You are on page 1of 15

LAPORAN KASUS SEORANG WANITA 74 TAHUN DENGAN ODS KATARAK SENILIS IMATUR

Penguji kasus Pembimbing Dibacakan oleh Dibacakan tanggal

: dr. Afrizal Hari Kurniawan Sp.M : dr. Hapsari Budiastuti : Ayu Purnamaningrum : 2 februari 2011

I.

PENDAHULUAN Tingkat kebutaan penduduk Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar 2007 masih terbilang tinggi, yaitu sekitar 1,5% dengan penyebab utama berupa katarak (0,78%), glaucoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit mata degeneratif serta penyakit mata lainnya. Prevalensi kasus katarak di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,6% dalam waktu 6 tahun. Dari tahun 2001 yang sebesar 1,2% menjadi 1,8% pada tahun 2007.3 Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal masyarakat saat ini. Hal ini terjadi di karenakan katarak sering dihubungkan dengan usia lanjut, terutama yang menderita penyakit kencing manis.5Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Kekeruhan pada lensa terjadi karena metabolisme lensa terganggu sehingga terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.2 Lensa merupakan salah satu media refrakta yang memiliki peran penting dalam proses melihat. Lensa bersifat membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik kuning. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada lensa, maka dapat mengakibatkan penurunan ketajaman penglihatan. 2

IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Agama Alamat Pekerjaan II. ANAMNESIS : Penglihatan kedua mata kabur : Ny. S : 74 tahun : Islam : Kampung Slamet, karang turi Semarang : Pensiunan bidan, tidak bekerja

(aloanamnesis pada tanggal 29 Januari 2011) Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 1 tahun yang lalu penderita mengeluh penglihatan kedua mata kabur terutama mata kanan, kabur seperti berkabut, perlahan-lahan, makin lama dirasa makin bertambah kabur. Penglihatan kabur dirasakan sama saat pagi maupun malam hari. Penderita mengalami kesulitan jika membaca tulisan dengan mata kanan walaupun menggunakan kacamata, sehingga penderita selalu menggunakan mata kiri untuk membaca tulisan. Mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), silau (-), nerocos (-), gatal (-), kotoran mata (-), melihat dobel (-). Dikarenakan hal ini menganggu aktivitas maka penderita berobat ke poliklinik mata RSUP Dr.Kariadi. Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Riwayat sakit kencing manis sejak + 20 th yang lalu,berobat Riwayat sakit tekanan darah tinggi sejak + 20 th yang lalu Riwayat trauma pada daerah mata disangkal Riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal Riwayat konsumsi jamu dan obat-obatan jangka lama disangkal Riwayat penggunaan kacamata baca sejak + 30 th yang lalu. Riwayat kurang pendengaran sejak + 1 th yang lalu

teratur sampai sekarang dan terkontrol


-

berobat teratur sampai sekarang dan terkontrol -

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada kerabat atau anggota keluarga lain yang menderita gejala seperti ini. Tidak ada keluarga yang menderita kencing manis dan darah tinggi. Riwayat Sosial Ekonomi :
-

Penderita adalah pensiunan bidan sekarang sudah tidak Mempunyai 3 orang anak yang sudah mandiri Tinggal di rumah bersama anaknya Biaya pengobatan ditanggung ASKES. Kesan : sosial ekonomi cukup.

bekerja
-

III.

PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK Status Praesens (Tanggal 29 Januari 2011) Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : baik : komposmentis, GCS E4M6V5 = 15 : TD : 150/80 mmHg Suhu : 36,20C RR : 22x/menit

Nadi : 82x/menit Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal, normal leher : tidak ada kelainan

thoraks : cor : tidak ada kelainan paru : tidak ada kelainan abdomen ekstremitas : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 29 Januari 2011)

OD

OS

Lensa keruh tidak

Iris shadow (+)

Lensa keruh tidak

Oculus Dexter 1/60 NC Tidak dilakukan Gerak bola mata bebas ke segala arah baik Tidak ada kelainan Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) Hiperemis (-), sekret (-), edema (-) Hiperemis (-), sekret (-), edema (-) Injeksi (-), sekret (-) Tidak ada kelainan Jernih Kedalaman cukup, tyndal efek (-) Kripte (+) Bulat, central, regular, : 3 mm, RP (+) N Keruh tidak merata iris shadow (+) (+) suram T (digital) normal

VISUS KOREKSI SENSUS COLORIS PARASE/PARALYSE SUPERCILIA PALPEBRA SUPERIOR PALPEBRA INFERIOR CONJUNGTIVA PALPEBRALIS CONJUNGTIVA FORNICES CONJUNGTIVA BULBI SCLERA CORNEA CAMERA OCULI ANTERIOR IRIS PUPIL LENSA FUNDUS REFLEKS TENSIO OCULI

Oculus Sinister 6/12 NC Tidak dilakukan Gerak bola mata bebas ke segala arah baik Tidak ada kelainan Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) Hiperemis (-), sekret (-), edema (-) Hiperemis (-), sekret (-), edema(-) Injeksi (-), sekret (-) Tidak ada kelainan Jernih Kedalaman cukup, tyndal efek (-) Kripte (+) Bulat, central, regular, : 3 mm, RP (+) N Keruh tidak merata iris shadow (+) (+) Kurang cemerlang T (digital) normal
4

T Schiotz 6/5.5= 14.6 mmHg Tidak dilakukan Tidak dilakukan

SISTEM CANALIS LACRIMALIS TEST FLUORESCEIN

T Schiotz 6/5.5= 14.6 mmHg Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Yang ditemukan Oculus dextra et sinistra Penglihatan kabur progresif Kekeruhan lensa Cairan lensa Iris Iris shadow (katarak senilis imatur) Positif Kekeruhan lensa tidak rata Bertambah Terdorong Positif

Teori Oculus dextra et sinistra (katarak senilis imatur) Positif Sebagian Bertambah (air masuk) Terdorong Positif

IV. RESUME Seorang wanita berusia 74 tahun datang ke poliklinik mata RS Dr. Kariadi dengan keluhan kedua mata kabur terutama mata kanan, kabur seperti tertutup kabut. Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, kronis progresif. Penglihatan kabur dirasakan sama saat pagi maupun malam hari. Penderita mengalami kesulitan jika membaca tulisan dengan mata kanan walaupun menggunakan kacamata, sehingga penderita selalu menggunakan mata kiri untuk membaca tulisan. Riwayat diabetes dan hipertensi sejak 20 th yang lalu, riwayat penggunaan kacamata baca sejak 30 th yang lalu, riwayat kurang pendengaran 1 th yang lalu. Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status Oftalmologi : Oculus Dexter 1/60 NC Keruh tidak merata iris shadow (+) (+) suram VISUS LENSA FUNDUS REFLEKS Oculus Sinister 6/12 NC Keruh tidak merata iris shadow (+) (+) Kurang cemerlang

V. DIAGNOSIS BANDING ODS : Katarak diabetika : Katarak Senilis Imatur


VI. DIAGNOSA KERJA

ODS : katarak senilis imatur VII. TERAPI ODS : Catarlent Eye Drop 3x1 gtt : Ekstrasi Katarak Ekstra Kapsular dan pemasangan Intraocular Lens pada mata kanan terlebih dahulu. VIII. PROGNOSIS Quo ad visam Quo ad sanam Quo ad vitam Quo ad cosmeticam
IX. USUL USUL 1. Kontrol setiap 1 bulan 2. Pemeriksaan funduskopi, keratometri, tonometri, uji anel,retinometri, USG

OD OS Dubia ad bonam Dubia ad bonam Dubia ad bonam Dubia ad bonam Dubia ad bonam Dubia ad bonam ad bonam

B Scan,
3. Pemerikasaan laboratorium meliputi darah rutin, PTT/PTTK, gula darah

sewaktu,elektrolit, ureum-creatinin, sekret ODS dan pemeriksaan fisik meliputi EKG dan pernapasan, bila pasien setuju untuk melakukan operasi
4. Motivasi operasi ekstraksi katarak. 5. Rutin control gula darah dan tekanan darah secara teratur

X.

EDUKASI
Menjelaskan pada penderita bahwa pandangan kedua mata kabur

disebabkan katarak pada lensa mata


6

Katarak tersebut tidak dapat diobati dengan koreksi visus dengan

kacamata, tetapi dapat dihambat progresivitasnya dengan menggunakan obat tetes mata (Catarlent) dan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata dapat menyingkirkan risiko kebutaan dan komplikasi lainnya (glaucoma dan uveitis)
Kecocokan dengan kacamata yang diresepkan sekarang dapat berubah

sewaktu-waktu seiring dengan perubahan kekeruhan lensa


Menjelaskan tentang pentingnya operasi ekstraksi katarak, persiapan, jenis

tindakan, kelebihan dan kekurangan


Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi bila tidak dioperasi

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pada katarak yang belum perlu dibedah sebaiknya menjaga kesehatan mata dengan gaya hidup yang benar seperti penerangan saat membaca, menghindari cahaya matahari langsung

XI. DISKUSI Katarak Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduannya. Penyebab paling umum dari katarak adalah penuaan, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga akan tampak berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 2,3
1. Katarak congenital (setelah lahir s/d 3 bulan setelah lahir) 2. Katarak juvenile (usia >1 tahun s/d usia dewasa muda)

3. Katarak senile (usia >50 tahun)


7

Penyebab katarak: 1. Proses penuaan 2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi sitomegalik) 3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia maligna, ablasio retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.
4. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, galaktosemia, hipoparatiroid,

hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik, aminoasiduria, homosisteinuri,


5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma penetrans atau

non penetrans), radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, electric shock, dan termal shock
6. Katarak terinduksi obat-obatan: naftalin, dinitrofenol, kortikosteroid,

fenotiazin, echothiopate, pilocarpine, phospoline iodine, amiodaron, klorpromazin, busulfan, ergot, triparanol MER-29, metal (Cu dan Fe), dan defisiensi vitamin A,B,C dan E. 7. Pasca EKEK (Katarak sekunder)

Diagnosis katarak Secara umum gejala katarak sebagai berikut: 1. Silau. Penderita mengeluh silau bila melihat cahaya 2. Penglihatan berkabut. Keluhan dapat berupa penglihatan berkabut, berasap atau penglihatan tertutup film dengan karakteristik tidak nyeri dan penglihatan kabur berlangsung progresif 3. Cahaya pelangi. Penderita mengeluh sinar cahaya warna warni di sekitar sumber cahaya 4. Melihat dobel 5. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat
8

6. Sering minta ganti resep kaca mata Tanda yang dapat ditemui pada penderita katarak melalui pemeriksaan sebagai berikut: 1. Penurunan ketajaman penglihatan. 2. Leucoria (pupil tampak putih) 3. Iris shadow. 4. Fundus reflek negative pada katarak lebih lanjut

KATARAK SENILIS Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut :3
1. Kapsul lensa Menebal dan mengalami sklerosis kurang elastis daya

akomodasi pun berkurang (presbiopia)

Lamela kapsul berkurang atau kabur Terlihat bahan granular Makin tipis Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks

2. Epitel lensa

3. Serat lensa
Sinar UV semakin lama akan merusak protein nukleus (histidin,

triptofan, metionin, sistein dan tirosin) membentuk brown sclerotic nucleus. Katarak Senil dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur.3 Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile Gejala Kekeruhan lensa Insipien Ringan Imatur Sebagian Matur Seluruh Hipermatur Massif
9

Cairan lensa Iris Iris shadow COA Sudut bilik mata Komplikasi

Normal Normal Negative Normal Normal

Bertambah (air masuk) Terdorong Positif Dangkal Sempit Glaucoma

Normal Normal Negatif Normal Normal

Berkurang (air+massa lensa keluar) Tremulans Pseudopositif Dalam Terbuka Glaucoma, uveitis

Penatalaksanaan Katarak: Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan EKIK (ekstraksi katarak intra kapsular), fakoemulsifikasi ataupun EKEK (ekstraksi katarak ekstra kapsular) dengan pemasangan IOL (intra okuler lens). Untuk katarak stadium insipien ataupun imatur paling utama dapat diberikan medikamentosa yang diharapkan dapat mencegah atau menghambat progresivitas kekeruhan lensa. Misalnya obat yang mengandung pirenoxine, suatu antioksidan yang berfungsi untuk menghambat oksidasi lipid pada lensa mata. Seperti telah diketahui, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pengkeruhan lensa pada katarak senilis adalah oksidasi lensa mata oleh senyawa oksidan seperti oxidized glutathione.4 Namun dapat diberikan terapi operatif berupa fakoemulsifikasi untuk menghambat penyulit yang bisa terjadi pada stadium imatur. Indikasi pembedahan pada katarak senilis

Bila katarak disertai komplikasi seperti glukoma dan uveitis, meskipun

visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang

Bila sudah masuk dalam stadium matur / hipermatur Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari (visus < 6/12 dan buta sosial 3/60).6 Terapi Pembedahan :
1. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata
10

yang

sangat

keruh

sehingga

sulit

dihancurkan

dengan

teknik

fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan / intraocular lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.3,4 a.

Keuntungan : Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat. Karena kapsul posterior utuh maka :

Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL Mengurangi risiko glaukoma, ablasio retina, edema Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat

karena kapsul posterior ditinggal kornea, perlengketan vitreus dengan iris dan kornea b. molekul antara aqueous dan vitreus menyebabkan endofthalmitis. Kerugian : Jika proses aspirasi tidak bersih dan proses absorpsi tidak sempurna, maka sisa lensa yang tertinggal akan berproliferasi sehingga dapat timbul katarak sekunder.

2. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan

11

teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh/ berdegenerasi (pada lensa yang luksasi).2 a. Keuntungan : Tidak timbul katarak sekunder Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep kapsul) b. Kerugian : Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan : Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Timbulnya astigmatisma yang signifikan

Inkarserasi iris dan vitreus


Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,

endolftalmitis. 3. Fakoemulsifikasi Pada fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop operasi, dilakukan sayatan yang sangat kecil (3 mm) pada kornea. Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan sebuah pipa melewati COA-pupilkapsul lensa. pipa tersebut akan bergetar dan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang akan menghancurkan lensa mata. Pada saat yang sama, melalui pipa ini dialirkan cairan garam fisiologis atau cairan lain sebagai irigasi untuk membersihkan kepingan lensa. Melalui pipa tersebut cairan diaspirasi bersama sisa-sisa lensa.4 Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.4 Persiapan operasi : 1.

Status oftalmologik Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi (cek sekret mata dengan pengecatan Gram)
12

Tekanan intraokuler normal (cek dengan tonometer Schiotz) Keadaan umum/sistemik

Saluran air mata lancar 2. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal Tanda vital dalam batas normal

Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut

harus terkontrol. Perawatan pasca operasi : 1. 2. 3. 4.


5.

Mata dibebat Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi Tidak boleh mengangkat benda berat 6 bulan Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai

lensa lagi (afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S +10D untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S +3D. Komplikasi durante operasi : 1. Ruptur kapsula posterior 2. Subchoroidal bleeding 3. Prolaps corpus vitreum 4. Prolaps iris Komplikasi post operasi : 1. Astigmatisma 2. Ablatio retina 3. Katarak sekunder 4. Endoftalmitis Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis imatur dengan dasar pemikiran sebagai berikut: 1. Anamnesis:
13

- Penderita berusia 74 tahun - Penglihatan kedua mata terutama kanan kondisi mata tenang - Ada riwayat penggunaan kacamata dan kurang pendengaran Ada riwayat diabetis mellitus dan hipertensi kabur, kronis progresif,

2. Pemeriksaan oftalmologis: - Visus OD: 1/60, OS: 6/12 - Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan tidak merata pada ODS dan pemeriksaan iris shadow (+). Dalam kasus ini, penderita diberikan terapi medikamentosa (Catarlent eye drop) untuk memperlambat progresivitas kekeruhan lensa karena kandungan Kalium Iodida di dalamnya, dan dengan tetap memotivasi untuk melakukan operasi katarak untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi pada stadium ini. Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah EKEK dan pemasangan intraocular lens (IOL) mata kanan terlebih dahulu karena mata kanan pasien, kataraknya sudah hampir matur dan dapt terjadi komplikasi glaucoma dan uveitis. Dan juga pada pasien ini terdapat diabetes sehingga perlu dicurigai adanya retinopati diabetic.

DAFTAR PUSTAKA

14

1. Guyton AC, Hall JE. Mata I. Sifat Optik Mata. Dalam: Guyton AC, penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996; 779-94
2. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 17.

Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. 3. www.diglib.litbang.depkes.go.id/


4. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and

Cataract. Singapore; American Academy of Ophthalmology; 2008. 5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta; Balai penerbit FK UI; 2009
6. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI. Jakarta; PP

PERDAMI, 2006.

15

You might also like