You are on page 1of 23

1

BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keragaman yang sangat nyata, baik dari budaya, agama maupun keberadaan lainnya. Indonesia yang kaya akan budaya dari keberagamannya sehingga banyak daerah yang memilki kekhasan didalamnya termasuk budaya yang ada di pulau Flores timur. Hidup adalah perjuangan. Rupanya ungkapan ini sangat tepat bagi semua orang yang ingin hidup sehat dan sejehaterah. Hidup sehat adalah dambaan semua orang namun untuk mencapai hal tersebut perlu sebuah perjuangan. Karena itu kaum ibu-ibu rumah tanggga di Kecamatan Ileboleng bekerja sama dengan Suster Regina, Prr, belajar cara meramu obat-obat tradisional herbal yang memiliki kasiat untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh Sr. Regina, Prr. yang sudah lama bergelut dalam dunia kesehatan tersebut telah menemukan bahwa alam lingkungan kita yang ditumbuhi aneka tanaman berjenis rumput dan kayu kayuan ternyata menyimpan sejuta rahasia untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan yang selama ini kita alami. Melihat pengelaman menarik tersebut Pemerintah Kecamatan Ileboleng dan PKK Kecamatan mengelar kegiatan meramu obat-obatan tradisional herbal selama sepekan di kantor Camat Ileboleng sejak tanggal 18 mei s/d 23 Mei 2009, kegiatan ini didampingi langsung oleh Sr. Regina Prr dengan 134 peserta yang merupakan utusan PKK dari masing-masing desa. Menurut laporan Camat Ileboleng, Pius Pedang Melai, SM, hasil olahan ` ramuan tradisional herbal yang dilatih oleh Sr. Regina Prr, tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit antara lain, asam urat, malaria, ginjal, hepatitis, diabetes, ramuan untuk ibu ibu yang sedang menyusui agar ASI lancar, pemberi napsu makan bagi anak-anak, pemberi tenaga bagi yang

lemah, melancarkan haid dan minyak urut. Menurut Pius Pedang, pengetahuan akan sejumlah obat obat dari tanaman disekitar kita ini ternyata banyak memberi manfaat besar bagi kita. Untuk itu diharapkan kaum ibu yang menekuni pembuatan obat tradisional ini dapat mengatasi kesehatan hidup keluarganya sendiri dengan mengunakan ramuan herbal yang setiap hari ada disekitar kita.. Lebih Jauh Pisu Pedang juga menghimbau semua pihak untuk mencintai alam lingkungan disekitarnya. Kita memiliki aneka tanaman, pohon yang beraneka ragam, tumbuh menghiasi taman, kebun dan hutan, semestinya kita jaga, pelihara dan merawatnya. Karena tanaman yang ada banyak memberi manfaat untuk kehidupan kita, terutama yang berkhasiat untuk kesehatan. Alam yang kaya raya kalau dicintai tidak akan membiarkan kita merana jelas Melai. Camat Ileboleng juga mengucapkan terima kasih kepada Sr. regina, Pr yang sangat peduli akan kesehatan hidup bagi warga Ileboleng. Karena cinta maka Sr. Regina berani mengorbankan diri, tenaga dan waktu memberikan pengetahuan bagi kaum ibu ibu. Dengan pelatihan ini diharapkan masyarakat Ileboleng memiliki derajat kesehatan yang lebih baik dimasa mendatang. Sementara itu, Sr. Regina Prr. Yang selama ini bertugas di Manggarai, mengatakan bahwa pengetahuan yang dimilikinya tersebut tidak untuk dirinya sendiri. Semakin diberikan kepada banyak orang semakin bermanfaat dan tentu pengetahuan ini semakin kaya.

Menurut Suster Regina Prr, bahwa, selama ini pihaknya telah membagi

keahlian meramu obat tradisional ini melalui gereja bekerja sama dengan pastor paroki, namun kali ini untuk pertama kalinya bekerja sama dengan pemerintah, yakni Camat Ileboleng dan ketua Tim Penggerak PKK Kec, Ileboleng. Semoga langkah awal menjalin kerja sama ini semakin memotivasi suster untuk membuka diri membagi pengetahuan yang dimiliki guna menjadikan manusia hidup sehat, cinta akan sesama dan alam lingkungan sekiarnya. Ibu Kornelia Usen, seorang peserta menyampaikan kebanggannya bahwa apa yang diperolehnya ini sangat bermanfaat bagi kesehatan keluarga. Obat ramuan yang kita hasilkan berkat pengetahuan dari Sr. Regina,Prr. ternyata sangat bermanfaat bagi kehidupan keluarga. Selama ini kita menganggap biasa biasa saja akan tanaman- tanaman yang berada disekitar kita. Ternyata banyak sekali kegunaannya bagi kesehatan kita sebagai manusia . Kami berharap Sr. Regina,Prr. tetap memberi pendampingan kepada kami sampai kami mampu, harap Ibu Kornelia, seorang peserta pelatihan dari desa Riawale (Duran/humas setda flotim). Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural, namun sebagian dari mereka menyalahgunakan ilmu supranatural tersebut untuk menciptakan "penyakit baru", kepada masyrakat. Kebudayaan Dukun dapat ditemukan di seluruh dunia, mereka dapat terbagi berbagai macam aliran dan ilmu, Dukun Pawang Hujan, Dukun Pawang Hewan, Dukun Santet, Dukun Pelet, Dukun Pijat, Dukun Bayi (Bidan Desa), Dukun Ramal, dan lain sebagainya. Dukun adalah sebutan untuk mereka dalam bahasa Indonesia. Di luar negeri mereka disebut dengan macam macam nama: Clairvoyant (Inggris), Macumba, Xango (Brazil), Obeah, Santeria (Jamaica), Voodoo (Afrika bagian Barat, yang berkembang pula hingga Haiti di Kepulauan Karibia, kejawen (Jawa) Asal mula penyakit sesuai dengan anggapan masyarakat tersebut mengenai sebab-sebabnya dan pengobatannya. Kami juga bertanya mengenai tipe-tipe penyembuh yang membantu penyembuhan penyakit dan mengenai keterampilan dan peranan sosial mereka. Eksplorasi kami mengenai system-sistem medis non-

Barat dimulai dengan etnomedisin. Hal ini merupakan titik tolak yang tepat,karena rasa ingin tahu para ahli antropologi tentang keprcayaan medis. Dalam hal ini mendeskripsikan system medis yang berbeda dengan system Barat, ahli-ahli antropologi merasa kebingungan menghadapi masalah peristilahan. Setelah melakukan survey terhadap kepustakaan etnomedisin yang berkenan dengan konsep-konsep kausalitas, kami jadi heran waktu mengetahui bahwa hanya ada sedikit sekali kerangka kognitif pada masyarakat-masyarakat non-Barat yang penting untuk menjelaskan tentang adanya penyakit. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ; 1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan. 2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku. 3. Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa. Dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis tentang Ehnomedicine Dan Ethnofarmakologi Di Masyarakat Flores Timur

B. Rumusan Masalah Ethnomedicine dan ethnofarmakologi dalam kehidupan masyarakat Flores Timur C. Tujuan Tujuan umum Untuk mengetahui Pengaruh Ethnomedicine dan ethnofarmakologi dalam kehidupan masyarakat Flores Timur Tujuan khusus 1. Menegetahui prilaku masyarakat 2. Mengetahui Ethnomedicine dan ethnofarmakology masyarakat Flores Timur. 3. Mengetahui dampak pengobatan secara tradisional dan obat-obatan. D. Metode Penulisan Metode penulisaan yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah metode analitik. Dengan menganalisa hubungan kebiasaan masyarakat Flores Timur terhadap pengobatan Ethnomedicine dan ethnofarmakologi E. Analisis Situasi 1. Analisis situasi umum Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Batas wilayahnya Utara: Laut Flores, Selatan: Samudra Hindia, Barat: Provinsi Nusa Tenggara Barat, Timur: Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda. Luas wilayah 48.718,10 km2 . Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau

tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002. Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.448.873 jiwa dimana penduduk laki-laki sebanyak 2.213.608 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.235.265 jiwa (2007). Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan persentase 89% (mayoritas Katolik), 9% Muslim, 0,2% Hindu atau Buddha dan 3% untuk lainnya. Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya. Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh dibawah rata-rata Indonesia, yaitu 80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya. 2. Analisis situasi khusus Letak geografis Kabupaten Flores Timur terletak pada 8o04' LS 8o40' LS dan 122o38' BT -123o57' BT beriklim Tropis dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang relatif singkat rata-rata (2-3) bulan. Batas-batas kabupaten flores timur: sebelah utara: laut flores, sebelah selatan: laut sawu, sebelah timur: kabupaten lembata, sebelah barat: kabupten sikka. Luas wilayah 5.983,38 km2. Jumlah Penduduk Tahun 2007 , jumlah 227.732 jiwa yang terdiri dari: laki-laki 108.904 jiwa dan perempuan 118.828 jiwa

BAB II PEMBAHASAN 1. Deskripsi Ethnomedicine Pengertian dari Ethnomedicine sendiri mengandung arti pengobatan secara tradisional dengan mengunakan bahan tradisional yang ada. Para penulis terdahulu tidak terganggu oleh masalah ini. Mereka memang meneliti masyarakat-masyarakat Primitif, maka wajarlah jika mereka bicara mengenai Pengobatan Primitif. Erwin Ackerknecht, seorang dokter ahli etnologi Yang dapat disebut sebagai Bapak antropologi kesehatan dalam tulisannya pada tahun 1940-an, tanpa malu-malu berbicara mengenai pengobatan primitif yang ia lukiskan sebagai terutama religious magis yang memanfaatkan beberapa elemen rasional (Ackerknecht 1971:21). Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural, namun sebagian dari mereka menyalahgunakan ilmu supranatural tersebut untuk menciptakan "penyakit baru", kepada masyrakat. Kebudayaan Dukun dapat ditemukan di seluruh dunia, mereka dapat terbagi berbagai macam aliran dan ilmu, Dukun Pawang Hujan, Dukun Pawang Hewan, Dukun Santet, Dukun Pelet, Dukun Pijat, Dukun Bayi (Bidan Desa), Dukun Ramal, dan lain sebagainya. Dukun adalah sebutan untuk mereka dalam bahasa Indonesia. Di luar negeri mereka disebut dengan macam macam nama: Clairvoyant (Inggris), Macumba, Xango (Brazil), Obeah, Santeria (Jamaica), Voodoo (Afrika bagian Barat, yang berkembang pula hingga Haiti di Kepulauan Karibia, kejawen (Jawa) Setelah perang dunia II, studi mengenai masyarakat petani menjadi mode, mengikuti istilah Redfield terdahulu, masyarakat-masyarakat petani itu disebut memiliki kebudayaan rakyat (folk culture). Tidak mengherankan apabila system medis mereka disebut sebagai pengobatan rakyat (folk medicine), suatu penggunaan istilah yang sering menimbulkan kebingungan, karena dalam masyarakat-masyarakat yang teknologinya maju, pengobatan popular sering pula disebut sebagai pengobatan rakyat.

Karena

tradisi

maupun

karena

seringnya

penggunaan

didalam

kepustakaan, masih terbesit keinginan untuk tetap menggunakan suatu istilah yang berasal dari kategorisasi antropologi tradisional seperti permitif, petani dan modern. Namun kami semakin engan untuk berbicara tentang masyarakat primitif karena implikasi yang merendahkan dari perkataan itu. Eufemisme primitif mula-mula muncul menggantikan kata biadab (savage), yang semula tidak menggandung arti yang merendahkan - namun pada akhirnya melewati arti kata itu sendiri serta memperoleh konetasi yang tidak disepakati tentang kata-kata yang digantikannya. Ackernecht sendiri juga merasakan perlunya perubahan; dalam kumpulan karangan-karanganya di tahun 1971, beberapa judul mengalami perubahan dalam usaha menghapus kata primitive. Ahli-ahli antropologi masa kini, dalam upaya mereka untuk menghindarkan kritik, sering kali berlindung di balik kata-kata seperti kosakata kedokteran ilmiah barat, penyakit-penyakit kebudayaan yang khas, pelaksanaan-pelaksanaan medis non ilmiah, peranan pengobatan pribumi atau rakyat dan tradisi konseptual pribumi mengenai penyakit. Namun, apabila kami berpindah dari kerangka tipe-tipe kemasyarakatan kepada kerangka etiologi, kepada konsep-konsep tentang kausalitas penyakit, kami akan lebih banyak menghindari implikasi yang merendahkan dari istilahistilah terdahulu itu dan penjelasan yang rumit dimasa berikutnya. Kami tidak muda menghapus begitu saja kata-kata seperti barat, ilmiah, kontemporer (masa kini), non-barat, pribumi (asli), dan sebagainya, namun kami yakin bahwa apabila istilah istilah ini digunakan dalam konteks system klasifikasi dengan label istilah-istilah yang relative netral, maka istilah-istilah itu tidak akan merugikan siapapun. Dalam hal ini antusias masyarakat terhadap pengobatan non-medis sanggup membutakan mata dan menutup telingga akan sejumlah kegagalan yang bias jadi lebih banyak bilangannya dari tingkat kesebuhan. Demikian halnya dengan resiko sebagai konsekunsi dari proses penyebuhan yang mungkin terjadi, baik resiko fisik atau bahkan berupa sesatnya keyakinan. Terlebih bagi mereka yang gagal berobat secara medis maka

penyembuhan model ini menjadi pilihan pamungkasnya. Tak pernahkah berpikir untuk berobat dengan yang syarI, pengobatan ala nabi?, Berobat merupakan sebab, pengobatan merupakan sebabkarena itu ia tidak akan memberikan pengaruh apapun kecuali dengan seijin Allah. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT, tidak menurunkan penyakit melainkan Dia menurunkan obatnya, yang akan diketahui siapapun yang mengetahuinya dan tidak diketahui siapapun yang mengetahuinya. Jika suatu obat dapat menyembuhkan penyakit, maka orang yang sakit akan sembuh dengan seizin Alah.

Rasulullah meyebutkan sebab sebab kesembuhan, yaitu: 1. Pengetahuan tentang sebab obat dan cara penyembuhannya, 2. Ketepatan dalam masalah ini, dengan diketahui akurasi dan ketepatan diagnosis serta pemilihan obat yang tepat. Namun syarat yang terakhir dan ini yang paling penting adalah izin Alah untuk menyembuhkan. Karena itu Rasulullah berdoa dengan ucapan, Ya Allah, Engkaulah Dzat yang menyembuhkan dan tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dariMu.. Atas hal ini, Syaikh Aiman bin Abdul Fattah berkomentar: kita harus yakin bahwa yang menyembuhkan adalah Allah, bukan dokter, bukan pula obat. Yang menyembuhkan dalah Allah. Maka hendaknya hati kita digantungkan kepada Allah saja, bukan kepada sebab sebab, yang membuat hati kita bergantung kepada sebab, dan akhirnya menimbulkan musyrik. Pasti kita tidak akan mengira kalau alang-alang (imperata cylindrica) yang selalu kita lihat di mana-mana ternyata memiliki khasiat obat. Alang-alang merupakan anti piretik (menurun panas), menghentikan pendarahan (hemostatik), diuretic (peluruh kencing), obat demam, batuk,sesak dan sebagainya. Kalau saja masyarakat kita mengetahui tentang khasiat tanaman herba yang berada disekelilingnya dan berkeinginan menggunakannnya sebagai obat, pastilah kita

10

tidak akan mendengar banyak masyarakat miskin yang sakit dan penyakitnya sudah kronis malah sudah mencapai tingkat degeneratif (kerusakan) akibat ketiadaan dana untuk berobat. Sebenarnya mereka bisa menggunakan segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk kesejahteraan hidup. Mereka tak perlu berobat ke dokter bila biaya pengobatan mahal. Cukup mereka mengamalkan apa yang ada dari alam dengan tekun. Berbagai jenis dan metode pengobatan terus berkembang dinamiis dan cepat untuk mengatasi macam-macam penyakit dari masa-kemasa. Bukan sekedar itu, segenap daya dan upaya pencegahan pun semakin banyak dilakoni manusia demi kesembuhan total tanpa efek samping kambuhan. Akan tetapi, masih banyak orang yang belum menyadari fakta bahwa sebenarnya setiap orang mempuyai kekuatan mengatsi segala macam penyakit. Macam-macam penyakit yang bertebaran disekitar kita, juga yang ditimbulkan dari dalam atau fakta manusia itu sendiri sesungguhnya terdapat obatnya pada metabolisme diri manisia. Misalnya saja bagaimana manfaat air mata bagi kualitas kesehatan dan kesembuhan penyakit. Air mata merupakan daya tangkal pertama yang terdapat dalam diri tubuh manusia. Seandainya virus dan bakteri masuk, lalu hanya dengan berkedik, maka bakteri atau virus akan hilang. Selain cairan air mata, cairan yang terdapat didalam vagina juga berfungsi sebagai daya tangkal. Apa tujuan semua itu? Satu tujuan dan manfaat, yakni agar bakteri dan virus tidak bias masuk kedalam organ wanita tersebut. Bukan Cuma itu, seluruh yang mengisi organ tubuh manusia menyimpan khasiat khas dan tersendiri dalam mengatur setiap terjadanyakeseimbangan metabolisme. Dalam system-sistem naturalistic, penyakit dijelaskan dengan istilahistilah sistemik yang bukan pribadi. System-sistem naturalistic,diatas segalanya, mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsure-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin cairan tubuh (homur atau dosah), yin dan yang, berdaada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi

11

individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan social. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit. Dikotomi system klasifikatoris yang hampir serupa dengan aneka terminalogi digunakan pula oelh ahl;i-ahli antropologi lain. Sebagai contoh, kategori seijas tentang supranatural dan non supranatural dekat apinya dengan kategori personal listik dan natural listik kami, seperti yang Nampak jelas pada kalimat berikut ini: kategori-kategori entiologi supranatural merujuk pada penjelasan yang menempatkan asal-usul penyakit pada kekuatan-kekuatan terasa dahsat, agen-agen, atau tindakan-tindakan yang tak dapat diobservasi secara langsung. Penjelasan penyakit seperti tenug, sihir, masuknya roh, susto, mata jahat, dan sebagainya,semuanya masuk kedalam kategori ini. Penjelasanpenjelasan tentang penyakit yang bersifat non-supranatural adalah penjelasan yang seluruhnya didasarkan atas hubungan sebab akibat yang dapat diobervasi, lepas dari persoalan apakah hubungan yang terbentuk itu keliru atau tidak, disebabkan oleh observasi yang tidak lengkap atau keliru (Seijas 1973 : 545). 2. Kajian Ethnomedicine Sekilas pandang, sastra tampaknya tidak ada hubungannya dengan pengobatan atau dengan penyakit, dan bidang kedokteran (medicine) dan sastra (literature) jarang dihubungkan satu sama lain. Tetapi, paling tidak, dalam tradisi Barat, hubungan antar kedua bidang itu sebetulnya cukup erat. Beragam ide dan spekulasi seputar hubungan seni dengan penyakit dan pengobatan dapat kita temukan dalam pemikiran Barat sejak zaman Aristoteles; misalnya bahwa "jenius" atau bakat seni yang luar biasa merupakan sejenis kelainan jiwa (penyakit), bahwa pengalaman sakit dan penderitaan berguna atau perlu bagi seorang sastrawan (misalnya dalam pemikiran Goethe, juga Nietzsche), atau bahwa seni mempunyai potensi untuk menyembuhkan orang yang sakit.

12

Pengobatan sendiri dipahami sebagai sebuah "seni" (the art of healing), dan hanya sejak makin majunya kedokteran biomedis/Barat sebagai sebuah "ilmu", maka mulai dibedakan antara "ilmu pengobatan" (the science of healing) dan "seni pengobatan". Di samping itu, keadaan sakit sebagai salah satu pengalaman manusia yang paling hakiki sudah dari dulu merupakan motif yang banyak dapat ditemukan dalam karya sastra, dan karena itu juga sangat layak dan perlu diteliti dalam kritik sastra. Di Indonesia pun hubungan antara sastra dan pengobatan sebetulnya cukup erat walaupun tentu saja bentuk hubungan itu tidak sama dengan yang terdapat dalam tradisi Barat. Sayang sekali belum ada studi tentang sejarah hubungan antara seni dan pengobatan di Indonesia, sehingga ide-ide yang ada atau pernah ada tentang hubungan itu sulit kita nilai secara menyeluruh. Di sini saya hanya ingin menyebut salah satu contoh yang bagi saya tampak cukup menonjol, yaitu mantra: bukankah mantra sekaligus merupakan sebuah karya sastra tradisional dan sebuah sarana pengobatan? Kalau dalam dunia kedokteran Barat zaman sekarang kedekatan dunia sastra dengan dunia kedokteran yang paling menonjol adalah di bidang psikologi/psikoterapi, di Indonesia bukan orang yang punya gangguan jiwa saja yang diobati dengan kata-kata. Kepercayaan pada mantra adalah kepercayaan pada kekuatan kata: kata dapat membentuk realitas, antara lain dapat menyembuhkan dan juga menyakiti orang. Studi literature and medicine merupakan sebuah bidang penelitian interdisipliner yang cukup banyak diminati, dan bahkan sejak tahun 1982 ada sebuah majalah khusus bernama Literature and Medicine diterbitkan oleh Universitas Johns Hopkins, Baltimore, Amerika Serikat. Studi dalam bidang ini mulai dilakukan dengan serius pada akhir tahun 70-an, dengan studi awal yang penting antara lain esai panjang Susan Sontag, Illness as Metaphor (1978), dan kumpulan artikel "Medicine and Literature" yang dieditori oleh Enid Rhodes Peschel (1980).

13

Studi semacam itu dilakukan bukan hanya oleh kritikus sastra, tetapi juga oleh ahli di bidang kedokteran atau di bidang sejarah sains. Yang banyak dibahas adalah karya sastra (umumnya fiksi) dengan tokoh-tokoh dokter dan/atau orang sakit, antara yang sering diteliti misalnya novel The Magic Mountain Thomas Mann dan cerpen Tolstoy, The Death of Ivan Ilych. Di samping itu ada penelitian tentang sastrawan yang sekaligus dokter (misalnya penyair Amerika, William Carlos Williams), tentang "pathography" (tulisan otobiografis tentang pengalaman sakit), tentang guna ilmu sastra bagi dokter/calon dokter (di Amerika Serikat, literature and medicine merupakan bagian dari kurikulum di fakultas kedokteran), dan lain-lain. Dalam kritik sastra Indonesia belum banyak studi tentang motif penyakit dan pengobatan dilakukan, tapi walaupun demikian, terdapat juga beberapa tulisan singkat mengenainya (sayang sekali semuanya bukan dalam bahasa Indonesia!). Dua peneliti Belanda, de Josselin de Jong dan Jordaan, meneliti motif penyakit dalam teks-teks klasik dan menginterpretasikan bahwa dalam teks-teks tersebut menggambarkan seorang raja sebagai orang yang kena penyakit merupakan sebuah bentuk kritik politik (1985 dan 1986). Dalam sebuah artikel di jurnal RIMA (Australia), Helen Pausacker dan Charles A Coppel membahas hubungan antara cinta, penyakit, dan citra perempuan dalam novel-novel Melayu Pasar karya para pengarang Tionghoa Peranakan (2001). Peneliti Jerman, Helga Blazy, dalam bukunya tentang citra anak- anak dalam sastra Indonesia membicarakan "anak yang sakit" dalam satu bab tersendiri (1990). Dan CW Watson, seorang ahli sastra dan budaya Indonesia dari Belanda, membicarakan motif dukun dan ilmu hitam dalam sastra Indonesia dalam sebuah buku tentang "witchcraft and sorcery" di Asia Tenggara (1993). Sebuah ciri penting situasi pengobatan di Indonesia adalah terdapatnya pluralisme sistem pengobatan di mana berbagai cara pengobatan yang berbedabeda hadir berdampingan. Yang paling dominan di antaranya adalah pengobatan asli Indonesia (yaitu sistem pengobatan etnis tiap daerah yang pada umumnya termasuk humoral medicine dan memiliki elemen-elemen magis) dan pengobatan

14

biomedis/Barat. Pluralisme ini membawa berbagai macam persoalan, terutama karena sistem kesehatan yang resmi (puskesmas, rumah sakit, pendidikan kedokteran di universitas, dan sebagainya) hampir seutuhnya berpegang pada sistem biomedis, sedangkan sistem pengobatan yang paling dikenal dalam masyarakat tetaplah pengobatan asli Indonesia (tradisional). Untuk sebuah studi motif pengobatan/penyakit dalam sastra Indonesia tentu keadaan yang penuh konflik ini sangat menarik. Adakah wujud konflik antarsistem-sistem pengobatan itu terdapat dalam sastra, dan bagaimana bentuknya? Yang ingin saya lakukan di sini adalah sebuah perbandingan antara citra pengobatan tradisional (atau citra dukun) dan citra pengobatan biomedis (atau citra dokter). Studi perbandingan seperti ini belum banyak dikerjakan. Sampai sekarang kebanyakan tulisan dalam bidang literature and medicine merupakan studi tentang karya sastra Eropa dan Amerika Serikat yang hampir selalu berfokus pada sistem pengobatan biomedis yang dominan di Barat. Memang ada beberapa studi yang bersangkutan dengan sistem pengobatan nonbiomedis, tetapi konflik antardua sistem yang berbeda jarang dijadikan fokus, begitu juga dalam artikelartikel tentang motif penyakit dalam sastra Indonesia yang saya sebut di atas. Sebuah pengecualian yang menarik adalah artikel Barbara Corrado Pope (Literature and Medicine, Vol 8, 1989) tentang novel Lourdes karya sastrawan Perancis mile Zola (1894) yang mengisahkan tentang Lourdes, sebuah tempat di Perancis, di mana banyak orang sakit pergi berziarah dengan harapan akan disembuhkan secara ajaib. Novel ini bertemakan konflik antardua jenis pengobatan yang berbeda, yaitu pengobatan yang bercorak religius dan ilmu kedokteran. Pada zaman Zola menulis novelnya itu terdapat perdebatan yang cukup sengit antara gereja Katolik (yang meyakini terjadinya keajaiban-keajaiban berupa penyembuhan spontan berkat campur tangan Yang Maha Kuasa di Lourdes) dengan dokter dan ilmuwan (yang tidak percaya akan adanya keajaiban semacam itu dan mengemukakan penjelasan alternatif tentang penyembuhan yang terjadi di

15

Lourdes). Dalam konteks itu Zola dengan tegas menyatakan pendapatnya melalui novelnya bahwa "keajaiban" yang terjadi di Lourdes sebetulnya dapat dijelaskan secara medis sebagai sesuatu yang alami dan tidak ada ajaibnya. Tidak mengherankan kalau novelnya itu kemudian menimbulkan protes dari pihak gereja. Lourdes merupakan salah satu contoh karya sastra yang digunakan untuk menyatakan pandangan tertentu tentang wacana kedokteran pada zamannya. Dengan memilih tempat berziarah Lourdes sebagai tema novelnya, sepertinya pengarang tidak bisa tidak mengutarakan pendapatnya dalam debat antara gereja dan ilmuwan yang sedang berlangsung pada masa itu. Kita sulit membayangkan bagaimana novel itu akan bisa ditulis tanpa adanya keputusan yang tegas (dari pengarangnya) apakah "keajaiban" mesti dipandang sebagai sesuatu yang nyata atau sebagai ilusi. 3. Deskripsi Ethnofarmakologi Masa kini, kehidupan manusia dikelilingi oleh banyak penyebab penyakit berbahaya yang datang bersama pencemar, bersama bahan makanan, bahanbahan lainnya, termasuk obat-obatan sintetik. Berbagai bahan berbahaya dalam bentuk logam berat, kasinoghen serta senyawa berajun lainya yang dapat menyebabkan keracunan dan penyakit Penyakit berbahaya masa kini antara lain tomur dan kanker, jantung korener, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati serta sederet penyakit lainnya, pada dasarnya disebabkan oleh senyawa-toksi/beracun, koleterol tinggi, kandungan gula tinggi, kandungan lemak tinggi atau pun senyawa kasinogen penyebab kanker dan tumor. Maka untuk menghindari terjadi penyakit-penyakit tersebut dan untuk tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya,juga memakan/meminum bahan-bahan berkhasiat berasal dari bahan-bahan alami misalnya dari tumbuh

16

tumbuhan yang memiliki fungsi dan manfaat dapat menagkal, mengurangi dan bahkan menetralkan bahan-bahan berbahaya tersebut. WHO (badan kesehatan dunia) sejak tahun 1997 telah mencanakan program hidup sehat melalui benternatule atau kembali kealam: yaitu gunakan bahan makanan berserat dari tumbuh-tumbuhan tanpa adanya penambahan pewarna, peningkat rasa, peningkat aroma, pengawet buatan, dan sebagainnya.

4. Kajian Ethnofarmakologi Kemampuan rendaman brotowali dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, dikarenakan dalam fraksi rendaman batang brotowali terdapat senyawa aktif yaitu berberin. Berberin merupakan golongan terbesar dari fenol, dimana dalam Jawetz (1992), menyatakan fenol dan persenyawaan dari fenol merupakan unsur antikuman yang kuat pada konsentrasi yang biasa digunakan (larutan air 1-2%), fenol dan derivatnya dapat menimbulkan denaturasi protein. Volk dan Wheller (1993) menyatakan, bahwa fenol merupakan senyawa yang bersifat bakteriostatik atau bakterisidal tergantung dari konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi dapat merusak membran sitoplasma secara total dan mengendapkan protein sel. Dalam konsentrasi 0,1-2% dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting dan menginaktifkan sejumlah sistem enzim bakteri. Membran sitoplasma merupakan 8-10% bobot kering sel. Struktur ini terdiri dari fosfolipid dan protein. Fosfolipid ini merupakan srtuktur dasar dari membran sitoplasma. Fosfolipid terdiri dari bagian yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik yang saling berdekataan sehingga membentuk 2 lapis. Adanya berberin yang terdapat pada batang brotowali menyebabkan penyusunan utama membran sel yaitu ion Ca2+ (kalsium) kehilangan kemampuannya untuk mengangkut bahan-bahan terlarut ke dalam sitoplasma atau

17

organel-organel sel, tanpa kehadiran ion ini membran sel akan akan menjadi bocor. Dimana bahan-bahan yang sudah diangkut ke dalam sitoplasma atau organel akan merembes ke luar. Fungsi kalsium pada membran ini adalah berperan mengikat bagian hidrofilik fosfolipid satu sama lain dengan gugusan dari molekul protein pada permukaan membran. Senyawa berberin ini dalam struktur kimianya mempunyai gugus alkohol yang secara aktif berperan dalam menghambat Salmonella typhi. Menurut Lay (1992) apabila terjadi pembengkakan membran sitoplasma akan menyebabkan terjadi plasmolisis yang menyebabkan keluarnya cairan sitoplasma dan kebocoran nutrient dari dalam sel bakteri. Kebocoran nutrien ini diawali dengan keluarnya berbagai komponen penting yaitu protein, asam nukleat dan lain-lain. Selain itu kerusakan pada membran sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting ke dalam sel karena membran sitoplasma juga mengendalikan pengangkutan aktif ke dalam sel. Adanya perbedaan pengaruh yang ditunjukkan dengan perbedaan diameter daya hambat dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi yang digunakan sehingga kandungan zat aktif antibakteri juga berbeda. Konsentrasi yang meningkat diikuti dengan kandungan zat aktif yang semakin besar, sehingga kemampuan bakterisidal atau bakteriostatiknya semakin meningkat Pada perlakuan konsentrasi 100% menghasilkan rata-rata diameter daya hambat terbesar. Hal ini dapat dikatakan bahwa perlakuan konsentrasi 100% merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan 90% ke bawah. Pada konsentrasi rendaman batang brotowali 100% memiliki kandungan zat aktif berberin yang lebih besar sehingga kemampuannya menghambat bakteri Salmonella typhi juga lebih tinggi. Sensitivitas bakteri Salmonella typhi terhadap ampicillin dikarenakan ampiccilin adalah antibiotik berspekturm luas, yang mengeluarkan efek bakteriostatis. Antibiotika ini menghambat sintesis protein dengan terikat pada sub unit ribosom 30s, dengan demikian mencegah penempelan asam amino yang membawa tRNA. Terapi antimikrobial dari infeksi Salmonella typhi adalah

18

dengan ampicillin, trimetropim sulfametosazole. Resistensib obat berkali-kali ditransfer secara genetik oleh plasmid di antara bakteri enterik dan merupakan sebuah masalah penting dalam infeksi Salmonella typhi (Volk dan Wheller, 1993). Brotowali mengandung banyak senyawa kimia yang berkhasiat

menyembuhkan berbagai penyakit. Kandungan kimia berkhasiat obat terdapat di seluruh bagian tanaman, dari akar, batang, sampai daun. Batang brotowali mengandung senyawa antimikroba berberin. Berdasarkan sejumlah literatur, secara umum di dalam tanaman brotowali terkandung berbagai senyawa kimia, antara lain alkaloid, dammar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, berberin, palmatin, kolumbin, dan kaokulin. Berdasarkan berbagai senyawa yang terkandung dalam brotowali, dapat diketahui ada beberapa efek farmakologis dari brotowali (Tinospora crispa, L. Meirs), sehingga dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Brotowali dapat memberikan efek farmakologis, yaitu analgesik, anti-inflamasi, antikoagulan, tinikum, antiperiodikum, dan diuretikum. Sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit. Sifat antipirektikum menyebabkan brotowali berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam. Semua bagian brotowali dari akar, batang, daun, dan bunganya terasa sangat pahit jika dimakan. Rasa pahit itu disebabkan oleh adanya senyawa berberin yang banyak terdapat di dalam batang brotowali. Kuriharismah (dalam Arishinta, 2002), mengasumsikan bahwa berberin mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan senyawan lain yang fungsinya sebagai antimikroba. Senyawa berberin mempunyai kemampuan bereaksi dengan protein, yang mengakibatkan terputusnya ikatan protein dengan fosfolipi, sehingga berpengaruh pada fungsi selaput sel. Pada bakteri gram negatif, transport dari beberapa nutrisi dibantu oleh ikatan protein yang terdapat pada ruang periplasmik. Protein ini berfungsi memindah substrat yang diikat ke dalam membran transport protein yang sesuai. Adapun mekanisme kerja berberin adalah mampu berikatan dengan protein pengikat. Protein pengikat ini bukan enzim tetapi mempunyai sifat mengikat suatu zat tertentu, protein ini dikenal dengan

19

sebutan protein porin. Protein inilah yang mengikat berberin dibawa masuk oleh molekul pembawaya yang terikat pada membran sitoplasma. Menurut Jawetz (2001) antibiotik yang berfungsi sebagai antibakteri mempunyai fungsi merusak protein dan fosfolipid sel-sel membran. Padahal seharusnya 50% dari membran sitoplasma berada dalam keadaan cair tetapi karena protein membran telah rusak akibat reaksi dengan flavonoid menyebabkan protein telah terputus dengan fosfolipit. Keadaan membran sitoplasma yang tidak memenuhi syarat akan berpengaruh dalam petumbuhan sel. Selain itu daya kerja flavonoid menyebabkan ketidakaktifan enzim-enzim serta kerusakan asam amino dalam sel protein dalam membra sel. Padahal membran sitoplasma atau membran sel terdiri dari lipida dan enzim-enzim yang berfungsi untuk gerakan aktivitas transport zat-zat yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bakteri. Karena membran sel berada dalam kondisi tidak normal dan sekaligus berakibat pada rusaknya membran akibat daya aktivitas berberin, maka akan berakibat pada pertumbuhan sel bakteri Salmonella typhi atau kematian, sehingga mengakibatkan bakteri Salmonella typhi tidak dapat melangsungkan hidupanya, dikarenakan pengaruh pemberian rendaman batang brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) tersebut. 5. Ethnomedicine dan ethnofarmakologi di Flores Timur Ethnomedicine juga salah satu bagian dari perilaku masyarakat daerah Flores Timur tepatnya di kecamatan adonara timur desa lamahala jaya, sehingga masyarakat tersebut masih menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih menganggap bahwa hal yang alami lebih membawa dampak baik bagi kesehatan mereka, bagi mereka pergi ke layanan kesehatan membuang waktu dan materi karena sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan padagang. Masyarakat setempat hanya menggunakan obat tradisional yang telah terbukti kasiatnya dan dipercaya oleh masyarakat setempat.oleh karena itu masyarakat menggunakan rendaman brontowali sebagai alternatif pengobatan mereka.

20

Ethnofarmakology digunakan masyarakat tradisional tersebut sebagai obat masyarakat terbukti memiliki efek menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Peningkatan konsentrasi 80%-100%, rendaman batang brotowali cenderung menyebabkan penurunan jumlah koloni Salmonella typhi sebagai bakteri penyebab diare (Gastroenteritis). Konsentrasi rendaman batang brotowali yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 100%.

21

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Ethnomedicine sangat berguna bagi masyarakat khusus yang terdapat di daerah terpencil, maka pengobatan secara tradisional sangat membantu masyarakat. Ethnomedicine sangat membantu dinas kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada pada daerah Flores Timur. Ethnomedicine juga salah satu bagian dari perilaku masyarakat daerah Flores Timur, sehingga masyrakat tersebut masih menggunakan pengobatan tradisional. Ethnofarmakology digunakan masyarakat tradisional sebagai obat masyrakat terbukti memiliki efek menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Peningkatan konsentrasi 80%-100%, rendaman batang brotowali cenderung menyebabkan penurunan jumlah koloni Salmonella typhi sebagai bakteri penyebab diare (Gastroenteritis). Konsentrasi rendaman batang brotowali yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 100%. B. Saran Pada zaman sekarang ini, banyak obat yang yang disintesis dengan menggunakan banyak zat kimia. Tentunya obat tersebut memiliki efek samping yang relative besar terhadap tubuh. Dibandingkan dengan obat tradisional, obat tradisional berasal dari alam dan penggunaannya dalam mengobati penyakit yang diderita oleh seseorang tidak atau kurang memiliki efek samping yang besar terhadap tubuh. Untuk itu, penulis menyarankan bahwa, lebih baik mengonsumsi obat tradisional dari pada mengkonsumsi obat modern yang disintesis secara kimia. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi toksisitas obat terhadap tubuh sehingga kita bisa tetap sehat.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.florestimurkab.go.id/florestimur/index.php? option=com_content&task=view&id=346 2. http://berita.mitrasites.com/budaya-flores-timur.html 3. http://zaifbio.wordpress.com/2010/05/05/rendaman-batang-brotowalitinospora-crispa-l-miers-sebagai-penghambat-pertumbuhan-bakteri-penyebabdiare-gastroenteritis/ 4. http://www.florestimurkab.go.id/florestimur/index.php? option=com_content&task=view&id=135 5. http://www.google.co.id/imgres? imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_nhKqYWar7bc/TKAosApYPyI/AAAAAA AAACo/rAk04cIqZkA/s1600/brotowali.gif&imgrefurl=http://tipstboe.blogspot.com/2010/09/manfaatbrotowali.html&usg=__WLili26_t1DcRBF7iPas9GzIvU4=&h=411&w=436& sz=162&hl=id&start=4&zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=ARp2CwIjeuAO0M :&tbnh=119&tbnw=126&prev=/images%3Fq%3Dbrotowali%26um %3D1%26hl%3Did%26sa%3DX%26biw%3D1024%26bih%3D509%26tbs %3Disch:1&ei=bm-UTeiBNZHGvQOq_fD3Cw 6. http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur#Batas_wilayah 7. http://www.florestimurkab.go.id/florestimur/index.php? option=com_content&task=view&id=346 8. http://webcache.googleusercontent.com/search? q=cache:kUY7cQskXMoJ:www.florestimurkab.go.id/florestimur/index.php %3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D346+kaum+ibuibu+rumah+tanggga+di+Kecamatan+Ileboleng+bekerja+sama+dengan+Suster +Regina,+Prr,+belajar+cara+meramu+obatobat+tradisional+herbal+yang+memiliki+kasiat+untuk+mencegah+dan+meny

23

embuhkan+berbagai+macam+penyakit.&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&sourc e=www.google.co.id

You might also like