You are on page 1of 24

Otitis Media Efusi

January 14

2011
www.dotermuda.co.cc

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid

PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluru h mu kosa telinga tengah, tu ba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
1

Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mu dah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis media media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mu sinosa, otitis media efusi/OME).
1

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut

dan kronis, yaitu otitis

media supuratif akut (otitis media akut=OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberku losa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesive.
1,2

Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mu coid (glue ear). 1,2,3 Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efu si tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid ( glu e ear ).1,2,3 OME adalah salah satu penyak it yang paling sering terjadi pada anak. Pada populasi anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan sho term menyertai suatu infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), ataupun sebagai proses k ronis yang disertai gangguan dengar berat, keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, gangguan keseimbangan, hingga peru bahan struktur membrana timpani dan tu lang pendengaran. rt-

ANATOMI
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu 1 . Telinga luar, yang menerima gelombang suara. 2 . Telinga tengah, dimana gelombang su ara dipindahkan dari udara ke tu lang dan oleh tulang ke telinga dalam. 3 . Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalu i nervus akustikus k e susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan k eseimbangan. Telinga Luar
4

(gambar dikutip dari kepustakaan)

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membran timpani), bagian telinga ini berfungsi u ntuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bu nyi sehingga menyebabk an bergetarnya membran timpani. Meatus akustikus ek sternus terbentang dari telinga luar sampai membran tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatu s disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah 3

mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-cok latan yang dinamakan serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infek si.
4 ,5

( minyak telinga ). Serumen

Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membran tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permuk aan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabu t kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell Telinga Tengah (Cavum Timpani) .4,5

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), ink us (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian. Tangkai maleus melekat pada permu kaan dalam membran timpani, sedangkan bagian kepalanya berhubu ngan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingk ap jorong/fenestra vestibu le). Di bawah fenestra ovalis terdapat

tingk ap bundar atau

fenestra kokhlea , yang tertutup oleh membran yang disebut

membran timpani seku nder .4,5 Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melek at pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . Maleus, ink us, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
4,5

Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membran tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga dalam. Ia berfungsi untuk menghantar getaran su ara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah. Gendang telinga secara anatomi dibagi 2 yaitu pars tensa (tegang) dan pars flaksida, 1. Pars tensa, sebagain besar gendang telinga merupak an pars tensa, terdiri dari 3 lapis, bagian luar lanju tan kulit liang telinga, di tengah jaringan ikat, dan bagian dalam yang mengarah ke telinga tengah, merupak an lanjutan mukosa telinga tengah.
2.

Pars flaksida, bagian atas gendang telinga (daerah atiq), hanya terdiri dari dua lapis tanpa jaringan ikat di bagian tengah.
4,5,6

Gambar membran thympani (kanan) normal yang dilihat dengan menggunakan otoskop (gambar dikutip dari kepustakaan 7)

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalu i saluran Eustachius (tuba auditiva), yang berfu ngsi untuk menjaga keseimbangan tekanan

antara kedua sisi membran timpani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketik a menelan makanan. Ketika terjadi su ara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik u ntuk mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tu ba auditiva k e telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.
4,5,6

Pleksus tympanicus Adalah berasal dari n. tympani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus caroticotympani yang berasal dari pleksus simpatetik di sekitar arteri carotis interna. Saraf dari pleksus ini dan kemudian berlanjut pada : 1. Cabang-cabang pada membrana mukosa yamg melapisi cavum timpani, tuba Eustachius, antrum mastiod dan sel-sel mastoid. 2. Sebuah cabang yang berhubungan dengan nervu s petrosus superfisial mayor. 3. Pada nervus petrosus superfisial minor, yang mengandung serabut-serabut parasimpatis dari N. IX. Saraf ini meninggalkan telinga tengah melalui suatu saluran yang kecil dibawah m. tensor tympani k emudian menerima serabut saraf parasimpatik dari N. VII dengan melalui cabang dari ganglion geniculatum. Secara sempurna saraf berjalan melalui tulang temporal, di lateral sampai nervus petrosus superfisial mayor, diatas dasar fossa cranial media, di luar duramater. Kemu dian berjalan melalui foramen ovale dengan nervus mandibula dan arteri meningeal accessori sampai ganglion optic. Kadang-k adang saraf ini tidak berjalan pada foramen ovale tetapi melalui foramen yang kecil sampai foramen spinosum. Serabut post ganglion dari ganglion optic menyuplai serabut-serabut sekremotor pada kelenjar parotis melalui nervus aurikulotemporalis.
5 5

Vaskularisasi Cavum Timpani Pembuluh-pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi cavum timpani adalah arteri-arteri kecil yang melewati tulang yang tebal. Sebagian besar

pembuluh darah yang menuju cavum timpani berasal dari cabang arteri carotis eksterna. Pada daerah anterior mendapat vaskularisasi dari a. tympanica anterior, yang merupakan cabang dari a. maksilaris interna yang masuk k e telinga tengah melalui fissura petrotympanica.
5

Pada daerah posterior mendapat vaskularisasi dari a. tympanika posterior, yang merupakan cabang dari a. mastoidea yaitu a. stilomastoidea. Pada daerah superior mendapat vaskularisasi dari cabang a. meningea media juga a. petrosa superior, a. tympanica su perior dan ramus inkudomalei. Pembuluh vena cavum timpani berjalan bersama-sama dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus petrosus superior.
5

Pembuluh getah bening cavum timpani masuk ke dalam pembuluh getah bening retrofaring atau k e nodulus limfatik us parotis.
5

Telinga Dalam (Labirin)

(gambar dikutip dari kepustakaan )

Telinga dalam merupak an struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid . ,

selaput otak, sehingga su sunan perilimfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandu ng pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusu n terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. 4,5,8 Labirin terdiri atas tiga salu ran yang kompleks, yaitu vestibula, choclea (ru mah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang choclea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibula bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utiku lus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khu sus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil k alsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang

menimbulkan tarik an gravitasi, menyebabkan ak an menyampaikan impuls saraf k e cabang vestibular dari saraf vestibu lochoclea yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebu t, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat k eseimbangan di otak.
4

Canalis semisirkularis merupakan 3 salu ran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula .Masing-masing ampula berhubungan dengan

u trikulu s. Pada ampula terdapat Crista acustik, sehingga organ indra k eseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam crista acustika juga berupa sel-sel rambu t yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perpu taran tubu h, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut

dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkontrak si untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
4

(gambar dikutip dari kepustakaan )

Koklea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibu la. Berbentuk seperti rumah siput, beru pa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 lilitan, mengelilingi bentukan kerucu t yang disebut mediolus. Penampang melintang Koklea menunjukkan bahwa koklea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebu t adalah: 1. Salu ran vestibular (sk ala vestibu lar): di sebelah atas mengandu ng perilimfe, berakhir pada tingkap jorong. 2. Salu ran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berak hir pada tingkap bulat. 3. Salu ran choclear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani, mengandu ng endolimfe.
4,8

Skala media dipisahkan dengan skala vestibu lar oleh membran vestibularis (membran reissner), dan dipisahk an dangan skala tympani oleh membran basilaris.
4,5

FISIOLOGI TELINGA
Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaran sampai ke gendang telinga. Getaran suara ditangkap oleh aurikel yang diteruskan keliang telinga sehingga menggetarkan membran tympani. Telinga tengah menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis yang berisi cairan. Di telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilk an tadi diteruskan ke tulang tulang pendengaran, stapes akhirnya menggerakkan foramen oval yang juga menggerakkan perilymph dalam skala vestibuli. Dilanjutkan melalui membran vestibuler yang mendorong endolymph dan membran basal k e arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga mendorong foramen rotundum ke arah luar.
9 9

Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran basal dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani. Pada saat istirahat, ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal, ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan natriu m menjadi aliran listrik yang diteruskan ke nervus VIII yang diteru skan ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobu s temporalis.
5,9 9

INSIDEN
Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anak -anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak yang lebih mu da dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter. 10 Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi salu ran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperk irakan 75 % anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu 10

episode sebelum usia sepu luh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada u sia 3-6 tahun.
5

Pada tahun 199 0, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak u sia di bawah 5 tahun. Anak -anak dengan u sia di bawah 2 tahun, 17 % memiliki peluang untuk kambu h kembali. 30 -4 5% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan 1 0% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedik itnya 3 .8 4 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan. 10 Statistik menunjuk kan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasu s OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak u sia prasekolah, sekitar 28-38%.
2,3

ETIOLOGI
1. Kegagalan fungsi tuba Eustachi. Disebabkan oleh: a. b. c. Hiperplasia adenoid Rinitis kronik dan sinusitis Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabk an obstruksi mekanik pada pergerakan palatum molle dan menghalangi membuk anya tuba Eustachi. d. Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu timbulnya otitis media unilateral pada orang dewasa. e. Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis palatum.
11

menyebabkan

2. Alergi Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini tidak hanya menyebabkan tersumbatnya tuba eu stachi oleh karena udem tetapi juga dapat mengarah kepada peningkatan produ ksi sekret pada mukosa telinga tengah. 11 3. Otitis media yang belu m sembuh sempurna Terapi antibiotik yang tidak adek uat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan

11

infeksi dengan grade yang rendah

Proses ini dapat merangsang mukosa untuk

menghasilkan cairan dalam jumlah banyak . Jumlah sel goblet dan kelenjar mu kus juga bertambah. 4. Infeksi viru s Berbagai virus adeno dan rino pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan merangsang peningkatan produk si sek ret.
11 11

PATOFISIOLOGI
OME dapat terjadi sepanjang stadium resolusi dari OMA setelah melewati stadiu m hiperemis. Pada anak-anak yang menderita OMA, sebanyak 45% akan menjadi efusi yang persisten setelah 1 bu lan, tetapi jumlah ini berkurang menjadi 1 0% setelah 3 bulan.
10

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam se cara konstan mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh mukosiliari ke dalam nasopharynx melalui tuba Eustachi. Sebagai konsekuensi, faktor yang me mpengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau kedua-duanya dapat me ngakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.
11

Infeksi (peradangan) yang disebabk an bakteri dan viru s dapat mendorong peningkatan produksi dan k ekentalan sekret di dalam mukosa telinga tengah. Infeksi yang mengarah kepada peradangan mukosa yang edema dapat menyebabkan obstruksi tuba Eustachi. Kelumpuhan silia yang sementara yang disebabkan oleh eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari OME. 11 Ada dua mekanisme utama yang menyebabk an OME: 1. Kegagalan fungsi tu ba Eustachi. Kegagalan fungsi tuba Eustachi untuk pertu karan udara pada telinga tengah dan juga tidak dapat mengalirk an cairan. 2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah. Dari hasil biopsi mu kosa telinga tengah pada kasus OME di dapatkan peningkatan jumlah sel yang menghasilkan muku s atau serosa.
12

12

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertu gas menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada salu ran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachiu s, merek a dapat menyebabkan infeksi di salu ran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya selsel darah pu tih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentu klah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
5

Jik a lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu k arena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami u mumnya sekitar 2 4 dB (bisikan halus). Namu n cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 dB (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tek anannya.
5

Saat lahir tuba Eustchius berada pada bidang paralel dengan dasar tengkorak , sekitar 10 derajat dari bidang horisontal, dan memiliki lumen yang pendek dan sempit. Semakin bertambah usia, terjadi perubahan bermakna, terutama saat mencapai usia 7 tahun, di mana lumen tuba Eustchiu s lebih panjang dan lebar, serta ujung proksimal tuba Eu stchius di nasofaring terletak 2-2.5 cm di bawah orifisium tuba Eustchius di telinga tengah atau membentu k sudut 45 derajat terhadap bidang horisontal telinga. Dengan struktur yang demikian, pada anak usia < 7 tahu n, sekresi dari nasofaring lebih mudah mencapai telinga tengah dan membawa kuman patogen ke telinga tengah. Selain itu inflamasi ringan saja sudah dapat menyu mbat lumen tuba Eustchius yang sempit. Selain itu terdapat pula beberapa faktor resiko pada anak, antara lain:
2,11

13

1.

Faktor resiko anatomi: anomali kraniofasial, down syndrome, celah palatum, hipertrofi adenoid, dan GERD.

2.

Faktor resiko fungsional: serebral palsy, neurologis lainnya, dan imunodefisiensi.

down syndrome,

k elainan

3.

Faktor resiko lingkungan: pada posisi tengadah (

b ottle feeding , menyandarkan botol di mulut su pine position ), rokok pasif, status ekonomi
2,3

rendah, banyaknya anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak .

Terjadi penurunan yang tajam dari prevalensi terjadinya OME pada anak-anak dengan usia diatas 7 tahun, yang menandak an meningkatnya fungsi tuba Eustachi dan matangnya sistem imun.
12,13

Barotrauma adalah k eadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba diluar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membu ka tuba. Pada k eadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan k eluar dari pembuluh kapiler mukosa dan k adang-kadang disertai ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengahdan rongga mastoid tercampur darah. 1

DIAGNOSIS
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya sendiri yang k erap tidak bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media .

Dengan absennya gejala seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh orang tu anya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri. 10 Gejala klinik meliputi: a. Berku rangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan dan kadangk adang satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa saja tidak terdeteksi oleh orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan skrining tes audiometri. b. Percakapan yang lambat dan bisu . Disebabkan oleh ketulian, perkembangan dari fungsi percakapan menjadi lambat atau bisu.

14

c.

Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya infeksi pada salu ran pernapasan atas.
12

Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasark an pemeriksaan fisik telinga dengan menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya translusen.

Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan: Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul, dan opaque yang ditandai dengan hilangnya reflek s cahaya Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap. Processus brevis maleu s terlihat sangat menonjol dan Processus longus tertarik medial dari membran timpani. Adanya level udara-cairan ( nyata. 2,10 air fluid level ) membuat diagnosis lebih

Pada gambar ini terlihat distorsi dari membran thympani, dilatasi pembuluh darah di bagian atas membran, dengan nyeri tumpul yang terdapat pada bagian bawah membran. Di bagian atas membran juga terdapat pembengkakan dan garis dari maleus tidak dapat terlihat. (gambar dikutip dari kepustakaan online otoscopy)

15

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara lain: Pneumatic o toscope Efusi telinga tengah diperik sa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan su ram, serta cairan di liang telinga. 2,3,5 Jik a konfirmasi diperlukan, u mumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerak an gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. 3,5

Impedance audiometry

tympanometry ): digunak an untuk mengukur

perubahan impedans akustik sistem Membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.
2,5

Efusi telinga tengah juga dapat dibuk tikan dengan timpanosentesis (penusu kan terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak

dilakukan pada sembarang anak . Indik asi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di ru mah sakit, anak dengan ganggu an k ekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi. Pure tone Au diometry
5

: juga banyak digunakan, terutama menilai dari sisi

gangguan dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME. Meski teknik ini time consuming dan membutuhkan peralatan yang mahal,

tetap digunakan sebagai skrining, dimana tuli k onduktif berkisar antara derajat ringan hingga sedang.
2,10

16

PENATALAKSANAAN
Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga tengah. Untuk k ebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik menangani faktor predisposisi-nya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti: penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau lingk ungan jik a anak diduga ku at alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan tersebut. 2 Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dek ongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava selama tidak terdapat infeksidi jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkanuntuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet) .
1

Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakuk an dengan selalu mengunyah permen karet atau melakuk an perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untu k mendarat.
1

Jik a OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mu lai diindikasik an, seperti: 1 . Antihistamin atau dekongestan .

Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan dekongestan terbukti membantu membersihkan dan menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa kedu anya dapat memberikan efek yang sama untuk OME. Jik a ternyata alergi adalah fak tor etiologi OME, maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap OME. 2,5,13

17

2 . Muko litik . Dimaksudkan untu k merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalu i TE ke nasofaring. Namu n demikian mukolitik ini tidak memegang peranan penting dalam pengobatan OME. 3 . Antibiotik . Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena OME bukanlah infeksi sebenarnya ( tru e infection ). Mesk ipun demikian OME seringkali
2

diikuti oleh OMA, di samping itu isolat bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME. Organisme tersering ditemukan adalah influenzae non typable , M. catarrhalis S. pneumoniae , H.

, dan grup A streptococci, serta

S taphyllococcu s au reus . Controlled stu dies menunjukk an antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, sefaklor, eritromisin, trimetropimsulfametoksazol, atau eritromisin-sulfisoksazole, dapat memperbaiki k lirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian antibiotik a juga meliputi dosis profilaksis yaitu dosis yang digunakan pada infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies bakteri yang resisten. 4 . Kortikosteroid . Beberapa klinisi mengu sulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-aktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan u dara dan cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal), ataupun kombinasi. Berdasark an clinica l guidance 1994, pemberian
2,5,13

steroid bersama-sama antibiotik a pada anak usia 1-3 tahun mampu memperbaiki k lirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang tinggi, serta resiko sekuele maka k ortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.
1, 2,5

18

Operasi Myringotomy Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilaku kan di bawah anestesi umum.
14

Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembuk aan kecil ( surgical incision : melubangi gendang telinga untuk meng eluarkan cairan yang menumpuk di belakan gnya) k e dalam gendang telinga u ntuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini ak an sembuh dalam beberapa hari tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.
5,13,15

sma ll

Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi pertama di daerah anteroinferior dan insisi kedua di daerah anter osuperior, u ntuk mengaspirasi sekr et yan g tebal seperti lem.
12

Myringotomy ju ga hanya dilak ukan pada kasus-kasu s khu sus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. dik ultur. 5,13,15 Pemasangan Tube Ventilasi ( Grommet's Tube ) Gro mmets tube ) Cairan yang kelu ar haru s

Terkadang tube ventilasi (u mumnya dik enal sebagai

diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jan gka wak tu yang lama.

(gambar dikutip dari kepustakaan 16)

19

Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12 bulan di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai tuba Eustachi kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masu k kedalam telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu, tube tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat perkembangan yang sangat baik pada pendengaran dan penuru nan pada frekuensi infeksi telinga.
15

Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin dibutuhk an adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci (membersihkna) sinus maksillaris. Hal ini biasanya dilaku kan pada waktu dilakukannya myringok tomi.
12

KOMPLIKASI
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media k ronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam k emampuan bicara dan bahasa.
5

Otitis media dengan efusi didiagnosis jik a cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih. Komplikasi dapat berupa: Infeksi telinga ak ut Kista di telinga tengah Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi pendengaran yang parsial/sebagian atau seluru hnya. Skar pada membran timpani (timpanosklerosis). Kesulitan berbicara dan berbahasa Kolesteatoma.
12,17 5

20

PROGNOSIS
Otitis media efusi biasanya akan sembu h dengan sendirinya dalam waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak ak an menjadi ancaman bagi k ehidupan tetapi dapat mengakibatk an komplikasi serius.
17

21

Daftar Pu staka

1.

Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media NonSupuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidu ng-Tenggorokan Kepala Leher. Jak arta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p 58-60.

2.

Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 1 5 Juni 2 009. Available from: http://www.per hati-k l.org/

3.

Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 1996.p 9 7-98.

4.

Jide. 2 008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan [8 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://iqbalali.com/2008/11/12/inderapendengaran-dan -keseimbangan..

5.

Media, Wik i. 20 09. Telinga. [7 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://id. wikipedia.org/wiki/Telinga.

6.

Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. [1 screens] Cited 1 8 Juni 2009. Available from: http://www.C ermin duniakedokteran.com.

7.

Elfa. 2 008. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. [4 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://elfa7 9.wordpress.com/2008/09 /3/Anatomi-Fisiologi-SistemPendengaran-dan-Keseimbangan/

8.

Thrasher, Richard D. 200 9. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www. emed icin e.medscape.com/

9.

9Admin . 2009. Otitis Media Aku t. [15 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: akut.html. http://www.medlinux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-

22

10. Lalwani K, Anil. Editor: Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery , Ed.2. New York: McGraw Hill Lange . 2007.p 1-10. 11. Dhingra, PL. Editor: Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose and Throat. New Delhi: B.I.Churchill Livingstone Pvt ltd.1998.p 64-67. 12. Rauch, Daniel. 20 09. Otitis Media With Effusion [4 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.midlineplus/healthtopics.html. 13. Commerse.2 009. Infeksi Telinga dan Tuli. [6 screens] Cited 21 Ju ni 2009 . Available from: http://www.entsurgery.com.sg/in do/index. php
14.

Anonymus.2009 . Otitis Media. [6 screens] Cited 22 Juni 2 009. Available from: http://www.texasearcenter. com/eardisorder s/om.asp

15. Anonymus.2009 . Ear Infections. [1 screens] cited 22 Juni 2009. Available from http://www.akronent.com/infections.php 16. Ramakrishnan, Kalyanak rishnan. Editor. 20 07. American Family Physician. [10 screeens]. Cited 22 Juni 2009. Available from : www.aafp. or g/afp//AFPprinter/2007120 1/1650.html

23

You might also like