You are on page 1of 15

I.

PENDAHULUAN

Dengan bertambahnya usia tua dewasa ini menyebabkan peningkatan jumlah penderita artritis pula sehingga banyak bermunculan pilihan obat untuk terapi artritis, salah satunya adalah piroksikam. (1) Piroksikam adalah salah satu anti inflamasi non steroid yang masuk ke dalam golongan inhibitor COX non selektif yang artinya memiliki mekanisme kerja menghambat enzim COX-1 dan COX-2 yang merupakan isomer dari enzim siklooksigenase. Aktifitas analgesic antiinflamasinya cenderung lebih dominan dibandingkan antipiretiknya. Oleh karena itu penggunaan piroksikam di titik beratkan pada nyeri di daerah perifer seperti nyeri lutut, punggung, dan inflamasi sendi lainnya. (2) Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia. Walaupun demikian obat- obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini adalah Aspirin, karena itu obat ini sering disebut aspirin like drugs. (2) Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Sedangkan anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Mekanisme kerja obat golongan ini secara umum adalah menghambat enzim siklooksigenase dalam biosintesis prostaglandin sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) terganggu. Namun kekuatan dari masing- masing obat dalam menghambat ini mempunyai selektivitas yang berbeda beda. (2) Walaupun efektif dalam meringankan nyeri dan inflamasi efek samping dari penggunaan obat ini harus diperhatikan terutama pada saluran cerna di samping reaksi kulit yang hebat. Maka dari itu sejak Juni 2007 karena efek samping yang cukup serius ini, oleh EMEA (ikatan POM Eropa) dan pabrik penemunya, piroksikam hanya dianjurkan penggunaannya oleh para spesialis reumatologi, ini pun sebagai terapi lini kedua bila obat lain tidak berhasil. (2) Akan tetapi, saat ini juga tersedia piroksikam topikal yang dapat menurunkan kemungkinan efek samping yang disebabkan oleh piroksikam. Oleh karena itu, di makalah ini akan dibahas penggunaan piroksikam sebagai obat topikal. (2)

II.

PATOFISIOLOGI ARTHRITIS

2.a OSTEOARTRITIS Osteoartritis adalah penyakit tulang degenerative yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, tulang di bawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi. Osteoarthritis dapat terjadi secara idiopatik (tanpa diketahui penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stress berulang yang seperti dialami oleh pelari jarak jauh atau ballerina, atau berkaitan dengan deformitas congenital. Individu yang mengalami hemophilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis dan edema, dapat mengalami osteoarthritis. Osteoarthritis sering dijumpai pada lansia, yang mengenai lebih dari 70% pria dan wanita yang berusia di atas 65 tahun. Obesitas dapat memperburuk hal ini. (3,5) 2.b ARTRITIS RHEUMATOID Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligament dan tendon mengalami inflamasi. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membrane synovial mengalami hipertrofi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respons inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (3,4) Penyebab Arthritis rheumatoid adalah penyakit otoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunanya adalah bakteri, mikoplasma, atau viru yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenic. Biasanya respon awal antibody awal dengan mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami AR mulai membentuk antibody lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut factor rheumatoid. Factor rheumatoid ini menetap di kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. RA diperkirakan terjadi karena predisposisi genetic terhadap penyakit otoimun. Wanita lebih 2

sering terkena daripada pria. Ada bukti kuat bahwa berbagai sitokin, terutama factor nekrosis tumor alfa (tumor necrosis factor alpha, TNF-), menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi. (4,6) Pathogenesis Kerusakan sendi pada AR dimulai dari proliferasi makrofag dan fibroblast synovial setelah adanya factor pencetus, berupa autoimun atau infeksi. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskuler dan terjadi proliferasi sel-sel endotel, yang selanjutnya terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang ireguler pada jaringan synovial yang mengalami inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus, pannus menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang.(Gb. 1) Berbagai macam sitokin, interleukin, protein protease dan factor pertumbuhan dilepaskan, sehingga mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sitemik. (gb. 2 & 3). (3,4)

Gambar 1. Destruksi sendi oleh Jaringan Panus (5)

Gambar 2. Patofisiologi arthritis rheumatoid (5)

Gambar 3. Peran sitokin dalam pathogenesis arthritis rheumatoid (5)

2.c ARTRITIS GOUT Patogenesis Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat serum dapat mempresipitasi serangan gout akut. Pemakaian alcohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi konsentrasi urat serum. (3,4) Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal monosodiumurat dari depositnya dalam tofi. Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi metatrasofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak mendapat serangan akut. Dengan demikian, gou, seperti pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimtomatik. Pada penelitian penulis terdapat 21% pasien gout dengan urat serum dalam kadar normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout akut. Menurunnya kelarutan sadium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan Kristal MSU pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut. (3,4) Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat dari ruangsinovia ke dalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi sodium urat dalan cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari selanjutnya bila cairan sendi diabsorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan urat local. Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitro melalui

pembentukan dari protonated solid phases. Walaupun kelarutan sodium urat bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan Kristal MSU sendi. (3,4,5,6) Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama gout akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non-spesifik untuk menghindari kerusakn jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab dan Mencegah perluasan agen penyebab ke jaringan yang lebih luas. (4,5) Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu Kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan seluler. Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antaralain aktivitas komplemen (C) dan selular. (4,5)

III.

FARMASI FARMAKOLOGI

III.1.

Struktur Kimia Piroksikam

Piroksikam merupakan salah satu NSAID dengan struktur baru dari kelas oksikam, yaitu derivate asam enolat. Mempunyai rumus kimia 4-hydroxy-2-methyl-N-(2-pyridil)-2H, 1,2 benzothiazine-3-carboxamine, 1,1 dioxide dengan struktur kimia seperti gambar di bawah ini (7):

Gambar 4. Struktur kimia piroksikam (7) Sistematik ( IUPAC ) nama (8 E )-8-[hydroxy-(pyridin-2-ylamino)methylidene]- (8 E) -8 [hidroksi-(piridin-2-ylamino)methylidene]-9-methyl-10,10-dioxo-106-thia-9-azabicyclo [4.4.0] 9-metil-10,10-dioxo-106-Thia-9-azabicyclo[4.4.0] deca-1,3,5-trien-7-one Deca-1 ,3,5-trien7-satu. (7) TABEL I DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN PIROKSIKAM Sediaan Tablet dan kapsul Indikasi Rematoid artritis, osteoartritis dan ankylosing spodilitis Gout Artritis Eksaserbasi Akut Dosis awal 20 mg dosis tunggal 40 mg sehari dosis tunggal selama 4 6 Gangguan Muskuloskeletal hari 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi Topikal Rematoid artritis selama 2 hari 1 % atau 14 mg tiap kemasannya III.2. Farmakologi umum Dosis Dosis Pemeliharaan 20 mg sehari atau 10 30 mg dosis terbagi 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi 20 mg sehari selama 7 14 hari -

Khasiat: piroksikam adalah analgesik, anti Inflamasi non steroid. (2,3,4,5,6)

Indikasi: penyakit inflamasi sendi misalnya atritis rheumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa. Hanya boleh diberikan untuk pasien yang tidak memberi respon cukup dengan AINS yang lebih aman (dosis 10-20 mg/hari) melalui pengawasan para spesialis rheumatologis. (2) Kontra indikasi: ditujukan kepada wanita hamil, pasien tukak lambung, pasien yang sedang minum antikoagulan dan tentunya penderita yang hipersensitif piroksikam dan penderita yang mengalami urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi Nonsteroid Agent. (2)

IV. Mekanisme kerja obat

FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja piroksikam sebagai Analgesik Non Steroid adalah dengan menghambat sintesa prostaglandin yaitu menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur arachidonat dan tidak melalui jalur opiat. Mekanisme lain berupa penghambatan pengumpulan netrofil dalam pembuluh darah, serta penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi. (2,4)

Gambar 5. Mekanisme kerja piroksikam dalam hambatannya di jalur biosintesis prostaglandin (5)

V.

FARMAKOKINETIK PIROKSIKAM

V.1.Pola ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi)

V.1.1.

Absorpsi

Piroksikam diserap dengan baik setelah pemberian oral. Konsentrasi plasma obat yang proporsional dengan dosis 10 dan 20 mg dan mencapai puncak dalam waktu tiga sampai lima jam setelah jalur pemberian oral. Waktu paruh obat cukup lama (kira- kira 50 jam) menghasilkan konsentrasi plasma relatif stabil sepanjang hari pada dosis sekali sehari dan untuk akumulasi yang signifikan pada pemberian dosis berganda. Dosis tunggal 20 mg piroksikam umumnya menghasilkan tingkat puncak plasma 1,5 sampai 2 mcg / mL, sedangkan konsentrasi maksimum obat plasma terjadi setelah konsumsi sehari-hari diulang 20 mg biasanya stabil pada 3-8 mcg / mL. Dengan makanan ada sedikit hambatan dalam pemberian obat secara oral. Pemberian bersama antasida (aluminium hidroksida atau aluminium hidroksida dengan magnesium hidroksida) telah terbukti tidak berpengaruh pada tingkat adsorbs dan distribusi kadar plasma piroksikam oral. (8) V.1.2. Distribusi

Volume distribusi piroksikam adalah sekitar 0,14 L / kg. Sembilan puluh sembilan persen dari piroksikam plasma terikat dengan protein plasma. Piroksikam juga didistribusikan ke dalam susu manusia. Kehadiran dalam ASI telah ditentukan selama kondisi awal dan jangka panjang (52 hari). Piroksikam muncul dalam ASI sekitar 1% hingga 3% dari konsentrasi ASI sehingga sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil atau menyusui. (8) V.1.3. Metabolisme

Metabolisme piroksikam terjadi oleh hidroksilasi pada posisi 5 dari rantai samping piridil dan konjugasi oleh cyclodehydration, dan oleh urutan reaksi hidrolisis yang melibatkan hubungan amida, dekarboksilasi, kontraksi cincin, dan N-demethylation. Dalam studi vitro menunjukkan P4502C9 sitokrom (CYP2C9) sebagai enzim utama yang terlibat dalam pembentukan ke 5'-piroksikam hidroksi-, metabolit utama (lihat Pharmacogenetics, dan Penduduk Khusus, Poor metabolisme dari Substrat CYP2C9). Produk biotransformasi ini metabolisme piroksikam dilaporkan tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi. (8) V.1.4. Ekskresi biotransformasi akan dikeluarkan melalui urin dan kotoran, dengan sekitar dua kali lebih banyak muncul dalam urin seperti dalam tinja. Sekitar 5% dari dosis diekskresikan tidak berubah atau dalam bentuk tetap. (8) V.2.Waktu Paruh (t ) Waktu paruhnya sangat panjang kira- kira 50 jam, oleh sebab itu pemberiannya cukup satu kali sehari. (8)

V.3.Interaksi Obat Interaksi obat yang mungkin terjadi adalah: Obat yg terikat pada protein plasma dapat menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : salisilat, sulfonylurea). (9) Obat antikoagulan & antitrombosis dapat memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor. (9) Obat satu golongan (AINS) meningkatkan konsentrasi plasma sehingga meningkatkan efek samping (kumulatif/akumulasi). (7,9) ACE Inhibitor menyebabkan penurunaan efek anti-hipertensi. (9) Obat Diuretik dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. (9) Lithium menyebabkan peningkatan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium di ginjal. (9) Metotreksat dapat menyebabkan peningkatan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal. (9)

VI.

TOKSISITAS PIROKSIKAM

Efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan piroksikam adalah sebagai berikut:

10

Pada sistem gastrointestinal menyebabkan kurang nafsu makan, nyeri abdomen, sembelit, diare, dispepsia, kembung, rasa terbakar, mual, tukak lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan lambung. (2,9) Selain itu, dalam sistem hematologi obat ini juga dapat menyebabkan anemia yang disebabkan bila terdapat perdarahan saluran cerna masif, memperpanjang waktu pendarahan, eusinopili, epistaxis, leucopenia, thrombocytopenia. Trombositopenia ini diakibatkan oleh mekanisme kerja obat yang menghambat biosintesa prostaglandin akibatnya agregasi platelet terganggu. (9) Pada ginjal dapat menyebabkan abnormalitas fungsi ginjal, disuria, hematouria, hiperkalemia, cystitis, nephrotic sindrom, oligouria/poliuria, proteinuria sampai gagal ginjal. (9) Efek pada sistem syaraf yaitu pusing, sakit kepala, ketakutan, bingung, depresi, bermimpi, sulit tidur, cemas, gemetaran, berputar, halusinasi.(9) Pada hepar dapat terjadi peningkatan hasil test fungsi, hati (SGOTSGPT) sekitar >3 kali nilai normal. Hepatitis, jaundice, hingga kerusakan hati. (9) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi dengan gejala seperti bentol-bentol, gatal, kemerahan, eritema, foto-sensitif, berkeringat, sampai syok anafilaktik dan Stevens-Johnson sindrome. (9) Efek samping juga terkadang muncul di penglihatan dan pendengaran seperti tinitus, penglihatan kabur, gangguan pendengaran, sembab mata. (9) Efek samping lain namun jarang muncul seperti: bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi, sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu, hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, dan depresi pernafasan. (2,9)

VII.

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

11

Penelitian ini dilakukan oleh sekelompok peneliti yaitu: Muthanna F Abdulkarim, Ghassan Z Abdullah, Mallikarjun Chitneni, Ibrahim M Salman, Omar Z Ameer, Mun F Yam, Elrashid S Mahdi, Munavvar A Sattar, Mahiran Basri, Azmin M Noor yang masing masing berasal dari School of Pharmaceutical Sciences, Universiti Sains Penang, Malaysia; School of Pharmacy and Health Sciences, International Medical University, Kuala Lumpur, Malaysia; Faculty of Medicine and Health Sciences, Faculty of Science, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malaysia. (10) Dalam beberapa tahun terakhir terjadi pertumbuhan yang penting dan signifikan dalam penggunaan sistem obat secara topikal untuk membantu penyebaran obat melalui kulit. Obat yang memiliki potensi dan efek yang tinggi terkadang mempunyai beberapa pngahambat atau efek samping ketika diperikan secara per oral contohnya piroksikam yang sangat efektif sebagai analgesik antipiretik dan anti inflamasi tapi memiliki efek samping yang tidak baik dalam menyebabkan tukak peptik. Studi ini menyelidiki aktivitas farmakodinamik secara in vitro dan in vivo dari suatu minyak sawit yang disatukan dengan ester dalam bentuk nano cream yang mengandung piroksikam untuk terapi secara topikal. (10) Suatu perbandingan tahap eksternal dari 25:37:38 POEs menghasilkan surfaktan (Tween 80: span 20 dalam suatu perbandingan 80:20), berturut- turut terpilih komposisi dasar untuk memproduksi suatu nanocream dengan kapasitas ideal. Beberapa nanocream disiapkan menggunakan buffer fosfat saline sebagai tahap eksternal pada tiga pH yang berbeda. Kemampuan dari formula ini untuk mendistribusikan piroksikam dilakukan secara in vitro menggunakan suatu sel difusi Franz yang dicoba ke suatu selaput membran selulosa dan kulit tikus yang tebal. Formula ini juga dievaluasi secara in vivo dengan membandingkan aktivitas analgesik dan antiinflamasi formula ini dengan cream atau gel yang dijual di pasaran saat ini yang memiliki aktivitas analgesik anti inflamasi juga. (10) Hasil dari penelitian tersebut yaitu setelah 8 jam hampir 100% dari obat ditransfer sampai selaput tiruan yang disiapkan dengan formula F3 (fosfat buffer saline pada pH 7,4 seperti pada fase eksternal) dan cream/geal yang dijual di pasaran. Perubahan terus terjadi pada formula yang diujikan ke kulit tikus yang menunjukkan aktivitas yang lebih baik dibandingkan gel yang dijual di pasaran. Secara farmakodinaik nanocream formula F3 memperlihatkan aktivitas paling tinggi sebagai analgesik dan anti inflamasi jika dibandingkan dengan formula yang lain. (10)

VIII. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

12

Dari jurnal yang pernah dilakukan diatas didasari atas analgesik anti inflamasi yang memiliki aktivitas dan efektifitas tinggi memiliki efek samping yang cukup serius bila diberikan secara per oral. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengurangi efek samping tersebut dengan mengganti bentuk sediaan obat menjadi setengah padat yaitu cream. Dengan bentuk cream ini diharapkan penetrasi obat hanya pada lokasi radang saja sehingga efek samping sistemik melalui saluran cerna dapat dikurangi. Pembuatan bentuk sediaan obat yang baru ini didasarkan pada teknik in vitro dan in vivo yang artinya bekerja pada tingkat seluler berdasarkan efek farmakodinamiknya sebagai analgesik anti inflamasi. Untuk mengujinya dilakukan uji penetrasi terhadap mukosa yang dibuat sendiri dari buffer fosfat saline dan kulit tikus. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membandingkan efektivitas formula ini dengan gel yang beredar di pasaran. Hasil yang didapat penetrasi formula F3 cream analgesik ini mempunyai aktivitas penetrasi yang lebih baik dibandingkan gel yang di jual di pasaran.

IX. RINGKASAN DAN KESIMPULAN


13

Piroksikam adalah anagesik antipiretik dan anti inflamasi golongan Non Steroid (AINS) yang merupakan derivat asam enolat dari kelas oksikam. Memiliki mekanisme kerja menghambat enzim COX-1 dan COX-2 (non selektif) dalam biosintesa prostaglandin. Indikasi penggunaan piroksikam terbatas pada penyakit inflamasi sendi misalnya atritis rheumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa. Hanya boleh diberikan untuk pasien yang tidak memberi respon cukup dengan AINS yang lebih aman (dosis 10-20 mg/hari) melalui pengawasan para spesialis rheumatologis. Hal ini dikarenakan efek sampingnya yang cukup serius dalam mengiritasi saluran cerna. Kontraindikasi penggunaan piroksikam ditujukan kepada wanita hamil, pasien tukak lambung, pasien yang sedang minum antikoagulan dan tentunya penderita yang hipersensitif piroksikam dan penderita yang mengalami urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi Nonsteroid Agent. Efek samping obat ini tersering mengenai saluran cerna berupa iritasi saluran cerna seperti tukak peptic, hingga perdarahan yang menyebabkan anemia serta gangguan system hematologi lain. Pada ginjal dapat menyebabkan abnormalitas fungsi ginjal karena penggunaannya berlebih sehingga ekskresinya pada ginjal mengalami gangguan. Efek samping lain yang tidak boleh dilupakan adalah hipersensitifitas terhadap penggunaan karena manifestasinya tidak jelas seperti bentol-bentol, gatal, kemerahan, eritema, foto-sensitif, berkeringat, sampai syok anafilaktik sampai Stevens-Johnson sindrome. Dosis pemberian piroksikam 10-20 mg dalam sehari. Diberikan dalam dosis tunggal dimaksudkan untuk mengurangi efek samping yang mungkin terjadi selain waktu paruh obat yang panjang hingga 50 jam.

X.

SUMMARY AND CONCLUSION

14

Piroxicam is analgesic, antipiretic, and anti inflamatory from Non Steroid agent (NSAID) is derivate enolic acid from Oksicam class. This drug have a mecanism to block COX-1 and COX-2 enzyme in Prostaglandin biosythesis. Usage indication piroksikam limited to disease of joint inflammation for example arthritis rheumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa. Shall only be given for the patient don't give respon enough with AINS more peaceful (dose of 10-20 mg/day) through observation specialists rheumatologis. This matter because of its side effects is serious enough in mengiritasi channel digest. Contraindication usage piroxicam addressed to pregnant woman, ulcus peptic patient, patient with antikoagulant and it is of course the patient hipersensitiv piroxicam and natural patient urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis and syok effect of Antiinflamasi Nonsteroid Agent. Side effects this medicine often regarding the channel digest in the form of iritation channel digest be like ulkus peptic, till the blood cause the anaemia and also trouble system hematologi other. At kidney can cause abnormalitas kidney function because excessive its use so that exkretion at natural kidney of trouble. Other side effects which may not be forgotten is hipersensitiv to usage because that manifestation ill defined be like itch, squeezing, eritema, foto-sensitif, sweat, shall syok anafilaktik until StevensJohnson sindrome. Dose giving piroxicam 10-20 mg in one day. Given in single dose meant to lessen the side effects possibly happened besides long drug bill time till 50 hour.

15

You might also like