You are on page 1of 54

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria 1. Pengertian Malaria Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) serangga nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Sebenarnya malaria sudah dikenal sejak lama, namun ketika itu Hippocrates yang hidup 460 SM hingga 377 SM menyebutnya sebagai malaria atau udara buruk. Malaria dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan udara buruk, sehingga penderita menggigil karenanya. Penderita umumnya tinggal di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan gas-gas berbau busuk, sehingga sebagian masyarakat pada zamannya menduga atau percaya bahwa udara buruk di sekitar rawa menjadi penyebab malaria. Namun sejak ditemukannya Plasmodium sebagai

penyebab pada abad ke-19, para ilmuwan dan masyarakat mulai tahu bahwa malaria merupakan penyakit menular yang bisa

ditularkan melalui perantaraan nyamuk (Achmadi, 2005). Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma,

10

demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme. Secara harfiah dapat dikatakan malaria adalah penyakit yang timbul akibat lingkungan yang kotor dimana merupakan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti nyamuk. Biasanya malaria menyerang penduduk yang tinggal di daerah endemis atau orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi. Penyakit ini dapat menyerang semua orang baik bayi, anak-anak maupun orang dewasa (Prabowo, 2004). 2. Etiologi Malaria Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar (Widoyono, 2005). Nyamuk anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000 2500 meter (Sutisna, 2004). Ciri nyamuk Anopheles relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri yang paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di

11

dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari (Faisal, 2007). Empat jenis penyebab malaria pada manusia : a. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria

cerebral, dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya

menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia. b. Plasmodium vivax, spesies ini cenderung menginfeksi

sel-sel darah merah yang muda (retilkulosit) kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax. c. Plasmodium Malariae, mempunyai kecenderungan

untuk menginfeksi sel-sel darah merah yang tua. d. Plasmodium ovale, prediksinya terhadap sel-sel darah

merah mirip dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel-sel darah muda). Ada juga seorang penderita diinfeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi

campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling banyak disebabkan dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium

12

malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya tinggi (Sutisna, 2004). Nyamuk Anopheles yang sering terdapat di Kalimantan Timur adalah jenis Anopheles balabacensis, Anopheles nigerrimus, Anopheles sundaicus dan Anopheles sinensia. Karakteristik

nyamuk Anopheles tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. es Sundaicus 1. ebih senang menghisap darah orang daripada binatang 2. A L Anophel

ktif menggigit sepanjang malam tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 22.00-01.00 3. L

ebih banyak ditemukan menggigit orang di luar rumah daripada di dalam rumah 4. P

ada waktu malam nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah, perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara satu dengan lokasi lainnya

13

5.

arak terbang nyamuk betina cukup jauh pernah ditangkap di tempat lebih 3 km dari tempat perindukan 6. B

erkembang biak di air payau dengan kadar garam optimum antara 12-18 % meski tidak begitu tinggi jentik nyamuk dapat ditemukan pada kadar garam di bawah 5% dan bila kadar garam mencapai 40% maka jentik akan menghilang 7. J

entik terkumpul di tempat-tempat yang tertutup tanaman air yang mengapung (ganggang atau lumut), sampah yang terapung-apung dan pinggiran yang berumput 8. Genangan air payau

untuk berkembang biak adalah genangan terbuka dan mendapat sinar matahari langsung, genangan air yang terlindung menjadikan perindukan b. es Balabacensis 1. Lebih tertarik menghisap darah orang daripada binatang baik di dalam maupun di luar rumah 2. Ditemukan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Anophel oleh rimbunan yang tumbuhan tidak cocok pelindung untuk akan tempat

tempat

14

3. Keaktifan mencari darah terlambat kebanyakan ditangkap setelah tengah malam sampai pukul 04.00, meskipun sebenarnya sudah mulai terlihat sejak senja sampai pagi 4. Sebelum dan sesudah menghisap darah pada malam hari banyak hinggap di dinding. Pada siang hari tidak ditemukan istirahat di dalam rumah tetapi di alam luar (hutan) walau tidak diketahui dimana nyamuk tersebut beristirahat. 5. Tempat perindukan genangan air tawar didalam hutan (permanen atau temporer), di genangan air tidak mengalir bekas tapak kaki, bekas roda, juga di pinggir sungai terutama pada musim kemarau. Pada musim hujan tempat perkembangbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang tergenang, di genangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubang-lubang batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya terhenti. Pada musim kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangan-genangan air sepanjang sungai. c. es Sinensia 1. Lebih tertarik menghisap darah binatang (lembu) Anophel

daripada orang walaupun akan menghisap darah orang pula 2. Banyak dijumpai menggigit di luar rumah, aktif

mencari darah setelah gelap dan menurun setelah pukul

15

21.00, di tempat teduh pada siang hari mau juga menggigit orang atau binatang 3. Pada siang hari jarang ditemukan di dalam rumah

tetapi malam hari dapat ditemukan hinggap di dinding kamar dan beranda rumah sebelum dan sesudah menghisap darah 4. Jentik berkembang biak di kolam terbuka yang

berumput, sawah dan rawa-rawa d. es Nigerrimus 1. Lebih tertarik menghisap darah binatang Anophel

(lembu) daripada orang walaupun akan menghisap darah orang pula 2. Banyak dijumpai menggigit di luar rumah, aktif

mencari darah setelah gelap dan menurun setelah pukul 21.00, di tempat teduh pada siang hari mau juga menggigit orang atau binatang 3. Pada siang hari jarang ditemukan di dalam

rumah tetapi malam hari dapat ditemukan hinggap di dinding kamar dan beranda rumah sebelum dan sesudah menghisap darah 4. Jentik lebih senang berkembang biak di kolam rawa-rawa dengan permukaan yang

yang dalam dan

tertutup oleh tanaman e. Anopheles maculatus

16

Spesies nyamuk ini umumnya berkembangbiak pada genangan-genangan air tawar jernih baik di tanah seperti di mata air, galian-galian pasir atau belik, genangan air hujan maupun genangan air di sungai yang berbatu-batu kecil yang terbentuk karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan mengenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari langsung. Perilaku menghisap darah baik di dalam maupun di luar rumah paling banyak sekitar pukul 22.00. Spesies ini pada siang hari ditemukan istirahat di luar rumah pada tempat-tempat yang teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau, di semak-semak, di lubang-lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang tempat pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah. Jarak

terbangnya kurang lebih 1 km tetapi mereka jarang terdapat jauh dari sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada manusia (Depkes RI, 2000). Peran nyamuk sebagai vektor penular malaria tergantung, kepada beberapa faktor antara lain : a. Umur nyamuk atau longevity. Diperlukan waktu untuk

perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk untuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat.

17

b. Peluang kontak dengan manusia merupakan kesempatan untuk menularkan sporozoit ke dalam darah manusia. c. Frekuensi menggigit seekor nyamuk. Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya semakin besar kemungkinan di berperan sebagai vektor penular penyakit malaria. d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit itu sendiri. Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya. e. Ketersediaan manusia di sekitar nyamuk. Nyamuk yang memiliki kebiasaan menggigit di luar rumah pada malam hari maka akan mencoba mencari manusia dan masuk ke dalam rumah. Setelah menggigit, beristirahat di dalam maupun di luar rumah. f. Kepadatan nyamuk. Kalau populasi nyamuk terlalu banyak sedangkan persediaan makanan misalnya binatang atau

manusia tidak ada maka kepadatan nyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu dan sebaliknya. g. Lingkungan. Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor-faktor tersebut antara lain: fisik, biologi, kimia (Achmadi, 2005). 3. Siklus Hidup Malaria

18

Dalam siklus hidupnya plasmodium mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus Aseksual yang

berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit didalam tubuh nyamuk disebut sporogoni a. Siklus Aseksual dalam tubuh manusia. Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit Malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium skizon jaringan dalam sel hati (eksoeritrisiter). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/ kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium skizon dalam eritrosit (stadium eritrositer), mulai bentuk tropozoit muda sampai skizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit. Merozoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk/stadium sporogoni. b. Siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah melewati stadium sporogoni selanjutnya pada lambung nyamuk terjadi penyatuan antara sel gamet jantan (mikrogamet) dan sel gamet betina (makrogamet) yang menghasilkan zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet,

19

kemudian masuk kedalam dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus plasmodium vivax dan plasmodium ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (skizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati di sebut hipnozoit, bentuk hipnozoit inilah yang menyebabkan malaria relaps. Pada penderita yang mengandung hipnozoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah atau perubahan iklim (musim hujan), maka hipnozoit akan

terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali (Widoyono, 2005).

4. Cara Penularan Malaria Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara yaitu secara alamiah dan non alamiah : a. Secara Alamiah

Yaitu penularan melalui gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasit malaria. b. Secara Non Alamiah

20

Yaitu penularan yang bukan melalui gigitan nyamuk anopheles sebagai berikut : 1. Malaria Bawaan (Kongenital)

Malaria kongenital adalah merupakan malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejala pada bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan dan minum, kuning pada kulit dan selaput lendir, pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi.

2.

Penularan secara Mekanik

Penularan secara mekanik adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama para pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. 3. Penularan secara Oral

21

Cara

penularan

ini

pernah

dibuktikan dara

pada

ayam

(Plasmodium

gallinasium),

burung

(Plasmodium

relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Rampengan, 1997). 5. Gejala Penyakit Malaria Pada umumnya gejala penyakit malaria yaitu dingin, panas dan berkeringat. Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya (Prabowo, 2004). a. Malaria Tropika

Gejala pada malaria tropika sebagai berikut : 1. 2. 3. Sakit kepala, pusing dan badan terasa lesu. Setelah itu ditubuh demam. Suhu tubuh kadang-kadang naik sekonyong-

konyong, tapi kadang-kadang naik berangsur, suhu dapat intermiten, remitmen atau kontinyu jadi tidak teratur. 4. ada gigilan. 5. 6. 7. Limfa besar, lebih-lebih bila menahan. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Sering dijumpai iterus. Tidak begitu menggigil, kadang-kadang tidak

22

8.

Serangan malaria tak tentu, sekonyong-

konyong demamnya lagi sekali. Sesudah itu turun kembali, keesokan harinya datang lagi demam dan lebih lagi suhunya dari semula. 9. macam b. Malaria Kuartana Gejala malaria tropika dapat bermacam-

Gejala pada malaria kuartana sebagai berikut : 1. Pada interaksi pertama kelihatan demam selama 8-10 jam sesudah itu panas turun sekonyong-konyong. 2. Diantara 2 puncak panas kedapatan 48 jam masa tidak panas. 3. Limfa membesar. 4. Mula-mula penderita merasa tidak enak badan, sakit kepala, mual, mengantuk dan menggigil selama 15-30 menit, kulit penderita menjadi pucat. 5. Suhu tubuh naik menjadi 400C 6. Setelah lebih kurang 4 jam penderita berkeringat terusmenerus suhu tubuh normal c. Malaria Tertiana

Gejala pada malaria tertiana sebagai berikut : 1. Pada interaksi pertama penderita mengalami demam turun naik (intermitea) atau tetap (Kontinyu) lamanya kira-kira 3-5 hari.

23

2. Kemudian penderita menggigil. 3. Pada garis besarnya gejala dan jalannya penyakit sama dengan malaria kuartana (Sjamsunir, 2002). Gambaran khas dari penyakit malaria yaitu : 1. Demam Biasanya sebelum timbul demam, penderita akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Umumnya keluhan seperti ini timbul pada malaria yang disebabkan oleh P. Vivax dan P. Ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh P. Falciparum dan P. malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda-beda waktunya, tergantung dari plasmodium

penyebabnya. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana yang demamnya timbul teratur tiap tiga hari. Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana dan Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika

dengan demam yang timbul teratur tiap empat hari dan P. falciparum menyebabkan malaria tropika dengan demam yang timbul secara tidak teratur tiap 24-48 jam. Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium demam :

24

a.

Stadium menggigil Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari tangannya biru serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti dengan meningkatnya suhu badan.

b.

Stadium puncak demam Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas sekali. Wajah penderita lemah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 410C. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.

c.

Stadium berkeringat Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat,

25

penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Padahal sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2-4 jam. 2. Pembesaran Limpa (Splenomegali) Pembesaran pada limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-lama, konsistensi menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa berangsur normal kembali. 3. Anemia (Turunnya kadar hemoglobin dalam darah) Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai di bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan

pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, dan kurang nafsu makan. Diagnosis anemia ditentukan oleh

pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah. Anemia yang

26

paling

berat

adalah

anemia

yang

disebabkan

oleh

Plasmodium Falciparum (Prabowo, 2004). 6.Penyebaran Malaria Secara epidemiologis, penyebaran penyakit malaria

ditentukan oleh adanya interaksi agen-pejamu-lingkungan yaitu adanya nyamuk yang menjadi vektor malaria, adanya manusia yang rentan terhadap infeksi malaria serta keadaan lingkungan yang mendukung berkembang biaknya vektor, keadaan iklim terutama suhu dan curah hujan serta kontak antara manusia dan vektor (Depkes RI, 1999 dalam Widaryani 2004). Penyebaran Malaria tidak merata, bahkan di negara-negara dimana penyakit ini diketahui sering terjadi daerah geografik dan riwayat perjalanan yang menunjukkan terjadinya paparan adalah penting, selain itu kemungkinan timbulnya malaria (melalui transfusi atau penggunaan jarum yang terkontaminasi) tidak boleh diabaikan karena malaria dapat menyerupai penyakit-penyakit lain yang juga lazim di negara-negara malaria. Malaria merupakan penyakit endemis yang menyerang negara-negara dengan penduduk yang padat. Batas penyebaran malaria adalah 64 lintang utara (Rusia) dan 32 lintang selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut mati) dan 2.600 m di atas permukaan laut (Bolivia), di Indonesia malaria dapat terjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000

27

spesies anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria, di Indonesia ada sekitar 80 jenis anopheles, 24 spesies diantaranya telah terbukti penular malaria (Harijanto, 2000). 7. Pencegahan Penyakit Malaria Pencegahan penyakit malaria secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan : 1. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan

profilaksis atau pengobatan pencegahan. a. Orang yang akan berpergian ke daerah-daerah endemis malaria harus minum obat antimalaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatan sampai empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria. b. Wanita hamil yang akan berpergian ke daerah endemis malaria diperingatkan tentang risiko yang mengancam

kehamilannya. Sebelum berpergian, ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau rumah sakit dan

mendapatkan obat antimalaria. c. Bayi dan anak-anak berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah endemis malaria harus mendapat obat anti malaria karena tingkat kematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.

2. Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk.

28

Daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Maka dari itu disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah terutama pada malam hari. Masyarakat juga dapat memakai minyak anti nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, karena biasanya vektor malaria menggigit pada malam hari (Prabowo, 2004). Tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan : a. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat

kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah seperti kebiasaan menggantung baju di rumah. b. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala

terutama di daerah endemis malaria. c. Menjaga kebersihan lingkungan dengan

membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak. d. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau,

kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur. e. Memelihara ikan seperti kepala timah, gambus,

mujair, nila pada air yang tergenang seperti kolam, sawah dan

29

parit atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang. f. Menanam padi secara serempak atau diselingi

dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala. g. Menyemprot rumah dengan insektisida seperti

DDT (dosis 2 gr permeter persegi) dielderin (dosis gr permeter persegi) dan benzone hexachloride. Penyemprotan dilakukan pada tempat-tempat yang digunakan untuk tempat tidur dan dinding rumah lainnya, terutama di daerah endemis malaria juga tempat bersarangnya nyamuk. h. Pengobatan yang intensif terhadap penderita

malaria akut dan kronis. i. penyuluhan Pendidikan Kesehatan Masyarakat yakni berupa kepada masyarakat mampu meningkatkan

pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit malaria terutama cara pencegahan dan pengobatannya (Sjamsunir, 2002). Pengendalian secara rekayasa pada hakekatnya ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places) dengan melakukan pengelolaan lingkungan yakni melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Manipulasi adalah tindakan sementara sehingga keadaan tidak menunjang kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah perubahan niveau air atau membuat pintu air

30

sehingga salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalah tindakan untuk memperbaiki pengeringan, kualitas lingkungan secara permanen perbaikan seperti tempat

penimbunan

genangan,

pembuangan sampah sementara maupun akhir (TPS, TPA) dan konstruksi serta pemeliharaan saluran drainase (Soemirat, 2002). Menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan mencakup antara lain: a. Penimbunan dari tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air b. Pengaturan dan perbaikan aliran air c. Pengeringan berkala dari suatu sistem irigasi d. Pengeringan dari tempat-tempat yang tergenang air e. Pembersihan tumbuh-tumbuhan liar/semak belukar Cara ini memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan kerjasama lintas sektoral yang memadai. Peranan sektor diluar kesehatan sangat penting dalam mencegah terjadinya tempat perindukan buatan manusia (man made breeding places) di lokasi transmigrasi atau daerah pembangunan ekonomi seperti konstruksi jalan, jembatan dan bendungan (Depkes RI, 2000). 8. Pemberantasan Malaria Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah

kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat

31

malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran antara lain : 1. Penemuan penderita Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara teratur.

Penemuan penderita secara pasif (PCD = Passive Case Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit

pelayanan kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan gejala klinis malaria. 2. Pengobatan penderita Kegiatan pengobatan penderita antara lain : a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium. b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa secara klinis dan pemeriksaan

laboratorium sediaan darah.

32

c. Pengobatan

MDA

(Mass

Drug

Administration),

adalah

pengobatan massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati. d. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000). Obat Anti Malaria yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1- 2 minggu sebelum berangkat sampai 4-6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria. Efek samping : gangguan seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan (Depkes RI, 2000). 3. Pemberantasan vektor Pemberantasan penyemprotan vektor rumah dilakukan antara lain dengan untuk

menggunakan

insektisida

membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000).

33

Ada

beberapa

cara

yang

dapat

digunakan

untuk

memberantas jentik nyamuk Anopheles : a. Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva atau jentik nyamuk seperti oli, solar atau minyak tanah, paris green, temefos, fention, dan lain-lain. Kedalam larvasida juga dimasukkan Bacillus

thuringiensis sejenis bakteri yang dapat membunuh larva oleh karena ia tidak berkembang biak lagi pada setiap kali aplikasi. Dapat juga dengan herbisida yakni zat kimia yang dapat mematikan tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva nyamuk. b. Cara Biologik 1. Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala timah dan ikan mujair 2. Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari seperti pohon bakau 3. Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian. Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah cara kimiawi dengan menggunakan solar atau minyak tanah yang dicampur dengan spreading agent atau zat kimia yang dapat

mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan (Depkes RI, 2000).

34

Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik dalam program pembasmian maupun program pemberantasan malaria. Membunuh nyamuk dewasa biasanya dilakukan dengan menggunakan digunakan di Indonesia adalah insektisida DDT. Cara yang terbanyak genetik yakni

melepaskan nyamuk jantan yang steril (tidak bisa memberikan keturunan) telah lama dicoba akan tetapi hasilnya tidak

memuaskan dan biayanya mahal (Depkes RI, 2000). Faktor lain berkaitan penyakit malaria adalah: 1. Usia, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria. 2. Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya seperti anemia berat, berat badan lahir rendah (BBLR), abortus, partus premature dan kematian janin intraurine. 3. Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk

mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria misalnya orang Negro di Afrika Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah ressw (-) tidak dapat terinfeksi oleh plasmodium vivax karena golongan ini tidak mempunyai reseptornya. 4. Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk immunitas

sehingga akan lebih rentan terhadap infeksi malaria berikutnya.

35

5. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria. 6. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria sangat erat hubungannya dengan infeksi malaria. 7. Status gizi, keadaan gizi tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberpa studi yang menunjukkan bahwa anak yag bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. 8. Immunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah terhadap infeksi malaria (Pribadi, 2004). 9. Vaksinasi, dewasa ini telah berhasil dibuat vaksin malaria yang berasal dari sporosoit atau merosoit. Percobaan pada hewan dan manusia cukup memberi harapan di masa yang akan datang meskipun daya lindungnya singkat sekali dan harganya cukup mahal (Depkes RI, 2000). 10. Lingkungan bionomik a. Lingkungan fisik meliputi suhu (makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik), kelembaban udara

(kelembaban udara yang rendah akan memperpendek umur nyamuk), pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan

36

nyamuk berbeda-beda, arus air terhadap pertumbuhan nyamuk juga berbeda-beda. b. Lingkungan kimia meliputi kadar garam dalam air yang kondusif bagi pertumbuhan Anopheles Sundaicus antara 12% hingga 18%. c. Lingkungan biologik meliputi adanya tumbuhan, lumut,

ganggang, ikan kepala timah, gabus, nila sebagai predator jentik Anopheles serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia. d. Lingkungan sosial budaya meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memepengaruhi derajat kesehatan

masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles (Achmadi, 2005). Jenis-jenis pengobatan dalam pemberantasan malaria: 1. Pengobatan presumtif adalah pengobatan yang diberikan terhadap seseorang yang tersangka menderita malaria sebelum ada konfirmasi laboratorium. Sesudah pasti malaria pengobatan diubah menjadi pengobatan radikal. Obat yang digunakan adalah klorokuin dan primakuin. 2. Pengobatan radikal adalah pengobatan yang diberikan kepada seseorang yang sudah pasti menderita malaria. Jenis

37

pengobatan ini bertujuan mencegah relapse/kambuh. Obat yang digunakan adalah klorokuin dan primakuin. 3. Pengobatan supresif adalah pengobatan yang ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria. Pengobatan ini dilaksanakan di daerah yang transmisinya masih tinggi sehingga kemungkinan reinfeksi cukup besar.obat yang digunakan mungkin klorokuin atau kombinasi klorokuin dan primakuin dalam dosis tunggal (Depkes RI, 2000). Pemberantasan malaria akan diintensifkan melalui

pendekatan Roll Back Malaria (RBM) atau upaya kemitraan global, suatu komitmen internasional dengan strategi sebagai berikut: deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria dan perbaikan kualitas dari pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas personel kesehatan yang terlibat. Yang juga penting adalah pendekatan terintegrasi dari pembasmian malaria dengan kegiatan lain, seperti promosi kesehatan. Roll Back malaria bertujuan mengurangi penderita sebanyak 50% pada tahun 2010 melalui pendekatan partnership (Laihad, 2005).

B.Tinjauan Umum tentang Perilaku Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Skiner, 1938). Indikator perilaku (behavioral indicators) adalah bentuk perilaku yang mengidentifikasikan

38

ada tidaknya suatu atribut psikologi. Salah satu karakteristik utama indikator perilaku adalah rumusannya yang sangat operasional dan berada dalam tingkat kejelasan yang dapat diukur (measureable) dan karenanya dapat dikuantifikasikan (Azwar, 2004). Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap status kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia belum ada penelitian (Notoatmodjo,2003). Menurut Green kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo,2003).

39

Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan mahluk hidup. Perilaku adalah suaru aksi dan reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan rangsangan. Dengan demikian, suatu rangsangan tertentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula

(Notoatmodjo,2005). 1. Bentuk Perilaku Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni : a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan

pengetahuan b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Notoatmodjo,2003). 2. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

40

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usahausaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan.Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri c. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bilamana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya

(Notoatmodjo,2003). 3. Domain Perilaku Kesehatan Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas

41

dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari a). Ranah kognitif (cognitive domain), b). Ranah afektif (affective domain), c). Ranah psikomotor (psycomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari : a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice) (Notoatmodjo,2003). Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons lebih jauh lagi,

42

yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian. Di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang

diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo,2003).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi karena adanya pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (knowledge) apa yang diketahui dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah dilihat atau sesudah menyaksikan, mengalami atau setelah diajari (Notoadmodjo,2003). Pengetahuan adalah bagian dari cognitive domain yakni bagaimana terjadinya proses menjadi tahu yang tingkatannya mulai dari know (tahu), comprehension (pengertian), application (aplikasi),

analysis (analisis), synthesis (sintesis), evaluation (evaluasi). Pada tingkatan know seseorang hanya mampu mengingat sesuatu secara garis besarnya saja. Pada tingkat comprehension seseorang telah

43

mengetahui secara garis besar pokok pengertian tentang sesuatu yang dipelajarinya serta mampu merubah bentuk dan mengintegrasi bahan. Pada tingkat application seseorang telah mampu

menggunakan sesuatu yang diperoleh kepada situasi yang baru. Pada tingkat analysis seseorang telah mampu menganalisa hubungan satu dengan lainnya dalam satu organisasi tertentu menuju tercapainya tingkatan synthesis yang merupakan suatu proses pembentukan kembali suatu sturktur yang baru yang tidak dikemukakan sebelumnya. Tingkat evaluation adalah merupakan tingkat pengetahuan yang dianggap paling tahu dimana seseorang telah mampu melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada (Bloom dalam Notoadmodjo, 2007). Lawrence Green (1980) mengatakan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

(Notoatmodjo,

pengetahuan

seseorang, yaitu : 1. Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

44

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . 2. Mass media / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.

45

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3. Sosial budaya dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui atau buruk. Dengan penalaran apakah yang dilakukan baik seseorang melakukan. akan Status bertambah ekonomi

demikian tidak

pengetahuannya

walaupun

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja

46

akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6. Usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya yang lain usia, seperti khususnya misalnya pada kosa beberapa kata dan

kemampuan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

47

seseorang

akan

menurun

cukup

cepat

sejalan

dengan

bertambahnya usia (Mubarak dkk, 2007). Pengetahuan adalah kognitif dominan yang mempunyai enam tingkatan sebagai berikut:

1.

Tahu (Knowledge)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk meningkatkan kembali (recall) sesuatunya yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi atau mengaplikasikan prinsip yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisa (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

48

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah kemampuan merangkum ataupun menyusun kembali bentuk semula maupun bentuk yang lain dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. 6. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi adalah kemampuan mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya dan juga mampu menilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Notoadmodjo,2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengetahuan kesehatan (health

knowledge) adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan meliputi : 1. Pengetahuan tentang

penyakit menular dan tidak menular. 2. Pengetahuan tentang faktor-

faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan.

49

3.

Pengetahuan

tentang

fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun yang tradisional. 4. menghindari Indikator pengetahuan kesehatan adalah Pengetahuan untuk kecelakaan. tingginya

pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya presentase kelompok responden atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen-komponen kesehatan.

(Notoatmodjo, 2005). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang object pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut : Sp N= Sm Keterangan : N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang didapat x 100 %

50

Sm = Skor tertinggi maksimum Selanjutnya persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :
1. 2. 3. 4.

Baik Cukup

: Nilai = 76-100% : Nilai = 56-75% : Nilai = 40-55%

Kurang

Tidak baik : Nilai < 40% (Sudijono, 2006)

Pengetahuan masyarakat tentang modifikasi dan manipulasi lingkungan sebagai salah satu uapaya yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kualitas lingkungan hidup manusia dan menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor untuk berkembang biak di tempat perindukan nyamuk penyebab malaria perlu dikembangkan sebagai bentuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit malaria (Depkes RI, 2000). Ada keterkaitan antara aspek perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang memicu terjadinya penyakit malaria. Keterkaitan perilaku

penderita tentang penyakit malaria dapat digambarkan dari aspek teori perilaku yakni pengetahuan penderita tentang penyakit malaria yang rendah karena kurang memahami tentang cara penularan penyakit malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles serta bagaimana cara pencegahannya (Afridah, 2009).

51

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, sikap dapat dikatakan suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek yang melibatkan pikiran, perasaan,perhatian dan gejala kejiwaan lainnya.

Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup). Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen pokok, yakni : 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek. Kepercayaan datang dari apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik suatu obyek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek yang mengandung arti bagaimana penilaian orang terhadap obyek. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. 3. Kecenderungan untuk bertindak atau bertingkah laku.

Komponen kognitif dalam sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

52

berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi. Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting, sedangkan menurut tingkatan sikap terdiri dari : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. Memberikan jawaban Menanggapi (Responding) apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari pada sikap. 3. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subyek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain berespon. 4. Bertanggung jawab (Responsible) Segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi. Sikap terhadap kesehatan (health attitude) adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel yaitu:

53

1.

Sikap terhadap penyakit menular

dan tidak menular, mencakup jenis, tanda-tanda atau gejala serta penyebabnya. 2. Sikap terhadap faktor-faktor yang

terkait dan atau mempengaruhi kesehatan. 3. Sikap tentang fasilitas pelayanan

kesehatan yang professional maupun yang tradisional. 4. Sikap untuk menghindari

kecelakaan. Pengukuran sikap (attitude) dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2005). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.. sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan (Mubarak dkk,2007). Sikap yang positif menghantar orang untuk bertindak positif, walaupun bisa saja sebaliknya, tetapi perasaan untuk melakukan terbaik sudah ada, sehingga bisa dikatakan sikap mendorong orang untuk bertindak secara wajar dalam kondisi normal. Karena motivasi merupakan dorongan dari dalam diri. Pengaruh motivasi akan tergambar dari otorisasi atau kecendrungan dalam bertindak didasari oleh motivasi merupakan gambaran perilaku yang sadar, sehingga kesan dari perilaku dapat dinilai berdasarkan motivasi seseorang.

54

Dalam ranah perilaku, motivasi bagian dari sikap karena suatu dasar atas orientasi tindakan. Hal yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu Predispossing factors (pengetahuan, norma, budaya), Enabling factors (sarana dan prasarana) dan Reinforcing factors (tekanan orang lain). Proses perubahan sikap hampir selalu dipusatkan pada caracara manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perubahan sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi itu diperoleh dari pemahaman mengenai organisasi sikap, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses perubahan sikap, terutama yang berkaitan dengan pembentukan stimulus tertentu untuk menghadirkan respon yang dikehendaki. Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap individu dengan memasukan ide-ide, pikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. (Azwar, 2004). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala social. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variable penelitian. Dengan menggunakan skala Likert indikator-indikator yang terukur dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap atau yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

55

Pernyataan Positif Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju =5 =4 =3 =2

Pernyataan Negatif Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju =1 =2 =3 =4

Sangat Tidak Setuju = 1 Rumus yang digunakan : Sp N= Sm Keterangan : N = Nilai sikap Sp = Skor yang didapat Sm = Skor tertinggi maksimum Kirteria Interpretasi Skor : x 100 %

Sangat Tidak Setuju = 5

Angka 0 % - 20 % = Sangat lemah Angka 21% - 40 % = Lemah Angka 41 % - 60 % = Cukup Angka 61 % - 80 % = Kuat Angka 81 % - 100 % = Sangat kuat (Riduwan, 2007). Ada keterkaitan antara aspek perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang memicu terjadinya penyakit malaria. Keterkaitan perilaku

penderita tentang penyakit malaria dapat digambarkan dari aspek teori perilaku yakni sikap penderita terhadap penyakit malaria yang kurang

56

baik karena kurang menganggap nyamuk Anopheles sebagai penular penyakit malaria bukan sesuatu yang perlu diperhatikan secara khusus serta sikap penderita terhadap cara pencegahannya (Afridah, 2009).

E. Tinjauan Umum Tentang Tindakan Menurut Notoadmodjo (2005) tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan atau support dari pihak lain. Tindakan atau praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
1. Perception (persepsi) adalah mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Guided response (respon terpimpin) adalah dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mechanism (mekanisme) adalah apabila telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adoption (adopsi) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang

dengan

baik.

Artinya

tindakan

itu

sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

57

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung yakni dengan pengamatan atau observasi yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall) atau wawancara. Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoadmodjo, 2003). Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun demikian sulit dibedakan refleksi dan gejala kejiwaan yang mana seseorang itu berperilaku tertentu. Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio masyarakat dan sebagainya

(Notoadmodjo, 2005). Ada keterkaitan antara aspek perilaku dalam kehidupan seharihari yang memicu terjadinya penyakit malaria. Keterkaitan perilaku penderita tentang penyakit malaria dapat digambarkan dari aspek teori perilaku yakni tindakan penderita dalam upaya pencegahan penyakit malaria belum mampu menurunkan angka kesakitan, karena beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat bekerja maupun saat istirahat pada malam hari masih berisiko untuk terkena gigitan nyamuk Anopheles.

58

Perilaku atau tindakan masyarakat tersebut terkait dengan lingkungan tempat tinggal yang secara alami merupakan habitat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk malaria (Afridah, 2009). Dalam menurunkan angka kejadian penyakit malaria sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan kesehatan pemerintah. Partisipasi dimana masyarakat individu, dalam bidang maupun

adalah

keadaan

keluarga

masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya (Depkes RI, 2000).

F.Kerangka Teori
Pengendalian jentik nyamuk melalui cara kimiawi dengan larvasida dan herbisida dan cara biologik dengan ikan pemakan jentik Menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan Pencegahan terhadap parasit dengan pengobatan profilaksis atau pengobatan pencegahan

Kejadian Malaria

59

Pengendalian nyamuk dewasa melalui insektisida dan cara genetik Pencegahan terhadap gigitan nyamuk atau vektor Faktor usia, jenis kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, sosial ekonomi, status gizi, immunitas, vaksinasi dan lingkungan bionomik

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian berdasarkan Depkes RI (2000), Prabowo (2004), Pribadi (2004), Achmadi (2003) dan Modifikasi Peneliti Berdasarkan teori dari Depkes RI (2000), Prabowo (2004),

Pribadi (2004), Achmadi (2003) Pengendalian jentik nyamuk melalui cara kimiawi dengan larvasida dan herbisida dan cara biologik dengan ikan pemakan jentik hal ini mendapat perhatian lebih besar karena resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin dan penolakan terhadap penyemprotan rumah adalah beberapa faktor yang menyebabkan para ahli memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kegiatan anti larva. Menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan mencakup kegiatan penimbunan dari tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air, pengaturan dan perbaikan aliran air, pengeringan berkala dari suatu sistem irigasi, pengeringan dari tempat-tempat yang tergenang air, pembersihan tumbuh-tumbuhan liar/semak belukar. Pencegahan terhadap

60

parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis atau pengobatan pencegahan dan pencegahan terhadap vektor atau gigitan nyamuk meliputi pemakaian kelambu, kawat kasa, baju dan celana lengan panjang, obat anti nyamuk, kebersihan lingkungan, pemeliharaan predator dan hewan ternak. Selain itu, pengobatan terhadap penderita malaria merupakan hal yang sangat penting meliputi pengobatan presumtif, pengobtan radikal dan pengobtan supresif. Pengendalian nyamuk dewasa merupakan cara utama yang diterapkan baik dalam program pembasmian maupun program

pemberantasan malaria, pengendalian nyamuk dewasa melalui insektisida seperti DDT dan cara genetik yakni melepaskan nyamuk jantan yang steril.

Faktor lain berkaitan penyakit malaria adalah: 1. Usia, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria. 2. Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya seperti anemia berat, berat badan lahir rendah (BBLR), abortus, partus premature dan kematian janin intraurine. 3. Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria misalnya orang Negro di Afrika Barat.

61

4. Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk immunitas sehingga akan lebih rentan terhadap infeksi malaria berikutnya. 5. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria. 6. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria sangat erat hubungannya dengan infeksi malaria. 7. Status gizi, keadaan gizi tidak menambah kerentanan terhadap malaria 8. Immunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga mempunyai

pertahanan alamiah terhadap infeksi malaria. 9. Vaksinasi, dewasa ini telah berhasil dibuat vaksin malaria yang berasal dari sporosoit atau merosoit. 10. Lingkungan bionomik meliputi lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik, lingkungan sosial budaya. Faktor perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam kasus ini pengetahuan dan sikap mempengaruhi tindakan penderita dalam kehidupan sehari-hari serta tindakan mempengaruhi angka kesakitan malaria seperti tidur tidak menggunakan kelambu, sering keluar malam hari tidak mengenakan baju atau celana panjang, tidak mengetahui gejala

62

penyakit malaria, tidak membersihkan genangan air dan tidak pernah mengikuti program penyuluhan.

You might also like