You are on page 1of 1

Pernahkah kamu melihat embun pagi??

Dia hadir bukan hanya untuk membasahi pucuk-pucuk daun, dia hadir membawa semua yang dibutuhkan saat daun berharap mendapatkan kesejukan dunia. Titik embun jatuh seperti titahNya yang tidak bisa diatur atau dipaksakan, semua ada karena karunia dan kehendakNya. Ini lebih seperti kodrat dari pada sebuah logika perjuangan. Ini lebih seperti karuniaNya dari pada peruntungan yang di harap-harap makhluk semesta. Embun datang dengan kabar gembiraNya meski itu bergambar sedih. Karena kesejukan embun membuat semua percaya, andai kata hari ini berhenti ada pengalaman tentang apa itu kebahagiaan dan ketenangan hidup. Meski hidup seperti dikejar waktu dan kenyataan dunia, tapi paling tidak sejenak embun menyadarkan tentang apa itu rahmat semesta alam. Perhatikan titik embun yang bergulir turun menetes, begitu bening dan tak bernoda. Bukan karena menafikan dosa yang sebuah keniscayaan, tapi memberi pembelajaran bagaimana untuk selalu menjadi lebih baik dan jadi sebuah manfaat. Embun memberi manfaat seperti apa yang dia punya, ini bukan sebuah kekurangan ini adalah kejujuran untuk memberikan yang benar dan sebenarnya bukan mimpi atau kuatnya emosi saja. Ingat ketika embun akan pergi, dia akan memberikan pesan akan datang esok pagi sebelum semua makhluk sadar akan begitu penting hadirnya. Embun hanya ingin memberi yang terbaik, terbaik dari apa yang dipesankan Tuhan kepadanya. Keterbatasan itu sebuah kepastian karena itulah tujuan semua ini ada didunia, untuk menyadari kalau dia adalah makhluk dengan keterbatasan yang perlu tempat bersandar dan meminta. Itulah yang dilakukan embun bersandar pada pucuk daun dan meminta Tuhan untuk memberi kesempatan dia datang besok pagi.

Evaluation notes were added to the output document. To get rid of these notes, please order your copy of ePrint 5.0 now.

You might also like