You are on page 1of 99

PEMAN

SEBA
DE
FAK
NFAATAN
AGAI SER
KA
EPARTEM
KULTAS
INS
N RUMPU
RBUK MIN
ARTIKA H
MEN TEK
PERIKAN
STITUT P
1
UT LAUT
NUMAN P

HASTARI










KNOLOGI
NAN DAN
ERTANIA
BOGOR
2011
COKLAT
PELANGS
INA PUTR
I HASIL P
N ILMU K
AN BOGO
T (Sargass
SING TUB
RI
PERAIRA
KELAUTA
OR
1
um sp.)
BUH
AN
AN
2

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pemanfaatan
Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing
Tubuh adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang telah diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.



Bogor, Januari 2011


Kartika Hastarina Putri
C34061253



























3

3

RINGKASAN

KARTIKA HASTARINA PUTRI. C34061253. Pemanfaatan Rumput Laut Coklat
(Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh. Dibimbing oleh
ANNA C. ERUNGAN dan RUDDY SUWANDI.

Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah
dan merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Salah satu jenis rumput
laut yang bernilai ekonomis tinggi adalah Phaeophyceaea (rumput laut coklat)
dengan jenis Sargassum sp. Sargassum sp. mengandung iodium dan senyawa aktif
seperti senyawa fenol. Kelompok senyawa aktif yang diduga berperan dalam
mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin, dimana dua kelompok senyawa
tersebut termasuk ke dalam senyawa fenol.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari pengolahan serbuk
minuman dari ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diaplikasikan
sebagai minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk mengatasi kegemukan.
Tujuan khususnya adalah : mengetahui kandungan zat gizi (air, abu, lemak,
protein, dan karbohidrat) dalam rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering;
mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering; menguji efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) dalam menurunkan bobot badan yang diujikan pada
mencit. Tahapan penelitian ini meliputi proses pengolahan rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering, proses pembuatan ekstrak dari rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering, proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.), dan proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh.
Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam bentuk serbuk
ekstraknya adalah sebesar 56,43 gram untuk pengeringan matahari dan
55,89 gram untuk pengeringan oven 60
o
C. Komposisi kimia Sargassum sp. hasil
pengeringan matahari dan oven 60
o
C secara berturut-turut yaitu kadar air sebesar
14,90 % dan 14,85 %, kadar abu sebesar 18,01 % dan 18,40 %, kadar lemak
sebesar 0,26 % dan 0,26 %, kadar protein sebesar 6,60 % dan 6,48 %, dan kadar
karbohidrat sebesar 60,24 % dan 60,02 %. Ekstrak kasar Sargassum sp. dari
pengeringan matahari dan oven 60
o
C mengandung enam komponen bioaktif yaitu
alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin.
Kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
hasil pengeringan matahari sebesar 2,118 mg/gr lebih tinggi daripada hasil
pengeringan oven 60
o
C yaitu sebesar 1,991 mg/gr, sehingga produk hasil
pengeringan matahari dipilih untuk diaplikasikan dan diujikan pada hewan coba.
Hasil uji secara in vivo menunjukkan bahwa minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) sebesar 3 % dapat menurunkan bobot badan mencit gemuk
(31,02 gram) mendekati bobot badan mencit normal (30,96 gram) pada akhir masa
perlakuan. Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) tidak
berpengaruh terhadap konsumsi makan dan minum mencit, namun berpengaruh
terhadap berat feses dan kadar lemak feses mencit. Adanya senyawa flavonoid
diduga dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas yang menghidrolisis
lemak dalam tubuh, serta adanya senyawa aktif lainnya seperti saponin, alkaloid,
dan tanin yang juga ikut berperan sebagai inhibitor enzim lipase pankreas.
4

4

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum sp.)
SEBAGAI SERBUK MINUMAN PELANGSING TUBUH







KARTIKA HASTARINA PUTRI







Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Departemen Teknologi Hasil Perairan








DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
5

5

Judul Skripsi : Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai
Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh
Nama : Kartika Hastarina Putri
NRP : C34061253





Menyetujui,


Pembimbing I Pembimbing II








Mengetahui,
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan



Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill
NIP. 195805111985031002








Tanggal lulus :
Ir. Anna C. Erungan, MS
NIP. 196207081986032001
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill
NIP. 195805111985031002
iii

iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk
Minuman Pelangsing Tubuh. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini,
diantaranya :
1. Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS dan Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dengan penuh kesabaran dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, terima
kasih atas bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasinya kepada penulis selama
ini.
4. Kedua orang tua Bapak dan Ibu, serta Mas dan Adik tercinta yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, dukungan, dan doa yang tak
terbatas.
5. Rhama Adie Permana, S.Pi untuk semua pengorbanan, kasih sayang,
kesabaran, pengertian, doa, serta bantuannya, dan keluarga atas bantuannya
dalam pengambilan bahan baku.
6. Hilda ade, Cece, Memey, Arin, Pipit, Uuk, Idmar, Anjar, Lia Aci, Ratna,
Nico, Fau, Abang Leli, Icha, dan Ijal atas bantuan dan semangatnya selama
penelitian.
7. Fau, Uthy, Abang, Gae, Aul, dan Chubby atas persahabatan yang telah terjalin
selama di THP. Semoga semua suka duka yang kita alami menjadi suatu cerita
yang terkenang selamanya.
iv

iv

8. Teman-teman THP 43 Lovely Generation (Wahyu, Umi, Wati, Anggi, Joha,
Holland, Yayan, Cikuik, Patma, Budi, Ely, Molly, Rida, Era, Reza, Deksu,
Minal, Sepay dan semuanya) atas kerjasama, kebersamaan, info, semangat,
dukungan, dan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Semoga tetap
menjadi satu keluarga. Amin.
9. Mbak Lastri, Mas Ipul, Mas Zaki, Bu Ema, dan Mbak silvi atas bantuannya
selama penulis melaksanakan penelitian.
10. Seluruh staff Tata Usaha atas bantuannya dalam menyelesaikan seluruh
administrasi hingga penulis lulus.
11. Teman-teman THP 41, 42, 44, 45, dan 46 atas kebersamaan, semangat,
persahabatan, dan rasa kekeluargaan yang selama ini terjalin, semoga akan
tetap terjalin selamanya. Amin.
12. Laboran Biofarmaka (Bu Nunu, Mbak Wiwi, Mas Endi, dan semuanya) atas
bantuannya selama penulis melaksanakan pengujian di Pusat Studi
Biofarmaka.
13. Dian (Statistik) atas bantuan pengolahan datanya, Noy (Fapet) dan Mas
Zulyan (S2) atas informasi dan bantuannya dalam menyiapkan alat-alat
penelitian.
14. Mbak Heri dan keluarga Bulek Dhanik, atas kasih sayang dan bantuan yang
diberikan selama penulis berada di Bogor.
15. Gardenia Girls (Susi, Ema, Thike, dan lain-lain) atas kebersamaannya, suka
dan duka tinggal satu atap selama 4 tahun ini.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun
dalam penyempurnaan skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2011

Penulis
v

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada
tanggal 9 Oktober 1988, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Wuryanto, S.Pd dan Tri Hastuti,
S.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari
TK Aishiyah Bustanul Atfal (tahun 1993-1995), kemudian
melanjutkan pendidikan dasarnya ke SD Negeri 1 Surjo,
Bawang (tahun 1995-2000). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP
Negeri 1 Bawang (tahun 2000-2003) dan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Sragen
(tahun 2003-2006). Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tingkat kedua kuliah
penulis diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti BEM Tingkat Persiapan Bersama periode 2006-2007
sebagai anggota Divisi Pengembangan Minat dan Bakat, BEM Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008 sebagai sekretaris Divisi Hubungan Luar
dan Komunikasi, Fisheries Processing Club (FPC) periode 2007-2009, dan
anggota Paduan Suara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Endeavour
periode 2007-2009. Penulis selama kuliah pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (2009-2010) dan Metode Karya
Ilmiah Bagian Organoleptik (2010-2011).
Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan
menyusun skripsi dengan judul Pemanfaatan Rumput Laut Coklat
(Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh, di bawah
bimbingan Ir. Anna C. Erungan, MS dan Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill.



vi

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
1. PENDAHULUAN .................................................................................. .........1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
2.1 Rumput Laut Coklat .............................................................................. 4
2.1.1 Deskripsi Sargassum sp. ............................................................. 5
2.1.2 Komposisi Kimia Sargassum sp. ................................................ 6
2.1.2 Manfaat Sargassum sp. ............................................................... 8
2.2 Senyawa Fitokimia ................................................................................ 8
2.2.1 Alkaloid ...................................................................................... 9
2.2.2 Steroid/Terpenoid ....................................................................... 9
2.2.3 Flavonoid ................................................................................. 10
2.2.4 Saponin .................................................................................... 10
2.2.5 Fenol Hidrokuinon . .................................................................. 11
2.2.6 Tanin ........................................................................................ 11
2.3 Pengeringan ......................................................................................... 12
2.4 Kegemukan ........................................................................................... 12
2.5 Obat Pelangsing .................................................................................... 14
2.6 Pengujian secara In Vivo ....................................................................... 15
3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 17
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................ 17
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 17
3.3 Tahapan Penelitian .............................................................................. 18
3.3.1 Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.)
kering ........................................................................................ 18
3.3.2 Proses pembuatan ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering ............................................................. 19
3.3.3 Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) ............................................................. 20
3.3.4 Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman
pelangsing tubuh ...................................................................... 22

vii

vii

3.4 Prosedur Analisis ................................................................................. 24
3.4.1 Ananlisis Fisik ......................................................................... 24
3.4.2 Analisis kimia ........................................................................... 24
3.4.3 Uji fitokimia ............................................................................. 27
3.4.4 Penentuan kadar flavonoid total .............................................. 29
3.4.5 Rancangan percobaan dan analisis data ................................... 30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 31
4.1 Rendemen Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) ............................... 31
4.2 Komposisi Kimia Sargassum sp. ......................................................... 33
4.3 Senyawa Fitokimia .............................................................................. 37
4.4 Kandungan Flavonoid dalam Serbuk Minuman Ekstrak Rumput
Laut Coklat (Sargassum sp.) ............................................................... 41
4.5 Aplikasi Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.)
pada Mencit ......................................................................................... 42
5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 53
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 53
5.2 Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61












viii

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi kimia Sargassum dari Kepulauan Seribu ............................... 7
Tabel 2. Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) ..................................... 31
Tabel 3. Komposisi kimia Sargassum sp. hasil penelitian ................................... 33
Tabel 4. Hasil uji fitokimia (kualitatif) terhadap ekstrak sargassum sp. ............. 38
Tabel 5. Hasil pengukuran kadar flavonoid total dalam serbuk minuman
ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ........................................... 42
Tabel 6. Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses
mencit ..................................................................................................... 50



































ix

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sargassum sp. ....................................................................................... 6
Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering ....................................................................... 19
Gambar 3. Diagram alir proses ekstraksi rumput laut coklat (Sargassum sp.)
kering dengan pelarut akuabides ....................................................... 20
Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput
laut coklat (Sargassum sp.) ............................................................... 21
Gambar 5. Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing
tubuh ................................................................................................... 23
Gambar 6. Grafik persentase rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.)
kering dan hancur .............................................................................. 32
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot badan mencit selama masa adaptasi
dan masa perlakuan ............................................................................ 44
Gambar 8. Grafik pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa
perlakuan ................... ........................................................................ 46
Gambar 9. Grafik rata-rata konsumsi pakan mencit setiap hari selama
masa perlakuan .................................................................................. 48
Gambar 10. Grafik rata-rata konsumsi minum mencit setiap hari selama
masa perlakuan ................................................................................. 49
Gambar 11. Grafik rata-rata berat feses mencit pada akhir masa
perlakuan .......................................................................................... 51






x

x

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data dan contoh perhitungan rendemen rumput laut coklat
(Sargassum sp.) .............................................................................. 62
Lampiran 2. Data dan contoh perhitungan analisis proksimat rumput laut
coklat (Sargassum sp.) ................................................................... 64
Lampiran 3. Data dan contoh perhitungan analisis kadar flavonoid total
serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ........ 68
Lampiran 4. Data bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa
perlakuan ......................................................................................... 70
Lampiran 5. Data selisih bobot badan mencit dan hasil analisis ragam
selama masa perlakuan .................................................................. 71
Lampiran 6. Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan mencit .................. 72
Lampiran 7. Data konsumsi pakan mencit selama masa perlakuan .................... 73
Lampiran 8. Hasil analisis ragam konsumsi pakan mencit ................................. 74
Lampiran 9. Data dan contoh perhitungan analisis proksimat pakan
mencit .............................................................................................. 75
Lampiran 10. Data konsumsi minum mencit selama masa perlakuan ................. 78
Lampiran 11. Hasil analisis ragam konsumsi minum mencit ............................. 79
Lampiran 12. Data berat feses mencit perhari selama masa perlakuan .............. 80
Lampiran 13. Data berat, hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan
berat feses mencit ......................................................................... 81
Lampiran 14. Data kadar lemak dalam feses mencit, contoh perhitungan
dan hasil analisis ragam ................................................................ 82
Lampiran 15. Gambar hasil uji fitokimia secara kualitatif ................................. 83
Lampiran 16. Bahan dan alat selama penelitian .................................................. 85
1

1

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik yang alami
maupun yang dibudidayakan. Salah satu sumberdaya yang memiliki potensi yang
cukup besar adalah rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai
prospek yang cukup cerah karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut
yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat
dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Nindyaning 2007).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk
dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia.
Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu
berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak
diimpor dengan nilai yang cukup besar (Anonim 2003). Rumput laut akan
memiliki nilai jual yang lebih tinggi seandainya diolah menjadi produk
intermediet (agar-agar, karaginan, dan alginat) dan produk pangan siap konsumsi
(Yorita 2010).
Pada umumnya, rumput laut (alga) dikelompokkan menjadi empat kelas,
yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat
(Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae) (Winarno 1996). Beberapa jenis
rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari golongan Rhodophyceae
(ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang coklat). Rhodophyceae
merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan, sedangkan
Phaeophyceaea merupakan rumput laut coklat yang belum dioptimalkan
pemanfaatannya (Permana 2008). Rumput laut coklat sering dianggap sebagai
sampah karena mengotori pantai, padahal banyak manfaat yang dapat diambil dari
rumput laut coklat tersebut. Pemanfaatan rumput laut coklat dalam bidang industri
sangat luas, diantaranya untuk industri makanan, minuman, obat-obatan,
kosmetik, kertas, detergen, cat, tekstil, vernis, fotografi, dan lain-lain.
Selain di bidang industri, pemanfaatan rumput laut coklat untuk
pengobatan sudah dikenal sejak lama. Di Vietnam bagian selatan hingga tengah
seperti Khanh Hoa, Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, dan lain-lain orang
2

2

telah memanfaatkan Sargassum dan Porphyra sebagai minuman teh yang
berkhasiat medis. Pemanfaatan teh Sargassum oleh masyarakat Vietnam ini telah
dilakukan sejak lama (Susanto 2009). Olahan rumput laut coklat berupa teh bisa
disajikan dengan dicelup (seperti teh celup), serbuk (powder), instan dalam
kemasan gelas (Anonim
a
2010). Lain halnya di Indonesia, air rebusan rumput laut
atau rumput laut yang digerus digunakan sebagai obat luar yaitu obat antiseptik
dan pemeliharaan kulit. Selain itu, air rebusan dari Sargassum sp. dapat digunakan
untuk penyakit gondongan dan penyakit urinari (Yunizal 2004). Novaczek dan
Athy (2001) menyatakan dalam bukunya bahwa Sargassum dapat dibuat sebagai
minuman sejenis slimming tea yang direkomendasikan bagi seseorang yang
memiliki kelebihan berat badan dan ingin mencoba menurunkan berat badannya.
Beberapa contoh tanaman herbal yang biasa digunakan sebagai bahan obat
pelangsing tubuh adalah daun jati belanda, rimpang bangle, asam jawa, kunci
pipet, asam gelugur, lengkuas, kencur, dan masih banyak lagi. Daun jati belanda
sebagai salah satu bahan yang digunakan dalam obat pelangsing tubuh
mengandung beberapa senyawa kimia. Analisis fitokimia dalam daun jati belanda
menunjukkan bahwa daun ini mengandung triterpen, katekin, sterol, karotenoid,
flavonoid, tanin, dan saponin (Anonim
c
2010). Rimpang bangle mengandung
senyawa kimia berupa alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, tanin, dan
steroid/triterpenoid (Wijayakusuma et al. 1997 dalam Hayati 2008). Daun
tumbuhan asam jawa mempunyai kandungan kimia seperti saponin, flavonoid dan
tanin (Hayati 2008). Pada ekstrak kunci pipet, asam gelugur, lengkuas, dan kencur
mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid.
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut
dipercaya sebagai senyawa yang dapat mengatasi kegemukan. Darusman et al.
(2001) menyatakan bahwa dua kelompok senyawa yang diduga berperan dalam
mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin, yang termasuk ke dalam
senyawa fenol. Flavonoid, saponin, dan alkaloid dipercaya sebagai senyawa yang
diduga mempunyai peranan antiobesitas dengam mekanisme melalui
penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et
al. 2005), yang menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak
(Rahardjo et al. 2005). Monogliserida ini selanjutnya akan diserap oleh usus halus
3

3

yang akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam jaringan adiposa. Senyawa
tanin dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus
halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan (Hayati 2008).
Senyawa-senyawa aktif tersebut ternyata juga terdapat di dalam
Sargassum seperti steroida, alkaloida, fenol (Rachmat 1999
b
), dan triterpenoid
(Winoto 1993 dalam Kusumaningrum et al. 2007). Adanya senyawa-senyawa
aktif tersebut yang diduga dapat menjadikan Sargassum sebagai minuman sejenis
slimming tea atau sebagai bahan baku obat pelangsing tubuh. Oleh karena itu,
pada penelitian ini yaitu menjadikan Sargassum sebagai bahan baku dalam
pembuatan minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk mengatasi
kegemukan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari proses pengolahan
serbuk minuman dari ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang
diaplikasikan sebagai minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk
mengatasi kegemukan.
Tujuan khususnya adalah :
1) Mengetahui kandungan zat gizi (air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat)
dalam rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering;
2) Mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam ekstrak rumput
laut coklat (Sargassum sp.) kering;
3) Menguji efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) dalam menurunkan bobot badan yang diujikan pada
mencit.








4

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut Coklat
Rumput laut coklat adalah kelompok alga yang secara umum berwarna
coklat atau pirang. Warna tersebut tidak berubah walaupun alga ini mati atau
kekeringan. Namun pada beberapa jenis misal pada Sargassum, warnanya akan
sedikit berubah menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Bentuk
thalli bervariasi dan dapat mencapai ukuran relatif besar. Ukuran thalli beberapa
jenis dari alga coklat ini lebih tinggi dari jenis-jenis alga merah dan alga hijau
(Atmadja 1996).
Menurut Aslan (1999), ciri-ciri umum alga coklat ini yaitu saat
bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk
seksual dan aseksual; mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten,
violasantin dan fukosantin; warna umumnya coklat; persediaan makanan (hasil
fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan); pada bagian dalam
dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat; mengandung pirenoid dan
tilakoid (lembaran fotosintesis); ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang
berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak,
berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan ada pula yang
tidak bercabang; umumnya tumbuh sebagai algae benthik.
Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies rumput laut coklat yang berasal
dari 6 genus yaitu : Dictyota, Padina, Hormophysa, Sargassum, Turbinaria, dan
Hydroclathrus. Spesies rumput laut coklat yang telah diidentifikasi yaitu
Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4 spesies, Hormophysa
1 spesies, Padina 4 spesies, Dictyota 5 spesies, dan Hydroclathrus 1 spesies
(Yunizal 2004).
Kandungan vitamin dalam 100 gram alga dapat mencukupi kebutuhan
tubuh terhadap vitamin A, B2, B12, dan 67 % dari vitamin C, sodium, potasium,
dan magnesium (Chapman 1970). Alga coklat dikenal mengandung berbagai trace
element, kalsium, vitamin, mineral (Ca, K, Mg, Na, Fe, I, Cu, Zn, S, P, dan N),
alkohol dan polisakarida (alginat, laminaran, dan fukoidan). Kandungan metabolit
sekunder dalam alga coklat juga sudah mulai diteliti antara lain kandungan
5

5

steroid, alkaloid, fenol, dan vitamin (Rachmaniar dkk 1994 dalam Rachmat
1999
a
).
Pemanfaatan secara komersial dari alga coklat belum banyak dilakukan.
Namun dewasa ini sudah mulai lebih diperhatikan untuk diteliti dan dimanfaatkan
sebagai sumber koloid berupa alginat dan yodium (iodin) (Atmadja 1996).
Rumput laut coklat dalam pengobatan secara tradisional telah banyak
dimanfaatkan yaitu untuk makanan suplemen pada penyakit gondok. Hal ini
disebabkan oleh kandungan iod-nya yang tinggi, terutama pada jenis Fucus
vesiculosus, Ascophyllum, dan Laminaria. Selain itu, Ascophylum juga telah
dibuat sebagai sediaan pada sejenis slimming tea (Chapman 1980 dalam
Rachmat 1999
a
).
2.1.1 Deskripsi Sargassum sp.
Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang
merupakan genera terbesar dari Famili Sargassaceae. Klasifikasi Sargassum
menurut Bold dan Wayne (1985) adalah sebagai berikut :
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucalus
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis
di dunia (Kadi dan Wanda 1988 dalam Rachmat 1999
b
). Jenis-jenis Sargassum sp.
yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum,
S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi,
S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan
S. polyceratium (Rachmat 1999
b
). Bentuk Sargassum sp. dapat dilihat pada
Gambar 1.




6

6








Gambar 1 Sargassum sp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ciri-ciri umum dari marga ini adalah bentuk thallus umumnya silindris
atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat, bentuk daun melebar,
lonjong, atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder) yang
umumnya soliter, panjang umumnya mencapai 7 meter (di Indonesia terdapat 3
spesies yang panjangnya 3 meter), warna thalllus umumnya coklat (Aslan 1999).
Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang
menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan
algin serta adanya flagel (Tjondronegoro et al. 1989).
Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung
maupun yang berombak besar pada habitat batu. Di Kepulauan Seribu (Jakarta)
alga ini biasa disebut oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginat
yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan
barium (Aslan 1999).
Pada umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef)
seperti di Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat). Daerah ini
akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir, secara sporadis
terdapat pula pada karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat
rumput laut coklat (Atmadja dan Soelistijo 1988).
2.1.2 Komposisi Kimia Sargassum sp.
Komponen utama dari alga adalah karbohidrat (sugars or vegetable gums),
sedangkan komponen lainnya yaitu protein, lemak, abu (sodium dan potasium)
(Ishibashi et al. 1960 dalam Chapman 1970) dan air 80-90 % (Chapman 1970).
Komposisi kimia Sargassum menurut Yunizal (2004) dapat dilihat pada Tabel 1.
7

7

Tabel 1. Komposisi kimia Sargassum dari Kepulauan Seribu
Komposisi kimia Persentase (%)
Karbohidrat 19,06
Protein 5,53
Lemak 0,74
Air 11,71
Abu 34,57
Serat kasar 28,39
Sumber : Yunizal (2004)
Alga Sargassum mudah diperoleh di perairan Indonesia, kandungan kimia
utamanya sebagai sumber alginat dan mengandung protein, vitamin C, tanin,
iodium, fenol sebagai obat gondok, anti bakteri, dan tumor (Trono dan Ganzon
1988 dalam Kadi 2005). Sargassum juga mengandung senyawa aktif, diantaranya
steroida, alkaloida, dan fenol (Rachmat 1999
b
).
Telah dilakukan penelitian untuk mengisolasi metabolik sekunder dalam
bentuk susunan steroid, yakni senyawa-senyawa steroids bebas (free steroid),
ester steroid dan glycosidic steroid dari beberapa jenis rumput laut coklat wilayah
Sulawesi Selatan, yaitu Sargassum siliquosum, Sargassum spp., Turbinaria spp.,
dan Padina spp. Sargassum sp. mengandung natrium alginat (Na-alginat),
laminarin, fukoidin, selulosa, manitol dan mengandung antioksidan (polifenol),
zat besi, iodium, vitamin C dan mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P,
Mn serta mineral-mineral lainnya. Kandungan gizi per 2 gram bubuk kering
Sargassum sp. adalah karbohidrat 17,835 %, protein 0,776 %, dan polifenol
24,58 % (491,5 mg) (Boimin 2009).
Menurut Winoto (1993) dalam Kusumaningrum et al. (2007), Sargassum
yang diambil dari pantai Jepara mengandung senyawa bioaktif seperti
triterpenoid, steroid dan fenolat. Secara umum rumput laut coklat mengandung
senyawa komplek diterpenoid dan terpenoidaromatik termasuk Sargassum
sebagai senyawa antimikroba spektrum luas. Meskipun tidak sama tetapi secara
kimiawi kedua senyawa tersebut sama dan dinamakan sarganin A dan sarganin B
yang bercampur membentuk kompleks sarganin (Fenical 1984 dalam Yunizal
2004). Sarganin A dan sarganin B dapat diisolasi dari Sargassum natans, jenis
rumput laut merah (Chondria littoralis) dan rumput laut hijau (Cymopola
barbata). Sargarin adalah substansi antibiotik berspektrum luas dengan efek
8

8

toksik yang rendah (Gruyter 1979). Hasil analisa terhadap zat antibakteri tersebut
menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini tersusun dari golongan senyawa
fenolat, asam anhidrit, sulfur, dan nitrogen (Yunizal 2004).
Keberadaan senyawa fenolat pada rumput laut coklat diketahui pada saat
pengujian aktivitas bakterinya dengan menggunakan uji difusi agar. Rumput laut
yang mengandung senyawa fenolat antara lain Sargassum, Chaetopteris,
Entomorpha, dan Fucus. Pada beberapa jenis rumput laut, senyawa fenolat
kadang-kadang diekstraksikan dalam air laut disekitar habitatnya (Glombitza 1979
dalam Yunizal 2004).
2.1.3 Manfaat Sargassum sp.
Sargassum sp. merupakan salah satu jenis rumput laut coklat yang
potensial untuk dikembangkan. Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai
bahan baku dalam bidang industri makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk,
tekstil, kertas, dan lain-lain. Hasil ekstraksi Sargassum sp. berupa alginat banyak
digunakan industri makanan bukan sebagai penambah nilai gizi, tetapi
menghasilkan dan memperkuat tekstur atau stabilitas dari produk olahan, seperti
es krim, sari buah, pastel isi, dan kue-kue (Percival 1970 dalam Yunizal 2004).
Di bidang farmasi, Sargassum sp. juga telah banyak dimanfaatkan. Angka
dan Suhartono (2000) melaporkan bahwa ekstrak Sargassum dapat dijadikan obat
penurun kolesterol, zat anti bakteri dan anti tumor, sedangkan menurut Supriadi
(2008) Sargassum dapat dijadikan sebagai bahan baku obat cacing.
Pemanfaatan Sargassum dalam pembuatan pakan ternak dilaporkan dapat
membuat tekstur daging lebih baik dibandingkan dengan pakan yang tidak
menggunakan Sargassum, hal ini dikarenakan kandungan mineralnya yang tinggi.
Sargassum sp. juga mengandung auxin, giberelin serta sitokinin yang berperan
dalam memacu pertumbuhan tanaman spesies lain (Montano dan Topas 1990
dalam Kusumaningrum et al. 2007).
2.2 Senyawa Fitokimia
Fitokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari senyawa organik
yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mencakup struktur kimia,
biosintesis, perubahan serta metabolisme, penyebaran secara alami, dan fungsi
fisiologis (Astawan dan Kasih 2008). Senyawa fitokimia adalah zat kimia yang
9

9

terdapat pada tanaman yang tidak termasuk ke dalam zat gizi dan dapat
memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan tersebut (Daris 2008).
Senyawa fitokimia berpotensi mencegah berbagai penyakit seperti kardiovaskuler
dan degeneratif (Harborne 1987).
2.2.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan terbesar dari senyawa metabolit sekunder
pada tumbuhan. Pada umumnya alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia, tetapi beberapa alkaloid memiliki
aktivitas farmakologis dan digunakan secara luas dalam bidang kesehatan
(Harborne 1987). Senyawa ini pada tumbuhan berfungsi untuk melindungi diri
dari predator karena bersifat racun pada satwa misalnya serangga, sebagai zat
perangsang dan pengatur tubuh dan membantu aktivitas metabolisme dan
reproduksi tumbuhan (Verpoorte dan Alfermann 2000 dalam Daluningrum 2009).
Menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et al. (2005), alkaloid merupakan salah
satu senyawa yang dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase dalam ekstrak
tanaman sehingga mampu menghambat aktivitas lipase pankreas.
2.2.2 Steroid/Terpenoid
Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari
enam unit isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik
yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Terpenoida dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu triterpena, steroida, saponin, dan glikosida jantung.
Triterpena dikenal karena rasanya, terutama rasa pahit. Triterpena dalam
tumbuhan berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan
mikroba (Harborne 1987). Hasil penelitian Xu et al. (2005) mengindikasikan
bahwa komponen triterpen mempunyai potensi sebagai agen penangkal obesitas.
Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Steroid
mempunyai 17 atom karbon atau lebih sehingga golongan senyawa ini cenderung
tidak larut dalam air (Wilson dan Gisvold 1982 dalam Andriyanti 2009). Senyawa
steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat (Harborne 1987).

10

10

2.2.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol. Flavonoid
umumnya terdapat pada tumbuhan dan terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid (Harborne 1987). Flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi
flavon, flavonol, flavonon, flavononon, isoflavon, calkon, dihidrokalkon, auron,
antosianidin, katekin, dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007). Flavonoid terdapat pada
seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar. Flavonoid
sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan (Astawan dan Kasih 2008).
Flavonoid memberikan konstribusi keindahan dan kesemarakan pada buah-buahan
di alam. Flavon memberikan warna ungu tua jingga, antosianidin memberikan
warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi
kecuali hijau (Sastrohamidjojo 1996 dalam Andriyanti 2009).
Flavonoid pada tumbuhan berfungsi dalam pengaturan tumbuh,
pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap
serangga (Robinson 1995 dalam Andriyanti 2009). Dalam kehidupan manusia,
flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung. Flavon terhidrosilasi bekerja
sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait 2007). Flavonoid
dalam ekstrak tanaman dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase sehingga
mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et
al. 2005). Menurut Woo et al. (2008) dalam Xia et al. (2010), Polifenol dan
flavonoid dalam jumlah yang tinggi secara signifikan juga mampu mereduksi
bahaya obesitas dan hiperlipidemia.
2.2.4 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang terdeteksi pada lebih
dari 90 jenis tumbuhan. Saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun
yang dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Harborne
1987). Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu, misalnya pada
epitel hidung, bronkus, ginjal, dan sebagainya. Stimulasi pada ginjal diperkirakan
menimbulkan efek diuretika. Saponin dapat digunakan sebagai prekursor hormon
steroid (Sirait 2007).
Menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et al. (2005), saponin juga
dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase sehingga mampu menghambat aktivitas
11

11

lipase pankreas. Ekstrak kasar saponin dari ginseng merah Korea menunjukkan
efek antiobesitas pada tikus yang diberikan pakan tinggi lemak yaitu dapat
menurunkan bobot badan, konsumsi pakan, dan penyimpanan lemak dalam tubuh
(Kim et al. 2005). Total saponin diketahui secara signifikan menghambat aktivitas
lipase pankreas. Selain itu, telah dilaporkan juga bahwa berbagai macam isolasi
saponin dari bahan makanan atau obat alami mempunyai aksi obesitas (Kawano-
Takahashi et al. 1986; Han et al. 2001 dalam Xu et al. 2005) atau aksi anti-
hipolipidemia (Kimura et al. 1983 dalam Xu et al. 2005).
2.2.5 Fenol hidrokuinon
Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus
hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
berikatan dengan gula sebagai glikosida. Golongan fenol terbesar adalah
flavonoid, selain itu terdapat juga fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan
kuinon fenolik. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor
dasar, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil
yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon (Harborne 1987).
2.2.6 Tanin
Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang memiliki
kemampuan untuk mengendapkan protein dengan membentuk kopolimer mantap
yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang
tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Tanin terkondensasi hampir terdapat di semua paku-pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya hanya terbatas
pada tumbuhan berkeping dua (Harborne 1987).
Senyawa tanin yang terkandung dalam daun jati belanda dapat
mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga
dapat mengurangi penyerapan makanan, dengan demikian proses obesitas
(kegemukan) dapat dihambat. Pada tanaman Asam Jawa, senyawa tanin dapat
meningkatkan degradasi/peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan
metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.
12

12

Selain itu, peluruhan lemak oleh senyawa aktif tanin melaui pendekatan
pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator
enzim bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai
obat pelangsing alami (Hayati 2008).
2.3 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan dengan cara menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas tertentu dimana mikroba
tidak dapat tumbuh lagi pada bahan tersebut. Keuntungan pengeringan adalah
bahan menjadi tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil
sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan.
Selain itu, banyak bahan pangan yang hanya dapat dikonsumsi setelah
dikeringkan, misalnya kopi dan teh. Proses pengeringan juga mempunyai
beberapa kerugian, yaitu sifat bahan asal yang dikeringkan berubah, misal bentuk
dan penampakannya, sifat mutu, dan lain-lain (Muchtadi 1989).
Berbagai cara pengeringan telah banyak dilakukan dalam proses
pengolahan hasil pertanian dan bahan pangan. Mulai dari pengeringan energi
surya, pengeringan dengan energi panas, pengeringan tanpa energi panas
(pengaruh tekanan), hingga pengeringan dengan menggunakan prinsip perbedaan
sifat sorpsi-desorpsi isotermik (Wirakartakusumah et al. 1989). Pengeringan
dengan sinar matahari sudah banyak dilakukan orang. Cara ini sangat sederhana
sehingga setiap orang bisa mengerjakannya, bahkan tanpa alat sekalipun
(Moeljanto 1992).
2.4 Kegemukan
Kegemukan dalam arti bahasa adalah kelebihan berat badan dan dapat
terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang
keluar. Seseorang dikatakan gemuk jika memiliki kelebihan berat badan lebih dari
20% dari berat ideal. Kegemukan atau obesitas adalah suatu penyakit
multifaktorial sebagai akibat dari energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak
daripada energi yang dikeluarkan (Guyton dan Hall 1997 dalam Rahardjo et al.
2005). Kegemukan biasanya terjadi karena pola makan yang salah dan tidak
13

13



IMT =

Tinggi Badan
2
(m
2
)
Berat Badan (Kg)
terkontrol, kurang aktivitas (olah raga), faktor fisiologi seperti wanita hamil dan
faktor psikologi seperti stress yang menyebabkan pola makan terganggu. Salah
satu indikator kegemukan adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh. Orang
gemuk cenderung mempunyai kadar lemak yang tinggi dibanding orang kurus.
Menurut Depkes (2008), persentase lemak pada pria sehat adalah 10-25 % dan 20-
35 % pada wanita sehat, sedangkan persentase lemak pada penderita obesitas
adalah > 30 % untuk pria dan > 40 % untuk wanita.
Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui
makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini bila berlangsung
bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang berlebihan
dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Secara umum obesitas dapat dibagi atas
dua kelompok besar yaitu obesitas tipe android (tipe sentral) dan obesitas tipe
ginoid. Ciri-ciri obesitas tipe android (tipe sentral) yaitu bentuk badan gendut
seperti gentong, perut membuncit ke depan, dan lebih banyak terdapat pada kaum
pria. Tipe obesitas ini cenderung menimbulkan penyakit jantung koroner,
diabetes, dan stroke. Sedangkan obesitas tipe ginoid lebih banyak pada kaum
wanita dengan ciri-ciri panggul dan pantatnya besar, terutama yang telah masuk
masa menopause (Anonim
b
2010).
Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui tingkat
kegemukan seseorang. Cara pertama adalah mengukur BMI (Body Mass Index)
dan cara yang kedua adalah mengukur lingkar pinggang (waist circumference).
BMI (Body Mass Index) atau sering disebut Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat
dihitung dengan mengukur tinggi badan (meter) dan berat badan (kilogram).
Namun pengukuran nilai IMT ini tidak akurat untuk orang tertentu, misalnya body
builder atau atlit (otot mempunyai berat lebih daripada lemak), anak, orang tua,
wanita hamil, atau orang dewasa yang pendek (tinggi badan kurang dari 5 feet
atau 150 cm) (Anonim
b
2010). Rumus perhitungan BMI atau IMT adalah sebagai
berikut :




14

14

Tingkat kegemukan menurut WHO (1999) dapat diklasifikasikan menjadi
6 kategori, yaitu bobot badan kurang (IMT < 18,5), bobot badan normal (IMT
18,5-24,5), bobot badan berlebih (IMT 25-29,9), obesitas I (IMT 30-34,9),
obesitas II (IMT 35-39,9), dan sangat obesitas (IMT > 39,9). Nilai IMT normal
rata-rata untuk orang Asia adalah 20-23, sedangkan menurut WHO idealnya
adalah 22-25.
Cara yang kedua yaitu dengan mengukur lingkar pinggang (waist
circumference). Pengukuran dilakukan dengan meletakkan pengukur pada
pinggang tepat di atas tulang panggul, pengukuran dilakukan pada saat
mengeluarkan nafas. Lingkar pinggang 90 cm pada pria dan 80 cm pada
wanita perlu diwaspadai karena merupakan patokan terjadinya obesitas (Depkes
2008). Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh kegemukan antara lain diabetes,
hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung pembuluh darah yang
menyebabkan peningkatan angka kematian.
2.5 Obat Pelangsing
Istilah tradisional pelangsing memberikan arti bahwa bahan tersebut
mempunyai kemampuan untuk menurunkan bobot badan (Darusman et al. 2001).
Kegemukan dapat diatasi dengan beberapa cara konvensional, seperti banyak
melakukan olahraga, mengatur pola makan, hidup teratur, atau dengan
menggunakan alat bantu seperti metode pengobatan akupuntur atau pemakaian
obat modern yang mengandung bahan kimia. Obat pelangsing ada berbagai
macam bentuk, yaitu bentuk pil, jamu dan teh. Namun yang banyak beredar di
pasaran adalah dalam bentuk jamu dan teh. Obat pelangsing dalam bentuk jamu
dan teh harus dilarutkan terlebih dahulu di dalam air sehingga menjadi minuman.
Bahan alam yang banyak digunakan untuk jamu pelangsing tubuh
diantaranya adalah daun jati belanda, bangle, kemuning, tempuyung, kunyit, temu
hitam, dan kencur (Widiyastuti 2000 dalam Hayati 2008). Bahan-bahan alam
tesebut mengandung senyawa-senyawa aktif kimia seperti triterpen, katekin,
sterol, karotenoid, flavonoid, tanin, dan saponin pada daun jati belanda (Anonim
c

2010); alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid
pada rimpang bangle (Wijayakusuma et al. 1997 dalam Hayati 2008); senyawa
aktif atsiri, damar, glikosida, meransin, tanin, flavonoid, steroid dan alkaloid pada
15

15

daun kemuning (Hayati 2008); tanin, flavonoid, steroid, dan terpenoid pada
ekstrak tempuyung (Wardani 2008); senyawa kurkuminoid yaitu kurkumin,
demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin pada kunyit (Anonim 2011);
Minyak atsiri, tanin, kurkumol, dan kurkumin pada temu hitam (Anonim 2011);
serta alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, dan kuinon pada rimpang kencur
(Fitriyani 2009).
Senyawa-senyawa aktif tersebut merupakan senyawa yang dipercaya dapat
mengatasi kegemukan. Darusman et al. (2001) menyatakan bahwa flavonoid dan
tanin merupakan dua senyawa yang diduga berperan dalam mengatasi
kegemukan. Saponin dan alkaloid menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et
al. (2005) juga dipercaya sebagai senyawa yang diduga mempunyai peranan
antiobesitas. Hasil penelitian Xu et al. (2005) juga mengindikasikan bahwa
komponen triterpen mempunyai potensi sebagai agen penangkal obesitas.
Mekanisme senyawa-senyawa aktif tersebut dalam mengatasi kegemukan atau
obesitas yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas yang
menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak (Rahardjo et al.
2005). Penghambatan aktivitas enzim lipase ini menyebabkan menurunan absorpsi
lemak dalam tubuh, sehingga lemak yang tidak terserap akan diekskresikan lewat
feses (Atkinson 1998 dalam Rahardjo et al. 2005).
2.6 Pengujian secara In Vivo
Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian menggunakan hewan
percobaan, yaitu hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai
sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam
bidang ilmu dalam mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dalam
skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Penggunaan hewan percobaan
banyak dilakukan dalam bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi,
komperatif zoologi, dan ekologi dalam arti luas. Hewan yang digunakan sebagai
hewan percobaan ini antara lain kelinci, marmot, hamster, mencit, dan tikus
(Malole dan Pramono 1989).
Pengujian antiobesitas secara in vivo dari ekstrak daun jati belanda telah
dilakukan oleh Andriani (2005) dengan menggunakan kelinci sebagai hewan
percobaan. Selain itu, Pramono et al. (2000) juga telah melakukan pengujian
16

16

antiobesitas secara in vivo terhadap Rattus norvegicus (tikus putih) dan
menyatakan bahwa lendir daun jati belanda dapat menghambat aktivitas lipase
pankreas.
Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang cepat
berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar
serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit hidup
dalam daerah yang cukup luas menyebarannya, mulai dari iklim dingin, sedang
maupun panas. Selain itu, mencit juga dapat hidup terus menerus dalam kandang
atau secara bebas sebagai hewan liar. Mencit paling banyak digunakan di
laboratorium, untuk berbagai penelitian yang sering digunakan adalah mencit
albino Swiss (Swiss albino mice). Hewan ini dinilai cukup efisien dan ekonomis
karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu bunting
yang singkat, dan banyak memiliki anak per kelahiran. Mencit bila diperlakukan
dengan halus akan mudah dikendalikan. Sebaliknya bila diperlakukan kasar maka
akan agresif dan bahkan menggigit. Mencit dapat mencapai umur 2-3 tahun
(Malole dan Pramono 1989).
Mencit laboratorium biasanya diberi makan dalam bentuk pelet tanpa batas
(ad libitum). Perlu diperhatikan bahwa mencit laboratorium tidak boleh dalam
keadaan tanpa air minum (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Menurut Malole
dan Pramono (1989) data biologis mencit adalah sebagai berikut :
Berat badan dewasa : 20-40 gram (jantan)
25-40 gram (betina)
Berat lahir : 0,5-1,5 gram
Suhu tubuh : 36,5-38
o
C
Lama hidup : 1,5-3 tahun
Konsumsi makanan : 15 gram/100 gram/hari
Konsumsi minum : 15 ml/100 gram/hari





17

17

3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2010.
Penelitian bertempat di Laboratorium Diversifikasi dan Formulasi Hasil Perairan,
Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil
Perairan, Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor;
Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor; dan
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama untuk pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat adalah rumput laut coklat Sargassum sp. dan akuades. Bahan-bahan yang
digunakan untuk analisis adalah akuabides, akuades, kjeltab jenis selenium,
larutan H
2
SO
4
p.a. pekat, asam borat (H
3
BO
3
) 2 % yang mengandung indikator
bromchresol green-methyl red (1:2) berwarna merah muda, larutan HCl 0,1 N,
pelarut lemak (n-heksana p.a.), larutan HCl 10 % dan larutan AgNO
3
0,1 N,
pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff (uji alkaloid); kloroform,
anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid); serbuk magnesium, amil alkohol
(uji flavonoid); air panas, larutan HCl 2 N (uji saponin); etanol 70 %, larutan
FeCl
3
5 % (uji fenol hidrokuinon); larutan FeCl
3
1 % (uji tanin). larutan
heksametilenatetramina 0,5 %, aseton, larutan HCl 25 %, etil asetat, AlCl
3
2 %,
larutan asam asetat glasial dalam methanol 5 %, dan kuersetin murni (uji kadar
flavonoid). Bahan-bahan untuk pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh adalah
mencit, pakan mencit, dan air.
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, baskom,
tampah, saringan, gelas ukur, panci, kompor listrik, sudip, cawan porselen,
timbangan digital, blender, gegep, desikator, oven, kompor listrik, tanur
pengabuan, kertas saring Whatman bebas abu dan bebas lemak, kapas bebas
lemak, labu lemak, tabung Soxhlet, penangas air, labu Kjeldahl, destilator, labu
erlenmeyer, buret, pipet volumetrik, pipet mikro, gelas ukur, corong terpisah,
18

18

gelas piala, tabung reaksi, pipet tetes, tabung reaksi, sendok, rotari evaporator,
botol, aluminium foil, dan kandang mencit.
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yaitu pengolahan
rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering. Tahap kedua yaitu pembuatan ekstrak
dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering tersebut. Terhadap rumput laut
coklat (Sargassum sp.) kering dilakukan uji proksimat, sedangkan terhadap
ekstraknya dilakukan uji fitokimia.
Tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diuji kadar flavonoidnya secara
kuantitatif. Tahap yang terakhir yaitu pengujian efektivitasnya dalam menurunkan
bobot badan yang diujikan pada mencit. Pengujian yang dilakukan yaitu bobot
badan mencit, berat feses mencit dan kadar lemak dalam feses mencit.
3.3.1 Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering
Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. yang digunakan untuk penelitian
diambil dari Pantai Sukahujan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dimulai
dengan proses pencucian, pengeringan, penggilingan, dan produk jadi. Rumput
laut segar dicuci dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan kotoran,
lumut, lumpur, dan pasir. Rumput laut kemudian dibagi menjadi dua bagian untuk
dibedakan dalam proses pengeringan, yaitu satu bagian menggunakan sinar
matahari dan satu bagian lagi menggunakan oven dengan suhu 60
o
C. Masing-
masing bagian rumput laut yang telah kering kemudian digiling menggunakan
blender hingga berukuran kecil menyerupai bentuk teh. Produk yang telah jadi
selanjutnya dikemas menggunakan plastik untuk mempertahankan mutunya.
Selanjutnya terhadap masing-masing produk dilakukan analisis proksimat yang
meliputi kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat secara by difference.
Diagram alir proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dapat
dilihat pada Gambar 2.



19

19


















Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan rumput laut coklat (Sargassum sp.)
kering (* = modifikasi dari Nurdayat 2005)
3.3.2 Proses pembuatan ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering
Pada proses pembuatan ekstrak ini menggunakan rumput laut yang telah
kering dan telah digiling. Ekstraksi dilakukan untuk menghasilkan ekstrak kasar
dari Sargassum sp. kering dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan
adalah pelarut polar yaitu akuabides. Metode ekstraksi yang dilakukan
berdasarkan Lemhadri et. al. (2007) yang dimodifikasi dengan menggunakan
ekstraksi tunggal.
Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan akuabides sebanyak 375 ml
dalam gelas piala hingga suhu 100
o
C. Sargassum sp. kering yang telah digiling
dimasukkan ke dalam gelas piala sebanyak 25 gr sehingga diperoleh perbandingan
bahan dan pelarut 1:15 (w/v). Sampel dan pelarut dipanaskan selama 20 menit
dengan selalu diaduk. Setelah dingin, sampel disaring menggunakan kain blacu
yang dilanjutkan dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampasnya.
Pencucian
Matahari
Rumput laut coklat
(Sargassum sp.) segar
Produk rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering

Oven 60
o
C*
Pengeringan
Penggilingan
Pengemasan
20

20

Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol yang dilapisi aluminium foil
dan disimpan dalam lemari es sampai waktu evaporasi. Evaporasi dilakukan pada
suhu 54
o
C sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar ini selanjutnya
dimasukkan dalam botol untuk dilakukan uji fitokimia secara kualitatif dengan
metode Harbone (1987). Proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 3.




















Gambar 3 Diagram alir proses ekstraksi rumput laut coklat (sargassum sp.) kering
dengan pelarut akuabides (* = modifikasi dari Lemhadri et al. 2007)
3.3.3 Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.)
Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum
sp.) mengacu pada proses pembuatan ekstrak dari rumput laut coklat (Sargassum
sp.) kering dengan beberapa modifikasi. Proses pengolahan dimulai dengan
Rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering
Penimbangan (25 gr)*
Pemanasan selama 20 menit dalam
pelarut akuabides 375 ml (m/v)
suhu 100
o
C*
Residu
Evaporasi
Ekstrak kasar
Filtrat
Penyaringan
21

21

memasak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dalam pelarut akuades
dengan perbandingan 1:15 (w/v). Akuades di dalam panci dipanaskan hingga
suhunya mencapai 100
o
C, kemudian rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering
dimasukkan ke dalam panci dan dimasak selama 20 menit dengan selalu diaduk.
Setelah dingin, disaring menggunakan saringan dan dilanjutkan dengan
menggunakan kain blacu. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan filtrat dengan
ampasnya. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan spray dryer
sehingga diperoleh serbuk minuman rumput laut coklat (Sargassum sp.). Serbuk
yang diperoleh selanjutnya diuji kadar flavonoid totalnya. Diagram alir proses
pembuatan serbuk minuman rumput laut coklat (Sargassum sp.) dapat dilihat pada
Gambar 4.




















Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (sargassum sp.) (* = modifikasi dari Lemhadri et al. 2007)
Rumput laut coklat
(Sargassum sp.) kering
Penimbangan
Pemasakan Sargassum selama 20
menit dalam pelarut akuades (1:15),
suhu 100
o
C*
Ampas
Pengeringan dengan spray dryer*
Serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat
(Sargassum sp.)
Filtrat
Penyaringan
22

22

3.3.4 Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh

Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh dilakukan secara in vivo pada
mencit. Metode yang digunakan mengacu pada penelitian Xia et al. (2010) dan
Lemhadri et al. (2007) dengan beberapa modifikasi. Hewan coba yang digunakan
pada penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan dengan umur 25 hari
sebanyak 20 ekor. Hewan coba ini diperoleh dari Kandang Hewan Coba, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan mencit sebagai hewan
coba dilakukan selama 3 minggu. Mencit-mencit tersebut dibagi secara acak ke
dalam 5 kelompok yaitu kelompok perlakuan A, B, C, D, dan E, masing-masing
berjumlah 4 ekor. Sebelum dikelompokkan hewan coba tersebut ditimbang bobot
badannya terlebih dahulu. Masa adaptasi dilakukan selama 1 minggu dan masa
perlakuan selama 2 minggu. Selama masa adaptasi kelompok A diberikan pakan
standar, sedangkan kelompok B, C, D, dan E diberikan pakan berlemak.
Pada masa adaptasi semua kelompok diberikan minuman yang sama yaitu
air putih yang bersumber dari air PDAM. Selama masa perlakuan kelompok A
tetap diberikan pakan standar dan minum air putih, sedangkan kelompok B, C, D,
dan E diberikan pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) dengan konsentrasi di dalamnya masing-masing 0%, 1%, 2%,
dan 3%. Pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat (sargassum sp.)
dilakukan dengan menyeduh serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(sargassum sp.) menggunakan air mendidih sebanyak 30 ml. Pakan dan minum
diberikan setiap hari secara ad libitum. Pengujian meliputi penimbangan bobot
badan mencit yang dilakukan setiap 3 hari sekali, sedangkan penimbangan feses
dilakukan setiap hari dan analisis kadar lemak dalam feses mencit dilakukan di
akhir masa perlakuan. Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman
ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh
dapat dilihat pada Gambar 5.



23

23





























Gambar 5 Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing
tubuh (* = modifikasi dari Xia et al. 2010 dan ** = modifikasi dari
Lemhadri et al. 2007)
Masa perlakuan selama 15 hari**
Kelompok A :
Pakan standar*
Kelompok B :
Pakan berlemak*
Kelompok C :
Pakan berlemak*
Kelompok D :
Pakan berlemak*
Kelompok E :
Pakan berlemak*
Penimbangan
awal
Masa adaptasi
6 hari
Mencit
Pengelompokan perlakuan*
Kelompok A

Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E
Kelompok A :
Air putih*
Kelompok B :
Minuman ekstrak
rumput laut
(Sargassum)* 0%
Kelompok C :
Minuman ekstrak
rumput laut
(Sargassum)* 1%
Kelompok D :
Minuman ekstrak
rumput laut
(Sargassum)* 2%
Kelompok E :
Minuman ekstrak
rumput laut
(Sargassum)* 3%
Pengujian :
penimbangan bobot badan, penimbangan
berat feses dan kadar lemak feses
24

24

3.4 Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis fisik,
analisis kimia, uji fitokimia secara kualitatif, serta penentuan kadar flavonoid.
3.4.1 Analisis fisik
(1) Rendemen
Rendemen rumput laut (Sargassum) dihitung berdasarkan berat setelah
pengeringan terhadap berat basah bahan baku.




(2) Penentuan bobot badan mencit dan berat feses mencit
Bobot badan mencit dan berat feses mencit ditimbang menggunakan
timbangan digital. Wadah yang akan digunakan untuk menimbang ditera terlebih
dahulu di atas timbangan. Kemudian badan mencit atau feses mencit dimasukkan
ke dalam wadah di atas timbangan, sehingga akan terlihat angka di dalam
timbangan yang menunjukkan bobot badan mencit atau berat feses mencit.
3.4.2 Analisis kimia
(1) Analisis kadar air (AOAC 2005)
Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah
mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali
hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan
tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105
o
C selama 5 jam atau
hingga beratnya konstan. Setelah selesai, cawan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.
Persentase kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :



Berat rumput laut (Sargassum) akhir (g)
Berat rumput laut (Sargassum) awal (g)
X 100 %
Rendemen (%) =

% Kadar air =

A
A B
X 100%
25

25


% Kadar abu =

Berat sampel
Berat abu
X 100%
Keterangan :
A = Berat sampel sebelum dikeringkan
B = Berat sampel setelah dikeringkan
(2) Analisis kadar abu (AOAC 2005)
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
105
o
C, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang
hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke
dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga tidak berasap lagi.
Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
o
C selama
7 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu
dapat dihitung dengan rumus berikut :




(3) Analisis kadar lemak (AOAC 2005)
Sampel seberat 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua
ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan
ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan
ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya dan disambungkan
dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang
ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana).
Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu
lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi
pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak
kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven
pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya
konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus :





% Kadar lemak =

W
1

W
1
W
2
X 100%
26

26

% Kadar Protein = % N x Faktor konversi*
Keterangan : W
1
= Berat sampel (gram)
W
2
= Berat lemak terekstrak (gram)
(4) Analisis kadar protein (AOAC 1980 dengan modifikasi pada rumus)
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 gram selenium
dan 3 ml H
2
SO
4
pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410
o
C selama kurang lebih
1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu
Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40 %, kemudian dilakukan
proses destilasi dengan suhu destilator 100
o
C. Hasil destilasi ditampung dalam
labu erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H
3
BO
3
) 2 % dan
2 tetes indikator bromchresol green-methyl red yang berwarna merah muda.
Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka
proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko
dianalisis seperti contoh. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :




*) Faktor konversi alat = 2,5


*) Faktor konversi = 6,25
(5) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005)
Analisis karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil
pengurangan dari 100 % dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan
kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya.


mg sampel x faktor konversi alat*
(ml HCl blanko) x N HCl x 14
X 100%
% Nitrogen =
27

27

Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Analisis
karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :



(6) Analisis kadar lemak feses mencit (Laconi et al. 2010)
Labu penyari disiapkan terlebih dahulu dengan batu didih di dalamnya
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105-110
o
C dan didinginkan di
dalam eksikator. Labu penyari ditimbang sebagai berat awal (a), selanjutnya
sampel ditimbang sebanyak 1 gram (x). Kemudian dimasukkan ke dalam
selongsong penyari dan ditutup dengan menggunakan kapas tidak berlemak.
Selongsong penyari selanjutnya dimasukkan ke dalam alat soxlet, kemudian disari
menggunakan petroleum benzin. Selanjutnya ekstraktor dihubungkan dengan
kondensor. Proses ini dilakukan menggunakan alat FATEX-S. Labu penyari
diangkat dari alat FATEX-S, kemudian dikeringkan dalam oven 105-110
o
C
sampai bobotnya tetap ( 4-6 jam). Selanjutnya angkat dan didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang sebagai bobot akhir (b).




Keterangan : a = Berat labu penyari (gram)
b = Berat labu penyari dengan sampel (gram)
x

= Berat sampel (gram)
3.4.3 Uji fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-
komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
yang berpotensi sebagai komponen peluruh lemak. Uji fitokimia meliputi uji
alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin,
dengan metode uji berdasarkan Harborne (1987).

% Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak +
kadar protein)


x
b a
X 100%
% Kadar lemak =
28

28

a. Alkaloid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N
kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi
Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi
Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff.
Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 gram HgCl
2

dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi
100 ml dengan labu takar. Pereaksi ini tidak berwarna. Pereaksi Wagner dibuat
dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan
2 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam
labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara
0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air.
Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam
20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan
2,3 volume campuran 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air. Pereaksi ini
berwarna jingga.
b. Steroid/ triterpenoid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi
yang kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes
asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali
kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.
c. Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil
alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan volume yang
sama) dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah,
kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
d. Saponin (uji busa)
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil
selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan
adanya saponin.

29

29

e. Fenol hidrokuinon (pereaksi FeCl
3
)
Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70 %. Larutan
yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
FeCl
3
5 %. Warna hijau atau hijau biru yang terbentuk menunjukkan adanya
senyawa fenol dalam bahan.
f. Tanin
Sejumlah sampel ditambahkan 10 ml FeCl
3
1 %. Uji positif ditandai
munculnya warna hijau, biru, atau keunguan.
3.4.4 Penentuan kadar flavonoid total (Codex 1986 dalam Nobre et al. 2005)
Serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ditimbang
sebanyak 300 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sistem hidrolisis
ditambahkan ke dalamnya, yaitu 1 ml larutan heksametilenatetramina 0,5 % (b/v),
20 ml aseton, dan 2 ml larutan HCl 25 %. Hidrolisis ekstrak dilakukan dengan
pemanasan menggunakan refluks selama 30 menit. Filtrat hasil hidrolisis disaring
menggunakan kapas ke dalam labu takar 100 ml, sedangkan residunya ditambah
20 ml aseton dan direfluks kembali selama 30 menit. Filtrat digabungkan,
sedangkan residunya ditambahkan 20 ml aseton dan dihidrolisis kembali. Filtrat
digabungkan kembali, dan larutan ditera dengan aseton.
Sebanyak 20 ml filtrat hasil hidrolisis dan 20 ml akuades dimasukkan ke
dalam corong pisah, kemudian diekstraksi dengan etil asetat (ekstrak yang
pertama dengan 15 ml etil asetat, ekstraksi kedua dan ketiga dengan 10 ml etil
asetat). Fraksi etil asetat dikumpulkan dalam labu takar 50 ml, kemudian larutan
ditera dengan etil asetat. Selanjutnya, larutan diambil 10 ml ke dalam labu takar
25 ml, direaksikan dengan 1 ml AlCl
3
2 % (b/v), dan ditera dengan larutan asam
asetat glasial dalam methanol 5 % (v/v). Pengukuran larutan dilakukan pada
panjang gelombang 370,8 nm.
Standar dibuat dengan kuersetin murni ditimbang sebanyak 0,0025 gr,
kemudian dilarutkan dengan asam asetat glasial dalam metanol 5 % (v/v) dalam
labu takar 25 ml. Selanjutnya dibuat deret standarnya dengan konsentrasi 0,5; 5;
10; 15; dan 25 ppm.

30

30

3.4.5 Rancangan percobaan dan analisis data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan
acak lengkap. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan dan empat kali ulangan.
Perlakuan yang digunakan yaitu konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) yang digunakan dalam pembuatan minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.). Model rancangan yang digunakan adalah :



Keterangan :
Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
= nilai rata-rata
A
i
= pengaruh perlakuan ke-i
ij = galat pada perlakuan ke i dan ulangan ke-j
Data peubah yang diamati diolah secara statistik dengan analisis ragam
(ANOVA). Jika dari hasil analisis ragam berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1989).
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
H
0
= Perbedaan konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) dalam pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
pertambahan bobot badan mencit, perubahan konsumsi pakan dan minum,
berat feses mencit, dan kadar lemak dalam feses mencit.
H
1
= Perbedaan konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) dalam pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
pertambahan bobot badan mencit, perubahan konsumsi pakan dan minum,
berat feses mencit, dan kadar lemak dalam feses mencit.




Y
ij
= + A
i
+
ij

31

31

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rendemen Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.)
Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat bagian bahan
yang dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendemen ini berguna
untuk mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Apabila nilai
rendemen suatu produk atau bahan semakin tinggi, maka nilai ekonomisnya juga
semakin tinggi sehingga pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif.
Rendemen Sargassum sp. diperoleh dari proses pengeringan rumput laut
segar yang dilanjutkan dengan penggilingan menggunakan blender. Pengeringan
Sargassum sp. dilakukan dengan sinar matahari dan oven pada suhu 60
o
C. Proses
pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sebagian kadar air bahan dan untuk
mengawetkan, sedangkan proses penggilingan bertujuan untuk mempermudah
pengekstrakan rumput laut. Pemilihan akuades sebagai pelarut selain karena
aman, akuades juga merupakan air hasil destilasi, dimana air adalah pelarut yang
biasa digunakan masyarakat untuk mengambil ekstrak dari obat-obatan tradisional
(jamu) (Fitriyani 2009). Senyawa flavonoid yang bersifat polar diharapkan dapat
terekstrak semua dengan pelarut yang bersifat polar juga yaitu salah satunya
adalah akuades. Data rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.)
Produk Unit
Pengeringan
Matahari Oven 60
o
C
Sargassum basah gram 2000 2000
Sargassum kering gram 247,19 0,74 246,34 0,78
Sargassum hancur gram 245,71 0,19 243,56 0,27
Hasil ekstraksi ml 3385,58 2,86 3353,40 4,03
Serbuk ekstrak gram 56,43 0,05 55,89 0,07

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 2 kg Sargassum sp. basah
dapat menghasilkan Sargassum sp. kering sebanyak 247,19 gram hasil
pengeringan matahari dan 246,34 gram hasil pengeringan oven 60
o
C. Selanjutnya
Sargassum sp. kering digiling sehingga diperoleh Sargassum sp. hancur sebanyak

2
6
p

S
o
b
2
s
P
y
d
b
a
a
m
i
m
m
245,71 gram
60
o
C. Data
pengolahan

Berd
Sargassum s
oven suhu 6
berat Sarga
2000 gr. Pr
sedangkan p
Pengeringan
yang biasa d
dengan oven
Rend
bentuk kerin
akibat prose
atau mengh
menggunaka
ini memilik
mahal, serta
memiliki ke
N
i
l
a
i

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

r
e
n
d
e
m
e
n

(
%
)
m hasil penge
a persentase
menjadi ben
Gambar 6 G
(
dasarkan has
sp. dari pen
60
o
C sebesa
ssum sp. ke
roses penge
pengeringan
n rumput lau
dilakukan ol
n suhu 60
o
C
dahnya rende
ng disebabka
es pengering
hilangkan
an energi pa
i beberapa k
a dapat diker
elemahan ya
12
0
2
4
6
8
10
12
14
eringan mata
e rendemen
ntuk kering d
Grafik persen
(Sargassum
sil pada Gam
geringan ma
ar 12,32 %.
ering denga
eringan deng
dengan ove
ut dengan s
leh masyara
C berdasarkan
emen rumpu
an berkurang
gan. Pengeri
sebagian b
anas (Muchta
keuntungan
rjakan oleh s
aitu tergantun
2,36 12,29
Matahari
32
ahari dan 24
rumput lau
dan hancur d
ntase rendem
sp.) kering d

mbar 6 menu
atahari sebe
Hasil ini d
an berat Sar
gan matahar
en suhu 60
o
inar mataha
akat di pingg
n penelitian
ut laut coklat
gnya kandun
ingan adalah
besar air d
adi 1989). P
yaitu tidak
siapa saja. S
ng pada cua
12,3
Ove
43,56 gram h
ut coklat (S
dapat dilihat
men rumput
dan hancur
unjukkan ba
sar 12,36 %
diperoleh dar
rgassum sp.
ri membutu
o
C membutu
ari merupaka
gir pantai, s
da Costa et
t Sargassum
ngan air yang
h suatu cara
dari suatu
Pengeringan
k diperlukan
Selain itu, pr
aca sehingga
32
12,18
en60oC
hasil pengeri
Sargassum s
pada Gamba
laut coklat
ahwa rendem
% dan dari p
ri perbandin
segar masi
uhkan waktu
uhkan waktu
an proses pe
edangkan pe
al. (2001).
sp. dari bas
g terdapat da
a untuk men
bahan den
dengan sina
peralatan k
roses penger
a pengeringa
HasilKering
HasilHancu
32
ingan oven
sp.) selama
ar 6.

men kering
engeringan
ngan antara
ing-masing
u 3-4 hari,
u 15 jam.
engeringan
engeringan
ah menjadi
alam bahan
ngeluarkan
ngan cara
ar matahari
khusus dan
ringan juga
an berjalan
g
ur
33

33

lambat jika hujan turun terus-menerus (Moeljanto 1992). Pengeringan
menggunakan oven juga memiliki keuntungan dan kelemahan. Pengeringan oven
tentunya tidak tergantung oleh cuaca, namun membutuhkan peralatan khusus dan
biaya untuk operasionalnya.
Sargassum sp. hancur hasil penggilingan menghasilkan rendemen sebesar
12,29 % untuk pengeringan matahari dan sebesar 12,18 % untuk pengeringan
dengan oven 60
o
C. Persentase Sargassum sp. yang telah digiling mengalami
penurunan dari jumlah persentase Sargassum sp. kering. Hal ini diduga ada
sebagian rumput laut yang menempel pada alat penggiling sehingga persentase
Sargassum sp. yang telah digiling mengalami penurunan.
Sargassum sp. yang telah hancur selanjutnya diekstraksi sehingga
diperoleh hasil ekstraknya sebanyak 3385,58 ml hasil pengeringan matahari dan
3353,40 ml hasil pengeringan oven 60
o
C. Hasil ekstrak yang diperoleh
selanjutnya dilakukan pengeringan dengan spray dryer sehingga diperoleh hasil
serbuknya sebanyak 56,43 gram hasil pengeringan matahari dan 55,89 gram hasil
pengeringan oven 60
o
C.
4.2 Komposisi Kimia Sargassum sp.
Komposisi kimia rumput laut sangat dipengaruhi oleh jenis spesies,
habitat, tingkat kematangan, dan kondisi lingkungan sekitarnya (Ito dan Hori 1989
dalam Ratana-arporn dan Chirapart 2006). Komposisi rumput laut juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas, cahaya, dan
nutrisi (Manivannan et al. 2009). Komposisi kimia rumput laut coklat jenis
Sargassum sp. dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia Sargassum sp. hasil penelitian
Komposisi kimia
Sargassum sp. kering
Matahari Oven 60
o
C
Air (%) 14,90 0,57 14,85 0,16
Abu (%) 18,01 0,02 18,40 0,84
Lemak (%) 0,26 0,01 0,26 0,02
Protein (%) 6,60 0,23 6,48 0,44
Karbohidrat (%) 60,24 0,33 60,02 0,54
34

34

4.2.1 Kadar air
Presentase kandungan air yang terdapat pada bahan pangan disebut kadar
air. Kadar air mempunyai peranan penting dalam menentukan daya awet bahan
pangan karena dapat mempengaruhi sifat fisik, perubahan fisik, dan perubahan
enzimatis (Buckle dan Grosch 1987).
Kadar air Sargassum sp. kering yang dihasilkan yaitu sebesar 14,90 %
untuk pengeringan matahari dan 14,85 % untuk pengeringan oven 60
o
C. Nilai
kadar air hasil penelitian lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal
(2004), dimana kadar air Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar
11,71 %. Perbedaan nilai kadar air ini dapat disebabkan oleh perbedaan waktu dan
proses pengeringan yang dilakukan. Semakin lama waktu pengeringan yang
dilakukan, kadar air yang terdapat pada suatu bahan pangan akan semakin rendah
(Winarno 2008).
4.2.2 Kadar abu
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan (Winarno 1996). Kadar
abu Sargassum sp. yang dihasilkan yaitu sebesar 18,01 % untuk pengeringan
matahari dan 18,40 % untuk pengeringan oven 60
o
C. Nilai kadar abu hasil
penelitian lebih rendah dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana
kadar abu Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 34,57 %.
Tinggi rendahnya kadar abu dapat dihubungkan dengan jumlah unsur
mineral (Ratana-arporn dan Chirapart 2006), sedangkan kandungan mineral
rumput laut dapat dipengaruhi oleh proses pengolahan yang diberikan (Nisizawa
et al. 1987; Yoshie et al. 1994 dalam Ruperez 2002). Kadar masing-masing
komponen mineral ditentukan oleh spesies, kondisi geografis, frekuensi
gelombang dan faktor fisiologis, serta jenis metode yang digunakan dalam proses
mineralisasi (Honya et al.1993; Fleurence dan Le Coeur 1993; Mabeau dan
Fleurence 1993; Nisizawa et al. 1987; Yamamoto et al. 1979; Yoshie et al. 1994
dalam Ruperez 2002).
4.2.3 Kadar lemak
Secara umum kadar lemak pada rumput laut tergolong rendah (Wong dan
Cheung 2000). Lemak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air, berasal dari
35

35

tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagian besar merupakan trigliserida, ester dari
gliserol, dan berbagai asam lemak (Buckle dan Grosch 1987).
Kadar lemak yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu sebesar 0,26 % untuk
pengeringan matahari dan 0,26 % untuk pengeringan oven 60
o
C. Nilai kadar
lemak hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan hasil yang dilaporkan oleh
Yunizal (2004), dimana kadar lemak Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah
sebesar 0,76 %. Kadar lemak yang rendah dapat disebabkan oleh kandungan air
dalam rumput laut yang tinggi, sehingga persentase kadar lemak akan rendah. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kadar air umumnya
berhubungan atau berbanding terbalik dengan kadar lemak (Yunizal et al. 1998).
Maka dapat dikatakan bahwa semakin rendah kadar lemak suatu bahan, maka
kadar air yang terkandung dalam bahan jumlahnya cukup tinggi.
4.2.4 Kadar protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh
yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, serta berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein juga berfungsi sebagai enzim, zat pengatur
pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain. Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak
dimiliki lemak atau karbohidrat (Winarno 2008).
Kadar protein yang dihasilkan yaitu sebesar 6,60 % untuk pengeringan
matahari dan 6,48 % untuk pengeringan oven 60
o
C. Nilai kadar protein hasil
penelitian lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana
kadar protein Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 5,53 %.
Kandungan protein yang berbeda dalam rumput laut disebabkan oleh perbedaan
spesies, musim, dan kondisi geografis. Selain itu, kadar protein rumput laut juga
dipengaruhi oleh kandungan asam amino didalamnya (Ratana-arporn dan
Chirapart 2006).
4.2.5 Kadar karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting karena merupakan sumber energi
utama bagi manusia dan hewan. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi,
pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme, dan
membantu pengeluaran feses (Almatsier 2006). Karbohidrat mempunyai peranan
36

36

penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti rasa, warna, dan
tekstur. Karbohidrat juga berguna untuk mencegah timbulnya pemecahan protein
yang berlebihan, kehilangan mineral, dan membantu metabolisme lemak dan
protein. Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference merupakan
metode penentuan kadar karbohidrat termasuk serat kasar dalam bahan pangan
secara kasar (Winarno 2008).
Hasil perhitungan kadar karbohidrat secara by difference menunjukkan
hasil sebesar 60,24 % untuk pengeringan matahari dan 60,02 % untuk
pengeringan oven 60
o
C. Nilai kadar karbohidrat hasil penelitian lebih tinggi dari
hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar karbohidrat Sargassum
sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 19,06 %. Hal ini disebabkan pada
penelitian Yunizal (2004) serat kasar dianalisis secara tersendiri yaitu sebesar
28,39 %, sehingga menyebabkan nilai kadar karbohidrat secara by difference lebih
rendah dari pada hasil penelitian. Apabila pada hasil penelitian Yunizal (2004),
nilai kadar serat kasar dijumlahkan dengan kadar karbohidrat menghasilkan nilai
kadar karbohidrat sebesar 47,45 %. Nilai ini masih lebih rendah dari hasil
penelitian.
Menurut Munda dan Kremer (1977); Perfeto (1998) dalam Marinho-
Soriano et al. (2006), kadar karbohidrat rumput laut dapat dipengaruhi temperatur,
salinitas, dan intensitas cahaya matahari. Selain itu, kadar karbohidrat rumput laut
juga berhubungan dengan pertumbuhan rumput laut itu sendiri. Tinggi rendahnya
kadar karbohidrat secara by difference dipengaruhi juga oleh tinggi rendahnya
nilai komposisi kimia lainnya. Apabila komposisi kimia lainnya memiliki nilai
yang rendah maka akan menghasilkan nilai kadar karbohidrat secara by difference
yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Winarno (1996) menyatakan bahwa komposisi utama dalam rumput laut
yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat. Akan tetapi
kandungan karbohidrat ini sebagian besar dalam bentuk gumy, sehingga hanya
sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat tersebut yang dapat diserap oleh
pencernaan manusia. Karbohidrat merupakan komponen penting dalam
metabolisme dan sumber energi yang dibutuhkan untuk respirasi dan proses
metabolisme tubuh lainnya (Shanmugam dan Chendur 2008).
37

37

4.3 Senyawa Fitokimia
Analisis fitokimia merupakan analisis yang diterapkan untuk mengetahui
golongan senyawa yang terkandung dalam suatu bahan yang tidak dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi manusia
(Astawan dan Kasih 2008). Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri
senyawa yang terdapat dalam suatu bahan yang mempunyai efek racun atau
bermanfaat. Komponen bioaktif hasil uji fitokimia berpotensi mencegah berbagai
penyakit seperti penyakit degeneratif dan kardiovaskuler (Harbone 1987).
Pengujian fitokimia secara kualitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak
Sargassum sp. hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C yang berperan
sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Pengujian fitokimia
dilakukan terhadap ekstrak Sargassum sp. dengan menggunakan pelarut
akuabides. Pelarut akuabides dipilih karena memiliki keunggulan yaitu terbebas
dari kontaminasi dan garam organik sehingga dapat memperkecil peluang ekstrak
kasar terkontaminasi bahan lain (Suwandi 1993). Hasil uji fitokimia terhadap
ekstrak Sargassum sp. dapat dilihat pada Tabel 4.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum sp. hasil
pengeringan matahari maupun oven 60
o
C mengandung senyawa alkaloid,
steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Berdasarkan
pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil uji alkaloid lebih terlihat pada ekstrak
Sargassum sp. hasil pengeringan oven 60
o
C, sedangkan uji lainnya seperti uji
steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin lebih terlihat
pada ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan matahari walaupun untuk uji
steroid/terpenoid, fenol hidrokuinon, dan tanin lebih terlihat pada saat dilakukan
pengocokan. Senyawa alkaloid bersifat basa. Kebasaan alkaloid menyebabkan
senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan
sinar dengan adanya oksigen (Lenny 2006), sedangkan komponen fenolik, seperti
flavonoid, dapat secara selektif mengabsorbsi sinar UV pada sel epidermis
(Stapleton dan Walbot 1994; Martz et al. 2007 dalam Lambers 2008).


38

38

Tabel 4 Hasil uji fitokimia (kualitatif) terhadap ekstrak Sargassum sp.
Uji
Ekstrak
Sargassum sp.
Standar warna Kering
matahari
Kering
oven 60
o
C
Alkaloid :
Dragendroff
Meyer
Wagner

+
+
+

++
++
+

Endapan coklat
Endapan putih kekuningan
Endapan merah sampai
jingga
Steroid/Terpenoid* ++ +
Perubahan merah menjadi
biru/hijau
Flavonoid ++ +
Lapisan amil alkohol
berwarna
merah/kuning/jingga
Saponin ++ + Terbentuk busa
Fenol Hidrokuinon* ++ + Warna hijau atau hijau biru
Tanin* ++ +
Warna hijau, biru, atau
ungu
Keterangan : * = Warna terlihat pada saat pengocokan
+ = Warna kurang jelas/endapan lebih sedikit
++ = Warna lebih jelas/endapan lebih banyak

Metabolit sekunder dari tanaman dapat dipengaruhi oleh perubahan
kondisi lingkungan (Treutter 2010). Selain itu, proses pengolahan juga dapat
mempengaruhi hasil dari uji fitokimia (Onyeka dan Nwambekwe 2007). Menurut
Salminen et al. (2005), alkaloid dapat dipengaruhi oleh temperatur, sedangkan
Jansen et al. (2009) dalam penelitiannya menegaskan bahwa semakin tinggi
temperatur semakin tinggi pula kandungan alkaloid dalam biji kultivar Lupinus
angustifolius. Pada penelitian yang lainnya, kandungan alkaloid meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu. Produksi terpenoid dari suatu tanaman dapat
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik tersebut diantaranya
yaitu radiasi dan temperatur (Tingey et al. 1980; Sharkey and Loreto 1993; Staudt
andSeufert 1995; Loreto et al. 1996b; Seufert 1997; Staudt and Bertin 1998 dalam
Penuelas dan Llusia` 1999). Senyawa fenol, seperti flavonoid, dapat
dipengaruhi oleh temperatur dan radiasi (Schmidt et al. 2009). Salah satu hasil
penelitian Schmidt et al. (2009) menyebutkan bahwa peningkatan konsentrasi
flavonoid seiring dengan penurunan suhu dan intensitas radiasi. Kandungan
saponin dalam tanaman dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, perubahan
39

39

musim seperti pencahayaan, temperatur, kelembaban dan kesuburan tanah, serta
teknik pengolahan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi komponen
saponin baik secara kuantitas dan secara kualitatif (Szakiel et al. 2010).
Alkaloid merupakan grup terbesar dari senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam produk alami dan sering kali memiliki sifat racun sehingga
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harbone 1987). Hasil uji
fitokimia menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa alkaloid pada
kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rachmat (1999
b
) yang menyatakan bahwa
Sargassum juga mengandung senyawa aktif, diantaranya steroida, alkaloida, dan
fenol. Alkaloid merupakan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan. Alkaloid bersama dengan flavonoid dan saponin dipercaya sebagai
sumber inhibitor lipase yang menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et
al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005).
Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari
enam unit isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik
yaitu skualen. Triterpena dikenal karena rasanya, terutama rasa pahit. Triterpena
dalam tumbuhan berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
serangan mikroba (Harborne 1987). Sedangkan steroid merupakan golongan dari
senyawa triterpenoid. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan obat (Harborne 1987). Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang
positif terhadap adanya senyawa steroid/terpenoid pada kedua ekstrak Sargassum
sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C. Namun hasil ini baru
terlihat saat dilakukan pengocokan pada hasil pengujian. Hal ini sesuai dengan
laporan Winoto (1993) dalam Kusumaningrum et al. (2007) bahwa Sargassum
mengandung senyawa bioaktif seperti triterpenoid, steroid dan fenolat. Komponen
triterpen berdasarkan hasil penelitian Xu et al. (2005) diindikasikan mempunyai
potensi sebagai agen penangkal obesitas.
Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik alami terbesar. Flavonoid
terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini dapat diekstraksi
dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok
dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol sehingga warnanya
40

40

berubah bila ditambah basa atau amoniak (Harborne 1987). Kedua ekstrak
Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C menunjukkan
hasil yang positif terhadap adanya senyawa flavonoid.
Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara
menurunkan laju oksidasi lemak. Flavonoid merupakan salah satu antioksidan
alami. Beberapa penelitian menunjukan bahwa flavonoid dapat menurunkan
hiperlipidemia pada manusia (Astawan dan Kasih 2008). Selain itu, senyawa
flavonoid juga mempunyai banyak aktivitas sebagai enzim dan memproduksi
sistem sel, antitumor, serta antiinflamatori (Di Carlo et al. 1999 dalam Ruiz et al.
2005). Senyawa flavonoid juga berperan sebagai sumber inhibitor lipase yang
mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et
al. 2005).
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pembentukan
busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan
ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya adanya saponin. Hasil uji fitokimia
menunjukkan hasil yang positif terhadap senyawa saponin pada kedua ekstrak
Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C. Saponin dapat
berfungsi sebagai antimikroba, antiinflamatori serta mempunyai toksisitas yang
rendah (Milgate & Roberts, 1995; Sirtori, 2001; Singh et al.2003 dalam Ruiz et
al. 2005). Han et al. (2001) menyatakan bahwa saponin dari teh diduga
mempunyai peranan antiobesitas melalui mekanisme menghambat aktivitas lipase
pankreas pada tikus yang mengalami obesitas.
Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
senyawa ini seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya
terdapat dalam vakuola sel (Harbone 1987). Kedua ekstrak Sargassum sp. dari
hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C menunjukkan hasil yang positif
terhadap adanya senyawa fenol hidrokuinon. Namun hasil tersebut baru terlihat
saat dilakukan pengocokan pada hasil pengujian. Mengkonsumsi senyawa fenol
dipercaya dapat mengurangi resiko beberapa penyakit kronis karena bersifat
inflamatori, antioksidan, detoksifikasi karsinogenik, dan anti kolesterol (Chen dan
Blumberg 2007).
41

41

Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat larut dalam air, gliserol,
methanol, hidroalkoholik, propilena glikol, tetapi tidak larut dalam benzene,
kloroform, eter, petroleum eter dan karbon disulfida (Jayalaksmi dan Mathew
1982 dalam Hilyatuzzahroh 2006). Kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil
pengeringan matahari maupun oven 60
o
C menunjukkan hasil yang positif
terhadap adanya senyawa tanin. Namun hasil ini baru terlihat saat dilakukan
pengocokan pada hasil pengujian. Menurut Trono dan Ganzon (1988) dalam Kadi
(2005), Sargassum yang mudah diperoleh di Indonesia mengandung banyak
komponen kimia, salah satunya adalah tanin.
Tanin umumnya berasal dari senyawa-senyawa fenol alam yang memiliki
kemampuan untuk mengendapkan protein (Harborne 1987). Komponen tanin
merupakan komponen yang memberikan rasa pahit pada bahan pangan. Tanin
bermanfaat untuk mencegah oksidasi kolesterol LDL di dalam darah sehingga
mengurangi resiko penyakit stroke. Konsumsi makanan yang mengandung tanin
sebaiknya tidak berlebihan karena tanin memiliki kemampuan untuk berikatan
dengan protein dan zat besi (Astawan dan Kasih 2008). Senyawa tanin dapat
mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga
dapat mengurangi penyerapan makanan (Hayati 2008).
4.4 Kandungan Flavonoid dalam Serbuk Minuman Ekstrak Rumput Laut
Coklat (Sargassum sp.)
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenolik di samping
fenol sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Flavonoid terutama berupa
senyawa yang larut dalam air (Harbone 1987). Sebanyak 2 % dari seluruh karbon
yang difotosintesis oleh tanaman diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang
berhubungan erat dengannya (Markham 1988).
Penentuan kadar flavonoid total dalam serbuk minuman ekstrak rumput
laut coklat (Sargassum sp.) ini bertujuan untuk mengetahui jumlah flavonoid
dalam produk, serta dijadikan dasar untuk memilih salah satu produk hasil
pengeringan yang berbeda untuk diaplikasikan dan diujikan pada hewan coba.
Dimana senyawa flavonoid diketahui sebagai salah satu senyawa yang dapat
menurunkan berat badan dan mengurangi bahaya obesitas. Diketahui beberapa
flavonoid seperti quersetin dan hesperidin diketahui sebagai inhibitor lipase (Ruiz
42

42

et al. 2005). Metode pengukuran kadar flavonoid total yang digunakan adalah
metode spektrofotometri UV (Codex 1986 dalam Nobre et al. 2005). Kadar
flavonoid total yang terdapat dalam produk ditentukan dari persamaan garis yang
diperoleh dari pengukuran kurva standar yaitu menggunakan standar kuersetin
murni yang diukur pada panjang gelombang 370,8 nm (Lampiran 3). Data hasil
pengukuran kadar flavonoid total dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengukuran kadar flavonoid total dalam serbuk minuman
ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
Perlakuan
Kadar flavonoid
(mg/gr)
Kadar flavonoid
(%)
Matahari 2,118 0,07 0,212
Oven 60
o
C 1,991 0,03 0,199

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai kadar flavonoid total pada
produk dengan pengeringan matahari lebih besar yaitu sebesar 2,118 mg/gr
daripada produk yang mengalami pengeringan dengan oven suhu 60
o
C yaitu
sebesar 1,991 mg/gr. Kadar flavonoid total yang berbeda diperkirakan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, pematangan, pemrosesan, penyimpanan, dan memasakan
(Cseke et al. 2006). Menurut Fitriyani (2009), faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi nilai kadar flavonoid total yaitu seperti temperatur, sinar UV,
nutrisi, ketersediaan air, dan kadar CO
2
di atmosfer.
Kadar flavonoid total tertinggi berdasarkan hasil pengukuran dijadikan
dasar sebagai produk yang terpilih untuk diaplikasikan sebagai minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diujikan secara in vivo. Selain itu,
pemilihan produk juga memperhatikan hasil uji fitokimia secara kualitatif dan
hasil analisis proksimat.
4.5 Aplikasi Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) pada
Mencit
Pengujian terhadap suatu bahan atau produk dapat dilakukan dengan
model pengujian secara in vitro maupun secara in vivo. Pengujian secara in vitro
merupakan pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup, sedangkan
43

43

pengujian secara in vivo merupakan pengujian dalam tubuh makhluk hidup,
seperti pada mencit, tikus, kelinci, dan kera.
Efektivitas minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai
minuman pelangsing diuji secara in vivo yang diaplikasikan terlebih dahulu pada
mencit. Hewan coba mencit dipilih karena mencit merupakan hewan coba yang
banyak digunakan dalam suatu percobaan atau penelitian, terutama dalam
penelitian tentang kegemukan. Selain itu mencit mudah berkembangbiak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak, serta dapat hidup dalam daerah yang cukup luas
penyebarannya (mulai dari iklim dingin, sedang, maupun panas) (Malole dan
Pramono 1989). Selain itu, pemeliharaan dan makanan mencit lebih murah
daripada tikus sehingga dapat lebih menguntungkan (Smith dan Mangkoewidjojo
1988). Sebelum memasuki masa perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasikan
dengan tujuan untuk mengkondisikan mencit dengan tempat tinggalnya yang baru.
Selain itu masa adaptasi juga bertujuan untuk menaikkan bobot badan mencit
sehingga menjadi gemuk yang selanjutnya akan diberi perlakuan minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.).
4.5.1 Bobot badan mencit
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit berumur
25 hari dengan bobot rata-rata berkisar antara 1920 gr/ekor. Penimbangan
bobot badan mencit dilakukan setiap tiga hari sekali. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui pertambahan bobot badan mencit selama penelitian. Berdasarkan rata-
rata bobot badan mencit yang ditimbang setiap tiga hari sekali menunjukkan
bahwa rata-rata bobot badan mencit kelompok C, D, dan E semakin mendekati
rata-rata bobot badan mencit kelompok A sebagai kontrol positif. Grafik rata-rata
bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot badan
kelompok yang diberikan perlakuan minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) yaitu kelompok C, D, dan E mendekati rata-rata bobot badan
kelompok kontrol positif yaitu kelompok A selama 15 hari masa perlakuan. Nilai
rata-rata bobot badan mencit kelompok C, D, dan E pada hari ke-15 secara
berturut-turut yaitu 31,66 gram, 31,39 gram, dan 31,02 gram. Nilai ini hampir
44

44

mendekati nilai rata-rata bobot badan kelompok kontrol positif yaitu kelompok A
sebesar 30,96 gram dan berbeda jauh dengan nilai rata-rata bobot badan kelompok
B sebagai kelompok kontrol negatif sebesar yaitu sebesar 35,36 gram.


Gambar 7 Grafik rata-rata bobot badan mencit selama masa adaptasi dan
masa perlakuan
A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %);
C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian
serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)

Kelompok perlakuan yaitu kelompok B, C, D, dan E merupakan kelompok
yang diberikan pakan berlemak. Peningkatan bobot badan pada keempat
kelompok ini terjadi pada masa adaptasi. Hal ini dipengaruhi oleh pakan berlemak
yang diberikan. Konsumsi pakan berlemak mampu meningkatkan bobot badan
lebih tinggi dibandingkan dengan pakan standar selama masa perlakuan. Kadar
lemak yang tinggi dalam tubuh merupakan salah satu indikator kegemukan.
Soetjiningsih (1988) dalam Rahardjo et al. (2005) menyatakan bahwa asupan
makanan merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan berat badan.
Adaptasi Perlakuan
45

45

Peranan lemak di dalam tubuh adalah menghasilkan energi yang
diperlukan tubuh. Lemak juga berperan membentuk struktur tubuh, penghasil
asam lemak esensial dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak. Lemak pada
tubuh makhluk hidup disimpan sebesar 45 % di sekililing organ dan rongga perut.
Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan sterol yang masing-masing
komposisinya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia (Almatsier
2006). Menurut Muchtadi (1989), orang yang mengkonsumsi lemak melebihi
kebutuhan dan kurang menggerakkan tubuh akan menjadikan lemak sebagai
cadangan yang ditimbun di dalam tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
Cadangan lemak di dalam tubuh ditimbun pada tempat-tempat tertentu seperti di
pinggang, panggul, sekeliling jantung, di bawah kulit dan sebagainya.
Bobot badan kelompok B terus mengalami peningkatan selama masa
adaptasi maupun masa perlakuan. Hal ini karena kelompok B merupakan
kelompok yang diberi pakan berlemak dengan minum air putih atau pemberian
serbuk ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi 0 %.
Kelompok C, D, dan E merupakan kelompok yang diberi pakan berlemak dan
minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi masing-
masing 1 %, 2 %, dan 3 %. Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.) ternyata mampu menurunkan bobot badan mencit secara rata-rata
hingga nilainya hampir mendekati rata-rata bobot badan mencit normal. Hal ini
diduga karena pengaruh senyawa aktif yang terdapat di dalam minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) yaitu flavonoid dan senyawa aktif lainnya
yang berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase pankreas.
Enzim lipase pankreas merupakan enzim yang menghidrolisis lemak
menjadi monogliserida dan asam lemak. Apabila aktivitas enzim lipase pankreas
meningkat maka penyerapan monogliserida dan asam lemak juga akan meningkat
(Rahardjo et al. 2005). Monogliserida ini selanjutnya akan diserap oleh usus halus
dan kemudian akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam jaringan adiposa.
Hal ini memacu penumpukan lemak dalam jaringan dan dapat menyebabkan
kegemukan atau obesitas.

46

46

Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ternyata
memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan mencit. Pertambahan
bobot badan mencit kelompok C, D, dan E (kelompok perlakuan) jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok A (kontrol positif) dan kelompok B
(kontrol negatif) selama masa perlakuan. Grafik pertambahan rata-rata bobot
badan mencit selama masa perlakuan disajikan pada Gambar 8.


Gambar 8 Grafik pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa
perlakuan

Keterangan : = Pertambahan bobot badan tinggi
= Pertambahan bobot badan sedang
= Pertambahan bobot badan rendah

A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %);
C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian
serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut
3 %)

Grafik pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa pertambahan rata-rata
bobot badan mencit selama masa perlakuan dari masing-masing kelompok
perlakuan. Kelompok A merupakan kelompok yang mengalami pertambahan
bobot badan paling tinggi, sedangkan kelompok B mengalami pertambahan bobot
47

47

badan sedang. Hal ini disebabkan kelompok B telah mengalami pertambahan
bobot badan selama masa adaptasi yang disebabkan oleh pemberian pakan
berlemak. Kelompok C, D, dan E sebagai kelompok perlakuan mengalami
pertambahan bobot badan yang rendah walaupun tetap diberikan pakan berlemak.
Hal ini disebabkan oleh pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat
(Sargassum sp.). Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
ternyata mampu menekan pertambahan rata-rata bobot badan mencit.
Pertambahan rata-rata bobot badan mencit tersebut dihitung berdasarkan selisih
rata-rata bobot badan mencit pertiga hari sekali. Berdasarkan hasil analisis ragam
(Lampiran 6), dapat diketahui bahwa pertambahan rata-rata bobot badan mencit
dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(p>0,05).
Adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) diduga mempengaruhi pertambahan bobot
badan mencit. Senyawa aktif flavonoid dan juga senyawa aktif lainnya dalam
serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) seperti saponin,
alkaloid, dan tanin diduga berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase
pankreas yang menghidrolisis lemak penyebab kegemukan. Darusman et al.
(2001) menyatakan bahwa dua kelompok senyawa yang diduga berperan dalam
mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin. Flavonoid, saponin, dan
alkaloid dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase apabila konsentrasinya tinggi
dalam ekstrak tanaman sehingga mampu menghambat aktivitas lipase pankreas
(Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005). Polifenol dan flavonoid dalam
jumlah yang tinggi secara signifikan juga mampu mereduksi bahaya obesitas dan
hiperlipidemia (Woo et al. 2008 dalam Xia et al. 2010).
4.5.2 Komsumsi pakan
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan
bila makanan tersebut diberikan secara ad libitum dalam jangka waktu tertentu
(Parakkasi 1999). Pakan yang dikonsumsi oleh hewan pada berbagai umur tidak
tetap, hal ini sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah
2003).
48

48

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8), dapat diketahui bahwa
konsumsi pakan dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata (p>0,05). Hasil perhitungan konsumsi pakan mencit yang dilakukan
setiap hari menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada jumlah
konsumsi pakan antara kelompok mencit yang diberikan pakan standar (kelompok
A) maupun kelompok mencit yang diberikan pakan berlemak (Kelompok B, C, D,
dan E). Hasil perhitungan konsumsi pakan mencit setiap hari selama masa
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9.


Gambar 9 Grafik rata-rata konsumsi pakan mencit setiap hari selama masa
perlakuan
A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %);
C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian
serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)

Rata-rata konsumsi pakan mencit dalam satu hari berkisar antara
3,394,50 gram/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) bahwa jumlah pakan yang dikonsumsi mencit
laboratorium antara 35 gram/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan minuman
bervariasi menurut kandang, kelembaban, kualitas pakan, kesehatan dan kadar air
dalam makanan (Malole dan Pramono 1989). Pakan berlemak merupakan pakan
standar yang diberi tambahan lemak sebesar 10 %. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988), mencit mau mencoba makan apapun panganan yang
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
B
o
b
o
t

(
g
r
)
HariKe
A
B
C
D
E
49

49

tersedia bahkan bahan yang tidak biasa dimakan, akan tetapi bahan-bahan yang
tidak biasa dimakan akan dicicipi terlebih dahulu dan hanya akan kembali
dimakan lagi jika tidak ada akibat-akibat buruk setelah memakannya. Komposisi
kimia pakan mencit yang diberikan selama penelitian disajikan pada Lampiran 9.
4.5.3 Konsumsi minum
Mencit laboratorium tidak boleh dalam keadaan tanpa air minum (Smith
dan Mangkoewidjojo 1988). Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 11),
dapat diketahui bahwa konsumsi minum dari kelima kelompok perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Hasil perhitungan konsumsi minum
mencit yang dilakukan setiap hari menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata pada jumlah konsumsi minum antara kelompok mencit yang diberikan
minum air putih (Kelompok A dan B) maupun kelompok mencit yang diberikan
minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) (Kelompok C, D, dan E)
dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil perhitungan konsumsi minum mencit
setiap hari selama masa perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10.


Gambar 10 Grafik rata-rata konsumsi minum mencit setiap hari selama masa
perlakuan
A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %);
C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian
serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)

0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
V
o
l
u
m
e

(
m
l
)
Harike
A
B
C
D
E
50

50

Rata-rata konsumsi minum mencit dalam satu hari berkisar antara
5,857,54 ml/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) bahwa jumlah air minum yang dikonsumsi mencit
laboratorium antara 48 ml/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan minuman
bervariasi menurut kandang, kelembaban, kualitas pakan, kesehatan dan kadar air
dalam makanan (Malole dan Pramono 1989).
4.5.4 Berat feses dan kadar lemak feses
Feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan
melalui anus. Berat feses ditentukan dengan cara feses ditimbang setiap harinya
sehingga diketahui berat fesesnya. Selain dihitung berat fesesnya, dilakukan juga
perhitungan kadar lemak dalam feses. Kadar lemak feses dapat menentukan
besarnya lemak yang tidak terserap dalam tubuh dan dikeluarkan melalui feses.
Hal ini sebagai akibat dari aktivitas kerja enzim lipase sebagi enzim pemecah
lemak. Atkinson (1998) dalam Rahardjo et al. (2005) menyatakan bahwa salah
satu metode pengobatan obesitas menggunakan suatu penghambatan aktivitas
enzim lipase yang dapat menurunkan absorpsi lemak dengan menghambat
aktifitas enzim lipase pankreas yang mengkatalisasis hidrolisasi trigliserid
makanan dalam usus menjadi 2 monogliserid dan 2 asam lemak rantai panjang,
sehingga absorpsi lemak dihambat dan meningkatkan ekskresi lemak lewat feses.
Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses mencit dapat dilihat
pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses mencit
Kelompok Berat feses (gr) Kadar lemak (%)
A 16,37 0,24 0,92 0,04
B 18,08 0,32 1,08 0,16
C 18,67 0,40 1,09 0,13
D 18,74 0,27 1,21 0,06
E 18,98 0,56 1,29 0,02

A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1
(pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput
laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)


p
b
p
s
p
y
(
p
r
m
l
r
l
t
b
n
G
Berd
perlakuan m
berat feses m
putih saja. K
sebesar 16,3
paling tingg
yang diberi
(Sargassum
pakan berlem
rumput laut
mencit yang
lemak yang
rumput laut
lipase pankr
terhidrolisis
Berd
berat feses m
nyata (p>0,0
Grafik hasil

Gambar
A : kont
C : perla
serbuk ek
N
i
l
a
i

r
a
t
a

r
a
t
a

b
e
r
a
t

f
e
s
e
s

m
e
n
c
i
t
(
g
r
)
dasarkan Ta
minuman eks
mencit lebih
Kelompok A
37 gram, sed
gi yaitu sebe
ikan pakan
sp.) lebih
mak dan pa
t coklat (Sar
g diberikan
g masuk da
coklat (Sar
reas menga
sehingga dik
dasarkan has
mencit dari k
05), sehingg
uji lanjut Du
r 11 Grafik r
trol positif; B
akuan 1 (pemb
kstrak rumput l
16,37
0
5
10
15
20
A
abel 6 dapa
trak rumput
h tinggi diba
A memiliki
dangkan kel
sar 18,98 gr
berlemak
tinggi diba
akan standar
rgassum sp.
pakan berl
lam tubuh
rgassum sp.)
akibatkan tid
keluarkan be
sil analisis ra
kelima kelom
ga diperluka
uncan dapat
rata-rata ber
B : kontrol ne
berian serbuk e
laut 2 %); E : p
(a)
18,08
B
51
at diketahu
laut coklat
andingkan ke
nilai rata-ra
lompok E m
ram. Nilai ra
dan minum
andingkan d
r dengan m
.) ternyata m
lemak. Paka
menjadi be
) diduga ma
dak semua
ersama deng
agam (Lamp
mpok perlak
an adanya uj
dilihat pada
rat feses men
egatif (pember
ekstrak rumput
perlakuan 3 (pe
(b)
18,67
C
Kelom
i bahwa k
(Sargassum
elompok yan
ata berat fese
memiliki nila
ata-rata bera
man ekstrak
dengan kelo
inum air pu
mampu men
an berlemak
erlebih. Nam
ampu mengh
lemak yang
gan feses.
piran 14a), d
kuan menunj
uji lanjut Du
a Gambar 11
ncit pada akh
rian serbuk e
t laut 1 %); D
emberian serbu
(c) 18,74
D
pok
kelompok ya
sp.) memili
ng hanya dib
es paling re
ai rata-rata b
at feses pada
k rumput l
ompok yang
utih. Minum
ningkatkan b
k menyebab
mun minum
hambat aktiv
g masuk da
dapat diketa
ukkan perbe
uncan (Lamp
.
hir masa per
kstrak rumput
D : perlakuan 2
uk ekstrak rump
(c) 18,98
E
51
ang diberi
ki rata-rata
berikan air
endah yaitu
berat feses
a kelompok
laut coklat
g diberikan
man ekstrak
berat feses
bkan kadar
man ekstrak
vitas enzim
alam tubuh
ahui bahwa
edaan yang
piran 14b).

lakuan
t laut 0 %);
2 (pemberian
put laut 3 %)
8(c)

52

52

Gambar 11 memperlihatkan bahwa terlihat perbedaan yang nyata dari
masing-masing kelompok perlakuan terhadap nilai rata-rata berat feses mencit.
Perbedaan ini diduga sebagai akibat dari konsumsi pakan dan minum mencit.
Dimana pakan berlemak mampu meningkatkan berat feses mencit, sedangkan
minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi yang
semakin tinggi juga mampu meningkatkan berat feses mencit.
Kadar lemak dalam feses mencit ditentukan untuk mengetahui pengaruh
dari minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) pada kelompok mencit
sebagai hewan coba yang diberikan pakan dengan kadar lemak yang berbeda.
Pakan yang diberikan berupa pelet, dimana pakan standar untuk kelompok A dan
pakan berlemak untuk kelompok B, C, D, dan E, yaitu pakan standar yang diberi
tambahan lemak kambing sebanyak 10 %.
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar lemak feses mencit pada
kelompok yang diberikan pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
diberikan pakan berlemak dan pakan standar dengan minum air putih. Nilai kadar
lemak tertinggi yaitu pada kelompok E sebesar 1,29 % yang diberikan pakan
berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) 3 %,
sedangkan nilai kadar lemak terendah yaitu pada kelompok A sebesar 0,92 %
yang diberikan pakan standar dan minum air putih. Kelompok B yang diberikan
pakan berlemak dan minum air putih menunjukkan kadar lemak feses yang
hampir sama dengan kelompok C yang diberikan pakan berlemak dan minuman
rumput laut coklat (Sargassum sp.) 1 %. Obat pelangsing dengan cara kerja
menghambat absorpsi lemak melalui penghambatan aktivitas enzim lipase
pankreas (seperti orlistat) dapat meningkatkan ekskresi lemak lewat feses
(Anonim 1998; Tan HT dan Kirana R 2002 dalam Rahardjo et al. 2005).
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14c), dapat diketahui bahwa kadar
lemak feses mencit dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (p>0,05).




53

53

5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Komposisi kimia Sargassum sp. hasil pengeringan matahari dan oven
60
o
C secara berturut-turut yaitu kadar air sebesar 14,90 % dan 14,85 %, kadar
abu sebesar 18,01 % dan 18,40 %, kadar lemak sebesar 0,26 % dan 0,26 %, kadar
protein sebesar 6,60 % dan 6,48 %, dan kadar karbohidrat sebesar 60,24 % dan
60,02 %. Ekstrak kasar Sargassum sp. dari pengeringan matahari dan oven 60
o
C
mengandung enam komponen bioaktif yaitu alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid,
saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Kadar flavonoid total pada serbuk
minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) hasil pengeringan matahari
sebesar 2,118 mg/gr (0,212 %) lebih tinggi daripada hasil pengeringan oven 60
o
C
yaitu sebesar 1,991 mg/gr (0,199 %).
Secara in vivo minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
sebesar 3 % dapat menurunkan bobot badan mencit secara rata-rata pada akhir
masa perlakuan yaitu sebesar 31,02 gram, yang mendekati nilai rata-rata bobot
badan mencit normal yaitu sebesar 30,96 gram. Pemberian minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) tidak berpengaruh terhadap konsumsi makan
dan minum mencit, namun berpengaruh terhadap berat feses dan kadar lemak
feses mencit. Kelompok mencit yang diberikan minuman ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum sp.) sebesar 3 % memiliki berat feses dan kadar lemak feses
tertinggi yaitu sebesar 18,98 gram dan 1,29 %.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
melihat penurunan bobot badan pada hewan coba yang tidak digemukkan terlebih
dahulu. Selain itu, perlu dilakukan juga pengujian terhadap kadar dari masing-
masing senyawa bioaktif yang terkandung untuk mengetahui senyawa dengan
kadar tertinggi dalam produk. Penelitian selanjutnya dapat memodifikasi proses
pembuatannya, seperti menggunakan freeze dryer agar komponen bioaktif dan zat
gizi yang ada di dalamnya tetap terjaga.


54

54

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Y. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keenam. Jakarta : Gramedia.
Amrullah, IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor : Satu Gunungbudi.
Andriani Y. 2005. Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci yang Diberi Pakan Berlemak 1(2) :
74-76.
Andriyanti R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antioksidan dari lintah laut
(Discodoris sp.) asal perairan kepulauan belitung [skripsi]. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Angka L dan Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan , Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2003. Teknologi pemanfaatan rumput laut. Jakarta : Pusat Riset
Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi. Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Anonim
a
. 2010. Rumput Laut dari Suplemen Hingga Bio Energi.
http://hobiikan.blogspot.com/2010/03/rumput-laut-dari-suplemen-hingga-
bio.html. [24 Maret 2010].
Anonim
b
. 2010. Mengenal Obesitas. http://www.domeclinic.com/artikel/
mengenal-obesitas.pdf. [5 April 2010].
Anonim
c
. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat : Bukti Ilmiah dan Cara Racik
[majalah]. Depok : Trubus Info Kit.
Anonim. 2011. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd-
tanobat/view.php?id=258. [13 Januari 2011].
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:
The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
------------------------------------------------------------ . 2005. Official Method of
Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Arlington :
The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Aslan LM. 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Astawan M dan Kasih AL. 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Atmadja WS. 1996. Pengenalan Jenis Algae Coklat (Phaeophyta). Di dalam :
Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Puslitbang
Oseanologi-LIPI.
55

55

Atmadja WS dan Soelistijo. 1988. Beberapa Aspek Vegetasi dan Habitat
Tumbuhan Laut Bentik di Pulau-Pulau Seribu. Jakarta : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Boimin. 2009. Minuman Fungsional Rumput Laut.
http://www.surya.co.id/2009/04/20/minuman-fungsional-rumput-laut.html.
[1 Februari 2010].
Bold HC dan Wayne MJ. 1985. Introduction to the Algae, Structure and
Reproduction. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall.
Bukle HD dan Grosch W. 1987. Food Chemistry. Germany : Second German
Edition.
Chapman VJ. 1970. Seaweeds and their uses. London : Metheun & Co. LTD.
Chen CYO dan Blumberg JB. 2007. Phytochemical composition of nuts. Asia
Pasific Journal of Clinical Nutrition. 17(S1) : 329-332.
Cseke LJ, Kirakosyan A, Kaufman PB, Warber SL, Duke JA, Brielmann HL.
2006. Natural Products From Plants Second Edition. New York : CRC
Press, Taylor & Francis Group.
da Costa ACA, Tavares APM, de Frana FP. 2001. The release of light metals
from a brown seaweed (Sargassum sp.) during zinc biosorption in a
continuous system. Electronic Journal of Biotechnology. Vol.4 No.3.
Daluningrum IPW. 2009.Penapisan awal komponen bioaktif dari kerang darah
(Anadara granosa) sebagai senyawa antibakteri [skripsi]. Bogor : Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Daris A. 2008. Fitokimia mencegah penyakit degeratif.
http://www.isfinational.or.id [27 November 2008].
Darusman LK, Rohaeti E, Sulistiyani. 2001. Kajian Senyawa Golongan Flavonoid
Asal Tanaman Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb) Sebagai Senyawa
Peluruh Lemak Melalui Aktivitas Lipase. Bogor : Pusat studi biofarmaka
lembaga penelitian. Institut Pertanian Bogor.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Lingkar Pinggang Besar, Penyakit Dapat
Bertambah. http://www.depkes.co.id/ehealth/berita/perhatikan-ukuran-
lingkar-pinggang-anda. [13 Februari 2010].
Fitriyani A. 2009. Uji in vitro ekstrak air dan etanol dari buah asam gelugur,
rimpang lengkuas, dan kencur sebagai inhibitor aktivitas lipase pankreas
[skripsi]. Bogor : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
56

56

Gruyter WDe. 1979. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup di Laut. Susanto AB,
penerjemah; Heinz A. Hoppe, Tore Levring, Uniko Tanaka, editor. Di
dalam : Marine Algae in Pharmaceutical Science. Berlin.
Han LK, Kimura Y, Kawashima M, Takaku T, Taniyama T, Hayashi T, Zheng
YN, Okuda H. 2001. Anti-obesity effects in rodents of dietary teasaponin,
a lipase inhibitor. International Journal of Obesity. 25 : 14591464.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Ed ke-2. Bandung : ITB.
Hayati EK. 2008. Potensi dan Peluang Tanaman Obat Sebagai Obat Pelangsing
Alami. http://elokkamilah-uinmalang.blogspot.com/2008/12/potensi-dan-
peluang-tanaman-obat. [12 Maret 2010].
Hilyatuzzahroh. 2006. Korelasi kadar tanin pada produk teh komersial dengan
aktivitasnya sebagai senyawa antibakteri EPEC K1-1 [skripsi]. Bogor :
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Jansen, G., Jrgens, H.-U. and Ordon, F. (2009), Effects of Temperature on the
Alkaloid Content of Seeds of Lupinus angustifolius Cultivars [abstrak].
Journal of Agronomy and Crop Science. 195: 172177.
Kadi A. 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan
Indonesia. Jakarta : Bidang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi-
LIPI.
Kim JH, Hahm DH, Yang DC, Kim JH, Lee HJ, dan Shim I. 2005. Effect of
Crude Saponin of Korean Red Ginseng on High-Fat Diet-Induced Obesity
in the Rat. Journal of Pharmacological Sciences. 97 : 124131.
Kusumaningrum I, Rini BH, Sri H. 2007. Pengaruh Perasan Sargassum
crassifolium dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) 15(2).
Laconi EB, Nahrowi, Ridla M, Hasjmy AD, Lubis AD, Sofyan, Maesaroh E.
2010. Panduan Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Bogor :
Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lambers H, Chapin III FS, Pons TL. 2008. Plant Physiological Ecology Second
Edition. New York : Springer.
Lemhadri A, Eddouks M, Sulpice T, Burcelin R. 2007. Anti-hyperglycaemic and
Anti-obesity Effects of Capparis spinosa and Chamaemelum nobile
Aqueous Extracts in HFD Mice. American Journal of Pharmacology and
Toxicology. 2 (3): 106-110.
57

57

Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida [karya
ilmiah]. Medan : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor.
Manivannan K, Thirumaran G, Devi GK, Anantharaman P, Balasubramanian T.
2009. Proximate Composition of Different Group of Seaweeds from
Vedalai Coastal Waters (Gulf of Mannar): Southeast Coast of India.
Scientific Research. 4 (2) : 72-77.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB.
Marinho-Soriano E, Fonseca PC, Carneiro MAA, Moreira WSC. 2006. Seasonal
variation in the chemical composition of two tropical seaweeds.
Bioresource Technology. 97 : 24022406.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor : Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Nindyaning R. 2007. Potensi Rumput Laut.
http://www.halalguide.info/content/view/808/38/ - 27k . [16 Februari
2010].
Nobre CP, Raffin FN, Moura TF. 2005. Standardization of extracts from
Momordica charantia L. (Cucurbitaceae) by total flavonoid content
determination. Acta Farm Bonaerense 24(4) : 562-566.
Novaczek I dan Athy A. 2001. Sea Vegetable Recipes for The Pasific Islands. Fiji
Islands : Community Fisheries Training Pacific Series-3B.
Nurdayat IS. 2005. Perubahan kandungan iodium rumput laut Sargassum sp.
selama proses pembuatan dan penyajian teh [skripsi]. Bogor : Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Onyeka EU dan Nwambekwe IO. 2007. Phytochemical profile of some green
leafy vegetables in South East, Nigeria. Nigerian Food Journal. 25: 67-76.
Pen uelas J dan Llusia` J. 1999. Short-term responses of terpene emission rates to
experimental changes of PFD in Pinus halepensis and Quercus ilex in
summer field conditions. Environmental and Experimental Botany. 42 :
6168.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta :
UI-Press.
58

58

Permana RA. 2008. Karakteristik serbuk minuman sari buah jeruk lemon (Citrus
medica var lemon) dengan penambahan na-alginat yang diekstraksi dari
rumput laut Sargassum filipendula [skripsi]. Bogor : Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Pramono S, Nurwati S, Sugiyanto. 2000. Pengaruh lendir daun jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia 6 : 14-15.
Rachmat R. 1999
a
. Potensi Algae Coklat di Indonesia dan Prospek
Pemanfaatannya. Di dalam : Prosidings Pra Kipnas VII Forum
Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong : Gedung DRN,
Puspiptek. 8 September 1999 : 31-35.
-----------------. 1999
b
. Kandungan dan Karakteristik Fisiko Kimia Alginat dari
Sargassum sp. yang Dikumpulkan dari Perairan Indonesia. Jakarta :
Laboratorium Produk Alam Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI.
Rahardjo S, Ngatijan, Pramono S. 2005. Influence of Etanol Extract of Jati
Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) on Lipase Enzym Activity of
Rattus norvegicus Serum. Inovasi Vol.4 : XVII : 48-54.
Ratana-arporn P dan Chirapart A. 2006. Nutritional Evaluation of Tropical Green
Seaweeds Caulerpa lentillifera and Ulva reticulate. Kasetsart J. 40 : 75
83.
Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, Saso L.
2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponin, flavonoids and
alkaloids. J. Biosci. Biotechnol. Biochem. 63 : 539-560.
Ruperez P. 2002. Mineral content of edible marine seaweeds. Food Chemistry.
79 : 2326.
Salminen SO, Richmond DS, Grewal SK, Grewal PS. 2005. Influence of
temperature on alkaloid levels and fall armyworm performance in
endophytic tall fescue and perennial ryegrass. The Netherlands
Entomological Society Entomologia Experimentalis et Applicata. 115:
417426.
Schmidt S, Zietz M, Schreiner M, Rohn S, Kroh LW, Krumbein A. 2009.
Genotypic and climatic influences on the concentration and composition of
flavonoids in kale (Brassica oleracea var. sabellica). Food Chemistry. 119 :
12931299.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung : ITB.
Shanmugam A dan Chendur P. 2008. Biochemical composition and fatty acid
profile of the green alga Ulva reticulata. Asian J. Biochem. 3 : 26-31.
Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI press.
59

59

Steel RGD dan Torrie JH. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Bambang
Sumantri, penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Supriadi. 2008. Bioprospektif Alga Laut. Bogor : Program Studi Ilmu Kelautan,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Susanto AB. 2009. Potensi Rumput Laut Sebagai Bahan Campuran Minuman
Teh. http://rumputlaut.org/tag/sargassum/. Yayasan Rumput Laut
Indonesia (YRLI). [24 Maret 2010].
Suwandi U. 1993. Air sebagai sumber kontaminasi. Cermin Dunia Kedokteran.
82 : 32-34
Szakiel A, Pczkowski C, Henry M. 2010. Influence of environmental abiotic
factors on the content of saponins in plants [abstrak]. Phytochemistry
Reviews.
Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Kusumaningrat T, Gunawan AW, Jaelani M,
Suwanto A. 1989. Botani Umum II. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Treutter D. 2010. Managing Phenol Contents in Crop Plants by Phytochemical
Farming and BreedingVisions and Constraints. International Journal of
Molecular Sciences. 11(3) : 807857.
Wardani CGT. 2008. Potensi ekstrak tempuyung dan meniran sebagai antiasam
urat : aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase [skripsi]. Bogor :
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
[WHO] World Health Organization. 1999. Monograph on selected medicinal
plant. Jenewa : WHO.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-BRIO Press.
Wirakartakusumah MA, Hermanianto D, Andarwulan N. 1989. Prinsip Teknik
Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Wong KH dan Cheung PCK. 2000. Nutrional evaluation of some subtropical red
and green seaweeds Part I proximate composition, amino acid profiles
and some physico-chemical properties. Food Chemistry 71 : 475-482.
Xia D, Wu X, Yang Q, Gong J, Zhang Y. 2010. Anti-obesity and hypolipidemic
effect of a functional formula containing Prumus mume in mice fed high-
fat diet. African Journal of Biotechnology. 9(16) : 2463-2467.
60

60

Xu BJ, Han LK, Zheng YN, Lee JH, Sung CK. 2005. In Vitro Inhibitory Effect of
Triterpenoidal Saponins from Platycodi Radix on Pancreatic Lipase.
Archives of Pharmacal Research. 28 (2) : 180-185.
Yorita N. 2010. Karakteristik permen jelly rumput laut Kappaphycus alvarezii
dengan penambahan pati termodifikasi sebagai bahan pengisi [skripsi].
Bogor : Departemen Teknologi hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998.
Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil
Perikanan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat. Jakarta : Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

































61

61














































62

62

Lampiran 1 Data dan contoh perhitungan rendemen rumput laut coklat
(Sargassum sp.)
Hasil Ulangan
Perlakuan Pengeringan
Matahari Oven 60
o
C
Sargassum basah
(gr)
1 2000 2000
2 2000 2000
Rata-rata 2000 2000
Sargassum kering
(gr)
1 246,66 245,84
2 247,71 245,57
Rata-rata 247,19 0,74 246,34 0,78
Sargassum hancur
(gr)
1 245,78 243,37
2 246,89 243,75
Rata-rata 245,71 0,19 243,56 0,27
Hasil ekstraksi (ml)
1 3387,60 3350,55
2 3383,55 3356,25
Rata-rata 3385,58 2,86 3353,40 4,03
Serbuk Sargassum
(gr)
1 56,46 55,84
2 56,39 55,94
Rata-rata 56,43 0,05 55,89 0,07

Contoh perhitungan persentase rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
a. Pengeringan matahari
Rata -rata Sargaxxum basah =
2 gr +2 gr
2

= 2000 gram
Rata -rata Sargaxxum hrtng =
24, gr + 247, 71 gr
2

= 247,19 gram
% Sargaxxum hrtng =
247, 19 gr
2 gr
x 1 %
= 12,36 %
Rata -rata Sargaxxum hanur =
245, 78 gr +24, 89 gr
2

= 245,71 gram
% Sargaxxum hanur =
245, 71 gr
2 gr
x 1 %
= 12,29 %


63

63

b. Pengeringan oven 60
o
C
Rata -rata Sargaxxum basah =
2 gr +2 gr
2

= 2000 gram
Rata -rata Sargaxxum hrtng =
245, 84 gr + 245, 57 gr
2

= 246,34 gram
% Sargaxxum hrtng =
24, 34 gr
2 gr
x 1 %
= 12,32 %
Rata -rata Sargaxxum hanur =
243, 37 gr +243, 75 gr
2

= 243,56 gram
% Sargaxxum hanur =
243, 5 gr
2 gr
x 1 %
= 12,18 %


























64

64

Lampiran 2 Data dan contoh perhitungan analisis proksimat rumput laut
coklat (Sargassum sp.)

a. Kadar air
No Kode
Berat
Cawan
Berat
Sampel
Berat
Cawan
setelah
di
Oven
Berat
Sampel
setelah
di
Oven
%
Kadar
Air
Rata-
rata
Rata-
rata
SD
1
Matahari
1
25,58 1,09 26,50 0,92 15,22
15,30
14,90 0,57
27,73 1,08 28,65 0,92 15,38
2
Matahari
2
25,77 1,09 26,70 0,93 14,46
14,49
27,92 1,09 28,85 0,93 14,52
3 Oven 1
27,76 1,07 28,67 0,91 15,04
14,96
14,85 0,16
27,96 1,06 28,86 0,90 14,88
4 Oven 2
29,14 1,07 30,05 0,92 14,68
14,74
27,34 1,06 28,25 0,91 14,79

Contoh perhitungan analisis kadar air rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar a|r 1 =
1, 9 gr -, 92 gr
1, 9 gr
x 1 %
= 15,22 %
% Kadar a|r 2 =
1, 8 gr -, 92 gr
1, 8 gr
x 1 %
= 15,38 %
Rata -rata % kadar a|r =
15, 22 %+ 15, 38 %
2

= 15,30 %
b. Kadar abu


No Kode
Berat
Cawan
Berat
Sampel
Berat
cawan
setelah di
Tanur
%
Kadar
Abu
Rata-
rata
Rata-
rata
SD
1
Matahari
1
23,05 0,54 23,14 18,08
17,99
18,01 0,02
27,34 0,61 27,44 17,90
2
Matahari
2
24,66 0,53 24,75 17,76
18,02
22,98 0,56 23,08 18,28
3 Oven 1
25,51 1,04 25,71 18,84
18,99
18,40 0,84
29,18 1,01 29,38 19,15
4 Oven 2
25,50 1,04 25,68 17,97
17,81
26,94 1,02 27,12 17,65
65

65

Contoh perhitungan analisis kadar abu rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar ahu 1 =
23, 14 gr -23, 5 gr
, 54 gr
x 1 %
= 18,08 %
% Kadar ahu 2 =
27, 44 gr -27, 34 gr
, 1 gr
x 1 %
= 17,90 %
Rata -rata % kadar ahu =
18, 8 %+ 17, 9 %
2

= 17,99 %
c. Kadar lemak
No Kode
Berat
Cawan
Berat
Sampel
Berat
Cawan
setelah di
Oven
%
Kadar
Lemak
Rata-
rata
Rata-
rata
SD
1
Matahari
1
38,14 2,00 38,15 0,27
0,27
0,26 0,01
38,83 2,00 38,84 0,26
2
Matahari
2
39,03 2,01 39,03 0,26
0,26
38,64 2,01 38,64 0,25
3 Oven 1
38,53 2,00 38,53 0,25
0,25
0,26 0,02
37,73 2,00 37,73 0,24
4 Oven 2
37,90 2,00 37,90 0,26
0,27
37,68 2,00 37,68 0,27

Contoh perhitungan analisis kadar lemak rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar |emak 1 =
38, 15 gr - 38, 14 gr
2, gr
x 1 %
= 0,27 %
% Kadar |emak 2 =
38, 84 gr - 38, 83 gr
2, gr
x 1 %
= 0,26 %
Rata -rata % kadar |emak =
, 27 %+ , 2 %
2

= 0,27 %




66

66

d. Kadar protein
No Kode
Berat
Sampel
(gram)
Volume
Titrasi
(ml)
N
HCl
% N
%
Kadar
Protein
Rata-
rata
Rata-
rata
SD
1
Matahari
1
0,11 1,95 0,10 1,02 6,41
6,44
6,60 0,23
0,11 1,95 0,10 1,03 6,46
2
Matahari
2
0,10 2,00 0,10 1,11 6,91
6,76
0,10 1,95 0,10 1,06 6,61
3 Oven 1
0,10 1,80 0,10 0,97 6,08
6,17
6,48 0,44
0,10 1,85 0,10 1,00 6,25
4 Oven 2
0,11 2,05 0,10 1,09 6,81
6,79
0,10 2,00 0,10 1,08 6,77

Contoh perhitungan analisis kadar protein rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% N 1 =
(1, 95 m| - m|)x , 1 x 14
, 11 gr x 1 x 2, 5
x 1 %
= 1,02 %
% Kadar prute|n 1 = , 25 x 1, 2 %
= 6,41 %
% N 2 =
(1, 95 m| - m|)x , 1 x 14
, 1 gr x 1 x 2, 5
x 1 %
= 1,03 %
% Kadar prute|n 2 = , 25 x 1, 3 %
= 6,46 %
Rata -rata % kadar prute|n =
, 41 %+ , 4 %
2

= 6,44 %

e. Kadar karbohidrat (by difference)
No Kode
%
Kadar
Air
%
Kadar
Abu
%
Kadar
Lemak
%
Kadar
Protein
% Kadar
Karbohidrat
Rata-
rata
Rata-
rata
SD
1 Matahari
1
15,22 18,08 0,27 6,41 60,02
60,01
60,24 0,33
15,38 17,90 0,26 6,46 60,00
2 Matahari
2
14,46 17,76 0,26 6,91 60,61
60,48
14,52 18,28 0,25 6,61 60,34
3
Oven 1 15,04 18,84 0,25 6,08 59,79
59,64
60,02 0,54
14,88 19,15 0,24 6,25 59,48
4
Oven 2 14,68 17,97 0,26 6,81 60,28
60,40
14,79 17,65 0,27 6,77 60,52

67

67

Contoh perhitungan analisis kadar karbohidrat rumput laut coklat (Sargassum
sp.) :
% kauai kaibohiuiat 1 = 1uu % x (1S,22 % + 18,u8 % + u,27 % + 6,41 %)
= 60,02 %
% kauai kaibohiuiat 2 = 1uu % x (1S,S8 % + 17,9u % + u,26 % + 6,46 %)
= 60,00 %
Rata -rata % kadar karhuh|drat =
, 2 %+ , %
2

= 60,24 %





























68

68

Lampiran 3 Data dan contoh perhitungan analisis kadar flavonoid total
serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)

a. Data standar kuersetin
Larutan
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Standar 1 0,5 0,015
Standar 2 5 0,250
Standar 3 10 0,489
Standar 4 15 0,617
Standar 5 25 1,026

b. Kurva standar kuersetin


c. Data hasil analisis kadar flavonoid total





Pengeringan
Berat
Sampel
(gr)
Absorbansi fp
Volume
(liter)
Kadar
Flavonoid
(mg/gr)
Kadar
Flavonoid
(%)
Matahari
0,301 0,075 6,25 0,1 2,168

0,301 0,073 6,25 0,1 2,067
Rata-rata 2,118 0,212
Oven 60
o
C 0,301 0,072 6,25 0,1 2,015

0,301 0,071 6,25 0,1 1,966
Rata-rata 1,991 0,199
y = 0,0402x + 0,0330
R = 0,9912
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
1,200
0 5 10 15 20 25 30
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Konsentrasi (ppm)
69

69

Contoh Perhitungan analisis kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak
rumput laut coklat (Sargassum sp.) :

Persamaan Regresi Linier : y = 0,0402 x + 0,0330
Keterangan : y = absorbansi
x = konsentrasi flavonoid sampel

x =
, 75 -, 33
, 42
= 1, 45 ppm

Kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.)
= |
1, 45 ppm x , 1 |
, 31 gr
1 x , 25
= 2,168 mg/gr

% Kadar J|auunu|d tuta| =
2, 118 mggr
1 mg
x 1 %
= 0,212 %






















70

70

Lampiran 4 Data bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa
perlakuan


















Kode
Bobot
0
Bobot
3
Bobot
6
Bobot
9
Bobot
12
Bobot
15
Bobot
18
Bobot
21
A11 21,58 21,98 22,65 25,73 28,19 30,84 31,69 31,78
A12 22,83 23,53 24,33 25,53 27,27 29,08 30,95 31,52
A21 20,42 22,39 22,49 24,22 26,66 28,35 30,26 31,37
A22 19,22 20,09 21,34 26,16 27,03 28,17 28,53 29,16
B11 20,74 27,22 30,91 36,09 37,98 38,71 39,63 39,95
B12 22,96 27,06 28,17 28,65 28,90 32,09 32,86 33,57
B21 20,89 28,59 29,30 29,81 31,64 31,78 32,97 33,74
B22 20,61 24,05 27,72 29,97 31,63 33,47 33,83 34,16
C11 22,45 26,78 30,55 29,70 29,95 31,38 31,29 31,49
C12 20,47 25,30 31,30 30,63 30,18 29,73 28,68 28,69
C21 19,80 23,52 25,54 27,35 29,16 30,41 31,60 32,50
C22 22,49 26,89 29,03 30,56 31,47 31,86 33,55 33,95
D11 22,22 23,56 26,87 27,34 27,74 28,43 29,13 29,48
D12 22,06 29,05 31,86 33,85 35,03 36,30 36,84 37,15
D21 21,26 28,38 31,84 31,64 30,28 29,98 31,05 31,26
D22 20,54 25,66 25,85 26,13 28,24 28,53 27,48 27,68
E11 21,38 25,68 28,48 29,18 29,99 30,24 31,06 31,29
E12 22,38 25,76 30,21 30,70 31,62 31,89 31,92 32,16
E21 21,20 28,60 31,69 32,08 31,18 31,49 31,51 31,75
E22 19,62 24,03 26,44 26,86 27,88 28,26 28,53 28,87
71

71

Lampiran 5 Data selisih bobot badan mencit selama masa perlakuan

Kode
Selisih
Hari
Ke-0
Selisih
Hari
Ke-3
Selisih
Hari
Ke-6
Selisih
Hari
Ke-9
Selisih
Hari
Ke-12
Selisih
Hari
Ke-15
A11 0,67 3,08 2,46 2,65 0,85 0,09
A12 0,80 1,20 1,74 1,81 1,87 0,57
A21 0,10 1,73 2,44 1,69 1,91 1,11
A22 1,25 4,82 0,87 1,14 0,36 0,63
B11 3,69 5,18 1,89 0,73 0,92 0,32
B12 1,11 0,48 0,25 3,19 0,77 0,71
B21 0,71 0,51 1,83 0,14 1,19 0,77
B22 3,67 2,25 1,66 1,84 0,36 0,33
C11 3,77 -0,85 0,25 1,43 -0,09 0,20
C12 6,00 -0,67 -0,45 -0,45 -1,05 0,01
C21 2,02 1,81 1,81 1,25 1,19 0,90
C22 2,14 1,53 0,91 0,39 1,69 0,40
D11 3,31 0,47 0,40 0,69 0,70 0,35
D12 2,81 1,99 1,18 1,27 0,54 0,31
D21 3,46 -0,20 -1,36 -0,30 1,07 0,21
D22 0,19 0,28 2,11 0,29 -1,05 0,20
E11 2,80 0,70 0,81 0,25 0,82 0,23
E12 4,45 0,49 0,92 0,27 0,03 0,24
E21 3,09 0,39 -0,90 0,31 0,02 0,24
E22 2,41 0,42 1,02 0,38 0,27 0,34




























72

72

Lampiran 6 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan mencit

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
S0 Between Groups
18,701 4 4,675 2,492 ,087
Within Groups
28,143 15 1,876
Total
46,844 19
S3 Between Groups
17,694 4 4,423 2,127 ,128
Within Groups
31,196 15 2,080
Total
48,890 19
S6 Between Groups
6,143 4 1,536 1,508 ,250
Within Groups
15,280 15 1,019
Total
21,424 19
S9 Between Groups
7,028 4 1,757 2,597 ,079
Within Groups
10,148 15 ,677
Total
17,176 19
S12 Between Groups
2,677 4 ,669 1,023 ,427
Within Groups
9,812 15 ,654
Total
12,490 19
S15 Between Groups
,377 4 ,094 1,217 ,345
Within Groups
1,161 15 ,077
Total
1,538 19



























73

73

Lampiran 7 Data konsumsi pakan mencit selama masa perlakuan

Kode Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8
A11 3,32 3,81 3,09 4,65 4,99 4,38 4,44 4,02
A12 3,02 3,51 2,28 3,73 4,13 4,99 4,23 3,36
A21 3,34 4,02 5,05 3,35 4,15 4,52 4,70 4,17
A22 4,09 3,81 4,89 3,66 3,97 3,53 3,80 3,74
B11 2,90 3,63 3,12 3,65 4,31 4,35 3,78 3,37
B12 3,56 3,14 3,76 3,17 4,03 3,80 4,77 4,56
B21 3,49 3,78 4,07 4,46 4,66 4,74 4,22 3,56
B22 3,97 4,33 4,46 3,40 3,54 3,87 4,10 4,66
C11 3,09 2,95 3,09 3,61 3,70 3,88 4,37 4,46
C12 4,54 4,50 3,74 4,71 4,35 4,41 4,76 4,38
C21 2,44 3,95 4,57 3,18 4,13 4,24 4,23 3,83
C22 3,30 3,52 3,66 3,19 3,84 3,84 3,54 3,53
D11 2,63 3,72 3,20 3,24 3,11 3,99 3,72 3,07
D12 4,42 3,06 3,71 3,97 4,68 3,85 4,71 4,14
D21 3,72 4,07 4,67 3,45 3,76 4,09 3,60 4,79
D22 2,79 4,35 3,67 3,88 3,98 3,92 4,48 3,74
E11 3,89 3,94 3,99 3,31 4,23 4,38 4,40 4,77
E12 3,15 3,99 3,98 3,61 3,82 4,11 4,25 4,01
E21 4,12 4,13 3,59 3,54 3,39 3,62 4,46 4,39
E22 2,94 3,25 3,96 4,22 4,07 3,89 3,38 3,29

Kode Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari 15
A11 4,54 4,41 3,63 3,27 3,75 4,21 4,63
A12 3,50 4,36 4,53 4,52 4,81 4,71 4,89
A21 4,64 4,42 4,85 4,98 4,72 4,42 4,83
A22 3,94 3,56 3,97 3,89 4,05 3,61 3,65
B11 3,57 3,98 3,68 3,36 3,45 4,44 4,40
B12 4,60 3,14 4,45 4,52 4,96 4,05 4,09
B21 4,21 4,86 4,44 4,69 4,44 4,15 4,14
B22 4,35 4,43 4,48 4,02 4,22 4,14 4,83
C11 4,56 4,97 4,62 4,92 4,30 4,99 4,91
C12 3,96 3,50 3,53 2,36 3,83 2,75 2,70
C21 3,14 3,04 3,82 4,65 4,51 4,14 4,77
C22 4,09 3,85 4,11 4,18 4,18 4,33 5,05
D11 3,21 3,37 4,26 3,82 3,15 3,38 3,31
D12 4,21 4,54 4,73 3,94 4,43 4,65 4,95
D21 4,71 4,30 4,30 4,62 4,91 4,85 5,11
D22 3,85 3,31 3,32 3,44 4,48 4,26 4,32
E11 4,49 3,66 4,46 4,11 4,23 4,15 4,42
E12 3,28 4,32 4,44 4,98 4,79 4,49 4,64
E21 4,91 4,65 4,09 4,13 4,05 4,35 4,61
E22 3,18 3,11 3,76 3,28 3,73 4,31 4,29
74

74

Lampiran 8 Hasil analisis ragam konsumsi pakan mencit


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
S2 Between Groups
,074 4 ,019 ,033 ,998
Within Groups
8,346 15 ,556
Total
8,420 19
S3 Between Groups
,015 4 ,004 ,005 1,000
Within Groups
11,582 15 ,772
Total
11,597 19
S4 Between Groups
,177 4 ,044 ,082 ,987
Within Groups
8,096 15 ,540
Total
8,272 19
S5 Between Groups
,604 4 ,151 ,278 ,888
Within Groups
8,151 15 ,543
Total
8,755 19
S6 Between Groups
,453 4 ,113 ,159 ,956
Within Groups
10,708 15 ,714
Total
11,161 19
S7 Between Groups
,202 4 ,051 ,116 ,975
Within Groups
6,527 15 ,435
Total
6,729 19
S8 Between Groups
,221 4 ,055 ,179 ,946
Within Groups
4,632 15 ,309
Total
4,852 19
S9 Between Groups
,193 4 ,048 ,141 ,964
Within Groups
5,120 15 ,341
Total
5,312 19
S10 Between Groups
,277 4 ,069 ,108 ,978
Within Groups
9,648 15 ,643
Total
9,925 19
S11 Between Groups
,064 4 ,016 ,029 ,998
Within Groups
8,245 15 ,550
Total
8,310 19
S12 Between Groups
,066 4 ,016 ,013 1,000
Within Groups
19,246 15 1,283
Total
19,312 19
S13 Between Groups
,119 4 ,030 ,044 ,996
Within Groups
10,173 15 ,678
Total
10,291 19
S14 Between Groups
,092 4 ,023 ,024 ,999
Within Groups
14,379 15 ,959
Total
14,471 19
S15 Between Groups
,075 4 ,019 ,017 ,999
Within Groups
16,373 15 1,092
Total
16,447 19


75

75

Lampiran 9 Data dan contoh perhitungan analisis proksimat pakan mencit

a. Kadar air
Kode
Cawan
Kosong
Berat
Sampel
Cawan
setelah
di Oven
Sampel
setelah
di Oven
% Kadar
Air
Rata-
rata
SD
STD 1 24,00 5,02 28,50 4,50 10,36
10,27 0,13
STD 2 23,53 5,01 28,03 4,50 10,18
BLMK 1 20,67 5,04 25,45 4,78 5,16
4,67 0,69
BLMK 2 16,00 5,02 20,81 4,81 4,18

Contoh perhitungan analisis kadar air rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar a|r 1 =
5, 2 gr -4, 5 gr
5, 2 gr
x 1 %
= 10,36 %
% Kadar a|r 2 =
5, 1 gr -4, 5 gr
5, 1 gr
x 1 %
= 10,18 %
Rata -rata % kadar a|r =
1, 3 %+ 1, 18 %
2

= 10,27 %
b. Kadar abu
Kode
Cawan
Kosong
Berat
Sampel
Cawan
setelah di
Tanur
% Kadar Abu Rata-rata SD
STD 1 24,00 5,02 24,30 5,98
6,08 0,15
STD 2 23,53 5,01 23,84 6,19
BLMK 1 20,67 5,04 20,99 6,35
6,46 0,16
BLMK 2 16,00 5,02 16,33 6,57

Contoh perhitungan analisis kadar abu rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar ahu 1 =
24, 3 gr -24, gr
5, 2 gr
x 1 %
= 5,98 %
% Kadar ahu 2 =
23, 84 gr -23, 53 gr
5, 1 gr
x 1 %
= 6,19 %
Rata -rata % kadar ahu =
5, 98 %+ , 19 %
2

= 6,08 %
76

76

c. Kadar lemak
Kode
Berat
Sampel
Labu
Lemak
Labu
setelah di
Oven
% Kadar Lemak Rata-rata SD
STD 1 5,04 106,46 106,70 4,76
4,87 0,15
STD 2 5,02 106,37 106,62 4,98
BLMK 1 5,01 77,63 78,32 13,77
13,86 0,12
BLMK 2 5,02 76,48 77,18 13,94

Contoh perhitungan analisis kadar lemak rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar |emak 1 =
1, 7 gr - 1, 4 gr
5, 4 gr
x 1 %
= 4,76 %
% Kadar |emak 2 =
1, 2 gr - 1, 37 gr
5, 2 gr
x 1 %
= 4,98 %
Rata -rata % kadar |emak =
4, 7 %+ 4, 98 %
2

= 4,87 %
d. Kadar protein
Kode
Berat
Sampel
(mg)
Volume
HCl
N HCl FP
% Kadar
Protein
Rata-
rata
SD
STD 1 1020 2,30 0,10 10 19,73
19,94 0,30
STD 2 1020 2,35 0,10 10 20,16
BLMK 1 1040 2,20 0,10 10 18,51
18,55 0,06
BLMK 2 1040 2,21 0,10 10 18,59

Contoh perhitungan analisis kadar protein rumput laut coklat (Sargassum sp.) :
% Kadar prute|n 1 = |
2, 3 m| x , 1 x 1 x 14 x , 25
12 mg
1 x 1 %
= 19,73 %
% Kadar prute|n 2 = |
2, 35 m| x , 1 x 1 x 14 x , 25
12 mg
1 x 1 %
= 20,16 %
Rata -rata % kadar prute|n =
19, 73 %+2, 1 %
2

= 19,94 %

77

77

e. Kadar karbohidrat (by difference)
Kode
%
Kadar
Air
%
Kadar
Abu
%
Kadar
Lemak
%
Kadar
Protein
% Kadar
Karbohidrat
Rata-
rata
SD
STD 1 10,36 5,98 4,76 17,76 61,14
60,83 0,45
STD 2 10,18 6,19 4,98 18,14 60,51
BLMK 1 5,16 6,35 13,77 16,66 58,06
58,32 0,37
BLMK 2 4,18 6,57 13,94 16,73 58,58

Contoh perhitungan analisis kadar karbohidrat rumput laut coklat (Sargassum
sp.) :
% kauai kaibohiuiat 1 = 1uu % x (1u,S6 % + S,98 % + 4,76 % + 17,76 %)
= 61,14 %
% kauai kaibohiuiat 2 = 1uu % x (1u,18 % + 6,19 % + 4,98 % + 18,14 %)
= 60,51 %
Rata -rata % kadar karhuh|drat =
1, 14 %+ , 51 %
2

= 60,83 %


























78

78

Lampiran 10 Data konsumsi minum mencit selama masa perlakuan

Kode Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8
A11 5,88 6,06 6,90 5,92 5,51 6,42 7,70 5,99
A12 8,09 7,64 7,34 6,37 6,31 6,99 7,80 7,13
A21 6,72 5,54 6,19 6,16 6,74 6,87 7,57 7,47
A22 7,35 5,91 7,42 6,62 5,45 6,62 6,46 7,34
B11 7,12 7,39 7,10 7,55 4,15 7,17 7,45 7,54
B12 5,09 4,85 7,10 4,75 6,87 6,30 7,12 7,50
B21 7,62 6,76 6,24 7,63 7,18 7,62 7,96 6,89
B22 7,55 6,84 8,03 6,06 6,18 6,37 7,29 6,41
C11 5,85 4,48 5,41 5,24 5,12 6,01 7,48 6,37
C12 8,05 7,93 7,19 7,49 7,79 7,90 7,99 7,38
C21 6,38 5,23 7,92 6,80 6,28 6,71 6,74 6,61
C22 6,28 6,60 5,95 7,57 7,05 6,77 7,64 6,16
D11 5,16 6,08 6,03 6,15 6,34 7,10 7,07 6,32
D12 7,31 3,43 7,05 7,15 7,52 7,86 7,63 7,59
D21 7,53 7,14 6,87 6,16 5,15 6,14 6,83 7,17
D22 7,05 6,76 5,72 6,60 6,05 6,55 7,89 6,35
E11 7,72 7,41 7,40 7,57 6,72 7,42 7,75 6,54
E12 6,56 6,98 6,59 7,94 7,28 7,38 7,16 7,57
E21 6,54 5,72 6,60 6,56 6,78 6,57 7,36 6,21
E22 5,58 4,60 6,01 4,88 5,29 6,53 7,09 7,88

Kode Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari 15
A11 6,41 7,11 7,25 6,93 6,38 5,36 5,32
A12 7,60 7,86 7,94 7,67 7,43 8,04 7,70
A21 6,20 6,49 7,16 7,62 6,98 5,86 5,72
A22 5,57 5,98 5,71 6,97 6,10 6,01 6,78
B11 7,42 7,50 7,37 7,90 7,62 7,23 7,69
B12 6,62 7,36 7,26 6,97 6,96 4,09 4,07
B21 6,59 5,32 7,48 7,70 6,21 6,99 7,52
B22 6,57 7,91 7,17 7,59 7,10 7,39 6,50
C11 7,42 7,78 7,48 7,80 7,76 5,76 6,24
C12 7,13 6,84 6,04 5,84 4,52 4,76 4,51
C21 7,26 7,20 7,50 6,75 6,91 7,43 7,26
C22 4,00 6,69 6,93 7,85 7,39 7,58 7,64
D11 6,14 6,48 7,00 7,16 6,18 6,37 6,49
D12 7,07 7,45 7,34 7,97 7,98 6,63 5,78
D21 7,18 7,75 8,04 7,40 7,43 7,62 7,77
D22 4,82 5,72 6,93 6,67 5,01 5,87 6,24
E11 6,77 6,66 6,81 7,79 6,72 6,40 6,36
E12 6,75 6,75 7,62 5,96 6,61 6,12 6,14
E21 6,26 7,94 7,59 7,90 6,56 6,73 6,40
E22 6,93 7,09 7,38 8,02 7,10 7,68 7,47
79

79

Lampiran 11 Hasil analisis ragam konsumsi minum mencit


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
S2 Between Groups
,757 4 ,189 ,154 ,958
Within Groups
18,381 15 1,225
Total
19,137 19
S3 Between Groups
,787 4 ,197 ,211 ,928
Within Groups
14,004 15 ,934
Total
14,792 19
S4 Between Groups
2,174 4 ,544 ,723 ,589
Within Groups
11,274 15 ,752
Total
13,448 19
S5 Between Groups
2,678 4 ,669 ,408 ,800
Within Groups
24,587 15 1,639
Total
27,264 19
S6 Between Groups
,976 4 ,244 ,303 ,871
Within Groups
12,076 15 ,805
Total
13,052 19
S7 Between Groups
,469 4 ,117 ,127 ,970
Within Groups
13,879 15 ,925
Total
14,348 19
S8 Between Groups
,633 4 ,158 ,126 ,971
Within Groups
18,875 15 1,258
Total
19,508 19
S9 Between Groups
1,182 4 ,296 ,182 ,944
Within Groups
24,353 15 1,624
Total
25,535 19
S10 Between Groups
1,248 4 ,312 ,173 ,949
Within Groups
26,983 15 1,799
Total
28,231 19
S11 Between Groups
1,240 4 ,310 ,201 ,934
Within Groups
23,135 15 1,542
Total
24,375 19
S12 Between Groups
,714 4 ,179 ,113 ,976
Within Groups
23,640 15 1,576
Total
24,354 19
S13 Between Groups
,522 4 ,130 ,057 ,993
Within Groups
34,316 15 2,288
Total
34,838 19
S14 Between Groups
1,520 4 ,380 ,232 ,916
Within Groups
24,539 15 1,636
Total
26,058 19
S15 Between Groups
,884 4 ,221 ,121 ,973
Within Groups
27,434 15 1,829
Total
28,318 19



80

80

Lampiran 12 Data berat feses mencit perhari selama masa perlakuan

Kode Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8
A11 1,87 1,14 1,81 1,55 1,74 1,16 1,63 1,85
A12 1,88 1,13 1,52 1,19 1,74 2,03 1,68 1,73
A21 1,24 1,28 1,13 1,45 1,44 1,48 2,07 2,00
A22 1,71 1,92 1,49 1,43 1,47 1,13 1,95 1,25
B11 1,52 1,79 1,39 1,95 1,30 1,31 1,55 1,87
B12 1,97 1,80 1,99 1,44 1,30 1,53 1,67 1,78
B21 1,71 0,94 1,71 1,73 1,48 1,52 1,94 2,03
B22 1,56 1,70 1,58 1,39 1,72 1,19 1,82 1,05
C11 1,78 1,52 1,38 1,42 1,54 1,43 1,68 1,72
C12 1,53 1,77 2,04 1,78 1,81 2,03 1,82 1,74
C21 2,27 1,86 1,79 1,36 1,93 1,51 1,57 1,88
C22 1,31 1,49 1,83 2,08 1,55 1,68 1,83 1,73
D11 1,76 1,48 1,92 2,05 1,82 1,53 1,45 1,55
D12 1,61 1,83 2,00 1,75 1,77 1,61 1,49 1,36
D21 1,82 1,53 1,65 1,59 1,71 1,78 1,69 1,52
D22 1,90 1,77 1,60 1,40 1,65 1,71 1,79 1,63
E11 1,52 1,60 1,96 1,79 1,63 1,81 2,07 2,09
E12 1,16 1,58 1,21 1,59 2,04 2,03 1,84 2,01
E21 1,31 1,64 1,98 1,53 1,83 1,71 1,91 1,78
E22 1,69 1,62 1,77 1,34 1,57 1,91 2,03 1,84

Kode Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari 15
A11 1,89 1,11 1,75 1,62 1,71 1,38 1,76
A12 1,12 1,41 1,69 1,30 1,94 1,15 1,84
A21 1,21 1,47 1,51 1,42 1,92 1,41 2,08
A22 1,92 1,47 1,82 1,46 1,18 1,23 1,24
B11 2,08 1,13 1,64 1,84 1,81 2,09 1,80
B12 2,04 1,63 1,31 1,29 1,66 1,42 1,23
B21 1,75 1,52 1,95 1,35 1,69 1,61 2,19
B22 1,72 1,98 2,09 1,70 1,64 1,89 2,21
C11 1,97 1,90 1,81 1,65 1,99 1,49 1,69
C12 1,60 1,62 1,56 1,48 1,46 1,58 1,67
C21 1,79 1,81 1,62 1,54 1,59 1,66 1,72
C22 1,64 1,65 2,01 1,58 1,69 1,73 1,89
D11 1,94 1,85 1,63 1,52 1,61 1,75 1,89
D12 1,52 1,64 1,73 1,87 1,57 1,81 1,94
D21 1,62 1,93 1,85 1,75 1,54 1,63 1,72
D22 1,78 1,56 1,80 1,94 1,63 1,54 1,87
E11 1,74 1,43 1,54 1,67 1,63 1,92 1,72
E12 1,82 1,93 1,76 1,68 1,90 1,62 1,44
E21 1,57 1,68 1,97 1,82 1,61 1,73 1,95
E22 1,47 1,53 1,69 1,74 1,52 1,68 1,64
81

81

Lampiran 13 Data berat, hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan berat
feses mencit

a. Data berat feses mencit selama masa perlakuan

Kode Berat Feses
A11 16,68
A12 16,37
A21 16,31
A22 16,10
B11 18,31
B12 17,61
B21 18,15
B22 18,26
C11 18,27
C12 18,43
C21 19,15
C22 18,82
D11 19,12
D12 18,67
D21 18,49
D22 18,68
E11 19,57
E12 18,84
E21 19,23
E22 18,26

b. Hasil analisis ragam

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
17,944 4 4,486 31,772 ,000
Within Groups
2,118 15 ,141
Total
20,062 19

c. Hasil uji lanjut Duncan
Perlakuan N
Subset for alpha = .05
1 2 3
A
4 16,3650
B
4 18,0825
C
4 18,6675
D
4 18,7400
E
4 18,9750
Sig.
1,000 1,000 ,290

82

82

Lampiran 14 Data kadar lemak dalam feses mencit, contoh perhitungan dan
hasil analisis ragamnya

a. Data kadar lemak dalam feses mencit di akhir masa perlakuan

Kode Ulangan
Berat
Sampel (gr)
Berat Labu
Penyari (gr)
Berat Labu Penyari
dan Sampel (gr)
Kadar
Lemak
A
1 1,1709 107,7176 107,7287 0,95
2 0,9886 91,1518 91,1606 0,89
B
1 1,2005 96,2132 96,2275 1,19
2 1,168 102,8747 102,886 0,97
C
1 0,774 95,7637 95,7728 1,18
2 1,2499 102,9311 102,9435 0,99
D
1 1,3207 102,8783 102,8948 1,25
2 1,2964 104,0658 104,0809 1,17
E
1 1,1546 89,5837 89,5987 1,30
2
1,2655 92,3857 92,4018
1,27

b. Contoh perhitungan analisis kadar lemak dalam feses mencit :
% kadar |emak 1 =
17, 7287 gr -17, 717 gr
1, 179 gr
1 %
= 0,95 %

% kadar |emak 2 =
91, 1 gr - 91, 15 gr
, 99 gr
1 %
= 0,89 %
Rata -rata % kadar |emak =
, 95 %+ , 89 %
2

= 0,92 %

c. Hasil analisis ragam kadar lemak dalam feses mencit


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
,156 4 ,039 4,092 ,077
Within Groups
,048 5 ,010
Total
,204 9







83

83

Lampiran 15 Gambar hasil uji fitokimia secara kualitatif

a. Hasil analisis fitokimia (kualitatif) ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan
matahari







Hasil uji fitokimia secara kualitatif

























Uji Dragendorff Uji Meyer Uji Wagner Uji Steroid/
Terpenoid
Uji Flavonoid Uji Saponin Uji Tanin Uji Fenol
hidrokuinon
84

84

b. Hasil analisis fitokimia (kualitatif) ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan
oven 60
o
C







Hasil uji fitokimia secara kualitatif
























Uji Dragendorff Uji Meyer Uji Wagner Uji Steroid/
Terpenoid
Uji Flavonoid Uji Saponin Uji Tanin Uji Fenol
hidrokuinon
85

85

Lampiran 16 Bahan dan alat selama penelitian









a. Sargassum sp. kering matahari b. Hasil serbuknya






c. Sargassum sp. kering oven 60
o
C d. Hasil serbuknya







e. Proses ekstraksi d. Filtrat hasil ekstraksi






g. Minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi
serbuk yang berbeda (kiri ke kanan : 0 %, 1 %, 2 %, 3 %)


86

86







h. Spray Dryer i. Alat Refluk j. Corong Pisah






k. Contoh kandang mencit






l. Contoh kandang mencit dalam ruangan






m. Contoh mencit dalam kandang

You might also like