You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya di dalam tubuh dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1. Sistem saraf pusat atau sistem saraf sentral terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. 2. Sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf motoris dan sensoris. Saraf perifer berfungsi mengantarkan impuls dari reseptor ke susunan saraf pusat kemudian ke efektor. Rangsangan seperti sakit, panas, rasa, dan cahaya mula-mula diterima oleh reseptor kemudian lanjut ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar dan reaksi emosional. Sedangkan analgetik narkotika menekan reaksi psikis yang ditimbulkan oleh rasa sakit tersebut. Susunan saraf pusat dapat ditekan seluruhnya secara tidak spesifik oleh zat-zat pereda sakit seperti hipnotika dan sedatif. Obat yang dapat merangsang susunan saraf pusat tersebut yaitu analgetik dan obat antidepresi. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik, sedatif (menyebabkan tidur), psikotropik (menghilangkan gangguan jiwa),

antikonvulsan (menghilangkan kejang), analgetik mengurangi sakit, opioid, analgetik, antiperetik, anti infalamis, dan perangsangan susunan saraf pusat.

Psikotropik merupakan obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan, dan pengamalan. Sedangkan antikanvulsan atau antiepilepsi adalah obat yang digunakan untuk penyakit kejang-kejang atau penyakit epilepsi. Dimana epilepsi adalah gangguan klonik muatan listerik spontan abnormal dari neuron kortikal dengan atau tanpa kesadaran. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek farmakologi dari obat pisikotropik dan antikonvulsan pada pemberian terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)

B. Maksud dan Tujuan Percobaan 1. Maksud Percobaan. Mengetahui dan memehami efek farmakologi dari obat yang bekerja pada susunan saraf pusat yang diberikan pada hewan coba. 2. Tujuan Percobaan. a. Mengetahui efek farmakologi obat psikotropik dari reserpin terhadap mencit (Mus musculus). b. Mengetahui efek farmakologi obat antikonvulsan dari fenobarbital terhadap mencit (Mus musculus) dengan metode rolling roller apparatus.

C. Prinsip Percobaan. 1. Penentuan efek farmakologi obat yang bekerja pada su sunan saraf pusat golongan psikotropik dari klonidin, amitripilin, dan klorpromazin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) setelah diinduksi dengan reserpin berdasarkan parameter pembukaan kelopak matanya. 2. Penentuan efek farmakologi obat yang bekerja pada susunan saraf pusat golongan antikonfulsan dari fenitoin dan fenobarbital dengan striknin sebagai penginduksi berdasarkan lama waktu yang dibutuhkan mencit ( us M musculus) tidak jatuh dari rolling apparatus berdasarkan onset dan durasinya 3. Penentuan efek farmakologi obat yang bekerja pada susunan saraf pusat golongan antikonfulsan seperti striknin,fenitoin, dan

fenobarbitalmberdasarkan pengamatan terhadap respon hewan coba berupa kejang berdasarkan parameter durasi, onset, serta tingkalaku mencit (Mus musculus).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Epilepsi merupakan serangan kejang akibat abnormalitas muatan listerik pada neuron selebral, yang ditandai dengan kejang-kejang disertai kehilangan kesadaran. Obat antikonvulsan bekerja dengan menekan manipulasi impuls listerik abnormal pada pusat kejang yang disebarkan ke daerah korteks lain tanpa menghilangkan penyebab kejang ( Sutedjo 2008, 230). Epilepsi atau sawan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel sel saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik.

Ada beberapa jenis epilepsi dan yang paling umum adalah bentuk grand mal, petit mal dan temporal.Grand mal cirinya adalah kejang kaku bersama kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya kesadaran untuk sementara. Penderita kadang-kadang menggigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin atau feses, petit malcirinya serangan yang singkat, antara beberapa detik sampai setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Gejalanya berupa keadaan termangu-mangu (pikiran kosong, kehilangan respon sesaat), muka pucat, pembicaraan terpotong-potong atau mendadak berhenti mendadak, temporal atau psikomotorpada serangan parsial ini, kesadaran menurun hanya untuk sebagian tanpa hilangnya ingatan.

Penderita memperlihatkan kelakuan tidak sengaja tertentu seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran (Tjay 2007, 415-416).
Mekanisme karja obat epilepsi yaitu GABA (gamma aminobutirat acid),di otak terdapat dua kelompok neurotransmitter yaitu neuroadrenalin dan serotonin yang memperlancar transmisi rangsangan listrik di sinaps sel saraf. Selain itu juga terdapat zat-zat yang neurotransmisi antara lain GABA dan glisin. Asam amino GABA memiliki efek dopamin lemah yang berdaya menghambat produksi prolaktin oleh hipofisis. GABA terdapat praktis di seluruh otak dalam dua bentuk yaitu GABA-A dan GABA-B yang daya kerjanya berhubungan erat denag reseptor benzodiazepin.

You might also like