You are on page 1of 26

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Bab 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja berada pada kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dam perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi.

Tidak hanya itu saja, perubahan fisik dan psikis remaja terjadi karena adanya pengaruh baik yang ditimbulkan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya yaitu pengaruh lingkungan sosialnya, seperti keluarga, sekolah, kelompok masyarakat, teman sebaya, dan media massa. Berbagai faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi remaja, akan berdampak kepada remaja untuk bersikap dan bertingkah laku negatif serta kurang sehat, dilihat secara fisik, mental, dan sosial.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Berbagai kasus yang terjadi di kalangan remaja umumnya terkena risiko Triad KRR, seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, terinfeksi IMS, HIV/AIDS, narkoba, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa kasus-kasus seputar remaja yang dapat berdampak negatif bukan hanya bagi dirinya, tetapi lingkungan sekitar dan bahkan bisa merugikan negara. a. Penelitian Yayasan Kusuma Buana (1993) di 12 kota besar menunjukkan bahwa 10% remaja putri dan 31% remaja putra mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.
b. Pangkahila (1996) melaporkan hasil penelitiannya bahwa 18%

remaja putri dan 27% remaja putra di Bali mengaku sudah tidak perawan lagi. c. Hasil penelitian DKT Indonesia (2005) membuktikan bahwa remaja secara terbuka menyatakan telah melakukan seks pranikah di Jabotabek (51%), Bandung (54%), Surabaya (47%), dan Medan (52%). d. Data PKBI tahun 2006 menunjukkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pranikah pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan yang sangat mengejutkan adalah 85% dilakukan di rumah sendiri. e. Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi (2008) menyimpulkan: f. Data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 2006) menunjukkan bahwa: 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno; remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut); 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan; 21,2% remaja mengaku penah aborsi.

93,7%

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

g. Data BNN 2008, menunjukkan bahwa 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia (sekitar 3,2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut 78% diantaranya adalah remaja usia 20-29 tahun. h. Data DepKes, Maret 2009, secara kumulatif jumlah kasus AIDS atau orang yang saat ini positif terjangkit AIDS di Indonesia adalah sebesar 16.964 kasus, dan 53,8% dari jumlah tersebut adalah remaja.

Untuk itu, diperlukan adanya suatu pemahaman mengenai kesehatan reproduksi yang jelas dan benar bagi seorang remaja agar terhindar dari kasus-kasus tersebut. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab bagi remaja dapat menjadi bekal mereka dalam menjalani masa remaja mereka yang penuh dengan pengaruh negatif yang dapat membuat mereka terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam rangka mencetak generasi muda yang sehat dan produktif jauh dari pengaruh negatif, maka untuk memujudkannya dibutuhkan satu solusi yang tepat. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab merupakan satu hal penting yang dapat mendukung hal tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab bagi remaja. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan penulis dapat menyumbangkan sedikit pengetahuan dan juga informasi yang benar dan jelas kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada para remaja.

B. Rumusan Masalah

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Agar penulisan karya tulis ini terarah maka perlu dirumuskan rumusan masalahnya. Adapun rumusan masalah itu dapat dikemukakan sebagai berikut. o Apa sajakah yang harus diketahui remaja mengenai kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab? o Bagaimana pengaruh pengetahuan mengenai kesehatan

reproduksi yang bertanggung jawab bagi kehidupan remaja? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah: a. Menginformasikan pada remaja mengenai kesehatan remaja yang bertanggung jawab guna mencetak generasi berencana yang sehat dan produktif b. Menjelaskan secara umum mengenai persiapan pra nikah, norma perkawinan, proses adaptasi setelah menikah dan syarat kedewasaan dalam perkawinan kepada remaja c. Menjelaskan akibat-akibat dari perilaku seksual berisiko
d. Menghindarkan

remaja

dari

kesehatan

reproduksi

yang

berdampak negatif serta tidak sehat. e. Memperkenalkan kepada remaja mengenai hak-hak reproduksi

D. Kegunaan Penulisan

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka diharapkan penulisan karya tulis ini berguna untuk:
1. Meningkatkan pengetahun remaja terutama pengetahuan

mengenai kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab 2. Menjauhkan diri remaja dari pengaruh pergaulan bebas 3. Menghindarkan remaja dari risiko Triad KRR, seperti hamil pranikah, aborsi, infeksi IMS, virus HIV/AIDS, narkoba, dan sebagainya.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Bab 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kesehatan Reproduksi Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali, produksi artinya menghasilkan. Jadi reproduksi berarti suatu proses melanjutkan keturunan pada manusia demi kelestarian hidup manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi

adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICDP Kairo, 1994). B. Pentingnya Kesehatan Reproduksi

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Karena persoalan kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia di masa mendatang. Jika kesehatan reproduksi perempuan terganggu maka dalam jangka panjang akan mengganggu kualitas hidup manusia secara keseluruhan.

C. Pengertian Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab Kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab adalah suatu proses menjaga kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) baik secara fisik, mental, emosional, dan spiritual yang pelaksanaannya harus sesuai dengan norma agama, hukum, moral dan sosial dan dapat dipertanggungjawabkan.

D. Pengertian Remaja Remaja adalah penduduk usia 10-19 tahun (WHO). Namun, Dinas kesehatan RI (2007) membedakan remaja dalam 3 tahapan yakni sebagai berikut : Masa remaja awal : 10-13 tahun

Masa remaja tengah: 14-16 tahun Masa remaja akhir : 17-19 tahun

E. Pengertian Perilaku Risiko Seksualitas

Perilaku risiko seksualitas adalah sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, dan risiko perilaku seks sebelum nikah (BKKBN : 2010). F. Pengertian Triad KRR
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Triad KRR adalah tiga resiko yang dihadapi remaja, yaitu resikoresiko yang berkaitan dengan seksualitas, Napza, HIV dan AIDS (BKKBN : 2010).

Bab 3

PEMBAHASAN
Setiap mahluk hidup (manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan) memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi, yaitu kemampuan untuk melanjutkan keturunan. Penyerbukan pada tanaman dapat berlangsung alamiah ataupun melalui campur tangan manusia atau hewan. Manusia sebagai mahluk mulia dibekali pula oleh Tuhan dengan akal dan budi, sehingga manusia dapat mengontrol naluri seksual, sesuai dengan nilai, norma, moral, agama dan aturan-aturan yang berlaku. Melanjutkan keturunan dalam suatu hubungan pernikahan yang sah adalah juga suatu tugas mulia yang harus diemban manusia dan merupakan salah satu tujuan dari dilakukannya pernikahan.
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Proses

reproduksi

manusia

yang

bertanggung

jawab

sangat

dipengaruhi oleh beberapa kesiapan: Kesiapan fisik, yakni keadaan yang paling baik bagi seseorang untuk memiliki anak, di mana pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi seseorang telah sempurna (perempuan antara usia 20-35 tahun, lakilaki bila telah mencapai usia 25 tahun). Kesiapan jiwa, yaitu keadaan dimana seorang perempuan dan pasangannya merasa telah ingin mempunyai anak dan merasa telah siap untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Sosial ekonomis, secara ideal jika seorang bayi dilahirkan maka ia tidak akan hanya membutuhkan kasih sayang orang tuanya saja, tetapi juga sarana yang membuatnya bisa tumbuh dan berkembang. Bayi membutuhkan tempat tinggal yang tetap. Karena itu, remaja dikatakan siap secara sosial ekonomis jika ia bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti pakaian, makan minum, tempat dan kebutuhan pendidikan bagi anaknya. Dalam hal ini meskipun seorang remaja telah melampaui usia 20 tahun tetapi ia dan pasangannya belum mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan tempat tinggal bagi keluarganya maka ia belum dapat melahirkan. Ketiga hal tersebut diperlukan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, sejahtera, saling menyayangi, berpendidikan dan juga berkecukupan. Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksinya secara sehat, dalam pengertian fisik dan jiwa diperlukan beberapa prasyarat: dikatakan siap untuk hamil dan

1. Tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan

ataupun laki-laki. Antara lain seorang perempuan harus memiliki


Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

rongga pinggul yang normal untuk mempermudah kelahiran bayinya kelak. Ia juga harus memiliki kelenjar-kelenjar endokrin yang mampu menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan sangat muda. fisik dan organ reproduksinya. berkembang Perkembangananak belum perkembangan tersebut sudah berlangsung sejak usia yang masih Tulang panggul sejak menginjak remaja dan berhenti ketika ia mencapai usia sekitar 18 tahun. Agar semua pertumbuhan itu berlangsung baik, ia memerlukan makanan dengan mutu gizi yang baik dan seimbang. Hal ini juga berlaku pada remaja laki-laki. Seorang remaja laki-laki perlu gizi yang baik agar dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang sehat. Setiap orang diharapkan terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap 2. Baik kelainan remaja pada organ maupun reproduksi perempuan dapat mengganggu kondisi kemampuan seseorang dalam menjalankan fungsi reproduksinya. laki-laki memerlukan kesehatan jiwa yang baik.
3. Seorang wanita hamil memerlukan kondisi dimana ia akan dapat

melewati masa tersebut dengan aman. Oleh karena itu, remaja perempuan harus mengetahui sejak dini bahwa perawatan kehamilan yang baik seharusnya juga dilengkapi dengan konseling dan pemeriksaan kehamilan yang dapat menjawab berbagai kecemasan mengenai kehamilan. Reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab yakni melakukan segala kegiatan reproduksi secara bertanggung jawab (dalam ikatan pernikahan). Dalam proses reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab akan dihasilkan keturunan yang sehat pula, kemampuan mengasuh anakanaknya secara bertanggung jawab juga akan membuat para remaja pun kelak akan mampu menjalani tugas reproduksinya secara sehat. Reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab akan menghindarkan
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

10

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

remaja dari perilaku seksual berisiko yang berdampak pada KTD, aborsi, dan sebagainya. Selain itu, reproduksi yang bertanggung jawab akan melindungi hak-hak reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Hak-hak reproduksi adalah hak yang dimiliki individu baik laki-laki ataupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Hak reproduksi bagi remaja yang paling dominan dan secara sosial dan budaya berlaku di Indonesia mencakup 11 hak, yakni: 1. Hak untuk hidup. Setiap perempuan mempunyai hak untuk dibebaskan dari risiko kematian karena kehamilan. 2. Hak atas kebebasan dan keamanan. Setiap individu berhak untuk menikmati aborsi.
3. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.

dan

mengatur

kehidupan

reproduksinya

dan

tidak

seorangpun dapat dipaksa untuk hamil dan menjalani sterilisasi serta

Termasuk kehidupan berkeluarga dan reproduksi. 4. Hak atas kerahasiaan kehidupan pribadi. Artinya setiap individu terkait dijamin dengan kerahasiaan kesehatan reproduksinya

informasi pendidikan dan pelayanan misalnya kehidupan seksual, masa menstruasi, dan sebagainya.
5. Hak kebebasan berpikir. Termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran

agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang akan membatasi reproduksi. 6. Hak mendapat informasi dan pendidikan. Hak atas informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun keluarga. 7. Hak memilih bentuk keluarga dan untuk membangun dan merencanakan keluarga.
8. Hak untuk memutuskan kapankah dan akankah mempunyai anak. Hak

kebebasan

berpikir

tentang

pelayanan

kesehatan

mendapatkan layanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk hak

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

11

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, harga diri, kenyamanan, kesinambungan, pelayanan dan hak berpendapat. 9. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan. Termasuk pengakuan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima. 10. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik, artinya antara lain setiap orang mempunyai hak untu mendesak pemerintah agar menempatkan masalah hak dan kesehatan reproduksi sebagai prioritas utama dalam kebijakan politik negaranya. 11. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Termasuk hak anak-anak agar dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan seksual serta hak setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual. Setelah mengenal hak-hak reproduksi remaja, untuk memahami kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab lebih lanjut, remaja harus mengetahui beberapa hal penting, seperti persiapan pra nikah, norma perkawinan, hal-hal penting apa yang perlu dipersiapkan dalam masa pranikah, dan juga perilaku seksual berisiko. 1) Persiapan Pranikah Dalam kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab persiapan pranikah sangat perlu untuk disinggung karena akan sangat bermanfaat bagi para remaja untuk mengetahuinya agar kelak pernikahan mereka menjadi harmonis. Masa pernikahan merupakan masa penting dalam kehidupan manusia dimana pria dan wanita perlu mempersiapkan diri masingmasing dalam segala aspek, seperti fisik, jiwa dan sosial. Harus adanya persiapan yang matang untuk memasuki hidup baru tersebut sebagai bekal menghadapi keadaan yang akan terjadi pada dirinya
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

12

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

setelah pernikahan berlangsung, karena kehidupan setelah masa perkawinan berbeda dibanding sebelum masa perkawinan. Khususnya bagi remaja perempuan yang akan menjadi calon pengantin wanita banyak hal berkaitan dengan masalah gizi, jiwa dan kesehatan reproduksi yang perlu diketahui karena akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan proses perawatan anak termasuk menyusui. Karena hal tersebut maka setiap calon pengantin perlu melakukan pemeriksaan kesehatan umum, baik fisik, jiwa maupun sosial untuk menunjang persiapan menuju kehidupan perkawinan. Persiapan pernikahan yang baik akan dapat mengatasi masalahmasalah negatif yang mengancam, dan selanjutnya melalui persiapan pra nikah diharapkan perkawinan tersebut abadi (langgeng) dalam suatu keluarga bahagia, di mana semua anggota keluarga menjalin hubungan yang harmonis. 2) Norma Perkawinan Perkawinan menurut UU Perkawinan No. 1/1976 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai sepasang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan norma, nilai, dan tatanan kehidupan di masyarakat, cenderung mengakibatkan meningkatnya perceraian. Hampir semua orang yang akan menikah mempunyai harapan yang akan dicapainya sesudah menikah. Tidak mudah untuk mempersatukan dua pribadi yakni antara perempuan dan laki-laki yang berbeda karena suatu perkawinan tidak dapat diharapkan langsung berhasil tanpa persiapan yang matang. Untuk itu, bagi para remaja hendaknya kalian memiliki persiapan yang matang sebelum memutuskan untuk melakukan sebuah perkawinan ataupun pernikahan. Karena tanpa persiapan,
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

13

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

pernikahan itu bisa saja tidak bertahan lama. Persiapan yang baik sesungguhnya akan membawa kalian ke keluarga yang abadi dan harmonis. 3) Hal-Hal Penting yang Perlu Dipersiapkan dalam Masa Pranikah Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam masa pranikah dibagi atas 4 (empat) tahap, yaitu : A. Persiapan fisik a. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi setiap calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan, untuk mengetahui secara dini penyakit-penyakit tertentu yang ada pada calon pengantin tersebut. Karena keadaan ini dapat mempengaruhi bila kedua calon tersebut menikah dan memiliki keturunan, di mana kemungkinan dapat terjadi anak yang dikandung berisiko cacat, mewarisi penyakit kelainan bawaan, atau tertular penyakit. Salah satu manfaat dari pemeriksaan pra nikah adalah jika sebelum menikah diketahui bahwa ternyata salah satu pihak membawa bibit penyakit keturunan, akan dilakukan konseling dan diberitahukan kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami anak-anaknya sehingga dengan kemajuan teknologi yang ada pada orang tua dimungkinkan untuk memilih calon anaknya. Seperti dalam pelajaran biologi SMA kelas XII yang sudah kita dipelajari, contohnya seorang pria penderita hemofilia yang menikah dengan wanita normal, maka sebaiknya pasangan tersebut mempunyai anak perempuan saja, karena apabila mempunyai anak laki-laki pasti akan mengalami hemofilia pula. Pemeriksaan kesehatan pranikah ini sangat penting untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit keturunan seperti
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

14

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

thalasemia, hemofilia, buta warna, asma/ alergi, dan sebagainya, sehingga calon pengantin dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan tanggung jawab, disertai kesadaran akan risiko yang mungkin terjadi. b. Persiapan Gizi Pranikah Pada masa pranikah perlu dilakukan peningkatan status kesehatan dan status gizi calon pengantin perempuan melalui penanggulangan KEK (Kurang Energi Kronis) dan Anemia.

Seorang remaja/calon pengantin perempuan dengan KEK, bila tidak mendapat perbaikan gizi akan berisiko pendarahan, keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR). Beberapa upaya dalam meningkatkan kesehatan gizi dan resiko KEK pada calon pengantin perempuan adalah dengan memberikan penyuluhan tentang gizi dan kesehatan serta dengan mengatur pola konsumsi dan distribusi makanan intra keluarga. Sedangkan, seseorang dikatakan anemia apabila calon pengantin menderita kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk membentuk Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Risiko apabila remaja menderita anemia dapat mempengaruhi menurunnya produktifitas kerja serta berkonsentrasi belajar. Dan bila kelak menikah dan hamil akan berdampak besar terhadap risiko pendarahan dan kematian ibu. c. Lain Lain

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

15

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah pemakaian bahan-bahan/obat-obat psikotropika, narkotika, rokok, alkohol, dan zat adiktif lainnya, karena keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan remaja/ calon ibu maupun calon bayi yang kelak dikandungnya. Hendaknya bagi remaja para calon ibu memberikan ASI (Air Susu Ibu) pada bayi yang baru dilahirkan sebagi makanan tunggal, selama 6 (enam) bulan pertama sampai anak berumur 2 (dua) tahun atau ibu dan anak masih menginginkan. B. Persiapan jiwa Setiap pasangan yang akan menikah perlu memperhatikan halhal sebagai berikut : a. Proses adaptasi setelah menikah Setelah menikah akan terjadi perubahan besar dalam kehidupan, remaja perempuan akan menjadi seorang istri dan remaja laki-laki akan menjadi seorang suami yang akhirnya akan menjadi ayah dan ibu. Perubahan status ini akan diikuti pula oleh perubahan fungsi dan peran masing-masing di dalam kehidupan keluarga. Kedua pasangan ini perlu menyesuaikan diri dengan fungsi dan perannya yang baru. Sebagai proses adaptasi pada awal pernikahan, biasanya terjadi perbedaan, kesalahpahaman, dan perselisihan di satu pihak. Hal ini membutuhkan saling pengertian diantara keduanya. Diperlukan waktu dan usaha untuk dapat saling menerima dan menghargai pihak yang lain, sehingga perkawinan itu tidak banyak mengalami konflik dan akhirnya menjadi harmonis. Konflik dapat berupa pertentangan antara individu dengan lingkungan (konflik eksternal), atau dapat pula berupa pertentangan dalam diri sendiri (konflik internal). Konflik yang tidak dapat diatasi
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

16

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

dengan perasaan

baik,

cenderung

menimbulkan depresi.

stress Masalah

yang yang

disertai dapat

cemas

ataupun

menimbulkan konflik dalam suatu perkawinan antara lain : 1. Tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga 2. Tidak dapat memenuhi keinginan pasangan 3. Tidak dapat bergaul dengan lingkungannya 4. Tidak mampu memberikan kepuasaan secara batin kepada pasangan 5. Tidak mampu memberikan perhatian dan kasih sayang sebagaimana yang diharapkan oleh pasangannya 6. Tidak mampu melepaskan diri dari ikatan masa lampaunya atau pengalaman yang tidak menyenangkan 7. Tidak mampu mengasah dan membimbing anak Orang yang sehat jiwanya ialah orang yang tidak mudah digoncang oleh berbagai tantangan kehidupan. Ia pun selalu bersikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga mampu menyelesaikan konflik yang dihadapi dalam kehidupan. Itulah sebabnya pernikahan yang harmonis memerlukan jiwa yang sehat dari setiap pasangan suami istri. b. Syarat kedewasaan dalam perkawinan Dengan bertambah kompleknya kehidupan, diperlukan tidak saja kematangan dari segi fisik, akan tetapi juga kedewasaan dari segi lainnya, agar perkawinan itu dapat menjadi langgeng, bahagia, dan sejahtera. Itulah sebabnya, pemerintah menghimbau untuk meningkatkan batas usia menikah bagi pria 25 tahun dan bagi wanita 20 tahun. Pada usia tersebut diharapkan pria dan wanita telah siap untuk menikah, karena telah dewasa baik dari segi fisik maupun jiwanya.
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

17

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

1. Dewasa secara fisik Seseorang dikatakan dewasa secara fisik apabila ia telah mampu menghasilkan keturunan. Masa dimana seseorang telah dewasa secara fisik ialah masa akil balig. 2. Dewasa secara jiwa Seseorang dikatakan dewasa secara kejiwaan, jika ia telah mampu mengembangkan pikiran, emosi, kemauan, dan intelektual secara serasi, selaras, dan seimbang. Diharapkan dia mampu menghadapi berbagai jenis persoalan hidup dan menyesuaikan diri terhadap kaidah, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan memiliki kedewasaan secara fisik dan jiwa tersebut, calon suami istri mampu berperilaku sebagai pria dewasa dan wanita dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. C. Kebersihan dan kesehatan diri Kebersihan dan kesehatan diri yang perlu diperhatikan remaja antara lain mencakup pemeliharaan : rambut, kulit, gigi, alat kelamin, tangan, kaki serta pakaian. Selain itu, juga dengan cara berolah raga dan istirahat yang cukup. Berikut beberapa tips mengenai kebersihan dan kesehatan diri. 1. Sebaiknya, pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari 2. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab, dan tidak bau 3. Perangkat sholat (mukena, sarung, sajadah, peci, baju sholat, kerudung) harus secara rutin dicuci dan dijemur supaya tidak berjamur dan berbau 4. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tissue 5. Tidak boleh mencuci vagina dengan cairan pembilas wanita
6. Jangan memakai panty liner dalam waktu lama

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

18

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

7. Pergunakan pembalut ketika menstruasi, dan dapat diganti paling lama setiap 4 jam atau setelah buang air 8. Bagi laki-laki diharuskan untuk disunat 4) Perilaku Seksual Berisiko Banyak pula remaja yang terjerumus ke perilaku seksual berisiko karena belum memiliki pemahaman mengenai kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab. Perilaku seksual berisiko adalah akibat dari tidak diterapkan kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab oleh kebanyakan remaja dalam kehidupannya sehari-hari. Hubungan seks berganti-ganti pasangan, diluar nikah yang berakibat kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi dan terjangkitnya penyakit infeksi menular seksual, HIV dan AIDS, dan infertilitas. a. Seks Pranikah Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan remaja sebelum menikah. Hal ini tertular dapat dan berakibat menularkan kehilangan IMS/ISR, keperawanan/keperjakan, menghindari keadaan ini :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif

kehamilan tidak diinginkan (KTD) atau terpaksa dikawinkan. Untuk

seperti olahraga, seni dan keagamaan.


3. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan

seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.


4. Memperoleh informasi tentang manfaat dan penggunaan alat-alat

kontrasepsi.
5. Mendapatkan keterangan tentang kegagalan alat kontrasepsi dan

cara-cara penanggulangannya.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

19

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Remaja Seksual Aktif


Kehamilan Tidak Diinginkan

Penyakit Menular Seksual Kehamilan Diteruskan Ibu Persalinan Macet Pendaraha n Bayi Bayi lahir berat badan rendah Prematur Sembuh

Penggugur an kehamilan Selamat Pendaraha n Infeksi Mati

Cacat/Mati

Infertil

Infertil

Mati

Cacat

Normal

b. Penyimpangan Perilaku Seksual Homoseksual (lesbian atau gay) merupakan perilaku seksual dimana seseorang tertarik pada jenis kelamin yang sama. Banyak teori yang menerangkan penyebab homoseksual adalah heretidas/ genetik, lingkungan atau gangguan keseimbangan hormon. Adanya pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa kanakkanak, atau dipisahkan dari jenis kelamin yang berlawanan untuk waktu yang lama (tinggal di asrama atau di penjara), hubungan yang tidak memuaskan dengan lawan jenis dapat mendorong seseorang mencari lawan dari seks yang sama, pendidikan tentang seks yang kurang, korban kekerasan seksual. Keadaan-keadaan tersebut merupakan faktor pencetus yang sebenarnya secara genetik sudah membawa sifat homoseksual. c. Kekerasan Seksual

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

20

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Beberapa remaja baik laki-laki maupun perempuan menghadapi ancaman kekerasan seksual (heteroseksual atau homoseksual) yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa. Undang-undang PA No. 23 Tahun 2002, menjelaskan perlindungan anak sejak usia dalam kandungan sampai 18 tahun terhadap kekerasan fisik maupun mental termasuk yang berhubungan dengan perilaku seksual. Dalam hal pemerkosaan remaja sebaiknya dipersiapkan untuk tidak menyembunyikan peristiwa tersebut agar dapat diambil tindakan terhadap pelaku (hukuman pidana) serta tindakan pencegahan dan penanggulangan akibat pemerkosaan tersebut yaitu pengobatan IMS, pemberian kontrasepsi darurat untuk mencegah kehamilan. Remaja juga perlu mengenali tanda-tanda orang dewasa yang akan melakukan tindakan seksual tersebut. d. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) Kehamilan bisa jadi dambaan, tetapi mungkin juga dapat dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak/belum diinginkan. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) merupakan satu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan itu bisa merupakan akibat dari satu perilaku seksual/ hubungan seksual baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Banyak faktor yang menyebabkaan KTD, antara lain : (1) penundaan usia pernikahan; (2) ketidaktahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan; (3) tidak menggunakan alat kontrasepsi; (4) kegagalan alat kontrasepsi; (5) kehamilan akibat pemerkosaan; dan sebagainya. KTD dapat memicu terjadinya pengguguran kandungan (aborsi), karena sebagian besar perempuan yang mengalami KTD,
21

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

mengambil keputusan atau jalan keluar dengan melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman. Pengguguran kandungan secara tidak aman mempunyai risiko yang sangat tinggi, karena dapat menyebabkan kerusakan rahim, infeksi rahim, infertilitas, pendarahan, komplikasi, bahkan kematian. Terlebih lagi secara hukum pengguguran kandungan dilarang keras (ilegal) dengan alasan apapun kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu (Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992). Peraturan perundang-undangan lain yang berhubungan dengan larangan aborsi di Indonesia: Pasal 346 KUHP : Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun. Pasal 347 KUHP : Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun. Karena pengetahuan ada dampak yang serius, yang maka perlu dibekali jawab perlu

kesehatan

reproduksi

bertanggung

sehingga dapat mencegah KTD. Jika KTD sudah terjadi, maka saat menemukan kasus kehamilan remaja, sebagai teman sebaya : 1. Tidak menghakimi 2. Bersikap bersahabat dengan remaja yang bersangkutan 3. Memberikan konseling pada remaja bersangkutan 4. Memberikan solusi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi individu 5. Apabila ada masalah yang serius berikan yang bersangkutan jalan keluar terbaik, dan apabila belum dapat terselesaikan supaya dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

22

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

Bab 4

PENUTUP
A. Kesimpulan Dampak dari globalisasi membawa perubahan bagi remaja yang dapat berdampak positif maupun negatif bagi remaja itu sendiri. Menurut data-data dan juga penelitian-penelitian ternyata ditemukan bahwa kebanyakan remaja Indonesia sudah banyak yang terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat sehingga menyebabkan mereka harus berurusan dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, NAPZA, HIV/AIDS, dan lain-lain. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kesehatan kondisi maka sejak dini yang remaja harus diajarkan jawab. mengenai Kesehatan (fungsi, reproduksi yang bertanggung sistem

reproduksi yang bertanggung jawab adalah suatu proses menjaga sehat menyangkut reproduksi komponen dan proses) baik secara fisik, mental, emosional, dan spiritual yang pelaksanaannya harus sesuai dengan norma agama, hukum, moral dan sosial dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam mempelajari kesehatan reproduksi, remaja akan

berkenalan dengan materi seputar prosedur kesehatan reproduksi


Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

23

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

yang

bertanggung

jawab

seperti

persiapan

pranikah,

norma

perkawinan, hal-hal yang perlu dipersiapkan pada masa pranikah, disertai dengan materi perilaku seksual berisiko. Pengetahuan remaja yang rendah mengenai kesehatan

reproduksi membuat kebanyakan remaja terjerumus pada perilaku seksual berisiko, seperti seks pranikah, penyimpangan perilaku seksual, kekerasan seksual dan juga kehamilan tidak diinginkan (KTD) bahkan menjurus pada tindakan illegal aborsi.

B. Saran Kepada Pemerintah Sangat diharapkan adanya peningkatan upaya dari pemerintah untuk terus menggalakan sosialisasi kepada para remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi meningkat dan bahaya pergaulan bebas semakin menurun. Kepada Remaja Carilah sumber-sumber dan informasi-informasi mengenai kesehatan reproduksi untuk dipahami serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari risiko Triad KRR, seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, terinfeksi IMS, HIV/AIDS, narkoba, dan sebagainya.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

24

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN.

2008.

Pendidikan

Kesehatan

Reproduksi

bagi

Calon

Pengantin. Jakarta : BKKBN

BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan & Hak-Hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia. Jakarta : Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.

BKKBN. 2010. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja. Jakarta : Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.

Departemen Kesehatan Kesehatan RI.

Kesehatan Reproduksi

RI.

2007.

Modul

Pelatihan :

Pelayanan Departemen

Remaja

(PKPR).

Jakarta

Kusumawati, Rohana dan Gut windarsih. 2010. Biologi kelas XII. Klaten : Intan Pariwara.
Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

25

bagi Remaja

Kesehatan Reproduksi yang Bertanggung Jawab

PKBI. 1999. Tanya Jawab Seputar Seksualitas Remaja. Yogyakarta : Lentera Sahaja.

Karya Tulis 2011 oleh Neva Lionitha Ibrahim

26

You might also like