You are on page 1of 20

UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Oleh: Drs. Abd.

Muluk

I.

Pendahuluan

Madrasah diyakini menjadi lembaga pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik pada ranah yang lebih komprehensif, meliputi aspek-aspek intelektual, moral, spiritual dan ketrampilan secara padu. Madrasah diyakini mampu mengintegrasikan kematangan religius dan keahlian ilmu modern kepada peserta didik sekaligus. Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidaktidaknya mempunyai empat latar belakang, yaitu: (1) Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam. (2) Usahapenyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah suatu sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah.(3) Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka. (4) Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi1 Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, madrasah selain telah berhasil membina dan mengembangakan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia. Disamping itu, madrasah juga sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.Namun demikian, performa madrasah sampai pada saat ini masih sangat rendah. Akan tetapi tidak semua madrasah kondisi dan prestasinya kurang baik. Ada madrasah yang performa dan prestasinya jauh lebih unggul di banding sekolah umum pada umumnya. Hanya saja, jumlah madrasah yang tergolong maju seperti itu masih sangat sedikit, sehingga menimbulkan kesanstigmatik, jika menyebut madrasah, maka yang tergambar adalah sekolah yang kurang maju.
1

Lihat Abdul Mujib dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), hlm 241.

Sampai saat ini jumlah madrasah di Indonesia cukup signifikan, yaitu sebanyak 72.650 buah, tetapi dari sekian ribu madrasah tersebut sebagian besar kondisinya masih cukup memprihatinkan. Sebab itu menjadi tanggung jawab bersama untuk melakukan inovasi dan pengembangan lembaga madrasah ini karena keberadaanya sebagai sub sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang sama dengan lembaga pendidikan lain, yakni berusaha meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Menurut H.A.R. Tilaar, perludiupayakan reposisi pendidikan madrasah agar sesuai dengan paradigma baru tuntutan dan harapan masyarakat dan pembangunan bangsa.2 Usaha peningkatan mutu pendidikan madrasah telah banyak dilakukantetapi hasilnya belum begitu menggembirakan. Pengembangan mutu pendidikan madrasah harus dilakukan oleh segenap warga madrasah, termasuk komite madrasah. Kelihatannya penjaminan mutu sifatnya sangat muluk dan susah terjangkau. Akan tetapi hal itu sebenarnya sederhana, apabila setiap warga madrasah sudah memahami standar nasional pendidikan, dengan memahami hal itu maka akan diketahui arah kemana penjaminan mutudilakukan. Berbagai studi dan pengamatan langsung dilapangan menunjukkan beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan mutu pendidikan madrasah tidak mengalami peningkatan secara merata. Kaitannya dengan problem internal kelembagaan, bahwa probleminternal madrasah yang selama ini dirasakan, sepe dikatakan A. Malik Fadjar dalam rti buku karangan Marno,meliputi seluruh sistem kependidikannya, terutama sistem manajemen dan etos kerja madrasah, kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, dan sarana fisik dan fasilitasnya. Problem semacam itu, seperti yang dipaparkan Imam Suprayogo, karena posisi madrasah berada dalam lingkaran setan, sebuah problem yang bersifat causal relationship; dari program dana yang kurang memadai, fasilitas kurang, pendidikan apa adanya, kualitas rendah, semangat mundur, inovasi rendah, dan peminat kurang, demikian seterusnya bagai lingkaran

Lihat Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hlm 71-72. 2

setan.3 Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar mampu menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan perubahan yang signifikan, ke arah pencapaian visi dan misi lembaga, sehingga akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Teori pengembangan mengatakan bahwa berkembang bukanlah mulai dari NOL, akan tetapi selalu ada modalnya. Itulah sebabnya sebelum menentukan langkah pengembangan diperlukan sebuah kegiatan penting, yaitu penilaian terhadap keadaan awal dari hal yang akan dikembangkan. Menurut Fakry dalam awal proses, sebelum melakukan perencanaan seorang perencana perlu mempunyai gambaran tentang faktor-faktor yang berpengaruh dan harus dipertimbangkan, agar tidak menjumpai hambatan dalam implementasinya. Manajemen Peningkatan Mutu bisa menjadi bahan pertimbangan yang memungkinkan para profesional pendidikan dapat beradaptasi dengan kekuatan perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki sistim pendidikan. Oleh sebab itu penulis akan membuat analisis dalam tulisan ini tentang upaya peningkatan mutu madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una.

II. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam tulisan meliputi: 1. Masih rendahnya kinerja kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan yang ada di madrasah. 2. Proses pengelolaan kegiatan pembelajaran di madrasah masih berjalan secara konvensional 3. Masih Minimnya sumber pendanaan madrasah

III. Analisis Masalah

1. Peningkatan kinerja dan kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada di Madrasah Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi madrasah
3

untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan madrasah. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan madrasah tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan madrasah. Tuntutan madrasah untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu berubah. Perubahan perlu mendapat dukungan manajemen puncak sebagai langkah pertama yang penting untuk dilakukan bukan hanya sekedar lip service saja. Pemimpin harus dapat memobilisasi sebuah tim, proses pekerjaan harus dapat dikembangkan dan proses sumber daya manusia harus menjadi fokus utama. Perubahan dan peningkatan peran fungsi sumber daya manusia sangat esensial untuk mendukung keberhasilan organisasi. Sumber daya manusia terkait dan mempengaruhi kinerja

organisasional dengan cara menciptakan nilai atau menggunakan keaHlian sumber daya manusia yang berkaitan dengan praktek manajemen dan sasarannya cukup luas, tidak hanya terbatas pengelola dan penyelenggara operasional semata, namun juga meliputi tingkatan manajerial. Sumber daya manusia sebagai penggerak organisasi banyak dipengaruhi oleh perilaku para pesertanya (partisipannya) atau aktornya. Keikutsertaan sumber daya manusia dalam organisasi diatur dengan adanya pemberian wewenang dan tanggung jawab. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab yang harus dicapai pengelola dan penyelenggara dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan dan disepakati oleh pengelola
4

dan penyelenggara dan atasan. Pengelola dan penyelenggara bersama atasan masing-masing dapat menetapkan sasaran kerja dan standar kinerja yang harus dicapai serta menilai hasil-hasil yang sebenarnya dicapai pada akhir kurun waktu tertentu. Peningkatan kinerja pengelola dan penyelenggara secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktifitas. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan penilaian kinerja

merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan madrasah. Dukungan dari tiap manajemen yang berupa pengarahan, dukungan sumber daya seperti, memberikan peralatan yang memadai sebagai sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam pendampingan, bimbingan, pelatihan serta pengembangan akan lebih mempermudah penilaian kinerja yang obyektif. Faktor penilaian obyektif memfokuskan pada fakta yang bersifat nyata dan hasilnya dapat diukur, misalnya kuantitas, kualitas, kehadiran dan sebagainya. Sedangkan faktor-faktor subyektif cenderung berupa opini seperti menyerupai sikap, kepribadian, penyesuaian diri dan sebagainya. Faktor-faktor subyektif seperti pendapat dinilai dengan meyakinkan bila didukung oleh kejadian-kejadian yang terdokumentasi. Dengan

pertimbangan faktor-faktor tersebut diatas maka dalam penilaian kinerja harus benar-benar obyektif, yaitu dengan mengukur kinerja pengelola dan penyelenggara yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Penilaian kinerja yang obyektif akan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku ke arah peningkatan produktivitas kinerja yang diharapkan. Kompetensi kinerja dapat diartikan sebagai perilaku-perilaku yang ditunjukkan mereka yang memiliki kinerja yang sempurna, lebih konsisten dan efektif, dibandingkan dengan mereka yang memiliki kinerja rata-rata. Mengevaluasi kompetensi-kompetensi yang dimiliki seseorang, kita akan
5

dapat memprediksikan kinerja orang tersebut. Kompetensi dapat digunakan sebagai kriteria utama untuk menentukan kerja seseorang. Misalnya, untuk fungsi profesional, manajerial atau senior manajer. Pengelola dan penyelenggara yang ditempatkan pada tugas-tugas tersebut akan

mengetahui kompetensi-kompetensi apa saja yang diperlukan, serta cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai promosi ke jenjang posisi berikutnya. Madrasah sendiri hanya akan mempromosikan pengelola dan penyelenggara yang memenuhi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dan dipersyaratkan oleh madrasah. Madrasah tidak terlepas dari kondisikondisi di atas karena itu madrasah perlu memperbaiki kinerja pengelola dan penyelenggara. Madrasah perlu mengembangkan model kompetensi yang berintegrasi dengan tolok ukur penilaian kinerja yang dapat dijadikan dasar pengembangan sumber daya manusia. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif, maka madrasah dituntut untuk memberdayakan dan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk sumber daya manusia. Mengelola sumber daya manusia di organisasi madrasah dengan berbagai ragam sifat, sikap dan kemampuan manusia agar mereka dapat bekerja menuju satu tujuan yang direncanakan madrasah. sumber daya manusia sebagai pelaku organisasi mempunyai perbedaan dalam sikap (attitude) dan pengalaman (eksperimen). Perbedaan tersebut menyebabkan tiap individu yang melakukan kegiatan dalam organisasi mempunyai kemampuan kerja atau kinerja (performance) yang masing-masing berbeda juga.
2. Mewujudkan pengelolaan kegiatan pembelaran yang inovatif dan kreatif

Metode dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk mengatasi kejenuhan ketika proses belajar mengajar akan berlangsung. Beberapa metode mengajar yang dapat dipilih oleh guru antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode karyawisata. Metode sosio drama serta metode demonstrasi.
6

Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, karena salah satu penunjang keberhasilan pendidikan adalah penggunaan metode mengajar yang tepat. Metode pembelajaran di Madrasah pada kabupaten tojo UnaUnamasih didominasi oleh pendekatan konvensional yang merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak atau satu arah dari guru ke peserta didik, metode lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih banyak menekankan konsep-konsep bukan kompetensi. Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Metode konvensional yang paling banyak digunakan oleh guru adalah metode ekspotori. Metode ekspotori ini sama dengan mengajar yang biasa (tradisional). Dengan demikian pendekatan konvensional adalah proses

pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara peserta didik lebih pasif sebagai penerima ilmu. Selain itu, dalam pendekatan konvensional guru jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong peserta didik untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperliHatkan suatu konsep. Maka, tak heran jika banyak peserta didik sekarang yang kehilangan sifat kritisnya serta malu dan takut untuk mengungkapkan pendapatnya atau hanya sekedar untuk bertanya. Dalam kenyataan sehari-hari sejumlah guru yang menggunakan
7

metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin

merugikan semua pihak terutama pihak peserta didik dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Munculnya kebijakan pemerintah tentang pendidikan yang bersifat sentralistik berubah ke pendidikan desentralistik dilatarbelakangi oleh perubahan dan tuntutan masyarakat dalam dimensi global. Aspirasi masyarakat terutama para orang tua ingin anak-anaknya dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat merubah sikapnya, menerima norma-norma serta menguasai sejumlah keterampilan. Atas dasar keinginan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi inilah pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan dengan paradigma baru dan pendekatan pembelajaran yang lebih aktual. Salah satu alternatif dan tawaran adalah model pendekatan demokratis merupakan pendidikan mampu melayani setiap perbedaan dan kebutuhan individu

(berdiversifikasi). Individu di sini yaitu peserta didik, dimana setiap kemampuan yang dimiliki selalu berbeda-beda, tergantung bagaimana lingkungan madrasah membentuknya. proses pembelajaran yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik seharusnya harus meninggalkan cara-cara dan model yang konvensional sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Kenyataan saat ini, banyak diantara pendidik yang masih
8

melaksanakan proses pembelajaran secara konvensional bahkan diantaranya belum menguasai teknologi informasi seperti komputer dan internet. Padahal, dengan penguasaan teknologi informasi tersebut akan

mempermudah tugas rutin para guru. Selama ini, tugas tersebut dilakukan guru secara manual. Kurangnya penguasaan komputer tersebut bukan karena tidak tersedianya sarana komputer di sekolah, namun karena kurang kemampuan dan kemauan. Sehingga, komputer tersebut lebih banyak digunakan oleh bagian tata usaha. Akibatnya, saat seorang guru yang memerlukan jasa komputer, cenderung untuk minta bantuan tenaga karyawan tata usaha. Sudah selayaknya profesi sebagai seorang pendidik membutuhkan kompetensi yang terintegrasi baik secara intelektual-akademik, sosial, pedagogis, dan profesionalitas yang kesemuanya berlandaskan pada sebuah kepribadian yang utuh pula, sehingga dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik senantiasa dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan relevan.
3. Ekspolorasi terhadap potensi dan daya jual madrasah

Salah satu problem dalam pengelolaan dan pengembangan madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una, baik madrasah aliyah yang berstatus negeri terlebih lagi madrasah aliyah yang berstatus swasta adalah problem pendanaan. Dengan dana yang terbatas tentu saja menjadikan sulit bagi para pengelola untuk mengembangkan madrasah menjadi suatu lembaga pendidikan yang berkualitas. Di negara mana pun di dunia ini yang namanya dana pendidikan menjadi determinan kualitas pendidikan itu sendiri. Kurangnya dana di kalangan madrasah, merupakan hal yang sangat memperihatinkan karena dengan kekurangan dana tersebut menyebabkan adanya stigma yang berkembang di masyarakat bahwa kebanyakan madrasah kita; dari kondisi fisiknya yang kurang bersih, kualitas gurunya
9

yang dipertanyakan, sampai dengan rendahnya mutu pendidikan yang melekat pada lembaga madrasah itu sendiri. Pendanaan yang minim merupakan keluhan hampir sama dari semua pengelola madrasah.Minimnya dana merupakan salah satu merupakan salah satu kendala dalam mengelola dan mengembangkan madrasah. Anggaran dana untuk kegiatan operasional pendidikan dan pembelajaran, serta kegiatan manajerial yang diajukan ke Pemerintah, selalu kurang dari yang diusulkan. Dengan kondisi demikian terpaksa memangkas kegiatan-

kegiatan yang telah direncanakan dan memprioritaskan kegiatan-kegiatan mendesak terutama pendidikan dan pembelajaran. Dengan kondisi demikian upaya pengembangan madrasah yang berorientasi mutu secara keseluruhan mengalami hambatan.
IV. Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi dan nalisis masalah diatas, penulis menawarkan alternatif pemecahan masalah melalui pengembangan madrasah

perspektif manajemen mutu terpadu, merupakan orientasi dan implementasi untuk mewujudkan madrasah yang bermutu. Proses penerapan manajemen mututerpadu, bukan suatu proses manajeman yang sulit dan rumit, namun yang terpenting adalah orientasi dankomitmen terhadap pencapaian mutu. Penerapan manajeman mutu yang dimulai dari proses perencanaan dan persiapan yang matang bagi seluruh pihak yang terlibat dalam organisasi. Berdasarkan kondisi obyektif madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una, maka proses penerapan manajemen mutu meliputi beberapa langkah penerapan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. Komitmen Mutu dari Manajemen Puncak. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, pimpinan madrasah belum tegas dalam menentukan orientasi pendidikan di madrasah yang
10

meliputi orientasi keahlian (skill oriented) dan orientasi akademik (study oriented ). Tidak ada lembaga quality assurance di tiap madrasah berdasarkan pada orientasi pendidikan yang dimaksud di atas untuk memberikan respek kritis terhadap arak kebijakan dan evaluasi mutu pendidikan di madrasah. Masih lemahnya komitmen kepala madrasah dalam menentukan manajemen mutu. Mereka belum melakukan studi kelayakan (feasibility study) di masyarakat guna mendapatkan data dan informasi dalam kebutuhan dan strategi pencapaian mutu pendidikan

penentuan

madrasah.Kurangnya pendekatan preskriptif yang pro aktif sebagai solusi pencapaian arah orientasi mutu dimaksud.Belum menetapkan standar yang baku, jelas dan tegas terhadap orientasi mutu pendidikan dalam hal ini skill oriented dan study oriented. Berdasarkan data empirik diatas, maka solusi pemecahan

masalahnya adalah sebagai pemegangmanajemen puncak yang dalam hal ini adalah kepala madrasah, perlu secara bersungguh-sungguh membangun komitmen untuk melaksanakan manajemen mutu, sebagai langkah awal dan kunci utama menuju pengelolaan dan pengembangan madrasah yang berorientasi pada manajemen mutu. Tanpa komitmen yang tinggi implementasi manajemen mutu terpadu tidak akan mungkin terjadi.

b. Membentuk Koordinator Manajemen Mutu Realitas di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya komitmen kepala madrasah terhadap pengembangan madrasah di kabupaten Tojo Una-Una yang berperspektif manajemen mutu disebabkan oleh tidak adanya badan atau komite manajemen mutu terpadu. Hal ini mengakibatkan pihak pengelola madrasah tidak memiliki data sekaligus analisis pemetaan potensi madrasah secara akurat.
11

Dalam hal ini walaupun semua madrasah aliyah sudah memiliki basis data,sepertidata guru, data siswa, denah lokasi madrasah, data kurikulum serta data pendukung proses belajar mengajar lainnya, namun data dan analisis potensi serta pemetaan madrasah hal ini menyebabkan pihak madrasah untuk memprediksi tentang input peserta didik. Pihak pengelola madrasah juga belum mengadakan evaluasi rutin kinerja quality assurance yang ada disetiap madrasah sehingga akuntabilitas dan reliabilitas penentu kebijakan mutu madrasah dapat tercapai. Berdasarkan data empirik di atas, maka langkah pemecahan yang dapat ditempuh adalah membentuk komite atau koordinator manajemen mutu. Komite ini bertugas untuk memantau proses penerapan manajemen mutu terpadu agar sesuai dengan persyaratan standar dalam sistem manajemen mutu terpadu. Komite juga berfungsi mengangkat atau menunjuk satu atau lebih auditor internal. Auditor internal merupakan orang-orang yang bebas dari fungsi yang diuji dan seharusnya dilatih terlebih dahulu sebagai penilai. Anggota-anggota dari komite ini mewakili setiap fungsi dalam organisasi madrasah. Komite pengarah juga berfungsi sebagai sumber informasi dan penasihat atau konsultan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan manajemen mutu terpadu. Di Kabupaten Tojo Una-una khususnya dan Sulawesi Tengah umumnya sesungguhnya telah memiliki suatu badan semacam komite atau badan yang bertugas untuk memberikan pendampingan dalam hal peningkatan mutu yakni Pusat Pengembangan Madrasah (PPM).

Keberadaan badan ini yang seyogyanya diberdayakan untuk membantu dalam hal upaya-upaya pengembangan madrasah yang berperspektif manajemen mutu.

12

c. Mempelajari dan Mengidentifikasi Persyaratan-Persyaratan Standar dari Manajemen Mutu Terpadu. Salah satu langkah dalam tahap penerapan perencanaan manajemen mutu terpadu di madrasah mempelajari dan mengidentifikasi persyaratanpersayaratan standar manajemen mutu terpadu. Data empirik melalui observasi dan identifikasi menunjukkan bahwa kinerja dan progress report guru-guru dan kepala madrasah masih dibawah standar manajemen mutu. Hal ini disebabkan belum adanya standar kerja baku yang terukur dan dapat diimplementasikan untuk mengontrol kinerja tersebut. Langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan penjabaran regulasi dan aturan sebagai implementasi dari delapan standar nasional pendidikan yang dirancang oleh instrumen pendidikan di madrasah serta berkoordinasi dengan Pokjawas Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah harus membuat regulasi atau peraturan standar implementatif. Memberdayakan fungsi Pusat Pengembangan Madrasah (PPM) sebagai lembaga semi otonom yang berperan aktif dalam advokasi atau pendampingan dalam proses kinerja mutu madrasah secara kongkrit. Memberi kewenangan kepada Pusat Pengembangan Madrasah untuk merumuskan berbagai aspek yang berkaitan dengan pemutuan, seperti evaluasi dan oengembangan kurikulum, pelatihan-pelatihan untuk mutu pendidikan madrasah yang

meningkatkan kapasistas sumber daya madrasah, dengan upaya tersebut dapat menjadi daya dukung yang kuat bagi pengembangan madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una.

13

d. Melakukan Pelatihan (Training) terhadap Semua Anggota Organisasi Madrasah. Guru merupakan anggota organisasi dalam madrasah dan juga menjadi salah satu penentu dan motivator dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Peran guru dalam penerapan manajemen mutu terpadusangat menentukan keberhasilan implementasi manajemen mutu terpadu. Karena itu mereka harus benar-benar mengerti tentang sistem manajemen mutu terpadu. Pemahaman terhadap hal ini diperoleh guru Madrasah Aliyah di Kota Palu melalui serangkaian pelatihan tentang manajemen mutu terpadu. Hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una telah dilakukan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan madrasah setiap tahun ajaran. Tetapi outcome dan follow up dari kegiatan pelatihan tersebut belum kena sasaran dan target peningkatan mutu di madrasah. Terbukti dengan beberapa pelatihan tentang strategi pembelajaran yang konstruktif hanya 40 % diimplementasikan di madrasah. Bahkan tenaga pendidik yang dilatih membuat Silabus dan RPP, hanya 20 % dari tenaga pendidik tersebut mampu membuat Silabus dan RPP. Sekalipun upaya-upaya pemberdayaan terhadap pengelola madrasah dan guru, namun hasilnya belum memnunjukkan hasil yang maksimal, oleh karena itu, sangat perlu untuk selalu mengadakan pelatihan-peltihan yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan kelembagaan. Dengan pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan akan selalu memberi wawasan kepada pimpinan dan guru-guru yang ada di madrasah, tentang pentingnya manajemen mutu. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka langkah pemecahan masalah ditunjukan pada tabel berikut ini :
14

Rancangan Pelatihan Orientasi Mutu Madrasah di kabupaten Tojo Una-Una


Pelatihan Outcome Entepreneurshi Pengelola/manajerial p di Madrasah madrasah mampu mengimplementasikan gagasan strategi mutu pendidikan madrasah di masyarakat Manajerial dan Pengelola/manajerial kelembagaan madrasah mampu Madrasah mengelolah madrasah berbasis kinerja Pembuatan bahan ajar Sasaran Kepala Madrasa h Pelaksanaan Setiap tahun ajaran baru dan berdasarkan feasibility study di masyarakat.

Pembuatan modul pembelajaran interaktif Pembuatan SAP dan GBPP Bimbingan Pembuatan modul teknis pembelajaran berbasis pembelajaran teknologi informasi inovatif (ICT) Pembuatan Pembuatan website Admin profil dan madrasah dengan madrasah media konten profil madrasah, informasi data guru, siswa, dan madrasah informasi pendaftaran siswa baru

Kepala Rutin setiap empat Madrasah bulan sekali dengan menganalisis kebutuhan manajemen organisasi madrasah Tenaga 3 tahun sekali pendidik mengevaluasi setiap SAP dan GBPP yang ada Tenaga Satu kali pelalaksanan pendidik dan mengevaluasi penggunaannya Satu kali pelalaksanan dan mengevaluasi penggunaannya Maintenance data dan informasi secara update dan akurat

e. Melakukan Peninjauan Ulang Manajemen (Management Review). Kepala madrasah mendelegasikan tanggung jawab kualitas dari pelaksanan manajemen mutu terpadu kepada seorang management representative yang berasal dari lembaga yang terpercaya. Tinjauan ulang manajemen dimulai dengan memfokuskan pada persyaratan-persyaratan standarmanajemen mutu terpadu. Berdasarkan data empirik menunjukkan bahwabelum ada

manajemen representative dalam hal ini quality assurance di madrasah yang berfungsi merumuskan strategi manajemen mutu terpadu untuk arah kebijakan pengelola madrasah dalam membuat regulasi atau aturan
15

pengelolaan madrasah berkualitas. Berdasarkan realitas di atas, langkah yang ditempuh adalah Membentuk quality assurance di madrasah sebagai unit pelaksanaan teknis perumusan implementasi pencapaian mutu madrasah. Berkoordinasi pro aktif antara pihak Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tengah dengan kepala madrasah dalam merumuskan strategi pencapaian mutu terpadu madrasah dalam bentuk regulasi dan kebijakan yang

mengikat.Mengimplementasi, monitoring dan evaluasi setiap rumusan mutu madrasah yang dibuat kepada setiap tenaga kependidikan yang ada di madrasah.Memberikan sanksi tegas kepada setiap tenaga kependidikan yang melanggar regulasi/aturan dalam bentuk saksi administratif. f. Melaksanakan Audit Sistim Manajemen Mutu Terpadu Pelaksanaan audit sistim manajemen mutu terpadu merupakan langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Dalam pelaksanaannya auditor kualitas internal yang telah memperoleh pelatihan tentang audit manajemen mutu terpadumemeriksa sistem manajemen mutu terpaduyang ada di madrasah, bertanggung jawab unttuk melakukan audit internal untuk mengaudit kelayakan dan standar sistem manajemen mutu terpadu. Auditor kualitas internal terdiri dari beberapa orang yang berasal dari madrasah telah dilatih sehingga memahami secara baik tentang proses auditing dari sistem manajemen mutu terpadu. Hasil-hasil dari audit kualitas internal harus menunjukkan bahwa sistem manajemen mutu terpaduyang ada telah memenuhi persyaratan-persyaratan standar dalam sistem manajemen mutu terpadu. Implementasi manajemen mutu di Madrasah akan memberikan

manfaat yang besar dalam meningkatkan kinerja madrasah dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas baik berstandar nasional maupun international.
16

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil madrasah dan siswa dalam penerapan manajemen mutu terpadu, adalah : 1) mampu membuat sistem pendidikan di madrasah menjadi standar pendidikan nasional maupun international, 2) meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen madrasah melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi lebih baik, 3) meningkatkan kesadaran kualitas pada guru dan siswa dimana terjadi perubahan positif dalam hal kultur kualitas dari guru dan siswa, karena terdorong untuk meningkatkan kualitas yang telah dicapai, 4) meningkatkan mental dan kepercayaan diri guru dalam mengajar karena adanya kejelasan kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan, 5) mengharumkan nama baik madrasah karena sudah menerapkan manajemen mutu terpadu, 6) madrasah yang telah menerapkan manajemen mutu terpadudiijinkan untuk

mengiklankan pada media massa bahwa sistem manajemen madrasah tersebut telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image madrasah serta daya saing dalam memasuki pasar global, 7) menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai standar nasional dan internasional, 8) meningkatkan daya saing dalam skala domestik dan juga skala internasional. Selain bermanfaat bagi pihak madrasah dan siswa, penerapan manajemen mutu juga memberikan manfaat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan orang tua siswa dengan adanya jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam manajemen mutu terpadumenunjukkan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi y ang berkaitan dengan kualitas telah direncanakan dengan baik.

V. Kesimpulan
17

1. Problema dalam pengembangan dan peningkatan mutu madrasah di Kabupten tojo Una-Una adalah rendahnya kinerja kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di madrasah sehingga belum

memberikan dukungan optimal dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran di madrasah, masih adanya proses pembelajaran yang konvesional, dan keterbatasan dana.
2. Analisis pemecahan masalah pengembangan mutu pendidikan di

madrasah

pada

Kabupaten

Tojo

Una-Una

meliputi:

a)

Peningkatan kinerja dan kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada di Madrasah, b) Mewujudkan pengelolaan kegiatan pembelaran
yang inovatif dan kreatif, dan c) Mengespolarasi potensi dan daya jual madrasah. 3. Alternatif pemecahan masalah terhadap peningkatan mutu pendidikan madrasah di Kabupaten Tojo Una-Una melalui melalui penerapan

manajemen mutu, diawali dengan komitmen bersama dari top manajemen, mempelajari membentuk dan kordinator manajemen mutu,

mengidentifikasi

persyaratan-persyaratan

manajemen mutu, melakukan pelatihan kepada semua warga madrasah sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya, membuat dokumentasi manajemen mutu, merupakan kegiatan untuk mendokumentasikan semua kegiatan dan potensi yang dimiliki oleh madrasah sebagai bahan kajian dan pertimbangan untuk melakukan pengembangan. Tahap audit internal dan pengukuran serta peningkatan mutu berkelanjutan, adalah kegiatan untuk memantau dan mengevaluasi sistem manajemen mutu yang telah dilakukan, dan mengukur pencapaiannya berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hasil dari evaluasi ini dijadikan bahan untuk mengadakan pengembangan mutu yang berkelanjutan.
18

VI. Rekomendasi 1. Madrasah hendak dibangun kembali menjadi organisasi belajar yang sungguh-sungguh baik untuk para peserta diadik maupun terhadap pendidik dan tenaga kependidikan. Organisasi yang menghargai belajar, menghormati pengajaran, dan mengajar untuk peningkatan karakter dan kepribadian. 2. Kebijakan pemerintah yang tidak lagi membedakan keberadaan

madrasah negeri dan madrasah swasta perlu lebih dibumikan. Pemerintah seyogyanya meningkatkan keberpihakannya kepada madrasah swasta, sehingga terjadi keseimbangan dalam

pengembangan madrasah. Karena diakui atau tidak diskriminasi yang dialami oleh madrasah swasta selama ini bukan saja memperburuk kondisi madrasah swasta, tetapi juga diskriminasi tersebut menyebabkan banyaknya madrasah yang bangkrut karena tidak berdaya mengembangkan dirinya.
3. Perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji model dan manajeman

mutu yang dapat dikembangkan baik terhadap madrasah dengan segala dinamika dan kondisinya. Dengan peneltian tersebut diharapkan akan lebih meningkatkan mutu madrasah.
VII. Action Plan A. Merumuskan dan Mengidentifikasi Standarisasi pencapaian mutu: 1. Menyiapkan dan mengvaluasi visi dan Misi Madrasah 2. Menyusun rencana strategig pengembangan madrasah 3. Menyusun rencana kegiatan kegiatan dan anggran madrasah 4. Menentukan target waktu pencapaian mutu 5. Menetapkan pola kebijakan organisasi dalam membangun komitmen mutu

19

B. Menyusun standar kerja dan pengendalian pencapaian mutu: 1. Melaksanakan sistim dan pola dasar manajemen efektif dengan melibatkan seluruh komponen madrasah dengan berbasis pada kondisi riil: 2. Melaksanakan supervisi akademis dalam membangun mutu pendidikan dengan fokus pada pendidik dan tenaga kependidikan C. Merumuskan langkah-langkah pencapaian mutu berkelanjutan: 1. Melaksanakan pengkajian kolektif terhadap semua warga

madrasah untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian mutu.

20

You might also like