You are on page 1of 5

Kebutuhan nutrisi untuk dewasa dan lansia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada dewasa dan Lansia 1. Factor dewasa Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa : Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi. Pekerjaan 2. Factor lansia 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. Bagian dalam rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, guzi dan ludah. Tanggalnya gigi bukan hanya disebabkan oleh ketuaan, tapi juga dikondisikan oleh pemeliharaan yang tidak baik. Ketidakbersihan mulut menyebabkan gigi dan guzi kerap terinfeksi. Selain itu, sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan pengeringan rongga mulut, dan berkemungkinan menurunkan cita rasa.

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam dan pahit. 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Penuaan esophagus berupa pengerasan sfingter bagian bawah sehingga sukar mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esophagus melebar (presbyesofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esophagus dan tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus, tepatnya di daerah orofaring. Penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan neuromuscular, seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot polos menebal. Dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan esophagus. 4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. Lapisan lambung Lansia menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang. Dampaknya, penyerapan B12 dan zat besi menurun. 5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. Berat total usus halus (di atas 40 tahun) berkurang, meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium (di atas usia 60 tahun) dan zat besi. 6. Penyerapan makanan di usus menurun.

Kebutuhan Energi dan zat gizi dewasa dan lansia a. Menghitung berat badan ideal pada dewasa dan lansia Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0,5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0,5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0,5 Kg / minggu menunjukkan kekurangan berat badan. Rumus : Berat badan ideal = 0,9 x ( TB dalam cm 100 ) Catatan untuk wanita dengan TB kurang 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

y y y y y

b. kebutuhan energy untuk dewasa dan lansia. 1. Protein Protein sebagai pemasok energi, dapat diberikan dalam jumlah sedang ataupun tinggi, tetapi sebaiknya 20 25 % dari jumlah kalori total. Jumlah asupan karbohidrat sedemikian rupa sehingga terkandung serat sebanyak 40 g. Penghitungan kebutuhan Lansia akan zat gizi dan air sama seperti penghitungan kebutuhan kelompok usia lain. Yang perlu diingat adalah bahwa di atas usia 25 tahun BMR akan menurun 1 % setiap 1 tahun (beberapa literatur menulis 3 5 % setiap dekade). Asupan air pada Lansia harus lebih diperhatikan karena osmoreseptor kurang sensitive sehingga mereka kerap tidak merasa haus. Kecukupan asupan air, meskipun telah dihitung secara cermat, harus dipantau melalui ekskresi urine : volume urine sehari minimal setengah liter. Jenis minuman sebaiknya air buah, karena di samping memasok cairan, sari buah juga menyuplai vitamin. 2. Karbohidrat Kebanyakan Lansia mengkonsumsi zat karbohidrat hanya 45 50% dari seharusnya 55 60% kalori total. Sebagian Lansia menderita kekurangan laktase ( F galaktosidase ), enzim yang berfungsi menghidrolisis laktosa. Ketiadaan proses hidrolisis berakibat laktosa tidak bisa diserap. Laktosa dalam usus kemudian dimetabolisasi oleh bakteri dan menghasilkan gas. Gas ini berpotensi menimbulkan diare, kram, dan flatulens. Itulah sebabnya mengapa banyak Lansia enggan disuguhi susu.

Keengganan ini patut disayangkan, karena susu bernilai gizi tinggi. Ada baiknya dicarikan susu yang berkadar laktosa rendah. Pengurangan kandungan laktosa sekitar 20 30 % berdampak pada penyusutan gejala intoleransi laktosa. 3. Lemak Asupan lemak dibatasi sampai sebesar 30% (banyak literatur menganjurkan batas maksimal 20 25 %) dari total energi sementara sisanya diupayakan dari karbohidrat. RDA untuk asam lemak esensial minimal sebanyak 2 3%. Pembatasan lemak kurang dari 20% akan mempengaruhi mutu makanan karena kandungan asam lemak esensial berkurang. Kelebihan dan kekurangan lemak yang diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah, berdampak sama buruknya angka kematian tertinggi bertenggerdi kedua titik ekstrim ini. Peningkatan kadar kolesterol dapat mempertinggi risiko terkena penyakit jantung koroner (PJK). Namun demikian, hubungan antara kadar kolesterol dan PJK tidak bersifat linier, karena bukan hanya kolesterol yang ikut menyebabkan PJK dan sayangnya sampai kini belum ditemukan cara untuk memperkirakan siapa saja yang peka terhadap kolesterol diet. Peran kolesterol diet dalam penentuan kadar plasma sulit dijelaskan. Simpanan kolesterol dalam tubuh terutama ditentukan oleh sintesis dan penjernihan (clearance). Konstribusi kolesterol diet hanya sebesar 20%. Sekitar 40 50% dari jumlah ini akan diserap jika besarannya masih dibawah 500 mg sehari. Jika kolesterol diet diturunkan (formula Key) dari 500 mg menjadi 250 mg sehari, dan lemak jenuh disusutkan separuhnya, serum kolesterol diharapkan berkurang sebanyak 15 %, atau sekitar 30 mg/dl. 4. Serat Salah satu gangguan yang sering kali dikeluhkan oleh Lansia ialah sembelit. Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja. Semakin lama tinja tertahan dalam usus, konsistensinya semakin keras, dan akhirnya membantu sehingga susah dikeluarkan. Kejadian ini berpangkal pada kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat. 5. Vitamin Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap saja berlangsung pada Lansia. Beberapa peneliti telah membuktikan terjadinya defisiensi vitamin B, B12, vitamin D dan asam folat. Defisit vitamin B dikarenakan oleh rendahnya asupan dan kebutuhan akan zat ini lebih tinggi. Sementara vitamin B12 dan asam folat mengalami kekurangan karena asupan berkurang dan gangguan penyerapan (malabsorpsi). Kekurangan vitamin D terjadi karena kekurangan terpaparan dengan sinar matahari, asupan rendah dan sintesis yang menurun akibat usia tua. Hal ini masuk akal karena kebanyakan Lansia Menghabiskan waktu di tempat tidur, baik di rumah sendiri maupun di rumah sakit, atau panti wreda. Disamping itu, ada bukti kalau penyerapan vitamin D pada Lansia berkurang meskipun tidak sedikit literatur membantah

pernyataan ini. Kelompok terakhir ini menganggap tidak ada perubahan dalam penyerapan. Lebih dari separuh Lansia mengkonsumsi hanya dua per tiga RDA vitamin D (McGandy, 1986 ). Salah satu faktor yang mempengaruhi status vitamin D Lansia ialah kurang terpajan dengan sinar matahari. Kekurangan vitamin D pernah dilaporkan terjadi pada Lansia yang dirawat di rumah sakit, atau panti wreda sebesar 55 90%, bahkan mereka yang masih sanggup berjalan pun mengalami kekurangan sebanyak 9 43%. Ini berarti bahwa asupan sebanyak 200 IU, sesuai anjuran RDA, terlalu rendah. Karena itu, para ahli sangat menganjurkan Penambahan suplementasi sebanyak 400 IU, terlebih bagi mereka yang tak bersentuhan dengan sinar matahari.

Tabel Besaran Kebutuhan Zat Gizi pada dewasa dan Lansia Jenis Gizi Besaran Energi 1,4-1,8 kali BMR Protein 0,9-1,1 g/kg BB/hari Lemak 30%-35% Lemak jenuh e8% Air 30 cc/kgBB/hari Kalsium 800-1200 mg/hari Besi 10 mg/hari Tambaga 1,3-1,5 mg/hari Chromium 50 Fg /hari Magnesium 225-180 mg/hari Selenium 50-70 Fg/hari Asam folat 400 Fg/hari Seng Vitamin A Riboflavin Vitamin B12 2,5 Fg/hari Vitamin C 60-100 mg/hari Vitamin D 10-20 Fg/hari Vitamin E 100-400 IU/hari Vitamin K 60 90 mg/hari

Tugas ilmu gizi Kebutuhan nutrisi untuk dewasa dan lansia D I S U S U N

Oleh: Nama elina elvani Nmp:20061034

Prodi DIII keperawatan universitas malahayati Bandar lampung 2011

You might also like