You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk

dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu. Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik (Jakobson dalam Vanoye, 1971: halaman 59) yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat. Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan dapat membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis baik novel ataupun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya. Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier pendidik, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para pendidik untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan berkenaan tentang majas.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah seb agai

berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan majas? 2. Apa saja pengelompokan majas? 3. Apa saja macam-macam di dalam kelompok-kelompok majas? 4. Bagaimana contoh-contoh kalimat majas?

1.3

Tujuan Penulisan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini di susun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Pengertian Majas/Gaya Bahasa 2. Pengelompokan Majas/Gaya Bahasa 3. Macam-macam majas dalam pengelompokan-pengelompokan majas 4. Contoh-contoh kalimat majas

1.4

Manfaat Penulisan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun

secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan mengenai majas. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang majas/gaya bahasa. 2. pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang majas/gaya bahasa baik secara teoretis maupun secara praktis.

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

2.1

Definisi Majas/ Gaya Bahasa Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu

untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalima t. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik.

2.2

Macam macam Majas /Gaya Bahasa Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. 2. 3. 4. Gaya bahasa perulangan Gaya bahasa perbandingan Gaya bahasa pertentangan Gaya bahasa pertautan

2.2.1. a.

Gaya Bahasa Perulangan Aliterasi Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi. Contoh: Kau keraskan kalbunya Bagai batu membesi benar Timbul telangkai bertongkat urat Ditunjang pengacara petah pasih

b.

Asonansi Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan. Contoh: Segala ada menekan dada Mati api di dalam hati Harum sekuntum bunga rahasia Dengan hitam kelam

c.

Antanaklasis Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda. Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.

d.

Kiasmus Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat. Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

e.

Epizeukis Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.

f.

Tautotes Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi. Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

g.

Anafora Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat. Contoh : Kucari kau dalam toko-toko. Kucari kau karena cemas karena sayang. Kucari kau karena sayang karena bimbang. Kucari kau karena kaya mesti diganyang.

h.

Epistrofa (efifora) Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.

Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur. Aku mencercah daging ketika kau tidur. i. Simploke Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut). Contoh : Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah. Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah. Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah. j. Mesodiplosis Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut. Contoh : Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat. k. Epanalepsis Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat. Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya. l. Anadiplosis Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya. Contoh: Dalam raga ada darah Dalam darah ada tenaga Dalam tenaga ada daya Dalam daya ada segalanya

2.2.2. a.

Gaya Bahasa Perbandingan Perumpamaan Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Contoh: Seperti air dengan minyak.

b.

Metafora Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit. Contoh: Aku adalah angin yang kembara.

c.

Personifikasi Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak. Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.

d.

Depersonifikasi Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama. Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.

e.

Alegori Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain: Fabel, contoh: Kancil dan Buaya Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa

f.

Antitesis Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan. Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.

g.

Pleonasme dan Tautologi Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara. Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?

h.

Perifrasis Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).

i.

Antisipasi (prolepsis) Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi. Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.

j.

Koreksio (epanortosis) Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah. Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

2.2.3. a.

Gaya Bahasa Pertentangan Hiperbola Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih -lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.

b.

Litotes Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.

c.

Ironi Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.

d.

Oksimoron Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama. Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat

membahayakan. e. Paronomosia Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran katakata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya. Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah. f. Zeugma dan Silepsis Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata

yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya. Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar. Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain. Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. g. Satire Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung. Contoh: Jemu aku dengan bicaramu. Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan Sudah sepuluh tahun engkau bicara Aku masih tak punya celana Budak kurus pengangkut sampah h. Inuendo Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur. i. Antifrasis Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu. Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol). Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu. j. Paradoks Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati. k. Klimaks Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.

Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara. l. Anti klimaks Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting. Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD. m. Apostrof Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana. n. Anastrof atau inversi Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis. Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya. o. Apofasis Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya. Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar. p. Histeron Proteran Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami. q. Hipalase Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain. Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah. r. Sinisme Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.

Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung. s. Sarkasme Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar. Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.

2.2.4. a.

Gaya Bahasa Pertautan Metonimia Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri. Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.

b.

Sinekdoke Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri. Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu. Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.

c.

Alusio Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang. Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?

d.

Eufimisme Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.

e.

Eponim Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.

f.

Antonomasia

10

Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri. Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid. g. Epitet Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal. Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara. h. Erotesis Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali. Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan? i. Paralelisme Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama. Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. - Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus

memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik). j. Elipsis Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis. Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi). Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek). Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek). Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan). Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek). k. Gradasi Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu. Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.

11

l.

Asindeton Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan katakata penghubung. Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.

m. Polisindeton Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

12

BAB III PENUTUP

3.1

Simpulan Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai

berikut :
1. Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam

tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, majas juga dapat diartikan sebagai cara menampilkan diri dalam bahasa, menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
2. Pengelompokkan majas dapat digolongkan kedalam empat gaya, yaitu :

a. Gaya bahasa Perulangan b. Gaya bahasa Perbandingan c. Gaya bahasa Pertentangan dan d. Gaya bahasa Pertautan
3. Macam-macam majas dari pengelompokkan tersebut :

a. Gaya bahasa Perulangan : Aliterasi, Asonansi, Antanaklasis, Kiasmus, Epizeukis, Anafora, Epistrofa (efifora), Simploke, Mesodiplosis, Epanalepsis, Anadiplosis. b. Gaya bahasa Perbandingan : Perumpamaan, Metafora, Personifikasi,

Depersonifikasi, Alegori, Antitesis, Pleonasme dan Tautologi, Perifrasis, Antisipasi (prolepsis), Koreksio (epanortosis). c. Gaya bahasa Pertentangan : Hiperbola, Litotes, Ironi, Oksimoron, Paronomosia, Zeugma dan Silepsis, Satire, Inuendo, Antifrasis, Paradoks, Klimaks, Anti klimaks, Apostrof, Anastrof atau inversi, Apofasis, Histeron Proteran, Hipalase, Sinisme, Sarkasme. d. Gaya bahasa Pertautan : Metonimia, Sinekdoke, Alusio, Eufimisme, Eponim, Antonomasia, Polisindeton.
4. Contoh contoh kalimat majas :

Epitet,

Erotesis,

Paralelisme,

Elipsis,

Gradasi,

Asindeton,

a. Gaya bahasa Perulangan : Aliterasi, contoh : Kau keraskan kalbunya, Bagai batu membesi benar, dll. b. Gaya bahasa Perbandingan : Perumpamaan, contoh : Seperti air dengan minyak, dll.

13

c. Gaya bahasa Pertentangan : Hiperbola, contoh : Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh duniadll, d. Gaya bahasa Pertautan : Metonimia, contoh : Parker jauh lebih mahal daripada pilot,dll.

3.2

Saran Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut : 1. Dosen hendaknya menguasai konsep majas untuk mengembangkan kemampuan profesionalismenya. 2. Pembaca (mahasiswa) hendaknya mengerti tentang majas dan dapat menerapkan majas dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

14

DAFTAR PUSTAKA

http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/majas/ http://id.wikipedia.org/wiki/Majas http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/01_Majas%20dan%20pembentuk_Okke%20 KSZ.pdf http://www.docstoc.com/docs/48894961/Majas-%28Gaya-Bahasa%29 http://id.wikipedia.org/wiki/Majas Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

15

You might also like