You are on page 1of 6

USULAN PENELITIAN GAMBARAN HARGA DIRI PADA PASIEN SCABIES DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RS INDERA PROV.

BALI TAHUN 2011

Oleh:

DIYAS AYUNIYANTI NIM. P07120008021

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2011

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitive

terhadap berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit, demikian pula sebaliknya lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit . Data yang ada pada tahun 2003,

sebanyak 90% dari 211juta penderita penyakit kulit disebabkan oleh air, 50% akibat dari jarang mandi, 28% akibat sering berganti pakaian dengan teman, dan 11% akibat dari kurang kebersihan lingkungan sekitar. Itu semua memicu timbulnya berbagai macam penyakit dari diare sampai berbagai macam penyakit kulit seperti panu, kadas dan Scabies (Oakley, 2008) Menurut Rahmawati (2009), penyakit yang dapat berkembang pada keadaan lingkungan yang padat penduduk dan personal hygiene yang buruk antara lain; diare, disentri, penyakit cacingan, poliomyelitis, hepatitis A, kolera, thypoid, leptospirosis, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan skabies. Menurut Cakmoki (2007), Scabies (gudik) adalah penyakit kulit

menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui bekas alas tidur atau pakaian.

Penyakit

Scabies

dapat

ditemukan

di semua

negara

dengan

prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja (Kartika dalam Rahmawati, 2009). Penyakit Scabies tersebar luas di seluruh dunia terutama pada daerah-daerah yang erat sekali kaitannya dengan lahan kritis, kemiskinan serta rendahnya

sanitasi. Sebanyak 300 juta orang per tahun di dunia dilaporkan terserang Scabies (WHO dalam Fatimata, 2009). Penularan Scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Di beberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. (Djuanda, 2007). Mayoritas masyarakat menganggap kebiasaan mereka dalam menjaga

kebersihan diri sudah cukup dan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan khususnya penyakit kulit. Scabies sangat mengganggu dalam kehidupan seharihari. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi Scabies di Puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,9% dari 134juta orang penderita penyakit kulit, dan Scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies

yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yan kurang memadai g (Depkes RI dalam Rahmawati, 2000).

Dari hasil wawancara, survey dan data yang ada di RS Indera di dapat pada bulan Februari Nopember 2010 terdapat 206 pengunjung poliklinik kulit dan kelamin dengan diagnose Scabies. Harga diri didefinisikan sebagai suatu sikap positif atau negative terhadap suatu objek khusus yaitu diri (Rosenberg dalam Burns, 1993). Harga diri disini berkaitan dengan bagaimana individu itu mempersepsikan dalam arti penghargaan secara keseluruhan. Harga diri memiliki hubungan yang erat terhadap penampilan seseorang khususnya yang berkaitan dengan kulit. semua individu menginginkan kulit yang sehat dan indah, sehingga orang tersebut mempunyai rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut maka ingin diketahui lebih jauh mengenai harga diri pada pasien Scabies yang berkunjung di poliklinik kulit dan kelamin RS Indera.

A. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah harga diri pada pasien

Scabies di poliklinik kulit dan kelamin RS Indera Prov. Bali Tahun 2011?

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran harga diri pada pasien Scabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Indera Prov. Bali tahun 2011.

2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat harga diri pada pasien Scabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Indera Prov. Bali tahun 2011 b. Mengidentifikasi tingkat harga diri pasien Scabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Indera Prov. Bali tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin c. Mengidentifikasi harga diri pasien Scabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Indera Prov. Bali tahun 2011 berdasarkan karakteristik umur d. Mengidentifikasi harga diri pasien Scabies di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Indera Prov. Bali tahun 2011 berdasarkan karakteristik pekerjaan

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengatasi gangguan harga diri pada pasien Scabies. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami Scabies sehingga dapat

mengetahui harga dirinya dan mampu mencari bantuan kesehatan agar nantinya mendapat pelayanan kesehatan yang optimal.

2. Manfaat Teoritis Dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti selanjtunya khususnya bidang kesehatan dan keperawatan tentang harga diri pada pasien Scabies

You might also like