff Persamaanneracaairdapatdigunakanuntukmenentukanbesarnyanilai proses hidrologi yang tidak diketahui. Misalnya besarnya evapotranspirasi (ET) yang terjadi di suatu DAS yang besar tidak
18

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

diketahui, karena peralatan untuk pengukurannya tidak ada. Namun datahujan(P),aliranpermukaan(R),airtanah(G)dansimpananair(S) untuk DAS tersebut terukur. Dengan demikian besarnya nilai ET dapat ditentukandenganmengurangiPdenganR,G,danS(atauET=PRG S). Pengaruh Manusia terhadap Siklus Hidrologi DAS ManusiamerupakankomponenekosistemDASyangberpengaruhbesar dan dominan terhadap keseimbangan mekanisme kerja sistem ekologis yang berlangsung, termasuk mempengaruhi daur hidrologi. Dengan teknologiyangdikuasainyaiamampumengelolasumberdayaalamdan ekosistem di sekitarnya disesuaikan dengan keinginannya. Perubahan keseimbangan ekosistem yang tidak terkendali menjadi sumber utama munculnyadegradasisumberdayaalamyangserius,danpadaakhirnya menurunkankualitashidup. Pengaruh manusia dalam daur hidrologi dapat terjadi sepanjang aliran DAS,baikdibagianhulu,bagiantengah,danataudibagianhilir;dengan sifat pengaruh ada yang langsung atau tidak langsung. Tindakan manusia yang berpengaruh terhadap proses siklus hidrologi banyak menyangkut alokasi penggunaan lahan, pembuatan bangunan air di dalam DAS, pengelolaan vegetasi, pengelolaan tanah, tindakan konservastitanahdanair,pemanfaatanairtanah,danmasuknyapolutan kedalamsiklushidrologi.Berikutinidisajikanbeberapacontohtindakan manusiadanpengaruhnyaterhadapsiklushidrologi. Penggunaan lahan hutan dengan tingkat intersepsi hujan tinggi dan memiliki sifat infiltrasi tanah yang baik,akan mengurangi jumlahaliran permukaan. Namun dengan terjadinya konversi hutan menjadi lahan pertanian intensif, bahkan menjadi kawasan industri dan pemukiman, menyebabkan terganggunya proses hidrologi. Terbukanya permukaan tanah menyebabkan kapasitas intersepsi hujan menurun drastis, hujan yang jatuh langsung memukul permukaan tanah dan memecahkan matriks tanah menjadi partikel tanah yang kecilkecil. Sebagian dari partikel tanah menutup pori tanah dan memadatkan permukaan tanah, sehinggamenurunkankapasitasinfilitasi.Denganmenurunnyakapasitas infiltrasimakajumlahaliranpermukaanmeningkatdanjumlahaliranair yang menuju ke bawah permukaan untuk mengisi air tanah berkurang. Aliran permukaan menjadi energi yang dapat menggerus partikel tanah
19

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

di permukaan dan mengangkutnya ke tempat lain sebagai bagian dari proseserosi.

Gambar8.FungsiTegakanHutan(Microsoft,2002) Di daerah perkotaan yang umumnya merupakan bagian hilir DAS, permukaantanahbanyakditutupiolehbangunanpermanenyangkedap air. Akibat dari semakinluasnya lapisan kedapairdi permukaan tanah, hujan yang jatuh sebagian besar tidak dapat diinfiltrasikan ke dalam tanah dan menimbulkan genangan atau banjir. Pemikiran banyak orang tentang banjir di bagian hilir sematamata hanyalah diakibatkan oleh kiriman banjir dari bagian hulu tidak sepenuhnya benar, karena banjir yang terjadi di bagian hilir akan tetap terjadi walaupun hujan di hulu kecil jika air y hujan dan aliran permukaan yang masuk ke hilir tidak mampu dialirkan ke dalam tanah atau ke badan air dengan baik. Kasus DAS Ciliwung yang berhulu di daerah Puncak Bogor dan berhilir di Jakarta menunjukkan bahwa banjir yang terjadi di Jakarta tidak selamanya akibat kiriman air dari Bogor, dimana Jakarta pernah banjir
20

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

pada saat Bogor tidak terjadi hujan. Penulis menduga dengan semakin banyaknya bangunan dan infrastruktur permanen dibanguan memperluas lapisan kedap air di atas permukaan tanah, sehingga menjadisalahsatusumbermasalahutamabanjirdiJakarta. Pembuatan teras dalam pengelolaan lahan dapat meningkatkan laju infiltrasidanmenurunkanaliranpermukaan.Vegetasiyangditanamdan serasah yang dihasilkannya akan meningkatkan kekasaran permukaan tanah, sehingga menurunkan laju aliran permukaan dan akhirnya menurunkan energi gerusannya terhadap tanah. Penurunan laju aliran permukaanakanmenurunkanjumlaherosiyangterjadi. Pembuatan waduk atau dam untuk mengendalikan banjir dapat mengancamkelestarianbiotaair.Aliranairyangmasukkedalamwaduk dan membawa hara mineral akibat erosi di bagian hulu sungai, dapat meningkatkankandunganharadalamwaduk.Peningkatanharamineral akan memacu pertumbuhan ganggang yang menimbulkan peristiwa etrofikasi dan pada akhirnya mengancam kelestarian biota perairan tersebut. Penjelasan tentang etrofikasi dibahas dalam bagian konservasi tanahdanair. Air tanah banyak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Pemanfaatan oleh industri jauh lebih besar daripada untuk rumah tangga. Eksploitasi air tanah tanpa kendali akan menurunkan mukaairtanah,danmenimbulkanronggadidalamnya.Adanyarongga kosong ini menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah (sois subsidense).Gejalatanahyangmengalamisubsidensitampakdariadanya retakretak pada dinding bangunan akibat berubahnya pondasi bangunandalamtanah.Padakondisitanahsubsidenparah,permukaan tanahanjlokdiikutidenganruntuhnyabangunan. Evaluasi Sumberdaya Lahan Lahan(land)dalampengelolaanDASberperanpenting,danhampirtidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa dukungan lahan. Lahan secara definisibermaknalebihluasdaritanah(soil),yaitulingkunganfisikyang terdiri dari tanah, iklim, relief, air, vegetasi, dan benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap penggunaan lahan, sedangkan tanah sendiri merupakan benda alami berdimensi tiga (panjang, lebar, dantinggi)yangterletakdibagianataspermukaanataskulitabumidan memiliki sifat yang berbeda dengan lapisan di bawahnya sebagai hasil
21

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

kerja interaksi antara iklim, kegiata organisme, bahan induk, dan relief selamamasatertentu(Arsyad,1989). Kebutuhan akan lahan naik sebagai konsekuensi meningkatnya jumlah populasi dan pembangunan fisik selama beberapa dasawarsa terakhir. Jumlah lahan yang tetap dibandingkan dengan tingginya kebutuhan menimbulkanmasalahpembangunanyangmenyangkutberagamaspek, mulaidariekologis,ekonomi,sosial,budaya,bahkanstabilitas.Tingginya konversi lahan hutan menjadi non hutan, sawah menjadi kawasan industru dan pemukiman adalah contoh bagaimana posisi sumberdaya lahan selama ini yang rentan untuk dialihfungsikan. Tindakan konversi lahan dan pilihan pengelolaan lahan yang tidak tepat serta tidak memperhatikan aspek kemampuan dan kesesuaian lahan itu sendiri, sehingga mengancam kelestariannya dan mempercepat terjadinya degradasi lahan. Gejala degradasi lahan merupakan tanda kemunduran lahanuntukmampuberproduksisesuaidenganyangdiharapkan. Pada dasarnya lahan yang ada memiliki keterbatasanketerbatasan yang secara alamiah akan menjadi pembatas untuk menghasilkan komoditas sesuaidenganjumlahdanmutuyangditentukan.Hampirsetiaplahandi berbagai tempat yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda sebagai akibat hasil interaksi antar komponen yang mempengaruhinya berbedapula.Perbedaankarakteristiklahandisetiapwilayahmenuntut adanya perbedaan dalam melakukan manajemennya. Lahan yang tidak cocok untuk pertanian yang sangat intensif tidak akan mampu dipaksakan dikelola untuknya, dan apabila dipaksakan dengan dalih adanyadukunganteknologitentunyaakanmemberikanbiayadanresiko kerusakanlingkunganyangbesar. Seringkalipilihanpenggunaanlahantidakmemperhatikanpotensilahan, kesesuaian lahan, dan tindakan pengelolaan yang diperlukan untuk setiap areal lahan yang penting sebagai pegangan pengelola lahan. Dampak dari ketidaktepatan pilihan dalam penggunaan lahan menimbulkan degradasi lahan yang menyebabkan adanya lahan kritis (critical land), yaitu lahan yang sudah tidak memiliki kemampuan berproduksisesuaidenganyangdiharapkan. Upaya pelestarian sumberdaya lahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan sesuai dengan kemampuannya, dan kesesuainnya untuk komoditas tertentu. Dengan demikian perlu dilakukan kegiatan evaluasilahanuntukmengkajipotensilahandantingkatkesesuaiannya.
22

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Sitorus(1985)mendefinisikanevaluasisumberdayalahan(landevaluation) sebagaiprosesuntukmendugapotensisumberdayalahanuntukberbagai penggunaan tertentu. Evaluasi lahan memberikan pengertian tentang hubunganhubungan antara kondisi lahan dan penggunaan lahan serta memberikan kepada perencana dan pengguna lahan berbagai alternatif pilihan penggunaan lahan yang dapat diharapkan berhasil. Manfaat dasar dari kegiatan ini adalah menilai kemampuan (capability) dan kesesuaian (suitability) untuk suatu penggunaan lahan dan memprediksi konsekuensikonsekuensi dari perubahan penggunaan lahanyangakandigunakan. Kerangka dasar dalam evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratanpersyaratanyangdiperlukanuntuksuatupenggunaanlahan tertentu dengan sifat sumberdaya (lahan) yang ada di tempat itu. Keteranganketerangan yang dibutuhkan dalam evaluasi lahan mencakupketeranganketerangantentanglahan,penggunaanlahan,dan aspek sosial ekonominya. Dengan demikian kegiatan evaluasi lahan merupakan kegiatan interdisiplin untuk mengetahui potensi dan karakteristiksuatulahan,sehinggadalamprakteknyadiperlukantenaga ahli tanah, hidrologi, pertanian, kehutanan, geologi, sosiolog, ekonom, danpakarlainyangterkait. Di dalam evaluasi lahan dikenal dua cara, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Cara evaluasi lahan langsung dilakukan melalui percobaan, pengumpulan, dan pengolahan data hasil tanaman atau pengukurankomponenproduktifitasnya.Misalnyamenanamkomoditas A pada lima jenis tanah berbeda, dan kemudian membandingkan hasilnya diantara kelima jenis tanah tersebut. Data hasil produksi pun dapat dikumpulkan melalui beberapa sumber, seperti petak percobaan, pengujian pot, produksi tanaman di lapangan, catatan petani, dan statistika pertanian lainnya. Evaluasi lahan secara langsung dalam penggunaannya sangat terbatas jika tidak disertai oleh data yang cukup banyak. Hal ini menyebabkan kegiatan evaluasi lahan sebagian besar dilakukansecaratidaklangsung. Evaluasi lahan dilakukan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan berikutini(FAO,1970): * .Bagaimanapengelolaanlahansekarang,danapaakibatnyaapabilacara tersebutterusdilaksanakan. * Perbaikan apa yang perlu dilaksanakan terhadap cara pengelolaan sekarang;
23

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

* Penggunaanpenggunaan lain yang secara fisik memunginkan dan relevandarisosialekonomi; * Penggunaan yang mana diantara penggunaan lahan tersebut yang memungkinkanproduksilestaridankeuntungankeuntunganlainnya; * Pengaruh buruk yang mungkin timbul dari masingmasing penggunaanlahan,baiksecarafisik,sosial,danekonomi; * Input apa yang diperlukan untuk mendapatkan produksi yang diinginkandanmeminimalkanpengaruhburuknya; * Apakeuntungandarimasingmasingpenggunaanlahantersebut. Prinsip dasar dalam melakukan evaluasi lahan meliputi halhal sebagai berikut: 1. Evaluasi lahan harus didasarkan atas penggunaan lahan untuk tujuan tertentu, karena penggunaan yang berbeda memerlukan syarat yang berbeda pula. Misalnya tanah alluvial di dataran banjir sangat baik untuk padi sawah, tetapi sangat buruk untuk tanamanpalawijadankehutanan; 2. Diperlukan perbandingan antara biaya dan keuntungan dalam penggunaanlahanyangditentukan; 3. Evaluasi lahan memerlukan pendekatan interdisiplin, lahan mencakupaspekyangsangatluasdantidakcukupditanganioleh satudisiplinilmusaja,melainkanmemerlukanketerlibatanpakar lainyangterkait; 4. Evaluasi lahan harus relevan dengan kondisi fisik, ekonomi, dan sosial dari daerah yang dievaluasi. Hasil evaluasi lahan harus applicable untuk kondisi sosial dan ekonomi setempat. Dengan demikian pilihan evaluasi lahan harus mampu menggambarkan kondisisosialdanekonomisetempat; 5. Berdasarkan atas penggunaan untuk waktu yang tidak terbatas (sustain basis), jangan sampai di masa mendatang menyebabkan degradasi lingkungan. Evaluasi lahan harus memperhatikan dampakekologisdaripenggunaanlahandalamjangkapanjang; 6. Evaluasilahanmenyangkutperbandinganlebihdarisatumacam penggunaan lahan, misalnya membandingkan keuntungan penggunaan lahan antara pertanian dan kehutanan, antara dua carabercocoktanam,atauantarajenisjenistanaman. Dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilakukan dengan dua pendekatan,yaitu(a).pendekatanduatahap,dan(b).pendekatanparalel. Pendekatan dua tahap dilakukan secara berjenjang, dimulai dari kajian
24

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

fisikkemudiansosialekonominya.Tahappertamadalampendekatanini merupakan evaluasi lahan secara fisik dan kualitatif, dan tahap kedua terdiri dari analisi ekonomi dan sosial untuk penggunaanpenggunaan tertentu, misalnya untuk pertanian secara umum. Pendekatan ini biasanya digunakan dalam evaluasi perencanaan penggunaan lahan secara umum pada tingkat sesuai tinjau. Keuntungan pendekatan ini adalahmetodeloginyalangsungdenganurutanaktifitasdanpengawasan stafefisien. Pendekatanparaleldalamevaluasilahandilakukandimanalahansecara fisik dan sosial ekonomi dievaluasi dalam waktu yang sama. Biasanya diterapkan untuk evaluasi lahan secara detil. Keuntungan dari pendekatan ini adalah kemungkinan adanya kerjasama kelompok interdisiplinantarapakarbidangfisiklingkungan,sosial,danekonomi. Konservasi Tanah dan Air Sumberdaya tanah dan air secara substantif adalah modal berjalannya pembangunan. Dukungan kedua sumberdaya tersebut secara langsung terkait dengan kualitas pembangunan dan peradaban suatu bangsa. Sejarahmencatatperjalananbangsabangsabesardimasalampaudengan tingkatperadabandankebudayantinggidijamannyaterletakdidaerah aliran sungai yang memiliki sumberdaya tanah dan air yang melimpah. Keadaan masyarakat di Lembah Nil, Mesopatamia, Indus, dan daerah SungaiKuningdidaratanCinayangmenjadipusatkebudayaanterletak di aliran sungai mencapai kebudayaannya secara baik, begitu pula dengan kemegahan kebudayaan suku bangsa India Maya, Inca, dan Aztec. Namun tingginya peradaban yang telah dicapai kemudian memudar dan hilang sejalan dengan rusaknya sumberdaya tanah, air, vegetasidanlingkungan lainnya.Manusia sering memperlakukan tanah sebagaiobjek,sehinggausahayangdilakukannyamasihdidominasioleh pemikiran bagaimana menghasilkan produksi setinggitingginya tanpa berpikir lebih lanjut akibat dari tindakannya. Lahan yang awalnya tertutup vegetasi berubah menjadi lahan kritis dan padang pasir yang luas, dan menyebabkan penduduk yang mendiami pusatpusat kebudayaan itu tidak mampu lagi mempertahankan kebudayaaanya karenakondisilingkunganhidupyangtidaklaginyamanuntukdidiami. Kenyataan sejarah ini telah membuktikan bagaimana pentingnya sumberdaya alam dalam menopang kualitas hidup suatu bangsa dan peradabannya.
25

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tanah (soil) adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri dari komponenkomponen padat, cair, dan gas yang mempunyai perilaku dinamik (Arsyad, 1989). Tanah terbentuk sebagai hasil interaksi antara iklim (i), jasad organik (o) terhadap batuan induk (b) yang dipengaruhi relieftempatterbentuk(r)danwaktu(t),ataudirumuskanbahwa:T=( i,o,b,r,t).Tanahsebagaisumberdayaalam,untukpertanian,memiliki duafungsipokok,yaitusebagaisumberharabagitumbuhandanmatriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, dan tempat unsurunsur hara dan air ditambahkan (Arsyad, 1989). Kedua fungsi pokok tersebut dapat hilang yang disebut degradasi atau kerusakan tanah. Kerusakan pada fungsi yang pertama dapat dipulihkan dengan pemupukan, tetapi kerusakan pada fungsi kedua memerlukan waktu yang panjang karena terkait dengan proses pembentukan tanah (soil formation). Arsyad (1989) menyebutkan bahwa kerusakan tanah dapat terjadioleh a. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran. Kerusakan bentuk ini terjadi akibat perombakan bahan organik dan pelapukan mineral serta pencucian unsur hara yang berlangsung cepatdibawahiklimtropikapanasdanbasah,dankehilanganunsur haraterangkutmelaluipanentanpausahauntukmengembalikannya. Perbaikantanahdapatditempuhdenganpemupukan. b. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi). Kerusakan tanah ini sering terjadi di daerah kering atau dekat pantai. Pada musim kemarau terkumpul sejumlah Natrium di permukaan tanah yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Kerusakan dapat hilang pada musim kemarau dengan tercucinya garamgaramtersebut. c. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging). Penjenuhan tanah oleh air menyebabkan terjadinya perubahan proses kimia tanah yang merubah lingkungan tanah di daerah tersebut. Spesies tumbuhan yang tidak mampu beradaptasi akan terganggu pertumbuhannya ataumati. d. Erosi.Kerusakantanahakibaterosibaikmelaluimediaairatauangin telah berdampak luas terhadap keberlanjutan sistem kehidupan. Pokokkerusakanakibaterosiinilahyangselanjutnyamenjadibahan pembahasanutamakuliahKonservasiTanahdanAirini. MasalaherosidiIndonesiatelahdiperhatikansejakpertengahanabadke 19,jauhsebelumsurveitanahpertamakalidilakukandiAmerikaSerikat tahun 1934. Hal tersebut terkait dengan dibukanya sebagian hutan di
26

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pulau Jawa menjadi perkebunan di daerah hulu DAS besar di Pulau Jawa,sehinggamengakibatkanbanjirbesardiBengawanSolo,Ciliwung, dan Citanduy. Pada tahun 1844 pemerintah kolonial Belanda memberlakukan undangundang yang mengatur tentang pembukaan lahan dengan maksud untuk mencegah terjadinya banjir. Dalam prakteknyaundangundangtersebuttidakdijalankandenganbaikkarena kebutuhan komoditas perkebunan untuk ekspor semakin tinggi. Akibat pembukaan lahan yang berlebihan menyebabkan laju erosi tinggi, dan tanahmenjadirusaksepertiyangdilaporkanadanyaTanahMatiMajadi DAS Cimanuk oleh Rutten tahun 1917, juga adanya endapan di Sungai SerayudanCilutung. ErosimulainampakjelasdiPulauJawasetelahpendudukmeningkatdan banyak menetap di daerah bukit dan pegunungan sebagai daerah hulu DAS yang banyak mengubah penggunaan lahan dari vegetasi alami (hutan) menjadi daerah pertanian dan pemukiman. Dregne (1992) menyebutkan bahwa Pulau Jawa sebagai pulau utama di Indonesia adalah wilayah dengan tingkat erosi tertinggi di Asia. Lebih dari 8 % lahan pertanian mengalami erosi hebat. Kehilangan tanah dari lahan pertanian diperkirakan mencapai 50 mm per tahun yang menyebabkan hampir 4 % dari hasil pertanian total untuk seluruh Jawa hilang setiap tahunnya akibat erosi 1 . Dalam hal ini intervensi manusia melalui perubahan penggunaan lahan berhubungan langsung dengan laju erosi yangterjadi.GintingsdanA.Syam(1997)mencobamembandingkanlaju erosipadabeberapapenggunaanlahandihutanalamdanhutantanaman industri(HTI),dimanalajuerosidihutanalamberkisarantara0.210.426 ton/ha/tahundanuntukHTIyangditanamiAcaciamangiumlajuerosinya meningkat hampir dua kalinya menjadi 0.51 0.798 ton/ha/tahun. Kegiatan penebangan, praktek budidaya pertanian, dan penggembalaan berat yang tidak mengindahkan praktek konservasi tanah menjadi penyebabterjadinyaerosiyanghebatdikawasantropika. Perhatian terhadap masalah erosi pada masa perang kemerdekaan terlupakan. Baru pada tahun 1970 perhatian terhadap erosi timbul kembalisetelahbanyakbanjirmelandadaerahdaerahdiJawa,Sumatera, dan Kalimantan. Pada saat itu pula mulai banyak dibangun bendungan besardiPulauJawa,sepertiJatiluhur(diDASCitarum),Karangkates(di Kali Berantas), Gajah Mungkur (di Bengawan Solo), dan sebagainya. Untuk menjamin umur pakai waduk yang optimal maka pengendalian
1

Erosi tanah yang terjadi di Cina mempengaruhi areal seluas 1,79 juta Ha menyebabkan kehilangan tanah sebesar 5 milyar ton/tahun yang ekuivalen dengan kehilangan pupuk sebesar 50 juta ton/tahun.

27

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

sedimen sebagai hasil lanjutan proses erosi perlu dilakukan dengan tindakankonservasitanahdanairdibagianhulusungai. Kerugian akibat erosi berdampak luas sepanjang aliran DAS. Kerugian dan kerusakan dapat dialami di daerah dimana erosi terjadi (daerah hulu),daerahyangdilewatialiransedimen(daerahtengah),danjugadi bagianhilir2.MisalnyaerosiyangterjadididaerahPuncakBogor(hulu sungaiCiliwung)akanmenyebabkandampakyangjugaakandirasakan olehmasyarakatdiJakartasebagaidaerahhilirnya.Selainmenimbulkan kerugian secara fisik, erosi menimbulkan kerugian secara ekonomi dan sosial. Terbawanya hara mineral dari daerah pertanian akan menurunkan kandungan hara daerah yang tererosi, sehingga untuk memperolehproduksitanamanyangsamadiperlukaninputpupukyang lebihbanyakuntukmenggantiharayanghilang.Penambahanpupukini akanmeningkatkanbiayausahatani. Tabel1.DampakErosiTanah(Arsyad,1989)
Bentuk Dampak Langsung DampakdiTempatKejadianErosi Kehilangan lapisan tanah yang baik bagiberjangkarnyaakartanaman. Kehilanganunsurharadankerusakan strukturtanah. Peningkatanpenggunaanenergiuntuk produksi. Kemerosotan produktifitas tanah atau bahkan menjadi tidak dapat digunakanuntukproduksi. Kerusakan bangunan konservasi dan bangunanlainnya. Pemiskinan petani penggarap/pemilik lahan DampakdiLuarTempat Kejadian atau Pelumpuran pendangkalan waduk, sungai, saluran, dan badan airlainnya. Tertimbunnya lahan pertanian, jalan, dan bangunanlainnya. Menghilangnyamataairdan memburuknyakualitasair. Kerusakan ekosistem perairan (tempat bertelur ikan,terumbukarang,dsb) Kehilangannyawadanharta olehbanjir. Meningkatnyafrekuensidan masakekeringan.

Keterkaitan hulu dan hilir misalnya : pergerakan penduduk (urbanisasi), bagian hulu mengatur tata air bagian hilir, erosi di hulu menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan di hilir, hilir menyediakan pasar untuk komoditas hulu.

28

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

LanjutanTabel1. Tidak Berkurangnya alternatif penggunaan Langsung tanah. Timbulnya dorongan/tekanan untuk membukalahanbaru. Timbulnya keperluan akan perbaikan lahandanbangunanyangrusak.

Kerugian oleh memendeknya umur waduk3. Meningkatnyafrekuensidan besarnyabanjir.

Untuk mengatasi terjadinya degradasi lahan, terutama erosi, harus dilakukan upaya konservasi tanah dan air (KTA). Pemikiran KTA pada awalnya difokuskan pada proses yang berkaitan dengan erosi, seperti pengaruherosisecarafisikterhadaplahan,vegetasi,danpertaniansecara luas, serta akibat lanjutan dari erosi yang menyangkut ekonomi, sosial, dankesejahteraanmasyarakat.Namundalamperkembanganselanjutnya konsep KTA diperluas dan lebih komprehensif sebagai berikut (Sinukaban,1989): a. Melindungi/mencegah tanah supaya tidak rusak secara fisik atau kimia karena kehilangan kesuburan tanah akibat alam atau kegiatanmanusia; b. Memelihara tanah supaya tidak menurun kualitas produktifitasnya baik karena faktor alam atau kegiatan manusia dengan cara mengkombinasikan metode pengelolaan dan penggunaanlahanyangtepat. Berdasarkan konsep yang berkembang, KTA mencakup pelestarian tanahtanah yang masih baik kualitasnya dan merehabilitasi tanah yang sudahrusak. PenggunaantindakanKTAdapatdilakukansecarafisikmekanis,kimia, danvegetatif.Namunperludiperhatikanbahwatidakadaagroteknologi atau teknik KTA yang dapat menumbuhkan tanaman dengan baik, jika kondisi tanahnya sendiri tidak cocok atau tidak sesuai untuk jenis komoditas yang ditanam. Dengan demikian penggunaan lahan yang cocok atau sesuai adalah langkah pertama menuju sistem pengelolaan lahan yang baik dan teknik KTA yang sesuai. Dalam hal ini kegiatan evaluasilahandanKTAmemilikihubunganerat. Seperti dikemukakan sebelumnya, dampak erosi berlangsung sepanjang aliransungaidandirasakanolehpendudukyangmendiamisetiapbagian
3

Berkurangnya fungsi waduk sebagai reservoir air yang digunakan untuk PLTA dapat mengganggu jalannya generator listrik, sehingga pasokan listrik terganggu. Pasokan listrik yang terganggu menyebabkan terganggunya kegiatan ekonomi dengan nilai kerugian sangat besar.

29

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

dari DAS tersebut. Dengan demikian masalah KTA adalah tanggung jawab bersama, sehingga wajar semua pihak berperanaktif dalam program KTA. Dalam hal ini dukungan masyarakat hilir untuk membantuprogramKTAdibagianhulusangatberarti,misalnyadengan memberikan sebagian pajaknya untuk pembangunan daerah hulu agar berjalan mengikuti kaidahkaidah KTA merupakan langkah bijak yang harusdilakukanuntukmenjaminlestarinyasumberdayatanahdanairdi DAStersebut. Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah dari suatu tempat ketempatlain oleh mediaalami, baik oleh hujan maupun angin. Di Indonesia kerusakan lahan banyak disebabkan oleh terhanyutnya tanah atau bagianbagian tanah oleh air. Kerusakan tanah akibat erosi akan mempengaruhi sifatsifat fisik dan kimiatanahyangdapatmenurunkanproduktifitaslahan.Dampakerosi di bagian hilir dapat berupa pendangkalan sungai, banjir, menurunnya kualitas air, memperpendek umur ekonomis bendungan dan saluran irigasi, serta menimbulkan kerusakan lainnya yang mengancam kelestarianlingkunganhidup.
E xpanded C ultivation Increased R uno ff

O ve rg razing

D efo re stratio n

R educed W ood P rod uction


D roughts

S hortage of F eed

S O IL E R O S IO N

D a m ag e to roa ds, othe rs

R educed Livestock P roduction

Fuelw ood S ho rtag e

R educed F ertility

S hortage of M a nure

U nstable, Low P roductivity

P O V E R TY

Gambar9.DampakNegatifErosidiBagianHuluDAS

30

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tipe erosi dibedakan menjadi erosi geologi (geologic erosion) dan erosi dipercepat (accelarated erosion). Erosi geologi yang terjadi merupakan ukuran besarnya tanah hilang yang terjadi secara alami, sedangkan tipe erosiyangdipercepatbanyakdipengaruhiolehaktifitasmanusiadiatas suatulahan.Masalaherosiyangdipercepattelahmenjadimasalahserius yangperludikendalikan.Bagianpermukaantanahyanghilangoleherosi umumnyabagiantanahyangsubur,mengandungbanyakharatanaman, humus, dan pupuk lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang telah mengalami degradasi hebat oleh erosi akan sulit diolah, karena tanahnya relatif keras, bergumpal dan kemampuan menyerapairberkurang,sehinggatanahtersebuttidaksesuailagiuntuk budidaya. Erosidipengaruhiolehhujan,aliranpermukaan,jenistanah,kemiringan lahan, vegetasi penutup, dan ada atau tidaknya teknik konservasi yang dilakukan. Kesemua faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok,yaituenergi,ketahanantanah,danperlindungan(Gambar2). Besarnya erosi yang terjadi adalah hasil kerja interaksi antara ketiga kelompok tersebut. Kelompok energi yang penting adalah kemampuan potensialdarihujanuntukmenimbulkanerosi(erosivitas).

31

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

R endah R endah D a ta r L a nd a i P e nd e k P e nd e k -

E r o s ivita s H uja n A lir a n P e r m u k a a n B e ntuk P e rm uk a a n K e m e re ng a n L e re n g P a nja ng L e re n g P e m e nd e k a n L e re ng

- T ing g i - T ing g i - B e rle re ng - C u ra m - P a nja n g - P a nja n g

R e nd a h - E ro d ib ilita s - T ing g i R e nd a h - K a p a sita s Infilitra si - T ing g i B a ik - P e ng e lo la a n T a na h - B uruk (P e ng g una a n p up uk , p e ng e lo la a n ta n a h )

R e nd a h - K e p a d a ta n P e nd ud uk - T ing g i (T e k a na n p a d a la ha n) R apat - T a na m a n P e nutup - T id a k a d a (T a na m a n, rum p ut, p e ng g e m b a la a n,huta n) R e nd a h D a ya P ik a t T ing g i (T e k a n a n p a d a p e ng g una a n) B a ik - P e ng e lo la a n L a ha n B uruk

B a ik - F A K T O R P E R L IN D U N G A N - B u r uk

B a ik - F A K T O R E N E R G U - B u r uk

B a ik - F A K T O R K E T A H A N A N - B u r uk

T id a k T e r ja d i - E R O S I - T e r ja d i

Gambar10.FaktorFaktoryangMempengaruhiErosi Selain itu komponen lainnya berupa faktor yang secara langsung mempengaruhi kekuatan penyebab erosi, seperti pengurangan panjang saluran aliran permukaan dengan pembuatan teras. Faktor terpenting dalam kelompok ketahanan adalah erodibilitas tanah yang besarnya sangat tergantung pada sifat fisik dan kimia tanah. Faktorfaktor yang menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan infilitrasi, dapat menurunkan erodibilitas tanah. Dengan demikian pengolahan tanah dapat menurunkan erodibilitas tanah bertekstur liat, tetapi dapat juga meningkatkan erodibiltas tanah bertekstur pasir. Kelompok perlindungan bertumpu pada faktor yang berkaitan dengan tanaman penutup yang melindungi permukaan tanah. Dengan mengintersepsi hujan yang jatuh dan mengurangi aliran permukaan, tanaman penutup
32

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

mampu melindungi tanah dari erosi. Setiap tanaman memiliki tingkat perlindungan yang berbeda terhadap erosi. Sinukaban (1989) menyebutkan bahwa laju erosi dari hutan alam (primer) dengan kemiringanlahancurammencapai0,028ton/ha/tahun,sedangkanerosidi lahanpertanianberkisarantara4,0150ton/ha/tahun. Erosi bervariasi menurut tempat dan waktu. Dalam hal ini erosivitas hujan dan perubahan penutupan lahan oleh manusia mempengaruhi frekuensi dan jumlah dari erosi. Variasi erosi secara regional terkait dengan iklim, secara lokal erosi dipengaruhi oleh topografi, dan di tingkatlapanganerosimerupakanpencerminandariperbedaantanaman, lereng,danpenerapanteknikKTA. Tabel2.FaktoryangMempengaruhiErosipadaBerbagaiSkala4
Makro Iklim Iklim Iklim Skala Meso Litologi Relief Litologi Relief Ketinggian tempat Relief Mikro IklimMikro Litologi(tanah) Keterangan HasilSedimenSungai Kerapatan drainase density) Studilajuerosi (drainage

Iklim

Penutupan Tanaman cover)

(Plant

Studi kehilangan tanah dari daerahpegunungan(hillslope)

Dalamskalamakrounsuriklimberperanpentingterhadaperosi,namunmakinkearahskala mikromakatanahdanvegetasimakinpentingperanannyaterhadapterjadinyaerosi.

Erosiberdasarkanbentuknyaterdiridarierosilembar(sheet/splash/interrill erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), erosi tebing sungai,danlongsor(landslides). Airhujanyangjatuhdipermukaantanahdandiikutidenganterjadinya aliran permukaan menghilangkan lapisan tanah bagian atas. Erosi percikan atau erosi lembar (splash/sheet erosion) tidak langsung segera nampak karena pengangkutan lapisan tanah yang terjadi merata tebalnya. Percikan hujan dan aliran permukaan penyebab erosi ini. Percikan hujan selain memecahkan matriks tanah, juga memanpatkan tanah yang dikenainya dan terlihat dengan adanya lapisan kerak di

Morgan, RPC. 1986. Soil and Water Conservation. Longman. Essex.

33

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

permukaan. Dampak erosi ini baru dapat dirasakan apabila produksi tanamanpadajangkawaktutertentumulaimenurun. Erosi alur sebagaimana erosi lembar bersifat sementara, dimana bekas alur akibat hujan seringkali hilang oleh hujan berikutnya yang membentuk alur baru. Erosi ini terjadi akibat terkonsentrasinya aliran permukaan yang mengalir pada tempattempat di permukaan tanah. Erosi alur terbentuk di bagian bawah lereng pada jarak tertentudimana aliran permukaan mulai terkonsentrasi. Kekuatan aliran yang terkonsentrasi semakin besar menggerus alur, maka alur akan semakin lebar. Aluralur yang terjadi masih dangkal, sehingga dengan pengolahan tanah biasa dapat dihilangkan. Arsyad (1989) menyebutkan bahwa erosi ini biasanya terjadi pada tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng, pengolahan tanah menurutlereng,danbekaspenyaradankayu. Erosi parit selalu terbentuk di bagian bawah lereng, paling merusak lahan, dan tampak jelas. Proses terjadinya erosi ini sama seperti erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk sudah dalam sehingga tidak memungkinkan dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Pada erosi parit yang baru terbentuk lebarnya mencapai 40 cm dengan kedalaman 25 cm, sedangkan erosi parit lanjut dapat mencapai kedalaman 30 m (Arsyad, 1989). Berdasarkan penampakannya, bentuk erosi parit ada yang menyerupai huruf V atau U, danhal ini tergantung dari kepekaan erosinya. Tanah dengan matriks yang mudah lepas dan berasal dari batuansedimencenderungmembentukerosiberbentukU. Pengikisantebingsungaiolehairyangmengalirdariatasatauterjangan aliransungaimenyebabkanterjadinyaerositebingsungai.Berkurangnya vegetasipenutuptebingmemperbesarerosiini. Tanah longsor atau erosi massa ditandai dengan bergeraknya sejumlah massa tanah secara bersamasama. Meluncurnya massa tanah diakibatkanadanyalapisanagakkedapairyangjenuh.Lapisantersebut umumnya memiliki kandungan liat tinggi dan setelah jenuh berubah menjadilapisanpeluncur.Arsyad(1989)menyebutkantigakondisiuntuk terjadinya longsor, yaitu (a).lereng yang cukup curam dan memungkinkantanahbergerakkebawah,(b).adanyalapisantanahyang kedap air yang bertindak sebagai lapisan peluncur, dan (c).adanya air dalam tanah yang cukup sehingga lapisan tanah yang tepat di atas lapisanluncurjenuh.
34

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Erosi oleh air melalui beberapa fase, yaitu (a).pemecahan (dispersion), (b).pengangkatan(entrainment),(c).pengangkutan(transportation),dan(d). pengendapan(deposition).Padafasepertama,partikeltanahdipecahdari matriks tanah oleh pukulan butiran hujan yang jatuh atau kekuatan gerusandarialiranpermukaan.Butiranhujanyangjatuhmemilikienergi kinetik (E = 0,5 mv2, dimana m adalah massa materi dan v adalah kecepatan)yangmemecahmatrikstanahmenjadipartikelpartikeltanah kecil. Proses pemecahan ini merupakan fungsi dari mudah tidaknya tanah dipecah dan kapasitas dari energi hujan yang terjadi. Fase kedua atau fase pengangkatan partikel tanah terdispersi dilakukan segera setelah proses pemecahan matriks tanah selesai. Dalam fase ini tanah dapatdipindahkankebagianlaindaripermukaantanah.Setelahpartikel tanah diangkat, kemudian fase pengangkutan dimulai dengan aliran permukaan menjadi sarana transportasinya. Dengan semakin terkonsentrasinya dan terjadinya turbulensi aliran permukaan maka kapasitas mengangkut partikel tanah akan meningkat. Dalam fase keempat, partikel tanah yang terangkut diendapkan. Deposisi partikel tanahdapatterjadipadasetiaptitiksepanjanglintasanaliranpermukaan. Partikel tanah dideposisikan apabila kapasitas mengangkut aliran permukaan berkurang sampai titik dimana aliran tidak mampu mengangkutlagipartikeltanahtersebut.Prosesdeposisipunakanterjadi apabila kecepatan aliran permukaan mencapai nol (diam). Penurunan kapasitas angkut aliran permukaan dipengaruhi oleh kemiringan lahan yang berkurang, meningkatnya vegetasi penutup tanah dan kekasaran tanah,danadanyadepresikecildipermukaantanah.Partikeltanahyang berukuran besar (misalnya pasir) akan dideposisikan lebih cepat dari partikel yang berukuran kecil (misalnya liat). Dalam hal ini partikel tanah berukuran liat akan tersuspensi dalam aliran untuk waktu yang lebih lama. Partikel tanah yang diendapkan menjadi sedimen dimana partikeltersebutterdeposisi.

35

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Presipitasi

Entrainment

Presipitasi atau hujan merupakan energi utama terjadinya erosi. Titik hujan yang datang memiliki energi kinetik hujan sebesar : E = 0.5 mv2 yang memukul permukaan tanah, lalu memecahkan partikel tanah yang ditumbuknya.

Detachment

Transportation

Deposition Runoff

Deposition atau sedimentasi terjadi apabila kecepatan aliran air (runoff) yang membawa partikel tanah tererosi mendekati nol. Kondisi ini biasanya terjadi di daerah dengan relief datar

Gambar11.FaseFaseErosiTanah Apabila kecepatan aliran permukaan yang membawa partikel tanah akibat erosi melambat dengan kondisi topografi relatif datar, maka bahanbahan tanah yang dibawa oleh aliran air akan diendapkan di tempat tersebut. Tanah dan bagian/partikelnya yang terangkut dari suatutempattererosidisebutsedimen.Sebagianpartikeltanahmasukke sungai dan terangkut keluar dari wilayah sungai. Nisbah jumlah sedimen yang keluar dari DAS terhadap jumlah tanah yang tererosi di lokasi asalnya disebut nisbah pelepasan sedimen (sedimen delivery ratio,SDR).BesarnyanilaiSDRmerupakanfungsidariluasDAS(Arsyad, 1989). Partikeltanahyangdiendapkandapatmendangkalkanbangunanairdan saluran air di DAS. Akibat pendangkalan yang terjadi dapat memperpendek umur pakai dari bendungan, waduk, juga dapat meningkatkankemungkinanterjadinyabahayabanjirdihilirsungai.
36

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Proses sedimentasi terkait dengan proses erosi sebelumnya. Bagian bagiantanahyangtelahdihancurkanolehenergihujanyangmenerpanya akan diangkut ke suatu tempat yang elevasinya lebih rendah dengan bantuan aliran permukaan. Bagianbagian tanah yang terangkut dan diendapkandibagianhilirsungaidapatdijadikanpulaindikasibesarnya erosi di bagian hulu, sehingga dengan semakin tingginya erosi di hulu sungaiakanmeningkatkanjumlahsedimendihilirsungai. Contohdampakerositerhadapdanauataubendunganadalahterjadinya peristiwa eutrofikasi (eutrophication). Dalam danau yang tidak terpolusi, suplai karbon (C), Posfor (P), dan nitrogen (N) cukup sedikit untuk membatasiproduksialga.TetapiapayangakanterjadijikajumlahC,P, N berlebih masuk ke dalam ekosistem danau ? Ketiga unsur tersebut larut dalam aliran air yang masuk ke danau sebagai akibat dari erosi yang terjadi di hulunya. Kelebihan suplai hara akan meningkatkan pertumbuhan alga secara tidak terkendali. Apabila alga, ikan, dan zooplankton kemudian mati, maka akan jatuh ke dasar danau dan menjadi sumber karbon lain untuk bakteri. Bakteri aerobik akan menggunakan oksigen terlarut (DO) yang tersedia dalam mendekomposisimaterialtersebutdanmenggunakanpulaoksigenyang cukupuntukmengurangiDOtersedia,sehinggaterciptakondisianaerob. Semakin banyak alga diproduksi di permukaan air (epilimnion), bakteri yang ada di bagian bawah danau akan memanfaatkan semakin banyak oksigen, sehingga semakin mempercepat terbentuknya keadaan yang anaerob.Semuakegiatanbiologisaerobberadadipermukaanairdanau, dan hal ini mengakibatkan turbiditas air meningkat. Dengan demikian penetrasicahayayangmasukkedalamairberkurangdanmenyebabkan berbagaiaktifitasbiologisalgaterhambat,sehinggaDOberkurang.Secara perlahan lapisan permukaan danau pun akan menjadi anaerob, dan apabila kondisi ini terjadi maka semua komponen biotik aerob akan lenyap. Pertumbuhan alga (algal blooms) inilah yang menjadi fenomena dariperistiwaeutrofikasi. Pengukuran erosi dilakukan untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadidisuatulahandalamperiodewaktutertentu.Dalammenentukan erosiyangterjadidikenalduapendekatan,yaitupengukuranlangsungdi lapangandanpendugaanerosidenganmenggunakanpersamaantertentu (misalnya metode USLE, Universal Soil Loss Equation). Pada bagian ini akan dibahas tentang metode pengukuran erosi secara langsung, dan mungkin dilaksanakan di dalam pertanaman tanaman semusim, perkebunan,wanatani,ataulahanhutan.
37

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Beberapametodepengukuranlangsungdilapanganadalah: a. Metodepengendapantanahterangkut. b. Metodepengukuranperubahanelevasitanah. c. Metodepengambilansampelsedimendalamaliran. MetodePengendapanTanahTerangkut Pengukuran erosi dengan metode ini pada dasarnya menampung seluruh tanah yang terangkut oleh aliran permukaan dari suatu petak pengukuran tertentu. Bentuk erosi yang dapat diukur adalah erosi lembar dan erosi alur. Untuk menampung aliran permukaan yang berisi sedimen tanah diperlukan fasilitas kolektor yang diletakan di bagian keluar (oulet) dariplotyangdiamati. Plot pengukuran dengan ukuran tertentu dibatasi dengan pembatas tepi,sehinggaairyangmasukkedalamnyatidakbocorkeluar.Bahanuntuk pembatasplotdapatterbuatdariseng,pasanganbatu,dansebagainya.Luas plot misalnya 22 x 8 m, 22 x 4 m, atau 10 x 2 m, dalam hal ini disesuaikan dengan jenis tanaman yang diamati. Misalnya untuk tanaman tahunan denganjaraktanamrenggangmemerlukanluasplotpengamatanyanglebih luasdibandingkanuntuktanamansemusimyangukurannyakecil. Pengamatandilakukanuntuksetiapkejadianhujanyangterjadi.Alat alatyangdibutuhkanterdiridarimeteran,botolsampel,slangdanpenguras air, dan lainlain. Kolektor terbuat dari drum bekas atau dibangun bak penampung. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur volume limpasan dan tanah terangkut, serta mengambil sampel muatan terlarut (suspensi) dan muatan dasarnya (bed load). Sampel muatan tersuspensi dan muatan dasar dianalisis di laboratorium. Kadar bahan tersuspensi ditentukan dengan cara meyaring material tersebut menggunakan kertas saring, kemudian dikeringkan dalam oven pengering. Kadar bahan diperoleh dengan mengurangkanberatkertassaringyangadabahantersuspensidengankertas saring awal, lalu dibagi dengan volume sampel (dalam satuan berat per volume). Besarnya erosi yang diukur berdasarkan metode ini dihitung denganpersamaan: n n A = K b n .V n + K sn .V sn
n =1 n =1

dimana A =totaltanahtererosipersatuanluas,dalamsatuanberat Kb =kadarbebandasar,dalamsatuanberat/volume Vb =volumebebandasar,dalamsatuanvolume Ks =kadarbebansuspensi,dalamsatuanberat/volume


38

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Vs =volumebebansuspensi,dalamsatuanvolume n =jumlahkolekstoryangdigunakan Erosi yang tertampung dalam kolektor adalah erosi dari luas plor pengukuran, sehingga untuk menyajikan erosi dalam ton/ha maka perlu dilakukankonversilebihlanjut. MetodePerubahanElevasiPermukaanTanah Pada prinsipnya metode ini adalah melihat perubahan elevasi tanah akibat pengikisan oleh erosi, misalnya menonjolnya perakaran pohon atau tonggaktonggakpohonyangsemakintinggi. Pengukuran dengan metode ini menggunakan tongkat yang telah diberikan ukuran atau dapat pula menggunakan pin berbentuk paku besar. Tongkatyangpanjangnya1mditancapkankedalamtanahsampaikirakira tinggal 20 cm yang muncul di permukaan tanah. Penancapan tongkat dilakukan secara tegaklurus terhadap kemiringan tanah.Dengan semakin banyaknya tongkat yang ditanam pada berbagai bentuk permukaan lahan yang diamati akan memberikan nilai rataan yang cukup akurat. Perubahan elevasi permukaan tanah untuk jangka waktu tertentu dicatat, misalnya terjadi penurunan tanah sebesar 0,5 mm akibat hujan yang terjadi selama sebulan. Metode ini sangat sederhana dan mudah dilakukan, tetapi dibandingkan dengan metode pengukuran lainnya kurang akurat. Namun carainipentingsebagaiidentifikasiawalterjadinyaerosi,sepertierosilembar yangtidaksegeranampak. MetodePengambilanSampelSedimendalamAliran. Jumlahsedimenyangkeluardarisuatudaerahtangkapanmerupakan proseslanjutanerosi.Dengandemikianperistiwasedimentasididahuluioleh terjadinya erosi. Prinsip keterkaitan erosi dan sedimen dalam suatu daerah tangkapanmelandasimetodeini. Pengambilan sampel dilakukan di hilir tempat aliran keluar (outlet). Dalam prakteknya diperlukan kurva lengkung debit. Perhitungan sedimen terangkutdilakukanmelaluipersamaanberikutini: Sd=QwxTxCs dan A=

Sd SDR

dimana: Sd =totalsedimenterangkut,dalamsatuanberat Qw =debitaliran,dalamsatuanvolumeperwaktu


39

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

T =intervalwaktupengamatan,dalamsatuanwaktu A =totalerosididaerahtangkapan,dalamsatuanberat SDR =rasiopengangkutansedimen(sedimentdeliveryratio). NilaiSDRnerupakanfungsidariluasDAS(Tabel3) Tabel3.NilaiSDRuntukLuasDAStertentu(Arsyad,1989) No LuasDAS(km2) SDR(%)


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,1 0,5 1,0 5,0 10,0 50,0 100,0 200,0 500,0 26000,0 53,0 39,0 35,0 27,0 24,0 15,0 13,0 11,0 8,5 4,9

Metodemetode pengukuran erosi secara langsung yang telah dikemukakan di atas masih bersifat umum, sehingga perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan kondisi lapangan. Misalnya besarnya plot pengukuran dan kolektor yang akan dibuat disesuaikan dengan kondisi jenistanamanyangdiamati,biaya,waktu,dantenagakerjayangtersedia.

PencegahanErosi.Tujuandaripencegahanerosiadalah:mengontrollaju erosisupayaberadadibawaherosiyangdapatditoleransikan,sehingga mampu melestarikan produktifitas lahan. Erosi tanah umumnya terjadi akibat energi pukulan hujan dan aliran permukaan tanah yang menggeruspartikelpartikeltanah.Untukmencegaherosiagarterkontrol diperlukanteknikyangdapatmeminimumkanpukulanhujanyangjatuh diataspermukaantanahdanmemperlemahkekuatanmenggerusaliran permukaandenganmengurangikecepatandanterkonsentrasinyaaliran. Upayapenggunaandanpengelolaanlahanyangberkonservasidilakukan dengan memperhatikan laju erosi yang masih diperkenankan (tolerable soil loss). Secara teoritis, tingkat kelestarian sumberdaya lahan akan terjadi apabila laju erosi masih berada di bawah erosi yang masih

40

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

diperkenankan.Erosiyangdapatdiperkenankandapatdihitungdengan persamaan(Sinukaban,1989): ET= [DEDMin]+PT PT dimana: ET =lajuerosiyangdapatditoleransikan(mm/tahun) DE =kedalamantanahekivalen(mm) DMin =kedalamantanahminimum(mm) MPT =masapakaitanah(tahun) PT =lajupembentukantanah(mm/tahun) Besarnyalajupembentukantanahdidaerahtropikasebanyak0.55mm pertahunatau6ton/ha/tahun(WoodandDent,1983dalamSinukaban, 1989).

41

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

T= (DE-DMin)/ MPT + PT
Perhatikan suatu daerah pertanian/usaha tani

1. Hitung Erosi Potensialnya (EP) a. Hitung indeks erosi hujan (R) b. Tentukan nilai K, untuk tanah yang dominan dari peta tanah atau anaisis tanah (K) c. Tentukan faktor lereng (LS) d. EP = RKLS

2. Tentukan besarnya erosi yang dapat ditoleransikan T (ton/ha/tahun)

3. Hitung Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan CPM (CP-maksimal) a. IBE = EP/T b. CPM = T/EP

Pertimbangkan keempat kelompok pilihan teknik konservasi berikut dalam memilih teknik konservasi yang tepat

YA

4. Apakah IBE > 0

Tidak

Tidak ada masalah erosi

5. Untuk pertanaman berbaris. Pilih semua sistem pengeolaan tanaman yang mempunyai nilai C yang sesuai untuk tanah dan iklim setempat.

6. Pembuatan kontur Apakah topografi lapangan cocok untuk pembuatan kontur (perhatikan bentuk dan kemiringan lereng)

7. Penanaman dalam strip. Apakah penanaman dengan rotasi dapat dilaksanakan ?

8. Pembuatan teras. Dapatkan nilai Pt yang cocok/sesuai

YA
Pilih nilai Ps yang sesuai
Bagikan nilai CPM dengan nilai Pt yang sesuai

Tidak

Ya
Bagikan nilai CPM dengan nilai Ps; CPM/Ps
Pilihkan semua sistem pengelolaan tanaman yang nilai C-nya lebih kecil daripada nilai CPM/Pt dan cocok/sesuai dengan kondisi tanah dan iklim setempat

Ya
Lanjutkan ke langkah 7 & 8

Apakah panjang lereng melebihi batas yang dapat ditoleransikan ?

Tidak
Tentukan nilai P yang cocok untuk pembuatan kontur
Pilihkan semua sistem pengelolaan tanaman termasuk rotasi dengan rumput atau tanaman penutup tanah yang nilai Ps-nya lebih kecil dari CPM/Ps

Bagikan nilai CPM dengan Pk; CPM/Pk

Pilih semua teknik konservasi yang nilai Cnya lebih kecil dari nilai CPM/Pk dan cocok untuk tanah dan iklim setempat

9. Daftarkan semua alternatif sistem pengelolaan tanah serta teknik konservasi tanahyang dapat diterima dari keempat kelompok pilihan di atas dan berikan catatan masalah yang mungkin timbul akibat pilihan tadi

Gambar12.DiagramAlirIdentifikasiMasalahErosidanPemilihanTeknikKTA

Volumealiranpermukaandapatdikurangidengan: 1.Lajuinfiltrasiditingkatkan.

42

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Misalnya:teknikbudidayayangmenghasilkantanamanpenutup tanah yang rapat, sisa/serasah yang banyak, kandungan bahan organiktinggi,danstrukturtanahyangbaik. 2. Tahanan dan simpanan permukaan ditingkatkan, sehingga memberi kesempatan bagi air lebih lama berinfiltrasi ke dalam tanah. Misalnya : teras, saluran diversi, teras guludan dan salurannya,penanamandalamstrip,grasswaterways,dsb. 3. Intersepsi hujan oleh vegetasi dan penutup tanah (mulsa) ditingkatkan. MetodeKTAdapatdikelompokkanmenjadi3: a. Metodevegetatif. b. Metodetekniksipil. c. Metodekimia. TeknikKTAyangdapatditerapkan: a. Penanamantanpaolahtanahpadapertanamansebelumnya. b. Pengolahantanahminimum. c. Rotasidengantanamanpenutuptanah. d. Peningkatankesuburantanah. e. Sistempenanamanyangbersamaandenganpengolahantanah. f. Pembuatankontur/guludan. g. Penanamandalamstripmenurutkontur. h. Teras,terasguludan,danterasbangku. i. Saluranpembuanganairberumput(grasswaterways). j. Penanamandalamguludan. k. Strippenyanggamengikutikontur. l. Perubahanpenggunaanlahan. m. Tekniklain. Pada kenyataannya implementasi KTA memiliki hubungan yang kompleks (complexrelations) yang menyangkut hubungan antara aspek fisik, ekonomi, dan sosial yang harus dapat berjalan secara baik. Dalam mendesainProgramKTAuntuksuatudaerahketigaaspektersebutperlu dikaji secara matang dan mendalam, sehingga hasilnya harus menunjukkan pola yang sinergi dan seimbang diantara ketiga aspek tersebut. Oleh karena implementasi KTA harus terpadu, komprehensif, daninterdisiplin(Gambar5).

43

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tanah,air,iklim, vegetasi,dsb. Fisik

KTA
Kredit,hargakomoditas, pasar,insentif,dsb. Ekonomi Sosial Individu,sistem sosial,tenagakerja, pendidikan, ketrampilan

IntegratedPrograms Soil&WaterConservation Agroforestry SocialForestry Ecofarming WatershedManagement

Gambar13.HubunganKompleksdalamImplementasiKTA Permasalahan Sumberdaya Air Perubahan dalam salah satu komponen ekositem DAS akan menyebabkan terjadinya perubahan dari sistem DAS, yang mengarah kepadatimbulnyamasalahsumberdayaair. Masalahsumberdayaairyangmengarahpadadegradasisumberdayaair lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas pembangunan dan manusia di dalam penggunaan air dan pencemaran lingkungan akibat aktifitas ekonomi yang dilakukannya. Berbagai kalangan masyarakat, baik orang kaya dan miskin samasama menimbulkan kerusakan di sungai. Kalangan orang kaya mencemari badanbadan air dengan limbah industridanyangmiskinmenimbunidengansampah.Walaupunsungai memiliki kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri (self purification) karena di sungai tersedia bakteri pengurai, namun karena banyaknya limbah yang tidak terurai dan adanya zatzat beracun yang
44

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

membunuh bakteri pengurai tersebut pencemarandanpendangkalansungai.

sehingga

menimbulkan

Pergerakan air yang mengikuti siklus hidrologi (air) menentukan kehidupan di bumi, sehingga pencemaran air yang terjadi di suatu tempat dapat menyebar ke tempat lain di dunia. Hampir dipastikan akibat degradasi sumberdaya air mengarah kepada penurunan kualitas hidup yang mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi. Beberapa contohdampakatauakibatdaridegradasisumberdayaairadalahsebagai berikut: a. Kualitasdankuantitasairmenuruntidakterjamindenganbaik. b. Kesehatan manusia terganggu akibat menurunnya sanitasi lingkungan. c. Kehidupan flora dan fauna terutama yang hidup di air tergangggu. d. Habitatdanekosistemrusak. e. Banjirdankekeringan

45

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

P ertum buhan P enduduk dan P em bangunan

P erubahan E kosistem danP enggunaan Lahan

M AS AL AH S U M B E R D AY A AIR
P erubahan Iklim -N aiknya suhu

P enggunaan dan E ksploitasi A ir B erlebihan

K uantitas A ir

K ualitas A ir

D istribusi S pasial
P encem aran A ir

D istribusi W aktu

N ilai M utu tidakS esuai dengan S tandar K esehatan

D eg ra d asi S u m b e rd a ya A ir

D AY A D U K U N G L IN G K U N G AN M E R O S O T , P E M B AN G U N AN T E R G AN G G U

B anjir K ekeringan P enurunan m uka tanah ( land s ubsidence ) W ater borne-diseases : diare, kolera K egagalan pertanian K egiatan industri m acet K esejahteraan m anusia m enurun E kosistem dan habitat rusak K onflik sosial

S T R A T E G I P E LE S T A R IA N S U M B E R D A Y A A M odel pendekatan D A S IR T erpadu, kom prehensif, lintas sektoral P enataan ruang yang sesuai K erjasam a antar w ilayah, antar negara P engendalian pencem aran air T ransfer teknologi P enelitian K onservasi daerah resapan air E fisiensi penggunaan air dan pengurangan pengam bilan air tanah E tika dalam pengelolaan sum ber-sum ber air M engurangi dam pak proyek terhadap sum ber-sum ber air

Gambar14.MasalahSumberdayaAir Penyebab terjadinya masalah sumberdayaairantaralain : pertumbuhan penduduk dan aktifitas pembangunan, perubahan ekosistem dan penggunaanlahan,perubahaniklim(global),penggunaanairberlebihan, dan pencemaran air. Strategi untuk melestarikan sumberdaya air antara lain: a. Menerapkanpelaksanaantatagunalahansecarakonsisten. b. Menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sumberdayaair.
46

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

c. d. e. f.

Pengendaliandanpencegahanpencemaranair Menekanaktifitasyangmerugikaniklimglobal Konservasizonaresapanair Pengembangan sumberdaya manusia dan teknologi pengelolaan sumberdayaair g. PengelolaanDASterpadu h. Pengendalianpertumbuhanpenduduk i. Peningkatan peranan/partispasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdayaair Banjir dan Mitigasi Banjir Banjir sebagai output hidrologis dari suatu DAS dipengaruhi oleh karakteristik fisik DAS dan hujan sebagai input sistemnya, serta intervensimanusiaterhadapsistemDAS. Faktorpenyebabbanjirdibedakanmenjadiduakelompok(Sutopo,1996), yaitu: a. Persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam: Curah hujan yang tinggi melebihi kapasitas infiltrasi tanahdanalursungaiyangmenampungnya Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sulit mengalamiinfilitrasidanperkolasikarenalapisantanah yang kedap air, sehingga sebagian besar air hujan menjadisurfacerunoff. Kondisidaerahberadadidataranbanjir(floodplain)yang bertopografi cekung, sehingga menyulitkan air untuk mengalirkesungaiataulaut. Aliran anak sungai tertahan oleh aliran sungai induk, sehinggaairsungaimelimpas. Terjadinya debit puncak banjir sungai induk dan anak sungai pada pertemuan sungaisungai tersebut dalam waktubersamaan. Terjadinya pembendungan muara sungai akibat air pasangdarilaut. Terjadinya penyempitan aluran sungai yang menimbulkanpembendunganmukaairsungai. Adanya hambatanhambatan terhadap aliran sungai yang disebabkan oleh faktorfaktor geometris alur
47

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

sungai, misalnya meander dan bentuk muara sungai padasungai. Terjadinya agradasi dasar sungai yang disebabkan oleh timbulnyaperubahankeseimbanganantaradayaangkut sungai terhadap sedimen dan besarnya angkutan sedimenatauterjadinyapengurangandebitsungai.

b. Persoalanbanjiryangdisebabkanolehaktifitaspenduduksebagai
berikut: Tumbuhnya daerahdaerah pemukiman, industri, dan pusatpusatekonomididaerahdataranbanjir. Penimbunan daerah rawa/situ atau reklamasi pantai untukpemukiman,industri,danpusatekonomilainnya, sehingga daerah tersebut menjadi lebih tinggi daripada daerahdibelakangnya. Alur sugai semakin menyempit akibat adanya pemukimandisepanjangsempadanaliransungai. Perubahan tataguna lahan mempengaruhi debit sungai (puncak banjir) untuk periode ulang tertentu menjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Penurunan persentase penutupan lahan di bagian hulu dapat memperbesar runoff, memperkecil resapan, sehingga volumepenampungannyaberkurang. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir tidak memadaidantidakberfungsidenganbaik. Kesadaran penduduk untuk menjaga sungai rendah, misalnyamembuangsampahkedalamsungai. Pengendalian pemukiman di sepanjang sempadan sungaitidakdilaksanakandenganbaik. Penanganan banjir dilaksanakan secara structural method yaitu dengan pembuatan bangunanbangunan penahan banjir, dan nonstructural method yaitu berupa pengaturan pengelolaan DAS secara terpadu, holistik,interdisiplin,danpartnership..KajianpengelolaanDASinidapat dilihatpadaGambar11.
48

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Tabelkriteriatingkatkerawananbanjir(Kurniawan,1996) Tabel6.Kriteriatingkatkerawananbanjir
Tingkat Kerawanan Tidak Rawan Rawan Kriteria Tidakterlandabanjir Topografilandaidatar Materialaluvial Teksturtanahhalus Strukturtanahmasif Drainaselambat Terlandabanjir Penggenangan<1hari Frekuensi genangan 12 tahun Topografidatarledok Materialaluvial Teksturtanahhalus Strukturtanahmasif Drainasesangatlambat Terlandabanjir Penggenangan>1hari Frekuensi genangan < 1 hari Sekalidalam 12tahun (sedang) Sekalidalam 72tahun (rendah) Setiaptahun sekalidalam 12tahun Frekuensi Banjir LamaGenangan 0,5bulan 0,25bulan

Sangat Rawan

0,54bulan (tinggi) 412bulan (sangattinggi)

49

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

C riteria & Indicators


G oal : S ustainable D evelopm ent
W atershed as B io-R egion U pper region M iddle region Low land region

P aradigm s of developm ent

W A TE R S H E D M A N A G E M E N T

O bjects/S ystem s

A pproaches

Instrum ents

P hysical S ystem

B iodiversity P ollution C ontrol Land & w ater sustainability etc

Interdisciplinary

E cologic
C ontrol-C om m and

Biological System

Integrated & C om prehensive

E conom ic
Incentive-B ased

H um an S ystem s
S ystem A nalysis
S ocial and Institutional
S ocial capital S tructure of W M Institutional S ystem etc.

P artnerships

R elating S ciences : H ydrology C lim atology E cology S oil S ciences S oil & W ater C onservation A griculture Forestry C oastal resources E nvironm ental M anagem ent S ystem A nalysis and M odelling S tatistics M athem atics P hysics C hem istry E conom ics A nthropology S ociology E nvironm ental Law E nvironm ental E conom ics P olicy analysis etc

P LA N S O F W A TE R S H E D MANAGEMENT PROGRAMS

P olicy P rocesses

E valuation

Im plem entation of P rogram s


M onitoring

O utputs

E ffects-Im pacts

P rogram s Im provem ents

Gambar15.KajianPengelolaanDAS
50

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sebagaimana kegiatan pembangunan atau proyek lainnya memerlukan dukungan sistem monitoring dan evaluasi (monev). Tugas merancang sistem monev dalam suatu kegiatan proyek/program perlu dimulai sejak tahappersiapandanapraisal,bukansetelahproyekdisetujuidansiap untuk dilaksanakan. Sistem monev yang dirancang secara tepat sejak tahap perumusan kegiatan akan memperjelas fungsi monev dalam mendukung keberhasilan program. Adanya monev akan mendorong pemikiranyanglebihmendalamuntukmelahirkanpernyataantujuan tujuan, asumsiasumsi, dan kegiatan proyek secara lebih tajam dan lebih jelas. Secara umum fungsi monev adalah untuk memonitor implementasi kemajuan proyek (project progress) dan mengevaluasi keberhasilan proyek, termasuk mengidentifikasi masalahmasalah yang dapat menghalangi tercapainya tujuan proyek. Oleh karena itu monevmenjadibagianintegraldarikegiatanpengelolaanDAS. Kegiatan monev penting untuk memonitor kinerja (performance) proyek/programyangakan,sedang,dantelahdilaksanakan,sehingga kegiatan monev dapat dikaitkan dengan pengembangan program/kegiatan pengelolaan DAS (Gambar 1.). Pawitan dan Murdiyarso (1995) menyebutkan peran monev lainnya adalah menghubungkanhasilyangdicapaiproyekdengansasarandantujuan proyek,dalamhalmasukan,luaran,pengaruh,dandampakproyek. Beberapalangkahyangdiperlukandalammelakukanmonev,yaitu: a. Penyusunan hierarki tujuan proyek dan penetapan kegiatan kegiatan pokok, proses, input dan output. Pelaksana monev perlu mempelajari dan menganalisa rancangan proyek untuk mengidentifikasi hierarki tujuan proyek dan hubungannya dengan kegiatankegiatanyangdilaksanakan. b. Penetapan informasi yang dibutuhkan dan penetapan indikator indikator. Informasi yang dibutuhkan bersifat yang paling penting saja untuk menjawab pertanyaan : (1). Siapa yang memerlukan informasi tersebut; (2) Untuk maksud apa; (3). Informasi macam apa (umum atau terinci); dan (4). Bagaimana intensitasnya (frekuensi penyampaian informasi). Data dan informasi yang ditelaah secara cermat tentang : isinya (data dan indikator yang digunakan), format,danfrekuensipelaporan.
51

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


MONITORING & EVALUASI PENGEMBANGAN PROGRAM DAS

Evaluasi

Rencana Program

Pelaksanaan Program

Input/Aktifitas

Monitoring
Output

Evaluasi
Efek/Dampak

Evaluasi
Pengembangan Program Dampak Jangka Panjang

Gambar 1. Hubungan Monev dengan Pengembangan Program DAS (Ngadiono, 1985)

c. Survei sumbersumber informasi sekunder dan pengumpulan


dataprimer. d. Analisa Data. Langkah ini sebenarnya merupakan tugas utama dalammonev,yaitumengumpulkandanmenganalisadatainput dan output yang dicapai untuk memantau perkembangan proyek/program, serta mengidentifikasi kendala, kekurangan,
52

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

atau permasalahan yang diperkirakan akan timbul dan memerlukantindakankorektif. e. Mengkomunikasikanhasiltemuanmonevdanrekomendasinya. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan atau tulisan. Laporansecaratertulisdibuatringkas,padat,danlangsungpada permasalahannya. Pusat perhatian diarahkan kepada hasilhasil temuan dan rekomendasi penting. Metodologi pengkajian dan sumberdataharusdiikutsertakan. Kegiatanmonevperlumemperhatikanhalhalsebagaiberikut: a. Fasilitas fisik dan infrastruktur, misalnya : apakah jadwal waktu, biaya,dantargettelahsesuaidenganrencana. b. Aspek kelembagaan, misalnya : pengaturan staf, hubungan antar instansi, koordinasi dan kerjasama intern dan ekstern, komunikasi dengankelompoksasaran. c. Sistem pelayanan(deliverysystem), misalnya: cara penyaluran dan biayasesuaidenganrencana,cakupanwilayah,jangkauanterhadap kelompoksasaran. d. Hasilhasil yang dicapai, yaitu output dan efek dari tujuan yang dapat dicapai untuk jangka waktu tertentu, misalnya : hasil produksi,pengendalianerosi,peningkatanpartisipasi. Proses monev didasarkan atas kerangka berpikir logis(logicalframework) dari suatu kegiatan, mulai dari identifikasi, persiapan, dan penilaian kinerja.Perspektifkerangkalogisdalammonevantaralain:resultoriented management, basic scientific method, system analysis, contract law, dan cause andeffect.Perspektifyangdibangunberpengaruhterhadapdesainproyek yangakanditetapkan.Keterkaitanantarkomponendalamsistemproyek dan output yang dihasilkan perlu dipahami secara jelas. Ketidakmengertian tentang hubungan antar komponen dan outputnya dengan target yang diinginkan dapat menggagalkan pencapaian tujuan proyek/program. IndikatorMonev Untuk melaksanakan monev dibutuhkan sejumlah indikator yang akan digunakan untuk mengukur perubahanperubahan yang terjadi dalam situasi tertentu. Indikator menjadi alat untuk memantau dan mengevaluasi efekefek atau dampakdampak dari suatu kegiatan. Indikatordirancanguntukmenyediakansuatustandarsebagaialatukur kemajuan suatu kegiatan dibandingkan dengan target, baik input yang
53

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

digunakan (indikator input), output yang dihasilkan (indikator output), maupun tujuan yang dicapai (indikator efek dan dampak). Indikator monev secara luas digunakan untuk berbagai kegiatan, misalnya : perencanaanstrategis,performanceaccounting,forecastingandearlywarning, measuring program results, program marketing and public relations, benchmarking,danmanajemenmutu(qualitymanagement). Indikator monev bukanlah target 5 , tetapi indikator adalah tanda kemajuan ke arah pencapaian tujuan jangka menengah atau jangka panjang. Indikator sebaiknya ditetapkan berdasarkan hakekat tujuan, efek,sertadampakyangdikehendakiproyek/program.Penetapantujuan untuk setiap jangka waktu tertentu perlu didefinisikan secara jelas.Batasan indikator yang dibuat adalah obyektif dan spesifik. Secara idealindikatorperlumemenuhikriteriaberikutini: a. Valid:mengukurapayangsebenarnyaharusdiukur b. Reliabel : dapat dipercaya. Kesimpulan yang diambil berdasarkan indikatorindikatoryangdibuatrelatifsamawalaupundiukuroleh orangyangberbeda. c. Relevan:selarasdansesuaidengantujuantujuanprogram/proyek. d. Sensitif : peka terhadap perubahanperubahan pada situasi yang diamati. e. Spesifik : didasarkan atas datadata yang tersedia menurut objek yangdievaluasi. f. Timely:pengumpulandatadapatdilakukansecaracepat. g. Dapat terukur (measurable) : indikator dapat tercatat baik secara kuantitatifdanataukualitatif. h. Konsisten:tidakberubahuntukjangkawaktulama i. Tepat(precise):didefinisikansamaolehsemuaorang. Pemilihan dan penetapan indikator memerlukan pengertian dan pemahaman yang menyeluruh (holistik) tentang informasi yang diperlukan. Pertimbangan teknis yang mempengaruhi pemilihan indikator adalah : (1) Tingkat pelaksanaan pengumpulan data; (2). Pembatasan indikator hanya pada halhal yang paling penting; (3). Indikatormempertimbangkankategorikelompoksasaranyangtepat. Pengelolaan DAS pada prinsipnya merekayasa secara terencana faktor faktorlingkunganalamidannonalamiuntukmencapaiperubahanyang
5

Target adalah hasil-hasil yang spesifik dalam jumlah atau waktu (biasanya keduanya), tetapi hasil-hasil tersebut dapat dikaitkan dengan input, output, efek atau dampak.
54

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

diinginkandalammemanfaatkansumberdayaalamyangadadalamDAS secaraberkelanjutan.Perubahanyangterjadiharusdapatdimonitordan dievaluasiuntukmeminimalkandampakdanekternalitasnegatiflainnya yang mungkin terjadi. Kerangka pemikiran monev DAS dilaksanakan secara logis, sistemik, holistik, komprehensif, dan interdisiplin. PendekatanDASpunmemandangwilayahDASsebagaiketerpaduanbio regionyangsalingterkait,misalnyakerusakanekosistemhutandibagian huluDASakanmeningkatkansedimentasidibagianhilirDAS. Konsep kelestarian (sustainability) mewarnai tujuan pengelolaan DAS. Secara praktis prinsip kelestarian akan menempatkan setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dalam DAS sesuai dengan kapasitas SDA tersebut untuk memperbaharui dirinya, misalnya erosi yang terjadi harus di bawah erosi yang ditoleransikan. Prinsip sustainability development dijadikan dasar dalam pengembangan sistem monevDAS. Tahapan Penyusunan sistem monev DAS perlu memperhatikan halhal berikutini: a. Menetapkan tujuan dari kegiatan pengelolaan DAS secara jelas. Tujuan pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah terciptanya pengelolaan sumberdayadalamDAS,baikhayati,nonhayati,manusiadanlingkungan di dalamnya secara berkelanjutan. Tiga dasar yang melandasi tujuan pengelolaan DAS, yaitu : (a).ecologicalbased development, (b).humanbased development, dan (c). natural resources conservation. Ketiga dasar tersebut diletakkan dalam posisi seimbang. Ketidakseimbangan antar tiga dasar akanmempersulittercapaitujuanpengelolaanDASberkelanjutan. Paradigmapengelolaansumberdayaalamselamainiyanglebihberfilsafat : resources belongs to us diduga berperan dalam meningkatkan deplesi sumberdaya alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan dieksploitasi saja, sehingga menimbulkan kerusakan dimanamana. Dengan demikian penulis memandang bahwa penetapan tujuan pengelolaan DAS harus mengubahparadigmatersebutmenjadiparadigmabaru:humanbelongsto nature.Paradigmainimenekankanperlunyakeselarasanantarkomponen dalam lingkungan semesta. Tujuan harus dapat dimengerti oleh semua stakeholders dan dapat dipersepsikan sama. Ketidaksamaan persepsi tentang tujuan menjadi faktor yang menentukan kegagalan pengelolaan DAS. Tujuan harus dapat dijelaskan dengan bahasa yang dimengerti secara baik oleh masyarakat. Idealnya implementasi tujuan diikuti oleh masyarakatdankelompoksasaranlainnyasecarapartisipatif.
55

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

b. Menginventarisir komponenkomponen DAS (biofisik dan sosial


ekonomi) yang mempengaruhi tujuan kegiatan pengelolaan DAS, termasukmenjelaskanhubunganantarkomponendalamsistemDAS. Mc Donald and Kay (1988) memandang DAS sebagai megasistem, yang terdiridari: b.1.SistemFisik Sub sistem atmosfer (misal : energi radiasi dari matahari, evaporasi,presipitasi,iklimmikro) Sub sistem hidrologis (misal : presipitasi, surfacerunoff, debit air, air tanah, evapotranspirasi, sedimen, hara, turbiditas, salinitas, danalkalinitas) Sub sistem fisiografis (misal : penutupan tanah, struktur batuan, terraingradient,profilsungai) b.2.SistemBiologis Sub sistem aquatik (misal : bentos, plankton, ikan, vektor penyakit,rantaimakananakuatik,dsb). Subsistemteresterial(misal:floradanfaunadaratan,haratanah, penutupanvegetasi) b.3.SistemManusia Sub sistem produksi (misal : pertanian, perikanan, kehutanan, energi,rekreasi,kesehatan,navigasi,manufaktur,dsb). Sub sistem administratif (misal : struktur kekuasaan, anggaran, kontrollegislatif,partisipasipublik). Sub sistem sosiopolitik (misal : struktur kekuatan politik, kelompok penekan (social pressure groups), penguasaan aset dan lahan,keadilandanredistribusi). Sub sistem legal/hukum (misal : peraturan pengelolaan lingkungan,tataruangwilayah,dsb). c. Mendefinisikan maksud dari monev dan menetapkan kategori apa saja yang harus dimonev. Maksud monev dalam kegiatan pengelolaan DAS perlu ditetapkan secara jelas dan spesifik, dengan mempertimbangkan masalah fisik dan infrastruktur, aspek kelembagaan, sistem pelayanan terhadap target sasaran, waktu, dan hasilhasil yang dicapai baik output dan efeknya. Kategori monev DAS meliputi aspek biofisik dan aspek ekonomisosial. Monev biofisik difokuskan untuk mengkaji efek dan dampakdariadanyakegiatanproyekterhadapperubahanperilakusistem biofisik. Adapun monev ekonomisosial difokuskan untuk mengkaji perubahanekonomidansosialakibatdariadanyaproyek.
56

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

d. Mengidentifikasi indikatorindikator monev DAS menurut kategorinya.


Indikator ditetapkan secra participated untuk mengukur perubahan perubahanyangterjadidalamsistemDAS,baikterhadapinputsistemdan output sistemnya. Beberapa indikator potensial untuk kegiatan monev disajikanpadaTabel1. Tabel1.IndikatorPotensialuntukKegiatanMonevDAS
Kategori BIOFISIK Parameter Lahan Air Iklimdan Hidrologi Indikator Kehilangan tanah (erosi) Produktifitaslahan Sedimentasi Masalahtanah lainnya:siltation Jumlahair Distribusiair Kualitasair Indeks penggunaan air Fungsi assimilasi alami Airtanah (groundwater) Banjirdan kekeringan Hujan(presipitasi) Suhudanevapo transpirasi Iklimmikro Sifatiklimlainnya. Perubahaniklim Hutan Pertanian Pemukiman Industri Kawasan lindung & konservasi Rasio penutupan lahan Kelimpahandan diversitasspesies Lajukepunahan Sumberkehidupan masyarakat 57 Keterangan Data diperoleh dari hasil observasi dan penelitian.

Rasiodebitmaks dandebitmin Ketersediaanair cukupmemenuhi demand Kualitasairsesuai denganstandar bakuair.

Terkaitdengan lahandanaktifitas diatasnya

Penutupan & pengguna anlahan

Dampak penggunaanlahan terhadap kelestarianDAS.

Flora& Fauna

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

EKONOMI SOSIAL

Ekonomi

Sosialdan kelembaga an

Konservasibiologi. Pemanfaatanlestari Pendapatan masyarakat Produktifitaslahan Lajupertumbuhan ekonomi Jumlahtenagakerja Kepemilikanlahan Manfaatlangsung proyek Manfaattidak langsungproyek Distribusimanfaat untukmasyarakat Investasi Kemiskinan penduduk Aksesterhadap pasar Jumlahpenduduk Statusdemografi: pendidikan Perubahanperilaku sesudahproyek Pengelolaanlahan Adopsiterhadap teknologi konservasi Institusilokaldan kelembagaanlokal Pemberdayaan masyarakatlokal Potensikonflik ManajemenSDA secarakomprehensif

e. Menentukan teknik evaluasi untuk menilai efektifitas kinerja dari


indikator tersebut, misalnya untuk mengevaluasi erosi tanah umumnya digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang merupakan metodeempirisdenganrumusanberikutini: A=R.K.(L.S).CP dimana:A =Kehilangantanah R =Indekserodibilitastanah
58

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

LS =Indekslerengdanpanjanglereng C =Faktortanamanpenutup P =Faktortindakankonservasi/pengelolaan DenganmengubahnilaidariCdanatauP,dapatdiketahuijugaefektifitas dari upaya konservasi tanah dan air yang dilakukan. Evaluasi laju erosi kemudiandidasarkanpadatingkatbahayaerosi(TBE),yaitu:TBEsangat ringan jika laju erosi kurang dari 15 ton/ha/tahun, kurang (1640 ton/ha/tahun),sedang(41120ton/ha/tahun),berat(121240ton/ha/tahun), dan sangat berat ( > 241 ton/ha/tahun) (Ditjen RRL, 1989). Hasil penelaahan dijadikan data dasar untuk memonitor dan mengevaluasi kondisi erosi di DAS tersebut yang dikaitkan dengan pengembangan programselanjutnya. Pengembangan teknik evaluasi indikator diupayakan sesederhana mungkin. Selain itu teknik evaluasi indikator perlu memperhatikan kemajuankemajuan sains dan teknologi yang terkait. Sebagai contoh perkembangan teknologi komputer dan sistem informasi geografis (SIG) telah memungkinkan dilakukannya pemodelan DAS secara spasial (distributed) yang lebih komprehensif daripada evaluasi terhadap satu pointatauwilayahdalamDAS. f. Hasil monev didokumentasikan dalam bentuk laporan. Laporan monev DAS dibuat secara objektif dan komprehensif oleh tim interdisiplin. Konsultasi publik perlu dilakukan dalam penyusunan draft monev DAS sebagai upaya menggali halhal penting lainnya yang belum tercakup dalamdrafthasilmonev. g. Hasil monev harus dapat diinterpretasikan secara baik dan tepat oleh setiap pengguna (publik). Interpretasi yang salah terhadap hasil monev dapat merugikan pengembangan program pengelolaan DAS, misalnya inefisiensi dalam mengalokasikan kegiatan dan anggaran program selanjutnya. Oleh karena itu suatu monev yang baik tidak akan menimbulkan kata : misperception, misdirection, atau poor guidelines dalam implementasinya. Kegiatanmonitoringdanevaluasi(monev)adalahbagianintegraldalam pengelolaan DAS yang lazim dilakukan. Kesalahan monev sering menjadi faktor penentu kegagalan dalam mencapai tujuan pengelolaan DAS.
59

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

IndikatormonevDASdikategorikandalamaspekbiofisikdanekonomi sosial. Walaupun indikator relatif bersifat tetap, namun pelaksanaan monev bersifat dinamik sesuai dengan perkembangan kondisi fisik dan sosialekonomi,sertaperkembanganteknik/metodepengukuranevaluasi. Hasil monev harus dapat diinterpretasikan secara jelas dan tepat oleh setiapstakeholderdalamDAS,sehinggatidakterjadikesalahanpersepsi.

Penutup : Menuju Pengelolaan DAS Berkelanjutan Pengelolaan DAS pada prinsipnya ditujukan untuk mengelola sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya lainnya dalam wilayah DAS secara berkelanjutan, dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologis serta meminimalkan terjadinya degradasi lingkungan. Prinsipproduktifitasdankonservasimenjadidasardalammerencanakan, mendesain,danmengimplementasikanprogrampengelolaanDAS. Peranan SDA dan lingkungan banyak menyangkut kepentingan publik. Sifat intrinsik dalam SDA sebagai barang publik yang dalam pengusahaannya berdampak kepada kepentingan masyarakat (publik) perlu diatur dengan kebijakan publik. Kebijakan publik dibuat melalui proses penyusunan kebijakan publik secara partisipatif melibatkan stakeholders dengan memperhatikan kebutuhan dan kondisi riil di masyarakat. Kebijakan pengelolaan DAS memerlukan dukungan institusi yang memadaidansesuaidenganparadigmapengelolaanDASberkelanjutan. IkataninstitusiyangkuatakanmenjaminpelaksanaanpengelolaanDAS secara baik. Selain institusi yang kuat, kebijakan pengelolaan DAS akan efektif apabila didukung oleh sistem legal. Legislasi sebagai alat hukum dapatbersifatmemaksaorangataupublikuntukmentaatikebijakanyang dibuat. Lemahnya aspek institusi dan legal (hukum) menjadi faktor penghambat dalam keberhasilan pengelolaan DAS di Indonesia. Oleh karena itu reformasi institusi dan hukum lingkungan (termasuk DAS) perlusegeradilakukan. Untuk mencapai pengelolaan DAS berkelanjutan diperlukan upaya upayasebagaiberikut a. MeningkatkanketerpaduandalampengelolaanDAS. b. Ketersediaandanadaninsentif. c. PengembanganteknologiDASdanpenyuluhan.
60

Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

d. Peningkatanpartisipasimasyarakat(pemberdayaan). e. Adanya kebijakan pemerintah dan dukungan legislatif dalam pengelolaanDASberkelanjutan. UkuranefektifitaskebijakanpengelolaanDASyangperludiperhatikan adalah: a. Efisiensi. Kebijakan dalam pengelolaan DAS harus mampu meningkatkan efisiensi penggunan sumberdaya alam (SDA) dalam DAS secara optimal. Kebijakan pengelolaan DAS yang tidak mencerminkan efisiensi dapat menimbulkan degradasi lingkungan. b. Fair(adil).Bobotkebijakanharusditempatkansecaraadil,dimana kepentingan publik tidak terabaikan. Sebagai contoh rusaknya hutan tropis Indonesia disebabkan oleh tidak tercerminnya rasa keadilan publik. Masyarakat lokal selama 32 tahun rejim orde baru tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati langsung hutan yang berada di lingkungannya. Kebijakan konsensi hutan yangtidakfairdalamprakteknyatelahmemperkayasekelompok pengusaha (pusat) dan memiskinkan masyarakat lokal. Ketidakadilaninimenyebabkankonfliksosial. c. Mengarah kepada insentif. Perbaikan lingkungan adalah tanggungjawab bersama karena SDA ini prinsipnya obligasi bersama yang harus dijaga. Namun untuk menciptakan attitude diperlukaninsentif.Olehkarenaitukebijakandalampengelolaan DASharusmengarahkepadainsentifuntukmerangsangtindakan dalamperbaikanlingkungan. d. Penegakan hukum (enforceability). Kebijakan tidak akan efektif berjalan dalam kondisi disorder dan poor law enforcement. Penegakan hukum akan memaksa setiap anggota masyarakat untukmentaatikebijakanyangditetapkan. e. Diterima oleh publik (public acceptability). Kebijakan pengelolaan DAS selalu menyangkut kepentingan publik. Dengan demikian kebijakanyangbaikharusdapatditerimaolehpublik. f. Moral. Moral adalah aspek normatif yang sangat penting dalam menjaminaspekpositifdarisuatukebijakan.Moralmenjadispirit ofsoul dalam pengelolaan SDA. Oleh karena itu terjadinya moral hazardmenjadititikawalkerusakanSDAdanlingkungan.
61

You might also like